Ceritasilat Novel Online

Samurai 6

Samurai Karya Takashi Matsuoka Bagian 6


"Pukulan serempak," kata sang kepala rumah tangga dari kursi juri di
sebelah barat. "Saya juga melihatnya begitu," kata Hiromitsu.
"Apakah Anda punya pendapat lain, Lord Genji, Lord Shigeru?"
"Tidak," kata Shigeru. "Memang terlihat serempak."
"Kalau begitu, saya kalah taruhan," kata Genji.
PDF by Kang Zusi "Tak seorang pun yang kalah. Kita seri."
"Saya kalah," kata Genji, "karena saya bertaruh Stark akan menang.
Dan dia tidak menang."
Masayuki membungkuk kepada Stark. Stark mengulurkan tangannya.
"Mereka berjabat tangan sebagai ganti membungkuk," kata Genji. "Dia
mengakui kemenanganmu."
Stark dan Masayuki berjabat tangan.
"Bagus, Masayuki," kata Genji. "Kamu memenangi seekor kuda
perang yang bagus dan seratus ryo emas untuk dirimu sendiri, dan
seminggu yang menyenangkan bagi junjunganmu."
Masayuki membungkuk rendah. "Hamba tak dapat menerima hadiah
itu, Lord Genji. Pukulan orang asing itu mengenai terlebih dulu sebelum
saya. Dia pemenangnya."
"Apa kamu yakin?" tanya Hiromitsu.
"Ya, Tuanku," Masayuki membungkuk lagi. Harga dirinya tidak
membolehkan dia mengklaim kemenangan yang dia tahu bukan miliknya.
"Hamba sangat menyesali kegagalan ini."
Genji berkata, "Bukan suatu kegagalan jika kamu telah berusaha sebaik
mungkin dan secara jujur menerima hasilnya."
"Baiklah," kata Hiromitsu, "sungguh hasil yang mengejutkan. Bagi
saya, kalau tidak bagi Anda, Lord Genji."
Shigeru berkata, "Keponakanku jarang terkejut."
"Begitu juga yang saya dengar," kata Hiromitsu. Sang kepala rumah
tangga bertanya, "Ke mana kami harus mengirim hadiahnya?"
"Tidak perlu dikirim," kata Genji. "Stark akan menaikinya."
"Tuanku," kata sang kepala rumah tangga, "ini adalah kuda perang,
bukan kuda jinak. Dia akan membunuh siapa pun kecuali penunggang
yang ahli." Genji tersenyum. "Apa kamu mau bertaruh?"
Para tamu Hiromitsu itu menolak tawaran untuk menginap di
istananya. Hiromitsu tidak bertanya mengapa mereka tergesa-gesa
melanjutkan perjalanan ke mana pun tujuan mereka. Dia yakin bahwa
Genji, dengan kemampuannya mengetahui masa depan, bisa dibilang
sudah sampai ke tempat mana pun dia menuju.
Shigeru berkata, "Kamu memanfaatkan reputasimu dengan pintar."
PDF by Kang Zusi "Reputasi untuk kontes dan berjudi?"
"Reputasi kemampuan meramal dan kemampuan mistis. Hiromitsu
sekarang yakin kamu mampu secara tiba-tiba mengubah orang asing itu
menjadi ahli iaido hanya dalam beberapa menit. Atau bahwa kamu tahu,
berkat kemampuanmu meramal, bahwa hal yang mustahil akan terjadi,
yaitu Stark akan menang. Strategi yang pintar."
"Tetap saja sebuah pertaruhan," kata Genji. "Aku berpikir kemampuan
Stark meng-gunakan pistol akan dapat dimanfaatkan dengan menggunakan
pedang, meski tidak maksimal. Itu hanya tebakan, bukan sesuatu yang
pasti." "Maka, di samping hal-hal lain, kamu juga beruntung. Aku
mengucapkan selamat untuk itu juga. Jika kamu cukup beruntung, sifatsifatmu yang lain , akan didukung oleh keberuntungan itu."
"Setidaknya, keberuntungan memang bersama kita kali ini," kata Genji.
"Para pengejar kita tidak akan banyak mendapat pertolongan dari
Hiromitsu. Dan nanti, jika Shogun mencoba memobilisasi pasukan ke
utara untuk memerangi kita, kurasa para Bangsawan Agung di lingkaran
Hiromitsu akan meresponsnya dengan sangat hati-hati." Dia memandang
berkeliling ke pegunungan yang mengitari mereka.
"Bukankah ini dekat dengan Kuil Mushindo?"
Jimbo membungkuk, berterima kasih pada sumber air panas yang
memberikan panas pada tetumbuhan di tengah-tengah musim dingin. Dia
membungkuk pada pohon pinus tua yang bayangannya di tanah
memberikan ruang bagi jamur shiitake untuk tumbuh dan bersembunyi
dari matahari. Dia membungkuk pada setiap jamur sebelum mencabutnya,
berterima kasih pada mereka yang rela mengorbankan keberadaannya
untuk kelanjutan kehidupan manusia. Di tempat itu, ada cukup banyak
jamur untuk sebuah pesta. Tetapi, Jimbo hanya mengambil yang dia
perlukan untuk membumbui makanan sederhana yang dia siapkan untuk
anak-anak desa. Shiitake adalah makanan yang lezat. Anak-anak itu akan,
menyukainya. Dia berkeliling di sekitar mata air panas untuk
mengumpulkan tanaman ramuan dan bunga yang bisa dimakan. Si dungu,
Goro, suka makan bunga. PDF by Kang Zusi Berpikir tentang anak-anak, Jimbo berhenti, dan berhenti, merasakan
dirinya dibanjiri dengan kesedihan dan penyesalan mendalam. Dia
membungkuk mohon maaf kepada dua anak yang kini tak lagi hidup di
dunia, dua anak yang hidupnya telah dia akhiri dengan kejam. Dia
memikirkan mereka berkali-kali setiap hari, selalu membayangkan mereka
berdua terlahir kembali di surga atau di Tanah Murni, dalam pelukan
Kristus Tuhan Kami atau Kannon Sang Pengasih. Dia membayangkan
wajah-wajah mereka yang tak berdosa bersinar dengan kebahagiaan abadi.
Tetapi, Jimbo tak pernah lupa wajah mereka saat mereka berdua menarik
napas terakhimya. Dia memohon Kristus untuk mengampuni jiwanya dan
Kan' non untuk memandikannya dalam cintanya yang penuh ampunan.
Dia bertemu Kimi, salah seorang anak perempuan dari desa, saat
kembali pulang ke Kuil Mushindo.
"Jimbo, ada orang yang mau lewat sini! Orang asing!"
Jimbo memandang ke arah jernari Kimi menunjuk. Di sisi lain lembah,
enam penunggang kuda hati-hati menunggangi kuda mereka melewati
jalan sempit di lereng gunung. Mereka terlalu jauh untuk dikenali. Dua di
antaranya, seorang pria dan seorang wanita jelas orang asing. Apakah
mereka para misionaris Firman Sejati yang pernah disebutkan Lord Genji"
Kimi berjalan ke tanah terbuka dan berteriak sekeras kemampuan paruparu kecilnya, "Hello!
Hello!" Dia memutar-mutar lengan kecilnya membentuk lingkaran
sebesar yang dia bisa. Penunggang kuda ketiga di barisan itu melambai kembali kepadanya.
Sesuatu digerakkannya membuat Jimbo berpikir orang itu mungkin Lord
Genji. "Mereka melihat kita. Ayo kita sambut mereka, Jimbo."
"Mereka tak datang ke sini, Kimi. Mereka hanya lewat."
"Oh tidak. Mengecewakan sekali. Aku ingin lihat orang asing lain."
"Aku yakin kamu akan melihatnya," kata Jimbo, "pada waktunya
nanti." "Jimbo! Jimbo! Jimbo!" Suara Goro yang lantang bergema di seluruh
lembah. PDF by Kang Zusi "Kita di atas sini, Goro!" Kimi berbalik ke arah jalan setapak.
"Sebaiknya aku menjemput Goro. Dia mudah tersesat."
Jimbo memandang para penunggang kuda itu hingga mereka
menghilang di lembah berikutnya.
Jalan di depan mereka bercabang tiga.
"Kita akan berpisah di sini," kata Genji. "Heiko, kamu akan
membimbing Stark melewati jalan berkelok-kelok di pegunungan ini. Aku
akan pergi dengan Emily menyeberangi lembah. Shigeru akan kembali dan
mengurangi jumlah para pengejar kita. Mungkin mereka adalah Kudo dan
anak buahnya. Dia suka menggunakan penembak jitu jadi hati-hati. Hide
akan berjaga di sini. Temukan beberapa lokasi tempat kamu bisa
melakukan penyergapan. Jika ada pengejar yang sampai sejauh ini, hambat
mereka selama kamu bisa."'
"Biarkan para wanita pergi bersama," kata Shigeru. "Stark biar pergi
ber-samamu." "Hamba setuju," sambung Hide. "Ramalan mengatakan bahwa seorang
asing akan menyelamatkan nyawa Anda di Tahun Baru. Dengan mata
sendiri, kami telah melihat kemampuan Stark menggunakan shinai setelah
mendapat instruksi dalam beberapa menit. Sudah jelas kalau dia pasti
orang asing yang dimaksud. Dia tak akan bisa melakukan perannya seperti
yang telah diramalkan kalau dia tidak pergi dengan Anda."
"Daerah liar ini dipenuhi dengan bandit dan ronin," kata Genji. "Dua
wanita bepergian sendiri tak akan bertahan lama."
"Saya tidak lemah, Tuanku," kata Heiko. "Pinjamkan kepada hamba
pedang Anda dan kami akan selamat. Hamba berjanji."
"Kamu akan selamat karena Stark akan membawamu." kata Genji.
"Tidak ada gunanya membantah. Keputusanku sudah bulat. Tahun baru
masih lama. Siapa yang dapat menentukan kapan nyawaku akan
diselamatkan" Dan siapa yang akan menyelamat kan" Mungkin orang itu
adalah Emily, bukan Stark. Ramalan terkenal paling susah untuk
diartikan." "Ini bukan waktunya berolok-olok," kata Hide. "Stark akan sangat
membantu jika Anda bertemu musuh. Emily hanya akan menjadi beban
Anda." PDF by Kang Zusi "Aku juga seorang samurai," kata Genji. "Dengan dua pedang dan
busur. Apa kamu mengatakan aku tak bisa mempertahankan diriku sendiri
dan satu orang lagi?"
"Tentu saja tidak, Tuanku. Hanya menurut hamba akan sangat bijak
jika meminimal-kan risiko."
"Aku sudah memutuskan. Kita akan bertemu lagi di Akaoka."
Genji menerangkan rencananya kepada Stark dan Emily.
"Bolehkah aku berbicara secara pribadi dengan Emily?" kata Stark.
"Silakan." Stark dan Emily menjauhkan kuda mereka. Stark mengambil revolver
kecil dari dalam jaketnya dan memberikannya kepada Emily.
"Kamu mungkin memerlukan ini."
"Pistol itu akan lebih berguna di tanganmu. Atau, mungkin sebaiknya
kamu memberikannya kepada Lord Genji."
"Dia mungkin saja gagal melindungimu."
"Jika dia tak bisa, bagaimana aku bisa" Aku belum pemah
menembakkan pistol selama hidupku."
"Kamu pegang gagangnya seperti ini," kata Stark, "tarik kokangnya ke
belakang dan tekan pelatuknya. Mudah saja."
"Bukankah aku harus bisa membidik sasaran?"
"Tempelkan saja pada sasaranmu." Stark menempelkan pistol itu ke
pelipisnya. "Kamu tidak perlu membidik."
Emily mengerti. Stark menyiapkan dirinya untuk bencana. Jika perlu,
Stark memberinya jalan keluar untuk menghindari nasib yang lebih buruk
dari kematian. Dia tidak tahu kalau Emily sudah pernah mengalaminya.
Dan dirinya adalah seorang Kristen. Tidak sebaik mendiang tunangannya
memang, tetapi tetap saja dia seorang Kristen. Dia tak bisa mengambil
nyawanya sendiri bahkan di dalam kondisi yang paling mengerikan
sekalipun. "Terima kasih telah memikirkan diriku, Matthew. Tetapi bagaimana
dengan Nona Heiko" Bagaimana kita bisa memikirkan diri sendiri sebelum
memikirkan orang lain, apalagi kita telah bersumpah atas nama Kristus"
Bagaimana kamu bisa melindunginya kalau pistolmu kubawa?"
PDF by Kang Zusi Stark turun dari kuda. Dia membuka kantong pelananya. Di dalamnya
ada sebuah sweter rajutan.
Dia membuka sweter yang tergulung itu dan mengeluarkan revolver
kaliber 44 yang pemah dilihat Emily diselamatkan Stark dari reruntuhan
istana. Kemudian, Stark mengeluarkan sarungnya. Dia mengikatkan sarung
pistol itu di pinggangnya, mengikatkan tali kulit di pahanya, dan
memasukkan pistol besar itu ke sarungnya. Stark mencabut pistolnya beberapa kali dan memasukkannya kembali, mengetes gerakan metal di atas
sarung kulit. Ketika Stark mengulurkan revolver kaliber 321agi, Emily
menerimanya, bukan karena dia bermaksud menggunakannya, melainkan
agar Stark tenang. Perjalanan mereka berdua masih jauh. Tidak akan
banyak membantu jika lelaki itu terus mengkhawatirkan dirinya, sementara
perjalanannya sendiri juga penuh dengan bahaya.
. Ketika Hide melihat pistol yang dipakai Stark, dia berkata, "Kalau dia
punya dua, kita seharusnya meminta dia memberikan pistol satunya ke
Lord Genji." "Tak seorang pun, juga orang asing, dapat diminta untuk menyerahkan
senjatanya ke orang lain," kata Shigeru. "Dia akan memberikannya jika dia
mau. Kalau tidak, bukan tempatnya bagi kita untuk mengatakan apa pun."
Dia lalu membungkuk kepada Genji dari atas kuda. "Semoga para leluhur
mengawasi dan melindungimu dalam perjalanan pulang." Dia berbalik dan
memacu kudanya. Dalam beberapa saat, dia sudah tak terlihat dan tak
terdengar. "Aku berjanji akan menunjukkan kepadamu puriku, Nona Heiko, dan
tak lama lagi janjiku itu akan terpenuhi."
"Hamba menunggu saat itu, Tuanku. Selamat jalan." Iciko dan Stark
melanjutkan perjalanan menyusuri cabang jalan yang menuju utara.
"Tak seorang pun bisa lewat sini selama hamba masih hidup," kata
Hide. "Sudah cukup kalau kamu menghambat mereka tanpa mengorbankan
nyawamu. Hanya ada sedikit orang yang dapat kupercaya sepenuhnya.
Kamu adalah satu di antaranya. Jadi, temui aku di Kastel Awan Burung
Gereja." PDF by Kang Zusi "Tuanku." Merasa sangat terharu, Hide tak bias mengatakan lebih dari
itu. Genji mengajak Emily pergi sebelum dia terpaksa harus melihat banjir
air mata dari kepala pengawalnya yang cengeng.
Badai berlangsung lebih lama dari perkiraan Saiki. Lima hari kemudian,
mereka masih diombang-ambingkan angin dan ombak.
"Kita akan melihat daratan sekitar dua jam lagi," kata Saiki.
"Anda sudah bilang begitu dua jam yang lalu," kata Taro. Dia dan
Shimoda kelelahan. Tangan mereka berdarah akibat terus-menerus
mendayung untuk menjaga agar haluan kapal menghadap gelombang.
Saiki menajamkan pandangannya. Di depan mereka terlihat ada
pusaran air. Pusaran air jarang terjadi di jarak sejauh ini dari daratan.
Mungkin pusaran itu disebabkan oleh batu karang yang tak terlihat.
"Mungkin ada bahaya di depan," katanya. "Bersiap-siaplah untuk
mengubah haluan." Air laut di bawah perahu mereka mulai bergerak naik. Tepat saat Saiki
menyadari apa yang mungkin menyebabkan hal itu, dia melihat salah satu
sebab itu berenang enam meter dari perahu mereka.
"Monster laut!" kata Taro.
"Paus," kata Saiki. Dua ekor lagi muncul di pc mukaan tak jauh dari
mereka, induk dan anaknya. Saiki belum pernah melihat mereka di dekat
pantai Akaoka mendekati tahun baru. Mungkin cuaca hangat membuat
mereka bertahan di utara lebih lama dari biasanya. Saiki membungkuk
memberi salam ketika dua paus itu lewat. Dahulu dia pernah memburu
mereka. Kini, dia hanya melihat mereka melintas pergi.
Tepat saat itu, laut di bawah mereka menyembur, menghancurkan
perahu dan melemparkan ketiga pria itu ke laut. Pusaran air yang kuat dari
paus yang lewat mengisap Saiki ke dasar laut. Dia berusaha berenang ke
permukaan, sementara paru-parunya yang kehabisan udara memaksa
mulutnya terbuka. Air laut terasa aneh. Dia memeriksa dirinya sendiri
melihat apakah ada bagian tubuhnya yang terluka. Tetapi, dia hanya
melihat darah, bergalon-galon darah. Tidak mungkin darah sebanyak itu
keluar dari tubuhnya. Lebih banyak darah menyembur dari bawah kakinya.
PDF by Kang Zusi

Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia merasakan hangatnya darah itu tepat saat seekor paus dengan sebuah
harpun tertancap di punggungnya muncul di permukaan tiga meter dari
dirinya. Paus itu memandangnya dengan rita besarnya, penuh ancaman.
Apakah itu benar seekor paus ataukah inkarnasi hantu paus yang telah
dia bunuh bertahun-tahun lalu" Apakah arwah paus itu kini kembali dan
menuntut balas" Karma tak dapat dihindari. Sekarang, dia harus membayar
kejahatan yang telah dia lakukan pada sesama makhluk hidup. Bukankah
Buddha mengatakan semua yang hidup adalah sama" Dia akan mati
berlumuran darah paus dan harapan keselamatan bagi junjungannya juga
akan mati. Hidupnya kini tinggal dalam hitungan menit. Dia tak mungkin
bertahan lama di air laut yang dingin mencengkam.
Lalu, dia melihat sirip lancip mengiris permukaan air yang berbuih.
Hiu. Arwah paus yang pernah dia pasti akan sangat puas. Sebagaimana dia
telah membunuh dan memakan mereka, sekarang dia akan dibunuh dan
dimakan oleh karnivora yang tertarik oleh bau darah.
"Di sana!" Saiki mendengar seseorang berteriak. "di sana ada satu
lagi!" Ketika dia berpaling ke arah asal suara itu, dia melihat sebuah sampan
panjang melaju ke arahnya.
Perahu nelayan itu berasal dari Desa Kageshima, desa tempat dia
melewatkan masa kecil dan masa mudanya. Paus yang terluka itu sedang
melarikan diri ketika menabrak perahu Saiki. Rupanya itu bukan
pembalasan karma. "Shimoda terluka parah," kata Taro. Para nelayan telah mengangkat
mereka berdua sebelum Saiki. "Beberapa iga patah dan kaki kirinya juga."
"Dia akan sembuh," kata salah seorang nelayan. "Sepupuku hancur
kedua kakinya dan dia tetap hidup. Tentu saja dia tak bisa berjalan dengan
baik lagi." "Apa yang kalian lakukan begitu jauh dari dari daratan dengan perahu
sekecil itu?" tanya yang lain.
"Kedua orang ini dan aku adalah pengikut Lord Genji, Bangsawan
Agung Akaoka," kata Saiki. "Sangat penting bagi kami untuk mencapai
PDF by Kang Zusi Kastel Awan Burung Gereja secepat mungkin. Apakah kalian dapat
mengantar kami ke sana?"
"Tidak mungkin dengan ombak besar seperti ini," kata nelayan yang
duduk di kemudi. Dia paling tua di antara para nelayan yang menaiki
sampan dan rupanya menjabat sebagai kapten. "Jika kalian samurai, di
mana senjata kalian?"
"Jangan lancang," kata Saiki. "Sudah jelas kalau pedang kami hilang di
laut." "Samurai tidak seharusnya kehilangan pedang."
"Diam! Bersikaplah sesuai statusmu!"
Pria itu membungkuk, tetapi tidak cukup rendah. Saiki akan melakukan
perhitungan dengannya sesampainya mereka di pantai nanti.
Salah satu nelayan dari tadi memandangi Taro. "Bukankah kamu salah
satu anak buah Rahib Kepala Sohaku?"
"Apakah aku kenal kamu?"
"Aku mengirim ikan kering ke kuil tiga bulan lalu. Kamu waktu itu
sedang bertugas di dapur."
"Ah, ya aku ingat. Kebetulan sekali kita bertemu lagi dengan cara
begini." "Apakah kamu masih anak buah Rahib Kepala itu?" tanya kapten
kapal. "Tentu saja. Sebagaimana ayahku dulu."
"Bagus," sambung sang kapten lagi.
Saiki berkata, "Apa maksudnya seorang nelayan bertanya-tanya
tentang kesetiaan seorang samurai?"
"Tangkap dia," kata kapten kapal. Beberapa orang nelayan menubruk
Saiki dan cepat mengikatnya dengan tali harpun. Mereka memegangi Taro,
tetapi tidak mengikatnya.
Kapten kapal berkata, "Rahib Kepala Sohaku telah menyatakan
membentuk sebuah pemerintahan perwakilan. Junjungan kami, Tuan
Fumio, mengikuti Sohaku. Kamu bilang kamu masih pengikut Sohaku.
Apa benar?" PDF by Kang Zusi Taro memandang lurus ke Saiki. "Ampuni saya, Tuan, tetapi saya
harus mematuhi sumpah saya. Ya aku masih pengikut Sohaku." Para
nelayan itu me lepaskan pegangannya pada Taro.
Kapten lalu menunjuk Shimoda dengan dagunya. "Ikat dia juga."
"Itu tidak perlu," kata Taro. "Dia sudah tak bisa bergerak karena lukalukanya." "Ikat saja. Tidak ada yang tahu apa yang aka terjadi jika menghadapi
samurai. Meski dia sekarat dia bisa saja berbahaya."
Malam menjelang saat mereka mendarat. Taro diperbolehkan mandi
dan berganti pakaian. Sementara Saiki dan Shimoda diikat di pojok sebuah
gubuk dan dijaga dua nelayan bersenjatakan harpun.
"Wilayah ini berada di tepi jurang perang saudara," kata sang kapten.
Dia juga merupakan salah satu sesepuh desa. "Sepertiga dari para samurai
belum memilih ikut di pihak yang mana. Sementara sisanya terbagi hampir
sama rata antara Lord Genji dan Sohaku."
"Bukankah sebaiknya kita juga mengizinkan mereka berdua ini untuk
mandi?" tanya seorang nelayan. Saiki mengenalinya. Dua puluh lima tahun
lalu, nelayan itu pernah menolong Saiki memburu paus terakhirnya.
"Tidak penting," kata tetua desa. "Tak lama lagi mereka akan mati."
Saiki berkata, "Bagaimana kalian bisa mengkhianati seorang
Bangsawan Agung yang mempunyai kemampuan melihat masa depan
sejelas kamu dapat melihat masa lampau?"
"Mungkin kami terlihat seperti petani bodoh bagi Anda, Tuan Samurai,
tetapi kami tak sebodoh itu."
"Aku telah melihat kemampuannya dengan mata kepalaku sendiri,"
kata Saiki. "Benarkah" Kalau begitu, beri tahu kami apa yang kin terjadi padamu."
Saiki memandang menghina kepada tetua itu. "Junjunganku yang bisa
melihat masa depan, bukan aku."
"Dan dia tak pernah mengatakan padamu tentang masa depanmu?"
"Aku melayaninya, bukan sebaliknya."
"Betapa enaknya."
PDF by Kang Zusi "Dia sudah meramalkan pengkhianatan Sohaku dan Kudo, dan
mengirimku ke sini untuk mengumpulkan pasukan. Sementara itu, Lord
Shigeru akan mengurusi para pengkhianat."
"Lord Shigeru sudah mati."
"Terserah kalian, aku capai dengan segala kebodohan ini." Saiki
memejamkan matanya, seperti tak peduli akan nasibnya.
"Tuan?" sang tetua desa bertanya kepada Taro. "Itu tak benar kan?"
"Itu benar," kata Taro. "Aku menunggang kuda dari Kuil Mushindo ke
Edo bersama Lord Shigeru dan meninggalkannya di sana bersama Lord
Genji sekitar lima hari yang lalu."
Para nelayan itu langsung sibuk berbisik-bisik.
"Kami harus menanyakan instruksi lebih lanjut kepada Tuan Fumio.
Jika Lord Shigeru masih hidup, akan sangat berbahaya melawan
keponakannya." "Siapa yang akan pergi?"
"Salah satu dari tetua desa."
"Aku saja yang pergi," kata Taro. "Tidak pantas jika seorang nelayan
membawa pesan seperti itu kepada tuan kalian, sementara ada seorang
samurai yang bisa melakukannya. Sementara itu, pastikan dua orang ini
benar-benar terikat dan tidak boleh ada yang melukainya."
"Terima kasih Tuan. Kami tidak akan melakukan apa-apa sampai Anda
kembali dengan instruksi dari tuan kami."
Enam jam kemudian, seluruh desa sudah tertidur. Bahkan, dua penjaga
yang menjaga tawanan juga terkantuk-kantuk. Taro diam-diam menyelinap
ke gubuk. Dia mematahkan leher penjaga pertama, mengambil harpunnya
dan menusukkannya ke jantung penjaga kedua. Kedua penjaga itu mati
tanpa sedikitpun mengeluarkan suara.
"Aku bersumpah kepada Sohaku," kata Taro, membebaskan Saiki dan
Shimoda. "Tapi aku juga bersumpah kepada Hide bahwa aku akan membantunya melindungi Lord Genji dengan nyawaku sendiri. Sumpah yang
kedua lebih penting bagiku."
"Aku tidak bisa berjalan," kata Shimoda. Dia memegang harpun di
tangannya. "Jangan khawatir. Aku akan berusaha sekuat tenaga sebelum
aku mati." PDF by Kang Zusi Saiki memandang ke desa untuk terakhir kalinya sebelum dia dan Taro
memasuki hutan. Dia tak akan melihat desa itu dengan cara yang sama
lagi. Ketika pem-berontakan sudah dipadamkan, dia akan kembali dengan
pasukan dan secara pribadi memimpin penumpasan Kageshima. Sebagian
besar kebahagiaan pada masa mudanya akan mati bersama desa itu. Saiki
tak berusaha menghentikan air matanya yang mengalir turun.
Saat itu, dendam para paus akan benar-benar terbalas.
Tak lama setelah berpisah dengan Lord Genji, Heiko minta diri untuk
berganti pakaian. Dia tidak bertanya kepada Stark tentang pistol yang
disandangnya atau bagaimana Stark dapat mengalahkan lima samurai
berpengalaman dengan senjata yang belum pemah dia lihat dan gunakan
hingga hari ini. Stark kini tak tahu apakah dia mengenali dirinya sendiri.
Genji tahu kalau dia akan menang. Genji pernah melihat Stark
menembakkan pistol satu kali, dan dari situ Genji tahu Stark dapat
menghunus pedang dengan cepat. Atau, kalaupun Genji tak tahu, dia mau
bertaruh untuk itu. Kuda yang ditunggangi Stark mendepak tanah yang tertutup salju dan
menarik kekang. Stark menepuk-nepuk leher kudanya dan bergumam menenangkan sehingga kudanya kembali tenang.
Ketika Heiko kembali, dia terlihat sama sekali berbeda. Kimono
warna-warninya telah hilang, juga tatanan rambutnya yang rumit. Dia
mengenakan jaket sederhana dan celana longgar seperti yang biasa
dikenakan seorang samurai, juga sepatu berkuda dan topi bundar lebar di
atas rambutnya yang dikepang longgar. Sebuah pedang pendek tergantung
di ikat pinggangnya. Heiko tidak bertanya kepada Stark tentang pistol yang
dia sandang maupun iaido, Stark juga tidak bertanya tentang baju dan
pedang Heiko. "Jalan yang kita lalui jarang dilewati orang," kata Heiko.
"Kemungkinan kita bertemu bandit sangat kecil karena mereka lebih
memilih jalan yang ramai. Bahaya justru datang dari Sohaku. Dia tahu
daerah pegunungan ini juga. Dia mungkin saja telah mengirim orang untuk
mencegat kita." "Aku siap." PDF by Kang Zusi Heiko tersenyum, "Aku tahu kamu siap, Matthew. Jadi, aku sangat
yakin kita akan mencapai tujuan dengan selamat."
Mereka berjalan selama dua hari tanpa menemui hambatan. Pada hari
ketiga, Heiko menghentikan kudanya dan meletakkan tangan di depan
bibirnya tanda menyuruh diam. Dia turun, memberikan kekang kudanya
kepada Stark, dan menghilang ke pepohonan di depan mereka. Sejam
kemudian baru dia kembali. Tetap memberi tanda untuk diam, dia
mengisyaratkan kepada Stark untuk meninggalkan kuda dan mengikutinya.
Dari puncak bukit, mereka berdua melihat tiga puluh samurai
bersenjatakan senapan berkerumun di kelokan jalan, yang diberi halangan
barikade batang kayu setinggi satu setengah meter. Ketika Heiko yakin
Stark sudah melihat semua yang perlu dilihat, dia mengajaknya kembali ke
kuda mereka. "Sohaku," kata Heiko.
"Aku tidak melihatnya."
"Dia ingin kita berpikir, dia telah membawa sisa pasukannya ke tempat
lain." "Memangnya, dia tidak melakukan itu?"
"Dia menempatkan sisa pasukannya tak jauh dari sini. Jika kamu ingin
melewati halangan itu tanpa harus bertempur, apa yang akan kamu
lakukan?" "Aku tadi melihat jalan setapak di lereng bukit. Jalan setapak itu jauh
dari barikade. Aku akan lewat jalan itu di malam hari." Stark berpikir
sejenak. "Kita harus meninggalkan kuda kita. Karena jalan itu sangat
kecil." "Justru itu yang diinginkan Sohaku," kata Heiko "Dia menyuruh anak
buahnya bersembunyi di pepohonan sepanjang jalan setapak itu. Bahkan,
jika bisa melewati mereka, kita tak punya kuda. Sohaku akan dapat
mengejar kita sebelum kita sampai di tempat aman."
Stark mengingat hal-hal yang telah dia amati di jalan setapak itu.
Seingatnya, dia tidak melihat ada tanda-tanda orang bersembunyi, tetapi
tentu saja dia tidak mungkin melihatnya, jika mereka memang pintar bersembunyi. "Apa yang akan kita lakukan?"
PDF by Kang Zusi "Aku telah melihatmu menunggang kuda. Kamu seorang penunggang
yang baik." "Terima kasih. Kamu juga."
Heiko menerima pujiannya dengan sebuah bungkukan. Dia menunjuk
pada pistol yang disandang Stark. "Sebagus apa kemampuanmu dengan
senjata itu?" "Bagus." Ini bukan waktunya berbasa-basi merendahkan diri. Dia tidak
akan menanyakan hal itu jika Heiko memang tak ingin tahu.
"Apa kamu juga jitu menembak dengan berkuda?"
"Tidak seakurat saat aku berdiri diam." Stark tidak bisa menahan diri
untuk tidak tersenyum. Wanita mungil dan halus ini berencana menyerbu
barikade. "Jangan tidur," kata komandan barikade. "Jika mereka berusaha lewat sini,
mereka pasti mencobanya di malam hari."
"Tak seorang pun akan lewat sini," kata salah satu samurai. "Mereka
akan melihat barikade dan mengambil jalan yang lain, seperti kata
Sohaku." "Jika mereka melihatmu tidur, mereka mungkin akan berubah pikiran.
Jadi, berdirilah dan konsentrasi." Komandan itu memelototi samurai selanjutnya. "Kamu dengar aku tidak" Bangun!" Dia menampar kepala samurai
itu. Samurai itu terguling tak bernyawa. Sang komandan melihat
tangannya, yang basah oleh darah.
"Eeeeee!" Samurai lain yang berada di depan barikade jatuh,
memegangi senjata bintang ninja yang menancap di tenggorokannya.
"Kita diserang!" teriak sang komandan. Dia melihat ke segala arah.
Mereka diserang, tetapi dari mana dan oleh siapa"
Sesuatu berguling dari atas bukit. Sang komandan mengangkat
senapannya dan menembak. Tubuh itu jatuh di bawah kakinya. Tubuh
salah satu anak buahnya lagi, dengan tenggorokan terpotong dari telinga ke
telinga. "Ninja!" seseorang berteriak.
Bodoh! Itu hanya akan membuat panik. Ketika semua ini sudah selesai,
dia akan menghukum siapa pun yang berteriak itu. Tetapi, sang komandan
PDF by Kang Zusi tidak segera mengenali suara itu. Siapa di antara anak buahnya yang
suaranya terdengar seperti wanita"
Dia berpaling untuk memberikan perintah dan melihat seorang
bertubuh kecil berdiri di depannya, wajahnya bercadar. Hanya matanya
yang terlihat, Mata yang sangat indah. Komandan itu merasakan dadanya
membasah. Dia membuka mulut untuk berbicara, tetapi suaranya tak
keluar. Saat jatuh ke tanah, dia mendengar suara tembakan. Tembakan itu
tidak terdengar seperti tembakan senapan. Kepalanya yang kini menempel
ke tanah mendengar suara kaki kuda yang berlari kencang. Sesaat kemudian, dua kuda melompati barikade di depannya. Penunggang kuda pertama
menembakkan peluru dari sebuah pistol besar. Tidak ada orang lain di
pelana kuda kedua. Bagus. Setidaknya, mereka berhasil menjatuhkan salah
satu dari mereka. Sebelum dia dapat mengira siapa yang berhasil mereka jatuhkan, darah


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berhenti mengalir ke otaknya.
Stark menunggu di dekat sungai, sesuai dengan petunjuk Heiko. Ketika
Stark menunggangi kudanya melompati barikade dengan menarik kuda
Heiko, dia mengira akan disambut dengan tembakan senapan bertubi-tubi.
Anak buah Sohaku memang menembak, tetapi bukan ke arahnya. Ketika
melewati barikade, dia melihat beberapa tubuh sudah terbaring tewas. Dan,
dia tidak menembak mereka.
Heiko diam-diam keluar dari pepohonan. Bagaimana caranya gadis itu
sampai di sini begitu cepat"
"Kamu baik-baik saja?" tanyanya.
"Ya, baik. Kamu?"
"Sebuah peluru menyerempet lenganku." Heiko berlutut di pinggir
sungai, membasuh lukanya, dan dengan cekatan mengikatkan perban
menutupi luka itu. "Ini tidak serius kok."
Kuda Heiko meringkik. Dari ringkikannya terdengar suara tersedak
yang terdengar aneh. Kuda itu meringkik lagi, lebih lemah, dan terguling.
Stark dan Heiko berlutut di sebelah kuda yang terguling itu. Kuda itu
masih bernapas. Namun, napas itu tak akan tahan lebih lama lagi. Sebuah
PDF by Kang Zusi peluru merobek tenggorokannya. Salju di bawah leher kuda itu berwarna
gelap oleh darah. "Kuda hadiahmu dari turnamen cukup kuat," kata Heiko. "Dia bisa kita
naiki berdua hingga kita menemukan kuda yang lain."
Gadis itu naik di belakang Stark. Dia sangat ringan, Stark bahkan
mengira kudanya tidak akan menyadari adanya tambahan beban.
Siapa yang membunuh para samurai di barikde tadi, Heiko atau dia"
Stark bertanya-tanya apakah semua geisha memang punya bakat
ganda. Sohaku berlari kembali ke tempat barikade dengan pasukan utamanya
begitu dia mendengar tembakan pertama. Sesampai di sana, dia
menemukan delapan belas dari tiga puluh anak buahnya mati atau terluka
parah. "Kami diserang ninja," kata salah seorang samurai yang bertahan
hidup. "Mereka menyerang kami dari segala arah."
"Berapa orang yang ada di sana?"
"Kami tak pernah melihat mereka dengan jelas. Ninja memang selalu
seperti itu." "Apakah Lord Genji bersama mereka?"
"Saya tidak melihatnya. Tetapi, mungkin dia berada di antara para
penunggang kuda yang melompati barikade. Mereka lewat dengan cepat,
sembari menembakkan pistol mereka kepada kami."
"Pistol?" Hide dan Shigeru masing-masing membawa sebuah senapan
ketika mereka keluar Edo bersama Genji. Adanya suara tembakan
mungkin berarti bahwa Genji bersama mereka. Jika mereka berpencar
menjadi dua atau tiga grup, seperti yang dianjurkan Sohaku jika dia
bersama mereka, senjata api pasti bersama Genji. "Apa kalian menghitung
ada berapa senjata?"
"Ya, Rahib Kepala. Setidaknya, ada lima orang. mungkin sampai
sepuluh orang." Sohaku mengerutkan dahi. Lima atau sepuluh senjata api. Ditambah
ninja yang belum jelas jumlanya. Itu berarti Genji telah mendapat bantuan.
PDF by Kang Zusi Dari siapa" Dan dari mana" Apakah mungkin para sekutu Genji mau
menanggung risiko menolongnya"
"Kirim seorang pembawa pesan ke Kudo. Katakan kepadanya untuk
bergabung dengan kita."
"Ya, Rahib Kepala. Apakah harus sekarang?"
Keraguan yang terdengar dari pertanyaan itu Membuat Sohaku naik
darah. Apakah anak buahnya sudah sangat lemah sehingga satu serangan
saja telah melemahkan semangat mereka"
"Jika tidak sekarang, kapan?"
"Ampuni saya karena mengajukan usul tanpa diminta, Tuan, tetapi
bukankah lebih bijaksana jika kita menunggu sampai pagi?"
Sohaku memandang ke jalan. Sinar buram bulan baru cukup untuk
membuat orang membayangkan adanya bayangan dalam bayangan.
Bayangan seperti itu menciptakan keraguan yang pasti akan dimanfaatkan
ninja. Beberapa orang ninja memang pergi bersma Genji. Tetapi, bukan
tidak mungkin ada beberapa orang ninja tinggal dan bersembunyi untuk
mencegah pembawa pesan yang pasti akan dikirim Sohaku"
Kemarahan Sohaku memudar. "Kalau begitu besok pagi saja."
"Ya, Rahib Kepala."
Tetapi, ketika fajar tiba, seorang pembawa pesan tiba sebelum Sohaku
mengirim pembawa pesannya
Kawakami menunggu Genji turun dari pegunungan ke arah Laut Dalam.
Iseng dia bertanya-tanya apakah Kudo berhasil menembak Shigeru. Tetapi,
itu tak penting. Kalau Shigeru sekarang masih hidup, nyawanya tak akan
bertahan lama. Di antara dua ribu pasukan yang dibawa Kawakami ada
sebuah batalyon yang terdiri dari lima ratus penembak. Tidak ada pedang
yang mampu melawan lima ratus senjata. Tidak juga Shigeru.
Nasib Genji akan lebih buruk lagi. Apa pun keistimewaan yang dia
miliki sebagai seorang Bangsawan Agung telah hilang sejak dia
meninggalkan Edo tanpa izin Shogun. Pelanggaran terang-terangan
terhadap Undang-Undang Kediaman Alternatif seperti itu secara otomatis
menimbulkan asumsi bahwa Genji akan memberontak. Dan, Shogun tidak
gampang memaafkan pengkhianat. Penahanan, pengadilan, dan hukuman
PDF by Kang Zusi pasti menunggu. Banyak pertanyaan yang diajukan. Banyak rahasia yang
akan terbuka. Setiap orang akan melihat siapa yang tahu dan siapa yang
tidak tahu. Sebelum Genji diperintahkan untuk melakukan ritual bunuh
diri, dia akan dihinakan dan dipermalukan, dihancurkan dalam perangkap
yang telah dipersiapkan Kawakami selama dua puluh tahun. Saat itu,
Kawakami belum tahu bahwa Genji kni menjadi korbannya. Kakeknya,
Kiyori, yang menjadi sebagai Bangsawan Agung Akaoka saat itu, dan
ayahya yang tak berguna, Yorimasa, seharusnya yang mewarisi gelar itu.
Yorimasa adalah sasaran yang dimaksudkan Kawakami ketika rencananya
yang brilan itu tercetus di otaknya seperti sebuah pertanda. Sungguh dalam
kesan itu tertanam di hati Kawakami sehingga dia menganggap Genji juga
dapat menjadi mangsanya menggantikan Yorimasa. Kawakami tidak bias
menahan kepuasan mendalam terhadap kebijakannya, lagi pula mengapa
dia harus menahannya"
"Tuan, seorang kurir dari Shogun hendak menghadap.",
"Bawa dia masuk. Tunggu. Ada kabar tentang Mukai."
"Tidak, Tuanku. Dia sepertinya telah meninggalWn Edo. Tak seorang
pun tahu dia pergi ke mana dan mengapa."
" Ini adalah berita yang paling mengganggu Kawakami. Mukai bukanlah
orang penting. Tetapi, biasanya semua tindakannya gampang ditebak,
sangat tidak variatif dan itu-itu saja. Itulah satu-satunya ciri utama Mukai.
Tindakan yang sangat menyimpang dari karakternya, biasanya sangatlah
mengganggu Mukai, terutama pada masa krisis sekarang ini. Kawakami
akan menegurnya dengan keras ketika asistennya itu kembali nanti.
"Tuan Kawakami." Kurir itu berlutut dan membungkuk sesuai dengan
tata cara seorang samurai di medan perang. "Lord Yoshinobu
menyampaikan salam."
Yoshinobu adalah Kepala Dewan Shogun. Kawakami mengambil surat
dari kurir itu dan tergesa membukanya. Mungkin situasi di ibu kota sudah
kritis sehingga Dewan memutuskan untuk mengambil tindakan lebih
drastis terhadap Genji. Bisa saja surat ini berisi perintah untuk menghabisi
klan Okumichi dengan segera. Jika memang demikian, pasukan Shogun
akan segera menduduki benteng wilayah Akaoka yang terkenal, Kastel
Awan Burung Gereja. Dan karena pasukan Kawakami sudah setengah
PDF by Kang Zusi jalan menuju ke sana, dia akan menjadi orang yang melaksanakan perintah
itu. Tetapi, ternyata semua harapannya tak terkabul.
Kekecewaan Kawakami sangat besar hingga dadanya terasa sakit.
Dewan memutuskan mengizinkan kepergian para bangsawan dan
keluarganya keluar dari Edo sejak peristiwa pengeboman itu. Selain itu,
Undang-Undang Kediaman Alternatif dicabut secara temporer hingga
perintah lebih lanjut. Genji bukan lagi seorang pengkhianat. Dia adalah
seorang bangsawan setia yang mematuhi perintah Shogun.
"Apakah Shogun juga mundur dari Edo?"
"Tidak, Tuanku." Kurir itu memberikan satu lagi surat kepada
Kawakami. Dewan Shogun memerintahkan semua bangsawan sekutunya
mempersiapkan pasukan untuk ditempatkan di dataran Kanto dan Kansai,
jika nanti perlu tindakan untuk melawan invasi orang asing yang ditujukan
kepada Ibu Kota Kekaisaran Kyoto atau Ibu Kota Keshogunan Edo.
Shogun akan memimpin pasukan di Kanto dari Benteng Edo. Menurut
Yoshinobu, seratus ribu samurai akan segera siap untuk bertempur
melawan penjajah hingga titik darah terakhir.
Kawakami tergoda untuk tertawa terbahak-bahak. Seratus ribu samurai
dengan pedang, sejumlah kecil senapan kuno, dan meriam kuno yang
bahkan jumlahnya lebih sedikit, tak lama lagi akan menjadi seratus ribu
mayat di awal invasi orang asing.
"Satu skuadron kapal perang mengebom Edo dan menimbulkan
kerusakan besar," kata Kawakami, "dan mereka sama sekali tak rugi apaapa. Bagaimana jika para orang asing itu terus melakukan hal seperti itu"
"Mereka tidak bisa menjajah Jepang hanya dengan kapal perang," kata
sang kurir. "Pada akhirnya, mereka harus mendarat ke pantai. Dan saat itu,
kami akan memenggal kepala mereka seperti para nenek moyang
memenggal kepala pasukan Mongol, Kubilai Khan."
Kurir itu adalah salah satu dari banyak samurai yang terobsesi dengan
pedang dan terikat pada masa lampau. Orang asing punya mortir yang
dapat meluncurkan peledak seukuran manusia hingga delapan kilometer
jauhnya. Mereka punya meriam yang dapat ditarik kuda sehingga dapat
PDF by Kang Zusi dipindah-pindahkan dengan mudah, menghancurkan ribuan orang di satu
tempat, lalu dapat dengan mudah dipindahkan untuk menghancurkan
ribuan orang di tempat lain, hanya dalam beberapa jam. Dan, orang asing
punya banyak meriam. Mereka punya senapan dan pistol lengkap dengan
peluru, bukan menggunakan bubuk mesiu. Dan yang paling penting, para
orang asing itu telah saling membunuh di antara mereka sendiri dengan
senjata-senjata mematikan itu selama dua setengah abad, sementara
samurai Jepang terbuai oleh kedamaian yang diciptakan oleh Tokugawa.
Kawakami berkata, "Kita akan menghadapi mesin mesin perang
mereka dengan pedang dan semangat bertempur, dan kita akan
menunjukkan kepada mereka terbuat dari apa kita ini." Daging. Tulang.
Darah. "Ya, Lord Kawakami," kata kurir itu, dadanya mengembang bangga,
"kita akan tunjukkan."
Hide menyiapkan jebakan dengan baik. Dia menemukan selusin tempat
yang ideal untuk membuat jebakan di perbukitan yang mengitari
percabangan jalan tempat mereka berpisah. Dia membawa senapannya dan
senapan Shigeru. Dia akan menembakkan kedua senapan itu dari satu
posisi, lalu berlari ke posisi selanjutnya dan menembakkan panah. Saat dia
mencapai tempat jebakan ketiga, dia akan mengisi kembali kedua senapan
dan menembakkannya lagi. Siasat ini mungkin tidak akan termakan oleh
Sohaku dan kudo, tetapi mereka mungkin juga tidak yakin, dan
ketidakyakinan ini akan memperlambat mereka.
Sejauh ini belum ada yang datang. Tiga malam lalu, Hide berpikir dia
mendengar suara tembakan dari atah angin bertiup. Nona Heiko dan
Starklah yang pergi ke arah itu. Hide punya perasaan mereka berdua
berhasil lari dari siapa pun yang menembaki mereka. Kepercayaannya
kepada Stark memang sangat meninggi setelah turnamen iaido. Nona
Heiko di tangan yang baik.
Hide tidak begitu yakin terhadap nasib Lord Genji. Kemampuan
junjungannya itu melihat masa depan, seharusnya bisa menyelamatkan
nyawanya. Tetapi, seperti yang dikatakan Genji sendiri, isyarat dan
ramalan tak selalu mudah dipahami. Tetapi, Hide merasa lebih tenang jika
saja Stark yang bersama Genji.
PDF by Kang Zusi Dia berhenti berpikir tentang ramalan dan memfokuskan perhatiannya
pada hal-hal yang dapat dia lihat dan dengar. Seseorang datang dari arah
belakangnya. Apakah keahliannya sudah sangat menurun sehingga musuh
berhasil memutar tanpa setahunya" Hide mengangkat senapannya dan siap
menembak. Yang datang hanya satu orang. Dia menuntun, bukan menaiki
kudanya yang justru menarik sebuah tandu. Ada dua bungkusan di tandu
itu. Kelihatannya seperti mayat yang terbungkus selimut.
Hide menurunkan senapannya. Orang itu adalah Shigeru. Rasa takut
membekukan darah Hide lebih dari musim dingin.
Siapakah mayat yang ditandu itu"
11. Yuki to Chi Kudo mulai khawatir ketika pengintai kedua tidak kembali. Ketika
orang ketiga juga tidak kembali, dia memerintahkan anak buahnya untuk
mundur. Meski begitu, dia tahu perintahnya ini adalah sebuah kesalahan.
Kepercayaan diri samurai yang mundur akan lebih menurun
dibandingkan samurai yang maju.
Salah seorang samurai yang dia tugaskan menjaga bagian belakang,
memacu kudanya menuju dirinya.
"Tuanku, yang lain hilang!"
"Apa maksudmu, hilang?"
"Sesaat lalu mereka ada, tapi sesaat kemudian mereka hilang."
Samurai itu memandang ketakutan ke balik bahunya. "Seseorang
memburu kita." "Shigeru," kata yang lain.
"Kembali ke tempatmu," kata Kudo. "Kamu, kamu, dan kamu. Pergi
bersamanya. Orang tak mungkin hilang begitu saja. Cari mereka."
Para samurai yang dia perintah hanya duduk di punggung kuda
mereka dan saling memandang. Tak seorang pun bergerak untuk
mematuhi perintahnya. PDF by Kang Zusi Kudo baru saja akan memarahi mereka ketika penunggang yang
berada di depan berteriak. Tangannya memegang separuh batang panah
yang menghunjam ke bola mata kanannya.
Shigeru sebenarnya lebih memilih membiarkan Kudo dan anak
buahnya meneruskan pengejaran mereka sedikit lebih lama. Kemudian,
dia akan membunuh setengah dari mereka saat mereka maju dan
setengahnya lagi saat mereka mundur. Sungguh menyenangkan
melakukan segala sesuatu secara teratur seperti itu. Sayangnya, karena
kondisi, dia harus membuang semua pertimbangan estetika macam itu.
Dia memandang ke bangunan beton besar yang berdiri tinggi di
antara pepohonan. Cerobong-cerobong asap raksasa mengeluarkan asap
berbau menusuk ke langit. Abu hitam jatuh seperti bayangan butiran
salju yang mati, membuat daratan menghitam. Manusia-manusia putus
asa tanpa semangat dengan seragam abu-abu longgar, dengan kepala
hampir gundul, menggerakkan kereta beroda keluar dari bangunan dan
menjajarkannya dengan rapi di luar. Tanah yang dia injak bergetar.
Apakah getaran itu disebabkan oleh tawa para setan"
Penampakan yang dia lihat masih dalam bentuk diam dan transparan
sehingga dia masih bisa bertahan. Tetapi, penampakan itu semakin lama
semakin terlihat jelas, mengerikan, lebih sering dan yang paling buruk
semakin terlihat meyakinkan. sejauh ini, dia masih bisa membedakan
antara penampakan masa depan dan kenyataan saat ini. Namun, hal itu
tak akan bertahan lama, dan dia baru saja terpisah dengan Genji dua hari.
Dengan kondisi penampakan yang dialaminya terus memburuk seperti
ini, dalam waktu dua hari lagi, dia akan kembali menjadi gila seperti saat
di Kuil Mushindo. Mengingat hal itu, kesabaran tak lagi dibutuhkan.
Ketergesaan justru menjadi kunci.
Tapal kudanya tak banyak membuat suara saat berjalan di padang


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rumput bersalju. Kemarin, Shigeru pasti akan memercayai insting
kudanya dan langsung memacunya melewati penjara yang terbakar
beserta orang-orang putus asa yang ada di dalamnya. Hari ini, keinginan
untuk itu sudah hilang. Maka, dia lalu pergi memutar.
Anak buah Kudo tinggal enam belas orang. Mungkin mereka adalah
penembak terbaik yang dapat dikumpulkan Kudo. Tembakan mereka
PDF by Kang Zusi mungkin tepat, jika mereka diam menunggu sasaran sebelum menembak.
Tetapi, disiplin mereka buruk dan keberanian mereka lemah. Hanya
empat orang yang terbunuh, tetapi enam belas yang tersisa sama saja
dengan kalah, lari karena takut kepada penyerang tunggal yang tak
terlihat. Shigeru senang karena tak satu pun dari mereka adalah samurai
yang pernah dia latih. Shigeru melepaskan panah membidik tenggorokan penunggang kuda
terdepan. Dia tidak menunggu untuk melihat apakah sasarannya tepat
atau tidak. Sebuah teriakan tertahan dan suara tembakan yang mengikuti
menunjukkan bahwa dia tepat mengenai sasaran. Peluru mematahkan
dahan-dahan dan berdesing melewati dedaunan. Tak satu pun peluru itu
mendekati tempat Shigeru berada atau tempatnya sebelumnya.
Menyedihkan. Mungkin orang asing akan menjajah Jepang lebih cepat
dari yang dia kira. Itu pasti terjadi jika perlawanan seperti ini yang hanya
bisa diberikan para samurai.
Shigeru mengamati Kudo yang berjuang mengumpulkan anak
buahnya membentuk lingkaran pertahanan di depan pepohonan pinus
yang tinggi. Sementara para penembak pengkhianat itu menembaki
ruang kosong, Shigeru memacu kudanya ke depan.
Kudo benar-benar marah. Situasi ini benar-benar bodoh. Lima belas
orang bersenjatakan senapan ketakutan hanya karena seorang lawan. Tak
soal jika lawan itu adalah Shigeru. Jika saja mereka bersenjatakan
pedang, situasinya tentu akan sangat berbeda. Tetapi, mereka adalah
penembak modern melawan orang gila. Seharusnya, mereka dapat
menembaknya jatuh sebelum dia terlalu dekat dan dapat membunuh
dengan pedangnya. Mem ang, Shigeru juga seorang ahli panah. Lima
mayat membuktikan hal itu. Tetapi, jika saja anak buahnya
mempertahankan disiplin, mereka pasti tahu keberadaan Shigeru dengan
mengamati arah datang panah yang meluncur ke mereka.
Kudo mempertahankan posisinya selama hampir satu jam meskipun
tak ada ancaman langsung. Dia tahu Shigeru telah pergi dari tadi,
mungkin untuk menyiapkan sebuah serangan lagi. Kudo bertahan karena
memberikan waktu bagi anak buahnya untuk menenanglcan diri. Bahaya
PDF by Kang Zusi terbesar adalah mereka akan terus mundur meskipun unggul dalam
jumlah dan senjata, hanya karena kepanikan tak beralasan.
"Apa sebaiknya kita menyerah saja?" tanya Kudo ringan. "Kurasa
kita harus menyerah. Lagi pula, kita hanya unggul jumlah lima belas
lawan satu, kita hanya punya senapan melawan panahnya, dan kita
dikepung. Atau, setidaknya aku pikir kita dikepung. Bagaimana mungkin
satu orang bisa mengepung lima belas samurai" Tolong jelaskan misteri
ini padaku." Anak buahnya saling memandang malu.
"Ampuni kami, Lord Kudo. Kami membiarkan diri kami terpengaruh
oleh reputasi Shigeru. Tentu saja Anda benar. Tidak ada alasan bagi
kami untuk ber-kerumun seperti sekelompok anak kecil yang ketakutan."
"Kurasa kalian sudah siap kembali untuk menjadi samurai?"
"Tuanku." Semua anak buahnya membungkuk.
Kudo membagi pasukannya menjadi tiga grup yang masing-masing
terdiri dari lima orang. Mereka akan bergerak bersama, terpisah, tetapi
tetap dapat saling mengawasi. Namun, jarak mereka juga cukup jauh
sehingga Shigeru hanya bisa membidik satu grup dalam satu waktu, yang
pada akhirnya akan membuka posisinya dan memberikan kesempatan
pada lima belas senapan, untuk menembaknya.
Kudo berkata, "Kalaupun kita gagal mengenainya pada tembakan
pertama, kita sudah mengetahui lokasinya. Tiga kelompok yang kita
bentuk akan memburu dia seperti mangsa, menjebaknya, dan menembaknya." "Ya, Tuan." "Siapa pun yang berhasil menembak mati Shigeru akan mendapat
kehormatan memisahkan kepala dan badannya serta mempersembahkannya kepada Rahib Kepala Sohaku."
"Terima kasih, Tuan."
Kudo memimpin kelompok yang paling mudah terlihat, kelompok
yang menuruni lereng bukit inenuju ke kiri. Dia berharap Shigeru akan
menyerang kelompoknya terlebih dahulu. Dia sangat berharap dapat
menjadi orang yang bisa menembakkan peluru di antara kedua mata
orang gila itu. Karena Shigeru selalu melakukan yang tak terduga, dia
PDF by Kang Zusi lebih mungkin menyerang kelompok yang di tengah sehingga posisinya
akan terbuka lebar untuk tembakan dari ketiga arah. Dengan begitu, bisa
dipastikan Shigeru akan menyerang dari belakang. Mata Kudo
memandang lurus ke depan. Tetapi, semua perhatiannya terpusat ke
belakang punggungnya. Dia memusatkan perasaan, lebih kuat daripada
mengandalkan penglihatan. Shigeru bukan satu-satunya samurai sejati di
klan Okumichi. Seekor kuda tanpa penunggang mendompak dan berlari dari
pepohonan di sebelah kanan.
Tak seorang pun menembak.
Apakah kuda itu terlepas dart talinya ataukah Shigeru dengan sengaja
melepaskannya untuk mengacaukan perhatian mereka" Itu tidak
masalah. Taktik tadi, kalaupun itu memang taktik, tidak berhasil. Tak
seorang pun menjadi panik. Dan sekarang, Shigeru tidak punya kuda.
Tanpa kudanya, kecepatan dan pergerakannya akan sangat berkurang.
Kepercayaan diri Kudo mulai naik.
Matahari musim dingin yang hampir tenggelam bergerak turun
menuju malam, dan tetap saja belum ada serangan. Shigeru menunggu
gelap untuk meminimalisasi keuntungan jumlah pasukan Kudo. Di
tempat terbuka dan terpisah dalam tiga kelompok, mereka dapat menjadi
mangsa empuk. Tetapi, itu hanya jika mereka meneruskan taktik mereka,
dan Kudo tidak bermaksud meneruskan taktik itu.
Dia mengamati daerah di sekitarnya. Dalam perang ada aksioma
bahwa siapa pun yang memilih tempat pertempuran sama saja dengan
memegang kunci kemenangan. Di sini lembah melebar. Di tengahtengah dataran kecil tersebut ada sebuah bukit kecil, bagaikan sebuah
pulau yang ditumbuhi tujuh pohon pinus menjulang di tengah salju. Jika
mereka berkemah di sini malam ini, mereka akan diuntungkan karena
penglihatan yang terbuka ke segala arah. Bahkan, meski di bawah sinar
buram bulan baru, bayangan seseorang akan terlihat jelas di atas
putihnya salju. Serangan sembunyi-sembunyi, sebagai satu-satunya
kekuatan Shigeru, tak akan bisa diterapkan di sini. Sempurna.
PDF by Kang Zusi Tetapi, kesempurnaan itu justru meningkatkan kecurigaan Kudo.
Semua hal yang telah dia lihat di sini pasti juga dilihat oleh Shigeru. Jadi,
kemungkinan besar Shigeru memasang perangkap di sini.
"Maju dengan hati-hati. Perhatikan dahan-dahan pohon dengan baik.
Dia mungkin saja akan menyerang kita dari atas."
Mereka maju perlahan, senapan siap ditembakkan. Ketika mereka
sampai di dasar bukit, Kudo menugasi tujuh orang untuk maju dan
memeriksa setiap pohon pinus yang ada di situ.
"Tak seorang pun terlihat, Tuanku."
Tetapi, ada yang salah. Semua insting prajuritnya membuat Kudo
merasa demikian. Kudo berjalan pelan memutari bukit. Tidak ada satu
pun tempat yang bisa digunakan untuk sembunyi, bahkan dengan
keahlian sembunyi seorang Shigeru. Tetapi, tetap saja dia merasa tidak
tenang. "Tuanku?" Mungkin, melihat betapa jelas kemungkinan dilakukannya serangan
juga per-tahanan di tempat ini, Shigeru telah pergi ke bawah lembah. Di
bawah ada ngarai sempit yang bisa menjadi tempat ideal bagi seorang
samurai yang harus melawan musuh yang lebih banyak jumlahnya.
Mungkin Shigeru menunggu mereka di sana. Mungkin.
Akhirnya, kehabisan alasan untuk menunda lebih lama lagi, Kudo
berkata, "Kita akan berkemah di sini. Setiap kelompok bergiliran jaga."
"Ya, Tuan." Di dasar bukit, bau pinus bertambah kuat. Kudo berhenti.
"Stop!" "Apa Anda melihatnya, Tuan?"
Kudo tidak melihatnya. Tetapi, dia telah membuat kesalahan dan
menyadarinya pada saat yang tepat. Dia waspada terhadap serangan dari
atas. Tetapi, dia tidak mewaspadai serangan dari bawah. Daun-daun
pinus yang seperti jarum berjatuhan ke bawah bagai hujan. Tiga lubang
kecil di tanah penuh oleh daundaun itu.
Kudo menghunus pedangnya. "Lindungi aku."
PDF by Kang Zusi Dia maju ke lubang terdekat dan menusuk-nusukkan pedangnya di
lapisan daun-daun pinus yang memenuhi lubang itu. Tak ada apa pun.
Lubang kedua dan ketiga pun sama saja.
Shigeru tidak ada di atas. Dia juga tidak ada di bawah. Tak ada
tempat lagi yang memungkinkannya untuk bersembunyi. Dia tidak
membuat jebakan di sini. Dia memang gila, tetapi dia juga brilian. Dan
sabar. Kemampuan menyerang secara siluman dan kesabaran adalah
kualitas yang tak dapat dipisahkan.
"Ikat kuda-kuda di sini. Kau. Panjat pohon pinus yang tinggi itu.
Amati sekitar." Shigeru pasti menunggu mereka di tempat lain. Mungkin mereka
aman untuk malam ini. Demikian pikiran Kudo.
Tetapi, Kudo tak dapat tidur. Dia kembali ke tiga lubang di tanah
yang dipenuhi daun pinus dan mengorek ketiga lubang itu dengan
pedangnya sekali lagi. Penjaga di atas pohon berkata. "Tuanku, seekor kuda mendekat.
Tanpa penunggang." Itu adalah kuda perang Shigeru. Kuda itu mendekat, meringkik, dan
mundur kembali, seakan-akan ingin mendekat, tetapi takut.
"Kuda itu ingin bergabung dengan kuda-kuda kita."
Keraguan kuda itu memang beralasan. Kuda perang dilatih untuk tidak
memercayai orang lain jika tuannya tidak ada.
Tetapi, keinginan kuda itu untuk tetap maju tak. bisa dimengerti. Apa
memang dia ingin bergabung dengan kuda-kuda lain" Apakah memang
itu yang menarik kuda itu mendekat ke kemah mereka"
Rasa tidak tenang yang sedari tadi dirasakan Kudo menajam. Pasti
ada tipu muslihat di sini. Dia bersandar di pohon pinus tertinggi itu untuk
mendapatkan pandangan yang lebih baik.
"Kamu yakin tak ada seorang pun bersama kuda itu?"
"Tak ada orang di pelana Tuanku, juga tak ada orang yang
bersembunyi di belakang kuda itu."
"Di bawahnya mungkin?"
PDF by Kang Zusi Penjaga berusaha mengintip lebih jelas ke arah kuda itu. "Saya rasa
tidak, Tuan. Perut kuda itu terlihat normal, tidak ada yang aneh."
"Apa kamu mau mempertaruhkan nyawamu untuk itu?"
Sang penjaga langsung menjawab tanpa ragu-ragu. "Tidak, Tuanku."
"Tembak kuda itu."
"Ya, Tuanku." Tangan Kudo yang menempel di batang pinus penuh dengan getah
lengket. Getah yang lebih banyak dari biasanya merembes keluar dari
garis panjang di batang pinus yang retak. Pinus ini telah dilemahkan oleh
usia, penyakit, dan badai, dan kini harus mengalami luka seperti ini.
Ketika penjaga yang memanjatnya bergeser, batang pinus itu berderak
mengkhawatirkan. Suara itu menggugah rasa persaudaraan yang kuat
dalam diri Kudo. Pohon dan manusia pada dasarnya memang punya
banyak kesamaan. "Kamu sebaiknya turun dan naik pohon yang lain," kata Kudo. Efek
daya lontar tembakan senapan mungkin akan menjadi beban yang terlalu
berat untuk pohon yang terluka ini.
"Ya, Tuan." Kudo mengamati retakan di pinus itu dengan lebih saksama. Retakan
itu membentuk pola yang tak biasa, hampir seperti"pintu!
Kulit pinus itu tiba-tiba membuka.
Kudo mengenali wajah liar berlumuran getah itu tepat pada saat
tajamnya pedang menghunjam dadanya, membelah jantungnya dan
menembus tulang punggungnya. Napas kehidupan yang tinggal di jasadnya tak memberi cukup waktu untuk merasakan kepuasan mengetahui
bahwa intuisinya selama ini memang benar.
Berlumuran darah sang pengkhianat, Shigeru mengayunkan kedua
pedangnya membantai orang dan setan-setan. Suara teriakan dan
tembakan terdengar samar di telinganya. Dia hampir tak mendengar apa
pun kecuali deruman sayap capung-capung metal yang beterbangan di
atas. Mata para capung itu memancarkan cahaya yang membutakan. Sayap
mereka berputar di atas badan-badan mereka. Telur mereka, berbentuk
PDF by Kang Zusi memanjang dan mengerikan seperti cacing baja, melewati Shigeru
dengan kecepatan tinggi, seakan-akan punya jalur sendiri. Lewat poripori capung yang terbuka, bisa melihat mayat ribuan orang saling
bertumpukan. Mata pedang tajam berkilauan menebas melengkung dan memutar.
Darah muncrat ke udara. Mayat dan potongan tubuh berceceran di salju.
Terdengar orang-orang berteriak dan mati hingga hanya tinggal
seorang yang tetap berteriak.
Shigeru berteriak dan berteriak hingga paru-parunya kosong dan
kesadarannya memudar. Hingga para capung baja itu pergi.
Ketika terbangun, Shigeru melihat jutaan orang berbaris. Manusia
menyebar seperti serangga sejauh dia bisa memandang. Pilar-pilar batu,
kaca, dan baja menjulang menembus awan. Di dalamnya, lebih banyak
orang saling berimpitan seperti lebah jantan berimpitan di sarang. Di
bawah tanah ada lebih banyak lagi sarang, terlihat kerumunan orang
bermata hampa masuk ke gerbangnya dan menghilang ke hawah tanah.
Shigeru melangkah ke belakang, tersandung dan atuh ke atas bangkai
seekor kuda. Mayat manusia dan bangkai kuda yang terbantai bertebaran
di bukit kecil itu. Kudanya sendiri berdiri tak jauh, mengawasinya penuh
curiga. Ketika dia menengadah ke langit, penampakan itu telah hilang.
Untuk berapa lama" Shigeru mencari di antara mayat-mayat. Kudo terbaring telentang di
dekat retakan batang pohon pinus. Dia mengangkat mayat Kudo dengan
menarik kuncir rambutnya lalu memenggal kepalanya. Ketika kembali ke
Kastel Awan Burung Gereja, dia akan menempatkan kepala itu di atas
sebuah tombak dan membiarkannya membusuk di luar gerbang istana.
"Kamu tak akan kesepian," kata Shigeru kepada kepala Kudo. "Istri
dan anak-anakmu akan menemanimu di sana."
Setelah dua jam membujuk kudanya, akhirnya Shigeru berhasil
menunggangi kudanya kembali. Dia lalu memacu kudanya ke utara
secepat dia bisa. Dia berdoa semoga dia tak terlambat.
PDF by Kang Zusi

Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di sekelilingnya hanya ada api. Dia ada di Edo dan Edo terbakar. Di
langit bukan awan yang tampak, melainkan silinder-silinder baja
bersayap memenuhi langit. Silinder-silinder itu menjatuhkan kalengkaleng yang pecah menjadi bara api, yang meledak menjadi nyala api
ketika mengenai kota. Angin yang ditiupkan badai api menghisap udara dari paru-parunya.
Orang-orang yang setengah terbakar bersetubuh di reruntuhan hingga
mati. Shigeru mengeratkan pegangan ke tali kekang dan mempercayakan
kudanya untuk terus mencari jalan maju.
Jika satu malam berlalu sebelum dia bisa bertemu keponakannya
kembali, Shigeru tahu semua akan terlambat.
Ketika mereka melihat seorang penunggang kuda mendekat dari
kejauhan, tujuh pria berpakaian lusuh itu segera sembunyi di semaksemak terdekat. Mereka membawa senjata seadanya"tiga lembing,
empat tombak, sebuah pedang bermata dua yang sudah tua, dan dua
pistol tua tanpa pemicu, bubuk mesiu ataupun peluru. Meski sebenarnya
mereka masih terlalu muda untuk dibilang pria, ketakutan dan kelaparan
membuat wajah mereka kurus terlihat seperti wajah orang tua. Empat
belas pasang mata melesak ke dalam kelopaknya yang menghitam;
rahang dan gigi terlihat jelas dari kulit yang tak berdaging. Ciri-ciri
tulang tengkorak mereka terlihat jelas menempel di kulit wajah mereka.
"Jika kita membunuhnya, kita bisa makan kudanya," kata salah
seorang dari mereka penuh harap.
Pria di sampingnya mendengus. "Seperti kita memakan dua kuda
terdahulu?" "Aku kan tak tahu mereka punya pistol."
"Dan pistol yang hebat pula," kata yang lain. "Bisa menembakkan
banyak peluru tanpa harus diisi dulu."
"Aku yakin Ichiro dan Sanshiro juga terkesan sepertimu, tak peduli
apakah mereka kini ada di Tanah Murni atau neraka."
PDF by Kang Zusi Isakan tertahan keluar dari mulut pria pertama. "Kami berasal dari
desa yang sama. Kami tumbuh bersama. Bagaimana aku bisa
menghadapi orangtua mereka nanti" Atau orangtua Shinichi?"
"Shinichi sudah lama mati. Kenapa kamu masih memikirkan dia?"
"Seharusnya, anak itu ikut melompat ke dalam hutan dengan kita.
Bodohnya dia malah lari ke jalan."
"Tangannya putus dipotong."
"Tengkoraknya terbelah dua."
Meskipun peristiwa itu terjadi beberapa minggu lalu, kejadian itu
masih segar di ingatan masing-masing orang. Peristiwa itu merupakan
rangkaian kesialan yang menimpa mereka akhir-akhir ini. Diambil secara
paksa dari desa masing-masing, mereka dibariskan untuk bergabung
dengan pasukan Lord Gaiho di Laut Dalam, ketika mereka bertemu
beberapa samurai dari wilayah lain. Meskipun jumlahnya lebih sedikit,
para samurai itu sangat ganas. Dalam pertempuran yang singkat, sepuluh
orang dari mereka terbunuh dan pasukan tercerai-berai. Semua perwira
dan pemimpin mereka terbunuh sehingga mereka tak tahu apa yang
harus dilakukan. Jadi, mereka melarikan diri. Mereka bertahan dengan
makan rumput seperti rusa dan kelinci. Mereka adalah petani, bukan
pemburu. Semua usaha mereka untuk menangkap binatang buruan selalu
gagal dengan menyedihkan. Dan dua hari lalu, putus asa karena kelaparan, mereka menyerang seorang samurai"yang terlihat lemah
lembut dan teman seperjalanannya yang merupakan seorang asing.
Mereka ingin memakan kuda kedua orang itu, tetapi dalam peristiwa itu,
kedua teman mereka, Ichiro dan Sanshiro, tertembak mati.
Pria pertama meraba-raba tasbih kayu yang melingkar di lehernya.
"Aku rasa, aku sebaiknya mengembalikan ini kepada ibu Shinichi dan
mohon maaf karena aku tetap hidup sementara anaknya mati."
"Bukan ibunya yang ingin kamu lihat. Tapi adiknya. Dia memang
sangat cantik." "Tak seorang pun dari kita yang akan melihat ibu atau adik siapa
pun, termasuk ibu dan adik kita sendiri. Kita desertir, bodoh. Mereka
akan dipenggal karena kejahatan yang kita lakukan, bersama semua
PDF by Kang Zusi anggota keluarga kita yang lain, atau dijual sebagai budak. Bahkan, itu
mungkin sudah terjadi sekarang."
"Terima kasih, itu benar-benar menenangkanku."
"Mungkin samurai yang ini tak punya pistol."
"Dia seorang samurai dengan dua pedang. Itu cukup berbahaya."
"Mungkin tidak. Lihat, dia terluka."
Baju samurai itu gelap oleh noda-noda darah. Darah kering
menempel di wajah dan rambutnya. Saat mereka mengamatinya, tibatiba samurai itu menarik tali kekang dan kudanya berhenti tiba-tiba.
"Tidak, tidak," kata samurai itu. "Jangan ke sana. Mereka terlalu
banyak." "Apa yang dia lihat?"
"Sesuatu yang tak ada. Dia kehilangan banyak darah. Aku rasa dia
sekarat." "Berarti kesialan kita selama ini akan berakhir. Ayo kita serbu dia."
"Tunggu, dia menuju ke sini. Kita dapat mengejutkannya."
"Di belakang menara-menara itu," kata samurai itu. "Kita akan
mengendap-endap melewati mereka."
Dia membelokkan kudanya dari jalan. Sambil beberapa kali
menengok ketakutan di belakang bahunya, dia memacu kudanya ke arah
lereng berbatu tempat ketujuh orang itu bersembunyi menunggu.
"Aku sudah bisa merasakan enaknya daging," kata salah seorang
sambil menelan ludah. "Diam. Siap. Semuanya. Sekarang!"
Sebuah ikat pinggang yang dipasang melintang di pangkuannya
mengikatnya di kursi. Sebuah kekuatan misterius menekannya ke
belakang. Shigeru mendengar sebuah suara derum yang samar, tetapi
terus-menerus, seperti suara badai, hanya saja suara itu tidak hidup.
Dinding ruangan tempat dia berada melengkung menjadi sebuah atap
rendah yang sedikit lebih tinggi dari kepala manusia. Ruangan itu sempit
dan sangat panjang. Kursi seperti yang dia duduki ada di samping, di
depan, dan di belakang-nya. Di setiap kursi terikat seorang tawanan
seperti dirinya. Di sisi kirinya, ada sebuah jendela kecil bundar. Dia tak
PDF by Kang Zusi ingin melongok keluar jendela itu, tetapi ada keinginan kuat yang
memaksa kepalanya menengok.
Dia melihat sebuah kota besar tenggelam dalam api. Kota itu dengan
cepat jatuh. Kelihatannya, kota itu jatuh ke dalam lubang neraka atau
ruang yang dia naiki terbang ke udara. Semua itu mustahil.
Dia belum lagi menjadi budak. Tetapi, itu tak akan lama lagi.
Pikirannya seakan-akan pecah dipengaruhi oleh setan-setan.
Shigeru melihat dunia di balik kabut merah seperti darah. Dengan
pedang di setiap tangan, dia tak lagi berpikir untuk memegang tali
kekang. Biarkan kuda itu pergi ke mana maunya. Dia akan membunuh
setan-setan itu selama dia bisa, baru dia rela mati.
Dia tak lagi tahu di mana dia berada. Batu dan baja ada di manamana. Di sana-sini ada sedikit pohon, beberapa gerumbul semak, tumbuh
seperti rumput liar. Di kejauhan, gas-gas berbau busuk menguap ke
udara dari cerobong-cerobong asap raksasa. Manusia-manusia putus asa
memenuhi jalan-jalan kota yang tak berujung, budak-budak dari majikan
yang tak terlihat. Sistem jalan dari batu halus yang ekstensif dan rumit
menjalar ke berbagai arah. Tetapi, kemulusan jalan itu tak membuat
perjalanan lebih mudah. Kereta-kereta besi memenuhi setiap badan jalan.
Mereka bergerak dengan sangat lamban, sementara pipa di belakang
setiap kereta besi mengeluarkan asap beracun. Pastilah orang di
dalamnya mati perlahan-lahan. Sinar matahari hampir tak mampu
menembus kabut asap. Bahkan, bau setumpuk mayat pun tak bisa
menandingi bau busuk yang menggantung di sini.
Tetapi, sepertinya tak seoraig pun memerhatikan bau yang mencekik
itu. Orang-orang duduk di dalam kereta dan berjalan, menghisap racun
dalam setiap tarikan napas. Mereka berjajar rapi di peron-peron, saling
menempel dan berdesakan di barisan yang rapi, menunggu giliran
disantap oleh cacing metal.
Shigeru berhenti. Dia berdindi salju dengan kedalaman mencapai
pinggangr ieekor binatang mendengus di belakangnya. Dia berbalik
dengan cepat, pedangnya siap menyerang, mengira akan terjadi serangan
setan lagi. Tetapi, dia hanya melihat kudanya tak jauh di belakangnya,
PDF by Kang Zusi mengikuti jalan di salju yang telah dibuka Shigeru. Shigeru memandang
berkeliling. Dia ada di tengah-tengah sebuah lereng bukit. Dia melihat
salju turun, pohon, hanya itu. Apakah penampakan mengerikan itu telah
hilang" Kelihatannya hal itu terlalu berlebihan untuk diharapkan. Tetapi,
sepertinya penampakan itu memang telah hilang.
Tunggu. Ada sesuatu bergantung di bahunya.
Sebuah kepala manusia. Tidak, tidak hanya satu. Delapan kepala
manusia. "Ahhhh!" Shigeru dengan panik mengayunkan pedangnya ke kepala-kepala
yang tumbuh dari tubuhnya itu. Kutukan setan rupanya telah mengubah
dirinya menjadi monster mengerikan. Satu-satunya jalan keluar adalah
kematian. Dia menjatuhkan katananya dan mengarahkan pedang pendek
wakizashi ke dadanya, tepat di jantung.
Kepala terakhir menggelinding ke tumpukan ranting pohon yang
jatuh dan hampir tertutup salju. Wajah mati itu menatap kosong
kepadanya. Itu adalah Kudo. Shigeru menurunkan pedangnya. Setelah
memenggal kepala Kudo, dia mengikatkan kepala itu ke pelananya. Dia
tidak ingat menyampirkan kepala itu ke bahunya. Shigeru mengamati
tubuhnya. Ada beberapa luka kecil akibat sabetan pedangnya sendiri.
Tidak ada yang lain. Ternyata, dia tidak mengalami semacam
metamorfosis. Dia mengambil salah satu kepala itu dengan memegang
rambutnya. Tidak ada kuncir di atas kepala. Bukan samurai. Seraut
wajah kurus yang tidak dia kenal. Bukan seseorang yang seingatnya telah
dibunuhnya. Keenam kepala yang lain juga tidak banyak menceritakan
apa-apa. Shigeru menengadah ke langit. Langit tampak biru murni, seperti
langit murni musim dingin yang hanya ada di daerah terpencil tanpa
keberadaan manusia. Dia tidak melihat capung-capung raksasa. Tidak
ada setan berteriak menyayat. Penampak-an yang dia alami benar-benar
sudah hilang. Ini adalah pertama kalinya dia mengalami kesembuhan
spontan dari episode penampakan yang membuatnya lupa ingatan.
Mungkin Genji tidak ada hubungannya dengan kesembuhannya yang
PDF by Kang Zusi terakhir kali dahulu. Mungkin mekanisme internal misterius di otaknya
secara periodik menyembuhkan dirinya dari siksaan itu, jika dia mampu
bertahan dari penampakan yang membuatnya gila itu. Penampakan kali
ini memang lebih singkat dibandingkan penampakan-penampakan yang
akhirnya mengantar-kannya ke kurungan di Kuil Mushindo. Mungkin
suatu saat nanti penampakan itu akan berhenti total.
Shigeru menuruni lereng ke arah kepala Kudo tadi menggelinding.
Ada yang aneh dari gundukan salju itu. Ranting-ranting pohon yang
ada di situ terlalu rapi. Seseorang telah menatanya.
Shigeru menaruh kepala Kudo di tanah. Dia menghunus pedangnya
dan mendekati gundukan salju yang mencurigakan itu. Bentuknya seperti
segitiga. Seorang penembak jitu mungkin mendirikan persembunyian
seperti itu. Tetapi, mengapa di sini" Shigeru mendekat dari arah yang
paling jauh dari kemungkinan sasaran tembak dan mengorek gundukan
salju itu dengan ujung pedangnya. Sebongkah salju jatuh ke dalam dan
muncul sebuah lubang. Gundukan itu adalah sebuah lubang. Dan, ada dua tubuh di
dalamnya." 12. Suzume " no " Kumo
Emily sudah mempersiapkan kebohongannya dengan rapi. Dia akan
mengatakan kepada Lord Genji bahwa dia dan Stark sekarang
bertunangan. Dia akan mengatakan, itu adalah tradisi para rohaniwan di
Amerika, yaitu yang lain harus menggantikan temannya yang telah
meninggal. Pernikahannya dengan Cromwell adalah karena keyakinan,
bukan cinta, dan begitu pula pernikahannya dengan Stark.
Meskipun cerita itu terlalu mengada-ada, Emily berharap perbedaan
budaya yang begifu besar antara dua negara cukup membuat
kebohongannya terdengar masuk akal. Banyak kebisaaan orang Jepang
yang tidak dia mengerti. Jadi, dia berpikir pasti orang Jepang juga tak
PDF by Kang Zusi banyak mengerti tentang kebisaaan Amerika. Karena itu, kebohongannya
tidak akan menjadi masalah yang harus diselidik. Stark telah berjanji
akan mendukung ceritanya. Itu sangat membantu. Tetapi, akhirnya nanti
Emily harus mencari cerita baru lagi untuk tetap bisa tinggal di Jepang
karena Stark tidak punya maksud menikahinya, dan dia juga tak ingin
Stark melakukan itu. Jika saat itu datang, Emily tahu dia akan mengarang
cerita baru karena dia memang harus melakukannya. Dia tak akan
kembali di Amerika. Tak akan pernah.
Tetapi, betapa leganya, dia ternyata tak harus mengarang apa pun
agar tetap bisa tinggal di Jepang, karena memang dia tak pintar
berbohong. Ketika Lord Genji mengumumkan bahwa mereka akan meninggalkan Edo menuju Akaoka, wilayahnya yang ada di Pulau Shikoku
di selatan, otomatis dia mengajak Emily dan Stark bersamanya.
Sekarang, dia bepergian sendiri bersama bangsawan muda dengan
tutur kata halus itu. Stark melewati jalan lain dengan Nona Heiko.
Pamannya, Shigeru, kembali ke jalan yang telah mereka lewati. Hide
ditinggal di persimpangan jalan tempat mereka berpencar. Meski tak ada
kata yang diucapkan, terlihat jelas bahwa para tuan rumah mereka
mengkhawatirkan kemungkinan pengejaran. Setelah pengeboman oleh
kapal asing, mungkinkah salah satu kerajaan penjajah"Inggris atau
Prancis, atau mungkin Rusia menginvasi Jepang dalam usaha untuk
memperluas wilayah kolonial mereka" Emily yakin Amerika Serikat tak
mungkin terlibat dalam perilaku tak bermoral seperti itu. Amerika,
dahulu juga sebuah koloni, membenci pendudukan terhadap orang-orang
yang merdeka. Amerika juga memilih Kebijakan Pintu Terbuka, yang
memungkinkan semua bangsa berhubungan dengan bebas sesuai pilihan
mereka, tidak mengakui klaim pendudukan dari kerajaan lain. Emily
ingat Cromwell mengajarkan hal itu. Saat itu dia masih memanggilnya
Tuan Cromwell, bukan Zephaniah. Semoga laki-laki itu beristirahat
dengan tenang. Cuaca di lembah tak sedingin di lereng pegunungan. Dari tadi
mereka menuju arah barat daya. Emily bisa mengetahui itu dengan
mengamati pergerakan matahari melewati langit. Mereka berdua
mengikuti jalan setapak di samping sungai kecil yang alirannya lumayan
PDF by Kang Zusi deras sehingga tak membeku. Kaki-kaki kuda mereka membuat suara
derak-derik lembut saat menapak di lapisan es tipis yang terbentuk di
atas salju. Emily berkata, "Apa sebutan untuk salju?"
"Yuki." "Yuki. Kata yang indah."
"Kau tak akan berpikir begitu jika kita ada di sini sedikit lebih lama
lagi," kata Lord Genji. "Tak jauh dari sini, ada sebuah tempat pertapaan
kecil. Memang berantakan dan sederhana, tetapi lebih baik daripada
bermalam di hutan." "Aku tumbuh di pertanian. Aku sudah terbisaa dengan berantakan
dan sederhana." Genji tersenyum geli. "Ya, aku dapat membayangkannya. Apakah
kalian juga menanam padi?"
"Kami menanam apel." Emily terdiam beberapa lama, mengingat
masa kecilnya yang sangat bahagia. Ayahnya yang tampan, ibunya yang


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cantik, dan adik-adiknya yang manis. Dia tak akan membiarkan masa
lalu yang dia alami baru-baru ini merusak semua kehahagiaan yang
dahulu pemah dia rasakan. "Kebun apel dan sawah padi memang jauh
berbeda. Tetapi, bagiku karakteristik pertanian tetap sama di mana pun
tempatnya, apa pun yang ditanam. Kita sama-sama bergantung pada
musim dan perilaku cuaca atau vagaries of weather, begitu kami
menyebutnya dan memang itulah intinya."
"Vagaries?" "Vagaries artinya perubahan yang tak diduga. Itu kata jamaknya, kata
tunggalnya vagary." Emily mengeja kata itu.
"Ah. Vagary. Terima kasih." Genji akan mengingat kata itu. Sejauh
ini, sang Lord Muda itu mampu mengingat setiap kata baru yang muncul
dalam percakapan mereka. Emily benar-benar terkesan.
"Anda cepat belajar, Lord Genji. Pengucapan dan penguasaan
kosakata Anda mening-kat pesat hanya dalam tiga minggu."
"Semua itu karena kamu, Emily. Kamu selama ini telah menjadi guru
yang sabar bagiku." PDF by Kang Zusi "Murid yang baik dan cerdas pasti membuat gurunya terlihat cakap,"
kata Emily. "Dan jika memang pencapaian Anda karena guru, Matthew
juga patut mendapat pujian juga."
"Untuk kemajuan bahasa Inggris Heiko, mungkin iya, tetapi untuk
kemajuanku maka semua hanya karena kamu. Menurutku, cara berbicara
Matthew lebih sulit dimengerti daripada dirimu. Apakah memang benar
kalau aku bilang aksen kalian sangat berbeda?"
"Anda memang benar."
"Caramu mengucapkan kata-kata terpotong-potong mirip dengan
bahasa Jepang. Sementara Matthew bicara seperti ini, dengan melodi
yang aneh." Genji menirukan aksen Texas Matthew yang sengau dan diseret-seret
dengan sangat mirip sehingga Emily tertawa terbahak-bahak.
"Maafkan saya, Tuanku. Anda terdengar sangat mirip dengannya."
"Tidak perlu minta maaf. Tetapi, tawamu yang lepas membuatku
khawatir." "Begitukah?" "Ya. Di Jepang, pria dan wanita berbicara dengan cara yang berbeda
pada satu sama lain. Jika seorang pria berbicara seperti wanita, dia akan
menjadi sasaran olok-olok. Kuharap, aku tidak melakukan kesalahan itu
dalam bahasamu." "Oh tidak, Lord Genji. Anda benar-benar terdengar seperti seorang
pria saat berbicara dalam bahasa saya." Pipi Emily memerah. Dia tidak
bermaksud berbicara seperti yang baru saja dia katakan tadi. "Perbedaan
cara berbicara antara saya dan Matthew hanyalah karena perbedaan
wilayah, bukan gender. Dia dari Texas, yang ada di sebelah selatan
negara kami. Saya berasal dari New York, yang ada di timur laut.
Perbedaan daerah asal kami berdua cukup jauh."
"Sungguh lega aku mendengar penjelasanmu. Olok-olok merupakan
senjata yang sangat kuat di Jepang. Banyak yang mati dan dibunuh
karenanya." Mereka menganggap rendah hidup, Cromwell pernah berkata.
Mereka akan membunuh dan mati hanya karena alasan-alasan yang
sangat sepele dan aneh. Jika dua samurai yang berpapasan di jalan secara
PDF by Kang Zusi kebetulan sarung kedua pedang mereka bersenggolan, pasti terjadi duel
mematikan. Harus ada yang mati.
Pasti itu hanya membesar-besarkan.
"Apa menurutmu aku orang yang suka membesar-besarkan?" Itu
pertanyaan Cromwell dulu.
"Tidak, Pak," begitu jawaban Emily.
"Bukan Pak. Panggil aku, Zephaniah. Aku tunanganmu sekarang,
ingat." "Ya, Zephaniah."
"Rasa kehormatan dan harga diri mereka benarbenar keterlaluan. Jika
seorang samurai disapa dengan sapaan yang dianggap belum cukup
sopan, dia akan menganggapnya sebagai penghinaan besar, sang
pembicara sedang berusaha mengolok-oloknya. Jika seorang samurai
disapa dengan kesopanan yang berlebihan, hasilnya tetap sama. Harga
diri dan kehormatan berlebihan menyebabkan kehancuran, dan jiwa yang
sombong akan membawa keruntuhan."
"Amin," sahut Emily.
"Dengan teladan dari diri sendiri, kita akan mengajarkan kepada
mereka pentingnya rendah hati dan membawa mereka bertobat menuju
keselamatan." "Ya, Zephaniah."
Lord Genji berkata, "Jadi, kalau kelak bahasa Inggris digunakan
lebih luas di Jepang, aku dapat yakin kalau aku dapat berbicara dalam
bahasa itu dengan baik dan pantas?"
"Ya, tanpa keraguan."
"Terima kasih, Emily."
"Terima kasih kembali, Lord Genji. Bolehkah saya mengoreksi
kalimat Anda tadi?" "Silakan." "Anda tadi berkata, 'Kalau kelak bahasa Inggris digunakan di Jepang.
'Kelak' dalam kalimat itu mengesankan kepastian. Pilihan yang lebih
baik untuk kalimat Anda tadi adalah jika."
"Aku memang bermaksud mengatakan sebuah kepastian," kata Genji.
"Kakekku meramalkannya."
PDF by Kang Zusi "Benarkah" Maafkan saya karena mengatakan hal ini, Tuanku, tetapi
itu terdengar mustahil. Mengapa orang-orang Jepang belajar bahasa
kami?" "Kakekku tidak mengatakan kenapa. Dia mungkin tidak meramalkan
sebabnya, tetapi hasilnya."
Emily yakin Genji tidak menggunakan kata yang benar. "Meramal
berarti mengetahui sesuatu yang belum terjadi."
"Ya." "Maksud Anda, Kakek Anda mengetahui peristiwa-peristiwa yang
belum terjadi?" "Ya, memang begitu."
Jawaban Genji menakutkan Emily. Genji menyatakan, Kakeknya
punya kekuatan yang hanya diberikan kepada mereka yang dipilih
Tuhan. Itu sama saja dengan menghujat Tuhan. Emily berusaha memperingatkan Genji agar tidak melakukan dosa besar itu.
"Lord Genji, hanya Yesus Kristus dan para Rasul dari Kitab
Perjanjian Lama yang tahu peristiwa masa depan. Tugas kita adalah
memahami firman mereka. Tidak mungkin muncul ramalan baru.
Seorang Kristen tak boleh memercayai hal-hal seperti itu."
"Ini bukan masalah percaya atau tidak percaya, Jika memang
sesederhana itu, aku akan memilih tidak percaya. Hidup akan lebih
mudah." "Kadang orang menebak-nebak, dan kebetulan yang terjadi membuat
tebakan tadi seperti sebuah, ramalan. Tetapi, itu hanya kelihatannya saja
seperti ramalan. Dengan anugerah Tuhan, hanya para Rasul yang bisa
meramalkan masa depan."
"Aku tak menganggap hal itu sebagai anugerah." Selama ini
kemampuan itu justru menjadi sebuah kutukan keluarga. Kami harus
menanggungnya karena kami tak punya pilihan lain. Itu saja."
Emily tak mengatakan apa-apa lagi. Apa lagi yang dapat dia katakan"
Genji berkata seakan-akan dia sendiri juga punya kemampuan meramal.
Jika Genji bertahan dengan kepercayaan itu, dia tidak hanya menghujat
Tuhan, tetapi dia juga bisa gila karenanya. Delusi yang dialaminya akan
membuat Genji melihat pertanda dan isyarat yang sebenarnya tak ada
PDF by Kang Zusi dan tindakannya akan dipengaruhi oleh bayangan yang hanya ada dalam
khayalannya. Emily harus sabar. Dan rajin. Delusi selama berabad-abad
tak mungkin runtuh hanya dalam waktu sehari, seminggu, atau sebulan.
Hangatnya sinar kebenaran memenuhi dadanya. Rupanya ada alasan
mengapa Kristus menempatkannya pada masa dan tempatnya sekarang
ini. Alasan itu menjadi jelas bagi Emily sekarang. Dia diam-diam
bersumpah kepada Kristus bahwa dia akan berupaya rnenyelamatkan
jiwa Lord Genji meskipun harus mengorbankan nyawanya sendiri.
Semoga Tuhan menunjukkan anugerahnya dan ampunannya yang tak
terbatas bagi mereka berdua.
Selama beberapa waktu, mereka berkuda dalam diam.
Tak berapa lama, bayangan pegunungan menutupi lembah, dan Lord
Genji berkata, "Kita tak akan mencapai pertapaan sebelum gelap kalau
kita melewati rute yang bisaa. Kita lewat sini saja. Tetapi, kita harus
turun dan menuntun kuda-kuda kita. Apakah kamu bisa, Emily" Dengan
begini, jaraknya akan lebih pendek."
"Ya, saya bisa."
Mereka menjauh dari sungai dan menaiki lereng bukit. Ketika hampir
sampai di atas bukit, mereka menemui padang rumput kecil.
Pemandangan di depannya memicu ingatan Emily. Padang rumput itu
terlihat sangat mirip dengan padang rumput di Apple Valley. Bahkan,
salju yang menutupinya pun terlihat sama. Apakah memang suatu
kebetulan kalau dia menemukan pemandangan yang mengingatkannya
pada masa lalu" Ataukah kerinduannya pada masa-masa bahagia itu
membuat padang rumput yang asing ini terasa mirip dengan bentuk dan
citra padang rumput yang tertanam di ingatannya"
"Benar-benar sempurna untuk membuat malaikat salju." Emily tak
bermaksud berkata begitu, tetapi kalimat tadi keluar begitu saja dari
mulutnya. "Apa itu malaikat salju?"
"Apakah Anda tak pernah membuatnya?"
"Belum pernah."
"Bolehkah saya menunjukkannya kepada Anda" Hanya beberapa
menit saja kok." PDF by Kang Zusi "Silakan." Emily duduk di salju sesopan yang dia bisa. Dia berbaring, lalu
meregangkan kaki dan tangannya sejauh jauh mungkin, tetapi tetap hatihati sehingga roknya tidak naik lebih dari pergelangan kakinya.
Kemudian dengan cepat, Emily menggerak-gerakkan tangan dan kakinya
di atas salju. Dia terkikik, menyadari dia pasti terlihat sangat bodoh.
Ketika selesai, Emily lalu berdiri dengan hati-hati agar tak merusak
bentuk yang telah dia buat di salju.
"Apa Anda melihatnya?"
"Mungkin citra malaikat harus ada di pikiran dulu sebelum seseorang
bisa melihat bentuk malaikat salju itu."
Emily tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Padahal, bentuk
yang dibuat-nya benar-benar malaikat salju yang indah. "Mungkin."
"Emily?" "Ya?" "Boleh aku bertanya berapa usiamu?"
"Bulan depan saya tujuh belas tahun."
"Ah," cetus Genji, seakan-akan jawaban itu menjelaskan sesuatu.
Dia mengatakan itu seperti gaya orang dewasa saat mengabaikan
seorang anak. Emily merasa tersinggung. "Memangnya berapa usia
Anda?" Bisaanya dia tak akan sekasar itu.
Tetapi, Lord Genji tak punya kesempatan menjawab.
Beberapa orang pria melompat dari balik pepohonan. Dengan
meneriakkan teriakan perang, mereka menuju ke arah Genji dan
menusuknya dengan lembing dan tombak. Genji berhasil melumpuhkan
penyerang pertama setelah menghunus pedangnya dengan terburu-buru,
tetapi dua pria di belakangnya berhasil menusukkan senjata mereka ke
punggung Genji. Para penyerbu itu melingkari Genji Emily terlalu kaget
sehingga tak bisa bergerak.
Teriakan kemenangan terdengar dari para penyerbu saat Genji
terjatuh. Darah mengalir di salju sekitar tubuhnya.
"Genji!" teriak Emily
Mendengar nama Genji, para penyerbu itu berhenti. Para penyerbu "
yang terdiri dari sembilan orang pria"menarik diri. Takut tergambar di
PDF by Kang Zusi wajah mereka. Emily mendengar mereka menyebut-nyebut nama Genji.
Dia juga mendengar nama lain yang dia kenal.
"Oh, tidak. Dia keponakan Shigeru."
"Ini buruk. Kita berhasil menyerang seorang samurai dan ternyata dia
adalah Lord Genji." "Kuda seorang bangsawan tetap saja seenak kuda orang lain."
"Shigeru akan mengejar kita. Dan dia tak akan membunuh kita
dengan cepat. Kudengar, dia suka menyiksa korbannya sebelum
membunuhnya." "Kita perlu kuda mereka. Banyak daging di binatang itu yang dapat
kita makan. Aku tak mau kelaparan lagi."
"Aku lebih memilih lapar daripada mati."
"Aku setuju. Ayo kita minta maaf dan pergi saja."
"Lihat." Genji terbaring di tempatnya tadi terjatuh. Sementara wanita asing
yang jelek itu berada di sampingnya, menggumam kepadanya dalam
bahasanya yang kasar dan tak indah. Salju di bawah tubuh Genji
memerah. "Kita tidak bisa berhenti sekarang. Sudah terlambat."
"Ayo kita manfaatkan wanitanya sebelum membunuhnya."
"Apa maksudmu" Kita bukan penjahat."
"Ya, kita adalah penjahat. Kepalang basah, mending mandi sekalian.
Mereka hanya bisa memenggal kepala kita sekali saja."
"Apa kamu nggak penasaran ingin melihat seperti apa tubuhnya"
Kudengar tubuh mereka dipenuhi oleh rambut kasar seperti babi hutan."
"Kudengar rambut tubuhnya justru seperti bulu mink, di bawah sana,
di daerah pribadinya."
Para pria itu memandang ke arah Emily.
"Tunggu. Pastikan Lord Genji benar-benar mati dulu. Samurai adalah
makhluk aneh. Selama dia bisa bernapas, dia bisa membunuh, bahkan
jika dia harus bangun dari sekarat untuk melakukannya."
"Dia sudah mati kok. Lihat kan" Wanita itu berbicara kepadanya dan
dia tidak menjawab."
PDF by Kang Zusi "Tetap saja jangan menyepelekan semua kemungkinan. mungkinan.
Potong teng-gorokannya."
Emily tak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia merasakan darah
Genji berubah dari hangat menjadi sedingin es hanya dalam beberapa
detik setelah merembes di baju Genji dan ke bajunya. Genji terluka di
dada dan punggungnya. Emily harus segera menghentikan
pendarahannya atau Genji akan mati. Karena masih tertutup pakaian,
Emily tidak bisa menentukan lokasi atau bentuk lukanya. Dia harus
membuka pakaian Genji dahulu. Tetapi, kalau dia membuka pakaian
Genji, pria itu bisa saja mati karena terkena dinginnya salju daripada
kehilangan darah. Benar-benar sebuah dilema. Tetapi, kalau Emily diam
saja, Genji juga akan mati.
Ketika Emily meneriakkan nama Genji, para bandit itu tiba-tiba
menghentikan serangan mereka dan mundur dalam jarak beberapa
langkah. Mereka berdiri melingkar dan berdebat. Sekali waktu, mereka akan
menengok ke arah Genji. Nama Shigeru mereka sebut beberapa kali.
Satu kali, empat orang dari mereka bergerak seakan-akan hendak pergi,
tetapi pemimpin mereka menunjuk ke arah Genji dan mengatakan
beberapa patah kata. Kata-katanya pasti cukup meyakinkan, karena
akhirnya keempat temannya itu tinggal.
"Mungkin mereka menyesali perbuatannya," kata Emily, "dan akan
membantu kita."

Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Genji masih bernapas, tetapi tidak merespons perkataannya.
"Kita ada di tangan Kristus."
Begitu debat mereka berhenti, para pria itu mendekat. Emily mengira
mereka akan menolong. Terhentinya serangan dan disebutnya nama
Shigeru membuatnya berharap demikian. Lalu, dia melihat pisau mereka.
Emily memeluk Genji erat-erat, melindungi tubuh Genji dengan
tubuhnya. Para bandit itu berteriak keras. Apakah teriakan itu ditujukan
kepada mereka satu sama lain atau kepada dirinya, Emily tak tahu ialah
satu bandit itu menarik kedua lengannya, sementara yang lain
melepaskan Genji dari pelukannya. Penyerangnya mendorong Emily ke
tanah dan mulai membuka roknya. Pemimpin bandit itu menyerukan
PDF by Kang Zusi sesuatu kepada penyerangnya, tetapi dia hanya berpaling dan berteriak
lagi. Lalu, Emily ingat pistol yang diberikan Matihew kepadanya.
Saat penyerangnya berpaling, dia mengambil revolver itu dari saku
mantelnya, mengokangnya seperti yang diajarkan Matthew, menekankan
revolver itu di bawah dagu penyerangnya, dan menarik pelatuk.
Darah, tulang, dan daging meledak ke udara dan mengenai para
bandit yang meme-gangi tubuh Genji.
Emily mengokang kembali pistolnya dan menekankan ujungnya ke
dada bandit kedua yang terdekat dengannya lalu menarik pelatuk lagi.
Saat bandit kedua itu mati dan terjatuh ke belakang, para bandit lain
sudah berlari lintang pukang menuruni bukit. Emily menembakkan
pistolnya dua kali lagi ke arah mereka, tetapi tak satu pun yang kena.
Apa yang harus dia lakukan sekarang"
Dia menghadapi seorang pria yang terluka parah di pelukannya,
sebuah pistol dengan dua peluru, dan dua kuda. Di sekitarnya ada bandit
yang mungkin saja kembali lagi untuk meneruskan niatan membunuh
mereka. Emily tak tahu dia ada di mana atanpun ke mana arah menuju
pertapaan yang menjadi tujuan mereka. Dia juga tak bisa menemukan
arah menuju percabangan jalan tempat Hide menunggu atau jalan
menuju Akaoka. Bahkan, jika dia bisa pun keadaan Genji tak
memungkinkan untuk melakukan perjalanan. Dan jika dia tak melakukan
apa-apa, mereka berdua akan mati membeku malam ini.
Emily menarik Genji ke bawah pepohonan. Namun, pohon yang ada
terlalu sedikit dan tak bisa memberikan perlindungan terhadap angin
ataupun salju yang mulai turun lagi. Mereka membutuhkan tempat
berlindung yang lebih baik.
Akhirnya, Emily menemukan cekungan tanah di lereng tak jauh dari
situ. Mengerah-kan seluruh tenaganya dan menyeret Genji ke cekungan
itu, dan dia tak punya tenaga lagi memindahkan Genji ke tempat lain.
Dia harus membangun tempat bernaung di sini.
Saat malam pertama keluar dari Edo, Hide dan Heiko menggunakan
ranting untuk membangun tempat bernaung. Kini, Emily tahu dia harus
melakukan hal yang sama. PDF by Kang Zusi Pada suatu Natal, Emily pernah mengeluh kedinginan dan ibunya
menceritan tentang orang Eskimo yang hidup di utara Benua Amerika, di
tanah saat dingin tak pernah berakhir. Rumah mereka terbuat dari es,
tetapi di dalamnya tetap hangat. Karena dinding es rumah mereka
menahan udara dingin di hutan dan menahan udara hangat di dalam
rumah akibat adanya manusia. Sembari menceritakan hal itu, ibunya
menggambar sebuah rumah bulat di atas dataran es, dengan anak-anak
eskimo yang bergembira membuat manusia salju di depannya. Apakah
cerita itu memang benar atau hanya dongeng" Emily kini akan
membuktikannya. Dia mengatur ranting-ranting pohon dengan sudut seperti yang
dilakukan Hide beberapa malam lalu. Saat itu, Hide dengan mudah
memotong ranting yang dia perlukan dari pohon. Emily mencoba melakukan hal yang sama, tetapi dia gagal. Dia rupanya tidak menguasai
seni menggunakan pedang yang dibutuhkan untuk memotong dahan.
Emily lalu mengambil ranting-ranting terbaik dari ranting yang sudah
terjatuh di tanah. Dia lalu menggelar syalnya di atas jajaran ranting itu
dan menutupinya dengan lapisan salju sebagai atap. Lalu, dia
membangun dinding salju di bawah atap yang telah dibuatnya. Memang,
jadinya tidak bulat seperti yang digambarkan ibunya, tetapi lebih terlihat
seperti gubuk yang lapuk, tetapi tetap merupakan tempat bernaung yang
lumayan. Emily masuk dan menutup jalan masuk dengan lebih banyak salju
lagi, dan hanya meninggalkan lubang kecil untuk bernapas sehingga
mereka tak akan mati karena kehabisan udara. Meski tidak nyaman,
setidaknya tempat ini mampu melindungi mereka dari angin yang dingin.
Emily tak tahu apa pun tentang luka, dan luka Genji kelihatannya
sangat serius. Luka di dadanya menganga memperlihatkan tulang iganya.
Dua luka di punggungnya juga cukup dalam, dan darah menggelegak
keluar seiring setiap detak jantungnya. Emily melepas rok dalamnya,
merobek-robeknya dan menggunakan robekan itu untuk membalut luka
Genji sempat dia bisa. Ketika dia mengambil baju Genji untuk dikenakan
kembali, baju itu kaku oleh darah yang nrcmbeku. Dia ingat ada selimut
PDF by Kang Zusi di perbekalan yang diikat-kan di kuda mereka. Emily lalu menyelimuti
Genji dengan mantelnya dan keluar untuk mencari kuda mereka.
Kuda mereka tak terlihat di luar. Emily melihat jejak di salju yang
mungkin saja merupakan jejak kuda mereka, tetapi dia tak yakin, karena
salju yang turun menyamarkan jejak itu. Sembari diam-diam
inengucapkan doa, Emily mengikuti jejak itu. Ya. Itu dia salah satu kuda
mereka. Dan, dia sangat lega karena kuda yang dia temukan adalah kuda
betina jinak yang tadi dia naiki, bukan kuda perang jantan milik Genji.
"Sini, Cinnamon." Cinnamon adalah nama kudanya dahulu di Apple
Valley Kuda itu punya kulit kemerahan seperti Cinnamon. Emily mendecak-decakkan lidahnya dan mengulurkan tangannya dengan telapak
tangan terbuka. Kuda bisaanya suka itu.
Tetapi, kuda itu mendengus dan menjauh. Apakah dia membaui
darah yang menempel di baju Emily"
"Jangan takut. Semua baik-baik saja kok." Emily berbicara dengan
suara membujuk dan menenangkan, lalu pelan-pelan berjalan mendekati
kudanya yang terns mundur menjauh. Emily terus membujuk dan pelanpelan jarak di antara mereka semakin menyempit. "Nah; itu anak baik,
Cinnamon. Anak baik."
Tangan Emily hampir berhasil menjangkau tali kekang kudanya
ketika tiba-tiba terdengar geraman asing di belakangnya. Dia berusaha
mengambil pistol di saku mantelnya, tetapi mantel itu dia tinggalkan
bersama Genji. Emily berbalik, mengira akan berhadapan dengan seekor
serigala. Tetapi, geraman itu ternyata datang dan kuda jantan Genji, yang
merundukkan kepala dan mendepak-depakkan kaki depannya di salju.
Kuda betina Emily berlari menjauh.
Emily pelan-pelan melangkah mundur. Dia tidak mau melakukan
sesuatu yang mem-buat kuda jantan itu marah dan menyerangnya. Dia
bahkan tidak berusaha membujuknya karena ragu kuda jantan itu mau
merespons bujukannya. Emily baru menghindar sekitar sembilan meter
ketika tiba-tiba kuda jantan Genji melompat berlari. Tetapi, kuda jantan
itu tidak menuju arahnya, dia menuju ke arah kuda betina Emily yang
sudah berlari menuruni bukit.
PDF by Kang Zusi Rasa lega Emily tak bertahan lama. Saat mengikuti kuda betinanya
tadi, dia tidak memerhatikan arah. Akibatnya, dia tak bisa menemukan
tempat bernaung yang telah dia bangun tadi. Meski melihat ke segala
arah, dia tetap tak melihatnya, bahkan dia juga tak melihat lereng
tempatnya berada tadi. Dia tersesat.
Salju turun semakin tebal, seakan-akan segumpalan awan salju turun
berbarengan menutupi tanah.
Salju mulai membasahi bajunya, tangan dan kaki Emily mulai kaku
kedinginan. Emily merasa dia dan Genji tak lama lagi akan mati. Air
mata membeku di pipinya. Emily sendiri tidak takut mati, tetapi nasib
Genjilah yang membuatnya menangis. Pria itu akan mati sendirian di
alam liar jauh dari rumah, tanpa ada seorang pun memeluknya, tak
seorang pun memberinya kata-kata penghiburan saat jiwanya menuju
neraka penyucian, tempat semua jiwa yang belum dibaptis akan menuju.
Padahal, dia telah berjanji kepada Tuhan akan menyelamatkan nyawa
Genji dan dia gagal. Emily terduduk di salju dan menangis.
Tidak, tidak. Ini tidak boleh terjadi.
Emily menahan sedu sedannya. Dia telah berjanji kepada Tuhan.
Selama Tuhan masih memberinya papas hidup, dia akan berusaha sebaik
mungkin memenuhi sumpah-nya. Yang baru saja dia rasakan bukanlah
duka akan nasib Genji, melainkan rasa iba pada diri sendiri, aspek
tergelap dari dosa ketakaburan.
Berpikirlah. Salju menutupi semua di sekitarnya, tetapi itu tak penting karena
Emily juga tak mengenali daerah sekitarnya. Dari posisi kaki, dia bisa
merasakan lereng pegunungan yang menanjak. Jika saja dia bisa
mengingat apakah tadi dia sedang menaiki atau menuruni bukit saat
mendekati kudanya, dia mungkin bisa kembali.
Turun. Emily berpikir kuda betinanya tadi menuruni bukit. Itu berarti tempat
bernaung yang dia bangun ada di lereng sebelah atas. Pasti letaknya tak
terlalu jauh karena tadi dia berjalan pelan-pelan sekali saat membujuk
kudanya. Emily melangkahkan kaki dengan hati-hati ke salju yang
PDF by Kang Zusi semakin menebal. Sekali, dua kali, tiga kali, tepat di langkah keempat
tiba-tiba kakinya terbenam di salju dan tidak bisa menemukan pijakan
yang keras. Dia terguling ke bawah dengan kepala terlebih dahulu, dan
dia terus terguling-guling ke bawah bukit. Tubuhnya baru berhenti
setelah menabrak sesuatu yang keras.
Itu adalah gubuk yang dibangunnya tadi.
Rupanya, selama ini dia pergi ke arah yang salah. Kalau saja dia
tidak terjatuh tadi, dia pasti akan terus berputar-putar dalam badai hingga
mati membeku. Salju yang baru turun menutupi pinggiran gubuk itu
sehingga kelihatan lebih bundar, mirip dengan rumah eskimo yang
digambarkan ibunya dahulu. Emily mengais-ngais salju hingga terbuka
lubang dan masuk ke dalam.
Genji masih hidup, tetapi kondisinya sudah parah. Napasnya pendek
dan terputus-putus. Kulitnya dingin dan hampir membiru. Tanpa adanya
sesuatu yang bisa menghangatkannya, dia pasti akan mati hanya dalam
beberapa menit. Emily tak punya selimut untuk menyelimuti Genji, dan
dia juga tak tahu bagaimana membuat api. Ibunya pemah bercerita
tentang orang Indian yang membuat api dengan menggosok-gosokkan
dua ranting. Tetapi, Emily tak yakin prosesnya sesederhana itu. Tidak,
satu-satunya kehangatan yang bisa dia berikan untuk Genji adalah
kehangatan tubuhnya sendiri.
Dosa mana yang lebih besar" Berbaring bersama pria yang bukan
suaminya atau berdiam diri saja melihatnya mati" Perintah pertama
menyatakan jangan membunuh. Tentu itu lebih penting. Lagi pula, dia
akan berbaring bersama Genji bukan untuk berzina atau karena nafsu,
melainkan merupakan usaha untuk menyelamatkan nyawanya.
Emily membaringkan tubuhnya di sebelah kiri Genji, menjauhi luka
di tulang iganya. Mantelnya menyelimuti tubuh Genji, sementara dia
sendiri berpakaian lengkap. Dia sama sekali tak "tidur" dengannya, tetapi
usahanya itu juga tak membawa manfaat, karena panas tubuhnya diserap
oleh lapisan kain yang ada di antara mereka berdua.
Emily menutup matanya dan berdoa. Dia meminta agar Tuhan
melihat ke dalam hatinya dan menyaksikan kemurnian niatnya. Dia
meminta agar Tuhan mengampuninya jika tindakannya ini salah. Dan,
PDF by Kang Zusi jika Tuhan hanya menyelamatkan satu nyawa, dia meminta agar nyawa
Genji diselamatkan karena Genji belum dibaptis, sedangkan dirinya
sudah. Dengan cepat, Emily melepas pakaiannya, kecuali celana dalam. Dia
juga melepas semua baju Genji kecuali cawatnya, berhati-hati tidak
melihat apa yang seharusnya memang tak boleh dilihat. Dia menggunakan jubah Genji yang bernoda darah untuk menutupi tanah, lalu
menempatkan mantelnya sebagai alas tidur di atas jubah Genji, dan
menempatkan Genji di atas mantel yang telah digelamya itu. Emily lalu
memeluk Genji, berusaha menutupi sebanyak mungkin bagian tubuh
Genji dengan tubuhnya tanpa menekannya terlalu keras. Pendarahan
Genji memang telah berhenti, tetapi tekanan terlalu keras dapat
membuka lagi lukanya dan menyebabkan pendarahan. Lalu, dia
menggunakan pakaian yang tersisa untuk membungkus tubuh mereka
berdua seperti kepompong.
Tidak ada kehangatan, tidak ada kelenturan di kulit Genji. Pria itu
bahkan tidak gemetaran lagi. Memeluknya seperti memeluk balok es.
Emily bahkan merasa dia akan ikut membeku, tetapi kehangatan
tubuhnya yang memeluk erat tubuh Genji terbukti lebih kuat dari hawa
dingin. Setitik keringat muncul di atas bibir Genji.
Napas pria itu juga semakin teratur.
Emily pun tertidur dengan senyum di bibirnya.
Genji terbangun dalam kegelapan, demam dan rasa sakit merobek-robek
tubuhnya. Dia merasa terikat erat dan hampir-hampir tak bisa bergerak.
Seseorang ada di atas tubuhnya, menekannya ke tanah.
"Eeeyyy!" Dia berkutat, berontak, dan berhasil mengubah posisi lawannya. Kini
dia ada di atas. "Di mana kita?" Dia ditawan. Itu yang Genji tahu. Tetapi, oleh siapa"
Jawaban pertanyaannya berupa suara asing dalam kata-kata aneh
yang tidak dia mengerti. Suara itu suara wanita. Dia pernah
mendengarnya. Dalam sebuah mimpi. Atau pertanda.
PDF by Kang Zusi "Lady Shizuka?" Apakah Lady Shizuka juga di awan bersamanya"
Wanita itu berbicara lagi. Tetapi, Genji tak paham kata-katanya.
Wanita itu berusaha melepaskan diri dari pelukan Genji. Genji
mengeratkan pegangan di pergelangan tangan wanita itu dan wanita itu
langsung berhenti. Suaranya membujuk. Dia sepertinya menjelaskan
sesuatu kepadanya. "Aku tak mengerti apa yang kau katakan," kata Genji.
Lady Shizuka, kalau itu memang dia, terus menggumamkan bahasa
rahasia. Mengapa dia buta" Apakah matanya diikat" Atau, apakah dia ada di
penjara bawah tanah, jauh di dalam tanah dan tak ada sinar matahari"
Apakah wanita yang bersamanya ini merupakan anak buah dari para
penyiksanya" Kawakami. Si Mata Licik Shogun. Di bisaa menggunakan
wanita. Genji teringat Heiko. Tetapi, wanita yang ditindihnya ini seperti
bukan Heiko. Atau, dia memang Heiko" Bukan. Dia pasti memahami
bahasanya kalau wanita itu memang Heiko. Benar kan"
"Heiko?" Suara itu berbicara lagi, lebih senang kali ini tetapi tetap saja tak bisa
dipahami. Kecuali dua kata; "Genji" dan "Heiko". Siapa pun dia, wanita
ini mengenalnya. Suaranya familier, tetapi tubuhnya tidal dia kenal.
Tubuh ini lebih besar dari tubuh Heiko. Kelihatannya begitu, tetapi Genji
tidak yakin. Kesadaran Genji hilang dan timbul. Setiap kali dia bangun, matanya
bisa melihat sedikit lebih baik Dinding di sekitarnya bersinar,
memancarkan cahaya, lembut. Dia tidak melihat rambut di kepala wanit,
yang bersamanya, tetapi untaian benang-benang emas. Matanya biru,
seperti langit. Ada sesuatu yang bersinar di lehernya. Itu adalah sesuatu
yang pernah dia lihat sebelumnya dalam sebuah pertanda.
Pria muda itu menusukkan pedangnya di tubulGenji. Genji
merasakan darah menyembur dari dadanya.
Seorang wanita yang sangat cantik berkata, "Kau akan selalu menjadi


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

My Shining Prince." Kecantikannya tidak seluruhnya berciri Jepang. Genji tidak
mengenalinya, tetapi wajah wanita itu menimbulkan kerinduan dalam
PDF by Kang Zusi hatinya. Genji kenal dia. Atau, dia akan kenal dengannya. Wanita itu
adalah Lady Shizuka. Tersenyum di balik air matanya, wanita itu berkata, "Aku berhasil
menyelesaikan terjemahannya pagi ini. Aku ingin tahu apakah kita
sebaiknya menggunakan nama Jepang atau menerjemahkan judulnya ke
dalam bahasa Inggris sekalian. Bagaimana pendapatmu?"
"Inggris," kata Genji yang ingin bertanya apa yang telah
diterjemahkan. Lady Shizuka salah mengerti. "Inggris kalau begitu ... Dia pasti akan
sangat bangga pada kita."
Siapa yang bangga" Genji tak punya suara lagi untuk bertanya.
Sesuatu berkilau di lehernya yang panjang dan mulus.
Benda itulah yang kini dia lihat ada di leher wanita yang bersamanya.
Sebuah liontin loket tidak lebih besar dari jempolnya, berukir salib
yang dihiasi ukiran bunga, mungkin bunga lily.
"Lord Genji?" Pria itu pingsan kembali.
Emily pelan-pelan memasukkan tangan Genji ke bawah selimut dan
menutup kembali selimut yang membungkus mereka berdua. Di atas
tubuhnya, Genji akan tetap hangat seperti saat berada di bawah dirinya.
Darah Genji membasahi dada Emily karena luka di dadanya yang
terbuka lagi. Balutan luka di punggungnya juga basah oleh darah. Gerakan Genji saat mengigau tadi membuat luka-lukanya terbuka kembali.
Jika Emily berusaha memindahkannya, Genji mungkin saja terbangun
lagi dan berontak sehingga semakin memperparah lukanya.
Posisi mereka sekarang memang canggung dan tidak nyaman bagi
Emily. Tetapi, selama Genji tidur, itu bukan masalah. Ketika Genji
terbangun, meski gerakannya dipicu oleh demam dan igauan, Emily
merasa malu. Padahal, tidak ada alasan baginya untuk merasa malu.
Mereka berdua tidak melakukan hal yang salah dan tidak ada niatan
untuk melakukan dosa. Namun, posisi Genji yang kini menindihnya tetap
tidak mengenakkan bagi Emily. Karena posisi itu sepertinya menjurus ke
hal yang salah, meskipun sebenarnya tak ada orang yang melihat
sehingga tak mungkin ada orang menarik kesimpulan yang salah.
PDF by Kang Zusi Memindahkan Genji terlalu berisiko. Lebih baik membiarkan orang
menarik kesimpulan yang salah. Lagi pula, mereka tidak melakukannya,
dan lebih salah apabila karena rasa malu Emily membuat luka Genji
menjadi lebih parah. Emily menjadi mengantuk saat cahaya fajar mulai menerangi dinding
salju di sekitar mereka. Tak lama kemudian, dia juga tertidur.
Dan, salju terus turun. "Satu jam lagi saja, mereka pasti sudah mati," kata tihigeru: "Wanita itu
membuat lubang angin di tempat bernaung mereka, tetapi lubang angin
itu tertutup salju. Mereka bisa mati kehabisan udara."
Hide memandang ke arah api unggun, tempat Lord Genji dan Emily
tertidur. Dia telah mengganti perban luka Genji dan memberi makan
mereka berdua. Mereka akan hidup.
Shigeru menunjukkan pistol kaliber 32 yang dibawa Emily kepada
Hide. "Empat peluru telah ditembakkan dan masih ada dua lagi. Kurasa
wanita itu menembak siapa pun yang menyerang Genji.
Siapa tahu" Mungkin ada mayat terbaring tertutup salju di sekitar
situ." Shigeru tidak mengatakan bagaimana dia menemukan mereka
berdua. Genji dan wanita asing itu hampir telanjang bulat, terbungkus
menjadi satu dalam lapisan pakaian mereka seperti kepompong. Dia tak
tahu apakah wanita asing itu menembakkan pistolnya dan berhasil
menyelamatkan Genji. Tetapi, dia tahu wanita itu telah menyelamatkan
Genji dengan memberikan kehangatan tubuhnya. Dengan luka separah
itu, dan banyak kehilangan darah, Genji pasti sudah mati beku kalau
bukan karena Emily "Lord Shigeru," kata Hide dengan mata membelalak penuh
kekaguman. "Apakah Anda sadar apa yang baru terjadi?"
"Ya. Ramalan itu telah menjadi kenyataan. Seorang asing yang
ditemui di Tahun Baru telah menyelamatkan nyawa Lord Genji."
IV PDF by Kang Zusi JEMBATAN KEHIDUPAN DAN KEMATIAN 13. LEMBAH APEL "Ternyata, aku bukan samurai sejati," kata Genji. Dia terbaring di
kamar utama bangsawan agung di Kastel Awan Burung Gereja. Kamar itu
tak terasa seperti kamarnya. Keberadaan kakeknya masih terasa kuat di
sini. "Bagaimana Anda bisa mengatakan seperti itu, Tuanku?" kata Saiki.
"Anda berhasil hidup setelah melalui kondisi yang sangat berbahaya. Itu
adalah perwujudan dari seorang samurai sejati."
Saiki dan Hide berlutut di pinggir ranjang. Genji berbaring di sisi
kirinya, sementara Dokter Ozawa merawat lukanya.
"Kamu berlayar di tengah badai, diserang paus, dan ditawan oleh para
pengkhia-nat," kata Genji. "Itu yang aku sebut kondisi berbahaya"
Genji meringis kesakitan, darah kering
lukanya terbawa saat perban dilepas. Kedua samurai di sisinya
menarik napas dengan keras dan mencondongkan tubuh ke depan, seakanakan ingin menolong. "Maafkan saya, Tuanku," kata Dokter Ozawa. "Hamba ceroboh
sekali." Genji melambaikan tangan sebagai pertanda dia tak apa-apa.
"Sedangkan aku, dikejutkan oleh sekelompok desertir kelaparan, dibela
Emily, dan diselamatkan paman-ku. Bukan sebuah cerita yang pantas
diceritakan di festival ulang tahunku nanti."
"Anda menderita luka parah yang mungkin saja mematikan bagi
orang lain," kata Saiki. "Semangat bertempur Andalah yang membuat
Anda mampu bertahan. Apakah ada yang lebih penting dari seorang
samurai daripada semangat bertempur?"
PDF by Kang Zusi "Setitik kecil kewaspadaan, mungkin."
Hide tak dapat menahan diri lagi. Dia membungkuk dan menekankan
dahinya ke lantai, tak berani mengangkat kepala melihat junjungannya
yang terluka. Dia berusaha tidak mengeluarkan suara apa pun. Hanya
getaran bahunya yang menunjukkan kedalaman rasa dukanya.
"Ada apa ini, Hide?" kata Genji. "Bangunlah."
"Semua ini salah hamba," kata Hide. "Anda hampir terbunuh karena
keteledoran hamba." "Kamu bahkan tidak ada di sana. Bagaimana kamu bisa menuduh
dirimu teledor?" "Karena seharusnya hamba ada di sana. Hamba adalah kepala
pengawal Anda. Membiarkan Anda menghadapi bahaya tanpa hamba
mendampingi adalah hal yang tak terampuni."
"Kamu telah menyatakan ingin menemaniku saat kita berpisah dulu,"
kata Genji. "Dan aku mernerintahmu untuk tinggal meskipun kamu dan
Shigeru memprotes. Kamu tak salah."
"Seharusnya hamba mengikuti Anda diam-diam."
"Hide, bangun dan hentikan Semua ini. Tidak ada yang perlu
disalahkan kecuali diriku sendiri. Aku terlalu terbiasa dikelilingi samurai
hebat dan setia sehingga aku terlena dan kehilangan kemampuan
melindungi diriku sendiri. Jika ada yang harus menangis karena malu,
Api Di Bukit Menoreh 33 Roro Centil 20 Kemelut Di Negara Siluman Pembunuhan Pondokan Mahasiswa 2

Cari Blog Ini