pada hari Minggu. Kami menaruh bunga dan sebagainya. Tapi ini tepat dua tahun
kematiannya." Aku angkat bahu. "Entahlah."
Jake cuma mengangguk. "Satu hal sudah pasti, Jake. Aku tidak ingin ayahku menaruh bunga di dua makam
tahun depan." Chapter 17 < WOW! Hebat! Hebat sekali! Terbang!>
Kami berenam terbang bersama-sama. Ini pengalaman pertama bagi Ax. Ia terus
berceloteh tentang betapa asyiknya terbang.
Mulutnya tidak bisa diam. Sejak mencicipi kopi di mall, ia tak pernah lagi
seriang ini. Tapi aku tidak bisa menyalahkannya, sebab terbang memang seru.
menjelaskan.
tajam.> Kami melayang tinggi di atas hutan. Bidang hijau tampak membentang jauh. Kami
memanfaatkan angin termal untuk menambah ketinggian. Angin termal adalah aliran
udara hangat yang bekerja seperti lift. Kita bisa naik tinggi ke angkasa, hampir
tanpa mengerahkan tenaga.
Kami berharap tidak ada orang yang gemar memperhatikan burung. Terus terang,
kami membentuk kawanan burung yang tidak biasa - elang ekor merah, falcon,
harrier, elang kepala botak, dan dua ekor osprey. Kami sengaja menjaga jarak
satu sama lain, agar gerombolan kami tidak terlalu mencolok.
Selain itu, si elang kepala botak - yang sebenarnya Rachel - membawa sesuatu
yang mirip remote control TV. Rachel memang menjelma menjadi burung paling
besar. Jadi ia yang kebagian membawa beban.
terlalu serius.
Kami terbang berputar di atas tempat itu sambil mencari-cari apakah ada orang di
hutan. Ternyata tidak ada siapa-siapa.
Setelah yakin situasi aman, kami meluncur turun. Kami terbang ke tambang yang
berupa lubang menganga di tanah. Tempatnya memang sepi sekali. Bagian yang
paling rendah tergenang air.
Beberapa menit kemudian, kami semua telah kembali ke wujud asli. Tanpa sepatu,
tentu saja. Dan, seperti biasa, kami berpakaian serba ketat.
"Kita mirip rombongan akrobat sirkus murahan," ujarku.
"Soal baju seragam jangan diungkit lagi," Rachel segera berkata.
Perdebatan itu memang sudah berlangsung lama. Sebenarnya aku ingin kami
mengenakan kostum super hero. Maksudku, seperti kostum X-Men, Batman, atau
sejenisnya. Tapi sekarang aku sadar aku lebih baik tutup mulut saja. Sebab aku telah
bertekad untuk berhenti jadi anggota Animorphs, setelah misi ini.
Aku tidak tahu apakah Jake sudah memberitahukan keputusanku kepada anggota
lainnya. Mungkin ia sempat menceritakannya kepada Cassie. Rachel tampaknya belum
tahu, sebab ia tidak berkomentar apa-apa. Begitu juga Tobias.
Dan Ax" Entahlah. Ia masih merupakan misteri bagi kami semua. Tapi aku pasti
rindu pada Ax nanti. Habis, tidak setiap hari kita bisa berkenalan dengan
makhluk asing dari planet lain.
Kecuali itu, aku juga akan kehilangan kesempatan untuk terbang. Kalau memang mau
mundur, jangan setengah-setengah.
Barangkali tampangku terlalu berkerut-kerut ketika aku duduk di tumpukan batu,
dan merenung. Yang jelas, Jake menghampiriku dan menonjok pundakku. Main-main,
tentu saja. "Ayo, kita ke sana. Supaya tidak kelihatan," Jake berkata sambil menunjuk gua
kecil di pinggir tambang.
"Boleh," sahutku sambil mengikutinya. "Kalau ada longsoran batu, kita langsung
remuk dan tidak perlu memikirkan kaum Yeerk lagi."
Gua itu tidak terlalu dalam, tapi cukup besar untuk menyembunyikan kami dari
pandangan siapa pun yang melintas di atas tambang.
"Oke," ujar Jake. "Kita coba saja. Ax" Sudah siap menyalakan alat itu?"
Jake memandang berkeliling. "Yang lain sudah siap untuk berubah?"
Kami mengangguk. Kecuali Ax. Kami semua akan menjelma menjadi binatang paling
kuat dan berbahaya yang bisa kami tiru.
Kami harus bersiap-siap menghadapi pasukan Yeerk, siapa tahu mereka datang. Tapi
Ax hanya bisa meniru ikan hiu, lobster, semut, dan burung harrier. Karena itu
lebih baik ia tetap berwujud Andalite, yang memang cukup berbahaya.
"Oke, Ax" Nyalakan alatnya. Yang lain" Morph!"
"Moga-moga semuanya berjalan lancar," aku masih sempat berkomentar.
Ax menekan tombol pada pemancar sinyal darurat. Tapi tampaknya tidak terjadi
apa-apa.
Sementara itu Rachel, Cassie, Jake, dan aku mulai berubah.
Kami sudah pernah menjelma menjadi binatang yang akan kami tiru kali ini. Karena
itu tak ada kesulitan. Dengan mudah kami mengendalikan naluri binatang itu.
Rachel berubah menjadi gajah. Kami memang membutuhkan kekuatannya yang besar.
Jake perlahan-lahan menjelma sebagai harimau. Cassie memilih wujud serigala. Dan
aku memusatkan pikiran untuk berubah menjadi gorila.
"Ini benar-benar ajaib." Aku tertawa ketika proses metamorfosis dimulai.
"Seandainya ada orang yang kebetulan melihat kita sekarang, dia pasti menyangka
dirinya sudah tidak waras."
Pemandangannya memang janggal. Coba saja bayangkan.
Rachel yang pirang dan cantik bagaikan supermodel itu kini memiliki belalai
setebal batang pohon dan daun telinga sebesar payung.
Atau Cassie, yang merangkak di tanah dengan tubuh penuh bulu kelabu dan taring
panjang berwarna kuning. Belum lagi Jake. Cakar besar tumbuh di ujung jarinya. Ekor panjang bagaikan ular
muncul di bagian belakang tubuhnya. Seluruh badannya terbungkus bulu berwarna
jingga dan hitam. Dan ketika proses metamorfosisnya selesai, ia telah menjelma
sebagai harimau dewasa. Dari hidung sampai ekor, panjangnya hampir tiga meter.
Dan beratnya sekitar dua ratus kilo. Kalau ada binatang buas yang pantas disebut
indah, itulah harimau.
mendekati kami sambil mengayunkan belalai dan mengibaskan telinga. Ia bagaikan
gunung yang bisa berjalan.
sahutku.
kemari untuk mencoba berbagai wujud binatang Bumi. Pasti asyik. Anggap saja
liburan.>
Aku hendak menjelaskannya, tapi tiba-tiba lampu berwarna merah mulai berkedapkedip pada pemancar sinyal darurat yang dirakit Ax.
di balik sebongkah batu besar.
Rachel merapatkan badan ke dinding gua.
Cassie mengambil tempat di sebelah kanan Jake, dan aku berusaha untuk tidak
kelihatan seperti gorila seberat dua ratus kilo di balik tumpukan batu kerikil.
Tobias mengepakkan sayap untuk menambah ketinggian.
WUSSS! Pesawat itu melintas rendah, kira-kira setinggi pohon, kemudian menghilang
sejenak sebelum akhirnya berputar untuk kembali lagi.
Sebuah pesawat Bug. Persis seperti yang kami rencanakan.
Chapter 18 WUSSS! Bug Fighter itu melintas sekali lagi, berhenti sejenak di udara, lalu turun
pelan-pelan ke dasar tambang.
Bug Fighter adalah jenis pesawat Yeerk yang paling kecil, kira-kira sebesar bus
sekolah. Bentuknya seperti kumbang, hanya saja di kedua sisinya terdapat tombak
panjang dan bergerigi yang menjorok ke depan. Jadi pesawat tersebut mirip kecoa
yang sedang memegang sepasang tombak.
Pesawat Bug itu mendarat dengan mulus.
Aku menahan napas.
Pintu pesawat membuka. Yang pertama muncul adalah Pengendali Hork-Bajir.
Kakak Ax, si pangeran Andalite, sempat memberitahu kami bahwa bangsa Hork-Bajir
sebenarnya bangsa cinta damai yang dijadikan budak oleh kaum Yeerk.
Hmmm... bisa jadi itu benar. Tapi penampilan mereka sama sekali tidak mendukung
keterangan itu. Hork-Bajir adalah pisau cukur raksasa yang bisa berjalan. Tinggi
mereka lebih dari dua meter.
Mereka memiliki dua kaki, dua lengan, dan ekor berduri yang mirip ekor Andalite.
Di kepala mereka yang mirip kepala ular terdapat tonjolan tajam yang mirip
pedang. Tonjolan serupa juga ada di bagian siku, pergelangan tangan, dan lutut.
Supaya keteranganku lebih jelas, begini saja deh. Kalian sudah pernah melihat
bangsa Klingon yang muncul dalam film seri Startrek, kan" Nah, seandainya bangsa
Klingon benar-benar ada, mereka pasti gemetaran kalau ketemu Hork-Bajir.
Si Hork-Bajir keluar dari pesawat Bug, kemudian berhenti.
Kenapa si Hork-Bajir cuma berdiri di situ" Seharusnya ia berkeliling sambil
mencari-cari. Bagaimanapun juga, ia datang untuk menyelidiki sinyal darurat.
Kenapa ia cuma berdiri seakan-akan menunggu sesuatu.
"Tsseeeeerrrr!"
Tobias langsung menukik dari langit dan meluncur dengan kecepatan lebih dari
seratus lima puluh kilometer per jam. Ia menjulurkan cakar dan menghantam wajah
si Hork-Bajir. "AUUUUUMMMMM!" Jake keluar dari tempat persembunyiannya. Ia melompat dan
menerjang Hork-Bajir itu dengan cakar siap menyambar.
Si Hork-Bajir langsung jatuh.
Jake berguling ke samping ketika ekor lawannya menebas-nebas udara bagaikan
mesin cincang yang lepas kendali.
Pada saat itulah Rachel muncul dengan tubuhnya yang sebesar tank.
kakinya yang sebesar batang pohon ke dada si Hork-Bajir. Tapi ia tidak
membuatnya remuk, hanya menahannya bagaikan kumbang yang tinggal diinjak sampai
gepeng. Si Hork-Bajir segera sadar bahwa sudah waktunya berhenti meronta. Ia diam saja.
Terlalu gampang, sebagian dari pikiranku memberi peringatan.
Ini terlalu gampang. Pengendali Hork-Bajir tidak mungkin menyerah begitu saja.
Tapi masih ada urusan lain yang harus kupikirkan. Aku harus masuk ke pesawat
Bug, untuk menaklukkan makhluk Taxxon yang bertugas sebagai pilot.
Aku bergegas maju. Langkahku terasa kikuk dengan kaki gorila-ku yang pendek.
Lenganku yang besar berayun-ayun. Cassie dan Ax segera menyusul. Makhluk Taxxon
mirip kelabang raksasa, tapi aku tidak kuatir. Kami pasti mampu mengatasi satu
Taxxon. Tapi tiba-tiba... Zzzzzzzaaappppp! Seberkas cahaya merah terang membelah udara hanya beberapa senti di depanku, dan
memaksaku berhenti. Zzzzzzzaaappppp! Berkas cahaya merah lainnya menyusul, kali ini melintas di belakangku. Batu
kerikil yang terkena sinar itu langsung menguap!
Aku berbalik sambil mencari-cari tempat berlindung.
Zzzzzzzzaaapppp!
Aku menoleh, sementara tembakan sinar Dracon membentuk kerangkeng maut yang
mengepung kami. Aku melihat barisan Hork-Bajir di sekeliling tepi tambang. Di
sebelah kiri, di sebelah kanan. Di mana-mana!
Seluruh tambang dikelilingi pasukan Hork-Bajir, masing-masing bersenjata sinar
Dracon. Mungkin jumlahnya seratus.
Kami terkepung.Terkepung rapat.
Cassie memanggil Tobias.
burung panggang sebelum aku sempat terbang.>
Kami dilanda perasaan putus asa.
Kami terperangkap. Kami kalah jumlah. Dan kalah cerdik.
Tamatlah riwayat kami. Dan saat itulah ia muncul.
Chapter 19 IA begitu mirip Ax. Begitu mirip Pangeran Elfangor. Tapi di pihak lain,
sekaligus begitu berbeda.
Perbedaannya tidak bisa dilihat. Perbedaan itu hanya bisa dirasakan.
Laksana bayangan yang menyelubungi hati nurani kita. Laksana kegelapan yang
menghalangi sinar matahari. Begitu jahat. Begitu keji.
Ia berwujud Andalite. Ia satu-satunya Pengendali-Andalite di seluruh jagat raya.
Satu-satunya Yeerk yang berhasil merampas tubuh Andalite. Satu-satunya Yeerk
yang memiliki kemampuan metamorfosis.
Ia adalah Visser Three. Visser Three, yang membunuh Pangeran Elfangor sementara kami meringkuk ketakutan
dalam persembunyian. Visser Three, yang ditakuti bahkan oleh para Hork-Bajir dan Taxxon.
pikir kami tidak pernah mengganti frekuensi">
Mata utama Visser Three beralih kepada Ax.
heran.
Ax hendak mengatakan sesuatu, tapi Jake langsung menyela,
Ax terdiam, tapi seluruh tubuhnya gemetaran karena amarah yang tertuju pada
Visser Three. Aku tidak heran. Bagaimanapun juga, Visser Three telah membunuh
kakak Ax. Tapi Jake benar. Kami harus menghindari setiap pembicaraan dengan Visser Three.
Jangan sampai makhluk bengis itu tahu bahwa kami manusia, bukan Andalite. Jangan
sampai identitas kami terungkap tanpa sengaja.
Visser Three tampaknya sangat menikmati kemenangannya.
Animorphs - 5 Serangan Nekat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kumpulan binatang yang luar biasa, bukan" Setelah kami memperbudak seluruh umat
manusia dan mengubah planet ini sesuai keinginan kami, kami akan tetap
mempertahankan beberapa jenis binatang. Pasti menyenangkan mencoba berbagai
wujud makhluk yang hidup di sini.>
Kami diam saja. Tepatnya kami tidak menyahut dengan bahasa manusia. Jake
menggeram sambil memamerkan taringnya.
aku punya ide yang lebih baik. Asal tahu saja, kami kedatangan tamu di kapal
induk. Rasanya jauh lebih menghibur kalau kalian kupamerkan dalam wujud seperti
sekarang di depan Visser One.>
Aku dicengkeram rasa takut. Meskipun demikian aku tetap menangkap nada gusar
dalam suara Visser Three ketika ia mengucapkan nama "Visser One."
Visser Three pasti telah memberi semacam sinyal, sebab tiba-tiba saja pesawat
Blade muncul di atas kami. Pesawat itu berkilau-kilau ketika selubungnya mulai
tersingkap. Pesawat Blade jauh lebih besar daripada pesawat Bug, dan bentuknya amat berbeda.
Warnanya hitam pekat. Bentuknya seperti kapak perang dari abad pertengahan,
dengan sepasang sayap melengkung yang mirip mata kapak, serta gagang berujung
runcing yang menjorok ke depan.
Tapi akhirnya Rachel tidak berbuat apa-apa. Aku juga diam saja. Kami cuma
berdiri di tengah tambang, di bawah penjagaan ketat seratus Hork-Bajir.
Rupanya mereka mendarat di tempat yang tak terlihat, sementara kami sibuk
mengawasi pesawat Bug tadi.
Ax telah menggunakan frekuensi yang salah. Kaum Yeerk tahu bahwa kami memasang
jebakan. Dan akibatnya justru kami yang terperangkap.
Selusin Hork-Bajir turun ke dasar tambang dan mengepung kami. Mereka terus
mengarahkan senjata sinar Dracon sementara pesawat Blade mendarat di hadapan
kami. "Jalan, ikuti farghurrash itu horlit!" perintah salah satu Hork-Bajir dengan
campuran aneh bahasa manusia dan bahasa mereka sendiri.
Ia menunjuk ke pesawat Blade. Sebuah pintu telah membuka di sisi pesawat.
Tapi ketika ia menghampiri pintu, pintu itu melebar secara otomatis. Lubang
pintu meregang dan melebar sendiri, seakan-akan bernyawa.
Kami semua tampak lesu ketika digiring ke dalam pesawat Blade. Begitu lemah dan
tak berdaya. Betapa bodohnya kami karena menyangka kami sanggup melawan kaum
Yeerk. Visser Three benar. Kami memang bodoh.
Padahal aku tidak punya kepentingan di sini, pikirku. Aku tidak perlu terlibat.
Belum waktunya aku mati. Sebenarnya aku ingin marah. Tapi yang kurasakan saat memasuki pesawat Blade
hanyalah kehampaan yang mencekam.
Aku sudah mati rasa. Dan dalam hati aku terus berkata, Akhirnya terjadi juga.
Akhirnya terjadi juga. Besok sudah hari Minggu. Dad akan mengunjungi makam Mom. Sendirian.
Ia akan membutuhkan waktu lama sebelum bisa menerima bahwa aku pun telah tiada.
Sama seperti ketika ibuku meninggal - jasadku takkan pernah ditemukan.
Sama seperti ibuku. Chapter 20
mencekam.
Aku mengamati tempat kami disekap. Kami berada di suatu ruangan, dikelilingi
enam bidang hitam yang diterangi cahaya redup. Mirip kotak baja tanpa pintu,
tanpa jendela. Rasanya seperti di dalam peti mayat.
Teman-temanku memaksakan tawa. Aku tidak tahu kenapa aku masih saja bercanda.
Mungkin memang sudah begitu sifatku. Setiap kali ada kejadian buruk, aku malah
berkelakar. Tapi sebenarnya hatiku serasa diiris-iris.
Tentu saja ia sadar ucapannya tidak masuk akal. Tapi dalam keadaan ketakutan,
kadang-kadang otak kita jadi kurang beres. Kita jadi mempertimbangkan segala
kemungkinan. Kita ingin percaya bahwa masih ada jalan keluar.
Sebenarnya kami menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, Visser Three
langsung membunuh kami. Kemungkinan kedua, ia akan menjadikan kami Pengendali
dengan cara menyusupkan makhluk Yeerk ke dalam kepala kami.
Dia pasti menganggap mereka tahu sesuatu, dan ingin mengorek keterangan.>
Aku tahu Ax benar. Mungkin aku sudah tahu sejak awal. Tapi ketika mendengar Ax
berkata begitu, rasanya aku ingin merangkak ke sudut ruangan dan meringkuk di
situ. Ayahku. Orangtua Cassie. Ibu dan saudara-saudara Rachel. Orangtua Jake. Mungkin
bahkan kakak Jake, Tom, biarpun ia salah satu dari mereka. Nyawa mereka semua
sedang dipertaruhkan. Tiba-tiba sebuah jendela membuka di dinding. Jendela itu muncul begitu saja,
sama seperti pintu yang melebar agar bisa dilewati oleh Rachel. Dindingnya
seakan-akan bernyawa. Sebuah jendela bulat terbentuk cukup besar agar kami bisa
melihat ke luar. Aku memekik tertahan. Di bawah kami, diliputi warna biru dan putih yang begitu indah, terlihat planet
Bumi. Sinar matahari membuat samudra tampak berkilauan. Lapisan awan tampak menggumpal
di atas Teluk Meksiko.
Kami menatapnya. Melalui mata binatang-binatang Bumi, tapi dengan jiwa manusia,
kami menatap planet kami.
Planet kami. Untuk sementara itu masih planet kami.
Kemudian muncul pemandangan baru ketika pesawat Blade berputar, berpaling dari
Bumi. Pesawat induk kaum Yeerk.
Pesawat itu menyerupai serangga raksasa berkaki tiga. Bagian tengahnya berupa
bola yang menggembung. Bagian bawahnya agak datar, dan dari sini muncul
serangkaian sulur panjang yang aneh, mirip sulur ubur-ubur. Masing-masing
panjangnya sekitar empat ratus meter. Di sekeliling bola itu terdapat tiga kaki
yang menekuk ke atas, lalu ke bawah, persis seperti kaki labah-labah.
juga berada di situ. Setiap tiga hari kaum Yeerk harus berendam dalam kolam
Yeerk untuk menyerap sinar Kandrona. Di planet kalian pasti juga ada satu.>
Pesawat induk itu melayang-layang di orbit, bagaikan pemangsa yang sudah tak
sabar untuk melahap Bumi yang biru di bawahnya.
Rachel.
Three sengaja mau menakut-nakuti kita.>
rumputnya lebih banyak. Aku... aku menyesal akhirnya jadi begini. Ini semua
salahku.> Rasanya aku ingin berteriak, "Ya, memang! Ini memang salahmu!"
Tapi ucapan Cassie mewakili apa yang kami semua rasakan dalam hati.
Kakakmu dan banyak bangsa Andalite lain gugur karena berusaha menyelamatkan
kami. Ini bukan salahmu.>
Memang benar. Tapi kadang-kadang, terutama dalam keadaan terdesak, kita jadi
ingin menyalahkan seseorang.
Aku bisa melihat dinding membuka di sisi pesawat induk kaum Yeerk - tempat keluarmasuk pesawat. Di depan mataku sejumlah pesawat Bug masuk melewati lubang
menganga itu. Semenit kemudian kami menyusul, dan tiba-tiba kami sudah bermandikan cahaya
berwarna merah tua. Melalui jendela kami melihat awak pesawat induk Yeerk - kumpulan Hork-Bajir,
Taxxon, dan dua atau tiga spesies asing lainnya. Semuanya mengenakan seragam
berwarna merah atau cokelat tua. Selain itu juga ada beberapa manusia. Harapanku
langsung bangkit. Manusia!
Tapi kemudian aku sadar. Bukan. Mereka Pengendali-Manusia. Manusia yang sudah
dirasuki makhluk Yeerk. Sama saja dengan para Hork-Bajir.
Aku merasakan getaran kecil ketika pesawat Blade berhenti.
Aku segera berhitung.
begitu mereka membuka pintu. Paling tidak, kita bisa membuat mereka ingat untuk
selama-lamanya bahwa pernah ada perlawanan di planet Bumi.>
Aku melihat Jake menjulur-julurkan cakar. Ia melirik ke tempat pintu tadi
muncul, seakan-akan mengukur jaraknya. Aku tahu ia sedang mendengarkan bisikan
naluri harimau di dalam kepalanya. Kemudian ia mengendurkan otot-ototnya yang
sempat menegang.
Cassie menghampiri Jake dan mendorong-dorongnya dengan moncong serigalanya.
Sebenarnya lucu melihat harimau dan serigala begitu akrab.
Tapi aku justru agak cemburu. Habis mereka bisa saling menenangkan sih.
Melalui jendela kami melihat gerombolan Hork-Bajir, Taxxon, dan manusia berlari
kian kemari, seakan-akan berlomba. Dan sekarang aku menyadari adanya seragam
yang berbeda-beda. Ada yang merah dan hitam, juga ada emas dan hitam. Sementara
para petugas berseragam cokelat tampak berdiri di pinggir, seolah-olah
peranannya kurang penting.
Sekonyong-konyong, tanpa peringatan sebelumnya, jendela di hadapanku berubah
menjadi pintu besar melengkung. Udara pengap mengalir masuk, membawa bau oli dan
bahan kimia, serta bau lain.
Sebuah landasan bergerak naik dari lantai baja di luar. Kami berdiri seperti
patung di puncak landasan itu.
Di mana-mana terlihat Hork-Bajir, Taxxon, dan manusia berseragam. Sebagian besar
mengenakan seragam merah-hitam. Ada sekitar dua ratus makhluk yang berbaris
kaku, mengelompok sesuai spesies masing-masing. Kira-kira seperempatnya memakai
seragam emas dan hitam. Kelompok ini lebih banyak beranggotakan manusia, tapi juga ada beberapa HorkBajir yang tubuhnya lebih besar dari biasanya.
Aku melihat gerakan di bagian pasukan asing itu. Sekelompok makhluk tampak
berjalan ke depan. Visser Three berada di tengah. Ia diikuti dua Hork-Bajir besar berseragam merah.
Dan tepat di sebelah kirinya berjalan seorang manusia. Seorang wanita dengan
rambut gelap dan bola mata hitam pekat.
Saat itulah napasku terhenti. Karena aku tahu. Bahkan sebelum wajahnya kelihatan
jelas. Aku tahu. Mereka menuju ke kaki landasan. Selusin prajurit mengarahkan senjata sinar
Dracon kepada kami, untuk berjaga-jaga seandainya kami berbuat nekat.
Lalu, dengan bahasa pikiran yang bisa terdengar oleh semua, Visser Three
berpaling kepada wanita di sampingnya.
Jadi kau bisa kembali ke dunia kita.>
Visser One mengangguk. Ia menatap kami dengan sepasang mata manusianya yang
gelap. Sepasang mata yang begitu kukenal. Sepasang mata yang kuingat baik-baik.
Sepasang mata yang mengawasi tidurku dari foto berbingkai di sisi tempat tidur.
Ibuku. Visser One. Chapter 21 AKU terduduk. Tiba-tiba saja. Kejadian itu pasti menggelikan.
Seekor gorila besar dan berbulu lebat mendadak jatuh terduduk.
Aku pun akan tertawa kalau melihatnya.
Ibuku. Ia belum mati. Masih hidup! Rasanya aku ingin berteriak. "Mom! Mom! Ini aku, Marco!"
Tapi suara Jake sudah terdengar di dalam kepalaku.
Ternyata aku tidak salah lihat. Jake juga mengenalinya.
Ibuku... masih hidup. Ibuku.
Aku bisa mendengar suara Jake. Tapi ia seolah berada di tempat yang sangat jauh.
Ia tidak mengerti. Itu Mom! Ibuku!
"Kalau kau memang ingin jadi penguasa Bumi, Visser Three, seharusnya kau belajar
sedikit tentang planet ini."
Ibuku menatapnya sambil mencibir. "Aku mengambil tubuh manusia dan belajar
tentang planet Bumi serta para penghuninya. Karena itulah aku mampu memulai
penyerbuan yang kini terancam bahaya karena kebodohanmu!"
Ekor Visser Three berkedut-kedut, seakan-akan hendak menyambar ibuku alias
Visser One. Pasukan merah langsung siaga.
Pasukan emas siap mencabut senjata masing-masing.
bertemu ibuku. Begitu pula Cassie dan Tobias. Dan mereka juga tidak mendengar
Animorphs - 5 Serangan Nekat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
percakapanku dengan Jake tadi.
Sikap Visser Three berangsur-angsur mengendur.
mereka. Aku sendiri yang membunuh Pangeran Elfangor dan mendengar jerit
kematiannya. Dan sekarang aku berhasil menggulung sisa-sisa gerombolan Andalite
yang menyedihkan ini.>
Ibuku... Visser One... hanya tersenyum. "Kau mau jadi Visser One" Kaupikir kau
bisa merebut kedudukanku" Kita lihat saja. Dewan Tiga Belas tidak suka Visser
yang membuat kesalahan. Dan kau telah membuat berbagai kesalahan. Jagalah
ambisimu, jangan sampai senjata makan tuan."
Ia menjentikkan jari, dan semua prajurit berseragam emas langsung berbalik.
Kemudian ia pergi, diikuti seluruh pasukannya.
Itu bukan ibuku. Makhluk yang menyebut dirinya Visser One bukanlah ibuku.
Visser One adalah Yeerk yang bercokol di dalam otak ibuku.
Tapi yang paling menyakitkan adalah induk semang kaum Yeerk tetap hidup. Para
induk semang tetap mempunyai kesadaran. Di suatu tempat di dalam kepala itu, di
balik sepasang mata yang berkesan begitu akrab, ibuku masih hidup.
maju dua langkah.>
Aku membenci diri sendiri karena tidak berdaya, tapi dalam hati aku tahu tak ada
yang bisa kulakukan. Aku harus bersembunyi di balik wujud binatang yang kutiru. Ibuku tidak boleh
tahu siapa aku. Sampai kapan pun....
Perlahan-lahan aku bangkit. Aku merasa lemah. Perasaan yang aneh bagi seekor
gorila. Seandainya saat itu aku sedang meniru binatang lain, bisa jadi aku akan menyerah
dan membiarkan naluri binatang itu mengambil alih kendali. Aku akan membiarkan
diriku dikendalikan insting hewan.
Tapi gorila terlalu mirip manusia. Instingnya serba lembut. Sama seperti
manusia, gorila juga mempunyai emosi. Nalurinya tidak bisa melindungiku dari
kepedihan yang kurasakan.
Visser Three masih mengamati kami. Mungkin karena belum tahu pasti apa yang
harus dilakukannya.
Visser Three memiringkan kepala, seakan-akan memikirkan sesuatu.
kesempatan untuk mendapatkan kemampuan metamorfosis bangsa Andalite" Tapi kau
masih anak-anak. Kenapa yang lain terus membisu" Dan kenapa kalian masih juga
bersembunyi di balik wujud binatang" Aneh. Sungguh aneh.>
Ia tampak merenung sejenak. Mungkinkah ia tahu alasan sebenarnya" Mungkinkah ia
bisa menerka bahwa kami sengaja membisu supaya identitas kami tidak terbongkar"
Bahwa kami sebenarnya manusia" Mungkinkah ia sadar bahwa itulah sebabnya kami
mempertahankan wujud binatang"
Ia angkat bahu.
Chapter 22 KAMI digiring menyusuri lorong. Rachel, yang masih berwujud gajah, memenuhi
lorong itu seperti tubuh semut kami memenuhi terowongan-terowongan di dalam
pasir beberapa waktu lalu. Tobias bertengger di pundakku, karena ia tidak bisa
terbang di tempat yang begitu sempit.
Ternyata kami dibawa ke penjara terbuat dari baja hitam kosong yang serupa
dengan tempat penahanan kami di pesawat Blade. Hanya saja kali ini tidak ada
jendela yang muncul. Cahaya redup seakan-akan terpancar dari langit-langit. Selain itu tidak ada apaapa lagi. Aku meringkuk di pojok.
ujar Rachel.
Beberapa saat kami membahas berbagai rencana untuk melarikan diri. Tapi semuanya
cuma omong kosong. Kami sadar kami terperangkap. Kami sadar petualangan kami telah berakhir. Kami
berada di pesawat induk kaum Yeerk.
Pesawatnya besar sekali. Seandainya kami punya waktu satu minggu untuk
mempelajari seluk-beluknya, kami tetap akan tersesat.
Selain itu ada ratusan, mungkin bahkan ribuan, Yeerk bersenjata - Hork-Bajir,
Taxxon, beberapa spesies yang belum pernah kami lihat, dan tentu saja juga
manusia. Seperti ibuku. Ibuku - Visser One. Visser paling berkuasa di antara semua Visser yang ada.
Kapan itu terjadi" Sejak kapan ia diperbudak oleh kaum Yeerk"
Apakah ia telah menjadi Pengendali sewaktu masih tinggal bersama aku dan ayahku"
Pada saat ia masuk ke kamarku untuk mengucapkan selamat tidur, apakah itu hanya
sandiwara yang dimainkan makhluk Yeerk yang bercokol di dalam kepalanya"
Ketika aku berlagak sakit supaya tidak perlu sekolah, apakah makhluk Yeerk yang
bisa membaca gelagat itu yang mengajakku bercanda sampai aku mengakui
kebohonganku" Apakah makhluk Yeerk itu yang membagi-bagikan kado pada hari Natal" Yang
bernyanyi di paduan suara gereja" Yang mengajakku ke toko J.C. Penney's dan
memaksaku membeli baju sekolah yang sebenarnya tidak kusuka"
Apakah semuanya itu hanya sandiwara" Dan berapa tahun sandiwara itu telah
berlangsung" Berapa lama sudah sosok yang kusangka ibuku menjadi salah satu dari...mereka"
Satu hal sudah pasti. Kematiannya hanya tipuan. Kecelakaan di laut itu. Jasad
yang tak pernah ditemukan.
Semuanya bohong. Ia telah disusupi Visser One, yang kemudian memulai penyerbuan
ke Bumi. Setelah kaum Yeerk berhasil mendarat di Bumi, ia menyerahkan tugas
selanjutnya ke tangan Visser Three. Dan ia sendiri menghilangkan jejak.
Ax angkat bicara,
nasib.> Jake menatapku dengan mata harimau-nya yang besar dan berwarna kuning. Aku juga
melihat mata Tobias yang senantiasa menyorot tajam.
Aku bangkit.
tergeletak. Kita harus selalu bangkit. Jangan menyerah. Kita mungkin mati, tapi
kita takkan pernah menyerah.>
Semuanya memandang ke arahku. Dengan mata serigala, mata elang, dan mata gajah
yang besar dan berkesan sedih.
Cassie tercengang.
lalu menjelma dalam bentuk yang lebih berbahaya, menyerang, kemudian bersembunyi
lagi. Siapa tahu kita bahkan bisa menghancurkan Kandrona.>
berkomentar.
jadi serangga.>
Pintu sel membuka. Pintu itu muncul begitu saja di dinding.
Di luar berdiri tiga Hork-Bajir. Ketiganya mengenakan seragam emas.
Empat Hork-Bajir lain tampak tergeletak di lantai. Mereka berseragam merah.
Entah mereka mati atau tidak sadar.
menyerang. Pemimpin para Hork-Bajir, makhluk raksasa setinggi hampir dua setengah meter,
mengamati kami. Lalu ia berbicara. Anehnya, ia tidak memakai bahasa campur aduk yang biasa
digunakan para Hork-Bajir. Ia berbicara seperti sarjana lulusan universitas
terkenal. "Lorong ini menuju ke sana sejauh tiga puluh meter." Ia menunjuk ke kiri.
"Setelah itu ada pos penjaga, yang ditempati dua Hork-Bajir dan satu Taxxon.
Dari sana, ada empat lorong. Ambil lorong paling kiri. Ikuti terus sampai kalian
mencapai tabung vertikal. Masuklah ke tabung itu, lalu turun lima belas dek.
Tepat di depannya kalian akan melihat kapsul penyelamat."
Ia menatap Rachel. "Dalam wujud ini kau terlalu besar untuk masuk ke kapsul itu.
Kau harus berubah setelah sampai di sana. Kapsul itu sudah diprogram untuk
kembali ke tempat kalian ditangkap. Setelah itu kapsul tersebut akan hancur
sendiri. Kalian mengerti?"
Kami cuma bisa tercengang.
Visser Three yang harus bertanggung jawab.>
"Kalau pasukan Visser Three memergoki kalian, kalian harus menghadapinya
sendiri," si Hork-Bajir berseragam emas menambahkan. "Pergilah. Sekarang."
Ketiga anak buah Visser One berbalik dan langsung pergi.
Rachel memaksakan tubuhnya yang besar memasuki lorong.
Chapter 23 WHOMP! Whomp! Whomp! Whomp!
Setiap langkah Rachel membuat lantai baja bergetar. Bagian pinggir tubuhnya
menyerempet kiri-kanan dinding, sehingga aku jadi sulit memandang ke depan.
Lorong itu lengang sampai ke pos penjagaan. Persis seperti yang dikatakan si
Hork-Bajir. Rachel tidak mengurangi kecepatan.
Whomp! Whomp! Whomp! Whomp!
Sepintas lalu aku melihat makhluk Taxxon yang nekat menghalangi jalan Rachel.
Beberapa detik kemudian aku harus melompati sisa-sisa kelabang raksasa yang
telah remuk.
Ia muncul dari salah satu cabang lorong, satu Hork-Bajir berseragam merah.
Wusss! Duri tajam di lengannya menebas udara, beberapa senti saja di depan wajahku.
membantu kami, ketika setengah lusin Hork-Bajir anak buah Visser Three menyerbu
sambil berteriak garang.
Perasaanku sama. Aku sudah siap. Aku sudah bosan merasa tak berdaya.
Hork-Bajir yang terdekat kembali mengayunkan tangan. Sebagian bulu di pundakku
terpangkas habis. Habislah sudah kesabaranku. Padahal aku sudah bilang tadi, gorila pada dasarnya
makhluk yang lemah lembut.
Tapi jangan cari perkara dengan seekor gorila. Terutama kalau di kepala gorila
itu ada anak laki-laki yang ingin menghajar setiap Yeerk yang ditemuinya.
"Hoohoo hoo hhawwwrr!" aku berseru, lalu mengayunkan kepalan tangan sebesar palu
godam ke perut si Hork-Bajir.
Makhluk itu sampai terangkat dari lantai. Kepalanya membentur langit-langit.
Kemudian ia roboh dan tidak bergerak lagi.
Dari sudut mata aku melihat Hork-Bajir lain menerjang Ax.
Ekor si Andalite langsung menyambar. Saking cepatnya, gerakan itu tak terlihat
olehku. Si Hork-Bajir mundur terhuyung-huyung. Sebelah lengannya telah lenyap.
Saat itulah aku sadar - aku senang pada Ax.
Sekonyong-konyong, seolah-olah mendapat aba-aba, dua Hork-Bajir muncul dari
belakang.
Kedua Hork-Bajir berusaha mengejar kami.
"AAAAAAUUUUUUUMMMMMMM!"
Jake melepaskan raungan yang mestinya bisa terdengar dari ujung pesawat induk
yang satu ke ujung yang satu lagi. Aku saja sampai ngeri. Kedua Hork-Bajir
terpaku kaget. Jake menerjang keduanya sebelum mereka sempat memikirkan langkah selanjutnya.
Hork-Bajir sanggup bergerak cepat. Tapi harimau lebih gesit lagi.
Satu Hork-Bajir ambruk sementara Jake menggigit lehernya yang mirip ular. HorkBajir yang satu lagi memandang berkeliling untuk memastikan tak ada yang
melihatnya, lalu memutuskan bahwa ia masih ingin hidup. Karena itu ia tidak
berani mendekati Jake. Jake mundur teratur sambil terus memperhatikan lawannya.
Secepat mungkin kami menyusuri lorong.
Rasanya seperti di terowongan semut. Kami tidak punya pilihan selain kabur.
Semakin lama kami berusaha melawan, semakin besar kemungkinan kami kalah.
Tiba-tiba...
Aku sampai di tepi sebuah tabung yang turun entah sampai ke mana. Rachel sudah
tampak kecil. Dan itu cukup mengejutkan, mengingat ia masih berwujud gajah
bengkak.
Animorphs - 5 Serangan Nekat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seandainya aku tidak terancam batas waktu, dan seandainya aku tidak dikejar
selusin makhluk asing, pengalaman di tabung vertikal itu pasti asyik.
Aku jatuh, tapi tidak terlalu cepat.
Setelah dua belas lantai, aku melewati Pengendali-Manusia yang hendak masuk ke
tabung vertikal. Ia tampak tercengang.
Mungkin heran melihat gajah terbang, yang diikuti oleh gorila, serigala,
Andalite, dan harimau.
Aku menoleh ke atas. Satu prajurit Hork-Bajir sedang berusaha mengejar kami.
Tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa sebelum ia berada dalam jangkauan
tanganku.
si Hork-Bajir, yang meluncur dari arah berlawanan.
"Tseeer!" Tobias menjulurkan cakar dan menghajar mata lawannya.
"Ghaahharrr!" Si Hork-Bajir memegangi wajahnya. Kurasa ia tak lagi memperhatikan lantai berapa
yang hendak didatanginya. Ia melesat melewati kami ketika kami mengurangi
kecepatan untuk melangkah ke lantai lima belas.
Kakiku kembali menginjak lantai yang keras! Aku lega sekali.
Aku melihat tubuhnya mengerut sementara ia terus melangkah.
saja. Beberapa detik lagi kami sampai di kapsul itu.
Saat itulah Rachel tersandung. Ia berwujud setengah manusia, setengah gajah.
Wujudnya mengerikan, dengan warna pink dan kelabu, dengan telinga raksasa,
rambut manusia, lengan gemuk, dan kaki tanpa jari-jari.
Aku membungkuk dan mengangkatnya dengan lenganku yang kuat. Ia masih lumayan
berat, mungkin sekitar seratus lima puluh kilo.
Tapi aku sanggup menggotongnya.
Kami sampai di pintu kapsul penyelamat. Pintunya menutup secara otomatis setelah
kami masuk.
Aku merasakan sentakan ketika kapsul penyelamat terlontar dari sisi bawah
pesawat induk. Buluku yang lebat sudah mulai lenyap ketika kapsul itu berputar.
Bumi terlihat jelas di bawah.
Bumi. Kapsul penyelamat terus berputar, dan pesawat induk kaum Yeerk kembali terlihat.
Pesawat induk yang membawa ibuku.
Sebelum proses metamorfosis selesai, sebelum aku kehilangan kemampuan untuk
berkomunikasi dengan bahasa pikiran, aku berkata,
Suatu hari, entah dengan cara bagaimana, kami akan memenangkan pertempuran ini.
Bangsa manusia dan Andalite akan bahu-membahu untuk mengalahkan kaum Yeerk. Dan
kami akan membebaskan semua budak mereka.
Semuanya.
Chapter 24 KURASA tidak ada kuburan yang menyenangkan. Tapi makam ibuku telah dibuat
sebagus mungkin. Rumputnya hijau. Di dekatnya tumbuh sebatang pohon. Suasananya
selalu tenang. Dan kita bisa mencium wangi bunga.
Tapi aku benci datang kesana.
Dad berdiri lama sambil menatap batu nisan yang terbuat dari marmer putih. Pada
batu nisan itu tertulis nama ibuku. Tanggal kelahiran dan tanggal kematiannya.
Serta sebuah pesan yang berbunyi,
"Tak ada istri, tak ada ibu yang lebih disayangi. Atau lebih dirindukan."
Dad dan aku berdiri bersebelahan. Kami sama-sama membisu.
Kami sama-sama menangis tanpa suara. Sebenarnya aku bukan anak yang mudah
menitikkan air mata. Biasanya aku selalu bercanda.
Soalnya lebih baik tertawa daripada menangis, ya kan"
Itulah pendapatku. Walaupun dunia terasa seram dan menyedihkan. Atau justru kalau dunia terasa
seram dan menyedihkan, saat itulah kita perlu tertawa.
"Dua tahun," Dad berkata. Aku agak terkejut.
"Yeah," ujarku. "Dua tahun."
Ia menarik napas dalam-dalam. Seakan-akan ia sulit bernapas. "Ehm... begini,
Marco. Akhir-akhir ini Dad banyak berpikir."
"Ya?" "Dad kurang memberi perhatian padamu."
Karena itu bukan pertanyaan, aku pun diam saja.
"Ibumu..." Ia terdiam sebentar untuk mengatur suaranya. "Ibumu pasti takkan
senang melihat sikap Dad selama dua tahun terakhir."
Apa yang bisa kukatakan" Aku memutuskan untuk diam saja.
"Pokoknya, beberapa hari lalu Dad sudah bicara dengan Jerry."
Jerry adalah atasan ayahku di kantor tempat ia bekerja dulu.
Dad angkat bahu. "Bagaimanapun juga, hidup jalan terus, bukan" Maksudku, kita tidak bisa...
kautahu maksud Dad, hmmm?" Ia kembali menarik napas panjang. "Ibumu pasti tidak
ingin kita menyerah. Jadi, Senin besok Dad akan menemui Jerry untuk membahas
kemungkinan kembali bekerja di sana. Moga-moga Dad masih ingat bagaimana cara
menghidupkan komputer."
Ini kemajuan yang luar biasa. Suatu keputusan besar. Mungkin aku seharusnya
memeluk ayahku, dan memberitahunya bahwa aku begitu bangga. Aku memang bangga.
Tapi sifatku bukan seperti itu.
"Oh, Dad. Dari dulu Dad memang tidak mengerti komputer. Apalagi main video
game." Ia menatapku dengan pandangan kosong yang telah kulihat setiap hari selama dua
tahun terakhir. Lalu, tiba-tiba, ia tertawa.
"Enak saja. Kalau main game, Dad bisa mengalahkanmu dengan tangan kiri."
"Sejak kapan"! Buktinya, selalu aku yang menang kalau kita main Doom."
"Soalnya Dad sengaja membiarkanmu menang. Supaya kau senang."
"Hah! Bagaimana kalau kita pulang saja untuk membuktikan siapa yang paling
hebat." Aku tidak sempat menghindar ketika Dad memelukku. Tapi sesungguhnya aku sama
sekali tidak keberatan. Kami berpaling dari makam ibuku. Kami meninggalkan batu nisan yang menandakan
kematian seorang wanita yang belum mati.
Aku memandang langit. Langit biru di planet Bumi. Rumahku.
Kemungkinan besar ia sudah meninggalkan kapal induk, menuju pelosok jagat raya
yang jauhnya tak terbayangkan.
Tapi di mana pun ia berada, tak peduli seberapa jauhnya, aku akan menemukannya.
Suatu hari.... END Ebook PDF: eomer eadig Http://ebukulawas.blogspot.com
Convert & Re edited by: Farid ZE
blog Pecinta Buku - PP Assalam Cepu
Gerombolan Singa Gurun 1 Pendekar Lembah Naga Serial Pendekar Muka Buruk Karya Tjan I D Si Racun Dari Barat 10