Ceritasilat Novel Online

Pena Wasiat 11

Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen Bagian 11


Deretan rumah tersebut adalah tempat yang menjual
makanan dan minuman didalam kebun raya Ban hoa wan
ini, didalamnnya terdapat sebuah warung yang khusus
menjual ikan leihi segar, banyak ikan segar yang
dipersiapkan setiap hari, tapi apakah ikan itu berasal dari
empang ini atau bukan, aku kurang begitu tahu, cuma ada
satu hal yang membuat tecu merasa keheranan"
"Soal apa"' "Empang ini begitu besar, semestinya ada beberapa
sampan disini yang bisa disewakan kepada orang untuk
berpesiar ke tengah empang tersebut ....."
"Ooooh" "Tapi anehnya, selain dilarang berpesiar ke tengah
empang, dengan sampan, juga tidak diperkenankan
memancing disini, bah-kan peraturan tersebut dipegang
sangat ketat" Tan Tiang kim manggut-manggut, katanya:
"Tampaknya mereka takut mengganggu sesuatu, atau
mungkin kuatir rahasia empang nya ini ketahuan orang"
"Tan heng!'' kata Pek Bwe kemudian, persoalan ini terasa
aneh sekali, bagaimana-pun hebatnya persiapan didalam
empang ini asal kita tidak turun ke situ, bukankah percuma
saja semua persiapannya itu?"
Tan Tiang kim termenung sebentar kemudian katanya.
"Mari berangkat! Kita datangi tepian empang tersebut
dan coba menengok sebenarnya ada apanya disitu, aku
rasa persoalan ini tidak akan sedemikian gampangnya."
"Kita mesti mempertinggi kewaspadaan masing-masing
dan bertindak hati-hati." Pek Bwe memperingatkan.
Air dalam empang sangat tenang sekali, dibawah
timpaan cahaya matahari tampa ada beberapa ekor ikan
leihi sedang muncul di atas permukaan air dan sisik ikannya
yang menantulkan serentetan cahaya yang menyilaukan
mata. . . ." Sudah lama sekali mereka berdiri di tepi empang akan
tetapi tiada sesuatu apapun yang berhasil ditemukan
disana. Tan Tiang kim segera menghembuskan napas panjang,
katanya kemudian. "Pek heng, apakah kau melihat sesuatu?"
"Tidak !" "Sekalipun kita tak berhasil menemukan sesuatu yang
mencurigakan tapi aku si pengemis tua mempunyai suatu
perasaan yang aneh sekali"
'Perasaan apa "' Dibalik ketenangan yang menyelimuti permukaan di
empang ini, seakan-akan tersembunvi semacam hawa
pembunuhan yang mengerikan sekali."
'Betul, empang ini memang seakan-akan memberikan
suatu perasaan yang berbeda di hati manusia"
Ong Peng segera membungkuk dan memungut sebiji
batu, kemudian katanya pelan:
"Coba kita buktikan bersama, apa berbedanya antara
ikan di dalam empang ini dengan ikan lain?"
Diam-diam hawa murninya disalurkan, kemudian tangan
kanannya diayunkan ke depan, dari batu cadas tadi diiringi
desingan angin tajam langsung menyambar ke atas tubuh
salah seekor ikan leihi tersebut.
Gerak serangannya itu dilakukan sangat cepat dan luar
biasa sekali, dalam waktu singkat seekor ikan leihi sudah
menggelepar. Dengan cepat tubuh ikan itu tenggelam ke dalam
empang, tapi dengan cepatnya telah mengapung kembali.
Ternyata sambitan batu yang dilancarkan oleh Ong Peng
itu telah berhasil membinasakan seekor ikan leihi di air.
"Suatu serangan yang hebat !" seru Tang Cuan dengan
suara rendah. Ong Peng tertawa getir, katanya:
"Andaikata tidak berhasil melihat apa-apa, mungkin aku
su pengemis kecil bakal mendapat makian."
Air empang yang semula bening dan bersih, dengan
cepat muncul noda darah yang menyebar ke mana-mana,
darah tersebut berasal dari tubuh ikan leihi yang terbunuh
itu. Ikan tersebut sangat besar dan lagi gemuk sekali, maka
darah yang mengalir keluar pun sangat banyak.
Mendadak dari balik ketenangan empang tersebut
muncul suatu gelombang yang maha dahsyat, menyusul
kemudian sebuah mulut raksasa yang mengerikan muncul
dari balik gelombang dahsyat tersebut dan menyambar ikan
leihi mati yang terapung diatas permukaan air itu dan
segera menelannya ...... Mulut itu besar sekali, dapat terlihat giginya yang tajam
dan memancarkan sinar berkilauan.
Permukaan empang segera terjadi goncangan ombak
yang mengerikan, beribu-ribu ekor i-kan leihi segera
berlarian kesana kemari menyelamatkan diri.
Semacam kemampuan binatang yang sedang ketakutan
dan melarikan diri, kabur-nya ikan kembali mengakibatkan
terjadinya ge-lombang dahsyat diatas permukaan air.
Pek Bwe dan Tan Tiang kim sampai tertegun dibuatnya
menyaksikan adegan tersebut.
Pek Hong, Tang Cuan lebih ternganga lagi sampaisampai
mata mereka terbelalak besar, mulut melongo dan
untuk sesaat lama-nya tak tahu apa yang musti dilakukan.
Gelombang dahsyat itu berlangsung kurang lebih
sepertanak nasi lamanya, kemudian suasana pelan-pelan
menjadi tenang kembali. Dan akhirnya suasana diatas permukaan empang itu
pulih kembali menjadi seperti sedia kala.
Pek Bwe segera menghembuskan napas panjang,
katanya: "Sudah kalian saksikan, makhluk aneh apakah itu?"
"Tidak mirip ikan" kata Tang Cuan, seandainya benarbenar
ikan, sudah dapat dipastikan itu sejenis ikan yang
aneh sekali" 'Apa lagi yang dapat kau saksikan?" tanya Tan Tiang kim.
"Gelombang air empang menggulung terlampau hebat,
tidak berhasil kulihat macam apakah bentuk wujudnya"
''Kejadian ini benar-benar merupakan suatu peristiwa
yang sangat aneh, sudah separuh abad lamanya aku si
pengernis tua berkelana dalam dunia persilatan, tapi belum
pernah ku jumpai makhluk se aneh itu, sudah pasti makhluk
tersebut bukan seekor ikan!"
"Kalau bukan ikan, lantas apa?"
'Sekalipun ikan berada didalam air, tapi sewaktu
bergerak tubuhnya sama sekali tidak menimbulkan
gelombang sedahsyat itu"
"Jangan-jangan makhluk itu adalah naga?" tanya Pek
Bwee "Kita semua sudah sering mendengar tentang naga, tapi
macam apakah wujud naga yang sesungguhnya, belum
pernah kujumpai" "Andaikata didunia ini benar-benar terdapat naga, aku
rasa tak nanti makhluk tersebut bakal menyembunyikan diri
dalam empang yang begini kecilnya ini"
"Sekarang kita sudah tahu cara untuk memancingnya
keluar .....'' "Oooh, bagaimana caranya?"
Dengan amat lirih jawab Tan Tiang kim.
"Pek Hong, tidakkah kau perhatikan, makhluk aneh itu
tidak dapat menahan diri begitu mengendus bau darah"
Asal darah mengalir dipermukan air, maka dia pasti
menampakkan diri" "Benar!" kata Pek Bwe manggut-manggut.
"Dengan begitu, kitapun sudah mengetahui dengan jelas
akan satu hal" "Maksudmu.......?"
''Ancaman bahaya maut dari empang ini terletak didalam
air, asal kita tidak turun ke air maka kita pun tak usah
merasa kuatir atau takut dengan ancaman itu''
Mendadak Ong Peng buka suara, pelan-pelan ujarnya.
"Sekarang masih ada satu masalah lagi yang belum bisa
terduga, adakah sesuatu cara pun yang mereka miliki untuk
memancing kita terjun kedalam air"''
'Yaa, itulah merupakan kunci dati semua persoalan ini."
"Jika ia tak mampu memancing kita turun ke air, maka
bagaimanapun hebatnya ancaman bahaya maut dalam air,
juga jangan harap bisa melukai kita semua'
'Benar, benar!'' Dengan suara lirih Ciu Heng menyela:
"Sekarang, agaknya bukan saat buat kita untuk mencari
jawaban tersebut, asal kita sudah memahami persoalannya,
lebih baik berusaha keras untuk menghindarkan diri dari
sekitar empang itu toh beres"
"Baik! sekarang kita akan pergi kemana lagi ?"
'Masih ada sebuah kebun burung dan kandang harimau,
aku rasa pemandangan kebun raya inipun cuma begitu
saja!" "Secara, tiba-tiba mereka membendung mengalirnya
pengunjung yang akan berdatangan ke kebun raya ini" ujar
Pek Bwec, hal mana paling tidak menerangkan satu hal,
yakni mereka telah bersiap sedia untuk turun tangan
terhadap kita, hanya belurn bisa ditentukan dimanakah
mereka akan turun tangan?" .
Dalam kebun raya Ban hoa wan konon cuma ada dua
tempat yang paling berbahaya, ujar Pek Hong, satu adalah
empang ikan leihi dan yang lain adalah kandang macan, sekarang
terbukti kalau mereka tidak turun tangan di empang
ikan leihi, itu berarti se-rangan mungkin akan dilancarkan
dikandang macan." "Baiklah! Mari kita tinjau dulu keadaan dalam kandang
macan tersebut ....." kata Tan Tiang kim kemudian.
Ong Peng segera membalikkan badan dan berjalan lebih
dulu sebagai penunjuk jalan.
"Coba kau lihat, sekarang kita sudah menantang mereka
secara terang-terangan, agaknya kitapun tak perlu untuk
merisaukan hal-hal yang lain lagi" kata Pek Bwe.
"Yaa seandainya mereka sudah memper-siapkan
pembunuh-pembunuhnya diseki-tar tempat ini, itu berarti
semua gerak gerik kita telah diketahi mereka dengan
sangat jelas sekali' "Benar!" "Bila mereka hendak mencarimu, tak usah kita mencari
merekapun mereka bakal muncul sendiri, sebaliknya jika
mereka tak ingin berjumpa denganmu, sekalipun kau
mencarinya juga, belum tentu akan ketemu"
"Setelah Tan heng menyinggung soal ini, aku jadi
teringat kembali akan satu hal, dalam kebun raya ini
tampaknya selain bebe-rapa orang yang kita jumpai
didepan pintu gerbang tadi, tak seorang manusiapun yang
kita jumpai lagi dalam kebun raya ini"
"Aku rasa mereka pasti memiliki tempat persembunyian
yang sangat rahasia letaknya dan kini sedang mengawasi
gerak-gerik kita secara diam-diam, tapi kita toh sudah
berada disarang macan, rasanya soal-soal sema-cam itu tak
perlu dibongkar lagi"
''Maksudmu kita tunggu saja sampai me-reka turun
tangan lebih dahulu .. ?" tanya Pek Bwee.
"Yaa, agaknya cuma cara ini yang bisa kita pergunakan
untuk menghadapi segala kemungkinan yang bakal terjadi'.'
Tapi anehnya kenapa sampat sekarang belum nampak
juga Seng Tiong gak dan Siau hong" Kemana mereka telah
pergi" seru Pek Hong dengan perasaan cemas.
Sementara itu Pek Bwee juga merasa agak gelisah,
katanya pula: "Betul! Andaikata kedua orarg bocah ini sudah masuk ke
dalam kebun raya Ban hoa -wan, sudah seharusnya
berjumpa muka de-ngan kita semua...!"
"Kalian berdua tak usah kuatir". hibur Tan Tiang kim,
"aku jamin Cu kongcu pasti tak akan mengalami sesuatu
kejadian apapun." Atas dasar apa kau berani berkata begitu" tanya Pek
Hong. . Tan Tiang kim segera tertawa.
"Selama ini Kay pang bisa bertahan terus di-dalam dunia
persilatan, meski kadang kala jaya kadang kala lemah tapi
mampu bertahan terus tanpa ada putusnya tentu saja
memiliki keistimewaan yang lain daripada yang lain,
terutama sekali mengenai kemampuan menilai orang, aku
yakin kemampuan kami ini sama sekali tidak berada
dibawah kemampaan orang lain ... ..."
"Maksudmu, kita semua sudah berada dibawah
pengawasan Kay pang ?"
"Kali ini pasukan Kay-pang dipimpin langsung oleh
pangcu, meski tak bisa dikatakan segenap inti kekuatan Kay
pang diikut sertakan, paling tidak semua yang dikirim
kemari adalah jago-jago pilihan yang bisa di andalkan"
"Tapi apa sangkut pautnya hal ini dengan hilangnya Siau
hong dan Tiong gak?"
"Besar sekali sangkut pautnya, kita sekarang berada
dibawah pengawasan orang-orang Kay pang, Siau hong dan
Tiong gak juga berada dibawah pengawasan orang Kay
pang, andaikata mereka sampai terjadi sesuatu maka sedari
tadi anak murid Kay pang sudah melepaskan tanda bahaya"
"Ooooh. . . !" Sementara pembicaraan berlangsung, sampailah mereka
didepan sebuah bangunan gedung.
Gedung itu didirikan ditengah kerumu-nan aneka bunga
yang sangat indah, suatu bangunan rumah yang mungil tapi
indah dan mempersonakan sekali...
Sepasang pintu gerbangnya tertutup rapat sekali.
Dengan suara lirih Ong Peng lantas berbisik.
''Ta tianglo, gedung ini adalah tempat tinggal dari pemilik
kebun raya Ban hoa wan!"
"Aku kenal dengan dia!' kata Pek Bwee.
''Perlu tidak kita ketuk pintu sambil melihat keadaan?"
tanya Tan Tiang kim sambil tertawa.
"Untuk melihat keadaan rasanya juga boleh..."


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

'Ong Peng, Coba kau mengetuk pintu, tapi mesti berhatihati!"
Ong Peng mengiakan, dengan langkah lebar dia lantas
maju ke depan dan mengetuk pintu. .
Diluar dugaan, ternyata ada orang yang berdiam didalam
rumah gedung tersebut. Baru saja pintu diketuk, dengan cepat pintu itu dibuka
orang, kemudian muncullah seorang nyonya setengah umur
yang perlente dan barparas muka cantik.
Ong Peng menjadi tertegun, lalu menyapa.
"Tolong tanya hujin, apakah pemilik kebun raya Ban hoa
wan ada disini .?" "Siapakah kau" Ada urusan apa"'
"Ada orang ingin bertanya dengannya!"
"Siapa" Sekarang orangnya ada dimana"'
"Tepat berada didepan hujin!" sela Pet Bwe tiba-tiba.
"Tolong tanya siapa namamu?" 'tegur nona berbaju
perlente itu dengan suara dingin.
"Aku she Pek, bernama Pek Bwe"
Dengan cepat nyonya berbaju perlente itu
menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak kenal, mungkin kalian salah mencari orang"
Pek Bwe segera maju selangkah dan menjulurkan kaki
kanannya kedalam pintu, kemudian katanya lagi.
"Tunggu sebentar, benarkah tempat ini adalahr tempat
tinggal pemilik kebun raya Ban hoa wan?"
Paras muka nyonya perlente itu berubah hebat, serunya
dengan suara dingin. "Kalian adalah perampok!''
"Hujin, kau tidak usah berlagak pilon lagi.
"Aku. . ." "Sudah jelas hujin memiliki ilmu silat yang hebat, buat
apa masih berlagak terus" tukas Pek Bwe.
'Sedari kapan aku memberitahukan kepa-damu kalau
aku tidak pandai bersilat?"
Tangan kanannya diayunkan, mendadak toya besi
menyambar kebawah dengan ke-cepatan luar biasa.
Menghadapi ancaman tersebut, terpaksa Pek Bwee harus
menarik kakinya sambil melompat mundur.
Begitu Pek Bwee dipaksa keluar dari pintu, "Blaam! '
pintu rumah dibanting keras--keras.
Pek Bwe menjadi marah sekali, segera bentaknya:
"Bagus sekali! Terhadap teman lama yang sudah
berpuluh-puluh tahun bersahabatpun kau berlagak tidak
kenal, kalau memang kau tidak tahu budi lebih dulu, jangan
salahkan kalau akupun tak akan setia kawan"
Suasana dalam gedung itu sunyi senyap tak kedengaran
sedikit suarapun. Tapi dari dalam dinding pekarangan segera dilemparkan
keluar sebuah papan nama yang bertuliskan:
"BARANG SIAPA BERANI MASUK, MATI !"
Melihat tulisan tersebut, Pek Bwee tertawa terbahakbahak.
"Haahh....haaahh....haahh....sobat lama, kita sama-sama
sudah tahu sampai dimanakah taraf kepandaian yang
dimiliki masing-masing, ingin aku lihat dengan cara apakah
kau hendak membunuh diriku.
Sambil menarit napas ia bersiap sedia menerjang masuk
lewat dinding pekarangan.
"Berhenti!" Tan Tiang-kim segera berteriak keras.
Pek Bwee tertawa. "Kau ......" "Gelagatnya tidak beres", tukas Tan Tiang kim.
"Apanya yang tidak beres?"
Tidakkah kau lihat tanda tangan di atas papan nama
tersebut. "Tidak! Aku hanya membaca tulisan o-rang siapa berani
masuk mati" "Coba kau lihat diatas papan nama itu terdapat telapak
tangan berjari enam"
'Telapak tangan berjari enam" Apa arti dari lambang
itu?" Itulah perlambang dari Lak ci sin-mo (iblis sakti berjari
enam) atau dengan perkataan lain iblis tersebut berdiam di
dalam gedung bangunan tersebut."
"Masa Lak ci sin mo si gembong iblis tua itu masih belum
mampus?" "Tanda enam jari tersebut telah menerangkan dengan
jelas bahwa dia berdiam disana."
"0ooh . .." 'Coba bayangkan, apakah kita perlu menengok ke
dalam?" "Sudah jelas pemilik kebun raya Ban hoa-wan ini adalah
It tiap hui cun (satu resep sembuh kembali), mengapa
secara tiba-tiba bisa berubah menjadi Lak ci sin mo"..
''Soal ini aku si pengemis tua kurang jelas, mari kita
masuk untuk melihat keadaan! Akan kulindungi dirimu dari
belakang" "Baik! Mari kitamasuk!"
"Kau masuklah lebih dulu!" kata Tan Tiang kim sambil
tertawa. Pek Bwee manggut-manggut, dia lantas menghampiri
pintu itu dan melancarkan se-buah pukulan dahsyat ke atas
pintu gerbang tersebut. "Blaaamm....!"' suatu hentakan keras menggelegar
memecahkan keheningan, menyusul kemudian pintu itupun
terpentang lebar. Pelan-pelan Pek Bwee melangkah masuk ke dalam.
Tan Tiang kim berpaling memandang sekejap ke arah
Pek Hong lalu katanya: Kalian berjaga-jaga disini, tak usah turut masuk."
Pek Hong mengangguk. "Tan cianpwe, jika sampai terjadi pertarungan, harap
memberi khabar kepada kami, serunya.
Dalam pada itu Pek Bwe sudah masuk ke dalam sebuah
gedung kecil, tampak seorang kakek berbaju putih sedang
berdiri sambil bergendong tangan disana.
Dengan kening berkerut Pek Bwee lantas berseru:
"Apakah kau adalah pemilik kebun raya Ban hoa wan?"
"Siapa pula kau?" kakek berbaju putih itu balik bertanya.
"Lohu adalah Pek Bwee!"
''Apakah To-heng siu (kakek yang berja-lan sendiri)`
"Betul, apakah kau adalah It tiap hui can?"
"Apakah kau tidak melihat tanda yang lohu pancangkan
didepan rumah itu..!"
Lak ci sin mo" Pek Bwe, kau tidak seharusnya masuk kemari, sebab
selama lohu mempunyai peraturan yang
ketat serta disiplin yang keras.
"Maksudmu, barang siapa berani melanggar
peringatanmu maka kau akan membunuhnya?"
"Betul, Pek Bwe kau hendak menyerahkan diri" Ataukah
memaksa lohu untuk turun tangan?"
Jawab Pek Bwe sambil tertawa.
"Sudah lama kudengar orang berkata bahwa ilmu
pukulan Im hong ciang yang kau miliki luar biasa hebatnya,
sungguh beruntung lohu menda-pat kesempatan untuk
mnerima petunjuk darimu hari ini!"
Selama tiga puluh tahun terakhir ini belum pernah ada
orang yang berhasil meloloskan diri da-ri serangan Im hong
ciang ku itu dalam keadaan selamat", ujar Lak ci sin mo
dengan suara dingin. "Tapi sungguh tidak beruntung, kau telah bertemu
denganku" "Baik! Sambutlah tiga buah seranganku lebih dulu!"
"Tak usah sungkan-sungkan, silahkan saja untuk turun
tangan!" Pelan-pelan Lak ci sin mo mengayunkan tela-pak tangan
kanannya di tengah udara, kemudian katanya.
"Hati-hati saudara!"
Pek Bwe menarik napas panjang-panjang, segenap
tenaga dalam yang dimilikinya di himpun menjadi satu,
kemudian ujarnya dingin: "Silahkan turun tangan!"
Mendadak Tan Tiang kim munculkan diri dengan langkah
cepat, serunya sambil tertawa:
"Lak ci sin mo sungguh tak kusangka kita akan bersua
kembali didalam kebun raya Ban hoa wan ini"
"Pengemis tua, itulah yang dinamakan sempit dunia ini
bagi orang yang bermusuhan!"
Tan Tiang kim tertawa, katanya lagi.
"Tempo hari dengan kemampuanku seorangpun kau tak
mampu melukai diriku dengan pukulan Im hong ciang itu,
apalagi sekarang kami berdua, memangnya kau sanggup
berbuat banyak?" "Selama banyak tahun belakangan ini, kekuatan Im hong
ciang yang lohu yakinkan sudah tidak se-perti dahulu lagi"
"Iblis tua kau tak lebih cuma mengandalkan ilmu Im
hong ciang untuk melukai orang, tapi kau harus tahu,
sepuluh tahun berselang kau tak sanggup melukaiku,
sepuluh tahun kemudian kau juga tak akan mampu melukai
diriku" Lak ci sin mo tertawa keras, serunya.
"Hei pengemis tua, apakah kau ingin mencoba!'
"Setelah aku si pengemis tua berani datang ke mari,
tentu saja soal mana tak terpikirkan olehku, cuma aku
hendak memberitahukan dirimu lebih dulu, jika pukulanmu
tak mampu melukai aku si pengemis tua, maka akupun
akan melancarkan serangan balasan dengan sepenuh
tenaga" "Masih ada aku" sambung Pek Bwe, "tak ada salahnya
kau si iblis tua boleh rasakan juga kehe-batanku"
Tan Tiang kim segera menggeserkan badannya
membentuk posisi mengepung bersama Pek Bwe, lalu
katanya. "lblis tua sekarang boleh turun tangan!"
Pelan-pelan Lak ci sin mo mengayunkan telapak tangan
kanannya, mendadak secepat sambaran kilat dia lancarkan
sebuah pukulan ke arah Pek Bwee.
Semenjak tadi Pek Bwee telah menghimpun tenaganya
sambil bersiap sedia, melihat datangnya pukulan itu, dia
bersikap seakan-akan hendak menyongsong datangnya
ancaman tersebut dengan keras lawan keras.
Akan tetapi, begitu serangan dari Lak ci sin mo sudah
hampir mengenai tubuhnya, tiba-tiba Pek Bwe mengigos ke
samping dan menghindarkan diri dari datangnya ancaman
tersebut. Dalam saat bersamaan, Tan Tiang kim segera
melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Sekalipun Pek Bwee telah berkelit denagn gerakan yang
cukup cepat, tapi tak urung dia merasakan juga ada
segulung tenaga pukulan yang sangat dingin berhembus
lewat dari sisi tubuhnya dan mengibarkan ujung bajunya
itu. Ia dapat merasakan bahwa pukulan tersebut membawa
angin serangan yang dingin dan merasuk tubuh.
Sementara itu serangan dari Tan Tiang kim telah
meluncur tiba, serangan yang sangat kuat itu memaksa Lak
ci sin mo harus mundur selangkah ke belakang.
Sambil membalikkan badan, Lak ci sin mo segera
mengayunkan telapak tangan kanannya.
Kali ini serangan tersebut dilancarkan ke arah Tan Tiang
kim. Agaknya Tan Tiang kim sama sekali tidak gentar
menghadapi ancaman pukulan Im hong ciang tersebut,
dengan cepat dia mengayunkan juga tangan kanannya
untuk menyambut datangnya ancaman itu.
Ternyata pukulan udara kosong yang dimiliki Tan Tiang
kim telah mencapai puncak kesempurnaan, tenaga pukulan
yang disertakan dalam setiap serangan sangat kuat an
besar, begiut pukulan dilepaskan maka angin serangan Im
hong ciang yang dilancarkan Lak ci sin mo itu segera
terbendung balik. Tan Tiang kim segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahh. . . bagaimana "
Walaupun selama banyak tahun belakangan ini tanpa
pukulan Im hong ciang mu itu sudah mendapat kemajuan
yang pesat, tapi aku si pengemis tua tidak menganggur
saja" "Ilmu pukulan Im hong ciang memang amat lihay" kata
Pak Bwe pula, "Siapa terkena puku-lan tentu mampus, tapi
itu baru berhasil bila angin pukulannya bersarang telak
ditubuh sasarannya, bila ingin pukulan Im hong ciang tidak
mengenai sasarannya, aku rasa itu mah belum cukup
merupakan suatu ancaman"
"Iblis tua, bila Im hong ciang milikmu itu tak sanggup
dikembangkan lagi, maka keadaan tersebut ibaratnya Sun
Go khong kehilangan tongkat Kim kong pang, jika ingin
mengandalkan kepandaian silat yang kau miliki itu untuk
merobohkan kami berdua, rasanya dihati kecilmu pasti
sudah ada perhitungannya bukan?"
"Kalian hendak menggertak lohu?"
"Tak bisa dikatakan sebagai suatu gertakan, aku si
pengemis tua hanya berbicara sejujurnya"
Sesudah berhenti sebentar, lanjutnya.
"Yang tidak kupahami adalah mengapa kau si iblis tua
bisa sampai dikebun raya ini"'
Kau benar-benar tidak tahu" Ataukah sudah tahu purapura
bertanya " "Jika aku si pengemis tua sudah tahu, buat apa masih
banyak berbicara lagi?"
Lak ci sin mo termenung sebentar, lalu jawabnya.
"Kalau memang kau bertanya dengan sungguh hati maka
akupun akan menjawab dengan sejujurnya"
"Aku siap mendengarkan penjelasanmu itu.
Lohu bukan orang yang berdiam disini, aku bisa berada
disini karena aku sedang disekap di tempat ini.
"Kau disekap disini" Hei iblis tua, kau bukan sedang
bergurau bukan ?" Lak ci sin mo segera mendengus dingin.
"Hmmm! Kau anggap gurauan semacam ini menarik
bagiku" Apakah lohu sengaja hendak mencoreng mukaku


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan tinta bak?" "Aku si pengemis tua menjadi bertambah heran, aku
lihat kau si iblis tua masih utuh kaki tanganmu, ilmu
silatpun tidak punah, siapa yang telah menyekapmu
ditempat ini?" "Soal itu adalah soal pribadiku sendiri, agaknya tidak
perlu kubicarakan terlalu jelas denganmu."
Iblis tua aku si pengemis bertanya dengan sungguh hati,
siapa tahu aku bisa membantu dirimu.
"Kau bisa membantu" bagaimana mungkin aku bisa
mempercayai dirimu?"
"Iblis tua, kamipun tak usah membohongi kau dan lagi
kau sudah memperoleh bukti bahwa Im hong ciang milikmu
itu masih belum mampu untuk melukai kami, mau mundur
kami bisa pergi, mau maju kami bisa menyerang,
sesungguhnya tak perlu kami bicarakan pertukaran dengan
syarat dengan dirimu bukan?"
"Aaai. . .! Padahal sekalipun kuberitahukan kepadamu
juga tak ada guannya!"
"Cobalah katakan, mungkin kami masih bisa memberikan
jasa baik untukmu. . . ."
"Baik! Lohu akan menceritakan kepada kalian!"
"Kami akan mendengarkan baik-baik!"
"Kau tentunya tahu bukan, sehebat-hebatnya seorang
enghiong, keluarga lebih diutamakan?"
"Apakah keluargamu ada persoalan?" tanya Tan Tiang
kim dengan perasaan tercengang.
"Kesalahan paling besar yang pernah kulakukan
sepanjang hidupku adalah punya istri, lebih besar kesalahan
ini setelah punya seorang putra dan seorang putri"
Setelah berhenti sejenak, terusnya.
"Tentunya kau juga tahu bukan, cinta kasih orang tua
terhadap anaknya adalah paling mulia?"
"Sepanjang hidup aku si pengemis tua tak pernah
berkeluarga, soal ini tidak begitu kupahami!"
"Lohu bisa rela berdiam disini meski ilmu silatku tidak
punah adalah dikarenakan anak istriku telah ditahan oleh
mereka sebagai sandera, aku harus berusaha keras untuk
melindungi keselamatan jiwa mereka."
"Hei Iblis tua! Tidak sedikit jago persilatan yang mati
diujung pukulan Im hong ciangmu, masa kau juga
memikirkan keselamatan anak binimu?" seru Tan Tiang kim.
"Itu mah berbeda, mereka. . . ."
Sambil tertawa Pek Bwee segera menukas.
"Tan heng, walaupun perangai iblis tua ini rada aneh dan
suka menyendiri, tapi dia tidak lebih cuma berada dalam
kedudukan antara golongan lurus dan sesat, betul banyak
yang mampus di tangannya, tapi orang yang dibunuh
kebanyakan bukan orang baik-baik."
Lak ci sin mo segera menghela napas panjang.
"Aaaai, sekarang lohu harus menerima pembalasan yang
setimpal" "Pembalasan apa"''
"Anak istriku disandera orang, sedang aku dipaksa untuk
menjaga gedung ini .....'..
Dengan menyandera anak istrimu, apa mereka hanya
memberi jabatan seringan ini kepadamu?" sela Tan Tiang
kim. 'Hmm...... jangan kau anggap tugas ini ringan, lohu
selain diwajibkan menjaga gedung ini, aku-pun
diperintahkan untuk membunuh setiap orang yang berani
memasuki tempat ini"
'Sudah berapa orang yang kau bunuh ditempat ini'
"Baru pertama kali ini kujumpai kalian"
"Lantas sudah berapa hari kau sampai disini?" tanya Pek
Bwe. "Tiga hari." "Kau baru datang selama tiga hari?"
'Lohu tak boleh meninggalkan gedung ini ba-rang
selangkahpun, tapi orang lainpun dilarang masuk kemari"
"Tapi bukankak kami sudah masuk kemari?"
''Tugas yang lohu peroleh adalah orang boleh masul
dalam keadaan hidup, tapi ia jangan harap bisa keluar
dalam keadaan hi-dup"
"Hei iblis tua, siapa yang telah menyandera anak
istrimu?" seru Tan Tiang kim..
"Jika lohu tahu orangnya, sudah dari dulu dulu aku
mencarinya untuk berduel"
Tan Tiang kim menghela napas panjang.
'Hei iblis tua, paling tidak tentunya kau tahu bukan siapa
yang menyuruhmu datang kemari?"
Dengan cepat Lak ci sin mo menggeleng-kan kepalanya,
sambil tertawa getir ia ber-kata:
"Perintah itu datangnya lewat sepucuk surat.. ."
"Sepucuk surat..." ' seru Tan Tiang Kim a-gak tertegun.
' Benar! Surat itu dibuat dengan tulisan ta-ngan istriku,
hanya sekilas pandangan saja aku telah mengenalinya"
"Jadi berbicara sekian lama, rupanya kau telah diperalat
orang tanpa kau sendiri mengetahui siapakah orang itu?"
"walaupun lohu tidak tahu siapakah orang itu" Tapi aku
yakin orang itu sudah pasti ada hubungannya dengan kebun
raya Ban hoa wan. 'Betul, iblis tua kamipun dipancing orang untuk
memasuki kebun raya Ban hoa wan, bagaimana" Perlu tidak
bagi kita untuk bekerja sama?"
"Kerja sama bagaimana ?"
"Bertindak bersama kami, besar kemungkinan kau bisa
berjumpa dengan orang yang menyandera anak istrimu
itu?" "Tidak bisa, lohu tak dapat menyertempet mara bahaya
ini." Mendengar jawaban tersebut Tan Tiang kim segera
tertawa dingin. "Heeehhh. . . heeehhh. . . heeehhh. . . kalaupun merasa
takut begitu bagaimana mungkin anak istrimu bisa
ditemukan?" katanya.
"Bila lohu ikut dirimu dan seandainya anak biniku sampai
mati terbunuh, bagaimana mungkin aku bisa menanggung
resikonya." "Hei iblis tua, bila mereka hendak membunuh anak
istrimu, mereka sudah mempunyai alasan yang kuat untuk
membinasakannya" "Kenapa ?" "Sebab kami sudah memasuki gedung ini dan lagi belum
mati, tentunya kau sendiri juga mengerti, sekalipun kau
hendak menyerang kami dengan sepenuh tenaga, belum
tentu sanggup untuk menangkan aku si pengemis tua. . . .
?" "Memangnya kau dapat menangkan lohu"`' Lak ci sin mo
balik bertanya sambil tertawa dingin.
"Itu sih tidak, kita setali tiga uang, siapapun tak mampu
menenangkan yang lain"
"Itu mah kurang lebih" ejek Lak ci sin mo sambil tertawa
dingin. "Seandainya ditambah dengan Pek Bwe seorang maka
kemungkinan kami untuk menang menjadi bertambah besar
dan jelas" Lak ci sin mo menghembuskan napas panjang, katanya
kemudian: "Oleb sebab itu, kalian telah mencelakai diri-ku !"
"lblis tua, urusan sudah menjadi begini, apakah kau
belum juga sadar apakah..."
Lak ci sin mo menjadi gusar sekali, tukasnya.
"Kau si pengemis tua tak pernah kawin dan hidup
membujang sepanjang masa, tentu saja kau tak akan tahu
bagaimana rasanya punya anak bini"
"Yaa, jika kau tidak percaya dengan perkataan aku
sipengemis tua, akupun tak bisa berbuat apa-apa lagi", kata
Tan Tiang kim sambil tertawa lebar, ''orang persilatan ada
peraturan, tidak mengusik perempuan, tidak mengganggu
yang lemah, mereka bukan cuma menindas binimu saja,
juga menculik putra-putrimu, manusia semacam ini apakah
masih dapat dipercaya"..
Lak-ci sin-mo menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Perduli apa saja yang kau ucapkan, lohu tak dapat
mempercayai perkataanmu itu" katanya.
"Iblis tua kau toh kan masih belum sadar juga, lebih baik
kita berpisah sampai disini saja"
"Kalian mau pergi..'
"Kalan tidak, memangnya kami hendak bertarung dulu
denganmu?" sambung Pek Bwee.
Lak ci sin mo menghembuskan napas panjang.
"Aaaai...! Kepergian kalian ini bukan sama artinya
dengan mencelakai anak istri ku"'
"Yaa, apa boleh buat lagi" Tak ada salahnya kau pikirkan
persoalan ini pelan-pelan, bila sudah mendapatkan
jawabannya, keluarlah dari sini, dan carilah kami..`
Setelah berjalan dua langkah, mendadak ia berpaling
sambil katanya lagi: "Hei, iblis tua! Apakah cuma kau seorang yang berada di
dalam gedung ini?" "Benar, cuma aku seorang!"
Pek Bwe tidak banyak berbicara lagi, de-ngan langkah
lebar dia berlalu dari situ.
Tan Tiang kim mengikuti dari belakangnya dan sekalian
menutup pintu rumah, setelah itu katanya:
"Pek heng, apakah kau berhasil melihat sesuatu?"
"Agaknya mereka sudah melakukan per-siapan yang
cukup matang. Lak ci sin mo tidak lebih hanya langkah
catur pertama yang dipersiapkan"
"Betul! Agaknya dalam serangan tadi, si gembong iblis
tua itu belum menyerang dengan sepenuh tenaga.."
"Tapi kenapa?" sela Pek Bwe.
"Mungkin belum sampai waktunya untuk beradu jiwa"
"Yaa, paling tidak dia juga mengerti bahwa dia masih
bukan tandingan dari kita berdua"
"Tapi jika dia ditambah dengan beberapa orang lagi,
maka dengan cepat mereka akan menjadi musuh tangguh
kita" "Jadi kalau begitu kita seharusnya merobohkan dia, atau
paling tidak memunahkan ilmu silatnya"
"Aaai....! Seandainya kedudukan kita berba-likan, Lak ci
sin mo sudah pasti mampus sedari tadi"
Sembari bercakap-cakap kedua orang itu me-lanjutkan
langkahnya kedepan. Pek Hong sekalian segera mengikuti di belakang Tan
Tiang kim berdua, mereka cuma men-dengarkan
pembicaraan itu dengan tenang, tak seorangpun yang turut
menimbrung atau banyak bertanya.
Terdengar Pek Bwe berkata lagi.
"Hei pengemis tua, aku rasa makin dipikir keadaan
semakin tidak beres, masa dalam gedung itu hanya ada Lak
ci sin mo seorang?" "Menurut pendapatmu masih ada siapa lagi?"
"In tiap hui cun!"
"Apakah orang itu adalah It tiap hui cun atau bukau, aku
tidak tahu, tapi memang tak bakal salah lagi jika dalam
gedung itu masih terdapat orang lain"
"Apakah sedari tadi kau sudah tahu?"
'Yaa, aku sudah tahu sedari tadi"
"Kenapa tidak kau katakan"
"Dikatakan pun apa gunanya?"
"Semestinya kita harus masuk untuk melakukan
penggeledahan, siapa tahu kalau It tiap hui cun bisa
ditemukan?" "Sekalipun bisa ditemukan apalagi gunanya" Mereka
punya sepuluh macam siasat, kita punya rencana matang,
menanti mereka sudah tiba saatnya untuk muncul sendiri,
sekarang aku rass tak perlu menggebuk rumput
mengejutkan ular" 'Hei pengemis tua, agaknya kau mempunyai rencana
yang matang dalam hatimu?"
Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap ke
arahnya, lalu jawabnya sambil tertawa.
"Jago lihay dari Kay pang sudah banyak yang
berdatangan kemari, lebih baik lagi jika dapat menemukan
orang orang mereka dalam jum-lah besar, dengan begitu
pertarungan baru akan berlangsung dengan ramai dan
meriah" "Pengemis tua, persoalan paling penting yang harus kita
lakukan sekarang adalah berusaha untuk menemukan Tiong
It ki" "Ooooh. . . !" "Oleh sebab itu apabila kita mengulur waktu untuk
bertarung, kita ulur waktu sebisanya."
"Baik! Kata Tan Tiang kim sambil mengangguk, kau dan
orang Bu khek bun bertugas mencari orang, sedangkan aku
si pengemis pun dengan orang-orang Kay pang untuk
khusus menghadapi musuh"
"Baiklah, cuma lebih baik lagi jika orang Kay pang bisa
bekerja sama dengan kami'
Tan Tiang kim segera tertawa.
"Soal ini tak usah Pek heng kuatirkan, menolong Tiong It
ki juga merupakan ha-rapan dari Kay pang .... cuma...."
"Cuma kenapa?" Kebun raya Ban hoa wan begini luas dan lebar, darimana
kita bisa tahu mereka se-sungguhnya bersembunyi
dimana?" "Masalah ini memang merupakan suatu persoalan, lohu
selalu memikirkan hal ini, tapi tidak berhasil juga
kutemukan suatu cara yang baik untuk mencari tempat
persembunyian Tiong It ki"
Oleh karena itu kita harus pelan-pelan mencari, mencari
kesempatan dan beradu nasib, jika harus mencari tanpa
tujuan, bagaimana mungkin bisa ditemukan" Kesemuanya
ini harus menggunakan sedikit akal dan kecerdikan.
Sekarang kita akan kemana"'
"Kandang macan, tempat itu seharusnya merupakan
tempat yang paling berbahaya dalam kebun raya Ban hoa
wan`

Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pengemis tua, kau mengatakan kandang macan paling
berbahaya, apakah macan-macan dalam kandang itu bisa
keluar untuk melukai orang?"
Kalan dibilang cuma macan itu bisa keluar untuk melukai
orang saja, hal mana justru bukae sesuatu yang aneh,
make aku pikir sudah pasti persiapan mereka bukan hanya
sampai disitu saja" "Dalam kandang macan, isinya melulu macan, kalau
bukan macan yang diandalkan, memangnya masih ada apa
lagi"' "Aku tidak tahu, cuma aku yakin didalam kandang macan
itu sudah pasti terdapat jebakan lain yang menakutkan"
"Menurut keterangan dari Ti Thian hua, tempat yang
paling menakutkan dalam kebun raya Ban hoa wan ini
bukan kandang macan, melainkan empang ikan leihi"
"Walaupun empang ikan leihi berbahaya, tapi harus
mempunyai suatu syarat mutlak' kata Tan Tiang kim.
"Syarat apa?" "Sang korban musti tercebur dulu ke dalam air"
Itu berarti asal kita tidak terjatuh ke air, mereka pun tak
akan mampu untuk melukai kita" .
"Tapi aku percaya mereka pasti mempunyai cara untuk
mendorong kita masuk ke air"
"Apa caranya?" "Soal ini aku juga kurang terang, pokok-nya kebun raya
Ban hoa wan ini meski sepintas lalu bagaikan tempat
rekreasi yang berpemandangan sangat indah, tapi
sesungguhnya tempat ini merupakan suatu tempat yang
berbahaya sekali" Sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka
sudah tiba diluar kandang macan.
Yang dimaksudkan sebagai kandang macan adalah
sebuah pagar kayu yang tingginya satu kaki lima depa,
membentuk gerakan lingkaran menurut keadaan medan
disana dan memisahkan antara bagian dalam dan bagian
luar dengan sederet pagar.
Tanah didalam pagar kayu itu sangat luas, paling tidak
juga mencapai dua bau, itu berarti tempat bergerak macanmacan
tersebut cukup luas dan lebar, karenanya macan
yang ada dalam kandang semuanya kelihatan angker dan
menyeramkan. Begitu besar kandang itu dengan begitu banyak macan
yang berada disitu, tapi anehnya tak nampak sesosok
bayangan manusia yang berada disitu.
Pek Bwe berdiri diluar pintu pagar sambil menengok ke
dalam, kemudian pelan-pelan berkata:
"Tan heng, apakah kau telah menyaksikan sesuatu?"
'Aku si pengemis tua sedang berpikir, me-ngapa didalam
kandang itu tidak nampak tempat khusus untuk memberi
makan macan-macan itu?"
"Siaute juga sedang merasa curiga, agaknya harimauharimau
ganas itu seakan-akan tak pernah diberi makanan
saja" Diam-diam Tan Tiang kim mencoba untuk menghitung
jumlah binatang buas itu, ternyata jumlahnya mencapai
delapan belas ekor. Dengan perasaan terperanjat dia lantas berpikir.
"Seekor harimau saja membutuhkan makanan yang
besar sekali porsinya, apalagi delapan belas ekor sekaligus,
mungkin membutuhkan beberapa ekor kambing sehari, wah
lama kelamaan bisa bangkrut kalau begitu terus!"
Setelah itu Pek Bwee juga sedang berpikir, jika harimauharimau
itu diberi makanan, sudah pasti akan tampak sisasisanya
disana, tidak mungkin tempat semacam itu bisa dibersihkan
setiap hari, tapi anehnya mengapa disitu tiada
sisa makanan yang tertinggal?"
Dalam pada itu, harimau-harimau ganas dalam kandang
itu pelan-pelan sudah berkumpul menjadi satu, delapan
belas ekor harimau dengan tiga puluh enam buah matanya
bersama-sama ditujukan ke tubuh beberapa orang itu
dengan garang. Sinar mata harimau-harimau ganas itu hampir
seluruhnya memancarkan sinar lapar dan bengis yang
cukup menggidikkan hati siapapun yang melihatnya.
Tan Tiang kim dan Pak Bwe adalah orang-orang yang
sudah seringkali melakukan perjalanan didalam gunung.
merekapun sudah punya beberapa kali pengalaman
berjumpa dengan harimau, akan tetapi setelah
menyaksikan sinar mata dari harimau-harimau tersebut,
bergetar juga perassan mereka berdua.
Sebab sinar mata dari harimau-harimau itu adalah sinar
mata harimau kelaparan yang siap menerkam mangsanya.
Malahan mereka yang tidak berpengalaman dalam soal
harimau pun segera timbul juga perasaan bahwa harimauharimau
tersebut tidak bermaksud baik setelah
menyaksikan keadaan itu. "Saudara Pek, sekarang aku mengerti dengan cara apa
mereka memberi makan kepada harimau-harimau itu" kata
Tan Tiang kim kemudian. "Bagaimana caranya?"
"Pek heng seandainya mereka gunakan sebuah
kerangkeng besi yang didalamnya telah diberi makanan,
lalu masukkan kerangkeng tadi ke dalam kandang macan,
bukankah macan-macan itu akan berebut masuk kedalam
kerangkeng itu"'' "Betul, setelah memberi makan kepada hari-mau itu dan
tempat dalam kandang dibersihkan, kerangkeng besi itu
bisa didorong masuk lagi ke dalam kandang dan
melepaskan penutup kerangkeng itu, dengan demikian
tempat disini tidak akan di jumpai jejak apa-apa lagi!"
"Aku rasa tak usah musti memakai kerangkeng besi,
sebuah kerangkeng dari kayu saja sudah lebih dari cukup''
"Entah kerangkeng apa yang mereka gunakan, aku rasa
cara itu sudah tak bakal salah lagi"
"Pek heng kau masih melihat apa lagi?"
"Agaknya macan-macan ini seringkali makan manusia,
maka begitn melihat ada manusia, mereka lantas
menunjukkan selera dan napsu yang besar sekali"
"Betul! Disinileh letak keseraman dari kandang macan,
sekarang macan-macan itu sudah mulai lapar, agaknya
mereka siap menerkam kita setiap a-da kesempatan.
Seandainya dalam keadaan seperti ini secara ti-ba-tiba
muncul satu orang saja untuk membuka kandang tersebut,
macan-macan itu sudah pasti akan menerkam kita dengan
penuh napsu" "Locianpwe", kata Tang Cuan, seandainya kedelapan
belas ekor macan itu muncul bersama dari dalam kandang,
sanggupkah kita untuk menghadapinya?".
"Sulit untuk dikatakan, seandainya kita seorang harus
menghadapi seekor macan, bagaimanapun ganasnya macan
itu aku yakin kita masih sanggup untuk menghadapinya,
jika kita berlima harus menghadapi sepuluh ekor macan,
entah bagaima-na akhirnya, kita pasti ada yang terluka,
sebaliknya jika delapan belas ekor macan itu menerkam
bersama, diantara kita pasti ada beberapa orang yang
terluka parah". "Tan cianpwe, betulkah ke delapan belas ekor harimau
itu semuanya ganas?"
"Betul, tampaknya kawanan macan ini merupakan jenis
yang luar biasa ganasnya bukan kepalang, apalagi melalui
seleksi ketIat, maka sulit untuk dihadapi"
Agaknya ucapan tersebut belum selesai diucapkan,
mendadak ia tutup mulut dan ti-dak berbicara lagi.
"Kalau memang begitu, lebih baik kita cepat-cepat
tinggalkan tempat ini", kata Pek Hong.
"Andaikata mereka ada maksud untuk me-nyerang kita
dengan macan-macan itu, aku rasa terlambat sudah buat
kita untuk pergi meninggalkan tempat ini"
Mendadak terdengar suara auman macan yang
mengerikan hati berkumandang memecahkan keheningan.
Seekor harimau mengaum, harimau-harimau yang
lainpun turut mengaum, maka dalam waktu singkat
suasana disekitar tempat itu diliputi oleh suara auman
harimau yang saling bertahut-sahutan.
Berada dalam keadaaa begini, sekalipun Tan Tiang kim
berpengalaman amat lihai, tak urung dibuat tidak tenteram
juga oleh suara auman macan yang amat hebat itu.
Pak Hong dan Tang Cuan sekalipun tanpa terasa segera
meraba gagang pedang masing-masing.
Dengan kening berkerut Pek Bwe berkata:
"Auman harimau itu bersahut-sahutan, tampakmya
binatang-binatang buas itu siap me-lakukan suatu tindakan,
kita musti berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan yang
tidak diharapkan" "Betul!" kata Tan Tiang kim sambil meng-angguk, "jika
pintu yang dibuka hanya satu, kita harus manfaatkan
kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, tapi kalau pintu
kandang yang dibuka sangat banyak sehingga kita tak
sanggup membendungnya, sudah pasti kedelapan belas
ekor harimau itu akan keluar dari kandang bersama,
akibatnya be-berapa orang diantara kita pasti akan menjadi
korban" "Tan heng, bagaimana kalau kita hadapi dengan
kecerdikan?" tanya Pek Bwe.
"Mungkin korban yang jatuh akan lebih sedikit"
Pek Bwee segera memperkeras suaranya seraya berseru.
"Kalau begitu dengarkan baik-baik, jika harimau-harimau
itu keluar dari kandang nanti, kira harus mencari akal untuk
menyumbat pintu kandang yang terbuka. Kemudian sekuat
tenaga menyerangnya sampai mati, adapun kepandaian
yang kalian miliki, pergunakan semua tanpa ragu-ragu, baik
itu senjata rahasia maupun senjata tajam"
Setelah berhenti sejenak, terusnya:
"Andaikata harimau itu sudah keluar dari kandang, maka
kalian jangan sekali-kali menghadapi dengan kekerasan,
tapi pergunakanlah sedikit kecerdasan"
Auman harimau yang keras dan menggetarkan sukma
masih berkumandang terus, suasana begini semakin
menciutkan perasaan setiap orang yang berada disana.
TAPI anehnya pintu kandang tiada yang terbuka,
sedangkan kawanan harimau itu pun tak ada yang
menyerbu keluar dari sana.
Mendadak terdengar serentetan suara aneh yang sangat
rendah bergema dari balik auman harimau tersebut.
Jilid 19 Mendengar pekikan suara aneh tadi, auman harimau
yang bersahut-sahutan itu segera berhenti sama sekali.
Suasana didalam kandang harimau itupun pulih kembali
dalam ketenangan seperti sedia kala.
Tapi rombongan harimau itu belum mem-bubarkan diri,
mereka masih berkumpul menjadi satu, sambil mengawasi
kelompok manusia diluar kandang.
"Rupanya harimau-harimau di dalam kandang ini sudah
mendapat pendidikan yang ketat" kata Tan Tiang-kim
dengan dingin. "berada dalam kendali orang lain, aku rasa
lebih susah lagi untuk dihadapinya"
-ooo0ooo- BAGIAN 21 ANEHNYA dari empang ikan leihi kita sudah sampai di
kandang macan, kena-pa mereka belum juga turun
tangan"." Kata Pek Bwee.
"Belum sampai waktunya"
Pek Bwe berpaling dan memandang sekeliling tempat itu,
lalu katanya: "Agaknya kandang macan ini letaknya berada dipaling
belakang dari kebun raya Ban hoa wan, kalau mereka
belum juga turun tangan, lantas mereka bersiap-siap akan
turun tangan dimana"'
"Mereka sedang menunggu.....'
Belum lagi ucapan tersebut diselesaikan tiba-tiba
terdengar seseorang berkata dengan dingin:
"Kebun raya Ban hoa wan adalah tempat tinggal jago
lihay, kalian berani memasuki-nya berarti kalian harus mati"
Suara ini seakan-akan datang dari suatu tempat yang
sangat jauh, Tan Tiang kim hanya bisa menentukan arah
datangnya suara tersebut, tapi tidak melihat darimana
orang itu berbicara. Kontan saja Tan Tiang kim merasakan hatinya bergetar
keras, tapi mimik wajahnya masih tetap menunjukkan
ketenangan yang luar biasa, setelah menarik napas
panjang, serunya: "Jago lihay dari manakah yang telah memberi petunjuk"
Kenapa tidak segera munculkan diri?".
Suara yang dingin menyeramkan itu kembali
berkumandang. 'Tan Tiang kim, apa sangkut pautnya antara urusan Bu
khek bun dengan perkumpu-lan Kay pang" Kenapa kau
mencampurinya?" "Siapakah yang tidak tahu kalau Kay-pang dan Bu khek
bun mempunyai hubungan yang akrab, apanya yang musti
diherankan?" Suara yang dingin menyeramkah tadi berkata lagi.
"Aaai .....!. Lohu menjadi agak menyesal dan sedih"
"Apa yang musti kau sesalkan?"
"Bagaimanapun juga kau mempunyai nama yang cukup
tersohor dalam dunia persilatan, bila hari ini mesti mampus
dalam kebun raya Ban hoa wan, bukankah hal itu
merupakan suatu peristiwa yang patut disesalkan"
"Aku si pengemis tua sudah hidup enam puluh tahun
lebih, masa hidupku sudah cukup panjang, sekalipun harus
mati disini hari ini, bagi aku si pengemis tug maah bukan
terhitung sesuatu peristiwa yang pan-tas disesalkan!"
Sementara itu Tan Tiang kim sudah tahu kalau suara
tersebut berasal dari puncak pohon pek-yang tinggi besar
disebelah barat kandang macan itu.
Daun pohon itu sangat rimbun dan lebat, sehingga sukar
untuk dilihat dimanakah orang itu menyembunyikan diri.
Tapi Tan Tiang kim adalah seorang jago kawakan yang
sudah lama sekali berkelana dalam dunia persilatan,
meskipun terkejut didalam hati, namun diluar ia cuma


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tertawa dingin. "Besar amat bacotmu!" serunya.
"Tan Tiang kim!" kata suara dingin itu dengan nada
menyeramkan, "tampaknya tidak sedikit jumlah anggota
Kay pang yang berdatangan pada hari ini."
Sepasang mata Tan Tiang kim yang tajam tiada hentinya
memeriksa pohon pek-yang tersebut sementara mulutnya
menjawab: "Anggota Kay pang tak terhitung jumlahnya yang sudah
mencapai ribuan orang, dapatkah kau lihat berapa banyak
jago kami yang telah berdatangan hari ini?"
"Tan Tiang kim!" suara yang dingin itu kedengaran agak
marah, "sungguh tidak beruntung lohu harus melihat dirimu
lebih dulu. . . . ."
"Melihat aku kenapa?"
"Melihat kau bakal mampus!"
Tan Tiang kim segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . sayang sekali,
aku masih segar bugar"
Tidak terdengar uara jawaban lagi, agaknya orang itu
sudah pergi meninggalkan tempat itu.
Tan Tiang kim mendehem berat, kemudian serunya lagi.
"Saudara, kalau toh kau berani membentak dan menegur
aku Tan Tiang kim, kenapa tidak berani untuk
menampakkan diri?" Sekalipun sudah diulangi beberapa kali, ternyata tidak
terdengar juga ada orang yang memberi jawaban.
Pek Bwee menghembuskan napas panjang.
"Tampaknya mereka sudah pergi!"
"Hmm! Bangsat itu berlagak misterius, agaknya orang
itupun merupakan seorang jago kawakan yang sudah
seringkali melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan"
Belum sempat Tan Tiang kim menjawab, tampak
bayangan manusia berkelebat lewat, seorang manusia
berbaju putih sudah menampakkan diri dibalik kandang
macan itu. Tampak orang itu melompat dua kali dengan menutulkan
ujung kakinya diatas papan kayu itu, kemudian dengan
enteng dan melampaui pagar kayu tadi dia melayang turun
dihadapan Tan Tiang kim mengawasi orang itu lekat-lekat,
kemudian serunya dengan dingin:
"Kau adalah ....."
Orang itu mengenakan baju serba putih, usianya antara
tiga puluh tahunan, pedang tersoren di punggung dan
wajahnya sangat asing, baik Tan Tiang kim maupun Pek
Bwee tak ada yang mengenalinya.
" Kaukah yang bernama Tan Tiang kim"'' tegur orang
berbaju putih itu dengan wajah serius.
" Betul, aku si pengemis tualah orangnya"
"Bagus sekali, serahkan nyawamu!"
"Kau hendak membunuh aku si pengemis tua?"
"Yaa, aku mendapat tugas untuk kemari mencabut
selembar nyawamu!" Tiba-tiba Tang Cuan maju selangkah ke depan, kemudian
serunya: "Sobat, kasar amat sikapmu!"
Orang berbaju putih itu memandang sekejap ke arah
Tang Cuan, kemudian tegurnya:
"Siapakah kau?"
"Aku Tang Cuan!"
"Minggir kau dari situ!"
Tang Cuan segera tertawa dingin, katanya:
"Tan cianpwe adalah seorang yang sangat terhormat, tak
nanti ia sudi bertarung dengan manusia macam kau"
Dengan cepat orang berbaju putih itu meraba gagang
pedangnya, kemudian membentak keras:
''Minggir kau!" Tang Cuan juga meloloskan pedangnya dari sarung.
"Kau musti menangkan dulu pedang dari aku orang she
Tang sebelum bertempur me-lawan Tan locianpwe"
Mendadak tampak cahaya tajam berkilauan di angkasa,
sekilas bayangan dingin langsung membacok ke tubuh Tang
Cuan. Dengan cepat Tang Cuan menggerakkan pedangnya
untuk menangkis...... "Traang!" ia sudah membendung
serangan pedang dari orang berbaju putih itu,
Suatu pertempuran sengit dengan cepat berkobar
dengan hebatnya. Sepasang pedang saling menyambar bagaikan sambaran
kilat dengan cepatnya kedua belah pihak sudah berada
dalam keadaan seimbang dan siapapun tak sanggup
mengalahkan yang lain. Ilmu pedang Cing peng kiam hoat yang diyakinkan Tang
Cuan meski sudah mencapai kesempurnaan sebesar
delapan bagian, tapi untuk menghadapi serangan gencar
dari manusia berbaju putih itu, dia masih selisih satu
tingkat. Sekalipun demikian, setiap kali Tang Cuan sudah
terdesak dan hampir menderita kekalahan, tiba-tiba saja
muncul satu jurus tangguh yang segera merebut kembali
keadaan yang berbahaya menjadi menguntungkan. JurusKANG
ZUSI http://kangzusi.com/
jurus aneh yang digunakan itu semuanya amat lihay, ganas
dan luar biasa, hal mana memaksa kemenangan yang
hampir saja diraih orang berbaju putih itu secara tiba-tiba
lenyap tak berbekas. Dengan demikian, maka suasana pertarunganpun
menjadi kalut dan tidak diketahui mana yang menang dan
mana yang kalah. Dalam waktu singkat ratusan gebrakan
sudah lewat, tapi pertempuran sengit masih berlangsung
terus dengan ramainya, menang kalah masih belum juga
diketahui. Tan Tiang kim yang menjumpai keadaan itu menjadi
sangat keheranan, dengan suara lirih dia berkata:
"Saudara Pek, tak kutangka kalau ilmu pedang Cing peng
kiam hoat ternyata demi kian lihay dan luar biasanya,
kejadian ini sungguh diluar dugaan aku si pengemis tua".
Pek Bwe mengerti jurus-jurus aneh yang sakti dan
muncul berulang kali itu bukan jurus pedang dari ilmu Cing
peng kiam hoat asli, melainkan merupakan jurus-jurus
pedang ajaran dari Cu Siau hong.
Cuma, beberapa jurus serangan itu sudah dilebur ke
dalam ilmu pedang Cing peng kiam hoat, jadi kalau dibilang
jurus-jurus serangan itupun merupakan jurus serangan dari
Cing peng kiam hoat, hal itupun tak dapat dianggap salah..
Berpikir demikian, pelan-pelan dia menjawab.
"Selama banyak tahun belakangan ini, aku sudah keluar
dari perkampungan Ing gwat san ceng, jadi terhadap
perkembangan dari ilmu pedang Cing peng kiam hoat kurang
begitu paham" Sementara itu Tan Tiang kim secara diam-diam telah
mengerahkan tenaga dalam nya untuk bersiap-siap, dia
telah bersiap-siap untuk setiap saat turun tangan menolong
Tang cuan. Walaupun begitu, tapi selama ini dia tak pernah turun
tangan untuk membantu. Perubahan jurus pedang yang dimainkan lelaki berbaju
putih itu makin lama kelihatan semakin ganas, setiap jurus
serangan yang dipergunakan rata-rata merupakan jurus
mematikan yang dahsyat dan penuh diliputi hawa
pembunuhan yang mengerikan.
Untuk menghadapi serangan-serangan dahsyat dari
orang berbaju putih itu, Tang Cuan juga kelihatan makin
lama semakin bertambah payah..
Sekalipun demikian, Tang Cuan justru makin bertarung
semakin mantap, permainan pedang Cing peng kiam
ditangannya juga semakin kuat dan meyakinkan.
Kecuali disaat-saat yang amat berbahaya, dia baru
menggunakan jurus aneh untuk menolong diri, boleh
dibilang sebagian besar diat bertarung menggunakan ilmu
pedang Cing peng kiam. Ketika ratusan jurus sudah lewat, tapi lelaki berbaju
putih itu belum juga berhasil merobohkan Tang Cuan,
hatinya mulai gelisah dan cemas sekali, peluh sebesar
kacang mulai jatuh bercucuran membasahi wajahnya.
Gelisah dan cemas adalah pantangan yang terbesar bagi
seorang jago pedang, dengan kemampuan permainan
pedang yang dimiliki orang berbaju putih itu, sesungguhnya
dia boleh dibilang termasuk jagoan kelas satu, tapi anehnya
ia tak mampu untuk mengen-dalikan pergolakan perasaan
sendiri. . . . Tampak peluh yang membasahi kepala jago pedang
berbaju putih itu, makin lama semakin banyak, agaknya
perasaan hati orang itu sudah mencapai puncak
ketegangan. Tiba-tiba jago pedang berbaju putih itu berpekik nyaring
dengan gusarnya, mendadak tubuhnya melejit ke tengah
udara, sekali meluncur ke angkasa, tubuhnya telah
mencapai tiga kaki lebih dari permukaan tanah.
Kemudian setelah berjumpalitan satu kali badannya
berputar kencang, dengan kepala dibawah kaki diatas dia
meluncur ke bawah, pedangnya diputar kencang
menciptakan selapis bunga pedang yang sangat tebal,
kemudian dengan cepatnya menyelimuti seluruh angkasa.
Itulah sebuah serangan kilat yang dahsyat sekali, tubuh
berikut pedangnya langsung menumbuk ke tas badan Tang
Cuan. Pek Bwe segera membentak nyaring.
"Tang Cuan, jangan tegang, lohu akan membantu
dirimu." Ditengah bentakan keras, secara beruntun ia lancarkan
dua buah pukulan dahsyat ke tubuh orang berbaju putih itu.
Tang Cuan sendiripun diam-diam menggertak gigi,
sambil menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya
dia memutar pedang dan maju menyongsong datangnya
ancaman tersebut. Serangannya ini boleh dibilang merupakan suatu
serangan yang mempengaruhi mati hidupnya.
"Traaanng. . .!" terdnegar bunyi benturan nyaring yang
memekikkan telinga bergema memecahkan keheningan,
diantara percikan bunga api dua sosok bayangan manusia
saling berpisah satu sama lainnya.
Diujung pedang kedua belah pihak sama-sama terlihat
noda darah yang berwarna merah kental.
Luka si orang berbaju putih terletak dibagian dadanya,
pakaian yang dipakainya terbelah lebar dan mulut lukanya
hampir mencapai setengah jengkal lebih.
Tidak terlihat bagaimanapun bentuk luka itu, tapi darah
segar yang memancarkan keluar dari mulut luka itu
bagaikan sumber mata air.
Luka Tang Cuan berada di atas bahu, darah segar pun
telah membasahi separuh dari baju yang dikenakan.
Dengan langkah lebar Pek Hong segera memburu
kemuka, lalu tegurnya lirih:
"Nak, parahkah lukamu?"
Tang Cuan menggerakkan sebentar lengan kanannya
yang mencekal pedang, setelah itu menjawab:
'Untung saja lukanya belum sampai ke tulang, luka ini
hanya luka dikulit saja..."
Setelah menghembuskan napas panjang, dengan suara
lirih terusnya: 'Sunio, sebetulnya aku tak sanggup menghindarkan diri
dari serangan tersebut, untung saja ada tiga jurus ilmu
pedang penolong jiwa dari Siau hong sute, dengan
dileburnya ketiga jurus itu kedalam ilmu pedang Cing peng
kiam hoat, sesungguhnya hal ini membuat kehebatan ilmu
pedang Cing peng kiam hoat berlipat ganda lebih dahsyat."
"Aku dapat melihat akan hal itu, persembahannya untuk
Bu khek bun kami memang besar sekali." Sahut Pek Hong.
Seraya berkata dia merogoh sakunya dan mengeluarkan
obat luka luar, kemudian turun tangan sendiri untuk
membalut luka Tang Cuan diatas bahunya itu.
Tang Cuan orangnya lugu dan polos, ia tak pandai
berbicara, meski hati kecilnya merasa berterima kasih
sekali, namun dibibir tak sepatah katapun yang sanggup
diucapkan keluar. Sin jut, Kui meh, Tan Tiang kim dan Pek Bwee telah
berdatangan semua, mereka berempat masing-masing
berjajar disekeliling tbuh orang berbaju putih itu, mencegah
sergapan kilat yang dilakukannya secara tiba-tiba.
Tiba-tiba orang berbaju putih itu melompat ke tengah
udara, kemudian langsung melompat masuk kedalam
kandang harimau. . . Tan Tiang kim yang menyaksikan kejadian itu segera
berkerut kening, serunya.
"Hei, apa yang telah terjadi?"
"Dia hendak mengumpankan diri untuk santapan
kawanan harimau tersebut. . ." kata Pek Bwee.
Sementara pembicaraan berlangsung, orang berbaju
putih itu sudah menubruk masuk kedalam kerumunan
macan-macan kepalaran itu.
Mungkin bau amis darah dari mulut lukanya itu telah
membangkitkan napsu makan harimau tersebut, terdengar
auman yang keras sekali, kawanan harimau itu segera
menubruk ke depan dengan garangnya.
Jerit kesakitan yang memilukan hati berkumandang
memecahkan keheningan disusul suara robeknya perut dan
kulit badan manusia, dalam waktu singkat orang berbeju
putih itu sudah dilahap kawanan macan itu sehingga tak
sepotong badannya yang masih tersisa.
Tan Tiang kim yang menyaksikan adegan seram tersebut
cuma bisa berdiri termangu-mangu seperti orang bodoh,
lama kemudian ia baru bisa berkata:
"Sungguh suatu peristiwa brutal yang belum pernah
kubayangkan sebelumnya, tak nyana kalau orang itu
memiliki keberanian sedemikian besarnya untuk
mengumpankan diri sebagai santapan kawanan harimauhuunh
.... betul-betul menakutkan sekali, terus terang, aku
si pengemis tua tidak memiliki keberanian seperti itu"
"Untuk beradu jiwa atau bertarung sampai titik darah


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penghabisan, aku orang she Pek tak pernah merasa takut"
kata Pek Bwe pula. "tapi kalau menyuruh aku
mengumpankan diri sebagai santapan kawanan harimau,
ooh ....terima kasih! Aku orang she Pek tak akan memiliki
keberanian semacam itu"
Dalam pada itu, Pek Hong telah selesai membalut luka
yang diderita Tang Cuan, dengan langkah lebar dia segera
jalan menghampirinya. Ketika delapan belas harimau buas itu selesai melahap
tubuh seorang manusia, itu pun tak lebih baru
membangkitkan selera makan mereka......
Maka harimau-harimau tersebut pun sege-ra
memperlihatkan mimik wajah buas yang mengerikan,
seakan-akan sedemikian lapar-nya sehingga kalau bisa
detik itu juga me-reka hendak menerkam mangsanya.
Pek Hong memandang sekejap ke arah kawanan harimau
di dalam kandang itu, kemudian dengan perasaan bergetar
keras seru-nya dengan suara dalam:
"Ayah, coba lihat! Dari balik sorot mata harimau-harimau
tersebut tampaknya telah memancar keluar cahaya merah
yang mengerikan sekali, oooh. . . seram benar!"
Tan Tiang-kim maupun Pek Bwee segera memalingkan
kepalanya dan memandang ke dalam kandang.
Apa yang kemudian terlihat segera mem-buat kedua
orang jago tua itu menjadi tertegun.
Mereka menjumpai sorot mata kawanan harimau itu
telah memancarkan semacam sinaar kebengisan yang luar
biasa sekali, kea-daan semacam itu sama sekali tidak mirip
dengan sinar mata harimau biasa.
"Saudara Pek!" Tan Tiang kim segera berbisik, ''aku lihat
keadaannya sedikit tidak beres"
"'Yaa! Pek Bwe membenarkan, "harimau-harimau itu
kelihatan sangat garang, tampaknya mereka sudah bersiapsiap
untuk menerkam manusia dan melahapnya."
"Aku si pengemis tua belum pernah menjumpai harimauharimau
semacam ini, saudara sekalian, kalian musti lebih
waspada dan berhati-hati lagi."
"Tidak bisa begitu, tempat ini tak bisa kita diami lebih
lama lagi, sekalipun kita dapat menghadapi kawanan
harimau tersebut, sudah pasti akan banyak terdapat orang
kita yang bakal menderita luka parah atau bahkan mati. . .
." "Maksud saudara Pek. . . ." sela Tan Tiang kim.
"Sekalipun kita gagal untuk menahan kawanan harimau
itu keluar kandang, paling tidak kita musti memilih suatu
tempat yang menguntungkan buat kita semua"
"Kalau begitu cepat mundur!"
Mendadak terdengar suara pekikan aneh bergema
memenuhi seluruh angkasa, menyusul kemudian kandang
harimau itu roboh secara tiba-tiba.
Bukan Cuma sebagian tapi seluruh dinding pagar kayu
yang merupakan batas kandang tersebut telah roboh sama
sekali. Kejadian ini benar-benar diluar dugaan beberapa orang
itu, belum sampaip mereka mengambil sesuatu tindakan,
hampir pada saat yang bersamaan kawanan harimau ganas
itu telah menyerbu keluar.
Dengan membawa deruan angin amis yang amat
menusuk hidung, binatang-binatang buas yang kelaparan
itu masing-masing menerkam ke tas tubuh beberapa orang
itu. Sin jut dan Kui meh serentak berkumpul menjadi satu
dengan rekan-rekannya kemudian teriaknya keras-keras.
"Cepat berkumpul menjadi satu, tak sempat untuk
mundur lagi!" Padahal tak usah Sin jut dan Kui Meh berteriak memberi
peringatan, Tan Tiang -kim serta Pek Bwee telah
menggeserkan tu-buh dan menggabung diri dengan rekan
la-innya. Kedua orang ini memiliki pengetahuan serta pengalaman
yang luas sekali tentang kejadian didunia ini, reaksi yang
mereka lakukan sudah barang tentu tak bisa dilampaui oleh
Tang Cuan sekalian. Pek Hong sambil melakukan sapuan de-ngan pedang
ditangan kanannya, tangan kiri menarik tangan Tang Cuan
dan diajak berkumpul dengan rekan-rekan lainnya.
Tan Tiang-kim, Pek Bwe, Sin Jut dan Kui Meh segera
memisahkan diri mengam-bil posisi di empat penjuru.
Dengan begitu maka Pek Hong dan Tang Cuan jadi
terlindung ditengah arena..
Sungguh cepat sekali terkaman dari ka-wanan harimau,
tiga ekor harimau secepat anak panah yang terlepas dari
busurnya telah menerkam tiba..
Sambil mementangkan mulutnya dengan gigi yang
runcing, harimau-harimau itu merentangkan cakar dan
menerkam kawanan jago tersebut.
Tan Tiang Kim, Pek Bwe, Sin Jut, Kui Meh, Pek Hong dan
Tang Cuan serentak meloloskan senjata tajam masingmasing.
Cahaya golok, bayangan pedang dengan cepat
menciptakan selapis kabut sinar yang kuat untuk
membendung terkaman dari kawa-nan harimau kelaparan
tersebut. Ditengah auman yang memekikkan hati, dua ekor
harimau raksasa yang berada dipaling depan telah terbacok
sampai mati, sementara yang ketiga kena ditusuk oleh
pedang Pek Hong dan terluka pada bagian dada dan
perutnya, darah segar menyembur keluar dengan derasnya,
tapi binatang itu berhasil juga melewati beberapa orang
tersebut. Tampak cakarnya yang tajam telah berhasil melukai
bahu Pek Hong sehingga pa-kaiannya robek dan bahunya
terobek memanjang oleh cakar harimau yang amat tajam
itu. Padahal Pek Hong tidak seharusnya terluka, tapi demi
melindungi keselamatan Tang Cuan, tubuhnya terpaksa
harus digeserkan jauh lebih ke depan lagi.
Dengan gelisah bercampur cemas, Tang Cuan segera
berseru: 'Sunio, parahkah lukamu?"
"Aaah tidak menjadi soal, cuma luka dikulit!"
Terdengar suara auman harimau berkumandang susul
menyusul, bagaikan gulungan ombak saja, satu gelombang
demi satu ge-lombang kawanan harimau itu melakukan
terkaman kilat ke depan. Tampaknya kawanan harimau itu memang sudah
memperoleh pendidikan yang cukup matang, sekalipun
ayunan senjata rahasia dan senjata tajam yang dilakukan
para jago telah berhasil membunuh enam ekor harimau
buas, tapi sisanya yang masih ada dua belas ekor sama
sekali tidak gentar, malahan mereka bergerak maju terus
ke depan. Walaupan demikian, serangan kilat dari kawanan
harimau itu toh terhenti juga un-tuk sementara waktu.
Dua belas ekor harimau berditi pada jarak kurang lebih
satu kaki dengan kaki depan ditekuk siap melakukan
gerakan menerkam ke arah depan.
Setelah bertarung sekian lama melawan kawanan
harimau tersebut, kawanan jago pun merasa agak sedikit
lelah, menggunakan kesempatan tersebut mereka
beristirahat sebentar. Tan Tiang kim menghembuskan napas panjang,
kemudian katanya... 'Masih ada orang kita yang terluka?"
Sin Jut dan Kui Meh sercntak menjawab hampir
bersamaan waktunya: 'Lapor tianglo, lengan tecu kena tersambar cakar
harimau-harimau itu...."
"Parahkah lukanya"'
"Tidak terlampau parah" sahut Sin Jut.
"Cuma sedikit luka diluar, cuma sekitar mulut luka terasa
kaku dan kesemutan, agaknya cakar harimau itu telah
dipolesi dengan racun '' "Kalian membawa obat luka"'
''Tecu sekalian telah menelan sebutir pil pi tok wan (pil
pencegah keracunan)!"
"Kawanan harimau itu sangat buas dan garang,
andaikata cakar mereka mengandung racun pula, waaah....
mungkin hanya untuk menghadapi kawanan harimau pada
hari ini pun, kita sudah akan kesulitan untuk
menghadapinya" "Tianglo" seru Kui Meh kemudian, "bagaimana kalau kita
bunyikan peluit untuk mengundang bala bantuan?"
"Kalau dilihat situasi yang sedang kita hadapi sekarang,
tampaknya urusan memang tak bisa ditunda lagi.."
Mendadak terdengar bunyi pekikan aneh sekali
berkumandang datang. Mendadak kawanan harimau yang sudah siap melakukan
terkaman itu menarik diri dan mundur kembali kedalam
kandang. Kandang-kandang harimau yang semula sudah
bertumbangan itu secara otomatis telah berdiri tegak
kembali. Dengan begitu, maka kawanan harimau itu pun segera
tersekap kembali didalam kandang.
Menyaksikan kejadian ini. Pek Bwee segera berkerut
kening, kemudian gumamnya.
'Heran, kenapa secara tiba-tiba kawanan harimau itu
sudah terkurung kembali didalam kandang, apakah
bebarapa lembar nyawa kita tidak lebih berharga daripada
nya-wa beberapa ekor harimau ganas itu."
'Sudah pasti kawanan harimau itu dike-ndalikan oleh
bunyi pekikan aneh tadi, soal kenapa mereka sampai
mengundang balik kawanan harimaunya aku merasa
masalah pelik ini sukar untuk dipercaya.
Sementara pembicaraan sedang berlangsung mendadak
tampak ada dua sosok bayangan manusia meluncur datang
dengan kecepatan luar biasa.
Ternyata kedua orang itu adalah Seng Tiong gak serta Cu
Siau hong yang tidak diketahui jejaknya selama ini.
'Siau hong, sedari kapan kalian masuk ke mari?" Pek
Hong segera menegur dengan gembira..
"Tecu dan paman Seng sudah masuk kemari semenjak
tadi'' Sesudah berhenti sejenak, terusnya:
"Sunio, apakah ada orang yang ter-luka oleh cakar
harimau-harimau ganas itu"
"Aku! Masih ada lagi dua orang saudara dari Kay pang!"
sahut Pek Hong segera. 'Tecu mempunyai obat yang mustajab, cepat kalian
telan" Pek Hong menerima sebutir pil berwarna putih bersih,
sambil mengawasi benda tersebut tanyanya:
`Siau Hong, obat apa ini?"
"Obat yang khusus digunakan untuk menawarkan racun
yang ada diujung cakar hari-mau-harimau itu, Sunio! cepat
dimakan" Sin Jut, Kui Meh masing-masing juga menelan sebutir pil.
"Kemari! Aku si pengcmis tua juga minta sebutir" tibatiba
Tan Tiang kim berkata. Pek Bwe juga akhirnya minta sebutir pil penawar racun
itu. Rupanya dari semua orang yang hadir disitu, selain Tang
Cuan seorang, boleh dibilang semuanya telah terluka.
Cuma, lantaran kuatir memmpengaruhi perhbatian orang
lain, maka beberapa orang i-tu hanya menyimpan kejadian
itu didalam hati kecilnya saja.
Pek Bwe segera tertawa, katanya kemudian:
"Siau hong, untung kau membawa datang sebotol obat
penawar tepat pada waktunya, kalau tidak bisa jadi kami
semua akan mampus oleh racun cakar harimau itu!"
Tan Tiang kim juga tertawa pula:
"Saudara Pek, andaikata Siau hong tidak datang tepat
pada waktunya, terpaksa aku si pengemis tua harus
mendatangkan bala bantuan untuk membantu kita
menanggulangi kejadian ini"
"Dengan berbuat demikian, bukankah sama artinya
dengan merusak semua rencana kita"' kata Pek Bwee.
''padahal menanti datangnya bala bantuan juga percuma,
sebab keadaanya sudah pasti tak sempat lagi, padahal
racun-racun itu ganas sekali, tidak sampai setengah jam
sudah mesti racun itu akan kambuh dan mulai bekerja"
'Saudara Tan, sekalipun tidak kau katakan, siaute juga
mempunyai perasaan yang sama, asal kawanan harimau
ganas itu melakukan tubrukan sekali lagi, niscaya kita
semua jangan harap bisa lolos lagi dari tempat ini dalam
keadaan selamat" Setelah berhenti sejenak, orang she Pek i-tu melanjutkan
lebih jauh: "Siau hong, aku ingin bertanya kepadamu, mengapa
secara tiba-tiba kawanan harimau ganas itu bisa balik lagi
ke dalam kandang-nya?"
"Siau hong telah memanggil mereka untuk masuk
kandang" kata Seng Tiong gak menerangkan.
"Aaaah, masa Siau hong bisa memanggil kawanan
harimau ganas itu untuk masuk kandang?" seru Pek Hong
kurang percaya. "Betul! Siau hong pandai sekali mengingat-ingat nada
irama, setelah mendengarkan irama yang dipakai untuk
memberi perintah kepada kawanan harimau ganas tadi,
dengan cepat ia berhasil memahami rahasia di balik irama
tersebut, mula-mula kami memaksa orang itu untuk
menyerahkan obat penawar, kemudlaa Siau hong
merampas peluit tersebut dan meniupkan irama yang
dipahaminya, kawanan harimau ganas itupun segera
mundur kembali ke dalam kandangnya"
Dia berpaling dan memandang sekejap ke arah Cu Siau
hong, kemudian sambil tertawa ia tambahnya:
"Siau-hong bukan cuma pandai dalam mengenali irama
lagu, lagipula orangnya teliti an pintar, rupanya ia sudah
menduga dimanakah letak tombol rahasia yang


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengendalikan kandang kayu itu, ternyata dugaannya
benar juga, baru tangannya menyentuh tombol rahasia
tersebut, pagar kandang yang semual roboh itu tahu-tahu
sudah berdiri kembali seperti sedia kala."
"Oooh. . . . kiranya begitu"
"Tiong-gak!" Pek Hong lantas berkata, "dimana sih
letaknya tombol rahasia yang mengendalikan pagar
kandang harimau ini ?"
"Enso, meskipun sepintas lalu kebun raya Ban hoa wan
memberi kesan kepada orang sebagai tempat hiburan,
sesungguhnya tiap jengkal tanahnya tersembunyi jebakan
yang sangat berbahaya, semua persiapan yang ada di
tempat ini tampaknya telah diatur sedemikian rupa
sehingga amat sempurna sekali, tombol rahasia yang
mengendalikan kandang harimau itu letaknya berada dibalik
semak belukar tujuh kaki dari tempat ini"
"Dibawah semak belukar?"
"Yaa, dibawah semak belukar, seandainya Siau-hong
tidak seksama dan teliti, aku tak akan menduga sampai
kesitu" "Ayo jalan! Kita hancurkan dulu alat rahasia yang
mengendalikan pagar kandang harimau ini" seru Tan Tiangkim.
''Soal itu mah tak usah merepotkan cianpwe, alat rahasia
tersebut telah kami rusak, sekalipun ada tukang yang ahli
dalam alat rahasia ditempat saat ini belum tentu alat
rahasia itu bisa diperbaiki dalam satu dua jam, kecuali
harimau dalam kandang itu bisa melompati kandang kayu
ini, jangan ha-rap mereka bisa lolos lagi"
Tan Tiang-kim manggut-manggut, ujarnya kemudian:
"Siau-hong, dengan cara apa kalian ke mari?"
"Setelah berunding dengan Seng susiok, boanpwe
merasa lingkungan kebun raya Ban hoa-wan ini terlampau
besar, dari sekian besar tempat yang ada, paling tidak pasti
ada satu dua tempat yang bisa dipakai un-tuk menerobos
masuk, maka kamipun men-cari suatu tempat yang bisa
dipakai imtuk menyusup ke dalam kebun
raya ini tanpa diketahui orang lain"
'Apakah perbuatan kalian itu diketahui lawan?"
"Tidak, boanpwe merasa bahwa dalam ke-bun raya Ban
hoa wan ini terdapat banyak sekali alat rahasia yang
disembunyikan dibalik pepohonan dan aneka bunga mereka
pandai msnyembunyikan alat rahasia tersebut sehingga
sukar diketahui orang, oleh sebab itu boanpwe pun
mempergunakan pepohonan dan aneka bunga yang ada
disini untuk menyusup masuk kemari, untung saja jejak
kami tidak sampai diketahui mereka"
"Ehmm .... mempergunakan persiapan yang dilakukan
musuh untuk menyembunyikan diri, Siau hong, kau
memang hebat! ' puji Pek Bwe.
"Locianpwe, ketika boanpwe dan Seng susiok menyusup
masuk kedalam bebungaan, telah kami jumpai suatu
kejadian. "Kejadian apa?"
"Ternyata dibalik bebungahan itupun terdapat banyak
sekali alat-alat jebakan yang berbahaya sekali ....'
'Ooooh. . . " "Ternyata didalam bebungaan tersebut terdapat banyak
sekali benang tipis yang saling berhubungan antara satu
dengan lainnya, boanpwe pernah mencobanya, satu kali
tiap tali benang itu tersentuh, segera a-da jarum tajam
yang meluncur keluar"
"Kejadian semacam itu juga telah dijumpai oleh dua
orang saudara dari Kay pang"
"Yaa, itulah sebabnya dari sini boanpwe dapat menarik
kesimpulan bahwa dibalik bebungahan tersebut
sesungguhnya tersembunyi banyak sekali jago tangguh....''
"Sute" tukas Tang Cuan, "kalau memang bebungahan itu
berbahaya sekali, seharusnya orang merekapun tak
mungkin bisa masuk keluar disekitar tempat itu dengan
lelu-asa" "Siaute curiga, dibawah tanaman bunga tersebut
kemungkinan besar terdapat jalan bawah tanah"
"Lorong bawah tanah"''
"Yaa! Kalau tak ada lorong bawah tanah, kenapa jumIah
orang yang demikian banyaknya dalam kebun raya Banhoawan, secara tiba-tiba bisa lenyap tak berbekas dengan
begitu saja"' 'Jadi maksud sute. . ."
''Siaute rasa, kemungkinan besar mereka bersembunyi di
bawah tanah" Sambung Cu Siau-hong lebih jauh, "dalam
kebun raya Ban-hoa-wan ini tidak terdapat banyak
bangunan rumah, satu-satunya tempat yang bisa dipakai
untuk menyembunyikan diri hanya dibawah tanah"
"Betul! Kalau toh tombol rahasia yang mengendalikan
kandang harimau itu letaknya dibawah tanah, tentu saja
merekapun mungkin juga di lorong dibawah tanah'
"Siau-hong, lantas menurut pendapatmu, bagaimana
cara kita untuk menghadapi mereka" tanya Tan Tiang-kim..
'Sudah barang tentu kita tak bisa menggali tanah atau
merusak kebun raya Ban hoa-wan dengan begitu saja,
apalagi jumlah kitapun tidak cukup untuk melakukan hal
ini" Sute, kalau begitu, kita tidak punya cara yang baik untuk
mengatasi keadaan ini"'' seru Tang Cuan.
'Siaute masih belum berhasil menemukan cara yang baik
untuk mengatasi keada-an tersebut, selain itu kitapun
belum berhasil menemukan pintu masuk menuju ke lorong
rahasia tersebut." "Kalau begitu, terpaksa kita harus menunggu sampai
mereka turun tangan lebih dahulu ....." kata Tan Tiang kim
kemudian. "Tan cianpwe, boanpwe rasa dari pada kita menunggu
sampai pihak musuh turun tangan lebih dulu, mengapa
tidak kita yang memancing kemunculan mereka?" seru Tan
Cuan kemudian. "Benar, kita memang bisa menggunakan akal untuk
memancing kemunculannya, tapi cara apakah yang harus
kita pergunakan sehingga mereka dapat dipancing keluar!'
"Mau memancing kemunculan mereka juga boleh,
memaksa mereka juga boleh, yang penting cara apakah
yang harus kita gunakan?"
"Dengan api, asal kita melepaskan api untuk membakar
pepohonan dan bebungahan yang ada disini serta merta
mereka pasti akan menampakkan diri!'
Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap kearah
pemuda itu, kemudian manggut-manggut.
"Yaa, cara ini memang bisa juga kita pergunakan"
"Mereka telah membakar perkampungan Ing gwat sanceng
kita, mengapa kita tidak gunakan pula cara yang sama
untuk membakar kebun raya Ban hoa wan mereka?"
"Ciangbun suheng, kita tak boleh melepaskan api
ditempat ini!" tiba-tiba Cu Siau hong berbisik.
"Kebun raya Ban hoa wan adalah sebuah tempat yang
amat terkenal, apabila sampai terbakar, sudah pasti
peristiwa ini akan memancing perhatian orang banyak,
rakyat disekeliling tempat ini pasti akan berbondongbondong
datang kemari, kalau sampai terjadi peristiwa
begitu, bukankah yang bakal repot adalah kita sendiri"
Apalagi kebakaran yang mungkin terjadi bisa melenyapkan
semua bukti yang ada"
Mendengar perkataan itu, Targ Cuan lantas manggutmanggut,
katanya kemudian. "Benar! Apa yang dikatakan sute memang benar, cara ini
tak bisa kita gunakan!"
'Dengan susah payah mereka mengatur persiapan ini
serta memancing kita memasuki kebun raya Ban hoa wan,
itu berarti persiapan yang matang sudah pasti ada, aku rasa
mereka pasti tak akan melepaskan kesempatan yang baik
ini dengan begitu saja, maka jangan kuatir. Walau mereka
tidak sampai me-lakukan sesuatu gerakan.
"Pengemis tua" ujar Pek Bwe kemudian. ''apakah kita
harus memilih sesuatu tempat yang baik untuk
melangsungkan duel dengan mereka?".
"Benar!" seru Cu Siau hong pula, "kita bisa memilih
sendiri tempat yang ideal dan cocok untuk melakukan
pertarungan dengan mereka."
Kembali Pek Bwee berbisik:
"Pengemis tua, apakah kau hendak mengadakan kontak
dengan mereka ....?"
"Aku rasa untuk sementara waktu belum perlu!''
"Pengemis tua, apakah kau yakin kalau mereka semua
telah datang kemari .. " '
Mendengar perkataan itu, Tan Tiang trim segera tertawa
lebar. "Soal ini tak usah saudara Pek kuatirkan, bukan saja dari
pihak Kay pang telah da-tang banyak jago, bahkan pihak
Pay kau pun mengirim juga kawanan jagonya dalam jumlah
yang sangat banyak."
"Yang menjadi beban pemikiran dari aku si pengemis tua
sekarang adalah masalah yang lain?" tanya Pek Hong
gelisah. Kay pang dan Pay kau sudah berdatangan ke tempat ini
dalam jumlah besar, karena i-tu mereka lantas mengambil
keputusan untuk tidak berkutik untuk sementara waktu"
Pengemis tua" sela Pek Bwe kemudian. mari kits balik . "
"Ke mana?" "Berusaha untuk membekuk Lak ci sin mo!"
"Sekalipun ia berhasil dibekuk juga belum tentu bisa
memberi banyak petunjuk yang berharga bagi kita, apalagi
dia akan turun tangan dengan sepenuh tenaga demi
keselamatan anak istrinya, walaupun berha-sil
membekuknya, kita juga akan membayar suatu
pengorbanan yang besar sekali..
"Ucapan itu memang benar, cuma kita toh tak bisa
berdiam diri saja ditempat ini bukan?"
"Locianpwe, menurut pendapat boanpwe, sekarang kita
harus menyelesaikan dulu satu persoalan" kata Cu Siau
hong tiba-tiba. 'Persoalan apa?" 'Bila kita bikin mereka sakit hati dan penasaran,
kemungkinan besar, bisa memaksa mereka untuk turun
tangan sebelum waktunya"
"Hei siau hong, kalau berbicara jangan mencla mencle
begitu" tegur Pek Bwe, ma-sa didepan lohu pun kau sengaja
hendak jual mahal" Cepat katakan, soal apa?" .
"Kita bisa turun tangan untuk membunuh sisa kedua
belas ekor harimau ganas itu!"
"Benar!" "Pek yaya, mungkin kau merasa aku terlalu kejam dan
tak berperasaan, sesungguhnya kau harus tahu, setiap hari
harimau-harimau ganas itu diberi santapan daging manusia,
mereka sudah terbiasa makan daging manusia, andaikata
sampai dilepas, bisa jadi akan menimbulkan bencana yang
sangat besar" Pek Bwe manggut-manggut. "Yaa, kawanan harimau itu memang sangat ganas dan
buas, sepuluh kali lipat lebih ganas daripada harimau biasa,
bukan saja mereka sudah terbiasa makan daging manusia,
mungkin juga sudah diberi semacam obat"
"Kandang macan itu luas sekali! bukan suatu pekerjaan
yang gampang untuk membereskan harimau-harimau
tersebut!" Kata Tan Tiang kim cepat.
"Tapi kita kan bisa menyerang mereka dengan
mempergunakan senajat rahasia beracun." Usul Sin Jut.
"Betul! Kalau kita bisa menghadapi kawanan harimau
ganas itu dengan senjata raha-sia beracun, cara ini
memang merupakan sebuah cara yang bagus sekali!''
"Lapor Tianglo" kata Kui Meh, "tecu membawa dua belas
batang senjata rahasia beracun, persis bisa kita gunakan
untuk menghadapi kedua belas ekor harimau ganas itu"
Paras muka Tan Tiang-kim segera berubah hebat,
serunya kemudian: "Darimana kau bisa mendapatkan ke dua belas batang
senjata rahasia beracun itu?"
"Kedua belas batang senjata rahasia itu tecu peroleh dari
perguruan Ngo-tok-bun ...."
"Kau telah membunuh anggota perguruan Ngo-tok-bun?"
"Tecu tidak membunuhnya, tecu dapatkan dengan jalan
mencuri '' "Oooh, senjata rahasia beracun macam apakah itu?"
"Dua belas peluru perak beracun."
"Baik! Keluarkan piau beracun itu, sete-lah
mendapatkannya kau tidak memusnahkan, juga tidak
menyerahkannya kepadaku, cuma kebetulan sekali piau
beracun itu memang bisa digunakan pada saatnya. maka
boleh dibilang perbuatanmu kali ini adadlah membuat jasa
untuk menebus dosa" "Tianglo, kandang harimau itu luas sekali, dibutuhkan
orang yang bertenaga sambitan kuat dan bisa mengarah
sasaran yang tepat untuk melepaskan senjata rahasia ini."
"Peluru perak beracun itu hanya berjumlah dua belas
batang, itu berarti setiap batang senjata rahasia itu harus
berhasil menghajar telak seekor macan"
"Yaa, tecu menyadari bahwa tecu tak memiliki
kemampuan seperti itu" Kui Meh mengakui.
"Bagaimanakah kepandaian saudara Pek didalam
melepaskan senjata rahasia ..?" tanya Tan Tiang kim
kemudian. "Soal ini...." Siaute sendiripun tidak memiliki keyakinan
sebesar itu ....." "Tan Cianpwe, aku bersedia untuk mencobanya" kata Cu
Siau hong secara tiba-ti-ba.
"Siau hong" kata Pek Hong dengan cepat, "kau belum
pernah belajar ilmu melepaskan peluru perak, mana
mungkin bisa kau lakukan serangan tersebut."
"Ilmu thi lian hoa jin (bunga teratai baja) dari Bu khek
bun kita juga termasuk ilmu melepaskan senajta rahasia,
Siau hong pikir semua kepandaian melepaskan senjata
rahasia adalah sama saja, asal kita bisa berhati-hati
sewaktu mempergunakannya, mungkin tak akan berbeda


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jauh satu sama lainnya."
"Sute, tindakan ini bukan suatu perbuatan yang bisa
dianggap sebagai gurauan belaka," kata Tang Cuan, "mana
boleh kau anggap. . ."
"Tak usah kuatir suheng, jika siaute meleset dalam
melepaskan senjata rahasia nanti, bisa kugunakan bunga
teratai besi dan pedang untuk menghadapi harimauharimau
yang tidak terkena sambitan peluru beracun itu!"
Tan Tiang kim segera manggut-manggut, katanya
kemudian: "Keluarkan peluru perak tersebut!"
Kui Meh segera mengeluarkan dua belas batang peluru
perak beracun itu dan diserahkan kepada Cu Siau hong.
Senjata rahasia yang dinamakan peluru perak beracun
itu kecil sekali bentuknya, panjang cuma empat cun dengan
ujungnya berkaitan, warnanya semu biru, ini menandakan
kalau racunnyn ganas sekali.
''Siau hong, lepaskanlah seranganmu itu" kata Tan Tiang
kim kemudian dengan pelan.
Tiba-tiba Cu Siau hong melompat ketengah udara dan
menerjang masuk kedalam kandang harimau tersebut.
Kawanan harimau itu segera meraung ke-ras, sinar
matanya yang buas bersama-sama ditunjukkan kearah Cu
Siau hong. Sianak muda itu membentak keras, sepa-sang tangannya
diayunkan bersama, empat batang peluru perak beracun
segera dilepas-kan kearah sasaran .......
Peluru beracun dari Ngo tok bun memang luar biasa
lihaynya, sifat racunpun sangat hebat, empat ekor harimau
segera terhajar telak dan roboh terkapar di atas tanah.
Cu Siau hong melayang masuk dalam kan-dang harimau,
begitu kakinya mencapai tanah, empat batang peluru
beracun kembali berhasil merobohkan empat ekor harimau
dengan begitu dalam waktu singkat sudah ada delapan ekor
harimau yang dibikin mampus.
Ketepatan dalam serangan, kehebatan dalam
penggunaan tenaga, benar-benar mengagumkan sekali.
Sisanya yang tinggal empat ekor menjadi bertambah
was-was, agaknya mereka sudah merasakan datangnya
ancaman bahaya ma-ut, mendadak sambil mengaum keras,
serentak mereka menerkam ke atas tubuh Cu Siau
Menyaksikan datangnya terkaman itu, Cu Siau hong
berpekik aneh, mendeagar pekikan itu, terkaman para
harimau serentak terhenti ditengah jalan.
Dikala ke empat ekor harimau ganas itu menghentikan
serangannya, Cu Siau hong segera melepaskan kembali
keempat batang peluru beracun yang masih tersisa.
Ke empat batang peluru beracun itu kembali mengenai
sasaran dengan telak, empat ekor harimau ganas yang
masih hidup pun kem-bali terkapar diatas tanah.
Dua belah batang peluru beracun menghasilkan dua
belas batang harimau ganas, sungguh merupakan suatu
prestasi yang sa-ngat mengagumkan.
Memandang kedua belas bangkai harimau yang
tergeletak di tanah itu, Cu Siau-hong menghela napas
sedih, kemudian melompat keluar dari balik kandang.
Tan Tiang-kim manggut-manggut, katanya kemudian:
"Inilah yang dinamakan kalau sudah ahli, maka dengan
cara apapun~sama saja, kalau dilihat dari caramu
melepaskan senjata rahoasia tadi, agaknya sudah banyak
tahun kau melatih kepandaian tersebut"
"Cara melepaskan senjata rahasia sesungguhnya tak
jauh berbeda antara yang satu dengan lainnya, boanpwe
merasa antara peluru perak dengan pisau terbang sebetulnya
tidak jauh berbeda, cuma dikala membunuh kedua
belas ekor harimau itu tadi, telah kugunakan sedikit tipu
muslihat, hal mana membuat hatiku merasa sangat tidak
tenang." "Siau hong, harimau-harimau ganas itu sudah terbiasa
makan manusia, kalau ti-dak dibunuh maka akibatnya
hanya akan mendatangkan kerugian bagi umat manu-sia
sendiri'' kata Pek Bwee. ''Tecu menyesal sekali telah pergunakan suitan harimau
yang menandakan akan diberi makanan, padahal bukan
makanan yang kuberikan, melainkan. . ."
Tan Tiang kim segera tertawa lebar setel-ah mendengar
perkataan itu, serunya: ''Siau hong, kau tak usah terlalu menya-lahkan diri
sendiri, membunuh harimau dengan senjata rahasia
beracun selain lebih praktis juga mengurangi penderitaan
mere-ka sebelum ajalnya tiba''
''Terima kasih cianpwe atas perhatian dan petunjukmu!"
Pek Hong menghembuskan napas panjang, ujarnya
kemudian: "Tan cianpwe, apa yang harus kita lakukan sekarang?"
''Sekarang Siau hong, telah membinasakan kawanan
harimau ganas itu, seharusnya mereka juga sudah
melakukan sesuatu tindakan. . ."
"Tapi hingga kini mereka belum juga melakukan suatu
tindakan" sela Pek- Hong. "kemungkinan besar mereka
telah menemukan sesuatu, maka sambil menahan diri
terpaksa mereka membungkam terus''
"Apalagi mereka belum juga melakukan sesuatu
pergerakan, kita harus mencari akal untuk menghancurkan
empang ikan leihinya" kata Cu Siau hong kemudian.
'Aku pikir disinilah tujuan mereka yang sebenarnya,
dengan kawanan harimau mereka gagal melukai kita, maka
mereka sengaja melakukan sesuatu gerakan agar kita bisa
terpancing menuju ke empang ikan leihi ....." ujarnya Tan
Tiang kim. . "Siau hong, agaknya kau sudah mempu-nyai rencana
yang matang sekali didalam menghadapi empang leihi
tersebut" seru Pek Bwe tiba-tiba.
"Dalam kandang ada harimau, dalam empang ada
siluman, jika kita masukkan kapur dalam jumlah besar
kedalam empang tersebut, aku pikir sekalipun siluman empang
itu sangat ganas, tak nanti ia bisa banyak berkutik"
"Ehmm, cara ini memang sebuah cara yang bagus
sekali!" puji Pek Bwe.
Tiba-tiba terdengar serentetan suara yang dingin sekali
bergema memecahkan keheningan.
"Didalam empang itu terdapat berpuluh-puluh ribu ekor
ikan leihi, apakah tindakan kalian tidak terlampau keji dan
melanggar peraturan langit?"
Ketika semua orang memalingkan kepalanya, maka
tampaklah seorang kakek berjenggot putih telah berada
lebih kurang dua kaki dihadapan mereka.
Padahal semua orang yang hadir di arena rata-rata
adalah jagoan lihay yang berilmu tinggi, baik ketajaman
mata maupun ketajaman pendengarannya mengagumkan
sekali, tetapi nyatanya tak seorangpun diantara mereka
yang tahu sedari kapan orang itu telah muncul disana.
Pek Bwe memperhatikan kakek berbaju putih itu sekejap,
kemudian tegurnya: "Aku lihat kau amat asing sekali, tolong tanya, apa
sangkut pautmu dengan kebun raya Ban hoa wan ini"''
"Siapakah lohu, aku rasa hal ini bukan suatu hal yang
sangat penting, sebaliknya tindakan kalian yang hendak
memunahkan berpuluh-puluh ribu ekor ikan leihi
merupakan suatu tindakan yang sangat keji dan tidak
berperasaan, oleh sebab itu lohu wajib untuk menghalangi
perbuatan kalian itu."
"Puluhan lembar jiwa manusia yang tewas dalam
perkampungan Ing gwat san ceng apakah tidak lebih
berharga daripada se empang ikan leihi?" sela Tan Tiang
kim. Mendengar perkataan itu, Kakek berbaju putih itu segera
tertawa dingin tiada hentinya.
"Tan Tiang kim!" dia berseru, "sebenarnya kalian sama
sekali tak ada sangkut pautnya dengan persoalan ini, tapi
kalian bersikeras untuk melibatkan diri didalam pertikaian
ini, rupanya kalian memang suka untuk mencari kesulitan
buat diri sendiri." "Kalau kudengar dari ucapanmu itu, rupanya kau adalah
seorang tokoh yang sakti."
"Tan Tiang kim, kau ingin menanyakan nama lohu?"
"Benar!" Selangkah demi selangkah dengan tenangnya kakek
berbaju putih itu mendekati para jago.
"Berhenti!" bentak Tan Tiang-kim tiba-tiba dengan
sepasang alis mata berkeryit.
Sambil menggenggam empat batang senjata rahasia
bunga teratai baja, Cu Siau-hong juga tertawa dingin sambil
berseru: "Bila kau berani maju lagi ke depan, jangan salahkan
kalau aku akan mempergunakan senjata rahasia"
Kakek berbaju Putih itu tertawa.
"Wahai anak muda!". serunya, "kenapa tidak kau coba
untuk melancarkan serangan"..
Cu Siau-hong tertawa dingin:
"Hmmm .... jadi kau anggap aku tidak berani?" serunya..
Kakek berbaju putih itu masih tetap maju ke depan
selangkah demi selangkah, wa-jahnya kelihatan tenang
sekali. Cu Siau-hong segera mengayunkan tangan kanannya,
empat batang senjata ra-hasia bunga teratai besi segera
meluncur kedepan menembusi angkasa ......
Mendadak kakek berbaju putih itu berhenti, kemudian
seluruh badannya menjatuhkan diri ke arah belakang.
"Blaaamm!" diiringi suara keras, kakek berbaju putih itu
jatuh tertelentang di-atas tanah.
"Cepat mundur kebelakang, cepat menghindarkan diri!"
buru-buru Cu Siau-hong berseru dengan cemas.
Termasuk Tan Tiang-kim dan Pek Bwe sendiri dengan
perasaan tidak habis me-ngerti serentak mereka mundur
kebelakang. Sementara itu kawanan jago lainnya juga telah
membubarkan diri ke empat penjuru.
Benar juga, setelah terjatuh ke atas tanah kakek berbaju
putih itu menggelinding ke muka dengan kecepatan luar
biasa, kemudi-an melompat bangun dan meluncur
kehadapan para jago. Semenjak tadi Cu Siau-hong telah mencekal empat
batang bunga teratai baja, baru saja kakek berbaju putih itu
melangkahkan kakinya ke atas tanah, empat batang bunga
teratai baja itu telah meluncur menembusi angkasa.
Tiga buah meluncur ke arah kakek berbaju putih itu,
sedangkan sebatang yang lain dengan selisih jarak dua
depa menyambar lewat disisi badan kakek berbaju putih itu.
Dengan suatu gerakan yang cekatan kakek berbaju putih
itu mengayunkan sepasang tangannya berbareng,
"Criiiing...!" "Criiing..." "Criiing..." tiga batang bunga teratai
baja itu sudah kena terhajar sampai rontok ke atas tanah.
Sebatang yang lain ternyata berputar satu lingkaran
terlebih dahulu, kemudian dengan kecepatan luar biasa
menyambar ke depan dada kakek berbaju putih itu.
Dengan robeknya pakaian yang dikenakan kakek berbaju
putih itu secara tiba-tiba menyembur keluar gelembung air
yang tersebar sampai seluas satu kaki lebih.
Jelas air tersebut terhimpun dalam sebu-ah ruangan
yang bertekanan besar dan ke-ras, sehingga ketika
tersambar robek oleh bunga teratai besi itu, air mancur
keluar dengan derasnya. Tak seorang manusiapun yang bisa mene-bak apa
kegunaan yang sebenarnya dari gelembung-gelembung air
tersebut. Tapi dengan cepat tampak buktinya.
Tiba-tiba terdengar suara denggungan keras bergema,
memecahkan keheningan, menyusul kemudian muncul
beribu-ribu ekor lebah beracun yang panjangnya mencapai
satu inci lebih dan langsung menyambar ke arah orang
berbaju putih itu. Terhadap kawanan jago yang sedang dihadapi, kakek
berbaju putih itu sama sekali tidak takut, tapi terhadap
lebah beracun itu takutnya setengah mati, tiba-tiba ia
membalikkan badannya dan melarikan diri terbirit-birit.
Tampak lebah-lebah beracun itu bermunculan dari empat
arah delapan penjuru dalam waktu singkat kakek berbaju
putih i-tu sudah terkepung oleh kawanan lebah tersebut.
Menghadapi kepungan dan kerubutan kawanan lebah itu,
si kakek berbaju putih itu menari kesana kemari sambil
menggerakkan sepasang tangannya, jeritan demi jeritan
ngeri bergema memecahkan keheningan...
Tidak sampai berapa saat kemudian, kakek itu sudah
roboh terkapar di atas tanah dalam keadaan mengerikan.
Beribu ekor lebah beracun itu hanya mengerubuti kakek
berbaju putih itu seorang, sedangkan kawanan jago di
sekelilingnya sama sekali tidak diusik oleh lebah lebah
beracun itu. Tan Tiang kim menghembuskan napas panjang, lalu
gumamnya.. "Benar-benar sebuah rencana yang teramat keji"
"Siau hong" kata Pek Bwe pula, "lagi-lagi kau selamatkan
jiwa kami semua" "Andaikata gelembung air itu sampai me-ngena ditubuh
kita, sudah pasti kawanan lebah beracun itu akan
menyerang kita" kata Tan Tiang-kim lagi, "jangan toh
beribu-ribu ekor sekaligus, delapan atau sepuluh ekorpun
sudah tidak mudah dihadapi, bagaimanapun lihaynya
kungfu yang kita miliki, niscaya akan mati juga akhirnya
diujung sengatan lebah beracun itu"
Pek Bwee mesghembuskan napas pan-jang.
"Siau-hong!" kembali ujarnya, "darimana bisa tahu kalau
disakunya membawa air obat yang bisa memancing
datangnya keru-munan lebah beracun?"
"Boanpwe tidak tahu, boanpwe hanya me-rasa orang ini
mencurigakan sekali!'' "Siau-hong, coba katakan dibagian yang manakah orang
itu tampak mencurigakan?"
"Pertama, kemunculannya secara tiba- tiba."


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siau-hong sute!" tukas Tang Cuan, "de-ngan cara
apakah dia menampakkan diri", Kita berjumlah amat
banyak, tapi nyatanya tak seorangpun yang mengetahui
akan kehadirannya!" "Dia muncul dari lorong bawah tanah, maka
kemunculannya sangat tiba-tiba.
Apalagi bergoyangan ranting dan pepohonan yang
terhembus angin menutupi gerak-gerik nya, tak heran kalau
kita tidak mendengar sama sekali akan gerakannya yang
lirih" "Aaaai . . . . sebenarnva kejadian ini merupakan suatu
kejadian yang cukup misterius, tapi setelah mendengar
penjelasanmu itu, rasanya sedikitpun tidak menjadi
misterius lagi" "Kalau begitu, darimana kau bisa ta-hu akan rencana
busuk mereka?" tanya Pek Hong.
"Pertama, dia tidak membawa senjata tajam, kedua,
penyaruannya terlampau tua, padahal suaranya tidak mirip,
maka timbul kecurigaan didalam hatiku, setelah kuperKANG
ZUSI http://kangzusi.com/
hatikan dengan seksama, kujumpai dadanya melembung
besar, maka kucoba memancing nya dengan senjata
rahasia, setelah itu de-ngan mempergunakan ilmu Hui sian
thi lian hoa (bunga teratai baja terbang berpusing) kuhajar
dada bagian depannya, aku tahu mereka datang dengan
membawa rencana busuk tapi tidak kusangka kalau
kedatangannya adalah untuk menyemburkan air obat itu
ketubuh kita agar dikerubuti oleh lebah beracun.
Pek Hong segera menghela napas panjang, ujarnya
kemudian: "Siau Hong, menurut pendapatmu, mungkinkah sutemu
disekap di tempat ini?"
Ia menaruh rasa kagum terhadap Cu Siau hong sehingga
tanpa terasa rahasia hatinya juga turut dikemukakan
keluar. Cu Siau hong termangu beberapa saat lamanya, setelah
itu katanya: "Sunio, tentang persoalan ini, Siau hong tak berani
mengambil kesimpulan, cuma menurut pendapatku setelah
menganalisa keadaan yang kita hadapi, aku rasa besar
kemungkinannya jika It ki siau sute masih tinggal di kota
Siang yang" "Oooh .... mungkinkah berada didalam kebun raya Ban
hoa wan ini?" "Soal ini, menurut pendapat Siau hong besar
kemungkinan ia berada disini"
'Baik! Kalau begitu mari kita cari dengan seksama"
Walaupun ia sudah merupakan seorang nyonya setengah
umur, tapi kini seakan-akan ia berubah menjadi kekanakkanakan
lagi. Mungkin inilah akibat dari rasa rindunya kepada putra
kesayangannya sehingga membuat perempuan ini
kehilangan pendirian serta rasa percayanya pada diri
sendiri. Pek Bwee menghembuskan napas panjang, selanya tibatiba.
'Hong-ji. tenangkan sedikit hatimu, tempat ini penuh
dengan ancaman mara bahaya, sedikit salah bertindak bisa
jadi akan mengakibatkan keadaan yang fatal"
Walaupun ucapan tersebut tidak diucapkan dengan nada
yang tegas dan tandas, tapi sikapnya amat serius.
Pek Hong segera menarik hawa murninya dalam-dalam,
setelah menyalurkan hawa murninya lewat pusar dan
mengelilingi seluruh badan, katanya pelan:
"Ananda menerima nasehat itu!''
Cu Siau hung buru-buru mengalihkan pokok
pembicaraannya ke soal yang lain, katanya:
"Tan locianpwe, dengan cara apa kita hendak melakukan
pemeriksaan terhadap kebun bunga yang begini luasnya
ini?" "Sampai sekarang, aku si pengemis tua pun belum
berhasil menemukan suatu cara yang baik" kata Tan Tiangkim.
"Ada satu hal, lohu selalu merasa tidak habis mengerti
....." sela Pek Bwe dari sam-ping . .
"Coba katakan!"
"Apakah lorong dibawah tanah dalam kebun raya Ban
hoa-wan ini saling berhu-bungan satu sama lainnya?"
"Kalau berhubungan bisa apa?"
"Kita bisa manfaatkan air yang ada dalam empang ikan
leihi itu untuk menggenangi seluruh lorong bawah tanah,
kenapa tidak kita lakukan hal ini untuk memaksa mere-ka
agar munculkan diri?"
"Yaa, betul, memang ini merupakan satu cara bagus
yang bisa kita pergunakan" seru Tan Tiang-kim.
"Kalau begitu mari kita periksa, apakah orang berbaju
putih itu benar-benar muncul dari lorong bawah tanah" ujar
Tang -Cuan sambil beranjak dari situ.
Ternyata segala sesuatunya persis seperti apa yang
diduga Cu Siau hong, dibawah tanaman bunga, benar-benar
terdapat sebuah mulut gua yang tersembunyi sekali
letaknya. Mulut gua itu cuma dua jengkal lebarnya, tapi cukup
untuk dilewati oleh satu orang.
Tang Cuan segera menarik napas panjang, katanya
kemudian dengan lirih: "Biar aku turun kebawah untuk melihat keadaan"
"Siaute akan mcnemani ciangbun suheng,' sambung Cu
Siau hong dengan cepat.. KALI ini gerakan tubuh Tang Cuan yang lebih cepatan
sedikit, dia berebut didepan Cu Siau-hong dan menyusup
masuk ke dalam ruangan itu.
Ternyata dibalik gua merupakan sebuah lorong yang
berliku-liku, lorong tersebut terbentang kearah selatan.
Jalan bawah tanah tersebut yang sempit, rendah lagi
untuk dilewati satu orangpun boleh dibilang susah sekali.
Cu Siau-hong dengan ketat mengikuti dibelakang Tang
Cuan. Sementara itu, lorong bawah tanah tersebut makin ke
depan semakin menyempit, baru dua tiga kaki mereka
berjalan, lorong itu sudah buntu dan tak bisa dilewati lagi.
"Siau hong, sudah tak bisa dilewati lagi..." bisik Tang
Cuan kemudian. 'Suheng cepat mundur dari sini!" seraya bekata Cu Siauhong
segera mundur lebih dulu dari tempat itu.
-ooo0ooo- BAGIAN 22 TANG CUAN segera membuntuti dibelakangnya dan
mundur juga dari dalam lorong bawah tanah itu.
''Bagaimarta keadaan didalam gua?" Tan Tiang kim
segera bertanya begitu melihat kemunculan dua orang itu,
Cu Siau hong cuma berdiri serius dan ti-dak berbicara
apa-apa. Tang Cuan yang berada disisinya segera menjawab.
"Lorong bawah tanah ini cuma sepan-jang dua kaki saja,
setelah itu buntu dan tak bisa ditembusi lagi" .
"Oooh kalau begitu, manusia berbaju putih itu bukan
keluar dari dalam lorong bawah tanah itu?"
"Benar" "Apakah kau mempunyai pandangan lain tentang
persoalan ini?" tanya Tan Tiang kim kemudian sambil
tertawa. "Menurut perasaan boanpwe, lorong bawah tanah ini
dibuat secara istimewa sekali, bila tidak mengetahui
keadaan yang sebenarnya sulit untuk memanfaakan lorong
itu" "Ehmm, masuk diakal!"
"Kalau begitu diserang dengan air empang pun percuma
saja" sela Pek Bwe. .
"Yaa, tak ada gunanya!''
''Siau hong darimana kau bisa tahu kalau lorong rahasia
tersebut dibuat secara istimewa!"
"Boanpwe pernah membacanya dari sejilid buku, dalam
kitab tersebut khusus dibicarakan tentang ilmu bangunan
bawah tanah, ilmu jebakan, ilmu alat rahasia, dinding
berganda, lorong jebakan dan lorong-lorong istimewa,
disana disinggung juga pembuatan lorong rahasia palsu
untuk membendung kejaran musuh, oleh karena itu,
menurut pendapat boanpwe, kemung-kinan besar lorong
rahasia itu adalah sebuah lorong yang palsu....."
"Maksudmu, didalam lorong rahasia tersebut masih
terdapat pintu rahasia yang menghubungkan tempat itu
dengan tempat yang lain?"
"Yaa, boanpwe memang bermaksud demikian, lorong
bawah tanah semacam ini bo-leh dibilang merupakan lorong
bawah ta-nah berganda, didalamnya penuh terdapat likulikunya
jalan yang saling berhubungan satu dengan lainnya,
lagipula dimana-mana terdapat pintu kematian, orang yang
tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya susah untuk
menembusi lorong tersebut''
"Siau hong, lantas apa yang harus kita lakukan
sekarang"' tanya Tan Tiang kim.
"Lorong bawah tanah yang berganda ini masih
mempunyai suatu kehebatan lagi, yakni membagi tiap
bagian lorong menjadi beberapa bagian kecil, setiap bagian
bisa mereka tutup dengan begitu saja sehingga seseorang
bisa mereka kurung didalam lorong rahasia bawah tanah itu
sampai mati" Tan Tiang kim menjadi termangu-mangu, katanya
kemudian: "Sudah setengah abad lamanya aku si pengemis tua
berkelana didalam dunia persilatan, tapi baru pertama kali
ini kude-ngar tentang kelihayan lorong bawah tanah
tersebut, Siau gong, coba kau terangkan lebih terperinci lagi
bagaimana cara kita untuk menghadapi lorong bawah tanah
tersebut?" Merah padam selembar wajah Cu Siau hong setelah
mendengar perkataan itu, lanjutnya.
"Boanpwe mengetahui hal ini dari atas sejilid kitab,
dalam kenyataan akupun tidak mengetahui terlalu banyak
tentang masalah tersebut. "
'Jadi kalau begitu, sulit buat kita untuk menghadapi
lorong rahasia berganda semacam itu"'. .
"Yaa, boanpwe pikir memang sulit untuk dihadapi, hanya
ada satu cara saja yang bisa dipakai untuk menghadapi
lorong rahasia berganda semacam ini.. yakni, menemukan
peta aslinya" "Jadi kalau begitu kebun raya termashur yang tiap hari
dikunjungi beribu-ribu orang pengujung ini sesungguhnya
tak lebih hanya markas besar dari kaum penyamun yang
berhati keji?" 'Kalau dilihat dari keadaan sekarang, memang
demikianlah kenyatannya. ''Siau hong, kalau begitu kita tak akan mampu untuk
menemukan jejak mereka?"
"Maka dari itu kita menjadi kehilangan dasar sama sekali
didalam masalah ini"
"Siau hong sekalipun It-ki berada disini bukankah sulit
juga buat kita untuk mene-mukan jejaknya" seru Pek Hong.
"Sunio, dalam peristiwa ini tecu tak berani memberi
jaminan kepadamu, tapi aku pasti akan berusaha dengan
sekuat tenaga, kalau dilihat dari persiapan yang begitu
sempurna dan pelik didalam kebun raya Ban hoa-wan ini,
bisa jadi Siau sute memang kemungkinan besar berada
ditempat ini.'. "Siau-hong, andaikata ia pasti berada disini, aku harap
kau bersedia mencarinya dengan sepenuh tenaga"
"Sunio sekalipun kau tidak berpesan, a-kupun sudah
berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencarinya sampai
ketemu" "Bisakah ditemukan?"
'Aku. . . aku. . . ' 'Hong ji kenapa kau mendesak terus diri Siau hong
dengan cara seperti ini" ' tegur Pek Bwe.
''Locianpwe tak bisa disalahkan jika sunvio sangat
menguatirkan keselamatan It -ki, sebab memang
sewajarnya kalau manusia berpendapat demikian, tapi
boanpwe pasti akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk
menemukan jejaknya.' Dengan sedih Pek Hong menghela napas panjang.
'Ayah" keluhnya 'ananda boleh kehilanugan nyawa, tapi
aku harus mencari It ki sampai ketemu, kalau tidak
bagaimana mungkin aku bisa bertanggung jawab kepada
Leng kang" Perkataan sunio memang benar!" cepat--cepat Cu Siauhong
berseru .... "Siau hong, jangan salah mengertikan ucapanku, aku
hanya berharap kau bisa berusaha dengan sekuat tenaga"
"Tecu mengerti, tempat mereka untuk me-ngurung siau
sute sudah pasti bisa kita temukan jika kita mau selidiki
pelan-pelan dan seksama, sekarang juga aku akan pergi
untuk melakukan pemeriksaan lagi."
"Baik, aku akan menemanimu", seru Seng Tiong gak.
"Aku juga ikut" sambung Tang Cuan.
"Tang Cuan'' sela Seng Tiong-gak cepat, "aku seorang
yang menemani Siau-hong sudah cukup, kau adalah
seorang ciangbun-jin, jangan bergerak secara
sembarangan" "Tidak, aku juga harus menyumbangkan sedikit
tenagaku" Sin Jut dan Kui Meh serentak berkata:
"Ciangbunjin, lebih baik kau menemani tianglo kami saja,
biar kami dua orang pe-ngemis cilik yang menemani
saudara Cu" Tang Cuan segera manggut-manggut dan tidak
menampik lagi. Pek Bwe ingin mengucapkan sesuatu un-tuk mencegah,
tapi Tan Tiang kim segera mengebaskan tangannya
mencegah Pek Bwe berkata lebih jauh.
Cu Siau-hong, Seng Tiong-gak, Sin Jut, Kui Meh empat
orang segera berjalan ke-depan..
Menunggu ke empat orang itu sudah pergi jauh, Tan


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiang-kim baru berkata dengan suara lirih:
"Aku lihat Siau-hong adalah seorang bo-cah yang agak
aneh dan luar biasa ......"
"Kebun raya Ban hoa-wan ini begini luas dan besar,
mencari tempat kurungan ditempat sebesar ini bukanlah
suatu pekerja-an yang gampang, aku tidak percaya dia
sudah berhasil menemukan sesuatu", sambung Pek Bwe
pula. "Saudara Pek, kau lebih lama berkumpul dengannya
daripada aku si pengemis, tapi berbicara soal pengertian
tampaknya kau tidak bisa melebihi diriku"
"Apa maksudmu dengan ucapan tersebut?"
'Jikalau dia tidak memiliki sesuatu ti-tik terang, tidak
nanti bocah itu akan melaku-kan tindakan secara
Sembarangan" "Maksudmu . . . "
''Dalam hati kecilnya sudah timbul setitik rasa curiga,"
sela Tan Tiang-kim, 'cuma tidak begitu yakin, karena itu
tidak berani dia ucapkan secara sembarangan, tapi setelah
didesak terus oleh keponakan Pek Hong, mau tak mau
terpaksa dia harus mencobanya juga!..
"Sungguhkah perkataanmu itu?"
"Tentu saja sungguh, jika kau tidak percaya sebentar
tanyakan saja kepada Seng Tiong-gak"
Pek Bwe segera mengerutkan dahinya rapat-rapat.
"Pengemis-tua" katanya. ''benarkah Siau hong memiliki
kehebatan sedemikian besar-nya?"
"Aku rasa tak bakal salah lagi, jika ti-dak percaya,
bagaimana kalau kita berta-ruh"
"Tak usah bertaruh, aku percaya dengan semua
perkataanmu itu" -ooo0oooKANG ZUSI http://kangzusi.com/
DENGAN cepat Cu Siau-hong sekalian telah mengitari
dua buah gundukan tanaman pohon bunga dan bergerak
maju ke depan. Tiba tiba si anak muda itu berhenti.
"Siau-hong, apakah kau sudah mempunyai perhitungan
yang masak?" Seng Tiong-gak segera bertanya.
"Sesungguhnya siautit tidak mempunyai su-atu
keyakinan.'' "Kalau begitu, kau hanya mempunyai gambar secara
kasarnya saja"' "Benar!" Seng Tiong gak segera tertawa.
"Siau hong, aku yang menjadi susiokmu mau tak mau
harus kagum juga kepadamu, kita melakukan perjalanan
melalui jalan yang sama, melihat benda dan pemandangan
yang sama pula, kenapa kau bisa menemukan sesuatu
sedang aku tidak?" "Soalnya susiok tidak menaruh perhatian khusus, asal
kau mau memperhatikan dengan seksama, maka kau dapat
menjum-pai hal tersebut!"
"Coba katakan, dimana letaknya?"
"Tidak jauh!" jawab Cu Siau hong sambil tertawa, sejauh
pandangan mata kita sekarang.
Seng Tiong gak memperhatikan sekejap sekeliling
tempat itu, kemudian ujarnya:
'Maksudmu bangunan kecil tempat untuk menikmati
bunga itu!" Cu Siau hong mengangguk. "Benar! Bangunan kecil tempat untuk menikmati bunga
itu" "Bukankah kita telah memasuki tempat itu serta
memeriksanya" Disitukan tak ada apa-a panya"
Kembali Cu Siau hong tertawa.
"Dibelakang bangunan kecil tempat untuk menikmati
bunga itu terdapat sebuah Loo-koan kecil yang menyembah
Sam ciang taysu'. "Apa yang perlu dicurigai dengan tempat itu" kenapa aku
tidak melihat apa-apa. "Susiok, sepintas lalu tempat itu seperti tempat rekreasi
untuk semua orang, padahal yang sebenarnya tempat itu
merupakan saliah satu pintu mereka untuk masuk keluar '
"Oooh......"'. ''Tak ada salahnya jika kita ke sana dan melihat
keadaan, siapa tahu kalau bisa menemukan kembali
sesuatu titik terang: "Siau hong, apakah sekarang juga kita akan ke situ"
Perlu tidak untuk memberi khabar dulu kepada subo
sekalian" Apakah mereka juga boleh pergi ke sana?"
''Tak perlu, kita tak usah membawa terlalu banyak orang,
berempat pun sudah le-bih dari cukup!"
Tanah Semenanjung 4 Pendekar Rajawali Sakti 188 Warisan Terkutuk Pendekar Pemanah Rajawali 7

Cari Blog Ini