Ceritasilat Novel Online

Samurai 11

Samurai Karya Takashi Matsuoka Bagian 11


badai, mereka yang putus asa selalu mencari perlindungan pada kekuatan gaib. Mereka tidak punya yang lain. Namun, dua laporan menuntut perhatian yang lebih serius dari Semon
Satu laporan menghubungkan Lord Genji dengan pembantaian misterius di sebuah
desa petani yang terpencil di Wilayah Hino enam tahun lalu. Mengapa seorang bangsawan dengan derajat mulia dan ambisi tinggi seperti Lord Genji menodai tangannya sendiri dengan pekerjaan yang begitu remeh" Tak seorang pun tahu.
Ya kedua mengenai kepergian kekasih Lord Genji, Mayonaka no Heiko, geisha yang terkenal pada zamannya, ke Amerika pada waktu yang sama. Sebagian orang mengatakan wanita itu telah melarikan diri dengan seorang pria Amerika, Matthew Stark, yang pada waktu itu dan sampai sekarang merupakan teman dekat Genji. Namun, Saemon tahu
bahwa sejumlah besar emas Genji telah ikut ke Amerika bersama mereka. Itu tidak mungkin terjadi tanpa persetujuan Genji. Bahkan, hidup kedua orang itu tidak akan berlanjut tanpa itu.
Apa yang sebenamya terjadi"
Saemon bertekad menemukan jawabannya.
Peristiwa yang paling tak terduga, orang yang paling tidak berarti, mungkin saja memegang kunci kehancuran Genji.
1862, San Francisc o Samudra itu masih sama, tetapi tak ada yang serupa. Garis pantai Teluk San Francisco tidak mengingatkan Heiko akan Teluk Edo. Begitu pula hawa dingin menusuk musim gugur California tidak membangkitkan kenangan akan kesejukan musim yang sama di Jepang
Namun, ombak, dalam sapuannya yang terus-menerusn, entah bagaimana membawa
pikirannya kembali ke tempat itu, dan waktu itu, ketika dia menjadi geisha tercantik di ibu kota Shogun Tokugawa. Rasanya sudah lama sekali berlalu, terutama ketika dia berpikir dengan acuan kalender Jepang. Bulan kesebelas pada tahun keempat belas Kaisar Komei.
Kata-kata dan angka-angka itu menunjukkan era yang jauh dan nyaris terlupakan.
BUKU KEDUA 32 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Bukankah sebetulnya baru dua tahun berselang ketika pertama kali dia bertemu
dengan Genji" Dia telah sangat-sangat salah menilai Genji, demikian juga semua orang. Suatu
kesalahan yang mudah dibuat. Genji sama sekali tidak menunjukkan keseriusan yang diharapkan orang dari samurai tingkat atas di tengah krisis, dan terlalu sering tampak senyum di bibirnya, bahkan ketika tak ada alasan berupa kesenangan kecil sekalipun yang dapat dilihat orang lain. Dia juga berpakaian dengan gaya seorang pesolek, dalam kimono dan jubah berwarna terlalu cerah dan aksen berlebihan dengan benang emas dan perak mengilap. Pakaian seperti itu sepenuhnya cocok untuk seorang aktor, dan tak seorang pun dapat membantah bahwa bangsawan muda itu cukup tampan untuk panggung kabuki
mana pun di daratan Jepang, tetapi bagaimanapun dia bukan seorang aktor. Dia seorang bangsawan, ahli waris takhta Wilayah Akaoka, dan, jika isu-isu santer itu harus dipercaya, berarti dia dianugerahi kemampuan melihat masa depan. Orang-orang tentu mengharap-kannya berpenampilan lebih elegan, setidak-tidak.
Majikan Heiko, Lord Kawakami, Kepala Polis Shogun, telah menggambarkan Genji
sebagaii pesolek manja dan dangkal, pemboros yang tertarik pada wanita dan anggur, dan sama sekali tidak pada tradisi perang kaum samurai. Pengamatan Heiko sendiri telah membenarkan gambaran itu. Namun setelah dia membiarkan dirinya jatuh ke dalam
pelukan Genji, dia tahu bahwa Kawakami salah besar. Genji menunjukkan perilaku orang lemah, dan berpakaian seperti orang lemah, tetapi tubuhnya mengkhianati rahasianya.
Kelembekan yang ditampilkannya, ketika berpakaian, adalah hasil pengenduran postur yang disengaja. Urat dan otot yang terlatih merajut tulang-tulangnya dalam kekuatan terpendam, bagaikan tali busur yang diikatkan pada sebatang, ranting melengkung yang semula tidak berbahaya dan menjadikannya senjata mematikan. Heiko yang telah
menjalani pelatihan seni perang dan akrab benar dengan sistem otot manusia, tahu bahwa Genji telah menjalani latihan bertahun-tahun dengan kuda perang, pedang, belati, tombak, busur, da anak panah, sejak pertama kali mereka bercinta. Jika seseorang dengan pengetahuan seluas Kawakami si Mata Licik tidak mengetahui hal ini, berarti pelatihan itu begitu dirahasiakan sehingga hanya ada satu kesimpulan"Genji sengaja berperilaku demikian untuk menyesatkan pengamat pada kesimpulan keliru sebagaimana yang telah dicapai Kawakami.
BUKU KEDUA 33 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Heiko tidak melaporkan ini kepada Kawakami Dia berkata pada dirinya sendiri bahwa informasi itu tidak berharga. Apakah itu berarti bahwa klan Genji, Okumichi,
merencanakan pemberontakan terhadap Shogun" Tentu saja, itu suatu kelaziman Saling benci antara klan Shogun dan klan-klan musuhnya telah berlangsung hampir tiga ratus tahun Bahwa tiga abad itu merupakan tiga abad yang damai sama sekali tidak berarti apa-apa. Makar dibalas makar tidak akan berakhir sampai salah satu pihak akhirnya menang total di atas pihak lain. Karena perang antarklan nyaris tak pernah berakhir dengan kemenangan mutlak, kemungkinan besar makar dibalas makar akan terus berlanjut sampai matahari sendiri jatuh dari langit. Jadi, Heiko merasa belum mendapatkan informasi apa-apa yang layak dilaporkan. Demikian dia berkata pada dirinya sendiri. Dan ketika akhirnya dia mengetahui kebenaran, dia tidak lagi menjadi kaki tangan Kawakami, tetapi kekasih Genji.
Kini, semua itu terasa sudah lama sekali berlalu. Barangkali karena bulan-bulan di Amerika ini menjadi bulan-bulan terpanjang dalam kehidupannya. Kepastian bahwa dia akan segera dipanggil pulang oleh Genji entah mengapa justru membuat waktu berjalan semakin lambat.
"Heiko," suara lembut Matthew Stark terdengar dekat di belakangnya. Dia tidak mendengarnya mendekat. Kenangan telah menumpulkan indranya terhadap kekinian.
"Kabut tampaknya akan segera datang dari laut. Kita harus pulang."
"Terima kasih, Matthew." Heiko menyambut uluran tangan Matthew dan bersandar sepenuhnya kepadanya ketika mereka berusaha mendaki jalan setapak kembali ke arah jalan raya. Bukit itu tampak jauh lebih terjal sekarang ketimbang waktu dia menuruninya.
"Kuharap kau tidak terlalu memaksakan dirimu," kata Stark. "Dokter Winslow berkata padaku, wanita dengan kondisi seperti dirimu seharusnya melewatkan minggu-minggu terakhir ini di tempat tidur,"
Ketololan dalam pernyataan itu membuat Heiko ingin tertawa, tetapi dia menahan dirinya. Meskipun orang asing mungkin tahu banyak tentang ilmu alam, pengetahuan mereka tentang fakta-fakta paling sederhana tentang alam sering menggelikan. "Empat minggu di di tempat tidur akan melemahkan, bukan menguatkan, dan aku akan
membutuhkan kekuatan ketika waktunya tiba."
Stark berkata, "Terkadang kau terdengar lebih lebih seperti seorang samurai ketimbang BUKU KEDUA
34 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR wanita." Heiko tersenyum selagi pria itu membantunya naik ke kereta. "Kuanggap itu sebagai pujian, Matthew. Terima kasih."
"Aku tidak bermaksud memujimu." Namun, Stark balas tersenyum sebelum dia melecut tali kekang untuk membuat kudanya berjalan.
Heiko berusaha berhenti berpikir dan menyebut Stark dan orang-orang Amerika lain sebagai orang asing. Ini adalah negara mereka. Di sini, dialah yang menjadi orang asing.
Namun, dia tidak akan lama lagi berada di sini. Pandangannya melembut. Dia mengantuk.
Dia tertidur dan memimpikan Kastel Awan Burung Gereja jauh sebelum mereka mencapai San Francisco.
1308, Kastel Awan Burung Gereja
Lady Shizuka berusia enam belas tahun ketika Lord Hironobu menyelamatkannya dan membawanya ke Kastel Awan Burung Gereja sebagai mempelainya. Setibanya di kastel, tanpa kesalahan sedikit pun Lady Shizuka menemukan jalannya ke halaman paling dalam melalui koridor-koridor yang berkelok-kelok aneh, sangat mengejutkan Lord Hironobu.
Semua gang di dalam kastel sengaja dibuat membingungkan, untuk menyulitkan
penyerang yang mungkin berhasil menebus pertahanan luar dalam suatu penyerbuan.
"Bagaimana kautahu jalan ke sini?"
Namun setelah di dalam, Shizuka berdiri dalam kebingungan. "Di mana mereka?"
"Di mana apanya?"
"Bunga-bunga," sahut Shizuka.
"Bunga?" Hironobu tertawa. "Tak ada tempat untuk bunga di sini. Ini adalah benteng prajurit yang garang. Lihat, ada satu yang muncul sekarang. Go, perkenalkan istri baruku.
Shizuka, ini pengawal pribadiku, Go."
Go seorang pria bertubuh besar dan berwajah masam, tidak berkata apa-apa
kepadanya, dan tidak memberikan isyarat menyalami. Dia berkata kepada Hironobu,
"Anda seharusnya tidak melakukan ini, Tuanku"
"Kau terlalu serius. Ini masalah cinta, bukan perang atau politik. Berhentilah BUKU KEDUA
35 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR khawatir." Hironobu berkata kepada Shizuka, "Dia adalah prajurit yang mengasuhku ketika aku masih kecil. Terkadang tampaknya dia masih merasa menjadi pengasuh."
Akan tetapi, Shizuka tidak tertarik dengan Go. Dia pergi ke tengah halaman. "Mereka seharusnya di sini, tepat di sini."
"Apa yang seharusnya berada di sini?" kata Hironobu.
"Bunga-bunga," kata Shizuka. "Mawar American Beuaty."
"Mawar jenis apa?"
"Mawar American Beauty."
"Amerika" Apa itu Amerika?"
Shizuka mengangkat bahunya dengan tak sabar. "Di mana Lord Narihira" Dia pasti menanamnya di tempat yang salah."
Ekspresi Hironobu kini benar-benar menunjukkan kecemasan. "Siapa itu Lord Narihira?"
"Penguasa kastel ini," sahut Shizuka.
"Shizuka, akulah penguasa kastel ini," kata Hironobu.
Ketika Shizuka teringat akan insiden ini bertahun-tahun kemudian, dengan perasaan geli dia akan merenungkan hari-hari sebelum dia menyadari betapa berbedanya
pengetahuannya dengan orang lain. Namun sekarang, kekecewaannya terlalu besar untuk ditanggungnya. Dia telah sangat menantikan untuk melihat kuntum-kuntum merah,
merah muda, dan putih yang elok itu. Air mata bergulir tak tertahankan lagi di pipinya.
Ketika Hironobu mencoba menghiburnya, yang dapat dikatakannya hanyalah,
"Seharusnya aku tidak memotongnya dari cabangnya. Aku hanya ingin melihatnya. Mawar American Beauty."
BUKU KEDUA 36 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR 3 Peti Mongol 1867, Istana Bangau yang Tenang
Hanako menengok dalam ruang kerja. melihat meja Lady Emily tidak sedang digunakan, dan masuk untuk merapikan. Dia seharusnya menyerahkan pekerjaan itu kepada para pelayan, tetapi gadis-gadis sekarang tidak dapat diandalkan sebagaimana gadis-gadis pada masa lalu.
Mereka terlalu ingin tahu, kurang disiplin, dan sangat suka bergosip. Semua orang tahu bahwa Emily sedang menerjemahkan Suzume-no-humo, sejarah rahasia klan Okumichi, ke dalam bahasa Inggris. Jika selembar perkamen tertinggal dalam keadaan terbuka, atau terikat erat tetapi tidak disimpan, salah seorang pelayan mungkin akan sulit menahan godaan untuk mengintipnya.
Alasan itu cukup baginya untuk mengambil alih pekerjaan ini. Demikian Hanako berkata kepada dirinya sendiri. Dia tahu tugas rendahan itu bukan tanggung jawabnya, dan tidak pantas pula bagi seseorang dengan derajat setinggi dia. Bagaimanapun dia adalah istri kepala pengawal pribadi Lord Genji, Lord Hide, dan karenanya, di berhak menyandang gelar "lady". Namun, kebisaaan lama sulit dihilangkan. Dia lahir sebagai putri petani rendahan di sebuah lembah di bawah Kuil Mushindo, yang pada zaman dahulu menjadi benteng pertahanan para Bangsawan Agung Akaoka selama enam ratus tahun. Ketika dia berusia sembilan tahun, dia kehilangan orangtuanya. Rahib tua yang baik hati, Zengen, merasa iba kepadanya dan mengatur aar dia menjadi pelayan rumah tangga Lord Kiyori, yang menjadi Bangsawan Agung Akaoka sebelum jabatan itu diturunkan kepada cucunya, Lord Genji. Hanako berusia 22 tahun, tanpa keluarga, koneksi, mas kawin untuk calon suami, dan sudah pasrah akan kehidupan perawan tua, ketika Lord Genji sendiri mengatur pemikahannya dengan Hide, seorang samurai yang telah lama dikaguminya dari jauh.
Peristiwa-peristiwa tak terduga seperti itu masih membuat Hanako merasa takjub. Dalam BUKU KEDUA
1 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR usianya yang ke-29 tahun, dia telah menjadi ibu dari seorang putra bangsawan, istri orang kepercayaan Lord Genji, sahabat Lady Emily, wanita Amerika yang, melalui putaran nasib yang aneh, menjadi begitu dekat bagaikan anggota klan sendiri. Betapa beruntungnya mereka semua bahwa Lord Genji, tidak seperti manusia bisaa, dapat melihat masa depan. Karena itu, peniliannya, sekalipun terkadang tampak aneh, selalu dapat dipercaya.
Hanako menjepit ke belakang lengan kiri kimononya yang kosong agar tidak menghalangi geraknya tidak pernah melakukan itu di hadapan orang lain karena dia merasa itu akan mengundang perhatian berlebihan pada ketiadaan lengan kirinya. Meskipun baru enam tahun berlalu sejak pertempuran di kuil itu, orang-orang sudah menyebutnya dengan penuh kekaguman dan penghormatan sebagai. Pertempuran Besar di Kuil Mushindo. Hanako, Hide, Lord Genji, dan Lady Emily termasuk di antara beberapa gelintir orang saja yang bertahan hidup dalam penyergapan enam ratus prajurit musuh bersenapan, dan memenangi
pertempuran yang berai sebelah dan tampak mustahil itu. Tentunya, perjuangan mereka telah dibesar-besarkan dalam penceritaan ulang oleh orang-orang yang tidak tahu apa-apa. Dan Hanako sendiri, di luar kehendaknya, tela memperoleh kemasyhuran berkat keberanian yang membuatnya kehilangan satu tangan dalam pertempuran. Karena itu, gerakan apa pun yang mengingat kan orang akan kehilangannya, sekalipun tidak di sengaja, tampak baginya sebagai pamer diri.
Perkamen ada di mana-mana, sebagian terbuka sebagian tidak, yang bisaanya begitu rapi, telah meninggalkan mejanya dalam keadaan berarantakan. Apakah tiba-tiba dia telah dipanggil keluar Untunglah Hanako memutuskan untuk membenahinya. Terlalu banyak perkamen yang terbuka, Hanya seseorang seperti dirinya, seseorang yang bertekad untuk tidak melihat, bisa menggulung mereka tanpa membaca satu huruf pun.
Untuk mengalihkan perhatiannya, dia mencoba mengingat apa Suzume-no-kumo dalam bahasa Inggris. Emily baru saja memberitahunya kemarin. Istilahnya terdengar jauh lebih aneh dalam bahasa Inggris ketimbang bahasa Jepang. Hmm, apa ya"
Hanako menggulung perkamen lain dan meletakkanya di samping perkamen yang sudah dia gulung sebelumnya. Dengan mempertahankan urutan sebagaimana perkamen ditinggalkan, akan cukup rnudah bagi Emily untuk melanjutkan pekerjaannya meskipun perkamen-perkamen itu sudah tidak terbuka lagi.
BUKU KEDUA 2 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Ah, ya, Hanako ingat. Cloud of Sparrows. Awan Burung Gereja. Dia mengucapkannya dengan keras untuk rnelatih bentuk kata-kata itu di dalam mulutnya mendengar bunyinya, cara yang lebih baik untuk mengingatnya.
" Cloud of Sparrows," kata Hanako lagi, dan sangat puas dengan dirinya. Dia telah mengucapkan kata-kata bahasa Inggris dengan sangat jelas, pikirnya.
"Halo?" kata Emily, dan muncul dari belakang meja di ujung kamar. Tampaknya, dia duduk di lantai tadi.
"Maafkan aku," kata Hanako. "Aku tidak tahu kau di sini. Kau tidak ada di mejamu. Jadi, aku masuk untuk membereskannya." Dia membungkuk dan beranjak pergi.
"Tidak, jangan pergi, Hanako," kata Emily "Aku jugai hendak pergi mencarimu tadi.
Lihatlah ini." Dia menunjuk peti kecil di sampingnya, berlapis kulit, dengan lukisan yang sudah memudar di bagian atasnya.
"Ah," ujar Hanako, "kau telah membuka kotak perkamen yang baru. Pasti menggairahkan bagimu."
"Perkamen di dalamnya berbeda dengan yang lain. Bahkan, peti yang memuatnya juga berbeda. Apakah ini karya seni Jepang?"
Hanako mengamati naga yang melingkar-lingkar bagai asap merah penuh amarah di
sekeliling Pegunungan Es Biru.
"Bukan," katanya. "Lebih mirip gaya Cina, tetapi lebih liar, lebih barbar. Barangkali, itu dibuat oleh orang Mongol."
Emily mengangguk. Dia tampak khawatir, atau bingung, atau barangkali hanya lelah.
Meskipun Hanako sudah mengenalnya selama tujuh tahun, dan telah bertemu banyak orang asing sejak itu, dia tidak selalu bisa membedakan emosi apa yang ditunjukkan wajah mereka.
Tidak seperti orang Jepang, orang asing sering tidak berusaha menyembunyikan perasaan mereka, tetapi justru tidak adanya kendali yang disengaja membuat ekspresi mereka begitu sulit dipahami Hanako. Terlalu banyak isyarat wajah yang muncul secara bersamaan, di antaranya ada yang tidak pantas dilihat. Terkadang, dia sedang bersama Emily ketika salah seorang teman Amerikanya datang berkunjung. Perwira angkatan laut, Robert Farrington, atau pemilik peternakan, Charles Smith. Pada saat-saat itu, Hanako sering melihat wajah para pria menunjukkan emosi-emosi yang begitu intim sehinga dia merasa jengah sendiri. Emily BUKU KEDUA
3 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR tampaknya tidak menyadari ekspresi itu karena dia melanjutkan percakapan seakan-akan tidak ada yang salah, dan tampaknya juga tidak merasa tersinggung, marah, atau malu. Hanako bertanya-tanya, bukan untuk pertama kalinya, apakah mereka bahkan pernah benar-benar saling memahami.
Kini, Emily agaknya sedang memikirkan banyak hal, yang mungkin menjadi penyebab munculnya ekspresi kebingungan pada wajahnya, karena ketika dia berbicara lagi, yang disinggungnya adalah hal yang sama sekali berbeda.
Katanya, "Apakah kautahu tentang Go, pengawal pribadi Lord Hironobu?"
"Tentu saja," kata Hanako, lega karena perhatian Emily telah beralih dari perkamen.
Sejarah itu hanya boleh dibaca oleh para bangsawan agung dan mereka yang akan menjadi ahli waris wilayah. Lord Genji telah membuat pengecualian bagi Emily. Dia boleh membacanya.
Hanako tidak boleh. "Dia adalah salah seorang pahlawan besar klan kami. Tanpa dia, Lord Hironobu pasti sudah tewas waktu kecil, dan pasti tak pernah ada lagi Bangsawan Agung Akaoka setelah itu."
"Apakah Go orang Mongol?"
"Oh, bukan," sahut Hanako, terkejut mendengar pertanyaan yang lancang itu. "Aku yakin dia bukan orang Mongol."
"Dari mana asalnya?"
"Asalnya" Dia dari Jepang."
"Di mana Jepangnya?"
Hanako berpikir sejenak. "Aku tidak ingat pernah mendengar kisah masa kecilnya. Kecuali bahwa dia dapat menunggang kuda hampir sebelum dia bisa berjalan." Hanako tersenyum.
"Tetapi, tentu saja, itu hanya kisah dalam dongeng. Sebaliknya, dia selalu disebut-sebut sebagai pengawal pribadi Lord Hironobu. Dia adalah pengawal pribadi Lord Hironobu ketika beliau masih kecil, dan dia adalah pengawal pribadi Lord pada akhirnya."
"Pada akhirnya," ulang Emily. "Apa akhirnya?"
"Mereka berdua tewas bersama dalam perang," kata Hanako, "menahan pasukan Hojo sehingga putra Lord Hironobu yang masih bayi dapat diselamatkan dan hidup untuk menuntut pembalasan yang adil." Ini juga merupakan episode terkenal dalam sejarah klan Okumichi.
"Putra ini, Danjuro, menjadi Bangsawan Agung kedua wilayah kami. Belum lagi dia keluar dari BUKU KEDUA
4 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR masa kanak-kanaknya, dia telah membantu menghancurkan kekuasaan Hojo." Suatu pemikiran tiba-tiba melintas di benaknya dan membuatnya menggigil. Sebelum dia dapat menahan dirinya, dia bertanya, "Apakah Suzume-no-kumo menyebutkan sebaliknya?"
Emily menggelengkan kepalanya. "Tidak, tetapi persis seperti yang kaukatakan."
"Ah." Hanako merasa lega. Tidak jarang, di setiap klan, mereka yang di atas tahu sesuatu selain yang diceritakan kepada mereka yang di bawah. Di dalam klan seperti klan Okumichi, yang dipimpin turun temurun oleh bangsawan agung dengan kemampuan melihat masa depan, atas dan bawah bisa sangat berbeda. Dan sekarang, setelah Emily menyinggung soal perkamen, sebaiknya dia pergi sebelum soal itu dikemukakan lagi. Dia membungkuk kepada sahabatnya.
"Maafkan aku telah mengganggumu, Emily. Aku akan meninggalkanmu untuk bekerja lagi sekarang."
"Aku perlu bantuanmu, Hanako."
Hanako bimbang. "Dengan senang hati, aku akan melakukan semua yang aku bisa, selama aku tidak diminta membaca perkamen-perkamen itu atau mendengar lebih banyak tentang apa yang tertulis di sana."
"Yang ini bukan perkamen yang tidak boleh membaca." Emily mengulurkan perkamen di tangannya kepada Hanako.
Hanako membungkuk lagi, tetapi tidak menerimanya. "Aku tidak bisa."
"Ini bukan Suzume-no-kumo."
Emily sudah mengalami kemajuan pesat dalam memahami bahasa Jepang selama tinggal di sini. Akan tetapi, Hanako jauh dari yakin bahwa Emily dapat membedakan apa yang menjadi bagian dari sejarah rahasia klan dan apa yang bukan. Jika perkamen itu berasal dari salah satu peti itu, bagaimana mungkin ia bukan bagian dari sejarah klan" Untuk menolaknya sekarang sangatlah tidak sopan. Namun, untuk menerimanya bisa berarti melanggar peraturan dasar klan. Yang terbaik adalah menghindarkan penghinaan sedapat mungkin. Dengan ragu, dia menerima perkamen itu. Begitu ada tanda-tanda Emily telah keliru, dia akan segera berhenti membaca.
Sekilas, pandangan pada baris-baris huruf hiragana dan tidak adanya ideogram kanji yang rumit memberitahunya bahwa Emily benar. Tak seorang pun akan menulis sejarah klan dalam gaya yang begitu tidak resmi. Namun, ketika dia membaca baris pertama, penyebutan Lord BUKU KEDUA
5 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Narihira dan ramalan keliru yang terkenal tentang mawar itu membuatnya berhenti.
"Aku tidak bisa, Emily"
"Ini tampaknya sejenis catatan harian," kata Emily. "Gosip, bukan sejarah."
"Apa pun ini, di dalamnya menyebutkan para bangsawan agung dan ramalan," kata Hanako. "Aku tidak berhak terus membacanya."
Emily tersenyum, "Adakah orang yang tak pernah membicarakan ramalan di sini" Apakah Lord Genji pernah menjadi bahan gunjingan?"
Hanako membalas senyum Emily Tentu saja, dia benar. Di dalam klan Okumichi, ramalan, pemikiran, dan tindakan bangsawan agung selalu menjadi bahan pembicaraan, perdebatan, dan spekulasi. Ini bukan perilaku yang benar. Akan tetapi, dengan watak alami manusia seperti itu, bisakah diharapkan perilaku yang berbeda" Hanako melanjutkan membaca. Di akhir paragraf pertama, dia tidak dapat me dapat menahan tawanya.
"Ya," kata Emily. "Aku tertawa juga di situ. Aku menerjemahkannya begini, ` Ketika kayangan memberikan kekuasaan kepada pria untuh mengatur dunia, dewa-dewa di atas tentu sedang menunjukkan rasa humor yang nakal. "'
"Ya, itu tepat, kukira."
"Seorang wanita yang menulis ini."
"Tak diragukan lagi," sahut Hanako. "Tulisan tangannya, gayanya, isinya, semua sangat feminin." Dia membaca lagi dan tersenyum, sekarang tanpa krkhawatiran karena dia yakin yang dibacanya bukan sejarah terlarang. "Dia mengisahkan hubungan cinta, tampaknya hubungan yang terlarang dan tragis."
"Salah satunya."
"Aku heran bagaimana ini terselip di dalamnya?"
"Tidak sepenuhnya tepat jika dikatakan terselip." Emily membuka tutup peti dengan lukisan naga dan pegunungan biru. "Semua ini dalam gaya serupa itu."
"Kalau begitu, peti itulah yang tanpa sengaja diletakkan di antara peti-peti lain."
"Aku heran," kata Emily. Dia menyingkirkan lapisan kain kasar untuk menunjukkan sutra halus yang dibordir rumit dengan pola kumpulan mawar berlatar belakang gumpalan awan putih dan langit biru sangat cerah. "Apakah ini yang disebut mawar American Beauty oleh para anggota klan?"
BUKU KEDUA 6 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Ya, kelihatannya begitu," kata Hanako, merasa resah sekali lagi. "Kupikir tentu begitu, karena perkamen itu menyebutkan namanya."
"Mawar itu ditanam untuk pertama kalinya oleh Lord Narihira," kata Emily.
"Ya." "Dan kapankah itu?"
"Tahun kedelapan belas Kekaisaran Ogimachi," sahut Hanako.
"Tahun berapa menurut kalender Barat?"
Hanako menghitung dengan cepat. "Kupikir tahun 1575."
Emily mengangguk. "Sama dengan hasil perhitunganku, tetapi tadi aku yakin telah salah hitung. Orang asing sering salah mengurutkan para kaisar dalam kalender Jepang." Dia mengamati lukisan di atas peti. "Perlu waktu dua minggu bagiku untuk membacanya. Aku menyelesaikannya kemarin. Sejak saat itu, aku tidak memikirkan yang lain." Dia tampak hendak berbicara lebih banyak, tetapi tetap diam.
Akhirnya, Hanako bertanya, "Mengapa kau berpikir telah membuat kesalahan dalam perhitungan tanggalnya?"
"Karena mawar-mawar," kata Emily, "dalam narasi ini dan kain ini."
"Ya?" Hanako tidak mengerti mengapa Emily tampak begitu bingung. Simbol paling umum klan Okumichi adalah burung gereja mengelakkan panah dari empat penjuru. Simbol ini muncul pada bendera perang resmi Okumichi. Pada dua ratus tahun belakangan, mawar-mawar ini nyaris sama seringnya digambarkan. Mereka dapat ditemukan pada bendera, kimono, dekorasi baju besi, mata, dan gagang pedang. Tak ada yang misterius tentang pemunculan mereka dalam tulisan anggota klan pria atau wanita, atau dalam sepotong sutra seperti ini, yang digunakan untuk membungkus perkamen.
"Mawar itu ditanam tahun 1575," kata Emily,
"Jodi, mustahil bagi siapa pun yang menulis sebelum tahun itu untuk menyebutkannya."
"Itu benar," kata Hanako.
"Tetapi, mawar itu disebutkan dengan jelas sekali dalam perkamen ini," kata Emily, "yang menurut penulisnya ditulis pada tahun keempat Kaisar Hanazono."
Hanako dengan cepat memeriksa ingatannya tentang kronologi kekaisaran. Katanya,
"Tidak mungkin. Tahun keempat Hanazono sama dengan tahun1311 dalam kalender Masehi."
BUKU KEDUA 7 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Emily berkata, "Aku harus pergi ke Kastel Awan Burung Gereja."
Hanako terbelalak ngeri. Bagaimana Emily bahkan bisa memikirkannya" Kastel itu hampir lima ratus kilometer jauhnya dari sini. Di antara dua tempat ini, membentang daerah penuh dengan samurai antiorang asing yang semakin kejam, yang paling utama di antara mereka adalah yang disebut dengan Pasukan Kebajikan. Penyerangan terhadap orang asing telah menjadi hal yang umum akhir-akhir ini. Tak ada wanita yang menjadi sasaran. Sejauh ini keadaan belum memburuk. Namun, Emily terkenal sebagai tamu Lord Genji, dan Lord Genji menduduki daftar teratas musuh dalam negeri Pasukan Kebajikan.
"Untuk alasan apa perjalanan seperti itu dilakukan?"
Emily menatap langsung ke dalam mata Hanako. Dia berkata, "Kita bersahabat. Kita adalah sahabat sejati."
"Ya," sahut Hanako. "Kita adalah sahabat sejati."'
Emily memandangnya untuk beberapa saat lamanya sebelum dia beralih pada peti itu dan mulai membongkar perkamen-perkamen isinya. Ketika semuanya telah dikeluarkan, dia mengambil pakaian sutra dalam peti itu, membuka lipatannya, dan mempertunjukkannya.
Hanako melihat ternyata itu selembar kimono.
"Coba perhatikan, bagaimana kimono ini menurutmu?" tanya Emily.
"Potongannya mengikuti mode masa kini," kata Hanako. Ini agak mengejutkan jika perkamen itu benar-benar tua seperti kelihatannya. Namun, tidak begitu mengherankan karena mungkin isi peti itu sudah dibungkus ulang belum lama ini.
Emily menempelkan kimono itu di tubuhnya. "Ada yang lain?"
"Yah, sangat mewah," kata Hanako. "Tampaknya dipakai hanya pada acara-acara khusus.
Perayaan festival, atau sejenisnya."
"Atau pernikahan?" kata Emily.
"Ya, kimono itu cocok untuk pernikahan. Bukan untuk tamu, tentunya. Terlalu megah.
Hanya mempelai wanita yang bisa memakainya." Dia memperhatikan bordiran rumit sekumpulan mawar pada kimono itu. Sang mempelai harus sangat cantik pula, kalau tidak, kimono itu sendiri yang akan menarik semua perhatian. "Dan kimono itu memerlukan obi istimewa."
Emily merogoh ke dalam peti sekali lagi. "Seperti ini?" Dia menunjukkan sabuk kain resmi BUKU KEDUA
8 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR yang sama rumitnya dengan kimono itu, dalam warna-warna senada, dipenuhi bordiran dengan benang emas dan perak.
"Ya," kata Hanako, "sempurna." Apa yang dilakukan kimono dan obi pengantin di dalam sebuah peti berisi perkamen kuno" Dia merasakan dirinya semakin dingin.
Emily berkata, "Peti ini dikirimkan kepadaku." Suaranya sangat lemah, seakan-akan dia berbicara di luar kemauannya.
Hanako tidak memahami keresahannya. Semua orang tahu, Lord Genji telah meminta Emily menerjemahkan sejarah rahasia klan ke dalam bahasa Inggris. Dia telah memerintahkan semua perkamen untuk dikirimkan kepada Emily. Tentunya, jika sebuah peti semacam itu ditemukan, benda itu pasti akan sampai di tangannya, sebagaimana peti-peti lain yang ditemukan pada tahun-tahun setelah tugas itu dimulai. Tiga puluh generasi Lord Okumichi telah membaca perkamen itu. Melalui waktu selama itu dan karena perbedaan kepribadian para bangsawan, pasti ada saja bagian-bagian sejarah yang disimpan di tempat yang salah. Awan Burung Gereja merupakan kastel yang sangat besar, dengan kamar-kamar tersembunyi dan lorong-lorong rahasia. Banyak tempat di dalamnya untuk menyembunyikan barang-barang yang akhirnya terlupakan. Karena hanya seorang bangsawan atau mereka yang diizinkannya yang boleh melihat perkamen-perkamen itu, siapapun yang menemukannya tidak akan berani membacanya, dan itu berarti mereka tidak tahu bahwa perkamen di dalam peti Mongol itu bukan bagian dari sejarah klan. (Sebagian bangsawan tidak menganggap serius sejarah itu maupun larangannya sehingga ada waktu-waktu ketika banyak orang di luar garis keturunan telah diberi akses untuk membacanya"para kekasih, teman yang mabuk, geisha, dan pendeta, misalnya. Akibatnya, banyak bagian sejarah menjadi pengetahuan umum, atau barangkali lebih tepat, gosip umum). Tak ada yang misterius tentang pengiriman peti itu kepadanya. Namun, Emily jelas sangat gelisah.
"Peti itu ditemukan dan dikirimkan kepadamu karena Lord Genji memerintahkannya begitu," kata Hanako.
"Tidak," kata Emily. "Bukan itu yang kumaksud. Ini mustahil, untuk mempertimbangkannya saja bisa dikatakan menghujat Tuhan, tetapi?" Emily terrnyak di lantai dan duduk tanpa daya, kimono dan obi di pangkuannya. "Aku harus pergi ke kastel itu. Itu satu-satunya cara untuk membuktikan bahwa Ini tidak benar. Dan aku harus membuktikan bahwa Ini tidak BUKU KEDUA


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

9 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR benar. Harus." "Tidak benar apa?" tanya Hanako.
"Bahwa peti ini dikirimkan kepadaku," kata Emily.
1311, Menara. Kastel Awan Burung Gereja
Lady Shizuka tersenyum kepada Ayame, kepala dayangnya, dan terheran-heran bahwa wanita semuda mereka, yang belum lama meninggalkan masa kanak-kanak, harus menyandang gelar berat sebagai "lady" dan "dayang". Lady Shizuka berusia sembilan belas tahun, dan dia tidak akan bertambah tua lagi. Ayame baru tujuh belas tahun meskipun ekspresinya yang serius membuatnya tampak lebih dewasa.
"Saya mohon Anda mempertimbangkan lagi, Nyonya," kata Ayame. Dia duduk dengan kedua kaki terlipat rapi di bawahnya sesuai tata krama istana. Dia tampak sangat halus meskipun mengenakan baju perang, rambutnya dipangkas kasar, dan kapak naginata bermata panjang di sampingnya. "Saya sudah memata-matai sendiri posisi musuh, dan benar apa yang dikatakan Fumi. Penjagaan mereka lemah, barisan mereka mudah ditembus, dan setengah dari pasukan mereka mabuk tak sadarkan diri karena sake. Jika saya mengalihkan perhatian mereka, Anda dapat dengan mudah menyelinap dan menyelamatkan diri."
"Aku tidak bisa pergi," kata Shizuka. Tangannya memegang perutnya yang membuncit, sebagaimana sering dilakukannya akhir-akhir ini. Jubahnya yang longgar berjuntai menutupi kondisinya dari pengamat yang tidak awas, dan wajahnya, yang kurus seperti bisaanya, memainkan perannya dalam menutupi kebenaran.
"Anda tidak akan melahirkan sampai satu setengah bulan lagi," kata Ayame, "dan anak Anda tampaknya tidak terburu-buru untuk muncul lebih awal. Tak banyak kesulitan yang akan Anda hadapi setelah Anda keluar dari kepungan. Lord Chiaki tentu sudah menerima pesan kita saat ini, dan pasti dalam perjalanan pulang dengan banyak samurai kita. Anda mungkin akan bertemu dengannya bahkan sebelum mencapai tanjung."
"Bukan itu alasan aku tidak bisa pergi," kata Shizuka. "Di sinilah aku ditakdirkan berada."
Ayame membungkuk ke depan, menempatkan kedua tangannya di lantai di depannya, dan bersujud. "Lady Shizuka, maafkan saya karena saya harus berbicara terus terang."
BUKU KEDUA 10 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Tak ada batas di antara kita, Ayame. Kau selalu bebas mengutarakan pikiranmu padaku."
"Saya harap, Anda akan terus menganggap begitu. Banyak orang berkata, bukan masa depan yang Anda lihat, ataupun ruh-ruh yang Anda temui, melainkan khayalan Anda sendiri.
Tebakan yang kebetulan benar, kata mereka, membuat Anda seakan-akan punya kemampuan melihat masa depan. Sejak hari pertama saya melayani Anda, saya tak pernah meragukan Anda.
Apa pun yang Anda katakan, saya tahu Anda mempunyai alasan untuk mengatakannya. Anda bijaksana melampaui usia dan pengalaman Anda. Tidak penting apakah Anda tahu apa yang akan datang atau tidak. Tetapi, Nyonya, jika Anda tidak pergi dari tempat ini malam ini, Anda akan mati di sini."
Shizuka meletakkan tangannya di lantai dan membungkuk rendah sebagai balasan.
"Kau berpendirian teguh dan setia, dan seberani samurai dalam legenda. Untuk itu, aku berterima kasih. Sekarang, kau masih harus lebih berani. Kau akan hidup melewati malam ini, Ayame, dan melalui saat-saat tergelap dini hari, dan untuk tahun demi tahun sesudahnya. Inilah masa depanmu, dan pada waktunya, kau akan tahu bahwa aku telah benar-benar melihatnya.
Kau akan menikah dengan pria yang memiliki banyak kebajikan dan keunggulan, dan akan mendapatkan banyak kebahagiaan, di samping sedikit penderitaan. Kau akan mempunyai lima orang anak. Yang sulung akan menikahi keturunan Lord Hironobu, yang sekarang masih dalam kandunganku ini, dan akan memerintah wilayah ini sebagai Bangsawan Agung."
"Nyonya," kata Ayame, terguncang. Rasanya seperti melakukan pengkhianatan sekalipun hanya berpikir bahwa putra siapa pun selain Hironobu akan menggantikannya. Kecurigaan akan adanya pemikiran seperti itu saja, terbukti benar ataupun tidak, telah menyebabkan kematian di antara pelayan-pelayan pada banyak klan. Dan sekarang, istri Bangsawan Agung sendiri yang menyatakannya.
"Putriku bernama Sen. Putramu akan kauberi nama?" Shizuka menghentikan dirinya.
Biarkan Ayame memutuskannya sendiri, meskipun dalam keterpaduan waktu, dia telah memutuskan untuk memanggilnya Danjuro. Mereka yang memiliki masa lampau terpisah dari masa depan tidak melihatnya seperti itu. Untuk menyebutkan nama itu sekarang berarti merampok kebahagiaannya yang akan datang. ?"kau akan memberi putramu nama besar, sebagaimana yang layak disandangnya. Atas nama Lord Hironobu, dengan ini aku mengadopsi putramu sebagai anggota klan. Sejak saat kelahirannya, dia akan menjadi seorang Okumichi."
BUKU KEDUA 11 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Lady Shizuka, jika apa yang Anda katakan benar, dan Anda dapat melihat apa yang akan terjadi, gunakanlah pertanda itu untuk menyelamatkan diri. Sungguh merupakan aib untuk menyia-nyiakan hidup Anda."
Shizuka berkata, "Pergilah ke jendela itu dan lihat ke arah timur."
Setelah keraguan sesaat yang nyaris tak kentara, Ayame mematuhinya.
"Apa yang kaulihat?"
"Ombak, Nyonya, memecah pantai."
"Tenangkan air laut," kata Shizuka.
"Nyonya?" "Hentikan ombak, Ayame. Tenangkan lautan."
"Saya tidak bisa."
"Pergilah ke jendela sebelah barat. Lihat sejauh mungkin. Ada apa di sana?"
"Udara malam yang cerah," kata Ayame, "bulan yang terang, dan di kejauhan tampak Gunung Tosa."
"Bawakan Gunung Tosa kepadaku."
?yame menatap Shizuka. Apakah ketakutan dan kepedihan telah membuatnya gila"
Sebuah ekspresi kekhawatiran yang mendalam mengerutkan alisnya.
"Nyonya, bahkan penyihir terbesar pun tidak mampu memindahkan sebuah gunung."
"Kau melihat ombak, tetapi kau tidak mampu menghentikannya. Kau melihat Gunung Tosa, tetapi kau tidak mampu memindahkannya. Sama halnya, aku dapat melihat apa yang akan terjadi, tetapi tidak mampu membelokkan atau mengubahnya sedikit pun." Shizuka tersenyum.
"Kau akan hidup melewati malam ini, demikian pula aku. Kau akan hidup melewati esok, tetapi aku tidak. Aku membicarakan ini sama seperti aku membicarakan gelombang yang berubah menjadi buih-buih di karang, dan Gunung Tosa di bawah sinar bulan. Ini gambaran dunia, bukan sesuatu yang harus dilakukan."
"Mengetahui, tetapi tak mampu bertindak. Apa gunanya bakat seperti itu?"
Kau tidak akan pernah tahu, pikir Shizuka, demikian pula Danjuro. Namun, Sen akan tahu. Di bawah telapak tangannya, dia merasakan putrinya bererak.
"Apakah perkamen itu sudah diamankan seperti yang kuminta?" tanya Shizuka.
"Ya, Nyonya, dan sesuai perintah Anda, tak ada yang ditinggalkan untuk menandai BUKU KEDUA
12 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR letaknya, tak ada peta yang digambarkan."
"Kautampak ragu, Ayame."
"Saya telah berhati-hati agar tak terlihat siapa pun." sahutnya, "tetapi karena letaknya jauh di luar benteng kita, musuh mungkin akan menemukannya sekalipun mereka mundur tanpa menyerang kastel ini."
"Mereka tidak akan menemukannya."
"Tetapi, masih ada masalah lain," kata Ayame. "Seandainya kastel ini jatuh ke tangan musuh?"
Kastel ini pasti akan jatuh, dalam beberapa jam lagi.
?"dan tak seorang pun dari kita kembali?"
Tak seorang pun dari yang hidup sekarang akan kembali. Danjuro dan Sen akan
memulihkan kastel ini pada tahun kedua belas Kaisar Go-Murakami. Pada saat itu, Ayame dan Chiaki sudah tiada.
?"bagaimana perkamen itu akan ditemukan lagi?"
"Benda itu akan ditemukan," kata Shizuka, "pada saatnya harus ditemukan, dan dengan cara yang sesuai dengan tujuannya." Dia dapat melihat bahwa Ayame ingin menanyakan tujuan itu, tetapi tidak jadi. Memang, sebaiknya dia tak bertanya. Shizuka mempercayainya dan akan menjawab apa pun yang ditanyakannya, tetapi Ayame tidak akan memahami jawabannya.
Ayame membungkuk dan menyandang senjatanya. "Dengan izin Anda, saya akan kembali ke pos saya, Nyonya."
"Selamat malam, Ayame."
Pengunjung Shizuka tidak akan tiba hingga setengah jam terakhir. Dia memejamkan matanya dan tidak membayangkan apa-apa. Kehampaan itu sangat damai.
1860, Menara Tinggi Sentimental dan memalukan, meskipun dia tahu itu, Lord Kiyori telah memesan aneka makanan untuk makan malam perpisahan dengan Lady Shizuka. Dia belum menyentuh
makanan itu. Demikian pula Lady Shizuka, tetapi dia memang tak pernah menyentuhnya.
Makanan itu diletakkan di depannya menyerupai sesajen yang ditata di atas altar leluhur. Di satu BUKU KEDUA
13 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR sisi, ini sangat tepat, karena Shizuka adalah seorang leluhur. Di sisi lain, ini sepenuhnya tidak pantas, karena bayangan ini, yang berwujud sebagai Shizuka, kemungkinan besar hanya khayalan dari benaknya yang sakit.
"Anda sangat pendiam," kata Shizuka, "karena Anda sedang berpikir bahwa mustahil aku seperti yang kukatakan siapa diriku. Aku tentunya hanya hulusinasi, atau ruh jahat. Karena Anda tidak percaya hantu, Anda cenderung menyimpulkan bahwa aku, sejak kemunculanku, merupakan pertanda kegilaan yang mengancam Anda. Tetapi Anda merasa, Anda belum begitu sakit sampai terpaksa berbicara dengan khayalan Anda sendiri. Pada waktu bersamaan, Anda telah menghabiskan bertahun-tahun untuk berbicara denganku. Jadi, apa salahnya melakukannya lagi, untuk terakhir kalinya, malam ini, tak peduli apakah aku nyata atau tidak" Bukankah berbicara denganku tak ada bedanya dengan menyatakan pikiran Anda keras-keras" Tetapi karena kita tidak akan bertemu lagi, sekarang adalah kesempatan terakhir Anda untuk memperlakukan aku sebagai khayalan. Sayangnya, Anda takbisa melakukan itu dengan mengajakku bercakap-cakap. Begitulah pikiran Anda sekarang. Dilema yang sulit, Tuanku."
"Kau ingin aku berpikir bahwa kau membaca pikiranku," kata Kiyori, "tetapi, aku tidak begitu mudah diperdayai. Halusinasi pasti mengandung pemikiran dari benak yang menciptakannya."
Shizuka tersenyum. "Ya ampun, Tuanku, Anda berbicara denganku."
Kesal, Kiyori menepuk pahanya. Dia bukan seorang pemikir ulung, dan dia tidak berharap bisa menandingi kemampuan Shizuka dalam berdebat. Terbukti, untuk memikirkan itu saja sudah cukup membingungkannya. "Kebisaaan memaksaku, itu saja. Dan seperti yang kaukatakan"atau tepatnya, seperti yang kukatakan"berbicara denganmu tidak ada bedanya dengan menyatakan pikiranku keras-keras."
Shizuka membungkuk dengan sangat resmi, kedua tangannya diletakkan di lantai
membentuk segitiga di depannya, kepalanya diturunkan pelan-pelan hingga menyentuh tangannya.
"Karena aku adalah Anda," katanya, "aku tidak bisa melakukan apa pun di luar kehendak Anda." Ekspresi keseriusan muncul di wajahnya sesaat, tetapi dia tidak dapat menahan rasa gelinya berlama-lama. Pada posisi terendah dalam penghormatannya, dia mulai tersenyum, dan ketika dia bangkit, dia menutupi mulutnya dengan lengan kimono. "Tolong, jangan membelalak BUKU KEDUA
14 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR begitu marah kepadaku. Ingat, aku hanyalah Anda."
"Kuharap kau berhenti mengatakan itu," kata Kiyori, semakin kesal kepadanya. Sekalipun dia menyadari kekesalan itu justru membuatnya merasa sangat bodoh, karena seperti yang dikatakan Shizuka, Shizuka adalah dirinya, yang berarti dirinyalah yang harus disalahkan untuk apa pun yang dikatakan atau dilakukan Shizuka, karena semua itu adalah perkataan dan perbuatan dirinya sendiri. Oh, apalah gunanya pemikiran berbelit-belit yang menyiksa ini"
Biarlah mereka berbicara berdua seperti bisaanya, orang gila dan halusinasi, untuk terakhir kalinya.
"Katamu, kau akan pergi malam ini dan tak akan kembali lagi lagi," kata Kiyori. "Benarkah begitu?"
"Pernahkah aku berbohong kepada Anda, Tuanku?"
"Tidak, tidak pernah."
"Luar bisa, bukan" Selama 64 tahun, berbicara melalui aku, Anda tak pernah berbohong kepada diri Anda sendiri. Tak banyak pria yang bisa berkata begitu. Oh, maafkan aku Anda juga tidak bisa berkata begitu, bukan, karena aku telah lebih dahulu mengatakannya. Tetapi tunggu, aku adalah Anda, jadi Anda tentu bisa, dan sudah."
"Kumohon." Kiyori membungkuk rendah. "Mari kita umpamakan fenomena kita menyerupai hantu. Jauh lebih mudah begitu."
"Aku akan setuju," kata Shizuka, "dengan satu penyesuaian kecil."
"Baiklah," kata Kiyori tanpa jeda, begitu inginnya dia terlepas dari permainan kata-kata ini.
Melihat pandangan mata Shizuka, dia dengan segera menyesal telah memberikan persetujuan sebelum mendengar apa yang diusulkannya.
"Mari kita umpamakan bahwa Andalah hantunya, Lord Kiyori."
"Itu keterlaluan."
"Betulkah?" Semua keriangan menghilang dari wajah Shizuka. "Anda telah mempelajari kitab-kitab Konfusius, Buddha, dan Tao. Tetapi, selama lima puluh tahun, Anda memandang hubungan kita hanya dari satu sisi. Anda telah melupakan mimpi Chuang-Tze, Manuskrip Ornamen Bunga, dan ajaran utama Konfusius."
"Chuang-Tze mempunyai banyak mimpi," kata Kiyori, "Manuskrip Ornamen Bunga terdiri dari tujuh ratus ribu ideogram, dan ajaran Konfusius lebih dari satu. Akan sangat BUKU KEDUA
15 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR membantu jika kau lebih spesifik."
"Anda tidak perlu mencari lebih jauh dari contoh masing-masing yang sudah jelas."
Kiyori menunggu Shizuka rnelanjutkan perkataannya. Namun, dia hanya menatapnya dalam kebisuan. Kiyori menunggu lagi, dan Shizuka terus menatapnya. Kiyori adalah seorang Bangsawan Agung. Tak seorang pun berani membalas tatapannya. Akibatnya, dia tidak terbisaa beradu pandang seperti itu. Dia berbicara lebih dahulu.
"Chuang-Tze bermimpi dia adalah seekor kupu-kupu. Ketika dia terjaga, dia tidak yakin lagi apakah dia manusia yang telah bermimpi, ataukah seekor kupu-kupu yang kini sedang bermimpi menjadi manusia." Apakah Shizuka tersenyum karena dapat mengalahkannya" Jika ya, senyumnya begitu samar sehingga Kiyori merasa itu hanya khayalannya. Ah, apa yang dipikirkannya itu" Tentu saja, itu hanya khayalan. Semuanya juga khayalan.
Shizuka membungkuk dan berkata, "Dan Manuskrip Ornamen Bunga?"
Dia bukan murid yang sangat rajin ketika muda dahulu, dan manuskrip itu sangat panjang dan rumit. Namun, satu konsep selalu menetap di benaknya karena ia begitu elegan sekaligus begitu mustahil untuk dipahami.
"Dalam manuskrip dinyatakan Jaring Indra terbuat dari cermin-cemlin yang tak terbatas jumlahnya. Setiap cermin mencerminkan cermin yang lain, setiap cermin mencerminkan seluruh sifat kenyataan, yang pada hakikatnya tak terbatas dalam jangkauan, tak terbatas dalam waktu, dan berubah-ubah tanpa batas."
Shizuka bertepuk tangan membenarkan. "Bagus Lord Kiyori. Jadi, dahulu Anda tidak tidur dengan mata terbuka ketika Rahib Kepala Koike menjelaskan pelajarannya."
"Tidak, tidak selalu." Koike, guru tua yang membosankan itu. Sudah bertahun-tahun dia tidak lagi memikirkannya.
"Katakan kepadaku tentang Konfusius dan Anda akan dapat menjawab dengan tepat tiga pertanyaan ilmiah berturut-turut untuk pertama kalinya dalam hidup Anda. Itu akan menjadi prestasi yang luar bisaa, bukan?"
Ya, memang. Betapapun terampilnya dia dalam pertarungan menggunakan pedang,
tongkat, dan tangan kosong, dia tidak pernah benar-benar menguasai kaligrafi, hafalan, dan mengarang puisi. Menguasai" Kenyataannya, dia tak pernah beranjak dari predikat "kurang"
yang menyedihkan. Ayo, berpikir keras! Apa salah satu pelajaran utama Konfusius" Dia BUKU KEDUA
16 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR menyadari kekonyolan usahanya. Di sinilah dia, mengerahkan segenap kemampuannya untuk membuat terkesan seseorang yang bahkan tidak nyata. Tidak, anggap saja ini sebagai masalah disiplin diri. Dia seorang samurai. Dia seharusnya mampu mengasah pikirannya sampai setajam pedang dan dapat menembus semua kebingungan.
Ajaran utama Konfusius. Apa kira-kira yang dimaksud Shizuka"
Hormati para sesepuh"
Lestarikan jalan para leluhur"
Jadilah putra yang patuh kepada ayahmu, dan ayah teladan bagi putramu"
Ikuti jejak orang-orang bajik, jauhi orang-orang yang picik"
Kritik diri sendiri, bukan orang lain"
Dia menghentikan dirinya. Menebak secara acak seperti itu tidak akan berhasil. Berpikirlah dengan tajam. Seperti pedang. Tembus kebingungan.
Shizuka telah menyebutkan Konfusius sebagai salah satu dari tiga. Persamaan apa yang ada antara ajarannya, mimpi kupu-kupu Chuang-Tze, dan cermin tak terbatas Indra" Antara yang benar-benar pragmatis di satu sisi, dan yang sangat spekulatif dan imajinatif di sisi lain"
"Konfusius tidak berbicara soal mimpi," kata Kiyori, "tidak juga teka-teki kosmik, hanya perilaku nyata manusia. Dan dengan demikian, menciptakan pedoman untuk perilaku yang harmonis dan bermanfaat."
"Jadi?" ]adi"apa" Dia baru saja hendak mengaku kalah etika permasalahan tiba-tiba menjadi jelas dengan sendirinya. Kemungkinan itu tidak terbatas (cermin indra), imajinasi dapat mengubah setiap jawaban menjadi pertanyaan, yang memancing pertanyaan lain (kupu-kupu Chuang-Tze), dan karenanya manusialah yang memutuskan untuk tidak memperbanyak masalah, tetapi menguranginya dalam jumlah yang dapat diselesaikannya (skema kenyataan orangtua-anak Konfusius). Bagaimana mengungkapkan pemikiran ini dalam kata-kata yang tepat" Shizuka tampak hendak berbicara, pasti untuk menjawab pertanyaannya sendiri.
Kiyori harus mengalahkannya kali ini!
Dia tersenyum dan berkata, "Jadi, yang paling nyata adalah apa yang kita pilih untuk kita anggap nyata."
Senyum Shizuka segera membuat kemenangannya terasa mengecewakan.
BUKU KEDUA 17 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Kau mengakali aku agar mengatakan apa yang kaukehendaki."
"Anda hanya menarik kesimpulan yang sudah jelas," kata Shizuka. "Tak ada akal-akalan di situ."
"Aku telah mengatakannya," Kiyori mengakui, "tetapi, aku tidak mempercayainya. Jika sebilah pedang ditebaskan ke arahku, dan aku tidak mengelak ataupun menangkisnya, aku akan terpenggal, apakah aku memilih untuk menganggapnya nyata ataupun tidak."
"Tebaslah aku dengan pedang Anda, Lord Kiyori."
Bagaimana dia bisa selalu mengatakan apa yang paling menjengkelkannya" "Aku tidak bisa."
"Mengapa?" "Kau tahu mengapa. Karena kau tidak benar-benar di sini. Pedangku akan bergerak melewatimu seakan kau adalah udara."
"Karena aku tidak di sini?"
"Ya." "Sekali lagi, hanya ada satu kemungkinan, Tuanku?"
"Tentu saja, ada kemungkinan kedua. Bahwa aku tidak di sini." Segera setelah dia mengucapkan itu, dia menyadari bahwa Shizuka telah memperdayainya lagi.
Shizuka membungkuk setuju. "Dan dengan mengikuti jalan kupu-kupu dan cermin-cermin, kita tidak bisa mengatakan dengan yakin kemungkinan mana yang lebih besar atau, tentu saja, apakah satu kemungkinan menghapus kemungkinan lain. Barangkali aku adalah hantu bagi Anda, dan Anda adah hantu bagiku."
l3ll, Menara Tinggi "Kemungkinan bahwa aku tidak ada di sini," kata Lord Kiyori, "hanya sebatas itu. Hanya sebuah kemungkinan. Kita bisa mengatakan apa saja"kata-kata merupakan alat yang tak bisa dipercaya"tetapi aku tahu bahwa aku ada di sini, dan kau tidak. Semua pembicaraan tentang kupu-kupu dan cermin tidak bisa menyangkal itu."
. BUKU KEDUA 18 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Shizuka melihat Kiyori meraih sesuatu di depannya. Dari caranya mengangkat apa yang ada di tangannya, Shizuka tahu benda itu cangkir teh. Semua yang nyata bagi Kiyori tidak tampak olehnya, kecuali Kiyori sendiri, itu pun hanya berupa bayangan kabut yang tembus pandang sehingga dinding ruangan di belakangnya terlihat. Bentuk ruangan itu sama bagi mereka berdua, tetapi tidak isinya. Kiyori sering berjalan menembus tirai, rangkaian bunga, dan orang-orang yang tidak ada pada zamannya. Sihizuka tahu dia sendiri tentu melakukan hal yang sama di mata Kiyori.
Dia gembira Kiyori belum mencicipi supnya. Makanan itu mengandung racun empedu ikan buntat, racun yang dimasukkan ke sana oleh putranya, Shigeru. Shigeru sudah menjadi gila dan bertekad membunuh, tetapi tidak kejam. Racun itu dibubuhkan dengan dosis secukupnya saja untuk membuat Kiyori sedikit demi sedikit merasa kebas sebelum kelumpuhan terjadi dan kematian menyusul. Dia hanya akan merasakan sakit sedikit.
Kiyori menurunkan cangkirnya dan berkata, "Lagi pula, kalaupun aku ini hantu yang tidak sadar dengan kehantuanku, bagaimana mungkin aku menjadi hantumu" Kau sudah meninggal lima ratus tahun sebelum aku dilahirkan."
"Aku mengungkapkan kemungkinan," kata Shizuka. "Aku tak pernah menyatakan punya penjelasan untuk setiap kemungkinan itu."
"Logika sederhana mengatakan bahwa jika ada hantu di sini, itu adalah dirimu."
Kiyori berdiri dan berjalan ke jendela Barat. Ada perbedaan kontras antara cahaya dalam ruangan dan kegelapan malam di luar. Hal ini, ditambah posisi bulan yang berada di sisi lain Kiyori, membuat separuh atas tubuh Kiyori sulit dilihat. Wajahnya sama sekali tidak bisa dilihat Shizuka.
Shizuka berkata, "Lebih sederhana bagi Anda untuk berpikir demikian."
"Aspek logis layak mendapatkan penegasan," kata Kiyori, "daripada kesederhanaannya.
Waktu berlalu dan tidak kembali. Masa lampau mendahului masa depan. Seperti air terjun, alirannya hanya satu."
"Betul," kata Shizuka, "bagi kebanyakan orang."
"Tak ada gunanya memperdebatkan hal ini. Kita tak akan pernah sepakat." Dia melangkah menjauhi jendela. Dengan dinding padat di belakangnya, Shizuka sekali lagi dapat melihat wajahnya. Kiyori tampak khawatir, bukan marah. "Lagi pula, sudah tidak prnting. Halusinasi BUKU KEDUA
19 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR atau ruh, kau sudah menjadi h,iiana bagiku untuk mengetahui hal-hal yang akan irrjadi.
Berlawanan dengan reputasiku, aku tak perii;ili mengalami satu kali pun pertanda itu. Aku tahu hsmya karena kau memberi tahu aku. Jika kau tidak krmbali, aku tak bisa lagi memberikan gambaran ui,isa depan."
"Apakah itu meresahkan Anda, Tuanku?"
"Tidak. Aku telah memberitahukan banyak hal, lebih banyak ketimbang Okumichi lain sebelum aku. Perkataanku mengisi Suzume-no-kumo jauh melebihi jatahku yang semestinya."
"Lalu ...?" "Sejauh ini, cucuku belum memperoleh pertanda," katanya. "Aku telah memberi tahu dia"aseperti yang kaukatakan kepadaku"bahwa dia akan mengalaminya tiga kali saja seumur hidupnya. Apakah pertanda itu akan datang kepadanya melalui mimpi?"
Pertanyaan Kiyori yang sebenarnya jelas bagi Shizuka. Kiyori ingin tahu apakah Shizuka akan muncul di hadapan Genji. Karena hidupnya sendiri telah dibuat begitu aneh dengan kemunculannya yang sering dan tak terduga, harapan utama Kiyori adalah bahwa Genji tidak menderita nasib yang sama. Shizuka menatap wajahnya dengan cermat. Bagai bayangan dan tembus pandang, tidak nyata dan tipis, begitulah Kiyori, tetapi kekhawatirannya sangat jelas dan menyentuh dalam-dalam simpati Shizuka. Tak ada alasan untuk membebani jam-jam terakhir hidupnya dengan masalah-masalah yang mereka berdua tak mampu mengubahnya.
Bagi Kiyori, waktu mengalir seperti yang dikatakannya, bagaikan arus air yang jatuh dari bibir tebing. Tidak demikian bagi Shizuka. Dia telah meninggal lima ratus tahun sebelum Kiyori dilahirkan"dan dia akan mati sebelum matahari terbit esok. Dan, dia ada di sini sekarang, hidup, untuk menemani Kiyori di pengujung hidupnya.
"Anda adalah satu-satunya Okumichi yang telah melihatku muncul," katanya, berdusta kepada Kiyori untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun mereka bersama, "dan satu-satunya yang akan melihatku muncul," yang merupakan dusta keduanya. Akan tetapi, dia sudah menjawab dengan jujur pertanyaan Kiyori yang tak terucap. Dia tidak akan muncul di depan Genji.
Kiyori menarik napas dalam-dalam, dan membungkuk kepadanya. "Terima kasih telah memberi tahu aku, Lady Shizuka. Aku merasa beban berat telah terangkat dari pundakku. Aku telah berhasil mempertahankan perilaku sebagai orang normal, tetupi hanya karena aku seorang BUKU KEDUA
20 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR samurai kuno dan ketinggalan zaman, yang mampu berpura-pura nreskipun semua bukti menunjukkan sebaliknya. Genji tidak punya kecenderungan ataupun pelatihan untuk berperilaku seperti itu. Dia mengkaji, mempertanyakan, dan berpikir sendiri, tak peduli apa kata tradisi. Itu kebisaaan buruk yang pasti ditimbulkan oleh kesukaannya mempelajari cara-cara orang asing secara berlebihan. Jika kaumuncul di hadapannya, dia akan kehilangan dirinya dalam pusaran kebingungan tanpa akhir yang pasti timbul karena kehadiranmu."
Shizuka balas membungkuk. "Kukatakan sekarang, Lord Kiyori, bahwa tak ada yang perlu Anda takutkan. Genji akan menjalani kehidupan yang luar biasa sempurna, dengan kejernihan pikiran dan tujuan tak tergoyahkan. Dia akan menjadi samurai sejati, dan dengan pedang di tangan akan memimpin klan dalam pertempuran seperti pada zaman dahulu, dan mendapatkan kemenangan-kemenangan yang akan dibicarakan oleh generasi-generasi mendatang. Dia akan dicintai oleh wanita-wanita yang memiliki kecantikan tiada tara dan keberanian besar. Anak-cucunya akan menjadi pahlawan pula. Damailah di hati Anda, Tuanku, karena garis keturunan Anda akan berlanjut hingga waktu yang tak tampak oleh pandanganku yang terjauh sekalipun."
Kiyori jatuh berlutut. Bahunya berguncang, napasnya tersengal-sengal tanpa kendali, dia terisak-isak, dan air mata berjatuhan pada tikar di depannya bagai hujan mendadak. Yang lebih penting ketimbang kehormatannya adalah kehormatan ahli warisnya. Yang lebih penting ketimbang kehidupan pengganti dirinya adalah pengetahuan akan kelangsungan klannya.
Shizuka telah memberitahunya apa yang paling ingin didengarnya.
"Nyonya?" Suara Ayame terdengar dari seberang koridor. Dengan diam-diam, Shizuka beringsut menjauhi Kiyori yang sedang menangis dan meriinggalkan ruangan.
"Ya?" Ayame berhasil melihat sekilas ke dalam ruangan itu sebelum pintu ditutup. Dia telah mendengar Lady Shizuka berbicara dengan seseorang. Tak ada siapa pun di dalam sana.
Ayame berkata, "Musuh sudah mulai bergerak mendekati kastel dalam formasi siap tempur. Serangan malam. Itu pasti perbuatan Go. Dia selalu cenderung tak sabar. Mereka akan menyerang gerbang dan benteng luar dalam beberapa menit lagi. Kita terlalu sedikit untuk menahan mereka. Kenji dan para samurai akan mengatur jebakan dan sergapan di semua halaman dan lorong-lorong. Saya dan dayang-dayang Anda yang lain akan menyambut mereka BUKU KEDUA
21 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR di dasar menara ini. Kita akan membuat mereka berdarah-darah untuk setiap langkah mereka ke atas. Tetapi, jumlah kita sangat sedikit. Pada akhirniya, mereka akan mencapai ruangan ini."
Tatapannya beralih dari wajah Shizuka ke perutnya, kemudian kembali ke matanya dengan pandangan memohon. "Anda bilang anak Anda akan selamat dari serangan."
"Ya, putriku akan selamat."
"Nyonya, apa yang harus kita lakukan untuk mewujudkannya?"
"Beranilah, Ayame, sebagaimana biasanya engkau, dan lakukan seperti yang telah kaukatakan, dan buatlah para pengkhianat itu berdarah. Percayalah bahwa apa yang telah kukatakan kepadamu akan terjadi. Hanya itu."
"Apakah Anda sedang ada 'pengunjung', Nyonya?"
Shizuka tersenyum. "Kukira kau tidak percaya pada pengunjung."
Air mata berkilau di mata Ayame, dan berkilau pada pipi remajanya ketika butiran tangis itu bergulir.
"Aku berjanji untuk percaya pada siapa pun yang akan menyelamatkan Anda, Nyonya."
"Kau adalah seorang teman yang setia dan pengasih, Ayame. Ketika aku sudah tiada, kenanglah aku, dan ketika putriku sudah cukup besar untuk tahu, ceritakanlah kepadanya segalanya. Maukah kau melakukan itu?"
"Ya," sahut Ayame, emosi mencekiknya. Dia menunduk dalam-dalam dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Shizuka kembali ke ruangan tempat Lord Kiyori menunggu. Dia sudah mendapatkan
kembali ketenangannya dan sekarang sedang mendekatkan sesuatu ke bibirnya. Jarak antara kedua tangannya memberi tahu Shizuka, yang dipegangnya sebuah mangkuk. Sup yang telah dibubuhi racun empedu ikan buntal.
Dari jendela, ribuan suara yang meninggi dalam teriakan-teriakan perang membanjir masuk dari kegelapan malam.
Masa lampau dan masa depan hampir bertemu dalam kematian.
BUKU KEDUA 22 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR 1867, Istana Lord Saemon "Suatu keanehan terjadi pada pertemuan pagi ini," kata Lord Saemon kepada kepala rumah tangganya.
"Lord Genji mengajukan pemberlakuan sebuah hukum baru."
"Satu lagi?" ujar ajudannya. "Dia jelas sudah ketularan penyakit membuat hukum dari orang asing. Mereka menginginkan banyak hukum karena mereka tidak punya prinsip-prinsip sebagai pedoman. Karena ingin benar menyerupai mereka, dia telah mengabaikan jalan leluhur yang kita puja."
"Kau benar sekali. Tetapi terlepas dari itu, hukum yang diusulkannya sangat menarik."


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oh?" "Dia ingin menghapus peraturan-peraturan yang menekan masyarakat buangan. Lebih jauh, dia juga ingin melarang penggunaan istilah eta."
"Apa?" wajah ajudan itu menjadi gelap, seakan bendungan di balik kulitnya tiba-tiba jebol.
Eta berarti penuh kotoran, masyarakat sampah. Pekerjaan mereka bisaanya berhubungan dengan kematian, membuang bangkai binatang. Jadi, sudah sepantasnya mereka hidup terpisah, dilarang menikah dengan orang-orang di luar kelas mereka, dan dianggap melakukan kejahatan jika mereka menyembunyikan status.
"Ya, dan menggantinya dengan istilah burakumin. 'Penduduk desa'. Menarik tetapi aneh, bukan?"
"Tuanku, apakah dia benar-benar berbicara tentang hal itu di hadapan semua bangsawan agung yang berkumpul?"
"Benar," kata Lord Saemon, dengan puas mengingat ekspresi terkejut pada setiap wajah kecuali wajahnya, dan itu hanya karena kebisaaannya yang tak tergoyahkan untuk selalu mempertahankan ekspresi dukungan sementara di sana.
"Apakah tidak ada protes?"
"Lord Gaiho, Matsudaira, Fukui, dan beberapa yang lain meninggalkan pertemuan. Lord Genji telah menambah musuh baru, di samping memastikan bahwa dia akan mempertahankan musuh lamanya."
"Apa yang telah membuatnya sebodoh itu" Apakah dia menjadi gila juga akhirnya?"
"Katanya, dan sangat meyakinkan pula, bahwa bangsa-bangsa Barat, dan terutama yang BUKU KEDUA
23 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR terkuat, Inggris, tidak akan pernah menerima Jepang sebagai bangsa sejajar selama Jepang masih memberlakukan hukum-hukum yang merugikan kelas buangan. Itu melanggar sesuatu yang mereka sebut 'hak-hak'. Katanya, bangsa India telah dipandang bermartabat rendah oleh Inggris, sekalipun mereka kaya dengan budaya kuno, karena alasan yang sama."
Kepala rumah tangga Lord Saemon tampak khawatir. "Saya harap Anda tidak mendukungnya."
"Tidak, tentu saja tidak. Sebagai moderator, aku tidak boleh memihak. Aku hanya mengungkapkan perlunya memastikan motivasi orang asing, termasuk Inggris."
"Anda memang sangat bijaksana, Tuan."
"Apakah kau sudah menyelidiki permasalahan seperti yang kuminta?"
"Ya, Tuan. Terbukti bahwa sekitar lima tahun lalu, Lord Genji benar memimpin sepasukan samurai ke Wilayah Hino. Tak ada saksi mata dalam serangan itu. Tetapi, setelah Lord Genji pergi, sebuah desa terpencil ditemukan telah dibumihanguskan, dan semua penduduknya dibantai. Kesimpulan yang masuk akal dapat ditarik. Dan suatu kebetulan yang aneh, Tuan, yang mungkin akan menggelikan Anda. Desa itu adalah desa eta."
"Memang aneh," kata Lord Saemon. Genji mengajukan hukum-hukum yang menguntungkan bagi masyarakat yang sama dengan yang dibantainya dengan begitu kejam belum terlalu lama berselang. Tidak masuk akal. Namun, entah bagaimana, kedua fakta itu pasti berkaitan.
"Temukan dan interogasi orang-orang yang selamat. Ada jawaban yang disembunyikan begitu rapat sehingga kita bahkan tidak bisa melihat pertanyaannya tanpa informasi lebih banyak."
"Lord Saemon, tak ada yang selamat. Setiap gubuk dan saung dibakar. Seratus sembilan mayat telah ditemukan untuk upacara pemakaman. Tepat sejumlah penduduk desa itu."
"Ada upacara pemakaman."
"Ya, Tuan." "Untuk?" Saemon berhenti dan, tersenyum sendiri, menggunakan istilah pengganti dari Genji untuk kata yang akan,diucapkannya. ?"ada upacara pemakaman untuk burakumin."
"Ya, Tuan." "Itu berarti seseorang telah bersusah payah mengorek-ngorek abu dan puing-puing untuk mengumpulkan mayat-mayat kaum buangan yang terbakar. Siapa yang mau melakukan
BUKU KEDUA 24 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR pekerjaan seperti itu" Hanya mereka yang peduli. Orang seperti itu biasanya mengetahui hal-hal yang tidak diketahui orang lain. Temukan mereka dan cari informasi dari mereka."
"Ya, Tuan." "Tunggu. Satu lagi. Aku mendapat laporan dari polisi pelabuhan bahwa kapal uap Lord Genji, Tanjung Muroto, berlayar ke selatan menuju Wilayah Akaoka kemarin pagi. Teman asingnya, wanita Amerika itu, ada di kapal, ditemani Lady Hanako, Lord Taro, dan sekelompok samurai. Sebuah peti aneh dengan hiasan kuno dan asing, berisi entah apa, dibawa serta.
Selidiki mengapa mereka pergi ke Akaoka dan apa yang begitu berharga di dalam peti itu. Genji mungkin sedang merencanakan sesuatu yang berbahaya di Edo, dan karenanya harus meng-ungsikan teman asingnya ke tempat aman."
Kepala rumah tangganya berkata, "Barangkali dia berencana memimpin kebangkitan burakumin."
Lord Saemon mengerutkan keningnya, "Ini bukan gurauan."
"Tidak, Tuan." Si ajudan membungkuk. "Akan saya laksanakan segera."
Sepeninggal ajudannya, Lord Saemon memikirkan komentar tangan kanannya itu dan tertawa terbahak-bahak Kebangkitan burakumin. Jika ada yang bisa mencetuskan gagasan sekonyol itu, orang itu pastilah Genji. Bagaimana sebuah klan yang dipimpin orang-orang sebodoh itu bisa bertahan sebegitu lama" Barangkali mereka benar-benar bisa melihat masa depan. Penjelasan yang masuk akal untuk keanehan itu. Hanya dengan kelebihan sehebat itu mereka dapat mengimbangi kesalahan penilaian mereka yang terus-menerus dalam politik.
Lord Saemon tertawa lagi.
Melihat masa depan. Khayalan yang sama menggelikannya dengan kebangkitan kaum
buangan. Kapal Uap Tanjung Muroto Lepas Pantai Selatan Pulau Shikoku
Emily, Hanako, dan Taro berdiri bersama di pagar sisi kanan kapal selagi kapal mengitari lidah daratan yang menjorok ke laut. Perbukitan rendah sepanjang garis pantai terlewati dan BUKU KEDUA
25 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR kapal memasuki sebuah teluk. Di daratan sana, Kastel Awan Burung Gereja berlantai tujuh menjulang di atas tebing yang dilebati hutan.
Ketika Emily melihatnya pertama kali, tak lama setelah kedatangannya pada 1861, dia merasa sangat kecewa. Kastel itu tampaknya sangat rapuh, dan terlalu elegan. Sebuah kastel seharusnya berupa benteng batu tebal seperti di Eropa, sebagaimana seorang bangsawan seharusnya merupakan kesatria seperti Wilfred dalam kisah Ivanhoe. Akan tetapi, dia buta dan bodoh waktu itu. Setelah enam tahun di Jepang, dia tahu bahwa yang berbahaya dan yang elegan bisa berpadu dengan baik, sebagaimana yang terjadi di Kastel Awan Burung Gereja, dan seorang samurai atau bangsawan agung bisa menjadi seorang kesatria, sebagaimana pangeran atau duke atau sir dari Eropa. Kita sering buta ketika kita menemukan yang tak terduga. Ketika itu terjadi lagi, dan pasti akan terjadi, dia bertekad untuk melihat.
Hanako juga tengah menatap kastel, kesedihan berdenting di dalam benaknya
Sebelumnya, setiap kali dia kembali ke Wilayah Akaoka, melihat atap yang menyerupai kawanan burung terbang itu, sukmanya seakan ikut terbawa ke langit. Namun, kali ini tidak. Melihat kastel itu, dia tidak dapat mencegah dirinya berpikir tentang perkamen yang ditemukan Emily.
Dia belum membaca banyak. Emily telah mendorongnya untuk meneruskan membaca di atas kapal, tetapi Hanako menahan diri karena khawatir udara bergaram akan merusak kertas tua itu. Namun, dia sudah membaca cukup banyak untuk merasakan kegelisahan yang semakin kuat dan mengarah ke rasa takut ketika mereka mendekati pelabuhan.
Sang "pengunjung".
Baris pertama perkamen pertama menyebutkan pengunjung bangsawan agung pada zaman dahulu. Penggunaan kata itu alih-alih tamu yang lebih umum mengingatkannya pada waktu terakhir dia melihat Lord Kiyori. Hanya beberapa jam sebelum kematiannya enam tahun lalu.
Lord Kiyori juga telah menjamu seseorang, seseorang yang tak pernah dilihat atau didengarnya meskipun dia dengan jelas mendengar Lord Kiyori berbicara seolah-olah dalam percakapan.
Kata dalam perkamen itu menakutkannya karena dia tidak dapat mengenyahkan perasaan bahwa pengunjung Bangsawan Agung pada masa lalu itu dan teman tak kasatmata Lord Kiyori adalah satu dan sama.
Jika memang demikian, pengunjung itu tentunya seseorang yang namanya lebih baik tidak dipikirkan, apalagi diucapkan keras-keras, dan dia dan Emily lebih baik menghindari tempat ini BUKU KEDUA
26 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR ketimbang mencarinya. Dipercaya secara luas bahwa Lord Kiyori telah diracun dengan empedu ikan buntal, yang telah dibubuhkan ke dalam supnya oleh putranya, Lord Shigeru, yang gila. Hanako dan pelayan lain yang menyajikan makanan langsung ditangkap pengawal pribadi Lord Kiyori. Tak ada keraguan bahwa mereka akan disiksa sampai mati, dan sudah semestinya, karena telah menjadi bagian dalam perbuatan jahat itu, baik dengan atau tanpa sepengetahuan mereka. Akan tetapi, ketika Lord Genji tiba, dia memerintahkan tabib klan untuk memeriksa mayat kakeknya.
Setelah konsultasi singkat, Bangsawan Agung yang baru menyatakan bahwa kematian kakeknya disebabkan oleh serangan jantung, yang merupakan penyakit bisaa pada usia lanjut. Dia kemudian membawa Hanako untuk bekerja di istananya, sebagaimana dikehendaki Kiyori, menyelamatkannya dari pengucilan yang pasti akan dialaminya jika tetap berada di kastel karena kecurigaan pasti akan terus ada.
Pandangan umum yang kemudian berlaku adalah bahwa Lord Kiyori memang benar telah diracuni, tetapi Genji, yang ingin memperkecil skandal, tidak menghukum pamannya yang telah membunuh ayahnya sendiri. Pula, mengetahui bahwa para pelayan tidak bersalah dan merasa kasihan kepada mereka, dia mengarang cerita tentang kegagalan jantung.
Untuk waktu yang lama, itu pula yang diyakini Hanako. Namun, setelah membaca
perkamen Emily, dia tidak lagi percaya. Dia yakin pengunjung itu memainkan peranan dalam kematian Lord Kiyori, dan dengan keabadian dan kejahatannya, sangat mungkin ia masih bergentayangan di dunia bayangan antara kehidupan nyata dan tidak nyata, dengan sabar menunggu korban berikutnya, seseorang yang pemikiran dan emosinya memaparkan
kerapuhan diri. "Apakah kastel itu tujuh lantai dari awalnya?" tanya Emily
"Dahulu hanya dua lantai ketika baru dikuasai oleh Lord Masamune, ayah Bangsawan Agung kami ,vang pertama, Hironobu."
"Dikuasai" Kupikir ini kastel warisan klan Okumichi."
"Kastel ini menjadi warisan sejak saat itu. Segala sesuatu ada awalnya." Dan ada akhirnya, pikir Hanako, tetapi tidak menyuarakannya. "Masamune menambahkan empat lantai lagi selama hidupnya, dan Hironobu menambahkan lantai terakhir."
"Jadi, Hironobulah yang membangun Menara tinggi."
BUKU KEDUA 27 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Hanako bergidik. Angin yang mengembus di atas air begitu lembut, sejuk seperti pada musim panas, tidak seperti angin musim dingin. Barangkali, dia semakin rentan terhadap angin akhir-akhir ini.
Taro tidak memperhatikan percakapan kedua wanita itu. Pemikiran lain yang lebih serius membebaninya.
Pembunuhan. Penculikan. Pengkhianatan. Mampukah dia melakukan tindakan-tindakan semacam itu dan masih menyebut dirinya seorang samurai" Dan, jika dia tidak bertindak, apakah pengkhianatannya akan menjadi lebih buruk"
Taro sudah dewasa ketika krisis pada 1861 terjadi. Lord Kiyori meninggal secara mendadak, mewariskan wilayah ke tangan cucunya, Lord Genji, yang belum teruji. Ini membuka peluang menggoda bagi para musuh klan untuk berusaha menghancurkannya.
Karena tidak menaruh kepercayaan kepadanya, kedua jenderalnya yang paling penting telah mengkhianatinya. Kesatria terbesar di wilayah ini, putra Kiyori dan paman Genji, Lord Shigeru, juga telah memilih waktu paling tidak menguntungkan itu untuk menjadi gila sepenuhnya.
Situasi benar-benar tidak menjanjikan harapan. Akan tetapi, Taro dan sahabatnya, Hide, tetap setia pada sumpah mereka dan telah berjuang di samping Lord Genji dalam pertempuran bersejarah Mie Pass dan Kuil Mushindo. Dengan bantuan mereka, Lord Genji mengalahkan musuh-musuhnya. Mereka berdua telah diberi imbalan berlimpah, dan terus menanjak dalam martabat dan status. Hide sekarang menjadi kepala rumah tangga di samping kepala pengawal pribadi Genji. Taro, pada usianya yang baru 25 tahun, telah menjadi komandan kavaleri klan, kavaleri paling terkemuka di seluruh Jepang selama lima ratus tahun.
Namun, apakah semua itu masih mempunyai makna" Orang-orang asing telah memasuki Jepang dengan kapal-kapal perang, senapan, dan ilmu pengetahuan mereka, dan dunia yang pernah menjadi milik samurai selama-lamanya mulai menguap bagai kabut terpapar matahari pagi. Pasukan Kebajikan berkata hanya ada satu solusi. Usir bangsa barbar itu dan tutup negeri ini sekali lagi. Taro semakin yakin bahwa mereka benar.
Sejak awal, keraguan sudah menjangkitinya. Dia bersumpah sebagai samurai untuk BUKU KEDUA
28 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR mengikuti Lord Genji. Namun, Genji, yang paling tidak bersikap sebagaimana samurai sejati dari semua bangsawan agung seluruh wilayah di kekaisaran ini, tampak tak pernah memegang teguh kode kesatriaan yang menjadi fondasi kewenangannya. Sesuatu yang sudah berlaku sejak zaman leluhur tidak cukup bagi Genji. Dia menginginkan fondasi logika untuk tindakan-tindakannya. Logika alih-alih tradisi. Betapa miripnya dia dengan orang asing. Samurai sejati tidak bertanya mengapa. Dia bertindak sebagaimana leluhurnya bertindak, dan tanpa ragu mengikuti rambu-rambu jalan para kesatria. Ketika Taro mengemukakan hal itu, Genji tertawa.
"Jalan para kesatria," kata Lord Genji waktu itu, " Bush
ido. Tentunya, kau tidak berpikir leluhur kita benar-benar mempercayai omong kosong itu?"
Taro begitu terkejut sampai ternganga.
"Kesetiaan kepada seorang junjungan," kata Genji, "tak peduli betapapun tolol atau bejatnya dia. Mengorbankan diri, istri, orangtua, bahkan anak-anak sendiri, demi kehormatan sang junjungan. Mungkinkah kejahatan seperti itu bisa menjadi fondasi filosofi mulia" Jika aku pernah memintamu mengorbankan anak-anakmu untukku, Taro, kau mendapatkan izinku untuk membunuhku di tempat."
"Saya tak punya anak, Tuan."
"Kalau begitu, dapatkan beberapa segera. Kata kakekku, pria tanpa anak tidak memahami apa pun yang layak dipahami."
"Anda juga tak punya anak, Tuan."
"Aku sedang berpikir dengan serius untuk mengobati kekurangan itu. Sekarang, sampai di mana aku tadi" Oh ya, tentu saja, balas dendam. Jangan sekali-kali melupakan pembalasan yang salah, sekecil apa pun, dan setimpal, sekalipun perlu sepuluh generasi untuk melakukannya. Ini bukan ajaran leluhur, Taro, Ini karangan para Shogun Tokugawa. Mereka menciptakan mitos ini untuk memastikan bahwa mereka akan selalu berkuasa selamanya, dengan memastikan tak ada orang lain yang akan berpikir untuk melakukan apa yang mereka lakukan, yaitu bersumpah palsu kepada junjungan mereka, mengkhianati ahli waris junjungan mereka, berbuat hanya demi perluasan kekuasaan mereka, dan mengarahkan perhatian orang lain ke masa lalu sehingga masa depan menjadi milik mereka sendiri."
"Lord Genji," kata Taro, ketika suaranya pulih. "Anda tahu itu tidak demikian. Para leluhur kita yang mulia?"
BUKU KEDUA 29 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR ?"merupakan manusia yang kasar dan kejam," kata Genji, "hidup pada zaman kasar dan kejam. Zaman yang tidak seperti zaman kita. Jalan mereka bukan bushido, melainkan budo, jalan perang. Budo bukan soal tradisi. Tetapi, soal efisiensi maksimal. Sebelum kita mengenal ilmu Barat, budo adalah ilmu kita. Samurai yang berjalan kaki tidak seefektif samurai di atas kuda, jadi kita menjadi samurai berkuda. Pedang tachi yang panjang dan lurus terbukti sulit digunakan dalam kondisi seperti itu. Jadi, kita meninggalkan dan menggantinya dengan katana yang lebih pendek dan melengkung. Ketika kastel menjadi arena perang yang umum, kita dapati bahwa pedang yang lebih pendek lagi diperlukan untuk pertempuran di dalam ruangan"sering berupa serangan pengkhianatan mendadak, tentunya"jadi kita membawa pedang kedua, wakizashi yang lebih pendek lagi untuk kita sandang bersama katana. Untuk pekerjaan dengan jarak yang sangat dekat"misalnya, jika kita perlu menusuk seseorang dengan tiba-tiba pada saat makan atau perjamuan teh atau pesta kita juga membawa belati tanto."
"Itu tidak benar," kata Taro, begitu marah oleh kata-kata Genji sehingga lupa berbicara dengan sopan. "Kita membawa tanto karena seorang samurai harus selalu siap membunuh dirinya jika kehormatan menuntut demikian."
Genji tersenyum kepada Taro seakan-akan dia seorang anak yang tidak terlalu cerdas, tetapi tetap disayanginya, "Itulah yang dikehendaki Shogun Tokugawa untuk kita percayai. Jadi, ketika kita berpikir hendak menusuk, kita akan berpikir tentang menusuk kita sendiri, bukan mereka."
Percakapan itu terjadi tepat sebelum Taro melakukan perjalanan ini.
"Jika kita benar-benar menjadi orang sebagai, mana leluhur kita dahulu," Genji berkata,
"kita akan mempelajari semua yang kita bisa dari orang-orang asing secepat yang kita bisa, dan kita akan meninggalkan tanpa ragu atau sesal segalanya yang menghalangi kemajuan kita.
Segalanya." Taro, terlalu ngeri dan marah untuk mempercayai dirinya berbicara, hanya menunduk dalam-dalam, Lord Genji barangkali menganggapnya sebagai tanda persetujuan. Padahal, dia tidak pernah sependapat.
Tidakkah pengkhianatan Genji jauh lebih buruk ketimbang yang sedang dipertimbangkan Taro" Pengkhianatannya melawan jalan samurai itu sendiri. Genji bertekad untuk mengubahnya dalam citra bangsa asing yang aneh, tidak bermoral, tidak terhormat. Apa BUKU KEDUA
30 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR gunanya kesetiaan ketika nilai yang tersisa hanyalah keuntungan" Apa gunanya keberanian ketika seseorang membunuh musuh, bukan dengan saling berhadapan dalam jarak dua pedang, melainkan tanpa terlihat dan tanpa melihat, dari kejauhan berkilo-kilometer, dan dengan mesin-mesin yang meledak berisik dan licik"
Taro melirik dua wanita yang dipercayakan kepadanya untuk dilindungi. Dia adalah komandan kavaleri paling terhormat di kerajaan ini, tetapi berapa lama kavaleri akan bertahan di dunia yang hendak diciptakan Genji" Hanako adalah istri sahabatnya, Hide, tetapi Hide secara keras kepala dan membabi buta setia kepada Genji. Emily adalah orang asing, yang kehadirannya telah memastikan kemenangan klan Okumichi dalam krisis, tetapi sekadar itulah dia"orang asing.
Suatu hari tak lama lagi Tangan Taro tidak menyentuh pedangnya. Pikirannya sudah terlebih dahulu menyentuhnya.
Derik tajam rantai mendahului bunyi ceburan jangkar jatuh ke dalam air dangkal.
"Kita pulang," kata Hanako.
Kastel Awu.n Burung Gereja
Taro duduk di sebuah ruangan yang menghadap taman mawar di halaman tengah kastel.
Para pelayan sudah menyajikan pelbagai makanan, yang sepenuhnya dia abaikan. Sibuk dengan pemikirannya, dia telah melupakan si arsitek, Tsuda, yang duduk di seberangnya, sampai dia melihat tatapan ketakutan pada wajah lelaki itu. Mereka sudah duduk dalam kebisuan selama setengah jam. Selama itu, pikiran Taro pasti telah menegaskan kekerasan alami di wajahnya.
Lebih untuk menghilangkan ketakutan lelaki itu ketimbang memberinya informasi apa pun, Taro berkata, "Lady Hanako dan Lady Emily sedang berada di menara. Kau akan menunggu mereka di sini."
Dia bangkit untuk pergi. Dia akan mengendarai kudanya ke tanjung sendirian dan mencoba menertibkan pikirannya.
"Baik, Lord Taro."
Tsuda berusaha keras, tanpa hasil, untuk mendapatkan sedikit petunjuk mengapa
BUKU KEDUA 31 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR pertemuan ini diadakan. Para wanita itu dan Taro, yang ditemani sekelompok samurai, telah tiba pagi ini dengan kapal dari Edo, tanpa peringatan sama sekali. Tentu saja, reaksi pertama Tsuda adalah ketakutan. Ada alasan apa bagi seorang bangsawan tinggi seperti Taro untuk muncul begitu mendadak" Kehadiran para samurai bersamanya, dua puluh laki-laki yang sangat galak dan tanpa humor, membuatnya membayangkan serangkaian hukuman, termasuk
hukuman mati. Barangkali, Lord Genji tidak senang dengan kelambatan pembangunan ini, atau biaya yang semakin besar, atau bahkan rancangannya meskipun dia sendiri telah menyetujuinya denyan antusias. Para bangsawan agung memang sangat mudah berubah, dan ketika mereka berubah, konsekuensinya jatuh pada orang lain. Taro tidak rnemberinya informasi apa pun.
Meskipun terlalu beresiko untuk mengajak seorang bangsawan bercakap-cakap, Tsuda pikir sebaiknya meraba-raba sedikit dan mencoba menyaring petunjuk.
Tsuda berkata, "Apakah Lord Genji membayangkan untuk membangun ulang menara, Tuan?"
Taro mengerutkan keningnya kepada lelaki itu. Pernyataannya telah melampaui
kepantasan. "Mengapa dia melakukan itu?"
Tatapan galaknya menghancurkan saraf Tsuda yang sudah terlalu tegang. Dia mulai mengoceh bingung.
"Saya pikir, barangkali, hanya karena Lady Hanako dan Lady Emily ada di menara, Tuan, dan pembangunan yang sekarang ini diilhami oleh Lady Emily?"
Jadi"Jadi apa" Keringat panas tiba-tiba membasahi pakaian dalam Tsuda. Setidaknya, dia berharap itu keringat. Air seni menguarkan bau yang lebih jelas, dan kalau itu air seni, dan tentunya sudah terserap ke dalam tikar"Oh, Buddha Pengasih yang Agung, lindungi aku!
Mengapa pula aku berbicara tadi" Dia sudah hendak pergi dan seperti orang bodoh aku berbicara. Pemikiran-pemikirannya saling bertabrakan seperti itu, tak ada kata-kata lagi yang mampu keluar dari mulutnya. Dia merasa air mata sudah menggenangi matanya. Kalau perilakunya sejauh ini belum cukup membuka rahasianya, sesaat lagi dia pasti akan menangis tanpa terkendali dan membangkitkan kecurigaan, yang akan mengarah pada interogasi, kemudian tak ayal lagi, siksaan paling menyakitkan, melumpuhkan dan merusak!
Mengakulah! Mengakulah sekarang dan mintalah ampun! Hanya satu ryo! Lebih dari itu BUKU KEDUA
32 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR barangkali, tetapi tak lebih dari dua ryo! Dia akan mengembalikannya! Apa yang mendorongnya mengenakan biaya lebih pada Lord Genji" Dia pasti sudah gila Hanya karena Bangsawan Agung itu tidak ada di sini selama pembangunan tidak berarti mata-matanya yang banyak itu tidak mengawasinya. Akuilah sekarang!
"Kau berpikir terlalu banyak, Tsuda," kata Taro. "Berpikirlah ketika kau diperintahkan berpikir. Kalau tidak, lakukan saja apa yang diperintahkan kepadamu. Lady Hanako dan Lady Emily akan mengajukan pertanyaan kepadamu. Jawablah mereka. Hanya itu. Kau mengerti?"
Tsuda membenamkan wajahnya pada tikar. Untuk membungkuk lebih dalam lagi, dia
harus menembus anyaman jerami itu dengan dahinya. Dia merasakan kelegaan luar bisaa, sekarang ada bahaya lebih nyata bahwa dia akan terkencing-kencing denigan spontan, kalaulah itu belum dilakukannya tadi.
"Terima kasih, Lord Taro," kata Tsuda. "Terima kasih banyak. Saya akan melaksanakannya tanpa kegagalan." Dia tidak mengangkat kepalanya sampai Taro telah lama pergi.
Sambil menunggu kedua wanita itu, dia merenungkan reaksinya dengan lebih tenang. Dia sampai pada kesimpulan bahwa dia tidak melakukan kesalahan. Hanya secara teknis, dia memang telah melakukan penipuan, yang sebagaimana semua kejahatan lain terhadap bangsawan agung, dapat dikenai hukuman dengan siksaan dan kematian. Apakah dia bersalah tidak menyukai harga rendah yang tak masuk akal dan telah dipaksakan kepadanya sampai-sampai dia nyaris terpaksa mencuri untuk mendapatkan keuntungan layak" Apakah salah bahwa dia merasakan ketakutan amat-sangat, atau apakah kesalahan ada pada dirinya, jika dia telah dibuat merasa ketakutan oleh kekuatan tak terperi yang dimiliki para bangsawan agung khususnya, dan semua samurai pada umumnya" Bagaimana Jepang akan bisa maju dan keluar dari keterbelakangan yang memerangkapnya kecuali iblis-iblis semacam itu disingkirkan" Para samurai selalu membenarkan eksistensi mereka sebagai pelindung bangsa ini. Akan tetapi, kedatangan orang asing dengan kekuatan sedikit lebih besar ketimbang sepuluh tahun lalu membuktikan kebohongannya, bukan" Para kesatria besar itu bahkan tidak bisa mengusir orang-orang Belanda atau Portugis, yang Tsuda tahu hanyalah penduduk negeri-negeri sangat kecil di Eropa. Di depan bangsa yang benar-benar kuat, seperti Inggris, Prancis, Rusia, dan Amerika, mereka menggigil dan gemetar seperti semak di tengah badai. Mereka jelas telah hidup lama melewati masa kegunaannya. Namun, bagaimana menyingkirkan mereka" Itulah BUKU KEDUA
33 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR pertanyaannya. Mereka memonopoli senjata. Atau lebih tepatnya, mereka memonopoli hak membunuh tanpa hukuman.
Tsuda sendiri memiliki sebuah senjata. Senjata yang sangat modem. Senjata yang jauh lebih mematikan ketimbang sebatang pedang. Senjata yang akan memberinya peluang, kalau dia mau, untuk membunuh seorang samurai, sebelum samurai itu cukup dekat untuk mengaduk udara di sekitarnya dengan pedang kunonya. Senjatanya adalah sebuah pistol Colt Amerika kaliber 44.
Enam lubang silindernya berisi enam buah peluru mematikan! Tentu saja, dia tidak membawa pistol itu sekarang. Benda itu ada di rumahnya, di bawah lantai dalam peti besi buatan Belanda miliknya. Akan tetapi, kalaupun dia membawanya, apakah dia akan berani mengeluarkannya, menodongkannya kepada seseorang seperti Lord Taro, lalu menembak" Selagi dia
membayangkan adegan itu, perutnya menjawab dengan rasa mulas yang membahayakan.
Tidak, tidak, tidak! Air seni bisa disalahsangkakan dengan keringat, kalau ternyata dia benar-benar mengompol sebagaimana yang ditakutkanya. Namun, kotoran dari lambung" Tak mungkin salahsangkakan dengan apa pun! Dihukum mati karena buang air besar dalam pakaian lengkap di kastel seorang bangsawan! Tidak hanya akan memalukan secara fisik, tetapi menjadi aib yang menghancurkan pula.
Untuk menahan agar yang di dalam tetap di dalam, dia bertekad mengalihkan pikirannya pada uang, satu-satunya benda yang, dengan memikirannya saja, membuatnya lebih kuat dari kenyataannya. Pedagang dan bankir menguasai seluruh uang, sesuatu yang menjadi semakin penting. Tsuda, yang menjadi pedagang sekaligus bankir, berada di posisi yang baik dalam hal ini. Dia adalah orang yang kuat, bukan sebaliknya. Uang lebih kuat keimbang pedang.
Sungguhkah begitu" Pedang, dengan matanya yang begitu tajam sehingga sentuhan paling lembt pun dapat"
"Ah, Tuan Tsuda," kata Lady Emily "Senang bertemu dengan Anda lagi."
"Lady Emily," kata Tsuda, terjaga dan lamunannya. "Bahasa Jepang Anda lebih baik setiap kali saya bertemu dengan Anda. Anda pasti telah belajar dengan keras."
Dia terperanjat di dalam hati. Tak ada yang tampak pada wajahnya, kecuali kepuasan dan keinginan untuk menyenangkan orang lain, sebuah ekspresi yang sudah dikuasainya dengan latihan bertahun-tahun, dan yang terbukti paling tidak provokatif, sehingga paling aman untuk ditampilkan ketika berbisnis dengan samurai. Dia terperanjat karena dia langsung menyadari BUKU KEDUA
34 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR selagi dia berbicara bahwa seharusnya dia tidak mengatakan apa yang telah dikatakannya. Dia telah menyiratkan bahwa Emily perlu belajar dengan keras untuk berbicara dengan baik dalam bahasa Jepang. Sekalipun itu kebenaran yang tidak dapat disangkal, kebenaran tidak selalu dapat digunakan untuk membela diri.
Betapa tololnya dia! Dia telah menghina Emily yang harus disebutnya, Lady Emily. Faktor-faktor misterius yang tidak dipahami sepenuhnya oleh Tsuda telah membuat wanita asing yang satu itu selalu dirujuk dengan gelar kehormatan. Dan, jika Tsuda tahu apa yang baik baginya, dia bahkan tak akan pernah berpikir tentang wanita itu tanpa menyebutkan gelarnya lebih dahulu. Menghina Lady Emily sama saja dengan menghina pelindungnya, Okumichi no kami Genji, Bangsawan Agung Akaoka, seorang pria yang memegang kekuasaan mutlak atas kehidupan dan kematian setiap orang di wilayah yang sedang diinjaknya sekarang! Bagaimana dia bisa begitu bodoh! Nyatanya, Lady Emily memang berbicara degan bahasa Jepang yang sangat baik sekarang, bahkan lebih baik ketimbang orang-orang negeri ini sendiri yang tinggal di daerah-daerah lebih jauh dan terpencil. Di sana, banyak yang lancar berbicara hanya dalam dialek mereka sendiri yang nyaris asing juga bagi orang lain. Tsuda dengan panik mencoba memikirkan kata-kata yang tepat untuk mengeluarkannya dari masalah ketika Lady Hanako berbicara.
"Di mana Lord Taro?" tanyanya.
"Lord Taro pergi beberapa waktu yang lalu," sahut Tsuda. Hanako tidak riang seperti bisaanya. Garis-garis kecemasan menandai wajahnya, dan ketika dia menyebut Taro, matanya menajam.
Apakah suatu rencana makar sedang dilaksanakan" Dia merasa gugup lagi. Jika memang ada rencana makar, tak peduli siapa pun perencananya, dia akan menghadapi bahaya besar yang mengancam jiwanya. Seandainya rencana itu terungkap selagi mereka berada di kastel ini, kecurigaan akan hinggap pada semua orang di sekitarnya. Jika itu terjadi, siksaan dan hukuman mati akan menyusul tanpa ayal lagi. Orang tidak bisa membela diri dengan ketidakbersalahan-nya, sebagaimana kebenaran juga tak berarti apa-apa.
Oh, tidak! Baru saja keadaan menjadi lebih menjanjikan! Dan, bagaimana dia selama ini, kalau bukan sepenuhnya setia"kepada Lord Genji, kepada Lord Taro, dan kepada suami Lady Hanako yang sangat berpengaruh, Lord Hide. Tak peduli siapa pun yang berhasil dalam makar BUKU KEDUA
35 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR melawan makar ini"atau gagal; yang mungkin saja terjadi jika memang ada di antara mereka yang terlibat, yang tentu saja dia tidak bisa mengetahuinya"dia tentunya tidak bersalah!
Namun, tubuhnya yang hancurlah yang akan ditancapkan pada sebatang kayu! Dirinyalah yang akan mati menjerit-jerit dalam penyiksaan! Setiap anggota keluarganya juga akan dihukum mati dan semua harta bendanya disita. Betapa tidak adilnya! Apakah tak ada batas dalam kekejaman dan keserakahan samurai ini"
"Terima kasih telah datang menemui kami," kata Lady Emily "Aku yakin Anda sangat sibuk dengan pembangunan kastel."
"Saya tak pernah terlalu sibuk untuk melayani Anda, Lady Emily. Dan tentu saja, Anda juga, Lady Hanako. Maksud saya, karena dengan melayani, kalau memang saya harus membuktikan diri saya berguna?"
"Terima kasih, Tsuda," kata Hanako. Dia tahu Tsuda akan terus berbicara tanpa makna jika dia tidak menyelanya. Rakyat jelata pada umumnya bercakap menjilat dan gugup di hadapan bangsawan, tetapi tidak ada yang lebih parah ketimbang mereka yang berurusan dengan uang, seperti Tsuda. Ini karena hampir semua samurai, dan terutama para bangsawan agung, berutang besar kepada mereka. Dan para bangsawan agung sekali-sekali menghapus utang mereka dengan cara "menghapus" pedagang dan pemberi piutang yang bersangkutan dengan alasan apa pun. Bahkan, Shogun sendiri telah melakukan praktik itu lebih dari sekali.
Kegugupan Tsuda terutama diperkuat karena dia memanipulasi catatan keuangan
sedemikian rupa sehingga dia menarik bayaran sekitar sepuluh persen lebih tinggi untuk semua pekerjaan di bawah pengawasannya. Lelaki malang itu tidak tahu bahwa, melalui pengaturan rumit perwakilan, perwakilan yang mewakili perwakilan, perwakilan yang mewakili perwakilan dari perwakilan, dan seterusnya dan seterusnya, dia bukan pemilik utama banknya sebagaimana yang dia kira, tetapi merupakan pengelola saja. Pemilik yang sebenarnya, tentu saja, Lord Genji.
Berkat leluhur yang dapat melihat masa depan, klan Okumichi mendapatkan pemahaman tentang uang sejak dahulu sekali, ketika klan lain masih berpikir dalam satuan luas sawah sebagai ukuran kekayaan. Hanako tahu ini karena dia telah ditugasi Genji untuk membantu kepala rumah tangga mengurusi keuangan klan, dan telah melakukannya selama lima tahun berselang.
Katanya, "Kami tak akan mengambil waktumu yang berharga lebih banyak dari yang BUKU KEDUA
36 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR dibutuhkan. Hanya beberapa pertanyaan, tentang sebuah peti penuh berisi perkamen yang baru-baru ini dikirimkan kepada Lady Emily di Edo."
"Ah ya, Lady Hanako, Lady Emily" Tsuda membungkuk kepada keduanya secara bergantian, tidak sepenuhnya yakin siapa yang harus diajaknya berbicara. "Saya percaya benda itu tiba dalam keadaan seperti ketika saya menemukannya, maksud saya, tidak terbuka?"
Di satu pihak, Lady Hanako sudah berbicara. Di pihak lain, Lady Emilylah yang tampaknya ingin mengajukan pertanyaan. Kemudian, ada fakta bahwa Lady Hanako adalah wanita Jepang sejati, istri jenderal senior klan ini"lelaki yang paling suram dan menakutkan, yang bahkan lebih mengintimidasi ketimbang Lord Taro"sementara Lady Emily, meskipun disebut
"lady", tetap saja orang asing. Namun, ada fakta lain yang harus dipertimbangkan: Lady Emily adalah teman dekat Bangsawan Agung wilayah ini"barangkali teman yang sangat dekat, paling dekat dari yang ada, jika gunjingan itu harus diperayai, yang tentunya, sedikit pun dia tidak memerpercayai atau memikirkannya"
Emily berkata, "Kami ingin tahu di bagian mana di dalam kastel ini peti itu ditemukan."
"Ah, maafkan saya jika surat penjelasan saya atau kurir saya menciptakan kesan bahwa peti itu dtemukan di dalam kastel. Kenyataannya, benda itu ditemukan di tempat yang paling aneh dan secara aneh pula." Kedua wanita itu saling bertukar pandangan yang tampaknya penuh makna. Makna apa yang terkandung di dalamnya tidak jelas baginya. Itu masalah untuk dikhawatirkan belakangan, ketika dia mempunyai waktu untuk mengingat-ingat pertemuan ini dengan santai. "Atau barangkali, saya harus mengatakan, di tempat yang paling mujur dan secara kebetulan. Sungguh saya tidak bisa menggambarkan?"
"Di mana benda itu ditemukan?" tanya Hanako.
Tsuda sulit mengikuti kedua wanita itu. Dia tidak terbisaa menunggang kuda. Meskipun dia mampu membeli seekor kuda"atau sepuluh kalau perlu"dia jarang sekali menunggang kuda.
Dia tidak ingin kelihatan lancang. Bisaanya, kuda hanya ditunggangi samurai, tak pernah petani, dan samurai di wilayah ini justru terkenal selama berabad-abad sebagai kesatria berkuda. Dia dapat memahami benar kepahitan yang mungkin dirasakan seorang samurai, terutama yang berjalan kaki, melihat dirinya di atas kuda. Dan, jika samurai itu juga kebetulan berutang kepadanya, kepahitan itu dapat dengan mudah berubah menjadi kemarahan dengan nafsu BUKU KEDUA
37 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR membunuh. Juga, ada pertimbangan duniawi yang kurang menakutkan, tetapi melelahkan.
Setiap kali dia kebetulan melewati seorang samurai, dia harus turun dari kuda dan membungkuk karena secara fisik dia tidak boleh berada di atas seseorang dengan kedudukan sosial lebih tinggi ketimbang dirinya. Lebih mudah melakukan apa yang harus dilakukan jika dia sudah berdiri di atas tanah.
Kedua wanita itu sudah berganti pakaian menyerupai celana yang disebut hakama, dan menunggangi kuda mereka seperti samurai alih-alih duduk menyamping seperti wanita bangsawan. Ketika mereka meninggalkan gerbang kastel, mereka mendapati Lord Taro dan beberapa samurai berkuda lainnya menunggu untuk mengawal mereka. Bagaimana Lord Taro tahu mereka akan meninggalkan kastel" Tsuda tidak tahu. Cara samurai mengantisipasi segalanya sungguh-sungguh menakutkan.
Ketika mereka mendekati lokasi pembangunan di bukit di atas Lembah Apel, Tsuda mulai berkeringat lagi. Dia tidak mengkhawatirkannya kali ini. Betapapun basahnya pakaiannya, oleh sebab apapun, dia bisa menyalahkan kuda yang ditungganginya. Kuda adalah binatang yang bisaa berbau dan berkeringat. Namun, akankah mereka menemukan kesalahan pada pekerjaan yang dilakukannya sejauh ini" Apakah kemajuannya tidak cukup cepat" Apakah dia telah membangun di lokasi yang salah" Apakah bangunannya menghadap arah yang tidak sesuai dengan keinginan mereka" Apakah dia telah salah membaca rancangan bangunan itu" Apakah dia telah menebang terlalu banyak pohon" Terlalu sedikit"
Seorang samurai menderap kudanya di sampingnya dan berkata dengan gusar, "Kau!
Berhentilah bersantai-santai! Kau membuang-buang waktu yang berharga!" Tampangnya menunjukkan seolah-olah dengan senang hati dia akan memenggal kepala Tsuda di tempat.
"Ya, Tuan, maafkan saya, Tuan, saya tidak terbisaa menunggang kuda, kuda tidak pantas bagi orang rendah?"
Samurai itu menjangkau ke arahnya, merebut tali kekang dari tangannya, mendepak kudanya agar berlari kencang, dan membimbingnya ke atas bukit tempat rombongan menunggu. Pada saat mereka sampai di sana, Tsuda yakin bagian tubuh kelelakiannya telah menderita tumbukan begitu bertubi-tubi dengan pelana keras sehingga dia tidak akan pernah bisa lagi berhubungan intim dengan geisha.
"Turun," kata Taro. "Tunjukkan kepada Lady Hanako dan Lady Emily bagaimana BUKU KEDUA
38 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR tepatnya kau menemukan peti itu."


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baik, Lord Taro," kata Tsuda, dan nyaris terjatuh dari pelananya karena tergesa-gesa mematuhi perintah. Mengapa pula dia dahulu mengajukan penawaran untuk proyek ini"
Biarkan orang lain mengerjakannya. Biarkan orang lain mengambil risiko. Itulah yang seharusnya dia lakukan. "Kami memulai tiga minggu lalu," katanya.
"Bolehkah kami mulai menggali sekarang, Tuan Tsuda?" tanya seorang pekerja. Hampir satu jam, dia dan seratus laki-laki dengan sekop, beliung, dan peralatan pertukangan yang lain telah menunggu sinyal sang arsitek untuk memulai. Ada halangan apa" Mengapa dia hanya berdiri di puncak bukit seolah-olah sedang terhipnotis" Mereka di sini untuk membangun sesuatu, bukan melaksanakan ritual agama.
Tsuda dapat mendengar ketidaksabaran dalam suara pekerja itu. Itu bisa dipahami. Pekerja itu hanyalah petani bodoh yang tidak mengerti sifat mistis fengshui, seni arah dan lokasi yang tanpanya seorang arsitek hanyalah perakit kayu dan batu. Juga, karena para pekerja akan dibayar berdasarkan pekerjaan yang sudah dilaksanakan dan bukan berdasarkan lamanya mereka berada di lokasi, wajar saja mereka ingin segera memulai. Profesi Tsuda, di lain pihak, lebih tinggi daripada mereka. Tempat pertama yang digali akan menentukan nasib sebuah bangunan, dan juga mereka yang akan menggunakannya, dan mereka yang akan
membangunnya. Jika melenceng selangkah saja, kesialanlah yang akan terjadi, bukan keberuntungan.
Dan banyak bangunan yang sudah dirancang dan dibangun Tsuda selama sepuluh tahun kariernya, tak satu pun mendatangkan masalah kepada pemilik dan penghuninya. Bahkan, dua di antara bangunan-bangunan itu"sebuah rumah seorang geisha di Kobe, dan istana Lord Genji yang dibangun lagi di Edo bisa dikatakan telah menghasilkan keberuntungan besar bagi semua orang terkait. Rumah geisha itu menjadi cukup terkenal dalam beberapa tahun ierakhir, dan dikatakan menyaingi yang terbaik di Edo dan Kyoto. Itu jelas pujian yang dibesar-besarkan dengan terlalu bersemangat. Namun, fakta bahwa pernyataan itu bisa dibuat saja sudah merupakan kehormatan besar. Sementara tentang Lord Genji, sejak pembangunan ulang itu dia menjadi orang kepercayaan Keluarga Kekaisaran di Kyoto dan anggota terhormat Dewan Rekonsiliasi Shogun.
BUKU KEDUA 39 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Memang tak mungkin bagi Tsuda untuk menyatakan memiliki andil dalam kedua
keberhasilan itu. Akan tetapi, setidaknya Lord Genji jelas menyadari bahwa Tsuda layak mendapatkan penghargaan karena dia menganugerahi Tsuda kontrak untuk membangun sebuah "kapel" di sini, sebuah kapel yang merupakan kuil bagi orang Kristen. Dia telah bekerja sama dengan teman asing Lord Genji, Lady Emily, dalam perancangan. Menurutnya, rancangan itu terlalu kaku, dengan barisan bangku kayu permanen, lantai yang lebih tinggi untuk sekelompok penyanyi religius yang disebut "koor" di bagian depan, dan sebuah podium tinggi di sampingnya, tempat seorang pendeta akan berdiri dan memberikan ceramah kepada jemaat yang berkumpul. Ada sebuah lonceng, seperti dalam sebuah kuil Buddha, tetapi di sini lonceng dipasang di menara, jauh dari jangkauan, dan membunyikannya bukan dengan dipukul penuh hikmat oleh seorang pendeta menggunakan palu suci, melainkan diguncangkan dengan tambang dan katrol dari bawah. Bunyi lonceng ditimbulkan oleh palu baja yang dipasang di dalam lonceng itu sendiri, yang diayunkan dan memukul sisi-sisi lonceng secara acak.
"Sebentar lagi waktunya makan siang, kita bahkan belum mulai," salah seorang pekerja menggerutu.
Tsuda mengangkat tangan menyuruh mereka diam. Dia tidak mau diburu-buru. Dia
memang bukan samurai, tetapi dia menganggap serius setiap detail pekerjaannya, sebagaimana samurai menganggap serius pekerjaan mereka. Selama satu minggu, dia telah datang ke tempat ini untuk bermeditasi, baik ketika matahari terbit maupun matahari terbenam. Di rumah, dia merujuk kitab I Ching, menggunakan baik metode ranting bunga yarrow maupun metode koin.
Ini adalah langkah terakhir. Dia akan membuang semua prasangka, ketakutan, dan hasrat, membuka diri sepenuhnya bagi sifat bawaan tempat ini, dan menggali sesekop penuh tanah pertama. Pada saat itu, ada perubahan samar arah angin. Aroma laut digantikan dengan wangi bunga apel. Tsuda menghirup dalam-dalam. Ketika dia mengembuskan napasnya, dia membuka mata dan menghunjamkan sekopnya ke dalam tanah.
Dan langsung mengenai sesuatu yang keras, tepat di bawah permukaan.
"Sekop itu benar-benar menghancurkan kayu peti luar," kata Tsuda. "Tetapi, peti itu melindungi isi di dalamnya, yaitu peti dengan lukisan paling indah pada tutupnya. Saya percaya peti itu tiba tanpa kerusakan, seperti ketika saya menemukannya. Betulkah?" Dia telah BUKU KEDUA
40 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR mendengar bahwa Lady Emily sering rnengalami pingsan tak terduga. Jadi, kepucatan mendadak pada wajahnya tidak mengejutkan Tsuda. Namun bahwa Lady Hanako juga
kehilangan semua warna pada wajahnya membuatnya heran.
Lady Hanako bertanya, "Mengapa kau berpikir untuk mengirimkan peti ini langsung kepada Lady Emily?"
"Saya tidak akan lancang membuat keputusan seperti itu," kata Tsuda. "Karena ukuran dan bobot peti itu menunjukkan bahwa isinya perkamen, bukan barang-barang, dan saya tahu bahwa penerjemahan sejarah klan ke dalam bahasa Inggris sedang dilakukan atas perintah Lord Genji?"
"Diam!" seru Taro. "Jawab pertanyaan tadi. Mengapa kau mengirimkan peti itu kepada Lady Emily?"
"Saya tidak melakukannya, Lord Taro." Tsuda semakin gemetaran sehingga pakaiannya mulai berkepakan seakan disapu angin yang naik. "Saya memerintahkan kurir saya dengan jelas untuk mengirimkan peti itu langsung kepada Lord Genji. Jika kurir itu melakukan sebaliknya, maka saya harus?"
Taro menjadi marah, "Kau mengirim peti-itu kepada Lord Genji" Mengapa kau tidak membawanya kepada kapten penjaga di kastel" Tugasnyalah untuk mengambil langkah selanjutnya, bukan tugasmu!"
Tsuda membenamkan dahinya ke tanah di lokasi pembangunan dengan begitu keras
sehingga otot punggungnya mulai kram. "Lord Genji secara khusus memerintahkan saya untuk berkomunikasi langsung dengan beliau mengenai segala hal yang berkaitan dengan pembangunan kapel."
"Kauanggap aku bodoh, ya?" Tangan Taro menjangkau pedangnya. "Bangsawan agung mana yang akan memberikan akses seperti itu kepada seorang petani?"
"Maafkan aku, Lord Taro," kata Lady Emily. "Tuan Tsuda benar. Aku ada di sana selama percakapan itu berlangsung."
Kata-kata Lady Emily membentuk susunan kalimat bahasa Jepang yang paling indah dan rumit yang pernah didengar Tsuda sekalipun dengan aksen Amerika! Wanita itu telah menyelamatkan hidupnya. Dia akan selamanya berterima kasih kepadanya.
Pusaka Gua Siluman 2 Pendekar Rajawali Sakti 207 Kekasih Sang Pendekar Ramalan The Prophecy 2

Cari Blog Ini