Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn Bagian 1
Among flowers, the cherry blossom;
Among men, the samurai "Pepatah Jepang Cetakan pertama: Maret 2007
Judul asli: THE 47 RONIN STORY by John Allyn Kisah 47 Ronin PENDAHULUAN Di awal abad ke-18, Jepang dilanda kekacauan.
Pada masa itu, istana Shogun yang berada di Edo
(sekarang Tokyo), marak dengan pameran kemewahan, korupsi, serta pesta-pora di kota tua Kyoto.
Sama sekali jauh dari aturan sosial. Kesenian makin
berkembang; teater populer mulai lahir. Dengan
makin berkuasanya klas pedagang, masa itu juga
merupakan awal dari berakhirnya pengaruh prajurit
bayaran, atau samurai. Hilangnya pengaruh ini sangat mereka rasakan, terutama karena para samurai
sangat membenci segala bentuk usaha yang bertujuan mencari keuntungan.
Di tengah perubahan yang membingungkan itu,
kekacauan sering muncul. Kekacauan utama terjadi
akibat petani dikenakan pajak di luar batas kemampuan mereka oleh Shogun, penguasa di seluruh
Jepang. Samurai jarang sekali menimbulkan keke6
rasan, suatu sikap yang merupakan bentuk penghormatan atas tingginya latihan serta disiplin mereka.
Namun bahkan seorang samurai pun memiliki
batas kesabaran. Khususnya bagi seorang daimyo
muda yang terpaksa harus berurusan dengan tradisi
istana yang sama sekali tak bermanfaat.
Peristiwanya terjadi di Edo tahun 1701. Dalam
keadaan marah dan kecewa, Lord Asano dari Ako
menyerang seorang pejabat istana yang korup sehingga memicu serangkaian peristiwa yang berakhir
dengan balas dendam paling berdarah dalam sejarah
kekaisaran Jepang. Rangkaian peristiwa ini mengejutkan seluruh negeri sehingga Shogun pun menghadapi kebuntuan hukum dan moral. Ketika semuanya
berakhir, Jepang memiliki pahlawan baru - yaitu
empat puluh tujuh ronin (mantan samurai) dari Ako.
Fakta sejarah atas tindakan mereka sangat jelas;
tapi keterangan rinci tentang peristiwa itu sangat
kabur. Berbagai versi telah dikisahkan dalam bentuk
lagu, cerita, drama dan film.
Buku ini dimaksudkan untuk menyampaikan
sebuah catatan tentang apa yang mungkin terjadi di
masa itu, ketika Jepang dikucilkan oleh dunia dan
tradisi lama masih mengatur kehidupan manusia.*
7 SATU 13 Maret, 1701. atahari yang mulai tenggelam membuat
perairan di sekeliling kepulauan Jepang memerah. Di barat daya, di jalan dekat Laut Pedalaman, seorang laki-laki tinggi menunggang kuda
yang tidak terawat. Dia melindungi mata dari sinar
matahari sambil berkuda melewati hutan pinus.
Namanya Oishi Kuranosuke Yoshitaka; kepala
samurai Klan Asano. Dia dalam perjalanan kembali
ke kastil di Ako setelah berkeliling kota bersama
putri majikannya yang menunggang kuda poni di
sebelahnya. Surai kuda poni itu dibiarkan panjang
tanpa dipotong. Mereka merupakan pasangan yang aneh. Oishi
adalah laki-laki tampan berumur empat puluhan
dengan dahi menonjol, rahang persegi, dan sikap
yang tenang berwibawa. Rambut, sarung hakama
M 9 John Allyn Kisah 47 Ronin serta dua bilah pedang menunjukkan bahwa dia
samurai, klas ksatria. Sedangkan anak itu mungil
dan periang, bercahaya laksana kupu-kupu dalam
balutan kimono dan obi. Keduanya tampak nyaman.
Si gadis merasa terbebas dari disiplin ketat yang
diterapkan orangtuanya; sedangkan Oishi merasa
bebas bersama anak kecil, terutama anak orang lain,
untuk melepas sikap resmi dan bahkan sedikit
bercanda. Sekarang, dalam perjalanan pulang, mereka tak
banyak bicara seperti sebelumnya. Oishi terkejut
dengan apa yang dilihatnya di kota.
Seumur hidupnya Oishi selalu menentang kekerasan sesuai ajaran Budha, meskipun kadang dia
terpaksa membunuh untuk mempertahankan diri
dari serangan musuh, atau membunuh hewan untuk
mendapat makan. Secara pribadi, dia .menyesalkan
kekejaman yang terjadi dalam pertandingan memanah anjing dan dia tidak keberatan bila olahraga
semacam itu dilarang. Akan tetapi, Undang-Undang
Pelestarian Hidup yang dikeluarkan Shogun ternyata
sangat merugikan. Sekarang ini binatang lebih beruntung dibanding manusia, dan ini membuat negeri
berada di tepi jurang kekacauan ekonomi.
Di kota, Oishi melihat petani yang dulu sangat
berhasil kini mengemis mencari kerja karena dilarang
membunuh hama yang merusak tanaman. Serigala,
musang, burung dan serangga berkeliaran dengan
bebas di ladang, sementara petani hanya dapat
melihat tanpa dapat berbuat apa-apa.
Oishi tahu bahwa unggas diperdagangkan secara
diam-diam di ruang belakang beberapa toko terkenal, namun pelanggaran atas undang-undang ini
hanya sedikit. Bukan saja karena perangkat administratif pemerintahan Shogun sangat berhasil dalam
menangkap para pelanggar hukum, tapi juga karena
denda bagi mereka yang melukai makhluk hidup
sangat besar. Dan bila membunuh binatang, "pelaku
kejahatan" itu akan dihukum mati.
Ada golongan lain yang senasib dengan petani.
Para pemburu, pemasang jerat, dan penyamak kulit
juga beramai-ramai memenuhi kota untuk mencari
nafkah. Dan yang membuat mereka tidak berdaya
adalah lapangan kerja yang tersedia sangat sedikit
sementara harga makanan tak terjangkau oleh rakyat
biasa karena hasil panen tidak mencukupi. Satusatunya yang bisa diperoleh dengan murah adalah
gadis untuk menemani tidur karena makin banyak
petani yang menjual anak gadis mereka ke rumah
pelacuran. Oishi sering menyusuri pusat-pusat hiburan itu
ketika menemani putri Lord Asano berkeliling kota,
tapi kini rumah pelacuran telah menyebar hingga ke
jalan utama. 10 11 John Allyn Kisah 47 Ronin Sebenarnya, golongannya kurang merasakan
kesulitan ekonomi ini, tapi dampak dari keputusan
Shogun memengaruhi mereka dalam bentuk lain.
Kini tak ada lagi latihan atau pertandingan memanah karena mereka tak boleh mencabuti bulu
angsa untuk panah. Juga tak ada lagi lomba burung
elang karena semua burung harus dilepas bebas.
Bahkan Burung Elang Utama milik Shogun pun
dilepas. Lomba ketangkasan berkuda menjadi seni
yang hilang karena kuku kuda tidak boleh dipotong
dan surainya tidak boleh dipangkas. Dan, menurut
Oishi, yang paling parah dari semua itu adalah
menurunnya nilai-nilai moral yang menyebar mulai
dari ibukota Shogun hingga ke propinsi.
Dia mendengar berbagai laporan bahwa taritarian dan sandiwara yang membanjiri ibukota Shogun Tokugawa Tsunayoshi mulai memengaruhi samurai di kota ini. Dia bahkan mendengar desasdesus bahwa ada samurai yang datang ke teater
kabuki di Kyoto, kota hiburan sekaligus kota kuil,
meskipun dia tidak memercayai berita ini.
Sebenarnya hal itu sudah berlangsung beberapa
lama, tapi Oishi belum menyadari betapa hal-hal
buruk telah merambah sampai ke kota ini. Saat
memikirkan laporan yang akan disampaikan pada
Lord Asano, dia menoleh ke gadis kecil yang berkuda
di sampingnya. Gadis itu tersenyum kepadanya tapi
kemudian terlihat lebih serius. Sang anak juga telah
memerhatikan perubahan yang terjadi di daerah.
"Paman," tanyanya "mengapa pertanian ini tidak
dirawat" Apakah tidak sebaiknya Paman laporkan
pada ayah karena para petani tidak melakukan tugas
sebagaimana mestinya?"
Oishi tertawa perlahan. Belum sempat dia menjawab, gadis cilik itu melanjutkan, "Mungkin sebaiknya kita jangan menyalahkan para petani sebelum
mendengar penjelasan mereka. Tapi apa alasan mereka menelantarkan ladang seperti itu?"
"Mereka terpaksa, gadis kecil, karena berdasarkan Undang-Undang Pelestarian Hidup, mereka dilarang membunuh binatang yang merusak ladang."
"Kenapa ada larangan membunuh binatang terutama yang benar-benar mengganggu?"
"Karena Shogun sudah melarang membunuh
binatang. Dan, karena kami setia pada ayahmu
sehingga kami tak berpikir untuk mempermalukan
beliau dengan melanggar perintah pemimpin-nya,
yaitu Shogun." "Tapi kenapa dia membuat undang-undang yang
keras itu?" Oishi menghela napas panjang. Walaupun menyakitkan, dia bisa memahami alasan Tsunayoshi
memberlakukan undang-undang itu.
"Karena dia sangat ingin punya anak. Anak
12 13 John Allyn Kisah 47 Ronin manis sepertimu. Kau tahu, dia pernah kehilangan
seorang anak - putranya yang berusia empat tahun
meninggal dunia. Dan pendetanya mengatakan bahwa untuk bisa punya putra lagi, dia harus bertobat
- mungkin dia pernah menghilangkan nyawa beberapa makhluk hidup. Kau sudah tahu kalau kita
tidak lagi menggunakan anjing dalam pertandingan
- itu karena Shogun dilahirkan pada Tahun Anjing,
Sekarang, membunuh anjing akan dihukum mati."
"Walaupun saat kita diserang?"
Oishi diam beberapa saat. "Dalam hal itu,
membunuh anjing mungkin dapat dibenarkan - tapi
akan lebih baik bila ada saksi bahwa anjing itu yang
menyerang lebih dulu."
Oishi tersenyum. Si gadis membalas senyumnya,
meskipun tidak yakin apakah Oishi bergurau atau
tidak. Dia memutuskan untuk menaijyakan hal ini
bila ayahnya sudah kembali dari Edo.
terakhir. Dari puncak bukit mereka dapat melihat
kastil yang jauh di bawah, di tengah dataran yang
luas. Letak kastil begitu strategis hingga penyerang
takkan dapat mendekat tanpa diketahui. Pemandangan itu selalu tampak luar biasa, dengan tembok
yang tinggi serta menara yang beratap putih. Namun
kali ini mereka tidak berhenti untuk mengagumi
keindahan tersebut. Sambil berteriak, dia menghentakkan kaki ke
panggul kuda yang segera berlari kencang. "Aku akan
mendahului Paman sampai di rumah," teriaknya
yang sudah sepuluh langkah di depan Oishi. Rambut
panjangnya yang tergerai melambai-lambai.
Oishi berteriak dahsyat laksana seorang ksatria
yang hendak menyerang lalu berpacu mengejar gadis
itu. Dia tetap mempertahankan jarak, dan bersamasama mereka melewati jalan berliku menuju bukit
14 Matahari yang terbenam memantulkan bayangan
panjang saat mereka berlomba menuruni bukit
menuju kastil. Terlintas di benak Oishi bahwa bila
matahari yang sama terbit kembali esok pagi, maka
itu akan menjadi awal dari hari terakhir Lord Asano
di Edo. la berharap seluruh upacara akan berjalan
lancar di ibukota Shogun. Ketika si gadis memasuki
gerbang, dan Oishi mengikuti dari belakang untuk
menerima penghormatan dari penjaga, pikiran itu
datang lagi; besok akan menjadi hari terakhir Lord
Asano di Edo.* 15 Kisah 47 Ronin dataran tinggi di tengah kota, menukik menyeberangi saluran air yang terbuat dari susunan batu
lalu melewati menara-menara pengawas dan istanaistana di Kastil Edo tempat Shogun Tsunayoshi,
pemimpin tertinggi. DUA F Angin berhembus begitu kencang hingga menimbulkan bunyi keras. Menyapu pemakaman dan
lapangan tempat pelaksanaan hukuman mati. Deru
angin membuat seekor anjing kampung menyalak
lalu diikuti anjing lain. Deru angin kian kencang dan
menakutkan ketika berhembus melewati gubuk para
pengemis dan istana-istana bangsawan, memekakkan telinga baik orang miskin maupun kaya....
ajar yang dingin tiba menyelimuti Edo, ibukota
Jepang kuno. Hari itu akan menjadi hari yang
suram tanpa matahari. Angin dingin yang bertiup
dari puncak gunung yang bersalju menghentak atap
rumah di daerah pinggiran kota, menghembuskan
debu di sepanjang jalan pos dari barat daya lalu
memasuki kota. Dalam perjalanannya, angin membawa serta bau
kotoran manusia dari daerah persawahan, bau batu
bara dari dapur, serta bau garam dari perairan asin
di Lembah Edo. Angin kehilangan kekuatannya di dataran rendah saat melewati lorong-lorong sempit yang berkelok-kelok di antara bangunan-bangunan kayu yang
merupakan tempat tinggal dan tempat usaha bagi
sekitar tujuh ratus ribu pedagang dan seniman. Di
atas atap bangunan, angin terus bertiup keras ke
Rasa bangga Lord Asano takkan membuatnya
berbalik dan kembali. Dia terus maju menembus
kabut sampai bunyi yang aneh itu berubah menjadi
lengkingan lalu terdengar lolongan yang memekak16 17 Lord Asano bersama Oishi sedang berkuda di
padang rumput yang berkabut. Mereka melompati
bangkai seekor babi hutan yang selalu mengancam
para petani. Ketika mereka masuk ke kabut yang
tebal, suara yang menakutkan membuat kuda Lord
Asano gelisah. Oishi berhenti di belakangnya, tapi
dengan tidak sabar Lord Asano semakin memacu
kuda dan menghilang dari pandangan.
"Tuanku Asano!" teriak Oishi dengan rasa kuatir,
"kembalilah, kembali!"
John Allyn
Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kisah 47 Ronin kan telinga. Dia merasakan kengerian yang mencekam ketika makin terbawa suara itu dan kehilangan
arah. Dalam kabut putih yang menyilaukan itu, dia
tak bisa melihat sehingga kehilangan keseimbangan
lalu jatuh. Suara itu makin keras. Dia tahu bahwa
dia harus berjuang untuk tetap hidup dan melepaskan diri dari setan-setan yang sedang menantinya.
Dia berteriak minta tolong, dan pada saat itulah dia
terbangun. Ternyata dia berada di rumah peristirahatannya yang terletak di dekat kastil Shogun.
Lolongan anjing itu menghilang terbawa angin.
"Suamiku!" teriak istrinya ketika dia bangkit
melihat suaminya hendak menarik pedang yang ada
di sampingnya. "Ada apa?"
Setelah benar-benar terbangun, Lord Asano lalu
menggelengkan kepala dan melempar pedangnya.
"Anjing itu," gumamnya. "Anjing-anjuig sialan itu."
"Kembalilah tidur," kata istrinya dengan senyum
menenangkan. "Seharusnya kau sudah mulai terbiasa dengan mereka."
"Aku takkan terbiasa dengan lolongan anjinganjing itu dan semua yang berhubungan dengan
tempat suram ini." "Satu hari lagi," istrinya mengingatkan. "Setelah
itu kita akan kembali ke Ako."
"Satu hari lagi," ulangnya dengan nada penuh
harap sekaligus sedih. "Satu hari lagi yang tidak
menyenangkan." la berusaha kembali tidur namun jantungnya
masih berdebar karena mimpi buruk. Matanya tak
bisa terpejam. Dengan gelisah dia menatap mentari
pagi yang menyelinap melalui tirai. Lord Asano
mengeluh dan keluar dari selimut tebalnya lalu
berdiri dengan menggigil dalam pakaian dalam. la
mengenakan jubah tebal, mendorong pintu kertas
lalu berjalan keluar di lorong yang dingin.
Dia berjalan dengan langkah panjang di lantai
kayu yang licin akibat tergosok kaus kaki orang yang
melewatinya. Satu sisi lorong itu ditopang tiang
kayu cedar wangi yang dibatasi papan shoji yang
dicat; di sisi yang lain ada kerai untuk memisahkan
koridor dari taman yang ada di luar, dan Lord Asano
menggigil saat angin menggoyangkan tirai-tirai itu.
Dia seakan kembali mendengar gonggongan anjing
dalam mimpinya tadi. 18 Dia membuka pintu sorong menuju dapur lalu
melangkah masuk. Dapur itu besar, lantainya terbuat dari papan dengan perapian dari tanah liat
yang tertanam di dalam lantai. Dua orang samurai
yang berasal dari rombongannya sedang duduk
menghangatkan diri. Ketika dia mendekat sambil
menggumamkan salam, mereka langsung berlutut
dan membungkuk. 19 John Allyn Kisah 47 Ronin Kataoka, samurai yang kurus tapi kuat dengan
wajah mirip kera, hendak bergurau, tapi mengurungkan niatnya setelah melihat wajah majikannya. Lord
Asano adalah orang yang kaku, namun pagi ini dia
kelihatan lebih kaku dari biasa. Samurai yang lain
berwajah garang berumur lima puluhan. Namanya
Hara. Matanya sayu dan kurang cerdik; dia hanya
mengikuti sikap Kataoka yang duduk dengan posisi
bersila di tepi perapian ketika sang majikan duduk.
"Kau tidak perlu bangun sepagi ini," kata Lord
Asano pada Hara. "Aku hanya memerlukan Kataoka
hari ini, dan yang akan dia lakukan hanyalah berdiri
di luar kastil sambil memandangi menara dan melamun tentang rumahnya."
Hara menggerutu dan melirik sebentar, kemudian menunduk kembali lalu mengangkat mangkuk
nasi dan makan. Kataoka menunduk sambil menyeringai seperti kera, senang atas kehormatan itu, tapi
kemudian dia terbatuk karena asap perapian yang
menyerbu wajahnya. Saat Lord Asano meraih teko
yang tergantung di atas perapian, asap masuk ke
matanya hingga dia memaki sambil mengembalikan
teko ke tempatnya. "Mimura!" dia memanggil, dan bunyi langkah
yang diseret dari dapur kecil menandakan bahwa
Mimura mendengar panggilannya.
Pelayan itu, pemuda bertubuh tinggi dan kaku,
cepat-cepat memasuki dapur dan menunduk ke arah
majikannya. Saat mengangkat kepala, dia melihat
asap yang menyebar ke segala arah, tidak ke lubang
asap. Dia segera meraih ke dalam tungku untuk
mengambil kayu bakar berwarna hijau yang menyebabkan asap.
"Siapa yang meletakkan kayu itu di sana?" tanya
Lord Asano dengan marah. "Kau seharusnya lebih
tahu, Mimura. Tidak bisakah kau bantu mengawali
hari yang suram ini dengan lebih baik?"
Mimura memohon maaf dalam kata-kata yang
sangat sopan dan menggumam soal kebodohan
pelayan api yang baru. Setelah itu dia berjalan ke
pintu dapur kecil lalu memanggil.
Setelah beberapa kali memanggil barulah pelayan itu datang. Mimura memarahi atas kelalaian
pelayan itu, tapi jika dia mengharapkan permintaan
maaf maka dia akan kecewa. Pelayan itu, dengan
suara keras, mengatakan bahwa Mimura dapat menyalakan perapian jika tidak banyak bicara, lalu dia
pergi sambil membanting pintu dapur.
Semua yang berada dekat perapian kaget. Hara
langsung berdiri dan mengambil pedang.
"Apa maksudnya bicara seperti itu?" serunya
sambil melangkah ke pintu dapur.
"Jangan, tunggu," kata Lord Asano pelan namun
berwibawa. "Dia hanya anak-anak. Lagi pula, kau
20 21 John Allyn Kisah 47 Ronin akan mendapat masalah bila melukai anak itu.
Hukum di sini berbeda; kita tidak bisa bertindak
seperti di daerah kita."
"Tapi menghina pelayan Anda berarti menghina
Anda," Hara bersikeras. "Setidaknya aku potong
lidahnya, bila Anda tidak mengizinkan aku memenggal kepalanya."
"Duduk dan minumlah teh. Kau harus mulai
belajar kebiasaan di Edo. Di sini, kedatangan dan
kepergian daimyo dari berbagai propinsi adalah hal
yang biasa sehingga mereka tidak takut, bahkan bagi
seorang pelayan." Masih menggerutu, Hara menyingkirkan pedangnya lalu duduk. Dia memerhatikan dengan hati-hati
ketika Mimura membuka pintu dapur kecil dan
melangkah keluar. Tak lama kemudian terdengar
bunyi tamparan dan teriak kesakitan. Hara tersenyum ketika Kataoka tertawa keras.
"Itu akan membuat monyet kecil itu kapok,"
teriaknya dan menyeringai mirip kera. Yang lain
tertawa dan Kataoka senang bahwa dia telah membantu majikannya terhibur, walaupun hanya untuk
sesaat. "Seandainya orang Edo tidak susah diatur," kata
Lord Asano sambil menghela napas dan mengambil
nasi. "Terutama dengan mereka yang memiliki sedikit kekuasaan."
Kedua samurai saling pandang. Mereka tahu
maksud majikan mereka. "Semua pesolek istana seharusnya disingkirkan," Hara menggeram, dan Kataoka mengangguk
setuju. "Mereka berbicara dan berpakaian seperti
perempuan, dan sama-sama merepotkan."
"Tapi, semuanya akan berakhir besok," kata Lord
Asano. "Setelah itu kita pulang ke Ako dan melupakan tempat ini. Coba pikirkan bagaimana rasanya
ketika daimyo seperti ayahku harus tinggal di sini
selama enam bulan setiap tahun."
Mereka setuju bahwa aturan yang sekarang ini
lebih baik daripada dulu, dan mereka pun makan.
Dengan sedih Hara menatap mangkuknya dan Lord
Asano tahu apa yang sedang dia pikirkan.
"Setidaknya dulu kita bisa makan nasi dengan
sedikit daging dan ikan, bukan begitu Hara" Yah,
mungkin kelak kita bisa makan daging dan ikan lagi
bila Undang-undang Pelestarian Hidup dibatalkan.
Undang-undang itu mungkin menguntungkan binatang tapi tidak untuk kita, manusia." Dia meletakkan mangkuk dan menghela napas lagi. "Sebagian
besar undang-undang tampaknya hanya dimaksudkan untuk menyiksa kita. Dan peraturan istana soal
etika tak bisa kumengerti. Seandainya aku tak bergantung pada perintah orang seperti Kira!"
Dia mengutuk orang itu. Sekali lagi Hara dan
22 23 John Allyn Kisah 47 Ronin Kataoka saling menatap dengan cemas. Mereka tahu
kalau sang majikan takkan menjelaskan masalah ini
- tak pantas baginya untuk mengutarakan keprihatinan pribadinya pada mereka - tapi mereka tahu
bahwa Kira, Pemimpin Upacara Istana, membuat
Lord Asano menjadi susah. Dan mereka juga tahu
tak ada yang dapat mereka lakukan.
Nama Kira tertancap di benak Lord Asano seperti tulang yang tersangkut di tenggorokannya. Dia
tak pernah menikmati kunjungan ke tempat ini. Tapi
kali ini dia terpaksa turut dalam tugas resmi, bukan
sekadar penonton, dan harus selalu berhubungan
dengan bawahan Shogun. Sebenarnya Kira bukan
daimyo, karena dia tidak punya wilayah dan juga
bukan penguasa. Tapi kenyataan bahwa dia pernah
diutus ke Kyoto untuk belajar tata upacara di istana
Kaisar telah memberi gengsi dan kekuasaan yang
dimanfaatkannya untuk memperoleh keuntungan
lewat suap dari orang yang terpaksa belajar darinya.
Malam sebelumnya Lord Asano sudah menulis
surat tentang Kira untuk kepala pengawalnya, Oishi.
Dalam suratnya, Lord Asano seolah ingin menawarkan saran soal cara bersikap di kota itu.
suap serta memanfaatkan jabatannya. Tampaknya hanya ada satu cara bila berurusan dengan
orang seperti itu, yaitu ikut dalam permainannya, tapi aku menolak cara seperti itu meskipun Kira selalu menyulitkan aku. Tapi, tak
peduli apa yang terjadi, aku takkan membayar
jasanya yang sudah seharusnya disediakan
Shogun. Mungkin ini sikap keras kepala, tapi
sepengetahuanku, ini sikap terhormat yang
harus dilakukan para samurai. Mungkin aku
takkan bisa mengembalikan kemerosotan yang
telah melingkupi istana, tapi setidaknya aku
akan berusaha bertahan semampuku."
Dia ragu bahwa kata-katanya dapat dianggap sebagai nasihat, tapi setidaknya dia dapat mengeluarkan
isi hatinya. Dia menyelesaikan makan dan bangkit sambil
menghela napas. "Sudah waktunya memakai pakaian 'badut',"'
katanya pada Kataoka. Mereka lalu keluar dari dapur
sementara Hara duduk dengan perasaan marah pada
kekuatan yang telah membuat majikannya risau.
"Kau harus berhati-hati pada Kira. Dia menikmati kepercayaan Shogun dan seolah dia orang
yang setia, tapi sebenarnya dia suka meminta
Di kastil, Kira juga bangun pagi. Sebagai Pemimpin
Upacara untuk semua acara di istana, dia wajib
24 25 John Allyn Kisah 47 Ronin tampil tak tercela, baik dalam berpakaian maupun
dalam bersikap. Jubah yang disediakan untuknya
memiliki gaya yang sama dengan para daimyo dan
pejabat istana yang datang, namun warna hitam
gelap dengan hiasan warna putih di bagian atas
lengannya yang sangat lebar membuat penampilannya menonjol.
Kira selalu berusaha terlihat lebih tua agar,
menurutnya, itu akan membuatnya lebih bermartabat. Namun, selain dua garis di dahi, tidak ada
keriput di wajahnya. Badannya yang gemuk pun
masih terlihat kuat dan gesit. Giginya, sesuai kebiasaan mutakhir, dihitamkan agar pada saat bicara,
orang hanya akan melihat lubang gelap yang tidak
bergigi. Saat ini Kira mencemaskan sikap salah seorang
daimyo. Lord Asano adalah samurai yang dididik
dengan cara lama dan tidak tahu kalau menyuap
orang yang tepat akan menguntungkan. Dan karena
alasan inilah dia menjadi ancaman bagi gaya hidup
Kira. Sudah tiga hari Kira mencoba lewat bujukan,
isyarat dan akhirnya lewat penghinaan untuk menyampaikan pada Lord Asano bahwa sudah biasa
memberi uang kepada Pemimpin Upacara atas jasajasanya. Kira khawatir sikap Lord Asano itu akan
membawa pengaruh buruk. Gajinya sebagai pegawai
istana tidaklah besar dan dia tak ingin kehilangan
satu pun keuntungan tambahan karena sikap keras
kepala Lord Asano. Dia mencari untuk menyingkirkan daimyo ini. Sejak dulu dia selalu mendapatkan keinginannya dari para bangsawan muda dan
dia bertekad bahwa sekarang pun bukan pengecualian.
Seorang pelayan datang dengan terengah-engah
dan memberitahukan bahwa Shogun Tsunayoshi
ingin bertemu. Kira cepat-cepat memakai jubah
sambil mengumpat karena tidak bisa berpakaian
dengan santai. Lalu, dengan tergesa-gesa dia keluar
dan menyeberangi halaman menuju istana sambil
memikirkan apa yang mengganggu Shogun di pagi
hari seperti ini. Selama dua puluh satu tahun memerintah, Tsunayoshi memiliki semua alasan untuk merasa senang.
Tidak ada pemberontakan, terutama karena para
pendahulunya telah bersungguh-sungguh menyatukan negeri ini. Pertama dengan menaklukkan lalu
menempatkan penguasa di lokasi yang strategis
untuk saudara sedarah. Para pendahulunya juga
telah membantu mengusir orang asing kecuali sekelompok kecil pedagang Belanda di pulau yang terletak di ujung selatan. Pengaruh Kristen tetap hidup
selama beberapa waktu setelah pengusiran. Tapi
enam puluh tahun sebelumnya, di Shimabara, pem26 27 John Allyn Kisah 47 Ronin bunuhan besar-besaran atas mereka yang menyimpang telah membuat negeri itu terbebas dari gangguan kecil seperti itu.
Kini, setelah bertahun-tahun dalam kedamaian,
kota-kota dan kesenian makin berkembang, dan para
pedagang kian maju. Memang benar harga beras
makin mahal karena kurangnya pasokan dari petani,
namun secara keseluruhan Tsunayoshi bebas dari
berbagai masalah kenegaraan yang berat.
Saat Kira masuk dengan napas lebih terengahengah dari yang seharusnya, dia dapat melihat
Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tsunayoshi sedang gelisah. Kira membungkuk serendah mungkin lalu mengangkat kepala untuk melihat
laki-laki kurus tinggi berusia lima puluh tahun yang
sedang mondar-mandir di ruang penerimaan tamu.
Ternyata, yang menjadi perhatian Tsunayoshi
bukan masalah kenegaraan yang berat, melainkan
tentang kelompok tarinya. Tsunayoshi yang memilih
dan melatih anak-anak itu dan berkeinginan agar
mereka bisa tampil sebaik mungkin. Dia ingin Kira
memanggil para penari ke Ruang Seribu Tikar secepat mungkin agar dapat berlatih lagi sebelum tamu
kehormatan tiba. "Kau tak tahu betapa berartinya hal ini bagiku,"
katanya pada Kira, sambil melambaikan lengan
kimono. "Aku sudah bekerja keras agar penampilan
ini berhasil - tarian ini harus sempurna!"
Kira menunduk. "Hamba mengerti Yang Mulia,
tapi Tuanku tak perlu cemas. Upacara akan dilaksanakan dengan lancar."
"Upacaranya, ya - tapi yang paling penting
adalah tarian ini. Ini sesuatu yang baru, dan bila
gagal, aku akan ditertawakan semua orang."
"Tak seorang pun akan melakukan itu," Kira
menenangkan. "Orang-orang akan tertawa di belakangku," kata
Tsunayoshi. "Tapi sudahlah - semuanya sudah beres,
kan" Tidak ada masalah, kuharap?"
"Masalah selalu ada, Yang Mulia, tapi semuanya
dapat hamba atasi." "Bagus," Shogun tersenyum. "Itulah yang ingin
kudengar dari bawahanku. Kuharap yang lain juga
sama efisiennya sepertimu."
Kira membalas senyum Shogun, menunjukkan
giginya yang hitam. "Semua yang hamba tahu,
hamba pelajari dari teladan Tuanku."
Dia membungkuk lalu beranjak pergi, tapi kemudian dia ragu-ragu dan berbalik dengan pura-pura
enggan. "Ada satu daimyo muda yang bermasalah,
namun hamba berharap dapat memperbaiki kekakuannya sebelum membuat Tuanku malu."
"Maksudmu Asano" Aku perhatikan dia memang
tidak setenang yang lain. Apakah kau ingin aku
bicara padanya?" 28 29 John Allyn Kisah 47 Ronin "Tidak - hamba rasa itu tidak perlu. Dia akan
baik-baik saja setelah hamba memberi pengertian."
"Yah - kalau begitu, aku serahkan padamu. Tapi
bisakah kau panggil anak-anak itu segera?"
"Baik," jawab Kira sambil membungkuk, dan
segera pergi. Dia tahu kalau Tsunayoshi bukanlah
orang yang sabar. Setelah memakai jubah upacara yang setiap bagiannya diperiksa berulang kali, Lord Asano pergi ke
kastil Shogun dengan menggunakan tandu. Kataoka,
yang juga berpakaian lebih bagus dari biasanya,
baru saja akan memerintahkan pada delapan pengusung untuk mengangkat tandu ketika istri Lord
Asano muncul di pintu sambil memanggil. Kataoka
memerintahkan para pengusung menyingkir agar
majikannya dapat berbicara dengan istrinya secara
pribadi. "Kumohon," katanya pada suaminya sambil bersandar ke jendela, "Berjanjilah bahwa kau akan
menjaga sikap. Tunjukkan pada istana Edo bahwa
kita juga tahu aturan. Mungkin - mungkin belum
terlambat untuk meletakkan beberapa koin ke tangan yang benar...."
Lord Asano menunjukkan sikap tidak sabar, tapi
raut wajahnya melembut ketika melihat keprihatinan istrinya. Kata-kata Lord Asano bernada memarahi, namun sikapnya lembut.
"Dalam acara yang khidmat seperti ini, memberi
lebih dari yang seharusnya pada Pemimpin Upacara
adalah tindakan yang rendah. Aku menolak untuk
merendahkan diriku seperti itu. Semua penasihat
setuju..." "Mereka setuju karena kau sudah menentukan
sikap dan mereka tahu tak ada gunanya menentangmu. Aku tahu bahwa jika kau tak bisa... Setidaknya
berjanjilah padaku bahwa kau akan menerima petunjuknya dengan baik dan tidak akan kehilangan
kendali. Maukah kau?"
"Aku berjanji," jawab Lord Asano.
Sang istri mundur dan memberi senyum selamat
jalan. Lord Asano memberi tanda pada Kataoka dan
para pengusung tandu diberi isyarat untuk berjalan.
Ketika berbelok di sudut rumah, Kataoka melihat Hara mengawasi kepergian mereka dan menangkap peringatan yang terpancar dari matanya: "Jaga
majikan kita." Kataoka mengangguk ketika melewatinya.
Mereka melewati taman luas yang mengelilingi
kediaman itu. Lord Asano merasa taman itu tetap
indah dalam cahaya mentari pagi, meskipun pohonpohonnya tak berdaun. Tak ada keistimewaan yang
menonjol, hanya ketenangan alami yang dirancang
30 31 John Allyn Kisah 47 Ronin dengan sangat cermat oleh kakeknya. Kediaman itu
digunakan ketika ada perang atau ancaman perang
sehingga para daimyo diminta tinggal di ibukota
untuk waktu yang lama. Kini, tentu saja, keadaan
sudah berbeda. Seingat Lord Asano, belum pernah
ada pemberontakan bahkan yang terkecil sekali pun.
Terpikir olehnya bahwa hidup pasti lebih menarik di
zaman kakeknya, ketika pedang digunakan untuk
menyelesaikan perbedaan, bukan sekadar tanda
kepangkatan. Tandu itu dibawa dengan cepat melewati gerbang. Kataoka mengikuti dari samping. Namun saat
memasuki daerah yang hiruk-pikuk, para pengusung
segera melambatkan langkah. Sebagian besar orang
dan pedagang yang berlalu-lalang menyingkir untuk
memberi jalan ketika melihat tandu berlambang
daimyo. Sebagian lagi pura-pura tak melihat dan
tetap sibuk dengan urusan mereka sampai akhirnya
mereka terdorong ke tepi.
Lord Asano tidak pernah terbiasa dengan kumpulan orang dari berbagai klas seperti di Edo ini.
Bangsawan hingga orang rendahan berkumpul di
pusat perdagangan ini untuk berbelanja pada pedagang yang semakin kaya. Ada juga golongan masyarakat lain yang hadir di sana, termasuk beberapa
ronin atau samurai tak bertuan. Para petani juga
datang ke kota untuk mencari pekerjaan. Jumlah
mereka banyak dan mereka tidak mau mengemis.
Sangat berbeda dengan para pengemis profesional
yang dengan sombong berteriak minta sedekah. Lord
Asano teringat pada pelayan yang melakukan kesalahan dengan api tadi pagi. Mungkin pelayan itu
sudah dikeluarkan, tapi kelihatannya dia tak peduli.
Orang kurang ajar seperti itu hanya perlu sedikit
pelatihan agar dapat turun ke jalan untuk minta
sedekah atau menjadi pendeta gadungan lalu mengemis dengan alasan yang mulia.
Keramaian kian bertambah, namun ada suara
lain yang mengatasi hiruk-pikuk itu. Nyanyian bagi
orang mati. Kataoka mengarahkan para pengusung
tandu minggir agar rombongan itu bisa lewat. Dari
tandu, Lord Asano melihat bahwa rombongan itu
hanya terdiri dari dua orang, keduanya pelayan, dan
peti jenazah yang dipikul pada sebatang tongkat itu
berukuran sangat kecil. Kataoka yang sedang berdiri
kebingungan di samping tandu terkejut ketika Lord
Asano berkata, "Bukan pertanda yang baik untuk
memulai hari ini, benarkan Kataoka?"
Ketika menoleh dan melihat kalau tuannya tidak
tersenyum, Kataoka merasa harus melakukan sesuatu. Orang yang memanggul peti jenazah itu
sudah berhenti menyanyi dan ketika jarak mereka
semakin dekat, salah satu dari mereka menggerutu
tentang beratnya beban. Dengan putus asa, dan juga
32 33 John Allyn Kisah 47 Ronin karena terganggu dengan sikapnya, Kataoka memanggil orang itu.
"Hei! Bebanmu ini tidak berat. Mengapa kau
mengeluh" Tak bisakah kau tunjukkan rasa hormat
pada yang sudah meninggal?"
Orang itu tertawa dan berteriak pada temannya.
"Orang ini ingin tahu mengapa kita tidak menunjukkan rasa hormat pada penumpang kita. Haruskah
aku tunjukkan padanya?"
"Tentu," jawab temannya. "Kenapa tidak?"
Mereka mendekati tandu lalu berhenti untuk
meletakkan peti jenazah itu di jalan. Pelayan yang
pertama kali bicara melangkah maju sambil tersenyum lebar ke arah Kataoka, lalu membuka tutup
peti. Dalam peti itu terbaring seekor anjing kecil,
yang nyaris putus karena kecelakaan. Pelayan itu
mengedipkan mata ke arah Kataoka ketika orangorang mulai berdatangan. Semuanya ingin melihat
apa yang menjadi pusat perhatian.
"Anjing ini tidak pernah diperlakukan dengan
baik," kata pelayan itu kepada Kataoka, yang untuk
sesaat seperti kehilangan kata-kata.
"Akan kau bawa ke mana dia?" akhirnya Kataoka
bertanya. "Tentu saja ke pemakaman. Ke mana lagi" Tak
tahukah kau bahwa undang-undang mengatur bahwa anjing harus dimakamkan seperti manusia" Kami
hanya sekadar melakukan perintah Shogun."
Dia menutup peti itu lalu kembali ke ujung
pikulannya. "Setidaknya kalian jangan mengeluh," Kataoka
mengingatkan. "Tampaknya kalian tidak sadar betapa beruntungnya kalian karena Shogun yang agung
lahir di tahun anjing." Dia berhenti sejenak untuk
memberi kesan dramatis saat kedua pelayan itu
mengangkat pikulan. "Coba pikir apa yang akan
kalian pikul seandainya dia lahir di tahun kuda?"
Kedua orang itu tertawa keras, begitu pula
kerumunan orang, dan Kataoka senang melihat Lord
Asano juga tersenyum. Dia tertawa geli mengingat
kecerdikannya, dan setelah itu memerintahkan para
pengusung tandu berjalan lagi.
Di dalam tandu, Lord Asano memikirkan anjing
yang mati itu. Baginya, hal itu merupakan tanda
kekacauan yang terjadi di Edo, yaitu binatang harus
diperlakukan sama seperti manusia. Dia tak dapat
memahami tempat ini dan sekali lagi berharap
untuk secepatnya keluar dari kota ini. Dia menghela
napas, lalu membungkuk ke depan untuk melihat
keramaian itu ketika tandu berjalan melewati gang
lalu tiba di jalan lebar yang sejajar dengan saluran
air kastil. Air di saluran itu berada di bawah jalan dan
34 35 John Allyn Kisah 47 Ronin hampir tak terlihat. Dan yang terlihat jelas adalah
tembok tinggi dari potongan batu granit besar di
permukaan air, membentuk penghalang yang tak
dapat dilewati di sekeliling kastil. Saat ini para
pengusung berbelok dan berjalan di sepanjang parit,
berlari menaiki bukit kecil ke arah gerbang masuk
yang melindungi jembatan yang membentang tinggi
di atas air yang tenang. Di gerbang ada penjaga bersenjata tombak dan
kapak yang mengawasi ketika tandu mendekat. Para
penjaga bersiaga ketika Kataoka melaporkan maksud
kedatangan mereka. Lalu, sambil melambai mereka
menyeberangi jembatan menuju halaman kastil.
Saat masuk, di sisi kanan terdapat bangunan yang
merupakan markas penjaga. Orang-orang bersenjata
itu kembali memeriksa tandu dan sekali lagi Kataoka
harus melewati pemeriksaan.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan langkah
teratur, sesuai peraturan keamanan, hingga di bagian luar kastil di mana kaum bangsawan tinggal
dengan dikelilingi kediaman pejabat dengan pangkat
yang lebih rendah. Di tempat ini hanya terlihat
sedikit kegiatan karena sebagian besar bangsawan
sedang di dalam kastil untuk menyiapkan acara hari
itu. Melewati daerah ini, di dataran yang tinggi, ada
kastil dan kediaman resmi Shogun. Kastil itu juga
dikelilingi parit dan tembok granit tebal seperti
tembok yang di bawah. Di atas parit itu terdapat
jembatan tarik. Dengan perlahan rombongan Lord
Asano berjalan menyeberangi jembatan itu. Langkah
mereka ditentukan oleh peraturan istana yang tidak
dapat diubah. Di balik tembok, di setiap sudut ada benteng
dari tanah yang menunjang pos-pos jaga yang tingginya beberapa tingkat. Di atas kastil terdapat menara
putih yang lebih tinggi dari bangunan lain. Ketika
melihat menara ini, Lord Asano menatap penuh arti
ke arah Kataoka. Menara itu membuat mereka teringat pada daerah mereka. Bangunannya terbuat
dari batu dengan jendela kecil berkusen putih serta
genteng tersusun rapi, di mana pada setiap ujungnya ada hiasan ikan dari perunggu dengan ekor yang
mengarah ke atas. Walaupun kastil di Ako tidak
sebesar atau dihiasi seperti ini, tapi hiasan di
menara itu sama dan hal itu menggugah kenangan
mereka. Di pintu masuk kastil, tandu berhenti dan Lord
Asano keluar. Kakinya langsung menginjak bangku
kayu rendah sehingga pengusungnya tak perlu menuntunnya keluar. Ketika melihat dirinya sendiri
yang berpakaian warna hijau terang, wajahnya menunjukkan rasa kurang suka. Pakaian seperti ini
merupakan salah satu masalah terbesar bagi Lord
36 37 John Allyn Kisah 47 Ronin Asano. Selain topi menjengkelkan yang dikenakan
miring ke satu sisi dan tampak akan jatuh bila
memiringkan kepala, dia juga harus memakai jaket
kamishimo yang memiliki bahu lebar sehingga membatasi gerakan tangannya. Namun yang paling parah
adalah celana tidak praktis yang sedang dirapikan
oleh Kataoka sebelum Lord Asano memasuki kastil.
Kaki celana yang sangat lebar itu seharusnya
menjuntai di belakang pemakainya untuk memberi
Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kesan estetis. Untuk itu, pemakainya harus berjalan
hati-hati dan Lord Asano, yang tidak sabaran, merasa
terkurung tanpa berdaya. Dia ingin sekali menyingkirkan celana itu dan melangkah cepat seperti kebiasannya, tidak berjalan seperti perempuan yang
memakai kimono ketat. Ketika selesai merapikan,
Kataoka lalu membungkuk dan mengundurkan diri.
Dia akan menunggu di dekat pos jaga bersama para
pengusung hingga upacara selesai. Tentu saja dia tak
diperkenankan masuk ke dalam kastil. Tak seorang
pun yang berpangkat lebih rendah dari daimyo yang
diundang ke pesta tahunan yang diadakan khusus
bagi para utusan Shogun. Lord Asano menguatkan diri dan mulai berjalan
ke pintu: mengangkat kaki, menyentaknya sedikit ke
depan, lalu melangkah. Meskipun tidak jauh, tapi
dia merasa seperti tak berujung. Di luar hanya ada
dua penjaga yang mengawasi, namun Lord Asano
berjalan dengan sangat hati-hati di hadapan mereka
seperti juga yang akan dilakukannya di hadapan
Shogun. Dia tahu kalau Kira akan mendorongnya
tanpa ampun kalau ia melakukan kesalahan, dan ia
telah bertekad untuk menunjukkan pada orangorang Edo bahwa samurai dari daerah juga dapat
berperan seperti mereka. Ketika seorang penjaga membukakan pintu, dia
masuk ke ruang tunggu di luar Ruang Seribu Tikar
yang sangat luas di mana upacara resmi akan dilaksanakan. Di ruangan itu dia berhenti sebentar untuk
membuat matanya terbiasa di ruang yang redup.
Ruang tunggu itu luas dengan langit-langit yang
tinggi. Tiang-tiang di ruang itu disepuh dan dihiasi
ukiran. Saat melangkah di tikar yang berhiaskan
emas, Lord Asano memerhatikan bahwa, walaupun
dia tiba awal, ternyata sudah ada beberapa tamu
yang datang. Semuanya memakai pakaian istana
sama seperti dirinya, dengan perbedaan hanya pada
hiasan untuk menunjukkan tingkatan. Satu orang
yang pakaiannya sama kecuali warnanya yang coklat
keemasan, menatapnya dan dia pun menghampirinya.
Lord Date dari Yoshida, laki-laki bertubuh atletis
berusia tiga puluhan, adalah rekan Lord Asano
dalam kepangkatan dan tugas. Mereka berdua terpilih menjadi panitia untuk menyambut utusan Kai38 39 John Allyn Kisah 47 Ronin sar dari Kyoto. Acara tahunan ini bertujuan untuk
menunjukkan hubungan antara Kaisar, yang menjadi
penguasa tanpa kekuasaan, dengan Shogun yang
pendahulunya telah mempersatukan wilayah itu
dengan kekuatan militer dan merupakan pemimpin
pemerintahan yang sesungguhnya.
Baik Lord Asano maupun Lord Date sudah berusaha menolak kehormatan itu dengan alasan tidak
terbiasa dengan aturan kerajaan, tapi tidak berhasil.
Mereka pun berada di bawah bimbingan Kira. Tapi
Date hanya punya sedikit masalah dengan Kira,
sementara Lord Asano sering menjengkelkan karena
'kebiasaan daerah'-nya. Kini, di awal hari terakhir,
Lord Date" terlihat tenang dan puas sementara temannya tampak cemas.
"Selamat pagi," kata Lord Asano sambil menunduk sekadarnya.
"Selamat pagi, Lord Asano," balas Date sambil
tersenyum. "Anda datang awal, kan?"
"Kau juga," balas Lord Asano. "Mungkin kau
lebih gelisah dari kelihatannya."
Date tertawa. "Kau yang gelisah. Setiap orang
mengira kau hendak pergi berperang."
"Kuharap memang ada perang," kata Lord Asano
tersinggung. "Aku anak daerah yang tak terbiasa
bergaul dengan kalangan istana seperti mereka.
Orang seperti Kira," dan dia menyebut nama itu
dengan nada benci, "pangkatnya lebih rendah, tapi
kita harus melompat berdiri begitu dia bicara." Dia
menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu mengapa kau kesal pada Kira,"
kata Date dengan senyum samar. "Dia memerlakukanku dengan hormat, walau aku sama cerobohnya
sepertimu dalam hal upacara-upacara."
Lord Asano menatapnya. "Jangan mengira aku
tidak tahu rahasiamu, Lord Date. Kau membayarnya..."
"Aku tidak melakukan hal seperti itu!" Date
menyela dengan marah. "Berarti penasihatmu yang melakukannya untukmu dan itu pun tak patut dipuji - karena kau
tidak tahu apa yang diperbuat bawahanmu!"
Wajah Date memerah. Saat dia hendak membalas ucapan Lord Asano ketika pintu sorong terbuka dan Lord Kira berjalan dengan langkah berat.
Dia tersenyum dengan rendah hati pada rombongan
tamu, memperlihatkan giginya yang dihitamkan.
Lord Asano gemetar karena marah. Menurutnya, Kira
adalah contoh dari semua yang salah dengan istana.
Korupsi, sombong, dan menganggap diri penting jauh dari nilai samurai.
Setelah membungkuk hormat pada para tamu,
Kira melirik Lord Asano untuk melihat tanda-tanda
perubahan sikap sang daimyo. Dia berpikir, pasti ada
40 41 John Allyn Kisah 47 Ronin cara untuk mengubah bangsawan tolol ini. Mungkin
hinaan yang lebih keras akan berhasil untuk orang
muda yang sangat percaya diri ini. Setidaknya perlu
dicoba sekali lagi dan inilah saat yang paling tepat.
Dia merasa aman; menghunus pedang di dalam
kastil, apa pun alasannya, adalah pelanggaran berat.
Ketika Kira menghampiri, Lord Asano langsung
membalikkan badan dengan cara yang hanya dapat
diterjemahkan sebagai sikap menghina. Pemimpin
Upacara yang berpakaian hitam itu berhenti karena
kaget, lalu dengan marah mengubah arahnya mendekati Lord Dati.
Tindakan yang tidak sopan itu adalah puncaknya dan Kira, yang darahnya mendidih, sadar bahwa
saat ini tak ada gunanya terus berusaha mengumpulkan uang suapnya. Dia memutuskan bahwa Lord
Asano harus membayar atas kekasarannya itu.
Sementara Kira terus memberi petunjuk pada
Lord Date, Lord Asano merasa sangat tertekan.
Seandainya Kira mengabaikannya sekarang, ia benarbenar tak tahu apa yang harus dilakukan selama
upacara. Dia sempat panik ketika membayangkan
aib keluarganya bila ia melanggar etika. Kini dia
harus bersikap baik pada Kira, meskipun dia membencinya.
Dia berusaha menyusun kata-kata untuk meminta maaf ketika pintu terbuka. Detak jantungnya
makin kencang ketika membayangkan kalau orang
yang datang adalah utusan Kaisar, namun ia lega
karena temyata yang muncul hanyalah seorang pendamping ibunda Shogun. Matanya besar dan badannya gemuk. Namanya Kajikawa, orang yang biasanya
takkan diperhatikan Lord Asano, tapi dia tak memperlihatkan perasaannya yang sebenarnya. Saat
Kajikawa memandang dengan malu ke sekeliling
ruangan, Lord Asano tersenyum.
Senyumannya berhasil. Kajiwaka menghampiri
lalu membungkuk hormat. Kemudian dia mengangkat kepala sambil tersenyum....
"Lord Asano," katanya dengan kalimat yang
kurang jelas, "hamba dengar ada perubahan acara
dan hamba ingin tahu perubahan itu untuk diberitahukan kepada ibunda Shogun. Bila tidak merepotkan...." mengakhiri kalimatnya dengan ketidakpastian.
Tanpa sadar Lord Asano melihat ke Kira sebagai
satu-satunya orang yang bisa memberi jawaban dan
dia merasa malu ketika tahu Kira sedang melihat ke
arahnya sambil tersenyum. Sudah pasti Kira juga
mendengar pembicaraan mereka.
"Jangan membuang-buang waktu dengan bertanya pada orang tolol itu," kata Kira dengan suara
keras dan berkuasa. "Jika pertanyaannya soal upacara, tanyakan padaku atau Lord Date atau salah
42 43 John Allyn Kisah 47 Ronin satu pelayan - mereka justru lebih tahu dibanding
Lord Asano!" Wajah Kajikawa memerah dan matanya terbelalak ketika membungkuk dengan canggung lalu berdiri dengan ragu-ragu. Lord Asano berdiri kaku
seakan dia telah berubah menjadi patung. Kajikawa
langsung melangkah keluar menuju ruang pertemuan. Tidak ingin mempermalukan Lord Asano
dengan bertanya orang lain di ruang itu, dia memutuskan untuk bertanya pada salah satu petugas
istana. Ketika membuka pintu, Kajikawa melihat
Kira berjalan dengan anggun untuk menghampiri
Lord Asano dan mengatakan sesuatu. Dia tak yakin
apa yang diucapkan, namun sepertinya Kira mengatakan sesuatu tentang istri Lord Asano.
Lord Asano juga hampir tidak dapat memercayai
apa yang didengarnya. "Tahukah kau bahwa sebenarnya kau bisa keluar
dari semua kesulitan ini?" kata Kira menyindir. "Jika
uang memang sangat berarti bagimu, ada cara lain
untuk memuaskanku. Aku dengar istrimu cantik..."
Lord Asano tak dapat menahan diri lagi. Kemarahannya sudah sangat menyesak dada, dia menggenggam erat gagang pedang. Kira pun langsung
memegang pedang, walaupun dia tak bermaksud
menariknya. Ini kesalahan fatal. Lord Asano melihat
gerakannya sebagai jawaban atas tantangannya dan
dia pun menghunus pedangnya yang mengkilap lalu
menebas dengan kemarahan yang meluap. Kira,
yang tertebas bahunya, terhuyung dan jatuh. Lord
Asano mengangkat tangan untuk menyerang lagi,
tapi Lord Date dan orang-orang segera menahannya.
Suasana menjadi hening. Keheningan pecah setelah
Kajikawa berlari ke ruang dalam.
Lord Asano memandang tubuh Kira yang tergeletak diam dengan rasa benci, juga kepada mereka
yang mengambil pedangnya. Dia berdiri tanpa bergerak, matanya berkaca-kaca. Pintu sorong terbuka
dan ternyata Shogun Tsunayoshi yang masuk. Di
belakangnya ada sekelompok anak laki-laki dengan
kostum menari, semuanya diam tak bergerak.
Tsunayoshi, yang tampak lebih feminin dalam
kostum menarinya, tidak siap melihat pemandangan
yang menyambutnya. Napasnya memburu, lalu agak
terhuyung-huyung seperti hendak jatuh. Beberapa
orang yang hadir dapat menduga apa yang ada di
benaknya. Tujuh belas tahun lalu, peristiwa serupa pernah
terjadi di ruang ini, dan selama bertahun-tahun
Tsunayoshi dihantui oleh peristiwa itu. Pada waktu
itu perdana menterinya yang menjadi korban, dibunuh keluarga istana yang marah karena perdana
menteri itu mengambil alih begitu banyak kekual
Saan yang seharusnya dipegang Shogun. Menurut
44 45 John Allyn Kisah 47 Ronin desas-desus, Tsunayoshi yang bertanggung jawab
atas penyerangan itu. Pembunuhnya dihukum mati
saat itu juga oleh sekelompok penguasa, dan latar
belakang dari tindakannya masih menjadi rahasia.
Sekarang, seluruh kejadian itu seperti dimainkan
kembali di hadapannya dan tampak jelas kalau dia
sangat terkejut. Kemarahan melanda dirinya dan
wajahnya berubah merah saat mendekati tubuh Kira
yang tak bergerak. Dengan rasa jijik, Shogun memerintahkan dua orang pelayan membawa Pemimpin
Upacara yang tak berdaya ke ruang tunggu, lalu
menoleh ke arah yang lain.
"Apa yang terjadi?" tanyanya ingin tahu, tapi
dia tak langsung mendapat jawaban. "Kau, di sana,"
katanya menunjuk ke arah Lord Date, "ceritakan apa
yang terjadi." Lord Date melepas tangan Lord Asano dan membungkuk, sambil menelan ludah dengan susah. Dia
berdiri tegak dan menjelaskan dengan singkat dan
resmi, seolah sedang membuat laporan pada atasannya di medan perang.
"Tampaknya Lord Asano tersinggung atas ucapan
Lord Kira. Kami melihat dia sangat terkejut. Kami
melihatnya menarik pedang dan menebas Lord Kira.
Seolah ada kekuatan yang memaksanya...."
"Dia menarik pedang dan menebas Kira?" sela
Shogun. "Adakah yang tahu apa yang diucapkan Kira
sehingga dia berbuat seperti itu?"
Tak ada yang menjawab, termasuk Kajikawa
yang mengintip melalui pintu.
"Baiklah, kalau begitu, bawa dia kemari," kata
Tsunayoshi dengan dingin. Dia menoleh ke arah
Lord Asano. "Kau sudah tidak menghormati sopan
santun di istana ini?"
"Maaf," kata Lord Asano sambil berlutut dan
menunduk hingga menyentuh lantai. "Hamba tidak
punya alasan." "Ada aturan untuk setiap kejadian," Tsunayoshi
melanjutkan, "yang dibuat dengan sangat hati-hati
agar dipatuhi setiap orang. Aku tidak membuat
pengecualian dalam hal ini - bahkan tidak untuk
keluargaku. Ketidaktahuan soal peraturan itu dapat
dipahami, tapi aku yakin kau sudah lama menjadi
daimyo, tak dapat mengatakan bahwa kau tidak
tahu." "Tidak... tidak," gumam Lord Asano, yang merasa yakin bahwa dia sedang bermimpi buruk dan
bahwa dia akan segera terbangun.
Tsunayoshi melihat pada yang lainnya. "Tindak
kejahatannya sudah jelas. Begitu juga hukumannya.
Awasi orang ini sementara aku berunding dengan
penasihatku. Untuk sementara upacara terpaksa
ditunda." 46 47 John Allyn Kisah 47 Ronin Dia menunjukkan raut wajah jijik saat melihat
noda darah di lantai, lalu berbalik dan melangkah
keluar ruangan melalui pintu sorong menuju ruang
pertemuan. Seorang pegawai istana yang muncul di
ambang pintu langsung mundur untuk memberi
jalan. "Sayang sekali," kata Shogun pada pegawai
istana itu. "Semua rencana kita kacau hanya karena
seorang samurai yang tidak pernah belajar cara bersikap di kastil. Mungkin pertunjukan tari harus
dibatalkan." Mereka semua lalu pergi dan Lord Asano ditinggal dengan para penangkapnya. Dia tetap berlutut dan menatap lantai sementara yang hadir di
ruang itu mengawasinya dengan diam. Wajahnya
tetap keras seperti batu, namun perutnya bergejolak
sehingga dia berpikir jernih. Dia meneguhkan diri,
Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berusaha tidak menunjukkan kelemahan.
Waktu berlalu dalam keheningan sebelum akhirnya terdengar langkah kaki. Lord Tamura, daimyo
Ichinoseki, melangkah masuk bersama serombongan
samurai lalu berdiri dengan ragu ketika melihat
posisi Lord Asano yang kaku. Lord Tamura adalah
mantan kepala keamanan, mungkin itu sebabnya
dia dipanggil Tsunayoshi, tapi dalam hal ini dia tak
tahu harus berbuat apa. Lebih mudah memberi
perintah bila berurusan dengan pencuri dan perampok, tapi untuk menahan sesama daimyo sangatlah
berbeda. Dia mendekat dengan enggan dan menyentuh bahu Lord Asano.
"Atas perintah Shogun," katanya, dan Lord Asano berdiri mengikutinya keluar. Ada tandu yang
menantinya di luar dengan selusin samurai serta
lebih dari tiga puluh pelayan, namun Lord Asano
tidak melihat Kataoka. Saat hendak masuk ke dalam
tandu, dia mendengar Tamura mengucapkan sesuatu
sambil menyerahkan pakaian pelayan. Lord Asano
begitu terkejut dengan kelancangan ini tapi kemudian dia sadar kalau ini demi kebaikan dirinya.
Dengan memakai pakaian ini, dia takkan dikenali
ketika melewati jalan-jalan di kota Edo dan takkan
dipermalukan di depan umum. Dengan raut wajah
jijik dia memakai pakaian itu lalu masuk ke tandu,
yang kemudian ditutup Lord Tamura dengan jaring
lalu diikat dengan tali sehingga tak ada kesempatan
bagi tahanannya untuk melarikan diri. Setelah itu
dia memberi perintah dan rombongan itu pun
berangkat ke kediaman Lord Tamura. Ketika berbelok di sudut dekat pos jaga, mereka melewati
Kataoka yang tidak tahu kalau Lord Asano lewat di
depannya sebagai tahanan.
Hari menjelang siang saat Kataoka mulai cemas.
Tampaknya upacara telah selesai karena banyak
tamu yang sudah pulang, tapi majikannya masih
48 49 John Allyn Kisah 47 Ronin belum terlihat. Ketika melihat tandu Lord Date,
Kataoka segera menghampiri.
Lord Date masih terkejut dengan peristiwa yang
terjadi pagi tadi dan selama beberapa saat dia tak
mengerti pertanyaan yang ajukan Kataoka dengan
sopan. Dia hanya tahu kalau Lord Asano telah
dibawa pergi Lord Tamura. Dia sadar kalau Kataoka
tidak tahu penyerangan atas Kira, dan berusaha
mencari cara untuk memberitahukan kejadian itu.
"Majikanmu ada di kediaman Lord Tamura. Aku
sarankan kau segera ke sana."
"Apa yang terjadi?" tanya Kataoka cemas.
"Kecelakaan... Lord Kira dan majikanmu terlibat...."
Ada keheningan sementara Kataoka berusaha
memahami berita itu. Ketika mengerti apa yang
terjadi, ulu hatinya terasa sakit dan mulutnya terasa
kering. "Jadi tandu itu tidak perlu menunggu?" katanya
gagap. Lord Date" menggelengkan kepala, lalu berhenti
sebentar untuk melihat apakah Kataoka mampu
bertindak benar ia sebelum melanjutkan perjalanan.
Setidaknya, hanya itu yang dapat dia lakukan untuk
temannya. Sambil membungkuk sebagai ucapan terima
kasih, Kataoka segera pergi. Dia tak berani melanggar larangan berlari di halaman kastil, namun dia
berhasil mencapai tandu dalam waktu singkat. Dia
segera memberi pesan singkat pada pembawa tandu
untuk disampaikan kepada Hara. Para pengusung
tandu dapat dipercaya, tapi tetap saja mereka dari
kalangan rendah dan tak perlu tahu semuanya. Dia
hanya memberi pesan bahwa Lord Asano memutuskan untuk mengunjungi Lord Tamura dengan
kereta lain. Dia meminta. mereka secepatnya menyampaikan pesan itu kepada Hara untuk segera
menyusul ke kediaman Tamura. Kemudian dia berjalan dengan cepat di samping mereka saat keluar
dari halaman kastil. Mereka kembali melewati jembatan di atas parit dan menuju kota. Kini dia dapat
berlari secepat mungkin. Bagaimana hal ini bisa terjadi, pikirannya masih kacau, bagaimana hal seperti
ini bisa terjadi atas majikan yang dicintainya"
Di kediaman Tamura, Lord Asano diperlakukan
dengan sopan dan dipinjami jubah sederhana untuk
mengganti kamishino dan celana upacara. Mereka
yang ada di sana tak mengajak bicara karena tahu
statusnya yang belum jelas. Lord Asano ditempatkan di ruang kecil berdinding putih serta diberi
kertas dan kuas untuk menulis surat kepada istrinya. Setelah berhasil menenangkan diri, dia lalu
menulis secara singkat tentang apa yang terjadi.
Tapi dia terganggu oleh kedatangan satu orang
50 51 John Allyn dengan dua pengawal di ruang sebelah. Orang itu
membawa keputusan resmi Shogun. Lord Asano
mendengar mereka berbisik pada Lord Tamura. Dari
reaksi Lord Tamura, dia tahu bahwa hukumannya
sangat berat dan itu berarti satu hal - hukuman
mati! Bisikan mereka selanjutnya tidak terlalu berarti
baginya: "...para penasihat menentang... Tsunayoshi
tak mau mengubah... beberapa tahun lalu ada
pejabat yang diserang dengan cara serupa... contoh
harus diterapkan..."
Tak lama kemudian Lord Tamura masuk. "Shogun
yang murah hati telah memutuskan bahwa hukuman
akan dilakukan dengan cepat sehingga sudah sepantasnya Anda berterima kasih. Berdasarkan pangkat,
Anda juga diberi kemudahan untuk mati dengan
cara terhormat," katanya. Lord Asano tetap diam,
dan Lord Tamura menganggap itu sebagai tanda
setuju. Kemudian dia menambahkan: "Seluruh wilayah Anda akan disita dan ditempatkan dalam
perlindungan Shogun hingga ada pemberitahuan
selanjutnya." Lord Asano seperti mendengar lolongan anjing
dan perasaan tak berdaya seperti dalam mimpinya.
Tapi dia hanya menatap hampa ke dinding di depannya sampai Lord Tamura membungkuk dan mengundurkan diri. Setelah beberapa saat, Lord Asano
menulis lagi tapi dia masih belum selesai ketika
52 Kisah 47 Ronin Lord Tamura datang bersama utusan Shogun. Mereka
menunggu sampai dia selesai menulis surat. Ketika
tinta mengering, Lord Asano lalu berhenti. Petugas
itu maju dan membantunya berdiri. Dengan penuh
rasa percaya diri, Lord Asano mengibaskan tangan
orang itu dan berdiri sendiri. Dia sedang berjalan
mengikuti Lord Tamura menuju halaman ketika ada
keributan di jalan masuk. Kataoka tiba dan dengan
napas terengah-engah dia meminta izin untuk bertemu majikannya. Lord Tamura berunding sebentar
dengan utusan Shogun dan izin diberikan. Kataoka
terlihat ragu bicara di hadapan orang-orang yang
hadir, namun dia tak dapat menguasai perasaannya
dan sungguh-sungguh minta maaf karena tak tahu
peristiwa di dalam kastil. Lord Asano mengangkat
tangan. "Aku senang melihatmu, Gengoemon," katanya,
memanggil Kataoka dengan nama kecilnya. "Wajahmu adalah wajah ramah pertama yang kujumpai
sejak pagi." Air mata Kataoka menggenang di pelupuk matanya, tapi Lord Asano pura-pura tidak melihat. Dia
serahkan surat itu pada Kataoka.
"Ini saatnya kita berpisah. Sampaikan kepada...
kepada istriku." Dia berhenti sejenak dan matanya
terlihat menerawang. "Katakan pada semua orang...
53 John Allyn Kisah 47 Ronin katakan pada mereka... Oishi pasti tahu apa yang
harus dilakukan." Di taman, di hadapan seluruh pasukan samurai
Lord Tamura, tiga tikar telah diletakkan di tanah dan
ditutupi selembar permadani putih. Hari mulai gelap
dan lampion sudah dinyalakan di setiap sudut
panggung yang didirikan seadanya. Lord Asano
dibimbing untuk duduk di tengah permadani di
depan meja kecil. Di atas meja itu ada pedang berukuran dua puluh tiga sentimeter. Lord Asano mengambil pedang itu, memerhatikannya dengan saksama dan melihat bahwa pedang itu adalah warisan
keluarga Tamura. Dia tersenyum sekilas pada Lord
Tamura untuk menyampaikan rasa terima kasih lalu
mendengarkan dengan tenang saat utusan itu membacakan tentang kejahatan yang telah dilakukan
serta keputusan yang sudah diambil. Sekali lagi Lord
Asano seperti mendengar anjing-anjing menggonggong. Dia lebih merasakan suara gonggongan itu,
bukan mendengarnya, ketika pembacaan selesai. Dia
tahu apa yang harus dilakukan dan dia yakin dapat
melakukannya dengan bermartabat. Setidaknya, tak
seorang pun akan mengatakan bahwa dia tidak tahu
aturan. Dia menggenggam pedang dengan dua tangan
dan menggumamkan doa singkat ketika mengarahkan ujung pedang di bagian bawah perut sebelah
kiri. Dia menusuk pedang itu ke perut lalu merobeknya, setelah itu semua suara berhenti ketika seorang
pengawas maju untuk memenggal kepalanya dengan
satu tebasan pedang panjang.*
54 55 Kisah 47 Ronin TIGA K enapa kau tidak datang bersama majikanmu?"
marah Oishi ketika Hara yang berkeringat dan
kotor dibawa menemuinya di tengah malam. Kondisi samurai tua itu saat ini sangat memalukan, dan
Oishi yakin Lord Asano akan malu jika melihat anak
buahnya seperti itu. Namun tangisan Hara setelah
pelayan yang mengantarnya keluar, membuat Oishi
terdiam. "Pemimpin kita telah tiada," teriak Hara, "dan
kastil disita!" Oishi merasa telinganya seperti dimasuki air
saat sedang tidur. Dia tak percaya, tak dapat berkatakata. Dia meyakinkan diri kalau ini hanyalah mimpi.
Dia ingin berteriak meminta Hara berhenti bicara,
namun dia memaksakan diri untuk terus mendengar.
Lord Asano sudah seperti adiknya, kehilangan dia
adalah hal yang sungguh tidak tertanggungkan.
56 Hara, berlutut di lantai ruang tunggu, menangis
tersedu-sedu sambil bercerita sementara Mimura,
yang menemaninya dengan berurai air mata.
"Kira yang melakukan semuanya! Kira, Pemimpin Upacara istana, yang memancing majikan kita
menarik pedang dan menyerangnya, walaupun dia
tahu, seperti juga kita semua tahu, hukuman bagi
orang yang menggunakan pedang di kastil Shogun!"
"Dan hukumannya dilakukan begitu cepat?"
tangis Oishi, walaupun dia sudah bersumpah dalam
hati untuk membalas dendam pada semua orang
yang bertanggung jawab. "Hari itu juga," kata Hara putus asa. "Bahkan
sebelum kami semua tahu apa yang terjadi."
"Bagaimana dengan Lady Asano?" tanya Oishi
cepat. "Tahukah kau apa yang terjadi padanya?"
"Dia pergi," jawab Hara sambil terisak. "Begitu
pemimpin kita meninggal, pasukan istana datang
menyita semuanya. Kami diusir dan Lady Asano
dikirim kembali ke rumah orangtuanya. Dia takkan
kembali ke Ako atau berusaha menghubungi keluarga yang lain atas berita yang menyedihkan ini."
Oishi merasa pedih ketika memikirkan gadis
kecil yang sedang tidur di ruang sebelah. Tiba-tiba
dia merasakan beratnya beban kesedihan yang menimpa istana Asano. Dia menoleh pada Mimura dan
memintanya menjemput Chuzaemon Yoshida, salah
57 John Allyn Kisah 47 Ronin satu samurai tertua dari Ako yang nasihatnya selalu
diterima. "Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Oishi pada
Hara yang kini menunjukkan kelelahan luar biasa
setelah melakukan perjalanan yang berat.
"Kataoka di sana ketika pemimpin kita melakukan seppuku di kediaman Lord Tamura - setidaknya
dia diizinkan mati dengan cara seperti itu. Kami
baru saat sudah sangat terlambat. Para pengusung
tandu terlambat datang karena jalan yang ramai.
Begitu menerima pesan itu kami langsung ke sana
tapi sudah terlambat. Kami lalu kembali untuk
melindungi Lady Asano, tapi pasukan Shogun sudah
tiba dengan perintah resmi, dan atas perintah Lady
Asano pula kami mematuhi mereka. Tak ada yang
dapat diselamatkan. Dalam perintah itu tertulis
'penyitaan segera atas seluruh harta'."
"Kastil di Ako ini juga akan disita?"
"Ya," kata Hara dengan suara yang nyaris tak
terdengar. "Pasukan Shogun akan tiba dari Edo
untuk melaksanakan perintah itu."
"Lalu bagaimana dengan orang-orang yang kau
tinggal di Edo" Apakah mereka sudah menuju ke
sini" Dalam keadaan seperti ini, seharusnya kita
tidak boleh terpisah."
Hara menatap ke arahnya dan menjelaskan.
"Aku menugaskan Horibe. Dia dan yang lainnya
bertugas menutup usaha kita di Edo, seperti yang
menurutku pasti kau kehendaki. Mereka juga mengawasi kapan musuh - maksudku pasukan Shogun meninggalkan Edo."
Oishi menatap Hara dengan tajam. Dia memahami sikap ini. Hara merasa perlu bersiap menghadapi pengepungan dan melakukan perlawanan.
Dan Hara mungkin benar - setidaknya itu rencana
yang baik untuk menyelamatkan kehormatan mereka
yang hilang - tapi tetap saja Oishi merasa tidak
seharusnya Hara mengambil keputusan penting seperti itu sebelum ada semua fakta yang diperlukan.
Pembicaraan mereka terhenti karena kedatangan
Yoshida yang berambut putih, yang wajahnya seperti Budha. Dia terlihat prihatin. Mereka lalu menceritakan apa yang terjadi dan dia pun terkulai lemas
di lantai, berusaha mengendalikan ratapannya. Selama menjadi samurai, belum pernah dia alami
kejadian yang begitu menyedihkan. Oishi merasa
perutnya sakit dan putus asa tapi dia tak mau
mengungkapkan perasaannya. Dia memiliki tanggung jawab, teman-temannya menganggap dirinya
sebagai teladan. Dia harus dapat mengendalikan diri
bila ingin keputusan yang terbaik.
Guna memberi waktu kepada Yoshida untuk
Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memulihkan diri, Oishi minta Mimura menyediakan
hibachi tanpa harus mengganggu pelayan yang lain.
58 59 John Allyn Sementara ini, sampai mereka memutuskan tindakan
yang akan diambil, akan lebih baik bila tak ada
orang lain yang tahu masalah ini. Mimura sudah
melayani keluarga Asano sejak kecil dan dapat
dipercaya untuk tidak mengatakan apa-apa.
Ketika hibachi yang dipanasi batubara tiba,
Oishi minta supaya diletakkan dekat Yoshida yang
kini duduk dengan air mata mengenangi pipi. Oishi
dan Hara duduk di dekatnya, sementara Mimura
melipat kakinya yang panjang dan duduk di dekat
pintu sebagai penjaga bila ada yang menguping.
"Mungkin sebaiknya kita panggil Ono," kata
Yoshida ragu-ragu. Sebagai bendahara keluarga, Ono
sangat memahami masalah keuangan, tapi untuk
saat ini Oishi merasa saran orang itu kurang tepat.
Ono cenderung menganggap persoalan keadilan dan
kehormatan berada di bawah masalah keuangan,
dan Oishi sedang tidak bersemangat untuk berdebat.
"Masalah ini tidak ada hubungannya dengan
Ono," katanya kepada Yoshida. "Kita dapat menentukan apa yang harus dilakukan."
Setelah selesai bicara, Oishi menatap Hara yang
kemudian mengangguk setuju. Seperti pemimpinnya, Oishi, dia juga menganggap kehadiran Ono
tidak diperlukan. Selama beberapa saat terjadi keheningan karena
masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri.
60 Kisah 47 Ronin Guna mengurangi kesedihannya, Oishi mengalihkan
pikirannya dengan mengenang saat dia masih samurai muda. Pelajaran-pelajarannya diberikan tepat di
ruang ini dan dia bisa mendengar peringatan Yamaga
Soko bahwa zaman semakin melunak dan bahwa
ketaatan pada ajaran Kong Hu Cu telah dirusak para
pengkhotbah dari "Kong Hu Cu baru" yang mulai
memasuki istana. Itu sebabnya Yamaga diasingkan
dari Istana Shogun ke Ako - karena dia tak sesuai
dengan zaman. Yamada menemukan pendengar yang
baik di kalangan samurai Ako, yang berada sangat
jauh dari kelemahan dan politik istana. Oishi seperti
mendengar lagi ucapan Yamaga yang menyalahkan
istana Edo: "Mengorbankan kemuliaan demi kemewahan." Dan itulah yang terjadi pada Lord Asano.
Dia memikirkan peristiwa penyerangan majikannya pada Kira. Dia yakin itu dapat dibenarkan, bila
terjadi di tempat lain! Dia tidak berhak mengkritik Shogun, tapi sangat
mengganggu pikirannya bila mengingat betapa tidak
konsistennya Shogun tentang ajaran Budha. Benar,
kebencian atas kekerasan dan kekejaman seperti
ajaran Budha adalah inti dari Undang-Undang Pelestarian Hidup, namun apakah hal itu juga sudah
diterapkan pada Lord Asano" Lalu bagaimana tentang kewajiban untuk menjauhkan diri dari kesenangan, keindahan yang diperoleh melalui hidup
61 John Allyn Kisah 47 Ronin menyepi dan meditasi" Tidak, Tsunayoshi hanya
mengambil ajaran Budha yang sesuai dengan tujuannya dan ini membuat kebijakannya dipertanyakan
oleh orang yang memiliki cukup keberanian untuk
melakukan itu. Oishi mengangkat mata dari gambar-gambar
yang dilihatnya dalam batubara hibachi yang menyala dan melihat bahwa Yoshida sedang menatapnya. Tak diragukan lagi, Yoshida juga pasti memikirkan hal yang sama. Yoshida gemetar dan menggelengkan kepala, lalu mengusap rambutnya yang
pendek. "Kita harus menyusun rencana," dia mengusulkan dengan sikap tidak pasti.
Kalimat itu menyentak Oishi dengan aneh. Dia
sangat bergantung pada nasihat Yoshida, tapi kini
dia sadar tidak banyak yang dapat diharapkan dari
orang ini. Peristiwa seperti ini belum pernah terjadi
dalam keluarga Asano, jadi Yoshida juga tidak lebih
mampu dari para samurai muda untuk mengatasi
ini. Oishi akan sangat senang menerima nasihat
orang tua ini, namun dia sadar bahwa mulai sekarang semua keputusan harus datang dari dirinya.
Dia berharap bahwa berbagai pertimbangan dirinya
dapat diambil dengan hati-hati dan benar-benar yang
terbaik untuk keluarga Asano dan untuk jiwa pemimpinnya.
Hara menggosok kedua tangannya dan dengan
gelisah mengubah posisi duduknya. Di benaknya,
pertemuan ini adalah dewan perang dan sasarannya
adalah menyusun rencana untuk mempertahankan
kastil. "Tidakkah sebaiknya kita memanggil semua
anggota?" tanyanya. Oishi tampak ragu dan kemudian bersyukur
ketika Yoshida berdehem sebagai tanda bahwa dia
yang akan menjawab. "Mari kita tunggu sampai besok pagi," kata
orang tua itu. "Bila kita memerlukan prajurit kita
untuk maksud lain, walaupun hanya untuk menerima kabar soal kematian pemimpin mereka, lebih
baik jika kita biarkan mereka mendapatkan istirahat
yang cukup dulu." "Aku sependapat dengan Yoshida-sensei," kata
Oishi, sambil memberi gelar kehormatan 'guru' bagi
orang tua itu atas memberi bobot pada ucapannya.
"Besok pagi kita bisa berpikir dengan lebih jernih
serta menghadapi masalah ini dengan lebih pasti."
"Kita harus segera memikirkan pertahanan,"
gumam Hara dengan keras kepala. Oishi, yang kemudian membalikkan badan karena kesal, menangkap tatapan Mimura yang ditujukan pada prajurit
tua itu. Oishi merasa bahwa ada sesuatu tentang
sikap Hara yang membuat pembantunya merasa
62 63 John Allyn Kisah 47 Ronin terganggu, tapi dia enggan bertanya karena takut
membuat pemuda itu malu. Sebaliknya dia menoleh
pada Hara. "Apakah Kau sudah menceritakan semuanya,
Hara" Semua yang harus diketahui tentang peristiwa
tragis ini" Kira dibunuh lalu majikan kita dijatuhi
hukuman mati dan kehilangan semua hartanya apakah begitu keseluruhan ceritanya?"
Hara bimbang. "Ada keragu-raguan di satu segi...
Kira dibawa keluar ruangan dan ada kemungkinan
dia selamat, walaupun belum bisa dipastikan. Selebihnya, aku sudah ceritakan semua yang aku tahu.
Aku masih tak mengerti mengapa kau ragu untuk
menyusun rencana demi mempertahankan kastil.
Pasukan Shogun akan tiba setiap saat dan kita harus
siap memberikan yang terbaik dari diri kita."
"Kita akan siap menghadapi apa pun yang akan
terjadi, jangan kuatir. Menurutku, rencana yang
terbaik yaitu berusaha tidur. Aku membutuhkan
lebih banyak waktu untuk berpikir sebelum dapat
menyusun rencana yang berguna."
Dia bangkit lalu merenggangkan badan, setelah
itu membungkuk hormat sebagai ucapan selamat
malam kepada Yoshida dan mengangguk sekadarnya
ke arah Hara. Ketika meninggalkan ruangan, Mimura
mengikutinya, walaupun tak ada alasan baginya
untuk menemani. Ketika sampai di pintu kamarnya,
Oishi berpaling kepada pemuda kurus itu.
"Beristirahatlah," katanya pada Mimura. "Besok
adalah hari yang berat bagi kita semua. Aku menghargai semua yang telah kau lakukan dan tahu kalau
selalu ada tempat bagimu di hati keluarga Asano."
Ketika dia hendak membalikkan badan untuk
pergi, Mimura tiba-tiba berlutut dan menundukkan
kepala hingga menyentuh lantai.
"Aku harus mengatakannya kepada Anda," katanya dengan suara parau. "Hara memaksaku berjanji
untuk tidak mengatakan apa-apa, tapi kurasa hal itu
tidak adil bagi Anda yang melaksanakan semua
tanggung jawab!" Dengan lembut Oishi memegang pundak mantel
pemuda itu yang lusuh dan membimbingnya berdiri
hingga akhirnya mereka berhadapan. Dia menunggu
sampai pemuda itu tenang.
"Sebelum meninggalkan Edo," akhirnya Mimura
bercerita, "kami mengunjungi Daigaku Asano, adik
majikan kita, serta pamannya, Lord Toda, daimyo
dari Ogaki. Mereka berusaha menekan kesedihan,
meskipun seperti Anda tahu, Daigaku sebenarnya
lemah dan Lord Toda juga sudah tua. Mereka tahu
semua yang terjadi. Mereka tahu perintah untuk
menyerahkan kastil Ako pada perwakilan Shogun."
"Dan?" 64 65 John Allyn Kisah 47 Ronin "Dan mereka menyarankan Hara memberitahu
Anda bahwa kita harus menyerah dengan damai
agar tidak menambah aib keluarga ini."
Oishi melepas pemuda itu dan mengangguk agar
dia pergi. Mimura berlari di sepanjang lorong,
berdoa semoga dia telah melakukan hal yang benar.
Meskipun begitu, Hara mungkin akan membunuhnya jika tahu rahasia ini telah terbongkar.
Oishi kembali menerima kejutan yang tidak
menyenangkan. Dia tak bisa melawan keinginan
keluarga dan dia juga tahu mengapa Hara menolak
menyampaikan pesan itu. Ketika ada dua sudut
pandang yang sah untuk diterima; tidaklah mudah
memilih berada di pihak yang benar.
Dia pergi ke kamarnya lalu memakai mantel
hangat. Dia sangat terguncang dengan berita tentang
majikannya dan tahu tak ada gunanya untuk berusaha tidur. Hanya ada satu tempat di mana dia
bisa mendapatkan bantuan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang mengganggu dirinya, maka
dengan diam-diam dia keluar kastil. Penjaga yang
sedang bertugas di gerbang utama mengizinkannya
keluar lewat pintu samping dan berusaha menyembunyikan kekagetan atas tindakan atasannya yang
tidak biasa. Malam itu sangat gelap, dan hembusan angin
dingin membuat Oishi menggigil saat mendaki bukit
kecil di belakang kastil. Saat mendaki bukit, angin
makin kencang dan dia merapatkan mantelnya lebih
kencang lagi. Sambil menoleh ke belakang, dia bisa
melihat menara-menara kastil yang samar-samar di
kegelapan langit malam; di puncak bukit di depannya mulai terlihat sekumpulan kecil nisan. Itu adalah Kegaku-ji, kuil tempat makam keluarga Asano.
Dia memasuki sebidang kecil yang berpagar dan
memandang sekeliling. Di sini dimakamkan abu dari
seluruh keluarga Asano yang dia kenal dan banyak
lagi yang mati sebelum dia lahir. Dengan perlahan
dia berkeliling, membaca setiap nama di batu nisan,
lalu dia berhenti dan menengadah ke langit.
"Tuanku Asano," katanya dengan sepenuh hati,
"Hamba memanggilmu dari dunia roh."
Tak ada jawaban kecuali desau angin yang
merintih serta gesekan dedaunan. Tapi Oishi merasa
lebih dekat dengan pemimpinnya daripada di manapun juga, merasa nyaman karena bisa mengungkapkan isi hatinya dengan terbuka.
"Andai hamba bersamamu," tangisnya sambil
berlutut dengan tangan yang dikatupkan dalam
sikap memohon ampun. Setelah itu dia menjatuhkan tangan ke pangkuan dan menatap ke bawah
dengan sikap rendah hati.
"Ketahuilah, Tuanku, bahwa kami tidak menyalahkan Anda. Anda melakukan apa yang akan dila66 67 John Allyn Kisah 47 Ronin kukan laki-laki untuk mempertahankan kehormatan.
Kesalahan ada di pihak lain."
Oishi mengenang bahwa selain sifat pemarah,
tak ada daimyo lain yang lebih layak dari dia di
seluruh Jepang. Bagian wilayah ini dikenal karena
kesetiaan mereka pada keluhuran tradisi samurai
dan tak seorang pun yang lebih murah hati, lebih
berani dan lebih sungguh-sungguh berusaha mewujudkan pemikiran itu selain Lord Asano. la akan
mengikuti majikan yang seperti itu, bila perlu sampai mati. la takkan ragu menarik pedang dan bergabung dengan majikannya saat ini juga jika itu dapat
menyelesaikan segalanya. Tangannya menyentuh mata pisau yang terselip
di pinggang, tapi kemudian dilepasnya. Tugasnya
kini adalah untuk tetap hidup. Demi janda Lord
Asano dan putrinya serta untuk semua pelayan serta
orang yang tinggal di kastil. Bila waktunya tiba di
mana ia perlu bunuh diri, ia siap.
Sekarang, ia harus membuat banyak keputusan
dan ia bergantung pada roh Lord Asano untuk
membimbingnya dalam mengambil keputusan yang
tepat. Apakah majikannya ingin ia menyerahkan
kastil dengan damai ataukah bertahan, bertempur
hingga titik darah terakhir" Ataukah mereka semua
berlutut di depan kastil dan melakukan seppuku
bersama-sama sebagai bentuk protes atas hukuman
yang tidak adil itu" Ia telah terbiasa melaksanakan
perintah, bukan merumuskan kebijakan, dan ini
adalah pengalaman yang sulit baginya. Oishi sadar
betapa orang-orang bergantung pada dirinya dalam
memutuskan yang terbaik dan tanggung jawab ini
sangat membebani dirinya. Siapa yang dapat menentukan bahwa keputusan yang diambilnya benar"
Suara hening Lord Asano akan membimbingnya,
namun pada akhirnya ia sadar kalau ia harus menilainya sendiri. Jalan 'kehormatan akan sangat
mudah diikuti bila dapat dilihat. Bila ada pertentangan antara pilihan tindakan, seperti yang disampaikan Hara, jalan keluarnya takkan dapat memuaskan semua pihak.
Di hutan yang rimbun, jauh di atas gunung,
serigala melolong. Oishi mengangkat mata. Dia melihat batu nisan yang berdiri di sekelilingnya seperti
pagar yang tak dapat dilewati dan dia membayangkan bahwa beginilah roh Lord Asano memandang
mereka. Jiwanya tersiksa karena telah membuat Ako
menjadi tidak dihormati, dan dia akan menemukan
ketenangan yang sebenarnya hanya bila ada jalan
keluar untuk masalah ini. Semuanya tergantung
pada Oishi untuk mewujudkan hal ini.
Oishi menghela napas, lalu bangkit dan membungkuk hormat kepada seluruh makam yang ada di
sana. Saat membungkuk, dia merasakan dingin di
68 69 John Allyn
Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perutnya karena takut. Bayangan akan kepunahan
keluarga bangsawan ini secara tiba-tiba merupakan
hal tak tertanggungkan. Jika menyerah, pemakaman
ini akan terbengkalai dan roh-roh akan sia-sia mencari penghormatan dan perhatian dari keturunan
mereka. Sementara yang hidup takkan mendapat
berkat dari leluhur dan akan berkelana di dunia roh.
Keinginan untuk melawan begitu kuat, tapi dia tahu
bahwa menyerang tidaklah berguna. Pada akhirnya
mereka pasti kalah dan makam leluhur mereka tetap
terbengkalai. Tiba-tiba, untuk pertama kalinya, ia menyadari
masalah yang akan menimpa dirinya. Ia takkan
dihormati sebagai samurai; dia akan menjadi ronin,
samurai tanpa majikan, menjadi bagian dari orang
tak berguna dan tak berjaya. Ia akan menjadi orang
bayaran atau turun pangkat dalam, kemiliteran.
Setiap pilihan sama menyedihkan. Mungkin Hara
benar dan seharusnya dia abaikan perintah Daigaku
dan Toda. Lebih baik berperang daripada melihat
keluarganya kelaparan dan terpuruk, jatuh miskin.
Ia menghalau semua pikiran itu dan kembali ke
kastil untuk memikirkan apa yang akan disampaikan
besok. Ia akan meminta istrinya memberitahu putri
Lord Asano bahwa ayah dan ibunya tidak akan
pulang.* 70 EMPAT K eesokan harinya Oishi memberitahukan pada
istrinya apa yang telah terjadi di Edo. Istrinya
sangat terguncang, namun sebagai orang yang lahir
dalam tradisi samurai sejati, dia tidak histeris.
Istrinya membungkuk hormat ketika pergi untuk
melaksanakan perintah untuk mengurus putri Lord
Asano. Masa depan keluarga mereka sendiri belum
dibicarakan; akan ada waktunya nanti.
Lelah karena kurang tidur, Oishi berjalan perlahan ke depan kastil di mana pengikutnya telah
berkumpul. Ketika mendengar suara saat melewati
pintu kamar di mana dia bertemu Hara dan Yoshida
semalam, dia lalu berhenti.
Seseorang sedang membaca tulisan Kong Hu Cu
dalam nada datar. Dia tak dapat menahan diri untuk
mendekat dan membuka pintu sorong.
Pemandangan di dalam ruang itu seperti yang
71 John Allyn Kisah 47 Ronin telah dia bayangkan dan membawanya kembali tiga
puluh tahun lalu ketika masih muda. Putranya,
Chikara, yang berusia lima belas tahun, sedang
berlutut di tatami di depan meja yang rendah.
Dengan sabar dia menyapukan kuas untuk menulis
aksara Jepang yang sulit. Di hadapannya, duduk
guru berwajah pucat yang mengenakan topi pendeta
serta jubah abu-abu sambil membacakan karya Kong
Hu Cu. Oishi tahu bahwa melalui pendekatan pada
budaya dan ajaran moral, anaknya akan segera
menjadi seperti dirinya sendiri.
Jelas sekali Chikara sudah cukup lama duduk
seperti itu dan Oishi melihat dengan bangga bahwa
meskipun kedua tangan anaknya sudah memerah
karena udara dingin, tapi Chikara tak berusaha
untuk merubah posisinya. Dia membayangkan putranya itu akan menjadi laki-laki yang sangat bertanggung jawab. Dilihat dari usahanya, Chikara akan
dapat menyelesaikan latihan dalam waktu singkat.
Dengan perlahan Oishi menutup pintu dan berjalan di lorong hingga suara itu tak terdengar lagi.
Ketika mencapai pintu depan kastil, seorang penjaga
membukakan pintu. Dia menghela napas panjang
ketika berjalan keluar untuk menemui orang yang
sudah berkumpul. Seluruh pelayan Asano dari tingkat samurai
telah dipanggil hadir. Biasanya mereka akan berkumpul sesuai pangkat di luar tembok, tapi demi
kerahasiaan, Oishi meminta mereka berkumpul di
dalam kastil, di bawah menara-menara yang menjulang tinggi. Lebih dari tiga ratus prajurit berkumpul
di sekitar pintu masuk hingga di jalan-jalan yang
menuju halaman. Pakaian mereka sama; pakaian semi perang, siap
memakai pakaian perang jika diperlukan. Usia mereka bervariasi; dari remaja kekar dan tangkas namun
kurang bijak dan pengalaman, dan yang berumur
enam puluhan yang mungkin lebih mengganggu
daripada membantu. Sebagian besar lagi berusia sekitar tiga puluhan
dan empat puluhan, yang berpengalaman dalam
hidup dan perang. Merekalah tujuan utama Oishi
mengadakan pertemuan ini.
. Walaupun sudah dicegah, desas-desus sudah
mulai tersebar. Kedatangan Hara dan Mimura yang
tiba-tiba dan tanpa penjelasan di tengah malam
pasti menjadi perhatian dan pembicaraan. Berbagai
dugaan muncul di antara mereka sambil menunggu,
tapi bisikan mereka segera berhenti ketika Oishi
mengangkat tangan agar mereka tenang.
Di udara pagi yang dingin, uap dari napasnya
setara dengan kata-katanya yang dingin: "Pemimpin
kita telah tiada." Mereka menatapnya dengan pandangan tidak percaya. Andai dia meneriakkan kata72 73 John Allyn Kisah 47 Ronin kata itu sambil mengayunkan pedang, mereka akan
anggap itu sebagai panggilan untuk bertindak, tapi
nada suaranya menunjukkan bahwa tak ada harapan
dan tak ada lagi yang dapat dilakukan. Saat menjelaskan, ada air mata kesedihan dan kemarahan dari
mereka yang tidak pernah menangis.
Oishi lalu menceritakan bagaimana Pemimpin
Upacara Shogun telah menghina majikan mereka
hingga terjadi pertengkaran. Dia memberitahukan
bahwa Lady Asano kini dalam pengasingan dan
perwakilan Shogun akan datang mengambil alih
kastil dan seluruh tanah di Ako. Terdengar nada
marah, tapi mereka diam ketika Oishi mengatakan
bahwa Lord Daigaku Asano telah memutuskan untuk
menyerahkan kastil dengan damai.
Ketika mendengar kata-kata terakhir itu, Hara
langsung melihat kiri-kanan untuk mencari Mimura.
Karena hanya seorang pelayan, Mimura tidak hadir
dalam pertemuan ini. Hara bersumpah kalau dia
akan membuat Mimura menyesali pengkhianatan
itu. Dia tak perlu menunggu lama untuk bertemu
Mimura. Tanpa diduga, pelayan itu muncul di gerbang kastil, dan Oishi berhenti untuk mengetahui
berita mendesak apa yang membuat Mimura datang.
Ketika kehadirannya telah diketahui, Mimura
segera menghampiri Oishi. Semua yang hadir memerhatikan saat dia berbisik sang pemimpin. Oishi
tampak terkejut, lalu mengangguk dan pelayan itu
pun mengundurkan diri. Oishi kembali berpaling ke
arah mereka yang hadir. "Utusan baru saja tiba dari Edo," kata Oishi.
"Gengoemon Kataoka membawa berita terbaru dari
ibukota." Kataoka dengan pakaian lusuh dan kaki pincang
karena terluka, menunduk ke arah Oishi. Dia tampak
sangat lelah dan kehabisan napas, tapi dia berusaha
menguatkan diri. "Silakan," kata Oishi, "beritahukan apa yang kau
tahu. Kau boleh bicara langsung pada kami. Kami
semua terlibat dalam masalah ini."
Kataoka bimbang. Dia memandang sekeliling
dan mengenali beberapa wajah yang dekat dengannya, kemudian berteriak:
"Kira masih hidup!"
Dengan tiba-tiba, seluruh tujuan dari pertemuan
itu berubah. Kesedihan dan rasa tak berdaya berubah menjadi kemarahan dan Hara adalah yang
pertama mengungkapkannya.
"Berarti dia harus mati!" teriaknya, dan terdengar teriakan setuju dari semua yang hadir. Keinginan itu juga muncul di hati Oishi, tapi dengan
sekuat tenaga dia berusaha meredam dan menunggu
hingga hiruk-pikuk itu surut. Ketika melihat dia
hendak bicara, perlahan mereka menjadi tenang
74 75 John Allyn walau masih terdengar gumaman bernada bingung
melihat dinginnya reaksi Oishi atas berita itu: musuh
majikan mereka masih hidup.
"Aku juga setuju kalau Kira harus mati," akhirnya dia berkata. "Tak ada yang lebih kuinginkan
selain menyerang dia sekarang juga. Tapi..." dan dia
berhenti dengan dagu menegang, "...kita tidak boleh
gegabah. Jumlah maupun persenjataan kita tak
cukup untuk menyerang orang yang tinggal di balik
tembok kastil Shogun. Kita akan bicarakan ini nanti.
Sekarang kita hanya akan memikirkan soal penyerahan kastil dan untuk itu aku memiliki beberapa
usulan." Beberapa orang tak dapat menerima hal itu.
Menurut pendengaran Oishi, ucapan-ucapan mereka
mengandung nada memberontak namun hanya Hara
yang terus terang berdiri dan berbicara. Dia berbicara pada pemimpinnya dengan sikap resmi, tapi
nada suaranya datar mengandung keraguan.
"Oishi-dono, kurasa aku tak mengerti maksud
Anda. Kita sudah tahu kalau musuh majikan kita,
orang yang telah menyebabkan kematiannya, masih
hidup, dan Anda mengatakan ada hal lain yang lebih
penting untuk dibicarakan?"
Dia melihat pada orang-orang untuk mendapat
persetujuan dan mereka setuju sambil berteriak.
Dengan semakin berani, Hara melanjutkan kata76
Kisah 47 Ronin katanya. "Bukankah ajaran Kong Hu Cu mengatakan
bahwa tak satu pun manusia boleh hidup di bawah
satu langit dengan pembunuh majikannya?"
Orang-orang kembali berteriak setuju sampai
Oishi mengangkat tangan dengan sikap memerintah.
"Kau lupa siapa dirimu," katanya. "Kesetiaanmu
adalah kepada keluarga Asano. Tugas utama kita
yaitu mengikuti perintah saudara majikan kita dan
pewaris sah atas wilayah ini." Dia berhenti untuk
memandang ke arah Hara. "Tidakkah Kong Hu Cu
juga berkata bahwa dari lima kebajikan, kesetiaan
mendahului kewajiban moral yang lain?"
"Saudara majikan kita bukanlah majikan kita!"
terdengar teriakan dari arah samping lalu terdengar
suara-suara bernada setuju. Hara semakin bersemangat dan langsung bicara kepada Oishi.
"Tak ada yang perlu diragukan tentang kesetiaan," katanya. "Kami semua setia. Satu-satunya
pertanyaan adalah bagaimana kita dapat menunjukkan kesetiaan dengan cara yang terbaik. Dan menurutku, jika kita tidak balas dendam, maka kita akan
dianggap pengecut dan lemah!"
Oishi menjawab dengan dingin. "Dan menurutku, tidak penting apa yang dipikirkan orang lain
selama kita yakin pada diri kita bahwa kita benar.
Cobalah pikirkan sejenak Lady Asano dan putrinya.
Apakah membunuh orang seperti Kira akan mem77
John Allyn Kisah 47 Ronin bantu mereka mendapatkan kembali rumah mereka"
Mungkin mereka malah akan dihukum mati, termasuk kita, bila usaha kita gagal. Pikirkan juga
dampaknya terhadap Ako. Apakah para leluhur keluarga Asano akan senang jika makam mereka dinodai akibat kastil yang hancur?"
"Apakah para leluhur itu akan berbaring dengan
damai karena pengikut Lord Asano terlalu pengecut
untuk membalas kematiannya?" teriak Hara. Ada
teriakan setuju dari banyak orang dan Oishi menjadi
ragu. Kemudian dengan tenang dia menunjuk pada
Yoshida yang berada dalam kumpulan orang-orang
itu. Laki-laki beruban itu berdiri dan melangkah
maju. "Aku harus memperingatkanmu, Soemon Hara,"
katanya tegas, "atas apa yang baru saja kau katakan
pada pemimpin kita. Tak ada alasan untuk meragukan kesetiaannya hanya karena dia tidak setuju
denganmu. Bagiku, sikapnya memang masuk akal.
Dengan tidak menunjukkan perlawanan dan menaati
perintah Shogun, kita akan mendapatkan lebih dari
apa yang akan kita peroleh melalui pertarungan.
Jika tidak melawan, kelak Shogun akan tahu siapa
yang sebenarnya bersalah dan dia yang akan menghukum Kira."
"Kelak?" ejek Hara. "Kau sudah tua, Yoshida.
Tidakkah kau ingin melihat keadilan ditegakkan
sebelum mati?" "Aku memang sudah tua," Yoshida setuju. "Dan
sebelum mati, aku ingin lihat kastil ini diperbaiki.
Menurutku, kita harus mengajukan banding atas
keputusan Shogun sebelum bertindak."
Terdengar gumaman bernada setuju sehingga
Oishi merasa lega. Setidaknya, tidak semua orang
menentangnya. Kini ada kesempatan untuk mencapai kesepakatan yang akan memuaskan semua pihak
walaupun untuk sementara waktu. Dia merasa puas
karena sudah mengatur sebelumnya bahwa rencana
ini harus diusulkan oleh Yoshida agar terlihat sebagai hakim yang netral.
Ono, bendahara, berdiri. Selama beberapa saat
Oishi menyesal karena tidak berkonsultasi dengan
dia sebelumnya. Ono adalah orang tua dengan wajah yang selalu
waspada, senyum kaku. Pendapatnya cukup berbobot dan dia bisa membuat masalah, tapi seperti
yang sudah Oishi duga, dia menyetujui rencana
Yoshida. Dia juga ingin menunggu sampai waktunya
memungkinkan untuk mengambil keputusan.
"Aku setuju dengan kedua pembicara: kita harus
mengajukan banding," kata Oishi setelah Ono selesai bicara. "Tidak bertentangan dengan harapan
Daigaku Asano - dari apa yang dapat kupelajari
78 79 John Allyn Kisah 47 Ronin tentang pandangan-pandangannya." Dia menatap
langsung Hara yang menyeringai gelisah. "Selain itu,
tindakan ini memberi kita kesempatan untuk melakukan persiapan."
"Persiapan untuk apa?" tanya Hara.
Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Untuk pengepungan, bila petisi kita ditolak,"
jawab Oishi. Inilah pertama kalinya dia memberi isyarat soal
suatu tindakan sesuai keinginan anak buahnya. "Aku
yang akan menulis petisi itu dan mengirimnya untuk
disampaikan ke pejabat yang berwenang di Edo.
Sementara itu, kuminta kalian memikirkan tindakan
terbaik menurut kalian. Begitu banyak yang telah
terjadi dalam waktu yang singkat, maka kuanjurkan
kalian memanfaatkan waktu untuk berpikir. Kita
akan bertemu lagi besok pagi untuk membahas
tindakan pertahanan, bila memang diperlukan, dan
kusarankan agar hanya mereka yang siap berperang
sampai mati saja yang datang."
Suasana menjadi hening dan Oishi berbicara
dengan lebih perlahan sehingga takkan ada kesalahan dalam setiap ucapannya. "Kita bisa berperang
dan mati, atau kita bisa memutuskan, bila jumlah
kita terlalu sedikit, mungkin sebaiknya kita berlutut
di depan kastil dan melakukan seppuku untuk menyambut perwakilan Shogun - jika perbuatan itu
tidak dianggap terlalu pengecut."
Kini keadaan menjadi hening. Seppuku adalah
cara terakhir untuk memerangi ketidakadilan. Ini
merupakan bagian dari latihan seorang samurai agar
tahu bagaimana dan kapan waktunya mengambil
langkah penting. Inilah pertama kalinya mereka
ditawari untuk melakukannya sebagai pilihan yang
sederhana. Oishi memang memberi mereka banyak
hal untuk dipikirkan. Ketika pertemuan itu bubar dan mereka kembali
melakukan tugas mereka, Oishi menoleh ke arah
Kataoka yang sedang menunggunya untuk bertanya
bagaimana keadaan di Edo.
"Baik, baik," kata Kataoka dengan mengangguk
cepat. "Horibe telah melaksanakan tugasnya dengan
baik." Lalu dia menceritakan bagaimana Horibe selalu
mengawasi jalur keluar kota sehingga dia tahu
kapan pasukan untuk mengambil alih kastil di Ako
akan dikirim. Dia juga memerhatikan setiap gerakan
Kira sehingga tahu kapan waktunya menyerang.
Oishi kuatir kalau Horibe, yang mudah naik darah,
akan bertindak melampaui batas. Tapi Kataoka meyakinkan bahwa seluruh anggota di Edo telah bersumpah untuk mentaati perintah dari Ako. Lega
mendengar hal itu, Oishi menyuruh Kataoka makan
dan beristirahat. Ketika berjalan ke istal, dia bertemu Hara yang meminta maaf kepadanya.
80 81 John Allyn Kisah 47 Ronin "Percayalah, aku menyesal telah mengatakan
sesuatu yang menyinggung perasaanmu," katanya.
"Aku memang tidak dapat menahan diri jika sedang
bersemangat. Aku tahu sikapku hanya akan menimbulkan masalah, tapi aku memang selalu seperti ini
dan rasanya tak bisa berubah."
Oishi tersenyum. "Aku cukup mengenal sifatmu
itu," katanya. "Dan jangan kuatir dengan apa yang
telah terjadi dalam pertemuan tadi. Kau mewakili
satu pandangan dan aku senang kau begitu bersemangat. Kita meminta mereka menyerahkan nyawa
pada keputusan kita dan mereka harus tahu betul
akibat dari pilihan yang ditawarkan. Kita harus
memberi mereka kesempatan untuk memutuskan
agar mereka yang mengundurkan diri tak kehilangan
muka di hadapan teman-teman mereka."
Hara menatapnya dengan rasa hormat. Dia terkesan pada atasannya yang memiliki otak sekaligus
semangat untuk berjuang. "Pasti berat sekali untukmu," katanya dengan
sopan, "untuk mempertimbangkan semua pendapat... Kau bisa mengandalkan diriku untuk melaksanakan perintah-perintahmu."
Oishi tersenyum. "Terima kasih, teman. Aku
tahu kalau aku dapat mengandalkan dirimu dalam
setiap kesulitan." Hara menunduk sebagai ungkapan rasa terima
kasih dan mereka melanjutkan perjalanan. Ketika
Istana Yang Suram 1 Trio Detektif 07 Misteri Mata Berapi Mendung Dilangit Kepatihan 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama