Ceritasilat Novel Online

Verna Dan Hujan 1

Verna Dan Hujan Karya Santhy Agatha Bagian 1


Verna dan Hujan - Santhy Agatha
Verna dan Hujan - Santhy Agatha - Bidadari Pendekar
Naga Saktihttp://cerita-silat.mywapblog.com
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
Bidadari Pendekar Naga Sakti Verna dan Hujan
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
A Novel by Santhy Agatha ?LoveReads 1|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com Bandung
dengan hujannya yang (hampir) setiap hari melahirkan cerita ini. Mau tak mau membuat
saya merenungkan hujan dari dua sisi. Hujan yang mendatangkan kebahagiaan bagi
manusia yang mencintainya sepenuh hati, dan hujan yang mendatangkan kesedihan
bagi manusia yang belum bisa melepaskan masa lalunya. -Santhy Agatha- 2|R a tu- b
uk u.bl ogs p ot.com Verna dan Hujan Part 1 "Gue bingung menghadapi Dania," Tanza
menekuk lututnya dan memeluknya. Di sebelahnya, Verna yang sedang mengetik
baris-demi baris kalimat di komputernya mengernyit, "Kenapa bingung" bukannya
selama ini kalian baik-baik saja?" "Yah, kita baik-baik saja". Terlalu baik-baik malahan,
segalanya terasa terlalu sempurna hingga Gue ngerasa aneh." Verna mengangkat
kacamatanya dan menaikkannnya di kepala, lalu menatap Tanza lekat-lekat, "Yah"
dasar aneh. Dikasih ga sempurna manyun, giliran dikasih sempurna ngeluh juga," mata
Verna menatap Tanza lekat-lekat, "Denger ya Za, Dania itu gadis baek, pasangan yang
sempurna buat lo, kalian memang diciptakan buat bersama," dengan santai Verna
memutar kursinya dan menatap layar monitor, berkonsentrasi sebentar, mencari
baris-baris yang ditinggalkannya, lalu mulai asyik mengetik lagi. "Lo ngetik apaan sih "
asyik banget dari tadi sampe gue dicuekin." "Gue ngetik tentang hujan." Tanza
mengernyit, "Hujan" itu tulisan terbaru lo" memang apa yang bisa ditulis tentang
hujan?" "Banyak," Verna mulai berkonsentrasi menulis dan tidak memperhatikan
perkataan sahabatnya. 3|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com "Verna!! gue jauh-jauh kesini
bukan Cuma buat dicuekin ama lo." Verna menarik napas, seolah harus menahan
kesabaran menghadapi Tanza, lalu meninggalkan tulisannya lagi , memutar kursinya
lagi dan menatap Tanza dalam-dalam, "Gue tau lo ke sini buat curhat, tentang Dania.
Gue udah kasih solusi, tapi lo masih aja bingung, ga salah kan kalo gue balik nulis lagi,
lebih asyik tau!" "Lo belum ngasih solusi," Tanza memberengut. Verna mengangkat
bahunya, "Gue nasehatin lo buat bersyukur dan menjalani apa adanya, lo harusnya
sadar betapa beruntungnya lo." Tanza mulai terkekeh, "Dibanding lo ya?" gumamnya
geli. "Kurang ajarrrr!" Verna pura-pura marah dan melemparkan boneka kodok di meja
samping komputernya ke arah Tanza yang langsung menangkisnya sambil tertawa.
"Hey jangan salahin gue dong! Lagian napa sih lo sibuk banget ama tulisan-tulisan lo ini,
sekali waktu cari pacar lagi sono, bukannya makin tenggelam dalam dunia khayalan."
"Gue udah pernah nyoba cari pacar sekali, dan hasilnya menyakitkan. Gue nggak mau
lagi." Suasana penuh canda itu langsung berubah hening. Tanza terdiam, ragu, "Lo... Lo
masih nginget si Bayu ?" "Jangan sebut nama dia lagi di muka gue." 4|R a tu- b uk u.bl
ogs p ot.com "Tapi lo ga boleh terus-terusan melarikan diri dan menjauh dari cinta
cuma gara-gara Bayu," Tanza terus mengejar, dia nggak rela kalau topik sensitif ini
dialihkan seperti biasa. Verna selalu menghindari pembicaraan tentang Bayu, tapi Tanza
mulai cemas karena Verna seperti kehilangan semangat lagi buat menemukan cinta. "Lo
cuma ada di posisi yang salah dengan orang yang salah waktu itu Ver, jangan
menghakimi diri lo sendiri." Verna menggelengkan kepalanya, wajahnya tampak sedih,
"Nggak, gue yang salah, gue jahat." "Ver! itu semua bukan cuma kesalahan lo, Bayu
juga ikut andil, jangan mencoba menanggungnya sendirian." "Tapi waktu itu gue
seharusnya berhenti selagi bisa berhenti, tapi gue terlalu egois, gue terlalu cinta sama
Bayu sampai nggak peduli sama hal lain." "Bayu juga begitu kan" itu kesalahan kalian
berdua, seharusnya kalian berdua yang menanggungnya, kenapa sekarang lo terpuruk
di sini sedangkan Bayu berbahagia sama tunangannya." Sudut-sudut mata Verna
dipenuhi air mata, "Dia nggak bahagia Za," dengan sedih Verna mengusap air matanya
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
yang mulai mengalir turun, "Kalo dia bahagia, gue mungkin akan bisa dengan mudah
melupakannya, tapi dia nggak bahagia Za, gue ga sengaja ketemu dia seminggu lalu,
dia nangis Za." 5|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com "Tapi itu pilihan yang Bayu ambil, dia
harus bertanggung jawab atas pilihannya," Tanza masih bersikeras. Dia nggak rela air
mata Verna, air mata sahabatnya yang sangat berharga ini selalu dicurahkan untuk
sosok seperti Bayu. "Gue yang salah, gue yang menempatkan Bayu pada posisi sulit".
Seharusnya gue nggak pernah muncul, seharusnya gue nggak pernah ada dalam hidup
Bayu." "Verna, lo itu berharga. Lo harus terima kalo kisah lo sama Bayu itu Cuma masa
lalu. Lo nggak bisa stagnan diem disini terus sementara dunia terus berputar, lo harus
lanjutin hidup lo, gue percaya di depan sana ada seseorang yang bisa lo temuin,
seseorang yang lebih baik dari Bayu," Verna tersenyum sedih mendengar nasehat
Tanza, "Makasih ya Za, lo memang selalu bisa bikin gue kuat." ?LoveReads Dulu gue
selalu suka kalo hujan turun. Gue suka menyentuh aliran air yang dihempaskan dari
atas itu dengan tangan gue. Gue suka masuk ke tengah derasnya hujan, ngebiarkan diri
gue basah kuyub dari ujung kaki sampe ujung kepala. Gue cinta hujan, entah kenapa
hujan selalu bisa bikin gue bahagia. Verna merenung, jari-jarinya berhenti di atas
keyboard, lalu menghela napas, dan mengetik lagi. 6|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
Banyak kejadian menyenangkan yang gue alami di saat hujan. Tentu saja banyak juga
kejadian menyebalkan karena hujan, but it doesn't matter, gue terlalu bahagia saat hujan
turun hingga gue bahkan nggak nyadar kalo kejadian itu masuk kategori menyebalkan.
Tapi sekarang, entah kenapa setiap melihat hujan, gue jadi ingin menangis.... Verna
berhenti mengetik ketika mendengar gemuruh guntur di kejauhan, dia meninggalkan
komputernya, berdiri dan melangkah ke jendela. Langit sudah mulai hitam pekat dan
rintik hujan sudah mulai turun, makin lama makin deras, makin keras hingga
pemandangan di depannya hanyalah garis-garis putih yang menghujam horisontal ke
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
tanah. Bahagiakah ia" Verna mendesah, berusaha mencari bahagia yang selalu bisa
dia temukan ketika melihat hujan, tetapi bahagianya tidak ada. Kesedihan yang dalam
menghujam hatinya, ketika dia memutuskan pergi dari Bayu, ketika itulah seluruh
kebahagiaannya terbawa pergi. Verna teringat saat-saat bahagianya bersama Bayu
yang selalu terjadi di saat hujan, betapa bahagiannya mereka saat itu. Mencoba menipu
diri bahwa kebahagiaan ini akan berlangsung selamanya. "Gue kan uda bilang mending
bawa mobil aja kalo mendung gini, sekarang liat nih hasil ide lo," Bayu sedikit berteriak,
mengalahkan derasnya hujan yang menghujam mereka Sementara Verna yang berada
di boncengan motor tertawa terbahak-bahak, bahagia. 7|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
"Memang ini maksud ide gue tadi, gue nunggu kita kehujanan!" dengan manja dia
memeluk punggung Bayu, "Lagipula lo kan lakilaki kuat, masak sama aer aja kalah?"
Bayu ikut tertawa lalu tangan kirinya lepas dari pegangan motor dan menggenggam
tangan Verna yang memeluk pinggangnya, "Dasar aneh!" serunya masih dalam tawa,
"Gue ga tau napa gue mau-mau aja nurutin permintaan lo, hujan-hujanan kayak gini
sementara ada jas hujan di bagasi motor." "Karna lo cinta ama gue?" Verna berbisik,
pelan ditengah derasnya suara hujan, tapi Bayu mendengarnya, dan tersenyum lembut.
"Karna gue cinta banget ama lo Ver." Dalam senyum, di tengah derasnya hujan, Verna
semakin erat memeluk punggung Bayu. Mereka sampai di rumah hampir satu jam
kemudian, dalam kondisi basah kuyub dan mengigil kedinginan. Ketika Bayu memarkir
motor Verna di depan rumah, sosok perempuan mungil itu menghambur dari dalam
rumah, membawa handuk, "Ya ampun, dasar kalian berdua ini! Bayu juga gitu, kenapa
lo maumau aja ngikutin kemauan Verna pergi naek motor dia," Nadia menyerahkan satu
handuk kepada Verna, lalu menggunakan handuk yang satunya untuk mengusap
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
rambut Bayu, dia sedikit berjinjit dan Bayu sedikit menunduk. Verna menatap kakak
kembarnya yang tak henti-hentinya mengomeli mereka, tetapi tetap dengan senyum di
bibirnya, senyum perempuan 8|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com yang sedang jatuh cinta.
Dengan lembut Verna berganti-ganti menatap Bayu dan Nadia. Sungguh pasangan
serasi. Bayu yang tinggi dan tampan, dengan Nadia yang feminim dan luar biasa cantik.
Luar biasa cantik" Verna mengernyit, kalau Nadia luar biasa cantik, seharusnya dia juga
dong, kan mereka saudara kembar" Tanpa sadar Verna tertawa sendirian. Tentu saja,
mereka memang kembar, tapi diri Verna. Wajah mereka sama, tapi mereka berdua
bertolak belakang satu sama lain baik dalam sikap maupun penampilan. "Verna, jangan
berdiri saja di situ, ayo masuk, ganti baju dulu, gue bikinin kopi buat kalian berdua."
Tergeragap dari lamunan, Verna melangkah mengikuti Bayu dan Nadia masuk ke dalam
rumah. Beberapa saat kemudian ketika sudah ganti pakaian kering, Verna menuju ke
ruang keluarga, Bayu sudah ada di sana menonton TV sedang Nadia nggak kelihatan.
Berdiri di pinggir karpet menatap Bayu, Verna terbahak sedang Bayu merengut, "Diem
lo," gumam Bayu sambil melempar bantal ke arah Verna, tapi seringai geli juga tampak
di wajahnya. Verna menutup mulutnya agar nggak tertawa. "Lo... Lo pake baju bokap
ya?" tawa masih terdengar dalam suara Verna, matanya menelusuri Bayu yang
memakai training hitam dan kaos putih milik ayahnya yang agak kebesaran. 9|R a tu- b
uk u.bl ogs p ot.com "Salah siapa coba?" Bayu merengut, "Gue ga nyangka bakalan di
jebak penyihir kecil buat nganter dia pake motor, padahal gue bawa mobil, lalu
diterjunkan ke tengah hujan deras dan parahnya ga boleh pake jas hujan, padahal jas
hujan ada di bagasi." Bayu melambaikan tangan mengajak Verna duduk di sebelahnya,
"Gue ga bawa baju ganti." Verna terkekeh, lalu duduk di sebelah Bayu di sofa matanya
menatap sekeliling, "Nadia di mana ?" "Bikin kopi, bentar lagi juga dateng." Dan benar,
Nadia datang beberapa saat kemudian membawa nampan berisi kopi, Bayu langsung
berdiri dan meraih nampan itu dari tangan Nadia, "Berat tau, harusnya lo teriak aja dari
dapur, biar gue yang bawain" Nadia hanya tersenyum lembut menatap Bayu. Setelah
meletakkan kopi di meja, Bayu duduk lagi di sofa, agak jauh dari Verna dengan Nadia
bergelung dalam pelukannya, mereka diam menonton TV sedangkan hujan masih turun
dengan derasnya di luar. Verna menatap tangan Bayu yang merengkuh pundak Nadia
lalu mengalihkan pandangannya, dingin, Verna memeluk dirinya sendiri, lalu matanya
mengarah pada hujan deras yang tampak dari jendela. Apa sebenarnya mau lo Verna"
Hati nuraninya menderanya, Tegateganya lo berselingkuh ama pacar kakak kembar lo
sendiri. Kalau sekarang lo harus menanggung kepedihan melihat kemesraan mereka.
10 | Itulah hukuman buat lo. "Verna," suara
Nadia menggugah Verna dari lamunannya, dia tergagap dan menatap ke arah
pasangan itu. Bayu tampak cemas menatapnya dari atas kepala Nadia. "Kok lo malah
ngelamun" Hayoo diminum dulu kopinya," Nadia melepaskan diri dari pelukan Bayu dan
mengambil secangkir kopi di meja, menyerahkannya kepada Bayu yang langsung
menerimanya tanpa bertanya. Dengan patuh, Verna mengambil kopi dan meminumnya,
mengernyit sedikit karena rasanya begitu manis. "Tadi papa nanyain lo, Yu," Nadia
memulai percakapan, menyandarkan lagi di lengan Bayu. "Hmm... Kenapa ?" Bayu
masih berkonsentrasi menyesap kopinya. "Tentang rencana pertunangan itu, gue udah
bilang ke papa kalo kita berencana bertunangan segera setelah gue wisuda, tapi tadi
papa bilang, napa ga sekarang aja toh kita udah pacaran lama and keluarga udah kenal
deket." Verna dan Bayu tersedak kopi bersamaan. Nadia langsung tertawa geli
melihatnya, "Kalian ini yaa... Bisa-bisanya barengan gitu, hatihati dong!" Verna mencoba
tersenyum dan langsung memalingkan muka, berpura-pura menatap televisi, sedangkan
Bayu meletakkan kopinya 11 | sambil menatap
agak resah ke Nadia, "Yah... Kita tunggu hasil pembicaan sama bokap lo ya,"
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
gumamnya akhirnya. Nadia tertawa, "Ya, gue udah nggak sabar pingin tunangan ama lo
Bayu, gue udah ga sabar make cincin lo." Perkataaan yang menusuk hati Verna dan
membuat hati Bayu terasa sakit. Ironisnya Nadia sama sekali tidak menyadarinya.
?LoveReads "Kita harus mengakhiri ini semua," Verna memutuskan, waktu itu rumah
sepi. Kedua orang tuanya masih di kantor dan Nadia masih ada tugas kuliah sampai
malam. Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Bayu berdiri di depannya, tampak letih masih mengenakan pakaian kerjanya. "Itu
masalahnya, gue nggak bisa Ver, gue cintanya sama lo, bukan Nadia." "Tapi lo udah
jadi kekasih Nadia, lo udah cinta sama dia duluan sebelum gue, gue cuma pengganggu
yang datang belakangan, menurut gue, kalo lo ga ketemu gue, lo sekarang pasti masih
cinta ama Nadia. Dan gue sayang Nadia Yu, dia sodara kembar gue, kalo dia sakit gue
juga sakit, gue ga bisa ngelanjutin kesalahan ini," Verna membalikkan tubuh
membelakangi Bayu menatap ke jendela. Bayu mengacak rambutnya, sedih, "Setiap
hari dalam hidup gue, gue selalu menyalahkan waktu, Kenapa" Kenapa waktu terlambat
mem12 | pertemukan kita" Kenapa gue nggak
ketemu lo lebih cepat" Sebelum gue jadi milik siapa-siapa" Sebelum gue jadi milik
Nadia?" Verna memejamkan matanya, "Itu takdir Yu. Mungkin gue emang ga berujung
ama lo. Gue juga salah, waktu itu ketika gue ngerasa perasaan yang berbeda ama lo,
harusnya gue tahan kuat-kuat perasaan itu. Lo milik orang, milik kakak kembar gue.
Tapi gue cuma manusia biasa, gue ga kuat nahan perasaan ini, gue.... Lo satu-satunya
yang bikin gue ngerasa nyaman.." "Verna," Bayu berbisik lembut, berdiri mendekat di
belakang Verna dan merengkuh pundaknya dari belakang. Sama-sama menatap hujan
yang turun deras di balik jendela. "Gue akan cari jalan supaya pertunangan itu ditunda."
"Buat apa?" Verna merasakan air mata di sudut matanya, "toh kita akan jalan di tempat
lagi. Gue ga mau sembunyi-sembunyi di belakang Nadia lagi, perasaan bersalah ini
semakin memuncak seiring dengan berjalannya waktu, gue nggak kuat lagi Yu." "Gue
akan bilang semuanya sama Nadia," gumam Bayu kemudian. Mantap. "Jangan!" Verna
menjerit penuh air mata, membalikkan tubuhnya menatap Bayu, "Lo gila apa?" Nadia
akan sangat sakit, gue ga mau dia sakit! Gue ga mau dia sedih!" "Tapi sekarang lo yang
sakit Ver! Lo yang sedih! Gue ga tahan ngeliatnya," Bayu meraih dagu Verna
mendongakkan wajahnya, 13 | "Gue cinta sama
Lo Ver, cuma lo yang gue cintai" Verna tersenyum sedih, "Gue tetep pada keputusan
gue, kita harus akhiri semuanya ini." "Verna," Bayu mengerang, penuh rasa tersiksa.
Verna langsung memeluk Bayu erat-erat, "Peluk gue Yu, gue pingin merasakan pelukan
lo buat terakhir kalinya. Merasakan kehangatan lo yang selalu bikin gue nyaman,
setelah itu gue akan melangkah menjauh, dan gue ga akan bisa peluk lo lagi, tapi gue
pasti kuat. Mengetahui lo hidup dan menjalani hidup dengan bahagia, gue pasti kuat."
"Verna," Bayu merengkuh Verna ke dalam pelukannya, merengkuhnya kuat-kuat, "Gue
cinta sama lo." "Astaga!" Kengerian mewarnai suara Nadia, ucapan itu begitu berbisik,
tetapi seketika itu juga pelukan Bayu dan Verna terlepas, mereka serentak menjauh dan
menatap ke arah sumber suara dengan tatapan bersalah. Nadia berdiri di sana dengan
wajah pucat pasi dan bibir gemetar menahan tangis, "Gue udah curiga," suara Nadia
sesak oleh tangis yang dalam, "Gue udah curiga ada wanita lain dalam hati Bayu.
Sikapnya berubah nggak seperti dulu, gue udah ngerasa kalo hatinya makin jauh,"
Nadia menatap Bayu yang menunduk dengan rasa bersalah, air mata mengalir deras di
pipinya, lalu dia menoleh ke arah Verna yang sama pucatnya dengannya, "Tapi gue ga
nyangka, sama 14 | sekali ga pernah nyangka
kalo wanita lain itu adalah lo! Adik kembar gue sendiri!" kemarahan nampak mewarnai
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
suara Nadia yang bergetar "Lo jahat Verna! Kalian semua jahaattt." Seketika itu juga
Nadia membalikkan tubuhnya dan menghambur ke luar, Bayu langsung melompat
mengejarnya, menembus hujan yang deras, Verna sempat terpaku sejenak, masih
schock dengan perkataan Nadia tadi, tetapi dia segera menyusul. Suara rem yang
menggesek aspal dengan keras membuat hatinya nyeri, dengan bergegas, dia
melangkah ke jalan, ke arah suara itu. Verna langsung berlari dan berlutut sambil
menangis, di sana Nadia terbaring pingsan dengan kepala terluka berdarah, tertabrak
oleh mobil, Bayu berlutut di sebelahnya. Hujan deras mengguyur mereka. Setelah itu
perjalanan ke rumah sakit terasa bagai neraka bagi mereka, Bayu tetap memeluknya.
Memberinya kekuatan selama Nadia ditangani di UGD, orangtua mereka menyusul
kemudian. Dan selama proses menunggu yang begitu menekan itu, Verna terus
menerus berbisik ke dalam hatinya, 'aku jahat, aku jahat, aku benarbenar jahat'. Lalu
Nadia tersadar, dan Bayu serta Verna berdiri disana. Siap menghadapi penghakiman.
Tapi Nadia malah tersenyum begitu manis "Bayu" Verna" kenapa kalian berdiri di situ?"
tanyanya lembut, mengulurkan tangannya pada Bayu yang langsung duduk di tepi
ranjang rumah sakit, menggenggamnya. 15 |
"Gue.... Gue nggak ingat kenapa gue kecelakaan, konyol sekali ya," Nadia tertawa
sambil mengusap perban di kepalanya, "Mungkin gue melamun di perjalanan pulang
kampus " Gue ingat hujan turun deras sekali, tapi setelah itu kabur," Nadia mengalihkan
kepala kepada Bayu yang menggenggam tangannya lalu tersenyum penuh cinta, "Tapi
gue seneng begitu membuka mata ngeliat lo di sini Yu, gue seneng banget," Nadia
meremas tangan Bayu lembut. Bayu tertunduk, mencoba tersenyum tapi terasa kaku,
"Gue juga seneng," jawabnya termenung. Lalu melepaskan genggamannya dari Nadia
dan bangkit, "Gue ngasih tau mama papa dulu ya kalo lo udah sadar," dengan langkah
cepat Bayu keluar ruangan perawatan itu. Verna berdiri di sana. Nadia lupa bagaimana
dia bisa kecelakaan" Dokter tadi mengatakan bahwa benturan keras di kepala Nadia
bisa menyebabkan kakak kembarnya itu kehilangan beberapa ingatannya. Jadi Nadia
tidak ingat apa yang dilihatnya sebelum kecelakaan itu" Verna menarik napas lega,
hampir menangis, dia lalu duduk di sebelah ranjang, meraih tangan Nadia. Dan Nadia
melepaskannya dengan kasar. Wajah Verna langsung pucat pasi menatap Nadia yang
tanpa ekspresi. "Jangan kira gue sebodoh itu,...... lupa ingatan huh!" Nadia mencibir,
"gue cuma pura-pura di depan Bayu, tapi di depan lo" Nadia menoleh, dan tatapan
kebencian yang dilemparkannya itu membuat Verna semakin pucat, "Lo memang
saudara paling jahat di dunia, bermainmain di belakang punggung gue, lo kejam banget
Ver!" 16 | "Maafin gue..." Verna menunduk,
butiran bening mengalir di sudut matanya. "Nggak, gue ga bakalan maafin lo!" seru
Nadia setengah berteriak, "Gue mau lo menyingkir dari hidup gue dan Bayu, gue mau lo
nyingkir dari kehidupan gue! Gue ga mau ngeliat lo lagi kecuali terpaksa!" Pernyataan
Nadia itu menghancurkan hatinya, membuat Verna luluh lantak, dan dia melakukan
semua yang diinginkan Nadia. Beberapa hari setelah kecelakaan itu, Verna mengajukan
pindah dari kampusnya. Ia mengambil kampus yang sedikit jauh di luar kota, kemudian


Verna Dan Hujan Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia mengemasi barang- barangnya, melawan keberatan
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
orang tuanya, melawan protes Bayu, yang tetap mengira bahwa Nadia kehilangan
ingatannya dan tidak mengetahui perselingkuhan mereka, dan Verna lalu pindah ke
kamar kost dekat kampus barunya. Verna benar-benar menjauh dari kehidupan Nadia
dan Bayu. ?LoveReads Sekarang, masih menatap jendela kamarnya, ke arah hujan
yang turun semakin jelas, Verna mendesah lagi, percakapannya dengan Tanza tadi
telah menggugah ingatan yang dia tenggelamkan dalam-dalam, kenangan kejadian satu
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
tahun lalu. Dengan gontai dia melangkah membuat kopi, lalu duduk lagi di depan
komputer, menyesap kopinya sebentar dan membaca ulang tulisannya tentang hujan,
setelah itu dia 17 | mengklik tombol turn off dan
menyandarkan tubuhnya di kursi, memejamkan mata. Verna setengah tertidur ketika
handphonenya berkedip-kedip. Dengan malas diambilnya handphone itu, 1 message
received. -Di luar hujan, jangan melamun yang nggak-nggak.Verna tersenyum, Tanza.
-Lo kali yang hobby ngelamun jorok kalo hujan-hujan.Handphonenya berkedip lagi,
-Eeehh sembarangan, siapa bilang gw bahas ngelamun jorok. Gue kan bilangnya
'ngelamun yang enggak-enggak'Masih tersenyum Verna meletakkan handphone itu.
Tanza mencemaskannya, dan hati Verna tersentuh. Mereka belum lama berkenalan tapi
terasa seperti sudah mengenal lama. Salah seorang teman Verna dari kampus lama
mengenalkannya kepada Tanza pada saat dia mencari tempat kost baru di dekat
kampus barunya. Saat itu dengan senang hati Tanza membantunya, dan mereka jadi
bersahabat. Verna merasa nyaman bersama Tanza, dia bisa menceritakan apa saja
tanpa merasa takut dihakimi. Tanza selalu mau mendengarkan ceritanya, dan
memberikan solusi yang sangat membantu Verna. Tanza tidak pernah menghakimi
Verna pada saat Verna akhirnya bercerita tentang kisah perselingkuhannya dengan
pacar kakak kembarnya sendiri, Tanza selalu bilang, "Kau cuma ada di waktu yang
salah, tempat yang salah, dan meletakkan perasaanmu kepada orang yang salah
Verna." 18 | Dan terus terang, di hati Verna mulai
tumbuh kasih sayang yang mendalam untuk Tanza. Tapi Verna menahannya sekuat
tenaga. Tanza sudah punya Dania, kekasihnya sejak satu tahun ini. Verna tidak mau
mengulangi kesalahan yang sama, menjadi pengganggu dalam hubungan dua orang
yang saling mencintai. Handphonenya berkedip lagi. -Kok diam" Udah tidur" Coba lihat
hujan di luar sana, dan coba buat tersenyum lagi pas ngeliat hujan. Hujan itu
menyenangkan lho. Sebete apapun gue, kalo ngeliat hujan pasti bahagiaVerna
tersenyum, mau tak mau hatinya bergetar dengan perhatian itu. -Gue udah liat kok, gue
senyum, bukan karena hujan, tapi karena baca sms lo. Lagipula lo kan orang yang
mudah bahagia di mana-mana, ga usah alesan deh.Beberapa menit kemudian Tanza
membalas. -Hah! Dasar pandai mengalihkan pembicaraan. Seharian ini gue kepikiran lo
terus. Jangan sedih deh, besok gue ajak lo hujan-hujan seharian
mau"-Janji"-Janji.Dengan pedih Verna meletakkan hanphonenya dan melangkah ke
atas ranjangnya, meringkuk di atas tempat tidur, merenung. Tanza hanya
memperhatikannya karena mereka bersahabat. Tidak lebih. Dia tidak boleh berpikiran
lebih. Dia tidak boleh, dia tidak boleh! Pemikiran itu membawanya hanyut ke alam
mimpi. ?LoveReads 19 | Verna merengut pada
Tanza yang duduk di sebelahnya, lelaki itu memakan bakso di depannya dengan lahap,
tidak peduli dengan tatapan marah Verna, "Aah sama juga boong kalo gini," seru Verna
akhirnya. Tanza tergelak, "Jangan salahin gue dong, bukan mau gue langit cerah kayak
gini, yah kita tunggu dan berdoa aja deh, semoga hujan." Verna meneguk teh-nya dan
menatap Tanza, "Gue udah ilang mood, gue pulang aja deh." "Eh jangan dong, gue kan
udah janji mo bikin lo nggak sedih, pokoknya kita tunggu sampai hujan turun," Tanza
bersikeras. Mau tak mau Verna tertawa melihat kekeraskepalaan Tanza, "Tanza," Verna
tersenyum lembut, "Ngeliat niat baik lo aja udah cukup buat ngilangin kesedihan gue, lo
ga usah repot-repot lagi." Tanza tertawa senang, "Bagus, lo harus kembali jadi Verna
yang ceria ya," tiba-tiba handphonenya berbunyi, Tanza melihatnya dan dahinya
berkerut, "Ya, halo" Dania" Gue lagi makan bakso " Jemput" Dimana?" sejenak Tanza
mendengarkan, lalu mengangguk, "Ok tar telp aja lagi, love you too," Tanza menutup
telephonenya dan tersenyum pada Verna. "Dania, minta dijemput di kampus." "Pergi aja
sekarang Za, tar telat lho." Tanza mengerutkan keningnya lagi, "Tapi gue kan udah janji
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
mau nungguin hujan, mo ngajak lo hujan-hujanan." 20 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t .
c o m Mendengar itu Verna melirik ke langit yang cerah benderang dan tertawa, "Lo
nunggu seharian juga kayaknya ga bakalan hujan, udah ah pergi sono ! Gue mau balik,
mo nyelesein tulisan yang kemarin," Verna meraih tasnya. Tapi Tanza meraih bahunya,
"Gue antar lo pulang dulu, baru jemput Dania." "Lo ada-ada aja, kampus ke rumah kan
deket, malahan kampus Dania yang jauh, lo mustinya cepet-cepet berangkat biar Dania
ga nungguin lama, lagian gue lagi kepingin jalan kaki, mau mampir di toko buku bentar,"
dengan senyum manisnya, Verna melepaskan tangan Tanza dari pundaknya dan
melangkah pergi. "Ver-" Panggilan Tanza yang tiba-tiba serius itu membuat langkah
Verna terhenti. Dengan pelan Verna menoleh, mendapati Tanza berdiri di sana,
menatapnya dengan sedih. "Apa Za?" Tanza menghela nafas, "Gue bukan Bayu, dan
Dania bukan kakak kembar lo, seharusnya lo nggak perlu setakut itu." Kalimat Tanza itu
bagaikan menamparnya, membuat Verna pucat pasi. "Lo ga perlu menyalahkan diri kalo
ternyata gue punya perasaan lebih ama lo. Gue yang seenaknya sendiri merasakan
perasaan itu tanpa seizin lo, lo sama sekali ga salah Ver." 21 | R a t u - b u k u . b l o g s
p o t . c o m Verna memejamkan matanya pedih, "Sama aja Za, gue seolah-olah
ditakdirkan buat jadi pengganggu di hubungan dua manusia yang semula baik-baik aja,
gue ga mau lagi mencintai orang yang sudah dimiliki orang lain, sudah cukup gue
menderita-" "Gue?" "Udahlah Za, jemput Dania. Dan jangan mengungkit-ungkit
masalah ini lagi. Gue ingin kita tetap bersahabat, kalo lo bahas masalah ini lagi, gue
nggak akan tahan dan mungkin akan memutuskan menjauh dari kehidupan lo." Apapun
yang akan diucapkan Tanza tadi langsung ditelannya begitu mendengar ancaman
Verna, dia menarik napas panjang. "Gue terima cuma dijadikan sahabat asal gue tetep
bisa hadir dalam hidup lo. Gue terima lo mengabaikan perasaan gue Ver, Gue terima lo
pura-pura nggak ada yang lebih dalam hubungan kita, padahal ada. apapun itu gue
terima, asal gue bisa tetap ada dalam hidup lo," Verna tersenyum sedih pada Tanza,
menganggukkan kepalanya, lalu melangkah pergi meninggalkan Tanza.
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
?LoveReads Yah, hujan ini seperti mengejeknya. Verna mengernyit menatap jendela
kaca etalase toko buku yang dimasukinya dalam perjalanan pulang. Begitu dia masuk
ke toko buku ini, langit tiba-tiba menggelap 22 |
dan hujan turun dengan derasnya. Verna menatap aliran hujan yang begitu deras, lalu
menundukkan kepalanya dan mendesah. Yah, bahagiaku ternyata masih belum dapat
kutemukan...... "Verna?" Suara yang sangat familiar itu membuat Verna langsung
menoleh, waspada. Dan benar, Bayu. Bayu yang dirindukannya berdiri di sana, tampak
makin kurus dan letih daripada saat terakhir mereka bertemu secara tak sengaja
beberapa waktu lalu. "Ngapain lo disini Yu?" Verna bertanya karena lokasi kampus
barunya ini sangat jauh dari tempat tinggal Bayu, sangat jauh dari tempat yang biasanya
dikunjungi Bayu, Verna sengaja melakukannya. Bayu menatap Verna dalam-dalam,
"Gue emang sengaja kesini Ver... Bukan.. Pertamanya gue nggak niat ketemu langsung
ama lo. Gue sering kesini Ver, ngeliat lo dari kejauhan, memastikan lo baik-baik saja,
tapi tadi gue liat lo masuk toko buku ini dan gue nggak bisa nahan diri." Verna
bersedekap untuk melindungi dirinya dari perasaan yang bergejolak, "Sebaiknya lo pergi
dari sini, kalo Nadia sampe tau..." "Nadia ga akan tahu," Bayu menatap Verna
lekat-lekat, "Siapa lakilaki itu Ver, gue selalu ngamatin lo dari jauh, jadi gue tau, dia
akrab banget ama lo." Wajah Verna langsung pucat pasi. Dia tau persis siapa yang
dimaksudkan oleh Bayu. Tanza. "Itu bukan urusan lo" Verna memalingkan muka,
menghindari tatapan lekat Bayu. 23 | Bayu
mengacak rambutnya frustasi, "Selama ini gue nggak pernah tau, betapa menderitanya
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
lo waktu ngejalanin hubungan ama gue dulu..." Bayu meringis sedih, "Gue... Hati gue
terasa dicabik-cabik ketika ngeliat kedekatan lo ama lelaki itu.... Gue gak bisa bayangin
betapa sakitnya perasaan lo ketika dulu gue tanpa perasaan bermesraan dengan Nadia
di depan lo." Verna mengernyit ketika kenangan demi kenangan itu melintas di
ingatannya, "Tolong jangan bahas itu lagi Yu, gue nggak mau tenggelam dalam masa
lalu, gue mau melangkah maju." "Dengan laki-laki itu?" tanya Bayu getir. Verna menarik
napas panjang, "Nggak Yu, gue sama dia cuma sahabat, dia yang bantu gue bangkit
dan semangat lagi. Dia udah punya pacar." Bayu mendesah, tampak sedikit lega,
"Mungkin gue jahat dan egois karena merasa lega, gue belum siap ngeliat lo dimilikin
laki-laki lain," Bayu menatap Verna sendu, "Perasaan ini masih ada, masih dalam, setiap
hari gue menatap Nadia, berusaha mencintainya, tapi gue selalu membayangkan lo, gue
selalu memprotes, kenapa harus Nadia" Kenapa bukan lo?" "Bayu," Verna mengerang,
"Jangan.... Gue mohon jangan teruskan lagi, pulanglah, kembalilah sama Nadia, gue
mohon..." Verna berlari, meninggalkan toko buku itu, tak dipedulikannya panggilan Bayu
yang makin sayup-sayup di tengah derasnya hujan. 24 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t .
c o m Verna terus berlari dengan air mata berderai, membiarkan derasnya hujan
menghantam tubuhnya, menyakitinya. Aku memang pantas disakiti, jerit Verna dalam
hati, aku jahat, aku jahat, aku jahat..... Dengan basah kuyup Verna melangkah menuju
kost nya, air mata masih mengalir deras di pipinya, dan dia terkejut melihat Tanza berdiri
bersandar di pintu kostnya. "Curang, lo hujan-hujan sendirian," Tanza tersenyum. "Lo
kenapa disini" Dania gimana ?" Tanza mengangkat bahu, "Batal, Dania ada acara
mendadak sama temen-temen kampusnya, biasa, shopping. Waktu gue liat langit gelap
dan hujan, gue langsung puter balik ke tempat lo, tapi lo belum pulang, hp lo nggak
aktiv, jadi gue tungguin," senyum masih ada di bibir Tanza, tapi dia mengernyit ketika
memperhatikan Verna lebih dekat, "Ver... Lo nangis" Kenapa?" Verna merasa pedih
sekali. Entah karena pertemuannya dengan Bayu tadi, entah karena kebaikan hati
Tanza yang memikirkannya di kala hujan turun. Tiba-tiba semuanya terasa kabur di
matanya. "Verna" Verna"!" Verna masih mendengar seruan cemas Tanza sebelum
semuanya berkunang-kunang dan dia kehilangan kesadarannya. ?LoveReads 25 | R a t
u - b u k u . b l o g s p o t . c o m Verna dan Hujan Part 2 Verna terbangun dengan
kepala pening dan pandangan mata berkunang-kunang. Dicobanya memfokuskan
pikirannya, memfokuskan pandangan matanya, dan dia sadar bahwa dia sudah berada
di kamarnya sendiri, terbaring diatas ranjangnya. Pikirannya berputar. Tadi dia bertemu
dengan Tanza di depan pintu kostnya, lalu semuanya tiba-tiba menjadi gelap.
"Tanza...?" dengan pelan setengah mengerang, Verna memanggil nama sahabatnya itu.
Ketika tidak ada sahutan, Verna mencoba bangkit dan duduk, tapi langsung terbaring
lagi ketika rasa nyeri yang amat sangat menghantam kepalanya. Saat itulah pintu
kamarnya terbuka, dan Tanza masuk, sedikit basah karena hujan masih turun dengan
derasnya di luar, "Verna! Lo udah bangun?" Tanza berseru cemas melihat Verna yang
setengah terduduk lalu dengan tergesa-gesa melangkah menghampirinya, "gue tadi
keluar bentar buat beliin lo obat, lo demam dan mengigau dalam tidur lo," dengan
lembut Tanza meletakkan punggung tangannya di dahi Verna. Verna langsung
memejamkan matanya, tangan itu terasa sejuk di dahinya yang terasa panas membara,
menenangkannya. Tanza mendesah makin cemas merasakan dahi Verna yang panas,
dia 26 | mengeluarkan obat yang dibawanya,
mengambilkan air lalu mencoba menarik perhatian Verna yang terpejam, setengah
tertidur lagi. "Minum dulu obatnya Verna, ini penurun demam, setelah itu baru tidur,"
bisik Tanza lembut. Verna membuka matanya dan mengernyit, mencoba duduk tapi tak
mampu karena nyeri itu menyerangnya lagi. "Biar gue bantu," gumam Tanza lembut dan
menyangga punggung Verna dengan hati-hati, lalu membantu Verna meminum obatnya,
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
setelah itu membaringkan Verna dan menyelimutinya. Hati Verna terasa hangat ketika
tangan Tanza dengan lembut mengusap-usap dahinya, dengan lemah dipegangnya
tangan Tanza, "Terimakasih Tanza, maaf gue selalu ngrepotin lo." Tanza tersenyum dan
menggelengkan kepalanya, "Ssshh... Ga usah minta maaf, gue nggak pernah ngerasa
direpotin kok" "Tapi gue selalu...." "Shhh...," dengan lembut Tanza menyela ungkapan
apapun yang ingin diucapkan Verna, "Tidurlah, biarkan obatnya bekerja, jangan pikirkan
apa-apa lagi" Jangan pikirkan apa-apa lagi..... Suara Tanza itu bagaikan pengantar
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
tidur yang mendamaikan, yang menenangkan. Dan Verna menurut, tidak memikirkan
apa-apa lagi, tenggelam dalam kedamaian. ?LoveReads 27 | R a t u - b u k u . b l o g s
p o t . c o m Verna membuka matanya ketika mendengar denting cangkir beradu, pagi
sudah datang meskipun masih temaram, sinar matahari menembus redup dari sela-sela
jendela. Tanza sedang memunggunginya, mengaduk sesuatu di cangkir, mungkin kopi.
Dan Verna memuaskan ketidaktahuan Tanza bahwa dia sudah terbangun dengan
mengawasi Tanza sepuas-puasnya, sebebas-bebasnya. Ah... Entah sejak kapan dia
menyayangi sahabatnya itu. Perasaan sayang itu datang begitu saja. Dan berbeda
dengan perasaannya kepada Bayu, dengan Tanza, tidak ada rasa cinta yang menggebu
dan penuh gairah. Dengan Tanza, Verna merasa cukup puas bisa diberi kesempatan
menyayangi Tanza, itu saja. Seolah menyadari Verna menatapnyan tiba- tiba saja
Tanza membalikkan tubuhnya, dan mereka bertatapan. Segera Verna mengalihkan
pandangan matanya, sedikit merona menyadari dirinya ketahuan sedang mengamati
Tanza. Tanza melangkah mendekat, dan duduk di pinggir ranjang, membawa cangkir
yang masih mengepul itu ke dekat Verna. "Teh?" tawarnya lembut, "demam lo udah
turun tadi pagi, gue lega." Verna mencoba duduk, pertama-tama hati-hati karena takut
rasa nyeri menyerangnya, kemudian ketika dirasanya nyeri itu tidak datang, Verna
duduk dengan mantap. Tanza menyodorkan cangkir teh itu dan Verna menerimanya,
menyesap isinya yang manis dan menyegarkan. 28 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o
m Setelah itu Tanza meletakkan cangkir itu di meja samping ranjang dan menyentuh
dahi Verna sekilas, "udah turun," gumamnya kepada diri sendiri, "Gue lega kita nggak
perlu ke rumah sakit," tiba-tiba matanya menatap tajam ke arah Verna, "kenapa lo
hujan-hujanan dan nangis kemarin?" Verna langsung mengalihkan wajahnyan tak tahan
ditatap setajam itu, "Gue nggak nangis" "Lo nangis, dan lo hujan-hujanan kayak orang
bego, padahal gue tau lo selalu bawa payung di tas," sela Tanza dengan nada suara
setajam tatapannya. Verna diam dan mengarahkan pandangannya ke luar jendela,
sepertinya pagi ini akan jadi pagi yang mendung... "Ada apa Verna?" Tanza bertanya
lagi, lembut tapi mendesak ketika Verna tetap saja tak berkata-kata. Verna menarik
napas panjang, berkali-kali sebelum akhirnya mampu menjawab, "Bayu," gumamnya
pedih. Ya Tuhan, ternyata hatinya memang belum sembuh, menyebut namanya saja
membuat hatinya terasa begitu sakit. "Kenapa dengan Bayu?" kejar Tanza, tidak puas
dengan jawaban singkat Verna. "Bayu..." Verna menelan ludah, "Gue ketemu Bayu di
toko buku, dia... Dia... Dia kacau Tanza, dia bilang dia nggak bisa ngelupain gue,
ternyata... Dia.. Dia ngawasin gue diam-diam selama ini-" 29 | R a t u - b u k u . b l o g s
p o t . c o m Tanza terpaku mendengar kata-kata Verna, "Dia ngawasin lo diamdiam
selama ini?" desisnya geram, "kurang ajar!" "Tanza," Verna mengernyit ke arah Tanza,
"Kenapa lo marah" Bayu nggak salah-" "Nggak salah kata lo?" suara Tanza meninggi
"Dia sudah menetapkan pilihan, harusnya dia ngejalaninnya sepenuh hati, bukannya
masih ngerecokin lo sama perasaannya!" "Dia menetapkan pilihan dengan terpaksa
Tanza!! Apa lo pikir hatinya nggak sakit juga"!" "Kenapa lo terus ngebela dia"!" Tanza
setengah berteriak, terbawa emosi, "Dia bahkan nggak punya nyali buat memilih lo! Dia
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
nggak memperjuangkan lo!" "Karena gue berada di posisi yang salah, lo harusnya ingat
itu Tanza!" Verna balas berteriak, "Gue yang salah! Gue yang harusnya nggak
ngeganggu hubungan mereka! Dan gue juga yang memaksa Bayu supaya tetap
bersama Nadia!, dia juga sakit, dia juga tersiksa!" "Apa dia sesakit lo" Apa dia
semenderita lo?" sela Tanza marah, "Gue sedih ngeliat lo tau, ngeliat lo nangisin
laki-laki yang bahkan nggak memilih lo, kalo gue..." "Jangan!" sela Verna panik, sudah
tau apa yang akan dikatakan Tanza. "Kalo gue, gue akan rela ninggalin Dania demi lo!"
30 | "Jangan Tanza!" Verna setengah berteriak
mendengar kata-kata Tanza. "Jangan katakan itu, gue mohon..." "Kenapa lo nggak mau
denger Verna?" Tanza bergumam sedih, "Lo takut gue akan ninggalin lo kayak Bayu"
Gue nggak akan. Gue akan perjuangin lo kalo lo mau buka hati buat gue, gue cinta lo
Ver!" "Nggak!! Lo nggak cinta gue!" "Gue cinta ama lo! Sejak pertama gue denger suara
tawa lo, gue langsung jatuh cinta!!" "Lo nggak boleh jatuh cinta sama gue!!' "Gue tahu,
tapi mau gimana lagi" Gue nggak bisa nahan perasaan gue, gue tau gue udah punya
Dania, tapi hati gue milih lo Verna!" dengan tegas Tanza menggenggam tangan Verna,
"dan gue beda dengan Bayu, gue akan buktiin cinta gue, gue akan tinggalin Dania demi
lo!" "Tidak!!" seru Verna setengah menjerit, "Jangan Tanza! Gue gak butuh bukti dari lo,
gue gak butuh cinta dari lo!! Gue gak butuh apaapa dari lo!" Tanza tertegun mendengar
kata-kata Verna, lalu tersenyum miris, "Ah... Ternyata sebegitu nggak berartinya gue
buat lo...," dengan menyedihkan dia memalingkan wajahnya, "Gue pikir... Gue pikir
kedekatan kita selama ini sedikit banyak udah bikin lo buka hati buat gue... Tapi
ternyata... Ah, sudahlah..," tiba-tiba Tanza membalikkan tubuhnya, 31 | R a t u - b u k u .
b l o g s p o t . c o m "Minum terus obatnya sampai habis, banyak istirahat, gue akan
datang lagi buat ngecek kondisi lo." Lalu dengan cepat Tanza melangkah keluar dari
kamar, tidak membiarkan Verna mencegahnya, meninggalkan Verna sendirian dengan
perasaan yang campur aduk. Verna termenung dan air matanya mengalir, mendengar
pernyataan cinta Tanza kemudian menolaknya, entah kenapa juga menyakitinya.
Apakah tanpa sadar dia telah membuka hatinya buat Tanza" Meski pun dia masih
mencintai Bayu" ?LoveReads Hujan turun dengan derasnya siang itu dan Verna duduk
di bingkai jendela menatapnya, demamnya sudah turun, tetapi perasaannya terasa
belum membaik. Dengan bimbang Verna menimang-nimang handphone di tanggannya,
menarik napas panjang, lalu bimbang lagi. Begitu terus sampai saat yang lama. Lalu
setelah tarikan napas panjang yang kesekian kali, Verna akhirnya memejet nomor itu.
Memejamkan mata dengan jantung berdegup liar ketika nada sambung terdengar.
"Verna ?" suara Bayu langsung terdengar, lelaki itu mengangkatnya pada dering
pertama. Verna memejamkan matanya, ah... Ternyata


Verna Dan Hujan Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
mendengar suara Bayu memanggil namanya masih menghangatkan hatinya begitu
rupa. 32 | "Gue pingin ketemu," gumam Verna
dengan suara tertelan. Hening sejenak, Bayu tampak kehabisan kata-kata di seberang
sana, "Lo yakin?" suara Bayu terdengar takjub, tak percaya, "Lo yakin pingin ketemu
gue" Gue gak lagi mimpi kan?" "Gue pingin ketemu," ulang Verna lagi, kali ini terdengar
mantap. "Kapan?" "Malam ini" "Gue akan ke kost lo," gumam Bayu segera, seolah takut
Verna akan berubah pikiran. "Jangan-" "Jangan" Lalu dimana kita ketemuan?" Verna
menyebut nama sebuah cafe di pinggiran kota, tempat dia dulu sering melewatkan
waktu di saat-saat kebahagiaannya yang egois bersama Bayu. "Oke, gue ga perlu
jemput lo?" "Gue berangkat sendiri aja" "Jam 7 tepat gue ada di sana" "Oke" Hening lagi,
lalu Bayu berdehem agak salah tingkah, "Verna ?" "Ya?" 33 | R a t u - b u k u . b l o g s p
o t . c o m "Gue...," Bayu tampak kesulitan menyusun kata-kata, "Gue seneng lo nelpon
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
gue, gue seneng lo ngajak ketemuan... Rasanya... Rasanya seperti mimpi..." Mau tak
mau Verna tersenyum mendengar kata-kata Bayu yang diucapkan dengan penuh
perasaan, "Gue juga Bayu, gue juga...." ?LoveReads Caf? itu tampak temaram, dan
Verna melangkah masuk dengan langkah pelan dan hati-hati. D?j? vu, perasaan yang
sama ketika saatsaat yang lalu di pertemuan rahasia mereka Verna melangkah masuk
dengan hati-hati dan penuh antisipasi, bedanya dulu dia selalu diliputi oleh kebahagiaan
yang meluap-luap. Sekarang, yang meliputinya adalah kesedihan dan penerimaan akan
kenyataan yang tak tergoyahkan, kenyataan yang sangat menyakitkan. Dan Bayu ada di
sana, di tempat duduk biasanya, dengan tatapan penuh cinta yang sama, kerinduan
yang sama, ah" betapa inginnya Verna berlari dan memeluk lelaki itu, seperti yang
selalu mereka lakukan dulu, mengawali pertemuan mereka dengan pelukan, dan
mengakhirinya dengan pelukan pula. Tetapi sekarang yang dilakukan Verna hanya
berdiri dan menatap Bayu. Lelaki itu serentak juga berdiri begitu menyadari kedatangan
Verna. "Hai," sapa Verna lembut. 34 | Bayu
tersenyum sedih mendengar sapaatn formal itu, lalu menarikkan kursi untuk Verna, "Hai
juga, duduklah" Dengan patuh Verna duduk. Sejenak suasana hening dan mereka
hanya saling bertatapan, tak bisa berkata-kata. "Lo tampak pucat," Bayu bergumam
pelan, menatap wajah Verna dengan lembut dan penuh perhatian hingga tanpa sadar
Verna mengernyit, tatapan itu, perhatian penuh ketulusan itu, betapa dia
merindukannya. "Gue kehujanan" Bayu langsung tampak cemas, "lo demam ?" tanpa
canggung lagi Bayu meraih jemari Verna, menggenggamnya, "Suhu tubuh lo hangat
Verna! Seharusnya lo berbaring dan istirahat, atau setidaknya kalau lo pingin kita
ketemuan, lo bisa nyuruh gue datang ke tempat lo, Gue kan bisa?" "Bayu" Verna
bergumam lembut, mendiamkan lelaki itu, "Gue nggak apa-apa." "Tapi lo demam."
"Hanya sedikit demam, Gue udah minum obat dan badan gue terasa enak," dengan
lembut Verna mengamati wajah Bayu, menelusurinya pelan-pelan, menyimpannya
dalam ingatan. Ah, betapa ternyata dia merindukan lelaki ini, lelaki yang tak boleh
dimilikinya, 35 | "Dan lo" lo tampak kurus-"
Kata-kata itu membuat Bayu tersenyum pedih, "Nggak bisa berhenti mikirin lo Verna,
kau lo mau tau-" Sejenak suasana hening, dan pengakuan Bayu itu seakan
menggantung di udara, Verna menggerakkan tangannya dalam genggaman Bayu, "Gue
pingin bertindak egois malam ini" Bayu langsung mengangkat kepalanya, menatap
Verna dalam kebingungan, "Maksud lo?" "Gue pingin milikin lo buat malam ini " kalau lo
bersedia " hanya kita berdua, menghabiskan waktu bersama-sama, melupakan seluruh
dunia, melupakan segala halangan yang ada di antara kita, berpurapura bahwa kita
memang ditakdirkan untuk bersama, berpura-pura bahwa kita saling memiliki" "Tapi kau
lo memang milikin gue," bantah Bayu pedih, "Lo milikin gue, Verna, seluruh gue, hati
gue, semuanya milik lo, Gue milik lo Verna." Verna menggelengkan kepalanya, "Gue
bisa milikin lo".. tapi gue nggak diizinkan buat milikin lo, itu adalah kenyataan yang
harus gue tanggung seumur hidup gue, mencintai lo tapi nggak diizinkan milikin lo,"
Dengan lembut Verna melepaskan genggaman tangan Bayu, lalu menyentuh pipi Bayu,
"Tapi hanya malam ini gue pingin melanggar semua rasionalitas gue, gue pingin
bersama lo dan melupakan seluruh dunia... apakah lo bersedia ?" 36 | R a t u - b u k u .
b l o g s p o t . c o m Dengan penuh keyakinan, Bayu merengkuh tangan Verna di
pipinya, lalu mengarahkannya ke bibirnya, dan mengecupnya, "Gue akan mengambil
apapun yang bisa lo tawarin, sesedikit apapun itu.. bahkan jika memang hanya
beberapa jam yang bisa lo luangin buat gue." ?LoveReads Pantai itu cerah, dengan
bintang-bintang yang bertebaran dengan kekontrasan yang menghiasi langit. Titik-titik
putih yang berkelap kelip tersebar berserakan di langit yang hitam pekat. Angin bertiup
dengan kuatnya diiringi suara deburan ombak yang begitu keras. Verna tertawa
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
sepuasnya ketika Bayu mengejarnya dan berhasil menangkapnya, mereka berpelukan,
napas terngah-engah karena habis berlari, dan mereka tertawa seperti orang gila
bersama-sama. "Benar-benar seperti kelinci, susah ditangkap," Bayu bergumam dalam
tawa, membenamkan wajahnya di buraian rambut Verna yang berserakan tertiup angin.
Verna tertawa keras-keras, hatinya bahagia sekali, dengan ceria dia merapikan
rambutnya dan mendongak menatap Bayu yang memeluknya, "Mungkin lo yang terlalu
lambat" Mengingat usia lo yang udah separuh baya ?" candanya. Kata-katanya
membuat Bayu tertawa geli dan mencubit hidung Verna, "Gue masih muda dan
bersemangat, tadi Gue pura-pura pelan dan nggak bisa ngejar biar lo senang." 37 | R a t
u-buku.blogspot.com Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Verna mencibir dan langsung membuat Bayu tertawa keras. Mereka berpelukan lagi,
dan ketika tawa dan canda itu usai, mereka masih berpelukan erat, memejamkan mata,
menikmati intensitas perasaan yang dihasilkan dari sebuah pelukan, dari sebuah
kedekatan antara dua anak manusia yang saling mencintai. "Gue bahagia," desah Bayu
memejamkan matanya dan mengetatkan pelukannya, "terimakasih karena sudah bikin
gue bahagia." Verna hanya diam, tidak menanggapi perkataan Bayu dengan katakata,
tetapi pelukannya yang makin mengetat di punggung Bayu menunjukkan intensitas
perasaannya, Bahwa dia mengalami hal yang sama, bahwa dia mengalami kebahagiaan
yang sama. "Seandainya saja waktu berpihak pada kita" "Stttt?" Verna mendongak dan
meletakkan jemarinya di bibir Bayu, membuat kata-katanya terhenti, "Manusia tidak
akan pernah maju jika dia menghabiskan waktunya dengan berandai-andai, kita harus
menerima apa yang ada dan menjalaninya. Semua pasti terjadi karena ada makna di
baliknya, pertemuan kita, cinta kita yang terlambat, pasti ada makna di baliknya." "Dan
apa maknanya, kalau gue boleh tau ?" sela Bayu membantah, "Karena selama ini gue
cuma bisa menyesali kenapa kita terlambat bertemu dan kenapa gue nggak bisa milikin
lo" Verna tersenyum ceria, mengecup pipi Bayu penuh sayang, "Mungkin agar kita bisa
belajar bagaimana mencintai tanpa keegoisan, bagai38 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t
. c o m mana kita bisa mencintai tanpa dorongan posesif untuk memiliki. Hanya
mencintai dan tidak ingin apa-apa lagi. Hanya ingin mencinta dan tidak membutuhkan
yang lain lagi?" "Verna?" Bayu mengerang penuh kepedihan dan merengkuh lagi
Verna ke dalam pelukannya, "Gue cinta lo, sangat! dengan intensitas yang mungkin
akan bikin lo lari ketakutan kalau bisa mengukurnya" Verna tersenyum di dada Bayu,
menikmati pernyataan cinta Bayu itu dengan bahagia, "Dan gue juga cinta lo. Dulu gue
sering meratapi lo Bayu, menangisi ketika harus menerima kenyataan bahwa kita nggak
bisa bersatu, bahwa gue nggak akan bisa milikin lo, tapi sekarang gue disadarkan, kalo
yang namanya cinta itu nggak usah pake persyaratan bahwa nantinya gue harus dimiliki
atau memiliki. Yang penting gue mencintai lo, itu udah cukup, dan ternyata Tuhan baik
sama gue, dia bikin lo juga mencintai gue. Itu udah cukup, meskipun pada akhirnya
nanti lo bukan jadi milik gue, gue tetep bahagia dan bisa senyum." "Verna," Bayu
mengerang lagi, lalu mengetatkan pelukannya, "Lo selalu bisa bikin gue tetap bersyukur
bahkan di waktu gue merasa pedih sekalipun." Verna tersenyum lembut dan menatap
Bayu penuh sayang, "Gue pingin setelah ini lo bener-bener ngelepasin gue dan
memusatkan diri buat bahagia bersama Nadia." Bayu memalingkan mukanya, "Gue
nggak bisa janji," jawabnya pahit, 39 | "saat gue
harus mengikat komitmen sama Nadia, itulah saat kematian buat hati gue." "Bayu, lo
nggak boleh gitu, gue nggak mau lo sebut-sebut mati atau apalah itu, gue mau lo
bahagia, hidup dan bahagia." Bayu meraih tangan Verna dan mengecupnya lembut,
"Gue akan hidup, tubuh gue akan terus hidup, tapi hati gue sama aja udah mati, seluruh
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
hati gue udah gue kasih ke lo." Air mata menggenangi mata Verna ketika mendengar
kata-kata Bayu, dia menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kalau gitu, gue nggak mau
terima hati lo! Gue nggak akan terima hati lo kalau itu sama aja bikin lo seperti mati."
Dengan lembut Bayu menangkup pipi Verna dengan kedua tangannya, lalu
menundukkan kepalanya dan mengecup air mata Verna, "Verna, hati itu, kalau yang
dituju nggak mau menerimanya, dia akan melayang-layang di udara, nggak bisa kembali
ke yang punya hati lagi, karena yang punya hati sudah memberikannya, sudah
melepaskannya dengan ketulusan," Bayu menarik napas panjang, "Lagipula orang
nggak punya hati, dia masih bisa melanjutkan hidupnya kok, dia masih bisa tertawa, dia
masih bisa berbahagia...." Bayu tersenyum sambil menarik napas, "Dan dia masih
punya nafsu... Untuk modal reproduksi," sambungnya setengah tertawa ketika Verna
memelototinya. Tapi dia lalu berubah serius lagi dan menatap Verna dalamdalam, "Dia
cuma nggak bisa mencintai lagi, karena katanya cinta itu cuma berasal dari hati." 40 | R
a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m Sejenak hening, dan mereka cuma bertatapan
dalam. Mencari makna di bawah tatapan mata mereka, mencari pemahaman dibalik
duka mereka, lalu Verna tersenyum. "Kalo gitu, gue akan terima hati lo, akan gue taruh
di tempat yang aman di hati gue, jadi hati itu nggak akan terkatung-katung di udara lagi."
Bayu tersenyum dan mengecup dahi Verna, "Terimakasih udah nerima hati gue, jaga
baik-baik ya." Verna melingkarkan lengannya di tubuh Bayu, dan memeluknya eraterat,
dihela angin pantai yang meniup rambutnya dan deburan ombak yang mengiringi
keheningan mereka, "Lo harus janji ke gue bahwa lo akan bahagia," desah Verna
lembut. "Gue akan bahagia, asal gue yakin kalo lo bahagia," jawab Bayu cepat.
"Bahagia lo yang paling penting." "Enggak, bahagia lo yang penting buat gue." Verna
membuka mulutnya untuk membantah, lalu menahan diri dan tertawa, "Gue rasa kalo
gue lanjutin, perdebatan ini nggak akan ada selesainya," gumamnya di sela tawa, lalu
berjinjit dan mengecup pipi Bayu, "Kalau begitu kita harus berjanji kepada kita, bahwa
kita akan bahagia, meskipun kita nggak berujung bersama, dan nggak akan pernah ada
'kita' untuk sekarang ataupun nanti." 41 |
Tangan Verna meraih jemari Bayu, lalu mengaitkan kelingkingnya, "Janji ya?" tanyanya
ketika Bayu hanya diam saja. Bayu menatap Verna sendu dan membalas tautan
kelingking Verna, "Janji," jawabnya pelan. Mereka terdiam, saling bertatapan dalam
kediaman yang syahdu, lalu Bayu mengajak Verna duduk di pasir, dan merangkulnya,
menatap ombak dalam kegelapan, menatap langit yang penuh bintang. Menikmati
saat-saat berharga itu sepuasnya, saat berharga, yang mereka berdua tahu, tidak akan
pernah terulang lagi di masa depan. "Verna," Bayu bergumam serak. "Ya?" "Gua sangat
sangat sangat cinta sama lo," bisiknya penuh perasaan. Verna memejamkan matanya,
menyandarkan kepalanya di bahu Bayu, "Dan gue juga, sangat sangat sangat cinta ama
lo," desahnya pelan, tersapu angin, terbawa suara debur ombak, melayang bersama
mimpi-mimpi mereka, mimpi dua anak manusia yang saling mencintai, yang hanya ingin
diizinkan untuk mencinta dan dicinta. ?LoveReads Hati Verna terasa ringan ketika
melangkah pulang ke tempat kostnya, dia dan Bayu, berpisah pagi itu dengan
kebahagiaan luar biasa. Kebahagiaan yang diiringi penerimaan, bahwa meski tidak bisa
saling 42 | memiliki, mereka sudah diberikan
anugerah karena bisa saling
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
mencintai. "Lepaskan gue seperti gue telah ngelepasin lo," bisik Verna di telinga Bayu
dalam pelukan terakhir mereka sebelum Verna melangkah keluar dari mobil Bayu. Dan
Verna sekarang benar-benar melepaskan Bayu, saat-saat berharganya bersama Bayu
semalam telah menyadarkannya dan mengobati semua luka hatinya. Penerimaan
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
darinya dan penerimaan dari Bayu benar-benar membuat hatinya bebas dan lepas. Dulu
setiap mengingat Bayu dia selalu ingin meratap, selalu ingin menangis, selalu merasa
bersalah, padahal tidak ada yang salah dengan dia mencintai Bayu, tidak ada yang
salah dengan cinta, karena cinta nggak pernah salah. Sekarang, Verna bisa mengenang
Bayu sambil tersenyum, tersenyum dan bersyukur karena Tuhan sudah memberikan
kesempatan padanya untuk mencintai seseorang dengan begitu dalamnya. Langkah
Verna melambat ketika melihat sosok Tanza yang terduduk di bangku di teras kost-nya,
"Tanza?" Verna menyapa hati-hati ketika melihat Tanza tampak melamun, tidak
menyadari kehadirannya. Lelaki itu mendongak, kaget, tampak tidak menyangka
menemukan Verna berdiri di depannya. Kemudian secepat kilat dia bangkit berdiri dan
meraih pundak Verna dengan kedua lengannya, merengkuhnya. 43 | R a t u - b u k u . b
l o g s p o t . c o m "Verna" serunya dalam kelegaan luar biasa "Ya Tuhan, lo kemana
aja?" Verna masih terpana, tak menyangka akan dipeluk seerat itu, jantung Tanza
berdegup tak beraturan di pipinya yang menempel di dada lelaki itu, dan Tanza
memeluknya begitu kuat, seakan ingin meremukkannya. "Gue kesini semalam, lo nggak
ada, hape lo mati, gue cari lo kemanamana, nggak ada yang ngeliat lo, gue cemas
setengah mati !" seru Tanza berkejaran, lalu dia meraih pundak Verna, menjauhkannya,
sedikit menunduk agar matanya sejajar dengan Verna, lalu dia menatap Verna
dalam-dalam, "Kemana aja lo" Dan sebaiknya lo punya jawaban yang bagus karena lo
udah bikin gue hampir gila mencemaskan lo." Ditatap sedalam itu Verna menelan ludah
dengan gugup, otaknya berputar, tidak mungkin kan dia mengatakan bahwa dia
menghabiskan semalaman di pantai bersama Bayu" Tanza akan marah besar
mengingat betapa antipatinya lelaki itu kepada Bayu. "Verna?" Tanza mengernyit,
tatapannya semakin tajam ketika Verna tak kunjung menjawab. Dengan gugup Verna
mencoba membalas tatapan mata Tanza, "Gue pulang," jawabnya cepat, berdoa
semoga semalam Tanza tidak kepikiran untuk mencarinya ke rumah. "Pulang?" dahi
Tanza berkerut, 44 | "Tapi lo kan selalu
menghindari pulang ke rumah, kenapa ?" "Gue... Eh, gue kangen sama mama," Verna
bersyukur karena dengan cepatnya dia bisa menemukan jawaban dengan cepat. Tanza
termenung, sejenak menatap wajah gugup Verna dengan curiga, tapi lalu menghela
nafas, "Oh" begitu, tapi kenapa ponsel lo sama sekali nggak bisa dihubungi?" "Ponsel
gue ketinggalan di kost, mungkin sekarang mati karena baterainya habis," Verna tidak
bohong karena memang dia tanpa sengaja meninggalkan ponselnya di kamarnya,
"Maafin gue Tanza, gue sama sekali nggak berfikir lo bakalan nyari gue." Lagi-lagi
Tanza menghela nafas kemudian menangkup wajah Verna dengan penuh sayang,
"Nggak nyari lo" gue kesini buat nengokin kondisi lo cuma buat nemuin kamar lo
kosong, lo nggak ada dimanamana, lo nggak bisa dihubungi, padahal gue tau lo masih
sakit dan perasaan lo lagi nggak enak, lo tau gimana perasaan gue ketika mencoba nelp
ponsel lo dan nggak nyambung" Pikiran-pikiran buruk langsung menyerang gue, tapi
gue ngerasa nggak berdaya, lo tau rasanya" Rasanya kayak mau mati aja," dengan
pedih Tanza memejamkan matanya, "Gue sayang banget sama lo Verna, tolong jangan
lakuin hal kayak gini lagi sama gue." "Tapi kemarin lo marah... lo pergi..." "Gue memang
marah, tapi bukan berarti gue nggak mencemaskan lo Verna !" sela Tanza tegas. 45 | R
a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m Tenggorokan Verna terasa tercekat karena rasa
haru, "Lo" nungguin disini semaleman?" "Semalem gue kemana-mana buat nyariin lo,
ke kampus, ke tementemen lo, ke tempat-tempat yang biasa lo datengin, tapi hasilnya
nihil, akhirnya gue sampe di keputusan buat nungguin lo di kost-an, setidaknya gue
bakalan tau kalo lo pulang"." "Tanza, maafin gue" Dengan lembut Tanza membelai
rambut Verna, "Nggak apa-apa Verna, yang penting lo pulang dengan selamat dan
nggak apa-apa, itu yang penting" Jawaban itu membuat Verna dengan spontan
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
langsung memeluk Tanza, dan lelaki itu membalasnya dengan memeluknya lebih erat
lagi, "Gue nggak berencana buat menyayangi lo sejauh ini," desahan Verna tenggelam
di dada Tanza, "Tapi iya, Gue terlanjur menyayangi lo-" Pelukan Tanza makin erat,
seakan mau meremukkannya, "Dan gue menyayangi lo juga Verna, lebih dari yang lo
tahu-" "Gue tahu, maafin gue, kemarin lo marah sama gue" "Karena lo bilang nggak
butuh cinta gue, itu nyakitin gue Verna." "Maafin gue..." Verna memejamkan matanya
pedih, "Gue nggak tahu harus jawab apa tentang perasaan lo Tanza, ini sama kayak
d?j?vu, 46 | seolah gue mengulang kesalahan
yang sama di masa lalu, semuanya sama persis, dengan kondisi yang sama..." "Gue
beda sama Bayu," jawab Tanza mantap, "Dan Dania bukan sodara kembar lo, beban lo
nggak seberat itu kalo sama gue." Verna menggeleng-gelengkan kepalanya dan
mendongakkan kepalanya untuk menatap Tanza, "Ini bukan masalah Dania sodara
kembar gue atau bukan, gue memang nggak dekat dengan Dania, tapi sama saja,
Dania juga perempuan, sama seperti Nadia, dan gue ngerasa berdosa, hati nurani gue
menolak kalau gue lagi-lagi harus berada di posisi orang ketiga, merusak hubungan
orang lain yang sudah terjalin dengan begitu kuatnya, gue nggak bisa Tanza, gue nggak
mau lagi." "Lo mikirin perasaan Dania, tapi apa lo nggak mikirin perasaan gue?" sinar
kepedihan muncul di mata Tanza, "Gue nggak bisa membohongi perasaan gue Verna,
gue cinta sama lo, cinta ini lebih besar dari cinta yang pernah gue rasain sama
siapapun, dan lo sama sekali nggak salah kalo gue jadi cinta sama lo dan mengkhianati
Dania, gue yang salah di sini, tolong pertimbangkan perasaan gue, Verna." Verna
menggelengkan kepalanya, "Maafkan gue Tanza. Gue nggak bisa, gue nggak mau jadi
penyebab putusnya lo sama Dania," dengan pelan Verna melepaskan diri dari pelukan
Tanza, "Gue sayang sama lo, lo ada disaat gue ngerasa ancur, lo yang bantu gue, entah
sejak kapan gue jadi terbiasa bersandar sama lo, entah sejak kapan gue ngerasa gue
sayang banget sama lo, tapi". Untuk memiliki lo dengan menghancurkan hati
perempuan lain?" 47 | Verna menggelengkan
kepalanya, "Gue nggak bisa, maafin gue Tanza." Dengan pelan, Verna membalikkan
tubuhnya dan melangkah ke teras
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com


Verna Dan Hujan Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kostnya. "Verna," Tanza memanggil, masih berdiri di tempatnya semula, tidak mencoba
mendekati Verna, "Gue akan putus dengan Dania, sama aja, itu sesuatu yang nggak
bisa dicegah biarpun lo nggak mau nerima gue." Verna memejamkan matanya sedih,
"Gue nggak bisa Tanza, maafin gue... gue nggak bisa..." kemudian dengan cepat dia
membuka pintu kamar kostnya dan menutupnya di depan muka Tanza. ?LoveReads
"Verna," Suara panggilan itu membuat Verna menoleh mendadak dengan wajah pucat
pasi. Nadia berdiri di depannya, Nadia yang sama persis dengannya, versi feminim dan
lebih cantik dari Verna, "Nadia?" Nadia mengangguk, wajahnya datar. Saat itu mereka
berada di kantin kampus Verna, suasana sangat ramai karena itu jam istirahat sehingga
Nadia mengernyit, "Bisa kita bicara di tempat lain" kita perlu bicara." 48 | R a t u - b u k
u . b l o g s p o t . c o m Tentang apa" Jantung Verna berdegup kencang, terasa sesak.
Selama waktu-waktu pelariannya, menjauhi Nadia, menjauhi Bayu, menjauhi
keluarganya, seperti yang Nadia minta padanya dulu, saudara kembarnya ini sama
sekali tidak pernah repot-repot menghubunginya. Dan sekarang Nadia ada di sini, untuk
apa" "Kita bisa ke caf? seberang kalo lo mau," Verna melirik ke sebuah Caf? kecil di
seberang kampusnya, Caf? itu kecil dan nyaman, dan yang penting cukup tenang untuk
tempat mereka berbicara. Hujan mulai turun, rintik-rintik dan langit begitu mendung,
begitu gelap. "Oke," Nadia mengangguk, lalu melangkah mendahuli Verna berjalan ke
sana, menembus hujan rintik-rintik. Verna mengikutinya di belakang dengan pedih,
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
mereka berjalan dalam diam, dalam kecanggungan. Oh Tuhan, rasanya Verna ingin
menangis saja, dulu mereka begitu akrab, Nadia dan Verna, saudara kembar yang tak
terpisahkan, mereka adalah satu yang menjadi dua, dua yang menjadi satu, satu hati,
kembar identik yang sangat saling menyayangi, mereka tidak pernah berjalan bersama
tanpa bergandengan, tanpa berangkulan, tanpa tertawa bersama, tetapi entah kenapa
sekarang hubungan mereka menjadi begitu canggung dan dingin. Salah gue, putus
Verna sambil memejamkan matanya. Dia yang salah karena meletakkan hatinya pada
orang yang salah, pada tempat yang salah, pada waktu yang salah. Dan sekarang dia
harus menanggung konsekuensinya. 49 |
Mereka memilih tempat duduk agak di pojok, dan dengan elegan, setelah mengibaskan
titik-titik air yang sedikit membasahi rambutnya, Nadia memesan menu makanan untuk
mereka berdua, Nadia tidak perlu bertanya apa yang diinginkan Verna untuk dimakan,
dia sudah tentu tahu. Kemudian Nadia menatap Verna dalam-dalam, mereka duduk
berhadapan, dua wajah yang sama persis, yang satu merupakan versi feminim dari
yang lain, "Gue rasa lo yang berhak tahu kabar ini pertama kali," gumam Nadia tenang.
Sekali lagi, jantung Verna berdegup penuh antisipasi, "Tentang apa?" matanya
bertanya, ingin tahu sekaligus takut mendengar apapun yang akan diucapkan oleh
Nadia. Nadia menatap Verna lurus-lurus, dan kata-kata itu kemudian terucapkan dari
bibirnya. Kata-kata yang menghancurkan Verna hingga menjadi serpihan-serpihan kecil,
hancur lebur tak bersisa sama sekali. "Gue mau percepat nikahan gue sama Bayu.
Bulan depan-" ?LoveReads 50 | Verna dan
Hujan Part 3 Hening. Verna terhenyak menatap saudara kembarnya yang melemparkan
pandangan jauh ke sudut ruangan caf?. Hanya sesaat Verna mengenali saudara
kembarnya yang dahulu sangat mencintainya. sedetik kemudian tatapan mereka beradu
dan saat itu juga Verna sadar kalo Nadia sudah kembali, Yang ada di depannya ini
adalah Nadia yang memancarkan api kebencian disorot matanya, ditambah rona muak
yang menyeruak dari parasanya yang cantik. "Kapan tepatnya?" Verna memecah
kesunyian yang canggung itu. "Minggu kedua bulan depan" Nadia menjawab acuh. "Dan
yang pasti gue gak berharap lo dateng" tambahnya cepat. Gue juga gak mau dateng kok
kalo memang itu mengganggu... Verna membatin. "Gue harap semua lancar." Verna
menelan ludahnya, "Kalau-kalo lu butuh bantuan?" "Nggak, gue nggak butuh bantuan
apapun dari lo." Sela Nadia sambil menatap Verna benci, "Gue rasa sudah cukup lo
merusak hidup gue, gue harap setelah ini kita ga usah ketemu lagi!" dengan kejam
Nadia melemparkan tatapan tajam ke Verna, "Gue pasti akan tau apa yang lo 51 | R a t
u - b u k u . b l o g s p o t . c o m lakuin selama ini di belakang gue, inget gue ngawasin
Bayu terusterusan, gue minta lo berhenti mikirin Bayu, dia punya gue, dulu dan nanti."
Nadia beranjak dari kursi, memunggungi Verna dan segera berlalu. Verna memandangi
sosok saudara kembarnya menjauh dan kemudian menghilang. Dadanya terasa sesak
oleh tangis yang tertahan, dipandanginya gelas Nadia yang belum tersentuh, seketika
kenangan masa kecilnya bersama Nadia membayang, dia teringat betapa dirinya yang
tomboi menjadi tumpuan Nadia yang lemah lembut, betapa kala itu, bahkan sampai
sekarang, Verna mencintai saudara kecilnya itu. Saat tangis tak lagi bisa dibendungnya,
Verna segera beranjak dari kursi dan meninggalkan caf?. ?LoveReads Hari itu langit
sungguh sangat bersahabat, mendung menelikung hingga sejauh mata memandang.
Hujanpun seakan tak pernah bosan menyapa bumi, hingga petangpun rintiknya tak
pernah berhenti. Verna, seperti yang selalu dilakukannya, selalu setia menemani hujan
hingga tetes terakhirnya. Memandangi hujan sudah tak pernah sama lagi baginya, dulu
mungkin kebahagiaan menyelimuti perasaannya setiap hujan turun, sekarang semua
sudah berubah, ternyata menikmati hujan sendirian tak begitu menyenangkan.
Dipandanginya tempat kosong di sebelahnya, di sana biasanya ada Tanza, sibuk 52 | R
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m bercerita tentang apa saja seakan tak pernah
habisnya. Verna sudah kehilangan Bayu, dan juga sudah kehilangan Tanza" Cukup
Verna! Sudah cukup air mata tertumpah karena bayangan itu. Batinnya terisak saat
pandangannya lurus menatap butir hujan menghempas tanah. Dengan langkah cepat
Verna pulang ke kostnya, dan". Tertegun. Bayu berdiri di sana, menunggu di teras
kostnya, bagikan patung yang berdiri di balik tirai hujan yang mulai turun. "Bayu?"
dengan hati-hati Verna meletakkan payungnya dan melangkah mendekat.
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Bayu mendongakkan kepalanya dan menatap Verna sedih, "Hai Verna." "Kenapa lo ada
di sini" Bukankah kita udah sepakat kemarin bahwa kita nggak akan ketemu lagi?" "Gue
harus bicara ama lo, sebelum lo denger dari yang lain." Sayatan perih itu terasa lagi,
menghujam hatinya tanpa ampun. "Gue udah denger Bayu," Bayu menatap Verna
waspada, "Maksud lo?" "Nadia nemuin gue barusan, di kampus" dengan pahit Verna
memandang hujan di kejauhan, tak mampu menahankan tatapan iba yang dilemparkan
Bayu kepadanya, "Nadia bilang, pernikahan kalian akan dipercepat minggu depan."
"Verna maafkan gue," Bayu mengacak rambutnya frustrasi. 53 | R a t u - b u k u . b l o g
s p o t . c o m "Gue udah berusaha datang ke sini secepatnya, supaya lo denger hal itu
langsung dari gue, bukan dari orang lain. Tapi gue terlambat-" "Well," Verna
mengangkat bahunya, "Kita kan tau kalo ini pasti akan terjadi, selamat ya Bayu," Tanpa
sadar Verna mengernyit, ah ya, dia tahu hal ini cepat atau lambat pasti akan dia hadapi
juga. Tetapi tidak secepat ini, ya Tuhan! Batinnya belum kuat. "Ini terlalu cepat. Terlalu
cepat," Bayu mengungkapkan pemikiran yang sama dengan Verna, "Nadia... Dia karena
kecelakaan itu dia tidak ingat kejadian waktu memergoki kita, dia tetap baik Verna,
mencemaskan lo dan memikirkan lo, karena lo nggak pernah pulang ke rumah lagi-"
Nadia tidak lupa ingatan Bayu, dia ingat semuanya, dia membenciku dan ingin
menghukumku. Bahkan dia yang mengusirku menjauh dari kehidupan kalian semua.
Betapa Verna ingin mengungkapkan kebenaran itu kepada Bayu, tetapi dia tidak bisa.
Bayu adalah satusatunya tumpuan Nadia untuk bahagia, Verna tidak mungkin
mengkhianati Nadia lagi untuk kedua kalinya. "Setelah kecelakaan itu, Nadia tidak
berubah, tetap cinta dan sayang ama gue," Bayu bergumam, tidak sadar kalau
kata-katanya melukai Verna, "Tetapi dia jadi sangat posesif sama gue, dia selalu
memeriksa ponsel gue, menelepon gue terus menerus untuk memastikan keberadaan
gue, bahkan mengecek dengan telpon ke rumah gue untuk memastikan bahwa
keterangan yang gue berikan sama dia nggak bohong... dia jadi paranoid dan sedikit
aneh." 54 | Itu karena dia takut lo akan nemuin
gue di belakangnya, seperti yang pernah kita lakukan sebelumnya, kita
mengkhianatinya. Hati Verna menjerit, pedih karena ternyata dia telah melukai saudara
kembarnya sampai sedalam itu. "Puncaknya terjadi ketika gue melarikan diri ama lo
malam itu, malam perpisahan kita," Bayu menatap Verna dengan sedih, "Gue bilang ke
nyokap mau ke luar kota untuk antar temen, gue matiin ponsel gue, karena malam itu
gue pingin bertindak egois sekali saja, menghabiskan waktu dengan orang yang
benar-benar gue cintai," Mata Bayu meredup, "Nadia" Nadia menjadi hampir gila
karenanya, dia ke rumah, dan ketika orang tua gue nggak bisa ngasih jawaban pasti,
dia... Dia nyari gue sendiri kemana-mana, sampai pagi dia nggak pulang, nyari gue ke
kantor, ke seluruh rumah teman-teman gue". Dan ketika gue pulang" Nadia masuk
rumah sakit lagi karena stress dan kelelahan." Rasa bersalah menusuk Verna lagi,
membayangkan di malam itu, ketika mereka memilih bersama dan menjadi egois, Nadia
sedang kebingungan dan kesakitan mencari Bayu. "Kedua orang tua kita langsung
menyidang gue, mama dan papa lo marah sekali sama gue karena menghilang tanpa
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
kabar dan bikin Nadia sampai seperti itu, lalu" keputusan mempercepat pernikahan itu
dibuat, supaya gue bisa lebih belajar bertanggung jawab sama Nadia," Suara Bayu
tercekat di tenggorokannya dan menatap Verna dengan tatapan berkaca-kaca. "Tolong
gue Verna... Gue nggak bisa," 55 | Ada getaran
tangis yang menjalar di suara itu, "Gue nggak mampu nolak karena keluarga gue,
karena Nadia". Tapi kalo gue maksain diri gue, sama aja gue udah mati, gue ga bisa
Verna, gue nggak sanggup" Tolong gue Verna?" Bayu menundukkan kepalanya
bahunya berguncang oleh tangis tertahan. Melihat Bayu, Bayu yang dicintainya
menangis seperti itu sungguh membuat Verna sedih. Dia ingin Bayu bahagia, di sisi lain,
kalau bahagia dia merenggut bahagia Nadia, Verna nggak bisa. Semua terlalu berat
untuknya. "Gue" udah pasrah Bayu, seperti yang udah gue bilang ama lo kemaren. Lo
mungkin memang bukan jodoh gue." "Gimana bisa?" Bayu menyela setengah emosi,
"Gue" gue ngerasa paling nyaman kalo sama lo, gue ngerasa lengkap, bahagia, udah
nggak butuh apa-apa lagi, Lo yang paling pas, lo jodoh gue!" "Bayu," Verna
menggelengkan kepalanya, "Jauh dalam hati gue, gue akan selalu nyimpen lo sebagai
pasangan jiwa gue. Tapi". Kita harus kuat dan dewasa, lebih baik lo pulang Bayu."
"Verna," Bayu mengerang dengan rasa tersiksa memenuhi matanya, "Cegah gue Verna,
Lakuin sesuatu, setidaknya izinkan gue ngomong tentang kita ke orangtua kita, gue"
gue bnisa perjuangin kita kalo lo mau berjuang sama gue, gue nggak mau nikahin Nadia
itu akan jadi salah satu keputusan paling bodoh dalam hidup gue, gue juga pasti nggak
akan bisa bahagiain Nadia, karena gue nggak cinta sama dia-" "Lo harus bahagiain
Nadia," suara Verna menajam. 56 | "Anggap saja
itu penebusan dosa lo Bayu, Lo harus bikin Nadia bahagia, lo harus belajar numbuhin
cinta lo lagi sama Nadia?" Ketika Bayu akan membantah, Verna menangis, "Gue
mohon Bayu, itu satu-satunya permohonan gue, gue nggak akan minta apa-apa lagi
sama lo-" Bayu tertegun, lama. Mereka berdiri di teras itu, dengan hujan yang mulai
deras dan menetes-netes mengenai mereka. Lalu Bayu menghela napas panjang.
"Permintaan lo itu... Sama saja lo minta gue mati," Bayu menyentuhkan jemarinya di pipi
Verna, menghapus air mata yang mengalir di sana, kemudian membalikkan badannya
dan pergi menembus hujan, tanpa kata. ?LoveReads "Tanza?" Verna langsung berseru
di antara isak tangisnya, ketika suara Tanza menyahut di seberang sana. "Verna?"
suara Tanza langsung berubah serius, menyadari Verna menelponnya, "Verna, ada
apa?" Tanza mulai cemas ketika tidak ada jawaban dari Verna, hanya isakan tertahan di
sana, "Verna. Gue ke sana sekarang." #### Ketika Verna membuka pintu, Tanza berdiri
di sana, dengan rambut acak-acakan dan wajah pucat pasi karena cemas, seakan tadi
lelaki itu benar-benar terburu-buru ke tempat Verna. "Verna?" 57 | R a t u - b u k u . b l o
g s p o t . c o m Dan Verna-pun luluh, langsung menjatuhkan diri ke pelukan Tanza dan
menangis. Tanpa tanya, Tanza memeluknya, membiarkan Verna menumpahkan
perasaannya di sana, di dadanya. Lama kemudian, Tanza sedikit menjauhkan tubuh
Verna dari pelukannya, dan memaksa Verna mendongak ke arahnya, "Ada apa?" Verna
menyusut air matanya, dadanya masih terasa sesak, tetapi entah
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
kenapa kehadiran Tanza di dekatnya membuatnya merasa nyaman, "Nadia" tadi siang
nemuin gue?" "Terus?" "Dia... Dia bilang... pernikahannya sama Bayu akan di
percepat..." "Kapan?" "Bulan depan, minggu ke dua-" Tanza menghela napas panjang,
lalu meremas pundak Verna dengan lembut, "Lo kan tahu bahwa hal ini pasti akan
terjadi kan?" Verna menganggukkan kepalanya, dia tahu. Oh ya Tuhan, dia sudah tahu
bahwa kesakitan ini suatu saat pasti akan dia hadapi, tetapi selama ini dia berlindung di
balik pemikiran bahwa hal itu akan berlangsung nanti, nanti ketika Nadia sudah
Verna dan Hujan - Santhy Agatha
menyelesaikan skripsi dan wisudanya, nanti" mungkin beberapa bulan lagi. Dan Verna
berharap bahwa saat itu dia sudah menyembuhkan luka hatinya, mampu menatap
kenyataan itu sambil tersenyum. Tetapi semua terlalu cepat, seperti kata Bayu tadi,
terlalu cepat. Luka itu masih 58 | menganga,
terasa perih dan masih berdarah-darah. Verna baru belajar menyiapkan hatinya, dan
kemudian sekarang dia dipaksa harus menyembuhkan diri secepatnya. "Verna?" Tanza
mengerutkan keningnya ketika Verna hanya merenung. Diraihnya dagu Verna dan di
arahkan kepadanya, "Lo harus kuat, seperti yang pernah lo bilang sebelumnya. Ini jalan
yang lo pilih, dengan segala konsekuensinya. Sakit memang, melihat lelaki yang lo cintai
The Hunger Games 2 Imbauan Pendekar Karya Khu Lung Ketlka Flamboyan Berbunga 4

Cari Blog Ini