Ceritasilat Novel Online

Menuju Titik Nol 3

Menuju Titik Nol Towards Zero Karya Agatha Christie Bagian 3


"Tak bisa" Kaulihat saja. Aku akan..."
Hurstall muncul di teras. Wajahnya sama sekali tak menunjukkan ekspresi apa pun.
"Teh telah dihidangkan di ruang duduk," katanya memberi tahu.
Kay dan Nevile berjalan perlahan ke ruang duduk.
Hurstall minggir untuk membiarkan mereka Sewat.
Di langit awan-awan mulai berkumpul.
XI Hujanmulai turun kira-kira pukul tujuh kurang seperempat.
Nevile memperhatikannya dari jendela kamar tidurnya. Ia dan Kay tak meianjutkan
pembicaraan mereka itu. Mereka saling menghindar sesudah waktu minum teh.
Suasana makan malam pada malam itu sangat sulit dan kaku. Nevile seperti
tenggelam dalam pikirannya sendiri; wajah Kay dipolesmake-upyang Iuar biasa
menonjol; Audrey duduk seperti peri yang membeku. Mary Aldin berusaha keras
untuk membuat obrolanobrolan dan merasa agak jengkel pada Thomas Royde yang
tidak terlalu banyak membantunya.
Hurstall gugup dan tangannya bergetar waktu menghidangkan makanan.
Waktu mereka hampir selesai makan, Nevile berkata dengan kesantaian yang terlalu
dibikin-bikin, "Kurasa aku akan pergi ke Easterhead sesudah makan dan
mengunjungi Latimer. Mungkin kami bisa main bilyar."
"Bawalah kunci," kata Mary. "Kalau-kalau kau pulang malam."
"Ya, terima kasih."
Mereka semua menuju ruang duduk di mana kopi dihidangkan.
Suara berita dari radio agak mengurangi kekakuan suasana.
Kay, yang telah menguap-nguap dengan sangat nyata sejak makan malam, mengatakan
bahwa ia hendak tidur. Ia sakit kepala.
"Kau punya aspirin?" tanya Mary.
"Punya. Terima kasih."
Ia meninggalkan ruangan. Nevile menyetel radio dan memilih program musik. Ia duduk diam di sofa selama
beberapa waktu lamanya. Ia tidak memandang satu kali pun ke arah Audrey dan
duduk seperti seorang anak yang sedang murung. Tanpa diingininya Mary merasa
kasihan padanya. "Yah," kata Nevile akhimya sambil berdiri. "Le-bih baik berangkat sekarang kalau
aku jadi pergi." "Kau akari pakai mobil atau pergi naik feri?"
"Oh, feri. Buat apa memutar lima belas mil Kurasa jalan sedikit juga enak."
"Di Iuar hujan, lho."
"Aku tahu. Aku punya jas hujan."
Ia menuju pintu. "Selamat malam."
Di ruang depan, Hurstall mendatanginya, "Kalau Anda tak keberatan, Tuan, bisakah
Anda ke atas menemui Lady Tressilian" Ia ingin
bertemu khusus dengan Anda."
Nevile dengan cepat melihat jam. Sudah pukul
sepuluh. Ia mengangkat bahu dan pergi ke atas, melalui gang dan sampai di depan kamar
Lady Tressilian. Ia mengetuk pintu. Waktu ia menunggu Lady Tressilian untuk
mengatakan 'masuk', ia mendengar suarasuara mereka yang masih duduk di ruang
depan, di bawah. Semua orang akan tidur awal malam ini, rupanya.
"Masuk," kata Lady Tressilian dengan suaranya yang jelas.
Nevile masuk, lalu memitup pintu di belakangnya.
Lady Tressilian sudah siap untuk tidur. Semua lampu sudah dipadamkan kecuali
satu tampu baca di dekat tempat tidurnya. la tadi sedang membaca, tetapi
sekarang ia meietakkan bukunya. Ia memandang Nevile meialui tepi atas kaca
matanya. Pandangan yang, entah bagaimana, sedikit meng-getarkan hati.
"Aku ingin berbicara denganmu, Nevile," katanya.
Di Iuar keinginannva, Nevile tersenyum sedikit.
"Ya, Ibu Kepala," katanya.
Lady Tressilian tidak tersenyum.
"Ada beberapa hal, Nevile, yang tak kuizinkan bertaku di rumahku. Aku tak punya
keinginan untuk mendengarkan pembicaraan pribadi orang, tetapi kalau kau dan
istrimu bersikeras untuk sa-ling berteriak persis di bawah jendela-jendela kamarku, mau tak mau aku terpaksa mendengamya. Jadi kau sedang membuat rencana di
mana Kay akan menceraikanmu dan pada waktunya nanti kau akan mengawini Audrey
kembali.Itu,Nevile, adalah satu hal yang tak bisa kau lakukan dan aku tak mau
mendengamya lagi untuk sementara."
Nevile nampaknya berusaha untuk tidak menunjukkan kemarahannya.
"Aku minta maaf untuk keributan itu," katanya singkat. "Mengenai hal lain yang
kausebutkan tadi, itu urusanku sendiri!"
"Tidak, itu bukan urusanmu sendiri. Kau telah memakai rumahku untuk mendekati
Audrey" atau, Audrey yang telah memakainya?"
"la tidak melakukan itu, Ia..."
Lady Tressilian menghenrikannya dengan mengangkat tangannya.
"Bagaimanapun juga, kau tak dapat melakukan ini/, Nevile. Kay adalah istrimu. la
mempunyai hak-hak tertentu yang tak boleh kauambil. Dalam hal ini, aku
sepenuhnya ada di pihak Kay. Kau sudah memilih jalan hidupmu dan kau harus
menjalaninya. Kewajibanmu kini adalah terhadap Kay dan kukatakan padamu dengan gamblang?"
Nevile mengambil satu langkah ke depart. Suaranya meninggi, "Ini tak ada
sangkut-pautnya denganmu."
"Lagi pula," kata Lady Tressilian lagi tanpa mengindahkan protes Nevile, "Audrey
akan meninggalkan rumah ini besok ?"
"Kau tak bisa melakukan itu! Aku tak akan membiarkanmu " "
"Jangan berteriak padaku, Nevile."
"Kukatakan padamu aku tak akan membiarkanmu?"
Di sebuah tempat di gang, sebuah pintu tertutup....
XII Alice Bentham, pembantu wanita yang bermata hijau itu, menghadap Bu Spicer,
koki, dengan bingung. "Oh, Bu Spicer, saya tak tahu apa yang harus saya lakukan." "Ada apa, Alice?"
"Nona Barrett. Saya mengantarkan tehnya lebih dari satu jam yang lalu, Ia tidur
nyenyak dan tak bangun, tetapi saya tak mau mengganggunya. Lalu, lima menit yang
lalu, saya masuk lagi ke kamarnya karena ia belum turun dan teh untuk Nyonya
sudah siap dan menunggunya untuk dibawakannya masuk dan ia masih tidur begitu
nyenyak"saya tak bisa membangunkannya."
"Sudah kaugoyang-goyang badannya?"
"Sudah, Bu Spicer. Saya goyang-goyang de-ngan keras"tetapi ia terus saja tidur
dan warna mukanya aneh sekali."
"Ya, Tuhan, ia tidak mati, kan?"
"Oh, tidak, Bu Spicer, karena saya bisa mendengar napasnya, tapi napasnya juga
aneh. Saya rasa ia sakit."
"Yah, aku akan pergi ke atas sendiri melihatnya. Kaubawakan teh untuk Nyonya.
Lebih baik bikin yang baru. Ia pasti bertanya-tanya apa yang telah terjadi."
Alice melakukan semua yang disuruhtan padanya dan Nyonya Spicer naik ke lantai
dua. Sambil membawa baki teh, Alice mengetuk pintu kamar Lady Tressilian. Setelah
mengetuk dua kali dan tidak mendapat jawaban, ia masuk. Sejenak kemudian
terdengar suara cangkir pecah dan jeritan-jeritan keras dan Alice berlari keluar
dari kamar, menuruni tangga di mana Hurstall sedang berjalan menuju ruang makan.
"Oh, Pak Hurstall-ada pencuri yang masuk dan Nyonya mati"terbunuh"dengan lubang
yang besar di kepalanya dan darah di mana-mana."
Tangantangan yang Lihai...
Sambil berjalan ke pintu, ia berkata dengan penuh harap, "Kau akan membantuku,
kan, Paman" Kasus pertama jenis ini yang pernah kutangani."
"Selama aku masih di sini, tentu saja. Kasus perampokan, ya?" "Aku belum tahu."
Inspektur Battletelah menikmati liburannya. Ia masih punya tiga hari lagi dan
menjadi agak kecewa waktu cuaca berubah dan hujan turun. Yah, apalagi yang bisa
diharapkan di Inggris" Dan hingga kini ia boleh dikatakan beruntung.
Ia sedang makan pagi dengan Inspektur James Leach, keponakannya, waktu telepon
berdering. "Saya akan datang segera, Pak," kata Jim, lalu ia meletakkan gagang teleponnya.
"Serius?" tanya Inspektur Battle. Ia melihat ekspresi wajah keponakannya.
"Ada pembunuhan. Lady Tressilian terbunuh. Seorang nyonya yang sudah tua, sangat
dikenal di sini; seorang invalid. Rumahnya di Saltcreek yang terletak persis di
atas tebing itu." Battle mengangguk. "Aku akan pergi menemui si bapak." (Leach tak terlalu memandang tinggi
atasannya.) "la teman nyonya tua itu. Kami akan pergi ke sana bersama-sama."
Setengahjam kemudian, Mayor Robert Mitchell, si Kepala Polisi Distrik, berbicara
pada paman dan keponakan itu.
"Masih terlalu dini untuk menentukan," kata-, nya, "tetapi satu hal tampaknya
cukup jelas. Ini bukan pekerjaan orang Iuar. Tak ada yang hilang tak ada tandatanda orang masuk dengan paksa. Semua jendela dan pintu ditemukan dalam keadaan
tertutup pagi ini." Ia melihat langsung pada Battle.
"Kalau saya minta Scotland Yard, Anda pik mereka akan menyetujui Anda ikut
menangani ini" Anda toh kebetulan ada di sini. Lalu Anda juga ada hubungan
dengan Leach. Itu, kalau Anda bersedia. Itu berarti memutus sisa liburan Anda."
"Tak apa," kata Battle. "Tentang yang lain itu, Pak, Anda harus menghubungi Sir
Edgar," (Sir Edgar Cotton adalah Asisten Komisaris) "tetapi ia teman Anda,
bukan?" Mitchell mengangguk. "Ya, saya kira tak akan ada kesulitan dengan
Edgar. Nah, beres kalau begitu. Saya akan menghubunginya segera."
Ia berkata di celepon, "Hubungkan saya dengan Scotland Yard."
"Menurut Anda, ini akan menjadi kasus yang penting, Pak?" tanya Battle.
Mitchell menjawab dengan suram,
"Ini akan menjadi sebuah kasus di mana kita tidak ingin punya kemungkinan
berbuat salah. Kita ingin seratus persen pasti tentang pria yang kita cari"atau
wanita, tentu saja."
BattJe mengangguk. Ia mengerti sekali bahwa ada sesuatu di balik katakata itu.
"Pikirnya ia tahu siapa pelakunya," katanya pada dirinya sendiri. "Dan tak suka
dengan prospeknya. Seorang yang cukup dikenal, atau populer. Berani taruhan"akan
kumakan sepatu-ku sendiri!"
Battle dan Leachberdiri di ambang pintu kamar yang berperabotan indah itu. Di
lantai, di depan mereka, seorang perwira polisi dengan hati-hati sedang
memeriksa sidik jari yang ada pada gagang tongkat golf"sebuah tongkat yang
berat. Kepala gagang itu bernoda darah dan ada satu atau dua rambut putih yang
menempel di situ. Di dekat tempat tidur, Dr. Lazenby, ahli bedah polisi untuk distrik itu, sedang
membungkuk ke tubuh Lady Tressilian.
Ia meluruskan badannya sambil menarik napas panjang.
"Pukulan langsung. Ia dipukul dari depan de-ngan kekuatan Iuar biasa besar.
Pukulan pertama meremukkan tulang dan membunuhnya, tetapi pembunuhnya memukul
lagi untuk memastikan. Aku tak akan memberikanmu istilah-istilah tek-nis"secara
gamblangnya saja." "Sudah berapa lama ia meninggal?" tanya Leach.
"Kuperkirakan antara jam sepuluh dan tengah malam."
"Kau tak bisa lebih dekat dari itu?"
"Lebih baik tidak. Ada berbagai hal yang perlu diperhitungkan. Kita tak
menggantung orang berdasarkanrigor mortishari-hari ini.Tak lebih awal dari jam
sepuluh, tak lebih lambat dari tengah malam."
"Dan ia dipukul dengan tongkat golf ini?"
Si dokter memandang benda itu.
"Begitu agaknya. Untung juga pembunuhnya meninggalkannya. Aku tak akan bisa
menduga penyebabnya tongkat golf dari lukanya. Waktu dipukulkan ujung yang tajam
dari tongkat itu tidak menyentuh kepala"yang mengenainya pas-ti bagian
belakangnya yang menyudut itu."
"Apakah itu tidak terlalu sulit untuk dilakukan?" tanya Leach.
"Kalau memang disengaja, ya," kata dokter itu menyetujui. "Aku cuma bisa
menduga, secara kebetulan saja, itu terjadi begitu."
Leach mengangkat tangannya, nalurinya membuatnya mencoba menirukan pemukulan
itu. "Canggung," katanya.
"Ya," kata dokter itu sambil berpikir. "Semuanya memang canggung. Ia dipukul,
kau tahu, pada pelipis kanannya"tetapi siapa pun yang melakukannya pasti berdiri
di sebelah kanan tempat tidur"menghadap ke kepala tempat tidur"tak ada tempat di
sebelah kiri, jarak dari temboknya terlalu sempit."
"Kidal?" kata Leach.
"Aku tak mau menemukan begitu," kata Lazenby. 'Terlalu banyak kelemahannya. Aku
bisa mengatakan, kalau kau mau, bahwa penjelasan yang paling mudah adalah bahwa
pembunuhnya kidal"tetapi ada kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa menjelaskan
itu juga. Misainya saja, nyonya itu memalingkan kepalanya sedikit ke kiri persis
waktu orang itu memukulnya. Atau bisa juga ia menggeser tempat tidurnya terlebih
dulu, lalu berdiri di sebelah kirinya dan sesudahnya menggeser tempat tidur itu
kembali." "Kemungkinannya kecil"yang terakhir itu."
"Mungkin, tetapi itubisaterjadi. Aku sudah punya sedikit pengalaman dengai halhal seperti ini, dan aku bisa katakan padamu, Anakku, menarik kesimpulan bahwa
sebuah pukulan yang mematikan dilakukan dengan tangan kidal banyak
kelemahannya!" Sersan Detektif Jones berkata, "Tongkat golf ini jenis yang biasa dipakai orang
yang tidak kidal." Leach mengangguk. "Bisa saja, itu bukan milik pria yang memakainya.Betulseorang
pria, saya kira, ya, Dokter?"
'Tidak bisa dipastikan. Kalau senjatanya adalah tongkat golf yang berat itu,
seorang wanita bisa juga memberikan pukulan yang sangat keras dengannya."
Inspektur Battle berkata dengan suaranya yang tenang, 'Tetapi Anda tak bisa
bersumpah bahwa itu memang senjata yang dipakai, kan, Dokter?"
Lazenby dengan cepat mcnoleh padanya de-ngan pandangan mata yang menunjukkan
rasa tertarik. 'Tidak. Saya cuma bisa mengatakan bahwamungkinitu memang senjata yang dipakai,
dan bahwa dapat diduga ituadalahsenjata yang dipakai. Saya akan menganalisa
darah yang menempel di situ, untuk memastikan bahwa golong-annya sama"juga
rambutnya.". "Ya," kata Battle menyetujui. 'Tak ada salahnya memeriksa seteliti mungkin."
Lazenby bertanya dengan penuh ingin tahu,
"Anda sendiri punya keraguan tentang tongkat golf itu, Inspektur?"
Battle menggelengkan kepalanya.
"Oh, tidak, tidak. Saya orang sederhana. Saya lebih suka mempercayai apa yang
saya lihat dengan mata saya. Ia dipukul dengan sesuatu yang berat"itu benda yang
berat. Ada darah dan rambut yang menempel, karena itu bisa diduga itu adalah
rambut dan darahnya. Jadi "itu adalah senjata yang dipakai." Leach bertanya, "la
dalam keadaan bangun atau tidur waktu dipukul?"
"Menurut pendapatku, bangun. Mukanya menunjukkan keheranan. Kurasa"ini cuma
pendapatk pribadi saja"ia tak menyangka tentang apa yang akan terjadi. Tidak ada
tanda-tanda akan adanya usaha untuk melawan"dan tidak ada ekspresi ketakutan.
Bisa dibilang, ia baru saja bangun dari tidur dan raasih dalam keadaan belum
sadar betul untuk mengetahui apa yang terjadi"atau, ia mengenali penyerangnya
sebagai seseorang yang tak disangkanya mempunyai maksud untuk menyakitinya."
"Lampu di samping tempat tidur menyala"itu saja yang menyala," kata Leach sambil
berpikir. "Ya, itu bisa memberi dua kemungkinan. Mungkin ia menyalakannya waktu ia
terbangun karena mendengar orang masuk ke kamarnya. Atau, lampu itu memang sudah
menyala." Sersan Detektif Jones bangkit berdiri. Ia tersenyum senang.
"Sidik jari yang bagus pada tongkat itu," katanya. "Luar biasa jelas!" Leach menarik napas panjang.
"Itu akan memudahkan semuanya."
"Baik hati orang itu," kata Dr. Lazenby. "Meninggalkan senjatanya"meninggalkan
sidik jarinya di situ"heran... ia tidak meninggalkan kartu namanya!"
"Mungkin juga," kata Inspektur Battle, "ia melakukan itu karena kehilangan
kontrolnya. Ada orang-orang yang begitu."
Si dokter menganggukkan kepalanya.
"Betul sekali. Nah, saya harus pergi mengurus pasien saya yang lain."
"Pasien yang mana?" Battle tibatiba kedengaran ingin tahu.
"Saya dipanggil oleh kepala pelayan, sebelum ini ditemukan. Pelayan wanita Lady


Menuju Titik Nol Towards Zero Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tressilian ditemukan dalam keadaan koma pagi ini."
"Ada apa dengan dia?" "
"Dibius dengan sejenis obat penenang. Keadaannya tidak baik, tetapi ia akan
sembuh." "Pelayannya?" kata Battle. Matanya yang mirip mau sapi itu tertuju pada tali
Ionceng yang besar itu, yang jumbainya terletak di atas bantal di dekat tangan
wanita yang sudah meninggal itu.
Lazenby mengangguk. "Tepat. Itu hal pertama yang akan dilakukan Lady Tressilian kalau ada yang
membuatnya kaget dan takut"menarik Ionceng itu dan memanggil pelayannya. Yah, ia
bisa menariknva sampai tangannya biru. Pelayan itu tak akan mendengamya."
"Jadi memang sengaja diatur, ya?" kata Battle. "Anda yakin tentang itu" Ia tidak
punya kebiasaan minum obat tidur?"
"Saya yakin tidak. Tak ada tanda-tanda tentang itu di kamarnya. Dan saya juga
telah menemukan bagaimana obat itu diberikan padanya.
la minum rebusan senna pods setiap malam. Obat itu dimasukkan di situ."
Inspektur Battle menggaruk dagunya.
"Hra," katanya "Seseorang yang tabu semuanya tentang rumah ini. Anda tahu,
Dokter, ini sebuah pembunuhan yang aneh."
"Nah," kata Lazenby. "Itu urusanAnda."
"Ia orang baik, dokter kita itu," kata Leach waktu Lazenby sudah meninggalkan
ruangan. Mereka tinggal berdua sekarang. Foto-foto sudah diambil, dan pengukuranpengukuran su-dah dicatat. Kedua perwira polisi itu sudah mengetahui setiap
fakta yang petlu diketahui tentang kamar di mana kejahatan itu dilakukan.
Battle mengangguk untuk mengiakan katakata keponakannya. Dia kelihatan
memikirkan sesuatu. "Mungkinkah seseorang menggunakan tongkat golf itu"katakanlah dengan memakai
sarung tangan "setelah sidik jari itu dibuat?"
Leach menggelengkan kepalanya.
"Kukira tidak dan kau juga tahu itu. Kau tak bisa memegang tongkat itu"
tidakmenggunakan-nya,maksudku, tanpamenodai sidiksidik jari itu. Sidiksidik jari
itu jelas sekali, tanpa noda. Kau melihatnya sendiri."
Battle setuju. "Dan sekarang kita tanyai setiap orang dengan
"senna pods= buah polong dari sejenis tumbuhan, biasanya digunakan umuk
mdancarkan buang air besar.
sangat manis dan sopan apakah kita boleh mengambil sidik jarinya"tak ada
paksaan, tentu saja. Dan setiap orang akan mengatakan ya"dan dua hal akan
terjadi. Tak satu pun dari sidiksidik jari itu cocok, atau?"
"Atau kita akan mendapatkan orang itu?"
"Kurasa begitu. Entah pria atau wanita."
Leach menggelengkan kepalanya.
"Bukan seorang wanita. Sidik jari pada tongkat itu punya seorang pria. Terlalu
besar untuk wanita. Lagi pula ini bukan kejahatan wanita."
"Bukan," kata Batde menyetujui. "Betul-betul kejahatan pria. Brutal, perkasa,
rada atletis, dan sedikit bodoh. Ada orang yang seperti itu di rumah ini?"
"Aku belum kenal seorang pun di rumah ini. Mereka semua berkumpul di ruang
makan." Battle berjaian ke pintu.
"Mari kita pergi menemui mereka." Ia berpaling ke arah tempat tidur,
menggelengkan kepalanya, dan berkata,
",Aku tak suka tarikan Ionceng itu."
"Mengapa?" "Tak cocok." Ia berkata lagi sambil membuka pintu, "Siapa kiranya yang ingin membunuhnya"
Memang banyak wanita cerewet yang mengundang orang untuk memukul kepalanya. Ia
nampaknya bukan wanita yang begitu. Kukira diadisukaiorang."
Ia berhenti sebentar, lalu bertanya,
"Ia kaya, ya" Siapa yang mewarisi uangnya?"
Leach menjawab pengertian yang tersimpul di dalam katakata itu, "Kau
menemukannya! Itulah jawabannya. Satu dari hal-hal pertama yang harus kita
cari." Waktu mereka menuruni tangga, Battle melihat daftar yang ada di tangannya.
Ia membaca daftar itu, "Nona Aldin, Tuan Royde, Tuan Strange, Nyonya Strange, Nyonya Audrey Strange.
Hm, banyak orang dalam keluarga Strange."
"Itu adalah kedua istrinya, kurasa."
Alis-alis mata Battle terangkat dan ia berkata,
"Janggut Biru dia, ya?"
Keluarga itu berkumpul di sekeliling meja makan, di mana mereka berpura-pura
menyibuk-kan diri untuk makan.
Inspektur Battle menatap wajah-wajah yang berpaling padanya dengan penuh
perhatian. Ia sedang menilai mereka dengan caranya sendiri yang khas. Pandangannya mungkin
akan membuat mereka heran kalau mereka tahu. Sebuah pandangan yang penuh
prasangka. Walaupun hu-kum menganggap orang tidak bersalah sampai mereka
terbukti bersalah, Inspektur Battle selalu menganggap setiap orang yang ada
hubungannya dengan pembunuhan sebagai orang yang berpo-tensi sebagai pembunuh.
Ia mengalihkan pandangannya dari Mary Al-din, yang duduk tegak dengan wajah
pucat di kepala meja, pada Thomas Royde yang sedang mengisi pipanya di
sebelahnya, lalu pada Audrey yang duduk pada kursi yang digeser mundur, dengan
sccangkir kopi serta tatakannya di tangan kanannya, dan sebatang rokok di tangan
kirinya, lalu pada Nevile yang kelihatan linglung dan bingung, tangannya yang
gemetar berusaha menyalakan rokok, akhirnya pada Kay yang duduk dengan kedua
siku di atas meja, kepucatannya masih nampak, walaupun mukanya dipoles de-ngan
make-up. Inilah yang ada dalam pikiran Inspektur Polisi Battle: Itu pasti Nona Aldin.
Wanita yang tenang"ju-ga kompeten kurasa. Selalu menjaga katakata dan
tindakannya. Pria di sebelahnya itu pemurung " tangannya agak lumpuh
sebelah"bermukapo-ker,tak menunjukkan perasaan "punya rasa^ren-dah diri rupanya.
Itu satu dari istri-istn^ itu, kurasa"ia ketakutan sekali"ya, ia betul-bctu!
ketakutan. Aneh cangkir kopinya itu. Itu Strange, aku pemah melihatnya di suatu tempat. Ia
gugup"sarafnya berantakan. Gadis berambut merah itu tukang bikin onar"marahnya
gampang meledak. Otaknya juga.
Sementara Battle menilai mereka, Inspektur Leach berbicara sedikit pada mereka
dengan kaku. Mary Aldin menyebutkan nama semuanya yang hadir.
Ia berkata, "Itu telah mengagetkan kami semua, tentu saja, tetapi kami ingin membantu Anda
sebisa kami." "Pertama-tarna," tata Leach dengan mengangkat barang yang disebutnya, "apakah
ada yang tahu tentang tongkat golf ini?"
Dengan agak berseru, Kay berkata, "Gila! Apakah itu yang..." dan ia berhenti.
Nevile Strange berdiri dan berjalan mengelilingi meja.
"Kelihatannya seperti kepunyaan saya. Bolehkah saya melihatnya?"
"Tak apa-apasekarang,"kata Inspektur Leach. "Anda boleh memegangnya."
Kata 'sekarang' yang agak ditekankan itu nampaknya tak menimbulkan reaksi apaapa pada yang hadir. Nevile memeriksa tongkat golf itu.
"Saya kira ini salah satu tongkat golf yang ada di tas saya," katanya. "Saya
bisa mengatakan pada Andj( dengan pasti sebentar lagi. Apakah Anda berdua bisa
ikut dengan saya?" Mereka mengikutinya ke sebuah lemari besar di bawah tangga.
Nevile membuka pintunya dar Sagi mata Battle lemari itu penuh dengan raket
tenis. Padasaatyang sama ia ingat di mana ia pemah melihat Nevile. Ia berkata
dengan cepat, "Saya pemah melihat Anda di Wimbledon, Tuan."
Nevile memalingkan kepalanya sedikit.
"Oh, ya, betulkah itu?"
Ia sedang menyingkirkan beberapa raket tenis. Ada dua tas golf di dalam lemari
itu yang bersandar pada tangkai pancing.
"Hanya istri saya dan saya yang bermain golf,"
Nevile menerangkan. "Dan itu tongkat golf untuk pria. Ya, betul"itu punya saya."
Ia sudah mengeluarkan tasnya yang sedikitnya berisi empat belas tongkat golf.
Inspektur Leach berpikir sendiri,
Pria adetis ini tak main-main. Tak enak menjadicaddy"nya.
Nevile berkata, "Itu adalah salah satu tongkat golf kepunyaan Walter Hudson dari St. Esbert's."
"Terima kasih, Tuan Strange. Itu sudah menjawab satu pertanyaan.
Nevile berkata, "Apa yang tak bisa saya mengerti adalah, tak satu barang pun hilang. Dan juga
tak ada tanda-tanda orang masuk ke dalam rumah dengan paksa?" Suaranya seperti
orang bingung"juga takut.
Battle berkap pada diri sendiri, "Mereka tal^habis berpikir, mereka semuanya..."
"Para pelayan itu," kata Nevile, "semuanya begitu baik."
"Saya akan berbicara dengan Nona Aldin tentang para pembantu," kata Inspektur
Leach dengan lancar. "Sementara ini, mungkin Anda bisa memberitahu saya siapa
pengacarapengacara Lady Tressilian?"
"Askwith & Trelawny," jawab Nevile dengan cepat. "St. Loo."
"Terima kasih, Tuan Strange. Kami harus minta keterangan pada mereka tentang
harta milik Lady Tressilian."
"Maksud Anda," tanya Nevile, "siapa yang mewarisi hartanya?"
"Betul, Tuan. Surat warisannya dan sebagainya."
"Saya tak tahu tentang surat warisannya," kata Nevile. "Ia sendiri tak punya
terlalu banyak untuk diwariskan, sepanjang yang saya tahu. Saya bisa memberi
tahu Anda tentang bagian terbesar dari kekavaannya."
"Ya, Tuan Strange?"
"Itu akan menjadi milik saya dan istri saya berdasarkan surat warisan Sir
Matthew Tressilian, Lady Tressilian hanya mendapat bunganya sepanjang masa
hidupnya." "Betulkah begitu?" Inspektur Leach memandang Nevile dengan penuh perhatian,
seperti orang yang baru saja menemukan sebuah tambah-an yang berharga bagi
koleksi binatang pelihara-annya. Pandangan itu membuat Nevile menjadi gugup.
Inspektur Leach bertanya lagi, suaranya Iuar biasa ramah, "Anda tak tahu berapa
jumlah-nya, Tuan Strange?"
"Saya tak dapat mengatakan pada Anda di Iuar kepala. Sekitar seratus
ribupoundsterlitig,saya kira."
"Betulkah itu" Untuk Anda masing-masing?"
'Tidak, dibagi berdua."
"Begitu. Suatu jumlah yang cukup "banyak."
Nevile tersenyum. Ia berkata perlahan, "Saya punya cukup uang untuk membiayai
hidup saya sendiri, Anda tahu itu, tanpa mengharapkan warisan orang yang sudah
meninggal." Irtspektur Leach kelihatan kaget karena disangka mempunyai gagasan seperti itu.
Mereka kembali ke ruang makan dan Leach mengucapkan pidatonya yang berikutnya.
Pokok pembicaraannya adalah sidik jari"ini soal rutin saja"untuk membedakan
sidik jari orang-orang dalam rumah, dengan demikian diketahui kalau ada sidik
jari orang Iuar di kamar wanita yang meninggal itu.
Setiap orang menyatakan kesediaannya"bah-kan mereka tampak sangat bersedia"
untuk diambil sidik jannya.
Mereka digiring ke ruang perpustakaan untuk maksud itu, dan Sersan Detektif
Jones sudah menunggu mereka dengan bantaian sidik jarinya yang kecil.
Battle dan Leach mulai menanyai para pelayan.
Tak banyak yang bisa didapat dari mereka. Hurstall menerangkan sistem penguncian
rumahnya dan bersumpah bahwa ia menemukan semuanya dalam keadaan tak tersentuh
tadi pagi. Tidak ada tanda-tanda masuknya orang dengan paksa. Pintu depan, ia
menerangkan, gerendeinya dibiarkan tidak terpasang. Jadi pintu itu dapat dibuka
dari Iuar dengan mempergunakan kunci. Pintu itu dibiarkan begitu karena Tn.
Nevile pergi ke Easterhead Bay dan akan kembali larut malam.
"Taliukah Anda jam berapa ia masuk?"
"Ya, Tuan, sayarasakira-kirajamsetengali satu. Seseorang datang bersamanya, saya
kira. Saya mendengar suarasuara lalu sebuah mobil melaju pergi. Lalu saya mendengar
pintu ditutup dan Tuan Nevile naik keatas."
"Jam berapa ia berangkat dari sini ke Easterhead Bay?"
"Sekitar jam sepuluh lebih dua puluh menit. Saya mendengar pintu ditutup."
Leach mengangguk. Tampaknya tak banyak lagi yang bisa diperoleh dari Hurscall
sementara ini. Ia menanyai yang lain. Mereka semua kelihatan gugup dan takut,
tetapi masih tetap dalam batas kewajaran"dalam keadaan demikian.
Leach memandang pamannya dengan pandangan bertanya setelah pintu tertutup di
belakang pelayan dapur yang sedikit histeris, yang paling akhir ditanyai.
Battle berkata, "Panggil kembali pelayan wanita itu "bukan yang bermata besar itu"yang tinggi
kurus dan hcimuka kecut itu. Ia mengetahui sesuatu."
Kelihatan benar bahwa Emma Wales merasa canggung. Ia kaget sekali mendapatkan
dirinya ditanyai sendiri oleh pria besar yang agak tua itu.
"Saya cuma mau memberikan sedikit nasihat pada Anda, Nona Wales," katanya ramah.
"Anda tahu tak baik menyembunyikan sesuatu dari poli-si. Membuat Anda nampak tak
bagus di mata me-reka, kalau Anda tahu yang saya maksudkan...." tetapi Emma Wales
memprotes dengan marah dengan perasaan tidak enak, "Saya tidak pernah..."
"Ah, ayolah." Battle mengisyaratkan dengan tangannya yang besar dan lebar. "Anda
melihat sesuatu, atau Anda mendengar sesuatu"apakah itu?"
"Saya tak benarbenar mendengamya"mak-sud saya mau tak mau terdengar juga oleh
saya"Pak Hurstall juga mendengar. Dan saya kira, saya kira itu semua tak ada
hubungannya dengan pembunuhan itu."
"Mungkin tidak, mungkin tidak. Katakan saja pada kami apa yang Anda dengar itu."
"Yah, saya sedang bersiap-siap untuk tidur. Sudah lebih jam sepuluh waktu
itu"dan saya pergi dulu untuk meletakkan botol air panas Nona Aldin di tempat
tidurnya. Ia selalu memakainya, baik di musim dingin maupun di musim panas.
Dengan begitu, tentu saja saya haius melewati pinru kamar Nyonya."
"Teruskan," kata Battle.
"Dan saya mendengar Tuan Nevile sedang berkata-kata dengan keras. Terdengar
suarasuara keras. Ia sedang berteriak. Oh, itu memang sebuah pertengkaran
biasa!" Tngatkah Anda apa yang dikatakannya?"
"Yah, saya tidak sengaja mendengarkan waktu ku."
"Tidak. Tetapi pasti Anda mendengar beberapa kata yang diucapkan."
"Nyonya berkata waktu itu ia tak mau sesuatu hal terjadi di rumahnya dan Tuan
Nevile berkata, 'Jangan kau berani mengatakan apa-apa yang jelek tentang dia.'
Marah sekali ia." Battle, dengan wajah tanpa ekspresi, mencoba sekali lagi, tetapi ia tak berhasil
mengorek lebih banyak daripadanya. Akhimya ia mempersilakan wanita itu pergi.
ia dan Jim saling berpandangan. Semenit atau dua menit kemudian, Leach berkata,
"Jones pasti sudah 'bisa member! tahu kita tentang sidik jari itu sekarang."
Battle bertanya, "Siapa yang bertugas mcmeriksa kamar-kamar?"
"Williams. Ia teliti. Dia tak akan melewatkan sesuatu pun."
"Kau minta pada yang punya kamar untuk tidak masuk?"
"Ya. Sampai Williams selesai."
Pintu terbuka pada saat itu dan Williams menongolkan kepalanya.
"Ada sesuatu yang perlu Anda lihat. Di kamar . Tuan Nevile Strange."
Mereka berdiri dan mengikutinya ke kamar yang ada di sebelah barat rumah itu.
Williams menunjuk sebuah tumpukan di atas lantai. Sebuah jas biru tua, celana,
dan rompi. Leach berkata tajam, "Di mana kaudapatkan ini?"
"Dalam gulungan di dasar lemari. Coba lihatini,Pak."
la mengambil jasnya dan menunjukkan pinggir-an mansetnya yang berwarna biru tua.
"Anda lihat noda-noda hicam itu" Itu darah, Pak, saya berani bertaruh. Dan Anda
lihat ini, terpercik di seluruh lengannya."
"Hm," Batde menghindari pandangan mata perwira muda yang sangat ingin tahu
pendapatnya itu. 'Tak terlalu menguntungkan buat si Nevile, kurasa. Ada jas yang
lain di kamar?" "Abu-abu tua bergaris-garis kecil, tersampir di atas sebuah kursi. Ada banyak
air di iantai di dekat baskom itu."
"Nampak seperti ia membersihkan darah dari tubuhnya sendiri dengan tergesa-gesa"
Ya. Tapi itu dekat jendela yang terbuka, dan ada banyak air hujan yang masuk."
"Air hujan tak membuat genangan sebanyak itu di lantai, Pak. Itu masih belum.
kering." Battle diam. Sebuah gambaran terbentuk sendiri di depan matanya. Seorang pria
dengan percikan-percikan darah di tangan dan lengannya, menarik lepas pakaiannya


Menuju Titik Nol Towards Zero Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari tubuhnya, menggulung pakaiannya yang bernoda darah dan menyimpannya di
lemari, menyiramkan air de-ngan tak sabar dan tergesa-gesa ke atas tangan dan
lengannya yang terbuka. Ia memandang ke depan, ke sebuah pintu di tembok yang lain.
Williams menjawab pertanyaan yang terkan-dung dalam pandangannya itu.
"Kamar Nyonya Strange, Pak. Pintunya terkunci."
"Terkunci" Dari sebelah sini?"
"Tidak. Dari sebelah sana."
"Dari sisi si Nyonya, ya?"
Battle berpikir sebentar. Akhirnya ia berkata, "Mari kita temui si kepala
pelayan itu lagi." Hurstall gugup. Leach berkata dengan tegas dan singkat, "Mengapa Anda tidak
katakan pada kami, Hurstall, bahwa Anda -mendengar pertengkaran antara Tuan
Strange dan . Lady Tressilian tadi malam?"
Orang tua itu mengedip-ngedipkan matanya.
"Saya sungguh tidak berpikir tentangitulagi, Tuan. Saya rasa itu tak bisa
disebut pertengkaran"cuma sebuah perbedaan pendapat yang diutarakan dengan batkbaik saja." Dengan mencoba untuk tidak berkata, "Perbedaan pendapat yang diutarakan dengan
baikbaik hidungmu!" Leach bertanya lagi,
"Jas yang mana yang dipakai Tuan Strange tadi malam waktu makan malam?"
Hurstall raguragu. Battle berkata perlahan,
"Jas biru tua atau abu-abu bergaris kecil" Pasti orang lain bisa memberi tahu
kami kalau Anda tak ingat."
Hurstall berkata, "Saya ingat sekarang, Tuan. Yang biru tua. Keluarga ini," katanya lagi
menambahkan, ingin sekali untuk tidak kehilangan muka, "mempunyai kebiasaan
untuk tidak berganti dengan pakaian malam di bulan-bulan musim panas. Mereka
sering keluar setelah makan malam"kadangkadang ke kebun, kadangkadang ke
dermaga." Battle mengangguk. Hurstall meninggalkan ruangan. Waktu ia berjalan keluar,
Jones masuk. Jones kelihatan bersemangat.
Ia berkata, "Meyakinkan sekali, Pak. Saya sudah mendapat semua sidik jari mereka. Hanya satu
yang cocok. Tentu saja saya hanya bisa membuat perbanding-an kasarnya saja
sementara ini, tetapi saya berani bertaruh memang yang ttuiah yang benar."
"Jadi?" kata Battle.
"Sidiksidik jari pada gagang tongkat itu, Pak,dibuat oleh Tuan Nevile Strange."
Battle menyandarkan badannya di kursinya.
"Yah," katanya, "rupanya itu sudah menjawab pertanyaannya, bukan?"
Merekasedang barada di Kantor Kepala Poli-si"tiga orang pria dengan muka yang
muram dan penuh pikiran. Mayor Mitchell berkata sambil menarik napas panjang, "Yah, kurasa tak ada lagi
yang bisa dikerjakan sciain menaharinya?" Leach berkata perlahan, "Nampaknya
begitu, Pak." Mitchell memandang Inspektur Battle.
"Jangan muram begitu, Battle," katanya ramah. "Sahabatmu tidak mati."
Inspektur Battle menarik napas panjang.
"Saya tak puas," katanya.
"Tak seorang pun dari kita puas," kata Mitchell. "Tetapi kita punya banyak
bukti, kurasa, untuk mengajukan surat perintah penangkapan."
"Lebih dari cukup," kata Battle.
"Bahkan, kalau kita tidak berbuat begitu, orang mungkin bertanya-tanya mengapa
tidak." Battle mengangguk dengan tak terlalu gembira.
"Mari kita ulangi lagi," kata Kepala Polisi. "Kau punya motif"Strange dan
istrinya mendapat sejumlah besar uang karena kematian nyonya tua itu. Ia adalah
orang terakhir yang melihat nyonva itu dalam keadaan hidup "ia kedengaran sedang
bertengkar dengannya. Jas yang dipakainya malam itu bernoda darah"dan golongan
darahnya sama dengan golongan darah almar-humah (itu semua cuma bukti-bukti
negatif, tenru saja); yang paling memfeeratkan dari semuanya, sidiksidik jarinya
ditemukan pada senjata yang dipakai "dan tak ada sidik jari orang lain di situ."
"Walaupun begitu, Pak," kata Battle,"Andatidak puas juga."
"Terkutuk aku kalau bisa puas."
"Apa sebetulnya yang membuat Anda tidak puas, Pak?"
Mayor Mitchell mengusap hidungnya dengan tangannya.
"Kebodohan pelakunya itu agak berlebihan, mungkin?"
'Tapi, Pak, mereka itu kadangkadang memang bertindak seperti orang tolol."
"Oh, aku tahu"aku tahu. Kalau aku tak tahu itu, kita tak akan sampai di sini,
bukan?" Battle berkata pada Leach,
"Apa yang takkausukai tentang semua ini, Jim?"
Leach menggoyangkan badannya dengan perasaan tak puas.
"Aku selalu menyukai Tuan Strange. Sudah bertahun-tahun ia bolak-balik ke sini.
Ia seorang pria yang baik"dan sangat sportif."
"Aku tak melihat," kata Battle perlahan; "mengapa seorang pemain tenis yang baik
tak bisa menjadi seorang pembunuh juga. Itu mungkin saja." Ia berhenti sebentar.
"Yangakutak suka, adalah tongkat golf itu."
'Tongkat golf?" tanya Mitchell sedikit bingung.
"Betul, atau kalau bukan itu, loncengnya. Loriceng itu, atau tongkat golfnya,
atau duaduanya." Ia meneruskan dengan perlahan dan hati-hati.
"Dalam pikiran kita, apa sebenarnya yang terjadi" Apakah Tuan Strange pergi ke
kamar wanita itu, bertengkar, kehilangan sabarnya, dan menghantam kepalanya
dengan tongkat golf icu" Kalau begitu, dan itu tidak direncanakan, bagaimana ia
bisa membawa sebuah tongkat golf masuk
ke kamar itu" Itu bukan jenis benda yang kaubawa-bawa di malam hari."
"Mungkin ia sedang melatih ayunan-ayunan-nya"atau sesuatu seperti itu."
"Mungkin"tetapi tak ada yang berkata begitu. Tak ada yang melihatnya berbuat
begitu. Saat terakhir ia dilihat orang dengan sebuah tongkat golf di tangannya adalah
kira-kira seminggu yang lalu, waktu ia sedang berlatih di atas pasir. Setelah
kupikir lagi, tak bisa duaduanya benar. Apakah ia memang bertengkar dan
kehilangan kesabarannya"dan ingat, aku telah melihatnya di lapangan, dan dalam
pertandingan-pertandingan tenis seperti ini para bintang tenis itu selalu panas
dan gugup dan kalau mereka memang gampang naik darah, itu cepat kelihatan. Aku
tak pernah melihat Tuan Strange kacau.
Aku bisa katakan ia mempunyai kontrol yang baikMasemosinya"lebih baik dari
umumnya para pemain"dan toh, kita menyarankan bahwa ia hilang akal dan memukul
seorang wanita tua yang tak berdaya di kepalanya."
"Ada alternatif lain, Battle," kata Kepala Polisi.
"Aku tahu, Pak. Teori bahwa itu semua sudah direncanakan. Ia menginginkan uang
Lady Tressilian. Itu cocok dengan loncengnya"yang juga menjelaskan pembiusan
pelayan wanita itu"teta-pitidakcocok dengan tongkat golf dan dengan pertengkaran
itu! Kalau ia sudah mengambil keputusan untuk membunuhnya, ia akan sangat
berhati-hati untuktidakbertengkar dengannya. Ia bisa membius si pelayan wanita
pada malam hari" memukul kepala wanita tua itu dan mencip-takan sebuah suasana perampokan kecil,
membersihkan tongkat golfnya dan meletakkannya kembali dengan hati-hati di
tempatnya semula! Semuanya tak cocok, Pak"sebuah campuran dari pembunuhan
berdarah dingin yang direncanakan dan suatu kekerasan yang tidak direncanakan "
dan keduanya tak bisa dicampurkan!"
"Ada betulnya apa yang kaukatakan itu, Bat-tle"tetapi"apa alternatifnya?"
"Tongkat golf itu yang membuatku tak habis pikir, Pak."
"Tak seorang pun bisa memukulnya di kepala dengan tongkat golf itu, tanpa
mengganggu sidik-sidikjariNevile"itu satu hal yang sudah pasti."
"Kalau begitu," kata Inspektur Battle, "ia dipukul di kepala dengan benda lain."
Mayor Mitchell menarik napas panjang.
"Itu sebuah asumsi yang agak gila, bukan?"
"Kurasa itu masuk akal, Pak. Kemungkinannya hanya begini, Strange mempergunakan
tongkat golf itu untuk memukul kepalanya, atau tak se orang pun
mempergunakannva. Aku cenderung mengatakan tak seorang pun. Dalam hal itu, tongkat golf itu
sengaja ditaruh di situ, dan darah dan rambut dioleskandi situ. Dr. Lazenby tak
be-gitu puas dengan tongkat golf itu"ia terpaksa menerima kesimpulan itu karena
itu yang paling jelas dan karena ia tak bisa mengatakan dengan pasti bahwa benda
itutidak pemahdigunakan."
kursinya. "Teruskan, Battle," katanya. "Kau kuberi kebebasan penuh. Apa langkah
selanjutnva?" "Kita singkirkan dulu tongkatnya," kata Battle. "Nah, apa yang tertinggal"
Pertama, motif. Apa-kah Nevile Strange memang punya motif untuk rnembunuh Lady
Tressilian" Ia akan mewarisi uangnya" menurut pendapatku, itu banyak sekali tergantung dari
apakahiamemerlukan uang itu atau tidak.Iabilang tidak. Kusarankan kira
membuktikan itu. Cari tahu tentang keadaan keuang-annya. Kalau ia memang sedang
kesulitan ekonoml, dan membutuhkan uang, maka kasus terhadap dirinya makin kuat.
Kalau, sebaliknya, ia memang mengatakan yang sebenarnya dan keadaan ke-uangannya
baik, yah, lalu..." "Ya, lalu apa?"
"Ya, lalu kita bisa menyeiidiki motif-motif orang-orang lain di rumah itu."
"Jadi, kau pikir, Nevile Strange telah dijebak orang?"
Inspektur Battle mengernyitkan matanya.
* "Ada sebuah kalimat yang pernah kubaca vang menggelitik pikiranku. Sesuatu
tentang tangantangan yang lihai. Itu yang nampaknya kulihat di sini.
Kelihatannya itu sebuah tindakan kejahatan biasa yang langsung dan brutal,
tetapi bagiku seperti ada sesuatu yang lain "sebuah tangan yang lihai sibukwdi
balik semua adegan-adegan itu."
Kepala Polisi memandang Battle dan mereka agak lama terdiam.
"Kau mungkin betul," akhirnya ia berkata. "Kalau dipikir-pikir, memang ada
sesuatu yang ganjil di sini. Apa pikiranmu sekarang tentang apa yang harus kita
lakukan?" Battle mengelus-elus rahangnya yang berben-tuk persegi itu.
"Ya, Pak," katanya. "Aku selalu mengambil jalan yang sudah jelas. Semuanya sudah
diatur supaya kita mencurigai Nevile Strange. Biar saja kita ikuti dan berbuat
seperti kita mencurigainya. Tak perlu sampai menahannya, tetapi kita tunjukkan
bahwa kita mencurigainya; kita interogasi dia, kita arahkan semuanya padanya"dan
kita perhatikan reaksi setiap orang secara umum. Kita verifikasi semua
pernyataan-pemyataannya, dan kita telusuri lagi kegiatannya malam itu dengan
teliti. Pokoknya kita tunjukkan pada mereka dengan sejelas-jelasnya apa yang
kita cari." "Hebat," kata Mayor Mitchell dengan mata bersinar. "Peran seorang polisi yang
keras dan tegas oleh bintang kita Battle."
Inspektur Battle tersenyum.
"Aku suka melakukan apa yang diharapkan da-ripadaku, Pak. Kali ini aku mau
bergerak sedikit perlahan"tidak tergesa-gesa. Aku mau menyelidik ke sana sini.
Mencurigai Tuan Nevile Strange adalah sebuah alasan yang bagus untuk menyelidik
ke sana sini. Aku punya perasaan, sesuatu vang agak ganjil sedang terjadi di rumah itu."
"Kau sedang mencari segi seksnya?"
"Boleli dikatakan begitu, Pak."
"Tanganilah dengan caramu sendiri, Battle. Kau dan Leach, teruskanlah berdua."
'Terima kasih, Pak," kata Battle sambil berdiri. "Dari para pengacaranya tak ada
apa-apa yang bisa membantu?"
"Tidak. Aku sudah berbicara dengan mereka melalui telepon. Aku kenal Trelawny
agak baik. Ia akan mengirirnkan padaku salinan surat wasiat Sir Matthew, dan
juga punya Lady Tressilian. Lady Tressilian sendiri berpenghasilan sekitar lima
ratus setahun yang ditanamnya dalam bentuk surat-su-rat berharga yang bermutu
tinggi. Ia mewariskan sejumlah uang untuk Barrett, sejumlah kecil untuk
Hurstall, dan sisanya untuk Mary Aldin."
'Tiga orang yang perlu kita amati," kata Battle.
Mitchell berkata dengan sedikit geli,
"Selalu curiga, kau ini, ya?"
"Tak ada gunanya membiarkan diri ceperdaya oleh lima puluh ribu pound," kata
Battle tanpa emosi. "Banyak pembunuhan telah dilakukan ha-nya demi sejumlah uang
kurang dari lima puluh pound. Semuanya tergantung dari besar kecilnya keinginan
memperoleh uang itu. Barrett punya warisan"dan mungkin ia sengaja membius
dirinya sendiri untuk menghindarkan kecurigaan orang."
"Ia hampir mati. Lazenby masih belum mengizinkan kita menanyainya."
"Mungkin saja dosisnya kelebihan karena ku-rang paham. Lalu, si Hurstall itu
bisa saja sedang sangat butuh uang. Dan Nona Aldin, kalau ia tak punya uang
sendiri, mungkin membayangkan kehidupan yang enak dengan penghasilan cukup
sebelum ia menjadi terlalu tua untuk menikmatinya."
Kepala Polisi itu kelihatan ragu.
"Yah," katanya, "terserah padamu berdua. Teruskan pekerjaanmu."
Kembalidi Gull's Point, kedua perwira polisi itu menerima laporan Williams.
Tak ada sesuatu pun yang mencurigakan atau yang kira-kira mempunyai arti
ditemukan di kamar-kamar tidur itu. Para pembantu'mcnunggu dengan penuh harap
untuk diperbolehkan jnene-ruskan pekerjaan mereka. Williams bertanya apa-kah ia
boleh mengizinkan mereka.
"Kurasa begitu," kata Battle. "Aku sendiri akan melihat-lihat dulu di lantai
atas. Ruangan-ruangan yang belum dibereskan sering member! petunjuk yang sangat
berguna tentang penghuni-nya."
Jones meletakkan sebuah kotak karton di meja.
"Dari jas biru tua Tuan Nevile Strange," katanya mengumumkan. "Rambut merah itu
ditemukan di mansetnya, rambut-rambut pirang ada di sebelah dalam kerah dan di
bahu kanan." Battle memungut dua helai rambut merah yang panjang dan setengah lusin rambut
pirang itu dan mengamatinya. Battle berkata, dengan mata yang nampak sedikit bersinar, "Pas.
Satu berambut pirang, satu berambut merah, dan satu berambut coklat di rumah
ini. Jadi kita tahudimana kita berada. Rambut merah di manset, pirang di kerah" Tuan
Nevile Strange nampaknya memang berhidung belang. Satu ta-ngan memeluk satu
istri, sedang kepala istri yang lain ada di bahunya."
"Darah yang ada di lengan baju sudah dikirim untuk analisa, Pak. Mereka akan
menelepon kita segera setelah hasilnya diperoleh."
Leach menganggukkan kepalanya.
"Bagaimana dengan para pembantunya?"
"Saya mengikuti instruksi Anda, Pak. Takadadi antara mereka yang sedang berada
dalam proses diberhentikan atau berhenti bekerja, juga nampaknya tak ada yang
membenci atau menaruh dendam pada nyonya tua itu. Nyonya itu me-mang tegas,
tetapi cukup disukai. Lagi pula, pengurusan pembantu ada di tangan Nona Aldin. Mereka semua
menyukainya." "Pertama kali aku melihatnya aku tahu ia seorang wanita yang efisien," kata
Battle. "Kalau ia memang pembunuhnya, tak akan mudah me-nangkapnya."
Jones kelihatan kaget. 'Tetapi sidiksidik jari pada tongkat golf itu, Pak, adalah..."
"Aku tahu"aku tahu," kata Battle. 'Tuan Strange yang begitu bermurah hati dengan
semua petunjuk itu. Ada pendapat umum yang mengatakan bahwa para atlet biasanya
tak berotakv sama sekalitakbenar, itu) tetapi akutakbisa percaya bahwa Nevile
Strange seorang pria tolol Bagaimana dengan senna pods pelayan itu?"
"Itu selalu berada di rak kamar mandi pembantu, di lantai dua. Ia biasanya
merendamnya di situ pada tengah hari dan dibiarkan dt situ hingga malam hari
waktu ia sudah mau tidur."
"Jadi, siapa pun juga bisa mengutak-utiknya" Siapa pun yang berada di rumah ini,
tentu saja." Leach berkata dengan yakin,I
Tni memang pekerjaan orang dalam!"
"Ya. Kurasa begitu. Tapi ini bukan jenis kejahatan lingkaran tertutup. Bukan.
Siapa pun yang punya kunci bisa membuka pintu depan dan masuk ke dalam. Nevile
Strange memegang kunci tadi malam, tetapi mungkin juga tak terlalu sulit
membukanya dengan menggimakan sepotong ka-wat, misalnya. Tapi aku tak melihat
bagaimana orang Iuar bisa tahu tentang Ionceng itu dan bahwa Barrett minum senna
pods setiap malam! Itu cuma bisa diketahui oleh orang dalam saja! Ayo, Jim, kita
naik dan melihat kamar mandi itu dan yang lainnya."
Mereka mulai dari lantai teratas. Di situ ada sebuah ruangan yang penuh dengan


Menuju Titik Nol Towards Zero Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perabotan yang sudah tua dan rusak serta berbagai barang-barang yang tak
terpakat. "Saya belum memeriksa ini, Pak," kata Jones, "Saya tak tahu.,,"
"Apa yang kaucari di sini" Kau sudah beiul. Cuma membuang waktu saja. Dilihat
dari debu di lantainya, ruang ini sedikitnya sudah enam bulan tak dimasuki
orang." Kamar-kamar pembantu semuanya ada di lantai ini, dan juga dua kamar tidur dengan
sebuah kamar mandi yang tak dipakai. Battle melihat ke dalam setiap ruangan dan
memandang sepintas lalu ke sekelilingnya. Ia melihat bahwa Alice, pelayan
bermata besar yang seperti selalu terkejut itu, tidur dengan jendela tertutup;
bahwa Emma, yang kurus, mempunyai banyak sanak keluarga, yang foto-fotonya rapat
terjajar di atas raknya, dan bahwa Hurstall memiliki beberapa buah keramik
Dresden dan Crown Derby yang baik walaupun sedikit retak.
Kamar kepunyaan koki amat sangat rapi dan kamar pembantu koki semrawut sekali.
Battle berjalan ke kamar mandi, yang retaknya paling dekat dengan kepala tangga.
Williams menunjuk rak panjang di atas wastafel, di atas mana terletak gelasgelas untuk gigi palsu dan sikat gigi, berbagai obat-obat luka, dan botol-botol
obat rambut. Sebungkus senna pod yang terbuka terletak di salah satu pojoknya.
"Tak ada sidik jari di gelas atau bungkusnya?"
"Hanya kepunyaan pelayan itu sendiri. Saya memperoleh sidik jarinya dari
kamarnya." "Ia tak perlu memegang gelasnya," kata Leach. "Ia cuma perlu memasukkan obat itu
ke dalamnya." Battle menuruni tangga diikuti oleh Leach. Di atas barisan tangga teratas ini
ada sebuah jendela yang agak janggal letaknya. Sebuah galah dengan kait di
ujungnya terletak di sudut.
"Itu untuk menarik bingkai arasnya ke bawah," kata Leach menjelaskan. 'Tetapi
ada sekrup pengamannya di situ. Jendela itu hanya bisa ditarik ke bawah sampai
di situ. Terlalu sempit untuk orang masuk melaluinya."
"Bukan orang masuk dari situ yang sedang kupikirkan," kata Battle. Wajahnya
penuh pikiran. Ia memasuki kamar tidur pertama yang ada di lantai berikutnya, yaitu kamar tidur
Aud rev-Strange. Kamar itu rapi dan segar"sikat-sikat rambut gading terletak di
meja hiasnya"tak ada pakaian yang tergeletak sembarangan. Battle melihat ke
dalam lemari pakaian. Dua buah jas dan rok bawah yang sederhana, dua buah gaun
malam, satu atau dua buah gaun musim panas. Gaun-gaun itu gaun-gaun murah,
sedangkan sctelansetelan-nya berpotongan bagus dan mahal tetapi tidak baru.
Batde menganggukkan kepalanya. Ia berdiri dekat meja tulis sebentar, tangannya
memainkan tempat pena yang terletak di sisi pengering tinta.
Williams berkata, "Tak ada apa-apa yang menarik pada kertas pengering tinta dan
di tempat sampah." "Aku percaya kata-katamu," kata Battle. "Tak ada apa-apa di sini."an pergi yang
lain. Kamar Thomas Royde tidak rapi, pakaiannya tersebar di sana-sini. Pipa-pipa dan
abu pipa kelihatan di meja-meja dan di sebelah tempat tidur, sebuah buku
karangaii Kipling beijudulKimtergeletak setengah terbuka.
"Sudah terbiasa dilayani oleh pelayan-pelayan pribumi di sana," kata Battle,
"Suka membaca buku-buku lama yang populer. Tipe konservatif."
Kamar tidur Mary Aldin kecil tetapi nyaman. Battle melihat buku-buku tentang
perjalanan-perjalanan wisata yang ada di rak-raknya dan sikat-sikat perak yang
kuno. Perabotan dan warna-warna yang dipakai di kamar itu lebih modern daripada yang
ada di ruang-ruang lain di rumah itu.
"Ia tidak konservatif," kata Battle. "Juga tidak ada foto-foto. Bukan tipe orang
yang suka hidup di masa lampau."
Ada tiga atau empat kamar tidur kosong, semuanya sudah dibersihkan dan
dirapikan, siap untuk dipakai, dan ada dua kamar mandi. Lalu kamar tidur ganda
Lady Tressilian. Sesudah itu, dengan menuruni tiga buah tangga kecil, mereka sampai pada dua
kamar dengan kamar mandi yang digunakan oleh suami-istri Strange.
Battle tidak membuang banyak waktu di kamar tidur Nevile. Ia melihat ke Iuar
jendela berpintu dotong yang terbuka, di bawah terlihat karang-karang yang
menurun terjal langsung ke laut.
Jendela itu menghadap ke arah barat, ke Stark Head vang menjulang dengan liar
dan mengerikan dari dalam laut.
"Dapat sinar matahari siang," gumamnya. "Agak seram di pagi hari. Juga bau
ganggang laut yang tak enak itu di waktu pasang surut. Dan tanjung itu juga
kelihatan seram. Tak heran menarik banyak korban untuk bunuh diri!"
Ia berjalan menuju ke kamar yang lebih besar, yang pintunya sekarang tak
terkunci. Di sini semuanya nampak berantakan. Pakaian bertumpuk dan
berceceran"pakaianpakaian da-lam yang tipis, kaus kaki sutra, baju-baju yang
dicoba lalu dilemparkan begitu saja"gaun musim panas berkembang-kembang yang
dilemparkan di sandaran kursi.
Battle melihat ke dalam lemari pakaian. Lemari itu penuh dengan mantel-mantel
bulu, gaun-gaun malam, celana-celana pendek, rok-rok tenis, pakaian olahraga.
Battle menutup lagi pintu lemarinya dengan sedikit takzim.
"Selera malial," katanya. "Pasti suaminya me ngeluarkan banyak uang untuknya."
Leach berkata dengan suram,
"Mungkin karena itu..."
Ia tidak menyelesaikan kalimatnya.
"Ia membutuhkan seratus"atau lebih tepat lima puluh ribu pounds" Mungkin. Lebih
baik kita dengar dulu, kurasa, apa katanya tentang itu."
Mereka turun menuju perpustakaan. Williams
diminta memberi tahu para pelayan bahwa me-reka boleh meneruskan pekerjaan rumah
tangga. Anggota keluarga boleh kembali ke kamar mereka kalau mau. Mereka juga
harus diberi tahu bahwa Inspektur Leach akan menyelenggarakan wawancara dengan
mereka masing-masing secara terpisah, dimulai dengan Tn. Nevile Strange.
Setelah Williams keluar dari ruangan, Battle dan Leach mengambil tempat di
belakang sebuah meja model abad Victoria yang besar. Seorang perwita polisi muda
dengan sebuah buku catatan duduk di sudut ruangan dengan pensil siap di
tangannya. Battle berkata, "Kau mulai dulu, Jim. Buat agar mengesankan." Jim menganggukkan kepalanya dan
Battle mengusap-usap dagunya dengan wajah muram.
"Kalau saja aku tahu mengapa Hercule Poirot terus saja timbul di pikiranku."
"Maksudmu itu ya"orang Belgia"yang kecil dan jenaka itu?"
"Apanya yang jenaka?" kata Battle. "Dia itu sama berbahayanya dengan ular mamba
hitam dan macan tutul betina"begitulah ia itu kalau sudah mulai memainkan
perannya! Kalau saja ia ada di sini sekarang"hal-hal seperti ini memang main-annya."
"Bagaimana bisa begitu?"
"Psikologi," kata Battle. "Psikologi yang be-tul"bukan seperti yang suka
dipamerkan oleh orang-orang yang sok tahu." Pikirannya melayang dengan perasaan
tak senang kepada Bu Amphrey dan putrinya, Sylvia. "Tidak" mi sungguh-sungguh murni"tahu tentang apa
yang membuat ini semua terjadi. Buatlah seorang pembunuh terus berbicara"itu
salah satu motto-nya. Katanya, cepat atau lambat akhirnya setiap orang akan
mengatakan yang sebenarnya"karena pada akhirnya itu lebih mudah daripada
berbohong. Dan, mereka selip sedikit waktu berbicara, mereka pikir itu tak apaapa" tetapi di situlah kita menangkapny a."
"Jadi kau akan terus memancing Nevile Stra nge?"
Battle mengangguk dengan setengali melamun. Lalu ia berkata dengan perasaan
jengkel, "Tapi yang sebenarnya membuatku tak habis pikir adalah " apa yang
menyebabkan aku teringat pada Hercule Poirot" Di atas"di situlah terjadi-nya.
Nah, apa yang kulihat yang mengingarkanku pada pria kecil itu?"
Pembicaraan terhenti oleh kedatangan Nevile Strange.
Ia kelihatan pucat dan penuh pikiran, tetapi jauh lebih tenang daripada waktu ia
duduk di meja makan pagi tadi. Battle memandanginya dengan tajam. Menakjubkan
bahwa seseorang yang mengetahui"dan pasti ia mengetahuinya kalau otaknya bisa
melakukan proses berpikir walau sekecil apa pun"bahwa ia telah meninggalkan
sidiksidik jarinya pada alat yang dipakai dalam pembunuhan itu"dan bahwa
sidiksidik jarinya telah diambil oleh polisi"tidak menunjukkan
kegugupan vang sangat atau pun sikap seolah-olah tidak ada apa-apa yang
berlebihan. Nevile Strange kelihatan sangat wajar"kaget, penuh pikiran, sedih"dan sedikit
gugup"tetapi masih wajar.
Jim Leach sedang berbicara dengan suaranya yang enak didengar.
"Kami ingin Anda menjawab beberapa pertanyaan, Tuan Strange, mengenai kegiatan
Anda tadi malam dan juga yang berhuhungan dengan beberapa hal. Pada .saat yang
sama saya perlu memberi tahu Anda bahwa Anda tidak diharus-kan menjawab
pertanyaanpertanyaan ini kecuali kalau Anda suka, dan kalau Anda suka Anda boleh
didampingi oleh pengacara Anda."
Ia bersandar ke kursinya untuk mengamati tanggapan atas kata-katanya itu.
Nevile Strange kelihatan, jelas sekali, bingung.
Ia sama sekali tak mengerti apa yang kita maksudkan, atau ia seorang aktor yang
sangat baik, pikir Leach dalam hati. Karena Nevile ti-dak menjawab, ia berkata,
"Bagaimana, Tuan Strange?"
Nevile berkata, "Tentu saja, tanyakan saja apa yang Anda suka."
"Anda sadar, bukan," kata Battle dengan ramah, "bahwa apa saja yang Anda katakan
akan dicatat secara tertulis dan di kemudian hari bisa digunakan di pengadilan
untuk keperluan pembuktian."
Wajah Strange menunjukkan rasa marah. Ia berkata dengan ketus, "Anda mengancam
saya?" "Tidak, tidak, Tuan Strange. Memperingatkan
saja." Nevile mengangkat pundaknya.
"Saya kira semua ini kegiatan rutin Anda saja. Teruskan."
"Anda siap untuk membuat; pernyataan?"
"Kalau Anda mau menyebutnya begitu."
"Dapatkah Anda ceritakan pada kami dengan tepat apa saja yang Anda lakukan tadi
malam" Katakan saja, dari mulai makan malam?"
"Tentu saja. Sesudah makan malam kami pergi ke ruang duduk. Kami minum kopi.
Kami mendengarkan radio"berita dan lain-lainnya. Lalu saya memutuskan untuk
pergi ke Hotel Easterhead Bay dan mengunjungi seseorang yang tinggal di
sana"seorang teman saya."
"Nama teman itu adalah?"
"Latimer. Edward Latimer."
"Seorang teman intim?"
"Oh, begitu-begitu saja. Kami sering berkumpul dengannya sejak ia datang ke
sini. Ia datang ke sini untuk makan siang dan makan malam, dar*" kami pergi
mengunjunginya ke sana." Battle berkata,
"Sudah agak malam waktu itu bukan, untuk pergi ke Easterhead Bay?"
"Oh, itu tempat bersantai"mereka buka sam-pai larut malam."
'Tetapi 'di rumah ini semuanya suka tidur sore-sore bukan?"
"Ya, pada umumnya. Tetapi, saya membawa kunci. Tak ada yang perlu berjaga untuk
membukakan pintu." "Istri Anda tak ingin pergi dengan Anda?"
Ada sedikit perubahan dalam nada suara Nevi-le, sedikit kekakuan waktu ia
berkata, "Tidak, kepalanva pusing. Ia sudah pergi ti-dur."
"Harap teruskan, Tuan Strange."
"Saya lalu pergi untuk berganti pakaian."
Leach menyela. "Maaf,Tuan Strange. Berganti pakaian apa" Berganti untuk memakai pakaian malam
atau berganti dari pakaian malam?"
"Oh, bukan begitu. Waktu itu saya memakai setelan jas saya yang biru"setelan jas
saya yang terbaik kebetulan, dan saat itu hujan sedikit dan saya bermaksud untuk
pergi naik ferry dan berjalan-jalan sedikit"kira-kira setengah mil, seperti Anda
ketahui"saya berganti pakaian dan memakai jas saya yang lebih tua"abu-abu
bergaris kecil, kalau Anda mau saya menceritakan sampai sedetil-detilnya."
"Kami memang suka mendapat keterangan yang sejelas-jelasnya," kata Leach dengan
rendah hati. "Harap teruskan."
"Saya sedang berjalan ke atas, seperti yang saya sebutkan tadi, waktu Hurstall
datang dan mengatakan pada saya bahwa Lady Tressilian ingin bertemu dengan saya,
jadi saya menurutinya dan"mengobrol sedikit dengannya."
Battle berkata dengan lembut,
"Anda orang terakhir yang melihatnya dalam keadaan hidup, saya kira, ya Tuan
Strange?" Wajah Nevile merah. "Ya"ya"saya rasa begitu. Ia baikbaik saja waktu itu."
"Berapa lama Anda bertemu dengan dia?"
"Sekitar dua puluh menit sampai setengah jam, saya kira, lalu saya pergi ke
kamar saya, berganti jas dan bergegas pergi. Saya membawa kunci pintu."
"Jam berapa itu?"
"Sekitar setengah sebelas, saya kira. Saya bergegas berjalan menuruni bukit,
waktu saya sampai, ferry-nya persis akan berangkat; dari situ saya terus sesuai
dengan rencana, Saya menjumpai Latimer di hotel, kami minum barang satu atau dua
gelas dan main bilyar. Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat dan saya ketinggalan ferry yang terakhir
untuk pulang. Ferry yang terakhir berangkat jam setengah dua. Itu berarti,
seperti yang Anda tahu, kami harus memutar lewat Saltington"enam belas mil. Kami
meninggalkan hotel jam dua dan sampai di sini sekitar jam setengah tiga, saya
rasa. Saya berterima kasih pada Ted Latimer, menawarinya minum, tetapi ia
berkata ia ingin langsung pulang, jadi saya masuk dan terus tidur. Saya tidak
mendengar atau melihat sesuatu pun yang tak wajar. Semuanya nampak tidur dan
tenang. Lalu pagi ini saya mendengar gadis itu menjerit dan..." Leach menghentikan
bicaranya. "Betul, betul. Nah, kita kembali sebentar "pada obrolan Anda dengan
Lady Tressilian "tingkah lakunya wajar saja?" "Oh, ya.
Seratus persen." "Apa yang Anda bicarakan?" "Oh, satu atau dua hal." "Secara
baikbaik?" Wajah Nevile menjadi merah. "Tentu saja."
"Anda tidak," kata Leach meneruskan dengan lancar, "bertengkar dengan hebat,
misalnya?" Nevile tidak langsung menjawab. Leach berkata,
"Anda sebaiknya menceritakan yang sebenarnya, lho. Biar saya katakan dengan
terus terang, ada yang mendengar pembicaraan Anda."
Nevile berkata singkat, "Kami berselisih pendapat sedikit. Cuma hal vang sepele saja."
"Apa pokok perselisihan pendapat itu?"
Nevile berusaha keras menghilangkan rasa marahnya. Ia tersenyum.
'Terus terang saja," katanya. "Ia memarahi saya. Itu sering terjadi. Kalau ia
tak suka dengan sesuatu yang dilakukan oleh seseorang, ia langsung menegurnya.
Ia memang agak kuno dan selalu cenderung untuk menganggap bahwa cara-cara modern
dan cara berpikir modern, seperti perceraian dan sebagainya itu, tidak baik.
Kami bersikeras mempertahankan pendapat kami ma-sing-masing dan mungkin saya
memang menjadi sedikit panas, tetapi kami berpisah dengan baikbaik"kami masingmasing menerima bahwa ka-mi memang punya pandangan yang berbeda." Ia
menambahkan, dengan sedikit panas, "Yang jelas saya tidak menggebuknya di
kepalanya karena naik darah waktu bertengkar"kalau itu yang ada di pikiran
Anda!" Leach melirik Battle. Battle menyandarkan tubuhnya ke depan dengan berpikir
dalam. Ia berkata, "Anda mengenali tongkat golf itu sebagai milik Anda pagi ini. Apakah Anda punya
penjelasan tentang fakta bahwa sidiksidik jari Anda ditemukan di situ?"
Nevile memandang Battle. Ia berkata dengan ketus,
"Saya"tetapi tentu saja"itu tongkat golf saya "saya sering memakainya."
"Penjelasan Anda, maksud saya, tentang fakta bahwa sidiksidik jari Anda
menunjukkan bahwaAnda adalah orang terakhir yang mempergunakannya."
Nevile duduk dengan sangat diam. Wajahnya menjadi.sangat pucat.
"Itu tidak benar," katanya akhirnya. 'Tidak mungkin. Seseorang bisa saja
mempergunakannya setelah saya"seseorang yang memakai sarung tangan."
"Tidak, Tuan Strange"tak seorang pun bisa mempergunakannyadengan cara yang Anda
maksudkan"deng&nmengangkatnya untuk dipukulkan"tanpa mengaburkan sidiksidik jari
Anda sendiri." Tak ada jawaban"untuk waktu yang sangat lama.
"Oh, Tuhan," kata Nevde dengan terbata. Tubuhnya bergidik lama. Ia menutup kedua
matanya dengan tangannya. Kedua polisi itu mengamatinya.


Menuju Titik Nol Towards Zero Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lalu ia menyingkirkan tangannya dan menegakkan duduknya.
"Itu keliru," katanya perlahan. "Benarbenar keliru. Anda pikir saya membunuhnya,
tetapi saya tidak melakukannya. Saya bersumpah saya tidak melakukannya. Ada
kesalahan yang besar dt sini."
"Anda tak punya penjelasan apa-apa tentang sidiksidik jari itu?"
"Bagaimana saya bisa" Saya tak bisa berkata apa-apa."
"Apakah Anda punya penjelasan mengenai fakta bahwa lengan-lengan dan manset jas
biru tua Anda bernoda darah?"
"Darah?" Bisikannya menunjukkan kekagetan. "Tidak mungkin!"
"Anda tidak, misalnya, mempunyai luka?"
"Tidak. Tidak, tentu saja tidak!"
Mereka menunggu sebentar.
Nevile Strange, dahinya berkerut, nampaknya sedang berpikir. Akhirnya ia
memandang kedua polisi itu dengan mata yang menunjukkan perasaan ngeri.
"Fantastis!" katanya. "Benarbenar fantastis. Tak satu pun dari itubenar."
"Fakta-fakta itu cukup benar," kata Inspektur Battle.
"Tetapi mengapa saya perlu melakukan itu. Itu tak masuk akal"tak bisa dipercaya!
Saya mengenai Camilla seumur hidup saya."
Leach batuk-batuk. "Anda sendiri mengatakan pada kami, Tuan Strange, bahwa Anda mewarisi banyak
uang karena kematian Lady Tressilian?"
"Anda pikir itu sebabnya"tetapi saya tidak menginginkan uang! Saya
tidakmemerlukannyaV- "Itu," kata Leach dengan sedikit'batuk, "adalah apa yang
Andabilang,Tuan Strange."
Nevile meloncat. "Begini, itu sesuatu yangbisasaya buktikan. Bahwa saya tidak memerlukan uang.
Biar saya hubungi manajer bank saya dengan telepon" Anda boleh berbicara sendiri
dengannya." Hubungan telepon tersambung dengan sangat baik dan dalam beberapa menit saja
mereka sudah berhubungan dengan London. Nevile berkata, "Itu kau, Ronaldson"
Nevile Strange di sini. Kau kenal suaraku. Begini, tolong berikan pada polisi
"mereka ada di sini sekarang"semua informasi yang ingin mereka peroleh tentang
semua urusan-urusanku"Ya"Ya, tolong."
Leach mengambil telepon itu. Ia berbicaraJ engan tenang. Tanya-jawab terus
berlangsung. Akhirnya ia menaiuh kembali gagang telepon itu di tempatnya.
"Bagaimana?" kata Nevile dengan sangat ingin tahu.
Leach berkata tanpa menunjukkan perasaannya, "Anda punya saldo yang cukup besar
dan bank menangani semua investasi Anda dan melaporkan bahva semuanya dalam
keadaan menguntungkan."
"Anda lihat, semua yang saya katakan adalah betul!"
"Nampaknya begitu"namun demikian, Tuan Strange, mungkin Anda punya komitmen,
utang-utang"pembayaran pemei asan"alasan-alasan mengapa Anda membutuhkan uang
yang tak kita ketahui."
"Tetapi saya tidak membutuhkannya! Saya berikan jaminan pada Anda! Anda tak akan
menemukan hal-hal seperti itu."
Inspektur Battle menggerak-gerakkan bahunya yang lebar itu. Ia berkata dengan
suara kebapakan yang ramah.
"Kami punya bukti-bukri cukup, saya rasa Anda juga setuju, Tuan Strange, untuk
mengajukan surat perintah penangkapan Anda. Kami tidak melakukannya"belumlKami
masih mem-beiikan kategori 'diragukan' pada Anda, Anda u."
Nevile berkata dengan pallit,
"Yang Anda maksudkan adalah, bahwa Anda sudah memutuskan di dalam pikiran Anda
bahwa sayalah yang melakukannya, bukan, tetapi Anda masih ingin mencari
motifnya, agar Anda bisa membuat kasusnya?"
Battle diam. Leach menatap langitlangit.
Nevile berkata dengan putus asa,
"Seperti mimpi buruk. Tak ada yang bisa saya katakan atau lakukan. Rasanya
sepeni masuk perangkap dan tak bisa keluar."
Inspektur Polisi Battle menggerakkan badannya. Sebuah pandangan yang cerdas
terlihat di antara ketopak-kelopak matanya yang setengah tertutup, "Itu katakata
yang tepat," katanya. "Ya, itu katakata yang tepat. Itu memberikan sebuahide
kepada saya." VI Sersan Jonesdengan cerdik membiarkan Nevile ke Iuar melalui ruang depan dan
ruang makan lalu membawa Kay masuk melalui pintu Prancis sehingga suami-istri
itu tidak bertemu. "Tapi ia akan berjumpa dengan yang lain," kata Leach.
"Itu lebih baik," kata Barxle. "Hanya ini yang ingin kutanyai pada waktu ia
masih tak tahu apa-apa."
Cuaca mendung hari itu, disertai angin yang tajam. Kay mengenakan rok dari bahan
wol dan sweaterungu di atasnya, rambutnya nampak seperti mangkuk tembaga yang mengkilat.
Ia kelihatan setengah takut, setengah bersemangat. Kecantikan dan vitalitasnya
sepeiti mekar di-tengah suasana ruang zaman Victoria itu.
Dengan gampang Leach membuatnya menceritakan kegiatannya pada malam sebelumnya.
Battle menanyainya. "Suami Anda
tidak datang menengok Anda
sebelum ia keluar malam itu?"
Ia sakit kepala dan pergi tidur sore-sore"kira-kira pukul sembilan seperempat.
Ia tertidur dengan sangat nyenyak dan tak mendengar apa-apa hingga keesokan
paginya waktu ia terbangun karena mendengar suaia seseorang menjerit.
"Tidak." "Anda tidak melihatnya lagi sejak Anda meninggalkan ruang duduk sampai pagi
berikutnya. Betul?" . Kay mengangguk. Battle mengelus-elus dagunya sendiri.
"Nyonya Strange, pintu di antara kamar Anda dan kamar suami Anda terkunci. Siapa
yang menguncinya?" Kay berkata singkat, "Saya."
Battle tak berkata apa-apa"tetapi ia menunggu "menunggu seperti seekor kucing
tua yang kebapakan "yang menunggu seekor tikus keluar daii lubang yang sedang
diamatinya. Sikap diamnya itu menghasilkan sesuatu yang mungkin tidak akan dihasilkan oleh
sebuah pertanyaan. Katakata Kay menghambur tertahankan, "Oh, saya rasa toh Anda
akan-mengetahui semuanya. Si Hurstall tua yang gemetaran itu pasti telah
mendengar kami sebelum saat minum teh itu dan ia toh akan menceritakannya pada
Anda kalau saya tidak. Ia mungkin bahkan sudah menceritakannya pada Anda.
Nevile dan saya bertengkar"bertengkar hebat! Saya sangat marah padanya! Saya
pergi tidur dan saya kunci pintunya karena kemarahan saya padanya masih ber-apiapi!" "Begitu "begitu," kata Battle dengan penuh simpati. "Dan apa persoalannya
sebetulnya?" "Ah, itu tak penting. Oh, baiklah, tak apa saya ceritakan pada Anda. Nevile
berperilaku sepeiti orang tolol. Tapi semuanya salah perempuan itu."
"Perempuan yang mana?"
"Istrinya yang pertama. Pertama, dialah yang membuatnya datang ke sini."
"Maksud Anda"untuk berkenalan dengan An-da?"
"Ya. Nevile berpikir semua adalah gagasannya sendiri"dasar tolol! Tapi
sesungguhnya tidak begitu. Ia tak pernah memikirkan hal seperti itu sampai ia
berjumpa dengannya di Park pada suatu hari dan ia menanamkan gagasan itu di
benak Nevile dan membuat Nevile yakin bahwa itu adalah buah pikirannya sendiri,
tetapi saya melihat kelicikan Audrey di balik itu semua sejak semula."
"Mengapa ia perlu berbuat seperti itu?" tanya Battle.
"Karena ia ingin mendapatkan Nevile kembali," kata Kay. Ia berbicara dengan
cepat dan napasnya terengah-engah. "Ia tak pernah memaafkan Nevile karena telah
meninggalkannya dan pergi dengan saya. Ini adalah balas dendamnya. Ia membuat
Nevile mengatur agar kami semua berada di si-ni"dalam waktu yang sama lalu mulai
mempeng-aruhinya. Ia melakukan itu sejak kami tiba di sini. Dia itu memang
pintar, Anda raliu. Dia tahu persis bagaimana memberikan kesan seperti orang
yang selalu bersedih dan tak mudah diiangkau"betul; dan bagaimana mempermainkan
pria lain juga. Ia mengatur agarXJiomas Royde, yang seperti anjing setia dan
selalu mengaguminya itu, berada di sini pada saat yang sama, dan ia membuat
Nevile gila dengan berpura-pura akan mengawini Royde."
Ia berhenti berbicara, napasnya tersengal-sengal karena kcmarahannya.
Batde berkata lembut, "Mestinya Tuan Strange senang bahwa ia bisa "em"menemukan kebahagiaan dengan teman lama." "Senang" Ia cemburu bukan main!"
"Kalau begitu pasti ia sangat menyayanginya."
"Oh, memang," kata Kay dengan paliit."Perempuan itutelah mengatumya!"
Battle masih mengelus-elus dagunya sendiri.
"Anda mestinya jangan menyetuiui rencana untuk datang ke sini," ia menyarankan.
"Bagaimana saya bisa"Ituakan menimbulkan kesan bahwa saya cemburu!"
"Yah," kata Battle, "tapi Anda memang cemburu, bukan?"
Wajah Kay menjadi merah. "Selalu! Saya selalu cemburu pada Audrey. Sejak dari permulaan sekali"atau
hampir dari permulaan. Saya selalu merasakan kehadirannya di rumah. Seakan itu
rumahnya, bukan rumah saya. Saya mengubah warna dan dekorasinya tetapi tak ada
gunanya! Saya tetap merasakan kehadirannya seperti peri yang berkeliaran. Saya
tahu Nevile kepikiran karena merasa telah memperlakukan Audrey dengan tidak
baik. Ia tak bisa benarbenar melupakannya " perempuan itu sela-lu ada di manamana"menghantui pikirannya dengan rasa bersalah. Ada orang yang begitu, Anda
tahu. Mereka kelihatannya tidak menonjol dan tidak menarik"tetapi mereka membuat
orang selalusadarakan kehadiran mereka."
Batde mengangguk dengan penuh pikiran. Ia berkata, "Yah, terima kasih, Nyonya
Strange. Saya kira cukup untuk sekarang. Kami harus mengajukan"em"banyak
pertanyaan"terutama karena suami Anda mewarisi begitu banyak uang dari Lady
Tressilian"lima puluh ribu poundsterling?"
"Sebegitu banyaknya" Kami memperolehnya dari surat wasiat Sir Matthew, bukan?"
"Anda tahu tentang itu?"
"Oli, ya. Ia meninggalkan uang itu untuk dtbagi di antara Nevile dan istri
Nevile. Bukannya saya senang bahwa orang tua itu telah meninggal. Saya tidak senang.
Saya memang tak terlalu menyukainya"mungkin karena ia tak suka pada saya"tetapi
sangat mengerikan membayangkan seorang pencuri masuk dan membelah kepalanya."
Ia mengatakan itu sambil berjalan keluar. Battle memandang Leach.
"Apa pendapatmu tentang dia" Cantik sekali, aku mesti bilang. Seorang pria bisa
dengan mudah kehilangan akalnya karena dia."
Leach setuju. "Tapi perangainya tak terlalu halus," katanya ragu.
"Jarang yang begitu sekarang ini," kata Battle. "Kita temui No.1sekarang" Kukira
lebih baik kita temui Miss Aldin dulu, dan memperoleh pandangan Iuar dari
perkawinan segi tiga ini."
Mary Aldin masuk dengan tenang, lalu duduk. Di balik ketenangannya matanya
menunjukkan kekuatiran. Ia menjawab pertanyaanpertanyaan Leach de-ngan jelas, membenarkan cerita Nevile
tentang malam itu. Ia naik untuk tidur sekitar pukul sepuluh.
"Waktu itu Tuan Strange sedang dengan Lady Tressilian?"
Wajah Nona Aldin menjadi merah, tetapi ia menjawab perlahan, "Lady Tressilian,
Anda tahu, gemar berdiskusi. Kadangkadang ia terdengar ketus walaupun sebenarnya
ia tidak bermaksud begitu. Juga, ia agak otokratis dan cenderung untuk menguasai
orang"dan seorang pria tak mudah menerima itu seperti seorang wanita."
Seperti Anda sendiri, mungkin, pikir Battle.
Ia memandang wajah Mary Aldin yang cerdas. Mary berkata, "Saya tak ingin
dikatakan bodoh"tetapi bagi saya rasanya keterlaluan"betul-betul keterlaluan
bahwa Anda mencurigai salah satu dari orang-orang di rumah ini. Mungkin saja itu
orang Iuar, bukan?" "Karena beberapa alasan, Nona Aldin. Satu di antaranya, tidak ada barang hilang
dan tidak ada tanda-tanda orang masuk dengan paksa. Saya tak perlu mengingatkan
Anda tentang denah rumah Anda sendiri dan halamannya, tetapi ingatlah ini. Di
sebelah barat ada sebuah tebing terjal yang menurun ke laut, di sebelah selatan
ada dua buah teras berdinding yang bergantung langsung di atas laut, di sebelah
timur kebunnya menurun hampir langsung menuju ke pantai, tetapi kebun itu
dikelilingi oleh sebuah dinding yang tinggi. Jalan ke Iuar yang ada hanyalah
satu pintu kecil yang menuju ke jalanan, yang pagi ini ditemukan terpalang
seperti biasa, dan pintu utama menuju ke rumah yang ada di dekat jalanan. Saya
tidak mengatakan bahwa tidak ada yang bisa memanjat dinding itu, ataupun bahwa mereka
tidak bisa masuk dengan mempergunakan kunci palsu "yang saya ingin katakan
adalah, sepanjang yang saya lihat, tidak ada orang yang melakukan hal-hal
seperti itu. Siapa pun oiangnya yang melakukan kejahatan ini, ia tahu bahwa
Barrett minum rendaman senna pod setiap malam dan mencam-puri rendaman itu
dengan obat bius"itu berarti seseorang di dalam rumah. Tongkat golf itu diambil
dari dalam lemari di bawah tangga.Itu bukan pekerjaan orang Iuar, Nona Aldin."
"Itu bukan Nevile! Saya yakin itu bukan Nevile!"
"Mengapa Anda begitu yakin?" Nona Aldin mengangkat kedua tangannya de-ngan pums
asa. "Tidak seperti dia"itulah sebabnya! Ia bukan orang yang bisa membunuh seorang
wanita tua yang tak berdaya di tempat tidur"NevileV
"Nampaknya memang tidak seperti dia," kata Battle, "tetapi Anda akan keheranan
melihat hal-hal yang bisa diperbuat orang kalau mereka mempunyai alasan yang
kuat. Tuan Strange mungkin sangat membutuhkan uang."
"Saya yakin tidak. Ia bukan orang yang bo-ros"ia tidak pemah begitu." "Tidak,
tetapi istrinya begitu." "Kay" Ya, mungkin"tetapi, oh, itu gila. Saya yakin uang
tidak memenuhi benak Nevile belakangan ini."
Inspektur Battle batuk-batuk.
"Ada hal-hal lain yang memenuhi pikirannya rupanya, ya?"
"Kay yang mengatakan pada Anda, ya" Ya, situasinya memang amat sulit. Tapi, itu
semua tak ada hubungannya dengan peristiwa yang mengcri-kan ini."
"Mungkin tidak, tapi saya toh ingin mendengar versi Anda tentang urusan cinta
itu, Nona Aldin." Mary berkata perlahan,
"Yah, seperti saya katakan tadi, hai itu telah menimbulkan sebuah"situasi yang
sulit. Siapa pun yang punya gagasan itu."
"Saya dengar itu gagasan Tuan Nevile Strange?"
"Ia bilang begitu."
"Tapi Anda sendiri tidak berpendapat begitu?"
"Saya"tidak"itu rasanya tak seperti Nevile. Dari permulaan saya punya perasaan
bahwa ada orang lain yang menanamkan gagasan itu di kepalanya."
"Nyonya Audiey Strange, mungkin?"
"Rasanya tak mungkin Audrey melakukan itu."
"Lalu siapa yang bisa melakukannya?" Mary mengangkat pundaknya dengan putus asa.
"Saya tak tahu. Memang"aneh." "Aneh," kata Battle dengan berpikir daiam. "Itulah
yang kurasakan clengan kasus ini. Aneh." "Semuanya aneh. Ada suatu perasaan"tak
bisa saya menguraikannya. Terasa di sekitar kami. Sesuatu yangmengancam."
"Semua orang gelisah dan kaget-kaget?"
"Ya, begitulah. Kami semua merasa begitu. Bahkan juga Ti^n Latimer?" Ia berhenti
berbicara. "Saya baru saja akan menyebut Tuan Latimer. Apa yang bisa Anda ceritakan pada
saya, Nona Aldin, tentang Tuan Latimer" Siapakah Tuan Latimer itu?"
"Yah, saya tak tahu banyak tentang dia. Ia teman Kay."
"Ia teman Nyonya Strange" Mereka sudah saling mengenal sejak lama?"
"Ya, &ay telah mengenalnya sebelum menikah."
"Tuan Strange menyukainya?" "Cukup menyukainya, saya kira." "Tidak ada"persoalan
di situ?" Batde mengatakannya dengan hati-hati. Mary menjawab dengan cepat dan
tegas, 'Tentu saja tidak!"
"Apakah Lady Tressilian menyukai Tuan Latimer?"
"Tak terlalu." Battle merasakan nada suara Mary yang tak terlalu akrab dan ia mengalihkan pokok
pembicaraan. "Pelayan itu, Jane Barrett, sudah lama bekerja pada Lady Tressilian" Anda
menganggapnya dapat dipercaya?"
"Oh, seratus persen. Ia sangat setia pada Lady Tressilian."
Battle menyandarkan dirinya ke kursi.
"Jadi menurut Anda tidak ada sedikit pun kemungkinan bahwa Barrett memukul Lady
Tressilian di kepala lalu membius dirinya sendiri supaya ia tidak dicurigai?"
"Tentu saja tidak, Apa alasannya untuk berbuat seperti itu?"


Menuju Titik Nol Towards Zero Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ia mendapat warisan, Anda tahu."
"Begitu pun saya."
Mary memandang Battle dengan pandangan tajam.
"Y"," kata Battle. "Begitu pun Anda. Tahukah Anda berapa besarnya warisan itu?"
"Tuan Trelawny baru saja datang. Ia mengatakannya pada saya."
"Anda tak mengetahuinya sebelumnya?"
'Tidak. Tentu saja saya berkesimpulan, dari katakata Lady Tressilian
kadangkadang, bahwa ia meninggalkan sejumlah warisan untuk saya. Saya sendiri
tak punya banyak, Anda tahu. Tak cukup untuk hidup tanpa bekerja. Saya
perkirakan Lady Tressilian akan mewariskan pada saya sedikitnya seratus
setahun"tetapi ia punya beberapa saudara misan dan saya tak tahu sama sekali
bagaimana ia akan mewariskan uang itu, yang merupakan miliknya sendiri. Saya
tahu, tentu saja, bahwa tanah milik Sir Matthew akan menjadi kepunyaan Nevile
dan Audrey." "Jadi ia tak tahu berapa yang diwariskan Lady
Tressilian padanya," kata Leach waktu Mary Aldin sudah pergi, "Sedikitnya,
itulahpengaku-annya."
"Itu pengakuannya," kata Battle menyetujui. "Sekarang, istri pertama si Hidung
Belang." VII Audreymengenakan rok dan baju dari bahan flanel berwarna abu-abu pucat. Ia
kelihatan begitu pucat seperti seorang peri sehingga Battle teringat kata-ka-ta
Kay, "Peri abu-abu yang berkeliaran di rumah."
Ia menjawab pertanyaanpertanyaan Batde de-ngan jelas dan tanpa emosi.
Ya, ia pergi tidur pukul sepuluh, sama dengan Nona Aldin. Ia tak mendengar apaapa malam itu. "Maafkan bahwa saya terpaksa mengorek kehidupan pribadi Anda," kata Battle,
"tetapi harap jelaskan bagaimana Anda bisa berada di sini, di rumah ini."
"Saya selalu datang" berkunjung pada waktu seperti ini. Tahun ini, em"bekas
suami saya ingin datang pada saat yang sama dan bertanya apakah saya
berkeberatan." "Itu adalah usulnya?"
"Oil, ya." "Bukan saran Anda?" "Oh, tidak. '
"Tetapi Anda menyetujuinya?" * "Ya, saya setuju. Saya merasa"bahwa saya tidak
bisa menolaknya." "Mengapa tidak, Nyonya Strange?" fa tidak memberikan jawaban yang jelas. "Tidak
enak untuk menolak." "Anda pihak yang menderita?" "Bagaimana?"
"Anda yang menceraikan suami Anda?" "Ya."
"Apakah Anda"maafkan saya"punya perasaan dendam kepadanya?"
"Tidak"sama sekali tidak."
"Anda amat pemaaf, Nyonya Strange."
Ia tidak menjawab. Battle mencoba memancing dengan takrik diam"tetapi Audrey
bukan Kay yang bisa dipancing untuk berbicara dengan taktik itu, la bisa tetap
diam tanpa merasa canggung. Battle mengakui kekalahannya.
"Anda pasti itu bukan gagasan Anda"pertemuan ini?"
"Pasti sekali."
"Hubungan Anda dengan Nyonya Strange yang sekarang cukup baik?"
"Saya rasa ia tak terlalu menyukai saya."
"Apakah Anda menyukainya?"
"Ya. Menurut saya ia sangat cantik."
"Yah"terima kasih"saya kira sudah cukup."
Audrey berdiri dan berjalan menuju pintu. Lalu ia kelihatan ragu dan berjalan
kembali. "Saya hanya ingin mengatakan?" ia berbicara dengan gugup dan cepat. "Anda
menyangka Nevile yang melakukan ini"bahwa ia membunuhnya untuk mendapatkan
uangnya. Saya yakin itu tidak benar. Nevile tak pemah tergila-gila pada uang. Saya tahu itu. Saya
menikah dengannya selama delapan tahun, Anda tahu. Saya rasa ia bukan orang yang
bisa membunuh seperti itu hanya karena uang"itu "itu"bukan Nevile. Saya tahu
katakata saya ini tidak ada artinya sebagai bukti"tetapi saya harap Anda
mempercayainya." Ia berbalik dan berjalan dengan cepat keluar dari niangan.
"Dan apa kesimpulanmu tentangdial"tanya Leach. "Aku tak pemah menemui seseorang
yang begitu "begitu tak beremosi."
"Ia tak menunjukkannya," kata Battle. "Tetapi itu ada. Ada emosi yang sangat
kuat di situ.Dan aku tak tabu apa itu."
VIII Thomas Roydeyang terakhir datang. Ia duduk, khidmatdan kaku, matanya
berkedipkedip seperti mata burung hantu.
Ia pulang dari Malaya"yang pertama kali sejak delapan tahun yang lalu. Ia selalu
berkunjung ke Gull's Point sejak masih anak-anak. Nyonya Audrey Strange adalah
seorang saudara misan jauh"yang dibesarkan oleh keluarganya sejak ia betusia
sembilan tahun. Padamalam sebelumnya ia pergi tidur pukul sebelas kurang
sedikit. Ya, ia mendengar Tuan Nevile Strange meninggalkan rumah tetapi tidak
melihatnya. Nevile pergi sekitar pukul sepuluh lebih dua puluh menit atau lebih
sedikit. Ia sendiri tak mendengar apa-apa semalam itu. Ia sudah bangun dan
berada di kebun waktu mayat Lady Tressilian ditemukan. Ia memang selalu bangun
pagi. Mereka diam sebentar.
"Nona Aldin berkata bahwa ada perasaan tegang di dalam rumah. Apakah Anda
merasakannya juga?" "Saya rasa tidak. Saya ini tidak peka."
Itu bohong, pikir Battle. Kau melihat banyak, kurasa"lebih dari yang lain-lain.
Tidak, menurut pendapatnya Nevile Strange tidak sedang kesulitan uang. Yang
jelas ia tidak kelihatan begitu. Tetapi ia memang tak tahu banyak tentang
urusan-urusan Tn. Strange. "Sampai sejauh mana Anda kenal Nyonya Strange yang kedua?"
"Saya baru pertama kali bertemu dengannya di sini."
Battle memainkan kartunya yang terakhir.
"Anda mungkin tahu, Tuan Royde, bahwa kami menemukan sidiksidik jari Tuan Nevile
Strange pada benda yang dipakai untuk membunuh. Dan kami menemukan darah pada
lengan baju jas yang dipakainya tadi malam."
Ia berhenti. Royde mengangguk.
"Ia sudah menceritakannya kepada kami," gumamnya,
"Saya bertanya pada Anda dengan terus terang:Apakah menurut Anda ia yang
melakukannya ?"Thomas Royde tak pernah suka didesak. Ia menunggu sejenak"yang
terasa lama sekali"sebelum menjawab, "Tak mengeiti mengapa Anda tanyasaya}Bukan
urusan saya. Urusan Anda. Menurut pendapat saya sendiri"rasanya tidak."
"Menurut Anda apakah ada orang yang rasanya lebih mungkin sebagai pelakunya?"
Thomas menggelengkan kepalanya.
"Satu-satunya orang yang saya kira bisa melakukannya tidak mungkin telah
melakukannya. Jadi, yah, itulah."
"Dan siapakah orang itu?"
Tetapi Royde menggelengkan kepalanya de-ngan lebih mantap.
'Tak mungkin saya mengatakannya. Itu hanya pendapat saya pribadi saja."
"Anda mempunyai tugas membantu polisi."
"Saya akan beri tahukan pada Anda semua fakta. Ini bukan fakta. Hanya pendapat
saja. Lagi pula itu toh tak mungkin."
"Kita tak mendapat banyak dari dia," kata Leach setelah Royde pergi.
Battle setuju. "Ya. Ada sesuatu dalam pikirannya"sesuatu yang cukup pasti. Aku ingin tahu
apakah itu. Ini sebuah kejahatan yang sangat aneh, Jim, anak-ku?"
Telepon berdering sebelum Leach bisa menjawab. Ia mengambil gagangnya dan
berbicara. Setelah sejenak mendengarkan, ia berkata, "Ba-gus," dan meletakkan
gagang itu. "Darah di lengan jas itu darah manusia," katanya memberirahukan. "Golongannya
sama dengan punya Lady T. Nampaknya Nevile Strange kena?"
Battle telah berjalan menuju jendela dan sedang memandang ke Iuar dengan penuh
perhatian. "Seorang pria tampan dia itu," katanva. "Be-nar-benar tampan dan bukan tipenya,
menurutku. Sayang sekali bahwa Tuan Latimer"aku merasa Tuan Latimer-lah
orangnya"ada di Easterhead Bay tadi malam. Dialah tipe orang yang bisa menggebuk
kepala neneknya sendiri kalau dipi-kimya ia tak akan ketahuan dan kalau ia tahu
bahwa ia akan mendapatkan sesuatu dari kematiannya."
"Yah, tak ada fakta apa pun yang dapat dihubungkan dia," kata Leach. "Kematian
Lady T. tidak menguntungkannva dalam hal apa pun." Telepon berdering lagi. "Siai
benar telepon ini, ada apa lagi sekarang?"
Ia menuju telepon itu. "Halo. Oh, itu Anda. Dokter" Apa" Ia sudah sadar" Apa"Apa}"
Ia memalingkan kepalanya. "Paman, kemarilah dan dengarkan ini."
Battle datang dan mengambil telepon itu. Ia mendengarkan, wajahny" sepeiti
biasa, tanpa ekspresi. Ia berkata pada Leach,
"Panggil Nevile Strange. Jim."
Waktu Nevile masuk. Battle baru saja meletakkan gagang telepon itu kembali ke
tempatnya. Nevile, yang kelihatan pucat dan lelah, memandang Inspektur Polisi dari Scotland
Yard itu dengan penuh perasaan ingin tahu. Ia berusaha menangkap emosi yang
tersembunyi di balik wajah yang seperti topeng kayu itu.
"Tuan Strange," kata Battle. "Apakah ada orang yang sangat tidak menyukai Anda?"
Nevile menatap dan menggelengkan kepalanya.
"Pasti?" kata Battle menekankan. "Maksud saya, Tuan, seseorang yang tidak hanya
tidak menyukai Anda"seseorang yang"terus terang saja"amat sangat membenci Anda?"
Nevile tertegak dari duduknya.
'Tidak. Tidak, tentu saja tidak. Tak ada yang begitu."
"Pikir, Tuan Strange. Apakahadaseseorang yang telah Anda sakiti dengan sesuatu
cara" " Wajah Nevile memerah.
"Hanya ada satu orang yang bisa dikatakan telah saya lukai dan ia bukan tipe
orang yang pendendam. Itu istri pertama saya waktu saya tinggalkan untuk pergi
dengan wanita lam. Tetapi bisa saya katakan pada Anda bahwa ia tak membenci saya. Ia"ia begitu baik
seperti malai-kat." Inspektur Battle menjulurkan badannya ke depan.
"Biar saya katakan pada Anda, Tuan Strange; Anda "angat beruntung. Saya tidak
berkata bahwa saya menyukai kasus yang memberatkan Anda "saya rjdak menyukainya.
Tetapi sebuah kasus tetaplah kasus*! Kasus itu tadinya punya fakta-fakta cukup dan kecuali para
anggota juri kebetulan menyukai kepribadian Anda,pasti Anda akan digantung."
"Anda berbicara," kata Nevile, "seakan semua itu sudah lewat?"
"Memang sudah lewat," kata Battle. "Anda telah diselamatkan, Tuan Strange, oleh
suatu kebetulan." Nevile masih memandangnya dengan pandangan bertanya.
"Setelah Anda meninggalkannya tadi malam," kata Battle, "Lady Tressilian
membunyikan loncengnya untuk memanggil pelayannya."
Ia memperhatikan sementara Nevile mencerna katakata itu.
"Sesudah...Jadi Barrett melihatnya?"
"Ya.Dalam keadaan hidup dan baikbaik saja.Barrett juga melihat Anda meninggalkan
rumah sebelum ia masuk ke kamar majikannya."
Nevile berkata, 'Tetapi tongkat golf itu"sidik jari saya?" Ta tidak dipukul dengan tongkat golf
itu. Waktu itu pun Dr. Lazenby tidak puas dengan kesimpulan itu. Saya melihatnya. Ia
dibunuh dengan sebuah benda lain. Tongkat golf itu sengaja ditinggalkan di situ
untuk membuat orang curiga padaAnda.Mungkin oleh orang yang mendengar
pertengkaran itu, lalu ia memilih Anda sebagai orang yang cocok, atau mungkin
kare-na..." Ia berhenti sebentar, lalu tnengulangi pertanva-annya, "Siapa, di dalam rumah
ini, yang membenci Anda, Tuan Strange?"
IX "Sayapunya sebuah pertanyaan untuk Anda, Dokter," kata Battle.
Mereka berada di rumah sang dokter setelah kembali dari rumah perawaran di mana
mereka mengadakan tanya-jawab singkat dengan Jane Barrett.
Barrett masih iemah dan capek, tetapi pernyataan-pernyataannya sangat jelas.
Ia baru saja mau masuk ke tempat tidur setelah meminum "senna-nya waktu Lady
Tressilian membunyikan loncengnya. Ia melihat sepintas ke jamnya dan melihat
waktu" pukul sepuluh lebih dua puluh lima menit.
Ia mengenakan baju tuarnya dan tutun. Ia mendengar suara di bawah dan menjenguk
ke bawah melalui birai. 'Tuan Nevile hendak berangkat pergi. Ia sedang mengambil jas hujannya dari
kaitnya," "la memakai jas yang mana?"
"Jas abu-abunya yang bergans-garis kecil. Wajahnya sangat muram dan kelihatan
kepikiran. Ia mengenakan jasnya itu dengan serampangan seakan tak peduli. Lalu
ia ke Iuar dan membanting pintu. Saya terus masuk untuk menemui Nyonya.
Nyonya mengantuk sekali, kasihan, dan tak dapat* mcngingat mengapa ia mcmanggil
saya"memang ia kadangkadang tak ingat, kasihan. Tetapi saya membetulkan tetak
bantal-bantalnya dan membawakannya segelas air dan memastikan bahwa ia tak
memerlufcan apa-apa lagi."
"Ia tidak kelihatan bingung atau takut atau apa?"
"Hanya capek saja. Saya sendiri juga capek. Menguap. Saya kembali ke atas dan
langsung tidur." Itu adalah cerita Barrett dan tampaknya tak mungkin meragukan kesedihan dan
kekagetannya yang murni pada waktu mendengar tentang kematian majikannya, Mereka
kembali ke rumah Lazenby dan di situ Battle mengatakan bahwa ia mempunyai sebuah
pertanyaan. "Tanyakan saja," kata Lazenby.
"Jam berapa menurut Anda Lady Tressilian meninggal?"
"Sudah saya katakan pada Anda. Di antara jam sepuluh dan tengah malam."
"Saya tahu itu yang Anda katakan. Tetapi itu bukan pertanyaan saya. Saya mau
menanyfckanpendapatAnda; pribadi, maksud saya."
"Off the record,ya?"
"Ya." "Baiklah. Terkaan saya, sekitar jam sebelas." "Itulah yang saya ingin Anda
katakan," kata Battle. "Senang bisa membantu. Mengapa?" "Rasanya tak cocok kalau ia dibunuh sebelum jam
10.20. Obat bius Barrett itu, misalnya"sebelum itu pasti belum bekerja. Obat
bius itu menunjukkan bahwa pembunuhan itu dirancang unruk dilakukan jauh sesudah
itu"larut malam. Perkiraan saya sendiri, tengah malam."
"Mungkin juga. Jam sebelas hanya sebuah terkaan saja."
"Tapi yang pasti tidak mungkin sesudah tengah malam?" "Tidak." '
"Tidak mungkin sesudah jam 2.30?" "Masya Allah, tidak."
"Yah, kalau begitu memang Strange betul bukan orangnya. Saya hanya masih harus
menge-cek kegiatan-kegiatannya setelah ia meninggalkan rumah. Kalau apa yang
dikatakannya benar, ia bisa disingkirkan dan kita bisa beralih kepada tersangkater'sangka yang lain."
"Tersangka Iain yang mewarisi uangnya?" usul Leach.
"Mungkin," kata Batde. "Tetapi menurut perasaanku, tidak. Seseorang yang rada
tidak beres adalah orang yang kucari."
"Tidak beres?" "Sangat tidak beres."
"Setelah meninggalkan rumah dokter itu, me-reka menuju ke ferry. Fern' itu
terdiri dari sebuah perahu dayung yang dijalankan oleh dua orang kakak-beradik,
Will dan George Barnes. Kakak-beradik Barnes ini mengenal semua orang di
Saltcreek dan bisa mengenali hampir semua orang yang datang dari Easterhead Bay.
George langsung mengatakan bahwa Tn. Strange dari Gull's Point menyeberang pukul
10.30 pada malam sebelumnya.
Tidak, ia tidak menyeberangkan Tn. Strange kembali. Ferry yang terakhir
berangkat pukul 01.30 dari sisi Easterhead dan Tn. Strange tidak ikut dengannya.
Batde bertanya apakah ia mengenal Tn. Latimer.
"Latimer" Latimer" Pria muda tinggi dan tampan" Datang dari hotel ke Gull's
Point" Ya, saya tahu dia. Tak melihatnya sama sekali semalam. Ia kemari pagi
ini. Kembali lagi dengan ferry yang terakhir sebelum ini."
Mereka menyeberang dengan ferry dan pergi ke Hotel Easterhead Bay.
Di sini mereka menemukan Tn. Latimer yang baru saja kembali dari seberang. Ia
menyeberang dengan feny sebelum mereka.
Tn. Latimer ingin sekali membantu mereka sedapat mungkin.


Menuju Titik Nol Towards Zero Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya. Si Nevile datang kemari tadi malam. Kelihatan sangat resah. Katanya baru
saja bertengkar dengan si nyonya tua. Saya dengar ia juga bertengkar dengan Kay,
tapi tentu saja ia tak mengatakannya pada saya. Pokoknya ia kelihatan murung..
Sekali itu nampaknya senang saya te-rmini."
"Ia tak segera bisa menemukan Anda, ya?"
Larimer berkata dengan ketus, "Tak mengerti mengapa tidak. Saya sedang duduk di
ruang duduk. Strange berkata bahwa ia masuk dan mencari saya tetapi tak melihat
saya, tetapi pikirannya memang sedang tidak bisa konsentrasi. Atau waktu itu
mungkin saya sedang berjalan-jalan di kebun selama lima menit begitu. Saya
selalu keluar kalau saya bisa. Baunya tak enak di hotel ini. Saya mulai
menciumnya tadi malam di bar. Saluransaluran airnya, saya kira! Strange juga
mengatakan begitu! Kami berdua menciumnya.
Bau busuk yang tajam. Mungkin tikus mati di bawah lantai ruang bilyar." "Anda
main bilyar, dan sesudah itu?" "Oh, kami bercakap-cakap sebentar, minum satu
atau dua gelas. Lalu Nevile berkata, 'Wah, aku ketinggalan ferry,' jadi saya berkata saya akan
keluarkan mobil saya dan mengantarkannya kem-I bah, dan itulah yang saya
lakukan. Kami sampai di sana sekitar jam setengah tiga."
"Dan Tuan Strange berada dengan Anda sepanjang malam?"
"Oh, ya. Tanyakan pada semua orang. Mereka akan mengatakannya pada Anda."
"Terima kasih, Tuan Latimer. Kami harus berhati-hati sekali."
Setelah mereka meninggalkan pria muda yang tersenyum dan puas dengan dirinya
sendiri itu, Leach berkata,
"Apa rujuannya memeriksa Strange dengan begitu teliti?"
Battle tersenyum. Tibatiba Leach mengerti.
"Ya, Tuhan, yang kauperiksa yang s"f"nyaitu. Jadi itulah yang ada di pikiranmu."
"Terlalu pagi untuk mengemukakan gagasan-gagasan," kata Batde. "Aku cuma harus
tahu dengan pasti di mana Tuan Ted Latimer berada tadi malam. Kita tahu bahwa
dari jam sebelas seperempat sampai"katakanlah sesudah tengah malam"ia bersama
Nevile Strange. Tetapi di mana diasebelumitu"waktu Strange tiba dan tak dapat
menjumpainya?" Mereka terus melancarkan pertanyaan-pena-nyaan dengan gigih"pada para pelayan
bar, pelayan-pelayan restoran, penjaga lift. Latimer terlihat berada di ruang
duduk antara jam sembilan dan sepuluh. Ia berada di bar jam sepuluh seperempat.
Tetapi di antara jam itu nan jam sebelas dua puluh tampaknya ia tak ketahuan
berada di mana. Lalu satu dari pelayan-pelayan wanita itu mengatakan bahwa Tn.
Latimer ada di salah satu ruang tulis yang kecil dengan Ny. Beddoes"nyonya yang
gemuk dari daerah utara itu.
Waktu di desak untuk mengatakan waktunya ia berkata bahwa menurut perasaannya
sekitar jam sebelas. "Itu merusak semuanya," kata flattie dengan murung. "Ia memang betui berada di sini.
Tak menyebut itu karena tak man menarik perhatian orang pada teman kencannya
yang' gemuk itu (yang pasti juga kaya). Itu melemparkan kita pada yang iain-lain"para
pelayan, Kay Strange, Au-drey Strange, Mary Aldin, dan Thomas Royde.Satudari
mereka itu telah membunuh si nyonya tua itu, tapi yang mana" Kalau saja kita
bisa menemukan alat pembunuhnya yang benar."
Ia ierhenti berbicara, lalu menepas pahanya sendiri.
"Ketemu, Jim, anakku! Aku tahu sekarang apa yang mengingatkanku pada Hercule
Poirot. Kita makan siang dulu, lalu kembali ke Gull's Point dan aku akan
tunjukkan kepadamu sesuatu."
X Mary Aldingelisah. Ia keluar masuk rumah, memetik daun-daun bunga dahlia yang
sudah kcring >di sana-sini, masuk kembali ke ruang duduk dan menggeser-geserkan
jambanganjam-bangan bunga secara tak berarti.
Dari arah ruang perpustakaan terdengar samar-samar suara orang berbicara. Tn.
Trelawny ada di situ dengan Nevile. Kay dan Audrey tak kelihatan.
Mary keluar ke kebun lagi. Di dekat tembok ia melihat Thomas Royde merokok
dengan tenang. Ia pergi menemuinya.
"Oh, Tuhan." Ia duduk di sebelah Thomas sambil menarik napas dalam-dalam.
"Ada apa?" tanya Tliomas.
Mary tertawa. Tertawanya sedikit menunjukkan ketegangan saraf.
'Tak seorang pun bisa bertanya begitu kecuali kau. Ada pembunuhan di rumah dan
kau cuma bilang, 'Ada apa"' "
Dengan wajah heran, Thomas berkata,
"Maksudku, apa ada sesuatu yang baru?"
"Oh, aku tahu maksudmu. Sungguh melegakan sekali ada orang yang bisa selalusamasaja-seperti-biasanya seperti kau!"
'Tak ada gunanya, bukan, menjadi panas-dingin karena sesuatu hal?"
'Tidak, tidak. Sikapmu memang yang paling benar. Yang aku tak mengerti,
bagaimana kau bisa begitu."
"Yah, kurasa karena aku orang Iuar."
"Itu benar, tentu saja. Kau tak bisa merasakan bagaimana leganya kami semua
bahwa Nevile bebas dari tuduhan."
"Aku juga senang, tentu saja," kata Royde.
Maiy bergidik. "Hampir saja. Kalau saja Camilla tidak berpikir untuk mcmbunyikan loncengnya
untuk memanggil Barrett setelah Nevile meninggalkannya..."
Sepasang Pedang Iblis 5 Pendekar Gagak Rimang 2 Genta Perebutan Kekuasaan Suling Emas Dan Naga Siluman 3

Cari Blog Ini