Chapter 1 NAMAKU Aximili-Esgarrouth-Isthill.
Aku tak tahu pasti apakah teman-temanku sesama Andalite
akan mengenal nama itu suatu hari kelak. Kurasa sebagian dari kisah
yang akan kuceritakan ini akan muncul dalam buku-buku ilmiah.
Maksudku, kejadian yang menimpaku pasti bakalan mengubah semua
teori pemindahan massa tubuh ke Zero-space ketika suatu makhluk
berubah bentuk. Tapi aku tidak yakin mereka - para ilmuwan itu, akan
menyebutkan nama asliku. Aku pun tidak yakin mereka akan
mengungkapkan kebenaran yang sesungguhnya. Dan kurasa semua itu
oke-oke saja. Soalnya, ada pengkhianat di antara kami. Ya, di antara
bangsa Andalite sendiri ternyata ada musuh dalam selimut. Ada
Andalite yang mendukung aksi para Yeerk.
Akulah satu-satunya Andalite hidup yang menyaksikan tragedi
pesawat Ascalin. Hanya aku - dan teman-teman manusiaku: Pangeran
Jake, Cassie, Tobias, Rachel, dan Marco - yang tahu apa sebenarnya
yang terjadi di dalam pesawat tersebut, dalam misi kami di Planet
Leera. Dan walaupun aku tahu apa yang terjadi, aku takkan pernah
tahu apa penyebabnya. Kayaknya memang mustahil ada Andalite yang berkhianat.
Cuma membayangkannya saja, bisa membuat setiap Andalite
terhormat merasa jijik dan mual. Tapi aku mengatakan hal yang
sesungguhnya. Tragedi Ascalin benar-benar terjadi. Kami dikhianati
oleh bangsa kami sendiri.
Namaku Aximili-Esgarrouth-Isthill, adik Pangeran ElfangorSirinial-Shamtul. Dan
aku bersumpah demi namanya, bahwa apa pun
yang akan kuceritakan di sini benar adanya.
Akulah satu-satunya Andalite yang sekarang berada di Planet
Bumi. Tak usah repot-repot mencari keterangan tentang planet ini
pada database mana pun. Kau takkan menemukan banyak informasi.
Yang telah terjadi adalah, sebuah pesawat Dome hancur di orbit Bumi.
Bangsa Yeerk telah merusaknya. Kakakku, Pangeran Elfangor, juga
gugur dalam pertempuran itu. Tapi sebelum mencapai ajalnya,
Elfangor melanggar hukum kami dan memberikan kemampuan
metamorfosis bangsa Andalite kepada lima anak manusia.
Saat ini bangsa Yeerk sedang mengincar planet ini. Mereka
menyerbu Bumi dengan cara yang biasa - cara terselubung. Keongkeong parasit itu
dengan lancar menyusup masuk ke dalam kepala
manusia, membungkus tubuhnya sendiri dengan otak manusia.
Memperbudak umat manusia sebagaimana mereka telah
memperbudak bangsa Hork-Bajir dan Gedd. Dan mereka berharap,
suatu hari nanti, mereka dapat pula memperbudak bangsa Andalite.
Sekarang aku tinggal bersama para manusia ini. Hidup bersama
sekelompok anak manusia yang mendapat kemampuan morf dari
Elfangor. Mereka menamakan diri Animorphs. Mereka melawan
penyerbuan bangsa Yeerk di Bumi. Hanya kami berenam, sepanjang
pengetahuan kami. Aku hidup di antara manusia. Aku menghargai mereka. Tapi
jiwaku masih tetap jiwa Andalite. Apa pun yang dikatakan orang
tentang diriku dan tentang apa yang terjadi di Planet Leera, aku tetap
setia pada bangsaku. Tapi ada saat-saat aku merasa bingung: Siapakah sebenarnya
bangsaku" Kaumku, spesiesku" Keluargaku" Teman-temanku"
Sekutuku" Teman-teman manusiaku berkeras untuk menyingkat namaku
menjadi "Ax". Manusia berkomunikasi menggunakan suara-mulut.
(Sebagian besar Andalite tentu paham arti kata "mulut".) Dan
meskipun nama lengkapku mudah dilafalkan dalam bahasa-pikiran,
ternyata menjadi panjang dan rumit untuk diucapkan dengan suaramulut manusia.
Aku sendirian di planet ini. Satu-satunya anggota spesiesku.
Satu-satunya Andalite di antara manusia. Maka aku telah
menggunakan teknologi metamorfosis untuk menciptakan morf
manusia. Dan kadang-kadang, selama dua jam, aku menjadi manusia
dan berada di antara mereka.
Aku sudah mahir menyamar jadi manusia, menurut pendapatku
lho. Aku telah mempelajari adat istiadat dan kebiasaan mereka dengan
sempurna sehingga aku bisa kelihatan benar-benar normal.
Itulah sebabnya aku mampu menyamar, bahkan di tempattempat keramaian. Contohnya,
di mall. Tempat ini penuh toko, yang
sebagian besar menjual kulit palsu dan telapak palsu. Secara teknis itu
disebut "pakaian" dan "sepatu".
Mall juga memiliki tempat makan paling menakjubkan. Selain
digunakan untuk mengeluarkan suara, manusia juga menggunakan
mulut untuk makan. Mereka memasukkan makanan ke dalam rongga
mulut dan menggilingnya dengan gigi seraya menambahkan air liur
yang dikeluarkan sejenis kelenjar. Ini mencakup sejenis indra yang
disebut "indra perasa".
"Rasa" benar-benar indra yang sangat kuat.
Oh, ya. Betul-betul kuat.
Aku sedang memakai kulit palsu dan telapak palsu seperti
manusia. Aku menghampiri meja layan di tempat makan favoritku.
"Halo," kataku, menggunakan suara-mulut dengan mulut
manusiaku. "Aku ingin bekerja untuk mendapat uang. Uwang. Wang."
Aku harus menjelaskan sedikit: Uang adalah sejenis konsep
aneh manusia. Kau harus menyerahkan sejumlah uang kepada
berbagai kelompok manusia dalam masyarakat, dan sebagai
balasannya mereka akan memberimu benda-benda yang berguna.
"Mau pesan apa?" kata manusia itu kepadaku.
"Aku butuh uang supaya bisa kutukar dengan roti kayu manis,"
jawabku. Manusia itu berkedip. "Jadi... kau mau pesan atau tidak?"
Jelas manusia ini tidak begitu pintar. "Aku ingin melakukan
pekerjaan, dan sebagai ganti tenagaku, kau akan memberiku uang.
Lalu aku ingin menggunakan uang itu untuk memperoleh roti kayu
manis. Manizzz." "Aku panggilkan manajer."
"Manizz," kataku. Aku menyukai bunyi "z". Huruf itu
menggelitik lidahku. Banyak suara-mulut yang menakjubkan bagiku.
Sang manajer datang dan aku menjelaskan keinginanku
kepadanya. "Maaf, aku tak dapat memberimu pekerjaan," katanya.
"Kayaknya kau masih di bawah umur. Tapi kalau kau sangat lapar,
aku dapat menyuruhmu membersihkan beberapa meja di sana, lalu
memberimu sedikit makanan."
Keputusan ini dapat kuterima.
"Anak malang," katanya kepada manusia yang satu lagi
sementara aku berbalik. "Sedikit kurang waras, mungkin. Tapi dia
tampan." Segera aku mengerti apa yang dimaksudkannya dengan
membersihkan meja. Di bagian mall sebelah sini terdapat banyak meja
yang dikelilingi tempat duduk. Meja-meja tersebut dipenuhi makananmakanan lezat!
Di meja terdekat aku menemukan segitiga-segitiga yang tipis,
renyah, asin, dan berminyak yang diselimuti cairan kental berwarna
kuning cerah. Aku memakannya dan ternyata enak sekali.
Di meja berikutnya terdapat benda cair. Aku meminumnya.
Yang satu panas, sedang yang lainnya dingin. Di dekatnya ada kertas
berbentuk bujur sangkar yang sudah diremas-remas. Di dalam lipatanlipatannya ada
benda setengah-cair setengah-padat berwarna merah.
Aku menjilatinya. Enak, tapi tidak terlalu menakjubkan.
Lalu, akhirnya, aku melihat apa yang menjadi idamanku. Dua
potong besar roti kayu manis yang mengilap, dan masih mengeluarkan
asap karena panasnya. Dua manusia duduk dekat sekali dengan dua
potong roti itu. Mereka akan memakan rotiku!
Aku bergegas menghampiri secepat kaki manusiaku mampu
berlari. "Aku akan membersihkan meja ini!" seruku.
Kedua orang itu menatapku. "Tapi kami baru mau makan."
"Bagus," kataku lega. Aku menyambar kedua roti kayu manis
itu dan membawanya pergi.
"Hei! Hei, tunggu dulu!"
Aku mulai menjejalkan roti pertama ke dalam mulutku. Oh,
senangnya! Oh, bagaimana aku dapat menjelaskan kepada kaum
Andalite yang belum pernah memiliki indra perasa" Betapa hebat
sensasinya! Ini adalah perasaan nikmat yang tak terbayangkan!
Kehangatannya, gulanya yang menetes-netes, rasanya yang manis!
"Apa yang kaulakukan?" teriak sang manajer sambil bergegas
menghampiriku. "Aku sedhang m-mbershihkan mejha," sahutku. Sulit sekali
bicara sambil makan. Itulah salah satu kelemahan desain tubuh
manusia. "Saya benar-benar minta maaf," kata sang manajer kepada
kedua manusia yang sedang mencoba merampas roti kayu manisku.
"Saya akan segera menggantinya dengan yang baru. Dan kau,"
katanya sambil menunjuk padaku, "ikut aku."
Ia menyeretku, membuatku menjatuhkan segumpal roti dari
mulutku. Lalu membawaku ke sebuah meja dan memaksaku duduk di
kursi. Kegiatan ini berarti menekuk kedua tungkai dan menumpukan
berat badan di atas bidang horizontal yang agak tinggi, dengan cara
menekankan bantalan lemak yang ada di atas tungkai pada bidang
tersebut. Sulit dibayangkan jika kau belum pernah melihatnya.
"Oke, sekarang begini. Jika kau betul-betul kelaparan, kami
punya satu nampan penuh berisi roti kayu manis yang sudah agak
lama. Silakan ambil. Kau anak yang malang."
Ia mengeluarkan roti-roti kayu manis yang ditata rapi di atas
alas berbentuk bujur sangkar. Barangkali jumlahnya selusin!
"Ini untukku?" tanyaku dengan suara serak karena luapan
emosi. "Tentu saja, Nak. Silakan ambil satu."
Izinkan aku menjelaskan satu hal lagi di sini: bahasa mulut
manusia kadang-kadang sangat membingungkan. "Ambil satu,"
katanya. Maksudnya apa" Satu gigit" Satu potong"
Satu nampan" Bukan salahku kalau aku jadi bingung.
Chapter 2 "WAKTU itu tak sengaja aku di sana," kata Marco, "sedang
jalan-jalan mengelilingi pusat jajan, tidak peduli dengan keadaan di
sekitarku. Aku sedang berpikir, Hei, makan taco asyik juga kali, ya,
ketika aku memperhatikan banyak orang, beberapa di antaranya
berseragam putih-putih, mengerumuni Cafe Cinnabon."
Marco salah satu teman manusiaku. Ia memiliki tubuh lebih
pendek dibanding manusia lain seumurnya. Rambutnya gelap dan
matanya hitam, dan ia gemar membuat lelucon. Lelucon adalah
humor. Humor lebih sering dijumpai di antara manusia daripada di
antara bangsa Andalite. Menurutku mau tak mau, manusia harus memiliki selera humor.
Itu bisa menolong mereka mengatasi rasa malu karena begitu goyah
berdiri di atas dua kaki yang aneh bentuknya.
"Dan sumpah, deh, tiba-tiba aku mendapat perasaan aneh,
seperti firasat. Aku tahu, maksudku, pokoknya aku tahu, bahwa si Axman pasti
terlibat. Maka aku menghampiri kerumunan tersebut dan
bertanya pada seseorang apa yang terjadi. Dan cewek itu bilang..."
"Cewek itu?" potong Rachel. "Coba kutebak. Cewek yang
sangat cantik, yang dalam keadaan normal tidak akan pernah sudi
bicara denganmu" Tapi kau memutuskan, karena situasi gawat, saat
itu benar-benar cocok untuk berkenalan dengannya?"
"Yap, tepat sekali," jawab Marco.
Rachel anak perempuan. Ia punya rambut keemasan dan mata
biru. Tubuhnya termasuk jangkung untuk anak seusianya.
"Pokoknya, cewek itu bilang begini, 'Ada anak yang jadi gila,
dan menghabiskan satu loyang penuh roti kayu manis.' Nah, siapa menurut kalian - siapa kenalan kita yang kuat makan satu loyang roti
kayu manis?" Marco, Rachel, dan yang lainnya - Pangeran Jake, Cassie, dan
Tobias - semuanya menatapku dan merentangkan ujung bibir mereka
ke samping untuk membentuk senyuman.
Semuanya, kecuali Tobias, yang menjadi nothlit: seseorang
yang terperangkap sewaktu morf. Ia bertubuh elang dan tidak punya
bibir. Aku merasa harus mengatakan sesuatu.
tidak nyaman di daerah perut. Juga membuatku pusing.>
"Ledakan kalori dari timbunan glukosa," komentar Cassie.
Cassie tidak lebih tinggi daripada Marco. Ia berambut dan
bermata hitam. Cassie sangat tertarik pada binatang. Bagi manusia,
kata "binatang" berarti semua binatang kecuali spesies mereka sendiri.
Aku sudah tidak berwujud manusia dan kembali berada dalam
tubuh asliku. Kami berada di hutan yang berbatasan dengan tanah
pertanian Cassie. Di sinilah tempat tinggalku. Tempat tinggal Tobias
dan aku. Ia memangsa tikus, khususnya di pagi hari. Aku
meninggalkan hutan pada malam hari dan berlari menyeberangi
padang rumput, menyerap zat gizi rerumputan melalui kuku kakiku,
sebagaimana yang seharusnya dilakukan makhluk normal lainnya.
Kami berada di hutan ini untuk menunggu kedatangan sekutu
yang aneh: Erek, dari bangsa Chee.
Bangsa Chee adalah android atau robot. Mereka diciptakan oleh
bangsa yang sudah punah, yang disebut Pemalite. Sebagian besar
Chee dan segelintir Pemalite yang sekarat, tiba di Bumi ribuan tahun
yang lalu. Mereka melarikan diri dari kehancuran planet mereka.
Bangsa Pemalite tidak dapat bertahan. Tapi android ciptaan
mereka, yang tidak kenal kekerasan namun memiliki tenaga
menakjubkan, tetap hidup.
Pangeran Jake melihat arlojinya. Bangsa manusia selalu tidak
sadar waktu. Setiap saat mereka merasa bahwa "sekarang ini" lebih
lambat atau lebih cepat daripada yang mereka duga. Aku tak pernah
mengenal manusia yang pernah bilang, "Oh, coba lihat arlojiku.
Ternyata waktu 'sekarang ini' benar-benar tepat seperti waktu
dugaanku." Pangeran Jake berkata, "Baru saja aku mau bilang Erek
terlambat, tapi ternyata sekarang ini masih kepagian."
Nah, mengerti, kan, maksudku.
Elang memiliki pendengaran yang hebat dan penglihatan yang
benar-benar luar biasa. Tapi tetap saja, mereka hanya dapat melihat ke
satu arah, seperti manusia.
Erek tiba - tepat pada waktunya, tentu saja.
Ia tampak seperti anak laki-laki normal. Tapi tentu saja itu
hanya ilusi hologram yang sangat canggih. Di bawah hologram
tersebut terdapat tubuh robot baja berwarna abu-abu dan putih, yang
mirip makhluk Bumi bernama anjing yang berdiri di atas dua kaki.
Bangsa Chee tidak dapat berbuat kekerasan. Suatu larangan
untuk berbuat jahat terdapat dalam program mereka. Namun dengan
bantuan kami, Erek pernah menghapus larangan itu. Ia memprogram
ulang sistemnya. Ia menyelamatkan nyawa kami dalam sebuah
pertempuran yang mengerikan. Tapi kemudian ia memutuskan untuk
Animorphs - 18 Petualangan Di Planet Leera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membuang kemampuan untuk berbuat kekerasan itu.
Meskipun mereka tidak dapat bertempur, bangsa Chee telah
menyusup ke dalam organisasi Yeerk di Bumi. Dan dari waktu ke
waktu Erek selalu memberi kami informasi yang berguna.
"Hai, semuanya," sapa Erek.
"Hei, Erek," sahut Marco. "Ada berita apa?"
Erek mengangkat bahu, seperti yang biasa dilakukan manusia
lain. "Nggak banyak sih, cuma ada yang aneh saja. Sesuatu yang tidak
masuk akal. Setidaknya sejauh pengetahuan kami."
Pangeran Jake mengangguk. Ia menoleh ke atas. "Apa keadaan
aman?" tanyanya pada Tobias.
Tobias melompat dari dahan tempatnya bertengger,
mengepakkan sayap, dan membubung tinggi di atas pepohonan, lepas
dari pandangan kami. "Sori," kata Pangeran Jake pada Erek. "Aku hanya ingin
memastikan bahwa kita aman."
Erek tersenyum. "Apa kaupikir aku berani datang sendiri" Tiga
temanku menyebar di sekeliling kita, menjaga kita. Tobias takkan
mampu melihat mereka, bahkan dengan mata elangnya."
"Oh, ya" Berani taruhan?" tanya Pangeran Jake. Tobias kembali
dan mendarat di dahan yang sama.
Ia mulai menelisik bulu sayapnya.
"Kau benar-benar tidak melihat apa pun yang aneh?" tanya
Pangeran Jake, nada suaranya kecewa.
dicemaskan.> Para manusia dan Erek tertawa.
semestinya dan aku takkan menyadarinya" Ya, ampun.>
Erek membungkukkan badan, melakukan semacam
penghormatan ke arah Tobias. "Ingatkan aku untuk tidak pernah
memandang rendah dirimu lagi, saudaraku yang bermata tajam." Lalu,
tiba-tiba ia berubah serius dan mengutarakan maksud kedatangannya.
"Pria nomor dua dalam jajaran Dinas Rahasia, seseorang yang
bernama Hewlett Aldershot Ketiga, masuk rumah sakit dalam keadaan
koma. Dia ditabrak mobil ketika sedang menyeberang jalan. Kami
tidak tahu dalam misi apa dia berada di daerah ini. Tapi ini yang kami
ketahui: Tak ada yang tahu bahwa dia masuk rumah sakit."
"Bahkan keluarganya?" tanya Cassie.
"Benar. Tak seorang pun. Baik keluarganya, maupun bosnya Jane Carnegie - ketua Dinas Rahasia. Tidak seorang pun. Rumah sakit
itu sudah disusupi Yeerk. Separo dari staf rumah sakit itu adalah
Pengendali-Manusia. Namanya bahkan tidak ada dalam data komputer
rumah sakit. Dan, ngomong-ngomong, mobil yang menabraknya"
Mobil van yang terdaftar atas nama siapa lagi kalau bukan teman kita,
Mr. Chapman." Pangeran Jake mengangguk. Ia pemimpin Animorphs. Aku
menganggapnya pangeranku. Sebagai aristh, aku butuh seseorang
yang menjadi atasanku. Pangeranku.
"Wah, wah," ujar Pangeran Jake. "Kalau begitu, mari kita
selidiki tempat itu."
Chapter 3
yang mau memberikan nama yang sama pada keturunan yang ketiga"
Anak itu pasti dipukuli anak-anak berandal sepulang sekolah setiap
hari.> Saat itu keesokan harinya. Marco, Rachel, dan aku berada di
ambang jendela di tingkat tiga. Kami sedang dalam morf burung
camar. Menurut teman-teman manusiaku, burung camar itu seperti
burung dara atau merpati. Mereka bisa berada di mana saja tanpa
terlihat mencurigakan. Aku yakin mereka benar. Walaupun aku tak tahu apa itu
merpati. Dan juga sulit bagiku membayangkan seperti apa burung
yang "mencurigakan" itu.
Rachel mengeluh.
jam. Aku, kau, dan Ax.>
terus, dan terus, dan terus, Marco. Terus, dan terus, dan terus, dan...>
setel arlojimu dengan waktu setempat.>
Marco merasa bosan. Kami semua bosan. Tapi Marco jadi
tukang ngomel kalau bosan.
Kami berada di ambang jendela di luar kamar pribadi Hewlett
Aldershot Ketiga. Ini giliran kami yang kedua. Giliran kami yang
pertama tadi pagi, sampai hampir dua jam. Lalu Pangeran Jake dan
Cassie mengambil alih, kemudian kembali giliran kami.
Express dan Old Navy,> Rachel mengomel.
Ia mengepakkan sayapnya, meninggalkan aku dan Marco. Kami
menggoyangkan sayap sedikit dan menyentakkan kepala sambil
berjalan bolak-balik di ambang jendela yang terbuat dari batu. Kami
mencoba bersikap seperti burung camar. Itulah sebabnya Rachel harus
melayang sebentar. Itu hal yang wajar dilakukan burung camar.
kataku, memotong kalimatku sendiri.
harus memiringkan wajah dan memandang dengan sebelah mata untuk
melihat menembus kaca jendela. Ya, itu memang dia. Pemimpin
penyerbuan Yeerk ke Bumi.
Visser Three adalah satu-satunya Yeerk yang berhasil
mendapatkan tubuh Andalite. Ketika ia menguasai tubuh Andalite, ia
juga memperoleh kemampuan morfnya. Maka hanya Visser Three,
dari semua Yeerk di alam semesta, yang bisa ber-morf.
Aku merasakan kemarahan yang pelan-pelan memuncak setiap
kali melihat makhluk busuk ini, si pembunuh kakakku. Aku pernah
hampir membalaskan kematian kakakku. Hampir membinasakan
Visser Three. Tapi akhirnya aku gagal karena ia berhasil
meninggalkan tubuh induk semangnya, dan ia tetap hidup.
Aku bersumpah takkan gagal lain kali.
gugup.
Dua dokter manusia masuk ke kamar itu. Mereka berbicara
kepada sang Visser. Mereka bicara dengan penuh hormat. Penuh rasa
takut, dan gemetaran. Aku tak dapat mendengar kata-kata mereka
karena terhalang kaca, tapi jelas terlihat mereka sadar siapa dan apa
sebenarnya Visser Three. Visser Three mulai demorf - kembali ke wujud Andalite. Dari
kepala manusia, dua mata tanduk muncul. Dari dada manusia, kedua
kaki depan mulai tumbuh. Dari ujung tulang punggungnya, ekor
Andalite yang panjang, gesit, dan berbahaya mulai tampak.
Di sebelah kiriku berkelebat warna cokelat dan merah. Itu
Tobias, sedang meluncur cepat. Aku tetap memfokuskan mata
kananku ke dalam ruangan.
Bulu berwarna biru dan cokelat muncul di sekujur kulit
manusia. Visser Three kini berdiri di atas empat kaki, ekornya dalam
posisi siaga.
Mereka gemetar. Jelas ada yang salah. Lalu, dalam sekejap,
Visser Three menempelkan duri ekornya di leher salah satu dokter.
Sekali sentak saja kepala dokter itu bisa menggelinding di
lantai. Karena ia sudah kembali berwujud Andalite, kami dapat
mendengar suara bahasa-pikiran Visser Three yang tidak dibatasi
jangkauannya.
bisa bergerak.> Dokter itu mengucapkan sesuatu. Sesuatu yang penuh hormat
dan waspada.
nomor dua dalam organisasi pengawal presiden. Dia punya cara untuk
mengetahui setengah dari semua rahasia di planet ini. Itulah sebabnya
aku mengatur kecelakaannya dan membawanya ke sini.>
Pangeran Jake dan Cassie melintas, keduanya dalam morf
camar.
Tepat pada saat itu, Visser Three menarik ekornya. Si dokter
roboh dan berlutut di lantai. Temannya memandangnya dengan iba,
tapi tidak berani berbuat apa-apa untuk menolongnya.
menyadapnya dan morf menjadi dirinya. Tapi dengan cara itu aku tak
bisa terus-menerus menggunakan wujudnya dua puluh empat jam
sehari. Aku tidak bisa memiliki hidupnya. Tapi dengan meniru
wujudnya, aku bisa mendekati atasannya. Aku malah dapat
menggunakan morf ini untuk menjebak wanita itu!>
Dokter yang masih berdiri membuka mulut. Ia tersenyum. Ia
tampak antusias dan lebih berani. Sang Visser mengayunkan ekornya,
menampar si dokter dengan sisi bilah duri ekornya, hingga ia
terlempar ke ujung ruangan.
Visser.
hari lagi manusia ini harus sudah sembuh, atau kalian berdua akan
menjadi sangat, sangat... tidak sehat.>
Lalu satu mata tanduknya berputar untuk memandang tepat ke
arahku. Mata yang kedua ikut berputar. Dan aku mulai mendapat
perasaan tidak enak. Chapter 4 VISSER THREE keluar dari pandangan kami.
"dijawabnya sendiri,
dapat didengar teman-temanku.
Marco.
ujarku.
kata Pangeran Jake.
menyingkir. Yang lainnya tunggu beberapa detik, lalu menyusul.
Seperti burung camar nor...>
PRANG! Jendela kaca itu meledak ke arah luar ketika sesuatu melesat
menembusnya. Marco ditabrak, jatuh dari ambang jendela, lepas
kendali, dan menukik ke tanah.
Aku terlalu kaget untuk bereaksi.
Lalu aku melihat apa yang telah menembus kaca jendela itu.
Burung kafit! Burung kafit bersayap enam!
Pasti itu Visser Three dalam morf! Tapi bagaimana mungkin"
satu tempat di alam semesta: Planet Andalite.
Burung kafit itu mengguncangkan tubuhnya untuk
membebaskan diri dari pecahan-pecahan kaca, lalu berpaling ke
arahku. Paruhnya yang setajam pisau dibidikkan ke tubuhku seperti
senapan. Aku menjatuhkan diri dari ambang jendela, dengan sayap
menempel di sisi tubuhku. Paruh yang tajam itu nyaris mengenaiku!
Aku merentangkan sayap, mendapat tekanan udara, dan
mengepakkannya kuat-kuat. Burung kafit itu mengincarku! Keenam
sayap itu memberinya kecepatan luar biasa.
Aku tak sempat menjawab. Teman-temanku tidak tahu. Burung
kafit hidup sebagai pemangsa dengan menusuk binatang yang hidup di
pohon. Mereka cepat, tepat, dan mematikan bagi hewan-hewan kecil.
Dan pada saat itu aku sedang jadi hewan kecil.
Aku menoleh untuk melihat si kafit. Dasar bodoh! Kepalaku
berfungsi sebagai kemudi dan membuat tubuhku berbelok. Tepat
menuju ke arah burung itu!
Aku mengepak-ngepak liar. Kurang cepat! Paruh si kafit
menoreh bagian bawah sayapku.
Aku berbelok dan terbang dengan panik. Aku mengepakkan
sayapku dan meluncur enam meter di atas permukaan tanah. Aku tahu
burung kafit lebih cepat daripadaku. Tapi apakah ia juga lebih gesit
dalam berganti arah"
Sebagian otakku terus bertanya-tanya,
Bagaimana mungkin Visser Three bisa menyadap DNA burung
kafit" Apakah si Pencipta Malapetaka telah menginjakkan kakinya di
permukaan Planet Andalite"
Kini aku terbang di atas jalan raya. Apa yang manusia sebut
restoran fast-food terlihat di bawahku. Si Visser tinggal beberapa senti
di belakangku. Ia akan menusukku bagai sate dalam tiga detik, dua,
sa... Aku melepaskan udara dari sayapku, menekuk ekor dan kepalaku
untuk membelokkan arah, dan burung kafit itu melewatiku.
Animorphs - 18 Petualangan Di Planet Leera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Terbangnya lebih cepat dalam gerak lurus. Dan aku dapat
mengalahkannya dalam gerakan manuver atau zig-zag, tapi hanya
kalau ia sedang lengah. Berapa kali lagi aku bisa mengelabuinya
dengan cara itu"
pikirannya tiba-tiba terdengar dalam kepalaku.
saja Visser Three tidak yakin apakah aku Andalite atau bukan. Ia
cuma asal tebak. Jika aku tetap diam, mungkin ia akan memutuskan
bahwa aku hanya burung camar biasa. Aku melihat Pangeran Jake dan
yang lainnya menghampiriku.
teriak Tobias. Aku melirik dan melihat elang ekor merah sedang mengepak
kuat untuk mencapai ketinggian agar bisa menukik. Tapi ia hanya tiga
meter di atasku dan terlalu jauh di sampingku untuk bisa menolong.
Aku harus menghadapi Visser Three sendirian.
Bagus. Makin asyik aja nih, kataku pada diri sendiri, mencoba
terdengar lebih berani dibanding kenyataannya. Aku mengepakngepak liar ke arah logo restoran yang besar berwarna kuning,
berbentuk seperti dua lengkungan yang bersambung di tengah.
Landasan lengkungan itu berwarna merah.
Aku menuju tepat ke salah satu lubang di bawah lengkungan
itu, terbang menembusnya, dan segera berputar. Visser Three
meluncur, melewati kolong lengkungan itu, dan ikut berbalik untuk
mengejarku. Tapi saat itu aku sudah berputar dan menembus lengkungan
kedua. Si kafit mengejarku, tapi sekarang kecepatan lurusnya menjadi
tidak berguna. Dan rentang sayapnya yang lebar membuatnya sulit
melewati kolong lengkungan itu.
Visser Three berputar-putar dengan kecepatan kilat, tapi aku
terus melewati kolong demi kolong kedua lengkungan itu.
aneh ini. "Hei, burung itu sayapnya banyak sekali!" teriak seseorang.
"Pasti burung mutan. Ayo, terus! Hidup camar!"
Slap! Ujung sayapku membentur tepi salah satu lengkungan.
Aku gemetar dalam terbangku. Aku lupa berbalik.
Aku jatuh. Aku membentur atap restoran cepat saji yang dicat hitam.
Aku tertatih-tatih menuju tempat sempit di antara dua unit pendingin
besar yang mengeluarkan suara bising.
Aku melihat Visser Three melintas rendah di atasku, dan aku
sadar ia pasti sudah mendarat.
Aku mulai demorf secepat mungkin. Atap ini dikelilingi tembok
yang cukup tinggi. Para manusia di jalanan tidak dapat melihat kami.
Dan jika aku sudah berwujud Andalite, burung itu bukan ancaman
lagi. Dari cakarku tumbuh tapak kaki. Bulu-bulu ekorku melebur
menjadi satu, dan membentuk ujung duri ekorku. Tapi selagi aku
bertumbuh, tempat ini menjadi sempit. Aku, terjepit di antara unit
pendingin, dengan bilah-bilah kipas angin yang meniupkan aroma
makanan berminyak ke arahku.
Aku mendorong diriku keluar, separo Andalite separo burung,
terhuyung-huyung menjaga keseimbangan di atas kaki yang terus
berubah. Aku menuju bagian tengah atap. Dan aku melihatnya. Seperti
diriku, ia juga sedang demorf. Seperti diriku, ia juga separo Andalite
dan separo burung. Tapi ini bukan Andalite sungguhan.
kataku, sekali lagi mencoba terdengar lebih percaya diri daripada
sebenarnya. Ekornya diayunkan ke depan. Aku mengikutinya. Dan kami
berdiri, dua Andalite, bersiap-siap untuk duel sampai mati.
Aku melihat ke dalam mata si Pencipta Malapetaka. Dan di
sana kulihat kejahatan. Lalu aku melihat sesuatu yang menyebabkan hatiku terlonjak
kegirangan. Sebab aku juga melihat rasa takut di sana.
Chapter 5 SUDAH lama sekali kaum Andalite tidak bertarung satu sama
lain dalam pertandingan ekor, kecuali dalam latihan militer atau
olahraga. Tapi kali ini bukan olahraga.
Di tempat ini, di antara kipas angin yang berputar dan aroma
lemak dan daging hamburger, Visser Three dan aku berdiri
berhadapan. Dua ekor camar mendarat. Lalu dua lagi. Mata tandukku
melihat bayangan burung pemangsa terbang di atas.
kepada kami semua. Aku hanya berharap ia ingat untuk tidak
membiarkan Visser Three mendengar ucapannya. Manusia kadangkadang lupa bahwa
bahasa-pikiran dapat diarahkan kepada semua
makhluk atau sekelompok tertentu saja.
sudah yakin Visser Three tak bisa lolos kali ini.>
geram. Aku memusatkan pandanganku pada sang Visser. Ekorku sudah
siap menangkis gerakan sekecil apa pun.
Aku berkata,
kematian Elfangor sendirian.>
menjelaskan.
tangga menuju kemari.>
Aku hampir tidak dapat mendengar suaranya. Sang Visser
bergeser ke samping, mencari-cari kesempatan. Aku mengangkat
ekorku tinggi-tinggi, siap memblokir serangannya.
Ia lebih besar daripada aku. Ekornya lebih panjang lima belas senti. Ia
lebih jangkung, yang membuatnya mudah melukai mataku atau
kepalaku. Tapi, bagian lain diriku telah melihat ketakutan di mata Visser
Three. Ia sadar dirinya sudah terkepung. Ia sadar ia sedang
menghadapi pertempuran maut yang kemungkinan lolosnya sangat
kecil. Aku ingin melihat lagi ketakutan di matanya. Aku ingin melihat
pandangan tak berdaya di matanya saat aku menekankan duri ekorku
pada tenggorokannya dan berkata,
Gerakan mendadak! Aku menyambar! Duri ekorku kehilangan sasaran, tapi aku
berhasil melukai si Pencipta Malapetaka pada bahunya.
Dalam kebingungan itu, mula-mula aku tak mampu
memahaminya. Segala sesuatu terjadi sekaligus: gerakan
mendadaknya, reaksiku, lalu lompatannya melampaui tembok rendah
di sekeliling kami. Ia melompat ke bawah dan hilang dari pandangan. Aku berlari
ke pinggir dan mengintip ke bawah.
Seorang anak perempuan di bawah berteriak, "Sumpah, aku
lihat ada kuda biru terjun dari atap!"
"Jangan aneh-aneh deh. Kalau begitu, di mana jatuhnya?"
temannya membalas. Aku dapat melihat di mana ia mendarat. Di tempat sampah
besar berbentuk persegi. "Di tong sampah itu," anak perempuan tadi menjawab.
Aku memandang ke bawah, ke arah sang Visser. Kaki
belakangnya yang sebelah kiri patah akibat melompat tadi. Ia sedang
morf menjadi manusia secepat mungkin. Ia menatapku dengan
pandangan penuh kebencian dan amarah.
Aku ingin mengucapkan sesuatu. Aku ingin meneriakkan
ancaman. Menantangnya. Tapi yang kulakukan hanyalah menatap
matanya. Dan setelah mulut manusianya terbentuk, ia mencibir.
terbentang sampai ke rumah pertanian Cassie dan mencoba
memahami perasaanku. Malam itu hujan turun rintik-rintik. Rumput basah dan lembap.
Bisa kurasakan kuku kakiku menyerap sel-sel cacing yang muncul ke
permukaan tanah setiap hujan turun. Makan malamku kali ini akan
kelebihan protein, padahal itulah hal terakhir yang kubutuhkan.
Kebanyakan protein menyebabkan aku tak bisa tidur.
Awan mendung di atas kepalaku menutupi bulan dan bintangbintang. Aku jadi sedih.
Aku suka memandangi langit di malam hari,
dan mencari bintang yang menjadi matahari di planet asalku. Itu sudah
jadi semacam ritual. Sesuatu yang kulakukan untuk diriku sendiri.
Untuk mengingatkan bahwa masih ada tempat untukku di galaksi ini.
Memang sekarang aku tidak berada di sana, tapi tempat itu tetap ada.
Atau apakah aku cuma membodohi diri sendiri" Ya, aku
memang punya planet asal. Dan tempat tinggal di planet itu. Dan
bangsa seperti diriku. Tapi apakah aku akan kerasan tinggal di sana
lagi" Apakah aku sudah berubah begitu jauh, karena telah hidup
bersama manusia begitu lama"
Aku melihat lampu-lampu di rumah Cassie. Suatu kali aku
pernah berubah menjadi Pangeran Jake dan pergi ke sana untuk makan
malam dengan orangtua Cassie. Aku memiliki DNA Pangeran Jake
ketika ia disusupi oleh Yeerk.
Itu kenangan yang manis. Makan malam bersama Cassie,
maksudku, bukan berubah wujud menjadi Pangeran Jake. Kadangkadang, waktu aku sendirian di hutan dan mengenang rumahku, aku
malah mengingat kejadian malam itu.
Aku berlari lebih cepat sekarang, tidak lagi peduli pada
makananku, tapi hanya ingin merasakan tetesan air hujan di wajah dan
dadaku. Jika aku berlari cukup cepat, semua tetes air itu hanya akan
mengenai wajah dan dadaku, dan tak ada satu pun yang mengenai
punggungku. Aku melihat pagar kayu. Hampir terlalu tinggi untuk kulompati.
Tapi aku berlari tepat menuju ke arahnya, menyentak kaki
belakangku, menekuk kaki depanku, dan melayang di atasnya.
Terdengar bunyi "dug" ketika satu kuku kakiku membentur
kayu paling atas. Aku mendarat dengan mulus dan baru sadar bahwa napasku
terengah-engah. Aku memperlambat lajuku dan berjalan kembali
menuju hutan. Aku seharusnya bisa mengalahkannya, kataku pada diri sendiri.
Aku seharusnya memaksanya bertarung. Aku seharusnya sudah
menyambarnya lagi sebelum ia sempat melarikan diri.
Sebagian pikiranku menjawab, Tidak, kau pasti kalah.
Tubuhnya lebih tinggi dan lebih besar. Ia lebih berpengalaman. Tubuh
Andalite yang dikendalikan Visser Three dulunya milik seorang
pejuang hebat. Namanya Alloran. Visser Three memiliki semua
keterampilan dan pengalaman tempurnya.
Kau bertarung dalam duel ekor dengan Visser Three dan
membiarkannya lolos. Aku bertarung dalam duel ekor dengan Visser Three dan
setidaknya aku tidak melarikan diri.
Tapi kau memang ingin lari. Kau ketakutan.
Aku pasti sudah gila kalau tidak punya rasa takut. Tapi aku
tidak kabur. Ia yang kabur.
Aku baru sadar bahwa aku sudah berhenti berjalan, dan kini
berdiri diam di bawah pohon cemara tinggi di tepi padang rumput.
Padang rumput Tobias.
biru dengan ekor kalajengking, berlari-lari panik di hutan seperti
segerombolan gajah ngamuk.>
Tobias kadang-kadang kesal kalau dibangunkan. Itu sifat
manusia yang masih dimilikinya.
rendah, lalu terbang menuju sebatang pohon yang tumbang.
dirimu pertanyaan-pertanyaan yang sama lagi, lalu terus mengulangi
proses itu.>
tampangnya, tapi karena ada sesuatu memancar darinya. Seperti awan
gelap. Hampir seperti aroma. Perasaan ini - aku tak tahu kata lain
yang lebih tepat - seolah-olah aku sedang melihat sesuatu yang harus
dimusnahkan. Dia jahat. Aku dapat merasakannya. Dan aku punya
perasaan mengerikan bahwa kejahatan itu, dengan cara apa pun, akan
menjamahku, dan mengubah hidupku. Maka waktu itu aku menangis.
Dan ternyata benar. Hidupku berubah, tubuhku berubah.>
dingin.
akan menjadi pahlawan besar bagi bangsaku.>
Animorphs - 18 Petualangan Di Planet Leera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau.>
menyerangnya. Dia mengundurkan diri dengan penuh kehormatan.>
penjahat. Pembunuh tidak punya kehormatan.>
ke sekeliling, berkedip, hampir sebuta manusia di malam hari.
tempat tinggalku.>
Bisa kurasakan Tobias jadi gelisah. Sekarang ia mulai mengerti.
Tapi dia berkata,
ke kebun binatang di Amerika, Eropa, atau di mana pun. Ya, kan" Jadi
mungkin ada makhluk yang tidak bersalah membawa burung itu
keluar dari planet kalian. Mungkin pesawat mereka dibajak oleh
Yeerk. Dan burung ini sampai di tangan Visser Three.>
Aku ingin mempercayai kemungkinan itu. Maka kukatakan,
Tapi aku tak yakin. Aku percaya Visser Three pernah mendarat
di planetku. Kalau bukan dia, mungkin salah seorang anak buahnya.
Apa pun yang sebenarnya terjadi, itu cuma berarti satu hal. Para
Yeerk sudah menjamah satu-satunya tempat yang aman di galaksi ini:
rumahku. Chapter 7 KAMI bertemu di gudang jerami tempat Cassie dan ayahnya
merawat binatang yang sakit atau terluka.
Tempat ini diberi nama Klinik Perawatan Satwa Liar.
Bangunannya besar, terbuat dari kayu, dan berwarna gelap. Di
dalamnya ada sejumlah kandang yang dibuat dari kawat baja. Dan di
dalam kandang-kandang tersebut terdapat hewan-hewan yang sakit.
Tobias bertengger tinggi di palang langit-langit. Dari atas sana
ia bisa melihat keluar melalui sejenis jendela dan memperingatkan
kami kalau ada yang datang.
Teman-temanku yang lain ada di permukaan tanah. Cassie
sedang bekerja, mendorong tumpukan-tumpukan jerami kotor dengan
garpu besar bergigi tiga. Pangeran Jake kadang-kadang menyisihkan
sesuatu yang menghalangi pekerjaan Cassie.
Marco dan Rachel sedang mendinginkan kepala.
Itu istilah manusia. Menurutku bila manusia duduk tenang tanpa
berbuat apa-apa, maka suhu otak mereka turun. Oleh karena itu
disebut mendinginkan kepala.
Suatu hari nanti, bila aku tua, terlalu tua untuk berperang, aku
akan menulis buku tentang manusia, tentang kebiasaan, bahasa-mulut,
dan teknologi mereka yang aneh. Misalnya, tahukah kau bahwa
manusia menciptakan buku sebelum menciptakan komputer"
Karena itu mereka menganggap komputer lebih maju, walaupun
ada fakta bahwa komputer butuh waktu tiga puluh detik untuk meload
satu halaman, sedangkan buku dapat dibuka halamannya tanpa harus
menunggu lama-lama. Kaum Andalite mungkin menganggap manusia sebagai ras yang
aneh, tidak penting, dan terbalik teknologinya.
Kecuali dalam dua hal. Pertama, mereka, bagaimanapun juga,
adalah spesies yang mengembangkan seni indra perasa sampai tingkat
yang menakjubkan. Manusia mungkin saja primitif dalam teknologi,
tapi mereka telah menciptakan popcorn mentega, cokelat Snickers,
chili, dan puntung rokok. (Walaupun manusia sendiri sulit menerima
ide makan puntung rokok.)
Dan jangan lupa: Manusia, dengan segala kelemahannya, telah
menciptakan roti kayu manis. Suatu hari nanti, setelah perang ini usai,
akan ada pasukan Andalite yang menyerbu Bumi untuk berubah
wujud menjadi manusia dan hanya makan roti kayu manis sepanjang
hari. Minta rotinya diberi lapisan gula yang tebal. Itu sepadan dengan
perjalanan jauh yang kami lakukan.
"Ax, kau dengar, tidak?" bentak Marco.
Aku tersentak dari lamunanku.
"Sebab, aku sudah, mengulangnya dua kali, tapi kau cuma
memandang ke angkasa seolah-olah kau berada jutaan kilometer
jauhnya."
untuk mengirim sejenis pesan. Maksudku, dia masih menganggap kita
semua Andalite. Dia yakin sedang mengejar Andalite yang bisa morf,
ya, kan" Dan dia memutuskan untuk morf jadi burung Andalite. Ini
bukan kebetulan. Ini pesan darinya."
Dan ini satu lagi alasan untuk tidak menganggap manusia tidak
penting. Mereka benar-benar cepat beradaptasi. Baru beberapa bulan
lalu Marco tidak percaya ada kehidupan di planet lain. Kini ia
menerima kenyataan itu, menyerap wawasan yang benar-benar baru,
dan mendapati dirinya berada di tengah-tengah pertempuran yang
menggunakan teknologi morf yang tidak dimengerti olehnya. Dan ia
tetap mampu melihat apa yang tersirat, yang bahkan luput dari
perhatianku.
Marco mengangkat bahu. "Pesannya seperti, 'Hei, anak kecil,
selagi kau terjebak di Bumi, aku sudah keluar-masuk rumahmu,
bergaul dengan teman-temanmu, dan makan kue buatan ibumu.'"
"Mengacaukan pikiranmu," tambah Cassie.
"Mencoba membuatmu bingung dengan... ah, sudahlah," kata
Pangeran Jake. "Intinya, kau punya dua pertanyaan: Bagaimana cara
Visser Three mendapatkan morf burung itu" Dan mengapa dia
menggunakan morf itu untuk menyerangmu?"
"Itu bukan pertanyaan paling penting," bantah Cassie.
"Pertanyaan sesungguhnya adalah apa yang akan kita lakukan dengan
Hewlett Aldershot Ketiga?"
Marco mengacungkan tangan. "Menyuruhnya mengganti
namanya?" "Rencana Visser benar-benar bagus," kata Jake. "Dia menyadap
DNA Hewlett Aldershot Ketiga, lalu menyusup ke kantor Dinas
Rahasia, mencari rahasia apa pun yang ingin diketahuinya, ikut dalam
pertemuan-pertemuan rahasia, dan akhirnya tahu segala sesuatu yang
diketahui Dinas Rahasia."
"Banyak hal," jawab Marco.
siapa yang dapat ditemui dan diajaknya bicara," kata Rachel. "Dia bisa
mencari tahu apakah ada informasi tentang kegiatan Yeerk yang
lolos..." "Wow!" Marco melonjak di atas kedua kakinya yang goyah.
Aku tak pernah berhenti membayangkan manusia akan jatuh kalau
mereka melonjak seperti itu.
"Wow apa?" tanya Jake lembut.
"Wow, maksudku, Rachel benar. H.A. Ketiga bisa bicara
dengan siapa saja, kan" Termasuk dengan bosnya, Jane Carnegie,
kan" Jadi, jika dia bertemu bosnya dan berkata, 'BOS, percaya, nggak"
Keong parasit dari luar angkasa menyerang Bumi!' Dia bakal
dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Tapi kalau dia bilang, 'Keong parasit
dari luar angkasa menyerang Bumi dan, coba lihat, saya bisa berubah
jadi badak.' Kemudian dia benar-benar jadi badak... nah. Tiba-tiba
saja, buumm!! Rahasia ini terbongkar. Para Yeerk binasa."
"Kecuali atasannya sudah jadi Pengendali," kata Rachel.
"Jika Jane sudah jadi Pengendali, mengapa Visser Three masih
sibuk dengan H.A. Ketiga?" kilah Cassie. Tapi kemudian ia menoleh
pada Marco. "Apa sebetulnya yang kaupikirkan" Apa kau mau
menyadap Mr. Aldershot?"
"Yeah." "Kita tak boleh berbuat begitu," kata Cassie. "Kupikir kita
sudah memutuskan untuk tidak menyadap DNA manusia."
tertarik dengan ide Marco. Tapi ada saat-saat teman-temanku enggan
melakukan segala macam cara untuk melawan Yeerk. Kadang-kadang
aku juga.
"Pertama-tama, Ax, kau bukan manusia, jadi mungkin oke-oke
saja jika kau menyadap Jake. Lagi pula, Jake pasti akan memberi izin
seandainya dia sedang tidak disusupi Yeerk. Dan Rachel memang
telah memberiku izin," kata Cassie.
"Maaf," kata Marco dengan sedikit nada sinis dalam suaranya.
"Pria itu tidak bisa memberi izin. Dia itu sedang tidak berdaya. Dia
lembek, mirip sayuran. Dia itu kayak wortel. Selada. Dia itu tomat."
"Kupikir tomat itu buah," potong Rachel, mencoba menentang
Marco. "Wah, tidak disangka, ternyata kau masih punya perasaan,
Marco. Kau menyadari keadaan pria itu," kata Cassie. "Tapi kita tidak
tahu apakah Mr. Aldershot memang separah itu. Dia bisa saja cuma
koma. Kita tidak berhak mencuri DNA-nya."
"Pria itu brokoli," kata Marco.
"Lagi pula kita takkan mungkin masuk ke sana," kata Pangeran
Jake. "Visser Three sadar rencananya sudah ketahuan. Kita harus
berada dalam wujud manusia untuk menyadap DNA Aldershot. Kau
pikir kita bisa melakukannya dengan tingkat kewaspadaan Visser
Three seperti sekarang" Mustahil."
Semuanya terlihat lesu. Pangeran Jake benar. Tapi kemudian
Cassie berkata, "Ya, ampun."
"Ada apa?" desak Marco.
Cassie mendesah. "Aku benar-benar menentang ini, tapi..."
"Tapi" Tapi apa?"
Cassie menoleh ke arahku. "Ax, apakah mungkin menyadap
DNA hanya dengan menggunakan darah?"
"Darah?" Rachel pasang tampang mual. "Kita akan mengambil
darah orang ini" Dengan jarum suntik" Aku tidak ikut. Mengingat
kemungkian ada virus hepatitis, HIV... tak usah, ya."
sahutku cepat.
sangat rendah sehingga sangat stabil - oleh molekul naltron yang
berbentuk bola. Lalu...>
"Kayaknya otakku sudah tidur nih," potong Marco. "Oke, darah
itu aman bagi kita. Jadi, Cassie, bagaimana cara kita
mendapatkannya?" Cassie menjelaskan. Dan semua manusia itu, bahkan Tobias, berkata, "Ih, jijik."
Mereka mengucapkannya berulang kali dengan suara keras.
Dan satu hal yang kupelajari selama hidupku di antara manusia,
setiap kali mereka bilang sesuatu itu jijik, biasanya mereka benar.
Chapter 8 "JADI, bagaimana aku dapat menyerap DNA-nya tanpa dia
menyerap darahku pada saat yang sama?" Pangeran Jake bertanya
dengan gugup. "Jangan kayak anak kecil," kata Marco. "Memangnya kau
belum pernah digigit nyamuk?"
"Kalau secara sukarela sih belum pernah," sahut Pangeran Jake.
Saat itu beberapa hari kemudian. Teman-teman manusiaku
harus masuk sekolah selama lima hari berturut-turut, lalu tidak usah
masuk selama dua hari berikutnya. Entah apa alasannya, mereka juga
tidak tahu. Tapi mereka mencoba mengerjakan misi di hari bukan hari
sekolah. Kami ada di gudang jerami Cassie, mengerumuni kotak kaca
tembus pandang. Di dalam kotak itu tinggal beberapa serangga
terbang yang kecil dan terlihat rapuh.
"Kau harus menangkapnya di dalam telapak tanganmu. Jangan
menggenggamnya terlalu kencang agar tidak mati," kata Cassie.
"Seperti ini." Ia memasukkan tangan ke dalam kotak. Setelah dua kali
gagal, ia berhasil mengurung seekor nyamuk di dalam tangannya.
Cassie mengeluarkan tangan, menutup kembali kotak itu, dan
mulai memusatkan pikiran pada tubuh nyamuk. Setelah beberapa saat,
ia membuka mata. "Oke, siapa berikutnya?"
"Berikan saja nyamukmu padaku," kata Marco. "Kemungkinan
dia sudah menggigitmu, jadi dia tidak akan lapar lagi."
"Kita tak bisa morf jadi nyamuk yang sama," kata Cassie.
"Hanya yang betina yang mengisap darah. Yang jantan tidak
berguna." "Amin," kata Rachel, lalu tertawa.
"Jadi, apa jenis kelamin nyamuk yang di tanganmu itu?" tanya
Marco. "Memangnya aku tahu?" sahut Cassie. "Aku tidak punya kaca
pembesar sekuat itu. Dan seandainya punya pun, bagaimana cara
membedakannya?" "Mudah saja," kata Marco. "Yang jantan menganggap
bersendawa keras-keras itu lucu, sedangkan yang betina tidak."
"Apa ada kemungkinan kita lanjutkan urusan ini?" tanya
Pangeran Jake frustrasi.
menangkap makhluk itu. Tangan manusia lebih kuat dan lebih gesit
daripada tangan Andalite. Akhirnya, Cassie menangkap seekor
nyamuk dan memberikannya kepadaku.
Ketika kami semua sudah selesai, Pangeran Jake berkata, "Oke,
ayo kita pergi." Kami morf jadi burung pemangsa dan terbang ke arah rumah
sakit. Dengan mata tajam elang harrier aku dapat melihat Hewlett
Aldershot Ketiga masih berbaring di tempat tidurnya. Tapi ada banyak
perubahan. Empat manusia duduk mengelilinginya. Di kamar sebelah
kirinya, kami melihat empat orang lagi. Dan di kamar sebelah
kanannya, empat lagi. Pengendali-Manusia tentunya. Dan pastilah bersenjata lengkap.
Dua belas manusia untuk melindungi Hewlett Aldershot Ketiga dari
serbuan kami.
Animorphs - 18 Petualangan Di Planet Leera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Rachel.
Rachel, sebelum kau berubah dari gajah menjadi nyamuk, kau harus
melewati tahap berwujud manusia. Sedang aku tidak harus melewati
tahap ekstra. Dan tak ada satu pun makhluk yang dapat menarik
perhatian para Pengendali selain Andalite.>
Masuk akal. Pangeran Jake juga berpendapat begitu. Maka
sementara teman-temanku yang lain mendarat di atap untuk morf
menjadi manusia sebelum menjadi nyamuk, aku mendarat di jendela
terbuka yang gelap di ujung rumah sakit ini.
Aku masuk, menunggu, mencoba mendengarkan suara-suara di
sekitarku. Kudengar suara napas manusia. Mata harrier-ku
menyesuaikan diri dengan kegelapan dan dapat kulihat bayangan anak
perempuan kecil, terlihat sangat lemah di tempat tidurnya.
Aku demorf secepat mungkin, meleburkan bulu elangku dan
menumbuhkan bulu Andalite-ku. Tiba-tiba mata gadis itu terbuka.
"Kau siapa?" tanyanya. "Apakah kau peri?"
pula, aku segan berbohong kepada seorang anak yang sedang sakit.
"Siapa namamu?"
"Lucu sekali namamu," katanya. Lalu ia menutup mata dan
kembali tertidur. Aku mengembuskan napas panjang. Aku bergerak ke arah pintu
sepelan mungkin. Aku membukanya dan menyembulkan satu mata
tanduk ke koridor. Dua manusia berpakaian putih tampak di ujung
koridor. Aku menarik napas panjang lagi. Yah, pikirku. Aku memang
harus mengalihkan perhatian mereka.
Aku membuka pintu dan melangkah ke koridor. Kedua manusia
itu tidak melihatku sampai aku hampir mencapai mereka. Lalu mulut
keduanya terbuka, lebar sekali. Wajah mereka mulai berubah warna:
yang satu menjadi putih, yang lainnya menjadi merah.
Aku tidak tahu sebabnya. "Demi..." "Apa yang..." Jelas mereka bukan Pengendali, sebab mereka pasti akan
berteriak "Andalite!" bukannya "Demi" atau "Apa yang", seandainya
mereka Pengendali. Mereka manusia biasa.
"Itu... itu sejenis rusa yang termutasi!"
"Itu sejenis tipuan. Pasti lelucon. Oke, Terry, kau bisa keluar
dari persembunyianmu sekarang. Ha ha. Lucu sekali."
Aku melewati mereka dan terus berjalan menuju kamar Hewlett
Aldershot Ketiga yang dijaga ketat.
Seorang manusia melewatiku sambil mendorong kereta yang
penuh nampan berisi makanan. Ia tak pernah melihat ke depan.
Kepalanya selalu tertunduk sementara ia berjalan. Lalu kurasa ia
melihat kaki kudaku. "Aaaahhhh!" teriaknya, dan mendorong kereta itu begitu kuat
sampai terguling. Klang-breng-brong-BRAKK! Bunyi itu menjadi pengalih perhatian. Tiba-tiba banyak pintu
yang terbuka. Banyak kepala yang muncul, mengintip dan menjerit.
Orang-orang berlarian ke Kebanyakan berpaling setelah melihatku
dan lari ke arah lain. "Oh, tidak! Kau lihat itu" Kau lihat, kan?"
"Monster!' "Aku curiga mereka melakukan eksperimen genetika di
laboratorium! Itu sejenis makhluk mutan!"
Aku hampir tersinggung... jika perasaanku sedang peka saat itu.
Tapi kemudian pintu di sebelah kiri kamar Aldershot terbuka.
Seorang manusia keluar. Mulutnya ternganga sedetik, lalu ia berteriak,
"Andalite!" Tapi satu detik itu terlalu lama. Ia meraih pistolnya. Aku
melejitkan ekorku ke depan dan ia segera menjatuhkan senjata itu.
"Andalite!" teriaknya lagi, tapi kali ini dengan kebencian yang
meluap-luap. Para penjaga menghambur keluar dari ketiga kamar itu. Mereka
berdesak-desakan di koridor, terlalu banyak untuk bisa bergerak
bebas. Senjata-senjata manusia dikokang. Dan aku juga melihat
beberapa senjata sinar Dracon.
Dalam sekejap mereka akan mulai menembak. Peluru timah
dari senjata manusia itu yang sangat berbahaya. Bukan saja bagiku,
tapi juga karena dapat menembus tembok dan mengenai orang yang
tak bersalah. "Tembak! Tembak dia! Dasar tolol! Tembak, atau Visser Three
akan memangsa kita!" salah satu manusia itu berseru.
FWAPP!! Aku menyentakkan ekorku, dari kiri ke kanan, hanya satu
milimeter dari barisan penjaga yang paling depan. Mereka mundur,
bertabrakan dengan teman-teman mereka.
FWAPP! Aku menyentak lagi, tapi kali ini mereka sudah siap menembak.
Dan aku benar-benar kalah jumlah. Aku juga khawatir tembakan
mereka mengenai orang tak bersalah.
Jelas aku belum merencanakan tindakanku masak-masak.
Dan pada saat itulah aku baru sadar. Ada satu cara untuk lolos
dari tembakan.
informasi lebih lanjut tentang pendaftaran" Apa ada biayanya">
Selusin senjata diarahkan kepadaku. Dari belakang, di ujung
koridor, aku mendengar suara-suara manusia. "Apa yang terjadi di
sini?" "Apakah itu kuda?"
"Lihat mata di atas kepalanya!"
"Di mana para penjaga keamanan?"
Pemimpin Pengendali itu membuat keputusan kilat. Ia
menggiringku dari koridor dan masuk ke kamar tempat Hewlett
Aldershot Ketiga sedang tidur dalam keadaan koma.
Kamar itu kecil. Terlalu kecil untuk semua penjaga. Kini hanya
lima penjaga yang ada di dalamnya. Jauh lebih baik bagiku.
"Kau ingin bergabung dengan kami?" salah satu Pengendali
bertanya dengan ragu.
FWAPP! Aku menyabet dan penjaga terdekat melompat mundur,
menabrak teman-temannya. Aku punya waktu sekitar setengah detik
sebelum mereka pulih dan menembak.
FWAPP! PRANG! Aku memecahkan kaca jendela dengan duri ekorku.
berlari tiga langkah, menundukkan tubuh bagian atasku, merendahkan
mata tandukku, melipat kakiku dan terbang melewati jendela yang
berlubang. Aku jatuh!
tertembak.
Aku mendarat di dalam semak-semak yang menahan sebagian
berat badanku, sekaligus membuatku tersandung. Aku berguling dan
mencoba berdiri, tapi kemudian aku sadar aku terjebak oleh rantingranting tajam
di dalam semak-semak ini.
Dor! Dor! DorDorDorDorDor!
Para penjaga terus menembak dari jendela. Peluru menebas
ranting-ranting itu dan mendarat di tanah lembap di sekitarku.
Selubung Awan Hitam 2 Pendekar Rajawali Sakti 10 Pengantin Berdarah Playboy Dari Nanking 1