Ceritasilat Novel Online

Dendam Sejagad 6

Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung Bagian 6 membentak keras dengan suara menggeledek: "Lihat seranganku yang kedua!" Mendadak sepasang telapak tangannya direntangkan ke samping, kesepuluh jari tangannya yang berapi-api segera disentil dan digetarkan, segulung tenaga pukulan yang dahsyat bagaikan amukan gelombang dahsyat di tengah samudra sekali lagi menghantam tubuh Ku See-hong. Namun pukulan dahsyat itu bukan serangan yang mematikan, sebab serangan inti yang sesungguhnya terletak pada kesepuluh jalur desingan angin dingin yang berada di balik gulungan angin puyuh tersebut. Cahaya merah yang berapi segera terpancar keluar dari balik mata Ku See-hong, sambil membentak keras, dengan menahan gejolak hawa darah yang menggelora dalam dadanya, ia salurkan 297 tenaga murni itu ke dalam telapak tangan. Setelah itu sepasang tangannya didorong bersama ke depan. Segulung angin pukulan yang tak kalah dahsyatnya dengan cepat menggulung pula ke depan. Dalam jurus serangannya kali ini Ku See-hong telah menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya, tak terlukiskan kedahsyatannya. "Blaaamm...!" di tengah ledakan keras yang memekikkan telinga, dua gulung hawa murni itu saling bertumbukan satu sama lainnya, desingan angin berpusing segera memancar ke empat penjuru. Di tengah desingan angin tajam itulah... terdengar Ku See-hong mendengus dingin, kepalanya terasa pusing tujuh keliling, hawa darah di dalam rongga dadanya bergolak keras, kakinya menjadi gemetar dan secara beruntun ia mundur sejauh tujuh delapan langkah lebih. Tubuhnya gontai dan wajahnya memucat, tak tahan lagi dia muntah darah berulang kali. Han-thian it-kiam Cia Cu-kim benar-benar merasa terperanjat sekali, di dalam serangan yang terakhir dilancarkan itu, dia telah sertakan tenaganya sebesar tujuh bagian... bahkan diam-diam ia sertakan pula satu jurus serangan yang mematikan, tapi alhasil dia gagal membinasakan si anak muda itu. Menghadapi kenyataan tersebut, timbul niat jahat dalam hatinya, ia bersumpah hendak membunuh Ku See-hong dengan cara apapun juga. Sebab, dengan usianya yang begitu muda pun dia telah memiliki kesempurnaan tenaga dalam yang begitu sempurna bila pada malam ini ia sampai kabur dalam keadaan hidup, tak sampai beberapa tahun kemudian sudah pasti pemuda itu akan menjadi seorang musuh yang mengerikan.... Bila sampai begitu maka citacitanya untuk menguasai seluruh dunia persilatan pasti akan menjumpai tantangan. 298 Han-thian it-kiam Cia Cu-kim tertawa licik, kemudian bentaknya keras-keras: "Lihatlah seranganku yang ketiga... Hun-huan kiu-gi!" Kali ini dia telah menghimpun tenaga dalamnya sebesar sembilan bagian... tiba-tiba sepasang telapak tangannya didorong ke muka sejajar dengan dada, gulungan angin pukulan yang dahsyat dan menyesakkan napas dengan cepat menyelimuti seluruh angkasa, di balik kesemuanya itu terselip pula kekuatan tersembunyi yang membetot sukma, langsung menggulung ke tubuh Ku See-hong. Ketika menyambut serangan musuh untuk kedua kalinya tadi, Ku See-hong telah merasakan isi perutnya menderita luka yang cukup parah, selain lengannya menjadi lemas, dia pun merasa kehabisan tenaga, padahal ia bisa berdiri tegak di sana pun tak lain karena kekerasan hatinya yang menunjang kesemuanya itu. Kini, ketika dilihatnya angin pukulan yang menderu-deru telah menggulung datang, sepasang telapak tangannya segera didorong ke depan dengan mengerahkan sisa kekuatan yang masih dimilikinya. Seketika itu juga terdengarlah suara deruan angin tajam yang memekikkan telinga berkumandang memenuhi angkasa.... Ku See-hong merasakan pandangan matanya menjadi gelap, seluruh tubuhnya terlempar sejauh empat kaki lebih dari tempat semula oleh segulung pukulan kekuatan yang maha dahsyat.... "Blaaamm...!" ketika badannya membentur tanah, pasir dan debu segera beterbangan memenuhi angkasa. Namun Ku See-hong sama sekali tidak digetarkan sampai pingsan, pelan-pelan dia mendongakkan kepalanya dengan wajah yang pucat, noda darah yang membasahi ujung bibirnya dan rambutnya yang awut-awutan tak karuan, membuat pemuda itu tampak mengerikan sekali. Ketika Han-thian it-kiam Cia Cu-kim menyaksikan Ku See-hong sama sekali tidak terbunuh oleh serangannya yang maha dahsyat 299 itu, diam-diam rasa kaget dan bergidik menyelimuti seluruh benaknya. Mendadak.... Sekulum senyuman licik yang buas dan menyeramkan tersungging di ujung bibir Han -thian it-kiam Cia Cu-kim. Tubuhnya bagaikan sesosok bayangan sukma selangkah demi selangkah pelan-pelan mendekati tubuh Ku See-hong.... Agaknya Ku See-hong telah mengerti apa yang bakal terjadi, sepasang matanya berubah menjadi merah membara seperti darah, itulah perasaan seram yang mencekam perasaannya menghadapi ancaman kematian yang telah muncul di depan mata. "Cia Cu-kim...!" teriaknya kemudian dengan suara parau, "Sebenarnya kau... kau... adalah manusia atau bii... binatang...?" Han-thian it-kiam Cia Cu-kim terkekeh dengan seramnya, ia menjengek sinis: "Bocah keparat she Ku, serahkan saja selembar jiwa anjingmu itu. Sekalipun kau telah menyambut tiga buah pukulanku, heeehh... heeehh... heeehh... tapi, untuk menghadapi seorang musuh besar yang mungkin akan mengancam keselamatan diriku, selamanya aku tak pernah memegang janji, sebab prinsipku, terhadap orang-orang yang berbahaya bagiku adalah tindakan yang makin keji merupakan tindakan yang paling baik." Waktu itu, Ku See-hong sudah merasakan jantungnya berdebar keras, peredaran darahnya kacau, sepasang matanya menjadi gelap, keempat anggota badannya lemas seperti tak berkekuatan lagi, tentu saja mustahil baginya untuk melakukan perlawanan. Tak terlukiskan rasa pedih yang mencekam perasaan ketika itu, lamat-lamat muncul jalur darah di dalam kelopak matanya, dia segera meraung keras, sekarang dia sudah tahu manusia yang hidup di dunia ini memang tiada yang bisa dipercaya.... Mendadak.... 300 Han-thian it-kiam Cia Cu-kim mengayunkan tangan kanannya ke depan, segulung desingan angin dingin segera berhembus lewat. Ku See-hong segera mendengus dingin, tubuhnya bergulingan tiga empat kali di atas tanah kemudian tergeletak kaku dan tak berkutik lagi. Han-thian it-kiam Cia Cu-kim kuatir kalau Ku See-hong belum putus napas... sekali lagi dia lepaskan sebuah pukulan dahsyat yang menggulung tubuh Ku See-hong sehingga terpental lagi sejauh empat kaki lebih dari posisi semula. Setelah itu dia baru mendongakkan kepala dan memperdengarkan suara pekikan nyaring yang menggidikkan hati.... Sambil membopong tubuh Si Pedang Emas Cia Tiong-giok, Hanthian it-kiam Cia Cu-kim segera melompat dan berlalu dari situ. Beberapa saat kemudian bayangan tubuhnya telah lenyap di balik kegelapan sana. Tak lama kemudian di sekeliling tempat itu telah pulih kembali dalam keheningan, sepi senyap, tak kedengaran sedikit suarapun. Angin masih berhembus kencang ombak pun menggulung dan saling berkejaran.... Ku See-hong tergeletak di atas tanah, ia nampak begitu mengenaskan dan memedihkan hati.... Benarkah ia telah tewas di ujung telapak tangan Han-thian itkiam C ia Cu-kim" Benar-benar kasihan sekali Ku See-hong yang hidup penuh penderitaan itu, tampaknya dia sudah berada di tepi jurang kematian. Dalam keadaan tak sadar tadi ia telah termakan oleh dua buah pukulan dahsyat dari Cia Cu-kim, hal mana membuat nadinya telah tergetar putus. Entah berapa saat sudah lewat, tiba-tiba Ku See-hong menggerakkan tubuhnya lagi... kemudian berpekik dengan suara yang mengenaskan. 301 "Haus... haus... aku minta air... air...." Tubuhnya gemetar keras sekali, dia ingin meronta bangun namun tiada tenaga yang mampu dikerahkan, akhirnya setelah mendengus tertahan, ia terkapar kembali di atas tanah dan tak berkutik, agaknya pemuda itu telah jatuh tak sadarkan diri lagi. Sesaat kemudian pelan-pelan ia mendusin kembali, sekali lagi dia berseru dengan suara parau: "Air... air... aku minta air...." Jawaban yang diperoleh hanya deruan angin tajam serta deburan ombak yang mengerikan. Pada saat ini kesadaran Ku See-hong hampir punah, apa yang diketahui olehnya hanya air, sekarang yang dibutuhkan dengan segera adalah air. Dengan napas tersengkal-sengkal dan wajah mengerikan seperti iblis dia berteriak terus dengan suara parau. Akhirnya dia menggerakkan tubuhnya. Seluruh jari tangannya dipentangkan lebar-lebar, kemudian dengan sepenuh tenaga berusaha untuk merangkak maju ke depan.... Sepanjang hidupnya, Ku See-hong memang selalu diliputi oleh kemisteriusan, setelah merangkak sekian lama dengan penuh penderitaan, tampaknya kesadaran yang semula hilang lambat laun menjadi sadar kembali. Kini dia merasa hausnya setengah mati, pemuda itu ingin mencari air untuk menghilangkan dahaganya. Dia tahu air laut tak boleh diminum, maka ia merangkak menuju ke arah sebuah bukit yang tak jauh letaknya dari tepi pantai. Lambat-laun kesadarannya semakin pulih kembali, dia merasa aliran hawa aneh yang berada dalam pusarnya kembali menyebar keluar. Walaupun peredaran darahnya yang membalik sudah jauh membaik, namun seluruh tulang belulangnya yang terkena pukulan terasa sakitnya bukan kepalang, seakan-akan satu demi satu telah rontok semua, selain daripada itu, dia pun merasa tubuhnya kepanasan seperti dibakar, hausnya sukar ditahan lagi. 302 Ternyata di dalam melancarkan kedua buah pukulannya yang terakhir tadi, Han-thian it-kiam Cia Cu-kim telah mengerahkan ilmu Tee-sat-ciang yang paling beracun untuk menghantam pemuda itu. Ilmu pukulan Tee-sat-ciang merupakan semacam ilmu pukulan beracun yang amat lihay sekali, sekalipun sulit untuk dipelajari, tapi asal bisa dikuasai maka kelihayannya bukan kepalang. Bagaimanapun lihaynya seorang jago, asal kena terserang oleh angin pukulannya itu sehingga hawa panas beracun menyerang ke badan, maka korban itu akan menderita lebih dahulu, sebelum akhirnya akan mati dalam keadaan yang mengenaskan. Han-thian it-kiam Cia Cu-kim amat takut terhadap Ku See-hong, terutama sekali beberapa macam kepandaian sakti yang dimilikinya. Dia kuatir anak muda itu tetap hidup di dunia ini hingga menyulitkan dirinya di kemudian hari, maka tadi secara beruntun dia lepaskan dua buah pukulan Tee-satciang yang beracun dengan maksud untuk membunuhnya. Siapa tahu Ku See-hong telah berhasil mempelajari ilmu Kan-kun mi-siu khi-kang yang amat dahsyat itu... tanpa disadarinya sebelum serangan itu tiba, banyak sudah pengaruh pukulan beracun itu dipunahkan oleh ilmunya tersebut, selain jantungnya dilindungi agar tidak tergetar putus. Coba kalau bukan lantaran begitu, sekalipun Ku See-hong memiliki sepuluh lembar nyawa pun akan tewas semua di tangan lawan. Pelan-pelan hawa darah dalam tubuh Ku See-hong berhasil dihimpun kembali, sekarang secara memaksakan diri dia sudah sanggup untuk berdiri. Setelah itu dengan sempoyongan berjalan ke depan. Lebih kurang seperminum teh kemudian, Ku See-hong telah tiba di bawah kaki bukit, saat inilah segulung angin gunung berhembus lewat... mendadak pemuda itu mengendus bau harum yang lamat-lamat terbawa pula bau amis darah. 303 Begitu mengendus bau harum yang sangat aneh itu, Ku Seehong segera merasakan hatinya bergetar keras, semangatnya segera berkobar kembali, satu ingatan dengan cepat melintas di dalam benaknya. Sambil menelusuri sebuah jalan kecil usus kambing, dengan mengerahkan tenaga yang paling besar, pemuda itu merangkak maju ke depan. Hasratnya yang besar untuk mencari hidup membuat dia harus menahan penderitaan dengan sekuat tenaga, menuju ke arah mana arahnya bau harum tadi, dia berjalan maju ke depan. Napasnya segera tersengkal-sengkal dan sepasang matanya berubah menjadi merah darah. Kembali seperempat jam sudah lewat, sekarang Ku See-hong telah tiba di bawah sebuah tebing karang yang curam dan menjulang tinggi ke angkasa. Ia mendongakkan kepalanya memperhatikan sekejap keadaan dari tebing curam itu. Tampak bukit tersebut menjulang ke angkasa, kaki bukit tersebut tidak begitu curam tapi dari punggung bukit ke atas, curamnya bukan kepalang tanggung. Bukit tersebut betul-betul curam dan tegak lurus, jangankan manusia, monyet serta burung pun sukar untuk melewatinya. Ku See-hong mengalihkan sinar matanya memperhatikan sebuah tonjolan bukit karang berbentuk aneh yang menjulang lima enampuluh kaki tingginya dari permukaan. Ternyata bau harum yang semerbak tadi berasal dari atas tonjolan batu karang itu, malah dari atas bukit tadi seakan-akan memancar keluar asap berwarna merah yang segera menyebar ke angkasa. Itulah sebabnya Ku See-hong menduga bahwa benda mustika tersebut kemungkinan besar berada di atas bukit karang yang enampuluh kaki tingginya dari permukaan tanah itu. 304 Di atas wajah Ku See-hong yang mengenaskan segera terlintas suatu perasaan sulit, kini tubuhnya sudah menderita luka yang cukup parah, untuk mendaki ke atas bukit karang yang enam puluh kaki tingginya di atas permukaan, pada hakekatnya hal ini jauh lebih sulit daripada mendaki ke langit.... Dengan termangu-mangu dia berdiri tertegun di situ, sampai Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo lama kemudian, Ku See-hong baru mengerahkan hawa murninya dan mencoba untuk menghimpunnya kembali. Tapi dengan cepat sekujur badannya terasa sakitnya bukan kepalang, seolah-olah tulang-belulangnya sudah lepas semua. Tiba-tiba... di atas wajah Ku See-hong terlintas keteguhan hatinya yang membara, sambil menggigit bibir ia segera berusaha keras untuk merangkak naik ke atas tebing karang tadi. "Aduh...!" di tengah jeritan tertahan, tubuh Ku See-hong terbungkuk ke bawah, tapi sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, dia lari lagi ke depan. Tapi gejolak hawa darah yang bergolak di dalam dadanya menimbulkan rasa sakit yang menusuk-nusuk tulang, hal mana membuat dia terjatuh sekali lagi ke tanah. Sementara itu, tubuhnya sudah berada duapuluh kaki di atas punggung bukit itu, namun keadaan medan makin lama makin curam. Ku See-hong segera menghembuskan napas panjang, sambil mengerahkan tenaga yang dimilikinya selangkah demi selangkah dia merambat terus ke atas. Dalam waktu singkat, dia sudah mencapai sepuluh kaki lebih tinggi daripada tempat semula. Sekarang kakinya sudah menginjak di atas sebuah batu karang yang menonjol ke luar. Berada di situ Ku See-hong baru mencoba untuk memperhatikan keadaan di sekitar sana, empat penjuru keadaan amat berbahaya, kini jalan yang terbentang di depan matanya adalah sebuah dinding karang yang tegak lurus, tingginya mencapai duapuluh kaki lebih. 305 Untuk mencapai batu raksasa yang berbentuk aneh dan menonjol keluar itu, mau tak mau ia harus melewati dinding karang yang tegak lurus itu lebih dahulu. Walaupun jaraknya hanya duapuluh kaki, namun bagi pandangan Ku See-hong saat ini hakekatnya jauh lebih berat daripada mendaki ke langit. Seandainya tidak terluka parah, jarak sejauh duapuluh kaki itu bukan suatu rintangan yang sukar, apalagi dengan kepandaian silat yang dimilikinya, asal di tengahnya ada tempat berpijak untuk berganti napas, dalam sekejap mata ia bisa mencapai tempat tujuan. "Aaaai..." Tak kuasa lagi Ku See-hong menghela napas sedih. Ternyata dinding batu tersebut selain tegak lurus dan licin, lagi pula penuh dengan lumut hijau yang amat licin, sekilas pandangan saja dapat diketahui bahwa tempat itu sukar untuk dilewati. Andaikata ia nekad dan mendaki ke atas dengan menyerempet bahaya, seandainya di atas tiada tempat berpijak atau tempat yang dipakai sebagai tempat berpegangan licin dan sukar dipegang, maka saat itu tubuhnya pasti akan terjatuh ke bawah dan berubah menjadi segumpal daging remuk. Ku See-hong mendongakkan kepalanya memandang dinding tebing yang licin dan curam itu, tiba-tiba muncul suatu ingatan yang berani... dia bertekad hendak mendaki ke atas puncak tonjolan batu itu. Nasib manusia ada di tangan Thian, seandainya dia gagal di dalam perjuangannya untuk mempertahankan hidup, apalagi yang bisa dia katakan" Diam-diam Ku See-hong mengerahkan sisa tenaga dalam yang dimilikinya, kemudian dengan cepat tubuhnya melompat ke atas. Ketika mencapai ketinggian tiga kaki, mendadak hawa murninya membuyar... dalam terkejutnya dia menahan rasa sakit yang membuat tubuhnya gemetar dan tiba-tiba menempelkan badannya di atas dinding tebing. 306 Tangan kanannya segera diayunkan ke depan berusaha berpegangan pada dinding tersebut, siapa tahu dinding itu sama sekali tiada tempat untuk berpegangan lagi... lumut hijau segera berjatuhan ke atas tanah. Ku See-hong memang seorang pemuda yang tangguh, dalam keadaan terancam jiwanya, dia sama sekali tidak menjadi gugup, tangan kirinya yang disaluri tenaga segera membentangkan kelima jari tangannya, kemudian secepat kilat ditusukkan ke atas dinding batu itu.... "Cri ing...!" kelima jari tangannya menancap ke dalam dinding batu yang berlumut tebal itu, dengan begitu maka tubuhnya menjadi tergantung di atas awang-awang. Sesungguhnya tindakan yang dilakukan Ku See-hong ini benarbenar berbahaya sekali, seandainya ia tidak sedang terluka, dengan tenaga dalam yang sempurna, tentu saja menancapkan jari tangannya ke atas dinding bukanlah suatu pekerjaan yang sukar, tapi dalam tenaga dalam yang tersendat-sendat, tindakan dari Ku See-hong ini betul-betul amat berbahaya sekali. Mungkin nasibnya memang lagi mujur, ternyata tepat di mana tangan kirinya ditusukkan tadi tak lain adalah sebuah celah-celah yang ada di antara dinding batu yang satu dengan dinding batu lainnya. Agaknya Ku See-hong juga tahu kalau tangan kirinya menancap di antara celah-celah dinding karang, ia menjadi girang sekali. Setelah mengatur napas sebentar, dengan menelusuri celahcelah dinding tadi, selangkah demi selangkah dia merangkak naik lagi ke atas. Dalam waktu singkat dia telah tiba di atas batu tonjolan besar yang berbentuk aneh itu, tapi setelah menyaksikan keadaan di situ, mendadak ia menjadi amat terperanjat. Ternyata tonjolan batu cadas itu bentuknya seperti naga, besarnya bukan kepalang. Batu cadas itu menempel menjadi satu 307 dengan dinding bukit itu sehingga bentuknya menyerupai kepala naga yang menerobos masuk ke dalam dinding karang. Yang lebih mengagumkan lagi adalah batu cadas yang menonjol keluar itu entah terdiri dari batuan apa, selain licin dan halus, juga memancarkan cahaya kemerah-merahan yang sanat indah, seakan-akan batu itu adalah sebuah batu mustika yang amat besar. Sedang asap merah yang menguap di atas batu mustika tersebut datangnya dari empat arah delapan penjuru yang terhimpun menjadi satu, tempat itu adalah sebuah mulut lorong yang luasnya beberapa depa di tengah batu cadas berbentuk naga tadi. Di dalam lorong yang sempit itu terdapat sebuah celah sepanjang tiga inci... cairan berwarna merah kehijau-hijauan yang tampaknya kental seperti lem, meleleh keluar dari sana. Bau harum semerbak tadi tak lain berasal dari cairan merah kehijau-hijauan tersebut, tapi anehnya terendus pula bau anyir darah. Saat itu, Ku See-hong sedang merasakan hausnya setengah mati, dengan termangu-mangu dia mengawasi cairan merah itu, kemudian pikirnya: "Cairan merah kehijau-hijauan itu sudah pasti adalah obat mustika yang langka dan tak ternilai harganya...." Dengan susah payah mendaki bukit terjal, mempertaruhkan selembar jiwanya, memanjat karang yang licin itu, tak lain tujuan Ku See-hong adalah untuk mendapatkan cairan merah itu. Dalam keadaan demikian, dia sudah tak ambil peduli lagi cairan apakah yang ada di situ. Diapun tak ambil peduli apakah cairan itu boleh diminum atau tidak.... Ku See-hong segera membungkukkan badannya, ketika hidungnya mengendus bau asap harum yang menguap, tubuhnya terasa menjadi segar tak terlukiskan. Tanpa berpikir panjang lagi ia segera membuka mulutnya dan menghirup cairan merah tadi. 308 Dengan cepat seluruh tubuhnya menjadi segar, harum semerbak hawa dingin yang menyegarkan segera meluncur masuk ke dalam tubuhnya, langsung menembusi pusar. Kenyataan ini, seketika itu juga membuat hatinya girang setengah mati. Bagaikan orang yang menemukan sumber air di tengah gurun pasir dengan sekuat tenaga dia menghirup cairan merah itu. Dalam waktu singkat cairan merah yang tiga inci dalamnya itu sudah berpindah ke dalam perut Ku See-hong, setetespun tak ada yang bersisa lagi. Ku See-hong segera menggerakkan lidahnya untuk menjilati sisa cairan yang masih ada, setelah itu menarik napas panjang-panjang, seakan-akan dia belum merasa puas dengan apa yang telah diperolehnya. Segulung hawa murni yang hangat pelan-pelan mulai bergerak naik dari dalam pusar, tak selang berapa lama kemudian, nadi penting yang menguasai hidup matinya berhasil ditembusi lalu mengaliri Jin dan Tok-meh, lalu balik lagi ke bawah. Seluruh tubuhnya menjadi segar bugar semua, penderitaan dan rasa sakit yang dialaminya tadi seketika lenyap tak berbekas. Hawa murninya menjadi penuh dan tubuhnya menjadi enteng dan segar, betul-betul suatu kenyamanan yang tak terlukiskan dngan kata-kata. Tegasnya Ku See-hong merasakan keempat anggota badannya segar dan nyaman, tak kuasa lagi dia mendongakkan kepalanya dan berpekik panjang. Suara yang keras dan yaring bagaikan pekikan naga segera menggetarkan seluruh ngkasa, suaranya cukup menggetarkan siapapun yang mendengarkannya.... Tapi, sebelum pekikan tersebut selesai diutarakan, tiba-tiba Ku See-hong menjerit kaget. Ternyata batu cadas yang semula indah dan berwarna merah bercahaya itu mendadak berubah menjadi kelabu... sedangkan asap merah yang semula membumbung ke angkasa, tiba-tiba lenyap tak berbekas. Ku See-hong yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terkesiap. 309 Setelah tertegun beberapa saat lamanya, mendadak ia mendongakkan kepalanya. Lebih kurang sepuluh kaki di atas cadas berbentuk kepala naga itu, ia jumpai sebatang pohon kecil dengan daun yang rimbun, ternyata rimbunnya pohon itu persis menutup mulut sebuah gua. Menyaksikan kejadian ini, Ku See-hong kembali berpikir: "Di atas batu naga ini terdapat benda mestika yang tak ternilai harganya, mungkin di sekeliling gua itupun akan kujumpai mustika yang lain" Kenapa tidak kuperiksa?" Ku See-hong bermaksud hendak melayang naik ke atas gua itu, maka diam-diam pikirnya: "Dengan ilmu meringankan tubuh yang kumiliki sekarang, tak mungkin dalam sekali lompatan sepuluh kaki bisa kucapai... tapi barusan aku makan cairan merah itu dan agaknya tenaga dalamku telah memperoleh kemajuan yang pesat, kenapa tidak kucoba untuk melompat ke situ?" Berpikir sampai di situ, Ku See-hong segera berpekik nyaring, tubuhnya secepat kilat melayang naik ke atas seperti seekor burung elang yang terbang di angkasa. Tampaknya tenaga yang digunakan terlalu besar, sehingga dalam lompatan itu tubuh Ku See-hong mencapai ketinggian sepuluh kaki lebih. Dalam keadaan begini, mendadak telapak tangan kanannya menekan ke atas dinding tebing lalu tubuhnya berputar cepat di tengah udara dan membalik ke bawah. Dengan suatu gerakan yang enteng dan lincah, tahu-tahu ia telah melayang turun di depan gua. -oo0dw0oo- Jilid: 10 310 DEMONSTRASI ilmu meringankan tubuh yang dilakukannya barusan boleh dibilang sangat lihay, belum tentu umat persilatan sanggup melakukannya. Mimpi-pun Ku See hong tidak menyangka kalau tingkatan yang dicapai dalam ilmu meringankan tubuhnya telah mencapai tingkatan yang begitu hebatnya, untuk mencapai ketinggian sepuluh kaki, pada hakekatnya hal mana bisa dilakukan dengan santai. Setelah masuk kedalam gua itu, dia makin terkejut bercampur tercengang, ternyata gua itu begitu luas dan panjangnya sehingga sama sekali diluar dugaannya semula, Luas gua saja mencapai dua puluh kaki lebih, cuma saja makin kedalam semakin menyempit, tapi tidak diketahui berapa dalamnya. Udara dalam gua itu dingin sekali, bisa diketahui bahwa gua itu pasti berhubungan langsung dengan puncak tebing tersebut. Didalam gua itu banyak terdapat batu batuan, ada yang duduk ada yang berdiri, bentuknya aneh sekali. Bahkan diantara sekian banyak batubatuan tersebut, adapula batuan yang berbentuk putih dan bercahaya terang. Dengan ketajaman mata yang dimiliki Ku See hong sekarang, dia dapat menyaksikan semua benda yang berada dalam gua itu dengan teramat jelasnya.... Diam-diam Ku Sue hong berpikir: 'Batuan ini bisa memancarkan cahaya sendiri, jangan-jangan ada bintang sebangsa ular beracun atau lain lainnya yang berada disitu"' Sambil berpikir sambil berjalan, tanpa terasa dia sudah mencapai kedalaman tiga puluh kaki lebih, tiba-tiba muncul kembali sebuah gua lain yang letaknya tersembunyi dibelakang sebuah batu cadas berbentuk aneh. Ku See hong adalah pemuda yang bernyali besar, setelah berpikir sejenak dia lantas menghampirinya. 311 Satu kaki setelah memasuki gua tersebut, maka yang tampak hanya pasir putih yang halus, selain kering juga rata, tak sepotong batu pun yang ditemukan disitu. Benda yang berada didalam semesta memang beraneka ragam, kadangkala terdapat pula keanehan yang sama sekali diluar dugaan orang. 'Didalam gua ada gua, diluar langit ada langit, diatas manusia masih ada manusia yang lain'; tampaknya ucapan tersebut memang sama sekali tidak keliru. Ku See hong segera tersenyum pikirnya: 'Gua ini paling bersih, mungkin dimasa silam ada pertapa yang berdiam di sini. Bila sekarang didalam situ ada penghuninya, maka sudah pasti penghuninya, adalah bangsa binatang yang suka akan kebersihan. Setelah sampai disini, kenapa aku tidak mencoba untuk memasukinya sekalian melihat-lihat keadaan disana"' Begitu ingat tadi melintas lewat dia lantas melangkah masuk kedalam gua itu. Tampak gua itu tingginya mencapai dua kaki, bukan saja dindingnya merupakan batuan putih yang berkilat, bahkan lantai pun beralaskan batuan putih yang berkilauan. Tiba tiba.... Ku See hong menarik napas panjang, dia seakan-akan mengeadus sejenis bau harum bunga yang semerbak.... Padahal gua itu amat bersih, tiada rumput atau bunga yang tumbuh disitu lalu dari mana datangnya bau harum tersebut" Dia lantas memasuki kembali sebuah lorong yang terpertang dibelakanig gua itu, dalam anggapannya bau harum tadi tentu berasal dari belakang sana. Tanpa lagu lagi dia melangkah masuk kedalam lorong tersebut. Lorong itu terletak disebelah kiri dinding batu yang terbelakang, panjangnya dua kaki kemudian melebar, rupanya disana terdapat kembali sebuah ruangan batu. 312 Ruangan inipun seperti juga ruangan yang berada diluar, kosong melompong tiada suatu bendapun, sementara keempat belah dindingnya terbuat dari batuan putih yang berkilauan. Disebelah kiri depan pintu masuk, terdapat sebuah pot bunga yang terbuat dari batu putih, Pot itu letaknya lima depa dari permukaan tanah. Didalam pot bunga tersebut terdapat tanah dan tumbuh sebatang rumput hijau yang panjangnya hanya tiga empat' inci, Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo namun dalam pot tersebut hanya terdapat tanah merah tanpa air, mungkin airnya sudah lama mengering... Anehnya, walaupun tanpa air rumput hijau itu tidak menjadi layu dan mati. Bau harum semerbak yang terendus sedari tadi ternyata berasal dari rumput hijau tersebut. Timbul rasa ingin tahu dalam hati kecil Ku See hong, dia segera meneliti pot bunga itu lebih seksama. Ternyata pot bunga tadi terbuat dalam delapan sudut, satu bagian menempel diatas dinding tanpa cacad. Oleh karena itu dia lantas mengambil kesimpulan bahwa pot bunga tersebut tentu dibuat oleh pendiri gua itu ketika dilihatnya ada sebagian batu putih yang menonjol keluar dibagian sana. Tapi yang lebih aneh lagi adalah diseluruh ruangan batu itu tidak dijumpai sebuah kursi atau mejapun. Sekalipun pemilik gua itu sudah pindah atau meninggal dunia, paling tidak disana harus tertinggal perabot-perabot yang besar seperri meja, kursi atau pembaringan. Tiba-tiba muncul perasaan ingin tahu dalam hatinya, diapun lantas berpikir: 'Ruangan ini bentuknya persis dengan ruangan batu diluar sana, apakah sejak dulu memang begitu bentuknya" Arsitek yang membangun gua ini betulbetul hebat....! Aaah betul, pot bunga itu bisa berbentuk segi delapan, itu berarti tempat ini bukan bersifat alam, melainkan memang buatan manusia...!' 313 Satu ingatan segera melindas dalam benak Ku See hong, dengan cepat dia memegang pot bunga bersegi delapan itu dan didorong ke kiri. Ketika sama sekali tak bergerak, dia menggerakannya lagi ke kanan. "Kraaak....!" kali ini pot bunga bersegi delapan itu bergeser beberapa inci dari tempat semula. Tapi diatas dinding batu itu sama sekali tidak ditemukan pintu, hal mana membuat Ku See hong menjadi tertegun, mendadak dia menggoyangkan dengan gerakan sekenanya, tanpa disengaja dia menekan pot bunga itu kebawah. "Kraak....!" kembali bergema suara keras, agaknya ada engsel pintu yang sedang membuka. Mencorong sinar aneh dari balik mata Ku See hong, dengan wajah tertegun dia menarik pot itu ke belakang. "Kraaakkk....... !" ternyata pot bunga yang terbuat dari batu putih itu tak lebih adalah tempat berpegangan diatas pintu, dengan cepat terpentanglah sebuah pintu. Dibalik pintu tersebut kembali terdapat sebuah ruangan lain yang luasnya dua kaki dengan tinggi satu setengah kaki, seluruh dinding ruangan terdiri dari batu kemala putih yang berkilauan. Ditempat ini terdapat meja kursi dan pembaringan komplit dengan perkakas lainnya. Semua alat itupun terbuat dari batu kemala putih dengan ukiran-ukiran yang beraneka ragam, betulbetul sangat indah sekali. Dengan sorot mata yang tajam, mendadak Ku See hong memandang sekejap keatas pembaringan batu, ...ternyata disana duduk bersila seorang kakek yang matanya sudah cekung kedalam dengan punggung bersandar diatas dinding ruangan. Diatas pembaringan dimana kakek itu duduk bersila, terletak sebilah pedang antik yang berwarna hitam..., di bawah pedang tadi tampak sejilid kitab yang tipis ! 314 Ku See hong tahu kakek ini pastilah seorang tokoh persilatan yang berilmu tinggi, tapi yang menjadi pertanyaan baginya adalah tubuh kekek itu; mengapa tidak membusuk sebaliknya mirip orang yang masih hidup saja. Apakah dia mati belum lama" Ku See hong menghela napas panjang, ia merasa kematain kakek itu sungguh mengenaskan, begitu sepi, begitu menyendiri, coba kalau dia tidak memasuki gua tersebut tanpa sengaja, mungkin saja beberapa ratus tahun kemudianpun betum tentu jasadnya akan ditemukan orang. Padahal, darimana dia tahu kalau kakek ini telah meninggal dunia sejak tigaratus tahun berselang, lagipula merasakan (merupakan) seorang manusia aneh yang luar biasa hebatnya, selain mengerti ilmu perbintangan, ilmu bangunan, ilmu alam dan tanah, ilmu barisan Pat-kwa, juga memiliki kepandaian silat yang tak terlukiskan hebatnya...." Dengan sikap yang sangat hormat Ku See hong memberi hormat kepada kakek itu, kemudian maju mendekat dan mengambil kitab kecil yang tipis itu. Diatas kitab tadi terlukis beberapa huruf yang tersembunyi: "Tiada teman dalam jagad, dunia ini hanya kuseorang" Kemudian dibawah tertera pula empat huruf kecil: "HU-THIAN SENG-KIAM" !! Gaya tulisannya kuat dan tegas, indah dan megah.... Ku See hong segera merasa, walaupun ucapan kakek ini terlalu besar namun terkandung kepedihan yang tak terlukiskan dengan kata-kata, sambil menghela napas segera gumamnya: 'Dunia amat luas, umat manusiapun tak terhitung jumlahnya, namun orang ini tidak menemukan seorang temanpun sehingga ia menyebut dirinya sebagai Hu-thian Seng-kiam (Malaikat Pedang Menyendiri).' 315 'Mungkin keanehan watak Orang ini jauh melebihi watak suhuku Bun-ji koan-su ,...kalau tidak, mengapa tiada teman didunia ini" Atau mungkin dalam jagad hanya dia seorang yang baik sedang lainnya orang jahat"' Tentu saja Ku See hong tidak mengetahui sejarah dari Hu-thian seng-kiam tersebut, kalau tidak, ia pasti akan terperanjat, lagipula tak akan curiga terhadap apa yang ditulisnya itu. Tapi Ku See hong memang seorang yang perasa, apalagi setelah membaca tulisan yang berbunyi: ' Tiada teman dalam jagad, dunia ini hanya aku seorang!' makin dikenal ia merasa ikut bersedih untuk kemalangan kakek itu. Dalam sedihnya itu, Ku See hong lantas membuka halaman pertama dari kitab itu, maka terbacalah tulisan yang berbunyi demikian: "Catatan dari Hu-Thian Seng-Kiam menjelang saat Ajal ! " : "Dalam kehidupan ini, kau telah ditakdirkan menjadi orang yang berjodoh untuk menemukan hasil karyanya ini tiga ratus tahun kemudian...! Benar-benar rejekimu amat besar!" Membaca tulisan tadi, diam-diam Ku See hong amat terperanjat, mungkinkah kakek ini benar-benar sudah mati tiga ratus tahun berselang..." Kalau ditinjau dari tulisan dalam kitab itu, agaknya dia sudah menduga kalau hari ini ada orang yang bakal memasuki gua ini !" "Hu-thian seng-kiam! Wahai Hu-thian seng-kiam! Sebetulnya siapakah kau" Mungkin kau benar-benar seorang jago lihay yang amat tersohor pada tiga ratus tahun berselang" Mungkin para jago yang hidup pada seratus tahun berselang pernah mendengar nama besarnya?" Dengan sorot mata yang berkilauan, Ku See hong membaca lebih jauh, 316 "Aaaih..., tampaknya semua telah menjadi takdir, setelah Hu-thian seng-kiam lenyap selama tiga ratus tahun, dia akan muncul kembali dalam dunia persilatan...! Dikala pedang ini mulai keluar dari sarung, jeritan kesakitan akan melanda jagad !! Darah bercucuran sederas genangan sungai, bangkai berserakan menusuk hidung, bagai pembunuhan yang melanda dunia persilatan tempo dulu, pasti akan terulang kembali..., Sungguh mengenaskan, sungguh memedihkan.....! Ku See hong tahu, yang dimaksudkan Hu-thian seng-kiam adalah nama pedang mestika itu, lagipula orang yang memperoleh pedang tersebut harus menyebut pula dirinya sebagai Hu-thian seng-kiam. Bila ditinjau kembali apa yang tertulis begitu serius dan mengandung amisnya darah, tampaknya pedang tersebut merupakan sebuah pedang yang sangat lihay. Berpikir demikian, tanpa terasa Ku See hong memperhatikan pedang antik itu dengan seksama. Tampak sarung pedang itu hitam pekat dan bercahaya terang, selain gagang pedangnya memang tampak aneh, sama sekali tidak ditemukan ciri-ciri lain.... Maka diapun membaca tulisan dalam kitab itu lebih jauh: "Takdir telah menetapkan demikian, maka Hu-thian seng-kiam angkatan pertama menghadiahkan pedang ini bagi mereka yang berjodoh! Selain juga mewariskan tiga jurus ilmu pedang yang tiada tandingannya didunia ini... Catatan tentang ilmu pedang itu ada di belakang, aku percaya dengan kecerdasanmu untuk membuka ruang rahasia ini, terbukti kalau kau berotak cerdas, pasti rahasia ilmu pedang itu dapat kau ketahui. 'Dimasa silam, dengan mengandalkan pedang Hu-thian sengkiam ini, lohu telah menciptakan suatu badai pembunuhan yang tak terkirakan sehingga melanggar hukum langit. Suatu hari ketika 317 menelusuri lautan, tanpa disengaja telah menemukan bukit tinggi ini dimana terdapat Tee-liong-hiat-meh (Naga tanah nadi darah)!' 'Tee-liong-hiat-meh, merupakan tempat pemusatan dari inti langit dan bumi yang berlangsung seribu tahun sekali, yang disebut gua mestika! Letak gua itu berada ditengah punggung bukit ini. Perlu diketahui lohu pandai melihat hong-sui dan aneka ragam kepandaian lain, lohu tahu kalau gua mestika ini tak ternilai harganya! Barang siapa yang meneguk Sari Kekuatan tersebut, maka dia akan kuat dan panjang usia. Bila orang persilatan yang meneguknya, walaupun seluruh inti kekuatannya tak bisa terhisap dalam waktu singkat, tapi asal bisa mendapat sedikit saja, manfaatnya tak terlukiskan dengan kata kata...! Itulah sebabnya kukatakan kalau benda itu merupakan benda mestika yang tiada ternilai harganya. Walaupun lohu sudah tidak berniat untuk hidup terus di alam ramai, tapi aku dapat menghitung apa yang bakal terjadi dikemudian hari. Telah kuperhitungkan bahwa pedang Hu-thian seng-kiam ini memancarkan hawa pembunuhan yang luar biasa, ...tiga ratus tahun kemudian benda ini pasti akan muncul kembali dalam dunia persilatan...! Maka secara diam-diam lohu bertekad untuk membantu pemilik pedang Hu-thian-seng-kiam "angkatan kedua" untuk menciptakan suatu keajaiban yang belum pernah terjadi selama ini. Sengaja kupancing keluar Tee-liong-hiat-meh itu untuk kau terima! Ditengah 'batu naga' diatas sana, dengan sengaja aku telah membuat sebuah celah gua yang dalam dan meletakkan sepotong Batu Kemala Hijau,'Ban-nian pek-giok' disitu. Selewatnya tiga ratus tahun kemudian, hawa sakti dari Tee-liong-hiat-meh itu pasti akan 318 terhimpun oleh Ban-nian pek-giok tersebut hingga terwujud menjadi cairan yang dinamakan Tee-liong-hiat-poo (Mestika Darah Naga Bumi) !! Hawa sakti itu akan muncul dalam waktu yang singkat, yakni selama dua jam (tiga ratus tahun dari saat ini), bila kesempatan dua jam itu terlewatkan, maka saat munculnya kembali Hiat-meh-liong-khi itu akan terjadi lagi setelah tiga ratus tahun kemudian. Mestika alam hanya akan diperoleh untuk mereka yang berjodoh, yang tidak berjodoh jangan harap bisa menemukan benda ini. Pada tiga ratus tahun berselang, lohu telah menghitungkan kejadian yang akan datang, telah lohu ketahui pemilik pedang Hu-thian seng-kiam angkatan kedua mempunyai rejeki yang besar, dia akan menerima mestika Tee-lionghiat-poo itu. Bila kau telah mendapatkan Tee-liong-hiat po itu..., lohu anjurkan cepatcepatlah kau tinggalkan bukit ini...!!! Bukit karang ini bisa berdiri tegak selama puluhan laksa tahun karena ada hawa sakti yang menunjang dari dalamnya, begitu hawa sakti tersebut terambil pergi, ibarat manusia yang kehabisan darah, tujuh hari kemudian pasti akan runtuh dan hancur. Manusia maupun binatang yang berada dalam jarak satu Li disekitar tempat ini akan tertimpa akibatnya dan musnah, ...ingat! Ingat...! Cepat tinggalkan bukit ini sejauh-jauhnya...! Rumput Hijau didepan pintu itu, merupakan sebuah benda yang berusia sepuluh laksa tahun, kasiatnya dapat mencegah keracunan, mencegah hawa sesat, air dan api tak tembus, benar-benar merupakan suatu benda mestika yang tiada taranya. Dimasa lalu benda ini dinamakan orang sebagai Pek-liok-cau! Pertumpahan darah terjadi dimana-mana gara-gara benda itu. Akhirnya, lohu yang telah berhasil memperolehnya, sekarang akan kuberikan pula untukmu. 319 Umat manusia didunia ini banyak yang licik dan berhati busuk, banyak ksatria yang harus mengorbankan jiwanya ditangan mereka. Kau telah ditakdirkan sebagai bintang penolong dunia persilatan pada tiga ratus tahun kemudian. Aku harap kau jangan membunuh orang seperti membabat rumput; dimana bisa diampuni, ampunilah mereka yang mau bertobat. Jenasahku tak usah kau geser, karena lohu telah membuka rahasia langit dan menghancurkan bukit ini. Untuk dosaku, lohu rela dijebloskan kedalam neraka, biarlah jazadku terkubur bersama bukit ini. Ingatlah apa yang kupesankan dan laksanakan baik-baik, jangan berbuat kejahatan yang melanggar hukum sehingga menyia-nyiakan harapanku.....!! Tertanda: Hu-Thian-Seng-Kiam "Angkatan Pertama"! oooooo0dw0ooooooo Bab 15 SELESAI membaca tulisan itu, Ku See hong menjadi termangu mangu dan tenggelam dalam lamunannya sendiri. Diam-diam diapun bersyukur karena ia telah menerima banyak keajaiban alam. Selama hidup, belum pernah Ku See hong menerima budi kebaikan orang lain, tapi sekarang, bukan saja dia telah memperoleh kebaikan orang, bahkan siapa nama kakek itupun tak diketahui olehnya. Selain itu, kakek tersebut juga tidak meninggalkan pesan agar dia melakukan sesuatu baginya, kesemuanya ini membuat Ku See hong merasa amat tidak tenang, Diam-diam pikirnya: 'Semasa masih hidupnya dulu, locianpwe ini tak pernah menemukan seorang sahabat pun; setelah mati, jenasahnya akan 320 terkubur dalam perut bumi, benar-benar suatu nasib yang mengenaskan.... Mumpung masih ada enam hari enam malam sebelum bukit ini hancur, lebih baik kutemani dirinya disini selama beberapa hari, sekalian menghibur sukmanya yang kesepian.' Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Mendadak..., pada saat itulah Ku See hong mendengar suara gemuruh yang amat keras bergema memecahkan keheningan, menyusul kemudian seluruh ruangan batu itu bergoncang keras. Paras muka Ku See hong berubah hebat, ia tahu ucapan locianpwe tersebut amat tepat, kalau dilihat dari gempa yang begitu hebat melanda seluruh bukit ,kini sudah pasti ia tak bisa mengendon terus dalam ruangan tersebut. "Blaaamm.....! Blaaamm.....!" setelah berkumandang suara gemuruh yang memikikkan telinga, gemeratak bumi yang menggoncangkan ruangan itu semakin menghebat, menyusul kemudian terdengar bunyi tanah longsor yang memekikkan telinga, mungkin ada sebagian dari tanah perbukitan itu yang telah ambruk. Gemuruh keras yang menggelegar di angkasa itu berbunyi sekali tiap semenit, waktunya pun makin lama semakin pendek, sedangkan gempa yang terjadi makin lama makin kencang. Ku See hong sudah tak sanggup lagi untuk berdiri tegak. Yang lebih aneh lagi adalah jenazah dari kakek itu, walaupun bumi bergoncang dengan hebatnya, namun ia masih tetap duduk dengan tebang ditempat semula. Dalam perkiraan Ku See hong semula, bunyi gemuruh dan getaran gempa yang berlangsung selama ini hanya akan terjadi beberapa saat lalu akan berhenti dengan sendirinya, siapa tahu makin lama malah menghebat, seakan-akan dunia mau kiamat saja, saluruh ruangan dalam gua itu bagaikan diputar balikkan, betul-betul menggetarkan hati. ' Blaaamm...!" setelah berkumandang suara gemuruh yang luar biasa dahsyatnya, menyusul kemudian muncul segulung tenaga getaran yang sangat kuat melanda seluruh ruangan, kuda-kuda Ku 321 See hong kontan menjadi gempur dan ia terpental sejauh tiga empat depa dari posisi semula. ' Kraaak...blaaamm!" bunyi tanah yang merekah bergema disitu, dinding batu putih dalam ruangan yang begitu kuat dan keras kini sudah muncul retakan-retakan yang banyak, disusul kemudian dari luar gua sana bergema suara batuan cadas yang berguguran. "Aduh celaka" pikir Ku See hoag kemudian,"bila gua ini tak kuat menahan golakan tenaga yang menggetarkan bumi sehingga roboh lebih dulu, niscaya akupun akan turut terkubur hidup-hidup ditempat ini! " Berpikir sampai disitu, dia lantas masukkan kitab kecil itu kedalam sakunya, kemudian tak sempat untuk memperhatikan pedang mustika itu lagi, buru-buru digembolnya pedang itu diatas bahunya. Setelah itu, dengan sikap yang sangat hormat dia menjura dihadapan jenasah kakek itu ujarnya dengan lantang; "Setelah menerima budi kebaikan dari cianpwe, sesungguhnya boanpwe Ku See hong berhasrat untuk menemani layon cianpwe selama beberapa hari sebagai tanda rasa terima kasihku, tapi berhubung gejala gempa yang menimpa bukit ini sudah mulai dan boanpwe kuatir terjadi hal yang tak di nginkan, terpaksa boanpwe akan mohon diri lebin dahulu. Boanpwe pasti akan mempergunakan Huthian seng-kiam yang cianpwe hadiahkan kepadaku ini, untuk menegakkan keadilan dan kebenaran didalam dunia persilatan...!" Selesai berdoa, Ku See hong segera melompat keluar dari ruangan itu, tapi apa yang kemudian terlihat olehnya hampir saja membuat pemuda itu menjerit keras. Tampaklah dalam lorong yang berada sepuluh kaki dari ruang batu itu telah dipenuhi oleh belalang beracun yang jumlahnya begitu banyak sehingga menyerupai sebuah awan hitam, bukan saja telah menyumbat lorong yang luasnya beberapa kaki itu, lagi pula suaranya memekikkan telinga. 322 Agaknya semua binatang beracun yang selama ini bersembunyi dalam gua tersebut telah dikacaukan oleh terjadinya gempa kuat, sehingga sama sama kabur menyelamatkan diri. Gua yang dilewati Ku-See-hong ketika masuk kedalam ruangan tadi merupakan sebuah celah alam yang ada dicelah bukit, dimana gua tersebut memanjang sampai kepuncak tebing, panjangnya paling tidak mencapai ratusan kaki, didalamnya tersebarlah gua besar maupun kecil yang puluhan ribu banyaknya, disana menghuni pelbagai binatang beracun yang tak terhitung jumlahnya. Tak heran kalau binatang beracun itu segera berdesakan menuju kegua yang berhubungan langsung dengan alam bebas. "Aduh celaka!" pekik Ku See hong setelah menyaksikan kejadian itu. Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu, hawa murninya segera dihimpun kedalam telapak tangannya, menanti belalang beracun itu bergerombol mendekat, diapun akan lepaskan sebuah pukulan dahsyat. Siapa tahu, belalang beracun yang berpuluh ribu jumlahnya itu hanya bergerombol didalam lorong tersebut bagaikan selapis awan gelap, bukan saja menutupi cahaya yang masuk, juga tak seekorpun yang terbang masuk kedalam gua. Ku See hong yang cerdik dan cekatan tiba-tiba menunjukkan wajah berseri, rupanya teringat bahwa cianpwe itu pernah menyinggung bahwa rumput Pek-lik-cau yang berada diatas pot bunga itu merupakan benda mustika yang sanggup digunakan untuk melawan racun. Berpikir sampai disitu, dia lantas melompat kesamping pot bunga tadi dan memegang akar rumput Pek-lik-cau tersebut. Segera itu juga dia merasakan ada segulung hawa dingin yang merambat naik lewat celah-celah tangannya dan masuk ke tubuhnya, sementara bau harum semerbak menyegarkan badan, tampaknya rumput tersebut benar benar merupakan sebatang rumput mustika. 323 "Sreeet.....!" di ring suara desingan, Ku See hong telah berhasil mencabut keluar rumput Pek-lin-cau itu. Batang berikut akarnya yang berwarna merah kehijau hijauan itu hanya mencapai lima inci saja, cahaya hijau yang terpancar keluar tampak indah menawan. Begitulah dengan tangan kiri memegang rumput Pek lik cau, tangan kanan menyiapkan serangan dahsyat untuk menjaga segala kemungkinan yang tak di nginkan, pelan-pelan Ku See hong berjalan mendekati gerombolan belalang beracun itu. Kalau dibicarakan memang sangat aneh ketika kawanan belalang beracun itu menyaksikan Ku See hong berjalan mendekat, ternyata binatang itu serentak menggerakkan sayapnya dan mundur ke belakang. Ku See hong menjadi amat gembira, secepat kilat telapak tangan kanannya melancarkan sebuah pukulan yang maha dahsyat bagaikan hembusan angin topan, kawanan belalang beracun yang berada dibarisan depan segera tersapu oleh pukulan dahsyat itu hingga hancur dan tercerai berai diatas permukaan tanah. Semenjak makan cairan merah Tee liong-hiat-po, tenaga dalam yang dimiliki Ku See hong telah memperoleh kemajuan pesat, serangan yang dilancarkan barusan betul betul mengerikan sekali. Tak selang berapa saat kemudian, bangkai belalang beracun itu sudah membukit, sementara belalang beracun yang masih terbang diudara dan tak kena terhajar mampus itu serentak melarikan diri ke empat penjuru. Dalam waktu singkat, Ku See hong telah mencapai pintu masuk gua tersebut. Mendadak...... kembali terendus bau busuk yang lembab dan menyengat hidung dari arah depan, pemuda itu cepat menjadi sadar, pastilah seekor binatang beracun kembali telah munculkan diri. 324 Dengan cekatan dia menempelkan punggungnya diatas dinding gua, kemudian dengan sepasang matanya yang tajam melakukan pemeriksaan di sekeliling tempat itu, hawa murni dihimpun ke dalam telapak tangan kanannya dan bersiap sedia melancarkan serangan setiap saat. Waktu itu suasana didepan gua itu amat gelap dan remang remang karena udara dipenuhi oleh belalang beracun yang sedang melarikan diri. Rupanya rombongan belalang beracun tersebut hanya mengikuti arah terbang pemimpinnya yang ada dipaling depan, andaikata pemimpinnya terjun ke lautan api, maka yang berada dibelakangnya turun pula menerjunkan diri ke dalam lautan api. Cepat nian gerak terbang dari kawanan belalang beracun itu, suara dengungan nyaring yang mmekikkan telinga itu kian lama kian bertambah melemah, tak lama kemudian binatang tersebut sudah lenyap tak berbekas. Dalam pada itu, dari mulut gua telah muncul seekor ular raksasa yang berperut amat panjang dengan sisik yang berwarna-warni, dengan menelusuri dinding gua tanpa menimbulkan sedikit suarapun, bergerak mendekat. Ditinjau dari kepalanya yang berbentuk segi tiga serta tubuhnya yang berwarna warni, dapat diketahui bahwa ular beracun raksasa itu sudah pasti seekor ular yang berbahaya sekali, barang siapa terpangut, niscaya jiwanya akan melayang. Terkesiap Ku See hong menyaksikan kejadian ini, telapak tangan kanannya segera digetarkan ke muka, lima gulung desingan angin tajam yang memekikkan telinga segera dilontarkan ke muka menyergap kepala aneh dari ular beracun itu. "Sreeet..! Sreeet..! Sreeet..! Sreeet..! Sreeet..!" lima gulung desingan angin tajam yang sanggup membelah batu cadas, bersarang telak diatas kepala aneh si ular berbisa itu, tapi anehnya ternyata binatang itu sama sekali tidak menderita luka apa-apa. 325 Ketika ular berbisa berwarna warni itu menyaksikan ada orang menyergapnya, sepasang mata anehnya yang mirip lampu lentera segera memancarkan semerbak sinar hijau yang menggidikkan hati, lalu sambil mengangkat kepalanya ia memperdengarkan pekikan nyaring yang mendirikan bulu roma, mulutnya dipentangkan lebar lebar dan menyemburkan segumpal asap beracun yang berwarna warni. Secepat sambaran petir, kabut beracun itu menyambar kewajah Ku See long. Mimpi pun Ku See bong tidak menyangka kalau ular berbisa itu begitu ganas dan berbahaya, tubuhnya cepat-cepat berkelit kesamping dan melompat kearah dinding tebing lainnya, sementara telapak tangan kirinya kembali diayunkan kemuka. Segulung angin pukulan yang tak kalah hebatnya sekali lagi menggulung kedepan. Agaknya ular berbisa yang berwarna warni itu cukup mengerti akan kelihayan ilmu pukulan yang dilancarkan Ku See hong, kepalanya yang aneh segera dimiringkan ke samping, kemudian tubuh bagian depannya diangkat keatas. 'Plaak!' dengan diiringi suara nyaring, pukulan tadi bersarang telak diatas badan ular bebisa yang keras bagaikan baja itu, al-hasil ular tadi masih juga tidak menderita apa apa. Kembali suara pekikan aneh yang memekikkan telinga berkumandang memecah keheningan, ular berbisa yang tubuhnya amat besar itu membalikkan badannya, kemudian ekornya yang panjang langsung menggulung ke tubuh Ku See hong. Kekuatan yang menyertai sabetan ekor ini betul-betul mengerikan hati, deruan angin dahsyat menggetarkan seluruh angkasa. Dengan kecepatan yang luar biasa, Ku See hong melompat kemuka. "Blaaam....!" suatu benturan keras berkumandang, dinding karang dalam gua itu segera bergetar keras, pasir dan batu 326 beterbangan diangkasa, ternyata sudut dinding gua itu sudah tersapu ambruk sebagian. Ku See hong segera terkesiap sekali, mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya. "Cri ing..." di ringi suara dentingan yang sangat nyaring, Ku See hong telah meloloskan sebilah pedang mestika yang memancarkan cahaya merah. Cahaya tajam yang memancar keluar dari pedang itu berwarna bening, tapi lamat-lamat memancar selapis kabut tipis yang berwarna merah menyelimuti senjata tersebut, tampak indah dan menawan. Ketika ular beracun berwarna warni itu, menyaksikan Ku See hong meloloskan pedang Hu-thian seng-Kiam, mulutnya segera dipentangkan lebar-lebar, kemudian sambil berpekik nyaring, gumpalan asap beracun segera disemburkan keluar. Akan tetapi, ketika mendapat tiga depa dari kabut merah yang menyelimuti pedang mestika Hu-thian seng-kiam tersebut, tahutahu kabut racun itu menyebar keempat penjuru dan menguap ke atas. Kabut beracun berwarna hijau tua, sedang cahaya pedang berwarna merah darah, ketika kedua macam warna itn saling membentur satu sama lainnya, segera timbullah beraneka warna yang amat indah. Lambat laun, kabut beracun yang disemburkan ular berwarna warni itu makin menipis, seluruh badannya makin lemah dan kepalanya yang anehpun turut terkulai ketanah, dua biji mata anehnya yang berwarna hijau kian lama kian bertambah lemah. Sebaliknya kabut merah yang menyelimuti pedang Hu-thian seng-kiam tersebut kian lama kian bertambah tebal hampir saja menyelimuti seluruh badan Ku See hong sedemikian aneh dan saktinya keadaan tersebut, sehingga tak malu kalau disebut sebagai pedang mustika paling aneh didunia ini. 327 Cahaya gembira segera terpancar keluar dari balik mata Ku See hong, sedemikian girangnya dia sehingga matanya hanya mengamati pedang Hu-thian seng-kiam tersebut tanpa berkedip, dia lupa untuk turun tangan, juga lupa untuk membunuh ular beracun tersebut. "Blaaaam.....! Blaaammm.....!" ledakan demi ledakan yang memekikkan telinga segera menggetarkan angkasa, menyusul kemuaian seluruh gua itu bergoncang keras. Tak lama kemudian tampak batu dan pasir berguguran ke atas tanah dengan menimbulkan suara nyaring. Mungkin ada sebagian besar batu karang yang telah ambruk. Mendengar suara tadi, Ku See hong baru merasa terkejut dan tersentak kaget pedang Hu-thian Seng-kiamnya digetarkan keras menciptakan berlapis lapis gulungan garis busur yang melingkar, seolah-olah cahaya bianglala yang menyebar ke angkasa. Kemudian diiringi suara gemerincingan nyaring, laksana kilatan cahaya tajam, pedang itu segera membacok keatas kepala berbentuk segi tiga dari ular beracun itu. Anehnya, kali ini ular beracun itu tidak menghindar ataupun memberi perlawanan, namun dalam kenyataannya bacokan yang dilancarkan Ku See hong itu memang dilakukan dengan kecepatan luar biasa. Dalam keadaan tak mampu menghindarkan diri,"Crii ng...!" mata pedang itu segera menembusi kepala ular beracun tersebut bagaikan sedang memotong tahu saja. Pekikan keras berkumandang memecahkan keheningan, percikan darah segar Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo memancar kemana-mana. kepala si ular yang berbentuk segi tiga itu segera kena terbacok oleh senjata Ku See hong sehingga hancur tak karuan lagi bentuknya. Ku See hong segera merendahkan badannya, sekilas cahaya bianglala segera memancar keluar, hawa pedang mendesir, ular raksasa yang panjangnya empat kaki itu sudah terpotong potong 328 menjadi puluhan bagian oleh ayunan pedang Hu-thian seng-kiam tersebut, bau amis segera memenuhi seluruh gua. Sambil menggenggam pedang Hu-thian seng-kiam, Ku See hong melompat keluar dari gua itu. Ketika sorot matanya memperhatikan keadaan disekitar sana, tampak lebih kurang dua kaki dihadapannya telah muncul dua buah batu karang yang sangat besar menyumpal jalan lewat, yang tersisa tinggal ruang kosong selewat satu kaki. Tapi, pada ruang kosong yang satu kaki lebarannya itu kini berdiri seekor laba-laba raksasa yang membentuk selapis sarang laba-laba yang besar dan berwarna putih, diatas sarang tadi tertempel banyak sekali belalang beracun, sedang laba-laba tersebut lagi sibuk melalap belalang belalang beracun tersebut. Diam diam Ku See hong merasa terperanjat, pikirnya: "Paling tidak aku harus menempuh perjalanan sejauh tiga puluh kaki melewati gua ini sebelum lolos dari tempat ini, tampaknya didalam gua yang lebar didepan sanapun banyak terdapat binatang-binatang beracun. Aaai... tampaknya bila aku tidak segera berusana untuk meninggalkan gua ini, bila sampai saatnya ambruk, saat itu meski aku berilmu silat amat hebat pun, jangan harap bisa meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat..." Berpikir sampai disitu, dengan mementangkan sepasang matanya bulat-bulat, telapak tangan kirinya segera didorong kemuka melepaskan segulung angin pukulan yang maha dahsyat untuk membayar sarang laba laba tersebut... Tapi, Ku See hong segera merasakan telapak tangannya seolaholah menyentuh segumpal benda yang amat lunak dan mempunyai daya pental yang kuat, tak ampun badannya mencelat kebelakang. Dengan terkesiap dia mundur dua langkah, tampak sarang labalaba itu hanya sedikit bergerak, namun sama sekali tidak menderita kerusakan apa-apa. Tampaknya laba-laba raksasa itu sudah memiliki sifat yang tajam dan pintar, melihat orang yang manyergapnya, tubuh yang besar segera melompat turun keatas tanah. 329 "Blaaam...!" di ringi getaran keras, ketika cakar panjang laba-laba raksasa itu mencengkeram diatas sebuah batu cadas yang besar, seketika itu juga batu cadas itu hancur tak karuan lagi bentuknya, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya kekuatan yang dimiliki binatang tersebut. Ku See hong yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terperanjat, dia tak berani berayal lagi. Pedang Hu-thian seng-kiamnya segera digetarkan membentuk garis bianglala panjang yang secepat kilat membalik ke bawah dan menusuk tubuh labalaba raksasa tersebut. Laba-laba raksasa itu berpekik aneh, cairan hijau segera memancar kemana-mana. Dalam waktu singkat tubuhnya sudah kena dicincang oleh Ku See hong hingga tak karuan lagi bentuknya. Ku See hong kembali menggetarkan pedangnya, cahaya senjata berputar lewat ketika ia mengayunkan senjatanya berulang kali diatas sang laba-laba tadi, menyusul tangan kirinya melepaskan sebuah pukulan dasyat, serentak serangan laba-laba itu sudah kena tersapu bersih. Dia tak berani berdiam terlalu lama lagi disitu, dengan kecepatan luar biasa tubuhnya segera melompat masuk ke dalam gua yang sangat besar itu, namun ketika matanya memandang sekeliling tempat itu seketika itu juga tubuhnya mundur beberapa langkah dengan perasaan terkesiap. Ternyata banyak batu cadas telah berguguran didalami gua yang lebarnya mencapai dua puluhan kaki itu, diantara bongkahan2 batu karang itu penuh dengan sarang laba2 yang membentang kian kemari, dipusat tiap lingkaran sarang laba2 itu, tampaklah seekor laba2 berkaki delapan yang berwarna hijau kerabu-abuan. Yang lebih mengerikan lagi adalah diatas tanah disekeliling permukaan gua itu diliputi oleh selapis gelombang merah yang bergolak kian kemari. Ternyata yang dimaksudkan sebagai gelombang merah itu adalah sekelompok semut-semut berwarna merah yang amat besar sekali. 330 Semut-semut raksasa tersebut berkaki panjang dan berjuta-juta ekor banyaknya, permukaan gua yang paling tidak dua puluh kaki luasnya itu hampir dipenuhi oleh semut-semut tadi. Rupanya gerombolan semut-semut raksasa berwarna merah itu bermunculan dari sebuah celah dinding batu yang merekah dan berhamburan keluar. Ku See hong terkesiap sekali, ia tahu kelompok semut merah bertubuh raksasa ini pasti mengandung racun yang sangat jahat, seandainya sampai tergigit, tak ayal lagi nyawanya pasti akan melayang meninggalkan raga kasarnya. Apalagi setelah pemuda itu melihat jelas keadaan disekitar sana, dia semakin mengeluh lagi, ternyata sedemikian banyaknya semut2 merah itu berhamburan keluar dari sarangnya, membuat seluruh permukaan maupun dinding batu yang ada disitu dipenuhi oleh binattng itu, bahkan mulut gua didepan sanapun dilapisi jutaan semut merah. Hakekatnya mustahil lagi baginya untuk melangkah keluar dari tempat itu. Seandainya disana hanya ada semut-semut merah saja, dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya, paling banter dia hanya perlu berganti napas sekali saja untuk mencapai mulut gua. Tapi kenyataannya tidak segampang itu, hampir seluruh celah dan tempat kosong dalam gua dipenuhi oleh sarang laba-laba yang kuat, untuk bisa melompat keluar dari situ, paling tidak dia harus menghancurkan empat lapis sarang laba-laba terlebih dahulu, padahal apabila badannya sampai terperosok kedalam rombongan semut merah raksasa itu, niscaya habis sudah jiwanya. Ku See hong menjadi sangat gelisah, ia betul betul kehilangan akal dalam keadaan begitu, padahal semut merah masih berhamburan keluar dari sarangnya dan kini mulai merambat ke arah mana ia berdiri sekarang. Mendadak.... 331 Ku See hong mengambil sarung pedangnya ditangan kiri, kemudian tubuhnya meluncur ke depan, serentetan cahaya gemerlapan yang menyilaukan mata secepat kilat menerjang ke arah sarang laba-laba pertama. "Sreeet... Sreeet....!" desingan tajam membelah angkasa, sarang laba-laba yang pertama telah tersayat menjadi beberapa bagian. Sementara itu tubuh Ku See hong telah meluncur ke bawah tanah, dalam keadaan begini sarung pedang ditangan kirinya secepat kilat menutul diatas permukaan tanah, badannya segera melambung kembali dan meluncur ke arah sarang laba-laba kedua. Perbuatan yang dilakukan tadi segera diulangi kembali, dan menghancurkan sarang laba-laba tersebut dengan pedang mustika Hu-thian seng-kiam yang berada ditangan kanannya. Hanya didalam waktu singkat, secara beruntun Ku See hong telah berhasil menghancurkan lapisan sarang laba-laba, kini sarung pedangnya sekali lagi menutul diatas permukaan tanah dan tubuhnya bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya meluncur keluar dari gua. Tiba-tiba Ku See hong menyadari akan sesuatu pikirnya: 'Aduuuh celaka..! Gua ini berjarak lebih kurang tujuh puluhan kaki dari permukaan tanah, jika aku meluncur dengan begini saja kebawah, walaupun sudah mengerahkan segenap rawa murni yang kumiliki, kendatipun tak sampai mati paling tidak juga akan terluka parah.' Ingatan tersebut baru saja melintas lewat, tubuhnya telah meluncur sejauh lima kaki lebih dari mulut gua, kemudian dengan cepat badannya merosot turun kebawah. Dengan sepasang mata terpentang lebar, dia mengawasi sekejap sekeliling tempat itu namun tiada tempat yang bisa dipakai untuk berganti napas, padahal badannya telah meluncur kebawah dengan kecepatan bagaikan sambaran petir....... Waktu itu senja telah menjelang tiba matahari sore sedang memancarkan cahaya ke empat penjuru... 332 Mendadak Ku See hong teringat kembali dengan taktik melambung didalam ilmu gerakan tubuh Mi-khi biau-tiong, dengan cepat ia menghimpun tenaga dalamnya, lalu seperti segumpal kapas lunak pelan pelan badannya melayang turun ke bawah. Ku See hong segera membentangkan sepasang lengannya, kedua ujung kakinya saling berpijak pada punggung kaki, tubuhnya bagaikan segumpal kapas melayang turun dengan ringan. Angin berhembus kencang mengibarkan bajunya, di bawah timpaan cahaya matahari sore yang menyoroti badannya, gerakan tubuh tersebut nampak indah menawan. Hanya didalam sekejap mata saja Ku See hong telah berhasil mencapai permukaan tanah dengan selamat. Dia mendongakkan kepalanya dan menghembuskan napas panjang, gumamnya sambil menghela napas: "Tak kusangka ilmu meringankan tubuh yang kumiliki telah mencapai ke tingkatan yang begitu tinggi..." Memandang bukit karang yang menjulang tinggi keangkasa, tanpa terasa ia menghela napas sedih, dalam benaknya terbayang kembali akan si kakek yang seorang diri. Dimasa hidupnya dulu dia sudah hidup menyendiri, sesudah mati mayatnya akan tenggelam kedalam bumi, dalam dunia yang luas, mungkin hanya dia seorang yang mempunyai nasib seburuk itu. Sementara itu, dari atas puncak batu karang itu seakan akan bergoncang keras dan tiap saat bakal ambruk ketanah. Sedangkan dari permukaan sekeliling batu karang itu telah muncl retakan-retakan besar yang dalam sekali. "Aaaai....!" sekali lagi Ku See hong menghela napas sedih, benaknya terkenang kembali semua pengalaman yang dialaminya selama dua bulan terakhir ini. Semua kejadian serasa bagaikan impian, terutama diantaranya pengalaman yang menimpa Bun-ji koan-su, Keng Cin sin dan Kakek Yang Menyendiri tadi. Ketiga orang itu merupakan orang yang tak 333 akan terlupakan sepanjang hidupnya, tapi ketiga-tiganya sudah tiada lagi didunia ini.... Teringat diri Keng Cin sin, air matanya jatuh bercucuran bagaikan hujan gerimis, ia merasa sedih sekali. Selama hidup belum pernah dia alami kesedihan seperti ini, ia tak pernah bersikap lemah dengan mengucurkan air mata, hanya kepadanya Keng Cin sin, bayangan gadis itu serasa melekat selalu didalam benaknya. Selama berkelana dalam dunia persilatan dimasa lalu, walaupun banyak kesulitan telah dialaminya, namun dia melewati sambil menggertak gigi, tapi sekarang tidak, tepatnya belakangan ini. Dia baru mengerti kalau kehidupan manusia itu sebenarnya tidak gampang, bagaimana pun juga didunia ini banyak terdapat persoalan yang bisa menghancur lumatkan perasaan orang. Tapi, justru karena pelbagai pengalaman dan penderitaan yang dialami inilah dia menjadi lebih matang, bahkan jauh lebih pengalaman dari pada orang yang berusia setengah umur. Dalam suasana dan keadaan seperti ini, ia sudah memikirkan lagi ucapan yang selalu merupakan kebanggaannya, yakni 'Enghiong hanya melelehkan darah tidak melelehkan air mata!'....Dia membiarkan air matanya jatih bercucuran dengan derasnya. Ia mendongakkan kepalanya memandang langit yang gelap, hanya bintang yang bertaburan tiada rembulan. Dengan penuh kesedihan Ku See hong berpekik nyaring lalu mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya bergerak menuju ke arah barat. Dia ingin mencari puncak bukit lain pada jarak satu Li dari sana dan melatih ketiga jurus pedang yang tercantum pada dalam kitab kecil peninggalan Kakek Menyendiri itu, disamping ia ingin menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bukit karang yang menjulang tinggi keangkasa itu longsor dan ambruk. Ditengah gelapnya malam, keempat penjuru hanya penuh dengan pepohonan serta batu karang, angin menghembus kencang, 334 bayangan hitam bergerak gerik seolah-olah kawanan iblis yang menanti mangsanya menghantarkan kematian.... Semenjak minum cairan darah Naga Bumi, tenaga dalam yang dimiliki Ku See hong telah mencapai kemajuan yang pesat sekali. Oleh karena gabungan dari beberapa macam sari mustika yang bercampur didalam tubuhnya, hawa murni yang dimilikinya sekarang dapat beredar tiada habisnya, kekuatan yang sangat kuat itu bagaikan gulungan ombak ditengah samudra yang menggulung tiada habisnya. Tubuhnya bergerak begitu enteng bagaikan segumpal kapas yang tak berbobot, setiapkali lompatan tubuhnya mencapai sejauh sepuluh kaki lebih dari posisi semula, tak ubahnya bagaikan burung walet yang sedang terbang di angkasa. Kesempurnaan ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya sekarang boleh dibilang telah mencapai pada puncaknya, mungkin dalam dunia persilatan dewasa ini sudah tiada banyak orang lagi yang dapat menandingi kehebatan ilmu meringankan tubuhnya. Dibawah sorot cahaya bintang, seperti sambaran petir saja badannya bergerak kemuka, makin lama gerakan tubuhnya semakin cepat, seakan akan kakinya tidak menempel pada permukaan tanah, membuat orang hanya melihat sekilas cahaya berkelebat lewat, tahu tahu bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas. Dalam waktu singkat, Ku See hong telah tiba diatas sebuah puncak bukit sejauh satu Li dari tempat semula dan berdiri di puncak bukit karang tersebut. Sekeliling tempat itu tampak pepohonan yang rindang tumbuh dengan amat suburnya, dengan amat jelas sekali ia dapat menyaksikan keadaan dari bukit diseberang itu. Betul Ku See hong telah makan cairan Tee liong hiat-poo sehingga kekuatannya bertambah, namun setelah beberapa malam tak pernah beristirahat, begitu suasana menjadi tenang rasa lelah segera menyerang seluruh tubuhnya. 335 Maka diapun duduk bersila diatas tanah untuk mengatur napas, tak selang berapa saat kemudian ia sudah berada dalam keadaan lupa segala galanya. Tatkala sadar kembali dari semedinya, fajar telah menyingsing, hari ini goncangan yang menimpa bukit seberang bergema semakin keras, bahkan puncak bukit dimana ia berada sekarangpun turut dilanda goncangan yang amat keras. Dari dalam sakunya Ku See hong mengeluarkan kitab kecil peninggalan Kakek Yang Menyendiri itu, lalu mulai mempelajari ketiga jurus ilmu pedang tersebut. Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Walaupun tulisan yang tercantum dalam kitab itu telah dipelajari dan dikupas dengan penuh ketelitian, bahkan diterangkan pula oleh gambar, tapi berhubung jurus pedang itu terlalu dalam artinya, lagipula sangat lihay, ia belum berhasil juga untuk memahami makna yang sesunggunnya. Setelah melalui pemikiran yang seksama selama dua hari dua malam, akhirnya Ku See hong berhasil memahami garis besar dari Jurus pertama. Kejut dan heran segera menyelimuti seluruh perasaannya, ternyata jurus pedang ini dengan jurus Hoo-han seng-huan yang diwariskan Bun ji koan su kepadanya, seakan-akan memiliki kekuatan dan kehebatan yang hampir sejalan, namun kedua macam kepandaian itu tak bisa digunakan secara bersamaan, melainkan hanya bisa digunakan secara terpisah pisah..., kalau tidak, kekuatan yang dihasilkan pasti akan beberapa kali lipat lebih dahsyat lagi..! Pada dasarnya, Ku See hong memang seorang yang gila ilmu silat, begitu menemukan rahasia dari kepandaian tersebut, ia menjadi girang setengah mati. Sepanjang hari, segenap pikiran dan perhatiannya tercurahkan pada ketiga jurus pedang itu. Hanya saja selama ini dia tidak mempraktekan secara langsung, melainkan hanya memikirkannya didalam benak nya. 336 Ada kalanya dia garuk kepala sambil memandang awan diangkasa dengan wajah termangu, tapi saperti juga orang yang semedi, tiap kali ia termangu maka hal ini berlangsung sampai setengah harian lamanya. Akan tetapi setiap kali berhasil memecahkan persoalan pelik yang sedang dihadapinya, ia menjadi kegirangan setengah mati sehingga lupa daratan. Pekikan nyaring dikumandangkan berulang kali, seakan-akan orang yang lagi tertawa tergelak. Setelah menghabiskan waktu selama lima hari lima malam, Ku See hong baru berhasil mengingat sebagian kecil saja dari gerakan ketiga jurus ilmu pedang itu. Pagi itu merupakan hari ke tujuh setelah Ku See hong minum cairan mestika Tee liong hiat poo. Hari ini cuaca tampak agak luar biasa, fajar belum lagi menyingsing diufuk sebelah timur, langit sudah diliputi oleh cahaya terang, awan diangkasa tidak lagi berwarna putih seperti sedia kala, melainkan berwarna kuning keemas-emasan. Suasana dipagi hari itu ibaratnya suasana senja dikala matahari hendak tenggelam dilangit barat, sedemikian suramnya suasana ketika itu, sehingga orang yang tak tahu keadaan, tentu akan mergira senja telah menjelang tiba. Gemuruh keras yang semula berkumandang dari bukit sebelah, kini berubah menjadi hening sepi..., sedemikian sepinya sehingga mendatangkan suasana yang menyeramkan, tiada angin yang berhembus lewat, pohon dan dedaunan tiada yang tergoncang, seakan-akan dunia sudah kiamat. Seluruh jagad seakan akan diliputi oleb keseraman, kengerian dan kemurungan....... Ku See hong berdiri tegak dipuncak bukit itu sambil memandang kearah tebing karang yang menjulang keangkasa diseberang sana. Bukit ini nampak berdiri kokoh dengan angkernya, siapapun takakan percaya kalau bukit yang begitu kokoh akan longsor dan tenggelam kedalam bumi. 337 Mendadak..... Peristiwa yang mengerikan telah mulai berlangsung, tanah mulai retak retak, gempa dahsyat menggoncangkan seluruh permukaan bumi.... "Blaaammm......blaaammm.....blaaamm!" ledakan demi ledakan dahsyat menggema dari puncak bukit karang itu, demkian kerasnya suara ledakan tersebut serasa memekikkan telinga, dan lagi ledakan demi ledakan menggelegar tiada putusnya. Menyusul ledakan keras itu, bumi bergoncang keras dan batu serta tanah pun mulai berguguran. Ku See houg dapat menyaksikan timbulnya retakan retakan besar diatas dinding karang yang tegak lurus dan menjulang tinggi ke angkasa itu...... "Blaaammm...! Blaaammm...! Ggrrrr........" Suatu kekuatan getaran gempa yang maha dasyat melanda tiba. Ku See hong segera merasakan kepalanya pusing tujuh keliling, kakinya tak mampu berdiri tegak lagi sehingga tak ampun tubuhnya segera roboh terjengkang ke atas tanah, akan tetapi dengan cepat dia melompat bangun lagi. "Kraaai....! Kraaakk..........!" Retakan demi retakan membelah seluruh permukaan bukit itu, dengan jelas Ku See hong dapat melihat pepohonan bertumbangan, lalu diatas permukaan bikit yang semula menghijau itu muncul beribu ribu buah retakan yang merekah. "Blaaamm.....! Blaaamm......! Blaamn..., Kraak..... pleetakk....!" Pelbagai bunyi keras menggelegar saling menyusul, bumi bergoncang semakin keras, dunia serasa berputar kencang. Ku See hong dengan mengandalkan kekuatan tubuhnya yang tinggi segera mempertahankan diri sekuat tenaga untuk melawan getaran demi getaran yang menghebat itu. 338 Diantara getaran demi getaran serta ledakan demi ledakan yang memekikan telinga inilah, puncak bukit yang menjulang tinggi keangkasa itu mendadak retak dan berguguran kebawah, ketika menyentuh bumi segera bergema suara ledakan yang tak terlukiskan dengan kata kata, pasir dan batu segera bertebangan kemana mana. Dinding bukit yang tegak lurus turut merekah menjadi dua bagian, kemudian diiringi gemuruh yang amat nyaring, mulai berguguran keatas tanah, seluruh bukit pun mulai amblas kedalam tanah di kuti beterbangannya pasir dan batu sehingga langit serasa berubah menjadi gelap gulita. "Aaaai.... daratan telah tenggelam kedalam perut bumi........!" pekik Ku See hong dengan perasaan terkejut. Rupanya sekitar satu Li disekeliling bukit karang itu mendadak merekah dan muncul sebuah lingkaran yang besar sekali, kemudian seluruh permukaan disekitar lingkaran tadi amblas ke dalam bumi. Seketika itu juga, angin puyuh menderu-deru, segulung desingan angin, yang sangat kuat menyapu seluruh jagad. Paras muka Ku See hong berubah hebat, cepat-cepat ia mendekam atas tanah untuk melindungi diri. Ledakan demi ledakan masih berkumandang silih beganti, gemuruh yang memekikkan telinga menggema diseluruh angkasa. Semua perpohonan yang tumbuh diatas bukit dimana Ku See hong berdiri sekarang turut bertumbangan diatas tanah dan berguguran kedalam jurang. Bukit dan seluruh permukaannya makin bergoncang semakin keras, mengikuti getaran itu, pelan pelan permukaan tanah tenggelam ke dasar bumi di ringi desingan angin puyuh yang luar biasa dahsyatnya. Ku See hong mendekam rapat rapat diatas bumi,peluh dingin telah membasahi seluruh jidntnya. Dia tahu walaupun bukit dimana ia berada sekarang tidak turut tenggelam, namun tekanan udara 339 disekeliling bukit itu sangat kuat dan berat sehingga membuat napas menjadi sesak dan peredaran darah didalam tubuhnya mengembang kencang, sungguh merupakan suatu penderitaan yang menyiksa badan. Tiba-tiba.... Ku See hong menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya ke seluruh badan, lalu seenteng kapas dia melambung keudara mengikuti gulungan angin puyuh yang sedang menderu2 itu dan meleset ke depan dengan kecepatan luar biasa. Dengan suatu gerakan yang sangat indah, dia meloloskan diri dari pusingan angin puyuh yang menenggelamkan daratan itu. Dengan tenggelamnya bukit karang itu kedalam perut bumi, maka semua tumbuhan maupun kehidupan yang berada satu Li diseputar tempat itu turut terkubur pula kedasar tanah, dalam waktu singkat bekas tanah dimana bukit itu berdiri tadi berubah menjadi sebuah telaga lumpur yang amat besar. Lumpur didalam telaga itu mendidih seperti bubur, udara panas yang menyengat membuat asap putih membumbung tinggi keangkasa. Peristiwa ini benar-benar sangat mengerikan sekali seakan-akan dunia baru saja tercipta. Matahari telah tenggelam ke langit barat, remang remangnya udara senja telah menyelimuli seluruh jagad. Semua tumbuhan dua li di seputar telaga berlumpur mendidih itu telah layu dan mati, suatu pemandangan yang tragis..... Terhembus angin malam yang dingin, udara makin lama makin gelap, suasana pun makin lama semakin suram.... Pemuda yang baru saja mengalami suatu pemandangan menyeramkan dan lolos dari kematian itu menghela napas pedih, pelan-pelan dia beranjak dan meninggalkan tempat yang suram dan mengerikan itu, lenyap dibalik kegelapan nun jauh didepan sana.... Kini yang tertinggal hanyalah sebuah telaga yang luas dengan lumpur yang mendidih...... Yaa, kecuali itu hanya batu-batu cadas serta tanah yang gersang, tiada tumbuhan, tiada kehidupan..... 340 Tempat disitu seakan-akan sudah mati, seakan-akan sudah kiamat dan tiada kehidupan lagi........ Angin malam berhembus lewat, langit semakin gelap...... suasana terasa makin mengenaskan. 00000OdwO00000 Bab 16 PERMULAAN musim salju yang dingin, mengikuti bergugurannya daun dan bebungaan telah menjelang tiba dalam kehidupan manusia tanpa menimbulkan suara........ Matahari dipermulaan musim begini sama sekali tidak menyengat tubuh, malah sebaliknya mendatangkan perasaan hangat dan nyaman bagi umat manusia...... Disebuah jalan raya di Gi-keh-wan yang merupakan jalan penting menuju ke kota Tiang-sah, tampak seorang pemuda berpedang antik sedang melakukan perjalanan ditengah sorot matahari yang hangat..... Sepasang matanya memancarkan sinar tajam yang menggidikkan, memandang pepohonan yang gundul disepanjang jalan, terlintas perasaan murung dan sedih diatas wajahnya. "Aaaai ...!" tiba-tiba ia menghela napas panjang. Apa arti dari helaan napas itu" Apakah melambangkan kesepian dan sebatang kara" Mendadak..... Sepasang alis matanya berkenyit, mukanya menjadi dingin kaku dan keketusan serta keteguhan hati tersungging diujung bibirnya, hal mara membuat kegagahan serta kangkuhan semakin memancar diwajahnya. Dia.... tak lain adalah Ku See hong! 341 Gi-keh-wan merupakan kota terakhir sebelum tiba dikota Tiangsah. Kebanyakan saudagar dan pelancong yang tidak berhasil mencapai kota Tiang sah, sebagian besar akan menginap disini. Itulah sebabnya, kota ini jauh berbeda dengan kora kota yang lain. Tampak bangunan berloteng berdiri sepanjang jalan kota, bukan saja ramai penduduknya, perdagangan ditempat itupun amat makmur. Waktu itu adalah menjelang tengah hari,itulah saatnya orang bersantap siang. Hampir semua rumah makan penuh dengan tamu. Pelan pelan Ku See hong berjalan kedepan sebuah rumah makan yang agak sepi. Ia mendongakkan kepalanya keatas, tampak olehnya rumah makan itu memakai merek "Cui-Sian cui-loo". Sementara itu dua orang pelayan telah menyongsong kedatangannya, sambil membungkukkan badan dan tertawa katanya: "Tuan silahkan masuk! Dirumah makan kami tersedia arak paling baik serta sayur kenamaan dari selatan maupun utara. pelayan baik, servis memuaskan, tanggung tuan akan merasa puas........" Ku See hong mendengus dingin, pelan-pelan dia naik keatas loteng. Rumah makan Ciu-sian ciu-loo merupakan rumah makan yang masuk hitungan dalam kota Gi-keh-wan, tempat duduknya luas dan bisa mencapai dua tiga ratus orang,apa lagi sekarang adalah tengah hari, pelbagai macam manusia berkumpul disana membuat suasana yang ramai. Ku See hong segera memilih sebuah tempat duduk yang dekat dengan jendela.... Pelayan menyodorkan daftar makanan, Ku See hong minta sekati arak Cong goan-ciu dan beberapa macam sayur, lalu dahar dengan kepala tertunduk. Waktu itu perasaannya sedang gundah dan sedih, hal ini membuat pemuda yang dasarnya memang angkuh semakin segan untuk memperhatikan tamu-tamu disekitarnya. Padahal, suasana 342 didalam rumah makan Cui-sian ciu-loo pada hari ini sedikit berbeda dengan keadaan dihari-hari biasa. Dilihat dari senjata tajam yang mereka bawa, serta sorot mata mereka yang tajam, setiap orang dapat segera mengetahui kalau mereka merupakan jago jago silat yang berilmu tinggi. Sebenarnya para tamu yang berada diatas loteng itu sedang berbincang-bincang dengan suara yang ramai, akan tetapi, semenjak menyasikan kemunculan Ku See hong, seketika itu juga suasana berubah menjadi hening. Beratus pasang mata serentak dialihkan ke wajahnya dengan perasaan kaget dan tercengang. Mungkin mereka telah dibuat terpesona oleh sikap Ku See hong yang angkuh, gagah dan luar biasa itu. Dihadapan Ku See hong duduk dua orang manusia yang aneh, mereka sama sekali tidak terpengaruh oleh keangkuhan diri Ku See hong. Setelah melirik sekejap dengan sinar mata sinis, mereka lanjutkan kembali pembicaraannya. Seorang diantara mereka berdua adalah seorang lelaki bercambang yang memakai baju biru sepatu rumput dan berdandan sebagai seorang penebang kayu, tubuhnya tinggi besar dan mengerikan sekali, mukanya hitam pekat bagaikan pantat kuali. Duduk disitu, perawakannya persis seperti sebuah pagoda kecil. Sedangkan orang yang lain adalah seorang lelaki setengah umur yang berwajah putih dan berdandankan seorang peramal, tubuhnya kecil dan pendek hingga merupakan kebalikan dari rekannya namun wajahnya menampilkan kecedasan serta kemampuan yang luar biasa. Sekilas pandangan saja, siapa pun akan tahu kalau dua orang manusia itu adalah jago-jago persilatan yang sudah lama berkecimpungan didalam dunia persilatan, sehingga pengalamannya luas sekali. Terdengar lelaki tinggi besar yang berdandan sebagai penebang kayu itu sedang berkata dengan suaranya yang serak, bagaikan 343 gembrengan bobrok: "Saudara In...!, Barusan kau bilang dalam dunia persilatan Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo akan mengalami lagi suatu badai pembunuhan, sebenarnya apa maksudmu?" Peramal berbaju putih itu mengangkat cawan araknya dan meneguk setegukan, lalu sahutnya: "Lui lote..., dengan watakmu yang berangasan serta pengalamanmu berkelana dalam dunia persilatan selama banyak tahun, masa tidak kau ketahui akan beberapa macam persoalan penting yang telah terjadi dalam dunia persilatan belakangan ini" Kalau cuma itu saja tidak tahu, sia-sia saja kau disebut Sinhong hwe-ciau (Penembang Kayu Api Berangin Sakti)...!" Lelaki yang disebut si Penebang kayu Api itu segera meraung gusar, teriaknya lantang: "In heng, siapa .yang tak tahu kalau kau disebut orang sebagai Biau-ki-siangsu (Peramal Sakti Berotak Pintar), sudah sepantasnya, kalau pengetahuanmu lebih luas daripada pengetahuanku, apa yang perlu dibanggakan" Sudanlah, tak usah jual mahal, cepat katakan!" Begitu dua orang manusia aneh itu 'melaporkan' namanya, kontan semua tamu yang berada disekeliling tempat itu merasakan hatinya bergetar keras, siapapun tak ada yang menyangka kalau dua orang manusia aneh itu tak lain adalah Lam-ciau Pak-siang...! (Penebang Kayu dari Selatan, Peramal dari Utara) yang amat termashur itu. Yang dimaksudkan sebagai Lam-ciau (Penebang Kayu dari Selatan) dan Pak-siang (si Peramal dari utara) tak lain adalah Siu-hong hui-ciau (Penebang kayu Api) Lui-Ki serta Biau-ki siang-su (Peramal Sakti Berotak Cerdas) In-Han-im. Kedua orang ini, yang satu hidup di selatan, yang lain hidup di utara. Dalam satu pertarungan sengit yang mereka lakukan selama satu hari satu malam dan berakhir dengan keadaan seri..., dari lawan mereka jadi teman dan terikatlah suatu persahabatan yang sangat akrab. 344 Cara kerja mereka amat setia kawan, namun terhadap kaum sesat, merekapun turun tangan amat keji. Sedemikian anehnya watak kedua orang itu, sehingga boleh dibilang sama sekali tak punya hubungan dengan umat persilatan...... Biau-ki siang-su, In Han-im, memandang sekejap adik angkatnya yang sedang amat gelisah itu, kemudian tertawa terbahak-bahak, katanya pelan: "Lui lote, kalau dilihat dari kegelisahanmu itu, tampaknya kaupun takut kalau sampai beberapa peristiwa itu melibatkan pula dirimu?" "Saudara In, jangan terlalu menghina kemampuan sendiri!", teriak Sin hong hweeciau Lui-Ki dengan lantang; "Sudah dua puluhan tahun lebih Sin-hong hwee-ciau malang melintang dalam dunia persilatan, bukit golok, kuali minyak telah kujelajahi semua, masa aku bisa kuatir terlibat" Hmm....siaute tak lain hanya ingin mengetahui persoalan apa saja sehingga dapat menimbulkan kegoncangan hebat didalam dunia persilatan ?" Tanpa terasa semua tamu yang berada dalam ruangan rumah makan itu sama-sama memasang telinga dan mendengarkan dengan seksama, mereka ingin tahu peristiwa apakah yang hendak diucapkan oleh Biau-ki siang-su tersebut. -oo0dw0oo- Jilid: 11 KU SEE HONG sendiri, walaupun menunjukkan sikap yang acuh, seakan-akan dunia mau kiamatpun dia tak ambil perduli, sesungguhnya dengan sepasang mata yang tajam, dia telah awasi setiap tamu yang berada diruangan itu. Menyaksikan perhatian orang yang begitu serius, diam-diam diapun turut merasa terkesiap. Telinganya yang tajam telah menangkap jelas semua pembicaraan dari Lam-ciau serta Pak-siang, dia pun ingin tahu peristiwa apakah yang telah menimbulkan kegugupan bagi umat persilatan. 345 Tampak Biau-ki siang-su In Han im menarik muka, lalu berkata dengan serius: "Lui lote..., persoalan ini bukan hanya satu saja, bahkan setiap peristiwa merupakan kejadian yang cukup menggetarkan hati orang..!" Setelah berhenti sebentar untuk menarik napas panjang, ia melanjutkan lebih jauh, "Peristiwa aneh yang PERTAMA adalah: Tentang suara nyanyian aneh yang diketahui setiap orang semenjak tiga belas tahun berselang itu......." "Sebenarnya setiap umat persilatan menaruh curiga kalau nyanyian itu merupakan nyanyian dari Bun-ji koan-su, s?manusia sakti dari dunia persilatan`, untuk membalas dendam atas dikurubutinya dia dipuncak Toa-soat-san pada dua puluh tahun berselang!.., Dia dengan menggunakan nyanyian itu untuk memancing kaum laknat tersebut masuk ke dalam perangkapnya dan membunuh mereka satu persatu.!" "Siapa tahu dugaan umat persilatan selama ini ternyata tidak benar! . . . ,karena nyanyian aneh itu bukan dibawakan oleh Bun-ji-koan-su, melainkan oleh seorang pemuda yang tidak dikenal.............!" Baik Lam-ciau maupun Pak-siang adalah manusia manusia yang luar biasa, ternyata pandangan serta penilaian mereka terhadap para Bu-lim cianpwee pun lain daripada yang lain. Tidak seperti orang lainnya, mereka tidak ingin pandangan tersebut terpengaruh oleh kesan-kesan sampingan lainnya.... Sebagaimana diketahui, Bun-ji-koan-su dianggap oleh umat persilatan sebagai seorang gembong iblis yang amat keji, tapi sekarang Biau-ki-siang-su telah menyebutnya sebagai seorang `Manusia Sakt?, sedangkan terhadap para jago yang mengajar Bun-ji-koan-su dianggapny?kawanan laknat`!.., penilaian yang amat berani ini segera menimbulkan rasa kaget dan tercekat oleh semua jago persilatan yang hadir disitu. 346 Ku See-hong merasa terharu sekali, dia sama sekali tidak menyangka kalau didalam dunia persilatan masih terdapat dua orang manusia gagah seperti Lam-ciau dan Pak-siang yang berani mengemukakan pandangan yang jujur dan adil terhadap gurunya . Sementara itu, terdengar Sin-hong-hwee ciau Lui-Ki menyela: "Saudara In, siapakah pemuda itu" Menurut perkataanmu itu belum tentu pandangan umat persilatan terhadap persoalan ini salah, siapa tahu kalau pemuda ini adalah murid atau ahli waris dari Bun-ji koan-su" Ku See hong yang mendengar perkataan itu diam-diam merasa terperanjat, ia tak menyangka kalau Sin hong hwee ciau yang tampaknya kasar dan berangasan ini, sesungguhnya terhitung pula seorang manusia yang cermat dan luar biasa, hal ini menunjukkan kalau nama besar mereka bukanlah nama kosong belaka. Biau-ki siang-su In Han im meneguk secawan arak, lalu berkata: "AKu kurang begitu jelas tentang nama dan julukan pemuda itu, tapi menurut dugaanku, dia memang ahli waris dari Bun-ji koansu.!" Sin hong hwee ciau Lui-Ki menghela napas panjang. "Aaaai...... kalau memang begitu, . . . teka-teki sekitar hilangnya sekawanan jago persilatan pada delapan belas tahun berselang bisa kita selidiki lewat muridnya Bun-ji koan-su ini?" "Lui lote, jangan kau anggap semua persoalan bisa diselesaikan dengan gampang." kata Biau ki siang-su menggeleng, "Kawanan jago yang hilang lenyap itu sama sekali TIADA hubungannya dengan Bun-ji koan-su, tapi dia pasti tahu hasil perbuatan siapakah itu..!" Sin hong hwee ciau Lui-Ki semakin terkejut bercampur keheranan, katanya satelah termenung sebentar: "Saudara In, perkataanmu makin lama semakin tidak kupahami, betul-betul membuat bingung hati orang saja." 347 Sikap Biau ki siangsu In Han im berubah makin misterius lagi, katanya lebih jauh: "Sesungguhnya peristiwa lenyapnya kawanan jago pada delapan belas tahun berselang adalah suatu rencana keji untuk menghilangkan saksi-saksi yang amat licik . . . ., adapun orang yang melakukan perbuatan terkutuk ini tak lain adalah kawanan manusia laknat yang berhati busuk...!" Baru saja berbicara sampai disitu, mendadak dari sudut rumah makan itu meluncur datang beberapa rentetan cahaya tajam yang disertai dengan desingan angin tajam, secepat sambaran kilat beberapa titik cahaya itu menyambar keatas jalan darah penting di punggung Biauki siang-su. Serangan senjata rahasia yang dilancarkan itu amat mendesak sifatnya, lagi pula memiliki kecepatan yang luar basa. Dalam waktu singkat senjata rahasia tadi sudah berada tiga depa didepan Biau-ki siangsu, tampaknya Peramal dari utara ini segera akan kena terserang..... Disaat yang kritis itulah, Biau-ki siang-su merasakan datangnya segulung angin yang sangat aneh membuat beberapa titik cahaya tajam itu berputar di angkasa dan . . . . , "Sreeet..!" di ringi desingan angin tajam telah meluncur balik ke tempat asalnya. Dua kali dengusan tertahan berkumandang memecahkan keheningan, lalu dari sudut ruang loteng itu tampak ada sosok tubuh roboh terkapar diatas tanah, diatas jalan darah mereka masing masing tertancap tiga batang paku bersegi delapan, yang memancarkan cahaya tajam, darah kental bercucuran dari ketujuh lubang inderanya, sedang jiwa mereka telah melayang meninggalkan raganya. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini membuat semua orang merasa amat terperanjat, bahkan semua orang mengira Biau-ki siang-su lah yang telah melancarkan serangan balasan tersebut, diam-diam mereka memuji setinggi langit atas kelihayan kungfu dari Lam-ciau pak-siang. 348 Sementara semua orang terpecah pikirannya, disudut meja didepan Ku See hong telah melayang datang seorang pemuda berbaju putih. Diatas punggung pemuda itu tersoreng sebuah pedang perak berbentuk ular, wajahnya terhitung amat tampan, alis matanya lenting dengan mata yang jeli, bibirnya tipis menbengkok kebawah, gerak geriknya angkuh dan dingin. Dengan sorot mata penuh rasa terima kasih, Biau-ki siang-su In Han im memandang sekejap kearah pemuda tampan berbaju putih itu. Paras muka pemuda berbaju putih itu dingin seperti salju dan sama sekali tanpa perasaan, dangan suara yang dingin merasuk tulang katanya: "Lanjutkan perkataanmu itu!" Melihat keangkuhan dan keketusan sang pemuda berbaju putih itu, timbul perasaan yang bercampur aduk dalam hati Biau-ki siangsu serta Sin hong hwee ciau sehingga paras mukanya berubah hebat. Ku See hong memiliki ketajaman mata yang luar biasa, sewaktu senjata rahasia menyerang ketubuh Bu khi siang-su tadi, dia sudah mengetahuinya dengan jelas. Tapi baru saja dia hendak turun tangan untuk membantu, ternyata pemuda berbaju putih yang aneh itu sudah mendahuluinya, menyaksikan kemampuannya untuk merontokkan senjata rahasia tadi, dia merasa amat terkesiap sekali. Betul dia juga seorang yang angkuh, namun setelah menyaksikan kepongahan pemuda berbaju putih itu timbul juga perasaan tak sedap dalam hatinya, tanpa terasa dengan sorot mata yang tajam dia melirik sekejap kearah pemuda berbaju putih itu. Kebetulan sekali, pemuda barbaju putih itu pun sedang memperhatikan Ku See hong dengan sorot matanya yang tajam 349 menggidikkan begitu sepasang mata mereka saling bertemu, kedua belah pihak samasama mendengus dingin dengan nada sinis. Sekalipun demikian, diam-diam mereka merasa terkesiap juga oleh keketusan dan sikap dingin lawannya, tanpa terasa mereka lantas berpikir. 'Tak nyana kalau dikolong langit masih terdapat manusia yang begini angkuh dan dingin seperti aku, tapi siapakah dia....." Yaa, siapakan orang ini...."' Kejadian aneh itu hanya berlangsung dalam waktu singkat, menanti semua jago yang berada dalam ruangan itu mendengar dua kali dengusan dingin dan mengalihkan sorot matanya ke wajah Ku See hong serta pemuda berbaju putih itu, kedua orang pemuda itu, sudah termenung dengan pikirannya sendiri-sendiri, seakan akan mereka tidak merasakan pandangan terkejut dan keheranan dari orang orang itu. Tiba-tiba Sin hong hwee ciau Lui-ki berteriak dengan suara lantang: "Saudara In, bagaimana selanjutnya" Cepat lanjutkan!" Biau Ki siang-su adalah orang yang cerdas, sekerangpun dia sudah tahu kalau dua orang pemuda yang berada di hadapannya ini masing-masing memiliki ilmu silat yang amat lihay. Sebagai peramal diapun dapat melihatkan kalau dua orang pemuda ini masing-masing memancarkan hawa kelurusan dan kejujuran, sudah pasti bukan anggota kaum sesat..., hanya saja mereka memiliki sikap angkuh dan dingin saja . . . . . Mendadak satu ingatan melintasi dalam benak Biau ki siangsu In Han im, pekiknya kemudian didalam hati: 'Aaaah,... mungkinkah kedua orang ini.."' Ketika Sin hong hwee ciau Lui-Ki menyaksikan paras muka Biauki siang-su berubah-ubah tak menentu, dengan cemas kembali dia berseru: 350 "Saudara In, siaute ingin cepat cepat mengetahui keadaan yang sebenarnya, kenapa kau tidak berbicara?" Biau-ki siang-su In Han im segera tersentak bangun dari lamunannya, diam-diam pekiknya dalam hati: 'Sungguh menyesal...' Dasar memang berotak cerdas, buru-buru katanya sambil tertawa: "Lui lote, kenapa kau musti gelisah" Barusan aku sedang memikirkan satu persoalan, baru saja pikiranku kebingungan, kau telah berteriak sehingga aku teringat kembali. Intrik keji yang kubicarakan tadi Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo memang sesungguhnya benar-benar telah terjadi...! Beberapa hari lagi sudah pasti semuanya akan terungkap, pokoknya peristiwa itu menyangkut soal dendam kesumat didalam dunia persilatan serta rencana busuk sekawanan manusia laknat yang ingin menguasai seluruh dunia persilatan...!" Ku See hong tahu kalau Biau-ki siang-su tidak mau mengungkapkan duduknya persoalan pada saat ini, dia lantas berpikir: 'Agaknya bila ingin mencari tahu masalah tentang guruku Bun-ji koan-su serta musuh besar kedua orang tuaku, mungkin hanya dia seorang yang tahu. Aku harus melindungi keselamatan jiwanya secara diam-diam....!' 'Tapi siapakah pemuda berbaju putih ini" Kalau benar demikian, sudah pasti dia adalah seorang musuh yang tangguh.' Sementara itu Bian-ki siang-su In Han im, telah menyumpit sayur dan disuap kedalam mulutnya, kemudian melanjutkan: "Peristiwa KEDUA adalah: Peristiwa yang menyangkut sisa-sisa anggota setia dari Kim-topang. Suatu perkumpulan paling besar dalam dunia persilatan telah dibasmi orang! Ternyata Sin tong tongcu San tian han jiu (Cakar 351 Dingin Sambaran Kilat), Sangkoan-Ik, sekalian tiga empat ratus orang telah dibantai orang secara kejam...!" Ku See hong segera merasakan darah didalam tubuhnya mendidih paras mukanya berubah hebat, tapi dia masih tetap berusaha keras untuk menahan diri agar wajahnya tidak berubah. Sebaliknya pemuda berbaju putih itu masih tetap bersikap dingin dan kaku, wajahnya sama sekali tanpa perubahan emosi. Sementara itu Biau-ki siang-su secara diam-diam memperhatikan pula paras muka kedua orang muda itu, ketika Ku See hong terpengaruh oleh gejolak emosi, hal itupun diketahui olehnya dengan jelas, dengan begitu, dia semakin jelas mengetahui akan asal usul Ku See hong serta pemuda berbaju putih itu. Terdengar Sin hong hwee ciau Lui-Ki berteriak dengan gusar: "Saudara In, siapakah pembunuh keji itu..." Brutal amat perbuatannya, siaute bersumh akan membalas dendam bagi korban yang telah tewas secara mengerikan itu!" Biau-ki siang-su In Han im segera tertawa terbahak-bahak. "Huaahh..... haahh...... haaahh..... Lui lote, sudah ada orang yang hendak membalaskan dendam bagi kematian mereka, cuma sayang dia hanya seorang diri, mungkin kekuatannya masih tidak cukup, maka boleh saja bila kita hendak membantu usaha orang itu..." Setelah meneguk secawan arak, dia melanjutkan: "Pembunuh keji itu tak lain adalah orang-orang istana Huan-mo-kiong dari Lam-hay yang sudah seratus tahun tak pernah menginjakkan kakinya didaratan Tionggoan.!" Setelah mendengar perkataan itu Ku See hong baru merasa terperanjat, ternyata Biau-ki siang-su memang bukan bernama kosong belaka! .....mungkinkah dia adalah seorang dewa" Kalau tidak, kenapa dia bisa mengetahui semua peristiwa ini dengan jelas 352 lagipula seperti tahu kalau dari Kim-to-pang sudah mempunyai ahli waris. Biau-ki siang-su tertawa ringan, seakan2 dia hendak menghilangkan kecurigaan dalam hati Ku See hong, katanya lagi: "Perkumpulan Kim-to-pang sudah dibasmi orang pada dua puluh tahun berselang, sisa anggotanya yang masih setia telah mengasingkan diri ketempat terpencil dan tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi. Dalam anggapan mereka, sekejam-kejamnya para manusia laknat yang telah membasmi Kim-to-pang pada dua puluhan tahun berselang, juga tak akan membunuh mereka lagi." "Sebagaimana diketahui dalam suatu pertarungan yang berlangsung pada seratus tahun berselang antara jago pedang nomor wahid dari dunia persilatan, Hu-hay it-kiam melawan pemilik Huan mo kiong di Lam-hay dulu...., Hu-hay it-kiam telah berhasil menangkan sebilah pedang (Huan-mo-kiam, dan orang2) Huan-mo-kiong untuk tidak melakukan perjalanan lagi dalam dunia persilatan! Konon pedang pendek itu kemudian diwariskan kepada ketua Kimto-pang Ku siam cong . . . . ! Ketika perguruan Kim-to-pang dibasmi orang, Ku Kiam cong telah menyerahkan pula pedang Huan-mo-kiam itu kepada San-tian han-jiau Sangkoan-Ik untuk menyimpannya." "Setelah banyak tahun hidup terasing dilaut selatan, belakangan ini rupanya Hanthian it-kiam Cia Cu Kim, telah berambisi kembali untuk merajai dunia persilatan. Dia telah mengumpulkan sampah-sampah masyarakat dari dunia persilatan, untuk menunjangnya guna mencapai apa yang dia harapkan." "Akan tetapi niat tersebut belum bisa diwujudkan berhubung pedang Huan-mo-kiam masih berada ditangan umat persilatan didaratan Tionggoan, karena menurut perjanjian dulu, barang siapa yang memegang pedang tersebut, dia berhak untuk membunuh setiap anggota istana Huan-mo kiong yang berani memasuki daratan Tionggoa." 353 "Oleh karena itu, sebelum orang-orang Huan-mo kiong melakukan penyerbuan atas daratan Tionggoan, maka pekerjaan pertama yang harus dilakukan lebih dulu adalah merebut kembali pedang Huan mo kiong tersebut.!" "Nah, ditinjau dari sini, bukankah jelas terbebaskan bahwa orang yang telah membantai para anggota setia dari perkumpulan Kim-to-pang itu tak lain adalah orang-orang Huan mo kiong?" Setelah mendengar penjelasan tersebut Ku See hong merasa kagum sekali atas kecerdasan serta kepandaian Biau-ki siang-su untuk memecahkan persoalan itu. Sambil tertawa Sin hong hwee ciau Lui-Ki berkata: "Saudata In, kau memang hebat sekali, tapi... bukankah kau pernah bilang kalau Kim-to-pang sudah mempunyai keturunan . . . . . " Siapakah orang itu....?" "Sebelum (lama)berselang, dari Huan mo kiong di Lam-hay telah tersiar keluar suatu kabar berita yang menggemparkan. Konon ada seorang pemuda yang gagah perkasa telah menyerbu ke dalam Huan-mo-kiong seorang diri dan membunuh banyak sekali jago lihay istana Huan mo kiong. Kemudian ia kena dibekuk oleh pihak Huan mo kiong dengan siasat yang busuk..., tapi dia berhasil hidup meski sudah menderita 'Lima Macam Siksaan' hebat, sehingga akhirnya berhasil kabur dari Huan mo kiong." "Andaikata orang ini tidak memiliki dendam kesumat sedalam lautan dengan orang-orang Huan mo kiong di Lam-hay,.. siapakah yang kesudian untuk bermusuhan dengan mereka" Konon pemuda itu she Ku, bernama See-hong dan mengaku sebagai ahli waris dari Bun-ji koan-su, si Pendekar aneh dari dunia persilatan itu!" "Sebagaimana diketahui, ketua Kim-to-pang dulu bernama KuKiam-cong, sedangkan pemuda ini pun she Ku, . . . . bukankah hal ini menandakan kalau Ku-Kiam-cong mempunyai keturunan?" Kembali Ku See-hong merasakan hatinya terkesiap setelah mendengar uraian itu... Dia tidak mengira kalau Biau-ki siang-su 354 bisa memperoleh semua berita tersebut dengan begitu cepat dan jelas..... Sementara itu Biau-ki siangsu In Han-im telah menghela napas sedih, lanjutnya: "Huan-mo-kiong dari Lam-hay telah memiliki kekuatan serta pengaruh yang besar sekali, seandai-kata dia sampai melakukan penyerangan ke daratan Tionggoan, entah reberapa banyak umat persilatan yang bakal mengalami musibah tersebut" ......Padahal didaratan Tionggoan sendiripun terdapat kawanan manusia laknat yang telah membentuk suatu organisasi yang amat kuat, (dan)mungkin beberapa waktu lagi mereka akan mulai melakukan pembataian secara terang-terangan dalam dunia persilatan! Bayangkan saja, betapa berbahayanya keadaan dunia persilatan pada saat ini!" Sim-hong-hwee-ciau Lui-Ki menghela napas pula dengan hati yang sedih, katanya kemudian: "Seandainya Bu-lim-koy-kiat, (Pendekar aneh dari dunia persilatan) Bun-ji koan-su masih hidup didunia ini, kawanan iblis dan badutbadut dunia persilatan itu pasti tak akan berani bertindak dengan begitu berani, aaa.i..... sayang benar kematian dari Bun- ji-koan-su!" Dengan nada yang misterius kembali Biau-ki siang-su In Han im berkata: "Semua peristiwa ini masih belum begitu aneh!, Belakangan ini didalam dunia persilatan telah muncul pula seorang pemuda yang aneh, ilmu silatnya tiada tandingan didunia ini...! dan pemuda itu kerjanya justru menantang jago-jago kenamaan untuk beradu kepandaian. Setiap kali berhasil mengalahkan musuhnya, dia selalu bertanya kepada pihak lawannya dengan sepatah kata: 'Apakah kau sudah takluk dengan ilmu silat aliran Cing hay-pay"'..." 355 "Bila lawannya mengatakan tidak puas, dia segera melancarkan seranganya lebih lanjut untuk membunuh orang itu.., sebaliknya jika mengatakan takluk, dia melepakan orang itu begitu saja." Paras muka Sin-hong hwee-ciau Lui-Ki berubah menjadi hijau membesi, serunya kemudian dengan gusar: "Benarkah didunia ini terdapat bocah keparat yang gila seperti itu" Aku orang she-Lui ingin sekali bertemu dengannya, ingin kuketahui apakah dia mempunyai tiga kepala enam lengan atau tidak!" 'Aduh celaka..!' pekik Biau-ki Siang-su In Han im diam-diam, 'Seandainya pemuda berbaju putih itu adalah dia.., ... pemuda aneh dari Cinghay, sudah pasti besar sekali kesulitan yang bakal dihadapinya.' Ku See hong sendiripun merasa gusar sekali, diam-diam ia bertekad untuk menjumpainya, dia ingin tahu pemuda macam apakah pemuda aneh dari Cing-hay yang latah itu. Terdengar Biau-ki siang-su In Han im kembali melanjutkan katakatanya: "Ilmu silat yang dimiliki pemuda aneh dari Cing-hay ini konon mirip sekali dengan ilmu silat dari aliran Hu-thian seng-kiam yang termasyur pada tiga tatus tahun berselang itu, selain aneh juga saktinya luar biasa...!!" Mendengar nama Hu-thian Seng-kiam disinggung, paras muka Ku See hong berubah hebat,... sebab dia ingin cepat-cepat mengetahui segala sesuatu Pewaris Keris Naga Emas 1 Jaka Sembung 8 Menumpas Gerombolan Lalawa Hideung Bajingan Gunung Merapi 2

Cari Blog Ini