Ceritasilat Novel Online

Misteri Karibia 1

Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie Bagian 1


A CARIBBEAN MYSTERY by Agatha Christie MISTERI KARIBIA Alih bahasa: Sudarto Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan keempat: September 2002
Untuk teman lamaku JOHN CRUICKSHANK ROSE disertai kenangan indah sewaktu aku berkunjung ke Hindia Barat
SUATU MISTERI DI KARIBIA Agatha Christie dikenal di seluruh dunia sebagai ratu kejahatan. Novel
detektifnya berjumlah tujuh puluh enam buah dan buku-buku ceritanya ini telah
diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa yang penting, dan penjualannya mencapai
puluhan juta. Dia mulai menulis sesudah berakhirnya perang dunia pertama, di waktu mana dia
menciptakan tokoh Hercule Poirot, seorang detektif Belgia yang bertubuh kecil,
kepalanya yang berbentuk seperti telur dan sangat gandrung sekali kepada tata
cara yang teratur... seorang detektif dalam khayalan yang paling populer sesudah
Sherlock Holmes. Tokoh Poirot, Miss Marple yang lunak dan detektif-detektif lainnya telah muncul
dalam film, acara radio dan sandiwara yang berdasarkan bukunya.
Agatha Christie juga menulis enam buah buku roman dengan nama samaran Mary
Westmacott, beberapa cerita sandiwara dan sebuah buku sajak; juga dia membantu
suaminya, seorang ahli purbakala, Sir Max Mallowan dalam beberapa ekspedisi di
Timur Dekat. Postern of Fate adalah bukunya yang terakhir dia tulis sebelum meninggal dunia
dalam tahun 1976, akan tetapi William Collins menerbitkan dalam tahun 1975
Curtain; Poirot's Last Case, yang dia tulis dalam tahun 1940. Buku yang terakhir
mengenai Miss Marple, juga ditulis dalam tahun 1940 sedangkan riwayat hidupnya
sendiri belum diterbitkan.
1 MAYOR PALGRAVE MEMAPARKAN SEBUAH CERITA
"MARI kita membicarakan mengenai Kenya," kata Mayor Palgrave.
"Banyak sekali orang yang bercerita mengenai negeri itu, padahal mereka sama
sekali tak tahu apa-apa tentang Kenya. Sedangkan saya sendiri telah menghabiskan
empat belas tahun dari hidup saya di sana. Dan ketika itu merupakan tahun-tahun
yang gemilang dari hidup saya...."
Si tua Miss Marple mencondongkan kepalanya.
Sikapnya itu sikap hormat yang agung. Mayor Palgrave meneruskan kumpulan cerita
dalam hidupnya, yang entah bagaimana rasanya kurang menarik untuk didengar. Miss
Marple dengan tenang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Semuanya ini
merupakan kejadian yang rutin dan dia sudah terbiasa untuk menghadapinya.
Semua ini kejadian yang sudah biasa. Seperti pada waktu yang lalu terutama
mengenai kejadian di India. Mayor-mayor, kolonel-kolonel, letnan-letnan,
jendral-jendral... dan sekumpulan kata-kata yang tidak asing lagi bagi mereka,
seperti: Simla, Bearer, macan-macan, Chota Hazri, Tiffin, Khitmagars dan
seterusnya. Tapi pada Mayor Palgrave topik pembicaraannya sama sekali lain:
Safari, Kikuyu, gajah-gajah, Swahli. Akan tetapi pada dasarnya semuanya tetap
sama. Mayor itu orang tua yang membutuhkan seorang pendengar, supaya dia dapat
mengenangkan kembali hari-hari ketika tulang punggungnya masih tegak, kemampuan
melihat dan mendengarnya masih terang dan tajam. Tukang cerita ini dulunya
adalah seorang pemuda yang gagah. Ada beberapa dari mereka yang menarik dan ada
juga beberapa dari mereka yang tidak menarik. Mayor Palgrave dengan mukanya yang
berwarna ungu memakai mata palsu dari gelas dan tampangnya kalau dilihat persis
seperti kodok mati yang dijejali suatu bahan, termasuk dalam kategori yang
terakhir. Miss Marple menghargai mereka semua itu dengan sikapnya yang agung. Dia duduk
dengan penuh perhatian, sambil menganggukkan kepalanya sekali-sekali, sebagai
tanda persetujuannya. Padahal sebenarnya dia sendiri sedang sibuk memikirkan apa
yang dapat diperbuatnya untuk dapat menikmati liburannya di sekitar Lautan
Karibia ini. Alangkah baiknya Raymond sayang... pikirnya dengan penuh kasih. Dia benar-benar
jenis yang pengasih.... Tapi apa alasannya sehingga dia mau repot-repot mengurus
bibinya yang sudah tua ini" Mungkin karena rasa hati nuraninya atau barangkali
karena rasa ikatan kekeluargaan" Atau mungkin juga karena dia memang benar-benar
sangat menyukai bibinya yang sudah tua ini....
Setelah dipikirkan semuanya kembali, dia merasa yakin bahwa ini semua karena
Raymond menyukainya. Memang... selama ini Raymond selalu menyukainya, dengan
caranya yang agak menghina dan kadang-kadang menjengkelkan. Dia selalu berusaha
untuk membuat Miss Marple tidak ketinggalan jaman. Dia suka mengiriminya bukubuku bacaan. Novel-novel modern. Semuanya sulit... semuanya mengenai orang-orang
yang tidak menarik dan melakukan hal-hal yang aneh, padahal kelihatannya orangorang itu tidak menyukai apa yang mereka lakukan. "Sex" sebagai sebuah kata,
belum pernah diucapkan dalam masa-masa remaja Miss Marple. Tapi tentu saja
cerita mengenai itu ada banyak... tidak terlalu banyak dibicarakan... tapi
anehnya lebih bisa dinikmati daripada sekarang. Begitulah menurut perasaannya.
Walaupun semua itu bermerekkan dosa, tapi dia tidak dapat menghindari perasaan
bahwa hal itu lebih baik daripada anggapan orang tentang seks sekarang ini sebagai semacam kewajiban.
Miss Marple melirik untuk beberapa saat ke buku yang terbuka di atas
pangkuannya. Dia sudah sampai halaman dua puluh tiga dan itu adalah sejauh yang
dapat dicapainya (dia merasa bahwa dia seolah-olah sudah berusaha keras untuk
dapat sampai pada halaman itu).
"Yang Bibi maksudkan bahwa Bibi sama sekali belum pernah mempunyai pengalaman
seks sama sekali?" tanya keponakannya itu dengan tidak percaya. "Barangkali pada
umur sembilan belas" Tetapi hal itu adalah suatu keharusan dan semuanya itu
penting." Miss Marple menundukkan kepalanya karena merasa tidak enak.
Anak muda itu melihat kepadanya. Dilihatnya pakaian Jersey-nya yang sudah
bernoda, kakinya yang telanjang, kukunya yang kotor dan badannya yang
kegemukan.... Lalu dia tidak mengerti mengapa bibinya ini sangat menarik
perhatiannya. Miss Marple juga heran, dan benar-benar heran, mengapa pengalaman seks itu harus
dibicarakan di hadapannya, seolah-olah bahwa pengalaman seks itu hanya seperti
ketika orang sedang membicarakan mengenai obat kuat saja. Mereka itu benar-benar
harus dikasihani.... "Bibi Jane, bibiku sayang, mengapa Bibi harus menyembunyikan kepala ke dalam
pasir seperti seekor burung onta yang manis" Tapi mungkin semua itu karena Bibi
sangat terikat dengan tata tertib alam penghidupan di desa Bibi. Padahal
kehidupan yang nyata itulah... sebenarnya yang penting."
Itulah apa yang telah dikatakan oleh Raymond kepada bibinya.
Bibinya kelihatan merasa malu... lalu karena takut dikatakan ketinggalan jaman,
ia hanya menjawab, "Ya."
Walaupun sebenarnya kehidupan di pedusunan itu jauh lebih baik daripada
kehidupan modem di kota: Orang yang seperti Raymond suka berpikiran sempit. Pada
waktu dia masih bertugas di sebuah jemaah desa, Miss Jane Marple telah
mendapatkan pengetahuan yang luas mengenai kehidupan di desa. Dia tidak berniat
untuk membicarakannya, apalagi untuk menuliskan sebuah buku mengenainya,
walaupun sebenarnya dia sangat memahaminya. Banyak yang berhubungan dengan
masalah seks yang normal ataupun yang tidak normal, seperti: perkosaan,
perzinahan, perbuatan seks abnormal dan segala macam seperti itu (malahan ada
beberapa macam yang tidak diketahui oleh orang-orang pintar di Oxford, yang
telah menulis banyak buku mengenai seks).
Lalu pikiran Miss Marple kembali lagi ke Karibia dan berusaha untuk menangkap
apa yang sedang dibicarakan oleh Mayor Palgrave.
"Benar-benar suatu pengalaman yang luar biasa," katanya memberi semangat.
"Benar-benar menarik."
"Saya dapat menceritakan kepadamu lebih banyak lagi. Akan tetapi tentu saja ada
beberapa dari cerita itu yang tidak cocok untuk didengar oleh seorang
perempuan...." Karena seringnya Miss Marple mendengarkan ceritanya, maka sebagai jawaban bahwa
dia menaruh perhatian kepada cerita Mayor Palgrave, dia hanya cukup dengan
mengedipkan matanya dan suatu pandangan yang menggoda. Dengan itu Mayor Palgrave
segera meneruskan ceritanya mengenai kebiasaan suku asli. Pada saat bersamaan
itu pula pikiran Miss Marple mulai memikirkan mengenai keponakannya lagi.
Raymond West adalah salah seorang pengarang novel yang sukses, karena itulah ia
berhasil mengumpulkan kekayaan yang cukup besar, dan dengan segala kebaikannya
ia berusaha sedapat-dapatnya untuk menggembirakan hati bibinya yang sudah tua
ini. Pada musim dingin yang lalu Miss Marple telah mendapat serangan radang paru-paru
yang berat. Atas nasehat dokter dia diharuskan beristirahat di tempat yang
banyak sinar mataharinya. Dengan segala usahanya, Raymond mengusulkan agar
bibinya pergi beristirahat di Hindia Barat. Tapi Miss Marple merasa keberatan
memikirkan ongkosnya, jarak yang harus ditempuh, sulitnya mengurus surat-surat
jalan dan juga dia merasa berat untuk meninggalkan rumahnya di St. Mary Mead
kosong begitu saja. Semua persoalan ini Raymond yang mengurusnya.
Karena kebetulan seorang teman Raymond yang sedang mengarang sebuah buku
memerlukan sebuah tempat yang sunyi di desa.
"Dia pasti akan mengurus rumah Bibi baik-baik. Dia termasuk orang yang senang
mengatur dan mengurus rumah. Hanya orangnya agak sedikit aneh. Yang saya
maksudkan...." Dia tidak meneruskan perkataannya, karena merasa malu... tapi tentu saja orang
semacam Bibi Jane pernah mendengar tentang banyak keanehan.
Lalu Raymond pergi untuk menguruskan soal-soal lainnya.
Perjalanan jauh untuk jaman sekarang ini sama sekali bukan apa-apa. Dia bisa
pergi naik pesawat terbang... apalagi kebetulan seorang teman Raymond, Diana
Horrocks, juga mau pergi ke Trinidad dan tentu saja dia dapat membantu mengurus
segala keperluan Bibi Jane sampai tiba di sana. Di St. Honor? dia dapat tinggal
di Hotel Golden Palm yang diusahakan oleh keluarga Sandersons. Mereka ini
merupakan pasangan yang harmonis sekali. Mereka akan mengurus bibinya dengan
sebaik mungkin. Raymond segera menulis surat kepada mereka.
Walaupun ternyata kemudian keluarga Sandersons telah kembali ke Inggris, tapi
penggantinya, keluarga Kendal, juga adalah orang-orang baik. Mereka memberikan
jaminan kepada Raymond bahwa dia tidak perlu merasa khawatir mengenai bibinya.
Seandainya kesehatan bibinya mengkhawatirkan, di pulau itu ada seorang dokter
ahli dan di samping itu mereka berdua akan mengurus dan mengawasi bibinya supaya
ia mendapat kepuasan. Dan kenyataannya kemudian, mereka benar-benar telah berbuat sebaik-baiknya
seperti apa yang telah mereka katakan.
Molly Kendal adalah seorang wanita yang berambut pirang dan berumur sekitar dua
puluh tahun. Dia selalu tampak dalam keadaan yang rapi. Dia selalu menyapanya
dengan ramah dan berusaha membuatnya supaya merasa puas.
Tim Kendals suaminya bertubuh agak kurus, agak hitam dan berusia sekitar tiga
puluh tahun. Dia juga sangat baik hati.
Jadi di sanalah sekarang Miss Marple berada, jauh dari iklim yang jelek, dengan
sebuah bungalo yang indah dan senyum ramah pelayan-pelayan wanita Hindia Barat
yang selalu siap menjalankan perintahnya. Tim Kendals selalu menemaninya di
ruang makan sambil menceritakan beberapa lelucon, pada saat menerangkan menu
untuk hari itu. Dia juga menerangkan kepadanya bahwa ada sebuah jalan kecil yang mudah untuk
dilalui dari bungalonya yang menuju ke tepi laut. Dia juga menerangkan bahwa di
sana ada beberapa tempat duduk untuk duduk-duduk sambil melihat mereka yang
sedang berenang di laut. Dia juga menerangkan ada beberapa tamu berusia lanjut
yang bisa untuk temannya, seperti Mr. Rafiel tua, Dr. Graham, Canon Prescott
bersama adik perempuannya dan Mayor Palgrave yang sekarang sedang berada
bersamanya. Sekarang, setelah semuanya dia dapatkan, apalagi yang diinginkan oleh seorang
perempuan tua" Akan tetapi sangat disayangkan sekali, Miss Marple merasa agak kurang puas juga,
padahal seharusnya dengan semua ini dia seharusnya sudah merasa puas.
Memang semuanya indah dan menarik... sangat baik untuk menyembuhkan penyakit
rematik... dan juga pemandangan di sini sangat bagus, akan tetapi, pikirnya...
semuanya agak sedikit monoton. Begitu banyak pohon kelapa. Keadaannya semua
tetap saja sama setiap harinya... tidak pernah ada kejadian yang aneh. Tidak
seperti di St. Mead, di sana selalu ada saja yang terjadi. Keponakannya pernah
menyamakan kehidupan di St. Mead sama saja dengan buih yang ada di atas air
sebuah kolam yang tenang. Dia marah sekali dan menerangkan bahwa kalau semua itu
diletakkan di bawah sebuah mikroskop maka akan terlihat banyak sekali kehidupan
yang menarik untuk diselidiki. Ya, memang itulah apa yang ada di St. Mead,
selalu saja ada yang terjadi. Kejadian demi kejadian terbayang dalam pikiran
Miss Marple. Seperti kesalahan mencampur dalam obat Mrs. Linnet... kelakuan aneh
seorang pemuda Poligate... pada saat itu ibu Georgy Wood datang menemui pemuda
itu... (tapi apakah benar dia itu ibunya") Menjadi sebab utama terjadinya
percekcokan antara Arden dan istrinya... dan banyak lagi persoalan-persoalan
manusia yang menarik di sana... yang memberikan suatu kenikmatan tersendiri
untuk dapat dirasakan. Seandainya saya di sini dia dapat memperoleh seperti yang
diperolehnya di sana.... Tiba-tiba dia baru menyadari bahwa Mayor Palgrave telah mengalihkan
pembicaraannya dari soal mengenai Kenya ke persoalan yang ada di perbatasan
barat laut yang ada hubungannya dengan pengalamannya. Lebih celaka lagi sekarang
Mayor bertanya kepadanya dengan sungguh-sungguh bagaimana pendapatnya,
"Apakah Anda setuju?"
Dari pengalamannya yang banyak, Miss Marple segera bisa mengatasi kesulitan yang
sedang dihadapinya itu. "Saya rasa, saya tidak mempunyai pengalaman yang cukup untuk dapat memberikan
suatu pandangan. Karena cara hidup saya adalah cara hidup yang aman."
"Memang seharusnya begitu. Perempuan yang manis, memang seharusnya cara hidup
Anda begitu," seru Mayor Palgrave dengan sopan.
"Anda telah mempunyai pengalaman hidup yang beraneka macam," kata Miss Marple
meneruskan, untuk mengalihkan perhatiannya yang tidak menyenangkannya itu.
"Lumayan," kata Mayor Palgrave memuji dirinya sendiri, "cukup lumayan." Lalu dia
melihat ke sekelilingnya dengan penuh perhatian.
"Tempat ini indah sekali."
"Ya, memang betul," kata Miss Marple dan akhirnya dia sendiri tidak bisa
berhenti untuk terus berbicara,
"Saya ingin tahu, apakah di sini pernah terjadi sesuatu?"
Mayor Palgrave melihat kepadanya.
"Oh, ya, tentu saja. Banyak terjadi skandal... tapi kenapa" Kalau Anda mau saya
bisa menceritakannya...."
Tapi apa yang dinginkan oleh Miss Marple bukanlah cerita skandal. Cerita skandal
hanya mengenai laki-laki dan perempuan yang berganti patner, sampai orang-orang
mengetahuinya, padahal seharusnya mereka berusaha untuk menutupinya supaya tidak
diketahui oleh umum dan juga seharusnya mereka merasa malu pada diri mereka
sendiri. "Malahan beberapa tahun yang lalu pernah terjadi suatu pembunuhan di sini.
Seorang laki-laki bernama Harry Western membuat berita besar di surat kabar.
Saya yakin tentu Anda masih ingat."
Miss Marple menganggukkan kepalanya tanpa bergairah. Pembunuhan itu, juga bukan
macam yang disukainya. Memang kejadian itu membuat berita besar, karena yang
terlibat di dalamnya adalah orang yang sangat kaya.
Kejadiannya sendiri cukup jelas bahwa Harry Western telah menembak Count de
Ferrari, yang menjadi kekasih istrinya dan sudah jelas bahwa dia telah banyak
mengeluarkan uang untuk membayar orang-orang yang bisa menguatkan alibinya.
Kejadian itu ketika semuanya berada dalam keadaan mabuk dan berada di antara
sekumpulan pecandu obat bius. Semua orang-orang yang terlibat bukanlah orangorang yang menarik, walaupun, pikir Miss Marple, beritanya cukup besar dan
menarik perhatian. Tapi yang pasti semuanya itu bukanlah jenis yang disukainya.
"Dan kalau Anda menanyakan lagi kepada saya, itu bukanlah satu-satunya
pembunuhan pada saat itu." Lalu dia mengangguk dan mengedipkan matanya.
"Saya mempunyai suatu kecurigaan... oh... yah...."
Miss Marple dengan tidak sengaja menjatuhkan bola wolnya. Mayor Palgrave segera
mengambilkan untuknya. "Berbicara mengenai pembunuhan," Mayor meneruskan pembicaraannya, "Saya pernah
menemui suatu persoalan yang gawat... tapi ini sebenarnya bukan persoalan saya
sendiri." Miss Marple tersenyum kepadanya memberi semangat supaya dia meneruskan
ceritanya.

Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pada suatu hari di sebuah klub banyak orang berkumpul, seperti apa yang Anda
ketahui selalu ada seseorang yang sedang bercerita. Orang itu seorang dokter.
Ceritanya ini mengenai salah satu pengalamannya. Seorang laki-laki pada suatu
malam membangunkannya. Laki-laki itu berkata bahwa isterinya telah mencoba
menggantung diri. Mereka tidak mempunyai telepon, jadi setelah laki-laki itu
memotong tali untuk menurunkan tubuh isterinya dan sedapat mungkin berusaha
untuk menolongnya, ia lalu mengeluarkan mobilnya dan berusaha untuk mencari
seorang dokter. Pada saat itu isterinya belum mati karena cepat tertolong.
Walaupun bagaimana akhirnya isterinya berhasil ditolong dari kematian.
Kelihatannya laki-laki muda itu sangat penuh perhatian kepada isterinya. Dia
menangis seperti anak kecil. Dia menyatakan bahwa akhir-akhir ini isterinya
mempunyai kelakuan yang aneh. Cocok sekali kalau dikatakan seperti orang yang
menderita tekanan jiwa atau lain-lainnya. Jadi itulah yang terjadi. Semuanya
kelihatannya sudah beres. Tetapi kenyataannya sebulan kemudian, isterinya
kedapatan telah meninggal dunia karena telah minum pil tidur terlalu banyak.
Cerita yang menyedihkan sekali."
Mayor Palgrave berhenti berbicara dan menganggukkan kepalanya beberapa kali.
Miss Marple masih menunggu kelanjutannya, karena kelihatannya ceritanya masih
ada sambungannya. "Yah, begitulah yang terjadi dan tidak seorang pun dapat mengatakan apa-apa.
Kejadian ini dianggap tidak ada apa-apanya. Kejadian yang biasa suka menimpa
perempuan yang menderita penyakit urat syaraf. Tetapi setahun kemudian dokter
ini bertemu dengan temannya yang juga seorang dokter. Temannya ini bercerita
kepadanya tentang seorang perempuan yang berusaha bunuh diri dengan jalan
menenggelamkan dirinya sendiri, dan suaminya berhasil menolongnya, karena cepat
mendapatkan seorang dokter sampai perempuan itu sadar kembali... dan lalu
seminggu kemudian perempuan itu membunuh diri dengan jalan menghirup gas."
"Aneh, kelihatannya ada sedikit persamaan... ya" Dokter teman saya itu berkata,
'Saya pernah menjumpai kejadian yang kelihatannya agak sama. Nama laki-laki itu
adalah Jones (atau entah apa namanya yang sebenarnya).... Siapakah nama lakilaki dalam ceritamu itu"' 'Tidak, saya tidak ingat lagi. Kalau tidak salah
namanya Robinson. Tapi saya yakin bahwa namanya bukan Jones.'
"Kedua dokter itu saling berpandangan dan berkata bahwa kejadian ini agak aneh.
Lalu teman saya itu mengeluarkan sebuah potret dan memperlihatkannya kepada
dokter temannya itu yang segera berkata, 'Inilah orangnya!' katanya. Hari
berikutnya saya mengadakan pengecekan atas beberapa hal dan saya lihat ada
terdapat banyak jenis Hibiscus yang luar biasa di depan pintu hotel, suatu jenis
unggul yang baru saya lihat di negeri ini. Kebetulan di mobil saya, saya membawa
sebuah kamera. Lalu saya mengambil sebuah potret. Pada saat saya menekan tombol
kamera, kebetulan si suami keluar dari dalam pintu depan. Jadi sekaligus saya
memotret dia. Saya kira dia tidak menyadarinya. Lalu saya tanyakan kepadanya
mengenai tanaman Hibiscus itu, tapi rupanya dia sendiri tidak dapat menerangkan
namanya. "Setelah itu dokter temannya melihat hasil potret itu. Dokter itu berkata,
'Fokus kamera ini tidak tepat, tapi saya yakin benar bahwa... orang ini adalah
orang yang sama.'" "Saya tidak tahu apakah setelah itu kedua dokter itu menyelidikinya atau tidak.
Yang sudah pasti orang yang namanya Mr. Jones atau Mr. Robinson itu tentu akan
berusaha untuk menutupi jejaknya sebaik mungkin. Tapi cerita ini aneh, bukan"
Seorang pun tentu tidak pernah berpikir bahwa kejadian seperti ini bisa
terjadi." "Menurut saya, bisa saja terjadi," kata Miss Marple dengan tenang, "malahan
menurut prakteknya bisa saja terjadi setiap hari."
"Ah, yang betul saja. Kedengarannya itu agak terlalu berlebihan."
"Kalau seseorang menemukan suatu cara yang pasti akan berhasil, dia tidak akan
berhenti. Dia akan mengulangi kejahatannya."
"Seperti seorang pengantin yang mati di dalam bak mandi, begitu?"
"Yah, seperti itulah."
"Dokter itu memberikan potret itu kepada saya, untuk memuaskan rasa ingin tahu
saya." Mayor Palgrave mulai membongkar isi dompetnya yang kelihatannya ketebalan sambil
menggumamkan sesuatu kepada dirinya sendiri, "Banyak sekali kertas-kertas di
dalam dompet ini... saya sendiri suka heran untuk apa semuanya ini berada di
dalam dompet...." Pikir Miss Marple, dia sebenarnya tahu untuk apa semua kertas-kertas itu.
Semuanya itu merupakan perlengkapannya. Semua itu merupakan catatan-catatan dari
semua ceritanya. Segala yang diceritakannya itu, Miss Marple merasa pasti, bahwa
aslinya tidaklah begitu tapi semuanya sudah dikarangnya setelah beberapa kali
menceritakannya. Mayor Palgrave masih saja membongkar-bongkar dompetnya dan bergumam, "Saya sudah
agak lupa mengenai kejadian itu. Perempuan itu berwajah menarik, Anda pasti akan
kagum dan tidak akan mencurigainya... sekarang di mana ya... ah... semuanya ini
mengingatkan saya ke masa lampau. Alangkah besar gading itu - saya harus
memperlihatkannya padamu...."
Lalu dia berhenti... diambilnya sebuah potret dan menatapnya dengan tajam.
"Apakah Anda mau melihat potret seorang pembunuh?"
Baru saja dia akan memberikan foto itu kepada Miss Marple, ketika ia dengan
tiba-tiba berhenti. Pada saat itu wajah Mayor Palgrave lebih jelek lagi daripada
seekor kodok mati, pada saat itu Mayor Palgrave sedang memperhatikan dengan
tajam ke arah sisi sebelah kanan bahu Miss Marple... ketika terdengar ada
langkah-langkah orang yang sedang berjalan sambil bercakap menuju ke arah mereka
berdua. "Yah, saya khawatir... yang saya maksudkan...." Lalu dia memasukkan semuanya
kembali ke dalam dompetnya, dan memasukkan kembali ke dalam sakunya.
Wajahnya kelihatan berwarna ungu gelap kemerahan. Lalu dia berkata dengan
suaranya yang dibuat sekeras mungkin,
"Seperti apa yang telah saya katakan kepada Anda.... Saya ingin sekali
memperlihatkan kepadamu taring-taring gajah itu. Gajah yang terbesar yang pernah
saya tembak.... Ah, hallo." Entah mengapa suaranya yang kedengarannya sangat
akrab itu agak terlalu dibuat-buat.
"Lihat siapa yang datang! Kwartet agung... Flora dan Fauna. Apakah ada
keberuntungannya hari ini. Eh?"
Ternyata suara langkah kaki yang mendekat itu terdiri dari empat orang yang
sudah sering dilihat Miss Marple. Mereka terdiri dari dua pasangan yang sudah
menikah. Walaupun Miss Marple belum mengenal nama keluarga mereka, dia sudah
tahu bahwa laki-laki yang berbadan besar, berdada bidang dan berambut abu-abu
tebal itu bernama "Greg", lalu perempuan berambut pirang itu adalah isterinya
dikenal dengan nama Lucky.
Lalu pasangan lain, terdiri dari laki-laki yang berbadan kurus kehitaman bersama
isterinya yang bernama Evelyn, agak tegap sedikit tapi kurang rapi, dan nama
suaminya adalah Edward. Mereka itu ahli tumbuh-tumbuhan, dia juga mengetahui
bahwa di samping itu mereka juga menyenangi burung-burung.
"Sama sekali tidak beruntung," kata Greg. "Kami sedikit pun tidak mendapatkan
apa yang kami cari."
"Saya tidak tahu, apakah kalian sudah kenal atau belum dengan Miss Marple"
Kenalkan Kolonel dan Ny. Hillingdon, Greg dan Lucky Dyson."
Mereka menyambut Miss Marple dengan hangat. Lalu Lucky berkata bahwa dia akan
mati kehausan kalau tidak segera diberi minum.
Greg memanggil Tim Kendal yang sedang duduk agak jauh bersama isterinya, mereka
berdua sedang membicarakan tentang pembukuan.
"Hallo, Tim. Tolong ambilkan kami minuman." Lalu menanyai yang lain. "Bagaimana
kalau minum Planters Punch?"
Semuanya setuju. "Juga sama untuk Anda, Miss Marple?"
Miss Marple menyatakan terima kasih tapi dia lebih senang minum air jeruk yang
segar. "Air jeruk yang segar, baiklah," kata Tim Kendal, "bersama lima Planters Punch."
"Maukah kau minum bersama kami, Tim?"
"Sebenarnya saya ingin sekali. Tapi saya mau menyelesaikan pembukuan ini
terlebih dahulu. Tak mungkin menyuruh Molly menyelesaikan semuanya. Nanti malam
ada band." "Bagus sekali" teriak Lucky. "Sial benar!" Dia berkedip. "Badan saya penuh
dengan duri. Aduh - ! Edward dengan sengaja telah mendorong saya ke dalam semaksemak duri." "Bunganya yang berwarna merah muda indah sekali," kata Hillingdon.
"Dan durinya yang panjang-panjang juga indah. Kau betul-betul sadis untuk
berbuat begitu kepada saya, Edward."
"Tidak seperti saya, yang selalu baik," kata Greg, sambil tersenyum.
Evelyn Hillingdon duduk di sebelah Miss Marple dan dengan ramah mengajaknya
ngobrol. Miss Marple meletakkan rajutannya di atas pangkuannya. Perlahan-lahan dan dengan
agak sulit, karena lehernya rematik, dia menoleh melalui bahu kanannya dan
melihat ke belakangnya. Di kejauhan tampak bungalo besar yang ditempati oleh Mr.
Rafiel yang kaya. Tapi tak ada tanda-tanda kehidupan di sana.
Ditanggapinya perkataan Evelyn (wah, ramah benar orang-orang kepadanya), tapi
matanya menatap tajam kedua laki-laki itu.
Edward Hillingdon kelihatannya laki-laki yang baik. Pendiam, tapi penuh daya
tarik.... Dan Greg - tubuhnya besar, periang dan banyak cakap. Dia dan Lucky
adalah orang Kanada atau Amerika, pikir Miss Marple.
Dia berganti menatap Mayor Palgrave yang masih bersikap sebagai orang baik-baik.
Menarik.... 2 MISS MARPLE MEMBUAT PERBANDINGAN
SORE itu udara di Golden Palm Hotel sangat cerah. Sambil duduk di sebelah meja
yang terletak di pojok, Miss Marple melihat ke sekelilingnya dengan penuh
perhatian. Ruangan makan itu merupakan sebuah ruangan yang luas dan ketiga
sisinya terbuka ke udara Hindia Barat yang hangat dan lembut. Di sana ada
beberapa meja kecil untuk lampu, semuanya berwarna lembut. Kebanyakan wanitawanitanya memakai gaun malam yang terdiri dari bahan katun bermotifkan ringan
dari mana menyembul pundak-pundak dan lengan-lengan yang berwarna merah. Miss
Marple telah dipaksa oleh istri keponakannya, yang bernama Joan, untuk menerima
sebuah cek dengan caranya yang manis.
"Karena di sana hawanya agak panas, saya tahu bibi Jane pasti memerlukan baju
yang tipis." Jane Marple telah menerima cek itu dan mengucapkan terima kasih kepadanya. Dia
berasal dari jaman ketika sudah umum bagi orang tua untuk menyokong dan
membiayai yang muda, tapi juga umum bagi orang setengah umur untuk merawat
mereka yang lebih tua. Walaupun demikian dia tidak dapat memaksa dirinya untuk
membeli bahan yang tipis. Pada umurnya, sekarang ini dia jarang merasa
kepanasan, bahkan sekalipun ketika udara sedang panas-panasnya. Dan kebetulan
juga hawa di St. Honor? tidak terlalu panas seperti hawa di daerah tropis pada
umumnya. Sore itu ia nampak seperti seorang wanita Inggris yang agung, dengan
memakai gaun abu-abu berenda. Dia bukannya satu-satunya orang yang sudah berumur
yang hadir di situ. Di dalam ruangan itu hadir orang-orang dari segala umur. Di
sana ada orang-orang yang kaya dengan isteri mudanya yang ketiga atau keempat.
Di sana juga ada sepasang suami-isteri yang berumur kira-kira setengah abad dari
Inggris. Malahan ada satu keluarga dari Caracas yang periang membawa anak-anak
mereka. Negara-negara bagian Amerika Selatan yang bermacam-macam itu telah
diwakili. Dan semuanya ribut berbicara dalam bahasa Spanyol dan Portugis. Di
sana juga terlihat dua orang pendeta dari Inggris asli, seorang dokter dan
seorang pensiunan jaksa. Malahan di sana juga terlihat sekeluarga orang Cina. Ruangan makan itu telah
disiapkan oleh wanita-wanita yang berperawakan tinggi, dan berkulit hitam.
Mereka berpakaian putih segar, juga ada seorang Italia sebagai kepala pelayan
dan seorang Perancis sebagai pelayan minuman. Di samping mengawasi segala
kegiatan, Tim Kendal berhenti di sana sini untuk berbicara sebentar dengan tamutamu di meja masing-masing. Isterinya membantunya dengan cekatan. Isterinya
terlihat cantik sekali. Rambutnya berwarna pirang asli dan dia mempunyai bentuk
mulut yang lebar dan mudah tertawa. Kelihatannya Molly Kendal jarang sekali
marah. Pegawainya bekerja untuknya dengan semangat yang tinggi, sedangkan dia
sendiri sedapat mungkin berusaha supaya tindak-tanduknya membuat tamunya puas.
Dengan tamunya yang terdiri dari laki-laki yang sudah berumur dia bercanda dan
tertawa, sedangkan dengan wanita-wanita yang agak muda dia memuji pakaian yang
mereka kenakan. "Aduh, bagus sekali pakaian yang Anda kenakan sore ini, Ny. Dyson. Saya benarbenar sangat iri, sehingga rasanya ingin sekali merebutnya dari Anda." Tapi Miss
Marple sendiri berpikir bahwa Molly Kendal sendiri berpakaian bagus sekali. Ia
mengenakan baju ketat berwarna putih, dan sebuah syal sutra bersulam di atas
bahunya. Saat itu Lucky sedang memegang syalnya. "Warnanya bagus sekali. Saya
sendiri ingin sekali mempunyainya."
"Sayang sekali Anda tidak akan mendapatkan di toko-toko di sini," kata Molly
Kendal, sambil meneruskan jalannya. Dia tidak berhenti di meja Miss Marple.
Wanita-wanita yang tua biasanya diserahkan kepada suaminya.
"Biasanya wanita-wanita setengah umur itu menyenangi laki-laki yang muda,"
katanya selalu kepada suaminya.
Tim Kendal datang lalu agak membungkuk sedikit di depan Nona Marple.
"Apakah Anda menginginkan sesuatu yang istimewa," katanya, "Anda cukup
memberitahukannya kepada saya... dan saya akan memerintahkan mereka untuk
memasaknya khusus untuk Anda. Makanan yang ada di hotel dan udara semi-tropis
ini tentu tidak Anda dapatkan di rumah, bukan?"
Miss Marple tersenyum dan mengatakan kepadanya bahwa itulah salah satu
kenikmatan yang didapat kalau ia pergi ke luar negeri.
"Kalau begitu semuanya beres. Tapi barangkali Anda menginginkan sesuatu?"
"Misalnya, apa?"
"Yah...." Tim Kendal kelihatannya agak ragu-ragu - "Bagaimana kalau puding roti
dan mentega?" katanya coba-coba menebak.
Miss Marple tersenyum lalu berkata kepadanya bahwa untuk saat ini dia sudah
cukup puas tanpa puding roti dan mentega. Lalu dia mulai mengambil sendoknya dan
makan eskrim buah-buahannya dengan lahapnya dan dengan perasaan gembira.
Band khas Karibia memulai permainannya. Band yang terdiri dari tabuh-tabuhan
salah satu atraksi yang utama di kepulauan itu. Sebenarnya Miss Marple rasanya
akan lebih senang tanpa mendengar band yang hingar-bingar itu. Menurut
pendapatnya band itu mengeluarkan bunyi yang berisik, dan kerasnya bukan main.
Tapi tak dapat disangkal bahwa semua orang lain menikmati band tabuh-tabuhan
itu, Miss Marple dengan semangat mudanya memutuskan bahwa karena band itu memang
harus ada, maka bagaimanapun juga dia harus berusaha untuk menyukai band itu.
Tentu saja dia tak bisa menyuruh Tim Kendal untuk menyulap alunan merdu "Blue
Danube". (Lagu itu betul-betul sebuah lagu waltz yang bagus sekali). Rasanya
benar-benar aneh untuk melihat cara orang jaman sekarang berdansa. Mereka saling
melempar diri mereka satu sama lain, dan kelihatannya agak menggelikan. Yah
walaupun bagaimana anak muda harus menikmati hidupnya.... Sekarang pikirannya
tiba-tiba terhenti setelah ia memikirkan hal itu dan menyadari bahwa sedikit
sekali orang-orang yang masih muda yang hadir di situ. Dansa, lampu-lampu yang
dipasang dan musik dari band itu (meskipun tabuh-tabuhan) sebenarnya semua itu
diperuntukkan untuk anak-anak muda. Tetapi ke manakah anak mudanya" Tentu mereka
sedang belajar di universitas, pikirnya atau sedang bekerja... selama empat
bulan masa libur dalam setahun.
Tempat seperti ini terlalu jauh dan sangat mahal. Semua kegembiraan dan
kebebasan hidup ini hanya untuk mereka yang telah berumur sekitar tiga dan empat
puluhan... dan orang-orang tua yang mencoba untuk dapat menikmati hidup di hari
tuanya (atau tidak senang bersama isteri mudanya). Semua itu seolah-olah entah
bagaimana patut disesalkan.
Miss Marple mengeluh mengingat anak-anak muda kini. Tapi di tempat ini ada
Nyonya Kendal. Mungkin dia belum berumur lebih dari dua puluh dua atau dua puluh
tiga, tapi kelihatannya dia sangat menyenangi hidupnya yang sekarang ini...
karena mungkin semua ini memang pekerjaannya.
Dekat meja Miss Marple duduk Canon Prescott dan adik perempuannya. Mereka
memberi isyarat kepada Miss Marple supaya bergabung bersama mereka minum kopi
dan Miss Marple menuruti kemauan mereka itu.
Miss Prescott adalah seorang perempuan kurus dan wajahnya agak keras. Sedangkan
Tuan Canon adalah seorang laki-laki yang gemuk, dan wajahnya selalu gembira.
Kopi datang dan kursi-kursi dijauhkan sedikit dari meja. Miss Prescott membuka
tas kerjanya dan mengeluarkan taplak meja yang kelihatannya agak lusuh tapi yang
selama ini menjadi pembicaraannya.
Pagi ini mereka telah mendatangi sebuah sekolah untuk anak perempuan. Setelah
istirahat siang, lalu mereka berjalan melewati sebuah perkebunan tebu untuk
mendatangi sebuah rumah penginapan di mana beberapa teman-teman mereka tinggal.
Karena keluarga Prescott sudah lebih lama tinggal di Golden Palm daripada Miss
Marple, mereka dapat memberikan keterangan mengenai tamu-tamu yang ada dalam
ruangan itu.

Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Laki-laki tua di sana itu, namanya Mr. Rafiel. Dia datang setiap tahun. Dia
kayanya bukan main. Ia memiliki sebuah mata rantai supermarket di sebelah utara
Inggris. Wanita muda yang bersamanya itu adalah sekretarisnya. Namanya Esther
Walters... ia seorang janda. (Semuanya baik. Tidak ada yang tidak pada
tempatnya. Dan juga Mr. Rafiel sudah berumur hampir delapan puluh tahun!).
Miss Marple menerima persahabatan itu dengan sopan dan anggukan mengerti.
Keluarga Canon memberikan komentarnya,
"Dia itu seorang wanita yang baik. Ibunya, sejauh apa yang saya ketahui, salah
seorang janda dan tinggal di Chisshester."
"Mr. Rafiel juga mempunyai seorang pelayan laki-laki. Malahan lebih tepat kalau
dikatakan seorang petugas perawat... laki-laki itu adalah seorang tukang pijat
yang ahli. Saya kira namanya Jackson. Kasihan Mr. Rafiel hampir seluruh badannya
lumpuh. Betul-betul menyedihkan... kalau dipikirkan dia begitu banyak mempunyai
uang." "Dia itu seorang dermawan yang baik hati dan periang," kata Canon Prescott
dengan kagum. Orang-orang yang berada dalam ruangan itu membuat kelompok-kelompok, beberapa
dari mereka itu menjauhi band sedangkan kelompok lainnya malah ada yang
mendekati band itu. Mayor telah menggabungkan dirinya dengan kwartet Hillingdon Dyson.
"Nah sekarang mengenai kelompok orang-orang itu...." kata Miss Prescott, sambil
merendahkan suaranya, yang sebenarnya tidak perlu, karena band itu dengan mudah
akan mengalahkan suaranya.
"Yah - baru saja saya akan menanyakan kepada Anda mengenai mereka."
"Tahun lalu mereka juga ada di sini. Mereka menghabiskan waktunya selama tiga
bulan setiap tahunnya di Hindia Barat untuk keliling ke beberapa pulau. Lakilaki yang tinggi "kurus itu namanya Kolonel Hillingdon dan wanita yang rambutnya
hitam itu adalah isterinya. Mereka adalah ahli tumbuh-tumbuhan. Dua orang
lainnya adalah Mr. dan Mrs. Gregory Dyson... mereka adalah orang Amerika. Kalau
saya tidak salah, dia sedang menulis sebuah buku mengenai kupu-kupu. Mereka
semuanya sangat tertarik pada burung-burung."
"Alangkah untungnya mereka yang mempunyai hobi di udara yang terbuka," kata
Canon Prescott dengan ramah.
"Saya kira mereka tidak akan senang mendengar kau mengatakan itu hanya sebagai
hobi, Jeremy," kata adiknya. "Mereka mempunyai tulisan yang sudah dicetak dalam
National Geographic dan di dalam Royal Horticultural Journal. Mereka telah
mengerjakannya dengan sungguh-sungguh."
Sebuah ledakan tawa terdengar dari kelompok yang sedang mereka bicarakan. Suara
tawa itu cukup keras untuk mengalahkan bunyi dari band itu. Gregory Dyson duduk
bersandar pada kursinya sambil memukul-mukul meja, isterinya terlihat
melarangnya, sedangkan Mayor Palgrave tampak sedang menghabiskan isi gelasnya
sambil bertepuk tangan. Kelihatannya mereka itu untuk sesaat tidak nampak sebagai orang-orang yang suka
bekerja sungguh-sungguh. "Seharusnya Mayor Palgrave tidak boleh minum begitu banyak," kata Miss Prescott
dingin. "Dia mempunyai tekanan darah tinggi."
Terlihat sejumlah minuman Planters Punch dikirim lagi ke meja itu.
"Saya senang sekali mengetahui satu per satu dari orang-orang ini," kata Miss
Marple. "Ketika saya bertemu dengan mereka sore tadi, saya belum tahu pasangan
mereka masing-masing."
Setelah itu untuk sesaat semuanya diam. Miss Prescott batuk kecil, dan lalu
berkata, "Yah... jadi begitulah...."
"Joan!" kata Tuan Canon dengan suaranya yang memerintah. "Mungkin sebaiknya kita
tidak membicarakannya lebih lanjut."
"Tapi, Jeremy, saya tidak bermaksud untuk mengatakan apa-apa. Hanya tahun yang
lalu, untuk maksud tertentu atau entah untuk maksud yang lain... saya betulbetul tidak tahu kenapa... kami juga mengira bahwa Ny. Dyson adalah Ny.
Hillingdon. Kami baru mengetahui yang sebenarnya setelah seseorang mengatakan
bahwa itu salah." "Kadang-kadang kesan seseorang itu suka aneh-aneh, bukan?" kata Miss Marple
dengan jujur. Matanya bertemu dengan tatapan mata Miss Prescott untuk sekejap.
Seolah-olah, pada saat itu, telah terjadi saling pengertian di antara mereka
berdua saja. Seorang laki-laki yang lebih perasa daripada Mr. Canon Prescott pasti akan
merasakan bahwa dialah yang sedang menjadi perhatian.
Isyarat lain terjadi lagi di antara kedua perempuan itu. Semuanya itu jelasnya
seperti seolah-olah diucapkan saja, yang berbunyi,
"Lain kali saja...."
"Mr. Dyson memanggil nama isterinya 'Lucky'. Apakah itu namanya yang sebenarnya
atau nama kecil saja?" tanya Miss Marple.
"Saya pikir itu bukan nama yang sebenarnya."
"Saya pernah menanyakannya," kata Tuan Canon, "kata dia, dia memanggilnya Lucky,
karena isterinya itu pembawa untung baginya. Kalau seumpamanya dia kehilangan
perempuan itu, maka dia berkata bahwa dia akan kehilangan keberuntungannya. Saya
pikir semuanya itu sesuatu yang terlalu dibuat-buat."
"Mr. Dyson orangnya senang sekali berkelakar," kata Miss Prescott.
Tuan Canon melihat kepada adiknya dengan ragu-ragu.
Band sudah mencapai puncak permainannya dengan mengeluarkan bunyinya yang hirukpikuk dan dengan itu serombongan penari dengan cepat menyerbu lantai
pertunjukan. Miss Marple dan juga yang lain memutar kursinya untuk menyaksikan pertunjukan
itu. Miss Marple lebih senang menikmati tarian itu daripada musiknya yang hirukpikuk. Dia sangat senang melihat kaki-kaki dan tubuh para penari yang bergerak
dan bergoyang menuruti irama. Pikirnya semua ini adalah benar-benar nyata.
Karena sebenarnya tarian itu mempunyai suatu makna yang tertentu.
Malam itu, untuk pertama kalinya, dia baru merasa kerasan untuk tinggal dalam
lingkungannya yang baru ini... karena sampai detik yang lalu dia telah merasakan
kehilangan sesuatu yang biasanya dia temukan dengan mudah... yaitu adanya titiktitik persamaan dari orang-orang yang ditemuinya dengan orang-orang yang
dikenalnya secara pribadi di desanya. Selama ini mungkin dia telah disilaukan
oleh pakaian yang bagus-bagus dan warna-warna yang menyolok; tapi kemudian dia
baru merasakan bahwa dia sebenarnya dapat mengadakan... suatu perbandingan yang
akan menarik perhatiannya.
Misalnya Molly Kendal, dia persis seperti gadis cantik yang dia tidak ingat lagi
namanya dan yang menjadi kondektur pada sebuah bis di Market Basing. Gadis itu
suka membantu para penumpang masuk ke dalam bis dan tidak pernah membunyikan bel
jalan, sebelum dia merasa yakin betul bahwa semua penumpang telah duduk dengan
aman. Tim Kendal sedikit menyerupai kepala jongos yang ada di Royal George di
Medchester. Orangnya percaya kepada dirinya sendiri, akan tetapi pada waktu yang
bersamaan juga merasa cemas, seolah-olah dia baru ingat bahwa dia mempunyai
bisul. Mengenai Mayor Palgrave, dia tidak ada ubahnya seperti Jendral Le Roy,
Kapten Flemming, Admiral Wicklow atau Komandan Richardson yang dia kenal.
Mengenai Greg Dyson" Dia agak sulit untuk dicari persamaannya, karena dia orang
Amerika. Dia selalu bergerak cepat seperti Sir George Trollope yang selalu penuh
dengan humor dalam sebuah pertemuan pertahanan sipil, atau mungkin juga dia
seperti Tuan Murdoch, si tukang potong. Tuan Murdoch mempunyai reputasi yang
kurang baik, akan tetapi beberapa orang mengatakan, bahwa itu sebenarnya omong
kosong saja, malahan Tuan Murdoch sendiri senang memberikan semangat untuk
menyebarkan desas-desus mengenai dirinya itu. Sekarang mengenai Lucky bagaimana"
Baik, itu mudah sekali... dia persis seperti Marleen yang bekerja di Three
Crowns. Lalu Evelyn Hillingdon" Miss Marple belum mendapatkan seseorang yang
cocok sekali dengan dia. Karena dalam penampilannya dia dapat saja memegang
beberapa peranan sekaligus... dia seperti wanita-wanita Inggris pada umumnya,
yang badannya besar atau kurus dan sakitan yang disebabkan oleh hujan dan angin
yang banyak terdapat di Inggris. Sekarang mengenai Lady Caroline Wolfe, istri
pertama Peter Wolfe yang bunuh diri" Atau dia seperti Leslie James, perempuan
pendiam, yang tidak sering mengatakan apa yang sedang dirasakannya. Dia dengan
diam-diam telah menjual rumahnya dan kemudian pergi tanpa mengatakan kepada
seorang pun ke mana dia pergi. Kolonel Hillingdon" Tidak ada sesuatu yang
menarik pada dirinya. Tapi kalau dia mencoba mengenalnya lebih dahulu sedikit,
dia seorang pendiam dan sopan. Apa yang sedang mereka pikirkan, Anda tidak akan
mengetahuinya. Mereka kadang-kadang sering mengherankan kita. Dia masih ingat
mengenai Mayor Harper, yang pada suatu hari dengan diam-diam telah memotong
lehernya sendiri. Tidak ada seorang pun yang mengetahui, mengapa dia berbuat
seperti itu" Miss Marple berpikir, bahwa dia rasanya mengetahui... apa
sebabnya... akan tetapi dia selalu tidak yakin....
Matanya kemudian melirik ke meja Tuan Rafiel. Apa-apa yang sangat penting untuk
diketahui mengenai Tuan Rafiel, bahwa dia sangat kaya, dia tiap tahun datang ke
Hindia Barat, dia setengah lumpuh dan tampaknya seperti seekor burung buas yang
tua dan keriput. Pakaiannya kelihatannya menggantung di badannya yang mengkerut.
Umurnya mungkin sudah tujuh puluh atau delapan puluh, atau mungkin juga sudah
sembilan puluh tahun. Matanya cerdik, dia sering bertindak kasar, akan tetapi
orang tidak menjadi marah atas sikapnya itu, ini disebabkan sebahagian besar
karena dia terlalu kaya, di samping kewibawaannya, yang memaksa orang mempunyai
perasaan, bahwa bagaimanapun, Tuan Rafiel mempunyai hak untuk berbuat kasar,
kalau dia anggap itu perlu.
Di sampingnya duduk sekretarisnya. Namanya Ny. Walters. Dia mempunyai rambut
berwarna seperti rambut jagung dan wajahnya kelihatannya menyenangkan. Mr.
Rafiel sering bertindak kasar terhadapnya, akan tetapi dia tampaknya tidak
memperhatikannya. Sikapnya tidak terlalu merendahkan diri dan seperti orang yang pelupa. Dia
selalu bertindak seperti seorang juru rawat rumah sakit yang berpengalaman.
Pikir Miss Marple, mungkin dia bekas seorang juru rawat rumah sakit.
Seorang pemuda bertubuh besar dan berparas tampan, berpakaian jas putih, berdiri
di dekat kursi Mr. Rafiel. Orang tua itu melihat kepadanya. Menganggukkan
kepalanya dan menunjukkan kepadanya sebuah kursi. Pemuda itu segera duduk
seperti yang diperintahkan. "Saya rasa Tuan Jackson ini," kata Miss Marple
kepada dirinya sendiri, "pasti pelayannya."
Dia lalu mempelajari Jackson ini dengan penuh perhatian.
II Di bar, Molly Kendal, sedang merentangkan punggungnya dan melepaskan sepatunya
yang bertumit tinggi. Tim, dari teras masuk ke dalam untuk menemuinya. Pada saat
ini mereka hanya berdua saja di bar.
"Capai, Sayang?" Dia bertanya.
"Sedikit. Malam ini saya merasakan kaki saya capai."
"Bukankah semua ini terlalu banyak untukmu" Saya tahu semua ini adalah suatu
pekerjaan yang berat." Dia melihat kepadanya dengan cemas.
Molly tertawa. "O, Tim, jangan begitu menggelikan. Saya senang untuk berada di sini. Tempat ini
indah sekali. Apa yang telah menjadi impian saya selama ini telah menjadi
kenyataan." "Ya, semuanya menyenangkan, kalau sebagai tamu. Tapi untuk mengurus semua ini...
ini suatu pekerjaan yang berat."
"Memang betul, tapi dapatkah kau mendapatkan sesuatu tanpa berusaha, dapatkah?"
kata Molly Kendal dengan beralasan.
Tim Kendal mengerutkan keningnya.
"Kaupikir bahwa semua ini akan beres" Sukses" Kita akan maju terus?"
"Ya, sudah tentu, kita akan maju terus."
"Apakah kau tidak pernah berpikir, bahwa orang-orang akan berkata, 'Ini semua
tidak sama, seperti ketika Sandersons masih berada di sini'."
"Sudah tentu, orang-orang akan mengatakan begitu, mereka selalu berbuat begitu.
Mereka itu hanya orang-orang tua yang tidak mempunyai pandangan yang maju. Saya
yakin, bahwa pekerjaan kita berdua adalah lebih baik daripada Sandersons berdua.
Kita berdua sebenarnya lebih menarik. Kau menawan hati nyonya-nyonya tua itu.
Kau berbuat seakan-akan siap untuk bermain cinta dengan mereka yang telah
berputus asa, yang umurnya sudah empat puluh dan lima puluh tahun, sedangkan
saya bermain mata dengan laki-laki tua dan membuat mereka menjadi seksi... atau
kadang-kadang saya bertingkah seperti seorang anak perempuan, yang dikehendaki
oleh mereka, yang mengandung sentimen. Yah... semua ini sudah kita atur dengan
sebaik-baiknya." Kerut pada kening Kendal hilang.
"Yah, mudah-mudahan saja begitu. Soalnya saya khawatir. Kita telah
mempertaruhkan segalanya untuk mengerjakan semua ini. Saya telah meninggalkan
pekerjaan saya...." "Baik sekali kau telah berbuat begitu," Molly menambahkan dengan cepat.
"Pekerjaanmu dahulu membunuh perasaanmu."
Dia tertawa dan kemudian mencium ujung hidungnya.
"Saya katakan sekali lagi kepadamu, bahwa semua ini sudah kita atur sebaikbaiknya." Dia mengulangi. "Mengapa kau selalu mencemaskannya?"
"Saya suka berpikir, bahwa seandainya ada sesuatu yang tidak beres dengan apa
yang sedang kita kerjakan ini."
"Sesuatu yang tidak beres seperti apa...?"
"O, saya tidak tahu. Mungkin saja seseorang mati tenggelam."
"Itu tidak mungkin terjadi, karena pantai ini adalah yang paling aman. Dan juga
kita mempunyai orang Swedia jangkung itu, yang selalu siap menjaga keamanan."
"Saya memang orang tolol," kata Tim Kendal. Dia ragu-ragu dan kemudian berkata,
"Kau... kau tidak bermimpi jelek lagi?"
"Saya rasa itu hanya mementingkan diri sendiri, kalau hanya karena itu," kata
Molly tertawa. 3 KEMATIAN DI HOTEL MISS Marple seperti biasanya makan sarapan paginya di tempat tidur. Teh, telur
rebus dan sepotong paw-paw, buah-buahan yang terdapat di kepulauan ini.
Buah-buahan yang ada di kepulauan ini, pikir Miss Marple, agak mengecewakan. Di
sini yang ada selalu paw-paw semacam saja. Kalau saja dia sekarang bisa
mendapatkan apel yang enak... tapi kelihatannya apel tidak dikenal di sini.
Sekarang, setelah berada di sini selama seminggu, Miss Marple telah menyembuhkan
dirinya sendiri dari dorongan kebiasaannya untuk menanyakan bagaimana keadaan
udara. Keadaan udara selalu saja sama baiknya. Sama sekali tidak ada selingan
yang menyenangkan. "Keadaan cuaca sering kali sangat baiknya di Inggris." Dia berkata kepada
dirinya sendiri dan kemudian bertanya-tanya apakah itu suatu kutipan ataukah
hanya pendapatnya sendiri.
Sudah tentu memang ada angin topan seperti yang diketahuinya.
Akan tetapi angin topan bukanlah keadaan udara dalam pengertian Miss Marple. Itu
ada di alam sebagai kekuasaan Tuhan. Ada hujan yang deras tapi sebentar, lamanya
cuma lima menit. Tapi kemudian dengan mendadak berhenti. Semuanya menjadi basah,
tapi lima menit kemudian semuanya sudah kering kembali.
Gadis dari Hindia Barat yang hitam itu tertawa dan berkata selamat pagi ketika
ia menempatkan baki sarapan paginya di atas paha Miss Marple. Gigi-gigi putih
yang cantik, begitu bahagia sambil tersenyum kepadanya. Gadis-gadis ini
mempunyai pembawaan yang baik sekali tapi sayangnya mereka segan untuk kawin.
Hal ini sangat menyusahkan Canon Prescott. Dia berkata, telah banyak yang
dibaptis hanya untuk menghibur diri, tapi tidak ada perkawinan.
Miss Marple makan sarapan paginya dan menentukan apa yang akan dilakukannya pada
hari ini. Untuk menentukannya tidak diperlukan banyak waktu. Dia tidak akan
terburu-buru bangun dan akan bergerak pelan-pelan karena hawanya panas dan jarijarinya tidak segesit dulu lagi. Dia beristirahat kurang lebih sepuluh menit dan
kemudian sambil membawa alat-alat rajutannya dengan pelan-pelan berjalan menuju
ke hotel, sambil menentukan di mana dia akan mengambil tempat. Apakah di teras
dengan pemandangan ke arah laut" Atau apakah dia akan pergi ke pantai tempat
mandi, untuk melihat mereka yang sedang mandi dan anak-anak. Biasanya dia
memilih yang terakhir. Pada siang harinya sesudah istirahat, mungkin dia akan
menggunakan kendaraan. Tapi semuanya sebetulnya tidak menjadi persoalan penting
baginya. Hari ini akan menjadi hari yang biasa seperti hari-hari lainnya, katanya kepada
dirinya sendiri. Hanya sudah tentu kenyataannya tidaklah demikian.
Miss Marple melaksanakan acaranya seperti apa yang telah direncanakannya. Ketika
ia sedang berjalan dengan pelan-pelan melalui jalan sempit menuju ke hotel, dia
berjumpa dengan Molly Kendal. Tapi untuk kali ini, perempuan yang biasanya
tertawa itu, tidak tertawa. Keadaannya yang sedang susah itu kelihatannya tidak
pantas untuk dirinya, menyebabkan Miss Marple dengan segera berkata,
"Nyonya, apakah ada sesuatu yang tidak beres?"
Molly mengangguk. Dia ragu-ragu, kemudian berkata, "Baiklah... Anda hendaknya
mengetahui... mengetahui semuanya. Ini sebenarnya ada sangkut-pautnya dengan
Mayor Palgrave. Dia telah meninggal dunia."
"Meninggal dunia?"
"Ya. Dia meninggal pada waktu malam hari."
"Oh, Nyonya, saya merasa menyesal sekali mendengarnya."
"Ya. Sungguh menyeramkan adanya seseorang yang mati di sini. Sekarang semuanya


Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi susah. Memang betul... dia sudah terlalu tua."
"Tapi kemarin tampaknya dia sehat sekali dan gembira," kata Miss Marple, yang
tampaknya agak tersinggung dengan adanya pernyataan, bahwa tiap orang yang sudah
lanjut usia, ada kemungkinannya tiap menit akan mati.
"Dia tampaknya sehat sekali," katanya menambahkan.
"Dia menderita tekanan darah tinggi," kata Molly.
"Akan tetapi orang sekarang minum sesuatu untuk mencegahnya... seperti pil.
Pengetahuan jaman sekarang sungguh menakjubkan."
"O, ya. Mungkin dia lupa meminum pilnya, atau telah memakannya terlalu banyak.
Anda tahu, seperti insulin."
Miss Marple tidak berpendapat bahwa sakit gula dan tekanan darah tinggi adalah
sama. Dia lalu menanyakan, "Apakah yang telah dikatakan oleh dokter?"
"Dr. Graham yang sekarang praktis sudah tidak berpraktek lagi, dan diam di
hotel, telah memeriksanya, di samping pejabat-pejabat lokal. Mereka datang sudah
tentu untuk memberikan surat keterangan kematian. Semuanya tampaknya wajar
sekali. Kejadian ini mungkin saja bisa terjadi, kalau Anda mempunyai tekanan
darah tinggi. Khususnya kalau terlalu banyak minum alkohol. Dalam hal ini Mayor
Palgrave telah berbuat nakal sekali. Misalnya, tadi malam."
"Ya, saya lihat itu," kata Miss Marple.
"Mungkin dia lupa untuk menelan pilnya. Ini nasib jelek baginya... akan tetapi,
dapatkah kita hidup untuk seterusnya" Kejadian ini sungguh mencemaskan, untuk
saya dan Tim, yang saya maksudkan. Bisa saja orang menyangka ada sesuatu dalam
makanannya, yang menyebabkan kematiannya."
"Tapi, bukankah tanda-tanda keracunan makanan dan tekanan darah adalah berlainan
sekali?" "Ya, tapi orang suka gampang sekali mengatakan sesuatu. Dan kalau orang
memutuskan, bahwa makanannya tidak baik... maka orang tinggal mengatakan kepada
kawan-kawannya...." "Saya kira Anda tidak perlu mempunyai perasaan cemas," kata Miss Marple.
"Seperti apa yang Anda katakan, seorang tua seperti Mayor Palgrave... yang sudah
berumur melebihi tujuh puluh tahun... mempunyai kemungkinan yang besar sekali
untuk meninggal. Untuk sebahagian besar orang, kematian itu hanya kejadian yang
biasa saja... dan menyedihkan, akan tetapi tidak akan keluar dari garis sama
sekali." "Ya, asal saja," kata Molly tidak gembira, "itu tidak terjadi begitu mendadak."
Ya, itu telah terjadi dengan sangat mendadak, pikir Miss Marple, sambil terus
berjalan pelan-pelan. Di sana, dia tadi malam, tertawa dan bicara dalam suasana
yang menyenangkan bersama Hillingdon dan Dyson.
Hillingdon dan Dyson.... Miss Marple berjalan lebih pelahan, sampai akhirnya...
dia dengan sekonyong-konyong berhenti. Berlainan dengan maksud semula untuk
pergi ke pantai tempat mandi, dia malah memilih salah satu pojok dari teras
hotel yang teduh. Dia mengeluarkan bahan-bahan untuk dirajut dan kemudian jarumjarum rajutannya bergerak cepat sekali, seakan-akan menyesuaikan diri dengan
kecepatan jalan pikirannya. Dia tidak menyenangi apa yang terjadi... tidak, dia
tidak menyenangi semua ini. Semuanya yang terjadi kelihatannya tepat sekali
dengan waktunya. Dia mengulangi lagi semua apa yang terjadi kemarin, dalam pikirannya.
Mayor Palgrave dengan ceritanya....
Apa yang dikatakan olehnya adalah biasa saja dan tidak perlu untuk
mendengarkannya dengan serius... walaupun mungkin ada baiknya kalau dia
mendengarkannya dengan sungguh-sungguh.
Kenya... dia berbicara mengenai Kenya dan kemudian mengenai India... tapal batas
utara di bagian barat... dan kemudian... disebabkan oleh beberapa alasan...
akhirnya dibicarakan soal pembunuhan... dan sesudah itu, dia tidak
mendengarkannya dengan baik....
Satu kejadian yang masyhur pernah terjadi di sini... dan telah dimuat dalam
koran-koran.... Sesudah itu, ketika dia sedang mengambil bola rajutannya... dia mulai bercerita
kepadanya mengenai foto seorang pembunuh, itulah yang pernah dikatakan olehnya.
Miss Marple berusaha mengingat kembali bagaimana sebenarnya jalan ceritanya,
sambil menutup matanya. Ceritanya agak membingungkan... telah diceritakan kepada Mayor dalam sebuah klub
oleh seseorang... diberitahukan oleh seorang dokter, dan seorang dokter telah
mengambil potret kilat seorang yang datang dari depan... orang itu seorang
pembunuh.... Ya, itulah dia! Sekarang keterangan-keterangan lainnya sudah dapat diingatkannya
kembali... Dan Mayor Palgrave telah menawarkan kepadanya untuk melihat potret itu... dia
mengeluarkan dompetnya dan mencari di antara isinya... sambil terus
berbicara.... Sambil terus berbicara, dia melihat ke atas... melihat... tidak kepadanya...
akan tetapi kepada sesuatu yang ada di belakangnya... tepatnya melalui atas
pundaknya yang sebelah kanan. Tiba-tiba dia berhenti berbicara, wajahnya menjadi
pucat... dan saat itu juga dia mulai mengembalikan semuanya ke dalam dompetnya
dengan tangan yang agak gemetar sedikit, sambil terus bicara dengan suara keras
yang dibuat-buat mengenai taring-taring gajah.
Tidak beberapa lama kemudian Hillingdon dan Dyson menggabungkan diri dengan
mereka.... Pada saat itulah, Miss Marple membalikkan kepalanya dia atas pundak kanannya
untuk melihat... akan tetapi dia tidak melihat apa-apa atau seorang pun. Pada
sisi kirinya, agak jauh sedikit, dalam jurusan hotel, yang ada adalah Tim Kendal
bersama istrinya dan di belakang mereka terdapat keluarga orang Venezuela. Akan
tetapi tadi Mayor Palgrave tidak melihat ke jurusan itu....
Miss Marple memikirkannya sampai waktu makan siang.
Sesudah makan siang, dia tidak pergi.
Sebaliknya dia malah menulis surat untuk memberitahukan bahwa dia merasa tidak
enak badan, dan minta kepada Dr. Graham kesediaannya untuk datang dan
memeriksanya. 4 MISS MARPLE MINTA PEMERIKSAAN MEDIS ATAS DIRINYA
DR. GRAHAM adalah seorang tua yang baik dan umurnya kurang lebih enam puluh
tahun. Dia telah membuka praktek di Hindia Barat untuk beberapa tahun lamanya.
Sekarang sudah setengah pensiun dan sebahagian besar dari pekerjaannya
diserahkan kepada rekan-rekannya dari Hindia Barat. Dia memberi salam kepada
Miss Marple dengan gembira dan menanyakan ada kesukaran apa. Untungnya pada umur
Miss Marple, selalu saja ada yang terasa sakit, yang dapat dibicarakan oleh si
pasien dengan agak dibesar-besarkan. Miss Marple merasa ragu-ragu untuk memilih
antara pundaknya atau lututnya, akan tetapi kemudian memutuskan lututnya. Lutut
Miss Marple, seperti yang dikemukakannya sendiri, selalu terasa sakit setiap
saat. Dr. Graham baik sekali, akan tetapi dia tidak mengemukakan adanya
kenyataan, bahwa pada usia lanjut, sakit semacam itu selalu dapat diharapkan.
Lalu dia menganjurkan Miss Marple untuk minum salah satu dari pil-pil kecil,
yang biasanya merupakan dasar resep seorang dokter. Dari pengalaman dia
mengetahui, bahwa, orang-orang tua biasanya agak merasa kesepian, jika mereka
untuk pertama kalinya datang di St. Honor?, karena itulah dia tidak lekas-lekas
pergi dengan maksud untuk mengobrol sebentar.
"Orang yang baik sekali," pikir Miss Marple kepada dirinya sendiri, "saya agak
malu juga telah membohongi dia. Akan tetapi saya tidak melihat ada jalan lain
selain daripada itu."
Miss Marple telah dibesarkan untuk menghormati kebenaran, karena itu
kepribadiannya dapat dipercayai. Akan tetapi dalam beberapa hal, jika dianggap
sebagai tugasnya untuk berbuat begitu, maka dia dapat berbohong dengan cara yang
sangat mengherankan, seperti seolah-olah keadaannya itu benar-benar terjadi.
Dia membasahi tenggorokannya, sesudah mendehem secara sopan dan kemudian berkata
seperti yang biasanya dilakukan oleh seorang perempuan tua. Caranya agak cepat
dan sedikit gugup, "Dr. Graham, ada sesuatu yang ingin saya tanyakan kepada Anda, Saya sebenarnya
tidak senang untuk membicarakannya... akan tetapi saya tidak tahu dengan tepat
apa yang harus saya kerjakan... walaupun sesungguhnya itu sangat tidak penting.
Akan tetapi soal itu penting sekali bagi saya. Saya harapkan Anda dapat mengerti
dan tidak berpikir, bahwa apa yang akan saya tanyakan adalah menjemukan atau...
tidak dapat dimaafkan."
Terhadap kata pembukaannya itu, Dr. Graham dengan senang hati menjawab,
"Adakah sesuatu yang menyusahkan Anda" Biarlah saya membantu Anda."
"Ini ada hubungannya dengan Mayor Palgrave almarhum. Kematiannya sangat
menyedihkan sekali. Saya sangat terkejut, waktu pagi ini saya mendengarnya."
"Ya," kata Dr. Graham, "kejadiannya sangat mendadak. Saya sangat menyesalkannya.
Kemarin dia tampaknya sangat gembira."
Dia berbicara dengan caranya yang baik tapi biasa. Baginya jelas bahwa kematian
Mayor Palgrave bukanlah sesuatu yang ganjil. Miss Marple menanyakan kepada
dirinya sendiri, apakah dia tidak hanya mengada-ada saja. Apakah kecenderungan
untuk mencurigai sudah menjadi kebiasaan bagi dirinya" Mungkin dia telah tidak
mempercayai pertimbangan sendiri. Bukan pertimbangan sebetulnya, melainkan
kecurigaan. Tapi bagaimanapun dia sekarang sudah mengambil sikap yang demikian.
Dia sekarang harus berjalan terus.
"Kemarin siang saya duduk dan omong-omong bersamanya," Miss Marple berkata. "Dia
telah menceritakan kepada saya mengenai pengalaman hidupnya yang beraneka warna
coraknya dan menarik sekali. Banyak bagian dari dunia yang telah dikunjunginya."
"Dia memang begitu," kata Dr. Graham, "beberapa kali kita suka dibuat jemu
dengan kenang-kenangan Mayor yang sudah lampau."
"Kemudian dia membicarakan keluarganya, tepatnya semasa mudanya, sedangkan saya
menceritakan kepadanya sedikit mengenai keponakan-keponakan laki-laki dan
perempuan saya. Dia mendengarkannya dengan penuh perhatian. Saya memperlihatkan
kepadanya sebuah potret salah satu keponakan saya. Anak itu baik sekali, sedikit
tidak seperti anak laki-laki sekarang, akan tetapi bagi saya selalu seorang
laki-laki, itu kalau Anda mengerti."
"Saya benar-benar mengerti," kata Dr. Graham, sambil menanyakan kepada dirinya
sendiri, akan makan waktu berapa lama lagi sebelum nyonya tua ini sampai pada
persoalan yang sebenarnya.
"Saya berikan potret itu kepadanya. Ketika dia sedang meneliti potret itu, tibatiba... orang-orang itu... kumpulan orang-orang yang baik itu... yang suka
mengumpulkan bunga-bunga liar dan kupu-kupu... saya kira namanya... Kolonel dan
Nyonya Hillingdon...."
"Oh, ya. Keluarga Hillingdon dan Dyson."
"Ya, itu betul. Mereka tiba-tiba datang sambil tertawa dan berbicara.
Kelihatannya sangat menyenangkan. Tanpa berpikir panjang, Mayor Palgrave, telah
memasukkan potret saya ke dalam dompetnya dan kemudian memasukkan dompet itu ke
dalam sakunya. Pada waktu itu saya tidak begitu memperhatikannya. Baru kemudian
saya ingat. Lalu saya berkata kepada diri saya sendiri, 'Jangan lupa minta
kepada Mayor supaya mengembalikan potret keponakan saya, Denzil.' Saya baru
ingat tentang potret itu tadi malam, pada waktu orang-orang sedang berdansa dan
band sedang bermain. Tapi pada waktu itu saya tidak mau mengganggunya, karena
saya lihat mereka sangat gembira. Saya berpendapat, 'Saya akan ingat untuk
meminta kepadanya besok pagi. Tapi apa yang terjadi pagi ini....'" Miss Marple
berhenti, kehabisan napas.
"Ya, ya," kata Dr. Graham, "saya mengerti semuanya. Dan Anda... tentunya
menghendaki potret itu kembali. Apakah itu persoalannya?" Miss Marple
menganggukkan kepalanya sangat menyetujuinya.
"Ya, itulah yang saya maksudkan. Anda hendaknya mengetahui bahwa potret itu
adalah satu-satunya. Saya tidak mempunyai negatifnya dan saya tidak mau
kehilangan potret itu, karena Denzil telah meninggal lima atau enam tahun yang
lalu. Dia adalah keponakan saya yang paling saya senangi. Potret itu satusatunya yang mengingatkan saya kepada dirinya. Saya tahu, tapi saya sangat
mengharapkan, bahwa untuk mendapatkannya kembali saya akan menemui kesulitan...
apakah... apakah Anda bisa mendapatkannya kembali untuk saya" Saya benar-benar
tidak mengetahui, kepada siapa saya harus memintanya. Saya tidak mengetahui,
siapa yang akan mengurus barang-barang peninggalannya dan lain-lainnya seperti
itu. Semuanya serba sulit. Mereka akan mengira, bahwa saya akan sangat
mengganggu mereka. Anda tentu maklum bahwa mereka tidak akan mengerti. Tidak
seorang pun yang dapat mengerti, betapa besar artinya potret itu bagi saya."
"Sudah tentu, sudah tentu," kata Dr. Graham. "Saya mengerti benar-benar. Itu
satu perasaan yang wajar dari pihak Anda. Sebenarnya tidak lama lagi saya akan
bertemu dengan pejabat-pejabat kota Pemakamannya akan dilaksanakan besok.
Seorang petugas dari kantor pemerintahan bertugas mengawasi surat-suratnya dan
hartanya, sebelum menghubungi sanak keluarganya yang terdekat... dan soal-soal
lain semacam itu. Kalau saja Anda dapat menggambarkan potret itu kepada saya."
"Potret itu gambar bagian depan sebuah rumah," kata Miss Marple. "Dan pada
potret itu terlihat seseorang, Denzil, yang saya maksudkan. Pada potret itu dia
sedang keluar dari pintu depan. Seperti yang telah saya katakan, potret itu
diambil oleh salah seorang dari keponakan saya. Dia sangat menggemari gambargambar bunga. Pada saat itu saya kira dia sedang memotret kembang sepatu atau
salah satu dari kembang-kembang bakung yang cantik itu. Denzil pada waktu itu
kebetulan keluar dari pintu depan. Potret itu tidak terlalu baik - agak buram.
Akan tetapi saya sangat menyenanginya dan seterusnya selalu saya simpan."
"Baiklah," kata Dr. Graham, "itu sudah cukup jelas. Saya kira tidak akan ada
kesulitan untuk mendapatkan kembali potret Anda, Miss Marple."
Lalu dia berdiri dari kursinya. Miss Marple tertawa kepadanya.
"Anda baik sekali, Dr. Graham, sesungguhnya sangat baik sekali. Anda tentu sudah
mengerti, bukan?" "Sudah tentu, saya mengerti," kata Dr. Graham, sambil berjabatan tangan dengan
hangat dengan Miss Marple. "Sekarang Anda tidak perlu cemas. Adakanlah latihan
dengan lutut Anda setiap hari dengan pelan-pelan. Tapi jangan terlalu banyak,
sementara itu saya akan mengirimkan pil-pil itu untuk Anda. Ambillah satu,
sehari tiga kali." 5 MISS MARPLE MENGAMBIL SUATU KEPUTUSAN
UPACARA penguburan almarhum Mayor Palgrave dilaksanakan keesokan harinya. Miss
Marple menghadiri upacara tersebut disertai Miss Prescott. Mr. Canon yang
memimpin kebaktiannya... dan sesudah itu, penghidupan berjalan terus seperti
biasanya. Kematian Mayor Palgrave hanya merupakan suatu peristiwa, suatu kejadian yang
tidak menyenangkan, akan tetapi yang kemudian akan cepat dilupakan orang.
Penghidupan di sini adalah sinar matahari, laut dan kesenangan-kesenangan
sosial. Seorang pengunjung yang keras hatinya telah mengganggu kegiatan ini,
telah menutupinya dengan bayangan, akan tetapi sekarang bayangan itu telah
hilang. Bagaimanapun juga, tidak ada seorang pun yang mengenal almarhum dengan
baik. Dia adalah orang tua yang suka mengomel, menjemukan dan yang selalu
menceritakan pengalaman-pengalamannya zaman dahulu, yang bagi orang lain tidak
menimbulkan keinginan yang khusus untuk mengetahuinya. Dia sendiri mempunyai
keinginan yang sedikit sekali untuk menetap di salah satu tempat yang khusus di
dunia ini. Istrinya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Dia hidup dalam
kesepian meninggal dalam kesepian pula. Akan tetapi kesepiannya itu, adalah
jenis kesepian yang suka dipergunakan orang-orang untuk menghabiskan waktu
dengan cara yang menyenangkan. Mayor Palgrave memang orang yang kesepian,
walaupun sebenarnya dia seorang yang suka gembira. Dia telah menyenangkan
hidupnya dengan caranya sendiri. Sekarang dia sudah mati, sudah dikubur, tidak
banyak yang memperhatikannya dan dalam waktu seminggu tidak ada seorang pun yang
ingat kepadanya atau memikirkannya sedikit pun.
Satu-satunya orang yang boleh dikatakan telah kehilangan dia adalah Miss Marple.
Sama sekali itu bukan oleh karena hubungan pribadi, akan tetapi dia telah
mewakili suatu kehidupan, yang telah dikenalnya. Kalau orang menjadi tua, orang
akan mempunyai kegemaran untuk mendengarkan, mendengarkan dengan tiada perhatian
besar. Tapi antara dia dan Mayor telah ada pengertian untuk saling memberi dan
menerima antara dua orang tua. Hal ini telah menimbulkan suatu hubungan insani
yang menggembirakan. Dia tidak begitu bersusah hati dengan meninggalnya Mayor
Palgrave, akan tetapi dia telah kehilangan seseorang yang dapat berkomunikasi
dengannya. Pada sore harinya hari penguburan, pada waktu Miss Marple sedang duduk merajut
di tempat yang disenanginya, Dr. Graham datang menggabungkan dirinya dengan dia.
Miss Marple meletakkan alat-alat merajutnya dan memberi salam kepadanya.
Dr. Graham segera mengatakan kepadanya, seakan-akan meminta maaf,
"Saya khawatir saya telah membawa berita yang tidak enak, Miss Marple."
"Betulkah" Apakah itu mengenai saya...?"
"Ya, saya tidak dapat menemukan potret yang sangat penting itu untuk Anda. Saya
khawatir itu akan sangat mengecewakan Anda."
"Ya, memang betul begitu. Tapi sebenarnya tidak apa-apa. Itu hanya suatu
perasaan sentimentil. Saya sekarang baru menginsyafinya. Jadi gambar itu tidak
ada dalam dompet Mayor Palgrave?"
"Ya. Tidak ada. Juga tidak ada di antara barang-barangnya. Yang ada hanya
beberapa surat, guntingan-guntingan koran dan beberapa potret yang sudah tua,


Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tapi potret yang Anda maksudkan tidak ada."
"Oh, sayang sekali," kata Miss Marple. "Baiklah kalau begitu, memang potret itu
sudah tidak bisa ditolong.... Saya sangat berterima kasih, Dr. Graham, saya
telah menyulitkan Anda saja."
"O, tidak. Sebenarnya tidak ada kesulitannya. Saya juga mengerti benar-benar
berdasarkan pengalaman sendiri, bagaimana pentingnya benda kecil yang tidak ada
harganya, tapi sangat khusus bagi orang-orang yang sudah tua."
Nyonya tua itu menerima kehilangan dengan tenang, pikir Dr. Graham. Mungkin
Mayor Palgrave telah menemui potret itu, pada waktu dia mengambil sesuatu dari
dalam dompetnya dan karena dia tidak mengerti atau ingat mengapa potret itu
sampai berada di dalam dompetnya, kemudian menyobeknya sebagai barang yang tidak
ada harganya. Akan tetapi sudah tentu barang itu akan sangat berharga bagi
nyonya tua itu. Meskipun demikian kelihatannya dia tetap gembira dan berusaha
melupakannya. Di dalam hatinya, Miss Marple, sama sekali tidak gembira atau bersikap seperti
seorang filsuf. Soalnya adalah dia masih memerlukan sedikit waktu untuk
memikirkan segala sesuatunya. Dan dia sudah mengambil suatu keputusan untuk
menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya.
Lalu dengan bersemangat dia melibatkan Dr. Graham ke dalam suatu pembicaraan.
Orang yang baik hati ini, mengira, bahwa pembicaraan orang tua ini disebabkan
oleh rasa kesepiannya dan dia sedang berusaha untuk mengalihkan pikiran Miss
Marple, supaya dia tidak ingat lagi kepada potretnya yang hilang itu, dengan
cara mengajaknya mengobrol secara santai tentang kehidupan di St. Honor? dan
beberapa tempat yang menarik perhatian, yang mungkin akan dikunjungi oleh Miss
Marple. Dia hampir-hampir tidak sadar ketika akhirnya pembicaraan itu kembali ke
soal kematian Mayor Palgrave.
"Sungguh sangat menyedihkan," kata Miss Marple. "Untuk memikirkan seseorang mati
seperti itu, jauh dari rumah. Saya telah mengetahuinya berdasarkan dari apa yang
telah dikatakannya kepada saya, bahwa dia sebenarnya tidak mempunyai keluarga
dekat. Tampaknya dia di London hidup sendiri."
"Saya tahu, bahwa dia telah banyak mengadakan perjalanan," kata Dr. Graham.
"Bagaimanapun setiap pada musim dingin. Dia tidak memperhatikan musim dingin di
Inggris lagi. Untuk itu saya tidak dapat menyalahkannya."
"Sebenarnya, tidak," kata Miss Marple. "Mungkin karena dia mempunyai alasan yang
khusus, misalnya karena jantungnya yang lemah atau lain-lainnya, yang
menyebabkan pada setiap musim dingin dia harus pergi ke luar negeri?"
"O, bukan. Saya kira bukan karena itu."
"Saya kira dia mempunyai tekanan darah tinggi. Sekarang ini begitu menyedihkan.
Kita semua sudah mendengarkan banyak mengenai penyakitnya ini."
"Dia telah membicarakan mengenai soal penyakitnya itu dengan Anda?"
"Tidak, bukan dia. Dia tidak pernah menceritakannya. Ada orang lain yang telah
mengatakannya kepada saya."
"Ah... apakah benar begitu?"
"Saya berpendapat," kata Miss Marple meneruskan, "bahwa kematian dapat
diharapkan dalam keadaan yang demikian itu."
"Tidak, semestinya tidak begitu," kata Dr. Graham. "Ada cara-caranya sekarang
untuk mengontrol tekanan darah."
"Kematiannya kelihatannya mendadak sekali... akan tetapi Anda, saya kira tidak
akan heran." "Memang saya tidak begitu heran hal begitu terjadi pada orang yang sudah
demikian tuanya. Akan tetapi, saya sama sekali tidak mengharapkan hal itu
terjadi. Terus terang, saya lihat kesehatannya baik sekali, akan tetapi saya
sendiri sebagai seorang dokter belum pernah memeriksanya. Saya tidak pernah
mengukur tekanan darahnya atau lain-lainnya semacam itu."
"Apakah orang dapat mengetahui... yang saya maksudkan, dapatkah seorang dokter
mengetahui... bahwa seseorang menderita tekanan darah tinggi, hanya dengan
melihatnya saja?" Miss Marple menanyakan hal itu seperti orang tidak berdosa apa-apa.
"Tidak, tidak cukup hanya dengan melihatnya saja," kata Dokter sambil tertawa.
"Tentu harus diadakan sedikit tes."
"Oo, begitu. Alatnya sangat menakutkan, kalau Anda memasang ban karet pada
lengan seseorang dan kemudian memompanya... alat itu, saya tidak menyenanginya.
Akan tetapi, dokter saya berkata, bahwa tekanan darah saya adalah baik sekali
untuk orang seumur saya."
"Nah itu baru berita yang baik," kata Dr. Graham.
"Sudah tentu, itu karena Mayor sangat menyenangi minuman keras Planters Punch,"
kata Miss Marple sambil berpikir.
"Ya, sesuatu yang tidak baik bagi seseorang yang menderita tekanan darah
tinggi... adalah alkohol."
"Bukankah orang bisa minum pil untuk mengatasinya" Seperti yang pernah saya
dengar?" "Memang betul. Ada beberapa macam dari pil itu di pasaran. Ada sebotol dari pil
macam itu yang terdapat di kamarnya... yang mengandung Serenite."
"Ilmu pada saat ini sungguh mengherankan," kata Miss Marple. "Dokter sekarang
bisa berbuat lebih banyak, bukankah begitu?"
"Ya, tapi kami selalu mempunyai saingan yang berat," kata Dr. Graham, "yaitu
alam. Tahukah Anda, bahwa kadang-kadang, pengobatan tradisionil muncul kembali."
"Seperti menutupi sebuah luka dengan sarang laba-laba?" kata Miss Marple. "Kami
sering mengerjakan itu, pada waktu saya masih anak-anak."
"Itu bisa masuk akal," kata Dr. Graham.
"Dan obat panas dari biji rami, yang ditempatkan di dada dan kemudian digosok
dengan minyak kamper, untuk menghilangkan penyakit batuk yang berat."
"Saya lihat, bahwa Anda mengetahui semuanya," kata Dr. Graham sambil tertawa.
Lalu dia berdiri dan bertanya,
"Bagaimana dengan lututnya" Apakah sekarang sudah tidak terlalu mengganggu?"
"Tidak. Tampaknya sekarang sudah lebih baik."
"Baiklah mengenai ini kita tidak akan mengatakan, apakah itu oleh karena alam
atau pil-pil saya," kata Dr. Graham. "Maafkan, saya tidak dapat membantu Anda
lebih banyak." "Anda benar-benar telah berbuat baik sekali... saya benar-benar merasa malu,
telah menyita banyak waktu Anda.... Anda mengatakan, bahwa tidak ada potretpotret dalam dompet Mayor?"
"Oh, ada sebuah potret tua Mayor sendiri, waktu dia masih muda di atas seekor
kuda dan yang satu lagi potret seekor macan yang mati, dan dia berdiri dengan
kakinya di atasnya. Potret-potret semacam itu, kenang-kenangan pada waktu muda.
Saya telah mencari dengan hati-hati dan saya berani memberi jaminan kepada Anda,
bahwa potret keponakan Anda itu, pasti sekali tidak ada di situ...."
"Oh, ya. Saya merasa yakin sekali bahwa Anda telah mencarinya dengan hatihati... saya tidak bermaksud menuduh Anda kurang hati-hati mencarinya... saya
hanya tertarik... kita semuanya cenderung untuk mengumpulkan barang-barang tua
semacam itu...." "Semua itu kekayaan dari masa yang lampau," kata Dokter sambil tertawa.
Lalu dia berpamitan dan pergi meninggalkannya.
Miss Marple dengan penuh perhatian dan pikiran melihat ke pohon-pohon palem dan
laut. Untuk sementara waktu dia tidak mengambil rajutannya. Dia sekarang telah
menemukan satu fakta. Dia harus memikirkan fakta itu dan apa hubungannya. Potret
yang dikeluarkan oleh Mayor dari dompetnya dan kemudian dengan cepat telah
dimasukkannya kembali ke dalam dompetnya, sekarang sesudah dia meninggal
ternyata sudah tidak ada lagi di situ. Itu bukan benda sembarangan yang bisa
dibuang begitu saja oleh Mayor. Dia telah memasukkan kembali potret itu ke dalam
dompetnya, jadi mestinya potret itu ada di situ setelah dia meninggal. Uang bisa
dicuri, akan tetapi tidak seorang pun yang akan mencuri sebuah potret. Kecuali
kalau mereka mempunyai maksud-maksud yang tertentu untuk berbuat demikian....
Wajah Miss Marple kelihatannya serius. Dia harus segera mengambil keputusan.
Apakah dia akan membiarkannya atau tidak, atau membiarkan Mayor Palgrave tenang
berada di dalam kuburannya" Apakah tidak lebih baik kalau dia berbuat demikian
itu" Lalu dia menyebut pelan-pelan, "Duncan sudah mati. Sesudah kegiatan
hidupnya, dia tidur dengan tenang." Sekarang tidak ada sesuatu pun yang dapat
mengganggu Mayor Palgrave. Dia telah pergi, di mana bahaya tidak akan dapat
menjangkaunya. Apakah itu hanya suatu kebetulan saja bahwa dia harus pergi" Para
dokter telah menerima kematian orang-orang yang sudah berumur dengan begitu
mudahnya. Apalagi ketika di dalam kamarnya diketemukan sebotol tablet, yang oleh
penderita tekanan darah selama hidupnya harus dimakan. Akan tetapi, kalau ada
orang yang mengambil potret itu dari dalam dompet Mayor, maka orang yang sama
itu, juga dapat menempatkan botol itu di kamar Mayor. Miss Marple sendiri tidak
pernah ingat melihat Mayor mengambil tablet, dia juga tidak pernah menceritakan
kepadanya mengenai tekanan darahnya. Satu-satunya yang dia pernah ceritakan
mengenai kesehatannya, adalah pengakuannya, bahwa dia tidak begitu muda lagi.
Adakalanya kekurangan napas dan sedikit menderita penyakit bengek, lain tidak.
Akan tetapi ada seseorang yang mengatakan kepadanya, bahwa Mayor Palgrave
menderita penyakit tekanan darah tinggi... apakah, Molly" Miss Prescott" Dia
sudah tidak ingat lagi. Miss Marple kemudian mengeluh dan memberi peringatan
kepada dirinya sendiri, walaupun dia tidak mengucapkan kata-kata itu keras
sekali. "Nah, Jane. Apakah yang kauusulkan atau pikirkan" Apakah mungkin kau hanya
mengada-ada saja" Apakah kau benar-benar mempunyai sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai pegangan?"
Dia mulai lagi memikirkannya, setapak demi setapak, sedekat mungkin mengenai
pembicaraannya dengan Mayor mengenai soal pembunuhan dan pembunuh-pembunuh.
"Astaga," kata Miss Marple. "Seandainya... saya benar-benar tidak mengetahui apa
yang mesti saya perbuat mengenai ini...."
Akan tetapi dia mengetahui, bahwa dia bermaksud mencobanya.
6 LEWAT TENGAH MALAM MISS MARPLE bangun pagi sekali. Seperti kebanyakan orang tua, tidurnya tidak
nyenyak dan adakalanya dia tidak bisa tidur. Waktu-waktu begini dia pergunakan
untuk membuat rencana atau rencana-rencana yang akan dilaksanakan keesokan
harinya atau hari berikutnya. Sudah tentu biasanya mengenai soal-soal pribadi
atau rumah tangga, yang bagi orang lain tiada artinya, kecuali bagi dirinya
sendiri. Akan tetapi pada pagi ini, Miss Marple berbaring dengan tenang
memikirkan mengenai suatu pembunuhan, dan kalau kecurigaannya ternyata benar,
apa yang dapat diperbuat olehnya. Hal ini tidak mudah baginya. Dia hanya
mempunyai satu senjata, dan senjata itu adalah berbicara.
Perempuan-perempuan tua mempunyai kebiasaan, kalau berbicara, suka menyimpang
dari pokok pembicaraan. Lalu orang biasanya menjadi jemu untuk mendengarkannya,
tentu jelas tidak akan mencurigainya, bahwa ada maksud-maksud tertentu yang
tersembunyi dalam pembicaraan itu. Bukan suatu kebiasaan untuk segera mengajukan
pertanyaan-pertanyaan (Dia memang mengalami kesulitan untuk mengetahui
pertanyaan apa yang akan dikemukakan olehnya). Pertanyaan ini untuk mengetahui
sedikit lebih banyak mengenai orang-orang tertentu. Dia telah memikirkan, siapa
orang-orangnya itu. Mungkin dia akan mengetahui sedikit lagi mengenai Mayor Palgrave almarhum, tapi
apakah itu akan membantunya" Dia meragukan hal itu.
Kalau Mayor Palgrave telah dibunuh orang, itu tidak disebabkan oleh karena
adanya rahasia dalam kehidupannya atau adanya persoalan mewarisi uangnya atau
adanya dendam terhadapnya.
Dalam kenyataannya walaupun dia sudah menjadi korban pembunuhan, anehnya apa
yang banyak diketahui mengenai dirinya, tidak akan membantu dalam mencari jalan
untuk menangkap si pembunuhnya. Soalnya, kelihatannya, satu-satunya soal yang
menyulitkan adalah karena Mayor Palgrave terlalu banyak... bicara.
Ada satu fakta sangat menarik yang telah dia dengar dari Dr. Graham, bahwa dalam
dompet Mayor Palgrave, terdapat beberapa potret. Salah satu adalah potret Mayor
sendiri bersama dengan seekor kuda, satu lagi seekor macan yang mati dan
beberapa potret lain yang mempunyai arti yang sama. Sekarang mengapa Mayor
membawa potret-potret itu bersamanya" Hal ini jelas bagi Miss Marple,
berdasarkan pengalamannya bergaul dengan admiral, brigadir jendral dan beberapa
mayor yang sudah tua, ini disebabkan karena dia mempunyai beberapa cerita, yang
dia akan sangat merasa gembira sekali menceritakannya kepada orang lain.
Ceritanya biasanya dimulai dengan, "Pernah terjadi hal yang aneh pada waktu saya
sedang pergi untuk menembak macan di India...." Atau sebuah kenangan lama dengan
seekor kuda. Oleh karena itu, cerita mengenai seseorang yang dicurigai sebagai
seorang pembunuh, pada waktunya yang tepat akan dijelaskan dengan mengeluarkan
sebuah potret dari dompetnya.
Dia mengikuti pola itu ketika sedang berbicara dengan Miss Marple. Persoalan
pembunuhan dibicarakan, kemudian untuk memusatkan perhatian pada ceritanya, dia
akan berbuat, apa yang dapat diperbuatnya dengan mengeluarkan potret itu, dengan
disertai kata-kata seperti, "Tidak dikira, bahwa orang ini adalah seorang
pembunuh, bagaimana dengan pendapat Anda?"
Soalnya ini adalah merupakan suatu kebiasaan baginya. Cerita pembunuhan ini
merupakan salah satu yang biasa dimainkannya. Kalau ada yang berbicara mengenai
pembunuhan, maka dengan cepat Mayor akan mulai dengan ceritanya.
Jadi kalau begitu, Miss Marple merenung, dia mungkin sudah menceritakannya
kepada orang lain. Mungkin kepada lebih dari satu orang.... Kalau begitu apa
yang terjadi, maka Miss Marple akan dapat mengetahui mengenai ceritanya itu dari
orang lain, apakah hal-hal yang penting selanjutnya dalam cerita itu, malah
mungkin juga, bisa mengetahui, bagaimanakah rupa orang dalam potretnya itu.
Miss Marple menganggukkan kepalanya dengan rasa puas.... Itu semua akan
merupakan permulaan dalam penyelidikannya.
Dan sudah tentu, masih ada beberapa orang, yang dia namakan dalam pikirannya
'Empat orang yang dicurigai'. Meskipun sebenarnya... karena Mayor Palgrave
berkata tentang seorang laki-laki... maka hanya ada dua orang yang dicurigai,
yaitu: Kolonel Hillingdon atau Mr. Dyson. Mereka tampaknya tidak seperti seorang
pembunuh, tapi biasanya justru seorang pembunuh orang yang tidak disangka.
Apakah ada orang lainnya"
Ketika itu dia tidak melihat seorang pun, waktu dia memutar kepalanya untuk
melihat. Yang terlihat hanya bungalo Mr. Rafiel. Mungkinkah pada waktu itu ada
orang yang ke luar dari dalam bungalo dan kemudian masuk kembali, sebelum dia
sempat memutar kepalanya"
Kalau begitu, itu mungkin pelayan laki-laki Mr. Rafiel.
Siapakah namanya" Oh, ya. Namanya Jackson. Mungkinkah dia yang keluar dari
pintu" Itu kelihatannya akan merupakan adegan yang sama seperti apa yang ada di
dalam potret. Seorang yang keluar dari pintu. Pengenalan orang itu terjadi
sangat cepat sekali. Mungkin selama ini Mayor Palgrave telah tidak memperhatikan
Arthur Jackson si pelayan laki-laki itu. Matanya melihat ke mana-mana dengan
ingin tahu, tapi mata Mayor Palgrave memandang rendah kepada yang miskin...
Arthur Jackson bukan seorang pendeta India yang menarik... sehingga pasti Mayor
Palgrave tidak akan melihat kepadanya untuk kedua kalinya.
Sampai tiba saatnya, ketika dia memegang potret itu di tangannya sambil melihat
melalui pundak kanan Miss Marple dan melihat ada orang yang keluar dari
pintu..." Miss Marple memiringkan bantalnya... rencana ini untuk besok pagi... atau untuk
sekarang... untuk mengadakan penyelidikan yang selanjutnya tentang Hillingdon,
Dyson dan Arthur Jackson, si pelayan itu.
II Dr. Graham juga bangun pagi sekali. Biasanya dia berbalik dan tidur kembali.
Akan tetapi hari ini dia merasakan tidak enak badan dan susah untuk tidur
kembali. Kecemasan yang membuatnya sulit untuk tidur lagi tidaklah disebabkan
oleh sesuatu yang dideritanya selama ini. Apakah yang menyebabkannya begitu
cemas" Dia benar-benar tidak tahu. Dia berada di situ untuk memikirkan kembali
semuanya, segala sesuatunya yang bersangkutan... yang bersangkutan dengan... ya,
dengan Mayor Palgrave. Kematian Mayor Palgrave" Tapi dia tidak tahu apa
sesungguhnya yang telah menyebabkannya berpikir sampai ke situ" Dia merasa tidak
tentram. Apakah semuanya ini ada sangkut-pautnya dengan apa yang telah dikemukakan oleh
nyonya tua yang senang mencela itu"
Kasihan dia kehilangan potret itu. Dia menerima kehilangannya dengan tenang.
Akan tetapi, apakah yang telah dikatakan oleh nyonya tua itu" Perkataan apakah
dari nyonya tua itu yang menyebabkannya mempunyai perasaan yang tidak enak"
Tapi, bagaimanapun tidak ada sesuatu pun yang ganjil mengenai kematian Mayor
itu. Sama sekali tidak ada. Paling tidak dia tidak mengira adanya sesuatu yang
tidak beres. Semuanya sangat jelas dengan melihat kesehatan Mayor... tetapi terlintas dalam
pikirannya untuk mengadakan sedikit penelitian. Apakah dia mengetahui banyak
mengenai kesehatan Mayor Palgrave selama ini" Semua orang mengatakan bahwa dia
menderita tekanan darah tinggi. Akan tetapi dia sendiri tidak pernah
membicarakan mengenai soal itu dengan Mayor Palgrave. Palgrave adalah seorang
tua yang menjemukan dan dia juga menghindari orang-orang tua yang menjemukan.
Akan tetapi mengapa dia mempunyai pendapat bahwa mungkin tidak semuanya adalah
benar" Apakah ini disebabkan karena perempuan tua itu" Akan tetapi dia tidak
mengatakan sesuatupun. Bagaimanapun ini bukan persoalannya. Pejabat-pejabat


Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lokal sudah puas. Di sana ada terdapat sebotol tablet Serenite dan orang tua itu
tampaknya suka menceritakan kepada orang-orang mengenai tekanan darahnya.
Dr. Graham membalikkan badannya lagi dan segera tidur lagi.
III Di luar pekarangan hotel, di salah satu deretan pondok kecil yang jelek, yang
letaknya di dekat anak sungai, gadis Victoria Johnson, bergulingan dan kemudian
duduk di tempat tidur. Gadis dari St. Honor? ini adalah makhluk yang indah
sekali. Badannya seperti marmar hitam, yang akan sangat disenangi oleh seorang
pemahat. Jari-jarinya menyisir rambutnya yang hitam dan keriting. Dengan
menggunakan kakinya, dia membangunkan teman tidurnya dengan cara menyentuh
tulang. "Bangun!" Laki-laki itu menggeram dan memiringkan badannya.
"Kau mau apa" Ini belum pagi."
"Bangunlah, saya ingin berbicara denganmu."
Laki-laki itu duduk, meluruskan kakinya dan memperlihatkan mulutnya yang lebar
dengan gigi-giginya yang putih.
"Apa yang menggelisahkanmu?"
"Itu... mengenai Mayor yang meninggal. Ada sesuatu yang tidak saya senangi. Ada
sesuatu yang salah."
"Ah, apa yang kaucemaskan mengenai itu" Bukankah dia sudah tua dan dia sudah
mati?" "Dengarkan. Ini mengenai pil itu. Dokter telah menanyakan kepada saya."
"Baiklah, sekarang mengapa dengan pil-pil itu" Dia mungkin telah mengambil
terlalu banyak." "Bukan. Bukan seperti itu kejadiannya. Dengarkan...." Dia mendekatkan dirinya
kepada si laki-laki lalu berbicara dengan bersemangat. Setelah selesai si lakilaki menguap dan merebahkan dirinya lagi.
"Itu tak ada artinya. Apa sih yang kaubicarakan itu?"
"Pokoknya saya akan membicarakannya dengan Mrs. Kendal pagi ini. Saya kira ada
sesuatu yang tidak beres, di sana di salah satu tempat."
"Sudahlah, jangan kaupikirkan mengenai itu lagi," kata laki-laki itu, laki-laki
yang tanpa upacara telah dianggap sebagai suaminya sekarang. "Jangan mencari
kesulitan," katanya sambil menguap dan berbaring lagi.
7 SUATU PAGI DI PANTAI PAGI hari, di pantai, di bawah hotel.
Evelyn Hillingdon keluar dari laut dan merebahkan diri di pasir yang berwarna
keemasan dan panas. Dia mengambil tutup kepalanya dan kemudian menggelengkan
kepalanya dengan keras. Pantainya tidak begitu luas. Orang-orang pada pagi hari
biasanya berkumpul di sana dan pada pukul 11.30 biasanya di sana ada pertemuan
sosial. Di sebelah kiri Evelyn, duduk dalam sebuah kursi modern, Senora de
Caspearo, seorang wanita cantik dari Venezuela. Di dekatnya duduk Mr. Rafiel
yang tua dan yang sekarang menjadi ketua Hotel Golden Palm. Pimpinan itu hanya
dapat dipegang oleh seorang invalid yang sudah tua, akan tetapi kaya raya.
Esther Walters hadir di sampingnya. Dia biasanya selalu siap dengan buku tulis
dan pensilnya, kalau-kalau suatu saat Mr. Rafiel mendadak akan mengirim kawat
yang penting untuk keperluan perusahaannya, yang harus segera dikirimkan. Tuan
Rafiel dalam pakaian pantainya kelihatan sangat kurus sekali. Tulang-tulangnya
kelihatan seperti dibungkus oleh kulit yang kering. Walaupun tampaknya seperti
orang yang akan mati, akan tetapi keadaannya memang tetap sama seperti delapan
puluh tahun yang lalu... begitulah apa yang dikatakan orang-orang di kepulauan
itu. Matanya yang biru menonjol dari pipinya yang keriput. Kesenangannya yang
sesungguhnya dalam hidupnya, ialah tegas-tegas menolak apa yang dikatakan orang
lain. Miss Marple juga ada. Seperti biasanya dia duduk dan merajut sambil mendengarkan
apa yang terjadi di sekitarnya. Kadang-kadang dia suka ikut dalam pembicaraan.
Pada saat dia ikut berbicara, maka semua orang biasanya merasa heran, karena
biasanya mereka melupakan bahwa dia berada di situ. Evelyn Hillingdon melihat
kepadanya dengan cara memanjakan dan berpikir bahwa Miss Marple adalah seorang
tua yang baik hati. Senora de Caspearo menggosokkan lebih banyak lagi minyak pada kakinya yang bagus
dan panjang itu sambil bersenandung. Dia memandang dengan tidak puas kepada
botol minyak pelindung terhadap sinar matahari.
"Ini tidak begitu baik seperti Frangipanio," katanya sedih. "Sayangnya itu tidak
ada di sini." Kelopak matanya tertutup lagi.
"Apakah Anda sekarang akan menyelam, Tuan Rafiel?" tanya Esther Walters.
"Saya akan masuk, kalau saya sudah siap," kata Tuan Rafiel pendek.
"Ini sudah pukul setengah dua belas," kata Mrs. Walters.
"Apa itu artinya?" kata Tuan Rafiel. "Apakah dikira saya orang yang terikat
dengan jam" Kerjakan itu pada waktu ini, kerjakan itu pada pukul dua, kerjakan
itu kurang dari dua puluh menit... bah!"
Mrs. Walters sudah cukup lama merawat Tuan Rafiel untuk dapat menggunakan caracaranya sendiri dalam menghadapi dia. Dia tahu, bahwa Tuan Rafiel membutuhkan
waktu sedikit lama, untuk merasa agak bebas dari pengawasannya yang keras, untuk
mandi, oleh karena itu dia memberikan peringatan kepadanya pada waktu yang
tepat. Dia memberikan kesempatan kepada Mr. Rafiel untuk menolak usul-usulnya
selama sepuluh menit dan kemudian akan dapat menerimanya, dengan tidak tampak
padanya kesediaannya untuk berbuat demikian.
"Saya tidak senang sandal datar ini," kata Tuan Rafiel sambil mengangkat kakinya
dan melihatnya. "Saya telah mengatakan kepada Jackson, si tolol itu. Orang itu
tidak pernah memperhatikan apa-apa yang saya ucapkan."
"Saya ambilkan yang lainnya, ya, Tuan Rafiel?" tanya Mrs. Walters.
"Tidak usah! Kau tetap di sini dan diam! Saya tidak senang melihat orang hilirmudik seperti ayam-ayam betina yang sedang berkokok."
Evelyn pindah sedikit di pasir yang hangat dan mengulurkan tangannya.
Miss Marple, tampaknya sedang sibuk dengan rajutannya... merentangkan kakinya,
kemudian dengan cepat minta maaf.
"Maafkan saya, maafkan saya, Ny. Hillingdon, saya telah menyenggol Anda."
"Oh, tidak apa-apa," kata Evelyn. "Pantai ini tampaknya menjadi terlalu penuh."
"Oh, jangan pindah. Biar kursi saya saja yang pindah ke belakang, sehingga saya
tidak akan berbuat seperti tadi lagi."
Sesudah selesai membereskan tempatnya, Miss Marple, meneruskan pembicaraannya
seperti anak kecil yang banyak omong.
"Tampaknya nikmat sekali untuk berada di sini. Saya sebelumnya, belum pernah
pergi ke Hindia Barat, itu seperti Anda maklumi. Saya sebelumnya mengira ini
merupakan satu tempat yang tidak pernah akan saya kunjungi, tapi sekarang
nyatanya saya ada di sini. Ini semuanya oleh karena kebaikan keponakan saya.
Saya kira tentu Anda mengetahui bagian dunia ini dengan baik sekali, Ny.
Hillingdon?" "Saya pernah datang ke pulau ini untuk sekali atau dua kali sebelumnya, sudah
tentu untuk keperluan itu."
"Oh, ya. Kupu-kupu dan bunga-bunga yang liar itu" Anda dan teman Anda... atau,
apakah mereka masih ada hubungan keluarga dengan Anda?"
"Mereka hanya teman-teman, tidak lebih daripada itu."
"Anda sering pergi bersama-sama, saya kira karena mempunyai tujuan yang sama?"
"Ya. Kami sudah pergi bersama-sama untuk beberapa tahun lamanya."
"Saya kira tentu sekali-kali Anda mendapat pengalaman yang membangkitkan
perasaan?" "Saya kira tidaklah demikian," kata Evelyn. Suaranya tidak bernada dan agak
menjemukan. "Petualangan hanya terjadi pada orang lain," katanya sambil menguap.
"Tidak adakah pertemuan yang membahayakan dengan ular-ular atau binatangbinatang yang buas atau dengan penduduk asli yang menjadi mata gelap?"
"Saya tampaknya sangat tolol," pikir Miss Marple.
"Tidak ada yang lebih membahayakan daripada gigitan serangga," kata Evelyn
meyakinkan kepadanya. "Kasihan Mayor Palgrave, dia pernah digigit ular," kata Miss Marple yang membuat
suatu pembicaraan yang tidak berdasarkan keadaan yang sebenarnya.
"Betulkah terjadi demikian padanya?"
"Apakah dia tidak pernah menceritakannya kepada Anda?"
"Mungkin. Tapi saya sudah tidak ingat lagi."
"Saya kira tentu Anda mengenalnya dengan baik, bukan?"
"Mayor Palgrave" Saya hampir-hampir tidak mengenalnya."
"Dia selalu mempunyai cerita-cerita yang baik untuk diceritakan."
"Dia orang tua pucat yang menjemukan," kata Mr. Rafiel. "Juga seorang yang
tolol. Dia sebenarnya tidak perlu mati, kalau saja dia bisa memperhatikan
dirinya sendiri dengan baik-baik."
"Oh, sudahlah, Tuan Rafiel," kata Mrs. Walters.
"Saya tahu apa yang saya bicarakan. Kalau Anda dapat menjaga kesehatan. Anda
dengan baik, maka di mana pun Anda berada akan selalu baik. Lihatlah saya. Para
dokter sudah putus asa mengenai saya, beberapa tahun yang lalu. Baiklah, kata
saya, saya mempunyai peraturan-peraturan kesehatan saya sendiri dan ini akan
tetap saya laksanakan. Dan di sinilah saya berada."
Dia lalu melihat ke sekelilingnya dengan bangga.
Sebenarnya, tampaknya justru adalah suatu kesalahan, sampai dia berada di sini.
"Kasihan Mayor Palgrave, dia mempunyai tekanan darah tinggi," kata Mrs. Walters.
"Ah, itu hanya omong kosong saja," kata Tuan Rafiel.
"Tapi itu adalah kenyataan," kata Evelyn Hillingdon. Dia mendadak berbicara
dengan tegas. "Siapa yang berkata begitu?" kata Tuan Rafiel. "Apakah dia mengatakannya kepada
Anda?" "Ada orang yang mengatakan begitu kepada saya."
"Dan dia mempunyai wajah yang merah," kata Miss Marple menambahkan.
"Itu sama sekali tidak benar," kata Mr. Rafiel. "Bagaimanapun dia tidak
mempunyai penyakit tekanan darah tinggi, karena dia sendiri yang mengatakannya
kepada saya." "Apa yang Anda maksudkan, bahwa dia sendiri yang telah mengatakannya kepada
Anda?" kata Mrs. Walters. "Yang saya maksudkan, bahwa Anda tidak pernah
mengatakan kepada orang lain mengenai ini, karena Anda sendiri tidak mempunyai
bukti." "Sudah tentu bisa. Saya pernah mengatakan kepadanya, pada waktu dia minum
terlalu banyak minuman keras, Planters Punch itu dan makan terlalu banyak.
Ketika itu saya berkata kepadanya, 'Sebaiknya Anda memperhatikan pantangan
makanan dan minuman Anda. Anda hendaknya memikirkan tekanan darah Anda pada umur
Anda!' Tapi dia berkata, bahwa dia tidak perlu memperhatikan peraturan-peraturan
itu, karena tekanan darahnya baik sekali untuk usianya sekarang ini."
"Tapi dia mempergunakan salah satu obat untuk tekanan darah tinggi," kata Miss
Marple, yang mulai ikut berbicara lagi. "Salah satu macam obat yang namanya...
seperti... seperti Serenite?"
"Kalau Anda menanyakan kepada saya," kata Evelyn Hillingdon, "saya sebenarnya
tidak senang untuk berpendapat, bahwa ada sesuatu pada dirinya atau bahwa dia
sebenarnya sakit. Tapi saya berpendapat bahwa dia adalah macamnya orang yang
takut sama penyakit dan oleh karena itu dia selalu menyangkal bahwa ada sesuatu
yang tidak sehat dengan keadaan dirinya."
Itu merupakan suatu pidato yang panjang sekali baginya. Miss Marple melihat
dengan penuh perhatian kepada bagian atas kepalanya yang hitam.
"Kesulitannya, ialah...." kata Tuan Rafiel dengan caranya yang memerintah.
"Semua orang sangat senang untuk mengetahui penyakit orang lain. Mereka selalu
berpikir, bahwa siapa saja, yang umurnya lebih dari lima puluh tahun akan mati
karena tekanan darah tinggi, sakit jantung atau segala omong kosong seperti itu.
Saya kira, orang akan selalu berkata bahwa tidak ada sesuatu yang tidak baik
dengan dirinya. Orang hendaknya mengetahui tentang kesehatannya sendiri. Pukul
berapa sekarang" Pukul dua belas kurang dua puluh menit" Saya seharusnya sudah
lama mandi. Mengapa tidak mengingatkan itu kepada saya, Esther?"
Mrs. Walters tidak. Dia segera berdiri dengan tangkas dan membantu Tuan Rafiel
menyiapkan diri. Bersama-sama mereka pergi ke bawah ke pantai. Dia membantunya
dengan hati-hati. Bersama-sama mereka masuk ke laut.
Senora de Caspearo membuka matanya dan berkata dengan pelan-pelan, "Betapa
jeleknya laki-laki yang sudah tua! Seharusnya mereka mati pada umur empat puluh
tahun atau mungkin juga pada umur tiga puluh lima tahun akan lebih baik,
bukankah begitu?" Edward Hillingdon dan Gregory Dyson berjalan menuju ke pantai.
"Bagaimana dengan keadaan airnya, Evelyn?"
"Selalu seperti biasanya."
"Di situ tidak banyak perubahannya" Di mana Lucky?"
"Saya tidak tahu," kata Evelyn.
Lagi-lagi Miss Marple dengan penuh perhatian melihat ke kepala yang hitam itu.
"Baik. Sekarang saya akan menirukan ikan paus," kata Gregory. Dia membuang
kemejanya yang bercorak Bermuda dan lari menuju pantai. Melemparkan dirinya,
terengah-engah menghembuskan napasnya, masuk ke dalam laut dan kemudian berenang
dengan cepat. Edward Hillingdon duduk di pantai dekat istrinya. Sekarang dia bertanya, "Mau
berenang lagi?" Evelyn tertawa... memakai penutup rambutnya... dan pergi ke laut bersama-sama
dengan caranya yang tidak begitu menarik perhatian.
Senora de Caspearo membuka matanya lagi.
"Tadinya saya mengira, mereka sedang berbulan madu. Dia begitu manis terhadap
isterinya, akan tetapi saya mendengar bahwa mereka telah kawin selama delapan...
atau sembilan tahun. Sulit sekali untuk dipercaya, bukan?"
"Saya ingin tahu, di manakah Ny. Dyson," kata Miss Marple.
"Lucky" Dia tentu dengan laki-laki lain."
"Anda... Anda berpikir demikian?"
"Itu saya sudah yakin," kata Senora de Caspearo. "Dia orang macam itu. Walaupun
dia sebenarnya tidak begitu muda lagi. Mata... suaminya... suka melihat ke manamana.... Dia mulai bermain di sana-sini pada setiap waktu. Saya mengetahui itu."
"Ya?" kata Miss Marple. "Saya tahu bahwa Anda mengetahuinya benar-benar."
Senora de Caspearo melancarkan pandangan heran kepadanya. Sudah jelas, itu tidak
diharapkannya datang dari pihak Miss Marple.
Miss Marple, sebaliknya, melihat kepada ombak-ombak dengan muka yang manis dan
tidak berdosa. II "Bolehkah saya berbicara dengan Anda, Ny. Kendal?"
"Ya, sudah tentu," kata Molly. Dia sedang duduk di meja kantornya.
Victoria Johnson, yang bertubuh besar dan gembira, dalam seragamnya yang
berwarna putih bersih masuk ke dalam dan menutup pintu di belakangnya. Wajahnya
diliputi oleh suatu misteri.
"Saya ingin mengatakan sesuatu kepada Anda, Ny. Kendal."
"Ya, ada apa" Apakah ada sesuatu yang salah?"
"Saya tidak tahu dan saya tidak yakin. Ini mengenai tuan tua yang sudah
meninggal itu. Tuan mayor itu. Yang telah meninggal dalam tidurnya."
"Ya, ya. Ada apa dengan itu?"
"Ketika itu ada sebuah botol penuh dengan pil di dalam kamarnya. Dokter
menanyakan kepada saya mengenai botol itu."
"Ya?" "Dokter berkata, 'Marilah kita lihat, dia mempunyai apa di papan rak kamar
mandi.' Dia memeriksanya. Dia melihat di situ ada tapal gigi, pil sakit perut,
aspirin dan pil-pil dalam botol yang dinamakan Serenite."
"Ya...." Molly mengulangi lagi.
"Dan dokter memeriksa bahan-bahan itu. Dia tampaknya sangat puas dan menganggukanggukkan kepalanya. Akan tetapi kemudian saya berpikir. Bahwa pil-pil itu
sebelumnya tidak ada di situ. Barang-barang yang lain-lainnya memang ada di
situ. Tapal gigi, aspirin, lotion untuk mencukur dan semua sisanya. Akan tetapi
mengenai pil-pil itu, pil Serenite, sebelumnya saya tidak pernah melihat ada di
situ." "Jadi kau berpendapat bahwa..." kata Molly agak bingung.
"Saya tidak tahu, apa yang harus saya kerjakan," kata Victoria. "Saya hanya
berpendapat bahwa ada yang tidak betul, karena itu saya lalu berpikir bahwa
sebaiknya saya mengatakannya kepada Anda mengenai soal itu. Mungkin Nyonya bisa
mengatakannya kepada Dokter" Mungkin ini mempunyai suatu arti. Mungkin ada orang
yang telah menempatkan pil-pil itu di sana, kemudian Mayor mengambilnya dan
meninggal dunia." "O, tidak. Saya berpendapat tidaklah begitu sama sekali," kata Molly.
Victoria menggelengkan kepalanya yang hitam. "Siapa tahu. Orang sering berbuat
jahat." Molly melihat ke luar jendela. Dilihatnya tempatnya yang seperti sebuah surga di
dunia. Dengan sinar mataharinya, lautnya, batu karangnya, musiknya, dansanya...
ya, semua ini seperti sebuah taman surga. Akan tetapi, biarpun di surga, juga
terdapat bayangan-bayangan hitam... bayangan seekor ular... yang menyebarkan
kejahatan... oh, betapa bencinya dia mendengar perkataan-perkataan itu.
"Saya akan mengadakan penyelidikan, Victoria," katanya dengan tajam. "Kau jangan


Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gelisah, dan di atas semua ini, janganlah kau mulai menyebarkan desas-desus yang
tolol." Tim Kendal masuk, pada saat Victoria dengan segan meninggalkan ruangan.
"Apakah ada sesuatu yang tidak beres, Molly?"
Molly ragu-ragu untuk menjawab... akan tetapi kemudian dia berpikir, bahwa
Victoria mungkin akan menceritakan semua itu kepadanya. Molly lalu menceritakan
semuanya seperti apa yang telah diceritakan gadis itu kepadanya.
"Saya tidak mengerti semua omong kosong ini. Eh, pil-pil itu sebetulnya pil apa
sih?" "Sebenarnya, saya sendiri juga tidak tahu, Tim. Waktu Dr. Robertson datang, dia
bilang pil-pil itu... ada sangkut pautnya dengan tekanan darah tinggi."
"Nah, kalau begitu tidak ada apa-apa, bukan" Yang saya maksudkan, dia mempunyai
tekanan darah tinggi dan sudah semestinyalah kalau dia minum obat untuk itu,
bukan" Orang biasanya berbuat begitu. Saya melihat perbuatan begitu berkalikali." "Ya...," kata Molly ragu-ragu, "akan tetapi Victoria tampaknya berpendapat bahwa
dia telah menelan salah satu dari pil-pil itu dan bahwa pil itulah yang telah
membunuhnya!" "Oh, Sayang. Kalau begitu kejadiannya sangat menyedihkan. Jadi yang kaumaksudkan
bahwa mungkin ada orang yang mengganti pil-pilnya untuk tekanan darah tinggi
dengan pil-pil macam lain dan dengan begitu bahwa mereka telah meracuni dia?"
"Kedengarannya memang tidak enak, "kata Molly seperti meminta maaf," kalau kau
sampai mengatakannya seperti itu. Akan tetapi itulah yang dipikirkan oleh
Victoria!" "Anak yang bodoh! Kita bisa pergi dan menanyakannya kepada Dr. Graham, mengenai
soal itu. Saya kira pasti dia mengetahuinya. Akan tetapi saya berpendapat bahwa
semuanya ini hanya omong kosong dan sebenarnya kita tidak perlu mengganggu
Ronggeng Dukuh Paruk 2 Beruang Salju Karya Sin Liong Pelangi Di Majapahit 1

Cari Blog Ini