Ceritasilat Novel Online

Kisah 47 Ronin 3

Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn Bagian 3


"Tapi, bila terjadi pertentangan kesetiaan, terkadang keputusan menjadi sulit. Aku bukan bicara
tentang diriku - kewajibanku sudah jelas. Namun
pagimu ada dua jalan yang harus dipilih. Bila kau
ikut dengan ibumu dan adik-adikmu ke rumah
nenekmu, kau akan bertanggung jawab atas kesejahjateraan mereka dan jalanmu tidaklah mudah. Bila
.kau memutuskan untuk ikut denganku, jalannya
160 161 l hampir pasti berakhir dengan kematian. Kau harus
memutuskan. Kurasa kau sudah cukup dewasa untuk
menentukan pilihan."
Bagi Chikara, inilah saat yang sangat dinantinantikan dan dia telah menyiapkan jawabannya
lama sekali. Tanpa ragu dia menjawab, "Aku akan
mengikuti ayah. Aku tahu.kenapa ayah mengembalikan ibu - untuk melindungi. Jika aku pergi dengannya, aku hanya akan melindungi diriku sendiri dan
itu bukan sikap seorang laki-laki - seorang samurai."
Oishi senang dan bangga atas jawaban itu, tapi
dia tak ingin anaknya memutuskan secara tergesagesa. Dia mengingatkan Chikara untuk mempertimbangkan lagi.
"Aku telah mempertimbangkan," Chikara meyakinkan. "Aku laki-laki dan harus ikut dengan anggota
yang lain. Jalan lain berarti pengecut."
Oishi tersenyum dan merangkul anaknya. "Seamat bergabung," katanya. "Mulai sekarang kewajibanmu sama seperti anggota yang lain."
John Allyn Chikara membalas senyum ayahnya. Akhirnya ia
mendapatkan apa yang paling diinginkannya. Ketika
Chikara meninggalkan ruangan, mata Oishi berbinarbinar dan dadanya dipenuhi rasa bangga.
Dalam sehari anggota keluarga itu berkemas dan
siap berangkat. Oishi mengantar kepergian mereka
dengan raut wajah yang menyembunyikan perasaan
sesungguhnya. Mata anak-anaknya yang kecil merah
karena menangis namun menyembunyikannya di
hadapan sang ayah. Mimura menemani mereka,
membimbing kuda yang penuh muatan barang. Dia
akan kembali begitu mereka tiba di tujuan. Ketika
keluar dari gerbang, istri Oishi menoleh untuk memandang suaminya untuk yang terakhir kali, sejenak
dia tampak ragu, lalu melanjutkan perjalanan. Keduanya tahu bahwa mereka takkan bertemu lagi.*
162 SEBELAS D ari tiga tempat hiburan besar di Kyoto, yang
paling terkenal adalah Gion. Dari semua rumah
geisha di Gion, yang memiliki reputasi paling mengagumkan dalam pelayanan adalah Bangau Terbang.
Pemiliknya adalah laki-laki bernama Hoshino yang
berbadan besar, licik dan selalu berkeringat. Dia
telah berusaha keras menjadikan rumah geisha miliknya menjadi yang terbaik di Kyoto.
Saat ini dia kuatir dengan pesta di salah satu
kamar yang menghadap ke sungai. Dua di antara
tamu sudah dikenalnya, yaitu Shindo dan Koyama.
Namun dua samurai lain jelas baru pertama kali ini
datang dan tampaknya mereka tak tahu cara bersantai dan menghibur diri. Salah satu tamu yang
berdahi lebar tampak gelisah, dan Hoshino takut
jika orang itu akan memberi kesan kalau Bangau
Terbang adalah tempat yang membosankan.
163 John Allyn Kisah 47 Ronin Hoshino berdiri di lorong dan terus-menerus
berkeringat sementara perbincangan di balik pintu
kertas itu sampai di tingkat yang sudah tidak dapat
ditahannya lagi. Merasa kalau harus bertindak tegas,
dia pun mengangkat tangan untuk memanggil pelayan yang sedang lewat.
"Panggil Okaru," katanya. Gadis itu membungkuk dengan cepat dan segera pergi.
Di dalam ruangan, Oishi merasa sangat bosan.
Kedai teh itu sangat indah, dan dia yakin kalau
ruangan yang menghadap ke sungai Kamo ini adalah ruangan terbaik di kedai. Namun geisha yang
berada di sampingnya, yang tidak pernah berhenti
bicara ini, tidaklah seperti yang dia harapkan.
Ada empat geisha, satu geisha untuk setiap
tamu, dan semuanya membawa nampan berisi botol
sake serta cangkir. Mereka memakai kimono berwarna cerah yang terbuat dari bahan mahal, dilengkapi obi lebar berwarna kontras yang membentuk
pita besar. Wajah mereka putih dengan lipstik merah
menghiasi bibir bagian bawah. Rambut mereka
ditata membentuk sanggul yang rumit dan dilengkapi hiasan rambut.
Gadis-gadis itu memperkenalkan diri dengan
gaya yang memikat dan sambil bergurau memberi
julukan untuk keempat tamu mereka. Oishi cukup
dipanggil "Paman", Shindo dipanggil "Tuan Musang",
Koyama dipanggil "Tuan Tikus", dan tentu saja,
Kataoka adalah "Tuan Monyet". Saat Shindo dan
Koyama, dan kadang juga Kataoka, mulai menikmati
suasana, Oishi merasa sebaliknya. Gadis di sebelahnya lebih pantas menjadi anaknya, dan dia merasa
tidak pantas bila minum bersama. Dia hampir
memutuskan pergi ketika terjadi sesuatu yang sama
sekali tidak terduga. Saat menoleh untuk menyampaikan sesuatu
pada Kataoka, tiba-tiba gadis yang berada di antara
mereka berdiri untuk mengambil nampan makanan.
Samar-samar dia sadar kalau gadis yang lain juga
keluar ruangan di saat bersamaan. Para gadis itu
kemudian datang lagi dengan membawa aneka makanan yang menggugah selera. Makanan yang disajikan ini jelas-jelas tidak menghiraukan aturan Shogun
yang melarang makan daging atau ikan.
Oishi langsung melihat ke arah nampannya saat
diletakkan di hadapannya. Dia tidak sadar kalau
yang berlutut di sampingnya sekarang adalah geisha
lain. Sikap diam yang tidak biasa gadis ini yang
membuat Oishi menoleh. Saat itulah dia terhenyak.
Tepat berlutut di sebelahnya dengan senyum yang
tenang langsung membuat Oishi merasa nyaman,
adalah wanita tercantik yang pernah dilihatnya.
164 165 John Allyn Kisah 47 Ronin Namanya Okaru, geisha nomor satu di pusat kota
geisha. Sulit menebak usianya, meskipun sudah pasti
dia bukan anak kecil. Kimononya sangat indah, tapi
tidak jauh lebih indah dari yang dikenakan gadis
lain. Hidungnya mancung dan anggun, namun matanyalah yang paling menarik perhatian Oishi. Matanya besar dan jernih, dengan kedalaman ekspresi
yang segera membedakan dia dengan gadis lain yang
ada di tempat hiburan tersebut.
Dengan suara yang lembut, dia menjelaskan
jenis makanan yang ada di atas nampan sambil
menunjukkan cara yang tepat untuk memakannya.
Lalu, ketika geisha lain menari dan menyanyi, dia
menjelaskan setiap kata dan gerakan mereka sehingga Oishi dapat benar-benar memahami tarian itu.
Ketika dia bangkit untuk menari, oishi terpesona oleh keanggunannya. Diiringi petikan samisen
yang merdu, dia melakukan gerakan sederhana yang
mengisahkan tentang godaan serta cinta yang bertepuk sebelah tangan yang tak perlu diterjemahkan.
Setelah itu, gadis yang lain kembali menari dan
akhirnya Shindo dan Koyama yang sudah mulai
mabuk, melakukan tarian yang mengejek gerakan
gadis itu. Inilah pertama kalinya Oishi tertawa keras
sehingga suasana pun menjadi lebih santai.
Ketika tiba waktunya pulang, mereka dikawal
keluar hingga gerbang oleh para geisha dan Hoshino.
Dengan kesedihan yang berlebihan karena akan
berpisah, para gadis membungkuk rendah dan memohon mereka agar kembali lagi. Janji diberikan
dengan mudah, namun janji Oishi, yang sama sekali
tak melepaskan pandangannya dari Okaru semalam
itu, adalah yang paling tulus. Malam itu merupakan
malam yang takkan dia lupakan.
Dari berbagai sudut, kunjungan pertama Oishi
ke Gion berhasil dengan baik. Orang mulai membicarakan perubahan kelakuannya, dan itulah yang
sengaja dia ingin orang-orang sebarkan. Semakin
sering dibicarakan, berarti dia takkan lagi dianggap
sebagai ancaman oleh Kira. Kini rumah geisha menjadi tempat tinggalnya.
Jumlah mata-mata semakin banyak yang mengikuti kegiatannya dan dia senang melihat kebingungan lawan. Kebingungan juga terjadi di antara anak
buahnya. Biasanya, dia bangun siang, makan dengan terburu-buru dan segera pergi ke kota. Mereka yang tak
dapat atau tak mau bangun di waktu yang sama,
akan menyusul untuk bergabung dengannya di tempat yang dapat mereka ketahui melalui kehadiran
mata-mata yang menyamar sebagai komuso. Mereka
menjadi begitu terbiasa dengan kehadiran matamata ini hingga Kataoka menyebut mereka sebagai
166 167 John Allyn Kisah 47 Ronin "penunjuk jalan ke tempat hiburan". Dia lewat di
hadapan wajah mereka yang tersembunyi, dan setelah itu menertawai mereka yang menunjukkan rasa
malu. Siang hari, setelah minum-minum, biasanya
mereka pindah ke tempat lain untuk makan malam
dan kadang-kadang dilanjutkan ke kedai teh untuk
hiburan setelah makan malam. Saat dalam perjalanan pulang di larut malam, keadaan semakin
buruk. Sambil mabuk Oishi akan menegur pejalan
kaki dan melakukan hal yang tidak disadarinya. Bila
udara cerah, dia akan mengajak sejumlah geisha
jalan-jalan di tempat umum seperti Taman Gion dan
mengadakan piknik yang kacau di bawah tatapan
mata kalangan terhormat. Masyarakat Kyoto sudah
terbiasa dengan pengunjung yang menyukai kesenangan, tapi menurut mereka Oishi terlalu berlebihan.
Minggu demi minggu semakin banyak laporan
yang masuk ke Edo mengatakan bahwa dia menghambur-hamburkan uang dan tak pernah bertemu
teman-temannya tanpa acara minum-minum. Kataoka dikenal sebagai pelawak istana, sedangkan
sudah pasti Shindo dan Koyama takkan dijuluki
ksatria. Biasanya, laporan-laporan tersebut juga disertai tagihan untuk tugas mata-mata yang diperlukan hingga memaksa Chisaka, yang putus asa, mengambil tindakan. Jumlah mata-mata dikurangi menjadi hanya Fujii dan satu pembantu, tidak termasuk
juru masak yang masih tetap bertugas di Yamashina.
Ini adalah tugas yang tak dapat dilakukan dua orang
dan segera saja mereka sulit memusatkan perhatian
karena kurang tidur. Kelompok Ako meninggalkan
tempat melalui pintu samping, keluar dan masuk
secara terpisah, dan membuat tugas mata-mata itu
menjadi kian sulit. Ketika melihat Fujii memakai
sepatu terbalik, Oishi tertawa karena telah berhasil
mengalahkan musuh yang berat.
Sayang sekali bagi Oishi, sebagian besar pembicaraan yang dilakukan di rumah-rumah geisha
hanya berkisar pada kesenangan, termasuk teater,
aktor serta artis terkenal. Dia tidak tahu apa pun
tentang semua itu, dia hanyalah seorang samurai
dari desa. Suatu ketika di Bangau Terbang, tempat
yang paling sering dia kunjungi, ada pembicaraan
seru tentang aktor tertentu, Oishi keluar dengan
alasan ingin mencari udara segar. Saat hendak keluar
itulah Okaru menyarankan dia menonton Kabuki
agar tahu apa yang dibicarakan. Geisha lain yang
hadir di sana terkejut atas kelancangannya, tapi
Oishi pura-pura tidak memerhatikan.
Dia dengan sopan mengucapkan terima kasih
atas sarannya. Dia merasa mungkin Okaru menertawakan namun ia mengatakan kalau dia akan ke
168 169 John Allyn Kisah 47 Ronin teater keesokan harinya. Katanya, tak pernah terlintas di benaknya untuk mengunjungi teater umum.
Mungkin saja dia bisa terhibur di sana. Di belakangnya, Shindo dan Koyama saling mengedipkan mata;
mereka yakin yang sedang berbicara pastilah Oishi
yang mabuk. Dia bukan jenis orang yang sering
mengunjungi tempat umum. Pesta itu berlangsung hingga larut malam ketika
mereka akhirnya bersiap pulang. Kataoka melihat
hanya ada satu mata-mata yang masih menunggu di
pintu masuk. Dia melaporkan ini kepada Oishi dan
mereka sepakat untuk mempermainkannya. Setelah
mengucapkan selamat tinggal kepada para geisha
dan pemiliknya, orang-orang Ako ini saling bertukar
topi dan pakaian luar dengan Shindo dan Koyama.
Setelah itu mereka keluar dengan tenang. Petugas
mata-mata mengikuti mereka. Oishi dan Kataoka
mengawasi dari balkon sambil tertawa. Kemudian,
dengan pakaian teman-teman mereka, mereka menyelinap keluar dari pintu belakang. Meskipun Oishi
tidak menyadarinya, tapi pasti akan kuatir seandainya tahu ada yang mengawasi perbuatan mereka.
Geisha Okaru melihat dari jendela di lantai atas
dengan wajah yang lebih dari sekadar ingin tahu.
Keesokan harinya, dengan mengejutkan semua
orang, Oishi mengatakan kalau dia akan ke teater
Kabuki. Shindo dan Koyama, yang telah menjadi
penggemar jenis teater ini, yang jauh lebih hidup
daripada teater istana Noh, serta merta menerima
undangannya. Kataoka kurang antusias; pengetahuannya tentang hal-hal seperti itu tak lebih dari
pimpinannya, tapi dia tak ingin membiarkan Oishi
ke tempat umum tanpa didampingi dan memutuskan akan ikut sebagai pengawal.
Pertunjukan pertama dimulai siang hari, namun
dalam perjalanan Oishi memaksa mampir ke kedai
teh untuk minum sake hingga akhirnya mereka
terlambat. Menjelang sore, Shindo mengingatkan
bahwa sebaiknya mereka tiba tepat waktu untuk
melihat pertunjukan kedua atau tidak akan dapat
tempat. Namun Oishi mengabaikan dan menuangkan minuman lagi. Dia membutuhkah perlindungan
untuk rencana yang ada di pikirannya, dan menjelang malam ketika akhirnya dia siap berangkat.
Seperti yang ditakutkan Shindo, karcis telah
terjual habis. Ketika mereka sampai di teater, mereka
melihat calon-calon penonton yang ditolak. Meskipun begitu, dalam keadaan mabuk dan merasa tak
senang, Oishi memutuskan bahwa mereka harus
tetap masuk dan memanggil pengelola teater. Ketika
laki-laki yang ketakutan itu muncul, Oishi mengancam akan melempar dia ke Sungai Kamo bila tak
menyediakan tempat. Si pengelola menyeka kepalanya yang tak berambut dan berjanji akan melihat
170 171 John Allyn Kisah 47 Ronin apa yang dapat dia lakukan. Setelah menunggu
beberapa waktu, akhirnya mereka diantar masuk ke
dalam oleh seorang penjaga pintu.
Ketika berjalan menuruni lorong dalam teater
yang agak gelap, Oishi melihat ruangan berlantai
tikar ini dipisahkan menjadi beberapa bagian oleh
teralis rendah yang penuh penonton dari berbagai


Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

usia dan latar belakang sosial. Agar dapat memberi
tempat bagi Oishi, pihak pengelola terpaksa mengusir empat orang pedagang dari tempat pilihan yang
berada di tengah ruangan. Mereka memerhatikan
orang-orang yang baru datang itu dengan pandangan
jengkel sambil mengangkat kotak makan siang dan
melangkah ke lorong. Dengan ribut Oishi mengatur
tempat bagi teman-temannya dan melihat ke sekeliling teater, menunjuk ke ruangan di sebelah balkon
dan mengatakan bahwa tempat di sana lebih baik.
Dia bisa melihat ada banyak klas pedagang, geisha
dan bahkan beberapa samurai, atau ronin, termasuk
satu orang bertubuh besar dengan beberapa pengikutnya di ruang sebelahnya. Meskipun pertunjukan
sedang berlangsung, Oishi membuka botol sake dan
membuat keadaan makin membingungkan ketika dia
meminta pengelola agar menyediakan air panas
untuk menghangatkan sake. Tentu saja tak ada yang
berani membantah, walaupun samurai bertubuh
besar yang ada di ruang di sebelahnya tampak kesal.
Samurai itu sedang berusaha mengikuti pertunjukan
itu dan dia menggerutu atas sikap Oishi yang tidak
sopan. Oishi tak memedulikan orang itu. Setelah mendapatkan sake hangat barulah dia memerhatikan apa
yang terjadi di pentas. Ketika akhirnya bisa memusatkan perhatian, dia melihat bahwa tata letak
pentas menggambarkan gubuk petani, dan para
pemain, yang semua laki-laki, berpakaian petani.
Baginya ini membosankan. Sesuatu yang aneh menurutnya yaitu gaya bicara mereka tidak seperti
kaum petani, melainkan dengan bahasa yang tinggi
sehingga menurutnya sama sekali tidak cocok. Ungkapan perasaan yang mereka sampaikan dengan
anggun tak sesuai dengan peran mereka yang kasar.
Oishi sulit memercayai bahwa penonton bisa menerima hal seperti itu. Di saat mendengarkan dengan
lebih saksama, dia terpesona ketika sadar bahwa
tokoh-tokoh itu sedang membicarakan hal-hal seperti etika Kong Hu Cu serta pilihan antara kewajiban kepada pimpinan atau umat manusia dan
kepada orang-orang yang mereka kasihi. Bagi Oishi,
mustahil mereka bisa menghargai hal-hal yang berat
seperti itu. Dia menyikut pinggang Kataoka lalu
memberi komentar menghina tentang petani agung
yang sedang mereka tonton.
172 173 Kataoka tertawa keras, begitu juga yang lain,
John Allyn Kisah 47 Ronin termasuk Oishi. Samurai yang duduk di ruang sebelah menatap mereka dengan tajam dan bergumam
pada teman-temannya. Dia mulai kesal dengan semua gangguan ini.
Lalu muncullah pahlawan wanita dalam pertunjukan itu. 'Wanita' dari kalangan bangsawan. Kelihatannya wanita ini telah diperlakukan dengan
semena-mena oleh suaminya dan memiliki kekasih
dari klas pedagang. Dia lari dari rumah dan sedang
menanti di pondok petani untuk bertemu kekasihnya. Oishi tak membiarkan pertemuan itu terjadi.
Dengan marah dia bangkit dan berteriak bahwa
pemain itu palsu, bahwa dia tidak memahami bagaimana seharusnya berperan sebagai wanita bangsawan yang takkan melakukan hal seperti itu. Oishi
meminta pertunjukan itu dihentikan. Suasana menjadi hening, di panggung maupun di luar panggung.
Samurai yang duduk di ruang sebelah melompat,
kejengkelannya memuncak. "Diam, kau bodoh!" dia berteriak ke arah Oishi.
"Sikapmu jauh lebih buruk dibanding orang kota dari kabar yang kudengar, ini bukan pertama kalinya
kau mempermalukan dirimu di Kyoto!"
Oishi terhenyak, kemudian sambil mengumpat
dia meraih pedang. Tapi pedangnya tersangkut dalam sarung, samurai yang lain tertawa keras dan
mengejeknya. "Pedangmu kini dipakai untuk keperluan dapur
ya?" Dia tertawa lagi dan menoleh ke arah temantemannya. "Lihat, dia menyebut dirinya samurai,
merasa lebih baik dari pemain di panggung maupun
penonton, tapi pedangnya berkarat!" Dia tertawa
lagi dan kali ini Oishi mengayunkan pedang yang
masih dalam sarungnya ke kaki orang itu. Laki-laki
bertubuh besar itu berusaha menghindar dan jatuh
di salah satu pembatas ruang yang rendah. Dia
menimpa seorang penonton, seorang wanita tua
yang memakinya seperti terhadap seorang pekerja.
Dia berdiri lagi dengan ditertawai teman-teman
Oishi yang mabuk. Tangan para pengikut orang
bertubuh besar itu bersiap meraih pedang, namun
dia menahan mereka. Selama beberapa saat dia
melihat pemandangan yang menggelikan, Oishi siap
dengan pedangnya yang masih tersangkut di sarung,
lalu tertawa terbahak-bahak. Dia meraih pedang dan
mengangkatnya tinggi-tinggi, tapi ternyata pedangnya juga tersangkut di sarung. Dengan teriakan
menyerang, dia menyergap Oishi namun luput dan
menabrak pembatas lain. Penonton di sekeliling
segera menyingkir ketika melihat keributan telah
berubah menjadi pertarungan. Pengikut Oishi maupun pengikut lawannya membentuk setengah lingkaran di belakang pemimpin mereka untuk menghalau siapa pun yang ingin ikut campur.
174 175 John Allyn Kisah 47 Ronin Putaran dan ayunan permainan pedang terus
berlangsung di tempat yang tidak biasa, yaitu lantai
teater yang gelap dengan pembatas ruang yang
digunakan sebagai penghalang. Kondisi fisik kedua
orang itu sangat tidak baik, selain mabuk, penduduk
kota juga menganggap perbuatan mereka menyebalkan. Sebagian besar dari mereka mulai keluar teater
dengan kecewa karena terganggunya pertunjukan.
Meskipun sedang sibuk, Oishi juga merasakan ini
dan menjadi sangat malu, sekalipun masalah yang
dihadapinya adalah akibat perbuatannya sendiri.
Dia ingin segera mengakhiri pertarungan itu tapi
lawannya ternyata tangguh, maka ayunan pedang
terus berlangsung. Belum pernah Oishi merasa atau
kelihatan begitu bodoh. Dia menyalahkan dirinya
karena terlibat dalam perkelahian seperti itu. Sadar
kalau dia sudah kelihatan begitu bodoh, maka
dengan sengaja dia membuat dirinya tersandung
dan jatuh tepat di hadapan lawannya. Orang bertubuh besar itu berteriak kemenangan lalu menepuk
kepala Oishi dengan pedangnya yang masih tersarung dengan gaya seorang pemenang. Oishi bangkit lalu berlutut dan pura-pura membungkuk sebagai
tanda menyerah, orang besar itu pun tertawa dan
kembali ke ruangannya. Atap kaca sudah dibuka dan pertunjukan sudah
berakhir. Beberapa penonton masih tetap di tempat,
berharap sandiwara akan dimulai lagi, tapi sebagian
besar penonton sudah pergi dengan ketakutan atau
kesal. Samurai yang besar itu memerintahkan anak
buahnya membereskan barang dan bersiap pergi.
Ketika hendak keluar, Oishi tanpa sengaja melihat
ada Okaru di ruangan di sebelahnya. Wanita itu
sedang duduk sambil bicara dengan seorang maiko
kecil, atau calon geisha. Yakin kalau Okaru melihat
kejadian tadi, dia pun berbalik dengan kecewa dan
malu. Walaupun mabuk, Shindo memerhatikan ini
dan memberitahu Koyama. Ketika akhirnya Koyama
memahami apa yang dimaksud Shindo, mereka pun
saling melemparkan pandangan mengerti.
Oishi meninggalkan teater dengan tergesa-gesa
diikuti kelompok kecilnya. Shindo dan Koyama
membungkuk ke arah Okaru yang dengan sopan
membalas salam mereka. Oishi tidak memerhatikan
ini; dia masih memikirkan sikapnya yang sangat
memalukan. Di benaknya, hanya ada satu yang
memuaskan dari seluruh kejadian ini: yaitu jika
mata-mata Kira melihat peristiwa ini, mereka punya
bukti kuat bahwa orang yang mereka awasi benarbenar bodoh. Pedangnya berkarat, kemampuan berpedangnya sangat buruk, lebih mirip pengemis.
Benci dengan dirinya sendiri dan untuk semakin
memperburuk nama baiknya, Oishi memaksa mampir di 'kedai teh' pertama yang mereka jumpai,
176 177 John Allyn Kisah 47 Ronin meskipun itu kedai teh murahan. Begitu masuk, dia
duduk dengan kesal dan minta dilayani gadis pengawas. Di tempat ini dia minum lebih banyak sake
murahan dan dilayani 'geisha' yang juga bukan yang
terbaik. Gadis-gadis petani ini didatangkan tanpa
mendapat pendidikan soal tata krama. Tugas mereka
hanyalah menyediakan sake dan tidur dengan pelanggan bila diminta; kemampuan mereka menghibur juga sangat terbatas. Oishi mendengarkan
dengan bosan saat mereka berbicara dengan logat
daerah yang terdengar tidak menyenangkan di telinga. Tapi dia ke sini untuk minum, bukan untuk
berbincang, dan memang hanya untuk tujuan itu.
Berjam-jam kemudian, Shindo dan Koyama meninggalkan Oishi yang tertidur di pangkuan gadis
pengawas yang melantunkan lagu rakyat dari daerahnya dengan irama datar. Kataoka juga tertidur di
sudut ruangan, kelelahan dan sudah hilang kesabaran pada pemimpinnya.
Tiba-tiba terjadi keributan di luar pintu. Gadis
itu berhenti bernyanyi dan dengan mata mengantuk
berusaha melihat. Oishi bangun untuk mendengarkan, lalu tidur kembali dan gadis itu melanjutkan
nyanyiannya. Hal selanjutnya yang disadari Oishi
adalah pintu yang dibuka paksa, dan Hara dengan
mata menyala berdiri di pintu. Oishi berusaha
bangkit namun tangannya terpeleset hingga jatuh
kembali ke pangkuan gadis itu, yang terkejut dengan
kehadiran samurai yang narah di hadapan mereka.
"Hara," kata Oishi sambil berusaha berdiri. "Selamat datang.... Kataoka, lihatlah, siapa yang datang
- teman lama kita Hara. Kataoka bangkit dengan mengantuk, namun
ketika melihat siapa yang berdiri di pintu, dia langsung berdiri tegak. Dia baru saja hendak menjelaskan namun raut wajah Hara membuatnya mengurungkan niatnya. Belum pernah dia melihat Hara
begitu marah dan dia kehilangan kata-kata.
178 179 "Jadi cerita itu benar!" kata Hara, tangannya
gemetar sambil memeging kedua pedang, seolah
ingin menggunakan kedua pedang itu. "Aku takkan
percaya kabar tentang kalian berdua sehingga aku
terpaksa datang dan melihat sendiri!"
Oishi berdiri dengan terhuyung-huyung. "Tunggu
sebentar, teman..." "Aku bukan temannmu," Hara menyela dengan
dingin. "Kau membuat malu nama 'samurai'." Dia
menggelengkan kepala. "tak kusangka kau berada di
tempat kotor seperti ini"
"Tunggu!" kata Kataoka dengan marah, namun
Hara tak memberi kesempatan.
"Siapa yang membayar semua ini, Oishi-dono!"
tanyanya dengan nada marah. "Saat anggota kita
John Allyn Kisah 47 Ronin kelaparan, bagaimana kau bisa menghambur-hamburkan uang kita dengan cara seperti ini?"
"Cukup, Hara!" teriak Oishi.
"Aku memang sudah mengatakan semuanya. Aku
telah selesai bicara denganmu dan aku juga sudah
selesai mendengar. Akan kukabarkan pada anggota
kita bahwa Oishi sudah menjadi pencuri dan pemboros dan tak bisa lagi dipercaya. Seharusnya sudah
kubunuh kalian!" Dia berbalik hendak keluar, tapi dengan susah
payah Kataoka menjatuhkan diri di hadapan Hara.
"Hara, tidakkah kau lihat..." katanya, tapi Hara,
dengan sikap menghina, menginjak dada Kataoka
dan mendorongnya dengan kasar.
"Bajingan!" umpatnya dengan gigi yang terkatup
rapat, lalu dia keluar melalui pintu masuk.
Ketika dia menutup pintu kembali, pishi melihat seorang pemuda yang menunggu di belakangnya
tapi wajahnya tidak dia kenal dan segera melupakannya.
Setelah Hara pergi, Oishi dan Kataoka menggeleng-gelengkan kepala dengan perasaan sedih.
Setelah beberapa saat, si gadis, yang pucat dan
gemetar, menyingkir mendekati pintu dalam kedai
teh itu. Oishi segera menghalangi jalan dan memberi
senyum yang dipaksakan. "Tolonglah," katanya, "ini bukan sesuatu yang
harus diberitahukan. Teman kami tadi orang yang
sangat kuno yang tidak mengerti mengapa kadangkadang kami suka bersenang-senang."
Si gadis tampak ragu sejenak, kemudian perlahan-lahan rona di pipinya mulai kembali.
"Sekarang sudah terlalu malam untuk menyanyi,
tapi kami sangat menghargai hiburanmu." Dia membuka dompet dan mengeluarkan beberapa koin yang
dia permainkan dari satu tangan ke tangan lain
sambil berkata. "Kau memaafkan, kan" Dan takkan
menceritakan kejadian ini pada orang lain?"
Gadis itu menghela napas panjang ketika melihat uang itu. Setelah Oishi menyerahkan uang itu,
dia tersenyum, memperlihatkan giginya yang tidak
rata. "Terima kasih, tuan. Datanglah lagi."
Dengan enggan Oishi dan Kataoka membungkuk
ke arahnya lalu pergi. Di luar, Kataoka berjalan
tanpa bicara. Oishi memikirkan apakah Hara tidak
memercayainya lagi. Jika memang demikian, dia tak
bisa menyalahkan. Ketika tiba di Yamashina, Oishi
langsung ke tempat tidur dengan perasaan hampa.*
180 181 Kisah 47 Ronin DUA BELAS D i tengah malam, Oishi setengah terbangun oleh
suara berbisik dari lorong di luar kamarnya.
Dia berusaha mendengar apa yang sedang mereka
bicarakan tapi tidak jelas, maka dia pun membalikkan badan untuk kembali tidur. Dengan membelakangi pintu masuk, dia mendengar seseorang membuka dan menutup kembali shoji dengan perlahan
tapi dia terlalu sedih dan terlalu mabuk untuk ambil
pusing. Dia menutup mata rapat-rapat sampai tertidur kembali.
Baru beberapa lama setelah itu, ketika dia membalikkan badan menghadap ke pintu masuk, dia
merasa ada seseorang di kamarnya. Bukan hanya di
dalam kamar, tapi juga di tempat tidurnya! Samarsamar, ada sesosok tubuh yang berbaring di sisinya
lalu dia bangkit bertumpu di atas kedua tangan
dengan terkejut. 182 Hal pertama yang muncul di pikirannya yaitu
istrinya datang dari rumah orangtuanya tanpa memberitahu. Dia merasakan dorongan yang kuat untuk
memeluk dan juga memukulnya karena tidak menaatinya. Kemudian tubuh itu berbalik menghadap
kepadanya dan dalam sinar rembulan yang masuk
menembus jendela kertas dia sadar kalau itu adalah
Okaru. Dia kembali merasakan dorongan yang bertentangan dalam dirinya. Dia segera tahu bahwa
keberadaan Okaru di kamarnya pasti karena ulah
Shindo dan Koyama. Hal ini membuatnya marah
dan tersinggung. Gadis itu terbangun oleh suara
Oishi, dan melihat ke arahnya dengan rasa ingin
tahu. Kini Oishi dapat melihat dengan jelas betapa
pucat warna kulitnya dan dapat membedakan cahaya merah gelap lewat rambutnya yang harum.
Oishi mengakui Okaru memang cantik, sambil bergerak mendekati dia yang mengawasinya dengan diam.


Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pagi hari ketika bangun dan mendapatkan bahwa
gadis itu masih ada di sampingnya, Oishi merasa
sangat malu dengan sikapnya. Melihat gadis itu juga
sudah bangun, maka dia berkata dengan nada minta
maaf. "Seharusnya tidak boleh ada hubungan yang
tidak disertai dengan sopan santun."
183 John Allyn Kisah 47 Ronin Gadis itu tersenyum untuk pertama kalinya dan
Oishi kembali menyadari kecantikannya. Ada ekspresi melankolis di matanya yang membuat senyumnya yang sederhana pun memiliki misteri.
"Itu bukan hal yang penting," katanya singkat.
Sejenak Oishi merasa tenang dan bersyukur, tapi
kemudian pikirannya kembali pada keributan di
teater. Gadis itu ada di sana dan pasti dia menganggap buruk. Kini, pikiran lain muncul. Karena
Okaru sudah melihatnya dan pasti menganggapnya
bodoh, kenapa dia datang ketika teman-teman yang
berniat baik itu memintanya" Apakah dia butuh
uang" Bagi orang seperti dia, rasanya tak mungkin.
Atau mungkin dia mata-mata yang memanfaatkan
Shindo atau Koyama" Okaru pasti sudah menebak pikirannya itu. Saat
Okaru kembali tersenyum, Oishi mengajihkan perhatian dengan menceritakan lelucon tentang kedai
teh. "Kata orang, wanita yang tersenyum pada semua orang pastilah berhati dingin."
"Mungkin," katanya setuju, masih tersenyum.
"Mengapa kau berpendapat aku tersenyum pada
setiap orang?" "Karena itu pekerjaanmu," jawabnya pendek.
"Aku tidak merasa tersanjung dengan menganggap
kalau aku diperlakukan berbeda."
"Semua laki-laki memang berbeda, tapi juga
sama." "Benar," katanya setuju. "Namun beberapa lakilaki harus dihindari, jangan dicari. Orang-orang yang
sering membuat masalah dan sejenisnya hanya akan
memberi kemalangan orang-orang di dekatnya."
"Manusia saling berhubungan karena memang
sudah ditakdirkan begitu," katanya dengan tenang.
"Dan apa yang sudah bersatu harus berpisah,"
kata Oishi pelan. Kemudian dengan tiba-tiba Oishi
mengubah topik pembicaraan.
"Kabuki ternyata tidak seperti yang kau ceritakan," dia memulai, kembali ke topik yang pernah
mereka bicarakan sebelumnya.
"Aku menyesal kau tidak menikmatinya," jawab
Okaru, nada bicaranya juga berubah ringan seperti
Oishi. "Kau bilang teater itu realistis - bagiku justru
sebaliknya. Petani tidak bertingkah laku seperti itu begitu juga wanita bangsawan."
Okaru diam, tidak menanggapi.
"Tak ada istri samurai yang meninggalkan suaminya demi orang biasa seperti yang dikisahkan dalam
sandiwara itu," lanjutnya. "Sungguh tak dapat dipercaya. Aku bisa lihat bagaimana orang bodoh yang
tak tahu apa-apa akan memercayai cerita itu, tapi
siapa pun yang pernah berhubungan dengan kaum
184 185 John Allyn Kisah 47 Ronin bangsawan pasti tahu bahwa hal seperti itu tidak
pernah terjadi." "Aku yakin kau kenal lebih banyak wanita bangsawan daripada aku," tambahnya. "Tapi kau tidak
tahu akhir sandiwara itu. Pemuda biasa itu ternyata
seorang samurai! Dan bahkan seandainya kau tidak
menduga itu, sebagian besar penonton tahu karena
mereka pernah melihat sandiwara itu."
Beberapa saat Oishi diam membisu. "Yah, mungkin hal itu bisa membuat perbedaan," akhirnya Oishi
menjawab dengan enggan. "Tapi tetap saja tidak
berarti membenarkan perselingkuhannya."
"Bagaimana jika dia diperlakukan kasar oleh
suaminya" Bagaimana bila dia telah menceraikan
istrinya karena beberapa alasan dan istrinya ini tidak
punya siapa pun untuk menolongnya?"
Perbincangan ini juga sudah mulai tidak menyenangkan karena menyinggung rumah tangganya dan
Oishi menjadi ragu. "Mungkin," katanya dengan lesu.
"Tapi tak ada wanita terhormat yang membiarkan
dirinya terlibat dengan laki-laki sembarangan."
Kini giliran Okaru yang merasa tidak senang,
tapi dia hanya mengangguk setuju. "Ya," katanya.
"Mungkin kau benar. Aku tidak kenal banyak wanita
bangsawan - wanita terhormat - dan aku yakin kau
benar tentang cara mereka bersikap."
Sudah terlambat bagi Oishi untuk menyadari
bahwa ucapannya telah menyinggung Okaru, namun
dia tak mampu menemukan kata maaf yang layak.
Dengan malu, dia kembali pada sikapnya yang kasar.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya.
"Saudara-saudaramu yang memintaku datang,"
jawabnya singkat. "Katanya kau butuh wanita di
rumah agar tidak mencari kesenangan di tempat
hiburan setiap malam dan merusak kesehatanmu."
"Mereka menemuimu" Mereka mencarimu?" tanyanya.
"Ya," katanya dengan terkejut. 'Apakah kau pikir
aku..." dia ragu lalu tersenyum. "Bukannya wanita
tak membutuhkan laki-laki seperti laki-laki membutuhkan wanita."
Oishi masih memikirkan Shindo dan Koyama.
Apakah mereka memang mencemaskan kesehatan
dirinya" Ataukah ada niat tertentu" Pasti mereka
sudah memerhatikan dengan saksama hingga tahu
bahwa dari semua geisha yang ada di Kyoto, gadis
inilah yang paling menarik. Tapi apa yang akan
terjadi bila geisha ini terlalu dekat dengannya"
Apakah itu juga menjadi bagian dari rencana mereka" Dengan bingung, Oishi kembali memerhatikan
gadis itu. "Bagaimana dengan pelangganmu yang lain"
Dapatkah kau menyerahkan diri pada seseorang
dengan mengorbankan yang lainnya?"
186 187 John Allyn Kisah 47 Ronin "Itu memang pekerjaanku," kata Okaru sambil
tertawa. "Tapi kenapa memilih orang tua sepertiku?"
"Aku akan ceritakan sebuah rahasia padamu, pak
tua," katanya dengan penuh misteri. "Kau tak jauh
lebih tua dari aku."
Oishi mengangguk. "Mungkin itu sebabnya kau
lebih menarik bagiku dibandingkan yang lain maksudku..." Dia berhenti, bingung, sadar kalau dia
sudah mengatakan lebih dari yang ingin dia katakan.
Dia menunggu ditertawai atas kekeliruannya, tapi
Okaru hanya diam menunggu.
"Maksudku, gadis-gadis muda masih bodoh. Tapi
begitu juga dengan laki-laki seusiaku."
"Tapi kau berbeda."
"Bagaimana kau bisa bilang begitu?" tanya Oishi
terkejut. "Aku pelawak terbesar di Kyoto, Kau sudah
lihat contoh aktingku di teater kemarin."
"Sama seperti pendapatku kalau kau tidak terlalu tua, aku juga berpendapat bahwa kau tidak
sebodoh itu," katanya terus terang.
"Apa yang kau lihat pada diriku?" dia bertanya
sambil meninggikan suaranya dengan kesal.
"Aku melihat orang yang menderita karena kehilangan jabatan dan aku bersimpati padanya."
"Simpati atau kasihan?" tanyanya dengan tajam.
"Oh, aku tidak mengasihanimu. Aku merasa
kalau kelak kau akan mendapatkan kembali hakmu.
Seperti kau tahu, laki-laki memiliki posisi yang lebih
baik dari wanita untuk melakukan hal itu."
Oishi menatap tajam. Secara terang-terangan dia
menyatakan kalau dia tahu banyak. Ataukah ini
hanya sekadar sikap geisha, senyuman dan kata yang
menghibur untuk semua orang"
"Omong kosong," katanya kepada Okaru. "Apa
yang sudah hilang tidak bisa kuperoleh kembali dan seluruh tekad yang ada di dunia ini takkan
membantu untuk mendapatkannya kembali."
"Terserah," jawabnya setuju sambil tersenyum.
"Kau melihatku di teater," katanya dengan suara
lemah. "Setelah pertunjukan yang memalukan itu
kau masih tetap menganggapku seorang ksatria."
"Bila perlu," angguknya, "kurasa kau bisa menjadi orang hebat."
"Dan apa yang membuatmu menyimpulkan seperti itu?"
"Dari beberapa kali pertemuan kita. Contohnya,
aku merasa bahwa apa yang terjadi di teater sudah
sesuai dengan yang kau inginkan."
Oishi terkejut. "Apa maksudmu?"
Sebelum menjawab, Okaru bangkit dari tempat
tidur dan berjalan ke sudut ruangan di mana Oishi
meletakkan pedang malam sebelumnya.
"Pedangmu," katanya sambil mengangkat pe188 189 John Allyn dang yang masih di sarung. Tanpa sadar Oishi bergerak untuk menghentikan, lalu diam untuk melihat
apa yang dilakukannya. "Aku yakin pedang ini tidak
terlalu berkarat seperti yang kau tunjukkan."
Dia melangkah ke depan Oishi dengan gaun
tidurnya yang tipis, tangannya menggenggam gagang
pedang. "Betul, kan?"
Oishi memandangnya, sadar bahwa tak ada yang
dapat dia katakan untuk menghentikannya.
"Benar, kan?" ulangnya, kemudian tanpa kesulitan dia mengeluarkan pedang yang mengkilap itu
dari sarung lalu mengangkatnya tinggi-tinggi dalam
posisi menyerang. Oishi hanya menggumam. Tiba-tiba Okaru tertawa lalu masukkan pedang ke dalam sarung. Dia
letakkan pedang itu ke lantai, terus tertawa kemenangan dan lega bahwa dia benar.
Oishi pun tersenyum dan kemudian tertawa.*
190 TIGA BELAS D i sebuah toko alat-alat memanah di Osaka,
Hara merasa sangat terganggu. Tangannya gemetar ketika mengangkat busur dan memasang anak
panah. Bidikannya begitu buruk sehingga tak berhasil mengenai sasaran.
Dia mengumpat. Belum pernah dia merasa kacau
seperti ini. Bahkan keluar dari kastil di Ako juga tak
membuat dia kehilangan keyakinannya bahwa keadilan pada akhirnya akan muncul.
Hara bukanlah orang mudah percaya pada berita
dan hanya percaya setelah dia melihatnya. Dia
merasa tersinggung oleh tindakan Oishi dan bahkan
menyalahkan dirinya karena tak membunuh pemimpinnya saat itu juga. Selain persahabatan mereka
yang sudah lama ada batasan yang dapat ditanggung seorang samurai.
Untungnya saat ini tidak ada yang melihat
191 John Allyn Kisah 47 Ronin bidikannya yang jelek. Dia harus segera mengendalikan diri sebelum penduduk kota datang berlatih.
Sejak kembali dari Kyoto, dia begitu tegang hingga
sering kesal ada yang melakukan kesalahan.
Sebenarnya, bila dia ingat kembali, sejak membuka usaha ini, dia hanya punya satu murid yang
berbakat. Nama anak muda yang murah senyum
dan berbadan kekar ini adalah Konishi dan dia telah
menjadi pembantu serta pendamping tetap Hara.
Pemuda itu sangat mengagumi keahlian Hara memanah dan selalu minta diceritakan kisah tentang
kehidupan kastil di Ako. Katanya dia putra seorang
pedagang dan belum pernah mengenal samurai
secara pribadi. Pikirannya terganggu oleh keributan karena kedatangan Konishi. Pemuda ini berlari terengah-engah
dan membungkuk rendah dalam gerakan cepat yang
membuat lutut dan kepalanya menyentuh lantai
secara berkesinambungan. "Hei! Ada apa?" tanya Hara dengan keras.
Konishi mendongak dan tersenyum. "Sensei"
katanya, memanggil Hara dengan sebutan penghormatan bagi guru, "Anda tak menyangka siapa yang
aku lihat di Osaka hari ini!"
"Aku sedang tidak ingin tebak-tebakan," kata
Hara sambil membalikkan badan.
"Salah seorang dari daerah Anda!" pemuda itu
melanjutkan dengan sangat bersemangat dan Hara
berbalik menatap wajahnya.
"Orang dari Ako?"
"Ya, dia punya usaha di sini dan kelihatannya
cukup berhasil." "Punya usaha" Siapa dia" Kau tahu namanya?"
"Oh, tidak. Aku hanya mengenali lambang Ako
di tempat usahanya."
"Hmmm. Dan usaha apa yang dijalankannya"
Bukan sekolah memanah, kan?"
"Bukan, sensei. Tokonya menjual bahan pakaian
- cukup besar." "Bahan pakaian"... Kira-kira siapa dia?"
Hara berpikir sejenak, kemudian dengan tibatiba berjalan keluar sekolahnya.
"Ayo," kata Hara dengan kasar. "Tunjukkan di
mana kau lihat lambang Asano itu."
192 193 Minat yang diperlihatkannya merupakan pujian
dan Hara pun bersungguh-sungguh mendidiknya.
Bila pemuda ini terus menunjukkan kemajuan, Hara
bermaksud meminta Oishi mau menerima untuk
bergabung dengan mereka. Tapi saat ingat pertemuan terakhirnya dengan Oishi, dia menghembuskan napas dengan sangat marah. Dia takkan meminta bantuan Oishi lagi. Bila tiba waktunya untuk
balas dendam, dia akan melakukannya sendiri, bila
perlu. John Allyn Kisah 47 Ronin Konishi berdiri dan dengan tersenyum dia mengikuti Hara.
Toko itu tidak terlalu jauh, melewati jalan-jalan yang
sibuk di Osaka. Ketika tiba di sana, dia menunjuk
dan tersenyum. Hara, yang tidak memercayai ucapan
pemuda itu, mengerjap kesal pada dirinya sendiri.
Ternyata benar, di depan toko bahan pakaian itu,
jelas terlihat oleh pejalan kaki, adalah lambang
Asano, di tempatkan seperti iklan mie atau beras.


Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hara menggertakkan gigi dan melangkah maju,
si pemuda mengikutinya. Hara tak ingin melibatkan
pembantunya dalam urusan klan sehingga dia memerintahkan pemuda itu menunggu di luar. Kemudian dia masuk ke dalam toko.
Di dalam toko, dia melihat sekeliling mencari
petunjuk jati diri pemilik toko, tapi tak menemukan
apa pun. Beberapa penjual muda sedang memamerkan gulungan kain kepada pelanggan. Kemudian dia
mendengar suara yang sangat dikenalnya dan menoleh. Dari ruang dalam, sambil membawa barang
untuk dipamerkan, keluarlah bekas bendahara klan
Asano, Ono! Sesaat Hara terkejut, tapi kemudian sadar kalau
seharusnya ia tidak terkejut. Ono takkan berpikir
panjang untuk menodai lambang keluarga bila itu
dapat membuat usahanya maju. Apakah uang yang
la gunakan untuk usaha didapat dengan jalan benar
atau tidak, Hara tidak tahu. Tapi dia memiliki beberapa gambaran tentang kekayaan Ono saat ini dan
beberapa manfaat yang dapat diperolehnya dari
kekayaan itu. Hara melangkah maju dan menarik leher baju
no dengan kasar. "Tolong," katanya pada orang tua itu, yang tibatiba berubah pucat, "tunjukkan beberapa barang
istimewa Anda." Dia mendorong Ono kembali ke ruang tempat
bila muncul, ke dalam gudang di mana mereka dapat
bicara berdua. Dia mendudukkan orang tua itu di
atas gulungan bahan dan melipat tangannya sambil
berdiri di hadapannya. "Selamat, Ono-san, atas kekayaanmu. Kau pasti
lebih berhasil dibanding ronin lain di Ako."
Tak ada nada ancaman dalam suaranya, tapi
Ono bukan orang bodoh. Dia tahu sekali di mana
posisinya di mata Hara. "Sabar, teman, aku tidak melakukan hal yang
salah..." "Apa aku bilang begitu?" tanya Hara dengan
jujur "Menurutku, kau telah melakukan hal yang
luar biasa dengan jumlah pensiun kecil yang kita
terima. Aku tahu bahwa kau sangat menyukai uang
194 195 John Allyn Kisah 47 Ronin - kini aku bisa melihat bahwa kau juga tahu cara
memperbanyak uangmu."
"Aku telah bekerja keras, tertian," jawab Ono
membela diri. "Putraku dan aku telah menghabiskan
waktu untuk menjalankan us aha ini."
"Dan kau layak mendapat pengakuan," kata
Hara, mengangguk setuju. Ono bergerak dengan gelisah. Dia yakin pasti
sesuatu yang buruk akan terjadi, tapi dia belum
tahu tujuan Hara. Ono memiliki satu tipuan yang
selalu berhasil, dan dia memutuskan untuk menggunakannya sekarang.
"Aku prihatin bila kehidupanmu sulit," katanya
dengan senyum hambar. "Aku tahu sekolah memanahmu punya beberapa murid. Aku pernah berniat
mampir, tapi selalu ada kesibukan dalam usaha..."
Hara hanya diam, jadi dia melanjutkan.
"Sebenarnya, kemarin aku baru saja mengatakan
pada putraku, 'Kenapa tidak meminta Hara bergabung dengan kita" Dia akan menjadi karyawan yang
baik dan aku yakin dia dapat memanfaatkan penghasilan tambahannya.'"
Hara terus memerhatikan tanpa ekspresi dan
Ono berbicara dengan lebih cepat.
"Bisakah aku membantumu, teman" Mungkin
memberi pinjaman..."
Orang tua itu segera berlari dan cepat-cepat
berjalan ke sudut ruangan untuk mengambil kotak
uang dari bawah tumpukan barang-barang.
"Lihat! Inilah imbalan dari penanaman modal
yang baik dan kerja keras. Ambillah sebanyak yang
kau perlu! Akan kubuat catatan jumlah uang dan..."
Dengan tenang Hara maju dan mengambil kotak
itu dengan tangannya yang besar. Dia telah menemukan jalan keluar yang tepat untuk mengisi peti
simpanan yang dirampas Oishi. Tanpa berkata apaapa, Hara berjalan keluar toko sementara Ono ternganga seperti ikan yang sekarat.
"Tapi tidak - jangan semua. Kau tak bisa lakukan
itu..." Hara berhenti dan membalikkan badan.
"Ini untuk alasan yang benar, bukan untukku.
Kau akan senang karena sudah memberi bantuan
yang sangat baik." Dia melangkah keluar, lalu menoleh kembali.
"Dan maukah kau turunkan lambang Asano itu?"
katanya dengan sopan. "Kalau tidak, aku akan kembali dan membunuhmu sebagaimana seharusnya."
Tatapan Ono mengiringi kepergian Hara. dia
menendang gulungan bahan sambil mengumpat. Dia
sudah dirampok tanpa bisa mencegahnya.
Saat keluar, Hara bertabrakan dengan putra Ono
yang baru saja masuk. Satu lirikan ke arah kotak
uang telah memberitahukan pada pemuda itu apa
196 197 John Allyn yang terjadi dan dia segera berjalan cepat melewati
Hara sambil membungkuk. Hara mendengus. Putra
Ono juga penakut seperti ayahnya. Lebih baik mereka berdua disingkirkan dari klan.
Di luar dia bergabung dengan Konishi yang
ingin tahu apa yang terjadi di dalam toko, namun
Hara tidak mengatakan apa pun. Dia melangkah
dengan pasti melewati jalan berdebu yang sepi. Dia
punya rencana untuk menggunakan uang ini dan
tidak satu pun dari rencananya itu melibatkan pemimpinnya, Oishi. Malam itu dia menulis surat
kepada Horibe dan mulai melakukan apa yang paling diinginkan para pengikutnya yang memiliki
keberanian sejati.* 198 EMPAT BELAS S uatu pagi, Okaru sangat terkejut ketika mene
rima seorang utusan yang membawa sepucuk
surat dari mantan majikannya, pemilik Bangau Terbang. Dalam suratnya, Hoshino menyatakan bahwa
bila Okaru tidak keberatan, hari itu dia ingin datang
bertamu. Oishi sedang pergi dan dia sendirian di
rumah, kecuali dengan Chikara dan maiko kecil yang
diajak tinggal bersamanya. Dia merasa kalau hal itu
tidak ada salahnya lalu membalas surat persetujuannya walaupun dia merasa bahwa hubungannya
dengan Bangau Terbang tidak baik.
Okaru memiliki latar belakang yang aneh bagi
seorang geisha, walaupun maiko kecil adalah satusatunya yang pernah dia ajak bicara tentang hal
tersebut. Dia adalah putri dari seorang petani yang
terpaksa melepaskan tanah pertaniannya karena
Undang-Undang Pelestarian Hidup. Untuk menghi199
John Allyn Kisah 47 Ronin dupi keluarganya, ayahnya mengambil jalan yang
memalukan dengan masuk ke dunia usaha, dengan
demikian turun dua tingkat dari tingkat sosial yang
terdiri dari samurai, petani, seniman dan pedagang.
Urutan yang terakhir tentu saja adalah eta, namun
mereka tidak dianggap dalam tatanan sosial.
Selama beberapa waktu, keadaan terasa sulit
bagi ayahnya dalam pekerjaan barunya, namun
setelah itu semuanya mulai menjadi terlalu baik dan
itu adalah awal kejatuhannya. Dia sangat berhasil
dalam usahanya sehingga mulai menghambur-hamburkan uang untuk membeli pakaian yang indah
dan barang lain yang lebih pantas digunakan kaum
bangsawan, setidaknya menurut para bangsawan.
Hal itu menarik perhatian pemerintah kota dan mereka pun melaporkan ke Edo. Tak lama setelah itu,
datang surat dari Shogun. Dia harus menyumbang
secara "sukarela" untuk membangun kuil baru di
daerah pinggiran Osaka yang sedang berkembang.
Ayahnya tak ada pilihan kecuali mematuhi perintah
itu. Tagihan biaya bahan bangunan dan tenaga kerja
yang terus mengalir hingga menguras habis seluruh
uangnya, persis seperti rencana Shogun. Begitulah,
dia mengakhirinya sama seperti ketika dia memulainya, tanpa uang. Dia merasa malu, dan tidak bersemangat untuk berusaha lagi. Dia mati tak lama
setelah uangnya habis. Istrinya menyusul beberapa
minggu kemudian. Dengan seorang adik yang harus
diasuhnya, Okaru beruntung dapat memanfaatkan
pendidikannya di bidang seni dan menjadi geisha.
Dia tidak menyesali hidupnya di Bangau Terbang
- yang lebih baik daripada kelaparan - dan dengan
mencurahkan perhatian pada pelanggan yang sulit,
dia pun terkenal sebagai ahli penghibur bagi orang
yang sedang bersedih. Majikannya yang menyadari
kelebihannya itu lalu memberi kemudahan padanya.
Hoshino tidak senang harus kehilangan dia, tapi
tawaran Shindo dan Koyama untuk membebaskannya sulit ditolak, lagipula, hal ini juga berkaitan
dengan harapan Okaru sendiri.
Sejak pertama kali bertemu, Okaru sudah tertarik pada Oishi tanpa mengetahui alasannya. Mungkin karena dia sudah kehilangan sesuatu yang sangat
disayangi namun juga tetap memiliki harapan untuk
akan mendapatkannya kembali adalah hal yang
membuat mereka memiliki kesamaan. Okaru sendiri
juga telah mengalami peristiwa yang menyedihkan
dan melihat kesempatan untuk menolong Oishi.
Setidaknya, dia tak ragu ketika diundang tinggal di
rumah Oishi. Dia tidak tahu, hingga beberapa waktu
kemudian, bahwa hal itu bukanlah gagasan Oishi
namun untunglah segalanya berjalan lancar. Setelah
di sana, dia tahu dia takkan pergi atas kemauannya
sendiri dan berharap Oishi juga takkan meninggal200 201 John Allyn Kisah 47 Ronin kannya. Tapi itu hanyalah satu harapan karena bagi
Okaru, jelas kalau Oishi laki-laki yang mempunyai
tugas. Apa yang paling diinginkan Okaru adalah
membantu Oishi menyelesaikan tugasnya.
Tapi dia berpikir apa yang akan Hoshino minta.
Apakah Hoshino menginginkan ia kembali" Bukan
hal yang umum bagi seorang gadis kembali ke pusat
hiburan setelah meninggalkan tempat itu. Dan
hampir tidak mungkin bagi seorang geisha klas satu
mendapatkan kembali tempatnya setelah dia tinggal
dengan seorang laki-laki.
Hoshino tiba tepat waktu dengan napas terengah-engah. Anehnya, dia sendirian, karena biasanya dia selalu bepergian dengan rombongan pelayan
atau setidaknya dengan seorang pelayan laki-laki.
Dengan susah payah dia turun dari tandu dan masuk ke dalam rumah.
Malam itu Kataoka tiba kembali di Yamashina sebelum yang lain. Dia baru saja melakukan perjalanan
ke Osaka untuk berunding dengan Hara tapi seperti
biasa, tanpa hasil. Dia terkejut ketika melihat ada
tandu di depan rumah dan baru saja akan mencari
tahu pemiliknya ketika dia melihat seseorang keluar
dan berhenti sebentar dalam bayangan tembok.
Dia bingung melihat sosok gemuk Hoshino dan
mencoba membayangkan maksud kunjungannya.
Dengan tinggal bersama Oishi, Okaru telah merautuskan hubungan dengan Bangau Terbang dan tak
mungkin Hoshino berusaha menjalin kembali hubungan mereka. Kataoka memutuskan untuk membuntuti tandu itu. Sedikit memata-matai mungkin
akan menguntungkan, pikirnya, dan dengan hatihati dia berusaha agar tidak terlihat oleh komuso
dari seberang rumah. Jalan yang dilalui Hoshino mengarah langsung
ke rumah geisha. Ketika Kataoka hendak berbalik
untuk kembali ke Yamashina dengan kecewa, dia
melihat dua orang menyampiri Hoshino di halaman
luar. Kataoka tahu kalau itu pembicaraan yang bersahabat. Punggung kedua orang itu menghadap ke
pintu masuk, tapi Kataoka bisa melihat Hoshino
membungkuk dan memohon sesuatu. Salah satu
dari kedua orang itu dengan kasar menyerahkan
beberapa keping uang dan langsung pergi, meninggalkan Hoshino yang mengelap wajah dengan kain
lap yang sudah basah. Kini kedua orang itu berjalan makin mendekati
Kataoka dan dia berdiri dengan diam di sisi dinding
202 203 * "Ah, Okaru!" sapanya dengan penuh kekaguman
dan kerinduan ketika melihat Okaru. Hoshino menyesal telah menjualnya. Okaru membungkuk lalu
mereka berdua masuk ke dalam rumah.
" John Allyn Kisah 47 Ronin hias di luar taman sampai mereka melewatinya.
Ketika melihat wajah mereka, dia sangat terkejut.
Salah satu dari mereka bertubuh tinggi, kurus dan
bersuara berat; tak salah lagi dia adalah Fujii, kepala
mata-mata yang telah mengikuti mereka selama
berbulan-bulan! Ketika mereka berlalu tanpa memerhatikan dia, Kataoka segera meninggalkan taman
dan langsung kembali ke Yamashina.
"Kuharap aku memang gila. Aku berharap tidak
melihat apa yang kulihat."
"Apa yang kau lihat?" tanya Oishi, masih tetap
memegang tangan Kataoka dan memandang dengan
bingung ke arah Okaru yang tampak kacau.
"Lebih baik mati daripada menyampaikannya
padamu - tapi dia adalah- mata-mata!"
Oishi melepas tangan Kataoka dan melangkah
mundur seolah dialah yang diserang. Okaru mulai
terisak namun kalau dia berusaha mengatakan sesuatu, Oishi tak mendengarkan.
Dia berjalan perlahan ke pintu, berhenti sebentar hanya untuk menggumam. "Keluar. Ambil semua
barang-barangmu dan pergi."
Setelah itu Oishi pergi dan Kataoka masih tetap
berlutut, menatap hampa ke lantai. Okaru menangis
sambil bersandar ke dinding sampai lututnya lemas
dan dia pun tersungkur di lantai.
"Dasar pelacur!" teriaknya, dan kembali memukul
Okaru tepat di bibir. Tangan Okaru memegang wajahnya ketika dia
jatuh ke belakang menghantam dinding, namun dia
tidak bersuara. Kataoka meraih leher kimono Okaru dan menariknya ke arahnya. Dia kembali memukul hingga
gadis itu jatuh dengan diam. Darah keluar dari sudut
mulutnya ketika menatap Kataoka dengan pandangan memohon, tapi Kataoka tak menghiraukan.
"Bagaimana kau bisa melakukan itu - pada


Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang yang katanya kau cintai!"
Dia menarik Okaru dan hendak meninju lagi
ketika pintu di belakangnya terbuka dan Oishi,
menahan tangan Kataoka. "Apa yang kau lakukan" Apa kau sudah gila?"
Sambil menangis Kataoka menjatuhkan diri.
204 Chikara yang menemukan Okaru pada larut malam
itu. Dia terbangun oleh teriakan dan segera berlari
ke bagian wanita di rumah itu. Orang yang berteriak
adalah maiko kecil yang dapat menunjuk ke kamar
Okaru. Okaru gantung diri di kayu langit-langit dengan
menggunakan sehelai selendang. Chikara yang ter205
John Allyn Kisah 47 Ronin belalak ketakutan segera berlari untuk menyangga
tubuh Okaru dan melepas ikatannya. Dia turunkan
Okaru ke lantai dan mendengar detak jantungnya.
Ketika mengerang dengan lemah, Chikara tahu kalau
dia masih hidup. "Cepat," katanya pada gadis kecil itu di lorong.
"Panggil ayahku."
Okaru bergerak dan menggumamkan sesuatu,
lalu dengan perlahan membuka mata. Dia melihat
ke arah mereka semua dan akhirnya menatap Oishi.
"Maaf," katanya, dengan permintaan maaf yang
resmi, air matanya mengalir. "Tapi aku tak sanggup
menanggung bila kau tak lagi mencintaiku."
Oishi membisikkan sesuatu yang menenangkan
dan senyum kecil muncul pada bibir Okaru. Setelah
itu Oishi menoleh kepada yang lain.
"Kalian boleh pergi tidur. Okaru akan baik-baik
saja." Dengan tenang mereka meninggalkan kamar.
Akhirnya Oishi dan Okaru pun tinggal berdua saja.
"Dia memintaku menjadi mata-mata - tapi aku
tak mau melakukannya," katanya dengan kesakitan.
"Aku tahu - aku tahu. Sekarang tidurlah dan
besok kita akan melupakan semuanya."
Oishi berbaring di sampingnya dan setelah beberapa saat, mereka berdua pun tertidur.*
"Tapi aku melihat dia," ulang Kataoka. "Mata-mata
yang selama ini selalu kita hindari - Fujii. Dia
membayar si gendut Hoshino langsung atas jasanya
setelah menemui Okaru. Apa lagi yang ada di
pikiranku?" "Diamlah," kata Oishi dengan marah sementara
berlutut di samping tubuh Okaru yang tak bergerak
dan berusaha memasukkan teh ke mulutnya. "Aku
percaya semua yang kau katakan. Tapi seharusnya
aku juga dengarkan penjelasannya. Apakah ini kelihatan seperti tindakan mata-mata?" Dan dia menunjuk ke bekas lilitan selendang masih terlihat di leher
Okaru. Kataoka terdiam dan dengan cemas mereka
berdua memerhatikan Okaru. Chikara dan maiko
kecil duduk agak jauh di dalam kamar itu, tidak
bersuara agar tidak ada yang memerhatikan dan
menyuruh mereka tidur. 206 207 Kisah 47 Ronin aat itu adalah dimulainya festival pertengahan
musim panas, Ura Bon, dan Oishi memutuskan
tak ada salahnya turut merayakan festival ini. Tahun
lalu mereka telah melewatkan banyak hari libur,
sekarang adalah waktunya untuk mengganti semua
yang hilang. Rumah dihiasi lampion, jalinan burung kertas
yang bisa berputar, naik dan turun bila dinyalakan,
serta hiasan dari sayuran untuk menyambut arwah
yang sudah meninggal. Sebuah kuil khusus dibangun tepat di ruang masuk menuju O-Shoryo-sama,
yang menggambarkan gabungan arwah dari semua
leluhur mereka. Nama orang yang sudah meninggal
ditulis dalam gulungan kertas dan diletakkan di
dalam kuil. Dupa selalu dinyalakan di depan kuil
itu. Setiap orang melantunkan doa dengan cara
mereka sendiri. Di pagi hari terakhir Perayaan Ura Bon, makanan
yang dihias diletakkan di sampan yang terbuat dari
ilalang dan dibawa ke sungai. Menjelang fajar, lilinlilin dinyalakan di perahu-perahu kecil lalu dengan
hati-hati diletakkan di sungai dan hanyut ke hilir.
Ketika perahu-perahu itu mengapung terbawa arus,
penonton di tepi sungai mengucapkan salam perpisahan pada O-Shoryo-sama sampai tahun yang
akan datang. Chikara dan maiko kecil bertanggung
jawab memberangkatkan perahu dan jelas kalau
mereka menikmati kegiatan itu. Ketika orang-orang
sudah pulang, mereka tetap di tepi sungai mengawasi cahaya-cahaya kecil itu menghilang dari pandangan, dan mereka mulai merasakan kehangatan
matahari terbit. "Aku ingin tahu akan berada di mana kita bila
O-Shoryo-sama datang kembali?" tanya si gadis kecil
sambil menoleh ke arah bocah di sampingnya.
"Tak ada yang tahu?" jawabnya ringan. "Di
dunia ini, satu langkah di depan adalah kegelapan."
"Tidakkah kau ingin tahu?" tanya si gadis kecil.
"Apakah kita masih tetap di sini seperti sekarang?"
"Apa bedanya" Semua tempat sama saja kan?"
"Oh, tidak," jawabnya dengan yakin. "Tak ada
tempat yang lebih menyenangkan daripada di sini."
Chikara melihat ke arahnya dengan tidak enak.
Dia tidak bermaksud menceritakan satu rahasia, tapi
208 209 LIMA BELAS S John Allyn Kisah 47 Ronin ia merasa harus memberitahukannya agar gadis itu
tidak mengharapkan sesuatu yang tidak mustahil.
"Bagaimana dengan rumah geisha" Kau tidak
suka tinggal di sana?" tanyanya.
"Oh, iya. Memang menyenangkan - kadangkadang. Tapi juga harus bekerja keras, bukannya
tidak mau, tapi di sana tak pernah ada... kedamaian,
seperti di sini." "Menurutku di sini terlalu sunyi," kata Chikara
yang suka berkelahi. "Bila kau dilatih menjadi samurai, kau harus punya kegiatan atau kau akan bosan."
"Aku memang merindukan pesta," dia mengakui,
"tapi terlalu banyak pesta juga membosankan. Andai
aku bisa kerja di sana paruh waktu dan kembali ke
sini kapan saja aku mau - maka semuanya akan
sempurna." "Apa yang kau lakukan di pesta?" tanya Chikara
dengan rasa ingin tahu. Dia belum pernah ke rumah
geisha dan tahu kelak mungkin dia takkan mengunjungi tempat itu.
"Oh, kau harus menyediakan teh dan sake, dan
senyum. Biasanya kau berusaha belajar dari geisha
klas satu seperti Okaru-san apa yang paling membuat laki-laki senang. Kemudian kami diajari menari,
menyanyi dan berlatih memainkan samisen tiap hari,
agar kelak kami siap menjadi geisha klas satu."
"Dan kapankah itu?"
"Mungkin dua tahun - saat itu usiaku sudah
enam belas tahun. Itulah saat yang paling kutunggu.
Maukah kau menemuiku bila aku sudah menjadi
geisha" Maukah kau datang ke Gion" Aku akan
senang sekali berdansa denganmu."
Chikara agak ragu-ragu, kemudian berbohong
seperti layaknya laki-laki terhormat ketika berjanji
bahwa dia akan datang. Mereka berdua tidak sadar
kalau Oishi dan Okaru kembali lagi untuk mencari
mereka dan sedang berdiri di tepi sungai mendengarkan pembicaraan itu sambil tersenyum.
"Aku akan senang bila latihan ini sudah selesai,"
si gadis kecil melanjutkan. "Bukan karena aku tidak
mampu," tambahnya cepat. "Kata Okaru, untuk
anak seusiaku aku cukup baik, tapi kadang-kadang
di musim dingin aku merasa kedinginan bila kami
harus duduk lama di ruang dingin."
"Kau juga harus melakukan itu?" tanya Chikara.
"Aku kira hanya samurai yang latihan seperti itu."
"Mungkin menjadi samurai atau geisha tidak
jauh berbeda, bukankah begitu menurutmu, Chikarasan?" katanya dengan senang karena merasa menemukan sesuatu.
"Oh, jelas sangat berbeda," Chikara tidak setuju.
"Samurai harus belajar menunggang kuda dan berkelahi menggunakan pedang dan panah. Belajar kaligrafi dan... banyak lagi yang tidak dipelajari geisha."
210 211 John Allyn Kisah 47 Ronin "Tapi kami juga harus melatih tubuh dan pikiran
dengan ketat," katanya. "Kurasa bagaimanapun juga
ada kesamaannya." "Ya, mungkin," Chikara menyetujui dengan enggan. "Tapi jangan bilang siapa pun kalau aku berkata
demikian." Di tepi sungai, Oishi tersenyum pada Okaru dan
dengan perlahan mereka menyingkir. Ketika sampai
di jalan menuju rumah, Oishi berkata.
"Kau juga menjalani semua latihan yang keras
itu" Bahkan duduk di ruang dingin selama berjamjam tanpa bergerak?"
Okaru tertawa. "Aku tidak menjalani semuanya.
Aku memasuki pekerjaan itu sudah terlambat."
"Aku tahu," katan Oishi, dan Okaru melihat ke
arahnya dengan terkejut. "Apa yang kau tahu tentangku?" tanyanya.
"Semuanya - semua keterangan yang bisa didapat monyet yang penuh rasa ingin tahu bernama
Kataoka." Okaru terdiam beberapa saat, lalu berkata dengan pelan.
"Jadi kau tahu maksudku ketika mengatakan
bahwa aku bisa bersimpati pada orang yang menderita karena kehilangan posisinya."
"Tapi kau memiliki lebih dari mendapatkan kembali posisimu. Seorang geisha yang terkenal pastilah
memiliki tingkat sosial yang lebih tinggi dibanding
putri seorang pedagang. Dan kau melakukan semua
itu sendiri dengan melawan segala rintangan."
"Begitu juga kau," kata Okaru tiba-tiba dengan
sungguh-sungguh. "Begitu juga kau."
Oishi tahu kini tak ada lagi yang dapat disembunyikan dari wanita ini, yang memikirkan hal yang
sama dengan yang dia pikirkan dan dia tidak berusaha untuk berpura-pura lagi dengannya.
"Kau tahu bahwa pada akhirnya kau harus
kembali ke rumah geisha?" katanya dengan lembut.
Okaru mengangkat alis. Tampaknya Oishi tak
sadar kalau hal seperti itu tidak mudah, dan berkenaan dengan Okaru, kelihatannya itu tidak mungkin.
"Esok hari menghembuskan angin esok," kata
Okaru dengan ringan. "Aku akan mencemaskan hal
itu bila waktunya sudah tiba."
"Bila waktunya tiba, kuharap kau tidak terlalu
cemas." "Aku tidak menyesal menjadi geisha" kata Okaru
pada Oishi. "Bahkan sekarang pun pekerjaan ini
memberi keuntungan. Bila angin musim gugur mulai
bertiup di hatimu dan aku tak berguna seperti kipas
kertas, aku dapat menentukan jalanku seperti yang
takkan kulakukan seandainya aku di lingkungan
yang berbeda." Oishi mengangguk. Okaru tahu apa yang ia
212 213 John Allyn Kisah 47 Ronin lakukan. Tak ada gunanya menyangkal bahwa Oishi
akan bosan padanya - Okaru tahu pasti, seperti
halnya Oishi, bahwa bukan itu yang akan memisahkan mereka.
Ketika tiba di depan rumah, tidak seperti biasanya, Oishi memeriksa apakah mata-mata itu masih
ada di seberang jalan. Ada seseorang yang disebut
komuso yang bertugas seperti biasa dan Oishi mengerutkan dahi sambil menyumpah.
Okaru bersimpati pada Oishi. Dia tahu tekanan
yang tengah dihadapi Oishi apalagi Hara tetap tidak
menjawab pesan-pesannya. Okaru berusaha mencari
cara untuk membantunya. Apa yang dapat dilakukan
untuk menyingkirkan musuh kekasihnya selamalamanya" Bila menurutnya hal itu akan berguna, dia
akan berpura-pura menjadi mata-mata dan mengirim
pesan palsu. Tapi bila terbongkar, justru akan mempersulit posisi Oishi. Jadi, itu bukan rencana yang
bagus. Okaru tahu kekuatan mata-mata telah dikurangi
sejak dia tinggal di Yamashina, tapi itu tidak cukup.
Walaupun tetesan air hujan akan membuat batu
berlubang, mungkin perlu lebih banyak air dari
sumber yang lain. Lagipula, lebih baik bila dibicarakan dulu dengan Oishi. Kadang-kadang pikiran dua
orang lebih baik daripada satu orang.
Hari masih pagi sekali di penghujung musim panas
ketika Fujii, si mata-mata, tiba di luar rumah di
Yamashina untuk memulai tugasnya.
Dia sedang menguap ketika berhenti di hadapan
anak buahnya dan menanyakan laporan kegiatan
malam sebelumnya. "Tidak ada," terdengar jawaban mengguman.
"Tak ada yang masuk atau keluar semalaman."
Fujii mengerutkan dahi. Hal ini sudah berlangsung beberapa minggu. Dan pada siang hari hanya
ada sedikit sekali kegiatan yang terlihat. Apakah
Oishi sakit" Apakah dia kelelahan karena pesta-pesta
di Kyoto" Sedikitnya kegiatan membuat Fujii curiga
dan gelisah. Laporannya pada Chisaka akhir-akhir ini
seolah menggambarkan bahwa Oishi sudah benarbenar pensiun. Tapi, apakah memang benar" Ataukah ini hanyalah siasat, sebagaimana halnya dia
mencurigai masuknya Okaru sebagai siasat"
Sambil berpikir, dia membebastugaskan anak
buahnya dan mengambil alih posisi sebagai penjaga.
Bagian dalam topi di kepalanya terasa panas dan dia
sadar bahwa cuaca akan semakin panas sepanjang
hari. Seandainya ada sesuatu yang dapat mengusir
kebosanan ini. Segala sesuatu yang terjadi di dalam rumah kelihatannya baik-baik saja. Pada beberapa kesempatan,
dia melihat Oishi dan Okaru berjalan-jalan di taman.
214 215 John Allyn Kisah 47 Ronin

Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Putra Oishi juga kelihatannya akrab dengan maiko
kecil dan tidak tampak gelisah. Secara keseluruhan,
dari berbagai sudut, keadaan tampak terlalu tenang.
Pasti akan terjadi sesuatu.
Apa yang memang terjadi pada pagi itu adalah
sesuatu yang tidak dia bayangkan. Pagi-pagi sekali,
Oishi keluar rumah sendirian sambil membawa peralatan yang tidak biasa. Fujii memerhatikan lebih
dekat dan ternyata alat itu adalah cangkul! Dia juga
kelihatan akan menggunakannya!
Fujii mengangkat pelindung kepala agar bisa
melihat lebih jelas. Sebenarnya Oishi baru saja
hendak menyiapkan tanah pada sebidang kebun
kecil di depan rumahnya. Dia sedang mengolah
tanah itu untuk penanaman pada musim gugur! Fujii
baru mulai bisa menerima pemikiran ini ketika
Okaru muncul dari pintu depan untuk mengawasi.
Dia memberi beberapa saran pada Oishi tentang
cara menyangkul dan tempat mana yang harus
digali, dan Fujii harus mengedipkan mata dengan
keras untuk memastikan bahwa dia tidak sedang
bermimpi. Inikah sang ksatria besar, samurai yang
membuat orang mau menyewanya sebagai pengawal
demi mencegah terjadinya pemberontakan berdarah"
Ketika hari makin panas, Oishi melepas pakaian
luarnya lalu menyangkul dengan pakaian dalam
seperti petani miskin lainnya. Udara panas juga
memengaruhi Okaru. Dia menjadi lebih keras dalam
memberi komentar dan saran-sarannya.
"Bukan begitu - cangkul lebih dalam lagi!"
Oishi tidak memberi jawaban yang jelas, namun
terus menggali. Tak lama kemudian, Okaru kembali bicara.
"Apakah menurutmu tempat itu cukup luas"
Banyak sekali yang harus kita tanam kalau ingin
mendapatkan sayuran segar setiap hari."
Oishi menggerutu sambil terus menyangkul,
keringat mengalir masuk ke matanya. Dia berhenti
untuk menyeka keringatnya.
"Jangan berhenti," kata Okaru dengan keras.
"Kita harus selesaikan sebelum cuaca makin panas."
"Aku bisa menyelesaikan lebih cepat bila kau
masuk ke rumah dan menutup mulutmu," Oishi
membalas dengan berteriak.
Selama beberapa saat Okaru terkejut dengan
ucapan Oishi itu. Sambil menangis dia membalikkan
badan dan berlari masuk ke dalam rumah. Oishi
menyumpahi dirinya sendiri lalu kembali menyangkul. Fujii memerhatikan semua itu dengan heran.
Setelah bebas dari tugasnya, Fujii menulis surat
kepada Chisaka tentang perkembangan yang sangat
tak terduga ini dan tidak lama kemudian dia dipanggil ke Edo.
216 217 John Allyn Kisah 47 Ronin Chisaka berhenti di depan Fujii ketika dia memergoki mata-mata itu menguap.
"Apakah aku membuatmu bosan?" tanyanya
dengan tajam. "Tidak, tidak," jawab Fujii dengan terburu-buru.
"Tapi kami kekurangan orang dan akhir-akhir ini aku
kurang beristirahat."
"Bila yang kau sampaikan itu benar," dan di
sini, laki-laki bertubuh kecil yang licik ini berhenti
ketika dilihatnya bahwa tangan samurai yang bertubuh tinggi ini memegang pedang. "Maksudku, bila
benar bahwa Oishi sudah pensiun, maka kau akan
punya banyak waktu untuk istirahat."
Fujii menghela napas panjang.
"Aku tahu bahwa bukti kalau Oishi memang
sudah pensiun, tapi kurasa semua ini tidak seperti
yang terlihat." "Aku menghargai perasaanmu. Kau sudah lama
mengikutinya, mungkin kau tak ingin menyerah. Tapi
aku yang menafsirkan fakta dari laporanmu. Dan
berdasarkan laporan itu, aku tak melihat bagaimana
aku dapat mempertanggungjawabkan pengeluaran
dana tambahan pada Lord Uesugi."
Ada sesuatu dengan cara Chisaka bicara yang
membuat Fujii merasa tidak nyaman. Dia berharap
tidak menyinggung laki-laki kecil ini, yang dapat
memberi keuntungan atau merugikan dirinya.
"Aku seorang prajurit," katanya. "Aku melaksanakan perintah dan tak pernah menyangsikan
tugasku. Aku menerima penafsiranmu."
Chisaka tersenyum mendengar pengakuan itu,
lalu berdehem dan berbalik.
"Kau sangat berharga, Fujii," akhirnya dia berkata. "Dan aku akan memberimu penghargaan."
"Apa yang aku inginkan hanyalah diizinkan terus
melayani Klan Uesugi," kata Fujii dengan kerendahan hati yang tidak dirasakannya.
Chisaka menoleh dan melipat tangan. "Itulah
yang ingin kubicarakan." Fujii melihat bahwa mata
laki-laki kecil itu mengerut, "Bukannya aku tidak
ingin kau menjadi pemanah kami - aku tahu kau
pemanah ulung - tapi, ada pertimbangan lain. Salah
satunya yaitu keuangan. Kau tahu berapa biaya yang
sudah kami keluarkan untuk kegiatan mata-mata ini
dalam beberapa bulan terakhir. Dan, seperti yang
juga kau' tahu, biaya untuk satu prajurit sudah
meningkat sangat tinggi, apalagi kita hidup dalam
masa damai. Seharusnya aku tidak menceritakan ini
padamu, tapi akhir-akhir ini kami terpaksa mengurangi pasukan dan memberhentikan prajurit yang
telah bergabung dengan Klan Uesugi seumur hidup
mereka. Jadi, kau tahu, akan terlihat aneh bila kami
menerimamu." Fujii tidak lagi dapat berdiam diri. "Tapi tidak218 219 ? John Ailyn Kisah 47 Ronin kah Anda tahu bahwa jika Oishi dibiarkan datang
dan pergi tanpa diawasi, berarti Anda harus menyiagakan sepasukan terlatih untuk menjaga Lord Kira."
"Kurasa kami memiliki pasukan yang cukup,"
kata Chisaka dengan tenang.
"Mangapa Anda memperlakukanku seperti ini?"
Fujii berteriak sambil berdiri.
Chisaka berpikir beberapa waktu.
"Yah, kasus Asano ini benar-benar kacau," akhirnya dia berkata dengan terus-terang. "Dan aku lebih
suka menganggap masalah ini sudah selesai."
Fujii menutup mata. Dia menerima pekerjaan
kotor ini dengan harapan bisa keluar dari posisi
rendah sebagai ronin. Tapi kini berakhir dengan
pahit. "Apakah yang paling kau inginkan di dunia ini?"
tanya Okaru menggoda. Oishi tersenyum dan mengulurkan tangan hendak memeluk, namun Okaru memegang tangan
Oishi untuk membantunya berdiri. Lalu, dengan
senyum lebar dia membimbing Oishi yang bingung
ke gerbang. Oishi melihat keluar dan terkejut.
Sejak pertama kalinya sejak tiba di Yamashina,
tak ada lagi komuso yang mengawasi rumah mereka.
Oishi tersenyum terima kasih ke arah Okaru, lalu
berteriak sehingga membuat yang lain berdatangan
dan tak lama kemudian mereka bergembira.
Segera setelah itu, si juru masak juga telah
pergi. Oishi dan Kataoka saling mengedipkan mata
ketika orang-orang lain mulai sadar bahwa ternyata
juru masak itu mata-mata. Kini ada alasan untuk
perayaan. Okaru dan maiko kecil mengambil alih
dapur. untuk menyiapkan pesta. Masa penantian
telah berakhir dan kelompok Ako pun akhirnya bisa
bergerak. ? Okaru yang pertama kali tahu berita baik itu. Pagi
hari itu dia keluar rumah untuk menyirami sayuran
dan merasa ada yang berbeda. Dia melihat sekeliling, tapi tidak yakin apakah itu.
Kemudian dia melihat ke jalan dan sadar apa
yang terjadi. Mata-mata itu sudah tidak ada!
Dengan segera dia berlari ke tempat tidur Oishi
dan berlutut di sampingnya. Oishi membuka mata
dengan setengah mengantuk lalu membuka lebar
ketika dia melihat raut wajah gembira Okaru.
220 Di Edo, Kira sedang tidak ingin berpesta. Ketika
laporan dari para mata-mata tidak lagi datang, dia
pergi ke tempat Chisaka untuk mengetahui apa yang
terjadi. Sambil mengusap kepalanya yang tidak
berambut, Chisaka mengatakan bahwa biaya yang
221 John Allyn Kisah 47 Ronin dikeluarkan sudah terlalu besar sehingga kegiatan
mata-mata sudah dihentikan.
"Tapi perlindungan apa yang kita miliki...." kata
Kira, kerut-kerut di dahinya makin jelas terlihat.
"Jangan cemas," sela Chisaka dengan tawa yang
dipaksakan. "Kita sudah lakukan kegiatan ini selama
berbulan-bulan - kurasa sudah jelas bahwa mereka
takkan melakukan apa-apa."
"Aku tidak yakin," kata Kira sambil menggelengkan kepala.
"Waktu untuk bertindak adalah pada saat kastil
diambil alih, benar" Dan sejak itu mereka tak pernah
melakukan sesuatu yang mencurigakan. Bahkan saat
pemimpin mereka datang ke Edo dan Anda bersembunyi di rumah. Tak ada hal yang perlu dikuatirkan.
Dia datang untuk mengunjungi makam majikannya,
itu saja." "Tapi aku akan merasa lebih aman jika...."
"Lord Kira," Chisaka kembali menyela, "Aku
sudah mengatur, atas izin Lord Uesugi, untuk menugaskan penjaga di rumah Anda. Ini berarti kerja
tambahan dan biaya tambahan untuk Klan Uesugi.
Meskipun tampaknya tidak perlu, kami bersedia
melanjutkan kegiatan ini untuk waktu yang tidak
terbatas. Tapi untuk meminta yang lain..."
Kira segera memahami kalau ingin mendapat
perlindungan tambahan maka dia harus menyuap
Chisaka. Hal ini tidak dapat dia lakukan karena sejak
pensiun penghasilannya berkurang. Dia juga merasa
Chisaka selalu menghindari pembicaraan soal kepindahannya ke kastil Uesugi, dan dia merasa perlu
menyinggung hal ini. "Dulu pernah ada pembicaraan soal kepindahanku ke kastil..."
"Tidak ada tempat," jawab Chisaka cepat, "dan
tak perlu. Anda aman di sini, percayalah. Kita saling
berdekatan sehingga bila terjadi sesuatu, Anda dapat
meminta bantuan, dan saya akan memberi bantuan
- meskipun Anda jago pedang. Saya tidak melihat
alasan mengapa Anda membutuhkan mereka."
Kira masih belum puas, tapi tak ada lagi yang
dapat dilakukan selain mengajukan keberatan langsung pada pimpinan Klan Uesugi dan dia segan
melakukannya karena posisi itu diduduki cucunya.
Maka dia lalu pamit pada Chisaka dan pulang.
Pasti dia akan merasa lebih terganggu lagi jika
tahu bahwa Horibe sudah menerima pesan Hara
yang mengabarkan bahwa desas-desus soal tingkahlaku Oishi di Kyoto adalah benar, dan bahwa sudah
tiba waktunya bagi mereka untuk bertindak sendiri.
Horibe, dengan sangat gembira, segera ke Osaka
untuk melakukan pertemuan rahasia dengan pemimpinnya yang baru. Melihat keadaannya, mereka
222 223 John Allyn Kisah 47 Ronin merasa bahwa takkan sulit memperoleh suara mayoritas dari anggota yang berada di belakang mereka.
kembali dengan bingung untuk menghampiri Hara
dan berbicara kepadanya. "Itu Oishi!" bisiknya. "Oishi dan Kataoka!"
Hara segera bertukar pandang dengan Horibe.
Selama beberapa saat tak ada keputusan, kemudian
Hara berkata. "Biarkan mereka masuk."
Horibe hendak mengajukan keberatan tapi tatapan Hara membuatnya terdiam. Lagi pula, sebenarnya Oishi masih menjadi pemimpin mereka dan
tidak ada pilihan lain kecuali menerimanya.
Dengan tergesa-gesa penjaga kembali ke pintu
dan membukanya. Oishi, dengan mengenakan topi
petani yang lebar, memasuki ruangan dengan tenang
dan berwibawa. Dia diikuti Kataoka, yang juga
berpakaian seperti petani. Oishi berjalan melintasi
ruangan, dan berhenti menghadap ke semua orang.
Dia mengambil sebuah anak panah dari lantai dan
mencabut bulu-bulunya sambil bicara.
"Maaf mengganggu," katanya dengan tenang,
seolah dia berada di pesta minum teh, "tapi masalah yang sangat mendesak yang kelihatannya akan
memengaruhi rencana. kalian."
Dia memandang ke arah mereka. Beberapa di
antaranya bergerak dengan tidak nyaman, merasa
bahwa mungkin dia mengingat wajah mereka untuk
* Di akhir bulan yang sama, bertempat di sekolah
memanah di Osaka, diambil keputusan untuk menyerang Kira.
Hara mengadakan rapat malam hari dengan para
anggota yang tinggal di daerah itu, untuk menjelaskan tentang alasan mengapa Oishi tidak pantas
lagi menjadi pemimpin mereka. Dia mengumumkan
untuk mengambil alih, dengan bantuan Horibe, dan
akan segera menyerang rumah Kira di Edo. Banyak
yang menolak ajakan Hara karena yakin kalau Oishi
masih mampu. Tapi sebagian besar setuju dan Hara
senang melihat bahwa jumlah mereka cukup banyak.
Di kamar yang gelap hanya diterangi obor, Hara
memimpin rapat. Ketika sedang menjelaskan alasan
dia merasa benar untuk mengadakan rapat itu ketika
tiba-tiba ada ketukan di pintu.
Hara berhenti dan semua orang menahan napas
sementara penjaga yang berada di pintu membukanya sedikit dan melihat keluar. Mereka sudah siap
lari atau bertarung, bila perlu, namun ternyata tidak
satu pun dari semua itu perlu dilakukan. Mereka


Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semua melihat si penjaga menarik napas ketika
mengenali tamu yang datang dan menutup pintu
224 225 John Allyn Kisah 47 Ronin membalas pada mereka. Oishi merasakan ini dan
segera berusaha membuat mereka lebih santai.
"Pertama, aku tidak menyalahkan kalian karena
berkumpul di sini malam ini, aku juga tidak dendam
pada orang yang mengambil wewenang untuk memanggil kalian."
Hara dan Horibe menatap lantai dan tidak
mengatakan apa pun ketika Oishi melanjutkan.
"Aku sadar bahwa banyak di antara kalian meragukan kemampuanku memimpin kalian karena kejadian yang kalian dengar tentang gaya hidupku di
Kyoto. Mungkin kalian dengar ini dari Hara, yang
menjadi saksi bahwa aku memang mabuk-mabukan
dengan beberapa wanita dari kalangan rendahan dan menggunakan uang milik kalian semua."
Beberapa di antara mereka mulai mengalihkan
posisi karena malu, tapi Oishi terus menjelaskan.
"Kalian juga mungkin sudah mendengar kalau
aku sering berada di tempat umum dalam keadaan
mabuk dan bahkan membuat keributan di teater
umum... Dan, aku harus jujur bahwa semua itu
memang benar." Oishi mengabaikan suara-suara setelah kalimat
itu dan meletakkan anak panah itu dengan mengarah kepada Hara.
"Tapi kuharap teman lamaku, Hara, izinkan aku
menjelaskan tentang semua tindakanku sebelum
mengambil kesimpulan dan mengambil alih kepemimpinan kelompok kita untuk dirinya sendiri."
Hara membuat gerakan yang menyatakan keberatan, tapi Oishi meneruskan.
"Aku menghargai keinginannya untuk bertindak
atas kematian majikan kita, walau keinginannya itu
tidak jauh lebih kuat dari keinginanku. Aku juga
mengagumi dia yang telah mendirikan sekolah memanah ini, karena berdasarkan pengalaman aku tahu
betapa beratnya untuk membuktikan pada dunia
bahwa kita tidaklah seperti yang mereka duga. Itu
maksud dari semua yang kulakukan dan aku di sini
untuk melaporkan pada kalian bahwa aku berhasil."
Dia berhenti dan menatap ke semua orang
dengan rasa puas. "Mata-mata sudah tidak ada.
Untuk pertama kalinya sejak kematian majikan kita,
aku merasa dapat meneruskan rencana-rencana yang
memiliki kesempatan untuk berhasil. Melakukan
sesuatu sebelum saat ini adalah hal yang bodoh,
seperti yang sudah kukatakan."
Orang-orang mulai berbisik-bisik. Oishi berpaling pada Hara.
"Di mana pembantumu - orang yang menyebut
namanya Konishi?" Hara tidak tahu bagaimana harus menjawab dan
tergagap. 226 227 John Allyn Kisah 47 Ronin "Yah, dia - dia sudah pergi! Sudah dua hari aku
tidak melihatnya!" Oishi mengangguk. "Hara, beruntung pertemuan
ini tidak dilakukan dua hari lalu. Tidak tahukah kau
bahwa pembantumu itu anak buah Fujii?"
Hara menggeram dan hendak membantah, tapi
Oishi terus bicara tanpa memberinya kesempatan.
"Kataoka melihatnya di sini waktu dia menyampaikan pesanku yang kau tolak. Dia mengenali
Konishi sebagai orang yang datang bersamamu
malam itu di Kyoto, ketika kau kehilangan kepercayaan atas pimpinanmu... Aku ingin bertanya. Bagaimana kau bisa menemukanku malam itu kecuali
bahwa orang yang memberitahukanmu adalah matamata" Pernahkah kau memikirkan itu?"
Mulut Hara terbuka. Tak ada jawaban yang
diberikan. * "Ya, mata-mata sudah pergi," Oishi melanjutkan,
"dan aku memuji kemampuan aktingku atas pencapaian tersebut. Aku adalah aktor yang sangat bagus
hingga aku bisa menipu kalian, walaupun seharusnya kalian ingat bahwa aku mengucapkan sumpah
yang sama dengan kalian dan takkan mengingkari
sumpah itu. Tapi, tanpa menghiraukan apa yang
terjadi, kurasa kita masih memiliki keinginan yang
sama untuk membalas kematian majikan kita. Kita
sudah berjanji dan aku akan memegang janji itu.
Kuharap kalian juga begitu."
Terjadi keheningan sesaat, kemudian suara setuju menggema di seluruh ruangan.
"Bagus," kata Oishi, "karena sudah tiba waktunya kita bicara tentang bertindak, bukan untuk
tahun depan atau bulan depan, tapi sekarang! Hari
ini aku menerima pesan pimpinan sementara kelompok Edo," dan di sini dia langsung melihat ke arah
Horibe yang malu karena berada jauh dari tempat
penugasannya, "yang memberitahukan bahwa petisi
kita tidak berhasil. Daigaku Asano dalam pengawasan Asano-Akinokami di propinsinya. Dia dijatuhi
hukuman pengasingan atas kesalahan kakaknya dan
nama keluarga akan dihapus dari buku silsilah resmi.
Harapan untuk pemulihan kastil di Ako pupus."
Orang-orang yang hadir sangat terkejut mendengar berita buruk ini. Kemudian mereka mulai bicara
dan suara mereka terdengar bersemangat.
Balas dendam adalah teriakan mereka. "Akhirnya kita bisa membalas dendam," kata mereka, dan
dengan gugup Hara mendekati Oishi lalu membungkuk.
"Benarkah berita itu?" tanyanya. "Dapatkah kita
balas kematian Lord Asano seperti yang seharusnya
kita lakukan?" 228 229 John Allyn Oishi mengangguk, matanya bersinar terkena
sinar obor. "Sekali lagi," kata Hara dengan gugup, "Aku
mohon maaf." Oishi tersenyum dan mengambil tangannya.
Hara maju ke depan dengan permohonan maaf dan
Oishi menerimanya dengan senyum memaafkan. Dia
memberi isyarat pada Kataoka dan ketika laki-laki
bertubuh kecil ini mendekat, Hara meraihnya dalam
pelukan kasih yang membuat lawannya ini tak bisa
bernapas dan orang-orang di sekitarnya tertawa.
Kini mereka bersama lagi dan tidak ada apa pun,
selain kematian, yang akan memisahkan mereka.*
230 ENAM BELAS Ada berita terakhir dalam pesan dari Edo soal
pembuangan Daigaku yang melegakan sekaligus
membuat orang di Yamashina putus asa. Berita itu
jelas merupakan pukulan pahit bagi Shindo dan
Koyama yang berharap bisa menang tanpa harus
berjuang. Ketika Kataoka mendengar berita ini,
matanya memancarkan cahaya peperangan. Perasaan
yang pertama kali muncul dalam diri Chisaka adalah
seperti melayang, tapi satu tangannya berada di
pedangnya dan bersikap seakan-akan kedua kakinya
masih berpijak di tanah. Setelah saat yang tak menyenangkan itu, Oishi
merasakan kedamaian yang aneh. Untuk pertama
sejak kematian majikannya, jalan untuk bertindak
kini terbuka. Takkan ada lagi pertentangan dengan
anggotanya untuk menunda apa yang harus dilakukan. Tak perlu lagi berpura-pura bodoh sebagaimana
231 John Allyn Kisah 47 Ronin sangat dibencinya. Tak perlu lagi menyembunyikan
niatnya yang kini bisa diwujudkan. Mereka akan
membunuh orang yang bertanggung jawab atas
kematian Lord Asano, tanpa memedulikan akibatnya.
Masa penantian telah berakhir.
Awalnya ada ketakutan kalau berita itu akan
membuat mereka dimata-matai lagi, namun setelah
beberapa hari berlalu dan Fujii beserta anak buahnya tidak muncul, dia mengirimkan pesan kepada
anggotanya untuk berkumpul. Sudah terbukti kini
bahwa Kira dan sekutunya benar-benar telah mengambil alih kastil di Ako tanpa mempertimbangkan
bahwa Daigaku memiliki kesempatan untuk banding. Kenyataan bahwa Oishi sudah menunggu keputusan atas bandingnya membuatnya punya satu
keuntungan yang takkan dimilikinya bila terjadi
sebaliknya - yaitu kejutan.
Para anggota datang ke Yamashina dalam beberapa kelompok kecil sebagai jawaban atas panggilan
Oishi dan dalam waktu empat hari, Horibe serta
satuan kecil pasukan pertama pergi ke Edo. Anggota
yang lain akan menyusul setiap kali dalam jumlah
kecil agar tidak menimbulkan kecurigaan. Begitu tiba
di Edo, mereka harus memakai nama samaran dan
tinggal terpisah sampai orang terakhir, yaitu Oishi,
tiba. Bersama Onodera, mantan pemimpinnya, Oishi
mulai menyusun jadwal keberangkatan. Di atas kertas, jumlah mereka telah bertambah hingga mencapai seratus dua puluh orang. Tidak seperti yang
diharapkan, banyak dari anggota ini termasuk dalam
"kelompok ketiga" - yaitu mereka yang berdasarkan
rencana Oishi ditugaskan untuk memperbaiki kastil,
tapi tidak siap bila diberangkatkan untuk balas
dendam. Demi alasan inilah, Oishi memutuskan
mengirim Kataoka menemui dan meminta anggotaanggota itu menarik janji serta memberitahukan
bahwa mereka boleh mengundurkan diri. Oishi tahu
bahwa beberapa anggotanya merasa akan menyengsarakan orangtua mereka yang sudah tua atau anakanak mereka bila pergi namun mereka tidak mau
dibilang pengecut. Khusus untuk beberapa pengikutnya, Oishi sendiri yang akan berbicara pada mereka.
Salah satu anggota yang dia kunjungi adalah
Emonshichi Yato, yang baru berusia tujuh belas
tahun tapi telah mempertaruhkan nyawa dengan
memberitahukan Oishi soal pertemuan yang diadakan Hara di Osaka. Anak ini tinggal dengan orangtuanya yang sudah jompo di Kyoto. Karena Chikara,
yang juga berusia tujuh belas tahun diizinkan pergi,
Oishi tidak dapat menolak anak ini dengan alasan
umur. Namun dia ingin jaminan dari keluarga anak
itu bahwa mereka setuju. Dari pondok sederhana yang mereka diami, jelas
232 233 John Allyn Kisah 47 Ronin sekali kalau hidup mereka sangat sulit namun mereka tetap mengizinkan Yato pergi. Mereka mengatakan pada Oishi bahwa anak itu akan tersiksa bila
tidak diizinkan bergabung dan mereka tidak ingin
mengecewakan pemimpin mereka, yaitu Lord Asano
dan juga Oishi. Oishi tidak menyangkali hal itu, namun kini dia
sadar, betapa besar tanggung jawab yang dipikulnya.
Tugasnyalah untuk memastikan anak itu tidak meninggal sia-sia, begitu juga dengan anggota yang
lain. Dia tahu mereka akan mengikuti dia kemana
pun dia memimpin mereka, dan bila dia gagal, maka
seumur hidup maupun mati dia akan selalu dihantui
oleh tuduhan mereka. Ketika meninggalkan pondok
itu di pinggiran kota, dia terkejut melihat seorang
pembantu dari kastil Ako membawa sedikit bahan
makanan buat pasangan tua itu. Sikap orang itu
aneh, berpura-pura tidak mengenal pemimpin lamanya ketika memasuki pondok itu. Oishi bingung
hingga seberkas ingatan mengingatkannya akan apa
yang sedang terjadi. Sebenarnya sekarang pembantu
itulah yang menopang kehidupan bekas majikannya
dan tak ingin hal ini diketahui karena takut membuat
mereka malu. Oishi menggeleng-gelengkan kepala
dengan heran lalu melanjutkan perjalanan ketika
isak tangis perlahan terdengar dari dalam pondok
dan suara yang menghibur menjawab, "Keadaan ini
tidaklah terlalu buruk bila kau ingat masa sebelum
kita punya anak." Oishi juga bermaksud mengunjungi Shindo dan
Koyama tapi tidak jadi karena tiba-tiba mereka
menghilang. Lama sesudah itu Oishi menerima surat
permintaan maaf dari Shindo yang mengatakan
bahwa dia dan Koyama tidak bisa ikut berjuang
karena hanya akan menjadi beban. Mereka beranggapan bahwa "dari tiga puluh enam cara, pergi
adalah yang terbaik" serta berharap akan dimaafkan.
Oishi tidak terkejut, dia justru bersyukur mereka
menyingkir sebelum terlambat. Dia menghargai kejujuran mereka dalam mengakui kekurangan, tapi
dia juga berharap agar yang lain tidak mengikuti
jejak mereka. Laporan dari Kataoka malam itu tidak menyenangkan. Kira-kira setengah dari pasukan yang telah
mereka hitung mengundurkan diri hingga tinggal
kurang dari enam puluh orang. Kataoka juga menemukan banyak kesengsaraan, anak-anak dan orang
tua yang terpaksa bekerja. Walaupun keadaan bisa
berubah, mereka yakin dengan anggota yang ada,
saat mereka berkumpul di Edo. Tujuan mereka sudah
sangat jelas. Melihat bahwa Oishi tertekan dengan perkem234 235 John Allyn Kisah 47 Ronin bangan yang terjadi, Kataoka memberi catatan lucu
tentang seorang laki-laki yang tidak dapat pergi
karena istrinya tak mengizinkan - "Dia menyimpan
suaminya dengan sangat baik di bawah pinggulnya!"
- tapi Oishi sudah meninggalkan ruangan.
Beberapa hari ini dia belum bertemu Okaru
karena kesibukannya yang diawali dengan pesan dari
Edo, tapi kini, ketika dengan lelah dia membuka
pintu kamar, dia melihat Okaru sedang menunggunya. Dia senang dengan kehadiran Okaru lalu berbaring di sebelahnya. Oishi baru saja hendak meminta maaf karena telah melupakannya, ketika Okaru melempar selimut sambil menangis.
"Jangan pergi," dia memohon. "Jangan pergi ke
Edo dengan mereka - itu bunuh diri!"
Terkejut oleh tangisannya, Oishi menurunkan
lengan Okaru dari lehernya dan memegang kedua
tangannya. "Kau tahu lebih baik dari itu," kata Oishi. "Kau,
seorang geisha yang terlatih, tanpa malu menunjukkan perasaanmu" Apa anggapan pelangganmu?"
"Aku tidak peduli," tangisnya. "Kau akan ke Edo
untuk mati dan aku takkan biarkan itu!"
"Kurasa kau mata-mata," kata Oishi sambil
dengan lembut membaringkan dia. "Kau tahu semua
rencanaku dan kau berusaha mengubahnya agar
menguntungkan musuhku."
"Aku berusaha mengubahnya agar menguntungkan aku," isak Okaru sambil berbalik. "Aku memikirkan hidupku. Berpikir untuk menyelamatkannya
daripada mengambil hidup orang lain."
"Oh," kata Oishi. "Sekarang kau mengancam
bunuh diri. Apakah adil menempatkan diri pada


Kisah 47 Ronin The 47 Ronin Story Karya John Allyn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

posisi seperti itu" Lagi pula, aku tahu kau tidak
akan melakukannya." "Bagaimana kau tahu?" katanya sambil terisak.
"Karena kau kuat," katanya, dan bersandar pada
sikutnya untuk menatapnya. "Kau telah berjuang
dan berhasil mendapatkan tempatmu - kau bukan
jenis orang yang tetap kalah."
"Tapi tidak ada pemulihan dari rasa kehilangan,"
tangisnya. "Kau harus memberiku kesempatan seperti yang
pernah kau miliki," katanya. "Itu baru adil."
"Tidak ada yang adil," jawab Okaru dengan
sedih. "Dan membunuh satu orang musuh takkan
membuatnya menjadi adil. Apakah kau tidak peduli
pada hidupmu sendiri - atau keluargamu?"
Oishi berhenti sejenak. "Hidup seseorang terletak pada tugasnya," kata Oishi.
"Tapi tugas kepada siapa" Pemimpinmu sudah
meninggal - tak ada lagi orang yang memberi perintah kepadamu."
"Oh, ada," katanya sambil menerawang, dan
236 237 John Allyn Kisah 47 Ronin Okaru melihat wajah Oishi lebih dekat, berusaha
menebak arti ucapannya. Oishi meletakkan tangan
di belakang kepala Okaru dan menciumnya ketika
dia berbaring kembali. sopan pada Okaru yang tersenyum sedih; dia takkan
lupa bahwa dia berhutang nyawa pada anak itu.
Kemudian Chikara menoleh ke arah gadis kecil lalu
membungkuk. Saat itu, si gadis kecil tidak dapat
menahan air matanya dan segera berbalik lalu
menyembunyikan wajahnya dalam lengan kimono
Okaru. Chikara membalikkan badan dan mengambil
tempat dalam karavan. Oishi mengangkat tangan
untuk memberi tanda berangkat, tapi kemudian
ragu-ragu. "Tahukah kau..." kata Oishi pada Okaru, tapi dia
tak bisa melanjutkan kata-katanya. Tangannya turun
dan seluruh rombongan bergerak perlahan dengan
kuda-kuda mereka. Okaru tersenyum dengan tegar
hingga orang terakhir berangkat, tapi ketika mereka
hilang di balik gerbang, senyumnya hilang dan kipas
merah yang indah lepas dari tangannya. Angin musim gugur mulai bertiup. Dia menggandeng maiko
kecil dan mengajaknya masuk untuk bersiap-siap
kembali ke Gion. Kesempatan Okaru untuk kembali
sudah sirna karena penolakannya memata-matai
Oishi, sebab itulah harga yang diminta Hoshino.*
Minggu pertama di bulan Oktober sebelum Oishi
pergi. Dia harus mendapatkan senjata dan panah di
Kyoto, di mana dia bersikeras untuk membawanya
sendiri karena risiko yang ada. Ketika semua perlengkapan siap, rombongan terakhir telah berangkat
kecuali Onodera, Kataoka, Chikara dan tiga orang
lainnya, termasuk Mimura, yang mendapat tugas
khusus. Waktu itu, pagi yang sejuk di musim gugur
ketika mereka berkumpul di depan rumah dan memuat kuda-kuda yang tersisa dengan peti-peti berisi
"bahan sutera" yang akan mereka bawa. Seluruh
anggota menyamar sebagai tukang angkut barang
Api Di Bukit Menoreh 2 Dirty Little Secret Karya Aliazalea Interograsi Maut 2

Cari Blog Ini