Ceritasilat Novel Online

Masalah Di Teluk Pollensa 1

Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie Bagian 1 http://inzomnia.wapka.mobi Agatha Christie Masalah Di Teluk Pollensa Download Ebook Lainnya Di http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi Masalah di Teluk pollensa-Problem at Pollensa Bay pertama kali dipublikasikan di Inggris di Strand Magazine pada tahun 1936 sebagai salah satu kisah dengan tokoh utama Poirot 1 MASALAH DI TELUK POLLENSA Kapal uap yang berlayar dari Barcelona ke Majorca menurunkan Mr. Parker Pyne di Palma, pagi-pagi sebelum fajar menyingsing, dan pria itu langsung menghadapi masalah yang tak terbayangkan olehnya. Semua hotel penuh! Yang paling baik yang bisa diperolehnya hanyalah sebuah kamar sempit dan pengap, dengan jendela membuka ke halaman belakang, di sebuah hotel di kawasan pusat kota yang padat. Mr. Parker Pyne tidak Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi siap untuk menginap di tempat seperti itu. Pemilik hotel itu tidak peduli pada rasa kecewa tamunya. "Apa mau Anda?" tanyanya tak peduli Palma sekarang menjadi tujuan wisata yang populer! Suasana dan iklim yang berbeda membuat tempat itu disukai wisatawan mancanegara. Setiap orang-orang inggris, orang Amerika-mereka datang ke Majorca di musim dingin. Seluruh tempat itu penuh orang. Tak diragukan lagi, pria Inggris 9 itu pasti takkan memperoleh penginapan yang layak, kecuali, mungkin di Formentor yang mahalnya luar biasa dan karenanya dihindari oleh para wisatawan asing. Mr. Parker Pyne mengambil kopi dan sepotong roll-kue isi daging cincang-lalu berjalan keluar untuk memandangi katedral. Sayang, dia sedang tidak bisa menikmati keindahan arsitektur bangunan itu. Kemudian dia mengobrol dengan seorang sopir taksi yang ramah, dalam bahasa Prancis yang sesekali dibumbui kata-kata Spanyol. Mereka mendiskusikan keuntungan dan kemungkinan menginap di Soller, Alcudia, pollensa, dan Formentor-di sana terdapat hotel-hotel yang bagus tetapi sangat mahal. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Mr. Parker Pyne tergoda untuk bertanya, seberapa mahal tarif hotel-hotel itu. Mereka menarik sewa, kata si sopir taksi, yang sangat mahal hingga sepertinya tidak masuk akal dan konyol jika kita membayarnya. Bukankah orang tahu bahwa orang-orang Inggris memilih berlibur ke sini karena harga-harga di sini murah dan masuk akal" Mr. Parker Pyne berkata bahwa itu memang benar, tetapi-tolong katakan-berapa harga kamar di Formentor" Mahal sekali! Ya-tetapi BERAPA TEPATNYA HARGANYA" Akhirnya, sopir itu mau juga menjawab dengan menyebutkan sederet angka. 10 Karena baru saja menginap di hotel-hotel di Jerusalem dan Mesir, angka-angka-itu tidak membuat Mr. Parker Pyne merasa ngeri. Ongkos taksi disepakati, koper-koper Mr. Parker Pyne dimasukkanseenaknya ke dalam taksi, lalu mereka pun berangkat menyusuri pinggiran pulau itu. Di tengah perjalanan, mereka berhenti sesekali di hotel-hotel kecil yang lebih murah, meskipun tujuan akhir mereka tetap Formentor. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Tetapi mereka tak pernah sampai ke tujuan akhir itu, sebab setelah melewati jalan-jalan sempit di Pollensa dan menyusuri jalan yang melengkung sepanjang pantai, mereka tiba di depan Hotel Pino d'Oro-sebuah hotel kecil yang tegak berdiri di tepi laut. Dalam kabut di pagi yang indah itu, pemandangan di sekitar Pino d'Oro bagaikan sebuah lukisan Jepang yang sangat halus dan samar. Seketika itu juga Mr. Parker Pyne tahu bahwa hotel ini, dan hanya hotel ini, yang benar-benar sesuai dengan keinginannya. Dia menyuruh taksi berhenti lalu membelok melewati gerbang. Dia berharap akan menemukan tempat menginap yang nyaman. Suami-istri tua pemilik hotel itu tidak mengerti bahasa Inggris maupun bahasa Prancis. Tetapi, akhirnya persoalan bisa dibereskan dengan memuaskan. Mr. Parker Pyne diberi kamar yang menghadap ke laut, koper-koper diturunkan, sopir taksi memuji penumpangnya karena berhasil menghindari "hotel-hotel baru" yang tidak nyaman, menerima ongkos taksi, lalu pergi setelah mengucapkan salam perpisahan dalam, bahasa Spanyol dengan riang. 11 Mr. Parker Pyne melihat jam tangannya sekilas dan mengetahui bahwa saat itu bahkan masih pukul 09.45. Dia pergi ke luar, ke teras kecil yang Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi sekarang tersiram cahaya mentari pagi. Untuk kedua kalinya pagi itu, dia memesan secangkir kopi dan roll. Ada empat meja di teras itu, mejanya, satu meja yang sedang dibersihkan pelayan dari bekas-bekas sarapan, dan dua meja lain yang sudah diduduki orang. Pada meja yang paling dekat dengannya duduk sebuah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan dua putri mereka yang sudah dewasa-mereka orang Jerman. Di seberang mereka, di sudut teras, duduk seorang wanita Inggris-jelas-jelas wanita Inggris-dengan putranya. Wanita itu berusia sekitar 55. Rambutnya abu-abu indah Ia mengenakan setelan wol tipis yang* terdiri atas jas pendek dan rok, setelan yang sopan tetapi ketinggalan zaman. Penampilannya mencerminkan ciri khas wanita Inggris yang terbiasa bepergian ke luar negeri. Pemuda yang duduk di depannya mungkin berumur 25 dan dia juga contoh khas pemuda seusia-nya dan dari kelasnya. Wajahnya tidak terlalu tampan tapi juga tak bisa disebut jelek, tubuhnya tidak tinggi tapi juga tidak pendek. Jelas sekali hubungannya dengan ibunya amat baik-mereka asyik bercanda-dan dengan penuh perhatian ia melayani ibunya. Sementara asyik mengobrol, mata wanita itu bersitatap. dengan mata Mr. Parker Pyne. Ia me- Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi 12 mandang pria itu sekilas dengan pandangan yang mencerminkan sedikit ketidaksopanan yang terkendali. Mr. Parker Pyne tahu, dirinya telah dilihat dan telah dinilai. Dia telah dikenali sebagai seorang pria Inggris dan tak usah diragukan lagiserta tak lama lagi- kata-kata basa-basi yang sopan dan menyenangkan pasti akan dilontarkan ke arahnya. Mr. Parker Pyne sebenarnya tidak berkeberatan. Orang-orang senegaranya yang dijumpainya di luar negeri umumnya membosankan, tetapi dia bersedia mengisi waktunya hari itu dengan bersopan santun. Wanita itu, dia yakin, pasti punya "sikap tamu hotel" yang terpuji, begitu menurut istilah Mr. Parker Pyne. Pemuda Inggris itu bangkit dari kursinya, mengucapkan sesuatu sambil tertawa, lalu masuk ke hotel. Wanita itu mengumpulkan kertas-kertasnya, meraih tasnya, lalu mengubah posisi duduknya menghadap ke laut. Dia membuka koran Continental Daily Mail, Dia duduk memunggungi Mr Parker Pyne. Sambil meneguk sisa kopinya, Mr. Parker Pyne memandang wanita itu sekilas, dan tiba-tiba tubuhnya menjadi kaku. Dia kaget-kaget dan cemas Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi karena yakin, ketenangan liburannya pasti akan terganggu! Punggung itu amat ekspresif. Orang seusia dia sudah terbiasa mengamati sikap punggung orang. Sikap punggung yang kaku dan tegang... tanpa melihat wajah wanita itu, dia tahu mata wanita itu pasti berkaca-kaca oleh air mata yang 13 hampir tumpah. Dia juga tahu bahwa wanita itu dengan susah payah berusaha mengendalikan diri. Bergerak lamban, seperti binatang buruan yang kehabisan tenaga, Mr. Parker Pyne mengundurkan diri ke dalam hotel. Tak sampai setengah jam yang lalu dia menandatangani daftar tamu pada buku tamu yang tergeletak di meja. Nah, ini dia-tanda tangannya yang rapi-C. Parker Pyne, London Beberapa baris di atas nama Mr. Parker Pyne tertulis nama: Mrs. R. Chester, Mr. Basil Chester- Holm Park, Devon. Dengan pena, Mr. Parker Pyne menggoreskan sesuatu dengan cepat di atas tanda tangannya. Sekarang yang terbaca (dengan susah payah) adalah Christopher Pyne. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Kalau memang Mrs. R. Chester merasa tidak bahagia di Teluk Pollensa, Mr. Parker Pyne tidak akan memberikan jalan mudah bagi wanita itu untuk berkonsultasi dengannya. Selama ini dia sering terheran-heran karena begitu banyak orang yang ditemuinya di berbagai belahan bumi ini ternyata mengenal namanya dan pernah membaca iklannya. Di Inggris, ribuan orang membaca Times setiap hari dan dengan jujur mungkin akan menjawab bahwa mereka belum pernah mendengar namanya. Di luar negeri, renung Mr. Parker Pyne, orang cenderung membaca surat kabar negeri asalnya dengan lebih cermat. Tak ada sepotong berita pun, bahkan tak ada satu kolom pun iklan baris, yang tidak mereka baca. Sampai saat itu, liburannya sudah sering tergang14 gu. Dia harus berurusan dengan bermacam-macam masalah, dari pembunuhan sampai usaha pemerasan. Mr. Parker Pyne sudah membulatkan tekad hendak menikmati liburan yang tenang di Majorca. Secara instingtif dia langsung tahu bahwa seorang ibu yang sedang sedih dan putus asa mungkin akan mengganggu ketenangannya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Mr. Parker Pyne dengan senang memilih menginap di Pino d'Oro. Tak jauh dari situ ada sebuah hotel yang lebih besar, Hotel Mariposa, tempat banyak orang Inggris menginap. Ada juga koloni seniman di sekitar situ. Jika kita berjalan menyusuri pantai, ke arah desa nelayan dengan sebuah bar tempat orang berkumpul dan mengobrol sambil minum-minum, kita akan melihat beberapa toko. Suasana di sana amat damai dan menyenangkan. Gadis-gadis berjalan melenggang mengenakan celana pendek dengan semacam saputangan lebar berwarna-warni cerah diikatkan di bagian atas badan mereka. Para pemuda yang mengenakan baret dan berambut panjang duduk-duduk di "Mac's Bar", asyik berdiskusi tentang seni. Pada hari kedatangan Mr. Parker Pyne, Mrs. Chester menyapanya dan bicara basabasi, memuji keindahan pemandangan di situ dan meramalkan bahwa cuaca akan tetap cerah selama beberapa hari lagi. Wanita itu kemudian mengobrol -tentang rajutmerajut dengan si wanita Jerman, kemudian membicarakan situasi politik yang memburuk dengan dua pria Denmark yang tadi bangun pagi-pagi sekali lalu berjalan-jalan selama sebelas jam. 15 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Menurut Mr. Parker Pyne, Basil Chester adalah pemuda yang menyenangkan. Dia menyapa Mr. Parker Pyne dengan sebutan "Sir" dan dengan sopan mendengarkan apa pun yang dikatakan pria yang lebih tua itu. Kadang-kadang ketiga orang Inggris itu bersama-sama menikmati kopi sehabis makan malam. Pada hari keempat, Basil meninggalkan mereka setelah mengobrol sekitar sepuluh menit dan tinggallah Mr. Parker Pyne tete-a-tete-berduaan-dengan Mrs. Chester. Mereka bicara tentang aneka bunga dan bagaimana merawatnya, mereka bicara tentang nilai pound Inggris yang terus merosot dan naiknya nilai uang Prancis,-mereka juga bicara tentang sulitnya mencari teh yang enak untuk dinikmati sore hari. Setiap malam, setelah Basil Chester meninggalkan mereka berdua, Mr. Parker Pyne melihat bibir Mrs. Chester langsung gemetar, tetapi wanita itu segera menguasai diri dan mengobrol dengan asyik mengenai topik-topik tersebut. Sedikit demi sedikit Mrs. Chester mengalihkan pembicaraan mengenai Basil-betapa pandainya dia di sekolah dulu-"dia termasuk dalam kelompok First XI"-betapa semua orang suka pada pemuda itu, betapa ayahnya pasti akan bangga seandainya dia masih hidup, dan betapa bersyukurnya Mrs, Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Chester karena Basil tidak pernah menjadi "liar". "Tentu saja saya selalu mendorongnya agar bergaul dengan anak-anak muda seusianya, tetapi dia lebih suka menemani saya." 16 Wanita itu mengatakan hal itu dengan sikap senang dan sopan. Tetapi, Mr. Parker Pyne tidak memberikan tanggapan yang diplomatis seperti yang selalu dilakukannya. Dia malah berkata, "Oh! Saya lihat banyak sekali anak muda di sini-bukan di hotel, tetapi di sekitar sini." Begitu selesai mengucapkannya, dia melihat bahwa sikap Mrs. Chester langsung tegang. Kata wanita itu, "Tentu saja. Banyak sekali artis di sini. Mungkin dia terlalu kuno. Seni yang benar-benar seni, tentu saja berbeda, dan anak-anak muda itu memakai alasan seni untuk membenarkan sikap mereka yang malas-malasan, dan gadis-gadis itu minum terlalu banyak." Pada hari berikutnya, Basil berkata kepada Mr. Parker Pyne, "Saya sungguh senang karena Aqda muncul di sini, Sir, lebih-lebih demi ibu saya. Dia suka mengobrol dengan Anda sambil merintang waktu di malam hari." "Apa yang kaulakukan ketika pertama kali datang ke sini?" "Kami biasa main piquet." "Oh." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Tentu saja kami akhirnya bosan main piquet. Lagi pula, sebenarnya saya punya beberapa kawan disini-kawan-kawan yang periang dan mengerikan. Saya rasa ibu saya tidak suka pada mereka..." Dia tertawa seakan apa yang dikatakannya itu lucu. "Ibu saya sangat kuno... bahkan gadis-gadis yang mengenakan celana pendek bisa membuatnya shock!" 17 "Hmm, ya, benar," kata Mr. Parker Pyne. "Yang selalu 'saya katakan padanya adalah... orang harus mengikuti zaman. Gadisgadis di sekitar rumah kami sungguh membosankan..." "Saya mengerti," kata Mr. Parker Pyne. Semua itu cukup membuatnya tertarik. Dia adalah penonton drama yang tidak diundang untuk ikut berperan di situ. Lalu, terjadilah hal yang paling buruk-dari sudut pandang Mr. Parker Pyne. Seorang wanita kenalannya datang dan menginap di Mariposa. Mereka bertemu di kafe ketika Mrs. Chester juga ada di sana. Wanita yang baru datang itu berseru, "Wah... bukankah ini Mr. Parker Pyne... satu-satunya Mr. Parker Pyne di dunia -ini"! Dan Adela Chester! Kalian sudah saling kenal" Oh, ya" Kalian menginap di hotel yang sama" Dia seorang tukang sihir asli yang tiada duanya, Adela-keajaiban abad iniKoleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi kau hanya tinggal duduk menunggu dan segala persoalanmu akan dibereskan olehnya! Kau belum tahu" Kau pasti pernah mendengar tentang dia Kau belum pernah membaca iklannya" 'Anda dalam kesulitan" Datanglah pada Mr. Parker Pyne.' Tak ada yang tak dapat dilakukannya. Suami-istri yang bertengkar hebat dibuatnya rukun kembali-kalau kau kehilangan gairah hidup, dia akan memberimu petualangan yang paling menegangkan. Seperti kataku tadi, pria ini tukang sihir!." Kata-katanya terus meluncur deras-sesekali Mr. Parker Pyne menyela, menyanggah pujian-pujian 18 itu dengan sopan. Dia tidak suka melihat cara Mrs. Chester memandangnya. Dia lebih tidak suka lagi melihat wanita itu mendatanginya, sambil menyusuri pantai, bersama wanita yang memuji-muji-nya secara berlebihan itu. Klimaksnya terjadi lebih cepat dari yang dibayangkannya. Malam itu, setelah Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo minum kopi, Mrs. Chester bicara cepat, "Apa Anda bersedia masuk ke ruang duduk kecil itu, Mr. Pyne" Ada yang ingin saya katakan kepada Anda." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Mau tidak mau Mr. Parker Pyne membungkuk hormat dan mengikuti wanita itu. Mrs. Chester sudah nyaris tak dapat mengendalikan emosinya lagi. Begitu pintu ruang duduk kecil itu. menutup di belakang mereka, daya tahannya langsung runtuh. Wanita itu duduk dan langsung menumpahkan air matanya. "Anak saya, Mr. Parker Pyne, Anda harus menyelamatkannya. Kita harus menyelamatkannya Kelakuannya membuat hati saya hancur!" "Nyonya yang terhormat, sebagai orang asing..." "Nina Wycherley bilang Anda dapat melakukan apa saja. Katanya, saya harus membuat Anda percaya. Nina menasihati agar saya berterus terang kepada Anda... dan bahwa Anda pasti akan membereskan masalah saya." "Dalam hati Mr. Parker Pyne menyumpahi Mrs. Wycherley yang sok tahu. Akhirnya, dengan mengabaikan kepentingan dirinya, dia berkata, "Yah, marilah kita bicarakan masalah ini. Tentang seorang gadis, bukan?" 19 "Apakah dia menceritakannya kepada Anda?" "Hanya secara tidak langsung." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Kata-kata meluncur deras dari bibir Mrs. Chester yang bergetar. "Gadis itu mengerikan. Dia suka minum, kata-katanya kasar-dan boleh dikatakan dia tidak pernah mengenakan pakaian yang pantas. Kakaknya tinggal di sini-menikah dengan seorang seniman-orang Belanda. Seniman-seniman seperti mereka sungguh mengerikan. Setengah dan mereka-hidup bersama tanpa menikah. Basil sungguh berubah. Dia anak pendiam yang tertarik pada hal-hal yang serius. Dia pernah bercita-cita menekuni arkeologi..." "Wah, wah," kata Mr. Parker Pyne. "Alam akan membalasnya." "Apa maksud Anda?" "Tidak baik bagi anak muda untuk menaruh minat pada hal-hal yang serius. Seharusnya dia tergila-gila pada seorang gadis, meninggalkannya, dan memilih gadis lain lagi." "Oh, yang benar saja, Mr. Pyne." "Saya sungguh bersungguh-sungguh. Apakah wanita muda itu, menurut dugaan saya, yang kemarin minum teh bersama Anda?" Mr. Pyne melihat gadis itu kemarin... celana flanelnya abu-abu... saputangan lebar warna ungu diikatkan sembarangan menutupi buah dadanya mulutnya-dicat merah manyala... dan dia memilih minuman beralkohol dan bukannya teh, Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Anda melihatnya" Mengerikan! Bukan jenis gadis yang biasanya dikagumi Basil." 20 "Anda tidak banyak memberinya kesempatan untuk mengagumi seorang gadis, ya, kan?" "Saya?" "Dia terlalu senang bersama Andal Itu tidak baik! Tetapi, saya berani bertaruh, dia akan bosan sendiri dengan ini semua, asalkan Anda tidak membesar-besarkan persoalannya." "anda tidak mengerti. Dia ingin menikah dengan gadis ini-Betty Gregg-mereka sudah bertunangan." "Sudah sejauh itu?" "Ya. Mr. Parker Pyne, Anda harus melakukan sesuatu. Anda harus menyelamatkan anak saya dari perkawinan yang membawa bencana ini! Hi-dup_nya akan hancur." "Hidup seseorang hanya dapat dihancurkan oleh orang itu sendiri." "Itu tidak berlaku bagi Basil," kata Mrs. Chester mantap. "Saya tidak mencemaskan Basil." "Anda tidak khawatir tentang gadis itu?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Tidak, yang saya khawatirkan justru Anda. Anda telah menyia-nyiakan hak hidup Anda." Mrs. Chester memandangnya, agak kaget. "Tahun-tahun seperti apakah yang kita alami antara usia dua puluh sampai empat puluh tahun" Penuh-hubungan pribadi dan emosional. Begitulah seharusnya. Itulah hidup. Tetapi, setelah itu, kehi-dupan memasuki babak baru. Anda bisa merenung, mengamati kehidupan, menemukan sesuatu dalam pribadi orang-orang lain, dan memahami kebenaran dalam diri Anda. Hidup menjadi nyata, penuh makna. Anda melihat hidup ini sebagai satu kesatuan yang utuh Bukan hanya sepotong adegan- adegan yang Anda, sebagai aktor, memerankannya. Tak ada orang, laki-laki maupun perempuan, yang bisa benar-benar menjadi dirinya sendiri sebelum dia mencapai usia 45. Saat itu, barulah seseorang sungguh-sungguh mempunyai kesempatan." Mrs. Chester berkata, "Saya terlalu terikat pada Basil. Dia adalah segalagalanya bagi saya." "Hmm, seharusnya tidak begitu. Itulah harga yang harus Anda bayar sekarang. Cintailah dia sebesar cinta yang bisa Anda berikan-tapi ingat. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Anda adalah Adela Chester, satu pribadi yang utuh-bukan hanya ibu Basil." "Hati saya akan hancur kalau hidup Basil hancur," kata ibu Basil. Mr. Parker Pyne memandangi gurat-gurat halus pada wajah wanita itu, dan senyumnya yang sedih. Wanita ini, dia menyimpulkan, sebenarnya adalah seorang wanita yang penuh cinta. M Parker Pyne tidak ingin melukai hatinya. Katanya, "Saya akan membantu Anda semampu saya." Dia menemukan Basil Chester yang sudah tak sabar ingin bicara dengannya, tak sabar ingin menyatakan pendiriannya. "Urusan ini benar-benar kacau. Seperti neraka. Mama payah, pandangannya sempit, picik. Kalau mau, sebenarnya Mama bisa melihat betapa baiknya Betty." "Dan Betty?" Basil Chester mendesah. "Akhir-akhir ini Betty suka bertingkah! Kalau saja dia mau sedikit kompromimaksud saya, sehari saja tidak memakai lipstik-mungkin semuanya akan lain. Kelihatannya dia suka melenceng, jauh-dari apa yang disebuthmmm-modern- kalau ada Mama." Mr. Parker Pyne tersenyum. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Betty dan Mama adalah orang-orang yang paling saya cintai di dunia, dan menurut saya seharusnya mereka bisa saling menyukai." "Anda harus belajar banyak, anak muda," kata Mr. Parker Pyne. "Saya harap Anda mau menemui Betty dan bicara dengannya." Mr. Parker Pyne langsung menerima undangan itu. Betty, kakaknya, dan suami kakaknya tinggal di sebuah pondok bobrok yang sempit, agak jauh dari garis pantai. Kehidupan mereka sederhana tetapi menyenangkan. Perabotan mereka hanya tiga kursi, satu meja, dan dua ranjang. Ada satu lemari yang menempel pada dinding, untuk menyimpan cangkir-piring dalam jumlah yang tak lebih dari yang diperlukan. Hans seorang pria muda yang penuh semangat dengan rambut pirang yang tumbuh tegak di atas kepalanya. Dia bicara dengan bahasa Inggris yang ganjil dan amat cepat, sambil berjalan mondar-mandir. Stella, istrinya, bertubuh mungil dan berkulit bersih. Betty Gregg berambut merah, wajahnya berbintik-bintik cokelat dan matanya menyorot tajam 23 dan nakal. Betty, menurut Mr. Parker Pyne, saat itu hampir-hampir tidak mengenakan make-up, tidak seperti hari sebelumnya di Pino d'Oro, Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Gadis itu mengulurkan segelas koktail dan berkata sambil mengedipkan matanya, "Anda punya udang di balik batu, ya?" Mr. Parker Pyne mengangguk. "Dan Anda berdiri di pihak siapa, Bung" Sepasang kekasih yang malang-atau seorang ibu yang tidak memberi restu?" "Boleh saya. menanyakan sesuatu?" "Silakan." "Apakah Anda pernah bersikap taktis menghadapi masalah ini?" "Tidak, tak pernah," kata Miss Gregg jujur. "Tapi kucing betina tua itu sengaja mencakar punggungku." (Dia memandang berkeliling, memastikan bahwa Basil tak dapat mendengar kata-katanya.) "Wanita itu membuatku gila. Dia terus mengikat Basil dengan tali celemeknya-seperti- selama ini. Yang seperti itu membuat lelaki kelihatan tolol. Basil sebenarnya tidak tolol. Tapi, ibunya benar-benar mengerikan. Dasar pukka sahib" "Itu sebenarnya tidak jelek. Hanya... 'ketinggalan zaman'." Betty Gregg mengedipkan matanya dengan jenaka. "Maksud Anda, seperti menyimpan kursi-kursi Ghippendale di loteng di Zaman Victoria" Dan' kemudian mengeluarkannya lagi sambil berkata, "Kursi-kursi ini bagus sekali, kan"'" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi 24 "Ya, kira-kira begitu." Betty Gregg menimbang-nimbang jawaban itu. "Mungkin Anda benar. Aku akan jujur. Justru Basil yang membuatku jengkel. Dia terlalu ingin membuat ibunya terkesan oleh penampilanku. Itu membuatku gila dan hilang sabar. Bahkan sekarang, aku punya keyakinan, dia akan meninggalkan aku sewaktu-waktu-kalau ibunya bekerja keras dan berhasil mempengaruhinya." "Ya, itu memang mungkin," kata Mr. Parker Pyne. "Kalau ibunya menggunakan cara yang benar." "Anda akan memberitahu dia cara yang benar itu" Dia sendiri pasti takkan berpikir sampai ke situ. Dia pasti akan terus menyatakan keberatannya, terus menentang kami, dan itu takkan berhasil. Tapi, kalau Anda sengaja mempengaruhinya..." Betty menggigit bibir dan menatap Mr. Parker Pyne dengan mata birunya yang. memancarkan kejujuran. "Aku pernah dengar tentang Anda, Mr. Parker Pyne. Anda amat ahli mengenai sifatsifat manusia. Menurut Anda, hubunganku dengan Basil akan berhasil... atau tidak?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Saya ingin minta jawaban untuk tiga pertanyaan." "Tes kelayakan, eh" Baik, silakan." "Anda tidur dengan jendela tertutup atau terbuka?" "Terbuka. Aku suka udara segar." 25 "Apakah Anda dan Basil menyukai makanan yang sama?" "Ya." "Anda suka tidur sore-sore atau larut malam?" "Astaga, aneh benar pertanyaan Anda. Jam setengah sebelas aku menguap-dan pagi hari semangatku amat besar-tapi tentu saja aku tak berani mengakuinya." "Anda berdua cocok satu sama lain," kata Mr. Parker Pyne. "Tes yang luar biasa." "Tidak juga. Sekurang-kurangnya saya tahu tujuh perkawinan yang gagal, benarbenar hancur, karena si suami tidak suka tidur sebelum tengah malam dan istrinya sudah pulas pada jam setengah sepuluh, atau sebaliknya." "Sungguh kasihan...," kata Betty, "tidak setiap orang bisa bahagia. Kami, aku dan Basil, bisa bahagia, kalau ibunya mau merestui kami." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Mr. Parker Pyne berdeham. "Saya rasa," katanya, "hal itu bisa diatur." Betty memandang pria itu ragu-ragu. "Oh," kata Betty, "jangan-jangan Anda ingin menjebak aku." Mr. Parker Pyne tidak menanggapinya. Kepada Mrs. Chester dia bersikap menghibur, tetapi tidak memberikan kejelasan apa-apa. Bagaimanapun... bertunangan tidak sama dengan menikah. Kemudian dia pergi ke Soller selama seminggu. Dia mengusulkan, sebaiknya Mrs. Chester tidak bersikap menghakimi. Biarkan Betty seperti apa adanya. 26 Seminggu lamanya Mr. Parker Pyne menikmati liburan yang menyenangkan di Soller. Waktu kembali, dia melihat perkembangan yang sama sekali tak terduga. Sewaktu memasuki Pino d'Oro, yang pertama dilihatnya adalah Mrs. Chester dan Betty Gregg sedang duduk-duduk berdua minum teh. Basil tak ada di sana. Wajah Mrs. Chester kuyu. Betty juga, wajahnya pucat sekali. Dia nyaris tidak mengenakan make-up apa pun, dan pelupuk matanya bengkak seperti habis menangis. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Mereka menyapanya dengan ramah, tetapi tanpa menyebut-nyebut Basil. Tiba-tiba Mr. Parker Pyne mendengar gadis di sampingnya menarik napas tertahan, seakan ada sesuatu yang menbuatnya sakit. Mr. Parker Pyne berpaling. Basil Chester sedang menaiki undakan dari arah laut. Dia ditemani seorang gadis yang cantik sekali; dengan kecantikan eksotis yang membuat kita terkagum-kagum. Kulit gadis itu gelap dan tubuhnya menggiurkan. Siapa pun bisa melihat keindahan tubuhnya yang hanya dililit sehelai kain crepe tipis berwarna biru pucat. Makeup-nya tebal, dengan bedak warna tanah dan bibir dicat oranye kemerah-merahan. Tetapi, semua itu justru menambah kecantikannya. Basil kelihatannya tak dapat mengalihkan pandangannya dari wajah gadis itu. "Kau terlambat sekali, Basil," kata ibunya. "Kau harus mengajak Betty ke Mac's." "itu kesalahanku," kata si jelita yang tak dikenal 27 itu dengan suara merdu. "Kami tadi asyik sekali." Dia berpaling kepada Basil. "Sayangku, ambilkan minuman yang berkelas." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Gadis itu menendang lepas sepatunya lalu menjulurkan kakinya yang indah, memamerkan kuku-kukunya yang terawat bagus dan dicat warna hijau zamrud, sama dengan kuku-kuku jari tangannya. Dia tidak memedulikan kedua wanita itu, tetapi dia mencondong badannya ke arah Mr. Parker Pyne. "Pulau ini payah," katanya. "Aku sudah bosan sekali sebelum ketemu Basil. Dia sangat manis!" "Mr. Parker Pyne-Miss Ramona,' kata Mrs. Gadis itu tersenyum malas waktu diperkenalkan. "Kurasa sebaiknya aku memanggilmu Parker saja," gumamnya. "Namaku Dolores." Basil datang membawa minuman. Miss Ramona membagi perhatiannya (yaitu lirikan-lirikan menggoda) antara Mr. Parker Pyne dan Basil Chester. Dia seakan sudah melupakan kehadiran dua wanita itu. Sekali-dua kali Betty mencoba ikut mengobrol dengan mereka, tetapi si jelita itu memelototinya dan menguap malas. Tiba-tiba Dolores bangkit. "Ah, aku mau pergi sekarang. Aku menginap di hotel lain. Ada yang mau mengantarkan aku ke sana?" Basil langsung berdiri. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Aku akan mengantarkan kau." Mrs. Chester berkata, "Basil sayang..." 28 "Aku takkan lama-lama, Mama." "Dia tipe anak-mama, kan?" tanya Miss Ramona tidak kepada siapa-siapa. "Kau selalu mengekor ke mana pun ibumu pergi, ya kan?" Wajah Basil memerah dan dia kelihatan kikuk. Miss Ramona mengangguk ke arah Mrs. Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Chester, tersenyum manis kepada Mr. Parker Pyne, lalu pergi. bersama Basil. Setelah keduanya pergi, suasana menjadi kaku dan hening. Mr. Parker Pyne tidak mau membuka pembicaraan. Betty Gregg meremas-remas jari-jarinya sambil memandang ke laut lepas. Mrs. Chester kelihatan marah sekali dan wajahnya memerah. Betty berkata, "Hmm, bagaimana pendapat Anda tentang kenalan baru kita di Teluk Pollensa?" suaranya bergetar. Mr. Parker Pyne menjawab dengan hati-hati, "Hmm". agak... eh... eksotis.", "Eksotis?" Betty tertawa pahit. Mrs. Chester berkata, "Dia mengerikan... sungguh mengerikan. Basil pasti gila." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Betty berkata tajam, "Basil baik-baik saja." "Lihat kuku kakinya," kata Mrs. Chester dengan sikap seperti orang mau muntah karena jijik. Tiba-tiba Betty bangkit berdiri. "Mrs. Chester, sebaiknya saya pulang dan tidak jadi makan malam bersama Anda." "Oh, sayangku... Basil pasti akan kecewa." "Oh, ya?" tanya Betty sambil tertawa sinis. "Yang terang, saya yang akan kecewa. Kepala saya pusing." 29 Dia tersenyum kepada kedua orang itu lalu pergi. Mrs. Chester berpaling kepada Mr. Parker Pyne. "Oh, saya menyesal datang ke sini. Sungguh menyesal!" Mr. Parker Pyne menggeleng-geleng dengan sedih. "Seharusnya Anda tidak pergi," kata Mrs. Chester. "Seandainya Anda ada, ini semua tidak akan terjadi." "Nyonya yang terhormat, menurut saya, kalau masalahnya menyangkut seorang gadis jelita, saya takkan bisa mempengaruhi putra Anda, dengan cara apa pun. Dia... hmm- sepertinya punya watak yang gampang terpikat." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Dia tidak pernah begitu," kata Mrs. Chester dengan air mata berlinang-linang. "Untungnya," kata Mr. Parker Pyne sambil berusaha melihat sisi baiknya, "daya tarik gadis jelita itu kelihatannya membuat dia tidak tergila-gila lagi kepada Miss Gregg. Itu pasti membuat Anda lega." "Saya tak mengerti maksud Anda," kata Mrs. Chester. "Betty anak baik dan amat mencintai Basil. Melihat kelakuan Basil seperti itu, dia hanya menahan diri. Saya rasa, anak saya itu sudah gila." Mr. Parker Pyne mendengarkan perubahan pendirian yang mengejutkan itu tanpa menunjukkan reaksi apa pun. Dia sudah sering berurusan dengan ketidakkonsistenan kaum wanita. Dia berkata ringan, "Bukan gila-hanya tergila-gila." "Makhluk itu seperti setan betina. Mengerikan." 30 "Tapi, sungguh jelita." Mrs. Chester mendengus. Basil lari menaiki undakan dari arah laut. "Halo, Mama, aku sudah datang. Mana Betty?" "Betty pulang. Dia sakit kepala. Jelas saja...." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Maksud Mama, dia marah." "Menurutku, Basil, kau sudah bertindak keterlaluan terhadap Betty." "Demi Tuhan, Mama, jangan mulai. Kalau Betty mulai rewel atau cemburu setiap kali aku bicara dengan gadis lain, wah... seperti apa hidup kami nanti...." "Kau sudah bertunangan." "Ya, kami memang sudah bertunangan. Tapi, itu tidak berarti kami tidak boleh bergaul dengan kawan masing-masing. Zaman sekarang, orang harus menjalani hidupnya sendiri dan mencoba untuk tidak cemburuan." Dia berhenti bicara. "Dengar, Mama, kalau Betty tidak mau makan malam dengan kita, kurasa sebaiknya aku balik saja ke Mariposa. Mereka mengundangku makan malam di sana...." "Oh, Basil..." Pemuda itu memandang ibunya dengan jengkel, lalu lari menuruni undakan. Mrs. Chester memandang Mr. Parker Pyne dengan penuh perasaan. "Anda lihat sendiri," katanya.. Ya, Mr. Parker Pyne melihatnya dengan mata kepala sendiri. 31 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Persoalan memuncak dua hari kemudian. Betty dan Basil rencananya akan berjalanjalan agak jauh; mereka membawa bekal makan siang. Betty datang ke Pino d'Oro dan menemukan bahwa Basil Ter-nyata lupa akan rencana mereka. Pemuda itu sudah pergi ke Formentor untuk bergabung dengan kawan-kawan Dolores Ramona. Betty tidak berkata apa-apa, hanya mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Akhirnya, dia bangkit lalu berdiri di depan Mrs. Chester (hanya ada mereka berdua di teras itu). "Tidak apa-apa," katanya. "Tak jadi soal. Tapi... saya rasa... sama saja.... Sebaiknya kami putuskan saja hubungan kami." Dilepasnya cincin pengikat yang diberikan Basil padanya; pemuda itu rencananya akan membelikannya cincin pertunangan sungguhan. "Maukah Anda memberikan ini kepadanya, Mrs. Chester" Dan tolong katakan padanya, tak apa-apa... tak perlu bingung..." "Betty sayang, jangan! Dia sungguh mencintaimu... sungguh." "Kelihatannya memang begitu, ya kan?" kata gadis itu sambil tertawa pahit. "Tidak... saya masih punya harga diri. Katakan padanya, saya tidak apa-apa dan bahwa saya... saya doakan dia semoga -bahagia." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Ketika Basil kembali setelah matahari tenggelam, ia disambut ibunya.dengan marah-marah. Wajahnya agak memerah melihat cincinnya yang dikembalikan. 32 "Oh, jadi begitu ya katanya" Hmm, kurasa itulah yang terbaik." "Basil!" "Ah, Mama akhir-akhir ini kami tidak cocok "Salah siapa?" "Kurasa bukan semata-mata salahku. Rasa cemburu itu merusak dan, aku tak mengerti mengapa Mama marah-marah begini. Mama sendiri yang memohon-mohon agar aku tidak kawin dengan Betty." "Itu sebelum aku mengenalnya. Basil, sayangku, kau tidak berniat menikah dengan makhluk itu, kan?" Basil menjawab dengan murung, "Aku pasti menikah dengannya kalau dia mau... tapi, kurasa dia takkan mau menerimaku." Arus dingin serasa merambati punggung Mrs. Chester. Dia segera mencari Mr. Parker Pyne, dan menemukan pria itu sedang asyik membaca buku di sebuah sudut yang teduh. "Anda harus melakukan sesuatu! Anda harus melakukan sesuatu! Hidup anak saya akan hancur." Mr. Parker Pyne sudah bosan mendengar tentang hancurnya hidup Basil. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Apa yang bisa saya lakukan?" "pergi dan temui makhluk mengerikan itu. Kalau perlu, beri dia uang dan suruh dia pergi." "Wah, itu pasti akan mahal sekali." "Saya tak peduli." "Sayang sekali. Tapi, kelihatannya masih ada beberapa kemungkinan lain." 33 Mrs. Chester menatapnya dengan pandang bertanya. Mr. Parker Pyne menggeleng-gelengkan kepalanya. "Saya takkan menjanjikan apa-apa, tapi akan saya lakukan apa yang bisa saya lakukan. Saya sudah pernah menangani kasus seperti ini. Eh... tapi jangan katakan apa pun pada Basil. Kalau Anda bilang padanya, masalahnya akan bertambah gawat" "Tentu saja saya takkan bicara apa-apa." Mr. Parker Pyne kembali dari Mariposa sekitar tengah malam. Mrs. Chester masih menunggunya. "Jadi?" tanyanya sambil-menahan napas. Mata pria itu berkedip senang. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Senorita Dolores Ramona akan meninggalkan Pollensa besok pagi-pagi dan meninggalkan pulau ini besok malam." "Oh, Mr. Parker Pyne! Bagaimana Anda berhasil membujuknya?" "Tanpa kehilangan Sepeser pun," kata Mr. Parker Pyne. Sekali lagi matanya berkedip senang. "Saya sudah memperhitungkan, saya pasti bisa menguasainya... dan saya benar." "Anda hebat sekali. Nina Wycherley memang benar. Anda harus katakan... hm... berapa saya harus membayar Anda...." Mr. Parker Pyne mengangkat tangannya yang terawat baik. "Sepeser pun tidak. Saya senang bisa menolong Anda. Saya harap semuanya akan berakhir dengan baik. Putra Anda mula-mula pasti akan sedih ketika tahu gadis itu menghilang dan tidak meninggalkan 34 alamat. Bersikaplah lunak kepadanya, satu-dua minggu ini." "Kalau saja Betty mau memaafkan dia..." "Betty pasti akan memaaafkannya Mereka pasangan yang menyenangkan. Eh, ngomong-ngomong, saya juga akan pergi besok." "Oh, Mr. Parker Pyne, kami akan merasa kehilangan Anda." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Mungkin ada baiknya saya segera pergi sebelum putra Anda tergila-gila lagi pada gadis ketiga." Mr. Parker Pyne berdiri berpegangan pagar geladak kapal sambil memandangi cahaya lampu-lampu kota Palma. Di sampingnya berdiri Dolores Ramona. Pria itu sedang berkata penuh terima kasih, "Kau berhasil baik, Madeleine.Saya senang telah menyuruhmu datang ke sana. Aneh sekali, padahal sebenarnya kau gadis pendiam yang lebih betah tinggal di rumah." Madeleine de Sara, alias Dolores Ramona, alias Maggie Sayers, berkata riang, "Saya senang karena Anda puas, Mr. Parker Pyne. Ini selingan yang menyenangkan. Sebaiknya sekarang saya kembali ke kabin saya sebelum kapal berangkat. Saya seorang pelaut yang buruk." Beberapa menit kemudian sebuah tangan menepuk bahu Mr. Parker Pyne. Dia berpaling dan melihat Basil Chester. "Saya datang untuk mengucapkan selamat jalan, Mr. Parker Pyne, dan menyampaikan rasa cinta Betty dan rasa terima kasih kami berdua. Anda 35 benar-benar hebat. Betty dan Mama sama-sama keras kepala. Malu saya terpaksa menipu Mama- tapi Mama memang sulit. Tetapi, sekarang Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi semuanya sudah baik. Saya harus tetap berpura-pura selama beberapa hari lagi. Kami sangat berterima kasih kepada Anda, Betty dan saya" "Saya doakan semoga kalian bahagia," kata Mr. Parker. Pyne. "Terima kasih." Hening sejenak, kemudian Basil bicara dengan sikap tak peduli yang dibuat-buat, "Apakah Miss... Miss de Sara... ada di kapal ini" Saya juga ingin berterima kasih padanya." Mr. Parker Pyne memandang pemuda itu dengan tajam. Katanya, "Sayang, Miss de Sara sudah masuk ke kabinnya." "Oh, sayang sekali. Yah... mudah-mudahan kapan-kapan saya dapat bertemu dengannya di London." "Sebenarnya, dia akan segera terbang ke Amerika untuk sesuatu tugas yang saya berikan padanya." "Oh!" suara Basil terdengar hampa. "Yah," katanya. "Saya harus pergi sekarang..." Mr. Parker Pyne tersenyum. Ketika kembali ke kabinnya dia mengetuk pintu kabin Madeleine. "Bagaimana kau, anak manis" Baik-baik saja" Pemuda kawan kita itu tadi kemari. Yah, terserang penyakit madeleinitis yang agak berbahaya. Dia Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi akan pulih satu-dua .hari lagi, tapi penampilanmu memang membuat orang lupa segalanya." 36 GONG KEDUA Gong Kedua atau The Second Gong pertama kali diterbitkan di Inggris di Strand Magazine pada tahun 1932, Cerita ini muncul dalam versi yang diperluas pada tahun 1937 dengan judul Dead Man's Minor. 2 GONG KEDUA Joan ashby keluar dari kamar tidurnya dan berdiri sejenak di depan pintu kamarnya. Dia setengah berpaling, seakan hendak kembali ke kamarnya ketika, kelihatannya tepat di bawah kakinya, sebuah gong dipukul keras sekali. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Joan langsung berjalan tergesa-gesa, hampir-hampir seperti lari. Dia sangat tergesa-gesa -hingga tepat di puncak tangga lebar dia bertabrakan dengan seorang pemuda yang datang dari arah berlawanan. "Halo, Joan! Mengapa buru-buru?" "Maaf, Harry. Aku tak melihatmu." "Hmm, memang," kata Harry Dalehouse datar. "Tapi, mengapa buru-buru?" "Aku dengar bunyi gong." "Aku tahu. Tapi, itu kan baru gong pertama." "Bukan, gong kedua." "Pertama." "Kedua." 39 Sambil berdebat mereka menuruni tangga. Sekarang mereka berdiri di selasar, dan melihat Kepala Pelayan, setelah meletakkan pemukul gong, berjalan ke arah mereka dengan sikap sungguh-sungguh dan penuh martabat. "Yang kedua," kata Joan ngotot. "Aku yakin sekali. Lihat saja, jam berapa sekarang." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Harry Dalehouse melihat jam besar itu sekilas. "Tepat jam delapan lewat dua belas," katanya. "Joan, kurasa kau benar, tapi aku tak dengar bunyi gong yang pertama. Digby," katanya pada si kepala pelayan, "tadi itu gong pertama atau kedua?" "Yang pertama, Sir." "Pada jam delapan lewat dua belas" Digby, pasti ada yang akan kena marah nanti." Senyum samar sekilas tersungging di wajah si kepala pelayan. "Makan malam akan dihidangkan sepuluh menit lebih lambat dari biasanya, Sir. Atas perintah Tuan." "Aneh sekali!" seru Harry Dalehouse. "Wah... wah! Ini benar-benar tidak biasa! Keajaiban dan keanehan tak pernah habis. Ada apa dengan pamanku yang terhormat itu?" "Kereta jam tujuh, Sir, terlambat setengah jam, dan seperti..." Kata-kata kepala pelayan itu terputus, karena tepat ketika itu terdengar ledakan seperti bunyi cemeti yang dicambukkan keras-keras. "Astaga...," kata Harry. "Wah, bunyinya persis letusan tembakan." Seorang pria muda berusia 35, berkulit gelap 40 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi dan tampan, keluar dari ruang duduk di sebelah kiri mereka. "Bunyi apa itu?" tanyanya. "Kedengarannya persis bunyi tembakan." "Pasti bunyi mobil yang dipacu kencang-kencang, Sir," kata Kepala Pelayan. "Jalan raya terletak tidak jauh dari rumah ini, di sisi ini, dan jendela kamar Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kamar atas terbuka." "Mungkin," kata Joan ragu-ragu. "Tapi, bunyinya pasti dari sana." Dia melambaikan tangannya ke kanan. "Menurutku, bunyinya dari arah sini." Dia menunjuk ke arah kiri. Pria berkulit gelap itu menggeleng. "Menurutku tidak. Aku tadi di ruang duduk. Aku keluar ke sini karena kukira bunyi itu asalnya dari sini." Dia mengangguk ke arah depannya, ke arah gong itu dan pintu depan utama. "Timur, barat, dan selatan, ya?" kata Harry yang tak terpengaruh oleh kekacauan itu. "Nah, aku akan melengkapinya, Keene. Aku pilih utara. Menurutku, bunyi itu dari arah belakang kita. Ada yang punya usul bagaimana penyelesaiannya?" "Hmm, selalu ada pembunuhan," kata Geoffrey Keene, sambil tersenyum. "Maaf, Miss Ashby." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Aku ngeri," kata Joan. "Tidak, tidak apa-apa. Perasaanku seperti kalau berjalan di kuburan." "Gagasan yang bagus-pembunuhan," kata Harry. "Tapi, coba pikir! Tak ada erang kesakitan, tak ada darah mengalir. Menurutku, kesimpulannya adalah seorang pemburu menembak kelinci." "Terlalu gampang, tapi mungkin itu benar," pria 41 satunya sependapat. "Tapi, kedengarannya dekat sekali dari sini. Ayo kita masuk ke ruang duduk." "Untunglah, kita tidak terlambat," kata Joan lega. "Aku tadi terpaksa lari-lari turun tangga, karena mengira gong kedua sudah berbunyi." Sambil tertawa, mereka masuk ke ruang duduk yang luas. Lytcham Close adalah salah satu rumah kuno yang termasyhur di inggris. Pemiliknya, Hubert Lytcham Roche, adalah keturunan terakhir dari silsilah yang panjang. Sanak saudaranya sering berkomentar begini tentang dirinya, "Si Tua Hubert harusnya didaftarkan sebagai makhluk langka. Kayanya sama dengan pelitnya." Meskipun kawan-kawan atau sanak saudara sering melebih-lebihkan, ungkapan-ungkapan itu mengandung kebenaran juga. Hubert Lytcham Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Roche benar-benar eksentrik. Meskipun dia seorang musikus yang hebat, ketidaksabarannya sering membuatnya marah tak terkendali. Kecuali itu, dia punya ego yang abnormal, merasa dirinya sangat penting. Orang-orang yang diundang ke rumahnya harus menahan diri terhadap kritik-kritik tajam yang dilontarkannya, atau mereka takkan diundang lagi. Salah satu yang dianggapnya penting adalah musik. Jika dia sedang bermain musik untuk tamu-tamunya, seperti yang sering dilakukannya setelah jamuan-jamuan makan malam, semua orang harus benar-benar diam. Sebuah bisikan lirih, desir gaun menyapu lantai, atau bahkan gerakan yang sehalus apa pun-akan membuatnya melemparkan tatapan 42 tajam dan memaki-maki tamu yang malang itu, yang pasti takkan pernah diundangnya lagi. Satu hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah ketepatan waktu untuk jamuan makan yang paling, penting dalam satu hari. Sarapan pagi tidak ada artinya; kalau mau, tamu-tamu boleh saja turun sarapan di tengah hari. Makan siang juga; hidangan sederhana yang terdiri atas daging dingin dan sayuran yang dikukus. Tetapi, makan malam adalah sebuah Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi ritus, sebuah pesta, disiapkan oleh seorang cordon bleu yang dibajak dari sebuah hotel terkenal dengan gaji berlipat ganda. Gong pertama dibunyikan pukul 20.05. Pukul 20.15, gong kedua dibunyikan, dan segera sesudah itu, pintu dibuka lebar-lebar, lalu acara makan malam secara resmi diumumkan kepada tamu-tamu yang sudah berkumpul di depan pintu. Selanjutnya, sebuah arak-arakan yang terdiri atas tamu-tamu yang mengenakan busana malam yang anggun akan memasuki ruang makan. Seseorang yang berani datang terlambat setelah gong keduadibunyikan, akan langsung dikucilkan-dan Lytcham Close takkan terbuka lagi bagi tamu malang itu. Karena itu, kekhawatiran Joan Ashby dan kekagetan Harry Dalehouse bisa dimengerti; yaitu waktu mendengar bahwa jamuan makan malam yang sudah dianggap sebagai ritus yang dikeramatkan itu malam ini diundur sepuluh menit. Meskipun tidak terlalu akrab dengan pamannya, dia cukup sering datang ke Lytcham Close hingga tahu bahwa kejadian itu sungguh ganjil. 43 Geoffrey Keene, sekretaris Lytcham Roche, juga sangat terkejut. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Ini sungguh tidak biasa," katanya. "Aku belum pernah dengar yang seperti ini terjadi di sini. Kau yakin?" "Digby yang bilang." "Dia bilang sesuatu tentang kereta api," kata Joan Ashby. "Rasanya tadi kudengar dia bilang begitu." "Aneh sekali," kata Keene sambil merenung. "Sebentar lagi kita pasti mendapat penjelasan tentang ini semua. Tapi, ini benar-benar ganjil." Kedua pria itu diam selama beberapa saat, memperhatikan si gadis. Joan Ashby adalah gadis yang menawan, matanya biru, rambutnya keemasan, dan sorot matanya cerdik. Ini kunjungannya yang pertama ke Lytcham Close dan dia diundang ke situ karena usul Harry. Pintu membuka dan Diana Cleves, putri angkat Lytcham Roche, masuk ke ruangan itu. Penampilan Diana anggun sekaligus menggoda, matanya yang hitam bersinar seakan menyihir siapa pun yang dipandangnya. Kecuali itu, lidahnya amat tajam. Hampir setiap lelaki terpikat padanya dan Diana menikmati kemenangan itu. Dia adalah makhluk aneh, dengan sikap hangat menggoda namun sekaligus juga dingin tanpa perasaan. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Wah, sekali ini si Tua Bangka kalah," katanya. "Baru kali ini dia bukan yang pertama turun dan berjalan mondar-mandir sambil mengentak-entakkan kaki dan memandangi jam tangannya; seperti harimau kelaparan." 44 Kedua pria muda itu maju mendekatinya. Diana tersenyum menawan pada mereka, kemudian berpaling kepada Harry. Wajah Geoffrey Keene yang kecokelatan memerah ketika dia mundur ke belakang. Beberapa saat kemudian, dia sudah menguasai diri lagi. Saat itu Mrs. Lytcham Roche datang. Wanita itu bertubuh jangkung, berkulit gelap, dan sikapnya agak kurang mantap. Dia mengenakan gaun model draperies yang terjulai indah dari kain bernuansa hijau. Bersamanya datang seorang pria setengah baya, dengan hidung seperti paruh burung dan dagu yang menyiratkan kekerasan sikapnya- Gregory Barling. Dia seorang ahli keuangan yang disegani, dari garis ibunya dia mewarisi darah terhormat dan terpelajar. Sudah beberapa tahun dia berteman baik dengan Hubert Lytcham Roche. Gooong! Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Sekali lagi gong berbunyi keras sekali. Ketika gemanya menghilang, pintu tibatiba dibuka dan Digby mengumumkan, "Makan malam sudah dihidangkan." Kemudian, meskipun terdidik baik sebagai kepala pelayan, wajahnya yang nyaris tanpa ekspresi sekilas menyiratkan keheranan. Untuk pertama kali sejauh yang diingatnya, tuannya tidak ada dalam ruangan itu! Bahwa para tamunya juga terheran-heran seperti dia, itu jelas sekali. Mrs. Lytcham Roche tertawa gugup. "Sungguh luar biasa. Sungguh.... aku tak tahu, harus bagaimana ini." 45 Semua yang hadir pun kebingungan. Tradisi Lytcham Close yang terpelihara baik kini diremehkan. Apa yang terjadi" Pelan-pelan percakapan terhenti. Ketegangan terasa menggantung. Akhirnya pintu terbuka sekali lagi; terdengar desah lega, tetapi dibarengi kekhawatiran dan ketidakpastian tentang bagaimana caranya menghadapi situasi itu. Tak perlu kata-kata untuk menguatkan fakta bahwa tuan rumah telah merusak aturan ketat yang selama ini diberlakukan di rumahnya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Tetapi, yang baru datang itu bukan Lytcham Roche. Bukan pria tinggi besar, bercambang dan berjenggot, bertubuh raksasa seperti orang Viking. Yang datang seorang pria bertubuh kecil, jelas orang asing, dengan kepala berbentuk telur, kumis yang tebal mengesankan, dan setelan jas yang paling aneh. Dengan mata berbinar-binar, tamu yang baru datang itu berjalan mendekati Mrs. Lytcham Roche. "Maafkan saya, Madame," katanya. "Saya, maaf, terlambat beberapa menit." "Oh, tak apa!" gumam Mrs. Lytcham Roche samar. "Tak apa, Mr...." kata-katanya terhenti. "Poirot, Madame. Hercule Poirot." Di belakangnya terdengar "Oh"-desah tertahan dan bukan satu kata yang terucapsuara seorang wanita. Mungkin Hercule Poirot merasa tersanjung. "Anda tahu saya akan datang?" tanyanya sopan. "N'est ce pas, Madame" Suami Anda sudah mengatakannya pada Anda," "Oh... ya, ya," kata Mrs. Lytcham Roche, suaranya semakin ragu. "Maksud saya... saya kira. 46 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Saya ini sangat tidak praktis, M. Poirot. Saya mudah lupa. Untunglah ada Digby yang membereskan semuanya." "Kereta saya, maafkan, terlambat," kata M. Poirot. "Ada kecelakaan di depan kereta kami." "Oh," seru Joan, "jadi itu sebabnya makan malam diundur." Mata Poirot segera menatapnya dengan tajam- mata yang tajam, awas, dan cerdik. "Itu sesuatu yang tidak biasa... eh?" "Saya sungguh tak tahu..." Mrs. Lytcham Roche memulai, lalu terdiam. "Maksud saya," lanjutnya linglung, "ini aneh sekali. Hubert tidak pernah..." Mata Poirot sekilas menyapu wajah orang-orang di sekelilingnya. "M. Lytcham Roche belum turun?" "Belum, dan ini sungguh di luar kebiasaan...." Mrs. Lytcham Roche memandang Geoffrey Keene dengan penuh permohonan. "Mr. Lytcham Roche adalah dewa ketepatan," jelas Keene. "Beliau tak pernah terlambat untuk jamuan makan malam sejak... yah, saya tak tahu apakah beliau pernah datang terlambat." Bagi orang yang tidak tahu, situasi itu pasti amat ganjil-wajah-wajah bingung dan semua nampak canggung. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Saya tahu," kata Mrs. Lytcham Roche dengan nada bangga, "Saya akan memanggil Digby." Dia segera melaksanakan kata-katanya. Kepala Pelayan langsung datang begitu bel dibunyikan. 47 "Digby," kata Mrs. Lytcham Roche, "tuanmu. Apa beliau..." Seperti kebiasaannya, Mrs. Lytcham Roche tak pernah menyelesaikan kalimatnya. Jelas sekali, kepala pelayan itu sudah hafal akan kebiasaan itu. Dia segera -menjawab dan dengan penuh pengertian. "Mr. Lytcham Roche turun jam delapan kurang lima menit dan langsung masuk ke ruang kerja, Madame." "Oh!" Dia berhenti. "Maksudmu - maksudku... apa dia mendengar bunyi gong?" "Saya rasa beliau pasti mendengarnya... gongnya ada tepat di seberang pintu ruang kerja." "Ya, tentu saja, tentu saja," kata Mrs. Lytcham Roche, semakin samar dan penuh keraguan dibanding sebelumnya. "Apakah sebaiknya saya sampaikan pada beliau, Madame, bahwa makan malam sudah dihidangkan?" "Oh, terima kasih, Digby. Ya, kurasa ya, ya, harus." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Saya tak tahu," kata Mrs. Lytcham Roche kepada tamu-tamunya ketika kepala pelayan itu sudah pergi, "apa yang harus saya lakukan tanpa Digby!" Keheningan menyusul. Kemudian Digby muncul kembali di ruangan itu. Napasnya agak tersengal-sengal, lebih cepat dari yang dianggap pantas untuk ukuran seorang kepala pelayan. "Maaf, Madame... ruang kerja terkunci." Pada saat itu M. Hercule Poirot langsung mengambil alih situasi. 48 "Saya rasa," katanya, "sebaiknya kita pergi ke ruang kerja." Dia memimpin di depan dan yang lain mengikutinya. Sikapnya yang memimpin dan berwibawa terasa amat wajar. Dia bukan lagi seorang tamu yang berpenampilan konyol. Dia adalah sebuah pribadi yang penuh wibawa dan menguasai situasi. Dia berjalan ke selasar, melewati tangga, jam besar, dan ceruk tempat gong diletakkan. Tepat di seberang ceruk itu terdapat pintu yang tertutup. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Dia mengetuknya, mula-mula pelan, kemudian semakin cepat dan semakin keras. Tapi tak ada jawaban. Dengan kikuk dia berlutut lalu mengintip lewat lubang kunci. Kemudian dia berdiri dan memandang sekelilingnya. "Tuan-tuan," katanya, "kita harus mendobrak pintu ini. Segera!" Seperti sebelumnya, tak seorang pun mempertanyakan wewenangnya. Geoffrey Keene dan Gre-gory Barling yang paling besar badannya. Mereka mendobrak pintu itu dengan aba-aba Poirot. Itu bukan hal yang mudah. Pintu-pintu di Lytcham Close terbuat dari kayu tua bermutu bagus-tak ada pintupintu tipis modern di rumah tua itu. Pintu itu tak bergeming sedikit pun. Tetapi, setelah kekuatan para pria itu digabung, akhirnya pintu itu menyerah dan jatuh terlepas ke arah dalam. Semua berdiri ragu di depan pintu. Mereka melihat apa yang di bawah sadar sudah mereka bayangkan akan terlihat. Di depan mereka ada jendela. Di sisi kiri, antara pintu dan jendela, ada 49 sebuah meja tulis besar. Di sebuah kursi, tidak tepat di depan meja tetapi agak menyamping, duduk terkulai seorang pria-pria bertubuh besar. Tubuhnya tersungkur ke depan. Punggungnya menghadap mereka, dan wajahnya menghadap jendela, tetapi posisinya sudah menjelaskan Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi keadaannya. Tangan kanan pria itu tergantung lemas dan di bawahnya, di._atas karpet, tergeletak sepucuk pistol kecil yang berkilat. Poirot berkata tajam kepada Gregory Barling. "Ajak Mrs. Lytcham Roche keluar dari sini- juga kedua wanita lainnya." Gregory Barling mengangguk paham. Dia meraih lengan nyonya rumahnya. Wanita itu gemetar. "Dia menembak dirinya sendiri," gumam Mrs. Lytcham Roche. "Mengerikan!" Dengan tubuh gemetar dia mengizinkan Gregory Barling menggandengnya keluar ruangan. Kedua gadis itu mengikutinya. Poirot masuk ke ruangan, dua pria muda itu rapat di belakangnya. Dia berlutut di samping mayat, dan memberi isyarat agar yang lain jangan terlalu mendekat. Dia menemukan lubang peluru di sisi kanan kepala. Peluru itu menembus sisi lainnya dan langsung mengenai sebuah cermin yang digantungkan pada dinding sebelah kiri, karena kaca itu retak. Di atas meja tulis ada sehelai kertas, kosong, belum ditulisi apa-apa kecuali kata Maaf yang sepertinya digoreskan dengan ragu dan dengan tangan gemetar. Mata Poirot cepat kembali ke arah pintu. 50 Koleksi ebook inzomnia Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo http://inzomnia.wapka.mobi "Kuncinya tak tergantung di sana," katanya. "Aneh..." Tangannya merogoh saku baju mayat itu. "Ini dia," katanya. "Yah, sudah kuduga. Maukah Anda mencobanya, Monsieur?" Geoffrey Keene menerima anak kunci itu dan memasukkannya ke lubang kunci di pintu. "Cocok." "Dan jendelanya?" Harry Dalehouse melangkah cepat ke jendela. "Tertutup." "Izinkan saya." Dengan tangkas Poirot berdiri lalu bergabung dengan Harry Dalehouse. Jendela itu model Prancis, tinggi dan bagian bawahnya serendah bagian bawah pintu. Poirot membukanya, berdiri semenit lamanya untuk mengamati rumput di depan jendela, kemudian menutupnya lagi. "Kawan-kawan," katanya, "kita harus menelepon polisi. Sampai mereka datang, memeriksa, dan menyimpulkan bahwa ini murni kasus bunuh diri, kita tak boleh menyentuh apa pun. Saat kematian pasti terjadi sekitar seperempat jam sampai satu jam yang lalu." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Saya tahu," kata Harry dengan suara parau. "Kami mendengar bunyi tembakan." "Comment" Apa kata Anda?" Harry menjelaskan, dengan bantuan Geoffrey Keene. Ketika dia selesai bercerita, Barling muncul. Poirot mengulangi apa yang sudah dikatakannya, dan sementara Keene keluar untuk menelepon, Poirot meminta Barling bicara berdua dengannya sebentar. 51 Mereka masuk ke morning room-ruang santai di pagi hari-yang tidak terlalu besar. Digby diperintahkan berjaga di depan pintu ruang kerja, sementara Harry pergi menemui para wanita. "Setahu saya, Anda kawan dekat M Lytcham Roche," Poirot memulai. "Dengan alasan itulah saya terutama ingin bicara dengan Anda. Dalam etiket, mungkin, seharusnya saya bicara dulu kepada Madame, tetapi untuk saat ini, menurut saya itu tidak pratique" Dia berhenti. "Saya berada dalam situasi yang rumit. Saya akan berterus terang kepada Anda. Saya, menurut profesi saya, adalah seorang detektif swasta." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Si ahli keuangan tersenyum sekilas. "Anda tidak perlu mengatakan itu kepada saya, M. Poirot. Nama Anda, saat ini, sudah terkenal di mana-mana." "Monsieur terlalu murah hati," kata Poirot, sambil membungkuk dengan dramatis. "Kalau begitu, mari kita lanjutkan. Saya menerima, di alamat saya di London, sepucuk surat dari M. Lytcham Roche. Dalam surat itu dia mengatakan bahwa dia punya alasan untuk merasa yakin bahwa selama ini dia ditipu dalam jumlah besar. Demi alasan-alasan keluarga, begitu dia menyebutnya, dia tak ingin menghubungi polisi, tapi dia ingin saya datang dan menyelesaikan masalah itu bersamanya. Nah, saya setuju. Saya datang. Tidak secepat yang diharapkan M. Lytcham Roche-karena saya punya urusan-urusan lain, dan M. Lytcham Roche, dia 52 bukanlah Raja Inggris, meskipun kelihatannya dia menganggap dirinya penuh kuasa seperti raja." Barling tersenyum masam. "Dia memang menganggap dirinya seperti itu." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Tepat sekali. Oh, Anda mengerti-suratnya jelas-jelas menunjukkan bahwa dia orang yang oleh orang lain disebut eksentrik. Dia tidak gila, tapi hanya tidak seimbang, n' est-ce pas?" "Apa yang baru saja dilakukannya menunjukkan ketidakseimbangannya." "Oh, Monsieur, tapi bunuh diri tidak selalu merupakan contoh tindakan orang yang tidak seimbang. Pemeriksa mayat mungkin akan berkata begitu, ya, mereka biasa berkata begitu, tetapi itu dilakukan untuk menjaga perasaan mereka yang ditinggalkan." "Hubert bukan pribadi yang normal," kata Barling tegas. "Dia sering marah tak terkendali, dia seorang monomaniak kalau urusannya menyangkut kebanggaan dan harga diri keluarga. Sering sekali dia mengamuk tanpa sebab. Tetapi, di luar itu semua, dia seorang pria yang amat cerdik dan lihai." "Tepat sekali. Dia cukup cerdik untuk mengetahui bahwa diam-diam dia dirampok." "Apakah orang bunuh diri karena tahu dia dirampok?" tanya Barling. "Seperti kata Anda, Monsieur. Itu aneh. Dan itu membuat saya ingin mengorek lebih dalam. Demi alasan-alasan keluarga-itu kalimat yang digunakannya dalam suratnya. Eh bien, Monsieur, Anda Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi orang yang sudah berpengalaman, Anda tahu persis bahwa demi itu tepatnya-alasan-alasan keluarga- orang tidak memilih bunuh diri." "Maksud Anda?" "Bahwa kelihatannya-sepintas kilas-seakan-akan ce pauvre Monsieur, tuan kita yang malang ini, telah menemukan bukti lebih lanjut-dan tak berdaya menghadapi apa yang ditemukannya. Tetapi Anda pun mengerti, saya punya tugas. Saya sudah diberi wewenang dan sudah dipilih-dan saya sudah menerima tugas ini. 'Alasan keluarga' inilah yang tidak diinginkan pria ini sampai ke tangan polisi. Jadi, saya harus bertindak cepat. Saya harus memperoleh fakta-fakta yang benar." "Dan kalau itu sudah Anda peroleh"' "Saya harus menggunakan kemampuan saya. Saya harus lakukan apa yang bisa saya lakukan." "Saya mengerti," kata Barling. Satu-dua menit dia mengisap rokoknya sambil merenung, kemudian berkata, "Maaf, saya tak bisa membantu Anda. Hubert tak pernah berterus terang kepada saya. Saya tak tahu apa-apa." "Tapi, katakan pada saya, Monsieur, siapa, menurut Anda, yang punya kesempatan untuk merampok pria malang ini?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Itu sulit dikatakan. Tentu saja, ada agen yang mengurusi tanah-tanahnya. Dia orang baru." "Agen yang mengurusi soal tanah?" "Ya. Marshall. Kapten Marshall. Orangnya baik, sangat menyenangkan, kehilangan satu tangannya waktu perang. Dia datang ke sini setahun yang 54 lalu. Tapi Hubert suka orang itu, saya tahu, dan saya pun mempercayainya." "Seandainya Kapten Marshall yang menipu dia, maka tidak mungkin ada alasan keluarga yang harus dirahasiakan." "T-tidak." Keraguan itu tidak luput dari perhatian Poirot. "Katakan, Monsieur. Katakan dengan jelas, saya mohon." "Ah, mungkin hanya gosip." "Saya mohon dengan sangat, katakan." "Baiklah kalau begitu, akan saya ceritakan. Apakah Anda melihat seorang wanita muda yang sangat menarik di ruang duduk tadi?" "Saya melihat dua wanita muda yang sangat menarik." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Oh, ya, Miss Ashby. Gadis mungil yang manis. Baru sekali ini kemari. Harry Dalehouse berhasil membujuk Mrs. Lytcham Roche agar mengundangnya. Bukan, bukan dia. Yang saya maksud yang berkulit gelap-Diana Cleves." "Saya melihatnya," kata Poirot. "Dia tipe wanita yang akan membuat setiap lelaki menoleh memandangnya." "Dia setan kecil," sembur Barling. "Dia suka mempermainkan setiap lelaki yang ada dalam radius dua puluh mil darinya. Seseorang pasti akan membunuhnya, cepat atau lambat." Dia menyapu keningnya dengan saputangannya, tak sadar bahwa dirinya dipandangi detektif itu dengan saksama 55 "Dan wanita muda ini adalah..." "Dia putri angkat Lytcham Roche. Sayang sekali, Lytcham dan istrinya tak punya anak. Mereka mengadopsi Diana Cleves-masih sepupu mereka. Hubert amat mencintainya, boleh dikatakan malah memujanya." "Kalau begitu, dia pasti tak suka kalau gadis itu menikah, ya kan?" kata Poirot memancing. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Bukan begitu. Kalau Diana menikah dengan lelaki yang tepat, tak ada masalah." "Dan pria yang tepat itu adalah... Anda, Monsieur?" Barling tergagap dan wajahnya memerah. "Saya tak pernah berkata..." "Mais, non, mais, non! Anda memang tak bilang apa-apa. Tapi, itu benar, kan?" "Saya jatuh cinta padanya... ya. Lytcham Roche senang mengetahuinya. Saya cocok dengan gagasannya mengenai pasangan Diana." "Dan Mademoiselle sendiri?" "Sudah saya katakan, dia itu setan kecil yang menjelma." "Saya paham sepenuhnya. Diana punya gagasan sendiri tentang pria yang dipilihnya, ya kan" Tetapi Kapten Marshall, di mana hubungannya dengan ini semua?" "Yah, Diana sering berkencan dengannya. Orang-orang bergosip. Tidak, saya tidak berpikir yang bukan-bukan. Marshall hanya salah satu lelaki di mata Diana. Hanya sejauh itu." Poirot mengangguk. 56 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Tetapi, seandainya memang ada apa-apa di antara mereka... nah, itu menjelaskan mengapa Mr. Lytcham Roche ingin bertindak secara amat hati-hati." "Anda mengerti semuanya, ya" Anda tentu mengerti tak ada alasan yang masuk akal untuk mencurigai bahwa Marshall telah melakukan perampokan." "Oh, parfaitement, parfaitement! Mungkin urusannya hanya soal cek palsu, dan melibatkan salah seorang di rumah ini. Eh, Mr. Dalehouse yang masih muda itu, siapa dia?" "Seorang keponakan." "Dia akan memperoleh warisan, ya?" "Dia anak adik perempuan Hubert. Tentu saja dia mungkin akan mewarisi nama Lytcham Roche- karena tak ada keturunan langsung yang masih hidup." "Saya mengerti." "Hak atas rumah ini sebenarnya belum diatur, meskipun sejak dahulu selalu diwariskan dari garis ayah kepada anak laki-laki. Saya selalu membayangkan bahwa Hubert mewariskannya kepada istrinya, selama istrinya masih hidup, kemudian mungkin akan diwariskan kepada Diana, Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi kalau dia menyetujui pernikahan gadis itu. Anda tentu tahu, suami Diana punya kemungkinan mewarisi nama keluarga ini." "Saya paham sepenuhnya," kata Poirot. "Anda sangat baik dan sangat membantu saya, Monsieur. Bolehkah saya mengajukan satu permintaan lagi" 5 Tolong jelaskan kepada Madame Lytcham Roche semua yang sudah saya katakan kepada Anda, dan tolong sampaikan bahwa saya ingin bicara sebentar dengannya." Lebih cepat dari yang diperhitungkannya, pintu membuka dan Mrs. Lytcham Roche masuk. Dia melayang mendekati sebuah kursi. "Mr. Barling telah menjelaskan semuanya kepada saya," katanya. "Tentu saja kami tidak menginginkan skandal. Meskipun saya merasa ini semua sudah takdir. Anda juga berpendapat begitu" Maksud saya, karena cermin itu, dan lain-lain hal." "Comment... cermin itu?" "Begitu melihatnya, sepertinya itu suatu pertanda. Tentang Hubert! Tentang sebuah kutukan! Saya rasa, setiap keluarga yang sudah tua harus Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi hidup dengan kutukan tertentu. Hubert selalu bersikap aneh. Dan akhir-akhir ini sikapnya semakin aneh." "Maafkan saya kalau menanyakan ini, Madame, tetapi... maksud saya, Anda tidak sedang kekurangan uang bukan?" "Uang" Saya tak pernah memikirkan uang." "Anda tahu apa kata orang, Madame" Mereka yang tak pernah memikirkan uang membutuhkannya jauh lebih banyak." Poirot tertawa kecil. Wanita itu tidak menanggapinya. Mata Mrs. Lytcham Roche menerawang jauh. "Terima kasih, Madame," katanya, dan wawancara itu selesai. Poirot membunyikan bel, dan Digby menjawab. 58 "Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan padamu," kata Poirot. "Saya detektif swasta yang dipanggil tuanmu sebelum beliau meninggal." "Detektif!" seru kepala pelayan itu. "Mengapa?" "Tolong jawab pertanyaan-pertanyaanku. Nah, tentang bunyi tembakan itu..." Dia menyimak cerita si kepala pelayan. "Jadi kalian berempat berdiri di selasar?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Ya, Tuan, Mr. Dalehouse, Miss Ashby, dan Mr. Keene keluar dari tuang duduk." "Di mana yang lain?" "Yang lain, Tuan?" "Ya, Mrs. Lytcham Roche, Miss Cleves, dan Mr. Barling." "Mrs. Lytcham Roche dan Mr. Barling turun kemudian, Tuan." "Dan Miss Cleves?" "Saya kira Miss Cleves ada di ruang duduk, Tuan." Poirot mengajukan beberapa pertanyaan lagi, kemudian menyuruh kepala pelayan itu memanggil Miss Cleves untuk menemuinya. Gadis itu langsung datang. Poirot mengamati wanita muda itu dengan saksama, dan membayangkan apa yang sudah dikatakan Barling. Gadis itu memang cantik. Dia mengenakan gaun satin putih, dengan-kuncup mawar dari kain yang sama menghiasi bahunya. Poirot menjelaskan hal-hal yang menyebabkan dia datang ke Lytcham Close sambil mengamati gadis itu dengan tajam, tetapi apa yang ditunjukkan 59 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi gadis itu hanyalah rasa kaget yang benar-benar asli, tanpa ada rasa canggung atau rasa tidak enak. Diana bicara sepintas tentang Marshall, tanpa menunjukkan perasaannya. Hanya ketika nama Barling disebut-sebut dia menjadi bersemangat. "Dia lelaki busuk," katanya tajam. "Saya sudah bilang pada Pak Tua, tapi dia tak mau dengar, dia terus saja menanam uang pada proyek-proyek busuk si Barling." "Apakah Anda sedih, Mademoiselle, bahwa ayah Anda meninggal?" Diana menatap Poirot dengan tajam. "Tentu saja. Tapi, saya ini gadis modern, M. Poirot. Saya tak akan menangis tersedu-sedu. Tetapi saya mencintai Pak Tua. Meskipun, tentu saja, ini yang terbaik baginya." "Yang terbaik baginya?" "Ya. Cepat atau lambat dia pasti harus dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Dia semakin kacau, dia makin yakin bahwa keturunan terakhir Lytcham Roche yang mewarisi Lytcham Close adalah makhluk mahakuasa." Poirot mengangguk penuh pemikiran. "Hmm, saya mengerti... ya, tanda-tanda nyata dari ketidakseimbangan jiwa. Eh, bolehkah saya memeriksa tas Anda itu" Wah, indah sekali, bunga-Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bunga dari sutra ini. Oh, apa kata saya tadi" Oh, ya, apakah Anda mendengar bunyi tembakan?" "Oh, ya! Tapi saya kira itu bunyi mobil atau senapan pemburu, atau entah apa." "Anda tadi berada di ruang duduk?" 60 "Tidak. Saya tadi sedang di kebun." "Oh. Terima kasih, Mademoiselle. Selanjutnya, saya ingin bicara dengan Mr. Keene. Benar namanya begitu"' "Geoffrey" Akan saya suruh dia kemari." Keene muncul, waspada dan kelihatan tertarik. "Mr. Barling telah bercerita pada saya, alasan yang membuat Anda datang kemari. Saya tak tahu, entah apa yang bisa saya katakan pada Anda, tetapi kalau saya bisa..." Poirot menyelanya. "Saya hanya ingin tahu satu hal, Monsieur Keene. Apa yang Anda ambil sambil membungkuk, tepat ketika kita baru saja masuk ke ruang kerja tadi?" "Saya..." Keene hampir terlompat dari kursinya, tetapi segera tenang kembali. "Saya tak mengerti maksud Anda," katanya ringan. "Oh, saya yakin Anda mengerti, Monsieur. Anda berada di belakang saya, saya tahu, tetapi kawan saya pernah bilang, saya ini punya mata di Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi belakang kepala saya. Anda memungut sesuatu dan Anda masukkan benda itu ke saku kanan jas Anda.". Hening sejenak. Pada wajah Keene yang tampan terlihat jelas bahwa dia ragu-ragu. Akhirnya dia mengambil keputusan. "Pilih sendiri, M. Poirot," katanya, dan sambil membungkuk dikeluarkannya isi sakunya. Ada pipa rokok, sehelai saputangan, sekuntum mawar mungil dari sutra, dan kotak korek api terbuat dari emas. Hening sejenak, kemudian Keene berkata, "Sebenarnya, ini yang saya pungut tadi." Dia mengambil 61 kotak korek api itu. "Pasti terjatuh sebelumnya, mungkin sore tadi." "Saya yakin bukan itu," kata Poirot. "Apa maksud Anda?" "Maksud saya begini. Saya, Monsieur, adalah orang yang memuja kerapian, metode, dan keteraturan. Kotak korek api di lantai, saya pasti akan melihatnya dan memungutnya-kotak korek api sebesar ini, pasti akan terlihat oleh saya! Bukan ini, Monsieur, saya yakin, pasti sesuatu yang jauh lebih kecil... seperti ini, misalnya." Dia mengambil kuntum mawar sutra itu. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Dari tas Miss Cleves, kan?" Hening sejenak, kemudian Keene mengakuinya sambil tertawa. "Ya, Anda benar. Dia... memberikannya pada saya kemarin malam." "Oh," kata Poirot, dan saat itu pintu membuka. Seorang pria jangkung berambut pirang dan mengenakan celana santai masuk ke dalam ruangan. "Keene, apa-apaan ini" Lytcham Roche menembak dirinya sendiri" Astaga, aku takkan percaya. Ini mengerikan." "Mari kukenalkan kau," kata Keene, "kepada M. Hercule Poirot." Pria yang baru datang itu kaget. "Dia akan menjelaskan semuanya kepadamu." Dan ia meninggalkan ruangan, sambil membanting pintu. "M. Poirot...," John Marshall amat bersemangat, "...saya senang sekali bisa berkenalan dengan Anda. Untung Anda datang kemari. Lytcham Roche tak 62 pernah cerita Anda akan datang. Saya amat mengagumi Anda, Sir." Pemuda .yang tak berbahaya, kata Poirot dalam hati. Tidak terlalu muda juga, karena rambut abu abu mulai menghiasi pelipisnya dan dahfnya sudah mulai berkerut. Suara dan sikapnya yang membuatnya tampak muda. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Polisi..." "Mereka sudah ada di sini, Sir. Saya datang bersama mereka begitu mendengar kabar ini. Mereka sepertinya tidak kaget. Tentu saja, Lytcham orang yang aneh, tapi, begitupun..." "Begitupun Anda kaget ketika mendengar dia mati bunuh diri?" "Terus terang, ya. Seharusnya saya tidak mengira bahwa... yah, bahwa Lytcham Roche dapat membayangkan dunia akan terus berputar tanpa dia." "Saya duga, akhir-akhir ini dia punya masalah keuangan?" Marshall mengangguk. "Dia berspekulasi. Gagasan-gagasan Barling yang ngawur." Poirot berkata pelan, "Saya akan berterus terang. Apakah Anda punya alasan untuk menduga bahwa Mr. Lytcham Roche mencurigai Anda memainkan uang Anda?" Marshall menatap Poirot dengan terkejut bercampur geli. Pria itu terlihat begitu kaget dan geli hingga mau tak mau Poirot tersenyum. "Saya lihat Anda kaget sekali, Kapten Marshall." 63 "Ya, memang. Rikiran seperti itu sungguh konyol." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Ah! Satu pertanyaan lagi. Apa dia tidak men-~ curigai Anda karena merebut putri angkatnya darinya"' "Oh, rupanya Anda sudah tahu tentang hubungan saya dengan Di?" Dia tertawa malu. "Jadi itu benar?" Marshall mengangguk. "Tapi, Pak Tua belum tahu apa-apa tentang ini. Diana takkan menceritakannya padanya. Saya rasa dia benar. Pak Tua akan mengamuk dan... meledak seperti sekeranjang petasan. Saya pasti akan kehilangan pekerjaan saya, dan habislah saya." "Kalau begitu, apa rencana Anda semula?" "Yah, percayalah, Tuan, saya sendiri tak tahu. Saya serahkan semuanya pada Di. Dia bilang dia yang akan mengaturnya. Sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan. Kalau saya bisa dapat pekerjaan, saya akan pergi dari sini." "Dan Mademoiselle akan menikah dengan Anda" Tetapi, M. Lytcham Roche mungkin akan menyetop tunjangan untuknya. Mademoiselle Diana, menurut saya, amat suka pada uang." Marshall kelihatan tidak enak. "Saya akan berusaha memenuhi kebutuhannya, Sir." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Geoffrey Keene masuk ke dalam ruangan. "Polisi sudah akan pergi dan mereka ingin bicara dengan Anda, M. Poirot." "Merci. Saya akan ke sana." 64 Di ruang kerja ada seorang inspektur polisi dan ahli bedah, kepolisian "M. Poirot?" tanya inspektur polisi itu. "Kami sudah mendengar banyak tentang Anda, Sir. Saya Inspektur Reeves." "Anda terlalu murah hati," kata Poirot, sambil menyambut tangan yang terulur itu. "Anda tidak membutuhkan kerja sama saya?" Dia tertawa kecil. "Tidak untuk kali ini, Sir. Semuanya sudah jelas." "Kalau begitu, kasus ini mudah sekali?" desak Poirot. "Mudah sekali. Pintu dan jendela terkunci, kunci pintu di dalam saku si mayat. Kelakuan yang ganjil akhir-akhir ini. Tak ada keraguan setitik pun." "Semuanya nampak... wajar?" Dokter itu mendengus. "Pasti duduknya dengan sudut yang aneh sekali; kalau tidak, tak mungkin pelurunya mengenai cermin itu. Tapi, bunuh diri selalu aneh, ya kan?" "Anda menemukan pelurunya?" "Ya, di sini." Dokter itu menunjukkan pelurunya. "Di dekat dinding, di bawah cermin. Pistol itu milik Mr. Roche. Selalu disimpan di laci meja. Ada Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi sesuatu di balik ini semua, saya yakin, tapi kita tak akan pernah tahu apa masalahnya." Poirot mengangguk. Mayat sudah dipindahkan ke ruang tidur. Polisi kini bersiap hendak meninggalkan rumah itu.-Poirot berdiri di pintu depan, memandang polisi yang 65 sedang pergi itu. Sebuah suara membuatnya ber-balik. Harry Dalehouse berdiri tepat di belakangnya. "Kawan, apakah Anda kebetulan punya senter yang terang-cahayanya?" tanya Poirot. "Ya, akan saya ambilkan." Ketika dia kembali, Joan Ashby datang bersamanya. "Anda berdua boleh menemani saya, kalau mau," kata Poirot ramah. Dia melangkah keluar lewat pintu depan, membelok ke kanan, lalu berhenti di depan jendela ruang kerja. Jalur rumput selebar kira-kira dua meter memisahkan jendela itu dari jalan setapak. Poirot membungkuk, menyorotkan senternya ke rerumputan. Dia menegakkan badannya lalu menggeleng. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Bukan," katanya, "bukan di sini." Kata-katanya terhenti dan pelan-pelan tubuhnya menegang. Di kedua sisi jalur rumput itu ditanam petak bunga yang tumbuh rapat. Perhatian Poirot terpusat pada batas bunga di sisi kanan, penuh dengan bunga-bunga aster Michaelma dan bunga dahlia. Senternya kini diarahkan ke bagian depan petak bunga itu. Jejak-jejak kaki terlihat jelas pada tanah yang lembut itu. "Empat jejak," gumam Poirot. "Dua ke arah jendela, dua dari sana." "Tukang kebun," tebak Joan. "Bukan, Mademoiselle, bukan. Gunakan mata Anda. Sepatu ini kecil, bertumit tinggi dan runcing, sepatu wanita. Mademoiselle Diana mengatakan 66 dia berada di kebun tadi. Apakah Anda melihatnya menuruni tangga sebelum Anda, Mademoiselle?" Joan menggeleng. "Saya tak ingat. Saya sangat tergesa-gesa karena gong sudah berbunyi, dan saya merasa telah mendengar bunyi gong yang pertama. Rasanya saya ingat pintu kamarnya terbuka, ketika saya lewat, tapi saya tidak yakin. Kamar Mrs. Lytcham Roche tertutup, itu saya tahu pasti." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Saya mengerti," kata Poirot. Sesuatu dalam nada suaranya membuat Harry memandangnya dengan tajam, tetapi Poirot hanya mengerutkan dahi. Di ambang pintu mereka bertemu dengan Diana Cleves. "Polisi sudah pergi," kata Diana. "Semua sudah selesai." Diana mendesah dalam-dalam. "Bolehkah saya bicara sebentar dengan Anda, Mademoiselle?" Gadis itu berbalik dan masuk ke morning room, Poirot mengikutinya, lalu menutup pintu di belakangnya. "Nah?" Gadis itu terlihat agak kaget. "Satu pertanyaan, Mademoiselle. Apakah tadi, malam ini, Anda berada di sekitar petak bunga, tepat di depan jendela ruang kerja?" "Ya." Diana mengangguk. "Kira-kira jam tujuh, dan sekali lagi sebelum makan malam." "Saya tak mengerti," kata Poirot. "Saya tak melihat ada yang perlu Anda 'menger67 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi ti, begitu istilah Anda," kata Diana dingin. "Saya tadi memetik bunga-bunga aster Michaelma untuk penghias meja makan. Saya selalu merangkai" bunga untuk meja makan. Itu kira-kira jam tujuh tadi." "Dan setelah itu... yang kemudian?" "Oh, yang itu! Tanpa sengaja saya meneteskan setitik minyak rambut pada gaun saya, tepat di bagian bahu sini. Padahal, saya sudah siap hendak turun. Saya tak mau mengganti gaun saya. Saya Ingat ada sekuntum mawar di petak bunga itu. Mawar yang mekar lewat musimnya. Saya lari keluar, memetiknya, dan menyematkannya. Lihat..." Dia mendekati Poirot dan mengangkat kuntum mawar itu. Poirot melihat noda minyak rambut yang kecil sekali. Diana tetap berdiri dekat dengannya, bahunya hampir menyentuh bahu Poirot. "Dan jam berapakah waktu itu?" "Oh, kira-kira jam delapan lebih sepuluh, saya kira." "Anda tidak... mencoba lewat jendela?" "Saya memang mencoba lewat sana. Ya, saya pikir pasti lebih cepat kalau lewat sana. Tapi jendela itu terkunci." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Saya mengerti." Poirot mendesah keras. "Dan bunyi tembakan itu," katanya, "di mana - Anda waktu mendengarnya" Masih di petak bunga itu?" "Oh, tidak, itu dua atau tiga menit kemudian, tepat sebelum saya masuk lewat pintu samping." - "Anda tahu, benda apa ini, Mademoiselle?" Poirot menunjukkan sekuntum mawar mungil dari kain sutra di telapak tangannya. Gadis itu mengamatinya dengan sikap santai. 68 "Kelihatannya seperti kuntum bunga mawar yang-lepas dari tas saya. Di mana Anda menemukannya?" "Di saku Mr. Keene," kata Poirot datar. "Apakah Anda memberikannya padanya, Mademoiselle?" "Apa dia bilang saya memberikannya padanya?" Poirot tersenyum. "Kapan Anda memberikannya padanya, Mademoiselle?" "Kemarin malam." "Apakah dia mengancam Anda agar mengatakan begitu, Mademoiselle?" "Apa maksud Anda?" tanya Diana marah-Tapi Poirot tidak menjawab. Dia keluar dari ruangan lalu masuk ke ruang duduk. Barling, Keene, dan Marshall ada di sana. Poirot langsung mendekati mereka. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Messieurs," katanya ringkas, "maukah Anda semua ikut saya ke ruang kerja?" Dia keluar ke selasai- dan berkata kepada Joan dan Harry. "Anda berdua juga, saya mohon. Dan tolong sampaikan pada Madame agar datang ke sini. Terima kasih. Ah! Nah, ini Digby yang hebat. Digby, ada satu pertanyaan, pertanyaan sepele namun sangat penting. Apakah Miss Cleves merangkai bunga-bunga aster Michaelma sebelum makan malam?" Kepala pelayan itu nampak kaget. "Ya, Tuan, memang." "Kau yakin" 69 "Yakin sekali, Tuan." "Tres bien. Sekarang... Anda semua, silakan masuk." Di dalam ruang kerja Poirot berdiri menghadap mereka semua. "Saya minta Anda semua datang ke sini untuk suatu alasan. Kasus ini sudah selesai, polisi sudah datang dan sudah pergi. Mereka mengatakan bahwa Mr. Lytcham Roche menembak dirinya sendiri. Selesai." Dia berhenti. "Tetapi saya, Hercule Poirot, berkata bahwa ini belum selesai." Ketika mata-mata yang kaget menatapnya, pintu membuka dan Mrs. Lytcham Roche meluncur masuk. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Saya sedang berkata, Madame, bahwa kasus ini belum selesai. Ini masalah psikologi, Mr. Lytcham Roche, dia punya semacam manie de grandeur-menganggap diri sendiri hebat sekali. Dia menganggap dirinya raja. Orang seperti dia tidak akan bunuh diri. Tidak, tidak mungkin. Barangkali dia gila, tidak waras, tapi dia takkan membunuh dirinya sendiri. Mr. Lytcham Roche tidak bunuh diri." Poirot berhenti. "Dia dibunuh." "Dibunuh?" Marshall tertawa pendek. "Sendirian di sebuah ruangan dengan pintu dan jendela terkunci?" " "Bisa saja," kata Poirot keras kepala, "dia dibunuh." "Lalu bangkit dan mengunci pintu serta jendela, setelah mati dibunuh. Begitu, ya?" kata Diana tajam. Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo 70 "Akan saya tunjukkan sesuatu kepada Anda sekalian," kata Poirot sambil berjalan ke jendela. Dia memutar pegangan jendela model Prancis itu, kemudian menariknya pelan-pelan. "Lihat, terbuka. Sekarang saya tutup, tapi tanpa memutar pegangannya. Nah, sekarang jendela tertutup, tetapi tidak terkunci. Sekarang!" Didorongnya jendela itu tiba-tiba dan pegangannya langsung memutar, membuat selotnya terkunci dengan sendirinya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Lihat!" kata Poirot pelan. "Mekanisme kunci jendela ini amat sederhana Kita dapat menguncinya dari luar, dengan mudah sekali." Dia berbalik, sikapnya bersungguh-sungguh. "Ketika tembakan itu diletuskan pada jam delapan dua belas, ada empat orang di selasar. Empat orang itu mempunyai alibi. Di mana tiga orang lainnya" Anda, Madame" Di kamar Anda. Anda, Monsieur Barling. Apakah Anda juga berada di dalam kamar Anda?" "Ya." "Dan Anda, Mademoiselle, apakah Anda berada di kebun seperti yang Anda katakan?" "Saya tak melihat..." Diana memulai. "Tunggu." Poirot berpaling kepada Mrs. Lytcham Roche. "Katakan, Madame, apakah Anda tabu bagaimana suami Anda akan mewariskan uangnya?" "Hubert pernah membacakan surat wasiatnya. Katanya saya harus tahui Dia mewariskan tiga ribu poundsterling per tahun, dari rumah ini, dan rumah dower atau apartemen di kota, terserah 71 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi mana yang saya pilih. Sisanya diwariskannya kepada Diana, dengan. syarat, kalau dia menikah, suaminya harus bersedia memakai nama Lytcham Roche." "Ah!" "Tapi kemudian dia membuat codicil-catatan tambahan-beberapa minggu yang lalu." "Ya, Madame?" "Dia masih mewariskan semuanya kepada Diana, tapi dengan syarat Diana menikah dengan Mr. Barling. Kalau dia menikah dengan pria lain, semua warisan ini akan menjadi hak keponakannya, Harry Dalehouse." "Tetapi codicil itu baru dibuat beberapa minggu yang lalu," gumam Poirot. "Mademoiselle mungkin belum tahu itu." Dia melangkah maju dan berkata menuduh. "Mademoiselle Diana, Anda ingin menikah dengan Kapten Marshall, ya kan" Atau... dengan Mr. Keene?" Diana berjalan menyeberangi ruangan dan menggandeng lengan Marshall yang masih utuh. "Lanjutkan," katanya. "Saya akan menjelaskan mengapa kasus ini memberatkan Anda, Mademoiselle. Anda mencintai Kapten Marshall. Anda juga cinta uang. Ayah angkat Anda takkan menyetujui pernikahan Anda dengan Kapten Marshall, tapi jika beliau meninggal, Anda akan memperoleh semuanya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Jadi Anda pergi ke luar, berjalan di petak bunga itu ke arah jendela yang terbuka, Anda membawa pistol yang telah Anda ambil dari laci meja tulis. Anda mendekati 72 korban sambil terus bicara dengan ramah. Anda menembak. Anda menjatuhkan pistol itu pada tangan ayah angkat Anda, menghapus sidik jari Anda, kemudian menekankan jari-jari korban pada pistol itu. Anda keluar lagi, menekan jendela hingga selotnya terkunci. Anda lalu masuk ke dalam rumah. Begitukah yang terjadi" Saya bertanya pada Anda, Mademoiselle?" "Tidak," jerit Diana. "Tidak... tidak!" Poirot menatap gadis itu beberapa saat, kemudian tersenyum. "Tidak," katanya, "memang tidak begitu kejadiannya. Yang seperti itu memang mungkin. Itu masuk akal-mungkin bisa begitu-tetapi hal itu tidak mungkin karena dua hal. Alasan yang pertama adalah Anda memetik bunga-bunga aster Michaelma pada jam tujuh malam, alasan kedua ada hubungannya dengan apa yang sudah dikatakan nona ini kepada saya." Dia berpaling kepada Joan, yang memandangnya ketakutan. Poirot mengangguk, menenangkan Joan. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Sungguh, Mademoiselle. Anda katakan tadi Anda tergesa-gesa menuruni tangga karena Anda mengira mendengar bunyi gong kedua, karena Anda merasa mendengar bunyi.yang pertama." Poirot memandang berkeliling dengan tajam. "Anda tak mengerti apa yang saya maksud?" serunya. "Anda tidak mengerti. Lihat! Lihat!" Dia melompat ke arah kursi yang tadi diduduki korban. "Tidakkah Anda melihat bagaimana posisi tubuh itu tadi" Tidak duduk menghadap meja, tetapi 73 duduk menyamping, menghadap jendela. Apakah itu sikap duduk yang wajar bagi orang yang akan bunuh diri" Jamais, jamais! Anda menulis apologia "maaf" pada secarik kertas. Anda membuka laci, mengambil pistol, Anda arahkan ke kepala Anda dan Anda tembakkan. Itu caranya bunuh diri. Tetapi, sekarang bayangkan ini kasus pembunuhan. Korban duduk di depan mejanya, si pembunuh berdiri di sampingnya, mengajaknya bicara. Dan sambil terus bicara menembakkan senjatanya. Di mana selongsong peluru itu sekarang?" Dia berhenti sebentar. "Menembus kepala dan keluar di sisi yang lain, meluncur lewat pintu kalau pintu itu terbuka, dan... mengenai gong. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Ah! Anda mulai paham. Itu adalah bunyi gong pertama, yang hanya terdengar oleh Mademoiselle ini, karena kamarnya terletak di atas. "Apa yang dilakukan si pembunuh setelah itu" Menutup pintu, menguncinya, memasukkan kunci pintu ke saku korban, kemudian mengatur mayat itu sedemikian rupa hingga miring dan terkulai pada sisinya, meretakkan cermin yang tergantung di dinding sebagai sentuhan akhir yang mengesankan-ringkasnya, 'mengatur' usaha bunuh diri itu. Kemudian dia keluar lewat jendela, selotnya dibuat mengunci dengan mengentakkan jendela. Pembunuh itu tidak menginjak rumput agar jejaknya tak kelihatan, tetapi dia menginjak petak bunga agar langsung bisa dirapikan setelah diinjak. Tak ada jejak yang tertinggal. Kemudian dia masuk lagi ke rumah, dan jam delapan lewat dua belas, ketika sendirian 74 di ruang duduk, dia menembakkan sepucuk revolver ke luar jendela ruang duduk Mu cepat-cepat keluar ke selasar. Begitukah yang Anda lakukan, Mr. Geoffrey Keene?" Sekretaris itu terpana, menatap sosok yang mendekatinya sambil menuduhnya. Kemudian, sambil menjerit tertahan tubuhnya terjerembap ke lantai. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Saya rasa pertanyaan saya sudah terjawab," kata Poirot. "Kapten Marshall, maukah Anda menelepon polisi?" Dia membungkuk di atas tubuh yang tak berdaya itu. "Saya rasa dia belum akan sadar ketika polisi datang." "Geoffrey Keene," gumam Diana. "Tapi apa motifnya?" "Menurut saya, sebagai sekretaris, dia punya kesempatan-kesempatan tertentupembukuan keuangan, cek. Sesuatu membuat Mr. Lytcham Roche curiga. Dia meminta saya datang." "Mengapa Anda" Mengapa bukan polisi?" "Saya rasa, Mademoiselle, Anda bisa menjawab pertanyaan itu. Mr. Lytcham Roche mengira ada apa-apa antara Anda dan anak muda ini. Untuk mengalihkan perhatiannya dari Kapten Marshall, Anda tanpa malu-malu bercumbu dengan Mr. Keene. Tetapi, ya, saya benar, Anda tidak dapat menyangkalnya! Mr. Keene tahu saya akan datang dan dia bertindak cepat. Inti rencananya adalah membuat pembunuhan itu tampak seperti dilakukan pada jam 8.12, ketika dia mempunyai alibi. Yang berbahaya baginya adalah pelurunya, yang pasti tergeletak entah di mana, dekat gong, dan belum 75 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi sempat diambilnya. Pada saat yang sangat menegangkan dia mengira tak ada yang akan mengamatinya. Tetapi saya, saya selalu mengamati apa saja dengan cermat! Saya menanyai dia. Dia berpikir-pikir semenit lamanya sebelum memainkan lelucon konyolnya! Dia sengaja memberi kesan bahwa apa yang diambilnya adalah sekuntum mawar sutra Dia memainkan peran sebagai pemuda yang sedang jatuh cinta dan melindungi wanita yang dicintainya. Oh, cerdik sekali dia, dan seandainya Anda tadi tidak memetik bunga aster Michaelma..." "Saya tidak mengerti apa hubungannya bunga aster dengan urusan ini." "Anda tidak mengerti" Dengar... hanya ada empat jejak kaki di petak bunga, tetapi ketika Anda memetik bunga, Anda pasti membuat jejak lebih banyak-lebih dari empat. Jadi, antara saat ketika Anda .memetik bunga aster dan ketika Anda ke sana lagi untuk memetik sekuntum mawar, seseorang pasti telah meratakan lagi petak bunga itu. Bukan tukang kebun; tak ada tukang kebun yang masih bekerja sesudah jam tujuh. Jadi, pasti seseorang yang bersalah-pasti si pembunuh-pembunuhan itu terjadi sebelum letusan tembakan terdengar." ' "Tetapi mengapa tak ada orang yang mendengar letusan tembakan yang mematikan itu?" tanya Harry. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Peredam. Polisi akan menemukan revolver itu di semak-semak." 76 "Sungguh penuh risiko!" "Mengapa harus ada risiko" Semua orang ada di lantai atas, bersiap untuk makan malam. Itu saat yang tepat, waktu yang sangat bagus. Peluru itulah yang membuatnya sial, dan bahkan, seperti yang diperkirakannya, nyatanya berlangsung tanpa hambatan " Poirot memungut peluru itu. "Dia melemparkannya ke bawah cermin ketika saya sedang memeriksa jendela bersama Mr. Dalehouse." "Oh!" Diana berputar menghadap Marshall. "Nikahilah aku, John, dan bawalah aku pergi." Barling berdeham. "Diana sayang, menurut syarat-syarat surat wasiat kawanku..." "Aku tak peduli," seru gadis itu. "Aku tak peduli." "Kau tak perlu begitu," kata Harry. "Warisannya akan kita bagi dua, Di. Aku tak berniat memiliki semuanya karena Paman suka marah-marah." Tiba-tiba terdengar jerit tertahan. Mrs. Lytcham Roche melompat berdiri. "M. Poirot... cermin itu... dia... dia pasti sengaja membuatnya retak." "Ya, Madame." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Oh!" Mrs. Lytcham Roche menatap Poirot. "Tapi, siapa yang memecahkan cermin akan kena sial." "Itu sudah terbukti pada Mr Geoffrey Keene," kata Poirot dengan riang. 77 Bunga Iris Kuning Bunga Iris Kuning-Yellow Iris pertama kali diterbitkan di Inggris di Strand Magazine pada tahun 1937. Cerita ini dikembangkan menjadi novel, Sparkling Cyanide (Kenangan Kematian, PT Gramedia Pustaka Utama, 1986), yang untuk pertama kalinya diterbitkan oleh Collins paSa tahun 1945-tanpa tokoh Hercule Poirot di dalamnya. 3 BUNGA IRIS KUNING Hercule poirot menyelonjorkan kakinya ke arah radiator listrik yang dipasang pada dinding. Bentuknya yang rapi, dan bilah-bilah merah yang berjajar teratur itu membuat senang pikirannya yang memuja keteraturan. "Api batu bara," katanya pada diri sendiri, "tak ada bentuknya dan selalu membuat kotor! Tak pernah ada api batu bara yang simetris." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Telepon berdering. Poirot bangkit, sambil melihat jam tangannya sekilas. Saat itu sudah hampir pukul 23.30. Dia heran, siapa yang meneleponnya malammalam begitu. Mungkin salah sambung. "Dan mungkin," gumamnya pada diri sendiri sambil tersenyum aneh, "ada pemilik koran kaya raya yang ditemukan mati di ruang perpustakaan, di rumahnya di pedesaan, dengan sekuntum bunga anggrek diletakkan di tangan kirinya dan secarik sobekan halaman buku masak disematkan pada dadanya." 81 Sambil tersenyum karena angan-angan yang menyenangkan itu, dia mengangkat telepon. "Apakah di situ M. Hercule Poirot" Apakah di situ M. Hercule Poirot?" "Ya, Hercule Poirot di sini." "M. Poirot... dapatkah Anda segerS kemari... segera... saya dalam bahaya... dalam- bahaya besar... saya tahu ini..." Poirot menukas tajam, "Siapa Anda" Dari mana Anda bicara ini?" Suara itu terdengar semakin sayup, tapi dengan nada mendesak yang semakin kentara. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Segera... ini urusan hidup atau mati... di Jardin des Cygnes... segera... meja dengan bunga iris kuning.,.." Hening sejenak, terdengar seruan tertahan yang ganjil... lalu hubungan terputus. Hercule Poirot meletakkan teleponnya. Wajahnya kebingungan. Dia mendesis, "Ini benar-benar ganjil." Di pintu masuk Jardin des Cygnes, Luigi yang gemuk cepat-cepat menyambutnya. "Buona sera, M. Poirot. Anda menginginkan meja... ya?" "Tidak, tidak, Luigi sahabatku yang baik. Aku datang untuk menemui beberapa kawan. Aku akan mencari mereka, mungkin mereka belum datang. Ah, lihat, meja di pojok dengan bunga-bunga iris kuning itu. Ada satu pertanyaan, kalau ini bukan tidak sopan. Di meja-meja lain ada bunga tulip.... 82 tulip merah jambu... tapi mengapa di meja yang itu kauletakkan bunga iris kuning?" Luigi mengangkat bahu dengan ekspresif Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Atas perintah, Monsieur! Permintaan khusus. Pasti bunga kesayangan salah seorang wanita itu. Meja itu dipesan oleh Mr. Barton Russell, orang Amerika, sangat kaya raya." "Aha, orang harus mempelajari selera para wanita, ya, kan, Luigi?" "Monsieur telah mengatakannya," kata Luigi. "Kulihat ada kenalanku di meja itu. Aku harus ke sana dan bicara dengannya." Poirot berjalan lincah menyeberangi lantai dansa yang penuh pasangan yang berdansa berputar-putar. Meja yang dimaksud ditata untuk enam orang, tetapi saat itu hanya ada seorang pemuda duduk di sana Pria muda itu nampak merenung, sepertinya pesimis, sambil menikmati segelas sampanye. Sama sekali bukan pria yang hendak ditemuinya. Rasanya tidak masuk akal menghubungkan gagasan akan adanya bahaya atau melodrama dengan kelompok apa pun di mana Tony Chapell menjadi anggota. Poirot berhenti di samping meja itu. "Ah, bukankah ini kawanku Anthony Chapell?" "Astaga... sungguh ajaib... Poirot, si anjing polisi!" seru pemuda itu. "Bukan Anthony, Kawan, cukup Tony untuk teman-teman!" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Dia menarik sebuah kursi. "Ayo, duduk dekat aku. Mari kita berdiskusi tentang kriminalitas! Mari kita mengobrol puas-83 puas dan minum demi kriminalitas" Dia menuang sampanye ke sebuah gelas kosong. "Tapi untuk apa kau kemari, ke tempat yang penuh tawa. dansa, dan suka ria ini, Poirot" Tak ada mayat di sini, jelas-jelas tak ada mayat yang akan menarik minatmu." Poirot mencecap sampanyenya. Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kau kelihatan riang sekali, mon cher?" "Riang" Aku justru sedang sedih sekali... terpuruk dalam kemurungan. Eh, kau tahu lagu yang mereka mainkan" Kau tahu lagu itu?" Poirot menjawab dengan hati-hati, "Sesuatu yang ada hubungannya dengan kekasih yang pergi meninggalkanmu?" "Tebakanmu boleh juga," kata pemuda itu. "Tapi, kali ini kau keliru. 'Hanya cinta yang bisa membuatmu menderita!' Begitu kata orang." "Aha?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Lagu kesayanganku," kata Tony Chapell murung. "Dan restoran favoritku dan band favoritku... dan gadis idamanku ada di sini dan dia berdansa dengan pria lain." "Wah, karena itu. kau jadi melankolis?" kata Poirot. "Benar. Pauline dan aku, telah bertengkar sengit. Kami saling melontarkan apa yang oleh orang liar disebut kata-kata. Maksudku, dia bicara 95 kata dan aku lima kata, untuk setiap seratus kata. Lima kata yang kuucapkan adalah 'Tapi, Sayang... aku bisa jelaskan.' Kemudian dia memulai yang 95 lagi, dan kami pun hanya berputar-putar di situ. 84 Kurasa," tambah Tony sedih, "sebaiknya aku minum racun saja " "Pauline?" gumam Poirot. "Pauline Weatherby. Adik ipar Barton Russell. Muda, jelita, dan kaya raya. Malam ini Barton Russell mengadakan pesta. Kau tahu dia" Bisnis besar, tipe lelaki Amerika yang bersih... penuh kekuasaan dan punya kepribadian kuat. Istrinya adalah kakak Pauline." "Dan siapa lagi yang hadir di pesta ini?" "Kau akan ketemu mereka sebentar lagi, kalau musik sudah berhenti Ada Lola Valdez... penari dari Amerika Selatan yang sedang mengawali show-Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi nya di Metropole, dan ada pula Stephen Cartef Kau kenal Carter-dia seorang diplomat. Sangat pendiam. Dijuluki Silent Stephen-Stephen si Pendiam. Jenis orang yang suka bilang, 'Saya tidak berwenang mengatakan bahwa, dst., dst' Eh, itu mereka datang." Poirot bangkit. Dia diperkenalkan kepada Barton Russell, Stephen Carter, Senora Lola Valdez- makhluk jelita berkulit gelar)-dan kepada Pauline Weatherby-seorang gadis yang masih sangat muda, sangat cantik, dengan mata indah bagaikan dua kuntum bunga cornflower. Barton Russell berkata, "He, apakah ini M. Hercule Poirot yang termasyhur itu" Saya sungguh senang bertemu Anda, Sir. Maukah Anda duduk dan bergabung dengan kami" Tentu saja kalau Anda tidak..." Tony Chapell menyela. "Dia ada janji dengan sesosok mayat, atau seorang ahli keuangan yang melarikan uang, atau batu mirah milik Raja Borrioboolagah?" "Ah, kawanku, kaukira aku ini tak pernah bebas tugas" Tidak bolehkah aku, sesekali, bersenang-senang sedikit?" "Mungkin kau ada janji dengan Carter di sini. Kabar terakhir tentang situasi politik luar negeri makin parah. Rahasia-rahasia yang dicuri itu Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi harus ditemukan sekarang juga, kalau tidak besok pagi perang akan diumumkan!" Pauline Weatherby menukas dengan tajam, "Apakah kau harus selalu beningkah tolol seperti orang idiot, Tony"'" "Maaf, pauline." Tony Chapell langsung terdiam. "Betapa kejamnya Anda, Mademoiselle." "Saya benci orang yang selalu membuat dirinya kelihatan tolol!" "Saya harus hati-hati kalau begitu. Saya harus bicara tentang hal-hal yang serius saja." "Oh, bukan begitu, M. Poirot. Bukan Anda yang saya maksud." Gadis itu berpaling memandang Poirot, dan tersenyum sambil bertanya, "Apakah Anda seperti Sherlock Holmes dan sering membuat deduksi-deduksi yang mengagumkan?" "Ah, deduksi... dalam kehidupan nyata, itu tidak selalu mudah. Tapi, bolehkah saya mencobanya" Dengar, saya akan membuat deduksi. Bunga iris kuning adalah bunga kesayangan Anda." 86 "Salah, M. Poirot. Lily of the valley atau mawar." Poirot mendesah. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Wah, saya gagal. Saya akan mencoba sekali lagi. Malam ini, belum lama ini, Anda menelepon seseorang." Pauline tertawa sambil bertepuk tangan. "Benar." "Kejadiannya tidak lama setelah Anda sampai di sini?" "Sekali lagi Anda benar. Saya langsung menelepon begitu saya masuk ke sini." "Ah... itu tidak tepat. Anda menelepon sebelum Anda sampai ke meja ini?" "Ya." "Buruk sekali. Sungguh." "Oh, tidak, menurut saya, Anda sungguh cerdik. Bagaimana Anda bisa tahu bahwa saya menelepon?" "Yang itu, Mademoiselle, adalah rahasia seorang detektif ulung. Dan orang yang Anda telepon, apakah namanya dimulai dengan huruf P... atau mungkin dengan H?" Pauline tertawa. "Salah. Saya menelepon pelayan saya, menyuruhnya mengeposkan beberapa surat yang amat penting yang belum sempat saya poskan. Namanya Louise." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Saya bingung... sungguh bingung." Musik mengalun lagi. "Mau dansa, Pauline?" tanya Tony. "Rasanya aku belum mau dansa lagi, Tony." "Wah, sayang sekali," dengan pahit Tony berkata tidak kepada siapa-siapa. 8 Poirot berbisik kepada" gadis Amerika Selatan yang duduk di sampingnya, "Senora, saya takkan berani meminta Anda berdansa dengan saya. Saya ini terlalu antik." Lola Valdez berkata, "Ah, Anda bercanda! Anda masih muda. Rambut Anda masih hitam!" Poirot sedikit menggeser duduknya. "Pauline, sebagai kakak iparmu dan pelindung-mu," kata Barton Russell dengan suara berat, "aku akan memaksa berdansa! Yang ini irama waltz dan waltz adalah satu-satunya dansa yang aku bisa." "Wah, tentu saja, Barton, kita akan segera turun." "Bagus, Pauline, kau anak baik." Mereka meluncur pergi. Tony duduk memiringkan kursinya ke belakang. Kemudian dia memandang Stephen Carter. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Kau kan lelaki cerewet, Carter," katanya memulai. "Buat suasana pesta ini jadi menyenangkan dengan obrolanmu yang riang, eh! Apa?" "Sungguh, Chapell, aku tak mengerti apa maumu." "Oh, kau tidak mengerti... ya, kan?" Tony meni-rukannya. "Sahabatku." "Minum, Bung, ayo minum, kalau kau tak mau bicara." "Tidak, terima kasih." "Kalau begitu, aku mau minum." Stephen Carter mengangkat bahu tak peduli "Maaf, aku harus bicara dengan seorang kenalanku di sana. Kawan waktu di Eton." 88 Stephen Carter bangkit lalu berjalan ke arah sebuah meja beberapa meja dari situ Tony berkata dengan murung, "Sebaiknya para calon lulusan Eton ditenggelamkan saja waktu mereka dilahirkan." Hercule Poirot masih tetap bersikap gallant pada wanita jelita berkulit gelap di sampingnya. Dia bergumam, "Hmm... bolehkah saya bertanya, apakah bunga kesayangan Anda, Mademoiselle?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Ah, mengapa Anda ingin tahu?" Lola bersikap jual mahal. "Mademoiselle, kalau saya mengirimkan bunga untuk seorang wanita, saya akan mengirimkan bunga kesayangannya." "Anda sungguh memikat, M. Poirot. Akan saya katakan... saya suka sekali bunga anyelir merah tua... atau mawar merah tua." "Selera Anda sungguh hebat... ya, hebat! Kalau begitu, Anda tidak suka bunga iris kuning?" "Bunga kuning... tidak... warna itu tidak sesuai dengan watak saya." "Wah, Anda sungguh bijak. Katakan, Mademoiselle, apakah Anda menelepon kawan Anda malam ini, setelah Anda sampai di sini?" "Saya" Menelepon kawan" Tidak! Aneh benar pertanyaan Anda " "Ah, tapi saya memang pria aneh." "Ya, saya yakin, Anda memang aneh" Wanita itu memutar-mutar bola matanya. "Seorang pna yang sangat berbahaya." "Tidak, tidak; tidak berbahaya; saya ini, 89 katakanlah, pria yang mungkin berguna... dalam bahaya! Anda mengerti?" Lola tertawa geli. Giginya putih dan rata, Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Salah," katanya sambil tertawa. "Anda pria berbahaya." Hercule Poirot mendesah. "Saya lihat Anda tidak mengerti. Urusan ini aneh sekali." Tony tersadar dari lamunannya dan tiba-tiba berkata, "Lola, bagaimana kalau kita main a spot of swoop and di" Ayo ikut aku." "Aku akan ikut... ya. Karena M. Poirot tidak cukup berani!" Tony memeluk Lola dan berkata kepada Poirot lewat bahunya, sambil meluncur pergi, "Silakan merenungkan tindak kriminal yang akan terjadi, Bung!" Poirot berkata, "Yang kaukatakan itu seperti ramalan. Ya, seperti ramalan...." Poirot duduk merenung satu-dua menit lamanya, kemudian dia mengacungkan jarinya. Luigi segera mendekat, wajah Italia-nya yang lebar tersenyum cerah. "Mon vieux," kata Poirot. "Aku butuh informasi darimu." "Saya selalu siap, Monsieur." "Aku ingin tahu, berapa orang yang duduk di meja ini yang tadi menggunakan telepon?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Saya bisa katakan, Monsieur. Gadis muda yang mengenakan gaun putih, dia menelepon segera setelah sampai kemari. Kemudian dia pergi ke tempat 90 penitipan mantel dan sementara dia di sana. wanita yang satunya keluar dari ruang penitipan mantel lalu pergi ke boks telepon." "Jadi, Senora Valdez memang menelepon! Apakah itu sebelum dia masuk ke dalam restoran?" "Ya, Monsieur." "Yang lain?" "Tidak, Monsieur." "Semua ini, Luigi, membuatku harus berpikir keras!" "Ya, memang, Monsieur." "Ya. Kurasa, Luigi, malam ini aku telah kehilangan kehebatanku! Sesuatu akan terjadi, Luigi, dan aku tidak yakin apa itu." "Ada yang bisa saya bantu, Monsieur..." Poirot memberi isyarat. Diam-diam Luigi menyelinap pergi. Stephen Carter sedang berjalan kembali ke meja itu. "Kita masih ditinggalkan yang lain, Mr. Carter," kata Poirot. "Oh... eh... ya, memang," kata Carter. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Anda kenal Mr. Barton Russell?" "Ya, saya cukup lama mengenalnya." "Adik iparnya, Miss Weatherby yang mungil, sungguh menawan." "Ya, gadis manis." "Anda juga mengenalnya dengan baik?" "Cukup kenal." "Oh, cukup kenal," kata Poirot. Carter menatapnya. Musik berhenti dan yang lain kembali ke meja. 91 Barton Russell bicara pada seorang pelayan, "Minta satu botol sampanye lagi... cepat." Kemudian dia mengangkat gelasnya. "Dengar, Kawan-kawan. Saya akan meminta kalian bersulang. Terus terang, ada alasan tertentu di balik pesta kecil malam ini. Seperti kalian tahu, saya memesan meja untuk enam orang. Tapi, kita hanya berlima. Maka, akan ada satu kursi kosong. Kemudian, karena suatu kebetulan yang aneh sekali, M. Hercule Poirot kebetulan singgah di sini dan saya memintanya bergabung dalam pesta kita "Kalian pasti belum menyadari, betapa itu suatu kebetulan yang menguntungkan. Sebenarnya, kursi yang malam ini kosong menyimbolkan Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi kehadiran seorang wanita-wanita yang menjadi tema pesta ini. Pesta ini, hadirin sekalian, diadakan demi kenangan akan istri saya tercinta... Iris... yang meninggal tepat empat tahun yang lalu pada hari ini!" Terdengar seruan-seruan kaget di sekeliling meja. Barton Russell, dengan wajah murung, mengangkat gelasnya. "Saya minta kalian bersulang demi kenangan atas dirinya, Iris!" "Iris?" tanya Poirot tajam. Dia memandang bunga-bunga itu. Barton Russell memandangnya dan menganggukkan kepala dengan halus. Terdengar bisik-bisik di sekeliling meja "Iris... Iris...." Semua yang hadir kelihatan kaget dan salah tingkah. 92 Barton Russell melanjutkan, dia bicara dengan intonasi Inggris-Amerika yang membosankan dan lamban, setiap kata seakan dikeluarkannya dengan susah payah. "Mungkin aneh sekali bagi kalian, mengapa saya memperingati tahun kematian dengan cara seperti ini-dengan pesta makan malam di sebuah restoran terkenal. Tetapi saya punya alasan... ya, saya punya alasan. Demi kepentingan M. Poirot, saya akan menjelaskannya." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Dia berpaling ke arah Poirot. "Malam ini, tepat empat tahun yang lalu, M. Poirot, ada sebuah pesta makan malam di New York. Waktu itu yang hadir adalah istri saya, saya sendiri, Mr. Stephen Carter, yang saat itu bertugas di Kedutaan di Washington, Mr. Anthony Chapell, yang sedang menjadi tamu di rumah kami selama beberapa minggu, dan Senora Valdez, yang saat itu memesona masyarakat New York City dengan tariannya. Pauline..." dia menepuk bahu gadis itu "...baru berumur enam belas tahun, tapi dia hadir dalam pesta itu sebagai tamu khusus. Kau ingat, Pauline?" "Aku ingat... ya." Suaranya agak bergetar. "M. Poirot, pada malam itu terjadi sebuah tragedi. Saat itu drum dipukul keraskeras dan tarian kabaret mulai dipertunjukkan. Lampu-lampu dipadamkan... kecuali satu spotlight yang menyinari bagian tengah lantai dansa. Ketika lampu-lampu dinyalakan lagi, M. Poirot, istri saya sudah terkulai di meja. Dia mati... benar-benar mati. Di dalam gelas anggurnya ditemukan sisa-sisa sianida dan sisa bungkusnya ditemukan dalam tas tangannya." "Dia bunuh diri?" tanya Poirot. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Itu teori yang diterima.... Peristiwa itu membuat hidup saya hancur, M. Poirot. Memang, ada kemungkinan itu tindakan bunuh diri... polisi pun menduga Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo begitu. Saya menerima keputusan mereka." Tiba-tiba dia memukul meja. "Tetapi saya tidak puas.... Tidak, selama empat tahun ini saya merenung dan merenung... dan saya tidak puas: saya tidak percaya Iris bunuh diri. Saya yakin, M. Poirot, dia pasti dibunuh... oleh salah seorang yang hadir di meja kami." "Dengar, Sir..." Tony Chapell terlompat berdiri. "Diam, Tony," potong Russell. "Saya belum selesai. Salah seorang dari mereka pasti pelakunya... saya yakin sekarang. Seseorang, yang dengan berlindung di balik kegelapan ketika itu, diam-diam memasukkan bungkus sianida yang tinggal separo isinya ke dalam tas. Iris. Saya rasa saya tahu siapa dia, Maksud saya, saya tahu apa yang sebenarnya terjadi..." Suara Lola terdengar tajam dan meninggi. "Kau gila... edan... siapa yang tega mencelakainya" Tidak, kau yang gila. Aku... aku takkan.." Kata-katanya terputus. Terdengar drum dipukul keras-keras. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Barton Russell berkata, "Tarian kabaret. Sesudah itu kita akan lanjutkan pesta ini. Semua tetap di tempat, kalian semua. Saya harus pergi dan bicara 94 dengan pemain band. Saya sudah mengatur sesuatu dengan -mereka." Dia bangkit dan meninggalkan meja itu. "Urusan yang luar biasa," Carter berkomentar. "Orang itu gila." "Dia edan, ya," kata Lola. Lampu-lampu pelan-pelan menjadi temaram. "Aku akan kabur dari sini," kata Tony. "Jangan!" kata Pauline tajam. Kemudian dia bergumam, "Oh... oh..." "Ada apa, Mademoiselle?" bisik Poirot. Gadis itu menjawab dengan berbisik, nyaris tak terdengar. "Ini mengerikan! Persis seperti malam itu...." "Ssst! Ssst!" kata beberapa orang. Poirot merendahkan suaranya. "Mari saya bisiki." Dia berbisik ke telinga Pauline, kemudian menepuk bahunya. "Semua akan beres," katanya meyakinkan gadis itu "Ya, Tuhan, dengar," seru Lola. "Ada apa, Senora?" "Itu lagu yang sama... lagu yang sama dengan yang mereka mainkan di New York. Barton Russell pasti sudah mengaturnya. Saya tak suka ini." "Bersikaplah berani... berani..." Terdengar orang berbisik, mengingatkan agar mereka diam. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Seorang gadis melangkah ke tengah lantai dansa, gadis berkulit hitam legam dengan mata berbinar-binar dan gigi putih berkilau. Dia mulai menyanyi 95 dengan suaranya yang dalam dan parau... suara yang menyentuh perasaan. I've forgotten you I never think of you The way you walked The way you talked The things you used to say I've forgotten you I never think of you I couldn't say For sure today Whether your eyes were blue or grey I've forgotten you I never think of you I'm through Thinking of you 1 tell you I'm through Thinking of you... You... you... you.. Irama yang mendayu-dayu, suara merdu gadis Negro itu benar-benar mempunyai efek yang kuat. Suara itu membius... menghipnotis mereka... membuat mereka tak sadar. Bahkan para pelayan pun merasakannya. Seisi ruangan menatap gadis itu, terpana oleh arus emosi kuat yang dipancarkannya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Seorang pelayan datang mendekat, berkeliling meja tanpa suara, dan mengisi gelas-gelas itu. Dia menggumam "sampanye" dengan suara rendah tetapi 96 semua perhatian diarahkan pada sosok gadis yang disinari cahaya lampu itu... gadis berkulit hitam yang nenek moyangnya berasal dari Afrika. Gadis itu masih menyanyi dengan suaranya yang dalam: I've forgotten you I never think of you Oh, what a lie I shall think of you, think of you, think of you till I die... Tepuk tangan bergemuruh. Lampu-lampu serentak dinyalakan. Barton Russell kembali ke meja dan diam-diam duduk di kursinya. "Dia hebat sekali, gadis itu...," seru Tony. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Tetapi kata-katanya terputus oleh jerit tertahan yang terlontar dari mulut Lola. "Lihat... lihat..." Kemudian mereka semua melihatnya. Pauline Weatherby terkulai di meja. Lola menjerit, "Dia mati... persis seperti Iris... seperti Iris di New York." Poirot melompat dari kursinya, memberi isyarat agar yang lain tetap duduk dengan tenang. Dia membungkuk dan memeriksa tubuh gadis itu, dengan lembut dia mengangkat pergelangan tangannya dan memeriksa denyut nadinya. Wajahnya menjadi pucat dan serius. Yang lain 97 memperhatikannya. Mereka terpaku, tak kuasa berbuat, apa-apa. Pelan-pelan, Poirot mengangguk. "Ya, dia sudah mati... la pauvre petite-gadis kecil yang malang. Padahal saya duduk di sampingnya! Ah! Tetapi, kali ini si pembunuh takkan lolos." Barton Russell, dengan wajah kelabu, bergumam, "Persis seperti Iris.... Dia melihat sesuatu, Pauline melihat sesuatu malam itu. Tapi, dia tidak yakin... dia bilang padaku dia tidak yakin. Kita harus memanggil polisi.... Ya, Tuhan, Pauline yang malang." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Poirot berkata, "Mana gelasnya?" Dia mengambil gelas Pauline dan mendekatkannya ke hidungnya. "Ya, saya bisa mencium bau sianida. Baunya seperti buah almond pahit.... metode yang sama, racun yang sama...." Dia mengambil tas tangan gadis itu. "Mari kita periksa isi tasnya." Barton Russell berseru, "Anda tidak menganggap ini bunuh diri, bukan" Tidak... bukan?" "Tunggu," kata, Poirot tegas. "Tak ada apa-apa di sini. Lampu-lampu dinyalakan, Anda semua tahu, terlalu cepat, dan si pembunuh tak punya waktu. Karenanya, .racun itu pasti masih ada pada dia." "Atau dia," kata Carter. Dia memandang Lola Valdez. Yang dipandang langsung menukas tajam, "Apa maksudmu" Apa katamu" Aku membunuhnya... itu 98 tidak benar... tidak benar... untuk apa aku membunuhnya"!" "Sejak masih di New York, kau sudah jatuh hati "pada Barton Russell. Itu gosip yang kudengar. Wanita Argentina jelita yang sangat terkenal karena kecemburuannya." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Itu bohong besar. Dan aku bukan orang Argentina. Aku orang Peru. Ah... kuludahi kau nanti. Aku..." kata-katanya meluncur deras dalam bahasa Spanyol. "Tenang, Anda semua harap tenang," seru Poirot. "Saya yang harus bicara." Barton Russell berkata dengan berat hati, "Setiap orang harus digeledah." Poirot berkata dengan tenang. "Non, non, tidak, itu tidak perlu." "Apa maksud Anda, tidak penting?" "Saya, Hercule Poirot, sudah tahu. Saya melihat dengan mata pikiran. Dan saya akan bicara! M. Carter, tolong keluarkan bungkusan racun dari saku jas Anda." "Tak ada apa-apa di saku jas saya. Apa-apaan ini..." "Tony, kawanku, tolong bantu dia." Carter berseru marah, "Sialan kau..." Tony sudah membalikkan saku itu sebelum Carter bisa mempertahankan-diri. "Ini dia, M Poirot, tepat seperti yang Anda katakan!" "INI KEBOHONGAN BESAR," maki Carter, 99 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Poirot mengambil bungkusan itu, membaca labelnya. "Potasium sianida. Kasusnya sudah selesai." Suara Barton Russell terdengar berat. "Carter! Sudah kuduga sejak dulu. Iris memang mencintaimu. Dia ingin pergi bersamamu. Kau tidak ingin ada skandal, demi kariermu yang amat berharga itu, dan karena itu kau meracuninya. Kau akan digantung karena ini.. Kau, kau anjing busuk." "Diam!" Suara Poirot keras, tegas, dan penuh wibawa. "Ini belum selesai. Saya, Hercule Poirot, akan mengatakan sesuatu. Kawan saya di sini, Tony Chapell, berkata pada saya ketika saya baru datang tadi, bahwa saya datang untuk mencari tindak kriminal. Dan itu memang ada benarnya. Memang ada tindak kriminal dalam pikiran saya... tapi, saya datang untuk mencegahnya. Dan saya telah berhasil mencegahnya. Si pembunuh, dia sudah menyusun rencananya dengan baik sekali... tetapi Hercule Poirot telah mendahuluinya selangkah. Poirot harus berpikir cepat, harus berbisik cepat ke telinga Mademoiselle ketika lampu-lampu dipadamkan. Dia sangat cerdas dan cepat tanggap, Mademoiselle Pauline, dia memainkan perannya dengan sempurna. Mademoiselle, maukah Anda menunjukkan kepada kami bahwa Anda sebenarnya tidak mati?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Pauline menegakkan duduknya. Dia tertawa gugup. "Kebangkitan Pauline," katanya. "Pauline... sayang." 100 "Tony!" "Sayangku!" "Kekasihku." Barton Russell tersentak "Saya... saya tidak mengerti..." "Saya akan menolong Anda agar mengerti, Mr. Barton Russell. Rencana Anda telah gagal." "Rencana saya?" "Ya, rencana Anda. Siapakah satu-satunya orang yang punya alibi dalam kegelapan tadi" Siapakah orang yang meninggalkan meja" Anda, Mr. Barton Russell. Tetapi Anda segera kembali dengan berlindung dalam kegelapan, memutari meja ini, membawa sebotol sampanye, mengisi gelas-gelas, memasukkan sianida ke dalam gelas Pauline dan memasukkan bungkusan yang tinggal separo isinya itu ke dalam saku Carter sementara Anda membungkuk di dekatnya untuk mengambil gelas. Oh, ya, mudah sekali memainkan peran seorang pelayan dalam ruangan yang gelap, sementara perhatian semua orang terpusat ke tempat lain. Itulah alasan sesungguhnya mengapa Anda mengadakan pesta malam ini. Tempat paling aman untuk melakukan pembunuhan adalah di tengah-tengah orang banyak." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Untuk... untuk apa saya ingin membunuh. Pauline?" "Mungkin, barangkali, karena soal uang. Istri Anda menunjuk Anda sebagai wali pelindung adiknya. Anda menyebut-nyebut fakta itu tadi. Usia Pauline dua puluh. Ketika usianya mencapai 21, atau kalau ia menikah, Anda harus menyerahkan 101 hak perwalian itu, beserta pengaturan keuangannya. Saya duga Anda tidak sanggup melakukannya. Anda telah berspekulasi dengan uang Pauline. Saya tak tahu, Mr. Barton Russell, apakah Anda membunuh istri Anda dengan cara yang sama, atau apakah peristiwa bunuh diri istri Anda memberi gagasan kepada Anda untuk melakukan tindakan ini. Tetapi, saya tahu pasti malam ini Anda bersalah telah melakukan usaha pembunuhan. Sekarang terserah kepada Miss Pauline, apakah dia akan meng-ajukan tuntutan atau tidak." "Tidak," kata Pauline. "Dia boleh pergi dari negeri ini dan jangan sampai saya melihatnya lagi. Saya tidak ingin ada skandal." "Sebaiknya Anda segera pergi, Mr. Barton Russell, dan saya nasihati Anda... lain kali harap lebih berhati-hati." Barton Russell berdiri, wajahnya penuh gejolak emosi. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Sialan kau! Kau serigala Belgia yang licik." Barton Russell melangkah cepat dengan marah. Pauline mendesah. "M. Poirot, Anda hebat sekali..." "Anda, Mademoiselle, Anda sungguh mengagumkan. Membuang sampanye itu, berpura-pura mati... Anda sungguh mengesankan." "Oh," gadis itu gemetar, "Anda membuat saya ngeri." Poirot berkata dengan lembut, "Jadi, Anda yang menelepon saya?" "Ya." 102 "Mengapa?" "Entahlah, Saya cemas sekali... dan takut sekali tanpa tahu mengapa saya ketakutan. Barton mengatakan pada saya, dia akan mengadakan pesta ini untuk memperingati kematian Iris. Saya sadar, dia punya rencana rahasia... tapi dia tak mau bilang apa itu. Dia kelihatan sangat... sangat aneh dan sangat Tangan Berbisa 12 Putri Bong Mini 06 Rahasia Pengkhianatan Baladewa Misteri Pulau Neraka 12

Cari Blog Ini