Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam 4
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Bagian 4 masih terdapat sisa keremangan, yang menandakan bahwa kegelapan belumlah sempurna, sehingga sempat terlihatlah olehku di dada tukang perahu dengan yi yang tidak sengaja terbuka bagian lehernya itu terdapatlah suatu rajah yang bagiku belum jelas gambarnya. Rajah adalah suatu makna yang bisa menjelaskan banyak perkara, karena tidak semua orang bersedia atau perlu dirajah tubuhnya. Maka ketika seseorang menyediakan dirinya dirajah dengan jarum sambil menahan sakit, tentulah terdapat suatu makna yang membuatnya bersedia mengalami kesakitan seperti itu. Jika aku tahu gambar apa yang dirajahkan pada dada tukang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ perahu kami ini, mungkin saja kerahasiaan ini akan terbuka lebih cepat bagiku dari seharusnya, justru karena rajah itu sengaja ditutupi dan tidak dibiarkan terbuka. Rajah yang terbuka mungkin hanya hiasan, setidaknya tidak memiliki makna rahasia, tetapi jika tersembunyi di balik baju maka sebetulnya merupakan penanda rahasia. Mungkin tanda anggota perkumpulan rahasia, tetapi misalnya sekadar bagian dari adat pun sedikit banyak akan memperjelas asal-usulnya. Kegelapan akhirnya sempurna setelah kami berpindah lagi, bagaikan berlayar di dalam dunia yang hitam. Kupejamkan mataku dan menancap ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang, dan segera tergambar terjemahan segala suara bagi mata. Tiada lagi perahu-perahu yang menyeberang. Hanya pemasang bubu di tepi seberang tampak geraknya dalam keterpejamanku. Dari gaung angin yang menderu dapat kuperkirakan letak Tiga Ngarai Yangtze yang juga sudah tidak kelihatan lagi, tetapi perahu ini jelas tidak menuju ke sana. Setelah tiga kali berganti perahu, sampailah kami ke tepi seberang. Perahu tidak mendarat, melainkan masuk ke sebuah anak sungai, dan dari saat ke saat gaung angin dan bisikan sungai yang mahaluas itu memudar. Kubuka mataku. Kali ini pendayung perahu kami adalah seorang perempuan. Hanya suara dayung membelah air perlahan-lahan. Aku takyakin dirinya seorang tukang perahu. Bahkan jauh dari itu. Ia menyimpan dua kipas besi pada kain yang mengikat pinggangnya. Apakah ia seorang pendekar seperti Elang Merah dan Yan Zi" Tampaknya memang seperti itu. Namun seorang pendekar tidak bekerja bagi orang lain, juga tidak untuk perkumpulan rahasia manapun juga, kecuali jika karena suatu alasan memang telah menjual jiwanya. Malam semakin bertambah malam ketika dari anak sungai kami terus dibawa memasuki cabang-cabangnya, yang semakin lama semakin sempit, sehingga pepohonan di kiri dan kanannya dapat kami raih dengan tangan kanan maupun TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tangan kiri. Terdengar segala bunyi binatang-binatang malam. Burung hantu menyambar tikus hutan dan kelelawar saling menyambar-nyambar di udara. ''Puan dan Tuan harap dimaafkan segala kerahasiaan,'' ujar perempuan pendekar yang jelas mendayung dengan penyaluran ch'i ini, ''se-muanya terpaksa dilakukan demi keamanan kita semua.'' Aku mencari rajah dengan mataku ke dadanya, tetapi tidak ada yang dapat kulihat karena ia menutupi dadanya dengan ketat. Sepintas terbandingkan dengan kampung halaman, jika di sini setiap perempuan menutupi dadanya dengan busana yang kainnya berlapis-lapis, di Yawabhumipala hanya perempuan prajurit saja yang terjamin menutupi sambil merekatkan payudaranya ke dada dengan kain. Sekilas teringat Harini. Adakah dia masih akan menanti" Segera kugoyangkan kepala, bagaikan bisa mengusir berbagai bayangan masa lalu yang memasuki kepala dengan tiba-tiba. ''Siapakah kiranya ia yang telah bersusah payah menjemput kami dengan segala kesulitan seperti ini"'' Malam memang gelap, tetapi segelap-gelapnya malam tetaplah ada sesuatu yang dapat terlihat, dan dalam kegelapan seperti itulah sekilas se-nyuman kulihat melesat. ''Dikau akan segera bertemu dengannya, Pendekar, tak lama lagi. Dikau akan segera mengenalnya sendiri.'' Baiklah, tetapi mengapa perempuan pendekar ini harus tersenyum mendengar pertanyaanku" Perahu masih bergerak dengan perlahan. Untunglah sebelum tiba di tepi sungai tadi kami bertiga sempat mampir di sebuah kedai dan makan. Kami bertiga makan ikan sungai rebus yang dipotong-potong, yang setelah diletakkan dalam mangkuk lantas disiram kuah yang lezat sekali. Kulihat semua orang makan mengenakan sumpit, begitu juga Yan Zi dan Elang Merah. Aku sudah terbiasa juga makan dengan sumpit, jadi kuikuti saja cara mereka makan itu, yakni dengan sumpit TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memasukkan potongan-potongan ikan itu ke dalam mulut, lantas diikuti menenggak kuahnya. Saat itu tidak kuperhatikan, bahwa setelah potongan masuk ke dalam mulut, orang-orang lantas mengeluarkan kembali tulang-tulangnya melalui mulut itu juga, dan barulah kemudian menelan dagingnya bersama kuah. Melihat diriku menelan potongan-potongan ikan itu bersama tulangnya, semua orang terbelalak, bahkan Elang Merah dan Yan Zi pun tidak dapat menahan diri untuk tertawa. Namun jika pun aku tahu tulang-tulangnya harus dikeluarkan lebih dulu, aku belum dapat melakukannya di dalam mulut, sehingga pastilah akan tetap kutelan juga. Adapun ketika menelan itulah terdapat duri yang tersangkut di tenggorokan, dan aku menjadi ke-bingungan. Dari luar mungkin tampak sebagai orang tercekik. Semua orang di kedai itu pun menjadi s ibuk. ''Telan nasi! T elan nasi!'' Nasi putih hangat berkepul-kepul itu pun kutelan, tetapi masih saja tulang itu menyangkut di sana. Yan Zi dan Elang Merah sementara itu terus makan sambil masih menahan tawa sekuat bisa. Namun di kedai itu pula kami dengar segala cerita, yang baru kemudian kuketahui kemung-kinannya untuk sedikit menerangi rahasia dalam kegelapan ini. (Oo-dwkz-oO) Episode 216: [Yang Mulia Paduka Bayang-bayang] PERAHU telah melepaskan diri dari anak sungai sempit yang penuh dengan pepohonan di kiri kanan itu, memasuki wilayah terbuka yang ternyata telah menjadi penuh sesak dengan tenda suatu pasukan besar. Tiada tampak api unggun besar seperti yang biasanya terdapat pada perkemahan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sebesar itu, karena api untuk masak telah dipindahkan ke dalam tenda dengan cerobong asap di atasnya, sehingga perkemahan bagi pasukan sebanyak itu sekilas pintas sama sekali tidak terlihat dalam kegelapan. Begitu besar pasukan ini, tetapi sekaligus begitu sunyi. Tampak betapa mereka sudah sangat terlatih untuk bersikap di medan pertempuran. Jadi, apakah kami tiba-tiba saja sudah berada di tengah medan pertempuran" Di kiri dan kanan sungai para pengawal dengan busana tempurnya berjaga, dan perahu ini bahkan dihentikan dengan acungan kelewang. Setelah saling bertukar kata sandi, pengawal itu bertanya. ''Siapa mereka"'' ''Mereka adalah para pengembara yang dijemput itu.'' ''Oh, ya, Yang Mulia memang sudah menunggunya.'' Perahu itu kembali didayung dan berjalan terus. Kutawarkan tenagaku jika ingin bergantian, tetapi perempuan pendekar itu hanya menjawab dengan tertawa pendek. ''Duduklah saja Tuan, tenanglah, tenaga Tuan masih dibutuhkan untuk urusan yang jauh lebih penting dari sekadar mendayung perahu.'' Bersama dengan perahu yang menembus kekelaman perlahan-lahan, melewati berbagai penjagaan yang semakin lama semakin ketat, kukumpulkan lagi ingatanku dari cerita simpang siur di kedai tadi, maupun dari kedai lain yang kadang sempat kami singgahi. Berbagai cerita, potonganpotongan kalimat, percakapan di kiri dan kanan, di muka dan belakang, bisikan atau teriakan, maupun gumam tersembunyi tetapi tertangkap pendengaran, yang semuanya sepintas lalu tidak penting, kucoba hubungkan satu sama lain sampai tersusun suatu kerangka gambaran yang berbentuk. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sekarang ini, tahun 797, sebenarnyalah merupakan masa yang belum juga pulih dari akibat Pemberontakan An Lushan antara 755 dan 763, yang berakibat bahwa pemerintahan pusat kehilangan kendali atas para penguasa daerah. Dengan getir disebutkan betapa Wangsa Tang hanya dapat diselamatkan oleh pembebasan penguasa daerah agar tidak terikat ke pusat. Meskipun, seperti telah diketahui sebelumnya, tatacara perpajakan Wangsa Tang yang terus diperbarui ternyata masih tetap bisa dijalankan. Di bawah Maharaja Dezong yang berkuasa sejak 779, menteri kepala Yang Yan berhasil menerapkan secara umum apa yang merupakan pembaharuan pajak abad ini, yakni yang kemudian disebut sebagai dua tatacara pajak. Dalam tatacara pemajakan ini, segala pajak dihimpun jadi satu yang harus dibayar dua kali dalam setahun, bukan hanya oleh petani, tetapi oleh semua lapisan khalayak yang berpenghasilan. Kegunaan kedua dari pembaharuan pajak ini memang sebetulnya adalah memperbaiki kendali istana atas perpajakan, yang sebelumnya jatuh ke tangan para pengurus keuangan pengaturan garam, maupun orang-orang kebiri yang memegang kendali perbendaharaan negara. Pemberontakan jelas telah melemahkan siasat perbatasan Wangsa Tang. Tatacara daerah bawahan yang diserahkan kepada para panglima pasukan kerajaan tidak dapat diberlakukan lagi. Negeri Atap Langit telah kehilangan wilayahwilayah padang rumput, yang menjadi sumber kuda-kuda tempur, karena dikuasa i Kerajaan Tibet, sehingga harus membeli kuda-kuda tempur dengan harga mahal dari sukusuku Uighur. SUKU-SUKU pengembara ini menuntut dana bantuan yang besar sebagai syarat agar mereka tidak menyerbu Negeri Atap Langit. Antara 780 dan 787, Maharaja Dezong berusaha menawar dalam suatu perjanjian dengan Tibet, yang melibatkan peresmian atas lepasnya banyak wilayah dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ persetujuan perbatasan antara kedua negara, tetapi yang tidak membuat Kerajaan Tibet mengurungkan cita-cita jangka panjangnya. Keadaan ini membuat Maharaja Dezong menggalang suatu persekutuan dengan orang-orang Uighur, termasuk melalui perkawinan anaknya dengan seorang kepala suku, dan persetujuan mahal bahwa untuk mendapatkan kuda-kuda Uighur maka Negeri Atap Langit harus menukarnya dengan kain sutera. Dengan ini Maharaja Dezong mendapat jaminan bantuan Uighur melawan Kerajaan Tibet. Dalam keadaan seperti ini, di dalam Negeri Atap Langit sendiri terdapat berbagai pertentangan kepentingan yang menimbulkan berbagai macam bentuk pembangkangan dan pemberontakan, atas nama ketidak puasan atas tatacara perpajakan maupun kebijakan perbatasan. Belum jelas bagiku, termasuk kepentingan yang manakah telah melibatkan pasukan kerajaan sebanyak ini di tepi Sungai Yangtze, karena berkumpulnya pasukan sebanyak ini, jika berada di luar pengetahuan istana, jelas dapat diartikan sebagai penanda pemberontakan! Dari kedai ke kedai memang terdengar nada ketidak puasa penduduk Sichuan. Di antara para prajurit yang berjaga di sepanjang tepi sungai kulihat juga prajurit perempuan dalam busana tempur, jelas tampak siap berperang. Kuingat cerita tentang para istri yang suaminya terbunuh, dan bukannya mereka menangis, melainkan justru menggantikan suaminya maju ke medan pertempuran. Kisah sedih memang bertebaran di Negeri Atap Langit karena banyaknya peperangan dan korban bergelimpangan. Demikianlah kuingat sebagian yang ditulis Du Fu: rambut disanggul pertanda istri orang tikar di ranjang pun belum sempat hangat sore menikah besok pagi ke medan perang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ aduhai sayang betapa cepat, betapa cepat! Adapun perempuan memegang tombak dan pedang pun tidak asing di Negeri Atap Langit, sehingga bahkan Du Fu pun menulis puisi panjang yang memuja seorang perempuan penyoren pedang, seperti yang disaksikannya ketika sedang berlatih 30 tahun lalu. Bahkan Du Fu sendiri menuliskan catatan berikut: Pada tahun ketiga masa Ta Li, bulan ke sepuluh, hari kesembilanbelas, di kediaman Yuan Shih, hakim Kweichow, saya melihat anak gadis Li Keduabelas dari Linying memainkan tarian pedang. Ia memainkannya dengan begitu bagus sehingga saya bertanya siapakah gurunya, dan dia mengatakan bahwa dia diberi pelajaran oleh Puteri Kungsun Pertama, yang pernah saya saksikan pada tahun ketiga Kai Yuan memainkan Tarian Pedang maupun T arian Topi Jatuh di Yencheng. Kungsun menarikannya dengan penuh daya dan kebebasan. Pada awal masa Hsuan Tsung, Kungsun adalah murid terbaik dua perguruan, Taman Pir dan Istana Musim Semi. Kecantikannya kini tentu memudar seiring dengan memutihnya rambut saya, dan sekarang bahkan muridnya tidaklah tampak muda. Saya melihat bagaimana gerakan guru dan murid itu sama. Yang saya saksikan ini menyebabkan saya menulis puisi. Suatu ketika Chang Hsu dari Wu, seorang pelukis aksara, melihat Kungsun memainkan Tarian Pedang Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sungai Barat di Yeh, kemudian tulisan tangannya dengan segera menjadi lebih bagus, memperlihatkan kekuatan maupun irama. Bagaikan masih tertatap olehku puisi Menyaksikan Tarian Pedang Seorang Murid Putri Kungsun yang kubaca dalam masa pembelajaranku di Kuil Pengabdian Sejati itu: suatu ketika terdapatlah puteri jelita disebut Kungsun, yang tarian pedangnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dicintai semua; baris demi baris penonton terpesona kepadanya merasa seperti menyaksikan langit bertempur melawan bumi; a merunduk dan tampak bagaikan cahaya matahari dilepaskan Y i; ketika ia melejit ke udara, bagaikan dewa menunggang naga di atas mega-mega menyaksikannya, bagai kilat dan halilintar membadai, sebelum cahaya ketenangan meliputi lautan kedamaian tetapi segera keindahannya tiada lagi terdengar; kini seninya tampak dimainkan oleh si cantik dari Linying ini nun di Kweichow, tempat ia menari dan menyanyi; bercakap dengannya kupikirkan hari lain dan aku tenggelam dalam kesedihan; di istana lama terdapat delapan ribu puteri dan di antara mereka Kungsun berjaya dalam Tarian Pedang; limapuluh tahun telah berlalu seperti membalik tangan dan istana tua terbenam gelombang perang; para penari T aman Pir telah menghilang bagaikan kabut, tetapi kini keindahan satu ini berkilatan dalam cahaya dingin matahari; pepohonan di pekuburan kerajaan telah tumbuh tinggi; semak-semak kota tua ini, di Ngarai Chutang taktumbuh lagi; pesta, seni bunyi dan tari, telah berakhir habis senang datanglah kesusahan karena memandang bulan di timur; TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hanyalah seorang tua seperti diriku, tak tahu ke mana mau menuju, selain begitu saja melangkahkan kaki yang malas ke atas perbukitan yang sepi Anak dari anak dari anak sungai yang telah semakin bercabang masuk ke dalam ini telah menjadi semakin sempit. Lebarnya kemudian bahkan menjadi sebatas perahu ini saja. Membuatku sempat berpikir, mengapa tidak turun di sini saja dan melanjutkan perjalanan berkuda" Penjagaan masih saja ketat, bahkan kukira telah menjadi semakin ketat. Ke manakah kiranya perahu ini akan menuju" "Puan dan Tuan, sebentar lagi kita akan sampai," ujar perempuan pendayung perahu, yang meskipun bersenjata kipas besi, tanpa sadar telah kubayangkan sebagai pemain pedang Puteri Kungsun yang telah memesona Du Fu pada masa kanak-kanaknya itu. Lantas mendadak saja perahu masuk ke dalam gua dan berhenti. Ini sebuah gua yang sangat amat besar di kaki gunung batu. Lamat-lamat kudengar suara air terjun. Mungkinkah itu berada di baliknya" Aliran anak sungai masuk ke bagian lebih dalam dari gua yang dinding-dindingnya sangat tinggi ini, tetapi kami berhenti sampai di sini. Kurasa anak sungai inilah yang di balik gua berubah menjadi air terjun. Udara dingin di dalam gua dan penuh dengan uap air. Kami ikuti perempuan bersenjata kipas itu me langkah dari perahu ke dataran batu. Sejumlah pengawal berbusana tempur tampak mengawasi dari jauh, tetapi yang mendatangi kami adalah seorang lelaki yang berbusana sehari-hari seperti petani, hanya saja warnanya dari atas ke bawah serba putih, bahkan sepatunya yang menutup betis itu putih. Ia bertukar kata sebentar dengan pendayung perahu kami dalam bahasa sandi, dan baru setelah itu perempuan itu menoleh kepada kami. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ JIKA berita ini sampai pula, meskipun sebagai selentingan, ke salah satu telinga di dalam jaringan mata-mata istana, maka tidak akan terlalu mengherankan jika pedang mestika itu, yang semula hanya tersimpan dalam keadaan tergeletak tanpa perlu perhatian istimewa, kemudian akan dipindahkan, bahkan dengan segala kerahasiaan akan disembunyikan. Dapatlah kubayangkan betapa tanpa bantuan, terutama dari dalam, dengan segala pemanfaatan suatu jaringan rahasia tandingan, pengambilan kembali Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu jelas tidak dimungkinkan. Kuingat kembali cerita Angin Mendesau Berwajah Hijau sebelum menitipkan Yan Zi kepadaku. Seorang perempuan pendekar berusia 41 tahun dititipkan kepada seorang pengembara takbernama sepertiku yang masih 26 tahun! Namun pertimbangan Angin Mendesau Berwajah Hijau hanya satu, yakni betapa diriku yang telah mengatasi serangannya dengan Jurus T anpa Bentuk, adalah yang dimaksudkan bhiksu kepala Perguruan Shaolin itu sebagai pendekar yang gerakannya tidak terlihat. Barangkali bhiksu kepala itu telah berkata benar, tentang persyaratan ilmu silat yang diperlukan untuk mencuri pedang mestika di dalam istana, tetapi jelas di manakah kiranya Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu diletakkan adalah berbeda. Kerahasiaan ternyata adalah suatu daya tersendiri pula. Sedangkan kerahasiaan hanya bisa dilawan dengan cara membongkarnya. Apabila kerahasiaan berada di tangan suatu jaringan rahasia, maka hanyalah jaringan rahasia tandingan dengan segala tipudaya rahasianyalah yang akan dapat membongkarnya. Artinya jaringan rahasia harus dilawan oleh jaringan rahasia. Apakah sekarang ini pun kami sedang berhadapan dengan suatu jaringan rahasia" Jika bukan hanya riwayat Yan Zi dan Pedang Mata Cahaya sejak lama diketahui dan diawasinya, melainkan juga rincian perjalanan kami sehingga dapat dijemputnya di tempat terpencil di tepi Sungai Yangtze pada titik yang tidak bisa lebih tepat lagi, takdapatlah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kubayangkan betapa luas dan dalamnya jaringan rahasia yang mereka kuasai. Bukankah pernah kusampaikan tentang salah satu siasat Sun Tzu terpenting" apa yang memungkinkan para bijak berdaya dan para panglima menyerang dan menang adalah mencapai segala sesuatu di balik pencapaian orang biasa yakni mengetahui lebih dulu Bahkan suatu pasukan besar dapat tersembunyi dengan baiknya di wilayah seluas ini. Mungkinkah terdapat suatu rencana besar dalam permainan kekuasaan di Negeri Atap Langit ini, dengan kami hanya sebagai bagian dari rencana itu" Riwayat Yan Zi, seperti kudengar dari Angin Mendesau Berwajah Hijau, berhubungan dengan suatu babak sejarah yang tentunya penting bagi Negeri Atap Langit. Suatu riwayat amat sangat rahasia, yang begitu rawan jika terbongkar, karena jelas mengubah jalannya sejarah, sehingga justru dapat memancing keraguan atas kebenarannya! Pada tahun 756, artinya 41 tahun lalu, Yang Guifei tidak dibunuh oleh Gao Lishi, bahkan melahirkan bayi, yang takjelas anak Maharaja Xuanzong atau pemimpin pemberontak An Lushan. Apakah lagi yang bisa lebih menggemparkan dari ini" Bahkan misalnya jika cerita ini hanyalah kabar angin, yang sengaja maupun tidak sengaja memasuki wacana kerahasiaan, masihlah merupakan cerita yang menggemparkan pula. Betapapun, teruji maupun tidak teruji kebenarannya, sepasang Pedang Mata Cahaya yang kini terpisah itu ada. Benarkah begitu Puan Pendekar" Kudengar nada suara, dan memang ia hanyalah suara saja, dari yang disebut sebagai Yang Mulia Paduka Bayang-bayang itu berubah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dan jika memang begitu, bagaimana Puan dan T uan tanpa bantuan kami bisa mencapai dan memasuki istana Changian"i Kulihat sekeliling. Hanya terdapat lubang-lubang pintu lorong pada dinding yang melingkari kami, yang begitu miripnya sehingga kami tidak akan dapat mengetahui darimana kami masuk agar dapat keluar lagi! (Oo-dwkz-oO) Episode 217: [Perjanjian di Dalam Gua] Demikianlah pelataran yang luas di dalam gua ini dikelilingi dinding-dinding batu yang tinggi, tempat keberadaan lubang pintu setiap lorong, yang dari salah satu lubang itulah kami muncul dan menuruni jalan setapak bebatuan sampai ke mari. Dalam perjalanan menapaki lorong itu telah kuketahui betapa lorong tersebut bercabang-cabang, yang tentunya kemudian terhubungkan pula dengan setiap pintu lorong yang tampak dari pelataran di bawah ini. Mengingat apa yang telah kuketahui lewat pendengaranku, bahwa di dalam setiap cabang lorong itu terdapat pengawal-pengawal bersenjata yang tersembunyi, yang dari langkahnya dapat kuketahui berilmu silat tinggi, sudah jelas betapa pintu lorong manapun pada dinding batu tersebut takdapat menjadi jalan keluar kami. Apakah kami telah terjebak" Apakah diriku telah salah mengira, bahwa yang disebut Yang Mulia Paduka Bayangbayang ini bukannya meminta dan menawarkan kepercayaan, tetapi memang dengan sengaja menjebak" Sebenarnyalah betapa dirinya memang berkehendak membantu kami, dan dengan jujur telah dikatakannya bahwa dengan tercurinya senjata mestika dari istana, daya kuasanya akan melemah begitu rupa, ibarat gedung besar yang tercabut kerangkanya, yang setiap saat dalam goyangan gempa sedikit saja akan runtuh menjadi rata dengan tanahodan di sanalah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terletak kepentingannya. Jika kami berhasil mendapatkan Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri, yang tampaknya hanya mungkin berkat bantuannya, sebagai pihak yang dengan suatu cara mengetahui rahasia ini, sedikit banyak akan sesuai dengan tujuannya untuk melemahkan istana, sehingga kekuasaan ia bayangkan bisa direbutnya. Dengan demikian Yang Mulia Paduka Bayang-bayang yang bahkan bayang-ba-yangnya pun tidak pernah terlihat ini sebetulnya menawarkan suatu kerjasama yang masuk akal. Meski harus kuakui betapa unsur pendesakan, yang memang tentunya halus sekali, tetap saja terbaca di sini. Namun, betapapun, aku merasa bahwa tawaran kerjasama ini, jika berjalan lancar, sesungguhnyalah menguntungkan. Masalahnya kini adalah bagaimana caranya meredamkan Yan Zi, yang kukira bukan taktahu tentang keuntungannya itu, tetapi tersamarkan oleh perasaan tinggi hati, karena telah terganggu sejak tadi, ketika kami tidak bermaksud menyeberangi Sungai Y angtze, tetapi seperti setengah dipaksa untuk menyeberanginya dan sampai di s ini. "Yang Mulia Paduka Bayang-bayang," kataku kemudian, "mungkinkah kiranya Yang Mulia Paduka mengizinkan, jika kami memilih untuk tidak mengganggu segenap perencanaan cemerlang ini, dan membiarkan diri kami mengerjakan tugas kami sendiri?" Suasana sunyi, hanya gaung air terjun terdengar lamatlamat di balik dinding batu, tetapi yang segera disusul helaan napas yang panjang. Jika Yang Mulia Paduka Bayang-bayang ini sungguh hanya suara, betapa bahkan napasnya pun terdengar di mana-mana. "Baiklah kuceritakan mengapa diriku telah, harus, dan tiada dapat melepaskan diri dari persoalan kekuasaan dan Pedang Mata Cahaya ini..." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Maka kami pun mendengarkan penjelasan Yang Mulia Paduka Bayang yang disampaikannya perlahan-lahan. "Sejak saudara kami Yang Guifei yang begitu dicintai Maharaja Xuanzong berperan besar dalam pembangunan negeri yang dilakukan Wangsa Tang, kami telah menjaga diri agar keberadaannya di istana tidaklah seperti kami manfaatkan untuk keuntungan keluarga kami sendiri. Sejak lama keberadaan keluarga besar kami di Sichuan tidaklah pernah melanggar segenap ajaran yang kami pelajari dari Kong Fuzi. Keluarga kami mengembangkan kepandaian dalam ketatanegaraan maupun perdagangan, tanpa merasa wajib menyuap, menipu, memeras, dan menerapkan segala daya kelicikan lainnya. "Sama seperti ujaran Chi K'ang T zu, ketika ditanya tentang apa yang dikatakannya jika menghendaki pengikutnya setia, saling menghargai, dan berada di jalan kebajikan, Jagalah dirimu ketika menghadapi mereka dengan berlaku hormat, maka dikau akan mendapatkan penghormatan mereka; jadilah anak yang baik dan pangeran yang baik hati, maka dikau akan mendapatkan kesetiaan mereka; pujilah yang layak dan tunjukkan kekurangan, dan mereka akan menjadi tabah dalam menapaki jalan kebajikan." "Demikianlah ayahanda Yang Guifei, seorang pejabat daerah di Sichuan, tetaplah hidup sederhana bersama keluarganya, karena memperhatikan kata-kata Kong Fuzi, yang ketika ditanya kenapa tidak ambil bagian dalam pemerintahan menjawab, "Apakah yang dikatakan Buku Sejarah tentang kesalehan anak" Lakukan tugasmu sebagai anak dan saudara, maka mutunya akan dirasakan pemerintah. Ini kemudian sungguh akan berperan besar dalam pemerintahan, sehingga menjadi pegawai tidaklah harus menjadi hakiki. "Namun segala pelajaran tentang kebajikan ini agaknya dilupakan oleh saudara kami yang lain, Y ang Guozhong, yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ atas anjuran Yang Guifei, telah dilantik oleh Maharaja Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Xuanzong menjadi perdana menteri untuk menggantikan Li Linfu yang mati karena sakit. Hubungan darah Y ang Guozhong dengan Yang Guifei jelas telah memancing segala desas-desus yang timbul dari perasaan iri hati, dan Yang Guozhong terpancing untuk bersengketa dengan seorang panglima asal suku Hu yang mendapat kepercayaan Maharaja, yakni An Lushan." Saat itu pun aku teringat ujaran Kong Fuzi yang berhubungan dengan itu. orang-orang bisa diatur untuk mengikuti suatu jalan tetapi mereka tidak bisa diatur untuk mengetahui kenapa "Pada saat keluarga kami harus menerima akibat karena dipersalahkan sebagai akar keberadaan Yang Guifei dan Yang Guozhong," demikianlah Yang Mulia Paduka Bayang-bayang itu melanjutkan, sebenarnyalah tidak semua orang mati terbantai ketika balatentara Wangsa Tang menyapu Sichuan. Ibarat kata sebuah keluarga beranak sembilan, setidaknya satu terselamatkan. Memang keluarga dengan hanya satu atau dua anak banyaklah yang habis begitu saja, tetapi selalu ada seorang keponakan, ipar jauh, pembantu rumahtangga, ataupun tamu yang kebetulan di rumah ternyata selamat, dan membentuk jaringan pembalasan dendam yang semakin nyata bentuknya sekarang. Banyak orang lupa, orang kebiri kepercayaan Maharaja Xuanzong, Gao Lishi, sebelum diperintahkan membunuh Y ang Guifei, selir terkasih yang cerdas, langka kecantikannya, dan sangat piawai dalam seni bunyi, ia telah menyatakan bahwa Yang Guifei tidak bersalah, dan dalam pernyataan seperti itu sangat mungkin terdapat suatu pesan yang disembunyikan. Meski Gao Lishi sebagai orang kebiri, dan Yang Guifei sebagai selir, kedudukannya saling bersaingan dalam berebut pengaruh di istana maupun perhatian Maharaja Xuanzong, kita TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ takpernah tahu perubahan apa saja yang bisa berlangsung dalam permainan kekuasaan. Dalam permainan kekuasaan selalu terdapat desas-desus, kabar angin, dan berita bohong, yang dengan sengaja atau tidak sengaja berkembang dengan begitu meyakin-kan, jauh lebih meyakinkan dari kenyataan, sehingga membentuk wacana yang bahkan menggerakkan kehidupan. Maka tidaklah terlalu mengherankan bagi kami, ketika kami dengar tentang keberadaan suatu Pedang Mata Cahaya yang merupakan suatu pasangan pedang untuk tangan kiri dan tangan kanan, yang disebutkan sebagai pusaka keluarga kami di Sichuan, dan telah dibawa sebagai harta rampasan ke Changian. Sebagian besar dari kami belum pernah mendengar tentang sepasang pedang pusaka itu, tetapi kemudian kami dengar pula perihal diselundupkannya kembali pedang tersebut, setidaknya yang untuk tangan kanan, oleh Gao Lishi melalui segenap jaringannya, ke sebuah kampung tersembunyi para pemberontak, yang dikabarkan menampung bayi anak Yang Guifei, bukan dengan Maharaja Xuanzong, melainkan dengan An Lushan! Apakah ini mungkin" Sesuatu yang sepintas lalu tidak mungkin! Namun juga sesuatu yang sangat mungkin! Bukankah Maharaja Xuanzong sudah berusia 61 tahun ketika menikahi Yang Guifei yang muda jelita, dan tidakkah Yang Guifei itu sendiri yang mengangkat An Lushan sebagai anak angkat, sehingga dengan itu bisa keluar masuk istana dengan bebas" Benarkah Yang Guifei setelah dihukum mati atas perintah Maharaja Xuanzong, karena desakan para pengawalnya sendiri, saat itu masih hi-dup, dan hanya mati setelah me-lahirkan bayi perempuan" Kami me-ngetahui betapa Yang Guifei sangat ditakutkan akan membalas dendam atas kematian Yang Guozhong yang semula bernama Yang Zhao, sepupu jauh Yang Guifei yang menjadi perdana menteri dibunuh TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pengawal raja dengan tuduhan memberontak itu, hanya karena Y ang Guozhong ketika dikejar dilindungi oleh pasukan asal Tibet. JADI pemberontakan An Lushan justru dimanfaatkan untuk membantai keluarga Yang Guifei, dan baru sete lah itu An Lushan dilawan dan pemberontakannya dipatahkan, bukankah mungkin saja karena berita kematian Yang Guifei telah mematahkan semangatnya" ''Kemudian kami dengar, betapa di dunia persilatan telah muncul seorang perempuan pendekar yang selain menguasai Ilmu Pedang Mata Cahaya juga menggunakan Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan, dengan pantulan cahaya dari pedang yang langsung mengeras seperti benda tajam. Dengan itu antara lain telah dibantainya para pembunuh bayaran Golongan Murni yang keberadaannya juga tidak kami setujui, dan bersamanya kami dengar terdapat perempuan pendekar Elang Merah dari Tibet serta seseorang yang kemudian disebut-sebut sebagai Pendekar T anpa Nama, karena memang tidak memiliki nama, yang berasal nun jauh dari Ho-ling, dan memiliki kemampuan bergerak tanpa bisa dilihat meskipun oleh sesama pendekar. ''Segeralah kami dapat menduga betapa arah perjalanannya tentulah ke Chang'an, dan kami kira tidaklah akan terlalu salah jika kami juga menduga bahwa tujuannya adalah menyatukan sepasang Pedang Mata Cahaya yang telah terpisahkan selama 41 tahun lebih, dan kami pun tahu betapa tiada akan terlawan Ilmu Pedang Mata Cahaya jika memainkan kedua Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri dan kanan. Namun meski menyadari kedahsyatannya jika kedua pedang dima inkan berpasangan, kami pun tahu betapa mengambil Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri dari dalam istana Changian itu tidaklah seperti membalikkan tangan. Mengingat Yan Zi Si Wa let yang berhak memiliki kedua pedang itu betapapun adalah bagian dari keluarga kami, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kiranya tidaklah terlalu salah jika membantunya untuk ikut mencari dan mencuri pedang itu sampai dapat. ''Nah, Puan dan Tuan Pendekar, kami tidak memaksa dan kami akan menunjukkan jalan keluar jika kita tidak mencapai kesepakatan. Namun akan sungguh kami sesalkan diri kami sendiri karena tidak berhasil meyakinkan Puan dan Tuan, karena kami sungguh-sungguh pula mengerti betapa tanpa bantuan dari jaringan di istana Chang'an, Puan dan Tuan bertiga hanya akan mendapatkan kegagalan. Itu sekadar untuk menunjukkan betapa kami adalah teman.'' Akhirnya Yang Mulia Paduka Bayang-bayang ini berhenti bicara. Sangat meyakinkan nada kata-katanya, meski segala kemungkinan tetap terbuka, yakni bahwa mungkin saja segala sesuatu seperti kenyataan yang terungkap itu tidak ada kebenarannya. Kami belum dapat membuktikan apa pun, bahkan Yan Zi sendiri tidak dapat memastikan dengan cara bagaimanapun apakah dirinya anak Y ang Guifei dari Maharaja Xuanzong atau An Lushan, ataukah bukan anak siapa pun, karena memang tidak terdapat dalam catatan sejarah Wangsa Tang yang rinci dan penuh pertanggungjawaban, bahwa Y ang Guifei mati meninggalkan keturunan. Jadi masalahnya kini adalah soal kepercayaan. Bahkan Yan Zi sendiri kini membuka kembali percakapan. ''Masalahnya kini adalah soal kepercayaan, karena kami tidak dapat membuktikan apakah kata-kata dikau merupakan kebenaran, meski sebagian memang mengungkapkan kenyataan, tetapi secara keseluruhan sebagai bantuan memang patut dipertimbangkan.'' Dengan kata-kata ini Yan Zi memandang sekilas kepadaku dan kepada Elang Merah untuk minta persetujuan. Kami berdua mengangguk. ''Kini hanya ingin daku dengar,'' Yan Zi melanjutkan, ''jika kami setuju, apakah kita akan membuat kesepakatan, karena TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ daku sendiri tidak terlalu yakin betapa di balik semua ini kalian tidak mengharapkan suatu keuntungan.'' Yan Zi tentu benar, seandainya pun seluruh kata-kata Yang Mulia Paduka Bayang-bayang itu dapat digugurkan, penawarannya justru harus kami manfaatkan. Betapapun Yan Zi dan diriku barulah untuk pertama kalinya akan mengarungi jalan ke Chang'an dan tentu belum pula mengetahui seluk beluk kotaraja yang didatangi berbagai bangsa dari seluruh penjuru dunia itu. Terdengar tawa lirih Yang Mulia Paduka Bayang-bayang yang bahkan samasekali tidak terlihat bayang-bayangnya itu. Memang bukan karena suatu bayang-bayang yang hitam itu maka ia mendapatkan namanya, melainkan karena ia sepertinya ada, tetapi sebetulnya tiada. Aku percaya saja ia tidak berada di sini dengan kemampuan memindahkan suaranya itu, dan karena itulah aku sibuk bertanya-tanya sendiri, kiranya ia berada di mana" Tergantung dari tingkat ilmunya, pemilik Ilmu Pemisah Suara dapat berada di tempat tertentu, semakin tinggi ilmunya semakin jauh ia dapat terpisah dari suaranya; dan dengan Ilmu Pemecah Suara maka tidak akan dapat mengetahui sumber suara itu, apabila kemudian suaranya terdengar di mana-mana. Aku menghela napas, betapa dalam dunia persilatan seorang manusia biasa dapat memiliki kesaktian seperti dewa. ILMU Pemisah Suara dan Ilmu Pemecah Sua-ra, digabungkan dan dibolak-balik akan mem-bingungkan manusia. Kesepakatan ma-cam apakah kiranya yang dapat kulakukan de-ngan seseorang yang memiliki kemampuan seperti itu" Masih terdengar suara tawa yang lirih itu. Aku bertanyatanya dalam hati, jika Yang Mulia Paduka Bayang-bayang itu tidak berada di sini, bagaimanakah caranya ia melihat kami" Mungkinkah jika ia berada di tempat lain maka matanya bisa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berada di sini" Tentu saja aku tahu betapa bodoh pertanyaanku, yang telah mengetahui keberadaan seseorang seperti Putri Kupu-kupu, yang seperti bisa berada di segala tempat nyaris dengan seketika, itu pun dengan mengetahui segalanya pula, yang terjadi maupun belum terjadi, seperti yang kualami dan kudengar sendiri melalui Ilmu Pembisik Sukma. Bagaimanakah caranya tanpa indera maka segala peristiwa masa lalu yang tidak dialami dan masa depan yang belum terjadi dapat pula diketahui" Apakah lagi yang bisa melebihi kemungkinan mengetahui tanpa indera dalam kebertubuhan ini" ''Telah kukatakan sejak semula wahai Puan, kami ingin Puan dan Tuan bertiga berhasil dalam tugas mengambil kembali Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri, karena hilangnya suatu senjata mestika dari istana akan diterima sebagai memudarnya wibawa, meskipun pedang itu sendiri bukanlah milik keluarga Wangsa Tang. Dengan penerimaan memudarnya wibawa, diandaikan juga betapa cahaya kekuasaan istana meredup, dan sebuah pemberontakan menjadi terbenarkan.'' ''Sejak tadi pun daku mengerti yang dimaksud sebagai tukar-menukar kepentingan ini, tetapi apakah yang membuat Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu yang harus diambil, dan bukan senjata mestika lain, yang jelas menjadi milik Wangsa Tang, sehingga cahaya kekuasaannya tentu akan jauh lebih teredupkan" Lagi pula, mengapa Yang Mulia Paduka Bayang-bayang yang mahasakti dengan segenap jaringan mata-matanya yang rinci tersembunyi, sehingga bagaikan tiada lagi segala sesuatu di dunia ini yang tidak mungkin untuk tidak diketahui, mengambilnya saja sendiri"'' Terdengar tawa yang amat lirih lagi, lantas suara jawaban yang terdengar lembut, sabar, dan menyejukkan. ''Tidakkah Puan sadari, betapa Puan berada di antara keluarga sendiri" Kami pun ingin pedang mestika milik leluhur TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ keluarga Yang Guifei itu terhidupkan di tangan seorang pendekar yang tidak bisa lebih berhak lagi memilikinya kembali. Jika Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan itu tiada menolak Puan pegang dan bersedia Puan mainkan dalam Ilmu Pedang Mata Ca-ha-ya, maka tiadalah dapat diragukan pula betapa memang Puan berhak atas pedang luar biasa itu. Artinya hanya Puan yang akan dapat mengangkat Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri yang berada di istana Chang'an itu.'' Kali ini bukan hanya Yan Zi, tetapi juga kami semua bertanya-tanya. ''Mengapa bisa begitu" Seberapa beratnyakah pedang itu"'' Kali ini suara tawa Yang Mulia Paduka Bayang-bayang menjadi lebih keras. ''Tidakkah Angin Mendesau Berwajah Hijau maupun bhiksu kepala di Perguruan Shaolin itu memberitahu Puan Yan Zi, betapa pedang mestika yang diciptakan sebagai pasangan itu sebenarnya tidak bisa dipisahkan" Jika dipisahkan, maka pedang itu semakin lama akan menjadi semakin berat di luar takaran, dan hanya jika kembali dipertemukan maka beratnya akan kembali kepada berat dengan takaran semula. Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan tidak menjadi berat, agaknya karena selalu berada di dekat Yan Zi yang bukan hanya berhak memilikinya, tetapi juga telah memainkannya dalam jurus-jurus Ilmu Pedang Mata Cahaya. Setiap kali dima inkan dalam ilmu pedang yang hanya mungkin berjalan dengan pedang itu, maka pedang tersebut bagaikan mendapat makanan jiwanya, dan semakin lama semakin bertuah, seperti memang demikianlah seharusnya. ''Maka memang benar betapa Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri yang berada di istana Chang'an itu telah menjadi sangat merepotkan, karena tidak seorangpun, betapapun Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tinggi tenaga dalamnya, dapat mengangkatnya. Mula-mu-la ia jatuh dari gantungan bersama sarung-nya, lantas diletakkan di TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ atas meja, tetapi lama ke-lamaan meja itu pun tidak kuat dan belah meski terbuat dari batu marmer, dan akhirnya bahkan lantainya pun melesak dan berlubang. Dapatkah dibayangkan betapa ketika tersimpan di pagoda berlantai tujuh, maka lubang itu pun berturut-turut terjadi dari lantai teratas sampai terbawah" ''Pernah terdapat cerita bahwa Pedang Mata Cahaya ini kemudian dimasukkan sebuah peti besi beroda yang ditarik dan didorong begitu banyak orang karena begitu beratnya, tetapi yang kini sudah jelas tidak diketahui di mana. Meski begitu, apabila Pedang Mata Cahaya untuk tangan kanan yang dibawa Yan Zi Si Walet sendiri disentuhkan kepadanya, niscaya beratnya kembali ringan dan lentur seperti semula. (Oo-dwkz-oO) Episode 218: [Bahkan Tidaklah Butiran Terkecil] KAMI telah kembali menyusuri Sungai Y angtze. Seperti bagaimana kami telah dijemput, kami telah pula diantar kembali, keluar lagi dari gua dan dari perahu demi perahu menyusuri anak sungai demi anak sungai sampai diseberangkan lagi ke tempat kami telah dijemput oleh mata rantai jaringan Yang Mulia Paduka Bayang-bayang. Kami bertemu lagi dengan berbagai tukang perahu yang sama, yang meyakinkan diriku betapa meskipun mereka itu seperti tukang perahu dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya memang menjalankan peran ganda sebagai mata-mata dan bagian dari jaringan. Sebagai mata-mata mereka mengawasi dan melaporkan dalam kerangka tugas yang mereka dapatkan, sebagai bagian dari jaringan mereka harus siap setiap saat untuk mengalihkan pekerjaan sehari-hari mereka sebagai tukang perahu yang menyeberangkan orang, kuda, dan barang dari tepi yang satu ke tepi yang lain, jika jaringan membutuhkan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Rupanya itulah makna rajah di dada mereka, yang kadang terlihat dan kadang tidak terlihat, yakni sebagai tanda bagian dari suatu jaringan. Jadi meskipun dalam kehidupan seharihari tampak sebagai tukang perahu, tetapi setiap saat siap berganti peran, sebagai bagian dari jaringan. Hanya kemudian jika terdapat kekurangan dalam mata rantai pengangkutan, maka seorang tukang perahu yang biasa dari kehidupan sehari-hari akan dilibatkan dengan suatu pesanan. Namun justru titik inilah lubang pada jaringan yang akan dimasuki mata-mata lawan atau mata-mata pemerintah Wangsa Tang, atau pendekar mana pun yang merasa perlu menyamar dan memata-matai apa pun untuk mengenali dan menguasai keadaan. ''Selamat jalan Puan dan Tuan pendekar,'' kata tukang perahu yang pertama kali menjemput kami, dan kemudian menjadi mata rantai terakhir yang mengembalikan kami lagi, ''semoga selamat sampai tujuan.'' Itulah memang yang kupikirkan sekarang. Kalimat semoga selamat sampai tujuan mengandung arti betapa mungkin saja terdapat halangan di perjalanan, termasuk kemungkinan bahwa suatu halangan membuat siapa pun yang sedang melakukan perjalanan itu tidak mencapai tujuan. Adapun halangan yang membuat seseorang tidak mencapai tujuan itu, salah satunya tentu yang mengakibatkan kematian. Dari kemungkinan ke kepastian. Betapa nian. Namun betapa pula kepastian dirancang dan direncanakan matangmatang, untuk kemudian diperjuangkan. Zhuangzi yang gagasannya terjelmakan sebagai Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu berkata: ingatlah bahwa sejak yang pertama sampai yang terakhir bahkan tidaklah butiran terkecil dari apapun yang dapat disaksikan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pernah ada atau akan selalu ada Aku teringat kembali kata-kata ini, karena ketika perahu melewati kembali lapangan tempat perkemahan balatentara, yang menurut Yang Mulia Paduka Bayang-bayang jumlahnya mencapai 10.000 orang, telah bersih kembali tanpa jejak sama sekali. Mungkinkah pasukan sebesar itu dapat menghilang diam-diam dengan begitu cepatnya, ketika bahkan semalam saja tiada tampak persiapan untuk berkemas demi suatu keberangkatan" Kami berkuda menyusuri Sungai Yangtze, dengan bayangan akan berbelok mengikuti percabangan dari anak sungainya, yang datang dari utara, agar dengan begitu tetap mendekati Chang'an. Sebetulnya kami bisa mengikuti jalan darat, yang menghubungkan Kaixian dengan Ankang, lantas menuju Changian me lewati Xunyang dan Shanghuo, tetapi selain kami sudah bosan dengan perjalanan melalui pegunungan yang berat itu, kami juga ingin menyusuri tepian Sungai Yangtze dengan alasan tersendiri. Kami bertiga sebetulnya ingin berziarah ke kuil-kuil Buddha yang terdapat di berbagai tempat di tepian sungai, bahkan juga di lerenglerengnya, untuk sedikit belajar bukan tentang agama, melainkan ilmu kebijaksanaan. Elang Merah juga telah memberitahu Yan Zi dan diriku, bahwa guru-guru Buddha di sepanjang tepi Sungai Y angtze ini selain menguasai ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu kebijaksanaan, juga tidak jarang juga menguasai ilmu silat yang sangat tinggi. Mengingat usaha untuk mengambil Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri di istana itu bagaikan memasuki sarang naga, menurut Elang Merah tiadalah salahnya bagi kami untuk menambah ilmu. BETAPAPUN kami belum tahu siapakah kiranya yang akan kami hadapi. Meskipun jaringan peninggalan Yang Guifei yang dihidupkan kembali oleh Yang Mulia Paduka Bayang-bayang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ telah bekerja dengan sangat rapi, kami tidak ingin mengabaikan kemungkinan, terdapatnya para pendekar yang telah menangkap gejala dan berjaga dengan suka rela di istana, bukan demi negara melainkan demi bangsa dan tanah air. Di luar kesepakatan dengan Yang Mulia Paduka Bayangbayang tersebut, kami memang bebas merancang perjalanan kami menuju Chang'an, selain untuk tetap menjaga kewajaran, juga karena kami sebetulnya telah mengajukan kebebasan menentukan arah dan lamanya masa sebelum mencapai kotaraja, dengan catatan akan bersedia menanggapi semua perkembangan. Dengan kalimat lain, jika Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri itu sudah diketahui tempatnya dan sudah siap untuk kami ambil, maka kami akan terbuka menerima pesan dari penghubung manapun yang akan menyampaikannya kepada kami, di mana pun kami sedang berada. Adapun keberadaan kuil-kuil Buddha yang berada di sepanjang tepian sungai, bersama dengan para bhiksu yang ilmu silatnya sangat tinggi, kiranya dengan suatu cara terhubungkan kepada keadaan, yang kemudian diceritakan Elang Merah sepanjang perjalanan, tentang tumbuh dan kemudian tertindasnya para penganut Buddha di Negeri Atap Langit itu sendiri. "Maharaja Wendi yang merupakan maharaja pertama Wangsa Sui, telah menggunakan agama Buddha untuk mengukuhkan haknya memerintah dan menyediakan kepercayaan umum untuk khalayak dari segala lapisan. Para penguasa Wangsa T ang awal, telah memberikan kepercayaan semacam ini bagi pemikiran Dao, tetapi pada saat bersamaan juga mengakui kuatnya kuil-kuil Buddha, yang kemudian diterima di mana-mana dan menjadi kehadiran yang sangat berdaya dalam khalayak Negeri Atap Langit. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Sejak awal abad ini, agama Buddha sepenuhnya memenangkan kemapanan di seluruh Negeri Atap Langit. Patokan-patokan utamanya diacu, kesukmaannya tak dipertanyakan. Ini menandai dan mempengaruhi kehidupan mereka yang sederhana maupun yang kaya dan berkuasa, serta mempengaruhi juga semua kelompok, besar maupun kecil, di dalam kemaharajaan Wangsa Tang. Dalam mencapai tingkat penerimaan ini, pedoman Buddha telah mengalami penyesuaian dan berbagai aliran Buddha di Negeri Atap Langit pun muncul. "Empat aliran yang paling berpengaruh adalah aliran Tientai dan Huayan, yang sangat dikenal oleh ketegasan pedomannya, dan aliran Dhyana serta Tanah Murni, yang keberadaannya lebih bermakna karena mementingkan tindakan. Aliran Tientai sepenuhnya bersifat Negeri Atap Langit, berdasarkan ajaran Zhiy i, yang mendirikan perguruan di Tientai, gunung suci di Zhejiang, akhir abad keenam. Ajarannya berpusat pada penafsiran langsung dari Sutra Teratai, yang menawarkan pedoman penyelamatan semesta melalui pertimbangan pikiran dan tindak perenungan. "Huayan atau aliran Taman Bunga didirikan oleh Fazang, seorang lelaki keturunan Sogdian kelahiran Changian pada 643. Aliran ini menggolongkan berbagai jenis kelompok Buddha sebagai kendaraan, dan menyatakan bahwa aliran Huayan menggabungkan segala yang berharga dari setiap kendaraan, suatu pendekatan peleburan yang merupakan cirri pemikiran Negeri Atap Langit." Sembari berkuda di sepanjang tepi sungai yang permukaannya berkilat keperak-perakan, dan semakin jauh meninggalkan Tiga Ngarai Y angtze, aku sempat terpukau oleh pengetahuan Elang Merah akan seluk beluk ajaran Buddha, sementara ia sendiri berasal dari T ibet. Namun pada saat yang sama diriku juga seperti diingatkan, bahwa Elang Merah selain adalah seorang pendekar kelana, sehingga mengenal belaka TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ alam Negeri Atap Langit, juga sedang bertugas sebagai matamata Kerajaan Tibet. Mungkinkah ia mengikuti diriku atas nama pengabdian, tetapi sebetulnya menjalankan tugasnya sebagai mata-mata belaka" Kadang terlintas pikiran semacam itu, tetapi apabila kemudian terpikir begitu, betapa kemudian aku merasa bersalah. Kulihat Elang Merah yang perkasa itu begitu tulus mengikutiku, meskipun nyawanya hampir selalu terancam karena keberadaanku yang selalu saja dicari seorang lawan. "Aliran Dhyana, yang dikenal di Negeri Atap Langit sebagai Chan, melacak kembali asal dirinya sampai kepada Bodhidharma yang tiba di istana dari Wei Utara sekitar tahun 520. SEJAK lama pertumbuhan Bud-dha menjadi sasaran pengecaman oleh musuh-musuhnya. Pada 621, seorang pendeta Dao bernama Fu Yi berujar bahwa khalayak di sekitar kuil merupa-kan beban yang meru-gikan negara. Ia menganjurkan kepada maharaja untuk membubarkan kependetaan Buddha, yang juga berarti menghapus dan mengingkari keberadaan para bhiksu, dan menggunakan bangunan kuil-kuil Buddha, untuk sesuatu yang lebih berguna. Di bawah Dezong terdapatlah Peng Yan, seorang pejabat penganut Kong Fuzi pada Badan Pencatatan, yang memberitahu maharaja agar meng-hapus penyalah gunaan wewenang di dalam pengajaran agama Bud-dha, sambil menyebutkan pengabaian para bhiksu dan kerugian dalam pendapatan pajak. Ia memperkirakan beaya tahunan untuk makanan dan pakaian yang harus disediakan negara bagi para bhiksu sama dengan pajak yang dibayarkan lima lelaki dewasa. Demikianlah harus kuketahui tentu, manakala kami kini berjalan menyu-suri tepian Sungai Y angtze untuk mencuri kuilkuil Buddha Mahayana pada 797, bahwa para penganut Buddha ini sedang mengalami tekanan, sebagai keyakinan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang tidak tumbuh dari bumi Negeri Atap Langit seperti f ilsafat Kong Fuzi yang ajarannya ber-laku dan dihayati sebagai agama, mau-pun pemikiran Dao yang telah tumbuh dan berkembang dalam tiga tahap da--lam ratusan tahun sehingga memang semakin sempurna, tetapi dari Jam-bhud-vipa, tempat Siddharta Gautama telah dilahirkan. Kuingat kembali ki-sah perjalanan bhiksu Xuanzang yang mengharukan, dalam perjalanan meng-harubiru lebih dari tiga ratus ratus lalu, untuk mengambil naskah-naskah sutra yang sesuai dengan aslinya, langsung ke Jambhudvipa. Mengingat segala cerita tentang Xuan-zang, yang kemudian menerjemahkan segenap hasil penemuannya ke bahasa Negeri Atap Langit, dan me-nye-la-matkan ajaran Buddha yang justru terdesak sampai hampir musnah di Jambhudvipa itu, yang sejak lama me-mang dikuasai agama Hindu, aku mera-sa seperti ingin menjejaki kembali langkah-langkah dalam perjalanannya. Namun aku pun menyadari, betapa sekarang ini keinginan tersebut ha-nya-lah merupakan lamunan yang ko-song, meng-ingat segala kewajiban yang telah kusepakati dan sebenar-nyalah masih jauh dari penyelesaian. (Oo-dwkz-oO) BEBERAPA hari kemudian sampailah kami bertiga ke sebuah pondok di tepi sungai di seberang wilayah Zhu-shan. Meskipun kami menyusuri tepi sungai dengan maksud menghindari keterjalan gunung dan kecuraman ju-rang, Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kesetiaan untuk tetap menyu-suri itu tidak menjadikan tepian su-ngai itu tempat yang lebih mudah. Perjalanan memang nyaman dinik-mati dan diha-ya-ti di tempat yang da-tar dan lapang, sem-bari terpandang perahu-perahu di kejauhan yang da-lam silau cahaya matahari sering tampak hanya sebagai sosok bayangan hitam. Kadang masih kami lewati tempat-tempat penyeberangan, tetapi semakin lama semakin jarang. Hanya para pencari ikan bercaping, jauh di tengah sungai sana, tampak sabar ketika TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memancing atau menjala ikan, meski kadang-kadang terlintas dalam pikiran, tidak-kah mungkin salah satu dari antara yang bertemu dan saling tatap dalam ke-jauhan ini adalah matamata dalam ja-ringan Yang Mulia Paduka Bayang-ba-yang" Namun pemandangan perahu se-macam itu juga mengingatkan aku ke-pada puisi Li Bai yang ditulis ketika meninggalkan desa kecil Wang Lun di Anhwei: perahuku akan berangkat ketika terdengar seketika langkah kaki dan nyanyian; di perairan Bunga Persik; danau dalam, tetapi tidak sedalam cintaku kepada Wang Lun Tidakkah itu memang merupakan nasib pengembara" Mencintai suatu tetapi harus meninggalkannya pula" Namun bagaimana jika ia jatuh cinta kepada seseorang, mestikah ia melupakan saja cinta itu dan meneruskan pengembaraannya, ataukah jika memang mencintainya maka tentulah ia berhenti mengembara, menikah, beranak pinak, dan berbahagia" Bisakah seorang pengembara mendamaikan dua cinta, antara kecintaan untuk mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya, dengan kesetiaan untuk mengabdi demi cinta untuk selama-lamanya" NAMUN kadang-kadang sungai yang kami susuri memasuki wilayah yang bukan saja terjal tetapi bahkan nyaris tidak menyediakan ruang bagi kuda melangkah di sepanjang tepiannya, karena mendadak berubah menjadi dinding-dinding batu menjulang. Kami akan tetap menyusuri tepiannya jika masih terdapat batu-batu besar atau jalan setapak tempat kuda bisa melangkah, tetapi tidak jarang itu pun tidak dimungkinkan. Lagipula jika sungai berada di antara dinding batu seperti itu, biasanya itu menjadi deras, dan karena kami berjalan melawan arah aliran sungai maka akan sangat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berbahaya untuk menyusuri dinding, dengan batu-batu besar di bawahnya yang sudah berada di dalam air. Dalam keadaan seperti itu, kami akan memilih jalan ke samping, meninggalkan tepi sungai dan menempuh jalan mendaki. Di atas tebing akan kami dengar arus sungai itu menyebabkan suara bergemuruh. Kadang-kadang kami diam sejenak di atas tebing sebelum meneruskan perjalanan, tetapi pernah juga kami terpaksa bermalam di atas tebing seperti itu, karena hari kemudian seperti menggelap begitu saja dengan tiba-tiba. Bila ma lam cerah dan langit penuh bintang, kami bertiga akan memandangnya sambil merebahkan diri di atas dataran setelah usai makan malam, yakni memakan daging asap sangat asin yang dari hari ke hari makin alot saja rasanya. Yan Zi dan Elang Merah selalu berusaha menghitung jumlah bintang-bintang itu, tetapi yang selalu kupastikan takpernah berhasil karena salah satu dari mereka akan segera memeluk dan bersambut pelukan pula dari yang lain. Demikianlah akhirnya sebelum tiba di pondok ini, kami telah menjumpai beberapa kuil Buddha, bahkan satu di antaranya termasuk kuil besar dengan murid-murid yang banyak, tetapi minat kami agak kurang untuk tinggal agak lebih lama, karena yang ingin kami pelajari dari kuil-kuil itu bukanlah agama demi agama saja. Melainkan agama sebagai tempat terdapatnya ilmu-ilmu kebijaksanaan, karena memang bukan kehidupan setelah mati yang kami pedulikan, melainkan kehidupan di dunia ini yang berada di depan mata dan penuh dengan pertanyaan yang menuntut bahkan menantang jawaban. Kami menemukannya setelah bertanya-tanya di sebuah kedai, ketika selalu saja hanya menemukan kuil yang mengajarkan agama hanya demi agama sahaja. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Oh, mungkin bukan di kuil tempatnya, tapi di pondok orang tua yang agak gila itu, di dekat hutan bambu,'' ujar seseorang di dalam kedai. ''Kadang-kadang orang datang untuk berobat atau minta diramal nasibnya ke sana,'' kata seseorang yang lain lagi, sambil menenggak arak beras. Lantas mereka semua tertawa terbahak-bahak, dengan agak setengah menghina. Kami bertiga selintas saling berpandangan, apakah mereka tergolong orang bodoh yang tidak tahu dirinya bodoh" Kami tahu, di kedai kita mesti dapat menafsirkan, bahwa sebagian besar yang berada di kedai adalah orang-orang awam, dan ucapan orang awam tidak bisa dipegang seperti apa adanya, karena penilaian dalam ucapan itu tentunya mencerminkan keawamannya. Jadi jika ia mengatakan orang tua yang kadang-kadang dikunjungi orang itu agak gila, itu tentulah penilaian yang tidak dapat dianggap berdasarkan pemahaman yang agak sedikit seksama. Maka kami pun justru mencarinya. Kami harus menerabas semak dan ilalang sebelum menambatkan kuda dan bergabung dengan orang-orang yang tiba lebih dulu. Mereka duduk begitu saja di atas rerumputan, menghadapi seorang tua di atas teras bambu sebuah pondok bambu juga, yang penuh dengan peralatan menangkap ikan, mulai dari bubu, pancing, sampai jala. Juga caping dan berbagai peralatan untuk memotong kayu. Tampaknya ia tinggal sendirian dan orang-orang tampak mendengarkan. Kami menyelipkan diri di antara orang-orang pada baris paling belakang. Kudengar nyanyian hutan bambu di belakang rumah itu, ketika orang tua itu rupanya sedang memperbincangkan perihal pertanyaan Raja Milinda kepada Nagasena. Kukenal dari masa kecilku, ketika pasangan pendekar yang mengasuhku mengundang para pemikir tentang filsafat dan agama bertandang ke pondok kami untuk berbincang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sepanjang hari, bahwa orang tua itu sedang memperbincangkan perkara: Bagaimana Caranya Kita Mengetahui Bahwa Buddha Pernah Ada" ''Kini Raja Milinda mendekati Y ang Mulia Nagasena. Setelah menjadi dekat, ia membungkuk hormat dan duduk di satu sisi. DUDUK di satu sisi itu, Raja Milinda yang berminat mengetahui, berminat mendengar, berminat mendalami, berminat melihat Cahaya Pengetahuan, berminat memecah Ketidaktahuan sampai hancur, berminat membuat Cahaya Pengetahuan bangkit, berminat meremukkan Kegelapan dari Ketidaktahuan, menghimpun keberanian dan kekuatan dan kesadaran dan kecerdasan, mengatakan ini kepada Y ang Mulia Nagasena: ''Yang Mulia Nagasena...tetapi apakah Tuan pernah melihat Buddha"' ''Tentu tidak, Raja Besar.'' ''Tetapi apakah guru-guru Tuan pernah melihat Buddha"' ''Tentu tidak, Raja Besar.'' ''Yang Mulia Nagasena, Tuan berkata Tuan tidak pernah melihat Buddha, dan T uan berkata guru-guru Tuan juga tidak pernah melihat Buddha. Baiklah, Yang Mulia Nagasena, Buddha tidak pernah ada! Tiada apa pun di sini yang menunjukkan bahwa Buddha pernah ada!'' ''Kini giliran Nagasena yang bertanya: ''Namun, Raja Besar, apakah Raja-raja ada sejak dahulu kala...mereka yang menjadi pendahulu Paduka, dalam garis Raja-raja"'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Ya, Yang Mulia Tuan, mengapa diragukan" Raja-raja ada sejak dulu kala...mereka yang menjadi pendahuluku dalam garis Raja-raja.'' ''Apakah Paduka, Raja Besar, pernah melihat Raja-raja dahulu kala"'' ''Tentu tidak, Yang Mulia T uan.' ''Namun, Raja Besar, apakah para guru yang memberi tahu Paduka...para pendeta istana, panglima balatentara, hakim, menteri...apakah mereka pernah melihat raja-raja dahulu kala"'' ''Tentu tidak, Yang Mulia T uan.' ''Namun, Raja Besar, jika Paduka belum pernah melihat Raja-raja dahulu kala, dan jika, seperti kata Paduka, para guru juga tidak pernah me lihat Raja-raja dahulu kala itu --di manakah Raja-raja dahulu kala itu"-- di sini tidak ada apa pun yang memperlihatkan bahwa Raja-raja dahulu kala itu pernah ada!'' ''Maka berkatalah pula Raja Milinda: ''Terlihat, Yang Mulia Nagasena, tanda-tanda kebesaran yang disematkan oleh Raja-raja dahulu kala, sebagai saksi, payung putih, mahkota, sandal, kipas ekor yak, pedang dengan batu permata, dan kereta yang sangat mahalnya. Dengan ini, kita akan tahu, dan percaya: 'Raja-raja ada sejak dahulu kala.' ''Maka berkatalah pula Sang Nagasena: '''Seperti itulah, Raja Besar, kita juga, dengan rujukan kepada Keesaan Agung, menjadi tahu dan percaya. T erdapat suatu alasan, mengapa kita dapat mengetahui dan percaya bahwa Keesaan Agung itu ada. Apa alasannya" Di sana terdapat, Raja Besar, tanda-tanda yang digunakan oleh Keesaan Agung, Sang Buddha; dengan begini dunia manusia dan dunia dewa mengetahui dan percaya: Keesaan Agung TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ada. Inilah, Raja Besar, alasannya, penyebabnya, jalannya, pendekatan atas kesimpulan, yang karenanya menjadi diketahui: Keesaan Agung ada.'' Orang tua itu lantas mengutip pula ujaran Nagasena: seperti baginya yang menyeberangkan orang banyak ke Samudera Kelahiran Kembali, yang dengan menghancurkan Pokok Keberadaan mencapai Nibbana dengan simpulan yang akan diketahui: ''Manusia Terbaik ada!'' ''Raja Milinda kemudian berkata: 'Yang Mulia Nagasena, berilah contohnya!'''Namun sampai di sini, orang tua itu berhenti. Orang-orang menunggu. Bagi banyak orang yang merasa lebih baik mendengarkan cerita seorang pembicara daripada membaca sendiri naskah-naskah Buddha, mendapatkan suatu contoh gambaran dari sesuatu yang sebetulnya tidak tergambarkan adalah penting. Namun orang tua itu masih diam, bahkan menundukkan kepala. Orang-orang masih menunggu. Aku ikut menundukkan kepala, begitu juga Elang Merah dan Yan Zi. Kami bertiga sebetulnya mendengarkan, karena kami bertiga mengerti bahwa orang tua itu tidak akan begitu saja berhenti mendadak di tengah cerita. TENTULAH menjadi penting bagi kami, yang kini melakukan perjalanan di Negeri Atap Langit dengan maksud dan tujuan tertentu, untuk mengetahui serba sedikit pihak mana sajakah yang sedang bermusuhan tersebut. Para penyusup biasanya adalah orang-orang bayaran, dan apabila cukup banyak tenaga dan dana dikerahkan untuk menghabisi nyawa seseorang di tempat terpencil, tidaklah terlalu keliru untuk TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengira bahwasanya ia seseorang yang bukan sekadar cukup penting, tetapi juga dianggap cukup berbahaya sehingga hidupnya harus diakhiri. Yan Zi dan Elang Merah berkelebat menghilang, sementara kudengar seseorang berkata kepada orang tua itu. "Ceritakanlah kepada kami tentang tujuh kedai Buddha," katanya. Maka orang tua itu pun menjawab. "Memang itulah lanjutan cerita yang akan kusampaikan sekarang ini." Lantas ia pun menyambung ceritanya, ketika Nagasena menjelaskan perihal tujuh kedai Buddha tersebut. "Kemudian, raja besar, di dalam Kota Kebenaran, di Jalan Dhyana Terkhusyuk, Tujuh Kedai terbuka, dan nama-namanya adalah Kedai Bunga, Kedai Pewangi, Kedai Buah, Kedai Obat, Kedai Jamu, Kedai Sesajian, Kedai Perhiasan, dan Kedai Umum." "Yang Mulia Nagasena, apakah Kedai Bunga dari Keesaan Agung, Sang Buddha, itu sendiri?" ?"Terdapat di sana, raja besar, dinyatakan oleh Keesaan Agung, sebagaimana seharusnya tertatacarakan dan tergolong-golongkan seperti berikut." Ketika orang tua itu menjelaskan, aku teringat kembali, betapa keberadaan Buddha itu sebetulnya Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sedang diperbincangkan oleh nama yang sebetulnya juga belum tentu ada. Ya, Nagasena hanyalah suatu nama khayalan, dan perbincangannya dengan Raja Milinda atau Menander, Raja Yunani dari Baktria sebetulnya juga merupakan suatu perbincangan yang hanya dibayangkan sahaja. Kitab Milindapanha atau Pertanyaan-pertanyaan Milinda yang kutipannya sedang dikisahkan orang tua itu, sebetulnya merupakan naskah Pali yang tidak diwajibkan, meski isi perbincangan adalah penampilan ajaran Buddha tentang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ketidak-adaan jiwa dan Nibbana atau Nirvana itu penting bagi siapapun yang berminat terhadap filsafat Buddha, sehingga memang tetap selalu menjadi rujukan. Seperti pernah kuceritakan dalam bentuk lain, Milinda atau Menander ini adalah seorang raja yang merupakan pelajar yang berpengetahuan, pakar perdebatan, yang ingin memahami ajaran Buddha, tetapi tidak terdapat satu pun manusia yang didekatinya bisa membantu. Suatu ketika dalam suatu kesempatan ia memburu bhiksu Nagasena, yang sedang mengemis berkeliling, dan mulai bertanya-tanya kepadanya. Raja Milinda kemudian ternyata sangat terkesan dengan pengetahuan Nagasena, lantas mengatur pertemuan di Wihara Sankheyya di Sagal, tempat Nagasena menginap. Raja tiba beserta 500 pengiring dan perbincangan dimulai. Atas permintaan raja perbincangan disimpulkan di istananya, meski Nagasena mensyaratkannya mesti secara keilmuan, yang disebut Panditavada dan bukan kebangsawanan atau Rajavada. Masalah kesukmaan paling dalam yang terlawankan kepada raja, adalah ketidakmampuannya untuk memahami bagaimana Buddha dapat percaya kepada kelahiran kembali, tanpa pada saat yang sama percaya juga kepada kelahiran kembali diri sendiri. Sang Nagasena dengan cerdik, pada setiap perdebatan tidak hanya mengatasi keraguan sang raja, tetapi membuatnya beserta seluruh pengikutnya memeluk Buddha. Sebagai tanda terimakasihnya pula, Menander membangun sebuah kuil, Milindavihara, dan menyerahkannya kepada Nagasena. Demikianlah orang tua yang hanya tampak seperti pemukim tepi sungai yang hidup dari mencari ikan ini, seperti berperan sebagai bhiksu-pengem is Nagasena, ketika menjelaskan perihal T ujuh Kedai Buddha itu: "... Gagasan-gagasan tentang Kesementaraan, Ketidaknyataan, Ketidakmurnian, Kerudinan, Penolakan, Ketanpagairahan, Kebergencatan; Gagasan tentang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ketidakpuasan dengan segala dan semuanya yang ada di dunia; Gagasan tentang Kesementaraan dari Unsur-unsur Pokok Keberadaan; Dhyana pada Keluar-Masuk Pernapasan; Gagasan tentang Mayat: gembung, ungu, membusuk, terbelah, tergerogoti, terpencar, tergencet dan tersebar, berdarah, berulat, kelihatan tulangnya; Gagasan tentang Pertemanan, Belas Kasih, Kegembiraan, Pengabaian; Dhyana atas Kematian; Dhyana atas Tubuh. Ini, raja besar, adalah Sasaran Dhyana, dengan cermat tertatacarakan dan tergolong-golongkan, dinyatakan oleh Keesaan Agung, Sang Buddha. "Dengan rujukan kepada ini semua, siapapun yang berminat untuk dibebaskan dari Masa Tua dan Kematian, memilih salah satu dari Sasaran Dhyana ini, dan dengan menggunakan Sasaran Dhyana mendapatkan pembebasan dari Nafsu Jahat, Kehendak Buruk, Khayalan, Kebanggaan, Pandangan Salah; menyeberangi Samudera Lingkaran Keberadaan; membendung Arus Idaman; membersihkan dirinya sendiri dari Noda Lipat Tiga; menghancurkan segenap Peracunan; memasuki Yang Terbaik dari Kota-kota, Kota Nibbana, yang bebas dari noda, bebas dari debu, putih bersih, bebas dari Kelahiran, bebas dari Masa Tua, bebas dari Kematian, yang adalah Kebahagiaan, Ketenangan, Kebebasan dari Bahayaomelalui kependetaan mencapai pelepasan hati. Inilah, raja besar, yang dimaksudkan dengan Kedai Bunga Sang Buddha. dengan Kamma sebagai harganya naiklah ke kedai; belilah Sasaran Dhyana; jadi mendapat pembebasan melalui Pembebasan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Namun raja itu pun masih bertanya pula, Yang Mulia Nagasena, apakah Kedai Wewangian dari Keesaan Agung, Sang Buddha itu sendiri?" Maka Nagasena pun menjawab: "Di sanalah terdapat, raja besar, dinyatakan oleh Keesaan Agung, kepastian Aturan, dengan cermat tertatacarakan dan terpilah-pilah; dan dilumuri perminyakan suci Wewangian dari Aturan, putera-putera Keesaan Agung, uap dan wewangian dengan Wewangian dari Aturan dunia manusia dan Dunia Dewa-dewa. Me-reka hembuskan keharuman, me-reka hembuskan melampaui keha-rum-an yang manis, dalam araharah uta-ma, dalam arah-arah antara, bersama angin, melawan angin; mereka tetap meliputinya. "Kini, apakah Aturan ini tertatacarakan dan terpilah-pilah dengan cermat" Aturan tentang Tempat Perlindungan, Lima Aturan, Delapan Aturan, Sepuluh Aturan, Aturan-atur-an Pengendalian yang terdapat dalam Kitab Pengakuan dan termasuk di dalam Lima Pembacaan itu. "Ini, raja besar, adalah yang dimaksud dengan Kedai Wewangian Sang Buddha. Lebih lagi, raja besar, ini telah dinyatakan oleh Keesaan Agung, dewa segala dewa:" wewangian bunga-bunga takmerebak melawan angin, atau takjuga cendana, atau dari bunga-bunga Tagara dan Malikka; tetapi wewangian dari keyakinan merebak melawan angin; dalam segala arah manusia yang baik menghembuskan keharuman. di atas dan di balik segala jenis wewangian, apakah itu cendana atau teratai TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ atau dari bunga-bunga Tagara dan Vassiki, wewangian dari kebajikan itu unggul kelemahan adalah wewangian ini, wewangian dari T agara dan cendana; wewangian dari keluhuran adalah yang terbaik dihembuskan kepada dewa-dewa Aku teringat bagaimana segenap perasasan Nagasena tentang bukan-diri telah disebutkan sebagai pendekatan Hinayana. Disebutkan betapa perasasan bukan-diri itu kemudian berubah. Para guru Hinayana menjelaskan perasasan itu sebagai berikut: segala sesuatu adalah nama. Kereta adalah nama taklebih seperti Nagasena. Tidak ada yang lebih nyata di balik peralatan atau peristiwanya. Keterangan yang segera dari kesadaran tidak menjadi alasan keberadaan kesatuan apapun yang kita bayangkan. Menggunakan alasan yang sama, dari ke-diam-an Buddha atas pertanyaan mengenai jiwa, Nagasena menarik suatu penidakan dalam penyimpulan, bahwa tidak ada jiwa. Pendapat ini menjadi ajaran kolot Buddha Hinayana. Padahal ajaran Buddha yang asli tampaknya sangat berbeda, karena jelas bahwa penonjolan atas bukan-diri muncul pada masa akhir, dan bahwa Buddha tidak perlu mengingkari melainkan diam mengenai jiwa itu. Terlebih lagi, tampaknya Buddha telah mengetahui diri yang sebenarnya dari keberadaan manusia, yang muncul di dalam perilaku adab, yang memenuhi tatacara semesta. Perasasan bukan-diri tidak berarti Buddha menolak sepenuhnya kebermaknaan diri. Buddha selalu menyatakan pentingnya diri sebagai asal dari tindak nalar kedirian. Menurutnya, diri tidak dapat ditandai dengan apapun yang berada di luarnya. Manusia tidak dapat menggenggam diri sebagai sesuatu yang nyata atau berada di dunia luar. Diri dapat disadari hanya ketika manusia bertindak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menurut tatacara semesta keberadaan manusia. Ketika manusia bertindak secara adab, kedirian sebenarnya menjadi pernyataan. Dalam kaitan ini, diri dari ajaran Buddha bukanlah kehakikian di balik ketubuhan, melainkan suatu pernyataan keseha-rian. DALAM ajaran yang disebut Hinayana, keberadaan dari banyak kenyataan diperandaikan. Mereka digambarkan dengan istilah dharma atau unsur. Berbagai dharma adalah bentukan pudgala atau perorangan. Menurut ajaran berbagai aliran, terutama Sarvastivadin, segalanya yang tampak di dalam dunia selalu berubah, dapat membusuk, dan tidak nyata. Namun dharma adalah selalu-ada, tidak dapat membusuk; mereka nyata, dan dapat disebut kenyataan. Saat itu Yan Zi dan Elang Merah yang kuminta memeriksa kembali mayat para penyusup itu di dalam hutan, sementara aku memperhatikan dan mengawasi orang tua ini, telah kembali dan menyampaikan dengan berbisik-bisik betapa mayat-mayat itu telah hilang! ''Hilang"'' ''Seperti tidak ada bekasnya...'' ''Bahkan cipratan darah pada batang-batang bambu yang rubuh juga lenyap bagaikan bisa menguap.'' Aku tentu mengetahui jika orang tua itu yang melakukannya, karena aku memang tidak memeriksa sendiri mayat-mayat itu dengan niat mencermati pengawasan atas pergerakannya. Jika ia berkelebat lenyap dengan ilmu penyusupan, aku akan mampu berkelebat memburunya dengan ilmu penyusupan; jika ia berkelebat lenyap dengan ilmu halimunan, aku akan mampu memburunya pula dengan ilmu halimunan. Namun kali ini agaknya, tentang lenyapnya mayat-mayat para penyusup itu, bahkan orang tua itu pun ternyata tidak mengetahuinya! TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Di atas langit ada langit. Rasanya tokoh-tokoh persilatan yang kutemui makin lama semakin sakti sahaja. Jika diriku harus bentrok dengan setiap tokoh persilatan yang ada di Negeri Atap Langit ini, mungkinkah diriku kembali lagi ke Yavabhumi" Terlintas suatu pepatah di negeri para penyair ini: angin dan gelombang menguntungkan pelaut terbaik ''Seseorang telah mengambilnya,'' kataku, ''tidakkah kalian bisa membaca jejaknya"'' ''Tidak mungkin satu orang,'' sahut Elang Merah. ''Mayat sebanyak itu lenyap tanpa bekas dengan seketika, tentu merupakan hasil kerja sejumlah orang,'' timpal Y an Zi. ''Tapi tidak ada jejaknya sama sekali.'' ''Ya, tidak ada jejaknya sama sekali...'' Jejak yang kumaksud tentu bukan sekadar jejak kaki, tepatnya alas kaki manusia di atas tanah atau rerumputan, yang akan sangat mudah dibaca seorang pencari jejak terlatih; tetapi juga jejak di udara, yang juga akan dapat dibaca para pendekar berilmu tinggi seperti Elang Merah dan Yan Zi. Kami saling bertukar pandang tanpa suara, untuk memutuskan tindakan apa selanjutnya yang harus diperbuat. Namun sampai beberapa saat ternyata kami belum memutuskan apapun. Saat itulah kami dengar suara gemuruh yang datang dari jauh. Kami yang sedang duduk di atas rumput merasakan bumi bergetar. Aku terkesiap karena sangat mengenal suara gemuruh yang menggetarkan bumi seperti ini. Yan Zi dan Elang Merah secepat kilat telah menggenggam pedangnya. Kami tahu belaka betapa suara gemuruh yang membuat bumi bergetar ini berasa l dari balatentara pasukan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berkuda, yang sedang melaju dan menyerbu, yang jelas bermaksud menyapu apa pun yang berada di atas bumi, agar menjadi rata dengan tanah... (Oo-dwkz-oO) Episode 219: ga ada (Oo-dwkz-oO) Episode 220: [''Terimalah Sahaya Menjadi Murid Tuan,'' Ujar Perempuan Muda Itu.] Pembaca yang Terhormat, marilah kita kembali ke Pulau Jawa terlebih dahulu. Meskipun aku berkelebat secepat kilat, aku masih sadar betapa diriku yang mulai sering terkantukkantuk ketika menulis riwayat hidupku di atas lempir lontar ini berada di Mantyasih pada 872, yang berarti sudah mencapai umur 101 tahun. Bahkan ketika aku berkelebat mendahuluinya pun, haruslah kuakui betapa salah satu di antara pertimbanganku tiada lebih dan tiada kurang justru untuk menghindarkan pertarungan berkepanjangan. Pertarungan Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo yang panjang, begitulah, bisa disebabkan karena dua petarung memang sama tangguh dan setara tingkat ilmu silatnya; tetapi jika yang berhadapan itu adalah seorang muda dan seorang tua, maka seberapa pun tinggi tingkat ilmunya, maka perkara usia itu akan berbicara pula. JADI tidaklah mungkin, demikianlah kupikir, seseorang lain berusia 100 atau 101 tahun yang berada di balik pintu, dan ternyata tidak membunuhku. Ia pasti lebih muda dariku, dan itu pun bukan 90 atau 80 tahun, bukan pula 70 atau 60 tahun, dan masih bukan pula 50 tahun. Masuk akal jika dengan ketinggian ilmu seperti itu ia berumur 40 tahun. Namun mengingat apa yang telah kucapai pada masa muda, mengapa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pula ia tidak masih berusia 30 atau bahkan 20 tahun" Mengapa tidak" Pada masa mudaku aku telah berhadapan dengan musuh-musuh yang paling tangguh dari segala usia, secara kebetulan maupun setelah mengajukan tantangan bertarung kepadanya, yang berarti sekarang ini pun tiada alasan kenapa aku tidak harus bertemu lawan yang jauh lebih muda dariku. Jika aku berkelebat secepat kilat, yang kulakukan sete lah tertidur di ma lam hari pula, tidaklah berarti aku tidak bisa menguraikan pikiranku dalam waktu yang jauh lebih kurang dari sekejap mata itu dalam tulisan, karena apa yang tampaknya panjang dalam tulisan sungguh mati bisa dialami dalam sekelebatan. Jadi aku pun sempat berpikir, jika seseorang yang mungkin jauh lebih muda dariku sudah setinggi itu ilmunya, siapakah dia kiranya yang pada malam buta berhasil mendekatiku sedemikian rupa, sampai pada titik untuk dapat membunuhku tetapi tidak me lakukannya" Namun karena aku tak dapat memastikan kepada diriku sendiri, apakah seseorang itu tidak membunuhku karena memang tidak me lakukannya, atau sekadar belum sempat sahaja, maka tiada tanggapan yang lebih baik tentu selain menyerang dan melumpuhkannya pula. Siapakah dia" Apakah dia salah seorang pembunuh bayaran, seorang vetana-ghataka, yang mungkin mendapatkan pesanan untuk membunuhku, tetapi mungkin pula bertindak sendiri tanpa pesanan dari siapa pun, karena memang memburu hadiah itu; ataukah memang seorang pengawal rahasia istana, seorang anggota kadatuan gudha pariraksa, yang bukan karena hadiah 10.000 keping emas itu kini berada di hadapanku, melainkan memang karena menjalankan tugas dari istana, untuk menangkapku hidup atau mati sebagai pengkhianat negara. Pembunuh bayaran bergerak karena uang, pengawal rahasia istana bergerak karena pengabdian, keduanya sama TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berbahaya, karena menjadikan pembunuhan sebagai pekerjaan tentunya menuntut tingkat ilmu silat yang tinggi sekali, sedangkan menjaga segenap penghuni dan pejabat istana, terutama raja, dari pembunuhan gelap para mata-mata kelompok rahasia atau pembunuh bayaran, tentunya mensyaratkan tingkat ilmu s ilat yang jelas tidak bisa berada di bawahnya. Dengan segera sosok di balik pintu yang tampaknya juga terkejut oleh gerakan kilatku itu berada di hadapanku, tetapi aku tak dapat segera melihat sosoknya karena perkelebatannya yang luar biasa cepat. Dalam kelam tengah malam ia hanya tampak sebagai bayangan hitam yang berkelebat, dan dapatlah kiranya dibayangkan betapa tidak mungkin menatap bayangan hitam dalam kelam tengah malam yang bergerak bahkan lebih cepat dari pikiran. Aku tidak berhasil menyentuh apa pun darinya, sementara ia pun seperti tidak berminat menyerangku sama sekali. Kami berdua bagaikan bayangan pusaran angin, tak dapat dilihat mata awam meski anginnya membuat dedaunan yang terserak di tanah dan debu beterbangan. Dalam waktu kurang dari sekejap, ratusan jurus pukulan, sabetan, tamparan, dan tangkapan telah sa ling dipertukarkan, tetapi tidak satu pun saling berbenturan maupun mengenai sasaran. Segera kulepaskan pikiran dan kuserahkan diriku kepada alam pergerakan, sehingga tanpa berpikir pun tubuhku menanggapi segenap gerakan lawan, bahkan kemudian mendahului dan mendapatkan sasaran. Demikianlah sentuhan pertama belum berakibat, tetapi pada sentuhan kedua dan ketiga telah kugunakan jurus pencabut nyawa. Dengan penuh rasa menyesal memang, semakin tinggi tingkat ilmu silat seseorang yang menjadi lawanku akan semakin sulitlah ia sekadar kulumpuhkan, dan karena itu justru hanya bisa membunuhnya. Dalam pertarungan ilmu silat yang lebih cepat dari cepat seperti ini, kelengahan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ seperseribu kejap pun dapat menamatkan riwayat kehidupan, dan bagiku tentu meski sudah 101 tahun umurku tetap lebih baik riwayat hidup lawan yang kutamatkan daripada ia menamatkan riwayat hidupku sendiri. Maka bayangan yang semula bahkan tak tampak sebagai bayangan hitam tak tersentuh itu terlempar dan begitu jatuh tetap terdorong daya pukulan sehingga membentuk jejak panjang dan dalam, bahkan nyaris sedalam parit, dan hanya terhenti setelah membentur dasar bangunan salah satu rumah di pekarangan. Pukulan itu hanya seperti sentuhan, tetapi dalam kenyataannya tubuh tak bernyawa tersebut membuat rumah itu bergoyang. PADA malam yang begini sunyi, apakah lagi yang bisa membuat kegemparan" Seisi rumah itu terbangun, dan aku sungguh mengetahui betapa dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi mereka akan berhamburan keluar. Aku pun sungguh mengerti be-tapa setelah melihat tubuh tak ber-nyawa berbaju hitam itu mereka akan cukup terkejut sehingga pasti akan segera memukul kentongan. Apabila kentongan itu kemudian dipukul de-ngan nada yang mengabarkan betapa terdapat seseorang yang bukan saja meninggal dunia tetapi mati terbunuh, niscaya dengan cepat banyak orang akan segera melesat kemari dan apakah lagi yang bisa kuharapkan kemudian selain kegemparan" Maka aku pun melesat dan me-nyambar tubuh tak bernyawa yang belum jelas asal usulnya itu sebelum semua orang berdatangan mengerumuninya. Apalagi dalam kedudukan Mantyasih sebagai kotaraja, maka bukan sekadar orang-orang yang tinggal di dalam lingkungan pura yang sejumlah pondoknya disewakan ini akan berdatangan, melainkan juga anggaraksa atau pengawal yang menjaga pura milik seorang pejabat ini, yang pasti akan segera memanggil pula rajya pariraksa atau pasukan pengawal ibukota kemari. Jika memang akan demikian kejadiannya, tentulah akan menjadi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sulit bagiku untuk memeriksa, siapakah dia kiranya yang nyaris membu-nuh-ku di dalam tidurku, dan justru menamatkan riwayat hidupku yang sedang menuliskan riwayat hidup ini. Aku melenting dari satu atap ke atap lain dalam kegelapan menembus malam yang kelam sembari membopong lelaki takbernyawa ini. Ke manakah kiranya harus kucari tempat, untuk memeriksa dan menyelidiki segala sesuatu yang memungkin-kanku mengetahui dan membongkar segenap kejadian yang berhubungan dengan perburuan diriku ini" Angin kurasakan berembus pelan, malam yang kelam dan sunyi seperti ini dalam dunia persilatan tidaklah benar-benar harus berarti kelam dan sunyi seperti tampaknya. Di balik kelam dan kegelapan, berkelebatanlah para petualang golongan hitam, men-cari dan memburu sasaran apa pun yang daripadanya bisa ditarik keuntungan. Aku tahu belaka betapa golongan hitam itulah sosok-sosok yang berkelebat di balik bayang-bayang kegelapan, menjadi bayangan yang menyambar tanpa pemberitahuan, menusuk dengan kejam dari belakang, menggorok dan merampas senjata andalan, dan takpernah menghormati lawan dengan pembakaran. Orang-orang golongan hitam berke-le-bat sebagai bayangan di balik ba-yang-bayang, yang dengan begitu ten-tu tak mungkin tampak dalam pe-mandangan. Hanya kekelaman dan kegelapan, yang menyembunyikan ba-yangan berkelebat penuh kejahatan. Namun, betapapun, bukankah sudah begitu lama, bahkan terlalu lama diriku yang sudah 101 tahun ini mengenal dunia persilatan" Mes-ki-pun selama 25 tahun diriku melebur di dalam dunia a wam dan 25 tahun berikutnya tenggelam dalam samadhi berkepanjangan, aku tidak pernah sepenuhnya terpisah dari dunia persilatan dan dunia persilatan itu sendiri tampaknya sama sekali belum berubah. Masih juga bayangbayang berkelebatan dari kegelapan mencuri kesempatan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ melakukan kejahatan, tetapi aku tentu saja terlalu terbiasa dengan kelebat bayangan kejahatan dan sudah pasti pula tidak akan pernah memberinya kesempatan mela-kukan pembunuhan. Maka, demi-kianlah sambil melenting dari atap ke atap, setiap kali suatu bayangan berkelebat mendekat, aku meludah ke arah mereka dengan tepat ke wajahnya, dan setiap kali ludah itu mengenainya langsung menyala sebagai api yang membakar. Malam masih kelam. Mereka yang berkelebatan datang menyerang semakin lama semakin sakti, tetapi sebegitu jauh ilmu Ludah Api yang pernah kusaksikan, kuserap, dan kupelajari dalam pengembaraanku itu berhasil mengatasi, bahkan me-ngundurkan mereka semua, kembali memudar ke dalam kegelapan yang seperti akan selalu abadi. Sampai datang bayangan yang bukan tubuh itu, melainkan bayangbayang yang takberasal dari suatu tubuh, yang itu takbersosok tetapi tetap bisa membunuh dengan kejam. Dalam kege-lap-an, bayang-bayang takbisa dibe-dakan dengan kehitaman, dan sungguh licik dia yang telah mengirimkan bayang-bayang pembunuh ini, karena nun jauh di mana mungkin dirinya masih tidur nyenyak setelah melepas-kan bayang-bayang pembunuh ini dengan mantra. BERARTI bukan hanya pembunuh ba-yaran yang termimpimimpi dan memburu hadiah 10.000 keping emas dari perbendaharaan negara, melainkan juga para tukang sihir. Bagaimanakah kiranya mereka menemukanku" Kini, sementara aku masih membopong tubuh takbernyawa yang belum kuperiksa, pikiranku melayang kembali ke pondok, tempat segenap gulungan keropak lempir-lempir lontar hasil pekerjaanku selama ini tertinggal begitu saja! Kuandaikan betapa kentongan yang berbunyi akan mengundang banyak orang, tetapi mereka tidak akan menemukan apapun selain parit panjang yang membentur rumah itu. Mereka mungkin akan terbingung-bingung dan mengiranya sebagai semacam bi-natang. Trenggiling. Landak. Biawak. Babi rusa. Namun TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tentu sungguh tiada yang tahu bi-natang apakah kiranya yang jejaknya sedalam parit seperti itu. ''Binatang besar yang sekarat, tetapi ma-ti-nya tidak di sini,'' demikianlah kukira sese-orang akan berkata. ''Biarlah kampung lain yang menampung-nya, mati di sini hanya akan mengganggu tidur kita saja,'' sahut yang lain. Dapat kubayangkan apa yang akan terjadi. Meski belum jelas kenapa jejak itu menghilang setelah menabrak rumah, orang-orang tidak akan melihatnya sebagai suatu bahaya yang mengancam jiwa mereka dan akan memilih untuk segera melanjutkan mimpi kembali. Namun pembayanganku selanjutnya membuat diriku terkesiap. Seseorang yang sudah lama mengawasi akan tahu betapa diriku tidak berada di antara kerumunan itu. Dia akan tahu betapa gulungan keropak yang sudah bertimbun-timbun banyaknya itu tertumpuk di sudut pondok tanpa terjaga. Tentu saja ini hanya berada di dalam ke-palaku. Pembayangan seseorang yang betapa-pun memang sedang diburu untuk dibunuh dengan hadiah 10.000 keping emas. Hanya pembayangan, tetapi menggeli-sahkan juga! Sementara aku masih berurusan dengan tubuh takbernyawa ini, dan sesosok bayang-bayang tanpa tubuh yang dikirim seorang tukang sihir sedang berkelebat siap membunuhku pula. Dalam umur 101 tahun, sihir macam apa-kah kiranya yang masih harus mengelabuiku" Menghadapi bayang-bayang sihir memang tak dapat kugunakan ilmu Ludah Api, karena bayang-bayang itu sebetulnya bahkan bukan ba-yang-bayang sesungguhnya, meski pedang hi-tam yang juga seperti bayang-bayang tersebut dapat pula memberikan kematian sesungguhnya. Jauh, jauh hari semenjak kutelan dan ku-resapi dunia penalaran Nagarjuna, takdapat kuhadapi mantra TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sihir dengan mantra sihir lagi, karena ketika kata dapat diterjemahkan sebagai makna bernalar, kegaiban mantra itu me-mudar seperti keremangan pagi yang tersapu matahari. Demikianlah kunalar bayang-bayang ber-pedang tajam yang seperti hanya mengganggu tetapi sangat amat dapat mendatangkan maut itu, dan dapatlah kuembus tubuhnya Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bagaikan benda padat yang melebur ke dalam udara dan melalui kegelapan kukirim kembali kepada asalnya. Pada saat akhirnya kuletakkan tubuh tak bernyawa yang kubopong itu di bawah se-buah pohon di sudut kotaraja yang sepi, dapatlah kupastikan betapa bayang-bayang meme-gang pedang yang telah kuhembus dengan daya nalar itu meluncur tanpa bentuk manusia lagi dalam kekelaman tengah malam, tetapi de-ngan kedua tangan tetap memegang pedang yang terhunus ke arah suatu sasaran. Maka bagaikan kudengar sendiri jeritan nun jauh di mana itu, bagaikan kuketahui dengan pasti bagaimana seorang lelaki tua sekitar 70 tahun yang kurus kering berjenggot putih dan bermata jahat mendadak tersedak hanya untuk tersentak memuntahkan darah hitam, ketika da-lam pembayangannya sendiri sebilah pe-dang tajam hitam telah menembus ulu hatinya di tengah perapalan mantra. Dengan Jurus Tanpa Bentuk telah kupermainkan pemikirannya, sehingga ia begitu percaya betapa sihir bisa dilawan sihir dan matilah ia berkat keya-kinannya. (Oo-dwkz-oO) KULETAKKAN tubuh takbernyawa itu di bawah pohon. Seperti yang telah kuduga, tidak terdapat tanda apa pun pada tubuhnya. Kini kelompok rahasia telah semakin cerdas menyembunyikan rahasianya. Jika dahulu kala mereka yang terlibat dalam jaringan rahasia da-pat ditandai dari rajahnya, seperti rajah cakra bagi anggota Cakrawarti dan kalajengking bagi anggota Kalapasa, maka sekarang betapa mereka tahu belaka bahwa penandaan keanggotaan lengkap dengan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pangkat, jabatan, dan wilayah pekerjaannya, hanya akan membuat ja-ringan mereka terlacak oleh para kadatuan gudha pariraksa atau pengawal rahasia istana. Tanda-tanda rajah itu barangkali pada m-ulanya membanggakan bagi mereka yang me-ngenakannya, meski mereka takboleh me-mamerkannya. TANDA-TANDA itu diperlukan demi kelancaran kerja, di tengah dunia penuh kerahasiaan yang serbaremang-remang, karena tanpa suatu kejelasan sangat mungkinlah akan terjadi keruwetan dan kekacauan. Namun dari berbagai pembunuhan gelap dalam permainan kekuasaan yang terbongkar, dan pembunuhnya tertangkap hidup atau mati, para pengawal rahasia istana kemudian justru dapat merumuskan kunci tatacara kerahasiaan itu. Dahulu bahkan pernah kudengar adalah pengawal rahasia istana itu yang berhasil menyamar, dan masuk menembus jaringan rahasia dengan rajah penanda palsu pada tubuhnya, sehingga justru kerjasama kelompok penyusup Kalapasa itulah yang berhasil disusupi dan sejumlah rencana pembunuhan gelap berhasil digagalkan. Semenjak itulah baik jaringan mata-mata Cakrawarti maupun perkumpulan rahasia Kalapasa, mengubah kebijakan mereka perihal rajah sebagai bagian dari tatacara kerahasiaan mereka. Pada dasarnya apa pun yang bersifat rahasia tidaklah untuk diketahui sama sekali, maka rajah penanda yang sampai mati pun tidak pernah bisa dihilangkan itu tidak digunakan lagi. Sampai sekarang aku belum tahu, penanda dalam bahasa rahasia macam apakah yang telah menggantikannya. Cakrawarti yang merupakan jaringan mata-mata, yang meskipun bergerak dalam kerahasiaan tetapi sama sekali tidak menggunakan ketersembunyian, sebaliknya justru harus selalu tampak dalam penyamaran, adalah yang paling TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berkepentingan menghilangkan dan menghindarkan rajahrajah penanda ini dari pengawasan para kadatuan gudha pariraksa yang sungguh bernafsu membongkar guhyasamayamitra atau perkumpulan rahasia yang sangat berbahaya itu. Mula-mula Cakrawarti hanya menggantikan saja mereka yang tubuhnya berajah penanda, dengan yang tubuhnya bersih tiada berpenanda apa pun jua. Namun kudengar pula bahwa setelah digantikan lantas mereka itu dibunuh, untuk menjamin tutupnya segala rahasia. Kalapasa adalah perkumpulan rahasia yang selalu bersembunyi, begitu keluar pun melakukan penyusupan tersembunyi, sehingga karena itu tidaklah langsung berpikir bahwa rajah penanda pada tubuh seharusnya tidak ada. Namun betapapun, para anggota perkumpulan yang paling rahasia sekalipun tidaklah tinggal di dalam gua di atas gunung yang terpencil, melainkan justru lebur sebagai orang awam biasa dalam kehidupan sehari-hari. Maka pernah pula terjadi, betapa seorang anggota Kalapasa berajah penanda yang sehari-harinya bekerja sebagai penjagal sapi, ditangkap ketika sedang bekerja sambil membuka baju, oleh kadatuan gudha pariraksa yang ternyata tetangganya sendiri dan diam-diam telah lama mengawasinya. Dalam kekelaman malam kupandangi tubuh tanpa nyawa ini. Tidak ada tanda apapun yang menunjukkan dirinya sebagai bagian dari guhyasamayamitra, baik dari pihak Cakrawarti maupun Kalapasa, tetapi itu bukanlah jaminan bahwa ia tidaklah datang dari salah satu di antara keduanya. Namun tentu mungkin pula ia hanya lah salah satu pemburu hadiah yang telah mampu mengendus jejakku sampai di depan pondok itu. Adapun yang menjadikannya agak lebih menarik perhatian, sebetulnya adalah tingkat ilmu silatnya yang sangat amat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tinggi. Begitu tinggi sehingga aku takdapat melumpuhkannya agar dapat sedikit bicara, melainkan hanya dapat membunuhnya sahaja. Kutatap tubuh tak bernyawa itu. Siapakah ia yang begitu tinggi ilmunya, sehingga dapat berada di hadapanku tanpa kuketahui sama sehingga dengan begitu mudahnya, sebetulnya, dapat membunuhku pula" Ia tampak sudah matang, sekitar 50 tahun umurnya, mungkinkah ia sebenarnya seorang pendekar yang terkenal" Maklumlah, sekeluarnya diriku dari dalam gua, setelah tenggelam dalam samadhi sampai 25 tahun lamanya, sudah setahun lebih aku hanya berkubang dalam penulisan riwayat hidupku sendiri. Aku masih menatap tubuh tak bernyawa itu. Ia kugeletakkan di bawah pohon itu seperti orang tertidur. Pikiranku me layang ke arah tumpukan keropak di pondokku yang sudah cukup tinggi. Bagaimanakah kiranya jika seseorang, yang memang sudah mengintai dan merencanakannya, mengambilnya" Saat itulah aku disentakkan oleh suara seorang perempuan muda di belakangku. ''Tuan Pendekar, terimalah saya menjadi murid Tuan,'' ujar perempuan muda itu. Aku segera menoleh ke belakang. (Oo-dwkz-oO) SEKIAN BELILAH BUKU ASLINYA Si Cantik Dalam Guci 2 Wiro Sableng 053 Kutukan Dari Liang Kubur Rahasia Mo-kau Kaucu 6