Bara Maharani 4
Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 4 telapaknya, dengan begitu perterunganpun berjatan semakin sengit dan seru. "Dengan susah payah ibu mendidik serta memelihara aku selama belasan tahun, maksudnya tidak lain adalash agar bisa meneruskan cita-cita ayah yang luhur serta melakukan suatu perbuatan besar untuk menyelamatkan umat Bu lim dari penindasan kaum durjana. Ternyata sebelum cita-cita terwujud aku harus mati konyol dalam keadaan begini, kematianku ini betul-betul sangat tidak berharga apa lagi mati diujung tangan seorang gadis muda...tetapi seandainya beruntung dan aku menang, Pek Koen Gie tentu bakal terluka atau binasa ditanganku, dalam keadaan begini aku semakin tak ada harapan untuk hidup Aaaai.... kebaikan serta jerih payah ibu selama inipun sama sekali tak ada harganya...". Walaupun persoalan yang dipikirkan dalam hatinya amat banyak tetapi gerakan tangannya sama sekali tidak menjadi kendor. Mendadak darah panas bergolak dalam dadanya, ia membentak keras: "Nona Pek! Walaupun cayhe akan mati, tapi aku tak sudi menemui ajalnya ditanganmu" "Hmm! Bakal mati diujung telapak siapa, kau tidak berhak untuk menentukannya sendiri!" sahut Pek Koen Gie ketus, serangan-serangan kilat yang maha hebatpun dilancarkan dengan menggunakan kesempatan itu. Hong Po Seng merasasedih barcampur dengan marah ia membentak keras, perubahan gerakan terakhir yang berhasil ia pelajaripun segera dikeluarkan. Gulungan angin puyuh meluncur keluar dari telapaknya, diiringi desiran angin tajam yang memekikkan telinga menggulung dan menyapu keluar dengan hebatnya. Pek Koen Gie yang berhasil duduk diatas angin tentu saja tak sudi beradu kekerasan dengan lawannya, menyakstkan betapa keji dan hebatnya ancaman tersebut ia segera mengenjotkan badannya melayang mundur kebelakang. Siapa sangka justru kesaktian serta keampuhan dari jurus "Koen-Sioe Ci Tauw" ini terletak pada bagian belakang, ketika serangan Hong po Seng mencapai ditengah jalan mendadak gerakannya berubah sama sekali. Pek Koen Gie segera merasakan perubahan yang aneh dalam serangan musuh, melihat ujung telapak sudah mengancam didepan mata, dalam keadaan gugup buru buru ia tangkis serangan tersebut dengan keras lawan keras. Serangan Hong-po Seng laksana kilat meluncur datang... Plokkk ! dengan telak bersarang diatas telapak gadis she Pek itu. Air muka Pek Koen Gie berubah jadi pucat pias, ia loncat mundur beberapa tombak kebelakang dan berdiri dengan mata napsu membunuh. "Gie jie. tenangkan hatimu bertarunglah dengan perlahan dan mantap.... jangan terburu napsu ! " seru Pek Siauw Thian dengan nada dingin. Pek Koen Gie mendengus dingin, tanpa mengucapkan sepatah katapun ia menerjang maju kedepan, sekejap mata mereka berdua saling bergebrak lagi dengan serunya. Pek Siauw Thian adalah seorang lihay dalam dunia persilatan, dalam bentrokan barusan ia dapat melihat bahwasanya Pek Koen Gie sama sekali tidak terluka, sementara itu matanya dengan tajam mengawasi terus gerakan dari pukulan Hong po Seng sambil menantikan perubahan jurus yang terakhir itu. Bagi Hong po Seng pribadi sekalipun jurus seranganya memperoleh kemajan yang pesat namun tenaga lweekangnya lambat sekai kemajuannya, bertarung sampai disini a sudah mulai merasa lelah dan tak betenaga, tapi dengan andalkan kekerasan hatinya itulah pertempuran dipaksakan juga untuk berlangsung lebih jauh. Belum lama pertarungan berlangsung posisi Hong po Seng sudah semakin terjepit dan keadaannya berada dalam keadaan sangat berbahaya, sekali lagi ia keluarkan perubahan gerakan terakhir untuk mendesak mundur musuhnya. Tapi kali ini Pek Koen Gie sudah mengadakan persiapan, sulit bagi sianak muda itu untuk memaksakan suatu pertarungan keras lawan keras. Setelah mundur dengan cepat Pek Koen Gie menerjang maju lagi kedepan, jengeknya dengan nada dingin: "Hong-po Seng, tentunya kau sudah kehabisan bahan untuk bertarung lagi bukan?"". Hong po Seng menggertak giginya keras-keras dan barpikir dalam hati: "Urusan sudah jadi begini, terpaksa aku harus beradu jiwa dengan dirinya!". Setelah mengambit keputusan didalam hati ia lantas membentak keras sekuat tenaga diserangnya gadis itu habis-habisan. Dalam sekejap mata dari posisi bertahan ia berubah jadi posisi menyerang, secara beruntun tiga belas buah pukulan dilancarkan secara berantai, sedikitpuu tidak salah ia benar benar berhasil memancing dada kiri Pek Koen Gie memperlihatkan titik kelemahan. Semua yang terjadi sudah terlingkup didalam rencana pertarungan yang disusun secara cermat oleb Kakek Telaga Dingin, sudah tentu baik Pek Siauw Thian maupun Pek Koen Gie sama sekali tidak menduganya sama sekali Hong Po Seng yang sudah sangat hapal dengari jalannya pertarungan ketika menyaksikan kesempatan yang di nanti-nanti telah tiba, tanpa berpikir panjang lagi segera menyodorkan telapaknya kedepan. Serangan ini muncul dengan posisi yang sangat aneh dan sama sekali tak terduga oleh siapapun, andaikata Pek Koen Gie tidak hapal dengan gerakar jurus"Koen Sioe Ci Tauw" ini mungkin disaat terakhir masih sanggup menyelamatkan diri, tapi ia punya pendapat lain disaat tersebut, walaupun melihat datangnya ancaman namun badannya tetap berdiri tegak ditempat semula untuk menantikan perubahan berikutnya_ Menanti gadis itu merasakan keadaan tidak beres, untuk berkelit sudah tak sempat lagi. Semua perubahan ini terjadi dalam waktu tersingkat, terdengar Pek Siauw Thian serta siucay berusia pertengahan itu membentak berbareng, mereka berdua bersama-sama menubruk kedepan. Siapa tahu disaat menjelang detik yang terakhir itulah kembali terjadi perubahan diluar dugaan, tampak Pek Koen Gie menekan pergelangan tangannya kebawah... Blaam ! sebuah pukulan dahsyat dengan telak bersarang diatas ulu hati Hong-po Seng. Sianak muda itu mendengus kesakitan, secara beruntun tubuhnya mundur tiga langkah kebelakang, kakinya jadi lemas dan jatuh terduduk diatas lantai, darah segar mengucur keluar dari mulutnya membasahi seluruh baju serta badannya. Suasana ditengah kalangan berubah jadi sunyi senyap, Pek Siauw Thian, Pek Koen Gie serta siucay berusia pertengahan itu berdiri kaku ditengah kalangan tanpa mengucapkan sepatah katapun, wajah mereka menunjukkan perubahan yang sangat aneh. Kiranya serangan telapak yang dilancarkan Homg-po Seng tampaknya segera akan membinasakan gadis tersebut, siapa tahu pada saat itulah sinar matanya menemukan bahwa sasaran yang dituju telapaknya bukan lain adalah buah dada Pek Koen Gie, sebagai seorang lelaki sejati yang sedari kecil mendapat didikan keras, ia merasa perbuatan itu adalah tindakan yang sangat bejat sekali, maka disaat yang terakhir itulah tangannya bagaikan dipagut kala beracun segera ditarik kebelakang cepat-cepat. Karena perbuatannya inilah serangan yang kemudian dilancarkan Pek Koen Gie segera bersarang telak diatas ulu hatinya. Suasana hening untuk beberapa saat lamanya, tiba tiba Pek Siauw Thian alihkan sinar matanya kearah siucay berusia pertengahan dan berkedip sekejap. Siucay berusia pertengahan itu mengangguk dia segera melangkah maju kedepan, telapaknya diayun siap menabok batok kepala Hong Po Seng. "Paman Yauw!"mendadak terdengar Pak Koen Gie membentak keras. Jeritan ini penuh mengandung rasa kaget dan kuatir membuat hati siucay berusia pertengahan itu terkesiap, cepat ia tarik kembali tagannya dan berpaling kearah gadis itu. Dalam pada itu Hong Po Seng yang duduk diatas lantai dengan isi perut yang tergoncang keras telah mejamkan matanya menantikan kematian, mendadak mendengar jeritan Pek Koen Gie membuat ia jadi tertegu, sinar matanya segera dialihkan pula keatas wajahnya. Sekilas rasa dingin dan ketus yang amat sangat terlintas di wajahnya yang cantik, kemudian ujarnya kaku: "Ayah, sebenarnya tiada halangan bagi kita u ntuk membinasakan orang ini, tapi seandainya kita berbuat demikian maka putrimu merasa tidak punya muka lagi untuk berkelana didalam dunia persilatan, kalau kau orang tua suka melindungi nama baik putrimu, aku berharap agar ayah mau berjiwa besar dan melepaskan satu jalan hidup bagi Hong po Seng!". Perkataan ini diucapkan dengan tegas dan tajam suaranya dingin kaku seakan akan bukan pembicaraaa antara seorang putri terhadap ayahnya. Mendengar perkataan itu Pek Siauw Thian berdiri tertegun, air mukanva segera berubah jadi pucat kehijau hijauan, jelas ia sudah dibikin kikuk bercampur gusar oleh ucapan putrinya. Siucay berusia pertengahan yang selama ini berdiri disisi kalangan, ketika menyaksikan ayah dan anak segera akan bentrok sendiri, dalam hati lantas berpikir "Budak cilik ini punya rasa dendam yang amat tebal, ia bisa saja lupa hubungan dan tertindak keji. Kalau dalam persoalan ini hari aku tidak ikut buka suara, niscaya dikemudian hari bakal dibenci olehnya, serangan bokongannya sulit dijaga alangkah baiknya kalau aku bersikap lebih hati hati". Siucay berusia pertengahan ini she Yauw bernama Soet dengan julukan "Tok Coe-kat" atau si Coe-kat beracun, ia baru munculkan diri sewaktu diadakan pertemuan besar Pak Beng-Hwie, dimana akhirnya diterima Pek Siauw Thian menjadi anggota perkumpulannya dan diangkat sebagai penasehat yang paling dipercaya, setiap ucapannya didengarkan seratus persen. Perkumpulan Sin-Kee Pang bisa jaya seperti hari ini sebagian besar adalah berkat jasanya. Orang ini berakal panjang, berotak cerdas dan berhati kejam, siapapun yang mengenal dirinya pada gelengkan kepala. Oleh sebab itu diatas julukan "Coe kat" telah ditambahi de ngan kata "Tok" atau beracun. Demikianlah dengan mempertimbangkan kepentingan sendiri, Yauw Soet segera putar biji matanya dan berkata kepada Pek Siauw Thian dengan ilmu menyampaikan suara: "Si mahkluk tua itu sudah mewariskan ilmu silat andalannya kepada pemuda ini, jelas ia sudah tumpukkan semua harapannya ketangan orang ini, menurut dugaan aku Yauw Soet, sembilan belas persen ia sudah merencanakan siasat bagi lolosnya ini. Aku pikir persoalan ini tentu adahubungannya dengan pedang emas, seandainya kita bunuh dirinya dengan begitu saja berarti kita bakal kehilangan satu pembantu yang baik, maka lebih baik lepaskan saja dirinya". Mendengar ucapan itu Pek Siauw Thian mengangguk, dengan ilmu menyampaikan suara pula ia lantas menyahut: "Pendapat Koensu sedikitpun tidak salah, tapi seandainya "Pedang emas" itu benar benar berada ditangan Jie Hian, dengan kepandaian silat yang dimiliki Hong- po Seng belum tentu berhasil mendapatkannya. daripada kita gantungkan urusan ini kepadanya kenapa kita tidak berusaha sendiri saja ?". "Sin Kee-Pang, Hong-lm Hwie serta Thong Thian Kauw merupakan tiga besar didalam dunia persilatan, andaikata terjadi bentrokan langsung dapat dibayangkan bagaimana ngerinya akibat tersebut, sebelum kita bersiap sedia melakukan bentrokan secara langsung apa salahnya kalau membiarkan Hong-po Seng bergerak lebih duluan ?" bagaimanapun juga melepaskan bocah ini tak akan mendatangkan kejelekan bagi kita". Pek Siauw Thian lantas mengangguk, senyum an yang belum pernah diperIihatkan pun segera tersungging diujung bibirnya. ,.Apa yang Koen su ucapkan sangat beralasan sekali, tetapi bagaimapapun juga aku tetap merasa kendati usia Hong Po Seng masih muda, tapi dia punya kegagahan serta keangkeran yang luar biasa, bila kita sia-siakan kesempatan baik ini untuk menyingkirkan dirinya, kemungkinan besar dikemudian hari ia bakal menjadi bibit bencana bagi dunia persilatan, kalau memang tak bisa dipergunakan tenaganya lebih baik cepat-cepat dilenyapkan saja". Coe kat beracun Yauw Soet segera tertawa. "Walaupun orang ini merupakan keturunan dari orang kenamaan, tapi beberapa orang seteru kita yang paling Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo berat sudah mati semua, yang tersisapun hanya satu dua orang belaka, ilmu silat yang mereka milikipun jauh dibawah kita. Mungkin saja Hong Po Seng bisa menjadi besar dan terkenal, tapi urusan ini mungkin baru bisa terwujud dua tiga tahun mendatang. Kalau pangcu memang kuatir rasanya tiada halangan bagimu untuk menancapkan beberapa batang jarum" Soh Hoen Sin Ciam"atau Jarum sakti Pengunci sukrna diatas tubuhnya, setelah itu kita tak usah murung dia dapat terbang kelangit, Andaikata kita dapat memancing pula kemunculan beberapa orang musuh kita yang berhasil lolos, sekali tepuk membasmi mereka semuapun rasanya merupakan suatu tindakan yang lumayan". Mendengar sampai disini Pak Siauw Thian segera mendongak dan tertawa terbahak-bahak "Pendapat Koen-su yang hebat betul betul memuaskan hatiku, dua tiga tahun kemudian jago-jago perkumpulan Sin-Kee Pang yang jauh hebat ilmu sitatnya daripadanya pun paling sedikit masih ada dua puluh orang lebih, kenapa kita musti jeri terhalap seorang bocah cilik ?" Pembicaraan mereka berdua mula-mula dilakukan dengan ilmu menyampaikan suara, ketika secara tiba-riba Pek Siauw Thian berseru sambil tertawa terbabak-bahak, Hong po Seng, serta Pek Koen Gie yang tidak mengerti mak sud sebenarnya dari ucapan itu jadi melengak dan berdiri termangu-mangu. Tampaklah Pek Siauw Thian segera merogoh kedalam sakunya mengambil keluar sebuah kotak kecil, dari dalam kotak mengambil keluar tiga batang jarum beracun sepanjang dua coen yang memancarkan cahaya kebiru biruan, lalu berkata: "Hong-po Seng, ketiga batang jarum sakti pengunci sukma ini akan katancapkan diatas tubuhmu, racun tersebut baru akan bekerja setahun kemudian dimana sebelum menelan obat pemunah maka nyawamu bakal melayang. Kau harus ingat bahwa obat penawar hanya berada disakuku, sampai waktunya datanglah kembali kemarkas perkumpulan Sin Kee Pang dan jumpailah diriku "selesai berkata selangkah ia mendekati sianak muda itu. Meskipun dalam hati kecil Hong po Seng merasa arnat gusar, tapi ia tahu banyak bicarapun tak ada gunanya, karena itu sambil menggertak gigi kencang kencang ia bungkam seribu bahasa. Setibanya dibelakang tubuh pemuda itu Pek Siauw Thian segera rentangkan telapak tangannya, tiga batang jaram beracun yang memancarkan cabaya kebiru biruan itu segera ditancapkan kedalam tulang pungunguya. Hong po Seng merasakan badannya gemetar keras, bibirnya menjadi kaku dan bersin beberapa kali, setelah itu keadaan menjadi tenang kembali. Pek Koen Gie yang berdiri disisi kalangan menggerakkan bibirnya seperti mau mengucapkan sesuatu, tapi akhirya ia batalkan maksud tadi dan segera melengos kearah lain. Diam diam Hong po Seng menghela napas panjang, ia meronta untuk bangkit berdiri, menyapu sekejap orang orang dihadapannya dengan mata melotot dan berkata: "Andaikata cuwi sekalian tidak maksud untuk menahan diriku lebih lanjut, cayhe akan mohon diri terlebih dahulu". Selesai menjura pemuda itu segera melangkah keluar dari tempat itu. Air muka Pek Siauw Thian seketika berubah jadi hijau membesi, air muka si Coe kat beracun Yauw Soet serta Pek Koen Gie pun berubah hebat, mereka tahu bahwa Hong po Seng tak akan lolos dari jaring perkumpulan Sin Kee pang, tapi mereka sama sama merasa mendapat pukulan batin yang hebat seakan akan baru saja mereka menderita kekalahan. Suasana hening untuk beberapa saat lamanya, mendadak Yauw Soet si Coe kat beracun tertawa tcrbahak bahak. "Haasaah...,haaah"..haaaah Siauw Leng han antarlah dia keluar, sampaikan berita urtuk membuka jalan bagi dirinya !" Siauw Leng segera mengiakan dan buru bunu mengejar dari belakang pemuda she Hong po. Pek Siauw Thian berdiri termangu-mangu, akhirnya ia bergumam seorang diri . "Enghiong hoohan tidak terpikat oleh kecantikan wajah tidak kemaruk oleh harta benda, tidak kesemsem oleh kedudukan serta pangkat dan tidak tertarik pada nama besar, entah bocah ini apakah manusia diluar pengecualian....". Dalam pada itu Hong po Seng dengan langkah lambat berjalan kedepan, ditengah perjalanan ia rasakan kepalanya pusing tujuh keliling, sepasang kakinya lemas sekali dan ulu hatinya teramat sakit. Semenjak terjun kedalam dunia persilatan, secara beruntun ia telah dua kali menderita luka parah, kejadian ini membuat hatinya teramat sedih hingga sukar dilukiskan dengan kata kata, tetapi ia tidak menggerutu atau menyesal, hanya secara lapat-lapat hatinya merasa kosong dan kesal. Pikirnya didaIam hati : "Aku tak usah memikirkan persoalan-persoalan itu lagi, yang penting hanyalah "Tan Hwie Tok Lian" Teratai racun empedu api benda yang dibutuhkan oleh ibuku, bagaimana pun juga aku harus berusaha untuk mendapat kannya". Saat itulah tiba-tiba Siauw-Leng menyusul datang sambil berseru .,Hong po Seng, marilah ikuti diriku, aku akan menunjukkan jalan untukmu!' Mendengar ucapan itu Hong-po-Seng memperhatikan sekejap sekeliling tubuhnya, ternyata ia sudah tersesat jaIan ditengah tumbuhan pohon bamhu itu, segera ia manyahut dan mengikuti dibelakang dayang tersebut. Sekeluarnya dari belakang benteng terdengar suara derap kaki kuda berkumandang datang, Oh Sam dengan menunggang kereta milik Pek Koen Gie telah meluncur datang dari balik benteng. Kereta itu berhenti tepat dihadapannya, Oh Sam sambil melayang turun ketanah segera mengangsurkan sebutir pil kehadapan sianak muda itu sambil ujarnya : "Ceyhe mendapat perintah untuk menghantar Hong po Seng kongcu keluar dari wilayah kekuasaan perkumpulan Sin Kee Pang, Kongcu hendak pergi kemana silahkan kau utarakan kepada cayhe". Hong po Seng mendongak dan memandang sekejap kearah kereta itu. ia lihat sebuah panji kuning tertancap diujung kereta dan benda itu belum pernah dilibat sebelumnya, maka setelah berpikir sejenak ia berkata : "Aku mau berangkat keutara, kekota Yan Im!". Oh Sam mengangguk tanda mengerti lalu melangkah kedepan membukakan pintu kereta, Melihat sikapnya mendadak berubah sama sekali terhadap dirinya walau dalam hati merasa curiga tapi sianak muda itu ogah untuk berpikir lebih jauh, setelah mengangguk kepada Siauw-Leng ia lantas melangkah masuk kedalam kereta. Ledakan pecut menggeletar ditengah angkasa, roda kereta bergulung menggilas jalan, dengan cepat kereta itu berangkat menuju kearah utara. Selama beberapa hari berikutnya Hong- po Seng hidup dalam kemewahan dan keagungan panji "Hong-LoeiLeng" yang teatancap di atas kereta kuda walaupun kecil bentuknya tapi mempunyai kekuasaan sangat besar dimana kereta itu lewat para jago Bu-lim baik dari golongan Pek to maupun Hek to sama sama menyingkir kesamping, dimana mereka menginap karnar yang disediakan tentu bersih clan mewah, makanan yang dihidangkanpun lezat serta mewah, dimanapun Hong po Seng berada suasana selalu dipelihara dalam keheningan. Belum sampai beberapa hari dalam keteta mereka sudah dipenuhi oleh tumpukan uang mas dan perak. '00oo0O' 9 Sejak menelan pil pemberian Oh Sam, sepanjang hari Hong-po Seng bersemedi terus untuk menyembuhkan luka dalamnya. Tidak sampai sepuluh hari luka yang dideritanya sudah mulai menunjukkan tanda-tanda sembuh. Suatu hari ketiaa ia sedang duduk dalam kereta dengan hati kesal, tiba tiba telinganya menangkap suara pertempuran yang sedang berlangsung dari arah depan, ia segera melongok keluar lewat jendela, dimana terlihatlah disisi sebuah jalan segerombol manusia sedang melangsungkan pertempuran sengit. Sebuah gerobak dorong diparkir dipinggir jalan, diatas kereta terlapis selembar selimut dekil, seorang kakek tua berbaju compang-camping meringkuk diatas gerobak dorong itu, noda darah berpelepotan diatas kain dekil tadi sedangkan matanya ditujukan ketengah kalangan dimana pertempuran sedang berlangsung. Sementara dttengah kalangan seorang nenek tua berambut putih serta seorang lelaki berbadan kekar dengan punggung menempel punggung sedang bertarung menghadapi nausuh-musuhnya, empat buah telapak dengan perkasa menghadapi sembilan orang lelaki bersenjata tajam yang mengelilingi disekitarnya, Nenek serta lelaki kekar itu telah terluka tubuhnya, darah segar membasahi hampir seluruh pakaian yang dekil. Disamping itu terdapat pula seorang lelaki berbaju perlente dengan tangan yang luar biasa panjangnya berdiri disisi kalangan sambil bertolak pinggang, matanya dengan tajam sedang mengawasi pula jalannya pertarungan itu Sebelum Hong Po Seng sempat naelihat jelas datangnya pertempuran sipria berbaju perlente yang sedang mengawasi jalannya pertempuran itu telah mangenal sang kusir dari kereta tersebut. menyaksikan pula panji "Hong Loei Leng" yang menancap diujung kereta wajahnya menunjukkan rasa yang amat terperanjat, buru-buru ia ulapkan tangannya sambil membentak: ,.Mundur! Mundur! Mundur!". Secara beruntun ia mangulangi teriakannya itu sampai tiga kali, mendapat perintah kilat yang dilontarkan lelaki barbaju perlente itu, sembilan orang jagoan yang sedang mengerubuti nenek serta lelaki kekar tadi segera meloncat mundur kebelakang dan mengundurkan diri dari kalangan. Hong po Seng pun menyaksikan pula dengan jelas keadaan ketiga orang itu, melihat keadaan yang sangat mengenaskan hawa amarahnya kontan berkobar, ia segera mengetuk lantai kereta dan memerintahkan untuk berhenti. Dalam melakukan perjalanannya kali ini Oh Sam membawa tugas rahasia yang diperintahkan atasannya terhadap ,Hong-po Seng sikapnya selalu para pura menghormat. Tapi sesudah melakukan perjalanan beberapa kali, sikap gagah dan agung yang diperlihatkan pemuda itu sedikit demi sedikit mulai menembusi hati kecilnya sehingga membuat kusir ini dari berpura pura akhirnya menjadi sungguh sungguh menghormat. Kereta kuda segera berhenti, Hong po Seng membuka pintu kereta dan melangkah turun. Oh Sam segera memperkenalkan pemuda itu kepada pria berpakaian perlente yang sedang berdiri disisi kalangan dengan wajah penuh rasa terkejut itu: "Inilah Hong po Seng kongcu, Tong Hoen Tong cu silahkan menemuinya !" Pria herbaju perlente itu melirik sekejap "'Hong Loei Leng" yang berkibar diujung kereta. kemudian buru buru menjura sambil berkata : Cayhe Tong Ceng, menghunjuk hormat untuk Hong po kongcu". Dalam pada itu kesembilan orang tadi telah rnenyimpan kembali senjata tajamnya. melihat pemimpinnya memberi hormat mereka pun bensama sama memberi hormat pu1a. Diam diam Hong po Seng berpikir didalam hati. "Luka dalam yang kuderita belum sembuh, tak munkin bagiku untuk bertempur, rasanya mengatasi persoalan ini aku harus pura pura menjadi srigala". Berpikir demikian ia lantas ulapkan tangan dan menyahut dengan nada ketus. "Tong hoen Tong cu tak usah banyak adat !" seraya menuding tua muda tiga orang itu tegurnya lebih jauh. "Siapakah ketiga orang itu?"". "Kalek tua yang berada diatas kereta bernama " Bong Beng Hauw" atau si Harimau Pelarian Tiong Liauw, Sinenek bernama Bee Ya Hauw atau si Harimau Ompong, sedangkan si lelaki itu adalah putra mereka berdua bernama 'Poet Siauw Hauw" atau siharimau bisu Tiong Long orang orang kangouw menyebut ketiga orang ini sebagai Tiong Sam Hauw atau tiga ekor harimau dari keluarga Tiong." "Ehemm kesalahan apa yang telah mereka lakukan "," tanya Hong po Seng lagi dengan alis berkerut. "Si Harimau pelarian Tiong Liauw yang ada digerobak dorong itu segera mendengus dingin dan berteriak: "Aku telah membunuh bapak tuamu !" kemudian dengan lengan sebagai bantal berbaring kembali diatas kereta gerobak dorongnya. Tong Ceng serta sembilan orang pria dibelakangnya menjadi naik pitam setelah mendengar teriakan itu, Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mereka bersama sama menoleh kearah kakek itu kemudian melototinya dengan hati mendongkol. Buru buru Hong po Seng ulapkan tangannya. "Tong Hoen tong cu, katakanah duduk perkara yang sebenarnya. aku punya cara untuk membereskan mereka." Mendapat teguran Tong Ceng berpaling kembali dan segera menjawab: "Tiga ekor harimau dari keluarga Tiong ini bengis dan suka berkelahi, mereka bernyali besar dan tak takut mati, seringkali tanpa sebab menerbitkan keonaran dan berkelahi dengan orang. Bulan berselang mereka telah menyelesaikan jiwa dua orang saudara dari perkumpulan kita, dari pihak markas pusat segera turunkan peritah untuk memberi tanda mata diatas tubuh ketiga orang ini di manapun ia tiba, tapi jiwa mereka harus tetap dipertahankan. Karena itu sewaktu mereka memasuki wilayah kekuasaan kantor cabang kami, cayhe mendapat tugas untuk melaksanakan perintah tersebut". Darah panas dalam rongga dada Hogg po Seng kontan bergerak keras, ia menjadi teramat gusar sekali, pikirnya : "Kawanan bajingan kalau tilak cepat cepat dibasmi dari muka bumi, umat Bu lim yang ada dikolong langit mana bisa hidup dengan aman dan sentausa?". Ketika Tog Ceng menyaksikan wajah Hong po Seng menujukkan kegusaran, ia mengira pemuda ini benci terhadap ketiga ekor harimau dari kelurga Tiong, buru buru ia maju membari hormat seraya ujarnya: "Harap kongcu jangaa gusar, cayhe segera turun tangan untuk meninggalkan tanda mata ditubuh mereka setelah itu baru kutemui kongcu untuk beristitahat dikantor cabang". Tangan berkelebat kebelakang, tahu-tahu dalam genggamannya telah bertambah dengan sebilah golok, kemudian dengan langkah lebar segera menghampiri ketiga ekor harimau dari keluarga Tiong itu. Dengan cepat pikiran Hong po Seng berputar, ia merasa tidak ada untungnya untuk bentrok dengan mereka dalam keadaan begini maka teriaknya keraskeras: "Tong hoen Tong cu, harap tunggu sebentar !". Tong Ceng berhanti dan menjura. "Kongcu masih ada pesan apa?"?". "Aku membutuhkan jiwa ketiga orang ini sebagai kado, kebetulan sekall ketiga ekor harimau dari keluarga Tiong cocok dengan seleraku Ia menoleh kearah Oh Sam diatas kereta dan menambahkan: ,.Tangkap ketiga orang itu dan lemparkan kedalam kereta!". Oh Sam yang mendapat perintah ini diam-diam merasa gelisah, tapi keadaan memaksa dia harus berbuat begini, maka tanpa membantah ia segera melayang turun dari tempat duduknya dan mendekati ketiga orang itu. Si harimau Ompong Tiong Lo Popo kontan menuding Hong po Seng sambil meraung gusar: "Bajingan cilik anjing betina, kenapa kau tidak turun tangan sendiri?". Hong Po Seng pura-pura tidak mendengar, dengan wajah membesi ia masuk kembali kedalam kereta. Secara lapat-lapat Oh Sam dapat merasakan maksud hati sianak muda itu, melihat ia kena dimaki diam diam hatinya merasa geli. Sebagai seorang jago berkepandaian lihay tentu saja ketiga orang itu bukan tandingannya, dalam waktu singkat ketiga ekor harimau itu sudah ditotok jalan darahnya dan dilemparkau kedalam kereta. Kepada Tong Ceng yang berada diluar kereta, Hong Po Seng segera ulapkan tangau sambil berkata: "Sakarang aku sedang ada urusan penting yang harus segera diselesaikan, waktu kembali nanti saja akan kusinggah kekantor" Jangan dikata tanda perinteh" Hong Loei Leng" berada didepan mata. Cukup kereta kuda milik Pek Koen Gie serta kusirnya Oh Sam telah menggetarkan hati para pemimpin kantor cabang, tentu saja Tong Ceng tidak berani banyak bicara lagi, bersama sama anak buahnya mereka segera memberi hormat dan menghantar keberangkatan sianak muda itu. Kereta kudapun melanjutkan perjalanannya menuju kedepan, Hong-po Seng yang berada didalam ruang kereta segera bangkit berdiri dan membebaskan jalan darah Si Harimau pelarian Tiong Liauw yang tertotok. Setelah jalan darahnya tertotok tadi keempat anggota badan siharimau pelarian Tiong Liauw sama sekali tak bisa berkutik, tapi riak kental yang berada dimulutnya dapat diludahkan sekehendak hatinya, melihat Hong-po Seng datang mendekat ia kegirangan, menggunakan kesempatan dikala pihak lawan tidak bersiap siaga itulah mendadak ia pentang mulutnya dan meludah. Cuuuh....! riak kental tadi segera disembur kearah wajah sianak muda itu. Hong-po Seng mimpipun tidak menyangka kalau ia bakal diludahi, belum sempat ia bertindak pipinya segera terasa amat sakit, riak kental itupun sudah mengotori seluruh wajahnya mendatangkan rasa yang sangat tidak enak dibadan. Pemuda ini baru berusia enam tujuh belas tahunan, wataknya keras hati dan masih berdarah panas. mendapat penghinaan yang sama sekali tak terduga ini kontan membangkitkan hawa amarah dalam hatinya, telapak kiri segera diayun menggaplok kedepan. Tapi ketika serangannya tiba ditengah jalan, hatinya jadi lemah, sambil menarik kembali serangannya ia menghela napas dan berkata : ,.Aaai ..! aku tak akan mengumbar hawa amarah dengan kalian !". Dengan ujung bajunya ia menyeka noda riak kental yang menempel diatas wajahnya, kemudian berpailing kearah Tiong Loo-po dengan maksud membebaskan jalan darahnya. Si Harimau ompong Tiong Lo Poo cu merasa amat girang dan sewaktu dilihatnya sang suami berhasil mendaratkan riaknya diatas wajah orang diam diam diapun mempersiapkan riaknya didalam mulut, asal Hong-po Seng berani mendekat maka dengan cara yang sama dia akan melukai pemuda itu. Dari perubahan air muka sinenek tua itu Hong po Seng menyadari bahwa orang inipun mengandung maksud jelek terbadap dirinya, maka dia lantas mengambil keputusan untuk tetap membiarkan ketiga orang itu berbaring dilantai, sedang ia sendiri kembali kekursinya sambil berpikir didalam hati: "Ketiga orang ini berjiwa gagah, berhati keras kepala dan tanpa memperdulikan keselamatan sendiri berani memusuhi manusia manusia laknat itu, manusia semacam itu boleh dibilang termasuk patriot sejati. Aaai! cuma sayang kepandaian silat yang mereka miliki terlalu cetek". Mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya hingga tanpa terasa ia bergumam seorang diri: "Dunia persilatan penuh diliputi kelicikan serta kekejian, setiap langkah penuh dengan jebakan mara bahaya, diatas tubuh Pek Siauw Thian telah menghujamkan ketiga batang paku beracun pengunci sukmanya yang membuat badanku jadi tersiksa, walaupun racun diujung senjata itu baru akan bekerja setahun mendatang, siapa tahu kau sebelum batas waktunya aku bakal kehilangan nyawa terlebih dahulu?". Berpikir demikian didalam hati diapun segera mengambil keputusan, serunya: "Siapa bilang ilmu silat hanya boleh dimiliki pribadi" alangkah baiknya kalau kusebar luaskan kepandaian tersebut keseluruh dunia persilatan, suatu hari pasti akan muncul seorang pendekar sejati yang memiliki ilmu silat lihay, waktu itu dengan suatu kerja sama yang keras rasanya tidak sulit untuk membasmi kaum durjana dari muka bumi". Mendadak terdengar si Harimau pelarian Tiong Liauw menegur sambil tertawa: "Bajingan cilik, rupanya kau sedang mimpi disiang hari bolong?". Dengan cepat Hong po Seng menenteramkan hatinya, lalu dengan wajah sungguh-sungguh ujarnya: "Aku minta kalian perhatikan dengan seksama, aku bernama Hong po Seng dengan pihak perkumpulan Sin Kee Pang terikat dendam yang amat mendalam, setiap saat jiwaku terancam oleh bahaya maut...''. "Bajingan cilik, semestinya sedari dulu kau harus modar!" jengek Tiong Liauw sinis. Hong po Seng menghela napas panjang. "Dalam hatiku sebenarnya terdapat banyak persoalan yang hendak dibicarakan dengan kalian....". Siharimau ompong Tiong Loo Boo cu yang selama ini berbaring disudut kereta mendadak menyela: "Anjing bajingan cilik, kalau mau melepaskan kentut busuk cepat kau lepaskan!". Sikap serta tingkah laku beberapa orang ini benarbenar membuat Hong po Seng jadi serba salah, mau menangis tak bisa mau tertawapun sungkan, tapi disambungaya juga katanya: "Walaupan aku ada pesan terakhir yang hendak disampaikan kepada kalian, sayang kalian termasuk manusia manusia patriot yang terlalu emosi, manusia macam kalian sulit untuk memikul tanggung jawab berat, akupun tidak tega untuk memasrahkan pesanku ini kepada kalian". Bicara sampai disini nadanya tiba tiba berubah jadi amat sedih, sambungnya : "Aku mempunyai serangkaian sim hoat tenaga dalam serta satu jurus ilmu pukulan yang maha dahsyat, kini akan kupersembahkan kepada kalian semua, setelah kalian berhasil mempelajari kepandalan tersebut carilah suatu tempat terpencil serta terasing dari pergaulan masyarakat untuk berlatih kepandaian tersebut dengan tekun, bilamana ilmu si1at itu berhasil kalian kuasahi saat itulah kalian baru boleh muncul kembali didalam dunia persilatan, bantulah kaum lemah dan hadapilah kaum laknat, jadilah pendekar yang sejati pembela rakyat jelata". Mendengar perkataan itu Si Harimau pelarian Tiong Liauw mengerutkan alisnya, setelah memperhatikan wajah Hong po Seng beberapa kejap, ujarnya dengan nada dingin : "Bajingan cilik, sungguh tak nyana kau adalah seorang manusia yang berhati bajik, waaah.... maaf kalau loohu bersikap kurang hormat terhadap dirimu, kau punya sim hoat serta ilmu pukulan apa" cepat dikeluarkan agar kami bisa menyaksikan kelihayanmu" Hong po Seng mengerti bahwa dirinya sedang disindir tapi dia tidak menggubris sindiran orang, ujarnya hambar. "Tak usah banyak bicara lagi, baik baiklah perhatikan keterangan serta pelajaran yang akan kuutarakan". Selesai berkata tanpa memperdulikan apakah ketiga orang itu suka mendengarkan atau tidak segera mulai menerangkan rahasia dari jurus serangan ,Koen Sioe Ci Tauw " tersebut . Petangya kereta berjalan masuk kedalam kota, Hong po Seng segera menggedor dinding kereta sambil berteriak keras . "Siapkan rangsum kering dan lanjutkan perjalanan menuju keutara, malam ini kita menginap didalam hutan saja" Oh Sam menghentikan keretanya dan segera meloncat bangun, sambil menghampiri jendela kereta serunya: "Kongcu-ya, buat apa kau mencari penderitaan yang tak berguna?"". "Sudah, tak usah banyak bicara lagi, apa yang aku lakukan sama sekali tidak dirahasiakan terhadap dirimu, kalau kau merasa senang dengan caraku bekerja lakukanlah apa yang kuucapkan, sebaiknya kalau kau tidak senang hati, silahkan membawa tanda perintah Hong Loei Leng tersebut dan kembali kemarkasmu!". Oh Sam rada tertegun, tapi ia segera tertawa. .,Cayhe mendapat perintah untuk menghantar kongcu keluar dari perbatasan, sebelum juga dilaksanakan hingga selesai aku tidak berani pulang kemartkas untuk memberi laporan". Habis berkata ia kembali keatas keretanya dan meneruskan kembali perjalanannya menuju kedepan. Dalam pada itu siharimau pelarian Tiong Liauw setelah mendengarkan uraian dari Hong Po Seng mengenai sim hoat tenaga dalam serta ilmu pukulan dan merasa bahwa kepandaian tersebut benar benar merupakan kepandaian maha sakti yang sangat berharga serta belum pernah didengar sebelumnya dalam hati merasa terkejut bercampur curiga, nada pembicaraannya pun sudah jauh berobah lebih lunak. Terdengarlah ia berkata dengan nada serius: "Kongcu ya sebenarnya siapakah kau?" Kau berbuat demikian sebetulnya disebabkan karena apa?". "Aku berbuat demikian karena setiap saat ada kemungkinan bagiku untuk menemui ajalnya, kalian sekeluarga tiga orang adalah manusia-manusia kosen yang berjiwa besar dan bersemangat patriot, hanya manusia-manusia semacam kalianlah yang pantas untuk mendapat pelajaran ilmu silat seperti ini". Sambil berkata ia maju kedepan dan membebaskan Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo jalan darah yang tertotok ditubuh ketiga orang itu. Si Harimau ompong Tiong Loo Boo cu dengan pandangan yang tajam mengawati wajah pemuda itu beberapa saat, kemudian dengan mata melotot tanyanya: "Antara kau dengan pentolan perkumpulan Sin Kee Pang sabetulnya terikat dendam sakit hati" ataukah masih ada ikatan sanak serta keluarga.?"". "Waktu yang kita miliki sangat terbatas, lebih baik tak usah kita bicarakan persoalan yang tak berguna itu" tukas Hong-po Seng cepat, ia segera meneruskan keterangannya membicarakan soal rahasia ilmu pukulan tersebut. Sejak itulah setiap hari baik siang maupun malam Hong po Seng selalu bekerja keras mewariskan ilmu pukulan yang amat lihay itu kepada tiga ekor harimau dari keluarga Tiong ini, tetapi berhubung dilihatnya bakat yang dimiltki mereka bertiga hanya biasa biasa saja, sewaktu mempelajari kepandatan tersebut terlalu lamban dan payah, maka akhirnya ia membagi ketiga orang itu rnenjadi rombongan dan mempelajari kepandaian tersebut secara bergilir. Tiap orang mempelajari perubahan jurus serangan yang berbeda, dengan demikian maka setiap orang harus menghapalkan tiga puluh gerakan labih, dengan cara begini bukan saja beban yang diterima mereka rada enteng, bahkan merekapun bisa beristirahat secara bergilir dan pelajaranpun dapat diingat lebih mendalam. Dua tiga puluh hari kemudian sampailah mereka di tepi sungai Hoang hoo, dan dengan susah payah pula ketiga orang itu berhasil mempelajari satu jurus ilmu pukulan itu. Waktu itu Hong po Seng telah mewariskan sim hoat tenaga dalam keluarganya kepada mereka bertiga, melihat kereta mendadak berhenti ia segera loncar keluar dari ruang kereta dan menjura kearah Ong Sam, ujarnya: "Ong heng, walaupun perkenalan kita tidak terhitung pendek tapi berhubung diantara kita masih terikat permusuhan, make lebih baik kita berpisah sampai disini saja, bila ada jodoh dikemudian hari kita saling berjumpa kembali!". "Kongcu ya, apakah kau hendak menyeberangi sungai?" tanya Oh Sam sambil loncat turun dari keretanya dan tertawa. Hong po Seng mengangguk membenarkan. "Aku masih ada urusan penting yang harus segera diselesaikan, banyak bicara tak ada gunanya, lebih baik kita berpisah sampai disini saja" Bicara sampai disitu diapun lantas berjalan menuju ketepi pantai. Oh Sam meloncat masuk kedalam kereta untuk mengambil beberapa keping uang emas, kemudian sambil menyusul pemuda itu serunya: "Tak ada uang sulit untuk melanjutkan perjalanan, uang ini adalah sumbangan dari tiap tiap kantor cabang kepada diri kongcu. lebih baik kongcu bawa saja sebagai persediaan." Sambil tertawa Hong po Seng menyambut uang itu, melihat tiga ekor harimau dari keluarga Tiong mengikuti disisinya, ia segera mengambil satu keping uang emag untuk diri sendiri dan menyerahkan sisanya ketangan Harimau ompong Tiong Loo Poo cu. Tiong Loo Poo cu menyambutnya dan tanpa mengucapkan sepatah katapun segera dimasukkan kedalam saku. Mereka bertigapun segera naik perahu untuk menyebrangi sungai Huang hoo, setibanya diatas daratan Hong po Seng putar badan dan ujarnya kepada ketiga orang itu: "Sebelah utara sungai Huang hoo sudah bukan termasuk wilayah kekuatan perkumpulan Sin Kee Pang, lebih baik kalian bertiga untuk sementara waktu berdiam diwilayah utara saja, tiga lima tahun kemudian rasanya belum terlambat untuk kembali kedesa kelahiran kalian" Mendengar perkataan itu siharimau pelarian Tiong Liauw segera berdiri dan tertegun serunya: "Eeee.. kenapa" apakah Kongcu-ya mengusir kita pergi ?"?". Hong po Seng sendiripun dibikin tertegun oleh pertanyaan tersebut, ia segera menyahut: "Secara kebetulan kita bisa saling bertemu satu sama lainnya, persahabatan pun telah kita jalin, apakah kalian selamanya hendak mengikuti diriku terus?" Mendadak terdengar siharimau ompong, nenek tua she Tiong berteriak keras: "Tiga lembar jiwa dan tiga ekor harimau dari keluarga Tiong kau yang menyelamatkan, sedang kami tiada rumah tempat bertinggal lagi, kalau tidak ikut kongcu lalu kita musti pergi kemana?" "Aaaah, hal ini mana boleh jadi ?" sahut Hong po Seng dengan wajah melengak. "Aku masih ada banyak urusan yang harus diselesaikan, lagi pula perjalananku selanjutnya penuh dihalangi oleh kesulitan serta mara bahaya, aku tidak ingin menyusahkan kalian bertiga!" Pada dasarnya pemuda ini baru saja sembuh dari luka dalam yang parah ditambah pula selama hampir sebulan lamanya siang malam ia bekerja keras untuk mewariskan ilmu silatnya kepada Tiong Si Sam Hauw, hal ini membuat kesehatan badannya lama kelamaan jadi semakin lemah, bukan saja luka dalamnya kambuh kembali, matanya jadi cekung, wajahnya kunyal dan lesu hingga untuk mengucapkan beberapa patah kata itupun harus menggunakan banyak tenaga. Tiong Si Sam Hauw semuanya merupakan manusia manusia yang berjiwa keras, semula mereka tidak berpikir lebih mendalam akar, maksud perbuatan sianak muda itu. Kini setelah mengetahui bahwa Hong po Seng benar benar tiada permintaan yang diajukan kepada mereka bahkan justru mereka malah yang berhutang budi kepadanya, jadi tertegun dan berdiri termanguTiraikasih Website http://kangzusi.com/ mangu, tanpa sadar air mata jatuh bercucuran membasahi wajab ketiga orang itu. Hong- po Seng tidak ingin melihat keadaan seperti itu berlarut larut, ia segera keraskan hati dan menjura kepada mereka bertiga. "Harap kalian bertiga suka baik baik menjaga diri kita berpisah dahulu ditempat ini !" "Kongcu-ya!" mendadak siharimau pelarian Tiong Liauw berseru dengan suara gagah. "Kamni Tiong si Sam Houw bukan lantaran hendak membalas budi lantas hendak mengutarakan kata-kata ini, tapi berhubung kami kami kagum atas kegagahan serta kebesaran jiwa kongcu ya maka bila kongcu menampik, kami sekeluarga tiga orang rela mengikuti diri kongcu untuk berbuat apa saja, walaupun harus mengorbankan jiwa kamipun kami bertiga rela." Hong po Seng dibuat amat terharu oleh ketulusan hati ketiga orang itu, tanpa terasa air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. "Terima kasih kuucapkan atas maksud dari cuwi bertiga" katanya lirih. "Aku menyadari bahwa jiwaku selalu terancam bahaya maut, aku tidak ingin menyusahkan pula kalian bertiga. Untuk sementara waktu kalian berdiamlah diwilayah utara, tekunilah pelajaran ilmu silat kalian, bilamana suatu waktu aku membutuhkan bantuan pasti akan kucari kalian bertiga untuk menyumbangkan tenaganya". "Kongcu ya, dewasa ini kau hendak pergi kemana?". Sebelum Hong po Seng sempat menjawab terdengarlah siharimau ompong Tiong Loo Poo cu talah membentak dengan nada gusar: "Hey tua bangka, kenapa kau musti banyak bicara yang tak berguna, kita ikuti saja dibelakangnya". Mendengar perkataan itu siharimau pelarian Tiong Liauw benar-benar tidak berbicara lagi. Sebaliknya Hong-po Seng diam diam segera berpikir : "Sekeluarga ini berjiwa besar dan berhati jujur, setiap melaksanakan pekerjaan hanya didasari oleh emosi serta perasaan, andaikata aku tidak menerangkan yang jelas, mereka tentu akan mengikuti diriku terus menerus, seandainya sampai terjadi begini bukankah urusan besarku bakal runyam dibuatnya ?". Karena berpikir demikian baru buru serunya kepada Tiong Liauw dengan wajah serius : "Loo-tiang, harap kau berpikir dengan seksama, sebenarnya apa sih maksud tujuanku dengan susah payah menurunkan ilmu silat yang kumiliki kepada kalian bertiga ?"". Mendengar pertanyaan itu si Harimau Pelarian Tiong Liauw berpikir sejenak, kemudian jawabnya : "Aaah betul ! pastilah kongcu memandang ilmu silat yang kami miliki terlalu cetek, maka bilamana mengikuti disisimu sebaliknya malah mengganggu serta merepotkan". Walaupun perkataan tersebut tidak mengena dengan jitu atas apa yang dipikirkan di dalam hati, tetapi Hongpo Seng tidak membantah, sambil mengangguk katanya: "Perkataanmu ini ada benarnya juga, kalian musti tahu kepergianku kali ini kalau bisa alangkah baiknya kalau menyembunyikan diri terhadap pengawasan orang lain, bilamana kita harus melakukan perjalanan secara bergerombol, hal itu malah justru menyulitkan untuk menyelesaikan pekerjaan itu". Mendengar sampai disini, si Harimau pelarian Tiong Liauw tidak berbicara lagi, setelah berdiri termangu mangu beberapa saat lamanya mendadak ia jatuhkan diri berlutut diatas tanah diikuti oleh Sinenek tua she-Tiong serta si Harimau Bisu Tiong Long. Hong-po Seng jadi terkesiap, buru-buru ia ikut terlutut diatas tanah setelah itu putar badan dan cepat berlalu. Semenjak kecilnya sianak muda ini sama sekali belum pernah meninggalkan rumahnya seorang diri, boleh dia dia buta seratus persen terhadap jalanan disekitar tempat itu, setelah melepaskan diri dari Tiong Si SamHauw pemuda itu segera mancari tahu jalan menuju keutara dari para penduduk disekitar situ, kemudian langsung berangkat menuju kegunung Im-Tiong san. Setelah melakukan perjalanan belasan hari, suatu petang sampailah sianak muda itu didalam wilayah pegunungan Im-Tiong san. Setelah masuk gurung, daya ingatnya terhadap perkampungan Liok-Soat san cung kian lama kian bertambah jelas. Waktu itu sambil melakukan perjalanan dibawah sinar bulan purnama diam-diam doanya didalam hati: .,Sukma ayah yang ada dilangit, moga moga kau suka melindungi teratai racun empedu api itu tetap berada ditempat semula, agar ananda berhasil mendapatkan teratai racun itu untuk mengobati luka ibu yang parah sehingga tenaga dalam yang dimiliki dia orang tua bisa pulih kembali seperti sedia kala, dengan begitu Ibu baru sanggup membalaskan dendam sakit hati ayah....'. Tanpa terasa sampailah pemuda ini dimulut sebuah selat, setelah memperhatikan sekejap suasana disekeliling tempat itu, keragu raguan yang semula masih tersisa dalam hatinya seketika tersapu lenyap, ia merasa yakin bahwa perkampungan Liok-Soat san-cung terletak di dalam selat tersebut. Dalam pada itu bulan purnama berada di awang awang, cahaya yang terang menerangi seluruh isi selat tersebut setelah melakukan perjalanan beberapa saat lamanya mendadak Hong-po Seng merasakan sesuatu yang tidak beres, ia segera berpikir: "Pepohonan didalam selat ini diatur dengan sangat teratur dan rapi, jalan gunung bersih bebas dari debu, bahkan batu kerikil serta rumput ilalangpun tidak nampak, kalau ditinjau keadaan tersebut jangan-jangan perkampunganku sudah diduduki orang lain "...". Begitu ingatan tersebut berkelebat lewat di dalam benaknya, ia segera menyembunyikan diri kebalik pepohonan dan meneruskan perjalanannya dari tempat kegelapan. Ketika tubuhnya hampir tiba dipintu perkampungan, mendadak ia temukan kerlipan cahaya lentera, hatinya semakin terkesiap, pikir nya lebih jauh: "Aaah ! dugaanku ternyata tidak salah, kampung halamanku benar-benar sudah diduduki orang lain. Kalau ditinjau dari cahaya lentera yang dipasang begitu rapat, jelas keadaan didalam perkampungan jauh lebih terang benderang... Ehmm! Wilayah Sam Say adalah daerah kekuasaan perkumpulan Hong Im Hwie, para jago dari kalangan lurus tidak nanti akan menduduki kampung halamanku ini dengan manusia-manusia dari kalangan hek to yang biasa jelas lebih-lebih tak punya nyali untuk menempati perkampungan Liok Soat san cung, manusiamanusia laknat yang telah mengangkangi rumah kediamaaku ini seratus persen pastilah tokoh-tokoh terpenting dari perkumpulan Hong Im Hwee. Setelah mengetahui kelihayan orang, ia segera menyusup kesebelah kiri perkampungan kemudian menyusup masuk kedalam perkampungan dengan gerakan yang sangat berhati-hati. Tampaklah gunung-gunung, pepohonan, kebun bunga, serambi, jalan berlapis batu-batu semuanya masih tetap seperti apa yang pernah dilihatnya dikala dia masih kecil. Maka sambil menghindari sorotan cahaya lampu ia meneruskan gerakannya menyusup kebelakang perkampungan. Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ia masih ingat dengan jelas bahwa tempat tinggal ayah ibunya serta dia terletak dibelakang perkampungan, Teratai Racun empedu Api itupun dipelihara dibelakang kamar tidur ayahnya, diam diam ia lantas berpikir: "Mengambil teratai adalah suatu pekerjaan yang besar, perduli amat siapa yang telah mengangkangi perkampunganku ini, setelah berhasil mendapatkan teratai racun empedu api aku akan segera berlalu sedangkan urusan yang lain dibicarakan dikemudian hari saja, dari pada menimbulkan peristiwa yang tidak diinginkan sehingga masalah besar ibuku terbengkalai . . . ." Diperkampungan sebelah depan seringkali ia jumpai ada manusia yang berlalu lalang, pengamatannya yang cermat membuktikan bahwa orang orang itu semuanya pandai bersilat bahkan sebagian besar memiliki ilmu silat yang tidak lemah, mereka semua bpleh dibilang merupakan jago jago kelas satu didalam dunia persilatan, hal ini seketika mempertinggi kewaspadaannya selangkah demi selangkah ia bergerak lebih hati hati sedikitpun tidak berani bertindak gegabah. Meskipun usianya masih kecil namun pemuda ini dapat meresapi betapa pentingnya masalah besar, pada saat itu ia segera tinggalkan persoalan-persoalan kecil yang dianggapnya tak penting dan pusatkan seluruh perhatiannya untuk mengambil teratai racun tersebut. Dengan mengandalkan daya ingatan yang telah hapal dengan daerah sekitar situ, akhirnya pemuda itu berhasil menyusup ketempat dimana teratai racun itu dipelihara, ia segera bersembunyi ditempat kegelapan dan mengawasi dengan seksama, setelah diketahui bahwa benda yang dicari masih tetap berada ditempat semula. Bisa dibayangkan betapa girangnya hati pemuda itu hingga sukar terkendalikan. Kiranya Teratai Racun Empedu Api itu masih tetap terpelihara ditempat semula, hitam dan menyungging keatas persis seperti keadaan tempo dulu cuma dari balik jendela memancar keluar sebilah cahaya lampu dan tepat menyinari permukaan kolam teratai tersebut. Hong Po Seng segera alihkan sinar matanya kearah jendela tersebut, terlihatlah didalam ruangau duduk seorang pria berusia dua puluh tahunan, raut wajah orang itu tidak bengis dan memakai jubah panjang putih bersulamkan kuntum bunga emas, waktu itu sambil mencekal sebuah cawan air teh sedang duduk seorang diri menikmati minuman, "Entah bagaimanakah ilmu silat pang dimiliki orang ini?" diam-diam Hong Po Seng menpertimbangkan diri."Aku harus merampas teratai itu dengan menempuh mara bahaya" ataukah lebih baik menunggu sampai tertidur lebih dahulu kemudian baru perlahan-lahan turun tangan?"...". Otaknya dengan cepat berputar keras, ia sadar apabila perbuatannya kali ini mengalami kegagalan niscaya urusan yang kedua kalinya akan jauh lebih susah, mengingat betapa besar nya masalah ini mempengaruhi keselamatan ibunya, pemuda itu akhirnya mengambil keputusan untuk bertindak lebih hati hati. Setelah mengambil keputusan maka diapun menyembunyikan diri kebelakang sebuah pohon Koei dan menanti dengan hati sabar, ingatan untuk menempuh mara bahaya tersapu lenyap dari dalam benaknya. Lewat beberapa saat kemudian terlihatlah dua orang dara berbaju hijau masuk kedalam ruangan setelah menghidangkan sayur dan arak diatas meja, ujarnya kepada pria berbaju putih itu dengan nada hormat : "Lapor kongcu sayur dan arak telah disiapkan. apakah kau masih ada pesan" "Peringatkan mereka, jangan memperbolehkan siapapun melangkah masuk kedalam perkampungan belakang, barang siapa yang melanggar, bunuh dia sampai mati" kata pria berbaju putih itu "Kalianpun harus memperhatikan peringatanku ini sebelum memperoleh panggilan tak usah kamu berdua mendekat tempat ini, siapa yang berani mengintip kucukil biji matanya biar buta !". Kedua orang dara berbaju hijau itu mengiakan berulang kali kemudian mengundurkan diri dari ruangan tersebut. Hong po Seng yang bersembunyi ditempat kegelapan jadi tercengang dan heran, pikirnya: "Apa sih yang hendak dia lakukan ?" kenapa hanya mengintip saja biji matanya lantas mau dicongkel keluar ?". Beberapa saat telah berlalu, pria berbaju putih itu mulai bergendong tangan berjalan bolak balik didalam kamar dengan hati gelisah dan tidak tenang, seringkali ia menoleh keluar jendela dan memperhatikan sekeliling tempat itu. Hong-po Seng yang menyaksikan perbuatan pria itu segera dibikin sadar, sekarang ia mengerti pastilah pria berbaju putih itu sedang menantikan kedatangan seseorang. Mendadak.... terdengar suara sentilan jari berkumandang memecahkan kesunyian. Pria berbaju putih itu segera meloncat kedepan jendela, dengan nada kaget bercampur girang serunya : "Ooh Giok-moay, kalau kau tidak munculkan diri lagi, siauw-heng pasti bakal mati saking gelisahnya!". Hong-po Seng segera mendongak keatas, tapi seketika itu juga keringat dingin mangucur keluar membasahi seluruh tubuhnya. Ternyata ada sesosok bayangan manusia tepat berdiri diatas ranting diatas batok kepalanya, ranting pohon itu sama sekali tidak bergerak atau bergoyang, Hong po Seng yang bersembunyi dibelakang pohon sedikitpun tidak merasa sedari kapan ada sesosok bayangan manusia telah berada diatas pohon itu. Ditinjau dari gerakan tubuh sidara berbaju putih yang meluncur kearah jendela, pemuda ini menyadari bahwa kepadaiannya masih jauh ketinggalan kalau dibandingkan dengan orang itu, hatinya semakin terperanjat dibuatnya. Mendadak terdengar suara tertawa merdu bergema diangkasa, angin berbau harum menyambar lewat dan orang itu tanpa menimbulkan sedikit suarapun telah menerobos masuk kedalam ruangan. "Hooooh sungguh lihay ilmu meringankan tubuhnya! diam diam Hong po Seng memuji. Menanti ia berpaling kembali kearah ruangan, tampaklah ditempat itu telah bertambah dengan seorang gadis berbaju ungu. Dara itu mengenakan kain kerudung berwarna ungu diatas wajahnya hingga tidak kelihatan raut wajahnya, sementara Hong po Seng sedang tercengang pria tadi telah melepaskan kain kerudung tersebut sambil ujarnya tertawa: "Giok moay' legakanlah hatimu ! aku telah menurunkan perintah yang melarang siapapun mendekati tempat ini, meski dibelakang perkampungan masih ada beberapa orang dayang, tetapi sebelum mendapat panggilanku tidak nanti mereka berani datang mengintip". Sementara pembicaraan itu masih berlangsung, kain kerudung yang menutupi wajah dara tadi telah terlepas, Hong po Seng yang bersembunyi ditempat kejauhan segera merasakan pandangannya jadi terang. Tampaktah dara berbaju ungu itu baru berusia delapan sembilan belas tahunan, matanya jeli dengan bibir yang mungil, kecantikan wajahnya boleh dibilang bagaikan bidadari turun dari kahyangan. Setelah melepaskan kain kerudung tersebut pria berbaju putih itu segera memeluk tubuh gadis tadi, dan mereka berduapun melakukan suatu gerakan yang diliputi kemesraan. Hong po Seng buru-buru memejamkan matanya. Kedua orang itu berbisik bisik sesaat dengan suara lirih diikuti saling berpandangan sambil tertawa, kemudian sembari bergandeng tangan mereka menuju kearah meja perjamuan, ambil tempat duduk dan mulai minum arak sambil berbicara. Melihat sampai disini, Hong-po Seng tantas berpikir didaam hatinya : "Aaaii..! perbuatan pribadi seorang pria dan wanita tidak sepantasnya kuintip, apalagi ikut mencuri dengar..."! Sebagai seorang lelaki yang jujur dan tahu sopan santun, setelah mengambil keputusan untuk tidak melihat dan mendengar, ia benar-benar pejamkan mata dan menutupi lubang telinganya dengan jari tangan, dalam benaknya sama sekali tidak terlintas pikiran apa apa. Lewat beterapa saat kemudian ia membuka matanya dan melirik kedalam ruangan, tapi setelah dilihatnya kedua orang itu masih bercakap-cakap sambil minum arak maka pemuda itu sekali lagi pejamkam matanya. Dengan sabar ditunggunya beberapa waktu dengan mata terpejam, setelah dirasakan kira-kira dua orang itu telah selesai bersantap maka ia baru membuka matanya, Tetapi kali ini wajahnya seketika berobah jadi merah jengah, ternyata dibawah pengaruh air kata-kata sepasang muda mudi itu telah melanggar susila, gaun yang dikenakan dara berbaju ungu tadi telah dicopot separuh hingga terlihatlah bagian terlarangnya dibawab sorot cahaya lampu lentera. Pemuda ini usianya masih muda lagi pula dibesarkan dalam gunung yang terpencil, terhadap perbuatan seperti ini boleh dibilang belum mengenalnya sama sekali, tapi setelah menyaksikan kejadian itu ia segera merasa sangat malu, buru buru matanya dipejamkan kembali. Lubang telinga yang ditutupi terlalu lama dirasakan sangat tak enak, tapi ketika jari tangannya dikendorkan, rayuan-rayuan tengik seketika menggema masuk kedalam telinganya membuat ia semakin muak, akhirnya sambil pejam mata dan menutupi telinganya ia menyumpah didalam hati: ,,Sialan ! sungguh tak tahu malu, mau melakukn perbuatan begitupun tidak menutup pintu jendela terlebih dahulu!". Lama,... lama sekali, akhirnya pemuda itu tak kuat menahan diri dan membuka matanya kali ini dia hanya menjumpai pakaian luar dan pakaian dalam berserakan diatas lantai sedangkan muda mudi itu tidak nampak batang hidungnya lagi. Secara lapat-lapat dia mengetahui bahwa kedua orang itu pasti sudah naik keatas pembaringan, hatinya semakin muak dibuatnya, kesabaran hatinya kontan hilang. Melihat dibalik jendela sudah tak ada orang pemuda itu segera menjejakkan kakinya melayang ke tepi kolam teratai. Bagi orang yang berlatih silat, ketajaman pendengarannya jauh lebih tajam dari orang biasa, setelah tubuhnya berada semakin dekat dengan kolam teratai apalagi tangannya telah dilepaskan dari lubang telinga tentu saja rayuan-rayuan maut, dengusan napas memburu serta rintihan cabul kedengaran makin jelas lagi membuat jantung sianak muda ini berdebar debar keras. Jilid 7 : Putra Ketua Hong Im Hwee terbunuh LUAS kolam teratai itu hanya delapan depa, Teratai Racun Empedu Api tumbuh di tengah kolam, meskipun tak usah turun ke kolam, untuk menjangkau teratai tersebut dengan tangan dari tepi kolam masih sanggup dilakukan. Hong-po Seng tegera miringkan tubuhnya ke samping dan menjulurkan lengan kirinya ke depan, sepasang jarinya mengerahkan tenaga dan menggunting batang teratai itu, seketika itu juga bunga Teratai Racun Empedu Api terjatuh ke dalam tangannya. Sayang sekali pada waktu itu hatinya terpegaruh oleh emosi hawa murni yaug berada di dalam tububnya tak dapat tenang dan mantap seperti hari-hari biasa, dikala melakukan pemetikan itulah tanpa sadar ia telah menimbulkan sedikit suara berisik. Mendadak terdengar gadis yang berada di dalam ruangan membentak nyaring. ,,Siapa diluar?"" Hong Po Seng amat terperanjat, buru-buru ia sambar teratai racun itu dan tutulkan ujung kirinya meluncur keluar dari situ. Terdengar desiran angin tajam menyambar datang dari arah belakang, sebuah pukulan yang tajam dan berat telah mengancam punggungnya. ,,Sungguh cepat gerakan tubuh orang itu" batin Hong po Seng di dalam hati. Dengan cepat badannya berputar ke belakang, sebuah pukulan laksana kilat dilancarkan. Terdengar suara pengejar berseru tertahan, jurus serangannya buru-buru dibuyarkan dan berganti arah, ia melayang turun persis pada si anak-muda itu dan tanpa membuang sedikit waktu pun ia lanjutkan serangan berikutnya secara bertubi-tubi. Suatu pertarungan sengitpun segera berkobar di tengah kalangan, angin pukulan menderu-deru bayangan telapak memenuni seruluh angkasa. Hong po Seng melemparkan beberapa kerlingan ke arah lawannya, segera tertampak olehnya bahwa lawan yang sedang bertarung melawan dirinya sekarang bukan lain adalah pria berbaju putih itu. Meski pada saat ini ia berada dalam keadaan telanjang bulat tetapi sepasang telapaknya dimainkan sedemikian gencar, sehingga pukulan-pukulannya boleh dibilang merupakan seranganserangan Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mematikan. Dalam keadaan demikian kedua orang itu sama-sama mempunyai tujuan yang sama yaitu cepa-cepat menyelesaikan pertarungan tersebut, di salah satu pihak ingin cepat-cepat membungkamkan mulut lawannya, sedang di lain pihak cepat-cepat melepaskan diri dari kepungan lawan dengan begitu pertempuran pun berlangsung dengan serunya. Siapapun tidak ingin memberi kesempatan kepada lawannya untuk menguasai keadaan. Mendadak terlihatlah dara ayu tadi munculkan diri diluar jendela, setelah terburu-buru mengenakan pakaian, matanya segera menatap keluar jendela sambil serunya dengan suara berat : ,,Engkoh Bong, jangan sekali-kali kau lepaskan orang itu dalam keadaan hidup!" ,,Jangan kuatir adik Giok" sahut pria itu dengan suara lirih. ,,Kalau orang ini berhadil lolos, siauw beng akan persembahkan batok kepalaku kepadamu" "Engkoh Bong, dapatkah kau melakukan petarungan dengan mempergunakan tenaga dalam?"" "Apa susahnya?" sahut sang pria. Sepasang telapaknya segera bekerja keras dan secara beruntun melancarkan beberapa buah serangan kilat. Menggunakan kesempatan dikala Hong po Seng melakukan pembalasan itulah ia sambut datangnya serangan itu dengan keras lawan keras. Ploook.. ! sepasang telapak segera bertemu satu lama lainnya menimbulkan suara yang nyaring. Ternyata orang ini mempunyai pengalaman yang sangat luas di dalam melakukan pertarungan, setelah mengatakan hendak beradu tenaga dalam orang itu segera membuktikan kata-katanya. Hong po Seng yang pada dasarnya sudah kewalahan kini semakin keteter keadaannya. Dalam pada itu sepasang telapak dari kedua orang itu saling menempel satu sama lainnya, masing-mating pihak mengerahkan segenap tenaga lweekang yang dimlikinya ke atas telapak, sebab mereka tahu menang kalah dalam pertempuran ini sangat mempengarubi mati hidupnya masing-masing pihak, karena itu siapapun tak berani bertindak gegabah. Kurang lebih seperminum teh kemudian, di atas jidat Hong po Seng telah muncul butiran air keringat, sebaliknya sang pria berada dalam keadaan telanjang bulat itu tetap kokoh dan kuat seperti sedia kala, sedikitpun tidak nampak gejala payah atau keteter. Tiba tiba tertihatlah dara berbaju ungu itu melayang keluar dari dalam ruangan, sambil berdiri di sisi pria itu ujarnya tertawa : "Engkoh Bong, jangan takut! mari kubantu dirimu untuk menyelesaikan bajingan ini!". Seraya berkata telapak kirinya segera diayun ke depan melancarkan dua serangan dahsyat ke arah Hong po Seng. "Mati aku kali ini !" jerit si anak muda itu diam diam. "Giok moay, menyingkirlah ke samping!" seru pria itu dengan suara berat, "Lihatlah siauw beng akan membereskan orang ini seorang diri!" Mendengar perkataan itu, mendadak dara berbaju ungu tadi tertawa cekikikan. "Hiiih ....... hiiih ...... hiiih .... kalau kau tidak sudi menerima bantuanku, lebih baik aku membantu dirinya saja!" Begitu selesai berkata ujung bajunya segera bergetar dan tampaklah sekilat cabaya tajam berkelebat lewat tahu-tahu sebilah pisau belati telah menembusi punggung pria itu. Hong Po Seng yang berdiri saling berhadap-hadapan muka dengan pria telanjang itu tidak sempat menyaksikan perubahan yang terjadi di belakang punggungnya, ketika mendadak menyaksikan orang itu mendengar berat dan hawa murninya seketika buyar, ia tak dapat menahan diri lagi, hawa pukulannya bagaikan gulungan ombak di tengah samudra segera memancar keluar dengan bebatnya. Terdengar pria itu mendengus berat, darah segar segera muncerat keluar dari bibirnya, tanpa mengeluarkan suara jeritan badannya terjengkang ke atas tanah dan menemui ajalnya saat itu juga. Perubahan ini terjadi sangat mendadak, baru saja Hong Po Seng berdiri tertegun mendadak terasalah cahaya tajam yang menyilaukan mata menyambar lewat, sebilah pisau belati dengan cepatnya mengancam ulu hatinya. Hong po Seng merasa amat terperanjat buru-buru sepasang kakinya menjejak tanah dan meloncat mundur beberapa tombak jauhnya ke belakang, nyaris sekali ia tampak oleh tusukan pisau belati tersebut. -oooOooo- MELIHAT serangannya tidak mengenai sasaran, biji mata dara berbaju ungu itu segera berputar, lalu bentaknya dengan suara lirih: "Bajingan cilik, kenapa kau tidak coba melarikan diri ?" rupanya kau benar-benar kepingin modar ?"" Hong-po Seng alihkan sinar matanya melirik sekejap ke arah mayat telanjang yang membujur di atas lantai, teringat akan peristiwa yang baru saja barlangsung di mana dalam pertarungannya mengadu tenaga dalam. Ternyata dara berbaju ungu itu telah melakukan tusukan maut dari arah belakang, hatinya jadi terperanjat bercampur curiga, ia jadi bergidik dan segera putar badan melarikan diri. Perkampungan bagian belakang adalah daerah yang tidak bermanusia, Hong po Seng sambil menghindari cabaya lampu lentera dalam beberapa kali loncatan telah berhasil keluar dari perkampungan tersebut, tanpa berhenti ia segera lari menuju keluar selat. Akhirnya dengan susah payah dia berhasil juga tiba di mulut selat, hatinya jadi lega dan sambil menyeka keringat yang membasahi jidatnya diam-diam ia melirik ke arah belakang. Sreeet....! mendadak segulung angin desiran tajam berkelebat lewat. Sebilah pisau belati yang memancarkan cahaya berkilauan tahu-tahu sudah mengancam pinggangnya. Hong po Seng merasa terkejut bercampur gusar di saat yang amat kertis ia segera melemparkan diri kesamping dan menggelinding beberapa tombak jauhnya dari tempat semula. Kiranya selama ini si dara berbaju ungu itu menguntil terus dari belakangnya cuma karena ilmu meringankan tubuh yang dimiliki dara tersebut sangat lihay, maka walaupun sudah diikuti setengah harian lamanya Hong po Seng sama senali tidak merasakan akan hal itu. Melinat serangannya kembili mengemi sasaran yang kosong, dara berbaju ungu itu segera menarik pinggangnya sambil ayun pisau belatinya ke depan. Kembali ia melakukan pengejaran. Sementara itu kain kerudung yang menutupi wajahnya telah dikenakan kembali hingga dari luar hanya nampak sepasang biji matanya yang menonjol keluar. Di balik biji matanya yang bening secara lapat-lapat terpancar keluar napsu membunuh yang tebal, rupanya sebelum berhasil membinasakan Hong Po Seng ia merasa tidak terima. Hong Po Seng sendiri setelah melihat dirinya dibokong sebanyak dua kali, hawa amarahnya kootan memuncak. Ia tunggu sampai senjata pisau belati orang bampir mendekati, tiba tiba badannya tergeser ke samping, telapak kirinya dengan sepuluh bagian tenaga dalam segera dihantamkan ke depan. Pukulan yang dilancarkan dalam keadaan gusar ini benar-benar amat dahsyat, diiringi desiran angin tajam yang memekikan telinga segera meluncur ke depan. Air muka dara berbaju ungu itu berobah hebat, sepasang pundaknya segera bergerak dan meloncat mundur beberapa tombak ke belakang. Melihat serangannya mengenai di sasaran yang kosong, dalam hati Hong po Seng lantas berpikir: ,,Perempuan memang tersohor akan kekejaman hatinya yang seperti ular berbisa, setelah ia membunuh kekasih gelapnva sekarang hendak melenyapkan pula diriku. Waaah ..... jelas dalam ilmu meringankan tubuh aku tidak dapat menangkan dirinya kalau aku sampai sambil langkah seribu dia pasti akan berusaba untuk membokong diriku dari belakang, lebih baik aku melakukan perlawanan saja sekuat tenaga ............." Setelah mengambil keputusan di dalam hatinya, sang badan dengan cepat menerjang maju ke muka, sebuah pukulan dahsyat dilancarkan. Criiing dari balik punggungnya dara berbaju ungu itu meloloskan sebilah pedang baja, dengan jurus "Pat Hong Hong Yu" atau angin hujan dari delapan penjuru mengirim satu tusukan kilat ke arah Hong po Seng. Sewaktu meninggalkan perkampungan Liok-Soat san cung tadi, di atas tubuhnva hanya terdapat sebilah pisau belati, entah sejak kapan pada punggunagnya telah tersoren sebilah pedang panjang. Saat itu gerakannya menghindar dari serangan, mencabut pedang serta melancarkan serangan balasan dilakukan dengan kecepatan bagaikan kilat, bukan saja tusukan yang dilepaskan amat keji bahkan luar biasa mengerikannya ............ Baru saja Hong po Seng merasakan serangannya mengenai sasaran yang kosong mendadak pandangan matanya jadi silau. Cahaya tajam segera bermunculan dari empat penjuru, seluruh angkasa dipenuhi oleh bayangan pedang yang membingungkan hati. Dalam keadaan terkesiap sepasang kakinya segera menjejak tanah dan buru-buru melayang mundur sejauh dua tombak lebih. Dara berbaju ungu itu tidak mengeluarksn sedikit suarapun, sambil menempel permukaan tanab ia meluncur maju ke depan, laksana kilat pedangnya dibabat keluar melakukan pengejaran. Kegusaran Hong po Seng sudah mencapai pada puncaknya, sang telapak kiri segera dibekukan setelah membentuk gerakan setengah lingkaran busur ia membentak keras kemudian melepaskan satu pukulan dahsyat ke depan. Jurus pukulan ,,Koen Sioe Ci Taow" benar-benar luar biasa sekali, ditambah pula Hong po Seng melancarkan serangannya dengan segenap tenaga, ujung pedang si dara berbaju ungu itu baru saja mencapai di tengah jalan segera terpental ke samping setelab termakan oleh getaran angin pukulan yang maha dahsyat itu. Dara berbaju ungu itu segera bergeser satu langkah ke samping, dengan cepat ia mengerling sekejap ke belakang kemudian tegurnya sambil tertawa: ,,Siapakah namamu " kalau mau berkelahi yaah berkelahi, kenapa musti berteriak-teriak dan gembar gembor seperti setan kepanasan?"" ,,Aku bernama Ong Khong!" sahut Hong po Seng dengan nada ketus, telapak kirinya disilangkan di depan dada siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan. "Setiap kali melepaskan satu pukulan harus dibarengi dengan gemboran keras, eeei siapa pula namamu?"?" Sejak turun gunung walaupun ia selalu berada dalam suasana yang demikian krisisnya seperti kali ini, kendati Kok See Piauw serta Pek Koen Gie sekalian hendak mencabut jiwanya tetapi ia masih mempunyai alasan untuk mengadakan pembicaraan dengan mereka. Sebaliknya keadaan dari dara berbaju ungu ini jauh berbeda dengan keadaan mereka, ia selalu tenang tidak bergerak sepintas lalu bagaikan permukaan samudra yang tenang serta bebas dari angin, tetapi setiap pukulan serta tusukan pedang yang dilancarkan semuanya merupakan jurus maut yang mengancam jiwanya, sedikitpun tiada keraguan-raguan atau rasa kasihan. Dalam keadaan begini asal sekali saja ia salah perhitungan, maka niscaya jiwanya bakal melayang di tengah tusukan pedang yang masih membigungkan hatinya itu. Tampak si dara berbaju ungu itu tersenyum biji matanya sekali lagi melirik sekejap ke sekeliling tempat itu, kemudian tegurnya: ,,Aku bernama Che Giok, apakah kau adalah anak buah dari perkumpulan Sin Kee Pang?"" Namaku Ong Khong adalah nama palsu, jelas Che Giok yang diakui sebagai namanya pun hanya cuma samaran belaka" pikir Hong po Seng di dalam hati. Karena berpikir begitu, dengan serius dia harus menjawab: ,,Aku berasal dari perkumpulan agama Thong Thian Kauw, Nona Che Giok! Apakah kau adalah enghiong dari perkumpulan Sin Kee Pang?"" Dara berbaju ungu itu mengangguk. "Lebih baik kita jangan membicarakan soai ini, aku libat tindakanmu rada sedikit tolol ......" Biji matanya berkilat dan kembali ia mengerling sekejap ke sekeliling tempat itu. "Nona Che Giok, hatimu bimbang dan kacau apakah kau takut ada orang yang berhasil menyusul dirimu ?"?" ,,Aku mengatakan kau tolol ternyata ucapan ini sedikitpun tidak salah, setelah kau bunuh Jien Bong kalau tidak bermaksud lari sejauh-jauhnya ke ujung langit untuk menghindarkan diri dari pengejaran, apakah kau ingin berlagak sok-sokan untuk berlagak pilon di tempat ini?" Hmm! setelah kejadian ini diketahui besok Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pagi, lima propinsi besar di wilayah utara pasti akan terjadi kekacauan yang hebat, akan kulihat kau hendak menyembunyikan diri di mana?"?" Diam-diarn Hong-po Seng merasa terperanjat dengan ucapan itu, setelah berhasil menenteramkan hatinya ia menyahut: "Siapakah Jien Bong itu" Bukankah sudah jelas sekali nonalah yang diam-diam menusuknya hingga mati, apa sangkut pautnya peristiwa berdarah itu dengan cayhe?"" "Huuuh sungguh suatu lelucon besar yang menggelikan hati" seru si dara berbaju ungu itu sambil mengangkat bahu, "Masa siapakah Jien Bong pun kau tidak tahu, mau apa kau menyusup ke dalam perkampungan Liok Soat san cung?"" "Masalah mencuri teratai tak boleh kuutarakan kepadanya!" pikir Hong po Seng dalam hati, ia segera tertawa lantang. ,,Secara tidak sengaja cayhe telah menyusup ke dalam perkampungan Liok Soat san cung, mengenai siapakah manusia yang disebut Jien Bong itu, serta apa hubungannya dengan nona aku tidak mau tahu, pokoknya aku hanya tahu bahwa nonalah yang melancarkan serangan bokongan untuk mengabisi selembar jiwanya" Merah padam selembar wajah dara berbaju ungu itu sehabis disindir oleh si anak muda ini, untung wajahnya tertutup oleh kain kerudung sehingga Hong po Seng tidak sempat melihat perubahan wajahnya itu. Setelah memutar biji matanya, gadis itu tertawa dan berkata kembali: ,,Jien Bong adalah putra kesayangan dan ketua perkumpulan Hong Im Hwie, baik dia mati lantaran dibunuh olehmu atau mati di tanganku pokoknya kalau malam ini kita tak berhasil melarikan diri, maka kita berdua bakal mati konyol di tangan mereka" ,,Waaah ...... rupanya kejadian ini luar biasa sekali" pikir si anak muda itu di dalam hati dengan gelisah. ,,Tetapi racun empedu api masih berada di dalam sakuku, dan benda itu merupakan bukti yang kuat untuk menunjukkan kebadiranku dalam perkampungan Liok Soat San cung pada malam peritiuwa berdarah ini. Jika benda ini sampai ketahuan orang-orang dari perkumpulan Hong Im Hwie . . . waaaah bisa berabe. Sekalipun aku menceburkan diri ke dalam sungai Huang hoo pun belum tentu bisa mencuci bersih segala tuduhan yang dilontarkan kepadaku" Di dalam hati ia berpikir demikian, diluaran sambil tertawa lantang sahutnya: ,,Haaah ...... haah ...... haaa ...... kiranya Jien Bong adalah putra tunggal dan Jien Hian si ketua dari perkumpulan Hong Im Hwie. Bagus! ..... bagus! ..... daerah di sebelah utara sungai Huang Hoo merupakan wilayah kekuaasaan orang-orang perkumpulan Hong Im Hwie, peristiwa ini pasti luar biasa jadinya. Kenapa nona sendiri tidak berusaha untuk melarikan diri?"" Sebenarnya keadaan dari dara berbaju ungu itu tidak jauh berbeda dengan keadaan dari Hong-po Seng, bukan saja hatinya merasa amat gelisah bahkan ia ingin cepatcepat kabur dari situ. Namun diluaran ia sengaja berlagak tenang. Mendengar perkataaa itu diapun tertawa. "Mau kabur aku masih sanggup untuk merat secepatcepatnya justru yang paling kutakuti adalah dirimu yang tak bisa lari cepat, jangan-jangan sebelum berhasil bersembunyi telah kedahuluan di tangan orang-orang Hong Im Hwie!" ,,Soal itu nona tak usah kuatir, sekalipun cayhe ketangkap tidak nanti akan kuseret orang lain untuk ikut tercebur ke dalam air!" "Sungguhkah ucapanmu itu?" hiiih...biiih... hiiih.. jarang sekati aku bisa menjumpai manusia yang berbaik hati seperti kau!" Sambil berkata dengan senyum dikulum dan langkah yang genit setindak demi setindak ia maju ke depan. Hong po Seng bukanlah seorang manusia yang bodoh, begitu otaknya berputar ia segera menyadari bahwa situasi yang dihadapinya saat ini jauh lebib parah dari pada sewaktu dirinya terjerumus ke dalam kekuasaan perkumpulan Sin Kee Pang. Ia segera mendongak dan tertawa terbabak-bahak. ,,Haaah...haaaah ..haaaah kalau nona ada maksud melenyapkan diriku dari muka bumi, maka perhitungan itu adalah salah besar ...!" sembari membentak keras ia segera melancarkan babatan yang maha dahsyat. Si dara berbaju ungu itu segera mengerutkan dahinya, melihat pemuda itu menyerang pulang pergi selalu hanya menggunakan gerakan yang sama, tapi justru di tengah persamaan tadi muncul perubahan aneh yang sulit dipatahkan olehnya, dalam keadaan apa boleh buat terpaksa ia mundur selangkah untuk menghindar . ,,Kau benar-benar kepingin mati?" jeritnya. ,,Hmmmm marilah kita bersama-sama pergi menghadap Jien Hian, siapa salah siapa benar dia pasti akan memberi keadilan buat kita!" Dara berbaju ungu itu segera tertawa cekikikan. ,,Hiiih ...... hiiih ......hiiiih ...... sungguh tidak becus!" setelah melirik lagi sekeliling tempat itu serunya, "Ayoh cepat melarikan diri, persoalan yang lain lebih baik kita bicarakan nanti saja!" Hong-po Seng diam-diam merasa bergidik juga setelah dia harus berhadapan dengan perempuan yang menyembunyikan kekejiannya di balik senyumannya, ia segera mendengus dingin. ,,Kau berangkatlah lebih dulu, aku segera menyusul di belakang ..!" "Eeei .....! kenapa musti begitu ?"?" ,,Hmm! hatimu terlalu licik, menyembunyikan golok di balik senyuman, membuat orang harus berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan yang tidak diinginkan, cayhe tidak berani berjalan di depanmu" Dara berbaju ungu itu tertawa cekikikan, ia segera menyimpan kembali pedangnya ke dalamn sarung dan berangkat lebih dahulu. Hong-po Seng tahu bahwa situasi yang dihadapinya saat ini sangat berbahaya, maka diapun tak berani berayal segera mengikuti di belakang dara tersebut. Kali ini perjalanan dilakukan dengan cepat dan terburu-buru, hingga fajar menyingsing mereka baru berhenti berlari. Sementara itu keadaan dari si dara berbaju ungu masih tetap seperti sedia kala, seakan-akan tak pernah melakukan suatu apapun, sebaliknya keadaan Hong-po Seng payah sekali, bukan saja keringat telah membasahi seluruh tubuhnya bahkan dengusan napas memburupun secara lapat-lapat kedengaran nyata sekali. Mcndadak terdengar dara berbaju ungu itu berkaia: ,,Ong Khong! gertaklah gigimu raput-rapat, kita harus melanjutkan perjalanan secepatnya, dengan begitu barulah kita bisa lolos dari daerah bahaya" ,,Perkataanmu memang tidak salah, tetapi bilamana cayhe harus menuruti perkataanmu sehingga akhirnya kehabisan tenaga dan tak sanggup mempertahankan diri lagi, bukankah caybe bakal mati konyol bilamana menggunakan kesempatan itu nona melakukan serangan mematikan kepadaku?"" Pada mulanya dia masih mengikuti di belakang tubuh si dara berbaju ungu itu, tapi setelah berbicara napasnya semakin memburu dan dia pun ketinggalan sampai beberapa tombak jauhnya. Si dara berbaju ungu itu segera memperlambat larinya, berlari di samping si anak muda itu ujarnya sambil tertawa: "Kau sangat sigap dan cerdik, di dalam perkumpulan agama Thong Thian Kauw merupakan anak murid dan cin jien mana sih?"" Dalam keadaan demikian Hong po Seng selalu waspada dan berjaga-jaga terhadap pembokong dari nona tersebut, mendengar ia hendak mengorek keterangan dari mulutnya, segera dijawab dengan sekenanya: ,,Persoalan yang menyangkut perkumpulan agama kami tidak ingin cayhe bicarakan de?ngan orang lain nona Che Giok memiliki ilmu silat yang lihay, entah di dalam perkumpulan Sin Kee Pang menduduki jabatan apa?"" Dara berbaju ungu itu tertawa riang. ,,Aku bekerja di ruang Thian Kie Thong! dan kau?" murid dari jago lihay mana?"" ,,Tindak tanduk pertempuran ini sangat mencurigakan membuat hati orang sukar menduga" pikir Hong po Seng di dalam hati, ,,Apa yang diucapkan jelas bukan ucapan sejujurnya, dia mengakui sebagai anggota perkumpulan Sin Kee Pang, sudah jelas seratus persen bahwa dia bukanlah anggota dari perkumpulan itu!" Berpikir demikian iapun menyahut: ,,Suhuku adalah seorang awam biasa, dia she Lie, sedang menanya aku yang menjadi muridnya tidak berani sembarangan menyebut, nona apakah she-mu?"" Jawaban yang diutarakan sekenanya ini membuat dara berbaju ungu itu tertegun, lalu sambil tertawa ia berkata. ,,Aku she Poei!" Pergelangannya bergerak, ia segera menyalurkan telapak tangannya yang halus dan empuk bagaikan tak bertulang itu ke depan, sahutnya: ,,Mari aku ajak kau melakukan perjalanan, dengan bergandeng tangan maka kau tak usah menguatirkan dirinku akan melancarkan serangan bokongan terhadap dirimu lagi" Ilmu pukulan yang dilatih Hong po Seng, adalah pukulan sebelah kiri, maka ia segera menggeleserkan badannya ke sebelah kiri dari gadis itu. Poei Che Giok tersenyum, ia ganti mengulurkan tangan kirinya ke depan dan Hong po Seng pun menggenggam telapak tangannya dengan tangan kanan, dalam hati kecilnya pemuda ini sudah mengambil keputusan, asal dara berbaju ungu itu melancarkan serangan bokongan maka ia segera akan membalas dengan memakai jurus pukulan Koen Sioe Ci Tauw yang tersohor akan kedahsyatannya itu. Begitu telapak saling menggenggam, mendadak Hong po Seng merasa agak rikuh, pertama, karena antara perempuan dan lelaki ada batasnya, terutama sekali telapak Poei Che Giok yang halus, licin dan empuk seperti tak bertulang itu mendatangkan perasaan yang tak enak dalam genggaman Hong po Seng. Kedua dirinya sebagai seorang lelaki sejati ternyata harus membutuhkan tuntunan seorang gadis untuk melakukan perjalanan, ia merasa wajahnya kehilangan cahaya, karena itu baru saja digenggam segera dilepaskan kembali. Poei Che Giok mengencangkan kelima jarinya dan berbalik mencengkeram telapak tangannya, sambil tertawa ia berseru: ,,Bicara sesungguhnya ilmu meringankan tubuh yang kau miliki sudah termasuk lumayan, ilmu pukulan serta tenaga dalammu pun termasuk kukoay sekali, kalau dibicarakan aku hanya dengan paksakan diri menang setingkat darimu dalam hal ilmu meringankaa tubuh saja!" ,,Heeeh . . . heeeh . . . heee . . seandainya dalam semua hal kau lebih unggul dariku, mungkin sedari tadi aku sudah modar di ujung pedangmu! ......." jengek Hong po Seng sambil tertawa dingin. Poei Che Giok segera tertawa cekikikan. ,,Kau anggap aku benar-benar tidak sanggup untuk membinasakan dirimu ?" ........" Jari tangannya ditegangkan bagaikan tombak, kemudian laksana kilat disodorkan keatas iga pemuda itu. Hong po Seng yang telah bersiap sedia sedari tadi tentu saja tak akan membiarkan dirinya tertotok, ia mendengus dingin, telapak kirinya diayunkan dan meluncurlah sebuah babatan dahsyat. Terdengar Poei Che Giok menjerit kaget, badannya buru-buru berputar satu lingkaran memindahkan diri ke sisi yang lain dari pemuda itu, kemudian teriaknya gusar : ,,Kau benar-benar kepingin berkelahi ?"?" ,,Nona! kau menyembunyikan jarum dibalik selimut, cayhe sekalipun bodoh dan kasar tapi selamanya tak akan membiarkan orang lain menginjak injak kepalaku !" Kedua orang itu saling bergenggaman tangan dan berpandangan pula tanpa bicara. kalau dipandang sepintas lalu keadaan tersebut persis seperti sepasang muda mudi yang berkasih-kasihan. Setelah termenung beberapa waktu, akhirnya Poei Che Giok menggigit bibir dan se-gera berlarian ke depan. Hong-po Seng membiarkan dirinya ditarik untuk berlarian ke arah depan sementara di dalam hati pikirnya: ,,Perempuan ini mempunyai tingkah laku yang tidak benar, hatinya kejam dan perbuatannya telengas, kalau aku harus melakukan perjalanan bersama-sama dirinya berarti setiap saat jiwaku bakal terancam mara bahaya. Mulai sekarang aku harus mencari akal yang bagus untuk berusaha menaklukkan dirinya, atau melarikan diri dari sisinya, ataupun membinasakan dirinya hingga menghilangkan bibit bencana dikemudian hari, setelah itu akupun harus cepat-cepat pulang ke gunung untuk menyembuhkan luka dari ibu agar tenaga dalamnya Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo cepat pulih kembali seperti sedia kala ..." Berpikir sampai di sini, diam-diam ia meraba teratai racun empedu api yang berada di dalam sakunya, dalam hati pemuda ini merasa bergirang hati karena perjalanannya turun gunung kali ini, kendati harus mengalami pelbagai siksaan batin, kenyang dihina dan kehilangan pedung baja pemberian ayahnya, bahkan di atas punggungnya masih menggembol tiga batang jarum racun pengunci sukma dari Pek Siauw Thian yang setiap saat dapat mencabut jiwanya, tetapi Teratai Racun Empedu Api yang dibituhkan berhasil didapatkan juga, itu berarti kesehatan ibunya ada harapan untuk pulih kembali seperti sedia kala. Dalam pada itu ketika Poei Che Giok menyaksikan pemuda itu membungkam diri dan lama sekali tidak berbicara, mendadak memperlambat larinya. Sambil melepaskan kain kerudung yang menutupi wajahnya ia berpaling dan tertawa. ,,Ong Khong! Apakah kau kenal dengan diriku?" tegurnya. Mendengar ucapan tersebut Hong-po Seng tertegun dan segera berpaling ke samping, begitu memperhatikaa raut wajah itu dengan cermat jantungnya segera berdebar keras. ,,Aaak., ! kenapa potongan wajahnya persis seperti raut wajah diri Pek Koen Gie ?"" pikirnya. Kiranya kemarin malam sewaktu berada di perkampungan Liok Soat san cung meskipan ia sempat melihat wajah gadis ini, tetapi disebabkan pertama, jaraknya terlalu jauh. Kedua sorot cahaya lampu yang redup, dan ketiga karena ia tak suka mengintip rahasia pribadi orang, maka dalam sekelebatan ia hanya merasa bahwa gadis itu hanya potongan wajah yang menarik, kemudian ia tidak perhatikan lebih laujut. Kini setelah berdiri saling berhadapan dengan jarak hanya beberapa jengkal, sudah tentu kendaannya jauh berbeda. Pemuda ini dapat memperhatikan setiap lekuk wajahnya dengan lebih seksama. Terdengar Poei Che Giok tertawa dan menegur kembali: "Kau benar-benar tidak kenal denganku?"?" Sekali lagi Hong po Seng tertegun, diam-diam pikirnya: "Ia bertanya kepadaku apakah kenal dengan dirinya sebanyak dua kali, di balik pertanyaan itu pasti terselip sebab-sebab tertentu kalau dilihat panca inderanya yang rada mirip Pek Koen Gie, jelas tak mungkin dia adalah budak sialan dari Sin Kee Pang .........." Sementara dia masih termenung, Poei Che Giok telah memutar biji matanya dan tertawa cekikikan. "Hiiih .... hiiih ... hiiih .... sekarang aku sudah mengerti!" serunya. Mula mula Hong-po Seng rada melengak, tetapi dengan cepat iapun menyadari akan sesuatu, sambil tertawa serunya pula: "Cayhe pun telah mengerti!" "Apa yang kau pahami?" "Dan nona sendiri apa yang telah kau pahami?" Sepasang biji mata yang jeli dan penuh daya pengaruh yang kuat dengan tajam menyapu sekejap wajah pemuda itu, lalu ujarnya sambil tertawa: ,,Sekarang aku sudah mengerti, kau adalah anak buah dari perkumpulan Sin Kee Pang dan bukan anak murid dari perkumpulan agama Thong Thian Kauw!" ,,Cayhe sendiri pun sudah mengerti bahwa nona adalah jago lihay dari perkumpulan Thong Thian Kauw, dan jelas bukan enghiong dari ruang Thian Kie Thong dalam perkumpulan Sin Kee Pang!" ,,Darimana kau bisa tahu?"" ,,Buat apa musti banyak bicara?" cayhe tidak kenal diri nona hal ini menyebabkan nona lantas beranggapan babwa cayhe bukanlah anak murid dari perkumpulan Thong Thian Kauw, ditinjau dari hal ini sudah jelas membuktikan bahwa nona di dalam perkumpulan Thong Thian Kauw mempunyai nama yang gemilang serta kedudukannya yang tinggi" ,,Ooo, kau sangat cerdik" seru Poei Che Giok sambil tertawa, setelah merandek sejenak sambungnya. "Aku dengar Pek Siauw Thian mempunyai seorang putri yang bernama Pek Koen Gie mempunyai potongan wajah persis seperti diriku, sungguhkah perkataan itu?"" Dengan tajam Hong Po Seng memperhatikan sekejap wajah nadis itu kemudian me-ngangguk. ,,Memang enam tujuh bagian mirip dengan wajahnya, cuma dalam hati berbicara serta tingkah lakunya jauh bertolak belakang" "Bagaimana bertolak balakangnya?"" Hong po Seng tersenyum. "Pek Koen Gie sombong, jumawa dan tinggi hati, sikapnya dingin bagaikan es dan ketusnya luar biasa, membuat orang yang memandang jadi benci dan anti pati!", ,,Hiih...hiih... hiih..... setan cilik, tentunya disebabkan wajahmu kurang ganteng sehingga tidak mendapat perhatian dari Pek Koen Gie maka kau lantas mengucapkan kata yang tidak enak didengar ini" Sambil menaban gelinya ia menambahkan : ,,Bagaimana dengan aku?" Apakah akupun menimbulkan perasaan benci dan anti pati di dalam hatimu?". ,,Caybe merasa nona kalem dan mempunyai potongan yang agung serta menyenangkan hati, tetapi itu hanya termasuk kebaikan pribadi dirimu, kalau tidak melihat perbuatanmu yang licik, serta suka membokong orang di kala korbannya tidak berjaga aku tentu akan menganggap dirimu bagus seratus persen" Merah jengah selembar wajah Poei Che Giok saking malunya, mendadak sambil menggertak gigi makinya : ,,Bajingan cilik, mati kau!" Telapak tangannya diayun dan segera melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke arah lawannya. Pukulan ini bukan saja dilancarkan dengan kecepatan bagaikan kilat bahkan luar biasa hebatnya Hoog po Seng jengah terperanjat, ia hendak menangkis datangnya serangan itu dengan keras lawan keras tapi sudah tidak sempat lagi. Dalam keadaan gugup dan terdesak telapak kanannya segera diangkat ke atas sambil membentak keras ia mengirim satu serangan balasan ke arah depan. Tampaklah bayangan ungu memenuhi angkasa. Hong po Seng mencengkeram tangan kiri gadis She Poei itu dan segera diangkatnya ke atas, kemudian berada di tengah udara ia putar tangan tersebut satu lingkaran. Reaksi yang diberikan secara tiba-tiba ini sama sekali tidak memakai aturan tapi kelihayannya justru terletak pada kecepatan serta ketepatannya menggunakan tenaga. Poei Che Giot segera merasakan tulang telapak kirinya jadi sakit bagaikan retak, ia menjerit keras dan hawa murninya seketika lenyap tak berbekas. Diikuti Hong Po Seng ayunkan tangannya ke depan dan melemparkan tubuh gadis itu ke muka, serunya dingin: "Andaikata aku harus melukai dirimu dalam keadaan begini sebagai seorang lelaki sejati aku merasa jadi amat malu, apalagi bukan menggunakan jurus silat yang sejati, tetapi kalau kau terus menerus tak tahu diri dan menginginkan kedua belah pihak sama-sama menderita luka, terpaksa kita harus melangsungkan pertarungan kembali!" Sembari memegangi tangan kirinya yang sakit Poei Che Giok berseru dengan wajah gusar: ,,Orang mati, aku ingin sekali melangsungkan pertarungan sengit melawan dirimu, tapi aku takut para pengejaran dari perkumpulan Hong Im Hwie menyusul kemari" Perempuan ini dasarnya memang berwajah cantik ditambah pula tingkah lakunya yang mempersonakan, membuat Hong po Seng kendati berjiwa besar dan tidak mempunyai ingatan sesat, dipandang terus oleh biji matanya yang jeli lama kelamaan merasa malu juga ia tak tahu apa yang harus dilakukan. Setelah merandek sejenak, gadis she Poei itu maju selangkah ke depan, sambil ulurkan tangan serunya: ,,Orang tolol ayoh berangkat!" Hong po Seng mundur satu langkah ke belakang, dengan wajah membesi hardiknya: ,,Lebih baik kau berjalan di depan sana! kau harus tahu bahwa aku tidak meagenal apa artinya kasihan terhadap kaum wanita, bila kau berani menunjukkan maksud jelek lagi terbadap diriku, jangan salahkan kalau telapakku tidak mengenal kasihan!" "Huuh ........ ! orang laki hatinya paling palsu" jengek Poei Che Giok sambil mencibirkan bibirnya. ,,Semakin mengatakan tidak kenal kasihan, dia justru paling tahu kasihan ......" Sembari berkata ia segera ulurkan tangannya untuk menarik pergelangan pemudi ter-sebut. "Hmm! lihat saja aku benar-benar tahu kasihan atau tidak kenal kasihan!" dengus Hong-po Seng sinis, telapaknya segera diayun dan sebuah pukulan yang maha dahsyat bagaikan gulungan ombak di tengah samudra segera menghantam tubuh Poei Che Giok. Setelab lama melatih kepandaiannya, jurus pukulan "Koen-Sioe Ci-Tauw" ini boleh dibilang telah dapat dipergunakan sesuai dengan kehendak hati, bukan saja amat dahsyat serangannya babkan jauh lebih ampuh daripada sewaktu bertarung melawan Pek Koen Gie tempo dulu. Diam-diam Poei Che Giok merasa terperanjat, ia sadar bahwa dirinya telah bertemu dengan musuh tangguh, sang badan segera berkelebat mundur beberapa tombak ke belakang kemudian setelah mengerling sekejap ke arah pemuda itu ia putar badan dan berlalu lebih dahulu. Hong-po Seng sendiripun menyadari akan bahaya yang mecgancam dirinya, ia tak berani berayal dan segera enjotkan badannya menyusul di belakang gadis itu. Tetapi setelah dilihatnya dara berbaju ungu itu berlari menuju ke selatan, dalam hati kecilnya segera timbul perasaan curiga. Beberapa puluh li kembali dilewati dengan cepat, lama kelamaan akhirnya Hong-po Seng tidak kuat menahan diri, teriaknya: "Hey, Poei Che Giok! bukankah kau hendak kembali keperkumpulanmu Thong Thian Kauw?" kenapa mengambil jalan kearah Tenggara ?"?" ,,Ini namanya siasat untuk mengelabuhi mata musuh!" sahut Poei Che Giok sambil tertawa. "Seandainya rahasia sampai konangan, maka biarlah pihak Hong Im Hwie mencari orang-orang dari perkumpulan Sin Kee Pang untuk dimintai pertanggungan jawab. Mendengar jawaban tersebut, diam-diam Hong po Seng mengerutkan dahinya. "Eeei ...., sekarang kita berada di mana?"?" kembali teriaknya, "Kenapa sepanjang perjalanan tidak nampak seorang manusiapun yang berlalu lalang ?"" "Sebelah kiri adalah gunung Thay beng san, jalan kuno ini sudah lama dilupakan orang, tentu saja sulit untuk menjumpai ada orang yang mengambil jalan ini ......" Belum habis ia berkata, mendadak dari arah depan meluncur datang empat sosok bayangan manusia, di antara keempat orang itu terdapat lelaki perempuan tua dan muda. Merasakan dari depan ada orang yang muncul diri. Hong po Seng segera pusatkan perhatiannya untuk memandang, tapi dengan cepat ia telah berpikir dengan hati tertegun. "Eeeei ?" kenapa mereka bisa berjalan satu rombongan ?"" .........." Kiranya keempat orang yang sedang berlarian mendatang itu bukan lain adalah Tiong si Sam Hauw tiga ekor harimau dari keluarga Tiong sedangkan si gadis berbaju abu-abu yang mengiringi di belakang bukanl adalah Chin Wan Hong, putri dari Chin Pek Cuan. Mendadak terdengar Poei Che Giok berseru. "Ong Khong! keempat orang itu harus dibasmi semua, jangan dibiarkan seorangpun di antara mereka berbasil meloloskan diri!" Sembari berkata ia segera meloloskan pedangnya dari sarung. Sejak pertama kali tadi Hong po Seng mengaku bermama Ong Khong, dan gadis itupun sudah terbiasa menyebut nama tersebut, maka pemuda itupun selalu berlagak pilon. Dalam pada itu Tiong si Sam Hauw telah berajalan semakin dekat, berhubung kedua belah pihak sama-sama melakukan perjalanan dengan cepat, sedangkan Hong po Seng pun membuntuti di belakang Poei Che Giok maka ketiga orang itu sama sekeli tidak mengetahuinya. "Perempuan yang menyebut dirinya bernama Poei Che Giok ini bukan saja cabul dan bermoral rendah, hatinya sangat keji sekali" pikir si anak rauda itu di dalam hati "Daripada membiarkan dirinya hidup jauh, lebih baik dibasmi saja dari muka bumi!" Belum sempat ia mengambil sesuatu tindakan terlihatlah gadis itu sudah mempersiapkan pedangnya untuk melancarkan serangan bokongan ke arah si harimau pelarian Tiong Liauw yang berada di paling Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo depan. Ia jadi terperanjat bercampur gelisah segera bentaknya keras-keras: "Poei Che Giok, lihat serangan!" Gadis she-Poei itu terperanjat, buru-buru ia berkelit ke samping dan melayang lima depa ke depan. Dalam pada itu si harimau pelarian Tiong Liauw telah menghentikan larinya, ketika menjumpai Hong-po Seng secara tiba-tiba munculkan diri di tempat itu ia jadi sangat kegirangan segera teriaknya : ,,Hong-po Kongcu ......." ,,Harap cuwi sekalian menanti sebentar di samping!" seru pemuda itu, ia segera maju ke depan dan melancarkan sebuah pukulan lagi ke arah depan. Poei Che Giok dari jengkelnya jadi tertawa ia putar pedangnya ke depan, bukannya mundur sebaliknya malah maju ke depan. Sahutnya : "Keparat cilik, ternyata kau benar- benar tidak bernama Ong Khong!!..." Sementara pembicaraan masih berlangsung dengan cepatnya kedua orang itu telah saling melancarkan tiga buah serangan. "Poei Che Giok!" teriak Hong Po Seng lagi sambil mengirim pukulan-pukulan gencar. "Kau harus mengaku terus terang Jien Bong dengan dirimu toh sepasang kekasih yang setimpal, mengapa kau melancarkan serangan keji dengan membinasakan dirinya?" sebetulnya apa tujuan mu?" ....." Air muka Poei Che Giok seketika berubah hebat sambil menyeringai seram serunya: "Untuk menyelamatkan jiwamu tahu bangsat!" Pedangnya meluncur ke depan semakin cepat bagaikan biang lala yang membelah bumi ia lepaskan serangan-serangan keji yang dahsyat dan mematikan. Mendadak terdengar suara bentakan keras berkumandang memecahkan kesunyian, si Harimau pelarian Tiong Liauw sambil menubruk ke depan telapaknya segera diayun menghajar punggung Poei Che Giok. Poei Che Giok putar pedang sambil menangkis, ia temukan ilmu pukulan yang digunakan orang lain ternyata persis dengan ilmu pukulan yang digunakan Hong po Seng hatinya kontan jadi terkejut bercampur sangsi, dengan pandangan tercengang ditatapnya wajab lawan tanpa berkedip. Hong po Seng sendiri diam-diam pun berpikir: "Ilmu pukulan ini meski digunakan dengan tenaga yang jauh belum mencukupi tetapi gerkannya tepat dan sedikitpun tidak salah dengan bakatnya yang amat bagus itu, asalkan dikemudian hari dia mau berlatih rajin dan tekun rasanya tidak sulit untuk memperoleh kemajuan pesat!" Berpikir demikian ia lantas berseru lantang: "Tiong loo enghiong, untuk sementara waktu harap mundur dulu ke belakang! ..." Terdengar harimau pelarian Tioag Liauw dengan suara dingin berseru: "Tiong Liauw belum pernah jadi seorang enghiong silahkan Kongcu yang menyingkir ke samping untuk beristirahat, berilah kesempatan kepada kami tiga ekor harimau dari keluarga Tiong untuk menunjukkan kebaktian kami ......." Sedari tadi si harimau ompong Liong Soe Poocu sudab gatal-gatal tangand, begitu suaminya berbicara ia segera enjotkan badannya melompat ke depan, dengan jurus Koen Sioe Ci Tiauw, ia hantam tubuh Poei Che Giok keras keras. Tampaklah bayangan tubuh berkelebat lewat si harimau bisu Tiong Song tahu-tahu menyerang datang dari sayap kiri. Orang ini bergelar harimau bisukarena sepanjang tahun jarang sekali mendangar ia buka suara un tuk berbicara. Terlihatlah dengan perawakan tubuh yang gagah dan kuat karena usianya masih muda. Ia mainkan jurus pukulan itu dengan sangat hebat, angin pukulan menderu-deru hawa serangan dengan tajamnya meluncur ke depan mengurung sekujur tubuh lawan. Poei Che Giok terkejut bercampur gusar menyaksikan tiga buah telapak kiri secara se-rentak mengerubuti dirinya dengan lihay, memaksa tubuhnya cepat-cepat harus menyingkir ke samping untuk meloloskan diri teriaknya dengan penuh kegusaran: ,,Hey manusia she Hong-po, sebenarnya kalian berasal dan aliran sesat mana?"?" Hong po Seng tertawa ringan, sambil melayang mundur ke samping sahutnya: ,,Kami adalah sekelompok manusia-manusia perkumpulan Sin Kee Pang yang tertugas di ruang Thian Kie Thong .........." Berbicara sampai di situ mendadak ia merasa malu sendiri, pikirnya di dalam hati: ,,Aku mana boleh menyamar jadi manusia-manusia serigala yang bergabung dalam organisasi kaum bajingan perkumpulan Sin Kee Pang" meskipun asal-usul perempuan ini rada tidak beres, tetapi perbuatan kami yang mengerubuti dirinya dengan andalkan jumlah besar sudah merupakan suatu tindakan yang kurang terbuka dan jujur, tidak pantas sebagai tingkah laku seorang lelaki sejati" Sementara ia masih membatin, tampaklah keempat orang itu sudah saling bergebrak beberapa jurus banyaknya, menghadapi musuh yang demikian tangguhnya ini ternyata tiga ekor harimau dari keluarga Tiong menunjukkan sikap yang gagah dan tidak jera menghadapi kematian, sekeluarga tiga orang bersatu padu maju mundur dengan teratur bagaikan satu tubuh, kendati gerakan ilmu pukulannya belum matang dan tenaga lwekang yang dimiliki masih amat cetek, tetapi untuk beberapa saat Poei Che Giok tidak sanggup pula merebut kemenangan, apalagi meneter ketiga orang itu. Maka ia segera membentak keras : ,,Cuwi sekalian harap segera berhenti bertempur!" Begitu mendengar suara bentakan dari Hong po Seng, tiga ekor harimau dari keluarga Tiong segera mengirim satu babatan secara berbareng dan meloncat mundur ke belakang, tetapi mereka tidak pergi jauh, dengan berdiri di tiga penjuru mereka kepung Poei Che Giok di tengah kalangan. Terhadap kepungan tersebut Tosi Chee Tong purapura tidak melihat, sambil mencekal pedangnya ja mengerling sekejap ke arah Hong po Seng lalu ujarnya dengan nada menyindir: ,,Sedari tadi aku telah menduga bahwa kedudukanmu di dalam perkumpulan Sin Kee Pang tidak rendah, ayoh sebutkan namamu. Hong po apa ?"?" Hong po Seng tersenyum diikuti wajahnya berubah serius, katanya sungguh-sungguh: "Kami berlima tidak termasuk perkumpulan atau perkumpulan agama apapun juga!....." setelah menjura tambahnya, ,,Tempat ini bukan merupakan suatu tempat yang aman, keadaan amat kritis dan mara bahaya setiap saat bisa mengancam tiba, silahkan nona segera berlalu dari sini" Dengan biji matanya yang jeli Poei Che Giok menatap wajah si anak muda itu tajam-tajam, setelah mengetahui bahwa ucapannya bukan kata-kata yang bohong, dengan alis berkerut ia segera berseru : "Sin Kee Pang, Hong Im Hwie serta Thong Thian Kauw merupakan tiga kekuatan besar yang menguasai dunia persilatan dewasa ini bila kalian tidak termasuk di dalam salah satu perkumpulan yang ada dewasa ini, kemanakah kamu semua hendak menyelamatkan diri?" Menurut pendapatku, alangkah baiknya kalian mengikuti aku menuju ke arah Tenggara saja, aku tanggung kalian akan mendapat jaminan hidup yang baik serta punya nama serta kedudukan yang terhormat" "Terima kasih atas maksud baik dari nona" sahut Hong-po Seng seraya menjura. "Sayang cayhe masih ada tugas di badan hingga untuk saat ini tak bisa memenuhi harapanmu itu. Untuk waktu di kemudian hari masih panjang bila kita sempat berjumpa muka lagi di kemudian hari tiada halangan nona ajukan lagi tawaran tersebut" "Justru aku takut waktu dikemudian hari tidak banyak, dan kita sukar untuk saling berjumpa kembali" kata Poei Che Giok setelah termenung sejenak. Setelah merandek mendadak ia tertawa nyaring dan berseru: ,,Semoga cuwi sekalian diberkahi nasib yang baik, kita sampai jumpa lagi di lain kesempatan" Habis berkata sepasang bahunya segera bergerak dan tubuhnya dengan enteng melayang ke depan. Menyaksikan air mukanya yang menunjukkan tandatanda tidak beres, satu ingatan segera berkelebat di dalam benak Hong-po Seng, sedikitpun tidak salah ketika ia menyambar lewat di sisi tubuh Chin Wan Hong mendadak tangan nya menyambar ke depan, laksana kilat ia mencengkeram tubuh gadis she Chin tersebut. Chin Wan Hong sebagai seorarg gadis yang alim dan lemah lembut sama sekali tidak pernah menyangka kalau dirinya bakal dibokong, menanti ia menyadari akan mara bahaya yang mengancam dirinya sang hati baru merasa terkesiap, seketika itu juga dara ayu ini dibikin gelagapan dan kalang kabut tidak karuan. Terdengar Hong-po Seng mendengus dingin sambil miringkan tubuhnya satu pukulan dahsyat segera dilontarkan ke depan. Pukulan ini meluncur ke depan laksana kilat yang menyambar di tengah angkasa, dalam waktu singkat telah mencapai pada saarannya. Baru saja jari tangan Poei Che Giok hendak menyentuh di atas urat nadi pergelangan tangan Chin Wan Hong, mendadak segulung tenaga tekanan yang berat laksana sebuah tindihan bukit telah menerjang punggungnya. Ia terkesiap dan buru-buru menyusut mundur beberapa langkah ke belakang, teriaknya: "Sebuah pukulan yang sangat indah!" Sambil tertawa terkekeh-kekeh badannya meluncur ke depan, dalam waktu singkat gelak tertawanya telah berada kurang lebih ratusan tombak jauhnya dari tempat semula. Menyaksikan gerakan tubuhnya yang begitu cepat dan sebat, semua orang jadi tertegun dan berdiri dengan mulut melongo, air muka mereka berubah hebat dan siapapun tidak percaya kalau seorang gadis yang demikian mudanya ternyata memiliki kepandaian sehebat itu. ,,Hoog po Kongcu" terdengar Chin Wan Hong buka suara memecahkan kesunyian yang mencekam seluruh kalangan: ,,Siapakah gadis itu" mirip benar dengan Pek Koen Gie!" "Dia bernama Poei Che Giok dan termasuk anggota dari sekte agama Thong Thian Kauw" Setelah merandek sejenak, tambahnya lagi: ,,Sekarang kita berada di daerah yang sangat berbabaya dan setiap saat kemungkinan besar jiwa kita terancam, bilamana tidak cepat-cepat melarikan diri niscaya kita semua bakal mati di sini, ayoh kita segera berangkat!" Dengan langkah lebar ia segera mendahului dan berjalan duluan di paling depan. Tadi di antara dua orang ilmu meringankan tubuh dari Hong po Seng tidak bisa melebihi kelihayan Poei Che Giok tetapi sekarang di antara kelima orang ini boleh dibilang tenaga lwee kang Hong-po Senglah yang paling tinggi. Setelah melakukan perjalanan beberapa saat lamanya, ia temukan Chin Wan Hong sudah mulai kepayahan, keringat mulai mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, maka ia pun mengulurkan tangannya untuk menggandeng tangan dara tadi, tanyanya: ,,Nona Chin, secara bagaimana kaupun bisa datang ke Propinsi Sian-say ......?"?" Chin Wan Hong tertawa jengah. ,,Selama ini aku selalu menguntil di belakang Kongcu, cuma disebabkan karena kereta itu berlari terlalu cepat ditambah pula aku tidak kenal jalan, maka ......." Diam diam Heng-po Seng merasa terharu setelah mendengar ucapan itu, pikirnya di dalam hati: ,,Dari kota Seng Chiu ia membuntuti aku sampai di sini, ooh ......, aku telah menyulitkan nona ini ........." Sebenarnya pemuda ini ada maksud hendak mengutarakan beberapa patah kata yang menyatakan rasa terima kasihnya, tetapi ia merasakan tenggorokannya seakan-akan tersumbat, tak sepatah katapun berhasil dilontarkan keluar. Dari perubahan air mukanya Chin Wan Hong bisa memahami maksud hati si anak muda itu, kepalanya segera tertunduk rendah-rendah dan bisiknya lirih: ,,Demi keluarga Chin, Kongcu harus mengalami kejadian yang menyusahkan dirimu, membuat jiwamu selalu terancam bahaya dan mengalami pelbagai siksaan yang membuat kau menderita, meskipun kami orangorang dari keluarga Chin harus mengorbankan jiwa dan tubuh bakal remuk redam, kami bersumpah akan membalas budi kebaikaamu itu ....." "Nona kau keliru" kata Hong-po Seng. "Cayhe berbuat demikianpun tidak lain karena ingin membalas budi kebaikan yang pernah diberikan Chin Loo Enghiong kepada keluarga kami di masa yang silam" Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sepanjang perjalanan menuju ke arah Selatan, kelima orang itu selalu berada dalam keadaan aman tenteram tanpa mengalami cegatan atau halangan apapun juga, senja itu tibalah mereka di tepi sebuah sungai, sungguh tak dinyana tepi pantai sungai Huang-Hoo ternyata penuh berjubel-jubel manusia yang sedang anteri untuk menyeberang. Semua perahu penyeberang berderet-deret merapat di tepi namun tak sebuah perahupun yang belayar menuju ke tepi seberang, sebaliknya dari pantai selatanpun tidak nampak ada perahu yang berlayar datang. Diam-diam Hong po Seng terperanjat ia segera mengerlingkan matanya memerintahkan Chin Wan Hong serta Tiong si Sam Hauw mencampur baurkan diri dengan khalayak ramai, sedang ia sendiri duduk di atas tanah sambil bertanya kepada seorang pedagang yang berada di sisinya: "Paman, tolong tanya kenapa begitu banyak orang yang menunggu di tepi pantai tapi tak sebuah perahupun yang menyeberang ke tepi selatan ?"" Pedagang itu memperhatikan sekejap wajah Hong Po Seng, kemudian setelah menyapu sejenak ke sekeliling tempat itu bisiknya: ,,Para yaya dari pihak perkumpulan telah menutup sungai ini dari semua penyebrangan, mungkin di dalam tubuh perkumpulan mereka telah terjadi peristiwa besar, kami sekalian sudah seharian penuh menanti di sini .... Aai! orang muda kalau bepergian musti sabarkan diri dan Keris Maut 1 Pendekar Rajawali Sakti 140 Mustika Bernoda Darah Siluman Penghisap Darah 1