Ceritasilat Novel Online

Mengail Di Air Keruh 1

Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie Bagian 1


TAKEN AT THE FLOOD by Agatha Christie .... "Copyright " 1948 by Agatha Christie Mallowan
MENGAIL DI AIR KERUH Alih bahasa: Ny. Suwami A.S. GM 402 89.446
Hak apta terjemahan Indonesia:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
J]. Palmerah Selatan 24 - 26, Jakarta 10270
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
anggota IKAPI, Jakarta, Januari 1989
Cetakan kedua: Agustus 1989 Cetakan ketiga: Maret 1992
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buka ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Fnpwtakaan Nasional : katalog dalam terbitan (KDT)
CHRISTIE, Agatha Mengail di air keruh / Agatha Christie ; alihbahasa, Suwanri A.S. - Jakarta :
Gramedia, 1989 368. hal.; 18 cm. Judul asli : Taken at the flood ISBN 979-403-446-0.
fiksi Inggris. Dalam hidup manusia ada pasang ada surut, Bila arus pasang, nasib baik yang
menanti... Bila diabaikan, maka perjalanan hidup akan terikat pada tempat yang
dangkal, penuh kepedihan.
Di laut lepas kita kini terapung. Dan kita harus mengikuti arus, Bila tak mau
kehilangan kesempatan. PROLOG Di setiap club selalu ada seseorang yang membosankan. Tak terkecuali di
Coronation Club; dan adanya serangan udara, tidak mengubah kegiatan sehari-hari
di situ. Mayor Porter, bekas perwira Angkatan Darat di India, melipat korannya dengan
bunyi gemerisik, lalu menelan air liurnya. Semua orang tak mau melihat ke
arahnya, tapi tak ada gunanya.
"Rupanya kematian Gordon Cloade dimuat dalam Times," katanya. "Pemberitaannya
tentu dinyatakan dengan sederhana sekali. Meninggal pada tanggal 5 Oktober,
akibat serangan musuh Alamatnya tidak dimuat. Sebenarnya rumahnya tak jauh dari
rumahku. Rumah itu besar, terletak di puncak Campden Hill. Aku agak terguncang
juga. Soalnya aku ini kan pengawas. Cloade baru saja kembali dari Amerika
Serikat. Dia ke sana dalam rangka pembelian barang-barang Pemerintah. Di sana
dia menikah. Dengan seorang janda yang lebih pantas menjadi putrinya. Namanya
?Mrs. Underhay. Aku kenal suaminya yang pertama di Nigeria."
Mayor Porter berhenti sebentar. Tak seorang
pun menunjukkan perhatian atau memintanya untuk melanjutkan. Orang-orang dengan
tekun membaca korannya masing-masing, namun hal itu belum cukup untuk mematikan
semangat Mayor Porter. Selalu ada saja riwayat panjang yang diceritakannya,
kebanyakan mengenai orang-orang yang tak dikenal oleh anggota-anggota club itu.
"Sungguh menarik," sambung Mayor Porter, sambil dengan linglung menekuni
sepasang sepasang sepatu kulit yang ujungnya lancip sekali dia paling tak suka ?sepatu seperti itu.
"Seperti sudah kukatakan, aku ini seorang pengawas. Suatu ledakan memang selalu
aneh. Kita tak pernah menduga bagaimana akibatnya. Waktu itu, gudang di bawah
tanah runtuh dan atap rumah habis terenggut. Tapi lantai duanya sama sekali tak
apa-apa. Ada enam orang di dalam rumah itu, tiga orang pembantu, yaitu sepasang
suanu-istrj dan seorang pelayan, Gordon Cloade, istrinya dan abang istrinya.
Mereka semua berada di gudang bawah tanah, kecuali abang istrinya. Dia bekas
anggota pasukan Komando. Dia lebih suka diam-diam di kamar tidurnya sendiri yang
nyaman, di lantai dua. Dan justru dia yang lolos, dia hanya lecet-lecet saja.
Ketiga orang pembantu itu tewas akibat ledakan itu Gordon Cloade terkubur.
?Orang berhasil mengeluarkannya, tapi dia meninggal dalam perjalanan ke rumah
sakit. Istrinya menderita akibat ledakan itu, pakaiannya robek-robek, tapi dia
masih hidup. Kata orang dia
akan pulih kembali. Dia akan menjadi janda yang kaya-raya kekayaan Gordon
?Cloade nilainya lebih dari satu juta."
Mayor Porter berhenti lagi. Matanya beralih dari sepatu kulit itu ke celana
?yang bahannya bergaris-garis ke jas yang berwarna hitam ke kepala yang
? ?berbentuk telur dan kumis yang besar sekali. Pasti dia orang asing! Sebab itu
dia memakai sepatu seperti itu. "Apa-apaan club ini"!" pikir Mayor Porter.
"Sampai-sampai di sini pun ada orang asing." Dia sempat berpikiran begitu
sementara dia berkisah. Mayor Porter sama sekali tidak menyadari bahwa orang asing itu menaruh perhatian
penuh padanya. "Wanita itu pasti berumur tak lebih dari dua puluh lima tahun," lanjutnya. "Dan
dia sudah dua kali menjanda. Atau begitulah pikir wanita itu...."
Dia berhenti lagi, dengan harapan ada yang menunjukkan rasa ingin tahunya atau
?memberikan komentar. Meskipun kedua hal itu tak diperolehnya, dia tetap
melanjutkan, "Sebenarnya aku punya pendapat sendiri mengenai hal itu. Peristiwa itu sungguh
aneh. Sudah kukatakan aku mengenal suaminya yang pertama, yang bernama Underhay.
Dia orang baik pernah menjadi kepala daerah di Nigeria. Semangat kerjanya
?sangat tinggi dia memang orang hebat. Dia mengawini gadis itu di Cape Town. Dia
?berada di sana bersama suatu kelompok kesenian yang sedang mengadakan tur. Dia
cantik, tapi tbnya malang dan dia tak berdaya. Dia mendengarkan Underhay berkisah
berkepanjangan tentang daerah kekuasaannya, dan daerah-daerah yang besar, luas,
dan lapang dan dia mendesah, 'Alangkah indahnya dan berkata bahwa dia 'ingin
?sekali pergi meninggalkan segala-galanya'. Lalu mereka menikah dan gadis itu pun
meninggalkan segala-galanya. Underhay sangat mencintainya. Kasihan dia karena
?gadis itu sejak semula sama sekali tak tergerak hatinya. Dia benci pada hutanhutan di sana, takut sekali pada orang pribumi dan merasa amat bosan. Yang
diingininya adalah bepergian untuk bertemu dengan orang-orang terkemuka, dan
bercakap-cakap tentang kegiatan masing-masing. Hidup terpencil berduaan dalam
hutan sama sekali tak disukainya. Aku sendiri sih belum pernah bertemu
dengannya semua itu kudengar dari Underhay. Dia sangat terpukul. Lalu dia
? mengambil tindakan yang terbaik, dikirimnya wanita itu pulang dan menyatakan
bersedia menceraikannya. Tak lama setelah ini aku bertemu dengan Underhay. Dia
sedang kacau dan ingin sekali mengeluarkan isi hatinya. Dalam hal-hal tertentu,
dia memang kolot dan aneh dia beragama Roma Katolik, dan dia tak suka bercerai.?Katanya padaku, 'Banyak jalan lain untuk memberikan kebebasan pada wanita.'
'Alaa, pikirlah, Teman,' kataku, 'jangan berbuat bodoh. Tak seorang perempuan
pun di dunia ini yang pantas membuat kita sampai menembak diri/
"Dikatakannya bahwa dia sama sekali tidak
bermaksud begitu. 'Tapi aku kesepian sekali,' katanya. 'Aku tak punya sanaksaudara yang mempedulikan diriku. Kalau sampai ada berita tentang kematianku,
Rosaleen akan menjadi janda. Itulah yang diingininya.' 'Lalu kau sendiri
bagaimana"' tanyaku. 'Yah,' katanya, 'mungkin akan muncul seseorang yang memakai
nama Enoch Arden di suatu tempat lain yang beribu-ribu mil jauhnya dari sini,
yang memulai hidup baru.' 'Itu mungkin akan menyusahkannya kelak,' aku
mengingatkannya. 'Ah, tidak,' katanya, 'aku akan memainkan peranku dengan baik.
Robert Underhay akan tetap mati.'
"Aku tidak lagi mengingat-ingat peristiwa itu. Tapi enam bulan kemudian,
kudengar Underhay meninggal karena demam di suatu hutan. Pembantu-pembantunya
yang pribumi bisa dipercaya. Mereka kembali dengan berita yang lengkap dan
terinci dan membawa pula bukti tulisan Underhay sendiri, yang menyatakan bahwa
orang-orang pribumi itu telah melakukan segalanya untuk menolongnya, tapi dia
merasa bahwa ajalnya telah sampai. Dan dia memuji kepala suku pribumi itu. Orang
itu penuh pengabdian terhadapnya, demikian pula para pembantunya. Disuruh
bersumpah apa pun mereka mau. Jadi begitulah ceritanya.... Mungkin Underhay sudah
terkubur di suatu kampung di tengah-tengah daerah khatulistiwa di Afrika, tapi
mungkin pula tidak dan bila tidak, maka Mrs. Gordon Cloade tentu akan shock
?mendengarnya. Dan aku akan menyukurkannya. Aku memang belum pernah bertemu
dengannya, tapi aku bisa mengenali ciri-ciri seorang pengejar harta! Dia benarbenar telah membuat Underhay patah hati. Sungguh kisah yang menarik."
Mayor Porter melihat ke sekelilingnya dengan murung. Dia berharap orang akan
membenarkan pernyataannya itu. Dia mendapatkan tatapan mata yang jemu dan curiga
dari dua orang, pandangan mencuri-curi dari Mr. Mellon yang masih muda, dan
perhatian yang sopan dari M. Hercule Poirot.
Kemudian terdengar bunyi gemerisik koran yang dilipat dan seorang pria ubanan
yang berwajah kaku bangkit dengan tenang dari kursinya di dekat perapian, lalu
keluar. Mulut Mayor Porter jadi agak terbuka, dan Mr. Mellon muda bersiul lirih.
"Nah, rasakan!" katanya. "Tahukah Anda siapa dia?"
'Tentu, kami memang tak akrab, tapi kami saling tahu.... Diajererny Cloade, kan"
Abang atau adik Gordon Cloade" Sialan sekali! Kalau saja aku tahu "
?"Dia seorang pengacara," kata Mr. Mellon. "Bisa-bisa Anda dituntutnya karena
memfitnah, atau merusak nama orang atau semacamnya."
Mr. Mellon memang suka menimbulkarf rasa takut dan kesedihan hati pada seseorang
di tempat-tempat begitu, karena hal itu memang tidak terlarang dalam Undangundang Pertahanan Kerajaan.
Mayor Porter berulang-ulang berkata dengan
kacau, "Sial sekali, sial sekali!"
"Kisah itu pasti akan tersiar ke seluruh Warmsley Heath, malam ini," kata Mr.
Mellon. "Seluruh keluarga Cloade tinggal di situ. Pasti mereka akan begadang dan
membicarakan tindakan apa yang akan diambil."
Pada saat itu tanda "keadaan aman" berbunyi. Mr. Mellon berhenti menakut-nakuti,
lalu dengan halus mengajak temannya, Hercule Poirot, keluar.
"Menyesakkan sekali keadaan di club-club ini," katanya. "Hanya merupakan tempat
berkumpul orang-orang tua yang membosankan. Tapi Porter memang benar-benar yang
paling membosankan. Dia memerlukan waktu tiga perempat jam untuk menjelaskan
kecekatan orang India main tali, dan dia kenal pada semua orang yang ibunya
pernah lewat di Poona!"
Peristiwa di atas terjadi dalam musim gugur tahun 1944. Di akhir musim semi
tahun 1946, Hercule Poirot mendapat kunjungan seorang tamu.
2 Hercule Poirot sedang duduk di meja tulisnya yang rapi pada suatu pagi yang
menyenangkan di bulan Mei, ketika George, pembantunya, mendatanginya lalu
berkata dengan sopan, 13 "Ada seorang wanita yang ingin bertemu Anda, Sir."
"Wanita macam apa?" tanya Poirot hati-hati.
George selalu pandai memberikan gambaran yang teliti dan cermat tentang apa
saja, dan Poirot suka mendengarnya.
"Saya rasa umurnya antara empat puluh dan lima puluh tahun, Sir. Penampilannya
tak rapi dan agak sok berseni. Dia memakai sepatu yang baik untuk berjalan, dari
kulit kasar, stelan rok dan jas dari bahan wol tapi blusnya renda. Memakai ?kalung dari merjan Mesir yang diragukan keasliannya, dan sehelai scarf dari
sifon yang berwarna biru."
Poirot agak merinding mendengarnya.
"Kurasa aku tak ingin menemuinya," katanya.
"Apakah harus saya katakan bahwa Anda kurang sehat, Sir?"
Poirot memandanginya sambil berpikir.
"Kurasa kau sudah mengatakan bahwa aku sedang ada urusan yang penting dan tak
bisa diganggu, bukan?" " ;$s2Sj3ji&.l
George mendehem. "Dia berkata bahwa dia khusus datang dari luar kota, dan dia tak keberatan
menunggu berapa pun lamanya."
Poirot mendesah. "Kita tak pernah bisa melawan apa yang harus terjadi," katanya. "Bila seorang
wanita setengah baya yang memakai merjan Mesir tiruan sudah berketetapan hati
untuk menemui Hercule Poirot
yang terkenal, dan khusus datang dari luar kota untuk itu, maka tak satu pun
bisa menghambat niatnya. Dia akan duduk di ruang depan itu, sampai dia mendapat
apa yang diingininya. Persilakan dia masuk, George."
George pergi, dan sebentar kemudian kembali. Lalu dengan sikap resmi
memberitahukan, "Mrs. Cloade." Wanita yang mengenakan stelan dari bahan wol yang sudah usang dan scarf yang
melambai-lambai itu masuk dengan wajah cerah. Dia mendatangi Poirot dengan
tangan terulur, yang membuat semua kalung merjannya terayun-ayun dan
gemerincing. "M. Poirot," katanya, "saya mendatangi Anda atas petunjuk roh halus."
Poirot mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Begitukah, Madame} Silakan duduk dan ceritakan "?Dia tak sempat melanjutkan kata-katanya.
"Dengan dua cara, M. Poirot. Baik dengan tulisan yang otomatis, maupun melalui
papan ouija. Itu terjadi malam kemarin dulu. Saya dan Madame Elvary (seorang
wanita yang hebat), sedang memakai papan itu. Lalu papan itu berulang kali
memberikan huruf-huruf awal yang sama: H.P. H.P. H.P. Tentu saja saya tak segera
mengerti apa maksudnya. Hal itu memang memerlukan waktu. Kita yang di bumi ini
memang tak bisa melihat dengan jelas. Saya memutar otak mencari orang yang
namanya berhuruf awal 15 begitu. Saya tahu bahwa itu pasti berhubungan dengan peristiwa yang
terakhir sesuatu yang sangat memedihkan. Tapi lama saya baru menyadarinya. Lalu
?saya membeli koran Picture Post (lagi-lagi atas petunjuk roh halus, soalnya
biasanya saya membeli koran New Statesman). Di koran itu ada foto Anda, dan
diceritakan pula apa kegiatan Anda. Nah, segala sesuatu itu selalu ada
maksudnya, hebat bukan, M. Poirot" Jelas bahwa Andalah yang ditunjuk oleh
petunjuk itu untuk menjelaskan persoalan itu."
Poirot mengamat-amatinya sambil merenung. Anehnya, yang menarik perhatiannya
adalah bahwa mata wanita itu tajam dan berwarna biru muda. Hal itu sesuai dengan
jalan pikirannya yang kacau.
"Anda Mrs. Cloade benarkah itu?" Poirot mengerutkan alisnya. "Rasanya saya
? ?pernah mendengar nama itu beberapa waktu yang lalu "
?Wanita itu mengangguk dengan bersemangat.
"Ipar saya yang malang Gordon. Dia kaya-raya dan sering disebut-sebut oleh
?pers. Dia tewas dalam serangan Jerman yang mendadak lebih dari setahun yang
lalu suatu pukulan yang hebat bagi kami semua. Suami saya adiknya. Dia seorang
?dokter. Dokter Lionel Cloade... tapi," ditambahkannya dengan suara yang lebih
halus, "dia tentu sama sekali tak tahu bahwa saya menghubungi Anda. Dia pasti
akan melarang saya. Saya rasa para dokter punya pandangan yang materialistis.
Mereka tak mengenal hal-hal yang berhubungan
dengan roh-roh halus. Mereka menanamkan kepercayaan mereka pada ilmu
pengetahuan tapi menurut saya... apalah ilmu pengetahuan itu apa yang bisa ? ?diperbuatnya?"
Menurut Hercule Poirot, pertanyaan itu tak bisa dijawab kecuali dengan
menggambarkan secara teliti dan cermat mengenai Pasteur, Lister, dan lampu
pengaman dalam tambang ciptaan Humphrey Davy juga mengenai kemudahan-kemudahan
?listrik di rumah dan beratus-ratus kemudahan lain. Tapi itu tentu bukanlah jawab
yang diingini oleh Nyonya Lionel Cloade. Bahkan sebenarnya, pertanyaannya itu
sama sekali bukan pertanyaan. Itu hanya merupakan pernyataan yang tidak
membutuhkan jawaban. Sebab itu Hercule Poirot hanya bertanya saja,
"Dengan cara bagaimana saya bisa membantu Anda, Mrs. Cloade?"
"Apakah Anda percaya akan adanya dunia roh halus, M. Poirot?"
"Saya orang Katolik yang saleh," kata Poirot.
Mrs. Cloade meremehkan agama Katolik, dengan senyum yang mengandung rasa
kasihan. "Buta! Gereja itu buta penuh dengan prasangka dan kebodohan tak mau mengakui
? ?adanya keindahan dunia yang ada di balik dunia ini."
"Saya ada janji penting jam dua belas," kata Poirot.
Pernyataan itu tepat sekali. Mrs. Cloade membungkukkan tubuhnya. "Saya harus
segera menegaskan. Apakah Anda
bisa menemukan seseorang yang hilang, M. Poirot?" .. Alis Poirot terangkat.
"Mungkin bisa," sahutnya hati-hati. "Tapi, Mrs. Cloade, polisi bisa jauh lebih
?mudah melakukannya daripada saya. Mereka memiliki semua sarana yang diperlukan."
Mrs. Cloade melecehkan polisi sebagaimana yang telah dilakukannya terhadap
Gereja Katolik. "Tidak, M. Poirot saya telah dituntun untuk mendatangi Anda oleh tenaga gaib.
? ?Nah, dengarkanlah. Ipar saya, Gordon, menikah beberapa minggu sebelum dia
meninggal, dengan seorang janda muda bernama Mrs. Underhay. Suaminya yang
?pertama diberitakan meninggal di Afrika (kasihan anak malang itu, dia tentu
sedih sekali). Negeri yang misterius Afrika itu."
?"Benua yang misterius," Poirot memperbaikinya. "Mungkin. Di bagian mana "
?Tapi wanita itu nyerocos terus.


Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Di Afrika Tengah. Tempat asalnya voodoo, dan zombie "
?"Zombie itu asalnya dari Hindia Barat."
Mrs. Cloade nyerocos lagi,
" tempat asalnya ilmu hitam perbuatan-perbuatan aneh dan penuh rahasia negeri
? ? ?di mana seseorang bisa lenyap begitu saja dan tak pernah didengar lagi
beritanya." "Mungkin, mungkin," kata Poirot. "Tapi Piccadilly Circus pun begitu juga."
Mrs. Cloade tak mau mendengar tentang
Piccadilly Circus. "Baru-baru ini, M. Poirot, dua kali muncul hubungan melalui roh yang menamakan
dirinya Robert. Setiap kali pesannya selalu sama; Tidak mati.... Kami heran,
soalnya kami tak mengenal orang yang bernama Robert. Waktu kami minta petunjuk
lagi, kami terima pesan ini. 'R.U. R.U. R.U. lalu Katakan pada R. Katakan pada ?R.' 'Katakan pada Robert"' tanya kami. 'Bukan dari Robert. R.U.' 'U. itu
singkatan dari apa"' Lalu M. Poirot, kami terima jawaban yang sangat berarti.
'Little Boy Blue. Little Boy Blue. Ha ha haV Mengertikah Anda?"
"Tidak, kata Poirot. "Saya tidak mengerti."
Wanita itu memandangnya dengan belas kasihan.
"Itu adalah syair lagu nina-bobo yang berjudul Little Boy Blue. 'Tidur nyenyak
Under the Haycock' jadi Underhay mengerti sekarang?"
? ?Poirot mengangguk. Dia ingin bertanya, bila nama Robert disebutkan dengan jelas,
mengapa nama Underhay tidak diperlakukan dengan cara yang sama" Mengapa harus
memakai bahasa khusus seperti mata-mata murahan dalam Dinas Rahasia segala"
Namun dia menahan diri. "Dan nama ipar perempuan saya adalah Rosaleen," Mrs. Cloade menyudahi ceritanya
dengan sikap penuh kemenangan. "Kami dibuat bingung oleh huruf R yang banyak
itu. Tapi maksudnya jelas. 'Katakan pada Rosaleen bahwa Robert Underhay tidak
meninggal'." "Oh, lalu Anda ceritakan padanya?"
Mrs. Cloade kelihatan agak terperanjat.
"Eh anu tidak. Soalnya, maksud saya eh, orang-orang suka bersikap tak
? ? ?percaya. Saya yakin Rosaleen juga begitu. Lalu kasihan anak itu nanti dia akan
?risau dan pasti ingin tahu di mana dia lalu apa yang akan dilakukannya?"
? ?"Salah satu hal yang dilakukannya adalah memperdengarkan suaranya melalui
gelombang udara, bukan" Yah. Memang suatu cara yang aneh untuk menyatakan bahwa
dirinya masih hidup."
"Ah, M. Poirot, Anda tak pernah mendapat 'petunjuk'. Jadi bagaimana kita bisa
tahu persoalannya) Kapten Underhay (atau mayorkah dia) yang malang itu, mungkin
tersekap di suatu tempat di pedalaman Afrika yang gelap. Tapi kalau saja dia
bisa ditemukan, M. Poirot... kalau saja dia bisa dikembalikan pada Rosaleen yang
disayanginya.... Bayangkan betapa akan bahagianya anak itu! Ah, M. Poirot, saya
ini diutus kemari pasti, pasti Anda tak ingin menolak petunjuk dari dunia roh
?halus itu." Poirot memandanginya dengan merenung.
"Bayaran saya tinggi," katanya dengan suara halus, "saya malah bisa berkata
mahal sekali! Apalagi tugas yang Anda berikan tak mudah."
"Astaga malang sekali. Hidup saya dan suami saya susah sekali kami sangat
? ?kekurangan. Kesulitan saya pribadi bahkan lebih besar daripada yang diketahui
suami saya. Saya telah membeli beberapa saham atas petunjuk roh halus dan
? ?1 ternyata saham-saham itu mengecewakan bahkan sangat mengkhawatirkan. Nilainya ?merosot terus, dan saya dengar, sekarang sama sekali tak laku lagi."
Dipandanginya Poirot dengan mata birunya yang murung.
"Saya tak berani menceritakannya pada suami saya. Saya menceritakannya pada
Anda, semata-mata untuk menjelaskan bagaimana keadaan saya. Tapi, M. Poirot,
mempersatukan kembali pasangan suami-istri muda itu merupakan suatu amal yang
?luhur " ?"Keluhuran tidak akan bisa membayar tiket kapal dan kereta api atau pesawat
terbang, Madame yang baik. Tidak pula bisa membayar biaya telegram-telegram yang
panjang, belum lagi biaya interogasi dan saksi-saksi."
"Tapi bila dia ditemukan bila Kapten Underhay ditemukan dalam keadaan hidup dan
?sehat maka maka saya rasa saya bisa berkata dengan yakin, bahwa bila hal itu
? ?sudah dilaksanakan, maka maka tidak akan ada lagi kesulitan untuk eh membayar
? ? ?Anda." "Oh, rupanya Kapten Underhay itu kaya, ya?"
"Tidak. Sebenarnya tidak.... Tapi Anda boleh merasa yakin saya bisa
?memastikan bahwa bahwa keadaan keuangan kami tidak akan sesulit sekarang."
? ?Poirot menggeleng perlahan-lahan.
"Maaf, Madame. Jawabnya adalah, 'Tidak'."
Dia mengalami kesulitan sedikit untuk membuat wanita itu mau menerima jawaban
itu. "1 Setelah akhirnya wam" nu *o"rot berdj
ri, merenung sambil mengerutkan dahinya. Kini dia ingat mengapa nama Cloade itu
tak asing baginya. Dia terkenang akan percakapan di club pada waktu sedang ada
bahaya udara. Serasa terdengar lagi suara Mayor Porter yang membosankan, tak
henti-hentinya mengisahkan suatu cerita yang seorang pun tak mau mendengarnya.
Dia teringat bunyi gemerisik koran dan mulut Mayor Porter yang jadi agak
terbuka, serta air mukanya yang menunjukkan rasa ketakutan.
Tetapi yang dirisaukannya adalah karena dia belum berhasil menilai wanita
setengah baya yang punya keinginan besar, yang baru saja meninggalkannya.
Ocehannya yang lancar tentang dunia roh halus, ketidakjelasannya, scarf-nya yang
melambai-lambai, rantai-rantai dan jimat-jimat yang bergelantungan di
lehernya dan akhirnya kilatan tajam yang mendadak di matanya yang biru pucat,
?yang agak tak serasi dengan semua yang tersebut terdahulu.
"Mengapa sebenarnya dia mendatangi aku?" tanyanya sendiri. "Dan ingin sekali aku
tahu apa yang sedang terjadi di " dia melihat kartu yang terletak di atas meja
?tulisnya 'Warmsley Vale'?"
?Tepat lima hari kemudian dia melihat suatu berita kecil dalam surat kabar malamyang mengabarkan kematian seseorang yang bernama Enoch Arden-di Warmsley Vale,
sebuah desa tua yang kira-kira tiga mil jauhnya dari Lapangan Golf Warmsley Heath yang
terkenal itu. Hercule Poirot berkata pada dirinya sendiri, "Ya, apa gerangan
vang sedang terjadi di Warmsley Vale?"
BAGIAN PERTAMA BAB I Di Warmsley Heath terdapat sebuah lapangan golf, dua buah hotel, beberapa buah
vila modern yang mahal yang menghadap ke lapangan golf, deretan bangunan yang
sebelum perang merupakan toko-toko barang-barang mewah, dan sebuah stasiun
kereta api. Begitu keluar dari stasiun kereta api, di sebelah kiri, terdapat jalan utama
menuju London sedang di sebelah kanan ada sebuah jalan kecil yang melewati ?suatu padang rumput. Di situ terdapat sebuah papan bertulisan Jalan Setapak Ke
Warmsley Vale. Warmsley Vale letaknya tersembunyi di tengah bukit-bukit yang berpohonpohon sangat berbeda dari Warmsley Heath. Tempat itu semula merupakan sebuah
?kota pasar kecil yang kuno, tapi sekarang telah mengalami kemunduran hingga
tinggal merupakan sebuah desa. Di situ terdapat jalan utama yang diapit oleh
rumah-rumah bergaya Georgia, beberapa buah rumah minum dan beberapa buah toko
yang tak bagus. Tempat itu memberikan kesan umum seolah-olah berjarak seratus
lima puluh mil dari London,
padahal sebenarnya hanya dua puluh delapan mil jauhnya.
Penduduknya semuanya membenci perkembangan Warmsley Heath yang pesat dan meluas.
Di daerah pinggiran ada beberapa rumah menarik yang punya kebun model lama.
Salah sebuah di antaranya bernama White House. Ke rumah itulah Lynn Marchmont
kembali, di awal musim semi tahun 1946, setelah bebas dari tugas Dinas Angkatan
Laut Wanita. Pada pagi hari ketiga, dia memandang ke luar dari kamar tidurnya, ke seberang
pekarangan yang tak rapi. Di sana terhampar padang rumput yang ditumbuhi pohonpohon elm. Dia menghirup udara dengan senang. Pagi itu cuaca agak kelabu dan bau
tanah basah yang lembut mengambang di udara. Bau itulah yang dirindukannya
selama dua setengah tahun ini.
Nyaman sekali rasanya sudah pulang kembali, nyaman sekali rasanya berada lagi di
kamar tidurnya sendiri. Kamar tidurnya yang kecil ini, kamar tidur yang sering
dikenang dan dirindukannya, selama dia berada di seberang lautan. Senang sekali
bisa menanggalkan pakaian seragam dan bisa mengenakan rok wol serta jumper lagi,
meskipun sudah banyak dilubangi ngengat selama perang!
Senang sekali sudah bebas dari Dinas Angkatan Laut Wanita dan kembali menjadi
wanita yang bebas, meskipun dia sangat menyukai masa dinasnya di seberang
lautan. Pekerjaan itu cukup
menarik, diselingi dengan pesta-pesta dan banyak hiburan. Meskipun ada pula
pekerjaan rutin yang membosankan, dan ada pula perasaan seolah-olah bersama
teman-temannya sekerjanya mereka merupakan ternak gembalaan. Hal itu kadangkadang membangkitkan keinginannya untuk melarikan diri.
Pada saat-saat yang begitulah, selama musim panas yang menyengat di Timur, dia
terkenang dan sangat merindukan Warmsley Vale serta rumahnya yang tua tapi sejuk
dan menyenangkan. Dia juga merindukan Mama tercinta.
Lynn sangat menyayangi ibunya, tapi kadang-kadang juga merasa jengkel padanya.
Waktu berada jauh dari rumah, dia makin menyayanginya dan lupa akan hal-hal yang
menjengkelkan, atau kalaupun itu diingatnya, maka kenangannya bahkan menambah
rasa rindunya akan rumahnya. Mama tercinta yang benar-benar disayanginya!
Rasanya, apa pun mau dikorbankannya untuk mendengar lagi ucapan-ucapan klise
Mama dengan suaranya yang halus mendesah. Ah, betapa senangnya sudah pulang
kembali, dan tak perlu pergi meninggalkan rumah lagi!
Sekarang dia sudah bebas dari Dinas, bebas dan kembali ke White House. Sudah
tiga hari ini dia kembali. Dan dia sudah mulai diganggu oleh perasaan tak puas
dan gelisah. Semuanya selalu sama saja sama sekali tak ada perubahan rumah ? ?ini, Mama, Rowley dengan tanah pertaniannya, dan keluarga. Yang berubah dan
sebenarnya tak boleh berubah hanyalah dirinya sendiri....
29 "Sayang..." terdengar panggilan halus Mrs, Marchmont dari bawah tangga. "Maukah
gadisku ku bawakan sarapan yang enak?" Dengan tajam Lynn berseru, "Jangan! Saya
akan turun." Ah, mengapa Mama menyebutku "gadisku", pikirnya. Tak lucu!
Dia berlari turun dan masuk ke kamar makan. Sarapannya tidak begitu enak. Lynn
sudah merasakan betapa banyaknya waktu dan perhatian yang dibutuhkan untuk
mencari makan. Mrs. Marchmont hanya seorang diri di rumah, dan berjuang sendiri
dengan memasak dan membersihkan rumah. Hanya empat kali dalam seminggu seorang
-wanita yang kurang bisa diandalkan datang untuk membantu. Umur Mrs. Marchmont
sudah hampir empat puluh waktu Lynn lahir dan kesehatannya tidak begitu baik.
Lynn juga menyadari dengan sedih bahwa keadaan keuangan mereka sudah berubah.
Penghasilan tetap yang kecO tapi mencukupi, hingga mereka bisa hidup tenang
sebelum perang, kini hampir sepatuhnya dipotong pajak. Pajak-pajak, harga
barang-barang kebutuhan, dan upah kerja semuanya naik.
?Ah, dunia baru yang perkasa, pikir Lynn dengan murung. Dia memandangi iklaniklan di koran 'Eks anggota Pasukan Angkatan Udara Wanita mencari pekerjaan yang
membutuhkan inisiatif dan semangat kerja' 'Bekas anggota Pasukan Angkatan Laut
Wanita mencari pekerjaan yang membutuhkan kemampuan organisatoris dan
kepemimpinan' Tenaga-tenaga yang ditawarkan adalah ketram-pilan, insiatif, kepemimpinan.
Tetapi apakah yang dicari" Orang-orang yang pandai memasak dan membersihkan
rumah, atau pandai menulis steno dengan baik. Memeras tenaga orang yang mau
bekerja rutin dan bisa memberikan pelayanan yang baik.
Namun hal itu tak ada pengaruhnya atas dirinya. Masa depannya sudah jelas. Dia
akan kawin dengan sepupunya, Rowley Cloade. Mereka sudah bertunangan tujuh
tahun, tak lama sebelum perang pecah. Sepanjang ingatannya, dia memang bermaksud
menikah dengan Rowley. Pilihan Rowley untuk hidup dari pertanian sejak semula
disetujuinya. Suatu kehidupan yang baik mungkin tidak bergelora, dan harus
?diisi dengan kerja keras. Tapi mereka berdua memang suka akan udara terbuka dan
suka memelihara binatang.
Masa depan mereka memang tidak lagi sebaik semula Paman Gordon selalu
?menjanjikan... Tepat pada saat itu, suara mengeluh Mrs. Marchmont membuyarkan lamunannya,
"Kematian itu merupakan pukulan yang berat sekali bagi kita semua, seperti yang
kutulis dalam suratku, Lynn sayang. Baru dua hari pamanmu Gordon berada di
Inggris ini. Kami bahkan belum sempat bertemu dengannya. Kalau saja dia tidak
bermalam di London. Kalau saja dia langsung kemari."
Lynn yang sedang berada jauh sangat terkejut dan sedih menerima berita kematian
pamannya itu. Tetapi betapa besarnya arti kematian itu, baru kini disadarinya.
Sepanjang ingatannya, hidupnya, hidup mereka semua, diatur oleh Gordon Cloade.
Pria kaya yang tak punya keturunan itu menunjang sepenuhnya hidup seluruh
keluarganya. Juga Rowley... Rowley dan sahabatnya Johnnie Vavasour, mulai bertani dengan
bekerja sama.' Modal mereka kecil, tapi mereka penuh harapan dan semangat. Dan
Gordon Cloade merestuinya.
Pamannya itu telah berkata lebih banyak pada Lynn.
"Tanpa modal orang tak bisa hidup berkecukupan dengan bertani. Tapi pertama-tama
harus dilihat apakah kedua anak muda itu benar-benar punya kemauan dan semangat
untuk maju. Bila sekarang aku membantu mereka, aku tidak akan tahu itu mungkin ?sampai bertahun-tahun. Bila mereka sudah memenuhi syarat, bila aku puas dengan
apa yang mereka lakukan, maka Lynn, kau tak perlu kuatir. Aku akan membiayai
mereka sampai jumlah yang pantas. Jadi, jangan kuatir memikirkan masa depanmu,
Nak. Kaulah istri yang memang diperlukan Rowley. Tapi rahasiakan kata-kataku
ini." Lynn pun merahasiakannya. Tapi Rowley sendiri sudah merasakan perhatian besar
dari pamannya. Dia harus membuktikan pada orang tua itu
bahwa Rowley dan Johnnie memang merupakan sasaran yang baik untuk
menginvestasikan uangnya.
Ya, mereka semua tergantung pada Gordon Cloade. Bukan berarti bahwa anggota
keluarga itu semua pengisap dan penganggur. Jeremy Cloade, umpamanya, adalah
seorang pamer senior dalam sebuah perusahaan pengacara dan Lionel Cloade punya
praktek dokter. Tetapi di balik kehidupan yang penuh karya itu, ada pula jaminan keuangan yang
memberikan rasa aman dan nyaman. Mereka tak pernah merasa perlu berhemat atau
menabung. Masa depan mereka sudah terjamin. Gordon Cloade, seorang duda tanpa
anak, yang menjaminnya. Tak hanya sekali dia menyatakan hal itu pada mereka
semua. Kakaknya yang sudah janda, Adela Marchmont, tetap tinggal di White House,
padahal mungkin sebenarnya dia harus pindah ke sebuah rumah yang lebih kecil
yang tidak terlalu menuntut pemeliharaan. Lynn bersekolah di sekolah-sekolah
kelas satu. Kalau saja tak ada perang, dia pasti bisa mendapatkan pendidikan
mahal yang disukainya. Cek dari Paman Gordon mengalir dengan teratur,, hingga
dia bisa hidup agak mewah.
Semuanya sudah begitu diatur, begitu aman. Kemudian, tanpa disangka, Gordon
Cloade menikah. "Kami semua tentu terkejut sekali, Sayang," Adela melanjutkan, "kami sudah
begitu yakin bahwa Gordon tidak akan menikah lagi. Soalnya dia sudah terikat erat dalam
ikatan keluarganya."
Benar, pikir Lynn, banyak keluarga. Atau mungkin malah terlalu banyak"
"Dia selalu baik hati," lanjut Mrs. Marchmont. "Meskipun kadang-kadang agak
sewenang-wenang. Dia tak pernah mau makan di meja yang tak bertaplak, meskipun
sudah dipelitur sampai mengkilat. Dia selalu berkeras supaya aku mempertahankan
kebiasaan lama untuk memakai alas meja. Sampai-sampai dia pernah mengirimi aku
alas-alas meja dari renda Venesia yang bagus, waktu dia berada di Italia."
"Tapi menuruti keinginan-keinginannya itu ada imbalannya, bukan?" kata Lynn
datar. Dengan rasa ingin tahu dia bertanya, "Bagaimana dia bertemu dengan istri
?keduanya itu" Mama tak pernah menceritakannya dalam surat-surat Mama."
"Oh, di kapal atau di pesawat terbang atau entah di mana. Kalau tak salah dalam
perjalanan dari Amerika Selatan ke New York. Setelah sekian lama menduda! Dan
setelah pergantian begitu banyak sekretaris, juru tik, dan pengurus rumah tangga
dan segalanya." Lynn tersenyum. Sepanjang ingatannya, para sekretaris, pengurus rumah tangga,
dan staf kantor Gordon Cloade, selalu mengalami pengawasan ketat yang penuh
kecurigaan. "Dia pasti cantik, ya?" tanyanya ingin tahu.
"Yah," sahut Adela, "menurut aku sih, wajahnya wajah orang yang tak cerdai."
"Mama bukan laki-laki!"
"Memang bukan," lanjut Mrs. Marchmont. "Wanita malang itu baru saja mengalami
serangan kilat Jerman dan shock karena ledakan itu, dan dia jadi sakit keras.
Dan kurasa dia tak mungkin benar-benar pulih lagi. Dia penggugup sekali. Kadangkadang bahkan kelihatan seperti kurang waras. Kurasa dia tidak akan pernah bisa
menjadi pendamping yang baik bagi Gordon yang malang."
Lynn tersenyum. Dia meragukan apakah Gordon Cloade memilih kawin dengan seorang
wanita yang jauh lebih muda daripadanya sendiri untuk menjadikannya pendamping
yang cerdas.

Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi, Sayang," Mrs. Marchmont lalu berbisik, "aku tak suka mengatakannya, tapi
dia bukan wanita dari kalangan ningrat!"
"Mengapa Mama berkata begitu" Apakah artinya itu di zaman sekarang?"
"Di daerah pedesaan begini masih ada artinya, Sayang," kata Adela dengan tenang.
"Maksudku sebenarnya, dia itu bukan golongan kital"
"Kasihan dia!" "Lynn, aku benar-benar tak mengerti apa maksudmu. Kami semua bersikap sangat
hati-hati, kami baik dan sopan terhadapnya, dan menerimanya dengan baik di
tengah-tengah kami, demi Gordon."
"Jadi dia tinggal di Furrowbank?" tanya Lynn ingin tahu.
"Ya, tentu. Ke mana lagi dia bisa pergi, setelah
keluar dari klinik perawatan" Para dokter berkata bahwa dia harus keluar dari
London. Dia tinggal di Furrowbank dengan abangnya."
"Bagaimana abangnya itu?"
"Seorang pemuda yang mengerikan!" Mrs. Marchmont diam sebentar, lalu menambahkan
dengan keras, "Dia kasari"
Dalam pikiran Lynn terkilas sesaat rasa simpatinya. Pikirnya, aku pun akan kasar
juga, kalau aku jadi dia!
"Siapa namanya?" tanyanya.
"Hunter. David Hunter. Kalau tak salah keturunan Irlandia. Dia berasal dari
keluarga yang sama sekali tak terkenal. Adiknya janda nama-. nya dulu Mrs. ?Underhay. Bukannya kami ingin jahat, tapi mau tak mau kami ingin bertanya janda
?macam apa yang bepergian seorang diri sampai ke Amerika Selatan dalam waktu
perang" Kami jadi menduga bahwa dia memang sengaja mencari seorang suami yang
kaya." "Dalam hal itu dia tak sia-sia mencari," tukas Lynn.
Mrs. Marchmont mendesah. "Rasanya aneh. Padahal Gordon orang yang tajam penglihatannya. Dan kaum wanita
memang suka mencoba. Sekretarisnya yang kedua sebelum yang terakhir itu
umpamanya. Dia benar-benar mencoba menarik perhatian Gordon. Dia memang pandai
dan sangat efisien, tapi Gordon terpaksa memecatnya juga."
"Saya rasa seseorang tergelincir juga akhirnya," kata Lynn menerawang.
"Enam puluh dua umurnya," kata Mrs. Marchmont. "Memang umur yang berbahaya. Dan
kurasa peperangan juga membuat orang tak tenang. Tapi tak bisa kukatakan betapa
shock-nya kami waktu menerima suratnya dari New York."
"Bagaimana bunyi surat itu sebenarnya?"
"Surat itu ditujukannya pada Frances aku sungguh tak mengerti, mengapa. Mungkin?pikirnya, mengingat pendidikannya, Frances barangkali mau mengerti. Katanya
mungkin aku akan terkejut mendengar bahwa dia sudah menikah. Hal itu terjadi
agak mendadak, tapi dia yakin bahwa kami semua akan suka pada Rosaleen (nama
yang berbau panggung bukan, Sayang" Maksudku, agak dibuat-buat). Kata Gordon,
hidup istrinya itu penuh kesedihan, dia sudah mengalami banyak kesulitan,
meskipun masih begitu muda. Sungguh hebat ketegarannya menghadapi hidup ini."
"Suatu langkah awal yang biasa sekali," gumam Lynn.
"Oh, aku tahu. Dan aku sependapat denganmu. Itu sudah begitu sering kita dengar.
Tapi rasanya tak habis pikir, mengingat Gordon yang sudah begitu banyak
pengalaman tapi, yah, begitulah. Mata wanita itu besar sekali berwarna biru
? ?tua dan ada bercak-bercaknya."
"Apakah dia menarik?"
"Ya, dia cantik sekali. Tapi bukan kecantikan yang kukagumi."
"Mama selalu berkata begitu," kata Lynn sambil tersenyum.
"Bukan begitu, Sayang. Laki-laki memang -tapi yah, laki-laki memang tak bisa
dimengerti! Bahkan yang paling beriman sekali pun pernah melakukan hal-hal yang
sangat bodoh! Dalam suratnya Gordon menulis juga supaya kita jangan menyangka
bahwa hal itu akan melonggarkan tali persaudaraan. Dia masih tetap menganggap
kita sebagai tanggung jawabnya."
"Tapi setelah menikah dia tidak membuat surat wasiat?" tanya Lynn. Mrs.
Marchmont menggeleng. "Surat wasiat yang terakhir dibuatnya tahun 1940. Aku tak
tahu isinya secara terinci, tapi diyakinkannva waktu itu bahwa kita semua akan
terjamin, bila terjadi sesuatu atas dirinya. Tapi surat wasiat itu tentu tak
berlaku lagi karena perkawinan itu. Kurasa dia berniat membuat surat wasiat baru
setelah pulang tapi tak sempat. Dia tewas, begitu menginjakkan kakinya di
?negeri mi." "Dan dia Rosaleen pun mendapatkan segalanya."
? ?"Ya. Surat wasiat lama itu jadi tak berlaku karena perkawinannya."
Lynn diam. Dia tak sehebat yang lain mengharapkan kekayaan tanpa susah payah
itu, tapi dia tetap manusia, dan dia tidak menyukai keadaan yang baru ini. Dia
yakin bahwa Gordon tidak membayangkan bahwa akan begini jadinya. Seba WW ... gian besar kekayaannya mungkin akan diwariskannya pada istrinya yang muda itu,
tapi dia pasti menyediakan dana-dana tertentu untuk keluarganya, yang selalu
tergantung padanya, atas kehendaknya sendiri. Berulang kali mereka didesaknya
untuk tidak menabung, untuk tidak menyimpan cadangan demi masa depan. Lynn
pernah mendengar dia berkata pada Jeremy, "Kau akan menjadi orang kaya kalau aku
mati." Pada ibu Lynn dia sering berkata, "Jangan kuatir, Adela. Aku akan selalu
mengurus Lynn percayalah, dan aku tak suka kau meninggalkan rumah ini ini ? ?tempat tinggalmu. Semua biaya perawatannya kirim saja padaku." Rowley
didorongnya untuk bertani tenis. Antony, putra Jeremy, dengan tegas disuruhnya
menjadi tentara dan anak itu selalu diberinya uang saku banyak. Lionel Cloade
dianjurkannya untuk mengikuti suatu riset dalam suatu bidang medis yang tidak
terlalu menguntungkan, dan dengan demikian prakteknya terbengkalai.
Lamunan Lynn terputus. Dengan dramatis dan dengan bibir yang gemetar, Mrs.
Marchmont mengeluarkan seikat surat-surat tagihan.
"Coba lihat semua ini," ratapnya. "Apa yang harus kulakukan" Apa, Lynn" Baru
pagi ini manajer bank menulis surat yang memberitahukan bahwa aku sudah
mengambil uang melebihi dana. Aku tak mengerti bagaimana itu bisa terjadi; Aku
selalu berhati-hati sekali. Agaknya investasiku tidak lagi memberi hasil seperti
dulu. Pajak K. meningkat, katanya. Belum lagi semua haj-k busuk ini, asuransi kerusakan karena
pera katanya mau tidak mau kita harus membaya 8>!
Lynn mengambil surat-surat tagihan itu, menelitinya. Tak ada tagihan mengenai
pengelUa" an yang boros. Yang ditagih adalah biaya-bij untuk penggantian atap
yang rusak, perbaiki pagar, penggantian ketel yang tak bisa dipakai lagi, dan
pipa air baru. Semuanya jadi banyak jumlahnya.
Mrs. Marchmont berkata dengan nada memelas "Kurasa aku terpaksa pindah dari
sini. Tapi ke mana aku bisa pergi" Tak ada rumah yang kecil. Ah, aku tak ingin
menyusahkan kau dengan semuanya ini, Lynn. Kau baru saja pulang. Tapi aku tak
tahu harus berbuat apa. Aku benar-benar tak tahu."
Lynn memandangi ibunya. Dia sudah berumur enam puluh tahun lebih. Tubuhnya
selalu lemah. Selama perang, dia menerima pengungsi-peng-ungsi dari London. Dia
memasak untuk mereka, membersihkan rumah untuk mereka, bekerja pada Badan
Sukarela, membuatkan selai, dan membantu menyiapkan makanan untuk sekolahsekolah. Dia bekerja empat belas jam sehari, padahal sebelum perang hidupnya
santai dan senang. Kini Lynn melihat bahwa ibunya itu boleh dikatakan sakit. Dia
terlalu letih. Dan ketakutan menghadapi masa depan.
Perlahan-lahan timbul rasa marah dalam dm Lynn. Katanya.
i ?"Apakah si Rosaleen tak bisa membantu?" Wajah Mrs. Marchmont memerah. "Kita tak
?berhak meminta apa-apa." Lynn merasa malu.
?"Saya rasa Mama punya hak moril. Paman Gordon selalu membantu."
Mrs. Marchmont menggeleng. Katanya,
"Tak enak meminta-minta bantuan, Sayang dari seseorang yang tidak kita sukai.
?Apalagi abangnya itu pasti tidak akan membiarkannya memberi satu penny
sekalipun!" Kemudian sikap ksatrianya itu berganti dengan sikap wanita sejati, dan dia
berkata, "Kalau memang benar dia abangnya!"
BAB II Frances Cloade memandangi suaminya dari seberang meja makan.
Frances berumur empat puluh delapan. Dia kurus tinggi,, dan pantas kalau memakai
pakaian dari bahan wol. Kecantikannya yang sudah memudar bercampur kecongkakan.
Dia tidak memakai make-up, kecuali sedikit lipstik yang disapukan sembarangan.
Jeremy Cloade adalah seorang pria yang biasa-biasa saja. Dia sudah beruban dan
umurnya enam puluh tiga. Wajahnya datar tanpa ekspresi.
Malam ini wajah itu lebih-lebih tak berekspresi.
Istrinya langsung menyadari hal itu setelah melirik suaminya sekilas.
Seorang gadis berumur lima belas berjalan terseret-seret mengitari meja sambil
mengatur perabot makan. Dengan pandangan ngeri dia menatap Frances. Bila Frances
mengerutkan dahinya, barang yang dibawanya hampir jatuh. Suatu pandangan yang
mengandung pujian, membuatnya berseri-seri.
Dengan rasa iri orang-orang di Warmsley Vale melihat bahwa hanya Frances Cloadelah yang punya pelayan. Dia tidak menyuap mereka dengan gaji yang tinggi dan dia menuntut
hasil kerja yang baik tapi usaha orang dihargainya dengan hangat dan dia ?menularkan energi dan gairah kerja pada mereka, hingga mereka merasa bisa
kreatif. Selama hidupnya dia sudah terbiasa dilayani waktu makan, dan hal itu
dianggapnya biasa-biasa saja. Caranya menghargai seorang juru masak atau seorang
pelayan rumah tangga, sama dengan caranya menghargai seorang pianis ulung.
Frances Cloade adalah putri tunggal Lord Edward Trenton, yang melatih kuda
balapnya di suatu daerah di dekat Warmsley Heath. Menurut orang yang tahu,
pernyataan bangkrut Lord Edward telah meloloskan dirinya dari keadaan yang lebih
buruk. Ada desas-desus bahwa kuda-kuda tertentu tak muncul pada acara balap kuda
dan pada saat-saat yang tak diharapkan. Ada pula desas-desus lain yang
dibisikkan oleh para pengurus Jockey Club. Tetapi Lord Edward bisa lolos
meskipun dengan nama yang agak ternoda, dan dia juga berhasil mencapai
persetujuan dengan para penagihnya, hingga dia bisa hidup dengan sangat
berkecukupan di Prancis Selatan. Untuk hal-hal yang menguntungkannya itu, dia
harus berterima kasih pada ketajaman otak dan kerja keras pengacaranya, yaitu
Jeremy Cloade. Cloade telah berbuat lebih banyak daripada yang biasa dilakukan
oleh seorang pengacara untuk kliennya; dia bahkan memberikan jaminan-jaminannya
sendiri. Dia terang-terangan mengagumi Frances
4* Trenton, dan akhirnya, setelah urusan ayahnya selesai dengan memuaskan, Frances
pun menjadi Mrs. Jeremy Cloade.
Tak seorang pun tahu bagaimana perasaan Frances sendiri. Orang hanya bisa
berkata bahwa dia telah menjalankan tugasnya dengan baik sekali. Dia adalah
istri yang efisien dan setia bagi Jeremy, seorang ibu yang penuh perhatian bagi
putra mereka, dan dia selalu mendampingi Jeremy dalam segala tindakannya. Tak
pernah dia menyatakan, baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan, bahwa
perkawinan mereka bukan atas kehendaknya sendiri.
Sebagai balasannya, keluarga Cloade menaruh hormat dan kagum sekali pada
Frances. Mereka bangga akan dia, mereka mau mendengar pertimbanganpertimbangannya tapi mereka tak pernah merasa akrab benar dengan dia.
?Tak ada pula seorang pun yang tahu bagaimana pikiran Jeremy mengenai hidup
perkawinannya. Memang tak pernah ada orang yang tahu pikiran dan perasaan
Jeremy. Orang menyebutnya "dinding yang tak. tertembusi". Namanya bersih baik
?sebagai laki-laki maupun sebagai pengacara. Perusahaan Cloade, Brunskill &
Cloades, tak pernah mau menangani perkara-perkara yang melanggar hukum. Mereka
tak pernah dianggap hebat, tetapi sehat. Perusahaan itu berkembang dengan baik,
dan keluarga Cloade tinggal di sebuah rumah yang bagus bergaya Georgia, tak jauh
dari pasar. Di belakang rumah itu ada kebun
luas yang dikelilingi tembok dengan gaya kuno. Di sana tumbuh pohon-pohon pir
yang dalam musim semi merupakan lautan bunga putih.
Setelah makan malam, suami-istri itu pindah ke sebuah kamar yang menghadap ke
kebun belakang. Pelayan berumur lima belas tahun yang bernama Edna itu,
mengantar kopi. Napasnya terengah dan tersengal.
Frances menuangkan sedikit kopi ke dalam cangkir. Kopi itu kental dan panas.
Dengan tegas dia memuji, "Enak sekali, Edna."
Wajah Edna jadi merah karena kegirangan. Tapi sambil keluar dia berpikir, betapa
anehnya kesukaan orang. Menurut Edna, kopi yang enak seharusnya berwarna krem
keputihan karena banyak susunya dan manis sekali!
Di kamar yang menghadap kebun itu, suami-istri Cloade minum kopi mereka tanpa
susu, bahkan tanpa gula. Waktu makan tadi mereka bercakap-cakap tanpa ujungpangkal, mengenai kenalan-kenalan yang mereka jumpai, mengenai kembalinya Lynn,
mengenai masa depan pertanian. Tapi kini setelah mereka tinggal berduaan, mereka
diam. ^4p-" Frances bersandar di kursinya dan memandangi suaminya. Suaminya kelihatan
seolah-olah tak menyadari kehadirannya. Dengan tangan kanannya dia mengusap-usap
bibir atasnya. Tanpa menyadarinya, gerak khas itu menandakan keresahan batinnya.
Frances tak sering melihatnya
45 begitu. Hanya satu kali, waktu Antony, anak mereka yang saat itu masih kecil,
sakit keras. Satu kali lagi ketika sedang menunggu juri mempertimbangkan
keputusan mereka; juga pada saat pecah perang, menunggu kepastian berita lewat
radio, dan pada malam menjelang keberangkatan Antony kembali bertugas, setelah
menjalani cuti. Frances berpikir sebentar sebelum berbicara. Perkawinan mereka memang bahagia,
namun mereka tak biasa bercakap-cakap dengan akrab. Mereka sama-sama suka
membatasi diri. Bahkan waktu menerima telegram yang memberitahukan tentang
tewasnya Antony dalam dinas aktif pun, mereka berdua tak sampai hancur sekali.
Jeremy yang membuka telegram itu, lalu dia memandangi istrinya. Frances hanya
berkata, "Apakah-?"
Jeremy menundukkan kepalanya, mendatangi istrinya lalu meletakkan telegram itu
ke tangan Frances yang terulur.
Mereka berdiri saja di situ beberapa lamanya, berdiaman. Kemudian baru Jeremy
berkata, "Alangkah baiknya kalau aku bisa menolongmu, Sayang." Dan Frances
menjawab dengan suara mantap, tanpa mengeluarkan air mata, dan hanya menyadari
rasa kosong serta rasa sakit yang luar biasa, "Bagimu sendiri pun ini merupakan
pukulan yang berat." Suaminya menepuk bahunya. "Ya," katanya, "benar,..." Kemudian
dia berjalan ke arah pintu. Dalam sekejap dia berubah menjadi tua, jalannya agak
miring dan kaku... sambil [
berkata, "Tak ada yang bisa kukatakan tak ada yang bisa kukatakan...."?Waktu itu dia merasa berterima kasih pada suaminya, sangat berterima kasih,
karena pengertiannya yang begitu besar. Dia juga merasa kasihan sekali padanya,
karena melihat bahwa suaminya tiba-tiba berubah jadi tua. Dengan kematian
anaknya itu sesuatu dalam hatinya menjadi beku dia tak punya gairah lagi untuk
? berbaik hati. Dia jadi makin efisien, semangat kerjanya jadi makin besar orang-?orang kadang-kadang jadi agak takut melihat pikiran sehatnya yang jadi tak kenal
tenggang rasa.... Jeremy Cloade mengusapkan jarinya ke bibir atasnya lagi dengan ragu seolah? ?olah mencari-cari. Dari seberangnya, Frances bertanya dengan tajam,
"Ada apa, Jeremy?"
Jeremy Cloade terkejut. Cangkir kopinya hampir lepas dari tangannya. Dia
menguasai dirinya, lalu meletakkan cangkir itu di baki. Lalu dia melihat ke arah
istrinya. "Apa maksudmu, Frances?"
"Aku bertanya apakah ada sesuatu?"
"Apa, ya?" "Bodoh sekali aku kalau mau menebak. Aku lebih suka kalau kau yang mengatakannya
padaku." Frances bicara tanpa emosi, namun tegas. Dengan kurang yakin, suaminya menjawab,
"Tak ada apa-apa "
?Frances tak menyahut. Dia hanya menunggu
dengan rasa ingin tahu. Agaknya dia tak menerif ma bantahan suaminya itu.
Suaminya memandanginya dengan bimbang.
Untuk sesaat, kedok ketenangan di wajahnya yang kelabu itu terlepas, dan
terkilasiah batinnya yang tersiksa dan kacau, hingga Frances hampir terpekik.
Keadaan yang demikian itu hanya sesaat, namun Frances tak meragukan apa yang
dilihatnya. Lagi-lagi tanpa emosi dan dengan tenang dia berkata,
"Kurasa sebaiknya kauceritakan saja " I Jeremy Cloade mendesah dalam dan
? ?sedih. "Cepat atau lambat kau pasti harus tahu juga," katanya.
Lalu dia mengatakan sesuatu yang mengejutkan I istrinya.
"Kurasa kau telah salah perhitungan dalam bertindak, Frances."
Frances tidak menanggapi pernyataan yang tak dimengertinya itu, dan menuntut
kenyataan terus. "Apa soalnya?" tanyanya. "Apakah soal uang?"
Dia tidak menyadari mengapa uang yang disebutnya pertama-tama, padahal tak ada
tanda-tanda kesulitan keuangan yang parah, kecuali yang wajar saja sehubungan
dengan waktu itu. Mereka kekurangan pegawai di kantor padahal urusan jauh lebih
banyak daripada yang bisa mereka tangani. Tapi di mana-mana sama saja. Dan dalam
bulan terakhir ini mereka mendap
kan kembali beberapa di antara pegawai mereka yang baru bebas tugas dari dinas
ketentaraan. Bisa saja suatu penyakit yang disembunyikan suaminya akhir-akhir


Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?ini dia kelihatan tak sehat; dia bekerja terlalu keras dan dia terlalu letih.
Namun naluri Frances terarah pada uang, dan kelihatannya itu memang benar.
Suaminya mengangguk. "Aku mengerti." Frances diam sebentar, berpikir. Dia sendiri tidak terlalu
memikirkan uang tapi dia tahu bahwa Jeremy tak bisa menyadari hal itu. Bagi
? Jeremy, uang tak ubahnya seperti dunia yang bersegi empat kestabilan ?obligasi dan suatu tempat yang pasti serta status sosial yang jelas.
? ?Bagi Frances, uang adalah mainan yang dilemparkan ke pangkuan kita untuk
dimainkan. Dia dilahirkan dan dibesarkan dalam suasana keuangan yang tak pernah
stabil. Ada kalanya keadaan sangat menyenangkan, yaitu bila kuda-kuda memberikan
hasil yang diharapkan. Ada pula waktu sulit, bila para pedagang tak mau
memberikan kredit, dan Lord Edward terpaksa menempuh jalan yang tak terpuji,
supaya tidak sampai didatangi juru sita. Pernah seminggu lamanya mereka hanya
makan roti saja, dan semua pembantu diberhentikan. Waktu Frances masih kecil,
pernah juru sita sibuk di rumah* mereka selama tiga minggu. Waktu itu dia merasa
orang itu menyenangkan, karena bisa diajak bermain dan banyak bercerita tentane
putrinya sendiri. Bila kita tak punya uang, kita hanya bisa mencarinya dengan jalan yang licik,
atau pergi ke luar negeri, atau menumpang sementara pada teman-teman atau sanaksaudara. Atau seseorang menolong kita dengan cara meminjami uang....
Tetapi sambil memandangi suaminya, Frances menyadari bahwa dalam keluarga
Cloade, orang tidak melakukan hal-hal itu. Mereka tak mau mengemis atau meminjam
atau hidup bergantung pada orang lain. (Dan sebaliknya, mereka juga tak suka
orang lain mengemis atau meminjam dari mereka!)
Frances merasa kasihan sekali pada Jeremy, dan dia merasa agak berdosa, karena
dia sendiri tenang-tenang saja. Oleh karenanya dia menanyakan hal yang praktis
saja. "Apakah kita terpaksa menjual segala-galanya" Apakah perusahaan akan hancur?"
Jeremy Cloade merinding ngeri dan Frances menyadari bahwa dia telah terlalu
ceplas-ceplos. "Sayang," katanya dengan lembut, "ceritakanlah. Aku tak bisa menebak terusmenerus." Dengan kaku Jeremy Cloade berkata, "Kami telah mengalami krisis sejak dua tahun
yang lalu. Williams melarikan diri, kau ingat itu, kan" Kami mengalami kesulitan
untuk memperbaiki keadaan. Lalu timbul pula kesulitan-kesulitan lain dari Timur
Jauh, setelah Singapura "
?"Tak usah ceritakan alasan-alasannya^" sela Frances, " semuanya itu tak
?penting. Pokoknya kau sedang terjepit. Dan kau tak bisa melepaskan diri dari
kesulitan itu?" "Aku mengandalkan Gordon," sahut Jeremy. "Gordon pasti bisa menyelesaikan
kesulitan-kesulitan itu."
Frances mendesah tak sabar.
"Tentu. Aku tak ingin menyalahkan laki-laki malang itu bagaimanapun juga,
?adalah manusiawi kalau pria tergila-gila pada seorang wanita yang cantik. Dan
mengapa dia tak boleh menikah lagi, kalau dia mau" Malangnya, dia tewas dalam
serangan udara itu sebelum dia sempat membereskan apa-apa, atau membuat surat
wasiat yang baru, atau membereskan urusan-urusannya. Sudah menjadi kenyataan,
bahwa meskipun kita berada dalam bahaya yang betapa pun besarnya, kita tak
pernah menduga bahwa kita sendiri akan mati. Kita pikir bom itu pasti akan
mengenai orang lain!"
"Selain merasa kehilangan dia, karena aku sayang sekali pada Gordon dan sangat
?kagum padanya," kata abang Gordon Cloade itu, "kematiannya merupakan bencana
bagiku. Kematian itu datang pada saat "
?Dia berhenti. "Apakah kita akan bangkrut?" Frances bertanya dengan perhatian yang berdasarkan
kecerdasan. Jeremy Cloade memandanginya dengan setengah putus asa. Frances tidak menyadari
bahwa suaminya sebenarnya lebih mampu menghadapinya, seandainya dia berurai air
mata atau panik. Perhatian yang dingin, obyektif, dan praktis ini, benar-benar
membuatnya tak berdaya. Katanya dengan kasar, "Keadaannya jauh lebih buruk daripada itu...."
Diperhatikannya istrinya yang duduk diam memikirkan hal itu. Lalu pikirnya,
sebentar lagi aku akan menceritakannya padanya. Dan dia akan tahu siapa aku ini
sebenarnya.... Dia memang harus tahu. Mungkin mula-mula dia tak mau percaya.
Frances Cloade mendesah lalu duduk tegak di
kursinya. "Aku mengerti," katanya. "Penggelapan uang. Atau mungkin kata-kata itu tak
tepat, tapi semacam itulah.... Seperti yang telah dilakukan
Williams." fc "Ya, tapi kali ini ah, kau pasti tak menger-m akulah yang bertanggung ? ?jawab. Aku telah memakai dana perusahaan yang dipercayakan padaku. Sampai saat
ini aku masih bisa menutupi jejakku "
?"Tapi sekarang semuanya akan terbongkar?"
"Kecuali kalau aku bisa memperoleh uang yang diperlukan secepat mungkin."
?Rasa malunya lebih hebat daripada perasaan-perasaan lain yang pernah
dihayatinya. Bagaimana Frances akan menanggapinya"
Pada saat itu dia menanggapinya dengan tenang. Tapi, pikir Jeremy, Frances
memang tak pernah aneh-aneh. Tak pernah memarahi atau menyesali.
Dia mengerutkan dahinya dan kedua belah
tangannya memegangi pipinya.
"Sayang sekali," katanya, "aku sama sekali tak f punya uang pribadi...."
Dengan kaku Jeremy berkata, "Sebenarnya ada I uang cadangan perkawinarunu,
tapi " ?"Tapi kurasa itu sudah terpakai juga," kata Frances linglung.
Jeremy terdiam. Kemudian dengan susah payah dan dengan suara datar, dia berkata,
"Maafkan aku, Frances. Aku lebih menyesal daripada yang bisa kukatakan. Kau
telah salah perhitungan."
Frances mengangkat kepalanya dengan cepat.
"Kau telah berkata begitu juga tadi. Apa maksudmu?"
Dengan kaku Jeremy berkata,
"Waktu kau berbaik hati untuk mau kawin denganku, kau memang punya hak untuk
berharap yah, akan kesempurnaan dan kehidupan yang bebas dari rasa kuatir yang
?mengerikan." Frances memandangi suaminya dengan terkejut sekali.
"Aduh, Jeremy! Kaupikir untuk dan karena apa aku kawin denganmu?"
Jeremy tersenyum kecil. "Kau memang seorang istri yang sangat setia dan penuh pengabdian, Sayang. Tapi
aku menyadari bahwa aku tak boleh berharap bahwa kau akan mau menerimaku
dalam eh keadaan yang berbeda."? ?Frances menatapnya, lalu tiba-tiba terbahak. "Dasar pak tua tolol! Di balik
permukaan yang datar itu rupanya kau punya pikiran yang romantis. Apakah kau
benar-benar berpikir bahwa aku mau kawin denganmu sebagai imbalan karena kau
telah membebaskan ayahku dari orang-orang serakah itu atau dari para pengurus
?balap kuda Jockey Club, dan sebagainya itu?"
"Kau sayang sekali pada ayahmu, Frances." "Aku sangat mengabdi ayahku! Dia
begitu tampan dan merupakan teman hidup yang sangat menyenangkan! Tapi aku tahu
bahwa dia orang yang tak baik. Dan bila kaukira aku mau menjual "iriku pada
pengacara keluarga untuk menyelamatkan Ayah, supaya dia tak sampai mengalami apa
yang selalu mengancamnya, maka kau tak pernah mengerti hal yang paling utama
mengenai diriku. Tak pernah!"
Frances menatap suaminya. Aneh, pikirnya, menikah selama dua puluh tahun dengan
seseorang, tapi tak tahu apa yang ada dalam pikiran masing-masing. Tapi
bagaimana kita bisa tahu, kalau pikiran itu jauh berbeda dari pikiran kita
sendiri" Suatu pikiran yang romantis, meskipun rapat-rapat diselubungi,
sebenarnya tetap romantis juga. Pikirnya lagi, itu sebabnya begitu banyak buku
karangan Stanley Weyman yang disimpannya dalam kamar tidurnya. Seharusnya itu
bisa memberi petunjuk padaku! Kasihan kekasihku yang bodoh ini! . Lalu dia
berkata, "Aku kawin denganmu tentu karena aku cinta padamu."
"Cinta padaku" Tapi apa yang kaulihat pada
"Kalau itu yang kautanyakan, Jeremy, aku benar-benar tak tahu. Kau membawa
perubahan, begitu berbeda dari semua orang yang mengelilingi Ayah. Salah satu di
antaranya, kau tak pernah bicara tentang kuda. Kau tak bisa membayangkan betapa
bosannya aku akan kuda dan bagaimana kemungkinan-kemungkinannya dalam balap
?kuda untuk Newmarket Cup! Kau datang untuk makan pada suatu malam ingat itu"
? ?aku duduk di sebelahmu, dan aku bertanya apa artinya bimetallism, dan kau
menerangkannya padaku benar-benar menjelaskannyal Hal itu makan waktu
?sepanjang waktu makan itu dengan penggantian enam macam makanan. Waktu itu kami
?sedang banyak uang, dan kami punya seorang juru masak Prancis!"
"Pasti membosankan sekali," kata Jeremy.
"Sangat menarik! Sebelumnya tak seorang pun pernah memperlakukan aku dengan
bersungguh-sungguh. Dan kau begitu sopan, namun kau seolah-olah tak pernah
melihatku atau berpikir bahwa aku manis atau cantik. Aku jadi penasaran. Lalu
aku bersumpah bahwa aku akan berusaha supaya kau melihatku."
Dengan bersungguh-sungguh Jeremy Cloade berkata, "Aku melihatmu. Malam itu aku
tak bisa tidur sekejap pun. Waktu itu kau mengenakan baju biru bermotif bunga
gandum...." Diam sejenak, lalu Jeremy meneguk ludahnya.
"Eh semua itu sudah begitu lama berlalu...."
?Cepat-cepat Frances menghilangkan rasa malu suaminya.
"Dan sekarang kita adalah pasangan suami-istri yang sedang dalam kesulitan, dan
sedang mencari jalan keluar yang terbaik."
"Setelah apa yang kauceritakan itu tadi, Frances, jadinya beribu kali lebih
sulit keadaan yang memalukan ini " Frances menyela.? ?"Mari kita coba menyelesaikan persoalannya. Kau merasa bersalah karena kau telah
melanggar hukum. Kau mungkin akan dituntut dipenjarakan." (Jeremy bergidik.)
?"Aku tentu tak ingin itu terjadi. Aku akan berjuang mati-matian untuk
mencegahnya, tapi jangan mengira bahwa aku i akan berpegang teguh pada moral.
Ingat bahwa aku tak berasal dari keluarga yang bermoral tinggi. Ayah, yang
meskipun tampan, agak jahat juga. Lalu ada pula Charles saudara sepupuku. Orang
?menutupi perkara itu, dan dia tak diadili, dan dia dilarikan ke daerah koloni.
Ada lagi sepupuku Gerald dia memalsukan cek di Oxford. Tapi dia lalu pergi
?berperang, dan setelah tewas mendapat bintang penghargaan atas keberaniannya
yang luar biasa, pengabdiannya pada sesama manusia, serta ketabahannya yang
hebat. Yang ingin kukatakan adalah bahwa orang memang begitu tidak 100% jahat
?atau 100% baik. Kurasa aku sendiri pun tidak terlalu jujur selama ini aku baik
?karena tak ada godaan untuk bersikap sebaliknya. Tapi aku punya keberanian yang
besar dan," (dia tersenyum pada suaminya), "aku
"Sayangku!" Jeremy bangkit, lalu mendatanginya. Dia membungkuk dan menempelkan
bibirnya ke rambut Frances.
"Nah, sekarang," kata putri Lord Edward Trenton sambil mendongak dan tersenyum,
"apa yang harus kita lakukan" Mencari uang tentu, ya?"
Wajah Jeremy menjadi kaku.
"Aku tak tahu jalannya."
"Rumah ini kita gadaikan. Oh, ya," katanya cepat, "itu sudah dilakukan. Bodoh
benar aku. Kau tentu sudah melakukan apa yang bisa dilakukan. Jadi tinggal
dengan jalan meminta bantuan. Dari siapa" Kurasa hanya ada satu kemungkinan!
Janda Gordon janda yang berambut hitam itu!"
?Jeremy menggeleng ragu-ragu.
"Jumlahnya akan besar sekali.... Dan itu tak bisa dikeluarkan dari modal yang
tersimpan. Uang itu hanya disimpan untuk menjamin hidupnya selama Rosaleen masih
hidup." "Aku tak menyangka begitu. Kusangka uang itu mutlak menjadi miliknya. Apa yang
terjadi bila dia meninggal?"
"Uang itu akan kembali pada keluarga Gordon. Artinya dibagikan antara diriku
sendiri, Lionel, Adela, dan anak Maurice, Rowley."
"Jadi menjadi milik kita..." kata Frances lambat-lambat.
Terasa seolah-olah ada sesuatu yang melintas dalam kamar itu udara
?dingin suatu pemikiran....
?Frances berkata, "Kau tak pernah mengata-itu padaku.... Kusangka haru nu men,ad,
milik nya untuk selamanya-dan bahwa dia boleh mewariskannya pada siapa sa,a yang
disukainya." "Tidak. Berdasarkan peraturan yang berhubungan dengan orang yang meninggal tanpa
meninggalkan surat wasiat, tahun 1925..."
Tak jelas apakah Frances mendengarkan keterangan itu atau tidak. Setelah suara
suaminya tak terdengar lagi, dia berkata,
"Boleh dikatakan tak ada artinya bagi kita pribadi. Kita pasti sudah lama mati,
jauh sebelum I dia menjadi setengah baya. Berapa sih umurnya sekarang" Dua puluh
lima dua puluh enam" Mungkin saja dia hidup sampai umur tujuh puluh."
? Jeremy Cloade berkata dengan ragu-ragu, "Mungkin kita bisa meminjam dari
dia atas dasar persaudaraan" Mungkin dia wanita yang pemurah kita memang ? ?benar-benar tak mengenalnya "
?"Bagaimanapun juga, kita cukup baik padanya-" kata Frances, "tidak judes seperti
Adela. Mungkin dia mau."
Suaminya memberi peringatan,
"Jangan sampai ada kesan eh kita mendesak."
? ?, '7entu saJa tidak!" kata Frances tak sabaran. kulitnya, kita tidak harus
berurusan dengan ramt,a ltu, ^diri. Dia benar-benar berada g
bawah perlindungan abangnya itu."
"Anak muda itu sama sekali tidak menarik,"
kata Jeremy Cloade. Senyum Frances langsung hilang.
"Ah, tidak," katanya. "Dia menarik. Sangat menarik. Dan kurasa dia tak mau
tenggang rasa juga. Tapi, aku sendiri juga tak mau tenggang rasa!"
Senyumnya menjadi kaku. Dia mendongak memandang suaminya.
"Kita tidak akan kalah, Jeremy," katanya. "Pasti ada suatu jalan... biar aku harus
merampok bank sekalipun!" 59 BAB III "Uang!" kata Lynn.
Rowley mengangguk. Dia bertubuh besar dan tegap, kulitnya merah bata, matanya
tajam berwarna biru, dan rambutnya pirang sekali. Gerak-geriknya lamban, tapi
itu agaknya disengaja, bukan bawaannya. Kalau orang lain ingin cepat-cepat
menjawab, dia selalu mempertimbangkannya dulu.
"Ya," katanya, "zaman sekarang agaknya segala-galanya berputar di sekitar uang."
"Kusangka petani banyak untung selama perang."
"Memang benar tapi itu tak kekal. Dalam waktu setahun, keadaan akan seperti
?semula lagi karena upah naik, buruh enggan bekerja, semua orang merasa tak
?puas, dan tak seorang pun tahu bagaimana mengurus diri sendiri. Kecuali, tentu,
kalau kita bertani secara besar-besaran. Paman Gordon tahu. Dia sudah bersiapsiap akan memberi bantuan untuk itu."
"Tapi sekarang ?" tanya Lynn.
?Rowley tertawa kecil, "Sekarang Nyonya Gordon pergi ke London
dan membeli mantel kulit binatang seharga beberapa ribu."
"Ah jahat sekali!"?"Tidak " Rowley diam sebentar, lalu berkata, "Aku lebih senang kalau aku bisa
?membelikan kau mantel dari kulit binatang, Lynn "
?"Bagaimana sih dia, Rowley?" Lynn ingin mendapatkan penilaian dari orang yang
sebaya dengannya. "Nanti malam kau akan melihatnya. Dalam pesta Paman Lionel dan Bibi Kathie."
"Ya, aku tahu. Tapi aku ingin kau yang menceritakannya padaku. Mama berkata
bahwa dia seperti kurang waras."
Rowley berpikir. "Yah aku memang tak bisa berkata bahwa dia cerdas. Tapi kurasa hanya
?kelihatannya saja dia kurang waras, karena dia sangat berhati-hati."
"Berhati-hati" Berhati-hati mengenai apa?"
"Ah, ya berhati-hati saja. Kurasa, terutama mengenai logat bicaranya soalnya
?bahasanya agak kasar. Atau mungkin mengenai penggunaan garpu dengan tepat, dan
juga sehubungan dengan sindiran-sindiran yang tersiar."
"Kalau begitu, benar bahwa dia sangat yah, kurang berpendidikan?"
? ?Rowley tertawa kecil. "Dia bukan seorang lady, mungkin itu maksudmu. Matanya bagus sekali, dan
kulitnya halus dan kurasa Paman Gordon tergila-gila karena itu. Tambahan lagi
?dia itu polos kurasa hal itu tidak dibuat-buatnya, meskipun yah kita tak tahu.
? ?Dia hanya bengong saja dan kelihatan bodoh, dan membiarkan si David
mengaturnya." "David?" "Abangnya. Kurasa tak ada satu pun urusan, penipuan yang tak diketahui anak muda
itu!" Rowley menambahkan, "Dia tak suka pada kita semua."
"Mengapa dia harus suka?" tanya Lynn dengan tajam, dan ketika Rowley
memandangnya dengan agak heran, ditambahkannya, "Maksudku, kau yang tak suka
padanya}"

Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Memang tidak. Kau pun tidak akan suka badanya. Dia tidak seperti kita." ' "Mana
kau tahu siapa yang aku suka dan siapa yang aku tak suka, Rowley! Selama tiga
tahun ini aku sudah melihat banyak di dunia ini. Aku kurasa pandanganku sudah
?lebih luas." . 3 "Kau memang sudah lebih banyak melihat dunia ini daripada aku."
Rowley mengucapkannya dengan tenang na-mun Lynn mendadak mengangkat mukanya.
?Ada sesuatu di balik nada bicara yang datar itu.
?Rowley membalas pandangannya tepat-tepat, meskipun wajahnya tidak membayangkan
emosi. Lynn ingat bahwa memang tak pernah mudah untuk benar-benar tahu apa yang
dipikirkan-1 Rowley. Aneh dan kacau benar dunia ini, pikir Lynn. Dulu-dulu, biasanya laki-laki yang
pergi berperang, wanita tinggal di rumah. Tetapi di sini keadaannya terbalik.
Ada dua orang pemuda, Rowley dan Johnnie. Salah seorang di antaranya terpaksa
harus tinggal di tanah pertaniannya. Mereka lalu mencabut undian, dan Johnnie
Vavasour-lah yang harus pergi. Tak lama kemudian dia tewas di Norwegia. Selama ?masa perang itu Rowley tak pernah pergi jauh dari rumah.
Sedang dia, Lynn, pergi ke Mesir, Afrika Utara, dan ke Sisilia. Bukan hanya
sekali dia berada di tengah-tengah pertempuran.
Jadi Lynn-lah yang baru pulang dari perang, dan Rowley yang tetap tinggal di
tempat. Tiba-tiba dia ingin tahu, apakah Rowley tak senang akan keadaan itu....
Dia pun lalu tertawa gugup. "Kadang-kadang keadaan terbalik, ya?"
"Ah, entahlah." Rowley menatap kosong ke arah desa. "Itu tergantung."
"Rowley," kata Lynn dengan bimbang, "apakah kau tak senang maksudku Johnnie "
? ? ?Rowley memandangnya dengan dingin dan tajam, hingga Lynn sadar.
"Jangan libatkan Johnnie! Perang sudah usai dan aku beruntung."
?"Beruntung, maksudmu," dia berhenti, ragu-ragu "karena tak usah pergi
? ? ?perang?" "Mujur sekali, kan?" Lynn tak tahu betul bagaimana dia harus menanggapinya.
Suara Rowley terdengar keras, dan ditambahkannya sambil
62 tersenyum, "Tapi kalian, gadis-gadis yang baru kembali dari dinas perang, tentu
akan merasa sulit untuk menyesuaikan diri di rumah lagi."
"Ah, jangan bicara bodoh begitu, Rowley," katanya jengkel.
(Tetapi mengapa dia harus jengkel" Mengapa karena kata-kata Rowley memang
?benar") "Ah, sudahlah," kata Rowley. "Kurasa sebaiknya kita memikirkan pernikahan kita
saja. Kecuali kalau pikiranmu sudah berubah?"
"Aku sama sekali tidak berubah pikiran. Mengapa aku harus mengubah .pikiranku?"
Rowley berkata samar-samar,
"Mana aku tahu?"
"Maksudmu, kaupikir aku," Lynn berhenti
?sebentar "berubah?" 'Tidak juga."
?"Mungkin kau yang telah berubah pikiran?" 'Tidak, aku tidak berubah. Hanya
sedikit sekali yang berubah di tanah pertanian."
"Baiklah kalau begitu," kata Lynn dia menyadari adanya antiklimaks, "mari kita ?menikah. Kapan maumu?"
"Sekitar bulan Juni?"
"Baik." Mereka berdiaman. Urusan itu sudah beres. Tanpa diingininya, Lynn merasa sangat
tertekan. Namun Rowley adalah Rowley begitulah dia selalu. Penuh kasih sayang,
?tanpa emosi, dan rendah diri. Mereka saling mencintai. Sudah sejak lama.
Mereka tak pernah banyak membicarakan cinta mereka jadi mengapa sekarang mulai
?membicarakannya" Mereka akan menikah bulan Juni dan tinggal di Long Willows (Lynn selalu
menganggap nama itu bagus), dan dia tidak akan pernah pergi lagi. Pergi,
maksudnya dalam pengertiannya sendiri. Betapa senangnya melihat tangga kapal
yang diangkat, melihat cepatnya putaran baling-baling kapal. Rasa tegang waktu
pesawat terbang siap tinggal landas, lalu naik membubung meninggalkan bumi.
Memandangi pantai negara asing yang makin \ jelas bentuknya. Bau debu panas,
parafin, dan bawang putih campur-baur dengan celoteh dalam bahasa-bahasa asing.
?Bunga-bunga aneh yang tegak dengan megahnya di kebun yang berdebu.... Membenahi
kopor, dan membongkarnya kembali akan pergi ke mana lagi" Semua itu sudah
?berlalu. Perang sudah ber-II akhir. Lynn Marchmont sudah kembali. Si pelaut
sudah kembali, kembali dari laut.... Tapi aku bukan lagi Lynn yang berangkat dulu,
pikirnya. Dia mengangkat mukanya dan melihat bahwa Rowley sedang
memperhatikannya.... BAB IV Pesta Bibi Kathie selalu sama saja. Keadaan dalam pesta itu sesuai benar dengan
watak nyonya rumah. Dr. Cloade bersikap seperti dengan susah payah
menyembunyikan rasa jengkelnya. Dia memang ramah pada tamu-tamunya tapi tamu?tamunya selalu menyadari bahwa keramahannya itu dipaksakan.
Lionel Cloade tak serupa dengan abangnya, Jeremy. Dia bertubuh kurus dan
rambutnya beruban dan dia tidak setenang pengacara itu.. Tindak-tanduknya kasar
?dan tak sabaran dan sikapnya yang gugup dan mudah jengkel telah membuat banyak
?pasiennya jadi tak suka padanya, dan mereka jadi tak bisa menyadari bahwa dia
sebenarnya cekatan dan baik hati. Minatnya sebenarnya adalah bidang riset, dan
hobinya menggunakan tumbuh-tumbuhan obat warisan nenek moyang. Inteligensinya
tinggi dan dia merasa sulit menyabarkan diri dalam menghadapi tingkah istrinya.
Lynn dan Rowley selalu menyebut Mrs. Jeremy Cloade dengan panggilan "Frances",
tapi Mrs. Lionel Cloade mereka sebut "Bibi Kathie".
Mereka sayang sekali pada wanita itu, tapi menganggapnya lucu.
Apa yang disebutnya "pesta", yang diselenggarakannya khusus untuk menyambut
kembalinya Lynn, hanya merupakan pesta keluarga.
Bibi Kathie menyambut keponakan wanitanya itu dengan kasih sayang.
"Kau makin cantik dan kulitmu menjadi coklat, Sayang. Kurasa ini pengaruh udara
Mesir. Adakah kaubaca buku mengenai ramalan-ramalan Piramida, yang kukirim
padamu itu" Menarik sekali, kan" Benar-benar menjelaskan segala-galanya, bukan?"
Lynn tak perlu menjawab pertanyaan itu, karena Mrs. Gordon Cloade masuk bersama
abangnya, David. "Ini keponakanku Lynn Marchmont, Rosaleen."
Lynn memandangi janda Gordon Cloade dengan rasa ingin tahu yang terselubung
baik-baik. Ya, memang cantik wanita yang kawin dengan Gordon Cloade yang sudah tua, demi
uangnya ini. Dan benar pula apa yang dikatakan Rowley, bahwa dia lugu. Rambutnya
hitam, dibiarkan tergerai mengombak. Matanya mata Irlandia yang biru yang
berbercak dan bibirnya agak terbuka.?Selebihnya penampilannya mahal sekali. Pakaiannya, perhiasannya, tangan yang
terawat baik, dan jas pendek dari bulu binatang. Potongan tubuhnya bagus, tapi
dia tak tahu cara mengenakan pakaian mahal. Caranya memakai tidak
seperti seandainya Lynn Marchmont yang mengenakannya, bila diberi setengah saja
dari kesempatan itu! (Tapi kau tidak akan mendapat kesempatan itu, kata suara
dalam otaknya). "Senang bertemu denganmu," kata Rosaleen Cloade.
Ragu-ragu dia berbalik pada laki-laki di belakangnya.
Katanya, "Ini ini abangku."
?"Senang bertemu denganmu," kata David Hunter.
Dia seorang anak muda yang kurus, berambut hitam, dan bermata hitam. Wajahnya
tak menyenangkan dan sikapnya menantang serta kurang sopan.
Lynn segera mengerti mengapa semua warga Cloade begitu membencinya. Di luar
negeri dia juga pernah melihat laki-laki seperti itu. Laki-laki yang nekat dan
agak berbahaya. Laki-laki yang tak bisa dijadikan tempat bergantung. Laki-laki
yang membuat undang-undangnya sendiri dan melecehkan alam semesta. Laki-laki
yang tahu betul harga dirinya dan yang membuat komandan pasukannya kebingungan
?karena dia menarik diri dari garis pertempuran terdepan.
Sekadar basa-basi Lynn berkata pada Rosaleen,
"Bagaimana rasanya tinggal di Furrowbank?"
"Kurasa itu rumah yang sangat menyenangkan," kata Rosaleen.
David Hunter tertawa mengejek.
"Gordon yang malang itu memang benar-benar
menyenangkan dirinya," katanya. "Agaknya tak ada penghematan biaya untuk itu."
Itu memang benar. Waktu Gordon memutuskan untuk menetap di Warmsley Vale atau
?tepatnya, untuk menghabiskan sebagian kecil dari hidupnya yang sibuk di sana,
dia memilih membangun rumah sendiri. Dia terlalu individualistis untuk membeli
rumah bekas kepunyaan orang lain.
Dia mempekerjakan seorang arsitek muda yang modern, dan memberinya kebebasan.
Separuh penduduk Warmsley Vale menganggap Furrowbank rumah yang jelek sekali.
Mereka tak suka catnya yang putih, bentuknya yang segi empat, perabot rumah
tangganya yang terpasang tetap, pintu gesernya, juga meja-meja dan kursikursinya yang terbuat dari kaca. Satu-satunya bagian yang benar-benar mereka
kagumi adalah kamar-kamar mandinya.
Rosaleen mengucapkan kata-kata, "Rumah itu bagus sekali," dengan rasa kagum.
Ketika David tertawa, wajah Rosaleen memerah.
"Kau yang baru kembali dari Dinas Angkatan Laut itu, ya?" tanya David pada Lynn.
"Ya." Matanya menyapu Lynn dengan pandangan memuji dan entah mengapa, wajah Lynn ?memerah.
Bibi Kathie tiba-tiba muncul lagi. Dia suka berulah, seolah-olah dia baru
kembali dari angkasa luar. Mungkin kesukaannya itu timbul karena
seringnya menghadiri pertemuan-pertemuan tentang roh halus.
"Makan malam sudah siap," katanya dengan napas memburu. Lalu ditambahkannya
sambil lalu, "Sebenarnya sudah agak terlambat makan malam kita. Kita tak bisa
mengharapkan terlalu banyak makanan. Segala-galanya sulit sekali, Mary Lewis
berkata bahwa dia membohongi tukang ikan sebanyak sepuluh shilling, dua ming-gu
sekali. Saya rasa itu tak baik."
Dr. Lionel Cloade tertawa dengan gugup dan tak menyenangkan, sementara dia
bercakap-cakap dengan Frances Cloade. "Alaa, Frances," katanya. "Kau kan tidak
berharap aku akan percaya bahwa kau benar-benar berpikir begitu mari kita
?masuk." Mereka masuk ke ruang makan yang sudah tua dan agak jelek. Jeremy dan Frances,
Lionel dan Katherine, Adela, Lynn dan Rowley. Suatu pesta keluarga
Cloade dengan dua orang luar. Karena meskipun Rosaleen Cloade memakai nama
?keluarga itu, dia tidak menjadi anggota keluarga Cloade, sebagaimana Frances dan
Katherine. Dia orang asing yang merasa tak senang, yang gugup. Sedang David David adalah
?si orang buangan. Hal-hal itulah yang dipikirkan Lynn, waktu dia mengambil
tempat di meja. Terasa adanya arus perasaan yang kuat arus perasaan apa" Benci" Apakah rasa
?benci} Benarkah itu rasa benci"
Pokoknya sesuatu yang merusak.
?Tiba-tiba Lynn berpikir, tapi memang demikian halnya di mana-mana. Kulihat itu
sejak aku kembali. Itulah akibat yang merupakan peninggalan perang. Niat jahat.
Perasaan jahat. Di mana-mana. Di kereta-kereta api, bis-bis, toko-toko, di
antara para pekerja, para pegawai, bahkan di antara buruh pertanian. Dan kurasa,
di tambang-tambang dan pabrik-pabrik lebih buruk lagi keadaannya. Niat jahat.
Tapi di sini lebih jahat lagi daripada itu. Di sini, khusus sifatnya. Di sini
orang bersungguh-sungguhl
Lalu dengan rasa terkejut dia berpikir lagi, Apakah kami memang sangat membenci
mereka" Orang-orang asing yang kami anggap telah mengambil apa yang kami pikir
adalah milik kami" Lalu pikirnya lagi Tidak, belum. Mungkin kami membencinya kelak tapi belum
? ?saat ini. Tidak, merekalah yang membenci kami.
Penemuan itu begitu memenuhi pikirannya,' hingga dia diam memikirkannya dan lupa
bercakap-cakap dengan David Hunter yang duduk di sebelahnya.
Pria itu berkata, "Sedang memikirkan sesuatu?"
Suaranya menyenangkan sekali, seperti orang yang merasa geli, tapi Lynn merasa
bersalah. Mungkin dia menyangka bahwa Lynn memang sengaja bersikap tak sopan.
Sebab itu dia berkata, "Maaf, aku sedang memikirkan keadaan dunia."
"Luar biasa!" kata David dingin.
71 Ya, memang. Tapi kita semua serius sekati sekarang. Padahal tak ada juga
gunanya." "Biasanya lebih praktis kalau kita berkeinginan untuk merusak. Kita sudah pernah
memikirkan akal-akal jahat seperti itu selama perang termasuk usaha terakhir ?demi ketahanan itu, bom atom."
"Itulah yang kupikirkan maksudku bukan bom atom itu. Maks
?udku niat jahat. Niat yang benar-benar jahat yang akan dilaksanakan." Dengan
tenang David berkata, "Memang niat yang jahat tapi aku lebih suka memakai kata ?praktis. Orang Abad Pertengahan, bersikap lebih praktis mengenai hal itu." "Apa
maksudmu?" "Ilmu hitam umpamanya. Mendoakan yang jahat untuk orang lain. Boneka manusia
dari lilin. Mantra-mantra pada saat perubahan kedudukan bulan. Membunuh ternak
tetangga sampai habis. Bahkan membunuh tetangga itu sendiri."
"Kau tentu tak percaya akan apa yang disebut ilmu hitam?" tanya Lynn tak
percaya. "Mungkin tidak. Tapi bagaimanapun juga, orang berusaha keras. Sekarang, yah..."
Dia mengangkat bahu. "Dengan adanya niat jahat di dunia ini, kau dan keluargamu
tak bisa berbuat banyak terhadap Rosaleen dan aku, bukan?" j
Lynn tersentak dan menoleh. Tiba-tiba dia merasa senang.
"Itu sudah terlambat," katanya dengan sopan.
David Hunter tertawa. Kedengarannya dia juga merasa senang.
"Maksudmu kami sudah berhasil mendapat barang rampasannya" Memang, kami berada
di tempat yang menguntungkan."
"Dan kalian menikmatinya!"
"Menikmati banyak uang" Aku boleh berkata memang begitu."
"Maksudku bukan hanya uang. Maksudku, kami."
"Karena telah mengalahkan kalian, begitu" Yah, mungkin. Selama ini kalian semua
hidup enak dan tenang sekali dari uang si tua itu. Kalian merasa itu sudah uang
kalian sendiri." Lynn berkata, "Kau harus ingat bahwa kami disuruh berpikiran begitu bertahun-tahun lamanya.
Dikatakan supaya kami tak perlu menabung, kami dilarang memikirkan masa
depan dianjurkan untuk melanjutkan rencana dan proyek kami masing-masing."
?(Rowley umpamanya, pikir Lynn, Rowley dengan pertaniannya.)
"Sebenarnya hanya terhadap satu hal kalian tidak disiapkan," kata David dengan
sikap yang menyenangkan. "Apa itu?" "Bahwa tak ada satu pun yang aman." "Lynn," seru Bibi Katherine, sambil
membungkuk dari ujung meja, "salah seorang anak didik Mrs. Lester telah menjadi
imam dinasti keempat. Dia menceritakan hal-hal yang menarik sekali. Sebaiknya
kau dan aku nanti mengobrol
santai-santai. Kurasa Mesir telah mempengaruhi kehidupan batinmu/*
Dengan tajam Dr. Cloade berkata" $
"Banyak hal yang lebih baik yang harus dikerjakan Lynn daripada main-main dengan
soal-soal takhyul omong kosong itu-**
"Kau selalu curiga, Lionel/' kata istrinya.
Lynn tersenyum pada bibinya lalu diam-diam merenungkan kata-kata terakhir yang
?diucapkan David tadi. "Tak ada satu pun yang aman,.."
Memang ada orang yang hidup dalam dunia yang begitu bagi orang-orang itu ?segala-galanya berbahaya. David Hunter adalah salah seorang yang begitu.... Lynn
tidak dibesarkan di dunia yang begitu dia dibesarkan dalam dunia yang penuh
?daya tarik. Kemudian David berkata dengan suara rendah yang mengandung rasa senang itu lagi,
"Apa kita masih bisa bicara"** "Oh, ya."
"Bagus. Apakah kau masih mendendam pada
Rosaleen dan aku, karena kami mendapat kekaya-; an dengan jalan yang tak baik
itu?" H "Ya/* kata Lynn berapi-api.
"Bagus. Apa yang akan kaulakukan sehubungan dengan itu?"
"Membeli lilin dan mempraktekkan ilmu hitam."
David tertawa. "Oh, tidak, kau tidak akan melakukan hal itu.
Kau bukan orang yang mau percaya pada cara-cara kuno yang sudah tak dipakai
orang. Cara-caramu tentu modern dan efisien. Tapi kau tidak akan menang/'
"Mengapa kau sampai berpikir tentang adanya pertentangan" Bukankah kami sudah
pasrah?" "Kalian semua bersikap baik sekali. Menyenangkan sekali/*
'Mengapa/' bisik Lynn, "kau membenci kami"'
Tampak suatu kilatan di mata hitam David yang tak dapat diduga itu.
"Aku tak bisa menjelaskannya padamu."
"Kurasa bisa," kata Lynn.


Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

David diam beberapa lamanya, lalu bertanya dengan ramah,
"Mengapa kau akan menikah dengan Rowley Cloade" Dia itu bebal/1
Dengan tajam Lynn menyahut,
"Kau tak tahu apa-apa juga tidak tentang dia. Tak mungkin kau tahu!*'
?Tanpa mengubah nada bicaranya, David bertanya,
"Bagaimana pendapatmu tentang Rosaleen?"
"Dia cantik sekali." "Apa lagi?"
"Kelihatannya dia tak senang/'
"Benar sekali," kau David, "Rosaleen memang agak bodoh. Dia takut. Dia memang
agajj penakut. Dia berbuat sesuatu semata-mata karena dorongan sesaat, lalu tak
tahu apa-apa lagi tentang
hal itu. Maukah kau mendengar kisah tentang
Rosaleen?" "Kalau kau mau menceritakannya," kata Lynn dengan sopan.
"Dengan segala senang hati. Mula-mula dia tertarik akan pentas, lalu menjalani
kehidupan di pentas. Dia tentu tak berhasil. Dia menjadi anggota perkumpulan
sandiwara keliling kelas rendahan, yang pada suatu saat akan pergi ke Afrika
Selatan. Dia senang mendengar Afrika Selatan. Perkumpulan itu kandas di Cape
Town. Lalu dia menikah dengan seorang pejabat peme- . rintah dari Nigeria. Dia
tak senang di Nigeria f dan kurasa dia juga tak begitu suka pada suaminya. ?Sekiranya laki-laki itu seorang yang bengis, yang peminum dan suka memukulnya,
tak apa" apa. Tapi dia seorang intelek. Dia memiliki perpustakaan besar,
meskipun hidup di dalam hutan, dan dia suka berbicara tentang metafisika. Jadi
Rosaleen lalu kembali ke Cape Town. Laki-laki itu baik sekali, dia malah
memberinya uang saku yang cukup banyak. Dia mungkin" mau. menceraikannya, tapi
itu tidak dilakukannya karena dia orang Katolik. Pokoknya, untung juga s dia
meninggal karena demam, dan Rosaleen menerima pensiun kecil. Lalu perang pecah,
dan Rosaleen pergi ke Amerika Selatan, naik kapal*] Dia tak begitu senang di
Amerika Selatan, lalu pergi lagi naik kapal. Di kapal itulah dia bertemu/ dengan
Gordon Cloade, lalu menceritakan ten1 tang semua kehidupannya yang sedih. Mere,
menikah di New York dan hidup bahagia selama
dua minggu. Dan tak lama setelah itu, dia tewas oleh bom, dan Rosaleen
ditinggali rumah besar itu, banyak perhiasan, dan uang yang banyak
' sekali." "Bagus sekali kisah itu dan akhirnya juga baik sekali," kata Lynn.
"Ya," kata David Hunter. "Rosaleen memang gadis yang selalu beruntung, meskipun
dia sama sekali tak cerdas untunglah. Gordon Cloade adalah orang tua yang kuat.
?Umurnya sudah enam puluh dua. Sebenarnya dia mungkin masih bisa hidup dua puluh
tahun lagi. Mungkin lebih lama. Hal itu tentu tidak akan menyenangkan bagi
Rosaleen, bukan" Dia berumur dua puluh empat tahun waktu menikah dengan lakilaki itu. Sekarang dia baru dua puluh enam tahun."
"Dia bahkan kelihatan lebih muda," kau Lynn.
David memandang ke seberang meja. Rosaleen Cloade sedang memain-mainkan rotinya.
Dia tak ubahnya seperti anak yang gugup.
"Ya," kata David sambil merenung. "Memang. Pikirannya melayang entah ke mana."
"Kasihan," kata Lynn tiba-tiba.
David mengerutkan dahinya.
' Mengapa kasihan?" tanyanya tajam. "Aku selalu menjaga Rosaleen."
?"Itu pasti." David merengut. ... _ . 0. ? _ mMcobi menyakiti Rosaleen, Siapa saja yang mencw- / i F l j _
" "j.najnkuf Dan aku tahu baharui berhadapan dengan*"'
nyak cara bertempur beberapa di antaranya tak
?bisa disebut cara lama." "Apakah sekarang aku akan mendengar riwayat
hidup?"?"" tanya Lynn dengan nada dingin.
"Ya, tapi yang ini ringkasannya. Terlalu pendek." Dia tersenyum. "Waktu perang
pecah, aku tak melihat alasan mengapa aku harus berjuang untuk Inggris. Aku
orang Irlandia. Dan seperti semua orang Irlandia, aku suka berjuang. Pasukan
Kommando sangat menarik bagiku. Aku senang sekali dalam pasukan itu, tapi aku
lalu cedera di kaki. Kemudian aku pergi ke Kanada dan bekerja sebagai pelatih di
sana. Aku tak mengerti waktu menerima telegram Rosaleen dari New York, yang
mengatakan bahwa dia akan menikah! Dia tak pernah bercerita bahwa dia sudah
punya pilihan. Tapi aku pandai membaca apa yang tersirat. Aku terbang ke New
York, lalu aku menempel terus pada pasangan bahagia itu, dan ikut mereka kembali
ke London. Dan sekarang," dia tersenyum kurang ajar pada Lynn "Si pelaut ? ?sudah kembali, kembali dari laut. Itu kau! Sedang si Pemburu kembali dari
gunung. Ada apa?" "Tak apa-apa," kata Lynn.
Lynn bangkit bersama yang lain. Waktu memasuki ruang tamu utama, Rowley berkata
pada Lynn. "Kelihatannya kau sudah kenal baik de-i ngan David Hunter. Bicara
tentang apa saja kalian?"
"Tak ada yang istimewa," kata Lynn.
BAB V "David, kapan kita kembali ke London" Dan kapan kita pergi ke Amerika?"
Dari seberang meja makan, David memandang Rosaleen dengan pandangan terkejut.
"Mengapa terburu-buru" Apa salahnya tinggal di sini?"
Lalu dia melihat ke sekeliling ruangan tempat mereka sarapan itu dengan
pandangan yang mengandung rasa kagum. Furrowbank dibangun di lereng sebuah
bukit, dan dari jendela orang bisa menikmati panorama pedesaan Inggris yang
tenang, yang terhampar, tanpa putus-putusnya. Di lereng yang merupakan halaman
rumah itu, ditanam beribu-ribu bunga dafodil. Bunga-bunga itu sekarang sudah
hampir-lewat musimnya, tapi masih terdapat serumpun yang berwarna keemasan.
Sambil terus meremas-remas roti di piringnya, Rosaleen bergumam,
"Katamu kita akan pergi ke Amerika secepatnya. Secepat hal itu bisa diurus."
?"Ya tapi nyatanya tak mudah mengurusnya. Yang didahulukan adalah yang punya
?urusan penting. Kira tak punya urusan yang bis" dikemu kakan sebagai alasan. Semuanya memang selalu sulit, sehabis perang."
David merasa agak jengkel sendiri sementara dia berbicara itu. Alasan-alasan
yang dikemuka<|-kannva, meskipun benar terdengar seperti dicari* cari. Dia ingin
tahu apakah gadis yang duduk di. seberangnya itu, juga berpikir begitu. Dan
mengapa dia riba-riba begitu mendesak untuk pergi ke Amerika"
Rosaleen bergumam lagi, "Katamu kita hanya sebentar di sini. Kau tidak berkata
bahwa kita akan tinggal menetap di sini." "Apa salahnya Warmsley Vale dan Furrowbank"
?Coba?" "Tak ada. Tapi mereka itu mereka semua!"; "Keluarga Cloade itu?" "Ya."
?"Itu justru yang kusenangi," kata David. "Aku senang melihat wajah-wajah mereka
yang tenangi itu digerogoti rasa iri dan kebencian. Jangan-rampas kesenanganku
itu, Rosaleen." Dengan suara rendah yang mengandung rasa kuatir, Rosaleen berkata,
"Sebaiknya hilangkan perasaan itu. Aku tak suka."
"Bersemangatlah sedikit. Kita berdua ini sud puas diatur orang terus. Sedang
Cloade bersatt ra itu selama ini hidup nyaman ya, nyai" Dihidupi oleh Gordon, ?abang tersayang. Mere itu kutu-kutu kecil yang menghisap kutu besa"."
80 Aku benci orang-orang seperti itu sejak dulu aku benci." Rosaleen berkata
?dengan terkejut, "Aku tak suka membenci orang. Itu jahat." "Apa kaupikir mereka
tidak membencimu" Apakah mereka baik padamu bersahabat?" Sahurnya ragu-ragu,
?"Tapi mereka bersikap biasa-biasa. Mereka tak
pernah menyakiti aku."
"Tapi mereka ingin berbuat begitu, Anak manis. Ingin sekali." Dia tertawa
seenaknya. "Kalau saja mereka itu tak takut akan keselamatan mereka sendiri, kau
pasti sudah ditemukan dengan pisau tertikam di punggungmu, pada suatu pagi yang
cerah." Rosaleen gemetar. "Jangan mengucapkan kata-kata yang begitu mengerikan."
"Yah mungkin bukan pisau, tapi racun strychnine dalam sup."
?Rosaleen memandanginya dengan terbelalak, mulutnya bergetar.
"Kau bercanda...."
David jadi serius lagi. "Jangan kuatir, Rosaleen. Aku akan menjagamu. Mereka harus berhadapan denganku."
Dengan tergagap Rosaleen berkata, "Bila apa yang kaukatakan itu benar bahwa
?mereka membenci kita membenci k mengapa kita tak pergi ke London saja" Di sana
? ?kita aman jauh dari jangkauan mereka semua."
?"Pedesaan ini baik bagimu. Sayang. Kau sendiri tahu bahwa London membuatmu
sakit." * "Itu waktu di sana masih ada bom bom-bom itu." Dia gemetar dan menutup matanya.
?"Aku tidak akan pernah lupa tidak akan pernah..; "i "Bisa." David memegang bahunya
?dengan lembut, lalu mengguncang-guncangnya perlahan-lahan. "Lupakan itu,
Rosaleen. Kau shock, tapjj itu sudah berlalu sekarang. Sekarang tak ada lagi
bom. Jangan pikirkan lagi. Jangan ingat. Dokter menganjurkan udara pedesaan dan
kehidupan pedesaan untuk jangka waktu lama. Itu sebabnya aku menahanmu untuk
tidak pergi ke London.*"!
"Benarkah karena itu" Benarkah David" Kupi.% kir mungkin "
? ?"Apa pikirmu?"
Lambat-lambat Rosaleen berkata, "Kupikir mungkin karena gadis itu kau ingin
tetap di sinL^?" "Gadis?"
"Kau tentu tahu yang mana yang kumaksi* Gadis yang kemarin malam itu. Yang
? baru keluaf dari Dinas Pasukan Angkatan Laut Wanita.?"
Tiba-tiba wajah David jadi masam dan tegangi
"Lynn" Lynn Marchmont?"
"Dia berarti bagimu, David."
"Lynn Marchmont" Dia tunangan Rowley. Sm Rowley yang selalu tinggal di rumah
itu. SadT tampan yang goblok dan lamban itu."
"Aku memperhatikan kau bercakap-cakap di ngannya kemarin malam,"
"Ah. Demi Tuhan, Rosaleen."
"Dan sesudah itu kau pergi menemuinya lagi,
Ikan?" "Aku bertemu dengannya di dekat ladang kemarin pagi, waktu aku sedang pergi
berkuda." "Dan kau akan menemuinya lagi?"
"Tentu aku akan bertemu lagi dengannya! Ini desa kecil. Kita tak bisa berjalan
dua langkah, tanpa bertemu dengan salah seorang keluarga Cloade. Tapi bila
kausangka aku jatuh hati pada Lynn Marchmont, kau keliru. Dia seorang gadis yang
tak menyenangkan, angkuh, dan lidahnya tajam. Biar saja Rowley bersenang-senang
dengan dia. Tidak, Rosaleen, dia tak cocok bagiku."
"Yakinkah kau, David?" tanyanya ragu.
"Tentu aku yakin."
Dengan agak malu-malu, Rosaleen berkata, "Aku tahu kau tak suka aku meramal
dengan [ kartu.... Tapi ramalan-ramalan itu benar, sungguh. Ada seorang gadis yang
membawa kesulitan dan kesedihan -seorang gadis yang datang dari seberang laut. ?Ada pula seorang asing yang berambut hitam, yang akan memasuki kehidupan kita.
Dia merupakan bahaya bagi kita. Ada pula kartu kematian, dan "
?"Kau dan orang-orang asing yang berambut hitam itu!" David tertawa. "Percaya
sekal, kau oada takhyul. Jangan berurusan dengan orang asin* yang berinbut
hitam, itu nasihatku/' asing y"*"b k| . rumah masih tertawa. Dia berjalan "e iua
Tetapi setelah iauh dari rumah, wajahnya bagai tersaput awan, dahinya berkerut.
Dia bergumam "Sialan kau, Lynn. Kembali dari luar negeri dan
mengacaukan keadaan."
Dia menyadari bahwa pada saat itu pun dia dengan sengaja menempuh jalan, di mana
diharapkannya dia akan bertemu dengan gadis yang baru
saja msumpahinya habis-habisan.
Rosaleen memperhatikan dia berjalan menyeberangi kebun, lalu keluar melalui
pintu pagar kecil yang menuju ke jalan umum setapak, menyeberangi padang rumput.
Lalu dia naik ke kamar tidurnya, dan melihat-lihat pakaiannya di lemari pakaian.
Dia selalu merasa senang membelai dan merasakan mantel bulunya yang baru. Siapa
menyangka dia bisa memiliki mantel seperti itu rasanya tak habis-habisnya dia
?heran. Rosaleen masih berada dalam kamar tidurnya itu waktu pelayan mengatakan
bahwa Mrs. Marchmont datang.
Adela duduk di ruang tamu utama. Bibirnya dikatupkannya rapat-rapat, dan
jantungnya ber-| debar dua kali lebih cepat dari biasanya. Sudah beberapa hari
lamanya dia menempa keberaniaflT nya untuk pergi meminta bantuan Rosalee||
tetapi sesuai dengan sifatnya, hal itu diunduL undurnya. Dia juga bingung,
karena sikap Lyjffl yang sangat berubah. Kini dia menentang dengaj keras niat
ibunya untuk mengatasi kesulitannj dengan mencari pinjaman pada janda Gordolf
Tetapi sepucuk surat dari manajer bank paJ itu, telah mendorong Mrs. Marchmont
unfc* bertindak. Dia tak bisa lagi menundanya. Lynn telah keluar pagi-pagi tadi, dan
Mrs. Marchmont melihat David Hunter sedang berjalan di jalan setapak jadi ?keadaan aman. Dia memang ingin menemui Rosaleen seorang diri, tanpa David. Tepat
sekali pikirannya, bahwa menghadapi Rosaleen seorang diri akan jauh lebih mudah.
Namun demikian, masih juga dia merasa gugup [ sekali sementara menunggu di ruang
tamu utama yang bermandikan sinar matahari itu. Tetapi dia merasa lebih baik
waktu Rosaleen masuk dengan "pandangan orang yang kurang waras" itu, yang [saat
itu lebih jelas kelihatan.
Ingin sekali aku tahu, pikir Adela, apakah ledakan bom itu yang telah
menyebabkannya begitu ataukah dia memang begitu"
Rosaleen berkata gugup. "Oh, se se selamat pagi. Apakah ada sesuatu" Silakan duduk."
? ?"Pagi ini indah sekali," kata Mrs. Marchmont dengan ceria. "Bunga tulipku mekar
semua. Bagaimana dengan bunga-bungamu?"
Gadis itu menatapnya dengan pandangan kosong.
"Entahlah." Bagaimana seharusnya kita menghadapi seseorang, pikir Adela, yang tak bisa
berbicara tentang kebunnya atau tentang anjing" Ya... obrolan sehari-hari di
pedesaan. Tanpa bisa menyembunyikan nada getir dalam suaranya, dia berkata,
"Oh ya, kau punya tukang kebun banyak sekali tentu mereka yang mengurus
?semuanya ku." "Kurasa kami kekurangan tenaga. Pak Mullard bilang dia memerlukan dua tenaga
tambahan. Tapi agaknya kita semua memang sangat kekurangan
tenaga kerja.'* Kata-kata itu diucapkannya dengan lancar, tetapi kesannya seperti burung
beo seperti anak kecil mengulangi apa yang didengarnya dari orang dewasa yang
?mengatakannya. Ya, dia memang seperti anak kecil. Apakah itu yang merupakan daya tariknya,
pikir Adela. Apakah itu yang telah menarik hati Gordon Cloade, pengusaha yang
berpandangan tajam dan keras kepala itu" Apakah itu yang telah membutakan
matanya terhadap kebodohan dan rendahnya pendidikannya" Sebab rasanya tak
mungkin kalau hanya wajahnya saja. Banyak sekali wanita cantik yang tak berhasil
memancing dan memikat harinya.
Tetapi sikap kekanak-kanakan mungkin justru menarik hari seorang pria yang
berumur enam puluh dua tahun. Mungkinkah dia memang begitu atau sikapnya itu
?hanya dibuat-buatnyw saja kepura-puraan yang mendatangkan has|j hingga lalu
?menjadi seperti pembawaannya" I Rosaleen berkata, "Sayang, David sedang M luar..."
kata-kata itu menyadarkan Mrs. Marefl mont, David mungkin kembali sebentar lag
Sekaranglah kesempatannya, dan dia tak boM
mengabaikannya. Kata-kata itu rasanya tersangkut di lehernya, tapi dia berhasil
juga mengeluarkannya. "Apakah apakah kau bisa membantuku"*'?("Membantumu?" Rosaleen kelihatan terkejut dan tak mengerti. "Aku keadaanku
?sulit sekali soalnya, kematian Gordon telah mengakibatkan perubahan
?II besar pada kami semua." Hei, orang goblok, pikirnya. Apakah kau harus
merenungiku seperti itu" Kau pasti mengerti apa I maksudku! Pasti kau mengerti.
Bukankah kau [ sendiri juga pernah miskin"
Saat itu dia membenci Rosaleen. Membencinya karena dia, Adela Marchmont, duduk
di sini I merengek-rengek meminta uang. Pikirnya lagi, I aku tak bisa
melakukannya aku tetap tak bisa. Pada saat yang singkat itu, terkilas lagi
?dalam otaknya semua pikiran dan rasa kuatir, serta rencana yang tak jelas yang
telah dipikirkannya I selama berjam-jam.
Menjual rumah (Tapi lalu akan pindah ke mana" Tak ada rumah kecil di
?pasaran apalagi rumah-rumah murah). Menerima host (Tapi sungguh sulit mencari
? ?tenaga kerja padahal dia tak mampu dia benar-benar tak bisa mengurus makan dan
? ?pembersihan rumah yang merupakan akibatnya. Bila Lynn membantu tapi Lynn akan
?menikah dengan Rowley). Tinggal dengan Rowley dan Lynn" (Tvdakl Dia tidak akan
pernah mau berbua* M Mencari pekerjaan" Pekerjaan
OT apa" Siapa yang akan mau mempekerjakan seorang wanira tua yang rak berpendidikan
dan sudah tak kuat Jagi"
Kemudian didengarnya suaranya sendiri. Terdengar kasar, karena dia jadi membenci
dirinya sendiri.

Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Maksudku uang," katanya. "Uang?" tanya Rosaleen.
Kedengarannya dia benar-benar terkejut, seolah-olah dia sama sekali tak
menyangka bahwa uang vang akan disebut-sebut.
Dengan ubah Adela melanjutkan, dan kata-katanya pun tercurahlah,
"Aku sudah mengambil uang dari bank melebihi simpananku, dan beberapa tagihan
belum terbayar pembetulan rumah dan pajak-pajak semuanya belum terbayar.
? ? ?Soalnya semuanya kini tinggal separuh maksudku, penghasilanku. Kurasa itu
?adalah peraturan perpajakan. Dulu Gordon membantu. Maksudku biaya untuk rumah.
Dia yang membiayai semua perbaikannya, aupnya, catnya, dan sebagainya. Juga uang
saku.' Dia menyetorkannya ke bank setiap triwulan. Dij selalu mengatakan, aku
tidak perlu kuatir, dan aku tentu saja merasa tenang. Maksudku, selama dia hidup
semuanya beres. Tapi sekarang..."
Dia berhenti. Dia merasa malu tapi sekaliga lega. Yang paling diukutkannya
?sudah keltfll semua. Bila ditolak, ya... sudahlah,
Rosaleen memandang tak enak, 4
"Aduh," katanya. "Aku tak tahu. Tak ter
" olehku... aku yah, baiklah, akan kuminta David...
? Sambil mencengkeram sisi kursi erat-erat, Adela berkata dengan putus asa, "Tak
bisakah kau memberikan cek sekarang"?"Ya ya, kurasa bisa." Dengan kelihatan terkejut, Rosaleen bangkit lalu pergi ke
?meja tulis. Dial \ mencari-cari dalam beberapa kotak dan akhirnya
mengeluarkan sebuah buku cek. "Berapa?" "Apakah apakah lima ratus pound "
? ?kata-kata Adela terputus-putus. "Lima ratus pound," Rosaleen menulis dengan
patuh. Terasa beban berat terlepas dari pundak Adela. Rupanya mudah saja! Dia merasa
sedih karena menyadari bahwa yang dirasakannya bukan terima kasih, melainkan
cemooh, karena demikian mudahnya dia mendapatkan kemenangan! Rosaleen memang
benar-benar sederhana dan aneh.
Wanita itu bangkit dari meja tulis dan mendatanginya. Cek itu diulurkannya
dengan kaku. Kini giliran Rosaleen yang merasa malu $ckih\
"Kuharap ini cukup. Aku sungguh-sungguh prihatin "
?Adela menerima cek itu. Tangan yang masih kekanak-kanakan itu menyampaikan
kertas yang berwarna merah jambu yang bermuakan, Mrs. Marchmont. Lima ratus
pound. "500. Rosaleen
Cloade. . "Kau baik sekali, Rosaleen. Teruna kasih.
Ah, sudahlah maksudku sehamo , v,,-rusnya al
? ? "Uh* * ?"Kau baik sekak."
Dengan cek di dalam rasnya, Adela March
?""mont ?merasa seperti seorang wimtt yang lain. Sikap Rosaleen baik sekali. Tak enak
rasanya bila dj berlama-lama bercakap-cakap. Dia minta diri, lalu pergi. Di
jalan masuk, di pekarangan, dia berpapasan dengan David. Dia mengucapkan
"Selamat pagi" dengan ceria, dan cepat-cepat berlalu.
90 BAB VI "Untuk apa Mrs. Marchmont kemari?" tanya : David begitu dia masuk.
"Oh, David. Dia sangat membutuhkan uang. Tak kusangka "
?"Dan pasti kauberi dia."
David memandangnya dengan rasa putus asa bercampur agak geli.
"Kau tak bisa dilepas sendiri, Rosaleen."
"Ah, David. Aku tak bisa menolak. Bukankah-"
"Bukankah apa" Berapa?"?Dengan berbisik Rosaleen bergumam, "Lima ratus pound."
Dia lega melihat David tertawa.
"Untung tak banyak!"
"Oh, David, itu banyak sekali."
"Bagi kita sekarang, tidak lagi, Rosaleen. Kau kelihatannya belum juga meresapi
bahwa kau seorang wanita yang kaya-raya. Meskipun demikian, kalau diminta lima
ratus, dia sudah akan puas sekali kalau diberi dua ratus lima puluh. Kau harui
mengerti rahasia pinjam-meminjam.
"Maafkan aku, David," gumamnya.
if "Tak apa! Bagaimanapun juga, itu aaaj uangmu." "Bukan. Sebenarnya bukan." "Nah,
jangan berkata begitu iagi. Gordon Cloade meninggal sebelum dia membuat surat
wasiat. Itulah yang disebut nasib baik dalam permainan. Kita berdua yang menang.
Yang lain-lain kalah." "Rasanya tak benar."
"Alaa, Adikku Rosaleen yang cantik, apakah kau senang semuanya ini" Sebuah rumah
yang besar, pelayan-pelayan perhiasan-perhiasan" Tidakkah itu berani apa yang
?diimpikan menjadi kenyataan" Begitu, kan" Tuhan Mahabesar, kadang-kadang kupikir
aku akan bangun, dan melihat bahwa semuanya ini hanya mimpi."
Rosaleen ikut tertawa. Melihat dia tertawa, David merasa puas. Dia tahu
bagaimana harus menangani Rosaleen. Tak enaknya, gadis itu punya rasa bersalah,
pikir David. Tapi biarlah.
"Benar sekali, David, rasanya seperti mimpi atau seperti di film. Aku suka
?semuanya. Suka sekali,"
"Apa yang kita miliki harus kita pertahankan," David memperingatkannya. "Jangan
lagi suka memberi pada keluarga Cloade, Rosaleen. Mereka
masing-masing punya uang jauh lebih banya?f
daripada kita berdua selama ini." "Ya, kurasa itu memang benar." "Ke mana Lynn
pagi ini?" tanya David. J "Kurasa dia pergi ke Long Willows."
92 Ke Long Willows untuk menemui Rowley
?si Bebal si Orang Udik! Hilang rasa senang -. nya. Sudah bertekad untuk kawin
? ?dengan laki-laki itu rupanya dia, ya"
Dengan wajah cemberut dia keluar dari rumah, melalui rumpun bunga-bunga azalea
dan melewati pintu pagar kecil, naik ke puncak bukit. Dari situ, jalan setapak
itu menurun melewati tanah pertanian Rowley.
Sedang dia berdiri di puncak bukit itu, dilihatnya Lynn Marchmont mendaki bukit
dari arah ladang. David bimbang sebentar, lalu dengan mengatupkan rahangnya
erat-erat dia turun menyongsong gadis itu. Mereka bertemu di dekat sebuah batu
besar, di lereng bukit. "Selamat pagi," ^apa David. "Kapan pesta pernikahannya?"
"Kau sudah pernah menanyakan hal itu," tukas Lynn. "Jadi kau sudah tahu betul.
Dalam bulan Juni." "
"Jadi juga rupanya kau menikah?" "Apa maksudmu, David?" "Masa kau tak tahu?" Dia
tertawa mengejek. "Si Rowley itu. Apa sih dia?"
"Seorang pria yang lebih baik daripada kau jangan berani kau meremehkannya," ?katanya dengan nada ringan.
"Aku tak ragu bahwa dia orang yang lebih baik daripada aku tapi aku lebih
?berani. Aku berani berbuat apa saja demi kau, Lynn."
Lynn terdiam beberapa lamanya. Akhirnya dia
berkata, "Yang kau tak mengerti adalah bahwa aku
mencintai Rowley." "Oh, ya?"
Dengan berapi-api Lynn menjawab,
"Aku sungguh-sungguh mencintainya."
David memandanginya dengan rasa ingin tahu.
"Kita semua melihat gambaran kita sendiri sebagaimana yang kita ingini. Kau
?melihat dirimu sendiri mencintai Rowley, hidup dengan Rowley, tinggal di tempat
ini dengan senang dan tenang bersama Rowley, tanpa keinginan untuk pergi lagi.
Tapi itu bukan kau yang sebenarnya. Ya kan, Lynn?"
"Jadi, seperti apa aku sebenarnya" Dan seperti apa pula kau yang sebenarffya"
Apa yang kau - ingini?" "Bisa saja aku mengatakan bahwa aku menginginkan rasa aman, kedamaian, setelah
mengalami badai. Ketenangan, setelah laut yang bergelora. Tapi entahlah, aku tak
tahu. Kadang-kadang, Lynn, kupikir kita berdua ini punya keinginan yang sama?yaitu mendambakan kesulitan-kesulitan." De"<" ngan cemberut ditambahkannya,
"Alangkah baiknya seandainya kau tak pernah muncul di sini. Aku cukup senang di
sini, sebelum kau datang." "Apakah kau tak senang sekarang?" David
memandanginya. Lynn merasa kacau. Napasnya jadi memburu. Belum pernah dia
merasakan daya tarik David yang aneh itu
94 demikian kuatnya. Tiba-tiba David mengulurkan
tangannya, mencengkeram pundak Lynn dan
memutar tubuhnya.... Lalu dengan mendadak pula Lynn merasakan cengkeraman itu melemah. David
memandang terbelalak ke arah belakang Lynn, ke atas bukit. Lynn menoleh akan
melihat apa yang telah menarik perhatian David.
Seorang wanita sedang memasuki pintu pagar, masuk ke Furrowbank. Dengan tajam
David bertanya, "Siapa itu?" "Kelihatannya seperti Frances," sahut Lynn.
"Frances?" David mengerutkan dahinya. "Mau apa Frances?"
I"Lynn! Hanya orang-orang yang menginginkan sesuatu yang mampir untuk menjumpai
Rosaleen. Ibumu tadi pagi juga mampir." "Ibu}" Lynn mundur. Dia mengerutkan
dahinya. "Mau apa ibuku?" "Masa kau tak tahu" Uang tentu!" "Uang?" Lynn menjadi
tegang. "Dia berhasil mendapatkannya," kata David. Dia tersenyum sekarang,
senyum dingin yang kejam, yang sesuai benar dengan wajahnya.
Baru sesaat yang lalu mereka dekat. Kini terpisah jauh, dipisahkan oleh rasa
permusuhan yang tajam.. "Oh, tidak, tidakl" seru Lynn. David menirukannya. "Ya, ya, ya" "Aku tak
percaya! Berapa" "Lima ratus pound." Lynn menahan napasnya.
Sambil tertawa meremehkan David berkata,
"Aku ingin tahu, berapa banyak Frances akan meminta" Benar-benar tak aman
meninggalkan Rosaleen barang lima menit saja! Anak malang itu tak bisa
mengatakan Tidak'." "Apakah ada yang lain siapa lagi?"?David tersenyum mengejek.
"Bibi Kathie sudah berutang juga ah, tak banyak, hanya dengan dua ratus lima
?puluh saja mereka sudah tertolong tapi dia takut si dokter sampai mendengarnya!
?Karena uang itu untuk membayar orang-orang perantara dengan dunia gaib, maka
dokter itu tentu tak mau tahu. Tapi dia tentu tak tahu, bahwa dokter sendiri
sudah" meminta pinjaman," tambah David.
"Entah apa pikiranmu tentang kami " kata Lynn dengan suara rendah, "entah apa!"
?Kemudian tiba-tiba dia berbalik lalu berlari lintangjjf pukang menuruni bukit ke
arah ladang. Davkjl terkejut dibuatnya. Dia memandanginya menjauh i dengan
mengerutkan dahi. Gadis itu pergi menelf mui Rowley, terbang seperti seekor
burung dara| yang ingin pulang. Kenyataan itu membuat DavidJ jengkel, meskipun
dia tak mau mengakuinya. Dia melihat ke atas bukit lagi, lalu mengerutka dahinya.
"Tidak, Frances," bisiknya. "Kurasa tak bisaj Kau telah salah langkah." Lalu
dengan langkahi langkah tegas dia mendaki bukit.
Dia memasuki pintu pagar dan berjalan melalui [ rumpun bunga-bunga azalea
Bujukan Gambar Lukisan 15 Pengemis Binal 13 Dendam Ratu Air Si Kumbang Merah 4

Cari Blog Ini