Bara Maharani 3
Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 3 bakal terbanting hancur didasar telaga tersebut. Bisa dibayangkan betapa terperanjat dan kagetnya hati sianak muda itu. dengan cepat ia berjumpalitan untuk bangun, tapi pada saat yang bersamaan kembali terasa munculnya segulung hawa tekanan yang sangat kuat menyendat tubuhnya: Ploook ..! tidak ampun lagi badannya terjengkang dan jatuh tertelentang diatas permukaan salju. Dasar telaga itu tiada air gelap gulita hingga susah melihat kelima jari tangan sendiri. Hong Po Seng yang berbaring diatas permukaan salju yang dingin menusuk ketulang sumsum seketika merasakan persendian tulang disekujur tubuhnya seolah olah terlepas semua sedikit bergerak atau meronta saja seluruh badannya terasa amat sakit sukar ditahan. Ditengah kegelapan terdengar suara tertawa seram yang rnengerikan itu berkumandang kernbali. begitu ngeri dan tajam suaranya sampai telinga terasa sakit seperti ditusuk tusuk dengan jarum. Kendati Hong Po Seng bernyali besar tak urung bulu kuduk disekujur tubuhnya berdiri juga, ia gemetar dan merinding. Lama... lama sekali suara tertawa aneh baru sirap, terdengar orang itu berkata: "Orang bilang anjing yang sedang gelisah akan meloncati tembok, Hmmm..,....ucapan ini sedikitpun tidak salah, ucapan ini sedikitpun tidak salah,.." Hong Po Seng dapat menangkap suara tadi sebagai suara ucapan manusia, tanpa terasa nyalinya menjadi besar sekali, dengan cepat ia meronta, berusaha untuk bangun, apa daya tulang belulang disekujur badannya terasa amat sakit, maka terpaksa ia menahan rasa dingin yang menusuk kedalam tulang dan berbaring diatas tanah tanpa berkutik, sementara hawa murninya perlahan lahan berusaba dikumpulkan kembali. Terdengar suara yang tajam menusuk pendengaran tadi berkumandang kembali, "Karena pusaka loohu terkurung disini selama banyak tahun Hey ! keparat cilik yang tahu diri, apakah kau datang kemari menghantarkan selembar jiwamu juga disebabkan karena mestika itu "Heeeh. .heeeh... " "Ngomong orang ini ngawur dan tak ada aturannya" Pikir Hong Po Seng dalam hati "Jangan jangan orangnya sudah sinting dan ingatannya sudah tidak waras berhubung sudah terkurung terlalu lama disini !" Perlahan lahan ia mendongak keatas, ditengah kegelapan yang mencekam seluruh jagad tampaklah dua buah titik cahayanya tajam berkilauan tiada hentinya dari kejauhan warna biru yang menggidikkan itu tidak mirip sebagai mata rnanusia. Karena tulang berulang badannya sakit maka sianak muda itu beristirahat untuk beberapa saat lamanya ditanah, baru beberapa saat kemudian ia mulai merangkak kesamping dan akhirnya dengan punggung menempel diatas dinding baru ia bangun dan duduk. Dalam pada itu angin berhembus amat kencang, salju turun dengan derasnya. Luka pukulannya baru sembuh dan kini setelah terjatuh dari atas tebing pertahanan tubuhnya semakin lemah lagi. Sambil mengeraskan diri pemuda itu mengatur pernapasan dalam tubuhnya, menanti rasa dingin sudah terusir pergi ia mulai merasa lelah bercampur mengantuk dan akhirnya tertidur dengan pulasnya. Entah berapa saat lamanya telah lewat, mendadak ia merasakan badannya seolah-olah jadi enteng dan terbang meninggalkan permukaan tanah, disusul tenggorokannya terasa amat sakit, suara tertawa aneh yang tajam dan tinggi bagaikan jeritan setan ditengah pekuburan berkumandang tiada hentinya dari sisi telinga. Dengan hati terkesiap Hong-po Seng mendusin dari tidurnya, ia membentangkan matanya lebar-lebar tapi dengan segera matanya jadi terbelalak dan mulutnya melongo, sementara jantungnya berdebar sangat keras. Ternyata ketika itu fajar telah menyingsing dan seluruh permukaan telah terang benderang tetapi telaga kering yang dalamnya mencapai tujuh puluh tombak ini masih tetap diliputi kegelapan serta kelembaban yang amat tebal, kabut menutupi permukaan tanah dan hawa dingin menusuk kedalam tulang. Ditengah lapat-lapatnya suasana itulah tampak seorang manusia aneh berbadan telanjang, berkaki kutung sedang mementangkan kelima jari tangannya yang tajam bagaikan cakar mencengkeram tenggorokannya, mulut yang lebar dan bau tersungging senyurnan aneh, gelak tertawa seram menggema tiada hentinya. Karena dicekik lehernya Hong Po Seng merasa pernapasannya jadi sesak dan ia tak sanggup mengungkapkan sepatah katapun, keempat anggota badannya jadi lemas sedikitpun tak bertenaga. Lama...lama sekall manusia aneh itu tertawa seram, akhirnya dengan wajah menyeringai tegurannya: .,Hey, keparat cilik. rupanya kau barusan kematian bapak tuamu?"". Hong Po Seng membentangkan mulutnya lebar-Iebar tanda tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, rupanya manusia aneh itu merasa amat girang menyaksikan keadaan korbannya. mendadak ia perkencang cekikannya membuat Hong Po Seng mendengus berat, kedua biji matanya hampir saja melorot keluar dari dalam kelopak matanya. Manusia aneh itu tertawa seram beberapa saat kemudian ia baru mengendorkan cekikannya seraya menegur lagi: "Hey. keparat cilik! apakah kau barusan kematian bapakmu": Jantung Hong-po Seng berdetak semakin keras, menanti kelima jarinya yang mencekik lehernya rada mengendor mendadak ia memiringkan kepalanya kesamping lalu merangkak kedepan menjauhi manusia aneh itu. Gelak tertawa seram kembali menggema memecahkan kesunyian, ditunggunya sampai pemuda itu merangkak sejauh beberapa tombak kemudian medadak ia bangun duduk, telapak kirinya yang kurus bagaikan cakar setan diayun kedepan dan meraung diudara kosong. Sungguh dahsyat cengkeraman diudara kosong itu, belum habis Hong-po Seng merasa terkesiap bercampur kaget tiba tiba badannya tak sanggup menguasahi diri.Sreett...! kepalanya terpelanting kebelakang dan tersedot kembali kearah manusia aneh itu. Sekali membalik telapaknya orang aneh tadi menekan batok kepala Hong po Seng keatas tanah, dan serunya sambil tertawa seram: "Eeeei.... kamu sudah tuli yah" Ayoh jawab pertanyaan dari loohu. Apakah kau si keparat cilik barusan kematian bapakmu?" Hong Po Seng merasa teramat gusar, tapi karena rasa ngeri dan takut masih tersisa dalam hatinya maka ia tak berani membentak dengan nada yang kasar dan bersikap menantang. Sahutnya: "Ayahku sudah mati banyak tahun," "Kalau begitu kau tentu barusan kematian ibumu?" teriak manusia aneh itu lagi dengan nada marah. Mendengar orang itu menyumpai ibunya kontan Hong Po Seng naik pitam, ia lupa akan keselamatan dirinya dan segera membentak dengan penuh kegusaran: "Kentut busuk, !" Sekuat tenaga ia meronta dan berusaha untuk melepaskan diri dari tekanan orang, siapa tahbu tenaga tekanan yang menekan batok kepalanya berat bagaikan tindihan sebuah bukit, kedati ia meronta dengan segenap tenaga namun badannya sama sekali tak bergeming barang sedikitpun jua. Melihat tingkah laku pemuda itu, bukannya gusar manusia aneh malah tertawa, "Haa..haah...,baaah....haah....keparat cilik. rupanya kau adalah seorang anak yang berbakti kepada orang tua". Ia merandek sejenak, lalu mengangkat raut wajah sianak muda itu keatas untuk dipan?dang sekejap dan tanyanya lebih jauh: "Wajah sedih dan murung, waktu tidur mengucurkan air mata, aku mau tanya apa sebabnya?", "Kenapa aku mesti mengucurkan air mata waktu tidur?""pikir pemuda she Hong Po ini, ia jadi mendongkol dan sahutnya gusar: "Dikolong langit kejahatan merajalela, manusia manusia laknat pegang kekuasaan dan malang melintang kesana kemari. aku hidup sebatang kara dengan kekuatan yang lemah, sebagai manusia tak bisa melenyapkan kajahatan bagi dunia persilatan tak bisa menciptakan kebahagiaan bagi umat Bu lim kalau tidak tidur sambil melelehkan air mata apakah suruh aku tertawa terbahak bahak?"". Mendengar ucapan itu manusia aneh tadi mendadak mendongak memandang angkasa lalu tertawa terbahak bahak. Sungguh hebat tenaga lwekang yang dimiliki orang aneh ini, begitu gelak tertawanya, bergema diangkasa seketika itu juga bunga salju berguguran keseluruh angkasa, menggulung dan berombak bagaikan gulungan air ditengab samudra luas. Hong po Seng rnerasakan cengkeraman orang itu kian mengendor, pemuda itu segera merangkak bangun dari atas tanah dan duduk. tapi ia tak berani mundur kebelakang, sinar matanya dialihkan kearah orang tadi dan dipandangnya dalam dalam. Tapi sebentar saja sianak muda itu sudah terperanjat dibuatnya, Kiranya bukan saja sepasang kaki manusia aneh itu sudah dipotong kutung sebatas paha tangan kanannya yang diayun keataspun sudah ditembusi oleh berpuluh puluh utas tali hitam yang tepat menembusi jalan darah penting ditubuhnya. tali tali berwarna hitam tadi diikatkan pada dinding batu sehingga praktis lengan tersebut tak bisa digunakan Lengan kirinya bebas dapat berputar kesana kemari, rambutnya panjang terural sampai di batas permukaan tanah, kulit tubuhnya putih pucat tak tampak warna darah dan diliputi oleh bulu bulu lunak berwarna hitam. Raut wajahnya kecuali sepasang mata yang berwarna kebiru biruan hanya mulutnya yang besar dan bersinar minyak itu saja yang nampak. Keadaannya jelek, bengis dan mengerikan membuat orang yang melihat merasa ngeri dan bergidik. Dalam pada itu manusia aneh tadipun sedang memandang wajah Hong-po Seng dengan sorot matanya yang tajam, mendadak ia tertawa seram. serunya: "Haah...haaah haaah sekarang loohu telah paham, kau sibocah keparat tentulah manusia baik yang belum sempat dibasmi sampai ludas!''. "Hmmm! tak nanti manusia baik bisa di basmi sampai ludas "batin Hong-po Seng sambil mendengus dalam hati. "Cukup didengar dari ucapan barusan, aku telah mengetahui kalau kau bukan manusia baik baik!". Walaupun dalam hati ia berpikir demikian namun tak berani diutarakan keluar, perasaan tidak puas itu hanya disimpan dalam hatinva saja. Dari perubahan air muka sianak muda itu, rupanya manusia aneh tadi dapat menebak isi hatinya. Mendadak ia mencengkeram pemuda itu dengan tangan kirinya dan menegur: "Bocah keparat rupanya kau tidak puas yaaah dengan ucapanku?"..., ayoh jawab !" Hong Po Seng ada maksud menghindarkan diri dari cengkeraman lawan, siapa tahu gerakan tangan orang betul betul laksana sambaran kilat, ia hanya merasakan pandangan matanya jadi kabur dan tahu tahu tenggorokannya sudah dicekik oleh jari jari tangan musuh. Merasa dirinya berulang kali dipermainkan orang, sianak muda itu naik pitam, otot-otot berwarna hijau diwajah dan tubuhnya pada menonjol keluar, sedang dalam hati diam-diam ia menyumpah: "Tua bangka sialan kau sampai mengalami nasib sejelek dan sesetan ini rasanya pantas dan Thian punya mata, sayang manusia she Pek itu..." Belum habis ia berpikir manusia aneh itu sudah melepaskan kembali cengkeramannya. "Hey bocah keparat !" ia menghardik "Ayo jawab secara terus terang, mau apa kau datang kedasar telaga ini?"" "Hmm..Pek Koen Gie ada maksurd merampas pedang emasmu, aku ditangkap dan ditawan olehnya karena itu sengaja kudatangi tempat ini untuk mengadu nasib " Rupanya manusia aneh itu tidak menyangka kalau pihak lawan bisa berterus terang dihadapannya, setelah tertegun beberapa saat lamanya ia berseru: ,,Apa " Pek Koen Gie ?"" apakah budak liar anak jadah dari Pek Siauw Thian ?". Hong po Seng sudah kenyang disiksa dan dihina oleh keluarga Pek, terhadap ayah dan anak she-Pek itu maupun terhadap manusia aneh dihadapannya ia menaruh rasa benci dan antipatik. Kini mendengar pertanyaan tersebut ia lantas tertawa dingin. "Heeh..heeh..Pek Koen Gie adalah putri dari pangcu perkumpulan Sin-Kee Pang, betulkah dia anak jadah atau bukan. aku tak tahu dan tidak ingin tahu". Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Manusia aneh itu merasa amat gembira ketika didengarnya dari nada ucapan tersebut jelas menunjukkan pandangan jelek dan rasa benci sianak muda itu terhadap Pek Koen Gie. "Eeei bocah keparat" ujarnya lagi. "Aku lihat kepandaian silatmu tidak jelek, kenapa kau bisa ditangkap dan dipermainkan oleh budak rendah sialan itu ooh.... jangan-jangan kau sedang membohongi diriku ?""...". "Hmm bukankah ilmu silat yang kau miliki sangat lihay ?" kenapa pula kau mengalami nasib yang demikian jeleknya sehingga harus hidup bagaikan seekor binatang ?"?". Bekas cengkeraman pada lehernya secara lapat lapat masih terasa amat sakit. hal ini menggusarkan hati pemuda itu. maka sengaja ia sindir dan ejek manusia aneh tersebut dengan kata kata yang tajam dan tak enak di dengar. Bisa dibayangkan betapa marah dan gusarnya manusia aneh itu, bagaikan binatang kalap ia meraung sekeras kerasnya. sekali cengkeram ia tangkap rambut pemuda itu kemudian menekan wajahnya keatas permukaan salju dan digosoknya berulang kali. teriaknya keras keras. ..Keparat sialan kau bilang apa ?"" Setelah mengucapkan kata kata penghinaan tadi, sebetulnya Hong po Sang pun merasa agak menyesal. Tapi menyesalpun tak ada gunanya karena semua sudah terlambat, Dalam keadaan begini ia hanya dapat menggertak giginya rapat rapat, dengan mulut membungkam merasakan siksaan yang sedang dideritanya. Dasar wataknya memang keras kepala, sejak petistiwa dikantor cabang kota Seng-Chu, di mana karena desakan rasa setia kawan ia harus menerima penghinaan dari Pek Koen Gie dan kehilangan tiga biji gigi karena digaplok oleh gadis itu, ia merasa dirinya sudah dihina habishabisan, setiap kali teringat akan kejadein itu dia pasti merasakan dadanya jadi sesak dan wajahnya jadi murung, suatu perasaan benci dan kecewa yang amat dalam menekan dadanya. Tapi setelah disiksa dan dianiaya oleh manusia aneh tersebut pada saat ini, meski badan terasa sakit namun hatinya malah terasa jauh lebih nyaman. Entah sudah berapa waktu lamanya manusia aneh itu menggosok raut wajah Hong po Seng diatas permukaan salju, tiba tiba ia berhenti dan mendongakan wajah korbannya. Tampaklah kulit wajah sianak muda itu telah pecah dan lecet lecet, darah segar, mengucur keluar membasahi seluruh permukaan salju yang putih, wajah pemuda ini sudah tidak utuh lagi. Ia mendongak dan segera tertawa keras, jengeknya: "Bocah keparat kalau kau berani mengucapkan kata kata yang tidak senonoh lagi, loohu segera akan putar tengkukmu sehingga patah jadi dua bagian !" Pada dasarnya manusia aneh ini memang bukan manusla baik baik, ditambah pula ia sudah terkurung selama banyak tahun, rasa mangkel, mendongkol dendam yang sudah terkumpul selama banyak tahun segera dilampiaskan keluar semua. Siapa tahu ejekan yang dilontarkan Hong Po Seng memang disertai dengan maksud mak?sud tertentu, ia ada maksud untuk menyiksa diri sendiri. Maka setelah mendengar ancaman itu bukannya berhenti malah mengejek semakin menjadi, serunya lantang: "Waaduuuh kau sungguh lihay sekali ! setelah Pek Siauw Thian memotong kuntung sepasang kakimu, kau ,* Belum habis kata kata itu diutarakan, manusia aneh itu dengan mata melotot bulat sudah bersuit nyaring, tangannya berkelebat mencengkeram kaki kanan Hong Po Seng dan ancamannya dengan wajah menyeringai buas. "Keparat busuk, loohu akan suruh kau merasakan keadaan yang sama dengan diriku!',. Sembari bicara ia siap mematahkan kaki kanan lawannya, tapi sewaktu dijumpainya wajah pemuda itu tetap tenang dan sama sekali tidak menunjukan rasa gentar atau sedih, dari gusar ia malah jadi tertawa serunya .,Bocah, usiamu masih sangat muda . . sayang amat kalau kakimu harus dikutung orang!" Ucapan ini diutarakan tidak lain banya bermaksud memancing munculnya rasa gentar dan takut dalam hati Hong-po Seng asal pemuda itu sudah merasa takut maka ia segera akan turun tangan. Siapa tahu Hong po Seng bukannya gentar aebaliknya malah menunjukkan sikap semakin tawar dan dingin, katanya ketus. ..Silahkan turun tangan sesuka hatimu, sedari dulu aku sudah pernah mati sekali. Hanya harapanku semoga kalau kau berjumpa kembaIi dengan Pek Siauw Thian nanti, tunjukkanlah kegagahan serta keangkeranmu seperti pada saat ini." "Anak jadah ! sepasang kaki loohu kutung diujung pedang Hoa Goan Sioe . , . " jerit manusia aneh itu sambil menggertak giginya keras- keras. Begitu mendengar disebutnya nama Hoa Goan Sioe sekujur tubuh Hong-po Seng gemetar. keras. Rupanya firasat serta perasaan manusia aneh itu tajam sekali, baru saja tubuh sianak muda itu bergetar keras, pergelangan tangannya sudah berputar mencengkeram baju korbannya sambil diangkat kedepan mata sendiri, hardik nya dengun suara berat "Ayoh jawab yang jujur, apa hubunganmu dengan Hoa Goan Sloe ?"'. Rupanya segara mendadak ia menjadi tenang kembali. suaranya rendah dan perlahan sama sekall tidak disertai emosi. Hong- po Seng yang sedari tadi sudah menyingkirkan jauh jauh pikiran tentang "Mati" dan "Hidup", saat ini berpikir didalam hatinya: "Kalau ditinjau sikapnya yang congkak dan tinggi hati beberapa saat berselang, sungguh tak nyana begitu mengungkap nama ayahku ia segera menjadi tenang dan halus !". Terdengar manusia aneh itu berkata lagi dengan suara serak : , Loohu lah yang paling akhir menghadiahkan sebuah pukulan ketubuhnya sehingga nyawa Hoa Goan Sloe kuhantar pulang keakhirat, coba jawab, apa hubunganmu dengan Hoa Goan Sloe ?"". "Bagus dia adalah ayahku almarhum" jerit Hong po Seng dengan suara melengking, ia termakan oleh ucapan itu dan berkobarlah rasa dendam dalam hatinya ,.Ayoh cepat turun tangan membinasakan diriku, membiarkan aku hidup dikolong langit berarti menanam bibit bencana bagi dirimu sendiri. cepat atau lambat aku pasti akan mencabut jiwamu!" Manusia aneh itu tertegun, tiba tiba ia melepaskan cengkeramannya dan barkata kembali: "Hoooh .! Hoa Goan Sloe modar karena dikepung dan dikeroyek oleh sekelompok jago-?jago lihay dari kalangan Hek-to, Pek Siauw Thian ada!ah salah satu diantaranya. Sepasang kaki loohu kutung lebih duluan dan tidak tahu duduk perkara yang sebetulnya, tapi kalau kamu ingin menuntut balas atas kematian ayahmu, bunuh saja budak anak jadah dari Pek Siauw Thian!" "Usia Pek Koen Gie masih sangat muda apa sangkut pautnya urusan ini dengan dirinya" "Setelah kau bunuh orang yang sama sekall tidak tersangkut dalam peristiwa itu, kenapa tidak sekalian mencabut jiwa budak sialan anak jadah itu?"" sahut orang aneh itu dengan mata melotot bulat. "Waaah...,rupanya kebencian orang ini terhadap Pek Siauw Thian telah merasup ketulang sumsum, sehingga dosanya ditimpakan pula pada anak keturunannya" pikirnya Hong Po Seng. Satu ingatan segera berkelebat dalam benaknya, sambil tertawa dingin ia mengejek: "Bukankah sepasang kakimu kutung ditangan ayahku almarhum?" kenapa kau tidak ingin menuntut balas atas sakit hati itu diatas tubuhku?"". "Haaah....haaah....Hoa Goan Sioe sudah modar, loohu tidak sudi membinasakan dirimu." "Hmmm... Hmmm....orang yang paling loohu benci adalah Pek loo jie itu". "Ehmm, rupanya ucapanmu yang terakhir adalah kata kata yang jujur dan sebenarnya, kalau memang kita punya musuh dan sakit hati yang sama, lebih baik bunuh dulu Pek Siauw Thian kemudian baru menyelesaikan hutang piutang diantara kita berdua". Manusia aneh itu melototkan matanya bulat bulat. "Boen.. mendadak ia merandek dan berganti sebutan. "Dimana ibumu ?" kenapa ia begitu tega dan kuatir melepaskan kau berkelana seorang diri dalam dunia persilatan?"". "Dia orang tua masih sedih setiap mengenang kejadian dimasa lampau dan tidak ingin munculkan diri lagi didalam dunia pesilatan, aku keluar karena diam diam melarikan diri." Manusia aneh itu mengangguk. "Nah ! begitu baru betul." Ia berpiktr sebentar dan lanjutnya, "Ayahmu punya potongan wajah yang cakap dan menarik, sedang kau bukan saja hitam, kurusnya seperti monyet sedikitpun tidak mirip jadi putra kandungnya" Dalam kenyataan sewaktu pertama kali anak muda ini turun gunung, kecuali wajahnya dan kulit tubuhnya berwarna hitam pekat, perawakannya sehat dan kekar. Justru karena berulang kali harus mendapat pukulan batin dan hatinya selalu dibikin kecewa, akhirnya bukan saja badan jadi kurus, kering bahkan kelihatan tidak cantik dan layu. -Hey keparat cilik she Hoa" meadadak terdengar manusia aneh itu menegur lagi. "Kalau memang Pek Koen Gie memaksa kau datang kemari untuk mencari pedang emas kenapa kau malah justru mengaku terus terang di hadapan loohu?" Walaupun ucapan orang ini kasar dan berangasan, ternyata otak serta pikirannya tajam serta teliti" pikir Hong po Seng, ia menjawab dengan suara ketus : "Dewasa ini aku bernama Hong-po Seng." Manusia aneh itu meiengak tersenyum., ,.Aaaah betul, kalau Pek loo-jie sampai mengetahui asal usulmu yang sebenarnya maka ia pasti akan turun tangan membinasakan dirimu. Hmm . . hmmm . . loohu .dewasa ini pun bernama Han Than Sioe sikakek telaga dingin" "Apa" Han Than Sioe binatang telaga dingin" hoo . memang pantas, memang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya!" Haruslah diketahui kata "Sioe" kakek dan 'Sioe` binatang, meski suaa ucapannya sama namun dalam tulisannya sama sekali berbeda.. Manusia aneh itu tertegun beberapa saat lamanya, tapi dengan cepat ia menangkap maksud yang sebenarnya dari perkataan itu, kontan sepasang matanya melotot bulat. "Binatang cilik. kau benar benar sudah bosan hidup dan pingin cari mati?". "Hmmm! tak usah kau gertak diriku dengan persoalan mati atau hidup, walaupun kau tidak ingin membunuh diriku, masih banyak oraag lain yang ingin kematian diriku". Sinar matanya dialihkan memandang kearah salju putih yang berhamburan dari angkasa, setelah lama berdiri termangu mangu ia baru menunduk kembali sambil berkata dengan suara hambar: "Kakek Telaga Dingin! sebelum salah satu diantara kita berdua ada yang mati lebih dulu, lebih balk kau tak usah untuk taring pamer cakar dihadapanku, kau musti tahu kami keturunan dari keluarga Hoa bukanIah manusia yang bisa dibikin gentar atau takluk oleh gertak sambel.". Han Thian Sloe sikakek telaga dingin tertawa aneh, mukannya pun secara tiba-tiba berubah jadi lebih kendor dan rileks. ,,Baiklah" ia menyanggupi." Mengingat Hoa Goan Sioe adalah seorang enghiong hoo han, lalu akan bersikap sungkan terhadap dirimu. tapi kaupun harus bisa menjaga diri dan terutama sekali mengerem ucapan yang bisa menyinggung perasaaan loohu, daripada hinaan serta sindiran tersebut membangkitkan hawa amarah dalam hatiku!" Hong-po Seng mengangguk. "Baiklah. kita tetapkan begitu saja" sinar matanya lantas dialihkan kearah rambutnya yang panjang hingga terurai keatas tanah, tanyanya: "Bukankah kau kehilangan sepasang kakimu dalam pertemuan Pek-Beng Hwe" bagaimana caranya hingga akhirnya kau terjerumus dalam jebakan Pek Siauw Thian?" Dari balik mata Han Than Sioe memancar keluar sinar penuh kebencian, katanya "Setelah pertemuan besar Pek Beng Thay hwee, Pek Loo jie ada maksud merampas pedang emas milik loohu, dia pura-pura berla gak baik hati dengan alasan hendak menghantar loohu pulang gunung, padahal sedari semula Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Loohu sudah mengetahui akan ketajaman serta kekejian hatinya, maka sengaja kupilih markas besar Sin Kee Pang ini untuk merawat lukaku. Hmm..hmmbegitulah aku merawat luka selama sepuluh tahun lamanya" "Jadi kalau begitu, ia sama sekali tidak tahu dimanakah letak rumah tinggal?""tanya Hong Po Seng dengan alis berkerut. ,.Kalau dia tahu, mungkin sejak dulu dulu loohu sudah mati kelaparan!" Mendadak ia tertawa aneh menunjukkan betapa bangga hatinya, lalu ujarnya lebih jauh: ,,Ketika sepasang kaki Ioohu baru kutung, aku masih bukan tandingannya maka ia pantas jebloskan loohu kedalam dasar telaga kering ini. setiap kali ada waktu luang ia lantas datrang kemari menyiksa aku dan mengepot aku agar loohu mau serahkan pedang emas itu sebagai penebus bagi kebebasanku, Hmm! Hmm! mana mungkin loohu bisa tertipu?" kalau pedang emas itu sudah terjatuh ketangannya, masa loohu bisa hidup sampai sekarang?" "Berapa sih nilainya sebilah pedang emas?" apa gunanya kau.." "Bagi manusia yang tidak tahu tentang duduknya perkara tentu saja pedang emas itu sama sekali tak ada harganya" tukas sikakek telaga dingin sambil menggoyangkan tangannya berulang kali."Tapi bagi orang yang mengerti, pedang emas tersebut merupakan banda pusaka yang tak ternilai harganya, benda itu merupakan mustika yang diidam idam?kan serta diimpiimpikan oleh setiap manusia, panjang sekali kisahnya mengenai benda berharga itu". "Sebelum Pek Siauw Thian berhasil mendapatkan pedang emas itu, dia pun akan menggunakan tindakan serta siksaan yang bagaimana kejampun untuk menyiksa badanmu serta membuat kau menderita. apa kau sanggup menahan siksaan hidup yang demikian beratnya Itu?" "Haah...haah.. tak usah dibicarakan, hal itu sudah jelas sekali !". la merandek sejenak, dengan wajah yang riang gembira sambungnya : "Pada waktu itu kolong langit baru saja mau tenteram, Pek Loo-jie masih disibukkan untuk mengumpulkan komplotan serta anak buah untuk memperkuat posisi serta pengaruhnya dalam dunia pertalatan, ia dibikin pusing tujuh keliling oleh masalah nama serta kedudukan sehingga melupakan sama sekali keadaan diri loohu haaah..haah..mimpipun ia tak akan menyangka dikala ia repot menjadi seorang pangcu,loohu pun sedang repot berlatih ilmu silat. Mendadak pada suatu hari ia datang berkunjung, loohu segera mengangkat telapak dan...". "Apakah pukulanmu bersarang telak ditubuhya ?"" sela Hong-po Seng tak tahan lagi. "Hmmm ! bukan bersarang telak saja, serangan diatas tubuhnya, bahkan aku buat dirinya menggeletak setengah mati untuk menyembuhkan luka parahnya itu ia harus berobat hampir selama satu tahun lamanya !" jawah sikakek telaga dingin dengan nada sombong bercampur bangga. Hong-po Seng segera tertawa. "Ia merasa berat hati kehilangan barang pusaka, berarti berat hati pula membinasakan dirimu, aku tebak meskipun hukuman mati bisa terhindar kau pasti tak akan terhindar dari siksaan hidup, bukankah begitu " sampai dimana siksaan yang kau derita sejak peristiwa itu ?". Sambil menggertak gigi si Kakek Telaga dingin bercerita lebih jauh: , Setahun itu loohu hanya bersantap tiga hari sekali, hampir saja aku mati karena kelaparan. Semenjak peristiwa itulah Pek Loo-jie melatih ilmu silat baru dan turun ke dasar telaga untuk bertanding melawan loohu, setelah ia datang membawa persiapan Loohu tak sanggup melukai dirinya lagi, tetapi ilmu silat yang loohu miliki selamanya berjalan di depannya dan selamanya ia tak mampu menangkan diriku, disamping itu iapun merasa berat hati serta sayang untuk mencelakai jiwa loohu". "Waaah kalau begitu ia betul-betul termasuk manusia hebat "Pikir Hong po Seng dalam hati - "Tangan kanannya entah terbelenggu oleh benda apa diatas dinding batu, dengan mengandalkan lengan kiri saja ia sanggup menangkan Pek Siauw Thian, kelihayan ilmu silatnya mungkin sudah cukup untuk malang melintang dikolong langit'. Berpikir demikian ia lantas berkata: "Menurut Pek Koen Gie, ayahnya menahan dirinya karena kau sangat berguna bagi mereka, aku pikir yang dimaksudkan pastitlah dalam hal ini, kau telah digunakan sebagai teman bertarung untuk melatih kepandaian silatnya". "Hmmm!"si kakek Telaga Dingin mendengus berat. "Dugaanmu sama sekali tidak salah,loohu pun sama halnya dengan dia, menggunakan Pek Loo-jie sebagal teman untuk berlatih ilmu silat" Ia merandek sebentar dan terusnya: "Kita sudah saling bergebrak selama hampir sepuluh tahun lamanya, ilmu silat yang dimiliki kedua pihak sama sama memperoleh kemajuan pesat hingga sampai kini jurus jurus lama sudah tak blsa digunakan lagi, kedua belah pihak sama sama putar otak memeras keringat untuk menciptakan gerakan serta jurus jurus lain yang lebih ampuh Haaah.... haaah..haaah..... selamanya loohu lebih unggul setingkat dari pada dirinya, walaupun Pek Loo jie mempunyai kekuasaan serta pengaruh yang meluas sampai seantero jagad, siapa tahu kalau ia tak pernah tidur dengan nyenyak, tak pernah makan dengan enak, setiap hari pikirannya pusing memikirkan soal diriku!". ,.Kalau ditinjau serta dibicarakan dari kedudukan dan nama besar dari Pek Siauw Thian dalam dunia persilatan "pikir Hong-po Seng didalam hati "Seandainya ia tidak mengandalkan kekerasan untuk merebut barang milik orang lain, rasanya tidak nanti ia mengalami keadaan seperti ini dan aku pikir sama sekali tak berharga baginya untuk memperebutkan sebilah pedang". Tiba tiba terdengar sikakek telaga Dingin tertawa licik, lalu berkata: "Hong Po Seng, andaikata loohu menghadiahkan pedang emas itu kepadamu, maukah kau untuk menerimanya?"". Hong po Seng segera gelengkan kepalanya berulang kali. "Benda yang bukan menjadi milikku aku tak sudi untuk menerimanya, apa lagi setelah mendapatkan pedang emas itupun aku tak bisa lolos dari cengkeraman maut Pek Siauw Thian, apa gunanya aku mencarikan keuntungan bagi orang lain?"". ,.Haaah....haaah... bagaimana sekarang?" apa yang hendak kau lakukan untuk melepaskan diri dari cengkeraman maut Pek Loo jie?"". Hong Po Seng menunduk dengan wajah sedih: "Aku akan berusaha dengan kemampuan yang dimiliki, dan menurut pada takdir yang telah ditetapkan oleh Thian, apabila aku memang ditakdirkan harus mati, rasanya bergulat dan memberontak tak ada gunanya!". "Haaah....haaah....usiamu masih muda tapi bisa memandang lebih masak tentang mati dan hidup, loohu sudah punya pengalaman, orang yang makin tidak takut mati seringkali usianya malah semakin panjang, mungkin saja nasibmu memang begitu dan kau masih mempunyai kesempatan untuk hidup selama beberapa tahun lagi. Hanya saja....". "Hanya saja kenapa ?"?" tanya Hong po Seng dengan mata melotot bulat-bulat. Si Kakek Telaga Dingin tertawa. "Hanya saja pada tahun-tahun belakangan ini, jarang sekali terjadi peristiwa aneh yang ada diluar dugaan". "Apa maksud ucapanmu itu ?"?". ,.Seandainya kau terkurung didasar telaga ini pada sepuluh tahun berselang, kemungkinan besar dari atas langit akan muncul seorang dewa yang datang menyelamatkan jiwamu, mewariskan ilmu silat kepadamu dan membantu kau untuk menuntut balas. Tapi sekarang... Heeeh... Heeeh.... kejadian yang demikian beruntungnya sudah tak mungkin lagi terjadi". "Yang dia maksudkan sebagai dewa pastilah jago jago lihay yang telah lama mengasingkan diri" pikir pemuda Hong-po Seng dalam hati, ia lantas bertanya: "Kanapa ?"". Kakek Telaga Dingin mendongak dan tertawa terbahak- bahak. "Haah..haah..semua dewa sakti telah kembali keakherat setelah pertemuan besar Pak Beng Tay Hwie diadakan. Ehmmn! masih ketinggalan seorang yaitu ibumu sendiri, kecuali dia yang datang menyelamatkan dirimu aku rasa hanya kematian yang bakal kau hadapi !" Hong-po Seng yang mendengar ucapan itu diam-diam merasa sedih, tapi diluaran ia berkata : "Ibuku dia orang tua pasti akan datang menyelarnatkan jiwaku karena ia tentu mendongkol dan marah kepadaku sebab aku tak mau menuruti ajarannya!" Beberapa saat lamanya sikakek telaga dingin berdiri termangu-mangu tiba-tiba ujarnya : .,Aku rasa kaki tangan serta kuku garuda dari pihak perkumpulan Sin Kee Pang tentu tidak sedikit jumlahnya, sekalipun ibumu datang sendiri kemari juga belum tentu bisa menyelamatkan jiwamu." Hong po Seng tiada perkataan yang bisa diucapkan, diam-diam ia menghela napas panjang dan membungkam. Sikakek telaga dingin sendiri sedang rnerasa gembira dan bangga iapun bermalas malasan tidak bicara lagi. Dengan mulut membungkam kedua orang itu duduk saling berhadapan, lewat sesaat kemudian dari atas telaga berkumandang suara desiran perlahan. sikakek telaga dingin segera mendongak keatas sambil menggetarkan tangannya. Sreeet....! diiringi desiran tajam, tahu-tahu diatas tangannya telah bertambah dengan sepuluh buah paha kijang panggang yang harum baunya, diikuti ....Plaaaak ! sebuah paha lagi menggeletak diatas permukaan itu. "Bocah keparat" seru kakek telaga Dingin segera sambil menggigit paha kijang panggang itu. "Agaknya Pek Loo jie masih menginginkan kau hidup didasar telaga. coba lihat ! dia sudah mengirim makanan untukmu selama beberapa waktu kau tentulah dibiarkan mati kelaparan !`' Hong Po Seng merangkak bangun dari tempatnya untuk mengambil paha kijang yang menggeletak diatas permukaan salju, kemudian duduk ditempatnya dan mulai bersantap. Cara makan sikakek Telaga Dingin betul betul sadis dan mengerikan, dalam waktu singkat la sudah menghabiskan separuh dari daging kijang tersebut. mendadak ia duduk tertegun beberapa saat Iamanya dan kemudian berkata: "Bocah keparat, harapanmu untuk hidup hingga saat ini masih belum menentu, mungkin saja kau bisa hidup lebih jauh mungkin saja tidak. aku rasa kau harus mulai mempersiapkan diri untuk melakukan pembalasan dendam " "Silahkan kau utarakan pendapatmu" Sambil mulutnya tiada henti mengunyah daging kijang, sikakek telaga dingin berkata lebih jauh: "Angkatlah tebih dahulu loohu sebagai gurumu, aku segera akan mewariskan kepandaian silatku kepadamu, Perduli kau bisa hidup atau mati, tanggung kau pasti berhasil membinasakan Pek Koen Gie untuk menuntut balas atas sakit hatimu !" "Tidak begitu bagus. tidak bagus!" dengan cepat Hong-po Seng menampik seraya tersenyum. "Kalau kau berbuat demikian maka kau akan terjatuh kedalam perhitungan Pek Koen Gie, sebab sedari semula ia sudah menduga bahwa kau bakal berbuat demikian " "Kenapa ?" tanya kakek itu tercengang. "Andaikata aku mengangkat dirimu menjadi guru maka asal kau menemui kesulitan atau bencana yang mempengaruhi mati hidupku sebelum meninggal hatimu tentu akan jadi lembek dan dengan sendirinya semua kepandaian silat serta rahasia dari pedang itu akan kau wariskan kepadaku, sementara buluku be!um tumbuh dengan subur dan sanggup terbang dengan mantap, ayah dan anak dari keluarga Pek itu tentu akan menangkap diriku serta menyiksa diriku, bukankah itu berarti harapan mereka bakal terpenuhi?" .,Anak jadah cilik!" sumpah kakek telaga dingin sambil menggerutu tiada hentinya. "Tidak mau ya tidak mau, apa kau anggap loohu betul- betul senang menerima dirimu sebagai muridku?" Mendadak dengan mata melotot bulat bentaknya: "Cepatan dikit kalau makan! loohu akan mewariskan jurus serangan kepdamu, bunuh dulu budak sialan anak jadah itu agar rasa mendongkol dalam hatiku bisa terlampiaskan!" Melihat sikapnya yang galak waktu membentak tapi berbicara dengan halus dan ramah, Hong po Seng mengerti kalau ucapan tersebut bukan bermaksud hanya main-main saja,maka dengan cepat ia menyikat habis Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo daging kijang itu kemudian menelan beberapa genggam bunga salju dan maju menghampiri kakek aneh tadi. ,Pek Koen Gie punya pandangan mata yang tajam, sifat yang keras kepala dan gerakan kaki tangan yang mantap. aku rasa ilmu silat yang ia miliki jauh lebih hebat, beberapa kali lipat daripada diriku, dalam satu dua jurus apa aku mampu untuk membinasakan dirmya" kata pemuda she Hong po itu. ,,Hmm! pendapat katak dalam sumur !"` JILID 5 Jurus Koen Sioe Ci Tauw untuk Hong po Seng MENDENGAR perkataan itu tanpa sadar Hong-po Seng mendongak ke atas, ia lihat telaga kering itu mirip sekali dengan sebuah sumur kering yang besar, dirinya memang betul-betul menjadi katak dalam sumur, empat dinding merupakan tebing yang curam dan di manapun tiada tempat untuk berpijak, andaikata dari atas telaga tak ada orang yang menurunkan tali sudah pasti ia akan mati terkurung di dasar telaga tersebut. Teringat betapa sengsaranya si kakek telaga dingin yang terkurung hampir sepuluh tahun lamanya, rasa bergidik seketika muncul dari dasar hati kecilnya. Mendadak terdengar kakek telaga dingin berseru dengan gusar: "Loohu hanya menciptakan satu jurus serangan saja yaitu jurus "Koen Sioe Ci Tauw" atau Pergulatan binatang-binatang terkurung. Dengan andalkan satu jurus inilah Pek loojie harus putar otak peras keringat selama lima tahun untuk melawan diriku, sekali pun begitu hingga detik ini dia masib belum sanggup menangkap diriku!" Begitu keras ucapan ini digemborkan sampai Hong Po Seng merasakan telinganya lapat-lapat terasa amat sakit, menunggu kakek itu menyelesaikan kata-katanya dengan cepat menyambung dangan nada riku: "Aaah....! hanya satu jurus ilmu silat saja Pek Siauw Thian tak bisa memecahkannya walau sudah putar otak selama lima tahun, tak usah dikatakan lagi bisa dibayangkan betapa lihaynya pukulan tersebut. "Koea Sioe Ci Sauw" atau pergulatan binatang-binatang terkurung memang tepat sekali untuk nama jurus serangan tersebut" Si kakek telaga dingin mendengus congkak, ia mengangkat tangan kirinya yang bisa bergerak bebas untuk melakukan gerakan setengah di depan dada kemudian sambil mendorong telapak itu kearah depan serunya lantang: "Badan terbelenggu tak bisa berkutik, segenap kepandaian silat yang kumilikipun tak dapat digunakan, dalam posisi yang terdesak dan terancam oleh bahaya maut akhirnya loo hu berhasil menciptakan jurus serangan yang amat lihay ini." Begitu ia selesai berbicara, dari tumpukan salju kurang lebih dua tombak di hadapannya berkumandang suara gemerisik yang santar, diikuti menggulungnya pusaran argin tajam bunga salju berpusing dan berputar dengan kencangnya, dalam waktu singkat terciptalah sebeuah tiang salju setinggi satu tombak dengan badan besar tujuh depa. Hong Po Seng merasa terkejut bercampur bergidik, pikirnya : "Tidak aneh kalau ia sombong dan tinggi hati, ternyata kekuatan pukulannya betul-betul dahsyat hingga mencapai ke atap yang demikian tingginya!" "Bagaimana ?"?" seru Si kakek telaga Dingin sambil tertawa keras, "Bagaimana kalau di bandingkan dengan Pek loo jie?"?" "Sin kang yang kau miliki betul-betul terhitung dahsyat dan luar biasa sekali aku pikir Pek Siauw Thian tak nanti bisa menandingi dirimu" "Huuuh ! kau betul-betul manusia yang punya mata yang tak berbiji" maki si kakek telaga Dingin dengan mata melotot, "kehebatan dari jurus seranganku barusan bukan terletak pada kesempurnaan tenaga lwekang yang dimili seseorang, tapi kehebatannya justru terletak pada kesaktian serta keajaiban dari perubaban jurus tersebut!". ,,Hmmm, apa gunanya kau sombong dan berbangga diri?"", batin Hong Po Seng. ,,Sekalipun ilmu silat yang kau miliki sangat lihay, kalau tak dapat menikmati kehidupan yang wajar apa gunanya" Huh...! begitu masih bisanya berlagak sok!" Walaupun dalam hati berpikir demikian, sudah tentu di luaran tidak berkata keras. cuma ujarnya dengan hambar: ,,Kepandaian sakti itu adalah ilmu silat andalanmu, antara kita berdua tiada ikatan sanak maupun keluarga, akupun tak bisa mengangkat dirimu sebagai guru, masa kau telah mewariskan kepadaku dengan begitu saja?"" "Tentu saja bisa!" Si kakek telaga Dingin tertawa seram. ,,Cuma aku mempunyai syarat yang harus kau kabulkan, asal kau merasa sanggup uutuk menerima dua syaratku itu maka jurus serangan "Koen Sioe Ci Tauw ini akan kupinjamkan kepadamu, di sampiug itu akan kuajarkan pula satu siasat bagus untukmu, tanggung kau berhasil membinasakan Pek Koen Gie si budak sialan itu. Asal dendammu sudah terbalas maka kau boleh kembalikan jurus ilmu pukulau itu kepadaku!" "Jurus ilmu pukulan mana bisa dipinjam dan bagaimana pula caranya mengembalikan kepadamu ?"?" pikir sianak muda itu. Ia melirik sekejap kearah kakek tadi dan katanya : ,,Coba kau terangkan lebih dahulu, apakah kedua syarat yang bendak kau ajukan itu?"?". "Haah ... haah .... haah ... kedua syarat tersebut ?"?" kakek telaga dingin mendongak dan tertawa terbahakbahak. ,,Itu urusan kecil, justru yang paling penting adalah cara meminjam jurus pukulan yang gampang tadi, cara pengembaliannya yang rada merepotkan itu" "Bagaimana repotnya ?"?" ,,Loohu melatih kepandaian sakti itu dengan telapak kiri, maka untuk mengembalikan ilmu pukulan tadi kepadaku, terpaksa tangan kirimu harus kutebas dan kemudian serahkan kepada loohu" "Sepasang kakinya kutung di ujung pedang ayahku" pikir Hong-po Seng dalam hati. "Dendam kesumat macam ini benar-benar besar dan dalam, sampai kini ia tak mau membunuh diriku adalah karna aku masih berguna baginya, andaikata aku harus kutungkan sebuah lenganku untuk dikembalikan kepadanya, kejadian ini betul-betul menarik dan aneh sekali" ooooOoooo BERPIKIR sampai disitu ia lantas berkata dengan suara hambar: "Yang selalu kau pikirkan dalam hati hanyalah balas dendam .... balas dendam melulu, walaupun aku tahu bahwa maksud hatimu tidak baik, tapi semangat serta cita-citanya tidak memalukan. Baiklah! ada meminjam pasti ada mengembalikan, kusempurnakan keinginan hatimu itu" "Anjing cilik ...." maki si kakek telaga dingin dengan penuh kebencian setelah mendengar perkataan itu, giginya saling bergemerutukan hingga berbunyi nyaring. Hong-po Seng mendelik bulat-bulat, tegurnya ketus : ,,Aku minta kalau berbicara sedikitlah tahu diri, asal jangan ngerocos keluar saja!" Meski usia sianak muda ini masih kecil tapi dia mempunyai wajah yang gagah perkasa serta semangat patriot yang hebat, baik Pek Koen Gie maupun si kakek telaga dingin yang berhadapan dengan dirinya tentu merasa hatinya sangat tidak enak, hal itu bukan lain dikarenakan rasa rendah diri serta rasa malu yang timbul dari dasar lubuk hati mereka, hanya saja kedua orang itu sama-sama tidak memahami sampai kesitu. Si kakek telaga dingin merandek sejenak, mendadak bentaknya keras: "Kau benar-henar tidak menyesal mengucap kan katakata tersebut?"" ,,Hidup di dalam suasana yang kacau, nyawa masih bisa diselamatkan sudah merupakan satu peruntungan, berapa besar nilainya sebuah lengan kiri....?"" cepat kau sebutkan syaratnya!" Si kakek telaga dingin mendengus berat. "Hmm... pertama, bunuh Pek Koen Gie dan kedua bunuh Pek Koen Gie!" Mendengar perkataan itu Hong-po Seng melengak. "Eeei... dua macam syarat yang kau ajukan barusan bukankah berarti pula banya satu syarat belaka ?"?" ,,Heeeh ... heeeh.... heeeh...." Kakek Telaga Dingin tertawa dingin. "Sekalipun hanya satu syarat belum tentu kau bisa laksanakan dengan sempurna. Hmmm! membiarkan Pek Loo-jie merasakan siksaan serta penderitaan karena kematian putrinya jauh lebih menyenangkan dari pada membinasakan dirinya!" ,,Haaah... haaah... haaah... sungguh keji dan telengas siasat yang kau gunakan ini. setelah kubunuh Pek Koen Gie kau kira Pek Siauw Thian dapat melepaskan aku dengan begitu saja?" siasatmu sekali timpuk mendapat dua ekor burung benar-benar lihai sekali!" ,,Cissss! telaga kering ini merupakan daerah terlarang dari perkumpulan Sin-Kee Pang, kau anggap bisa keluar dari sini dalam keadaan hidup-hidup?"?" "Hmmm! tentang persoalan itu sudah kupikirkan sejak semulia" pemuda itu merandek sejenak dan termenung. "Terkurungnya kau di dasar telaga keiring ini merupakan suatu rahasia besar, seandainya ada orang yang berhasil meninggalkan tempat ini dalam keadaan hidup, rahasia ini sudah pasti akan bocor dan tersiar di tempat luaran!" ,,Betul!" kakek telaga dingin tertawa. "Pada saat itu beberapa orang kerabat lamanya akan berdatang kemari dan sama-sama berkumpul jadi satu. Pepatah mengatakan siapa yang melihat ikut mendapat bagian, kau mendapat semangkok bubur dan aku mendapat semangkok bubur, sekalipun loohu serahkan pedang emas itu belum tentu Pek Loo-jie bisa mengangkanginya seorang diri" Mendadak ia tutup mulut dan memandang kearah sianak muda iru dengan mata melotot bulat. ,,Aku bukan seorang manusia yang jeri menghadapi kematian dan tidak ingin membunuh orang tanpa sebab musabab" kata Hong-po Seng seraya usapkan tangannya. ,,Coba berilah kesempatan kepadaku untuk berpikir dengan lebih seksama, seandainya aku menganggap bahwa Pek Koen Gie memang patut dijatuhi hukuman mati, kita baru mengadakan kerja sama saling bertukar syarat?". Rupanya si Kakek Telaga Dingin takut kalau pemuda itu secara tiba-tiba berubah pikiran, begitu ia selesai berbicara segera sambungnya: ,,Walaupun kau tidak mau membunuh orang, orang lain pun akan membinasakan dirimu, ba gaimanapun juga akhirnya kau harus mati juga, kenapa tidak menggunakan kesempatan ini untuk menarik balik sebagian dan modalmu?"?" lagipula Pek Siauw Thian banya punya satu keturunan, asal kau bunuh budak sialan itu maka setelah Pek Loo jie modar, perkumpulan Sin-Kee-Pang tanpa kendali seorang pcmimpin yang lihay pasti akan menjadi buyar dengan sendirinya" Hong-po Seng tertawa hambar, pikirnya : ,,Apa yang diucapkan meski belum tentu seluruhnya benar, tapi memang masuk di akal juga, dalam sebuah perkumpulan yang amat besar sudah tentu bercampur baur manusia-manusia dan pelbagai lapisan, kalau tiada seorang pemimpin yang tangguh dan kosen yang mengendalikan mereka, tentu saja sulit untuk menguasai manusia-manusia itu" Berpikir begitu ia lantas berkata : ,,Baiklah, kita tetapkan dengan sepatah kata ini, aku akan meminjam ilmu pukulan itu untuk membunuh Pek Koen Gie, seandainya beruntung aku bisa lolos dari bahaya maut, tangan kiriku segera akan kutebas untuk dikembalikan kepadamu. Nah! sekarang kau boleh terangkan siasat bagusmu itu, bagaimana caranya aku bisa mencabut selembar jiwa Pek Koen Gie dengan mengandalkan jurus "Koen Sioe Ci Tauw" tersebut. Si Kakek Telaga Dingin tertawa. ,,Soal siasat bagus lebih baik kita bicarakan setelah ilmu pukulan itu kuwariskan kapadamu Haaaa ...., haaaaaah inilah pekerjaan yang memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, Eei ?" pedang bajamu itu kukoay sekali bentuknya, coba mainkanlah beberapa jurus untuk diperlihatkan kepadaku!" ,,Orang ini terlalu serakah dan mementingkan diri sendiri" batin Hong po seng dalam hati. ,,Sedikitpun tiada perasaan kasihan atau iba kepada mereka senasibnya, aku tidak cocok untuk bergaul dengan dirinya, lebih baik sedikit menyimpan diri saja" Maka ia lantas gelengkan kepalanya berulang kali serunya: ,,Ayahku almarhum terlalu cepat meninggalkan dunia yang fana, sedangkan ilmu silat yang dimiliki ibuku tidak cocok bagi kaum pria untuk melatihnya, maka dari itu meski sim boat tenaga dalamku memperoleh warisan dari ajaran keluarga, itupun harus digabungkan dengan ilmu pedang yang sederhana baru bisa digunakan untuk melindungi keselamatan sendiri. Ilmu yang terlalu sederhana lebih baik tak usah dipamerkan dihadapan orang lihay saja" Si Kakek Telaga Dingin merasa setengah percaya setengah tidak, ia mendengus gusar. Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ,,Hmm ! omong kosong, masa ilmu silatpun kok dirahasiakan!" Tapi ia tidak mendesak lebih jauh, tanpa menggubris apakah pemuda itu sudah mempersiapkan diri atau tidak segera mulai menerangkan rahasia ilmu pukulannya. Mula-mula ia terangkan dahulu di manakah letak dari himpunan tenaga yang mereka miliki serta letak-letak tempat yang vital di tubuh manusia, kemudian membicarakan rahasia dari bagaimana caranya mengerahkan tenaga yang baik. Dengan penuh perhatian dan seksama Hong po Seng pusatkan semua konsentrasinya untuk mendengarkan keterangan-keterangan orang tua itu, tanpa sadar ia sudah terserap dan terpesona oleh kesaktian serta keanehan dari kepandaian tersebut, masalah tangan kinnya yang bakal dikutungi dikemudian hari sudah jauhjauh terlupakan dari dalam benaknya. Dengan menghimpun segenap semangat yang dimilikinya Heng-po Seng mendengarkan penjelasan itu, ia hampir mabok dibuatnya. Sebaliknya Si Kakek Telaga Dingin sendiri makin bicara ia merasa semakin bangga, hingga senja hari menjadi tiba ia baru menyelesaikan keterangannya. Hong Po Seng pun segera mengundurkan diri ke sisi dinding sambil mengulangi kembali rahasia yang didapatkan, berusaha bila bertemu dengan hal-hal yang kurang jelas baginya ia segera mohon petunjuk kepada orang tua itu. Melihat betapa kesemsem dan terpesonanya si anak rnuda itu oleh kesaktian ilmu pukulan yang dimilikinya, Si Kakek Telaga Dmgin merasa bangga sekali. Malam itu dilewatkan dengan kedua orang itu dalam suasana yang gelisah dan tidak sabar mereka berharap pagi hari tepat menjelang datang. Akhirnya setelan dinantikan dengan susah payah, fajarpun menyingsing di ufuk sebelah Timur, Si kakek Telaga Dingin segera menurunkan gerakan jurus serangan itu kepada Hong Po Seng. Jurus "Koen Sioe Ci Tauw" ini merupakan suatu gerakan memutar setengah lingkaran terdahulu di depan dada kemudian disodok kearah depan, walau bagitu si Kakek Telaga Dingin membutuhkan waktu selama hampir setengah jam lamanya untuk membuat si anak muda itu memahaminya sungguh-sungguh, maka ia segera memerintahkannya untuk berlatih dibahapannya. Keampuhan daripada ilmu silat Hong po Seng terletak di atas permainan pedangnya, tapi sim-boat tenaga dalam yang dimilikinya merupakan pelajaran tingkat atas, ditambab pula ia berwatak keras hati, berjiwa besar, bercita-cita luhur serta mempunyai barapan untuk membasmi kaum laknat serta menolong umat Bu-lim dari penindasan kaum iblis, maka sewaktu berlatih kepandaian tersebut ia berlatih dengan tekun, giat dan rajin, dengan sendirinya kemajuan yang diperolehpun semakin pesat. Gerakan jurus pukulan itu sederhana sekali, tapi Hongpo Seng tidak memandangnya sebagai pelajaran rendah, selesai berlatih satu kali ia berlatih lagi satu kali hingga akhirnya badan jadi lelah dan tenaga babis, sementara malampun telah tiba. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Hong-po Seng sudah berlatih ilmu pukulan itu. Selesai sarapan mendadak si Kakek Telaga Diugin menggapai ke arahnya sambil tertawa licik. ,,Hong po Seng, gunakanlah segenap kekuatan yang kau miliki dan cobalah menghantam loobu dengan jurus pululan itu" Hong po Seng sudah mengerti akan kelihayan tenega lwekang yang dimiliki pihak lawan jelas pukulan tersebut tak nanti bisa melukai dirinya, maka ia segera mengempos tenaga berkelebat maju kedepan dan putar telapak mengirim satu pukulan gencar. ,,Haaaa,.,,,haaaa.....haaaa...... bocah keparat modar kau!" bentak kakek Dingin sambil tertawa terbahakbabak. Tangannya berputar kencang, dengan menggunakan pula jurus pukulan "Koeu Sioe Ci Tauw" ia sodok telapaknya ke muka. Plooook! dengan telak pukulan tadi bersarang di atas dada si anak muda itu. Hong po Seng berteriak keras badannya mencelat ke belakang dan meluncur sejauh lima enam tombak, di mana badannya terbaring keras-keras mencium tanah. Si Kakek telaga dingin segera tertawa terbahak-bahak. "Haaaa ......... haaaaah ............, tempo dulu ketika Pek Loo jie termakan oleh pukulan loobu, keadaannya pun tidak jauh berbeda dengan keadaanmu sekarang!" Hong po Seng segera meloncat bangun dari atas tanah, diam-diam ia mengempos tenaga ketika dirasakan bahwa dirinya tidak terluka buru-buru ia maju ke depan dan menjura. "Oooa! rupanya saudara masih menyembunyikan kepandaian kepadaku" serunya sambil tertawa ,,Sungguh tak nyana kalau ditenga gerakan jurus Koen Sioe Ci Tauw tersebut masih terdapat perubahan lain" "Ebmm, sungguh tajam pandaagan mata bocah keparat ini!" diam-diam si kakek telaga dingin memuji ia segara tertawa tergelak. ,,Haaah ... haaah .... kau pandang Pek Loo jie sebagai manusia macam apa?" kalau tiada perubahan mana aku sanggup mencelakai dirinya?"" Sembari bicara ia ulangi kembali juros pukulan itu dan diwariskan kepadanya. Hong Po Seng melatih perubahan jurus tadi dengan sungguh-sungguh dan tekun, siapa tahu setiap kali si Kalsek Telaga Dingin selalu mempunyai perubahan baru. Berhubung sepasang kakinya sudah cacad sedang tangan kanannya terikat di atas dinding maka selamanya kakek itu harus melayani serangan-serangan lawan dengan mengandalkan tangan kirinya belaka, dengan sendirinya gaya pemnukaan dari serangannya pun tak berbeda. Tapi setelah pukulan itu tiba di tengah jalan terdapatlah pelbagai perubahan yang tak terkirakan banyaknya, jadi walaupun namanya saja hanya terdiri dari saiu jurus, dalam kenyataan gerakannya melebihi seratus buah. Perububan gerakan satu sama lain memang hanya terpaut sedikit sekali kendati begitu dalam penggunaannya ternyata memiliki keampuhan yang sukar dilukiskan, kalau tidak dengan kepandaian silat yang dimiliki Pek Siauw Thian mana bisa memaksa harus berpikir k ras dan peras otak selama lima tahun untuk memecahkan gerakan itu tanpa berbasil. Begitulah pada hari itu ia mempelajari lima gerakan, keesokan harinya belajar tujuh buah gerakan, hingga belasan hari kemudian jurus pukulan "Koen Sioe Ci Tauw" ini akhirnya berhasil dikuasai semua. Si Kakek Telaga Dingin merasa amat bangga, sedari pemuda itu menyelesaikan pelajarannya setiap hari mereka berdua duduk saling berhadapan sambil menggerakkan telapak kirinya saling serang menyerang dengan serunya. Ketika untuk pertama kali diadakan pertarungan, karena Hong-po Seng belum begitu hapal dengan gerakan pukulan itu, seringkali dia barus termakan oleh bogem mentah kakek telaga dingin. Tapi sesudah lewat tiga empat hari menanti Hong-po Seng telah hapal dengan gerakan ilmu pukulan itu, kesempatan si kakek Telaga Dingin untuk menyarangkan bogem mentahnya di tubuh pemuda itu semakin tipis, setiap kali bertarung mereka hanya bertahan dalam posisi yang seimbang, dengan sendirinya pertarunganpun berlangsung makin seru. Suatu pagi ketika kedua orang itu melangsungkan pertarungan lagi, mendadak si kakek Telaga Dingin tertawa tergelak, telapak secara tiba tiba menerobos masuk ke dalam pertahanan lawan dan menghantatn tubun Hong-po Seng sampai mencelat sejauh beberapa tombak. Pusing tujuh keliling pemuda itu merasakan sakit di atas kepalanya, dengan susah payah ia merangkak bangun dari atas tanah kemudian menghampiri kakek itu. Ketika menyaksikan si kakek telaga dingin masih tertawa tergelak dengan bangganya, ia segera menegur sambil tertawa pula: ,,Ooooh, rupanya kau masih menyembunyikan satu jurus serangan, selain yang diturunkan kepadaku!" "Tidak, jurus pukulan ini adalah ciptaanku yang terakhir" sahut kakek telega Dingin sambil menarik kembali tertawanya. Hingga detik ini Pek Loo jie masih belum pernah menjumpai pukulanku ini" ,,Kalau memang begitu aku tak mau mempelajari pukulan tadi, daripada sampai ketahuan lebih dabulu oleh Pek Siauw Thian hingga ia sempat mempersiapkan diri untuk menghadapi dirimu" ,,Haaah. haaah . bocah keparat tak nyana kalau hatimu sesungguhnya jujur, baik dan menyenangkan, tapi kalau kau tidak sekalian mempelajari ilmu pukulan mi, maka tidak nanti kau akan berhasil mercabut jiwa budak sialan itu" ,,Pikirkanlah sendiri membunu Pek Koen Gie lebih penting ataukah menyelamatkan jiwamu lebih penting?" nah setelah itu tentukan pilihanmu, aku sih hanya menantikan keputusanmu yang terakhir" Si kakek telaga dingin mendongak dan menatap wajah si anak muda itu tajam-tajam?" mendadak dengan wajah berubah jadi marah serunya: ,,Bocah cilik! loohu telah mengambil keputusan untuk mewariskan perubahan jurus yang terakhir ini kepadamu. Seandainya Pek Loo jie tidak ada maksud mencari keuntungan dengan jalan ini masih mendingan, kalau ia mau cari keuntungan dengan memikirkan gerakan pemecahan lebih dahuiu sebelum bergerak melawan loobu. Hmmm.... hmmm.... hmmm.... Pek Loo-jie.... Pek Loo-jie....." "Kenapa?"" tanya Hong po Seng tercengang. ,,Kenapa" sekalipun loohu bakal mati kelaparan, paling sedikit akan kusuruh orang she Pek itu berbaring selama setahun tanpa bisa berkutik!.. ." ,,Aaaah, dia tentu masih mempunyai jurus ampuh yang sengaja dirahasiakan... ,,Pikir Hong-po Seng" ,,Kemudian mengatur siasat dan sengaja suruh aku membocorkan lebih dahulu gerakan terbaru tadi agar Pek Siauw Thian yang tak tahu diri terjebak ke dalam perangkapnya" Sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, terdengar si kakek telaga Dipgin telah berkata lagi sambil tertawa panjang. "Hmmm! andaikata aku tidak menggunakan sedikit akal dan kecerdikan, hidupku mana bisa diperpanjang sampai sepuluh tahun lamanya?" kalau kau pun tidak ingin mati konyol, lebih baik gunakanlah otakmu untuk berpikir dan berusaha." Walaupun Hong po Seng tahu kalau tenaganya hendak dipergunakan oleh pihak lawan, dan mati hidupnya sama sekali tidak diperdulikan olehnya, namun ia tetap menjura memberi hormat serta mengucapkan terima kasih atas petunjuk yang telah diberikan kepadanya. Hari itu si Kakek Telaga Dingin telah mewariskan jurus perubahan yang terakbir itu kepada Hong-po Sepg dan keesokan harinya mereka saling bergebrak seharian penuh. Ketika fajar menyingsing pada hari yang ketiga, tibatiba si Kakek Telaga Dingin berkata : ,,Hong-po Seng, sekarang aku akan menggunakau jurus-jurus silat dari Pek Loo-jie untuk menyerang dirimu, kalau kau bertarung sampai pada posisi yang lidak tahan, pergurnakanlah perubahan gerakan yang terakhir itu. Budak sialan anak jadah itu belum pernah menjumpai perubahan gerakanku yang terbaru, dalam keadaan begitu ia pasti akan meloncat mundur ke belakang untuk menghindar, gunakanlah kesempatan itu untuk mengatur kembali posisimu yang terdesak dan lanjutkan pertarungan" ,,Apa ?" kau bisa aenggunakan jurus-jurus serangan dari Pek Siauw Thian ?"...." tanya Hong po Seng tercengang. ,,Heeeeh ........ heeeeh ....... kami sudah saling bergebrak selama sepuluh tahun lamanya, Pek Loo jie bisa hapal dengan gerakan pukulan milik loohu, kenapa loohu tidak dapat menghapalkan jurus-jurus serangan miliknya?" sekalipun gerakan itu kupelajari sesara kasar dan garis besarnya saja, namun rasanya masih cukup ampuh dan bisa digunakan setiap waktu" Sembari berkata telapaknya didorong ke depan melancarkaa satu babatan dahsyat. Hong po Seng segera putar telapaknya menangkis dan kedua orang itupun saling bertarung lagi dengan serunya. Kendati Si Kakek Telaga Dingin hanya memiliki sebuah lengan kiri belaka, tetapi serangannya yang sebentar ke atas sebentar ke bawah, sebentar ke kiri sebentar ke kanan cukup ampuh dan dahsyat, seringkali telapaknya mengirim babatan gencar tapi sekejap mata berubah jadi serangan totokan dengan beribu-ribu macam perubahannya, kadangkala ia menyerang tubuh bagian bawah lalu secara tiba-tiba mengirim sapuan-sapuan yang menyerupai serangan tendangan, saking cepat hebatnya desakan-desakan tadi membuat orang yang menonton jalannya pertarungan itu akan mengira ada Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo beribu-ribu buah lengan sedang menyerang secara berbareng. Ketika pertarungan berlangsung mencapai pada puncaknya, Hong po Seng tidak tahan dan segera mengguuakan jurus perubahan yang terakhir. Sedikitpun tidak salah, karena gerakannya itu Si Kakek Telaga Dingin tak berani merangsek lebih lanjut dan segera tarik kembali serangannya sambil meloncat mundur ke belakang. Jurus serangan Koen "Sioe Ci Tauw" ini merupakan gerakan yang diciptakan si Kakek Telaga Dingin kbusus untuk menghadapi serangan ilmu silat milik Pek Siauw Thian, bukan saja maju dan mundur sangat beraturan bahkan ancaman-ancamanpun semuanya ditujukan ke arah titik kelemahan pihak lawan maka walau kemanapun gerakan tersebut datang menyerang selalu berhasil dibendung dan dipunahkan tanpa bekas. Begitulah setelah mundur ke belakang si Kakek Telaga Dingin menerjang maju lagi dan pertarunganpun berlangsung kembali dengan serunya. Puluhan jurus kemudian sekali lagi Hong po Seng menggunakan gerakan yang terakhir untuk paksa si Kakek Telaga Dingin terdesak mundur kebelakang, menanti posisinya berhasil diperbaiki ia lanjutkan pula serangan-serangan berikutnya. Makin bertarung kedua orang itu bergerak semakin cepat, beberapa gebrakan kemudian Hong po Seng terpaksa harus mengeluarkan pula gerakan terakhir untuk menolong diri. Tapi gerakannya kali ini ketika mencapai di tengah jalan, mendadak ia berhenti dan mundur ke belakang. Melihat tindakan si anak muda itu si Kakek Telaga Dingin melengak dan segera menegur. ,,Eeei, bocah cilik, apa kau sudah lelah?" baiklah, istirabatlah dulu beberapa saat kemudian kita bergebrak kembali" Hong po Seng berdiri termenung tanpa mengucapkan sepatah katapun, sesudah termangu- mangu beberapa saat lamanya mendadak ia berkata : ,,Tadi dada kirimu memperlihatkan sebuah titik kelemahan, babatan yang menggunakan gerakan berputar apakah tak bisa diubah menjadi sodokan kilat yaug dibarengi dengan gerakan majunya sang badan" Mendengar perkataan itu air muka si Kakek Telaga Dingin berubah hebat, ia tertawa paksa dan jawabnya : "Bocah cilik kau benar-benar amat cerdik itulah siasat yang loohu siapkan untukmu guna membinasakan Pek Koen Gie, dapatkah kau laksanakan tindakan tersebut mengikuti siasat itu ?"?" Hong-po Seng tidak langsung menjawab, kembali ia termenung beberapa saat lamanya dan menggeleng. "Tidak bisa! berada dalam posisi yang demikian, kecuali memutar telapaknya menyodok dari samping, rasanya kalau menggunakan gerakan lain maka kita tak bisa menggunakan tenaga mencapai pada apa yang kita harapkan ......." "Aaai...! bocah cilik, kalau kau suka mengangkat loohu menjadi gurumu, maka sekali pun loohu harus matipun aku mati dengan mata meram" Hong-po Seng tertawa hambar. ,,Cinta kasih dari loocianpwee membuat boan pwee merasa amat berterima kasih, sayang tiap manusia mempunyai cita-cita serta pendapat yang berbeda...." "Tak usah dibicarakan lagi" tukas kakek telaga dingin seraya ulapkan targannya. ,,Ayoh kita bertarung kembali, bila mencapai pada posisi seperti tadi gunakanlah kesempatan yang baik itu untuk mengubah gerakan berputar menjadi sodokan langsung disertai dengan gerakan majunya sang badan...." Hong po Seng menurut dan scgera mulai menyerang lagi dan pertarunganpun berlangsung dengan serunya, ketika serangan-serangan mencapai pada posisi yang dimaksudkau si anak muda itu segera merangsek maju ke depan sambil menyodokkan tangannya ke dada lawan. Tapi sayang gerakan itu sudah melanggar pada posisi yang diharapkan seseorang untuk memukul telak, walaupun secara dipaksakan tukulan itu mengenai ditubuh musuh tetapi tenaganya lemah dan sama sekali tak berarti. Gerakan itu diulangi kembali sampai beberapa kali, tetapi keadaan masih tetap setali tiga uang, akhirnya dengan napas terengah-engah Hong-po Seng berkata : ,,Marilah kita saling bertukar posisi, loocian pwee boleh menggunakan gerakan itu untuk diperlihatkan dulu kepada boanpwee" Si Kakek Telaga Dingin tertawa kering. "Loohu sendiripun belum berhasil menguasai penuh gerakan tadi" katanya, setelah merandek sejenak ia menyambung lebih jauh. ,,Asal tenaga lweekang seseorang bisa dilatih hingga mencapai kesempurnaan, bagai scbuab longkat besi yang diasah menjadi jarum kecil ukuran gerakan itu pasti mantap hasilnya. Sedikitlah berusaha yang lebib tekun, ayoh kita ulangi kembali" Hong-po Seng mengangguk, telapaknya diputar dan melancarkan serangan kembali, dalam sekejap mata bayangan telapak, desiran angin tajam menderu-deru memenuhi angkasa. Begitulah percobaan dilakukan hingga tiga hari lamanya, suatu senja mendadak dari atas telaga dilemparkan seekor babi kering yang wangi dan harum baunya, baru saja si kakek telaga dingin menyambutnya ditangan tiba-tiba dari tengah udara berkumandang kembali suara desiran angin yang aneh. Cepat cepat ia menggape ke arah Hong-po Seng untuk menyambut datangnya benda itu. Pemuda Hong-po maju selangkah ke depan ketika dilihatnya sesosok bayangan hitam meluncur datang dengan kecepatan tinggi ia segera menyambutnya dengau gerakan manis. Ternyata benda itu bukan lain adalah seguci arak wangi tanpa sadar ia tersenyum dan berkata: "Loociampwe, rupanya sudah tiba saatnya bagi kita untuk saling berpisah" "Haah ...... haaah, benar di dalam jagad tiada pertemuan yang tidak bubar, berangkatlah lebih dahulu bertindak dan bunuhlah budak sialan anak jadah itu, Pek Loo jie pun tak akan membiarkan loobu hidup lebib jauh, kita berjumpa lagi diperjalanan menuju ke akhirat nanti" Hong Po Seng tertawa kecil, duduklah pemuda itu dibadapannya, membuka mulut guci dan kedua orang itu mulai menikmati harumnya arak dengan pecuh keramahan. Pergaulan selama beberapa hari telah melenyapkan rasa permusuban di antara mereka berdua, dalam pembicaraan serta guraupun tanpa sadar bubungan mereka berdua, semakin rapat seakan-akan dua orang gahabat karib saja, seguci arak wangi ini mempunyai kadar alkohol yang sangat tinggi, Hong Po Seng sebagai seorang pemuda yang jarang minum arak, serta si Kakek Telaga Dingin yang walaupun punya kekuatan minum yang bebat, tapi setelah hampir sepuluh tahun lamanya tidak minum arak, baru saja menghabiskan separuh guci, mereka berdua delapan bagian telah dipengaruhi oleb air kata-kata. Mendadak terdengar Hong Po Ssng berkata. ,,Loocianpwee, bebicara menurut suara isi hati yang sebetulnya, Pek Koen Gie tidak lebih hanya seorang gadis muda, kalau aku Hong Po Seng barus baradu jiwa dengan dirinya setelah dipikir-pikir rasanya terlalu tidak berharga" ,,Kau tidak membunuh dirinya maka ia akan menbunuh dirimu, peristiwa ini adalah suatu kejadian yang apa boleh buat" Hong Po Seng menghela napas panjang. ,,Aaai...! sayang Pek Siauw Thian tidak turun ke dasar telaga kalau tidak dengan tenaga gabungan kita berdua mungkin saja masih sanggup untuk mencabut selembar jiwanya" "Kau tak usah kecewa atau menyesal" hibur kakek telaga dingin sambil tertawa. ,,Asalkan budak sialan anak jadah itu modar, Pek Loo jie tentu akan memotongmotong jenasahmu jadi beberapa bagian dan ibumu pasti akan muncul untuk membalaskan dendam sakit hatimu. Kendati perkumpulan Sie-Kee Pang punya kuku garuda yang tersebar luas di mana-mana, rasanya Pek Loo jie tak akan berhasil meloloskan diri dari ujung telapak ibumu!" ,,Orang ini selalu sombong dan pandang rendah setiap orang" pikir si anak muda itu dalam hati. ,,Tetapi setiap kali mengungkap nama ibuku, sikapnya tentu sangat menghormat serta menunjukkan rasa malu serta menyesal yang mendalam. Aaaaai..! dia mana tahu Kalau Hoa Hujien yang tempo dulu malang-melintang dalam dunia persilatan tanpa tandingan kini ilmu silatnya telah punah sama sekali!" Berpikir sampai di situ, iapun teringat kembali akan "Tan-Hwie Tok Lian" Teratai Racun Empedu Api. ,Hong po Seng, apa yang sedang kau pikir kan?"..." tiba-tiba terdengar si Kakek Tejaga Dingin menegur. Hong po Seng segera tarik kembali lamunannya dan menjawab : ,,Aku sedang memikirkan siasat keji berantaimu itu. Hmm .. meminjam pisau membunuh orang, betul-betul libay cara kerjamu!" Mendengar tuduhan itu Kakek Telaga Dingin melototkan matanya bulat-bulat. "Apa salahnya ?"?" ,,Hmm, jago lihay yang dihimpun perkumpulan SinKee-Pang banyak bagaikan awan di angkasa, sekalipun ibuku berhasil membinasakan Pek Siauw Thian, apakah dia orang tua sendiri dapat lolos dalam keadaan selamat tanpa cidera ?"?" "Haah... haah... haah... itu sih bukan satu urusan yang terlalu parah, semua orang toh sudah mati dan loobu pun sama saja akan mengorbankan pula selembar jiwaku" Pengaruh alkobol dalam perut Hong po Seng semakin tebal kerjanya, ia mendengus dingin, "Hmm, kalau kau modar lalu bagaimana dengan pedang emas itu?" siapa yang bakal beruntung ?"" Si Kakek tetaga Dingin melengak, mendadak ia pejamkan matanya dan berkata lirih: ,,Bocah keparat mengakulah terus terang! kau loncat turun ke dasar telaga ini adalah atas desakan dari Pek Koen Gie ataukah mendapat tugas dari ibumu ?"?" ,,Huuh ?"!! kau anggap kami orang-orang dari keluarga Hoa adalah manusia macam apa?"" sekalipun benda mustika yang tak ternilai harganya di kolong langit tak nanti akan membuat mata kami jadi silau. Kembali si Kakek Telaga Dingin termenung beberapa saat lamanya, ketika matanya terbuka kembali pengaruh arak yang mempengaruhi benaknya telah tersapu bersih sama sekali. ,,Bocah cilik! kau benar-benar tidak tahu duduknya perkara mengenai pedang emas itu?"" tegurnya. Hong po Seng segera menggeleng ,,Menurut Pek Koen Gie, pedang emas ini mempunyai hubungan serta pengaruh yang besar atas kehidupan mereka ayah dan anak, lainnya aku sama sekali tidak tahu" ,,Cissss ! manusia tidak tahu malu!" jengek kakek itu dengan bibir mengejek, mendadak dengan wajah serius terusnya. ,,Loohu akan memberitahukan dahulu satu persoalan kepadamu, masalah mengenai pedang emas itu sejak jaman kuno hingga kini hanya merupatan satu khayalan yang kosong" Mendengar perkataan itu Hong-po Seng tert'egun, iapun tersadar kembali dari pengaruh arak. "Cianpwee, maafkanlah atas kebodohan boanpwee, aku tak dapat menangkap maksud yang sebenarnya dari perkataan itu" Si Kakek Telaga Dingin tertawa getir. ,,Berbicara yang gampangnya saja, antara sebelas dua betas tahun berselang dalam dunia persilatan secara tiba-tiba muncul seseorang, usianya tidak begitu besar dan berdandan sebagai seorang sastrawan, ia mergaku bernama "It Kiam Kay-Tionggoan" atau Pedang Sakti Menyapu Tionggoan Siang Tang Lay......." ,,Huuh! julukan itu terlalu latah dan jumawa, rupanya nama orang itu hanya samaran belaka" timbrung Hongpo Seng dari samping. Kakek Telaga Dingin mengangguk. Kemungkinan besar orang itu berasal dari wilayah See-Ih, yang dimaksudkan pedang sakti adalah sebilah pedang pendek berwarna emas yang panjangnya hanya mencapai lima coen, begitu muncul dalam dunia persilatan maka ia segera mencari satroni dengan tiga orang kakek-kakek peyot dari It-kang, It-Hoei serta ItKauw...." ,,It Pang, It Hoei, It Kauw?"?" gumam Hong po Seog dengan nada tercengang. "Kenapa?"" masa terhadap pekumpulan Sin Kee-Pang, Hong Im Hoei serta Thong-Thian-Kauw pun kau tidak tahu?" kalau cuma soal ini saja tak mengerti apa gunanya kau berkelana dalam dunia persilatan?"?" Hong po Seog terseryum. ,,Baiklah. boanpwee tak akan menimbrung lagi, silahkan loocianpwee lanjutkan keteranganmu" Kakek Telaga Dingin meneguk dahulu setegukan arak kemudian melanjutkan kata-katanya: Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ,,Ilmu silat yang dimiliki Siang Tang Lay betul-betul hebat dan mengejutkan hati, pedang kecilnya yang sepanjang lima coen itu ketika dipergunakan seolah-olah pedang yang mencapai tiga depa. Pertama-tama dari pihak perkumpulan Sin Kee Panglah yang turun tangan lebih dahulu, Pek Loo jie telah bertarung selama hampir setengah harian lamanya dengan dia, akhimya ia tidak tahan dan keok. Jien Loo jie dari perkumpulaa Hong Im Hoei serta siluman tua dari perkumpulan agama Thong Thian Kauw yang mendapat kabar ini buru-buru melakukan perjalanan jauh dan menghindarkan diri dari perjumpaan dengan orang tadi." "Ooooh, rupanya kedua orang itu mergerti akan kekuatan sendiri!" sela Hong po Seng tertawa. Kakek Telaga Dingin pura-pura lidak mendengar ia melanjutkan: ,,Karena maksud hatinya tidak terpenuhi akhirnya Siang Tang Lay berdiam di kota Cho Chiu di situ ia siarkan berita yang mengatakan hendak menemui seluruh kaum enghiong hoohan dari daratan Tionggoan, kebetulan Lie Boe Liang serta loohu pun berada di situ, dalam pertarungan yang berlangsung selanjutnya kami berdua sama-sama dipukul roboh oleh dia dan mundur dengan menderita kekalahan" ,,Yang kau maksudkan sebagai Lie Boe Liang tentulah Boe Liang Sin Koen itu bukan?"" kembali pemuda itu menimbrung. ,,Sedikitpun tidak salah, memang Boe Lie Liang loo jie" ia mendongak memandang keangkasa, seakan-akan sedang mengenang kembali kejadian di masa lampau beberapa saat kemudian terusnya: ,,Setelah apa yang dicita-citakan terkabulkan, Siang Tang Lay segera menantang ayahmu untuk berduel, lewat beberapa bulan kemudian ayah dan ibumu betulbetul berangkat menuju ke kota Cho Chiu tapi sayang kedatangan mereka agak terlambat, kabar berita Siang Tang Lay bagaikan batu yang tenggelam di tengah samudra, bayangan tububnya sudah lenyap tak berbekas...." "Apakah dia sudah pulang ke wilayah See Ih" ,,Hmmm! pulang ke wilayah See Ih?" kita beberapa orang kerabat tua telah merencanakan satu siasat bagus dan berhasil membekuk si jago latah dari ruas perbatasan ini" Hong Po Seng mengerutkan dahinya mendengar perkataan itu. "Menang atau kalah adalah suatu kejadian yang umum, kalau ilmu silat yang dimiliki tak bisa menangkar orang semestinya pulang ke gunung dan berlatih dengan lebih tekun, menggunakan siasat busuk mencelakai orang, apakah kalian tidak takut ditertawakan orang?"" ,,Hmmn! pendapat bocah cilik, tujuan kami menangkap si manusia latah itu bukan lain adalah bermaksud menyelidiki sumber dari ilmu silat yang dimilikinya, siapa tahu walaupun diancam maut ia tetap tak mau mengaku, terpaksa kami gunakan alat penyiksaan yang hebat untuk memaksa dia mengaku, dikala manusia latah itu mulai tak tahan dan siap mengaku itulah mendadak ayah dan ibumu datang." "Peristiwa itu luar biasa sekali, kenapa kalian membiarkan ayah ibuku berhasil menemukan tempat tersebut?"" tanya Hong po Seng tercengang. ,,Kenapa kalau berhasil ditemukan ayah ibumu?"" dengan adanya kamil lima orang kerabat tua yang berkumpul menjadi satu sekalipun raja akhirat datang sendiripun hanya bisa berdiri dengan mata terbelalak" Ia merandek sejenak untuk tukar napas, lalu tambahnya: ,,Persoalan ini justru hancur di tangan seorang perajurit tak bernama dari dunia persilatan, bangsat itu bernama Chin Pek Cuan, dialah yang pertama-tama mengetahui akan persoalan ini, kecuali memberitahukan kepada ayah ibumu, diapun menyampaikan persoalan ini kepada dua orang toosu bidung kerbau yang mendapat kabar dan sedang berada di kota Chi Chin itu hingga mereka itu datang, persoalan itu masih terhitung masalah kecil" Berbicara pampai di sini mendadak ia membungkam dan menuding ke atas angkasa. Heng po Seng segera mendongkak ke atas, kecuali cahaya bintang ia tidak menemukan suatu di mulut telaga tersebut", maka tanyanya lirih: "Apakah Pek Siauw Thian?"" Sikakek Telaga Dingin sendiri banya mendengar sedikit suara lirih belaka, ia tak bisa meyakinkan suara apakah itu. Matanya lantas di dongakkan ke atas dan menatapnya tanpa berkedip, kemudian tertawa terbabakbahak dan berkata: ,,Bocah keparat, bagus amat arak ini, ayoh minumlah!" ,,Baik, boanpwee akan minum dan silahkan loocianpwee melanjutkan ceritatmu!" Kakek Telaga Dingin mendehem ringan lalu melanjutkan: ,,Kalau dibicarakan panjang sekali ceritanya, pokoknya terakhir Siang Tang Lay berhasil diselamatkan oleh Hoa Goan Sioe, sedangkan loohu mendapatkan pedang emas milik bangsat she Siang itu, siapa sangka sebelum meninggalkan tempat itu bangsat she Siang tadi, telah meninggalkan sepatah kata, justru karena perkataannya itulah loohu jadi mengenaskan sekali keadaannya" ,,Siang Tang Lay hendak merampas kembali pedang emas itu, sudah tentu ia tak mau melepaskan loocianpwee dengan begitu saja" sambung Hong Po Seng cepat. ,,Huuh! kau anggap kami beberapa orang kerabat tua manusia macan apa?" selamanya pekerjaan yang kami kerjakan selalu dilakukan dengan sempurna dan tak sudi meninggalkan bibit bencana bagi diri sendiri dikemudian hari, walaupun Slang Tang Lay berhasil ditolong oleh ayahmu tapi keadaannya tidak jauh berbeda bagaikan sesosok mayat, ia tak bakal bisa hidup lebih jauh. ,,Aaah! sebetulnya apa yang telah dia ucapkan" dan sampai dimanakah mengenaskannya keadaan loocianpwee?" ,,Bangsat itu berkata, barang siapa yang berbasil mendapatkan pedang emasnya, dialah yang bakal punya harapan untuk memperoleh kepandaian silat yang dimiliki itu, kunci yang paling pokok untuk mendapatkan ilmu silat maha sakti itu dapat dilihat di atas pedang tersebut. Coba bayangkanlah setelah mendengar perkataan itu, beberapa orang kerabat tua yang sama-sama bukan manusia baik apakah rela membiarkan pedang emas itu berada di tangan loohu" dan loobu sendiri apakah dapat hidup dalam hari-hari yang tenang serta damai?"" Hong Po Seng tertawa hambar. ,,Asalkan loocianpwee serahkan pedang emas itu kepada mereka, bukankah persoalan jadi beres dan kau bisa bidup dalam kedamaian serta ketenangan ?"?" serunya. ,,Kentut busuk!" teriak Kakek Telaga Dingin dengan mata melotot besar besar, ,,Bini sih masih dapat dipakai bersama, kalau ilmu silat dimiliki bersama lalu apa gunanya memiliki kepandaian silat tersebut ?"" ,,Bukankah ilmu silat yang dimiliki Siang Tang Lay cukup libay ?"" sekalipun ia berhasil melatih ilmunya mencapai taraf demikian hebat, tapi apa hasilnya?" toh akhirnya dia sendiripun mendapat akibat yang tidak menguntungkan?"?" "Tidak cocok ! tidak cocok !" tukas Kakek Telaga Dingin dengan cepat. "Orang she-Siang itu masih muda, tidak berpengalaman dan otaknya kurang cerdas, andaikata loohu yang memiliki ilmu silat selihay dia, dalam pertempuran besar Pak- Beng-Hwie tidak nanti kakiku bakal kutung jadi begini, dan sekarang akupun tak akan menderita siksaan seperti ini" Hong po Seng mengangguk. ,,Loocianpwee sendiri bukankah berhasil memperoleh pedang emas itu?"" Kenapa ilmu silat yang kau miliki masih tetap seperti sedia kala?"" ,,Ketika loohu merasa keadaanku berada dalam mara bahaya, saat itu juga timbul pikiran dalam benakku untuk ngeloyor pergi sambil membawa pedang emas tadi. Hmmm! Pek loo-jie paling tidak tahu malu, dialah yang pertama-tama bentrok dengan aku serta turun tangan merampas pedang tersebut, diikuti Lie Boe Liang pun ikut ribut, siluman tua dari Thong Shian Kauw ikut menimbrung dari samping membuat suasana berubah semakin panas. Loohu jadi pusat sasaran, semua orang, rupanya kalau aku tidak serahkan pedang emas itu bakal dikerubut orang banyak. Di saat yang kritis itulah Jien loo jie dan perkumpulan Hong Im Hwie berkata...." "Apa yang dia katakan?"?" Dengan hati benci kakek telaga dingin mendengus. ,,Jien loo-jie bilang, kalian senua menggelikan sekali, orang she-Siang itu adalah manusia licik, seaudainya kalian betul-betul saling bergebrak karena persoalan ini, sekalipun manusia she Jien itu mati karena lukanya, diapun akan tertawa terbahak-hahak di dalam baka! mendengar ucapan itu loo-hu buru-buru menyambung: betul! sekali pun pedang kecil ini adalah sebilah pedang mustika, tapi mana mungkin ada sangkut pautnya dengan ilmu silat?" sudah terang ini lah siasat licik yang sengaja diatur oleh bangsat she Siang itu untuk memancing pertikaian serta perpecaban diantara kita, agar kita saling bunuh-membunuh semuanya, Jien loo jie pun segera menyambung kembali: bagaimanapun juga kita toh sahabat-sahabat yang sudah berhubungan selama banyak tahun, janganlah kita saling bertengkar hingga membiarkan Hoa Goan Sioe merasa senang dan bangga. Melihat ada orang yang membantu loohu berbicara dalam hati aku lantas berpikir: kalau tidak pergi sekarang mau tunggu sampai kapan lagi ?" maka aku segera berpamitan dengan semua orang dan segera ngeloyor pergi" Diam-diam Hong po Seng merasa geli mendengar cerita itu, jengeknya: ,,Waaaah, rupanya manusia sbe Jien dan perkumpulan Hong Im Hwie itu punya hubungan yang tidak jelek dengan loocianpwee ?"?" ,,Hmmm! justru bajingan tua itulah merupakan manusia berhati serigala ....!" teriak kakek telaga dingin sambil menggertak gigi menahan rasa benci yang meluap-luap. ,,Belum sampai satu bulan ia telah memimpin jago-jago lihay anak buahnya untuk mengurung loohu serta memaki loohu untuk menyerahkan pedang emas itu kepadanya" Hong po Seng gelengkan kepalanya dan menghela napas panjang. ,,Aaaai.... merampas benda milik orang dengan akal yang licik, betul-betul suatu perbuatan yang memalukan" Ia berpikir sejenak lalu tertawa" ,,Setelah loocianpwee kehilangan pedang emas itu, Pek Siauw Thian bukannya pergi mencari manusia she Jien itu untuk merampas pedang tersebut sebaliknya malah mengurung loocianpwee, apa pula sebabnya?"?". "Huuuh! tak nyana otakmu terlalu sederhana sekali. Coba pikirlah sendiri. Seandainya loohu mengatakan bahwa pedang emas itu sudah dirampas oleh Jien loo-jie sedang Jien Lo-jie tidak mau mengaku, menurut pendapatmu Pek Loo-jie bakal mempercayai perkataannya atau percaya kepadaku....?"?" ,,Bukankah manusia she Jien itu adalah seorang pemimpim dari suatu perkumpulan besar, perbuatan yang sudab dilakukan sendiri apakah tidak berani untuk diaku?"?" 8 ,,HMMM! kau mengerti apa?"" seru Kakek Telaga Dingin. "Dalam pertemuan besar Pak-Beng-Hwie, dibadapan para eng-hiong hoohan dari seluruh kolong langit loohu telah menuntut kembali pedang emas itu dari tangan jien Loo-jie, tapi sampai matipun Jien Loo-jie tetap ngotot tidak mau mengaku, ditinjau dari tersohornya pedang itu dalam dunia persilatan, ditambah pula ilmu silat yang loobu miliki tidak berada di bawab kepandaian bajingan tua itu, kalau kukatakan pedang itu berhasil dirampas olehnya semua orang bukan saja tidak percaya malahan mengira loobu sengaja mengatur siatat itu guna mengacaukan serta membingungkan hati para jago di kolong langit" ,,Kalan didengar dari pembicaraan itu" kata Hong-po Seng kemudian dengan alis berkerut ,,Walaupun loocianpwee ada maksud menyerahkan pedang emas itupun tak ada benda yang sanggup diserahkan, terkurung di tempat seperti ini bukankah berarti tiada harapan untuk munculkan dia lagi dalam dunia kang-ouw ?"?" "Mau apa munculkan diri ?"?" jengek kakek itu ketus. ,,Justru loohu akan suruh Pek Siauw Thian menanti dengan sia-sia. Haah... baab... haah... entah bajingan tua she Jien itu telah berbasil memecahkan rahasia dari pedang emas itu atau belum, dan entah a pula dengan latihan ilmu silatnya ?"?" Berbicara sampai di situ mendadak ia mendongak dan memandang ke sana ke mari dengan pandangan tajam, tampaklah dinding di sekeliling tempat itu gelap gulita, tiada benda yang terlihat dan meski di angkasa ada cahaya bintang namun cahaya itu hanya sebagian yang berhasil menembusi dasar telaga itu. Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Suasana hening untuk beberapa saat lamanya, mendadak Kakek Telaga Dingin mendongak dan berkata: ,,Bocah kepara!, loohu telah mewariskan ilmu pukulan itu kepadamu, seandainya kau berhasil melarikan diri dari sini maka kau harus lakukan satu pekerjaan buat loobu" ,,Perintah apa yang hendak loocianpwee berikan kepadaku ?"?". ,,Kau harus berusaha mencuri pedang emas itu dan menyusup kembali kemari, dengan adanya pedang kecil itu loobu dapat memutuskan tali liur naga yang membelengeu lengan loohbu, dengan sendirinya loobu pun punya harapan untuk melarikan diri" Ucapan ini disampaikan dengan nada dingin bagaikan es. ,,Boanpwee pasti akan berusaha dengan sekuat tenaga, tapi aku tak berani berjanji seratus persen pasti berhasil" "Tentu saja. Markas besar perkumpular Sin-Kee-Pang adalah telaga naga, markas besar perkumpun Jan Hong Im Hwie adalah gua harimau, tempat-tempat semacam itu bukanlah daerah yang bisa dimasuki dan ditinggalkan dengan leluasa" Ia termenung sebentar, kemudian katanya lagi : "Jien Loo-jie si bangsat tua itu mempunyai seorang putra, kalau kau berbasil membinasakan keparat cilik itu, berarti pula hutang- piutang di antara kita sudah impas, siapapan tidak berhutang budi kepada pihak yang lain" "Hiiih....orang in betul-betul berhati kejam!" batin Hong Po Seng, ia mendongak memandang sekejap tangan kanannya yang dibelenggu di atas dinding lalu berkata: ,,Apakah tali serat liur naga ini hanya bisa dipatahkan dengan pedang emas itu saja?". Kakek Telaga Dingin mengangguk. "Benar, hati Pek loo jie memang amat kejam bagaikan kala, bilamana liur naga itu mengering maka golok mustika atau pedang mustika biasa tak akan berbasil mematahkannya, tetapi ketajaman dari pedang kecil berwarna emas itu melampaui ketajaman dari pedangpedang emas lain, apabila loohu ingin meloloskan diri maka aku harus menggunakan pedang emas itu untuk mematahkan serat liur naga ini. Dan di sinilah letak kekejian dari siasat Pek Loo jie" Diam-diam Hong Po Seng menghela napas panjang, mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya dan segera ujarnya: ,,Loocianpwee, menurut ucapanmu tadi persoalan mengenai pedang emas itu sejak dahulu kala hanya suatu cerita kosong belaka, apa maksudmu yang sebetuluya?"" Kakek telaga dingin memutar biji matanya melirik sekejap ke atas telaga, kemudian jawab: ,,Kapan loohu sudah mengatakan demikian" Hmmm! pedang emas itu sudah berada di tangan loohu selama sebulan lamanya tapi loohu tidak berhasil memecahkan rahasia ilmu silat seperti apa yang dimaksudkan, kalau bukan cerita kosong lalu apa artinya ?"?" Berbicara sampai di situ ia lantas pejamkan matanya dan duduk bersila mengatur pernapasan, kakek itu tidak berbicara apa-apa lagi. Hong po Seng sendiri setelah melangsungkan pertarungan seharian penuh juga mulai merasa lelah, maka diapun mengundurkan diri ke samping untuk mengatur pernapasan, tanpa sadar akhirnya ia tertidur lelap. Bintang bergeser dari angkasa, tanpa terasa semalampun sudah lewat, mendadak terdengar si Kakek Telaga Dingin tertawa terbahak-bahak sambil berseru : "Hong po Seng, saatmu untuk munculkan diri telah tiba" Hong po Seng segera membuka matanya, di bawah sorot cahaya matahari pagi tampaklah seutas tali diturunkan dari atas telaga, darah panas dalam rongga dadanya kontan bergolak, buru-buru ia meloncat bangun. "Kini aku akan melihat dirimu!" seru kekek telaga dingin sambil menuding tali tersebut. Sesudah bergaul beberapa saat lamanya, sedikit banyak Hong Po Seng telah dapat menilai perubahan wajah kakek itu, mendengar di antara ucapannya terkandung rasa sedih tanpa terasa ia tertawa getir, ia maju ke depan lalu menjura. ,,Dengan ini boanpwee mohon diri terlebih dahulu...", ucapan selanjutnya tak sanggup ia teruskan. Dengan wajah penuh nada mengejek Kakek Telaga Dingin mencibirkan bibirnya dan nyahut: ,,Kau tak usah banyak adat, kita masing-masing pihak saling mempergunakan". Tangan kirinya mendadak menyambar ke depan mencabut ke luar pedang baja milik si anak muda itu, kemudian sekali ayun pedang tadi menancap di atas tanah hingga tinggal gagangnya belaka. ,,Loocianpwee, apa yang kau lakukan?" tegur Hong Po Seng dengan wajah tercengang. "Haah...haah.... memandang benda bagaikan memandang orang, baiklah loohu ambil pedang baja itu sebagai tanda mata" ,,Tapi.... pedang itu adalah senjata boanpwee untuk menjaga diri.." "Tidak usah pakai senjata" tukas kakek telaga dingin seraya ulapkan tanannya. ,,Satu jurus ilmu pukulan yang telah loohu wariskan kepadamu jauh lebih ampuh daripada pedang bajamu itu" Hong-po Seng semakin gelisah, kembali serunya: Pedang baja itu adalah hadiah dari ayahku almarhum kepada boanpwee, ketika menyerahkan pedang tersebut kepada boanpwee beliau telah berpesan: pedang utuh manusia tetap hidup, pedang hancur manusia ikut binasa.... cianpwee......" Kakek Telaga Dingin tertawa semakin keras lama sekali ia baru tarik kembali gelak tertawanya seraya berkata: "Kalau memang demikian malah lebih bagus lagi, berusahalah mencuri pedang emas milik loohu kalau kau telah serahkan kembali pedang tadi kepadaku maka loohu pun akan mengembalikan senjata ini kepadamu di samping memberi pula kebaikan-kebaikan lain kepadamu" Mendengar perkataan ini Hoag-po Seng jadi naik pitam, teriaknya: ,,Kiranya apa yang kemarin kau ucapkan adalah kejadian yang sabenarnya..." ,,Yang benar lebih banyak dari pada yang bohong" tukas kakek telaga dingin. "Loohu pun tidak berani memastikan apakah Pek Loo jie telah datang kemari atau tidak, pergilah adu untung, kalau kau benar-benar bakal modar, membawa serta pedang baja ini pun tiada gunanya" Hong-po Seng merasa amat gusar tapi dia sadar bicara banyakpun tak ada gunanya karena itu dengan perasaan apa boleh buat ia menjejakan kakinya loncat ke atas, mencekal tali tadi dan memanjat keluar. Hampir satu bulan lamanya ia terkurung di dasar telaga, kerjanya tiap hari hanya berlatih ilmu silat dengan tekun hal ini membuat luka dalamnya bukan saja telah sembuh, ilmu silatnyapun sudah memperoleh kemajuan yang sangat pesat, saat ini memanjat naik ke atas cepat dan gesit bagaikan monyet, dalam sekejap mata ia sudah keluar dari telaga itu. Sepasang matanya segera berputar cepat menyapu sekejap sekeliling tempat itu tampaklah seoiang kakek berjubah warna ungu berdiri kaku di sisi telaga sambil mencekal ujung tali. Kakek itu memelihara jenggot yang panjang, wajahnya tampan tapi dingin dan hambar, sama sekali tidak menunjukkan sikap mesra, membuat orang yang memandang segera merasa bergidik dan tidak berani mendekat. Sekali memandang orang itu, Hong-po Seng segera menduga kakek itu sebagai Pek Siauw Thian, pangcu dari perkumpulan Sin-Kee Pang, bibirnya bergerak mau mengucapkan sesuatu, tapi setelah menyaksikan sikapnya yang dingin dan hambar ia segera batalkan kembali maksudnya untuk berbicara, karena dia takut bicarapun tak ada gunanya sebab orang itu belum tentu mau memperdulikan dirinya. Kakek berjubah warna ungu itupun hanya memandang sekejap ke arah Hong-po Seng, ke mudian menyimpan kembali tali yang dipegang dan putar badan berlalu. Si anak muda itu tertegun, tapi dengan cepat ia menyusul dari belakang. Dengan mulut membungkam kedua orang itu berjalan melampaui batas wilayah yang dipagar dengan panji berwarna kuning lalu putar ke samping masuk ke dalam sebuah jalan kecil. Di situ ia jumpai Pek Koen Gie diiringi seorang siucay berusia pertengahan yang bermata tajam bagaikan panah serta Siuw Leng dan seorang bocah lelaki berbaju hijau berdiri di sisi jalan. Beberapa orang itu berdiri tenang di samping jalan dengan wajah serius, menanti kakek berjubah ungu serta Hong-po Seng sudah lewat mereka baru menyusul dari belakang. Sekarang si anak muda itu sudah merasa makin yakin bahwasanya kakek berbaju ungu ini bukan lain adalah ketua dari perkumpulan Sin-Kee Pang yang sangat berkuasa dewasa itu, tanpa terasa semangatnya berkobar. Dengan kepala diangkat dan dada dibusungkaa ia meneruskan langkabnya ke depan, selama hidup belum pernah ia merasa segagah hari ini. Beberapa saat kemudian mereka sudah memasuki hutan pobon Song yang lebat, setelah melewati sebuah selokan kecil sampailah beberapa orang itu di depan sebuah ruangan kecil yang mungil dan indah. Setelah masuk ke dalam ruangan, kakek berjubah ungu itu mengambil tempat duduk di sebuah kursi yang ada di tengah ruangan sedang siucay berusia pertengahan serta Pek Koen Gie duduk dikedua belah sampingnya. Hong-po Seng yang berdiri di tengah ruangan diamdiam berpikir dalam hati kecilnya: "Tiga orang iblis libay masing-masing du?duk dikursi utama sedang aku disuruh beidiri di tengah ruangan persis seperti tawanan yang sedang diadili. Hmm! seandainya ibu tidak selalu berpesan kepadaku agar jangan bertindak menuruti emosi dan darah panas, ingin sekali kumaki mereka habis-habisan kemudi-an mempertaruhkan selembar jiwaku untuk beradu jiwa dengan mereka!" ,,Hong Po Seng!" mendadak terdengar kakek berjubah ungu itu menegur dengan suara ketus, ,,Kau pingin mati atau pingin hjdup?" Hong Po Seng tertegun, diam-diam pikirnya lagi: ,,Ucapan dan orang ini kaku dan aneh, membuat orang susah untuk menangkap maksud yang sebenarnya" Dalam hati ia berpikir begitu, diluar dengan tenang jawabnya: ,,Seandainya cayhe pingin mati, sedari dulu-dulu sudah mati diujung telapak putrimu" Dengan sorot mata yang tajam bagaikan kilat kakek berjubah ungu itu menyapu sekejap wajah Hong Po Seng dari atas hingga ke bawah kemudian mendengus dingin: "Hmm, terus terang kuberitabukan kepadamu, putriku serta Kok See Piauw sama sekali tidak memandang sebelah matapun kepada dirimu" Ia merandek sejenak dan kembali memperhatikan sekejap wajah Hong po Seng kemudian melanjutkan ,,Mereka hanya mengerti tentang keadaan sendiri dan kurang pengetahuan untuk menilai orang lain, hal ini tak bisa salahkan mereka" Hong po Seng alihkan sinar matanya ke samping, dia lihat wajah Pek Keen Gie telah berubah jadi merah padam dan tertunduk dengan rasa amat jengah, segera pikirannya: ,,Pek Siaow Thian kalau berbicara terlalu belakbelakan dan sama sekali tidak pikirkan orang lain, ditinjau dari hal ini bisa diduga bagaimana tak berbudinya orang ini dalam setiap tindakan segera wataknya ......." Berpikir begitu ia lantas menjura dari berkata dengan nada hambar: ,,Terima kasih atas cinta kasih dari Loo pang cu, manusia hidup memang demikian keadaannya tidak terkecuali dan cayhe sendiri" Kakek berjubah ungu itu tertawa hambar senyuman dalam sekejap telah lenyap kembali tanpa berbekas terdengar ia berkata lambat-lambat: ,,Hanya anak yang berbakti yang dapat menjadi pembantu setia, dalam kolong langit anak yang betulbetul berbakti tidak banyak jumlahnya, apalagi pembantu yang benar-benar setia lebib sedikit jumlahnya. Aku dengar kau adalah seorang anak yang berbakti, dikala keselamatan jiwa sendiri terancam bahaya masih dapat memahami maksud hati ayah dan ibumu, kaiena itu aku punya maksud untuk menarik dirimu sebagai pembantu dan bantu diriku. Tapi sebelum itu aku ingin kau suka berbicara yang sejujurnya lebih dabulu, apakah kau benar-benar suka masuk menjadi anggota perkumpulanku serta berbakti dan setia kepadaku?"" ,,Sedari dulu caybe sudah masuk menjadi anggota perkumpulan Sin-Kee-Pang...!" jawab Hong po Seng. Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Namun kakek berjubah ungu itu segera gelengkan kepalanya. "Putriku bertindak menuruti emosi dan jalan pikirannya sendiri, hal itu tidak terhitung sungguh-sungguh" Ia merandek sejeuak dan kembali menatap wajah Hong po Seng tajam-tajam, katanya lebib jauh: "Akupun tidak ingin membohongi dirimu kalau kau tidak mau berbakti kepadaku dengan sungguh hati, untuk menghindari bibit bencana di kemudian hari terpaksa aku tak akan membiarkan kau hidup lebih lanjut" "Apa yang harus kalakukan sehingga bisa terhitung benar-benar setia dan berbakti?" serta bagaimana pula aku harus lakukan sehingga bisa mendapat kepercayaan dari loo pangcu ?"?" ,,Gampang sekali, ceritakanlah asal-usulmu yang sebenarnya dan bawalah batok kepala Chin Pek Cuan untukku, maka aku segera akan mempercayai dirimu !" Mendengar perkataan ini air muka Hong-po Seng segera berubah jadi amat sedih, katanya : ,,Cayhe mengerti loo pangcu tidak akan membiarkan cayhe hidup lebih lanjut" ia menjura kepada kakek itu dan menambabkan dengan wajah serius. ,,Semoga loo pangcu suka memberikan sebuah pukulan berat kepada cayhe, daripada cayhe harus terjun ke air membawa lumpur serta tak dapat mempertanggungjawabkan diri dihadapan leluburku" ,,Hong-po Seag" tiba-tiba Pek Koen Gie membentak dengan gusar. "Siapakah sebenarnya ayah ibumu?"" sampai di manakah kehebatan mereka, sehingga kau pandang setinggi langit ?" kalau kau rela mengaku terus terang asal usulmu, mungkin jiwamu bisa diselamatkan dari kematian" Hong-po Seng alihkan sinar matanya ke arah gadis itu, lalu menjura dan menjawab: ,,Nona tak usah banyak bertanya, cayhe bukanlah manusia pengecut yang takut menghadapi kematian, bisa mati dalam markas besar perkumpulan Sin-Kee-Pong juga terhitung-hitung sebagai balas budi atas pertolongan nona dalam menyembuhkan lukaku" ,,Kurang ajar" Pek Koen Gie semakin gusar. ,,Untuk menyembuhkan lukamu itu aku harus membuang dua butir pil mujarab, kalau kau bikin mendongkol hatiku.... Hmm ! tidak nanti kubiarkan kau mendapat kematian dengan enteng ...." "Banyak bicara tiada gunanya" tukas kakek berjubah ungu itu secara tiba-tiba sambil mengulapkan tangannya berpaling ke arah Hong-po Seng ia menambahkan: "Memandang kematian bagaikan pulang ke rumah adalah suatu perbuatan yang terhina dalam pandangan loohu, terang-terangan kau takut mati tapi tidak ingin hidup terhina itu baru perbuatan yang patut loohu hargai serta kagumi, ambillah keputusan untuk membereskan diri sendiri daripada loohu harus repot-repot turun tangan sendiri" Hawa amarah yang berkobaran dalam dada Pek Keen Gie benar-benar telah mencapai pada puncaknya, dengan cepat is meloncat bangun sambil berteriak: ,,Bajingan cilik yang tak tahu diri, kau anggap ayahku adalah menusia apa" untuk mencabut jiwa anjingmu, tidak perlu dia orang tua harus turun tangan sendiri" Melihat gadis itu tambil ke depan Hong Po Seng malah jadi senang karena dia memang berharap begitu, segera katanya dengan nada hambar: ,,Dari si kakek telaga dingin cayhe telab meminjam sebuah jurus ilmu pukulan, kalau nona punya kegembiraan tiada halangannya untuk mewakili ayahmu turun tangan" ,,Gie jie ayoh duduk" kakek berjubah ungu itu berseru. "Dalam bilik kecil pendengar salju ini tidak akan memperkenankan kalian utuk turun tangan" Bicara sampai di situ ia berpaling ke arah siucay berusia pertengahan yang duduk di sisinya dan ia menambabkan: "Koen su, aku minta tolong kepadamu untuk sekali tabok mencabut nyawa Hong Po Seng" Siucay berusia pertengahan itu tersenyum ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati si anak muda itu, langkahnya tenang dan mantap seolah-olah tak pernah terjadi sesuatu apapun, dalam anggapnya dalam sekali tabok Hoa po Seng pasti akan menemui ajalnya. Menyaksikan siucay berusia pertengahan itu berjalan mendekati ke arahnya, jago kita segera ayunkan telapak kirinya melakukan peristiwa untuk menghadapi serangan lawan. Sebelum pertarungan berlangsung, mendadak terdengar Pek Koen Gie bertenak : ,,Ayah orang yang Gie jie bawa pulang harus kubunuh dengan tanganku sendiri !" Mendengar ucapan itu Pek Siauw Thian mengerutkan alisnya, sedangkan siucay berusia pertengahan yang dicebut Koen su atau penasehat itu mendadak berpaling dan tersenyum, katanya: ,,Sebelah selatan dari sungai Hoang ho merupakan daerah kekuasaan dari perkumpulan Sin Kee Pang, setelab Koen Gie berhasil melatih serangkaian ilmu silat, tiada kesempatan untuk mengujukkan kekuatan, rasanya sebagai seorang remaja yang ingin mencari menang pasti merasa tidak puas. Pangcu! apa salahnya kalau kau ijinkan Koen Gie untuk bertindak menuruti suara batinya sehingga ia jadi tidak kecewa ataupun merasa menyesal" Pek Siauw Thian termenung sebentar akhirnya ia bangkit dan berjalan keluar. Air muka Pek Koen Gie segera berubah jadi girang, bisiknya kepada siucay berusia pertengahan itu: ,,Bantuan dari paman Coe-kat, tit-li merasa amat berterima kasih sekali!" Siucay berusia pertengahan itu tersenyum tanpa mengucapkan sepatah katapun ia berjalan keluar dari ruangan. Jilid 6: Lepas dari Sin Kee Pang HONG-PO SENG sendiri sesudah mengetahui bahwa kematian berada diambang pintu, sikapnya malahan berubah jadi semakin tenang, dengan mulut membungkam ia lantas mengikuti dibelakang semua orang berjalan meninggalkan ruangan tersebut. Siauw Leng yang berjalan didepan Hong-po Seng tibatiba berpaling, mengerling sekejap kearahnya, rupanya ia menasehati sianak muda itu agar jangan menghantarkan nyawa dengan percuma. Hong-po Seng tertawa sedih, ia segera gelengkan kepalanya berulang kali. Sekeluarnya dari bilik kecil yang indah tadi. Pek Siauw Thian serta siucay berusia pertengahan itu berdiri menanti disisi lapangan. sedangkan Pek Koen Gie sambil bertolak pinggang berdiri kaku ditengah lapangan, ujarnya ketus sambil memandang kearah pemuda itu: "Menyeranglah dengan segenap tenaga yang kau miliki, asal kau bisa menangkap aku orang Pek Koen Gie satu jurus atau setengah gerakan, kami akan menganggap nasibmu baik dan umurmu panjang, jiwamu akan kami ampuni untuk kali ini". "Terima kasih atas nasehatmu" sahut Hong Po Seng dengan wajah serius."Sejak kecil cayhe sudah dapat didikan keras dari keluargaku untuk melakukan segala pekerjaan dengan segenap tenaga, akupun berharap agar nona lebih berhati hati". Napsu membunuh melintasi diatas wajah Pek Koen Gie, ia mendengus gusar kemudian menerjang maju kedepan, sebuah pukulan kilat dengan cepat dilepaskan. Tampak Hong Po Seng menarik mundur kaki kirinya setengah langkah kebelakang, telapak kirinya dikepal kencang lalu membentuk gerakan setengah lingkaran depan dada...Duus! satu pukulan kilat telah dilepaskan kedepan. Sedari tadi baik Pek Siauw Thian maupun Pek Koen Gie telah mengetahui kalau pemuda ini telah mempelajari jurus pukulan tersebut, tetapi setelah menyaksikan kedahsyatan serta kemantapan dari serangan yang dilepaskan, diam-diam merasa kaget juga. Gerakan telapak yang amat sederhana dari Hong-po Seng barusan dengan gampang sekali berhasil mematahkan serangan telapak musuh melihat pukulannya digagalkan Pek Koen Gie mengerutkan dahi, ia tertawa dingin dan jurus serangannya segera berubah. Telapaknya langsung menabok kearah pinggang sementara jari tangan kirinya mendadak meletik dan diam-diam membokong punggungnya. Serangan telapak serta jari yang dilancarkan dalam tempo yang bcrsamaan ini kecepatan yang luar biasa, Hong- po Seng ter kesiap, dengan tetap menggumakau jurus "Koen-Siuw-Ci-Tauw" ia balas mengancam bahu gadis itu, kecepatan serta kedahsyatannya tidak kalah dengan pihak lawan, memaksa Pek Koen Gie harus membuyarkan ancamannya sambil berkelit kesamping untuk menghindarkan diri. .,Gie-jie, bertarunglah dengan hati mantap dan Jenyapkan godaan emosi dari benakmu! "terdengar Pek Siauw Thian memperingatkan. "Aku sudah tahu! "sahut gadis itu, badannya meluncur kembali kedepan sambil melepaskan pukulan-pukulan maut. Dengan langkah yang mantap tapi tepat Hong Po Seng selalu berputar kian kemari dalam ruangan seluas tiga depa, telapak kirinya membabat terus dengan gagah dan berat, walaupun perobahannya sangat banyak namun tetap hanya memakai jurus" Koen Sie Ci Sauw". Sekalipun begitu perlahan-lahan tapi tetap Pek Koen Gie berhasil dipaksa mundur hingga sudut yang terjepit. Setelah lewat belasan jurus kembali, mendadak Hong Po Seng mengerutkan alisnya, Sreet - . .! sebuah pukulan gencar yang dilepaskan kembali memaksa Pek Koen Gie untuk mundur satu langkah lebar kesamping. Hong Po Seng tidak rela menyerah dengan begitu saja, tapi diapun tahu meskipun berhasil merebut kemenangan juga sulit baginya untuk lolos dari situ dalam keadaan hidup, maka pertarungan ini dilangsungkan dengan tenaga, mantap dan sama sekali tidak gugup. Tanpa sadar perbuatannya ini justru membawa dia mencapat puncak yang tertinggi dari ilmu silat, dengan sendirinya daya tekanan yang dihasilkan oleh pukulan-pukulannya jauh lebih ampuh t tiga bagian. Pek Koen Gie sendiri walaupun dua kali berturut-turut kena didesak mundur oleh pukulan Hong-po Seng, namun hatinya pun semakin tenang, sepasang bahunya diangkat dan sekali lagi ia menerjang kemuka sambil mengirim serangan-serangan mematikan. Ilmu silat yang dimiliki gadis ini berasal dari warisan langsung ayahnya Pek Siauw Thian, sebagai musuh tangguh Kakek Telaga Dingin selama sepuluh tahun, setelah melakukan penyelidikan yang seksama selama lima tahun akhirnya ketua dari perkumpulan Sin Kee Pang itu berhasil menciptakan ilmu silat yang kbusus untuk memunahkan serangan "Koen-Sioe Ci-Tiauw". Pek Koen Gie yang setiap hari belajar silat beserta ayahnya tentu saja merasa paham sekali gerakangerakan aneh dari ilmu pukulan itu, kendati ia tak mengerti intisari yang sebenarnya dari kepandaian lawan, tapi ia menyadari perubaban-perubahan yang rumit dari jurus tersebut. Dalam sekejap mata kedua orang itu sudah saling bertempur mencapai lima puluh jurus lebih. Angin pukulan menderu-deru, ujung baju berkibar kencang tertiup angin, pohon siong yang tumbuh diempat penjuru bergoyang tiada hentinya tetapi tak sepatah katapun suara manusia berbicara yang terdengar berkumandang disitu. Dengan wajah berat dan serius Pek Siauw Thian serta siucay berusia pertengahan itu berdiri disisi kalangan sambil menyaksikan jalannya pertarungan antara kedua orang itu, suasana disekeliling tempat itu yang semula memang sunyi kini diliputi oleh napsu membunuh yang amat tebal, membuat keadaan terasa bertambah mengerikan. Mendadak ....dari balik sorot mata Pek Koen Gle memancar keluar sinar napsu membunuh, ia tertawa dingin, tiba tiba gerakan telapaknya berubah semakin cepat, mengitari di sekeliling tubuh Hong Po Seng, ia menyerang semakin gencar hingga boleh dikata tiada hentinya. Serangan gencar yang dilancarkan ini boleh dibilang bagaikan hujan deras ditengah badai, kecepatan gerakan tubuh Pek Koen Gie laksana sesosok bayangan yang tipis, sebaliknya ba yangan telapak yaag memenuhi angkasa membentuk jadi selapis tembok yang mengurung tubuh Hong Po Seng ditengah kalangan. Dalam sekejap mata dengusan napas berat anak muda itu sudah mulai kedengaran, terkurung ditengah deruan angin pukulan yang menyapu kian kemari, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya. Kakek telaga Dingin hanya memiliki lengan kiri yang bisa bergerak, karena itu Hong po Seng pun mempelajari telapak kiri, karena Han-Than-Sioe terkurung ditermpat terpencil ia namakan ilmu pukulannya "Koen-Sioe-CiTauw"atau Pergulatan binatang binatang terkurung dan kini Hong-po Seng sedang bergulat menjelang kematian yang mengancam dirinya, keadaan yang dihadapi saat ini persis seperti binatang buruan yang melakukan Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pergulatan terakhir dalam perangkap. Pertarungan antara jago liehay berlangsung cepat bagaikan kilat, ditengah berlangsungnya serangan gencar itu ratusan jurus telah dilampai, dengan sekuat tenaga Hong -po Seng berusaha mententeramkan diri sendiri kemudian memancing jalannya pertarungan itu menuju kearah jalan yang pernah digambarkan Kakek Telaga Dingin beberapa hari berselang. Pek Siauw Thian bukanlah jago kemarin sore, sekali pandang ia segera berhasil menangkap keadaan dari Hong-po Seng meskipun dia keteter dan berada didalam posisi terdesak tapi sianak muda itu masih bertahan keras seakan masih menantikan sesuatu dan masih ada sebuah serangan mematikan yang belum dipergunakan, maka ia lantas berseru:. "Gie jie. hati hati, bertarunglah yang mantap dan kalem !". Siucay berusia pertengahan itu sendiri rupanva dapat menangkap pula tersernbunyinya napsu membunuh dibalik kenakalan sianak muda itu, ia sadar asal ilmu simpanan tersebut digunakan maka akibatnya tentu sukar dilukiskan dengan kata kata. Maka ia maju dua langkah kedepan dan bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan, andaikata Pek Koen Gie menjumpai marabahaya ia segera akan turun tangan melakukan pertolongan. Pertarungan ini betul betul suatu pertarungan yang sengit, Koen Gie sebagai seorang gadis berpandangan pendek jadi makin gusar hatinya menyaksikan serangannya tidak mempan, makin gagal ia semakin bernapsu untuk membinasakan Hong po Seng dibawah Darah Asmara Gila 1 Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun Karya Wang Du Lu Pangeran Perkasa 15