berguling. Rachel melepaskan Marco. Dia jatuh tepat di atas tubuh
Pengendali itu dan menghunjamkan taringnya ke tungkai orang itu.
Dia mengeluarkan racun dalam dosis kecil. Cukup untuk membuat
pria itu pingsan tapi masih bisa bernapas.
Satu demi satu kami mendarat.
Aneh sekali. Kami tak dapat dilihat oleh semua orang dalam
ruangan ini, tapi kami dapat melihat mereka dengan jelas.
Tempat ini penuh sesak. Ratusan orang hadir di sini, pria-pria
yang memakai setelan jas hitam, dan wanita-wanita yang memakai
gaun malam. Mereka duduk di meja-meja panjang, bercakap-cakap
dan berbisik satu sama lain, menikmati kue-kue kecil serta menyesap
anggur putih dalam gelas-gelas kristal.
Dan mereka bukan orang biasa. Mereka orang-orang penting
yang berpengaruh. Meja kehormatan membentang jauh, salah satu ujungnya berada
tepat di depan kami. Orang yang terdekat dengan kami dapat
menjangkau kemari dan menyentuh kami. Hanya saja jika ia benarbenar
melakukannya, ia akan membentur dinding marmer yang
dingin. Aku memperhatikan bahwa salah satu timah kami telah
terlontar keluar dari hologram. Benda itu jatuh di dekat kaki seorang
wanita. Untungnya, tak ada yang melihat timah itu keluar menembus
pilar. Kami semua demorph dengan cepat, tapi kami juga sibuk
terpana. Orang ketiga dari ujung meja adalah Perdana Menteri Rusia.
Di sebelahnya" Perdana Menteri Prancis.
Aku harus melawan godaan untuk keluar dari pilar dan berkata,
"Hei, coba lihat temanku si Ax! Coba tebak! Ternyata alien itu ada
dan kita sedang diserbu!"
Aku harus menahan desakan itu sebab di sini banyak pria
berpakaian hitam dengan jas menggelembung karena menyimpan
senjata. Wajah mereka benar-benar tegang.
Jika aku keluar dari pilar ini bersama Ax, lima ratus peluru
impor akan bersarang di tubuh kami sebelum kami sempat berkata,
"Hei!" Pokok pembicaraan Konferensi Tingkat Tinggi ini adalah
situasi di Timur Tengah. Kurasa orang gampang emosi kalau
mendiskusikan topik itu. Dan, dari semua orang, para pria bersetelan
hitam dengan sarung pistol di ketiak mungkin yang paling mudah
emosi. Kami demorph dan berdiri berdesakan di sekitar kolam Yeerk.
Ax harus menekankan ekornya ke punggungnya agar tidak muncul
keluar dari tiang marmer. Aku tidak mau membayangkan apa yang
akan terjadi bila sebilah belati tiba-tiba muncul dari tiang marmer.
"Sekarang bagaimana?" tanya Rachel tanpa suara.
"Kita tunggu saja," kataku tanpa suara juga, walaupun di dalam
ruangan yang bising ini, kami bisa saja berteriak dan takkan ada yang
dengar. Kami menunggu sampai sang presiden muncul dan disambut
dengan tepuk tangan. Kami menunggu sampai mereka
menghidangkan sup. Lalu salad. Lalu ikan.
Suatu sensasi aneh menggelenyar di tengkukku. Ada yang tidak
beres. Sesuatu yang... aku menyikut Cassie. "Bukankah tadi kau
bilang sang presiden ada di luar?"
Dia mengangguk dan pasang tampang bingung.
"Kau bilang beliau tadi sedang memakai celana pendek.
Sekarang dia sudah memakai tuksedo."
Cassie tampak bingung. "Pasti aku salah lihat," bisiknya. "Pasti
itu orang lain yang mirip presiden kita."
Salah satu Pengendali mulai bergerak, jadi Marco kembali
menjadi kobra dan memberinya racun dosis rendah pada kakinya.
Lalu tiba hidangan pencuci mulut. Dan sedihnya, aku lagi lapar
berat. Maksudku, aku bisa saja meraih dan mengambil puding dari
meja tanpa ketahuan. Aneh sekali. Seperti menjadi manusia siluman
atau hantu. Tapi akhirnya tiba acara pidato.
"Siap-siap," kataku pelan, membangunkan rekan-rekanku,
beberapa dari mereka sudah separo tidur karena bosan. "Ayo, kita
kenakan pakaian orang-orang ini. Eh... bukan kau, Rachel. Juga bukan
kau, Cassie. Ini tugas khusus cowok."
Butuh sekitar lima menit untuk mengerjakannya, tapi kami
segera memiliki tiga setel pakaian dan tiga pria pingsan yang memakai
celana pendek dan kaus singlet.
Ax, David, dan aku masing-masing menyadap satu orang
Pengendali. Aku tahu apa yang ada dalam pikiranmu. Kami punya aturan
yang melarang kami merampas DNA manusia. Tapi mereka kan
bukan manusia seutuhnya. Tubuhnya memang benar. Tapi pikirannya
milik Yeerk. Lagi pula, tak ada cara lain. Bahkan Cassie pun setuju. Jika
kami gagal, para pemimpin umat manusia yang masih merdeka akan
dijadikan budak-budak para Yeerk. Itu tak bisa dibiarkan.
Ax mulai berubah menjadi seorang pria muda. David dan aku
mulai berubah menjadi cerminan diri kami sendiri dua puluh tahun
lagi. Rachel dan Cassie menoleh ke arah lain.
Ini morf yang mudah. Tapi tetap saja terasa janggal. Ada
sesuatu yang tidak benar dengan menggunakan DNA orang lain
seperti itu. Sesuatu yang... bikin bulu kuduk merinding. Pada level
tertentu, kami sedang melakukan sesuatu yang sangat mirip dengan
apa yang diperbuat Yeerk: mengendalikan tubuh manusia.
Bukan pikirannya, tentu saja. Sebab metamorfosis hanya
memberikan tubuh dan naluri dasar saja, bukan memori, bukan
pikiran, dan bukan kepribadian orang itu. Pada dasarnya kami hanya
meng-klon ketiga orang ini. Membuat duplikat mereka.
Bagiku, morf ini biasa-biasa saja. Aku tampak berbeda, tapi aku
tidak merasa berbeda. Hanya lebih tinggi, lebih berat, dan aku merasa
aku perlu cukur jenggot. Aku segera mengenakan setelan orang itu dan mengalungkan
dasi yang masih tersimpul ke leherku. Begitu Ax sudah memiliki
tangan manusia, kami segera memakaikan kemeja dan jas si
Pengendali padanya. Kami semua pernah melihat Ax mencoba
memakai "kulit artifisial", begitu ia menyebutnya. Kami tak punya
waktu untuk menunggunya mengerti perbedaan antara lubang lengan
dan lubang kaki. Lalu kami mencoba memakaikan dasinya. Cuma ada satu
masalah: Cassie telah memungut dasi yang dijatuhkan Ax dan
membuka simpulnya tanpa sengaja.
Tak satu pun di antara kami yang tahu bagaimana cara
memasangnya lagi. Selama sepuluh detik, Marco, David, Tobias, dan aku cuma
berpandang-pandangan saja.
Lalu Rachel mendesis, "Oh, ya, ampun, kalian cowok-cowok
benar-benar tidak bisa diharapkan deh. Apa kalian belum pernah
mengikat dasi?" Rachel menyambar dasi itu dari tanganku,
melingkarkannya pada leher Ax, mengikatnya dengan rapi, menaikkan
simpulnya ke jakun Ax, mengancingkan bajunya lagi karena kami
melewatkan satu lubang, mengancingkan kancing atas jasnya,
meluruskan kerah bagian bawah jas yang bertemu di depan perut, lalu
merapikan rambutnya. Semua itu dilakukannya lebih cepat dari waktu
yang kami habiskan untuk saling pandang tadi.
Rachel mencengkeram sebelah bahu Ax dan memutarnya,
menghadap "gerbang" force field.
Rencana para Yeerk itu sederhana sekali. Mereka menunggu
sampai salah satu presiden atau perdana menteri itu menghilang ke
balik tiang marmer. Lalu, ketika hologram itu terbuka sesaat, kedua
Pengendali yang menunggu di luar harus segera mendorong korban
mereka ke dalam. Pemancar hologram akan memproyeksikan gambaran
pemimpin negara tersebut menuju podium dan membawakan
pidatonya. Setelah pidatonya selesai, hologram pria itu akan terlihat
berjalan kembali ke balik tiang marmer. Lalu sang kepala negara yang
asli, kini sebagai Pengendali, akan melangkah keluar, duduk kembali
dengan tenang di samping istri dan pengawalnya.
Rencana kami sama sederhananya. Kami akan menunggu kedua
Pengendali di luar mendorong masuk presiden atau perdana menteri
itu. Lalu kami membekap mulutnya dan menunjukkan hologram
dirinya sendiri yang sedang menuju ke podium. Sementara itu kami
akan menjelaskan padanya apa yang sedang terjadi. Kami akan
menunjukkan para Yeerk itu. Kami akan menyuruh Ax demorph
untuk menampilkan wujud aslinya, yaitu makhluk alien.
Lalu kami akan membiarkan beliau pergi. Kami akan
melakukan hal yang sama terhadap pemimpin negara berikutnya.
Memang sinting. Tapi cuma itu yang bisa kami pikirkan. Dan
itu bisa berhasil. Bisa saja. Seandainya... seandainya aku mau berpikir lagi
betapa hebatnya daya penglihatan burung hantu bertanduk pada
malam hari. Dan betapa mudahnya mengenali wajah sang presiden.
Dan betapa banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk mengenakan
setelan tuksedo lengkap. Chapter 21 SESEORANG naik ke atas podium dan memberikan kata
sambutan, seperti: "Tuan-tuan dan nyonya-nyonya yang terhormat,
izinkan saya memperkenalkan seorang pria hebat, wakil masyarakat,
tapi beliau juga mewakili sejarah bangsa..."
Dua orang berbadan kekar berdiri di balik pilar, di kiri-kanan
"gerbang". Ruangan itu gegap-gempita oleh tepuk tangan, dan seorang pria
berdiri dan menyusuri meja kehormatan ke arah kami - ke arah apa
yang dilihatnya sebagai tiang marmer.
"Siapa orang itu?" bisik David.
"Perdana Menteri Prancis," sahutku. "Kalau aku tidak salah."
Sang Perdana Menteri Prancis berjalan ke arah kami melewati
bagian belakang pilar, dan... berjalan lurus ke podium.
Kami saling berpandangan bingung.
"Dia pasti si Pengendali," kata David.
Aku mengangguk. Tapi aku tidak begitu yakin. Sesuatu
mengganggu pikiranku. Aku pernah merasakan hal itu. Perasaan aneh
yang mengatakan bahwa ada yang luput dari perhatianku.
Sayangnya, seperti kebanyakan firasat-firasat lain, perasaan
seperti ini tak ada gunanya. Sebab biasanya firasat itu tak pernah
terjadi. Tetap saja aku mencoba berkonsentrasi, mencoba mencari tahu
apa itu. Perdana Menteri Prancis bicara selama sekitar sepuluh menit,
lalu duduk kembali. Diikuti kata sambutan lagi. Lalu Perdana Menteri
Rusia menuju ke podium. Kami merasa tegang lagi. Beliau mendekat... makin dekat...
Kali ini harus terjadi. Erek selalu memiliki sumber informasi
yang bisa diandalkan. Dan Erek sudah bilang bahwa hanya satu kepala
negara yang sudah jadi Pengendali.
Perdana Menteri Rusia berjalan terus. Dan naik ke podium. Ia
mulai berbicara, berhenti selama beberapa saat agar penerjemahnya
dapat mengulangi kata-katanya dalam bahasa Inggris.
Baru pada saat itulah aku sadar.
"Oh, ya, ampun," bisikku. "Ini jebakan."
Untuk sesaat aku tak mampu berbuat apa-apa. Aku tak sanggup
berpikir. Tak bisa bernapas. Aku cuma berdiri diam, otakku berputarputar.
Lalu aku sadar bahwa aku tahu sesuatu, minimal satu hal. "Morf
tempur! Sekarang!" desisku.
Tak ada yang bertanya mengapa. Tak ada yang berpikir-pikir
dulu. Aku demorph menjadi ABG lagi. Tanpa menunggu lagi aku
langsung menumbuhkan bulu jingga dengan loreng hitam. Tapi
sebelum aku berubah sepenuhnya, aku mencekal lengan Andalite Ax.
"Hologram di dalam hologram. Apa hal itu mungkin?"
Matanya melebar karena terkejut, lalu semakin melebar penuh
kemarahan. Ia tak perlu menjawabnya dengan kata-kata.
Aku sudah separuh menjadi harimau ketika Perdana Menteri
Rusia mulai tertawa. Ia berdiri di podium sambil tertawa, walau
kelihatannya masih terus menyampaikan pidatonya. Ia menatap
seluruh tamu yang hadir, berbicara dalam bahasa Rusia. Tapi kini, dari
dalam tubuhnya terdengar suara tawa.
tanya sebuah suara dalam bahasa-pikiran.
pejuang yang cerdas seperti kalian telah menemukan rahasianya>
Dari tengah-tengah perut Perdana Menteri Rusia, sebuah kaki
bertapak mirip kaki kuda muncul. Disusul sepasang mata tanduk dan
sebelah lengan kurus. Visser Three melangkah keluar dari orang Rusia itu. Keluar dari
hologram Sang pemimpin Rusia.
Si orang Rusia terus berbicara. Para penonton terus
mengangguk-angguk setuju dan bertepuk tangan setiap kali jeda. Tapi
semua itu tak ada yang nyata.
Kami sedang berada di dalam hologram tiang marmer. Tapi
hologram itu berada di dalam hologram ruang jamuan makan yang
penuh berisi orang. Hologram yang memperlihatkan sang presiden, padahal
sebenarnya ia berada di luar, memakai celana pendek sebagaimana
yang dilihat Cassie.
Dalam sekejap seluruh ruangan penuh manusia ini lenyap.
Semua kepala negara. Semua tamu kehormatan. Semua makanan.
Semua suara tawa dan tepuk tangan dan suara orang bercakap-cakap.
Semuanya menghilang. Sebagai gantinya, kami hanya melihat
ruangan pesta ini saja. Kosong melompong, hanya berisi meja dan
kursi. Ditambah selapis serdadu Hork-Bajir yang mengelilingi kami,
bersandar pada keempat dinding, masing-masing dengan pistol
Dracon yang diarahkan tepat ke arah kami. Atau setidaknya pada tiang
marmer yang bisa mereka lihat.
ditutup-tutupi,
oleh para serdadu Hork-Bajir. Dan hanya berjarak satu meter dari
Visser Three sendiri. Kami berdiri di sana, sekumpulan binatang yang unik: harimau,
singa, beruang, elang, serigala, ular, dan Andalite. Kami adalah
pasukan yang kuat. Tapi kami tak ada apa-apanya dibandingkan satu
kompi pasukan yang mengepung kami.
Jika salah satu dari kami bergerak sedikit saja, tiga puluh atau
empat puluh sinar Dracon akan langsung ditembakkan. Dan sedetik
kemudian kami bukan apa-apa lagi, hanya atom-atom yang
berserakan.
Chapter 22
Animorphs - 21 Duel Antar Animorphs di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
T ERJEBAK! Kami hanya punya dua pilihan: menyerah atau mati.
Hanya saja dalam kenyataannya, pilihannya lebih buruk
daripada itu. Bahkan kalau kami menyerah, tak ada jaminan kami
akan hidup. Setidaknya kami akan dijadikan Pengendali.
neraka bersama kita! >
meter.>
Cassie mendorong-dorong David dengan moncongnya,
menenangkan dia - semampu seekor serigala menenangkan seekor
singa.
induk semang" Itu akan menjadi prestasi terbesarku. Semua ajudanku
yang paling kupercaya akan memiliki kemampuan metamorfosis.
Belum lagi kemungkinan aku menjadikan para pemimpin planet ini
induk semang juga. Aku akan jadi Visser One sebelum akhir pekan
tiba! Ha ha ha! Aku akan duduk dalam Dewan Tiga Belas satu tahun
lagi!> Berani sumpah si setan itu benar-benar berdansa kegirangan.
Dorongan untuk melompat menyerangnya dan mungkin, cuma
mungkin, menghunjamkan cakarku ke dalam tubuhnya, begitu kuat
sehingga aku hampir tak dapat berpikir jernih.
Tapi pada saat bersamaan, ada sesuatu dalam ucapannya tadi
yang menggangguku. Pertama-tama, ucapannya bahwa kami berenam,
Ia tak mungkin tidak melihat singa, beruang, harimau, atau serigala.
Dan sudah pasti tak mungkin tidak melihat Ax.
Aku mencoba melirik dan memandang teman-temanku. Aku
bisa melihat Tobias, duduk di tempat terbuka, Visser Three pasti bisa
melihatnya. Itu berarti tinggal... Marco!
Bisa saja sih kita tidak melihat ular. Khususnya kalau ular
tersebut sedang berada di balik tangki kolam dari baja.
Aku merasa otakku berfungsi dalam slow motion - gerak
lambat. Visser Three tidak melihat Marco. Para Hork-Bajir agaknya
tidak melihatnya juga, padahal Marco berada dalam jangkauan
pandangan mereka. Dan Visser Three masih berencana untuk
menangkap para kepala negara. Semua itu berarti... apa"
satu demi satu sampai kalian menyerah. >
Dia mengangkat pistol Dracon dan membidikkannya. Ujungnya
berpindah-pindah dari Tobias... ke Rachel... ke aku...
Cassie telah mengatupkan rahangnya pada kaki belakang David
yang sebelah kanan. Cassie yang manis dan berperangai lembut itu.
HHRRRROOOOOWWWWWWRRRR! David mengaum dalam kemarahan dan kesakitan. Auman yang
membuat kulitku bergetar dan membuat Visser Three terlompat.
Secara refleks David menyentak ke belakang, mencoba
menggigit kepala Cassie dengan taringnya. Tapi Cassie bisa
mengantisipasinya. David berputar-putar, membuntuti Cassie seperti
ekor kedua, tapi tak mampu menggigitnya.
Three.
Para Hork-Bajir cuma diam saja. Sinar Dracon masih terus
dibidikkan sementara pertarungan aneh antara singa dan serigala terus
berlangsung. Dan baru saat itulah aku sadar. Tepat pada saat aku membentak
David, potongan terakhir teka-teki itu kutemukan.
tiba-tiba.
cuma nekat-nekatan saja"
bentakku. Rachel semula berdiri pada empat kaki. Kini dia separuh tegak
dan melengkungkan punggungnya. Dia mengayunkan tangan kirinya
kuat-kuat. Tepat mengenai rahang David yang sedang terbukatertutup. David
terhuyung-huyung. Cassie melepaskan kaki David dan
melompat mundur.
Three.
Rachel.
Visser Three. Dan saat itu aku tahu pasti. Visser Three mengarahkan pistol
Dracon-nya kepada David. Tapi ragu-ragu. Dan yang lebih penting
lagi, tak ada satu Hork-Bajir pun yang bergerak.
hologram ketiga">
Three memang ada di sini, dan mungkin bersama beberapa
Pengendali-Manusia. Tapi sepasukan Hork-Bajir di sekitar kami" Aku
tidak yakin ini sebuah live show. Menurutku kita sedang menonton
rekaman video. >
Chapter 23
Aku menunggu. Kalau aku keliru, Marco yang akan mati lebih
dulu. Tapi kalau aku memang keliru, kami semua akan segera
menyusulnya. Semua kecuali David, mungkin.
David berdiri di sebelah Visser Three. Ia sedang demorph, tapi
prosesnya perlahan-lahan. Melihat wujudnya saat ini, sulit dikatakan
bahwa dia itu manusia. Tapi sebentar lagi...
Tidak! David membatalkan niatnya sebelum dirinya berubah
menjadi manusia. Ia kembali ke wujud morf, menjadi singa lagi.
Mereka hologram, tapi tanpa force field.>
David berdiri hanya setengah meter dari Visser Three.
Pengalih perhatian! Ax yang pintar!
Visser Three mengayunkan pistol Dracon-nya ke arah Ax, dan
David menyerang! Ayunan kaki depannya yang besar membuat Visser Three
langsung terhuyung-huyung! Tubuhnya condong ke depan, lalu jatuh
berdebam. Wajahnya membentur lantai, namun tangannya masih
menggenggam senjatanya. David langsung menindihnya dengan tubuh singanya.
Para "Hork-Bajir" hanya menonton saja. Tapi menembus
hologram itu, menembus sosok para Hork-Bajir itu, enam PengendaliManusia
melompat, mengokang senapan.
David menyambar leher Visser Three.
DOR! DOR! Aku melihat sebutir peluru menembus pundak David,
meninggalkan lubang merah sebesar uang logam. Tak berarti apa-apa
bagi seekor singa. Tapi David mundur. Dan Visser Three sudah mulai berubah
wujud.
menabraknya sewaktu dia masih mencari-cari
pistol Dracon di balik jasnya. Aku mendorongnya kembali ke dalam
hologram para Hork-Bajir yang masih tetap diam.
Tiba-tiba saja kami berdua keluar dari ilusi itu. Kami berada
dalam ruangan kosong. Aku menjauhi si Pengendali, mundur sedikit,
lalu memukul wajahnya dengan kaki depanku.
Dia jatuh dan tidak bangun lagi. Pukulan itu takkan
membunuhnya. Tapi dipukul harimau, yang bahkan masih
menyembunyikan kukunya, kira-kira sama sakitnya seperti rahang kita
dihantam batu bata. Para pengawal yang lain sedang berusaha meraih pistol Dracon
mereka. David sedang bergumul dengan Visser Three, tapi Visser
Three makin lama makin kuat. Aku tidak tahu monster alien macam
apa yang ditirunya, tapi warnanya gelap dan besar dan bertangan
banyak. Aku menerjang Pengendali yang lain, tapi Rachel menjulang di
belakangnya dan memukul kepalanya dengan pelan. Tapi pukulan
lembut beruang grizzly sudah lebih dari cukup. Orang itu jatuh seperti
sekarung kentang. Dua Pengendali lainnya kini sudah mengokang senjata mereka.
Cassie menerjang! Tseeeww! Sinar Dracon melesat. Cassie melolong dan jatuh sebelum
mengenai sasarannya. Pinggangnya terbakar, seakan-akan ada yang
menempelkan pipa panas pada tubuhnya. Aku dapat mencium bau
hangus bulu yang terbakar. Si Pengendali yang menembaknya berlari
mendekat dan menekankan laras senapannya pada kepala Cassie.
Visser Three berhasil menyingkirkan David, tapi, sebesar apa
pun tubuhnya sekarang, tetap saja ia tak berdaya ketika tiba-tiba
menyadari bilah pisau ekor Andalite yang ditekankan pada lehernya.
Semua membeku. Tak ada yang bergerak. Satu-satunya suara
yang terdengar adalah napas yang terengah-engah.
takkan kubiarkan lolos!>
Ax menekankan duri ekornya pada kulit leher Visser Three
yang mirip kadal bertotol-totol, sampai darah yang berwarna hitam
mengalir keluar. Tapi Visser Three belum mau menyerah. Ia telah menghadapi
banyak kesulitan dalam usahanya menangkap kami. Ia telah
mengambil risiko yang amat besar. Dan tak mungkin seseorang bisa
menjadi Visser kerajaan Yeerk tanpa sikap penuh ambisi.
suara bahasa-pikirannya tiba-tiba berubah halus dan penuh tipu daya.
Ax yang menjawab.
wujud.>
Visser Three dingin.
Andalite telah menahannya. Entah kalian telah membunuhnya atau
menjadikannya salah satu anggota kalian. Dan pembunuhan berdarah
dingin tidak sesuai dengan moralitas Andalite yang penuh
kemunafikan.> Visser Three kembali ke tubuh Andalite-nya. Mata tanduknya
muncul kembali, dan ia memutar-mutarnya untuk menatap kami satu
per satu.
bersamaku. Mereka merindukanmu. Mereka ingin bertemu denganmu
lagi.>
orangtuamu.>
tidak menghiraukan komentar Ax.
Takkan pernah bisa pergi ke salah satu tempat hiburan manusia. Tak
pernah...>
mengizinkanmu mengetahui kenyataan sebenarnya. Para Andalite
adalah bangsa pendusta.>
Salah satu Pengendali-Manusia menyentuh earphone-nya.
"Visser! Para manusia sedang menuju kemari!"
Animorphs - 21 Duel Antar Animorphs di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ikut kami sekarang. Kami akan membawamu ke pelukan ayahibumu.>
"Visser! Para manusia menuju kemari, dengan cepat! Pasukan
Secret Service. Kami menguping pembicaraan mereka. Mereka
sedang mencari lokasi keributan tadi. Mereka akan tiba di sini
beberapa menit lagi!"
Visser Three masih ragu-ragu. Aku dapat melihat rasa frustrasi
di wajahnya. Mata utamanya membara penuh emosi.
membuatmu berkuasa! Tak terjamah oleh penguasa dunia mana pun!>
Visser Three mulai berubah kembali, kali ini sebagai Tony, si
ketua acara. Salah satu Pengendali telah membuka koper berisi satu
setel pakaian Tony yang asli.
Kami memisahkan diri, dua pasukan yang sedang dalam situasi
gencatan senjata. Para Pengendali menuju pintu.
Kami masuk ke tempat yang akan dilindungi oleh hologram.
Sepuluh menit kemudian, kami sudah berada jauh dari Marriott
Resort. Kami dalam keadaan terguncang.
Dan diliputi keragu-raguan. Masih belum mendekati tujuan
kami untuk melindungi para pemimpin dunia. Tapi kami masih hidup.
Chapter 24 KAMI melayang pulang dalam kegelapan. Aku tahu apa yang
dirasakan teman-temanku. Aku tahu siapa yang akan meledak,
mengungkapkan perasaannya, dan kapan itu akan terjadi. Aku
menghubungi mereka, satu per satu, dalam bahasa-pikiran pribadi.
memperingatkan.
memberi perintah dengan membentak. Maksudku, aku memang
pemimpin mereka, tapi aku tak pernah membentak-bentak. Aku
merasa tak punya hak untuk itu. Tapi kali ini aku tak punya pilihan
lain. Satu kata saja yang terlontar tanpa dipikir-pikir dulu, maka kami
akan berada dalam masalah yang lebih besar lagi daripada yang sudah
ada sekarang.
cuma bisa didengar olehnya.
Rachel! Mungkin malah kau yang pengecut! >
Lalu, satu demi satu, aku menghubungi Tobias, Ax, dan Cassie.
Perintahku masih tetap sama: Jangan ada yang menjelek-jelekkan
David. Kami semua harus menerima ceritanya. Kami semua harus
bersandiwara seolah-olah kami percaya kata-katanya.
brengsek itu. Bahkan walau kakiku sakit karena Cassie telah
menggigitku. Yang sebenarnya sama sekali tidak perlu.>
berkata padaku, < Dasar pengkhianat tidak punya nyali. Dia cuma
mau ikut ke mana angin bertiup. Dia meninggalkan Visser Three
waktu dilihatnya kita akan menang. >
David tampak sudah bisa menenangkan diri. Tidak puas, dia
mulai menyombongkan diri.
membunuhnya, hanya saja kenyataan berkata lain. Kalian tahu kan,
gara-gara mereka menyandera Cassie, juga kejadian-kejadian
berikutnya. >
Percakapan seperti itu terus berlanjut sampai kami tiba di
gudang jerami. David menyombongkan diri, kami pura-pura
memujanya. Dan pada kenyataannya, aku tak bisa benar-benar yakin
bahwa David berbohong. Naluriku mengatakan dia berbohong. Bahwa dia sebenarnya
beralih ke pihak Visser Three, dan baru kemudian menentangnya,
ketika - seperti yang dikatakan Rachel - dia melihat ke arah mana
angin bertiup. Tapi aku tidak yakin. Yang kutahu pasti cuma satu: Kami tak
bisa bertindak seolah-olah kami mencurigainya. Jika ternyata David
berdusta, paling-paling kami nanti cuma bisa memperingatkannya.
Jika ia mengatakan yang sebenarnya, maka kami telah
menghancurkan rasa saling percaya di antara kami.
Jadi kami harus tutup mulut dan ikuti saja apa katanya. Untuk
sementara ini. Malam sudah larut ketika kami tiba kembali di gudang jerami.
Rachel langsung pulang agar tidak dihukum seumur hidup. Cassie
mengarang cerita tentang bagaimana ia menemukan seekor rakun
yang terluka, tapi hewan itu malah kabur. Orangtuanya pasti bisa
menerima cerita itu. Marco pasti dihukum, kecuali kalau ia sedang
beruntung karena ayahnya pergi kencan. (Ternyata tidak. Marco harus
memupuki rumput di halaman rumahnya dan tidak boleh nonton TV
selama seminggu.) Ax dan Tobias tak punya masalah. Aku juga tidak. Aku tahu
paling-paling Tom belum pulang. Dan karena orangtuaku sedang ke
luar kota, aku tak usah takut dihukum.
Aku berbahasa-pikiran secara pribadi dengan Tobias dan Ax.
Lalu aku terbang pulang ke rumah dan demorph. Kuacak-acak seprai
tempat tidurku dan menyelipkan bantal ke bawah selimut agar terlihat
seolah aku sedang tidur. Aku menghabiskan makanan, sengaja
meninggalkan piring-piring kotor untuk dilihat Tom kalau dia pulang
nanti. Dia akan melihatnya dan menduga aku menyerbu isi kulkas
sebelum tidur. Aku bahkan menyalakan TV dan meninggalkannya
menyala, sesuatu yang kadang-kadang kulakukan tanpa sengaja.
Lalu aku berubah menjadi burung hantu dan terbang ke gudang
jerami, menunggu. Aku kembali menjadi manusia, meringkuk dan gemetar
kedinginan di bak belakang truk pickup milik ayah Cassie.
Aku tidak melihat Ax atau Tobias, tapi aku tahu mereka ada di
atas sana, dalam kegelapan malam.
Tengah malam tiba. Tak terjadi apa-apa.
Jam satu malam. Masih tak ada apa-apa.
Mungkin aku keliru. Kuharap begitu. Jika ternyata aku tidak
keliru, aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan.
Coba bayangkan. Kau takkan mau disuruh menunggu pada jam
satu dini hari. Tak ada hal lain yang bisa kaurasakan selain perasaan
uring-uringan pada jam-jam seperti itu. Rumah Cassie gelap. Semua
orang sedang tidur. Jam dua. Mulai turun hujan rintik-rintik. Hanya saja tidak ada istilah
"hujan rintik-rintik" kalau kau sedang separuh berbaring di atas
sekarung kompos di bak belakang pickup, cuma memakai celana
balap sepeda dan T- shirt. Aku pasti akan basah nanti.
Aku merangkak keluar dari bak belakang truk dan masuk ke
kabinnya. Sulit dipercaya! Kunci truk ditinggal di lubang kunci.
Aku memutar kunci ke posisi "on" dan menyalakan radio
dengan volume sangat pelan. Setidaknya itu suatu kemajuan.
Jam setengah tiga. Ternyata pendapatku mengenai David keliru. Jika dia tetap
berada di gudang jerami, maka aku keliru. Dan kenyataannya dia
masih ada di dalam. Aku mengulang-ulang kembali apa yang terjadi tadi di dalam
benakku. Saat David berkata,
antara dirinya dan Cassie.
Apakah David mengatakan yang sebenarnya" Apakah itu cuma
rencana cerdiknya untuk mendekati Visser Three" Dan Cassie
dianggapnya cuma menghalangi saja"
samping Visser Three. Apa semua itu bagian dari rencananya"
Aku berusaha agar tidak tertidur dan ternyata gagal. Kepalaku
terus terantuk-antuk ke depan, lalu tiba-tiba tersentak waktu aku
kembali sadar. Mataku berair karena terus-menerus dipicingkan ke
arah gudang jerami. Dan ternyata kejadian berikutnya luput dari penglihatanku.
Tapi Ax melihatnya.
Bahasa-pikiran Tobias datang dari tempat yang lebih dekat.
Chapter 25 TOBIAS meluncur turun untuk mendarat di sampingku.
"Ikuti dia," perintahku pendek. "Tapi jangan sampai ketahuan.
Ax dan aku akan membuntuti kalian."
Tobias merentangkan sayapnya dan lepas landas. Tapi dia
sempat bicara,
lambat.> "Kerjakan saja sebaik-baiknya," ujarku. Aku sudah mulai
berubah menjadi peregrine falcon.
David telah berangkat lebih dulu, jauh sebelum Tobias
menyusulnya. Aku dan Ax lebih belakangan lagi. Ax berubah menjadi
elang harrier. Tak satu pun dari kami yang mahir terbang di malam
hari, sedang rajawali emas cukup gesit. Lebih gesit daripada elang
ekor merah. Aku bergabung dengan Ax di udara di atas gudang jerami
Cassie. Satu pikiran muncul dalam benakku yang mengatakan bahwa
aku harus menjemput Cassie, walau ada risiko ketahuan orangtuanya.
Tapi tak ada waktu. Dan pasti kami bertiga sudah cukup untuk
menangani David. Ax dan aku mengepakkan sayap sekuat tenaga. Kami terus
memanggil-manggil Tobias, tapi dia berada di luar jangkauan. Aku
tak dapat melihat sosoknya, maupun sosok David.
Apakah David menuju rumahnya yang lama" Akankah dia
berpihak pada Yeerk" Mungkinkah dia sebodoh itu"
Sekali lagi aku dihadapkan pada fakta bahwa aku tidak benarbenar mengenalnya.
David masih merupakan misteri. Apa yang
sedang dilakukannya"
Tak ada jejak yang bisa kuikuti. Mustahil mengetahui apakah
Tobias telah menyusul David.
Ax terdengar seperti mau melanjutkan kalimatnya.
Kami mengepakkan sayap kuat-kuat sepanjang perjalanan.
Kami terbang di atas rumah-rumah yang gelap, di atas jalanan yang
sepi, di atas kantor-kantor yang kosong.
Setiap beberapa menit aku memanggil Tobias. Tapi dia tidak
menjawab. Dan perlahan, kemungkinan lain muncul dalam benakku:
Bahwa mungkin itu bukan hanya karena Tobias berada di luar
jangkauan bahasa-pikiran kami.
Mungkin karena Tobias memang tak dapat menjawab.
memerangi seorang pengkhianat" Sesama Animorphs">
Masih terlihat bekas-bekas pertempuran hebat yang terjadi di sana.
Jendela kamar David sudah menjadi lubang yang menganga lebar kaca-kaca yang remuk, kayu daun jendela yang hancur, bingkai
jendela yang terlepas dan tergantung pada sebatang paku.
Sebuah truk diparkir di seberang jalan. Truk UPS berwarna
cokelat. Aku belum pernah melihat truk UPS masuk ke jalanan sempit
seperti ini. ?"?""L"W"S."?OG?"OT."?M
Mungkin mereka tidak melihatnya datang. Mungkin dia sudah di
dalam rumah tanpa sepengetahuan mereka. Atau mungkin David
masih ragu-ragu. Mungkin dia masih pikir-pikir.>
belakang rumah kedua dari sini. Demorph. Dan bersiaplah untuk
melompati dua pagar. >
Aku ingin berpura-pura bahwa saat itu aku seorang pahlawan
yang tak kenal takut. Tapi itu cuma khayalan belaka. Mungkin ada
orang yang tidak takut menghadapi maut. Tapi kupikir orang-orang
seperti itu disebut orang gila, bukan pahlawan.
Aku takut. Aku tahu apa yang ada di dalam truk UPS itu. Aku
tidak tahu apa yang ada di dalam rumah yang hancur dan kosong itu.
Yang kutahu ialah aku tak punya waktu untuk berubah menjadi
hewan lain. Atau untuk memikirkan rencana yang lebih bagus. Yang
dapat kulakukan hanyalah terbang masuk dan berharap segalanya
berjalan mulus. Chapter 26 AKU meluncur turun ke arah jendela. Atau lubang yang
Animorphs - 21 Duel Antar Animorphs di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dulunya jendela. Turun menembus udara malam yang dingin dan mati.
Di dalam terlihat pemandangan yang ganjil. Pertempuran yang
kami hadapi di sana telah menghancurkan tembok, meremukkan
benda-benda, dan membuat tempat ini tampak seperti rumah yang
habis dibom. Tapi seseorang telah menyeret tempat tidur kembali ke
tempatnya. Tempat tidur itu menghadap pesawat televisi. Pesawat TV
itu menyala, tapi gambarnya kabur dan berbintik-bintik.
Seekor rajawali emas bertengger pada kepala tempat tidur
sambil menonton TV. Dan tepat pada saat itulah kulihat seekor burung lain. Gumpalan
bulu yang kusut teronggok di atas seprai yang kusut. Darah sudah
merembes masuk ke dalam kasur.
menjadi seperti raungan sirene. Tidak, tidak, tidak!
Tak ada jawaban. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Si rajawali - David badannya tiga kali besar badanku. Aku sendirian. Kutajamkan
pendengaranku, mencoba menangkap suara napas Tobias.
Ini sama sekali bukan itu.>
lagi.
David.
Otakku membeku saat mendengar kata-kata itu. Aku
menajamkan pendengaran untuk menangkap suara napas dari
gumpalan bulu itu. Tapi tetap tak ada suara.
Aku merasa lemas. Tak berdaya. Bagaimana mungkin"
Bagaimana bisa kubiarkan hal ini terjadi"
kau... kau serta teman-temanmu" Hei, kau telah menjelaskannya
malam itu, waktu aku menyusup ke Holiday Inn, kan" Apa yang
kaukatakan waktu itu" Sesuatu seperti: 'Bila kau ingin menggunakan
kemampuan morf demi kepentingan pribadi, maka kami tak bisa
membiarkanmu. Kau cuma jadi ancaman saja buat kami.'>
Aku ingat kata-kata itu.
Cassie" Kalian seperti geng atau semacam itu. Itu seperti bilang,
'Kerjakan apa yang kami suruh, atau kau tak bisa ikutan ngetop.'
Keluargaku sering pindah rumah. Aku selalu jadi anak baru di
sekolah. Aku sudah terbiasa disuruh-suruh oleh anak-anak yang
ngetop. Seperti itulah kali ini. Seolah-olah kau dan Marco dan Rachel
adalah anak-anak keren, dan aku cuma anak baru, ya, kan" Jadi kalian
boleh menyuruh-nyuruhku seenaknya" Rachel boleh menyebutku
pengecut" Cuma karena aku ingin tetap hidup" Enak saja.>
tertawa.
Aku takkan melukai seorang manusia. Tapi binatang" Itu lain soal.>
Dia menatapku tajam dengan pandangan rajawali. Dan apa yang
dapat kulakukan" Dia sama gesitnya dengan aku. Badannya lebih
besar dari aku. Jika dia telah mengalahkan Tobias yang sudah
berpengalaman, dia pasti akan mengalahkan aku.
menangis.
mengincarku. Apa aku harus menghabiskan sisa hidupku di gudang
jerami Cassie" Mengerjakan apa saja yang kalian suruh" Membiarkan
Marco mengata-ngataiku" Membiarkan Rachel memandang rendah
diriku" Dan selama itu mengambil risiko terperangkap sebagai kutu
atau hewan apa pun" Atau terbunuh" Mungkin kau ingin jadi
pahlawan, Jake, tapi aku tidak. Aku punya kekuatan morf sekarang.
Aku akan menggunakannya.>
orang itu selama dua jam sekali pakai. Bahkan aku sudah punya
calonnya. Dan dengan menggunakan kemampuanku, aku bisa
mengambil apa saja yang kuinginkan. Apa saja. Aku bisa menjadi
miliuner kalau aku mau.>
empat.> Lalu si rajawali merentangkan sayapnya, mengepakkannya
kuat-kuat, dan meluncur ke arahku.
Chapter 27 RAJAWALI emas itu besar sekali! Sayapnya seolah-olah
memenuhi ruangan ini. Cakarnya yang terulur ke depan dan dibuka
lebar-lebar pasti bisa mencabik-cabik tubuhku dalam sekejap.
Aku menjatuhkan diri ke belakang, telentang di lantai. Sesuatu
yang tak pernah diperbuat peregrine falcon normal. Sesuatu yang tak
pernah diduga insting rajawali.
Si rajawali terbang di atasku. Aku berlari ke kolong tempat
tidur, cakarku terpeleset-peleset di atas lantai kayu. Kembali sesuatu
yang tak pernah diperbuat falcon biasa.
Tapi aku bisa mendengar keputusasaan dalam suaranya. Dia
menyelipkan kepala rajawalinya yang besar ke kolong dan mengintip,
hampir seperti adegan film kartun. Dia bisa saja mengejarku ke bawah
sini, tapi nanti pasti terjepit. Takkan bisa bergerak.
David terbang ke jendela. Dan ketika kuintip, ternyata cakarnya
sedang bertambah besar. Dia sedang demorph!
Tindakan keliru. David mungkin punya kemampuan
metamorfosis seperti diriku, tapi dia tidak memiliki pengalaman
sebanyak aku. Dia akan tak berdaya di tengah proses morf. Aku bisa
meloloskan diri. Hanya saja aku tidak mau kabur darinya. Karena Tobias sudah
mati di atas tempat tidur, tepat di atasku.
Aku sudah sering bertempur melawan Hork-Bajir, Taxxon, dan
bahkan Visser Three sendiri. Aku selalu maju bertempur sambil
berharap bisa menang. Tapi tak pernah bertempur sambil berharap
bisa membunuh musuhku. Kali ini beda. Aku tak ingin pergi. Aku ingin membinasakan
David. Aku ingin balas dendam.
Kaki manusia mulai muncul dari cakar burung. Aku mengatur
waktunya dengan tepat, lalu aku segera keluar dari sisi lain tempat
tidur, bukan sisi yang dekat dengannya. Aku mengepakkan sayap.
David berdiri di sana, sekitar satu meter tingginya, masih
ditutupi bulu. Wajahnya masih wajah burung. Tapi jari-jari manusia
mulai muncul dari ujung sayapnya. Dia meraih ke samping dan
mencengkeram bingkai jendela yang lepas, sepanjang tongkat bisbol.
Aku berkepak-kepak, membuat suara bising dengan sayapku.
Tapi aku tidak mengudara. Aku berlari di lantai dengan cakarku,
menggunakan sayapku untuk menambah kecepatan.
David melihat apa yang sedang kulakukan dan mencoba
membungkuk dan menghantamku dengan tongkat itu. Cuma ada satu
masalah: Dia masih lebih berbentuk burung daripada manusia. Dan
burung tidak punya pinggang.
WUSSS! Tidak kena! Dan aku kini ada di bawah tubuhnya. Di
tempat yang terbuka terhadap serangan. Dan aku terbang lurus ke atas,
ke arah wajahnya. Dia terhuyung ke belakang. Dia mencoba menutupi wajahnya
dengan tangan yang baru separuh terbentuk. Tapi aku sudah begitu
dekat dan dia terlalu kikuk.
Kugores dalam-dalam wajahnya dengan dua cakar.
"Aaaaahhhhh!" teriaknya dengan mulut manusia.
Kubenamkan sebelah cakarku pada hidungnya yang masih
berubah dan... BUM! BUM! BUM! BUM! Terdengar langkah kaki berlari.
BLAM! Pintu yang sudah rusak itu copot dari engselnya.
Pasukan Hork-Bajir menyerbu masuk.
David masih tak bisa melihat karena bulu-buluku dan darah di
wajahnya. Aku langsung melepaskan cengkeramanku, dan segera
berbelok ke arah jendela. Aku menembus jendela sementara cakar
Hork-Bajir menggapai-gapai bulu ekorku.
David melompat! Keluar dari jendela. Aku sudah mengudara,
tapi tubuhnya yang jatuh menghantamku. Kami jatuh bersama-sama.
Kolam renang ada di depan kami.
David telentang, tapi sudah mulai berubah kembali menjadi
burung. Para Hork-Bajir melompat tanpa takut ke halaman belakang
yang gelap ini. Mereka adalah spesies yang hidup di atas pohon.
Terjun dari ketinggian tiga meter bukan masalah bagi mereka.
BLUK! BLUK! BLUK! Tiga makhluk Hork-Bajir mendarat di atas rumput. Kaki
Tyrannosaurus mereka terbenam di tanah yang lembap. Mata-mata
pisau mereka berkilauan terkena cahaya redup. Aku telentang,
sayapku berlumpur dan kaku. David sedang berubah secepat mungkin.
Ciri-ciri manusianya hampir lenyap.
Tapi kami berdua takkan bisa mengudara cukup cepat untuk
melewati pagar dan terbang menjauh. Aku butuh lepas landas sambil
berlari untuk melewati pagar setinggi itu dan untuk mencapai
kecepatan seperti itu, dan aku terjebak gara-gara ada kolam renang
yang menghalangi langkahku. Para Hork-Bajir berlari tepat ke arah
kami. Segalanya akan berakhir beberapa detik lagi. Aku tegang,
menunggu mata pisau yang akan membelah tubuhku.
Tapi kemudian, sesuatu terbang di atasku! Melewati pagar.
Terbang di atas kolam! Tidak, dia tidak terbang, dia membubung
tinggi! Ax melompati pagar dan kolam renang lalu mendarat dengan
anggun di antara aku dan para Hork-Bajir yang terus mendekat.
Ax tenang. "Andalite!" maki Hork-Bajir yang paling besar.
dimiliki kaumnya.
Sebenarnya, satu Andalite bukan tandingan tiga Hork-Bajir.
Tapi Yeerk sangat takut menghadapi ekor Andalite. Jadi para HorkBajir itu raguragu menyerang. Keraguan mereka tidak berlangsung lama, tapi cukup lama. Ax
membungkuk, mengangkut tubuhku dengan tangan yang berjari
banyak, dan melompat mundur melewati kolam renang.
Para Hork-Bajir berlari memutari kolam renang, mengejar
kami. Kini, setelah lepas dari keraguan mereka, perhatian mereka
terpusat pada satu Andalite yang mereka lihat.
Mereka meninggalkan David begitu saja.
Ax berbalik dan melompati pagar. Para Hork-Bajir tidak mau
pusing-pusing melompat, tapi menabraknya begitu saja, menyebabkan
pagar itu menjadi serpihan-serpihan kayu.
Lampu-lampu menyala dari rumah-rumah tetangga.
Tapi sudah terlambat bagi para Hork-Bajir. Terlambat bagi
mereka untuk menyadari bahwa tetangga di belakang rumah David
juga memiliki kolam renang.
Ax berhasil melompati kolam renang itu. Tapi para Hork-Bajir
langsung tercebur ke dalamnya.
BYUUURRRRRR!! Monster-monster setinggi 214 sentimeter itu tidak akan
tenggelam. Kolam renang ini hanya sedalam 183 senti. Tapi mereka
juga takkan bisa menangkap kami.
Di atasku terlihat si rajawali emas mengangkasa.
Ax.
menggunakan morf burung hantu untuk menemukan kami. Barangkali
lho.>
Biasanya aku akan berkata, "Jangan panggil aku Pangeran." Itu
humor yang biasa antara aku dan Ax. Tapi malam ini bukan saatnya
bercanda.
Panggil Rachel.> Aku mengudara dan melesat mengejar si rajawali emas.
Chapter 28 DIA melihatku. Dia tahu dirinya lebih kuat daripada aku di
udara, tapi dia terus terbang.
Menembus malam, kami terbang secepat kami mampu. Kami
terbang di atas sekolah. Di atas tempat pembangunan terbengkalai di
mana aku dan teman-temanku telah bertemu Elfangor dan menjadi
seperti diri kami sekarang.
Kupikir dia menuju gudang jerami Cassie. Tapi dia terus
melaju, seolah tak punya tujuan yang jelas.
berseru kepadaku.
apa pun yang segera muncul,> katanya.
Aku tidak tahu apa maksudnya. Tapi lalu dia meluncur ke
Animorphs - 21 Duel Antar Animorphs di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bawah. Turun menuju mall yang sudah tutup di bawah kami.
Dia menghilang di balik unit-unit pendingin udara di atap mall
yang luas ini. Aku menoleh ke belakang, untuk melihat apakah Ax akhirnya
memutuskan menyusulku. Ternyata tidak. Dia pasti sedang melakukan
apa yang kuperintahkan. Dia pasti telah pergi menjemput Rachel.
Tak ada apa-apa. Langit malam kosong melompong.
Aku meluncur turun ke arah atap mall, menghindari tempat
David mendarat tadi. Aku beristirahat di permukaan atap yang tidak mulus ini,
terengah-engah akibat terus mengepakkan sayap. Aku melihat
berkeliling dengan waspada, penuh rasa takut menatap kegelapan.
Kutajamkan pendengaranku. Tapi tak ada orang di dekatku.
Aku menunggu, untuk melihat apakah David akan terbang lagi.
Tapi dalam hatiku aku tahu dia takkan melakukannya. David telah
memilih tempat ini. David takkan lari.
Aku demorph dan segera berdiri diam, merasa tidak cocok
berada di sini meskipun aku tahu orang di bawah sana takkan bisa
melihatku. Atap mall dibuat lebih tinggi pada bagian pinggirnya. Di
belakangku, dan agak di sebelah kanan, terdapat tembok tinggi yang
merupakan lantai tiga dari department store besar. Aku sendiri berada
pada atap lantai dua mall itu sendiri.
Aku mulai morf lagi. "Baiklah, David," panggilku ke arah kegelapan. "Kau mau
duel" Ayo!" Bulu jingga-hitam menutupi tubuhku.
Ekor panjang muncul di belakangku.
Aku jatuh ke depan ditumpu telapak empuk sebesar wajan telur
dadar. Aku mengetes cakar-cakarku, memunculkannya perlahan-lahan
dari "sarung"-nya.
Aku merasakan naluri harimau menggelegak di bawah
kesadaranku. Aku sudah menggunakan wujud ini berkali-kali. Sudah
sejak dulu aku belajar mengendalikan naluri harimau yang haus darah.
Tapi aku tak mau mengendalikannya. Tidak kali ini. Aku tak
sudi, karena Tobias sudah mati.
Aku menghirup udara dan membaui aromanya. Aku mendengar
bunyi langkah tertahan telapak kaki empuk pada atap yang berkerikil
ini. Aku melihat dengan mata yang tak terpengaruh oleh kegelapan.
Dia berjarak lima belas meter dariku. Surainya berkesiur diterpa
angin. Ekornya dikibas-kibaskannya ke sana kemari.
Segera dia berubah menjadi bayangan cokelat muda, berlari
tepat menuju ke arahku, tanpa melompat.
Begitu cepat! Lebih cepat dari reaksi manusia. Begitu cepat
sehingga manusia takkan sempat berteriak.
Tapi aku bukan manusia. Seperti kereta api yang remnya blong dia menerjangku seraya
memperlihatkan taringnya. Aku mendekam di atas kaki belakangku,
mengisi tenaga ke pahaku dan menurunkan kepalaku sampai hampir
menyentuh lantai atap. Kami saling menyerbu! Rahangnya nyaris menggigit telingaku.
Aku menyentakkan kepalaku dan menghunjamkan gigiku ke...
Ke surainya! Gigiku cuma menggigit rambut!
menusukkan paku panas ke bahuku.
Giginya menghunjam dalam-dalam ke otot dan dagingku. Aku
berputar mengelak, tapi itu cuma menambah rasa sakitnya.
Aku berguling telentang. Perutku terbuka!
Dia melepaskan bahuku dan mundur untuk menerjangku,
berharap bisa merobek perutku. Tapi aku sudah siap. Kutarik kaki
belakangku dan mencakarnya!
Kepalanya tersentak ke belakang. Darah mengalir dari
moncongnya. Secepat kilat aku sudah berdiri di atas kakiku. Secepat gerakan
yang hanya mampu dibuat oleh keluarga kucing. Dengan kecepatan
seperti air terjun dan keanggunan yang kejam.
Aku sudah berdiri! Tapi singa juga termasuk keluarga kucing.
Telapaknya menghantam pelipisku begitu cepat sehingga
penglihatanku penuh bintang-bintang. Aku melompat mundur dan
nyaris terkena taring-taring maut itu.
Tiba-tiba saja kami sudah berputar-putar, berhadapan, saling
mengibaskan ekor, masing-masing menunggu lawannya melakukan
gerakan yang salah. Dia sama gesitnya denganku. Aku lebih besar dan lebih berat,
tapi tidak begitu jauh perbedaannya. Dan dia memiliki surai yang
mencegah taringku menembus sasaran yang paling diinginkan: urat
nadi yang memompa darah pada lehernya.
Aku menatap matanya. Dia menatap mataku. Kami dipenuhi
arus listrik! Sensasi menggelenyar, bulu tengkuk meremang, penuh
tenaga dan kecepatan dan energi.
Dia melompat! Kami bertabrakan, bahu menubruk bahu, dan terguling-guling
melintasi permukaan atap.
Aku segera berdiri lagi. Tapi tiba-tiba aku sadar aku tidak
berdiri di atas kerikil. Kakiku terpeleset. Cakarku tidak mendapat
tempat untuk mencengkeram.
Aku berdiri di atas kaca. Atap kaca!
Di bawahku kulihat lampu-lampu malam ruangan mall. Kulihat
bayangan tidak jelas logo toko Waldenbooks dan Baby Gap di
sebelahnya. Kami berada pada ketinggian enam meter di atas atrium mall.
David melompat. Aku tak bisa melompat di atas permukaan
licin ini. Jadi aku cuma berdiri saja, tanpa daya, ketika bayangan
cokelat muda itu menerjangku seperti truk.
Dia menabrakku! Mulutnya diarahkan ke tenggorokanku. Aku
menyentak ke samping, dia menabrakku lagi, dan terdengar suara kaca
pecah yang memekakkan telinga.
Kami jatuh! Kami jatuh, saling mencakar dan menggigit dan mencoba
membunuh, bahkan selagi lantai atrium seolah melesat ke atas
menyambut kami. Lalu, di tengah udara itu, selagi aku berputar untuk
menempatkan kakiku di bawah tubuhku, kurasakan gigi-gigi yang
tajam itu. Kurasakan taring-taring itu menembus leherku.
Kurasakan darah merembes keluar.
Darah si harimau. Darahku. Jatuh... Jatuh... dan muncullah kegelapan... kegelapan....
BERSAMBUNG Datuk Sesat Bukit Kubur 1 Pendekar Rajawali Sakti 180 Penghianatan Di Bukit Kera Bulan Berdarah 2