Ceritasilat Novel Online

Pena Wasiat 10

Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen Bagian 10


kiam-su itu luar biasa dahsyatnya.
Tapi aneh sekali, ternyata dia tak sanggup
menogendalikan keseimbangan tubuhnya sendiri, sela-in
pedangnya menembusi batang pohon diluar sa-na, malahan
badannya juga turut menumbuk diatas pohon itu sehingga
hancur kepalanya. Bagi seorang jagoan lihay dalam dunia persilatan,
peristiwa semacam ini sesungguh-nya merupakan suatu
peristiwa yang sama sekali tidak masuk akal.
Bukan saja Pek Hong dan Tan Tiang kim sekalian merasa
tercengang dan tidak habis mengerti, bahkan kedua orang
pendekar pedang macan kumbang hitam lainnya pun samasama
merasakan hatinya bergetar sangat keras, mereka
tidak habis mengerti apa gerangan yang sesunggunya telah
terjadi" Bukankah rekan mereka itu sama lihaynya dengan
kemampuan mereka berdua" Bukankah rekannya masih
segar bugar" Kenapa ia bisa nekad menumbukkan kepala
sendiri diatas batang pohon"
Menanti semua orang memalingkan kembali kepalanya,
maka terlihatlah Cu Siau hong masih berdiri ditempat
dengan wajah serius. Pek Hong agak tertegun sesaat lamanya, kemudian
tegurnya: "Siau hong kau tidak apa-apa bukan?"
"Tecu baik sekali!" jawab Cu Siau hong.
"Apakah pendekar pedang macan kumbang hitam tadi
tewas ditanganmu?" "Sunio, bukankah ia mati karena menumbukkan diri
diatas pohon itu" " seru Cu Siau hong cepat.
''Oooh......!" Pek Hong Cuma berseru tertahan dan tidak
banyak bertanya lagi, Ia sudah merasa bahwa pertanyaan
tersebut sesungguhnya merupakan suatu pertanyaan yang
tidak cerdik maka dengan cepat dia membungkam dalam
seribu bahasa. Sementara itu, Hek pa kiam su nomor lima telah
menegur, dengan suara dingin.
"Dengan cara apakah kau telah membinasakan dirinya?"
"Cara apa yang ku pakai untuk membunuhnya" Apakah
kau tak dapat melihat sendiri?"
"Kepandaian yang kau pergunakan itu sangat aneh, kami
tak dapat melihatnya sendiri"
"Kalau begitu cuma ada satu cara bagimu un-tuk
mengetahuinya!" -ooo0ooo- BAGIAN 18 BAGAIMANA caranya" tanya Hek pa kiamsu nomor lima
dengan perasaan ingin tahu.
"Kau turun tangan dan mencoba sendiri!"
"Mencoba sendiri" Kau anggap kemampuan yang kau
miliki sudah cukup untuk menangkan kami''
"Kau tidak percaya?"
Hek pa kiam su nomor lima mendengus dingin,
tangannya segera meraba gagang pedangnya seraya
berkata. "Baik. Akan kucoba sendiri"
Begitu kata terakhir diucapkan, pedangnya sudah
diloloskan dari sarungnya, tampak cahaya pedang
berkelebat lewat, tahu-tahu ia sudah meng-ancam didepan
dada. Dengan cekatan Cu Siau hong segera berkelit kesamping
untuk menghindarkan diri dari ancaman tersebut.
Hek pa kiam su nomor lima tertawa di-ngin, pedangnya
berkelebat dan secara beruntun melancarkan tiga buah
bacok-an berantai lagi. Ketika menghadapi Hek pa kiam su nomor sembilan tadi,
sikap Cu Siau hong kelihatan seperti agak gugup dan
gelagapan setengah mati. Tampak pedang yang berada ditangan kanan Hek pa
kiam su nomorr lima itu diayunkan berulang kali dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilat, ini membuat Cu Siau-hong terdesak hebat dan berputar-putar, ia secara
gelagapan. Tan Tiang kim segera mengerutkan dahinya setelah
menyaksikan kejadian itu, segera bisiknya lirih:
"Saudara Pek, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Lohu sendiri pun agak kebingungan" sahbut Pek Bwe
sambil memandang ke arena dengan wajah melongo..'
"Pek Hong tampaknya keadaan agak kurang beres, kita
mesti mencari akal untuk menggantikan dirinya "
Sementara itu ayunan pedang ditangan kanan Hek pa
kiam su nomor lima sudah semakin gencar lagi, ini
memaksa Cu Siau -hong semakin keteter hebat.
Mendadak.... Seerrr...... Seerrr......dua desingan tajam
mendenging diudara, tahu-tahu pakaian Cu Siau hong
sudah robek di dua tempat, darah segar segera bercucuran
membasahi seluruh tubuhnya.
Pek Hong merasa terperanjat sekali, sambil melejit
keudara, dia menerjang ke arena dengan kecepatan tinggi.
Agaknya Pek Bwe telah menduga sampai kesitu, dengan
cepat ia sambar tangan putrinya seraya berseru:
'Jangan kesana!" "Tapi Siau hong terluka!"pekik Pek Hong dengan
perasaan sangat gelisah. "Aku tahu, luka yang diderita cuma luka luar, ia masih
sanggup untuk, mempertahan-kan diri"
"Ia sudah terjebak dalam keadaan yang berbahaya
sekali, bila ia tidak segera digantikan, bisa jadi setiap saat
akan mati di ujung pedang pendekar macan kumbang
hitam" "Apakah kau mempunyai keyakinan untuk
menyelamatkan jiwanya?"
"Paling tidak aku harus mengerahkan segala
kemampuanku" "Tidak! Kalau kau maju maka tindakanmu ini akan
memecahkan perhatiannya, pedang kilat dari pendekar
pedang macan kumbang hitam tidak akan memberi
kesempatan kepadamu"
Pek Hong menghela napas panjang, pelan-pelan sikapnya
menjadi tenang kembali. Ketika mencoba untuk berpaling, terlihat olehnya cahaya
pedang dari pendekar pedang macan kumbang hitam itu
berputar bagaikan sinar bintang, seluruh badan Cu Siau
hong telah terkurung ditengah lingkaran cahaya pedang
tersebut. Tang Cuan mempererat genggaman tangan kanannya
yang mengenggam gagang pedang Cing peng kiam itu,
diam-diam hawa murninya disalurkan ketubuh senjata
tersebut sambil :bersiap-siap melancarkan serangan setiap
saat. Rupanya ia sedang menunggu kesempatan, begitu
kesempatan baik yang dinantikan ti-ba, dia akan segera
melancarkan sergapan. Pelan-pelan Tan Tiang kim berjalan menghampirinya, lalu
sambil menghadang didepan Tang Cuan, ia berbisik:
"Tang ciangbunjin tak boleh turun tangan, bukan saja
kau tak akan berhasil menolongnya, malahan tindakanmu
itu justru akan mencelakai dirinya!"
"Locianpwe, boanpwe sadar bahwa kepandaian yang
kumiliki masih sangat cetek, ilmu pedangku belum
sempurna, kalau oegitu a-ku mohon kepada locianpwe
untuk menolongnya, mau bukan?"
"Aaaai...!" Tan Tiang kim menghela napas panjang,
andaikata aku si pengemis tua bisa menolong jiwanya,
sedari tadi hal tersebut sudah kulakukan, buat apa aku
musti menunggu sampai sekarang?"
"Bagaimana seandainya kita turun tangan bersama?"
"Itupun percuma."
"Apakah kita biarkan Siau hong sute"
Ketika berbicara sampai disitu, secara diam-diam hawa
murninya telah disalurkan kembali ke dalam tangan siap
melancarkan serangan kilat.
Tang Cuan juga dapat melihat, sekujur badan Tan Tiang
kim gemetar keras sementara sepasang tangannya dikepal
kencang kencang. Rupanya keadaan yang dihadapi Cu Siau hong
bertambah buruk. Seng Tiong-gak sendiripun sudah tak mampu
mengendalikan diri 1agi, sambil menarik napas dia
melompat bangun. Ternyata, ia masih duduk bersila sambil mengatur napas.
Sekalipun tak seorang pun diantara mereka yang turun
tangan, akan tetapi Tang Cuan dapat melihat bahwa semua
orang telah menghimpun segenap tenaga dalam yang
dimilikinya bersiap-siap untuk melancarkan serangan setiap
saat. Mendadak Cu Siau hong menggeserkan badannya ke
samping, dengan suatu gerakan yang sangat aneh tahu
tahu ia sudah meloloskan diri dari bilik kepungan cahaya
pe-dang pendekar pedang macan kumbang hitam nomor
lima yang amat rapat itu.
Dengan dua kali berjumpalitan, dia sudah berada
dihadapan Tang Cuan .....
Tangan kanannya segera diayun ke depan dan
menyambar pedang Cing peng kiam di tangan Tang Cuan
yang belum lolos dari sarungnya itu.
Ternyata Tang Cuan masih tetap menggenggam gagang
pedang erat-erat... "Tang Cuan, cepat lepas tangan!"- seru Pek Bwe.
Padahal tak usah dia berteriakpun Tang Cuan telah
melepaskan tangannya sementara badanpun mundur
sejauh lima depa ke belakang.
Serangan pedang Hek pa kiam su nomor lima yang
sangat lihay itu secepat kilat telah menyambar tiba, pakaian
sebelah kanan yang dikenakan Tang Cuan segera tersambar
robek. Seandainay Tang Cuan agak ragu-ragu sejenak saja,
niscaya lengan kanannya itu sudah putus di ujung pedang
lawan. Sementara itu Cu Siau hong telah berjumpalitan di udara
dan mundur sejauh lima depa lebih, setelah berhasil
merampas pedang Cing peng kiam tersebut.
Tangan kanannya segera dialihkan keatas ga-gang
pedang itu. Tiba-tiba Hek pa kiam su nomor lima melejit keudara
setinggi satu kaki lebih, kemudian berjumpalitan beberapa
kali diudara. Setelah itu mendadak ia membalikkan badan, dengan
kaki diatas kepala dibawah, dia langsung menerjang kearah
Cu Siau hong. Sungguh merupakan suatu serangan yang dah-syat dan
mengerikan. Cu Siau hong telah meloloskan pedangnya dari sarung
dan berdiri menanti disitu dengan waspada.
Tiba-tiba cahaya hijau berkelebat lewat, dia sambut
datangnya ancaman dari Hek pa kiamsu nomor lima itu.
"Criing......" suatu benturan nyaring berkumandang
memecahkan keheningan, diikuti muncratnya bunga bunga
api. Kemudian terdengar pula suatu jeritan ngeri yang
menyayatkan hati menggema diseluruh ang-kasa. .
Waktu itu, kedua belah pihak sama-sama su-dah
terbungkus dibalik kabut cahaya pedang yang tebal sulit
untuk diketahui siapa yang telah terluka diujung pedang
lawan. Pek Hong menjerit keras: "Siau hong, kau........"
"Sunio, Siau hong sehat walafiat saja"'' suara rendah
yang berat segera menggema tiba.
"Blammm.......!" Jenasah dari Hek pa kiam su nomor
lima terkapar ditanah dengan pinggangnya terpapas kutung
menjadi dua bagian. Bagi Pek Hong serta Tang Cuan sekalian, kejadian ini
sesungguhnya merupakan suatu perubahan yang sama
sekali diluar dugaan. Bagaikan berada dalam alam impian saja dengan langkah
lebar Pek Hong segera memburu ke depan, serunya:
"Nak, parahkah luka yang kau derita!"
Diatas badan Cu Siau hong terdapat banyak sekali luka
bacokan, jubab biru yang dipakainya sudah terkoyak koyak,
darah segar membasahi seluruh badannya.
Hek pa kiam su nomor tujuh yang selama ini hanya
berdiri termangu belaka ditepi arena mendadak membentak
keras, sambil memutar pedangnya ia menyerbu ke depan.
Menghadapi perubahan diluar dugaan yang mengagetkan
dan menggembirakan ini, baik Pek Hong maupun Tang Cuan
sama-sama agak terpengaruh oleh emosi, tapi Pek Bwe
maupun Tan Tiang kim yang sudah lama melakukan
perjalanan didalam dunia persilatan sama sekali tidak
mengendorkan kewaspadaannya, meski merekapun merasa
kaget bercampur girang. Kedua orang itu segera saling bertukar panda-ngan
sekejap sambil bersiap-siap melakukan tindakan
menghadapi lawan. Hek pa kiam su nomor tujuh telah menerjang kedepan,
tapi pada saat yang bersamaan Tan Tiang kim turun tangan
juga melepaskan serangan balasan.
Tampak cahaya hijau berkelebat lewat, tahu-tahu Tan
Tiang kim telah meloloskan senjata tongkat tembaga
hijaunya yang jarang sekali dipergunakan itu.
Tongkat itu pendek sekali sebab hanya tiga jengkal dua
inci panjangnya, dihari-hari biasa Tan Tiang kim selalu
Menyimpannya disaku, maka tak diketahui oleh siapapun,
seandainya bukan menghadapi musuh tangguh, belum
pernah da pergunakannya secara gegabah.
Berbeda sekali dengan keadaannya pada saat ini, ia
merasa bahwa jurus pedang yang dimiliki Hep pa kiam su
nomor tujuh itu terlalu ganas dan hebat, dia sadar
bagaimanapun juga dia tak akan mampu menahan


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serangan musuh hanya bertangan kosong belaka.
"Traaang......!" terdengar suara benturan nyaring
berkumandang memecahkan kehe-ningan, menyusul
kemudian dua sosok baya-ngan manusia saling berpisah
kesamping. Sekalipun Tan Tiang kim berhasil menangkis serbuan dari
Hek pa kiam su nomor tu-jub, akan tetapi lengan kirinya
toh tersam-bar juga oleh babatan pedang lawan sehingga
terluka panjang. Sebuah mulut luka yang panjangnya mencapai tiga cun
memanjang diatas lengan tersebut, darah segar mengucur
keluar tiada hentinya. Dalam pada itu Pek Bwe juga telah meloloskan
senjatanya, ia mempergunakan sepasang gelang emas Cu
bu kim huan. Pek Hong dan Tang Cuan juga dibikin sadar kembali oleh
bentrokan nyaring tadi. dengan cepat mereka berpaling
Tiba-tiba Cu Siau hong maju ke depan dengan langkah
lebar, separuh badannya berlepotan darah sehingga ia
tampak agak mengerikan. Sekalipun begitu, langkah tubuhnya sangat mantap dan
tenang, pedang yang berada di tangan kanannya juga
mantap sekali, setelah memberi hormat, katanya:
'Tan cianpwe, harap kau bersedia melindungi boanpwe
dari sisi arena, serahkan saja macan kumbang hitam ini
kepadaku, setelah beberapa kali bertarung. boanpwe telah
hapal dengan perubahan gerak pedang mereka....!'
"Apakah lukamu tidak membahayakan?" tanya Tan Tiang
kim. "Aaah, itu cuma luka luar saja, terima kasih banyak atas
perhatian cianpwe" Sambil membalikkan badan, dia lantas menuding kearah
Hek pa kiam su nomor tujuh itu dengan pedangnya:
"Silahkan turun tangan!"
Sepasang mata Hek pa kiam su somor tujuh
memperlihatkan sinar takut yang amat tebal, jelas
terbunuhnya Hek pa kiam su nomor lima mendatangkan
pukulan jiwa yang cukup besar baginya.
Penampilan Cu Siau hong yang luar biasa, tenaga
kekuatan yang besar dan ilmu pedang nya yang sakti
membuat semua orang menaruh pandangan yang lain
terhadap dirinya. Tiba-tiba Hek pa kiam su nomor tujuh mulai melancarkan
serangannya dengan cepat, badannya berkelebat ke depan
sambil melancarkan serangan dahsyat. .
Pedang Cing peng kiam yang berada ditangan Cu Siau
hong segera berputar membentuk satu lingkaran besar
didepan tubuhnya. Tak seorangpun melihat jelas bagaimanakah perubahan
dari gerakan pedangnya i-tu, tapi yang pasti serangan
gencar dari Hek pa kiam su nomor tujuh yang amat dahsyat
tersebut, tahu-tahu sudah dipunah-kan hingga lenyap tak
berbekas. Begitu berhasil merebut posisi yang lebih
menguntungkan, pedangnya berputar lagi membentuk
lingkaran, ditengah berkilauannya bunga-bunga pedang, dia
bacok tangan kanan Hek pa kiam su nomor tujuh yang
menggenggam pedang sehingga senjatanya terjatuh ke
tanah. Dengan terjatuhnya pedang itu, maka keadaan diri Hek
pa kiam su nomor tujuh pada saat itu ibaratnya seekor
macan kumbang hitam yang kehilangan cakar serta
taringnya. Apalagi lengan tersebut terbabat juga hingga kutung
membuat pendekar pedang itu sama sekali kehilangan
kemampuannya untuk melanjutkan pertarungan.
Dengan suatu gerakan yang amat cepat Pek Bwe
melayang ke depan dan menotok dua buah jalan darah
penting ditubuh Hek pa kiam su nomor tujuh itu.
Menyusul kemudian Cu Siau hong menggerakkan
pedangnya dan menyinkap topi kulit yang menutupi wajah
orang itu. Akhirnya, tampaklah wajah yang sebenarnya dari Hek pa
kiam su nomor tujuh itu. Cu Siau hong segera merasa bahwa paras muka orang ini
seperti sangat dikenal olehnya, tapi untuk sesaat lamanya
tidak bisa teringat kembali dimanakah mereka pernah
bertemu. Sementara dia masih melamun, terdengat Ti Thian hua
menjerit kaget seraya berteri-ak:
"Aaaah...! Kenapa bisa kau"'
"Saudara Ti, siapakah orang ini" Akupun merasa seperti
pernah bersua dengannya" kata Cu Siau hong.
"Benar! Baru saja kita bersua dengannya"
"Siaute hanya merasa wajahnya sangat kukenal, tapi
lupa dimana kita pernah bersua?"
"Dia toh pelayan rumah makan Wong kang lo!"
"Aaah..... benar, memang dia!" Cu Siau hong segera
berseru sambil manggut-manggut.
Dengan langkah lebar Pek Hong segera menghampiri
sambil berseru: "Hayo bicara, sekarang Tiong It ki berada dimana?"
Hek pa kiam su nomor tujuh tertawa sinis, darah kental
meleleh keluar dari ujung bibirnya, dalam waktu singkat
paras mukanya berubah menjadi hijau kehitam-hitaman,
lalu roboh binasalah orang itu.
"Sungguh lihay obat racun itu!" seru Pek Bwe tertahan,
"sedemikian cepatnya dia bertindak, sehingga tak sempat
bagi orang untuk menolongnya"
"Aaaai .....! Kita seharusnya bisa berpikir sampai disitu,
besar kemungkinan dia akan bunuh diri!'
Obat racun itu berada di dalam mulutnya sekalipun kita
sudah mempunyai persiapan juga belum tentu bisa
memaksanya untuk muntahkan racun tersebut, apalagi
hanya cukup menggigit obat itu jiwanya sudah bisa
melayang. Hal ini lebih sukar lagi untuk dicegah"
"Sunio. sekalipan tidak berhasil menahan dirinya, belum
tentu kita bisa menanyakan apa-apa darinya" hibur Cu Siau
hong pula. "Tapi paling tidak, kita toh bisa bertanya kepadanya
tentang jejak dari It ki"
Pelan-pelan Ti Thian hua maju kedepan, lalu berkata.
"Dia tak akan mengatakan apa-apa, bagi para pendekar
pedang macan kumbang hitam berlaku suatu peraturan
yang istimewa sekali, bila wajah mereka yang asli sudah
ketahuan, maka mereka wajib untuk bunuh diri .....!"
"Darimana kau bisa tahu?" tanya Tang Cuan.
"Aku pernah mendengar hal ini dari mulut mereka
sendiri, setiap orang yang ingin terpilih sebagai Hek pa kiam
su terlebih dulu dia harus memiliki keberanian untuk
menghabisi jiwa sendiri"
"Oooooh....!" Sunio diantara kerapatan rahasia mereka sekarang Siau
hong sudah mengetahui cara mereka untuk
menyembunyikan diri, kata Cu Siau hong tiba-tiba.
"Sute, kau....."
"Ciangbun suheng, mereka tidak mempunyai rahasia
apa-apa, tapi cara mereka untuk menyembinyikan diri
memang betul-betul merupakan sebuah cara yang bagis
sekali" "Maksudmu?" "Mereka memisahkan diri menjadi kelompok yang
terkecil, lalu mereka gunakan semacam kata sandi atau
tanda rahasia untuk saling berhubungan, mereka semua
menyebarkan diri di dalam kota Siang-yang serta
melakukan pekerjaan yang paling sederhana, bila mereka
memakai baju macan kumbang j\hitam, maka mereka
adalah Hek pa kiam su, tapi setelah melepaskan baju
macan kumabng hitamnya, mereka semua akan berubah
menjadi tukang kayu, pelayan rumah makan, pelayan
rumah penginapan an sebagainya, bila dugaan Siau hong
tidak salah, diantara mereka sendiripun mungkin tidak akan
saling mengenal!" Tan Tiang kim manggut-manggut.
"Pandangan Cu sauhiap memang tepat sekali, sungguh
membuat aku si pengemis tua merasa kagum"
Secara tiba-tiba ia merubah panggilannya menjadi Cu
Sauhiap. ini menandakan kalau dia merasa kagum dan
menghormat sekali kepadanya, bahkan rasa hormatnya
bukan sebagai kata-kata sopan santun, melainkan benarbenar
muncul dari dasar hatinya.
Buru-buru Cu Siau hong membungkukkan badannya
memberi hormat, katanya: "Tidak berani, tidak berani locianpwe terlalu memuji"
Pek Hong menghela napas panjang, katanya pula.
" Siau hong apakah luka dibadanmu itu perlu dibubuhi
obat luka?" "Terima kasih banyak atas perhatian sunio, luka yang
Siau hong derita cuma luka luar saja, tidak menjadi soal"
"Mari kububuhi sedikit obat agar jangan banyak
kehilangan darah" "Hong ji terut perintah!"
Sikap Pek Hong terhadap Cu Sian hong bagaikan
perhatian seorang ibu terhadap putra sendiri, begitu
sayangnya dia terhadap pemuda itu sehingga turun tangan
sendiri untuk membubuhi luka pemuda itu dengan obat luka
...... Sesungguhnya, semenjak lenyapnya Tiong It ki,
semacam peralihan cinta kasih saja, Pek Hong benar-benar
menganggap Cu Siau. hong sebagai Tiong It ki, tanpa
disadari cinta kasih seorang ibu terhadap anak, banyak
yang dia alihkan ketubuh Cu Sian-hong.
Pek Bwe menghela papas panjang, kata-nya kemudian:
"Tang ciangbunjin, menurut peadapatmu, apakah kita
harus pulang lebih dulu?"
"Pek locianpwe" tiba-tiba Cu Siau hong menyela,
boanpwe memberanikan diri ingin memohon sesuatu
kepadamu....." Pek Bwe segera tertawa, tukasnya:
"Katakan saja persoalan apakah itu?"
"Lebih baik locianpwe dan Tan cianpwe segera pergi
menjumpai Kay pang pangcu!"
"Betul!" seru TanTiang kim, kita harus melaporkan apa
yang telah terjadi disini kepada pangcu, agar persiapanpersispan
bisa dilakukan mulai sekarang"
"Baik, akan kutemani dirimu" kata Pek Bwe, seusai
berkata dia lantas membalikkan badan dan pergi dari situ.
Memandang hingga bayangan tubuh Pek Bwe serta Tan
Tiang kim telah pergi jauh, Pek Hong baru berkata ,dengan
suara lirih: ''Siau hong, apakah kau memang sengaja menyingkirkan
ayahku dari tempat ini?"
''Maaf subo, tecu ingin merundingkan suatu persoalan
dengan sunio, susiok dan Ciangbun suheng"
'Persoalan apa" ' "Kekuatan dari Bu Khek bun kita sekarang terlalu minim,
maka dari itu, mulai sekarang kita tak boleh sampai
kehilangan seorang lagi!"
"Betul! ' "Tapi ilmu pedang Hek pa kiam su agaknya
mengutamakan jurus-jurus pembunuh yang lihay, mereka
tidak mementingkan soal gaya, tidak mementingkan soal
gerakan, yang dipentingkan adalah kenyataan. ilmu pedang
yang menjadikan pembunuh sebagai pokok tujuannya
merupakan suatu kepandaian yang sukar untuk dipecahkan"
"Kesemuanya ini sudah kami saksikan sendiri"
"Siau hong telah menemukan beberapa cara yang sangat
baik untuk menghadapi serangan itu, tapi jurus serangan
tersebut belum terlalu hapal bagiku, maka aku ingin
mengajak susiok dan suheng untuk memecahkannya
bersama" Siapa saja tahu dapat mendengar bahwa perkataannya
yang terakhir itu tak lebih hanya basa-basi.
"Aku cukup memahami maksud hatimu itu Siau hong"
kata Pek Hong, "tak heran ketika suhumu menerima kau
menjadi muridnya, ia telah menggunakan semua
kemampuan yang dimiliki untuk mendidikmu, ternyata kau
memang tidak menyia-nyia harapannya...."
Cu Siau hong segera menjatuhkan diri berlutut sambil
berseru: "Tecu tidak berani, tecu tidak berani..."
Pek Hong segera membimbing bangun, lalu berkata
dengan penuh kasih sayang:
"Siau hong, bangunlah, aku berbicara dengan sesungguh
hati "Tecu benar-benar tak berani menerimanya"
'Siau hong masih ingat dengan beberapa patah kata
suhumu menjelang saat kemati-annya?"
"Pesan dari suhu sudah terukir dalam hati tecu, sampai
matipun tak berani tecu lupakan"
"Bagus sekali kalau begitu, suhumu bilang kau sudah tak
terikat lagi oleh peraturan-peraturan perguruan Bu khek
bun, maka kaupun tak usah terlalu terkekang lagi oleh
kami" "Siau hong!" tiba-tiba Seng Tiong gak buka suara, jurus
pedang yang kau pergunakan untuk menghadapi Hek pa
kiam su tadi sudah pasti bukan jurus serangan dari ilmu
pedang Cing peng kiam hoat"
"Yaa, memang bukan!" sahut Cu Siau hong sambil
menggelengkan kepalanya berulang kali.
Tang Cuan menjadi keheranan, serunya kemudian.
'Siau hong, selama banyak tahun belaka-ngan ini kita
selalu berkumpul dan jarang sekali berpisah, darimana kau
pelajari ilmu pedang yang maha sakti itu" Mengapa aku
sama sekali tidak tahu?"'
Cu Siau hong termenung, beberapa saat.
"Terus terang saja Ciangbun suheng, beberapa jurus ilmu
pedang yang siaute miliki itu berhasil dipelajari dari sejilid
buku, tiada orang yang memberi petunjuk, maka sewaktu
kugunakan juga kurang begitu hapal, cuma ketika


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kugunakan untuk menghadapt musuh tadi, siaute merasa
bahwa jurus-jurus pedang itu memang benar-benar
merupakan tandingan dari ilmu pedang yang dimiliki para
Hek pa kiam su tersebut, oleh sebab itu dengan
memberanikan diri siaute ingin me-ngajak susiok dan
suheng untuk bersama-sama mempelajari beberapa jurus
ilmu pedang itu, agar dikemudian hari bisa kita pergunakan
untuk menghadapi para Hek pa kiam su tersebut"
"Siau hong!'' sambung Tang Cuan kemudian, menurut
peraturan aku sudah tidak memasukkan kau didalam daftar
nama murid Bu khek bun. terhadap perguruan Bu Khek bun
boleh dibilang kau cuma sebagai tamu, juga teman kau
boleh tak usah terikat oleh peraturan-peraturan dari
perguruan Bu khek bun lagi"
"Ciangbun suheng, tentang soal ini .."
"Siau hong!" tukas Tang Cuan cepat, "Hal ini baik bagimu
maupun bagi Bu khek bun, semuanya merupakan
keuntungan, bukan kerugian, harap kaupun jangan banyak
berbicara lagi" `Baik, kita tak usah membicarakan tentang persoalan itu
lagi, mari kita bicarakan tentang beberapa jurus ilmu
pedang itu" "Ilmu pedang itu terdiri dari beberapa jurus"' tanya Seng
Tiong gak kemudian. Cu Siau hong termenung dan berpikir sebentartar,
kemudian sahutnya. "Tiga jurus!" "Cuma tiga jurus?"
Cu Siau hong kembali tertawa.
"Benar! Walaupun hanya tiga jurus, tapi keru-mitan dan
kesaktiannya bukan bisa dipelajari secara gampang, akan
kulukiskan dulu secara garis besarnya diatas tanah serta
menerangkan perubahannya, kemudian susiok dan suheng
boleh mulai mempelajarinya!.."
Setelah menghabiskan waktu selama setengah jam,
secara jelas dan terperinci Cu Siau hong telah menerangkan
perubahan dari ketiga jurus pedang itu.
Meskipun Cuma terdiri dari tiga jurus saja, tapi Pek
Hong, Seng Tiong-gak dan Tang Cuan membutuhkan waktu
selama setengah malam lebih untuk memahaminya, itupun
baru enam bagian saja. Itulah tiga jurus ilmu pedang yang sangat lihay, ditengah
serangan terdapat pertahanan, dan ditengah pertahanan
terdapat serangan. setiap jurus pedang itu berdiri sendiri,
tapi bila tiga jurus dirangkaikan menjadi satu maka
perubahan serta daya penghancurnya menjadi sepuluh kali
lipat lebih dahsyat. Ketika ketiga orang itu sudah mulai memahami
penggunaan serta manfaat dari ketiga jurus serangan itu,
semuanya hampir boleh dibilang terbuai hingga lupa
keadaan. Akhirnya Cu Siau hong mendongakkan kepal-anya,
waktu sudah menunjukkan kentongan ketiga, iapun
menghembuskan napas panjang seraya berkata.
"Sunio, sunio besok kita latih lagi! Yang penting kalian
hapal dulu dengan perubahannya ....'
Seng Tiong gak segera menarik kembali serangannya
sambil memuji. "Betul-betul tiga jurus pedang yang sangat hebat, entah
ilmu tersebut berasal dart perguruan mana?"
"Didalam kitab itu tidak diterangkan darimana asal mula
jurus pedang itu, maka tiba-tiba saja aku terbentik satu
ingatan aneh, entah dapatkah kukatakan..."
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Tang Cuan.
"Siaute ingin meleburkan ketiga jurus ilmu pedang itu
kedalam ilmu pedang Cing peng kiam hoat dengan memberi
nama Cing peng sam ciat kiam, entah bagaimana menurut
pendapat ci-angbun suheng!" .
Tang Cuan merasa terharu sekali sehingga sekujur
badannya gemetar keras tapi wataknya yang jujur
membuat dia merasa kurang leluasa untuk menanggapi
dengan begitu saja. Maka ditatapnya Cu Siau hong lekat-lekat, kemudian
dengan air mata bercucuran katanya.
"Siau hong bila ilmu pedang Cingt peng kiam hoat
ditambah dengan ketiga jurus ilmu pedang itu maka
kelihayannya akan bertambah lipat ganda. Cuma.....
Cuma.... ilmu pedang ini adalah ilmu pedang yang kau
dapatkan, kau tak mau menyimpannya sendiri dan
diwariskan kepada kami semua hal ini sudah menunjukkan
kebesaran jiwa-nya, bila harus dileburkan kedalam Cing peng kiam hoat, itu berarti ilmu pedang tersebut pun akan
terikat oleh peraturan Bu khek bun, apakah hal ini tidak
akan menyulitkan dirimu sendiri?"
Cu Siau hong segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh....... Haaahhh....... haahhh ...... Ciangbun
suheng, siaute sendiri juga berasal dari perguruan Bu khek
bun, beberapa jurus pedang yang kuperoleh itupun
kupelajari sewaktu masih dalam Bu khek bun dulu, aku
tidak akan mewariskan kepada orang lain, harap suheng
bersedia memenuhi keinginan siaute ini dan anggaplah
ketiga jurus ilmu pedang itu sebagai tanda baktiku pada
perguruan" "Baik! Kululuskan permintaanmu itu, ta-pi kau tahu
bukan setelah ilmu itu dilebur kedalam Cing kiam hoat,
berarti ketiga jruus itupun sudah terikat oleh peraturan
perguruan?" "Siau hong tahu, ilmu sakti tersebut tak akan kuwariskan
kepada siapapun, hanya Ciangbunjin seorang yang berhak
untuk menentukan siapa yang berhak mempelajarinya'
"Siau-hong, hal ini penting sekali artinya, aku adalah
seorang ciangbunjin, aku harus menjaga peraturan
perguruan dengan keras dan tegas"
"Soal ini bisa siaute pahami, setelah tiga jurus pedang itu
dilebur kedalam Cing peng kiam hoat, siaute bertekad tak
akan mewariskannya lagi kepada orang lain, segala
sesuatunya akan terserah pada keputusan ciangbunjin"
"Baik! Kalau toh kau sudah berkata begitu, kita tetapkan
dengan sepatah kata tersebut"
Cu Siau-hong segera membungkukkan badannya
memberi hormat. "Terima kasih banyak atas kemauan ciangbun suheng
untuk meluluskan permintaan itu!..
Tang Cuan menghela napas panjang, sambil merangkap
sepasang telapak tangannya didepan dada, ia berkata
dengan serius: "Suhu memang amat hebat, ia bisa membebaskan siau
sute dari ikatan perguruan . .....
"Tidak!" tukas Cu Siau hong, ''suheng, aku masih
terhitung anak murid Bu khek bun"
"Aku tahu Bu Khek bun bisa mempunyai seorang anggota
yang luar biasa seperti su-te, sesungguhnya hal ini
merupakan suatu kebanggaan yang luar biasa, tapi suhu
telah mengijinkan kau terlepas dari Bu Khek bun, kau tak
usah terikat lagi oleh peraturan perguruan, kau tentunye
juga mengerti bukan akan watakku, selama ada peraturan
maka peraturan tersebut akan kulakukan dengan tegas
tanpa memikirkan kepentingan pribadi,
aku tidak berharap peraturan perguruan yang ketat
membelenggu dirimu, kita masih tetap bersaudara meski
bukan satu perguru-an lagi. Siau hong, kau harus
memahami kesulitanku ini dalam pikiranku, aku sudah tidak
menganggap kau sebagai anggota pergu-ruan Bu khek bun"
'Siaute mengerti! siaute mengerti!"
'Kalau kau sudah mengerti ini lebih baik lagi, jangan
menyia-nyiakan ha-rapan suhu, jangan membuat
suhengmu merasa kesulitan'
"Siaute akan mengingatnya selalu"
Tang Cuan lantas memandang sekejap ke arah Pek
Hong, lalu katanya: "Subo, mari kita pulang" .
Pek Hong manggut-manggut.
"Bagaimana dengan Siau hong?" ia bertanya.
"Aku akan mengikuti subo untuk pulang!" sahut Cu Siau
hong. "Baik! Dalam beberapa hari ini kau selalu berada diluar,
aku memang ada banyak urusan yang hendak dirundingkan
denganmu" Demikianlah, mereka berempat pun segera berangkat
untuk kembali ke gedung, Keesokan harinya, setelah membersihkan badan Pek
Hong berjalan menuju keruangan tengah.
Ternyata disini sudah menunggu dua orang, mereka
adalah Pek Bwe serta Tan Tiang kim.
Pek Bwe memang tinggal disitu maka hal ini tak perlu
diherankan, berbeda dengan Tan Tiang kim, keberadaannya
sepagi ini mendatangkan suatu firasat dalam hati Pek Hong
ada urusan tidak beres. Ia lantas maju dan memberi hormat, tegurnya:
"Tan cianpwe, ayah, kalian sudah menunggu lama?"
"'Baru saja!" sahut Pek Bwe, sebenarnya aku hendak
memanggilmu, tapi si pengemis tua itu melarangku"
"Ada urusan?" "Benar?" sahut Tan Tiang kim, pangcu kami mengundang
Cu sauhiap untuk berbincang-bincang..
'Mengundang Siau hong?"
"Benar, Cu Siau hong, Cu sauhiap"
Dari ucapan itu kembali terdengar nada hormatnya.
"Pangcu Kay pang adalah seorang yang sangat
terhormat, kalau sampai berbuat demikian bisa jadi bocah
itu akan kelewat manja jadinya"
"Tidak! Pangcu telah berpesan kepadaku agar bersikap
hormat kepada Cu sauhiap, kami dilarang untuk
menunjukkan sikap yang kurang sopan atau tidak
sebagaimana mestinya"
"Oooh, mengapa demikian?"
"Soal ini aku sendiri pun kurang begitu jelas"
Pek Hong segera tertawa katanya:
"Tan-lo, apakah cuma dia seorang?"
"Betul! Pangcu hanya menyuruh aku si pengemis tua
mengundang dia seorang"
"Ooooh...! Tan-lo, pangcu bisa memberikan
penghormatan setinggi itu kepadanya, hal ini pasti ada
sebabnya bukan?" "Keponakanku, apakah kau tidak merasa bahwa
pertanyaanmu itu membuat aku si pengemis tua menjadi
serba salah?" kata Tan Tiang kim.
'Maksudmu:..."' 'Aku benar-benar tak tahu apa-apa kepo-nakanku, kau
mesti tahu, pangcu kami dalam perkumpulan Kay pang
adalah ibarat-nva dewa, tianglo kami yang berusia paling
tua pun masih kalah setinggi dirinya, dia adalah angkatan
tua kami. dia juga pangcu kami, biasanya apa yang dia
perintahkan hanya kami laksanakan, apakah kau suruh a-ku
banyak bertanya?" Pek Hong segera berpaling ke arah ayahnya, tapi Pek
Bwe hanya tersenyum belaka.
Satu ingatan lantas melintas didalam be-naknya, sambil
tertawa ewa katanya kemudian:
"Tan-lo, sudah pasti kau tahu apa alasannya, cuma
enggan kau katakan kepadaku, benar bukan?"
"Aaai....baiklah, aku si pengemis tua akan beritahu
kepadamu! Cuma, itupun menurut dugaan sendiri, jadi
betul atau tidak aku sendiri-pun tidak yakin"
Pek Hong segera tersenyum.
"Baiklah asal kau bersedia mengungkapkan ke-padaku,
itu sudah lebih dari cukup"
"Agaknya pangcu kami hendak membicarakan kejadian
dunia persilatan dimasa lampau dengan Cu Siau hong"
"Hanya membicarakan kejadian dunia persilatasn dimasa
lampau"' ulang Pek Hong dengan curiga.
"Agaknya memang begitu!"
"Siau hong belum pernah melakukan perjalanan didalam
dunia persilatan, darimana ia bisa tahu tentang kejadian
dunia persilatan dimasa lalu?"
"Tentang masalah ini, aku si pengemis tua benar-benar
tidak tahu..." "Hong ji, kau tak usah menyulitkan empek Tan mu"
timbrung Pek Bwe, ada sementara persoalan, dia memang
benar-benar tidak mengerti"
"Aku akan suruh Siau hong segera mencuci muka,
apakah kau orang tua akan berangkat lebih duluan?"
'Oooh .....tidak menjadi soal, aku si penge-mis tua akan
menunggu disini saja"
Menunggu berarti urusan amat serius, kal1au tidak
begitu, tak akan pengemis tua itu sampai mengambil
keputusan uutuk menanti. Tak usah dlpanggil Pek Hong, Cu Siau hong, Tang Cuan
dan Seng Tiong gak telah masuk ke dalam ruangan.
Tan Tiang kim segera bangkit berdiri, seraya menjura
katanya: "Cu sauhiap, aku si pengemis tua mendapat perintah
untuk mengundang dirimu"
Sikap tianglo dari Kay pang ini segera membuat Cu Siau
hong merasa amat terkejut, buru-buru serunya:
"Tan tianglo, kau ...."
"AKU si pengemis tua mendapat perintah dari pangcu
untuk mengundangmu berbincang-bincang sebentar"
sambung Tan Tiang kim lag dangan cepat.
Cu Siau hong menjadi tertegun.
'Mengundang aku ...."
"Benar! Pangcu hanya mengundang Cu sa-uhiap
seorang!" "Tan tianglo, entah kita harus berangkat kapan".."
"Bagaimana kalau kita berangkat sekarang juga?"
"Baik, sekarang juga kita berangkat!"
Tan Tiang kim segera tertawa.
''Cu sauhiap betul-betul menyenangkan sekali, aku si
pengemis tua akan membawa jalan bagimu'.
Selesai berkata lantas beranjak dan melang-kah keluar.


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cu Siau hong segera menjura kepada seluruh isi ruangan
sambil berkata. "Subo, Susiok, ciangbun suheng masib ada pesan lain"
Pek Hong menghela napas panjang katanya:
"Siau hong, Kay pang pangcu adalah tonggak kekuatan
dari dunia persilatan dewasa ini, jika kau bertemu dangan
pangcu nanti, sikapmu harus berhati-hati"
"Siau hong terima perintah!"
"Sute!" sela Tang Cuan pula. "kau harus ingat jangan
kuatir terbelenggu oleh peraturan perguru-an Bu khek bun,
ada persoalan apapun bicarakan menurut penda-patmu
sendiri!" "Terima kasib suheng!"
Sementars itu Tan Tiang kim sudah barada di luar
ruangan, dangan langkah cepat Cu Sian hong segera
menghampirinya. Memandang bayangan punggung dari Cu Siau hong Pek
Hong menghembuskan napas panjang, katanya:
"Tang Cuan bukankah kau selalu bersama Siau hong?"
'Benar!" "Tahukah kau, bagaimana ceritanya sehingga dia
mempelajari ilmu pedang terse-but?"
"Tecu sendiripun tidak mengerti, Siau-hong sute selalu
tinggal dalam perkampungan Ing gwat san ceng, selama
banyak tahun belakangan ini, kecuali pulang ke dusun
menengok keluarga, hampir boleh dibilang tak pernah
meninggalkan perkampungan Ing- gwat san ceng barang
satu kali pun, lagi pula kejadian itu sudah berlangsung tiga
tahun berselang, menurut pendapatku, ilmu silat yang
dipelajari Siau hong sute besar kemungkinan terjadi baru
ini" "Maksudmu beberapa jurus ilmu pedang itu dipelajarinya
selama berada dalam per-kampungan Ing gwat san ceng?"
"Tecu berpendapat demikian, kecuali ia pelajari ilmu
tersebut dikala Pek lotay-ya membawanya pergi selama
beberapa hari, kalau tidak kepandaian itu sudah pasti
dipelajarinya semasa berada dalam perkam-pungan Ing
gwat san ceng" "Persoalannya sekarang adalah siapa yang mengajarkan
kepandaian tersebut kepadanya" Si Dewa pincang Ui Thong
tidak mungkin mewariskan ilmu silat kepadanya sedang
Ouyang sianseng memang mewariskan sejenis ilmu
kepadanya, tapi kudangar ilmu ter-sebut bukan serangkai
ilmu pedang..." sela Pek Bwe pula.
"Hampir boleh dibilang setiap orang yang berada dalam
perkampungan Ing gwat san ceng kukenal semua" kata Pek
Hong kembali, "tapi siapakah orang itu?"
"Enso!" timbrung Seng Tiong gak, semua orang yang
berada dalam perkampungan Ing gwat san ceng telah mati,
seandainya benar-benar ada orang yang mewarisi Siau
hong dangan ilmu pedang selihay itu, Hek pa kiam su sudah
pasti tak akan mampu untuk membunuhnya"
Pek Hong segera manggut-manggut.
`Masakah sebelum peristiwa itu dia sudah keburu pergi
meninggalkan tempat itu!?" katanya.
Persoalan itu lebih baik kita pikirkan secara pelan-pelan,
kalau betul jalan pemikiran kita ini betul, aku percaya
persoalan ini pasti akan terungkap juga akhirnya"
Sementara itu muncul seorang anggota Kay pang yang
berusia pertengahan, dia masuk dangan langkah tergopohgopoh,
kemudian katanya: "Menjumpai Tang ciangbunjin!".
"Ada apa?" "Lapor ciangbunjin" kata orang itu sambil memberi
hormat, ada seseorang yang terluka parah dan bermandi
darah mohon bertemu dangan orang orang Bu khek bun
.....' Tang Cuan agak tertegun, kemudian tukasnya:
"Apakah ia tidak menyebutkan siapa namanya?"
"Dia mengaku dirinya bernama Ti Thian hua!"
"Baik! Cepat undang dia masuk ke dalam"
Murid Kay pang itu segera mengiakan kemudian cepatcepat
pergi meninggalkan tempat itu.
Tak lama kemudian muncul dua orang anggota Kay pang
yang menggotong sebuah usungan langsung masuk ke
ruang tengah. Ti Thian hua dangan badan bermandi darah berbaring
diatas usungan tersebut, sepasang matanya dipejamkan
rapat-rapat. Separuh badannya sudah tertutup oleh darah, sedangkan
separuh yang lain pucat pias seperti mayat.
Dari keadaannya itu tak bisa diketahui apa yang
menyebabkan dia terluka tapi kalau dilihat' sepintan lalu,
dapat diketahui bahwa luka yang di deritanya itu teramat
parah. Dangan langkah lebar Tang Cuan berjalan
menghampirinya kemudian menegur:
"Ti Thian hua, kau masih berada di kota Siang-yang?"
Pelan-pelan Ti Thian hua membuka matanya, kemudian
menjawab: "Aku tak berhasil kabur dari sini, mereka telah
menyusulku" "Hek pa kiam su tak pernah mengenal belas kasihan,
mengapa mereka tidak habisi jiwamu?"
"Ada orang telah menyelamatkan jiwaku!"
"Siapakah yang menyelamatkan jiwamu?" tanya Tang
Cuan. "Aku tidak kenal dangannya, aku seharusnya mati
diujung pedang Hek pa kiam su tapi orang itu datang tepat
pada waktunya, ia telah menye-lamatkan jiwaku..."
Sesudah mengucapkan beberapa patah kata itu, lukanya
makin merekah sehingga karena kesakitan dia lantas
membungkam. "agaknya luka yang kau derita cukup parah!" kata Tang
Cuan lagi. "Benar! Sekujur badanku sudah terkena tujuh tusukan,
empat dibadan dan dua di kaki, satu di kepala!"
Kau masih sanggup untuk mempertahan-kan diri?"
"Aku bukan cuma berdiri mematung membiarkan mereka
membunuhku, tangan-ku masih menggenggam senjata, aku
masih sanggup untuk membendung serangan mereka"
Pek Bwe menghela napas panjang, katanya tiba-tiba:
"Ti Thian hua, lukamu teramat parah, menurut
perasaanmu apakah kau masib bisa hidup?"
"Sekarang aku masih hidup, rasanya tak bakal mati!"
"Ketika menyerbu kedalam perkampungan Ing gwat san
ceng tempo hari, kaupun termasuk sa-lah seorang diantara
mereka kalau dibicarakan sesungguhnya kau adalah musuh
besar kami" kata Tang Cuan.
"Apakah kau hendak membuat perhitungan danganku?"
"Apakah kau anggap tidak pantas kalau kami berbuat
begitu?" "Ooh . . pantas, pantas, cuma..."
"Aku telah berjanji akan melepaskan dirimu, maka
dikemudian hari aku harap kau suka berusaha untuk sedikit
menjauhi kami . ..."
Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan:
"Cuma kali ini merupakan suatu pengecualian, nah
sekarang kau sudah bersua dangan kami, ada urusan boleh
kau katakan ...." "Tiong hujin persoalan inilah yang seharusnya kau
pikirkan" "Apa yang hendak kau beritahukan kepada kami?"
"Para Hek pa kiam su semuanya bersembunyi di kota
Siang-yang" Soal ini sute kami Siau hong pernah
mengatakannya''kata Tang Cuan dangan cepat.
"Itulah sebabnya menurut dugaanku Tiong It ki juga
masih berada di kota Siang-yang"
Pek Bwee segera manggut-manggut.
"Memang beralasan sekali" bila mereka sudah
meninggalkan kota Siang-yang, dangan luasnya jaringan
mata-mata dari pihak Kay pang maupun Pay kau, masa
tiada sesuatu jejak pun yang berhasil mereka lacaki"
"Tiba-tiba saja aku teringat akan suatu tempat yang
kemungkinan besar digunakan mereka untuk
menyembunyikan Tiong It ki" kata Ti Thian hua lagi.
"Dimana?" Waktu itu luka-luka yang diderita Ti Thian hua mulai
meradang, ia kesakitan hebat, dangan mata terpejamkan,
ia tidak berbicara lagi. ' Tang Cuan! Pek Hong segera berseru, gotong masuk Ti
Thian hua kedalam ruangan, bubuhi o-bat pada lukanya!"
Setelah lukanya dicuci diberi obat-dibalut, rasa sakit
yang diderita Ti Thian hua baru banyak berkurang.
Seluruh badannya terkena tujuh tusukan, luka itu tidak
terhitung enteng tapi tidak sampai me-matikan korbannya.
"Ti Thian hua tampak tubuhmu tak akan sampai menjadi
cacad" kata Pek Bwe.
Ti Thian hua menghela napas panjang, katanya:
"Kau tahu tentang kebun raya Ban hoa wan"''
"Kebun raya Ban hoa wan merupakan suatu tempat yang
sangat tersohor, tentu saja kami tahu" jawab Pek Hong.
"Kalian sudah pergi melakukan pencarian ke sana?"
"Pemilik kebun raya Ban hoa wan adalah seorang
kenalan lama lohu" kata Pek Bwe, dia orangnya jujur dan
polos, lagipula bukan seorang anggota dunia persilatan"
"Itukan diluaran dia berkata demikian?"
"Maksudmu, kita harus menggeledah kebun raya
tersebut?" "'Yaa, mau melakukan pemeriksaan secara terangterangan
juga boleh, secara diam-diam juga boleh, cuma
perlu diingat, serangan dari Hek pa kiam su amat cepat"
Jadi para Hek pa kiam su itupun berada di dalam kebun
raya Ban Hoa wan ....?"
Orang yang berada didalam kebun raya itu belum tentu
seluruhnya adalah Hep pa kiam su, tapi pasti ada beberapa
orang Hek pa kiam su yang berada dikebun raya tersebut!'
'Terima kasih banyak atas petunjukmu'
"Aku tahu hanya Cu sauhiap seorang yang
berkemampuan untuk menghadapi kawanan Hek pa-kiam
su tersebut" 'Itu adalah urusan kami sendiri, tak usah kau pikirkan"
tukas Tang Cuan cepat. Pek Hong tiba-tiba berseru:
"Hantar dia ke sebuah kamar untuk beristirahat, beritahu
kepada orang-orang Kay pang, setiap saat ia boleh
meninggalkan tempat ini, jangan menyusahkan dirinya, dia
boleh datang juga boleh pergi sekehendak hatinya"
Ti Thian hua segera menghela napas panjang, katanya
kemudian: "Tiong hujin, didalam kebun raya Ban hoa wan terdapat
dua tempat yang paling berbahaya, harap kalian suka
berhati-hati sekali bila sudah tiba disana"
Jelas Ti Thian hua merasa berterima kasih sekali atas
pelayanan Pek Hong yang begitu baik kepadanya ini,
membuat hatinya merasa puas dan sangat terharu.
"Tempat manakah yang kau maksudkan itu?"
"Pertama adalah empang ikan leihi dalam kebun raya itu
dan kedua adalah kandang harimau!'
''Terima kasih atas petunjukmu!"
Sementara itu Tang Cuan telah memerin-tahkan kepada
dua orang anggota Kay pang untuk menggotong Ti Thian
hua masuk kedalam sebuah ruangan.
Pek Hong segera menengok sekejap koarah Pek Bwe,
kemudian ujarnya agak murung:
"Ayah! Jelas didalam kandang harimau dipelihara
harimau buas, binatang liar itu memang cukup menakutkan,
tapi dalam empang ikan leihi sudah pasti ikan yang
dipelihara, apanya yang menakutkan dangan ikan-ikan
tersebut?" "Aku dapat melihat sekalipun Ti Thian hua belum sadar
seratus persen, paling tidak delapan sembilan puluh persen
dia telah sadar, maka aku rasa diapun tak akan main setan
lagi dangan kita, tadi aku sangat memperhatikan letak luka
yang dideritanya, jelas terlihat luka-luka itu terletak di
bagian-bagian yang mematikan serta otot penting yang bisa
membuat orang cacad seumur hidup.
maka tak mungkin kalau dia sedang bermain sandiwara,
walaupun luka itu cukup parah, jiwanya bisa terselamatkan
karena serangan musubhrupanya tertangkis semua''
"Senjata tajamnya masib tertinggal disini, kalau memang
subo berniat untuk membiar-kan dia pergi, apakah
senjatanya perlu dikembalikan kepadanya?" tanya Tang
Cuan. "Yaa, kembalikan saja, kepadanya! Kita toh sudah
berniat tidak membunuhnya, lebih baik bersikaplah sedikit
terbuka." Kemudian sambil berpaling ke arah Seng Tiong gak, dia
menambahkan: Sute bagaimana dangan luka yang kau derita"
Delapan sampai sembilan puluh persen telah sembuh,
mungkin masih mampu untuk pergi ke -kebun raya Ban hoa
wan" "Kecuali kalau mereka mengirim It ki pergi dari sini
sehabis menawannya, aku rasa kemungkinan mereka untuk
memindahkan It ki dari sini kecil sekali, jalan lewat air
sudah ditutup oleh pihak Pay kau, sedang jalan darat
ditutup oleh Kay pang. bila It ki masih hidup dia pasti masih
berada di kota Siang-yang"
"Oleh karena itu kau ingin segera berangkat ke kebun
raya Ban hoa wan.....?" tanya Pek Bwe.
Leng kang cuma punya seorang anak, asal ada akal
untuk menolongnya, sekalipun aku harus mati, aku pun
rela" "Ucapan itu memang benar, cuma Hong-ji, kau harus
mengerti bahwa It ki berada di tangan orang lain, kecuali
sekali serang kita berhasil merobohkan mereka sehingga
menbuat mereka sama sekali tak menyangka, kalau sampai
mengusik rumput mengejutkan si ular, bisa jadi kita malah


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memberi kesempatan buat mereka untuk turun tangan"
Pek Hong menjadi tertegun.
"Jadi maksud ayah .'
"Aku rasa lebih baik kita menunggu sampai kembalinya
Siau hong saja, Siau hong si bocah ini selain Memiliki ilmu
silat yang luar biasa, diapun amat tenang dalam
menghadapi urusan apapun, kita masih jauh kalah bila
dibandingkan dangannya.."
"Betul! Memang seharusnya kita rundingkan lagi setelah
Siau hong kembali nanti''
"Kecuali urusan ini kita rundingkan dangan Siau hong,
lebih baik lagi kalau pihak Kay pang dan Pay kau juga
diberitahu, orang lain sudah mengutus begitu banyak jago
lihay untuk membantu kita, kalau ki-ta tidak memberi kabar
dulu kepadanya, bukankah perbuatan kita ini kurang sopan
namanya?" Pek Hong termenung sebentar, kemudian katanya.
"Bila kita kabarkan kepada mereka, aku kuatir mereka
tak akan berpeluk tangan be-laka"
"Dalam kenyataannya kalian sudah tak akan mampu
menampik bantuan dari Kay pang serta Pay kau lagi"
"Yaa, memang begitulah!'
"Itulah sebabnya kita beri tahu kepada mereka agar
mereka menunggu diluar kebun raya saja. Menanti kita
sudah Mengetahui kalau disitu ada persoalannya, bila
hendak turun tangan, kita baru minta kepada mereka untuk
membantu" "Tang Cuan, menurut kau bagaimana kalau kita
bertindak demikian?"tanya Pek Hoog.
"Pek tayya kalaumemang berkata demikian, aku rasa
cara ini tentu bisa dipergunakan, lebih baik kita lakukan
secara begitu saja!"
Sampai lewat tengah hari, Cu Siau hong baru tampak
muncul kembali didampingi oleh Tan Tiang kim, sebagai
jago kawakan yang berpengalaman. tanpa diberi tanda
orang lain, setelah duduk sebentar Tan Tiang kim segera
bangkit berdiri dan mohon pamit.
Sesudah menghantar kepergian Tan Tiang kim, Pek Hong
yang pertama-tama tidak tahan lebih dulu, katanya:
"Nak, apa saja yang dibicarakan pangcu dari Kay pang
dalam pembicaraan tadi?"
"Ia menanyakan asal usul dari beberapa jurus ilmu
pedang yang kumiliki itu"
Lantas bagaimana kau menjawab" Tanya Tang Cuan.
"Aku bilang ilmu itu kudapatkan dari sejilid kitab kuno,
dan sekarang sudah kucairkan ke dalam ilmu pedang Cing
peng kiam hoat. "Dia masih bertanya apa lagi?"
"Selanjutnya, diapun tidak menanyakan soal ilmu pedang
lagi, tapi memberitahukan banyak persoalan kepadaku.
"Ternyata kalian bisa bercakap cakap dangan amat cocok
bukan" kata Pek Bwee.
"Yaa! Ia sama sekali tidak menunjukkan lagak seorang
Pangcu dari suatu perkumpulan yang terbesar dikolong
langit, segala se-suatunya berjalan dangan ramah-tamah"
"Bila kau sudah menyanggupi orang lain dangan sesuatu
janji, aku harap kau suka menjaga dan memenuhinya,
pilihlah beberapa persoalan yang boleh diberitahukan
kepada kami dan coba katakanlah agar kami ikut
mengetahuinya" "Terima kasih banyak atas perhatian lo-ciannwe" kata Cu
Siau hong sambil menju-ra.
Setelah berhenti sejenak, terusnya:
"Pangcu telah membicarakan banyak masalah danganku,
tapi hal yang terpenting ada-lah dalam masalah ilmu silat,
dia menanyakan asal usul dari jurus-jurus pedangku itu.."
"Lantas apa jawabmu?"
"Siau hong mengaku apa adanya, jurus pedang itu
kuperoleh dari sejilid kitab tak bernama, dan lagi aku telah
meleburkan jurus pedang itu kedalam ilmu pedang CingPeng kiam hoat" "Lantas apa komentar lo-pangcu atas persoalan ini?"
tanya Pek Bwe lebih jauh.
"Lo pangcu tidak berkata apa-apa lagi, dia malah
berusaha untuk menghindari per-soalan itu lagi"
"Siau hong, kalian betah berbicara sangat lama, aku rasa
tentunya bukan cuma soal-soal itu saja yang kalian
bicarakan bukan?" tanya Pek Hong kemudian.
"Betul! Kami masih berbicara banyak sekali...."
"Coba pilihlah hal-hal yang bisa dibicarakan dangan
kami!"tukas Pek- Hong.
Cu Siau hong tersenyum, ujarnya:
"Siau hong tidak memberi janji apa-apa kepada lo
pangcu, diapun tidak memberikan larangan apa-apa
kepadaku, maka apapun yang telah kami bicarakan semua
bisa kuutarakan, cuma..."
"Cuma apa" sela Pek Hong.
"Apa yang kami bicarakan meliputi suatu lingkaran
persoalan yang terlampau luas, untuk sesaat sulit bagiku
untuk membuka pembicaraan tersebut. Aku tak tahu
darimana aku musti mulai dangan pembicaan ini dan lagi
semua yang kami bicarakan adalah kenyataan, sekalipun
Siau hong ingin membicarakannya. sulit juga rasanya untuk
mengungkapkan salah satu persoalan yang merupakan
kenyataan tersebut" "Siau hong begini saja!" kata Pek Bwe, "tak usah
dibicarakan sedari awal, pilih saja salah satu diantaranya
yang terpenting dan bicara dangan kami"
Cu Siau hong termenung sebentar, kemudian berkata:
"Lo pangcu memberi tahu dua hal yang terpenting, dia
bilang, sudah lama ia mengetahui jika dunia persilatan telah
muncul suatu kekuatan rahasia yang mengerikan dan
sedang berkembang secara diam-diam, lagi pula dia sudah
mempersiapkan diri untuk berjumpa dangan suhu dan
memperbincangkan masalah ini, tak disangka karena
tertunda oleh masalah lain yang berakibat terjadinya suatu
peristiwa yang sangat memilukan hati ini"
Pek Bwe manggut-manggut, katanya:
"Pihak Kay pang memang tersohor karena telinga dan
matanya yang tajam, tentu saja mereka sudah lama
menemukan kekuatan rahasia tersbeut, tapi ..... apakah ia
telah berhasil mengetahui asal-usul dari kekuatan
tersebut?" "Belum, dia sendiripun masih bingung dan tidak habis
mengerti, Cuma ia tahu kalau
dalam dunia persilatan terdapat sesuatu kekuatan yang
sedang berkembang. Musnahnya perguruan Bu khek bun
kita semakin membuktikan akan kebenaran dari berita
tersebut. Kalau memang para Hek pa kiam su telah
bermunculan dikota Siang-yang maka diapan bermaksud
untuk berada disitu sekian waktu. lagipula dia akan menarik
segenap kekuatan Kay pangnya dari segala penjuru tempat
untuk membongkar peristiwa ini sampai jelas'
-ooo0ooo- BAGIAN 19 KALAU begitu lo pangcu sudah bertekad akan menyelidiki
persoalan ini sampai jelas"' tanya Pek Bwe.
Aku tidak bertanya kepadanya, dia sendiri juga tidak
memmberi keterangan apa-apa kepadaku"
Agaknya Pek Bwe tahu bahwa Cu Siau hong merasa tidak
leluasa untuk membicarakan masa-lah itu lebih jauh, maka
dia lantas mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain,
ujarnya: "Siau hong disinipun telah terjadi suatu peristiwa!"
"Peristiwa apa?"
"Ti Thian hua telah kemari, memberitahu suatu rahasia
besar, konon It ki mungkin disekap dalam kebun raya
BanHoa wan....." ''Sute berada dalam kebun raya Ban Hoa wan," tukas Cu
Siau hong, "mengapa kita tidak mencarinya?"
Tang Cuan segera tertawa, katanya:
"Kami sedang menunggu kau!"
Cu Siau hong segera melompat bangun, serunya:
"Sekarang toh sudah pulang!"
"Siau hong" kata Pek Bwe. "Selamanya kau tak pernah
terburu napsu, kenapa hari ini kau...." Cu Siau hong
tertegun, kemudian cepat-cepat katanya:
"Siau hong ucapkan banyak terima kasih atas petunjuk
dari locianpwe!" "Ayah dangan siasat apa kita harus berangkat?"
sekarang sudah waktunya buat kita untuk bertindak" seru
Pek Hong. "Siau hong coba katakan, menurut pendapatmu,
bagaimana kita harus bertindak?" Pek Bwe berpaling dan
bertanya kepada pemuda itu.
"Bagaimanapun cara kita bertindak, sudah pasti tindakan
kita ini tak akan bisa mengelabuhi orang-orang dalam
kebun raya Ban Hoa wan, kecuali kalau It ki siau sute tidak
berada di dalam kebun raya Ban Hoa wan tersebut.
"Betul!" Pek Bwe manggut-manggut.
"Cuma, kita masih ada satu cara lagi. Yaitu
menggunakan orang banyak untuk melindungi jejak satu
orang'' "Siau hong, dan orang itu adalah kau?" sambung Pek
Bwee. Pek Hong, Tang Cuan segera ingin bertanya, sebab
mereka merasa kurang begitu mengerti, tapi setelah dipikir
sebentar, dangan cepat mereka berdua baru memahami
maksud dari perkataan itu.
Sementara itu Cu Siau hong sudah mengangguk.
'Siau hong akan berusaha dangan segala kemampuan
yang kumiliki!" janjinya.
"Coba pikirkan, perlu tidak kita hubungi pihak Kay pang
didalam tindakan ini"'Sepantasnya kalau memberi kabar kepada mereka,
sebab menurut pendapatku, semua gerak gerik kita
sekarang sudah berada di-bawah perlindungan serta
pengawasan mereka, dan lagi kita pun butuh dua tenaga
pihak mereka. Yang seorang adalah kau, masih ada seorang lain siapa"''
'Seng susiok!"' Pek Bwe segera tertawa. "Benar! Sekarang Tang Cuan sudah menjadi seorang
ciangbunjin, tentu saja dia tak boleb menyamar dangan
semaunya sendiri!" "Ayah!" sela Pek Hong. "aku lihat, terpaksa mesti
merepotkan kau untuk merundingkan persoalan ini dangan
Tan Tiang kim" Tanpa membuang waktu lagi Pek Bwe segera bangkit
berdiri dan beranjak dari situ.
Lebih kurang sepertanak nasi kemudian, Pek Bwe, Tan
Tiang kim dan dua orang pengemis muda telah muncul
disitu. Tan Tiang kim langsung menunjuk kearah Seng Tiong
gak dan Cu Siau hong sambil perintahnya:
"Nah, seperti kedua orang itu, harap kalian segera turun
tangan !' Dua orang pengemis itu mengamati wajah Seng Tiong
gak dan Cu Siau hong sebentar kemudian sambil menjura
katanya: "Harap bisa meminjam pakaian kalian berdua"
Selesai mendapatkan pakaian yang diperlukan, mereka
segera mengundurkan diri dari situ.
Sepeninggal mereka, sanbil tertawa Tan Tiang kim lantas
berkata: "Pangcu kami merasa sangat cocok dangan Cu sauhiap,
secara khuzus beliau telah mengundang datang dua dari
keempat pengawal pribadinya untuk diperbantukan disini,
usia dari kedua orang ini tidak terlampau besar, tapi
mereka justru merupakan jago lihay dari perkumpulan
kami. Yang seorang bernama Ciu heng sedangkan yang lain
bernama Ong Peng !" "Yaa, ilmu menyamar yang mereka miliki juga
merupakan jago yang paling lihay dalam Kay pang, maka
yang seorang disebut Sin jut (dewa melintas) sedang yang
lain di-namakan Kui meh (setan menyelinap)!" sambung
Pek Bwe. Tan Tiang kim segera terbahak-bahak.
"Haaahhh...... haaahhh..... haaahhh...... Pek heng, sudah
banyak tahun kau tak pernah melakukan perjalanan lagi
didalam dunia persilatan masih begitu jelasnya"
"Empat manusia pintar dari Kay pang, ter-diri dari Thian
gan (mata sakti) Cian jiu (tangan seribu), Sin jut (dewa
melintas) dan Kui meh (setan menyelinap), siapakah yang
tidak tahu tentang nama nama mereka" Sekalipun lohu
sudah pensiun, nama besar dari keempat orang ini mah
masih melekat dalam benakku!"
`Ooh .....semasa masih hidupnya dulu, Leng kang juga
pernah membicarakan soal ini danganku" kata Pek Hong,
sungguh beruntung hari ini kami dapat bersua"
Tan Tiang kim menghela napas panjang katanya
kemudian: "Pangcu kami selalu merasa murung dan berduka atas
kematian dari Tiong ciangbunjin, Kay pang bertekad akan
mengerahkan segenap kekuatan dan segenap jago-jago pilihannya
untuk menunjang perguruan Bu-khek-bun anda"
Sementara pembicaraan sedang berlangsung, dua orang
Seng Tiong gak dan dua orang Cu Siau hong telah muncul
didalam ruangan". Seandainya warna pakaian mereka tidak berbeda, hampir
saja sulit buat Pek Hong untuk membedakan mana yang asli
dan mana yang palsu . . ...
Tang Cuan segera menjura, katanya dengan cepat:
"Demi urusan Bu khek bun, terpaksa harus merepotkan
kalian berdua, Tang Cuan merasa berterima kasih sekali"
Ciu Heng dan Ong peng buru-buru membalas hormat.
"Sedikit tenaga kami yang tak seberapa tidak berani
menerima ucapan terima kasih dari ciangbunjin"
"Kalian bermaksud akan berangkat kapan" tanya Tan


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiang kim kemudian setelah hening sejenak.
'Berangkat sekarang juga!" sahut Tang Cuan.
"Locianpwe, kau juga ikut?" tanya Pek Hong . .
"Ikut! Toh jejak kita tak akan berhasil mengelabuhi
mereka, kelebihan aku si pengemis tua seorang juga bukan
menjadi masalah.' Jilid 18 Pek Bwee tertawa, katanya kemudian:
"Sekalipun tak bisa mengelabuhi mereka, toh kitapun tak
bisa mengunjungi tempat tersebut dengan begitu saja.
Paling tidak, kita harus buyarkan sedikit perhatian mereka.
sehingga musti mengutus dua orang untuk menguntil kita"
"Aku si pengemis tua sudah terbiasa denngan dandanan
pengemisku ini, bila aku disuruh berganti pakaian lain, bisa
jadi malah membuatku merasa amat canggung!"
"Soal ini siaute huga tahu, sebagian besar orang Kay
pang memang lebih suka muncul dalam dunia persilatan
dengan wajah aslinya"
"Itu sih belum tentu, misalnya Sin jut dan Kui meh,
mereka juga anggota Kay pang, tapi mereka sering muncul
di dalam dunia persilatan berganti rupa"
"Sekarang, kita sedang bekerja untuk perguruan Bu Khek
bun, bukan untuk pihak Kay pang, kelihatannya terpaksa
aku musti menyaksikan dirimu sebentar"
Tan Tiang kim tertawa getir.
"Seandainya aku si pengemis tua harus berganti pakaian
juga, lebih baik biarkan aku berdandan sebagai seorang tua
bangka yang rudin, aku si pengemis tua sudah pasti tak
akan mampu bergaya seorang hartawan yang kaya raya"
"Tan heng", kata Pek Bwe sambil menghembuskan napas
panjang, "tahukah kau manusia macam apakah pemilik dari
kebun raya Ban Hoa wan tersebut?"
"Konon dia adalah seorang jago persilatan yang sudah
pensiun, oleh karena dia suka akan tumbuh-tumbuhan
maka dibangunnya kebun raya Ban hoa wan ini untuk
dipersembahkan kepada masyarakat, konon orang yang
belum berkunjung ke kebun raya Ban hoa wan, tidak
dianggap pernah berkunjung ke kota Siaog yang"
"Benar, pemilik dari kebun raya Ban hoa wan ini bukan
lain adalah Pek cau sianseng (tuan seratus rumput) yang
tersohor namanya pada tiga puluh tahun berselang"
"Thio Pek cau?" seru Tan Tiang kim, "bukankah dia sudah
mati?" "Ia pandai sekali didalam ilmu pertabiban, setelah lolos
dari bencana tempo hari, dengan alasan mengundurkan diri
dari dunia persilatan, dibangunnya kebun raya Ban-hoa wan
ini, tempo hari mukanya menderita suatu luka bacokan
yang parah sekali maka menggunakan kesempatan itu pula
dia mereparasikan wajahnya yang luka pa-rah. cuma
sayang dia sudah lupa menghilangkan tahi lalat di bawah
telinga kirinya sehingga jejaknoya berhasil kuketahui, cuma
aku pernah meluluskan permintaannya untuk tidak
membocorkan rahasia ini tapi keadaan situasi pada hari ini
sangat istimewa, terpaksa rahasia ini siaute bocorkan juga
kepada saudara Tan" Sementara itu. Pek Hong sekalian sudah meninggalkan
tempat itu. Sambil tertawa Tan Tiang kim lantas berkata lagi:
"Thio Pek cau adalah seorang tabib kenamaan dalam
dunia persilatan, masa dia mempunyai hubungannya
dengan pare Hek pa kiam su tersebut?"
"Sukar untuk dikatakan, dengan begitu ra-hasianya Hek
pa kiam su, bisa saja semua hal akan terjadi, bayangkan
sendiri, siapa yang akan menyangka kalau salah seorang
pelayan dari rumah makan Wong kang lo ternyata adalah
salah satu diantara pendekar pedang macan kumbang
hitam .....?" Tan Tiang kim terbungkam.
Sudah hampir separuh dari masa hidupnya itu berkelana
dalam dunia persilatan, peristiwa yang pernah dijumpai
juga tak terhitung banyaknya, tapi dia tidak pernah menyangka
kalau seorang pendekar pedang yang sangat lihay
ternyata adalah seorang pelayan dari sebuah rumah makan
.... Kembali Pek Bwee berkata:
"Nama besar Thio Pek cau dimasa lalu cukup baik,
karena dia telah menolong dua orang murid Bu tong pay
yang terkurung. tapi kejadian itu sudah berlangsung tiga
puluh tahun berselang."
Sedangkan kebun raya Ban hoa wan juga sudah
dibangun dua pulun tahunan, masihkah dia seperti Thio Pek
cau tempo dulu, siaute tak berani meyakini seratus persen"
"Aku lihat perkataan dari Ti Thian hua juga belum tentu
bisa dipercaya, aku sudah mengundang beberapa orang
jago lihay dari Kay pang untuk secara diam-diam
mengawasinya, bila kali ini dia berani berbohong maka kita
tak boleh melepaskannya begitu saja"
"Siauli telah meluluskan permintaannya untuk
membiarkan dia pergi dengan bebas kemana saja dia akan
pergi, Bu khek bun tak bisa mencampuri urusannya lagi,
jika Kay pang mau menerima tugas ini, cara tersebut
memang paling baik" "Kesemuanya ini muncul dari ide Kay pang sendiri, tentu
saja sama sekali tak ada hubungannya dengan Bu khek
bun" "Sekarang, kitapun harus berangkat. hayolah kita ganti
pakaianmu dulu" Sementara itu, Seng Tiong gak telah menyaru sebagai
seorang sastrawan yang memakai jubah biru, dia langsung
berangka menuju ke kebun raya Ban hoa wan.
Sedangkan Cu Siau hong menyaru sebagai kacung
bukunya dan mengikuti di belakang.
Seng Tiong gak memang dasarnya tampan,
penyaruannya kali ini boleh dibilang mirip sekali.
Kebun raya Ban-hoa-wan terletak sepuluh li diluar kota,
kebun raya kenamaan ini telah mengundang datangnya
beribu-ribu pengun-jung, diluar kebun raya terbentuk
semacam kota satelit kecil yang mengelilingi kebun tadi.
Tiga buah rumah penginapan besar, puluhan warung
makan menambah semaraknya keramaian disekeliling
tempat itu. Namun rumah rumah penginapan tersebut serta warungwarung
makannya masih terdapat suatu jarak tertentu
dengan kebun raya Ban-hoa-lo, yang paling dekatpun masih
selisih dua puluh kaki lebih.
Inilah peraturan dari pemilik kebun raya Ban hoa wan
yang menginginkan ketenangan kebun raya tersebut
terjamin, maka mereka tidak diperkenankan berada
terlampau de-kat. Seng Tiong gak sekalian berangkat menjadi beberapa
rombongan, belum lama kedua o-rangitu tiba. Pek Hong,
Tang Cuan beserta Sin jut, Kui meh yang menyaru sebagai
Seng Tiong-gak dan Cu Siau hong telah tiba pula di depan
kebun raya tersebut. Hari ini tidak begitu banyak pengunjung yang
mengunjungi kebun raya Ban hoa wan tersebut, didepan
pintu kebun berdiri dua orang penjaga kebun.
Kui meh Ong Peng yang menyamar sebagai Cu Siau
hong, segera maju ke depan dan menghampiri ke empat
orang penjaga itu, kemudian sambil menjura katanya:
"Harap kalian berempat suka memberi jalan...."
Rupanya ke empat orang penjaga kebun yang
sebenarnya berdiri di kedua sisi pintu kebun itu segera
merentangkan badannya dan menghadang jalan pergi Ong
Peng begitu me-lihat kedatangan orang itu.
Ong Peng segera tertawa dingin, serunya:
'Kebun raya Ban hoa wan selamanya adalah tempat
rekreasi yang boleh dikunjungi oleh siapa saja, mengapa
hari ini tak boleh masuk?"
Penjaga kebun yang berada disebelah kiri segera tertawa
hambar, sahutnya: "Kebun raya Ban hoa wan adalah kebun raya milik
pribadi seseorang, kalau dibilang setiap orang boleh masuk
untuk mengun-junginya, itupun karena berkat kebesaran
jiwa majikan kami, jadi andaikan kami tidak memperkenalkan
kehadiran seseorang, tentunya tindakan ini
juga tidak kebangetan bukan?"
Kui meh Ong Peng adalah seorang jago kawakan yang
sudah seringkali melakukan perjalanan dalam dunia
persilatan, pengetahuannya sangat luas dan
pengalamannya juga matang, dia segera tersenyum.
Betul juga ucapanmu itu, entah bolehkah aku
mengajukan beberapa buah pertanyaan lagi?" katanya.
'Boleh,bila kau ada pertanyaan, silahkan saja diajukan
kepada kami....." "Aku ingin bertanya, kenapa hari ini ke-bun raya Ban hoa
wan ditutup untuk umum?"
"Selama setahun lebih kebun raya Ban Hoa wan selalu
dibuka untuk umum, maka hari ini kami mengambil
keputusan untuk libur, siapa tahu kalian telah berkunjung
kemari" "Ooooh. . . . kalau begitu sungguh kebetulan sekali!" Lo
heng siapa namamu?" "Aku Go Heng !"
"Ooooh. . . . rupanya saudara Go !"
"Tidak berani, tidak berani!"
"Saudara Go, soal berkunjung ke kebun raya Ban Hoa
wan atau tidak, bagiku bukan menjadi persoalan, Cuma
beberapa orang yang datang bersama siaute justru
merupakan orang-orang kenamaan dari dunia persilatan!"
"Ohh, siapa mereka ?"
"Tong hujin dari Bu khek-bun serta ciangbunjin
perguruan tersebut" Dengan cepat Go Heng menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Kami merasa tidak kenal"
"Saudara Go, aku lihat persoalan ini juga tidak bisa
diputuskan olehmu sendiri, lebih baik berilah laporan dulu
ke dalam !" "Laporan" Laporan kepada siapa?"
Pemilik kebun raya ini "
"Aku lihat hal ini tidak perlu lagi!"
Ong Peng segera tertawa, serunya:
"Aku tahu kau adalah seorang penjaga kebun
sungguhan, apalah artinya melibatkan diri dalam pertikaian
dunia persilatan?" ''Soal itu mah, aku tidak begitu mengerti!
Mendadak Ong Peng maju ke depan dan secepat kilat
mencengkeram pergelangan tangan kanan Go Heng.
kemudian serunya: "Aku rasa, kau pasti akan mengerti!"
Tenaga dalamnya segera dikerahkan ke luar, seketika itu
juga Go Hong merasakan tulangnya amat sakit seperti mau
retak-retak sehingga tak dapat dikuasahi lagi dia menjerit
tertahan. Pelan-pelan Tang Cuan maju beberapa langkah
kebelakang, tangannya segera di kibaskan kemuka dan tiga
orang yang lain segera mundur ke belakang terbirit-birit.
Begitu semua penjaga kebun itu sudah mundur, dia
langsung maju kedepan dan membuka pintu kebun raya itu.
Anebnya, kecuali keempat penjaga kebun itu, ternyata
tiada orang lain yang menghalangi jalas pergi mereka.
Ong Peng segera melepaskan cengkeramannya pada
pergelangan tangan Go Heng, setelah itu u-jarnya:
"Saudara Go sekarang tentunya kau sudah mengerti
bukan?" . Ia tinggalkan korbannya dan menyusul rekan-rekan yang
lain. Setelah memasuki pintu kebun terlihatlah lautan bunga
terbentang didepan mata, pemandangan disana indah dan
sangat menarik hati. Dengan langkah cepat Ong Peng menyusul Tang Cuan,
lalu bisiknya. "Tang ciangbunjin tampaknya urusan agak sedikit
mencurigakan" "Apaksh Ong heng menjumpai sesuatu yang tidak
beres?" tanya Tang Cuan dangan cepat.
"Menurut apa yang kuketahui, kebun raya Ban hoa wan
sepanjang tahun terbuka untuk umum dan tiap tahun
selewatnya tahun baru baru ditutup selama setengah
bulan...." "Maksud Ong heng mereka sengaja berbuat demikian
demi menghadapi kita ?" sambung Tang Cuan. .
"Benar! Dengan ditutupnya kebun raya Ban hoa wan,
mencegah kedatangan para pelancong, maka untuk
menghadapi kita, hal ini bisa dilakukan lebih leluasa lagi."
"Betul lautan bunga ini paling tidak mencapai puluhan
hektar, bila dibalik lautan bunga itu bersembunyi seseorang
lalu menyergap secara diam-diam, sulit memang buat kita
untuk menghidarkan diri".
Ong Peng manggut-manggut.
"Itulah sebabnya, keadaan kita sekarang berbahaya
sekali, salah langkah bisa berakibat kematian yang
mengerikan" "Lantas menurut Ong heng, apa yang harus kita lakukan
sekarang?" tanya Tang Cuan.
"Sepintas lalu kita berlagak santai seolah-olah tak pernah
terjadi sesuatu apapun, secara diam-diam kita perketat
penjagaan kita. . . terutama kewaspadaan harus
ditingkatkan" Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh.
"Aku lihat, keadaan disini makin lama semakin
mengherankan" "Apakah Ong Peng telah menemukan sesuatu.
Selamanya Kebun raya Ban hoa wan dikunjungi oleh
beribu-ribu bahkan jika sedang ramai bisa dipadati berpuluh
ribu pengunjung, tapi hari ini secara tiba-tiba suasana
menjadi begini hening dan sepi, dan lagi diluar kebun raya
juga tidak nampak ada pengunjung yang berkumpul disitu."
Mendadak Tang Cuan menghentikan langkah kakinya,


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian menukas dengan cepat.
"Sekalipun hari ini kebun raya ditutup bagi umum dan
pengunjung dilarang masuk kemari, sepantasnya kalau ada
orang yang berkumpul di depan pintu gerbang kebun raya."
"Itu berarti, kebun raya Ban Hoa wan sudah ditutup
selama puluhan hari lamanya?"
"Itu sih tidak, Cuma kalau kita datang setengah hari
lebih awal, mungkin keadaan akan berbeda"
Tang Cuan mengawasinya sekejap, lautan bunga yang
terbentang didepan matanya itu, ia merasa seluruh jalanan
yang berada dalam kebun itu hampir sebagian besar
menembusi lautan bunga itu.
Jalan tembus itu memang cukup lebar, akan tetapi kedua
belah sisinya penuh dengan pohon bunga yang lebar,
diantara kebun dengan aneka bunga yang beraneka warna
ini, lamat-lamat terasa terkandung selapis hawa napsu
membunuh yang sangat mengerikan.
Diam-diam menghembuskan napas panjang, kemudian
berkatalah ketua dari Bu--khek bun itu:
"Setiap langkah kita dan setiap detik yang kita lalui,
kemungkinan besar terancam bahaya maut. kemungkinan
besar dibalik po-pohonan bunga yang sangat lebat itu
tersembunyi pembunuh-pembunuh yang menyeramkan ...."
"Kemungkinan besar mereka akan turun tangan
bersama" kata Ong Peng, "tapi kemungkinan juga mereka
akan melepaskan selapis jarum beracun dan pisau beracun"
Tang Cuan mengerutkan alis matanya rapat-rapat,
sambil menengok wajah Ong Peng, katanya kemudian:
"Sekarang apa yang harus kita lakukan"''
"Menurut pendapatku, lebih baik kita bentuk satu barisan
yang serentak bisa mengawasi empat arah delapan
penjuru" "Benar! Jika mereka tidak mulai melancarkan sergapan,
memang susah buat kita untuk menemukan jejak mereka''
Setelah keputusan diambil dengan kesiap siaga-an penuh
ke empat orang itu segera berjalan menembusi lautan
bunga itu. Diluar dugaan ternyata tak seorang manusiapun yang
mereka jumpai, selama menelusuri jalan berbatu putih yang
membentuk mengitari hutan bunga tersebut.
Tiada orang yang melancarkan sergapan, tiada senjata
rahasia yang disambitkan, pun tiada sebatang jarum
beracun pun yang dilepaskan ke arah mereka.
Tang Cuan merasa agak kecewa, katanya sam-bil
tertawa. "Tampaknya terlalu banyak yang kita pikirkan"
"Kesemuanya ini menerangkan bahwa kita te-lah
berjumpa dengan seorang musuh yang lihay sekali' kata
Ong Peng. "rupanya mereka tak mau bertindak
sembarangan, mereka hanya menunggu, jika macan
kumbang hendak melukai orang, iapun punya kesabaran
yang luar biasa. Mereka pasti sedang menunggu saat yang
paling tepat untuk melancarkan sergapan yang mematikan
kita." Tang Cuan mendongakkan kepalanya dan memandang
sekeliling tempat itu, lebih kurang tiga kaki didepan sana
terlihat sebuah gardu bersegi delapan, banyak lukisan indah
tergantung diatas pilar, dalam gardu itu berjajar beberapa
buah meja dan puluhan bangku.
Tampaknya tempat itu digunakan untuk beritirahat atau
mendahar makanan kecil, tapi suasana waktu itu sangat
hening, sepi dan tak nampak sesosok manusiapun.
Ong Peng memandang gardu itu sekejap kemudian
katanya sambil tertawa: "Bila bunga dalam kebun raya Ban Hoa wan sedang
mekar, tempat ini penuh dengan lautan manusia, mau
mencari tempat duduk saja suakrnya bukan main, tak
nyana kalau hari ini suasana begini lenggang an sepi."
"Ong heng, seringkah kau berkunjung ke kebun raya ini
?" bisik Tang Cuan lagi.
"Dua kali" "Mau apa ?" "Kedatanganku yang pertama karena tertarik oleh
pemandangan alam yang begitu indah di tempat ini, selain
itu akupun sudah mulai curiga dengan tempat ini, sebab
tempat yang setiap hari dikunjungi beribu-ribu orang
pengunjung merupakan tempat yang paling cocok untuk
menyembunyikan segala macam kejahatan"
Sementara itu, beberapa orang tersebut sudah tiba di
dalam gardu, tampak meja kursi disana tampak amat rajin
dan bersih. Keempat orang itu segera memilih sebuah meja dan
duduk. "Saudara Ong, tahukah kau tempat dalam kebun ini yang
dipakai untuk memelihara harimau?" tanya Tang Cuan
kemudian. "Kandang macan letaknya di tengah bukit sana,
dikelilingi kandang kayu yang tinggi dan di dalamnya
terpelihara dua puluhan ekor harimau besar"
"dan telaga lei hi?"
"Empang untuk memelihara ikan leihi itu terletak tak
jauh didepan sana, tempat itu berupa sebuah empang yang
luasnya mencapai tiga empat hektar, dalam empang banyak
dipelihara ikan leihi emas yang besar-besar."
"Konon kandang macan dan empang ikan leihi
merupakan dua tempat yang paling berbahaya di dalam
kebun raya Ban Hoa wan ini?"
"Kalau dibilang kandang amcan berbahaya, tidak salah
ucapan tersebut, sebab ke dua puluhan ekor macan itu
tampaknya sangat bengis, ganas dan berbahaya, bila
mereka sampai terlepas dari kandangnya, sulit buat orang
untuk menghindarkan diri dari tubrukan mereka. . . ."
Setelah berhenti sebentar, terusnya:
"Mengenai empang ikan leihi aku tidak menjumpai
sesuatu yang berbahaya, Cuma air dalam empang itu
memang dalam sekali, agaknya merupakan sebuah empang
alam yang kemudian dipercantik oleh pemilik kebun raya
ini" "Sunio" kata Tang Cuan kemudian, "mungkin Ti Thian
hua si bocah keparat itu Cuma berbicara sembarangan,
tujuannya tak lebih agar kita mau menolong dirinya."
Dengan cepat Pek Hong menggeleng.
"Aku rasa dia tak mungkin sedang berbohong!..
Ong Peng termenung beberapa saat lamanya, kemudian
katanya: "Mungkinkah dibalik empang itu masih tersembunyi
suatu alat pembunuh yang ga-nas dan mematikan?"
"Jika dalam kebun bunga bisa disembunyikan pembunuh
lihay, dalam kandang kayu bisa dipelihara harimau,
mengapa dalam empang tidak bisa dipasang alat-alat
pembu-nuh lainnya?" seru Pek Hong.
"Betul juga perkataan hujin, ketika aku si pengemis kecil
berkunjung kemari tempo hari, paling tidak ada beratus
orang sedang menonton ikan ditepi empang, maka aku
tidak melihat lebih jauh, juga tak pernah terlintas dalam
benakku kalau dalam empang ini bisa terdapat ancaman
bahaya lain. ketika itu justru semua perhatianku kutujukan
pada kandang macan itu" Sementara itu, Sin jut Ciu Hong yang selamia ini
membungkam tiba-tiba berbisik:
"Ada orang datang!"
Dengan cepat Pek Hong berpaling, tampak dua orang
kakek berjubah panjang sedang berjalan mendekat dan
langsung masuk kedalam gardu tersebut.
Mereka adalah Pek Bwe dan Tan Tiang kim.
Paras muka mereka berdua sama sekali tidak berobah,
cuma jubahnya saja yang diganti dan lagi ditambah dengan
sebuah ikat kepala, sehingga sekilas pandangan mereka
mirip dengan dua orang saudagar.
Setelah masuk kedalam gardu, Pek Bwe sama sekali
tidak menyapa Tang Cuan sckalian, melainkan bersama Tan
Tiang kim menuju ke sudut gardu itu dan duduk disana.
"Sunio, pek locianpwe telah datang" Tang Cuan segera
berbisik. "Sudah kulihat!"
"Mereka juga telah melihat kita!"
"Yaa, sudah!" "Kenapa kedua orang locianpwe itu tidak kemari dan
duduk bersama kita?"
"Mungkin mereka telah menemukan sesuatu"' kata
Ong Peng, "kedua orang itu merupakan jago kawakan yang
berpengalaman luas didalam dunia persilatan, mereka tidak
kemari sudah pasti ada alasannya, lebih baik kitapun tak
usah menyapa mereka"
Mendadak Ciu Heng melompat bangun, kemudian
katanya: "Biar aku yang menengok keadaan disana!"
"Hati-hati!" pesan Ong Peng.
Ciu Heng mengiakan, mendadak dia melompat keluar
dari gardu, tampak bayangan tu-buhnya berkelebat lewat,
tahu-tahu bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik
gerombolan bunga sana. "Cepat betul gerakan tubuhnya dan lincah amat tindak
tanduknya" pikir Tang Cuan di hati.
Sepasang mata Ong Peng tiba-tiba melirik, ia melejit ke
tengah aneka bunga tersebut.
Sin jut, Kui meh merupakan dua orang anggota Kay pang
angkatan muda yang paling hebat, mereka berdua selalu
bekerja sama dan sudah banyak membuat jasa bagi pihak
Kay pang, diantara mereka berdua tanpa terasa telah
timbul suatu ikatan ba-tin dan persahabatan yang akrab
sekali .... Kebun raya Ban hoa wan itu yang begitu luas dan lebar,
kini berada dalam kesunyian yang mencekam.
Mendadak Ong Peng juga melompat ke depan dan
menerjang maju ke tengah gerombolan bunga itu.
Menyaksikan kejadian itu, Tang Cuan segera
mengerutkan dahinya, lalu bertanya lirih.
"Sunio, apa yang telah terjadi?"
"Entahlah, aku sendiripun tidak menemukan sesuatu
perubahan yang mencurigaka "
Tak lama kemudian, tampak Ong Peng sambil
membimbing tubuh Ciu Heng pelan-pelan berjalan keluar
dari gerombolan bunga itu.
Dengan cepat Tang Cuan melompat bangun serunya:
"Dia sudah terluka?"
Gerakan tubuh Ong Peng dan Ciu Heng sungguh cepat
sekali, belum sempat Tang Cuan melampaui pagar bambu,
kedua orang itu sudah menaiki gardu tersebut.
"Ciu heng, kau terluka" ' seru Tang Cuan.
'Untung saja lukanya tidak terlampau parah''
"Apakah kau telah bertemu dengan musuh yang
bersembunyi disekitar sana?"
"Tidak, mereka hanya memasang jebakan maut diantara
gerombolan aneka bunga itu, untung saja dengan cepat
kuketahui .....". "Jebakan maut apa yang telah mereka pasang dalam
gerombolan bunga itu.?".
"Jaring beracun!"
"Jaring beracun macam apa" ' tanya Pek Hong.
"Semacam permainan yang ringan tapi hebat, dalam
gerombolan aneka bunga itu mereka telah memasang
banyak sekali jaring-jaring kecil, diatas setiap jaring tadi
dilengkapi dengan sebatang jarum kecil, ujung jarum itu
sangat beracun dan tajam sekali, dan lagi warna jarum dan
jaring-jaring itu persis seperti warna bunga, jika tidak
diperhatikan dengan seksama, memang sulit un-tuk
diketahui." "Jadi Ciu heng telah menumbuk jaring beracun itu"'
"Benar! Aku telah menumbuk di atas jaring berjarum itu,
untuk saja aku membawa pil pencegah keracunan dan
menelan sebutir." "Oooh. . . ." "Sifat racun dari jaring berjarum itu tidak teramsuk
berat, Cuma jenisnya termasuk jenis racun yang cepat daya
kerjanya." "Ong heng ada satu hal ingin sekali siaute meminta
petunjukmu!" "Tidak berani, silahkan Tang ciangbunjin utarakan!"
Ditengah gerombolan bunga itu sudah dipasang jaring
berjarum, sesungguhnya jebakan itu merupakan suatu
jebakan yang sama sekali tak terduga, tapi dengan cara apa
pula mereka memancing kehadiran kita untuk memasuki
gerombolan bunga itu?"
"Caranya terlampau banyak, yang paling sederhana
adalah melarikan diri ke dalam gerombolan bunga itu, kita
pasti akan me-ngejar bila melihat ada musuh lari, nah!
Dalam kejar mengejar inilah kemungkinan be-sar sekali kita
akan menumbuk diatas jaring berjarum itu"
"Aaai .....lihay, lihay, sungguh amat lihay, bila tidak
menjumpai kejadian ini, tidak tambah pengetahuanku"
"Tang Ciangbunjin, permainan busuk semacam ini baru
bisa diperoleh jika pengalamanmu dalam dunia persilatan
sudah luas dan matang, aku si pengemis kecil sudah sering
kali melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan, tidak
sedikit yang kuketahui ten-tang kejadian ini, maka
sesungguhnya kejadian ini bukan terhitung sesuatu yang
luar biasa buat kami"
"Tapi aku toh terjebak juga" sambung Ciu Heng, di atas
setiap lembar jaring berjarum itu, paling tidak terdapat dua
puluhan batang jarum beracun, asal kena ditumbuk maka
semua jarum beracun diatas jaring itu akan menancap di
tubuh orang, padahal aku si pengemis sudah bertindak
sangat berhati-hati, tapi toh tertumbuk juga sebatang
jarum diantaranya, tapi untung juga aku si pengemis
tertusuk jarum itu, sehingga rencana busuk mereka yang
menakutkan pun bisa diungkap."
"Kalau memang begitu, ditutupnya kebun raya Ban Hoa
wan secara tiba-tiba agaknya memang sengaja dilakukan
karena tahu jika kita hendak datang. . . ."


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

''Kalau dilihat dari persiapan disini, tampaknya dugaan
dari Tang cianpwe memang tidak salah"
"Sekarang kita sudah tahu kalau dalam gerombolan
bunga ada jebakan ...."
'Kalau dalam gerombolan bunga ada jebakan, itu berarti
ditempat lain pun pasti juga ada .... .!" sambung Tang
Cuan. "Perkataan Tang ciangbunjin memang benar, kalau
dalam gerombolan bunga ada je-bakan, sudah barang tentu
ditempat lainpun juga ada"
Pek Hong dapat mendengar bahwa Ong Peng dan Ciu
Heng berusaha untuk memberitahukan kepada Tang Cuan
betapa berbahayanya dunia persilatan.
Cuma cara tersebut adalah suatu cara tingkat tinggi,
mereka hanya memancing pembicaraan, kemudian
menyuruh Tang Cuan yang mengambil kesimpulan sendiri.
Mengetahui akan hal ini, Pek Hongpun tidak membongkar
rahasia itu lagi, malah sebaliknya dia merasa berterima
kasih sekali atas perhatian kedua orang itu.
Dalam pada itu, terdengar Ong Peng sedang bertanya:
"Tang ciangbunjin, sekarang apa yang harus kita
lakukan?" "Pek loyacu dan Tan tianglo telah bergabung dengan
kita, kekuatan dipihak kitapun sudah semakin tangguh,
seharusnya kita masuk lebih ke dalam untuk melihat
keadaan." "Betul, kalau tidak memasuki sarang macan, mana
mungkin bisa mendapat anak macan?"
"dalam gerombolan bunga meski ada jebakan jaring
berjarum, tapi tak seorang manusiapun yang kelihatan, ini
menerang-kan bahwa mereka sudah mempersiapkan saat
operasinya, dan kini saat tersebut belum tiba" Ciu Heng
menambahkan. Kalau begitu kita harus melihat dulu keadaan di empang
ikan leihi." Kata Tang Cuan, konon di depan situlah letak
empang tersbeut" "Baik! Mari kubawa jalan."
Seusai berkata dia lantas melangkah maju ke depan
lebih dahulu. Ciu Heng sengaja berjalan di belakang bersanding
dengan Pek Hong, lalu ujarnya:
"Tiong hujin, ada satu hal aku tak berani mengelabuhi
diri hujin. . . ." "Soal apa ?" "Kita sudah terjebak dalam kepungan musuh, untuk
mengundurkan diri dari gerombolan bunga, sesungguhnya
sudah teramat sulit"
"Kenapa ?" "Selain jaring berjarum, tampaknya di balik gerombolan
bunga itu terdapat semacam jebakan lain."
"Jebakan apa ?"
"Lebah beracun, sudah kutemukan sekeranjang penuh
lebah beracun yang ditutup dengan kain hitam. . . !"
"Apakah sudah kau kenali betul kalau binatang itu adalah
lebah beracun. . . .?" tanya Pek Hong.
"Aku si pengemis kecil sepanjang tahun berkelana dalam
dunia persilatan, tidak sedikit lebah aneh yang pernah
kujumpai, lebah itu adalah sejenis lebah beracun berekor
hitam yang daya kerja racunnya lihay sekali, satu dua ekor
saja mungkin masih bisa ditahan, tapi kalau disengat
sampal lima ekor, kemungkinan besar nyawa seorang bisa
di renggutnya." "Oooh, rupanya alat pembunuh yang dipersiapkan dalam
kebun raya ini hampir seluruhnya adalah alat pembunuh
yang hidup!". Ciu Heng tertawa getir, katanya lagi:
"Aku si pengemis sudah memperhitungkan soal ini
masak-masak, terasa olehku bahwa kesempatan untuk
mundur melalui jalan semula tidak terlalu besar, aku si
pengemis telah melepaskan tanda bahaya minta bantuan,
disamping kita lanjutkan perjalanan memasuki kebun raya
ini, paling baik lagi kalau kita bisa menemukan sebuah jalan
keluar!" "Ti Thian hua berulang kali memperingat-kan akan
bahayanya empang ikan leihi, aku rasa tempat itu pasti
terdapat sesuatu ancaman bahaya yang luar biasa sekali
"Yaa, jika kita hendak menghadapi Ban Hoa wan, maka
tindakan yang paling utama adalah memahami dahulu
jebakan yang telah mereka persiapkan"
Pek Hong manggut-manggut.
"Kini, kita sudah menemukan sepasang jebakan, dalam
gerombolan bunga tersimpan jaring berjarum!"
"Yang lebih penting lagi, kita sudah tahu dengan pasti
bahwa kosongnya kebun raya Ban-hoa-wan ini adalah suatu
kesengajaan untuk menghadapi kita"
"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?" . Sekalipun
dimasa lalu dia sudah sering mengikuti ayahnya berkelana
dalan dunia persilatan, tapi dalam hal pengalaman masih
selisih jauh bila dibandingkan dengan Sin jut dan Kui meh. .
''Agaknya kita hanya mempunyai satu cara saja untuk
menghadapi keadaan yang bakal terjadi, disamping mencari
akal lain untuk menemukan rahasia mereka"
''Kalau begitu, tempat ini benar-benar adalah sarang dari
para Hek pa kiam-su?"
"Agaknya dugaan ini tak bakal salah lagi"
Mendadak Pek Hong bangkit berdiri dan langsung
berjalan menghampiri Pek Bwe dan Tan Tiang kim, sambil
tertawa getir Pek Bwe segera menegur:
"Mau apa kau datang kemari" Ilmu menyaru wajahku
meski lumayan, tampaknya masih belum sanggup untuk
membohongi putri sendiri!"
"Ayah, kecuali kau sudah berganti dengan satu stel
pakaian, aku tidak menjumpai akan sesuatu yang berbeda
dengan dirimu sebelum menyaru"
Pek Bwe segera berpaling dan memandang sekejap ke
arah Tan Tiang kim, kemudian ujarnya.
"Saudara Tan, coba kau bilang, siaute. . . ."
"Ayah, Tan tianglo" tukas Pek Hong "Ciu Hong telah
menemukan banyak rahasia dari balik gerombolan bunga
itu" "Padahal aku sipengemis ini sudah mengatakan kalau
kita tak perlu menyamar lagi dalam operasi kali ini" tukas
Tan Tiang kim'' malah lebih enak kalau kita masuk dengan
terang-terangan. Benar!" sahut Pek Hong sambil menganguk "tampak kita
sudah tak usah berlagak lagi, dalam kebun raya Ban Hoa
wan yang begini luas hanya ada kita beberapa orang saja,
entah kita akan berubah menjadi apa saja, rasanya juga tak
akan lolos dari pengamatan orang."
"Benar! Setelah kita berganti pakaian, tentu saja tak bisa
segera berganti dengan yang lain, cuma. . . lebih baik kita
melakukan perjalanan bersama saja."
"Boanpwe setuju sekali dengan pendapat itu"
"Kudengar dari ayahmu, katanya empang ikan leihi
adalah suatu tempat yang berbahaya sekali, benarkah itu?"
"Yaa, dalam gerombolan bunga saja sudah ada jaring
berjarum yang amat berbahaya, bisa dibayangkan jebakan
dalam empang ikan leihi itu pasti lebih hebat lagi."
"Lantas apa rencanamu kemudian?"
"Aku rasa lebih baik kita berkumpul saja menjadi sati
sehingga masing-masing pihak bisa saling membantu."
Mendadak Tan Tiang kim bangkit berdiri kemudian sambil
menjura ke sudut gardu katanya.
"Lo heng, kau tak usah bersembunyi disana lagi, setelah
kita pergi kau pun harus turun sebentar untuk beritirahat,
bersembunyi terus disana, tentu badanmu akan terasa
tersiksa." Mengikuti arah yang ditunjuk Tan Tiang kim, Pek Hong
menyaksikan disana benar-benar terlihat seseorang sedang
berjongkok. Sekalipun tempat persembunyiannya su-dah diketahui
bahkan telah ditegur oleh Tan Tiang kim, namun ia belum
juga mau turun. Pek Hong mendengus dingin, dia bersiap--siap akan
turun tangan, tapi segera dicegah oleh Pek Bwe, katanya:
"Nak, orang itu cuma manusia kelas tiga yang tak
berguna lepaskan saja dirinya"
Sehabis berkata dia lantas beranjak meninggalkan
tempat itu. Setelah enam orang berkumpul menjadi satu, kekuatan
merekapun terasa bertambah kuat.
Tang Cuan mulai celingukan kesana kemari dengan
harapan bisa menemukan je-jak Cu Siau hong sekalian.
Setelah mereka ber enam berkumpul menjadi satu,
kelebihan dua orang pun sudah tidak menjadi soal lagi.
Sayang, dia tidak berhasil menemukan je-jak Cu Siau
hong maupun Seng Tiong gak.
Tapi dia masih tetap bersabar diri dan tidak mengajukan
pertanyaan apa-apa. Berbeda dangan Pek Hong, dia tak tahan dan sengaja
maju ke depan, serunya: "Ayah, apakah kalian berjumpa dengan Seng sute dan
Siau hong?" Ketika berada di pintu tadi kami telah bersua, tapi tidak
kulihat jejak mereka masuk kemari!"
"Cu siauhiap cerdik dan lihay, aku rasa kita tak perlu
menguatirkan keselamatan nya lagi." Kata Tan Tiang kim.
"Locinapwe, apakah kau telah bertemu dengannya?"
"Tidak!" "Soal ini. . . ?"
"Keponakanku, dikuatirkan juga, malah sebaliknya akan
memecahkan konsentrasi-mu, lebih baik kita tak usah
memikirkan persoalan itu lagi."
Pek Hong manggut-manggut, katanya kemudian:
"Terima kasih atas petunjuk cianpwe."
"Sebelum datang kemari, pangcu juga telah
memperingatkan diriku, ia telah memberi satu petunjuk
kepadaku, katanya harap diperhatikan empang ikan leihi!"
"Empang ikan leihi tidak lebih kan sebuah empang yang
sangat besar dan luas ?"
"Betul, sepintas lalu memang begitu, empang itu tak
lebih hanya sebuah empang yang sangat luas, tapi rahasia
apa yang tersimpan dibalik empang tersebut, soal itulah
yang tidak diketahui orang luar"
"Apakah Tan cianpwe pernah datang ke kebun raya Ban
hoa wan ini?" "Belum pernah, cuma orang kay pang sering diutus
kemari untuk melihat keadaan, sepintas lalu kebun raya ini
memang seakan-akan tidak nampak ada sesuatu yang luar
biasa, tapi bila kita amati setingkat lebih dalam maka akan
diketahui bahwa dibalik kesemuanya itu secara lamat-lamat
tersem-bunyi selapis hawa pembunuhan yang sangat
mengerikan" "Apakah Lo pangcu juga mengetahui kalau kebun raya ini
ada sesuatu yang tak beres"."
"Benar!" Tan Tiang kim mengangguk, "Lo Pangcu pernah
berkunjung satu kali kemari."
''Selama banyak tahun belakangan ini, lo pangcu jarang
sekali berkelana dalam dunia persilatan, kapan sih dia
pernah berkunjung ke kebun raya ini?" sela Pek Bwee.
"Di dalam dunia persilatan, lo pangcu tak pernah
beristirahat, dia sering kali melakukan perjalanan di dalam
dunia persilatan, Cuma saja dia selalu menyamar, sehingga
tak mungkin ada yang menyangka kalau lo pangcu
sebetulnya sering keluar dengan wajah lain..''
Setelah berhenti sebentar, lanjutnya:
"Kalau dibicarakan sesungguhnya memalu-kan sekali, dia
orang tua sudah tua, bukan saja tak bisa mengesampingkan
tugas berat nya sebagai pangcu, lagipula harus seringkali
melakukan perjalanan di dalam dunia per-silatan, pada tiga
tahun berselang, dalam suatu rapat yang diselenggarakan
para tianglo, baru diketahui kalau lo pangcu kami itu masih
seringkali melakukan perjalanan dalam dunia persilatan,
setelah mengetahui kejadian itu semua orang merasa
terharu bercampur malu, oleh sebab itu beberapa orang
tianglo- sebenarnya sudah mengundur-kan diripun secara
sukarela kembali melaporkan diri ke markas dan terjun
kembali ke dalam dunia persilatan untuk menegakkan
keadilan bagi dunia persilatan..''
"Apakah lo pangcu mempunyai firasat lain sehingga dia
sampai mengambil keputusan untuk berbuat demikian ?"
"Sekalipun dia orang tua usianya makin bertambah akan
tetapi pikirannya justru bertambah tajam, dia memiliki
suatu ketajaman firasat yang melampaui siapapun, dua
tahun berselang, kami beberapa orang tianglo sudah
menganjurkan kepadanya, agar banyak beristirahat dan tak
usah terlampau lelah, tapi sambil menghela napas dia
berkata kepada kami, bahwa dalam beberapa tahun
mendatang dalam dunia persilatan pasti akan terjadi suatu
peristiwa besar, dia berharap bisa berjumpa dengan Cun ciu
pit (si pena wasiat). Tapi manusia yang bagaikan naga sakti
yang kelihatan kepala tak nampak ekornya ini hanya pernah
muncul satu kali pada sepuluh tahun berselang, dikala dia
sedang mengumumkan kejadian besar dalam dunia
persilatan." "AAAI, sulit untuk bertemu dengan orang itu. . tukas Pek
Bwe sambil menghela napas.
"Tapi kali ini keadaannya berbeda, kami semua pasti
akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mewujudkan
keinginan dari lo pangcu kami itu." sambung Tan Tiang kim.
Sekali lagi Pek Bwe menghela napas panjang. . ..
"Aku rasa, pekerjaan ini bukan suatu pekerjaan yang
terlalu gampang ........"
"Memang tidak gampang, cuma aku pikir si pena wasiat
juga manuzia, asal dia adaliah manusia maka kita akan
mempunyai kesempatan untuk berjumpa dengannya"
"Dengan jumlah anggota Kay pang yang begitu banyak,
seandainya benar-benar ingin mencari jejaknya, aku rasa
pekerjaan ini belum pasti merupakan suatu pekerjaan gampang,
cuma..."

Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tan Tiang kim segera tertawa, tukasnya.
"Aku mengerti, dalam hati kecilmu kau pasti tak akan
setuju dengan tindakan semacam ini, waktu itu kami
sendiripun merasa heran, mengapa lo pangcu ingin mencari
orang itu. Dia merupakan tonggak keadilan dari seluruh
umat persilatan, kedudukannya jauh diatas pelbagai
perguruan dan partai yang ada didunia ini, seandainya
berhasil membongkar rahasianya, bukankah hal ini justru
akan sangat mempengaruhi kewibawaan pena wasiat dalam
dunia persilatan?" "Betul, lohu juga perpendapat demikian."
"Akan tetapi setelah kudengar penjelasan dari lo pangcu,
kami baru merasa bahwa pandangan hidupnya memang
jauh melebihi siapapun didunia ini'..
"Apa yang dia katakan?"
"Dia bilang beberapa tahun belakangan ini suasana
dalam dunia persilatan terlampau tenang, kritik pedas dan
pengungkapan kelicikan yang dilakukan pena wasiat meski
membuat orang ketakutan, tapi bukan berarti telah
membawa mereka yang jahat kembali ke jalan yang benar,
malahan sebaliknya justru memaksa mereka bertindak lebih
berhati-hati, lebih teliti dan memaksa pula mereka yang
berniat jahat menyem-bunyikan rencana busuknya itu
secara ketat. Selain daripada itu, dia masih
memberitahukan kepada kami kalau tenangnya dunia
persilatan hanya kelihatan secara sepintas lalu saja,
padahal suatu badai dahsyat sudah bersiap-siap memporak
porandakan dunia persilatan, sayang mereka takut dengan
pena wasiat, maka jejak mereka tak sampai bocor atau
meninggalkan tanda bekas, mereka sedang menunggu,
menunggu datangnya kesempatan baik, maka tiga tahun
setelah kemunculan pena wasiat suatu badai yang
mengerikan pasti akan terjadi!"
"Ehmm, memang masuk diakal!" Pek Bwee manggutmanggut.
"Semenjak dua tahun berselang pangcu kami sudah
mulai mempersiapkan diri secara baik-baik, adapun tujuan
lo pangcu ingin berjumpa dengannya yang paling penting
adalah untuk melindungi keselamatan jiwanya"
"Oooh. . . . rupanya begitu!"
"Sekalipun hendak melindunginya, juga tidak seharusnya
begitu tergesa-gesa" sela Pek Hong.
"Disinilah justru terletak kelihayan dari lo pangcu"
"Maksudmu?" 'Selama beberapa tahun ini, segenap anggota Kay pang
telah memusatkan perhatiannya untuk bekerja, setiap
orang hampir semuanya mempunyai jalan pikiran begitu,
sekalipun kami selalu bertindak secara rahasia, namun
mustahil rahasia ini bisa dipertahankan terus, itu berarti
kemungkinan besar tindakan kami akan memaksa kekuatan
yang sebenarnya hendak menghadapi pena wasiat itu akan
bersitegang dengan kami. Semakin besar tegangan iti
terjadi, berarti semakin besar pula kemungkinannya untuk
terbongkar semua rahasianya"
"Yaa, betul juga perkataan ini ....."
Tan Tiang kim menghela napas sedih, terusnya.
"Terhadap peristiwa berdarah yang menimpa Bu khek bun,
meskipun lo pangcu merasa sedih karena kehilangan
teman, beliaupun merasa amat menyesal sekali......"
"Kalau sedih karena kehilangan teman" tukas Pek Hong,
"hal ini disebabkan lo pangcu sudi memberi muka kepada
mendiang suamiku Leng kang, tapi soal menyesal rasanya
tidak perlu, sebab apa sangkut pautnya peristiwa ini dengan
kay pang?" "Menurut pendapat pangcu, musibah yang menimpa Bu
khek bun kali ini adalah dikarenakan pihak lawan kena
terdesak makin hebat sehingga mau tak mau mereka harus
mengalihkan siasat ini dengan menimbulkan pelbagai
kekacauan disini, agar pihak Kay pang menjadi terpecah
perhatiannya dan ikut terombang-ambing kesana kemari"
"Oooh ...." "Itu menurut pandangan lo pangcu, dia o-rang tua
memang selamanya lebih banyak menegur diri sendiri
daripada terhadap orang lain"
"Entah bagaimanapun pendapat lo pangcu" kata Pek
Hong, "kedatangan Liong Thiang Siang waktu itu,
sesungguhnya merupakan suatu kejadian yang sama sekali
diluar dugaan' Itulah suatu kerja sama yang sangat manis" sela Tan
Tiang kim dengan cepat. 'Maksudmu. . . ." "Justru karena kemunculan Liong Thiang siang
merupakan datangnya suatu kesempatan yang baik, maka
mereka manfaatkan kesempatan yang sangat langka itu
dengan sebaik-baiknya' "Soal ini, soal ini . . . . "
Tan Tiang kim tertawa sambungnya.
"Jebakan yang mereka persiapkan ini justru telah
memberi sesuatu kesempatan yang sangat baik pula untuk
kita, sehingga aku bisa berbicara dengan santai . "
"Tan cianpwe, apakah kita tak bisa bercakap-cakap
seandainya mereka tidak mempersiapkan jebakan ini?"
Tan Tiang kim tertawa, ujarnya kembali:
"Andaikata kebun raya Ban hoa wan tetap di buka untuk
umum, kebun ini pasti penuh dengan pengunjung, otomatis
kitapun tak bisa berbincang-bincang dengan bebas seperti
ini' "Lagi pula, seandainya kebun raya ini tetap terbuka
seperti sedia kala, dugaan-dugaan kita itu pun tak bisa
mendapat bukti nyata"
"Kalau begitu, tindakan mereka ini justru sama artinya
dengan membongkar rahasia sendiri'
Tan Tiang kim membenarkan.
"Yaa, kalau berbicara dari situasi sekarang ini, rasanya
memang begitulah" "Tan heng, dengan susah payah mereka telah mengatur
kebun raya Ban hoa wan yang biasanya sangat ramai
dengan pengun-jung i-tu menjadi demikian tenangnya, aku
pikir persiapan yang mereka lakukan pasti sangat
berbahaya sekalu" Ucap Pek Bwe.
Tan Tiang kim tertawa. 'Untung saja mereka melakukan persiapan ini sehingga
meningkatkan kewaspadaan kita, juga membuat kita
merasa yakin kalau meraka memang mempunyai rencana
bu-suk" "Lantas bagaimana caranya kita menghadapi mereka?"
''Tiada cara yang baik untuk menghadapi keadaan ini,
sekarang kita sama sekali ti-dak tahu gerakan apakah yang
hendak mereka lakukan, hal ini harus ditunggu dulu sampai
mereka melakukan suatu tindakan, kita baru pikirkan cara
untuk menghadapinya"
"Jadi kita harus menghadapi mengikuti situasi yang
sedang dihadapi ?" tanya Pek Hong.
Pek Hong segera celingukan sekejap ke sekeliling tempat
itu, lalu ujarnya: "Tahu begini, kitapun tak usah membuang banyak waktu
untuk menyamar lebih dulu sebelum kemari, lebih- lebih tak
usah memisahkan diri menjadi beberapa kelompok kecil,
coba kalau semuanya bersatu, kekuatan kita pasti akan
semakin besar" "Kau sedang menguatirkan keselamatan dari Siau hong?"
tanya Pek Bwee tiba-tiba.
'"Benar! Suasana dalam kebun raya Ban hoa wan begini
sunyi sepi tak tampak seorang manusiapun, kita pun tidak
melihat mereka masuk ke mari .....'
Sambil tertawa Pek Bwee segera menukas:
"Hong-ji, tentang soal ini tak perlu kau kuatirkan,
terhadap Siau hong aku mempu-nyai semacam pandangan
yang sangat aneh sekali"
"Pandangan apa?"
"Bocah ini memiliki suatu kekuatan yang sukar diduga
sebelumnya, bagaimanapun berbahayanya suatu masalah,
dia seakan-akan selalu mempunyai akal untuk
mengatasinya!' ''Ayah, bagaimanapun juga dia toh masih kanak-kanak,
jangan kau nilai dirinya terIampau tinggi."
Sesudah berhenti sebentar, lanjutnya:
'Sedangkan Tiong gak, diapun belum pernah melakukan
perjalanan didalam dunia persilatan, kedua orang ini, pas..."
"Bagaimana keadaan Seng sau heng, aku si pengemis
tua tak berani sembarang berkata" tukas Tang Tiang kim,
'Tapi soal Cu siau hong, kalian tak usah kuatir dan tak usah
memikirkan keselamatan jiwanya lagi'
"Maksudmu?" "Lo pangcu pandai melihat garis muka orang, ia pernah
memberitahukan sepatah kata kepadaku!''
"Apa katanya" '
"Dia bilang Cu Siau hong selain seorang manusia
berbakat aneh dari perguruan kalian, diapun akan menjadi
kembang anehnya dunia persilatan yang tiada taranya
sepanjang sejarah dunia persilatan.'
"Kalau begitu mendiang suamiku benar-benar adalah
seorang manusia yang pandai melihat orang" sambung Pek
Hong. "Benar! Tiong Buncu telah menarik Cu kongcu dari
seorang anak sekolahan menjadi jago dunia persilatan,
sesungguhnya tindakan ini benar-benar merupakan suatu
tin-dakan yang luar biasa sekali"
Pek Hong menundukkan kepalanya dan tidak berbicara
lagi. Sedangkan Tan Tiang kim segera berkata:
"Hian titli, apakah aku si pengemis tua telah salah
berbicara?" "Tidak, aku jadi teringat dengan Leng kang, seandainya
dia masih hidup didunia ini dan mendengar perkataan dari
lo pangcu, entah bagaimanakah gembiranya dia"
"Nak, urusan yang sudah lewat biarkanlah lewat" hibur
Pek Bwee, "kau harus dapat memendam kesedihanmu,
persoalan paling penting yang haruns kita lakukan sekarang
adalah menemukan It ki, mempertahankan keturunan dari
keluarga Tiong yang cuma satu-satunya itu, kemudian
membalaskan dendam bagi kematian Leng kang"
Pek Hong menghela napas sedih.
' Aku mengerti!" katanya.
-ooo0ooo- BAGIAN 20 HIAN TITLI tak usah murung atau kuatir", kembali Tan
Tiang kim berkata, 'kesedihan lo panpcu atas terjadinya
peristiwa ini sedikit-pun tidak berada dibawah kesedihanmu,
aku sendiripun telah menganggap kejadian ini menjadi
semacam tugas, aku si pengemis tua mengucapkan sepatah
kato lagi yang sepantasnya tak boleh kukatakan sekarang,
pihak Kay pang telah mengerahkan ba-nyak orang, kebun
raya Ban hoa wan sudah berada dalam pengepungan dan
pengawasan yang ke-tat dari jago-jago Kay pang, asal It ki
berada di sini, aku tidak percaya mereka masih bisa
menggondol pergi kawanannya itu hari ini"
Cepat Pek Hong menyeka air mata yang mem-basahi
wajahnya, kemudian sambil tersenyum ujarnya.
"Tan lo cianpwe, aku benar-benar merasa amat terharu
dan berterima kasih"
''Tak usah berterima kasih, partai kami dan partai Pay
kau telah mengirim banyak sekali anggotanya kemari. . . ."
"Tan cianpwe" kata Pek Hong lagi, "Kaucu dari Pay kau
itu belum pernah berjumpa dengan Leng kang, tapi
sekarang mereka sudah mengerahkan banyak jago untuk
membantu kami, apakah perlu bagiku untuk mengucapkan
terima kasih kepadanya?"
"Tidak perlu, mereka berbuat demikian karena maksud
hati mereka yang baik, jika sekarang kau mengucapkan
terima kasih kepadanya, malahan bisa jadi mereka merasa
tak tenteram" "Maksud hati harus disampaikan, adat istiadat juga musti
dijalankan . . ." "Aku lihat lebih baik kau jangan melakukan apa-apa dulu
sekarang, tunggulah beberapa saat lagi"
"Hong ji, ucapan emeak Tan memang sangat tepat" kata
Pek Bwe, "aku rasa Pay kau belum pernah menghubungi
kita secara langsung"
"Soal ini . . ." sela Pek Hong, aku sendiripun merasa
heran, kenapa mereka tak pernah mengadakan kontak
dengan kita?". "Aku rasa pertama kuatir menimbulkan kesasahan
paham dengan Kay pang sehingga menga-kibatken keadaan
yang serba tak enak, kedua mereka sudah mempunyai
rencana sendiri, maka mereka tidak berniat untuk
menghubungi kita" "Oooh.....' baiklah, kalau begitu Hong ji akan turut
perintah!" Dalam pada itu Kui meh Ong Peng telah ber-jalan
mendekat sembari berseru.
"Lapor tianglo, kita, sudah sampai diempang ikan leihi".
Padahal sekalipun Ong Peng tidak datang melapor, Pek
Hong juga sudah tahu kalau mereka telah tiba dlempang
tersebut" Itulah sebuah empang besar yang luasnya mencapai
puluhan hektar, air empang berwarna hijau dan kelihatan
tenang. Disekeliling empang penuh tumbuh pohon liu yang
rimbun dan nyaman. Waktu itu adalah permulaan musim semi, pohon liu baru
saja tumbuh, suasana amat nyaman dan menimbulkan
perassan tenang bagi siapapun yang berkunjung kesana.
Sebenarnya pemandangan alam yang terbentang disana
merupakan suatu pemandangan alam yang indah menawan,
tapi dalam keadaan seperti ini berhubung Pek Bwe sekalian
menaruh kewaspadaan yang tinggi, maka tanpa terasa
timbul suatu suatu suasana tegang yang aneh sekali.
Ketika berada lebih kurang satu kaki dari empang ikan
leihi, mendadak Tan Tiang kim berhenti seraya berkata:
"Ong Peng, kemarilah kau!."


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Agaknya Ong Peng sangat menaruh hormat kepada Tan
Tiang kim, sambil menghampiri nya dia bertanya:
'Ada apa tianglo?" "Kau pernah datang kemari?"
"Yaa benar, tecu pernah kemari!'
"Sebenarnya ancaman bahaya apakah yang terdapat
dalam empang ikan leihi ini"`
'Tidak tahu, dikala kebun raya terbuka untuk umum,
tempat ini selain penuh dengan lautan manusia yang
mengitari empang sambil menonton ikan leihi"
'Kau pernah melihat"'.
"Pernah, dalam empang ini terdapat ikan leihi dalam
jumlah yang sangat banyak, -konon malah ada beberapa
ekor diantaranya yang besar seka!i, tiap hari hanya muncul
sekali, cuma sayang waktunya tidak menentu, kecuali kalau
seseorang menjaga terus ditempat ini sepanjang hari,
itupun kadangkala belum tentu berhasil melihat apa-apa"
'Ehmm! Inilah sebuah titik kelemahan yang sangat
mencurigakan!" "Harap tianglo suka memberi petunjuk!'
"Coba kalian bayangkan, seandainya di dalam empang in
terdapat ikan leihi yang sangat besar, mengapa dia hanya
muncul diatas permukaan air, mengapa secara teratur dan
akan muncul sehari satu kali?"
"Betul! Tecu bodoh dan tak bisa berpikir sampai kesitu!"
"Kau sudah pernah melihat ikan leihi raksasa"."
Sambil tertawa getir Ong Peng segera menggeleng.
"Belum, tempo hari aku sudah menunggu hampir dua
jam lamanya ditempat ini, tapi tiada sesuatu apapun yang
berhasil kulihat cuma dari mulut orang lain tecu mendapat
tahu bahwa didalam empang ini benar-benar terdapat
beberapa ekor ikan leihi raksasa, seluruh tubuhnya
berwarna kuning emas dan memancarkan sinar yang
berkilauan" ''Yang dimaksudkan sebagai ikan raksasa itu sampai
berapa besarnya?" "Satu dua kaki panjang tubuhnya! Konon sekali terkam
seorang manusiapun dapat ditelannya"
"Masa ikan leihi juga dapat makan manusia?"
"Bukan cuma manusia, mereka makan apa saja yaa ikan,
yaa orang pokoknya setiap makhluk yang tercebur ke dalam
empang itu kemungkinan besar akan mereka telan"
"Belum pernah kudengar ada ikan bisa makan manusia!"
kata Pek Hong tiba-tiba. "Hal ini merupakan titik kelemahan yang ke dua!" seru
Tan Tiang kim kemudian. "Harap kau suka memberi penjelasan yang lebih
terperinci" "Mungkin saja ditengah samudra luas sana benar-benar
terdapat ikan yang dapat makan manusia, tapi belum
pernah kudengar kalau dalam empangpun terdapat hewan
semacam ini, apalagi makan manusia.
'Maksudmu. . . " tanya Pek Bwe.
"Maksudku belum tentu makhluk tersebut adalah ikan,
mungkin saja inilah salah sa-tu alat pembunuh yang
sengaja dipersiap-kan dalam kebun raya Ban-hoa wan ini
..." Kemudian sambil berpaling sekejap kearah Ong Peng
lanjutnya. "Selain ikan leihi raksasa itu, dalam em-pang ini masih
terdapat apa lagi?" "Berpuluh-puluh ribu ikan leihi yang be-renang diatas
permukaan air, tapi itupun ada waktunya menyelam ke
dasar empang, cuma yang pasti dalam empang ini benarbenar
terdapat ikan leihi yang tak terhitung jumlahnya "
"Dalam sebuah empang yang besar, dipelihara ikan leihi
yang tak terhitung jum-lahnya, mara bahaya macam
apakah yang bisa terdapat disana"' kata Pek Hong.
"Ong Peng, apakah ikan leihi dari empang ini bisa
dimakan"' tanya Tan Tiang-kim kemudian.
Ong Peng termenung sebentar, kemudian sahutnya:
'Tianglo, sudah kau lihat deretan rumah yang berada
diseberang empang tersebut?"
"Yaa, sudah kuliha." .
"Jaraknya terlampau jauh, Tan Tiang kim sendiripun tak
lebih hanya menyakikan deretan rumah.
Serigala Siluman 1 Pendekar Mabuk 060 Dendam Selir Malam Macan Macan Betina 2

Cari Blog Ini