Jurus Tanpa Bentuk 11
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira Bagian 11 dihembusnya dengan racun penidur dari mulutnya dan langsung ambruk ke tanah taksadarkan diri. Dadaku sesak dan panas, tetapi darahku naik ke kepala mengalami kelicikan ini. Kulihat seorang tua berjenggot melambai yang dalam kekelaman itu matanya tampak merah menyala. Mata iblis! Raja Pembantai dari Selatan itu bermaksud menyihirku! Senja telah berubah menjadi malam. Bumi hanya kegelapan. Aku tidak melihat apapun kecuali kedua mata yang menyala itu. Aku tahu tak akan bisa mengalahkan ilmu sihirnya dalam kegelapan, karena akan sangat mungkin diciptakannya bayangan tanpa kenyataan yang sangat menipu pandangan. Jika dari mata yang merah menyala itu meluncur api yang seperti siap membakarku, tentu aku akan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menghindar karena tak akan pernah tahu itu memang api yang panasnya membara ataukah sekadar api sihir untuk mengecoh sahaja, padahal aku tahu Raja Pembantai dari Selatan itu mampu melakukan keduanya. Maka kupejamkan mataku dan sekali lagi kutancap ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang. ''Sihir adalah perma inan pikiran,'' lagi-lagi aku teringat kata ibuku dulu, ''jadi harus dilawan dengan pikiran. Pusatkanlah perhatian dan jangan menganggap perma inan sebagai kenyataan, maka dikau akan mampu mengatasinya seberapa hebat pun permainan lawan. Tetapi ingat, dikau jangan pernah meremehkan, karena itulah awal mula kelengahan.'' "Sihir setan." Pendekar Melati mendesis. DADAKU sesak dan panas, tetapi darahku naik ke kepala mengalami kelicikan ini. Kulihat seorang tua berjenggot melambai yang dalam kekelaman itu matanya tampak merah menyala. Mata iblis! Raja Pembantai dari Selatan itu bermaksud menyihirku! Senja telah berubah menjadi malam. Bumi hanya kegelapan. Aku tidak melihat apapun kecuali kedua mata yang menyala itu. Aku tahu tak akan bisa mengalahkan ilmu sihirnya dalam kegelapan, karena akan sangat mungkin diciptakannya bayangan tanpa kenyataan yang sangat menipu pandangan. Jika dari mata yang merah menyala itu meluncur api yang seperti siap membakarku, tentu aku akan menghindar karena tak akan pernah tahu itu memang api yang panasnya membara ataukah sekadar api sihir untuk mengecoh sahaja, padahal aku tahu Raja Pembantai dari Selatan itu mampu melakukan keduanya. Maka kupejamkan mataku dan sekali lagi kutancap ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang. ''Sihir adalah perma inan pikiran,'' lagi-lagi aku teringat kata ibuku dulu, ''jadi harus dilawan dengan pikiran. Pusatkanlah perhatian dan jangan menganggap perma inan sebagai TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kenyataan, maka dikau akan mampu mengatasinya seberapa hebat pun permainan lawan. Tetapi ingat, dikau jangan pernah meremehkan, karena itulah awal mula kelengahan.'' Dalam saat yang gawat seperti ini, aku merasa bersyukur telah diasuh oleh Sepasang Naga dari Celah Kledung. ''Maafkanlah aku wahai Pendekar Tanpa Nama, kuakui sebetulnya aku tadi merasa jeri dan bermaksud menghilang. Namun kuingat kembali betapa aku sudah merasa sangat bosan dengan kehidupan. Maka aku harus kembali untuk bertarung dengan kalian. Sayang sekali hanya dengan dikau kini aku berhadapan, tetapi hanya dengan beginilah dikau akan mengeluarkan seluruh kemampuan, jika memang ingin menyelamatkan perempuan pendekar yang sejak tadi kau lindungi ini dari kematian.'' Iblis ini sungguh sakti dan kemampuannya membaca pikiran sangat tinggi. Aku tidak akan terlalu peduli seandainya diriku terbunuh karena kekalahan dalam pertarungan, seandainya aku memang terbunuh dalam puncak pencapaian. Namun aku akan mengusahakan diriku tidak akan pernah dibunuh, artinya harus membunuhnya, jika itu akan menyelamatkan Pendekar Melati yang selalu mau membunuhku itu dari kematian. Mataku terpejam. Sosok Raja Pembantai dari Selatan itu masih tampak dalam keterpejamanku sebagai garis cahaya yang membentuk tubuhnya. Begitu jelas bercahaya dalam kegelapan, yang justru tidak akan terlihat sama sekali jika mataku terbuka dan menatap kekelaman, karena tubuhnya pasti telah melebur dengan malam. Gambaran sosok dengan garis cahaya sepanjang tubuhnya itulah yang telah diberikan ilmu pendengaran kepada pikiran. Kupusatkan perhatian dengan telingaku, dan memang kudapatkan gambaran. Sepasang pedang hitam penuh racun berbisa itu kembali muncul dari dalam tangannya, lantas ia menetak tubuh Pendekar Melati yang masih tergeletak pingsan tanpa daya! TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ (Oo-dwkz-oO) Episode 62: [Ilmu Hitam dan Il mu Putih] Dengan ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang, segalanya memang seolah menjadi lebih lambat, yang membuatku selalu dapat bertindak lebih cepat dari gerakan tercepat. Maka bambu kuning yang kulempar secepat pikiran itu dengan tepat dapat mengenai kedua pedang itu sekaligus, yang langsung terbang ke angkasa; sementara bambu kuning itu sendiri terlontar kembali kepadaku. Raja Pembantai dari Selatan yang sosoknya sepintas lalu seperti orang tua manapun yang memang tua dengan jenggot melambai-lambai itu, kini tampak seperti orang tua yang sebenarnya, mendongak ke atas mencari kedua pedangnya yang meluncur balik dengan ujung ke bawah. Ia melesat ke atas berusaha menangkap senjatanya. Aneh bagiku jika ahli sihir ini tidak mampu menguasai pedang yang keluar dari tangannya itu cukup dengan pikiran. Dalam banyak kejadian, setelah pemiliknya meninggal pun pedang yang telah diberi mantra sihir seringkali masih mencari mangsa, seperti yang telah diperintahkan ketika upacara pembacaan mantra dilakukan. Dalam hal seperti itu, bukan berarti pedang tersebut berjalan-jalan sendiri, melainkan bahwa siapapun yang memegangnya, akan segera dipenuhi nafsu membunuh, karena hanya dalam pembunuhan suatu mantra ilmu hitam menganggap sebuah pedang berdaya. AKU berkelebat lebih cepat untuk menangkap kedua pedang itu sebelum Raja Pembantai yang ingin mati itu mengambilnya. Di udara aku menyambar kedua pedang itu dengan mata terpejam. Terlihat cahaya merah yang jahat di sekitar pedang itu dalam keterpejamanku, kusambar kedua pedang itu dengan kedua tangan, karena bambu kuning yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ satunya pun telah kutinggalkan, dan sembari menyambar aku berputar sambil menjejakkan kedua kaki ke dada Raja Pembantai dari Selatan. Tubuhnya terpental ke atas pohon sementara aku mendarat dengan ringan di bawah. Dengan kedua pedang hitam di tangan kuburu arah jatuhnya dan segera menyerangnya dengan jurus-jurus Ilmu Pedang Naga Kembar. Dengan ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang kuketahui ia terjatuh dari pohon, tetapi tidak pernah menginjak bumi kembali. Ketika kuserang, ia telah menangkisnya dengan dua bilah pedang lagi, sebelum kuketahui warnanya yang juga hitam, pandangan dalam keterpejamanku telah memperlihatkan cahaya redup di sekujur sisi pedang, sehingga kuketahui keberadaannya saat keluar dari tangan. Ia terus berada di udara ketika kuserang. Denting logam yang beradu dipantulkan dinding bangunan tanpa bilik dan bergema di seantero hutan. Yavabhumipala memang penuh dengan hutan dan di dalam hutan takhanya terdapat binatang, melainkan juga segala hal yang takterpikirkan. Sembari bertarung aku bertanya-tanya siapakah mereka yang telah mendirikan bangunan tanpa bilik penuh hiasan di tepi hutan ini" Raja Pembantai dari Selatan itu terus kudesak. Jika aku membuka mata, barangkali sulit aku mendesaknya seperti ini, karena pasti terkecoh oleh tipuan sihirnya yang meyakinkan. Termasuk jika kemudian tubuhnya menghilang. Namun dalam keterpejaman mata, justru dalam kegelapanku tubuhnya bercahaya dan aku tidak bisa salah lagi. Ilmu Pedang Naga Kembar telah sampai kepada Jurus Dua Pedang Menulis Kematian. Aku bergerak sangat cepat, mendesaknya sampai ke dinding bangunan tanpa bilik. Teringat perilaku anakbuahnya yang menembus dinding batu, aku menjaganya agar takmasuk dinding, yang berarti dinding itu sekarang berada di belakangku. Namun entah kesempatan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ apa yang dilihatnya, ia menjadi sangat ganas. Kecepatannya bertambah seribukali lipat. Aku terdesak sampai punggungku menempel dinding. Saat itulah tiba-tiba sepasang tangan menarik kedua lenganku dari dalam dinding. Begitu kuatnya tarikan itu, sehingga meskipun pedangku takterlepas aku takbisa bergerak. Aku masih mengandalkan ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang. Aku dapat membaca geraknya bagaikan telah diperlambat seperseratus bagian. Ia mendaratkan kakinya dan meluncurkan kedua pedangnya ke dada kiri dan kananku. ''Matilah dikau Pendekar T anpa Nama!'' Dengan kecepatan yang begitu tinggi, siapapun akan mati dalam kedudukan seperti ini, terutama karena sepasang tangan anggota Barisan Setan Iblis yang telah mengunci lenganku. Namun karena dengan ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang segala kecepatan terlambankan, aku menjadi tahu apa yang dapat kulakukan. Maka kuangkat kedua kakiku melayang ke atas, sampai punggung dan kepalaku berputar yang dengan sendirinya juga melepaskan kuncian tangan pada lenganku. Kulihat seolaholah kedua pedang itu me luncur pelan di bawah kepalaku yang terjungkir. Tampak pelan, tetapi kecepatannya melebihi pikiran, bahkan sihir termanjur pun tak akan bisa membatalkan ke arah mana keduanya meluncur. Kedua pedang itu meluncur dengan daya dan kecepatan luar biasa, menembus dinding bangunan tanpa bilik, yang pada gilirannya membunuh siapapun yang telah mengunci lenganku. ''Aaaaaaaaaakkhh!'' Lengan yang muncul dari balik dinding itu menghilang bagaikan tubuh yang memiliki lengan itu terdorong oleh daya dorong kedua pedang, yang setelah menembus dinding batu tentulah menghunjam tubuh itu. Teriakan itu terdengar seolah-olah kejadiannya berlangsung di luar, bukannya di dalam bangunan batu yang tidak berbilik, yang takkutahu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bagaimana seseorang bisa bersembunyi di situ. Apakah ini suatu peristiwa s ihir ataukah suatu peristiwa nyata" Kudorong dinding itu sekuat tenaga karena aku ingin melontarkan diri ke arahnya dan menyelesaikan pertarungan dengan Jurus Kaki Menari di Atas Teratai Merekah. DENGAN kecepatan takterduga kedua kakiku meluncur ke arah dadanya dan dalam sekejap telah menjejaknya puluhan kali. Ia terlontar seratus langkah dan muntah darah, jenggot putihnya yang melambai kini menjadi merah. Selintas aku merasa bersalah mengingat usianya yang sudah lanjut. Begitu perlukah aku membunuh orang yang sudah tua" Namun inilah Raja Pembantai dari Selatan yang sejak lama sekali sudah terdengar namanya. Kini aku teringat bahwa kemungkinan besar ketika ia menghilang, agaknya karena ia telah dibayar untuk ikut berlayar dalam penyerbuan ke Negeri Champa. Pantaslah jika orang Yawabhumipala telah dianggap bukan hanya sebagai penyerbu, tetapi sebagai orang-orang buas yang memakan daging manusia. Kuketahui bukanlah uang dan harta kekayaan duniawi yang telah membuatnya sudi menempuh pelayaran yang jauh dan berbahaya, melainkan janji betapa ia akan dapat memuaskan kehendaknya untuk membunuh manusia sebanyak-banyaknya dengan cara menyakitkan. Kurasa juga jelas betapa Raja Pembantai dari Selatan itu membawa Barisan Setan Iblis, dan aku yakin adalah mereka ini yang membuat orang menuliskan prasasti betapa orang-orang Javadvipa yang datang dengan kapalkapal adalah kelelawar penghisap darah. Jika kemudian kerajaan menarik kembali mereka semua dan diceritakan menenggelamkan mereka di lautan, maka takheran jika setelah mereka ternyata selamat dan tiba kembali di Javadvipa segera menyebarkan Wabah Kencana sebagai pembalasan dendam, meski dengan atau tanpa pembalasan mereka akan tetap melakukan pembunuhan demi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pembunuhan. Jadi kulupakan sosoknya sebagai kakek tua dengan jenggot melambai-lambai, aku harus bergerak cepat sebelum ia mengeluarkan sihirnya lagi dan menghilang entah ke mana. Memang benar ia telah mengaku minta dibunuh, tetapi apalah yang masih boleh dipercaya dari seorang pemegang ilmu hitam seperti itu" Aku harus segera menamatkan riwayatnya! Aku segera berada di hadapannya. Ia sudah terkapar bersimbah darah. Aku meng-angkat pedang. Namun aku rupanya kurang berbakat menjadi seorang pembunuh. Ia mengangkat tangannya dengan lemah. Sorot matanya taklagi merah melainkan biru. Aku masih mengandalkan keterpejamanku dalam kerja Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang, sehingga gambaran yang kudapat bisa kupercaya. Mata yang semula bercahaya merah mengerikan kini telah menjadi biru yang penuh kelembutan. Iblis ini telah Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menjadi manusia kembali. Aku pun membuka mataku. Dadanya hancur, ia takmungkin bertahan hidup. Namun ia belum mati juga. Apakah yang masih akan bisa dilakukannya" Ia melambaiku. ''Pendekar Tanpa NamaO.,'' ujarnya, ''mendekatlah O.'' Semula aku ragu, karena orang-orang golongan hitam mampu merencanakan sesuatu yang tidak akan pernah dipikirkan golongan lainnya, apalagi seseorang yang kurang berpengalaman seperti aku. ''Mendekatlah,'' katanya lagi, suaranya serak karena tenggorokannya penuh darah. Merasa sebagai pelaku atas penderitaannya tiba-tiba membuat aku merasa bersalah. Aku mendekati tubuhnya yang terkapar, menekuk kedua lututku dan bersimpuh. ''Tabahlah Kakek,'' kataku, ''bukankah kematian ini yang dikau cari.O'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ia berusaha tertawa, tetapi hanya bisa terbatuk sembari memuntahkan darah segar. Kakek ini sudah kehilangan banyak darah. Lantas ia meminta aku lebih mendekatkan telinga, karena suaranya sudah sangat lemah. Aku tergetar melihat kesendiriannya. Mereka yang memilih jalan ilmu hitam memiliki ruang kosong dalam dirinya bagaikan sebuah danau yang kering kerontang dengan tanah pecah-pecah mengerikan. Itulah danau kasih sayang yang terdapat dalam diri setiap orang, tetapi yang ketika kehilangan sumber mata air akan menjadikannya berang terhadap seru sekalian alam menuntut pemenuhan. Aku mendekatkan telinga. Terdengar suaranya berbisik perlahan. ''Ada hubungan apa dikau dengan Sepasang Naga dari Celah Kledung"'' Aku tertegun, tetapi menjawab juga. ''Aku anak asuh mereka, Kakek, tetapi mereka kuanggap sebagai orangtuaku sendiri.O'' Ia berusaha tersenyum. ''Sudah kuduga semenjak kukenali Ilmu Pedang Naga Kembar ituO. Memang tidak mungkin daku dikalahkan sembarang pendekar, tetapi nanti dikau akan mengalaminya, karena siapapun yang mampu mengalahkan daku, akan lebih sulit lagi meninggalkan kehidupan ini. Itu pasti.'' Kutatap matanya yang telah menjadi lembut. Mungkinkah kelak aku harus mencari lawan dan menyerangnya begitu rupa agar dirinya membunuhku" Kukira aku tidak akan melakukannya, tetapi kata-katanya bukan tidak mengandung kebenaran. Ia sudah makan asam garam kehidupan sungai telaga dan rimba hijau, mengapa aku harus tidak percaya" ''KETIKA masih muda, daku pernah bentrok dengan Sepasang Naga dari Celah Kledung. Saat itu daku sedang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menjarah dan membakar sebuah desa. Banyak orang kami bunuh dengan kejam dan saat itulah datang mereka berdua, menghabiskan kami hanya dalam beberapa saat sahaja. Mereka melenting dari atas kudanya ke atas genting dan turun hanya untuk mencabut nyawa. Kami melawan dengan segala cara, tetapi Ilmu Pedang Naga Kembar terlalu berat untuk dilawan, dan hanya dengan ilmu sihir aku dapat melepaskan diri seperti tikus. Seluruh gerombolanku habis dalam seketika. Sungguh pasangan pendekar yang perkasa. Memang tidak salah dirimu yang mampu mengalahkan daku.O" Kapan pasangan pendekar itu me lakukannya" Dalam salah satu kepergiannya ketika meninggalkan aku sendirian di dalam pondok" ''Kemarilah,'' katanya lagi, ''ulurkan kedua ta-nganmu.O'' Kuulurkan kedua tanganku. Seluruh kecurigaanku pupus. Namun ketika kedua tanganku bersentuhan dengan tangannya, mendadak suatu aliran hangat memabukkan menguasai diriku. Tanganku takbisa kutarik dan aku merasakan sesuatu yang merasuki diriku itu tidak dapat kutahan atau kutolak sama sekali! Aku merasa mabuk dan mendadak saja bagaikan bermimpi. Dalam mimpi itu beriburibu bahkan berpuluh-puluh ribu binatang berbisa bagaikan memasuki tubuhku. Aku berusaha memberontak tapi takberdaya. Segala jenis kalajengking dan ular bagaikan aliran sungai panjang yang merasuk dan meraga ke dalam darahku! Apa yang terjadi" Tubuhku basah kuyup oleh keringat dan aku merasa badanku ini panas sekali, bagaikan jiwaku ingin meninggalkannya, bukan karena ingin mati, melainkan karena memang panas luar biasa yang taktertahankan, serasa dipanggang hidup-hidup di atas api. Aku merasa darahku menjadi hangat di dalam pembuluh darahku, lantas kurasakan sesuatu yang sangat menyakitkan, sangat sangat sangat menyakitkan bagai akan mampu membunuhku. Kurasakan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ selaksa jarum mengalir dalam darahku. Jarum-jarum beracun! Apakah yang sedang dilakukan Raja Pembantai dari Selatan ini" Apakah ia tidak ingin mati sendirian dan ingin membunuhku" Jika memang demikian berarti seluruh dugaanku keliru dan aku memang kurang berpengalaman. Memang sebodoh itukah aku, setelah keterpejamanku dalam ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang memperlihatkan matanya yang bercahaya merah telah berganti dengan cahaya biru" Dalam puncak penderitaan dan kekhawatiranku, mendadak saja pegangannya ia lepaskan dan aku terjerembab. Tenagaku bagaikan hilang, menjadi lebih lemah dari orang awam yang tidak pernah menggunakan tenaga. Aku hampir saja menyesali kebodohanku ketika memanggilku lagi, kini dengan suara yang jauh lebih lemah sehingga nyaris takterdengar sama sekali. ''Kemarilah, Anak, janganlah takut.O'' Suaranya yang lembut dan penuh kasih menyingkirkan seluruh pikiran burukku. Aku mendekat dengan tubuh yang lemah. ''Dengarlah, Anak, daku memang telah mendengar kemampuanmu untuk menyerang lawan dengan ilmunya sendiri, yang sama sekali tidak dikau lakukan kepadaku. Namun karena itulah daku jadi mengenal Ilmu Pedang Naga Kembar dan hubunganmu dengan Sepasang Naga dari Celah Kledung, yang berarti juga daku dapat mempercayaimu untuk menerima seluruh ilmu dan tenaga dalamku. ''Anak! Janganlah khawatir! Daku mengerti dikau telah menghindar untuk menyerap ilmuku karena takut akan daya racun dan daya sihir, bukan hanya pengaruh kepada tubuh, melainkan terutama pengaruh kepada kepribadianmu. Janganlah khawatir Anak! Aku tidak sembarang menurunkan ilmuku. Namun ada beberapa hal, yang membuatmu secara terpaksa atau tidak terpaksa harus menerimanya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Pertama, suatu ilmu disebut ilmu hitam sebetulnya hanyalah karena tujuannya, karena ilmu yang sama sangat mungkin digunakan untuk membela mereka yang lemah dan tidak berdaya; jadi benar ilmu hitam dapat mempengaruhi pemiliknya, sama benarnya seperti penguasaan ilmu putih yang tetap saja dapat membuat pemiliknya sombong dan gila kuasa. Maka, karena dirimu sudah menyerap dan menghayati segala sifat kebaikan dengan mantap, dikau tidak akan berpindah ke golongan hitam meski memiliki ilmu yang disebut ilmu hitam; sebaliknya meskipun ilmu yang dikau m iliki adalah ilmu putih, jika dalam dirimu timbul perasaan jumawa dan angkuh karena memilikinya, serta bangga pula telah mengalahkan semua lawan, maka apalah bedanya kepribadian semacam itu dengan kepribadian golongan hitam"'' "PERTAMA, suatu ilmu disebut ilmu hitam sebetulnya hanyalah karena tujuannya, karena ilmu yang sama sangat mungkin digunakan untuk membela mereka yang lemah dan tidak berdaya; jadi benar ilmu hitam dapat memengaruhi pemiliknya, sama benarnya seperti penguasaan ilmu putih yang tetap saja dapat membuat pemiliknya sombong dan gila kuasa. "Maka, karena dirimu sudah menyerap dan menghayati segala sifat kebaikan dengan mantap, dikau tidak akan berpindah ke golongan hitam meski memiliki ilmu yang disebut ilmu hitam; sebaliknya meskipun ilmu yang dikau m iliki adalah ilmu putih, jika dalam dirimu timbul perasaan jumawa dan angkuh karena memilikinya, serta bangga pula telah mengalahkan semua lawan, maka apalah bedanya kepribadian semacam itu dengan kepribadian golongan hitam?" Aku tercekat, bagaimana mungkin kata-kata seperti itu dapat keluar dari mulut Raja Pembantai dari Selatan yang kekejamannya sungguh tiada tara, yang membuat namanya dikenal bukan sebagai manusia, melainkan sebagai iblis itu sendiri" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kedua, dikau telah menempurku tanpa takut mati, demi membela kepentingan Pendekar Melati yang bagimu harus tetap hidup meskipun ia hanya berpikir untuk membunuhmu demi kesempurnaan hidupnya sebagai pendekar. Bagus sekali perhatian Anak kepada perempuan pendekar itu, tetapi ketahuilah, ia memang hanya bisa tetap hidup sekarang ini berkat ilmu pemunah racun yang telah menyerap bersama seluruh ilmuku ke dalam dirimu. Jika tidak, ia akan tetap menemui ajalnya, karena segenap rahasia penyembuhannya hanya terdapat dalam ilmu pemunahnya tersebut, sedangkan racun penidurku itu tidaklah menidurkan untuk sementara, melainkan untuk selama-lamanya. "Ketiga, aku pun tak bisa mati jika ilmu ini tidak keluar dari tubuhku, dan jika ilmu ini keluar dari tubuhku tanpa ada yang menampungnya, sungguh akan berbahaya, karena ia dapat terserap tanpa sengaja oleh orang-orang yang bersamadhi mencari ilmu, tetapi kita sungguh tak tahu apakah orang itu bersifat baik atau bersifat jahat, dan jika bersifat baik pun jika mendapat kesaktian mendadak seperti ini, maka sungguh tak terjamin bahwa ia tidak akan pernah menjadi jumawa dan merajalela. "Maka karena aku tak akan bisa mati, dan meski dengan dada hancur aku masih dapat mengacaukan dunia melalui Wabah Kencana, dikau betapapun harus menerimanya ke dalam dirimu. Ketahuilah Anak, jika ilmu ini diterbangkan dalam ruang dan waktu tanpa penampung, maka suatu ketika akan tetap saja merembes keluar Wabah Kencana itu, menimbulkan malapetaka di seluruh dunia. "Baik-baiklah Anak, kini tubuhmu kebal segala racun dan tak mempan ilmu hitam, tetapi ingatlah ilmu hitam dan ilmu sihir hanya akan termanfaatkan dengan baik jika hatimu tetap tinggal putih... Selamat jalan..." Raja Pembantai dari Selatan yang teramat kejam ini mengembuskan napas penghabisan. Aku tak pernah mengira TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bahwa jalan kematiannya harus melalui jalan kehidupanku. Tinggal kini ilmu-ilmunya yang tak pernah ingin kumiliki menyerap ke dalam diriku. Apakah aku juga tak akan pernah bisa mati jika tidak pernah melepaskannya" Namun aku juga tidak akan pernah tahu, jika kulepaskan sekarang juga agar melayang-layang di udara, maka jaminan apakah yang tidak akan membuat penerimanya yang sedang bersamadhi entah di mana, tidak akan menjadi jahat atau bahkan lebih jahat dari Raja Pembantai tersebut seperti selama hidupnya. Ilmu ini ilmu gaib, aku mendapatkannya tanpa belajar sedikit demi sedikit, bagaimanakah cara menggunakannya" Kutatap mayat Raja Pembantai dari Selatan itu dalam kegelapan. Aku harus membuat pancaka untuk membakarnya. Lantas kutatap juga tubuh Pendekar Me lati yang seperti sedang tertidur nyenyak sekali. Jika aku tak mampu membangunkannya dari impian sihir dalam tidurnya, ia akan tertidur terus sampai mati. Saat itulah, dari dalam hutan, di kejauhan, terdengar suara seruling. (Oo-dwkz-oO) Episode 63: [Seperti Berciuman dan Bercinta] AKU tertegun. Manakah yang harus kudahulukan, peduli kepada peniup seruling itu, ataukah kepada Pendekar Melati yang telah menghirup hawa racun dan setiap saat meninggal dunia" Kupejamkan mataku, dengan ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang dapat kuperkirakan jarak yang jauh, bahkan maksud peniupan seruling itu. Apakah seruling TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ itu ditiup ditiup seorang anak gembala di balik hutan, ataukah seorang pendekar yang sengaja memperdengarkan suara serulingnya dengan maksud tertentu" Namun suara tiupan seruling itu kemudian menghilang. Meski begitu telah berhasil kutandai dalam ingatanku bahwa bibir yang meniup seruling bambu itu adalah bibir seorang perempuan. Selebihnya aku belum dapat menduga apa pun. Maka aku pun mendekati Pendekar Melati yang terkapar. Aku dapat menolongnya dengan ilmu pemunah racun yang kini terserap dalam diriku bersama ilmu sihir dari Raja Pembantai dari Selatan itu, tetapi aku belum tahu caranya, jadi harus kupelajari dulu ilmu itu di dalam diriku. Aku pun memejamkan mataku. Kali ini bukan demi ilmu pendengaran, melainkan pembelajaran ilmu pemunah racun yang harus kubaca di dalam diriku. Kemudian terbaca di sana betapa aku harus menyalurkan hawa murni pemunah racun itu dari mulutku melalui mulutnya, dan untuk itu bibirku harus Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menempel pada bibirnya. Maka aku bersimpuh di dekatnya, kuangkat tubuhnya ke pangkuanku. Dari tubuhnya meruap aroma yang mengingatkan aku kepada Harini. Aku mengambil napas dalam-dalam, lantas merengkuh tubuhnya, kurekatkan bibirku kepada bibirnya. Untuk beberapa saat, mulutku tidak boleh terlepas dari mulutnya, karena hawa murni itu harus tersalur tanpa kebocoran sedikit pun. Jadi bibirnya itu harus dilumat dengan erat. Keadaan kami seperti orang berciuman dan bercinta, tetapi bukan begitulah kejadian sesungguhnya. Namun tidak dapat kuhindari bahwa lidahku bersentuhan dengan lidahnya, dan meski dalam keadaan pingsan lidah itu bergerak-gerak jua. Hanya aku yang merasakan bahwa lidah Pendekar Me lati terasa pahit sekali, membuat perutku mual serasa ingin memuntahkan sesuatu. Racun itu telah bekerja dan aku harus memunahkannya sampai tiada bersisa, karena sisa racun yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ paling sedikit pun mampu membuat korban tetap lumpuh dan tak berdaya. Demikianlah berlangsung beberapa saat, sampai Pendekar Melati kurasakan bergerak-gerak, dan begitu pula lidahnya. Namun selama lidah itu masih pahit seperti empedu, tentu aku belum boleh melepaskannya. Jadi masih kukulum mulutnya tanpa celah sedikit pun juga. Pendekar Melati meronta makin kencang, kesadarannya mungkin telah kembali, tetapi tenaganya masih terlalu lemah. Matanya sekarang terbuka, dan ia menyadari keadaannya, meski tak tahu bahwa dirinya teracuni dan aku sedang memunahkan racun. Ia pasti mengira aku sedang berusaha memperkosanya! Aku harus bertahan dengan mulutku yang merekat dengan mulutnya, karena kebocoran hawa murni harus membuat segalanya diulang kembali, dan itu kurasa tak mungkin terjadi selama perempuan pendekar ini telah mendapatkan kembali kesadarannya. Barangkali ia akan lebih memilih untuk mati daripada ditolong dengan cara seperti ini oleh orang yang sejak awal ingin dibunuhnya! Padahal apa pun yang terjadi aku menginginkan perempuan pendekar ini tetap hidup, jadi mulutku harus tetap melekat erat pada mulutnya. Demikianlah ia meronta, sementara mulutku tetap erat merekat pada mulutnya. Kurasakan pahit lidahnya mulai berkurang, tetapi kepahitannya terserap olehku yang nantinya harus kuembuskan sebagai hawa racun yang menguap ke udara. Aku dapat menyimpan segenap hawa racun itu untuk sementara dalam pori-pori lidahku, tetapi tidak untuk waktu yang terlalu lama, karena jika terlalu lama akan berbalik meracuni diriku. Meskipun dengan menyerap ilmu racun dan ilmu sihir Raja Pembantai dari Selatan itu ludahku dapat kuubah menjadi beracun dan berbisa, tidak berarti aku begitu kebalnya terhadap racun sehingga dapat menelan limbah racun dari tubuh Pendekar Melati. Maka aku pun berlomba dengan waktu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tepat pada saat segenap racun di tubuhnya sudah punah. Kulepaskan Pendekar Melati, yang sembari berguling menjauhkan diri dari pangkuanku, dan segera melenting untuk mengirimkan tendangan dahsyat ke kepalaku. Jika aku tidak menghindar, jelas kepalaku akan hancur lebur beterbangan bagai abu, karena dalam kemarahan dan perasaan terhina, yakni mengira aku telah menjamahnya, ia telah menghimpun seluruh tenaganya dalam tendangan itu. Meskipun tenaga dalamnya tentu belum pulih benar seperti semula, tetap saja tendangan itu akan mampu menghancur leburkan kepalaku. JADI kuangkat tanganku sekadar untuk melindungi kepala dan kaki perempuan pendekar itu segera menghajarnya. Aku yang masih bersimpuh tergeser menyusur tanah sejauh seratus langkah, meninggalkan jejak geseran yang panjang di atas tanah itu. "Tunggu dulu Pendekar Melati, aku hanya bermaksud menolongmu!" Namun kalimat ini tentu tidak bermakna sama sekali bagi perempuan pendekar yang sedang kalap, karena barangkali mengira aku telah memperkosanya itu! Ia terus menyerangku dengan tendangan berantai, yang membuatku harus berguling-guling, sebelum akhirnya melenting, untuk memancingnya ke udara. Aku menghentikan tubuhku sejenak di udara, begitu ia melenting ke atas, aku turun dengan kecepatan kilat dan ketika berhadapan dengannya kutotok jalan darah untuk melumpuhkannya. Di bawah aku bersiap menerima tubuhnya yang jatuh, tetapi tak kulihat tubuhnya melayang turun. Sebaliknya, sesosok bayangan putih berkelebat menyebarkan harum melati. Seseorang telah menyambar tubuh Pendekar Melati dan kini hinggap di atas pohon. Dalam keremangan masih dapat kulihat busana jubahnya yang serbaputih, tetapi ia bukan bhiksuni karena kepalanya tidak gundul, sebaliknya berambut juga serba putih dan sangat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ panjang, bagaikan ia telah lama bertapa dan selama itu telah tumbuh rambutnya. Ia memanggul tubuh Pendekar Melati di bahu kirinya, sementara tangan kanannya memegang seruling bagaikan memegang pedang untuk menjaga segala kemungkinan. Namun aku tidak melakukan apa pun. Tak kulihat apa pun lagi dalam kegelapan, tetapi suaranya adalah suara seorang perempuan yang lembut dan sabar. "Maafkanlah muridku yang kurang hati-hati ini, wahai Pendekar Tanpa Nama yang perkasa. Telah kuikuti semua kejadian yang berlangsung di sini, karena telah kuikuti muridku Si Melati yang meninggalkan perguruan meski pelajarannya belum tamat, tetapi yang terlalu bersemangat mengalahkan semua orang sehingga merugikan dirinya sendiri. Terima kasih telah menolong muridku yang bengal ini, wahai pendekar, akan kujelaskan segalanya kepadanya nanti, agar ia dapat belajar dari segala kesalahannya... Datanglah ke perguruan kami jika melewati Gunung Halimun, akan kami sambut dirimu sebagai seorang sahabat. Sekali lagi maafkan dan terima kasih, kini harus saya ucapkan selamat tinggal..." Pada saat kudengar ucapan selamat tinggal ia sudah tidak kelihatan lagi. Ini berarti gerakannya lebih cepat dari suara. Jika dengan beban seperti itu ia masih dapat bergerak lebih cepat dari suara, pada saat bertarung dan mengerahkan segenap ilmunya, tentu ia pun dapat bergerak lebih cepat dari cahaya. Ilmu silat perempuan yang berjubah dan berambut putih itu tentu sudah tinggi sekali. Mengapa namanya tidak pernah kudengar" Jika tingkat ilmu s ilat muridnya yang belum menamatkan pelajaran saja sudah setinggi itu, bukan hanya tak terbayangkan jika pelajaran ilmu silatnya itu sudah tamat, melainkan lebih tak terbayangkan lagi ketinggian tingkat ilmu gurunya! Aku menghela napas panjang. Pepatah di atas langit ada langit bukanlah kata-kata kosong. Kuingat suara seruling tadi. Sekarang aku mengerti, jika kuburu suara itu, maka waktu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kembali mungkin saja tubuh Pendekar Melati sudah menghilang. Masalahnya, jika ia mengambilnya, bagaimana cara mengobatinya" Itulah sebabnya ia hentikan tiupan serulingnya, mungkin karena teringat percakapanku dengan Raja Pembantai dari Selatan sebelum meninggal. Telah dibiarkannya diriku menolong muridnya sebelum mengambilnya kembali. Apa yang harus kulakukan sekarang" Aku merasa sangat lelah dan berada di tengah kegelapan. Jadi kubangun pancaka untuk membakar jenazah Raja Pembantai dari Selatan. Setelah api menyala, tempat itu menjadi sangat terang. Termasuk menerangi dinding bangunan batu tanpa bilik. Kuperhatikan gambar pahatannya. Bergerak-gerak bagaikan hidup, menggambarkan kembali kehidupan. (Oo-dwkz-oO) GAMBAR yang dipahatkan pada dinding bangunan ini adalah gambar pahatan teratai. Dalam cahaya api yang bergerak-gerak, bunga-bunga teratai itu bagaikan benar-benar sedang merekah. Lantas kuingat cerita itu, tentang Sang Buddha yang menunjuk suatu bunga teratai yang memang sedang merekah, dan seorang murid yang melihatnya seketika mendapat pencerahan. Bunga teratai selalu terletak di kolam, tepatnya di atas air, dan dari kenyataan alam ini sering ditarik bermacam-macam perlambangan, yang sangat berguna bagi pelajaran tentang berbagai kebijaksanaan dalam kehidupan. KEMUDIAN api itu padam dan dunia kembali gelap. Begitu gelap, segelap-gelapnya gelap, tetapi masih tersisa bara api yang bukan hanya berasal dari kayu, tetapi abu jenazah Raja Pembantai dari Selatan. Bisakah kukuburkan saja abunya di tempat ini" Bangunan batu tanpa bilik ini kemungkinan besar juga sebuah makam. Tentunya seorang pejabat tinggi negara yang telah dimakamkan di tempat ini. Bangunan ini masih berada dalam keadaan bagus, tetapi tampaknya baru saja ditinggalkan dan tidak untuk dirawat lagi. Apakah kelak di TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ masa yang akan datang orang-orang akan menemukan kembali bangunan ini dalam keadaan runtuh, berlumut tebal dan berjamur putih sampai bentuk teratai itu tidak kelihatan lagi, dan mereka akan menggali di sana sini untuk menyelidiki digunakan untuk apakah sebenarnya bangunan yang disebut candi ini" Jika dulu aku diajak orangtuaku memeriksa dan menafsirkan berbagai lukisan di gua-gua para manusia dari masa lalu, mengapa pula orang-orang di masa yang akan datang kelak tidak harus melakukannya untuk memperkirakan bagaimana kehidupan kami" Apakah yang akan dipikirkan kelak tentang diri kam i berdasarkan segala sesuatu yang kami tinggalkan" Pada sebuah gua tempat tinggal manusia purba kuingat ayahku menggali di sana sini dan menemukan segala macam benda maupun tulang belulang dari masa yang jauh silam, yang kemudian ditafsirkannya. ''Lihat kerangka ini anakku, ini kerangka seorang perempuan yang dibunuh. Perhatikan, tengkoraknya retak, lehernya masih terjerat tali kulit, dan ia mengenakan banyak perhiasan dari tulang binatang. Mungkinkah ia dihukum karena melakukan kesalahan, ataukah ia seorang gadis yang dikorbankan dalam upacara suatu kepercayaan, kita belum tahu sekarang, tetapi baik dikau perhatikan tentang makna yang terpesankan. Bahwa manusia hidup demi suatu makna tertentu.'' Bukankah siapa pun dapat memperkirakan segala sesuatu dari apa pun yang akan ditemukannya kelak" Berdasarkan pengetahuanku yang terbatas atas berbagai macam candi, kubayangkan kelak orang-orang dari masa yang akan datang, mungkin akan menemukan apa yang disebut perigi candi. Dalam perigi candi, setelah sekian abad berlalu, mungkin hanya terdapat pasir kasar bercampur pecahan-pecahan batu yang kedalamannya seukuran tinggi kaki manusia, sedangkan di bawahnya, lebih pendek dari itu, sekitar sepertiga di atas TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dasar perigi, penuh dengan tanah merah bercampur pasir dan pecahan-pecahan batu serta sejumlah batu putih persegi yang sudah tak menentu letaknya. Lapisan terbawah terdiri dari atas pasir atas pasir halus dan di tengah lapisan ini terdapat sebidang tanah merah yang pada sisi utara dan selatan diapit oleh dua lapis batu persegi. Bertumpu di atas kedua pinggiran yang saling berhadapan dari batu teratas itu terdapatkan lagi tujuh lapis batu yang tersusun saling merapat dalam dua deretan ke atas sampai agak tinggi dari dasar perigi. Susunan batu-batu ini ternyata pada sisi-sisinya yang saling merapat itu diberi takuk, sehingga diperoleh semacam saluran segi empat yang menembus seluruh lapisan tadi. Pun saluran ini penuh dengan tanah merah. Dasar periginya diberi lagi lobang luas yang isinya hanya pasir bercampur tanah. Di sudut barat daya dari lantai perigi ini nanti akan ditemukan lagi sebuah batu perigi yang ditembus sebuah lubang bulat. Dalam bagian perigi yang penuh dengan tanah merah itu pula, akan kedapatan pada bagian baratdaya dua buah batu lain lagi yang bersusun menjadi satu dan yang bagian tengahnya diberi lobang segi empat dengan sisi-sisinya yang makin menyempit ke bawah. Rupanya kedua batu ini diperlakukan seperti sebuah peti, karena dari tutupnya, yang juga diberi lobang persegi dengan sisi-sisi yang meruncing ke atas, ditemukan pecahan-pecahannya. Aku terkejut sendiri dengan bayanganku. Seperti sebuah peti! Apakah yang akan mereka tafsirkan lagi selanjutnya dengan semua itu" Angan-anganku berlanjut. Petinya sendiri, yang diharapkan berisi abu jenazah, didapatkan cukup dalam di bawah lantai bilik candi, pada bagian teratas dari lapisan tanah merah tepat pada perbatasannya dengan lapisan. Letaknya di sudut timurlaut perigi. Mungkin mereka akan merasa aneh menemukan dua TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ buah cupu, masing-masing dari batu dan berbentuk kubus dengan tutup. Kedua-duanya kedapatan kosong, dalam arti bahwa isinya hanya pasir dan tanah. Akhirnya di sela-sela batu dalam perigi itu ada pula ditemukan Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pelbagai benda yang mungkin akan dihubungkannya dengan bekal penguburan, seperti beberapa potong emas, dua bentuk cincin mas kecil, sebuah matauang emas, sebuah batu akik merah, sejumlah potongan emas kertas, dan sehelai kepingan emas yang dipahat dengan gambar dewa dan tujuh baris tulisan. Bukankah mungkin saja penggalian yang menghasilkan berbagai penemuan itu ditutup dengan kesimpulan bahwa bangunan tersebut adalah makam" Namun penemuan dalam perigi di depan candi lain bisa lebih meyakinkan, seperti berikut: Sisa-sisa seekor trenggiling besar yang tidak menunjukkan tanda-tanda pembakaran, sepotong bagian rahang tupai, dua buah geraham landak, sebuah geraham lembu, dan sepotong pecahan periuk. Dari perigi candi lain, mungkin saja juga akan ditemukan tulangtulang kerangka manusiaO14) Di tempat yang sama, terkubur dalam-dalam terdapat peti berisi tanah bercampur arang dan abu berserta dengan kepingan-kepingan tembaga atau perunggu, duapuluh biji matauang, batu-batu akik dan manikmanik, potongan-potongan emas kertas dan perak, duabelas keping emas yang tujuh di antaranya dipotong segiempat dan bertulisan, sedangkan yang lima lagi dipotong menjadi berbentuk gambar kura-kura, naga, teratai, persajian dan telur. Di bawah cupu itu tanahnya bercampur arang, sedangkan dari tanah itu dapat ditemukan berbagai tulang binatang yang sudah hangus dan sekeping emas bertulisan. Bara api telah meredup, sebelum hilang lenyap sama sekali menyisakan pekatnya kegelapan. Mataku mulai sudah sayu. Apa yang harus kutinggalkan sebagai sekadar penanda, bahwa di tempat ini telah dikuburkan abu jenazah seorang Raja Pembantai dari Selatan" Namun dia bukanlah seorang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ raja, bahkan sebetulnya seorang candala takberkasta. Patutkah sebuah candi didirikan untuknya" Aku tidur menggantung dengan kepala terbalik pada batang pohon seperti kelelawar, tenggelam dalam lamunan yang berubah menjadi mimpi. (Oo-dwkz-oO) Episode 64: [Mantra atawa Aksara Bercahaya] APAKAH karena yang dibakar dan dikubur adalah Raja Pembantai dari Selatan yang ilmu sihirnya luar biasa, maka di depan candi ini berlangsung segala sesuatu yang serbaajaib" Dalam mimpiku terbayangkan abunya membentuk sosoknya seperti ketika masih hidup. Aneh, bukankah tiada lagi yang bisa lebih jahat dan lebih kejam dari tokoh satu ini" Kenapa dalam mimpiku ia bagaikan dewa tua yang dengan jenggot peraknya mengangguk-angguk anggun penuh kebijaksanaan" Apakah bagian dari sihirnya pula bahwa meski selalu dilakukannya pembunuhan terkejam demi ilmunya yang hitam, ia akan hadir dalam kenangan sebagai kakek tua tanpa dosa yang akan sebentar tampak sebentar hilang di tempat yang dimaksud sebagai akhir ia punya kehidupan" Ketika aku bangun dalam keadaan masih bergantung seperti kelelawar keesokan harinya, sisa mimpi itu masih terlihat, yakni sosoknya yang sedang mengabur dan meleburkan diri ke dalam dinding batu. Jika dinding itu dibongkar, aku yakin tidak akan menemukan apa pun jua, selain batu-batu itu sendiri, yang juga telah diletakkan entah siapa di sana. Aku tidak habis mengerti. Pertama, bukankah ia telah me lepaskan dan menyerahkan seluruh ilmu hitamnya, termasuk ilmu sihir, karena jika tidak nyawanya tak mungkin lepas dari tubuhnya; kedua, bukankah ia sendiri pun benarbenar sudah mati" Mungkinkah suatu ilmu hidup dalam dirinya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sendiri tanpa peranan manusia untuk menghidupkannya" Aku mengerjapkan mataku agar yakin tidak sedang bermimpi, dan aku memang tidak sedang bermimpi, dengan mata kepalaku sendiri kutatap sosok Raja Pembantai bagaikan bayangan yang masuk ke dalam dinding batu. Namun aku memang tidak perlu mempercayai mataku. Aku dapat memahaminya benar-benar sebagai bayangan, seperti bayangan pada cermin, yang tetap tampak ketika sosok yang dicerminkannya beranjak pergi. Mungkinkah" Tentu saja ini bukan sihir itu sendiri, ini seperti jejak pada permukaan tanah, tulisan pada rontal dan prasasti, atau sisi tajam sebuah pedang yang sengaja dibuat oleh pembentuknya untuk membunuh, yakni bahwa selalu ada sesuatu dari diri pembuatnya pada jejak-jejak itu, apakah sebagai jejak yang harfiah, atau apa pun yang dapat berlaku sebagai jejak, meski asal-usulnya memang tak bisa dikenali. Maka abu yang berasal dari sosok bekas pemilik ilmu sihir ini tidak sekadar menjadi abu sisa pembakaran yang biasa, karena ia lantas menjadi abu yang mengandung anasir sihir. Dalam persentuhan cahaya dan udara, sebagian abu yang tertiup angin pagi ini lantas menjelmakan segenap riwayatnya. Abu pembakaran jenazah yang tiada lagi menyisakan tulang itu memang sudah dikubur, tetapi siapakah yang bisa menjamin dalam kegelapan semalam tiada serbuk yang tercecer" Maka begitulah saat cahaya matahari pagi dengan kemiringan dan kekuningan tertentu menyapu tanah datar bekas galian, yang memang sama sekali tidak kutandai sebagai kuburan itu, demi menghormati siapa pun yang telah dikubur sebelumnya dan dibangunkan candi ini, meruaplah cendawan yang akan menjadi bayangan, sekali lagi hanya bayangan, dari yang dikenal sebagai Wabah Kencana. Namun meski hanya suatu bayangan, kenangan yang mengerikan bagi mereka yang sempat lolos dari Wabah Kencana sebenarnya diterima sebagai sesuatu yang nyata. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku tercenung melihat cendawan raksasa keemasan yang lapisan teratasnya bagai menyatu dengan langit, dan akan segera turun bagai janji akan berlangsungnya bencana. Namun meski kali ini janji itu tidak akan pernah ditepati, kenangan mengerikan atas keindahan menyakitkan itu tetap saja menyiksa. Dari tempat aku terbangun dapat kudengar segala bentuk ketakutan yang berakhir dengan berpindahnya penduduk desa darimana pun mereka dapat melihatnya. Keadaan ini sangat kacau. Tidak mungkinkah aku yang kini memiliki ilmu sihir itu me lakukan sesuatu untuk memusnahkannnya" Kupejamkan mataku dan kubaca segala mantra yang menampakkan diri sebagai aksara-aksara bercahaya di hadapan mataku yang terpejam. Kucari sesuatu yang barangkali merupakan mantra pemunah, tetapi deretan mantra dengan aksara bercahaya ini jumlahnya banyak sekali, tak hanya puluhan atau ratusan, melainkan ribuan. Raja Pembantai dari Selatan ini memiliki perbendaharaan ilmu sihir yang tidak terkirakan jumlahnya. T idak mengherankan bahwa sepanjang hidupnya ia tidak pernah terkalahkan. Aku mengerahkan kemampuanku untuk membaca lebih cepat dari berjalannya mantra-mantra bercahaya dalam keterpejamanku itu, sampai kuandaikan telah menemukan yang paling tepat. Kuhentikan jalannya mantra-mantra itu dengan daya batinku. Lantas aku membaca dan mengucapkannya. Saya tunduk kepada Bali, putera Virocana dan kepada Sambara dari seratus tipu muslihat kepada Naraka, kepada Nikumbha maupun kepada Kumbha kepada Tantukaccha, Asura besar Saya tunduk kepada Armalaya, kepada Pramila, kepada Mandoluka, kepada Ghatodbala dan kepada pelayanan terhadap Krsna dan Kamsa dan kepada Paulomi yang berhasil TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dengan mengabdi dengan mantra, saya mengambil sarika yang mati demi keberhasilan semoga berhasil dan berhasillah salam kepada makhluk berbulu Hidup! Semoga anjing-anjing tidur nyenyak dan mereka di desa yang tersadar mereka yang telah sampai tujuannya --tujuan yang kami cario tidur tenang sampai matahari terbit sete lah tenggelam sampai tujuan itu menjadi milikku sebagai buah Hidup! Aku tertegun, tetapi telanjur merapalnya. Bukankah ini mantra untuk menidurkan sebuah desa" Betapapun, tentang mantra-mantra yang agak umum diketahui, aku pun mengetahuinya. Mungkin karena ini bukan Wabah Kencana yang sesungguhnya, melainkan sekadar bayangan keemasan raksasa di langit, maka mantra yang tidak terlalu tepat bagi sasarannya ini berhasil menidurkannya. Bagaikan terbuat dari kain, cendawan raksasa yang meliputi langit itu mengendap turun ke bawah, seperti lenyap diserap tanah. Padahal itu hanyalah bayangan. Penduduk desa yang berlarian terhenyak tanpa suara, menyaksikan cendawan keemasan raksasa itu turun dari langit melewati tubuh mereka tanpa terasa. Mereka memegang-megang dan menarik-narik kulit tubuh mereka sendiri yang ternyata memang tidak mengelupas. Aku bergidik menyadari betapa Wabah Kencana itu kini berada dalam diriku. Tidakkah mengerikan jika kelak akupun tidak dapat mati karena ilmu warisan Raja Pembantai dari Selatan ini" Namun aku percaya kata-kata ibuku. ''Tidak ada yang tidak terkalahkan. Semua ilmu punya kelemahan. Setiap orang punya kelengahan.'' Semula aku mengingat kata-kata ini jika menghadapi lawan yang tangguh. Tiada kukira betapa kelak kata-kata semacam itu kelak diperlukan oleh setiap lawan yang menghadapiku, karena memang benar dalam pertarungan kita sangat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mungkin menjumpai lawan tak terkalahkan, tetapi yang sekaligus bukan tak mungkin untuk sekejap berada dalam kelengahan. Kini langit telah menjadi biru, sawah menjadi hijau, burungburung blekok yang putih terbang beriringan melintasi desa. Telah kukuburkan Raja Pembantai dari Selatan itu di depan bangunan batu tanpa bilik yang dipenuhi gambar pahatan bunga teratai. Tidak dapat kuduga di sebelah mana telah dikuburkan seseorang bagi siapa candi ini didirikan, tetapi kuburan abu jenazah yang kugali itu pun tidak akan dikenali orang. Candi ini telah ditinggalkan. Suatu hari akan digoyang gempa bumi. Ambruk sedikit demi sedikit. Terkubur abu letusan gunung berapi atau banjir lahar. Ditelan waktu dan sejarah. Sebelum ditemukan kembali pada suatu ketika kelak yang akan datang. Aku tercenung. Ingin berdiam dan memikirkan sesuatu. Manakah yang harus kujalani" Tetap diam dan berpikir, sampai kepada lahirnya penemuan yang mencerahkan, ataukah mencarinya dalam suatu perjalanan" Aku berkemas. Umurku masih 25 tahun. Aku harus berangkat sekarang juga. BEGITULAH aku berjalan menuruti ke arah mana pun kakiku menuju. Aku berjalan terus menuju ke utara karena aku ingin menuju ke pantai, mencari pelabuhan, dan melihat kapal-kapal yang datang dan pergi, ke Srivijaya, Champa, Jambhudvipa, dan Tartar. Namun aku tak tahu masih akan berapa lama lagi sampai ke sana. Aku berjalan kaki seperti orang-orang lain, karena kemampuan bergerak lebih cepat dari kilat tidaklah untuk digunakan dalam kehidupan seharihari. Seorang pendekar yang baik harus menjaga agar dirinya tetap membumi. Lagipula menggunakan tenaga dalam dan ilmu meringankan tubuh terus menerus bukanlah tanpa bahaya. Menggunakan tenaga dalam tanpa takaran justru akan melumpuhkan dirinya sendiri. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Di luar masalah itu, jika aku tidak berusaha meleburkan diri ke dalam kehidupan sehari-hari, kapan lagi dapat merasakan kehidupan seperti banyak orang lain" Pernah kuceritakan tentang kehidupan para pendekar yang sunyi, ketika mereka memilih untuk menyepi dari kehidupan ramai, menenggelamkan diri dalam pencarian kesempurnaan ilmu silat, dengan cara berlatih dan bertarung, bertarung dan bertarung, sampai baginya terbuka jalan, menuju kematian dan kesempurnaan. Dengan menuruti jalan kehidupan seperti itu, seorang pendekar tenggelam dalam dunia yang tak bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari, karena ia hanya muncul untuk bertarung lantas berkelebat menghilang lagi. Maka begitulah aku berjalan menyusuri ladang, persawahan, hutan, ladang, persawahan, hutan, dan pemukiman. Dari pemukiman satu ke pemukiman lain aku berjalan sebagai orang awam, tidak berkelebat, tidak melenting dari atap ke atap, dan tidak memanfaatkan tenaga dalam, tetapi tetap saja aku menimba banyak pelajaran. Kubayangkan, seandainya aku tidak mengenal dunia persilatan, dengan segenap ilmu sihir, ilmu racun, dan segala ilmu hitamnya, rasanya aku juga akan tetap bahagia dengan pengetahuan yang bertebaran dalam kebudayaan. Namun di sebuah kedai, kutemukan bahwa orang awam Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tidak asing dengan segala macam cerita kegaiban. Seseorang yang baru pulang dari negeri Sriv ijaya bercerita. ''Batu-batu kutukan itu memang mampu mengutuk orang jahat,'' katanya, ''tentu dengan syarat bahwa ia bisa membaca.'' ''Kalau tidak bisa membaca"'' ''Yah, bagaimana ia bisa terkutuk" Kutukan itu tertera pada batu, suatu prasasti malah, aku bahkan menyalinnya seperti ini, biar kubacakan.'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ia mengeluarkan beberapa lembar lontar. Orang-orang berlarian keluar dari kedai. Kecuali aku tentunya. ''Hai! Kembali! Kenapa kalian lari"'' ''Kamu menyalin kutukan itu bukan"'' Orang itu tertawa terbahak-bahak. ''Hahahaha! Dasar orang bodoh! Sudah kubilang kalau tidak bisa membaca bagaimana bisa terkutuk" Lagipula kutukan itu tidak bisa dibaca!'' Dari luar mereka pelan-pelan masuk kembali sambil matanya mengawasi lembar-lembar lontar itu, yang seolaholah mengandung kekuatan sihir. ''Dengar dulu, biar kubacakan.'' Ia memang menyalin dari sebuah prasasti, yang katanya terdapat di sebuah tempat bernama Kota Kapur. Kota yang terletak di sebuah pulau. Prasasti dari tahun 686 itu, jadi sebelum aku dilahirkan, menggunakan bahasa yang disebut sebagai Melayu. //siddha // titam hamwan wari awai kandra kayet ni paihumpaan namuha ulu lawan tandrun luah makamatai ta ndrun luah winunu paihumpaan hakairu muah kayet nihumpa u nai tunai umenten bhakti niulun haraki unai tunai // kita sawanakta de wata maharddhika sannidhana mamraksa yam kadatuan sriwijaya kita tuwi tandrun tuah wanakta dewata mulana yam parsumpahan parawis kadaci yam uram di dalamnya bhumi ajnana kadatuan ini parawis drohaka hanun samawddhila wan drohaka manujari drohaka niujari drohaka tahu dim drohaka tida ya marppadah tida ya bakti tida ya tatwarjjawa diy aku dnan di iyam nigalarku sanyasa datua dhawa wuatna uram inan niwunuh ya sumpah nisuruh tapik ya mulam parwwandan datu sriwijaya alu muah ya dnan gotrasantanana tathapi sawanakna yam wuatna jahat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ makalanit uram makasa makagila mantra gada wisaproga upuh tuwa tamwal saramwat kasihan wasikarana ityewamadi janan muah ya siddha pulam ka iya muah yam dosa na wuatnu jahat inan tathapi niwunuh ya sumpah tuwi mulam yam manu ruh marijjahati yam marijjahati yam watu niprathista ini tuwi niwunuh ... tida tatwarjjawa diy aku dhawa wua tna niwunuh ya sumpah ini gran kadaci iya bhakti tatwarjjawa diy aku dnan di yam nigalarku sanyasa datua santi muah kawuatana dnan gotrasantanana samrddha swastha niroga nirupadrawa subhiksa muah yam wanuana parawis // sakawarsatta 608 dim pratipada suklapaksa wulan waisakha tatkalana yam mammam sumpah ini nipahat di welana yam wala sriwijaya kaliwat manapik yam bhumi jawa tida bhakti ka sriwijaya// Aku berada di belakangnya, jadi aku bisa menatap tajam tulisannya di atas lontar itu. Hmm. Ia melompati bagian yang dimaksud sebagai kutukan, tentu karena ia mungkin berpikir betapa dirnya sendiri bisa terkena kutukan tersebut. Namun ketika memperhatikan aksaranya, aku berpikir keras, memang tak seorang pun akan bisa membacanya. Apakah para pembuat kutukan itu bersungguh-sungguh" Siapa yang bisa kena kutuk jika tak seorang pun dapat membacanya" Sayang sekali aku bukan seorang ahli bahasa, sehingga tak mampu membongkarnya.'' Apa yang terjadi jika ada yang mampu membacanya"'' ''Ya terkutuk seperti tertulis itulah! Kalian sudah mendengarnya bukan"'' Bagiku lebih menarik gambaran yang kudapatkan dari aksara-aksara itu. Balatentara yang menyerang Yavabhumipala atau Javadvipa yang disebutnya bhumi Jawa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ itu. Kubayangkan kapal-kapal yang dibangun berbulan-bulan di tepi pantai dalam jumlah ratusan. Ribuan orang dinaikkan ke kapal-kapal itu dan berangkat berlayar. Di lautan barangkali badai mengempaskan beberapa kapal dan orang-orangnya terapung minta tolong sebelum akhirnya tenggelam. Telah kudengar serbuan orang-orang bhumi Jawa ini ke Champa dengan kebuasan yang diperbandingkan dengan kelelawar penghisap darah, dan kini kubaca bahwa 88 tahun sebelumnya yang disebut kadatuan Sriv ijaya mengirimkan balatentaranya ke Javadvipa. Apakah mereka juga mengamuk seperti kelelawar yang beterbangan dan turun menyambar untuk mengisap darah" Telah terjadi serang menyerang. Kurasa itu semua sangat melelahkan. Namun kukagumi pandangan melampaui cakrawala yang telah memberangkatkan kapal-kapal apa pun dari pantai mana pun sampai mencapai negeri di mana pun. ''Apa yang dikau kerjakan di pulau itu, Bapak"'' Aku bertanya sembari mendekat pelan-pelan. Orang-orang lain masih takut mendekat mengira salinan prasasti Kota Kapur itu juga bertuah. Lelaki tinggi besar yang sedang mengunyah ayam rebus berbumbu berikut dengan tulang-tulangnya itu melihat kepadaku dari atas ke bawah. ''Mengapa dikau tanyakan itu, Bocah"'' Ah, aku masih juga dipanggil bocah! ''Karena daku juga ingin tahu apakah yang dapat kukerjakan jika pada suatu hari sampai ke pulau itu.'' Lelaki itu manggut-manggut, menepuk kepalaku dengan tangan yang tidak memegang ayam. ''Ya, ya, ya, berangkatlah Bocah, tenagamu pasti akan berguna di sana!'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lantas ia tertawa terbahak-bahak dan terpingkal-pingkal. Apakah yang dianggapnya lucu" ''Hahahahahahaha! Datanglah ke Kota Kapur di Pulau Bangka, wahai bocah, agar dikau bisa belajar menjadi Manusia Kapur! Huahahahahahaha!'' (Oo-dwkz-oO) Episode 65: [Orang-orang Srivijaya] LELAKI tinggi besar yang kulitnya hitam itu bercerita tentang peristiwa di Kota Kapur, bahwa prasasti itu memang sudah banyak memakan korban, yakni bahwa ternyata ada saja yang mampu membaca baris-baris kutukan tersebut. Pada saat mereka membacanya maka mereka jatuh menggelepar seperti telah diracuni. Agaknya para perancang kalimat yang tertera pada prasasti itu memang mengarahkannya kepada musuh tertentu, yang terandaikan bahasanya sama dengan bahasa kutukan tersebut. Artinya, siap apun yang mampu membaca kalimat kutukan itu pasti datang dari negeri musuh, dan akan terkutuk. Anak negeri sendiri diandaikan takdapat membacanya, seperti memang sudah terjadi, dan tidak akan mendapat petaka apa pun. ''Jadi, jika dia seorang mata-mata misalnya, dari negeri lawan itu, pasti tak dapat menghindar untuk tidak membacanya, dan akan jatuh menggelepar.'' Prasasti itu diletakkan di gerbang kota , sehingga siap apun orang asing yang lewat dan membacanya, dan berasal dari negeri yang menguasai bahasa kutukan tersebut akan jatuh menggelepar. ''Seperti keracunan"'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Ya, seperti keracunan, tetapi itu berkat mantra kutukan tersebut.'' Telah mengendap ribuan mantra sihir yang dipindahkan Raja Pembantai dari Selatan itu ke dalam diriku, sebegitu jauh takt erdapat mantra seperti mantra kutukan pada prasasti Kota Kapur tersebut. Kalau ada, dan aku bisa membacanya, akupun tentunya telah terkena kutukan. Orang-orang dalam kedai mendekat kembali. Lelaki tinggi besar yang hitam itu bercerita bahwa tanpa harus dijaring dengan mantra kutukan pun sebetulnya sangat mudah menandai orang-orang asing, karena orang-orang Kota Kapur memang merupakan Manusia Kapur. Tubuh mereka memutih bukan karena kulitnya yang putih, tetapi karena kapur basah yang dioleskan dengan jerami ke tubuh mereka. Maka segalanya memang serba memutih di Kota Kapur, kota yang terletak di antara pegunungan kapur, tempat angin yang berhembus selalu membawa serbuk-serbuk kapur. 'ITU bukan kadatuan Srivijaya, prasasti itu didirikan di sana untuk mencegah pemberontakan.'' Orang-orang Kota Kapur dengan begitu juga disebut Manusia Kapur, karena mereka menganggap kapur sebagai bagian diri mereka. Namun selain masalah wajah dan tubuh yang dilabur kapur, sebetulnya orang-orang Kota Kapur sama saja dengan orang lain. ''Jadi, mengapa Bapak mengatakan tenagaku dibutuhkan di sana"'' ''Oh, itu! Karena mereka semua orang-orang terpelajar Bocah! Mereka hanya suka membaca saja. Di sana orang berdebat di jalanan. Tidak ada yang bekerja. Mereka membayar orang lain untuk bekerja di ladang, menangkap ikan, dan menggali tambang. ''Tambang"'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Ya, ada tambang timah di sana. Kadatuan membuat mata uang dari hasil tambang itu.'' Dalam kepalaku terbayangkan sebuah dunia yang serbaputih. Pegunungan kapur, kota kapur, dan manusiamanusia berlumur kapur... ''Apa saja yang mereka perdebatkan"'' ''Ah, pertanyaan dikau bagus Bocah, tetapi aku hanya tahu mereka berdebat, mungkin tentang agama, mungkin pula tentang filsafat, tetapi jangan minta daku menjelaskan apa isinya. Daku hanya menjadi kuli di sana, memikul barangbarang dagangan, dari kapal maupun untuk dimuat ke atas kapal. Semuanya kapal-kapal dagang Sriv ijaya, datang dan pergi dari Javadvipa, Pulau Bangka hanyalah tempat persinggahan.'' Orang-orang lain kemudian juga banyak bertanya. Aku mengundurkan diri dan menjauh. Di luar kedai kulihat kerumunan manusia yang sedang menyaksikan pertunjukan silat. Seorang anak tampak memperagakan jurus-jurusnya, sementara orangtuanya suami isteri tampak mengiringinya dengan kendang dan tiupan seruling. Anak itu gerakannya memang luwes dan memikat seperti tarian. Rupanya mereka baru saja mulai. ''Tuan-Tuan dan Puan-Puan izinkanlah kami sekadar unjuk kepandaian di sini, tiada lain maksud kami hanyalah mencari makan, maafkan sebelumnya. Bagi yang satu guru dan satu ilmu mohon jangan mengganggu, karena pertunjukan ini memang hanya untuk penghiburan.'' Pandai sungguh lelaki itu menepuk kendang dan perempuan itu meniup seruling. Mulut lelaki itu pun berbunyi seperti memainkan alat lain, mengiringi permainan silat anak mereka. Penonton agaknya senang dan berkali-kali bertepuk tangan. Kuperhatikan anak itu memainkan silat burung bangau yang digabungkan dengan silat harimau, aliran yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ paling sering disebarkan di antara orang-orang awam. Jika ilmu silat orang-orang sungai telaga dan rimba hijau sering sudah dirusak oleh ilmu racun dan ilmu sihir, yang menunjukkan minat hanya demi kemenangan pertarungan, maka ilmu silat yang dima inkan orang awam lebih tampil sebagai seni beladiri atau olahraga kesehatan. Maka menyaksikannya lebih menyenangkan dibanding pertarungan para pendekar yang selalu berakhir dengan tumpahnya darah. Anak itu bersilat seperti menari. Indah sekali. Melompat dan menendang dengan tangan terkembang seperti bangau, berguling dan mengelak untuk kembali menerkam seperti harimau, gerakannya manis dan meyakinkan seolah ada lawan terbayang di hadapannya, dan setelah berakhir membungkuk hormat ke segala penjuru. Setelah selesai, berganti ibunya masuk ke tengah lingkaran, dan anak itu ganti memegang seruling. Ibunya bersilat dengan sepasang kipas yang indah seperti hiasan dinding. Ia berguling, melompat, dan menendang, sementara kipasnya bagaikan bisa berubah menjadi perisai cahaya yang melindunginya dari segala serangan. Namun kadang-kadang, ia berhenti seperti patung, dan bergerak pelan seperti menari, sebelum memperagakan bagaimana kipas itu bisa menjadi senjata dengan kebutan mematikan. Kukenali jurus itu sebagai Jurus Kipas Maut yang memang diandalkan para pesilat bersenjata kipas. Kemudian masuklah lelaki itu sebagai penyerang, kendangnya diambil alih anak itu, yang rupanya juga bisa memainkan kendang. Aku tergeleng-geleng. Sungguh keluarga yang luar biasa! Lelaki itu menyerang dengan sebuah golok. Meski tampak bersungguh-sungguh, sudah jelas ia tidak ingin melukai istrinya. Golok itu tampak meliuk-liuk di antara cahaya kipas, tapi segera terjepit dan dilemparkan ke udara. Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sementara suaminya berpura-pura ternganga melihat golok itu terlempar ke atas, ia ditendang oleh istrinya sampai tergulingTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ guling. Istrinya cepat menyimpan kipas dan menangkap kembali golok itu, lantas mengacungkannya ke arah sang suami. ''Ampuuuunn! Ampuuunnn!'' Suaminya menyembah purapura ketakutan dan orang-orang tertawa geli serta kegirangan. LELAKI itu melompat dan bersama istrinya segera menjura kepada penonton, sementara anak kecil itu segera berkeliling sambil membawa batok kelapa. Tidak semua penonton melempar mata uang, maka batok kelapa itu pun tidak terisi terlalu banyak. ''Terima kasih! Terima kasih khalayak! Itulah sekadar peragaan, bagaimana perempuan dapat membela dirinya meski hanya berbekal kipas! Jika ada kesalahan yang tidak disengaja mohon maaf! Kini kami pamit mundur melanjutkan pengembaraan!'' Mereka bertiga menjura untuk terakhir kalinya dan penonton bertepuk tangan gembira. Aku juga ikut bertepuk tangan, terharu melihat mereka bertiga. Diam-diam telah kulempar mata uang emas ke dalam batok kelapa tadi. Namun segera terdengar suara garang. ''Tunggu!'' Seorang lelaki berkumis tebal memasuki lingkaran. Tampak jelas ia seorang punggawa, rambutnya tersanggul rapi, berkelat bahu, berkain wdihan dan berikat pinggang emas, bahkan berterompah. Ia datang sudah membawa golok. ''Kau bilang perempuan dapat membela dirinya dengan kipas"'' Matanya menatap tajam ke arah lelaki itu, yang tampaknya segera menangkap nada tantangan, tetapi tampak menahan diri. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Begitulah Tuan, itulah yang kami sampaikan sebagai pertunjukan, mohon maaf bila terdapat kesalahan.'' Punggawa itu menunjuk dengan goloknya. ''Itu berarti menurut mulutmu yang lancang siapa pun yang berkelamin betina bisa mengalahkan yang berkelamin jantan dalam pertarungan"'' Lelaki itu masih menahan diri. ''Jika seorang perempuan belajar silat, Tuan.'' ''Hmmh! Seperti seorang pendekar maksudmu" Seperti dongeng tentang dunia persilatan" Sanggupkah betinamu itu membuktikannya"'' Lelaki itu seperti masih akan mengatakan sesuatu yang bernada mengalah, tetapi istrinya tampak sudah naik pitam. ''Biarkan dia maju Kakak! Biarkan semua orang menyaksikannya!'' Punggawa itu mendengus. ''Hmmh! Kakak....'' Lantas ia meludah ke tanah. ''Ternyata kalian orang-orang Sriv ijaya yang berkeliaran! Kita memang tidak sedang berperang, tetapi nyali besarmu cukup menyinggung perasaan!' ''Maafkan kami Tuan....'' ''Kakak! Biarkan dia maju! Tak pernah ada seorang pun yang keberatan dengan kedatangan kita! Bukankah dia memang minta pembuktian!'' Lelaki itu belum sempat menjawab ketika punggawa tersebut berseru, ''Dengarlah khalayak! Kalian akan menjadi saksi bahwa pertarungan ini untuk membuktikan apakah benar mereka yang berkelamin betina mampu mengalahkan yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berkelamin jantan! Mereka telah berani unjuk kepandaian, berarti harus berani mempertanggungjawabkan! Artinya jika betina ini nanti kutewaskan, tidak boleh ada tuntutan!'' Lantas katanya kepada lelaki pesilat itu, ''Kecuali kamu cabut kata-katamu, bahwa betina bisa membela diri dengan kipas jika diserang lelaki, maka nyawa betinamu masih bisa kamu selamatkan!'' Lelaki yang sejak tadi seperti mengalah itu saling berpandangan dengan istrinya. Anaknya memegang tangan ibunya dengan tegang. ''Biarkan aku, Kakak, biarlah semua orang menyaksikannya, bukan kita yang mencari gara-gara.'' Aku juga ikut menjadi tegang. Lelaki itu mengangguk, seperti memberi isterinya itu perkenan. ''Baiklah Tuan, jika Tuan mendesak, saya menerimanya, tak akan menuntut jika isteri saya mati di tangan Tuan....'' ''Ayah!'' Anaknya berteriak, tetapi ibunya mengelus kepala anaknya itu sebelum melangkah ke tengah lingkaran. Penonton bergumam, suaranya seperti lebah mendengung. Kedai itu berada di sebuah pasar desa yang ramai, tetapi yang mendadak senyap ketika perempuan itu melangkah ke tengah lingkaran yang kini menjadi gelanggang pertarungan antara hidup dan mati. Perempuan itu, kukira 40 tahunan usianya memang berbusana seperti pesilat. Ia tidak mengenakan kain dari pinggang ke bawah seperti perempuan lain, melainkan berkancut seperti lelaki, hanya saja ia menutupi payudaranya dengan kain saling menyilang yang terikat di pinggang, sehingga tidak akan mengganggunya ketika me lompat dan berguling. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ RAMBUTNYA yang tidak terlalu panjang terikat seperti ekor kuda, dan ia masih mengikatkan sepotong kain pada lingkar kepalanya sehingga sisa kainnya jatuh bersama rambut ekor kudanya. Ia berdiri di sana dengan sepasang kipas, tetapi ia menyembunyikan tangan kanannya yang juga memegang kipas di balik pinggang. Artinya ia akan menghadapi punggawa itu hanya dengan tangan kiri. ''Bersiaplah untuk mati, wahai betina Sriv ijaya!'' Punggawa itu datang berjalan dengan pongah. Ia bahkan tidak merasa perlu mengikat kain wdihan-nya yang menjumbai dan sebetulnya menghalangi pergerakan dalam pertarungan. Namun tampaknya ia menganggap tak akan ada pertarungan. Ia bergerak cepat seperti mau membacok kayu. Luput. Ia membacok lagi. Luput lagi. Bahkan perempuan pesilat itu nyaris belum bergerak. Hanya menggeser kuda-kudanya sedikit dan tangan kanannya tetap menyembunyikan kipas di balik pinggang. Merasa goloknya tak akan pernah mengenai sasaran, punggawa itu mulai menyerang dengan jurus-jurus yang menjebak, dan tidak bisa sekedar dihindari jika tak mau terbunuh. Ternyata bahwa punggawa ini memiliki juga ilmu silat yang bisa diandalkan dalam keprajuritannya. Namun jangankan membunuh, menyentuh pun takbisa dilakukannya sama sekali, padahal perempuan pesilat itu seolah-olah belum bergerak sama sekali. Sebaliknya, sekali-kalinya bergerak, dengan kipas di tangan kirinya ia bisa memukul pelan kepala punggawa tersebut seperti menghukum anak kecil. Semakin marah tentunya punggawa itu. Ia putar pedangnya begitu rupa sampai wujudnya tidak terlihat. ''Matilah engkau betina siluman!'' Ia berteriak kalap. Namun perempuan pesilat itu menguasai Jurus Kipas Maut dengan baik. Masih dengan tangan kanan berkacak pinggang, ia melayani perma inan pedang punggawa itu dengan tangan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kiri. Gerakannya jauh lebih cepat, sehingga bukan hanya kepala punggawa itu, tetapi bahkan pedang itu sendiri bisa ditepuk-tepuknya seperti guru mengajari murid. Punggawa itu memaki, tetapi tidak ada yang dapat dilakukannya. Penonton berdecak menyaksikan kepandaian perempuan itu, yang akhirnya masih dengan tangan kiri menepuk pedang dengan kipas sampai jatuh dan dengan kipas yang sama dan kini dikembangkannya ia tampar wajah sang punggawa yang langsung jatuh terguling-guling. Perempuan itu langsung siap dengan kuda-kuda berikutnya, dengan kipas terkembang menutupi wajahnya. Matanya menatap tajam ke arah punggawa itu. ''Bukankah, sahaya bisa membela diri, wahai T uan"'' Melihat ini semua, penonton bertepuk tangan dan menggumam kembali penuh kekaguman. Punggawa itu berdiri dan menggerakkan tangan. Wajahnya penuh dengan dendam kesumat. Muncul sepuluh orang dari lingkaran, yang bersikap seperti anak buah punggawa itu, mengepung rombongan kecil pesilat ini. ''Kalian telah mengganggu ketenteraman, harus ditangkap!'' Namun keluarga pesilat ini rupanya sudah siap menghadapi segala keadaan. Mereka segera berkelompok saling memunggungi, siap menghadapi lawan dari jurusan manapun. Meskipun, tampak pasangan suami isteri tersebut sangat melindungi anak mereka, yang betapapun memang masih di bawah umur. ''Tuan-Tuan yang gagah dari kerajaan Mataram,'' ujar lelaki yang disebut berasal dari Sriv ijaya itu, ''mohon perhatian bahwa kami tidak menyalahi perjanjian yang mana pun. Kami telah bertarung untuk membuktikan perempuan dapat mengalahkan kaum lelaki dengan ilmu silat, seperti yang telah diminta, di bawah kesaksian khalayak. Jika mereka tidak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ merasa terganggu, mengapa kami dianggap mengganggu ketenteraman"'' Lantas ia berteriak, ditujukan kepada semua orang. ''Khalayak! Kami datang hanyalah untuk mencari nafkah dan membina persahabatan; bahkan negara kita pun tidak saling bermusuhan! Kami mohon keadilan!'' Punggawa itu juga berteriak, ''Awas! Siapa pun yang membela orang-orang Sriv ijaya ini tak akan lolos dari hukuman!'' Khalayak penonton itu saling berpandangan. Tidak pernah mereka duga tentunya betapa peran mereka kini sangat menentukan. Sebagai penonton semula seolah-olah mereka tak terlibat, kini mendadak harus ikut bertanggung jawab untuk setiap keputusan, apakah membela para perantau tersebut, ataukah membiarkannya ditangkap para petugas kerajaan. Sepuluh anak buah punggawa itu sudah menghunus pedang mereka masing-masing, siap menangkap keluarga itu. Meskipun aku mempersiapkan diriku untuk membantu, kalau hanya menghadapi sepuluh orang tersebut, ditambah punggawa itu sekalipun, kuperkirakan suami istri itu akan tetap unggul. Aku hanya memikirkan anak kecil itu, yang setiap saat bisa saja tersambar ayunan pedang. Aku percaya anak itu memang telah dilatih dengan baik, tetapi dalam pertarungan tingkat rendah yang bisa menjadi sangat liar dan purba ini segalanya bisa berlangsung di luar perhitungan apa pun. (Oo-dwkz-oO) Episode 66: [Merajai Gunung dan Samudra] TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun tiba-tiba lingkaran manusia yang membentuk gelanggang itu terkuak. Kulihat seorang bangsawan duduk di atas kuda hitam. Ia masuk pelahan ke tengah gelanggang sambil menatap berkeliling. Busananya mewah, mulai dari mahkota sampai kalung, gelang anting-anting dan cincin, sangat menyilaukan mata yang melihatnya. Dia bagaikan datang dari langit. Selain gelang tangan. ia juga mengenakan gelang lengan, juga ikat pinggang emas yang melingkari widihan rajayoga sutera tipis yang dikenakannya. Bagaikan mendadak saja ia sudah ada di sang. Semua orang segera bersimpuh dan menyembah. Aku sebetulnya tidak pernah menyembah kepada siapapun seumur hidupku, tetapi aku juga tidaklah begitu angkuhnya sehingga harus menyulitkan hidupku sendiri, maka aku pun pura-pura ikut menyembah, ingin mengetahui saja apa yang akan terjadi selanjutnya. Para pesilat, punggawa dan sepuluh pariraksa anakbuahnya juga menyembah. Kudengar kudanya masih berjalan berputarputar sebentar sebelum ia berbicara pelan. "Sejak kapan anggota bala sarajya di bawah Rakai Panunggalan mempermalukan dirinya sendiri seperti ini?" Tiada suara yang menjawabnya. Suasana sunyi senyap, padahal ratusan orang berkumpul di situ. Detak kaki kudanya terdengar jelas. Di berbagai sudut, kadatuan pariraksa atau pengawal istana tetap berdiri menjaga kemungkinan. "Sejak kapan pula punggawa Kerajaan Mataram begitu bersemangatnya untuk memerangi seorang perempuan, hanya untuk dikalahkan?" Hanya detak kaki kuda melangkah pelan menjadi jawaban. Kuda itu mendengus, seperti mewakili kegusaran penunggangnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kuharap yang merasa dirinya bersalah maju ke depan." Suara itu sangat perlahan untuk tidak mengatakn lemah lembut. Aku mencoba melirik dalam keadaan menyembah dengan dahi menyentuh tanah seperti itu. Ternyata sulit melihat apa pun. Jadi kupejamkan saja mataku. Menancap ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang. Dalam keterpejaman dapat kusaksikan keadaan melalui pergeseran tubuh dengan udara, maupun panas tubuh itu sendiri yang dalam keterpejaman terlihat jelas memancarkan cahaya redup di luar kulitnya. Punggawa itu melangkah berjongkok dengan kepala tetap tertunduk. Pedangnya tertinggal di tanah. Tubuhnya gemetar. Katakan padaku, hukuman apa yang pantas bagi s iapa pun yang mempermalukan kerajaan!" Pungggawa itu tidak menjawab. Keringatnya menetes satu Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo demi satu. "Dikau tidak mengerti, Punggawa?" Pungggawa itu mengangguk. Airmatanya mengambang. "Katakan!" Pelahan sekali jawaban itu keluar dari mulutnya. "Mati..." "Bicaramu pelan seperti perempuan, khalayak tidak bisa mendengarnya." "M-a-t-i." Suara punggawa yang bergetar itu tidak keras, tetapi dalam kesenyapan seperti ini, bahkan hembusan napasnya pun terdengar jelas. "Berdiri." Bangsawan itu berujar pelan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kudengar tubuh punggawa itu beranjak. Lantas kusaksikan dalam keterpejamanku tangan bangsawan itu melambai kepada salah seorang pengawalnya yang segera melompat mendekat. Dengan anggukan kepala, bangsawan itu memberi isyarat. Lantas membalikkan kudanya memunggungi punggawa itu. Kadatuan pariraksa itu menggerakkan tangannya. Dalam sekejap pedang"hya telah kembali ke sarungnya. Tubuh punggawa itu ambruk tanpa kepala lagi. Kudengar suara orang-orang menelan ludah. Lantas kudengar suara langkah kuda yang menjauh. "Kira tidak berperang dengan Kadatuan Sriv ijaya," katanya. "Tidak satu pun warganya yang datang ke Yavabhumipala boleh disentuh. Hormatilah orang asing dari manapun mereka datang. Mereka adalah tamu kita." Segenap, pengawal menaiki kuda mereka kembali, mengiringinya dari belakang. Orang-orang masih saja menyembah. Baru setelah terdengar rombongan berkuda itu menderap dan kemungkinan besar tidak kelihatan lagi, orangorang mengangkat kepala. Sebagian menjerit dan berteriak melihat kepala punggawa yang sudah terpisah dari tubuhnya. Lelaki tinggi besar yang tadi bercerita di dalam kedi berkata kepada pariraksa punggawa tersebut. "He, cepat urus pemimpin kalian! Banyak anak kecil di sini!" Para pariraksa yang masih belum hilang rasa terkejutnya tergopoh gopoh membungkus tubuh dan kepala punggawa itu dengan tikar yang harus cepat pula mereka bayar. Mereka memasukkan mayat itu ke dalam gerobak yang lalu mereka hela sendiri sambil bersungut-sungut. Aku sudah mengangkat kepala sejak tadi. Semula orang banyak masih tertegun-tegun, tetapi setelah gerobak berisi badan dan kepala itu menghilang pasar segera kembali. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun tidak berarti ketegangan juga menghilang, tidak seorang pun kemudian menegur ketiga pesilat itu. Ketiganya sedang berkemas. Sebelum melanjutkan perjalanan mereka makan dan minum dahulu, dan karena itu mereka memasuki kedai, baru sampai di pintu, pemilik kedai sudah berteriak dari dalam. "Maaf, Bapak, janganlah masuk kedai ini, kami tidak ingin masalah terjadi lagi. Maaf, carilah tempat lain, Bapak." Mereka urung memasuki kedai. "Marilah kita pergi saja, Kakak, sepanjang perjalanan juga baru kita mendapat sambutan seperti ini," ujar perempuan pesilat yang kini telah mengenakan ken seperti perempuanperempuan lain, kain itu melingkari pinggang ke bawah. Dadanya kini terbuka. Kulihat rajah matahari berada atas pusarnya. "Ya, marilah kita pergi," kata lelaki pesilat itu sembari menggandeng anaknya. Mereka pun pergi dengan tabah. Kurasa mereka sangat menyesali kejadian itu. Aku mengamati semuanya dengan perasaan waswas. Mereka sama sekali tidak bersalah, tetapi kita tidak selalu tahu apa pikiran orang lain. Terutama kukhawatirkan keselamatan anak kecil itu. Aku segera berkelebat mengikuti mereka. Sepanjang jalan ke luar desa, melalui deretan hutan jati, kulihat mereka berjalan dengan kepala tertunduk. "Salahkah aku melayani tantangannya, Kakak?" "Sama sekali tidak, memang tidak ada kemungkinan lain selain melayaninya, asal tidak ada yang terbunuh." "Tapi akhirnya dia terbunuh, bukan?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kukira bukan kita yang harus disalahkan. Aku, hanya sedih karena tidak bisa menghindarinya." "Maafkan saya, Kakak, telah menimbulkan kesulitan." "Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri. Memang kita harus selalu siap dengan peristiwa yang tidak kita inginkan dalam perjalanan. Yang penting anakmu selamat. Jika terjadi sesuatu kepadanya, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan kepada orangtuanya." Aku terkesiap. Jadi anak itu bukan anaknya" Barangkali keduanya juga bukan suami-istri. Bisa saja, bukan" Entah curiga, siapakah anak itu sebenarnya" Seperti teringat kepada nasibku sendiri, aku menjadi lupa segalanya selain keselamatan anak itu. Sembari mengikuti mereka dari kejauhan, kucoba mengingat apa yang kuketahui tentang Srivijaya sampai hari ini. Lebih dari seratus tahun yang lalu, sebuah kerajaan yang didirikan orang-orang Melayu di Suvarnabhumi atau Suvarnadvipa atau juga Samudradvipa bangkit sebagai kekuatan armada pelayaran terkuat yang melayani jalur perdagangan di Jambhudvipa dan Negeri Atap Langit. Semula negeri mereka kecil dan terletak di wilayah selatan Suvarnabhumi, dan wilayah itu terletak antara daerah gunung yang menjulang dan lautan yang cakrawalanya bagai takberbatas bagaikan dua daya sakti yang akan membuat rahayat wilayah itu menjadi jaya. Seperti telah disebutkan dalam salinan prasasti yang dibacakan di dalam medan tadi, negeri itu bernama Kadatuan Sriv ijaya. Semula ditaklukkannya kerajaan kerajaan kecil di sepanjang sungai yang menghubungkan gunung dengan lautan, sehingga dikuasainya segenap jalur perdagangan di sungai, yang telah memakmurkannya begitu rupa sehingga sang raja sanggup melontarkan batangan emas tiap hari ke muara sungai. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Melontarkan artinya mempersembahkan. Sungai dianggap keramat, seperti juga lautan, dapat memakmurkan dan menyejahterakan, tetapi juga dapat membanjiri dan menenggelamkan. Maka taksembarang air dari sungai dapat digunakan seorang penguasa untuk mandi, air sungai itu harus disucikan dengan bebungaan, terutama untuk menjamin kesuburan kerajaannya. Tanpa kesuburan tiada panen dan tanpa panen matahari akan tenggelam bersamanya. Penguasaan mereka atas jalur sungai dan selat di hadapannya mengembangkan diri mereka sebagai manusia-manusia bahari, yang bukan saja memiliki kemampuan menjelajah luar biasa dengan perahu-perahu cadik mereka, tetapi juga hasrat untuk menundukkan negeri-negeri di sekitarnya. Pusat pemerintahan yang letaknya begitu masuk ke dalam muara sungai membuat penguasanya memegang kendali atas pedalaman beserta hasil hutannya yang sangat menguntungkan. Sebuah prasasti batu dari tahun 683 menyatakan betapa telah dipilih pasukan pilihan sebnyak 2000 orang dan 20.000 orang yang dicalonkan untuk menyerbu Jambi-Malayu, kerajaan saingan mereka di utara yang menguasai jalur lalu lintas sungai dan sepanjang pantai. Pembacaan prasasti kutukan tadi memang telah mengingatkan aku kepada prasasti lain. Swasti sri sakawasatita 605 ekadasi su klapaksa wulan waisakha da punta hiyam nayik di samwau manalap siddhayua di saptami suklapaksa, wulan jyestha dapunta hiyam marlapas dari minana tamwan mamawa yam waladualaksa danan ko - duaratus carer di samwau danan jalan, sariwu tluratus sapulu dua wanakna datam di mater jap sukhacita di, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pancami suklapaksa wulan-laghu mudita datam marwuat wanua - sri wijaya siddharayatra subhiksa Pernah kudengar bahwa perahu mereka yang kecil, dengan kemampuan mengangkut antara 20 sampai 25 orang, berperan penting dalam pengangkutan hasil hutan maupun hasil laut naik-turun jalur sungai dari hulam ke hilir dan sebaliknya. Melalui pelabuhan sungai maupun laut, Kadatuan Srivijaya mengawasi dan mengatur lalu lintas perdagangan hasil hutan hasil laut, dan terutama hasil pertanian. Pengawasan tidak menunjukkan terdapatnya penguasa yang memaksakan kehendak, sebaliknya justru terbentuk dari kesetaraan mereka yang berkepentingan, seperti yang telah berlangsung dengan peleburan kekuasaan dan perlambangan, dalam segala daya baik dari penguasa golongan Melayu maupun para bhiksu yang datang dari luar. Maker sejak tahun 670 berkembanglah Sriv ijaya sebagai kerajaan bahari yang mampu melayani segala tuntutan jasa pelayaran di seluruh Suvarndvipa di pedalaman maupun antarnegara. Bagi Negeri Atap Langit, bahlan semenjak masa Wangsa Song tahun 420-479 dan Wangsa Qi tahun 479 - 502 jasa para pelaut yang disebut berasa l dari Selat Sunda itu sudah berperan menentukan dalam pengambilan muatan dari wilayah barat Jambhudvipa maupun Lanka, dan membawanya melalui Suvarnadvipa untuk disampaikan ke pasar wilayah selatan Negeri Atap Langit. Wilayah selatan menjadi pasar yang ramai, karena sejak abad keempat kekuasaan Wangsa Han mesti berbagi dengan suku-suku pengembara yang datang menyerbu dari utara dan mengakibatkan perpindahan besar-besaran ke selatan. Adapun para pedagang Negeri Atap Langit juga berminat terhadap segala sesuatu yang hanya bisa didapatkan dari Suvarnadvipa maupun wilayah utaranya, seperti damar, kayu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ harum, cula badak, burung pekakak, bulu-bulu burung, dan kulit penyu. Di abad kelima dan keenam kebutuhan bertambah ke arah rempah-rempah, seperti lada dan bumbu-bumbu, termasuk cengkeh, pala, dan bunga pala, yang dimanfaatkan tak sekadar sebagai bumbu masak melainkan juga untuk pengobatan. Kegiatan mereka yang disebut pelaut dari pelabuhan di sekitar selat antara Samudradvipa dan Javadvipa ini akhirnya mendesak peranan Fu-nan yang terletak di muara Sungai Mekong, yang sejak tahun 240-an menguasai jalur perdagangan yang berhubungan dengan Negeri Atap Langit. Pada abad keenam, menjelang bangkitnya Sriv ijaya, peranan Fu-nan tergantikan oleh Chen La, penamaan yang diberikan oleh para pedagang Negeri Atap Langit kepada orang-orang Khmer yang bermukim di sepanjang bagian tengah Sungai Mekong. Para pelaut dari sekitar selat antara Samudradvipa dan Javadvipa ini mulai mengambil alih peran, ketika mereka mulamula menawarkan barang pengganti atas barang-barang yang semestinya dikirim ke pasar Negeri Atap Langit, seperti ratus yang menggantikan dupa, maupun kapur barus yang menggantikan kemenyan. Tak lama kemudian, mereka taklagi menawarkan barang pengganti, melainkan merebut pasar dengan memperkenalkan barang dagangan mereka sendiri yang memang tiada duanya, ke pelabuhan-pelabuhan di Funan dan Jambhudvipa, seperti kapur barus, yakni damar yang disaring dengan kayu dan dihargai sebagai obat, dupa, dan minyak rengas. Kemudian menjadi sangat terkenal kapur barus, asli dari Barus yang oleh pedagang Negeri Atap Langit disebut Poli, dan terdapat di barat laut Suvarnabhumi, kayu gaharu yang harum dari K ih-ri Ti-mun, sebuah pulau nun jauh di timur pulau yang disebut Jambhudvipa dalam bahasa Negeri Atap Langit, rempah-rempah dari kepulauan yang lebih lagi ke utaranya yang disebut para pedagang Wangsa Tang di Negeri TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Atap Langit sebagai Mi-li-ki-u, dan semua itu jalur perdagangannya sungguh mereka mereka kuasai. Selat itu terletak antara Suvarnabhumi dan Javadvipa, sedangkan Srivijaya terletak di muara sungai di pedalaman Suvarnabhumi, yang membuatnya menguasai wilayah gunung maupun samudra. Mereka yang berada jauh di utara, apakah itu di Negeri Champa, Jambhudvipa, maupun Negeri Atap Langit, tidak terlalu paham perbedaan tempat seperti itu, bahkan sangat wring mencampuradukkan Suvarnabhumi, Suvarnadvipa, dan Javadvipa. Betapapun, selat itu juga berada di bawah kekuasaan Sriv ijaya. Namun adalah penguasaan selat di Tanah Melayu yang menjadi kunci kejayaan Srivijaya. Negeri yang menyebut dirinya Kadatuan ini Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo berdiri di atas jalur perdagangan bahari dengan para pelautnya yang bukan sekadar menjelajah, tetapi juga menguasai samudra. Kini sedang kubayangi ketiga warga Sriv ijaya yang sedang mengembara di Y avabhumipala. Mereka melakukan perjalanan sembari menjual kepandaian bersilat sebagai hiburan. Mereka bersilat diiringi tabeh dan wangsi, meyakinkan banyak orang betapa seni beladiri dapat menjadi indah sebagai kesenian itu sendiri, sebagai pertunjukan yang dapat diandalkan. Mereka baru saja men dapat masalah yang berakhir menyedihkan. Seorang punggawa yang tidak percaya dan tidak ingin perempuan dapat mengalahkan lelaki dalam bersilat telah kena batunya, karena setelah menantang perempuan pesilat itu dengan sombong ternyata dirinya sendiri bertekuk lutut, bahkan ketika perempuan itu hanya menggunakan tangan kiri. Mereka bertiga bukan orang yang kejam. Mereka sangat terpukul oleh punggawa itu, meskipun sombong, telah dipenggal kepalanya oleh seorang bangsawan, karena tepergok berusaha mengerahkan anak buahnya untuk mengeroyok rombongan pesilat yang hanya menjual pertunjukan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku mengikuti mereka karena merasa waswas memikirkan nasib mereka bertiga. Aku tidak menemukan alasan mengapa diriku harus khawatir, mengingat-ingat kepandaian bersilat lelaki dan perempuan itu. Mungkin aku memang memikirkan anak kecil itu, karena dalam suatu bayangan baur samarsamar yang pernah kualami ketika aku masih bayi seperti kembali. Bagaikan bisa kuingat kekacauan macam apa yang bisa berlangsung dalam pengeroyokan. Tidak jelas benar mengapa aku memikirkan nasib mereka, jika. sebetulnya aku juga percaya kepada kemampuan mereka. Namun kulihat sesosok bayangan berkelebat sangat cepat, begitu rupa cepatnya sehingga aku yakin mereka bertiga tidak melihatnya. Manusia berkelebat ini ilmu silatnya jelas sangat tinggi. Apakah yang akan dilakukan bayangan yang berkelebat ini, sekadar membuntuti ataukah justru justru akan mencegat mereka" Aku juga berkelebat membayanginya tanpa suara. (Oo-dwkz-oO) Episode 67: [Penantang dari Seberang] Bayangan yang berkelebat itu bergerak tak terlihat ke balik pohon-pohon jati. Tanpa harus menunggu terlalu lama, segera terdengar jerit kesakitan dari balik pohon-pohon itu dan terlihatlah tubuh-tubuh yang terlempar sebagai mayat. Kemudian terdengar suara tawa lemah di hutan jati itu, tetapi bergema dan terdengar di mana-mana. ''Aku orang yang paling tidak suka dengan para pembokong, maka kalian beruntung dapat terhindar dari kejahatan, tapi apa yang kalian lakukan di bhumi Jawa ini, jika tenaga kalian dibutuhkan Sriv ijaya tercinta" Janganlah larut dalam kekecewaan pribadi semata. Kembalilah, tugas kalian sudah selesai, jangan membuang waktu lagi, apalagi mencari TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ musuh yang tidak perlu. Pergilah ke pantai utara, sebuah kapal menantikan kedatangan kalian.'' Lantas bayangan itu berkelebat menghilang. Aku tidak membuntutinya sejauh tiada ancaman terhadap para pesilat tersebut. Tentu saja peristiwa ini tidak kuduga sama sekali. Aku mengikuti rombongan pesilat yang mengamen sepanjang jalan ini, karena khawatir sepuluh anak buah punggawa yang terbunuh itu akan menyerang mereka dengan cara licik. Aku telah memperkirakan, meski sepuluh orang itu menyerang sekaligus, melihat penguasaan perempuan pesilat itu atas Jurus Kipas Maut yang digunakannya mengatasi punggawa tadi, maka tak ada yang harus kukhawatirkan. Namun aku tetap khawatir, karena siapa pun yang ilmu silatnya masih rendah tetapi hatinya penuh dendam, sangat mungkin melaksanakan niatnya dengan jalan curang. Kekhawatiranku terbukti. Mereka yang tewas ini masih membawa panah dan busur, sumpit dan anak sumpit, maupun segenggam jarum beracun yang semuanya dalam keadaan siap digunakan untuk menyerang. Aku bisa berkelebat sangat cepat untuk melindungi mereka bertiga ketika senjata-senjata itu meluncur, tetapi bayangan itu telah berkelebat lebih dahulu sebelum para pembokong melepaskan senjata-senjata itu. Bahwa aku mengetahui keberadaannya hanya sejenak sebelum peristiwa itu terjadi, membuktikan tingkat ilmu silatnya yang tidak berada di bawah ilmu silatku. Dunia persilatan adalah dunia yang misterius. Para pendekar berkelebat datang dan pergi seperti m impi. Tiada seorang pun mengetahui segala cerita dengan utuh. Berbagai macam cerita beredar dari kedai ke kedai, tetapi tidak berarti tiada cerita lain selain dari yang terdengar di kedai itu bukan" Kenyataan menunjukkan dirinya sepotong demi sepotong, ada kalanya ketika yang dimaksudkan sudah berubah sama sekali. Dunia Javadvipa adalah dunia yang lamban. Tidak semua orang mengetahui berlangsungnya pembangunan candi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ raksasa Bhumisambharabudhara yang merekah bagaikan teratai di tengah kolam yang mengerahkan beribu-ribu orang itu. Para pendekar mungkin mampu bergerak cepat, tetapi mereka tidak bergaul dengan orang banyak dan hanya peduli kepentingan diri mereka sendiri, yakni mencapai kesempurnaan hidup melalui pencapaian ilmu dalam dunia persilatan, yang hanya dapat diujikan dalam pertarungan. Jika berita yang begitu penting seperti pembangunan candi hanya kebetulan saja kuketahui, karena telah melaluinya dalam perjalananku, maka bagaimana pula akan bisa kuketahui sesuatu dari kedatuan Srivijaya" Dalam perjalanan di pedalaman Javadvipa, tidak akan selalu kita berjumpa manusia. Mereka yang melakukan perjalanan dapat berjalan berhari-hari tanpa pernah menjumpai manusia satu pun jua, maka menjumpai orangorang yang melakukan perjalanan secara berombongan adalah jamak, sedangkan bila seseorang melakukan perjalanan sendirian maka boleh dipastikan dia bukan saja seorang pemberani, melainkan juga seorang yang terampil dalam banyak perkara. Menghadapi mara bahaya di jalan, artinya bukan sekadar menghadapi begal, melainkan juga binatang buas, kuda atau dirinya sendiri yang sakit, dan segala macam perkara yang tiada pernah akan terduga. Para pendekar selalu mengembara seorang diri, karena mereka inginkan dunia untuk diri mereka sendiri sahaja; tenggelam dalam renungan tentang dunia, yang akan sangat terganggu jika ketenangannya terganggu. Ini juga membuat mereka akan berkelebat menghilang jika bertemu suatu rombongan, tetapi sebaliknya langsung bertarung ketika pendekar bertemu dengan pendekar. DEMIKIANLAH sungai telaga dunia persilatan membawa adatnya sendiri yang tidak dikenal dalam kehidupan seharihari, yang betapapun bagi mereka rimba hijau dunia persilatan itu bagaikan sebuah dongeng. Bagaimana mungkin sebuah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dongeng menjadi begitu nyata seolah-olah selama ini memang ada" Di hutan jati yang sepi, sepuluh mayat bergelimpangan dalam keadaan yang mengenaskan, dan ketiga orang itu saling berpandangan. Anak itu memegang tangan yang perempuan. ''Bunda, aku tidak mau pulang,'' katanya, ''aku tidak mau pulang!'' Perempuan pesilat itu pun menenangkan. ''Kita tidak akan pulang, Dinda, tidak sekarang.'' Perempuan itu tampak sangat menghormati anak ini, benar juga dia bukan anaknya! Bahkan dia tentunya bukan sembarang anak kecil, karena tidak akan terjadi dua manusia pesilat yang sangat meyakinkan ini akan bersedia terlibat urusan dengan anak orang lain sampai begini jauh. Anak siapakah dia sebenarnya" Sepenting apakah anak ini, sehingga ia harus dibawa mengembara menyeberang lautan, dari Sriwijaya ke Yavabhumipala tempat igama-igama besar sedang bertarung untuk memimpin makna kehidupan dunia" ''Kakak, apa yang harus kita lakukan dengan jenazah ini" Apakah kita harus membakarnya semua"'' Lelaki pesilat itu menarik napas panjang dan mengembuskannya. ''Yah, tiada sesuatu pun yang memburu-buru kita, sebaiknya kita sempurnakan saja mereka.'' Begitulah mereka berdua mulai membuat pancaka pembakaran mayat. Tangan mereka sungguh terampil memotong dahan dan saling mengikatkannya sehingga menjadi pancaka yang layak untuk sebuah pembakaran yang dilakukan dengan kesungguhan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Apakah masih harus kuikuti mereka demi keselamatannya" Kurasa aku tidak mungkin mengikuti mereka selama hidupnya. Kuanggap ancaman bagi mereka yang paling nyata sudah teratasi. Mereka akan baik-baik saja. Ketika aku berbalik dan pergi, asap pembakaran telah membubung keluar dari hutan jati. Burung-burung gagak beterbangan dan berkaok-kaok seperti menyesali pembakaran itu. Biarlah mereka teruskan kisah mereka sendiri. Aku melesat pergi dan segera tahu sekelebat bayangan mengikuti. Kutancap kecepatanku dengan Jurus Naga Berlari di Atas Langit, tetapi aku hanya mengerahkan setengah dari kecepatan yang kumiliki. Ia terus menerus mengikutiku meski telah kubuat jalan pelarian yang sulit. Dari celah pohon yang satu ke celah pohon yang lain, ia terus berkelebat membuntuti. Aku sebetulnya sedang malas bertarung, tetapi dalam keadaan seperti itu pun minat seorang penantang harus dihormati. Namun apakah ia membuntutiku memang karena semangat untuk bertarung, ataukah memang membuntuti aku demi kepentingan untuk membuntuti itu sahaja" Aku menambah kecepatan sampai tak bisa diikutinya. Hanya untuk muncul di belakangnya. Ia berhenti karena kehilangan jejak. Kudengar ia menggerutu. ''Kupikir ia tak tahu jika kubuntuti, ternyata ia sengaja mengecohku. Hhh...'' Ia seorang pemuda yang menyoren pedang, seperti banyak pendekar lain yang memilih jalan hidup di rimba hijau. Kurasa aku tidak ingin memberinya kesempatan, karena sudah pasti akan dapat kukalahkan. Maka sekali lagi aku berbalik dan pergi, melenting ke atas pepohonan dan meloncat dari pucuk ke pucuk, terbang menghilang ke arah utara. Aku merasa lega dapat menunda pertumpahan darah. Namun sampai kapan" Aku melesat dan meluncur. MelentingTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ lenting dan me luncur. Berkelebat di antara bayangan megamega yang menyembunyikan matahari, aku teringat Nyayabindutika: kenyataan atau bhuta adalah tujuan yang benar Empat Kebenaran Agung disadari oleh pengetahuan hakiki bhavana atas kebenaran menjaga agar tujuan yang benar selalu berada dalam ingatan prakarsa adalah pengetahuan atas bayangan dari tujuan mendekati ketajaman AKU melangkah sekadar mengikuti ke mana arah langkah kakiku menuju. Sebetulnya aku merasa penasaran dengan kawan-kawan yang terpisah dariku sepuluh tahun yang lalu. Bagiku mereka sebenarnyalah merupakan tanggung jawabku. Bukankah mereka mengandalkan diriku agar perjalanan mereka selamat sampai tujuan" Semenjak aku jatuh tak sadarkan diri di atas rakit karena racun Si Kera Gila, berhasilkah para mabhasana itu menyampaikan harta benda dalam gerobak yang dipersiapkan untuk upacara penyerahan sima" Apakah yang terjadi dengan Radri dan Sonta, kedua tukang tambang yang perkasa itu" Bagaimana pula nasib Campaka, perempuan yang juga telah memperlihatkan keperkasaannya dalam pertempuran seru di atas rakit menghadapi perompak sungai dari Gerombolan Kera Gila" Ketika keluar dari gua aku bukan tak ingat kepada mereka semua. Namun peristiwa demi peristiwa yang kualam i semakin menjauhkan diriku, meski bukan berarti aku tidak mencari keterangan tentang mereka. Aku tercenung mengingat segala TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kisah yang tak terselesaikan. Bukan sekadar bagaimana nasib Campaka, atau bahkan para pesilat Sriv ijaya yang disebutkan ditunggu oleh sebuah kapal, atau dewa penolong yang telah mengarahkan diriku kepada penemuan segala kunci ilmu persilatan, tetapi juga riwayat diriku sendiri betapa masih terselimuti kabut. Apakah aku harus menuntaskan segalanya atau kubiarkan saja" Hidup bukanlah dongeng yang begitu jelas pembabakannya maupun begitu pasti awal dan akhirnya. Hidup terlalu sering meninggalkan pertanyaan-pertanyaan tidak terjawab. Benarkah dalam hidup ini semua pertanyaan harus ada jawabannya" Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Mengapa kuajukan pertanyaan-pertanyaan ini" Tidakkah ini sekadar merupakan pembenaran untuk tidak mencari jawaban" Pertanyaan-pertanyaan itu bagaikan bayang-bayang yang selalu mengikuti tubuh, tanpa pernah menjadi manusia... Anda harus menjaga jangan sampai dikuasai badan Anda jangan pula disakiti dengan bertapa jangan beri kesempatan berbuat semaunya arahkan perbuatan ke jalan bodhi namun jangan tergesa Anda pasti 'kan menjadi Buddha Aku masih terus melangkah dengan riang mengikuti langkah kakiku, ketika bayangan berkelebat yang telah kutinggalkan itu muncul kembali. Apakah ia telah mengikuti diriku tanpa kuketahui" Aku baru saja mencapai suatu puncak bukit. Dari puncak bukit ini kulihat suatu cakrawala berkabut di kejauhan. Aku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ merasakan angin yang lembab dan asin. Apakah aku sudah mendekati lautan" Ia mengenakan ikat kepala berwarna hitam. Bajunya yang berlengan juga hitam, meski tidak hitam kelam, sebaliknya hitam kusam karena selalu terkena panas matahari. Ia juga mengenakan celana dengan warna hitam yang sama kusamnya. Lantas ada semacam kain yang bergambar yang mengikat baju dan celananya. Terlihat sarung pedang menggelantung di pinggangnya. Adapun pedangnya sudah berada di tangan kanan. Dari balik ikat kepala itu kulihat rambutnya sudah beruban. Mungkin usianya mendekati enam puluh, tetapi wajahnya jauh dari keriput. Aku menghela napas panjang. Kukira kali ini pertarungan tidak terhindarkan, terutama karena aku tidak mungkin menghindarinya lagi. Telah kualami sejak tadi betapa kecepatannya tidak tertandingi, jadi inilah lawan yang harus kuhadapi dalam jalan pertarungan seorang pendekar yang ingin menyempurnakan ilmu silatnya. Aku menghela napas panjang bukan karena takut, melainkan karena kini aku cenderung lebih ingin mendalami filsafat daripada silat. Telah kusebutkan betapa aku selalu mendalami filsafat agama demi kepentingan ilmu silat, tetapi belakangan aku selalu memikirkan filsafat sebagai filsafat itu sendiri. Aku ingin menjadi orang awam yang tenggelam dalam bacaan filsafat untuk mencapai pencerahan, meski tidak berarti keinginan untuk mengembara pudar sama sekali. Sebaliknya, aku telah sampai ke puncak tempat bisa kuhirup angin laut yang membuat jantungku serasa berdegup lebih kencang karena gairah hidup yang meningkat pesat. Jika aku ingin menyeberang lautan, menuju ke suatu negeri yang disebut-sebut bernama Srivijaya, aku harus membunuh pendekar yang mencegatku ini. Betapapun tinggi ilmunya, betapapun canggih tipu dayanya, betapapun luas TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pengalamannya, aku harus mengalahkannya, yang tiada lebih dan tiada kurang mengakhiri riwayat hidupnya. Apakah dia juga tidak akan berkata-kata dan langsung menyerang sesuai kebiasaan dalam pertarungan untuk mencapai kesempurnaan" Ternyata dia bicara. ''Daku datang ke bhumi Jawa untuk mencari para naga. Seandainya daku tundukkan para naga itu satu per satu dan daku merajai dunia persilatan di bhumi Jawa maka hidupku akan menjadi sempurna. Namun bukan saja tiada pernah kutemui satu pun dari para naga yang masyhur namanya, melainkan sebaliknya setiap lawan yang kutundukkan berkata aku tak kan mampu mengalahkan seorang pendekar yang tiada bernama...'' Aku tertegun. ''Tidakkah itu merupakan suatu penghinaan, wahai pendekar" Tidakkah merupakan penghinaan betapa seseorang yang mencari nama dengan mencari para naga yang ternama diandaikan tiada mampu melawan seorang pendekar tiada bernama"'' Aku tidak menjawab. Suaranya memang lembut dan halus, tetapi sudah jelas keangkuhannya setinggi langit. Maka, seperti telah kukuasai berkat ilmu warisan Raja Pembantai dari Selatan, kukeluarkan kedua pedang dari dalam tanganku. Kini giliran dirinya yang tertegun. ''Ah! Ilmu gaib! Tapi Cahaya Kota Kapur sudah menelan semua ilmu gaib yang paling mungkin diciptakan di muka bumi. Majulah Pendekar Tanpa Nama, agar daku paham mengapa dikau harus kukalahkan sebagai syarat menghadapi para naga.'' Begitukah" Sejauh berhubungan dengan para naga aku hanya mengalami betapa murid-murid Naga Hitam masih terus TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memburuku, bahkan sampai hari ini. Namun tentang para naga yang lain, meski pernah kumimpikan untuk belajar ilmu silat dari mereka satu per satu, tampaknya aku hanya dapat mempelajarinya dengan cara menjadikan mereka lawan. Sekarang, jika tersebar suatu ketentuan bahwa sebelum menantang para naga maka seseorang harus menghadapiku dahulu, tentulah merupakan siasat licik siapa pun dia yang berusaha menyingkirkan diriku. Seperti yang telah berlangsung dalam dunia persilatan selama ini, seperti yang juga telah dilakukan para naga itu sendiri, cara terbaik untuk mendapat nama adalah menantang seorang pendekar bernama besar. Di antara nama-nama besar, yang selama ini dianggap terbesar adalah gelar Naga, karena seseorang mencapai gelar itu bukan hanya setelah tak terkalahkan untuk waktu yang sangat lama, tetapi juga karena telah menundukkan nama-nama yang besar dalam dunia persilatan. Telah kuceritakan tentang acuan para naga kepada Pedang Golok Yang Menggetarkan 13 Pendekar Gila 30 Dewi Ratu Maksiat Misteri Tirai Setanggi 2