Balada Padang Pasir 16
Balada Padang Pasir Karya Tong Hua Bagian 16 sedih, seakan seseorang yang tenggelam dalam kenangan bahagia masa lalu tiba-tiba menemukan bahwa semuanya telah hilang, tiba-tiba dari bahagia langsung menjadi berduka. Dalam hati aku mengagumi kepandaian meniup seruling orang itu, dan juga merasa tergerak oleh rasa duka dalam permainan serulingnya, mau tak mau aku pun melihat ke arah suara seruling itu. Bulan purnama yang tergantung di angkasa bersinar, seekor unta putih salju sedang berlari di atas pasir keperakan yang luas dan sepi, derap kakinya tak menimbulkan debu, secepat seekor kuda yang dapat berlari seribu li dalam sehari, nampaknya ia adalah seekor Unta Salju Tianshan yang sama termasyurnya dengan Hanxue Baoma, Kuda Berkeringat Darah. Seseorang yang mengenakan jubah biru muda menunggang unta itu sambil meniup seruling, rambutnya yang hitam legam melambai-lambai di tengah angin, lengan jubahnya yang lebar menari dengan suara bergemerisik ditiup angin. Sikapnya berani, namun masih nampak anggun. Cahaya rembulan yang terang benderang bersinar mengelilinginya, namun tak dapat mengusir rasa sepi dan sedih yang menyelimutinya. Suara serulingnya membuat seluruh padang pasir berduka. Huo Qubing tersenyum dan memuji, "Yu er, ia sebenarnya tak mengendalikan unta itu, melainkan membiarkannya berlari seenaknya, sikapnya sangat mirip dengan Lao Zi yang menunggang keledai hitam, berpergian sesuka hatinya, akan tetapi Lao Zi hanya berjalan-jalan di dalam Tembok Besar, sedangkan ia sangat pemberani, berjalan-jalan seenaknya seakan padang pasir adalah taman rumahnya sendiri". Bersamaan dengan semakin mendekatnya sosok itu, rasa curiga dalam hatiku sedikit demi sedikit timbul, kali ini hatiku terkesiap dan tak lagi berani memandangnya, aku cepat-cepat berpaling, ingin cepat-cepat naik ke tepian. Tak lama kemudian, Huo Qubing juga mengenali orang itu, senyum di bibirnya menghilang, tanpa berkata apa-apa, ia berenang mengikutiku ke tepian. Unta itu berhenti di tepi Yueya Quan, dengan diam, sambil mengenggam seruling, Jiu Ye memandang air mata air dan bukit pasir, wajahnya nampak kesepian, sebatang kara. Di bawah sinar rembulan, hanya ada dirinya dan bayangan terbaliknya di air mata air yang saling menemani. Ia mendongak memandang bukit pasir, seakan sedang memikirkan sesuatu, lalu sekonyong-konyong tersenyum, namun setelah tersenyum, ia nampak semakin sedih. Aku bersembunyi di balik bayangan bukit pasir, setengah tubuhku masih terendam air, dua langkah lagi aku sudah tiba di tepian, namun aku sama sekali tak berani bergerak. Tanpa bersuara, Huo Qubing berdiri di sisiku, di tengah kesunyian itu hanya terdengar debar jantung, entah jantungnya atau jantungku. Unta itu mendengus-dengus, mengeser jubah dari tanah dengan moncongnya, lalu memburu ke tempatku bersembunyi sambil melenguh keras, dengan cepat, sebuah busur silang kecil muncul di tangan Jiu Ye, lalu sambil tersenyum ia berkata pada kami, "Siapa tuan-tuan yang mulia?" Aku masih tak ingin menghadapinya, namun Huo Qubing tak bisa bersabar lagi, sambil tersenyum ia melangkah keluar, "Saudara Meng, kami "suami istri" ini memang sedang mencarimu, tak nyana kita bertemu di tengah malam ini". Aku hanya dapat mengikuti di belakang Qubing, melangkah keluar tanpa berkata apa-apa. Begitu melihat bagian atas tubuh Huo Qubing yang setengah telanjang, wajah Jiu Ye menjadi pucat pasi, untuk sesaat ia tertegun, lupa menyimpan busur silangnya. Ia melirikku sekilas, lalu segera mengalihkan pandangan matanya, setelah itu, dari kantung di atas punggung untanya, ia mengeluarkan sehelai jubah dan memberikannya pada Huo Qubing. Huo Qubing baru saja berkata, "Tak usah", lalu segera bereaksi, jubah itu bukan untuknya. Ia berpaling dan melihat ke arah diriku yang bersembunyi di belakang punggungnya, karena terendam air, pakaianku menempel ketat pada tubuhku. Dengan tak berdaya, Huo Qubing menerima jubah itu, "Banyak terima kasih". Lalu ia berbalik dan memberikannya padaku. Dengan perlahan, Jiu Ye menyimpan busur silangnya, bibirnya samar-samar tersenyum getir, "Dahulu, aku juga membidikmu dengan busur silang di tempat ini". Huo Qubing berpaling memandangku, aku menutup jubah yang kupakai, lalu menunduk memandang tanah, diam seribu bahasa. Diantara kami bertiga timbul suatu kesunyian yang aneh, aku ingin segera memecahkan kesunyian diantara kami bertiga itu dan cepat-cepat berkata, "Jiu Ye, kami datang untuk melihat"..putra kami. Putra kami sudah berusia setahun lebih, namun kami masih belum memberinya nama". Mata Jiu Ye nampak hangat, sambil tersenyum ia berkata, "Tanpa seizin kalian, aku telah memberinya sebuah nama julukan, yaitu Yi, kami semua memanggilnya Yi er". Huo Qubing berkata, "Yi, nama ini dapat berarti menyembunyikannya diri atau bertapa, dan dapat juga berarti luar biasa, nama ini sangat bagus, dapat dipakai sebagai nama resmi juga, setelah ini ia akan dipanggil Huo Yi". Sulit untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas suatu budi besar, walaupun Huo Qubing tak pernah mengucapkan terima kasih, ia menggunakan nama yang diberikan Jiu Ye sebagai nama putranya, dengan demikian ia mengungkapkan rasa terima kasihnya yang amat besar pada Jiu Ye. Jiu Ye memandangku, seakan sama sekali tak mendengar gagasan Huo Qubing, dan hanya minta pendapatku, aku pun berkata, "Aku sangat suka nama ini". Ia tersenyum hambar, tak lagi banyak berbicara tentang nama itu, "Aku sudah menyuruh orang untuk membawa Yi er kemari dari Tianshan, apakah kalian ingin menemuinya?" Huo Qubing dan diriku saling memandang, hati kami terkesiap, namun setelah berpikir sejenak, Huo Qubing berkata, "Kalau pergi ke sana, besok kami baru dapat pulang setelah matahari terbenam, kita akan tertahan terlalu lama. Yu er, bersabarlah sedikit, untuk hal lain tak apa menunda kepulangan kita, tapi untuk hal ini aku tak mau ada kesalahan sedikitpun". Kami begitu dekat namun tak dapat bertemu, sambil memaksa diriku tersenyum, aku mengangguk, "Aku mengerti, aku sudah bersabar setahun, masa tak bisa bersabar beberapa hari lagi saja?" Huo Qubing dan Jiu Ye saling bertukar pandang, dengan suara tenang ia berkata, "Yu er, aku berjanji padamu, kau akan segera dapat berkumpul kembali dengan Yi er". Jiu Ye tersenyum hambar, kesepian di matanya semakin pekat, pandangan matanya sekilas menyapu wajahku, lalu ia menyuruh untanya berbalik dan berlalu, "Kalau begitu kutunggu kabar dari kalian". Huo Qubing bertanya dengan suara nyaring, "Setelah sampai di Hami, bagaimana kami dapat menemukanmu?" Unta Salju Tianshan amat cepat larinya, dalam sekejap mata, sosok Jiu Ye sudah berada di kejauhan, suaranya pun terdengar dari jauh, "Begitu masuk kota, Yu er akan dapat menemukanku". Huo Qubing melirikku, namun tak banyak bertanya. Begitu mereka berdua bertemu, mereka bagai dua jago yang bertukar jurus, melukai lawan tanpa kelihatan, dengan amat hati-hati, aku mengegos kian kemari untuk menghindar, namun masih terkena hawa pedang. Sebenarnya, aku sama sekali tak paham kenapa Jiu Ye berkata bahwa begitu masuk kota, aku akan dapat menemukannya, maka aku pun tak dapat menjelaskannya pada Huo Qubing, dan hanya dapat tersenyum kecut sambil berpikir keras. Aku ingin secepatnya mengubah pokok pembicaraan, namun justru menemukan sesuatu yang diucapkannya ketika lengah, "Eh" Kenapa kau bisa tahu Jiu Ye tinggal di Hami?" Huo Qubing tertegun, sambil memandang ke tempat lain, ia berkata, "Kota besar terdekat adalah Hami, oleh karenanya aku menebak bahwa ia tinggal di Hami". "Golmud bukannya juga amat besar?" "Yu er, kalau bertemu Yi er, apa yang paling ingin kau lakukan?" Huo Qubing tak menjawab pertanyaanku dan menggunakan hal yang entah sudah berapa kali kuimpikan untuk mengalihkan perhatianku. Walaupun aku merasa bimbang, aku pun merasa bahwa ia mempunyai alasan sendiri untuk tak menjawab pertanyaanku, aku tak ingin memperdalam masalah ini dan menurutinya dengan menjawab pertanyaannya. Huo Qubing (140-117 SM) adalah seorang jenderal terkenal dari Dinasti Han Barat yang hidup pada masa pemerintahan Kaisar Han Wudi. Ia adalah keponakan Jenderal Wei Qing dan Permaisuri Wei Zifu, serta saudara lain ibu negarawan Huo Guang. Latar Belakang Huo Qubing adalah seorang anak di luar nikah dari hubungan gelap diantara Wei Shao Er, seorang gadis pelayan yang bekerja di kediaman Putri Pingyang, dan Huo Zhongru, seorang pegawai sipil berpangkat rendah yang saat itu juga bekerja di sana. Huo Zhongru tak mau menikahi seorang gadis pelayan, maka ia meninggalkan Wei Shaoer dan menikah dengan wanita lain. Ketika Huo Qubing berusia sekitar dua tahun, bibinya, Wei Zifu, yang bekerja sebagai penari di rumah Putri Pingyang, menarik perhatian Han Wudi muda yang sedang berkunjung. Han Wudi membawa Wei Zifu dan saudara laki-lakinya, Wei Qing, ke istana. Setahun kemudian, Wei Zifu hamil anak pertama kaisar Han Wudi, dan membuat istri resmi kaisar, Permaisuri Chen, cemburu. Ibu Permaisuri Chen, Putri Guantao, membalas dendam dengan menculik dan mencoba membunuh Wei Qing, yang saat itu bekerja sebagai tukang kuda di markas pengawal kekaisaran. Setelah Wei Qing diselamatkan oleh para pengawal kekaisaran yang dipimpin oleh sahabatnya, Gongsun Ao, kaisar Han Wudi mengangkat Wei Zifu menjadi Furen (gelar selir di bawah permaisuri), dan mengangkat Wei Qing menjadi kepala pengawal kekaisaran, kepala angkatan bersenjata dan penasehat agung, dengan demikian, Wei Qing menjadi salah satu orang kepercayaan kaisar. Kakak perempuan Wei Shaoer, Wei Junru, dinikahkan dengan asisten pribadi kaisar, Gongsun He, sedangkan Wei Shaoer dinikahkan dengan Chen Zhang, keturunan penasehat Kaisar Gaozu. Dengan berkuasanya keluarga Wei, Huo Qubing muda tumbuh dewasa dalam kemakmuran dan kehormatan. Karir Militer Walaupun dibesarkan dalam keluarga yang cukup makmur di masa kejayaan keluarga Wei, Huo Qubing sama sekali tak seperti anak-anak keluarga kaya tak berguna yang sering terlihat di kalangan bangsawan. Ia memperlihatkan bakat militer yang luar biasa di masa remajanya. Han Wudi melihat potensinya dan mengangkatnya menjadi asisten pribadinya. Pada tahun 123 SM, Han Wudi mengirim Wei Qing dari Dingxiang untuk memerangi bangsa Xiongnu yang menyerang Dinasti Han, dan menunjuk Huo Qubing yang berusia 18 tahun sebagai Kapten Piaoyao di bawah pamannya, untuk pertama kalinya, Huo Qubing terjun ke medan perang. Walaupun Wei Qing berhasil membunuh atau menangkap 10.000 prajurit Xiongnu, 3000 pasukannya yang dipimpin Su Jian dan Zhao Xin tewas di tangan Shanyu Xiongnu, Yizhixie. Zhao Xin, seorang jenderal Xiongnu yang sebelumnya menyerah pada Dinasti Han, menyeberang ke kubu Xiongnu bersama 800 pasukan Xiongnunya. Oleh karenanya, bala tentara Wei Qing tak mendapatkan kenaikan pangkat, namun Huo Qubing mengukir prestasi dengan memimpin 800 pasukan kavaleri dalam sebuah serangan jarak jauh. Ia berhasil membunuh kakek sang Shanyu dan 2028 musuh, serta menangkap banyak bangsawan Xiongnu. Han Wudi yang amat terkesan pun mengangkatnya menjadi Adipati Juara. Pada tahun 121 SM, Han Wudi dua kali mengirim Huo Qubing ke Koridor Hexi untuk menyerang bangsa Xiongnu. Di musim semi, Huo Qubing memimpin 10.000 pasukan kavaleri, berperang melewati lima kerajaan Xiyu dalam enam hari, menempuh jarak 1000 li ke Gunung Yanzhi, membunuh dua pangeran Xiongnu bersama 8960 musuh, dan menangkap beberapa bangsawan Xiongnu serta merampas patung emas suci bangsa Xiongnu. Karena kemenangannya ini, ia dihadiahi 2200 keluarga. Pada musim panas tahun yang sama, Xiongnu menyerang Garnisun Dai dan Yanmen. Huo Qubing berangkat dari Longxi dengan 10.000 pasukan kavaleri, didukung oleh Gongsun Ao, yang berangkat dari garnisun Beidi. Walaupun Gongsun Ao tak berhasil menyusulnya, Huo Qubing bertempur sejauh 2000 li tanpa pasukan pendukung sampai ke Gunung Qilian Shan, membunuh 30.000 prajurit Xiongnu dan dan menangkap 12 pangeran Xiongnu. Untuk kemenangannya ini, ia dihadiahi 5400 keluarga. Kemenangan Huo Qubing adalah pukulan keras bagi pangeran Hunxie dan Xiutu bangsa Xiongnu yang menduduki Koridor Hexi. Shanyu Yizhixie hendak menghukum mati mereka sebagai hukuman, akan tetapi Pangeran Hunxie menghubungi Dinasti Han pada tahun 121 SM untuk menyerah. Karena tak dapat membujuk pangeran-pangeran Xiongnu lain untuk menyerah, ia membunuh Pangeran Xiutu dan memerintah pasukannya untuk menyerah. Namun ketika bertemu dengan pasukan Han, pasukan Xiutu memberontak. Melihat bahwa situasi telah berubah, Huo Qubing seorang diri pergi ke markas Xiongnu. Di sana, ia memerintah Pangeran Hunxie untuk menenangkan pasukannya dan menghukum mati 8000 prajurit Xiongnu yang tak sudi menyerah. Setelah itu, suku Hunxie dimukimkan di Dataran Tengah (Zhongyuan). Penyerahan diri suku Xiutu dan Hunxie membuat bangsa Xiongnu kehilangan kendali atas Xiyu, dan kehilangan daerah padang rumput yang luas. Oleh karenanya, Dinasti Han berhasil membuka Jalan Sutra Utara, sehingga jalur perdagangan langsung ke Asia Tengah terbuka. Hal ini juga mengakibatkan tersedianya jenis-jenis kuda berkualitas tinggi dari Asia Tengah, termasuk Kuda Ferghana (Hanxue Baoma atau Kuda Berkeringat Darah) yang termasyur, yang makin memperkuat angkatan bersenjata Han. Setelah berturut-turut dikalahkan oleh Wei Qing dan Huo Qubing, Shanyu Yizhixie menuruti nasehat Zhao Xin dan mundur ke utara Gurun Gobi, dengan harapan bahwa tanah yang tandus itu akan dapat menjadi benteng alami terhadap serangan Han. Akan tetapi, Han Wudi mengirim sebuah ekspedisi militer yang amat besar pada tahun 119 SM. Kekuatan Han dikerahkan dalam dua pasukan yang masing-masing terdiri dari 50.000 prajurit kavaleri dan lebih dari 100.000 prajurit infanteri, Huo Qubing dan Wei Qing masing-masing memimpin kedua pasukan itu. Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Han Wudi yang telah mengambil jarak dari Wei Qing dan memberi perhatian serta hadiah lebih pada Huo Qubing, berharap Huo Qubing dapat menghadapi suku sang Shanyu dan sengaja memberinya prajurit-prajurit pilihan. Dalam rencana awal, Huo Qubing akan menyerang dari Dingxiang, dengan disokong oleh Wei Qing dari Garnisun Dai, yang akan menghadapi Raja Bijak Kiri. Akan tetapi, seorang tawanan perang Xiongnu membocorkan informasi bahwa kekuatan utama sang Shanyu berada di timur. Karena tak tahu bahwa informasi itu palsu, Han Wudi memerintahkan kedua pasukan itu untuk bertukar tempat, sekarang Wei Qing berangkat dari sisi barat di Dingxiang, sedangkan Huo Qubing berangkat dari sisi timur di Garnisun Dai. Pertempuran di medan perang timur berlangsung dengan cepat, karena kekuatan pasukan Huo Qubing jauh lebih kuat dari kekuatan musuh. Huo Qubing maju sejauh 2000 li dan menyerang Raja Bijak Kiri dalam sebuah pertempuran yang singkat dan menentukan, dengan cepat mengepung bangsa Xiongnu, membunuh 70 ribu prajurit musuh, serta menawan tiga kepala suku dan 83 orang bangsawan. Setelah tiba di Pegunungan Khentii, ia melakukan serangkaian ritual untuk memperingati kemenangan historis Dinasti Han, lalu terus melakukan pengejaran sampai Danau Baikal dan memusnahkan suku Xiongnu. Lu Bode yang memimpin divisi yang berbeda bergabung dengan pasukan Huo Qubing setelah membunuh 2800 prajurit musuh, kedua pasukan itu pun pulang dengan membawa kemenangan. Atas kemenangan ini, Huo Qubing dihadiahi 5800 keluarga, membuat kedudukannya lebih tinggi dari pamannya, Wei Qing. Di puncak karirnya, para panglima yang dahulu berada di bawah komando Wei Qing menyeberang ke kubu Huo Qubing dengan harapan dapat berjaya bersamanya. Pada tahun 119 SM, Huo Qubing dan Wei Qing sama-sama diangkat menjadi Menteri Perang (Da Sima). Kematian dan Warisannya Han Wudi menawarkan pada Huo Qubing untuk membangun sebuah rumah untuk persiapan menikah, akan tetapi Huo Qubing menjawab, ?"?"?"?"?"?" (Xiongnu wei mie, heyi jia wei"), yang berarti "sebelum bangsa Xiongnu ditumpas, bagaimana aku dapat berumah tangga?", sebuah ucapan yang menjadi salah satu semboyan paling patriotis dalam sejarah Tiongkok. Walaupun Huo Qubing disebutkan sebagai seseorang yang sedikit bicara, Sima Qian menulis dalam Shi Ji (Kitab Catatan Sejarah) bahwa Huo Qubing tak memperhatikan para prajuritnya, tak mau berbagi makanan dengan para prajurit, dan sering memerintahkan prajuritnya untuk bermain cuju walaupun sedang kekurangan ransum. Ketika Han Wudi menyarankan padanya agar ia mempelajari Kitab Seni Perang karya Sunzi dan Wuzi karya Wu Qi, Huo Qubing berkata bahwa ia secara alami sudah memahami ilmu strategi dan tak perlu mempelajarinya lagi. Ketika seorang bawahannya, Li Gan, menyerang Wei Qing, Wei Qing memaafkannya, namun Huo Qubing tak sudi membiarkan tindakan kurang ajar pada pamannya itu dan memanah Li Gan hingga mati dalam sebuah perburuan. Han Wudi melindungi Huo Qubing dengan menyatakan bahwa Li Gan "tewas terinjak rusa". Namun dalam berbagi kejayaan militer, Huo Qubing disebutkan sebagai lebih murah hati. Menurut sebuah legenda, ketika Han Wudi menghadiahkan seguci arak pada Huo Qubing karena keberhasilannya, Huo Qubing menuangkan arak di dalamnya ke sebuah sungai kecil, sehingga semua prajuritnya dapat mencicipinya, legenda ini memberi nama pada kota Jiuquan, yang berarti Mata Air Arak. Huo Qubing wafat di tahun 117 SM pada usia 24 tahun. Dalam Shi Ji, disebutkan bahwa Huo Qubing meninggal dunia karena terkena wabah penyakit. Disebutkan pula bahwa dalam pertempuran di utara Gurun Gobi, bangsa Xiongnu menaruh bangkai ternak yang mati karena penyakit di sumber air untuk meracuni pasukan Han. Oleh karena minum air sungai tersebut, Huo Qubing sakit. Namun ada catatan lain yang menyebutkan bahwa Huo Qubing meninggal dua tahun kemudian, bukan pada saat wabah penyakit berkecamuk. Setelah kematiannya, sang kaisar yang berduka memerintahkan pasukan elit dari kelima garnisun perbatasan berbaris dari Chang"an dampai ke Maoling, dimana makam Huo Qubing didirikan dengan bentuk seperti Gunung Qilian Shan untuk memperingati pencapaian militernya. Setelah meninggal, Huo Qubing diberi gelar Adipati JInghuan, dan sebuah patung "Kuda Menginjak-injak Xiongnu" didirikan di depan makamnya, yang terletak di dekat makam Han Wudi. Huo Qubing adalah salah satu pemimpin militer yang paling banyak diberi penghargaan dalam sejarah Cina. Ban Gu, sejarahwan Dinasti Han Timur, meringkas pencapaian Huo Qubing dalam sebuah puisi di Kitab Han yang ditulisnya: Sang Juara Biaoqi, cepat dan pemberani. Enam serangan jarak jauh, bagai petir dan guntur. Memberi minum kudanya di Danau Baikal, bersembahyang di Gunung Khentii. Memerintah sungai besar di barat, mendirikan garnisun di Gunung Qilian Shan. Adik lelakinya, Huo Guang, yang diasuh olehnya, kelak menjadi negarawan besar yang merupakan penasehat utama di balik Kaisar Zhao, dan berperan besar dalam naik takhtanya Kaisar Xuan setelah kaisar Zhao wafat. Putra Huo Qubing, Huo Shan, mewarisi gelar Adipati Juaranya, namun mati muda pada tahun 110 SM, sehingga gelarnya tak dapat diwariskan. Ibunya mungkin adalah seorang gadis pelayan, namun namanya tak disebutkan dalam sejarah. Huo Qubing mengakui putranya, namun tak menikahi ibu anak itu karena kedudukannya terlalu rendah. Sejak lahir, Huo Shan dititipkan oleh Huo Qubing pada Wei Qing untuk dibesarkan. Cucu lelaki Huo Qubing dari Huo Shan, Huo Shan dan Huo Yun, terlibat dalam sebuah persekongkolan untuk menggulingkan Kaisar Xuan pada tahun 66 SM, sehingga mereka berdua membunuh diri dan seluruh keluarga Huo dihukum mati. Rupanya setelah peristiwa itu, tak ada keturunan lelaki Huo Qubing atau Huo Guang yang masih hidup, karena pada masa pemerintahan Kaisar Ping, gelar Huo Guang sebagai Adipati Bolu diwarisi oleh Huo Yang, cicit sepupu Huo Qubing. Dalam berperang Huo Qubing sama sekali tak pernah bimbang, namun ia terus menerus mempertimbangkan berbagai hal dalam urusan menemui Yi er, khawatir kalau ada kesalahan. Setiap kali aku bertanya padanya, ia dengan seksama menganalisa berbagai macam bahaya yang mungkin akan terjadi. Aku merasa ia terlampau berhati-hati, sampai seperti orang dari Qi yang takut langit akan runtuh, namun aku memikirkannya kembali dan merasa bahwa hasratnya untuk menemui anak kami tak kalah kuat dariku, oleh karenanya, aku menahan diri dan tak lagi menanyainya, dengan tenang menunggu sampai ia merasa telah mempersiapkan segalanya dengan baik. Selagi menunggu dan menunggu, ternyata yang terjadi terlebih dahulu adalah suatu kejadian tak terduga yang menimpa Wei Kang. Menurut laporan mata-mata, di sekitar Akesai ada sisa-sisa kekuatan Xiongnu yang terkadang muncul dan terkadang menghilang, namun Huo Qubing tak ingin mengurusnya. Pertama, ia merasa bahwa sisa-sisa kekuatan Xiongnu itu sudah tak dapat bergabung menjadi sebuah pasukan Xiongnu lagi, mereka adalah orang-orang yang melarikan diri saat terjadi peperangan dan telah melanggar hukum militer, karena takut dihukum, mereka tak berani pulang ke Xiongnu dan terpaksa menjadi bandit, hidup dari harta rampasan. Menangkap bandit adalah kewajiban pemerintah setempat dan merupakan urusan dalam negeri masing-masing negara di Xiyu. Kedua, ia tak sudi merendahkan dirinya untuk menangkap beberapa orang bandit. Namun Wei Kang nampaknya tak menyetujui pandangannya, karena masalah ini ia bertengkar dengan Huo Qubing hingga para bawahan mereka di markas merasa kebingungan, yang seorang adalah putra Jenderal Besar Wei Qing, teman akrab putra mahkota dan sepupu Huo Qubing; sedangkan yang seorang lagi adalah Jenderal Besar Biaoqi, yang sekarang sedang bagai matahari yang sedang berada di puncak langit. Walaupun mereka sedang bertengkar, namun bagaimanapun juga mereka adalah kerabat yang terikat oleh hubungan darah, mungkin sewaktu-waktu mereka dapat berbaikan. Bahkan Zhao Ponu pun tak mau ikut campur dalam pertengkaran diantara dua saudara sepupu itu, maka semua orang hanya berdiam diri saja, dan kalau bisa menjauh, menjauhi mereka. Huo Qubing sudah lama bersabar pada Wei Kang, sebenarnya ia sudah tak sabar lagi, dengan suara dingin ia berkata, "Sekarang aku adalah jenderal pemimpin pasukan, kau tak bisa diam-diam mengecamku, kalau pada suatu hari kau punya kemampuan untuk memimpin pasukan, aku pasti akan menaati perintahmu". Dengan perkataannya itu, Huo Qubing membuat Wei Kang menelan kembali semua perkataan yang belum diucapkannya, dengan penuh kebencian, ia menatap Huo Qubing sambil mengumam dengan pelan, "Bagaimanapun juga kau bukan bermarga Wei dan tak sejalan dengan kami, ayah telah membesarkan seekor serigala". Huo Qubing menatap Wei Kang dengan dingin tanpa berkata sepatah kata pun. Aku diam-diam menghela napas, kalau saja dalam pembuluh darah Huo Qubing tak mengalir darah keluarga Wei, sepuluh orang Wei Kang sudah sejak dahulu dibunuh olehnya. Wei Kang menatap Huo Qubing dengan tajam untuk beberapa saat, lalu tiba-tiba tertawa, dengan anggun ia menghormat pada Huo Qubing, "Jenderal Besar Biaoqi, hamba mohon diri dahulu". Ia berbalik, menyingkap tirai dan pergi. Ketika ia dan Huo Qubing sedang saling berhadapan, aku tak punya perasaan apapun, namun senyumnya barusan ini membuat punggungku terasa dingin, aku merasa ada sesuatu yang aneh, namun tak dapat mengatakan dimana keanehannya. Tadinya aku menganggap bahwa masalah itu sudah selesai sampai disini, akan tetapi, tanpa disangka-sangka, Wei Kang berani membawa pasukan untuk melancarkan sebuah serangan malam ke Akesai tanpa izin, Huo Qubing baru mengetahuinya pagi-pagi keesokan harinya. Ia merasa geram, "Begitu ia kembali aku mengusirnya pulang ke Chang'an". Aku dan Zhao Ponu saling bertukar senyum kecut, "Kalau ia pulang hidup-hidup, alam di sekitar Akesai telah ribuan tahun dipanggang matahari dan ditiup angin, bentang alamnya aneh, tiang pasir dan tebing saling bertautan menjadi sebuah labirin, begitu malam tiba, pasir dan batu makin kencang berterbangan, bagai jeritan roh jahat, orang setempat menyebut tempat itu daerah Iblis Wuersu, kalau perampok itu pandai mereka akan memancing mereka masuk ke daerah iblis itu, lalu bersembunyi di kegelapan dan diam-diam memanah mereka, dengan semudah membalik telapak tangan, jangan-jangan seluruh pasukan akan binasa". Huo Qubing memaki-maki, namun mereka tetap harus diselamatkan. Aku ingin ikut, namun Huo Qubing berkeras melarangku, "Aku bisa datang dan pergi sesuka hatiku diantara puluhan ribu orang Xiongnu, tapi kau masih khawatir beberapa ratus perampok dapat melukaiku" Aku akan pergi bersama Zhao Ponu, di markas tak ada orang yang dapat dipercaya, bantu aku mengawasi markas". Sikapnya penuh tekad, perkataannya pun masuk akal, aku hanya dapat menyetujuinya, "Tak perduli apakah kau dapat menyelamatkan mereka atau tidak, sebelum hari gelap kalian harus segera mundur dari daerah Iblis Wuersu". Ia tersenyum dan mengangguk-angguk, namun ketika hendak memacu kuda, ia mendadak berbalik dan memandangiku, membungkuk, lalu, di depan mata beberapa ratus prajurit, mencium dahiku, "Kita akan segera dapat menemui Yi er". "Apa?", aku tak sempat merasa jengah dan bertanya dengan tak percaya. Kudanya telah melesat bagai anak panah, di tengah kepulan debu, ratusan prajurit menghilang di cakrawala. Dari pagi hingga tengah hari, dari tengah hari hingga senja, hatiku makin lama makin tak enak. Setelah berjalan berputar-putar dalam rumah, tiba-tiba aku memburu keluar, namun ketika baru melompat ke punggung kuda, dari kejauhan aku mendengar suara derap kaki kuda. Hatiku menjadi lega, diam-diam aku mengomeli diriku sendiri yang terlalu khawatir, tempat ini bukan Chang'an, asalkan tak terbelit dalam tipu muslihat politik keluarganya, tak ada yang dapat menahan langkah Huo Qubing. Aku cepat-cepat menyambut mereka, "Apakah Wei Kang selamat?" Wajah Zhao Ponu pucat pasi, ia tak menjawab pertanyaanku. Aku juga sudah melihat Wei Kang yang wajahnya nampak agak lesu dan ketakutan, serta Ren An yang wajahnya murung. Akan tetapi, kemurungan di wajah Ren An tak seperti dahulu, tak nyana seperti wajahnya ketika Huo Qubing memanah Li Gan, ketika memandang Huo Qubing, di balik kemurungannya samar-samar nampak rasa puas diri. Mau tak mau, aku mundur dua langkah, dengan suara gemetar aku pun bertanya, "Dimana Qubing?" Zhao Ponu menunduk, tanpa berkata apa-apa, ia menyingkir membuka jalan, semua orang pun mengikutinya, ikut membuka jalan, dua orang prajurit yang mengusung tandu berlari-lari kecil ke depan, tanpa bersuara sedikitpun, Huo Qubing terbaring di atas usungan itu, wajahnya pucat pasi, tak bergerak-gerak. Kakiku lemas, hampir berlutut di atas tanah, Zhao Ponu cepatcepat mengangsurkan tangannya untuk menyokongku, tabib militer di sampingku memeriksa denyut nadi Huo Qubing, lalu cepat-cepat berkata, "Jenderal masih hidup". Aku berpegangan pada lengan Zhao Ponu dan menarik napas dalam-dalam, memaksa diriku agar tetap berdiri tegak, "Apa yang terjadi" Apakah sangat berbahaya?" Zhao Ponu memberikan dua batang anak panah yang dibungkus kain kepadaku, "Untuk menyelamatkan Yang Mulia Wei, jenderal menempuh bahaya dengan masuk ke daerah Iblis Wuersu. Karena musuh sangat mengenal alam di tempat itu, kami kesulitan mencari tempat mereka bersembunyi, keadaan di dalam sangat sempit, kami tak dapat membentuk formasi dan terpaksa menghadapi musuh sendiri-sendiri, di tengah pertempuran, jenderal terkena dua anak panah, tak mengenai bagian penting tubuh, namun?"namun anak-anak panah itu beracun". Untuk sesaat aku merasa marah dan sedih, tenaga di tanganku menjadi besar, kedua anak panah itu kupatahkan, lalu dengan sembarangan kuhempaskan, namun setelah itu, aku berubah pikiran dan membungkusnya dengan kain. Ketika sedang Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menunduk untuk memungut anak panah, aku melihat bahwa di wajah Ren An dan Wei Kang untuk sekilas muncul rasa girang, namun dalam sekejap mata, ekspresi mereka berubah menjadi putus asa. Aku berkata pada Zhao Ponu, "Mohon jenderal membubarkan mereka!" Tak lama kemudian, semua orang bubar tanpa berkata apa-apa. Dengan tergagap-gagap, Wei Kang bertanya, "Apakah kita butuh bantuan" Apakah kita harus segera pulang ke Chang"an" Mungkin di sana ada tabib yang lebih pandai dan dapat menawarkan racun itu". Aku menatap matanya dengan tajam, dari sela-sela gigiku aku memaksa diriku berkata, "Aku hanya ingin kau segera menghilang dari depan mataku, kalau tidak, jangan-jangan kalau aku tak bisa menahan diri, aku akan membuatmu menjadi cacat". Amarah Wei Kang langsung meledak, ia menerjang ke arahku, hendak memukulku, namun ketika Zhao Ponu hendak menarikku, Ren An sudah menahan Wei Kang dan menariknya pergi dengan paksa. Selama ini Zhao Ponu selalu menahan diri, namun kali ini ketika ia memandang punggung mereka, api kemarahan berkobar-kobar dalam matanya. "Ketika sedang bertempur melawan perampok, apakah Wei Kang dan Ren An mengulur-ulur pertempuran itu" Zhao Ponu menunduk, lalu berkata dengan pelan, "Alam di tempat itu rumit, hamba tak melihatnya dengan jelas, tak berani bicara sembarangan". Tabib militer memeriksa luka Huo Qubing. Aku berjongkok, sepasang tanganku mengenggam tangan Huo Qubing, tangannya mengepal erat, jari-jarinya sedingin es, sambil dengan lembut mengosok tangannya, dengan perlahan aku membuka kepalannya, tiba-tiba aku melihat bahwa di telapak tangannya tertulis sebuah huruf "yi" dengan darah. Huruf itu sudah agak kabur, seperti sebuah goresan yang tak sengaja terjadi di tengah pertempuran, namun karena aku sangat akrab dengan lafal kata itu, aku langsung berpikir tentang kemungkinan lain . "Ambilkan air, di tangan jenderal ada darah". Sambil menghapus bercak darah di tangan Huo Qubing, aku berpikir keras sambil mengerutkan keningku. Sang tabib menghela napas panjang, lalu berlutut di hadapanku, "Nona, berusahalah untuk secepatnya kembali ke Chang"an! Masing-masing anak panah itu mengandung racun yang tak sama, hamba tak berguna, bahkan mengenali racunnya saja tak mampu". "Apakah kau dapat menjamin racun tak akan mengamuk sebelum sampai di Chang"an" Apakah jenderal dapat menahan guncangan selama beberapa hari dan malam?" Sambil menahan air mata, aku bertanya. Kepala sang tabib menunduk makin dalam, hatiku pun ikut jatuh bersamaan dengan menunduknya kepalanya. Tangan sedingin es yang berada dalam genggamanku menjadi satu-satunya kekuatan yang dapat membuatku terus menghadapi semua yang terjadi, aku harus bertahan, dan harus mengusir hawa sedingin es di tangannya itu, "Pergilah dahulu!" Dengan diam, aku berpikir sejenak, "Jenderal Zhao". "Hamba siap!" "Perintahkan orang yang paling dapat dipercaya untuk kembali ke Chang"an dan membawa tabib terbaik kemari. Blokade seluruh kota Shuofang, jangan izinkan siapapun masuk, kabar tentang hal ini sama sekali jangan sampai tersebar. Kau tahu apa arti Huo Biaoqi, sang dewa perang yang tak terkalahkan, bagi bangsa Xiongnu dan negara-negara di Xiyu?" Dari saku dada Huo Qubing, aku mengambil stempel militer, lalu memberikannya padanya, "Kalau ada orang yang hendak masuk tanpa izin, bunuh dia!" Zhao Ponu berpikir sejenak, lalu dengan setengah berlutut, ia menerima stempel itu, namun ia tak langsung berbicara karena merasa bimbang, aku pun berkata, "Kalau Ren An dan Wei Kang hendak berbuat onar, bunuhlah Ren An, Wei Kang tak akan dapat berbuat apa-apa lagi, tentunya kau mengerti siasat membunuh ayam untuk menakut-nakuti monyet, kalau aku hendak membunuh Wei Kang, aku tak akan memilih kesempatan ini". Wajah Zhao Ponu nampak lega, namun matanya nampak kebingungan, ia cepat-cepat berkata, "Hamba paham". "Atas nama Jenderal Biaoqi, undanglah tabib-tabib paling terkenal di setiap negara Xiyu, katakan saja bahwa"..bahwa"..seorang pengikut wanita jenderal salah makan buah beracun dan keracunan, tapi diam-diam bocorkan kabar bahwa wanita itu adalah ibu Huo Shan". "Baik!" "Setelah tabib dari setiap negara Xiyu datang, hanya perbolehkan mereka masuk, tapi jangan perbolehkan mereka keluar. Bagi para tabib di markas menjadi dua regu, dan suruh mereka berjaga siang malam di luar kamar secara bergantian, begitu satu regu dipanggil, satu regu keluar. Sekarang demikianlah dahulu". Zhao Ponu bangkit dan hendak pergi, namun aku berlutut di hadapannya, ia terkejut dan segera hendak menyokongku agar bangkit, namun ketika menyentuh lenganku, wajahnya menjadi merah padam, tangannya pun gemetar pelan. "Jenderal Zhao, anda telah dua kali membantuku, aku tak bisa mengucapkan terima kasih atas budi besar ini, Jin Yu hanya dapat selalu mengingatnya dalam hati". Ia tiba-tiba bangkit, lalu berlari dengan cepat keluar, "Kau tak usah berbuat seperti ini, aku pasti akan berusaha sekuat tenaga". Semua orang sudah pergi, di dalam kamar hanya ada aku dan Huo Qubing. Seketika itu juga, ketegasan di wajahku menghilang, aku mengenggam tangan Huo Qubing dan mengigitnya, namun akhirnya tak kuasa mengigitnya keras-keras, "Qubing, kalau ini adalah siasat yang kau atur bersama Jiu Ye, aku tak akan bicara padamu setahun penuh"..tak nyana kau menakut-nakutiku seperti ini".." Sebelum menyelesaikan perkataanku, air mataku telah jatuh berderai-derai, "Tidak, asalkan kau selamat, aku tak akan bertengkar denganmu".aku tak marah, asalkan kau selamat"." Air mataku jatuh setetes demi setetes di telapak tangannya, menjadi sebuah kolam air mata yang memantulkan wajah pucat pasiku sendiri, serta derita yang memenuhi mataku. Saat ini, kekuatan Dinasti Han benar-benar menggetarkan negara-negara Xiyu, sepuluh tahun sebelumnya, pedagang Han yang melewati Xiyu sering dianiaya, sampai Zhang Qian, duta besar Han pun pernah ditahan, namun sekarang, begitu mendengar nama Huo Qubing, setiap negara Xiyu berduyunduyun mengirim tabib terbaik di istana mereka, dan juga mengumpulkan tabib terbaik diantara rakyat mereka. Dengan pengaruh Jiu Ye di Xiyu, ia tentunya telah mendengar kabar tentang hal ini, namun yang datang paling dahulu bukan Jiu Ye, kecurigaanku bahwa mereka berdua telah bersekongkol bertambah besar, karena ia jelas tahu bahwa kabar itu palsu, ia tak khawatir dan muncul, sehingga siasat itu tak punya titik kelemahan. Tengah hari keesokan harinya, seorang tua bungkuk bertongkat yang keriput wajahnya dan berjanggut panjang muncul di hadapanku sambil berjalan tertatih-tatih, ia diikuti oleh dua orang pembantu yang mengusung kotak obat, mereka semua menggenakan jubah longgar berwarna hitam, sehingga bahkan apakah mereka gemuk atau kurus tak dapat diketahui. Pengawal yang membawa mereka masuk berkata, "Ini tabib yang dikirim oleh Negara Yinai". Pandangan mataku beradu dengan pandangan mata orang tua itu, aku cepat-cepat menghindari pandangan matanya dan memerintah sang pengawal, "Pergilah dahulu, menurut kebiasaan lama, saat tabib memeriksa orang sakit tak boleh ada orang di dekat kamar". Setelah melihat pengawal itu keluar, aku pergi ke samping tirai untuk memastikan apakah penjagaan masih ketat, lalu berbalik dan duduk di depan dipan Huo Qubing tanpa berkata apa-apa, Jiu Ye hanya menghela napas dengan pelan, tanpa memberi penjelasan, ia mengikuti di belakangku. "Sebenarnya apa yang kalian rencanakan" Apakah para perampok itu orang-orangmu yang menyamar?" Jiu Ye memeriksa denyut nadi Huo Qubing, sekonyong-konyong air mukanya berubah, setelah itu tangannya gemetar pelan, "Yu er, ada apa" Bagaimana Huo Qubing bisa terkena dua macam racun?" Hatiku yang sudah lega ketika melihatnya langsung kembali tergantung di awang-awang, setelah menderita sehari semalam, saat ini perasaanku bergejolak, pandanganku menjadi agak gelap, "Bukankah orangmu yang melepaskan anak panah itu" Bukankah itu racun yang sudah kalian sepakati?" Jiu Ye segera membuka balutan luka Huo Qubing, "Racun di anak panah yang mengenai bahu kiri ini adalah racun buatanku, namun racun di anak panah yang mengenai bahu kanannya buatan orang lain". "Sekarang aku tak perduli siapa yang melepaskan anak panah itu, hanya mohon kau cepat-cepat menyembuhkan racunnya", dengan cemas aku berseru. Dengan seksama, Jiu Ye memeriksa luka itu, tiba-tiba aku teringat akan patahan anak-anak panah yang telah kuterima dan segera menyerahkannya padanya. Jiu Ye mencium salah satu anak panah itu, pembantu yang mengikutinya pun mengeluarkan peralatan, lalu memberikannya padanya agar ia dapat memeriksa racun itu. Setelah lama, ia masih mempelajari serpihan-sepihan kayu yang berasal dari anak panah itu, semakin lama ia melakukannya, hatiku semakin jeri, namun dengan penuh harapan aku bertanya, "Bukankah ilmu pengobatanmu sangat tinggi" Tentunya kau dapat menyembuhkan racun ini?" Dengan amat kesal, pembantu di sampingnya menatapku, lalu memberi isyarat agar aku tak bersuara, suara bisikannya tak kupahami, aku pun segera bereaksi, hatiku amat khawatir, "Maaf, maaf?"" Jiu Ye menggeleng-geleng, "Yu er, kau tak usah berkata begitu padaku. Racun di anak panah itu namanya Wabah Tujuh Hari, ia disebut Wabah Tujuh Hari karena sejak terkena racun sampai mati, perlu waktu tujuh hari. Setelah tewas, gejalanya sangat mirip dengan orang yang mati terkena wabah penyakit. Racun ini dibuat dari tujuh macam racun, dan obat penawarnya adalah ketujuh racun itu juga. Akan tetapi kalau ketika dibuat urutan pencampuran bahannya tak sama, penawarnya harus dibuat dengan urutan yang sebaliknya". Nada suara Jiu Ye serius, dalam hatiku muncul hawa sedingin es, dengan suara parau, aku bertanya, "Apakah kau dapat mengetahui urutannya?" Mata Jiu Ye penuh rasa sedih dan menyalahkan dirinya sendiri, "Sekarang aku tak bisa melakukannya, di dunia ini, asalkan mengetahui bahan-bahan racun yang dipakai, aku akan dapat menyembuhkan racunnya sesuai dengan gejala yang ditimbulkannya. Akan tetapi, Wabah Tujuh Hari tak hanya tergantung dengan bahan-bahan yang dipakai membuatnya, namun juga tergantung pada urutan pencampurannya, selain itu, walaupun urutannya berlainan, gejala yang ditimbulkannya sama, membuat orang sukar menemukan penawarnya. Karena racun Wabah Tujuh Hari ini terlalu kejam, sehingga tak memberi kesempatan hidup orang yang terkena racun itu serta melanggar hukum alam, resepnya telah dihancurkan. Kukira racun ini sudah lenyap, tak disangka-sangka ternyata muncul kembali". "Apakah kau dapat mencobanya" Kalau minum obat penawar yang urutan pembuatannya salah, apa yang akan terjadi?" Jiu Ye terdiam sejenak, "Hal itu akan mempercepat mengamuknya racun, hidupnya akan lebih cepat berakhir". Aku duduk sambil bertopang dagu, hatiku penuh rasa duka dan benci, kenapa" Kenapa bisa seperti ini?" "Apa rencana kalian sebelumnya?" Sambil menyembuhkan Huo Qubing dari racun yang dibuatnya sendiri, Jiu Ye berkata, "Huo Qubing minta aku membantunya melepaskan diri dari istana, setelah berpikir masak-masak, ia merasa bahwa hanya ada satu cara, yaitu berpura-pura mati, kalau tidak, kaisar tak akan melepaskan dirinya. Karena begitu menyayanginya, kaisar sampai sudi melanggar hukum Han Agung, dan lebih suka reputasinya dikecam generasi mendatang karena melindungi dirinya yang telah memanah Li Gan hingga tewas, kaisar mana mungkin akan membiarkan dirinya dengan mudah mengundurkan diri" Selain itu, kalaupun ia mengundurkan diri, orang-orang di istana yang menginginkan ia mati tak akan melepaskannya, lagipula, masih ada masalah diantara dirinya dan keluarga Wei, selama ia masih hidup, ia tak akan dapat melepaskan diri dari mereka, padahal ia sudah patah arang dengan keluarga Wei. Sedangkan alasan kenapa aku setuju membantunya, adalah bukan karena dirimu, dan terlebih lagi bukan karenanya, oleh karenanya, kalian tak usah memikirkan hal ini. Huo Qubing seperti pedang sakti di tangan Liu Che, mata pedangnya dapat dengan mudah membinasakan beberapa puluh ribu orang. Walaupun sebelumnya Huo Qubing menggunakan tangan besi, namun ia berperang untuk membela negara, akan tetapi, di kemudian hari ia akan dapat menjadi senjata Liu Che untuk berperang dengan semena-mena. Dinasti Han sudah bertahun-tahun lamanya berperang, harta yang terkumpul pada masa kaisar Jindi dan Wendi sudah habis terpakai, gejala-gejala kemundurannya sudah terlihat. Sekarang penderitaan rakyat jelata sudah dapat dilihat oleh semua orang yang menaruh perhatian pada mereka, kalau kembali berperang, yang menderita adalah rakyat jelata, terlebih lagi di Xiyu, di negara yang kecil dan penduduknya sedikit, kaum lelakinya akan habis dikirim ke medan perang, beberapa puluh ribu lelaki yang muda dan kuat. Karena sang pedang tajam sudi menyembunyikan diri dari dunia, aku tentu saja dengan senang hati membantunya". Benarkah" Alasanmu adalah salah satu dari banyak alasan, namun tak mungkin satu-satunya alasan. Setelah berpikir sejenak, aku bertanya, "Kenapa kalian sebelumnya tak mau merundingkannya denganku dahulu?" "Kami tak memberitahumu karena Huo Qubing merasa bahwa kau pasti tak akan setuju ia terkena racun, selain itu, ia merasa bahwa tak mungkin terjadi apa-apa". Kami dikelilingi orang-orang semacam Wei Kang dan Ren An, tentu saja aku tak dapat menyetujuinya, kalau lengah sedikit saja, mereka akan memanfaatkannya. Akan tetapi kalau yang mengelilingi kami semuanya orang sendiri seperti Zhao Ponu, bagaimana mereka tak akan curiga" Apakah mereka akan mempercayainya" Jiu Ye menunjuk salah satu pembantu yang mengikutinya, "Namanya Cheng Yin, dia adalah tahanan Negara Yinai yang akan dihukum mati, aku telah menjanjikan banyak uang untuk Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo keluarganya, mereka berjanji akan memperbolehkanku menggunakannya". Aku tak paham perkataan Jiu Ye, Cheng Yin pun segera menanggalkan jubah hitam yang menyelimuti sekujur tubuhnya. "Yu er, coba lihat perawakan tubuhnya". "Ia sangat mirip dengan Qubing, kalau ia kembali memakai pakaian, tanpa melihat wajah dan kulitnya, yang palsu dapat menjadi asli". "Racun yang kubuat dapat membuat kulitnya menjadi hitam menjelang ajal, wajah dan panca inderanya akan mulai membusuk, Racun Tujuh Wabah juga mempunyai efek seperti ini". "Oleh karenanya kalian pun mengatur siasat ini, sejak Qubing mengajukan permohonannya sampai datang ke Xiyu, ia telah selangkah demi selangkah memancing Wei Kang, dan memanfaatkan watak Wei Kang untuk menjalankan siasat ini dengan sempurna, pada saat yang sama, mereka adalah saksi mata yang paling kuat". Ketika berbicara sampai di sini, aku teringat akan berbagai adegan yang terjadi beberapa hari belakangan ini, petir berkelebat dalam benakku, semuanya menjadi terang-benderang, "Tapi kalian justru dikalahkan oleh kepintaran kalian sendiri, seekor kelinci yang terdesak saja dapat menginjak-injak seekor elang, apalagi Wei Kang yang dilahirkan sebagai seorang bangsawan" Tanpa sengaja, ia memanfaatkan siasat kalian untuk menjalankan sebuah rencana pembunuhan yang sempurna". Aku segera bangkit dan berjalan ke luar, "Aku akan pergi mencari Wei Kang untuk mengambil obat penawar racun". "Yu er!", Jiu Ye berseru menahanku, "Dia tak akan memberikannya padamu. Kalau ia mengakui melakukannya, berarti ia melawan kaisar dan pasti akan dihukum mati. Kaisar sedang berusaha keras mencari kesempatan untuk memukul keluarga Wei, kesempatan emas seperti ini, yang dapat membuat permusuhan diantara Wei Kang dan Huo Qubing semakin dalam, serta dapat memukul keluarga Wei, tak mungkin dilepaskan oleh kaisar, ia pasti akan membuat Wei Kang bunuh diri. Oleh karena pasti mati, Wei Kang tak akan mengaku. Lagipula, racun ini adalah racun rahasia Xiyu, ia tak akan mempunyai obat penawarnya". "Aku tak percaya kalau aku tak bisa memaksanya memberi keterangan". "Yu er, ini markas tentara, walaupun Huo Qubing adalah Jenderal Biaoqi, Wei Kang adalah putra tertua Wei Qing, di markas ini, separuh pasukan mendukungnya, sedangkan yang separuh lagi, walaupun hati mereka condong pada Huo Qubing, kalau kau menyiksa Wei Kang dengan kejam tanpa bukti apapun, mereka pasti akan memberontak. Saat itu, kedua belah pihak akan samasama tak mau mundur, obat penawar pun tak akan dapat diperoleh, selain itu, hal itu akan membuat kita semakin lambat, kita hanya punya enam hari". Perasaan takut, duka dan marah bercampur aduk dalam hatiku, tiba-tiba, aku berbalik menghadapnya dan berseru, "Katamu begini tak bisa, begitu juga tak bisa, lantas bagaimana" Bagaimana?".." Saat berkata, aku tak menahan air mataku, tetes-tetes air mataku pun jatuh berderai-derai, di matanya nampak rasa duka, iba dan pedih, "Di dalam hatimu, Huo Qubing lebih penting dibandingkan dengan siapapun juga, bahkan dibandingkan hidupmu sendiri, benarkah?" Aku berbalik untuk menyeka air mataku, tak menjawab pertanyaannya. Jiu Ye berkata di belakangku, "Yu er, jangan menangis, aku pasti akan mengembalikan Huo Qubing padamu, beri aku lima hari untuk membuat obat penawarnya, kalau setelah lima hari aku masih tak dapat menemukan obat penawarnya, aku akan membantumu melakukan apapun yang ingin kau lakukan". Suaranya tenang dan acuh tak acuh, sama sekali tak tercampur dengan perasaan apapun, bagai seorang tawanan yang sudah putus asa menghadapi hukuman mati. Bibirku bergerak, hendak berbicara, namun tak kuasa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menunduk, lalu berjalan ke luar sambil bertumpu pada tongkatnya, "Beritahu Jenderal Zhao Ponu untuk mengizinkanku keluar dari markas, lalu memberiku sebuah tempat yang tenang, proses pembuatan obat penawar memerlukan ketenangan yang absolut, kau tak boleh datang mengangguku, setelah berhasil aku akan mencarimu". Karena menyamar menjadi seorang tua, ia sengaja membungkuk, namun saat ini aku merasa bahwa punggungnya yang bungkuk itu bukan bagian dari penyamarannya, melainkan benar-benar karena tak kuasa memikul beban berat. Hatiku terasa pedih, aku baru saja hendak memanggil "Jiu Ye", namun Huo Qubing di belakangku mendengus dengan pelan, aku tak dapat berbicara pada Jiu Ye dan segera berbalik, memburu ke arahnya. Dahi Huo Qubing berkerut, seperti sedang sangat kesakitan, dengan lembut aku mengelus dahinya. Ketika aku berpaling, Jiu Ye telah pergi, entah kapan. ?"?"?"?"?" Seumur hidupku, aku tak pernah menderita seperti lima hari belakangan ini, setiap kali melihat sang mentari tenggelam, aku merasa bahwa harta karun paling berharga dalam hatiku sedikit demi sedikit menghilang. Setelah mentari hari ketujuh terbenam, apakah aku akan mengikuti sang mentari tenggelam dalam kegelapan abadi" Setiap hari, ketika melihat sang mentari terbit, aku merasa bahwa dalam hidup manusia selalu ada harapan, aku berulangkali berkata pada diriku sendiri, Qubing berkata bahwa ia akan melindungi diriku dan anak kami seumur hidup, sedangkan Jiu Ye berjanji akan menyelamatkan nyawa Qubing, mereka tak mungkin ingkar janji! Aku beberapa kali berjalan ke luar kamar Jiu Ye, namun tak berani masuk, pada suatu kali aku mendengar erangan kesakitan dari dalamnya, namun ketika aku hendak menerjang masuk, Sasa'er yang datang bersama Jiu Ye telah menghadang di hadapanku, ia tak berkata sepatah kata pun, hanya memberi isyarat padaku agar pergi dengan sinar matanya yang murung. Sambil berseru aku bertanya, "Jiu Ye, ada apa?" Setelah beberapa lama, dari dalam kamar terdengar sebuah suara yang kelelahan, "Aku sedang menggunakan Cheng Yin untuk mencoba racun, tak bisa diganggu, kalau ada kabar, aku akan menyuruh orang memanggilmu". Aku pun hanya dapat berbalik dan berlalu. Di malam hari kelima, Sasa'er memberitahuku untuk memindahkan Huo Qubing ke kediaman Jiu Ye, namun ia tak mengizinkanku masuk, di luar kamar aku berseru, "Jiu Ye, Jiu Ye, kenapa kau tak memperbolehkanku masuk" Apakah proses menemukan obat penawar sangat menyakitkan" Tak perduli apa yang terjadi, aku akan mendampingi Qubing". Untuk beberapa lama, keadaan dalam kamar sunyi senyap, setelah itu terdengarlah suara Jiu Ye, "Masuklah!" Sasa'er menyingkir membuka jalan, aku berlari ke dalam dengan cepat. Aku menyingkapkan tirai, ternyata keadaan dalam kamar gelap gulita, ketika sedang merasa heran, hidungku mencium suatu bau yang manis, tubuhku pun langsung lemas dan terjatuh ke lantai. Selamanya tak terpikir olehku bahwa Jiu Ye akan menjebakku, sebelum tak sadarkan diri, aku merasakan sepasang tangan menyokongku, "Jiu Ye, ke.......kenapa?" Entah berapa lamanya aku tak sadarkan diri, ketika setengah sadar, pikiranku terus menerus dipenuhi dengan pertanyaan 'kenapa'. Untuk sesaat, aku tak menyadari apa yang sedang kutanyakan pada diriku sendiri, lalu tiba-tiba teringat akan semuanya, sambil menjerit 'kenapa', sekonyong-konyong aku duduk. Sasa'er yang berjaga di dalam kamar dikagetkan oleh teriakanku, dengan kesal ia memandangiku, aku memandang ke sekelilingku dan hanya melihat seorang lelaki yang asing wajahnya berbaring di sisiku, kami ditempatkan secara bersebelahan di atas dipan, tangan kamipun saling bertumpukan. Aku terkejut, namun segera mengenali Huo Qubing, dengan lembut aku mengenggam tangannya, warna hitam di telapak tangannya telah menghilang, napasnya tenang, agaknya racun itu telah berhasil disembuhkan. Saking bahagianya, aku tak tahu harus berbuat apa, hanya dapat memandanginya dengan terpana, jelas bahwa racun itu sudah dapat disembuhkan. "Yu er?", Huo Qubing perlahan-lahan membuka matanya, setelah kebingungan sesaat, ia pun bereaksi, "Meng Jiu menyelamatkanku?" Tiba-tiba aku memburu ke dalam pelukannya, air mataku pun bercucuran, ia cepat-cepat menghapus air mataku, "Terjadi hal tak terduga dalam rencana kami, maafkan aku, apakah kau benar-benar ketakutan?" Aku hanya dapat mencucurkan air mata, tak kuasa berkata sepatah kata pun. Sasa'er di samping kami terbatuk-batuk keras, aku baru sadar bahwa dalam kamar itu ada orang lain, aku segera menegakkan tubuhku, "Mana Jiu Ye?" Walaupun Sasa'er tak memahami perkataanku, namun ia dapat menebak artinya, dengan wajah tanpa ekspresi, ia memberikan sehelai kain sutra putih yang dilipat dengan rapi, lalu menunjuknunjuk Cheng Yin yang terbaring di sudut kamar, penampilan Cheng Yin serupa dengan Huo Qubing saat sakit, kulit wajahnya telah menjadi hitam legam, samar-samar tercium bau tak sedap. Huo Qubing: Aku telah berusaha sebisaku, maksud tuan telah tercapai. Awan putih berarak, peristiwa demi peristiwa berlalu, manusia pun menjadi tua. Pasir kuning tak berbatas, setiap orang mencari kebebasan sendiri-sendiri. Hari ini berpisah, tak akan berjumpa lagi. Setelah selesai membacanya, tanpa berkata apa-apa, Huo Qubing menyerahkannya padaku. Di baris terakhir, ia menekan kuas kuat-kuat, hingga menembus kain sutra itu. Tak nyana, Jiu Ye tak mengucapkan selamat tinggal" Tak akan berjumpa lagi" Ia membaringkan kami bersebelahan di atas dipan, lalu membuat tangan kami saling mengenggam, apakah ini keinginan terakhirnya bagi kami" Aku terpana, hidungku seakan masih dapat mencium baunya, akan tetapi aku tahu itu hanya halusinasi karena aku bersedih saja. Kali ini, ia benar-benar telah pergi, ia benar-benar telah meninggalkan segalanya dan pergi! Tak akan muncul dalam hidupku lagi! Jin Yu, kau seharusnya merasa girang, hanya dengan meninggalkan segalanya hari ini, mungkin ia dapat meraih kebahagiaan yang akan muncul besok, atau lusa, atau......jauh di kemudian hari. Tanpa meninggalkan segalanya hari ini, bagaimana ia dapat meraih hari esok" Jin Yu, kau seharusnya merasa girang....... -------------------Tabib-tabib yang datang dari Chang'an tak hanya tak tahu harus berbuat apa, pada mulanya mereka juga tak percaya bahwa ia keracunan, mereka justru berkata bahwa gejalanya mirip penyakit aneh yang disebabkan karena wabah. Dengan gusar aku mengusir semua tabib dari berbagai negara Xiyu yang ditahan di markas, Sasa'er yang berasal dari Negara Yinai pun pergi bersama Cheng Yin yang sekujur tubuhnya terbungkus jubah hitam. Aku pun berjaga di sisi Huo Qubing yang wajahnya sudah mulai membusuk dengan tertegun. Suasana di markas penuh kecemasan, semua orang nampak berduka, setelah para tabib pergi, kabar bahwa Huo Qubing sedang sekarat pun dengan cepat tersebar luas di Xiyu, seluruh Xiyu bergejolak, setelah kabar itu sampai di Xiongnu dan dibawa kembali ke Chang'an, apa yang akan terjadi di seluruh negeri" "Zhao Ponu, ayo pulang ke Chang'an! Qubing pasti ingin kembali melihat Chang'an, tempatnya dilahirkan dan tumbuh dewasa". Tak ada yang menentangku, Wei Kang bahkan nampak berusaha menurutiku dan dengan cepat menuju Chang'an. Di cakrawala, matahari terbenam yang merah menyala sedang dengan perlahan tenggelam di barat, ketika sang mentari belum seluruhnya tenggelam, Huo Qubing pun terlelap untuk selamanya, dan tak akan bangun lagi. Dewa perang yang tak terkalahkan di zamannya, setelah mengusir bangsa Xiongnu keluar dari Gurun Gobi, pada usia yang paling cemerlang dalam hidup manusia, wafat pada usia dua puluh empat tahun, akan tetapi karena kegagahannya, Jiuquan, Zhangye dan kota-kota lain akan selamanya mencatat jasa-jasanya, seribu tahun mendatang, jejaknya akan masih nampak di berbagai tempat di bumi Hexi. Air dari salju Tianshan yang mencair mengalir di sungai yang berkelak-kelok, bagai Bima Sakti yang jatuh dari langit ketujuh, bergemuruh seribu li jauhnya, suaranya bagai ringkikan marah selaksa ekor kuda. Lebih dari seribu prajurit berlutut, bahkan Ren An dan Wei Kang pun nampak berduka, dengan wajah sedih, Ren An menghela napas panjang dan berkata, "Putra kesayangan Langit, seorang jenius zaman ini! Kematiannya membuat seantero negeri berduka!" Sambil berlutut di hadapan jasad Huo Qubing, ia bersujud berkali-kali dengan keras, ketika menengadah, dahinya telah berlumuran darah. Zhao Ponu melihatku memeluk Huo Qubing, diriku seakan telah berubah menjadi patung batu, duduk tak bergeming sepanjang malam, ia terus berjaga di sampingku tanpa berkata apa-apa, namun tak ada orang yang berani maju mengusikku. Di langit sebelah timur, perlahan-lahan muncul seberkas cahaya, setelah bimbang sejenak, Zhao Ponu maju ke depan dan berkata dengan pelan, "Nona Jin, jenderal sudah pergi, sekarang cuaca masih panas, kita harus segera pulang ke Chang'an, kau......kau jangan......" Aku mengangkat kepalaku, mataku penuh berlinangan air mata, setetes demi setetes, jatuh tanpa alasan, tak nyana semakin lama semakin deras. Ia sudah pergi, ya, sudah pergi! Sejak ini selamanya kami tak akan berjumpa lagi. Aku meletakkan Huo Qubing, lalu berjalan ke tepi sungai, orangorang lain tak bereaksi, masih berlutut, namun Zhao Ponu tibatiba bereaksi dan dengan cemas hendak menghalangiku. Aku berbalik, sebilah pisau menempel di dadaku, sambil melangkah mundur dengan cepat, aku menggeleng-geleng, memberi isyarat agar ia tak mendekatiku. Dengan wajah penuh duka, Zhao Ponu berseru dengan cemas, "Nona Jin, kau tak boleh melakukan perbuatan bodoh". "Setelah kembali ke Chang'an, wakili aku bersujud tiga kali pada Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kaisar, katakanlah, 'karena putra kami sudah dibesarkan Yang Mulia, Jin Yu tak perlu puluhan tahun menderita menahan rindu di dunia yang fana ini'". Sambil berbicara, aku telah menikamkan pisau itu ke ulu hatiku, setelah darah segar bercucuran, tubuhku terjatuh ke sungai dan dalam sekejap mata hilang ditelan air sungai yang deras, dari tepi sungai hanya terdengar raungan yang amat keras, "Jin........Yu.......", sayup-sayup mengema di langit dan bumi. Huo Qubing membopong diriku yang basah kuyup dan melompat ke kereta kuda, lalu mengambil sehelai sapu tangan dan mengeringkan rambutku, "Matamu begitu merah, rupanya kau menangis dengan cukup sedih, semuanya tak bisa lebih sempurna lagi, Wei Kang dan yang lainnya pasti tak akan curiga, asal menangis saja sudah cukup, untuk apa kau susah-susah bermain sandiwara?" Dengan perlahan, aku mengelus-elus pisau yang indah itu, hadiah yang diberikan oleh Yu Dan bertahun-tahun yang silam, entah bagaimana kembali ke tanganku, seakan hanya untuk membantuku meraih kebahagiaan. Yu Dan, terima kasih! "Qubing, kita pergi ke mana?" "Pertama, pergi ke Hami untuk menjemput anak kita, setelah itu, seperti burung yang terbang di langit luas atau ikan yang menyelam di lautan luas, hidup sesuka hati kita. Tapi sebelumnya, kita akan mencari Lang Xiong, usianya sudah lanjut, daripada menunggu serigala lain menantangnya dua tahun lagi, lebih baik sekarang mengundurkan diri sebagai raja serigala. Setelah itu kita akan pergi ke Qilian Shan, satu-satunya janji yang belum kupenuhi dalam hidupku ada di sana, di kaki Qilian Shan, di hadapan makam ayahmu, dengan Lang Xiong dan istrinya sebagai saksi, aku akan melangsungkan upacara pernikahan denganmu, memenuhi janji yang kuucapkan bertahun-tahun yang lalu, walaupun sudah bertahun-tahun terlambat, tapi......" Sambil tertawa aku memukul tangannya yang memelukku, lalu mencibir, "Seenak perutmu saja! Kenapa kau tak bertanya apakah aku setuju atau tidak" Untuk masalah besar seperti pernikahan saja kau sama sekali tak serius". Ia segera membungkuk dan menjura, lalu bertanya dengan wajah bersungguh-sungguh, "Yu er, apakah kau bersedia menikah denganku?" Aku berpaling dan mencibir, namun tersenyum, tak menjawab. "Aku mengharapkan seorang lelaki yang setia, tak berpisah sampai rambut memutih". Oleh karena orang di sisiku ini, aku tahu bahwa aku beruntung. Setelah lama menunggu, ketika ia sedang tegang, aku mengangguk dengan pelan, ia pun mengenggam tanganku, senyum lebar merekah di wajahnya, secemerlang mentari pagi. Di luar kereta kuda, bumi terbentang sampai ke cakrawala, angkasa luas tak berbatas, mentari merah pun perlahan-lahan terbit. Walaupun Wabah Tujuh hari dibuat dengan urutan pembuatan yang tak sama, gejala yang ditimbulkannya serupa, perbedaan diantaranya sangat tipis. Walaupun perbedaannya sangat tipis, namun kalau cukup waktu, dan dapat mencari orang untuk mencoba racun, dengan mengamati gejala-gejala racun Huo Qubing dengan seksama, ia pasti akan dapat menemukan obat penawarnya. Dari ketujuh bahan racun itu, dapat dihasilkan lima puluh ribu empat puluh macam campuran yang berbeda, kalau takarannya berbeda pula, secara keseluruhan dapat dihasilkan lebih dari sepuluh ribu kombinasi yang berbeda. Walaupun ada cukup banyak orang yang bersedia mencoba setiap campuran itu pada saat yang sama, namun reaksi tubuh setiap orang terhadap racun berbeda-beda, selain itu, masih harus ada para tabib ahli yang dapat memeriksa orang-orang itu, dan setelah itu membuat obat penawar berdasarkan reaksi tubuh kelinci-kelinci percobaan itu. Walaupun dapat menemukan lebih dari sepuluh ribu orang yang dapat mencoba racun, masih diperlukan sedikitnya lebih dari seratus orang tabib yang tinggi ilmunya untuk memeriksa mereka. Namun sekarang hanya ada waktu lima hari, dan menemukan obat penawar hanya dalam tempo lima hari dengan hanya mencobanya tak mungkin dapat dilakukan, Sambil memikirkannya, Meng Jiu tersenyum getir, kalau bisa, tentunya Wabah Tujuh hari tak akan dianggap melanggar hukum alam dan dengan keras dilarang oleh setiap negara di Xiyu. Dalam benaknya, untuk sekilas muncul mata Yu er yang berlinangan air mata, sambil tersenyum hambar, ia membulatkan tekadnya. Memang harus begini! Ini adalah satu-satunya cara. Dengan menggunakan tubuhnya sendiri untuk mencoba racun, dengan merasakan akibatnya sendiri, ia baru dapat dengan cepat merasakan perbedaan-perbedaan kecil dalam reaksi yang ditimbulkan oleh racun itu, setelah itu, berdasarkan apa yang dirasakannya, ia dapat menemukan racikan yang tepat. Namun apakah ia akan dapat menemukan obat penawarnya, ia hanya dapat separuh mengandalkan usaha manusia, dan separuh menaati kehendak Langit. Sasa"er dan Cheng Yin berlutut di hadapan Jiu Ye sambil tak henti-hentinya bersujud, "Shi Nantian, kalau anda ingin mencoba racun itu, mohon anda menggunakan kami berdua, anda sama sekali tak boleh mencoba Wabah Tujuh Hari". Meng Jiu berbalik, nada suaranya datar, "Aku sudah mengambil keputusan. Cheng Yin, siapkan peralatan membuat obat, Sasa"er, berjagalah di luar, jangan biarakan siapapun masuk, terutama"..wanita yang kau temui siang ini". Dalam tempo lima hari, entah berapa banyak macam racun yang dicobanya" Cheng Yin sudah tak dapat menghitungnya. Mungkin Huo Qubing memang ditakdirkan untuk tak mati, mungkin ketulusannya mengetuk hati Langit, ketika menemukan obat penawar, ia tersenyum, akan tetapi mata Cheng Yin yang berhati baja berlinangan air mata. Obat biasa saja mengandung tiga bagian racun, apalagi obat penawar racun" Kalau racun ditambah obat penawar, entah berapa banyak racun yang telah dimakan oelh Shi Nantian" Dalam lima hari ini Cheng Yin hanya mencoba belasan macam racun, namun ia sudah merasa bahwa kelima organ tubuhnya bagai dipilin-pilin, tak nyana, lebih mengerikan dibandingkan dengan siksaan kejam yang dialaminya di penjara tahanan yang akan dihukum mati. Akan tetapi, bagaimana Shi Nantian, lelaki yang nampaknya bertubuh lemah itu, dapat menahannya" Di dalam tubuhnya, tersembunyi jiwa yang seperti apa" Setelah minum obat penawar, Meng Jiu duduk, lalu mengambil tongkatnya, sambil bangkit, ia menyuruh Sasa"er pergi memanggil Jin Yu. Namun sebelum sempat menyelesaikan perkataannya, ia telah ambruk ke lantai, Cheng Yin cepat-cepat memapahnya, dengan lirih ia pun berkata, ?"Aku akan bangun sendiri". Ketika Cheng Yin sedang bimbang, begitu mendengar suaranya Sasa"er yang mengenal baik watak Meng Jiu segera menarik mundur Cheng Yin. Meng Jiu mencoba untuk bangkit beberapa kali, namun tak dapat bangkit, sepasang kakinya sama sekali tak mematuhi perintahnya. Ia mengangkat jubahnya dan memperhatikan kakinya, kakinya yang tadinya sehat sekarang sudah menghitam mulai dari lutut ke bawah, sedangkan kaki yang urat-uratnya memang sudah layu, kaki yang tak dapat berjalan dengan normal, karena darah dan qi tak dapat beredar dengan normal, justru lebih sedikit menghitam. Dengan hati-hati, Meng Jiu menekan titik-titik jalan darah di kakinya, sambil memperhatikannya, wajahnya menjadi pucat pasi. Sejak kecil Sasa"er telah belajar ilmu pengobatan bersama Meng Jiu, begitu melihat kaki Meng Jiu, dan melihatnya memeriksanya dengan berbagai cara, dalam hati ia paham bahwa akibat racun, urat-urat di kaki Shi Nantian telah mati, dan kaki yang sehat itu pun akan perlahan-lahan melayu. Walaupun ilmu pengobatan Shi Nantian sangat tinggi, dan begitu minum racun segera menyembuhkannya, namun dalam lima hari ini ia telah mencoba terlalu banyak racun, obat penawar pun terlalu banyak, sehingga racun menumpuk dalam tubuhnya, dan terdorong ke kakinya oleh setiap racun yang diminumnya. Seribu satu macam racun telah bercampur menjadi satu, saat ini janganjangan Tabib Bianque pun tak akan dapat menyembuhkan kaki Shi Nantian. Ia ingin menghibur Shi Nantian, akan tetapi begitu membuka mulut, air matanya bercucuran. Wajah Meng Jiu pucat pasi, namun begitu mendengar tawa getir Sasa"er, ia malahan tersenyum hambar, ia menunjuk-nunjuk kursi, memberi isyarat agar Sasa"er mengambil kursi itu, "Dalam lima hari ini, Langit mengizinkanku menemukan obat penawar racun, mungkin ini adalah ongkos yang diminta oleh Langit, sangat adil. Pergi dan minta Yu er membawa Jenderal Huo masuk! Hadang dia di luar, jangan membiarkannya masuk". Wajah Sasa"er nampak geram, siapa sebenarnya wanita itu" Shi Nantian telah melakukan begitu banyak hal untuknya, dan begitu banyak berkorban, namun sampai sekarang Shi Nantian masih tak mau memberitahunya. Namun dalam hati ia sama sekali tak berani menentang perintah Shi Nantian, dan hanya dapat memanggil wanita itu sambil menekan seluruh rasa duka dan geram dalam hatinya. Meng Jiu mendengar Yu er berteriak hendak masuk di luar, ia pun tahu bahwa ia tak dapat menghalanginya masuk, maka ia hanya dapat membiarkannya masuk. Akan tetapi, kalau saat menyembuhkan racun, Yu er melihat keadaan dirinya, ia pasti akan bertanya tentang kakinya. Ia menyuruh Cheng Yin memadamkan lentera, begitu Yu er masuk, ia pun melemparkan obat bius. ?"?"?"?"?" Malam sudah lewat lebih dari separuh, racun di tubuh Huo Qubing telah sepenuhnya hilang. Tanpa berkata sepatah kata pun, Meng Jiu yang kelelahan memandang Huo Qubing dan Yu er yang berbaring bersebelahan di atas dipan. Angin bertiup dari luar kamar ke dalam, meniup lilin hingga padam. Namun suasana dalam kamar tak terasa gelap, sinar rembulan yang terang benderang masuk dengan deras, tepat menyinari wajah Yu er, dan semakin menonjolkan kulitnya yang bagai kumala. Jarak diantara mereka begitu dekat, sehingga begitu menjulurkan tangan ia dapat menyentuhnya. Namun mereka pun terpisah begitu jauh, begitu jauh hingga ia selamanya tak akan tahu bahwa ia dan dirinya pernah begitu dekat, begitu jauh hingga dalam kehidupan ini tak akan ada kemungkinan bersatu lagi. Saat bertemu untuk pertama kalinya, gadis berpakaian compang camping yang tertawa keras-keras itu. Saat kembali bertemu di Chang"an, wanita yang diam-diam memperhatikan dan mengurus dirinya sambil mengobrol dan tertawa itu. Ia mengagumi sang rembulan di atap rumah, sedangkan dirinya meniup seruling di taman. Wanita yang mengunjunginya di sebuah malam berbintang, namun berdiri dengan diam di balik jendelanya dan tak masuk. Wanita yang belajar meniup seruling demi dirinya, yang menuangkan seluruh hatinya dalam Lagu Orang Yue. Dari musim gugur hingga musim semi, dari musim semi hingga musim dingin, ia menanam Yuanyang Teng, menanam hatinya, dan menanam cintanya pada dirinya. Hari itu, bercak-bercak darah di atas seruling, hatinya yang patah, hanya dianggapnya sebagai suatu saat dalam hidup, namun tak nyana menjadi patah hati seumur hidupnya". Semuanya begitu jelas, seakan baru terjadi kemarin, ia menaruh serulingnya dan berbalik, setiap langkahnya ketika ia keluar dari hidupnya masih menginjak-injak kepedihan dalam hatinya".. Di depan Yuanyang Teng, kenapa dengan kejam dirinya menarik lengan bajunya dari genggamannya" Meng Ximo, kenapa bertahun-tahun yang silam kau dapat bersikap begitu kejam padanya" Begitu kejam pada dirimu sendiri" Kenapa kau tak dapat menuruti kehendak hatimu untuk sekali saja" ?"". Andaikan ketika untuk pertama kalinya mendengar lagu itu, dirinya berkata, "bagus". Andaikan ketika ia menatap dirinya, dirinya tak menghindari pandangan matanya. Andaikan ketika ia mengenggam lengan bajunya, dirinya tak menariknya. Andaikan ketika ia melompati tembok, dirinya dapat membuka mulut dan memberinya penjelasan. Andaikan ketika dirinya sakit, dan ia memeluk dirinya, setiap janjinya benar".. Andaikan"..andaikan".tapi dalam hidup tak bisa berandaiandai. Entah berapa lama dirinya memandangnya dengan tergila-gila, ketika suasana dalam kamar itu sedikit demi sedikit menjadi temaram, dirinya baru tersadar. Sang rembulan sudah hampir terbenam, ini adalah kegelapan terakhir sebelum fajar. Hari yang baru akan segera dimulai, akan tetapi dirinya akan selamanya keluar dari kehidupannya. Huo Qubing dan dia pantas berjodoh. Huo Qubing dapat menemaninya berkelana ke seluruh dunia, mencongklang selaksa li, mendaki gunung tertinggi, menyeberangi sungai yang paling deras".. Namun dirinya sendiri?". Meng Jiu menunduk memandang kakinya sendiri, sejak saat ini, untuk seumur hidup ia hanya dapat mengandalkan kursi roda. Sehelai kain sutra, namun berisi seribu satu pikiran. Ia mengangkat kuas dan meletakannya, meletakannya dan mengangkatnya, dan akhirnya masih tak dapat menulis kata 'Yu er' itu. Dirinya tak dapat mengucapkan selamat tinggal padanya, hanya dapat memulai suratnya dengan "Huo Qubing". Begitu masuk ke kota Hami, Yu er akan dapat melihat papan nama rumah obat berbentuk Yueya Quan yang warna emasnya bagai padang pasir dan warna hijau kumalanya bagai air mata air, persis seperti giwang yang dipakainya bertahun-tahun yang lalu, dan Yu er pun akan segera tahu dimana harus menjemput Yi er. Hari itu, ketika bertemu di bawah sinar rembulan di Yueya Quan, karena Huo Qubing sengaja berkali-kali berkata bahwa mereka adalah "suami-istri" di hadapan dirinya, dirinya agak kesal, dan ingin melihat reaksi Huo Qubing ketika melihat Yu er memandang papan nama itu, namun saat ini ia menyesal telah menggunakan papan nama itu, sekarang ia lebih suka Yu er untuk selamanya tak memikirkan dirinya. Ketika menulis "tak akan berjumpa lagi", di wajahnya muncul seulas senyum aneh, namun di balik senyumnya itu hatinya hancur berkeping-keping. Balada Padang Pasir Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Yu er, ini adalah hal terakhir yang dapat kulakukan. Dengan watakmu yang seperti ini, kalau tahu bahwa demi menyembuhkan racun Huo Qubing kakiku menjadi cacat seluruhnya, janganjangan kau tak akan dapat dengan tenang menjalani kehidupan bahagiamu dengan Huo Qubing. Yang ingin kulihat adalah engkau yang terbang di langit, aku tak ingin melihatmu terbelenggu karena merasa bersalah dan berhutang budi. Cahaya mentari pagi menerobos masuk ke dalam kamar, kedua orang di atas dipan itu dikelilingi cahaya keemasan yang gilanggemilang. Sambil tersenyum Meng Jiu berpikir, dunia mereka adalah milik cahaya mentari. Meng Jiu mengenggam tangan Yu er, ia bimbang sejenak, lalu dengan perlahan menunduk. Bibirnya, dengan penuh perasaan jatuh di atas bibir Yu er. Yu er, maafkan aku yang berbuat seperti seorang hina, maafkan aku yang berbuat sekehendak hatiku".. Bibirnya persis seperti yang dibayangkannya, manis, harum, hangat, namun ciuman ini sama sekali tak seperti bayangannya"..sakit sampai ke tulang sumsum?".kerinduan diantara bibir ini, pesona diantara mulut dan lidah ini, penuh keputusasaan?" Lama setelahnya?". Dirinya menengadah, menaruh tangan Yu er dalam tangan Huo Qubing, dengan tegas berbalik, lalu mendorong kursi rodanya keluar, tak akan berjumpa lagi! ......aku duduk di tanah kosong di depan pohon kapuk. menerka-nerka isi hati Baya"er. Duduk di bawah bayang-bayang pohon liu, menerka-nerka isi hati Baya"er. Di balik tanaman kaoliang di barat, aku memandang punggung Baya"er, di balik tanaman kaoliang di utara, aku memandang punggung Baya"er dari samping, di balik tanaman kaoliang di timur, aku memandang punggung Baya"er dari belakang. Sosok yang terbaring di atas dipan itu masih belum sadarkan diri, kali ini ia tak melihat dirinya pergi, dan dirinya pun tak berpaling lagi. Dengan menaiki seekor unta, ia pergi seorang diri. Walaupun unta Tianshan dapat berlari secepat kilat, namun sejak saat ini, karena kakinya, ia tak dapat memacu unta yang sakti dan gagah itu. Akan tetapi saat ini, ia lebih suka unta itu berjalan dengan sedikit lebih lambat, lebih lambat lagi, tapi walaupun telah membuatnya berjalan dengan lambat, unta salju itu masih akan selangkah demi selangkah membawanya meninggalkannya jauh-jauh. Langit biru terbentang selaksa li, rumput hijau bertemu dengan langit, cahaya mentari terang-benderang mempesona. Kawanan domba berwarna putih dan kuda pilihan berwarna hitam tersebar bagai mutiara yang menghiasi permadani hijau yang indah. Pengembala yang sehat dan gagah sedang mencongklang di punggung kuda, nona jelita sedang menyenandungkan lagu gembala, suaranya riang gembira, "Mega mengejar rembulan, Baya"er menemani Yizhu, selaksa burung bulbul di padang rumput tak henti-hentinya menyanyikan kebahagiaan mereka!" Mau tak mau, ia berhenti dan mendengarkan dengan seksama. Dalam kehidupan ini, kebahagiaan sudah jauh-jauh meninggalkannya, akhirnya mereka saling melewatkan satu sama lain. Hatinya bagai ditikam pisau, ia menunduk di atas punggung unta dan terbatuk-batuk, untuk lama ia tak mengangkat kepalanya, rasa manis bercampur amis terasa di mulutnya, sebelum sempat bereaksi, bercak-bercak hitam dan merah telah jatuh di bulu unta yang seputih salju itu, seharusnya darah segar berwarna merah, namun bercak-bercak darah itu kehitaman. Dengan hambar ia memandangnya, lalu mengibaskan lengan bajunya dan membersihkan bulu unta itu. Angin padang rumput yang bercampur wangi bunga dan tanaman meniup tubuhnya, jubahnya yang lebih putih dari salju melambailambai, hanya ditemani bayangan hitam sebatang kara di tanah. Warna-warni cemerlang mentari terbit telah sirna, saat ini awan berarak yang terus menerus berkumpul dan berpencar di cakrawala telah kembali menjadi putih. Tiba-tiba ia tersadar, dengan lembut ia memukul untanya, menyuruhnya untuk berjalan lebih cepat. Ia menarik seruling dari ikat pinggangnya, lalu memainkan sebuah lagu mengiringi si wanita pengembala. Pelangi yang muncul setelah hujan, mentari yang terbit di tengah lautan awan, bunga yang bermekaran di musim semi, di dunia yang fana ini, pemandangan indah kebanyakan sulit dimiliki, akan tetapi, ketika berhenti melangkah dan dapat mengalami saat-saat yang indah, sudahlah cukup. Suara seruling merdu dan nyaring, menjulang ke angkasa bersama suara sang gadis pengembala. Kepedihan masih nampak di mata Meng Jiu, namun seulas senyum nampak di wajahnya. Cinta yang mendalam, namun apa boleh buat, tak ditakdirkan, akan tetapi.....tiada penyesalan.....hanya kerinduan semata. ?"" (TAMAT) Manusia Beracun 1 Dewa Arak 68 Biang-biang Iblis Kisah Tiga Kerajaan 15