Ceritasilat Novel Online

Bocah Sakti 15

Bocah Sakti Karya Wang Yu Bagian 15 memburu dan menolongnya. saat itu sebetulnya ia sudah mau masuk melihat keadaan isterinya, kalau tidak mendengar sian Tin berkata pada Lo In supaya dirinya dibawa dan diduduki di atas dipan. Ia mau menunggu perkembangan lebih jauh sebab sian Tin kelihatan tidak apa-apa. Kemudian ia menyaksikan adegan-adegan yang membikin darahnya naik ke rambutnya. Dalam hati ia memaki kegenitan sian Tin minta dicium Lo In dan menaruh tangan Lo In di atas buah dadanya yang menonjol menggairahkan. Ia benci pada si bocah yang diam saja seakan-akan tahan harga untuk mencium isterinya yang sudah menantang dengan penuh napsu. Ia menduga Lo In akan lantas memenuhkan tantangan sang isteri, melihat isterinya demikian menggiurkan. Apalagi ketika ia mendengar sian Tin berkata bahwa ia tidak keberatan kalau Lo In perlakukan dirinya (sian Tin) seperti yang diperbuat oleh Coa Keng. sudah tak tahan Koan Beng menyaksikan adegan yang gila itu, ia sudah lantas meninggalkan jendela dan menghampiri pintu, akan tetapi ia hentikan maksudnya ketika ia melihat Lo In lepaskan pelukannya dan terjadilah 'tarik urat' diantara sian Tin dan Lo In, dalam mana hati Koan Beng merasa lega bahwa Lo In bukannya oang yang pantas dihina sebagaimana dugaannya semula. Dari kata-kata sian Tin dah Lo In yang masuk ke telinganya Koan Beng, ia dapat menyaringnya secara terang. Ia terharu melihat isterinya tampak bercucuran air mata menangis dan mengaku salah terhadap perbuatannya. Kata-kata ksatria dari Lo In yang menasehatkan sian Tin sehingga si cantik tersadar dari perbuatannya yang keliaru, membuat Koan Beng tidak habisnya memuji. Ia sangat berterima kasih kepada Lo In , sebaliknya ia merasa kasihan kepada isterinya yang menjadi korban kesepian dan perbuatannya itu dilakukan oleh karena ingin mendapat kebahagiaan dalam hidupnya. semua itu salahnya ia (Koan Beng) yang tidak memperhatikan isterinya yang selalu kesepian. Dalam hal mana ia dapat memaafkan akan kelakuan sang isteri yang tidak genah barusan apalagi sekarang isterinya sudah mengaku salah dan insyaf akan perbuatannya yang tidak benar. Maka, dengan tidak ragu-ragu lagi ia sudah mendorong pintu ruangan latihan kemudian ia menghampiri Lo In dan memeluknya untuk menyatakan rasa syukurnya dan terima kasih atas sikap jantan dari si bocah dan perkataannya yang tajam sehingga membuat pikiran sang isteri yang gelap menjadi terang. (Bersambung) Jilid 15 Demikianlah, setelah kejadian yang disebutkan di atas, walau sudah dicapai suatu keakuran bahwa kejadian itu dianggap seperti tidak terjadi, bagi Lo In rasanya sudah menjadi janggal untuk berdiam lama-lama dalam rumahnya Koan Beng. Benar tuan dan nyonya rumah perlakukan dirinya sebagaimana biasanya, malah lebih menghormat lagi kelihatannya, akan tetapi Lo In sudah menjadi tidak betah. Ia takut nanti Sian Tin berubah pikiran dan membikin ia sulit menghadapinya. Pada suatu pagi-pagi, ketika Sian Tin datang di tempat latihan, ternyata tidak ada Lo In yang biasanya menantikan ia disitu. Ia menjadi heran sebab hal itu baru sekali itu saja terjadi. cepat ia pergi ke kamarnya Lo In sebab si bocah mendapat kamar spesial untuknya. Ia memanggil-manggil tapi Lo In tidak kelihatan muncul dari kamarnya. Ia lalu dekati pintu dan mendorongnya, ternyata tidak dikunci. Sian Tin masuk sembari memanggil-manggil si bocah tapi Lo In tidak ada dalam kamar. "Kemana perginya dia ?" tanya Sian Tin dalam hatinya. Tidak susah ia mencari Lo In sebab diatas menja ia dapati suratnya Lo In untuk ia suami isteri. Bunyinya surat : "ci-de dan ci-hu. Terima kasih atas pelayanan selama aku menumpang disini. Aku masih ada urusan penting yang harus dibereskan. Maka dengan tergesa-gesa kau berlalu tanpa pamitan dahulu. Harap tidak menjadikan Ci-de dan cih u kecil hati. Untuk Ci-de melanjutkan latihan, aku sudah sediakan tulisan petunjuk-petunjuk yang harus diyakinkan. Harap jangan bosan berlatih. Kalau ada ketikanya aku bersama temanteman akan menyambangi kalian. semoga Ci-de dan cihu selanjutnya hidup akur dan bahagia. Lo In " setelah membaca isinya surat, sian Tin jatuhkan diri di atas kursi dan menghela napas beberapa kali. Ia menggumam, katanya, "Bocah itu sangat teguh imannya. Tak dapat digugurkan oleh kecantikan dan rayuan manis malah dengan tubuh yang menggairahkan. sayang......... Entah kapan aku dapat bersua kembali." sementara sian Tin berkata-kata sendirian, Lo In ternyata sudah berapa jauh puluhan lie dari rumahnya Koan Beng. Ia bermaksud mengunjungi Cit-seng-pay akan menyampaikan pesannya Lim Kek Ciang kepada ketua dari Partai Tujuh Bintang itu. selagi Lo In enak-enak jalan, tiba-tiba ada yang menegur, "Hei, bocah Kau bawa-bawa dua bilah pedang. Apa tidak kebanyakan " Lekas kasih aku satu " Lo In menoleh. Kiranya yang menegur itu seorang pria yang bermuka jelek. "Aku kira siapa, tidak tahunya pecundang dari burung rajawaliku. Hahaha...."Lo In ketawa ngakak pada orang itu yang ternyata adalah Toan Bie Lomo siauw Cu Leng. si iblis Alis Buntung menatap wajahnya Lo In . ia tidak mengira bocah yang ditegur itu adalah Lo In yang ia benci tujuh turunan tapi juga yang ia paling takuti seperti melihat momok. Bagaimana siauw Cu Leng bisa ada disitu " Baik kita mundur sebentar untuk menceritakan perjalanan Toan Bie Lomo. Toan Bie Lomo siauw Cu Leng dalam perjalanan pulang habis menjalankan tugas mengantarkan undangan pada Tui Hun Lolo dari gua Naga Hitam (Hek Liong tong) berhubung dengan Hari Ulang Tahunnya Ang Hoa Pay (Partainya Ang Hoa Lobo) yang ketiga. Dengan tidak terduga-duga dalam perjalanan pulang itu ia berjumpa dengan bekas isterinya ialah Kong Kim Nio alias Kim Popo si nenek bandel kenalan itu. Waktu itu siauw Cu Leng sedang makan dalam sebuah rumah makan. Tiba-tiba ia lihat ada seorang nenek masuk dan ia kenali nenek itu adalah bekas isterinya yang sekarang menamakan dirinya Kim Popo. Cepat-cepat siauw Cu Leng menundukkan kepala supaya jangan dikenali oleh Kim Popo. Ketika Kim Popo habis makan, keluar dari rumah makan telah dikuntit oleh siauw Cu Leng dari kejauhan. Ketika Kim Popo sudah berada di luar dusun, siauw Cu Leng cepatkan tindakannya guna menyusul Kim Popo yang tidak sadar bahwa dirinya dikuntit orang dari belakangnya. Waktu itu sudah datang dekat, si iblis Alis Buntung teriak, Kim Popo, katanya, "sumoay, sumoay, kau dari mana dan mau kemana ?" Kim Popo kaget ada orang teriak, ia sumoay (panggilan adik seperguruan wanita). Lalu ia menoleh ke belakang. Kiranya yang teriak, itu bukannya lain dari bekas suaminya yang bernama siauw Cu Leng. sejenak ia ingat akan masa lampau, tatkala mana ia " dikerjai" lebih dahulu sebelumnya menikah oleh sang suko (siauw Cu Leng), bagaimana manis dan bahagianya ia rasakan pada saat itu, hatinya tiba-tiba berdebaran. "suko, kau sendiri dari maan dan mau kemana ?" Kim Popo balik menanya ketika siauw cu Leng sudah berada dihadapannya. "sumoay, jawabanmu sama saja dengan pertanyaanku. Apa tidak ada kata-kata lain?" ujar siauw Cu Leng dengan ketawa. sudah tentu sekarang ketawanya menyeramkan, tidak seperti tempo dahulu waktu wajahnya sangat cakap. ketawanya bisa bikin Kim Popo lupa makan dan lupa tidur. "suko, aku lihat kau jelek amat sekarang." kata Kim Popo. "sumoay juga kulihat jelek amat." sahut siauw Cu Leng. Kim Popo gedrukan tongkatnya di tanah, sambil tarik muka asam ia kata, "semua gara-garamu suko Kalau kau tidak berkenalan dengan si sundel itu, mukaku masih utuh dan mukamu juga tidak kurang suatu apa. Kita tentu sekarang tidak terlunta-lunta dalam kalangan Kangouw yang sangat memusingkan kepala." "sumoay, mari kita duduk kongkouw sambil melepas lelah." siauw Cu Leng mengundang sambil jalan ke bawah sebuah pohon, diikuti oleh Kim Popo. setelah mereka duduki Kim Popo lalu berkata, "suko, kau mengikuti si sundel, ada urusan apa kau bisa disini ?" "sumoay, kau rupanya masih marah saja pada enci Goat Go (Ang Hoa Lobo). sekarang kita sudah sama-sama usia lanjut, apa tidak bisa dilenyapkan ?" berkata siauw Cu Leng yang coba meredakan kekesalannya Kim Popo pada Ang Hoa Lobo yang karena gara-gara Ang Hoa Lobo ia rusak mukanya dan kehilangan siauw Cu Leng, suaminya yang sangat ia cintai. "Aku masih penasaran pada sundel itu satu waktu kalau aku jumpa, pasti aku akan hantam kepalanya dengan tongkatku ini " kata Kim Popo sambil acungkan tongkatnya yang berat 60 kati di depan bekas suaminya. "Sudahlah, kita sudah jadi begini. Dia juga mukanya rusak, kita sama-sama rusak, untuk apa urusan dahulu diungkit lagi ?" siauw Cu Leng meredakan kejengkelan Kim Popo. si nenek masih terus jengkel pada Ang Hoa Lobo. Apalagi sekarang ketemu dengan bekas suaminya. Kenangan lama telah berbayang pula di depan mukanya. ibarat pelita yang sudah padam tetapi telah disulut lagi dengan bersuanya ia dengan siauw Cu Leng. Marahnya pada Ang Hoa Lobo telah timbul lagi. Kenapa Kim Popo demikian marah pada Ang Hoa Lobo " Itu kejadian yang tak dapat dilupakan oleh Kim Popo seumur hidupnya. Pada waktu itu Kim Nio (Kim Popo) baru saja dua tahun melewatkan hidup bahagianya dengan siauw Cu Leng yang sebelum menikah adalah suhangnya. Tiba-tiba saja muncul Goat Go (Ang Hoa Lobo) yang kecantikannya tidak di sebelah bawah dari Kim Nio. Goat Go yang tidak jauh dari rumahnya Kim Nio, seringsering datang ke rumah Kim Nio dengan alasan perkenalannya dengan Kim Nio supaya lebih rapat. Kim Nio tidak keberatan dengan kedatangannya Goat Go sering-sering ke rumahnya. Apalagi Kim Nio pikir bahwa Goat Go adalah puterinya Hoa-im Tok-jin (Jago racun dari Hoa-im), yang namanya menggetarkan dalam dunia kejahatan sebab banyak senjata-senjata rahasia dari kaum penjahat sering menggunakan racun yang dibuat oleh Hoa-im Tok-jin. Tapi Kim Nio tidak tahu maksud sebenarnya Goat Go adalah hendak merampas suaminya (siauw Cu Leng) yang cakap ganteng. Kim Nio pandang Goat Go seperti encinya sendiri Maka bersama siauw Cu Leng, mereka sering berkumpul bertigaan, mengobrol ke barat ke timur, sudah tentu dalam hal ilmu silat tidak dilupakan. Kim Nio tertarik oleh ceritnya Goat Go bahwa ia sudah mewarisi kepandaian sang ayah dalam hal membuat racun. Nona Kim minta sang enci mengajari ia membuat racun. Katanya untuk jaga-jaga kalau suatu ketika ia membutuhkan. Goat Go tidak berkeberatan. ia ajari Kim Nio bagaimana memasaknya dan apa bahan-bahannya. Kim Nio girang setelah ia pandai membuatnya. Dua nona itu makin akrab perhubungannya. Kim Nio tidak mencurigai Goat Go yang diam-diam telah bermain mata dengan suaminya. Goat Go mendekati Kim Nio memang mempunyai maksud tertentu, sedang siauw Cu Leng juga pemuda bergajul. Maka sering-sering mereka berpadu pandangan, lantas dalam hati masing-masing sama-sama tahu dan tinggal menunggu saatnya saja mereka dapat bertemu berduaan, artinya tanpa ada Kim Nio disamping mereka. Tatkala itu ayahnya Kim Nio, si Tongkat sakti Keng Tok Liang telah setahun berselang meninggal dunia hingga dalam rumah yang besar warisan orang tuanya Kim Nio hanya tinggal berduaan saja dengan suaminya (siauw Cu Leng) bersama tukang kebun suami isteri dan anaknya bernama sinsin umur 16 tahun yang menjadi pelayannya Kim Nio, di samping bantubantu ibunya mengurus rumah tangga. Pada suatu malam, Kim Nio, Goat Go dan siauw Cu Leng mengadakan sedikit makan-makan, katanya untuk memberi selamat pada Kim Nio yang sudah lulus dengan pelajaran membuat racun. Tentu saja dalam perjamuan itu, hidangan arak tidak dilupakan. Mereka tampak sangat gembira menghadapi hidangan lezat. saban-saban satu dengan lain pada menuangi arak dalam cawan dan diminum kering isinya. Diantaranya siauw Cu Leng adalah yang paling kuat minum araknya. "Adik Kim, ini adalah pemberian selamat dari suhengmu." kata siauw Cu Leng seraya ulurkan tangannya yang memegang cawan terisi penuh arak kepada isterinya. Kim Nio ketawa senang. "Terima kasih." katanya seraya menyambuti dan lantas meminumnya sampai kering kemudian ia ketawa cekikikan. Di lain saat Goat Go yang menyodorkan secawan arak, sambil berkata, "Adik Kim, ini pemberian selamat dari encimu. Harap kau jangan menolak." Kim Nio ragu-ragu untuk menerimanya sebab ia kelihatan sudah separuh sinting. Tapi tidak enak untuk menolaknya. Maka ia terima sambil menghaturkan terima kasih. Tampak penglihatannya Kim Nio sudah mulai kabur lantaran banyak Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo minum arak. siauw Cu Leng ketawa melihat keadaan isterinya, lalu matanya menatap pada wajahnya Goat Go yang seketika itu sudah merah karena pengaruhnya arak. Tapi ia tidak mabuk seperti Kim Nio. Nampak siauw Cu Leng menatap wajahnya, Goat Go bersenyum lesu dan matanya redup redup seperti ngantuk. Dalam keadaan demikian Goat Go tampak parasnya makin cantik dan menggairahkan, tidak heran kalau hatinya siauw cu Leng seperti tersedot oleh besi berani. "Minum lagi ya adik Goat." kaat siauw Cu Leng sambil angkat botol mau menuangi arak dalam cawan Goat Go. "Terima kasih, sudah cukup, jangan.... " sahut Goat Go seraya dengan roman lesu tangannya menjauhkan cawannya yang hendak diisi oleh siauw Cu Leng. sementara itu, tampak Kim Nio sudah ngelengut dan kepalanya jatuh diatas meja, tidur, kebanyakan minum arak. "Ah, adik Kim sudah mabuk. Bawa dia ke kamar." kata Goat Go dengan suara perlahan. Rupanya ia juga tengah merasakan pengaruhnya arak. siauw Cu Leng bangkit dari duduknya. Ia bukan menghampiri Kim Nio dan pondong sang isteri yang mabuk untuk direbahkan di atas ranjang dalam kamarnya, sebaliknya, ia mendekati Goat Go yang matanya redup-redup seperti mau tidur. si nona kaget tatkala merasakan dirinya dirangkul siauw Cu Leng dan menciumi bertubi-tubi hingga si nona kewalahan kelihatannya. Itu memang saat yang sangat diharapkan oleh Goat Go. Tapi untuk tahan harga jangan sampai ketara sekali menjual begitu murah, Goat Go beraksi berontak dan bangun berdiri Dengan mata mendelik, ia berkata, "Kurang ajar. Kau berani permainkan nonamu" Hm Bagus, bagus ya kelakuanmu. Akan kuberitahukan pada adik,......." Hanya sampai di adik saja kata-kata si jelita sebab Siauw Cu Leng setelah kaget sejenak nampak Goat Go marah, lantas menerkam tubuh Goat Go yang menggairahkan dan kembali si nona jatuh dalam pelukan siauw Cu Leng. Dalam rangkulan si cakap ganteng, terang Goat Go tidak berdaya dan biarkan bibirnya dan pipinya menjadi mangsa kecupan siauw Cu Leng seperti ayam matuki gabah. "sudahlah Leng-kok, nanti adik Kim bangun......" kata si nona kewalahan. "Adik Goat, kesempatan baik malam ini........." bisik si bergajul, setelah kenyang mengganyang bibir dan pipi orang, malah matanya Goat Go yang tadi redup, redup seperti mau tidur tidak dilewatkan oleh siauw Cu Leng dikecup beberapa kali. "Leng-koko, kau mau apakan diriku ?" tanya si nona pada saat mereka bertatapan mata. "Adik Goat, apa kau tak rindukan saat seperti ini ?" balik menanya siauw Cu Leng. "Leng-koko, kau nakal " kata si nona bersenyum manis, seraya mencubit perlahan pipinya siauw Cu Leng sehinga ia membalasnya dengan memberikan kecupan lama yang membikin Goat Go rasakan macet napasnya. "Ehi eh, kau mau bawa kemana..........?" tanya Goat Go ketika merasakan kakinya enteng dipondong siauw Cu Leng mau dibawa masuk ke kamar. "jangan Leng-kok, jangan......... jangan........" si nona purapura berontak sedang dalam hatinya girang bukan main. Dengan napsu yang tak dapat dikekang siauw Cu Leng memondong Goat Go untuk dijadikan mangsanya sebagai pelampiasan rindunya yang sekian lama hanya menjadi impian saja. ia sudah membayangkan bagaimana puasnya nanti dilayani oleh nona cantik seperti Goat Go. Impiannya akan menjadi kenyataan dalam beberapa detik lagi. Pada saat itulah, ketika lima langkah lagi siauw Cu Leng memonding Goat Go masuk ke dalam kamar, tiba-tiba terdengar suara ketawa mengekeh yang membikin siauw Cu Leng dan Goat Go kaget bukan main dan semangatnya seperti terbang seketika. Itu adalah suara Kim Nio yang barusan jatuhkan kepalanya diatas meja, tidur dalam mabuk keras, tidak ingat akan keadaan dirinya. "Hehe Dua manusia cabul " kata Kim Nio dengan suara menghina. "Sudah lama memang aku curiga kalian bermain gila. Benar-benar sekarang telah menjadi kenyataan." sementara itu Goat Go sudah diturunkan dari pondongan siauw Cu Leng yang jadi ketakutan melihat isterinya tidak mabuk dan tadi hanya pura-pura saja. "Perempuan cabul " melanjutkan Kim Nio dengan panas. "Hm Berlagak baik dan berlagak sopan terhadapku. Tidak tahunya diam-diam kau mau merampas suami orang ?" Merah selebar mukanya Goat Go dicaci maki Kim Nio. Ia memang bersalah. Tapi ia adalah seorang gadis yang tinggi hati, sangat dimanja oleh orang tuanya. Ia boleh menghian orang tapi sebaliknya, ia tidak mau terima bila dihina orang. Ia selalu mau menang sendiri Kalau terhadap Kim Nio ia belum ribut mulut selama pergaulannya, lantaran ia mempunyai maksud. Kalau tidak, mana ia bisa akur dengan Kim Nio yang adanya angin-anginan. sekarang ia dimaki, ia tidak mau terima salah. Maka ia menjawab dengan lantang, "Kau jangan terlalu menghina Kim Nio. Memang juga kau mau rampas suamimu, kau mau apa " Hm Macam kau bisa apa terhadap aku, Teng Goat Go " Kim Nio tidak mengira kalau Goat Go melawan. ia kira tadinya Goat Goa akan seperti macan betina yang kehilangan jantannya, telah menantang padanya. Tidak heran kalau Kim Nio mengerodok hatinya dan lantas memaki lagi sambil berdiri tolak pinggang, "Perempuan cabul Kau berani menantang ?" "Tentu saja berani. siapa takuti kau ?" sahut Goat Gojumawa. Kim Nio menggerang, "suheng, kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu yang tidak benar. Kau mau bilang apa sekarang ?" Kim Nio tidak menjawab pada Goat Go, sebaliknya ia menyemprot pada suaminya sendiri siauw Cu Leng tidak menjawab, ia hanya tundukkan kepala seperti terima salah. "Dia sudah berani menyentuh badanku, artinya dia suka padaku." menyela Goat Go. "Coba kau tanya padanya, apa dia masih mau sama kau atau mau ikut aku ?" Kim Nio melengak mendengar perkataan Goat Go yang tidak tahu malu. "Perempuan cabul Aku bicara dengan suamiku, kenapa kau turut campur ?" "Aku harus turut campur, sebab Cu Leng sudah berani meraba badanku. Artinya dia sudah tidak suka lagi padamu Ciss orang sudah tidak suka, masih mau ngotot " Kembali Kim Nio dibikin melengak heran atas perkataan Goat Go. Ternyata Kim Nio kalah galak oleh Goat Go. Ia tidak mau layani saingannya, sebaliknya ia kembali menanya pada Cu Leng, "suheng, apa benar kau mau ikut dia ?" siauw Cu Leng angkat kepalanya, memandang pada Kim Nio lalu memandang pada Goat Go seperti sedang memilih. Tapi sampai lama, tidak ia keluarkan barang sepatah kata pun. ia tinggal membisu seribu bahasa. "Leng-koko, memangnya kau takut pada isterimu yang sudah bosan?" tegur Goat Go. "Perempuan cabul " bentak Kim Popo. "Kelakuanmu dan perkataanmu hanya bikin kotor saja dalam rumahku. Gadis macam kau mana laku buatjadi isterinya orang baik-baik." "Hm Kaujuga tidak laku untuk menjadi isterinya orang baikbaik." sahut Goat "Bagaimana kau bisa bilang begitu ?" tanya Kim Nio heran. "Buktinya suamimu apa orang baik-baik " Kalau orang baikbaik juga tak menggerayangi perempuan lain seperti yang kau lihat sendiri Hm Apa kau pikir kau ada harganya ?" Kim Nio kedesak. Ia kalah bawel dari Goat Go yang katakatanya nyerocos seperti petasan disulut.Juga apa yang ia pikir lantas ia keluarkan, tak pakai malu-malu, apa perkataannya sopan atau tidak sopan. itulah adatnya Goat Go yang blak-blakan. "sumoay, semua ini ada salahku." tiba-tiba siauw Cu Leng berkata. "Harap kaujangan turuti napsu hatimu yang sedang marah. Aku terima salah. selanjutnya aku akan setia padamu. sudahlah, kejadian malam ini kau bikin habis saja." Kim Nio senang hatinya mendengar perkataan siauw Cu Leng, suami yang sangat ia cintai. Kini sang suami mengaku salah dan berjanji selanjutnya akan setia padanya, berarti siauw Cu Leng sayang padanya, tidak akan mengikuti Goat Go. saking terharu ia jatuhkan dirinya di kursi dan menangis sesenggukan. siauw Cu Leng mendekatinya dan menghibur dengan ruparupa perkataan, sehingga pelan-pelan Kim Nio berhentijuga menangisnya. "suheng, apa aku boleh percaya pada perkataanmu ?" tanya Kim Nio sambil tundukkan kepala kepada siauw Cu Leng. "Kau boleh percaya pada janjiku, selanjutnya aku tak akan membikin kau bersedih lagi lantaran perbuatanku yang tidak benar. Baik sumoay bikin habis saja pertengkaran dengan enci Goat." menghibur siauw Cu Leng. Hatinya Kim Nio senang dan ia terima usulnya sang suami untuk akur lagi dengan Goat Go. seketika itu ia angkat kepalanya dan memandang pada Goat go, tapi ternyata saingannya itu sudah tidak ada di tempatnya, entah sejak kapan ia sudah berlalu meninggalkan mereka. Kim Nio menghela napas. Sejak itu, benar saja siauw Cu Leng lebih memperhatikan isterinya, sehingga Kim Nio merasa terhibur dan yakin bahwa ia tidak akan kehilangan siauw Cu Leng, suaminya yang berparas cakap dan ganteng. Di waktu menghadapi Goat Go yang sangat menantang, sebenarnya Kim Nio sudah sangat gusar dan ingin menampar saja saingannya itu untuk mengasih hajaran. Tapi ia tidak berani lantaran ia tahu bahwa Goat Go kepandaian silatnya lebih tinggi dari dirinya. Kalau sampai ia bergebrak, sudah tentu ia akan kalah dan suaminya paling-paling juga memisahkan. Namun sementara itu ia sudah babak belur dihajar perempuan cabul itu. Demikian, merasa dirinya tak ada pegangan kalau belakang kali ketemu Teng Goat Go dan harus bergebrak juga, maka ia sudah membuat racun dengan ramuan atas pilihannya sendiri. Apa mau dikata, ketika ia memasaknya, racun itu telah menghembus ke mukanya dan mukanya yang cantik telah berubah menjadi jelek sekali. Sejak itulah siauw cu Leng yang memang bukan suami baik-baik, sudah berubah pikirannya. Ia tidak ingin terus tongkrongi isterinya yang jelek, ia mau mendapat wanita yang cantik untuk melayaninya. Pada suatu hari ia keluar rumah dan tidak kembali lagi. Belakangan Kim Nio mendapat kabar bahwa siauw Cu Leng sudah menjadi teman hidupnya Goat Go tanpa kawin lagi. Ia mengutuk dua manusia itu dan mennyumpahi agar dua manusia itu mukanya juga berubah menjadi jelek seperti wajahnya sekarang. Rupanya sumpahan Kim Nio telah menjadi kenyataan. Goa Go juga kena kehembus asap obat yang dimasak dan berubah wajahnya yang cantik menjadi jelek. Untuk membikin supaya siauw Cu Leng terus setia kepadanya, Goat Go sudah merusah juga wajahnya siauw Cu Leng yang cakap seperti arjuna. Tadinya siauw Cu Leng menolak keras wajahnya mau dirusak, Tapi Goat Go menotok dengan tiba-tiba sehingga ia tidak berdaya dan terima nasib dirusak wajahnya. siauw Cu Leng kepandaiannya dibawah dari Goat Go. Maka selanjutnya ia sebagai suami diluar kawin yang sangat takuti isterinya yang galak dan tidak berani main gila. Belakangan Goat Go merubah namanya menjadi Ang Hoa Lobo, Kim Nio menjadi Kim Popo dan siauw Cu Leng menjadi Toan Bie Lomo. Sejak berpisahan, Toa Bie Lomo siauw Cu Leng belum pernah ketemu lagi dengan Kim Popo alias Kim Nio. sampai pada hari itu ia melihat Kim Popo masuk dalam rumah makan dan ia menguntitnya sampai di luar dusun dan memanggilnya untuk diajak kongkouw dibawah sebuah pohon. Tatkala mana Kim Popo uring-uringan dan timbul kegusarannya kepada Ang Hoa Lobo yang telah merampas suaminya. setelah omong-omong menanyakan kisah perjalanan satu sama lain sejak berpisahan, tiba-tiba siauw Cu Leng berkata, "sumoay, aku dengar kau mempunyai buku Tiam-hiat. Kau tentu sekarang sudah tinggi kepandaiannya." "Pandai sih belum, tapi kalau untuk mengemplang si sundel rasanya boleh juga " "Lagi-lagi kau ungkat-ungkat perkara yang sudah jadi basi. Kenapa sih kalau dilupakan ?" "Aku sebenarnya memang sudah melupakannya. cuma sekarang ketemu suheng, hatiku menjadi panas lagi terhadapnya." "sudahlahi semua sudah terjadi. Urusan lama diungkatungkat tidak akan kembali menjadi baru. eh, sumoay, apa aku bisa lihat buku yang kau dapatkan itu ?" "Untuk apa kau lihat, kita toh sudah tidak ada sangkutannya lagi." "Lihat saja apa tidak boleh " Kenapa pakai dibawa sangkutan-sangkutan segala ?" "Hehehi waktu dulu aku hormati kau sebagai suami dan sebagai suheng. Tapi sekarang kita sudah tidak ada sangkut apa-apa lagi." siauw Cu Leng ketawa mendengar perkataan Kim Popo. "Apa kau tidak ingat sama perhubungan mesra kita tempo hari yang begitu mesra " Aku tidak percaya kau begitu pelit, tidak mau kasih pinjam lihat buku yang kumaksud itu." Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Justru lantaran mengenangkan perhubungan kita tempo hari, aku jadi sengit dan ingin mengasih hajaran padamu sebagai suami yang menelantarkan isterinya." "Kau mau menghajar aku Hahaha Tidak demikian gampang, sumoay " siauw Cu Leng pikir kepandaiannya sekarang sudah jauh bedanya dengan dulu. Mana Kim Popo bisa menghajarnya. Makanya ia mentertawakan bekas isterinya. Ternyata Kim Popo bukan berkelakar saja mengatakan hajaran sebab lantas dibuktikan dengan bangkitnya ia dari duduknya kemudian dengan angkat tongkatnya tinggi-tinggi, ia bulang- balingkan di depan siauw Cu Leng sambil berkata, "suheng, paa kau kira aku tidak bisa memberi hajaran pada bekas suami yang nyeleweng " Mari, rasakan kerasnya tongkatku ini. sebentar, baharulah kau tahu rasa, siapa si Kim Nio sekarang." sambil bangun dari duduknya, siauw cu Leng berkakakan ketawa. Ia berkata, "sumoay, sebaiknya kita jangan bertempur. Mari, kasih lihat bukumu itu " "Cis, tidak tahu malu Mau lihat buku orang, main seenaknya saja. Kalau kau mau memaksa, lihat, kau kalahkan dahulu tongkatku ini " Kim Popo acungkan tongkatnya tinggi-tinggi. siauw Cu Leng sangat memandang rendah kepandaiannya Kim Popo. Pikirnya, dulu kepandaiannya Kim Nio (Kim Popo) dua tingkat dibawahnya. Taruh kata sekarang sudah maju kepandaiannya, paling-paling juga tingginya sama dengan kepandaiannya (siauw Cu Leng) pada jaman dahulu. Mana bisa ia menangkan dirinya sekarang yang kepandaiannya sudah jauh lebih tinggi dari dahulu " Maka sambil berkakakan ketawa, ia berkata, "sumoay, kalau kau memaksa suhengmu bertempur, baiklah. Tapi dengan perjanjian, kalau kau kalah kau harus serahkan buku ilmu Tiam-hiat itu padaku. Akur ?" "Hehe, siauw cu Leng (tidak panggil suheng lagi), kau mana ada rejeki untuk dapatkan bukuku itu. sebab tongkatku ini akan bikin kau lari terbirit-birit " Kembali siauw cu Leng ketawa terbahak-bahak hingga menyebalkan Kim Popo yang melihatnya. Kalau dulu siauw cu Leng terbahak-bahak demikian, Kim Popo akan terpesona dan mendengarnya seperti musik mengalun, tapi sekarang dimana wajahnya sudah bertukar rupa sangat jelek menyeramkan, tentu saja ketawanya siauw Cu Leng seperti tertawanya iblis yang kesiangan. "Cu Leng, kau majulah " tantang Kim Popo. "sret " terdengar siauw cu Leng menghunus pedangnya. "Marilah " sahut siauw cu Leng berbareng ia bertindak mendekati Kim Popo. selama bertindak, ia menyesal telah mencabut pedangnya. sebab dilawan dengan tangan kosong saja, Kim Popo belum tentu menang. Tapi penyesalan itu hanya sebentar, kapan ia memikir lagi bahwa dengan menggunakan gedang berarti ia tidak membuang tempo untuk melayani bekas isterinya ini. Tanpa banyak kata-kata lagi, serangan dimulai dari pihak Kim Popo. Mereka bergebrak seru. Mulai dengan sungkan-sungkan dari pihaknya siauw cu Leng, tapi setelah melihat Kim Popo tidak boleh dipandang remeh, si iblis Alis Buntung telah melayani dengan sungguh-sungguhi malah tidak jarang ia menjadi kaget kapan tongkatnya Kim Popo dengan mengeluarkan angin menderu menyabet kepalanya. Dari memandang rendah, sikap siauw Cu Leng jadi waspada, kemudian merasa jeri dan akhirnya ketakutan nampak serangan Kim Popo benar-benar luar biasa dan berbahaya sekali. Ia hendak membuka mulut mengaku kalah, hatinya tidak mengijinkan lantaran malu. Maka ia paksakan diri bertahan.Justru lantaran membandel itu, ia menderita kekalahan total dari bekas isterinya. Pada jurus yang ke-50, ketika siauw Cu Leng sudah mandi keringat, ia menggunakan tipu 'Ngo-seng-boan-goat' (Lima bintang mengurung rembulan), pedangnya diputar sebentar lalu menusuk ke arah dada Kim Popo. serangan itu ganas juga, sebab kalau mengenai sasaran tentu dadanya Kim Popo akan tersate pedang. siauw cu Leng pada saat itu sudah tidak memikirkan ganasnya serangan yang ia lakukan, malah ia harap Kim Popo tidak dapat berkelit dari serangannya dan si nenek mampus ketusuk pedang. Ternyata Kim Popo bukan makanan empuk, Melihat bahayanya serangan, tanpa raguragu ia menangkis dengan tongkatnya dari bawah ke atas. Benturan dua senjata tak dapat dielakkan lagi hingga terdengar suara keras dan pedangnya siauw Cu Leng berbareng meluncur ke angkasa raya sedang orangnya berdiri gemetaran dengan mata terbelalak. "Hehehe Cu Leng, sekarang kau saksikan kelihaian bekas sumoaymu " Kim Popo mentertawakan siauw Cu Leng yang tengah berdiri dengan badan gemetaran. siauw cu Leng adalah iblis licik. Ia tahu bahwa kekalahannya berarti ia akan mendapat hinaan Kim Popo, maka ia menggunakan ketika Kim Popo sedang terkekehkekeh ketawa, cepat-cepat ia angkat kaki tanpa menghiraukan pedangnya lagi. " Lihat dia lari terbirit-birit... Hahaha " siauw Cu Leng dengar ditertawakan oleh bekas jantung hatinya dahulu. siauw Cu Leng tidak mau berpaling ke belakang. ia kencangkan larinya supaya jangan sampai kesusul oleh Kim Popo. Tapi ia tak usah lari cepat-cepat sebenarnya karena Kim Popo tidak bermaksud mengejarnya, hanya ia ketawa terpingkal-pingkal menonton siauw Cu Leng lari terbirit-birit. setelah merasa bahwa ia lari cukup jauh dan aman, si iblis Alis Buntung hentikan larinya lalu mencahari tempat untuk melepaskan lelahnya dibawah sebuah pohon. Di sana ia memikirkan pertarungan barusan. sungguh tidak dinyana ia bisa dikalahkan demikian mudah oleh bekas isterinya yang mula-mula ia pandang enteng. sekarang ia pulang dengan tanpa pedang, apakah nanti tidak ditegur oleh Ang Hoa Lobo. Kalau ia bicara terus terang pada Ang Hoa Lobo bahwa ia dikalahkan mutlak oleh Kim Popo, terang ia akan dicaci maki tidak punya guna oleh si Nenek Kembang Merah. serba susah ia saat itu. Kemana ia harus mencari pedang sebagai gantinya. Tengah ia berpikir-pikir, tiba-tiba ia lihat ada satu bocah mendatangi dengan membawa dua bilah pedang, satu digantung dipinggangnya dan yang lainnya pada bebokongnya. Hatinya kegirangan sebab ia bakal dapat gantinya gedang yang ia tinggalkan pada Kim Popo. Ia cepat menyelingkar di balik pohon, setelah Lo In lewat baharulah ia meneriaki si bocah minta supaya dibagi pedang. Ia mengira tadinya hanya bocah biasa saja. Tidak menduga bahwa ia bakal ketemu bocah yang paling ia benci danjuga paling ia takuti. Maka setelah mendengar Lo In berkata bahwa ia adalah pecundang di burung rajawali, matanya lantas menatap pada Lo In dengan tidak berkedip. Ia melihat Lo In seperti melihat momok, maka saat itu sebenarnya ia mau lari tapi tidak jadi kapan ia ingat bahwa kepandaiannya sudah banyak lebih tinggi dari dahulu. Palingpaling juga ia sebanding denagn Lo In . Apalagi kalau ia menang, ia akan girang. Bukan saja dua bilah pedang yang dibawa Lo In akanpindah ke tangannya, juga ia dapat membalas sakit hati pada si bocah yang sudah pecundangi ia tempo hari di lembah Tong- hong- gay . setelah hatinya tenang, siauw cu Leng lantas berkata, "Bocah liar, aku kira kau sudah mampus sungguh kebetulan kita bersua disini. Memang sudah waktunya kau pulang menemui Liok sinshemu. Hahaha..... haup oho, oho...." Tiba-tiba saja tertawanya terputus karena mulutnya kemasukan benda yang ia tidak tahu. Tapi yang terang ia sudah menelan benda yang nyangkut di tenggorokannya. Ia batuk-batuk sambil kotak-kotek mengeluarkan benda yang nyangkut pada jalanan makanan. Lama ia dalam keadaan demikian, sampai bercucuran air mata baharulah benda itu dapat dikeluarkan dari mulutnya. Kiranya itu hanya selembar daun kecil saja yang menyela dalam tenggorokannya . "Budak liar, kau berani main gila terhadap tuan besarmu ?" bentak siauw Cu Leng. Kiranya si iblis Alis Buntung tahu juga bahwa daun itu dilepas oleh Lo In . sebenarnya siauw Cu Leng sudah harus tahu diri mengetahui Lo In kepandaiannya demikian tinggi. Tidak mudah orang meleparkan daun yang demikian entengnya masuk persis dalam tenggorokan kalau bukan oleh orang yang lwekangnya sangat tinggi. Tapi dasar siauw Cu Leng hanya tahu marah dan tidak tahu bakal pecundang, tidak memikir demikian jauh, makanya ia main bentak saja pada jago cilik kita. Demikian temberang ia membentak Lo In hingga jago cilik kita tertawa terbahakbahak. "Anak gila, apa yang kau tertawakan ?" bentaknya lagi dengan gusar. "Aku tertawakan kau, muka jelek. Kalau marah makin jelek mukamu " "Memangnya mukamu cakap " Berkaca dulu sebelum mengatai orang " "Kau benar juga. sekarang dimana temanmu si Nenek Kembang Merah itu ?" "Mau apa kau tanyakan dia ?" "Aku mau minta obat pemusnah untuk wajahku yang dia bikin hitam Dia nenek jahat dan amsih hutang satu gebukan padaku " "Enak saja kau ngomong Apa memangnya kau mempunyai kepandaian untuk melawan Ang Hoa Lobo dan Ang Hoa Pay ?" "Aku tidak perduli apakah dia tidak kasih obat pemusnah Jangan sesalkan aku si bocah akan bikin badannya jadi dua potong " siauw Cu Leng sekarang yang berkakakan ketawa mendengar Lo In demikian temberang. "Kau boleh ketawa, nanti kau buktikan si bocah akan menghajar nenek-nenek yang menghina kepada satu bocah yang belum lepas tetek. " berkata lagi Lo In . "sudah, sudah. Kau jangan banyak lagak." kata siauw Cu Leng. "Paling baik kau bagi aku satu pedang. Urusan sudah lantas selesai sampai disini." "oo, kau mau pedangku ?" tanya Lo In seperti heran. "Apa kau tidak dengar barusan aku minta padamu ?" sahut siauw Cu Leng. "Bagus Kalau kau punya kepandaian, ambillah Aku juga relah mengasihnya kalau kau bisa dapati pedang ditanganku " "Bocah hitam, kau jangan sombong Lihat, aku nanti ambil dari tanganmu tanpa menggunakan senjata apa-apa." "Nah, cobalah kalau bisa." " Lihat " seru siauw Cu Leng berbareng badannya berkelebat hendak merampas padang dipunggungnya si bocah. Mana bisa ia mengibuli Lo In . sebelum serangan sampai, Lo In tampak sudah berada di belakangnya tanpa diketahui bagaimana si bocah telah bergerak. " Celaka." pikir siauw Cu Leng. Lagi-lagi ia menemukan musuh alot. Cepat ia putar tubuhnya. Pukulannya menyusul dengan hebat sekali sampai kedengaran suara menderu keras. Nyata siauw Cu Leng sekarang kepandaiannya sudah maju banyak. Tapi untuk Lo In tentu saja tidak berarti apa-apa. Kalau mau, sekali gebrak saja siauw Cu Leng dapat dirobohkan. Tapi ia tidak mau. Ia bermaksud mau menggodai si iblis Alis Buntung ini. Berkali-kali siauw Cu Leng memutar tubuh dan menggempur Lo In dengan pukulan dahsyat, tetap Lo In masih berada dibelakangnya saja seperti bayangan. Pikir si iblis Alis Buntung, apakah ia akan roboh pula oleh si bocah seperti tempo hari di lembah Tong-hong-gay " Rasanya tidak mungkin, kalau mengingat kepandaiannya sudah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan dahulu. Ia tidak tahu kalau dengan kepandaiannya Lo In yang dahulu saja siauw Cu Leng belum tentu dapat menjatuhkan si bocah, apalagi sekarang Lo In sudah mendapat ilmu sakti dari It-sin-keng. Dari kenyataan, si iblis Alis Buntung benar-benar mengharapkan yang tidaktidak. saking jengkel, belumjuga ia dapat menggempur Lo In , maka ia berkaokikaoki katanya, "Budak liar, kalau berani kau jangan menghilang macam setan. Lekas kau sambut serangan tuan besarmu secara lakilaki " Kaokannya tidak dinyana ada pengaruhnya karena tahutahu Lo In sudah ada di hadapannya sehingga ia kaget. "lblis Alis Buntung, apa kau kira siaoyamu takut menghadapi kau " Nah, seranglah sesuka hatimu Asal kau bisa menyentuh ujung bajuku saja, rejekimu benar-beanr besar dan aku akan tunduk kepada kepandaianmu " Meluap amarahnya siauw Cu Leng. "setan cilik, lihat Toayamu bikin kaujatuh tidak bisa bangun lagi " bentaknya, disusul oleh serangan dahsyat. Benar saja Lo In tidak menghilang lagi dari depannya si iblis Alis Buntung, meskipun demikian siauw Cu Leng tetap tidak bisa apa-apa. semua serangannya kandas di tempat kosong. ia lihat Lo In bergerak dengan lincah sekali mengelit semua serangannya yang dilakukan dengan bertubi-tubi. siauw Cu Leng adalah seorang licik, Tahu Lo In terlalu kuat, bukan tandingannya tapi masih mau mencelakakan si bocah juga. Ia berkata, "Anak setan, kalau kau satu laki-laki, pentangkan dadamu untuk menyambut seranganku Jangan berkelit sedikit juga. Kalau kau tahan dengan pukulanku, baru aku merasa takluk padamu " "oo, itu tidak susah." sahut Lo In sambil berdiri tegak di depan siauw Cu Leng. "Boleh kau menyerang aku sesuka hatimu. Kalau aku berkelit, tandanya aku kalah dan kau boleh injak aku sampai mampus Ha ha ha, siauw Cu Leng, kau kira aku takut Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menyambuti pUkulanmU yang sangat kau banggakan ?" siauw Cu Leng hampir tidak percaya bahwa si bocah mau saja terima permintaannya, padahal itu sangat membahayakan jiwanya. Pikirnya, dasar bocah sudah dekat mampus, bolehnya begitu mudah meluluskan permintaannya yang bukan-bukan. Ia melihat Lo In sudah pentang dan membusungkan dadanya, untuk menerima pukulannya. sambil berseri-seri kegirangan, siauw cu Leng kerahkan seantero tenaga dalamnya untuk melepaskan pukulan maut pada si bocah. Hanya sejenak saja ia merasa kasihan, tapi lantas ia sudah beringas lagi ingat kebenciannya pada Lo In yang sangat dalam. "Awas pukulan " seru siauw Cu Leng, berbareng pukulannya yang dahsyat meluncur mengarah dada Lo In . segera terdengar suara gemuruh dari beradunya pukulan siauw Cu Leng kearah dada Lo In . suara gemuruh itu bertanda dari hebatnya serangan lwekang yang dikerahkan oleh siauw Cu Leng dalam serangan mautnya. Begitu terdengar suara gemuruh, lantas kelihatan mencelat satu tubuh sampai tiga tombak jauhnya. Ternyata tubuh yang mencelat itu bukan tubuhnya Lo In tapi tubuhnya siauw Cu Leng yang melayang seperti layang yang terlepas dari talinya. Lo In sendiri tampak tidak apa-apa. Ia berdiri sambil tertawa-tawa memandang pada siauw Cu Leng yang terkapar dengan tidak berkutik. Lebih baik barangkali siauw Cu Leng tidak mengerahkan lwekangnya habis-habisan. Dengan lwekang sederhana yang ia keluarkan mungkin tidak demikian membahayakan dirinya. Tapi ia telah mengerahkan lwekangnya berkelebihan, maka tenaga membalik dari pukulannya yang mengenakan Lo In makin hebat akibatnya. Kapan Lo In datang mendekati, ia terkejut karena siauw Cu Leng sudah tidak bernyawa lagi. Dari panca inderanya keluar darah segar. Matanya melotot seperti penasaran. Lo In tidak menduga bahwa tenaga membalik dari pukulan siauw Cu Leng demikian hebat akibatnya. Ia sebenarnya tidak ada niatan untuk membinasakan si iblis Alis Buntung. Maka tenaga yang dikerahkan untuk memukul balik tenaga siauw Cu Leng juga ia tidak kerahkan denga sepenuhnya. Ia hanya menggunakan lima bagian saja. Benarbenar ia tidak menduga kalau akibatnya bisa demikian hebat dan meminta korban jiwa. Dengan siauw Cu Leng, menjadi sudah ada dua orang yang tewas di tangan Lo In selama dalam perantauannya. Yang pertama ialah Coa Keng mampus dengan tendangan 'Kaki ayam emas'. Kematian merka itu semuanya diluar keinginannya si jago cilik. Kematian siauw Cu Leng bikin Lo In menyesal juga karena ia tidak berkesempatan menanyakan halnya Leng siong yang ada di Coak-kok sekarang. Lo In adalah bocah berhati lapang. Takpernah ia mendendam sakit hati kepada siapa juga. Maka mayatnya siauw Cu Leng ia kebumikan dengan rapi. setelah selesai mengubur, depan kuburan ia berkemakkemik, memohon maaf bahwa perbuatannya tadi tidak disengaja. setelah itu si bocah lantas meneruskan perjalanannya ke kota Gukwan untuk menemui ketua dari Citsengpay. Lo In girang dalam perjalanan selanjutnya ia tidak menemukan kepusingan apa-apa lagi. sampai di kota yang dituju, ia lantas tanya-tanya pada orang dimana letaknya pusa perkumpulan Tujuh Bintang. Dengan mudah Lo In dapat menemukannya karena perkumpulan tatkala itu sedang mendapat kemajuan. Ternyata gedung Cit-seng-pay dibangun dengan sangat mewah. Tidak sembarang orang boleh masuk. Harus lapor dulu pada dua penjaga dipintu. semuanya berperawakan tinggi besar dan gagah. Di pinggangnya membawa golok. Seram kalau orang berurusan dengan Cit-seng-pay, lantaran penjaga pintunya galak suka main bentak pada yang datng mau menemuk salah satu orang dari Cit-seng-pay. Apalagi kalau orang yang hendak menemui ketua atau wakilnya, mereka sangat teliti menanyakan maksud orang. Demikian kejadian dengan Lo In . Dua orang jaga itu melihat Lo In adalah satu bocah dengan wajah hitam legam kayak pantat kuali. Tiba-tiba telah ketawa berkakakan, bukannya melayani orang hendak ketemu dengan ketua. "Para paman, kalian ketawa kenapa ?" tanya Lo In heran. "Kau bawa-bawa dua pedang itu sampai dua bilah ?" tanya yang ketawa tadi, sebaliknya dari menjawab pertanyaan Lo In . "Justru karena pedang yang kubawa ini aku ingin menemui ketua kalian." jawab Lo In ketawa nyengir, melihat orang masih ketwa sikapnya lucu. Lo In perhatikan yang ketawa tadi hidungnya mancung berlebihan, sementara temannya mulutnya besar dan bibirnya tebal. "Kau mau ketemu ketua bawa-bawa pedang, mana boleh Ada urusan apa, kau katakan saja padaku. Aku nanti sampaikan pada ketua. sebab aturan disini, kalau tidak begitu penting, tidak mudah orang ketemu dengna ketua kami." menerangkan si mulut besar yang ternyat lebih baik dari si hidung mancung. "Tidak bisa. Aku harus menemui ketus sendiri Aku ada satu urusan penting yang akan disampaikan padanya." sahut Lo In . "Harap paman suka beri ijin aku masuk ketemu dengan ketua kalian." "Anak hitam, kau banyak rewel Lekas serahkan dua bilah pedang itu pada kami. "Kau bawa-bawa pedang masuk memangnya mau membunuh ketua " Lo In jadi bingung dibentak demikian. ia bermaksud baik hendak menyampaikan kabar tentang Lim Kek Ciang dengan saudara-saudaranya yang mati karena hawa racun ular, makanya maksud baiknya disambut dengan cara yang kasar sekali. Maka timbullah wataknya yang jail nakal, ia berkata, "Aku bermaksud menyampaikan kabar tentang tiga pemimpin kalian yang pergi ke gua ular. Kalau kalian tidak ijinkan aku menemui ketua kalian, tak apa, aku juga tak usah menyampaikan kabar. Nah, selamat tinggal " Lo In sambil putar tubuhnya hendak berlalu. Dua pengawal itu kaget mendengar perkataan Lo In . cepat si hidung mancung memanggil, "Hei, anak hitam, kembali Kasih tahu padaku ada urusan apa, nanti aku lapor pada ketua. Kau tunggu saja disini." Lo In hanya mendengus, tak menjawab perkataan si hidung mancung. Tentu saja si hidung mancung menjadi marah dijawab dengan dengusan Lo In . ia lompat menyusul dan mencekuk Lo In . Dengan enteng ia angkat Lo In ke atas seperti hendak membantingnya. Ia mengancam, "Anak hitam, kalau kau tidak mau bicara, aku akan banting kau mampus sekarang juga " "Bantinglah " Lo In menantang. "Aku toh tidak mau berurusan dengan sebala orang rendah seperti kamu orang " si hidung mancung memang berangasan adatnya dan sok jagoan lagi. Maka mendengar Lo In menantang, benar-benar ia sudah membanting Lo In dengan tenaga penuh. "Mampus kau " serunya dengan gemas. Tapi Lo In yang dibanting bukannya hancur badannya, tapi ia tetap berdiri sambil ketawa nyengir. Matanya si hidung mancung terbelalak heran. ia sudah mengerahkan tenaga sepenuhnya membanting si bocah, tapi si anak hitam ternyata tidak apa-apa, malah berdiri dengan ketawa nyengir. si mulut besar, temannya, juga merasa heran. sebab barusan ia sudah pejamkan matanya menyaksikan ketelengasan kawannya. Tak tahunya Lo In tak apa-apa dibanting temannya yang ia tahu benar tenaganya sangat kuat dan pernah satu kali ia membanting orang sampai pingsan dan patah tiga biji tulang iganya. Ia lalu menghampiri Lo In . Dengan sabar ia berkata, "Adik kecil, barusan kau bilang mau melaporkan halnya tiga orang pemimpin kami. Harap kau melapar pada kami saja untuk disampaikan kepada ketua. Kau diam-diam tunggu di luar, apa katanya ketua, nanti kami bertahukan padamu. Bagaimana, akur ?" si mulut besar rupanya rada jeri juga pada Lo In nampak kejadian barusan, maka tak biasanya ia berkata demikian halus dan merendah. "Aku dengan baik minta permisi dari kalian, tapi kalian menghalang-halangi. Apa pantas perbuatan itu terhadap orang yang hendak berbuat baik ?" "Anak hitam, kau mau berbuat baik apa " Hm Dengan bawa-bawa pedang minta ketemu ketua. Kalau bukan bermaksud jahat, mau apa ?" si hidung mancung menyela dengan penasaran. "Kalian tak ijinkan aku masuk. Kalau aku mau masuk, kalian bisa apa terhadap aku " Nah, jagalah kalau bisa bila aku memasuki perkumpulan kalian tanpa ijin " Lo In berkata sambil enjot tubuhnya melayang mendekati pintu, kemudian menghilang masuk ke dalam tanpa dua penjaga itu dapat mencegahnya. Bukan main gelisahnya mereka. Lantas menyusul masuk dan membunyikan kentungan tanda ada bahaya. Tentu saja semua anggota Cit-seng-pay yang ada dalam gedung itu semuanya jadi kaget dan masing-masing pada membawa senjata memburu keluar. Mereka kesomplokan dengan satu bocah wajah hitam yang membawa-bawa dua bilah pedang menerobos masuk. Lantas saja mereka mengepung. Lo In memang paling senang menghadapi lawan yang jumlahnya banyak, sambil haha hihi ketawa ia mempermainkan orang banyak yang hendak menangkap dirinya. Perlahan-lahan ia maju terus ke dalam hingga dapat melewati ruangan kedua. Untuk sampai di ruang ketiga, repotjuga ia karena orang-orang yang mengepung jumlahnya tambah banyak. Meskipun demikian, ruangan ketiga sudah dapat ditembusi. Kiranya ruangan ketiga itu adalah ruangan tempat rapat. si bocah tak bermaksud mencelakai orang, makanya juga ia tidak menghunus pedangnya. sebaliknya, banyak anggota Cit-seng-pay yang sudah pada mencabut senjatanya, mengeroyok Lo In . Tapi si bocah tidak takut. Ia gunakan ginkang yang dipelajari dari Itsinkeng. Dengan kegesitan entengi tubuh itu, membuat orang-orang cit-seng-pay saban-saban melengak keheran- heranan karena melek-melek Lo In kelihatan di depan matanya, tapi waktu ditubruk atau dibacoki bocah itu sudah menghilang dan tahutahu sudah dikepung di tempat lain, Melihat lihainya si bocah, ada beberapa anggota Cit-sengpay telah melaporkan kejadian itu pada ketuanya. segera ketua dengan diiringi oleh wakil-wakilnya sudah datang ke tempat itu. Mereka melihat bocah berwajah hitam dengan membawa dua bilah pedang sedang ketawa haha hihi mempermainkan orang-orangnya. "Tahan " seru sang ketua, suaranya keras berkumandang dalam ruangan itu hingga orang-orang cit-seng-pay pada hentikan kepungannya, akan tetapi mereka masih terus mengawasi Lo In yang saat itu sedang ketawa- ketawa berdiri di atas sebuah meja. Ketua Cit-seng-pay datang menghampiri Lo In . ia berkata, "Adik kecil, ada urusan apa kau datang ke tempat kami " Apa sengaja kau mau mengacau dalam perkumpulan kami ?" Lo In memandang pada ketua Cit-seng-pay. Ia heran sebab ketua Cit-seng-pay ini bukannya orang biasa tetapi seorang Tojin (imam). Di sebelahnya juga ada satu imam, rupanya ia adalah wakil ketuanya. Makin Lo In perhatikan makin ia kenali kedua imam itu ada kenalan lama ialah siong Leng dan Jin Leng Tojin, dua pecundangnya Liok sinshe di Tong-hong-gay tempo hari. Tapi Lo In pura-pura tidak mengenali, sedang kedua imam itujuga tidak mengenali Lo In yang wajahnya hitam legam kayak pantat kuali. "Tidak ada tempo aku mengacau perkumpulan kalian." sahut Lo In . "Aku datang hendak menyampaikan kabar tentang paman Lim Kek Ciang dan dua saudaranya yang pergi ke gua ular." Kaget siong Leng Tojin mendengar jawaban Lo In . " Kalau kau hendak menyampaikan kabar penting, kenapa tidak masuk dengan jalan sopan, sebaliknya dengan memaksa masuk cara begini ?" menyela Jin Leng Tojin. "Hehehe" Lo In ketawa. "Meskipun aku masih anak-anaki aku tahu aturan. Tapi orang-orang kalian yang tidak tahu aturan mencegah aku masuk menghadap ketua kalian." Jin Leng Tojin tidak senang mendengar jawaban Lo In . ia berkata lagi, "Apa kau tahu dengan perbuatanmu ini seakan-akan menghina perkumpulan kami " Hm Kau anak siapa, sebegitu besar nyalimu. Kabar apa yang kau mau sampaikan, lekas kau ceritakan " Siong Leng Tojin sebenarnya juga mau memberikan teguran seperti apa yang saudara mudanya katakan tadi. cuma saja ia sedang memikirkan hal si bocah yang mau menyampaikan kabar Lim Kek ciang dan dua saudara lainnya yang pergi ke gua ular. Entah kabar apa itu. Kabar baik atau kabar jelek. Mendengan Jin Leng Tojin sudah mendahului ia menegur si bocah, hatinya sangat setuju. Diam-diam ia kurang senang, bahwa si bocah masih berdiri terus di atas meja, yang semestinya turun menghadap padanya sambil berlutut atau setidak-tidaknya menjura memberi hormat kepada ketua citsengpay yang sangat disegani. Lo In mendongkol mendengar perkataan Jin Leng Tojin yang jumawa, apalagi ia kenali imam itu adalah salah satu pengeroyok Liok Sinshe.Hatinya kepingin menggodai sekalian mengasih hajaran pada si imam sombong. "Apa begini caranya menyambut tamu yang hendak melaporkan kabar penting ?" Lo ln jawab perkataan Jin Leng Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tojin. "Kalau kalian tidak menghormati aku sebagai tamu penting, aku juga tidak perlu menyampaikan kabar yang paman Lim Kek ciang minta aku sampaikan kepada kalian?" "Bagaimana kau bisa buktikan bahwa kau utusannya Samte ?" menyela Siong Leng Tojin. "Untuk apa kau pakai tanyakan bukti segala " Memangnya aku membawa kabar bohong ?" "Seharusnya kau memberi bukti. Tanpa bukti dari mana aku bisa percaya kau adalah utusannya samte kami ?" "Mau bukti tidak susah." sahut Lo In . "Tapi kalau kau tidak percaya aku, untuk apa aku mengasih lihat bukti " "Aku tahu kau memang mau mengacau, bocah. Turun " bentak Jin Leng To.in mendahului siong Leng Tojin yang hendak bicara lagi kepada Lo In . Rupanya Jin Leng Tojin adanya berangasan dan tidak sabaran melihat lagak Lo In . Dibentak turun, Lo In bukannya menurut, sebaliknya ia tertawa berkakakan. "Mau suruh siaoyamu turun boleh saja, asal kau bisa turunkan " kata Lo In ketawa nyengir. Jin Leng Tojin panas hatinya. ia lantas mau suruh anak buahnya menyergap tetapi keburu siong Leng Tojin berkata, "Adik kecil, harap kau tidak bawa adatmu yang nakal. Mari turun, kita bicara secara baik dan bersahabat." Jin Leng Tojin heran mendengar perkataan sang ketua. Ia menatap wajahnya yang telah mengedipi padanya. Lantas ia tahu maksudnya sang pemimpin. sebaliknya Lo In berpikir, imam ini tidak sombong seperti adiknya tadi. Tidak halangan kalau ia turun dari atas meja. Ia mau lihat apa yang siong Leng Tojin bisa bikin terhadapnya. Maka setelah memikir demikian, ia lantas lompat turun dengan melewati beberapa kepala orang. Mereka yang dilewati kepalanya pada mendelik matanya pada si bocah, seakan-akan mereka tidak rela kepalanya dilalui si bocah. Lo In tidak menghiraukan mereka. Ia berjalan leng gangleng gang saja mengikuti siong Leng Tojin yang jalan menghampiri kursi di atas mimbar. Di sana sang ketua duduk dengan diapit oleh Jin Leng Tojin dan saudara-saudara pemimpin lainnya. Lo In dipersilahkan duduk. si bocah juga tidak main sungkan-sungkan lagi. Ia duduk dengan tenang menghadapi orang-orang Cit-seng-pay yang wajahnya pada menunjukkan permusuhan. Lo In tidak acuhkan mereka. Ia anggap mereka tidak bisa berbuat apa-apa kepadanya. Dengan mengandalkan kepandaiannya yang maha tinggi, ia bisa masuk dan keluar dalam gedung cit-seng-pay itu sesuka hatinya. "Adik kecil," siong Leng Tojin mulai buka mulut, ketika mereka sudah berkumpul di atas mimbar. "sebenarnya kau membawa kabar apa tentang samte, Ngote dan Lakte kami " Coba kau tuturkan. sebelumnya aku mohon maaf atas kelakuan orang-orang kami barusan terhadap adik keci." siong Leng Tojin berkata sambil unjuk senyuman. Lo In paling jinak dengan sikap yang ramah tamah dan halus. sebaliknya ia jadi nakal dan liar kalau menghadapi orang yang sombong dan bertingkah. Maka, menghadapi siong Leng Tojin yang ramah, ia jadi lemas hatinya. Tidak tega ia untuk berbuat yang keterlaluan menuruti napsu hatinya. "Juga aku harap Totiang memaafkan atas kelakuanku barusan. Apa yang aku lakukan lantaran menuruti napsu hatiku yang tidak senang melihat orang-orang Totiang yang jumawa dan mau sewenang-wenang terhadap orang yang lemah. Aku anak kecil mau dibanting segala di depan pintu masuki apa- apaan perbuatan begitu?" "Hahaha " tertawa Leng siong Tojin. "Kalau baru 'mau' saja tidak apa, jangan sampai benarbenar dibanting. Itu celaka " :Barusan aku kesalahan berkata. sebenarnya dia sudah membanting aku. Cuma saja bantingannya rupanya kurang bisa maka aku tidak sampai hancur." Lo In menjelaskan sambil ketawa nyengir kepada siong Leng Tojin yang ketawa terbahak-bahak. Ketawanya siong Leng Tojin berhenti ketika mendengar perkataan Lo In . Pikirnya, kedua penjaganya masing-masing mempunyai kepandaian silat tinggi, apalagi si hidung mancung itu tenaganya seperti raksasa, bagaimana Lo In dibanting tidak kenapa-napa " sungguh ini sangat mengherankan hatinya siong Leng Tojin. Bocah berwajah hitam ini kalau tidak punya kepandaian yang berarti, tidak bakalan berani mengacau dalam Cit-sengpay. Kapan melihat Lo In dikepung oleh banyak orang, tidak seorang pun yang dapat menowel bajunya saja. Itu membuktikan kepandaiannya Lo In sangat tinggi, sekalipun ia masih bocah. Mengingat kesitu, siong Leng Tojin ada hati-hati dalam bicaranya Jangan sampai menyinggung hatinya si bocah sehingga menerbitkan onar dan memalukan cit-seng-pay. "Adik kecil." kata siong Leng Tojin. "Hal itu nanti aku selidiki dan aku akan memberi hukuman pada orangku yang kurang ajar terhadapmu. sekarang coba tolong kau laporkan apa kabar dari samteku Lim Kek Ciang." Lo In lalu menuturkan tentang kematiannya Lim Kek Ciang saling susul dengan saudara-saudaranya lantaran terkena hawa beracun dari gua ular. Lim Kek Ciang pesan supaya ia menyampaikan kabar itu kepada ketuanya, jangan mengharap- harap mereka pulang. siong Leng Tojin dan lain-lain mendengar sangat berduka hatinya mendapat tahu bahwa Lim Kek Ciang telah menemui ajalnya dalam menunaikan tugas perkumpulannya. setelah hening beberapa lama, merenungkan arwahnya Lim Kek Ciang dan dua saudaranya, siong Leng Tojin berkata pada Lo In , "Adik kecil, terima kasih atas laporanmu ini. sebelum samte meninggal, tentu ada peninggalan barang untuk disampaikan padaku sebagai kenang-kenangan. Apa adik kecil ada terima ?" siong Leng sebenarnya mau minta bukti dari Lo In tentang kabar yang disampaikan kepadanya. Tapi kalau ia terangterangan mau bukti, pasti Lo In akan kambuh lagi watak nakalnya, menganggap orang tidak percaya pada dirinya. Maka, sebagai orang yang cerdik, si imam telah mengambil jalan memutar menanyakan pada Lo In apakah Lim Kek Ciang ada meninggalkan barang untuknya sebagai kenangkenangan. sungguh pandai si imam, yang biasanya sangat sombong. Lo In tidak merasa kesinggung. Maka ketika mendengar perkataan siong Leng Tojin demikian meresap ke dalam hati, lantas ia loloskan pedang yang tergantung di pinggangnya. sambil menyerahkan itu pada siong Leng Tojin, ia berkata, "Totiang, paman Kek Ciang hanya meninggalkan barang ini untuk disampaikan kepada Totiang sebagai kenangkenangan." siong Leng Tojin menyambuti tanpa bilang apa-apa yang seharusnya mengucapkan terima kasih pada si bocah. Ia tampak termenung-menung, entah apa yang direnungkan. Lo In juga jadi heran kenapa si imam tidak mengucapkan terima kasih kepadanya. ia sudah menyerahkan pedangnya Lim Kek Ciang tapi tidak ada reaksi apa-apa kecuali si iamam duduk termenung-menung. "Totiang, apa aku kesalahan menyerahkan pedang itu bukan miliknya paman Kek Ciang ?" tanya Lo In dengan raguragu. siong Leng Tojin tidak menjawab, sebaliknya Pekihauwkiam Jin Leng Tojin dengan gusar sambil gebrak meja ia membentaki "Bocah bernyali besar siapa bilang pedang itu bukan milik samte " Tapi kematiannya sudah tentu bukannya lantaran hawa racun, tapi dibunuh olehmu " Lo In jadi melengak mendengar tuduhan Jin Leng Tojin yang bukan-bukan. Ia sudah berbuat baik hati, jauh-jauh ia perlukan datang ke Gukwan, maksudnya menyampaikan pesan Lim Kek Ciang, tidak tahunya disini ia bukan mendapat terima kasih malah merampas pedangnya. "Adik kecil." siong Leng Tojin masih bersabar. Diam-diam ia setuju dengan perkataan Jin Leng Tojin yang menuduh si bocah jadi pembunuh samtenya. "Kau memangnya ada permusuhan apa dengan samte kami " Terus teranglah bicara agar aku dapat memberi kelonggaran kalau kau mengaku dengan sejujurnya." Katakata ketua Cit-seng-pay sungguh diluar dugaan sama sekali si bocah. Dalam mendongkolnya ia bangkit berdiri, katanya, "sungguh bagus kalian orang-orang Cit-seng-pay. Kebaikanku kalian balas dengan fitnahan " Hm Tidak kunyana kalian menghina aku si anak kecil. Aku menyesal sudah masuk masuk dalam gedung perkumpulan brengsek ini " "Apa, brengsek " bentak Jin Leng Tojin berbareng kepalannya menyambar pada kepala Lo In tapi dengan manis sudah kena dikelit oleh jago cilik kita. Melihat serangannya gagal Jin Leng TOjin yang hanya menggunakan tangan kiri, karena tangan kanannya cacat oleh Liok sinshe sudah menjadi beringas dan menyerang lagi dengan dahsyat. Angin pukulannya menderu, meskipun dengan tangan kiri juga. Kecuali Siong Leng Tojin yang tenang-tenang saja duduki yang lain-lainnya pada bangkit berdiri membantu mengeroyok Lo In . Meskipun semua jago-jago Cit-seng-pay turun, dianggap enteng saja oleh si bocah. "Kau mau menggunakan jumlah banyak untuk mengeroyok aku anak kecil " Bagus Apa katanya orang dalam dunia Kangouw nanti atas perbuatan kalian yang tidak tahu dituduh sudah membunuh Lim Kek Ciang dan malu Mereka akan katakan kalian bangsa tidak punya guna mendirikan perkumpulan, beraninya hanya terhadap anak kecil saja. Hahaha " si bocah bukannya takut, malah ia ketawa terbahakbahak. sebaliknya siong Leng Tojinn menjadi tidak enak mendengar perkataan Lo In yang terang-terang menyindirnya. Lagian hatinya rada-rada bimbang juga nampak Lo In dikeroyok banyak orang selalu bisa elakkan serangan, malah kelihatan si bocah tidak membalas. "Tahan " tiba-tiba ia serukan kawan-kawannya yang mengeroyok hingga mereka pada lompat mundur mentaati perintah sang ketua. siong Leng Tojin berbareng bangkit berdiri dan menghampiri Lo In , "Apa maksud perkataanmu barusan " Kau menantang satu lawan satu, bukan ?" "Hehehe " tertawa Lo In . "satu lawan satu kau toh tidak punya orang untuk dihadapkan padaku. Maka lebih baik kau turunkan semua orang Cit-seng-pay, lebih senang aku dapat bermain petak " sungguh jumawa kata-kata si bocah dalam telinganya siong Leng Tojin. Imam jagoan itu paling pantang kalau mendengar orang berkata lebih jumawa dari dirinya. sekarang ia mendengar kata-kata Lo In yang jumawa, sampai dikatakan Cit-seng-pay tidak punya orang untuk dihadapkan dengan si bocah, terang siong Leng Tojin naik pitam. sambil ketawa dingin ia berkata, "Adik kecil, kau jangan sombong. Mari kita coba dengan tangan kosong " "Kau yang mau maju sendiri ?" tanya Lo In seperti keheranan. "Jangan, jangan, kau bukan tandinganku. Merk Cit-sengpay jatuh lantaran ketuanya tidak becus menjatuhkan satu anak kecil " Itu hinaan yang keterlaluan. Tidak heran kalau siong Leng Tojin lantas menyerang dengan pukulan telengasnya. Lo In berkelit sambil lompat dari atas mimbar ke tempat yang kosong dan lebar. "mari, mari disini kita main-main, siong Leng Tojin " menantang si bocah sambil tolak pinggang menanti. Terkejut si imam mendengar namanya disebut Lo In . Tapi sejenak, sebab ia pikir tentu si bocah dapat tahu namanya dari Lim Kek Ciang yang dikatakan mati oleh si bocah. orang-orang Cit-seng-pay kegirangan melihat ketuanya turun tangan. Mereka sambut dengan tepukan tangan yang riuh sekali tatkala siong Leng Tojin lompat turun dari mimbar dengan gerakan yang manis sekali. "Hidup ketua Cit-seng-pay " demikian terdengar beberapa kali seruan mereka. Mereka sedang kebingungan, tadi tidak dapat membekuk si bocah. sekarang ada ketuanya mau turun tangan sendiri, sudah tentu saja mereka kegirangan. Mereka tahu lihainya sang ketua, sudah menghitung pasti bahwa si bocah hanya beberapa detik saja sudah akan dibekuk oleh sang ketua. Mereka pada mundur ke belakang, kasih tempat lebih leluasa untuk mereka bertempur. "Adik kecil, mulailah dengan seranganmu " mengundang Siong Leng Tojin setelah mereka berhadap-hadapan. siong Leng Tojin sangat memandang enteng pada Lo In . "Aku jauh lebih muda, aku silahkan yang lebih tua menyerang lebih dahulu " sahut Lo In dengan suara ngeledek. Tampak Lo In tidak memasang kuda-kuda segala, tidak seperti siong Leng Tojin menghadapi seorang bocah saja seperti ketakutan dan telah memasang kuda-kudanya kuatkuat. Diledek Lo In , siong Leng Tojin tidak banyak omong, ia lantas menyerang dengan tipu pukulan 'Ki-eng-puk-coa' (Elang lapar menyambar ular). Kedua tangannya dipentang, dengan kecepatan kilat ia menyergap Lo In , tapi Lo In sudah menghilang dari depannya. Cepat ia memutar tubuh dan menyerang dengan angin pukulan pada Lo In yang ia duga ada dibelakangnya. "Brak Brak " suara hancurnya meja kursi yang kena angin pukulan sang ketua, tapi si bocah yang diarah tidak kelihatan bayangannya. Demikian kejadian itu telah terulang. Hanya kursi meja yang hancur lebur oleh angin pukulan siong Leng Tojin yang dahsyat, sedang Lo In yang diarah masih terus ngeledek bagai bayangan disekitarnya. Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dari merasa tinggi hati, bangga dengan kepandaiannya yang tinggi, perlahan-lahan siong Leng Tojin insyaf bahwa ia bukan tandingan si bocah. Kalau Lo In mau, siang-siang ia sudah dipecundangi dengan hanya sekali tepukan saja pada jalan darahnya. Caranya Lo In permainkan dirinya mengingatkan ia kepada seseorang yang dulu pernah menggocek ia demikian rupa. Kapan ia ingat akan dirinya Liok sinshe, tanpa dirasa lagi sekujur badannya telah mandi keringat. "Kau, kau......?" tiba-tiba siong Leng Tojin berkata terputusputus. "Asal masih ingat saja." menggoda Lo In dari samping. Mendengar suara Lo In , si Imam tidak sia-siakan kesempatan itu Ia berbalik cepat dan melancarkan pukulan maut pada si bocah. Cuma sayang Lo In lebih cepat lagi untuk mengelakkan serangan dan kembali ada dibelakangnya. Tampak si imam sombong kewalahan. Melihat ketuanya dipermainkan si bocah, tentu saja orangorang Cit-seng-pay menjadi sangat gusar. Dengan mendapat komando dari Pekihouw-kiam Jin Leng Tojin, mereka menyerbu mengeroyok Lo In yang sedang enak-enak mempermainkan si imam. "Bagus, kalian turun tangan semua " seru Lo In . Berbareng tubuhnya berkelebatan diantara mereka. Ia gunakan salah satu jurus dari It-sin-keng yang dinamai 'Ce-yusanhoa' atau "menyebar bunga ke kiri dan kanan' suatu gerakan ilmu entengi tubuh yang tidak ada taranya. Dimana tubuhnya Lo In berkelebat, disitu mesti roboh tiga- empat orang, tidak perduli mereka sedang tangan kosong atau mencekal senjata, rata-rata dirobohkan dengan totokan pada jalan darah. Dalam tempo sebentaran saja, kecuali siong Leng dan Jin Leng Tojin, semuanya sudah roboh kena ditotok oleh Bocah sakti kita. siong Leng Tojin dan Jin Leng Tojin berdiri seperti terpaku, tidak bergerak seakan-akan yang kena tertotok jalan darahnya. Tapi yang sebenarnya mereka terpaku berdiri karena menyaksikan dengan rasa kagum akan kepandaiannya si bocah. Matanya terbelalak memandang kepada orangorangnya yang dirobohkan saling susul dengan tidak dapat bangun kembali. sungguh hebat Mereka memuji dalam hatinya. Belum pernah dalam benaknya siong Leng Tojin memuji siapa juga selama hidupnya sebab merasa bahwa dirinya adalah yang paling tinggi kepandaiannya. Tapi sekarang tanpa disadari ia telah memuji Lo In benar-benar ada satu bocah yang luar biasa. Dalam pada itu, keadaan yang tadi ramai dengan suara bentakan-bentakan dari orang-orang cit-seng-pay, sekarang berubah menjadi sepi sunyi. "Hek-bin sin-tong.........." tiba-tiba terdengar suara orang berkata seperti memecahkan kesunyian pada waktu itu. siong Leng dan Jin Leng Tojin terkesiap hatinya mendengar disebutnya 'Hek-bin sin-tong' atau si Bocah sakti Muka HitamMatanya lantas menatap pada Lo In dengan tidak berkedip. Kemudian, dengan tiba-tiba mereka rasakan badannya menggigil ketakutan dan mukanya sangat pucat. "Hek-bin sintong......" mereka menggumam hampir berbareng, lalu matanya menoleh sana sini mencahari orang yang berkata tadi. Kiranya orang itu adalah satu paderi yang memelihara rambut panjang. ia tiada lain adalah Kim Wan Thauto, yang pada saat itu tengah menghampiri Lo In yang menyambutnya dengan roman berseri-seri. "Toako, kau kemana saja meninggalkan adikmu ?" berkata Lo In sambil menubruk dan merangkul si Thauto. Keduanya tampak sangat kegirangan telah bersua kembali. sementara itu, siong Leng dan Jin Leng nampak Lo In dan si Thauto saling rangkul lantas dapat menebak bahwa mereka ada hubungan rapat satu dengan lain. Siong Leng Tojin tidak kenal Kim Wan Thauto, tapi ia pernah dengar dalam kalangan Kangouw ada bergelandangan satu pendeta memelihara rambut yang sangat lihai, senjata rahasianya berupa sepasang anting-anting. Apakah ini dianya si Thauto yang dimaksudkan " Tanya dalam hati kecilnya. Kapan ia memperhatikan lebih jauhi ia yakin bahwa memang benar Thauto yang dimaksudkan itu si Thauto yang dilihatnya sekarang ada pakai anting-anting pada kedua belah telinganya. Makin ketakutan siong Leng dan Jin Leng mengenali si Thauto ada kawannya Lo In . Melawan Lo In sendiri orang-orang cit-seng-pay tidak mampu, apalagi ditambah si Thauto yang lihai. Memikir ke situ, dengan diam-diam kedua imam itu, menggunakan kesempatan Lo In sedang asyik bicara dengan Kim Wan Thauto mereka telah angkat kaki untuk kabur menjauhkan diri siapa sangka si bocah ada demikian lihai, sebab baru saja mereka bertindak beberapa langkahi tahu-tahu Lo In sudah menghadang di depannya menegur, "Mau lari " Hm Urusan Liok sinshe kalian harus tanggung jawab " siong Leng dan Jin Leng Tojin gemetaran mendengar disebutnya nama Liok sinshe. sungguh lucu sikapnya dua imam sombong pada saat itu. Mereka berdiri dengan badan menggigil seperti diserang penyakit malaria dengan mendadak. "siaohiap." tiba-tiba siong Leng Tojin memberanikan hati berkata, "Urusan Liok sinshe, aku tidak bertanggung jawab sebab aku hanya ikut-ikutan saja diajak oleh siauw-san Nao-ok Harap siaohiap suka memberi kelonggaran pada kami berdua......." "Hehehe." Lo In mendengus. "Gara-gara kalian, aku dengan Liok sinshe telah bercerai berai. Mana bisa kau terluput dari tanggung jawab atas kematiannya Liok sinshe ?" "Aku tidak membunuh Liok sinshe. Itu adalah tanggung jawabnya Kim Popo." sahut si Imam. Jin Leng Tojin merasa heran suhengnya bisa berubah demikian pengecut. Biasanya sang suheng paling angkuh dan tidak memandang mata kepada siapa juga. Kenapa sekarang bisa jadi demikian sikapnya " Apakah sang suheng punya maksud tertentu, sekarang minta dibebaskan dan kemudian menuntut balas untuk hinaan yang sekarang dideritanya dari si bocah wajah hitam " Jin Leng Tojin berangasan sifatnya, tapi ia berani untuk menghadapi tanggung jawab. Maka melihat suhengnya demikian lemah, ia jadi kurang senang. Katanya, "suheng, kita sudah menjadi orang tawanannya. Untuk apa minta kelonggaran segala " Itu tandanya kita minta ampun. Meskipun kita berlutut minta ampun, sudah terang tak akan dapat ampun dari dia. Maka jangan merendahkan diri Hei, bocah" Jin Leng teruskan berkata pada Lo In . "Kami sudah tidak berdaya di tanganmu. Mau bunuh boleh bunuh, untuk apa mesti banyak omong ?" "Hahaha " Lo In tertawa. "Kau lebih jantan dari kakak seperguruanmu. Ini aku suka dan aku akan memberi kelonggaran padamu " Jin Leng heran mendengar perkataan Lo In . sungguh diluar dugaannya bahwa Lo In akan berkata demikian. semestinya ia marah dan menghukum ia lebih berat dari suhengnya sebab ia berani pentang mulut besar. Tidak tahunya keputusan Lo In begitu menggoncangkan hatinya. sementara siong Leng Tojin tidak berkata apa-apa, ia hanya tundukkan kepala. Ia menyesal telah unjuk sikap pengecut barusan. Kalau dapat bersikap kepala batu seperti saudaranya, tentu ia pun akan mendapat pengampunan dari si bocah. Tapi, sudah terlanjur ia mengunjuk sikap pengecut, mau tarik pulang dan merubah sikapnya sudah tidak perlu, malah akan membuat Lo In lebih tidak memandang mata dan menghukum dirinya lebih berat. Memang benar dugaannya Jin Leng Tojin. sang suheng mengandung maksud tertentu ialah pura-pura merendah dan mohon pengampunan. Kalau sampai ia dapat kebebasan, belakang hari, ia akan mencari Lo In pula untuk membikin pembalasan. Kim Wan Thauto sementara itu sudah ada diantara mereka dan mendengar pembicaraan Lo In dengan kedua imam itu. Tiba-tiba ia berkata, "Adik In, biarlah kasih kelonggaran kepada dua imam itu tapi dengan syarat. ialah mereka harus bersumpah untuk tidak mendendam permusuhan dengan kau dan hidup selanjutnya harus dijalan yang betul. Kalau mereka berbuat jahat lagi dan bersikap bermusuhan dengan kau, pada waktu itu masih belum terlambat kau mengambil kepalanya." "Toako ?" Lo In menatap wajah si Thauto dengan heran. "Urusan ini ada sangat serius, bagaimana Toako dapat memutuskan dengan cara demikian mudah ?" "Adik In, kau lepas mereka, aku ada kabar baik untuk disampaikan padamu." sahut Kim Wan Thauto dengan muka bersenyum. Lo In tampak ragu-ragu. Meskipun demikian, ia tidak membantah perintah toakonya. Kabar baik apa yang akan disampaikan oleh toakonya itu " Sungguh ia kepingin dengar. Ia menduga bahwa Kim Wan Thauto sudah menemui Bwee Hiang. ini memang satu kabar baik, Mungkin sang toako sudah ketemu Eng Lian " ingin ia mengetahuinya. "Baiklah." kata Lo In . "Dengan memandang pada mukanya toakoku, maka aku dapat mengampuni kalian berdua. Toakoku barusan kata dengan syarat kau orang harus bersumpah tidak akan mendendam permusuhan pada ku dan hidup selanjutnya dijalan yang betul. Tidak usah bagiku banyak syarat, asal kalian hidup dalam jalan yang betul, selanjutnya aku juga sudah merasa senang. Dalam hal kalian selanjutnya masih mendendam permusuhan itu terserah. Aku juga tidak takut untuk menghadapinya. Nah, selamat tinggal " Lo In menutup kata-katanya sambil menggandeng Kim Wan Thauto berjalan keluar dari ruangan itu Belum berapa tindak mereka berlalu, terdengar siong Leng Tojin berseru kepadanya, "siaohiap. tunggu sebentar " Lo In dan Kim Wan Thauto merandeki Ketika siong Leng Tojin sudah datang dekat, ia berkata, "Mohon siaohiap suka capekan hati sedikit untuk menolong orang-orangku, untuk mana aku imam tidak berguna akan sangat berterima kasih sekali." siong Leng Tojin dan Jin Leng Tojin sebenarnya dapat membebaskan totokan, tapi hanya untuk dua tiga orang saja. Kalau mereka mesti bekerja menolong begitu banyak orang, mana dapat mereka lakukan " Mereka dua orang bekerja, sampai kapan dapat menolong orang-orangnya yang tertotok itu. Kalau umpamanya totokan Lo In seperti biasa yang gampang mereka buka, kalau nanti totokannya tidak mudah orang lain membukanya, apa itu bukan membikin orang jadi kapiran " Maka, dengan tebalkan muka siong Leng Tojin, minta Lo In tolong membebaskannya. "Totokan biasa. Totiang juga tentu gampang membebaskannya." sahut Lo In merendah. "Tapi biarlah aku tolong " seraya si bocah datang menghampiri orang-orang cit-seng-pay yang rebah malang melintang tak dapat menggerakkan badannya. Tampak Lo In , bocah sakti kita mengebas-ngebaska lengan bajunya ke arah orang-orang yang menggeletak malang melintang itu Suatu angin halus berkesiur dingin menyentuh tiap-tiapjalan darah pembuka totokan. Dalam tempo sebentaran saja semua orang itu sudah pada bergerak dan bangkit berdiri, bebas dari totokan. siong Leng dan Jin Leng Tojin sangat kagum akan kepandaiannya si bocah, suatu kepandaian yang tak dapat dimiliki oleh jago silat yang mana juga, cuma hanya mengebas-ngebaskan lengan bajunya telah dapat membuka totokan orang demikian banyaknya. saking kagum, tanpa merasa lagi siong Leng Tojin berseru, "semua orang kasih hormat, mengucap terima kasih atas pertolongan siaohiap" seruan mana ditaati dengan serentak hingga dalam ruangan itu berkumandang orang mengucapkan terima kasih seraya badanya ada yang membungkuki ada yang hanya manggut-manggut saja, ada yang bersoja beberapa kali ke arah Lo In . Lo In terharu dan ia membalas hormat dari orangorang cit-seng-pay. siong Leng dan Jin Leng Tojin cepat mendekati si bocah dan mengundang supaya Lo In dan Kim Wan Thauto suka tinggal beberapa lama lagi dalam perkumpulan itu. Mereka ingin mengucapkan terima kasih dan menghaturkan selamat jalan dengan mengadakan sedikit perjamuan sederhana. Lo In dengan halus menolak tapi Kim Wan Thauto telah menerima baik dan membujuk adik In-nya supaya buang tempo sedikit untuk mengikat persahabatan dengan kedua Totiang dari Citsengpay itu. Akhirnya Lo In terpaksa menurut hingga kedua pemimpin dari Cit-seng-pay itu merasa sangat gembira. Lekasjuga Jin Leng Tojin telah memerintahkan pada orang-orangnya untuk menyiapkan satu meja perjamuan di taman bunga. siong Leng Tojin memimpin Lo In dan Kim wan Thauto berjalan ke taman bunga, dimana mereka duduk beristirahat sambil menanti disiapkannya barang hidangan. siong Leng To jin dan Jin Leng Tojin berkenalan dengan Kim wan Thauto. Masing-masing pada mengucapkan pujian dan merendahkan diri hingga suasana menjadi sangat gembira. Dari lawan telah berubah menjadi kawan dalam tempo singkat itu, jarang terjadi. Hal ini Kim Wan Thauto nyatakan pada siong Leng Tojin. sambil bersenyum ramah, ketua dari Cit-seng-pay menjawab, " Itulah jodoh, tanpa bertempur, mana kita dapat berkumpul. Ha ha ha...." Melihat gerak gerik siong Leng Tojin demikian baik dan ramah, Lo In sangsi bahwa imam itu jahat. Ia menatap ke Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo wajahnya Kim Wan Thauto seperti minta keterangan, akan tetapi Kim Wan Thauto bersenyum-senyum saja. Melihat toakonya demikian tenang, Lo In tidak takut ia dipersulit oleh si imam. Maka ia pun telah unjuk roman gembira. Halnya Liok sinshe dalam pertemuan itu tidak disinggungsinggung, sebaliknya siong Leng Tojin telah menanyakan lebih jauh soal kematiannya Lim Kek Ciang dan kawan-kawannya dan halnya gua maut. Lo In tidak keberatan mengulang ceritanya dan menceritakan sedikit halnya gua maut yang menyeramkan, banyak telah meminta korban jiwa sampai jauh jaraknya dua tombak dari mulut gua. Tapi halnya bahwa ia yang berhasil masuk ke dalam gua maut itu, tidak diberitahukan kepada si imam, begitu pun tentang pertempuran ia dengan orang-orang dari sia uw-lim-sie, Butongpay, Tong-teng Nao-eng dan lain-lainnya, sedikitpun Lo In tidak singgung-singgung dalam penuturannya. Meskipun begitu, tampak siong Leng dan Jin Leng Tojin sangat puas dengan ceritanya Lo In . Diam-diam bulu kuduknya mereka beridiri seram mendengar banyak mayat di depan gua maut sebagai korban dari hawa beracun. Ketika barang hidangan sudah diatur di meja, tiba-tiba Siong Leng Tojin menanya, "Siaohiap. kenapa kau sendiri tidak coba-coba memasuki gua maut itu " Rasanya dengan kepandaian siaohiap yang demikian tinggi dengan mudahnya gua itu dapat ditembusi." Lo In melengak dan agak gugup menjawabnya sebab ia tidak mengira si imam akan menanyakan hal dirinya tidak coba-coba masuk ke dalam gua. "Aku anak-anaki kurang pengalaman. Kalau aku coba-coba masuk sama juga aku mengantarka jiwa, sedang niatku belum kesampaian mencari ayah dan ibuku yang aku sangat rindukan." demikian Lo In memberi alasan yang dapat diterima siong Leng Tojin dan yang lain-lainnya ialah Jin Leng Tojin, dua saudaranya (yang ke-4 dan ke-7) serta beberapa orang kuat dari Cit-seng-pay. Perjamuan makan telah berjalan sangat menggembirakan. Ketika Lo In dan Kim Wan Thauto memohon diri, siong Leng Tojin memesan, "siaohiap dan Taysu jikalau kebetulan lewat di gubuk kami, tolong mampir sebentar untuk kita ngobrol mempererat tali persahabatan kita. sukalah kalian berjanji." "ooo, tentu, tentu." jawab Kim Wan Thauto yang mendahului Lo In . "Kami bersaudara tidak akan melupakan pada To-heng bersaudara dan saudara-saudara disini. Apabila kita kebetulan lewat tentu kita mampir, meskipun tidak lewat juga tentu sewaktu-waktu ada tempo yang senggang kita akan berkunjung kepada kalian disini. Akur ?" semua orang ketawa mendengar kata-katanya Kim Wan Thauto yang Jenaka. setelah mereka berpisah, sembari jalan Lo In menggandeng lengan Kim Wan Thauto. Tampak si bocah wajah hitam mukanya berseri-seri kegirangan telah berjumpa pula dengan toakonya. Ia menanya, "Toako, selama ini kau dimana saja " Kau bikin adikmu kebingungan mencarimu. Apa toako sudah berhasil menemui enci Hiang ?" Ditanya halnya Bwee Hiang, Kim Wan Thauto kerutkan alisnya. "Adik Hiang, entah dimana adanya dia sebab aku sudah mencarinya masih juga belum berhasil menemuinya." sahut Kim Wan Thauto. "Eh, dimana Eng Lian " Aku tidak melihat ada bersamamu ?" balik menanya Kim Wan Thauto. Lo In berduka hatinya ditanya halnya Eng Lian. "Aku justru sedang mencari dia, toako Kami berpisah ketika kami sedang belajar naik kuda dipegunungan." Kim Wan Thauto melengak heran. "Kau belum lama dapat berkumpul dengan enci Lianmu, sekarang sudah kembali berpisahan, sungguh tidak enak sekali. Bagaimana sih kejadiannya " Masa karena naik kuda saja sampai berpisahan ?" "Aku juga tidak mengira kami akan berpisahan. Toako tahu sendiri watakku yang ugal-ugalan dan suka menggodai kawan. Tatkala itu aku mau menggodai enci Lian dan telah meninggalkan jauh-jauh. Aku kegirangan enci Lian tidak dapat menyusul aku, tapi belakangan aku menyesal karena perbuatanku menjadi berpisahan dengan dia. Tapi, eh, toako, bukan begitu saja halnya. Masih ada sebab lain." "Sebab lainnya bagaimana ?" tanya Kim Wan Thauto kepingin tahu. Lo In tidak menjawab tapi ia hanya celingukan sebentar seperti kuatir didengar orang apa yang ia akan bicarakan kepada toakonya. Kim Wan Thauto mengerti maksud si bocah. "Adik In, mari kita mampir dalam rumah makan agar kita dapat leluasa bicara." Kim Wan Thauto mengajak si bocah. Dalam usia meningkat 17 tahun, Lo In tampak lebih jangkung dan langsing, masih dapat meninggi lagi perawakannya apabila usianya nanti memasuki 18 tahun. Kalau saja wajahnya tidak hitam legam gara-gara obatnya Ang Hoa Lobo, pasti wajahnya akan sangat cakap sekali. Namun meskipun hitam kayak pantat kuali, Lo In populer diantara wanita teman-temannya seperti Bwee Hiang, Eng Lian dan Leng siong. Malah hampir-hampir si bocah sakti kejeblos dalam perangkap si cantik sian Tin dengan gayanya yang menggairahkan. syukur si bocah tebal imannya, yang semestinya ia kejeblos dalam perangkap asmara yang dipasang sian Tin, ia telah membikin si cantik insyaf dan hidup akur dengan suaminya The Koan Beng. setelah berada dalam sebuah rumah makan, dimana Kim Wan Thauto sengaja pilih tempat yang jauh dari pada tamutamu lainnya, ia minta Lo In menuturkan kisahnya sejak berpisah dengannya. Lo In lantas saja mendongeng, cara bagaimana ia berpisahan dengan Eng Lian dan masuk dalam gua maut untuk mempelajari It-sin-keng dan menjadi muridnya Kong In sianjin dari gua maut tersebut. Bagaimana ia dicegat oleh berbagai-bagai jago dalam rimba persilatan ketika keluar dari gua, bertempur dengan orang-orang dari Ngo-tok-kauw dan menendang mati Coa Keng dan bikin melayang jiwanya siauw Cu Leng tanpa disengaja, kemudian mengunjugi citsengpay untuk melaporkan kematiannya Lim Ke k Ciang kepada ketua Cit-seng-pay, yang ia tidak duga kalau ketuanya bukan lain daripada siong Leng Tojin musuhnya Liok sinshe. Lo In menutur dengan rapi sekali dan jenaka gayanya sehingga Kim Wan Thauto tidak memotong pembicaraannya. Hanya yang Lo In tidak ceritakan adalah kisah roman sian Tin yang hendak menjebloskan dirinya ke dalam jurang asmara. Ia malu untuk menceritakan kepada toakonya. Pikirnya, pasti ia akan ditertawakan sang kakak. setelah Lo In menutur, tampak Kim Wan Thauto manggutmanggut kemudian menghela napas. Lo In heran toakonya menghela napas. Ia menanya, "Toako, apa ada apa-apa yang tidak baik dalam perjalananku?" "semua baik." sahut Kim Wan Thauto. "Dua orang yang mati ditanganmu juga, ialah Coa Keng dan Toan Bie Lomo siauw Cu Leng bukan dengan sengaja kau membunuhnya. Taruh kata kau sengaja, juga tidak ada orang yang akan menyalahkan kau karena dosa mereka sudah luber dari takaran Pantas mereka menemukan ajalnya sebab dengan lama-lama hidup di dunia juga orang-orang macam mereka itu hanya menambahkan banyak dosa saja, sebaliknya dari berbuat kebaikan untuk sesamanya." " Habis, toako barusan menghela napas beberapa kali, apa yang kaupikirkan?" "Aku memikirkan kau, adik In. Gara-gara It-sin-keng selanjutnya kau akan menemukan banyak kepusingan karena jago-jago dari berbagai partai terutama siauw-lim -sie, mana mau mengerti bahwa dalam dirimu tidak tersimpan buku mujizat itu." Lo In ketawa nyengir. ia tidak takut menghadapi pertempuran dengan siapa juga, hanya kata-kata Kim Wan Thauto ia bakal menemukan kepusingan gara-gara It-sin-keng membuat ia ragu-ragu karena ia ingin ketentraman dalam hidupnya. Namun apa mau dikata kalau karena gara-gara Itsinkeng ia harus menemui kepusingan. ia menghibur toakonya, "Toako, kau jangan pikirkan diriku. Kalau memang aku mesti mati muda karena gara-gara It-sin-keng apa boleh buat, kita manusia toh tidak bisa menolak maunya takdir. Hanya sayangnya aku belum dapat menemui ayah dan ibuku yang menurut toako masih ada dalam dunia ini." Kim Wan Thauto terkejut mendengar perkataan Lo In paling belakang. Tampak ia menatap wajahnya Lo In sejenak, kemudian dengan bersenyum ia kata, "Adik In, kau jangan berduka. Aku percaya bahwa tidak lama lagi akan kau akan menemukan kejadian yang menggembirakan." "Apa aku bakal ketemu dengan ayah dan ibuku ?" " Kemungkinan besar demikian. Hanya entahlah kapan." "Toako, kaujangan bikin aku kegirangan tanpa alasan." "Lihatlah nanti. Aku tak dapat memastikan kapan tapi aku yakin kau segera akan berjumpa dengan orang-orang yang paling dekat padamu." "Dari mana toako dapat keyakinan itu " Ah, toako, kau hanya berkelakar saja." Kim Wan Thauto bersenyum. Ia simpangkan pembicaraan ke lain urusan hingga Lo In tidak menanya lebih jauh hal orang tuanya yang bakal dijumpai tidak lama lagi. Itu memang sifatnya si bocah. Asal pembicaraan sudah berganti arah, lantas ia melupakan apa yang ia bicarakan barusan. Kim Wan Thauto menanya, "Adik In, kau sekarang hendak kemana ?" "Aku hendak mencari enci Lian dan enci Hiang." sahut Lo In . "setelah itu baru aku akan pergi ke Coa- kok untuk mengambil pulang enci Leng siong." "Kalau begitu, tak usah kita jalan sama-sama. Kita berpencar saja untuk masing-masing mencarinya. Bagaimana adik In pikir?" "Bagus, jalan itu memang paling bagus. Hanya dimana kita nanti dapat bertemu lagi " Dimisalkan toako sudah menemui enci Hiang dan aku menemui enci Eng Lian, lantas dimana kita bisa berjumpa untuk berkumpul ?" "Bagaimana kalau kita tetapkan di suyangtin di rumahnya Teng Hauw atau rumahnya Leng siong sebagai tempat berkumpul kita ?" "Bagus, aku setuju." sahut Lo In . "Tapi berapa lama temponya ?" "satu bulan. Kita menemukan orang yang dicari atau belum, dalam tempo satu bulan kita ketemu disana. Kalau dapat menemui Bwee Hiang dan Eng Lian sekaligus memang itu yang diharap. sebaliknya kalau dalam tempo itu masingmasing belum menemukannya, harus kita berkumpul disana untuk berdamai bagaimana baiknya." Lo In setuju dengan pikirannya sang toako "Adik In." kata Kim Wan Thauto ketika mereka mau berpisahan. "Kepandaianmu sekarang makin hebat saja, susah diukur, tidak sembarang orang dapat menyulitkan kau. Namun, kau jangan terlalu mengandalkan kepandaianmu yang tinggi. Kau harus juga menggunakan otak untuk berpikir menjaga diri. Pribahasa mengatakan, 'Musuh yang kelihatan kita bisa jaga tapi yang sembunyi mana kita dapat menjaganya'. Dalam dunia kangouw bukan sedikit orang licik dan kejam. Maka aku pesan supaya kau dapat menjaga diri, jangan sampai kena dibokong orang. Perjalananmu kesananya, seperti aku sudah katakan, akan menemukan banyak rintangan karena garagara It-sin-keng. orang tidak percaya kau tidak menyimpan kitab mujizat itu. Maka untuk membuat mereka jadi percaya kau harus mencari daya bagaimana baiknya." "Terima kasih atas nasehatmu, toako." sahut Lo In ketawa nyengir. "sepak terjangku selanjutnya aku akan mentaati pesan toako." Kim Wan Thauto tertawa terbahak-bahak. Lalu kedua saudara itu saling rangkul sebagai tanda selamat berpisahan. Mari kita ikuti perjalanan Lo In . Setelah berpisah dengan Kim Wan Thauto, si bocah wajah hitam juga bingung kemana ia harus ayunkan kakinya untuk mencari dua encinya. Ia harap akan menemui Eng Lian dulu, ia percaya si nona tentu masih berada tidak jauh dari tempat pegunungan mereka berpisahan. Ia tahu wataknya Eng Lian yang tidak gampang-gampang putus asa untuk mencari dirinya. Dari sebab itu, maka Lo In balik lagi dengan maksud mencari si nona disekitar pegunungan tersebut. Sedang enaknya ia mengayun kaki, tiba-tiba ia dengar ada suara bentrokan senjata, seperti ada orang yang bertempur. Dari bunyinya bentrokan itu, Lo In duga bukan sedikit orang yang tengah bertempur itu Ketika ia selidiki ternyata pertempuran itu telah terjadi pada sebuah lapangan di bawah sebuah bukit. Ia melihat ada dua kakek yang tengah dikeroyok oleh 10 orang yang usianya di bawah 50 tahun. semuanya tegap dan kokoh perawakannya. Lo In datang lebih dekat. Ternyata yang mengeroyok itu dikepalai oleh seorang yang pakai ikat kepala warna kuning, sedang teman-temannya mengenakan ikat kepala hitam. Lo In kenali orang yang pakai ikat kepala warna kuning itu ada Teng Hui, salah satu Tianglo dari Ngo-tok-kauw. Ia heran kenapa Teng Hui dan kawan-kawannya mengeroyok dua kakek yang sudah lanjut usianya itu. Meskipun dikeroyok banyak orang, dua kakek itu sangat kosen. sedikitpun tidak terdesak kelihatannya. Berkelahinya mereka sangat mantap. malah terdengar angin pukulannya yang menderu- deru hingga debu dan batu kerikil pada beterbangan kena disapu angin pukulannya. Malah ada beberapa pohon yang tumbang, tidak tahan menerima angin Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pukulan dua kakek kosen itu. siapa sepasang kakek itu " Demikian gagah mereka itu sehingga 10 orang pengeroyoknya tampak tidak berani dekatdekat. Lincah sekali gerakan mereka untuk melayani 10 orang dari Ngo-tok-kauw yang kepandaiannya tidak rendah. Tiba-tiba Lo In dengar Teng Hui berkata, " Kalian berdua belum lama mendapat kemurahan hati Kauwcu diangkat menjadi Tianglo (sesepuh). Apa masih belum puas sekarang kalian mau menganiaya Kauwcu yang sedang terluka berat dan memeras say-cu-leng, tanda kekuasaannya seorang Kauwcu " Kalau kalian tidak lekas menyerah untuk menerima hukuman, jangan sesalkan kami orang akan menyulitkan yang sudah lanjut usia " "Ha ha " satu diantara dua kakek itu ketawa. "Aku dua orang she sim, masuk Ngo-tok-kauw memang bermaksud merampas kedudukan Kauwcu. Kalau kalian tidak lekas undurkan diri dan biarkan kami berurusan dengan Tonghong Kim Kauwcu. Jangan sesalkan kami dua orang tua akan berlaku kejam kepada kalian Lekas kalian mundur Masih ada tempat dalam Ngo-tok-kauw apabila kami nanti sudah duduk menjadi pemimpin disana " Teng Hui bukan main marahnya mendengar perkataan kakek she sim itu. "Dua kakek bangkotan " bentak Teng Hui. "Kalian jangan bermimpi untuk merampas kedudukan Kauwcu selagi kalian menghadapi kematian konyol diambang pintu Kalau tidak lekas kalian menyerah, hm Tahu sendiri, hukuman apa yang kalian akan dapatkan " "Kalian bukan tandingan kami si orang she sim. Maka aku mau kasih jalan hidup kau tidak mau. Biarlah kami akan berlaku tidak sungkan-sungkan lagi pada kalian " kata pula si kakek she sim yang barusan membuka mulut. "saudara-saudara, maju semua dan tangkap dua kakek tidak tahu diri ini " teriak Teng Hui kepada kawan-kawannya yang sejenak telah menghentikan serangan-serangannya waktu si kakek dan Teng Hui tarik urat. orang-orang Ngo-tokkauw memang sangat telengas. Kalau mengeroyok lawan tak ada ampun. Kalau tidak sampai dekat mati lawannya dihajar, mereka belum puas. Tampak mereka bergerak dengan serentak menyerang sepasang kakek itu dengan telengas. Lo In mula-mula merasa kasihan pada sepasang kakek itu. Tapi sekarang setelah mendengar perkataan Teng Hui, ia urungkan maksudnya hendak melerai pertempuran itu. Diam-diam ia menonton bagaimana kesudahannya nanti. Ia dengar tadi Teng Hui sebut-sebut Kauwcu Tonghong Kin. Dimana adanya dia sekarang " Matanya yang tajam memandang ke sekitar tempat pertempuran. Ia lihat dibawah sebuah pohon rebah sesosok tubuh. Ia menduga tentu tubuhnya Tonghong Kauwcu. Lo In heran orang itu tidak berkutik, mungkin sudah kena ditotok. Kembali matanya memandang pada pertempuran. Ternyata pertempuran berjalan dengan sangat seru, dua lawan sepuluh. Meskipun demikian, kelihatannya sepasang kakek itu tidak menunjukkan roman jeri, malah sambi ketawa-ketawa mereka melayani serangan-serangan sepuluh orang Ngo-tok-kauw itu dengan seenaknya saja. Dari gerak geriknya dua kakek itu, Lo In menduga bahwa kekalahan akan diderita oleh 10 orang yang mengeroyoknya. Kepandaian sepasang kakek itu lebih tinggi dari mereka. Dugaan Lo In tidak meleset sebab dilain detik tampak satu demi satu dapat dirobohkan oleh dua kakek itu. Paling belakang dua kakek itu berhadapan dengan Teng Hui yang berdiri dengan mata terbelalak melihat kawan-kawannya yang pada roboh saling susul. "Kau masih belum mau menyerah ?" bentak si kakek yang lebih tua. "sim Liang dan sim Leng, kalian jangan terlalu menghina " sahut Teng Hui gagah. "Aku orang she Teng pantang menyerah kalau belum tubuhku hancur jadi debu " "Kau pandai juga membuka mulut besar ya " bentak sim Liang seraya melancarkan serangan dahsyat hingga Teng Hui terpelanting beberapa langkah jauhnya. Teng Hui roboh dengan memegangi dadanya. Ia rasakan dadanya seperti bergolak dan mau meledak kena pukulan sim Liang barusan. "Hehehe " sim Liang ketawa. "Baru rasakan lihainya si orang she sim. Namun, masih terbuka kesempatan untuk kau rubah pikiranmu dan sekarang berpihak pada kami " Teng Hui tak menjawab, ia hanya mendengus. "Toako, mampusi saja sudah " kata sim Leng, adiknya si kakek yang bernama sim Liang. "Jangan. Dia setia pada Kauwcunya. Kalau kita bisa dapatkan dia sebagai bawahan kita, ada sangat baik kalau kita nanti berhasil merampas kedudukan Kauwcu " berkata saudaranya. " Kalian mau membikin aku takluk " Hm Tunggu kalau matahari sudah silam ke timur, barulah si orang she Teng dapat ditakluki oleh kalian " Mendengar demikian sombongnya perkatan Teng Hui, sim Leng yang sudah hilang sabarnya telah menghunus pedangnya dan menghampiri Teng Hui yang sudah tidak berdaya. "Kau mau membunuh aku " Bagus, dengan begitu aku tak usah menderita hinaan dari kalian orang-orang yang jahat dan tak tahu terima kasih " berkata Teng Hui. Mendengar perkataan Teng Hui, Sim Liang sadar bahwa perbuatan membunuh Teng Hui tak ada faedahnya. Yang penting menakluki si orang she yang bernyali besar itu, oleh sebab itu ketika pedang sim Leng mau ditebaskan pada batang leher orang, sim Liang berteriak, "Tahan jangan binasakan dia sebab kematiannya terlalu enak tanpa menderita hukuman lagi. Sekarang sute ikat saja kencang-kencang pada satu pohon. setelah itu disekitarnya gunduki dengan rumput alang-alang yang kering dan membakarnya. Aku mau lihat dia akan takluk atau tidak kepada kita " "Bagus, ini satu pikiran baik." sahut Sim Leng dan ia pun lantas bekerja menelikung Teng Hui jadi satu dengan sebatang p^hon. setelah itu ia lalu mengumpulkan rumput alang-alang dan ditumpuknya disekitar Teng Hui kemudian membakarnya. Asap rumput telah bergulung-gulung menutupi pemandangan Teng Hui, sementara itu hawa panas juga makin lama dirasakan makin menakutkan. Kedua matanya mulai perih dan Teng Hui tak dapat menggunakan tangannya untuk mengucek-ngucek. Bukan main ia rasakan engap dan pernapasannya seperti macet, sementara api yang berkobarkobar mulai menyambar pakaiannya. Teng Hui berkaok-kaok ketakutan, tapi ia benar-benar bandel. Tak terdengar ia mengeluh minta ampun. sebaliknya ia memaki habis-habisan pada kedua saudara shesim itu. "Toako" kata sim Leng. "Mampusi saja orang she Teng itu. Mulutnya sangat keterlaluan. Aku tak dapat mendengar ia memaki dengan perkataan-perkataan kotor " "Jangan " sim Liang menahan adiknya yang bernapsu hendak membunuh Teng Hui. "Biarkan saja, kalau dia belum mau takluki tak usah kita membunuhnya. Dengan api membakar dirinya sudah cukup akan membikin jiwanya melayang dengan sangat menderita. Hahaha " "Hahaha " tiba-tiba terdengar seperti suara membalik dari tertawanya sim Liang. Mereka jadi sangat kaget. Lebih kaget pula ketika nampak api yang berkobar-kobar besar yang mulai membakar pakaiannya Tengh Hui dengan mendadak sudah menjadi padam sendirinya. Teng Hui dalam pada itu sudah separuh pingsan. Ia terkejut tatkala melihat api yang berkobar-kobar dan mulai membakar bajunya telah padam dengan mendadak. Ia buka kedua matanya yang perih. Bukan main girangnya Teng Hui tatkala melihat tidak-jauh darinya berdiri Lo In tengah tertawa ke arahnya. "Hek-bin sin-tong........." ia berkata dengan suara parau tapijelas kegirangan. Ia tahu bahwa api yang berkobar-kobar tadi telah padam mendadak adalah gara-gara kebasan lengan baju si bocah sakti yang menolong dirinya. sementara Teng Hui dalam kegirangan yang meluap- lupa, sebaliknya dua kakek she sim itu dengan mata melotot mengawasi pada jago cilik kita. Mereka tidak mendengar perkataan 'Hek-bin sin-tong' yang meluncur dari mulutnya Teng Hui tadi. sim Leng mendahului kakaknya membentak, "Bocah hitam, sejak kapan kau makan nyalinya harimau. Berani-berani usilan dalam urusan kami Hek-liong-tong sam-lo ?" Lo In ketawa nyengir, ia menyahut, "saban hari aku makan nyalinya harimau. Malah nyalinya singa juga aku makan setiap tiga hari sekali. Hahaha......" Dua kakek itu mendelu hatinya mendengar Lo In mempermainkan dirinya. Mereka itu belum pernah menemukan orang yang kurang ajar terhadap dirinya, apalagi kata-kata si bocah yang berlebihan, hampir meledak perut mereka saking menahan gusarnya. Tapi mereka masih dapat menahan hawa amarahnya oleh sebab mereka tahu si bocah tentu bukan sembarang bocah melihat dengan satu kebasan lengan baju saja, api yang berkobar-kobar tadi dapat dibikin padam. "Anak kecil." sim Liang seberapa bisa bersabar. "Kita tidak pernah berurusan satu dengan lain. Kenapa kau usilan dalam urusan kami sekarang " Apa sangkutannya denganmu ?" "Siapa bilang tidak ada sangkutannya ?" sahut Lo In . "Tonghong Kauwcu adalah pamanku. Kalau paman dalam kesusahan, bagaimana sapat sang keponakan tinggal diam saja ?" Dua kakek itu tercengang heran. Belum pernah ia mendengar Kauwcunya ada mengatakan mempunyai keponakan bocah hitam ini, apakah si bocah hanya main-main saja " "Anak kecil." kata pula sim Liang. "Ini adalah urusan orang tua dengan orang tua. sebaiknya kau anak keciljangan turut campur sebab kepalan tidak ada matanya, salah-salah bisa nyasar dan celakalah dirimu " Dengan berkata demikian sim Liang pikir nyalinya si bocah ciut tapi ternyata dugaannya keliru sebab si bocah dari pada takut malah ketawa berkakakan. "Kau ketawakan apa, bocah hitam ?" tegur sim Liang yang berangasan adatnya. "Aku tertawakan perkataan si kakek barusan." sahut Lo In kontan. "Aku si bocah sudah biasa berkenalan dengan kepalan, bagaimana dikatakan aku bisa celaka oleh karenanya " Ini kan perkataan yang sangat menggelikan hati ?" sim Leng sudah sangat gusar. sedang sim Liang yang coba bersabar tak dapat mengendalikan kesabarannya mendengar perkataan Lo In yang berlebihan. Maka ketika sim Leng menatapnya, ia mengedipkan matanya tanda setuju dilakukan penyerangan pada Lo In . Lo In belagak pilon mereka bermain mata. sim Leng menggunakan jurus 'ki-eng-pok-tou' (burung elang lapar menyambar kelinci). serangannya mencengkeram dada, maksudnya dengan sekali cengkeram si bocah akan tidak berdaya. Di lain pihak sim Liang membarengi serangan saudara mudanya dengan gerakan 'Beng-hou-cut-tong' (Macan liar keluar dari gua). serangannya mengarah pada iga Lo In sebab ia menyerang dari samping. pikirnya, dengan sekali remas, tulang iga si bocah akan patah beberapa biji dan ia tidak dapat bergerak pula. Maksud dan tujuan serangan mereka memang sudah diperhitungkan dan cukup ganas kalau mangsanya tak dapat meluputkan diri Mereka tidak mengira bahwa mereka berhadapan dengan si bocah sakti yang sekali tubuhnya berputar sudah menghilang dari depannya. Entah bagaimana Lo In bergerak, mereka rasakan matanya seperti kabur. Tahutahu belakang mereka ditepuk perlahan hingga bukan main kagetnya dan dengan cepat memutar tubuhnya dan melancarkan serangan hebat. Tepukan Lo In dari belakang hanya tepukan biasa, tidak menggunakan lwekang. Kalau menggunakan tenaga dalam, terang kedua kakek itu sudah berantakan tulang-tulangnya dan mati seketika itu juga. Lo In hanya kasih peringatan agar si kakek menyerah. Namun peringatan Lo In bukannya diterima baik, malah dengan sangat penasaran mereka melancarkan serangan-serangan dahsyat. Mereka mengira dengan serangan-serangan hebatnya itu dengan disertai lwekang yang tinggi akan membuat si bocah mati konyol. Tapi herannya semua serangannya hanya menemukan sasaran kosong belaka. Dari sangat gusar dan bernapsu membunuhi perlahanlahan kedua kakek itu menjadi jeri. Badannya sudah bermandikan peluh lantaran telah menggunakan tenaga yang berlebihan tanpa menemui sasarannya seakan-akan mereka berlatih tiada ada faedahnya mengerahnya tenaga dalamnya yang maha dahsyat. Mereka kewalahan menghadapi kegesitan Lo In . Dalam kewalahan dan bingung, sim Liang tiba-tiba serukan adiknya supaya berhenti bergerak. Mereka berdiri terpaku di tempatnya, lalu Sim Liang berkata, "Anak kecil, kau bisanya hanya menggunakan kegesitan badan. Tidak berani membentur tangan kami untuk berkelahi secara laki-laki. Coba kau berania menyambut pukulan kami, pasti akan hancurlah badanmu tanpa ampun lagi " Lo In sengaja melayai dua kakek itu dengan kegesitannya tanpa ia balas menyerang dan membuat susah mereka. Lo In ingin menakluki mereka dengan tidak usah menimbulkan bentrokan tangan. Tidak tahunya kedua kakek itu tidak tahu Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo diri, malah menantang ia untuk mengadu tangan buat menetapkan siapa unggul. "Baiklah "sahut Lo In yang seketika itu menampilkan dirinya di depan kedua kakek itu yang sedang mencari-cari dirinya ada dimana. Girang hatinya mereka bahwa pancingannya sudah memakan. pikirnya dengan mengadu kekuatan terang mereka akan unggul dimana- mana. Mereka percaya akan lwekangnya yang sangat sempurna .Jago Kangouw yang kawakan, semuanya jatuh kalau mengadu lwekang dengannya. Apalagi satu bocah yang bau pupuknya saja masih belum hilang, mana dapat menahan tenaga dalam mereka yang dahsyat. "Bagus, kau adalah anak yang begini " puji sim Liang seraya acungkan jempolnya. "Tak usah memuji muluk-muluk. sekarang kita mengadu tangan caranya bagaimana " Apa satu demi satu maju atau kalian maju sekaligus melawan aku si bocah ?" tanya Lo In . Kembali dua kakek itu mesti mengalami ejekan Lo In . Dalam hati masing-masing gemas dan berjanji akan melampiaskan kegemasannya dengan membunuh si anak kecil. "Anak bau " bentak sim Leng yang jadi sangat gusar mendengar perkataan Lo In yang sombong. "Asal kau dapat menyambuti tiga kali seranganku tanpa kau menghilang mengandalkan kegesitanmu, aku sim Leng akan berlutut didepanmu mengaku takluk " "Bagus " sahut Lo In seraya ketawa haha hihi. "Dan kau, bagaimana ?" ia menanya pada sim Liang yang tercengang mendengar perkataan adiknya itu kalau ia berhasil merobohkan si anak kecil, kalau tidak dalam tiga serangannya itu, bagaimana nanti adiknya berlutut menyatakan takluk didepannya satu anak kecil yang pantas menjadi cucunya " Tempat ia gelagapanjuga ditanya oleh Lo In . Akhirnya ia menyahut, "Aku tidak berjanji demikian, kalau kau tahan dengan tiga kali seranganku." "Baiklah." sahut Lo In . "Mari kita mulai " sim Leng tampak sudah berhadapan dengan Lo In yang tenang-tenang saja tidak memasang kuda-kuda segala yang umumnya biasa digunakan dalam menghadapi pertempuran. "Kau sudah siap ?" tanya sim Leng, suaranya sangat gemas. "Kau boleh mulai, kakek manis " Lo In menggodai hingga si kakek melotot matanya. sim Leng mengerahkan lwekangnya yang maha dahsyat, dengan teleng as ia menyerang ke arah dada lawan. Lo In Hartanya Penghianat 1 Pendekar Mata Keranjang 14 Dayang Naga Puspa Perserikatan Setan 2

Cari Blog Ini