Cassie-lah yang membangunkan aku dari pikiran-pikiran
kelamku. Dengan berbisik ia berkata, "Ax, kupikir Jake enggan
menanyaimu lagi, tapi menurutmu apa yang harus kita lakukan?"
seperti halnya kami telah gagal menyelamatkan Hork-Bajir. Seperti
halnya kita gagal menyelamatkan manusia saat ini.>
Di atas kepalanya aku melihat cahaya-cahaya lampu pesawat
Yeerk yang sedang mendarat dari orbit, untuk membawa semakin
banyak pasukan tempur. Sebentar lagi benua itu akan menjadi markas
Yeerk yang tak dapat dikalahkan.
"Ceritakan lagi apa yang kauketahui tentang Leeran," kata
Cassie. Aku mengangkat bahu.
bawah laut. Awalnya mereka naik ke darat untuk bertelur. Tapi
sekarang kurasa kemajuan teknologi mereka membantu mereka
menyimpan telurnya di bawah air.>
"Jadi, mengapa mereka peduli akan apa yang terjadi di benua
itu?"
kota-kota bawah laut mereka. Selain itu, menurutku Leeran takkan
peduli... akan... apa... > Aku menahan napas. Ya! Tentu saja! Tentu
saja itulah rencana Komandan Galuit.
"Apa" Ada apa?" tanya Cassie.
"Ya?"
harus segera menuju ke laut secepat mungkin!>
"Mengapa?" Aku ragu-ragu.
bawah laut.> Pangeran Jake menatapku untuk waktu lama. "Baiklah,"
akhirnya ia berkata. "Aku percaya."
kaubiarkan itu terjadi. Kau harus tega membinasakan aku daripada
membiarkan aku tertangkap. Berjanjilah.>
"Apa" Kenapa?"
Andalite. Dan informasi ini tak dapat jatuh ke tangan Yeerk. Apa pun
taruhannya. Apa pun yang terjadi.>
Chapter 20 BENUA itu termasuk kecil menurut ukuran Bumi, tapi tetap
saja butuh waktu semalaman untuk mencapai pantai. Kami berubah
menjadi burung pemangsa dan terbang ke arah laut. Kami berhenti
setiap dua jam untuk demorf dan beristirahat. Dan selama itu aku terus
bertanya-tanya apakah masih ada waktu.
Kami terbang di atas bekas-bekas pertempuran. Kendaraan
darat yang gosong dan pesawat tempur yang ringsek, baik milik
Andalite maupun Yeerk. Ketika matahari terbit di atas Planet Leera, aku memandang ke
bawah dan melihat pesawat tempur-darat Andalite yang masih
terbakar setelah menabrak pesawat Yeerk. Mereka berbenturan begitu
keras hingga tak dapat dibedakan mana yang menabrak dan mana
yang ditabrak. Dan akhirnya laut pun tampak, terbentang luas, berwarna biru
cerah, jauh lebih cerah daripada laut Bumi yang kelabu.
Aku mencoba melihat berkeliling untuk menemukan garis
pantai tertentu. Garis pantai seperti yang kulihat di peta hologram.
Tapi yang ada hanyalah jutaan kilometer lumpur yang ditumbuhi
semak-semak dan pohon-pohon aneh berwarna kuning.
beberapa detik bagi kami untuk menyadarinya.
Rachel lenyap!
Mata kami menjelajah angkasa. Tak ada Rachel. Bahkan tak
ada benda apa pun yang dapat dilihat mata burung pemangsa kami.
Mungkin ada orang yang menembaknya,> erang Cassie.
Pangeran Jake.
Kami terjun dari langit. Aku tahu tak ada yang menembak kami,
tapi aku terjun secepat teman-temanku. Apa pun yang membuat
teman-temanku menghilang, benar-benar membuatku takut. Apa pun
itu, aku tak ingin terlihat olehnya.
Kami terjun. BYURRR!! Aku menyelam, berenang dalam air yang hangat. Aku segera
berubah kembali ke wujud Andalite. Aku muncul di permukaan. Air
membuat sayapku basah, tapi sayapku segera lenyap. Aku menghirup
udara melalui lubang, yang merupakan gabungan antara hidung
Andalite dan paruh burung.
Aku menyelam lagi, dan menyelesaikan proses demorf ini. Aku
muncul ke permukaan dan menemukan Pangeran Jake, Cassie, dan
Marco terapung-apung, sedang menyelesaikan proses demorf mereka.
"Lumba-lumba!" kata Jake. "Ax, kau harus menggunakan morf
hiu macan-mu." "Tunggu!" kata Cassie. "Kita tak tahu makhluk apa yang ada di
laut ini, tapi menurut kaum Yeerk, hiu martil-lah yang paling
berbahaya, ya, kan" Itulah sebabnya mereka mau menciptakan
Pengendali-Hiu untuk digunakan di laut ini. Kita semua harus jadi
hiu." "Yeah, betul juga," kata Jake. "Oke. Hiu. Dan semuanya harus
saling memperhatikan yang lain. Kita sudah kehilangan dua orang.
Jangan sampai ada yang ketiga!"
Hiu, pikirku dan mulai menjalani morf itu.
Aku harus menjelaskan makhluk Bumi yang disebut hiu.
Mereka termasuk jenis ikan. Mereka bernapas dengan menyaring
oksigen dari air, menggunakan selaput tipis yang disebut insang.
Tapi ada banyak macam ikan di dalam laut Bumi. Hanya sedikit
yang disebut hiu. Beberapa spesies hiu adalah pemakan plankton.
Beberapa bertubuh kecil dan hanya memangsa ikan-ikan yang lebih
kecil. Tapi ada beberapa hiu yang masuk kategori "pemakan
manusia". Hiu-hiu itu mesin pembunuh. Kalau ada tubuh yang sesuai
dengan sifat dan kekejaman Yeerk, jawabannya adalah tubuh ikan hiu.
Hiu memiliki rahang besar yang kuat, berisi gigi runcing dan
tajam. Kulitnya dilapisi jutaan gigi yang sangat kecil, yang dapat
merobek kulit manusia. Hiu juga memiliki banyak indra yang masingmasing berguna
untuk satu hal: menemukan mangsa. Menemukan dan
membunuh mangsa. Penglihatan yang luar biasa. Indra penciuman yang luar biasa
yang dapat mendeteksi segenggam molekul darah yang larut dalam
miliaran liter air. Sensor medan listrik yang dapat merasakan energi
yang dikeluarkan oleh makhluk lain.
Jika seorang ilmuwan bermaksud mendesain pemangsa bawah
air yang paling berbahaya, semacam senjata biologis bawah air, dan
akhirnya ia menciptakan hiu martil, ia pasti akan sangat bangga
dengan karyanya. Aku merasakan diriku berubah menjadi hiu. Merasakan sirip
punggung yang seperti sabit tumbuh dari tulang belakangku.
Merasakan duri ekorku membelah untuk menjadi sirip ekor yang
tajam. Merasakan mata tandukku bergeser ke samping dan menjadi
kepala berbentuk palu godam. Merasakan indra baru muncul dalam
otakku. Merasakan gigi hiu - barisan gigi berbentuk segitiga.
Dan aku merasakan naluri hiu yang brutal dan kejam bergabung
dengan pikiranku. Aku menyentakkan ekorku dan berenang menembus air. Jake,
Cassie, dan Marco berenang di sampingku. Kuduga mereka juga
merasa kuat dan berkuasa saat itu. Dan akan tetap merasa kuat,
seandainya kami tidak dicekam kenyataan mengerikan: Kami
seharusnya berenam. Dan kini hanya ada empat hiu yang berenang di dalam laut
Planet Leera. Chapter 21
Suara bahasa-pikirannya merupakan campuran dari rasa takjub dan
kesedihan.
Benar. Daratan tadi mungkin tidak menarik, tapi samudra ini
benar-benar menakjubkan. Laut di Bumi berisi banyak makhluk yang
mengagumkan, tapi kebanyakan yang terlihat adalah air yang keruh
dan dasar laut yang berpasir.
Di laut ini airnya sejernih udara. Lebih jernih, malah. Sebab
atmosfer planet ini sangat lembap sehingga seolah-olah napasmu
beruap. Perairan ini benar-benar jernih. Dasar laut di bawah kami
sedalam dua belas meter, namun kami dapat melihat sampai sedetaildetailnya.
Dan betapa menakjubkan! Makhluk besar berbentuk Segitiga
yang melentur-lentur bagai layar berwarna putih dan kuning, memiliki
baling-baling biologis pada masing-masing sudutnya. Cacing atau ular
berwarna biru cerah, masing-masing sepanjang dua puluh meter,
berenang dalam kelompok-kelompok kecil. Makhluk aneh yang
mengambang naik-turun di dalam air dengan mengembuskan udara
dari lubang di bawah tubuhnya, begitu tipis sehingga hampir-hampir
tembus pandang. Sejenis ikan dengan tubuh seperti sekrup yang
bergerak maju berputar-putar seperti spiral.
Dan makhluk-makhluk ini tidak tersebar di sana-sini, melainkan
memenuhi semua tempat. Samudra Planet Leera adalah pesta yang
mengundang bermacam-macam bentuk kehidupan sebagai tamu.
Tersebar di seluruh dasar laut, terdapat cerobong-cerobong yang
terbentuk dari batu karang, dilapisi oleh makhluk-makhluk kecil yang
menggeliat-geliut. Indra hiu martil-ku dapat merasakan energi listrik
yang dipancarkan dari cerobong-cerobong tersebut, dan juga suhu
yang hangat. Segerombolan besar cacing biru berputar-putar mengelilingi
salah satu cerobong. Cerobong itu mengeluarkan pusaran air dan indra
hiu-ku dapat merasakan energi beralih dari cerobong ke tubuh cacing.
kesedihannya.
Hewan-hewan ini. Tumbuh-tumbuhan ini. Apa pun namanya!
Kuharap aku dapat mengenalnya lebih dalam lagi. Aku kenal salah
satu teman ibuku yang mempelajari sistem ketergantungan makhluk
hidup pada terumbu karang. Dia pasti rela memotong sebelah
lengannya untuk tinggal di sini selama satu jam!>
mengeluarkan bunyi 'puff!' seperti Rachel dan Tobias.>
Komentar itu menyadarkan kami. Meski kami sedang takut,
sedih, dan putus asa, kami tak mampu mengabaikan pemandangan
yang indah di sekitar kami.
Kami meluncur, dengan tampang mengerikan, melalui laut yang
tenang dan damai ini. Para Yeerk benar-benar cerdik dalam memilih
induk semang untuk mengendalikan samudra ini. Ke mana pun aku
melihat, tidak ada gigi taring maupun rahang penghancur. Marco
benar: di sini ada pemangsa. Dan pemangsa itu adalah kami. Lalu...
Aku berpaling. Ya, mereka terlihat seperti Leeran yang
mengawal Visser One waktu itu.
Tubuh mereka hampir seluruhnya berwarna kuning. Kulit
mereka mengilap, seolah dilapisi lendir, namun permukaannya benjolbenjol seperti
kerikil. Mereka memiliki kaki besar berselaput. Lengan
mereka berupa empat tentakel atau lengan gurita yang tersebar merata
mengelilingi tubuh mereka yang seperti gentong.
Kepala mereka cukup besar, dengan punuk pada tengkuk
mereka. Kepalanya terletak begitu saja di atas bahu mereka, tanpa
disambung oleh leher. Wajahnya maju ke depan dan hanya terdiri atas
dua bagian. Mulut yang besar dan lebar. Mata hijau yang besar dan
menonjol, yang seolah-olah disinari dari dalam.
Mereka berempat, sedang mengendarai roket bawah air. Roket
tersebut berupa silinder berbentuk langsing panjang, melebar di
bagian depan untuk membentuk sayap, dan di bagian belakang untuk
menjaga keseimbangan. Tersusun pada sayap belakangnya tabungtabung kecil yang
terbuka di bagian depan. Mereka telah melihat kami dan kini meluncur ke arah kami.
cengkeraman Yeerk.>
daripada peluru buatan manusia. Aku mengelak ke kiri. Terlambat!
Lembing itu menembus ekorku dan terus meluncur.
Dan tiba-tiba air bergolak oleh selusin lembing yang
diluncurkan dari sayap belakang roket.
Wuss! Wuss! Wuss! Kali ini kami telah siap. Tapi masih kurang gesit. Sebatang
lembing mengenai sisiku dan tertancap di sana. Pangeran Jake berhasil
mengelak, tetapi sirip Cassie terus-menerus tertembus lembing. Marco
terkena dua kali. Darah hiu menggelegak di perairan ini.
Animorphs - 18 Petualangan Di Planet Leera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Para Pengendali-Leeran tertawa.
Visser Four!>
Tiga dari kami terluka. Tapi tak ada yang mati. Lembinglembing tersebut memang
cepat, tapi sangat tipis. Pasti sangat fatal
bagi Leeran atau makhluk mana pun di samudra yang penuh damai
ini. Tapi kami hanya-terluka. Tidak sampai cacat.
Mereka melotot dengan mata mereka yang besar.
satu Leeran berujar. Ia terdengar seperti anak kecil lagi ngambek.
Pangeran Jake.
tanya Marco.
Chapter 22 KAMI meluncur menuju para Pengendali-Leeran. Hiu sangat
gesit dalam renang jarak pendek. Terlalu gesit bagi Yeerk yang
terkejut, hingga mereka tak sempat bereaksi.
Mereka mencoba membalik arah roket. Mereka masih berusaha
ketika diserbu empat orang nekat dalam wujud hiu.
Kaum Andalite paham tentang pertandingan ekor. Tapi, ada hal
yang sangat pribadi dalam perkelahian dengan mulut. Kau harus
berada dekat sekali. Kau harus membaui dan merasakan dan
menyentuh musuhmu. Kami menyerang dengan rahang terbuka. Kami menyerang, dan
segera para Pengendali-Leeran itu meninggalkan roket-air dan
mencoba kabur. Mereka menyentakkan kaki belakang mereka yang besar,
namun mereka terlalu lamban. Dengan menggunakan kemampuan
membaca pikiran, mereka dapat merasakan amarah kami. Pastilah
sangat mengerikan bagi mereka.
Aku tak peduli. Tapi kemudian... aku terguncang. Aku mendapat penglihatan
supranatural yang sangat kuat. Penglihatan tentang sesosok makhuk
yang sedang menjerit dalam keputusasaan, kesakitan, dan hampir tak
punya harapan. Salah satu Leeran berhasil meloloskan permintaan tolong ini.
Yeerk dalam kepalanya sedang sibuk mencoba menyelamatkan diri,
dan Leeran yang asli mengambil kesempatan untuk mengirimkan
penglihatan itu ke otakku.
Gambaran yang muncul dalam kepalaku begitu menyeramkan
dan menjijikkan. Tapi aku tahu itu benar.
kepalanya sadar apa yang sedang kulakukan, tapi ketika ia mencoba
mengelak aku menamparnya dengan ekorku, sehingga membuatnya
pusing. Kubuka mulutku, lalu kugigit punuk di belakang kepala mereka.
Tapi yang paling mengejutkan adalah melihat Yeerk itu sendiri.
Ia terenggut dari kepala Leeran. Yeerk itu menggeliat-geliat tak
berdaya dalam air laut yang asin.
kataku.
Tidak, terdengar suara aneh. Sebaliknya itu malah akan
membebaskan kami! Sekarang cuma kami berempat melawan tiga Leeran yang
tersisa. Terjadi pertarungan yang cepat namun brutal. Tiga Yeerk Iagi
terenggut dari kepala Leeran dan kini mereka meliuk-liuk, benarbenar berada
dalam lingkungan yang berbahaya dengan kadar garam
yang mematikan. Terima kasih! kata Leeran itu. Ini bukan bahasa-pikiran yang
biasa. Ini jauh lebih dalam. Pikiran-pikiran, ide-ide, dan gambarangambaran yang
muncul dalam kepala kami yang kemudian kami
terjemahkan dalam kata-kata kami sendiri.
menumbuhkan kembali sebagian besar organ tubuh kami kalau putus.
Memang butuh waktu dan kami akan menjadi lemah, tapi ada guagua di sekitar sini
yang dapat kami gunakan untuk beristirahat dan
bersembunyi. Terima kasih! Terima kasih!
Aku telah mengalami banyak kejadian aneh. Tapi empat
makhluk asing berwarna kuning dengan separo kepala hilang,
mengucapkan terima kasih kepada kami, pastilah merupakan salah
satu yang paling aneh.
Jake.
Memang akan sangat sulit mencapainya. Dalam beberapa bulan
terakhir ini para Yeerk telah berhasil menangkap banyak anggota
bangsa kami dan menjadikan mereka Pengendali. Banyak Pengendali
di antara tempat ini dan Kota Cacing. Kalian memang kuat, namun
jika ada satu saja Pengendali-Leeran yang dapat mendekati kalian,
rahasia kalian akan terbongkar.
Pangeran Jake.
Ya! seru si Leeran. Ya, pakai wujud kami. Pakai roket-air
kami. Selama kalian berada cukup jauh dari Leeran lain, kalian akan
aman dari sensor pikiran.
Cassie berkata,
Ya! salah satu Leeran menjawab sambil membaca pikirannya.
Kalian enggan mengambil DNA makhluk berakal budi. Kalian
menghargai kebebasan kami. Tapi kami mengizinkan kalian
menggunakannya. Kami telah membaca pikiran Aximili, sang
Andalite. Kami tahu apa yang ia curigai, dan kami tahu di antara kaum
Andalite sekalipun terdapat pengkhianat. Maka teman-temanku,
gunakan DNA kami dan bantulah perjuangan kami untuk merdeka
dari kaum Yeerk. Kami naik ke permukaan. Aku morf dari wujud hiuku. Begitu
pula para manusia. Kami mengapung-apung, naik-turun, sesuai irama
ombak Planet Leera. Matahari masih berada di horizon, baru saja
menampakkan diri untuk mengawali hari yang baru. Sinarnya
menyebabkan air di sekitar kami berwarna kuning keemasan.
Aku mengulurkan tanganku dan menyentuh kulit Leeran yang
kuning dan berlendir. Di mana samudra berpadu dengan cakrawala, Andalite,
manusia, dan Leeran bergabung untuk bersatu, Leeran yang kusadap
berujar. Masing-masing dengan kekurangannya, masing-masing
dengan kelebihannya. Hal itu menyentuh perasaanku, walau seaneh apapun
pemandangan ini di mata makhluk lain. Manusia dan Andalite
bergelimang air laut di samping "kodok supranatural berwarna
kuning", menurut istilah Marco. Tiga spesies dalam sebuah dunia
yang telah jatuh ke tangan Yeerk. Mungkin kami terlihat menggelikan
bagi Yeerk mana pun yang kebetulan melihat.
kataku.
Marco-lah yang mengucapkannya. Mungkin kau dapat mengerti
mengapa aku menyukai manusia walaupun mereka memiliki
keanehan-keanehan. Dan aku mulai menyukai makhluk Leeran.
Kami melepas keempat Leeran itu pergi ke gua bawah air, guna
menyembuhkan luka-luka mereka.
Dan kami mulai berubah bentuk menjadi wujud paling aneh
yang pernah kami miliki. Fisiknya memang aneh, tapi tidak seaneh
beberapa hewan Bumi yang pernah kutiru. Kaki berselaput yang kuat,
empat tentakel yang meliuk-liuk, dan kepala tanpa leher ini hampir
terasa normal dibandingkan dengan morf lalat atau kecoak.
Tapi indra baru inilah yang menakjubkan: indra pembaca
pikiran. Bukan berarti aku dapat membaca semua pikiran dalam otak
Pangeran Jake dan Cassie dan Marco. Tapi aku tahu cukup banyak
rahasia mereka sehingga aku jadi malu terhadap mereka. Dan tentu
saja, juga malu terhadap diriku sendiri. Sebab semua rahasiaku,
segala pendapatku, dan segenap kepura-puraanku, terbuka bagi
mereka. Aku dapat melihat jelas harapau Marco untuk mendapat berita
tentang ibunya, Visser One. Ia ingin tahu apakah ibunya berada di
sini, di planet ini, seandainya Visser One selamat dari pertemuan kami
yang terakhir. Aku dapat merasakan beban tanggung jawab yang menindih
Pangeran Jake. Caranya menganalisis berbagai hal dalam pikirannya,
memikirkannya berulang kali. Mencoba memahami apa yang telah
terjadi pada Tobias dan Rachel. Berusaha setengah mati mencari cara
untuk melindungi kami yang tersisa.
Dan aku dapat merasakan pikiran Cassie selagi ia menangisi
Rachel dan Tobias. Selagi ia bertanya-tanya apakah kami sedang
melakukan hal yang benar dengan menggunakan morf makhluk
berakal budi. Selagi ia bergumul dengan perasaan hampa yang muncul
sehabis tiap pertempuran.
pikiran yang asli.>
cepat.
mengatasinya. Jadi mungkin saja...>
Lalu, satu demi satu kurasakan pikiran mereka menutup. Dan
aku pun menutup pikiranku sendiri.
Tiba-tiba aku merasakan kesepian yang amat sangat ketika kami
menaiki roket-air tersebut dan meluncur dalam laut yang penuh
kehidupan ini. Benar-benar kesepian.
Tapi menurutku semua spesies akan merasa lebih nyaman kalau
hak privasi mereka dihargai. Dan bagi manusia, dan Andalite, rahasia
dan dusta dan perasaan sendirian merupakan hal yang alami.
Chapter 23 KAMI melewati barisan Pengendali-Leeran yang ditempatkan
dalam jarak cukup jauh satu sama lain. Mereka mengawal garis
perbatasan Kota Cacing. Tak ada yang menghampiri kami. Kami
sedang mengendarai roket-air ciptaan Yeerk, dan kami tetap menjaga
jarak sehingga tak ada yang mampu membaca pikiran kami.
Kota Leeran itu menjulang dari dasar laut seperti menara. Besar
garis tengahnya di bagian dasar sekitar seratus lima puluh meter.
Bentuknya yang kerucut membuat garis tengahnya semakin kecil,
menjadi sepuluh meter di bagian puncak. Puncaknya hampir
menyentuh permukaan air, sampai pada batas antara air dan udara. Di
puncaknya terdapat baling-baling yang mengisap air dan
mengeluarkan zat-zat buangan dari seluruh pelosok kota.
Kota itu sendiri melanggar semua hukum fisika, setidaknya
sejauh pengetahuan Andalite dan manusia. Kami biasa bergerak dalam
dua dimensi, kiri-kanan, atau maju-mundur. Tapi di dalam air, naikturun sama
saja seperti kiri-kanan.
biru dan hijau dan ungu, dalam sapuan-sapuan warna yang tak
beraturan. Di mana-mana terdapat lubang. Makhluk-makhluk Leeran
melintas keluar-masuk lubang dan mengelilingi menara, tiga puluh
meter di atas kami, enam meter di bawah kami, di mana-mana.
Dan bagai topan tornado dalam gerak lambat, cacing-cacing
biru yang panjang itu berenang-renang mengelilingi Kota Cacing.
Mereka membentuk lingkaran-lingkaran yang menyeramkan bagai
kabut di puncak gunung. Bahkan sebagai pendatang, kami dapat merasakan adanya
suasana tegang. Ada senjata-senjata yang mencuat dari sejumlah besar
jendela. Dan diparkir pada dasar menara, dua kendaraan yang pernah
kulihat hanya dalam foto: kapal selam Andalite.
Jake, sambil menatap kapal-kapal selam itu.
Kami berenang ke arah kapal-kapal selam itu. Sementara kami
mendekat, kami melihat sejenis terowongan transparan telah dibangun
antara kapal selam dengan kota itu,
Pejuang-pejuang Andalite bergegas-gegas melewati terowongan
itu untuk melakukan tugasnya, ekor mereka terangkat dan siap
bertempur. Kami turun, menyerap udara dari molekul-molekul air dengan
kulit Leeran kami. Kami terus turun, menunggu serangan yang dapat
pecah setiap saat. Tapi kami terus melewati puluhan Leeran yang
tidak berbuat apa-apa untuk menghentikan kami.
Jake. Dan anehnya, muncul jawaban atas dugaan kami itu. Ada
sejenis penglihatan yang mengisi pikiranku: sejenis panah yang
menunjukkan lubang mana yang harus kami masuki.
Kami memasuki kota itu melalui salah satu jendela. Aku tak
tahu apa yang ingin kutemukan di dalam, tapi yang pasti bukan yang
kulihat berikutnya. Menara itu ternyata cuma kerak pelindung. Di
dalamnya ada tujuh atau delapan, atau mungkin lebih, gelembunggelembung
transparan raksasa yang mengambang. Dalam masingmasing gelembung ada tingkattingkat sebanyak dua belas lantai atau
lebih. Terdapat lubang pintu masuk pada bagian dasar gelembunggelembung itu.
Beberapa terisi air. Yang lainnya berisi udara. Yang
lainnya lagi berisi campuran air dan udara, berbeda pada masingmasing tingkat.
Semuanya berisi makhluk Leeran yang sedang
bekerja, tidur, atau berekreasi. Dan salah satu gelembung, yang
sebagian besar berisi udara, memiliki dua lusin Andalite pada satu
lantai. Kami memasuki gelembung itu dari bawah dan akhirnya
muncul di permukaan air. Kami naik ke lantai. Dua prajurit Andalite
sedang menunggu.
Animorphs - 18 Petualangan Di Planet Leera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memberitahu siapa kalian. Komandan Galuit sudah menunggu.>
Kami kembali ke wujud semula. Benar-benar lega bisa menjadi
Andalite lagi. Tapi aku khawatir. Tegang. Aku telah bersumpah pada
Pangeran Jake bahwa hanya dialah yang boleh memutuskan perintah
siapa yang harus kuturuti. Waktu itu terasa gampang sekali
mengucapkannya. Namun kini kami akan menghadap Galuit!
Bayangan diriku menolak perintahnya... membuatku sesak napas.
Kami bergegas masuk ke ruangan tempat Galuit berada. Hanya
saja ia tidak sedang menunggu. Ia bergegas maju menyambut kami. la
dilindungi tiga pengawal Andalite bertubuh kekar, dan ditemani
ajudannya, makhluk Andalite yang telah kehilangan satu mata tanduk
dan rusak sebelah wajahnya akibat perang.
memperkenalkan dirinya.
keberadaanmu di Bumi. Juga kakakmu Elfangor. Aku kecewa
terhadap Elfangor. Walaupun begitu, demi galaksi, kakakmu benarbenar pejuang
hebat! Aku tak tahu bagaimana kau bisa berada di sini
bersama teman-teman manusiamu, tapi ini sebuah nasib mujur! Kami
membutuhkanmu.> Aku hampir pingsan mendengar ucapannya. Pertama-tama,
karena Galuit telah mengetahui siapa diriku. Seolah-olah aku anak
manusia yang duduk di rumah di samping telepon, dan tiba-tiba
telepon itu berdering dan kudapati diriku berbicara dengan pemimpin
Angkatan Bersenjata. Kedua, karena Galuit membutuhkan aku. Aku" Nggak salah
nih"
Kata-kata ini membuatnya beku. Para penjaga semua
memandang Pangeran Jake dengan ragu. Lalu memandangku.
Kemudian menatap Cassie dan Marco seolah-olah keduanya bisa
memberi penjelasan.
Galuit terlihat ingin menyabetkan ekornya kepadaku. Tapi
kemudian ia mengangguk.
Galuit berpaling untuk bicara dengan Pangeran Jake.
akankah itu merugikan pasukan Yeerk">
pukulan balik yang telak bagi Yeerk.>
Galuit terlihat heran. Bahkan mungkin terkesan. Dalam bahasapikiran pribadi ia
berbisik kepadaku,
dengan alasannya. Memang persis seperti yang kuduga. Alasan mengapa kami
telah meninggalkan daratan dan masuk ke dalam laut. Alasan
mengapa aku tidak boleh tertangkap oleh Yeerk: itu adalah jebakan.
Jebakan bagi Yeerk.
kata Galuit.
bom kuantum di seluruh benua. Rencana kami adalah menunggu
semua pasukan Yeerk di orbit mendarat di atas benua, lalu
meledakkan bom-bom tersebut.>
Aku mengangguk.
Pangeran Jake melirikku, lalu mengangkat sebelah alisnya. Itu
bukan ekspresi kemarahan, sejauh pengetahuanku. Tapi pandangan
menyalahkan. Kami telah masuk ke dalam salah satu kapal selam dan sedang
melaju dengan kecepatan maksimal ke pantai selatan benua.
seharusnya dapat bertahan lebih lama lagi. Merekalah yang harus
mengaktifkan bom tersebut. Ternyata tombol untuk mengaktifkannya
tak pernah ditekan. Kami sudah berjam-jam mengirimkan sinyal radio
untuk mengaktifkannya. Tapi sudah lewat waktunya dan tak terjadi
apa-apa. Dan sebentar lagi Yeerk akan dapat menangkap frekuensi itu
dan mengetahui rencana kami. Maka tombol itu harus ditekan
sekarang, atau tidak sama sekali.>
Aku ragu sesaat. Haruskah aku memberitahu Galuit alasan
mengapa pasukan kami cepat mengundurkan diri" Aku menarik napas
panjang.
Galuit memutar mata tanduknya, menatapku.
Dia dibunuh oleh Perwira Taktik Harelin. Setelah jelas Ascalin tak
dapat lolos, Perwira Taktik Harelin memutuskan untuk menembakkan
semua senjata ke arah Yeerk. Gelombang kejutnya meledakkan
pesawat. Tak ada yang selamat. Kecuali kami dan dua teman kami
yang telah menghilang.>
Aku melihat Galuit mengerut. Tiba-tiba ia terlihat sangat tua.
Sangat lemah. "Mengapa harus kami?" tanya Marco. "Mengapa Anda
membutuhkan kami untuk pergi dan menyalakan tombol itu?"
telah menyadap DNA makhluk lain. Dan mereka biasanya berasal dari
kalangan ilmuwan, atau mata-mata. Tapi kalian berempat mungkin
mampu menembus pertahanan Yeerk.>
Tiba-tiba ia terlihat bingung. Matanya bergerak ke kiri dan ke
kanan.
Seolah-olah sebatang tombak menusuk jantungku. Pangeran
Jake masih ada. Begitu juga Cassie. Tapi Marco...
"Marco!" teriak Pangeran Jake.
"Marco! Marco!"
Galuit menyerukan pengumuman yang dapat terdengar di
seluruh kapal.
"Mustahil!" jerit Cassie, matanya berkaca-kaca. "Apa yang
sedang terjadi" Satu demi satu kami menghilang."
Rasa dingin merayapi punggungku. Aku kasihan terhadap
Marco dan yang lainnya. Benar-benar kasihan. Tapi kini aku takut.
Tak perlu analisis dalam-dalam untuk menyadari akhirnya kami
semua akan lenyap. Memang menegangkan kalau kita sedang menghadapi musuh.
Tapi lebih tegang lagi kalau kita menunggu tanpa daya munculnya
sejenis kekuatan tak kasat mata untuk... menghapus diri kita begitu
saja. Kapal selam ini meluncur melalui samudra Planet Leera yang
jernih. Tapi tak ada waktu untuk menikmati pemandangan. Pangeran
Jake, Cassie, dan aku dikerumuni makhluk-makhluk Andalite. Kami
diperiksa silang oleh sang ilmuwan kapal. Di sela-sela pertanyaannya,
kami juga ditanyai oleh Galuit dan perwira mata-mata.
Benar-benar menyiksa. Tapi setidaknya itu mengalihkan
pikiranku dari penantian yang mengerikan..: menanti salah satu dari
kami lenyap. ?"?""L"W"S."?OG?"OT."?M
Dan akhirnya, setelah satu jam, Galuit menghentikannya.
asumsimu.>
menarik mereka kembali ke Zero-space. Bahkan menarik mereka
sampai ke Bumi. Tapi dugaan saya adalah: apa yang terjadi ini
merupakan sejenis efek elastis. Mereka terentang melalui Zero-space
dan kembali ke angkasa normal dekat Planet Leera, tapi sejumlah
kecil massa tubuh mereka masih ada di Bumi. Tubuh tersebut
mungkin berfungsi sebagai jangkar.>
"Kami berada di semacam karet gelang Zero-space raksasa?"
tanya Pangeran Jake. "Selama ini terentang jauh, dan sekarang mulai
menjeblak kembali?"
dimaksud dengan karet gelang.
"Mungkin langsung ke Bumi, yang artinya Rachel dan Tobias
dan Marco masih hidup," kata Cassie. "Atau hanya ke Zero-space.
Yang artinya..."
akan lenyap.> Galuit berkata,
Pangeran Jake mengangkat bahu. "Dalam situasi seperti ini,
kayaknya tidak ada ruginya kalau kami tetap melakukannya."
Chapter 25 KAMI sedang diberi pengarahan oleh salah satu anak buah
Galuit.
Planet Leera ini, kegiatan gunung berapi di masa lampau telah
menciptakan banyak gelembung-gelembung besar yang terdapat di
lapisan batu di bawah permukaan tanah. Karena lapisan batu tersebut
mengandung banyak mineral fosfor dan makhluk hidup, maka di
dalam lubang-lubang ini ada cahaya, dan karena itu juga ada
kehidupan.> "Kehidupan dalam bentuk apa?" tanya Cassie. Bahkan pada saat
genting ini, ia masih tertarik pada makhluk hidup.
cara: Dari permukaan dengan menggali lapisan batu ke bawah
sedalam beberapa meter. Atau bergerak di bawah air, menyusuri
sungai, masuk ke dalam gua bawah air, melalui terowongan yang
tanpa cahaya sama sekali, dan akhirnya muncul di "lubang terang".>
Pangeran Jake menarik napas panjang. Cassie menarik napas
panjang. Aku menarik napas panjang. Kami bertiga saling pandang.
Galuit berkata,
menggunakan pelokasian gema untuk mematuk apa pun yang masuk.
Ular-ular ini bergelantungan pada langit-langit dan dinding gua. Tapi
begitu kalian mencapai "lubang terang", kalian akan aman. Kecuali,
tentu saja, bila para Yeerk telah menemukannya.>
"Apa belum terlambat untuk berubah pikiran?" tanya Pangeran
Jake. Galuit terlihat prihatin.
benar-benar diinginkan.>
"Apa yang membuatmu yakin aku cuma pura-pura?" gumam
Pangeran Jake.
Kapal selam itu membawa kami ke mulut sungai. Sejauh itulah
yang dapat kami capai tanpa terlihat musuh.
"Aku tahu samudra di sini berair asin, seperti di Bumi," kata
Cassie. "Tapi bagaimana dengan sungainya?"
berkata. Cassie menggelengkan kepala. "Hiu martil adalah ikan air asin.
Aku tak tahu bagaimana daya tahan mereka dalam air tawar. Benarbenar tidak tahu.
Tapi itu morf terbaik saat ini untuk bergerak cepat
dan bertempur."
bisa disepadankan dengan ekor.>
"Bahu," sahut Cassie.
"Asal tak ada paksaan saja," tambah Pangeran Jake.
"Dengan sedikit nuansa takut," ujar Pangeran Jake. Tapi lalu ia
tertawa. Lima menit kemudian, kami berada di sungai, berenang
melawan arus, sirip punggung kami membelah permukaan air.
Kami bergegas maju. Melalui air yang agak keruh itu, kami
dapat melihat mereka. Dua amfibi kuning yang memiliki lengan
gurita. Amfibi dengan indra keenam.
Segera setelah kami berada dalam jangkauan sensor psikis
mereka, para Leeran tersebut sadar siapa kami. Mereka berbalik dan
berenang menjauh seakan nyawa mereka tergantung pada tindakan itu.
Mereka menuju tepi sungai. Mencoba keluar dari air, keluar
dari jangkauan kami. Mereka tidak memiliki roket-air, hanya berenang
dengan menggunakan tubuh alami mereka.
Kami lebih gesit, tapi tepi sungai sudah dekat, sudah makin
dekat! Airnya jadi dangkal. Tak lebih dari dua meter dalamnya. Satu
Animorphs - 18 Petualangan Di Planet Leera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meter! Para Leeran itu menendang-nendang lumpur, mengaburkan
penglihatan kami, tapi kini indra hiuku dapat merasakan medan listrik
makhluk itu. Dalam keadaan buta, aku menyeret perutku di atas lumpur, lalu
menyerang. Rahangku mengatup. Aku menjepit dan menguncinya dan
bergumul untuk menarik makhluk itu kembali masuk ke air.
Tapi kemudian, melalui permukaan sungai yang bergejolak,
terlihat sosok Hork-Bajir yang besar. Dua, eh, empat Hork-Bajir!
Mereka menjejak masuk ke air. Aku mundur. Aku mencoba berbalik
sementara si Leeran terus melawanku.
Lalu aku mendengar seruan si Leeran kepada si Hork-Bajir.
Ada bom! Seluruh benua ini akan meledak. Ada tombol utamanya.
"Lubang terang!" Tombolnya terletak di...
Aku menggigit lebih keras lagi. Rasa sakit itu menghentikan
ucapannya. Sebilah mata pisau Hork-Bajir menembus air. Melukai
tubuhku, tapi tidak dalam.
Aku melepaskan si Leeran, menyentak kepalaku ke kanan, lalu
menggigit kaki Hork-Bajir terdekat dengan sekuat tenaga. Aku
mendengar raungan kesakitan.
Si Leeran berjuang melarikan diri. Masih setengah buta, aku
menyambarnya. Si Hork-Bajir telah mundur. Dan kini aku menyeret si
Pengendali-Leeran ke air yang dalam.
menggigit punuk di belakang kepalanya sampai putus. Yeerk-nya
keluar.
Sejak saat ini. Terima kasih, sahabat Andalite-ku! Cepat!
Cepat! Para Yeerk menyadari tujuan kalian sekarang! Cepat!
Aku kembali berenang menuju hulu sungai. Cassie dan Jake
bergabung denganku. Mereka punya pertempuran sendiri-sendiri di
dalam air yang dangkal dan berlumpur itu.
Berapa waktu yang dibutuhkan untuk menemukan "lubang terang"
yang tepat" Entahlah. Kita harus bergegas. Nasib planet ini
bergantung pada kita.>
Chapter 26
Cassie.
Jake. Kami menyelam ke arah mulut gua itu. Dasar sungai naik
perlahan-lahan dan kami berenang dalam kegelapan, ketakutan, dan
ketergesaan. Tiba-tiba aku merasakan moncongku menembus permukaan air.
Ada udara!
Tak ada jawaban.
lenyap sebelum mencapai tombol itu.>
Suaranya mewakili perasaanku. Seolah-olah ia tak dapat
bernapas. Seolah-olah ia tak dapat menghentikan jantungnya yang
berdebar-debar.
Jake.
"pangeran" ini.> Ia berhenti sebentar, lalu menyambung,
Tepat pada saat itu ia berubah menjadi hampir sepenuhnya
manusia dan kehilangan kemampuan bahasa-pikirannya. Aku muncul
di permukaan sebagai Andalite, berdiri dalam gua yang dingin dan
benar-benar gelap, dengan arus air di sekeliling kakiku.
"Kelelawar," kata Pangeran Jake. Suara-mulutnya agak
bergema. Aku memusatkan pikiran pada bentuk kelelawar. Aku
merasakan tubuhku menyusut, walau tak ada benda yang dapat dilihat
untuk dijadikan perbandingan. Tapi aku nyaris merasakan embusan
angin yang naik sementara aku menciut dari tinggi badanku yang asli
menjadi tinggi kelelawar yang hanya beberapa belas senti saja.
Kami menembakkan rentetan suara itu dan melihat gambaran
gua yang samar-samar, yang membentang ke segala arah, jauh lebih
luas daripada yang dapat dipantulkan suara ultrasonik kami.
Kami membentangkan sayap, mengepakkannya, dan bergegas
maju dalam kecepatan maksimal.
kecepatan sayap kami. Melewati bebatuan yang menonjol dan
stalaktit-stalaktit, membelok pada setiap tikungan ke samping, naik
pada tiap tikungan ke atas, dan turun pada setiap tikungan ke bawah.
Semuanya mengurangi ketajaman garis pada bayangan di otak kami.
Bayangan yang digambar oleh gema suara.
Belok satu tikungan tajam lagi, dan tiba-tiba...
Berondongan suara! Hiruk-pikuk cicitan ultrasonik dan
gemanya.
Gema suara kami menggambarkan mereka dalam garis-garis
yang meliuk-liuk, yang menggantung dari langit-langit gua yang
rendah, dan menjangkau ke samping dari tembok gua. Jumlahnya
ribuan! Jutaan! Semuanya menembakkan suara ultrasonik,
mengacaukan dan mengaburkan gema suara kami.
Tiba-tiba, karena kekacauan tersebut, gambaran dalam kepala
kami menjadi bergeser-geser. Garis-garis menjadi tidak rata. Garisgaris tepi
sebuah benda menjadi meliuk-liuk tak jelas.
Benar-benar mimpi buruk! Ular-ular maut memenuhi semua
tempat. Meski bingung dan kehilangan arah, kami tetap maju,
mengepakkan sayap yang makin tercabik-cabik setiap kali seekor ular
menggigitnya. Aku kehilangan kemampuan bereaksi. Kehilangan kecepatan.
Aku bahkan telah kehilangan penglihatan. Aku kehilangan Pangeran
Jake. Aku tak dapat lagi membedakan antara atas dan bawah. Aku
berputar-putar, mengepak-ngepak sekuat tenaga, takut dan
kebingungan. Tersesat! Tersesat dalam kegelapan yang menggeliatgeliut.
Lalu, wusss! Aku terlepas dari ular-ular tersebut. Dinding
terowongan itu telah melebar. Langit-langit terowongan yang rendah
sudah tidak ada. Dan cahayanya! Cahaya yang menyegarkan mata
bersinar di sekelilingku.
Aku berada dalam "lubang terang".
Aku melayang naik dengan sayap robek-robek. Naik menuju
udara yang lembap. Di mana-mana terlihat bunga-bunga dan
tumbuhan lain, dengan warna-warna yang tak masuk akal, tumbuh
subur dari dinding lubang itu.
Tapi tak ada jawaban. Dan tiba-tiba saja, aku sendirian.
Chapter 27 AKU mendarat pada seberkas jamur atau lumut atau apa pun
yang berwarna jingga manyala. Dan mulai demorf.
Beberapa menit kemudian aku sudah berdiri sendirian, sesosok
Andalite yang berada dalam dunia bawah tanah yang aneh.
"Lubang terang" itu panjangnya sekitar seratus lima puluh
meter dan lebarnya sekitar delapan puluh meter. Atapnya sekitar tiga
puluh meter di atas kepalaku. Ukurannya sangat besar untuk sebuah
lubang di bawah tanah. Tapi bagiku terasa kecil sekali.
Tak ada hujan yang pernah jatuh di sini. Tak ada matahari yang
pernah menyinari tempat ini. Satu-satunya cahaya berasal dari sinar
hijau yang dipancarkan dinding-dinding gua tersebut. Sinar yang tak
pernah bertambah terang maupun bertambah redup.
Tempat ini hidup, namun terasa mati. Sebuah keajaiban alam,
tapi juga merupakan tempat yang menyeramkan dan menghancurkan
harapan. Di tengah-tengah tempat ini terdapat satu-satunya benda yang
tidak diciptakan oleh alam: silinder setinggi satu setengah meter dan
bergaris tengah tiga puluh sentimeter. Di sisinya terdapat panel
kontrol, dengan angka-angka yang bersinar kebiruan. Tepat berada di
tempat yang dikatakan Galuit, di tempat agen rahasia Andalite telah
meninggalkannya. Aku melihat berkeliling dengan waspada. Tapi aku tidak
melihat Hork-Bajir atau Taxxon atau Gedd. Hanya tumbuh-tumbuhan
aneh dalam tempat yang aneh.
Aku mengembuskan napas, mencoba melepaskan ketegangan.
kataku. Aku mulai melangkah ke arah tabung silinder itu. Tapi
permukaan tanahnya kasar dan bergelombang, dilapisi lumut dan
jamur dan bunga-bunga menyeramkan. Tak ada jalan setapak di sini.
Akhirnya aku terpaksa melangkah dengan hati-hati, hanya
mampu bergegas bila aku sudah yakin akan langkah berikutnya.
BOOOMMM!!! Sebuah ledakan mengguncang tempat ini. Getarannya,
terkungkung dalam lubang ini, menyebabkan aku terguling dan tuli
sesaat. Muncul cahaya yang membutakan!
Batu-batu runtuh. Sebuah lubang telah terbentuk di atas "lubang terang". Matahari
Planet Leera menjatuhkan sinarnya berupa seberkas cahaya berbentuk
silinder. Dan turun, turun melalui silinder cahaya tersebut, makhlukmakhluk Hork-Bajir
berjatuhan. Jatuhnya mereka ditahan oleh roket-roket kecil pada kaki dan
ekor mereka. Roket-roket itu menyala merah. Dua, tiga, lalu selusin
Hork-Bajir jatuh dalam gerak lambat sambil mengokang pistol Dracon
mereka. Mereka meneliti keadaan di sekeliling sambil meluncur turun,
mencari silinder itu. Dan mencariku.
Aku lari. Aku tak peduli apakah aku akan tersandung dan
kakiku akan patah. Aku berlari, melompat, jatuh, dan bangun kembali.
Ini lomba adu cepat antara para Hork-Bajir dan aku.
Tseeewww! Zzzzaaaappp! Sinar Dracon menyerangku, nyaris kena, dan menyebabkan
sebatang tanaman kol biru berubah menjadi asap, hanya beberapa
belas senti dariku! Tiba-tiba, tanpa sengaja tanganku menyentuh logam yang
dingin. Kodenya! Berapa nomor kodenya"
Jemariku mengetikkan nomor kodenya.
Tssseeewww! Tseeewww! "Het gafrash nur!" teriak si Hork-Bajir.
Tsseeewww!
tembakan sinar Dracon. Kodenya! Nomor kodenya! Aku sudah meng-enter nomornya!
Tapi betulkah" Apakah aku masih ingat" Lalu...
terdengar.
Aku lemas, bersandar pada silinder itu. Galuit mengatakan
begitu mereka mendapat kepastian bahwa kami telah mengaktifkan
sistem tersebut, mereka akan menunggu setengah jam lagi agar kami
berhasil lolos. Setengah jam itu terlalu lama. Para Yeerk akan mampu
menjinakkan bom ini dalam waktu kurang dari itu.
Sesosok Hork-Bajir yang besar mendarat tepat di depanku.
Aku menekan tombol alat komunikasi yang terpasang pada
silinder itu.
"Andalite filshig!" Yeerk yang berada di dalam tubuh HorkBajir itu berteriak.
Aku tenang-tenang saja. Aneh sekali, ternyata aku bisa tetap
tenang.
peringatan. "Matikan senjata itu!" serdadu Hork-Bajir itu berteriak, beralih
ke bahasa Galard, bahasa antar-bintang dalam galaksi.
"Kau yang mati duluan, sampah Andalite!"
wajahku.
mengambang diam di udara ketika sang waktu membeku. Aku
mendengar bunyi "pop!".
Dan tiba-tiba aku sudah tidak ada di sana lagi.
Chapter 28 AKU merasakan kulit manusia yang hangat di bawah keenam
kakiku.
kembali. Semua! Dan semuanya pada waktu yang persis sama.
Kami berada dalam kamar rumah sakit, dikelilingi para
Animorphs - 18 Petualangan Di Planet Leera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pengendali-Manusia yang sedang sibuk menembakkan senjata-senjata
manusia dari jendela ke arah semak-semak di bawah. Mereka masih
mencoba membunuh si Andalite.
Membunuh diriku. Tapi itu bukanlah masalah terbesar. Sebab tepat pada saat itu,
selagi aku duduk di atas kulit manusia yang bergetar-getar, dikelilingi
bulu-bulu raksasa, sebuah benda yang besarnya selangit jatuh ke
arahku.
Aku mengepakkan sayapku. Benda itu, lima jari yang masing-masing sebesar pohon, turun
menepuk tubuhku. "Ow!" seru Hewlett Aldershot Ketiga, ketika ia menepuk
tempat aku baru saja sibuk menggigitnya. "Ow!" katanya lagi.
"Manusia itu! Dia bangun!" salah satu Pengendali-Manusia
berkata. "Seharusnya dia belum bangun!" keluh yang lain. "Dia masih
koma!" "Apa yang harus kita lakukan?"
"Sang Visser akan membunuh kita!"
"Polisi sedang menuju kemari. Kita tak boleh tertangkap!"
"Lari! Lari!" "Apa yang harus kita lakukan dengan manusia ini?"
"Kita tak diberi perintah."
"Lari!" seseorang berseru sekali lagi. Dan kali ini, yang lainnya
setuju. Terdengar gemuruh menggelegar ketika para PengendaliManusia itu dengan panik
berlomba keluar ruangan. Beberapa saat kemudian, seorang perawat yang ketakutan
masuk. "Mr. Aldershot! Anda... Anda sudah sadar."
"Tentu saja aku sadar," ujarnya. "Suster, tahukah Anda bahwa
ruangan ini penuh nyamuk?"
Chapter 29 "TUNGGU sebentar," kata Rachel. "Kita terlontar kembali ke
sini melalui Zero-space, satu per satu, pada saat yang berbeda-beda.
Tapi ketika kita muncul di sini, kita semua tiba pada saat yang sama"
Dan tak ada saat-saat yang terlewat?"
Aku menganggukkan kepala manusiaku. Kami sedang berada di
mall. Tempat manusia menjual makanan-makanan yang menakjubkan.
Aku sedang dalam wujud manusia. Bertindak sebagai manusia
normal. "Tentu saja, Rachel. Ten-ttu saja. Saj-ja. Kita tiba pada saat
yang sama waktu kita tersedot ke Zero-space. Kita semua direnggut
pada saat yang sama, jadi wajar saja kalau kita kembali pada waktu
yang sama. Renggut. Renggut adalah kata yang aneh. Rengk. Rengkgut."
"Yeah," kata Marco. "Memang itu aneh: kata 'renggut'. Kita
berubah jadi nyamuk untuk mengisap darah seseorang agar kita bisa
berubah menjadi dirinya. Sebagai gantinya kita malah terdampar di
tengah peperangan untuk menguasai kodok kuning dengan kekuatan
supranatural. Dan kita berhasil meledakkan sebuah benua kecil penuh
Yeerk, menyelamatkan seluruh ras, dan akhirnya kembali ke sini,
menemukan manusia yang sedang koma terbangun akibat gigitan
nyamuk yang dilakukan alien yang merupakan gabungan dari rusa dan
kalajengking dan centaurus bermata empat. Wow, itu normal banget.
Sama seperti hari-hari lain. Buku harianku sayang, hari ini benarbenar
membosankan, sampai ada yang mengucapkan kata 'renggut'."
Aku mengenali nada suaranya. Sarkasme atau sinis. Itu sejenis
humor. Maka aku pun tertawa dengan menggunakan suara-mulut.
"Hah. Hah-hah. Hah. Ha." Aku berpikir sebentar, lalu
menambahkan, "Hah."
Pangeran Jake, Cassie, Marco, Rachel, dan Tobias, dalam morf
manusianya, semuanya menatapku.
"Apa itu tadi?" tanya Rachel.
"Aku tertawa." "Jangan... jangan tertawa lagi, Ax," kata Pangeran Jake. "Sangat
mengganggu kami, entah bagaimana, tapi pokoknya sangat
mengganggu." "Ya, Pangeran Jake."
"Jangan sebut aku pangeran."
"Aku akan memanggilmu 'Jake yang dulu disebut pangeran'."
Marco menunjukkan ekspresi ketakutan. "Oh, tidak. Sekarang
dia sudah mulai bikin lelucon. Mana jelek, lagi."
"Sebenarnya, itu leluconku," kata Pangeran Jake dengan kaku.
"Oh, bagus. Aku paham. Kau tak bisa tertawa mendengar leluconku.
Oke. Hebat. Masa bodoh deh."
Aku adalah makhluk Andalite, sendirian, jauh, jauh dari
rumahku. Jauh dari teman-teman sebangsaku. Hanya saja kadangkadang teman-teman
sebangsamu bukan saja mereka yang memiliki
wujud sepertimu. Kadang-kadang teman-teman sebangsamu sangat
berbeda wujudnya darimu. "Bisakah sekarang kita makan roti kayu manis?" tanyaku,
harap-harap cemas. "Manizzz?" END
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam 2 Dendam Si Anak Haram Karya Kho Ping Hoo Tongkat Rantai Kumala 9