Ceritasilat Novel Online

Sang Pemikat 1

Wiro Sableng 155 Sang Pemikat Bagian 1


ebook by kalibening
ebook by kalibening
1 MALAM hari menjelang hujan turun lebat. Rumah yang terletak tak jauh dari
Kali Progo itu tampak sunyi diselimuti kegelapan. Di dalam rumah semua orang
tertidur lelap, keletihan dan kedinginan. Hanya Purnama seorang yang tidak bisa
memicingkan mata. Banyak hal memenuhi dan membuncah jalan pikirannya.
Pertama sakitnya Pendekar 212 Wiro Sableng. Meski kini peredaran darah Wiro
sudah berhasil disembuhkan, namun penyakit yang kelak bakal menyengsarakan
dirinya masih mendekam dalam tubuhnya. Apakah benar pemuda itu akan kehilangan
kejantanannya seumur hidup"
Gadis dari negeri 1200 tahun silam ini secara diam-diam berusaha menjajagi
Kitab Seribu Pengobatan yang dihafalnya di luar kepala. Namun entah karena
pikiran yang sedang kacau atau memang tidak ada cara penyembuhan penyakit seperti yang
dialami Wiro dalam kitab itu, maka dia tidak mendapat petunjuk apa-apa.
Selain itu jalan pikiran Purnama juga dipenuhi dengan galau tanda tanya besar
mengenai hubungannya dengan Wiro. Dia sangat mencintai pemuda itu. Apakah dia
akan berhasil mendapatkan Wiro sementara diketahuinya Bidadari Angin Timur,
Bunga serta Ratu Duyung juga mencintai sang pendekar. Bahkan tiga gadis itu
mengenal dan mencintai Wiro jauh lebih dulu dan lebih lama dari dirinya.
Disamping ketiga gadis cantik itu, Purnama juga tahu kalau masih banyak gadis lain yang
telah jatuh hati terhadap Wiro. Hanya saja dia tidak tahu siapa-siapa saja mereka itu.
"Aku dan Bunga, dua gadis dari alam lain. Apakah salah satu dari kami akan
bisa memiliki Wiro?" Suara hati gadis dari Latanahsilam itu bertanya. "Ratu
Duyung dan Bidadari Angin Timur, mungkin mereka lebih beruntung..."
Saat itu Purnama duduk di lantai papan dekat pintu ruangan dimana Wiro
terbaring di atas ranjang bambu, bersandar ke dinding. Gondoruwo Patah Hati
tidur melunjur di sisi pintu sebelah kanan. Ratu Duyung di samping kiri si nenek, lalu
Naga Kuning tidur di lantai. Ki Tambakpati dan Setan Ngompol berbaring di
ruangan ebook by kalibening
terbuka di bagian depan rumah panggung, tak jauh dari tangga. Dua kakek ini
tidur mengeluarkan suara ngorok seperti balapan.
Tiba-tiba sudut mata Purnama melihat gerakan. Dia palingkan kepala ke arah
ranjang bambu dimana Pendekar 212 terbaring. Saat itu tampak Wiro perlahan-lahan
bangun dari tidurnya, duduk di tepi ranjang. Lewat cahaya temaram yang masuk
melalui jendela terbuka Wiro memperhatikan satu demi satu orang-orang yang
berada dalam ruangan. Semula Purnama hendak berdiri dan menghampiri Wiro. Namun dia
membatalkan niat malah cepat-cepat pejamkan mata berpura-pura tidur.
Wiro berdiri dari duduknya di tepi ranjang bambu. Dengan langkah tanpa suara
dia bergerak ke pintu, keluar dari ruangan. Di bagian depan rumah panggung dia
berhenti sebentar memperhatikan dua kakek yang tidur mengorok.
Purnama berdiri. Wiro dilihatnya menuruni tangga rumah panggung. Di
halaman rumah yang becek oleh air hujan yang baru saja berhenti murid Sinto
Gendeng ini diam sejenak, memandang berkeliling lalu berpaling ke arah rumah.
Purnama cepat merunduk, mendekam di tempat yang gelap. Ketika dia bergerak
bangun Wiro tak tampak lagi di halaman. Tidak menunggu lebih lama Purnama
segera melompat ke halaman. Di arah kiri halaman rumah dia melihat bayangan Wiro
yang hanya mengenakan celana panjang berkelebat di balik pepohonan. Purnama
mengejar. Dia masih sempat melihat sosok pendekar itu sebelum akhirnya lenyap
ditelan kegelapan.
"Heran, dia mampu berlari cepat, berkelebat dan menghilang. Apakah tenaga
dalam dan ilmu kesaktiannya sudah pulih kembali?" Pikir Purnama. Walau tidak
lagi dapat melihat Wiro namun gadis dari Latanahsilam ini tidak khawatir. Dia tahu di
arah mana tadi Wiro menghilang berarti dia tahu harus mengejar ke jurusan mana.
Dengan ilmu yang dimilikinya dia mampu bergerak cepat, melayang di udara. Untuk
itu dia harus merubah ujud, kembali ke alam gaib kehidupannya. Purnama goyangkan
dua bahu. Selarik sinar biru begemerlap keluar dari tubuh dan saat itu sosok
kasarnya lenyap, berubah menjadi samar. Sekali berkelebat dia telah melesat belasan
langkah ke arah lenyapnya Pendekar 212.
ebook by kalibening
Namun gerakan gadis berpakaian biru ini tertahan ketika di langit sebelah timur
berkelebat satu bayangan putih disertai sambaran cahaya kuning. Sesaat kemudian,
mengapung di udara di hadapan Purnama muncul sosok samar lelaki kurus tinggi
berpakaian selempang kain putih. Dua kaki kehitaman tak berkasut. Orang ini
memegang sebatang tongkat memancarkan cahaya kuning ditaburi permata berkilat
aneka warna. Perlahan-lahan sosok samar ini bergerak turun ke tanah. Penuh
waspada Purnama bergerak pula ke bawah.
Begitu dua kakinya menginjak tanah, wujud makhluk samar yang memegang
tongkat menjadi lebih kentara, berubah membentuk sosok seorang tua berambut dan
berjenggot panjang putih. Yang membuat Purnama tercekat besar adalah ketika
melihat bagaimana makhluk ini sama sekali tidak mempunyai wajah. Mukanya polos
tak ada mata, tak punya hidung ataupun mulut. Purnama cepat terapkan ilmu
pernafasan yang disebut Nafas Sepanjang Badan. Dengan ilmu ini dia bisa mencium
dan mengetahui siapa adanya makhluk yang ada dihadapannya itu. Kelopak mata
Purnama bergerak-gerak, pelipis mendenyut. Hatinya membatin.
"Ternyata dia bukan makhluk alam roh. Dia seorang tua bangka manusia biasa
yang memiliki kekuatan alam dahsyat. Datang dari satu tempat jauh. Benar apa
yang dikatakan Bunga. Tongkat emas yang dipegannya memiliki kekuatan dahsyat. Aku
harus berhati-hati..."
Gadis dari Latanahsilam ini cepat rubah ujudnya hingga terlihat jelas lalu
membentak. "Makhluk tanpa wajah! Kau rupanya! Akhirnya kau berani tunjukkan
diri. Tapi mengapa masih berlaku pengecut menyembunyikan wajah?"
"Aku akan perlihatkan wajah kalau kau memilih satu dari dua ketentuan!"
makhluk tanpa wajah menjawab. Suaranya besar parau.
"Makhluk durjana! Kau pasti yang telah mencelakai Wiro dan punya niat jahat
mencelakai diriku serta sahabat-sahabatku! Katakan siapa dirimu, mengapa berbuat
jahat terhadap kami?"
"Jangan banyak bertanya. Harap kau segera memilih salah satu dari dua
ketentuan. Ikut bersamaku dan tunduk pada apa yang aku katakan atau kau akan
menemui kematian abadi, kembali ke alam asalmu untuk selama-lamanya!"
ebook by kalibening
"Ucapan gila!" bentak Purnama. Sesaat dia merasa bimbang. Jika dia melayani
terus manusia tanpa wajah ini maka dia akan kehilangan jejak Pendekar 212. Jika
dia tidak melayani dan menghajar makhluk satu ini, pasti akan mendatangkan kesulitan
terus menerus di kemudian hari. Dia coba menggertak. "Aku tengah mengejar
seseorang. Menyingkirlah atau kubuat jadi batu dirimu saat ini juga!"
"Siapa takut ancamanmu! Dengar, orang yang kau kejar itu adalah bagianku.
Aku yang akan mengurus hidup matinya. Sekarang, apakah kau sudah menentukan
pilihan"!"
"Makhluk kurang ajar! Aku akan lempar kau ke tempat asalmu! Aku tahu kau
adalah manusia biasa yang bersembunyi dibalik kekuatan gaib!" teriak Purnama
marah. Lalu sambil menerjang ke depan gadis ini lambaikan dua telapak tangan.
Dua rangkuman cahaya biru menebar laksana jala menyelubungi sosok makhluk tanpa
wajah. Bilamana cahaya biru itu sempat menyentuh tubuhnya maka makhluk tanpa
wajah ini akan membatu kaku sekujur aurat tak peduli bagaimanapun hebat
kesaktiannya. "Manusia tolol! Kau tak punya daya apa-apa di hadapanku!" ucap makhluk
tanpa wajah. Tongkat emas di tangan kanan disapukan ke depan.
"Wuttt!"
Selarik cahaya kuning menyilaukan berkelebat. Purnama merasa dua kakinya
yang menginjak tanah bergetar hebat. Dia kerahkan tenaga dalam. Tapi hantaman
cahaya kuning sungguh luar biasa. Dirinya laksana dilabrak topan prahara.
Sebelum tubuhnya mencelat mental dan hancur berkeping-keping, didahului teriakan keras
gadis ini tempelkan telapak tangan satu sama lain, dua tangan diangkat di atas
kepala lalu sttt! Inilah ilmu kesaktian yang disebut Menyusup Bumi Menghancur Bala.
Ilmu kesaktian ini selain dipergunakan untuk menyelamatkan diri dan berlindung dari
serangan lawan, sekaligus juga untuk melakukan serangan balasan. Karena begitu
masuk ke tanah sampai bahu tubuh akan melesat kembali ke atas, meyedot hawa
kekuatan bumi hingga kekuatannya berlipat ganda untuk kemudian melancarkan
serangan. ebook by kalibening
Makhluk tanpa wajah berseru kaget namun kemudian mendengus sambil
tancapkan ujung tongkatnya ke tanah, dua jengkal dari tubuh Purnama yang amblas.
Begitu tongkat menancap lalu diputar ke kiri, dua kali berturut-turut. Terdengar
suara berderak. Tanah bergetar. Inilah gerakan mengunci membuat tubuh Purnama yang
tenggelam sebatas bahu tidak bisa bergerak, tidak sanggup melesat keluar,
apalagi melakukan serangan.
Sambil berkacak pinggang dan keluarkan tawa bergelak, makhluk tanpa wajah
berkata, "Aku menawarkan anugrah, kau minta celaka mencari mati. Sebelum tengah
hari nanti kau sudah berubah menjadi bangkai! Ha ... ha... ha...!"
Makhluk tanpa wajah cabut tongkat emasnya dari tanah lalu berkelebat lenyap.
Di atas sana waktu tubuhnya melayang di udara, makhluk ini terkecut ketika
dapatkan salah satu bagian ujung tongkat emasnya telah gompal besar.
Sementara itu dalam keadaan tubuh terpendam sebatas bahu Purnama menjerit
keras. Dari mata, telinga, hidung serta mulutnya membersit lelehan darah.
"Manusia jahanam! Kau merusak tongkatku! Lebih baik kuhabisi kau sekarang
juga!" makhluk tanpa wajah memaki marah. Dia segera melayang turun ke tanah
kembali. Bagian tongkat yang berbentuk bulat diacungkan ke bawah, siap
dikemplangkan ke batok kepala Purnama yang berada dalam keadaan setengah sadar
setengah pingsan. Namun makhluk ini serta merta hentikan gerakkan ketika
mendadak di bawah sana terdengar suara ribut-ribut lalu dari balik kegelapan
muncul dua orang kakek.
"Kurang ajar!" Bagian tengah muka makhluk tanpa wajah bergerak-gerak.
Walau tidak memiliki hidung namun dia mampu mencium sesuatu. Dia mencium bau
pesing santar sekali.
"Kakek jahanan tukang kencing itu! Keparat! Dia bisa mencelakai diriku!"
Rutuk makhluk tanpa wajah. Gerakan tubuh yang melayang ke tanah ditahan lalu
cepat-cepat melesat ke atas kembali.
* * * ebook by kalibening
MENDEKATI pagi Gondoruwo Patah Hati tersentak dari tidurnya lalu nenek ini
membangunkan Naga Kuning.
"Hatiku merasa tidak enak," ucap si nenek. Bersama Naga Kuning dia masuk ke
dalam ruangan dimana Wiro berada. Mereka dapatkan Pendekar 212 tak ada lagi di
atas ranjang bambu. Seisi rumah menjadi heboh.
Ratu Duung memandang berkeliling.
"Tidak semua kita berada di tempat ini. Mana Purnama?" Ucapan gadis bermata
biru itu membuat sadar semua orang kalau Purnama memang tidak ada di tempat itu.
Gondoruwo Patah Hati langsung berprasangka buruk bahwa Purnama melarikan
Wiro. Sementara Naga Kuning yang mulutnya memang jahil mengatakan mungkin
Wiro dibawa pergi oleh Purnama untuk diuji kejantanannya. Walau marah pada si
bocah namun Gondoruwo Patah Hati diam-diam cemburu pada Purnama. Memang
tidak mustahil apa yang dikatakan Naga Kuning bisa menjadi kenyataan.
Ratu duyung memeriksa lewat cermin sakti. Samar-samar ia melihat bayangan
Wiro di arah barat. Tidak kelihatan bayangan Purnama.
"Mungkin dia dalam perjalanan menuju Gunung Gede. Kita harus mencegahnya
menjadi pertapa. Sebenarnya aku juga harus menuju ke sana karena ada pesan dari
Kiai Gede Tapa Pamungkas untuk menemuinya ..."
Ki Tambakpati dan Setan Ngompol yang masih enak-enakan ngorok
dibangunkan. Ratu Duyung mengatur rencana pengejaran.
"Kita berbagi dua..." kata gadis bermata biru itu. "Aku dan Nenek Gondoruwo
Patah Hati serta Naga Kuning mengejar Wiro. Kakek Ki Tambakpati dan Setan
Ngompol mencari Purnama."
Habis berkata begitu tanpa banyak menunggu lagi Ratu Duyung melesat keluar
rumah panggung diikuti Gondoruwo Patah Hati dan Naga Kuning.
Setan Ngompol memandang ke arah Ki Tambakpati. Sambil memegang bagian
bawah celananya kakek ini berkata, "Aku lagi enak-enakan bermimpi. Rasanya aku
digosok-gosok Luhrembulan. Tiba-tiba gadis dari negeri Latanahsilam itu menjerit
karena kantong menyanku mendadak berubah menjadi dua buah damar. Buah
pantangan..."
ebook by kalibening
"Sudah jangan ngacok! Kita harus mencari dimana beradanya Purnama. Kalau
dia memang bersama Wiro tidak jadi persoalan. Tapi kalau sesuatu yang buruk
menimpa dirinya ..."
"Terus terang aku juga mengkhawatirkan diri Liris Biru. Dia mengejar pemuda
jahat bernama Cakra itu ke Kuto Gede. Kalau sampai dia diapa-apakan..."
"Kita dua tua bangka yang ketiban urusan! Tapi apapun yang terjadi kita harus
melakukan sesuatu! Ayo kita cari Purnama dulu. Nanti baru kau mengurus Liris
Biru. Eh....tunggu dulu!" Ki Tambakpati berhenti di depan tangga. "Kau ini merisaukan
gadis bernama Liris Biru itu apa karena pernah jatuh hati pada gurunya Hantu
Malam Bergigi Perak yang sudah almarhum itu atau tidak tahu diri kini naksir sama si
gadis"!"
Mendengar pertanyaan sahabatnya itu Setan Ngompol tertawa mengekeh sambil
pancarkan air kencing, "Mengapa hal itu dipersoalkan. Sudah anggap saja aku
naksir sama keduanya. Ha...ha...ha...!"
Ki Tambakpati tarik lengan Setan Ngompol. Kedua kakek ini segera tinggalkan
rumah panggung. Karena jalan yang dilalui becek bahkan ada yang tergenang air
dan keadaan masih gelap keduanya berlari tidak terlalu cepat. Selain itu karena
mereka juga tidak tahu harus mencari kemana, keduanya lari begitu saja ke jurusan
timur. Justru mengejar asal-asalan inilah yang membawa mereka sampai ke tempat dimana
Purnama terpendam di tanah sebatas bahu ke bawah.
Di satu tempat Setan Ngompol berhenti. Tangan kiri menekap bagian bawah
celana, tangan kanan putar-putar daun telinga sebelah kanan yang lebar dan
terbalik. "Aku mendengar suara sesuatu..." bisik Setan Ngompol dengan mata yang
belok tambah dibesarkan.
"Apa....?" Tanya Ki Tambakpati.
"Suara seperti orang menangis. Eh bukan. Bukan suara orang menangis. Tapi
suara orang mengerang..."
"Lelaki atau perempuan?" tanya Ki Tambakpati lagi.
"Tak begitu jelas. Tapi agaknya perempuan," jawab setan Ngompol.
ebook by kalibening
"Jangan-jangan suara demit. Aku tidak mendengar apa-apa..." kata Ki
Tambakpati pula. Memang dalam soal ilmu mendengar Setan Ngompol yang punya
daun kuping lebar mablang ini memiliki kelebihan.
"Sial! Kau selalu membuat aku takut! Selalu menyebut-nyebut demit!" Setan
Ngompol memaki panjang pendek sambil pegangi bawah perutnya. "Ayo kau jalan
duluan! Suara mengerang itu datang dari arah sana!" setan Ngompol menunjuk ke
arah tempat terbuka di depan sederetan pohon besar.
Berjalan beberapa langkah tiba-tiba Ki Tambakpati berhenti. Mata melotot
tubuh gemetaran.
"Astaga!" si kakek mengucap." Apa kataku!"


Wiro Sableng 155 Sang Pemikat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa, ada apa?" tanya Setan Ngompol.
Ki Tambakpati menunjuk ke depan.
"Demit perempuan mau keluar dari tanah!"
"Serrr!" Setan Ngompol langsung pancarkan air kencing.
*** ebook by kalibening
2 DI TANAH becek Ki Tambakpati dan Setan Ngompol melihat satu kepala
perempuan tersembul. Rambut hitam panjang awut-awutan. Dua mata setengah
tertutup. Pada hidung dan mulut juga tampak ada lelehan darah. Bagaimana
perempuan ini bisa berkeadaan seperti ini" Apa yang terjadi hingga tubuhnya
sebelah bawah amblas terpendam ke dalam tanah" Apa benar dia demit atau seseorang
korban kejahatan yang dipendam demikian rupa hingga akhirnya akan menemui ajal
mengenaskan"
Selagi dua kakek dilanda keterkejutan dan juga ada rasa ngeri tiba-tiba
perempuan yang terpendam di dalam tanah kembali keluarkan suara mengerang.
Walau pemandangannya agak buram karena kedua mata digenangi darah sementara
hari masih gelap perempuan itu samar-samar masih mampu melihat kehadiran dua
orang yang berdiri beberapa langkah di hadapannya.
"Tolong.....tolong...."
Ki Tambakpati tersurut.
Setan Ngompol tekap bagian bawah celananya kuat-kuat, kepala diulur mata
memperhatikan. Dia membungkuk sedikit. Dengan tangan kanan gemetaran dia
menyibakkan rambut panjang yang menutupi sebagian wajah. Begitu rambut
tersingkap si kakek berseru kaget.
"Astaga! Ini Purnama!"
Ki Tambakpati mendekat, menggosok mata dan berbisik pada Setan Ngompol.
"Apa katamu" Kau yakin mahluk terpendam ini Purnama" Bukan demit yang
menyaru"!"
"Tolong... Aku memang Purnama. Aku tidak bisa melihat jelas kalian. Tapi aku
bisa mengenali dari suara. Kakek Setan Ngompol dan Ki Tambakpati..."
"Gusti Allah! Dia memang Purnama! Aku mengenali suaranya! Ki Tambak, kita
harus cepat menolongnya!" kata setan Ngompol.
ebook by kalibening
"Apa yang harus kita lakukan" Menggali tanah disekitarnya atau langsung
menarik rambutnya...?" Ki Tambakpati tampak bingung. Dia melangkah memutari
kepala Purnama.
"Kakek berdua. Lakukan apa yang aku katakan. Totok ubun-ubunku. Tubuhku
akan melesat keluar dari dalam tanah..."
"Akan aku lakukan! Akan aku lakukan!" ucap Setan Ngompol pula. Dia
melangkah lebih dekat. Tangan kiri mendekap bagian bawah perut. Jari telunjuk
dan tengah tangan kanan dipentang lurus, ditiup kuat-kuat lalu ditotokkan ke atas
batok kepala Purnama, tepat di ubun-ubun.
"Desss!"
Letupan cukup keras disertai membersitnya cahaya kuning dari kepala yang
ditotok membuat dua kakek tersentak kaget dan melangkah mundur. Setan Ngompol
tidak dapat menahan semburan air kencing. Belum habis kejut keduanya, tiba-tiba
tanah yang mereka pijak bergetar. Dari perut bumi ada suara menderu. Lalu
Wuuutt! Bersamaan dengan lenyapnya cahaya kuning di atas kepala, sosok Purnama
melesat keluar dari dalam tanah. Dari mulutnya keluar pekikan panjang. Di udara
gadis ini membuat gerakan jungkir balik satu kali lalu melayang turun. Walau dia
mampu tegak di atas dua kaki namun kentara tubuhnya agak huyung dan darah masih
mengalir dari sela bibir.
"Purnama, kau terluka dalam!" seru Setan Ngompol. Lalu kakek ini totok urat
besar di pangkal leher serta punggung si gadis. Purnama langsung semburkan darah
segar. Gadis ini kerahkan tenaga dalam, alirkan hawa sakti ke dada serta kepala.
Setelah menyeka mulut, mengusap mata, hidung dan telinga Purnama mengucapkan
terima kasih pada dua kakek.
"Ceritakan apa yang terjadi dengan dirimu. Kau pergi begitu saja. Wiro juga
lenyap. Lalu kami menemukanmu terpendam di dalam tanah. Hanya kepala yang
masih nongol. Untung kami lewat sini," Kata Ki Tambakpati.
"Sekali lagi aku berterima kasih pada kakek berdua," kata Purnama. Lalu gadis
dari negeri Latanahsilam itu menuturkan mulai dari ketika dia mengikuti Pendekar
212 meninggalkan rumah panggung.
ebook by kalibening
"Dinihari tadi, semua orang di dalam rumah panggung masih tidur pulas. Aku
sendiri tak bisa tidur. Ketika melihat Wiro bangun dan meninggalkan rumah, diamdiam aku mengikuti. Dari larinya yang cepat serta gerakannya yang enteng aku
menduga Wiro telah pulih kekuatannya. Aku berhasil mengejar namun sebelum
berhasil mendekat, satu makhluk berpakaian serba putih menyerangku. Dia ternyata
adalah makhluk tanpa wajah yang sebelumnya telah mengganggu kita berulangulang....."
"Makhluk kurang ajar itu lagi!" uacap Setan Ngompol.
"Apa yang dilakukan padamu?" bertanya Ki Tambakpati.
"Dia minta aku ikut bersamanya atau aku akan dihabisi. Kami bertarung.
Ilmunya tinggi sekali. Selain itu dia memiliki sebatang tongkat emas sakti.
Dengan tongkat itu dia menghantamku lalu mengunci ilmu kesaktian yang kukeluarkan
hingga aku terpendam di dalam tanah"
Purnama lalu mengembangkan tangan kanannya yang sejak tadi digenggam.
Didalam tangan itu tampak kepingan benda bercahaya kuning.
"Benda apa itu" Kelihatannya seperti emas...." ujar Setan Ngompol.
"Ketika makhluk gaib itu menghujamkan tongkat ke tanah, sebelum dia
mengunci diriku, di dalam tanah aku masih sempat menggerakkan tangan berusaha
merampas tongkat. Namun aku hanya mampu membuat tongkat emas itu gompal..."
"Coba kulihat...." Kata Setan Ngompol seraya mengambil kepingan tombak.
Begitu keping gompalan tombak berada di tangan Setan Ngompol, dua hal terjadi.
Pertama, Setan Ngompol merasa sekujur tubuhnya panas bergetar. Gompalan
tongkat emas milik makhluk tanpa wajah itu pancarkan sinar kuning terang. Hawa
panas yang menyerang si kakek datang dari kepingan tongkat itu. Karena tidak
tahan oleh panas yang membuat tangan kanannya seolah mau melepuh, Setan Ngompol
pindahkan kepingan emas ke tangan kirinya yang basah oleh air kencing.
"Desss!"
Kepingan emas bersinar terang berubah redup. Cahaya yang membungkus
lenyap seketika. Bersamaan dengan itu hawa panas yang menyerang diri Setan
Ngompol lenyap.
ebook by kalibening
"Gila! Kepingannya saja hebat begini rupa apalagi tongkat aslinya! Waktu
kupegang di tangan kanan kepingan emas ini menebar hawa panas," ucap si kakek.
Lalu buru-buru dia serahkan kepingan emas pada Purnama. Ketika si gadis
memegang kepingan emas itu, benda ini kembali berkilau namun tidak ada serangan
hawa panas seperti yang dialami Setan Ngompol.
"Kek, aku tidak merasa apa-apa. Tidak ada serangan hawa panas." Berkata
Purnama. "Aneh..." ucap Ki Tambakpati yang sejak tadi memperhatikan.
"Mengapa kepingan emas ini hanya menyerang diriku?" Setan Ngompol berkata
sambil berfikir. "Waktu kupegang di tangan kanan tidak apa-apa. Tapi ketika aku
pindah ke tangan kiri. Eh, apa benda ini tidak boleh dipegang oleh tangan kiri"
Purnama coba kau pegang benda itu di tangan kiri."
Purnama pindahkan kepingan emas tangan kiri. Tidak terjadi apa-apa. "Tidak
apa-apa Kek." Katanya. Coba kau ambil, pegang lagi dengan tangan kanan."
"Serrr!" Setan Ngompol langsung pancarkan air kencing. "Tidak, jangan!"
katanya. Purnama perhatikan kepingan emas yang dipegangnya. Benda itu diremas-remas
beberapa kali. Dia merasa ada getaran halus. Selintas pikiran muncul dalam
benaknya. Hatinya membatin. "Makhluk tanpa wajah. Gompalan tongkatmu bisa menjadi
sumber petunjuk kehadiran dirimu..." Gadis dari negeri 1200 tahun silam ini simpan
kepingan emas itu di dalam celana kuningnya.
Hal kedua yang terjadi ketika Setan Ngompol memegang kepingan tongkat emas
di tangan kiri berlangsung di satu tempat jauh. Makhluk tanpa wajah yang
memegang tongkat emas tersentak kaget sewaktu bagian tongkat yang gompal mengeluarkan
asap kuning dan tongkat bergetar hebat. "Kurang ajar... Ada benda pantangan. Pasti
kakek botak bermata belok berkuping lebar itu..." Makhluk ini cepat usap batang
tongkat dengan tangan kirinya sambil mengeluarkan hawa sakti. Tiga cahaya
begemerlap. Merah, hijau dan biru. Saat itu juga getaran pada tongkat lenyap,
asap kuning ikut sirna. "Makhluk berbahaya! Aku harus menyingkirkan manusia satu
ini..." ebook by kalibening
Kembali pada Setan Ngompol, Ki Tambakpati dan Purnama. Si gadis bertanya."
Kalian muncul berdua, mana para sahabat lainnya?"
"Ketika kau dan Wiro lenyap, kami langsung mencari. Aku dan Ki Tambakpati
kebagian tugas mencarimu. Yang lain-lain mengejar Wiro. Menurut Ratu Duyung,
berdasarkan penglihatannya melalui cermin sakti Wiro kemungkinan tengah menuju
ke Gunung Gede menemui gurunya....."
"Agaknya dia tidak bicara ngawur. Dia benar-benar mau jadi pertapa. Kakek
berdua, kalian ikut aku."
"Kemana?" tanya Setan Ngompol.
"Mengejar Wiro ke Gunung Gede."
Setan Ngompol dan Ki Tambakpati saling pandang lalu sama-sama menggeleng.
"Kalian tidak mau" Kenapa" Tidak mau menolong sahabat sendiri?" ujar
Purnama. "Dalam keadaan seperti ini, tak mungkin aku melakukan perjalanan sejauh
sampai ke Gunung Gede," kata Ki Tambakpati. "Aku harus kembali ke gubukku di
tikungan Kali Progo. Gubuk itu harus kubangun lagi. Aku harus menyiapkan segala
peralatan untuk pengobatan yang telah dihancurkan orang-orang kerajaan..."
"Dan kau Kek, apa alasanmu tidak mau ikut bersamaku?" tanya Purnama pada
Setan Ngompol. "Seorang gadis bernama Liris Biru tengah terancam keselamatannya. Aku harus
menolong. Gurunya menemui ajal di tangan Sinto Gendeng secara sia-sia. Lalu
kakaknya dibunuh setelah lebih dahulu diperkosa oleh pemuda tak dikenal yang
ciri- cirinya sama dengan pemuda bernama Cakra. Aku tidak mau hal yang sama terjadi
dengan gadis satu ini. Mengenai wiro, bagaimanapun dia sudah selamat. Kalau dia
memang memutuskan mau jadi pertapa kita tak bisa mencegah...."
"Tapi dia masih menderita satu penyakit. Dia kehilangan kejantanannya..." kata
Purnama pula. "Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kau yang telah mendalami Seribu Ilmu
Pengobatan mungkin bisa melakukan sesuatu". Berkata Ki Tambakpati.
ebook by kalibening
"Aku sudah menyelami isi kitab sakti itu selagi di rumah panggung. Aku tidak
menemukan cara penyembuhan penyakit yang dialami Wiro. Tapi aku tidak putus asa.
Setiap ada kesempatan aku selalu meneliti isi kitab itu."
Ki Tambakpati dan Setan Ngompol terdiam.
"Kakek berdua, aku tidak bisa menunggu. Kita berpisah di sini." Habis berkata
begitu Purnama lalu tinggalkan kedua kakek itu.
Ki Tambakpati tarik nafas panjang." Aku kasihan pada Wiro.Tapi mau dibilang
apa" Ilmu kepandaian pengobatan yang aku miliki tidak bisa menolong..."
"Menurutku Purnama punya alasan lain untuk mengejar Wiro. Dia tidak ingin
pemuda itu jatuh ke tangan Ratu Duyung."
"Purnama gadis baik," ucap Ki Tambakpati. "Cintanya pada murid Sinto
Gendeng itu mendalam sekali. Hanya sayang dia bukan manusia alam kita. Apakah
mungkin dia dan Wiro...?" Si Kakek tidak melanjutkan uacapannya.
"Ki Tambak, agaknya kita juga terpaksa berpisah di sini. Kau kembali ke Kali
Progo, aku ke Kuto Gede..." Dari balik jubah hijaunya Ki Tambakpati keluarkan
seruling perak. "Sebelumnya Wiro menitipkan suling ini padaku. Bagaimana kalau
kau saja yang menyimpannya." Setan Ngompol berpikir sejenak lalu mengambil
suling perak itu dari tangan Ki Tambakpati. Enak saja suling lalu dimasukkan di
balik celananya yang basah air kencing.
Sebelum berpisah dua sahabat itu saling berpelukan lalu yang satu berkelebat ke
timur, satunya lari ke arah barat.
* * * WALAU tak lama lagi matahari akan segera terbit kawasan bebukitan dan rimba
belantara dimana Purnama berada masih diselimuti kegelapan dan hawa dingin.
Disatu tempat gadis dari alam 1200 tahun silam ini hentikan langkah. Dia
terapkan aji kesaktian bernama Nafas Sepanjang Badan.
Kepala didongakkan ke atas, mata dipejamkan, pernafasan diatur lalu perlahanlahan dia menghirup udara. Dengan ilmu kesaktian ini dia mampu mengetahui
ebook by kalibening
keberadaan seseorang. Purnama pergunakan ilmu ini untuk mencari tahu dimana
Pendekar 212. Beberapa saat kemudian gadis cantik yang pakaiannya kotor berlepotan tanah ini
buka sepasang mata, turunkan kepala.
"Aku tak bisa membaui sosok Wiro. Aku hanya mampu melihat satu titik putih
pertanda Wiro sudah sangat jauh dari sini. Dia bergerak ke arah barat. Pasti
menuju Gunung Gede. Dengan ilmu Segara Angin butuh waktu setengah hari mengejarnya.
Aku juga melihat satu titik lain berwarna hitam. Datang dari arah timur.
Bergerak mendekat ke arahku. Aneh, aku tidak bisa mengetahui apakah titik ini manusia
atau makhluk gaib...?" setelah berpikir sejenak akhirnya Purnama memutuskan untuk
melanjutkan mengejar ke arah titik putih. "Kalau titik hitam itu memang benar
bergerak ke arahku, dia pasti akan bisa mengejar. Kelihatannya dia punya
kekuatan luar biasa. Aku harus berlaku waspada. Mungkin ini lagi-lagi makhluk tanpa wajah
yang hendak mencelakai diriku..."
Ketika matahari terbit Purnama sampai di satu anak sungai Bogowonto. Karena
airnya tenang dan jernih hingga dia dapat melihat dasar kali yang dangkal, gadis
ini langsung saja ceburkan diri membersihkan kepala, tubuh sekaligus pakainnya yang
kotor. Mungkin dia masih akan berlama-lama berendam di dalam kali kalau saja
saat itu telinganya tiba-tiba tidak mendengar suara deru aneh mencurigakan di
kejauhan. Dalam keadaan rambut kuyup riap-riapan, tubuh dan pakaian biru basah,
Purnama melompat ke tepi kali. Rasa curiga membuat dia segera terapkan ilmu
Nafas Sepanjang Badan. Purnama terkejut ketika melihat titik hitam muncul sangat besar
di puncak matanya yang terpejam. Lalu suara menderu tahu-tahu sudah ada
dibelakangnya. Gadis ini cepat berpaling dan buka sepasang mata. Pekikan ngeri
serta merta keluar dari mulut Purnama ketika dia melihat satu sosok entah
manusia entah ular besar meluncur di tanah. Bekas luncuran tubuhnya menggurat tanah
sedalam satu jengkal.
Tepat tiga langkah di hadapan Purnama sosok di tanah berhenti meluncur.
Bagian depannya yang berupa kepala manusia perlahan-lahan naik ke atas. Sesaat
kemudian muncul dua tangan bertopang ke tanah. Di lain kejap makhluk ini telah
ebook by kalibening
duduk bersila dihadapan Purnama. Makhluk ini bertubuh besar, mengenakan jubah
dan sorban hitam tebal. Mukanya yang putih tertutup kumis, janggut dan cambang
bawuk lebat hitam berkilat. Yang mengerikan adalah mata kanannya yang hanya
merupakan rongga hitam besar dan dalam.
Setelah mampu menguasai diri menekan rasa ngeri, Purnama membentak.
"Makhluk asing! Siapa kau adanya"! Kau menguntitku sejak malam menjelang
pagi! Jika kau membekal niat jahat kuhancurkan dirimu sekarang juga!"
Makhluk yang duduk bersila di tanah kembangkan dua tangan lalu membungkuk
tundukkan kepala. Begitu kepala diluruskan dia membuka mulut.
"Sahabat muda, jangan berprasangka buruk. Namaku Deewana Khan. Aku dari
negeri yang sangat jauh membawa tugas dari seorang pimpinan. Hanya sayang tugas


Wiro Sableng 155 Sang Pemikat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak bisa kulaksanakan sebagaimana mestinya. Malah aku sebelumnya telah
menemui ajal di tangan seoarng mahkluk pengkhianat."
"Kalau kau memang sudah mati mengapa sekarang mucul lagi"!" tanya
Purnama tanpa sadar kalau dirinya sendiri sebenarnya adalah makhluk yang juga
telah pernah mati.
"Dewa masih melimpahkan anugrahnya pada diriku" jawab Deewana Khan.
"Rohku diberi kekuatan agar mampu menemuimu. Aku bisa mengejarmu melalui
jejak langkah yang kau buat di tanah. Itu sebabnya aku tidak berlari seperti
biasa, tetapi meluncur agar aku bisa mencium jejak kakimu. Selain itu kepingan emas
yang ada di dalam kantong pakaianmu menjadi petunjuk arah dimana kau berada."
Kejut Purnama bukan alang kepalang. Dia segera meraba kantong celana
birunya disebelah kanan. Kepingan emas dari gompalan tongkat insan tanpa wajah
ada dalam kantong itu.
"Kau luar biasa! Mampu membuat gompal tongkat emas mahkluk tanpa
wajah ..."
"Bagaimana kau bisa tahu kejadian itu?" tanya Purnama.
"Dewa memberi kemampuan luar biasa padaku. Dengar, aku tak bisa bicara
terlalu lama. Ada yang akan kuserahkan padamu."
ebook by kalibening
Purnama memperhatikan makhluk dihadapannya mengeluarkan sebuah benda
yang ternyata adalah dua buah kitab. Sebuah kitab berbentuk utuh sedang yang
satunya dalam bentuk rusak seperti habis terbakar.
"Kitab yang terbakar ini ..." kata Deewana Khan pula. "Adalah Kitab Jagad
Pusaka Dewa asli. Kitab yang masih utuh adalah salinan Kitab Jagad Pusaka Dewa.
Namun isi dan tulisan kitab utuh ini tidak bisa dilihat atau dibaca oleh mata
biasa. Seseorang harus mengamalkan samadi selama seratus hari seratus malam untuk dapat
membaca isinya. Kitab yang terbakar ada beberapa bagian halamannya yang masih
utuh. Serahkan dua kitab ini pada Pendekar Dua Satu Dua Wiro Sableng..."
"Kau kenal pendekar itu?" tanya Purnama.
"Dewa yang memberi petunjuk karena pemuda kepada siapa seharusnya kitab
ini diberikan telah tersesat jatuh ke tangan insan-insan jahat yang akhir-akhir
ini telah menimbulkan malapetaka bejat di negeri ini. Insan-insan jahat ini hanya bisa
dibasmi berdasarkan petunjuk rahasia yang ada di dalam kitab terbakar. Agaknya Dewa
mengetahui Pendekar Dua Satu Dua yang mampu membuka petunjuk rahasia dalam
kitab. Dengar, waktu sudah habis. Aku harus pergi sekarang juga ..."
"Tunggu!" seru Purnama. "Malapetaka bejat yang tadi kau katakan, apakah kau
bisa menerangkan lebih jelas ...?"
"Hal itu berhubungan dengan pemerkosaan dan pembunuhan yang terjadi
belakangan ini. Sahabat muda, aku tak bisa berada lebih lama disini...."
Deewana Khan letakkan dua buah kitab di tanah dan membungkuk memberi
hormat. Lalu dua kaki dijulurkan ke belakang. Begitu dua tangannya menyentuh
tanah maka tubuh makhluk itu meluncur bersurut ke arah dari mana dia tadi
datang. Hanya dalam kejapan mata sosoknya hilang dari pemandangan.
Semula Purnama berdiri dengan kebimbangan. Mata memperhatikan dua buah
kitab di tanah. Apakah dia akan mengambilnya" Dia tidak kenal makhluk tadi. Dua
buah kitab itu bisa saja tipu jadi-jadian yang dapat mencelakai dirinya. Setelah
berpikir dan mengingat-ingat semua ucapan makhluk seram tadi akhirnya si gadis
beranikan diri membungkuk mengambil dua buah kitab. Sementara memegang dua
buah kitab ingatannya kembali pada Wiro. Purnama terapkan ilmu kesaktiannya. Dia
ebook by kalibening
masih bisa melihat putih hitam walau kini semakin kecil pertanda pendekar 212
telah bertambah jauh.
*** ebook by kalibening
3 KITA ikuti dulu apa yang terjadi dengan nenek jejadian kembar ke tiga Eyang
Sepuh Kembar Tilu. Seperti dituturkan dalam kisah sebelumnya nenek ini berusaha
menolong Wiro yang telah diracuni oleh seorang pemuda tak dikenal yang kemudian
diketahui bernama Cakra. Ketika si nenek menekan bagian tubuh Wiro di bawah
pusar dimana dia memperkirakan menjadi jalan masuknya racun jahat tiba-tiba
terdengar tiga letupan keras. Dari bawah pusar Pendekar 212 keluar hawa aneh,
menyambar masuk ke bagian bawah perut si nenek yang mengenakan jubah kuning
itu hingga dia terpental dan terkapar pingsan di tanah becek. Si nenek tidak
menyadari kalau hawa aneh itu akan mendatangkan kelainan pada dirinya. Sehingga
dia menjadi mahluk penuh gairah, memiliki hasrat berkobar-kobar terutama jika
melihat lelaki muda dan berwajah tampan.
Tak selang berapa lama terjadi satu keanehan. Dari tubuh si nenek jejadian
keluar sosok seorang gadis berwajah cantik berkulit putih. Rambut yang hitam
panjang dan digerai lepas menambah kecantikannya. Tubuh yang tinggi semampai
mengenakan kebaya pendek dan celana ringkas warna kuning, berpotongan ketat
demikian rupa hingga tampak seperti mencetak kelok liku tubuhnya yang sintal.
Kebaya kuning terbuka rendah di bagian dada menyembulkan pangkal dada yang
kencang dan putih.
Sesaat gadis ini menatap ke arah sosok si nenek lalu membalikkan tubuh dan
melangkah pergi. Walau saat itu hujan lebat namun anehnya kepala, tubuh serta
pakaiannya tidak basah sama sekali. Bersamaan dengan lenyapnya gadis ini di
kejauhan sirna pula sosok nenek jejadian yang tergeletak di tanah.
*** MENJELANG petang langit tampak cerah. Dari arah jalan yang menuju ke
Wates seorang lelaki muda berpakaian dan berikat kepala kain merah menggebrak
ebook by kalibening
tunggangannya demikian rupa hingga binatang itu lari laksana dikejar setan. Di
dalam sebuah kantong kain yang tergantung di depan dadanya menyembul kepala
celengan tanah berbentuk ayam jantan, berwarna merah.
Di sebelah belakang, terpaut sekitar lima belas tombak mengejar lima
penunggang kuda berseragam hijau. Dua diantaranya mengangkat tangan kanan
mengacung-acungkan golok sambil berteriak.
"Berhenti!"
"Pencuri keparat! Kau mau kabur kemana"!"
Agak jauh di belakang lima penunggang kuda ini menyusul sebuah kereta kecil,
ditarik dua ekor kuda coklat. Di atas kereta duduk seorang lelaki berusia empat
puluh tahun, berkumis hitam lebat, berpakaian bagus. Di Wates orang ini dikenal
sebagai Raden Mas Suryo Kenanga, seorang pedagang kaya raya. Di atas kereta Suryo
Kenanga tiada hentinya berteriak-teriak.
"Maling! Pencuri! Tangkap Bunuh!" Lalu pada sais kereta dia memerintah.
"Pacu lebih cepat! Lebih cepat!"
Penunggang kuda yang membawa kantong kain di depan dadanya membelok
memasuki sebuah jalan lurus sempit. Jika dia bisa mencapai ujung jalan dimana
terdapat sebuah sungai dangkal berbatu-batu lalu menyelinap masuk ke dalam hutan
jati di seberang sungai, maka dia pasti akan dapat meninggalkan semua
pengejarnya. Hal itu bisa dilakukannya karena dia tahu betul seluk-beluk hutan belantara itu.
Tak lama kemudian begitu sampai di ujung jalan sempit, lelaki berpakaian
merah yang dikejar-kejar ini hentikan kuda, melompat turun lalu menghambur
memasuki sungai dangkal tapi cukup lebar. Dengan gerakan cepat dia melompat dari
satu batu ke batu lain yang banyak terdapat dalam sungai. Sampai di seberang
sungai dia merasa lega. Menoleh kebelakang dia melihat para pengejarnya baru sampai di
ujung jalan sempit.
"Kalian tak bisa mengejarku! Kalian tak bisa menangkapku!" ucap lelaki ini
lalu balikkan badan siap lari memasuki hutan jati. Namun mendadak tubuhnya
membentur sosok seseorang hingga dia terpental terhuyung-huyung. Kalau tidak
cepat mengimbangi diri pasti akan jatuh terguling ke tebing sungai.
ebook by kalibening
Memandang ke depan dia melihat seorang gadis berpakaian kuning tegak
bertolak pinggang sambil tersenyum. Rambut hitam digulung di atas kepala. Yang
membuat dada lelaki ini jadi sesak bukan saja karena melihat kenyataan bahwa
gadis ini berwajah cantik, namun ketika memperhatikan bagaimana kebaya kuning yang
dikenakan si gadis berpotongan demikian rendah dan lebar hingga lebih dari
sebagian dadanya yang putih membusung terlihat jelas.
"Orang-orang diseberang sungai mengejarmu. Dari teriakan mereka agaknya
kau telah mencuri sesuatu dari mereka."
Lelaki muda berpakaian merah terkejut.
"Kau betul! Aku memang mencuri sesuatu!" Katanya jujur. "Tapi apa sangkut
pautnya dengan dirimu?"
"Memang tidak ada sangkut pautnya," jawab si cantik berpakaian kuning. Lalu
sambil tersenyum dia gerakkan tangan kiri melepas gulungan rambut hitam di atas
kepala. Rambut panjang hitam berkilat kini tergerai lepas sepinggang, membuat
wajahnya tampak bertambah cantik mempesona. Selagi lelaki muda tadi menikmati
kagum kecantikan sang dara tiba-tiba si baju kuning goyangkan kepala.
"Wuttt!"
Rambut hitam panjang melesat ke depan, menebar bau harum menutupi wajah
dan pemandangan lelaki berpakaian merah. Ketika rambut itu melewati mukanya dan
lelaki ini memandang ke depan, dia keluarkan seruan tertahan karena melihat
kantong kain berisi celengan tanah sebelumnya tergantung di depan dadanya kini tahu-tahu
telah berada di tangan si gadis.
"Kembalikan!" teriak lelaki berpakaian merah.
"Apa?" Gadis berpakaian kuning berbuat seolah tidak mendengar ucapan orang.
Dia bungkukan tubuhnya sedikit sambil tangan kiri diletakkan di belakang
telinga. Gerakan membungkuk ini membuat mata lelaki dihadapannya mendelik besar karena
dia melihat bagaimana dada si gadis membuyut besar. Tubuhnya terasa panas
dingin, tenggorokannya bergerak-gerak, ludah ditelan berulang kali.
"Kau lebih mementingkan celengan tanah ini dari pada selembar nyawamu?"
berucap si gadis. Dia memandang ke arah sungai. "Sebentar lagi para pengejar
akan ebook by kalibening
sampai di sini. Mereka akan mencincangmu sampai lumat! Kau maling cukup tampan!
Itu yang membuatku melepaskanmu. Larilah selagi ada kesempatan!" Habis berkata
begitu tangan si gadis bergerak ke bawah. Dengan cepat tangan itu mengusap
bagian bawah perut lelaki berpakaian merah.
"Hah!" Menerima perlakuan seperti itu walau dia merasa nikmat kejut lelaki
muda berpakaian merah bukan alang kepalang. Seumur hidup baru kali ini dia
bertemu gadis cantik seberani itu.
"Hai, kau ini siapa sebenarnya" Mengapa kau berani mengusap auratku?"
tanya lelaki itu.
"Hemm..." si gadis bergumam sambil tersenyum. "Apa kau tidak suka" Sudah
jangan banyak bertanya. Pergi sana!"
"Hai! Jika kau memang ingin menolongku, mengapa kita tidak kabur saja
sama-sama" Kita masuk ke dalam hutan jati. Aku punya tempat persembunyian di
sana. Sebuah goa."
"Jangan tolol! Pergilah!" Bentak gadis berpakaian kuning.
"Kau tidak mau mengambalikan barang itu padaku?"
Si gadis menggeleng. "Celengan ini bukan milikmu."
Berpaling ke belakang lelaki itu melihat para pengejarnya tengah bersiap-siap
menuruni sungai, termasuk pedagang kaya Suryo Kenanga. Lelaki muda dihadapan si
gadis cepat berkata. "Namaku Samirjan. Orang-orang menyebutku Pencuri Selusin
Tangan. Jika kau tidak mau kuajak bersama cari aku di Kalibawang. Tanyakan pada
siapa saja. Mereka pasti akan mengantarkanmu padaku." Habis berkata begitu,
lelaki ini yang rupanya terangsang oleh usapan tadi enak saja ulurkan tangan kanan
hendak meraba dada si gadis.
"Plaakk!"
Satu tamparan melanda pipi lelaki berpakaian merah. Jelas terdengar suara
tamparan keras sekali. Tetapi anehnya lelaki berpakaian merah itu tidak merasa
sakit sama sekali. Terheran-heran dia melangkah mundur. Terus memandangi si gadis
yang tersenyum padanya. Dia berpikir kalau gadis itu berani menyentuh auratnya
mengapa tidak boleh balas meraba.
ebook by kalibening
"Ingat, namaku Samirjan. Julukanku Pencuri Selusin Tangan. Cari aku di
Kalibawang!" kata lelaki itu lalu membalikkan diri dan lari memasuki rimba
belantara. Tak selang berapa lama lima pengejar berseragam hijau termasuk sang juragan
sampai di seberang sungai di mana si cantik masih berdiri sambil memegangi
kantong kain berisi celengan tanah.
Keenam lelaki ini untuk beberapa ketika tegak tertegun terpesona memandangi
dara cantik jelita dengan sebagian tubuh sebelah atas menyembul menggairahkan.
Namun begitu melihat kantong kain berisi celengan tanah yang dipegang si
gadis, Raden Mas Suryo Kenanga segera mendekati sambil berkata. "Benda itu
milikkku. Serahkan padaku!"
Si gadis keluarkan celengan tanah dari dalam kantong kain. Diperhatikan, lalu
ditimang-timang, dilemparkan ke udara beberapa kali.
"Jangan! Nanti jatuh pecah! Lekas serahkan padaku!" teriak Suryo Kenanga.
"Celengan kosong saja aku juga tidak butuh!" si gadis lalu lemparkan celengan
tanah ayam-ayaman itu pada pedagang kaya raya dari Wates itu.
Suryo Kenanga cepat-cepat menangkapnya lalu mendekapkan celengan tanah
itu ke dada. Dia tampak sangat lega.
"Den Ayu, aku tidak kenal siapa dirimu. Aku sangat berterima kasih kau telah
merampas celengan ini dari tangan pencuri itu."
Si gadis hanya keluarkan suara bergumam sambil pandangi lelaki berkumis
tebal bertampang gagah itu.
"Namaku Suryo Kenanga, aku tinggal di Wates. Sebagai tanda terima kasih,
aku ingin memberikan hadiah pada Den Ayu. Namun hadiah itu harus kuambil di
rumah. Apakah Den Ayu bersedia ikut ke Wates?" Sambil bicara sepasang mata
Suryo Kenanga tidak hentinya mengerling ke dada si gadis.
"Aku menolong tanpa pamrih. Tapi kebetulan aku memang bermaksud ke
Wates...."
"Kalau begitu silahkan Den Ayu ikut dengan kami." Kata Raden Mas Suryo
Kenanga pula. ebook by kalibening
* * * DI DALAM kereta yang meluncur ke Wates sambil melirik ke dada gadis yang
duduk di sebelahnya, Raden Mas Suryo Kenanga bertanya.
"Kalau aku boleh bertanya, siapa nama Den Ayu" Apakah Den Ayu seorang
gadis dari rimba persilatan?"
Gadis di samping pedagang kaya itu tersenyum. "Aku ingin bertanya lebih
dulu. Apakah keberatan?" Sambil bertanya si gadis letakkan tangan kirinya di
paha pedagang itu. Karuan saja dada Raden Mas Suryo Kenanga jadi berdebar keras dan
darahnya mengalir panas.
"Den Ayu mau bertanya apa?" tanya Surya Kenanga.
"Celengan tanah kosong itu. Apakah sangat berarti hingga ada orang yang
mencurinya?"
Raden Mas Suryo Kenanga tidak segera menjawab. Dia memperhatikan tangan
kiri si gadis yang mulai mengusap-usap pahanya. Tidak tahan dia pegang tangan si
gadis kencang-kencang.
Dengan suara berbisik dan bergetar dia berkata.
"Aku hanya memberi tahu pada Den Ayu. Celengan ini memang kosong.
Kosong dalam arti kata tidak ada uangnya. Tapi aku menyembunyikan sesuatu dalam
celengan ini."
"Apa?" tanya si gadis.
"Sebuah jimat," jawab Raden Mas Suryo Kenanga.
"Jimat" Untuk ilmu kebal atau ilmu kuat .... Hik...hik...hik."
"Bukan, bukan untuk ilmu kebal atau ilmu kuat. Jimat itu untuk usaha dagang.


Wiro Sableng 155 Sang Pemikat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan jimat itu semua usahaku berjalan lancar. Buktinya sekarang aku menjadi
seorang kaya raya. Terpandang dan setiap pejabat di Kadipaten dan Kerajaan punya
hubungan baik denganku."
"Luar biasa ..." Kata si gadis pula sambil tersenyum dan kedip-kedipkan
matanya. "Den Ayu, aku bukan lelaki nakal. Aku sudah punya istri dan tiga orang
ebook by kalibening
anak. Kehadiran Den Ayu membuatku merasa beruntung. Mungkin lebih memberi
keberuntungan dari jimat yang ada dalam celengan ini."
"Begitu...?" Si gadis dengan manja letakkan kepalanya di bahu Suryo
Kenanga. Lelaki ini cium rambut harum si gadis.
"Den Ayu, sebelum memasuki Wates, aku memiliki sebuah rumah ditempat
terpencil. Tidak ada yang tahu kecuali para pengawal. Aku lihat hari sudah
rembang petang. Bagaimana kalau kita mampir dan bermalam disana."
"Ini bukan suatu gurauan?" tanya si gadis pula.
"Tidak, ini bukan gurauan. Aku bersungguh-sungguh. Aku harus mengatakan
bagaimana. Aku...aku sangat tertarik pada dirimu. Den Ayu, aku suka padamu..."
"Ah, sekarang kau sudah berubah menjadi lelaki nakal!" kata si gadis sambil
tertawa cekikikan dan menjewer telinga kiri Raden Mas Suryo Kenanga. "Aku suka
pada lelaki yang berterus terang. Selain itu, aku suka kumis tebalmu..."
Suryo Kenanga bahagia luar biasa. Celengan tanah diletakkannya dilantai
kereta lalu dua tangannya memeluk gadis disampingnya dengan penuh nafsu. Si
gadis ternyata membalas dengan rangkulan hangat.
*** MASIH cukup jauh dari kota Wates, pada saat sang surya mulai memancarkan
sinar kekuningan pertanda tak lama lagi akan memasuki ufuk tenggelamnya di
sebelah barat, tiba-tiba terdengar teriakan aneh dari dalam kereta.
"Itu suara Raden Mas Surya Kenanga. Teriak Ki Sawung kepala pengawal.
Kusir kereta segera menghentikan kuda. Para pengawal berhamburan. Pintu kereta
sebelah kanan dibuka sementara pintu sebelah kiri berada dalam keadaan
terpentang lebar. Raden Mas Suryo Kenanga duduk dengan dua kaki melunjur ke lantai kereta.
Keadaannya setengah bugil karena celana hitamnya melorot sampai ke lutut. Mata
terpejam sedang mulut menunjukkan mimik setengah tersenyum. Gadis cantik
berpakaian kuning tak ada lagi. Di bangku dan lantai kereta bertebaran pecahan
celengan tanah.
ebook by kalibening
"Raden, Raden Mas Suryo!" memanggil Ki Sawung.
Dua mata pedagang kaya itu terbuka.
"Ada apa?" justru dia yang bertanya. "Mana gadis kekasihku itu..."
"Raden Mas, gadis itu tak ada lagi. Lenyap entah dimana. Apa yang terjadi?"
tanya Ki Sawung.
"Raden Mas, celengan ayam-ayaman juga lenyap"
"Apa"!" kali ini baru Raden Mas Suryo Kenanga tersentak kaget. Cepat dia
tarik celananya ke atas. Saat itulah dia melihat pecahan celengan tanah
bertebaran di bangku dan lantai kereta. Setengah meratap dia berkata. "Ah, pasti gadis itu
telah mencuri jimatku. Ampun, aku akan jadi miskin. Aku akan jadi kere..."
*** ebook by kalibening
4 DI MALAM yang sunyi dan dingin itu kepulasan tidur Pangeran Aryo
Dipasena dibuai oleh mimpi yang indah. Dalam mimpi Pangeran berusia 21 tahun ini
berada di puncak bukit, asyik memandang bulan purnama bulat penuh besar sekali,
seolah-olah berada di atas kepalanya. Selagi dia terpesona akan keindahan sang
rembulan tiba-tiba didahului satu tiupan angin lembut dari bulan yang bulat itu
keluar sosok seorang perempuan muda mengenakan pakaian merah sangat tipis hingga
setiap bagian dari auratnya terbayang jelas. Namun karena membelakangi cahaya
rembulan wajahnya tidak terlihat.
Perempuan yang keluar dari rembulan melambai-lambaikan tangan ke arah
Pangeran Aryo Dipasena. Lapat-lapat terdengar suaranya berucap.
"Pangeran kekasihku, tidakkah kau ingin bermain denganku?"
Pangeran Aryo berdiri. Ketika perempuan itu memalingkan kepalanya ke kiri
dan cahaya rembulan menerangi mukanya, Pangeran Aryo sempat melihat wajah
perempuan itu. Darahnya berdesir, jantungnya seolah berhenti berdegup. Luar
biasa! Belum pernah dia melihat seorang gadis berwajah secantik itu! Apalagi tadi dia
dipanggil dengan sebutan kekasih. Membuat hati sang pangeran jadi bergetar.
Jangan-jangan yang keluar dari dalam rembulan itu adalah seorang bidadari.
"Pangeran, ulurkan tanganmu. Aku akan membawamu masuk ke dalam
rembulan. Kita akan bermain-main di sana...."
"Gadis cantik, kau siapa...?" Pangeran Aryo Dipasena bertanya.
"Aku seorang yang bernasib beruntung. Ditakdirkan menjadi kekasihmu. Mari,
ulurkan tanganmu..."
Dalam keterpesonaannya Pangeran Aryo ulurkan tangan kanan. Begitu
tangannya bersentuhan dengan tangan si gadis dia merasa kehangatan luar biasa.
Lalu tubuhnya terangkat ke udara, dibawa melayang ke arah rembulan. Mula-mula
perlahan, makin lama makin cepat, makin kencang. Pangeran Aryo merasa kuduknya
jadi dingin dalam kegamangan. Tiba-tiba, ketika dia memandang ke atas rembulan
ebook by kalibening
besar sudah berada dekat sekali di depan kepalanya. Pangeran Aryo berteriak
ngeri. Gadis yang menariknya tertawa panjang lalu melepas pegangan. Pangeran Aryo
tutupi kepala dengan dua tangan. Dia kembali menjerit karena sebentar lagi
kepalanya akan membentur bulan besar. Saat itulah dia tersentak bangun, terduduk
di atas ranjang dengan wajah pucat dan tubuh basah oleh keringat.
Setelah degup jantungnya mengendur dan aliran darah kembali teratur,
Pangeran Aryo tertawa sendiri.
"Mimpi aneh," katanya dalam hati. "Belum pernah aku melihat bulan sedekat
dan sebesar itu. Belum pernah aku melihat gadis secantik yang kulihat dalam
mimpi. Kalau saja gadis itu benar-benar ada di alam nyata dan aku bisa menemuinya..."
Pemuda ini geleng-gelengkan kepala lalu turun dari ranjang, meneguk air putih
dalam kendi yang terletak di sebuah meja kecil di sudut kamar. Pada saat itulah dia
mendengar suar kecipuk air. Perlahan-lahan agar jangan menimbulkan suara kendi
diletakkan di atas meja. Dia berdiri lurus-lurus, telinga dipasang tajam-tajam.
Kembali terdengar suara kecipuk air. Bahkan kini dia mendengar ada suara
nyanyian halus perlahan.
"Ada orang mandi di kolam. Malam-malam begini. Siapa...?"
Aryo Dipasena bertanya-tanya dalam hati. Setengah berjingkat dia melangkah
ke arah jendela yang tertutup. Jika jendela dibuka maka akan terlihat satu
halaman luas berupa lereng berumput. Di sebelah tengah tedapat tangga batu lima puluh
undakan. Di ujung bawah tangga terdapat sebuah kolam mandi yang sekelilingnya
dihias dengan tanaman bunga mawar. Saat itu semua bunga mawar tengah
berkembang hingga baunya harum semerbak menebar kemana-mana.
Meskipun merupakan seorang putera dari istri ke empat namun Pangeran Aryo
sangat disayangi Sri Baginda Raja. Banyak perilaku dan budi pekertinya yang
membuat Sri Baginda merasa sangat sayang dan menaruh perhatian pada puteranya
yang seorang ini. Salah satu di antara perilaku pangeran Aryo adalah dia tidak
mau tinggal dalam kawasan keraton. Karenanya pada Sri Baginda dia minta dibuatkan
sebuah rumah kecil tapi berhalaman luas. Rumah ini ditata demikian rupa, dibuat
di atas tanah agak ketinggian, dikelilingi halaman berumput dan tanaman bunga serta
ebook by kalibening
sebuah kolam mandi. Sifat lain Pangeran Aryo adalah tidak mau dikawal kemanapun
dia pergi. Juga dia tidak mau ada prajurit yang menjaga tempat kediamannya walau
Sri Baginda berulang kali mengatakan merasa khawatir akan keselamatan puteranya
itu. "Ayahanda Sri Baginda Raja. Kalau kita baik pada semua orang, semua orang
akan baik kepada kita. Saya merasa aman di rumah saya yang kecil itu." Begitu
Pangeran Aryo Dipasena berkata pada Sri Baginda saat terakhir kali sang ayah
mendesak agar tempat kediamannya dijaga oleh prajurit Kerajaan. Tetap khawatir
akan keselamatan putera yang disayanginya itu Sri Baginda Raja akhirnya menyuruh
orang membuat tembok setinggi dua tombak mengelilingi tempat kediaman Pangeran
Aryo. Untuk hal ini sang putera tidak berani mencegah meskipun sebenarnya dia
tidak menyukai.
Selain itu yang membuat Sri Baginda Raja senang pada Pangeran Aryo adalah
karena dia merupakan satu-satunya putera yang mau mendalami ilmu bela diri.
Berbagai ilmu silat dan kesaktian telah dipelajarinya dari beberapa orang tokoh
terkenal yang didatangkan dari berbagai penjuru rimba persilatan. Walau usianya
belum mencapai dua puluhan namun Pangeran Aryo telah tumbuh menjadi seorang
pendekar, tanpa banyak orang tahu mengenai kehebatannya karena dalam kesehariharian dia selalu menunjukkan sifat polos, hormat kepada setiap orang yang lebih
tua dan bersahabat pada orang sebaya serta menyayangi mereka yang kecil.
Karena sifatnya yang tinggi budi rendah hati itu Pangeran Aryo banyak
mempunyai teman, terutama pemuda seusianya. Dalam berteman dia tidak memilih.
Karena itu banyak pemuda dari kalangan kebanyakan yang menjadi sahabatnya.
Sahabatnya yang putera para pejabat Keraton boleh dikatakan bisa dihitung dengan
jari. Pada saudara-saudaranya satu ayah walau menaruh hormat dan sayang, namun
Pangeran Aryo selalu menjaga jarak.
Perlahan-lahan Pangeran Aryo mendorong daun jendela hingga dia bisa
melihat ke bawah sana dimana terletak kolam mandi. Bola mata sang Pangeran
membesar sewaktu dia melihat ada seorang perempuan duduk berjuntai di tepi kolam
membelakangi rumah kecil dimana dia berada. Agaknya perempuan ini memasukkan
ebook by kalibening
kedua kakinya ke dalam air, digoyang-goyang menurut suara nyanyian perlahan yang
keluar dari mulutnya. Goyangan dua kaki inilah yang menimbulkan air kolam
mengeluarkan suara berkecipukan. Yang membuat Pangeran Aryo terpana dan tak
berkesip adalah karena perempuan yang duduk di tepi kolam tidak mengenakan
secarik kainpun untuk menutupi auratnya! Bahunya yang bidang bagus, punggung
yang licin putih, pinggul besar mulus terlihat sampai ke bagian paling bawah.
Dari bentuk dan lekuk tubuh yang kencang bagus Pangeran Aryo bisa menduga kalau
perempuan itu masih muda, mungkin seorang gadis remaja. Tak jauh dari tempatnya
duduk di tepi kolam, ada seperangkat pakaian kuning terlipat rapi. Pangeran Aryo
merasa seolah jantungnya berhenti berdetak dan darahnya berhenti mengalir.
"Mungkinkah ini perujudan perempuan cantik yang aku lihat di dalam
mimpi...?" Membatin Pangeran Aryo.
Perempuan di tepi kolam memetik setangkai bunga mawar merah lalu
mencelupkannya ke dalam air kolam. Bunga mawar yang basah itu kemudian
diusapkannya ke wajah, leher dada serta perutnya.
Sang Pangeran menggosok mata berulang kali.
"Aku tidak salah melihat. Kali ini aku tidak bermimpi. Ini adalah kenyataan..."
ucapnya berulang kali. Hasrat untuk menemui perempuan di tepi kolam menggebugebu. Apa lagi dia hanya melihat tubuh sebelah belakang. Kalau saja dia bisa
melihat tubuh bagian depan. Pangeran Aryo bukan seorang pemuda nakal. Namun apa yang
disaksikannya saat itu telah menggoncang hatinya. Menggoyah sikap dan rasa
hormatnya pada kaum perempuan yang tertanam dalam dirinya selama ini.
Sang Pangeran memandang ke pintu. Namun akhirnya memutuskan untuk
keluar lewat jendela saja dari mana dia bisa terus mengawasi perempuan yang
mandi. Dia takut selagi melangkah ke pintu perempuan di pinggir kolam tahu-tahu pergi.
Tanpa suara Pangeran Aryo keluar dari kamar melompati jendela. Saat itu di
langit memang ada bulan sabit dan taburan bintang gumintang. Namun awan kelabu
menebar menutupi hingga keadaan tidak begitu terang.
ebook by kalibening
Dengan mengendap-endap Pangeran Aryo menuruni tanah lereng berumput.
Dia sengaja tidak menuju kolam melalui tangga batu, takut akan ketahuan sebelum
dia berhasil mendekati perempuan di tepi kolam.
Tidak tahu kalau ada orang mendekati dari belakang, perempuan di tepi kolam
terus saja mempermainkan kedua kakinya di dalam air dan mengusap-usapkan bunga
mawar basah ke dadanya yang bagus putih. Ketika untuk kesekian kalinya dia
hendak merunduk merendam air, tiba-tiba dia mendengar suara langkah perlahan. Cepat dia
palingkan kepala.
Dua orang sama-sama tercekat terkejut.
Perempuan di tepi kolam tidak sadar akan keadaan dirinya, bangkit setengah
melompat, berdiri bingung di hadapan Pangeran Aryo. Ternyata dia adalah seorang
gadis berwajah cantik. Sang Pangeran merasa seperti melihat satu benda
menyilaukan. Seumur hidup baru kali itu dia melihat dan berhadap-hadapan begitu dekat dengan
seorang gadis dalam keadaan tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya.
Sementara si gadis seolah tidak sadar akan keadaan dirinya berdiri tertegun, dua
tangan ditekapkan ke dada sedang di bagian bawah tersingkap polos begitu saja.
"Maafkan saya...." Kata Pangeran Aryo Dipasena sambil melangkah mundur.
"Kau mengintip diriku...." Suara si gadis halus dan merdu. Dalam ucapannya
tidak ada nada marah karena dirinya dipergoki seperti itu.
"Kau mandi di kolamku." Ucap Pangeran Aryo pula.
"Aku memang telah berbuat lancang." Si gadis berkata sambil matanya melirik
ke lipatan pakaian kuning miliknya yang tergeletak lebih dekat ke arah Pangeran
Aryo. "Aku harus pergi...." Gadis itu melangkah mendekati pakaiannya. Kalau saja
putera Raja ini seorang nakal tentu dia akan segera mengambil pakaian itu agar
si gadis tetap dalam keadaan telanjang.
Tapi Pangeran Aryo mundur beberapa langkah. Lalu membalikkan diri seraya
berkata. "Cepat kenakan pakaianmu. Kalau sudah jangan pergi. Aku ingin mengenal
dirimu." "Dalam seribu mungkin hanya ada satu pemuda sebaik dirimu." Si Gadis
berucap. ebook by kalibening
Pangeran Aryo tidak pedulikan pujian itu. Dia bertanya.
"Siapa namamu?"
Tak ada jawaban.
"Aku tidak marah kau mandi di kolamku tanpa izin. Aku hanya ingin
bersahabat. Aku boleh tahu namamu?"
Tetap tak ada jawaban.
Penasaran Pangeran Aryo balikkan tubuh. Astaga! Ternyata gadis tadi tak ada
lagi di tepi kolam. Pakaian kuning yang sebelumnya ada di situ juga ikut lenyap.
Yang tertinggal hanya bekas jatuhan air di tubuh si gadis yang membasahi
bebatuan di tepi kolam. Pangeran Aryo memandang berkeliling. Sunyi. Pemuda ini melompat
ke atas tembok setinggi dua tombak yang membatasi tempat kediamannya. Di luar
batas tembok keadaan malah lebih sunyi dan lebih gelap. Pangeran Aryo kecewa
besar. Dia kembali ke tepi kolam. Jongkok sambil mengusap bebatuan yang basah.
"Aneh, dia datang dan mandi di kolamku. Lalu pergi begitu saja. Adakah dia
manusia atau....?"
Malam itu sampai pagi Pangeran Aryo tidak tidur melainkan duduk di depan
pintu rumah. Dia berharap gadis cantik tadi akan muncul lagi. Namun sampai
matahari terbit, malam berganti siang apa yang diharapkannya itu tidak terjadi.
Menjelang siang ketika beberapa temannya datang Pangeran Aryo tidak bisa
menahan rahasia. Apa yang terjadi malam tadi diceritakannya pada teman-temannya.
"Hati-hati," mengingatkan seorang teman. "Bisa saja gadis itu demit yang
hendak memancingmu. Sekali kau tergoda maka dia akan membawamu ke alamnya.
Kau tak bisa lagi kembali ke dunia ini."
Teman yang lain berkata. "Anggap saja gadis itu manusia biasa seperti kitakita ini. Kalau kau memang penasaran, ingin melihatnya lagi, berjaga-jaga saja
setiap malam. Aku yakin dia akan kembali ke tempat ini. Aku dan teman-teman bersedia
menemani..."


Wiro Sableng 155 Sang Pemikat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku memang penasaran," jawab Pangeran Aryo. "Tapi sudahlah. Anggap saja
kejadian itu sebagai mimpi."
ebook by kalibening
Namun lewat tengah malam, setelah semua temannya pergi, Pangeran Aryo
memutuskan untuk berjaga-jaga. Siapa tahu gadis malam kemarin itu akan muncul
lagi. Dari balik jendela yang direnggangkan sedikit dia mengintip ke arah
halaman luas di bawah sana. Swaktu matanya mulai redup menahan kantuk, tiba-tiba dia
melihat satu bayangan berkelebat dan berdiri di atas tembok sebelah timur.
Pangeran Aryo tidak dapat melihat jelas apakah orang itu berpakaian kuning karena
sosoknya terselubung oleh bayangan gelap pohon besar di belakang tembok.
Dengan dada berdebar Pangeran Aryo membuka jendela, melesat keluar rumah,
berkelebat ke arah tembok sebelah timur. Ketika dia naik ke atas tembok, sosok
di dalam bayangan gelap pohon besar tidak ada lagi.
"Aku salah, terlalu terburu-buru. Seharusnya kutunggu sampai dia masuk ke
halaman dan mandi di kolam." Sang Pangeran menyesali diri sendiri lalu melompat
turun dari tembok. Ketika kakinya menjejak tanah halaman berumput, kejut dan
juga gembira Pangeran Aryo bukan alang kepalang. Di tepi kolam berdiri seorang gadis
berpakaian kebaya dan celana panjang ringkas warna kuning.
"Dia...." Ucap Pangeran Aryo agak kaget tapi gembira sekali. Dengan cepat
dia mendatangi gadis ini. "Hai, tadi kau yang berdiri di atas tembok sebelah
sana" Di bawah bayangan pohon besar?"
Gadis cantik di hadapan Pangeran Aryo buka gulungan rambutnya hingga kini
rambut yang hitam tergerai lepas membuat wajahnya tambah jelita. Gadis ini
gelengkan kepala.
"Berarti ada orang lain yang datang ke tempat itu," pikir sang Pangeran. Walau
heran Pangeran Aryo berkata.
"Aku gembira kau mau datang. Apakah kau ingin mandi lagi di kolam?"
"Dan kau akan mengintip?" ujar si gadis sambil tertawa. "Apakah malam
kemarin kau tidak puas melihat diriku?"
Wajah Pangeran Aryo menjadi merah.
"Aku tidak bermaksud nakal. Semuanya serba mendadak, serba tidak
terduga...."
ebook by kalibening
"Sesuatu yang tidak terduga bukankah meninggalkan kesan indah dan
mendalam?" ucap si gadis.
"Ah...kau betul," jawab Pangeran Aryo polos mengakui. "Setelah kau pergi,
aku selalu ingat dirimu." Malam kemarin dia melihat gadis cantik itu dalam
keadaan polos dadanya seperti mau meledak. Kini mengenakan kebaya kuning dengan
potongan dada rendah hingga pangkal payudaranya terlihat menyembul putih dan
kencang, Pangeran Aryo jadi tak karuan rasa. Memang ada kalanya melihat aurat
perempuan yang setengah tersingkap dapat menimbulkan daya tarik yang lebih
bergelora. "Malam kemarin kau pergi begitu saja. Aku bertanya, kau tak sempat memberi
tahu nama...."
"Apakah kau mau memberi nama padaku?" tanya si gadis sambil duduk di atas
sebuah batu rata di samping sebuah arca singa. Karena dia berdiri dan keadaannya
lebih tinggi, Pangeran Aryo kini dapat melihat lebih jelas bagian dada si gadis.
"Aku tidak berani memberi nama. Aku takut kesalahan...."
"Nama apa saja. Aku akan menerima...," jawab si gadis sambil tersenyum dan
permainkan bibirnya yang merah menantang. Lalu dia memetik sekuntum bunga
mawar, menciumnya sambil mendongakkan kepala dan memejamkan mata. Sungguh
indah dan anggun sekali sikapnya ini di mata Pangeran Aryo.
"Hem...Bagaimana kalau kau kuberi nama Dewi....," ucap Pangeran Aryo.
"Hanya Dewi?"
Pangeran Aryo menatap ke wajah yang penuh daya tarik serta dada yang
busung kencang dan putih menantang.
"Dewi...Mungkin Dewi Pikatan atau hemmm...Dewi Pemikat?"
Si gadis dongakkan kepala, memperlihatkan lehernya yang putih jenjang lalu
tertawa panjang. "Dua nama yang kau berikan itu sama-sama bagus. Aku memilih
yang terakhir. Terima kasih...Eh, apakah aku ini seorang gadis pemikat?"
"Aku yakin banyak pemuda yang terpikat jika melihat dirimu."
Si gadis tersenyum. "Kau sendiri bukankah Pangeran Aryo Dipasena?"
ebook by kalibening
"Aku senang kau sudah tahu siapa diriku. Tapi seperti terhadap semua temantemanku, aku bukan seorang Pangeran. Aku adalah seorang sahabat..."
"Ah, ternyata kau seorang berbudi tinggi berhati rendah. Pangeran, apakah kau
senang aku datang kembali?"
"Sstt, panggil aku Aryo atau Dipasena. Jangan panggil Pangeran. Nanti semua
tikus-tikus yang ada di tempat ini kabur berlarian..."
Si gadis yang diberi nama Dewi Pemikat tertawa lebar.
"Aku akan memanggilmu Dipasena. Boleh...?"
Aryo Dipasena mengangguk. Lalu berkata. "Tentu, tentu saja aku senang kau
datang lagi. Tadinya aku sudah putus harapan..." berkata Aryo Dipasena.
"Tapi ada seorang tamu tak diundang yang tidak senang melihat kedatanganku
ke sini. Dia datang membekal maksud jahat."
"Siapa" Apa maksudmu?" tanya Aryo Dipasena.
"Kau tak usah berpaling. Tapi langsung menghantam ke arah tembok di
sebelah timur dekat pohon besar. Keluarkan ilmu pukulan Tiga Jalur Kematian."
Pangeran Aryo terkejut. Bagaimana gadis yang sebelumnya tak dikenalnya ini
tahu kalau dia memiliki pukulan sakti tersebut. Selain itu arah yang
dikatakannya adalah bagian tembok dekat pohon besar dimana tadi dia melihat ada satu sosok
mendekam. "Aku tak bisa melakukan hal itu. Pukulan Tiga Jalur Kematian bisa
membunuh orang. Aku tidak pernah membunuh orang dan tidak ingin."
"Orang bermaksud jahat padamu. Apakah kau masih menaruh budi kebaikan?"
tanya si gadis. "Aku kecewa." Si gadis unjukkan wajah sedih. Dia membuat gerakan
seperti hendak meninggalkan tempat itu.
"Tunggu, jangan pergi. Aku akan ikuti apa yang kau katakan." Dalam
bingungnya Aryo Dipasena akhirnya balikkan tubuh sambil sekaligus lepaskan
pukulan tangan kanan ke arah yang dikatakan si gadis.
*** ebook by kalibening
5 TIGA LARIK sinar hitam melesat tanpa suara ke arah tembok sebelah timur,
tepat di jurusan pohon besar. Walau dalam gelap namun tiga larik sinar ini
tampak berkilat. Inilah pukulan sakti bernama Tiga Jalur Kematian yang dipelajari Aryo
Dipasena dari seorang sakti yang diam di ujung tanah Jawa sebelah timur. Jika
pukulan sakti ini dilepas maka tiga jalur sinar hitam akan mencari sasaran
sendiri. Biasanya yang di arah secara sekaligus adalah bagian kepala, dada dan kaki
lawan. Selama ini kecuali dalam melatih diri Sang Pangeran tidak pernah melepaskan
pukulan tersebut untuk menyerang orang.
Sesaat lagi pukulan sakti akan mengenai sasaran sosok orang di atas tembok
sebelah timur, tiba-tiba dari arah itu berkiblat tiga sinar. Meah, biru dan
hijau! Letusan dahsyat menggelegar tiga kali berturut-turut. Tembok di bagian timur
hancur berkeping-keping. Tiga cabang pohon besar terbakar hangus. Seluruh daun
pepohonan hangus lalu luruh rontok hingga pohon besar itu kini hanya tinggal
cabang dan ranting. Sebelum gelegar tiga letusan satu bayangan hitam berkelebat dari
atas tembok disertai terdengarnya suara orang memaki. Di tempatnya berdiri tubuh
Pangeran Aryo Dipasena bergoncang keras, lutut goyah. Dia berusaha bertahan tapi
tak kuasa. Sebelum jatuh di tepi kolam gadis berpakaian kuning cepat merangkul
tubuhnya, mendudukkannya di lantai batu, bersandar ke arca singa. Wajahnya
tampak pucat. NAmun dia segera bias menguasai diri dan berkata.
"Dewi, kau betul. Ada orang di atas tembok sana tadi. Dia melepas serangan
balasan ketika pukulanku hampir mengenai dirinya. Dia memiliki tenaga luar
biasa.." "Kau juga hebat Dipa. Orang lain saat ini mungkin sudah menderita luka dalam
yang amat parah...."
"Luar biasa..." kata sang pangeran sambil mengusap wajahnya yang
keringatan. "Selama ini aku tidak pernah mempergunakan ilmu kesaktian. Ternyata
apa yang kumiliki belum berarti apa-apa."
ebook by kalibening
"Pisau itu tajam karena diasah. Ilmu kepandaian baru ketahuan hebatnya kalau
dipakai," kata gadis yang diberi nama Dewi Pemikat.
"Kau tahu siapa orang yang katamu datang dengan membekal niat jahat
terhadapku?" Bertanya Pangeran Aryo.
"Sejak beberapa hari belakangan ini ada seseorang mengikuti gerak-gerikku.
Walau dia berlaku diam-diam dan sangat licin tapi aku tak bisa ditipu. Malam
kemarin ketika aku datang di sini, aku rasa dia juga ada di tempat ini
mengintai. Tadi
ketika aku dalam perjalanan ke sini, dia mendahului mendatangi tempat ini. Dia
sembunyi di atas tembok sebelah timur yang sangat gelap. Kalau tidak membekal
niat jahat mengapa sembunyi?"
"Aneh, seumur hidup aku tidak punya seorang musuhpun. Bagiku satu musuh
sudah terlalu banyak. Seribu sahabat masih kurang. Aku ingin sekali mengetahui
siapa adanya orang itu."
"Serahkan hal itu padaku. Aku akan menyelidiki...."
"Saudari...Dewi, kau ini siapakah sebenarnya?" bertanya Aryo Dipasena.
Tiba-tiba di luar tembok pembatas halaman kediaman Pangeran Aryo terdengar
terdengar suara riuh derap kaki kuda mendatangi.
"Ada yang datang. Agaknya serombongan pasukan." Kata Dewi Pemikat.
"Para pengawal Kerajaan. Atas perintah ayahku mereka memang pada waktuwaktu tertentu melakukan perondaan di sekitar sini. Dewi, kau pergilah masuk ke
dalam rumah. Aku tak ingin mereka melihatmu."
"Aku lebih suka menyelinap ke atas pohon sana," jawab si gadis sambil
menunjuk ke arah sebatang pohon besar yang tumbuh di bagian belakang rumah
kecil. Sekali berkelebat gadis ini melesat ke undakan tangga batu paling atas. Lalu
tubuh bagus dan harum itu melayang ke atas pohon besar, lenyap ditelan kegelapan serta
kerindangan dedaunan. Pangeran Aryo sendiri cepat-cepat masuk ke dalam rumah
berpura-pura tidur.
Tak lama kemudian terdengar ketukan di pintu. Aryo Dipasena tidak segera
bangun. Dia menunggu sampai orang mengetuk tiga kali baru turun dari tempat
tidur. "Siapa"!" Aryo Dipasena bertanya sebelum membuka pintu.
ebook by kalibening
"Gusti Pangeran Aryo, mohon maaf. Kami pengawal dari Kotaraja."
Pintu terbuka. Lima orang berseragam prajurit Kerajaan segera membungkuk
memberi hormat.
"Paman Kepala Pengawal Rorot Keminting. Ada apa datang malam-malam
begini"!" bertanya Pangeran Aryo.
Prajurit bernama Rorot Keminting sekali lagi membungkuk. "Mohon maafmu
Gusti Pangeran. Kami tengah meronda di pinggiran kota. Tiba-tiba kami mendengar
suara letusan keras. Kami segera menyelidik. Letusan itu ternyata berasal dari
sekitar tempat kediaman Gusti Pangeran. Kami barusan menemui tembok di arah timur
hancur dan sebuah pohon besar hangus."
"Ah, lelap sekali tidurku hingga tidak mendengar apa-apa. Paman Kepala
Pengawal, antarkan aku ke tembok yang runtuh itu."
Rorot Keminting berjalan di depan sekali. Di belakang menyusul Pangeran
Aryo dan empat pengawal lainnya. Sampai di tembok yang runtuh, setelah
memperhatikan dengan seksama Pangeran Aryo geleng-geleng kepala.
"Apa yang terjadi di tempat ini. Tembok runtuh. Pohon besar hangus, hanya
tinggal cabang dan ranting. Ini pasti perbuatan seorang penjahat berilmu tinggi.
Tapi apa tujuannya menghancurkan tembok menghanguskan pohon?" Pangeran Aryo
usap-usap dagunya. "Paman Kepala Pengawal, pimpin anak buahmu. Lakukan
penyelidikan. Kejadian ini tidak bisa didiamkan. Kerajaan tidak dalam keadaan
aman. Jangan membuat rakyat susah gelisah."
"Siap Gusti Pangeran. Kami akan melakukan penyelidikan. Tapi maaf,
menurut hemat saya kalau memang ada orang jahat datang ke sini pasti Gusti
Pangeran yang dituju. Saya akan kembali ke Kotaraja untuk meminta beberapa orang
pandai melakukan penyelidikan. Empat anak buah saya biar tetap di sini untuk
berjaga-jaga."
"Kau akan melakukan penyelidikan, itu bagus. Kau meminta bantuan orang
pandai di Kotaraja itu juga bagus. Tapi Paman Kepala Pengawal, kau tidak perlu
menyuruh empat anak buahmu berjaga-jaga di tempat ini."
ebook by kalibening
"Gusti Pangeran yakin tidak akan terjadi apa-apa?" Kepala Pengawal yang
punya tanggung jawab tinggi bertanya karena tetap merasa khawatir.
"Aku yakin saat ini semua aman-aman saja. Pergilah...."
Pangeran Aryo menepuk bahu Rorot Keminting lalu masuk ke dalam. Lima
pengawal tinggalkan tempat itu. Setelah keluar dari kawasan kediaman sang
pangeran, Rorot Keminting berkata pada anak buahnya.
"Aku melihat kejanggalan pada diri Pangeran Aryo. Katanya dia tertidur pulas.
Pakaiannya tidak lusuh. Tidak ada tanda-tanda dia habis tidur. Semua orang tahu
dia punya kepandaian tinggi. Masakan letusan keras sampai tiga kali di dekat
rumahnya dia tidak mendengar" Selain itu tubuhnya menebar bau harum. Setahuku pangeran
tidak suka memakai wangi-wangian. Aku sangsi kalau dia benar-benar tidak tahu
kejadian runtuhnya tembok dan hangusnya pohon besar. Aku harus melapor pada Sri
Baginda Raja. Tapi..." Kepala Pengawal itu hentikan kudanya. Dia berpaling pada ke
empat anak buahnya. "Kalian terus saja ke Kotaraja. Tunggu aku di pintu gerbang
sebelah timur..."
"Lah sampeyan sendiri mau kemana?" tanya salah seorang pengawal.
"Aku akan kembali ke rumah kediaman Pangeran Aryo Dipasena. Aku akan
berjaga-jaga di sana barang beberapa lama. Aku khawatir kalau-kalau terjadi
sesuatu dengan dirinya..." Menerangkan Rorot Keminting.
Bau harum yang tercium Rorot Keminting di tubuh Pangeran Aryo adalah
harumnya bau tubuh dan pakaian gadis berbaju kuning yang menempel di tubuh dan
pakaian si pemuda.
Sesudah derap suara kaki kuda lima pengawal hilang di kejauhan, Pangeran
Aryo melangkah ke bawah pohon besar di belakang rumah.
"Dewi, turunlah...." Panggilnya, tak berani keras-keras.
Tak ada jawaban.
"Dewi sahabatku... Para pengawal sudah pergi. Turunlah." Tetap tak ada
jawaban. Menyangka si gadis bergurau mempermainkannya Pangeran Aryo melesat ke
atas pohon besar. Namun di atas pohon dia tidak menemui gadis berpakaian kuning
ebook by kalibening
itu. Dengan perasaan kecewa sang pangeran turun kembali. Dia memandang ke arah
halaman berumput, memperhatikan sekitar kolam mandi. Sang Dewi Pemikat tetap
tidak kelihatan.
"Dia sudah pergi. Mudah-mudahan besok malam dia mau kembali lagi."
Pemuda berusia dua puluh tahun ini masuk ke dalam rumah. Setelah meneguk air
putih dari dalam sebuah gentong keramik kecil dia masuk ke dalam kamar. Di
ambang pintu langkahnya tertahan ketika melihat sesosok tubuh terbaring di atas
tempat tidur. "Ah..." Pangeran Aryo melepas nafas lega. "Dewi Pemikat, kukira kau telah
pergi..."

Wiro Sableng 155 Sang Pemikat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang di atas tempat tidur tertawa merdu.
"Kalau pergi masakan tidak memberi tahu," katanya cepat-cepat turun dari atas
tempat tidur. "Maaf, aku telah berlaku lancang berbaring di atas tempat
tidurmu." "Kalau kau letih silahkan berbaring." Kata Pangeran Aryo pula.
"Atau mungkin malam ini kau hendak mandi lagi di kolam?"
Dewi Pemikat tertawa. "Dan kau lantas akan mengintipku!" katanya. "Aku
harus pergi..."
"Tunggu," Pangeran Aryo melangkah ke pintu. "Aku ingin tahu siapa
sebenarnya dirimu. Kau bisa datang ke sini setiap saat. Tapi jika aku perlu
dirimu dimana harus kucari" Apakah kau tinggal di sekitar sini?"
Suling Emas 15 Pendekar Rajawali Sakti 104 Perawan Lembah Maut Ilmu Ulat Sutera 8

Cari Blog Ini