Samurai Karya Takashi Matsuoka Bagian 7
orang itu seharusnya adalah aku, bukan kamu."
"Hamba setuju dengan Hide," kata Saiki. "Luka-luka yang Anda
derita adalah akibat kesalahannya. Dia seharusnya mengabaikan perintah
Anda dan terus menjaga Anda dengan diam-diam. Memang, tetap
membuntuti Anda menunjukkan dia tidak patuh dan karenanya harus
dihukum bunuh diri. Tetapi, setidaknya saat itu dia bisa mengawal Anda
sesuai tugasnya." "Dan bagaimana kalau Kudo dan anak buahnya sampai ke
persimpangan itu" Jadinya tak ada orang di sana untuk
menghentikannya." "Lord Shigeru membunuh mereka semua," kata Saiki. "Seharusnya,
Hide tak perlu berjaga di sana."
PDF by Kang Zusi "Saat itu kita kan belum tahu," kata Genji. "Dan siapa yang bisa
memastikan apa yang terjadi kalau saja Hide membuntutiku seperti apa
yang kaukatakan. Mungkin ramalan itu akan berubah, dan kini kamu
malah menangisi mayatku, bukannya menguliahi tentang pentingnya tidak
mematuhi junjungan."
Hide mengangkat kepalanya. Saiki duduk terdiam.
Genji tersenyum. Ketika semua hal lain gagal, dia selalu bisa
mengandalkan kekuatan ramalan. Benar-benar berguna.
Dokter Ozawa berkata, "Luka-luka Anda bersih, Tuanku. Tidak ada
tanda-tanda infeksi. Ajaibnya, Anda juga tidak mengalami serangan
frostbite. Hamba tak bisa menjelaskan bagaimana hal itu mungkin terjadi.
Lord Shigeru mengatakan Anda terkubur di bawah gundukan salju."
"Aku tak sendiri," kata Genji. "Teman seperjalananku tahu tentang
tradisi orang Eskimo dan dia memanfaatkan pengetahuan itu dengan
baik." "Apa itu ?skimo'?" tanya Dokter Ozawa. "Teknik pengobatan
asing?" "Teknik pengobatan, tentu saja," kata Genji.
"Dengan seizin Anda, hamba ingin mendiskusikan teknik Eskimo
dengannya. Mungkin Nona Heiko dapat berperan sebagai penerjemah?"
"Aku yakin diskusi itu akan memberikan pencerahan kepada Anda,
Dokter Ozawa," kata Genji. Dia berharap ada di situ saat Dokter Ozawa
mengajak Emily berdiskusi. Pasti akan sangat lucu. Emily akan jujur. Dia
selalu begitu. Berdusta menurutnya adalah dosa terhadap Kristus. Genji
dapat membayangkan bagaimana Emily akan gugup dan malu, bagaimana
dia berusaha menerangkan apa yang telah dia lakukan tanpa
mengatakannya secara terus terang dan terbuka. Genji membayangkan
diskusi yang mungkin terjadi dan tertawa.
"Tuanku?" "Aku hanya bahagia dapat sembuh dengan cepat. Terima kasih atas
bantuanmu, Dokter Ozawa."
"Jangan terlalu memaksakan diri dulu. Luka Anda bisa membuka
kembali dan itu berbahaya."
PDF by Kang Zusi Genji bangun dari ranjang. Biasanya, dia akan berdiri saja di ranjang,
sementara pelayan memakaikan bajunya. Namun kini, kecewa karena
ketidakmampuannya saat menghadapi gerombolan desertir waktu itu, dia
memaksa untuk berpakaian sendiri.
"Aku mungkin memang tidak ahli menggunakan pedang," katanya,
"tetapi, aku ahli mengikatkan tali pinggang."
"Jangan terlalu kecewa. Itu adalah pertempuran pertama Anda," kata
Saiki. "Anda pasti akan lebih baik lain kali."
"Bisa saja lebih buruk kan?"
"Anda terlalu keras pada diri sendiri, Tuanku," kata Saiki. "Dulu
waktu ada pemberontakan di bagian barat wilayah ini"itu terjadi sebelum
Anda lahir"hamba melihat darah tertumpah untuk pertama kalinya.
Dengan menyesal saya katakan, hamba muntah dan ngompol.
Berbarengan." "Tidak mungkin!" kata Genji. "Pasti bukan kamu."
"Sayangnya, ya," kata Saiki.
Genji tertawa dan Hide juga tertawa. Saiki tertawa juga. Dia tidak
menyebutkan kalau waktu itu dia baru tiga belas tahun, dan darah yang
tertumpah adalah darah dua orang petani bersenjata yang baru dia bunuh
dengan pedang katana pertamanya. Dia senang ceritanya membuat Genji
bersemangat lagi. Sedikit mengorbankan martabatnya demi junjungannya
bukan masalah besar. "Oh, maafkan saya. Apakah saya mengganggu pembicaraan
penting?" Emily berdiri di depan pintu. Pakaian yang dia kenakan mirip
dengan yang dia kenakan sebelumnya, tetapi terbuat dari sutra bukan
katun. Roknya, pantalon dan bahkan stokingnya juga terbuat dari sutra.
Pakaian lamanya sudah rusak saat menolong Genji dahulu. Penjahit istana
menggunakan pakaian lama itu sebagai pola untuk membuat pakaian baru.
Sebenarnya, Emily lebih memilih pakaian dari katun yang lebih
mengesankan kerendahan hati, tetapi menolak hadiah yang diberikan
dengan maksud baik juga tidak pantas. Jadi, untuk pertama kalinya dalam
hidup, Emily memakai pakaian sutra dari kepala hingga ujung kaki.
Bahkan lapisan mantelnya, meski ketinggalan zaman dan terlalu besar,
terbuat dari bahan sutra yang sama.
PDF by Kang Zusi "Kami sebentar lagi selesai," kata Genji. "Satu atau dua menit lagi.
Silakan masuk." "Lady Emily," kata Saiki. Dia dan Hide membungkuk dalam-dalam
saat Emily masuk ruangan. "Saya senang melihat Anda baik-baik saja."
Genji memperhatikan peningkatan level kesopanan yang digunakan
Saiki saat menyapa Emily Sekarang, dia adalah "Lady Emily" bukan lagi
"si wanita asing". Terpenuhinya ramalan pada Tahun Baru menyebabkan
perubahan signifikan dalam status Emily Bisa dikatakan sendirian di tanah
asing, menjanda bahkan sebelum sempat menikah, hidup Emily bisa
dibilang susah. Sedikit keramahan dari orang-orang di sekitarnya dapat
mengurangi rasa sakitnya.
Genji berkata, "Saiki senang melihat dirimu baik-baik saja."
"Tolong sampaikan terima kasihku kepada Lord Saiki. Aku juga
gembira melihat-nya sehat."
"Emily berterima kasih atas kepedulianmu, Saiki dan dia juga senang
melihatmu sehat. Apakah ada hal yang masih harus kita bicarakan lagi?"
"Tidak, Tuanku," kata Saiki. "Pemberontakan terhadap Anda sudah
dipadamkan. Yang tersisa hanyalah menentukan hukuman kepada mereka
yang terlibat. Lord Shigeru sudah melakukan tindakan-tindakan yang
paling sulit. Hamba akan membawa seratus orang ke Desa Kageshima
besok pagi. Itu saja."
"Kurasa sudah cukup kalau kamu memenggal para sesepuh desa
saja," kata Genji. "Tambahkan pula peringatan keras bagi yang lain
tentang pentingnya kesetiaan, tidak hanya kepada junjungannya di sana,
tetapi juga kepada sang Bangsawan Agung yang menguasai wilayahnya."
"Itu bukan prosedur yang biasa, Tuanku."
"Aku tahu." "Hamba ragu apakah bijaksana untuk bertindak murah hati pada saat
ini. Karena kemurah-hatian Anda tersebut dapat memunculkan kesan
bahwa Anda tidak ingin me-lakukan apa yang harus dilakukan."
"Aku justru menginginkan melakukan apa yang diperlukan saat ini
dan memang itulah yang harus dilakukan. Hari-hari mendatang akan
terjadi lebih banyak kematian daripada yang diperlukan. Jika memang kita
PDF by Kang Zusi harus membunuh, mari kita berkonsentrasi membunuh musuh kita dan
bukan petani-petani kita."
"Baik, Tuanku."
Saiki dan Hide mengundurkan diri. Di pintu, Hide berkata, "Hamba
akan menunggu bersama kuda-kuda."
Genji baru akan mengatakan bahwa Hide tak perlu mengawalnya
karena mereka tak akan pergi jauh, tetapi tekad yang terlihat di wajah
Hide menghentikannya. Sangat jelas bagi Genji bahwa untuk beberapa
waktu dia tak mungkin bepergian ke mana pun sendirian.
"Bagus sekali, Hide."
Emily bertanya, "Apa Anda yakin sudah cukup sehat untuk berkuda,
Tuan Genji?" "Kita berjalan jalan saja," kata Genji. "Kita tak akan memacu kuda.
Aku akan baik-baik saja."
"Mungkin sebaiknya kita berjalan-jalan saja. Saya belum banyak
melihat istana ini, dan sejauh ini semua yang saya lihat sangatlah indah."
"Jangan khawatir. Kamu pasti akan melihat semuanya. Tapi, hari ini
kita harus berkuda. Ada yang ingin kutunjukkan kepadamu."
"Apa itu?" "Ikut saja dan lihat sendiri."
Emily tertawa, "Sebuah kejutan" Saya dulu suka kejutan, waktu kecil.
Oh. Apakah menurut Anda, Matthew sebaiknya ikut dengan kita?"
Genji berkata, "Dia sedang sibuk berlatih. Dengar."
Di kejauhan terdengar suara tembakan, "Lagi pula, ini adalah sesuatu
yang ingin kutunjukkan kepadamu, bukan kepadanya."
"Justru itu membuatnya semakin misterius," kata Emily.
"Tapi tak lama lagi kamu akan tahu," kata Genji.
Kepala terakhir adalah kepala bayi yang belum berumur satu tahun.
Shigeru menancap-kan kepala itu di tombak yang terletak di ujung akhir
barisan kepala yang dia tancapkan di gerbang depan istana. Musim dingin
di wilayah Akaoka lebih hangat daripada di wilayah Pegunungan Honshu.
Kepala Kudo sudah membusuk, tak bisa dikenali lagi. Kepala-kepala lain
PDF by Kang Zusi yang tertancap di barisan itu masih segar, kesakitan menjelang ajal
tampak jelas dalam ekspresi mereka. Istri Kudo, dua selirnya, lima anak,
ibunya yang janda, saudaranya, iparnya laki-laki maupun perempuan,
paman, bibi, sepupu, dan keponakan. Semuanya 59 kepala.
Keluarga Kudo punah sudah.
Heiko membungkuk dan mendekati Shigeru. "Sebuah tugas yang
berat dan tidak menyenangkan, Lord Shigeru."
"Tapi perlu dilakukan."
"Hamba yakin itu perlu," kata Heiko. "Sungai karma tak bisa
dibendung alirannya."
"Ada yang bisa kubantu, Nona Heiko?"
"Itulah harapan saya," kata Heiko. "Sebentar lagi, Lord Genji akan
pergi untuk berjalan jalan. Lady Emily akan menemaninya. Dan mereka
pasti akan lewat sini. "Tentu saja. Seorang Lord harus selalu lewat gerbang depan istana, ke
mana pun dia akan pergi."
"Barisan kepala ini akan sangat mengagetkan bagi Lady Emily"
"Oh ya?" Shigeru memandang barisan kepala yang berjajar rapi di sisi
selatan jalan. "Kenapa begitu" Susunannya tampak rapi dan benar."
"Lady Emily mempunyai perasaan halus," Heiko memilih katakatanya dengan hati-hati. "Selain itu sebagai orang asing, dia tidak
memahami akibat karma. Keberada-an kepala-kepala ini, khususnya milik
anak-anak, akan membuatnya sangat sedih Hamba khawatir dia tak akan
bias meneruskan berjalan-jalan dengan junjungan kita."
"Dan apa yang kau usulkan?"
"Pindahkan kepala-kepala ini."
"Aku tidak tahu apakah aku bisa melakukannya. Ini adalah tradisi
sejak zaman dahulu untuk menunjukkan nasib para pengkhianat di depan
gerbang istana, dan tetap membiarkannya di sana hingga dagingnya
membusuk dan rontok dari tengkoraknya dan burung pemakan bangkai
memakan daging mereka hingga bersih."
"Sebuah tradisi berharga yang patut dipertahankan," kata Heiko.
"Tetapi, bisakah Anda melakukan modifikasi untuk saat ini saja" Bisakah
kepala-kepala ini sementara dipindahkan kediaman Lord Kudo?"
PDF by Kang Zusi "Pengkhianat itu bukan seorang lord dan tak lagi punya nama.
"Maafkan hamba," kata Heiko membungkukkan badannya. "Hamba
maksud bekas kediaman si pengkhianat."
"Aku baru akan menuju ke sana untuk membakarnya hingga habis
menjadi abu." Heiko memucat, "Tidak dengan para pelayan di dalamnya kan?"
Shigeru tersenyum masam. "Aku sebenarnya bermaksud begitu.
Tetapi junjungan kita, terkenal sebagai bangsawan yang murah hati dan
pengampun, memerintahkan agar para pelayan itu dijual sebagai budak
saja." Heiko menarik napas lega. "Kalau begitu, bolehkah hamba
mengajukan usul?" "Aku merasa sejak tadi kamu memang melakukan itu."
"Hanya dengan izin Anda, Lord Shigeru. Bolehkah hamba
mengusulka n bahwa Anda dapat membakar kediaman itu seperti rencana,
lalu menempatkan pengingat ini di atas reruntuhan. Bukankah itu bisa
menjadi alternatif yang efektif?"
Shigeru membayangkan pemandangan yang terlihat. Lima puluh
sembilan kepala tertancap di ujung tombak berjajar di atas reruntuhan
pengkhianatan. "Baiklah, Nona Heiko. Aku akan melakukannya."
"Terima kasih, Lord Shigeru."
Heiko tidak tinggal untuk melihat Shigeru melakukan usulnya.
Saat keluar dari istana, Genji, Emily, dan Hide bertemu Stark dan
Taro yang baru akan masuk.
"Apa kamu tidak pernah kehabisan peluru, Matthew?" Emily duduk
melintang di atas kuda, tidak miring seperti biasanya. Genji telah
membujuknya untuk mengenakan celana sepertinya, celana lebar yang
disebut "hakama". Kata Genji, hakama cocok digunakan untuk wanita.
Emily ingat nasihat Cromwell untuk mengikuti kebiasaan di Jepang asal
kebiasaan itu tidak melanggar ajaran moralitas Kristen. Hakama
kelihatannya tidak berbahaya. Celana itu sangat longgar sehingga lebih
terlihat seperti rok dan bukan celana seperti di Barat.
PDF by Kang Zusi "Aku membuat cetakan untuk mencetak peluru baru," kata Stark,
"dan tuan rumah kita punya banyak mesiu." Stark menunjukkan beberapa
selongsong peluru di tangannya. "Aku bisa menggunakan ini beberapa
kali." "Kuharap kamu menjadi seorang prajurit Kristen sejati," kata Emily,
"dan hanya bertempur untuk kebaikan."
"Misiku memang baik," kata Stark. "Itu sebuah kebenaran."
Taro bertanya kepada Hide, "Mau ke mana?"
"Tidak jauh. Kalau kamu bebas, ikut saja."
"Aku akan ikut. Tuan Stark mau bertemu Nona Heiko. Lagi pula,
Nona Heiko adalah pemandu yang lebih baik baginya karena dia bisa
bahasanya." Hide dan Taro berkuda di belakang junjungan mereka dan Emily
dalam jarak yang agak jauh. Mereka ada di wilayah sendiri, dan tak begitu
jauh dari istana, jadi kemungkinan serangan sangatlah kecil. Namun, Hide
tetap saja mengawasi sekitar dengan waspada.
"Bagaimana tembakannya?"
"Menakjubkan," kata Taro. "Aku tak pernah membayangkan hal
seperti itu. Dia menarik dan menembakkan pistolnya lebih cepat dari ahli
iaido mana pun saat menghunus pedang. Bahkan, menurutku lebih cepat
daripada Shigeru." "Aku sudah bilang kan."
"Ya, tapi dulu aku pikir kamu main-main. Kini, aku tahu kamu serius.
Dan dia juga akurat. Dalam jarak dua puluh langkah, dia berhasil
menembak sasaran sembilan dari sepuluh kali tembakan, dan pada
tembakan kedua dia selalu tepat sasaran. Aku heran kenapa dia berlatih
begitu keras. Tak ada seorang pun di Jepang yang bisa dia tantang
menguji kemampuan." "Dia seorang prajurit seperti kita," kata Hide, "dan perang semakin
dekat. Itu adalah alasan yang bagus."
Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Emily mengawasi Genji dengan penuh perhatian. Jika pria itu
menunjukkan tanda-tanda kelelahan sedikit saja, dia akan bersikeras
mengajaknya kembali. Sejauh ini, Genji terlihat baik-baik saja. Berada di
rumah memberi banyak manfaat kepadanya. Iklim di wilayahnya lebih
PDF by Kang Zusi hangat daripada Edo. Di Edo musim dingin menunjukkan keganasannya,
sementara di sini musim dingin lebih terasa seperti awal musim semi.
"Apakah musim dingin di sini selalu hangat seperti ini?"
"Di sini jarang dingin," kata Genji, "jadi, kita tidak terlalu perlu
menerapkan keahlian Eskimo."
"Lord Genji, tolonglah."
"Mungkin populasi kami akan lebih banyak kalau turun salju."
Emily melengos, wajahnya terasa panas karena malu. Dia yakin
wajahnya semerah apel masak yang siap dipetik.
Genji tertawa, "Maafkan aku, Emily. Aku tak bisa menahannya."
"Anda berjanji tak akan menyebutnya lagi."
"Aku berjanji tak akan menceritakannya di depan orang lain. Aku tak
mengatakan apa-apa tentang mengingatnya bersamamu."
"Lord Genji, sikap Anda sangat tidak gentleman (ungentlemantly)."
"Ungentlemantly?"
"?n' adalah awalan dalam bahasa Inggris yang berarti 'tidak'.
Seorang gentleman adalah orang yang mempunyai karakter baik dan
berprinsip. `Ly' adalah akhiran dalam bahasa Inggris yang berarti 'mempunyai sifat seperti itu'."
"Emily memandang Genji dengan pandangan menegur sekeras yang
dia bisa. "Perilaku Anda saat ini tidak menunjukkan karakter yang baik
dan berprinsip." "Hanya sebuah kekhilafan yang dapat dimaafkan. Terimalah
permintaan maafku dan lubuk hati terdalam."
"Saya pasti memaafkan Anda, kalau saja Anda tidak tersenyum
seperti itu." "Kamu juga tersenyum."
"Ini seringai, bukan senyum."
"Seringai?" Emily tak mau menjelaskan lagi.
Mereka berkuda dalam diam. Setiap kali Emily mencuri pandang ke
arah Genji, dia masih melihat Genji tersenyum dikulum. Dia ingin marah
kepadanya, tetapi tak bisa. Pada saat yang sama, bersikap seakan-akan tak
terjadi sesuatu juga salah. Gurauan Genji tidak pantas, apalagi dikaitkan
PDF by Kang Zusi dengan hubungan antara mereka berdua. Dia adalah seorang misionaris
dan Genji adalah bangsawan agung yang mensponsori misinya. Tak ada
sesuatu yang telah mengubah hubungan itu.
Emily berhenti dan berpaling ke arah Kastel Awan Burung Gereja.
Ketika pertama kali melihatnya, dia sangat kecewa. Ini sebuah istana"
Lalu, mana dinding-dindingnya yang tinggi dan menara, jembatan,
benteng, dinding yang memutari atap menara dan jendela jendela, gerbang
yang dapat diturunkan, dan hamparan rumputnya" Satu-satunya struktur
batu yang dia lihat adalah fondasi di bawah bangunan yang disusun tanpa
semen, sementara bangunan di atasnya berupa pagoda dari kayu bepernis
dan atap genting. Istana dan puri adalah kediaman para kesatria, seperti
Wilfred of Ivanhoe. Emily tak dapat membayangkan Ivanhoe berpakaian
baju besi, perisai dan tombak di tangan, menunggangi kudanya yang
gagah, keluar dari istana seperti ini. Rupanya seperti konsep kecantikan,
konsep tentang puri dan istana juga berbeda di Jepang. Sebagaimana
sebuah perbedaan merupakan rahmat baginya, perbedaan yang lain dapat
membawa kekecewaan baginya.
Namun, hanya dua minggu tinggal di Kastel Awan Burung Gereja,
pandangan Emily langsung berubah. Awan Burung Gereja, terlihat begitu
ringan, pagoda tujuh lantainya seakan mengapung di atas lautan lereng
berbatu. Fondasi batunya berbentuk melengkung ke atas seperti parabola
mendukung dinding kayu bepemis yang berwarna putih seperti awan
musim, panas. Di atas dinding putih tersebut terdapat lengkungan kayu
yang mendukung atap berwarna abu-abu terakota. Dari tempat dia duduk
di atas punggung kudanya sekarang, dalam jarak sekitar dua mil dari puri,
Emily dengan mudah dapat melihat sirap-sirap atap istana seakan-akan
sekumpulan burung gereja yang siap terbang. Terdapat keindahan surgawi
di istana ini yang membuat puri batu bayangannya terlihat kecil dan
terlalu duniawi. Genji berkata, "Apakah kamu sangat marah, Emily?"
Emily tersenyum dan menggeleng. "Tidak. Saya hanya berpendapat
ada hal-hal yang tak pantas dibuat gurauan."
"Kau benar. Aku tak akan bergurau tentang itu lagi."
PDF by Kang Zusi Mereka menaiki sebuah bukit kecil. Sebelum menuruni bukit itu,
Emily berpikir dia membaui sesuatu yang familier. Tetapi, dia segera
menepiskannya dan menganggapnya sebagai sebuah refleksi kerinduan
pada rumahnya dahulu. Beberapa saat kemudian, dia memandang ke
lembah kecil di bawah bukit yang sedang dituruninya dan langsung
terpana di atas pelana kudanya. Udara yang dia hirup tiba-tiba terasa tipis,
seakan-akan dia baru usai mendaki gunung tinggi.
"Kebun apel." Emily berbisik tertahan.
Kebun itu tidak besar, mungkin hanya ada sekitar seratus pohon.
Tetapi, ketika mereka berkuda memasukinya dan pohon-pohon apel
mengelilingi, Emily merasa pohon-pohon apel itu berjumlah puluhan ribu.
Dia berdiri di sanggurdi, mengulurkan tangan ke atas dan memetik satu
buah apel yang berwarna merah masak.
"Wah, apel ini mirip sekali dengan apel yang kami tanam," kata
Emily. "Mungkin memang sama," kata Genji. "Apakah apel buah ash
Amerika?" "Tidak, pemukim Eropa yang membawanya. Seorang pria bernama
Johnny Appleseed menghabiskan seluruh hidupnya menanam apel di
seluruh Amerika. Begitu yang kudengar. Itu mungkin hanya sebuah
dongeng bukan sejarah yang sebenarnya."
"Kadang tak ada bedanya antara dongeng dan sejarah," kata Genji.
Dia mengulurkan tangan untuk memegang sebuah cabang pohon, terengah
dan menurunkan tangannya kembali. Lukanya menghalangi gerakannya.
"Aku dulu sering memanjat pohon-pohon ini dan membayangkan
percakapan dengan teman-teman khayalanku. Teman-teman khayalanku
itu selalu bijak." "Saya juga suka memanjat," kata Emily, "dan bermain bersama kedua
adikku." "Adik khayalan?"
"Nyata. Tom dan Walt."
"Apakah mereka juga misionaris?"
"Tidak. Mereka meninggal waktu masih kanak kanak."
"Dan orangtuamu?"
PDF by Kang Zusi "Mereka juga telah meninggal."
"Kalau begitu, kita berdua yatim piatu." Genji memandang cabang
pohon di atasnya. "Kurasa kamu tak bisa memanjat lagi, Emily."
"Maaf?" "Pohon. Apa kamu masih bisa memanjatnya" Jika saja aku tak
terluka, aku bisa memanjat ke atas dengan mudah."
"Aku juga bisa."
"Tentu saja." "Anda kelihatan tak yakin, Lord Genji."
"Yah, kamu sama sekali tidak terlihat seperti seorang pemanjat
pohon." "Itu kedengarannya seperti tantangan." Emily dan kedua adiknya
selalu tantang-menantang. Tantangan terakhir adalah saat dia memanjat
sebuah pohon. Dan, dia melompat dari satu cabang ke cabang lain
melayani tantangan adiknya. Cabang tempatnya melompat tiba-tiba patah.
Emily berpegangan erat pada cabang itu, saat cabang itu patah dan
melengkung ke tanah. Hampir saja dia terluka.
"Aku minta maaf telah mematahkan cabang itu, Ayah." Emily
teringat masa lalunya. "Untung yang patah cabang itu, bukan kamu. Tetapi, kamu tak boleh
melakukan itu lagi," kata ayahnya.
"Ya, Ayah." "Kamu sangat cantik, Emily Kecantikanmu tak akan banyak
menolong jika kakimu atau punggungmu patah."
"Ya, Ayah." Ayahnya selalu mengatakan betapa dirinya sangat cantik. Saat
Ayahnya mengatakan itu, Emily selalu merasa gembira. Namun, kata itu
kini punya arti lain baginya.
Emily melepaskan mantelnya dan meletakkannya di pelananya. Dia
lalu meraih ke atas, dengan erat memegang cabang di atas kepalanya dan
bergantung di sana. Dia menggerakkan kakinya ke depan dan ke belakang
beberapa kali untuk mendapatkan daya dorong, lalu melingkarkan salah
satu kakinya dan satu kaki lagi ke atas cabang. Sesampai di atas, dia berPDF by Kang Zusi balik dan duduk, kakinya berayun-ayun, dan senyum kemenangan
tergambar di wajahnya. Genji membungkuk dalam-dalam dari pelananya. "Maafkan aku
karena meragukanmu. Kamu benarbenar pemanjat yang baik. Kalau aku
sudah sembuh, kita harus bertanding."
"Dan apa yang akan kita pertaruhkan?"
"Pertaruhkan?" "Hadiah yang harus diberikan yang kalah kepada yang menang."
Genji berkata, "Kalau kamu menang, aku akan memberimu kebun
ini." "Oh, jangan, itu terlalu banyak. Artinya, itu judi, bukan permainan
lagi." "Baiklah," kata Genji, "menang atau kalah, aku akan memberimu
kebun apel ini. Kamu bisa memberi sesuatu untuk balasannya. Kalau
begitu, kita tidak berjudi bukan?"
"Saya tak bisa menerima hadiah sebesar ini," kata Emily. "Bahkan,
kalau saya menerima pun, saya tak punya alat dan kemampuan untuk
mengurusnya dengan baik."
"Aku juga akan memberimu alat. Tiga desa di lembah ini dan lembah
berikutnya." "Tidak, saya tak bisa menerimanya. Tujuan saya ke sini adalah
menyebarkan firman Tuhan, bukan untuk mendapat keuntungan sendiri."
Genji menunjuk ke bukit kecil yang baru saja mereka lewati untuk
memasuki lembah. "Kamu bisa membangun gereja di sana. Bukankah itu
tujuanmu kemari?" "Saya pikir tanah untuk rumah misi kami ada di provinsi lain."
"Kamu juga dapat membangun gereja di sini. Aku janji, gerejamu
akan selalu penuh." Meski khawatir, Emily tak bisa menahan tawa. Genji akan menepati
janjinya dengan mengeluarkan perintah. Para pembawa pesan akan
berkuda ke desa-desa. Para petani akan berlutut, membungkuk ke tanah,
dan mendengarkan perintah junjungan mereka. Pada hari Minggu
setelahnya, mereka akan memenuhi gereja seperti yang diperintahkan.
Mereka akan mendengar khotbah terjemahan yang tak mereka mengerti.
PDF by Kang Zusi Ketika pembaptisan ditawarkan, setiap orang, pria, wanita, dan anak-anak
akan maju untuk menerimanya.
"Anda tak bisa memaksa orang untuk percaya, Tuanku. Mereka harus
melihat ke dalam hatinya dan menemukan kebenaran sendiri."
"Aku janji, aku akan datang ke gerejamu dan melihat ke dalam
hatiku." "Lord Genji," Emily tak tahu harus bilang apa lagi.
"Kau telah menyelamatkan hidupku. Kau harus memberiku
kesempatan untuk mengucapkan terima kasih dengan memberikan
sesuatu." "Belum tentu saya yang menyelamatkan hidup Anda, bahkan
mungkin Andalah yang menyelamatkan hidup saya. Tak seorang pun dari
kita berdua bisa bertahan tanpa dukungan yang lain."
"Kalau begitu, kamu juga harus memberikan sesuatu kepadaku. Aku
akan memberimu Lembah Apel ini. Apa yang akan kau berikan
kepadaku?" Emily harus bersandar ke batang pohon untuk menjaga agar tidak
jatuh. "Lembah Apel?"
"Itulah sebutan yang diberikan ibuku untuk tempat ini. Ringo-no-tani.
Lembah Apel." Genji masih tersenyum, tetapi ekspresi matanya berubah
sedih. "Ibuku berasal dari utara. Wilayah ayahnya terkenal dengan
apelnya. Ibu masih sangat muda ketika menikah, baru saja meninggalkan
masa kanak-kanaknya. Dia rindu ibunya dan saudara-saudara
perempuannya. Dia rindu teman-temannya. Dia rindu pohon-pohon apel
yang sering dia panjat saat masih kanak-kanak, dan apel yang dia petik
dan makan di cabangnya. Dia rindu rangkaian bunga apel yang dia
kenakan di kepalanya saat kecil. Ayahku membuka kebun ini untuknya
dengan harapan dapat meringankan kesedihan ibuku dan mungkin bahkan
suatu hari dapat memberikan kegembiraan baginya."
"Dan, apakah kebun ini membuat ibu Anda bahagia?"
"Dia bahagia ketika bibit-bibit apel ditanam. Dia bahkan menanam
beberapa bibit apel sendiri. Tetapi, dia tak pernah melihat bibitnya
menjadi pohon, berbunga, dan berbuah. Dia meninggal musim dingin di
PDF by Kang Zusi tahun yang sama, saat melahirkan. Bayinya, adik perempuanku, juga
meninggal." "Saya ikut menyesal."
"Hikayat mengatakan kebahagiaan dan duka adalah satu. Setiap kali
aku ke sini aku mengerti artinya."
Daun dan dahan menutupi pemandangan pegunungan di sekitarnya.
Bau Lautan Pasifik ditutupi oleh bau apel masak di pohon. Duduk di
cabang sebuah pohon, kakinya berayun di udara, Emily merasa
konsentrasinya buyar. Dia memandang ke bawah dan melihat Genji duduk
di atas kuda perangnya, dan Genjilah yang tidak cocok ada di sini, bukan
dirinya. Ketidakcocokan seorang samurai di kebun apelnya membuat
Emily tertawa. Dan tawanya membawanya kembali ke masa kini.
Kesadarannya akan masa kini membuatnya mulai menangis.
"Rumahku dulu bernama Lembah Apel," kata Emily. "Kini, satu lagi
Lembah Apel." Setelah beberapa saat hening, Genji berkata. "Kebun ini sudah
menjadi milikmu jauh sebelum kamu melihatnya."
"Untuk orang sebesar dia, Lady Emily ternyata cukup tangkas," kata
Taro. Dia dan Hide mengamati Emily memanjat pohon apel.
"Dia nggak sebesar itu kok," kata Hide. "Ketika dua orang bodoh itu
bunuh diri di depan kami, dia pingsan di pelukan junjungan kita. Dan
Lord Genji mampu menahannya dengan mudah. Proporsi tubuhnya
memang tidak seperti yang biasa kita lihat sehingga kita menilai ukuran
tubuhnya secara salah."
"Sekarang setelah aku tahu itu, kurasa kamu memang benar." Taro
berusaha keras untuk mendapatkan perspektif yang benar tentang ukuran
tubuh Emily. Lady Emily telah mewujudkan ramalan Lord Kiyori
sehingga tidak pantas jika dia masih melihatnya sebagai besar, tidak
proporsional, atau bahkan jelek. Kesetiaan terhadap junjungan menuntut
mereka untuk menempatkan wanita itu di tempat yang sebaik mungkin.
PDF by Kang Zusi "Bahkan, menurutku ada kehalusan seorang bangsawan dalam dirinya.
Dalam pandangan orang asing tentunya."
"Benar," kata Hide. "Aku sangat menyesal sekarang dengan
pandanganku yang salah tentangnya dulu. Tentunya, di tanah airnya, di
mana standar sesuatu didasarkan pada nilai-nilai yang berbeda, dia pasti
dianggap sebagai wanita cantik, sebagaimana Nona Heiko di sini."
Meskipun dia sudah berusaha, Taro tetap tidak dapat memaksa
Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dirinya untuk menyetujui pendapat temannya itu. Dia memang bisa
melihat daya tarik Emily di mata orang asing. Tetapi, menyatakan kecantikan Emily sebanding dengan Heiko" Apa yang dapat dia katakan"
Keahlian Taro adalah memainkan pedang dan busur, bukan kata-kata.
"Mungkin saja, kalau memang ada dasar untuk membandingkan
keduanya," Taro akhirnya berkata. "Nona Heiko adalah geisha dengan
status tertinggi, dan Lady Emily.
Dia berusaha keras menemukan kata-kata yang tepat. "Apakah di
negara Lady Emily juga ada geisha?"
"Setahuku tidak," kata Hide. Terlihat jelas kalau dia juga susah
menemukan kata-kata yang tepat. Alisnya berkerut menandakan dia
berpikir keras. "Setahuku juga begitu," kata Taro. "Kalau begitu, pantaskah
membandingkan Nona Heiko dan Lady Emily lewat pandangan yang
sama?" "Tidak pantas sama sekali," kata Hide, ekspresi lega tampak jelas di
wajahnya. "Sudah jelas tadi aku salah omong. Kekagumanku pada Lady
Emily membuatku bicara terlalu jauh. Tak akan menolong kalau kita
terlalu membesar-besarkan kebaikan Lady Emily."
"Benar, memang tak akan menolong," kata Taro. Antusiasme kembali
terdengar di suaranya. "Kebaikan Lady Emily sudah terlihat jelas. Tak
perlu dibesar-besarkan secara palsu."
"Lagi pula, seberapa penting sesuatu yang fana seperti kecantikan
fisik?" Hide menggeser percakapan ke arah yang lebih aman. "Yang
penting adalah kecantikan di dalam. Dan di bidang ini, kecantikan Lady
Emily tak bisa dikalahkan siapa pun."
PDF by Kang Zusi "Kamu jelas jelas baru saja menyatakan sebuah poin penting," kata
Taro yang juga lega dengan pergeseran arah percakapan. "Kecantikan
sejati ada di dalam diri."
Dua samurai itu tersenyum bahagia di atas kuda mereka dan menjaga
junjungan mereka serta Lady Emily Mereka telah berhasil memecahkan
sebuah masalah penting. Kini, mereka tahu bagaimana harus
mendudukkan seseorang yang penting yang tidak cocok dengan urutan
status sesuai tradisi. Heiko berkata, "Kau tidak menceritakan detail perjalanan kita kepada
Lord Genji?" Stark menjawab, "Dia tidak bertanya."
Mereka berdua duduk di kursi di dalam ruangan yang menghadap ke
taman dalam istana. Ruangan itu adalah salah satu ruangan yang
dilengkapi perabotan negara Barat khusus untuk keperluan Emily dan
Stark. Ruangan itu kini penuh sesak oleh enam kursi, empat meja, sebuah
sofa besar, meja tulis, dan dua lemari. Orang asing sangat berbeda dengan
orang Jepang. Apa yang mereka anggap bagus dianggap jelek oleh orang
Jepang dan begitu pula sebaliknya. Para pelayan Genji memegang
pendapat itu sebagai panduan. Dalam upaya membuat para tamu mereka
merasa nyaman, mereka melakukan kebalikan dari hal yang biasa mereka
lakukan untuk junjungan mereka. Jika ruangan Genji banyak tempat
kosong dan hanya sedikit perabotan, para tamu diberi banyak perabotan
hingga penuh sesak dan hanya sedikit ruang kosong. Para pelayan
berusaha sebaik mungkin untuk menciptakan lingkungan yang sebisa
mungkin membuat mereka merasa tak nyaman. Dalam hal ini, mereka
meraih sukses besar. "Aku bermaksud mengatakannya sendiri," kata Heiko, "hari ini."
"Rahasiamu masih menjadi rahasiamu," kata Stark. "Aku tak bilang
apa-apa." "Terima kasih kamu mau menjaga rahasia. Aku sangat
menghargainya. Orang biasanya susah menjaga rahasia. Tapi, aku tahu
kamu tak akan mengatakannya. Namun, pertempuran menembus barikade
PDF by Kang Zusi itu pada akhirnya akan terdengar oleh Lord Genji. Dia akan menyadari
yang sebenamya." "Apa itu akan menyebabkan masalah?"
"Ya, aku rasa akan menimbulkan masalah."
"Dia tak tahu tentang keahlianmu yang lain?"
"Tidak." "Mengapa kamu menggunakannya?" tanya Stark. "Kita bisa saja
menyelinap melewati barikade itu, dan jika kita gagal, aku bisa
menembusnya dengan pistolku. Pedang bukan tandingan bagi pistol."
"Aku tidak boleh menyebabkan nyawamu dalam risiko. Sebelum
meninggal, Kakek Lord Genji meramal bahwa seorang asing yang ditemui
Lord Genji pada Tahun Baru akan menyelamatkan hidupnya. Aku yakin
kau adalah orangnya."
"Jika memang aku orangnya, tidak akan terjadi apa-apa. Aku harus
hidup untuk melakukan apa yang telah diramalkan. Jika aku mati, berarti
aku bukan orang asing yang ditunggu-tunggu itu. Tak ada yang
dirugikan." "Ramalan tak bisa terwujud dengan sendirinya," IAa Heiko. "Tanpa
usaha keras dan tulus dari kita, hasilnya mungkin berbeda jauh dari yang
kita harapkan. Jika saja kau memang orang asing yang akan
iiienyelamatkan nyawa Lord Genji, tetapi terbunuh sebelum bisa
melakukannya, akan ada orang asing lain yang muncul. Tetapi, bukan
orang asing yang tepat. Memang, Lord Genji akan tetap hidup karena
ramalan mengatakan begitu. Tetapi, bisa saja dia cacat atau bahkan
koma." "Apa memang begitu caranya ramalan bekerja?" Kata Stark. Dia tak
percaya satu pun yang dikatakan Heiko, tetapi wanita itu ingin berbicara,
jadi dia mendengarkan. "Bagaimana ceritanya sehingga Kakek Lord Genji
bisa meramal?" "Beliau terlahir dengan bakat meramal. Dia mengalami banyak
pertanda selama hidupnya."
"Apakah dia selalu benar?"
"Ya." PDF by Kang Zusi "Lalu, mengapa dia tidak mengatakan kalau orang asing yang akan
menyelamatkan Genji adalah Emily?"
"Pertanda dan ramalan selalu tak lengkap. Meskipun jalan hidup
sudah ditulis dan ditakdirkan, perjalanannya secara terperinci tergantung
dari perbuatan kita di dunia. Karma masa lalu menentukan takdir hidup
kita dan karma masa kini menentukan hidup kita nanti."
"Karma?" "Mungkin artinya dalam bahasamu adalah nasib, tetapi nasib yang
terus berubah." "Nasib adalah nasib," kata Stark. "Itu sudah jelas. Tidak berubah.
Hanya kita tak tahu sebelum kita memasukinya atau hingga nasib itu
menghampiri kita." Kadang, jika Stark ada di dekat El Paso, dia berhenti di rumah bordil
Manual Cruz, yang punya selusin pelacur terbaik di Texas. Begitu
promosi pemiliknya. Stark tak pernah menemui lebih dari delapan pelacur
di tempat itu dan sejauh pengamatannya, mereka tak lebih baik dari para
pelacur lain di kota itu ataupun di negara bagian lain.
"Kebebasan berekspresi," kata Cruz. "Dekati seorang pria. Buat dia
merasa optimistis. Baik untuknya. Baik untuk bisnis."
"Apa itu kebebasan berekspresi?"
"Nak, kamu datang ke sini untuk mendapatkan pelajaran tentang
kerumitan penggunaan bahasa, atau untuk dibor, dilem, dan ditato?"
"Aku datang untuk meniduri seorang pelacur," kata Stark. "Bukan
untuk memperbaiki sesuatu."
"Tukang umpat dengan pikiran sempit rupanya," kata Ethan
menyindir Stark yang tidak mengerti arti dibor, dilem, dan ditato yang
berkonotasi jorok. Ethan adalah anak adopsi Cruz. Dia mengenakan
pistolnya rendah di paha seperti Stark. Suatu hari nanti, Ethan akan tahu
kalau dia adalah Matthew Stark, penembak jitu dengan reputasi besar, dan
menantangnya. Atau, dia akan tahu kalau dia dan Stark berkecimpung di
pekerjaan yang sama dan mengusulkan membentuk rekanan. Itu atau yang
lainnya. Tak lama lagi. PDF by Kang Zusi Cruz tertawa. "Langsung saja. Lihat baik-baik dan tentukan
pilihanmu." Stark tidak memilih rumah bordil Cruz karena kualitas barangnya
yang lebih superior. Dia pergi ke sana karena rumah bordil itu adalah
yang paling dekat dengan pinggir kota. Dia tak suka kota. Kota membuat
dadanya sesak dan tenggorokannya tersumbat. Dia tak akan pergi ke kota
kalau tak perlu sekali. Namun, lokasi rumah bordil Cruz yang di pinggir kota itu juga
membuat-nya jarang pergi ke sana. Stark tidak tahan bau busuk kandang
babi yang ada di sampingnya. Tetapi, mengenai masalah bau babi itu, dia
rupanya merupa-kan minoritas. Rumah bordil Cruz selalu ramai jika angin
bertiup dari kandang babi itu ke arah bar. Itu juga bukan masalah bagi
Stark. Satu hal yang paling tidak dia sukai di rumah bordil itu lebih dari
bau babi adalah sekerumunan orang mabuk. Karena itu, dia selalu
mengecek arah angina dahulu sebelum berkuda ke El Paso sehingga dia
tak perlu berurusan dengan bau babi ataupun para pemabuk itu.
Stark tidak sentimental. Dia tak punya pelacur favorit. Dia baru dua
puluh tahun dan telah membunuh tiga orang lagi dalam duel sejak dia
membunuh Jimmy So Fast, dan dia tak tahu apakah masih dapat hidup
hingga usia 21 tahun. Selama setahun ini, tak ada orang menantangnya,
tetapi dia tidak begitu bodoh dan rrienganggap sudah tak ada orang yang
akan menantangnya lagi. Stark memberi empat keping koin kepada Cruz
dan membawa pelacur terdekat dengannya ke atas.
Waktu itu, yang merupakan kedatangannya sebelum kedatangan
terakhir ke tempat Cruz, dia membawa Mary Anne.
Wanita itu tidak spesial, kecuali bahwa dia lebih tua daripada pelacur
lain, dan lebih tua daripada pelacur-pelacur yang pernah ditidurinya. Mary
Anne juga lebih sabar. Ketika Stark terlalu terburu-buru, wanita itu
dengan sabar membujuk dan memeluknya, menyuruhnya untuk istirahat
sebentar. Tidak apa-apa, Stark boleh mencoba lagi tanpa harus membayar
lagi kepada Cruz. Stark mengatakan kepadanya susah untuk menahan jika
dia pertama kali melakukannya setelah bepergian, dia jarang bersama
wanita, itulah alasannya. Mary Anne menyuruhnya diam dan terus
memeluknya hingga dia siap.
PDF by Kang Zusi Ketika selesai, Stark pasti tertidur, karena yang dia sadari kemudian
dia terbangun. Sebuah lentera menyala di meja. Mary Anne tertidur di
sebelahnya. Arah angin yang salah membuat tak banyak pelanggan yang
datang. Dan, Mary Anne tidak tergesa-gesa ingin kembali ke bawah dan
duduk di kursi keras di depan bar.
Stark ingin kencing. Dia berbalik untuk turun dari ranjang dan
melihat dua anak perempuan sedang memandanginya. Mereka berdiri di
samping ranjang. Anak yang kecil umurnya tak lebih dari empat atau lima
tahun, sedang memandanginya sambil mengisap jempol Sedangkan anak
yang lain, sekitar dua tahun lebih tua, melingkarkan lengannya di pundak
adikiiya. Stark dapat menduga mereka bersaudara dari kemiripan-nya.
Dan, dia tahu mereka anak siapa, dengan melihat kemiripan mereka
dengan sang ibu. Kain gorden yang digantungkan di sisi lain ruangan itu
dikembangkan ketika dia masuk ke kamar itu dengan Mary Anne.
Sekarang, kain itu ditarik ke samping dan Stark dapat melihat tempat tidur
kecil di sisi itu. "Halo," kata Stark. Bagaimana caranya dia bisa membujuk mereka
agar berpaling sehingga dia dapat mengenakan celananya"
"Kami tak tahu ada orang di sini," kata anak yang besar. "Sunyi sih."
"Aku segera pergi begitu aku mengenakan pakaian," kata Stark.
Anak perempuan yang kecil mengambil celana Stark dari kursi dan
memberikan celana itu kepadanya.
"Terima kasih."
"Sama-sama," jawab anak yang lebih besar mewakili adiknya.
Stark menolehkan kepalanya dan memandang Mary Anne, mengira
suara mereka akan membangunkannya. Tetapi tidak. Mary Anne tidur
sangat nyenyak. "Kami tadi tidur," kata anak yang besar, "tapi Louise bangun
kehausan, jadi aku akan mengantarkannya mengambil air minum."
"Kamu anak yang pintar," kata Stark, "sudah bisa menjaga adikmu."
"Kalau kami tidak tidur, kami juga diam," kata anak yang besar, "tak
ada orang tahu kami ada di sini. Kami diam seperti tikus, jadi ibu kami
dapat bekerja." "Kalian selalu sembunyi di belakang gorden itu?"
PDF by Kang Zusi "Tentu tidak, bodoh. Siang hari kami pergi ke rumah Nyonya
Crenshaw, kecuali Sabtu dan Minggu. Hari Minggu kami pergi ke
Sekolah Minggu." Anak itu memandang sudut tempat mereka sembunyi,
kembali memandang Stark dan terkikik. "Bagaimana mungkin kami
sembunyi di tempat kecil mungil itu setiap waktu?"
"Kenapa kalian tidak di rumah Nyonya Crenshaw sekarang?"
"Karena sekarang malam hari dan hari ini Sabtu." Kedua anak
perempuan itu terkikik. "Apa kamu nggak tahu hari ini hari apa?"
"Becky, Louise, kenapa kalian bangun?" Mary Anne dengan
mengantuk meng-angkat kepalanya dari bantal.
"Louise haus, Mama."
"Kalau begitu, ambilkan air untuk dia dan kembali tidur."
"Ya, Mama. Dadah, Tuan."
"Dah." Stark berdiri dan memakai celananya begitu kedua anak itu
keluar dari pintu. "Mereka tak turun ke bar di bawah kan?"
"Tentu saja. Airnya ada di sana."
"Kamu bisa saja menyimpan teko di kamar ini. Di dekat ranjang
mereka." "Mereka nggak mau." Mary Anne membalikkan badannya sehingga
telentang dan menarik selimut hingga ke lehernya, memandang Stark
memakai pakaian. "Menurut mereka, bau babi masuk ke dalam air di teko
dan membuatnya kotor."
Stark sebenarnya tak ingin mengatakan ini karena memang bukan
urusannya. Tetapi, dia mengatakannya juga. "Ini bukan tempat untuk
anak-anak." "Ini juga bukan tempat untukku," kata Mary Anne, "tetapi, di sinilah
mereka dan aku juga. Hal yang lebih buruk mungkin bisa terjadi. Cruz
membiarkan mereka bersamaku, dan tak seorang pun mengganggu
mereka. Itu patut disyukuri. Dia bilang dia tidak suka pederast dan dia
serius tentang itu."
"Apa itu pederast?"
"Orang yang suka memerkosa dan menyiksa anakanak."
PDF by Kang Zusi Stark ingat rumah yatim piatu dan ekspresi terkejut di wajah
pengawas saat Stark menghancurkan tengkoraknya dengan palu. "Aku
juga tak suka pederast."
"Kau tak perlu pergi. Anak-anak akan minum dan kembali tidur."
"Aku mendengar suara-suara," kata Stark, mendengar suara tawa dari
bar. "Pelanggan."
"Ada banyak gadis yang bisa melayani siapa pun yang di sana." Mary
Anne menarik napas panjang. "Aku malas kalau angin timur bertiup.
Udaranya sangat segar dan tak banyak tamu."
Stark mengambil empat keping uang dari sakunya dan meletakkannya
di meja dekat lampu. "Aku kan sudah bilang kamu tak usah bayar untuk yang kedua. Lagi
pula, sebenarnya itu yang pertama kali kamu benar-benar
menghitungnya." Wanita itu tersenyum kepadanya. Itu bukan jenis
senyum pelacur saat dia mengejekmu atau saat dia berusaha menipumu
untuk mendapatkan lebih banyak uang. Senyum itu adalah senyum yang
manis. "Aku akan ke Meksiko untuk bekerja di tambang," kata Stark.
Sebenarnya, dia mau menuju Missouri untuk merampok bank.
Menurutnya, perkataannya tadi akan membuat kesan yang baik sebelum
Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
wanita itu benar-benar tahu siapa dia. "Aku akan kembali musim semi
nanti." "Aku akan di sini," kata Mary Anne.
Itu adalah pertama kalinya Stark berbohong kepada seorang pelacur.
Sebelumnya, dia tak punya alasan untuk berbohong. Mengapa dia ingin
membuat kesan yang baik kepada Mary Anne" Apakah karena dia sudah
punya dua anak" Itu adalah alasan yang bodoh. Tak ada yang suci tentang
menjadi ibu. Ibunya sendiri, yang tak pernah dia ketahui identitasnya, tega
meninggalkannya di tangga sebuah gereja di Columbus, Ohio. Hanya
terbungkus selimut dan tak ada yang lainnya, dia bahkan tak memberinya
nama. Dia mendapat nama Matthew karena itu adalah nama rasul
selanjutnya yang tersedia di daftar. Dia tak tahu bagaimana dia mendapat
nama Stark. Dia tak punya hati untuk para ibu. Mungkin hanya karena
Mary Anne ramah dan punya senyum yang manis. Mungkin karena Becky
PDF by Kang Zusi dan Louise adalah anak-anak lucu yang seharusnya tak berada di rumah
bordil. Semua itu juga alasan yang bodoh. Stark tak pernah suka anak-anak, dia bahkan tak ingat masa kecilnya.
Itu adalah pertama kalinya dia berbohong kepada seorang pelacur dan
pertama kalinya pula dia berkata kepada seorang pelacur kalau dia akan
datang dan menemuinya lagi. Stark mengira itu adalah kebohongannya
yang kedua, setelah dia mengatakan kepada Mary Anne kalau dia akan ke
Meksiko untuk bekerja di tambang.
Tetapi, rupanya dia mengatakan hal yang sebenarnya ketika dia
berpikir bahwa dia berbohong untuk kedua kalinya waktu itu. Mary Anne,
Becky, dan Louise selalu ada dalam pikirannya sewaktu dia di Missouri.
Stark bahkan memikirkan mereka pada saat yang salah di sebuah bank di
Joplin. Hampir saja kepalanya hancur akibat tembakan senapan seorang
petani. Tetapi, senapan itu macet dan dia berhasil menembaknya di kaki.
Dia tak berhasil mendapatkan uang dan dia juga tak terbunuh. Para
pengejarnya dari Joplin masih mem-buntutinya ketika dia sampai di
perbatasan Texas. Orang-orang Missouri itu keras kepala juga. Dia gagal
merampok uang mereka dan tetap saja mereka mengejarnya hingga
melintasi dua negara bagian. Dalam perjalanan yang panjang itu, Stark
menetapkan sebuah keputusan. Dia memutuskan untuk mengunjungi
Mary Anne dan mencari tahu mengapa dia masih memikirkan tentang
wanita itu, Becky, dan Louise.
"Tahu kan apa maksudku?" kata Cruz ketika Stark masuk ke tempat
usahanya. "Kebebasan berekspresi membuat pria berpikiran optimistis.
Angin bertiup ke arah yang salah bagimu, tetapi semangatmu malah naik.
Kata-kataku berarti sangat dalam ketika aku hilang anak-anakku adalah
selusin pelacur terbaik di Texas."
"Di mana Mary Anne?" tanya Stark.
"Wah, wah, wah, tumben. Kamu ingin menemui pelacur tertentu,
ya?" "Di mana dia?" "Kau bilang musim semi." Mary Anne berdiri di anak tangga teratas.
"Sekarang masih musim dingin dan kamu sudah ada di sini. Apa
PDF by Kang Zusi tambangnya sudah kosong?" Dia tersenyum dengan senyumnya yang
lembut dan Stark tahu mengapa dia kembali. Dia jatuh cinta.
"Tambang apa?" kata Stark.
"Tambang yang di Meksiko."
Itulah susahnya bohong. Kamu harus ingat apa dustamu dan kepada
siapa kau katakan dusta itu. Lebih mudah mengatakan yang sebenarnya.
Dia akan jujur kepada Mary Anne segera setelah mereka bisa sendirian.
"Kau sibuk?" "Hanya menidurkan anak-anak. Mereka akan tidur tak lama lagi.
Naiklah." "Jangan semalaman," kata Cruz. Dia berlagak menarik napas dan
mengembuskan napasnya dengan suara dan isyarat. "Tak ada yang bisa
menandingi bau babi untuk meramaikan rumah bordil. Selusin pelacur
terbaik akan sibuk malam ini."
"Aku akan membayar untuk semalam," kata Stark. "Berapa?"
Mata Cruz menyempit, otaknya yang tergencet tengkorak berbekas
kapak sibuk menghitung. "Bukan hanya masalah di tempat tidur. Tetapi
juga, kerugian yang harus aku tanggung di bar kalau hanya ada kamu di
sana dan tak ada antrean yang naik."
"Sialan! Bilang saja berapa?"
"Sepuluh dolar Amerika."
Stark mengeluarkan kepingan dolar perak dari pelananya dan
menjatuhkannya di meja kartu di depan Cruz. Uang itu adalah sebagian
tabungannya dari usaha perampokannya di Missouri dahulu yang lebih
sukses dari yang terakhir.
"Demi Tuhan, Nak," kata Cruz mengecek setiap koin dan
menemukan kalau semuanya asli dan memuaskan. "Kau tak habis
merampok bank kan?" "Apa kau melihat poster buronan yang ada wajahku?"
"Belum sih." Stark naik ke atas ke kamar Mary Anne. Kedua anaknya sudah di
ranjang, tetapi belum tertidur. Suara-suara jorok terdengar dari dinding
kamar yang tipis. Tetapi, kedua anak itu kelihatannya tak peduli.
"Hai, Tuan," kata Becky. Seperti biasa, Louise diam saja.
PDF by Kang Zusi "Hai Becky. Hai Louise."
"Wah, kauingat nama kami."
"Tentu saja." "Siapa namamu?"
"Steve." "Hai, Steve." "Ayo Becky," kata Mary Anne, "kautahu tak sopan memanggil orang
dewasa dengan nama depannya. Kau harus memanggilnya Tuan .... Apa
nama akhirmu?" "Matthews." "Panggil dia Tuan Matthews."
"Hai, Tuan Matthews."
"Hai." "Selamat malam, Tuan Matthews."
"Selamat tidur."
Mary Anne menarik gorden yang memisahkan mereka.
"Kau tak perlu melakukan itu," kata Stark. Wanita itu memandang
aneh kepadanya. "Aku hanya mau bicara. Itu saja."
"Kau membayar sepuluh dolar untuk ngobrol semalaman?"
"Benar. Kamu tak keberatan kan?"
"Asal kamu tak punya niatan aneh."
"Aneh seperti apa?"
"Seperti ngomong jorok dan sengaja membiarkan anak-anak
mendengarmu. Juga, menyuruh mereka melihatmu meniduriku."
"Memang kaupikir aku ini lelaki macam apa?"
"Aku tak tahu," kata Mary Anne. "Kau ada di rumah bordil. Aku
seorang pelacur. Kau membayar sepuluh dolar dan kamu hanya mau
bicara. Wajar kalau aku bertanya-tanya."
"Aku cinta padamu," kata Stark. Kata-kata itu terucap tanpa terpikir.
Padahal, tadi dia bermaksud untuk menyatakannya dengan pelan-pelan.
Kini, semua sudah terlambat.
"Oh, jadi karena itu, ya?"
PDF by Kang Zusi Stark mengira Mary Anne akan bahagia mendengarnya atau
setidaknya terkejut, tetapi wanita itu malah terlihat kecewa dan sangat
lelah. Terluka, Stark berkata, "Kurasa kau sudah sering mendengar itu dari
para pengagummu." "Lebih sering dari yang kau bayangkan," kata Mary Anne. "Aku tak
menyebut mereka pengagumku. Hanya pria yang sedang merasa
sentimental dan terbawa angan-angan. Bukan aku yang mereka inginkan,
juga bukan Becky atau Louise. Mereka hanya menginginkan diri sendiri,
hanya dengan cara lain. Biasanya tak bertahan lama, dan mereka berubah
menjadi ketakutan dan kasar. Menyalahkanku atas semua hal yang tidak
sesuai dengan keinginan mereka.. Aku sudah pernah mengalaminya.
Percayalah, kau akan sadar suatu saat nanti."
Mary Anne mendekati ranjangnya dan mengangkat salah satu sudut
kasur. Dia mengambil segulungan uang yang tersimpan di sana. Wanita
itu mengambil setengahnya, dan meletakkan setengah lagi di bawah kasur.
Dia menarik tangan Stark dan meletakkan sepuluh dolar di situ. Lalu, dia
menutup gorden yang memisahkan ranjangnya dan ranjang kedua
anaknya, dan membimbing Stark untuk duduk di ranjangnya.
"Beberapa menit lagi, mereka akan tertidur. Lalu, kita akan
bersenang-senang dan kaubisa kembali ke Meksiko." Air mata yang
menggenang di kedua matanya tidak menghapuskan senyum Mary Anne.
"Kau baik sekali Steve. Benar-benar baik, tapi perasaanmu itu tak nyata.
Kamu masih terlalu muda untuk menyadarinya, tetapi suatu hari nanti kau
akan tahu." "Jangan katakan padaku tentang perasaanku," kata Stark. "Aku yang
akan mengatakan padamu." Dan, dia lalu bercerita.
Stark menceritakan kepada Mary Anne tentang panti asuhan, palu,
dan Elias Egan; tentang permainan kartu, pistol vulkanik yang macet, dan
Jimmy So Fast; tentang tiga penantang yang dia tembak mati. Dia
bercerita tentang bank-bank yang dia rampok di Missouri, tentang pos-pos
pertukaran di Kansas sebelum dia merampok bank di Missouri; tentang
kuda dan temak di Meksiko yang dia curi sebelum ke Kansas. Dia juga
PDF by Kang Zusi mengatakan kepadanya tentang uang yang dia tabung tanpa tahu alasan
mengapa dia menabungnya selama ini.
"Aku hampir tertembak di Joplin karena aku berdiri di sana dengan
pistol di tangan, memikirkan apa yang akan aku lakukan dengan uang
yang aku dapat. Tiba-tiba aku tahu apa yang ingin kulakukan dan aku
sangat terkejut sehingga aku tak melihat petani itu menembakku hingga
dia berusaha memperbaiki senapannya yang macet."
"Kau hanya memikirkan hal-hal manis yang dapat kaubeli jika kau
punya wanita yang dapat kau belikan barang-barang itu." Mary Anne
masih terlihat lelah, seperti seseorang yang terlalu sering mendengar
cerita yang sama. "Tidak," kata Stark, "aku memikirkan kalau aku ingin punya
peternakan di daerah perbukitan Texas. Beternak. Jika kita berpengalaman
mencuri mereka, memelihara mereka pasti juga tidak sulit, begitu pikirku.
Aku juga mau mem-bangun pondok yang membuat kita tak kedinginan di
musim dingin dan tak kepanasan di musim panas. Kau harus banyak
melewatkan waktu di udara terbuka. Itu menjadi penting untukmu."
"Kurasa juga begitu," kata Mary Anne.
"Aku berpikir tentang sebuah tempat yang aku lewati dua musim
panas lalu, di utara Ashville, dan aku tahu di mana akan membangun
pondok. Aku membayangkan pondok itu dan melihatmu di dalamnya,
memasak daging dari sapi yang kita pelihara, dan di luar aku melihat
Becky menjaga Louise di bawah keteduhan pohon ironwood. Kalau
mereka haus, mereka bisa mengambil air jernih dari sumur mereka
sendiri." Stark mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Mary
Anne. Masih tersenyum dan terlihat sedih, Mary Anne mencoba menarik
tanga,nnya. Stark berkata, "Kita tak perlu lagi melihat, mendengar, atau
membaui babi-babi sialan lagi."
Mary Anne berhenti menarik tangannya. Setelah itu, dia memandang
mata Stark lama sekali sebelum akhirnya dia merebahkan diri ke pelukan
lelaki itu. Keesokan paginya, Mary Anne berkata, "Ethan sangat cepat dengan
pistolnya. Kalau dia kembali nanti, dia pasti akan mengejar kita meskipun
PDF by Kang Zusi Cruz membiarkan kita pergi, walau aku yakin dia tak akan membiarkanku
pergi." "Cruz akan membiarkanmu pergi," kata Stark, "dan Ethan tak tahu ke
mana harus mengejar."
"Dia punya orang barbar yang badannya sebesar dua orang dari
Lautan Pasifik yang dapat melacak jejak seperti orang Indian."
"Jika mereka menemukan kita," kata Stark, "mereka pasti berharap
tidak mengejar kita."
"Oh" Memangnya kenapa" Kamu punya banyak teman di Texas, ya?"
"Apa kamu pemah dengar tentang Matthew Stark?"
"Siapa yang belum pernah dengar tentang dia?" Mary Anne
memandangnya dan berpikir. "Sekarang, aku ingat. Orang-orang bilang
dia adalah orang yang mengalahkan Jimmy So Fast, bukan kamu.
Pantasan ceritamu tadi rasanya sudah pernah kudengar."
"Akulah Matthew Stark."
Mary Anne tahu Matthew Stark adalah penembak tercepat di Texas
Barat, seorang pria bercodet, jahat, dan suka memukuli pelacur hingga
mati saat meniduri mereka. Dia mulai tertawa karena anak muda yang
tampan dan lembut ini berbohong kepadanya atau bahkan sudah gila.
Lalu, dia mulai menangis karena tahu dia dan anak-anaknya tidak akan
menuju kehidupan yang lebih baik, tidak mungkin dengan seorang
pembohong atau orang gila. Stark perlu satu jam penuh untuk meyakinkan
Mary Anne bahwa dirinya dan reputasinya berbeda jalan. Dia mengira
mengatakan siapa dirinya sebenarnya akan membuat Mary Anne merasa
lebih aman dan berhenti khawatir tentang Ethan. Tetapi, hal itu justru
hampir membuatnya kehilangan Mary Anne.
Stark menunggu hingga Mary Anne, Becky, dan Louise selesai
mengepak barang-barang mereka, yang jumlahnya tak banyak, ke dalam
koper tua yang harus diikat dengan tali. Lalu, Stark memeriksa kedua
pistolnya dan turun ke bawah.
"Hah, bagi orang yang menghabiskan malam di ranjang kau tidak
kelihatan bisa tidur nyenyak," kata Cruz menyambutnya.
"Kita perlu bicara bisnis." Stark duduk di depan Cruz di meja kartu.
Germo itu tepat berada di tempatnya semalam, tetapi sekarang dia sedang
PDF by Kang Zusi makan daging babi goreng dan tidak main kartu bersama tiga orang bodoh
seperti semalam. "Angin masih bertiup dari arah yang sama. Harganya masih sepuluh
dolar semalam." "Tidak ada malam lagi baginya," kata Stark. "Dia akan pergi."
"Tentu saja," kata Cruz, "kalau kamu punya lima ratus dolar.
Utangnya. Bayar, dan kamu bisa melakukan apa saja kepadanya. Dia akan
balik lagi tahu, segera setelah kaubisa mengeluarkan kepalamu dari pantat
dan sadar." Stark punya lebih dari lima ratus dolar. Tetapi, dia butuh uang untuk
membeli peternakan. "Aku kasih kau seratus."
Dia melihat Cruz melirik dan mengikuti lirikan itu. Dilihatnya
bartender keluar dari bar dengan senapan berlaras ganda. Stark
menjatuhkan diri ke kiri, ke arah Cruz, sementara meja kartu itu meledak
menjadi kepingan. Peluru pertama Stark, menembus bahu kanan bartender
itu dan peluru keduanya menembus paha kirinya. Sang bartender
menjatuhkan senapan dan terjatuh di lantai menekan lukanya yang menyemburkan darah dengan satu tangan yang masih berfungsi. Ketika
menengok ke arah Cruz, Stark melihat pria itu mengarahkan derringer
kepadanya. Stark menembaknya di wajah. Peluru kaliber 44 yang besar
menembus kepala Cruz dan mengoyak bekas luka berbentuk kapak di
tengkoraknya. Ada orang yang tak tahu kapan harus berhenti. Tetapi, Stark bukan
salah satu dari mereka. Sejak itu, dia tak pernah lagi merampok bank atau
mengunjungi rumah bordil lagi. Dia mengira tak akan membunuh orang
lagi. Dan mungkin itu memang benar, kalau saja dia tak diganggu.
Selama dia mengaku, Heiko meletakkan tangan di depannya dan
menundukkan kepala. Dia tak berani memandang wajah Genji. Apa yang
dipikirkan pria itu tentangnya bahwa wanita yang cantik dan ramah yang
mengklaim mencintainya ini tak lain adalah seorang pembunuh yang
Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menanti perintah untuk menghabisinya" Kesunyian yang mengikuti
setelah dia mengucapkan kata terakhir pengakuannya hampir tak
PDF by Kang Zusi tertahankan bagi Heiko. Hanya harga dirinyalah yang mencegahnya
menangis karena itu akan menjadi sebuah permintaan ampun yang tak
tahu malu. Heiko tak membiarkan setitik air mata pun jatuh. Genji akan
membunuhnya, atau sesuai dengan jiwanya yang lembut, Genji hanya
akan mengasingkan Heiko. Tak peduli apa pun tindakan Genji, hari ini
akan menjadi hari terakhir Heiko di dunia. Dia tak mau hidup tanpa pria
itu. Jika dia dibiarkan meninggalkan istana ini dalam keadaan hidup,
Heiko tahu apa yang akan dilakukannya.
Dia akan pergi ke Tanjung Muroto.
Enam ratus tahun lalu, Bangsawan Agung Akaoka yang pertama,
nenek moyang Genji Hironobu, memenangi pertempuran di hutan-hutan
di daerah itu dan menetapkan kedaulatan kekuasaannya. Sekarang, di sana
ada kuil Buddha kecil milik sebuah sekte Zen tak terkenal yang berdiri di
atas karang terjal tepat di atas laut. Sembilan ratus sembilan puluh sembilan anak tangga dibangun dari pantai yang terjal hingga ke kuil di
puncak karang. Dia akan menaiki anak-anak tangga itu dan berhenti di
setiap anak tangga untuk mengakui cinta abadinya kepada Genji. Dia akan
memohon kepada Amaterasu-o-mikami, sang Dewi Matahari agar
menyinari Genji dengan cahaya abadinya selama hidup Genji. Heiko akan
memohon kepada Kannon, Yang Penuh Kasih, untuk melihat ketulusan
dalam hatinya dan menyatukan mereka berdua di Sukhavati, Tanah
Murni, tempat semua penderitaan terhapuskan.
Sesampai di atas, Heiko akan berterima kasih kepada semua dewa
dan Buddha yang telah memberinya hidup selama sembilan belas tahun,
kepada mendiang kedua orangtuanya karena telah menghadirkan dirinya
ke dunia ini, kepada Kuma yang telah melindungi dan membesarkannya,
dan kepada Genji yang telah memberinya cinta yang tak pantas dia terima.
Lalu, dia akan terjun ke samudra, tanpa takut, tanpa sesal, tanpa air mata.
"Bagaimana caramu melakukannya?" Genji tiba-tiba berkata. .
"Tuanku?" Heiko masih tak berani mengangkat kepalanya.
"Pembunuhanku. Teknik apa yang akan kau gunakan?"
"Tuanku, hamba mohon, percayalah kepada hamba. Hamba tak
mungkin melakuk-an sesuatu yang dapat melukai Anda, bahkan sekecil
apa pun." PDF by Kang Zusi "Hide," panggil Genji.
Pintu langsung terbuka. "Ya, Tuanku." Wajah Hide tak menunjukkan apakah dia telah mendengar
percakapan antara Heiko dan Genji. Namun, tangannya waspada
memegang gagang pedang. "Minta Hanako untuk membawa sake."
"Ya, Tuan." Heiko tahu Hide tak akan pergi sendiri. Dia akan menyuruh Taro
yang di belakang pintu. Hide akan tetap berjaga di luar, siap menyerbu
masuk jika diperlukan. Dia tak akan meninggalkan junjungannya sendiri
di dalam ruangan bersama ninja wanita yang licik.
Genji pasti akan memberikan ritual minum untuk penyucian sebelum
dia menentukan hukuman. Kemurah-hatian Genji ini merobek hati Heiko.
Dia hampir-hampir tak dapat menahan air matanya.
"Kukira pasti kamu akan melakukannya di malam hari saat aku tidur.
Itu adalah cara yang paling baik."
Heiko tak mampu menjawab. Jika dia mengatakan satu patah kata
saja, dia pasti tak dapat menahan emosi lagi. Diam dan gemetar, dia tetap
menunduk "Tuanku." Suara Hanako terdengar dari balik pintu.
"Masuk." Mata Hanako merah dan bengkak. Dia membungkuk dan masuk
dengan nampan di tangannya. Di atas nampan terdapat sebotol sake dan
satu cangkir. Genji tentu saja tak akan minum dengan Heiko. Heiko akan
minum sendiri dengan penuh penyesalan dan siap menerima nasib.
Hanako membungkuk dalam kepada Genji. Lalu, dia berpaling dan
membungkuk dalam kepada Heiko. Sebuah isakan keluar dan
tenggorokannya dan bahunya gemetar. Hanako menangis tersedu.
"Nona Heiko," katanya dan menangis tersedu-sedan.
"Terima kasih mau menjadi temanku selama ini," kata Heiko. "Kita
berdua sama-sama yatim piatu, dan selama beberapa waktu nasib
membawa kita menjadi saudara."
PDF by Kang Zusi Tak bisa mengontrol dirinya lagi, Hanako berdiri dan lari keluar
sambil menangis. "Apa orang asing menangis sesering kita orang Jepang?" kata Genji.
"Aku tak yakin. Kalau memang mereka sering menangis seperti kita,
mereka pasti tak punya sains tapi punya kabuki seperti kita." Genji
memandang nampan yang dibawa Hanako. "Dia hanya membawa satu
cangkir: Apa yang dia pikirkan tadi" Oh, sudahlah."
Keheranan, Heiko melihat Genji mengambil cangkir itu dan
mengulurkannya agar diisi. Terpana, dia hanya bisa melongo memandang
Genji. Genji berkata, "Aku lebih suka panas daripada dingin, lebih enak
kan?" Tak tahu harus melakukan apa lagi, Heiko mengambil botol sake dari
nampan dan menuangkannya ke cangkir yang dipegang Genji. Genji
minum lalu menawarkan cangkir itu kepadanya.
"Tuanku," kata Heiko. Dia tak mengambil cangkir itu dari tangan
Genji. "Ya?" "Hamba tak boleh minum dari cangkir yang sama dengan Anda."
"Kenapa tidak?"
"Sang terhukum tak boleh menyentuh barang yang pernah menyentuh
bibir sang junjungan."
"Sang terhukum" Kamu ini bicara apa?" Genji menarik tangan Heiko
dan menaruh cangkir itu di tangannya.
"Tuanku," kata Heiko. "Hamba tak bisa. Kejahatan hamba akan
semakin besar." "Kejahatan apa?" kata Genji. "Apa aku mati" Apa aku cacat" Apakah
rahasiaku terdalam sudah kaubocorkan ke musuhku?"
"Hamba tidak mengakui identitas hamba yang sebenarnya kepada
Anda, Tuanku." Genji mengeluh. "Apa kaupikir aku begitu bodoh?"
"Tuanku?" "Geisha paling cantik di Edo memilih salah satu bangsawan agung
yang paling miskin sebagai kekasihnya. Dia melakukan itu karena aku
PDF by Kang Zusi sangat tampan, menawan, dan pintar. Tentu saja. Apa ada alasan yang
lain" Menurutmu, aku begitu bodoh sehingga tak pernah terpikir olehku
bahwa ada permainan di balik semua ini?"
Genji mengangkat botol sake. Heiko terpaksa mengulurkan cangkir.
"Aku tahu kau bekerja untuk si Mata Licik," kata Genji. "Tidak
mungkin ada alasan lain. Pria itu memang mendendam pada keluarga
Akaoka tanpa alasan jelas. Aku tahu, dan selama ini aku mengasumsikan
kamu tahu kalau aku tahu, dan tahu kalau aku tahu bahwa kau tahu. Lagi
pula, kita ini bukan anakanak atau orang asing. Kepalsuan dan penipuan
semacam ini sudah menjadi budaya kita. Seperti menyapa apa kabar. Kita
tak mungkin memulai percakapan tanpanya, bukan?"
Dengan isyarat, Genji menyuruh Heiko minum. Heiko terlalu terkejut
untuk menolak. Genji lalu mengambil cangkir dan Heiko menuangkan
sake untuknya. "Anda tak dapat membiarkan pengkhianatan saya," kata Heiko, "atau
membiarkan-nya. Para pengikut Anda akan kehilangan rasa hormat
terhadap Anda." "Apa aku pantas untuk dihukum?"
"Anda, Tuan" Tidak, tentu tidak. Anda tak melakukan kesalahan."
"Lalu, kenapa aku harus menghukum diriku sendiri?"
"Anda tidak usah menghukum diri sendiri. Hambalah yang harus
dihukum." "Benarkah" Baik. Coba beri saran."
"Bukan hak saya menentukan hukuman."
"Aku perintahkan kau untuk mengajukan saran."
Heiko membungkuk. "Hukuman penggal kepala atau pengusiran
adalah yang paling pantas, Tuan"
"Di satu sisi, kau adalah geisha dan kekasihku. Di sisi lain, kau
seorang ninja dan agen dari polisi rahasia Shogun. Bagaimana mungkin
mencapai kompromi" Kita hidup di dunia ketika kesetiaan selalu
menemui konflik. Bukan kemurni-an, melainkan keseimbangan yang
mampu kita capai yang menentukan karakter kita sebenarnya. Aku tidak
melihat kesalahan pada kita berdua. Karena itu, kita berdua diampuni."
"Tuanku, Anda tak boleh mengampuni begitu saja."
PDF by Kang Zusi Genji menggenggam kedua tangan Heiko. Heiko mencoba menarik
tangannya, tetapi Genji tak mau melepaskan. "Heiko, lihat aku." Heiko
tetap menunduk. "Hukuman yang kau usulkan akan menyebabkan
penderitaan yang tak tertahankan bagiku. Apa itu adil?" Heiko diam saja.
Akhimya, Genji melepaskan genggamannya.
"Rupanya cintamu padaku sangat lemah, kau pilih mati," kata Genji.
"Kuma dan hamba adalah orang terakhir yang hidup dari klan kami,"
kata Heiko. "Bagaimana mungkin hamba mengabaikan sumpah dan tetap
hidup" Itu artinya hamba mencemarkari nama Kuma seperti hamba
mencemarkan diri sendiri."
"Jika kaumati, aku tak punya kehidupan lagi, semua hanyalah
kepalsuan. Apakah aku harus menghukum diriku sekejam itu?"
"Tak ada lagi yang bisa kita lakukan. Itu adalah karma."
"Benarkah" Siapa saja di istana ini yang tahu tentang identitasmu
kecuali Stark?" "Setiap orang, sekarang. Berita buruk cepat tersebar."
"Kumaksud secara resmi."
"Hanya Anda, Tuanku.''
"Di situlah letak solusinya," kata Genji. Dia duduk merenung selama
beberapa saat. "Kau hanya berpura-pura bekerja untuk si Mata Licik.
Selama ini, kau selalu melaporkan kepadaku. Bahkan saat ini, kita
membuat rencana agar kau terus bisa memberikan informasi yang salah
kepada Kawakami, untuk menipunya. Ketika siap, kita akan membuat
jebakan dan menangkap dia melakukan kesalahan fatal."
"Itu adalah cerita yang sangat bodoh. Tak seorang pun akan percaya."
"Tidak perlu semua orang percaya. Biarkan mereka seolah-olah
mempercayainya seperti kita. Hide, Taro."
Pintu di kedua sisi ruangan terbuka. "Tuan."
Genji berkata, "Sudah waktunya aku membuka strategi rahasiaku
kepada kalian berdua. Masuk dan tutup pintu."
"Tuan." Ketika Genji selesai menceritakan rahasianya, Hide dan Taro
membungkuk dalam-dalam kepada Heiko.
PDF by Kang Zusi Taro berkata, "Kami sangat berterima kasih kepada Anda, Nona
Heiko, karena mau mengambil risiko dalam tugas yang sangat berbahaya.
Kemenangan yang akan kita capai sangat tergantung pada keberanian
Anda." Hide berkata, "Hamba berdoa kepada para dewa dan Buddha semoga
saya dapat mencontoh tindakan Anda meski hanya secuil."
Suara kedua samurai itu mantap dan tenang. Namun, air mata mereka
mengalir deras. Air mata yang mereka anggap tak ada.
"Mungkinkah ada samurai atau geisha tanpa kabuki?" kata Genji.
"Kita orang Jepang sangat suka melodrama, bukan?"
Ketika Heiko memandangnya, dia melihat air mata menggenang di
mata Genji, dan pemandangan itu membuat pertahanannya jebol.
"Genji," katanya dan Heiko tak bisa berkata-kata lagi karena air
matanya mengalir deras. 14. Sekigahara Kegagalan Kudo di pegunungan tidak mengejutkan Sohaku.
Dia berharap sekutunya itu mampu melenyapkan Shigeru. Dia
berharap, tetapi tak yakin itu bisa terjadi. Yang mengejutkan dirinya
adalah adanya ninja di pihak Genji. Dengan Kudo dan Saiki, dia
dahulu adalah satu dari tiga komandan utama pasukan Akaoka. Tak
ada ninja yang menjadi pengikut panji panah dan burung gereja.
Setidaknya, begitulah yang dia tahu. Apakah mungkin keberadaan
ninja itu diatur sedemikian rahasia sehingga dia sendiri pun tak tahu"
Mustahil. Kudo pasti akan tahu dan mengatakannya. Saiki pasti tahu
dan itu akan terlihat di wajahnya. Bahkan, orang secerdik Lord Kiyori
tak mungkin membodohi mereka bertiga. Dan, jika dia memang
merahasiakannya, perjanjian itu pasti bubar setelah kematiannya.
Perjanjian dengan ninja adalah perjanjian antar pribadi.
PDF by Kang Zusi Tidak mungkin Genji melakukan perjanjian dengan ninja sendiri.
Dia tak tahu di mana mencari mereka. Sake dan geisha adalah
dunianya, bukan mata-mata dan pembunuh. Dan, adakah ninja yang
mau memercayai kata-kata orang lemah dan suka berfoya-foya seperti
itu" Kecuali jika para ninja itu juga termakan oleh dongeng tentang
kekuatan ramalannya. Tidak, ninja sangat mempercayai realitas fundamental, mereka tak mudah diperdaya. Itu berarti hanya tinggal satu
kandidat dan itu membuatnya gelisah. Kawakami. Sudah bukan rahasia kalau ninja termasuk dalam pasukan polisi rahasia Shogun.
Apakah selama ini si Mata Licik itu telah berencana menghancurkan
Sohaku dan Kudo untuk melemahkan Genji" Mungkin dia tidak pernah menerima benar-benar persekutuan mereka. Kudo bisa saja mati
karena perangkap Kawakami di pegunungan. Namun, itu juga
sepertinya tidak mungkin. Bukan cara yang pintar. Cara yang pintar
kalau memang Kawakami mau mengkhianati mereka adalah
membiarkan Kudo membunuh Shigeru, meminta Sohaku membantu
menjebak Genji, lalu membunuh ketiganya pada saat yang sama.
Tak satu pun dari semua alternatif tadi masuk akal baginya.
Sohaku harus mendapatkan kejelasan dengan cepat atau tindakannya
tidak akan memberikan hasil yang dia harapkan. Dan, dia juga harus
cepat menentukan apa yang akan dia lakukan. Pasukannya kurang dari
delapan puluh orang. Pengikutnya di Akaoka mungkin sudah mati atau
memutuskan tidak mengikutinya lagi. Hingga dia tahu apa niat
Kawakami selanjutnya, dia tak mungkin mengambil risiko kembali ke
Edo. Di sana dia mungkin tidak mendapat perlindungan, tetapi
penahanan dan interogasi.
Setidaknya, keluarganya aman. Ketika dia menjadi Rahib Kepala
Kuil Mushindo, keluarga Sohaku pindah ke daerah mertuanya di
Kyushu, pulau paling selatan dari empat pulau utama Jepang. Karena
itu, mereka tak mungkin dicapai oleh Shigeru.
Mengabaikan semua harapan dan ketakutan, Sohaku perlu
menemukan ketenangan dalam inti dirinya. Saat itulah, jalan keluar
akan muncul dengan sendirinya. Hanya ada satu tempat untuknya.
Kuil Mushindo. PDF by Kang Zusi Dengan muram, Kawakami mengintip dari teleskopnya ke arah
armada kapal Inggris dan Prancis yang membuang sauh di Teluk Edo.
Keangkuhan seperti itu tak dapat diterima. Beberapa waktu lalu,
mereka membombardir kota. Sekarang, mereka diam di sana seakanakan tak terjadi sesuatu. Bahkan, lebih buruk dari itu, mereka bersikap
seakan-akan mereka bukanlah pihak yang salah.
Beberapa benteng bangsawan di selatan telah menembaki kapal
saudagar asing di Selat Kuroshima. Sebagai balasan, armada Inggris
dan Prancis mengebom benteng-benteng itu hingga hancur lalu menuju
Edo untuk merusak istana para bangsawan yang telah menembaki
Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kapal mereka. Namun, sasaran mereka sesempit pemahaman mereka
sehingga para orang asing itu membombardir distrik Tsukiji tanpa
pandang bulu. Tetapi, mereka tak mau minta maaf, bahkan meminta
pembayaran untuk mengganti kerugian yang diderita kapal dagang
mereka, permintaan maaf resmi dari bangsawan bersangkutan dan janji
dari Shogun bahwa tindakan seperti itu tak akan terulang.
Meskipun berita ini mengganggu, tidak seburuk berita yang dia
terima dari medan pertempuran. Ketika angkatan laut Inggris mendarat
di pantai, keberanian para samurai di benteng-benteng Kuroshima
menguap. Berhadapan dengan pasukan berdisiplin tinggi, senapan, dan
artileri, mereka lari ketakutan. Padahal, enam ratus tahun lalu, nenek
moyang mereka dengan gagah berani melawan dan mengalahkan
pasukan Mongol pimpinan Kubilai Khan. Sekarang, mereka lari tanpa
berusaha melawan. Hari yang memalukan bagi sejarah bangsa
pejuang, seperti Jepang. Shogun juga belum bisa menentukan respons yang pantas.
Beberapa orang radikal mengusulkan deklarasi perang terhadap orang
asing, tak peduli siapa pun mereka. Yang lain, ketakutan tetapi juga ,
tak rasional, meminta Shogun menuruti saja keinginan para orang
asing itu. Diperlukan konsensus agar pemerintahan tetap bersatu.
Untuk mencapai konsensus itu, Shogun mengambil langkah tak terduga. Bukannya menentukan keputusan dan memproklamasikannya,
PDF by Kang Zusi dia malah meng-undang semua bangsawan agung termasuk mereka
yang bukan sekutunya untuk datang ke Edo, bertemu di Dewan
Pemerintahan dan merundingkan jawaban. Dengan kata lain, Shogun
menawarkan pembagian kekuasaan dengan musuh bebuyutannya,
klan-klan terusir yang sejak Sekigahara telah menunggu untuk membalas dendam pada klan Tokugawa. Tahap rekonsiliasi bersejarah akan
terjadi. Kemungkinan bahwa rekonsiliasi itu mungkin terjadi membuat
Kawakami muak. Itu artinya akhir dari rencana yang telah dia susun
hati-hati untuk menghancurkan klan Okumichi. Lebih buruk lagi, pada
masa serba tak pasti ini, reputasi mereka yang dikatakan mampu
meramal memungkinkan mereka mendapatkan kedudukan lebih tinggi
yang tidak sepantasnya karena publik memercayai mitos itu.
Kawakami dapat membayang-kannya.
Genji akan ikut konferensi itu. Dia akan menceletukkan sebuah
komentar iseng yang dianggap sebagai nasihat serius oleh Shogun.
Tindakan akan dilakukan. Dengan adanya kebetulan seperti yang
sering dialami para Bangsawan Agung Akaoka, hasilnya akan lebih
baik dari yang dibayangkan orang. Shogun dalam posisinya yang
lemah dan bergantung pada setiap harapan yang mungkin muncul, lalu
akan mengangkat Genji sebagai salah satu penasihatnya. Kawakami
tak perlu kemampuan meramal untuk mengetahui masa depannya
setelah itu terjadi. Genji yang mendendam kepadanya akan mencari
cara untuk memaksa Shogun memerintahkan Kawakami untuk
melakukan ritual hukuman bunuh diri. Kawakami telah melayani
Shogun selama hidupnya. Tetapi, jika junjungannya itu harus memilih
tentu saja dia memilih Genji. Jika dia percaya seperti apa yang
dipercayai Shogun, Kawakami akan melakukan hal yang sama. Kepala
polisi rahasia gampang dicari, tetapi orang dengan kemampuan meramal itu lain lagi. Benar-benar nasib sial.
Tetapi, tunggu. Tak satu pun dari peristiwa ini sudah terjadi. Dan,
semua itu takkan terjadi jika Genji tak pernah mencapai Edo.
Kawakami punya satu kesempatan terakhir. Namun, kali ini sifatnya
tak resmi karena Genji bukan lagi seorang buronan, dan dia tak pernah
PDF by Kang Zusi menjadi buronan karena keputusan Shogun untuk menunda Undangundang Kediaman Alternatif yang berlaku mundur. Tetapi, negara ini
sekarang dalam keadaan kacau dan hal-hal yang tak diharapkan bisa
saja terjadi pada masa ini.
Sohaku telah memberi kabar kepadanya kalau dia sementara
menenangkan diri di Kuil Mushindo. Awalnya kabar ini
menjengkelkan Kawakami, tetapi sekarang dia melihatnya sebagai
perkembangan yang menguntuhgkan. Dalam perjalanannya menuju
Edo, Genji akan melewati jalan antara Mushindo dan Desa Yamanaka.
Kawakami bermaksud berada di desa itu di waktu yang tepat dengan
para pengikut pribadinya yang berjumlah sekitar enam ratus orang.
Semuanya dipersenjatai senapan Napoleon dan mahir menggunakannya. Ya, semuanya telah dipertimbangkan. Situasinya tak
harus berubah ke arah yang kurang menyenangkan.
Satu hal yang masih mengganggu, meski sepele, adalah hilangnya
asistennya, Mukai. Kawakami telah mengirim tiga utusan ke wilayah
si bodoh itu di daerah utara. Tak seorang pun dari ketiga utusan itu
kembali. Ini aneh, sangat aneh. Apakah ada kondisi darurat di rumah
tangganya yang memaksa Mukai pergi, dan urusan itu menyita seluruh
waktunya hingga dia tak sempat menjawab Kawakami" Kawakami
ingat istri Mukai, yang sempat dia temui beberapa kali dalam acaraacara sosial. Wanita itu sama membosankannya dengan sang suami.
Hal yang sama juga bisa dikatakan pada dua selir Mukai. Mereka
kelihatannya ada untuk memenuhi kepantasan bahwa seorang bangsawan, meski tingkatannya rendah, seperti Mukai setidaknya harus
punya dua selir. Tidak mungkin membayangkan ada cinta menggebu
antara Mukai dan para selirnya.
Cepat atau lambat, Kawakami yakin Mukai akan muncul dengan
alasan yang rasional dan membosankan atas tindakannya pergi begitu
saja. Mungkin dengan bodohnya dia telah menginterpretasikan izin
Shogun untuk meninggalkan Edo sebagai sebuah perintah kepada para
bangsawan untuk meninggalkan Edo. Seperti itulah keputusan yang
mungkin diambil Mukai tanpa adanya Kawakami yang memberinya
perintah. PDF by Kang Zusi Kawakami mengabaikan kekhawatirannya. Lebih banyak masalah
penting yang harus dipikirkan. Mata-matanya masih mengawasi
Akaoka. Heiko masih seranjang dengan Genji. Kesempatannya akan
segera datang. "Satu, hamba sangat menentang perjalanan ini," kata Saiki. "Dua,
jika perjalanan ini memang harus dilakukan, hamba mengusulkan agar
Anda membawa pasukan. Setidaknya seribu orang. Dua ribu akan
lebih baik. Tiga, hamba meminta agar Anda bepergian dengan salah
seorang bangsawan lain, utamanya yang dianggap netral oleh kedua
pihak. Ini akan mengurangi risiko penyergapan di tengah jalan."
"Terima kasih atas perhatianmu yang tulus," kata Genji. "Kalau
dalam situasi berbeda, bahayanya memang sebesar yang kau
khawatirkan. Tapi, aku ke Edo atas undangan Shogun. Itu sudah
menjamin perjalanan yang aman."
"Sepuluh tahun lalu, itu mungkin benar," kata Shigeru. "Tapi,
sekarang Shogun tak lagi menguasai negara ini sepenuhnya. Orang
asing dengan bebas menghancurkan ibu kotanya. Semakin sering para
bangsawan sekutunya dan bangsawan bukan sekutunya mengabaikan
perintahnya seenak sendiri. Di berbagai wilayah, kekuasaan para
Bangsawan Agung sendiri juga tidak stabil. Saiki benar. Kamu jangan
pergi." Genji berpaling kepada Hide "Bagaimana menurutmu?"
"Apakah sebaiknya Anda pergi atau tidak saya tak kuasa
memutuskan, Tuan. Tetapi, jika Anda memutuskan untuk pergi, hamba
setuju dengan Lord Saiki. Anda harus membawa pasukan. Setidaknya
seribu orang, jika Anda tak mau lebih dari itu."
Genji menggeleng. "Jika aku pergi ke Edo dengan seribu pasukan,
Shogun akan melihatnya sebagai upaya agresi."
"Beri tahu Shogun sebelumnya," kata Saiki. "Katakan Anda akan
menempatkan pasukan jauh di luar kota, tetapi dekat dengan dataran
Kanto, jika Shogun menginginkan mereka bergabung dengan pasukannya melawan para orang asing. Kita bisa menggunakan Kuil Mushindo
sebagai markas." PDF by Kang Zusi "Kita memang akan berhenti di sana nanti," kata Genji. "Emily
ingin mengecek pembangunan rumah misi. Apakah kautahu tentang
pembangunan rumah misi di sana?"
"Tidak, Tuanku." Saiki berusaha menahan kekesalannya. Dia
sangat berterima kasih kepada Lady Emily karena telah
menyelamatkan nyawa junjungannya. Tetapi menurutnya, tak bisa
ditoleransi jika keinginan Emily melihat pem-bangunan rumah misi
mengganggu diskusi yang serius ini. "Apakah Anda bermaksud
mengizinkan Lady Emily ikut Anda ke Edo?"
"Ya." "Kalau begitu, hamba harus menambahkan saran yang keempat,"
kata Saiki. "Empat, saya sangat tidak setuju jika Lady Emily ikut."
"Istana Bangau yang Tenang sedang dibangun lagi," kata Genji.
"Emily harus mengawasi pembangunan beberapa gedung. Dia tak bisa
melakukan itu jika dia tak ikut ke Edo."
Saiki menggertakkan giginya. "Apakah arsitektur salah satu bakat
Lady Emily?" "Tidak. Tapi, para arsitek kita butuh nasihatnya mengenai
pembangunan kapel." "Kapel?" "Aku sudah memerintahkan agar gereja Kristen kecil dibangun di
Istana Bangau yang Tenang yang baru."
"Apa?" Saiki sangat terkejut.
Shigeru tertawa, dan mengejutkan semua orang, karena dia sangat
jarang tertawa. "Kenapa bingung, Saiki" Seribu tahun lalu, Buddha
juga agama orang asing yang dibawa oleh misionaris Cina dan Korea.
Sekarang, Buddha dianggap agama ash Jepang. Seribu tahun setelah
ini, hal yang sama bisa juga dikatakan pada agama Kristen yang
dibawa para orang asing ini."
Saiki berkata, "Hamba tak tahu kalau Anda orang yang optimistis,
Tuanku." "Aku belajar dari keponakanku."
"Menurut Anda, boleh-boleh saja membawa wanita dalam
perjalanan yang berbahaya ini?"
PDF by Kang Zusi "Bukan seorang wanita saja," kata Shigeru. "Beberapa orang.
Nona Heiko dan Hanako juga akan ikut."
Saiki menahan diri untuk tidak mengutarakan kekhawatiran lagi.
Dia hanya berkata, "Saran hamba yang kelima adalah agar kita
merencanakan perjalanan ini dengan keseriusan."
"Heiko merindukan Edo," kata Genji, "dan Hide tidak boleh
dihalangi dari berbagai kesempatan yang memungkinkan dia
mendapatkan ahli waris."
"Ancaman yang paling berbahaya belum berlalu," kata Saiki, tidak
bereaksi terhadap penjelasan Genji yang main-main. "Ancaman itu
masih ada di depan kita."
"Dan ketika bahaya itu datang, kita akan menghadapinya," kata
Genji. "Sebelum itu terjadi, kita tidak perlu memperturutkan
kekhawatiran yang berlebihan."
Saiki membungkuk. Betapa ironis, mereka berhasil melewati
bahaya yang baru saja terjadi, tetapi harus mati dalam perjalanan bisaa
ke Edo. Begitulah karma kan kepada karmalah dia sekarang
membungkuk seperti dia membungkuk kepada junjungannya. "Hamba
mendengar dan patuh, Tuanku."
"Terima kasih, Saiki."
"Berapa banyak orang yang harus saya siapkan?"
"Oh, sekitar dua puluh atau tiga puluh sudah cukup. Kita tak akan
lama di Edo." "Mata-mata kita melaporkan Sohaku ada di Mushindo," kata Hide.
"Jika dia masih bersekutu dengan Kawakami, seribu pasukan seperti
yang disarankan Lord Saiki mungkin perlu dipertimbangkan."
"Mushindo akan bersih, sebelum Genji sampai di sana," kata
Shigeru. "Pengkhianat tanpa nama itu tak lama lagi hanya akan bisa
bersekutu dengan setan."
"Aku hampir tak bisa memercayai mataku," kata Emily. "Pertamatama kebun apel. Sekarang ini."
PDF by Kang Zusi Dia dan Stark berdiri di tengah-tengah lautan mawar musim
dingin. Mawar-mawar ini berwarnawami mulai dari putih yang seputih
salju hingga merah darah, dan juga ada berbagai warna perpaduan
merah jambu, mulai yang paling terang hingga gelap.
Stark berkata, "Taman ini pantas mendapatkan namanya yang
terkenal." Emily memandang Stark dan bertanya kepadanya.
"Heiko berkata padaku nama lain dari kastel ini adalah Kastel
Lautan Mawar." "Kastel Lautan Mawar," kata Emily "Awan Burung Gereja.
Nama-nama puitis yang digunakan untuk mendeskripsikan benteng
yang sayangnya dibangun untuk perang."
"Perang adalah puisi bagi samurai," kata Stark.
"Wah, Matthew, rupanya kau mendapatkan banyak pemahaman
tentang samurai selama perjalananmu dengan Heiko."
"Kami punya kesempatan untuk berbicara," kata Stark. Lalu, dia
menutup mulutnya. Lebih baik dia tak mengatakan apa-apa. Heiko
berkata dia akan mengatakan semuanya kepada Genji. Mungkin dia
melakukannya dan mungkin tidak. Itu masalah Heiko, bukan
masalahnya. Mereka berdua dibimbing Hanako ke kebun mawar setelah Emily
mengutarakan keinginannya untuk berjalan-jalan di luar. Kamarnya
yang penuh sesak oleh kursi, meja, dan lampu membuatnya seakan
mengidap klaustrofobia, ruangan duduknya dan Stark juga tak lebih
baik. Para pelayan mengeluarkan sofa aneh dari ruangan duduk
sebagai tempat duduk mereka di kebun mawar itu. Emily
mengingatkan dirinya untuk mengatakan kepada Lord Genji tentang
perabot untuk luar rumah. Pria itu kelihatannya bersemangat untuk
belajar sebanyak mungkin tentang peradaban Amerika, juga bahasanya. "Heiko kelihatan sangat lembut," kata Emily. "Serba kekurangan
di alam liar pasti sangat tidak nyaman baginya."
"Dia baik-baik saja." Stark mencoba mengalihkan arah
pembicaraan. "Kau dan Lord Genji menghadapi petualangan yang
PDF by Kang Zusi lebih menegangkan dari kami. Jika kabar burung itu memang benar,
kau adalah malaikat yang mewujudkan keajaiban untuk menyelamatkan hidupnya."
Emily melengos dan memfokuskan pandangannya pada kuntum
mawar. Dia ber-harap Stark tidak melihat wajahnya yang memerah.
"Begitulah kabar burung. Kautahu bagaimana. Seseorang yang tak
tahu apa-apa mengatakan sesuatu, dan terus dibumbui hingga
berkembang." "Heiko kelihatannya bukan orang yang suka bergosip. Dia berkata
Lord Shigeru menemukan kalian di rumah salju yang kau bangun. Apa
kamu benarbenar mem-bangun rumah salju?"
"Itu hanya tempat bernaung yang aku buat dari cabang pohon dan
ditutupi salju yang turun."
"Heiko juga berkata, Lord Genji mengatakan engkau menjaga
agar diri kalian tetap hangat dengan pengetahuan yang kau pelajari
dengan Eskimo." "Aku belum pernah bertemu orang Eskimo selama hidupku," kata
Emily setenang mungkin. "Aku juga berpikir begitu," kata Stark. "Heiko pasti salah paham
terhadap per-kataan Genji. Atau, aku yang salah paham. Jadi,
bagaimana kau melakukannya?"
Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Melakukan apa?"
"Bertahan hidup. Kalian tersesat selama hampir dua hari di badai
salju. Kamu pasti melakukan sesuatu untuk mencegah kalian
membeku, bukan?" "Tempat bernaung yang kubangun melindu
ngi kami dari angin,"
kata Emily. Dia tak bisa bohong, dan dia pun tak bisa mengatakan
yang sebenarnya. Itu akan lebih memalukan. "Meskipun dinding yang
melindungi kami terbuat dari salju, tetap saja itu dinding. Dinding itu
memisahkan kami dari cuaca dingin sehingga di dalam lebih hangat
daripada di luar." "Bagus juga aku tahu itu," kata Stark. "Kalau-kalau nanti kita
terjebak pada situasi yang sama."
PDF by Kang Zusi "Aku yakin kita tak akan menghadapi itu," kata Emily. Dia
mengelus sekuntum mawar merah. "Aku ingin tahu, jenis mawar apa
ini?" Terdengar suara Genji, "American Beauty"
Emily berpaling dan melihat Genji berdiri tak jauh dari tempat
mereka. Senyum di wajahnya menunjukkan kepada Emily kalau Genji
sudah berdiri di situ cukup lama untuk mendengar setidaknya beberapa
patah kata percakapannya dengan Stark tadi.
Melihat ketidaksukaan di wajah Emily, Genji langsung mengubah
ekspresinya menjadi lebih serius. Dia mendekati kuntum mawar yang
baru saja dibelai Emily, menghunus pedang pendeknya;-dan
menyabetkan pedang itu dengan ringan ke tangkai mawar. Kuntum
mawar itu terpisah dari batangnya dan jatuh ke tangan Genji. Dengan
lincah, Genji menghilangkan duri-duri di tangkai mawar dengan
pedangnya. Dia lalu membungkuk dan mengulurkan mawar itu kepada Emily
"Terima kasih, Tuanku."
"Nama yang aneh untuk bunga Jepang," kata Stark.
"Itu hanya nama di istana ini saja," kata Genji. "Salah satu nenek
moyangku mengalami sebuah ". Genji akan berkata pertanda.
Namun, ingat betapa istilah itu sangat mengganggu Emily
menggantinya dengan mimpi. Keesokan paginya, dia memerintahkan
agar kuntum mawar yang paling indah yang mekar di kastel ini
dinamai American Beauty"
Emily merasa penjelasan Genji terdengar seperti cerita tentang
sebuah pertanda. Tetapi, rasa ingin tahunya lebih menguasai.
"Apa yang diimpikan nenek moyang Anda?"
"Dia tak pemah menceritakan dengan pasti. Hari itu, dia dan
pasukannya bergabung dengan pasukan dari klan Takeda. Dia bersama
mereka ketika pasukan gabungan itu menyerang pagar barikade di
Nagashino, mungkin itu menjadi salah satu serangan kavaleri paling
terkenal di sejarah bangsa kami. Dia meninggal dalam badai peluru
yang ditembakkan oleh senapan musuh, bersama ribuan prajurit berPDF by Kang Zusi kuda lainnya. Sejak itu tak ada lagi orang yang mencoba melakukan
serangan yang sama."
"Mimpinya membuatnya bertindak sebodoh itu?"
"Ya. Sebelum menyerang, dia mengatakan kepada para
pengikutnya agar tidak takut. Kedatangan American Beauty di Kastel
Awan Burung Gereja menandakan kemenangan besar bagi klan.
Menurutnya, mimpi yang dialaminya menjamin ke-menangan itu."
Sebelum bisa menahan diri, Emily berkata, "Itu gila." Begitu kata
itu terucap, Emily berharap dia dapat menahan lidahnya. "Maafkan
saya, Tuanku. Saya salah bicara."
Genji tertawa. "Nenek moyangku itu berusaha memaksakan
realitas agar sesuai dengan mimpinya. Orang gila memang sering
begitu. Sayangnya, ini sering terjadi di keluarga kami, seperti juga
kebisaaan menginterpretasikan mimpi secara salah. Karena itu,
penerusnya menceritakan peristiwa itu sebagai peringatan."
"Itu sangat bijak," kata Emily, mencoba memperbaiki kesalahan
katanya dengan pujian. "Dan akan menjadi lebih bijaksana kalau saja nenek moyangku itu
mengingat-nya sendiri," kata Genji. "Mimpi-mimpinya sendiri
meyakinkan dirinya untuk memilih melawan Tokugawa saat perang.
Sekigahara. Dia terbunuh, klan kami hampir hancur, dan beginilah
kami sekarang, menjadi musuh Shogun yang paling tak dipercaya."
Emily merasakan simpati sekaligus ketidaksetujuan. Konflik batin
itu memuncul-kan ekspresi ketidaksetujuan di wajahnya. Dia berkata,
"Peristiwa yang Anda ceritakan itu menunjukkan hikmah bahwa
mimpi harus dianggap sebagai mimpi saja. Tertulis dalam Injil.
Ramalan tidak diperuntukkan bagi mereka yang tidak percaya, tetapi
untuk mereka yang percaya."'
"Mungkin. Itu tidak menggangguku. Aku tidak sering bermimpi
seperti para pen-dahuluku."
Saat lidahnya, bibir, paru-paru, dan laringnya membentuk katakata ini, dunia di sekitarnya mengabur dan Genji menemukan dirinya
ada di tempat lain. PDF by Kang Zusi Angin sepoi menyejukkan kulitnya yang terasa panas.
Bunga putih memenuhi cabang-cabang di atasnya dan memenuhi
udara dengan keharumannya.
Bunga-bunga di Lembah Apel sedang mekar.
Pasti sedang musim semi. Keindahan di sekitarnya membuat dadanya sesak dan air mata
menggenang di matanya. Genji merasa bahagia, tetapi konflik emosi
seperti apa ini yang dia rasakan" Dia tak yakin. Mungkin Genji
mengetahui masa depan, tetapi pertanda ini tidak dia ketahui. Seperti
pengalaman yang dia alami pertama kali, Genji merasa ini adalah
dirinya di masa depan. Tangannya yang memegang kekang kuda,
terletak di ujung pelana, tak jauh beda dengan tangan yang baru saja
memberikan mawar kepada Emily. Jika hari ini di masa depan, pasti
hari ini tak begitu jauh, karena dia belum terlihat tua.
Genji membiarkan kudanya pergi sesukanya. Dia tak punya
tujuan. Dia menunggu. Untuk apa" Rasa tak sabar membuatnya turun
dari kuda. Dia mondar-mandir. Memandang ke atas, Genji melihat
cabang pohon tempat Emily duduk saat dia memberikan Lembah Apel
kepadanya. Heiko mengaku kepadanya hari yang sama. Dia
memikirkan kedua wanita itu dan tersenyum.
Geisha cantik yang tahu lebih dari yang seharusnya. Orang asing
naif yang hanya tahu apa yang ingin dia ketahui.
Genji memikirkan mereka berdua dan sekah lagi diingatkan akan
keterbatasan pertanda ramalan.
Genji merasakan getaran tanah sebelum dia mendengar derap kaki
kuda yang berlari kencang. Ketika dia melihat bukit kecil di ujung
lembah, dia melihat sebuah bangunan beratap tinggi dengan menara
berisi bel. Di atas menara itu, terdapat salib putih Kristen. Hide
memacu kudanya melewati gereja Emily dengan kecepatan penuh.
Tanpa menunggu, Hide sampai dan menyampaikan pesan, Genji
melompat ke atas kudanya dan memacunya menuju Kastel Awan
Burung Gereja. PDF by Kang Zusi Para pelayan berkumpul di halaman dalam. Mereka membungkuk
menyambutnya. Genji berjalan tergesa-gesa menuju istana. Di ujung
koridor, dia mendengar tangisan bayi baru lahir datang dari kamamya.
Dia segera mengarahkan langkah ke sana.
Seorang dayang menunjukkan bayi itu kepadanya. Tetapi, yang
menjadi perhatian Genji adalah ibunya, bukan anaknya. Dia hanya
memandang sekilas pada bayi itu. Tetapi, sebelum dia bisa memasuki
kamarnya, Dokter Ozawa keluar dan menutup pintu di belakangnya.
"Bagaimana kondisinya?"
"Kelahiran yang sangat sulit," Dokter Ozawa berkata. Wajahnya
murung. "Apakah kondisinya sudah tidak berbahaya?" tanya Genji.
Dokter Ozawa menggeleng. Dia membungkuk rendah. "Maafkan
saya, Tuanku." Sebuah emosi menggelegak tak tertahan dalam dirinya saat dia
mendengar kata Dokter Ozawa. Duka. Genji jatuh berlutut.
Dokter Ozawa berlutut di dekatnya. "Anda seorang ayah, Lord
Genji." Genji terlalu dikuasai kesedihan sehingga tak bisa menolak ketika
bayi itu diletak-kan di lengannya.
Sesuatu berkilau di leher bayi itu. Melalui air mata yang
menggenangi matanya, Genji langsung mengenalinya. Dia telah
melihat benda itu dua kali.
Pertama kali di sebuah pertanda.
Kedua kali di tumpukan salju.
Sebuah loket kecil dengan ukiran salib dan dihiasi ukiran
sekuntum bunga, mungkin bunga lily.
Dokter Ozawa berkata tegas, "Hamba sudah memperingatkan Anda
agar tidak terlalu lelah, Tuanku." Genji berbaring di ranjang di kamar
yang menghadap ke kebun mawar. Dia tidak ingat datang ke sini.
Tetapi, dia ingat jatuh pingsan.
"Aku hanya bicara."
PDF by Kang Zusi "Kalau begitu, Anda bicara terlalu banyak. Tolong kurangi."
Genji duduk, "Aku sehat."
"Orang sehat tak akan pingsan tanpa alasan."
"Pertanda," kata Genji.
"Ah." Dokter Ozawa berpaling ke pintu. "Hanako."
Pintu terbuka dan Hanako melongok ke dalam.
"Ya, Dokter." Dia tersenyum dan membungkuk kepada Genji
meskipun tampak jelas ekspresi khawatir di wajahnya.
"Bawakan teh," kata Dokter Ozawa.
"Sake lebih baik," kata Genji.
"Teh," kata Dokter Ozawa.
"Ya, Dokter," kata Hanako dan mundur. "Haruskah aku bilang
padamu?" "Jika Anda mau," kata Dokter Ozawa. Dia telah menjadi dokter
klan selama hampir empat puluh tahun.
Kiyori dan Shigeru adalah pasiennya sebelum Genji.
Dia tahu semua mengenai pertanda. "Hamba ragu dapat
memberikan pendapat yang berguna."
"Selalu ada pertama kali."
"Tak selalu. Terkadang tak pernah ada saat pertama."
Genji mendeskripsikan apa yang dia lihat sedetail mungkin. Dia
lalu menunggu pendapat Dokter Ozawa, tetapi pria itu hanya duduk
diam dan menghirup tehnya.
"Pertanda ini mirip yang pertama," kata Genji. "Justru
membingungkan bukan mencerahkan. Siapa ibu anak itu" Pastinya
Lady Shizuka dari pertanda pertama karena anak itu memakai kalung
ibunya. Tetapi, di pertanda pertama Lady Shizuka hidup dan aku
sekarat, tetapi di pertanda ini justru kebalikannya. Kontradiksi yang
tak bisa dimengerti."
"Sepertinya begitu."
"Apa kaupercaya aku telah melihat apa yang akan terjadi atau
sesuatu yang dapat terjadi?"
"Semua pertanda yang diceritakan kakek Anda kepada hamba
telah terjadi." Dokter Ozawa menghirup tehnya. "Tetapi, hamba tahu
PDF by Kang Zusi dia tidak menceritakan semuanya. Tak satu pun pertanda yang dilihat
paman Anda sudah terjadi. Sejauh ini. Pertanda yang Anda alami
adalah situasi yang sangat berbeda. Anda sudah mengalami dua
pertanda, dan hanya akan mengalami satu lagi. Itulah pertanda terakhir
bagi Anda. Hamba rasa itu lebih baik daripada yang dialami Lord
Kiyori atau Shigeru. Pertanda yang Anda, alami tak terlalu jelas, tetapi
juga tak terlalu gelap. Pertanda itu cukup untuk meningkatkan
kewaspadaan Anda." "Kau tidak menjawab pertanyaanku."
"Bagaimana hamba bisa?" kata Dokter Ozawa. "Apa yang dapat
hamba ketahui tentang masa depan" Hamba hanya seorang dokter,
bukan nabi." "Filosofi netral seperti itu tidak membantu," kata Genji. "Aku
butuh nasihat." "Hamba hanya bisa memberikan pendapat yang tak bisa dianggap
nasihat," kata Dokter Ozawa.
"Aku akan menerimanya."
"Anda sebaiknya bicara pada seorang wanita."
"Ya," kata Genji, "tapi siapa?"
"Seharusnya itu sudah jelas."
"Oh ya" Coba katakan padaku."
Dokter Ozawa membungkuk. "Hamba maksud seharusnya sudah
jelas bagi Anda, Tuanku. Andalah yang mengalami pertanda itu."
Heiko mendengar tanpa menyela. Ketika Genji selesai bercerita, dia
tetap diam. Genji mengerti. Pasti berat baginya mendengar bahwa
Genji akan menjadi ayah dari anak yang didapatkan dari perempuan
lain. Tetapi, dengan siapa lagi Genji dapat membagi pengalamannya"
Pria itu tak mempercayai orang lain sebesar kepercayaan-nya kepada
Heiko. "Hanya satu hal yang jelas bagiku," kata Genji. "Sebelum ini
terjadi, Shizuka pasti bertemu Emily, karena loket yang dia pakai,
PDF by Kang Zusi kalung yang diberikan Shizuka kepada anak. kami, adalah kalung yang
sekarang ini dipakai Emily. Selain itu, aku sama sekali tak mengerti."
Heiko berkata, "Bukankah Anda pernah menceritakan kepada
saya cerita tentang seorang pejuang asing dengan senjatanya" Saya tak
ingat namanya." "Maksudmu cerita tentang Damocles dan Pedang yang
Tergantung?" "Bukan itu." Heiko berusaha mengingat. "Namanya mirip dengan
nama Guru Zen Hakuin Zenji. Hakuo. Hokuo. Okuo. Okkao. Pedang
Okkao. Seperti itulah."
"Pisau Occam?" "Ya, itu dia." "Memangnya kenapa dengan cerita itu?"
"Ketika Anda mengatakan satu hal yang sudah jelas, Anda tidak
menggunakan Pisau Occam."
"Oh" Jadi, kamu sudah menguasai pemikiran orang asing?"
"Tidak perlu menguasai apa-apa dalam masalah ini. Seingat saya,
Pisau Occam mengatakan, ketika dihadapkan pada berbagai
kemungkinan, kemungkinan yang membutuhkan penjelasan paling
sederhanalah yang benar. Anda tidak memilih pen-jelasan yang
sederhana." "Aku sudah membatasi diri pada bagian pertanda yang menurutku
bisa dijelaskan. Bukankah aku sudah menerapkan cara Pisau Occam?"
"Anda mengasumsikan Shizuka, orang yang belum Anda temui,
akan menjadi ibu anak Anda. Kalung loket itu berasal dari Emily dan
diberikan kepada anak itu. Ada penjelasan yang lebih mudah."
"Aku tak bisa melihatnya."
Heiko berkata, "Anak itu mendapat kalung langsung dari Emily."
"Mengapa Emily memberikan kalung loketnya kepada anakku?"
"Karena itu anaknya juga," kata Heiko.
Genji kaget. "Itu sangat tidak masuk akal. Juga menghina, dan
bukan penjelasan. yang sederhana.
PDF by Kang Zusi Agar Emily bisa menjadi ibu dari anakku kami harus tidur
bersama. Aku tak bisa melihat itu bisa terjadi dengan cara yang
Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sederhana dan langsung. Bagaimana menurutmu?"
"Cinta cenderung menyederhanakan situasi yang paling kompleks
dan sulit sekalipun," kata Heiko. "Aku tidak jatuh cinta pada Emily,
dan jelas dia juga tidak jatuh cinta padaku."
"Mungkin belum, Tuanku."
"Tak akan pernah," kata Genji.
"Bagaimana perasaan Anda terhadapnya?"
"Aku tak punya perasaan apa-apa padanya, bukan seperti yang
kau maksudkan." "Saya sudah melihat Anda tertawa bersamanya," kata Heiko, "dan
dia sering tersenyum saat bersama Anda."
"Kami hampir mati bersama," kata Genji. "Karena itu, ya, kami
punya ikatan yang lebih kuat dari sebelumnya tidak ada. Tetapi itu
ikatan persahabatan, bukan cinta."
"Apa menurut Anda dia masih menjijikkan dan canggung?"
"Tidak menjijikkan. Tapi itu karena aku sekarang sudah terbisaa
dengan pe-nampilannya. 'Canggung' juga istilah yang terlalu keras
untuknya." Genji mengingat bagaimana Emily berbaring di salju,
menggerakkan tangan dan kakinya untuk membuat malaikat salju. Dia
membayangkan gadis itu memanjat pohon apel tanpa merasa canggung
sedikit pun. "Kurasa, di mata orang asing, dia mempunyai keanggunan
ter-sendiri." "Anda berbicara tentangnya seakan-akan Anda menyayanginya."
"Aku mengakui kalau menyukainya. Tetapi, suka jauh berbeda
dengan cinta." "Sebulan lalu, Anda perlu membulatkan tekad hanya untuk
memandang ke arah-nya. Kini, Anda menyukainya. Cinta tak
terdengar mustahil."
"Ada perbedaan mendasar antara keduanya. Ketertarikan seksual."
"Yang mana yang dia munculkan?"
"Tolonglah." PDF by Kang Zusi "Tentu saja, ada penjelasan yang lebih sederhana lagi," kata
Heiko. "Kuharap penjelasanmu ini juga lebih menyenangkan," kata
Genji. "Itu terserah Anda, Tuanku, bukan saya." Heiko menunduk
memandang tangannya yang mengepal di pangkuan. "Tidak perlu ada
kondisi baru yang mengarahkan Anda dan Emily untuk tidur bersama
jika Anda telah melakukannya.".
"Heiko, aku belum pernah tidur dengan Emily."
"Apa Anda yakin"'
"Aku tak akan bohong padamu."
"Saya tahu, Anda tak akan begitu."
"Lalu, apa maksudmu?" '
"Anda dalam kondisi mengigau ketika Shigeru menemukan
Anda." ' "Tak sadar. Aku mengigau sebelum itu."
"Anda dan Emily berdua dalam gubuk darurat selama sehari
semalam sebelum ditemukan." Heiko menatap Genji lurus-lurus.
"Tuanku, apakah Anda ingat bagaimana Anda dapat bertahan hangat?"
"Saya sangat bahagia melihat Anda sehat," kata Emily. "Kami semua
sangat khawatir. Silakan duduk."
"Terima kasih." Di dalam Genji merasa sangat kacau. Tak heran
jika badannya juga terasa sakit semua, apalagi setelah dia duduk di
kursi orang asing. Tulang punggungnya langsung bergeser begitu dia
duduk dan organ-organ dalamnya saling menekan satu sama lain,
menghalangi aliran ki dan menyebabkan akumulasi zat beracun di
tubuh. Bagus. Sekarang, dia merasa kacau di luar maupun di dalam.
"Nona Heiko mengatakan Anda ingin berbicara dengan saya."
"Dia bilang kenapa?"
"Dia hanya mengatakan pembicaraan ini menyangkut hal penting
dan sensitif." Emily memandang Genji. "Sebenamya, lebih baik jika
PDF by Kang Zusi saya datang ke ruangan Anda daripada Anda yang datang ke sini.
Mungkin Anda belum benar-benar sembuh dari kejadian tadi."
"Tak ada yang perlu dikhawatirkan," I:ata Genji. "Aku hanya
kelelahan. Aku sudah lebih tenang sekarang."
"Saya baru saja akan membuat teh." Emily mendekati meja yang
di atasnya ada sajian teh gaya orang asing. "Maukah Anda bergabung
dengan saya" Heiko sangat baik mau mencarikan teh varietas Inggris."
"Terima kasih."
Apa pun yang dapat menunda pembicaraan ini disyukuri oleh
Genji. Bagaimana caranya dia bertanya" Dia tak bisa membayangkan
ada hal yang lebih pengecut dan memalukan dari bertanya kepada seorang wanita"yang tidak dekat dengannya, orang asing lagi"apakah
dia pemah tidur bersamanya, karena dia tak ingat apakah dia pernah
tidur bersamanya atau tidak.
Emily mengangkat sebuah teko kecil dan menuangkan cairan
putih kental ke dalam dua cangkir. Lalu, dia menambahkan teh hitam.
Aroma tambahan dalam teh itu gagal menutupi bau daun teh yang diawetkan. Terakhir, dia menambahkan gula dan mengaduknya.
Hirupan pertama membawa senyum cerah di wajah Emily "Sudah
sangat lama sehingga saya sudah lupa betapa enaknya teh ini."
Genji mencoba ramuan aneh itu. Saat cairan itu menyentuh indra
perasa di lidahnya, dia langsung mual dan hampir muntah. Hanya
kesopanan yang mencegahnya menuruti keinginan instingnya, yaitu
langsung meludahkan ramuan yang.memuakkan itu. Manis yang
memualkan, aroma yang memuakkan ditambah kombinasi adanya
lemak binatang menyebabkan seluruh indranya tersiksa. Namun, sudah
terlambat saat Genji menyadari apa cairan putih yang dituangkan
Emily tadi"susu kental dari puting sapi yang memuakkan.
"Apakah ada yang salah, Tuanku?"
Cairan memuakkan di dalam mulutnya membuat Genji tak bisa
menjawab. Dia menguatkan diri dan menelan. "Ah, aku hanya terkejut
pada rasa teh ini. Teh kami rasanya tak sekeras ini."
"Ya, perbedaan rasanya sangat kentara. Mengherankan kalau
kedua minuman ini sebenarnya terbuat dari daun yang sama."
PDF by Kang Zusi Mereka membicarakan persamaan dan perbedaan cukup lama
sehingga memung-kinkan Genji meminggirkan cangkirnya tanpa
menarik perhatian Emily kalau dia tidak meminum dari cangkir itu
lagi. Masih kesulitan mengutarakan topik kunjungan yang sebenarnya,
Genji mencoba mengutarakannya secara tak langsung.
Dia berkata, "Ketika kita bersama-sama di rumah salju yang kau
bangun, aku melihat sesuatu."
Pipi Emily langsung memerah. Dia menunduk memandang'ke
cangkirnya. "Lord Genji, saya akan sangat berterima kasih jika Anda
tidak membicarakan hal itu lagi."
"Aku mengerti keresahanmu, Emily, percayalah."
"Maafkan kalau saya meragukannya, Tuan." Singkat Emily
mengangkat pan-dangan dan menghunjamkan matanya yang biru
kepada Genji dengan pandangan ter-luka dan tak suka. "Tetapi, Anda
kelihatannya menemukan hiburan dengan sering menyinggungnya di
depan orang lain." "Untuk itu, aku benar-benar minta maaf." Genji membungkuk.
Kini, setelah me-nemukan dirinya dalam situasi yang sama tak
nyamannya dengan Emily berkaitan dengan masalah itu, Genji tahu
bagaimana perasaan Emily. "Karena sebelumnya aku tidak menganggap keresahanmu dengan serius."
"Jika permintaan maaf Anda datang dari dalam hati dan tulus,
Anda pasti akan menghentikan pembicaraan ini dan tak pernah
menyebutnya lagi." "Aku berjanji akan melakukan itu setelah ini.
Tetapi sayangnya, kita harus membicarakan ini untuk terakhir
kalinya." "Kalau begitu, Anda tahu mengapa saya meragukan permintaan
maaf Anda." Genji tahu hanya ada satu cara untuk menunjukkan ketulusan
hatinya. Cara itu adalah cara yang setiap hari dia lakukan di depan
altar nenek moyangnya. Dia tak pernah melakukan cara itu di depan
orang lain di luar Istana Shogun dan dia tak pernah membayangkan
PDF by Kang Zusi kalau akhirnya dia akan melakukannya di depan orang asing. Genji
berlutut dan membungkuk dalam-dalam hingga kepalanya menyentuh
lantai. "Aku menanyakan itu karena memang.harus. "
Emily tahu harga diri adalah yang terpenting bagi seorang
samurai. Melihat seorang Bangsawan Agung penguasa wilayah
merendahkan diri di depannya, mem-buatnya meneteskan air mata
karena malu. Sebenarnya, siapa yang sombong di sini" Siapa yang
lebih angkuh" Takabur" Tertulis dalam Kitab Ayub Apakah Engkau
hendak menghinaku, agar Engkau merasa menjadi orang yang benar"
Emily juga jatuh berlutut dan memegang tangan Genji.
"Maafkan keangkuhan saya. Tanyakanlah apa yang harus Anda
tanyakan." Genji terlalu terkejut untuk merespons. Dia tidak terbisaa
dipegang orang lain dengan sebebas itu. Bahkan, jika salah satu
pengawalnya ada di ruangan ini dan melihat apa yang terjadi, kepala
Emily pasti sudah menggelinding di lantai. Menyentuh tubuh seorang
Bangsawan Agung tanpa izin adalah penghinaan terbesar.
"Yang salah adalah aku," kata Genji akhirnya. "Jangan
menyalahkan diri sendiri."
"Memang saya yang salah," kata Emily. "Keangkuhan adalah hal
yang sangat ber-bahaya karena bisa muncul tanpa kita sadari."
Setelah beberapa saat, mereka akhirnya kembali duduk di kursi
masing-masing dan Emily siap melanjutkan pembicaraan.
"Yang akan kubicarakan ini mungkin hanya khayalanku saja,"
kata Genji. "Saat kita bersama, aku melihat sebuah perhiasan
tergantung di lehermu."
Tangan Emily meraih ke dalam kerah blusnya. Tangannya
menarik keluar sebuah kalung rantai tipis dan tergantung di rantai itu
ada sebuah loket perak berhiaskan ukiran salib dan bunga.
"Apa' ini yang Anda maksud?"
"Ya," kata Genji. "Apa yang ada di salib itu?" '
"Sebuah ukiran bunga lily yang dikenal sebagai fleur-de-lis. Ini
adalah lambang kerajaan Prancis. Keluarga ibu saya berasal dari
Prancis, dan fleur-de-lis ini untuk mengingatkan asal-usul kami."
PDF by Kang Zusi Emily membuka loket itu dan mencondongkan tubuhnya ke depan
untuk mem-perlihatkan kepada Genji isi loket itu, sebuah miniatur
potret wanita muda yang mirip dengan Ernily. "Ini adalah ibu saya saat
berusia tujuh belas tahun."
"Sama dengan usiamu sebentar lagi."
"Benar. Bagaimana Anda bisa tahu?"
"Aku menanyakannya padamu, saat kau membuat malaikat salju."
"Tentu saja." Mengingatnya Emily tersenyum.
"Anda tidak begitu terkesan dengan malaikat saya."
"Kegagalan persepsi di pihakku bukan pada kemampuanmu
menggambar-kannya." Emily bersandar dan menarik napas lega. "Yah, itu tadi tak begitu
buruk. Saya tadi mengira-saya tak tahu apa yang saya kira, tetapi saya
tadi berpikir pertanyaan Anda akan lebih buruk dari ini."
Tak ada lagi jalan kembali bagi Genji. "Aku belum selesai," kata
Genji. "Teruskan, saya siap."
Menurut Genji, Emily terlihat siap seperti dirinya, yang berarti
tidak siap sama sekali. Tetapi tak ada jalan lain, dan dia meneruskan
pertanyaannya. "Setelah aku terluka, ingatanku kabur dan pecah-pecah. Aku ingat
berbaring denganmu. Telanjang. Benarkah?"
"Ya, benar." "Apa kita melakukan lebih dari sekadar berbaring bersama?"
"Apa maksud Anda?"
"Apakah kita bercinta?"
Emily melengos, sangat terkejut mengetahui, Genji dapat
Pedang Berkarat Pena Beraksara 11 Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bukan Di Negeri Dongeng 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama