Ceritasilat Novel Online

Asmara Pedang Dan Golok 2

Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng Bagian 2 wajahnya yang tampan tampak jadi lebih tampan. Tapi sorot matanya tampak sangat dingin dan keji. Dalam keadaan ini Hoyan Tiang-souw jadi lupa menangkap batang besi yang panjang itu, sebab jika tidak bisa melindungi nyawanya, lalu apa gunanya dia bisa menangkap batang besi panjang itu" Dengan kata lain dia harus memusatkan dirinya menghadapi tusukan pedang Li Poh-hoan yang seperti datang dari dunia luar dan penuh dengan hawa membunuh. Tapi dia tetap saja tidak bisa menahan hatinya yang tergetar oleh wajah lawannya yang sangat ta mpa n. Sebenarnya dia tidak pernah mengalami keiadi-nn seperti ini, kalau marah sudah sering terjadi, tapi kaldu hatinya sampai tergetar karena hal ini, sama sekali tidak pernah dialaminya. Kalau kejadian ini terjadi pada orang lain dia tidak peduli, tapi jika terhadap dia, itu adalah masalah besar yang bisa mengakibatkan nyawanya hilang. Benar saja karena hal ini dia jadi kehilangan kesempatan, sinar pedang tahu-tahu sudah mendesak maju sampai kurang dari tiga kali. Jarak tiga kaki jika kakinya berada di atas tanah, mungkin paling sedikit masih bisa melancarkan tiga empat jurus golok yang berbeda untuk meng-had.ipi datangnya pedang itu. Apa boleh buat, sekarang tubuhnya masih berada di udara, dan juga terlalu banyak menggunakan tenaga dalam untuk mengatur kecepatan tubuhnya turun ke bawah, walaupun tidak kehabisan tenaga, tapi sangat berbeda jika dibandingkan dengan saat kaki menginjak tanah. Pedang musuh hanya ditusukan biasa-biasa saja, tapi kedahsyatannya sulit digambarkan. Yang paling menggetarkan Hoyan Tiang-souw adalah ketika melihat serangan lawannya, tidak tampak ada satu celah pun. Di dalam keadaan kritis ini, bagaimana dia ada waktu untuk berpikir mencari akal" Dia segera mengangkat golok dan diayunkan, titik yang diarah ujung pedang lawannya. Bagi orang biasa, jika ingin berhasil menyabet ujung pedang dengan menggunakan golok, tentu saja hal yang mustahil. Walaupun seorang pesilat tinggi kelas satu dunia persilatan, hal ini adalah pekerjaan yang amat sulit dan sangat bahaya, kecuali orang yang memegang pedang itu adalah sebuah balok kayu yang tidak ada reaksinya. Jika tidak, asalkan ujung pedangnya digeser sedikit, maka tidak akan bisa mengenainya, jika lawan juga adalah seorang pesilat tinggi, maka itu akan tambah pulit dan sangat berbahaya. Tusukan pedang itu selain dahsyat juga mantap seperti Tai-san. Kelebatan Mo-to malah laksana es. Hawa membunuh dari kedua senjata itu membuat hawa di sekeliling mendadak turun. "Traang!" Mo-to benar-benar mengenai ujung pedang itu. Saat ini tubuh kedua orang itu segera turun ke bawah, gerakan Hoyan Tiang-souw membuat siapapun terperanjat, sebab dia masih bisa menyerang lagi dengan goloknya, membuat gulungan-gulungan sinar, mengurung lawannya. Tapi dari ratusan bayangan golok itu, hanya satu yang asli yaitu yang membacok tenggorokan, jika bacokan golok ini mengena, dijamin kepala Li Poh-hoan terpenggal dan jatuh ke dalam Kiam-ti. Terhadap ratusan bayangan golok ini, Li Poh-hoan hanya membalas satu tusukan pedang, kali ujung pedangnya satu inci pun tidak melesat, tepat mengenai golok. "Traang!" kedua orang itu terdorong beberapa kaki. Hoyan Tiang-souw berteriak: "Jurus pedang bagus!", suaranya keras laksana geledek. Tubuhnya meluncur kekiri, ujung kakinya mendongkel, tepat mengenai batang besi panjang itu. Gerakannya membuat batang besi panjang itu tidak terjatuh ke dalam Kiam-ti. Menurut kabar dalamnya Kiam-ti sulit diukur, jika ada benda yang jatuh ke dalamnya, siapa yang bisa mengambilnya kembali" Li Poh-hoan bersalto satu kali, posisi tubuhnya menjadi tertelungkup, dia menjulurkan tangan tepat memegang batang besi panjang itu. Kedua orang itu tidak bertarung lagi, terbang turun di tepi Kiam-ti. Li Poh-hoan mengangkat-angkat batang besi panjang di tangannya, sambil tertawa dingin berkata: "Jika kau ingin merebut pedang pusaka ini, tanya dulu pada pedangku yang bukan pedang pusaka ini!" Sedikit hawa amarah keluar dari ujung alisnya Hoyan Tiang-souw dan berkata: "Siapa yang mau merebut barangmu?" Saat ini amarahnya mendadak hilang, dan berubah menjadi wajah keheranan, katanya lagi: "Katamu batang bambu ini pedang" Ku lihat dari sudut mana pun tidak mirip." Li Poh-hoan mengangkat sepasang bahunya dan berkata: "Aneh, aku malah jadi percaya kata-katamu." Yang dia percayai tentu saja Hoyan Tiang-souw tidak berniat merebut pedang pusaka. Dia berkata lagi, "Pedang ini adalah benda pusaka dari luar negeri, namanya Tok-coasim (Lidah ular beracun). Dalam keadaan biasa hanyalah sebatang tongkat panjang, tapi dalam keadaan mendesak dengan pengerahan tenaga dalam, maka akan mengeluarkan ujung pedang sepanjang tiga dim, sangat tajam dan kecil seperti kawat baja. Kau tadi mungkin sudah melihatnya, batu juga jadi seperti tahu, apa lagi tubuh manusia, jangan dikatakan lagi." . Hoyan Tiang-souw memang tadi melihat dengan mata kepala sendiri, maka dia membantah: "Kenapa kau mengutus orang diam-diam ingin membunuhku" Dengan ilmu silatmu, sangat pantas bertarung secara terang-terangan. Kenapa mengguna kan cara hina diam-diam membunuh orang?" Li Poh-hoan balik bertanya: "Tadi kau jelas sudah berada dalam bahaya, jelas sulit bisa lolos dari serangan pedangku, kenapa mendadak kekuatan golokmu bisa menjadi sangat dahsyat, membuat aku tidak sempat merubah arah pedang, sehingga golokmu bisa mengenai ujung pedangku" apa sebabnya?" Dalam hati Hoyan Tiang-souw timbul dua wajah lain yang ketampanannya seperti Li Poh-hoan. Dua orang ini berbeda aliran, yang satu aliran lurus yang disebut Kiam-liu (Pedang marga Liu) dan pemiliknya adalah tuan muda Liu Siang-hen, salah satu keluarga dari dua keluarga besar dunia persilatan Chun-hong-hoa-goatlou di Yang-ciu. Ketampanan dia, jaman sekarang boleh dikatakan tidak satu orang pun yang bisa menandinginya. Satu wajah lagi yang beraliran sesat adalah Toh Ceng-tie, julukannya Jin-bin-souw-sim (Manusia berhati binatang). Orang ini punya kelainan jiwa, sialnya dia memiliki kepandaian sangat tinggi dan menguasai ilmu hebat dari berbagai perguruan silat, penuh dengan akal busuk. Siapa pun yang bertemu dengan dia (termasuk beberapa gurunya), terpaksa menyalahkan dirinya sendiri, mungkin dalam kehidupan sebelumnya kurang berbuat amal hingga dosanya banyak. Toh Ceng-tie juga sangat tampan. Dulu Hoyan Tiangsouw hampir saja dibunuh olehnya, jadi harinya masih membenci padanya. Maka ketika dalam hati dia muncul dua wajah yang satu aliran lurus dan yang satu lagi sesat, dia merasa Li Pohhoan termasuk orang Toh Ceng-tie, saat itu dia jadi naik pitam. Tadi dia hanya untung-untungan mengibaskan goloknya dan tepat mengenai ujung pedangnya. Rahasia ini rasanya tidak perlu dibongkar, maka Hoyan Tiang-souw hanya tersenyum tidak berbuat apa-apa. Jawaban yang diberikan juga bukan yang ditanyakan, berkata: "Ujung pedangmu pun bisa mengenai golokku, kau memang pantas menjadi lawanku." Kata Li Poh-hoan: "Saat ujung pedangku terkena oleh golokmu, pedangku sudah menjadi tumpul, ketajamannya sudah berkurang ratusan kali dibandingkan sebelumnya. Makanya tusukan pedangku, seperti memakai palu menghantam golok, orang yang ilmu silatnya lebih rendah dariku, mungkin juga bisa melakukan hal ini." "Kau terlalu merendah, jika orang itu ilmu silat dan jurus pedangnya lebih rendah darimu, pasti tidak akan mampu melakukannya." "Tentang masalah ini, aku tidak akan berdebat denganmu." Li Poh-hoan berkata lagi, "hal lain yang ingin aku katakan adalah masalah permusuhan, kau tahu tidak, jika kita berdua bermusuhan, akibatnya adalah jika bukan kau yang mati, maka aku yang meninggal, pasti tidak ada jalan ketiga?" "Mengenai masalah kita jadi musuh atau tidak kuncinya ada di tanganmu bukan padaku." Kata Hoyan Tiang-souw Li Poh-hoan sambil melirik, berkata lagi: "Benarkah" Coba kau pikir-pikir lagi, apakah benar atau tidak?" Hoyan Tiang-souw berpikir keras. Kata kata ini betul saja tidak benar. Sebab jika Li Pohhoan tidak bisa melepaskan Cui Lian-hoa, dia tidak hentihentinya mengejar, dan dia sendiri tidak bisa melupakan Cui Lian-hoa, maka dia menjadi musuh cintanya. Orang biasa bertemu dengan musuh cinta, setelah melakukan pertarungan akan mendapatkan cinta, yang menang tidak perlu dikatakan, tapi yang kalah biasanya juga hanya bisa mengeluh lalu pergi jauh. Tapi jika terjadi pada orang yang berilmu silat tinggi, maka persoalannya menjadi ruwet. Buat orang biasa sangat sulit dengan emosinya membunuh orang menggunakan senjata, tapi bagi pesilat tinggi dunia persilatan bisa melakukannya, tidak saja bisa, malah sangat mudah sekali. Inilah besarnya perbedaan. Misalkan Li Poh-hoan kalah dalam persainggan cinta, dengan mudahnya dia akan mencari Hoyan Tiang-souw dan bertarung dengannya. Sebaliknya Hoyan Tiang-souw juga sama. Walau Hoyan Tiang-souw tahu pasti tidak akan melakukannya, tapi kemungkinannya ada, maka tidak bisa mencegah orang ada pikiran seperti ini. Hoyan Tiang-souw tertawa pahit, berkata: "Kalau begitu kau mau apa?" ' Jawaban Li Poh-hoan cepat sekali, jelas dia sudah memikirkannya: "Kau kembalilah ke utara, maka tidak akan ada masalah lagi." Hoyan Tiang-souw melototkan matanya: "Aku bukan orang yang takut pada masalah, kau harus ingat ini." "Aku tahu, aku juga tidak mau mengusikmu, namun jika kau menghalangi aku, kau suruh aku berbuat bagaimana?" Tiba-tiba Hoyan Tiang-souw merasakan golok pusakanya kembali bergerak-gerak dalam sarungnya. Hai, Mo-to nya kembali ingin keluar sarung, ingin merasakan darah manusia. Hai, pertarungan dan pembunuhan yang tidak ada akhirnya, tapi apakah ada cara lain lagi" Orang yang berada dalam dunia persilatan sudah tidak bisa berbuat sekehendak hati, dan manusia yang sudah masuk dalam jaringnya nasib lebih-lebih tidak bisa berbuat sekehendak hati, malah sampai hati pun tidak bisa berbuat sekehendaknya! Hai...... -V v VKetika hari kemarin, sebuah tempat di satu ruangan besar di pantai See-ouw. Di dalam ruangan hanya ada wanita, tapi bukan tidak ada laki laki, hanya laki-lakinya sudah menjadi mayat, darah segar berhamburan memenuhi lantai, bau amis darah membuat orang menjadi pusing dan ingin muntah. Nyonya setengah baya berbaju hijau dengan dingin berkata: "Hoyan Tiang-souw sudah pergi, langkah dia sedikit terburu-buru, seperti yang melarikan diri saja, ada apa sebenarnya" Apakah dia sudah menemukan bahaya" Jika ada bahaya, lalu bahaya apa?" Cui Lian-hoa melihat keluar jendela, tapi dia terlalu jauh dari jendela, maka tidak bisa melihat permukaan air danau yang jernih dan gunung yang hijau, tapi dia bisa merasakan cerahnya musim semi dan udaranya. Namun semua ini akan segera menghilang, bukan menghilang seperti datang dan perginya musim semi, tapi dia sendiri yang telah kehilangan kekuatan-nya merasakan.... .... setelah manusia mati, segala yang ada di dunia ini terhadap dia sama saja, menghilang. Aku mungkin tahu kenapa dia terburu-buru 'melarikan diri', tentu saja bukan karena bahaya, orang ini jika ada bahaya yang bisa membuat dia takut, itu baru satu kejadian aneh. "Kau tahu jawabannya," wanita berbaju hijau dingin berkata, "begitu lihat sorot matamu aku sudah tahu kau mengetahuinya, jika kau rela mati demi jawaban ini, itupun bukan tidak boleh." Cui Lian-hoa sadar yang dia hadapi adalah wanita yang pintar, licik dan keji, dia balik bertanya: Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Apakah setelah aku menjawab maka aku boleh tidak mati?" "Belum tentu, aku tidak bisa menjamin hal ini." "Tadi kenapa kau tidak membunuh kami" Apakah kau benarbenar merasa ragu jika sampai tidak bisa membunuh aku, akan menimbulkan akibat yang sangat berat?" "Tidak salah, Mo-to nya Hoyan Tiang-souw bukan golok biasa, jika aku bisa tidak bertarung dengan dia, tentu itu yang paling bagus." Akhirnya Cui Lian-hoa mengatakan jawaban-nya: "Hoyan Tiang-souw mungkin hanya ingin menghindar dariku, maka dia sampai sekarang belum tahu apakah aku benar-benar tidak bisa bersilat" Apakah aku bisa kembali bebas dan lain-lainnya, sudah langsung pergi." "Jawaban ini kedengarannya sangat aneh, jarang membuat orang tidak bisa percaya, tapi, tampak-nya tidak ada alasan lain yang lebih bagus. Mmm, mari kita pergi, lebih cepat lebih bagus, jangan sampai para petugas keamanan datang kesini, hingga menambah kerepotan." Langkah pertama dia menyuruh pergi dulu empat wanita lainnya yang juga sangat cantik. Lalu menyuruh Cui Lian-hoa berganti pakaian laki-laki, termasuk dia sendiri juga. Sehingga Cui Lian-hoa berubah jadi seorang sastrawan, dan wanita berbaju hijau menjadi seorang pelayannya. "Apakah kita pergi ke Pheng-lai di Soatang?" sambil ganti baju Cui Lian-hoa bertanya padanya. "Mungkin ya mungkin tidak," wanita baju hijau tidak mau memberitahukannya dan berkata lagi, "selanjutnya dalam perjalanan kau adalah tuan muda Cui, aku adalahpelayanmu Lo-cia. Palingbaik kau jangan banyak bicara, jika terpaksa harus bicara, kau harus merubah suaramu menjadi suara laki-laki, pokoknya jangan sampai membuat orang menimbulkan masalah, jika ada masalah, aku akan menusuk dulu tubuhmu dua belas tusukan pedang." Walaupun orang yang paling kuat di dunia, jika tubuhnya ditusuk dua belas kali oleh pedang, mungkin ingin tidak mati juga tidak bisa. Apa lagi Cui Lian-hoa, dia bukanlah orang yang sangat kuat, tentu saja tidak bisa tidak mati. Makanya Cui Lian-hoa bercermin pada kaca memeriksa apakah ada yang salah atau tidak, dia melihat dirinya menyamar menjadi laki-laki, ternyata sangat tampan juga! Jika dalam perjalanan dia punya kesempatan berkenalan dengan wanita, sehingga mereka jatuh cinta padanya, itupun bukan hal yang aneh. Dengan suara kasar dia bertanya: "Lo-cia, kenapa kau melepaskan empat wanita itu, sedangkan aku tidak?" "Mmm, suaramu tampak tidak ada yang salah. Apa gunanya empat wanita itu untukku" Aku kan bukan lakilaki, walaupun laki-laki juga tidak perlu wanita sebanyak itu." Cui Lian-hoa berkata: "Karena kau bukan laki-laki, maka tidak tahu cara berpikir laki-laki, jarang sekali laki-laki merasa kebanyakan wanita, pada dasarnya bagi mereka ber-harap lebih banyak wanita lebih bagus." "Kata-katamu mungkin tidak salah, pokoknya aku bukan laki-laki, malah sangat benci pada laki-laki, makanya aku tidak menyelidiki cara berpikir mereka." Di wajah Cui Lian-hoa tidak tampak ada reaksi, tapi di dalam hatinya dia sangat terkejut. Wanita ini jika sampai membenci laki-laki, mungkin tidak hanya menyukai wanita" Untungnya dia sudah berkata lagi. "Sebenarnya terhadap wanita pun aku membencinya, itulah sebabnya kenapa aku lebih suka membunuh orang dari pada menolong orang. Aku hanya berharap di sepanjang jalan nanti aku tidak menemukan alasan untuk membunuhmu. Jika ada, aku pasti tidak akan melepaskanmu! Kau ingatitu!" Cui Lian-hoa sangat yakin dia bukan berkata hanya untuk menakut-nakuti. Dulu dia pernah bertemu dengan orang yang suka membunuh, mereka laki-laki juga wanita. Maka dia sangat yakin dia bukan menakut- nakuti dirinya. Tapi, jika dia ingin sekali membunuhku, kenapa harus mencari alasan" Buat apa dia mencari kerepotan" apakah setelah menemukan alasannya lalu membunuh, bisa membuat dia merasa lebih senang, lebih gembira" Teniu saja bukan begitu. Cui Lian-hoa sangat yakin akan hal ini. Orang yang suka membunuh, merubah caranya bisa menambah kesenangannya, seperti seorang yang suka makan pasti lebih suka masakan enak yang lebih bermacam-macam. Tapi jika ingin membunuh tapi tidak bisa dibunuh, ingin makan tapi tidak bisa dimakan. Kejadian ini pasti rasa sengsaranya lebihbesar dari pada kesenangannya. Lalu apa yang membuat dia terkekang" Jika terkekang oleh keadaan luar, siapa orang dibalik layar itu" Apakah karena Kie Ting-hoan yang paling berkuasa di keluarga Kie di Pheng-lai itu" "Jalan!" Teriak Lo-cia dan mendorong dia. Cui Lian-hoa sempoyongan beberapa langkah, baru bisa memantapkan diri. Tapi dia sudah merasakan saat telapak tangan Lo-cia menyentuh punggungnya, jari kelingkingnya telah menotok jalan darah di punggungnya, segera seluruh tubuhnya menjadi sebentar dingin sebentar panas, keadaan begini berturut-turut terjadi tiga kali. Inilah jurus pedang Can-bian-tok-kiam yang dirubah menjadi jurus jari untuk menotok jalan darah, selama beberapa ratus tahun seluruh pesilat tinggi dunia persilatan di seluruh dunia, semua sangat takut pada jurus hebat dari Lam-kiang ini. Sebab menggunakan pedang menusuk jalan darah sudah merupakan jurus hebat yang tiada dua-nya, bisa menggunakan jari menggantikan pedang, tentu saja ini lebih hebat lagi. Tidak hanya itu saja, yang paling memusingkan kepala, paling menakutkan adalah masih ada racun yang masuk ke dalam jalan darah. Maka walaupun tusukannya tidak mengenai jalan darah penting, tapi sudah membuat orang tidak bisa berbuat apaapa, malah hanya bisa tinggal diam menunggu dibunuh. Justru karena menggunakan jari tidak menggunakan pedang, maka dalam pertarungan menjadi sangat berbeda sekali jika dibandingkan dengan senjata tajam. Bagaimana kau bisa tahu saat lawan menarik tangan atau menepuk bahumu, apakah dia sudah menggunakan jurus hebat yang mematikan atau tidak. Manusia sering bertemu dengan beberapa kejadian, jika kau bukan sahabat wanita ini, malah di dalam hati sadar dia adalah musuh. Maka di tempat atau dalam keadaan tertentu, dia bisa menarik-narikmu atau mendorongmu, kau tidak mungkin setiap kali berbuat seperti menghadapi musuh berat, bersalto menghindarnya. Inilah sebab sebenarnya kenapa sampai pesilat tingkat tinggi juga merasa takut dan pusing terhadap jurus hebat Cie-kiam-ci-hiat (Jari pedang menusuk jalan darah). Walaupun Cui Lian-hoa merasakan jeroan di dalam tubuhnya mengerut, sangat tidak nyaman. Tapi dia tidak terlalu memperhatikannya. Dia hanya mengucap sampai jumpa pada See-ouw, apa lagi saat dari kejauhan melihat pagoda Liu-ho yang megah dan cantik, di'dalam hatinya tidak tahan timbul perasaan sedih yang dalam! Sebab dalam dua tiga tahun yang lalu, dia pernah melihat pagoda ini entah sudah berapa kali, juga sering naik ke dalamnya. Sungai Kian-tang mengalir berliku-liku, di sisi lain pemandangan pegunungan yang sunyi, siapa yang bisa melupakan hari-hari yang biasa-biasa namun aman sentosa ini" Tapi sekarang mendadak dia dipaksa masuk ke dalam dunia persilatan lagi, yang hidup atau matinya sulit diramalkan. Penglihatan ini apakah penglihatan terakhir kalinya" Apakah masih ada kesempatan menaiki pagoda yang ternama ini" )))>>odwo<<((( BAB 4 Hoyan Tiang-souw sadar Pek-mo-ci-to hcnsi benar harus keluar dari sarungnya. Karena di kedua sisi jalan masuk Kinm li mendadak muncul satu orang, baju mereka yang berwarna coklat membuat mereka tampak tidak berbeda dengan batu dan pohon yang ada di sekeliling-nya. Selain itu di atas jembatan yang tingginya beberapa tombak masih ada satu orang lagi. Mengenai hal ini tidak perlu Hoyan Tiang-souw melihat ke atas juga sudah mengetahuinya. Dia mengetahui ini dari gabungan hawa membunuh mereka bertiga, maka pandangan matanya sudah tidak terlalu penting lagi. Baju putih terlihat melayang-layang, tampan laksana pohon Giok, wajah Li Poh-hoan dingin sekali, seluruh tubuhnya juga mengeluarkan hawa membunuh yang menakutkan. Hoyan Tiang-souw memperhitungkan, dia memutuskan dalam jurus pertama dia sebisanya harus membereskan Li Poh-hoan dulu, jika bisa membereskan dia dalam satu jurus, maka sisa ancaman dari ketiga orang lainnya akan berkurang lebih dari setengahnya. Begitu Mo-to dia keluar, hanya mengeluarkan ribuan bayangan pelangi yang mencolok mata, tapi tidak menyerang pada Li Poh-hoan, malah menahan orang berbaju coklat yang berada di gerbang Pie-yu-tong-thian. Tidak peduli Li Poh-hoan setampan apa, dalam hati Hoyan Tiang-souw tetap saja tidak ada perasaan yang baik terhadapnya. Maka serangan dia ini menggunakan perasaan bukan berdasarkan keadaan, tapi menyerang orang baju coklat bukan Li Poh-hoan, membuat dia sendiri merasa bingung, kenapa bisa melakukan tindakan ini, menangkap bangsat bukannya menangkap rajanya dulu" Jika membunuh Li Poh-hoan terlebih dulu, lalu menghadapi tiga anak buahnya bukankah akan lebih mudah" Pokoknya walaupun dia telah membunuh satu anak buahnya, tapi tetap saja harus bertarung dengan dia. Lalu kenapa bisa melakukan tindakan yang salah ini" Di tangan kanan orang berbaju coklat itu memegang kapak sepanjang tiga kaki, badan kapaknya tebal dan mata kapaknya tajam, berkilat-kilat menyeramkan orang. Begitu dia tertawa keras, kapaknya di ayunkan membacok, jurus kapaknya tidak ada variasi, seperti sedang membelah kayu bakar saja. Kilatan ribuan bayangan Mo-to Hoyan Tiang-souw mendadak jadi satu, gerakannya berubah dari . menyerang menjadi bertahan, "Traang!" dia menangkis , keluar serangan kapak lawan. Ternyata walaupun serangan kapak orang berbaju coklat itu sangat sederhana, kedahsyatannya sungguh sulit digambarkan. Walaupun kau bisa dengan satu sabetan golok memenggal kepalanya, tapi serangan kapak dia ini juga pasti akan mengenaimu, walaupun tidak mengenai tempat yang vital, tampak diapun tidak peduli. Cara bertarung yang tidak mempedulikan keselamatan diri sendiri seperti ini, sungguh membuat orang jadi tidak mengerti, kenapa dia masih bisa hidup sampai sekarang" Jika bukan seorang pesilat tinggi kelas satu, satu jurus ini bagaimana pun harus mempertaruhkan nyawa, tidak ada cara lain lagi. Akibat dari mempertaruhkan nyawa, walaupun orang baju coklat tidak mati, mungkin juga harus menjadi orang cacad. Tapi dia selain tidak cacat, tampaknya tidak terluka sedikit pun. Hati Hoyan Tiang-souw jadi tergetar, tapi kemudian tenang lagi, sambil menekan goloknya dia bertanya: "Kau pernah berlatih ilmu Yang-kang?" Sorot mata orang baju coklat itu tampak sedikit kaku, tapi jelas tidak cacad mental. Sebab dia berkata dengan sangat jelas: "Jika kau tidak tahu, memberitahukan padamu juga tidak ada gunanya." Hoyan Tiang-souw mengangkat alis tebalnya: "Memberitahukan pada orang lain mungkin tidak ada gunanya, tapi untukku lain." Orang berbaju coklat pasti merasakan kata-kata pemuda yang gagah berani ini tidak sembarangan. Maka dia bertanya: "Kenapa kau lain" Siapa pun setelah mati sama saja, bangsawan atau jenderal dengan pedagang kecil, prajurit tidak ada bedanya." "Sebab Mo-to ku ini bisa memecahkan dua puluh satu macam ilmu Gwakang atau Lweekang, asalkan kau memberitahukan padaku, ilmu silat apa yang kau pelajari, maka aku akan memberitahukan padamu golokku ini bisa tidak membunuhmu." Dia memang bicara sejujurnya. Sebab walaupun dia tahu golok pusaka di tangannya bisa memecahkan dua puluh satu macam ilmu Gwakang mau pun Lweekang yang paling hebat, juga tahu jenis setiap macam tenaga dalam, masalah-nya adalah dia tidak tahu orang ini menggunakan ilmu yang mana. Supaya bisa tahu Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo lebih banyak, dia jadi mengatakan rahasianya, dia berharap lawan mau menjawabnya, dengan demikian lain kali dia bisa mengenal ilmu silat ini. Kata orang berbaju coklat: "Sembarangan bicara, sembarangan bicara." terhenti sejenak lalu berkata lagi, "tapi aku juga merasa kau tidak membohongi aku." Li Poh-hoan berdiri di tepi danau sambil menggendong tangan, sikapnya santai sekali, dengan keras dia berkata: "Kata-katamu benar, dia orang yang tidak bisa membohongi orang. Dia berkata dia tidak tahu, pasti tidak tahu, tenaga dalam macam apa yang kau gunakan untuk, melindungi diri, sedikit pun tidak bohong!" \ "Kalau begitu itu bagaimana dengan kau" Kau tahu tidak?" kata orng berbaju coklat. "Aku tentu saja tahu!" kata Li Poh-hoan. "Ternyata kalian bukan satu kelompok" Tapi kenapa kalian semua menyerangku" Dimana aku pernah berbuat salah pada kalian?" kata Hoyan Tiang-souw. Orang berbaju coklat tertawa terbahak-bahak, tapi jawabannya tidak bertele-tele, suaranya sangat dingin dan menusuk telinga: "Kau harus mati, dia juga tidak boleh hidup, kami selalu tidak mau meninggalkan seorang musuh kuat, bagaimana denganmu?" Hoyan Tiang-souw tidak bisa membantah: "Aku pun sama. Tapi kapan kalian ber-musuhan denganku" Aku sama sekali tidak pernah mendengar tentang dirimu, juga tidak pernah bertemu denganmu!" "Sekarang kau sudah mendengar dan melihat, maka kau menjadi musuhku!" Aturan begini sungguh tidak masuk akal sekali. Tapi, jika orang sangat teguh pendiriannya, tampaknya itu adalah hal yang tidak bisa dikutak-kutik lagi. Kau boleh membunuh dia, boleh mengancam dia tidak boleh bicara. Tapi kau tidak bisa merobah pendiriannya. Hoyan Tiang-souw dengan keras berkata: "Li Poh-hoan, kelihatannya kau juga tidak bisa berpangku tangan. Tapi kenapa dua puluh lebih anak buahmu sedikit pun tidak ada kabarnya" Apakah aku salah lihat" Orang-orang itu bukan anak buahmu?" Li Poh-hoan berkata: "Kau tidak salah lihat, sungguh tidak kusangka tampangmu begitu kasar, tapi otakmu begitu teliti!" Kata orang berbaju coklat: "Ku jamin pada kalian, tidak ada orang yang bisa menerobos datang kemari." Li Poh-hoan memasang telinganya, meneliti sejenak, sambil mengerutkan alis berkata: "Tidak ada alasan, ilmu silat anak buahku cukup bagus, di antaranya malah ada yang tidak hanya bagus. Walaupun kalian mengerahkan banyak pesilat tinggi menjaga di semua jalan, tapi paling sedikit juga hams terdengar suara pertarungan." Orang berbaju coklat sambil tertawa dingin: "Li Poh-hoan, kau tahu tidak siapa aku?" Li Poh-hoan menggelengkan kepala. "Kalau begitu hatiku jadi lega." "Lega" Apa maksudnya?" tanya Li Poh-hoan keheranan. Hoyan Tiang-souw menyela perbincangan mereka, suara dia seperti geledek berkata: "Li Poh-hoan, apakah sekarang kau masih ingin membunuhku?" Li Poh-hoan tersenyum: "Sekarang tidak, tapi di kemudian hari aku tetap tidak akan melepaskanmu!" Sedikit pun dia tidak menutup-nutupi, seperti sikap seorang Enghiong saja. "Bagus, masalah denganmu aku juga tidak akan tinggal diam." Dia mengangkat sepasang alisnya, dengan penuh amarah dan hawa membunuh yang kental berkata lagi, "kita perhitungkan saja sekarang, tidak perlu menunggu hari lainnya!" Jika keadaan berkembang seperti yang dipikir-kan oleh Hoyan Tiang-souw, maka akan terjadi pertarungan segi tiga, tidak peduli dari pihak mana, mungkin saja diserang atau menyerang oleh pihak lainnya, keadaan begini pasti sangat kacau dan bahaya sekali. Pertarungan segi tiga semacam ini sungguh sungguh tidak bisa diatur, dan sangat membahayakan pihak mana pun, siapa pun orangnya mungkin tidak akan suka cara bertarung seperti ini. Orang berbaju coklattertawa keras dan berkata: "Bagus, bagus sekali!" Terdengar suara Li Poh-hoan sedikit tergesa-gesa, tidak seperti tadi tenang dan percaya diri. "Kalian bodoh, semuanya......" mendadak dia berhenti bicara. Setiap orang tentu tahu, pasti dia ingin memaki mereka itu gila. Li Poh-hoan hanya berhenti sejenak saja, sudah kembali mengumpat: "Bagaimana bisa mengukur tinggi rendahnya ilmu silat dengan memakai cara ini" Apa lagi aku dengan Hoyan Tiang-souw hanya satu orang saja, tapi kalian ada tiga orang banyaknya?" Dalam hati Hoyan Tiang-souw timbul satu perasaan aneh, tampaknya dia harus tahu jati diri ketiga orang baju coklat ini, sebab dia seperti pernah mendengar tentang mereka. Tapi sekarang dia tidak ingat. Sebenarnya Siapa orang-orang baju coklat ini" Orang baju coklat mengangkat kapaknya, hawa dingin menyebar. Wajahnya yang tidak tampan, sekarang tampak semakin bengis. Dengan suara keras dia berkata: "Li Poh-hoan, kuharap bisa membunuhmu dulu, hatihatilah!" Kata hati-hati ini seperti memberitahukan saat menyerang. Beberapa orang jelas tidak mau memberi tahukan pada lawan saat menyerang, tapi sering kali tidak tahan memberitahukan terlebih dahulu atau berteriak. Namun di antara dia dengan Li Poh-hoan ada Hoyan Tiang-souw, maka hawa membunuh yang dahsyat dari kapaknya hanya bisa menerjang pada Hoyan Tiang-souw. Begitu sorot mata Hoyan Tiang-souw menyapu, dia bisa melihat celahnya hawa dahsyat kapak lawan. Sebenarnya dahsyat itu hanya tekanan yang tidak berbentuk dan tidak bersuara. Seperti besi yang dibakar sampai merah, kau bisa melihat warna merah-nya, bisa merasakan panasnya. Kau tahu itu bahaya, dan sama sekali tidak boleh tersentuh oleh besi itu. Tapi panasnya tetap saja tidak tampak. Sehingga jika kau bisa tahu bagian mana dari panas itu yang berkurang panasnya, keputusannya tidak bisa menggunakan mata, hanya bisa mengguna-kan perasaan. Maka jika tadi mengatakan Hoyan Tiang-souw . bisa 'melihat' celahnya hawa dahsyat lawan, jika \ mengatakannya dengan tegas, dia hanya bisa mengatakan merasakannya saja. Golok dia pun segera bergerak. Tapi dalam waktu yang singkat ini, dia tidak tahu kenapa tiba-tiba dia bisa terpikir Ji-hong hweesio yang berkhotbah di kuil Han-san, bukan terpikir wajah atau pakaian dia. Sebuah gerakan tangannya membuat Hoyan Tiang-souw menghentikan langkahnya. Gerakan tangan itu adalah sebuah jurus golok yang sangat hebat, saat itu Hoyan Tiang-souw sampai terpesona, hingga tanpa sadar dia menghentikan langkah mendengarkan kata-kata hweesio tua itu. Jurus golok itulah yang teringat oleh dia saat ini. Jika dia masih ingin bicara dengan lawan, bukan menentukan mati hidup dalam satu jurus, di dunia ini tampaknya hanya jurus ini yang paling tepat sekali. Hoyan Tiang-souw menirukan gerak tangan hweesio tua itu, dengan santainya mengayunkan Mo-to nya sekali. Orang baju coklat terkejut, lalu menarik kapaknya dan mundur ke belakang tiga langkah besar, karena dia memaksa menarik kembali kapak dan seluruh tenaga dalamnya, maka sesaat nafas dia jadi terengah-engah. Satu-satunya yang dia rasakan adalah bayangan Motonya Hoyan Tiang-souw yang sudah membentuk satu jaring yang sangat besar, menunggu dia masuk dan terjerumus ke dalamnya. Tentu saja dia tidak boleh terjurumus ke dalam jaring lawan, maka dia menggunakan seluruh tenaga dalamnya menarik kembali serangan kapaknya. Hoyan Tiang-souw tidak memalingkan kepalanya ke belakang melihat Li Poh-hoan, dengan keras dia berkata: "Li Poh-hoan, sebenarnya apa nama tenaga dalam yang melindungi orang ini?" Li Poh-hoan bukan menjawab malah balik tanya: "Golok yang kau gunakan di tanganmu adalah Hiatsengmo-to, tapi jurus yang digunakan malah jurus golok Tay-ceng-pek (Kasih dan kesedihan) dari aliran Budha, kau ini sebenarnya setan atau Budha?" Hoyan Tiang-souw berkata: "Jawab dulu pertanyaanku!" "Baiklah, aku jawab dulu pertanyaanmu, ilmu pelindung tubuh dia adalah Joan-kang (Ilmu silat lembut) yang bisa disetarakan dengan Yang-kang (Ilmu silat keras) Sik-gantang (Batu bertahan) dari perguruan Tai-san, disebut Cihenbian-bian (Kebencian yang tidak habis-habisnya). Maka kau dari awal sudah salah lihat, dia bukan berlatih ilmu silat keras, tapi berlatih ilmu silat lembut yang lebih tahan banting dari kulit sapi yang tebalnya satu inci, apakah kau pernah mendengar ilmu silat Ci-hen-bian-bian ini?" Ci-hen-bian-bian, mendengar sebutannya saja sudah tahu, lebih lengket dan tahan banting dari pada gulali, siapa pun orangnya tidak sulit menerkanya berdasarkan sebutannya. Hoyan Tiang-souw berkata: "Jurus golokku baru saja dipelajari dari kuil Han-san." Walau dia sudah menjawab pertanyaannya Li Poh-hoan, tapi Li Poh-hoan masih bertanya lagi: "Apakah golokmu bisa memecahkan ilmu silat lembut itu?" Hoyan Tiang-souw berkata: "Tentu saja bisa, ilmu silat lembut seperti dia hanya berada di urutan ke sembilan belas dalam tingkatan tenaga dalam lembut, walaupun bukan yang paling lemah, tapi juga tidak terlalu jauh!" Orang seperti dia mungkin termasuk dalam golongan orang yang kasar, mudah marah, maka kata-kata yang diucapkannya, mudah dimengerti, mudah percaya. Sampai orang baju coklat juga kelihatannya tidak terkecuali, maka dalam sorot matanya tersirat sinar waspada dan tergetar. Dia kembali bertanya: "Li Poh-hoan, apakah kau sekarang sudah tahu jati diri mereka?" Orang baju coklat tetap tidak bergerak, mungkin dia pun merasa keheranan, ingin mengetahui jawabannya. Sebelum Li Poh-hoan menjawab dia memasang telinga mendengarkan sebentar, baru berkata: "Aneh, kenapa sedikit pun tidak ada gerakan, anak buahku tidak mungkin bisa dirobohkan dengan begitu mudah." Dia tidak menjawab pertanyaannya, malah membuat satu pertanyaan lagi. Maka Hoyan Tiang-souw dan orang baju coklat diam menunggunya. Li Poh-hoan kembali berkata: "Melihat dari berbagai gejalanya, mereka mungkin dari perkumpulan Tong-hai-kong-jin (Orang gila dari laut timur)." Tong-hai-kong-jin bukan nama satu orang tapi nama satu organisasi yang menyeramkan, walaupun mereka menyebut dirinya 'orang gila', sebenarnya benar gila atau tidak sulit dibuktikan. Sebab selama dua puluh tahun lebih organisasi ini demi uang telah membunuh banyak orang. Tapi jejak mereka sangat rahasia, di dalam dunia persilatan selain beberapa orang yang ada hubungannya dengan mereka, kebanyakan tidak tahu ada perkumpulan yang menyeramkan ini. Hoyan Tiang-souw malah tahu dan menganggukkan kepala, dia ingat lima enam tahun lalu, Kang-bun-ciang-jin, Cin Sen-tong yang tiada duanya di dunia pernah menceritakannya. Walaupun dia tidak tahu seluk beluknya, tapi Cin Sentong menganggap organisasi itu, meng-khawatirkan dan membuat dia sangat berhati-hati! Bagi dia, ini sudah cukup. Maksud cukup disini adalah Hoyan Tiang-souw sudah boleh memutuskan membunuh mereka atau tidak. Karena di dunia ini selain ayah ibu dan saudara yang ada hubungan darah, tidak termasuk di dalam-nya, orang yang berhubungan paling dekat dengan dia, Cin Sen-tong yang paling penting. . Pek-mo-ci-to di tangan Hoyan Tiang-scuw, adalahpemberian Cin Sen-tong yang telah direbut kembali dari seorang pesilat tinggi kelas satu yang sangat lihay dan menakutkan, lalu diberikan pada dia (golok ini tadinya milik ayah Hoyan Tiang-souw, Hoyan Cu-khek). Selain itu, dia pun telah mengajarkan jurus golok hasil terjemahan dari huruf Khu-pa-li yang ada di batang golok oleh seorang ahli pusaka kuno, Hai-liong-ong (Raja naga laut) Lui Auw-houw. Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Maka bisa dikatakan keberhasilan Hoyan Tiang-souw hari ini, adalah jasa CinSen-tong. Saat itu Hoyan Tiang-souw hampir saja dibunuh oleh Jin-bin-souw-sim Toh Ceng-tie (manusia berhati binatang), orang paling jahat nomor satu di dunia, waktu itu Cin Sentong datang tepat pada waktunya dan berhasil mengusir Toh Ceng-tie. Selain itu, Cin Sen-tong masih pergi ke Chun-hong-lou di Yang-ciu meminta obat mujarab pada Liu Siang-hen untuk menyelamatkan nyawa Hoyan Tiang-souw. Maka jika ada seseorang dipandang hina oleh Cin Sentong, buat Hoyan Tiang-souw tidak perlu memutar otak lagi, dia akan langsung memenggal dengan goloknya. Di lain pihak, jika ada musuh yang di khawatirkan oleh Cin Sen-tong, tanpa berpikir lagi, dia akan memperhatikannya. Sekarang tiga orang baju coklat dari Tong-hai-kong-jin adalah termasuk kelompok orang yang boleh dibunuh, tapi juga harus berhati-hati menghadapinya. Orang lain tentu saja tidak akan terpikir di otaknya Hoyan Tiang-souw bisa ada pikiran yang sangat aneh ini, yang paling baik dari Hoyan Tiang-souw adalah wajah dia yang pemberani dan sifatnya yang mudah marah. Orang semacam dia, biasanya akan salah di sangka, dia tampak kurang pintar, kekuatan pikirannya rendah, juga tidak akan menipu orang. Setelah tahu dia bukan saja tidak bodoh, malah sering membuat jebakan dan menjebak seseorang terjerumus ke dalamnya, saat mengetahui juga sudah terlambat, menyesal pun tidak keburu. Sekarang Hoyan Tiang-souw sedang mengguna kan keunggulan dirinya. Dengan marah dia berteriak: "Mainan apa itu Tong-hai-kong-jin" Kalian dari Tonghai, mau apa datang ke Hang-ciu?" Logika dia sungguh tidak tepat. Kenapa orang dari utara tidak boleh datang ke selatan" Apa lagi dia sendiri juga orang dari utara, lalu kenapa dia sekarang ada di Hang-ciu" Orang berbaju coklat jadi tertegun oleh pertanyaan ini, walaupun dia anggota perkumpulan Kong-jin, tapi otaknya tidak sekacau Hoyan Tiang-souw. Hoyan Tiang-souw masih marah dan berkata: "Tujuan kalian pasti untuk menghadapi aku. Tidak perlu menanyakan pada orang juga sudah tahu, maka aku mau memenggal tiga kepala anjing kalian dulu, baru menghadapi Li Poh-hoan." "Bagus, itu janji." Jawab Li Poh-hoan. Hoyan Tiang-souw mengangkat golok dilintang kan di depan dada, suaranya gemuruh memekakan telinga: "Laporkannama kalian dan tunggu dipenggal!" Sikap dia membuat para pesilat tinggi dari perkumpulan Kong-jin mengerti, yaitu jika tidak melaporkan namanya, dia pasti akan marah sekali. Jika seseorang dalam keadaan marah sekali, bisa mengesampingkan nyawanya, berusaha sebisanya membacokmu. Tentu saja ini adalah hal yang sangat tidak menguntungkan, melaporkan nama bukankah juga tidak masalah" Buat apa karena urusan ini membantu hawa membunuh lawannya" Maka orang berbaju coklat berkata: "Aku adalah Sui Buseng, kau pasti belum pernah mendengar namaku." "Memang belum pernah dengar, tapi kau bisa berhasil melatih tenaga dalam pelindung tubuh Ci-hen-bian-bian, dan jurus kapakmu sangat keji, sangat tidak serasi dengan nama kau itu." Sui Bu-seng dengan tawa keji berkata: "Bagaimana dengan kau" Namamu Tiang-souw (panjang umur). Tapi kau kira orang seperti dirimu ini, bisa tidak panjang umur" kulihat kau bisa hidup sampai usia tiga puluh tahun sudah bagus sekali, tapi usia tiga puluh tahun tidak bisa disebut panjang umur, bagaimana menurutmu?" "Umurku panjang atau pendek tidak ada hubungannya denganmu, dua orang lainnya siapa nama mereka?" "Yang menghadang di jalan yang mengguna-kan senjata Souw-seng (Umur bintang) adalah Cia San, sesudah kau bertemu dengan tongkat Souw-sengnya mungkin bisa berumur panjang!" Dia lalu tertawa terbahak-bahak, tapi orang lain tidak ada yang bereaksi. Maka dia melanjutkan: "Yang berada diatas jembatan batu itu adalah Hwan Tong-cing, senjata yang dia gunakan adalah Cui-hun-pian (Pecut pengejar roh), kedengarannya tidak enak." "Kapakmu ini disebut apa?" Sui Bu-sengmengangkatbahu: "Sepertinya ada orang menyebut dia Ciat-hu (Kapak patah), aku juga tidak menolaknya. Coba pikir jika jurusnya kurang keji, kurang hebat, mungkin membunuh seekor ayam juga tidak bisa, jadi mau tidak mau harus keji dan hebat, kenapa harus di ributkan?" Li Poh-hoan berpikir, teori sesat orang ini bisa membuat orang banyak berpikirk, dengan amarah Hoyan Tiang-souw yang timbul tiba-tiba, sungguh mirip sekali manfaatnya. Maka dia tidak mau memikirkannya, karena masih ada hal lain yang harus segera diketahuinya, paling tidak juga harus tahu sedikit. Mendadak dengan marah dia membentak: "Hoyan Tiang-souw, kau tidak punya alasan untuk menyerang, sebab tujuan mereka adalah aku. Tampaknya kau tidak tahu mereka adalah tiga pesilat tinggi dari tujuh pesilat tinggi hebat di perkumpulan Tong-hai-kong-jin, menurut kabar tujuh pesilat hebat mereka jarang sekali keluar. Kali ini malah sekaligus datang tiga orang, bisa dilihat mereka masih sangat menghargai aku marga Li, kupikir tidak seharusnya aku membuat mereka kecewa, hari ini aku harus membunuh mereka bertiga, baru bisa mengetahui kabar yang aku perlukan." Hoyan Tiang-souw terkejut sekali dan berkata: "Setelah membunuh mereka semua, bagaimana kau bisa mendapatkan keterangan dari mereka?" Li Poh-hoan berkata: "Bukan dari mereka, tapi dari orang lainnya lagi, keterangan yang ingin aku dapatkan, mungkin hanya para petinggi mereka yang tahu, setelah membunuh mereka, maka akan memancing keluar para pesilat tinggi lainnya." Kata Sui Bu-seng marah: "Kentut. Pertama, aku pun tahu semuanya. Kedua, kami yang mau membunuhmu bukannya kau membunuh kami. Ketiga, kami telah mendapat laporan, tahu kau pasti saat ini datang kemari, maka kami sudah mengaturnya dengan baik. Hemm..! Hemm! Kau kira kau sangat pintar, sangat mampu" Kenapa tidak kau pikirkan, begitu banyak anak buahmu, bagaimana bisa mendadak semuanya diam tidak ada pergerakan" Satu orang pun tidak ada yang datang membantu?" Keadaan inilah yang paling mencurigakan dan paling menakutkan. Li Poh-hoan yakin jika bukan lawan telah menyiapkan sebuah jebakan, tidak mungkin anak buahnya yang begitu banyak bisa mendadak hilang, paling sedikit saat bertarung atau saat meregang nyawa mereka berteriak. Jika Sui Bu-seng dengan terang-terangan telah menjelaskan semua ini, itu satu hal yang berharga. Tapi Li Poh-hoan malah sambil tersenyum berkata: "Walaupun kalian sudah melumpuhkan semua anak buahku dengan cara yang amat hina, tapi itu tetap kabar yang bagus. Paling sedikit di dalam hati kalian sudah ada ketakutan, tidak berani menggunakan cara lain menghadapiku, berdasarkan ini, walaupun kalian bertiga bersama-sama mengeroyok aku, tapi masih merasa tidak yakin, khawatir ada orang yang membantu aku, maka langkah pertama kalian harus melumpuhkan dulu anak buahku. Tindakan seperti ini jelas bukan kebiasaan perkumpulan Tong-hai-kong-jin. Jadi jelas kalian membunuh bukan karena disewa orang, hanya ber-tindak atas perintah." Sui Bu-seng tertawa dingin: "Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?" "Kukira perkumpulan kalian sekarang ini sudah tidak bisa berpendirian sendiri, harus men-dengarkan perintah orang lain, tentu saja kau tidak akan memberitahu padaku siapa yang memerintahkan itu, tapi aku pasti berhasil menyelidikinya." Sui Bu-seng tertawa sambil mengangkat kepala dan berkata: "Kau sebentar lagi akan mati, masih mau menyelidiki apa lagi?" Suara Li Poh-hoan sangat serius, sedikit pun tidak terasa main-main, berkata: "Belum tentu. Walaupun aku sudah mati, masih ada Hoyan Tiang-souw. Jika dia bisa menyelidiki kalian diperintah oleh siapa, lalu menyebarkan ke dunia persilatan, maka orang bisa tahu harus bagaimana melindungi diri, dan bagaimana caranya menghadapi kalian." Sui Bu-seng kebingungan dan berkata: "Tapi jika kau sudah mati, apa gunanya hal ini bagimu" Jadi aku tidak akan mau melakukannya......" Li Poh-hoan berkata: "Kau adalah kau, dan aku adalah aku. Misalnya sekarang aku menyerang pada Cia San yang ada disisi ku ini, jika aku menganggap dia ini setara dengan Hoyan Tiang-souw, aku tidak akan memberitahukan terlebih dahulu, tidak seperti kau tadi saat menyerang-kan dengan kapak masih berteriak terlebih dulu." Sui Bu-seng keheranan: "Apa maksud kata katamu ini?" "Maksudku adalah aku akan menyerang Cia San dulu." Kata-katanya belum selesai, tampak sinar pedang berkelebat, pedangnya dengan lurus ditusukan pada Cia San yang berjarak kurang lebih dua tombak. Jurus pedangnya sedikit mirip dengan 'kapak' nya Sui Bu-seng, yaitu sama sekali tidak ada variasinya. Ada juga sedikit perbedaannya, yaitu jurus kapaknya Sui Bu-seng sama sekali tidak memperhitung kan untung ruginya, begitu bertarung langsung bertaruh nyawa. Tapi jurus pedangnya Li Poh-hoan bukan saja tidak ada sifat kekejian, malah membuat orang merasa walaupun telah tertusuk oleh dia, belum tentu akan mati! Perbedaannya sedikit tapi sangat penting, sebab bisa melemahkan semangat tempur lawan, bisa membuat lawan bertindak tidak mengambil cara bertarung mati bersamasama. Tongkat Souw-seng Cia San sedikit pun tidak terlambat. "Huut huut huut!" sekaligus membuat tiga sapuan, menangkis pedang. Tubuh Li Poh-hoan laksana angin melayang ke kiri, dan menusukan pedangnya. Gerakan tongkat Cia San kali ini laksana gelombang, berturut-turut menggerakan tongkatnya dua belas kali dan berhasil menangkis serangan pedang lawan, jurus tongkat dia sangat tertutup dan juga keji, dalam dua belas gerakan tongkatnya, tiga gerakannya berupa serangan. Tapi karena serangan pedang lawannya sangat berbahaya dan menakutkan, maka tongkat Souw-seng tidak ada kesempatan menyerang. Begitu Li Poh-hoan berputar, dia sudah berada di belakang rubuhnya, dan kembali pedangnya menusuk. Cia San berjongkok sambil membalikan rubuh, menyapukan tongkatnya sampai mengeluarkan suara. Bayangan tongkat laksana gunung, serangan-nya berjumlah delapan belas jurus. Orang lain mungkin tidak tahu, tapi Sui Bu-seng dan yang lainnya tahu akan hal ini. Tahu seratus delapan duri beracun yang ada di badan tongkat sudah berdiri semua, asalkan tergores sedikit, dewa sekali pun juga jangan harap bisa hidup. Tampak gerakan pedang Li Poh-hoan tidak cepat juga tidak lambat, pedang menusuk ke dalam bayangan tongkat, seperti bambu menusukan ke dalam air danau yangjernih. Gerakan tongkat Cia San sudah habis di jurus ke delapan belas, belum sempat dia mengganti jurus baru, mendadak melihat pedang lawan sudah datang menusuk hanya tinggal berjarak dua inci lagi. Saat itu juga wajahnya menjadi pucat pasi, sorot matanya yang kejam sudah menghilang semua. Tapi pikiran dalam hatinya lebih banyak dari biasanya, juga lebih cepat. .....Walaupun ilmu pedang Li Poh-hoan sangat hebat, tapi dia hanya menggunakan satu jurus, sedangkan dia harus secepat kilat menangkisnya dengan delapan belas jurus tongkat. .....delapan belas jurusnya laksana kilat, laksana guntur, tapi masih harus mundur ke belakang lima langkah. .....tusukan pedangnya dengan santai menerobos masuk ke dalam jaringan tongkat, dan kecepatan-nya belum pernah terlihat sebelumnya. ..... sebenarnya jurus pedang apa yang dia gunakan" Di saat seperti ini Cia San merasa banyak hal yang harus dia pikirkan, tapi dia tidak bisa menahan pikirannya yang berputar memikirkan jurus pedang aneh dari Li Poh-hoan. Tapi pikirannya sia-sia, sebab kesempatan berpikirnya sudah tidak bisa di teruskan lagi. Baru saja pedangnya Li Poh-hoan berkelebat sekali, sekejap sudah langsung menghilang lagi. Pedangnya sudah kembali masuk ke dalam sarungnya, dan di tenggorokan Cia San sudah ber-tambah sebuah lubang. Darah segar menyembur sejauh beberapa kaki, tapi tidak Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ada setetes pun yang bisa mengenai baju putihnya Li Pohhoan. Sui Bu-seng yang berada di sana dan Hwan Tong-cing yang berada di atas jembatan batu tentu saja tidak akan bersorak-sorak, walaupun jurus pedang Li Poh-hoan lebih hebat lagi satu kali lipat, mereka tetap saja tidak akan bersorak dan tepuk tangan. Tapi lain dengan Hoyan Tiang-souw, dia bisa saja melakukan hal ini, pertama tiga jurus pedangnya Li Pohhoan yang bisa membunuh lawan memang hebat sekali, kedua bersorak dan bertepuk tangan bisa menjatuhkan semangat tempur orang dari Tong-hai-kong-jin itu. Tapi karena dia sedang asyik mempelajari jurus pedangnya Li Poh-hoan, dia pun melupakan hal ini. Sui Bu-seng berteriak tiga kali, Hwan Tong-cing pun berteriak dua kali, lalu meloncat turun ke bawah jembatan batu. Suara mereka sangat bengis, terdengar sangat menakutkan. Jelas mereka sudah menjadi gila. Terlihat sudah bukan orang normal lagi. Suara Hoyan Tiang-souw seperti geledek: "Li Poh-hoan, jurus pedang apa yang tadi kau gunakan?" Kelihatannya dia sedikit pun tidak terganggu oleh teriakan bengisnya Sui Bu-seng dan Hwan Tong-cing, dua orang gila itu. Li Poh-hoan pun sama tidak terganggu, sambil tersenyum dia menjawab: "Jurus pedang ini disebut San-tian-jit-sa (Tujuh kilat membunuh), jurus pedang keluargaku!" Jurus pedangnya walaupun disebut San-tian, tapi bukan sekali menyerang langsung bergerak secepat kilat menyerang tujuh jurus, kecepatannya adalah menunjukan saat mengenai titik kematian lawannya, kecepatannya secepat kilat. Tentu saja Hoyan Tiang-souw tidak akan salah menafsirkannya, saat ini dia baru bersorak dan tepuk tangan dan berkata: "Jurus pedang hebat, benar-benar jurus pedang hebat yang tiada duanya di dunia." Melihat Sui Bu-seng sudah melangkah sambil mengangkat kapaknya, dalam hati Li Poh-hoan merasa lucu, sebab baru sekarang Hoyan Tiang-souw bersorak dan tepuk tangan, bukankah itu sudah terlambat" Mo-to yang di jepit di bawah ketek Hoyan Tiang-souw mendadak bergulir ke telapak tangannya, tangan kanannya sudah memegang pegangan golok. Dia masih tetap berhadapan dengan Li Poh-hoan, tidak memalingkan kepala, goloknya pun tidak keluar dari sarungnya. Langkah Sui Bu-seng jadi terhentak berhenti, dia tidak peduli setelah membelah mati Hoyan Tiang-souw, baru menerjang menghadapi Li Poh-hoan, atau sebaliknya. Tapi walaupun golok orang ini masih di dalam sarungnya, aura nya yang seperti sepasukan tentara sudah mendesak orang menjadi sesak nafas, jelas dia bukan seorang yang mudah dibunuh dengan sekali bacokan saja. Kenyataannya, Sui Bu-seng pernah merasakan kelihayannya Mo-to, di dalam hati sadar untuk memenangkan pertarungan dengan susah payah saja sudah sulit, maka dia tidak berani berkhayal hal yang tidak mungkin ini. Langkah Sui Bu-seng sudah terhenti, Hwan Tong-cing sudah melakukan serangan, dengan satu teriakan keras sambil meloncat ke bawah melecutkan cambuknya dari atas jembatan menyerang Li Poh-hoan. Orang ini yang termasuk dalam tujuh pesilat tinggi hebat perkumpulan Tong-hai-kong-jin, Cui-hun-pian di tangannya bersinar warna keemasan menyilaukan mata, panjangnya sampai tujuh kaki besarnya sebesar telur bebek. Jika cambuknya terbuat dari logam emas, dan juga di dalam batangnya tidak kosong, paling sedikit beratnya ada seribu kati lebih, malah mungkin dua ribu kati. Siapa pun jika memiliki emas seberat seribu atau dua ribu liang di tangan, tidak perlu bekerja apa-apa lagi, sudah bisa hidup senang seumur hidup. Tapi ada sebagian orang tidak berpikir demi-kian, walau di tangannya memiliki emas dua puluh ribu liang, tetap saja dia masih bekerja. Tapi juga tidak ada alasan menggunakan begitu banyak emas untuk membuat sebuah cambuk panjang. Maka Li Poh-hoan lebih percaya Cui-hun-pian itu hanya dipoles emas, dan bagian tengahnya kosong. Kalau bagian tengahnya kosong, bukan meman dang rendah Hwan Tong-cing sampai tidak bisa menambah beberapa puluh kati tembaga saja tidak mampu, tapi dengan bagian tengahnya kosong baru bisa ada keanehan. Misalkan di dalam cambuknya tersembunyi senjata gelap atau cairan racun atau benda-benda yang menakutkan ini. Dia memutar tubuhnya, berdiri di sebelah utara, dan bersamaan itu mencabut pedangnya lalu diayunkan, pedangnya bergetar membentuk bayangan pedang yang tidak terhitung banyaknya, gerakannya seperti air beriak sedikit pun tidak ada hawa mem-bunuh. Sinar emas juga laksana kilat datang menyapu, dari atas tengah dan bawah berbunyi tiga kali, setiap sapuan cambuk ditangkis oleh pedang, sama sekali tidak bisa menembus. Mata Hwan Tong-cing melotot wajahnya menyeringai sambil berteriak, cambuk emasnya menyapu laksana angin kencang, berturut-turut cambuknya menyerang tujuh kali, ke tujuh jurus cambuk ini sekaligus dilakukan, di saat berganti jurus sedikit pun tidak ada celah. Sesaat beribu sinar emas laksana jaring yang amat besar, menutup pada Li Poh-hoan. Setelah tujuh cambukan lalu tujuh cambukan lagi, semua jurusnya menyerang dengan amat ganas. Di bandingkan dengan serangan pedang Li Poh-hoan kelihatannya malah lebih lemah. Walaupun sinar pedang laksana riak gelom-bang air jernih, tapi masih dapat menangkis serangan ganas cambuk lawan, setiap orang bisa melihat dia hanya bisa bertahan tidak bisa menyerang. Bertahan itu adalah objek. Objek itu mengandung arti lemah, kalah, dan menuruti. Tapi bertahan juga ada gunanya, misalnya saat lawan sedang bersemangat menyerang, tidak baik bertarung keras dengannya. Saat itu harus melakukan pertahanan yang kuat, menunggu semangat lawan mengendur baru mencari celah lawan dan balas menyerang. Tapi Li Poh-hoan seperti tidak bermaksud itu. Walaupun dia masih menggunakan jurus pedang seperti air danau jernih yang tenang, menangkis gelombang serangannya Hwan Tong-cing (setiap gelombang tepat tujuh jurus). Tapi Hoyan Tiang-souw dan Sui Bu-seng sama sama merasa dia ini bukan bertahan untuk menunggu kesempatan balas menyerang. Sui Bu-seng sudah lama bekerja sama dengan Hwan Tong-cing, menyaksikan Hwan Tong-cing sudah menyerang empat gelombang tapi masih belum berhasil, keadaan ini walaupun tidak begitu bagus, tapi juga tidak aneh. Tapi Hwan Tong-cing selalu berteriak marah bukan hanya berteriak saja, tapi karena keadaan yang sangat tidak bagus. Menurut perkiraan Hoyan Tiang-souw, alasan Li Pohhoan bukan mumi hanya untuk bertahan saja, malah dia menjelaskan dengan mulutnya: "Jurus pedang yang bagus, setiap gerakan pedang selalu bisa menangkis cambuk emas, selalu bergerak diri tik yang sama, di bagian kedua cambuk, sungguh jurus pedang yang bagus." Kata Li Poh-hoan: "Aku hanya takut kau salah paham, mengira aku hanya punya cara menyerang tidak punya cara untuk bertahan, maka dengan menggunakan jurus keluargaku yang disebut Cap-ji-sin-kiam (Dua belas jurus ilmu pedang). Jurusku ini disebut Chun-sui-pi-it-thian (Musim semi air hijau ada di langit.), kau jangan tertawakan." Sambil bertahan dia dengan tenang berbicara, malah ramah sekali. Itu bisa dilihat dia pasti bukan terpaksa bertahan, tapi dalam pertahanan yang masih menyimpan banyak tenaga. Hoyan Tiang-souw dengan suara keras yang beberapa kali lipat dari orang biasa berkata: "Kenapa kau memberitahukan jurus pedangmu padaku?" ? ? ? BAB 5 Pertanyaan ini sampai Sui Bu-seng pun ingin tahu, makanya dia juga memasang telinganya. Li Poh-hoan mengayun-ayunkan pedangnya, menangkis setiap serangan cambuk emas lawan, sambil tersenyum menjawab: "Sebab kau pasti tidak tahu jurus pedangku, maka aku mengambil kesempatan ini supaya kau bisa melihat sendiri." "Kenapa aku harus tahu?" Hoyan Tiang-souw masih tidak mengerti. "Hay, aku khawatir cepat atau lambat kau akan bertarung denganku, maka lebih baik aku memberi tahukan lebih dulu!" 'Tapi kenapa kita pasti akan bertarung"' pertanyaan ini hanya berkumandang di dalam hati Hoyan Tiang-souw, dia tidak mengucapkannya, takut orang salah paham mengira dia takut akan pertarungan itu. Mendadak Li Poh-hoan membalikan tubuh menghadap pada Sui Bu-seng, tangan kanan masih tetap menekan pegangan pedang. Sepasang mata di bawah alis tebalnya berkilat-kilat seperti mata macan, padahal di saat dia t membelakangi Sui Bu-seng, dia pun mampu setiap saat menyerangnya. Sekarang setelah saling berhadapan, tekanan-nya tampak semakin kuat dari tadi. Hampir saja Sui Bu-seng tertekan mundur oleh pembawaan dia, tapi akhirnya masih bisa berdiri tegak, malah masih bisa berteriak: "HwanLo-jit (saudara ketujuh), aku segera datang membantumu." Biasanya suara Hoyan Tiang-souw lebih keras beberapa kali lipat dari orang biasa, sekarang dia berbicara sengaja memperkeras lagi, tentu saja suara-nya jadi lebih menggetarkan telinga orang: "Kau tidak boleh membantu, kecuali kau bisa mengalahkan Mo-to ku. Jika tidak kau harus tunggu sampai diantara mereka ada yang menang atau kalah." Sui Bu-seng berteriak, wajahnya berubah jadi bengis. Hoyan Tiang-souw mengira dia pasti akan mengayunkan kapaknya menyerang membabi buta. Tapi hal itu ternyata tidak terjadi, Sui Bu-seng masih tetap berdiri di tempatnya. Walaupun Sui Bu-seng tidak waras, tapi di saat penentuan hidvip mati, dia tetap bisa memperhitung-kan untung ruginya. Jika dia selalu membunuh orang secara mem-babi buta, mungkin dia sudah mati sejak dulu. Dia sadar tidak mudah menghadapi Mo-to nya Hoyan Tiang-souw. Apa lagi jika memperhitungkan tugasnya kali ini, Li Poh-hoan lah sasaran utamanya. Selain itu Hoyan Tiang-souw tidak membunuh orangorang mereka, tapi Li Poh-hoan sudah, di samping punya permusuhan, di lain pihak dia sudah melihat jurus pedangnya Li Poh-hoan, sedangkan jurus Mo-to Hoyan Tiang-souw, dia belum melihatnya. Makanya setelah dihitung-hitung, lebih baik dia mengumpulkan seluruh tenaga untuk menghadapi Li Pohhoan. Dia tidak bisa lolos dari Hoyan Tiang-souw untuk mengeroyok Li Poh-hoan, jadi Hwan Tong-cing seorang diri yang kerepotan. Paling sedikit ada tiga kerepotan bagi Hwan Tong-cing. Pertama, sia-sia saja cambuknya menyerang secara bergelombang, dia hanya bisa menggunakan satu jurus Liehweecui-hun (Bara api mengejar roh) dari tiga jurus cambuknya. Dua jurus cambuk lainnya tidak ada kesempatan digunakan. Kedua, dia hanya bisa berteriak-teriak seperti orang gila. Sebab setiap pedang Li Poh-hoan menangkis serangan cambuknya, selalu mengenai bagian kedua dari sembilan bagian Cui-hun-pian nya, malah selalu dititik yang sama, satu mili pun tidak salah. Hwan Tong-cing sendiri sadar itu adalah titik terlemah dari seluruh cambuknya, dia sungguh tidak mengerti kenapa lawan bisa tahu satu-satunya titik kelemahan cambuknya. Tapi tidak peduli dia mengerti atau tidak, pokoknya dia harus menggunakan seluruh tenaga dalamnya untuk menutupi titik kelemahan ini, dia hanya bisa berteriakteriak di dalam hati. Dia tidak bisa berteriak untuk menambah semangat, dia malah menjadi kesal. Ketiga, masalah tubuhnya, ternyata pedang Li Poh-hoan walaupun mumi untuk bertahan, tapi tetap ada kilatan pedang yang menyambar tubuhnya, mula mula masih tidak terasa apa-apa, tapi semakin lama semakin Kilatan pedang yang tanpa bentuk tanpa su.ir.i tanpa warna dan tanpa rasa itu, seperti jarum panjang menusuk ke dalam tulang, maka rasa sakitnya juga tidak seperti jarum yang ditusukan ke dalam daging. Sekarang dia sudah bisa menemukan sumber kilatan pedang yang tidak berbentuk itu ternyata bukan dari pedang yang ada di tangannya Li Poh-hoan. Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tapi datang dari batang panjang di tangan kirinya, tapi setelah mengetahui satu hal, timbul rasa sakit pada hal lainnya lagi. Jika sudah mengetahui tapi tetap tidak bisa melepaskan diri dari kesakitan, lalu apa gunanya mengetahui" Untungnya segala sesuatu di dunia ini selama-nya berubah-rubah tidak menentu, fenomena yang terjadi dari berbagai unsur berkumpul menjadi satu. Misalnya tubuh manusia, terbentuk dari ber-bagai unsur, di tambah ruang dan waktu. Jika kurang satu saja dari berbagai unsur ini maka tidak akan bisa hidup, atau disebut akan menghilang. Dan jika segala sesuatu di alam ini semuanya abadi dan tidak berubah, maka masalahnya akan jadi besar. Seorang bayi karena bersifat tidak berubah, maka selamanya jadi seorang bayi, besi juga selamanya tidak bisa ditempa jadi baja. Pokoknya segala benda jika selamanya tidak berubah, tidak akan bisa lahir benda-benda baru, coba bayangkan bukankah dunia akan membosankan" Jujur saja di alam ini sama sekali tidak ada satu benda pun yang abadi, tidak berubah, karena tidak ada satu benda pun bisa ada tanpa syarat-syarat tertentu. Sampai disini lebih baik jangan membicarakan hal itu lagi. Akhirnya Hwan Tong-cing mendapatkesempatan merubah keadaan. Pada saat ini Hoyan Tiang-souw berkata pada Li Pohhoan: "Lebih baik cepat selesaikan pertarunganmu, aku sudah tidak sabar lagi!" "Benar juga!" setelah berbicara mendadak jurus pedangnya menjadi lambat. Hwan Tong-cing mengerahkan seluruh tenaganya, menggetarkan cambuk emas nya sampai menjadi tegang lurus, laksana sebuah tongkat panjang. Terlihat dia sudah memegang cambuknya dengan kedua tangannya, jurusnya juga menjadi jurus tongkat. Inilah salah satu jurus hebat dari tiga jurus Cui-hun-pian yang disebut Ji-ciang-se-kun (Tongkat laksana tombak). Tampak cambuk emas yang lurus itu menancap mendongkel memukul melontar, dengan empat macam gerakan menyerang sebanyak dua belas jurus. Bersamaan waktu itu dia pun berteriak sangat keras, akhirnya bisa juga mengeluarkan kekesalan di dalam hatinya. Serangan dia mendadak menjadi kuat, dan \ berhasil mendesak mundur Li Poh-hoan tiga langkah, tampaknya tinggal menambah sedikit serangan lagi dia akan melumpuhkan lawan. Tapi dia malah menyatukan sepasang tangan-nya, dan cambuk emasnya mengerut satu kaki lebih. Baju putih Li Poh-hoan berkibar-kibar, begitu memutar tubuh, dia sudah berada sebelah kiri lawan-ny.i, lalu ujung pedangnya menusuk, membelah angin mengeluarkan suara "Ssst!" Saat ini, Hwan Tong-cing baru benar-benar mengerti, dirinya telah melakukan satu kesalahan fatal, tapi dia sudah tidak keburu membetulkan juga tidak keburu menambalnya. Dia hanya melihat ujung pedang yang tajam sudah berada disisi tenggorokan, kecepatannya sampai untuk berpikir pun sudah tidak keburu. Lalu hanya merasa titik kematian di tenggorokannya telah ditusuk pedang, hanya itu saja. Kali ini Li Poh-hoan tidak memasukan pedangnya ke dalam sarung, pedang dipegang di tangannya. Menunggu tubuh Hwan Tong-cing jatuh ke tanah baru dia berkata: "Jika kau tidak berniat menggunakan senjata gelap di dalam Cui-hun-pian untuk membunuh aku, kau paling sedikit masih bisa hidup beberapa saat......" Serangan pedang dia laksana kilat, orangnya sangat tampan, dan tingkahnya tenang anggun, walau pun telah membunuh dua orang pembunuh bayaran ternama, kelihatannya seperti bukan dia yang membunuhnya. Hoyan Tiang-souw memalingkan kepala, dalam hatinya terkesan satu bayangan aneh. Tapi dia tidak mengucapkan apa-apa, dia mundur beberapa langkah, lalu berkata pada Sui Bu-seng: "Lawanlah, walaupun Li Poh-hoan kalah dan mati, aku pun tidak akan membantu dia." Sui Bu-seng berteriak, lalu meloncat melewati Hoyan Tiang-souw, langsung menerjang Li Poh-hoan, terjangannya dahsyat seperti kerbau gila, sangat menakutkan. Hanya sekejap mata dia sudah membacokan kapaknya pada Li Poh-hoan. Tapi dalam waktu singkat ini Li Poh-hoan tetap dengan tenang mengangkat pedangnya, sikapnya anggun penuh percaya diri, dia seperti tidak melihat terjangan lawan yang begitu dahsyat. Di dalam layangan baju putihnya Li Poh-hoan berputar ke kanan, pertama kali menggunakan tebasan pedang ke belakang. Sikap dia kelihatannya tenang, tapi gerakannya sangat cepat, cepatnya sampai Ciat-hu Sui Bu-seng terdesak mundur ke belakang dua langkah besar, baru mendapatkan kesempatan balas menyerang. Tapi ayunan kapak Sui Bu-seng sampai dua belas jurus, itu hanya menangkis serangan susulan pedang Li Poh-hoan. Li Poh-hoan berputar ke belakang tubuh dia, sinar pedangnya berkelebat secepat kilat, satu sabetan pedang datang lagi menyerang. Sui Bu-seng merasa ada hawa pedang tajam menyerang tenggorokannya, tajamnya laksana pedang yang sebenarnya, saat itu tidak tahan warna wajahnya jadi berubah besar. Dia tahu hanya pedang yang benar-benar yang bisa datang membunuh, maka sifat gilanya keluar, tanpa mempedulikan pedang lawan, dengan meng-gunakan seluruh tenaga dalamnya dia melemparkan kapaknya pada lawan. Jarak mereka berdua tidak jauh, maka pedang Li Pohhoan bisa menusuk Sui Bu-seng, tapi kapak Sui Bu-seng juga bisa mengenai Li Poh-hoan. Berdasarkan keadaan ini, sebenarnya Sui Bu-seng tidak perlu melemparkan kapaknya menyerang lawan. Tapi pengalaman bertarung Sui Bu-seng sudah banyak sekali, sudah membunuh entah berapa banyak pesilat tinggi dunia persilatan, tentu saja gerakan dia punya alasan tersendiri. Ternyata pengalaman memberi tahu dia, pedang cepat dan kapak lambat. Artinya dia pasti mati lebih dulu tertusuk oleh pedang. Dan setelah mati, kekuatan kapak akan kehilangan dorongan tenaga, bukan saja kekuatannya jauh berkurang, malah akan tertahan oleh lima jarinya sendiri. Jika dia tidak mati pun tetap akan kalah, maka sekalian saja dia melemparkan kapak, berharap bisa mengembalikan modal sedikit. Serangan pedang Li Poh-hoan ternyata jadi terdesak dan sedikit berubah. Pedang bergetar, kapak terpental melayang ke udara, luka Sui Bu-seng jadi bukan di tenggorokan, tapi di mata kirinya. Mata kiri Sui Bu-seng tertusuk pedang, tidak perlu dijelaskan tentu saja mata ini segera menjadi buta, tapi dia tidak sampai mati. Dia pun tidak sampai roboh, hanya mundur dua langkah, menggunakan tangan kirinya menutup luka mata kiri yang bercucuran darah segar. Li Poh-hoan berdiri tegak sambil mengangkat pedang, sikapnya anggun, sambil tersenyum berkata: "Sui Bu-seng, kau sudah mati setengah, apakah kau tahu siapa yang harus disalahkan?" Siapa pun orangnya, setelah matanya buta sebelah, tentu saja bisa di anggap mati setengah, aturan asuransi jaman sekarang juga begitu. Diam-diam Sui Bu-seng mengerahkan tenaga dalamnya, berturut-turut menghirup nafas tiga kali. Sekejab sakitnya sudah berkurang banyak, dan kesadarannya pun sudah kembali. Dia tertawa gila juga kesal, katanya: "Aku tidak tahu, aku hanya bisa salahkan kau, selain kau, siapa lagi yang bisa aku salahkan?" Kata Li Poh-hoan: "Salah, Kau datang untuk membunuh aku tapi tidak berhasil, ini disebut kalah kemampuan, bagai-mana boleh menyalahkan aku?" "Harus kah aku menyalahkan diri sendiri?" "Salah, kau kalah kemampuan, itu hal yang tidak bisa dibantah, misalkan kau mungkin tidak bisa mengalahkan ketuamu, tapi apakah kau bisa menyalahkan dirimu sendiri" apakah kau akan bunuh diri karenanya?" Sui Bu-seng jadi bingung dan berkata: "Tentu saja aku tidak akan bunuh diri, tapi aku harus menyalahkan siapa?" "Kau harus menyalahkan orang yang mengutus mu kesini, yang tidak tahu kemampuanmu kalah oleh lawanmu. Dengan kata lain, orang yang mengutus kalian untuk membunuh aku, seharusnya menyelidiki dulu kemampuanku. Jika tidak menyelidiki terlebih dulu, itu sama dengan sia-sia saja mengantarkan nyawa kalian, menurutmu orang ini harus disalahkan, tidak?" Sui Bu-seng dengan keras teriak: "Angap saja menyalahkan dia, lalu mau apa?" "Biar aku membalaskan untuk kalian, kau sendiri tidak mampu, tapi aku mampu!" Tawa Sui Bu-seng sangat bengis dan menakut-kan, mungkin karena wajahnya penuh dengan darah. "Usulan ini cukup bagus, tapi aku tidak akan masuk perangkapmu, aku juga tidak akan meng-khianati saudara dan teman sendiri!" "Kau salah. Aku bukan menanyakan masalah internal kalian, karena orang yang memerintah kalian pasti adalah ketua kalian Tok-kah-kong-liong (Kaki tunggal naga gila) Pui-suhu. Tidak perlu diragukan lagi, buat apa kau menghabiskan waktu sia-sia?" Sui Bu-seng keheranan: "Kau sungguh lihay, tidak heran kekuatan Thi-pian-tanpang (Perkumpulan Pikulan besi) di Han-sui sangat besar, bahkan menurut kabar kau bertekad menguasai seluruh dunia persilatan." "Jangan bicarakan ini, coba kau pikir-pikir, jika kau menganggap jurus pedangku cukup hebat, merasa aku bisa membalaskan kekesalanmu. Maka kau beri tahukan padaku, siapa yang mengancam perkumpulan Tong-haikongjin?" Sui Bu-seng berpikir sejenak, walaupun mata dia sudah buta darah memenuhi wajahnya, tapi bagaimana pun dia adalah orang pesilat tinggi kelas satu, maka dia masih bisa bertahan. Setelah dia berpikir sebantar baru berkata: "Kau bunuhlah aku!" Kali ini giliran Li Poh-hoan keheranan: "Kenapa" Kau sudah bosan hidup?" "Bukan, soalnya aku tidak tahu ketua diancam oleh siapa. Mungkin setelah aku jadi setan baru bisa menyelidikinya, saat itu aku pasti akan memberitahu kan padamu!" Dia mengucapkan kata-katanya tidak dengan nada kelakar, bisa dilihat dia memang punya pikiran demikian. Li Poh-hoan jadi tertawa salah, menangis pun salah, dia memalingkan kepala melihat pada Hoyan Tiang-souw. Hoyan Tiang-souw sangat tegas, memberi isyarat untuk 'menbunuh' nya. Membunuh orang walaupun menyenangkan, tapi bukan cara bagus untuk menyelesaikan masalah. Maka Li Poh-hoan tertawa pahit, memalingkan kepala berkata pada Sui Bu-seng: "Kau pasti punya sedikit informasi, hanya kau sendiri tidak tahu bahwa itu merupakan informasi penting! Jika kau ingin aku membantumu membalas-kan kekesalanmu, membantu perkumpulan kalian melepaskan diri dari ancaman, sekarang coba jawab beberapa pertanyaanku!" Sui Bu-seng berpikir sebentar baru menjawab: "Baik, tanyalah." "Perkumpulan kalian dalam satu dua tahun ini apakah ada pemasukan yang khusus?" "Jika kami ada bisnis ada tugas, maka ada pemasukan, tapi tidak bisa dikatakan khusus." "Di markas lama kalian apakah akhir-akhir ini ada gerakan khusus" Misalnya di bidang pertahanan?" Sui Bu-seng menggelengkan kepala. "Ada tidak pesilat tinggi yang baru bergabung" Yang ilmu silatnya kurang lebih sama dengan kalian?" "Tidak ada!" "Kalau begitu apakah ketua kalian mempunyai orang yang paling disayang" Laki-laki atau perempuan sama saja, ada tidak?" Saat ini, Sui Bu-seng baru bereaksi, tubuhnya tergetar dan berkata: "Ada, ada seorang wanita." "Siapa dia?" "Tidak tahu," Sui Bu-seng menjawab, "aku hanya tahu dia bermarga Lu, kami memanggil dia Lu-hujin." "Berapa usia dia" Apakah dia cantik sekali?" "Dia memang terlalu cantik. Tidak ada orang yang tidak berpikiran demikian. Aku sendiri juga begitu, tapi biasa aku tidak mendekati wanita, aku tidak suka wanita, sebab wanita adalah sumber keruwetan, kesedihan, pusing, dan mala petaka, maka wanita selain kejelekannya, masih ada keuntungan apa lagi?" Kata-kata Sui Bu-seng tentu saja terlalu ekstrim. Jika diganti dengan orang yang menyukai wanita, mungkin dia bisa mengutarakan seribu macam kebaikan wanita. Tapi jika Sui Bu-seng membenci wanita, itu juga tidak Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bisa dilarang dia berpikiran demikian. Li Poh-hoan menggoyangkan tangannya dan berkata: "Kau pergilah!" Sui Bu-seng sampai Hoyan Tiang-souw yang berdiri agak jauh jadi sangatterkejut. "Pergi" Kau menyuruh aku pergi?" "Telingamu tidak sakit bukan?" "Tidak mungkin, kau pasti ada siasat busuk lainnya......" Guman Sui Bu-seng. "Tidak ada." Li Poh-hoan berkata, "janjiku selalu ditepati, sedikit sekali orang yang tidak percaya katakataku." Sui Bu-seng merasa masih tidak percaya, dengan gagap berkata: "Tapi kalian sudah kehilangan banyak orang?" "Tidak apa-apa." Li Poh-hoan masih tampak sangat yakin dan berkata, "aku berharap racun yang kalian gunakan kelihayannya tidak sampai tidak bisa dikendalikan." Sui Bu-seng terkejut dan berkata: "Kau tahu kami menggunakan racun?" "Itu hal yang sangat wajar." Li Poh-hoan tersenyum dan berkata, "selain menggunakan racun, kalian punya cara apa lagi mampu melumpuhkan semua orangku tanpa menimbulkan suara?" Akhirnya Sui Bu-seng merasa tidak tahan lagi. Walaupun dia adalah pesilat tinggi kelas satu, tapi setelah sebelah matanya ditusuk menjadi buta, dan tidak ^ diobati untuk menghentikan darah dan mereda-kan rasa sakit, walaupun seorang pesilat tinggi kelas satu pun tidak akanbertahan lama. Makanya dia bertanya lagi: "Benar aku boleh pergi?" "Setelah kau pergi maka kau akan tahu." Hoyan Tiang-souw melihat bayangan pung-gung Sui Buseng menghilang baru berkata: "Kau bukan tidak berani membunuh orang, kenapa melepaskan pembunuh bayaran yang seperti orang gila ini" Walaupun dia tidak mampu melawanmu, tapi keluargamu, teman-temanmu bagai-mana" Mmm, aku dengar dia menyebut perkumpulan Thi-pian-tan, dan kau adalah ketuanya bukan" Lalu bagaimana dengan nyawa anak buahmu" Orang semacam Sui Bu-seng mungkin tidak akan membalas budi!" "Sebelumnya aku sudah memberikan obat penangkal racun pada seluruh anak buahku yang ikut dalam pertarungan ini, semua sudah kupikirkan, misalnya melepaskan Sui Bu-seng, ini juga sudah kupikirkan sebelumnya." "Sebelumnya kau sudah tahu Tong-hai-kong-jin akan menyerangmu?" "Hanya perkiraan saja, aku sudah mengetahui mereka sudah datang, tentu saja juga tahu kau sudah datang kesini, aku hanya memperhatikan orang-orang yang pantas bertarung denganku, bukan semua orang harus aku perhatikan." "Tampaknya kau sangatmemandangku!" Li Poh-hoan sambil menghela nafas: "Maaf, kenyataannya aku salah perhitungan. Maka pembantu penting yang aku tinggalkan di sampingku sudah dibunuh olehmu. Seharusnya dia membantu aku menghadapi orang-orang Tong-hai-kong-jin itu." "Untungnya kau mendadak membantu aku." Li Pohhoan melanjutkan lagi, "membuat tiga orang pembunuh bayaran kelas satu Tong-hai-kong-jin hanya bisa satu persatu bertarung denganku." Hoyan Tiang-souw tertawa, dia tahu Li Poh-hoan menyembunyikan kekuatannya, kenyataannya tiga pembunuh bayaran kelas satu Tong-hai-kong-jin sekalipun bersama-sama mengeroyok dia, juga belum tentu mereka bisa menang. Tapi karena dia ingin menyembunyikan, maka tidak perlu membongkarnya. Li Poh-hoan berkata lagi: "Kupikir para pembantuku yang cukup penting diamdiam telah aku sebarkan di sekeliling, sudah menangkap orang-orang yang menebar racun itu, dan mulai melakukan pertolongan, maka aku tidak tergesa-gesa dan masih ada waktu bicara denganmu." Hoyan Tiang-souw mengerutkan alis tebalnya: "Hanya bicara" Bukan bertarung untuk menentukan siapa yang lebih unggul?" Di wajah tampan Li Poh-hoan tampak tawa pahit, dia berkata: "Apa gunanya bertarung denganmu" urusanku sudah cukup banyak, dan kau adalah orang dengan jurus golok yang paling menakutkan sepanjang pengalamanku, apa lagi kau masih sangat muda." , "Masalah ini apa hubungannya dengan usia muda l atau tua?" "Tentu saja ada hubungannya, jurus golok dan tenaga dalammu sekarang sudah hebat begini, di kemudian hari pasti akan meningkat, kau mungkin menjadi ahli golok besar yang tiada tandingnya di dunia persilatan, buat apa aku membuat permusuhan dengan orang semacam kau?" "Kau juga masih sangat muda, paling banter juga kau hanya beberapa tahun lebih tua dariku, maka aku pun tidak berani memandang remeh dirimu, semakin cepat kita bertarung menentukan siapa yang lebih unggul semakin bagus." Dia sedikit pun tidak tergiur oleh kata-kata lawan, ini kejadian yang sangat aneh. Umumnya, kecuali ada permusuhan atau dendam kesumat, kenapa harus bertarung menentukan pemenangnya" Li Poh-hoan mengerutkan alis, berpikir sejenak dan berkata: "Baik, kita segera bertarung menentukan siapa pemenangnya juga bagus." Bagaimana pun dia adalah seorang Pangcu, dan Thipiantan-pang menguasai perairan Han-sui, malah dua tahun ini kekuasaannya sudah berkembang lagi, sampai Huang-ho dan Tiang-kang ada sebagian dikuasai atau di bawah pengaruhnya. Maka dia tidak boleh tampak lemah. Tapi Hoyan Tiangsouw malah mengeluarkan kata-kata yang sangat diluar dugaannya, dia berkata: "Tapi tidak sekarang aku sudah melihat kau berturutturut membunuh Cia San dan Hwan Tong-cing berdua, juga mengalahkan Sui Bu-seng, ke tiga orang pesilat tinggi kelas satu ini telah menguras kekuatanmu. Kau sudah tidak mampu mengerahkan tenaga dalam di saat tadi kau menusukan pedang kepadaku, jika kau tidak mau mengakuinya, kau boleh mencoba jurus itu biar aku melihatnya!" Li Poh-hoan mengeluh dalam-dalam: "Kau sungguh musuh yang sangat menakut-kan." Tampang dia tidak seperti berpura-pura. "Tapi aku masih tidak tahu asal-usul jurus pedangmu, pengetahuanku sangat sedikit, sebenarnya kau ini dari perguruan mana?" Li Poh-hoan berkata: "Aku pernah belajar jurus pedang dari empat perguruan besar, tapi bertemu dengan pesilat tinggi kelas satu semacam Sui Bu-seng, aku terpaksa meng-gunakan jurus pedang keluargaku, maka boleh dibilang aku tidak ada perguruan!" Hoyan Tiang-souw tahu lawan tidak mau berterus terang. Sebenarnya dia adalah orang yang sangat pintar, hanya saja sejak lahir mudah marah (Mengenai hal ini menurut kabar ada hubungannya dengan disaat dia berusia lima enam belas tahun, pernah makan seekor kalajengking darah yang sangat jarang ditemui di dunia). Dan wajah dia terlihat kasar pemberani, maka sering orang salah menduga dia adalah seorang yang kaki dan tangan kuat, tapi otaknya sederhana. Sambil tertawa dingin dia berkata: "Siapa yang paling ternama di keluargamu" Siapa yang menciptakan jurus pedang itu dan mewaris-kan ke generasi berikutnya?" ^ Li Poh-hoan berpikir sejenak lalu berkata: "Kakekku, kudengar dulu dia adalah seorang pembunuh bayaran yang paling ditakuti, paling lihay. Dia tidak punya nama, semua orang memanggil dia Leng-hiat (Berdarah dingin) Li Cap-pwee (Li ke Delapan belas), jurus pedang yang dia wariskan sangat hebat, aku pun berpikir demikian!" Nama Leng-hiat Li Cap-pwee, Hoyan Tiang-souw tidak pernah mendengarnya, sebab kejadian ini terjadi lima, enam puluh tahun malah mungkin tujuh, delapan puluh tahun yang lalu. Di dunia persilatan generasi baru selamanya menggantikan generasi lama. Beberapa puluh tahun adalah waktu yang cukup panjang. Tapi dia tidak bisa tidak harus mengakui jurus pedang yang diturunkan oleh Leng-hiat Li Cap-pwee sungguh bagus sekali, apa lagi serangannya, itu adalah jurus pedang sakti buat pembunuh bayaran. Tidak ada variasi juga tidak ada gejala, tapi kecepatannya laksana kilat. "Aku merasa sangat menyesal." Li Poh-hoan berkata lagi, "kelihatannya kita mungkin tidak bisa berteman!" berkata demikian, tentu saja dia ada alasan dan jalan pikiran lain. Hoyan Tiang-souw pun punya jalan pikiran sendiri, sambil mengangguk kepala berkata: "Betul! Betul!" saat ini di dalam hati dia terbayang dengan jelas satu wajah yang sangat cantik, dialah Cui Lian-hoa. "Maka setelah lewat hari ini, setiap saat, dimana saja aku bisa mencarimu untuk bertarung, tentu saja kau juga boleh melakukan hal yang sama, dan aku sudah mempersiapkan dengan baik kau bisa muncul kapan saja." o-o-o Li Poh-hoan dengan baju putihnya yang berkibar-kibar berjalan keluar dari Ho-ciu, wajahnya yang tampan tampak sedikit warna gelisah. Dia bukan mengkhawatirkan anak buahnya, karena para anak buahnya yang telah dilumpuhkan oleh racun itu. Pertama sebelumnya telah memakan obat penangkal racun. Kedua sudah mendapatkan pengobatan, selanjutnya dan perlindungan, seharusnya tidak akan mengkhawatirkan. Ketiga, para anak buah ini hanyalah orang orang kelas tiga, para pembantu kelas satu dan kelas dua di dalam perkumpulan semuanya tidak ada apa-apa. Anak buahnya mula-mula masih keheranan kenapa tidak membiarkan mereka mengawal Pangcu-nya, malah membiarkan para pesilat kelas tiga yang bertanggungjawab" Sekarang semua orang sudah mengerti, sebab menghadapi ahli racun, siapa pun tidak akan yakin sanggup, hanya bisa melawan dengan reaktif saja. Misalnya minum obat anti racun terlebih dulu, tindakan seperti ini walaupun bisa menghindar dari kematian, tapi memerlukan waktu, dan setelahnya akan membuang waktu untuk berobat. Maka di samping Pangcu tidak ada orang yang bisa ditugaskan. Li Poh-hoan juga bukan risau karena telah membuat janji pertarungan dengan Hoyan Tiang-souw, karena itu pasti pertarungan ilmu silat murni yang terbuka dan adil, walaupun sampai kalah dan mati, di* juga akan merasa puas. Yang dia khawatirkan adalah nona Cui yang berada di luar kuil Han-san. Gadis yang wajahnya secantik bunga, setiap orang akan mencintainya, sebenarnya tidak harus ditakuti, tapi Li Pohhoan justru takut dia seorang diri. Sebab Thi-pian-tan-pang yang berada di perairan Hansui, setelah beberapa tahun sukses mengembangkan kekuasaan dan daerahnya, akhir akhir ini mendadak mendapat gangguan. Mendapat halangan adalah hal yang tidak bisa dihindarkan dalam pengembangan daerah dan kekuasa an, siapa yang rela memberikan daerah dan kekuasaannya pada orang lain" Tapi halangan itu muncul bersamaan di beberapa daerah. Belum lama ini dia juga menerima peringatan rahasia, supaya Thi-pian-tan-pang tunduk dan mene-rima perintah dari pihak lawan, tidak boleh melawan. Dengan demikian masalahnya jadi semakin ruwet dan berbahaya, sulit diduga. Li Poh-hoan tahu lawan menggunakan cara menaklukan berbagai daerah untuk menundukan kekuatannya, dia juga tahu lawan pasti mengerti orang seperti dia ini tidak mudah ditaklukan. Maka pasti ada cara lainnya lagi yang lebih lihay dan menakutkan menunggu menghadapi dia. Setelah dia berpikir lama, dia keluar dari markasnya berusaha menyerang. Dengan kata lain, dia ingin membalikan keadaan dari reaksi menjadi aksi. Tentu saja dia pun sudah menghabiskan tidak sedikit uang, menggerakan entah berapa banyak mata mata, berusaha mengumpulkan informasi lengkap. Dalam hal ini, tidak bisa dikatakan dia telah berhasil mendapat beberapa kesuksesan, karena dia sudah tahu di seluruh dunia persilatan entah sudah berapa banyak perkumpulan atau organisasi yang menyerah dan dikuasai. Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dia juga tahu organisasi rahasia ini diperintah bukan oleh seorang laki-laki tapi seorang perempuan. Seperti perkumpulan pembunuh bayaran Tong-hai-kongjin walaupun menyeramkan, tapi malah sedikit lebih sederhana. Sebenarnya perkumpulan ini bisa saja dikuasai oleh siapapun, dan syarat untuk menguasainya cukup dengan uang. Tidak tahu apakah Lu-hujin kesayangan ketua perkumpulan Tong-hai-kong-jin, Pui-suhu ada hubungannya dengan organisasi misterius itu" Nama Lu-hujin baru saja diketahui tadi, dan sebelum ini, dia selalu waspada terhadap setiap wanita yang berilmu tinggi dan jati dirinya tidak diketahui. Nona Cui pun wanita semacam ini. Tidak ada yang tahu dia datang dari mana, tiba-tiba saja muncul dalam lingkaran yang dia perhatikan. j Bisa juga dikatakan seperti ini, langkah pertama Li Pohhoan keluar adalah memimpin sendiri para pesilat tinggi di perkumpulannya pergi ke Kang-lam, dan dia kebetulan muncul dalam perjalanan ini. Sebenarnya di sepanjang perjalanan Li Poh-hoan, wanita yang ditemuinya bukan hanya dia seorang. Tapi karena dia mendapatkan informasi yang sangat dipercaya menunjukan, wanita penguasa dalam organisasi misterius itu ada di Kang-lam, karena dia baru saja menaklukan Jit-teng-hwee (Perkumpulan tujuh lampu) di Ho-hui. Itu hanyalah organisasi sederhana yang hanya terdiri dari tujuh orang, ke tujuh orang ini adalah pesilat tinggi yang amat lihay, tapi ambisinya tidak terlalu besar, kekuasaannya paling banter hanya sampai Bu-ouw (danau Bu) saja. Ketika Li Poh-hoan sedang memperluas kekuasaannya, pernah berhubungan dengan mereka, mereka sedikit pun tidak mau mengalah, maka Li Poh-hoan diam-diam mengutus orang untuk mengawasi Jit-teng-hwee. Ingin mengawasi para pesilat tinggi seperti ini tentu saja tidak mudah, juga tidak mungkin mengutus puluhan pesilat tinggi yang setara dengan mereka untuk mengawasinya. Dengan kata lain, cara pengawasannya menggunakan cara lain. Yang diperlukan oleh penanggung jawabnya bukan hanya ilmu silat saja, otak dan caranya lebih penting, misalnya menyuap orang-orang terdekat salah satu dari tujuh orang Jit-teng-hwee ini dan lain-lainnya. Buktinya sudah ada tiga keluarga di rumahnya yang berhasil disuap, makanya pergerakan Jit-teng-hwee, Li Pohhoan sedikit banyak bisa tahu. Karena itulah, perihal mereka mendapatkan ancaman dari luar tapi tidak mau menyerah, Li Poh-hoan juga sudah tahu. Keadaannya berkembang lagi, saat lima dari tujuh orang penting Jit-teng-hwee dibunuh, maka Li Poh-hoan segera datang ke Kang-lam. Menceritakan nona Cui. Li Poh-hoan bukanlah orang yang suka wanita, dan walaupun kecantikannya Nona Cui bisa membuat orang jadi mengila-gila, dia juga tidak mungkin bisa membuntutinya dari Bu-ouw sampai Soh-ciu. Sebab utamanya bukan nona Cui, tapi nyonya cantik setengah baya itu, dua orang pelayan cantik, malah nona Cui juga memanggil dia To Sam-nio. To Sam-nio pernah muncul di Ho-hui, malah telah membunuh seorang anak buah Li Poh-hoan. Ilmu silat anak buahnya cukup lumayan, sengaja diutus oleh penanggung jawab Ho-hui malam-malam mendatangi kamarnya To Sam-nio, dan sengaja bentrok dia, supaya bisa mengetahui kekuatan dia. Kekuatan To Sam-nio yang sudah dicoba, ternyata ilmu silatnya sangat tinggi, kehebatannya bisa menandingi siapa saja dari tujuh orang terpenting Jit-teng-hwee. Li Poh-hoan segera memutuskan rencananya. Mulai dari Bu-ouw dia secara terbuka membuntuti rombongan nona Cui, dan seluruh pembunuh bayaran sudah mengetahui dia telah mengatur sebuah rencana,, berharap memancing musuh besarnya ke Ho-ciu untuk bertarung. Bagaimana dan kenapa rencananya bisa bocor, Li Pohhoan tidak menyelidikinya. Jika kebocorannya sampai terputus, suatu saat jika dia ingin sengaja membocorkan rahasia tentu tidak bisa lagi. Tidak terhitung banyaknya siasat licik yang ada di dunia persilatan untuk memenangkan pertarungan, dan orang yang berambisi ingin menguasai dunia sangat besar, kepintaran dan caranya tentu saja sangat ruwet dan aneh. ? ? ? Di atas jembatan kuno di luar kuil Han-san. Angin musim semi meniup dengan lembut. Pohon-pohon Hong dan Liu yang terjuntai ke bawah, hijau lembut seperti sajak seperti lukisan. Li Poh-hoan menyandar ke pagar batu di sisi jembatan, dari jauh melihat ke arah gerbang kuil Han-san. Untuk apa nona Cui dan To Sam-nio datang ke kuil Han-san" Apakah mereka sedang melakukan gerakan besar yang bisa menggemparkan dunia, membuat sejarah di dunia persilatan, atau ingin melancong menikmati keadaan tempat itu, datang ke kuil kuno yang ternama ini membakar hio sembahyang" atau apakah mereka kenal dengan ketua kuil Han-san, Ji-hong hweesio itu" Tidak mengherankan jika mereka kenal, masalahnya adalah apakah Ji-hong hweesio kenal mereka tidak" Sejauh apa hubungan mereka" Li Poh-hoan pasti tidak lupa Hoyan Tiang-souw dengan hanya satu gerakan golok bisa mendesak mundur Ciat-hu Sui Bu-seng. Jurus goloknya sungguh hebat, sulit dilukiskan. Persis laksana gempa dahsyat di dalam tiupan angin lembut musim semi, sebaliknya juga bisa dikatakan di dalam hawa membunuh yang amat sadis, bergelombang satu aura kasih sayang yang tidak terbatas. Maka keganasannya serangan Ciat-hu Sui Bu-seng jadi terdesak, malah tidak ada jalan lain selain segera mundur ke belakang. Selain itu, Li Poh-hoan yang ingin maju membantu juga tidak bisa memikirkan bagaimana cara membantunya. Sebenarnya bukan hanya Li Poh-hoan saja yang merasa hormat dan keheranan pada Ji-hong hweesio, Hoyan Tiangsouw pun sama merasakannya. Sorot mata Li Poh-hoan sementara meninggal-kan gerbang kuil Han-san, beralih ke jembatan kuno di seberangnya. Benar saja, selain Hoyan Tiang-souw siapa lagi yang langkahnya mantap dan auranya tegap" Mo-to Hoyan Tiang-souw masih dikepit di dalam keteknya, dengan langkah tegap naik ke atas jembatan, sampai berjarak kurang lebih tujuh langkah dari Li Pohhoan baru berhenti. Sepasang matanya yang besar di bawah alis tebalnya berkilat-kilat, kedua orang itu saling pandang sejenak. 'i Dengan suaranya yang menggelegar Hoyan Tiang-souw berkata: "Kenapa kau berdiri disini lagi?" Li Poh-hoan tidak menjawab juga tidak membantah, sambil tertawa pahit berkata: "Kau sendiri tahu, sudah cukup!" Hoyan Tiang-souw mengerutkan alis tebalnya dan berkata: "Kau bukan seorang pembohong, aku terpaksa percaya padamu." "Untuk membalas kepercayaanmu padaku, aku beritahukan satu kabar, perihal kau telah membunuh tuan muda Kie Hong-in dari Hong-lai sudah menyebar di dunia persilatan, keluarga Kie akan mengetahuinya dalam satu dua hari ini." "Apa kau mengkhawatirkan aku?" "Tidak peduli apa pikiranmu, ada satu kata yang tetap akan kuberitahukan padamu." Li Poh-hoan mengibaskan lengan bajunya yang seputih salju itu, baju ditubuhnya tampaknya semakin putih bersih, "Di keluarga Kie ada tiga orang pesilat tinggi, diantaranya hanya nama Kie Ting-hoan yang diketahui oleh orang luar, menurut yang aku tahu mereka punya pesilat tinggi yang telah benar-benar terlatih." "Nama tidak penting, aku sudah banyak membunuh pesilat tinggi yang tidak tahu namanya." Kata-kata ini sangat takabur sekali, suaranya juga nyaring, beberapa laki-laki di atas jembatan dan di darat juga mendengarnya. Seorang laki-laki besar berbaju hijau mendadak melangkah naik ke atas jembatan batu. Langkah dan sikapnya sangat tegap dan pemberani. Dia berjalan di belakang tubuh Li Poh-hoan, karena kata-katanya Hoyan Tiang-souw dia menghentikan langkahnya. Kata Li Poh-hoan: "Tan Lo-hen, rupanya kau tidak bisa menahan diri" Maukah kau mendengar nasihatku" Saat dia bicara, tidak memalingkan kepalanya kebelakang, tapi bisa menyebutkan nama orang yang datang ini, tampak ini salah satu kelebihannya dari pada orang lain. Sebenarnya kehebatannya tidak hanya sampai disini. Laki-laki besar berbaju hijau berkulit hitam itu menghentikan langkahnya dan berkata: "Bagaimana kau bisa tahu yang naik ke atas jembatan adalah aku" Apakah ada orang yang memberi tahu padamu?" Li Poh-hoan berkata tawar: "Selain pesilat tinggi ilmu golok, siapa lagi yang bisa sekali melihat Hoyan Tiang-souw langsung tidak tahan dan menampilkan diri" Walaupun selama ini kau belum pernah memperagakan keahlian golokmu yang sebenarnya, tapi aku tetap bisa melihat kau adalah pesilat tinggi kelas saru. Aku selalu ingin menyelidiki kenapa orang pandai sepertimu, malah sengaja mau merendahkan diri berada di barisan kelas dua di perkumpulan, aku masih belum berhasil menyelidikinya, tapi sekarang kelihatannya sudah tidak pentinglagi!" Sambil menekan pegangan golok dan dengan suara dalam TanLo-hen berkata: \ "Li-pangcu, kau boleh mencurigai aku, tapi tidak perlu berpikir ke arah yang jelek, aku sama sekali tidak berniat buruk padamu. Ini hanya alasan pribadi sehingga tinggal di Siang-yang." "Kalau aku tidak berpikir baik, kau sudah mati sejak dulu, mungkin kau percaya aku mampu melakukannya." Kata Li Poh-hoan tawar. "Aku percaya," angguk Tan Lo-hen setelah berpikir sejenak. "Tapi aku sudah ada janji pertarungan dengan Hoyan Tiang-souw, kau adalah orang dari Thi-pian-tan-pang, jika kau melakukan ini, pikiran apa yang akan dipikirkan dia?" Tan Lo-hen membandel dan berkata: "Apa yang dipikirkannya aku tidak peduli, dengan susah payah aku menemukan seorang yang benar-benar pantas menjadi lawanku, maka walaupun akan membuatmu marah, tetap akan kulakukan!" Hoyan Tiang-souw tidak marah juga tidak tertawa, sorot matanya melihat ke arah kuil Han-san. Dalam hatinya muncul bayangan Cui Lian-hoa. Sedang apa dia" Sedang berdiskusi dengan Ji-hong hweesio" Lalu siapa Ji-hong hweesio itu" Sebenarnya dia bukan tidak memperhatikan Tan Lo-hen, tapi karena telah banyak mengalami hal ini, maka menjadi biasa. Orang-orang dunia persilatan selalu begitu. Orang yang semakin percaya diri, saat bertemu dengan lawan tangguh semakin ingin mencobanya tidak boleh tidak. Li Poh-hoan tertawa pahit dan sedikit menghela nafas, bergumam "Semoga Hoyan Tiang-souw jangan salah paham padaku!" Dia melangkah mundur ke belakang dan Tan Lo-hen melangkah maju ke depan. Maka sekarangTan Lo-hen berhadapan dengan Hoyan Tiang-souw. Tan Lo-hen berkata: "Aku berada di jembatan sana, tapi sudah merasakan hawa golokmu yang amat kuat, maka aku tidak bisa menahan diri ingin bertanding golok dengan mu" Hoyan Tiang-souw berkata: "Beberapa orang juga sering berkata demikian, tapi bertanding sering ada yang terluka atau mati, diantara kita tidak ada permusuhan atau dendam, buat apa bertanding?" Di dalam mata Tan Lo-hen menyorot sinar ganas yang membara: "Kalau kau takut, bersujudlah tiga kali di depan umum padaku, jika tidak takut, gunakanlah golokmu." Di ujung kedua alis tebal Hoyan Tiang-souw menyorot amarah yang seperti bisa dilihat dan diraba. Ini adalah ciri tunggal Hoyan Tiang-souw yang berbeda dengan orang di seluruh dunia. Walaupun Pek-mo-ci-to sebilah golok pusaka di dunia, tapi tidak bisa dianggap cirinya. Karena Mo-to bisa saja pindah tangan kepada orang lain, dan setiap orang bisa mengepitnya di bawah ketek. Hanya amarah yang berbentuk dan berisi ini, tidak ada orang kedua yang memilikinya. Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Mo-to bergulir ke telapak tangannya. Begitu dia marah maka dia akan menyerang, mengenai mencabuf keluar atau tidak Mo-tonya, itu tidak ada syarat tertentu. Jika lawannya terlalu lemah, tidak perlu mengeluarkan golok, maka dia menggunakan tinju telapak tangan atau kaki, juga sama bisa merobohkan lawan. % % % BAB 6 Tan Lo-hen menggerakan tangan, sebilah golok panjang yang sangat tajam, seperti sulap sudah berada di tangannya. Hawa golok yang amat dingin dari kejauhan mengikuti arah ujung golok menutup Hoyan Tiang-souw. Dengan melihat gerakan mencabut golok saja, semua orang sudah tahu ilmu goloknya sudah sampai ke tingkat paling top. Hati beberapa orang jadi mengerut karenanya, mereka semua adalah anggota dari Thi-pian-tan-pang. Karena Tan Lo-hen adalah kelompok mereka, dan sudah bersama-sama selama beberapa tahun, dan manusia punya perasaan. Maka di dalam hati mereka memihak pada Tan Lo-hen, dan mengkhawatirkannya. Dengan kata-kata yang lebih tepat adalah setelah semua orang melihat gerakan golok Tan Lo-hen yang luar biasa, seperti seorang yang ternama, mereka malah jadi meng-khawatirkan dia, karena jelas jika dua macan bertarung pasti ada satu yang terluka. Jika salah satunya bukan macan tapi kelinci, mungkin paling banter bokongnya ditendang orang dan masalahnya selesai. Golok panjang Tan Lo-hen satu mili pun tidak bergerak. Tapi hawa golok yang tidak ada wujudnya, berubah menjadi angin golok. Baju Hoyan Tiang-souw memang sedikit berkibat-kibar, dia merasa tampaknya lawan ingin menggunakan angin golok yang dingin dan tajam itu, untuk mengangkat amarah dia. "Sreeng," Pek-mo-ci-to keluar tiga inci. Sinar goloknya berkelebat. Ibarat kau mencuri pandang pada matahari melalui celah jari, tetap saja tidak bisa membuka mata karena silaunya, maka terhadap golok Hoyan Tiang-souw semua orang bisa melihat tapi tidak bisa menatap nya. Mata Tan Lo-hen pun tidak tahan, dia sedikit memejamkan mata, hingga angin goloknya jadi melemah. Tapi dia masih tetap tegar, sedikit pun tidak takut. Hati Hoyan Tiang-souw tergerak, amarahnya kembali berkurang hampir setengahnya. Tentu saja karena Mo-tonya pun memiliki satu tenaga gaib, bisa membuat penjahat ketakutan. Jika bukan seorang penjahat, pembawa Mo-to hanyalah lebih tajam dari pada golok yang paling bagus dan paling tajam. Orang ini tidak ada sikap ketakutannya. Jadi dia bukanlah orang yang jahat dan licik. Itulah sebabnya, kenapa amarahnya Hoyan Tiang-souw berkurang. Tapi dia tetap siap bertarung terus, karena dia sudah cukup banyak pengalaman, tahu benar sifat orang semacam ini, tahu Tan Lo-hen pasti tidak akan mau mundur sedikit pun. Hal ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan orang baik atau orang jahat. Tan Lo-hen bukan saja tidak mau mundur, malah sudah menyerang duluan. Dia meloncat ke atas, tubuhnya yang tegar ringan dan lincah laksana garuda. Terbang ke atas sampai setinggi tiga tombak, dari atas udara dengan dahsyat menyerang ke bawah. Loncatan dia sedikit pun tidak ada variasi, sehingga setiap orang bisa melihat dengan jelas. Tapi serangan golok dia secepat kilat menyabet ke kiri membacok ke kanan, dan perubahan tidak menentu, membuat mata orang sulit menerka arahnya. Ketika mau turun, golok panjang dia telah disebetkan sebanyak tiga belas kali. Hoyan Tiang-souw mundur ke belakang dua langkah, (hal ini sangat diluar dugaan orang, karena melihat amarah dia seperti macam orang yang mati pun tidak mau mundur) Tapi dua langkah mundurnya, membuat orang menjadi kagum. Sebab setiap bacokan Tan Lo-hen hanya meleset kurang satu dua inci saja, tiga belas bacokan golok laksana angin ribut bergulung lewat, karena itulah Hoyan Tiangsouw mundur dua langkah. Jika membiarkan Tan Lo-hen melanjutkan serangannya, tentu Hoyan Tiang-souw harus mundur lagi kebelakang. Tan Lo-hen juga tidak berniat menghentikan serangannya, jurus golok dia juga tidak hanya tiga belas jurus golok ini saja. Tapi karena Mo-to Hoyan Tiang-souw sudah keluar dari sarungnya, di dalam kilatan sinar terang terselip dua sinar yang berbentuk tetes air mata. Sabetan goloknya, hanya Tan Lo-hen yang merasakan Mo-to itu memang ada tenaga gaibnya. Maka jika dia tetap mau menyerang, Mo-to itu seperti telah menjelma entah jadi berapa banyaknya, menunggu dia masuk untuk di bunuh. Jika demikian, asalkan tidak menyerang atau tidak maju bukankah akan aman" Disinilah gaibnya, jika tidak maju menyerang, maka Moto itu bisa maju dan menyerang sekali. Dan juga bisa membuat Tan Lo-hen merasa di tubuhnya seperti ada sepuluh celah lebih yang bisa diserang. Menyerang tidak bisa, bertahan juga tidak mampu. Tan Lo-hen terpaksa berteriak sekali, lalu mundur ke belakang tiga langkah besar. Hoyan Tiang-souw berdiri tegak laksana gunung, Mo-to sudah masuk lagi ke dalam sanmgnya, dia tidak melanjutkan serangannya, melihat tampang-nya terlihat dia tidak perlu bertarung lagi. Tan Lo-hen jadi naik pitam, berdasarkan apa kemenangan bisa di tentukan dalam satu jurus saja" Walaupun benar kemenangan sudah ditentu-kan, itupun tidak perlu membusungkan dada, mata melotot menampilkan tampang galak! Dia tertawa saking marahnya, lalu "Huut!" meloncat ke atas delapan kaki. Golok panjangnya dibacokan, secepat kilat seganas macan. Sebenarnya dia telah salah paham pada Hoyan Tiangsouw. Seumur hidup tampang Hoyan Tiang-souw memang begitu, membusungkan dada, mata melotot marah, tampang yang galak, tampang dia selain tampang ini tidak ada tampang lain lagi. Tan Lo-hen menyerang seperti gila, bacokannya sambung menyambung. Kakinya belum menyentuh tanah, dia sudah membacokan goloknya sebanyak lebih dari lima belas kali bacokan. Setiap bacokannya melewati ujung hidung, mata atau tenggorokan, titik kematiannya Hoyan Tiang-souw, setiap bacokan hanya kurang satu dua inci saja dari sasarannya.. Hoyan Tiang-souw terus mundur ke belakang, setelah lima belas bacokan golok dia sudah mundur tiga langkah, tapi cara mundurnya pun lebih gagah lebih anggun dibandingkan orang lain. Sama sekali tidak terlihat mundur dengan pontang panting" Akhirnya amarahnya yang sudah ditahan, kembali menyembur keluar dari kedua ujung alis tebalnya. Ada sebagian orang memang menggemaskan dan membuat orang marah. Jelas-jelas tidak ada permusuhan dan dendam kesumat, buat apa harus bertarung mengadu nyawa" Bicara mengenai ilmu silat, apakah jurus golokmu sangat bagus, lalu tidak mengizinkan orang lain memiliki jurus golok bagus" Aturan dari mana ini" Sekali dia naik darah, Mo-to kembali keluar dari sarungnya, sinar golok laksana kilat muncul di kegelapan malam, membuat mata yang penonton jadi berkunangkunang. Tapi mata Tan Lo-hen tidak berkunang-kunang, serangan golok Hoyan Tiang-souw yang terdahulu, walaupun hanya ada dua titik sinar berbentuk air mata, tapi tidak menjadi perhatian Tan Lo-hen. Sekarang mau tak mau dia bukan saja memperhatikan malah bertambah terkejut sekali, karena dia telah melihat dua titik sinar yang mencolok mata, yang berbentuk air mata itu muncul di dalam sinar golok itu! Apa artinya dua tetes air mata ini, dia tidak tahu, dia tidak sempat memikirkannya, satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah sekuat tenaga membacok-an goloknya tujuh kali berturut-turut, bukan dibacokan pada musuh, hanya untuk membuat tabir di depan Mo-to itu. Dia berharap tabir goloknya bisa menahan Mo-to supaya tidak mengenai tubuhnya, inilah satu-satunya yang bisa dia harapkan. Siapa pun orangnya pasti mengakui tabir golok yang dibuat Tan Lo-hen sangat kerap sekali, malah bisa dibilang satu tetes air pun tidak akan bisa menembus. Tapi Mo-to tetap saja bisa menembus tabir golok itu, sedikit pun tidak terhalang. Sepertinya tabir golok itu ada satu celah yang sangat besar. Mo-tonya Hoyan Tiang-souw tiba-tiba bergerak miring ke samping setengah kaki. Tan Lo-hen berteriak keras, lengan kirinya terbang sejauh tujuh atau delapan kaki, darah segera mengucur. Jika golok Hoyan Tiang-souw tidak bergerak miring sedikit, yang terbang keluar itu bukan lengan^ kirinya tapi kepalanya. Tan Lo-hen mengangkat golok panjangnya tegak ke langit, posisinya masih sangat menantang. Jika jurus dia ini adalah serangan terakhir yang mengerahkan seluruh sisa tenaganya, walaupun dia sendiri hancur lebur tapi harus berhasil, kedahsyat-annya tentu saja bisa menggetarkan bumi dan langit. Tapi masalahnya, dalam hati Tan Lo-hen tidak didukung oleh dendam kesumat yang amat sangat. Walaupun ada dendam kesumat seperti ini, apakah pikiran dia bisa atau tidak mencapai taraf ini, itu juga menjadi pertanyaan. Di dunia ini ada banyak hal yang bisa dilaku-kan oleh Bara Api Di Laut Kidul 1 Pendekar Rajawali Sakti 184 Kembang Lembah Darah Kisah Si Rase Terbang 4

Cari Blog Ini