Ceritasilat Novel Online

Mayat Misterius 1

Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie Bagian 1 1 BBSC Scanned ebook ini hanya untuk pelestarian buku dari kemusnahan. DILARANG MENGKOMERSILKAN atau hidup anda mengalami ketidakbahagiaan. Convert to Word , LIT , PDF, PRC by ben99 Agatha Christie MAYAT MISTERIUS Penerbit PT Gramedia Jakarta, 1989 THE CLOCKS by Agatha Christie Copyright " Agatha Christie Ltd. 1963 MAYAT MISTERlUS Alihbahasa: Julanda Tantani GM 402 89.45S Hak cipta terjamahan Indonesia: Penerbit PT Gramedia, Jln Palmeral, Selatan 11, Jakarta 10270 Sampul dikerjakan oleh Floren Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia, anggota IKAPI, Jakarta, Maret 1989 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang, Dilarang, mengutip ,atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. Perpustakaan Nasional : katalog dalam terbitan (KDT) CHRISTIE, Agatha Mayat Misterius / Agatha Christie ; alih bahasa, Julanda Tantani. - Jakarta : Gramedia, 1989. 408 hal. ; 18 cm. Judul asli : The Clocks. (ISBN 979-403-455-X. J. fiksi Inggris. I. Judul. II. Tantani, Julanda. Untuk sahabatku MARIO Dengan kenangan manis atas hidangan lezat di CAPRICE PROLOG SIANG tanggal 9 September itu sama sekaJi tak berbeda dengan siang-siang lainnya. Tak seorang pun yang bakal terlibat dalam kejadian di hari itu dapat menyatakan bahwa dia mempunvai praduga tentang akan adanya kecelakaan. (Kecuali Mrs. Packer yang tinggal di Wilbraham Crescent No. 47. Dia sangat peka akan hai-hal yang bakal terjadi dan sesudahnya dia selalu menggambarkan ramalan-i amalan dan getaran-getaran yang mengungkung dirinya itu dengan panjang lebar. Tetapi mestinya dia tak bisa punya praduga apa pun tentang kejadian-kejadian di rumah nomor 19 yang terletak jauh dari tempat tinggalnya.) Di Biro Sekretaris dan Pengetikan Cavendish, bagi Miss K. Martindale, pimpinannya" tanggal 9 September itu adalah hari yang membosankan. Dering telepon, bunyi mesin tik, tekanan bisnis yang selalu sama saja setiap hari, tak ada sesuatu pun yang bisa menarik hatinya. Pokoknya hari itu sampai pukul 2.35 siang, semuanya tampak seperti hari-hari lainnya. Pukul 2.35 siang Miss Martindale menekan interkom dan Edna Brent di kantor bagian luar menjawabnya dengan suara yang berdesali dan sengau, sambil memindahkan permen coklatnya ke bagian samping mulut. "Ya, Miss Martindale?" "Edna."bukan begitu cara yang kuajarkan kalau berbicara di telepon. Berbicaralah yang jelas dan sembunyikan desahan napasmu." "Maaf, Miss Martindale." "Begitu lebih baik. Kau bisa kalau mau. Tolong panggilkan Sheila Webb kemari." "Dia belum kembali dari makan siang, Miss Martindale." "Ah.** Mata Miss Martindale melayang ke jam di atas mejanya. Pukul 2.36. Enam menit terlambat. Sheila Webb selalu terlambat akhir-akhir ini. "Begitu kembali, suruh dia kemari." "Ya, Miss Martindale." Edna mengembalikan permen coklatnya ke bagian tengah lidah dan mulai mengulumnya, sambil melanjutkan ketikannya, Naked Love, karangan Armand Levine. Kisah cinta yang memuakkan itu sama sekali tak menarik hatinya"juga bagi kebanyakan pembaca karangan Mr. Levine. Dia adalah contoh dari kenyataan bahwa tak ada hal yang lebih memuakkan daripada pornografi. Di balik jas dan gelarnya yang provokatif, penjualan bukunya menurun terus dan rekening tagihan ketikannya yang terakhir sudah tiga kali dikirimkan. Pintu terbuka dan masuklah Sheila Webb, sambil sedikit terengahengah. "Sandy Cat memanggilmu," kata Edna. Sheila Webb mengernyitkan dahinya. "Sial benar"pada hari aku terlambat kembali!*' Dia merapikan rambutnya, mengambil notes dan pensil, dan mengetuk pintu ruang pimpinannya. Miss Martindale mendongak dari meja kerjanya. Dia seorang wanita berumur empat puluh tahunan, dan sikapnya selalu efisien. Dia dipanggil Sandy Cat karena rambutnya yang pucat kemerah-merahan dan nama kecilnya Katherine. "Kau terlambat, Miss Webb." "Maaf, Miss Martindale. Bis-bis penuh semua." "Bis-bis memang selalu penuh pada jam-jam begini. Kau juga mengetahuinya.'* Lalu dia melihat catatan di notesnya. "Miss Pebmarsh menelepon tadi. Dia membutuhkan seorang stenografcr pada pukul tiga. Dia khusus memintamu. Apakah kau pernah bekerja untuknya sebelum ini?" "Saya tidak ingat, Miss Martindale. Paling tidak, bukan akhir-akhir ini.*' "Ini alamatnya. Jalan Wilbraham Crescent No. 19." "Saya rasa saya belum pernah ke sana." Miss Martindale melihat jam. "Jam tiga. Masih keburu. Ada perjanjian lain siang ini" Oh, ya," matanya menyusuri buku agendanya. "Profesor Purdy di Hotel Curlew. Jam lima. Kau harus kembali sebelum jam lima. Jika tidak, saya akan mengitim janet." Dia menganggukkan kepala sebagai isyarat menyuruh keluar, dan Sheila pun keluar menuju luang kantor bagian luar. "Ada yang menarik, Sheila?" "Sama sekali tidak. Cuma seorang wanita tua di Wilbraham Crescent. Dan* Profesor Purdy pada jam lima"nama-nama kuno yang memuakkan! Kadangkadang aku berharap agar terjadi sesuatu yang menarik." Pintu Miss Martindale terbuka. 'Ada catatan untukmu, Sheila. Jika Miss Pebmarsh belum kembali setibanya kau di sana, kau harus masuk ke dalam, pintunya tidak dikunci. Masuklah dan pergilah ke ruangan di sebelah kanan gang dan tunggulah. Apakah kau bisa mengingatnya atau haruskah saya tuliskan semuanya"*' "Saya bisa mengingatnva, Miss Martindale." Miss Martindale kembali ke ruangannya yang suci . Edna Brent merogoh ke bawah kursinya dan diam-diam mengambil sebuah sepatu yang agak mengkilap dan sebuah tumit sepatu yang runcing, yang terlepas dari sepatunya. "Bagaimana aku bisa pulang?" keluhnya. "Oh, jangan rewel dong"kita pikirkan carany a nanti," kata salah satu dari gadis-gadis lainnya, dan melanjutkan ketikannya. Edna menarik napas dan memasang selembar kertas bersih di mesin tik. "Nafsu telah menguasainya. Dengan jari-jari liar, dia merobek kam sifon tipis dari dada wanita ttu dan membenamkan kepala si wanita dalam busa sabun* "Sialan," Edna mengumpat dan mengambil penghapus. Sheila mengambil tas tangannya dan pergi keluar. Wilbraham Crescent adalah sebuah fantasi t yang didirikan oleh seorang kontraktor zaman Victoria di tahun 1880-an. Terdiri dari dua deretan rumah kopel yang membentuk bulan sabit dengan halaman belakang yang saling berhadap-hadapan. Bentuk yang nyentrik itu menyulitkan orangorang yang asing dengan daerah tersebut. Mereka yang datang dari sebelah luai tidak dapat menemukan nomor-nomor kecil dan mereka yang masuk langsung ke sebelah dalam, akan pusing mencari nomor-nomor besar. Rumahrumah di sana lapi, apik, dengan balkon-balkon yang artistik serta kelihatannya terhormat. Boleh dikara, modernisasi hampir-hampir tidak ada pada bagian luar. Biasanya, dapur dan kamar tidurlah yang mula-mula mengalami perubahan. Tidak ada yang luar biasa pada nomor 19. Rumah itu mempunyai gord&i yang rapi dan pegangan pintu depan dari kuningan yang mengkilap. Ada sederetan pohon mawar tumbuh di kedua sisi jalan kecil menuju pintu depan. Sheila Webb membuka pintu gerbang, berjalan menuju pintu depan dan membunyikan bel. Tidak ada jawaban, dan setelah menunggu satudua menit, dia melakukan seperti yang telah diperintahkan, dan memutar pegangan pintu. Pintu terbuka dan masuklah dia. Pintu ruangan di sebelah kanan gang terbentang lebar. Dia mengetuknya, menunggu, kemudian memasukinya. Ruangan itu adalah mang duduk biasa yang lumayan menyenangkan, cuma mungkin agak terlalu penuh perabot bagi selcia modern. Satu-satunya keistimewaan ruangan tersebut adalah banyaknya jam di situ"sebuah jam besar berbandul berdetak di pojok ruangan, sebuah jam porselen Dresden terletak di atas perapian, sebuah jam kereta perak di atas meja, sebuah jam kecil berbentuk menarik dan disepuh emas terletak di atas rak dekat perapian, dan di atas meja di samping jendela, sebuah jam bepergian dari kulit yang sudali lusuh, dengan huruf-huruf emas bertuliskan ROSEMARY di atasnya. Sheila Webb melihat jam di atas meja dengan sedikit terkejut. Jarum-jarumnya menunjukkan pukul 4 lewat 10 menit lebih. Pandangannya beralih ke jam di atas perapian. Jarum-jarumnva menunjukkan waktu yang sama. Sheila terkejut sekali, ketika ada yang mendesing dan mengetuk di atas kepalanya, dan dari sebuah jam kayu berukir, seekor burung kukuk melompat keluar melalui pintunya yang kecil dan mengumumkan dengan keras dan jelas: kukuk, kukuk, kukuk f Suara yang kasar itu seolah-olah mengancam. Si burung kukuk menghilang lagi di balik pintu jam yang terbanting tertutup. Sheila Webb tersenyum kecil dan berjalan mengitari ujung sofa. Tiba-tiba dia berhenti dan tersentak. Tubuh seorang lakilaki tergeletak di lantai. Matanya terbuka separo dan pandangannya kosong. Ada sebentuk noda gelap yang lembap di bagian depan jas abu-abu hitamnya. Tanpa sadar Sheila membungkuk. Dia menyentuh pipi orang itu"dingin"tangannya, sama saja... dia menyentuh noda yang basah tersebut dan menarik tangannya dengan cepat, dengan pandangan ketakutan. Pada saat itu juga dia mendengar bunyi pintu gerbang terbuka, kepalanya menengok cepat ke arah jendela. Dilihatnya seorang wanita berjalan tergesa-gesa. Sheila menelan ludahnya tanpa sadar"kerongkongannya terasa kering. Dia berdiri, terpaku di situ, tak dapat bergerak, tak dapat berteriak... menatap apa yang ada di depannya. Pintu depan terbuka dan seorang wanita tua bertubuh jangkung masuk sambil membawa sebuah tas belanja. Rambut ikalnya yang putih keabu-abuan ditarik ke belakang dahi. Maunya besar dan berwarna biru indah. Pandangannya menyapu seluruh ruangan, tanpa melihat Sheila. Sheila mengeluarkan suara yang lemah, tidak lebih dari sebuah deheman. Mata biru tadi langsung menatapnya dan wanita itu berkata dengan tajam, "Siapa itu?" "Saya"dia?" Suara gadis itu terputus ketika wanita tersebut berjalan pelan menuju kepadany; di balik sofa. Dan kemudian dia menjerit. "Jangan"jangan... Anda akan menginjaknya.. Dia sudah mati..." BAB 1 NARASI COLIN LAMB DENGAN memakai istilah polisi: pada pukul 2.59 siang, tanggal 9 September, saya sedang berjalan-jalan sepanjang Wilbraham Crescent ke arah barat. Ini adalah pertama kalinya saya mengenal Wilbraham Crescent, dan saya harus mengakui bahwa jalan tersebut membingungkan. Saya secfang melacak sebuah firasat dengan suatu kemauan van g makin hari makin keras, sehingga firasat itu dapat saya legakan sedikit demi sedikit. Itulah saya. Nomoi yang saya inginkan adalah 61, dan dapatkah saya menemukannya" Ternyata tidak. Saya telah mengikuti nomor-nomor, mulai dari tf sampai dengan 35, dan kelihatannya Wilbraham Crescent hanya berakhir sampai di situ. Sebuah jalan raya bernama Albany Road menghalangi jalan saya. Saya berputar kembali. Pada sisi utara tidak ada rumah-rumah, yang ada hanva sebuah dinding. Di balik dinding terdapat blok-blok flat modern yang menjulang tinggi, dan jalan masuk menuju ke sana pasti lain. Jadi jelas tidak mungkin. Saya memperhatikan nomor-nomor yang saya lalui. 24, 23, 22, 21, Diana Lodge (mungkin nomor 20, seekor kucing oranye sedang duduk di atas tiang pintu gerbang sambil menjilati mukanya) 19 Ptntu rumah nomor 19 terbuka, dan seorang gadis berlari keluar sepanjang sebuah jalan kecil dengan kecepatan seperti sebuah peluru kendali. Kemiripan dengan peluru kendali tersebut diperkuat dengan sebuah jeritan yang mengiringi larinya. Jeritan itu melengking nyaring serta betul-betul tidak seperti jeritan manusia. Gadis itu berlari melalui pintu "gerbang dan menabrak saya dengan kekuatan yang hampir membuat saya jatuh ke trotoar. Dia tidak hanya menabrak saya saja. Dia mencengkeram iengan saya kuat-kuat dengan penuh keputusasaan. "Tenang," kata saya, ketika sudah berhasil memulihkan keseimbangan saya. Saya mengguncangnya sedikit. "Tenanglah." Gadis itu menjadi tenang. Dia masih mencengkeram saya, tetapi sudah tidak menjerit-jerit lagi. Dia megap-megap, sambil terisak-isak. Saya tidak bisa mengatakan bahwa sava dapat menangani situasi tersebut dengan cemerlang. Saya bertanya kepadanya apa yang terjad Menyadari bahwa suara saya betul-betul *a\a mengeraskannya."Ada apa?" Gadis itu menarik napas dalam-dalam "Di sana!" dia menunjuk ke arah di belakangnya. "Ya?" "Ada seorang lakilaki di lantai... mati.... Wanita itu akan menginjaknya." "Siapa yang akan menginjaknya" Mengapa?" "Saya kira, wanita itu buta. Dan ada darah pada orang itu." Dia menunduk dan melepaskan salah satu tangannya yang mencengkeram saya. "Dan saya, saya terkena darahnya." "Ya, ya, saya tahu," kata saya. Saya melihat pada noda di kerah jaket saya. "Dan sekarang saya juga kena," kata saya sambil menunjukkannya pada gadis itu. Saya menarik napas dan mempertimbangkan situasi tersebut. "Lebih baik Anda membawa saya masuk dan menunjukkannya pada saya." Tetapi dia jadi gemetar hebat. "Tidak, tidak... sava tidak mau masuk ke sana lagi." "Mungkin Anda benar." Saya melihat ke sekeliling. Tampaknya tidak ada tempat yang cocok untuk seorang gadis yang hampir pingsan. Saya menurunkannya perlahan-lahan ke trotoar, mendudukkannya, dan menyandarkannya pada pagar besi. "Anda di sini saja," kata saya, "sampai saya kembali. Saya takkan lama. Anda akan baik-baik saja. Membungkuklah dan Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo letakkan kepaia di antara kedua lutut, bila Anda merasa mual." Sava"saya pikir, saya sifdali baik sekarang." Dia kelihatan raguragu sedikit tentang hal itu, tetapi saya tidak mau berbicara lagi. Sava menepuk pundaknya untuk meyakinkannya dan berjalan cepat menuju jalan kecil tadi. Saya masuk melalui pintu depan, raguragu sebentar, memandang pintu di sisi kiri gang, yang ternyata adalah ruang makan, menyeberangi gang, dan masuk ke dalam ruang duduk. Yang saya lihat pertama kali adalah seorang wanita tua dengan rambut putih, sedang duduk di atas kursi. Dia menoleh dengan cepat pada saat saya masuk dan berkata, "Siapa itu?" Saya segera sadar bahwa wanita itu buta. Matanya yang memandang lurus ke arah saya terpusat ke titik di belakang kuping kiri sava. Saya berbicara dengan jelas dan terus terang. "Seorang wanita muda menghambur keluar ke jalan dan berkata bahwa di sini ada orang mati." Sava merasa tidak masuk akal ketika-mengucap-i kan kata-kata itu. Kelihatannya mustahil ada orang mati di ruangan yang begktf rapi dengan wanita yang tenang tersebut duduk di kursinya sambil melipat tangannya. Tetapi dia segera menjawab. "Di balik sofa," katanya. Saya bergerak mengitari sudut sofa. Sava melihatnya"tangannya yang terentang"matanya I yang dingin"noda darah yang beku. "Bagaimana kejadiannya?" tanya saya. "Saya tidak tahu." "Tapi"tentunya. Siapa dia?" "Saya tidak tahu." "Kita harus memanggil polisi." Saya melihat ke sekeliling ruangan tersebut. "Di manakah pesawat teleponnya?" "Saya tidak memiliki pesawat telepon." Saya memperhatikannya dengan lebih baik. "Anda tinggal di sini" Apakah ini rumah Anda?" "Ya." "Dapatkah Anda mengatakan pada saya apa yang telah terjadi?" "Tentu. Saya baru pulang dari berbelanja?" Saya melihat sebuah tas belanja yang dicampakkan di atas kursi di dekat pintu. "Saya langsung masuk kemari. Saya segera sadar bahwa ada orang di ruangan ini. Seseorang yang buta dapat mengetahuinya dengan mudah. Saya bertanya siapa dia, tetapi tak ada jawaban"hanya suara napas seseorang yang terengahengah. Saya berjalan menuju suara tersebut"dan siapa pun orang itu, tiba-tiba dia menjerit keras"tentang suatu hal yang menyangkut orang mati dan bahwa saya akan menginjaknya. Dan siapa pun dia, dia berlari keluar melewati saya sambil menjerit." Saya mengangguk. Cerita mereka cocok. "Dan apa yang Anda lakukan kemudian?" "Saya meraba-raba dengan hati-hati sampai kaki saya menyentuh sesuatu." "Terus?" "Saya berlutut. Saya menyentuh sesuatu"sebuah tangan lakilaki yang dingin"dan tidak ada denyut nadinya... saya bangkit dan menuju kema^ ri untuk duduk menunggu. Pasti akan ada orang datang kemari. Wanita muda itu, siapa pun dia, pasti sudah melapor. Saya pikir lebih baik saya tidak meninggalkan rumah ini." Saya kagum pada ketenangan wanita itu. Dia tidak menjerit ataupun lari tungganglanggang karena panik. Malahan dia duduk dengan tenang dan menunggu. Memang itulah yang sepantasnya dilakukan, dan hal itu tidaklah gampang. Dia bertanya menyelidiki, "Siapakah sebetulnya Anda ini?" "Nama saya Colin Lamb. Saya kebetulan lewat." "Di mana wanita muda itu?" "Saya meninggalkannya di pintu gerbang. Dia mengalami shock. Di mana pesawat telepon yang terdekat?" "Ada sebuah telepon umum di jalan, sekitar 50 meter dari sini, tepat sebelum tikungan." "Oh, ya. Saya ingat saya telah melewatinya. Sava akan menelepon polisi. Bisakah Anda?" saya ragu-ratu. Saya tidak tahu apa yang harus dikatakan, apakah "Bisakah Anda tetap tinggal di sini ?" atau "Apakah Anda akan baik-baik saja?" Dia membantuku mengambil keputusan-"Anda lebih baik membawa gadis itu ma^uk ke dalam," katanya tegas. "Saya tidak tahu apakah dia mau," saya berkata raguragu. "Tentu saja tidak masuk ke luangan ini. Bawalah dia ke ruang makan, di seberang gang. Katakan padanya saya akan membuat teh." Dia bangkit dan berjalan ke arah saya. "Tapi"dapatkah Anda menangani?" Sekejap muncul sebuah senyum tipis di wajahnya. "Anak muda, saya telah memasak makanan untuk diri sendiri di dapur sejak saya mulai tinggal di lumah ini "empat belas tahun yang lalu. Menjadi buta tidaklah berarti menjadi tidak berdaya." "Maafkan kebodohan saya. Tetapi siapakah nama Anda?" "Millicent Pebmarsh" Miss" Saya keluar dari rumah itu. Gadis itu mendongak menatap saya dan bergegas bangkit. "Saya"saya pikir saya agak baikan sekarang." Saya menolongnya berdiri dan berkata riang, "Bagus, dong!" "Di sana"ada orang mati, bukan?" Saya mengangguk cepat. "Betul. Saya akan menelepon polisi sekarang. Kalau saya ini Anda, saya lebih suka menunggu di dalam rumah," saya mengeraskan suara untuk menutupi protesnya. "Masuklah ke ruang makan "di sebelah kiri Anda kalau masuk. Miss Pebmarsh sedang membuat teh untuk Anda." "Jadi dia itu Miss Pebmarsh" Dan dia buta, kan?" "Ya. Kejadian itu merupakan, shock juga baginya, tentu saja, tetapi dia berakal sehat. Ayolah, saya temani Anda masuk. Secangkir teh akan baik untuk Anda sambil menunggu kedatangan poin si." Saya merangkul bahunya dan mendesaknya maju. Saya mendudukkannya dengan nyaman di depan meja makan, dan ber^e^as pergi Vagi untuk menelepon. Sebuah suara yang tak bersemangat berkata, "Pos Polisi Crowdean." "Dapatkah saya berbicara dengan Detektif Inspektur Hardcastle?" Suara itu menjawab dengan hati-han, "Saya tidak tahu apakah beliau ada di sini atau tidak. Anda siapa?" "Katakan pada beliau, saya Colin Lamb." "Tunggu sebentar, ya." Saya menunggu. Kemudian terdengarlah suara Dick Hardcastle. "Colin" Aku sebetulnya tidak berharap untuk kauhubungi sementara ini. Kau di mana sekarang?" "Crowdean. Tepatnya di Wilbraham Crescent. Ada seorang lakilaki tergeletak di lantai rumah nomor 19, mati. Kupikir dia telah ditikam Dia sudah mati sejak kirakira setengah jam ^ang lalu." "Siapa yang menemukannya. Kau?" "Bukan, aku kebetulan sedang lewat. Tiba-tiba seorang gadis melesat keluar dari rumah itu seperti seekor kelelawar terbang dari neraka dan menabrakku. Nyaris saja aku jatuh. Dia bilang ada seorang lakilaki di lantai dan bahwa seorang wanita yang buta akan menginjaknya." "Kau tidak mempermainkan aku, kan?" Dick bertanya dengan penuh kecurigaan. "Memang kedengarannya fantastik, ya. Tetapi kenyataannya memang demikian. Wanita buta itu adalah Miss Millicent Pebmarsh, si pemilik rumah." "Dan dia menginjak orang mati itu?" "Bukan seperti dalafn bayanganmu. Kebutaannya menyebabkan dia tidak mengetahui kalau orang mati itu ada di sana." "Baiklah, aku akan mengirim mobil ke "ana. Tunggulah aku di sana. Apa yang kaulakukan dengan gadis itu?" "Miss Pebmarsh membuatkan secangkir teh untuknya." Komentar Dick hanyalah bahwa semuanya kok kelihatan enak. BAB 2 Di WILBRAHAM CRESCENT NO. 19, orangorang Hukum menguasai keadaan. Di sana ada seorang dokter bedah kepolisian, seorang fotografer kepolisian, dan ahli-ahli penyidik. Mereka bergerak secara efisien, masing-masing sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri. Akhirnya datanglah Detektif Inspektur Hardcastle, seorang lakilaki berbadan tinggi, dengan air muka acuh tak acuh dan alis yang mengesankan alis seorang dewa. Dia melihatlihat apakah perintahnya telah dilaksanakan semuanya dengan baik. Dia yang paling akhir melihat mayat tersebut, berbicara sebentar dengan dokter bedah kepolisian dan kemudian pergi ke ruang makan di mana tiga orang sedang duduk menghadapi tiga cangkir teh kosong. Miss Pebmarsh, Colin Lamb, dan seorang gadis jangkung berambut coklat keriting dengan mata yang besar, ketakutan. "Lumayan cantik," kau inspektur itu setelah memperhatikannya sepintas lalu. Dia memperkenalkan diri pada Miss Pebmarsh. "Detektif Inspektur Hardcastle." Dia tahu tentang Miss Pebmarsh sedikit-sedikit, meskipun mereka belum pernah bertemu secara profesional. Tetapi dia pernah melihatnya beberapa kali, dan tahu bahwa wanita itu adalah bekas guru, yang sekarang mengajar Braille di Institut Aaronberg, sekolah untuk anakanak cacat. Kelihatannya betul-betul mustahil ada orang dibunuh di rumahnya yang rapi dan sederhana"tetapi hal-hal yang mustahil biasanya lebih sering terjadi daripada yang diduga orang. "Ini kejadian yang buruk, Miss Pebmarsh," katanya "Saya kira, Anda pasti menderita shock berat karenanya. Saya berniat untuk mendapat keterangan tentang apa yang telah terjadi dari Anda sekalian. Saya mengerti bahwa Miss?" dia melihat cepat pada buku notes yang diberikan oleh salah seorang bawahannya, "Sheila Webb-lah yang sebenarnya menemukan mayat itu. Jika Anda mengizinkan saya menggunakan dapur Anda, Miss Pebmarsh, saya akan membawa Miss Webb ke sana, karena di sana tenang." Dia membuka pintu sambungan antara ruang makan dan dapur dan menyilakan gadis itu masuk. Seorang detektif muda berpakaian sipil sudah ada di sana. Dia sedang menulis dengan diam-diam di atas meja kecil berlapis formika. "Kursi itu kelihatannya nyaman," kata Hardcasde, sambil menarik sebuah kursi Windsor, model baru. Sheila Webb duduk dengan cemas dan menatapnya dengan matanya yang besar dan ketakutan. Hardcastle hampir saja berkata, "Saya tidak akan menelanmu, Sayang," tetapi dia menahan diri, dan sebaliknya berkata, "Tidak ada yang perlu dicemaskan. Kami hanya ingin gambaran yang jelas. Nah, nama Anda Sheila Webb-dan alamat Anda?" "Palmerston Road No. 14"di belakang pompa bensin." "Ya, tentu saja. Dan Anda bekerja, bukan?" "Ya. Saya seorang pengetik steno"saya bekerja di Biro Sekretaris milik Miss Martindale." "Biro Sekretaris dan Pengetikan Cavendish " itu nama lengkapnya, bukan?" "Betul." "Dan berapa lama Anda sudah beke> ja di sana?" "Sekitar setahun. Sepuluh bulan tepatnya." "Oh, begitu. Sekarang tolong Anda ceritakan pada saya, dengan kata-kata Anda sendiri, bagaimana Anda bisa berada di Wilbraham Crescent No. 19 hari ini?" "Ceritanya begini," Sheila Webb berbicara dengan lebih percaya diri. "Miss Pebmarsh menelepon ke Biro dan meminta seorang stenografer untuk datang kemari pada pukul tiga. Karenanya, begitu saya kembali dari makan siang, Miss Martindale menvuruh saya kemari," "Itu hal yang rutin, bukan" Maksud say a"sekarang ini adalah jadwal Anda"atau bagaimanapun susunan jadwalnya." "Bukan begitu. Miss Pebmarsh khusus meminta saya." "Miss Pebmarsh khusus meminta And^t?" Alis Hardcastle naik ke atas. "Begitu ya... Sebab Anda sudah pernah bekerja untuknya sebelum ini?" "Belum pernah," jawab Sheila cepat. "Belum pernah" Anda yakin?" "Oh, ya, betul-betul yakin. Maksud saya, dia bukannya jenis orang yang mudah untuk dilupakan. Itulah anehnya." "Tepat. Nah, kita sudahi saja hal itu. Kapan Anda sampai di sini?" "Kirakira sebelum jam tiga, sebab jam kukuk?" Dia mendadak berhenti. Matanya membesar. "Aneh. Aneli sekali. Saya tidak memperhatikannya waktu itu." "Apa yang tidak Anda perhatikan, Miss Webb?" "Tentu saja"jam-jam itu." "Ada apa dengan jam-jam itu?" "Jam kukuk menunjukkan pukul tiga, tetapi jam-jam lainnya lebih cepat sekitar satu jam. Sungguh aneh!" "Tentu saja sangat aneh," kata inspektur itu menyetujui. "Sekarang, kapan peitama kali Anda melihat mayat itu?" ( "Ketika saya mengitari belakang sofa. Dan mayat itu"dia ada di sana. Mayat itu mengerikan... ya, mengerikan...." "Mengerikan, saya setuju. Apakah Anda mengenal orang itu" Apakah dia seseorang yang pernah Anda lihat sebelumnya?" "Oh, tidak." "Anda betul-betul yakin" Anda tahu, bisa saja dia tidak kelihatan seperti yang biasa Anda lihat. Berpikirlah dengan cermat. Apakah Anda betul-betul yakin bahwa dia belum pernah Anda lihat sebelum ini?" "Sangat yakin." "Baiklah kalau begitu. Kemudian apa yang Anda lakukan?" "Apa yang saya lakukan}" "Ya." "Tentu saja"tidak ada... tidak ada sama sekali. Saya tidak melakukan apa-apa." "Begitu. Anda tidak menyentuhnya sama sekali?" "Ya"ya saya menyentuhnya. Untuk melihat "maksud saya"hanya untuk melihat.... Tetapi dia"begitu dingin"dan"dan tangan saya terkena darah. Sungguh mengerikan"kental dan lengket." Sheila mulai gemetar. "Nah, nah," kata Hardcastle dengan nada kebapakan. "Semuanya sudah berlalu sekarang. Lupakan saja darah itu. Lanjutkan cerita Anda. Apa yang terjadi kemudian ?" "Saya tidak tahu.... Oh, ya, dia pulang." "Miss Pebmarsh, maksud Anda?" "Ya. Hanya waktu itu saya tidak tahu kalau dia itu Miss Pebmarsh. Dia masuk sambil membawa sebuah keranjang belanja."1 Nadanya menekankan pada keranjang belanja tersebut, sepertinya hal itu tidak pada tempatnya dan kurang relevan. "Dan apa yang Anda katakan?" "Rasanya saya tidak mengatakan apa-apa.... Saya mencobanya, tetapi tidak bisa. Saya merasa tercekik di sini" Dia menunjuk tenggorokannya. Inspektur itu mengangguk. "Dan terus"terus"dia berkata, 'Siapa itu"* dan dia berjalan mengitari belakang sofa dan saya pikir"saya pikir dia akan"akan menginjak"^. Saya menjerit,.. Saya tidak bisa berhenti menjerit, dan akhirnya, erftah bagaimana, saya keluar dari ruang itu melalui pintu depan?" "Seperti seekor kelelawar terbang dari neraka," kata inspektur itu, teringat pada keterangan Colin. Sheila Webb menatapnya dengan pandangan putus asa, ketakutan, dan berkata dengan agak tiba-tiba, y "Maafkan saya." 'Tidak ada yang perlu dimaafkan. Anda telah menceritakan semuanya dengan baik. Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kejadian itu tidak perlu dipikirkan lagi. Oh, ya, satu hal lagi, mengapa Anda masuk ke luang itu?" "Mengapa?" tanya Sheila bingung. "Ya. Anda sampai di sini, mungkin beberapa menit lebih awal, kemudian Anda menekan bel, saya kira. Tetapi jika tidak ada jawaban, mengapa Anda masuk ke dalam?" "Oh, itu. Sebab dia menvuruh begitu." "Siapa yang menyuruh?" "Miss Pebmarsh." "Tapi saya kira Anda belum pernah bercakap-cakap dengannya." "Memang, belum pernah. Miss Pebmarsh mengatakan hal itu pada Miss Martindale"bahwa saya harus masuk ke dalam dan menunggu di ruang duduk di sebelah kanan gang." Hardcastle berkata, "Begitu, ya," sambil berpikir. Sheila Webb bertanya dengan takut-takut, "Apakah " apakah hanya itu saja?" "Saya kira demikian. Saya ingin Anda tetap menunggu di sini kirakira sepuluh menit lagi, mungkin ada hal-hal yang mgin saya tan akan pada Anda nanti. Sesudah itu, saya akan mengantar Anda pulang dengan mobil polisi. Bagaimana dengan keluarga Anda"Anda mempunyai keluarga?" "Orang tua saya sudah meninggal. Saya tinggal dengan bibi saya." "Dan nama beliau?" "Mrs. Lawton." Inspektur Hardcastle bangkit dan mengulurkan tangannya. "Terima kasih banyak, Miss Webb," katanya. "Cobalah untuk beristirahat dengan enak malam ini. Anda memerlukannya setelah mengalami kejadian tadi." Sheila tersenyum kecil padanya seraya berjalan masuk ke dalam mang makan. "Tolong jaga Miss Webb, Colin," kata inspektur itu. "Sekarang, Miss Pebmarsh, bisakah Anda masuk kemari?" Hardcastle mengulurkan sebelah tangannya untuk menuntun Miss Pebmarsh, tetapi dia berjalan dengan mantap melewati sang inspektur, meraba sebuah kursi dengan jari-jarinya, menarik kursi itu, dan duduk di atasnva. Hardcastle menutup pintu. Sebelum dia dapat berbicara, Millicent Pebmarsh berkata dengan tiba-tiba, "Siapakah anak muda itu?" "Namaiwa Colin Lamb." "Itu yang dia katakan pada saya. Tetapi siapakah dia" Mengapa dia datang kernsri?" Hardcastle menatapnya dengan sedikit terkejut. "Dia kebetulan sedang lewat di jalan ketika Miss Webb menghambur keluar dari rumah ini sambit menjerit ada pembunuhan. Sesudah masuk ke dajam dan memeriksa sendiri apa yang telali terjadi, dia menelepon kami dan saya suruh dia untuk tetap tinggal di sini dan menunggu kami." "Anda memanggilnya Colin." "Anda sangat jeli, Miss Pebmarsh"(jeli bukanlah kata yang tepat untuk itu. Tetapi tidak ada kata lain yang cocok)"Colin Lamb adalah teman saya, meskipun kami tidak pernah ketemu lagi sejak beberapa waktu yang lalu." Hardcastle menambahkan, "Dia seorang ahli biologi laut." "Oh, begitu." "Nah, Miss Pebmarsh, saya akan senang jika Anda bersedia menceritakan segala sesuatunya tentang kejadian yang agak mengejutkan tadi." "Dengan senang hati. Tetapi hanya sedikit saja yang dapat saya ceritakan," Anda sudah cukup lama tinggal di sini, bukan?" "Sejak tahun 1950. Saya"dulu"adalah seorang guru sekolah. Ketika saya diberi tahu bahwa tidak ada yang dapat dilakukan untuk menolong indria penglihatan saya dan bahwa saya akan segera buta, saya berusaha untuk menjadi seorang spesialis huruf Braille dan bermacam-macam teknik lainnya untuk menolong orangorang buta. Sekarang saya bekerja di Institut Aaronberg, sekolah untuk anakanak buta dan cacat." "Terima kasih. Nah, sekarang tentang kejadian siang ini. Apakah Anda sedang menantikan seorang tamu?" "Tidak." "Saya akan membacakan gambaran orang yang terbunuh itu untuk mengetahui apakah dia orang vang Anda kenal. Tinggi kirakira seratus tujuh puluh lima, umur sekitar enam puluh tahun, rambut hitam mulai memutih, matacoklat, bercukur bersih, wajah kurus dengan rahang yang kuat. Gizinya baik, tapi tidak gemuk. Jasnya abu-abu tua, tangannya terpelihara. Bisa jadi seorang pegawai bank, seorang akuntan, seorang pengacara, atau seorang dengan profesi sejenis itu. Apakah Anda merasa mengenalnya?" Milliccnt Pebmarsh mempertimbangkan pei tanyaan itu dengan hati-hati sebelum menjawab. "Saya rasa tidak. Tetapi tentu saja itu hanya sebuah gambaran yang sangat umum, yang bisa saja cocok dengan banyak orang. Mungkin dia seseorang yang saya kenal pada pertemuan tertentu, tetapi pasti bukan seseorang yang saya kenal baik." "Apakah Anda tidak pernah menerima surat dari seseorang yang menyatakan hendak mengunjungi Anda akhir-akhir ini?" "Tidak pernah." "Baiklah. Tadi Anda telah menelepon Biro Sekretaris Cavendish dan meminta jasa seorang stenografer dan?" Millicent Pebmarsh menyelanya. "Maafkan saya. Saya tidak menelepon siapa pun." "Anda tidak menelepon Biro Sekretaris Cavendish dan meminta?" tatap Hardcasde. "Saya tidak memiliki pesawat telepon di rumah." "Ada telepon umum di ujung jalan ini," kata Inspektur Hardcasde. "Ya, tentu saja. Tetapi saya hanya dapat meyakinkan Anda, Inspektur Hardcasde, bahwa saya tidak membutuhkan seorang stenografer dan tidak"saya ulangi tidak"menelepon tempat yang bernama Cavendish tersebut dengan permintaan seperti itu." "Anda tidak meminta Miss Sheila Webb secara khusus?" "Saya belum pernah mendengar namanya." Hardcasde menatapnya, terpana. "Anda membiarkan pintu depan tidak terkunci," katanva. "Saya memang sering tidak menguncinva pada siang liari." "Seseorang bisa saja masuk ke dalam." "Kelihatannya seseorang sudah melakukannya dalam kasus ini," kata Miss Pebmarsh datar. "Miss Pebmarsh, lakilaki itu menurut bukti-bukti medis meninggal antara jam 1.30 dan 2.45. Di manakah Anda pada saat itu?" Miss Pebmarsh berpikir-pikir. "Pada jam 1.30 saya mestinya sudah berangkat atau sedang bersiap-siap untuk berangkat dari rumah. Saya hendak pergi berbelanja." "Dapatkah Anda menceritakan dengan tepat ke mana Anda pergi?" "Sebentar. Saya pergi ke kantor pos yang ada di Albany Road, memaketkan sebuah bungkusan, membeli beberapa perangko, kemudian berbelanja, ya dan saya membeli beberapa ritsluiting dan peniti di toko kain Field and Wren. Kemudian saya pulang. Saya dapat mengatakan pada Anda waktunya dengan tepat. Jam kukuk saya berbunyi tiga kali ketika saya memasuki pintu gerbang. Saya dapat mendengarnya dari jalan." "Dan bagaimana dengan jam-jam Anda vang lain?" "Maaf?" "Jam-jam Anda yang lain kelihatannya lebih cepat satu jam." "Lebih cepat" Anda maksud jam besar di pojok ruang?" "Bukan cuma itu-semua jam yang ada di ruang duduk begitu juga." "Saya tidak mengerti apa maksud Anda dengan jam-jam lain. Tidak ada jam-jam lain di ruang duduk." BAB 3 HARDCASTLE menatapnya. "Oh, ayolah, Miss Pebmarsh. Bagaimana dengan jam porselen Dresden yang indah di atas perapian itu" Dan sebuah jam kecil Prancis yang disepuh emas. Dan sebuah jam kereta dari perak, dan"oh ya, jam dengan tulisan 'Rosemary' di atas meia." Sekarang giliran Miss Pebmarsh yang menatapnya. "Salah satu dari kita pasti sudah gda, Inspektur. Saya meyakinkan Anda bahwa saya tidak memiliki jam porselen Dresden, tidak memiliki"apa kata Anda"jam dengan tulisan 'Rosemary1"juga tidak memiliki jam emas Prancis dan apa itu yang satu lagi?" "Jam kereta dari perak," kata Hardcastle tanpa sadar. "Itu juga tidak. Jika Anda tidak percaya, Anda dapat bertanya pada wanita yang datang kemari untuk membersihkan rumah ini. Namanva Mrs. Curtin." Detektif Inspektur Hardcastle terkejut. Ada suatu keyakinan yang positif, suatu ketegasan pada nada suara Miss Pebmarsh yang mengandung kepastian. Dia memikirkan hal-hal tersebut dalam-dalam selama beberapa saat. Kemudian dia bangkit berdiri. "Miss Pebmarsh, bersediakah Anda menemani saya1 masuk ke ruang sebelah?" "Tentu. Terus terang saya ingin melihat jam-jam itu sendiri." "Melihat?" Hardcastle dengan cepat menanyakan kata itu. "Memeriksa adalah kata yang lebih tepat," kata Miss Pebmarsh, "tetapi bahkan orangorang buta, Inspektur, menggunakan idiom-idiom yang umum, kendati mereka tidak memiliki kemampuan untuk itu. Kalau saya berkata saya ingin meltioat jam-jam itu, artinya saya ingin memeriksa dan meraba 'mereka dengan jari-jari saya sendiri." Dengan diikuti oleh Miss Pebmarsh, Hardcastle pergi menuju dapur, menyeberangi gang dan masuk ke ruang duduk. Seorang ahli penyidik mendongak melihatnya. "Saya sudah hampir selesai di bagian sini, Pak," katanya. "Anda dapat menyentuh segalanya." Hardcastle mengangguk dan memungut sebuah jam kecil untuk bepergian dengan tulisan "Rosemary" di atasnya. Dia meletakkannya dalam tangan Miss Pebmarsh. Miss Pebmarsh merabanya dengan hatihati. "Kelihatannya seperti jam bepergian yang biasa," katanya, "model yang kulitnya dapat dilipat. Ini bukan milik saya, Inspektur Hardcastle, dan benda ini tidak ada di ruang ini ketika saya meninggalkan rumah pada jam setengah dua. Saya amat yakin akan hal itu."- "Terima kasih." , Inspektur itu mengambilnya kembali dari tangan Miss Pebmarsh. Dengan hati-hati dia mengangkat jam kecil Dresden dari atas perapian. "Hati-hati dengan yang ini," katanya, sambil meletakkan jam itu dalam tangan Miss Pebmarsh, "benda ini dapat pecah." Millicent Pebmarsh meraba jam kecil dari porselen itu dengan jari-jarinya yang peka dan teliti. Kemudian dia menggelengkan kepala. "Jam im pasti indah bentuknya," katanya, "tapi bukan kepunyaan saya. Di mana letaknya, kata Anda?" "Di bagian kanan, di atas perapian." "Seharusnya di sana ada sepasang tempat lilin dari porselen," kata Miss Pebmarsh. "Ya," kata Hardcastle, "di sini memang ada sebuah tempat lilin, tetapi sudah digeser ke bagian ujung." "Kata Anda di sini masili ada jam yang lain?" "Ada dua lagi." Hardcasde mengambil jam porselen Dresden tersebut dan memberinya sebuah jam Prancis kecil yang disepuh emas. Miss Pebmarsh merabanya dengan cepat, kemudian menjulurkannya kembali pada Hardcastle. "Bukan. Itu juga bukan milik saya." Hardcastle memberinya jam yang terbuat dari perak, tetapi itu pun dikembalikannya. "Jam-jam yang biasanya ada di ruang ini hanyalah sebuah jam besar berbandul yang ada di p<5jok di samping jendela?" "Betul." ?"dan sebuah jam kukuk di dinding di dekat pintu." Hardcastle tidak tahu dengan pasti apa yang harus dikatakannya selanjutnya. Dia mengamat-amati wanita di depannya dengan cermat, karena dia tahu bahwa dia tidak bisa membalas mengamat-amati dirinya. Ada sedikit kerutan bingung di dahi wanita itu. Dia berkata tajam, "Saya tidak mengerti. Saya benarbenar tidak bisa mengerti." Dia mengulurkan sebelah tangannya, dengan pengetahuan yang pasti tentang posisinya dalam ruangan tersebut, dan duduk. Hardcastle melihat pada si ahli penyidik yang sedang berdiri di pintu. "Anda sudah memeriksa jam-jam ini?" tanyanya. "Saya sudah memeriksa semuanya, Pak. Tidak ada sidik jari pada jam emas itu, karena memang tidak mungkin. Peimukaan seperti itu tidak menimbulkan bekas. Seperti juga halnya dengan jam yang porselen. Sidik jari juga tidak ada pada jam bepergian dari kulit itu, maupun pada jam perak itu dan inilah yang tidak mungkin jika keadaannya normal"mestinya harus ada sidiksidik jari. Di lain pihak, jam-jam tersebut tidak ada yang diputar dan mereka disetel pada wakni yang sama"jam empat lewat tiga belas menit." "Bagaimana dengan yang lain-lain dalam mangan ini?" "Ada tiga atau empat jenis sidik jari yang bet beda di ruang ini, semuanya wanita. Isi saku-saku baju ada di atas meja." Dengan gerakan kepalanya, dia menunjukkan sebuah timbunan kecil barangbarang di atas meja. Hardcastle memeriksa barangbarang tersebut. Ada sebuah dompet berisi uang tujuh pound sepuluh shilling, beberapa uang recehan, sebuah sapu tangan saku dari sutera, sebuah kotak tak bermerek yang berisi tablet-tablet untuk pencernaan dan sebuah kartu nama. Hardcastle membungkuk untuk membacanya. Mr. R.H. Curry, Metropolis and Provincial Insurance Co. Ltd. Denvers Street 7, London, w.2. Hardcastle kembali ke sofa di mana Miss Pebmarsh duduk. "Apakah Anda kebetulan sedang mengharapkan kedatangan seseorang dari sebuah perusahaan asuransi?" "Perusahaan asuransi" Tentu saja tidak." "Perusahaan Asuransi Metropolis and Provincial," kata Hardcastle. Miss Pebmarsh menggelengkan kepalanya. "Saya belum pernah mendengar nama itu," katanya. "Anda tidak sedang memikirkan untuk mengambil jenis asuransi apa pun?" "Tidak. Saya sudah mempunyai asuransi kebakaran dan pencurian pada Perusahaan Asuransi Jove yang memiliki cabang di sini. Saya tidak mempunyai asuransi jiwa. Saya tidak berkeluarga dan tidak mempunyai sanak saudara, sehingga saya merasa tidak perlu untuk mengasuransikan hidup saya." "Saya mengerti," kata Hardcastle. "Apakah nama Curry mempunyai arti bagi Anda" Mr. R.H. Curry?" Dia mengamatinya dekatdekat. Tidak ada reaksi apa pun di wajah Miss Pebmarsh. "Curry," dia mengulangi nama itu, kemudian menggelengkan kepalanya. "Bukan nama yang umum, bukan" Tidak, saya pikir saya tidak pernah mendengar atau mengenal seseorang dengan nama itu. Apakah itu nama lakilaki yang terbunuh itu?" "Kelihatannya begitu," kata Hardcastle. Miss Pebmarsh raguragu sebentar. Kemudian dia berkata, "Apakah Anda menginginkan saya untuk "untuk menyentuh?" Hardcastle segera mengerti maksudnya. "Apakah Anda bersedia, Miss Pebmarsh" Tentu saja, jika hal itu tidak memberatkan Anda. Sava tidak begitu paham dengan halhal demikian, tetapi jari-jari Anda mungkin dapat mengatakan pada Anda dengan lebih teliti bagaimana wajah orang itu, ketimbang kalau Anda hanya mendengar gambarannya saja." 'Tentu," kata Miss Pebmarsh. "Saya tahu hal tersebut tidaklah menyenangkan untuk dilakukan, tetapi saya bersedia Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo melakukannya, jika Anda merasa bahwa hal itu dapat membantu Anda." "Terima kasih," kau Hardcastle. "Izinkan saya menuntun Anda?" Dia menuntun Miss Pebmarsh mengiuri sofa, memberinya isyarat untuk berlutut, dan dengan lembut menuntun ungannya ke wajah mayat tersebut. Miss Pebmarsh tenang sekali, tidak menunjukkan emosi apa pun. Jari-jarinya meraba rambut, telinga, berhenti sebentar di bagian belakang kuping kiri, garis hidung, mulut, dan dagu. Kemudian dia menggelengkan kepalanya dan bangkit. "Saya memiliki gambaran yang jelas tentang rupa orang ini," katanya, "tetapi saya yakin dia bukan seseorang yang pernah saya lihat atau kenal." Si ahli penyidik telah membereskan peralatannya dan keluar dari ruangan itu. Dia menjenguk-kan kepalanya ke dalam lagi. "Mereka sudah datang untuk membawanya," katanva sambil menunjuk mavat itu. "Boleh diambil?" "Boleh," kata Inspektur Hardcastle. "Bagaimana kalau Anda duduk di sini saja, Miss Pebmarsh?" Dia mendudukkan Miss Pebmarsh di kursi. Dua orang lakilaki masuk ke ruang itu. Pengangkatan jenazah Mr. Curry dilakukan dengan cepat dan profesional. Hardcastle pergi ke gerbang depan dan kemudian kembali ke ruang duduk. Dia duduk dekat Miss Pebmarsh. "Ini adalah urusan yang luar biasa, Miss Pebmarsh," katanya. "Saya akan mengulangi hal-hal yang penting dengan Anda, untuk mengetahui apakah saya memahaminya dengan benar. Koreksilah saya, bila salah. Anda tidak mengharapkan tamu hari ini, Anda tidak meminu keterangan tentang asuransi apa pun, dan Anda tidak pernah menerima surat dari seseorang yang menyatakan bahwa seorang wakil dari perusahaan asuransi akan mengunjungi Anda hari fni. Apakah semuanya betul?" '"Betul sekali." "Anda tidak membutuhkan jasa seorang pengetik steno ataupun stenografer, dan Anda tidak menelepon Biro Cavendish auu tidak meminu seorang pun untuk datang kemai i pada pukul tiga." "Itu juga betul." "Ketika Anda meninggalkan rumah ini sekitar pukul 13.30, hanya ada dua buah jam saja dalam ruangan ini, jam kukuk dan jam besar itu. Tidak ada jam-jam lainnya." Miss Pebmarsh mengecek dirinya sebelum menjawab. "Jika sava harus betul-betul cermat, saya tidak bisa bersumpah atas pernyataan seperti itu. Mata saya yang buta menyebabkan saya tidak bisa memperhatikan ada atau tidaknya suatu barang yang biasanya tidak ada dalam ruangan ini. Saya hanya dapat mengatakan, terakhir kali saya yakin akan isi ruangan ini adalah ketika saya membersihkan debu di sini tadi pagi. Semua barang ada di tempatnya. Saya biasa membersihkan ruangan ini sendiri, karena para pembantu cenderung ceroboh dengan barangbarang hiasan." "Apakah Anda meninggalkan rumah sama sekali tadi pagi?" "Ya. Pada jam sepuluh, seperti biasanya saya pergi ke Aaronberg Institute. Saya mengajar di sana sampai jam dua belas-lima belas. Saya pulang sekitar jam satu kurang seperempat, membuat telur dadar di dapur dan membuat secangkir teh, terus pergi lagi, seperti yang telah saya katakan pada jam setengah dua. Saya makan di dapur dan tidak masuk ke ruang ini," "Begitu," kata Haidcastle. "Anda merasa pasti bahwa sampai jam sepuluh pagi ini, di sini tidak ada jam-jam sebanyak itu, jadi kemungkinan mereka itu dimasukkan kemari pada suatu saat tertentu di pagi hari." "Untuk itu Anda harus bertanya pada Mrs. Curtin, wanita vang membersihkan rumah saya. Dia datang kemari sekitar jam sepuluh dan biasanya pulang sekitar jam dua belas. Dia tinggal di Dipper Street No. 17." 'Terima kasih, Miss Pebmarsh. Sekarang ting-al fakta-fakta berikut ini dan saya ingin Anda dapat memberi ide atau saran. Pada suatu saat tettentu di pagi ini, empat buah jam dibawa kemari. Jarum-jarum penunjuk keempat jam tersebut disetel pada pukul empat lewat tiga belas menit. Nah, apakah itu mempunyai arti bagi Anda?" "Empat lewat tiga belas menit." Miss Pebmarsh menggelengkan kepala. "Tidak sama sekali." "Sekarang kita beralih dari soal jam ke mayat itu. Kelihatannya tidak mungkin dia dipersilakan masuk oleh Mrs. Curtin dan ditinggal sendirian di rumah ini, kecuali jika Anda mengatakan padanya bahwa Anda sedang menanti kedatangan seorang tamu, tetapi itu dapat kita ketahui darinya nanti. Dia datang kemari mungkin untuk menemui Anda dengan alasan tertenm, baik bersifat bisnis ataupun pribadi. Antara jam satu-tiga puluh dan dua-empat lima dia telah ditikam dan terbunuh. Jika dia datang kemari karena suatu perjanjian, Anda katakan bahwa Anda tidak tahu tentang hal itu. Mungkin dia agen asuransi"tetapi Anda juga tidak dapat membantu kami dalam hal ini. Pintu tidak terkunci, sehingga dia bisa saja masuk ke dalam dan duduk menunggu Anda"mengapa?" "Gila!" kata Miss Pebmarsh tidak sabar. "Jadi Anda pikir dia"siapa namanya Curry"membawa jam-jam itu kemari?" 'Tidak ada tanda-tanda adanya suatu tempat penyimpan di mana-mana," kata Hardcasde. "Dia tidak mungkin membawa keempat jam tersebut dalam sakunya. Sekarang Miss Pebmarsh, ingatlah baik-baik. Apakah ada yang terlintas dalam pikiran Anda, ada usul yang dapat Anda katakan sehubungan dengan jam-jam tersebut, atau kalau tidak dengan jam-jam itu, ya dengan waktunya. 4.13. Empat lewat tiga belas menit?" Miss Pebmarsh menggelengkan kepalanya. "Saya mencoba mengatakan pada diri saya sendiri bahwa itu adalah pekerjaan orang gila atau seseorang yang salah masuk rumah. Tetapi itu pun tidak dapat menjelaskan apa-apa. Tidak, Inspektur, saya tidak dapat membantu Anda." Seorang polisi muda menjenguk ke dalam. Hardcastle pergi menemuinya di gang dan kemudian pergi menuju pintu gerbang. Dia berbicara selama beberapa menit dengan para bawahannya. "Kau dapat mengantar wanita muda itu pulang sekarang," katanya, "alamatnya Palmerston Road No. 14." Dia masuk kembali ke ruang makan. Melalui pintu dapur yang terbuka dia dapat mendengar suara Miss Pebmarsh yang sedang sibuk di tempat cucian. Hardcastle berdiri di ambang pintu. "Saya akan membawa jam-jam itu, Miss Pebmarsh. Saya akan memberi Anda tanda terima untuk itu." "Itu baik sekali, Inspektur"mereka bukan kepunyaan saya?" Hardcastle beralih ke Sheila Webb. "Anda dapat pulang sekarang, Miss Webb. Mobil polisi yang akan mengantar Anda." Sheila dan Colin bangkit berdiri. "Tolong bantu dia masuk ke dalam mobil, Colin," kata Hardcastle sambil menarik sebuah kursi ke dekat meja dan mulai menulis tanda terima. ^Colin dan Sheila pergi keluar dan berjalan menyusuri jalan kecil. Tiba-tiba Sheila berhenti. "Sarung tanganku..." aku meletakkannya..." "Kuambilkan." "Tidak"aku tahu di mana tepatnya kuletakkan tadi. Aku tidak apa-apa sekarang"mereka sudah membawawyd pergi/' Dia berlari masuk dan bergabung kembali dengan Colin beberapa menit kemudian. "Maafkan, aku begitu konyol"tadi." "Tiap orang akan berbuat begitu," kata Colin. Hardcastle bergabung dengan mereka, ketika Sheila memasuki mobil. Dan, ketika mobil sudah melaju, dia beralih ke bawahannya yang muda. "Saya mau semua jam di ruang duduk itu diangkut dengan hati-hati"semua kecuali jam kukuk di dinding dan jam besar itu." Dia memberi beberapa petufTjuk lain dan kemudian beralih ke temannya. "Aku akan mengadakan kunjungan-kunjungan. Mau ikut?" "Boleh," kata Colin. BAB 4 NARASI COLIN "KITA mau ke mana?" Saya bertanya pada Dick Hardcastle. Dia berbicara pada sopir mobil. "Biro Sekretaris Cavendish. Di Palace Street, sampai Esplanade di sebelah kanan." "Ya, Pak." Mobil melaju. Ada sekerumunan kecil orang sekarang, menonton dengan perasaan ingin tahu. Kucing oranye itu masih duduk di tiang pintu Diana Lodge di rumah sebelah. Dia sudah tidak menjilati mukanya, tetapi duduk dengan tegapnya, mengibaskan ekornya pelan-pelan, dan memandang kerumunan orang tersebut dengan pandangan yang merendahkan ras manusia yang merupakan hak istimewa bangsa kucing dan unta. "Biro Sekretaris dulu, kemudian wanita tukang membersihkan itu," kata Hardcaslte, "sebab waktunya singkat." Dia melihat jamnya sekilas. "Jam empat lebih." Dia berhenti sebelum menambahkan, "Gadis yang agak menarik, bukan?" "Lumavan," kata sava. Dia melemparkan pandangan menggoda ke arah saya. "Tetapi dia menceritakan sebuah cerita yang sangat hebat. Lebih cepat ceritanya diselidiki, lebih baik." "Kau tidak berpikir bahwa dia?" Hardcastle menyela. "Aku selalu tertarik pada orangorang yang menemukan mayat." "Tetapi gadis itu sudah setengah gila karena ketakutan! Kalau saja kamu mendengar bagaimana dia merijerit..." Dia memandang saya dengan penuh rahasia dan mengulangi lagi bahwa gadis itu sangat menarik, "Dan bagaimana ceritanya sampai kamu berjalan-jalan di Wilbraham Crescent, Colin" Mengagumi arsitektur Victoria kita yang beradab" Atau kamu mempunyai maksud tertentu?" "Aku memang punya maksud. Aku mau mencari nomor 61"dan tidak menemukannya. Mungkin nomor itu tidak ada, ya?" "Ada. Nomornya sampai "88, kurasa. 'Tapi coba lihat, Dick, ketika aku sampai di nomor 28, Wilbraham Crescent habis di situ." "Memang selalu membingungkan orang asing. Kalau kamu membelok ke kanan menuju Albany Road dan kemudian belok ke kanan lagi, maka kamu akan sampai di belahan lain Wilbraham Crescent. Kau tahu, rumahiumah di sana dibangun beradu punggung. Kebun belakangnya saling membelakangi satu sama lain." "Oh, begitu," kata saya, ketika dia selesai menjelaskan bentuk yang aneh itu dengan panjang lebar. "Seperti Squares dan Gardens di London. Onslow Square, bukan" Atau Cadogan. Kau mulai dari satu sisi, dan tiba-tiba tempatnya sudah berubah menjadi sebuah Place atau Garden. Bahkan pengemudi taksi juga sering bingung. Bagaimanapun juga, nomor 61 itu ada. Kau tahu siapa yang tinggal di sana?" "61" Sebentar... Ya, yang tinggal di sana adalah Bland, seorang kontraktor." "Aduh, salah dong," kata saya. "Kau tidak mencari seorang kontraktor?" "Tidak. Aku sama sekali tidak membayangkan seorang kontraktor. Kecuali"mungkin dia baru datang kemari " baru mulai?" "Bland dilahirkan di sini, kurasa. Dia pasti orang sini"sudah bertahuntahun menjalankan bisnisnya." "Sangat mengecewakan." "Dia itu kontraktor yang sangat buruk," kata Hardcastle memberi semangat. "Memakai bahan-bahan yang jelek. Membangun rumah-rumah yang kelihatannya lumayan bagus, sampai kau tinggal di dalamnya, kemudian semuanya retak atau jadi berantakan. Kadangkadang bahkan dia terlalu berani. Sangat licik"tapi selalu berhasil lolos." "Tidak ada gunanva membujukku, Dick. Orang yang kuinginkan hampir menyerupai karang kejujuran, sangat kokoh." "Bland mendapat uang banyak sekitar setahun yang lalu"atau lebih tepat istrinya. Wanita itu orang Kanada, datang kemari ketika perang dan bertemu dengan Bland. Keluarganya tidak setuju dia menikah dengan Bland, dan mengusirnya ketika wanita itu tetap melakukannya. Kemudian tahun lalu seorang pamannya meninggal, anak lakilaki satu-satunya meninggal dalam kecelakaan udara dan juga ada korban-korban perang lainnya"singkatnya, Mrs. Bland adalah satu-satunya keluarga yang masih hidup. Jadi dia melimpahkan uangnya pada Mrs. Bland. Tepat untuk menyelamatkan Bland dari kebangkrutan, kurasa." "Kau kelihatannya tahu banvak tentang Mr. Bland." "Oh, itu"ya, kau tahu pihak Inland Revenue selalu tertarik bila seseorang tibatiba menjadi kaya dalam waktu semalam. Mereka ingin tahu kalaukalau orang itu melakukan penipuan atau kecurangan dan kemudian minggat"jadi mereka melakukan penyelidikan. Mereka menyelidikinya dan ternyata semuanya oke." "Pada dasarnya," kata saya, "aku tidak tertarik pada orang yang kaya mendadak. Itu bukan sesuatu yang kucari." "Bukan" Kau telah mendapatkannya, kan?" Saya mengangguk. 'Dan sudah menyelesaikannya" Atau "belum selesai?" "Ceritanya biasa saja," kata saya menghindar. Apakah kita akan makan malam bersama malam ini seperti rencana"atau apakah urusan ini harus didahulukan?" 'Tidak, tidak perlu. Sekarang yang pertama kali harus dilakukan adalah menggerakkan aparat yang ada. Kita ingin tahu semuanya tentang Mr. Curry. Dalam semua kemungkinan, sekali kita tahu siapa dia sebenarnya dan apa yang dikerjakannya) kita akan mempunyai ide yang baik tentang stapa yang menginginkan kematiannya." Hardcastle melihat ke luar jendela. "Kita sudah sampai." Biro Sekretaris dan Pengetikan Cavendish terletak di jalan yang merupakan pusat perbelanjaan, yang namanya agak mentereng, Palace Street. Gedung itu sudah dirombak, seperti banyak dilakukan atas rumahrumah zaman Victoria di daerah tersebut. Di sebelah kanannya, sebuah romah vang bentuknya mirip mempertunjukkan papan nama Edwin Glen yang termasyhur, Seniman Fotografer. Ahli, Foto Anakanak, Pesta Perkawinan, dan lain-lain. Untuk menunjang pernyataan itu, sebuah jendela dipenuhi dengan foto-foto anakanak dari berbagai ukuran dan usia, mulai foto bayi sampai anakanak berumur enam tahunan. Ini mungkin untuk menarik hati ibu-ibu. Foto-foto pasangan-pasangan suami-istri juga dipajang. Pria-pria muda yang. kerftalu-maluan dan gadis-gadis yang tersenyum. Di sebelah kiri kantor Biro Sekretaris Cavendish berderet kantor-kantor pedagang batu bara yang sudah lama berdiri dan sudah kuno. Di sebelah sananya, berjejer lumah-rumah kuno yang model aslinya telah dirobohkan dan diganti dengan sebuah gedung bertingkat tiga yang cemerlang dan memproklamasikan dirinya sebagai Orient Cafe and Restaurant. Hardcastle dan saya berjalan menaiki keempat anak tangga yang ada, masuk melalui pintu depan yang terbuka dan mematuhi papan di pintu sebelah kanan yang bertuliskan "Silakan masuk," kami pun masuk. Ruang itu lumayan besar ukurannya, dan tiga wanita Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo muda sedang mengetik dengan giat. Dua dari mereka terus mengetik, tidak memperhatikan ada orang asing yang masuk. Yang ketiga yang sedang mengetik di atas meja yang bertelepon, langsung menghadap ke pintu, berhenti dan memandang kami dengan pandang menyelidik. Dia kelihatannya sedang mengulum permen. Setelah mengatur permennya pada bagian yang nyaman di mulutnya, dia bertanya dengan nada sengau yang lirih, "Bisakah saya menolong Anda?" "Miss Martindale?" kara Hardcastle. "Saya kira beliau sedang menelepon sekarang" " Pada saat itu juga terdengar bunyi klik, dan gadis itu mengangkat telepon, menekan sebuah tombol, dan berkata, "Dua orang tua ingin bertemu dengan Anda, Miss Martindale." Dia memandang kami dan berunya, "Boleh saya uh u nama-nama Anda?" "Hardcastle," kata Dick. "Mr. Hardcastle, Miss Martindale." Dia meletakkan telepon kembali dan bangkit. "Silakan, lewat sini," katanya, berjalan menuju pintu berhiaskan sebuah lempengan kuningan yang bertuliskan nama MISS MARTINDALE Dia membuka pintu, menepi ke samping untuk memberi jalan masuk bagi kami, dan berkata "Mr. Hardcastle," dan menutup pintu, Miss Martindale mendongak menatap kami dari tempat duduknya di belakang sebuah meja tulis yang besar. Kelihatannya dia adalah seorang wanita yang efisien, usianya sekitar limaputuhan dengan rambut merah pucat dan tatapan yang tajam dan awas. Dia memandang kami satu per saru. "Mr. Hardcastle?" Dick mengeluarkan salah satu kartu-kartu jabatannya dan mengulurkannya kepada wanita itu. Saya menarik diri dengan duduk di sebuah kursi di samping pintu. Alis Miss Martindale terangkat terkejut dan menunjukkan perasaan tidak senang. "Detektif Inspektur Hardcastle" Apa yang dapat saya lakukan untuk Anda, Inspektur?" "Saya ingin menanyakan sedikit informasi pada Anda, Miss Martindale. Saya kira Anda dapat membantu saya." Dari nada suaranya, saya tahu bahwa Dick akan menceritakannya dengan cara berputar-putar, suatu usaha yang menarik. Saya agak raguragu apakah Miss Martindale akan tertarik dengan usaha itu. Dia adalah tipe wanita yang dengan tepat oleh orang Prancis dijuluki femme formidable. Saya mempelajari tata letak ruangan itu. Di dinding di atas meja Miss Martindale bergantung koleksi foto-foto beitandatangan. Saya mengenali salah satu sebagai Mrs. Ariadne Oliver, seorang penulis cerita detektif, yang saya kenal sedikit-sedikit. Salam manis, Ariadne Oliver, tertulis di atasnya dengan tinta hitam yang tebal. Dengan hormat, Garry Gregson menghiasi foto lainnya, foto seorang penulis cerita seram yang meninggal kirakira enam belas tahun yang lalu. Selalu, Miriam menghiasi foto Miriam Hogg, seoiang penulis wanita yang mempunyai spesialisasi dalam cerita roman. Seks ditunjukkan oleh foto .seorang lakilaki kecil berkepala botak, dilengkapi tulisan kecil-kecil, Dengan hormat, Armand Levine. Ada sesuatu yang sama di antara penghargaan-penghargaan tersebut. Yang lakilaki hampir semuanya mengisap pipa dan memakai jas wol, sedang yang perempuan kelihatan sungguhsungguh dan cenderung tenggelam dalam mantel-mantel bulu. Ketika saya sedang sibuk menggunakan mata saya, Hardcastle maju terus dengan pertanyaan-pertanyaannya. "Saya kira Anda mempekerjakan seorang gadis bernama Sheila Webb?" "Betul. Sava khawatir dia tidak ada sekarang "paling tidak?" Dia menekan interkom dan berbicara dengan seseorang di kantor bagian luar, "Edna, apakah Sheila Webb sudah kembali?" "Belum, Miss Martindale." Miss Martindale mematikan interkomnya. "Dia pergi bertugas sejak awal siang ini," Miss Martindale menerangkan. "Saya kira mestinya dia sudah kembali sekarang. Mungkin dia pergi ke Hotel Curlew di ujung Esplanade ini, di mana dia mempunyai janji pada jam lima," "Begitu," kata Hardcastle. "Dapatkah Anda menceritakan tentang diri Sheila Webb kepada saya?" "Tidak banyak yang dapat Saya -entakan/' kata Miss Martindale. "Dia sudah bekerja di sini selama"sebentar, ya, hampir setahun saya kira. Pekerjaannya lumayan memuaskan." "Apakah Anda tahu di mana dta bekerja sebelum dia bekerja untuk Anda?" "Saya kira saya dapat menemukannya untuk Anda, jika Anda khusus menginginkan informasi tersebut, Inspektur Hardcastle, Referensinya ada di arsip. Sejauh yang dapat saya ingat, dia pernah bekerja di London dan mempunyai referensi yang baik dari majikan-majikannya di sana. Sava kira, tetapi saya tidak yakin, dia bekerja pada sebuah perusahaan jasa"mungkin agen perumahan." "Anda berkata bahwa dia bagus dalam peKerjaannya?" "Lumayan memadai," kata Miss Martindale, yang jelas-jelas bukan orang yang murah hati dengan pujian. "Bukan kelas-pertama?" "Bukan, saya kira bukan. Dia memiliki kece patan rata-rata yang a k dan berpendidikan cukup. Dia seorang pengetik yang hati-hati dan teliti." "Apakah Anda mengenalnya secara pribadi, di luar hubungan kantor?" 'Tidak. Dia tinggal, saya kira, dengan bibinya." Di sini Miss Martindale menjadi sedikit gelisah. "Boleh saya bertanya, Inspektur Hardcastle, mengapa Anda menanyakan semua pertanyaan tadi" Apakah gadis itu telah melibatkan diri dalam suatu persoalan?" "Tidak tepat begitu, Miss Martindale. Apakah Anda mengenal Miss Millicent Pebmarsh" "Pebmarsh," kata Miss Martindale mengerutkan daninya. "Nah, kapan"oh, tentu saja. Sheila pergi ke rumah Miss Pebmarsh siang ini. Perjanjiannya adalah pada jam tiga," "Bagaimana perjanjiannya dibuat, Miss Martindale?" "Melalui telepon. Miss Pebmarsh menelepon dan berkata bahwa dia membutuhkan jasa seorang pengetik steno dan apakah sava dapat mengirimkan Miss Webb." "Dia khusus meminta Sheila Webb?" "Ya." "Jam berapa dia menelepon?" Miss Martindale berpikir sejenak. 'Telepon itu langsung teituju pada saya. Jadi pasti pada jam makan siang. Mungkin sekitar jam dua kurang sepuluh menit. Sebelum jam dua pokoknya. Ah ya, saya menulisnya di notes. Tepatnya jam 1.49." "Miss Pebmarsh sendiri vang berbicara dengan Anda?" Miss Martindale kelihatan sedikit terkejut. "Saya kira demikian." "Tetapi Anda tidak mengenali suaranya" Anda tidak mengenalnya secara pribadi?" "Tidak. Saya tidak mengenalnya. Dia berkata bahwa dia adalah Miss Millicent Pebmarsh, memberi saya alamatnya, sebuah nomor di Wilbraham Crescent. Kemudian, seperti yang saya katakan, dia bertanya tentang Sheila Webb, apakah dia lagi bebas, kalau ya, tolong datang ke rumahnya pada jam tiga." Itu adalah sebuah pernyataan yang jelas dan pasti. Saya berpikir bahwa Miss Martindale akan menjadi seorang saksi yang hebat. "Sudikah Anda menceritakan pada saya apa yang telah terjadi?" kata Miss Martindale dengan sedikit kurang sabar. "Ya, Miss Martindale, Miss Pebmarsh sendiri menyangka! telah menelepon seseorang." Miss Martindale menatapnya. "Begitu! Betapa anehnya." "Anda, sebaliknya, berkata bahwa dia yang menelepon, tetapi Anda tidak yakin kalau itu adalah suara Miss Pebmarsh." "Tidak, tentu saja tidak yakin. Saya tidak mengenal wanita itu. Tetapi sungguh, saya tidak melihat untungnya berbuat demikian. Apakah ini suatu lelucon?" "Agak lebih dari itu," kata Hardcastle. "Apakah Miss Pebmarsh"atau siapa pun dia"memberi alasan mengapa dia khusus menginginkan Miss Sheila Webb?" Miss Martindale berpikir sejenak. "Saya pikir dia berkata bahwa Sheila Webb pernah bekerja untuknya sebelum ini." "Dan apakah kenyataannya memang demikian?" "Sheila berkata bahwa dia tidak ingat pernah bekerja untuk Miss Pebmarsh. Tetapi itu bukan suatu kepastian, Inspektur. Bagaimanapun juga, gadis-gadis itu pergi begitu sering ke orang yang berbedabeda dan pada tempat yang berbeda-beda pula, sehingga mereka cenderung untuk tidak ingat hal-hal yang terjadi beberapa bulan yang lalu. Sheila sendiri juga tidak pasti akan hal itu. Dia hanya berkata bahwa dia tidak ingat kalau pernah ke sana. Tetapi sesungguhnya, Inspektur, kalau hal ini adalah sebuah lelucon, saya tidak melihat hubungannya dengan niat Anda kemari." "Saya baru akan menjelaskannya. Ketika Miss Webb tiba di Wilbraham Crescent No. 19 dia berjalan masuk ke dalam rumah dan masuk ke ruang duduk. Dia berkata pada saya bahwa hal itu diperintahkan padanya. Apakah itu betul?" "Betul sekali," kata Miss Martindale. "Miss Pebmarsh berkata bahwa dia mungkin akan sedikit terlambat pulang dan bahwa Sheila hams masuk ke dalam dan menunggu." "Ketika Miss Webb masuk ke ruang duduk," Hardcasde melanjutkan, "dia menemukan seorang lakilaki mati tergeletak di lantai." Miss Martindale menatapnya. Selama beberapa saat dia tidak dapat berbicara. "Apakah Anda berkata seorang lakilaki mati tergeletak, Inspektur?" "Terbunuh," kata Hardcasde. "Ditikam, sebetulnya." "Oh, oh," kata Miss Martindale. "Gadis itu pasti sangat terkejut." Kelihatannya itu adalah karakteristik Miss Martindale dalam memberi pernyataan. "Apakah nama Curry mempunyai arti bagi Anda, Miss Martindale" Mr. R.H. Curry?" "Saya kira tidak." "Dari Perusahaan Asuransi Metropolis and Provincial?" Miss Martindale menggelengkan kepalanya. "Anda mengetahui dilema saya," kata inspektur itu. "Anda berkata Miss Pebmarsh menelepon Anda dan meminta Sheila Webb datang ke rumahnya pada pukul tiga. Miss Pebmarsh menyangkal berbuat demikian. Sheila Webb tiba di sana. Dia menemukan seorang lakilaki mati di sana." Dia menunggu penuh harap. Miss Martindale menatapnya dengan pandangan kosong. "Semuanya kelihatan sangat mustahil bagi saya," katanya tidak menyetujui. Dick Hardcasde menarik napas dan bangkit. "Anda memiliki tempat yang nyaman di sini," katanya sopan. "Anda sudah lama mempunyai usaha ini, bukan?" "Lima belas tahun. Kami lumayan sukses. Mulanya kecil-kecilan, terus kami memperluas usaha sampai kewalahan karena banyaknya langganan. Sekarang saya mempekerjakan delapan gadis, dan mereka selalu sibuk sepanjang waktu." "Saya lihat Anda berkecimpung dalam bidang literatur." Hardcasde melihat fotofoto yang ada di dinding, "Ya, sebagai permulaan saya berspesialisasi pada para pengarang. Saya pernah menjadi sekretaris pengarang cerita seram yang termasyhur, Mr. Garry Gregson, selama beberapa tahun. Sebetulnya, biro ini saya dirikan dengan warisan dari beliau juga. Saya kenal banyak pengarang yang menjadi rekan-rekan beliau dan mereka memberi saya rekomendasi. Pengetahuan khusus saya tentang kebutuhan para pengarang ternyata sangat berguna. Saya menawarkan jasa yang sangat membantu dalam mengadakan riset-riset yang diperlukan"tanggal-tanggal dan kutipan-kutipan, keterangan-keterangan mengenai segi hukum dan prosedur-prosedur polisi, serta rincian daftar racun. Pokoknya hal-hal seperti itu. Nama-nama asing, alamat-alamat, dan restoran-restoran untuk orangorang yang menggambarkan novel mereka di negeri-negeri asing. Dulu masyarakat tidak begitu memperhatikan ketelitian, tetapi sekarang para pembaca sering menulis langsung kepada pengarang setiap ada kesempatan, untuk menunjukkan kesalahan-kesalahan yang ada." Miss Martindale berhenti. Hardcasde berkata sopan, "Saya yakin Anda pantas mendapat pujian." Dia berjalan menuju pintu. Saya membukanya duluan. Di kantor bagian luar, tiga orang gadis sedang bersiap-siap untuk pulang. Tutuptutup sudah dipasang pada mesin-mesin tik. Si penerima tamu, Edna, berdiri dengan sedih, memegang sebuah tumit sepatu yang runcing di satu tangannya dan sebuah sepatu asal tumit itu tertancap di tangan satunya. "Aku baru saja memakainya sebulan," dia mengeluh. "Dan harganya lumayan mahal. Ini gara-gara kisi-kisi brengsek itu"yang ada di tikungan didamping toko kue dekat sini. Tumit sepatuku terjepit di dalamnya dan copot. Aku tidak dapat jalan, dan harus melepaskan kedua belah sepatuku dan balik kemari dengan dua buah roti kismis, dan bagaimana aku bisa pulang atau naik bis, aku betul-betul tidak tahu?" Pada saat itu barulah dia menyadari kehadiran kami dan Edna buru-buru menvembunvikan sepatu yang menyebalkan itu dengan pandangan khawatir ke arah Miss Martindale yang saya kira bukan jenis wanita yang menyukai tumit-tumit runcing. Dia sendiri memakai sepatu kulit bertumit rata. "Terima kasih, Miss Martindale," kata Hardcasde. "Maaf, kami sudah banyak menyita waktu Anda. Jika ada hal-hal vang terlintas pada benak Anda-" "Tentu," kata Miss Martindale, memotong kata-kata itu dengan tegas dan sedikit kasar. Ketika kami sudah di dalam mobil, sava berkata, "Jadi cerita Sheila Webb, di luar kecurigaanmu, memang benar." "Baiklah, baiklah," kata Dick. "Kau menang." BAB 5 "Bu!" kata Ernie Curtin, berhenti sebentar dari kesibukannya menggerak-gerakkan sebuah benda kecil dari logam naik-turun di bendul jendela, sambil mulutnya mengeluarkan suara mirip deruman dan lenguhan yang maksudnya menirukan suara roket yang meluncur ke ruang angkasa menuju Venus, "Bu, bagus ya, Bu?" Mrs. Curtin, seorang wanita berwajah keras yang sedang sibuk mencuci panci di bak cuci, tidak menjawab. "Bu, ada mobil polisi berhenti di luar rumah kita." "Jangan berbohong lagi, Ernie," kata Mrs. Curtin sambil membanting cangkircangkir dan tatakannya pada papan pengering. "Kau tahu apa yang kukatakan padamu tentang itu." "Aku tidak pernah bohong," kata Ernie jujur. "Itu memang sebuah mobil polisi, dan ada dua orang lakilaki turun dari mobil itu." Mrs. Curtin berputar menghadap anaknya. "Apa yang kaulakukan sekarang}" tanvanya. "Memalukan kami, tentunya!" "Tentu saja tidak," kata Ernie, "Aku tidak berbuat apa-apa," "Pasti ada hubungannya dengan Alf," kata Mrs. Curtin. "Dia dengan gengnya. Ya, gengnya! Aku sudali menasihatimu, dan ayahmu juga sudah menasihatimu, bahwa geng-gengan itu tidak baik. Selalu berakhir dengan kesulitan. Pertama-tama akan ada pengadilan untuk anakanak, kemudian kamu akan dikirim ke rumah tahanan. Dan aku tidak menginginkannya, kau dengar?" "Mereka sudah sampai di pintu depan," Ernie mengumumkan. Mrs. Curtin meninggalkan bak cuci dan bergabung dengan anaknya di jendela. "Yah," gumamnya. Pada saat itu terdengar pintu diketuk. Sambil cepat-cepat mengelap tangannya dengan sebuah handuk, Mrs. Cm tin pergi menuju ke gang dan membuka pintu. Dia menatap kedua orang lakilaki di ambang pintunya dengan pandangan menantang serta raguragu. "Mrs. Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Curtin?" kata yang lebih tinggi dari . mereka berdua dengan sopan. "Betul," kata Mrs. Curtin. "Boleh saya masuk sebentar" Saya Detektif Inspektur Hardcastle." Dengan berat hati Mrs. Curtin menyingkir ke tepi. Dia membuka sebuah pintu dan mengisyaratkan inspektur itu untuk masuk ke dalam. Ruang itu adalah sebuah ruang kecil yang bersih serta memberi kesan jarang dimasuki, memang begitulah kesan sebenarnya. Ernie, dengan penuh rasa ingin tahu, datang melalui gang dari dapur dan menyelinap di balik pintu. "Anak Anda?" kata Detektif Inspektur Hardcasde. "Ya," kata Mrs. Curtin, dan menambahkan dengan tegas, "dia anak yang baik, apa pun kata Anda." "Saya yakin itu," kata Detektif Inspektur Hardcasde dengan sopan. Garis wajah Mrs. Curtin sedikit melunak. "Saya datang untuk mengajukan beberapa pertanyaan tentang Wilbraham Crescent No. 19. Anda bekerja di sana, bukan?" "Saya tidak menyangkalnya," kata Mrs. Curtin, yang masih belum dapat men v embun v ikan perasaannya tadi. "Pada Miss Millicent Pebmarsh." "Ya, saya bekerja pada Miss Pebmarsh. Seorang wanita yang sangar baik." "Buta," kata Detektif Inspektur Hardcasde. "Ya, kasihan dia. Tetapi Anda tidak akan menyangka dia buta. Cara dia memegang barang dan berjalan ke mana-mana sungguh mengagumkan. Pergi ke luar, juga, dan menyeberangi jalan. Dia bukan jenis orang yang suka mengomel, tidak seperti beberapa orang yang saya kenal." "Anda bekerja di sana pagi liari?"' "Betul. Saya datang sekitar jam setengah strnbilan lebih sepuluh dan pulang sekitar jam dua belas atau kalau semuanya sudah beres." Kemudian dengan tajam, "Anda tidak bermaksud mengatakan bahwa ada barangbarang yang bilang dicuri, bukan?" "Sebaliknya," kata inspektur itu, teringat pada keempat buah jam tersebut Mrs. Curtin memandangnya tidak mengerti. "Apa masalahnya?" tanyanya. "Seorang lakilaki ditemukan mati di iuang duduk Wilbraham Crescent No. 19 siang ini." Mrs. Curtin terbelalak. Ernie Cuitin bergerak-gerak penuh gairah, membuka mulutnya untuk berseru, "Huu?"tapi berpikir bahwa itu bukan cara yang sopan untuk menarik perhatian tentang kehadirannya di sana, lalu dia menutup mulutnya kembali. "Mati?" kata Mrs. Curtin tidak percaya. Dan dengan lebih tidak percava lagi, "Di ruang duduk}" "Ya. Dia telah ditikam." "Anda maksud itu pembunuhan}" "Ya, pembunuhan." "Siapa pembunuhnya?" tuntut Mrs. Curtin. "Saya khawatir kami belum sampai sejauh itu," kata Inspektur Hardcasde. "Kami pikir mungkin Anda dapat membantu kami." "Sava tidak tahu apa-apa tentang pembunuhan," kata Mi s. Curtin jujur. "Tidak, tetapi ada satu atau dua hal yang terjadi. Pagi ini, misalnya, apakah ada orang yang mampir ke rumah itu?" "Tidak ada, sejauh yang sava ingat. Tidak hari ini. Bagaimana rupa orang itu r" "Seorang lakilaki setengah bava sekitai enam-puluh tahunan, berpakaian rapi, mengenakan jas berwarna gelap. Dia mungkin mengenalkan dirinya sebagai seorang agen asuransi." "Saya tidak akan menyuruh dia masuk," kata Mrs. Curtin. "Pintu tertutup untuk agen-agen asuransi dan orangorang yang menjual vacuum cleaner atau Encyclopaedia Britannica. Pokoknya orangorang seperti itu. Miss Pebmarsh tidak suka membeli barang yang dijual di muka pintu dan saya juga tidak." "Nama orang itu, menurut kartu yang ada padanya, adalah Mr. Curry. Apakah Anda pernah mendengar nama itu?" "Curry" Curry?" Mrs. Curtin menggelengkan kepalanya. "Seperti nama orang Indian saja," katanya curiga. "Oh, tidak," kata Inspektur Hardcastle, "dia bukan orang Indian." "Siapa yang menemukannya"Miss Pebmarsh?" "Seorang wanita muda, seorang pengetik steno, yang datang ke sana karena suatu kesalahpahaman, dia pikir dia ditugaskan untuk melakukan sesuatu hal bagi Miss Pebmarsh. Dialah yang menemukan mayat itu. Miss" Pebmarsh kembali hampir pada waktu yang sama." Mrs. Curtin menarik napas panjang. "Bukan main," katanva. "Bukan main!" "Lain kali kami mungkin akan meminta Anda," kata Inspektur Hardcastle, "untuk melihat mayat orang itu dan mengatakan pada kami kalaukalau Anda pernah melihatnya di Wilbraham Crescent atau datang ke rumah itu sebelumnya. Miss Pebmarsh sangat yakin kalau orang itu belum pernah ke sana. Sekarang ada beberapa hal kecil yang ingin sava ketahui. Dapatkah Anda mengingat di luar . kepala berapa buah jam yang ada di ruang duduk?" Mrs. Curtin langsung menjawab. "Ada jam besar di pojok mangan, jam yang berbandul, dan ada jam kukuk di dinding. Burungnya meloncat ke luar dan berbunyi 'kukuk5. Kadangkadang membuat Anda terkejut setengah mati." Dia buru-buru menambahkan, "Sava tidak menyentuh satu pun dari mereka. Tidak pernah. Miss Pebmarsh lebih suka memutarnya sendiri." "Tidak ada masalah dengan jam-jam itu," inspektur itu menenangkan n va. "Anda yakin bahwa hanya dua jam itu yang ada dalam njangan itu pagi ini?" "Tentu. Apa harus ada yang lain?" "Misalnya, apa tidak ada jam kotak kecil dari perak yang disebut jam kereta, atau jam kecil bersepuh emas"di atas perapian, atau jam porselen dengan bunga-bunga di atasnya"atau jam dari kulit vang bertuliskan Rosemarv di ujung bagian atas?" "Tentu saja tidak. Tidak ada barang begituan." "Anda pasti memperhatikannya sekiianya benda-benda itu ada di sana?" "Tentu saja." "Setiap jam dari keempat jam itu menunjukkan waktu sekitar satu jam lebih cepat daripada jam kukuk dan jam besar itu." "Mestinya jam asing," kata Mrs. Curtin. "Saya dan suami saya pernah pergi berkereta ke Swiss dan Italia dan di sana waktu lebih cepat satu jam. Pasti ada hubungannya dengan Pasar Bersama Eropa. Saya tidak suka Pasar Bersama Eropa, begitu juga Mr. Curtin. Inggris cukup baik buat saya." Inspektur Hardcasde menghindari pembicaraan tentang politik. "Dapatkah Anda mengatakan kapan tepatnva Anda meninggalkan rumah Miss Pebmarsh siang ini?" "jam dua belas lewat seperempat, sekitar itu," kata Mrs. Curtin. "Apakah Miss Pebmarsh ada di rumah waktu itu?" "Tidak, dia belum pulang. Dia biasanya pulang antara jam dua belas dan jam setengah satu." "Dan dia meninggalkan lumahnya"kapan?" "Sebelum saya datang. Jam saya menunjukkan jam sepuluh." "Yah, terima kasih, Mrs. Curtin." "Kelihatannya aneh... jam-jam itu maksud saya," kata Mrs. Curtin. "Mungkin Miss Pebmarsh habis dari pasar loak. Antik, bukan" Kelihatannya memang barang loakan"dari cara Anda mengatakannya." "Apakah Miss Pebmarsh sering pergi ke pasar loak?" "Membeli sebuah karpet bulu kirakira empat bulan yang lalu. Lumayan baik kondisinya. Sangat murah, katanya. Membeli beberapa gorden beludru juga. Harus dipotong dulu, tetapi kelihatannya masih seperti baru." "Tetapi dia tidak biasa membeli barangbarang yang tidak perlu atau barangbarang semacam lukisan atau porselen atau barangbarang seperti itu di pasar loak?" Mrs. Curtin menggelengkan kepalanya. "Tidak, sepanjang yang saya ketahui, tetapi tentu saja, tidak ada jeleknya ke pasar loak, bukan" Maksud saya, Anda bisa terhanyut. Ketika Anda pulang Anda berkata pada diri sendiri untuk apa aku membeli barangbarang ini"* Dia membeli enam botol selai sekaligus. Ketika saya melihatnya, saya pikir saya dapat membuatnya sendiri dengan lebih murah. Cangkir-cangkir dan tatakannya, juga. Saya dapat memperoleh yang lebih baik di pasar pada hari Rabu." Dia menggelengkan kepalanya dengan sedih. Merasa bahwa dia tidak dapat memperoleh apa-apa lagi pada saat itu, Inspektur Hardcasde pergi, Ernie kemudian menyumbangkan pikirannya pada topik yang baru saja didiskusikan tadi. "Pembunuhan! Huu!" kata Ernie. Dalam sekejap saja perang angkasa luar dalam pikirannya sudah digantikan dengan topik hari ini tentang kejadian seram yang sungguhsungguh terjadi. "Miss Pebmarsh tidak mungkin membunuhnya, bukan?" Ernie bertanya dengan penuh gairah. "Jangan tolol," kata ibunya. Sebuah pikiran melintas dalam otaknya. "Apa sebaiknya tadi kukatakan padanya tentang?" "Tentang apa, Bu?" "Kau tidak perlu tahu," kata Mrs. Curtin. "Bukan apa-apa, kok." BAB 6 NARASI COLIN SETFXAH makan dua porsi bistik yang dimasak dengan baik, lalu mengguyurnya dengan bir, Dick Hardcastle mengembuskan napas penuh kepuasan, mengatakan bahwa dia merasa lebih baik dan berkata, "Peduli amat dengan agen-agen asuransi yang mati, jam-jam lucu, dan gadis-gadis yang menjerit-jerit! Mari kita bicarakan dirimu, Colin! Kupikir kau sudah selesai dengan belahan dunia bagian sini. Tetapi ternyata kau masih berkeliaran di jalan-jalan di Crowdean. Kukatakan padamu, tidak ada ruang gerak untuk seorang ahli biologi laut di Crowdean." "Jangan mengejek biologi laut, Dick. Itu adalah bidang yang sangat berguna. Menyebutkan namanya saja sudah dapat membuat orang bosan dan mereka begitu takut kalau kau akan membicarakannya, sehingga kau tidak pernah punya kesempatan untuk menjelaskan tentang dirimu sendiri lebih lanjut." "Tidak ada kesempatan untuk membanggakan dirimu, eh?" "Kau lupa," kata saya dingin, "bahwa aku adalah seorang ahli biologi laut. Aku mendapatkan gelar kesarjanaannya di Cambridge. Meskipun bukan gelar yang sangat baik, tetapi pokoknya tetap sebuah gelar. Itu adalah sebuah bidang yang sangat menarik sekali, dan suatu hari kelak aku akan kembali menekuninya." "Aku tahu apa yang kaulakukan selama ini, tentu saja," kata Hardcastle. "Dan selamat untukmu. Larkin akan disidangkan bulan depan, bukan?" "Ya." "Caranya menyelundupkan barangbarang itu selama ini sungguh mengagumkan. Kau pikir seseorang akan mencurigainya?" "Mereka tidak mencurigainya, kau tahu. Kalau kau pikir seseorang adalah orang yang sangat baik, maka kau tidak akan menyangka bahwa dia itu sebetulnya bukan." "Dia mestinya cerdik," komentar Dick. Saya menggelengkan kepala. "Tidak, kurasa tidak. Kupikir dia hanya melakukan apa yang diperintahkan saja. Dia harus mengambil dokumendokumen yang sangat penting. Dia keluar dengan membawa dokumendokumen itu untuk difoto dan dikembalikan kepadanya lagi, dan dokumendokumen itu kembali ke tempat asalnya pada hari itu juga. Organisasi yang baik. Dia mempunyai kebiasaan untuk makan stang di tempat yang berbeda-beda setiap harinya. Kami pikir dia menggantungkan mantelnya di mana selalu ada mantel yang persis sama" meskipun orang yang memakai mantel yang satu itu tidaklah selalu orang yang sama. Mantel-mantel itu ditukar, tetapi orang yang menukarnya tidak pernah berbicara dengan Larkin, dan Larkin tidak pernah berbicara padanya. Kami ingin mengetahui lebih banyak tentang cara kerjanya. Semuanya direncanakan dengan sangat baik dengan perhitungan waktu yang sempurna. Seseorang vang puma otak cemerlang." "Dan itu sebabnya mengapa kau masih berkeliaran di Pangkalan Angkatan Laut di Ponlebury?" "Ya, kami tahu pangkalannya di Pangkalan Angkatan Laut itu dan ujung satunya di London. Kami tahu kapan dan di mana tepatnya Larkin mendapat upahnya dan bagaimana. Tetapi ada sebuah gap. Di antara keduanya ada sebuah organisasi kecil yang sangat bagus. Itulah bagian yang ingin kami ketahui lebih banyak, sebab itulah bagian di mana otak-otaknya berada. Di suatu tempat tertentu ada sebuah kantor pusat vang sangat baik, dengan perencanaan yang hebat, vang meninggalkan jejak yang membingungkan bukan hanya sekali saja tetapi mungkin tujuh atau delapan kali." "Untuk apa Larkin melakukannya?" tanya Hardcastle, ingin tahu. "Seorang idealis politik" Menyombongkan harga dirinya" Atau semata-mata untuk uang?" "Dia bukan seorang idealis," kata saya. "Hanva uang, kurasa." "Udak dapatkah kau menangkapnya lebih cepat dengan cara itu" Dia menghabiskan uangnya, bukan" Dia tidak menabungnya." "Oh, memang tidak, dia menghamburkannya. Sebenarnya, kami menangkapnya lebih cepat daripada dugaan kami." Hardcastle menganggukkan kepalanya mengerti. "\ku tahu. Kau membuatnya bingung dan kemudian kau memanfaatkannya sedikit. Begitu, kan?" "Kirakira begitu. Dia sempat memberikan beberapa informasi yang cukup berharga sebelum kami menangkapnya, jadi kami membiarkannya memberi informasi lebih banyak, yang ternyata juga berharga. Di tempatku, kami harus berpurapura seperti orangorang bodoh kadang-kadang." "Kurasa aku tidak peduli dengan pekerjaanmu, Colin," kata Hardcastle sambil berpikir. "Itu bukan pekerjaan yang menegangkan seperti yang dikira masyarakat," kata saya. "Kenyataannya, kadang-kadang sangat membosankan. Tetapi ada sesuatu di balik it J. Pada masa ini orang sering merasa bahwa sebetulnya tidak ada suatu hal pun yang betul-betul rahasia. Kami tahu rahasia mereka dan mereka tahu rahasia kami. Agen-agen kami sering adalah agen-agen mereka juga, dan agen-agen mereka sering sekali adalah agen-agen kami. Pada akhirnya siapa yang menipu siapa meniadi semacam mimpi buruk. Kadangkadang kupikir setiap orang mengetahui rahasia orang lain dan mereka bersekutu untuk berpurapura tidak tahu." "Aku mengerti maksudmu," Dick berkata sambil berpikir. Kemudian dia menatap saya, ingin tahu. "Aku mengerti mengapa kau masih berkeliaran di Portlebury. Tetapi Gowdc-an sepuluh mil jauhnya dari Portlebury." "Yang kukejar sebenarnya," kata saya, "adalah Crescent." "Bulan sabit?" Hardcastle kelihatan bingung. "Ya. Atau alternatifnya, bulan. Bulan baru, bulan terbit dan lain-lain. Aku memulai pencarianku di Portlebury sendiri. Ada sebuah pub di sana bernama The Crescent Moon (Bulan Sabit). Aku menghabiskan banyak waktu di sana. Kelihatannya cocok. Kemudian ada The Moon and Stars, The Rising Moon, The Jolly Sickle, The Cross and The Crescent"yang terletak di tempat terpencil bernama Seamede. Tidak ada apa-apanya. Kemudian kutinggalkan bulan dan beranjak pada Crescent, Sabit. Ada beberapa Crescent di Portlebury. Lansbury Crescent, Aldtidge Crescent, Livermead Crescent, Victoria Crescent." Saya melihat wajah Dick yang bingung dan tertawa. "Jangan bengong, Dick. Aku mempunyai sesuatu yang nyata yang mengawali pencarianku." Sava mengeluarkan dompet, mengambil Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo selembar kertas dan mengulurkarmya pada Dick. Kertas itu adalah sehelai kertas tulis hotel yang di atasnya tergambar sebuah sketsa kasar. . "Seseorang bernama Hanbury memilikinya dalam dompetnya. Hanbury banyak berjasa dalam kasus Lai kin. Dia baik " sangat baik. Dia ditabrak lari di London oleh sebuah mobil. Tidak seorang pun mengingat nomornya. Aku tidak mengeiti artinya, tapi itu pasti sesuatu yang ditulis Han-burv, atau disalinnya, karena dia pikir itu penting. Apa dia punya suatu ide" Atau sesuatu yang dia lihat atau dengar" Sesuatu yang ada hubungannya dengan bulan atau bulan sabit, angka 61 dan inisial W" Aku mengambilnya setelah kematiannya. Aku tidak tahu apa yang kucari sekarang, tetapi aku yakin pasti ada sesuatu. Aku tidak tahu apa artinya 61, Aku tidak tahu apa artinya W. Aku sudah menyelidik dalam sebuah radius dengan Portleburv sebagai titik pusatnya. Pekerjaan berat selama tiga minggu terus-menerus dan sia-sja. Crowdean adalah tujuanku sekarang. Itulah alasan semuanya. Terus terang, Dick, aku tidak mengharap banyak dari Crowdean. Hanya ada satu descent di sini. Wilbraham Crescent. Lumayan cocok dengan W, bukan" Aku tadinya ingin berjalan-jalan sepanjang Wilbraham Crescent dan melihat bagaimana lupanya nomor 61 sebelum bertanya padamu kalau kau punya keterangan rahasia yang dapat membantuku. Itulah vang kulakukan siang ini"tetapi aku tidak dapat menemukan nomor 61," Hotel Harrington Berneis Street London W.2. 61 W "Seperti yang kukatakan tadi, 61 didiami oleh seorang kontraktor lokal." '*Dan itu bukan yang kucari. Apakah mereka mempunyai pembantu asing?" "Mungkin. Banyak orang yang melakukannya sekarang ini. Jika demikian dia akan terdaftar. Kucari kau untukmu besok," "Trims, Dick." "Aku akan mengadakan penyelidikan rutin besok pada kedua rumah dt sebelah nomor 19. Apakah mereka melihat seseorang masuk ke rumah itu, dan lain-lain. Aku mungkin menyertakan rumah-rumah yang langsung terletak di belakang nomor 19, yang kebun-kebun belakangnya berhadap-hadapan dengannya. Kupikir 61 terletak hampir langsung di belakang 19, Aku "dapat mengajakmu kalau kau mau." Saya segera menerima tawarannya "Aku akan menjadi Sersan Larnb-mu dan mencatat-catat." Kami sepakat bahwa saya harus datang ke pos polisi pada pukul sembilan tiga puluh keesokan harinya. Keesokan harinya saya tiba tepat pada waktu vang dijanjikan dan menemukan teman saya lagi marah-marah. Ketika dia sudah menyuruh keluar bawahannya yang ketakutan, saya bertanya dengan hati-hati tentang apa yang terjadi. Untuk beberapa saat Hardcastle kelihatannya tidak mampu berbicara. Kemudian dia menyembur, "Jam-jam sialan!" "Jam-jam itu tagi" Ada apa sekarang?" "Satu hilang." "Hilang" Yang mana?" "Jam bepergian dari kulit. Yang ada tulisan 'Rosemary* di pojoknya." Sava bersiuh "Kelihatannya sangat luar biasa. Bagaimana bisa begitu?" "Orangorang goblok"dan aku salah seorang dari mereka, kurasa?" (Dick adalah orang yang sangat jujur) ?"Setiap orang harus ingat untuk mencoret setrap menulis t dan memberi titik setiap menulis i atau semuanya akan berantakan. Yah, jam-jam itu ada di sana kemarin, di ruang duduk. Aku meminta Miss Pebmarsh meraba semuanva untuk melihat kalaukalau dia mengenalnya. Ternyata tidak. Kemudian mereka masuk untuk mengangkat mayat itu." "Ya?" "Aku pergi ke luar untuk mengawasi, terus aku masuk kembali ke rumah itu, berbicara dengan Miss Pebmarsh yang ada di dapur dan berkata aku harus membawa jam-jam tersebut dan akan memberinya sebuah tanda terima untuk itu." "Aku ingat. Aku mendengarmu," "Kemudian aku berkata pada gadis itu bahwa dia bisa pulang dengan salah satu mobil kami dan memintamu mengantarkannya ke mobil." "Ya." "Aku memberi Miss Pebmarsh tanda terima itu, meskipun dia berkata bahwa itu tidak perlu, sebab jam-jam itu toh bukan kepunyaannya. Kemudian aku bergabung denganmu. Aku menyuruh Edwards membungkus jam-jam yang ada di ruang duduk dengan hati-hati dan membawanya kemari. Semuanya, kecuali jam kukuk dan, tentu saja, jam yang besar itu. Dan itulah salahku. Aku mestinya berkata, dengan jelas, empat buah jam. Edward berkata dia langsung masuk ke dalam dan mengerjakan perintahku. Dia tetap yakin kalau hanya ada tiga jam saja, selain dua jam yang tetap pada tempatnya itu." "Jadi tidak ada cukup waktu." kata saya. "Artinya?" "Millicent Pebmarsh itu mungkin melakukannya. Dia mungkin memungut jam itu setelah aku meninggalkan ruangan dan langsung pergi ke dapur dengan membawanya." "Bisa juga. Tapi mengapa?" "Banyak yang harus kita pelajari. Apa ada orang lain" Apa mungkin gadis itu yang melakukannya?" Saya menjawab, "Rasanya tidak. Aku " *' Saya berhenti, teringat sesuatu.. "Jadi, mungkin dia," kata Hardcastle. "Teruskan. Kapan?" "Kami baru saja hendak masuk ke mobil polisi," kata saya sedih. "Katanya, sarung tangannya ketinggalan. Aku berkata, 'Kuambilkan untukmu' dan dia berkata, 'Oh, aku tahu di mana tepatnya kuletakkan tadi. Aku tidak keberatan masuk ke ruang itu sekarang, karena mayatnya sudah tidak ada lagi* dan dia berlari masuk ke dalam. Tapi dia hanya pergi selama satu menit?" "Apakah dia memakai sarung tangannva, atau dipegangnya ketika dia kembali bergabung denganmu?" Saya raguragu. "Ya"ya, kurasa begitu." "Jelas tidak," kata Hardcastle, "kalau benar kau tak akan raguragu." "Dia mungkin memasukkannya dalam tasnya." "Masalahnya adalah," kata Hardcastle dengan nada menuduh, "kau tertarik pada gadis itu." "Jangan tolol," saya mempertahankan diri dengan gigih. "Aku baru melihatnya pertama kali kemarin siang, dan itu bukan suatu perkenalan yang romantis." "Aku tidak yakin," kata Hardcastle. "Tidak * setiap hari seorang lakilaki muda tiba-tiba mendapatkan seorang gadis jatuh ke dalam pelukannya'sambil menjerit minta tolong dengan gaya Zaman Victoria vang beradab. Membuat >eorang lakilaki merasa dirinya seperti seorang pahlawan dan seorang pelindung yang sejati. Hanya saja kau harus berhenti melindunginya. Itu saja. Sepanjang yang kauketahui, gadis itu mungkin terlibat dalam urusan pembunuhan ini," "Apakah maksudmu sesungguhnya, gadis yang ramping itu menikamkan pisau ke badan orang itu, menyembunyikan senjatanya di suatu tempat dengan cermat, sehingga tak ada satu pun dari orang-orangmu yang dapat menemukannya, kemudian dengan sengaja menghambur keluar dari rumah itu dan menjerit-jerit histeris untuk menipuku?" "Kau akan terkejut kalau tahu bagaimana pengalamanku," kata Hardcastle muram, "Tidakkah kau sadar," kata saya berang, "bahwa hidupku penuh dengan mata-mata cantik dari berbagai bangsa" Mereka semua mempunyai ukuran vital yang dapat membuat seorang detektif Amerika melupakan semua tujuannya. Aku kebal terhadap segala daya tarik wanita." "Setiap orang akan gagal juga sekali waktu," kata Hardcastle. "Itu semua tergantung tipenva. Slieila Webb kelihatannya adalah tipe gadis idam-anmu." "Omong-omong, aku tidak mengerti mengapa kau begitu bersikeras menuduhnya dalam hal ini." Hardcastle mengeluh. "Aku tidak menuduhnya"tapi aku hai us mulai pada suatu titik. Mayat itu ditemukan di lumah milik Pebmarsh. Itu melibatkannya. Mavat itu ditemukan oleh Sheila Webb "aku tidak perlu mengatakan padamu betapa seringnya orang yang pertama kali menemukan sebuah mayat adalah orang yang terakhir kali melihatnya dalam keadaan hidup. Sampai ada fakta-fakta batu yang muncul, dua orang itu tetap masuk perhitungan," "Ketika aku memasuki ruangan itu sekitar pukul tiga lebih, orang itu sudah mati paling tidak setengah jam sebelumnya, mungkin lebih. Bagaimana dengan hal itu?" "Sheila Webb makan siang dari jam 1.30 sampai jam 2,30." Saya memandangnya geram. "Apa yang telah kauketahui tentang Curry?" Hardcastle menjawab dengan kepahitan yang tak saya sangka-sangka, "Nihil." "Apa maksudmu"nihil?" "Hanya bahwa dia tidak pernah hidup" tidak ada orang dengan nama itu." "Apa kata Perusahaan Asuransi Metropolis?" "Mereka tidak bisa bilang apa-apa, sebab tidak ada pemsahaan seperti itu. Perusahaan Asuiansi Metropolis and Provincial tidak pernah berdiri. Sejauh itu menyangkut Mr. Curry dari Denvers Street, tidak ada Mr, Curry, tidak ada Denvers Street No. 7 atau nomor berapa pun." "Menarik," kata saya. "Maksudmu dia mencetak kartu nama palsu dengan nama, alamat, dan perusahaan asuransi palsu?" "Mungkin." "Apa maksudnya sebetulnya, menurut kau?" Hardcastle mengangkat bahu. "Sekarang masih teka-teki. Mungkin dia mengumpulkan premi palsu. Mungkin itu caranya memperkenalkan diri ke rumah-rumah dan melakukan penipuan yang meyakinkan. Dia mungkin seoi ang pengecoh atau seorang penipu yang hebat atau seorang pemungut uang yang tidak penting atau seorang agen penyelidik. Kami betul-betul tidak tahu." "Tetapi kau akan menemukannya." 'Oh, ya, kami akan tahu akhirnya. Kami mengirim sidik jarinya untuk melihat apakah dia pernah punya perkara dan tercatat di kantor polisi" Jika memang ada, maka itu merupakan suatu kemajuan besar dalam kasus ini. Jika tidak, kasus ini akan lebih rumit." "Seperti kerah kemeja palsu," kata saya sambil berpikir. "Aku lebih menyukainya. Membuka " kemungkinan-kemungkinan-" "jHanya kemungkinan-kemungkinan yang kita peroleh sejauh ini." "Kapan pemeriksaannya dilaksanakan?" "Lusa. Semata-mata formal dan tertutup untuk sementara," "Apakah bukti medisnya?" "Oh, ditikam dengan benda tajam. Sesuatu yang mirip dengan pisau sayur." "Itu sepertinya membebaskan Miss Pebmarsh, bukan?" kata saya sambil berpikir, "Seonang wanita buta tidak mungkin mampu menikam seseorang. Dia betul-betul buta, bukan?" "Oh, ya, dia buta. Kami sudah memeriksanva. Dan dia tepat seperti yang dikatakannya. Dia dulunya adalah guru matematika di sekolah North Country"kehilangan penglihatannya kirakira enam belas tahun yang lalu"mengambil kursus Braille dan lain-lain, dan akhirnya mendapat jabatan di Aaronberg Institute di sini." "Dia mungkin terganggu jiwanya, bukan?" "Dalam penentuan atas jam-jam dan agen-agen asuransi?" "Semuanya memang terlalu fantastis unruk dikatakan." Saya berbicara dengan antusias. "Seperti Ariadne Oliver dalam keadaannya yang terburuk, atau almarhum Garry Gregson pada puncak?" "Teruskan"senangkanlah hatimu. Kau bukan agen DDI yang lagi bertugas. Kau tidak perlu memuaskan hati seorang inspektur atau seorang kepala polisi dan seterusnya." "Oh! Mungkin kita akan mendapatkan sesuatu yang berguna dai i para tetangga." "Aku meragukannya," kata Hardcastle pahit. "Jika orang itu ditikam di halaman depan dan dua orang bertopeng membawanya masuk ke rumah "tak seorang pun akan melihat ke luar jendela atau melihat sesuatu. Ini bukan sebuah desa, sialnya. Wilbrahara Crescent adalah sebuah jalan untuk tempat tinggal yang beradab. Sampai jam satu siang, wanitawanita pekerja harian yang mungkin saja melihat sesuatu sudah pulang semua. Bahkan tidak ada kereta bayi yang didorong sepanjang?" Tidak ada seorang tua invalid yang duduk sepanjang hari di depan jendela?" "Itu yang kita inginkan"tetapi kita tidak mempunyainya." "Bagaimana halnya dengan nomor 18 dan 20?" "Nomor 18 didiami oleh Mr. Waterhouse, seorang manajer personalia di perusahaan Gainsford and Swettenham, pengacara, dan saudara perempuannya yang menghabiskan waktu senggangnya dengan mengurusnya. Yang kuketahui seluruhnya tentang nomor 20 adalah bahwa wanita yang tinggal di sana memelihara sekitar dua puluh ekor kucing. Aku tidak suka kucing?" Saya berkata padanya bahwa kehidupan seorang polisi adalah berat, dan kami pun berangkat. BAB 7 MR, WATERHOUSE menuruni anakanak tangga di Wilbraham Crescent No. 18 dengan khawatir, menengok dengan cemas ke arah saudara perempuannya. "Kau yakin kau akan baik-baik saja?" kata Mr. Waterhouse. Miss Waterhouse mendengus dengan sedikit berang. "Aku sungguh tidak mengerti maksudmu, James." Mr. Waterhouse kelihatannya merasa bersalah. Dia harus begitu sering kelihatan merasa bet salah sehingga itu merupakan kebiasaan yang tampak pada air mukanya. "Ya, aku hanya bermaksud, Sayang, mempertimbangkan apa yang terjadi di sebelah kema-nn... Mr. Waterhouse sedang siap-siap untuk berangkat ke kantor pengacara di mana dia bekerja. Dia adalah orang yang rapi, dengan rambut keputihan serta bahu yang sedikit bungkuk dan raut muka yang juga keputih-putihan, bukan kemerah-merahan, kendati tidak dapat dikatakan tidak sehat. Miss Waterhouse adalah wanita yang tinggi, dengan bahu persegi, dan merupakan jenis wanita yang tidak percaya akan segala omong kosong tentang dirinya serta sangat tidak tahan dengan omong kosong tentang orang lain. "Apakah ada alasan tertentu, James, karena ada orang terbunuh di rumah sebelah sehingga aku akan dibunuh hari ini?" "Yah, Edith," kata Mr. Waterhouse, "itu sangat tergantung, bukan"pada siapa pembunuhnya?" "Kau pikir, kenyataannya, ada seseorang yang mondar-mandir sepanjang Wilbraham Crescent dan memilih seorang korban di setiap rumah" Sungguh, James, itu sepertinya menghina Tuhan." "Menghina Tuhan, Edith?" kata Mr. Waterhouse sangat terkejut. Pernyataan seperti itu tidak mungkin terlintas dalam pikirannya. "Peringatan dari bangsa Yahudi yang bebas dari perbudakan Mesir," kata Miss Waterhouse. "Itu, kuingatkan kau, termaktub di Kitab Suci." "Kurasa itu terlalu jauh, Edith," kata Mr. Waterhouse. "Aku betul-betul ingin melihat seseorang datang kemari, untuk mencoba membunuhi," kata Miss Waterhouse bersemangat. Saudara laki-lakinya membayangkan bahwa itu sart_at tidak mungkin. Jika dia pribadi disuruh memilih korban, dia tidak akan memilih saudara perempuannya. Jika seseorang hendak mencoba hal itu, maka kemungkinan besar si penyerang sendiri yang akan dipukul sampai pingsan dengan sebuah alat pengorek bara atau sebuah pegangan pintu dari timah dan dikirim ke pos polisi dalam kondisi berdarah dan menyedihkan. "Maksudku hanya," kata Mr. Waterhouse, dengan perasaan bersalah yang lebih mendalam, "ada"yah " karakter-karakter yang Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo jelas-jelas tidak kita inginkan sedang berkeliaran." "Kita betul-betuj tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi,"^ kata Miss Waterhouse. "Berbagai macam kabar burung telah tersiar ke mana-mana. Mrs. Head punya cerita yang luar biasa pagi ini." "Kukira begitu, kukira begitu," kata Mr. Waterhouse. Dia melihat jamnya. Dia sama sekali tidak ingin mendengarkan cerita-cerita yang dibawa oleh pembantu harian mereka yang suka omong itu. Saudara perempuannya tidak pernah lupa mencemoohkan kebenaran dari khayalan-khayalan mengerikan itu, tetapi meskipun demikian dia menikmatinya. "Ada yang bilang," kata Miss Waterhouse, "orang itu adalah bendahara atau salah satu pelindung Aaronberg Institute dan bahwa ada sesuatu yang salah dengan pembukuannya, dan dia datang ke Miss Pebmarsh untuk menyelidikinya." "Dan Miss Pebmarsh membunuhnya?" kata Mr. Waterhouse sedikit menggoda. "Seorang wanita buta" Tentunya?" "Menyelipkan seutas kabel pada lehernya dan mencekiknya," kata Miss Waterhouse. "Orang itu tidak mungkin berjaga-jaga, kau tahu. Siapa yang akan berjaga-jaga menghadapi orang buta" Bukaimya aku sendiri Sebilah Pedang Mustika 3 Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong Samurai Pengembara 1 1

Cari Blog Ini