Jurus Tanpa Bentuk 8
Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira Bagian 8 menyambar setiap bayangan dengan pukulan Telapak Darah. Orang-orang yang berserban dan hanya berkancut dengan belati panjang di tangannya itu terpental kembali ke belakang sembari memuntahkan darah dengan kepala tersentak ke belakang. Aku berputar, berputar, dan terus berputar-putar di antara hujan dengan tangan bergerak antara menangkis, menghindar, dan mengirimkan pukulan. Aku harus bergerak lebih cepat karena mereka begitu banyak, dan hanya jika bergerak lebih cepat maka pukulan tanganku dapat mengenai lawan dengan telak. Di antara hujan yang menderas, semakin deras, begitu deras, sehingga bagaikan tiada yang dapat terlihat, mereka berkelebat sangat cepat dengan tusukan-tusukan mematikan jika aku tidak mengelak dengan lebih cepat. Tidak aneh jika Gerombolan Kera Gila sangat ditakuti di sepanjang sungai ini, karena dengan kemampuan seperti yang sedang kuhadapi, orang awam manakah yang akan mampu mengatasinya" Radri dan Sonta memang telah selalu melawan, tetapi kurasa yang mereka hadapi hanyalah anak buah Kera Gila pada tingkat paling bawah; yang sedang kuhadapi tampaknya merupakan pengawal istimewa di sekitar Kera Gila, yang kini mengamuk karena pemimpinnya telah kutewaskan begitu rupa. Aku tidak punya pilihan selain me lumpuhkan setiap penyerang dengan pukulan Telapak Darah yang mematikan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Berkali-kali aku mesti melompat ke atas, berjungkir balik di udara, karena betapapun cepatnya aku bergerak, tidak akan cukup untuk menghadapi begitu banyak orang yang datang serentak di antara hujan yang sangat lebat. Mereka seolaholah begitu banyak sehingga tak bisa kuhitung lagi. Bertarung begitu cepat melawan bayangan-bayangan berkelebat dalam hujan yang makin deras di malam gelap, apakah yang masih bisa dihitung lagi" Dengan hanya mengandalkan naluri aku bergerak secepat mungkin melumpuhkan mereka satu persatu dengan pukulan Telapak Darah. Ada kalanya bahkan aku yang menghilang dan menyelam dalam air untuk muncul kembali di belakang mereka, mengitari mereka dengan Jurus Naga Berlari di Atas Langit sembari menapakkan Telapak Darah kepada siapapun yang pertahanannya terbuka. Dalam waktu singkat tubuh-tubuh berjatuhan di sungai sambil memuntahkan darah. Pada setiap orang yang tewas terdapat tanda bekas telapak tangan yang merah. Dengan pertarungan yang berlangsung sangat cepat tidak bisa kuhindari pembantaian tanpa nyawa seperti ini, karena sesungguhnyalah pertahanan terbaik dalam hal ini hanyalah membunuh lawan dengan segera. Mereka yang tumbang langsung mengambang untuk kemudian terseret arus atau tenggelam. HUJAN belum juga reda ketika aku tinggal sendiri lagi, berdiri di atas sepotong kayu yang dibawa arus sungai. Kupandang kedua telapak tanganku, tak lagi merah karena sudah tidak kusalurkan lagi tenaga dalamku. Kedua telapak tanganku ini dalam waktu singkat telah membunuh banyak orang. Apakah aku harus merasa bersalah" Kubayangkan di antara mayat-mayat mengambang ini akan ada yang tersangkut ke tepi kampung, atau muncul di antara tiang-tiang dermaga di salah satu pelabuhan sungai, atau tiba-tiba menyembul dari bawah lantai sebuah perahu tambang. Apa kata mereka yang melihatnya sudah mengambang di tempat mereka biasa mencuci dan mandi" Kuharap saja ciri-ciri TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Gerombolan Kera Gila ini dikenali dan kuharap juga pembantaianku sahih dilakukan demi sesuatu yang lebih baik, yakni bahwa perompak sungai yang berkuasa itu telah hilang, dan daerah sepanjang sungai ini menjadi aman. Aku masih berpikir tentang perahu tambang yang lenyap itu, ketika terlambat menyadari bahwa racun dari cakar Kera Gila telah bekerja. Pandanganku mengabur. Aku jatuh begitu saja tak sadarkan diri. (Oo-dwkz-oO) OM adalah sebuah ajaran dinamakan Sang Yogacara terdiri dari tiga aksara dan tiga kegunaan atau artha itulah Advaya atau Tiada Mendua Advaya berarti advaya dan advaya-jnana Advaya berarti AM-AH Advaya-jnana berarti mengetahui tanpa anggapan atau vikalpa atas ada dan tiada tanpa anggapan atas antara ada dan tiada TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tanpa anggapan atas yang murni atau kevala tanpa anggapan atas yang tanpa bentuk atau nirakara Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri, tetapi aku tidak bisa membuka mataku. Meskipun terpejam, aku tidak merasa berada di ruang yang gelap, sebaliknya putih terang benderang. Seperti mimpi, tetapi jelas bukan mimpi, karena aku bisa berpikir, meski berpikir dengan cara lain. Mungkin bukan berpikir, seperti menyadari, tetapi lebih tepatnya meresapi. Namun yang lebih pasti adalah diresapi, karena memang tiada kehendak. Hanya terdapat sesuatu yang meresap dan meresap begitu rupa sehingga aliran darahku bagai tersegarkan dan begitu berdaya. Dalam keterpejaman kurasakan suatu dorongan tenaga murni dalam aliran darahku bersama dengan teresapinya kalimat-kalimat itu, yang membersihkan racun cakar Kera Gila, mendorongnya keluar melalui luka-luka cakaran di punggung dan dada. Kurasakan darah mengalir beberapa saat dari luka, sebelum berhenti sendiri tiba-tiba, tetapi aku masih tidak bisa membuka mata. Dalam kepalaku yang jernih dan terang benderang, kalimat itu mengiang dan berulang. Apakah seseorang telah membisikkannya, ataukah kenangan masa laluku menyodok takterkendali karena racun cakar Si Kera Gila" Namun racun tentu membunuh, kalaupun gagal membunuh akan membuat kita gila, tetapi kepalaku hening, jernih, dan kosong pikiran. Memang aku tidak bisa membuka mata, tetapi dalam dunia terang benderang cahaya putih berkilauan kulihat bayangan gerakan orang yang bersilat. Betapa penuh pesona gerakan silatnya itu, bagaikan sedang tidak bersilat melainkan menari, tetapi jelas ia sedang bersilat dan bukan menari. Namun TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ apakah bedanya bersilat dan menari jika orang menari seperti bersilat dan orang bersilat seperti menari" Kusaksikan pemandangan bayangan bersilat, kadang terlihat dan kadang tidak terlihat, ketika terngiang kalimat berikutnya. da mengandung pengertian anggapan Tiada Ada mengandung pengertian anggapan keadaan antara Ada dan Tiada mengandung pengertian anggapan hasil pengenalan melalui sarana mengandung pengertian anggapan semua pengertian anggapan anggaplah sebagai kesatuan jangan menimbulkan kesaksian Segala kalimat menjadi silat. Menari atau bersilat harus dianggap sebagai kesatuan. Dengan bayangan atau tanpa bayangan harus dianggap sebagai kesatuan. Adanya antara dalam ada dan tiada dan ketiadaan antara dalam ada dan tiada, harus dianggap sebagai kesatuan. Aku merasa jernih, bersih, meresapkan segala gerakan sang bayangan yang bukan hanya bersilat seperti menari dan menari seperti bersilat, melainkan sampai kepada bergerak seperti tak bergerak dan tak bergerak seperti bergerak. Segalanya lebur dalam diriku, terserap kenangan, mengisi sekaligus TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengosongkan, menolak segala ketentuan, terbuka segala kemungkinan. Namun aku masih tidak bisa membuka mata, menyaksikan bayangan di balik cahaya putih kemilau yang gemerlapan, bergerak indah bagaikan tarian, begitu cepat tetapi tampak sangat perlahan, mengungkap rahasia segala jurus persilatan. AM masuknya nafas vayu namanya AM bunyinya melebur ke dalam badan sampai ke sembilan lubang sampai berwarna matahari disebut ingatan matahari smrti-surya namanya AH keluarnya nafas dari badan AH bunyinya lenyap dari badan sampai badan berwarna rembulan sejuk, segar, nyaman disebut ketenangan bulan disebut juga TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ketenangan ingatan atau santasmrti Rahasia persilatan, benarkah diajarkan secara terselubung pula sebagai ajaran rahasia" Dalam usia 15 aku hanya mengalami. Dalam usia 100 tahun kurasakan layak memikirkannya, sembari teringat kembali kalimat: jika seorang murid akan memasuki mandala sang guru harus mengucapkan: ''Anda dilarang membicarakan rahasia tertinggi para Tathagata dengan mereka yang belum pernah memasuki mandala jika sumpahmu terputus jika Anda tidak menepatinya waktu Anda meninggal pasti jatuh ke neraka.'' NAMUN kepada guru siapakah waktu itu aku harus bersumpah, sementara aku menafsirkan semua petunjuk tentang ajaran agama tersebut sebagai ajaran persilatan" Saat itu aku hanya terpesona oleh gerakan bayangan, meski kutahu tidak sedang bermimpi, yang tentu saja membuatku saat itu juga teringat ajaran tentang yoganidra. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ walaupun sambil tidur Anda tetap dapat melaksanakannya yakni dengan yoganidra tidur tanpa bermimpi tapi cara ini sukar karena merupakan hasil dari segala yoga dari segala samadhi dari segala vrata akhir segala puja segala pranamya segala mantra segala puji-pujian Anda dapat melihat ke dalam nitya atau diri sendiri mengenali pikiran yang sukar dan lembut mempunyai kemampuan untuk menyatukan badan dengan pikiran sebagai dasar samadhi yaitu delapan kenikmatan kedewaan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ namun sebaiknya kenikmatan itu tidak memperalat badan Anda karena skandha akan terbebaskan atau berlangsung moksa skandha itulah hasil seorang munindra Benarkah aku tertidur" Kurasa tidak. Aku memang jatuh tak sadarkan diri tadi, tetapi bahkan saat tersadar tanpa membuka mata, masih kuingat ajaran ini: saat seseorang tertidur mungkin ia bermimpi mungkin tidak bermimpi bila tidur nyenyak tanpa bermimpi unsur putih dan unsur merah bodhicitta yang merupakan alas pikiran berada di jantung jadi di s ini pula pikiran berada Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Mungkinkah aku telah me lihat diriku sendiri" Jadi bayangan-bayangan itu sesuatu yang kulihat di dalam diriku, aku bisa melihat pikiran yang mengalir dan berdenyar dalam syaraf otakku, yang selama ini tersembunyi, mengendap, dan terpendam dalam tuntutan hidup dari hari ke hari, tersimpan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dalam bawah sadarku. Aku memang selalu berpikir untuk memecahkan rahasia ilmu persilatan, tetapi pemikiran itu tidak mempunyai peluang berkembang karena ancaman bahaya maut di mana-mana. Pemikiran itu tertekan dan tersimpan dalam peti ketaksadaran. Apa sebabnya kini berpeluang merobek sekat-sekat keterbatasan dalam pikiran, menjadi nyata, terlihat, bisa kusaksikan dan kupikirkan" AKU menyimpan sesuatu yang tidak kuketahui meski jelas milikku sendiri. Kenangan ibarat harta karun dalam peti, atau gua penuh lorong dengan catatan tersembunyi. Kini catatan itu terbuka satu persatu bagaikan angin yang lewat tanpa sengaja telah membukanya dari lembar ke lembar dan terbaca olehku tanpa sengaja. Kini, sekali terbuka, kusimpan pada suatu tempat yang akan selalu bisa kubaca. Begitulah telah kugali yang tersembunyi, menjadi kitab terbuka dalam diri yang selalu siap kupelajari. Mataku terpejam, tetapi bayangan di balik cahaya kemilau itu memperagakan Ilmu Pedang Naga Kembar dengan cara yang belum pernah kulakukan, meski barangkali pernah kupikirkan kemungkinannya. Ia bergerak lambat antara terlihat dan tidak terlihat dalam silau kemilau itu, tetapi yang tetap bisa kuperhatikan dengan cermat, bahwa kini telah memasuki Jurus Dua Pedang Menulis Kematian. Semuanya tampil sempurna, seperti aku belum pernah membawakannya. Bagaimana mungkin aku selama ini tidak mengenal kekuatannya" Kalau saja aku menguasainya dengan cara yang sebetulnya telah kumiliki itu, aku tidak perlu nyaris mati beberapa kali, mulai dari ketika berhadapan dengan murid Naga Hitam yang bertubuh raksasa, sampai yang terakhir ketika bentrok dan akhirnya memang tercakar oleh racun Si Kera Gila. Kemudian kulihat bayangan d balik silau kemilau itu memperagakan Jurus Naga Berlari di Atas Langit dengan cara yang sangat sempurna, begitu sempurna, sehingga ia TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tampaknya bergerak lamban sekali. Dalam kelambanan itulah dapat kuperiksa kesalahan-kesalahanku selama ini. Begitu kecil kesalahan itu tampaknya, tetapi begitu penting bagi keseluruhannya, sehingga aku tidak pernah menggapai kesempurnaannya. Sekarang kekurangan itu tampak jelas sehingga aku dapat mengamati secara rinci. Bagaimana mungkin selama ini aku tidak menyadarinya" Mengapa justru ketaksadaran ini mengantarkan pencerahan dalam kesadaran" Lantas sebuah gerakan yang sangat kukenal, Jurus Penjerat Naga, tampak terperagakan dengan sempurna: Jurus-jurus yang tampak seperti bukan-jurus, tetapi berakhir dengan satu jurus mematikan, yang telah mengharumkan nama Pendekar Satu Jurus. Namun Pendekar Satu Jurus takpernah sempat memperagakan jurus-jurus yang tampak seperti bukan-jurus, karena tiada lawan yang pernah bisa memaksanya mengeluarkan jurus sebanyak itu, ia segera bisa memanfaatkan kelengahan lawan pada serangan yang pertama. Makanya ia akan selalu menunggu lawannya menyerang lebih dulu, jika perlu ia bisa menunggu sampai lebih dari seminggu. Apakah aku harus melakukan hal yang sama" Ternyata tidak. Pendekar Satu Jurus hidup pada masa dunia persilatan belum dipenuhi para naga yang kesaktian masing-masingnya mahatinggi tiada terkira, seperti telah diperlihatkan Naga Dadu yang bergerak sangat cepat tetapi tampak begitu lambat dalam kecepatannya. Salah satu ciri terpenting dunia naga dalam persilatan adalah kemampuan tinggi dalam meramu berbagai macam ilmu silat, sehingga menjadi ilmu silat baru. Meski begitu, kehadiran para naga di dunia persilatan telah diduganya, sehingga ia menciptakan Jurus Penjerat Naga tersebut. Mataku masih terpejam. Kuingat betapa aku mempelajari Jurus Penjerat Naga tersebut sebagai persiapan menghadapi Naga Hitam, yang sampai saat ini sudah tiga orang muridnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terbunuh olehku tanpa maksud memusuhinya. Aku mencium bau rumput basah, saat itu mataku terbuka. Di depan mataku terlihat rerumputan liar yang basah. Bahkan kulihat semut api berjalan di celah-celahnya. Aku tergeletak tengkurap di sebuah tanah datar di tepi sungai. Hari terang tanah. Aku segera melompat bangkit. Tidak kulihat seorangpun. Padahal seingatku aku masih berdiri di atas sepotong kayu yang dibawa arus mengikuti aliran sungai ketika jatuh pingsan akibat racun cakar Kera Gila. Aku tidak mungkin tiba di tempat ini sendiri, dan aku juga tidak mungkin sembuh begitu saja dari pengaruh racun itu sendiri. Tentu ada yang telah menolongku. Aku melangkah ke tepi sungai untuk mencuci muka. Ternyata ini bukan lagi sungai besar yang bisa dilayari perahuperahu besar itu. Sungai ini kecil sekali, dangkal, deras, dan jernih. Waktu tersentuh airnya oleh tanganku, ternyata juga dingin sekali. Segera kusadari, sekelilingku penuh dengan pegunungan dan hutan rimbun. Udara sangat dingin. Aku berada di puncak gunung dan seseorang telah membawaku ke mari. Aku memandang sungai yang jernih itu, memandang batubatu datar di dasarnya, dan tertegun karena sebuah tulisan telah tergurat di salah satu batu datar itu. Seperti guratan dengan jari telunjuk, seperti jika kita menulis di atas pasir basah. Namun tulisan dengan jari telunjuk ini tergurat di batu besar yang keras sekali. Latih dirimu sepuluh tahun Sebelum menantang Naga Hitam. (Oo-dwkz-oO) Episode 44: [Sepuluh Tahun Kemudian] TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ APAKAH ruang" Apakah waktu" Seseorang yang mempelajari ilmu silat akan selalu bergerak dalam permainan ruang dan waktu tersebut, karena lebih dari sekadar jurusjurus, ilmu meringankan tubuh, dan tenaga dalam, pada saatsaat yang menentukan hidup dan mati, penguasaan atas ruang dan waktu itulah yang menjadi penentu. Dalam pertarungan yang berlangsung sangat cepat, sehingga tidak bisa diikuti oleh mata, tenaga dalam hanya berguna untuk saling mengimbangi kecepatan masing-masing. Namun kemampuan untuk melihat, dan terutama membuat, ruang sekecil apapun terbuka pada pertahanan, adalah kemampuan mempermainkan unsur ruang, karena hanya perlu ruang terbuka sebesar lubang jarum untuk melumpuhkan lawan, yang sekali terbuka kesempatannya belum tentu akan kembali lagi. Ketika harus secepat mungkin menembus pertahanan yang terbuka sebesar lubang jarum itulah terletak permainan waktu. Namun permainan ruang tidak selalu berarti pertahanan itu tertutup dan keterbukaan adalah kelemahannya. Sebaliknya permainan waktu tidak selalu berarti kecepatan bergerak yang membuat pertarungan tidak bisa diikuti mata. Ruang dan waktu adalah bahan perhitungan dalam permainan silat, dan perhitungan itu dapat menghasilkan perwujudan yang tidak disangka-sangka. Pendekar Satu Jurus mengalahkan Pendekar Lautan Tombak bukan pada saat ia bergerak dengan kecepatan kilat, melainkan sejak saat hanya berdiri dan tidak berbuat apapun selain menunggu dengan kewaspadaan tinggi selama berharihari. Naga Dadu bergerak lamban seperti menari, tetapi itulah permainan waktu yang takbisa diatasi Serigala Putih, pendekar perkasa dari mancanegara itu. Kecepatan waktu dapat dimentahkan oleh keterbukaan ruang, sedangkan ruang menjadi tertutup atau terbuka tergantung kemampuan membaca ruang dan pembayangan atas suatu tindakan dalam ruang waktu saat melakukan pertarungan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sebetulnya ruang mengikuti waktu dan waktu mengikuti ruang, karena ruang sebesar waktu dan waktu itu sebesar ruang. Ini tidak menjadi mudah, karena besar kecilnya ruang dengan begitu menjadi taktertakar kecuali kita berikan ukuranukuran tersepakati, dan itu semakin membuktikan betapa keberadaan ruang dan waktu sebetulnya tertentukan oleh pengalaman. Maka, sepuluh tahun bisa berarti lama, bisa pula berarti sebentar, tergantung takaran apa yang akan kita berikan. Begitulah yang kualam i. Sepuluh tahun terasa sekejap, karena selama sepuluh tahun itu aku tidak melatih ilmu meringankan tubuh, tidak pula melatih ilmu tenaga dalam, melainkan ilmu mengolah pernafasan. Dalam olah pernafasan kutemukan diriku sebagai bagian dari semesta, sedangkan ruang waktu semesta jelas mengatasi ruang waktu bumi. Pada gilirannya, pernafasan itu tidak kuolah lagi, hanya tersisa diri, tetapi diri yang telah menjadi bagian dari segala sesuatu yang ada maupun tiada, dari antara ada dan tiada maupun ketiadaan antara dari ada dan tiada. Sampai tahap ini, ruang waktu teratasi dan barang siapa bisa mengatasi ruang waktu, mestinya bisa mengatasi ketubuhannya sendiri, yakni ketubuhan yang terikat ruang waktu bumi. Aum! Dengarkanlah baik-baik wahai Jinaputra dari keluarga Tathagata badan itu menjadi delapan delapan daun bunga TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mata nga telinga nga hidung nga mulut nga lubang dubur nga kemaluan nga delapan daun bunga menjadi tempat vajra-jnana vajra-jnana berarti advaya-jnana AKU telah mempelajari cakra dalam tubuhku sendiri. Badan manusia dalam anuttaravoga memiliki empat cakra, yakni maha-sukha pada ubun-ubun dengan 32 daun bunga; sambhoga pada leher dengan 16 daun bunga, dharma pada jantung dengan delapan daun bunga, serta nirvana pada pusar dengan 64 daun bunga. Adapun cakra yang sedang kuhidupkan dengan pernapasan tadi adalah dharma-cakra pada jantung, yang penjelasannya dalam Heruka-tantra seperti berikut: Di jantung terdapat dharma-cakra TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dengan delapan daun bunga daun bunga membentuk visva-padma atau berbentuk ganda yang satu menghadap ke atas yang lain menghadap ke bawah di dalamnya terdapat aksara HUM yang menghadap ke bawah sedikit di atasnya terdapat bunga padma putih kecil melambangkan alam raya atau brahmanda-sdrsa-karam di dalamnya terdapat kesadaran murni atau vijnanam mewujud dan memenuhi segalanya kesadaran murni mengenali segala hal segala pengetahuan yang diperoleh tanpa belajar atau svayambhu-jnana-dharam merupakan parameswara Jika dituruti, aku tidak ingin kembali ke dalam kehidupan duniawi. Samadhi memberikan kepadaku ketenangan abadi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Betapa seorang pertapa tiada akan berumah dalam keadaan seperti ini" dari ujung lidah meluncurlah OM berhenti dan diam di bawah padma menjadi surya bersinar terang karena cahaya lebur dan bersenyawa tercipta aksara AH dilepas meleburkan semua lenyap dan bersenyawa bersama peleburannya hingga tercipta wujud akhirnya intan permata tiada tercela Barangkali tidak adil, tetapi ingatan kepada kitab-kitab keagamaan yang Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ditinggalkan orangtuaku, membuat pendekatanku kepada ilmu silat berbeda sama sekali. Para pendekar menafsirkan jurus sebagai jurus saja, tetapi aku mengembalikannya kepada gerak. Jadi bagiku bagaikan tiada ilmu silat selain pemahaman atas ruang, gerak, dan waktu. Aku adalah tubuh di dalam ruang yang bergerak dalam waktu, apabila ruang waktu menyatu, tubuhku melebur sebagai gerak itu sendiri tanpa harus menggerakkannya. Gerak hanya digerakkan oleh kehendak, tetapi kehendak di luar keinginan dan tujuan, melainkan sekadar kehendak untuk bergerak sebagai bagian gerak semesta. Tubuhku hanya ada sebagai TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sarana gerak sahaja, ada atau tiada tubuhku, ia mengada dalam gerak, dengan segala ke-tak-bergerak-annya. Demikianlah diriku tinggal pikiran dan napas, yang segalanya mengatur tubuh. Secepat aku berpikir, secepat itu pula kemampuan gerak tubuhku. Napas menghidupi tubuh, pikiran menggerakkan tubuh. Apakah dengan begini saja cukup menghadapi Naga Hitam" Seandainya sepuluh tahun terasa sebagai sepuluh tahun, sebagai remaja 15 tahun tentu aku akan tersiksa memikirkan kawan-kawan seperjalananku yang terpisah dibawa arus di atas perahu tambang itu. Aku juga akan tersiksa memikirkan nasib Campaka, dan barangkali juga telah kembali ke Balinawan menengok Harini dan kitab-kitab dalam peti kayu itu, tentu jika aku belum tewas di tangan Naga Hitam. Namun sejak aku mampu membuka ruang dalam diriku dan menempatinya, bukan saja waktu takterasa, melainkan waktu menjadi tiada, karena ruang yang kubuka dalam diriku bukanlah ruang dalam waktu. DEMIKIANLAH aku belajar ilmu silat dengan cara yang aneh, yang kutemukan secara tak sengaja ketika tak sadarkan diri di tepi sungai itu. Ataukah seseorang telah sengaja memberikannya untukku" Jika dia seorang guru, jasanya terlalu besar untukku; dan jika dia seorang guru, bagaimana caraku mengucapkan terimakasih kepadanya" Karena agaknya dia telah mengikuti perjalananku. Bahkan tanpa kuketahui mungkin sering menyelamatkanku. Pertanyaanku tentu: Mengapa dia berbuat begitu" Masalahnya, apakah masih penting ditanyakan kenapa" Jika harus selalu ada sebab dari perbuatan baik seseorang, apakah masih ada tempat bagi kebaikan itu sendiri" Betapapun, siapapun dia, aku harus menghormatinya. Tentang guru, kuingat dari bacaan: TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ di tempat tanpa guru satu kali pun nama Buddha takkan terdengar para Buddha dari ribuan tahun Pencapaian Kebuddhaan tergantung kepada guru Seorang murid harus mengabdi kepada guru. Aku juga ingin mengabdi kepada hidup yang telah memberi banyak pelajaran bagiku. Namun kini seseorang jelas telah mengarahkan aku, bukan sekadar agar selamat dari ancaman Naga Hitam, melainkan juga memberi pencerahan. Apakah yang bisa lebih mencerahkan ketimbang kemampuan untuk mengatasi ruang waktu" Tubuhku memang tidak mungkin berada di luarnya, tetapi pengolahan nafasku telah membuat pikiranku terbebaskan dari ruang waktu itu-ukuran ruang dan waktu manapun takberlaku lagi bagiku. Luas sempit lama sebentar hanyalah kupahami sebagai kesepakatan orang banyak, tapi tidak untuk diriku. Sepuluh tahun memang tetap sepuluh tahun waktu bumi, tetapi dalam samadhi aku takterikat waktu bumi tersebut. Ruang berada dalam diriku, bukan aku berada dalam ruang; dan dengan keberadaan ruang dalam diriku maka aku pun memiliki waktuku seperti yang kumau. Guruku itu, entah siapa dia, tidak pernah mengajari dan hanya mengarahkan. Pada hari ketika aku pingsan, dengan jernih kuhayati ilmu silatku sendiri dalam bayangan di balik cahaya kemilau. Untuk selanjutnya, aku belajar dengan cara yang sama, meski kemudian mengolahnya. Semuanya mengarahkan aku kepada pendapatku sekarang, betapa mempelajari ilmu silat sebetulnya harus juga berarti mempelajari pemikiran yang telah melahirkannya. Tanpa hal itu, ilmu s ilat hanya menjadi kekerasan tanpa keanggunan dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kecanggihan tanpa pesona. Tanpa seni, tanpa sastra, dan tanpa filsafat. Dengan hanya mengemban kekerasan, ilmu silat menjadi kasar dan tanpa cinta, menjadi sampah kebudayaan. Dalam sepuluh tahun waktu bumi telah kutempa diriku dengan kemampuan pembayangan dalam pertarungan. Makin lama makin terbiasa, sehingga aku mampu mengolah cikal bakal Ilmu Bayangan Cermin. Bukan hanya mampu membaca dan lantas melakukan pembayangan, tetapi dari kemampuan pembayangan atas jurus apa yang mesti kuberikan sebagai tanggapan, karena kecermatan dalam menyerap jurus lawan, bisa kukembalikan jurus yang sama, yang agar tidak hanya bertabrakan, dan sebaliknya terjamin menembus pertahanan, harus dikembalikan secara terbalik. Sama, tetapi seperti kesamaan sebuah cermin, yakni serba terbalik. Sebetulnya aku memang telah menguasainya dengan baik, berdasarkan olah pembayangan dalam samadhi, tempat diriku bisa bertarung melawan pembayangan suatu ilmu, tetapi tentu saja aku belum puas jika belum mengujinya dalam pertarungan sejati. Bukan sekadar karena keinginan mengujinya, melainkan juga karena dengan pertarungan sebenarnya aku akan menyerap ilmu silat lawan, suatu hal yang harus dilakukan demi pembalikan jurus-jurusnya sendiri secara mematikan dalam ketepatan terbalik bayangan cermin. Sementara, olah pernafasan dalam samadhiku, dalam sepuluh tahun dengan sendirinya telah meningkatkan ilmu meringankan tubuh dan tenaga dalamku. Memang benar pesan tertulis pada batu di dasar sungai itu: Perlu waktu sepuluh tahun bagiku untuk siap menghadapi Naga Hitam. Sekarang aku sudah tidak sabar lagi ingin segera menghadapinya. (Oo-dwkz-oO) APABILA kemudian aku turun gunung tahun 786, ternyata kekuasaan Mataram sudah berada di tangan Rakai TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Panunggalan. Kekuasaan Rakai Panamkaran berakhir tahun 784. Berarti perubahan ini belum berlangsung lama. Apa yang terjadi" Sejak dulu aku kurang peduli dengan pertarungan kekuasaan di kalangan istana, apalagi sekarang ketika tanpa terasa sepuluh tahun telah berlalu. Pergantian kekuasaan itu baru kuketahui kemudian melalui kedai, tempat terbaik untuk memasukkan diriku kembali ke dalam peradaban. Ini berarti aku harus kembali memakan daging, karena selama terpencil di puncak gunung aku hanya makan tetumbuhan, apakah itu buah, daun, atau juga akar tanaman, sedangkan sebuah kedai tak akan dikunjungi orang kalau hanya menyediakan makanan dari bahan tetumbuhan. Sebegitu jauh, aku tidak melihat alasan kenapa diriku harus berpantang makan daging. Aku bukan seorang rahib, bukan pula pedanda, meski bagiku hanya makan tetumbuhan selama sepuluh tahun tidaklah bermasalah pula. Begitu masuk, aku baru sadar keadaan diriku. "Hai pengemis! Berani-beraninya kau masuk kedaiku! Keluar!" Hmm. Inikah peradaban" "Aku punya uang," kataku, mengambil mata uang upahku sepuluh tahun lalu. Dalam pundi-pundi kulitku yang sudah usang, terdapat mata uang campur aduk, dari emas, perak, perunggu, tembaga, dan besi. Kuambil yang emas, kulempar ke atas meja. "Bagaimana kalau pengemis itu bisa membayar dengan emas," kataku tanpa nada tanya, karena kutahu daya pesona emas yang takpernah terpadamkan. Cepat sekali tukang kedai itu menyambar mata uang yang bentuknya gepeng seperti dadu dengan sudut-sudut membulat itu. Wajah yang semula angkuh itu menjadi ramah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Segalanya bisa dibeli dengan emas," katanya, "mau makan apa?" "Apa pun yang bisa dimakan Bubukshah," kataku. Itu berarti aku mau makan sesuatu dari daging. "Hmm," pemilik kedai itu mengamatiku, "tapi sosokmu lebih mirip Gagang Aking, dikau baru usai bertapa, atau barangkali gagal bertapa?" Baru kusadari juga penampilanku yang hancur, karena busanaku yang hancur dalam dua tahun telah kuganti dengan kulit kayu, dan dari kulit kayu ke kulit kayu itulah busanaku sampai hari itu. Untunglah busana ini tidak terlalu asing, setidaknya para rahib ada yang memakainya. T epatnya rahib dan orang-orang yang hidup di hutan. Aku harus menghindari percakapan berkepanjangan. "Berikanlah saja yang kuminta Bapak, atau emas itu harus kuminta kembali?" "Dengan emas ini dikau bisa makan banyak," ujarnya sembari menyiapkannya untukku, menciduknya dari deretan kuali tanah liat di belakang dia berdiri. Lantas tibalah dia di depan meja dengan sejumlah mangkuk tanah liat yang padat berisi. "INILAH rajamangsa, habiskanlah semua." Saat itu aku belum pernah memakan rajamangsa yang berarti santapan raja. Mengikuti peraturan, rakyat biasa dilarang memakan santapan raja itu, karena memang tidak boleh menyamai apa pun yang dilakukan raja. Kemungkinan besar bahkan rakyat mana pun belum pernah melihat dengan mata kepala sendiri santapan raja tersebut. Maka para juru masak atau tukang kedai mencoba mereka-reka sendiri apa yang disebut rajamangsa, sejauh seperti yang mereka pernah dengar, dan tentu hanya mengira-ira saja rasanya. Itulah yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kumakan: Kambing yang belum keluar ekornya, dan satu lagi kusuruh ambil kembali, karena belum tega memakannya, yakni anjing yang dikebiri. Betapa tidak, karena aku sangat menyayangi anjing, binatang yang paling setia, dan paling bisa saling mengerti dengan manusia. Orang-orang melihatku dengan pandangan bertanya-tanya. Kali ini kurasa bukan karena busana kulit kayuku, melainkan rambut dan wajahku yang sungguh tidak jelas ini. Aku makan dengan rakus dan tidak peduli. Bunyi makanan masuk mulut mungkin terdengar keras karena kuhirup tanpa mengunyahnya. Kulepas daging dari tulang di dalam mulutku, dan tulang-tulangnya berloncatan keluar dari mulutku itu. Memang sengaja. Biarlah mereka mengira diriku seorang astacandala , daripada terus mengira-ira dan menyibukkan aku dengan pertanyaan mereka. Benar juga. "Astacandala, bagaimana mungkin martabatnya naik jika makannya tak beradab begitu rupa. Tak adalah gunanya uang emas bagi mereka, karena adab tetap sulit diangkatnya." Aku pura-pura tidak mendengar, dan terus menghirup dari dalam mangkuk dengan bunyi yang semakin sengaja kukeraskan. "Sudahlah," kata kawannya, "mengapa lebih peduli kepada astacandala takberguna, pikirkanlah dahulu urusan kita." Orang tadi tampaknya belum rela berhenti menghinaku, tetapi ia terpaksa kembali kepada perbincangan bersama kawan-kawannya, yang rupanya dilakukan dengan berbisikbisik agar tidak diketahui orang lain. Aku tetap menghirup makanan dengan bunyi keras, tetapi segera kugunakan ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang untuk mengetahui apa yang mereka perbincangkan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ (Oo-dwkz-oO) Episode 45: [Aturan untuk Raja] Meskipun mereka berbicara dengan perlahan dan nyaris berbisik-bisik, dengan ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang, segalanya begitu jelas seperti aku berada di antara mereka. Dengan penyempurnaan melalui olah pernafasan selama sepuluh tahun, sebetulnya ilmu pendengaranku ibarat kata bukan hanya mampu mendengar semut berbisik di dalam liang, melainkan juga ikan berbisik di dalam air. Kendala semula bahwa ilmu pendengaran ini hanya membaca gelombang bunyi di udara, kini mampu pula menembus segala gerak di bawah permukaan air. Tidak semua hal bisa kumengerti dari perbincangan itu, terutama apabila mereka membicarakan masalah-masalah yang hanya mereka sendiri yang tahu. Namun baiklah kucoba mengambil kesimpulan dalam ketertinggalanku sepuluh tahun terakhir mengenai berbagai perkembangan belakangan ini. RUPA-RUPANYA mereka juga sedang mencoba merumuskan sesuatu, sebagai suatu tugas dari istana. Mereka terutama sedang mencatat jumlah penduduk yang bertani, dan bukannya berburu, atau hidup dari menangkap ikan. Mereka mempermasalahkan tentang pembuatan sendiri benda-benda yang semula hanya bisa mereka nantikan Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo datangnya di pelabuhan. Mereka bicara tentang usaha menenun bahan pakaian sendiri, maupun juga membuat sendiri secara besar-besaran alat dari logam seperti kapak besi, mata tombak, pedang, sabit, dan bajak; dan tidak mengandalkan barang-barang sudah jadi yang selama ini datang dari wilayah utara. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Mereka juga membicarakan perkembangan yang terjadi di pantai utara Yawabumi, bahwa terdapat hubungan dengan pusat-pusat peradaban baru di wilayah utara, seperti tampak dari barang-barang dan berbagai pengetahuan baru yang datang bersama kapal-kapalnya. Mereka juga mencatat bahwa di pedalaman, terdapat perluasan pemukiman para petani, yakni bahwa mereka menetap dan tidak berpindah-pindah seperti seratus tahun sebelumnya. Pertanian tanaman dilakukan secara tetap, meskipun penyaluran air berkembang terbatas hanya di sekitar pemukiman mereka. Artinya negara belum menanganinya secara menyeluruh dengan menyatukan penyaluran air di seluruh wilayah kekuasaannya. Namun ini mungkin disebabkan karena bersama dengan itu terdapatlah keadaan yang tidak terlalu tenang, akibat perebutan kekuasaan antara para penguasa wilayah yang masing-masing mengukuhkan dirinya dengan gelar rakai. Pajak, yang semula hanya terdengar dalam istilah drawya haji, yakni sedikit kelebihan bahan pangan yang diberikan setiap desa, kini didampingi istilah gawai haji, tenaga kerja untuk kepentingan penguasa. Ini menyangkut jenis pekerjaan seperti kerajinan gerabah, logam, termasuk emas, dan juga pekerjaan seni seperti arca dari batu maupun logam, yang juga diperlukan sebagai alat-alat upacara. Aku mulai mendapat gambaran, ternyata menghilang sepuluh tahun tidak membuat aku terlalu ketinggalan, karena berbagai cita-cita kebudayaan, terutama cita-cita kenegaraan dan keagamaan pada dasarnya telah menjadi perjuangan sejak sepuluh tahun lalu. Adapun antara cita-cita kenegaraan dan keagamaan itu dapat berlangsung sejalan maupun kadang-kadang bertentangan, karena setiap penguasa meskipun tidak akan menindas agama yang berbeda dengan agamanya sendiri, akan tetap mendahulukan kepentingan agama yang dipeluknya. Keadaannya sekarang, meskipun agama Siwa masuk lebih dahulu, kini perkembangan agama Mahayana, terutama dari aliran Tantrayana, pesat sekali. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun ini tidak berarti agama Siwa pudar, seperti terlihat dari persaingan pembangunan candi-candi. Di antara banyak candi Mahayana, akan menyeruak candi Siwa, yang usaha penggalangannya dapat berlangsung berpuluh-puluh tahun. Itulah yang telah kukatakan, sepuluh tahun bisa lama, bisa pula tidak berarti apa-apa. Berarti masih banyak perkara di sekitar urusan sima, makin tegas tuntutan pajak berupa tenaga terampil di segala bidang untuk membangun tempat pemujaan, dan makin jelas betapa segalanya mewakili kepentingan kekuasaan. Itu perkembangan dunia awam. Bagaimana dengan perkembangan dunia persilatan" Rupanya aku memang beruntung memasuki kedai pada saat yang tepat, karena dengan segera bagaikan bisa mengejar segala ketertinggalan. "Semua ini hanya bisa berjalan karena peranan Naga Hitam," ujar seseorang. "Apakah Naga Hitam yang menjadi penyebab keruntuhan Panamkaran?" "Naga Hitam telah membangun jaringan dengan bantuan kelompok Cakrawarti, yang hanya diketahui setelah para pengawal rahasia istana berhasil membongkarnya." "Tapi terlambat?" "Terlambat, karena Panunggalan sudah naik takhta dan meski Naga Hitam telah membantunya, Panunggalan tak sudi mengenalnya. Makanya Naga Hitam tidak mendapat kedudukan apa-apa, termasuk dalam pasukan kerajaan." "Karena itu sekarang ia merongrong wibawa Rakai Panunggalan." "Sebetulnya bukan Panunggalan yang meminta bantuan Naga Hitam, melainkan kelompok Cakrawarti." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Ah, Panunggalan dibantu Cakrawarti untuk menggulingkan Panamkaran, dan Cakrawarti telah berhasil menggarap Naga Hitam!" "Memang, tetapi bagi Panunggalan orang seperti Naga Hitam, betapapun ditakuti dalam dunia persilatan, adalah seorang candalaO" Saat itu mereka semakin merendahkan suaranya sambil melirikku. Aku tetap makan dengan bunyi keras dan bersendawa pula keras-keras seperti orang kurang beradab. "Hoooiiiikkk..." Kepala mereka tersentak mendengar bunyi sendawaku, tetapi tetap meneruskan perbincangannya. "Hmm. Caturwarnna ini menyulitkan orang-orang dengan tingkat keterampilan tinggi, tetapi berasal dari kasta yang rendah." "Itulah yang berlangsung di istana, tetapi di pedalaman seperti ini, agama saja tidak jelas bagi penduduk untuk memilih yang mana. Kadang mereka peluk kedua-duanya begitu saja. Namun untuk permainan kekuasaan di istana, syarat-syarat itu penting. Hanya kasta Ksatriya sahih berma in, sedangkan kasta Brahmana dianggap tabu mempunyai minat untuk kekuasaan itu." "Datangnya Mahayana membuat para Brahmana harus mempertahankan sesuatu." "Karena Buddha menghapus kasta!" "Itulah! Anehnya, di kalangan pemeluk Buddha pun kasta Siwa dari masa sebelumnya kadang masih berlaku, meski sejak dulu pun tidak diikuti dengan setia." "Padahal Naga Hitam bukankah candala tanpa kasta!" "Hah" Siapa dia?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Dia keturunan wangsa Sanjaya yang terusir semenjak wangsa Syailendra berkuasa!" "Bukankah wangsa Syailendra keturunan wangsa Sanjaya juga?" "Itu yang kudengar, tetapi apa buktinya" Betapapun agama keduanya berbeda." "Naga Hitam seorang pemuja Durga?" "Naga Hitam" Dikau yakin orang-orang persilatan, dari golongan hitam pula, memeluk kepercayaan tertentu" Aku lebih percaya Naga Hitam itu setia kepada kepercayaan asli Yawabumi." "Bukankah Sanjaya pemuja Siwa?" "Naga Hitam merongrong siapapun yang berkuasa, dan tidak ada penguasa yang mengutamakan kepercayaan asli dengan candi-candinya yang membebani rakyat itu!" "Kurasa kita tidak pernah tahu apa yang berada di dalam kepala Naga Hitam, tetapi jelas ia mempunyai minat terhadap kekuasaan, dan kali ini merasa tertipu oleh jaringan Cakrawarti." "Sedangkan kelompok itu sekali menghilang susah dicari!" Mereka masih bicara sementara aku menyimpulkan sendiri. Naga Hitam boleh takterkalahkan di dunia persilatan, tetapi seluk beluk tipu daya dalam perebutan kekuasaan tampaknya bukan sesuatu yang dikuasainya. Ia bermaksud memanfaatkan jaringan Cakrawarti untuk menembus jalan ke istana, sebaliknya kelompok itulah yang justru telah memanfaatkannya. Panamkaran terguling, Panunggalan naik tahta, Naga Hitam tidak diperhitungkan dalam pembagian kekuasaan. Apakah jasa yang dibutuhkan dari seorang Naga Hitam" Ia dibutuhkan untuk menjauhkan dunia persilatan, terutama para TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ naga, dari lingkaran dunia kekuasaan. Telah diketahui bagaimana para naga ini sangat saling menghormati, sehingga jika Naga Hitam menampakkan isyarat betapa permainan kekuasaan dunia awam tidak perlu dicampuri, maka para naga memang tidak akan mencampurinya. Bukan karena para naga ini takut kepada Naga Hitam, tetapi sekadar karena tidak merasa perlu bersengketa atas sesuatu yang tidak menyangkut kepentingan mereka. Kepentingan para pendekar hanyalah ilmu silat, kesempurnaan ilmu silat sebagai jalan mencapai kesempurnaan dalam kehidupan, meski jalan yang ditempuh itu menuju kematian. Hanya pendekar yang takterkalahkan belum menemui kematian, padahal kematian dalam dunia persilatan adalah penanda kesempurnaan. Maka seorang pendekar akan terus menempuh pertarungan untuk mencapai kesempurnaan dalam persilatan, apabila kemudian ia menemui kematian dalam pertarungan, di sanalah hidupnya tersempurnakan. Tentang Naga Hitam, jika memang pembelaannya terhadap kepercayaan asli menjadi pendorong perjuangannya menentang penguasa yang merestui penyebaran, bahkan memeluk, agama Siwa dan Mahayana, maka aku tentu sangat menghormatinya. Namun sungguh terlalu banyak masalah sulit dijelaskan, antara lain karena memang bercampur baur, dalam permainan kekuasaan, apalagi karena segalanya memang tergantung kepada perbincangan, yang bagaikan selalu menghindari ketepatan dugaan. "Apakah yang harus kita lakukan?" Mereka semua untuk sejenak terdiam. Siapakah mereka" Aku merasa mereka adalah orang-orang yang terpelajar, dan barangkali pula bekerja untuk istana, karena kepada siapa pula pekerjaan menghitung dan mengkaji dunia ini akan mereka persembahkan" Namun jelas mereka sendiri bukan bagian dari lingkaran istana, meski keangkuhan sebagai warga kotaraja masih TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terbawa-bawa pula. Mereka jelas bukan petani, tetapi cara berbusananya menurut aku cukup sederhana, meski bahan busananya adalah pilihan, bukan berdasarkan kemewahan melainkan kemungkinannya agar tahan lama. Wajah-wajah mereka tampak seperti keturunan ningrat yang halus, tampan, dan kuning langsat kulitnya, tetapi busananya bukan ringring bananten dan bukan pula patarana bananten, kain berwarna emas. Rambut mereka yang panjang di antaranya disanggul dengan sisir kulit penyu. Namun selain itu mereka tidak mengenakan perhiasan apapun. Kain yang mereka kenakan tidak bergambar apapun. "Kita mengetahui segala hal yang tidak mereka ketahui, itu berarti kita sebetulnya memiliki sebagian syarat kekuasaan, tetapi kita tidak dikenal dan tidak mempunyai pengikut, dan juga kita tidak menguasai ilmu keprajuritan maupun ilmu persilatan." "Tapi Naga Hitam juga tidak menguasai ilmu keprajuritan." "Makanya seorang Naga Hitam saja tidak cukup, perlu seorang panglima yang mampu memimpin pasukan perang." "Coba kita periksa Arthasastra dulu. Pertama adalah Aturan untuk Raja." Mereka semua masih muda tetapi tampak dewasa, mungkin antara usia 30 sampai 35. Kuperhatikan lagi, perawakan mereka memang serba mulus, seperti tidak pernah bekerja di ladang atau apapun yang membutuhkan tenaga tubuh. Gulungan rontal salinan Arthasastra terbuka di meja. Mereka semua jelas bisa membaca, karena bukan hanya mampu, tetapi juga nyaris hafal di luar kepala segenap isi Arthasastra melebihi yang telah kukenali selama ini. Berikut adalah bagian yang mereka perbincangkan. bila raja giat pengikutnya menjadi giat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengikuti keteladanannya bila ia lengah mereka ikut lengah bersamanya dan mereka akan menghabiskan pekerjaannya raja yang lemah akan jatuh ke tangan musuh-musuhnya karena itu ia sendiri harus berdaya membagi waktu s iang hari menjadi delapan nalika atau bagian begitu pula dengan waktu malam hari melalui ukuran bayangan yang ditimbulkan matahari suatu bayangan mengukur paurusa, satu paurusa dan empat angula dan sore hari ketika bayangan menghilang inilah empat seperdelapan bagian awal dari hari pembagian dijelaskan seperti berikut seperdelapan pertama dari hari hendaknya mendengarkan tindakan yang diambil untuk kegiatan pertahanan serta penghitungan penghasilan dan pengeluaran seperdelapan kedua dari hari hendaknya memperhatikan masalah warga negara dan orang desa selama yang ketiga hendaknya mandi, makan, serta belajar selama yang keempat hendaknya menerima pembayaran tunai dan memberi tugas kepada para kepala bagian selama yang kelima hendaknya berujuk-kata dengan dewan menteri melalui surat dan menerima keterangan rahasia yang disampaikan para mata-mata selama yang keenam Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dipersilakan tamasya atau bersukaria sekehendaknya atau berujuk-kata dengan siapapun yang dikehendakinya selama yang ketujuh hendaknya memeriksa gajah-gajah, kuda, kendaraan, dan pasukan selama yang kedelapan hendaknya membicarakan rencana ketentaraan bersama panglima angkatan bersenjata bila hari selesai hendaknya melakukan sandhya (bersembahyang memuja Tuhan) pada saat matahari tenggelam selama seperdelapan bagian pertama malam hari hendaknya ia menanyai para petugas rahasia selama yang kedua hendaknya ia mandi, makan, dan belajar selama yang ketiga hendaknya pergi tidur sambil mendengarkan susunan bunyi yang indah baik nyanyian maupun keindahan suara-bunyi tanpa kata selama yang keempat dan kelima harap terus tidur sahaja selama yang keenam hendaknya ia bangun karena suara-bunyi keindahan dan merenungi ajaran ilmu tentang kekuasaan maupun tugas yang telah dilakukan selama yang ketujuh hendaknya berujuk-kata dengan para penasehat dan mengirimkan para petugas rahasia selama yang kedelapan ia hendaknya menerima restu dari para pendeta, penasehat, para guru, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bertemu dengan tabib, kepala masak, dan juru ramal perbintangan setelah menghormati sapi dengan mengitari seekor sapi betina, anak sapinya, dan sapi jantan hendaknya ia menuju ke ruang pertemuan atau hendaknya ia membagi siang dan malam dalam bagian yang berbeda sesuai dengan kemampuan dan penyelesaian tugas-tugasnya sampai di ruang pertemuan hendaknya ia mengizinkan tanpa batas mereka yang ingin menemuinya berkaitan dengan masalah mereka karena seorang raja yang sulit dihubungi akan melakukan kebalikan dari apa yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan oleh mereka yang dekat kepadanya sebagai akibatnya ia mungkin terpaksa menghadapi pemberontakan atau ditundukkan musuh-musuhnya karena ia harus memperhatikan dewata, pertapaan, vidharma , brahmana ahli Veda, ternak dan tempat-tempat suci, kanak-kanak, orang tua yang sakit, yang sedih, yang takberdaya, dan para wanita menurut urutan ini atau sesuai dengan pentingnya masalah ia hendaknya mendengarkan setiap hal yang mendesak dan tidak menundanya karena yang ditunda menjadi sulit ditangani bahkan tidak mungkin diselesaikan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ia hendaknya memperhatikan masalah orang-orang yang pakar dalam Veda dan para pertapa setelah pergi ke api pemujaan bersama para pendeta dan penasehat setelah bangkit dari duduknya dan memberi salam kepada para pelamar ia hendaknya memutuskan tentang para pertapa dan para pakar dalam kerja sihir setelah berujuk-kata dengan pakar ketiga Veda bukan seorang diri sahaja karena mereka mungkin marah pula bagi seorang raja sumpah sucinya adalah kesediaan bekerja pengorbanan dalam urusan pemerintahan adalah pengorbanan sucinya imbalan dari pengorbanannya adalah sikap yang adil dan upacara pendewasaan dalam pengorbanan baginya adalah penasbihannya kebahagiaan rakyatnya adalah letak kebahagiaan raja apa yang berguna bagi rakyat juga berguna bagi dirinya sendiri apa yang berharga bagi dirinya sendiri belum tentu bagi negara apa yang berharga bagi rakyatnya adalah berguna bagi dirinya maka hendaknya raja giat memajukan kesejahteraan akar kesejahteraan adalah bekerja sedangkan malapetaka adalah kebalikannya tiadanya kerja menghancurkan yang telah didapat maupun yang belum diterima melalui kerja diperoleh imbalan dan ia akan mendapat limpahan kekayaan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Mereka berdebat. Mereka seperti para pemikir, tetapi bukan jenis yang mengabdikan seluruh hidupnya kepada raja. Sebaliknya mereka seperti menggugat dan dengan pemikirannya membongkar segala sesuatu yang selama ini terlanjur dianggap sebagai kebenaran, yang ternyata hanyalah bangunan nilai yang terlanjur disepakati sebagai kebenaran. Pemikiran mereka menarik, meski berprasangka baik terhadap Naga Hitam menurut pendapatku jika tidak didasari pengetahuan mendalam atas tokoh tersebut dapat berbahaya. Perkiraanku semula bahwa mereka seperti mendapat tugas dari istana jadi meragukan. Namun jika memang demikian, kurasa mereka terpaksa menyimpan banyak hasil kerja mereka untuk diri mereka, terutama tidak memberikan pendapat mereka sendiri, jika masih ingin kepala mereka tidak lepas dari badannya. Aku ingin sekali bergabung. Namun mereka telah mengatakan diriku ini seorang astacandala. Aku tertawa dalam hati, tetapi juga sedih, merana, dan merasa sendiri, meski kuingat kata pasangan pendekar yang mengasuhku, bahwa jalan hidup seorang pendekar adalah jalan kesuny ian, tempat seseorang hanya ditemani dirinya sendiri. Isi perdebatan mereka tentang persyaratan seorang raja memerintah atau tidak, sudah bukan urusan penting lagi bagiku, karena kupikirkan tentang Naga Hitam. Apakah dia masih mencari dan mengirimkan orang-orangnya untuk memburu aku" Sebelum mencari dan menantangnya bertarung, aku harus mengetahui dahulu segala sesuatu tentang Naga Hitam itu, yang akan kuanggap sebagai jalan masukku ke dalam dunia persilatan. Namun kepada siapakah aku harus bertanya" Aku tidak dapat mempercayai para juru cerita, karena demi kepentingan mereka sendiri biasanya cerita itu sudah dilebih-lebihkan sebagai bagian dari pertunjukan. Jika bertanya kepada TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ seseorang yang dianggap mengerti, tidak ada jaminan betapa kisah yang disampaikannya itu mendekati kenyataaan. Apakah itu berarti aku harus memata-matainya sendiri" Bagaimana caranya" Apakah itu harus berarti menyatroni perguruannya atau menguntitnya ke mana pun dia pergi" Ataukah aku harus berpura-pura menjadi muridnya saja" Kedai makin ramai, ketika dari luar datang lagi orang-orang lain. (Oo-dwkz-oO) Episode 46: [Pembunuhan dan Perselingkuhan] ROMBONGAN yang masuk itu segera saling berpandangpandangan dengan kelompok yang sedang kucuri dengar pembicaraannya. Kutatap sekilas, tampaknya mereka saling mengenal, setidaknya saling mengetahui diri mereka masingmasing. Namun kenapa mereka tidak saling bertegur sapa" Kulihat kuda mereka di luar berdampingan dengan kuda dari rombongan yang datang sebelumnya. Pengurus kuda yang disediakan kedai langsung memberinya makan. Dengan kelelahan kuda yang seperti itu, kuperkirakan mereka datang dari kotaraja. Waktu mereka memandangku, masih kuperagakan perilaku yang seperti tidak mengenal peradaban. Aku bersendawa keras, lantas kumur-kumur dengan arak yang tadi telah diantarkan, lantas menyemburkannya di situ juga. "Astacandala..." Kudengar seseorang berkata. "Kalau Buddha memang mau menghapus kasta, orang seperti itu bisa jadi raja memimpin kita..." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Hmm. Jadi mereka mungkin pemuja Siwa, yang di Yawabumi tidak juga berlaku tepat kekastaannya. "Bapak," kata salah seorang di antara mereka yang baru datang itu, kepada pemilik kedai, "bagaimana orang seperti ini bisa masuk kemari?" Pemilik kedai itu menjawab, aku suka karena jawabannya tegas. "Kedai ini terletak di luar kota, terlalu jauh dari kotaraja, hukum kota tidak harus berlaku di sini. Siapapun berhak makan, minum, duduk, dan bercengkerama di kedaiku, selama dia sangup membayar." Saat itu aku meletakkan sekeping mata uang emas di atas meja. "Beri aku arak lagi," kataku keras, agar juga menjadi jelas bagi mereka, bahwa orang yang mereka anggap tidak berharga mungkin saja lebih kaya dari mereka. Lantas aku menggeletakkan diri di atas bangku, pura-pura tertidur karena mabuk maupun kekenyangan, mendengkur dengan mulut terbuka. Ssstt! Jangan cari perkara dengan sembarang orang," kata kawannya, "yang disebut orang-orang persilatan itu bertebaran di luar kota, dan mereka senang dengan keributan, sehingga bisa mencoba ilmu silatnya. Mereka sangat mahir memainkan senjata." "Tidak ada yang mencari keributan, hanya taktahan karena terganggunya pemandangan," sahut yang diperingatkan itu. Rupanya taktahan mulutnya untuk tidak menghina. Sejauh yang kuketahui, itulah sumber kejatuhan orang-orang yang merasa dirinya pandai, dalam ilmu persilatan maupun ilmu pengetahuan. Ini bukan sekadar masalah budi pekerti, melainkan syarat mutlak pemahaman atas akal budi, yang sebenarnyalah tercakrawalakan oleh wacana pengetahuan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ semasa, yang dalam pemahaman setiap orang hanya akan membentuk dan dibentuk ke-sudut-pandang-annya sendiri. Ini berarti tidak ada ilmu pengetahuan yang paling sahih, selain kesahihan dalam kesepakatan tertentu, misalnya kesepakatan antara para ilmuwan. Suatu hal yang terutama justru harus dipahami oleh mereka yang menempuh jalan kecendekiawanan di Yawabumi. Mereka segera memojokkan diri di sebuah sudut, bukan sekadar menjauhi suara dengkurku, tetapi juga ingin membicarakan sesuatu secara lebih bebas. Bukan aku yang mereka hindari, melainkan kelompok yang telah lebih dulu berada di kedai. Mereka berbisik-bisik juga, tetapi tiada yang bisa lebih jelas lagi bagi ilmu pendengaran Mendengar Semut Berbisik di Dalam Lubang. "Masalah kasta dikau kemukakan pula! Sementara dikau pahami betapa Arthasastra pun masih harus ditafsirkan sebagai hukum yang berlaku di Yawabumi. Apalagi sumbersumber hukum kita bukan hanya Arthasastra, melainkan juga Dharmasastra, Sarasamuccaya, Svayambhu, Sivasasana, Purvadhigama, Devagama, dan Kutara-manava." Kawannya yang lain menimpali. "Memang, dan kita jangan terlalu percaya keaslian segenap sumber itu. Perhatikanlah bahwa Svayambhu berasal dari Svara Jambu, taklebih takkurang terjemahan dari delapan kitab Manava-dharmasastra. Hanya bagian terakhir jelas berbeda dengan aslinya." "Ya, seperti Purvadhigama yang pada bagian akhir disebut Sivasasana-saroddhrta, mungkin maksudnya cara penulisan berbeda saja dari Sivasasana." "DAN Kutara-manava sebagian besar terpengaruh Manavadharmasastra." Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Mereka lantas tenggelam dalam perdebatan masalah hukum, bahwa tidak semua hal yang berlaku bagi pemeluk TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Siwa di tanah asalnya, yakni Jambhudvipa, harus berlaku pula dalam penerapannya di wilayah Suvarnadvipa atau Suvarnabhumi, termasuk dalam hal ini Yawabumi. Sebelum gelombang kepercayaan kepada Siwa maupun Mahayana menyapu pulau ini, sudah terdapat hukum adat dan kebiasaan yang berlaku bagi penduduknya. Dalam penerapan hukum, dan kemudian penulisannya, hukum penduduk setempat yang berlaku tidak hanya takbisa begitu saja dihapus, sebaliknya bahkan berpengaruh dalam penyesuaian sebagian besar peraturan-peraturan hukum yang datang dari luar tersebut. Dalam Kutara-manava-sastra sendiri, demikian kudengar perbincangan mereka, perbedaan ini malah dijelaskan di dalamnya dengan terdapatnya suatu perbandingan, yang tertulis seperti berikut: "Seekor kerbau atau sapi, dalam suatu perjanjian, ditebuskan kepada pemberi utang, jika tidak ditebus dalam tiga tahun. Ini yang berlaku dalam Kutaragama. Menurut Manavagama, lamanya adalah lima tahun. Salah satu di antara yang dua ini harus diikuti. Adalah keliru untuk menyangka, betapapun, bahwa kitab-kitab hukum ini salah satunya lebih baik dari yang lain, kedua-duanya sah. Manava-sastra disampaikan oleh Maharaja Manu yang bagaikan dewa Wisnu. Kutara-sastra disampaikan oleh Bhrgu dalam Tetrayuga; ia (juga) bagaikan dewa Wisnu; Kutara-sastra diikuti oleh Parasurama dan seluruh dunia, bukan buatan masa sekarang, tetapi...6) Perbandingan antara Manava-sastra dan Kutara-sastra di berbagai tempat, menjelaskan judulnya yang menjadi Kutaramanava-sastra, yang jika memang keduanya bersumber dari negeri-negeri tempat igama Hindu bermula, yakni Jambhudvipa, justru di tempat asalnya judul semacam itu tiada. Memang rujukan kepada Manava-sastra karya Manu lebih sering, dan jika Kutara-sastra dicari sumbernya ternyata sulit ditemukan. Penyebutan Parasurama membuatnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mungkin untuk menghubungkannya dengan Kuthara, tetapi ini juga tidak menghubungkannya kepada suatu karya asli manapun. Sementara Manava-sastra terhubungkan dengan Manava-dharmasastra atau Manu-samhita yang terkenal, dan berbagai bagian mengacu kitab-kitab hukum lain dari Jasmbhdvipa, mulai dari Svara Jambu sampai Manusasana, Brhaspati-samhita, Pancasadarana, Jivadana, dan Devagama, yang sebagian juga beredar di Yawabumi. Kitab-kitab hukum lain yang beredar di Yawabumi seperti Devadanda dan SaraSamuccaya, juga menjadi acuan Kutara-manava-sastra. Sementara aku pura-pura mendengkur, tetap kuikuti perbincangan mereka tentang hukum, yang entah kenapa memberikan kepadaku suatu pembayangan untuk mengolah ilmu persilatan. Kata kuncinya adalah perubahan dan penyesuaian. Jika kepastian hukum pun demi keadilan dapat diubah dan disesuaikan, mengapa hal yang sama tidak dapat dilakukan dengan ilmu persilatan yang harus membayar kesalahan terkecil dengan kematian" Tentu dalam pendalaman selama sepuluh tahun telah kukembangkan segala kemungkinan, sehingga jurus yang satu dapat kubelah menjadi seribu; tetapi kemungkinan penyesuaian dalam hukum bagai membuat percobaan-percobaanku dalam persilatan lebih tersahihkan. Sesuatu yang baru memang tidak langsung akan bisa diterima. Namun aku dapat belajar dari persoalan hukum. Dalam perbincangan mengenai Kutara-manava-sastra oleh orangorang yang mampir di kedai ini, dapat kuikuti bagaimana mereka membahas peraturan-peraturan secara rinci. Kitab itu membagi peraturan-peraturan menjadi dua bagian besar, Hukum Perdata dan Hukum Pidana. Adapun yang terutama segera terdapat dalam kitab dan dibahas adalah perumusan tentang pembunuh: (1) Ia yang membunuh orang tak bersalah; TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ (2) Ia yang menghasut orang lain untuk membunuh orang yang takbersalah; (3) Ia yang melukai orang takbersalah; (4) Ia yang makan dengan pembunuh; (5) Ia yang tetap berteman dengan seorang pembunuh; (6) Ia yang berbuat baik kepada seorang pembunuh; (7) Ia yang memberi naungan bagi seorang pembunuh; (8) Ia yang menawarkan bantuan kepada seorang pembunuh. Dalam hal ini, hukum yang berlaku di Jambhudvipa, disetujui pula berlangsung di Yawabumi. Seperti juga hukum yang berlaku untuk pencuri, yang juga dibagi delapan, dan di antaranya terdapat yang dianggap aneh bagi orang-orang yang sedang kucuri dengar perbincangannya itu, yakni bahwa isteri dan anak-anaknya harus ikut menanggung ia punya kesalahan. Disebutkan misalnya, orang yang melakukan pencurian bukan saja mungkin dihukum mati, tetapi isteri dan anak-anaknya bersama dengan seluruh hartanya menjadi milik raja. Namun seorang pencuri dapat membeli hidupnya dengan membayar 40.000 kepada raja, dan membayar ganti rugi kepada pemilik barang-barang yang dicurinya itu sebanyak dua kali harga barang-barang tersebut. Ia yang menghasut orang lain untuk mencuri juga layak dihukum mati. Isteri dan anak-anaknya dapat lolos dengan denda yang besar, tetapi jika mereka juga bersalah karena ikut menghasut, mereka dimungkinkan untuk dihukum mati. "Hukum semacam ini tidak masuk akal, seperti juga banyak terjadi dengan ayat-ayat yang lain," kata seseorang, "barangkali kita harus mengusulkan untuk dirombak secepatnya. Ini masih hukum yang berlaku di Jambhudvipa!" "Tapi tidak semuanya berlaku di sini, sebagian juga sudah disesuaikan dengan kehidupan di Javadvipa!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kurang! Kurang! Pengaruh agama terlalu kuat sekarang! Kubayangkan hukum yang membumi! Perhatikan hukum untuk pembunuhan antar kasta ini. Jelas sulit berlaku bagi mereka yang tidak memeluk Siwa, mau dianggap apa mereka yang berada di luar kasta?" "Candala!" "Candala bagi Siwa! Bagaimana kalau pelakunya bukan pemeluk Siwa, tetapi kepercayaan mereka sebelum Siwa tiba"'' "Mahayana nyatanya juga berkasta di Javadvipa!" "Ya, tetapi kasta di sini tidak terlalu sama dengan Jambhudvipa!" "Jangan terlalu cepat bicara, hukum kita sekarang, meski bersumber dari Jambhudvipa, telah diubah seperlunya. Perhatikan saja!" Hmm. Siwa dan Mahayana, bagaimana mereka bisa saling melepaskan diri, jika kelahiran Pangeran Siddhartha di Taman Lumbini, tempat Ratu Maya berdiri di bawah pohon plaksa sembari tangan kanannya berpegangan ke salah satu cabang ketika melahirkan puteranya itu, ternyata ditampung lengan Indra dan Brahma, dewa-dewa dari igama Hindu sendiri" Lagipula tidakkah Maheswara, Dewa Siwa itu sendiri, yang dikawal ribuan dewa menyatakan penghormatannya, ketika meminta Raja Suddhodana membawa Sang Boddhisattva ke kuil pemujaannya" Bahkan dikisahkan betapa patung-patung dewa meretak, meremuk, dan menghancurkan diri mereka sendiri agar bisa bersujud ke kaki Boddhisatva. Meski kutulis kalimat-kalimat mereka dengan tanda seru, sesungguhnyalah mereka berbisik-bisik sahaja. Kuikuti terus bagaimana dengan cermat mereka mengeja segala sesuatu yang tertulis dalam lontar yang mereka gelar. Mereka sedang membahas hukum yang berlaku bagi penistaan atau penyerangan antarkasta, yang mengacu kepada Vakparusya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dan Dandaparusya. Segera bisa terbaca apa yang dianggap sebagai ketidak adilan tersebut, karena rujukan kepada adat yang diturunkan dari igama Hindu. Jika penyerang dan yang diserang berada di kasta yang sama, denda hanyalah 250, tetapi yang berikutnya tersusun seperti ini: Penyerang Diserang Hukuman Denda Brahmana Ksatriya 1.000 Brahmana Waisya 500 Brahmana Sudra 250 Ksatriya Brahmana 2.000 Ksatriya Waisya 1.000 Waisya Brahmana 5.000 Waisya Ksatriya 2.000 Waisya Sudra 1.000 Sudra Brahmana Mati Sudra Ksatriya 5.000 Sudra Waisya 2.000 Peraturan ini mengikuti Manu-samhita Pasal VIII Ayat 267269. Ketika dibandingkan dengan hukum yang berlaku di Yawabumi selama ini, yakni Kutara-manava-sastra, ternyata diikuti sama persis, kecuali bahwa terdapat penambahan, yakni bahwa candala yang menistai Brahmana hukumannya adalah juga Mati. Mereka mengamati bahwa peraturan di sekitar hukum pidana akibat penyerangan, mencederai, pencurian, perampokan, penjarahan, pencurian ternak, perusakan atau penghancuran harta benda, dan perselingkuhan diambil langsung dari Manu-samhita dengan sangat sedikit perubahan. Hukum pidana ternyata juga diberlakukan bagi penyihiran dan perdukunan. Sabda Manu yang terkenal, "Dengan anggota tubuh mana pun seseorang dari kasta rendah melukai seseorang dari kasta di atasnya, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bahkan anggota tubuh itu harus dipotong", telah dikutip dan diterjemahkan dari bahasa Sansekerta ke bahasa Kawi dengan penjelasan mengenai jenis anggota-anggota tubuh tersebut. Setelah membahas seluruhnya, kelompok ini membuat sejumlah catatan tentang hukum di Yawabumi, dalam perbandingan dengan sumbernya di Jambhudvipa. Pertama, bahwa peraturan tentang pembunuhan dan pencurian jauh lebih lengkap dari yang bisa ditemukan dalam kitab-kitab hukum Jambhudvipa. Bahkan para pakar hukum Javadvipa memperkenalkan dua ketentuan baru, yakni (1) bahwa kejahatan terbagi antara sekutu dan kawan-kawan sang penjahat; dan (2) bahkan anggota keluarga penjahat, dalam masalah pencurian, dan orang yang menghasut atau mengarahkan seseorang kepada kejahatan, juga mungkin mendapat hukuman. Kedua, hukum pidana di Yawabumi memperlihatkan, gagasan lama bahwa penyerangan lebih merupakan kesalahan daripada kejahatan, ternyata belum sepenuhnya mati. Maka dibandingkan dengan hukum yang berlaku di Jambhudvipa, hukuman denda lebih sering diberlakukan di Yawabumi, sebagai ganti hukuman mati atas kejahatan yang sama di Jambhudvipa. Mereka lantas membahas sejumlah contoh. Dalam Manusamhita Pasal VIII Ayat 295-296, kematian yang disebabkan oleh ketergesaan dalam berkendaraan dianggap sebagai kejahatan murni, tetapi yang dalam kitab hukum di Yawabumi atau Javadvipa mendapat tambahan: Bahwa suatu ganti rugi harus dibayarkan kepada yang berhubungan darah dengan korban tewas, jika ia seorang yang bebas; dan kepada pemiliknya, jika ia seorang budak. Simpulan yang sama berlangsung dari hukum-hukum tentang perkara perselingkuhan, ketika denda terutama merupakan ganti rugi bagi suami yang dilukai hatinya dalam hukum Manu, sedangkan bagi hukum yang berlaku di TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Javadvipa yang belakangan ini berhak membunuh yang bersalah jika memang menangkap basah. Seperti dalam kasus pencurian yang bisa diganti denda sebesar nilai benda yang dicuri, tapi dilipat duakan oleh para pakar hukum Yawabumi, begitulah rupanya yang telah berlangsung dalam perkara ini. KETIGA , meskipun hukum di Jambhudvipa maupun Yawabumi membuat pembedaan berdasarkan kasta, pemberian hukuman bagi berbagai penyerangan dalam hukum Yawabumi terdapat perkecualian di sekitar pembunuhan dan pencurian. Dengan kata lain, segenap penjahat di Yawabumi, ketika dituduh membunuh atau mencuri, diperlakukan sama tanpa memandang kastanya; sedang di Jambhudvipa, pertimbangan kasta berlaku sebelumnya, meski untuk kedua jenis kejahatan ini. Sementara mereka masih terus berdebat bahwa segenap perkecualian ini kurang memuaskan, aku merasakan terdapatnya suatu pertarungan dalam diam yang tidak kalah serunya dengan pertarungan dalam dunia persilatan. Mereka Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo yang datang menyeberangi samudera dengan kapal-kapal besar membawa kebudayaan, tetapi mereka yang telah lama bermukim di pulau ini berabad-abad lamanya juga telah memiliki kebudayaan. Dalam pergulatan antarwacana dalam perjumpaan kebudayaan, gagasan-gagasan terbaik saling berjuang untuk membebankan maknanya masing-masing, yang berlangsung terus menerus tanpa putus dalam perjalanan waktu. Sehingga tiada gagasan yang akan tetap tinggal tetap dan menjadi kuasa, karena keberadaannya hanya dapat dipertahankan jika menerima tawaran gagasan mereka yang terbawahkan. Aku masih berlagak mendengkur, tetapi suatu gagasan melentik dalam kepalaku. Apakah aku masih penasaran untuk menantang Naga Hitam" Barangkali. Karena aku memang tidak sudi dikejar dan diburu seperti seekor tikus yang melarikan diri dari incaran burung elang. Namun suatu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ keinginan, suatu kehendak, suatu gagasan meruyak dan menguak bagaikan kawah menggelegak. Bayangan tentang kapal-kapal telah memberikan kepadaku khayalan tentang negeri-negeri yang jauh dari mana kapalkapal itu mungkin berasal. Aku harus segera menuju pantai utara! Aku harus melihat kapal-kapal besar dengan orangorang mancanegara yang datang bersamanya! Aku ingin melihat kapal! Aku ingin melihat laut! Aku ingin menyeberangi samudera! Menuju tanah-tanah di seberangnya! Aku masih memejamkan mata. Kuingat-ingat kembali tujuanku memasuki kedai ini. Hmm. Aku masih harus bersabar sebelum berkelebat pergi. Aku tidak hanya ingin mengenal hukum yang berlaku pada masa kiniku, tetapi juga segalanya yang terjadi dalam sepuluh tahun ini. Betapapun, meski telah dinista dan dihina sebagai candala tanpa kasta, biarlah, aku merasa beruntung telah memasuki warung ini. Kuikuti terus perbincangan mereka, yang kini telah memasuki masalah hukum tentang perempuan dan perbudakan. (Oo-dwkz-oO) Episode 47: [Hukum Manusia, Hukum Kehidupan] Perkawinan seorang perempuan didahului oleh pembayaran sulka atau mahar oleh pengantin lelaki. Penerimaan harga ini oleh pihak perempuan, membuatnya menjadi wajib dan sahih untuk menikahkannya kepada pengantin lelaki. Jika ayahnya menikahkan perempuan tersebut kepada yang lain, atau tidak memberi tahu bahwa perempuan itu menikah dengan orang lain, ia takhanya harus mengembalikan mahar yang telah diterimanya sebanyak dua kali lipat, tetapi juga didenda 40.000 oleh raja. Perempuan itu dan suaminya masing-masing didenda dengan jumlah yang sama. Jika pengantin lelaki, setelah pembayaran, menolak atau gagal menikahi pengantin TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ perempuan dalam lima bulan, bayaran itu tetap menjadi hak pengantin perempuan sebagai miliknya yang sah. Di pihak lain, jika ia menjamah perempuan itu sebelum hari yang ditentukan, ia tidak hanya kehilangan mahar, tetapi juga didenda 40.000. Jika pengantin perempuan meninggal setelah pembayaran, adik lelakinya, jika menghendaki, dapat mengakui pengantin perempuan sebagai miliknya. Namun seorang perempuan disebut sah untuk menolak pernikahan dengan orang cacat tubuh, sakit jiwa, lemah syahwat, atau sakit ayan. Dalam hal ini, ia cukup hanya mengembalikan mahar itu. Hukum tidak menyebutkan pembatasan sehubungan dengan derajat larangan dalam perkawinan, kecuali bahwa seseorang akan dihukum jika menikahi anak tiri perempuannya. "MENURUT Vratisasana, lebih banyak lagi hubunganhubungan yang terlarang untuk perkawinan," seorang di antaranya menekankan. "Makanya, nah coba perhatikan ini: Agar menjadi resmi, pencatatan oleh kepala desa harus dianggap penting." "Maksudnya kepala desa itu dianggap mengenal warga desanya, siapa saling terkait dengan siapa, begitukah?" "Mungkin saja, setidaknya tidak akan terjadi pernikahan antara mereka yang tidak diketahui asal-usulnya." "Bagian mana tambahan adat Yawabumi kepada hukum Jambhudvipa?" Mereka tenggelam dalam perbincangan hukum, dan aku berenang dalam lautan pengetahuan yang jarang kudengar. Apalah yang akan diketahui seseorang yang hidup dalam dunia persilatan bukan" Pendasaran atas hak seorang dara untuk menolak pernikahan dengan seorang lelaki, juga membuat dia berhak untuk menuntut perceraian meski sete lah perkawinan dijalani TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dengan hubungan badan, bahkan meskipun sekadar hanya karena perempuan itu tidak suka kepada yang lelaki. Begitu pula ayah dari gadis itu dapat membatalkan perkawinan jika ia tidak suka kepada menantunya, tetapi dalam kedua perkara ini segenap mahar dikembalikan kepadanya, dan sejumlah upacara harus dijalani sebelum perkawinan secara sah dibubarkan. Bunyi peraturannya seperti berikut. Untuk perceraian dibutuhkan empat hal: (1) pengumuman tentang perceraian; (2) pematahan mata uang ketika suami melakukan pengumuman; (3) pemberian air untuk cuci muka; (4) pemberian beras. Ini dianggap sebagai bukti-bukti berlangsungnya perceraian. Keempat hal tersebut menunjukkan bahwa perkawinan dianggap bubar secara sah, tetapi tidak jika sebaliknya. Jika seorang perempuan menikah lagi tanpa pernah melalui upacara tersebut, maka suami barunya akan didenda 40.000. Lebih jauh, seorang perempuan dapat menceraikan suaminya, sebelum perkawinan dijalani dengan hubungan badan, hanya dengan cara membayar dua kali harga mahar, tanpa harus menjalani upacara pembuktian resmi. "Coba lihat! Ini tak ada dalam hukum Jambhudvipa manapun! Ini hukum adat Yawabumi!" "Malah berlawanan dengan semangat dan ketentuan hukum Hindu!" "Ya, tapi tetap saja pengaruhnya besar!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lantas mereka perbincangkan sejumlah peraturan, seperti hukuman berat bagi lelaki yang mengawini perempuan sudah bersuami, sementara suaminya masih hidup. Suami yang isterinya disambar ini berhak membunuh pasangan baru tersebut, atau menerima denda 40.000. Dalam hal ini, bahkan saksi-saksi pernikahan yang belakangan pun wajib dihukum. Namun dalam sejumlah kemungkinan, perempuan yang sudah bersuami bahkan dapat mengambil suami lain, setelah menunggu suami sendiri yang pergi untuk waktu yang tercatat seperti berikut: Keadaan Suami Masa Menunggu 1.Pergi ke luar negeri demi pertunjukan suci atau tugas agama, penebusan dosa, atau kerja baik yang lain. 8 tahun 2.Pergi ke luar negeri untuk belajar hukum. 6 tahun 3.Pergi ke luar negeri untuk berdagang, penjelajahan laut, atau mencari kekayaan 10 tahun 4.Pergi ke luar negeri untuk menikahi seorang isteri kedua 3 tahun 5.Melakukan perjalanan ke negeri- negeri yang jauh. 4 tahun 6.Jika suaminya pergi, tetapi tidak termasuk ketentuan 2, 3, dan 5 di atas. 4 tahun 7.Jika suaminya gila, ayan, lemah syahwat, atau tidak memiliki kemampuan seorang lelaki. 3 tahun 8.Jika suaminya hilang, meninggal dalam perjalanan, menjadi rahib, atau lemah syahwat. 0 tahun HAMPIR semua peraturan ini berdasarkan ketentuan resmi Hindu seperti ternyatakan dalam Manu Pasal IX Ayat 76-78 dan Narada Pasal XII Ayat 97, yang langsung mengikutinya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ini disusul segera oleh peraturan tunggal yang memberi kuasa kepada suami untuk melepaskan seorang isteri. "Jika seorang istri tidak menyukai suaminya, suami tersebut mesti menunggu satu tahun. Setelah itu, jika ketidak sukaan berlanjut, istrinya harus mengembalikan mahar dua kali lipat. Ini disebut penolakan hubungan sanggama." Peraturan semacam ini jelas berdasarkan Manu Pasal IX Ayat 77, tetapi harus dicatat bahwa ketika peraturan ini dan kitab hukum Jambhudvipa lain memberi kuasa suami untuk mendepak istrinya, kitab-kitab hukum Y awabumi mengabaikan semuanya, kecuali yang di atas tersebut, berdasarkan ketidaksukaan. Namun di antara orang-orang yang berdebat dengan cara berbisik-bisik itu, ada yang menekankan bahwa kitab-kitab hukum yang berlaku di Yawabumi memberi hak yang sama kepada istri. Mereka akhirnya sepakat, peraturan bahwa seorang istri dapat menikah lagi jika suaminya gila, ayan, atau tak memiliki kekuatan seorang laki-laki; atau bahwa anak perawan di Y awabumi boleh menolak untuk kawin atau cerai dari seorang suami yang terserang penyakit, cacat tubuh, dan berbagai ketidak mampuan lain, tak ada kesamaannya dengan kitab-kitab hukum Jambhudvipa. Sambil masih pura-pura tidur mendengkur, aku mendapat suatu gambaran, bahwa meskipun kitab-kitab hukum Yawabumi tampak mengikuti secara hampir serupa kitab-kitab hukum Jambhudvipa seperti Manu-samhita, sebenarnya para penyalin ini telah memberi sentuhan hukum adat Yawabumi sendiri sehingga tidak bisa diragukan lagi betapa perempuan Yawabumi menikmati kedudukan lebih tinggi daripada perempuan di Jambhudvipa pada masa Manu. Mereka yang sedang berbincang menyebut peraturan berikut untuk mendukung pendapat ini: TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Seorang lelaki harus didenda 20.000 jika ia bertengkar dengan seorang perempuan, dan jumlahnya bertambah, serta diberikan kepada suaminya, jika perempuan itu bersuami. Namun meski hukum Yawabumi memberi peluang bagi perempuan untuk merebut kemerdekaannya, para suami tampak memiliki kekuasaan penuh atas diri mereka selama tetap dalam keluarga. Kepala keluarga menjaga kewaspadaan atas perempuan, budak, dan kanak-kanak, bahkan boleh menghukum jika mereka dianggap berbuat salah, yakni memukulnya dengan rotan atau tongkat kayu. Meskipun begitu, jika pukulan itu sengaja atau tak sengaja mengenai kepala, justru sang kepala keluarga inilah yang akan didenda atas nama raja. "Ini jelas diambil dari kitab Manu!" Salah seorang lantas mengutip dari kitab di sebelahnya. "Hanya ayah saja yang mengawasi kanak-kanak, bukan ibunya. Jika seorang ibu mengatur pernikahan anak perempuannya tanpa persetujuan ayahnya, sang ayah boleh membubarkan pernikahan dan mahar harus dikembalikan kepada pelamar yang tertolak oleh ibu dan anak perempuannya." Hukum ternyata juga mengizinkan seorang suami menjual isterinya kepada pihak lain. Namun juga dapat diketahui bahwa seorang lelaki juga mungkin dihukum jika membeli seorang perempuan tanpa izin suaminya dan memeliharanya sebagai budak. Namun jika ia membeli dari suaminya dan mengawininya sendiri, maka ia bebas dari segala kesalahan. "Orang Yawabumi menghargai tinggi perempuan, tapi memberikan kekuasaan terlalu besar kepada suami." "Itu adalah kata-katamu, sobat!" "Kata-kataku" Periksalah aturan-aturan tentang perselingkuhan ini!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Maka mereka menekuni peraturan apabila terjadi perselingkuhan itu, yang menunjukkan beberapa keganjilan dalam cara berpikir orang-orang Yawabumi. Seperti telah dinyatakan sebelumnya, sebagian besar dari hukum ini diambil dari Manu, dan secara keseluruhan hukum Yawabumi mengingatkan kepada hukum Jambhudvipa dalam memerhatikan perselingkuhan sebagai masalah berat, yang menghukum bukan hanya pelaku dan kakitangan kejahatannya, tetapi juga tindakan yang mengarah kepada perbuatan selingkuh tersebut; seperti berbicara kepada seorang perempuan yang berada dalam kesendirian, menawarkan kepadanya hadiah-hadiah, menggodanya dengan uang, dan lain-lain. Ini berarti mengenali betapa gairah manusia sulit untuk dijaga, dan karenanya mesti dilarang semua tindakan dan gerakan yang mengarah ke hubungan gelap. NAMUN hukuman yang telah dijelaskan dianggap tidak terlalu berat. Hukuman mati atau pemotongan tangan, diiringi dengan penunjukan nama buruk dan pembuangan, disimpan hanya untuk lelaki pelanggar. Pengarahan Manu, bahwa raja harus membuat perempuan pelanggar digigiti anjing di tempat umum, seperti tertulis dalam Pasal VIII Ayat 371, tidak ada padanannya dalam hukum yang berlaku di Yawabumi, yang lebih sering memberlakukan denda Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sesuai dengan kesalahannya. Namun yang harus dibayarkan kepada suami dari perempuan yang dilecehkan, bukan kepada raja. Dengan kata lain, pelanggaran dimaknai sebagai kesalahan pribadi kepada suami, daripada suatu kejahatan kepada negara. Buktinya, jika pelanggar tertangkap basah melakukan perselingkuhan, suami diberi hak untuk membunuh pasangan penyelingkuh tersebut. Sebelum menutup perbincangan tentang hukum bagi perempuan, mereka simpulkan bahwa meskipun peraturanperaturan mengenai pernikahan kembali seorang perempuan dan pembayaran mahar didasarkan kepada kitab-kitab hukum TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Jambhudvipa, yang terakhir ini juga berisi peraturan dengan sifat berlawanan, yakni menakutkan bagi keduanya. Hal seperti ini tidak ada dalam kitab hukum Yawabumi, memperlihatkan keberadaannya sebagai bagian dari adat yang semula berjalan tapi kemudian luntur juga di Jambhudvipa. Dalam kitab Manu, hak isteri untuk bercerai bahkan tidak dikenal, dan juga asing bagi semangat dan pelaksanaan hukum di Jambhudvipa, meski Narada mengizinkannya dalam hal suami mempunyai berbagai masalah cacat tubuh. Akhirnya, setelah menunjuk berbagai pasal lagi tentang kemungkinan seorang perempuan memiliki harta kekayaan sendiri, dan tidak hanya bisa dimiliki, merupakan perbedaan dengan hukum-hukum Jambhudvipa, yang membuktikan penghargaan tinggi orang Y awabumi terhadap perempuan. Sampai di sini mereka beristirahat dan memesan arak. Aku pura-pura bangun, tetapi kembali menelungkup di atas meja. Waktu mereka mulai bicara, aku terheran-heran karena arak itu tidak berpengaruh kepada kesungguhan mereka dalam berbincang. Kini mereka membuka lembaran yang mengatur perbudakan di Yawabumi. Terdapat sejumlah ketentuan yang membuat seseorang sahih dianggap sebagai budak. (1)Dhraja-hrta : Tawanan dalam perang. (2)Grhaja : Lahir dari orangtua yang keduanya budak. (3)Danda-dasa : Sebagai ganti pembayaran denda. (4)Bhakta-dasa : Secara sukarela menerima kedudukan budak demi makanan dan tempat bernaung. Seorang budak dapat berganti majikan, karena dibeli atau dijual, sebagai hadiah, dan sebagai warisan. Ketentuan di atas mengikuti Manu Pasal VIII Ayat 415, tetapi berbeda dari Narada yang jumlah ketentuannya sampai limabelas, termasuk empat ketentuan tersebut. Menurut TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hukum Yawabumi, semua budak bisa mendapat kebebasannya melalui suatu pembayaran wajib kepada majikannya. Manu tak bicara apa-apa soal ini, tetapi Narada menyatakan dengan jelas: Budak karena kelahiran atau dimiliki karena pembelian, hadiah, atau warisan, tidak dapat dibebaskan dari perbudakan, kecuali atas kebaikan pemiliknya. Dalam hal ini, hukum Yawabumi tampak lebih bebas; tetapi kecuali dalam perkara budak yang tergolong ketentuan pertama dan keempat, tidak dijelaskan secara rinci peraturan tentang cara mendapat kebebasan. Budak dari dua golongan ini dapat membebaskan dirinya sendiri dengan membayar sejumlah 8000. Hukuman diberikan jika memaksa budak yang sudah terbebaskan bekerja bagi majikannya yang lama. Budak tidak dianggap sebagai milik majikan sepenuhnya. Bukan hanya karena mereka hidup dan bekerja menurut penawarannya, tetapi ia juga berhak atas hartabendanya dan bahkan hasil dari budak-budak lelaki dan perempuannya itu. Jika lelaki budak menikahi perempuan budak dari majikan lain, maka anak-anaknya, jika ada, dibagi antara dua pemilik; anak lelaki untuk pemilik lelaki budak, anak perempuan untuk pemilik perempuan budak. Budak yang melarikan diri maupun yang menolongnya mendapat hukuman berat. Membunuh budak harus ditebus dengan ganti rugi kepada pemiliknya. Seorang budak bisa diberikan sebagai suatu jaminan, dan budak semacam itu juga mungkin dihukum jika ia mencuri senilai lebih dari 100 dari pemilik yang diberi jam inan NAMUN, betapapun, seorang budak dilindungi hukum dengan berbagai cara. Ia boleh dihukum, bahkan dikurung, oleh majikannya, tetapi tak pernah diizinkan untuk dipukul kepalanya oleh majikan tersebut. Jika seorang majikan berlaku kejam dalam kesederhanaan seorang perempuan budak, dia diizinkan lari, dan dengan sendirinya bebas. Begitu pula budak seseorang yang mencuri TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dengan sendirinya bebas. Siapapun yang menculik seorang budak dapat dihukum mati. Seorang majikan bisa mengawini budaknya, dan dalam perkara ini anak mereka berhak mewarisi kekayaannya, dan jika tidak punya anak maka harta benda jatuh ke tangan para istri dengan derajat kelahiran yang setara. Jika seseorang mengawini budak orang lain, anak-anaknya akan mewarisi seperempat harta bendanya, atau seluruhnya jika ia tidak punya anak dari perempuan yang sejak lahirnya bebas. Hari kemudian menggelap. Lampu minyak kelapa dinyalakan. Mereka telah berbicara sehari penuh dan sekarang masih juga bicara. Kelompok yang datang pertama kali sudah pergi. Bahkan semua orang juga sudah pergi. Mereka berpesan kepada pemilik kedai akan menginap di sini. Namun bagiku mereka seperti masih akan berbincang dan membahas persoalan-persoalan hukum sepanjang malam, bahkan kemungkinan besar sampai pagi. Aku akan pergi, karena merasa telah mendapatkan sesuatu, meskipun yang kuharapkan berbeda. Betapapun perbincangan tentang pasalpasal dan ayat-ayat yang berlaku dalam hukum di Yawabumi, dan bersumber dari Jambhudvipa, telah melengkapi gambaran yang selama ini kusaksikan dengan kepala kosong, karena kekurangan pengetahuanku tentang hukum. Aku dibesarkan oleh Sepasang Naga dari Celah Kledung di sebuah lembah terpencil. Memang benar kedua orangtua asuhku itu tidak membiarkan aku terkucil, sehingga sering diajaknya aku dalam perjalanan mereka, bahkan dalam kenyataannya aku digaulkan pula dengan penduduk kampung di luar lembah yang bercelah sempit itu. Namun betapapun aku dibesarkan dalam dunia para pendekar yang segenap tujuan hidupnya adalah kesempurnaan ilmu persilatan. Meskipun aku juga diperkenalkan kepada kitab-kitab di luar kitab ilmu silat, seperti kitab agama dan kitab filsafat, semua itu dipelajari hanya dengan tujuan mencerahkan ilmu silat yang sedang kami pelajari. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Setelah mendengarkan perbincangan mereka, banyak gambaran yang kusaksikan dengan kepala kosong kini terisi. Telah kulihat seorang budak yang dipotong tangannya tanpa aku tahu persoalannya. Telah kusaksikan para tawanan perang yang diikat kaki dan tangannya, diseret kuda-kuda kerajaan, tanpa kusadari perubahan nasib luar biasa yang lebih menyiksa dari luka-luka goresan senjata. Kini kukagumi perempuan pengembara di atas kuda yang melarikan diri dari majikannya. Kini kuhayati degup jantung kehidupan rumah tangga di desa maupun di kota, yang menjadi lebih mengesankan dan bermakna setelah kudengar segala masalah hukum yang termungkinkan daripadanya. Aku juga pernah melihat upacara perceraian, ketika wajah dicuci dan mata uang dipatahkan, tetapi baru sekarang kuingat kembali peristiwa itu sebagai kegetiran. Mereka masih berbicara tentang hukum mengenai bunga uang, perjanjian dagang, dan warisan. Dalam hubungannya dengan warisan, aku terkesan dengan dua belas golongan anak yang tertulis dalam Manu-samhita sebagai berikut: 1. Anak dari seorang perempuan, yang terikat dengan seorang lelaki sejak kecil, dan setelah itu dinikahkan kepada lelaki itu oleh orangtuanya. 2. Anak seorang perempuan yang menikah kembali, jika wataknya murni dan jika perkawinannya diizinkan orangtua. 3. Anak yang diberikan oleh sanak saudara. 4. Anak yang didapatkan dari orang lain. 5. Anak yang diperanakkan seorang istri dari orang lain dengan izin suami. 6. Anak yang dibuang oleh ayahnya. 7. Anak dari perempuan yang tidak kawin dan ayahnya tidak diketahui. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 8. Anak dari perempuan yang hamil saat pernikahannya. 9. Anak dari seorang perempuan yang menceraikan suaminya, kawin lagi dengan suami lain yang segera meninggal, dan kembali kepada suami pertama. 10. Anak yang dibeli. 11. Anak yang menawarkan dirinya sendiri seperti itu. 12. Anak perempuan budak dari kasta rendah, dan diterima seperti itu. Enam golongan pertama berhak mendapat warisan harta ayahnya, tetapi enam yang terakhir tidak dianggap sebagai ahli waris. Entah kenapa mataku kemudian terasa panas. Dalam sekejap aku sudah lenyap dari kedai itu. (Oo-dwkz-oO) Episode 48: [Pendekar Tangan Pedang] HARI sudah malam. Aku berkelebat dengan kecepatan kilat. Rembulan ditelan Batara Kala. Dunia rasanya gelap sekali. Meski tetap juga kudengar gesekan kain dengan udara. Seseorang telah membuntuti aku dengan kecepatan yang sama! Di tengah jalan antardesa aku berhenti. Sawah penuh dengan kunang-kunang. Suara gesekan kain dengan udara juga berhenti. Aku memang berhenti, tetapi tidak membalikkan badan. Meski begitu aku mendengar suara nafasnya. Ia telah menjaga agar suara nafasnya tidak terdengar, tetapi apapun yang dilakukannya aku akan tetap mendengarnya, karena aku bahkan mendengar degup TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ jantungnya, sehingga aku tahu betapa kepandaiannya memang sangat tinggi. Ia telah berhasil membuntuti aku dengan kecepatan setinggi itu tanpa perubahan degup jantung sama sekali. Aku menghela nafas, pendalaman ilmu silat selama sepuluh tahun tidak dengan sendirinya membuat kita jadi pendekar tanpa tanding. Aku membisu, menunggu dia bicara. Namun dia tidak mengucapkan apapun. Aku tetap menunggu, tetapi kali ini tidak menunggu dia bicara, melainkan menunggu serangannya. Apalah artinya bertukar kata-kata jika tujuannya adalah pertarungan, yang hanya bisa dihentikan oleh kematian" Terdengar denting logam beradu. Aku terkesiap. Dari dentingnya aku tahu itulah dentingan dari dua pedang yang sangat tipis tetapi juga sangat amat tajam, begitu tajam sehingga bahkan benang yang jatuh akan terputus ketika menyentuh mata pedang itu. Aku memusatkan perhatian tanpa berbalik. Kudengar dengusan nafas. Apakah dia tersinggung karena aku tidak berbalik sama sekali" Kupusatkan perhatian kepada gerakan pedang yang berada di kedua tangannya. Aku tahu kedua pedang itu akan sangat berbahaya. Sedangkan malam begitu kelam. Aku takdapat mengandalkan pandangan. Aku menunggu dia bergerak, tetapi ia takjuga bergerak. "Kulihat dikau bergerak seperti kilat dalam kegelapan. Kukenal hampir semua pendekar yang berilmu tinggi di Yawabumi, dan semua yang telah kukenal kukalahkan dalam pertarungan, tetapi semuanya tidak mampu bergerak secepat dirimu. Aneh sekali bahwa aku belum mengenal namamu. Siapakah dikau T uan Pendekar?" Sejenak aku termangu. Mengikuti adab dunia persilatan, seharusnya aku membalikkan badan dan menghadapinya, tetapi entah kenapa aku tidak merasa aman melakukannya, karena pendekar ini tentunya memiliki kemampuan bergerak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ cepat yang luar biasa. Saat aku menoleh akan menjadi kesempatan besar baginya untuk meniup nyawa, karena untuk menancapkan pedangnya di leherku memang hanya perlu kelengahan sekedipan mata. "Maafkan aku, aku tidak mempunyai nama," kataku. "Tanpa nama" Hmmhh. Apakah aku harus bertarung dengan seorang pendekar tanpa nama" Hmm...." Aku tidak menjawab, meski hatiku bertanya-tanya siapakah dia yang telah mengalahkan setiap pendekar yang ditemuinya" Kuperhatikan selaksa kunang-kunang sejauh mataku dapat melihatnya di malam yang begitu gelap, tetapi yang justru membuat pijar cahaya kunang-kunang itu terlihat semakin terang. Dari pergerakan kunang-kunang itu kuketahui ia mengangkat kedua pedangnya. Aku memusatkan pikiran. Ketika ia berkelebat, aku sudah melayang jungkir balik di atasnya. Segera kulihat betapa kedua tangannya yang buntung dari siku telah digantikan sepasang pedang. Ujung kedua pedangnya yang runcing bergerak sangat cepat, terlalu cepat, begitu cepat, bagaikan lebih cepat dari cepat dan terus menerus mengejar leherku. Namun aku segera menarik nafas, mengolahnya, dan memanfaatkan pendalamanku atas maya deha atau badan bayangan, sehingga seluruh gerakannya yang cepat tiada tara bukan saja dapat kuhindari, tetapi bahkan kemudian bisa kutirukan. Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Inilah percobaanku yang pertama, dengan apa yang kelak akan kusebut Jurus Bayangan Cermin, dan karena aku terbiasa melatihnya dengan bayang-bayangku sendiri yang tidak bisa kulebihi kecepatannya, berhadapan dengan lawan sesungguhnya seperti ini tidak akan menjadi lebih sulit. Masalahnya, dua pedang yang menempel pada tangan buntung tidaklah sama dengan pedang yang dipegang tangan tanpa cacat. Terdapatnya pergelangan pada tangan tanpa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ cacat, dan tiadanya pergelangan pada tangan buntung berpedang, membuat perbedaan ilmu pedang yang besar. "Akulah Pendekar T angan Pedang," katanya, "supaya dikau tidak mati dengan penasaran." GERAKAN Pendekar Tangan Pedang tidaklah bisa diperkirakan sebagai ilmu pedang, melainkan ilmu tangan kosong, tetapi yang setajam-tajamnya pedang. Aneh sekali rasanya, seperti menghadapi tangan, tetapi sebetulnya pedang; sehingga aku ragu mesti menghadapinya dengan jurus ilmu pedang atau ilmu tangan kosong. Sementara berpikir, aku hanya bisa menghindar dari ketajaman pedangnya yang bergerak takterlihat mata telanjang dalam kekelaman malam. Semula aku kebingungan, tetapi maya deha segera memberi jawaban, aku yang bertangan kosong memperlakukan tanganku itu juga sebagai pedang. Tenaga dalam membuat tanganku lebih keras dari batu. Maka selain kecepatannya sejak awal memang bisa kuimbangi, ketajaman pedangnya bisa kuatasi dengan dua tangan yang tidak mempan senjata tajam. Dalam suatu kesempatan seluruh jurus serangannya kutangkis dengan tangan. Terdengar suara berdenting-denting penuh lentik api dari pedang yang seolah menimpa logam, sampai mata pedangnya menjadi rusak dan hilang keanggunan. Belum usai ia terkejut karena mengira tanganku seharusnya menjadi buntung, segera kuserang ia dengan rangkaian jurus yang telah berhasil kuserap dan kumainkan sedemikian rupa sehingga meskipun segalanya mirip tetapi terbalik bagaikan bayangan cermin. "Ah! Jurus apa ini"!" Tak sadar ia berteriak, memperlihatkan keterkejutannya. Dalam kekelaman malam ia berkelebat mencoba menghindari jurus yang sepertinya sangat dikenal tetapi takkuasa dihadapinya. Namun aku berkelebat lebih cepat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mencegatnya di semua jurusan. Ia mengerahkan segenap kecepatannya, tetapi seperti apapun gerakannya, aku selalu mengikutinya seperti bayangan, yang terbalik seperti cermin, sehingga akan selalu mematikannya. Pendekar Tangan Pedang, kini aku tahu bagaimana ia mengalahkan lawan-lawannya. Jurus-jurusnya tercipta bagi tangan buntung berpedang seperti dirinya. Jurus yang dilahirkan dalam pemahaman seperti inilah yang merupakan sumbangan ilmu bagi dunia persilatan. Sayang sekali ia berhadapan denganku, yang telah memanfaatkan pendekatan samadhi badan bayangan ke dalam ilmu silat, yang mustahil disadari para petarung yang tidak pernah membaca, atau hanya peduli kepada ilmu silat sebagai ilmu silat sahaja. Aku ibarat te lah menjadi bayang-bayangnya, tetapi bayangbayang yang takbisa dikuasa inya. Bayang-bayang yang setiap saat bisa melepaskan diri dari tubuh, bahkan kemudian menyerang tubuh itu sendiri dengan pukulan mematikan. "Siapakah namamu pendekar," katanya di tengah pertarungan, "katakan supaya aku tidak mati penasaran." "Sudah kukatakan aku tidak mempunyai nama," kataku. Saat itu kuselesa ikan perlawanannya dengan dorongan pukulan Telapak Darah. Aku takperlu mengenainya, karena anginnya saja telah membuat ia terlontar ke belakang sampai terbentur ke sebuah pohon. Malam kelam. Namun kulihat jejak telapak yang merah di dadanya. Ia hanya berkain selingkar pinggang, kain yang kibarannya kudengar ketika ia memburuku. Sungguh ia seorang pendekar berilmu tinggi, bukan sekadar karena ilmu meringankan tubuhnya yang sangat tinggi, tetapi karena tangan pedangnya telah melahirkan ilmu pedang yang tiada duanya, yang telah mengalahkan segenap ilmu pedang bagi tangan sempurna. Kuambil sebuah pelajaran dari pertemuan ini: Cacat tubuh bukanlah suatu kekurangan, cacat tubuh TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dalam dirinya bahkan merupakan suatu kesempurnaan, seperti telah dibuktikan Pendekar T angan Pedang. "Terima kasih atas pelajaranmu," kukatakan kepadanya sambil menjura. "Terimakasih," katanya dengan mulut bersimbah darah, akibat yang selalu dialami korban pukulan Telapak Darah, "terimakasih, Pendekar Tanpa Nama.." Lantas hidupnya menjadi sempurna dalam kematian. (Oo-dwkz-oO) AKU membayar petani pertama yang lewat agar menyempurnakan jenazah Pendekar Tangan Pedang. Sebelum ayam jantan terdengar berkokok untuk pertama kalinya, aku memandang dan merenungkan kehidupan seorang pendekar seperti Pendekar Tangan Pedang itu. Apakah tangannya buntung sejak lahir, ataukah korban pemapasan dalam pertarungan" Jika buntung sejak lahir, maka ia memilikinya sebagai tangan sempurna, karena memang seperti itulah hidupnya bermula. Jika tangannya buntung sebagai korban pemapasan dalam pertarungan, tentu ia membutuhkan masa penyesuaian, dan tentu saja ia hebat karena dapat mengubah kekurangannya menjadi kekuatan. Aku bisa membayangkan, dan memang telah merasakan sendiri kedahsyatan Ilmu Silat Tangan Pedang itu, yang akan menimbulkan kesulitan besar jika dilayani sebagai ilmu pedang untuk dimainkan oleh sepasang tangan yang utuh. SETIAP ilmu silat memiliki kelebihan, sebenarnyalah kalah dan menang bukan ukuran bagi ilmu silat yang dima inkan, melainkan ukuran bagi pendekar yang memperagakannya. Apakah ia memperagakannya dengan sempurna ataukah apa adanya, apakah ia telah memanfaatkan segenap kemungkinan pengembangan ataukah secara lugas mengikuti petunjuk yang dipelajarinya. Dengan begitu ukurannya memang tidak terlalu pasti, karena seorang pendekar ternama dapat dikalahkan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ seseorang yang baru saja berguru, tetapi telah memanfaatkan peluang yang tidak bisa lebih tepat lagi. Pertarungan adalah perkara bagaimana menempatkan diri dalam ruang dan waktu. Pendekar yang terhebat bisa saja suatu ketika lengah, ketika pertahanan terbuka satu depa dan dalam waktu yang sekejap itu telah dimanfaatkan lawannya yang baru belajar dengan satu-satunya jurus yang diketahuinya. Maka, meskipun menang dalam pertarungan, aku sangat mengagumi Ilmu Silat Tangan Pedang, yang meskipun telah kuserap melalui Jurus Bayangan Cermin dan kukembalikan untuk mengalahkannya pula, tidaklah terjam in bisa kumainkan lebih baik dari penemunya. Kuperhatikan pendekar yang telah tewas itu. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, tidak terlalu tegap, dan usianya pun tidak terlalu muda lagi. Sebagian rambutnya telah memutih. Kurasa aku beruntung bertemu dengannya setelah mendalami maya deha bagi persilatan. Jika tidak, aku pun tentu akan menemui kesulitan seperti para pendekar yang telah dikalahkannya. Kubayangkan kehidupannya mencari lawan dengan tangan berpedang seperti itu. Karena kedua tangannya tidak ditutupi apapun, tentu ia tidak pernah memperlihatkan diri di dunia orang awam; sebab jika orang-orang awam melihatnya dengan tangan berpedang seperti itu, ia pasti akan menjadi tontonan. Bagaimanakah caranya ia memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dengan tangan berpedang seperti itu" Samar-samar aku teringat cerita ibuku tentang seorang pendekar yang menarik perhatian di sebuah kedai, karena mengiris daging bakar di atas meja, dan membawa potongannya ke mulut, dengan dua pedang tipis panjang yang mengganti lengan seperti itu. Apakah yang diceritakannya Pendekar Tangan Pedang" Mungkin aku masih terlalu kecil waktu ibuku bercerita, tetapi kuingat kembali sekarang lanjutan cerita itu, bahwa ketika orang-orang di dalam kedai menertawakan caranya makan, ia menantang mereka semua dan ketika mereka berloncatan mengeroyok dengan senjata TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terhunus, ia membunuhnya di tempat itu juga, sembari tetap duduk untuk mengiris dan memakan daging bakar. Para pendekar dengan jatidiri yang mandiri, terasing dari masyarakat karena keberbedaan mereka. Pendekar Tangan Pedang karena kebuntungannya. Darimanakah datangnya kebuntungan itu" Jika terpapas karena pertarungan, dalam pertarungan macam apa" Apakah pertarungan satu lawan satu di puncak bukit di bawah sinar rembulan, pertempuran hebat antara dua pasukan dalam perang antarkerajaan, ataukah sekadar hukuman karena mencuri atau sebagai prajurit tertawan lawan" Segalanya mungkin, termasuk bahwa tangannya buntung sejak lahir, dan apapun cerita yang mengawalinya pada akhirnya ia harus hidup dengan kedua tangan berpedang itu. Orang-orang awam selalu melain-lainkan mereka yang hadir dengan perbedaan. Bagi para pendekar, orang awam ini tidak mengerti hakikat kehidupan, bahwa manusia harus menjadi dirinya sendiri, yang merupakan suatu perbincangan penting dalam dunia persilatan. Mereka yang belajar kepada perguruan silat yang besar, tidak akan pernah mendapat nama sebesar mereka yang menggali ilmu silat berdasarkan pendalamannya sendiri. Maka para pendekar silat golongan merdeka memang menjadi pribadi yang lebih menarik daripada murid-murid perguruan silat terkenal, yang selalu bersilat sesuai dengan aturan perguruan. Bukan hanya pribadinya tentu, melainkan takkalah memukau adalah ilmu silatnya. Gerakan-gerakan yang paling aneh dan paling indah dari berbagai jurus dengan nama-nama ajaib datang dari para pendekar golongan merdeka, dan bukan dari anggota partaipartai persilatan tersohor. Kecenderungan ini disebabkan suatu pilihan, apakah ilmu silat itu akan diamalkan dengan cara mengajarkannya kepada sebanyak mungkin orang; ataukah kepada murid-murid tertentu saja yang akan membawanya kepada kesempurnaan, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang pada saat dibutuhkan mampu menundukkan dan membasmi para dedengkot golongan hitam. Ketika ilmu silat diajarkan kepada sebanyak mungkin orang, artinya berlangsung penyederhanaan terhadap ilmu silat tersebut, agar dapat dipelajari semua orang dengan mudah, demi berbagai macam kepentingan dalam masyarakat: Apakah untuk rakyat yang dibutuhkan sebagai prajurit untuk maju berperang; ataukah untuk membentuk partai persilatan yang memang membutuhkan banyak orang. PILIHAN membawa ilmu silat kepada suatu kesempurnaan, artinya kesempurnaan pribadi dalam kesempurnaan ilmu silat itu sendiri, adalah pilihan mereka yang kemudian disebut para pendekar. Suatu pilihan yang merupakan jalan sunyi, karena dalam pembelajarannya seorang pendekar hanya berbicara dengan dirinya sendiri, dan akan mencapai kesempurnaanya dalam kematian. Sangat bisa dimaklumi betapa tidak terlalu banyak orang menempuh jalan ini. Suatu jalan yang bagi orang awam bagaikan hanya terdengar dalam dongeng dan kitab-kitab. Suatu jalan yang tidak mereka kenal. Sehingga mereka tidak bisa menghargai seorang pendekar yang tangan buntungnya berpedang, bahkan melihatnya sebagai tontonan, lantas mengejeknya. Siapakah yang harus dikasihani dalam hal ini" Pendekar yang mengiris daging bakar dengan tangan pedangnya" Atau orang-orang awam tak berpengetahuan yang naif dan malang" Masih kuperhatikan jenazah Pendekar Tangan Pedang yang seperti duduk me lorot di bawah pohon. Mungkin usianya sudah 60 tahun. Siapakah dia" Dari mana asalnya" Seperti apakah riwayat hidupnya" Darah di mulutnya telah mengering. Sayang sekali aku harus mengakhiri hidupnya. Namun dengan itulah ia mencapai kesempurnaan hidupnya. Aku yang belum pernah dikalahkan dan terbunuh, belum mencapai TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kesempurnaan itu. Seperti mereka akupun akan mencari kesempurnaan dalam ilmu persilatan, mencari lawan tangguh yang sekiranya mungkin membunuhku, sebagai bagian yang terwajibkan dalam pembelajaran ilmu persilatan. Sebagai suatu pilihan dalam kemerdekaan. Kutengok ke selatan, punggung-punggung bukit tampak bergaris cahaya keemasan. Fajar segera menyingsing. Aku harus menyingkir dari pandangan para petani yang akan melalui jalan ini untuk mengolah sawahnya. Meski dari mereka pun sebetulnya masih banyak yang ingin kuketahui. Aku berkelebat pergi. (Oo-dwkz-oO) Episode 49: [Iblis Pemakan Daging] AKU merasa tidak seorang pun menyaksikan pertarunganku melawan Pendekar T angan Pedang, tetapi mengapa semenjak peristiwa itu selalu ada saja pendekar yang mencariku untuk mengadu kepandaian dalam ilmu silat" Kematian Pendekar Tangan Pedang agaknya telah Jurus Tanpa Bentuk Naga Bumi I Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menggegerkan dunia persilatan, karena sebelumnya Pendekar Tangan Pedang bagaikan tidak menemui tandingan. Kini setelah diketahui seseorang akhirnya mengalahkan Pendekar Tangan Pedang, mereka yang ingin menguji kemampuan dan mendapatkan nama sebagai pendekar berkeliaran mencariku. Aku sebetulnya tidak mudah dicari, apalagi jika aku sengaja menghindar untuk ditemukan, tetapi sebaliknya aku sendiri pun sedang mencari-cari lawan, sehingga kuhadapi setiap tantangan dengan riang. Demikianlah aku menikmati kehidupanku sebagai seorang Raja Silat 19 Pendekar Naga Putih 95 Utusan Dari Neraka Pendekar Bodoh 6