Pendekar Bego Karya Can Id Bagian 11
ketinggiannya mencapai tujuh ribu dua ratus meter dari permukaan laut.
Karena letaknya yang sangat tinggi, maka sepanjang tahun tempat itu diselimuti
oleh lapisan salju yang sangat tebal.
Baik Coa Thian tam maupun Ong It sin dapat berjalan dengan kecepatan luar biasa,
maka setelah mendaki selama tiga hari penuh, sampailah mereka diatas puncak
bukit itu. Ketika tiba ditempat tujuah, magrib telah menjelang tiba.
Bunyi genta yang nyaring lamat lamat berkumandang datang dari balik kuil kuno di
puncak bukit tersebut, suaranya merdu dan mengejutkan siapapun yang
mendengarkan. Menyaksikan kuil yang angker itu, tanpa terasa Ong It sin bertanya dengan
keheranan: "Coa toako, apakah kuil inilah yang kau maksudkan?"
"Inilah puncak Handankorli, tiada kuil Sian gwan si kedua ditempat ini...!"
jawab Coa Thian tam! Sambil berbicara, kedua orang itu menelusuri jalan bukit dan menuju ke kuil kuno
itu. Belum sampai dipintu kuil seorang hwesio setengah umur telah muncul sambil
menyambut kedatangannya, kepada Coa Thian tam ia berkata:
"Sicu, sungguh cepat kedatanganmu kali ini!"
"Apakah sin-ceng bisa menerima tamu pada saat ini?" tanya Coa Thian tam cepat.
"Dapat pinceng justru mendapat petunjuk dari sinceng untuk menyambut kedatangan
sicu berdua!" "Toa hwesio, kau maksudkan sinceng dapat meramalkan kejadian yang akan datang?"
tanya Ong It sin terkejut bercampur keheranan.
"Sebagai orang beragama pinceng tak biasa berbohong, betul, sinceng memang
memiliki kepandaian untuk meramalkan nasib dan keadaan yang akan datang."
Demikianlah, dengan dipimpin oleh hwesio setengah umur itu, mereka berdua
memasuki ruang depan dan menuju kemar belakang sepanjang perjalanan mereka
menjumpai ada enam tujuh orang hwesio sedang melakukan sembahyangan malam
diruang tengah. Melihat kesemuanya itu, Ong It sin lantas berpikir.
"Mereka hidup ditempat yang terpencil, heran darimana mereka dapatkan bahan
makanan?" Belum habis ingatan tersebut melintas di dalam benaknya, hwesio setengah umur
itu telah berseru dengan penuh rasa hormat di depan pintu.
"Coa sicu berdua telah datang!"
"Suruh mereka masuk!" jawab seseorang dari dalam ruangan dengan suara nyaring.
"Sinceng mempersilahkan kalian berdua masuk kedalam kamar, maaf pinceng tak akan
menemani lebih jauh" hwesio setengah umur itu segera berkata.
Setelah hwesio setengah umur itu mengundurkan diri Coa Thian tam baru mengajak
Ong It sin masuk kedalam ruangan sambil menyembah sujud.
"Boanpwe telah berhasil mengundang Ong lote untuk datang menjumpai sinceng"
katanya. Sewaktu menyembah Ong It sin sempat menyaksikan wajah si hwesio tua yang angker
dan penuh kewibawaan itu.
Selesai memberi hormat, mereka berdua lantas berdiri penuh rasa hormat disisi
ruangan. Dengan sorot mata yang tajam, hwesio tua itu mengawasi Ong It sin beberapa saat
lamanya, kemudian sambil manggut manggut katanya:
"Pilihan Coa tayhiap memang tepat, bukan saja orang ini berbakat alam dan
merupakan bahan paling baik untuk belajar silat, diapun berhati jujur dan baik,
sungguh sungguh merupakan sebuah batu kemala yang belum digosok!"
Kemudian dengan kening berkerut katanya lebih jauh:
"Sayang jalan pemikiran orang ini masih belum terbuka, seandainya tidak
dioperasi dulu, selamanya tak akan menghasilkan apa apa"
"Tak heran ketika si dewa cebol memberi pelajaran jurus Liong seng kiu cu
kepadanya, walaupun sudah dilatih dua puluh kali ia juga tak berhasil
menguasainya, setelah mendengar penjelasan dari Sinceng sekarang, pikiran
boanpwe baru benar benar terbuka"
"Loceng merasa berterima kasih sekali atas bantuanmu untuk membawanya datang
kemari" kata hwesio tua itu kemudian, "orang ini akan kuterima sebagai muridku!"
Mendengar kata kata tersebut dengan cepat Ong It sin berseru:
"Untuk menjadi muridmu tentu saja aku suka, tapi hwesio tua... kau musti
berjanji dulu, aku cuma mau menjadi muridmu tapi tak mau mencukur rambut menjadi
hwesio, sebab kalau kepalaku gundul tentu akan susah mencari bini!"
Melihat pemuda itu berbicara secara kasar dan tak tahu kesopanan, buru buru Coa
Thian tam membentak: "Ong lote, lain kalu kau musti memanggil suhu kepada sinceng, mengerti?"
Belum sempat Ong It sin menjawab, hwesio tua itu telah menggelengkan kepalanya
berulang kali: Lolap tidak terbiasa dengan segala tata cara, biarkan saja ia berbicara semaunya
sendiri! Oya, setelah melakukan perjalanan jauh, kalian tentu sangat lelah
bukan" Pergilah bersantap sedikit kemudian beristirahat dulu."
Coa Thian tam segera mengajak Ong It sin mengundurkan diri dari ruangan itu.
Selesai bersantap, merekapun pergi beristirahat.
Tengah hari keesokan harinya, Hwesio tua itu mengundang kembali Coa Thian tam
untuk menghadap kepadanya, ia berkata:
Coa tayhiap, lolap telah mempersiapkan segala sesuatunya, malam ini akan
kubukakan jalan pikiran It sin yang tersumbat itu, nanti datanglah untuk
membantuku" Buru buru Coa Thian tam mengiakan.
Sebelum meninggalkan ruangan, dari sakunya Coa Thian tam mengeluarkan kitab
pusaka Sang yang kiam hoat itu dan diserahkan kepada Sinceng sambil berkata.
"Sebenarnya kitab ilmu pedang itu berada menjadi satu dengan pedang antik Hu si
ku kiam, tidak beruntung pedang antik itu telah dilarikan Be Siau soh, untung
kitab ini telah diserahkan kepada boanpwe lebih dulu, aku tahu kalau saudara It
sin itu orangnya bodoh, daripada terjatuh ke tangan orang yang jahat dan
menyebabkan timbulnya bencana bagi umat persilatan, aku sengaja menahannya lebih
dulu" Pendeta suci itu menerima kitab tadi dan dibalik balik sebentar, kemudian
katanya: "Ilmu pedang Sang yang kiam hoat adalah ciptaan dari seorang jago pedang yang
lihay sekali, bila ketujuh puluh dua jurus ilmu pedang ini berhasil dipelajari,
kemudian digunakan bersama sama pedang antik Hu si ku kiam, maka tak seorangpun
manusia dalam dunia ini yang bisa menandinginya, rejeki bocah ini benar benar
besar sekali" "Yaa, untung saja pada malam itu dia serahkan kitab ini kepadaku dan minta aku
untuk menyimpannya baik baik, coba kalau sampai dibawa kabur oleh Be Siau soh,
entah bagaimana jadinya, mungkin inilah kehendak ilahi"
Pendeta suci itu manggut manggut dan menyatakan persetujuannya dengan pendapat
itu. Maka Coa Thian tam pun mohon diri.
Malam itu ketika tengah malam sudah tiba, Pendeta suci muncul dalam kamar tamu,
begitu melangkah ke dalam ruangan, secara beruntun dia menotok ketiga ratus enam
puluh lima buah jalan darah ditubuh Ong It sin.
Sementara itu Coa Thian tam telah berdiri menunggu disisinya, semua jendela dan
pintu telah ditutup rapat.
"Tanggalkan semua pakaian yang ia kenakan!" perintah pendeta itu.
Setelah semua pakaian yang dikenakan Ong It sin ditanggalkan, dari sakunya
Pendeta itu mengeluarkan sebilah pedang kecil yang berbentuk aneh, selapis
cahaya emas lamat lamat memancar keluar dari balik senjata tersebut.
Kemudian ia mengeluarkan pula sebatang jarum yang bercahaya tajam, jarum itu
diletakkan diatas sebuah baki kemala.
Setelah duduk bersila dibelakang tubuh Ong It sin, pendeta itu menempelkan
telapak tangannya yang kurus kering itu keatas jalan darah Thian leng hiat,
kepada Coa Thian tam pesannya:
"Dikala aku menyalurkan tenaga dalam ketubuh Ong It sin nanti, kau harus mulai
menghitung dari angka satu sampai seratus kemudian, gunakan pedang emas Muni kin
kiam untuk membelah kulit perutnya, setelah itu gunakan jarum Ling long hui ciam
untuk menusuk hatinya sebanyak tujuh kali setiap tusukan harus sampai tembus,
mengerti?" Coa Thian tam cukup mengetahui akan kemampuan sipendeta suci itu, setelah
mengiakan, ia mulai bekerja.
Walaupun sesungguhnya dia hanya disebut sebagai pembantu, namun dalam kenyataan
dialah yang melakukan operasi itu.
Menanti Coa Thian tam sudah mulai menghitung dari angka satu sampai seratus, Ong
It sin yang sudah tertidur nyenak itu penuh dialiri hawa panas yang berkobar
kobar. Sedikit banyak tangannya agak gemetar juga, apalagi pedang Muni kim kiam itu
tajam sekali hanya sedikit merobek, perut Ong It sin sudah terbelah.
Dari antara isi perut yang beraneka ragam itu, dengan cepat ia berhasil
menjumpai hati yang berwarna merah darah itu.
Meminjam sorotan cahaya lampu yang mencorong dalam ruangan, seperti apa yang
diucapkan sipendeta suci tadi, ternyata hati pemuda itu semuanya tersumbat dan
buntu sama sekali. Coa Thian tam memang seorang penotok jalan darah yang ahli, dengan jarum Ling
long hui ciam ia mulai menusuk hati itu sebanyak tujuh kali, semuanya dilakukan
sampai tembus, sebagai seorang ahli tentu saja tusukan itu dilakukan secara
jitu. Selesai melakukan itu, Coa Thian tam melemparkan pedang Muni kim kiam dan jarum
Ling long hui ciam keatas baki, setelah merapatkan kembali mulut luka itu, dia
baru berbisik lirih: "Operasi sudah selesai!"
Si Pendeta suci tersenyum dan bangkit berdiri hawa murninya segera disalurkan
kembali ke dalam telapak tangannya, kemudian digosok gosokkan di sekitar mulut
luka bekas operasi, tak lama kemudian mulut luka itu menutup kembali.
Menanti semua pekerjaan telah selesai, baik si pendeta suci maupun Coa Thian tam
sudah bermandikan keringat karena lelah.
Coa Thian tam menyelimuti badan Ong It sin, kemudian berkata lagi:
"Walaupun Ong lote memiliki hati yang terbuka dan pintar sekarang, sayang
wajahnya terlalu jelek sehingga siapapun enggan membaikinya, apakah sin ceng
mempunyai sesuatu cara yang bisa membuatnya berubah wajah?"
Lama sekali si pendeta suci itu mengawasi raut wajah Ong It sin sampai lama
sekali... tiba tiba seperti menjumpai sesuatu, ia berseru memuji keagungan sang
Buddha: "Omintohud! Hampir saja lolap terkecoh, rupanya It sin tidak jelek semenjak
dilahirkan melainkan ia mengenakan selapis kulit manusia yang amat sempurna
pembuatnya." "Tidak mungkin!" seru Thian tam setelah tertegun sejenak, "masa dia sendiripun
tidak tahu akan hal ini?"
"Lolap akan segera membuktikan untukmu!"
Sambil berkata pendeta suci itu lantas menyeka diatas wajah Ong It sin, selembar
kulit manusia dengan cepat terlepas dari wajahnya itu.
Begitu muka aslinya terbentang didepan mata, baik Coa Thian tam maupun si
pendeta suci itu sama sama tertegun dibuatnya.
"Oooh... tidak kusangka kalau didunia masih terdapat pemuda setampan ini"
oooooodeOwioooooo Tiga tahun lewat tanpa terasa, meskipun tiga tahun itu sangat pendek, namun
dunia persilatan telah mengalami suatu perubahan yang besar sekali.
Secara beruntun para jago golongan hitam yang sudah tersohor namanya dalam dunia
persilatan selama hampir dua puluh tahun lamanya seperti Ih lwe siang mo
(sepasang iblis dari jagad) yang bermukim dibukit Tay heng san, Tee lang kun
pocu dari benteng Khek po, Say siu jin mo, Lam huang pat yau (delapan siluman
dari Lam huang) tujuh siluman yang tersisa dari empat siluman Jit sia cap si yau
berturut turut telah menggabungkan diri dengan perkumpulan Ki thian kau.
Konon kaucu dari perkumpulan Ki thian kau ini adalah seorang manusia yang amat
misterius, pelbagai berita tersebar dalam dunia persilatan tentang orang ini.
Ada yang bilang ketua Ki thian kau adalah seorang iblis tua berkepala tiga
berlengan enam! Ada yang bilang dia adalah seorang siluman aneh berambut merah bermata hijau.
Ada pula yang bilang dia adalah seorang perempuan genit yang jalang...
Sebenarnya macam apakah orang itu, mungkin hanya Tee lwe siang mo, Tee leng kun,
Say siu jin mo... dan sementara beberapa gembong iblis yang tahu.
Terlepas dia itu laki atau perempuan, tua atau muda, yang pasti ilmu silatnya
luar biasa sekali. Ini terbukti dari kemampuannya untuk menaklukkan pelbagai gembong iblis dari
segala penjuru dunia, tanpa kungfu yang lihay, tak mungkin gembong iblis itu
sudi tunduk di bawah perintahnya.
Tapi sejenak gembong gembong iblis itu menyerah dan menyatakan kesanggupannya
untuk bergabung diri, pelbagai kawanan iblis lain pun berbondong bondong datang
bergabung serta menyatakan kerelaan mereka untuk masuk partai.
Dalam waktu singkat, kekuatan Khi thian kau dalam dunia persilatan pun mengalami
perubahan seratus delapan puluh derajat.
Dalam keadaan demikian, para jago dari golongan lurus tak berani bergerak secara
terang terangan lagi dalam dunia persilatan.
Sepuluh partai besarpun melarang anak muridnya untuk meninggalkan gunung barang
selangkahpun. Kendatipun demikian, banjir darah masih berlangsung terus tiada hentinya.
Pengaruh serta kekuasaan Ki thian kau makin lama semakin hebat, tindak tanduk
merekapun semakin brutal, segenap umat persilatan dan perkumpulan yang enggan
takluk kepada mereka, dibasmi dan dibantai secara kejam, mereka ditumpas keakar
akarnya. Kebrutalan dan kebuasan mereka boleh dibilang tiada keduanya dalam sejarah
persilatan. Seperti misalnya bulan berselang. Siok tiong It liong (naga sakti dari Siok
tiong) Cui Long, salah seorang dari ih lwe su eng yang enggan takluk kepada
mereka, dalam kenyataannya satu keluarga yang terdiri dari seratus tiga puluh
orang jiwa telah dibantai secara brutal oleh orang orang Ki Thian kau.
Tak lama kemudian, benteng Ang yap poo mendapat gilirannya.
Ya li kiam Tang Siau wan yang cantik juga jatuh korban, sebelum dibunuh gadis
malang ini digagahi secara bergilir oleh delapan siluman dari Lam huang.
Kini, serombongan besar laki laki berbaju merah beralis mata merah, kembali
sedang bergerak menuju ke bukit Thian bok san.
Tak usah ditanya jelaslah sudah, bahwa mereka hendak menghadapi Pek lek to
(golok halilintar) To Hu hiong.
Sejak mendengar kabar tentang terbunuhnya Ciu Long dan Tang Siau wan, Si golok
halilintar To Hu hiong sudah tahu cepat atau lambat kawanan iblis itu bakal
datang mencarinya, maka jauh hari sebelumnya dia telah melakukan suatu persiapan
yang matang. Jangan dilihat To Hu hiong orangnya berangasan ternyata cara kerjanya sangat
rapi, mula mula dia perkuat dulu pertahanan disekitar lembah Lo sian kok
Setelah itu, secara khusus dia membuat pula busur busur otomatis yang dinamakan
Cu kat nu. Pek lek pat ciang (delapan panglima halilintar) mendapat tugas siang malam
menjaga keadaan dalam lembah tersebut.
Selain itu, Pek lek to To Hu hiong juga tahu cepat atau lambat lembah po sian
kok pasti akan menjumpai pengepungan yang ketat, maka baik soal persediaan
senjata maupun persediaan makanan telah dipersiapkan secara pertama.
Tapi, bagaimanapun cermatnya persiapan dari To Hu hiong, toh hatinya gelisah
juga memikirkan keadaannya yang kian lama kian bertambah gawat itu.
Dalam keadaan demikianlah, tiba tiba masuk laporan yang mengabarkan akan
kedatangan Coa Tayhiap. Pek lek to To Hu hiong menjadi girang sekali, buru buru ia munculkan diri untuk
menyambut kedatangannya. "Toako, selama banyak tahun ke mana saja kau" Tahukah kau Ciu sam te dan Tang Su
moay sekeluarga telah mengalami musibah?"
Menyinggung kembali peristiwa tersebut, tanpa terasa titik titik air mata jatuh
bercucuran membasahi pipinya.
Dengan wajah sedih dan murung, Coa Thian tam manggut manggut sahutnya.
"Dalam perjalanan menuju kemari, aku mendengar pula tentang kematian dari Sam te
dan su moay, aai...! Siapa yang mengira kalau dalam tiga tahun yang begitu
singkat, dunia persilatan telah mengalami perubahan sebesar ini..."
Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan
"Beberapa tahun belakangan ini aku hanya berada dalam kuil Sian gwan si dipuncak
bukit Handankorli" "Oooh... kau telah bertemu dengan pendeta suci Liong mong sin ceng..."
"Benar, aku telah mendapat pesan dari beliau untuk mengajar ilmu silat kepada
seorang muridnya"
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apakah dia adalah orang yang dicari cari sin ceng selama ini?"
"Benar!" "Siapakah orang itu?"
"Dia bernama Ong It sin, keponakan Si dewa perak Li Liong yang berdiam di
wilayah Su cuan" Kemudian secara ringkas dia menceritakan kembali apa yang telah dialaminya
selama ini... Seusai mendengar cerita itu, To Hu hiong lantas berkata:
"Toako! Mengapa kau tidak mengajaknya untuk kembali ke daratan Tiong goan?"
"Ling mong sin ceng telah berkata, bahwa dia masih harus mempelajari ilmu
pertabiban dan ilmu barisan"
"Oooh... berapa lama lagi yang dibutuhkan untuk mempelajari ilmu ilmu tersebut?"
"Yaa, siapa tahu?" Coa Thian tam geleng gelengkan kepalanya sambil mengangkat
bahu. "Aku rasa hanya murid yang diutus oleh Sin ceng baru bisa mengatasi pertumpahan
darah yang sedang melanda dalam dunia persilatan dewasa ini, tapi... kuil Sian
gwan si terletak begitu jauh dipuncak Handankorli yang berada digunung Pak thian
san, darimana mereka bisa tahu tentang peristiwa yang sedang menimpa daratan
Tionggoan?" Coa Thian tam segera tertawa.
"Bukankah sudah kukatakan bahwa Sin ceng pandai ilmu perbintangan" Apalagi sejak
hati Ong It sin ditembusi, kecerdikannya luar biasa, apa yang diajarkan
kepadanya segera dapat dipahami dalam waktu singkat, sejak ia belajar ilmu
pertabiban dan ilmu barisan, sampai sekarang tiga bulan sudah lewat, siapa tahu
kalau dia turun gunung jauh lebih awal?"
Sementara pembicaraan sedang berlangsung, dalam ruang tamu muncul seorang nyonya
setengah umur serta seorang pemuda berbaju biru.
Kedua orang ini adalah istri To hu hiong yang bernama Lan hoa jiu (sitangan
sakti penotok jalan darah) Liu Bun ing serta putranya To hu Beng.
Setelah saling memberi hormat, Coa Thian tam pun bertanya:
"Te moay, persediaan rangsum kita sanggup bertahan selama beberapa waktu?"
"Kami telah menyiapkan rangsum untuk setengah tahun lamanya"
"Bagus sekali kalau begitu..."
Sesudah berhenti sejenak, kembali dia bertanya
"Apa kalian sudah tahu, markas besar perkumpulan Ki thiam kau letaknya dimana?"
"Konon kantor cabang mereka ada dikota Leng an, sedang markas besarnya jarang
diketahui orang sampai sekarangpun siaute sendiri juga kurang begitu tahu.
"Kau juga tahu siapakah Thamen dari kantor cabang ini?"
Dari sakunya To hu Hiong mengeluarkan secarik kartu pemberitahuan, kartu itu
segera diberikan kepada rekannya.
Coa Thian tam menerimanya dan membaca isi kartu itu, dimana secara garis
besarnya dinyatakan agar Pek lek to serta anak buahnya menyerah kalah, kalau
tidak mereka hendak mencuci lembah Lo sian kok dengan darah.
Dibawah kartu itu dicantumkan nama ketua kantor cabangnya yakni Kim san sia kiam
(kipas emas pedang sesat) Thio Pin.
"Oooh... rupanya lotoa dari Lam huang pat yau!" pekik Coa Thian tam, "kalau
begitu kedepalan siluman dari Lam huang ini pasti sudah lama sekali mengincar
lembah Lo sian kok"|
"Toako, walaupun hanya delapan siluman saja namun lebih dari cukup untuk membuat
kita pusing kepala, ketahuilah bahwa kungfu mereka berdelapan tidak berada
dibawah kepandaian kita dalam keadaan demikian bisa jadi posisi kita akan
bertambah gawat!" oooookOzoooo Sekalipun kita kalah dalam jumlah kekuatan, toh bisa dilawan dengan kecerdasan"
kata Coa Thian tam, "misalnya kita buat parit parit yang dalam untuk menjebak
mereka atau menyerang mereka dengan busur busur otomatis dari tempat atas, aku
pikir satu satunya jalan yang bisa mereka gunakan hanya memutuskan jalur rangsum
kita, meski demikian kita toh bisa mengulur waktu sambil melihat situasi, asal
It sin lote sudah sampai di Tionggoan asal dia berseru seluruh partai dan
perkumpulan silat disini tentu akan bersatu, saat itu apalagi yang musti kita
takuti?" "Aaai... semoga saja demikian!" kata To hu Hiong lirih.
Malam itu lewat dengan tenang.
Tapi keesokan harinya, seorang penjaga datang melapor:
"Kantor cabang perkumpulan Ki thian kau untuk kota Leng an telah memimpin anak
buahnya datang menyerang gunung kita!"
Mendengar laporan tersebut, Pek lek to dan Coa Thian tam dengan membawa
kedelapan orang panglimanya berangkat ke mulut lembah untuk memimpin langsung
pertahanan ditempat itu. Tak lama kemudian, Lam huang pat yau dengan memimpin ratusan orang jagonya telah
muncul disana. Kim san sia kiam Thio pin yang merupakan pimpinan rombongan segera mencemplak
kudanya maju ke depan, setelah itu dengan lantang dia berseru:
"Wahai orang orang Lo sian kok, dengarkan baik baik perkataanku ini, beritahu
kepada Pek lek to To hu Hiong agar tampil ke muka untuk menyambut kedatangan
kami!" Pek lek to segera munculkan diri dari balik jendela benteng, kemudian sahutnya:
"Pun kokcu berada disini, mau apa, kalau ingin berkentut, silahkan cepat cepat
melepaskan kentutmu itu!"
"Sejak Ki thian kau didirikan, cita cita kami adalah membebaskan seluruh wilayah
Tionggoan dari segala macam pertikaian, banyak sudah jago jago persilatan yang
bergabung dengan kami, ketahuilah Lo sian kek hanya suatu tempat yang kecil,
apakah kalian hendak melakukan perlawanan?"
"Kau dapat memberitahukan dulu siapa nama kaucu kalian?" seru Pek Lek to To hu
Hiong dengan suara lantang.
"Kaucu kami adalah keturunan dewa, seorang manusia aneh yang tiada taranya
didunia ini, setelah kau menyerah, masa tak akan kau ketahui siapa orangnya?"
Mendengar itu, To hu Hiong segera tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh... tak berani menyebutkan nama kaucunya
menunjukkan kalau perkumpulan kalian cuma perkumpulan tikus tikus yang tak tahu
malu, buat apa kau musti menyerah kepada kawanan tikus?"
Begitu ucapan tersebut membuat segenap anggota Ki thian kau menjadi marah
sekali. Li yau hu (siluman rase) Ay Bi yang pertama tama tak tahan, dengan suara merdu
segera bentaknya: "Kau menusia bangsat yang tak tahu diri berani benar mencacimaki kaucu kami" Hm!
Kalau kau tidak mengibarkan bendera putih sekarang juga kami akan menyerang!"
"Ucapan sam ci tepat sekali!" sambung seorang perempuan berperawakan tinggi
besar, kita buat nasib mereka sama dengan nasib perkampungan Boan liong ceng
serta Ang yap poo!" Orang yang barusan berbicara adalah anggota keenam dari Lam huang pat yau, orang
menyebutnya It cing hong (satu kaki merah) Sim Jit nio...
Dengan suaranya yang keras dan lantang ucapan itu dapat didengar pula oleh Pek
lek to dan Coa Thian tam yang ada diatas benteng.
Kontan saja To hu Hiong naik darah, sambil membentak keras, ia bersiap siap
hendak keluar dari lembahnya untuk melangsungkan pertarungan melawan kedelapan
siluman itu. "Jangan" buru buru Coa Thian tam mencegah "kalau kau pergi seorang diri, itu
berarti kau sudah terperangkap oleh siasat musuh yang licik!"
Untung saja To hu Hiong cukup mengetahui akan bahaya tersebut, sebisanya ia
kendalikan hawa amarah didalam dadanya.
"Kau kuatir tak ada kesempatan untuk menghajar mereka?" kembali Coa Thian tam
berbisik, jangan kuatir, malam nanti tak ada salahnya kalau kita perlihatkan
kehebatan kita, agar mereka tahu bahwa kita bersaudara bukan manusia yang
gampang dipermainkan dengan begitu saja"
To hu Hiong cukup mengetahui akan kecerdasan Coa Thian tam yang tersohor karena
banyak akalnya itu, maka diapun tidak banyak berbicara lagi.
Dalam pada itu, Lam huang pat yau merasa amat gusar sekali karena seruan mereka
tidak digubris, terutama Kim san sia kiam Thio Pon sendiri.
Dengan nada mengejek dia lantas menyindir kembali:
"Hey, bukankah kau sudah meraung gusar tadi" Kenapa tiada kelanjutannya" Kalau
aku menjadi kau, sedari tadi sudah melompat turun untuk beradu jiwa...!"
Tapi, bagaimanapun para siluman itu berteriak menantang perang, para jago dari
pihak To hu Hiong tiada yang menggubris, mereka tetap berjaga di posnya masing
masing dengan penuh kewaspadaan.
Oleh karena tantangannya sama sekali tidak mendapat tanggapan, terpaksa Kim san
sia kiam Thio Pin menitahkan anak buahnya untuk melakukan penyerbuan.
Sayangnya, meski penyerbuan itu dilakukan secara besar besaran oleh pihak Kim
tham kau, namun semua serangan itu berhasil dipatahkan oleh hujan panah yang
dimuntahkan dari busur busur otomatis.
Banyak korban yang berjatuhan akibat dari serangan ini, gagal mencapai niatnya,
terpaksa Kim san sia kiam Thio Pin menitahkan anak buahnya untuk mundur.
Menjelang senja, penyerbuan dilakukan sekali lagi namun kali inipun puluhan
orang iblis menderita luka parah akibat hujan panah yang deras dalam keadaan
begini untuk kedua kalinya terpaksa Kim san sia kiam menghentikan penyerbuan.
Mereka mundur keluar selat dan mendirikan tenda tenda disana.
Malam itu udara sangat gelap, diudara hanya ada segaris rembulan yang redup
serta beberapa bintang. Angin gunung berhembus kencang, udara kian lama kian bertambah dingin, dalam
keadaan begini, kecuali beberapa puluh orang yang bertugas melakukan patroli,
yang lain sudah terlelap tidur karena lelah.
Kurang lebih mendekati kentongan ketiga tiba tiba dari atas benteng dalam lembah
Lo sian kok meluncur turun dua sosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat. Dengan gerak gerik yang sangat berhati hati, kedua orang itu menelusuri tempat
kegelapan dan merobohkan peronda peronda yang berada disekeliling tempat itu.
Kemudian mereka mengeluarkan panah panah berapinya dan dibidikkan ke arah tenda
disekeliling tempat itu. Dalam waktu singkat api berkobar dengan hebatnya membakar semua tenda ditempat
tersebut. Dalam tidurnya yang nyenyak, Lam huan pat yau dibuat terperanjat oleh kebakaran
itu, pakaian dan sepatu tak sempat dikenakan senjata tajam dan senjata rahasia
tak sempat dibawa, mereka melarikan diri kebirit birit meninggalkan tempat itu.
Suasana menjadi gaduh dan ribut tak karuan dalam keadaan panik dan serba kacau
ini, dua orang manusia bercadar itu tanpa ampun menggerakkan pedangnya membacok
kesana kemari, diantara berkelebatnya cahaya golok dan pedang, dalam waktu
singkat tiga empat puluh orang sudah tewas dalam keadaan yang mengerikan sekali.
Waktu itu, lo jit dari Lam huang pat yau yaitu To gon to (si golok kerbau) dan
Lo jin hui lun (kakek beroda terbang) Ho To hoa bertugas melakukan patroli,
ketika melihat ada orang menyerbu ke tenda mereka dan sekejap mata banyak korban
telah berjatuhan, serentak mereka menerjang ke arah manusia bercadar itu.
Begitu pertarungan berkobar, jeritan ngeri berkumandang memecahkan keheningan,
Ho To hoa yang berjulukan kakek beroda itu roboh terkapar bermandikan darah,
sedangkan golok kerbau yang masih melakukan perlawanan makin terdesak dibawah
angin, tampaknya sebentar lagi ia bakal menderita kekalahan total.
Untunglah disaat yang kritis, terdengar bentakan bentakan nyaring berkumandang
dari empat arah delapan penjuru, Kim san sia kiam Thio Pin dengan memimpin Tok
jiau kou hu (cakar racun perenggut nyawa), Hek yau hun (siluman rase hitam),
Sang sim *i (seruling berhati lara), It tiang hong (sejengkal merah) dan Hiat im
(si bayangan darah) menyerbu masuk kedalam arena.
Tiba tiba salah seorang manusia bercadar yang bersenjata pedang itu berseru:
"Setelah peroleh keuntungan, kalau tidak pergi mau tunggu sampai kapan lagi"
Dalam pada itu, si manusia berkerudung yang bersenjata golok itu telah berhasil
meninggalkan sebuah bekas bacokan yang dalam sekali ditubuh si golok kerbau,
setelah tertawa terbahak bahak, ia lantas melayang mundur dari situ.
Tak terlukiskan kegusaran para siluman setelah menyaksikan keadaan demikian
dengan geram mereka berteriak:
"Kejar terus!" Pengejaran secara besar besaran segera dilakukan oleh para siluman untuk
menyusul kedua orang manusia berkerudung itu.
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah masuk kedalam lembah, lentera merah
segera dinaikkan dan hujan panah berhamburan menyongsong kedatangan Lam huang
pat yau sekalian yang sedang melakukan pengejaran.
Sekalipun mereka adalah jago jago kelas satu dari golongan hitam, namun gembong
gembong iblis itu tak berani memandang remeh kelihayan dari panah panah otomatis
tersebut, dalam keadaan demikian terpaksa mereka hanya bisa membiarkan kedua
orang buronannya kabur ke dalam lembah itu.
Dengan terjadinya peristiwa ini kekuatan para siluman terpukul sekali mereka tak
berani pandang enteng kekuatan lawan lagi, sekalipun demikian merekapun tak
berani memohon bala bantuan.
Mengapa demikian" Karena kantor cabang kota Tiong khing yang dipimpin oleh Tujuh siluman dari
tujuh selat berhasil membasmi Siok liong It liong Ciu Long.
Sedang kantor cabang Kim hoa yang dipimpin Ciong lay su sia (empat sesat dari
Ciong lay) berhasil menumpas benteng Ang yap poo.
Padahal berbicara soal mutu kekuatan, maka kantor cabang kota Leng ang yang
dipimpin oleh Lam huang pat yau jauh lebih hebat.
Otomatis mereka malu mencari bala bantuan, sekalipun kekuatan mereka sekarang
sudah porak poranda. Dalam keadaan demikian, Kim san sia kiam Thio Pin memutuskan untuk menunggu
terus sambil berusaha mencari kesempatan baik yang lain.
ooodOwoooo Fajar baru saja menyingsing, sang surya baru muncul diufuk sebelah timur...
Ditengah tebalnya kabut yang menyelimuti angkasa, diatas jalan raya yang
lenggang tiba tiba muncul satu rombongan besar laki perempuan berpakaian ringkas
yang berwarna ungu. Bukan saja mereka bersenjata lengkap, pada pakaian bagian dadanya tertera pula
sebuah sulaman bunga tho yang masih kuncup.
Dengan mengiringi sebuah kereta kencana berwarna merah darah, berangkatlah
rombongan tersebut menuju ke kota Tiong kwan.
Sepanjang jalan, para rakyat bersama sama menyembunyikan diri ketika menyaksikan
munculnya rombongan besar berwarna merah itu, mereka cukup tahu akan kekejaman
dan kebrutalan orang orang itu.
Ketika rombongan hampir memasuki kota, mendadak terdengar seseorang berseru
dengan suara lantang: "Besar amat lagaknya! Padahal tak lebih cuma serombongan kelinci dan kawanan
tikus!" Mendengar seruan itu sepasang muda mudi bersenjata pedang yang berada tak jauh
dari sana segera berpaling.
Ternyata orang yang barusan berbicara itu masih muda belia, usianya lebih kurang
dua puluh satu dua tahunan, sayang hidungnya pesek dengan mulut seperti congor
babi, matanya melotot keluar dengan dahi sempit, suatu potongan wajah yang jelek
sekali. Sebaliknya sepasang muda mudi itu memiliki wajah yang kebalikannya, yang pria
ganteng dan menawan, sedang yang perempuan cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan, dilihat dari raut wajah mereka tampaknya kedua orang itu adalah
saudara sekandung. Muda mudi ini berpakaian ringkas dan bersenjata, ini menunjukkan bahwa mereka
adalah jago jago dari dunia persilatan.
Sedangkan pemuda jelek itu berpakaian kasar dan berdandan sederhana seperti anak
petani, ia tidak bersenjata dan tidak memiliki tanda tanda sebagai seorang yang
pandai bersilat. "Sobat!" pemuda tampan itu segera menegur, "tahukah kau, siapa manusia manusia
itu?" Pemuda jelek itu segera tertawa dingin.
"Hm, siapa yang tidak kenal dengan kawanan cecunguk dari Ki thian kau...?"
sahutnya. "Meskipun apa yang saudara katakan tadi benar, tapi tahukah kau apa akibatnya
bila sampai kedengaran oleh kawanan iblis itu" Kau bisa dibunuh secara keji"
"Terima kasih banyak atas kebaikan saudara!"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:
"Cuma, tahukah kalian hendak berangkat ke manakah kawanan pencoleng dari Ki
thian kau itu?" "Besar kemungkinan mereka hendak menyerbu bukit Hoa san!"
"Kim liong lojin dari bukit Hoa san dan Gin liong su kiam meski bukan termasuk
manusia manusia lemah, walaupun nama besar mereka telah tersohor diseluruh dunia
persilatan, tapi aku rasa belum tentu mereka sanggup untuk membendung serbuan
dari kawanan iblis ini"
"Dari mana kau bisa berkata demikian?"
"Konon Ki thian kau adalah suatu organisasi yang terdiri dari kawanan iblis
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berilmu tinggi" tutur pemuda jelek itu, "kalau mereka tidak lihay, darimana
Khong tong pay, Im san pay, heng san pay bisa dibasmi dalam waktu semalam" Dari
sini dapat diketahui bahwa nasib Hoa san pay pun bakal menyerupai mereka"
Kontan saja pemuda tampan itu mendengus dingin.
"Hmmm! Kalau dulu, mungkin ucapanmu benar... tapi sekarang..."
"Bagaimana sekarang?"
Sambil menunjuk kearah gadis cantik disisinya, kata pemuda tampan itu:
"Setelah adikku pulang kegunung, Partai kami pasti akan terhindar dari bencana!"
Gadis cantik itu bermaksud untuk mencegah kakaknya berbicara, sayang terlambat
kata kata itu toh dikeluarkan juga.
Dengan nada tak percaya pemuda jelek itu lantas berkata:
"Selihay lihaynya kungfu yang dimiliki adikmu, kehebatannya juga ada batas
batasnya..." "Kau tahu apa" Adikku adalah murid Koan tiau kek di Lam hay, ia memiliki ilmu
pedang yang tiada taranya didunia ini..."
"Oooh...! Rupanya nona adalah murid Teng tiau kek dari Lam hay, kalau begitu aku
tak usah kuatir lagi, semoga dalam pertarungan ini nona berhasil mengalahkan
kawanan iblis itu" ucap pemuda jelek itu.
Seusai berkata, ia lantas menyelinap ditengah lautan manusia dan lenyap dari
pandangan. Sepeninggal pemuda jelek itu, sinona segera mengomel:
"Engkoh Kiam siu sebelum berangkat suhu toh berulang kali telah berpesan agar
kita jaga rahasia sehingga pihak Ki thian kau tak tahu bila partai kamipun
terlibat dalam pertikaian ini barusan kenapa kau berani berbicara begitu
terhadap seseorang yang tidak kau kenal tanpa mempertimbangkan akibatnya?"
Dengan cepat pemuda tampan itu menjawab
"Setelah lewat satu kota lagi kita akan tiba di Hoa im setelah berada didepan
rumah sendiri, apa yang musti ditakuti" Lagi pula..."
"Sudahlah, tak usah dibicarakan lagi... lebih baik kita cepat cepat pulang
gunung" tukas gadis itu kemudian.
Ternyata sepasang muda mudi ini adalah cucu lelaki dan cucu perempuannya Kim
liong lojin (kakek naga emas) Bwe Hoa loh dari bukit Hoa san.
Sang pemuda tampan bernama Bwe Kiam ciu, sedang sinona cantik bernama Bwe ling
soat. Sejak kecil Bwe Ling soat telah berada di Lam hay menjadi muridnya Kekcu dari
pagoda Loan tiau kek, disana ia belajar ilmu pedang dan tak pernah meninggalkan
perguruan. Dasarnya Bwe Ling soat memang berbakat bagus, apalagi tulangnya memang cocok
untuk belajar ilmu, Koan tiau kekcu merasa senang sekali kepadanya sehingga
segenap kepandaian yang dimiliki diwariskan kepadanya...
Perlu diketahui, Koan tiau kekcu dari Lam hay, Biau tam sinni dan Liang mong
Seng ceng dari bukit Pak Thian san bersama sama disebut orang persilatan sebagai
Ih lwee ji seng (dua orang suci dari jagad).
Untuk melatih muridnya agar lebih berpengalaman dan matang dalam mempergunakan
ilmunya, Biau tam sinni menitahkan Ling soat turun gunung serta berbuat amal.
Kebetulan kakaknya berkunjung kesana, maka setelah diberi pesan agar jagan
membocorkan identitas mereka berangkatlah sepasang muda mudi itu pulang ke Hoa
san. Siapa tahu, dalam suatu pertemuan yang tak disengaja Bwe Kiam ciu telah
membocorkan rahasianya, ini menyebabkan gadis itu harus mempertingkat
kewaspadaannya untuk menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Bulan sembilan yang dingin telah menjelang tiba, angin berhembus kencang
menggugurkan dedaunan disepanjang jalan.
Makin mendekati desa kelahirannya, Bwe Ling soat merasa makin gembira, sehingga
tanpa terasa ia mulai bersenandung dengan suara yang lirih tapi merdu...
"Soat moay!" Bwe Kiam ciu segera menegur, "aku rasanya amat murung, kenapa kau
masih punya kegembiraan untuk bersenandung?"
"Kau tak perlu bermuram durja" hibur Bwe Ling soat, "bukankah kita sudah
berhasil mendahului rombongan Ki thian kau"
Mendadak ia menjerit tertahan.
Ketika gadis itu berpaling, maka tampaklah pemuda bertampang jelek yang dua jam
berselang berjumpa dengan mereka di kota Tong kwan kini sudah berada jauh di
depan mereka. "Apa yang kau lihat?" Bwe Kiam ciu segera melarikan kudanya mendekati seraya
bertanya. "Aaah tidak apa apa, hanya seorang yang tiada sangkut pautnya dengan kita, lebih
baik kita tidak membuang waktu lebih lama lagi"
Bwe Kiam ciu tidak bertanya apa apa lagi, dia segera melarikan kudanya kencang
kencang menuju ke kota Hoa im.
Tak lama kemudian mereka sudah keluar dari kota utara dan naik ke bukit Hoa san.
Baru sampai ditengah bukit, Gin Liong su kiam telah menyongsong kedatangan
mereka sambil menyapa. "Kiranya kongcu dan siocia telah pulang tepat pada waktunya, dengan demikian
ciangbunjin pasti akan merasa lega."
"Orang orang Ki thian kau sudah siap menyerbu kemari, kalian telah bersiap
sedia?" tanya Bwe Kiam ciu.
Tio Beng hau, lotoa dari Gin tiong su kiam menjawab:
"Waah! Kalau cuma berita semacam itulah tidak berhasil kita ketahui, bukankah
kita sudah habis sedari dulu?"
Tak lama kemudian mereka telah tiba di ruang Kim liong teng.
Waktu itu Kim liong lo jin sedang mengumpulkan sekitar dua ratus orang muridnya
untuk diberi instruksi dan pembagian tugas.
"Yaya!" dengan suara keras gadis itu menjerit.
Tak terlukiskan rasa gembira Kim liong lo jin setelah mengetahi kalau cucu
perempuannya telah pulang, dia segera memeluknya dengan penuh kasih sayang.
"Suhumu memperbolehkan kau pulang, nah ini benar benar merupakan suatu kemujuran
buat Hoa san pay!" pekiknya sangat gembira.
"Yaya begitu percayakah kau dengan kemampuan Soat ji?" kata Bwe Liang soat
aleman "Bagaimana tidak percaya" Paling tidak kau toh sudah dua belas tahun belajar
ilmu dipagoda Koan tiau kek masa bisa salah lagi pandanganku?"
"Barusan Soat ji melihat yaya bagaimana kekuatan dari jago jago kita untuk
menjaga beberapa puluh buah pos penjagaan apakah yaya tidak merasa kalau cara
semacam ini justru memperlemah kekuatan kita sendiri" Untuk menghadapi
perkumpulan perkumpulan biasa mungkin saja manjur, cara ini bukan suatu cara
yang baik" "Lantas bagaimana menurut pendapatmu, Soat-ji?" tanya Kim liong lojin cemas.
"Menurut pendapat Soat ji, lebih baik himpun segenap kekuatan ditengah lapang di
muka ruang naga emas, jadi andaikata sampai bentrok kita bisa maju bersama."
Kim liong lojin termenung dan berpikir sebentar, kemudian dia manggut manggut
tanda setuju. "Ehmm...! Cara ini memang ada baiknya juga..."
Ia lantas menurunkan perintah untuk mengumpulkan segenap anak muridnya agar
berkumpul ditengah lapangan.
"Dalam pertarungan yang bakal berlangsung nanti, keadaannya pasti sengit dan
berbahaya!" kembali Bwe Ling soat berkata "lebih baik, keadaan apapun yang bakal
terjadi dalam ruang naga emas, kalian jangan sekali kali bertindak secara
sembarangan sehingga mengacaukan keadaan kita"
Para jago pun manggut manggut tanda mengerti.
Tak lama kemudian, kawanan jago dari Ki thian kau dengan tanpa peroleh
perlawanan telah tiba pula didepan ruang naga emas.
Dengan cepat kawanan iblis itu menyebarkan diri kesekeliling tempat itu dan
melakukan pengepungan yang rapat sekali.
Para anggota Ki thian kau yang laki laki berkumpul disebelah kiri, sedangkan
yang perempuan disebelah kanan, kaum pria bersenjata golok, sedang kaum wanita
bersenjata pedang. Cukup ditinjau dari cara berpakaian, cara bersenjata dan gerak geriknya rapi,
dapat diketahui bahwa orang orang itu telah peroleh latihan yang amat ketat.
Menyaksikan kesemuanya itu, diam diam Kim tiong lojin mengerutkan dahinya rapat
rapat. Menyusul kemudian, muncul kembali delapan orang lelaki setengah umur yang tinggi
pendek tak tentu. Laki laki itu semuanya berwajah bengis bermata seram, hidung bengkok bercambang
dan rata rata menggembol sebuah bungkusan yang berbentuk panjang.
Dalam sekilas pandangan saja, Kim liong lojin dapat mengenali kedelapan orang
ini sebagai Pat tay ong (delapan raja besar) yang biasanya malang melintang
diwilayah Kanglam. Delapan orang ini tersohor karena kejahatannya dan kebuasannya, bukan saja
banyak melakukan pelanggaran hukum merekapun merupakan pembunuh pembunuh
berdarah dingin. Sadarlah Kim liong lojin bahwa keadaannya gawat sekali, ditinjau dari keadaan
tersebut tipis agaknya harapan mereka untuk lolos dengan selamat.
Begitulah, setelah delapan orang munculkan diri, dibelakangnya muncul dua orang
manusia bercadar hitam, salah satu diantaranya ternyata adalah seorang pendeta
tua. Dilihat dari potongan badan mereka berdua, Kim liong lojin segera dapat menebak
kalau mereka berdua tentulah It bok siansu dari partai Heng san serta Mo thian
tiau (rajawali langit) Leng Cok itu ciangbunjin dari partai Khong tong yang
telah menyerah kepada musuh.
Tak terkira rasa gusar Kim liong lojin setelah menyaksikan kemunculan mereka,
apalagi membantu kaum iblis untuk melakukan kejahatan, dengan marah katanya:
"Sobat lama berdua, masih punya mukakah kalian untuk berkunjung ke bukit Hoa
san?" Mendengar perkataan itu, sekujur tubuh kedua orang itu segera bergetar keras.
Tiba tiba terdengar seseorang menjawab dengan suara parau:
"Orang bilang, semuanya itu tentu akan tiba pada gilirannya, siapa tahu kalau
besok Kim liong kiam Bwe Hoa boh juga akan mengikuti jejak mereka berdua?"
Berbareng dengan selesainya perkataan itu, dari luar pintu menggelinding masuk
sepasang mahluk aneh yang berbentuk bola daging.
Sepasang mahluk aneh itu tak lain adalah Tee ih siang mo (sepasang iblis dari
jagad) Tau Chin dan Tau Coh dua orang iblis.
Menyaksikan kedatangan dua orang iblis bengis itu, paras muka Gin liong su kiam
segera berubah menjadi pucat pias seperti mayat.
Kim liong lojin juga merasakan hatinya sangat berat, seandainya tahu kalau
sepasang mahluk aneh itu bakal munculkan diri, tak nanti dia titahkan Bwe Kiam
ciu untuk memanggil pulang Bwe Ling soat dari Lam hay.
Disamping itu diapun menjadi tahu mengapa Khong tong dan Heng san pay telah
menyerah kalah tanpa syarat.
Dengan cepat, dia mengambil keputusan dalam hati kecilnya, dengan suara lantang
ia berkata: "Huuuh, kau tak usah bermimpi, Tee ih siang mo itu manusia apa" Kau anggap lo hu
bakal menyerah kalah" Jangan toh pertarungan hari ini belum diketahui siapa yang
bakal menang, siapa bakal kalah, sekalipun partai kalian yang menang, juga
jangan harap kalian bisa memaksa lohu untuk menyerah kalah."
"Punya semangat!" puji Tau Cho sambil mengacungkan jempolnya.
Kim liong lojin mendengus dingin baru saja dia akan balas menyindir, tiba tiba
dari kejauhan sana berkumandang datang suara putaran roda kereta yang ramai
sekali, dalam waktu isngkat sebuah kereta kencana telah masuk kedalam arena.
Itulah sebuah kereta kencana berwarna merah darah.
Pintu dibuka, dari balik ruang kereta melangkah keluar seorang perempuan yang
cantik jelita. Perempuan itupun mengenakan baju berwarna merah darah, dengan gaun panjang
berwarna merah pula. Potongan badannya ramping tapi padat dan berisi, dilihat dari balik kain cadar
merah yang menutupi wajahnya dapat dilihat bibirnya yang kecil mungil dan
hidungnya yang mancung. Dengan lemah gemulai dia mendekati Kim liong lojin dan berhenti lebih kurang
delapan kaki dihadapannya, setelah melirik sekejap kearah kawanan jago Hoa san
pay dengan mata yang genit, katanya merdu.
"Orang she Bwe apakah kau hendak melawan kekuatan partai kami dengan
mengandalkan beberapa gelintir manusia ini?"
"Benar, kenapa" Kurang cukup?" dengus Kim liong lojin.
Setelah berhenti sejenak, katanya lagi:
"Kalau didengar dari nada ucapan nona, agaknya kau merupakan pemimpin rombongan,
boleh aku tahu siapa namamu?"
"Selama ini aku hanya berdiam dipulau San hu to dilautan timur, sekalipun
kusebutkan namaku, juga belum tentu kau akan tahu!"
Baru saja Kim liong lojin merasa tertegun Bwe Ling soat ada disampingnya telah
menyela: "Yaya, adalah Ing hun lo sat (iblis perempuan baju merah) Hoa Long jin!"
"Oooh...! Rupanya nona yang mendirikan Ki thian kau" Aku masih menduga siapa
yang memiliki kekuatan sehebat ini?" seru Kim liong lojin terkejut.
Dengan cepat Hoa Long jin menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kau keliru besar orang she Bwe, Ki thian kaucu bukan aku!"
"Bukan kau?" seru Kim long lojin tercengang, "lantas siapa?"
Tiba tiba ia teringat akan tiga orang iblis perempuan lainnya, dengan cepat
katanya. "Jangan jangan dia adalah Pek tok bi kui (bunga mawar seratus bisa)...?"
"Bukan!" Hoa Long jin menggeleng.
"Kalau begitu dia adalah Hong liu kau hu (si janda yang cabul)?"
"Kau tak usah menduga duga, berikut Leng hiat siancu (dewi berhati dingin), kami
hanya menduduki jabatan sebagai empat tongcu dalam perkumpulan kami"
Kim liong lojin makin tercengang lagi dibuatnya.
Sekalipun kalau berbicara soal kedudukan, keempat orang iblis perempuan ini
masih setingkat dibawah Tee leng kun, Say siu jin mo, dan Tee ih siang mo, namun
bila dibandingkan kaum sesat lainnya, mereka adalah momok perempuan yang
disegani. Tapi kenyataannya sekarang, empat momok perempuan itu tak lebih cuma seorang
tongcu, bisa dibayangkan betapa luar biasanya ketua Ki thian kau tersebut.
Sementara dia masih termenung si iblis perempuan baju merah Hoa Tong jin telah
berkata lagi: "Kau tak usah putar otak lagi ke masalah tersebut, lebih baik pertimbangkan dulu
mau bertempur" Ataukah mau menyerah?"
"Lohu sudah mempertimbangkan beribu ribu kali, aku pikir lebih baik hancur
sebagai kemala daripada utuh sebagai batu"
"Bwe ciangbunjin, rasanya kau tentu sudah mengetahui bukan tentang nasib partai
Khong tong, Im san dan Hem san?"
"Mataku belum buta, telingaku belum tuli, kenapa aku tidak tahu" Kalau hendak
bertarung hayo cepat bertarung, buat apa banyak ngebacot terus?"
Begitu ucapan tersebut diucapkan, seorang lelaki kekar segera tampil ke depan
sambil tertawa seram. ooooOoooo "Tua bangka sialan!" teriaknya, "kau ingin menahan kereta sebagai seekor walang"
Hmm, pun hiangcu akan bereskan dulu selembar nyawa anjingmu!"
Sambil melepaskan sepasang godam bajanya dia pasang kuda kuda dan menantang
dengan garang. San tian giu liong (naga perak kilat) Li Ki Liat dari Hoa san su kiam segera
tampil ke depan bentaknya:
"Kau ini manusia apa" Berani benar berlagak sok dihadapan ciangbunjin kami"
Bunyi gemerincing memecahkan keheningan serentetan cahaya pelangi berwarna perak
segera mengurungi sekujur badan lelaki kekar itu.
Hoa san pay sebagai salah satu dari tujuh partai pedang memang benar benar
memiliki jago yang hebat, terutama dalam permainan pedang, kelihayannya tak
terlukiskan dengan kata kata.
Lelaki kekar itu terkesiap, buru buru dia menangkis dengan senjata godamnya
sambil berteriak: "Tunggu sebentar!"
"Apa yang hendak kau katakan?"
Sambil terkekeh kekeh lelaki itu berkata:
"Dalam setiap kali pertarungan, aku selalu mempunyai suatu kebiasaan, yakni
bertaruh sebelum pertarungan dimulai"
"Oooh, rupanya kau adalah si raja bertaruh Siok Cay lay dari antara delapan raja
besar, selamat berjumpa!"
Setelah berhenti sejenak, si naga perak berkata lagi:
"Lalu apa yang hendak kau pakai sebagai barang taruhan?"
"Bagaimana kalau kita bertaruh atas menang kalahnya partai kami serta partai Hoa
san?" Diam diam sinaga perak Li Ki liat mengerutkan dahinya dan berpikir:
"Bajingan ini benar benar jumawanya luar biasa..."
Berpikir demikian, dia lantas bertanya:
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bagaimana seandainya partai kami berhasil menangkan pertarungan hari ini?"
"Aku Siok Cay lay akan merangkak turun dari bukit Hoa san! Tapi, bagaimana kalau
partai kalian yang kalah?"
"Jika sampai demikian, aku sinaga perak pasti akan memenggal batok kepalaku
sendiri!" "Bagus, bagus, meski rada keenakan dirimu tapi tak apalah, aku setuju!"
Sepasang godamnya segera dibenturkan satu sama lain kemudian secepat kilat
melancarkan tiga buah serangan berantai.
Si Raja bertaruh Siok Cay lay memang seorang yang tak punya aturan, begitu
selesai bicara dia lantas melancarkan serangan lebih dahulu.
Li Ki liat mendengus karena marah, ia tak berani pandang enteng musuhnya sambil
miringkan badan menghindar, dia gunakan jurus Pek wan sian ko (monyet putih
menyembah buah) untuk membuat tubuh lawan.
Sedemikian cepatnya sambaran itu nyaris jari tangan si Raja bertaruh kena
terpapas. Dengan Si Raja bertaruh Siok Cay lay melompat kebelakang, meski demikian, peluh
dingin sempat mengucur keluar membasahi sekujur badannya
Tapi dengan cepat ia sudah membentak keras sambil mengerahkan segenap
kepandaiannya, dia lantas melancarkan serangkaian serangan secara bertubi tubi.
Cahaya perak berkelebat silih berganti, si Naga perak sedikitpun tak sudi
menunjukkan kelemahannya seperti naga sakti diangkasa, pedang mestikanya
menyambar kian kemari mengancam tempat tempat mematikan ditubuh lawan.
Si Raja bertaruh Siok Cay lay terkesiap dan mundur kebelakang, sayang musuhnya
bertindak lebih cepat sambil melangkah keposisi tiong kiong dia tusuk paha
lawan. Siok Cay lay menjerit kesakitan, dengan darah bercucuran dia kabur ke belakang
menyelamatkan diri. Dengan kemenangan ini, para jago dari Hoa san pay segera bersorak sorai
kegirangan. Ciu ong (si Raja arak) Kim hoa peh dengan setengah mabuk segera terbahak bahak
serunya: "Kemenangan macam begitu juga digembar gemborkan, jangan terburu napsu,
permainan bagus masih ada dibelakang! Hey Hoa san su kiam, kami bersaudara
hendak menantang kalian secara bersama!"
Diiringi bentakan keras, delapan raja besar dari Kanglam segera tampil semua ke
muka. Tiga jago pedang lainnya dari Hoa san tak mau memperlihatkan kelemahan, serentak
mereka maju pula ke tengah arena.
Pertarungan dengan cepat berkobar kembali, meski Hoa san su kiam kalah dalam
jumlah orang ternyata memiliki suatu kerja sama yang amat ketat, bagaimanapun
Kanglam Pat tay ong menyerang, mereka tak pernah berhasil untuk meraih
kemenangan. Iblis perempuan berbaju merah Hoa Long jin memandang sekejap kearena
pertarungan, dia sadar bahwa pertarungan itu tak bisa ditentukan menang kalahnya
dalam waktu singkat, maka kepada It bok siancu dari Heng san pay dan Mo thian
tiau (rajawali langit) Teng Cok dari Khong tong pay ujarnya:
"Kalian berdua adalah anggota baru perkumpulan kami, inilah saat baik kalian
untuk membuat jasa, sebagai ketua dari suatu perkumpulan besar tentunya kalian
tak akan lebih lemah dari Kim liong lojin bukan...?"
Mendengar perkataan itu, baik It bok siansu maupun Mo thian tiau Teng cok sama
sama terkesiap, namun mereka tak berani membangkang, terpaksa dengan mulut
membungkam dalam seribu bahasa kedua orang itu tampil kearena.
0oooodwoooo0 Jilid 19 BWE Ling soat sebenarnya hendak munculkan dirinya untuk menyambut kedua orang
itu, tapi Kim liong lojin segera berkata:
"Nak, biar aku dan kiam ciu yang menghadapi mereka berdua, kau harus hati hati
menghadapi dua bersaudara Tau tersebut!"
Selesai berkata bersama Bwe kiam ciu kakek itu terjun ke arena pertarungan.
Kim liong lojin berhadapan dengan Mo thian tiau Teng Cok, sedangkan Bwe kiam ciu
bertarung melawan It bok siansu.
Sebenarnya It bok siansu menggunakan senjata sekop, tapi berhubung dia harus
bertempur melawan seorang angkatan muda, terpaksa dia harus menancapkan
senjatanya ke atas tanah dan bertarung menggunakan tangan kosong.
Dengan begini tinggal Tee ih siang mo dan iblis perempuan baju merah yang belum
turun tangan. Dalam keadaan begini, iblis perempuan itu segera bersuit nyaring memberi tanda
kepada anak buahnya untuk melakukan serangan.
Dalam waktu singkat, segenap anggota Ki thian kau yang berada disekeliling
tempat itu bergerak ke depan melancarkan serbuan secara besar besaran ke arah
para jago dari Hoa san pay.
Pertarungan massal berkobar dengan serunya.
Tau Chin, lotoa dari Tee ih siang mo segera berseru:
"Jelek jelek begini, aku juga seorang jagoan, masa tak ada pekerjaan buatku?"
Iblis perempuan berbaju merah tertawa lebar.
"Tau huhoat!" sahutnya, "kalau memang tanganmu lagi gatal, lihatlah! Disitu kan
masih ada seorang cewek cakep, kenapa tidak kau ajak bocah itu untuk mencari
kesenangan?" Tau Chin segera membuka bibirnya yang tebal dan tertawa terbahak bahak.
"Haaahh... haaahh... haaahh... benar, benar! Ucapanmu itu memang tepat sekali,
pertarungan yang bakal berkobar pasti lebih santai dan menarik hati..."
Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling ke arah Tau Chin seraya berseru:
"Lojin, maaf kalau aku duluan"
Badannya yang cebol dan gemuk dikombinasikan dengan sepasang kaki yang pendek
dan gemuk juga, ini membuat gerak geriknya tak ubah seperti seekor ayam betina.
Setibanya dihadapan Bwe Ling soat, sambil cengar cengir tertawa kuda sapanya:
"Nona muda, berapa umurmu tahun ini?"
Bwe Ling soat memutar biji matanya yang jeli, lalu pura pura berlagak kaget dan
ketakutan, sambil mundur berulang kali serunya agak tergagap:
"Buu... buat... buat apa kau menanyakan soal ini?"
"Aaah...! Masa kau tidak mengerti?" kata Tau Chin sambil cengar cengir, "tapi...
baiklah, asal kau tidak melakukan perlawanan, seusai membasmi Hoa san pay, lohu
akan melanggar kebiasaan dengan mengampuni selembar jiwamu, tapi ada syaratnya
juga..." "Apa syaratnya?"
"Tentu saja mau kawin dengan aku!"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:
"Bagaimana" Kau bersedia bukan?"
Tak terlukiskan rasa mendongkol dan marah Bwe Ling soat setelah mendengar
perkataan itu, sumpahnya dalam hati:
"Tua bangka sialan, kau benar benar bangkotan yang tak tahu diri, jika tidak
diberi sedikit pelajaran, kau pasti menganggap nonamu benar benar gampang
dipermainkan" Berpikir demikian, tanpa terasa ujarnya sambil tertawa:
"Kawin dengan kakek kakek sih bukan persoalan, tapi mesti punya kepandaian yang
hebat, tapi yaya pernah bilang bahwa Tee ih siang mo hanya bisa dianggap sebagai
jagoan kelas rendah, meski nama besarya setinggi langit, padahal ilmunya cetek
sekali. Boleh saja kalau ingin kawin dengan nonamu cuma... kau musti menyambut
tiga jurus pedang nonamu lebih dulu"
Paras muka Tau Chin segera berubah hebat setelah mendengar perkataan itu, tapi
kemudian sambil tertawa terbahak bahak katanya:
"Nona Bwe, jangan toh baru tiga jurus pedang, sekalipun tiga puluh tusukan juga
tidak menjadi soal, cuma kau tak boleh menyesal nantinya..."
Selesai berkata, dengan sombongnya dia berdiri tegak dihadapannya dan tidak
bergerak lagi. "Loloskan senjatamu!" Bwe Ling soat segera berseru.
"Dengan kedudukan lohu dalam dunia persilatan, jangan toh baru kau, sekalipun
kakekmu juga tak akan kuhadapi dengan senjata!"
Bwe Ling soat sendiripun cukup mengetahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki iblis
tua itu sudah mencapai puncak kesempurnaan, apa yang diucapkan tentu saja bukan
kata kata yang kosong, tapi dia memang berhasrat untuk memancing iblis itu masuk
jebakan, maka dengan wajah yang ketakut takutan katanya kembali:
"Hayo cepat bersiap siaplah, jurus seranganku yang pertama segera akan
kulepaskan!" Pedangnya digetarkan pelan, lalu secepat kilat menusuk ke ulu hati lawan.
Jurus yang dipergunakan adalah Liong cu jut sian (anak naga menampakkan diri).
satu jurus serangan dalam Kim liong kiam hoat milik partai Hoa san.
Tau Chin masih berdiri dengan tegak, segulung tenaga pukulan yang keras segera
menghantam ujung pedang itu sehingga miring ke samping, kemudian sambil tertawa
terbahak bahak serunya: "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... nona, bukannya aku sengaja hendak merendahkan
dirimu, tapi yang benar kungfumu masih ketinggalan jauh sekali!"
"Kenapa musti keburu bangga Serangan kedua dari nonamu toh belum dilancarkan"
Lihat serangan!" Dalam melepaskan serangan yang kedua ini, gadis tersebut masih tetap
mempergunakan jurus serangan dalam Kim liong kiam hoat yang disebut Cian liong
jut hay (naga air muncul dari samudra).
Cahaya pedang berkilauan diangkasa dan membias ke empat penjuru.
Tau Chin membuang bahu sambil bertekuk pinggang, untuk kedua kalinya ia berhasil
menghindarkan diri dari serangan itu secara gampang.
Melihat itu, Tau Chin kembali tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... aku lihat, ada baiknya kalau kau mengaku kalah
saja!" katanya, "jangankan kau, sekalipun kakekmu sendiri yang memainkan ilmu
pedang Kim liong kiam hoat, jangan harap bisa melukai lohu walaupun seujung
rambut pun!" "Hmm! Barusan aku cuma mainkan pedang dengan gerakan lambat, kau jangan sombong
dulu, lihatlah seranganku yang terakhir ini"
Walaupun senyuman diujung bibirnya telah lenyap, namun jurus pedang yang
digunakan masih sekitar jurus pedang Kim liong kiam hoat dari aliran Hoa san.
Jurus ketiga ini adalah jurus yang paling tangguh dari ilmu pedang Kim liong
kiam hoat, yakni Yau liong cay thian (naga buas ditengah sawah).
Sudah banyak tahun lamanya iblis tua ini memperdalam pengetahuannya tentang ilmu
pedang Kim liong kiam hoat, jangankan matanya terpentang lebar, sekalipun harus
menghadapi dengan mata tertutuppun dia sanggup, apalagi yang dihadapi cuma
seorang bocah perempuan belaka.
Baru saja dia hendak mendongakkan kepalanya untuk tertawa tergelak, mendadak
permainan pedang itu berubah ditengah jalan.
Tiba tiba saja pedang ditangan Bwe Ling soat membiaskan tujuh jalur bayangan
pedang yang tebal yang secara terpisah mengancam jalan darah Yu bun hiat, Tong
kok hiat, Siang ki hiat, Im tok hiat, Tiong cu hiat Su ke hiat dan Ki hay hiat,
tujuh buah jalan darah kematian ditubuh manusia.
Menghadapi ancaman yang demikian hebatnya ini, Tau Chin tak sanggup untuk
tertawa lagi. Ia merasa ada segulung desingan hawa pedang yang tajam menembusi angin
pukulannya langsung menerjang hawa khikang pelindung badannya dan menyerang ke
ulu hati. Dalam keadaan demikian, satu ingatan dengan cepat melintas dalam benak Tau Chin,
ia teringat kembali dengan peristiwa tragis pada enam puluh tahun berselang,
dimana ia pernah dikalahkan oleh Koan tian kekcu dengan jurus Jit hay yang wi
(tujuh samudra nama cemerlang).
Tanpa terasa lagi dia menjerit kaget.
Dalam gugup dan gelisahnya, tanpa pedulikan soal gengsi lagi, buru buru iblis
tua itu menggunakan jurus keledai malas bergelinding untuk menjatuhkan diri ke
tanah. Walaupun selembar jiwanya berhasil diselamatkan dari ancaman maut tersebut,
namun sebuah mulut luka sebesar setengah jengkal sempat menghiasi pula dada
dibawah iganya sehingga darah segar bercucuran membasahi sekujur badannya.
Masih untung pada enam puluh tahun berselang ia pernah menderita kerugian pula
diatas jurus serangan itu sehingga mempertingkat kewaspadaannya, coba kalau Tau
Cho yang menghadapi serangan tersebut, mungkin jiwanya sudah melayang sedari
tadi. Paras muka Tau Chin berubah menjadi jelek dan tak sedap dilihat, tanpa banyak
bicara ia segera meloloskan senjatanya.
Senjata andalannya berbentuk aneh sekali bentuknya menyerupai pedang mestika,
hanya saja di ujung pedangnya terdapat sebuah kaitan yang melengkung.
Sudah puluhan tahun lamanya Tau Chin tak pernah pergunakan senjatanya lagi, tapi
hari ini terpaksa ia gunakan juga senjata tersebut, ini menunjukkan kalau dia
memandang serius kepandaian silat yang dimiliki gadis tersebut.
Tau Cho masih belum tahu akan duduk persoalan yang sebenarnya, melihat toakonya
mengeluarkan senjata andalannya, dia menjadi tercengang dan memandang kearahnya
dengan pandangan kaget, tercengang dan tidak habis mengerti.
"Loji kita sudah salah melihat!" cepat Tau Chin berseru dengan wajah serius,
"kau tahu akan asal usul dari ilmu silat yang dimiliki nona ini" Jurus serangan
yang barusan dia pakai tidak lain adalah jurus Jit hay wi yang yang pernah
membuatku mendendam sepanjang tahun!"
"Masa dia adalah anak murid Koan tiau kek dari Lam hay?" tanya Tau Cho kurang
percaya. "Tentu saja! Kalau tidak begitu, dengan dasar apa Kim liong lojin membiarkan
cucu perempuannya bertarung melawan kita berdua?"
Tanya jawab yang dilakukan Tee ih siang mo secara terbuka ini tentu saja
didengar oleh semua orang baik kawan maupun lawan.
Para jago Hoa san pay jelas girang sebaliknya para jago dari thian kau merasa
tak puas dengan kenyataan tersebut.
Setiap orang pernah mendengar bahwa ilmu pedang dari Lam hay Koan tiau kek
merupakan suatu kepandaian hebat yang tiada taranya dalam dunia persilatan.
Terutama sekali Iblis perempuan berbaju merah Hoa Long jin, gurunya sebelum
meninggal dulu pernah berpesan.
"Jika dikemudian hari kau harus bersua dengan anak murid dari kuil Sian gwan si
dipuncak bukit Pak thian san, atau murid Koan tiau kek dari Lam hay, lebih baik
berhati hatilah dalam setiap tindakan"
Maka setelah mendengar kalau Bwe ling soat adalah murid dari Koan tiau kek di
Lam hay, timbul rasa was was dan jeri dalam hati kecilnya, dia lantas berpikir.
"Sekalipun ilmu pedang nona ini berasal dari Koan tiau kek, namun kematangan
serta pengalamannya dalam melakukan pertempuran masih cetek sekali, sekalipun
dia lihay rasanya tak mungkin kekuatan dia seorang bisa merubah posisi Hoa san
pay yang terjepit hari ini."
Berpikir demikian, dia lantas berkata kepada Tee ih siang mo:
"Tau huhoat, dengan kepandaian silat yang dimiliki cianpwe berdua, sekalipun
nona she Bwe ini murid Koan tiau kek, rasanya masih tidak sulit bagi kalian
untuk menghadapinya, yang kita kuatirkan sekarang hanyalah kemungkinan munculnya
nikou setan gurunya itu!"
Diperingatkan oleh iblis perempuan itu, Tau Chin dan Tau Cho segera menghimpun
tenaga dalamnya untuk memeriksa keadaan disekeliling tempat itu.
Akhirnya sambil melotot kebelakang semak belukar disisi arena, Tau Chin menegur
sambil tertawa seram: "Jago lihay dari manakah yang telah muncul disitu" Kenapa tidak menampilkan
dirimu?" Mendengar teguran tersebut, diam diam Bwe Ling soat berpikir pula dalam hatinya.
"Jangan jangan suhu merasa kuatir dan benar benar telah menyusul kemari?"
Baru lewat ingatan tersebut dalam benaknya, tampak dedaunan bergoyang kencang
dan muncullah seorang pemuda bertampang jelek dari balik semak itu.
Dia bukan lain adalah pemuda jelek yang pernah dijumpai Bwe Ling soat ketika
berada dikota Teng wan. Ia masih berdandan sederhana dengan baju petaninya yang kasar, sama sekali
menunjukkan gejala yang aneh.
Melihat orang yang muncul cuma seorang pemuda ingusan, Tau Chin segera tertawa
terkekeh kekeh, kemudian tegurnya:
"Bocah muda, apa yang sedang kau lakukan di bawah semak belukar itu...?"
"Tidak melakukan apa apa!" jawab pemuda jelek itu tergagap.
"Kau juga murid Hoa san pay?"
"Bukan, bukan!" jawab pemuda itu sambil menggoyangkan tangannya berulang kali,
"aku cuma seorang petani biasa yang kerjanya menanam di sawah, sebenarnya aku
datang untuk mencuri belajar ilmu silat Hoa san pay siapa tahu jejak ku keburu
konangan kalian!" "Peduli siapakah kau pokoknya setelah hari ini kau hadir disini, maka jangan
harap bisa pergi lagi, hayo berdiri disana dengan tenang dan jangan berkutik"
"Tidak bisa!" seru pemuda jelek itu keras kepala, "tempat ini adalah ruang Kim
liong teng dari partai Hoa san pay semestinya perkataanitu hanya pantas
diucapkan oleh orang orang Hoa san, sedangkan kau dan aku sama sama adalah orang
luar, masa kau hendak saling berebut hak dengan sang tuan rumah?"
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tau Chin menjadi naik darah, serunya:
"Bangsat, jika kau ngotot terus, jangan salahkan kalau lohu akan menjagal dirimu
lebih dulu!" Tampaknya pemuda jelek itu kena digertak sehingga merasa ketakutan setengah
mati. Betul juga, dia lantas membungkam dalam seribu bahasa dan dengan kebodoh bodohan
dia saksikan pertarungan massal yang sedang berlangsung dengan serunya di tengah
arena itu. Tee lwe siang mo saling bertukar pandangan sekejap, kemudian mereka segera
tampil ke depan dan menghampiri Bwe Ling soat.
Senjata yang digunakan si iblis pertama adalah sebuah gada besar, sedangkan si iblis kedua bersenjatakan sebuah ruyung lemas.
Ruyung itu berwarna hitam pekat dengan kepanjangan tujuh jengkal, terbuat dari
selembar kulit ular berwarna perak yang kuat sekali, senjata itu sangat lihay.
Dengan si iblis pertama melancarkan serangan jarak dekat melalui pukulan pukulan
dahsyat, si iblis kedua dengan ruyung lemasnya menyerang dari jarak enam tujuh
depa dari arena sambil kadangkala memanfaatkan kesempatan yang ada untuk
melancarkan sergapan. Kerja sama Tee lwe siang mo itu betul betul luar biasa sekali, hal mana memaksa
Bwe Ling soat harus memberikan perlawanan paling seru...
Sekalipun ilmu pedang aliran Koan tiau kek disebut suatu ilmu pedang yang cukup
lihay, toh bagaimanapun juga kematangan sang dara dalam memainkan kepandaian itu
masih jauh dari sempurna.
Yang lebih runyam lagi, ternyata pada saat itulah Su kiam mulai keteter hebat
sekalipun pada mulanya mereka masih mampu untuk mempertahankan diri.
Apalagi Kanglam Pat tay ong (delapan raja dari Kanglam) terhitung jago jago yang
tersohor namanya dalam kalangan hek to, mereka boleh dibilang amat ganas, bengis
dan hebat, itulah sebabnya situasi segera berubah sama sekali.
Sebaliknya anak murid partai Hoa san yang terlibat dalam suatu pertempuran
massal melawan jago jago dari golongan sesat masih bisa mengimbangi secara
wajar, oleh karena jumlah merekapun kebetulan sekali agak berimbang.
Hanya Bwe Kiam ciu yang harus bertarung melawan It po siansu keteter hebat,
posisinya terdesak sekali dan jiwanya berada di ujung tanduk.
Sekalipun dia lebih beruntung karena memakai senjata, akan tetapi semua
serangannya seakan akan terbendung sama sekali, andaikata Kiam liong lojin tidak
membantu terus dari samping, mungkin sedari tadi Bwe Kiam ciu sudah kehilangan
nyawanya di ujung baju dari hwesio tua tersebut...
Tapi akibatnya, Kiam liong lojin yang berulang kali harus menyelamatkan jiwa
cucunya ia sendiri malah terkurung oleh serangan serangan maut dari Mo thian
tiau. Itu berarti, bila dilihat dari situasi yang terpentang didepan mata sekarang,
partai Hoa san sudah mulai memperlihatkan tanda tanda kekalahan total.
Kim liong lojin mulai risau dan murung oleh keadaan tersebut.
Sedikit kurang berhati hati, ia segera terdesak hebat oleh serangan serangan
kilat dari Mo thian tiau sehingga mulai menunjukkan tanda tanda kekalahan.
Pada saat itulah terdengar Hong hun lo sat Hoa Long jin sedang membentak
terhadap It po siansu: "Manusia yang tak berguna, hanya untuk membereskan seorang pemuda ingusan pun
tak mampu, mau sampai kapankah pertarungan ini baru diakhiri?"
It po siansu tidak berbicara apa apa, dengan wajah pucat pias seperti mayat dia
segera mengundurkan diri ke samping.
Tiba tiba si pemuda jelek itu melangkah maju kemuka, lalu katanya dengan
lantang: "It po cianpwe, kau tak usah bersedih hati, walaupun partai anda sudah mengalami
kehancuran, apakah berarti sudah tak bisa dibangkitkan kembali?"
"Aaai... tapi hal ini mana mungkin?" gumam hwesio tua itu dengan wajah sedih,
"kekuatan dari Ki thian kau demikian besarnya, pengaruh mereka sudah meluas
sampai di mana mana..."
"Itu tergantung kepada keyakinanmu terhadap kemampuanmu sendiri, sebab aku bisa
melihat bahwa kau tidak bersungguh sungguh ingin menyerah kepada musuh kau
berbuat demikian karena dipaksa oleh keadaan, coba kalau bukan demikian! buat
apa aku musti memperingatkan dirimu?"
"Lantas apa maksud sauhiap dengan peringatan ini?" tanya It po siansu termenung
sejenak. "Sederhana sekali, harap kau segera terjun ke arena pertempuran dan membantu
empat jago pedang itu"
Semenjak dibentak oleh Hong hun lo sat untuk mundur dari arena pertarungan tadi,
dalam hati kecil It po siansu sudah muncul perasaan menyesal yang amat tebal,
apalagi setelah dinasehati oleh pemuda jelek tersebut, tanpa berpikir panjang
lagi dia segera menyanggupi.
Sambil mencabut keluar senjata sekopnya dari atas tanah, dia lantas melompat
masuk ke arena pertarungan dimana Hoa san su kiam sedang terdesak hebat.
Pada mulanya Kanglam Pat tay ong masih mengira hwesio ini diperintahkan Hoa
tongcu atau siperempuan iblis untuk datang membantu mereka, siapa tahu sebuah
serangan kilat tiba tiba dilancarkan ke arah mereka, dalam posisi tidak siap Ong
Bong thian segera tersambar oleh senjata sekop yang tajam itu sehingga tewas
seketika itu juga. Dengan rubuhnya seorang rekan mereka, sisa dari tujuh raja tersebut menjadi
terkejut bercampur marah, segera bentaknya dengan penuh kegusaran:
"Anjing gundul kau berani membunuh rekan kami" Bangsat rupanya kau sudah bosan
hidup!" Kontan saja It po siansu dikurung pula dalam kepungan.
Sesungguhnya Hoa san su kiam sudah kepayahan menghadapi serangan serangan
musuhnya yang amat dahsyat itu, akan tetapi dengan terjunnya It po siansu ke
dalam arena, otomatis keadaanpun sama sekali berubah.
Tidak sampai dua puluh gebrakan, si raja malas Ong Mo kim, si raja huncwe To Cut
liang, si Raja arak Kim Tay lim, si Raja perempuan Pot Seng, si Raja penyilat
Thio Cut bun, si Raja judi So Cay lay dan si Raja mengipul Ui Kun peng sudah
berhasil dihalau serangannya dan balik terdesak hebat.
Walaupun begitu Bwe Kiam ciu yang berada dipihak lain justru dibikin kalang
kabut terdesak oleh serangan serangan Ang bun Losat yang gencar dan dahsyat.
Ujar Hoa Leng jin dengan ketus.
"Bwe sauhiap pun tongcu minta agar kau berlaku sedikit cerdik, lebih baik
menyerah saja sedari sekarang, daripada akhirnya kau akan terdesak hebat dan
mampus secara mengenaskan"
"Menyerah?" jengek Bwe Kiam ciu sambil mendengus dingin, "kepalaku boleh putus,
darah boleh mengalir, tapi jangan mimpi bisa memaksaku untuk menyerah kalah!"
Mendengar perkataan itu, sepasang alis mata Hoa Long jin segera berkenyit sambil
tertawa dingin serunya kemudian.
"Kalau begitu kau memang sudah kepingin mampus!"
Berhubung dengan penghianatan dari It po siansu, mau tak mau Hoa Long jin harus
berusaha untuk menyelesaikan kejadian kejadian lain yang tidak menguntungkan.
Tiba tiba senjata gunting emas berbentuk ularnya memancarkan kilatan cahaya
emas, bagaikan naga yang terbang di angkasa tahu tahu senjata tersebut menyambar
ke bawah dan menggunting ke atas pedang Bwe Kiam ciu serta mematahkannya menjadi
beberapa bagian. Setelah itu sambil menempelkan senjatanya diatas ulu hati si anak muda itu,
bentaknya kepada Kim liong lojin:
"Hey orang she Bwe, cucumu sudah terjatuh ke tanganku, sekarang kau jawab saja,
mau menyerah atau tidak?"
Segagah gagahnya Kim liong lojin di medan laga, tapi setelah keadaan berubah
menjadi begini rupa, terpaksa ia harus menarik diri dari pertarungan, sambil
melompat mundur dari arena pertempuran, serunya:
"Hoa tongcu, tegakah kau untuk turun tangan keji terhadap cucuku itu...?"
"Tak bisa kupastikan, ini tergantung pada keputusanmu sendiri, tapi bila kau
masih menyayangi nyawa cucumu ini, lebih baik perintahkan kepada segenap anak
murid partaimu untuk membuang senjata dan menyerah kalah"
Kim liong lojin merasa amat gusar sekali dengan sinar mata berapi api serunya:
"Kalau ingin bunuh aku, bunuhlah sekarang juga, kalau kau ingin membunuh cucuku
bunuhlah sekarang juga, aku orang she Bwe lebih rela kehilangan keturunan
daripada harus bertekuk lutut dihadapan kalian semua"
Dalam pada itu Bwe Ling soat yang sangat menguatirkan keselamatan kakaknya juga
berada dalam posisi yang amat gawat sekali dibawah desakan desakan dari Tee lwe
siang mo, dalam anggapannya Bwe Kiam ciu sudah pasti akan tewas.
Siapa tahu pada saat itulah tahu tahu si pemuda berwajah jelek itu sudah berada
dibelakang tubuh Hoa Long jin, dengan suara keras dia lagi membentak:
"Hoa tongcu menurut penglihatanku lebih baik ampuni saja selembar jiwanya!"
Ketika Hoa Long jin hendak membalikkan tubuhnya sambil menghindarkan diri, tahu
tahu jalan darah Pay sim hiat dipunggungnya sudah ditekan orang, dia lantas
sadar bila ia berani berkutik lagi secara gegabah maka asal lawannya menyalurkan
tenaga pukulan ke dalam tubuhnya, niscaya dia akan tewas dalam keadaan
mengerikan Pucat pias selembar wajahnya karena ngeri dengan perasaan apa boleh buat
terpaksa dia harus menuruti permintaan orang.
Setelah Hoa long jin menarik kembali senjatanya dari atas ulu hati, buru buru
Bwe Kiam ciu melompat mundur kebelakang, segera ia mendongakkan kepalanya
memandang kearah penolongnya itu, dia baru kaget setelah mengenalinya pemuda
berwajah jelek tersebut. Sekarang dia baru tahu kalau pemuda berwajah jelek itu sesungguhnya memiliki
ilmu silat yang amat lihay, dengan perasaan berterima kasih dia lantas berseru.
"Saudara terima kasih banyak atas pertolonganmu itu, tapi kau jangan sekali kali
melepaskan iblis perempuan itu, hati hati terhadap serangan balasannya"
"Benarkah itu?"
Belum habis pemuda berwajah jelek itu berseru Hoa Long jin telah tertawa dingin,
tiba tiba ia memutar balikkan senjata guntingnya kebelakang dan tahu tahu
menyembur keluar segulung asap berwarna merah yang langsung menyambar ketubuh
lawan. Pemuda berwajah jelek itu segera menjerit tertahan, kemudian tubuhnya segera
roboh terjengkang ke atas tanah.
Ang hun losat Hoa Long jin tertawa seram, sambil membalikkan badannya ia
mendamprat dengan gusar: "Manusia jelek yang tak tahu diri, berani benar menyergap diriku, hmmm! Kau
telah menolong orang lain, sekarang ingin kulihat siapakah yang akan menolong
dirimu..." Seraya berkata, dia mengayunkan senjata gunting emasnya itu dan menggamprok
leher pemuda berwajah jelek itu.
Bwe Kiam ciu yang menyaksikan kejadian tersebut segera membentak keras, sambil
mengayunkan senjatanya ia menerjang ke depan siap memberikan pertolongan.
Pada detik terakhir menjelang senjata gunting itu menyambar di atas leher pemuda
jelek itu, tiba tiba sambil tertawa tergelak pemuda tersebut berkelit ke samping
kemudian melompat bangun.
Bersama waktunya, dengan kedua jari tangannya ia menjepit senjata gunting
tersebut kencang kencang.
Ang hun losat, Hoa Long jin merasa amat terperanjat, buru buru ia membetotnya
dengan sepenuh tenaga, namun sama sekali tak ada hasilnya, detik itulah dia baru
sadar kalau pemuda jelek yang sedang dihadapinya itu sesungguhnya memiliki ilmu
silat yang sangat lihay. Pada saat ini bukan saja ia merasa jeri, selapis hawa napsu membunuhpun telah
memancar keluar dari balik matanya.
Menyaksikan hal itu, pemuda jelek itu berseru kaget, buru buru dia mendorong
senjata gunting tadi kesamping.
Betul juga, diantara bentakan keras dari perempuan iblis tersebut, tampak
selapis cahaya biru yang amat menyilaukan mata menyembur keluar dari balik
senjata tersebut. Kebetulan ada seorang anggota Ki thian kau sedang menerjang tiba, tubuhnya
persis menyongsong datangnya cahaya kilat itu, tak amapun lagi ia tersembur
telak oleh cahaya biru tersebut.
Diiringi jeritan ngeri yang menyayatkan hati orang itu segera berkelejit diatas
tanah dalam keadaan mengerikan, kemudian tewas tak lama kemudian mayatnya hancur
lebur dan akhirnya tinggal segumpal darah kental belaka.
Ini membuktikan sampai dimanakah hebatnya racun yang digunakan iblis perempuan
tersebut, walaupun pemuda berwajah jelek itu memiliki ilmu silat yang sangat
lihay, tak urung tercekat juga dibuatnya...
Ang hun losat (iblis perempuan berwajah cantik) Hoa Long jin segera tertawa
cekikikan, ujarnya: "Sekarang kau sudah menyaksikan sendiri betapa dahsyatnya jarum Hua kut ciam
(jarum penghancur tulang) dari pun tongcu, nah, makanya lebih baik, jangan
bertingkah seenaknya sendiri"
"Aku hampir terkecoh karena sama sekali tidak siap untuk menghadapi
seranganmu... hmm! Tapi sekarang, aku telah mengetahui rahasianya, sekalipun kau
memiliki asap beracun dan jarum jarum beracun lagi juga tak ada gunanya, kalau
tak percaya" Silahkan buktikan sendiri...
"Kalau toh kita sama sama yakin dengan kemampuannya masing masing pihak, lalu
apa gunanya musti banyak bicara" Asal kita lanjutkan saja pertarungan ini, toh
akhirnya segala sesuatunya dapat terlihat sendiri secara jelas"
"Benarkah itu!"
Seraya berseru, pemuda jelek itu segera melompat maju ke depan, telapak
tangannya secepat sambaran kilat meluncur ke depan dan mengancam jalan darah Yu
bun hiat ditubuh perempuan iblis itu.
Menghadapi serangan lawan yang begitu cepat dan dahsyatnya itu, Ang hun lo sat
Hoa long jin menjadi amat terkejut.
Pada mulanya dia masih mengira dirinya yang terlampau teledor sehingga kena
didahului lawan tapi setelah menyaksikan sendiri betapa lihaynya serangan lawan
itu, ia baru sadar bahwa lawannya ini benar benar memiliki ilmu silat yang
sangat lihay. Kendatipun dalam hati kecilnya ia merasa takit bercampur ngeri, namun senyuman
diujung bibirnya malah semakin menebal, katanya.
"Sauhiap, kau pandai amat makan tahu!"
oooodOeoooo Pemuda berwajah jelek itu enggan untuk menggubris ucapan musuhnya, sambil
tersenyum ia cuma berkata
"Terserah apa yang hendak kau katakan! Tapi aku hendak memberi tahu kepadamu,
pertama kau harus memerintahkan kepada segenap anak buahmu untuk menghentikan
serangan, kalau tidak Hmm! Aku bisa menghancurkan isi perutmu"
Dari balik sorot matanya terpancar keluar tekadnya yang bulat, siapa saja yang
menyaksikan sorot mata tersebut akan tahu kalau perkataannya itu tidak bohong.
Sesungguhnya Ang hun lo sat Hoa Long jin masih memiliki beberapa macam
kepandaian lihay, tapi ia tak berani menggunakannya secara sembarangan, sebab ia
cukup mengerti betapa lihaynya ilmu silat yang dimiliki musuhnya itu.
Menyaksikan lawannya hanya berdiam diri belaka, pemuda berwajah jelek itu segera
membentak lagi: "Sebenarnya kau mau tidak memerintahkan semua anak buahmu agar menghentikan
serangan?" Ang hun lo sat amat terkesiap, buru buru sahutnya.
"Tak kusangka kalau hatimu sekeras baja baik, baik, sekarang juga akan
kuperintahkan kepada mereka agar menghentikan serangan!"
Dengan suara lantang diapun berseru:
"Segenap anggota Ki thian kau segera menghentikan semua pertarungan!"
Begitu perintah sudah diturunkan, Tee lwe siang mo dan segenap iblis dsrai Ki
thian kau mengundurkan diri dari arena pertarungan.
Hoa Long jin segera melirik sekejap kearah pemuda jelek itu, kemudian katanya
lagi: "Sekarang semua anak buahku sudah menghentikan pertarungan, nah sauhiap, apa
lagi yang hendak kau katakan?"
Pemuda jelek itu tidak menggubris perkataannya, kepada Kim liong lojin kembali
ujarnya: "Bwe cianpwe, tolong kumpulkan segenap anggota partai dibelakang tubuhku!"
Semenjak ditolong oleh pemuda tersebut, Kim liong lojin sudah merasa sangat
berterima kasih sekali kepada pemuda berwajah jelek itu, maka tanpa banyak
bicara dia segera melaksanakan permintaannya itu.
Dalam waktu singkat, segenap anak murid Hoa san pay telah berkumpul semua dan
berdiri dibelakang pemuda jelek itu.
Menanti semuanya telah berkumpul, pemuda itu baru berkata lagi kepada perempuan
iblis tersebut: "Aku harap kau segera menyerah kalah saja, ketahuilah didalam pertarungan yang
berlangsung hari ini perkumpulan kalian sudah pasti akan menderita kekalahan
total!" "Aaah, belum tentu, sekalipun kami belum mampu menangkan Hoa san pay bukan
berarti kami akan kalah"
Tee lwe siang mo ikut tertawa seram sambungnya:
"Heeehh... heeehh... heeehh... bocah keparat, jangan kau anggap dengan
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengandalkan sedikit ilmu langkahmu yang aneh itu maka kami semua akan jeri
kepadamu!" Pemuda jelek itu mengangkat bahunya sambil tertawa, katanya:
"Tee lwe siang mo meski terhitung punya nama juga di kalangan Hek to tapi kalau
berbicara soal ilmu silat yang sesungguhnya, aku mah masih belum memandang
sebelah matapun kepada kalian"
"Bajingan cilik kau tak usah tekebur, beranikah kau untuk berduel melawan lohu?"
tantang Tau Chin si iblis pertama dengan wajah merah karena marah.
"Jangan tekebur lebih dulu, barusan kau bisa menang karena mengandalkan jumlah
banyak, coba kalau sendirian... huuh, sudah keok sedari tadi...!"
"Untuk menghadap murid Koan tiau kek dari Lam hay yang lihay dalam ilmu pedang,
terpaksa saja kami harus maju berduaan, tapi kau... Huuh bajingan cilik apa yang
kau andalkan?" Pemuda jelek itu tertawa dingin.
"Ilmu pedang Koan tiau kek memang sangat lihay dan tiada tandingannya dikolong
langit, aku merasa tak sanggup untuk menandinginya tapi kalau hanya menghadapi
manusia manusia semacam kalian berdua, hmm, cukup manusia kelas dua seperti aku
pun sudah mampu untuk memberi pelajaran yang setimpal kepadamu!"
Selama hidup belum pernah Tau Chin menjumpai orang yang sama sekali tidak
memandang sebelah mata terhadap mereka macam pemuda jelek itu, kontan saja dia
naik pitam, bentaknya. "Bocah keparat hayo cepat menggelinding keluar dari situ, lohu akan menghajar
adat lebih dulu kepada manusia tekebur semacam dirimu itu"
Pemuda jelek itu segera menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya.
"Kalau musti maju sendirian, sudah terang kau bukan tandinganku, apalagi
sekalipun harus bertarung juga sama sekali tidak menarik, lebih baik suruh saja
Tau Co adikmu itu untuk maju bersama"
Baru saja Tau Chin hendak menampik Ang hun losat telah menimbrung dari samping:
"Tau huhoat, mungkin orang itu benar benar bermaksud tidak baik" kenapa musti
mengalah terus?" Mendengar kisikan tersebut, Tau cu segera maju ke muka dan bersama sama Tau Chin
menuju ke tengah arena, serunya bersama:
"Bajingan cilik, sekarang apa lagi yang hendak kau katakan?"
Pemuda jelek itu tersenyum, kepada Bwe Ling soat katanya:
"Nona, bolehkah aku meminjam sebentar pedang mestikamu itu?"
Pedang mestika milik Bwe Ling soat ini adalah sebilah pedang mestika dari Koan
tiau kek yang sudah diwariskan turun temurun, pada gagang pedangnya terdapat
sebutir batu mestika dengan ukiran huruf "Ci Im"
Setelah menerima pedang mestika tersebut, pelan pelan pemuda berwajah jelek itu
maju ke tengah arena, agaknya dia benar benar tidak memandang sebelah matapun
terhadap kemampuan Tee lwe siang mo tersebut.
Setelah tiba lebih kurang tujuh jengkal dari hadapan sepasang iblis tersebut,
katanya sambil tersenyum:
"Apalagi yang kalian berdua nantikan?"
Tee lwe siang mo segera tertawa seram, di tengah bentakan yang keras si iblis
pertama Tau Chin dengan memutar gadanya menciptakan selapis cahaya perak
menyerang dari arah sebelah kiri, sedangkan iblis kedua Tay Chu dengan memutar
ruyung lemasnya menyergap datang dari sebelah kanan.
Ketika bertarung melawan Bwe Leng soat tadi mereka masih belum mengeluarkan
segenap kemampuannya karena masih terdapat perasaan sayangnya terhadap gadis
itu. Tentu saja keadaannya pada saat ini sama sekali berbeda pertama karena pemuda
itu berwajah jelek dan mendatangkan perasaan muak bagi yang memandang, kedua
ucapannya yang tajam telah menyinggung perasaan mereka berdua yang menimbulkan
rasa marah dihati kecil kedua orang iblis itu.
Maka begitu melancarkan serangan, mereka segera mengeluarkan ilmu Tui hun jit si
(tujuh jurus pengejar nyawa) yang diandalkannya selama ini untuk menggencet
lawan. Menyaksikan dahsyatnya serangan serangan itu baik Kim liong lojin maupun para
jago dari Hoa san pay sama sama merasa terkejut dengan wajah berubah hebat.
Bahkan Bwe Ling soat, itu murid dari Koan tiau kek yang lihaypun ikut
mengerutkan dahinya setelah menyaksikan betapa gencarnya serangan serangan yang
dilancarkan dua orang iblis tersebut pikirnya.
"Tadi, seandainya kedua orang iblis tua inipun menggunakan Tui hun jit si untuk
menghadapi diriku, mungkin pada saat ini kami semua sudah sama sama terluka
parah!" Berpikir sampai disitu tanpa terasa timbul perasaan kuatirnya terhadap
keselamatan pemuda jelek itu.
Sudah barang tentu rasa kuatirnya itu sama sekali tak berguna, mengapa tidak"
Dengan kepandaian silat yang dimiliki si pemuda jelek tersebut sesungguhnya ia
masih lebih dari cukup untuk menghadapi dua orang iblis tua tersebut.
Bagaikan seekor naga sakti tubuhnya berjumpalitan kesana kemari mengiringi
sambaran pedangnya yang membetot sukma rasanya.
"Sreeet! Sreeet! Sreeet! Secara beruntun dia melancarkan tiga buah serangan
berantai yang memaksa Tee lwe siang mo terdesak mundur berulang kali.
Agaknya Ang hun lo sat Hoa Long jin juga menyadari akan kelihayan pemuda jelek
tersebut, dia kuatir anak buahnya terluka ditangan lawan, maka buru buru ia
mengambil keputusan untuk memerintahkan kedua orang iblis tersebut agar segera
mengundurkan diri. Iblis kedua Tay Chu merasa sangat tidak puas dengan keputusan tersebut, serunya:
"Hoa tongcu, kami toh belum kalah..."
"Tidak, kalian sesungguhnya sudah kalah!" tukas Ang hun lo sat dengan cepat,
"dengan pengalaman kalian berdua yang amat luas, masakah masih belum kalian
saksikan bahwa tiga jurus serangan yang dipergunakan pemuda jelek itu adalah
jurus Hud kong bu ciau (cahaya Buddha memancar ke jagad), Hoat lu siang coan
(hukum alam selalu berputar) serta Hud hoat bu pian (hukum Buddha tak bertepian)
dari ilmu pedang Tay cian kiam hoat milik Ling mong Seng ceng dari kuil Sian
goan si" Coba lihat, alis mata kalian sudah dipapas bersih oleh pedangnya!"
Setelah diperingatkan oleh iblis perempuan tersebut, Tee lwe siang mo baru
merasa amat terperanjat, apalagi setelah tahu bahwa alis mata mereka sudah
dicukur gundul, tanpa terasa peluh dingin mengucur keluar membasahi tubuhnya.
Hari ini, bukan saja mereka telah bertemu dengan murid sakti dari Lam hay koan
tiau kek, bahkan telah berjumpa pula dengan ahli waris Ling mong Seng ceng dari
kuil Sian goan si, sekalipun kedua orang iblis tersebut bernyali besar, toh
mereka tak berani banyak bercuap lagi dalam keadaan demikian.
Ang hun lo sat Hoa Long jin kembali tertawa terkekeh kekeh, katanya dengan
merdu: "Sungguh tak kusangka kau adalah seorang jago lihay yang tidak mau menampakkan
diri!" "Menurut anggapan Hoa tongcu, aku adalah siapa?" pemuda berwajah jelek itu balik
bertanya. "Tentu saja kau datang dari kuil Siang goan si! Sungguh tak kusangka Bu lim ji
seng (dua malaikat dari dunia persilatan) sama sama telah mempunyai ahli waris!"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, baik dari pihak musuh maupun dari pihak teman
sama sama berseru tertahan.
Pemuda berwajah jelek itu tidak mengaku pun tidak menyangkal, hanya ujarnya lagi
dengan suara keras: "Kalian hendak menarik diri dari sini" Ataukah hendak melakukan perlawanan
terakhir?" "Sudah barang tentu kami akan menarik diri, tapi dapatkah ku thau siapa namamu?"
"Kenapa tidak" Aku she Ong bernama It sin!"
"Benarkah kau adalah murid Leng mong Seng ceng?"
"Maaf, soal ini tak bisa kujawab!"
"Padahal sekalipun tidak kau katakan juga tidak mengapa, masa dikolong langit
masih terdapat ilmu pedang Sakya Tay cian kiam hoat kedua" Baiklah, selama
gunung nan hijau, air tetap mengalir, semoga saja dalam waktu singkat kita dapat
bersua kembali" Seusai berkata, bersama sama anak buahnya segera mengundurkan diri dari situ.
Tiba tiba San tian gin liong (naga perak halilintar) Li Ki Liat berseru lantang.
"Wahay raja judi harap berhenti!"
Mendengar teriakan tersebut, si Raja judi So Cay lay segera berhenti tegurnya:
"Mau apa kau?" "Apakah si Raja judi yang tersohor namanya diseantero jagad sudah tak mampu
untuk membayar kekalahannya?"
Merah padam selembar wajah Raja judi setelah mendengar teguran itu, buru buru
sahutnya: "Omong kosong, soal menang kalah mah soal biasa bagiku!"
"Kalau memang begitu, silahkan kau menuruti janjimu tadi untuk merangkak turun
dari Hoa san!" desak Li Ki liat lebih jauh.
"Lo jit, jangan melakukan perbuatan boodh!" si Raja penjilat pantat segera
menasehati, "hayo cepat berangkat, siapa berani menghalangimu, kita bersaudara
akan beradu jiwa dengannya"
Tapi si Raja judi segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak, siapa berani bertaruh dia harus berani pula membayar taruhannya Lak ko,
lebih baik kau berangkat lebih duluan jangan mengurusi diriku lagi"
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Raja penjilat pantat melarikan diri dari
situ. Raja judi So Cay lay juga tidak berbicara apa apa lagi, dia segera berjongkok
dan merangkak keluar dari tempat itu.
Sekalipun sedang merangkak, ternyata gerakan tubuhnya cukup cepat, dalam waktu
singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan.
Sekalipun gerak geriknya amat lucu, tapi tak seorangpun dari anggota Hoa san pay
yang tertawa karena geli.
Sut lui gin kiam (pedang perak geledek menyambar) Tio Beng hau segera menegur:
"Lo su, buat apa kau harus mempermalui dirinya" Dilihat dari penampilan si Raja
judi tadi, sesungguhnya dia bukan seorang yang jahat. dalam tubuh orang orang
Hek to, ternyata bisa dijumpai manusia semacam dia, sesungguhnya hal ini sulit
sekali, bila dikemudian hari maka kim Soat kita bersua kembali dengan mereka
lebih baik pergaullah dengan baik baik siapa tahu kalau kita bisa membereskan
masalah ini secara baik baik"
"Ucapan toako pasti akan siaute turuti!" buru buru Li Ki liat mengiakan dengan
cepat. Dengan perginya orang orang Ki thian kau maka Kim liong lojin segera menitahkan
anak muridnya agar mengubur mayat mayat yang penuh bergelimpangan disana
Tiba tiba Ong It sin berkata.
"Biar boanpwe melakukan pemeriksaan sejenak disekitar tempat ini, siapa tahu
kalau ada yang masih hidup?"
Kim liong lojin segera menghela napas panjang, katanya:
"Sauhiap betul betul berhati baik!"
"Aaah, boanpwe tak berani menerima pujian tersebut" seru Ong It sin sambil
tertawa. Selesai berkata, dia lantas memeriksa dengan teliti mayat mayat yang
bergelimpangan diatas tanah itu.
Betul juga, dari ketiga puluh sosok mayat tersebut, akhirnya ia berhasil
menemukan seorang anggota Ki thian kau yang masih hidup, sekalipun ia terluka
sangat parah, namun jiwanya masih tetap utuh.
Buru buru Ong It sin mengambil keluar sebutir obat mujarab dan dijejalkan
kedalam mulut orang itu, ternyata lewat setengah harian kemudian, orang itu
telah hidup kembali dengan segar.
Sudah barang tentu tak terlukiskan rasa gembira dan terima kasihnya orang itu
kepada pemuda jelek itu. "Sobat siapa namamu?" tanya Ong It sin kemudian.
"Hamba she Be bernama Yong hok"
"Sudah berapa lama sahabat Be bergabung dengan perkumpulan Ki thian kau?"
"Dulunya hamba adalah seorang anggota Liok lim di wilayah Kanglam, sudah hampir
setahun lamanya bergabung dengan perkumpulan Ki thian kau...!"
"Kau termasuk di bawah perintah siapa?"
"Hamba termasuk dalam ruangan Ang yok tong"
"Berapa sih jumlah ruangan dalam perkumpulan kalian?"
"Semuanya terdiri dari empat ruangan, menurut urutannya terbagi menjadi Ang yok
tong, Pek tho tong, Uh kok tong dan Pek Bwe tong!"
"Siapakah kaucu kalian?"
Be Yong hok segera menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya dengan rasa
sesal: "Kecuali Hu hoat dan tongcu kami, tak seorangpun yang pernah berjumpa muka
dengan kaucu kami itu"
"Maksudmu dia selalu mengenakan kain cadar untuk menutupi wajahnya...?"
Be Yong hok segera mengangguk tanda membenarkan.
"Berada dimanakah markas besar kalian?" kembali Ong It sin bertanya lirih.
Be Yong hok termenung dan berpikir sejenak, akhirnya dengan bulatkan tekad dia
menjawab: "Berada di bukit Long sia san!"
"Tahukah kau diantara rombongan yang dikirim untuk menyergap perguruan perguruan
besar kecuali rombongan kalian masih ada siapa saja yang diutus...?"
"Kaucu kami telah menitahkan Pek tho tongcu yakni Pek tok biu kui (Mawar putih
beracun) Hong Tongcu dengan membawa Ciong lay su sia serta lima orang tianglo
dari Kek po ditambah Say siu jin mo serta Tee leng kun untuk berangkat kebukit
Kun lun!" "Sudah berapa lamakah mereka berangkat?" tanya Ong It sin dengan wajah terkejut.
"Kami berangkat pada saat yang bersamaan ketika kami berangkat untuk menyerang
Khong tong dan Heng san pay, mereka telah berangkat kebukit Im san"
"Pek tok bi jui tersebut benar benar berhati keji, Im san pay telah mereka basmi
sampai ludas entah bagaimana dengan nasib Kun lun pay...?"
Bergumam sampai disitu dia lantas berkata lagi
"Dalam perjalanan pulangnya nanti, tahukah kau mereka masih akan berkunjung
kepartai mana lagi?"
"Soal ini maaf kalau hamba kurang tahu"
"Sahabat Be, setelah kau sembuh nanti, kumohon kepadamu agar mencari pekerjaan
yang baik, janganlah berbuat kejahatan lagi, percayalah cepat atau lambat
perkumpulan Ki thian kau pasti akan musnah dari permukaan bumi, sampai waktunya
sarang mereka pun pasti akan rata dengan permukaan tanah"
"Terima kasih banyak atas nasehat dari sauhiap, hamba pasti akan menjadi seorang
manusia yang berguna bagi masyarakat!"
Ketika Ong It sin keluar dari ruangan tersebut, dilihatnya Bwe Kiam ciu dan Bwe
Ling soat sedang menunggu kedatangannya didepan pintu.
Rupanya Kim liong lojin untuk merayakan kemenangan yang berhasil mereka capai.
Mengikuti dibelakang dua bersaudara Bwe Ong It sin berjalan menuju ke ruang
tengah tampak olehnya Kim liong lojin serta Gin liong su kiam telah menantinya
dibawah undak undakan. Sambil menarik tangan Ong It sin, kata Kim liong lojin kemudian sambil tertawa:
"Coba tiada bantuan dari lote, mungkin partai kami benar benar sudah hancur
ditangan kaum iblis tersebut, budi kebaikan lote tak akan kami lupakan untuk
selamanya, sebagai tanda terima kasih kami, harap lote bersedia meneguk secawan
arak!" "Cianpwe buat apa kau musti bersikap demikian, bukankah tindakanmu ini justru
memandang asing diriku?"
Walaupun demikian, dalam perjamuan tersebut akhirnya pemuda itu diloloh sampai
mabuk berat. Kim liong lojin segera menitahkan kepada Bwe Kiam ciu dan Bwe Leng soat untuk
memayang Ong It sin kedalam kamar untuk beristirahat.
Menyaksikan bayangan punggung pemuda itu diam diam jago tua ini menghela napas
panjang, pikirnya: "Berbicara soal kebajikan, kemuliaan dan ilmu silat, Ong sauhiap ini memiliki
kelebihan dari siapapun juga, sayang wajahnya terlampau jelek, coba kalau tidak,
Leng soat pasti merupakan pasangan yang cocok baginya, aaai... benar benar
sayang sekali!" Keesokan harinya setelah sadar dari mabuknya Ong It sin pun mohon diri kepada
Kim liong lojin. Mendengar itu, Kim liong lojin segera bertanya:
"Ong sauhiap, dimanakah tempat tinggalmu?"
Dengan wajah sedih Ong It sin menjawab:
"Ibu boanpwe sudah lama meninggal, sedang ayahku tewas dibunuh orang, saat ini
aku hidup sebatang kara tanpa sanak tanpa keluarga dan tanpa rumah"
Mendengar jawaban tersebut, Kim liong lojin ikut merasa bersedih hati, selang
sejenak kemudian dia baru bertanya lagi.
"Siapakah ayahmu" Bolehkah aku turut mengetahui namanya?"
"Ayahku adalah Kwang tong tayhiap Kim to bu tek (golok emas tanpa tandingan) Ong
Tang thian" "Oooa... rupanya sauhiap adalah keturunan dari Kim to butek" Lohu pernah
beberapa kali berjumpa dengannya, ia memang seorang lelaki gagah dan berjiwa
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terbuka, malah merupakan sahabat karib anakku, konon pada sepuluh tahun
berselang ia telah tewas ditangan lima orang gembong iblis yang sangat lihay
dari golongan hek to hanya lantaran rahasia sebuah kotak kemala..."
"Benar, kotak itu menyangkut tentang sebilah padang Hu si ku kiam, sarung naga
Cian nian liong siau serta sejilid kitab Sang yang kiam hoat yang maha
dahsyat..." Setelah berhenti sejenak, terusnya:
"Apakah cianpwe pernah mendengar gembong gembong iblis yang mana saja yang
tersangkut didalam peristiwa berdarah itu?"
"Lohu jarang sekali berkelana dalam dunia persilatan, mungkin Sun Siok tong
lebih jelas tentang masalah ini..."
Ia lantas berpaling kearah Hui siang gin liong (naga perak salju melayang) Sun
Siok tong seraya berkata:
"Beritahu kepada Ong sauhiap, siapa siapa saja yang terlibat didalam
pengeroyokan terhadap Kwan tong tayhiap dimasa lalu?"
Hui siang gin liong Sun Siok tong segera mengiakan, setelah berpikir sebentar,
katanya: "Menurut apa yang kuketahui, mereka adalah Hek wu kong (kelabang hitam) Be Ji
nio Tiang bi lo yau (siluman tua beralis panjang) Tian Sim han, Siang pit lo han
(raksasa berlengan baja) Yap Kiu, Kim san sia kiam (kipas emas pedang sesat) Tio
pin serta Ik Tianglo lima orang..."
"Siok tong, ceritakanlah garis besar keadaan sebenarnya yang kau ketahui tentang
peristiwa berdarah itu kepada Ong sauhiap!"
Hui siang gin liong Sun Siok tong kembali mengiakan, katanya kemudian dengan
suara nyaring. "Waktu itu terjadi pada belasan tahun berselang, tempatnya adalah Hui hu ko di
luar perbatasan dekat tembok besar, sedangkan siapa pembunuh pembunuhnya telah
kukatakan tadi tentang bagaimana ceritanya sampai aku tahu tentang persoalan
ini" Kebetulan pada waktu itu aku mendapat tugas pergi ke bukit Tiang pek san
untuk mencari sebatang jinson tua untuk membuat obat, kebetulan tengah jalan aku
telah menjumpai pertarungan tersebut, waktu itu Kwan tong tayhiap sudah terkena
jarum beracun Hong wi ciam dari si kelabang hitam Be Ji nio, kemudian terkena
tusukan pedang dari Tiang bi lo yau yang tepat menembusi ulu hatinya, berbareng
itu juga Kim san sia kiam Thio Pin mengayunkan pula pedangnya membacok lengan
kirinya, sedangkan tusukan golok dari Ik tiang lo dan pukulan beruntun dari
Siang pit lo han menyusul mengejar pula tubuhnya.
"Selain itu akupun menjumpai Ho hoa siancu Liok Lui dari Tiong lam pay sedang
lari menghampiri Ong tayhiap sambil berteriak teriak, sungguh menyesal sekali
pada waktu itu aku tak bisa berbuat apa apa berhubung aku harus cepat pulang ke
gunung untuk menolong jiwa ayahku, jadi sesungguhnya bukan aku enggan memberi
pertolongan" Dari nada ucapan tersebut dapat diketahui bahwa ia merasa menyesal sekali.
"Sun tayhiap!" dengan cepat Ong It sin berkata, "dalam hal ini kau tak bisa
disalahkan, untuk menghadapi gembong gembong iblis yang begitu buas dan
lihaynya, sekalipun aku turun tangan juga percuma saja sudah banyak tahun aku
gagal untuk mencari tahu siapakah gerangan musuh besar pembunuh ayahku, sungguh
beruntung Sun tayhiap bersedia memberitahukan kepadaku hari ini untuk hal itu
aku merasa sangat berterima kasih sekali.
"Ong toako, besar kemungkinan semua musuh besar pembunuh ayahmu itu telah
bergabung dengan perkumpulan Ki thian kau" kata Bwe Ling soat tiba tiba, "asal
kita basmi perkumpulan itu, tak sulit bagimu untuk membalas dendam"
"Terima kasih atas petunjuk nona!"
"Sauhiap!" kata Kim liong lojin pula "sesudah meninggalkan bukit Hoa san entah
kau punya rencana hendak kemana?"
"Boanpwe telah berjanji dengan Coa Thian tam untuk bertemu dilembah Lo sian kok
dibukit See thian, berkat Coa tayhiaplah boanpwe dapat masuk kedalam perguruan
guruku" "Oooh... jadi kau maksudkan Ih lwe sam eng Yaa kau memang sepantasnya lekas
lekas berangkat!" Dari mimik wajah kakek itu rupanya Ong It sin dapat menangkap sesuatu yang tak
beres buru buru ia bertanya:
"Sesungguhnya apa yang telah terjadi?"
"Menurut kabar yang tersiar dalam dunia persilatan, katanya Siok tong Itu liong
(naga sakti dari wilayah Szechuan) Ciu long serta Ya li kiam (pedang gadis suci)
Tong Siau wan telah dibantai oleh perkumpulan Ki thian kau secara keji lembah Lo
sian kok pun sudah mengalami tragedi"
Begitu mengetahui kalau Coa tayhiap bersaudara mengalami ancaman bahaya, Ong It
sin segera bangkit berdiri untuk mohon diri.
"Sekalipun gelisah juga tak perlu terburu buru" kata Kim liong lojin kemudian
"ketahuilah lembah Lo sian kok adalah sebuah tempat yang bermedan amat bahaya,
susah rasanya bagi sembarang orang untuk membobolkan pertahanan disini, aku
pikir sampai kini lembah tersebut belum berhasil mereka hancurkan bila kau ke
sana tak ada salahnya untuk mengajak serta Leng soat, dia juga seorang jago
tangguh, pertama bisa membantumu kedua diapun harus banyak berlatih dalam dunia
persilatan tentu saja bila Ong sauhiap tidak merasa keberatan?"
Sesungguhnya Ong It sin ingin menampik maksud baik orang tapi iapun tak tega
menghilangkan kegembiraan Bwe Ling soat yang pada saat itu sudah berseri seri
terpaksa permohonan orang pun dikabulkan.
Selain mempersiapkan bekal untuk kedua orang itu secara khusus Kim liong lojin
menghadiahkan pula sebilah pedang mestika untuk si anak muda itu.
Pedang mestika tersebut adalah sebilah senjata mestika dari partai Hoa san yang
dinamakan Kim liong kiam.
Dari pedang mestika inilah Kim liong lojin mendapat julukannya yang sekarang
ini. Sudah barang tentu Ong It sin menampik pemberian yang sangat berharga itu.
Tapi dengan cepat Kim liong lojin berkata:
"Dewasa ini orang orang Ki thian kau sudah membuat keonaran diseluruh dunia
persilatan gembong gembong iblis yang kenamaan dari golongan hek to pun telah
bergabung dengan mereka, aku rasa cuma murid murid dari Dua malaikat saja yang
sanggup menghadapi mereka. Aku tahu bahwa sauhiap berilmu tinggi, tapi ada
baiknya kalau kau membawa serta sebilah pedang sebagai persiapan, siapa tahu
bila suatu ketika kau akan berhadapan langsung dengan kaucu mereka" Bila musti
melayani dengan tangan kosong, toh akhirnya yang rugi adalah kau sendiri?"
Setelah didesak berulang kali, akhirnya Ong It sin menerima juga pemberian
tersebut tapi katanya: "Orang kuno bilang, ingin menjadi orang yang simpatik janganlah menampik
kebaikan orang, baiklah pedang ini akan boanpwe terima untuk digunakan, tapi
bila suatu ketika boanpwe berhasil mendapat senjata yang lain, pedang ini akan
kukembalikan lagi" Rupanya Kim liong lojin tahu bahwa kehendak pemuda tersebut tak bisa ditentang,
terpaksa diapun menyanggupi.
Sebelum berangkat kakek itu kembali memperingatkan.
"Dalam perjalanan menuju kelembah Lo sian kok nanti, bila urusan disitu telah
selesai lebih baik Ong sauhiap sekalian mampir kebukit Tiong san, sebab menurut
dugaan lohu, besar kemungkinan Ki thian kau juga menaruh maksud jelek terhadap
Siau lim pay" Ong It sin segera mengiakan.
Tengah hari itu juga, ia bersama Bwe Ling soat dengan menunggang kuda jempolan
segera berangkat menuju kearah kota Kay hong.
Sekalipun dandanan Ong It sin pada saat ini amat perlente dan berpotongan
seorang sastrawan, namun wajahnya tetap jelek seperti babi, sudah barang tentu
dengan tampang sejelek itu mendampingi seorang gadis yang cantik bak bidadari
dari kahyangan tersebut mendatangkan suatu pemandangan yang sangat menyolok, tak
Penjaga Alam Akhirat 2 Wiro Sableng 142 Kitab 1000 Pengobatan Kuda Putih 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama