Masalah Di Teluk Pollensa 2
Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie Bagian 2 bersemangat hingga saya yakin sesuatu yang mengerikan pasti akan terjadi. Tetapi... tentu saja saya tidak menduga bahwa dia akan menyingkirkan saya." "Lalu, Mademoiselle?" "Saya dengar orang-orang membicarakan Anda. Saya pikir, kalau saya bisa memaksa Anda datang kemari, mungkin Anda bisa menghentikan apa Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi yang akan terjadi. Saya rasa... karena Anda orang asing... kalau saya menelepon dan berpura-pura berada dalam bahaya... sekaligus membuat suara saya terdengar misterius..." "Anda kira melodrama akan menarik perhatian saya" Itulah yang membuat saya bingung. Pesannya sendiri... tepat seperti apa yang Anda sebut 'bagus'.. kedengarannya palsu. Tetapi, kengerian dalam suara Anda... itu nyata. Kemudian saya datang dan Anda dengan sengaja tidak mengakui bahwa Anda telah mengirimkan pesan kepada saya." "Saya terpaksa mengingkarinya. Kecuali itu, saya tak ingin Anda tahu bahwa sayalah orangnya." "Ah, tetapi saya sudah yakin akan itu! Mula-mula memang belum. Tetapi saya segera sadar hanya ada dua orang yang sudah tahu tentang bunga iris kuning di meja, yaitu Anda atau Mr. Barton Russell." Pauline mengangguk. "Saya mendengar dia memesan agar bunga-bunga itu diletakkan di meja ini," katanya menjelaskan.' "Itu, dan bahwa dia memesan meja untuk enam orang padahal saya tahu benar hanya akan ada lima orang, itu membuat saya curiga..." Dia berhenti bicara, digigitnya bibirnya. "Apa yang Anda curigai, Mademoiselle?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Pauline berkata pelan, "Saya ngeri sekali... sesuatu mungkin akan menimpa... Mr. Carter." Stephen Carter berdeham. Tanpa tergesa-gesa tetapi dengan mantap dia bangkit berdiri. "Eh... hm... saya harus berterima kasih kepada Anda, Mr. Poirot. Saya berutang nyawa kepada Anda. Maafkan-saya, kalau saya sekarang pergi. Kejadian malam ini sungguh... mengerikan." Sambil memandang sosok yang berjalan menjauh itu, Pauline berkata dengan kasar, "Saya benci dia. Saya selalu mengira... karena dia maka Iris bunuh diri. Atau mungkin... Barton membunuhnya. Oh, ini semua mengerikan..." Poirot berkata dengan lembut, "Lupakan, Made-moiselle... lupakan. Biarkan masa lalu lenyap menghilang. Pikirkanlah masa kini..." Pauline bergumam, "Ya... Anda benar...." Poirot berpaling kepada Lola Valdez." "Senora, malam semakin larut dan saya semakin berani. Maukah Anda berdansa dengan saya sekarang...?" 104 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Oh, ya, tentu saja. Anda... Anda lucu seperti kucing, M. Poirot. Anda harus mau berdansa dengan saya." "Anda baik sekali, Senora." Tony dan Pauline mereka tinggalkan berdua. Sepasang kekasih itu mencondongkan badan ke depan, saling mendekat. "Pauline sayang..." "Oh, Tony, seharian ini aku bersikap kasar dan bermulut pedas... kepadamu. Dapatkah kau memaafkan aku?" "Kekasihku! Ini lagu kenangan kita lagi. Ayo kita berdansa." Mereka berdansa, tersenyum dan saling berpandangan sambil bersenandung lembut: There's nothing like Love for making you miserable There's nothing like Love for making you blue Depressed Possessed Sentimental Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Temperamental There's nothing like Love For getting you down. There's nothing like Love for driving you crazy There's nothing like Love for making you mad Abusive 105 Allusive Suicidal Homicidal There's nothing like Love There's nothing like Love. 4 PERANGKAT MINUM TEH HARLEQUIN Perangkat Minum Teh Harleguin-The Harle-quin Tea Set pertama kali dipublikasikan di Winter's Crimes oleh Macmillan, 1971. Doverton Kingsbourne, dia meyakinkan mereka, cukup jauh sebelum pukul 16.00. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Dia mendecak-decakkan lidahnya lagi dengan kesal dan berusaha mengalihkan pikirannya pada sesuatu yang menyenangkan. Tak ada gunanya duduk di sini dan bersikap kesal, berulang kali melirik jam tangannya, mendecak-decakkan lidah yang, harus diakuinya, membuatnya mirip ayam betina yang kesenangan sehabis bertelur. Ya. Sesuatu yang menyenangkan. Ya, bukankah tadi ada sesuatu-sesuatu yang dilihatnya sambil lewat tadi" Belum lama ini. Sesuatu yang dilihatnya di balik jendela dan membuatnya senang serta bergairah. Tetapi, sebelum dia tadi sempat memikirkannya, tingkah laku mobilnya semakin kacau dan kunjungan ke bengkelsecepat mungkin-tak terelakkan lagi. Apa yang dilihatnya tadi" Di kiri jalan-bukan, di kanan jalan. Ya, di kanan jalan sementara mereka meluncur pelan menyusuri jalanan desa. Tepat di sebelah kantor pos. Ya, dia cukup yakin sekarang. Tepat di sebelah kantor pos karena kantor pos itu memberinya gagasan untuk menelepon Addison dan menyampaikan kabar bahwa dia mungkin akan sedikit terlambat.nanti. Kantor pos. Kantor pos desa. Dan di sebelahnya... ya, tepat di sebelahnya, tepat di sebelahnya atau... mungkin di sebelah pintu yang di sebelah pintu kantor pos. Sesuatu yang membangkitkan kenangan lama, Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi dan dia tadi ingin... he, apa yang diinginkannya tadi" Oh, nanti dia pasti akan ingat. Sesuatu yang ada 111 hubungannya dengan warna. Beberapa warna. Ya, satu atau beberapa warna. Atau sebuah kata. Suatu kata tertentu yang membangkitkan kenangan, pikiran, kesenangan yang sudah lewat, kegairahan, sesuatu yang membangkitkan sesuatu yang hidup dan nyata.. Sesuatu yang di dalamnya dirinya bukan hanya telah melihat tapi juga diamati. Tidak, dia telah melakukan sesuatu yang lebih. Dia telah ambil bagian. Ambil bagian dalam apa, dan mengapa, dan di mana" Di mana-mana. Jawabannya datang begitu cepat di akhir renungannya. Di mana-mana. Di suatu pulau" Di Corsica" Di Monte Carlo sambil mengawasi croupier memutar roda rolet" Sebuah rumah di pedesaan" Di mana-mana. Dan dia pernah ada di suatu tempat, begitu pula seseorang; Semua ini saling berkaitan, tempat itu, dirinya, seseorang itu, dan suatu kejadian. Yah, akhirnya dia sampai pada kesimpulan itu. Kalau saja dia dapat.... Saat itu lamunannya terputus oleh munculnya si sopir yang mendekati jendela bersama montir bengkel yang mengekor rapat di belakangnya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Tak akan lama, Sir," sopir itu meyakinkan Mr. Satterthwaite dengan riang. "Paling-paling sekitar sepuluh menit. Tak lebih." "Rusaknya tidak parah," kata montir itu dengan suara rendah dan parau, khas suara orang desa. "Sakit tumbuh gigi, begitu kata orang." Kali ini Mr. Satterthwaite tidak mendecakkan lidahnya. Dia mengenakkan giginya. Kalimat montir itu mengena betul. Kalimat yang sering di-112 bacanya di buku-buku, dan dalam usianya yang sudah tua itu benar-benar menjadi kebiasaannya. Mungkin karena gigi palsunya yang atas agak kendur. Huh, benarbenar masalah gigi! Sakit gigi. Keretak gigi. Kalau sudah begini, hidup seseorang- pikirnya-berpusat pada masalah giginya. "Doverton Kingsbourne tinggal beberapa mil dari sini," kata si sopir, "dan di sini ada taksi. Anda bisa naik taksi, Sir, dan saya akan membawa mobilnya ke sana begitu selesai diperbaiki." "Tidak!" kata Mr. Satterthwaite. Dia mengucapkan kata itu dengan keras, mengagetkan si sopir dan si montir. Mata Satterthwaite menyala-nyala. Suaranya jernih dan mantap. Sebuah kenangan melintas di kepalanya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Aku bermaksud," katanya, "menyusuri jalan yang tadi kita lewati. Kalau mobilnya sudah siap, jemput aku di sana. The Harlequin Cafe, ya, kalau tak 6alah itu namanya." "Itu tempat yang biasa-biasa saja, Tuan," si montir menasihati. "Aku akan ada di sana," tukas Mr. Satterthwaite. Dia bicara dengan anggun dan penuh kuasa, seperti seorang aristokrat. Kemudian dia berjalan cepat. Kedua lelaki yang ditinggalkannya terpana memandanginya. "Kerasukan apa, ya, dia?" gumam si sopir. "Belum pernah kulihat dia begitu." Desa Kingsbourne Ducis sama sekali tidak mencerminkan keanggunan dan keagungan namanya. Desa itu kecil sekali, hanya punya sepotong jalan 113 utama. Beberapa rumah. Toko-toko yang letaknya tersebar dan tidak merata, kadang-kadang menutupi kenyataan bahwa itu adalah rumah-rumah yang diubah menjadi toko, atau dulu memang toko yang kemudian digunakan juga sebagai rumah tanpa semangat dagang sama sekali. Desa itu juga tidak bisa disebut indah atau mencerminkan suasana masa lalu. Desa itu sangat sederhana dan boleh dikatakan tidak menarik Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi perhatian. Mungkin itu sebabnya, pikir Mr. Satterthwaite, sederet warna-warna cerah langsung memikat matanya. Ah, dia sudah sampai di depan kantor pos. Yang disebut kantor pos sebenarnya hanyalah fungsinya, dengan satu rak kawat berbentuk pilar, tempat memajang sejumlah koran dan kartu pos bergambar. Dan, tepat di sebelah kantor pos itu, ya, dia melihat tanda itu. The Harlequin Cafe. Suatu perasaan aneh tiba-tiba menyergapnya. Yah, dia memang semakin tua. Dia suka membayang-bayangkan sesuatu. Mengapa kata yang satu itu mengusik hatinya" The Harlequin Cafe. Montir di bengkel tadi memang benar. Tempat ini tidak membangkitkan selera; orang takkan merasa ingin makan di sini. Mungkin sekadar menikmati sepotong-dua potong kue. Minum kopi di pagi hari. Jadi, mengapa" Tetapi, tiba-tiba dia sadar, apa sebabnya. Karena kafe itu, atau lebih tepatnya rumah yang menjadi tempat kafe itu, terbagi menjadi dua bagian. Satu sisinya diisi beberapa meja kecil dengan sejumlah kursi mengelilinginya, ditata sedemikian rupa dan siap menyam-114 but tamu yang datang untuk makan. Tetapi, sisi lainnya berfungsi sebagai toko. Toko yang menjual barang-barang keramik. Itu bukan toko barang Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi antik. Tak ada rak-rak pajang berisi vas-vas bunga dari gelas atau mug. Toko itu menjual barang-barang modern, dan jendela yang menghadap ke jalan, tempat barang-barang dipamerkan, saat ini memajang benda-benda dengan aneka warna pelangi. Perangkat minum teh terdiri atas cangkir-cangkir yang agak besar dan alasnya, masing-masing dengan warna berbeda. Biru, merah, kuning, hijau, merah jambu, ungu. Wah, pikir Mr. Satterthwaite, ini sungguh pameran warna-warni yang mengagumkan. Tak heran mengapa tadi benda-benda ini langsung memikat matanya sementara mobil meluncur pelan sepanjang kaki lima, sambil mencari-cari kalau ada bengkel mobil atau pompa bensin. Cangkir-cangkir teh itu diberi label dengan kartu besar bertuliskan A Harlequin Tea Set-Perangkat Minum Teh Harlequin. Pasti kata harlequin itu yang melekat dalam ingatannya, meskipun kata itu terselip di benaknya dan sulit untuk diingat lagi. Warna-warna cerah. Warna-warna harleguin. Dan dia tadi berpikir, terheran-heran, apakah gagasan yang absurd namun menggairahkan semangatnya yang tadi muncul di sini merupakan panggilan baginya" Khususnya bagi dirinya sendiri. Di sini, kawannya, Mr. Harley Quin, mungkin sedang makan Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi sepiring hidangan atau membeli sebuah cangkir lengkap dengan alasnya. Sudah berapa tahun lamanya sejak dia terakhir 115 melihat Mr. Quin" Sudah bertahun-tahun. Apakah hari ini tepat seperti hari ketika dia melihat Mr. Quin pergi meninggalkannya dan menyusuri sebuah jalanan desa, yang mereka, namakan Lovers' Lane" Dia selalu berharap bisa bertemu lagi dengari Mr. Quin, sekurang-kurangnya sekali setahun. Kalau mungkin, dua kali setahun. Tapi, tidak Itu tidak terjadi. Maka hari ini, terlintas di benaknya sebuah gagasan yang hebat dan mengejutkan, yaitu bahwa di sini, di Kingsbourne Ducis, mungkin dia akan bertemu dengan Mr. Harley Quin sekali lagi. "Sungguh absurd," kata Mr. Satterthwaite, "aku sungguh absurd. Wah, ide-ide yang muncul karena aku semakin tua!" Dia merindukan Mr. Quin. Dia merindukan sesuatu yang pernah menjadi salah satu dari hal-hal paling baik dalam hidupnya yang semakin tua. Seseorang yang muncul entah dari mana, dan di mana, dan orang itu, setiap kali dia muncul, merupakan pertanda bahwa sesuatu akan terjadi. Sesuatu akan terjadi pada dirinya. Tidak, itu tidak sepenuhnya benar. Bukan pada dirinya, tetapi berlangsung melewati dirinya. Itulah bagian Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi yang paling menggairahkan. Hanya dari kata-kata yang diucapkan Mr. Quin. Kata-kata. Benda-benda mungkin akan menjadi petunjuk baginya, dia mungkin akan membayangkan sesuatu, dia mungkin akan menemukan sesuatu. Dia akan berurusan dengan sesuatu yang memang harus diselesaikan dengan tuntas. Dan di seberangnya akan duduk Mr. Quin, mungkin sambil tersenyum me116 nyetujui. Sesuatu yang dikatakan Mr. Quin akan membuat ide-idenya mengalir lancar, dan tokoh yang aktif bergerak adalah dirinya sendiri. Dia... Mr. Satterthwaite. Seorang pria dengan banyak kawan lama. Seorang pria yang berkawan dengan para duchesses-wanita-wanita ningrat, para uskup, dan orang-orang yang layak diperhitungkan. Terutama, diakuinya, orang-orang yang punya peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab, bagaimanapun juga, Mr. Satterthwaite berwatak snob-sok penting, sok ningrat. Dia suka bergaul dengan para wanita ningrat, dia suka berkenalan dengan keluarga-keluarga yang sudah tua, keluarga-keluarga yang mewakili para bangsawan Inggris selama beberapa generasi. Dan dia juga tertarik pada orang-orang muda yang tidak selalu sudah memiliki kedudukan Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi sosial yang mapan. Orang-orang muda yang berada dalam kesulitan, yang sedang jatuh cinta, yang tidak bahagia, yang membutuhkan bantuan. Karena Mr. Quin, Mr. Satterthwaite menjadi mampu memberikan bantuannya. Dan sekarang, seperti orang tolol, dia mengintip ke dalam kafe desa kecil yang tidak menarik itu dan melihat-lihat keramik-keramik modern, pinggan-pinggan casserole, dan cangkir-cangkir teh yang dipajang di jendela. "Sama saja,"-kata Mr. Satterthwaite pada diri sendiri, "aku harus masuk. Karena aku telah telanjur sampai di sini, sebaiknya aku masuk, siapa tahu... Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo hmm, siapa tahu. Kuperhitungkan mereka pasti lebih lama, lebih lama dari kata mereka tadi. Pasti 117 lebih dari sepuluh menit. Ah, siapa tahu ada yang menarik di dalam." Sekali lagi dia memandang jendela yang penuh benda-benda keramik. Tiba-tiba dia sadar, keramik itu bermutu bagus. Dibuat dengan saksama dan penuh selera. Produk modern yang bagus. Dia kembali ke masa lalu. mengenang berbagai peristiwa. Duchess of Leith, kenangnya. Wanita ningrat tua yang mengagumkan. Betapa baiknya dia memperlakukan Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi pelayannya dalam pelayaran ke Pulau Corsica, dalam amukan badai di tengah laut. Duchess of Leith merawat dan melayani pelayannya dengan keramahan dan ketulusan seorang malaikat... dan tepat esok harinya dia kembali ke sikap auto-kratiknya, sikapnya yang penuh kuasa dan sering marah-marah-sikap majikan yang rupanya di masa itu dengan mudah diterima para pelayan tanpa menunjukkan tanda-tanda pemberontakan. Maria. Ya, itu nama gadis Duchess of Leith. Maria Leith tersayang. Ah, ah.... Dia meninggal beberapa tahun yang lalu. Tetapi dia punya perangkat makan gaya harlequin untuk sarapan, Mr. Satterthwaite ingat benar. Ya. Mangkuk sup aneka warna. Hitam. Kuning, merah, dan warna puce yang mengilat. Puce, kenang Mr. Satterthwaite, pastilah warna favorit wanita itu. Maria Leith punya perangkat minum teh gaya Rockingham, dan warnanya yang paling menonjol adalah warna puce dengan hiasan keemasan. "Ah," desah Mr. Satterthwaite, "hari-hari yang manis. Hmm, sebaiknya aku masuk sekarang. 118 Mungkin aku bisa pesan secangkir kopi atau apa. Pasti nanti kebanyakan susu, bahkan mungkin sudah diberi gula. Yah, bagaimanapun aku harus menghabiskan waktu ini." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Dia masuk. Sisi yang berfungsi sebagai kafe boleh dibilang kosong. Belum saatnya orang ingin minum teh, kata Mr. Satterthwaite. Lagi pula, orang-orang sekarang sudah jarang yang punya kebiasaan minum teh di sore hari. Kecuali, orang-orang tua di rumah mereka sendiri. Di dekat jendela yang agak jauh darinya ada sepasang anak muda dan di meja yang menempel di dinding belakang ada dua wanita yang asyik bergunjing. "Aku bilang padanya," salah satu dari mereka berkata, "kubilang, kau tak boleh begitu. Bukan, bukan sesuatu yang dapat kutolerir, dan aku bilang hal yang sama pada Henry dan dia sependapat denganku." Sekilas terlintas di benak Mr. Satterthwaite bahwa hidup Henry pastilah tidak nyaman dan bahwa jelas dia telah bersikap bijak dengan bersikap setuju, apa pun situasi yang dihadapinya. Seorang wanita yang paling tidak menarik bersama kawannya yang juga sangat tidak menarik. Mr. Satterthwaite mengalihkan perhatiannya pada sisi lain bangunan itu, sambil menggumam, "Boleh saya melihat-lihat?" Ada seorang wanita yang cukup menyenangkan di sana, dan wanita itu berkata, "Silakan, Sir. Saat ini kami punya barang-barang bagus." Mr. Satterthwaite melihat cangkir-cangkir aneka warna, mengambil satu dua mengamati jug untuk Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi 119 susu, mengambil patung zebra dari porselen dan mempertimbangkan untuk membelinya, melihat-lihat beberapa asbak dengan pola hiasan yang bagus. Dia mendengar ada kursi didorong ke belakang, lalu berpaling dan melihat bahwa kedua wanita setengah baya itu sudah membayar bonnya dan kini sedang meninggalkan kafe sambil masih asyik mengobrol. Ketika mereka keluar lewat pintu, seorang lelaki jangkung mengenakan setelan berwarna gelap melangkah masuk. Lelaki itu duduk di meja yang baru saja ditinggalkan kedua wanita itu. Punggungnya menghadap Mr. Satterthwaite, yang menyimpulkan bahwa lelaki itu memiliki punggung yang menarik. Ramping, kuat, dengan otot-otot yang bagus. Secara keseluruhan penampilannya memancarkan sesuatu yang jahat karena sedikitnya cahaya di dalam kafe itu. Mr. Satterthwaite kembali memperhatikan asbak-asbak itu. "Mungkin sebaiknya aku membeli satu asbak agar pemilik toko ini tidak kecewa," katanya dalam hati. Ketika dia hendak melakukan apa yang dipikirkannya, tiba-tiba matahari muncul. Tadi dia tidak menyadari bahwa bagian dalam toko itu kelihatan remang-remang karena tak ada cahaya matahari yang masuk. Matahari pasti cukup lama tertutup awan. Ya, dia ingat sekarang, cuaca memang mendung, sejak Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi sekitar waktu dia sampai ke bengkel mobil tadi. Tetapi, sekarang kecerahan sinarnya seakan tercurah sepenuh-penuhnya. Cahaya matahari menyinari porselenporselen aneka warna, menembus masuk lewat jendela kaca warna-warni 120 dengan pola yang menggambarkan orang-orang kudus. Jendela-jendela itu pasti, pikir Mr. Satterthwaite, merupakan sisa-sisa bangunan aslinya yang bergaya Victoria. Sinar matahari menembus jendela dan menyinari kafe yang tadi remangremang itu. Dengan cara yang aneh, sinar itu menerangi punggung lelaki yang baru saja duduk di sana. Yang terlihat sekarang bukanlah siluet hitam gelap, tetapi nuansa aneka warna. Merah, biru, dan kuning Dan tiba-tiba Mr. Satterthwaite menyadari bahwa dia sedang memandangi apa yang diharapkan akan dilihatnya. Intuisinya tidak mengecohnya. Dia tahu siapa lelaki yang baru. masuk dan sekarang duduk di sana itu. Dia mengenalnya dengan baik hingga tak perlu menunggu untuk bisa melihat wajahnya Dia langsung memunggungi keramik-keramik" itu, kembali ke kafe, memutari meja bundar, lalu duduk tepat di seberang lelaki yang baru masuk itu. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Mr. Quin," kata Mr. Satterthwaite. "Aku tahu, aku pasti akan bertemu denganmu." Mr. Quin tersenyum. "Kau selalu tahu banyak hal," katanya. "Sudah lama kita tidak bertemu," kata Mr. Satterthwaite. "Apakah artinya waktu?" kata Mr. Quin. "Mungkin tak ada artinya. Kau mungkin benar. Mungkin pula tidak " "Boleh aku menawarkan minuman ringan?" "Apa ada minuman ringan di sini?" kata Mr. Satterthwaite ragu. "Kurasa kau datang dengan niat itu." 121 "Orang tak pernah yakin akan niatnya sendiri, ya, kan?" tanya Mr. Quin. "Aku senang sekali bertemu lagi denganmu," kata Mr. Satterthwaite. "Aku hampir lupa. Maksudku, lupa cara kau bicara, hal-hal yang kaukatakan. Hal-hal yang membuatku berpikir dan merenung, hal-hal yang kauucapkan dan membuatku melakukan sesuatu." "Aku... membuatmu melakukan sesuatu" Kau keliru sekali. Kau selalu tahu apa yang ingin kaulakukan dan mengapa kau melakukannya dan mengapa kau tahu benar bahwa memang itu yang harus kaulakukan." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Aku hanya merasakannya bila berada bersamamu." "Oh, pasti tidak," kata Mr. Quin ringan. "Aku tak ada urusan dengan itu. Aku hanya-seperti yang sering kukatakan padamu-kebetulan lewat. Ya, hanya kebetulan lewat." "Hari ini kau kebetulan lewat Kingsbourne Ducis." "Dan kau tidak sekadar lewat. Kau pergi ke suatu tempat tertentu. Benar?" "Aku akan mengunjungi seorang sahabat lamaku. Seorang kawan yang sudah bertahuntahun tidak kutemui. Dia sudah tua sekarang. Agak lumpuh. Dia pernah kena serangan jantung sekali. Dia pulih dan kondisinya cukup baik, tapi siapa tahu...." "Apakah dia tinggal sendirian?" "Sekarang tidak, dan aku senang mengatakannya. Keluarganya sudah pulang dari luar negeri, apa 122 yang masih tersisa dari keluarganya. Sudah beberapa bulan mereka tinggal bersamanya. Aku senang bisa datang ke sana dan melihat mereka berkumpul lagi. Bertemu dengan mereka yang sudah pernah kulihat, dan mereka yang belum pernah kulihat." "Maksudmu anak-anak?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Anak-anak dan para cucu." Mr. Satterthwaite mendesah. Sesaat dia merasa sedih karena dia sendiri tak punya anak, tak punya cucu, dan tak punya cicit. Biasanya, dia tidak menyesali hal itu. "Di sini mereka punya kopi Turki yang istimewa," kata Mr. Quin. "Benar-benar kopi yang bagus. Yang lain-lainnya, seperti yang kauduga. tak bisa dibanggakan. Tapi, tak ada salahnya menikmati secangkir kopi Turki, bukan" Mari kita pesan karena kuduga kau harus segera melanjutkan perjalanan ziarahmu, atau apa pun istilahnya." Di pintu muncul seekor anjing hitam kecil. Anjing itu mendekat lalu duduk di dekat meja dan mendongak memandang Mr. Quin. "Anjingmu?" tanya Mr. Satterthwaite. "Ya. Mari kuperkenalkan kau pada Hermes." Dia mengusap kepala anjing itu. "Kopi," katanya. "Katakan pada Ali." Anjing hitam itu meninggalkan meja lalu masuk ke ruangan di belakang toko. Mereka mendengarnya menyalak pendek. Tak lama kemudian dia kembali dan bersamanya datang seorang lelaki muda berkulit amat gelap dan mengenakan pullover warna hijau zamrud. "Kopi, Ali," kata Mr. Quin. "Dua cangkir kopi." 123 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Kopi Turki. Benar begitu, Sir?" Dia tersenyum lalu mengundurkan diri. Anjing itu duduk lagi. "Katakan," kata Mr. Satterthwaite, "ceritakan di mana saja kau selama ini dan apa yang kaulakukan dan mengapa aku sudah lama tak melihatmu." "Baru saja kukatakan padamu bahwa waktu tak ada artinya. Rasanya jelas dalam ingatanku dan kurasa jelas pula dalam ingatanmu kejadian ketika kita terakhir kali bertemu." "Kejadian yang sangat tragis," kata Mr. Satterthwaite. "Aku tak ingin mengenang kejadian itu." "Karena itu kematian" Tetapi, kematian tidak selalu berarti tragedi. Aku sudah pernah mengatakan ini padamu dulu." "Memang," kata Mr. Satterthwaite, "mungkin karena kematian itu-kematian yang sama-sama kita pikirkan-bukanlah tragedi. Tapi sama saja...." "Tapi sama saja, hiduplah yang sesungguhnya penting. Tentu saja kau benar," kata Mr. Quin. "Benar sekali. Adalah hidup yang penting. Kita tidak menginginkan orang yang masih muda, orang yang bahagia, atau bisa bahagia, cepat menemui ajalnya. Tak seorang pun dari kita menginginkan Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi maut, ya kan" Itu sebabnya kita harus menyelamatkan suatu kehidupan bila ada perintah untuk itu." "Apa kau punya perintah untukku?" "Aku... memberi perintah padamu?" Wajah Har-ley Quin yang panjang dan sedih berubah cerah dan mulutnya tersenyum menawan sekaligus ganjil. "Aku tak punya perintah untuk kau, Mr. Satterth124 waite. Aku tak pernah memberi perintah. Kau sendiri yang selalu tahu, melihat segala sesuatu, mengamatinya, tahu apa yang harus dilakukan, dan melakukannya. Itu semua tak ada hubungannya denganku." "Oh, ya, ada hubungannya," kata Mr. Satterthwaite. "Dalam hal itu, kau takkan bisa mengubah pendirianku. Tapi, katakan. Di mana kau selama ini, dalam sesuatu yang terlalu singkat untuk di sebut waktu?" "Yah, aku ada di sana-sini. Di negara-negara yang berbeda, dengan iklim yang berbeda, dan petualangan yang berbeda. Tetapi umumnya, seperti biasa, aku hanya kebetulan lewat. Kurasa, lebih baik kau yang cerita padaku, tidak hanya tentang apa yang telah dan sedang kaulakukan, tapi juga apa yang akan kaulakukan sekarang. Ceritakan lebih banyak, ke mana Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi kau akan pergi. Siapa yang akan kautemui. Kawan-kawanmu, seperti apa mereka." "Tentu saja aku akan cerita padamu. Aku suka menceritakannya padamu karena tadi aku merenung-renung dan menduga kau mengenal kawan-kawan yang akan kukunjungi ini. Bila kita sudah lama tidak bertemu dengan suatu keluarga, bila kita tidak cukup dekat dengan mereka selama bertahun-tahun, selalu ada saat-saat yang membuat kita gugup apabila ingin menyambung kembali ikatan-ikatan lama dan menghidupkan kembali sebuah persahabatan." "Kau benar sekali," kata Mr. Quin. 125 Kopi Turki dihidangkan dalam cangkir-cangkir mungil dengan hiasan berpola Oriental. Ali menyajikannya sambil tersenyum, lalu mengundurkan diri. Mr. Satterthwaite mencicipinya dan mengangguk puas. "Manis seperti cinta, kelam seperti malam, dan panas seperti neraka. Itu pepatah Arab kuno, bukan?" Harley tersenyum dan mengangguk. "Ya," kata Mr. Satterthwaite, "aku harus ceritakan padamu hendak ke mana aku, meskipun apa yang kulakukan nanti hampir tak ada artinya. Aku Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi akan memperbarui persahabatanku dengan kawan lamaku, dan akan berkenalan dengan generasi yang lebih muda dariku. Tom Addison, seperti yang telah kuceritakan, adalah kawan lamaku. Dulu, waktu masih muda, kami sering bersama-sama dan melakukan berbagai hal bersama-sama. Kemudian, seperti yang sering terjadi, kehidupan memisahkan kami. Dia bekerja sebagai diplomat, beberapa kali bertugas di luar negeri, di negara yang berbedabeda. Kadang-kadang aku mengunjunginya dan tinggal beberapa lama di tempatnya bertugas, kadang-kadang aku mengunjunginya bila dia sedang berada di Inggris. Salah satu posnya di masa awal kariernya adalah Spanyol. Dia menikah dengan gadis Spanyol, sangat cantik, dan berkulit gelap. Namanya Pilar. Dia amat mencintai istrinya." "Mereka punya anak?" "Dua anak perempuan. Satu bayi perempuan berambut pirang seperti ayahnya, dinamai Lily, 126 dan anak kedua, Maria, yang mirip ibunya yang berdarah Spanyol. Aku adalah bapak permandian Lily. Tentu saja aku jarang melihat kedua anak itu. Dua atau tiga kali setahun aku- mengadakan pesta untuk Lily atau Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi mengunjunginya di sekolahnya. Gadis itu manis dan menyenangkan. Sangat mencintai ayahnya, dan ayahnya pun amat mencintainya. Tetapi, di antara pertemuan-pertemuan itu-usaha menghidupkan kembali persahabatan kami-kami sama-sama mengalami masa sulit. Kau akan tahu tentang itu, sama seperti aku. Aku dan mereka yang sebaya denganku mengalami kesulitan selama tahun-tahun peperangan. Lily menikah dengan seorang pilot angkatan udara. Pilot pesawat tempur. Beberapa hari yang lalu nama pilot itu kembali teringat olehku. Simon Gilliatt. Komandan Skuadron Gilliatt." "Dia gugur dalam perang?" "Tidak, tidak. Tidak. Dia berhasil melewati tahun-tahun 'perang dengan selamat. Setelah perang dia mengundurkan diri dari angkatan udara lalu bersama Lily pindah ke Kenya, seperti banyak pasangan lainnya. Mereka hidup mapan dan bahagia di sana. Mereka punya satu anak laki-laki, bocah kecil yang dinamai Roland. Kemudian, ketika anak itu disekolahkan ke Inggris, sesekali aku mengunjunginya. Terakhir kali aku melihatnya, seingatku, adalah ketika umurnya dua belas tahun. Anak yang baik. Rambutnya merah seperti rambut ayahnya. Sejak itu aku tak pernah Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi melihatnya lagi dan sekarang aku senang sekali karena akan bertemu dengannya. Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo 127 Umurnya 23 atau 24 sekarang. Waktu terus berlalu...." "Apa anak itu sudah menikah?" "Tidak. Hmm, belum." "Ah. Sudah ada rencana untuk menikah?" "Yah, aku menebak-nebak dari sesuatu yang dikatakan Tom Addison dalam suratnya. Ada seorang gadis sepupunya. Maria, adik Lily, menikah dengan dokter desa itu. Aku tak pernah mengenalnya dengan baik. Ceritanya menyedihkan. Maria meninggal waktu melahirkan. Putrinya dinamai Inez, nama keluarga pilihan neneknya yang berdarah Spanyol. Aku baru sekali melihat Inez sejak dia tumbuh dewasa. Kulitnya gelap, tipe gadis Spanyol, dan amat mirip neneknya. Tapi... aku membuatmu bosan dengan cerita ini." "Tidak. Aku ingin mendengarnya. Bagiku, ini sangat menarik." "Apanya yang menarik?" kata-Mr. Satterthwaite. Dia memandang Mr. Quin dengan agak curiga, kecurigaan yang kadang-kadang terlintas di benaknya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Kau ingin tahu segala sesuatu tentang keluarga ini. Mengapa?" "Mungkin agar aku bisa membayangkan mereka." "Hmm, rumah yang akan kukunjungi ini namanya Doverton Kingsbourne. Rumah kuno yang indah. Tidak terlalu istimewa hingga bisa menarik minat para turis, atau dibuka untuk umum pada hari-hari tertentu. Hanya sebuah rumah pedesaan yang tenang dan nyaman untuk dihuni seorang pria Inggris 128 yang telah mengabdi negerinya dan pulang untuk menikmati kehidupan yang tenang ketika tiba masanya pensiun. Tom selalu mencintai kehidupan di pedesaan. Dia suka memancing. Dia pandai berburu dan kami menikmati hari-hari yang sangat menyenangkan di rumah keluarganya ketika kami masih anak-anak. Aku banyak menghabiskan liburanku waktu masih anak-anak dulu di Doverton Kingsbourne. Dan sepanjang hidupku, pengalaman itu selalu terbayangbayang dalam ingatanku. Tak ada tempat seperti Doverton Kingsbourne. Tak ada rumah yang setara dengannya. Setiap kali aku mendekati rumah itu, aku akan selalu berbalik dan mengulang perjalanan yang sama, mungkin hanya untuk lewat dan melihat pemandangan indah di celah-celah pepohonan yang tumbuh di Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi kanan-kiri jalan panjang yang berkelok sampai ke depan rumah; mungkin untuk melihat sungai yang nampak sekilas, sungai tempat kami biasa memancing, dan tentu saja, untuk melihat rumah itu sendiri. Dan aku akan teringat pada apa yang pernah kulakukan bersama Tom. Dia seorang pria yang sangat aktif. Pria yang suka melakukan banyak hal. Dan aku... aku hanyalah seorang bujang lapuk." "Kau lebih dari itu," kata Mr. Quin. "Kau adalah lelaki yang banyak menjalin persahabatan, yang punya banyak kawan dan telah melayani kawan-kawannya dengan baik." "Ah, kalau aku boleh menganggapnya seperti itu. Mungkin kau terlalu membesarbesarkan." "Tidak juga. Kau kawan yang menyenangkan. 129 Cerita-cerita yang bisa kauceritakan, benda-benda yang sudah kaulihat, tempattempat yang sudah kaukunjungi. Hal-hal aneh yang terjadi, dalam hidupmu. Kau bisa menulis satu buku tebal tentang itu semua," kata Mr. Quin. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Aku akan membuatmu jadi tokoh utama dalam cerita itu kalau aku memang bisa menulisnya." "Jangan, jangan," kata Mr. Quin. "Aku hanyalah seseorang yang kebetulan lewat. Ya, hanya kebetulan lewat. Tapi, lanjutkan. Ceritakan lebih banyak." "Hmm, apa yang kuceritakan ini hanya riwayat sebuah keluarga biasa. Seperti yang kukatakan tadi, ada masa-masa yang cukup lama, bertahun-tahun ketika aku tidak melihat satu pun di antara mereka. Tetapi mereka tetap dan selalu menjadi sahabat-sahabatku. Aku secara teratur bertemu Tom dan Pilar sampai Pilar meninggal-sayang, dia meninggal dalam usia yang masih cukup mudaLily, putri baptisku, Inez, putri dokter yang pendiam yang tinggal di desa bersama ayahnya...." "Berapa umur gadis itu?" "Inez umurnya sembilan belas atau dua puluh tahun. Aku pasti akan senang berkenalan dengannya." "Jadi, secara keseluruhan itu riwayat sebuah keluarga yang bahagia?" "Tidak seluruhnya. Lily, putri baptisku-yang pergi ke Kenya bersama suaminyatewas dalam kecelakaan mobil. Dia meninggal di tempat kecelakaan, meninggalkan bayi yang belum setahun umurnya, si kecil Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Roland. Simon, suaminya, hancur hatinya. Mereka pasangan yang amat bahagia. Te130 tapi, yang terbaik yang dapat terjadi padanya akhirnya benar-benar terjadi. Dia menikah lagi dengan seorang janda muda, istri seorang komandan skuadron, kawannya sendiri, yang kebetulan punya bayi sebaya dengan Roland. Timothy kecil dan Roland kecil hanya beda dua atau tiga bulan umurnya. Pernikahan Simon, aku yakin, cukup bahagia meskipun aku belum pernah bertemu mereka, karena mereka tetap tinggal di Kenya. Tentu saja sudah bertahun-tahun aku tidak bertemu mereka. Nah, kau tahu apa yang terjadi di Kenya. Ada yang bisa bertahan hidup di sana. Ada pula, beberapa kawanku, yang pindah ke Australia Barat dan menetap di sana serta hidup bahagia bersama keluarga mereka. Beberapa yang lain pulang ke negeri ini. "Simon Gilliatt dan istrinya, bersama kedua anak mereka meninggalkan Kenya. Keadaan di sana tidak lagi sama bagi mereka, sehingga mereka kembali ke sini dan menerima undangan yang selalu diberikan kepada mereka dan diperbarui oleh Tom Addison setiap tahun. Mereka sudah pulang, menantunya, istri kedua menantunya, dan kedua anak itu, yang Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi sekarang sudah menjadi dewasa, atau lebih tepatnya, pria-pria muda. Mereka hidup sebagai satu keluarga di sana dan mereka bahagia. Cucu Tom yang lain, Inez Horton, seperti yang tadi kuceritakan, tinggal di desa bersama ayahnya, yang dokter, dan dia banyak menghabiskan waktunya, dugaanku, di Doverton Kingsbourne bersama Tom Addison yang amat mencintai cucu perempuan131 nya itu. Mereka sepertinya bahagia hidup bersama di sana. Tom sudah beberapa kali mengundang dan mendesakku agar berkunjung ke sana dan bertemu lagi dengan mereka semua. Dan akhirnya aku menerima undangannya. Hanya untuk akhir pekan ini. Pasti agaak menyedihkan melihat Tom lagi, sahabatku, yang sekarang sudah lumpuh, dan mungkin takkan lama lagi harus meninggal, meskipun, sejauh yang aku tahu, dia masih tetap riang gembira. Aku pasti akan senang melihat rumah tua itu lagi. Doverton Kingsbourne. Dan segala kenangan masa kecilku. Kalau kita telah menjalani hidup yang biasa-biasa saja, kalau kita tak pernah mengalami sesuatu secara pribadi, dan itu memang benar bagiku, hal-hal yang masih tertinggal bagi kita adalah kawan-kawan lama, rumahrumah dan hal-hal yang kita lakukan waktu kita masih kanak-kanak, remaja, dan Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi ketika kita sudah menjadi pria dewasa, Hanya satu hal yang membuatku cemas." "Kau tidak boleh cemas. Apa yang membuatmu cemas?" "Aku mungkin akan... kecewa. Rumah yang kita kenang, yang selalu kita impikan, mungkin tidak akan sama dengan kenyataan, ketika kita datang untuk melihatnya. Sayap baru mungkin sudah ditambahkan, kebun mungkin sudah diubah. Segala macam hal bisa terjadi. Sudah lama sekali, sungguh, sejak terakhir kali aku ke sana." "Kurasa ingatanmu akan sama dengan kenyataan yang akan kauhadapi," kata Mr. Quin. "Aku senang kau akan ke sana." 132 "Aku punya gagasan," kata Mr. Satterthwaite. "Mari, ikut aku. Ikut aku berkunjung ke sana. Kau tak perlu khawatir takkan diterima dengari tangan terbuka. Tom Addison adalah tuan rumah paling ramah di dunia. Kawanku akan langsung dianggapnya sebagai kawannya sendiri. Ayolah, ikut aku. Harus. Kupaksa kau." Sambil membuat gerakan impulsif, Mr. Satterthwaite hampir saja menyenggol cangkir kopinya. Cangkir itu nyaris terguling dari meja. Untung sempat ditangkapnya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Tepat ketika itu pintu toko didorong membuka, membuat lonceng kecil yang dipasang sedemikian rupa di atas pintu, berbunyi. Cara kuno. Seorang wanita setengah baya melangkah masuk. Dia kelihatan terengah-engah dan kepanasan. Wajahnya menarik, rambutnya masih berwarna merah agak pirang, dan hanya ada sedikit helai-helai kelabu di antaranya. Kulitnya yang bersih dan halus berwarna gading, kulit yang biasanya dimiliki orang berambut kemerah-merahan dan bermata biru. Tubuhnya masih langsing dan kencang. Wanita yang baru datang itu menyapukan pandangannya sekilas ke dalam kafe dan langsung berbalik masuk ke toko porselen. "Oh!" serunya, "Anda masih punya beberapa cangkir Harlequin." "Ya, Mrs. Gilliatt, kami punya stok baru yang datang kemarin." "Oh, aku senang sekali. Aku sungguh khawatir tadi. Aku cepat-cepat kemari, naik sepeda motor salah satu dari mereka. Mereka sedang pergi entah ke mana dan aku tak bisa menemukan mereka. Tetapi, aku harus melakukan sesuatu. Tadi pagi ada kecelakaan yang menjengkelkan, ada cangkircangkir yang pecah, padahal sore ini kami menerima tamu untuk minum teh. Jadi, tolong, aku mau beli satu yang biru, satu yang hijau, dan Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi mungkin ada baiknya aku beli satu yang merah sekalian, untuk berjaga-jaga. Itu hal terburuk tentang seperangkat cangkir teh yang warnanya berbeda-beda, ya, kan?" "Hmm, saya memang pernah dengar orang berkata begitu. Kita tak selalu bisa memperoleh warna yang kita inginkan." Mf. Satterthwaite memalingkan kepalanya, sedemikian, dan dia mengamati apa yang sedang terjadi itu dengan penuh minat. Mrs. Gilliatt, kata wanita pemilik toko tadi. Ya, tentu saja. Kini dia sadar. Pasti dia... Mr. Satterthwaite bangkit dari kursinya, agak ragu-ragu, kemudian melangkah masuk ke toko itu. "Maaf," katanya, "Anda... Anda Mrs. Gilliatt dari Doverton Kingsbourne?" "Ya, benar. Saya Beryl Gilliatt. Anda... maksud saya...?" Wanita itu memandangnya lekat-lekat, mengernyit-. kan alisnya, Wanita yang menarik, puji Mr. Satterthwaite dalam hati. Mungkin wajahnya agak keras, tetapi orangnya jelas sangat cekatan. Jadi, inilah istri kedua Simon Gilliatt. Wanita ini tidak punya kecantikan setara dengan kecantikan Lily. tapi sepertinya orangnya menarik, menyenangkan, dan efisien. Tiba-tiba senyum terkembang di wajah Mrs. Gilliatt. "Astaga... ya, tentu saja. Mertua saya, Tom, pu134 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi nya foto Anda. Anda pasti tamu yang kami tunggu-tunggu sore ini. Anda pasti Mr. Satterthwaite." "Benar," kata Mr. Satterthwaite. "Itulah saya. Tetapi, saya harus minta maaf karena nanti akan datang jauh lebih lambat dari yang sudah saya-janjikan. Sial, mobil saya mogok. Sekarang sedang diperbaiki di bengkel." "Oh, pasti sangat menjengkelkan bagi Anda. Wah. sial sekali. Tapi, sekarang belum waktunya minum teh. Anda tak perlu khawatir. Bagaimanapun, kami harus menundanya. Seperti yang mungkin Anda dengar tadi, saya kemari untuk mengganti beberapa cangkir yang sialnya terjatuh dari meja pagi tadi. Setiap kali menerima tamu untuk makan siang, minum teh,, atau makan malam, sesuatu yang seperti itu memang bisa saja terjadi." "Nah, ini cangkirnya, Mrs. Gilliatt," kata wanita' pemilik toko. "Saya bungkus, ya. Apa sebaiknya saya masukkan ke dalam kotak?" "Tidak usah. Kalau Anda bungkus dengan kertas lalu Anda masukkan ke dalam tas belanjaku, sudah cukup aman." "Kalau Anda kembali ke Doverton Kingsbourne," kata Mr. Satterthwaite, "saya bisa memberi tumpangan pada Anda dengan mobil saya. Sebentar lagi pasti sudah selesai." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Anda baik sekali.' Saya sungguh berharap bisa menerima tawaran Anda. Tetapi saya harus mengembalikan sepeda motor ini. Anak-anak pasti akan marah kalau tak ada sepeda motor. Malam ini mereka akan pergi keluar." 135 "Izinkan saya memperkenalkan Anda," kata Mr. Satterthwaite. Dia berpaling ke arah Mr. Quin, yang sekarang sudah berdiri di dekat mereka. "Ini kawan lama saya, Mr. Harley Quin, yang kebetulan bertemu dengan saya di sini. Saya berusaha membujuknya untuk ikut saya ke Doverton Kingsbourne. Apakah itu mungkin" Bagaimana menurut Anda, apakah Tom mau menerima satu tamu lagi untuk menginap di sana malam ini?" "Oh, saya yakin, tak ada masalah," kata Beryl Gilliatt. "Saya yakin dia pasti akan senang menjamu seorang kawan Anda. Mungkin juga kawan dia." "Bukan," kata Mr. Quin, "saya belum pernah bertemu Mr. Addison, meskipun sudah sering mendengar namanya dari kawan saya ini, Mr. Satterthwaite." "Kalau begitu, terimalah ajakan Mr. Satterthwaite. Kami pasti akan senang." "Maaf sekali," kata Mr. Quin. "Sayang, saya ada janji lain. Sungguh..." dia melirik jam tangannya "....saya harus segera pergi. Saya sudah terlambat, garagara bertemu kawan lama." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Nah, ini Mrs. Gilliatt," kata pemilik toko. "Saya rasa cukup aman di tas Anda." Beryl Gilliatt dengan hati-hati memasukkan bungkusan itu ke dalam tas' yang dibawanya, kemudian berkata kepada Mr. Satterthwaite, "Nah, sampai bertemu sebentar lagi. Teh takkan dihidangkan sebelum jam lima seperempat, jadi Anda tak perlu khawatir. Saya senang sekali akhirnya bisa bertemu Anda, setelah sering sekali mendengar tentang Anda dari Simon maupun mertua saya." 136 Note: Beberapa text hilang... "Kau seorang lelaki dengan pengetahuan yang amat luas," kata Mr. Quin. "Satu kata bisa berarti banyak bagimu. Kurasa kata ini mungkin akan berguna." "Kata apa?" "Daltonism," kata Mr. Quin. Dia tersenyum. note: Beberapa text hilang... 137 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Mr. Quin. "Kau, selalu tahuu banyak hal. Kau cepat mengamati, menarik kesimpulan, dan mengerti makna di balik hal-hal yang tampak. Kau tidak berubah, yakinlah." Sejenak tangannya diletakkan di bahu Mr. Satterthwaite, kemudian dia berjalan menjauh, semakin lama semakin cepat, menyusuri jalan desa ke arah yang berlawanan dengan Doverton Kingsbourne. Mr. Satterthwaite masuk ke dalam mobilnya. "Kuharap kita tak dapat kesulitan lagi," katanya. Sopirnya meyakinkannya. "Tak jauh lagi dari sini, Sir. Tiga atau empat 138 mil paling jauh, dan sekarang mobil ini larinya bagus sekali." Dia mengemudikan mobilnya agak jauh menyusuri jalan itu kemudian berbalik di tempat jalan melebar, hingga dia kembali ke arah datangnya tadi. Katanya lagi, "Hanya tiga atau empat mil." Mr. Satterthwaite berkata lagi, "Daltonism." Kata itu masih tetap tak ada artinya baginya, tetapi, ada perasaan yang mengatakan bahwa seharusnya dia tahu maknanya. Kata itu sudah pernah didengar dan digunakannya sebelumnya. Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Doverton Kingsbourne," kata Mr. Satterthwaite pada diri sendiri. Dia mengucapkannya dengan lirih sekali, hampir-hampir tak terdengar. Kedua kata itu masih sangat berarti dan akan selalu sangat berarti baginya. Sebuah tempat reuni yang penuh kebahagiaan, sebuah tempat yang tak mungkin dikunjunginya dengan tergesa-gesa Sebuah tempat di mana dia akan menikmati keberadaannya sendiri, meskipun banyak di antara yang dikenalnya dulu sudah takkan ada lagi di sana. Tapi Tom masih akan ada di sana. Sahabatnya, Tom, dan dibayangkannya kembali rerumputan, telaga, sungai, dan hal-hal yang mereka lakukan bersama ketika masih, anak-anak. Teh dihidangkan di halaman berumput. Undakan menurun dari jendela-jendela model Prancis di ruang duduk, menurun sampai ke halaman luas dengan rumput terawat baik. Ujung bawah undakan itu diapit oleh sebatang pohon copper beech dan pohon cedar Lebanon. Semua itu menjadi latar yang serasi untuk acara minum teh di sore hari. Ada dua meja taman berukir yang dicat putih dan beberapa kursi taman dengan berbagai desain. Ada yang bersandaran tegak dengan bantal-bantal di-bungkus kain aneka warna, ada kursi-kursi nyaman tempat kita dapat duduk bersandar Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi dengan santai sambil menjulurkan kaki dan tidur-tiduran kalau mau. Beberapa kursi dilengkapi dengan tudung penutup, agar yang duduk di situ terhindar dari sengatan matahari. Sore hari yang indah dengan rumput yang memantulkan warna hijau gelap bernuansa lembut. Cahaya keemasan tercurah menembus sela-sela daun copper beech dan cedar, mempertegas keindahan kedua pohon itu dengan latar belakang langit yang berwarna merah jambu keemasan. Tom Addison menunggu tamunya sambil duduk di kursi rotan panjang, kedua kakinya terjulur di kursi itu. Mr. Satterthwaite memperhatikan dengan perasaan geli. Dia ingat sekali, dalam banyak kesempatan ketika dia bertemu dengan tuan rumahnya ini, Tom Addison selalu mengenakan sandal rumah yang cocok untuk kakinya yang membengkak gara-gara encok. Sandal-sandal itu. amat ganjil: satu merah dan satu hijau. Tom sahabatku, pikir Mr. Satterthwaite, tidak berubah. Selalu begitu. Dan dia berpikir, "Betapa tololnya aku. Tentu saja aku tahu apa artinya kata itu. Mengapa tadi aku tak langsung ingat, ya?" "Kukira kau tak jadi datang, Setan Tua," kata Tom Addison. 140 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Dia masih tampan. Seorang lelaki tua yang tampan, wajahnya lebar dengan mata abu-abu yang berbinar, bahu yang masih tegak dan mengesankan wibawanya. Setiap kerut wajahnya mencerminkan pribadinya yang penuh humor dan wataknya yang ramah. "Dia tak pernah berubah," pikir Mr Satterthwaite. "Aku tak bisa berdiri menyambutmu," kata Tom Addison. "Dibutuhkan dua lelaki kuat dan satu tongkat untuk membuatku berdiri. Nah, kau sudah kenal orang-orang di sini, kan" Tentu kau sudah tahu Simon." "Tentu saja."Sudah beberapa tahun aku tidak melihatmu, tapi kau tak banyak berubah." Komandan Skuadron Simon Gilliatt bertubuh kencang, tampan, dan berambut merah. "Sayang, kau tak mengunjungi kami waktu kami di Kenya," katanya. "Kau pasti senang di sana. Banyak yang dapat kami tunjukkan padamu. Ah, well, kita tak bisa tahu apa yang akan terjadi, bukan" Tadinya aku ingin mati dan dikuburkan di sana " "Di sini ada kuburan yang bagus di belakang gereja," kata Tom Addison. "Belum ada yang merusak gereja kita dengan memugarnya dan tak banyak Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi bangunan baru di sekitar sini, jadi masih banyak tanah kosong di halaman gereja. Tanah pemakaman kita tak penuh-penuh juga." "Wah, bahan obrolan kalian sungguh menyedihkan," kata Beryl Gilliatt sambil tersenyum. "Ini anak-anak kami," katanya, "tapi Anda sudah kenal mereka, ya, kan, Mr. Satterthwaite?" "Saya rasa saya tak bisa mengenali mereka sekarang," kata Mr. Satterthwaite. Ya, terakhir kali dia melihat kedua anak lelaki itu adalah ketika menjemput mereka dari sekolah taman kanak-kanak. Meskipun tak' ada hubungan darah di antara keduanya-ayah dan ibu mereka berbeda-mereka bisa dianggap, dan memang sering terjadi, sebagai saudara sekandung. Tinggi mereka sama, rambut mereka sama-sama merah. Roland, jelas mewarisinya dari ayahnya, dan Timothy dari ibunya yang rambutnya berwarna pirang kemerahan. Di antara keduanya ada semacam persahabatan yang erat. Tetapi, pikir Mr. Satterthwaite, sesungguhnya mereka sangat berbeda. Perbedaan itu semakin jelas sekarang, setelah usia mereka-dia menduga-dugaantara 22 atau 25 tahun. Dia tak bisa melihat adanya kemiripan antara Roland dengan kakeknya. Dan, kecuali rambut merahnya, dia sama sekali tak mirip ayahnya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Mr. Satterthwaite dulu pernah menebak-nebak, apakah anak itu lebih mirip Lily, ibunya yang sudah meninggal. Tetapi, sekali lagi dia tak bisa melihat kemiripannya. Di lain pihak, Timothy justru lebih pantas sebagai anak Lily. Dia lebih mirip Lily. Kulitnya yang bersih, dahinya yang tinggi, dan kehalusan susunan tulangnya. Dari sampingnya, sebuah suara lembut dan dalam berbisik, "Aku Tnez. Pasti Anda sudah lupa padaku. Sudah lama sekali ketika terakhir kalinya aku melihat Anda." Gadis nan jelita, begitu pikir Mr. Satterthwaite 142 tiba-tiba. Tipe gadis berkulit gelap. Ingatannya melayang jauh ke masa lalu, ketika dia menjadi best man pada hari pernikahan Tom Addison dengan Pilar. Gadis ini jelas menunjukkan darah Spanyol-nya, pikirnya, bentuk kepalanya dan kecantikannya yang ningrat. Ayahnya, Dr. Horton, berdiri tepat di belakangnya. Pria itu nampak jauh lebih tua dari saat ketika Mr. Satterthwaite bertemu dengannya terakhir kali. Seorang pria yang baik dan menyenangkan. Seorang dokter umum yang baik, tidak ambisius, tapi penuh tanggung jawab dan amat mencintai putrinya, pikir Mr. Satterthwaite. Jelas sekali dia amat bangga akan putrinya itu. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Mr. Satterthwaite merasakan kebahagiaan luar biasa menyelimuti dirinya. Orang-orang ini, pikirnya, meskipun di antara mereka ada yang asing baginya, semuanya seperti "kawan yang sudah dikenalnya dengan baik. Gadis jelita berkulit gelap, dua pemuda berambut merah, dan Beryl Gilliatt yang sibuk menghidangkan teh, meletakkan cangkir-cangkir dan alasnya, memanggil pelayan dari rumah agar- menghidangkan kue-kue dan sandwich di atas piring-piring, dan menyibukkan diri dengan nampan dan poci teh di atasnya. Acara minum teh yang luar biasa. Ada kursi-kursi yang didekatkan ke meja agar kita bisa duduk nyaman sambil makan apa pun yang ingin kita makan. Kedua pemuda itu mengambil tempat duduk masing-masing dan mengundang Mr. Satterthwaite agar duduk di antara mereka. 143 Mr. Satterthwaite menerimanya dengan senang hati. Dia sudah punya rencana untuk pertama-tama mengobrol dengan kedua pemuda itu, untuk mengetahui sejauh mana mereka mengingatkannya akan Tom Addison di masa mudanya, dan dia berkata dalam hati, "Lily. Oh, betapa inginnya aku Lily ada di sini sekarang." Nah, sekarang dia kembali ke masa lalu, ketika dia masih kanak-kanak. Di sini, dia selalu disambut ramah oleh ayah dan Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi ibu Tom, oleh bibinya, dan juga oleh kakek maupun sepupu-sepupu Tom. Dan sekarang, tak banyak lagi yang tersisa dari keluarga ini, tapi ini tetap sebuah keluarga. Tom mengenakan sandal rumahnya-satu merah satu hijau-sudah tua tapi masih riang dan bahagia. Bahagia karena mereka yang mengelilinginya. Dan inilah Doverton, persis-atau nyaris persis-dengan yang selalu dibayangkannya. Tidak begitu terawat, mungkin, tapi halaman rumputnya masih sebagus dulu. Dan di bawah sana, dia bisa melihat kemilau air sungai dari celah pepohonan. Masih seperti dulu. Lebih banyak pohon dibandingkan dulu. Dan, rumah ini mungkin sudah waktunya dicat lagi, meskipun catnya sekarang masih cukup baik. Bagaimanapun juga, Tom Addison adalah seorang lelaki kaya raya Punya kekayaan cukup, memiliki tanah yang luas. Seorang lelaki dengan selera sederhana, yang menghabiskan uang secukupnya untuk merawat tempat tinggalnya, tapi tidak pelit untuk hal-hal lain. Sekarang dia jarang melakukan perjalanan atau bepergian ke luar negeri, tapi dia suka mengadakan jamuan. 144 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Bukan pesta-pesta besar, hanya beberapa kawan. Sahabat yang diundang menginap, kawan-kawan yang biasanya sudah lama sekali dikenalnya Rumah ini ramah dan menyenangkan. Mr. Satterthwaite bergeser sedikit di kursinya, menarik kursi itu agak menjauhi meja, dan memutarnya ke samping agar dapat memandang ke arah sungai dengan lebih leluasa. Di sebelah sana ada bangunan kincir penggilingan, dan di seberang sungai terbentang ladang-ladang luas. Dan, di salah satu petak ladang itu, dengan perasaan aneh dia melihat sebentuk orangorangan pengusir burung, sosok gelap terbuat dari jerami; burung-burung suka bertengger di sana. Sesaat, orang-orangan itu kelihatan mirip Mr. Harley Quin. Mungkin, pikir Mr. Satterthwaite, itu memang kawanku Mr. Quin. Gagasan yang absurd, tapi memang seseorang telah membuat orang-orangan itu mirip Mr. Quin, sikap tegaknya sungguh anggun, tidak seperti umumnya orang-orangan sawah. "Anda memandangi orang-orangan kami itu?" tanya Timothy. "Kami memberinya nama Mr. Harley Barley." "Astaga" kata Mr. Satterthwaite. "Astaga, kurasa itu sungguh menarik." "Mengapa menurut Anda itu menarik?" tanya Roly dengan penuh minat. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Yah, karena dia amat mirip dengan seseorang yang kukenal dan namanya kebetulan juga Harley. Nama depannya, maksudku." Kedua pemuda itu bernyanyi, "Harley Barley, 145 stands on guard, Harley Barley takes things hard. Guards the ricks and guards the hay, keeps the trespassers away.-Harley Barley selalu siaga, Harley Barley selalu waspada. Jaga ladang dan jerami, jaga orang agar tak kemari." "Sandwich ketimun, Mr. Satterthwaite?" tanya Beryl Gilliatt, "atau Anda lebih suka sepotong pate buatan sendiri?" Mr. Satterthwaite menerima pate buatan sendiri itu. Beryl Gilliatt meletakkan cangkir warna puce di dekat tamunya, warna yang sama dengan yang dikaguminya di toko tadi. Cangkir-cangkir itu kelihatan cerah di atas meja. Kuning, merah, biru, hijau, dan lain-lain. Mr. Satterthwaite menebaknebak, apakah masing-masing punya warna favorit. Dilihatnya cangkir Timothy berwarna merah, cangkir Roland hijau. Di samping cangkir Timothy ada satu benda yang mula-mula tak bisa dikenali oleh Mr. Satterthwaite. Kemudian, dia menyadari bahwa itu adalah sebuah pipa meerschaum. Sudah bertahun-tahun ia tidak pernah melihat sebatang pipa Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi meerschaum. Roland, yang melihat arah pandangannya, berkata, "Tim membawanya pulang dari Jerman. Dia membunuh dirinya dengan kanker karena terus-menerus merokok dengan pipa." "Kau tidak merokok, Roland?" "Tidak. Aku tidak suka merokok. Aku tidak merokok sigaret, tidak juga merokok dengan pipa." Inez mendekati meja lalu duduk di sebelah Roland. Kedua pemuda itu langsung mencondongkan badan ke arah gadis itu. Mereka bertiga segera 146 terlibat dalam obrolan yang asyik sambil tertawa-tawa. Mr. Satterthwaite merasa sangat senang berada di antara anak-anak muda itu. Bukan karena mereka amat menghargainya, bukan. Sikap mereka sopan dan wajar. Tapi, dia suka mendengarkan mereka. Dia juga suka menilai mereka. Pikirnya, dia hampir yakin, bahwa kedua pemuda itu jatuh cinta kepada Inez. Yah, tidak mengejutkan sebenarnya. Kedekatan menimbulkan perasaan itu. Mereka pindah ke sini untuk tinggal bersama kakek mereka. Seorang gadis jelita, sepupu Roland, tinggal di seberang jalan. Mr. Satterthwaite memalingkan kepalanya. Dia bisa melihat rumah Dr. Horton di seberang jalan, dari balik pepohonan dan balik pagar rumah Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi itu. Itu adalah rumah sama yang ditinggali Dr. Horton sejak terakhir kali Mr. Satterthwaite berkunjung ke sini, tujuh atau delapan tahun yang lalu. Dia memandang Inez. Dia menebak-nebak, pemuda mana yang akan dipilihnya, atau apakah hatinya sudah tertambat di tempat lain. Tak ada alasan mengapa dia harus jatuh cinta pada dua makhluk jantan yang muda dan menawan ini. Setelah makan sepuasnya, meskipun itu tidak banyak, Mr. Satterthwaite mendorong kursinya ke belakang dan menggesernya sedemikian agar dia dapat memandang sekelilingnya dengan bebas. Mrs. Gilliatt masih terus sibuk. Tipe ibu rumah tangga yang selalu menyibukkan diri, pikir Mr. Satterthwaite. Kesibukan yang sebetulnya tidak selalu perlu. Terus-menerus menawarkan kue-kue 147 kepada orang-orang, menyingkirkan cangkir-cangkir mereka, dan menggantinya dengan yang baru. Pendek kata, selalu kelihatan sibuk dan memegang sesuatu. Kalau saja wanita itu membiarkan orang melayani dirinya sendiri, suasana ini pasti akan lebih menyenangkan dan lebih santai, pikirnya. Mr. Satterthwaite berharap Mrs. Gilliatt tidak terus-menerus menyibukkan diri seperti itu. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Dia mengangkat wajah dan memandang ke arah Tom Addison yang berbaring di kursinya. Tom Addison juga sedang memandangi Beryl Gilliatt. Mr. Satterthwaite berkata dalam hati, "Dia tak menyukai wanita itu. Tidak. Tom-tidak menyukainya. Yah, bisa dimengerti." Bukankah Beryl telah menggantikan tempat putri kandungnya, menggantikan kedudukan istri pertama Simon Gilliatt, menggantikan kedudukan Lily. "Lily-ku yang cantik," -kenang Mr. Satterthwaite lagi, dan dia merasa aneh karena meskipun di antara mereka tak ada yang mirip Lily, dengan cara yang aneh dia merasakan kehadiran Lily di sini. Lily hadir dalam acara minum teh itu. "Kurasa, kalau kita sudah tua, kita jadi- suka membayang-bayangkan sesuatu," kata Mr. Satterthwaite. "Tetapi, mengapa Lily tak boleh hadir di sini untuk melihat putranya?" Dengan penuh sayang dia memandang Timothy dan tiba-tiba menyadari bahwa dia tidak sedang memandang putra Lily. Roland yang putra Lily. Timothy adalah anak Beryl. "Aku yakin Lily tahu aku di sini. Aku yakin dia 148 ingin bicara denganku," kata Mr. Satterthwaite. "Oh, astaga, aku tak boleh membayang-bayangkan hal-hal konyol seperti ini." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Entah mengapa, sekali lagi pandangannya beralih ke orang-orangan di kejauhan. Sekarang, dia tidak nampak seperti orang-orangan lagi. Sekarang dia mirip Mr. Harley Quin. Permainan cahaya, cahaya matahari yang hampir tenggelam, menyiraminya dengan aneka nuansa warna, dan ada seekor anjing hitam seperti Hermes sedang mengejar-ngejar burung di sana. "Warna," gumam Mr. Satterthwaite, dan sekali lagi memandang meja dan cangkircangkir teh itu dan orang-orang yang sedang menikmati teh mereka. "Mengapa aku berada di sini?" tanya Mr. Satterthwaite pada diri sendiri. "Mengapa aku di sini dan mengapa aku harus melakukan apa yang harus kulakukan" Pasti ada alasan...." Sekarang dia tahu, dia bisa merasakan, bahwa ada sesuatu, ada hal yang gawat, Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sesuatu yang akan menimpa... menimpa orang-orang ini, atau tidak semuanya" Beryl Gilliatt, Mrs. Gilliatt. Dia gugup karena sesuatu. Sudah hampir runtuh pertahanan dirinya" Tom" Tak ada yang salah pada Tom. Dia tidak akan terkena. Pria yang beruntung memiliki keindahan ini, memiliki Doverton dan seorang cucu laki-laki, hingga bila dia meninggal semua hartanya akan jatuh ke tangan Roland. Semua ini akan menjadi Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi milik Roland. Apakah Tom ingin Roland menikah dengan Inez" Atau, apakah dia takut akibat perkawinan antarsaudara 149 sepupu" Meskipun, sepanjang sejarah, pikir Mr. Satterthwaite, perkawinan antarsaudara kandung tidak punya akibat buruk "Tak boleh terjadi," kata Mr. Satterthwaite, "tak boleh terjadi. Aku harus mencegahnya." Wah, pikirannya kacau seperti pikiran orang gila. Suasana yang tenang. Perangkat minum teh. Warna-warna cangkir gaya Harlequin. Dipandanginya pipa meerschaum yang tergeletak menyandar pada cangkir merah. Beryl Gilliatt mengatakan sesuatu kepada Timothy. Timothy mengangguk, berdiri, lalu berjalan ke arah rumah. Beryl menying-kirkan-beberapa piring kosong dari meja, membetulkan letak beberapa kursi, menggumamkan sesuatu kepada Roland, yang kemudian bangkit dan menawarkan kue kepada Dr. Horton. Mr. Satterthwaite mengawasi wanita itu. Dia harus mengawasinya. Kibasan lengan bajunya ketika dia melewati meja. Dia melihat sebuah cangkir warna merah terguling dari meja. Cangkir itu membentur kaki kursi yang terbuat dari besi, lalu pecah. Dia mendengar wanita itu menjerit tertahan sambil memunguti pecahan cangkir. Wanita itu berjalan ke nampan tempat Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi beberapa cangkir teh diletakkan, lalu meletakkan cangkir warna biru pucat dengan alasnya di meja. Dia mengembalikan pipa meerschaum itu, meletakkannya menyandar pada alas cangkir yang biru. Dia mengambil poci teh dan menuang teh, kemudian melangkah menjauh. Sekarang di sekeliling meja itu tak ada orang. Inez juga berdiri dan melangkah pergi. Dia men-150 dekat dan kemudian bicara dengan kakeknya. "Aku tak mengerti," kata Mr. Satterthwaite pada dirinya sendiri. "Sesuatu akan terjadi. Apa yang akan terjadi?" Sebuah meja dengan cangkir-cangkir teh aneka warna, dan ya... Timothy, rambut merahnya berkilau tersiram cahaya matahari. Rambut merah dengan kilau yang sama, ikal menawan pada sisi kepala, seperti rambut Simon Gilliatt. Timothy berjalan balik, mendekati meja, berdiri termangu sesaat, memandang meja dengan rupa bingung, kemudian berjalan ke arah cangkir dengan pipa meerschaum menyandar padanya. Cangkir warna biru pucat. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Saat itu Inez kembali. Tiba-tiba dia tertawa dan berkata, "Timothy, kau minum dari cangkir yang salah. Cangkir biru itu punyaku. Punyamu yang merah." Dan Timothy berkata, "Jangan konyol, Inez, aku tahu yang mana cangkirku. Tehnya pakai gula dan kau takkan suka teh manis. Konyol. Ini cangkirku. Lihat, pipanya ada di sini." Tiba-tiba "Mr. Satterthwaite menyadari semuanya. Dia kaget sekali. Apakah dia gila" Apakah dia membayangkan yang aneh-aneh" Apakah ini semua nyata" Dia bangkit. Dia berjalan cepat mendekati meja, dan ketika Timothy mengangkat cangkir biru itu ke bibirnya, dia berteriak. "Jangan minum itu!" teriaknya. "Jangan diminum, kataku!" Timothy berpaling, wajahnya kaget sekali. Mr, 151 Satterthwaite memalingkan wajah. Dr. Horton, yang juga kaget, bangkit dari kursinya dan datang.mendekat. "Ada apa, Satterthwaite?" "Cangkir itu. Ada yang tak beres dengan cangkir itu," kata Mr. Satterthwaite. "Jangan biarkan anak itu minum dari cangkir itu." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Horton menatap cangkir ini. "He, Kawan..." "Aku tahu apa yang kukatakan. Cangkir merah tadi memang cangkirnya," kata Mr. Satterthwaite, "dan cangkir yang merah tadi pecah. Sudah diganti dengan yang biru. Dia tak bisa membedakan warna merah dengan biru, bukan?" Dr. Horton nampak kebingungan. "Maksudmu... maksudmu... seperti Tom?" "Tom Addison. Dia buta warna. Kau tahu fakta itu, bukan?" "Oh, ya, tentu saja. Kami semua tahu. Itu sebabnya dia selalu pakai sepatu yang tak sama warnanya. Dia tak bisa membedakan warna hijau dari warna merah." "Anak ini juga begitu." "Tapi... tapi tidak mungkin. Lagi pula, tak pernah ada tanda-tanda seperti itu pada... pada Roland " "Mungkin saja, selalu ada kemungkinan, ya, kan?" kata Mr. Satterthwaite. "Aku benar ketika memikirkan kata... Daltonism. Begitu istilahnya, kan?" "Ya, memang itu istilahnya." "Cacat itu tidak diwarisi keturunan perempuan, tapi diteruskan oleh keturunan perempuan Lily 152 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi tidak buta warna, tapi putra Lily punya kemungkinan besar untuk buta warna." "Tapi, Satterthwaite, Timothy bukan anak Lily. Roly yang anak Lily, Aku tahu, mereka berdua memang mirip. Sebaya, rambutnya sama warnanya, dan kemiripankemiripan lainnya. Tapi... mungkin kau sudah lupa." "Tidak," kata Mr. Satterthwaite, "aku pasti masih ingat. Tapi sekarang aku tahu. Aku juga bisa melihat kemiripan mereka. Roland adalah anak Beryl. Waktu itu keduanya masih bayi, waktu Simon menikah lagi. Mudah sekali bagi seorang wanita untuk mengasuh dua bayi sekaligus, lebih-lebih kalau keduanya sama-sama berambut merah. Timothy anak Lily dan Roland anak Beryl. Anak Beryl dengan Christopher Eden. Tak ada alasan mengapa dia harus buta warna. Aku tahu pasti. Percayalah. Aku tahu!" Dia melihat mata Dr. Horton memandang kedua pemuda itu bergantiganti. Timothy, yang tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, terus berdiri sambil memegangi cangkir biru itu dengan wajah kebingungan. "Aku melihat dia membelinya," kata Mr. Satterthwaite. "Dengarkan kataku. Kau harus percaya padaku. Kau sudah mengenalku selama bertahuntahun. Kau tahu, aku tak pernah keliru kalau aku sudah yakin benar." "Memang. Aku tak pernah melihatmu membuat kekeliruan." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Ambil cangkir itu darinya," kata Mr. Satterth153 waite. "Bawa ke tempat praktekmu atau serahkan ke analis kimia dan cari tahu apa isinya. Aku melihat perempuan itu membeli cangkir itu. Dia membelinya di toko porselen di desa Saat itu dia sudah tahu, bahwa dia akan memecahkan cangkir yang merah dan akan menggantinya dengan yang biru, dan Timothy takkan tahu bahwa warna cangkirnya berbeda dengan sebelumnya." "Menurutku kau ini gila, Satterthwaite. Tapi, baiklah, akan kuturuti apa katamu." Dia mendekati meja, mengulurkan tangannya, dan mengambil cangkir biru itu. "Boleh kulihat apa isinya?" kata Dr. Horton. "Silakan," kata Timothy. Dia kelihatan agak kaget. "Sepertinya ada yang tidak beres pada porselen ini. Ini dia. Sungguh menarik." Beryl datang menyeberangi halaman. Dia datang dengan langkah cepat dan tergesa. "Apa yang kalian lakukan" Ada apa" Apa yang terjadi?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Ah, tak ada apa-apa," kata Dr. Horton riang. "Aku hanya ingin menunjukkan satu eksperimen kecil dengan sebuah cangkir teh." Dia menatap wanita itu lekat-lekat, dan melihat ketakutan serta kengerian pada wajah Beryl. Mr. Satterthwaite melihat perubahan yang tiba-tiba dan amat kentara itu. "Maukah kau ikut aku, Satterthwaite" Hanya eksperimen kecil. Mengetes mutu porselen yang berbeda-beda, porselen zaman sekarang yang mutu-154 nya berbeda-beda. Sebuah teori yang menarik dan belum lama ini ditemukan." Sambil terus bicara, dia berjalan menyeberangi halaman rumput. Mr. Satterthwaite mengikutinya; kedua pemuda itu, sambil masih terus mengobrol, mengikuti Mr. Satterthwaite. "Mau apa dokter itu, Roly?" tanya Timothy. "Mana aku tahu?" sahut Roland. "Kelihatannya dia punya ide-ide gila. Ah, kita pasti dengar tentang itu nanti. Kita cari sepeda motor kita, yuk." Tiba-tiba Beryl Gilliatt berbalik. Dia menyeberangi halaman rumput, dan dengan cepat melangkah ke rumah. Tom Addison memanggilnya. "Ada apa, Beryl?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Ada yang kelupaan," kata Beryl Gilliatt. "Tenang saja." Tom Addison memandang Simon Gilliatt dengan pandang bertanya. "Ada apa dengan istrimu?" tanyanya. "Beryl" Oh, sepertinya biasa saja. Aku tak tahu. Pasti dia lupa sesuatu. Mau kubantu, Beryl?" teriaknya ke arah istrinya. "Tidak, tak usah. Aku akan segera kembali." Dia memalingkan wajahnya, memandang orang tua yang terbaring di kursinya. Tiba-tiba dia bicara dengan marah. "Kau tua bangka tolol. Hari ini kau pakai sandal yang keliru lagi. Sandal-sandal itu tidak cocok. Tahukah kau, sandalmu yang satu merah dan yang satu hijau?" "Ah, rupanya aku keliru lagi," kata Tom Addison. "Bagiku warnanya sama saja. Aneh,. kan. Tapi... yah... begitulah." Beryl melewatinya, langkahnya semakin-cepat. Saat itu. Mr. Satterthwaite dan Dr. Horton sudah sampai di pintu pagar yang membuka ke jalan raya. Mereka mendengar bunyi sepeda motor dipacu menjauh. "Dia sudah pergi," kata Dr. Horton. "Dia pasti ketakutan. Kukira kita harus menghentikannya. Menurutmu, apakah dia akan kembali?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi 'Tidak," kata Mr. Satterthwaite, "aku yakin dia takkan kembali. Mungkin," katanya sambil merenung, "sebaiknya kita biarkan dia pergi." "Maksudmu?" "Ini rumah tua," kata Mr. Satterthwaite. "Dan keluarga ini keluarga tua. Keluarga baik-baik. Ada banyak orang baik dalam keluarga ini. Kita tak menginginkan skandal, masalah, atau apa pun dalam rumah dan keluarga ini. Kurasa, yang paling baik adalah membiarkan dia pergi." "Tom Addison tak pernah menyukainya," kata Dr. Horton. 'Tak pernah. Dia selalu bersikap ramah dan sopan, tapi tak pernah menyukainya." "Dan, ada anak itu yang perlu kita pikirkan," kata Mr. Satterthwaite. "Anak itu. Maksudmu?" "Anak yang satu lagi. Roland. Dengan begini, dia takkan tahu apa yang nyaris dilakukan ibunya." "Mengapa dia melakukannya" Mengapa dia melakukannya?" 156 "Kau sekarang yakin bahwa dia memang melakukannya," kata Mr. Satterthwaite. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Ya. Aku yakin sekali sekarang. Aku melihat wajahnya, Satterthwaite, ketika dia memandang aku. Saat itu, aku langsung tahu bahwa apa yang kaukatakan benar. Tetapi mengapa?" "Kurasa dia tamak," kata Mr. Satterthwaite. "Aku yakin, dia tak pernah punya uang, uang miliknya sendiri. Suaminya, Christopher Eden, seorang pria yang baik, tapi dia tidak mewariskan apa-apa. Tetapi cucu Tom Addison akan mewarisi kekayaan yang besar. Uang banyak sekali. Tanah yang luas sekali. Aku yakin, Tom Addison pasti akan mewariskan sebagian besar harta kekayaannya kepada cucu lakilakinya. Beryl menginginkan warisan itu untuk anaknya sendiri, darah dagingnya, dan lewat anaknya, untuk dirinya sendiri. Dia wanita serakah." Mr. Satterthwaite tiba-tiba menoleh ke belakang. "He, ada kebakaran di sana," katanya. "Astaga, benar rupanya. Oh, orang-orangan di ladang itu. Mungkin' ada anak nakal yang membakarnya. Tapi, kita tak perlu khawatir. Tak ada jerami kering dekatdekat sini. Orang-orangan itu akan terbakar habis dan apinya akan padam sendiri." "Ya," kata Mr. Satterthwaite. "Nah, kaulanjutkan penyelidikanmu, Dokter. Kau tidak membutuhkan aku dalam eksperimenmu." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Aku sudah tahu apa yang akan kutemukan. Maksudku, bukan jenisnya yang pasti, tapi aku 157 sependapat denganmu bahwa cangkir biru ini mengandung maut." Mr. Satterthwaite berjalan kembali melewati pintu pagar. Sekarang dia berjalan ke arah orang-orangan yang sedang terbakar itu. Di belakang orang-orangan itu matahari perlahan tenggelam. Senja yang indah dan penuh warna. Warna-warninya menyinari udara di sekitarnya, menyinari orang-orangan yang sedang terbakar. "Jadi, begitulah akhirnya jalan yang kaupilih," kata Mr. Satterthwaite. Tiba-tiba dia agak terkejut, karena di dekat api yang menyala-nyala itu dia melihat sosok seorang wanita jangkung, sosok yang samar-samar. Wanita itu mengenakan gaun berwarna putih pucat seperti warna mutiara. Wanita itu berjalan ke arahnya. Mr. Satterthwaite tertegun, hanya bisa memandang dengan nanar. "Lily," katanya. "Lily." Kini dia bisa melihat sosok itu dengan jelas. Memang Lily yang berjalan ke arahnya. Masih terlalu jauh darinya hingga dia tak bisa melihat wajahnya dengan jelas, tapi dia tahu pasti siapa sosok itu. Untuk sesaat dia heran, Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi apakah ada orang lain yang melihat sosok Lily, ataukah penampakan itu hanya terlihat oleh dirinya. Dia berkata, tidak terlalu keras, bahkan hanya berbisik, "Sudah beres, Lily, anakmu selamat." Sosok wanita itu menghentikan langkahnya. Dia mengangkat satu tangannya ke bibir. Mr. Satterthwaite tidak melihat sosok itu tersenyum, tapi dia 158 tahu wanita itu tersenyum. Wanita itu mencium tangannya lalu melambaikannya ke arahnya. Kemudian dia berbalik, berjalan kembali ke tempat orang-orangan yang terbakar dan kini sudah hancur menjadi abu. "Dia pergi lagi," kata Mr. Satterthwaite pada diri sendiri. "Dia pergi bersama orang-orangan itu. Mereka berjalan bersama, menjauh. Mereka berasal dari dunia yang sama. Mereka hanya datang- orang-orang seperti mereka-karena ada kasus tentang cinta atau maut, atau dua-duanya." Dia takkan pernah melihat Lily lagi, renungnya, tapi dia berharap akan segera bertemu lagi dengan Mr. Quin. Kemudian dia berbalik, lalu berjalan kembali menyeberangi halaman berumput, ke arah meja teh dan perangkat minum teh Harlequin. Dia kembali lagi pada kawan lamanya, Tom Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Addison. Beryl takkan kembali. Dia yakin. Doverton Kingsbourne telah terhindar dari malapetaka. Dari seberang halaman rumput, seekor anjing kecil hitam datang berlari-lari. Dia mendekati Mr. Satterthwaite, agak terengah-engah dan sambil mengibas-ngibaskan ekornya. Pada kalungnya terselip secarik kertas. Mr. Satterthwaite membungkuk dan menarik lepas kertas itu, meratakannya, dan membaca sebuah pesan yang digoreskan dengan huruf aneka warna: SELAMAT DAN SAMPAI BERTEMU LAGI H.Q. 159 Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Terima kasih, Hermes." kata Mr. Satterthwaite. Dia memperhatikan anjing hitam itu melesat menyeberangi ladang dan bergabung dengan dua sosok sama di kejauhan. Mr. Satterthwaite tahu, kedua sosok itu ada, tapi dia tak dapat melihatnya lagi. MISTERI REGATTA 160 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Misteri Regatta-The Regatta Mystery pertama kali dipublikasikan di Inggris, di Strand Magazine pada tahun 1936 sebagai salah satu cerita dengan tokoh Poirot. 5 MISTERI REGATTA Mr. isaac pointz mencopot cerutu dari bibirnya dan berkata dengan penuh persetujuan, "Tempat yang indah." Setelah cap Pelabuhan Dartmouth, yang menyatakan bahwa kapal pesiarnya memang masuk ke pelabuhan itu diterakan, dia menggigit cerutunya lagi dan memandang sekelilingnya dengan pandangan seorang lelaki yang puas akan dirinya sendiri, penampilannya, lingkungannya, dan hidupnya pada umumnya. Sebagai tambahan dari itu semua, Mr. Isaac Pointz adalah seorang lelaki berumur 58, dengan kesehatan dan kondisi yang bagus, dan mungkin hanya ada keluhan sedikit tentang hatinya. Dia tidak benar-benar tegap, tapi enak dipandang, dan pakaian untuk berlayar naik kapal pesiar yang Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi saat itu dikenakannya, bukanlah pakaian yang lazim dikenakan seorang pria setengah baya, yang punya 163 kecenderungan untuk gemuk di sekitar perut. Mr. Pointz berpenampilan sangat rapi, setiap kerut bajunya dan kancingnya sempurna. Wajahnya yang gelap dan Oriental bersinar di bawah ujung topi pelautnya. Tentang sekitarnya, ini mungkin bisa diartikan sebagai orang-orang yang menemaninya- partnernya Mr. Leo Stein, Sir George dan Lady Marroway, seorang mitra bisnis dari Amerika Mr. Samuel Leathern dan Eve putrinya yang masih sekolah, Mrs. Rustington dan Evan Llewellyn. Rombongan itu baru saja turun ke darat dari kapal pesiar milik Mr. PointzMerrimaid. Pagi tadi mereka menonton lomba kapal pesiar dan sekarang turun ke darat untuk menikmati keramaian pasar malam. Ada stand Lempar Kelapa, Gadis Gemuk-Manusia Labah-labah, dan komidi putar. Jelas sekali, yang paling gembira adalah Eve Leathern. Ketika akhirnya Mr. Pointz menyarankan agar mereka pergi ke Royal George untuk makan malam, satu-satunya suara yang kecewa adalah suara Eve. "Oh, Mr. Pointz, aku sungguh ingin nasibku diramal oleh Gipsi Sejati di Karavan." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Mr. Pointz meragukan kesejatian si Gypsy, tapi dia akhirnya memberikan izin dengan enggan. "Eve suka sekali nonton keramaian seperti ini," kata ayahnya minta maaf. "Tapi jangan perhatikan dia kalau Anda semua ingin pergi." "Masih banyak waktu," kata Mr. Pointz ramah. "Biarkan gadis kecil itu bersenangsenang. Mari kita main dart, Leo." "Dua puluh lima lebih memenangkan satu ha164 diah," kata lelaki yang bertugas di tempat lempar dart. Suaranya melengking sengau. "Taruhan lima pound, pasti skor akhirku mengalahkan skormu," kata Pointz. "Baik," kata Stein sigap. Kedua lelaki itu langsung asyik bermain. Lady Marroway berbisik ke telinga Evan Llewellyn, "Eve bukan satu-satunya anak kecil di rombongan kita." Llewellyn tersenyum sependapat tapi perhatiannya terpusat ke tempat lain. Sepanjang hari tadi dia linglung terus. Sekali-dua kali jawabannya melenceng dari apa yang ditanyakan padanya. Pamela Marroway Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi menggeser menjauhinya dan berkata pada suaminya, "Ada sesuatu dalam pikiran pemuda itu." Sir George menggumam, "Atau seseorang?" Dan sekilas pandangannya menyapu Janet Rustington. Lady Marroway mengerutkan dahi sedikit. Dia seorang wanita jangkung yang tubuhnya terawat baik. Warna kukunya yang ungu serasi dengan anting-anting koral merah tua yang menghiasi telinganya. Matanya gelap dan waspada. Sir George menampilkan sikap "pria Inggris yang ramah", tapi mata birunya sama waspadanya dengan mata istrinya. Isaac Pointz dan Leo Stein adalah pedagang-pedagang intan dari Hatton Garden. Sir George dan Lady Marroway berasal dari dunia yang berbeda-165 dunia Kepulauan Antibes dan Juan les Pins-dunia lapangan golf di St. Jean-deLuz-dunia mandi matahari di celah-celah bebatuan di Madeira di musim dingin. Dari luar penampilan mereka bersih dan meyakinkan, mereka juga tidak pernah berjudi. Tetapi, mungkin itu tidak sepenuhnya benar. Ada banyak cara untuk berjudi dan menyembunyikan kebiasaan itu. "Anak itu sudah kembali," kata Evan Llewellyn kepada Mrs. Rustington. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Pemuda itu berkulit gelap. Pada dirinya ada sesuatu yang mirip serigala lapar, yang menurut wanita-wanita tertentu justru menarik. Sungguh sulit ditebak apakah Mrs. Rustington juga menganggap pemuda itu tampan. Wanita itu tak pernah menampakkan perasaan hatinya. Dia menikah ketika masih muda dan perkawinannya berakhir dalam bencana, tak sampai setahun kemudian. Sejak itu sulit menduga apa pendapat Janet Rustington tentang seseorang atau sesuatu. Sikapnya selalu sama; menarik tetapi benar-benar tertutup. Eve Leathern datang mendekati mereka sambil menari-nari, rambutnya yang lebar bergerak-gerak cepat. Usianya lima belas-gadis tanggung-tapi penuh semangat hidup. "Aku akan menikah pada umur tujuh belas," serunya sambil menahan napas. "Menikah dengan seorang pria kaya dan kami akan punya enam anak. Selasa serta Kamis adalah hari keberuntunganku dan aku harus selalu mengenakan warna 166 hijau atau biru dan zamrud adalah batu keberuntunganku dan..." "Aduh, Sayang, kurasa sebaiknya kita segera berangkat," tukas ayahnya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Mr. Leathern bertubuh jangkung, berkulit terang, dan penampilannya seperti orang lesu. Ekspresi wajahnya selalu murung dan sedih. Mr. Pointz dan Mr. Stein berpaling dari dan itu. Mr. Pointz tertawa-tawa dan Mr. Stein berwajah keruh. "Wah, ini hanya soal nasib baik," katanya. Mr. Pointz menepuk sakunya dengan riang. "Menang lima pound dari kau. Keterampilan, Bung, keterampilan. Ayahku pemain dart peringkat pertama. Nah, kawan-kawan, mari kita pergi. Apa nasibmu sudah diramal, Eve" Apakah mereka bilang kau harus waspada terhadap pria berkulit gelap?" "Wanita berkulit gelap," Eve mengoreksi. "Perempuan itu sungguh mengerikan. Matanya seram. Dia pasti akan berbuat kejam padaku kalau kuberi kesempatan. Dan aku akan menikah pada umur tujuh belas...." Dia berlari dengan riang dan rombongan itu berjalan ke Royal George. Hidangan sudah dipesan sebelumnya oleh Mr. Pointz yang selalu ingin menyenangkan tamu-tamunya. Seorang pelayan yang membungkuk-bungkuk mengantarkan mereka menaiki tangga ke lantai dua, ke sebuah ruangan yang khusus disewa. Di dalam ruangan itu sudah ditata satu meja bundar. Jendela besar melengkung membuka ke lapangan Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi 167 pelabuhan dan saat itu sedang terbuka- Keriuhan di arena pasar malam terdengar sampai ke atas situ, begitu pula decit tiga komidi putar yang masing-masing memainkan nada berbeda. "Lebih baik tutup jendela itu kalau kita ingin mendengarkan suara kita," kata Mr. Pointz datar sambil melakukan apa yang dikatakannya. Mereka duduk di sekeliling meja dan Mr. Pointz memandang tamutamunya dengan wajah cerah. Dia merasa telah menjamu mereka dengan baik dan dia memang suka memperlakukan orang lain dengan baik. Matanya memandang mereka satu per satu. Lady Marroway, wanita yang indah, bukan dari kalangan yang benar-benar, baik-baik, dan Mr. Pointz tahu siapa sebenarnya wanita itu. Dia tahu benar bahwa kalangan creme de la creme, kalangan atas yang terpandang, tak ada urusannya dengan pasangan Marroway, sebaliknya kalangan creme de la creme itu tidak peduli pada keberadaan Mr. Isaac Pointz. Pendek kata, Lady Marroway adalah seorang wanita yang cerdik, dan Mr. Pointz takkan keberatan kalau wanita itu benar-benar merampoknya di permainan bridge. Dia pasti tak mendapat banyak dari Sir George. Pria itu punya mata seperti ikan. Hanya Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi penampilannya saja yang hebat. Tetapi, dia takkan berhasil mengelabui Isaac Pointz. Mr. Pointz akan memastikan itu. Leathern bukan pria yang jelek. Dia suka bertele-tele, tentu saja, seperti umumnya orang Amerika; suka menceritakan cerita yang tak pernah selesai. 168 Dan dia punya kebiasaan menjengkelkan, yaitu selalu menginginkan informasi yang tepat. Berapa jumlah penduduk Dartmouth" Pada tahun berapa Naval College didirikan" Dan seterusnya. Maunya tuan rumahnya adalah ensiklopedia berjalan. Eve anak manis yang periang, dan ayahnya suka memanjakannya. Suara gadis itu keras dan nyaring, tetapi dia sangat cerdik. Anak yang cerdas. Llewellyn yang masih muda itu-dia agak pendiam. Kelihatannya selalu ada yang dipikirkannya, Mungkin punya masalah berat. Orang-orang yang suka menulis memang biasanya seperti itu. Kelihatannya dia tertarik pada Janet Rustington. Wanita yang baik, menarik, dan cerdik. Tetapi, Janet tidak pernah menunjukkan isi hatinya. Dia suka menulis hal-hal yang berat tapi kita takkan mengira itu tulisannya kalau mendengar dia bicara. Dan si Leo! Dia tidak menjadi lebih muda dan lebih kurus. Dan untungnya, tidak Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi menyadari bahwa mitra bisnisnya saat itu sedang berpikir sama tentang dirinya, Mr. Pointz mengoreksi Mr. Leathern sebagai orang yang lebih dekat ke gaya Devon, bukan Cornwall, dan bersiap untuk menikmati makan malam. "Mr. Pointz," kata Eve ketika sepiring mackerel panas dihidangkan di depan mereka dan para pelayan sudah "meninggalkan ruangan. "Ya, Nona manis?" "Apa sekarang Anda membawa berlian besar itu" Berlian yang Anda perlihatkan kepada kami tadi malam dan Anda bilang selalu Anda bawa-bawa?" 169 Mr. Pointz tertawa tertahan. "Benar. Aku menyebutnya maskotku. Ya, aku membawanya sekarang." "Menurutku, itu sangat berbahaya. Di keramaian tadi, seseorang bisa saja mencopetnya." "Tidak mungkin," kata Mr. Pointz. "Aku sudah memperhitungkannya." "Tapi, bisa saja" kata Eve keras kepala. "Di Inggris kan banyak penjahat, sama seperti di Amerika, ya, kan?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Mereka -takkan berhasil mengambil Morning Star," kata Mr. Pointz. "Pertama, berlian itu tersimpan di saku rahasia yang dirancang khusus. Lagi pula... si Pointz tua ini tahu apa yang dilakukannya. Tak seorang pun akan berhasil mencuri Morning Star." Eve tertawa. "Oh... oh... berani taruhan, aku pasti bisa mencurinya!" "Berani taruhan, kau takkan bisa." Ulang Mr. Pointz sambil mengedipkan matanya ke arah gadis itu. "Hmmm, pokoknya aku bertaruh, aku pasti bisa. Semalam aku sudah memikirkan caranya sambil tiduran... setelah Anda memperlihatkan berlian itu kepada kami, yang duduk mengelilingi meja. Aku sudah menemukan rencana yang hebat untuk mencurinya." "Apakah rencana itu?" Eve memiringkan kepala, rambut pirangnya bergoyang-goyang. "Ah, takkan kukatakan... sekarang. Apa taruhan Anda kalau aku berhasil?" 170 Kenangan akan masa mudanya terlintas di benak Mr. Pointz "Enam pasang kaus tangan," katanya. "Kaus tangan!" seru Eve jijik. "Siapa yang pakai kaus tangan?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Hmm... apa kau pakai stocking nilon?" "Pakai nggak, ya" Stocking-ku yang paling bagus sobek tadi pagi." "Baiklah, kalau begitu. Setengah lusin stocking dari nilon yang paling bagus...." "Oh... eh...," kata Eve riang. "Bagaimana dengan Anda?" "Hmm, aku perlu kantong tembakau yang baru." "Bagus. Itu taruhan kita. Eh, bukan karena Anda pasti akan mendapat kantong tembakau baru. Sekarang, dengar apa yang harus Anda lakukan. Anda harus mengedarkannya kepada kami, seperti tadi malam..." Dia menghentikan kata-katanya ketika duapelayan masuk untuk menyingkirkan piring-piring. Ketika mereka mulai menikmati hidangan berikutnya, masakan daging ayam, Mr. Pointz berkata, "Ingat, Nona manis, kalau ini maksudnya untuk benar-benar mencuri, aku akan panggil polisi dan kau harus digeledah." "Tak soal bagiku. Anda tak perlu khawatir dan melibatkan polisi di sini. Tapi, Lady Marroway atau Mrs. Rustington boleh menggeledah aku." "Setuju, kalau begitu," kata Mr. Pointz. "Apa cita-citamu" Jadi pencuri permata paling ulung?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Mungkin akan memilih itu sebagai karierku kalau bayarannya memang memuaskan." 171 "Kalau kau berhasil mencuri Morning Star. kau tak perlu bekerja lagi. Bahkan setelah dipotong, batu mulia itu harganya masih sekitar tiga ribu pound." "Astaga!" seru Eve, amal terkesan. "Berapa kalau dalam dolar?" Lady Marroway berseru tertahan. "Dan Anda membawa-bawa berlian semahal itu ke mana-mana?" katanya tidak senang. "Tiga ribu pound." Bulu matanya yang dicat gelap bergetar. Mrs. Rustington berkata lirih, "Itu uang yang banyak sekali... belum lagi pesona berlian itu sendiri. Berlian itu sungguh cantik...." "Ah, hanya secuil karbon," tukas Evan Llewellyn. "Menurutku, 'pagar' yang membuat pencurian permata selalu sulit," kata Sir George. "Seperti masuk ke sarang singa... eh... apa?" "Ayolah," kata Eve penuh semangat. "Mari kita mulai. Keluarkan berlian itu dan katakan apa yang Anda katakan semalam." Mr. Leathern berkata dengan suara dalam dan sedih, "Oh, aku harus minta maaf gara-gara putriku. Dia selalu punya gagasan gila..." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Ah, apa salahnya, Pops," tukas Eve. "Nah, sekarang, Mr. Pointz..." Sambil tersenyum, Mr. Pointz merogoh saku di balik jasnya. Dia mengeluarkan sesuatu. Kini dia menating benda itu di telapak tangannya. Sesuatu yang kemilau. Berlian... Dengan agak kaku, Mr. Pointz mengulangi pidato 172 yang diucapkannya semalam di atas Merrimaid, sejauh yang diingatnya. "Mungkin Nyonya-nyonya, Nona, dan Tuan-tuan ingin melihat ini" Ini batu yang luar biasa indah. Saya menyebutnya Morning Star dan ini adalah maskot sayaselalu menemani saya ke mana pun. Mau melihatnya?" Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Diserahkannya berlian itu kepada Lady Marroway" yang menerimanya, dan berseru mengagumi keindahannya. Kemudian diulurkannya berlian itu kepada Mr. Leathern yang berkata, "Indah sekali... ya, indah sekali," dengan sikap dibuat-buat, lalu mengulurkannya kepada Llewellyn. Saat itu pelayan-pelayan masuk ke ruangan, apa yang sedang mereka lakukan terhenti sejenak. Ketika pelayan-pelayan itu sudah pergi, Evan berkata, "Batu yang sangat bagus," dan mengulurkannya kepada Leo Stein Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi yang tidak memberikan komentar tetapi langsung mengulurkan benda itu kepada Eve. "Oh, indah sekali! Sempurna," seru Eve penuh perasaan. "Oh!" Dia menjerit tertahan ketika berlian itu terlepas dari tangannya. "Wah, jatuh!" Dia mendorong kursinya ke belakang lalu mencari-cari di bawah meja. Sir George yang duduk di sebelah kanannya, juga ikut membungkuk. Dalam kekacauan itu sebuah gelas tersenggol dan jatuh dari meja. Stein, Llewellyn, dan Mrs. Rustington semua ikut mencari. Akhirnya, Lady Marroway ikut membantu pula. Hanya Mr. Pointz yang tidak ikut sibuk. Dia W 173 tetap duduk di tempatnya, meneguk anggurnya, sambil tersenyum sinis. "Oh, oh," kata Eve, masih dengan sikap dibuat-buat. "Mengerikan! Ke mana berban itu menggelinding" Tak ada di sini." Satu per satu yang lain-lain menegakkan badan. "Berlian itu hilang, Pointz," kata Sir George sambil tetap tersenyum. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Pandai sekali," kata Mr. Pointz, sambil mengangguk memuji. "Kau aktris yang pandai bersandiwara, Eve. Sekarang pertanyaannya, kausembunyikan di mana atau berban itu ada padamu?" "Geledah aku," kata Eve dramatis. Mata Mr. Pointz memandang pemisah ruangan yang cukup besar, di pojok ruangan. Dia mengangguk ke arah pemisah ruangan itu, kemudian memandang Lady Marroway dan Mrs. Rustington. "Kalau Nyonya-nyonya berkenan..." "Ah, tentu saja," kata Lady Marroway, sambil tersenyum. Kedua wanita itu berdiri. Lady Marroway berkata, "Jangan khawatir, Mr. Pointz. Kami akan memperlakukan dia dengan baik." Kedua wanita itu pergi ke balik pemisah ruangan. Ruangan itu panas. Evan Llewellyn membuka jendela lebar-lebar. Seorang tukang koran lewat di bawah. Evan melemparkan sekeping uang logam dan tukang koran itu melemparkan satu koran ke atas. 174 Llewellyn membuka koran yang digulung itu. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Situasi di Hungaria tidak terlalu bagus," katanya. "Ada berita lokal?" tanya Sir George. "Ada satu kuda yang menarik minatku dan hari isi akan berpacu di Haldon... Natty Boy." "Leo," kata Mr. Pointz. "Kunci pintu. Kita tak mau pelayan-pelayan sialan itu keluar-masuk sebelum urusan ini selesai." "Natty Boy menang tiga-satu," kata Evan. "Sialan," kata Sir George. "Sebagian besar berita tentang Regatta," kata Evan, sambil membaca judul-judul berita itu sekilas. Ketiga wanita muda itu keluar dari balik pemisah ruangan. "Tak ada apa-apa," kata Janet Rustington. "Anda harus percaya pada saya, berlian itu tak ada padanya," kata Lady Marroway. Mr. Pointz berpendapat, dia dapat mempercayai wanita itu. Ada nada sungguhsungguh dalam suara Lady Marroway dan Mr. Pointz yakin bahwa Eve sudah digeledah dengan saksama. "He, Eve, kau tidak menelannya, bukan?" tanya Mr. Leathern cemas. "Karena itu takkan baik bagimu." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Kalau dia menelannya, aku pasti tahu," kata Leo Stein dengan tenang. "Aku selalu mengawasinya. Dia tak memasukkan apa-apa ke mulutnya." "Aku tak mungkin menelan berlian sebesar itu, lagi pula sisi-sisinya tajam," kata Eve. Dia berkacak pinggang dan memandang Mr. Pointz lekat-lekat. "Bagaimana sekarang, Bung?" tanyanya. 175 "Kau tetap berdiri di situ dan jangan bergerak," kata Mr. Pointz. Para pria itu membalikkan meja. Mr. Point memeriksa meja itu dengan teliti, senti demi senti. Kemudian dia mengalihkan perhatiannya ke kursi yang tadi diduduki Eve, dan kursi-kursi di kanan-kiri kursi Eve: Ketelitian dan kecermatan mereka tidak membuahkan hasil. Keempat pria lainnya ikut membantu, begitu pula kedua wanita itu. Eve tetap berdiri di dekat pemisah ruangan, di dekat dinding, dan tertawa puas. Lima menit kemudian Mr. Pointz menegakkan badannya, lututnya sakit sekali dan dengan murung dia menjentikkan debu dari celananya. Pakaiannya yang disetrika licin kini kusut. "Eve," katanya. "Aku angkat topi untukmu. Kau pencuri berlian paling ulung yang pernah kutemui. Apa yang kaulakukan dengan berlianku Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi membuatku kagum. Sejauh yang kutahu, berban itu masih ada di dalam ruangan ini, tapi tidak pada dirimu. Selamat untukmu." "Jadi, aku dapat stocking, nih?" tuntut Eve. "Ya, Nona manis." "Eve, Anak manis, kausembunyikan di mana!" tuntut Mrs. Rustington penuh ingin tahu. Eve melompat ke depan. "Akan kutunjukkan. Kalian pasti takkan mengira." Dia menyeberangi ruangan, ke meja yang merapat ke dinding, tempat menumpuk piring-piring dan 176 cambung-cambung yang tak terpakai. Dia mengambil tas mungilnya yang hitam warnanya. "Di sini, di depan mata kalian. Di depan..." Suaranya, yang riang dan penuh kemenangan, tiba-tiba lenyap. "Oh," serunya. "Oh..." "Ada apa, Sayang?" tanya ayahnya. Eve berbisik, "Tak ada... tak ada..." "Apa-apaan ini?" tanya Pointz, sambil melangkah maju. Eve berbalik, memandang pria itu dengan tidak sabar. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Begini. Tas kantong mungil ini punya batu magnet besar di tengah kancingnya. Tadi malam batu magnet itu lepas, dan tepat ketika Anda memamerkan berlian itu kepada kami, aku menyadari bahwa ukurannya sama. Jadi, tadi malam" kupikir-pikir bahwa cara terbaik untuk mencuri berlian itu adalah dengan menyelipkannya di sini, dengan lilin mainan. Aku yakin, pasti takkan ada yang tahu. Itu yang kulakukan malam ini. Mula-mula berlian itu kujatuhkan... kemudian aku membungkuk sambil memegangi tasku ini, kuselipkan berlian itu dan kututup dengan lilin mainan yang sudah kusiapkan. Kemudian tas itu kuletakkan kembali di meja dan aku pura-pura ikut mencari berlian itu. Kupikir, itu mirip Purloined Letter-ada di depan mata kalian semua-tapi kalian tidak menyadari. Itu rencana yang bagus... tak seorang pun dari kalian melihatnya." "I wonder" kata Mr. Stein. "Apa katamu?" Mr. Pointz mengambil tas itu, memeriksa lubang kosong dengan sisa lilin mainan masih menempel, lalu berkata pelan, "Mungkin lepas dan jatuh. Mari kita cari lagi." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Sekali lagi mereka mencari-cari, tapi kali ini semua diam. Ketegangan menggantung di dalam ruangan. Akhirnya, satu per satu berhenti mencari. Mereka berdiri sambil saling berpandangan. "Tak ada di ruangan ini," kata Stein. "Dan tak ada yang meninggalkan ruangan ini," kata Sir George penuh tekanan. Hening sejenak. Eve menangis tersedu-sedu. Ayahnya menepuk-nepuk bahunya. "Ssst, sudahlah," katanya salah tingkah. Sir George berpaling kepada Leo Stein. "Mr. Stein," katanya. "Tadi Anda menggumamkan sesuatu. Ketika saya minta Anda mengulanginya, Anda bilang tak ada apa-apa. Tapi, saya kebetulan mendengarnya. Miss Eve baru saja mengatakan bahwa tak seorang pun dari kita tahu di mana dia menyembunyikan berlian itu. Kata yang Anda gumamkan itu adalah, 'I wonder.' Apa yang harus kita hadapi sekarang adalah adanya kemungkinan bahwa ada satu orang yang tahu-dan orang itu sekarang ada di dalam ruangan ini. Saya usulkan, yang paling adil dan terhormat adalah, kita masing-masing bersedia digeledah. Berlian itu tak mungkin keluar dari ruangan ini." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Bila Sir George sedang memainkan peran seorang 178 English gentleman alias pria Inggris sejati, tak ada yang bisa menandinginya. Suaranya jernih, tulus, dan berwibawa. "Agak tidak enak bagi kita," kata Mr. Pointz murung. "Ini semua salahku," isak Eve. "Aku tidak berniat..." "He, jangan sedih, Nak," kata Mr. Stein menghiburnya. "Tak seorang pun menyalahkanmu." Mr. Leathern bicara dengan suaranya yang pelan dan terkesan dibuat-buat, "Ah, ya, menurutku usul Sir George pasti akan kita setujui bersama. Aku setuju." "Aku setuju," kata Evan Llewellyn. Mrs. Rustington memandang Lady Marroway yang kemudian mengangguk sekilas. Mereka berdua kembali ke balik pemisah ruangan dan Eve mengikuti mereka sambil masih menangis terisak-isak. Seorang pelayan mengetuk pintu dan disuruh pergiLima menit kemudian delapan orang saling berpandangan dengan curiga. Morning Star lenyap seperti asap.... Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Mr. Parker Pyne memandang pria muda berwajah gelap yang duduk di depannya. Pria muda itu sangat gelisah. "Tentu saja," katanya. "Anda orang Welsh, Mr. Llewellyn." "Apa hubungannya dengan ini?" 179 Mr. Parker Pyne melambaikan tangannya yang besar dan terawat baik. "Harus saya akui, memang tak ada hubungannya. Saya tertarik pada klasifikasi reaksi-reaksi emosional yang selalu ditunjukkan ras-ras tertentu. Itu saja. Mari kita kembali ke masalah Anda." "Saya sendiri tak tahu, mengapa saya datang menemui Anda," kata Evan Llewellyn. Dia meremas-remas tangannya dengan gugup, wajahnya yang gelap nampak tirus dan kusut. Dia tidak membalas tatapan Mr. Parker Pyne dan pandangan tajam pria itu sepertinya membuatnya salah tingkah. "Saya tak tahu mengapa saya datang menemui Anda," ulangnya. "Tapi, ke mana lagi saya bisa pergi" Dan apa lagi yang bisa saya lakukan" Ketidakmampuan melakukan sesuatu seperti ini membuat saya... Saya membaca iklan Anda dan saya ingat ada kawan saya yang pernah cerita tentang Anda dan bilang bahwa Anda pandai.... Dan yah... inilah saya! Saya Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi rasa saya ini tolol. Saya berada dalam posisi terjepit, tak bisa berbuat apaapa." "Tidak juga," kata Mr. Parker Pyne. "Tapi, saya memang orang yang tepat yang Anda butuhkan. Saya punya keahlian mengurus ketidakbahagia-an. Urusan ini jelas-jelas membuat Anda amat menderita. Anda yakin, fakta-faktanya seperti yang Anda katakan pada saya?" "Saya rasa sedikit pun tak ada yang saya lewatkan. Pointz mengeluarkan berlian itu dan mengedarkannya-gadis Amerika yang manja itu-menyelipkannya dalam tas jeleknya dan ketika kami me180 meriksa tasnya, berlian itu sudah lenyap. Berlian itu tak ada pada siapa punbahkan Pointz sendiri pun ikut digeledah atas permintaannya sendiri-dan saya bersumpah, tak ada orang lain dalam ruangan itu. Dan tak seorang pun meninggalkan ruangan..." "Pelayan-pelayan, misalnya?" pancing Mr. Parker Pyne. Llewellyn menggeleng. "Mereka sudah keluar sebelum gadis itu sempat memegang berliannya, dan sesudah itu Pointz mengunci pintu, agar mereka tidak bisa masuk. Tidak, berlian itu pasti ada pada salah satu di antara kami." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Sepertinya demikian," kata Mr. Parker Pyne sambil merenung. "Koran sore sialan," kata Evan Llewellyn pahit. "Saya tahu, mereka berpikir ke arah sana... bahwa itu satu-satunya kesempatan...." "Tolong ulangi lagi dengan tepat apa yang terjadi." "Semuanya sangat sederhana. Saya membuka jendela, bersiul memanggil tukang koran, melemparkan sekeping uang logam dan dia melemparkan koran yang digulung. Dan, begitulah, Anda pun tahu... itu satu-satunya kemungkinan bagaimana berlian itu diselundupkan keluar ruangan... saya lemparkan pada komplotan saya yang sudah menunggu di bawah." "Itu bukan satu-satunya jalan," kata Mr. Parker Pyne. 181 "Ada cara lain menurut Anda?" "Kalau Anda tidak melemparkannya keluar, pasti harus ada cara lain." "Oh, saya mengerti. Saya harap Anda mengatakan sesuatu yang lebih pasti dari itu. Nah, yang bisa saya katakan adalah saya tidak melemparkannya keluar. Saya tidak berharap Anda akan mempercayai kata-kata saya... begitu pula orang lain." "Oh, ya, saya percaya," kata Mr. Parker Pyne. "Anda percaya" Mengapa?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Anda bukan tipe kriminal," kata Mr. Parker Pyne. "Anda bukan jenis penjahat yang mencuri berlian. Ada jenis-jenis kejahatan lain yang mungkin Anda lakukan... tapi itu bukan urusan kita saat ini. Ringkasnya, saya tidak melihat Anda sebagai tokoh yang bisa 'melenyapkan' Morning Star." "Tapi orang lain menganggap saya pencurinya," kata Llewellyn pahit. "Saya mengerti," kata Mr. Parker Pyne. "Ketika itu, mereka semua memandang saya dengan pandangan ganjil. Marroway mengambil koran itu dan sambil memeganginya sedemikian rupa dia memandang ke luar jendela. Dia tak bilang apa-apa. Tetapi Pointz dengan cepat mengambil kesimpulan! Saya bisa mengerti apa yang ada di otak mereka. Tak pernah ada tuduhan secara terbuka, itulah yang paling mengerikan dalam urusan ini." Mr. Parker Pyne mengangguk penuh simpati. "Jauh lebih buruk dari itu," katanya. 182 "Ya. Hanya kecurigaan. Saya didatangi orang yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan... pertanyaan rutin, katanya. Pasti polisi. Sangat cerdik... dan tidak menuduh langsung. Katanya, dia hanya tertarik pada Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi fakta bahwa saya sedang ada masalah ke-uangan dan tiba-tiba memenangkan taruhan." "Anda memenangkan taruhan?" "Ya... nasib baik. Bertaruh untuk satu-dua kuda. Sialnya, saya memasang taruhan ketika pacuan sudah berlangsung, jadi tak ada bukti yang Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menunjukkan dari mana saya memperoleh uang itu. Tentu saja, sebaliknya, mereka juga tidak bisa membuktikan asal uang itu... tetapi... yang seperti itu adalah tipuan yang umum dilakukan bila seseorang tidak ingin menunjukkan bukti dari mana ia memperoleh uang." "Saya sependapat Tetapi, mereka masih harus mencari dasar-dasar yang lebih kuat untuk menuduh Anda." "Oh! Sebenarnya saya tidak takut ditangkap atau diseret ke pengadilan dengan tuduhan mencuri Bagi saya, itu justru lebih mudah... saya jadi tahu, di mana saya berpijak. Yang lebih mengerikan adalah, orang-orang itu yakin bahwa sayalah yang mencurinya." "Ada seseorang yang khusus?" "Apa maksud Anda?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Ah... hanya dugaan... tak lebih dari itu." Sekali lagi Mr. Parker Pyne melambaikan tangannya yang besar dan terawat baik. "Ada seseorang yang khusus, ya, kan" Apakah dia Mrs. Rustington?" 183 Wajah Llewellyn yang gelap jadi memerah. "Mengapa harus dia?" "Oh, Tuan yang terhormat... jelas pasti ada seseorang yang pendapatnya amat berarti bagi Anda... mungkin seorang wanita. Ada berapa wanita di sana waktu itu" Seorang gadis Amerika yang manja" Lady Marroway" Tetapi mungkin nilai Anda akan naik, bukan turun, di mata Lady Marroway kalau Anda berhasil dalam rencana seperti itu. Saya tahu sesuatu tentang dia. Jadi, jelas pasti Mrs. Rustington." Llewellyn menanggapi dengan enggan, "Dia... dia telah mendapat pengalaman buruk. Suaminya seorang penipu dan pemeras. Karena itu, dia tak mau mempercayai orang lain lagi. Dia... kalau dia mengira..." Sulit sekali baginya untuk mengucapkan apa yang ingin dikatakannya. "Memang," kata Mr. Parker Pyne. "Saya mengerti ini penting sekali bagi Anda. Masalah ini harus dijernihkan." Evan tertawa pendek. "Mudah mengatakannya." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Dan cukup mudah melakukannya," kata Mr. Parker Pyne. "Anda pikir begitu?" "Oh, ya... masalah ini sudah jelas sekali. Banyak kemungkinan sudah disingkirkan. Jadi, jawabannya pasti amat sangat sederhana. Sesungguhnya, saya bahkan sudah punya titik terang...." Llewellyn memandang pria itu dengan pandang meremehkan dan tak percaya. 184 Mr. Parker Pyne menyodorkan kertas kepada pria muda itu lalu mengulurkan sebatang pena. "Tolong berikan gambaran ringkas tentang orang-orang itu." "Bukankah tadi sudah saya jelaskan?" "Maksud saya, detail penampilan mereka... warna rambut dan seterusnya." "Tapi, Mr. Parker Pyne, apa hubungannya itu dengan masalah ini?" "Sangat banyak hubungannya, Anak muda, sangat banyak. Klasifikasi dan sebagainya." Dengan setengah tak percaya, Evan menggambarkan detail penampilan orang-orangyang hadir pada peristiwa itu. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Mr. Parker Pyne menambahkan satu-dua catatan, menyingkirkan kertas itu, lalu berkata, "Bagus sekali. Eh, tadi Anda katakan ada satu gelas anggur yang pecah?" Evan menatapnya terheran-heran. "Ya. Gelas itu tersenggol, jatuh dari meja, lalu terinjak." "Sial benar, pecahan kaca di mana-mana," kata Mr. Parker Pyne. "Gelas anggur siapa?" "Saya rasa punya anak itu... Eve." "Ah! Dan siapa yang duduk di sampingnya, dekat gelas itu?" "Sir George Marroway." "Anda tidak melihat Siapa sebenarnya yang menyenggol gelas itu?" "Sayang sekali, tidak. Apa itu penting?" "Tidak penting sekali. Tidak. Itu hanya pertanya-185 an yang berlebihan. Nah..." dia berdiri. "Selamat pagi, Mr. Llewellyn. Maukah Anda datang ke sini "tiga hari lagi" Saya yakin masalah ini sudah akan terselesaikan dengan baik saat itu." "Anda bergurau, Mr. Parker Pyne?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Saya tidak pernah bergurau untuk urusan profesional, Tuan yang terhormat. Itu akan membuat klien-klien saya tidak mempercayai saya. Bagaimana "kalau Jumat jam sebelas tiga puluh" Terima kasih." Dengan perasaan kacau Evan masuk ke kantor Mr. Parker Pyne pada hari Jumat pagi. Harapan dan ketidakyakinan berebut takhta dalam hati dan pikirannya. Mr. Parker Pyne berdiri menyambutnya dengan senyum terkembang. "Selamat pagi, Mr. Llewellyn. Silakan duduk. Mau rokok?" Llewellyn melambai, menolak rokok yang ditawarkan. "Jadi?" tanyanya. "Baik sekali," kata Mr. Parker Pyne. "Polisi meringkus komplotan itu semalam-" "Komplotan" Komplotan apa?" . "Komplotan Amalfi. Saya langsung ingat mereka begitu mendengar cerita Anda. Saya mengenali metode mereka dan begitu Anda memberikan gambaran tentang para tamu, yah, saya langsung yakin. Tak ada keraguan lagi." "Siapa komplotan Amalfi ini?" "Ayah, anak, dan menantu perempuan-itu kalau 186 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Pietro dan Maria benar-benar menikah-dan itu patut kita ragukan." "Saya tidak mengerti." "Sederhana sekali. Namanya memang nama Italia dan mereka pun berasal dari Italia. Tapi, si Amalfi tua lahir di Amerika. Biasanya dia selalu menggunakan metode yang sama. Dia menyamar menjadi seorang usahawan sukses, memperkenalkan diri pada tokoh-tokoh ternama dalam bisnis berlian di beberapa negara Eropa, kemudian memainkan tipuannya. Dalam kasus ini, dia sengaja mengincar Morning Star. Kebiasaan Pointz sudah terkenal di kalangan para pedagang intan. Maria Amalfi memainkan peran sebagai putrinya (makhluk yang mengagumkan, sedikitnya berumur 27, dan hampir selalu bermain sebagai gadis umur enam belasan)." "Eve"!" gagap Llewellyn. "Benar. Anggota ketiga menyamar sebagai pelayan ekstra di Royal George-saat itu musim liburan, ingat, dan mereka pasti butuh pelayan ekstra. "Mungkin"dia bahkan menyogok seorang pelayan tetap agar mencari-cari alasan untuk tidak masuk kerja. Panggung sudah disiapkan. Eve menantang Pointz dan lelaki tua itu menerima tantangannya. Dia mengedarkan berlian itu, persis seperti yang dilakukannya pada malam Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi sebelumnya. Pelayan masuk ke ruangan dan Leathern memegang berlian itu sampai pelayan-pelayan meninggalkan ruangan. Ketika mereka pergi, berlian itu ikut pergi, dengan rapi ditempelkan di bagian bawah piring, dengan permen karet. Piring itu kemudian dibawa pergi oleh Pietro. Sederhana sekali!" 187 "Tapi saya melihatnya sesudah itu." "Tidak, tidak. Yang Anda lihat adalah sebentuk replika, benda tiruan, yang cukup bagus untuk menipu mata awam dalam sekilas pandang. Stein, menurut cerita Anda, nyaris tidak melihatnya. Eve menjatuhkannya, sengaja menyenggol gelas anggurnya hingga jatuh, lalu menginjak gelas dan berlian palsu itu sampai hancur. Berlian itu lenyap secara menakjubkan. Baik Eve maupun Leathern lalu ikut-ikutan mencari seperti yang lain-lain." "Oh... saya..." Evan menggeleng-gelengkan kepala, tak mampu berkata-kata. "Anda katakan, Anda mengenali komplotan itu dari apa yang saya gambarkan. Apakah mereka pernah memainkan tipuan ini sebelumnya?" "Tidak persis begitu... tapi kira-kira seperti itulah. Perhatian saya langsung terarah pada gadis itu, Eve." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Mengapa" Saya tidak mencurigai dia... tak seorang pun mencurigainya. Dia nampak seperti... seperti anak-anak.'" "Itulah kehebatan Maria Amalfi. Dia jauh lebih mirip anak-anak dibandingkan anak-anak mana pun! Lalu, lilin mainan itu! Taruhan itu diharapkan kelihatan seperti gagasan yang muncul secara spontan... tetapi, gadis kecil itu telah menyiapkan Ulin mainan. Itu artinya, dia sudah mempersiapkan rencana itu sebelumnya. Kecurigaan saya langsung terpaku padanya." Llewellyn bangkit berdiri. "Nah, Mr. Parker Pyne, saya amat berutang budi pada Anda." 188 "Klasifikasi," gumam Mr. Parker Pyne. "Klasifikasi tipe pelaku tindak kejahatan... itu menarik minat saya." "Tolong katakan berapa banyak... eh...." "Uang jasa saya tidak banyak," kata Mr. Parker Pyne. "Itu takkan terlalu menguras keuntungan Anda... eh... dari taruhan pacuan kuda. Tapi, Anak muda, dengar nasihat saya. Di masa depan, biarkan saja kuda-kuda itu. Kuda adalah binatang yang sulit diramalkan." "Baiklah," kata Evan. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Dia menyalami Mr. Parker Pyne, kemudian me-. langkah ringan keluar kantor itu. Dia melambai memanggil taksi dan menyebutkan alamat apartemen Janet Rustington. Dia merasa ringan dan riang. 189 DETEKTIF-DETEKTIF CINTA Detektif-detektif Cinta-The Love Detectives pertama kali dipublikasikan di Amerika Serikat dalam Three Blind Mice and Other Stories, Dodd, Mead & Co., 1950. 6 DETEKTIF-DETEKTIF CINTA Mr. satterthwaite memandangi tuan rumah yang duduk di seberangnya dengan setengah melamun. Persahabatan di antara kedua pria itu sungguh Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi ganjil. Kolonel itu adalah seorang pria berpendidikan yang memilih tinggal di pedesaan yang amat gemar berolahraga. Beberapa minggu yang terpaksa dihabiskannya di London, dihabiskannya dengan perasaan enggan. Mr. Satterthwaite, di lain pihak, jelas-jelas tipe orang kota besar. Dia suka masakan Prancis, berselera tinggi dalam menilai gaun-gaun wanita, dan tak pernah ketinggalan dalam hal gosip terbaru. Minatnya adalah mengamati sifatsifat manusia, dan dia boleh dikatakan ahli dalam bidangnya, dia seorang pengamat kehidupan. Karenanya, bagi yang tidak tahu, dia dan Kolonel Melrose hampir-hampir tidak punya kesamaan, karena kolonel itu tidak pernah tertarik pada masalah para tetangganya dan tak pernah menaruh minat 193 pada segala macam bentuk emosi. Kedua pria itu berkawan semata-mata karena kedua ayah mereka, dan kakek moyang mereka bersahabat. Kecuali itu, mereka juga kenal orang-orang yang sama, dan mempunyai pandangan sama (yang reaksioner) terhadap para nouveaux riches alias orang kaya baru. Saat itu sekitar pukul 19.30 Kedua pria itu duduk di ruang kerja yang nyaman dan Melrose sedang bercerita tentang musim dingin yang baru Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi lewat dengan penuh semangat; semangat seorang pemburu sejati. Mr. Satterthwaite, yang pengetahuannya akan kuda terbatas pada kunjungan-kunjungan singkat hari Minggu ke kandang-kandang kuda yang masih menjadi bagian penting di rumah-rumah pedesaan gaya lama, mendengarkan dengan sopan. Dering telepon yang nyaring memutus cerita Melrose. Dia menyeberangi ruangan, berjalan ke meja, lalu mengangkat telepon. "Halo, ya, Kolonel Melrose di sini. Apa?" Sikapnya langsung berubah... kaku dan resmi. Sekarang, seorang pejabat pemerintah yang bicara, bukan pria yang tergila-gila olahraga. Dia menyimak selama beberapa menit, kemudian berkata tegas, "Bagus, Curtis. Aku segera ke sana." Dia meletakkan telepon lalu berbalik menghadap tamunya. "Sir James Dwighton ditemukan di perpustakaannya... terbunuh." "Apa?" Mr. Satterthwaite kaget... ngeri. 194 "Aku harus segera ke Alderway sekarang juga. Mau ikut?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Mr. Satterthwaite ingat bahwa Kolonel Melrose adalah kepala polisi wilayah itu. "Nanti aku hanya mengganggu...." Dia ragu-ragu. "Tidak. Yang menelepon tadi Inspektur Curtis. Polisi baik, jujur, tapi tak punya otak. Aku senang kalau kau mau ikut, Satterthwaite. Aku punya firasat, urusan ini pasti tidak mudah." "Apa mereka sudah meringkus pelakunya?" "Belum," sahut Melrose pendek. Telinga Mr. Satterthwaite yang terlatih bisa mendengar nada tidak senang di balik jawaban singkat dan ketus itu. Pikirannya berusaha mengingat-ingat apa yang diketahuinya tentang keluarga Dwighton. Mendiang Sir James adalah lelaki tua yang sombong dan kasar sikapnya. Lelaki yang gampang membuat musuh. Usianya sudah enam puluh, rambutnya sudah kelabu, tetapi wajahnya masih awet muda. Terkenal amat pelit, amat sangat pelit sampai boleh dikatakan ekstrem. Mr. Satterthwaite teringat akan Lady Dwighton. Bayangannya seakan melayanglayang di matanya: muda, berambut pirang kemerahan, langsing. Ia teringat beberapa gosip, sindiran-sindiran, dan desas-desus yang ganjil. Jadi, rupanya begitu; itu sebabnya Melrose nampak murung. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Kemudian diingatkannya dirinya sendiri; imajinasinya telah menyeretnya terlalu jauh. Lima menit kemudian Mr. Satterthwaite telah 195 duduk di samping tuan rumahnya, di mobil Melrose yang bertempat duduk dua. Mereka meluncur menembus malam. Kolonel Melrose seorang lelaki yang tak banyak bicara. Mereka sudah bermobil kira-kira satu setengah mil sebelum akhirnya dia bicara. Tiba-tiba, Kolonel Melrose berkata, "Kau kenal mereka?" "Keluarga Dwighton" Tentu saja aku tahu segala sesuatu tentang mereka." Siapakah tokoh terkenal yang tidak diketahui oleh Mr. Satterthwaite" "Aku pernah ketemu James Dwighton sekali, dan rasanya, lebih sering dengan istrinya." "Wanita cantik," kata Melrose. "Jelita!" kata Mr. Satterthwaite. "Kau berpendapat sama?" "Tipe wanita Zaman Renaissance," jelas Mr. Satterthwaite, yang tergerak membicarakan topik itu. "Dia ikut main teater, untuk pertunjukan amal di siang hari, musim semi yang lalu. Aku sangat terkagum-kagum. Tak ada Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi yang modern dalam dirinya, sungguh makhluk langka yang masih Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Pollensa Bay Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bertahan hidup. Kita bisa membayangkan dia di sebuah istana kuno, atau sebagai Lucrezia Borgia." Kolonel membelokkan mobilnya sedikit, dan Mr. Satterthwaite tiba-tiba berhenti bicara. Dia heran sendiri, apa yang membuatnya menyebut-nyebut nama Lucrezia Borgia. Dalam situasi seperti itu.... "Dwighton tidak mati diracun, bukan?" tanyanya tiba-tiba. Melrose meliriknya dengan penuh tanda tanya. "Mengapa kau tanya begitu" Mengapa?" katanya. 196 "Oh, aku... aku tak tahu." Mr. Satterthwaite tergagap-gagap. "Tiba-tiba saja lewat di benakku." "Hmm, dia tidak diracun," kata Melrose murung. "Kalau kau ingin tahu, kepalanya hancur dipukul." "Dengan sesuatu yang tumpul," gumam Mr. Satterthwaite, sambil menganggukanggukkan kepala seperti orang bijak. "Jangan bicara seperti di cerita detektif, Satterthwaite. Kepalanya dipukul dengan patung perunggu." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Oh," kata Satterthwaite, lalu terdiam. "Kenal seseorang bernama Paul Delangua?" tanya Melrose satu-dua menit kemudian. "Ya. Seorang pria tampan." "Aku yakin, para wanita pasti akan berpendapat begitu," geram Kolonel Melrose. "Kau tidak suka dia?" "Tidak." "Kukira kau akan menyukainya. Dia pandai menunggang kuda." "Seperti orang asing di pameran kuda. Penuh akal licik." Mr. Satterthwaite menahan senyum. Si tua Melrose benar-benar pria Inggris sejati. Tak sadar bahwa dirinya sendiri berpandangan kosmopolitan, Mr. Satterthwaite kini merenungkan sikap-sikap seseorang dalam menghadapi hidupnya "Dia pernah ke sini?" tanyanya. "Dia sedang menginap di Alderway, di rumah keluarga Dwighton. Menurut desasdesus, Sir James mengusirnya seminggu yang lalu." "Mengapa?" 197 Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Kepergok ketika sedang bercinta dengan istrinya. Sialan..." Mobil dibelokkan dengan tajam, lalu direm mendadak. "Perempatan paling berbahaya di Inggris," kata Melrose. "Seharusnya dia membunyikan klakson. Kita yang di jalan utama. Rasanya kita yang lebih banyak merugikan dia dibandingkan kerugian kita karena dia." Dia melompat keluar. Sosok seorang lelaki keluar dari mobil itu dan berjalan mendekati Kolonel Melrose. Potongan-potongan kalimat sampai ke telinga Satterthwaite. "Benar-benar salah saya, maaf," kata orang asing itu. "Tapi saya tidak kenal baik daerah ini, dan sama sekali tak ada tanda-tanda Anda akan muncul masuk ke jalan raya ini." Kolonel Melrose, sama sekali tidak marah, langsung mengimbangi. Kedua pria itu lalu pergi ke mobil si orang asing, yang saat itu sedang diperiksa sopirnya. Percakapan selanjutnya bersifat sangat teknis. "Kira-kira butuh waktu setengah jam," kata orang asing itu. "Tapi jangan karena saya perjalanan Anda jadi tertunda. Saya senang karena mobil Anda selamat." "Sebenarnya...." Kolonel Melrose memulai, tapi kata-katanya terputus. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Mr. Satterthwaite, sambil berseru-seru penuh semangat dan dengan lincah seperti burung, melompat keluar lalu memegang lengan orang asing itu dengan hangat. 198 "Ya benari Rasanya aku mengenali suaramu," katanya penuh semangat. "Luar biasa. Sungguh luar biasa." "Eh?" kata Kolonel Melrose. "Mr. Harley Quin. Melrose, aku yakin kau sudah sering dengar ceritaku tentang Mr. Quin." Kolonel Melrose sepertinya tidak ingat, tetapi dia bersikap sopan sementara Mr. Satterthwaite terus bicara cepat dengan riang. "Sudah lama aku tidak ketemu kau... sejak..." "Sejak malam di Bells and Motley," kata Mr. Quin tenang. "Bells and Motley?" sela Kolonel Melrose. "Sebuah penginapan," jelas Mr. Satterthwaite. "Nama yang aneh sekali untuk sebuah penginapan" "Ah, hanya penginapan kuno," kata Mr. Quin. "Dulu, ada masanya ketika bellslonceng-dan motley-perca aneka warna-merupakan benda sehari-hari di Inggris, jauh lebih umum dibandingkan sekarang. Ingat?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi "Ya, benar juga. Anda benar sekali," kata Melrose samar. Dia mengedipkan mata. Karena efek cahaya yang ganjil-lampu depan mobil yang satu dan lampu belakang yang menyala merah dari mobil yang satunya-Mr. Quin tampak seperti mengenakan motley alias kain perca aneka warna. Tetapi, itu hanya permainan cahaya. "Kami tak mungkin meninggalkan kau sendirian di sini," lanjut Mr. Satterthwaite. "Mari ikut kami. Ada cukup tempat untuk kita bertiga, ya kan, Melrose?" 199 "Oh, ya, ya." Tetapi suara kolonel itu tidak meyakinkan. "Masalahnya adalah," Jodoh Rajawali 28 Wiro Sableng 111 Hantu Langit Terjungkir Ratu Kembang Mayat 1