Ceritasilat Novel Online

Ilusi The Illusion 2

Animorphs - 33 Ilusi The Illusion Bagian 2


Jake sudah pucat. Ia menatap Visser yang menarik tangan dari wajahnya sendiri
dan memeriksa telapak tangannya.
kata Cassie. keren. Nyaris.> "Seekor lalat!" kata Visser. "Seekor lalat!" bentaknya kepada penjaganya.
Keempat Pengendali-manusia buru-buru maju ke depan.
Aku tidak melihat Cassie. Aku terbang tinggi untuk menghindari cahaya.
Haruskah aku pergi lebih rendah" Dengan risiko ketahuan"
Lalu aku melihat seekor lalat lagi.
Cassie terbang mengitari Jake dan mendarat di dahinya. yakin.> Visser Three melompat ke depan.
41 | P a g e "Duh, serangga kotor seperti ini. Izinkan saya untuk..." Dia mengayunkan
tangannya ke dahi Jake. Tangan Jake terangkat. Dia memegang pergelangan
tangan Visser. Selama beberapa detik mereka berdua saling menatap satu sama lain. Visser
Three, pemimpin pasukan Yeerk di Bumi. Dan Jake, musuhnya yang tidak
dikenalnya. Aku berteriak.
Dia terbang. Aku kehilangan dia lagi.
Jake melepaskan tangan Visser. Jake tersenyum. Visser Three juga tersenyum.
atau setidaknya mereka membentuk mulut mereka menjadi senyum.

Lalu ia tertawa. < Visser Three hanya
mengatakan Jake ia berharap ia tidak membuatnya takut. Jake berkata, "Aku
tidak mudah ditakut-takuti. ">
kataku.
Visser Three pindah ke meja berikutnya. Semua orang menarik napas. Jake
mengatakan sesuatu kepada orang tuanya. Kemudian dia bangkit.
Dia berjalan lurus melalui meja prasmanan, menemukan Ax, dan mencengkeram
lengannya, sama sekali tidak lembut.
Sedetik kemudian Ax berbicara kepada kita semua. "Cukup main-mainnya, mari kita lakukan apa yang harus kita lakukan di sini. ">
Apa yang harus kita lakukan disini adalah menyerahkan aku ke Yeerk.
Secara pribadi, aku sih tidak keberatan jika harus bermain-main lagi.
42 | P a g e BAB 9 Jake dan Ax berpisah. Jake pergi di bagian belakang pusat bangunan The
Sharing. Jauh dari cahaya lampu. Dia mencoba dua pintu di situ.
Keduanya terkunci. Dia melangkah ke dalam kegelapan dan muncul kembali sesaat kemudian
membawa batu padas. Bagian dari puing-puing sisa konstruksi.
Dia berdiri di sana, menunggu. Aku terbang di atas, menunggu. Dia tidak melihat
ke atas. Tapi dia tahu aku ada di sana.
kataku.
Dia mengangguk. Kemudian ia mengayunkan batu padas ke jendela yang ada
dibawah. Suara kaca pecah dikalahkan suara menggelegar dari pembawa acara
yang mengumumkan penerima penghargaan berikutnya.
Jake melangkah pergi dengan cepat.
Aku melihat sasaran lubang pada jendela. Masih cukup lebar jika aku melipat
sayapku saat melewatinya. Lebih dari cukup untuk orang lain, setelah mereka
datang kemari. Aku menukik semakin cepat, melewati udara gelap yang dingin, memusatkan
konsentrasi pada sasaranku. Melewati kaca jendela yang pecah, yang bahkan
bisa mengirisku. Tapi tentu saja aku lebih hebat dari itu. Aku bisa memburu tikus yang berlarian
disela-sela rumput tinggi. Terbang melalui lubang di jendela bukanlah hal yang
spesial. 43 | P a g e Zoom! Berhasil lewat! Aku melebarkan sayapku, memperlambat kecepatan
terbangku, dan terbang dengan kecepatan yang biasa.
Seberkas cahaya menerangi ruangan yang berdinding batu-batu padas. Aku
mencium bau cat yang masih baru, debu-debu. dan klorin, yang berasal dari
kolam renang indoor berukuran internasional yang aku lihat melalui dinding
kaca. Mendadak hal itu seperti menyadarkanku, begitu banyak perputaran uang The
Sharing. Uang yang benar-benar banyak. Tidak seperti uang yang kau peroleh
dari penjualan Furbies di pasar gelap.
Aku melihat ruang bermain. Meja dengan permainan Lego, beberapa kostum,
permainan papan. Sebuah ruangan pertemuan lengkap dengan meja yang besar.
Luas, dengan kursi kantor yang nyaman. Namun ruangan itu kosong. Semua
orang sedang merayakan di luar.
Sungguh sulit terbang di dalam ruangan. Tidak ada angin, tidak ada termal. Tidak
ada apapun, kecuali udara yang tak bergerak. Dan sangat sedikit ruang untuk
manuver, dari atas, bawah, maupun di kedua sisi.
Tapi pada saat yang sama, ini menggairahkan. Sebuah roller coaster bagi burung.
Satu gerakan yang salah dan kau bisa meremukkan sayapmu sendiri. Manusia
mungkin berpikir sangat menakutkan berada di ketinggian, tetapi tidak untuk
burung. Bagi seekor burung, berada di ketinggian berarti aman.
Aku berbelok di salah satu sudut dan praktis terbang ke arah Ax. Aku mendarat di
punggungnya, dan beristirahat sejenak disana.
Aku
bertanya kepadanya.
ditangkap.> 44 | P a g e pengrusakan. Maksudku, agar kelihatan nyata dan tidak seperti dibikin-bikin.>
Aku terharu. Dia khawatir tentang aku.
Di depan kami, tampak satu set tangga yang mengarah ke bawah tanah. Namun
jalannya dibatasi dengan tali, ditandai dengan tanda dan tulisan yang dibuat
terburu-buru dan asal-asalan: Sedang diperbaiki. Awas!.
gumam Ax.
gumamku.

Dia berjalan menuruni tangga, menapakkan kakinya dengan hati-hati. Beberapa
puing-puing konstruksi di bawah kuku berderak saat Ax berjalan melewatinya.
Ruang bawah tanah itu redup dan penuh dengan bahan bangunan. Tumpukan
lantai ubin tergeletak di salah satu sudut. Tumpukan kayu tripleks bersandar di
dinding. Beberapa meja kontraktor. Terpal plastik.
kataku. Jika ada akses ke kolam Yeerk, bukankah akan ada orang yang datang dan pergi"
Belum lagi keamanan yang rumit.>
Sebelum kata-kata itu keluar dari mulutku, aku menyadari bahwa aku telah
berbicara terlalu cepat. Di balik tangga, terlindung oleh sekat, berkedip-kedip cahaya biru-hijau muda.
Layar komputer. Seluruh dinding! Tampak gambar kamera dari perayaan luar.
Panggung. Tenda makanan. Tempat bermain. Tempat band. Di atas pintu
tergantung tanda darurat lain: ruang security.
Seorang pria duduk memunggungi kami, menonton layar. Terpesona oleh
gambar layar di depannya.
45 | P a g e Tanpa peringatan kami mendengar suara langkah kaki berdebam di lantai beton
di atas kami. Cepat, langkah-langkah itu terdengar semakin dekat.
Di sebelah ruang security ini ada sebuah pintu yang lain. Ax bergerak cepat
menuju pintu itu. Dia mendorongnya. Sesaat aku melihat tanda panah yang
ditempel pada dinding di atas. Ruang istirahat.
Pintu terbuka. Dan di sana, tepat di depan kami, empat Hork-Bajir. Duduk
mengelilingi meja kartu. Pisau siku menggantung santai dari kursi. Ekor
tersandang kembali di lantai. Masing-masing memegang kartu erat di cakarnya.
Sebuah lampu tergantung di langit-langit.

Ax mundur langsung. Hork-Bajir tidak melihat kami.
Aku bisa merasakan jantung Ax yang berdebar keras. Jantungku sendiri berdebar
seolah sebuah senapan mesin.
Langkah-langkah tadi" yang sekarang hanya semeter jauhnya.
Tidak ada pilihan. Kembali, ke ruang security. Semoga penjaga yang bertugas di
sana masih mengawasi layar nya. Dan kami tidak membuat suara gaduh.
Ax berputar, meringkuk; Aku menyelinap, membuka sayapku, memperoleh
cukup udara agar jangan sampai menyentuh lantai dan diikuti Ax saat ia
membungkuk canggung di bawah meja stainless.
Terlalu gaduh! Penjaga itu harusnya mendengar kami. Harusnya!
Tapi ternyata tidak. Tidak ada. Dia masih melihat layar nya. Musuh ada di luar
sana, suatu tempat dalam pantauan kamera. Tidak di sini, di ruangan yang sama.
Langkah-langkah tadi dari lorong mengikuti kami. Berhenti. Empat sepatu bot
hitam. Salah satu sepatu itu berlapis lumpur yang sudah kering.
"Lihat apa?" si sepatu berlumpur menanyai orang TV tadi.
46 | P a g e "Bukan apa-apa. Kurasa aku melihat beberapa anak menuju ke bagian belakang.
Lalu aku kehilangan dia."
Si sepatu bersih terdengar menggerutu.
Aku tidak terlalu khawatir jika orang-orang ini akan menemukan kami. Ekor Ax
telah mengokang dan dalam posisi siap tempur. Meja bisa saja terbang dan
kedua orang ini akan bisa dilumpuhkan dalam hitungan kelima sebelum mereka
bisa menarik senjata mereka.
Tapi itu akan menyebabkan kegemparan. Pasukan Hork-Bajir akan berdatangan,
dan itu bukan saatnya bagiku untuk ditangkap. Belum. Tidak akan, sampai kita
tahu di mana jalan masuk rahasianya.
Lucu juga aku bisa berpikiran seperti itu. Kata-kata berikutnya yang keluar dari
mulut penjaga itu, "Aku akan meninggalkan pos penjagaanku. Biar tugas
menjaga jalan masuknya digantikan oleh Prajurit-Empat Lima-Empat. "
Aku berada di posisi depan, jauh dari Ax. Aku bisa, dengan menggeser posisiku
sedikit, melihat orang-orang itu. Dua orang yang tampak seperti penjaga
keamanan biasa. Kecuali untuk pistol Dracon yang disarungkan di ikat pinggang
mereka. "Setiap binatang?" pria TV bertanya, tidak pernah melirik jauh dari layar.
Ternyata dia tidak terpesona oleh layar, aku baru menyadari. Dia diperintahkan
untuk tidak berpaling walau sedetikpun. Patuh pada hukuman mati.
"Kami menendang beberapa anjing. Menyemprot beberapa serangga. Buangbuang waktu, kau tidak bisa melakukan itu pada setiap binatang yang mungkin
morf pada sebuah perayaan terbuka. Hal itu sudah coba dikatakan pada Visser
Three. " "Ya, sebaiknya begitu," rekannya, si sepatu bersih, berkata datar. "Dan sekitar
tiga detik kemudian kau akan mengemis untuk hidupmu. "
Tertawa sedih. "Benar sekali. Lagi pula, aku harus menemui sub-Visser untuk
berbicara tentang. . . Ouch! "
47 | P a g e "Apa itu?" "Ada sesuatu yang terjebak dalam sepatuku..." Dia berlutut untuk melepas tali
sepatunya. Wajahnya tiba-tiba begitu dekat sampai kami bisa melihat bulu-bulu
kasar di dagunya. Begitu juga pori-pori di hidungnya. Tidak mungkin! Tidak
mungkin ia tidak melihat kami!
"Serpihan kayu sialan ini membuatku gila! Tajam seperti paku! Aku benci jalan
masuknya, "gumamnya." Melangkah seolah-olah aku adalah seorang anakelapan
tahun. " Penjaga itu berdiri, melepas sepatu, dan mengetukkan sepatunya terhadap kaki
meja, memberi Ax dengan beberapa debu. Dan serpihan kayu. Aku menarik
napas. Ax bernapas. Mereka terus berjalan. Melewati kami dan menuju dinding kamera, di mana
seorang pria duduk, membelakangi kami, memantau gambar.
"Halo, Chief," mereka menyapanya. "Kami datang untuk menyampaikan
laporan." aku berkata singkat.
Dia berbalik. Dari lima puluh atau lebih layar, hampir setengahnya menayangkan tempat yang
sama. Namun dari sudut yang berbeda, sehingga tidak segera jelas. Tetapi
semakin lama aku fokus, semakin aku mengerti. . .
logam sebaik kayu. Tujuannya tidak segera jelas.>

48 | P a g e BAB 10 Butuh waktu satu jam untuk Ax dan aku untuk melepaskan diri dan
mengumpulkan yang lainnya.
Yeerk-a-Thon sedang berada di penghujung acara. Mereka sedang melakukan
pidato penutup. Kami berenam berada di atas dan di sekitar taman bermain. Sementara kami
menyaksikan, tiga orang merangkak melalui terowongan kecil itu. Tapi tak
seorangpun dari mereka yang muncul di sisi lainnya.
Itu adalah struktur bangunan yang cukup rumit. Dua bagian. Tinggi besar,
mungkin setengah dari tinggi tiang telepon. Dengan jaring yang biasanya
digunakan untuk latihan memanjat, tiang pemadam kebakaran, yang terbuat
dari logam. Dan lorong yang tertutup. Jauh lebih keren daripada tempat bermain
manapun yang pernah aku singgahi.
Taman bermain ini dikelilingi pada dua sisi oleh pepohonan, dengan lapangan
bermain terbuka di ujung satunya, dan sebuah tembok yang memisahkan
dengan pusat komunitas The Sharing pada sisi kiri.
Kami telah melihat penjaga di pusat komunitas, penjaga lainnya di hutan, dan
seorang penjaga lagi yang berpura-pura duduk diam di bangku-bangku di
belakang area permainan baseball.
Sedikitnya delapan Pengendali-manusia sedang mengamati taman bermain.
Terlalu banyak penjaga gym di malam hari.
Seseorang mendekat, seorang pria, langkah kakinya berderak melintasi serpihan
kayu. 49 | P a g e kata Jake. Dia berada dalam morf burung hantunya, dengan mata
yang mampu melihat sepanjang malam seolah saat itu adalah siang hari tanpa
awan. Jake berbisik. yang kita kenal. Ikuti dia ke kolam Yeerk.>
<0kay, kami akan mengikutinya,> kata Cassie. pergi.>
Marco, Cassie, dan Rachel masih berada di morf lalat. Mereka akan mencoba
masuk ke dalam terowongan. Dan keluar lagi.
Ax berada di luar jangkauan kamera, di belakang beberapa pohon. Dia berdiri di
antara dua penjaga, tidak sampai enam meter dari salah satu dari mereka. Tak
perlu dikatakan, dia berdiri dalam keadaan diam.
Jake mencoba mendeskripsikan
keadaan sekeliling kami. Morf burung hantu nya adalah lebih baik untuk kegiatan
di malam hari. Aku mungkin hanya melihat lalat. Tapi Jake bisa MELIHAT mereka
dengan jelas. Terbanglah sepanjang jendela itu, pastikan berada di sisi kiri kalian. Oke,
sekarang aku sudah kehilangan salah satu dari kalian. Oh No problem, aku sudah
melihatmu lagi. Terbang berdekatan. Bersama-sama. Menikung sedikit ke kanan.
Sekarang cobalah terbang di sekitar situ.>
Aku mendarat tanpa suara di salah satu tiang dan bertengger diam masih
sebagai patung. Aku telah melihat posisi kamera dan tahu di mana untuk tetap
berada di luar jangkauannya.
Tasset membungkuk dan menghilang di bawah seluncuran.
kata Cassie. sembilan puluh bayangan dirinya, tapi itu pasti dia.>
50 | P a g e Cassie dan Marco terbang di belakang Tasset. Kamera mungkin tidak
menangkap bayangan mereka. Tapi mungkin ada bahaya lain. Selalu ada bahaya
lain. kata Marco.

Animorphs - 33 Ilusi The Illusion di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebuah panel tersembunyi. Di bawah seluncuran. Mungkin lampu merah. Siapa
tahu" Kalian tahu kan gimana payahnya penglihatan lalat.>
Aku merasakan sentuhan bulu halus Rachel mendarat di punggungku dan
meringkuk di bawah bulu-buluku sendiri.
Aku mendengar suara samar yang datang dari bawah tempat ku bertengger.
Dee-deep. Dee-dee-dee-dee. Tasset pindah dari bawah seluncuran dan berjongkok untuk masuk sebelah
terowongan beton. Marco menirukan suara Drakula.
Terowongan itu besar, seukuran pipa saluran pembuangan beton. Kau tidak bisa
berdiri di dalamnya, tetapi kau juga tidak harus merangkak.
Tasset sudah akan masuk ketika dua Pengendali lainnya menjulurkan kepala
mereka ke dalam terowongan. Dia mundur untuk membiarkan mereka lewat.
Mereka masuk. Dengan tenang.
kata Jake.
Ax berbicara untuk pertama kalinya. Pengendali-manusia lainnya mendekat. Aku mungkin harus meninggalkan
tempatku.> mungkin perlu untuk melumpuhkan satu atau lebih dari penjaga,> Jake
51 | P a g e mengatakan singkat. melihatmu.> kata Marco. cahaya di ujung terowongan.>
Rachel bergumam. melucu.> Rachel selalu mengejek Marco. Sebenarnya bukan hal yang baru sih. Tapi ada
nada stress dalam bahasa-pikiran nya.
Cassie berkata, terkejut. Meskipun kelihatannya tidak sampai ke tempat kami. Sepertinya ada panel
kontrol yang lain. Ya. Ada! Aku mendarat di atasnya! Kurasa Tasset sedang
memasukkan password atau semacamnya, tapi. . . Yah! Whoa. Dia menekan
tombol tepat dimana aku hinggap.>
Aku mendengar suara seperti pompa pneumatik, atau segel yang rusak,
kemudian hembusan angin. Psssst. Woooooosh! Dua lalat terhempas ke bagian dekat ujung terowongan, kembali ke tempat awal.
Marco kegirangan.
kata Cassie.
menumpang sesuatu!> 52 | P a g e <0kay, Kembali,> Jake memerintahkan. Ax" Apakah kau siap">
Aku mendengar suara samar "Fwapp!" dari pohon. Diikuti oleh suara orang
roboh. Seorang manusia tidak akan pernah sempat mendengar suaranya dengan
baik.
<0kay, aku dan Cassie berharap semoga kalian beruntung, dan kami akan
memandu kalian keluar dari sini,> kata Marco. Lalu ia tertawa. meremehkan kepintaran kita, kan" Mereka pikir kita tidak akan tahu kalau ini
jebakan" Seperti kita tidak berpikir bahwa pipa saluran pembuangan di taman
bermain adalah pintu masuk yang masuk akal untuk ke kolam Yeerk">
kata Rachel. bahkan jika kita merasakan bahwa ini sebuah perangkap, kita akan tetap
menerobos masuk.> Cassie berkata muram.
Aku menunjukkan.
seluncuran dan di dalam terowongan" Jika mereka menginginkan kita bisa
masuk, mengapa membuatnya rumit" Bukan hal yang mudah untuk menyusup.>
Rachel mengatakan, ada nada riang
dalam bicaranya,
katanya. Kemudian dia tertawa malu-malu.
Marco mengatakan, berbicara tentang perang gerilya yang terdengar kejam, dan kekuatan dan
kejutan dan semua, yang tampaknya begitu menarik, namun sebenarnya bukan
apa-apa. Kau tahu" Seperti video clip Britney Spears dengan tank.>
53 | P a g e kataku. Sebaiknya segera kita selesaikan.>
Tidak ada yang mengatakan apa-apa. Semuanya tahu bahwa ini memang perlu
terjadi. Kami sudah mendiskusikannya. Merencanakannya. Hanya saja tak satu
pun dari kita pernah rela menyerah sebelumnya.
Pengendali-manusia lainnya berjalan keluar dari pusat komunitas dan melangkah
di atas di serpihan kayu, menuju seluncuran.
<0kay, Tobias. Kau siap"> Tanya Jake.
kataku. aku siap.> Dia pura-pura terkejut pada
pertanyaan Jake.
Tapi aku merasa ada yang ganjil dalam suaranya. Suaranya terdengar prihatin.
Mengapa" Rachel tidak pernah khawatir. Setidaknya bukan tentang dirinya
sendiri. Katanya lembut dalam bahasa-pikiran yang ditujukan kepadaku.

Dia berhenti. dirimu baik-baik. Maksudku ... hati-hati. Oke" Apapun yang terjadi" Jika misi
terlihat akan gagal, selamatkan dirimu dan lupakan misi bodoh ini.>
Aku tersenyum dalam hati. Dia mengkhawatirkanku. Jika aku berwujud manusia.
. . aku bisa melihat ke mata Rachel, merasakan dirinya di sampingku, aku
mungkin akan. . . Tapi saat ini dia lalat di tubuh elangku. Ini baik. Aku bisa tetap
tenang. Perasaan seekor elang tidak akan benar-benar terlihat oleh orang lain.
kataku. Kemudian kutambahkan,
54 | P a g e BAB 11 Jake
memerintahkan.
Burung hantu, diam seperti hantu, terbang ke atas, menukik ke arah bangunan
pusat komunitas. Pengendali-manusia mendekat, merunduk di bawah seluncuran.
Aku mendengar LED berkedip-kedip.
Dee-deep. Dee-dee-dee-dee.
Rachel bergumam.
Bunyi elektronik samar tertangkap oleh telingaku seperti hembusan angin
kencang dan mengeluarkan suara yang mirip sebuah siulan memenuhi area gym.
Sheeeewooooo. Hembusan angin dingin mengacak-acak bulu-buluku dan hawa dingin yang
begitu menusuk terasa sampai ke bagian belakangku. Aku terangkat. Aku
berjuang mengepakkan sayapku agar bisa terus terbang. Sebuah tambang
terangkat dari tiang pemadam kebakaran yang tadi. Daun di pohon-pohon
berdesir tertiup angin. Dan suara pembawa acara itu dari acara The Sharing
masih terdengar sangat jelas mengatasi itu semua.
"Kebanggaan dalam pekerjaan kita... Dedikasi untuk setiap tugas... Jangan
pernah berhenti. Kita akan mencapai tujuan kita. "
Tepuk tangan meriah. Pengendali-manusia menghilang dari pandangan, masuk ke dalam terowongan.
55 | P a g e Aku berteriak.
Ax keluar dari persembunyiannya, berlari dengan cepat menuju terowongan.
Aku membelokkan sayapku dan mulai menukik, semakin cepat.
Aku berteriak ke Rachel.
Kami menukik tajam. Mengarah ke terowongan.
"Andalite!" penjaga berteriak, terkejut.
Ax menyerang ke dalam terowongan.
Aku berbelok tajam ke arah kanan, hanya beberapa meter dari taman bermain.
ke terowongan. Gila! Terlalu cepat! Sampai aku bahkan tidak bisa
mengontrolnya! Sayap dan ekorku tegang, tegang, berusaha menangkap semua udara yang bisa
kutangkap, dan berusaha untuk menyerap energi dari momentumku sendiri.
Tampak sebuah lingkaran cahaya
membungkuk rendah, ekor pisau siap.
putih. Siluet seseorang. Andalite, FWAPP! Salah satu pengendali pingsan.
Man, Andalite, lingkaran cahaya, panel berbunyi, sayap mengepak, dinding
melengkung kasar di dalam terowongan, semuanya terjadi dalam hitungan
milidetik.
Dia menyingkir tepat pada saat aku menyerbu ke dalam terowongan, membelok
ke arah yang hampir merobek sayapku, ke arah lingkaran cahaya.
Dari luar terdengar suara meraung, nyaris histeris. "Andalite!"
teriak Ax.
56 | P a g e Di luar lampu-lampu taman bermain dipadamkan. Di luar, Ax, sekarang sudah
jelas terlihat, berusaha melarikan diri, dikejar oleh semua penjaga.
Itu rencananya. Ax mempertaruhkan nyawanya bukan tanpa tujuan tetapi untuk
membuat semuanya terlihat nyata, untuk membuat semuanya tampak seolaholah aku memang terjebak di tengah-tengah sebuah serangan kami.
Tapi Ax bisa mati. Semata-mata hanya karena skenario yang kami rancang.
Pintu bergeser menutup. Psssst. Klik. Aku bisa merasakannya segel tertutup rapat.
Kegelapan. Mataku tidak bisa melihat apa-apa. Tapi aku mendengar. . .
"Ahhhgggg-ggghhhha. Ahhhgggg-ggghhhha."
Jantungku berdegup kencang. Aku kenal suara itu. Suara Pengendali Hork-Bajir
yang serak dan napasnya yang terdengar berat. Siaga. Siap beraksi.
Rachel mengontakku.
bisikku.
57 | P a g e BAB 12 Cahaya! Besar, dengan tubuh penuh tonjolan tajam. Sebuah barisan Hork-Bajir. Tiga
lusin, mungkin lebih. Menungguku di lorong yang lebih terang.
Dan seorang gadis. Seorang manusia. Untuk sepersekian detik kupikir ... Tidak,
tidak, tentu saja itu bukan Rachel. Gadis ini terlihat beberapa tahun lebih tua.
Tinggi, kurus, pirang. Celana Sleek, sepatu kulit. Sebuah atasan yang bahkan
Rachel pun akan kagum. Preppy. Supermodel. Yeerk. Aku tidak bisa berkomentar apa-apa.
"Hanya tertangkap satu" Dan dalam morf burung?" dia mencibir. "Oh, baiklah,"
lanjutnya percaya diri. "Dengan tertangkap satu, kita akan segera menangkap
yang lain. " Chapman berdeham. Aku bahkan tidak melihat dia, berdiri di sana tepat di
sampingnya. "Seekor burung di tangan adalah senilai dua di semak-semak," ia berdiplomasi,
menyeringai. "Diam, Chapman," kata gadis itu dengan tenang. "Kau terdengar seperti
beberapa penjahat dari film Batman. "
"Ya, Bu. Maaf, Bu. Maksudku, Sub-Visser."
58 | P a g e Sub-Visser" Dia menatapku seperti dia bisa melihat langsung ke dalam pikiranku. Seolah dia
tahu siapa aku, atau apa aku ini. Dan ingin menyakitiku karena itu. aku menelan
ludah. Rachel mengontakku lagi,
terdengar bersemangat. sini. Ayolah, mainkan peranmu dengan baik.>
Benar! Dia benar. Aku menjerit melengking. Lebih dari suara apa pun.
Berharap bisa menakut-nakuti mereka. Mereka beringsut sedikit saat aku
mengepakkan sayapku. Dan kemudian, dari udara, aku menerjang ke Hork-Bajir
terdekat. "Galaash! Ahhh!"
Cakarku yang tajam berhasil mencungkil matanya. Pisau di tubuhnya menebas
udara di sekitarku. Pisau itu berhasil mengiris satu inci dari ekorku. Aku tidak bisa menyeimbangkan
arah terbangku. Aku berjuang untuk mengimbangi dengan sayapku, berputar
kembali dan bermaksud untuk menyerang lagi.
Whaack! Wummph! Sesuatu yang keras memukul kepalaku. Lengan Sub-Visser!
Rachel berteriak.
Aku terjatuh. Menelungkup di atas lantai. ! Aku mencoba untuk
menahan rasa sakit dan mengangkat kepalaku dari lantai berbatu. Sub-Visser,
berdiri tepat di depanku. Lengan kanannya berkilau seperti sebuah mutiara
plastik putih. Lengan buatan! Dia memukulku dengan lengan buatan.
59 | P a g e "Tidak pernah terpikir olehmu jika kami sudah menunggumu, kan, Andalite?"
katanya dingin. "Nah, itulah yang kami lakukan. Terkejut" Kuharap begitu. Aku
suka kejutan, kau juga kan" "
Chapman tertawa senang. "Oh, apakah aku sudah memperkenalkan diri?" Dia meletakkan tangannya pada
pipinya dalam gerakan yang seolah-olah terkejut. "Jadi maaf. Aku Sub-Visser
Lima puluh satu. Tangan kanan Visser Three di bagian ini. Panggil aku Taylor. "
"Itu nama inang manusianya," Chapman menjelaskan.
"Diam, Chapman!" ia menggeram dan menghentakkan kakinya seperti anakanak manja.
Ini pemandangan yang aneh. Seorang wakil kepala sekolah yang biasanya
dikenal tegas dan angker, takluk di hadapan remaja cewek dari halaman katalog
J. Crew. "Tidak ada yang ingin kau katakan" Tidak bisa bicara ya?" Taylor mengejekku.
"Ayolah, aku selalu ingin berbicara dengan seorang Andalite. Percakapan dengan
makhluk paling tinggi-dan-perkasa dari seluruh galaksi. Apakah kau pikir dengan
tetap diam aku akhirnya memutuskan bahwa kau adalah burung yang
sebenarnya" " Dia tertawa. "Tidak, tidak, teman Andalite. Kami sudah pernah melihat elang
ekor merah sebelumnya, kan" Aku berkata, sudah pernah kan, Chapman" "
"Ya, Sub-Visser!"

"Oh, baiklah, akhirnya dia berbicara," kata Taylor dan bertepuk tangan.
Aku tahu aku harus "demorf" ke wujud Andalite. Menyelesaikan bagianku.
Membuat tipuan ini lengkap. Tidak ada alasan logis bagiku untuk tinggal di morf.
60 | P a g e Aku memfokuskan pikiranku pada saat menyenangkan, hanya beberapa jam
sebelumnya. Aku membayangkan Ax.
Aku berubah menjadi Ax. Kali ini ekor tumbuh lebih dulu. Aku merasa ekorku terdorong keluar dari bulubuluku dan mulai tumbuh, tebal dan lebar, menjadi bentuk sejatinya. Aku
merasakan ekor pisauku muncul di ujungnya. Bagaimana ya penampilanku!
Seekor elang dengan ekor berwarna biru.
Hork-Bajir terdekat medekatiku, siap untuk mengangkatku dari posisi dimana


Animorphs - 33 Ilusi The Illusion di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku berbaring. Taylor memberi isyarat mereka untuk menunggu. Dia meluruskan
lengan buatan nya. Lurus ke arahku.
Dari telapak tangannya terdengar suara mendesis, keras dan keras, sampai . . .
Shooopooof! Dari tangannya meledak semprotan putih, membuat setiap partikel tubuhku
membeku. Aku menjerit. Rasa nyeri yang luar biasa terasa menyengat di seluruh
tubuhku. <0hhh!> Rachel rupanya juga merasakannya.
Chapman dan Hork-Bajir mencoba mundur. Terlambat. Hork-Bajir mencakar
mata mereka sendiri. Chapman menggeliat, seolah-olah ia dikerubuti semut.
"Apa yang -" teriaknya, lalu terdiam.
Taylor menyeringai, tidak terpengaruh.
Kemudian, perlahan-lahan, rasa sakit berlalu dan aku merasa. . . kosong. Sama
sekali tidak terasa apa-apa! Pikiranku masih bekerja, tapi tubuhku tidak bereaksi.
Aku jatuh kembali ke lantai dengan suara keras. Tidak dapat bergerak. Beku pada
pertengahan morf. Lumpuh!
61 | P a g e Rachel menjerit putus asa. kakiku. Atau sayapku. Aku tidak bisa bergerak!>
setengah lusin Hork-Bajir.> Mereka jatuh ke tanah seperti kartu domino raksasa.
Buk. Thumpf. Bibir Taylor membentuk, senyum sinis luas.
"Kejutan!" Dia tertawa sendiri, berdiri tegak. Sama sekali tidak terpengaruh oleh
gas. "Jadi maaf untuk kalian semua. Sepertinya aku satu-satunya yang ingat untuk
memakai obat penawar terlebih dahulu. Oh, tunggu. Apakah aku lupa untuk
memberitahu kalian semua" "
Tawanya berhenti tiba-tiba. "Kumpulkan orang-orang bodoh ini," perintahnya,
kepada pasukan Hork-Bajir yang masih tersisa.
Lalu ia berjalan ke tempat aku berbaring dan tersenyum lagi, matanya bersinar
penuh kepuasan diri. Dan dia berseru, cukup keras sehingga antek nya bisa mendengar: "Dan bawa
kotoran Andalite ini, juga. Kita memiliki tempat khusus buat dia. "
Lengan yang kuat mengangkatku dari lantai pada ekor Andaliteku. aku tidak
berdaya untuk melawan. Atau bahkan untuk bergerak sedikit pun.
Rachel menjerit karena frustrasi. tidak bisa bertahan!> Aku merasakan tikaman teror dingin. Tidak, jika Rachel dan aku dipisahkan ...
Tidak ada yang membawa informasi tentang lokasi AMR untuk Jake. Tidak ada
yang datang untuk menyelamatkan kami.
Dan Rachel" Ditinggalkan di sini, tak terlihat, seekor lalat" Lumpuh dalam morf
lalat" Ya Tuhan, dia mungkin tidak pernah. . .
62 | P a g e

Rachel!> Kedengarannya seperti dia
mulai menangis. Tidak dengan suaranya yang tidak pernah kuharapkan untuk
aku dengar. Misi baru berjalan beberapa lama, dan kami sudah selesai. Terjebak. Tidak ada
jalan keluar. Tidak ada pertolongan.
Sebuah pintu logam berat berdentang menutup. Aku berada di dalam koridor
gelap. Hork-Bajir lainnya mengangkat kotak logam, dan yang pertama
memasukkanku ke dalamnya dan menguncinya, memastikan tidak ada cahaya
yang bisa masuk ke dalam kotak tersebut.
Benjolan dan goncangan kurasakan ketika Hork-Bajir mengetuk kotak dengan
kakinya pada setiap langkah.

Tidak ada jawaban. Hening.
Aku sendirian. 63 | P a g e BAB 13 Gelap gulita. Benar-benar kegelapan total.
Dan aku tidak mendengar apa-apa. Tidak ada suara sama sekali.
Tubuhku mulai terasa kembali dan aku menyadari aku telah dimasukkan ke kotak
setengah ukuran tubuhku. Sebuah jaket digunakan untuk membungkus kedua
sayapku. Ekor pisau Andalite berada di sekitar leherku.
Elang dalam diriku tegang di setiap ototnya. Tidak ada ruang! Dalam kepanikan,
tubuhku ditekan terhadap dinding kotak baja yang mulus. Ketakutan. Terbatas.
Aku berjuang untuk mengontrol naluri burung. Tapi aku kehilangan semangat
berjuang. Manusia dalam diriku juga merasakan takut.
Rachel! Oh, Rachel. Bisakah dia melarikan diri dari ruangan bawah tanah ini"
Entah bagaimana dia bisa bertahan"
Dia akan bertahan. Tentu dia bisa! Dia harus bisa. Dia kan Rachel, RACHEL!
Dimana dia" Yang bisa aku pikirkan adalah seekor lalat lumpuh, tak berdaya dan
rentan di lantai. Seseorang akan melangkah pada dirinya. Dia tidak akan mampu
untuk meloloskan diri, dan seseorang akan membunuhnya.
Mungkin itu lebih baik daripada pilihan yang satu lagi. Hidup sebagai lalat.
Terjebak, seperti aku. Tapi tidak benar-benar sperti aku. Aku bisa melihat,
terbang tinggi. . . Dan rencananya" Rachel seharusnya telah melihat di mana mereka membawa
ku, dan memimpin yang lainnya masuk ke dalam. Pertama membuktikan AMR
tidak bekerja, maka, dalam penyelamatan, sekaligus menghancurkannya.
64 | P a g e Itu gila! Kami terlalu arogan. Kami terlalu meremehkan musuh kami. Sebuah
kesalahan fatal. Benar-benar fatal. Otak elang, bagian hewan yang masih, bahkan sekarang, hidup sebagai bagian
dari diriku, terpisah dari akal manusiaku, mulai melemah, mengerang. Erangan
kematian. Sangat panas berada di dalam kotak. Seperti oven. Panas, dan makin panas.
Berapa banyak lagi oksigen yang tersisa" Apakah mereka mencoba mencekikku"
Apakah itu tujuannya"
Entah berapa lama! Tidak ada ruang untuk morf ataupun demorf.
aku
mengucapkan perlahan-lahan. bahkan tidak memiliki kata yang lebih baik atas tragedi ini.>
Itu saja. Terus bicara, Tobias. Teruslah berbicara. Tetap berpikir positif. Tunggu.
Jangan berpikir. . . Zeeewooozeeewooo. Semua enam dinding kotak mulai berdengung. Bergetar. Dan kemudian: Poosh!
Seperti lampu kilat kamera, dinding baja menghilang. Cahaya menyilaukan
menyorot mataku. Membutakan mataku. Ada beberapa batang dan kerucut. Aku
tidak melihat apa-apa kecuali putih.
Aku mengerjap beberapa kali. Kemudian, Tidak. Tidak, mataku berusaha untuk
menyesuaikan. Aku berada di kotak lain. Tapi jenis yang sama sekali berbeda. Sebuah kubus
kaca. Lebih besar. Mungkin persegi panjang. Cukup besar bagiku untuk bergerak.
65 | P a g e Bersinar Terang, dengan beberapa lampu sorot diarahkan padaku. Aku demorf
segera. Kembali ke wujud elang.
Aku mengerjap lagi. Dan saat aku bangkit berdiri, aku menyadari bahwa aku
dikurung. Kubus itu menggantung di tengah ruang yang lebih besar. Aku berusaha untuk
melihat di luar kaca. Melewati cahaya yang menyilaukan untuk melihat keadaan
di luar. "Tidak ada jalan keluar." Itu suara Taylor. Sub-Visser Lima puluh satu. dingin dan
santai. "Tidak ada gunanya melihat-lihat."
Dia duduk sendirian di bangku panjang dekat pintu besar, pada sebuah ruangan
luas dan suram yang tidak berjendela. Di sebelah kanan dan kirinya, sepasukan
Hork-Bajir, dalam keadaan siaga. Di sebelah atas, beberapa balok baja dan
serangkaian kabel yang ruwet yang membentuk seperti labirin.
"Kau mungkin bisa demorf dan membuat dirimu nyaman sementara kita
menunggu," lanjutnya.
Yeah usaha yang bagus, pikirku. Demorf dan membuat diriku nyaman. Ya, benar!
Bukankah dia hanya ingin menyusupi Andalite" Itu akan membuatnya
diperhatikan oleh Visser. Mengapa aku tidak sekalian memasukkan kepalaku saja
ke dalam kolam Yeerk yang menjijikkan itu"
"Tidak?" dia mendesak, mengejek. "Tidak ingin demorf" Khawatir tentang hal
yang berhubungan dengan Yeerk-di-kepalamu" Tidak apa-apa, Andalite, burung
kecilku. Tetaplah dalam bentukmu sekarang. Paling tidak untuk saat ini. "
Aku melihat lagi di dinding kaca kubus yang mengurungku. Halus dan tebal.
Tidak bercacat. Tidak ada apa-apanya, kecuali untuk satu panel kecil. Dalam
panel ada tiga lingkaran. Tiga lingkaran seperti tombol lift. Satu merah, satu biru,
satu hitam. 66 | P a g e "Ah, aku rasa kau telah melihat perangkat kontrol. Ada sedikit percobaan yang
akan dilakukan secepat Visser Three tiba, "katanya sadar. "Alat ini canggih,
Andalite. Teknologi Yeerk yang paling baru. "
Sebuah eksperimen kecil" Perangkat kontrol" Anti-Morphing Ray. Pasti yang
dimaksud adalah alat itu, bukan"
Aku menyentuh panel itu dengan paruhku.
Scheewack! Kewwwack! Energi listrik statis berderak dan mendesis. Aliran listrik
mengalir melalui paruhku dan mengirim kejutan melalui tubuhku. Dari sayap ke
ekor dan kembali lagi. Aku ambruk, ke lantai.
"Ouchie," kata Taylor.
67 | P a g e BAB 14 Selanjutnya terdengar benturan keras di pintu. Dua Hork-Bajir bergegas untuk
membukanya, hampir berebut satu sama lain dalam usahanya. Sebuah
dentingan lengan pisau karena mereka bersama-sama berusaha membuka
sendiri. Salah satunya akhirnya berhasil membuka pintu.
Visser bergumam sambil berjalan angkuh ke ruangan. dibutuhkan dua dari Hork-Bajir hanya untuk membuka pintu, aku lihat. Ya.
Bagus.> Dia melangkah, dengan langkah-langkah Andalite anggun, menuju tengah
ruangan. Dia berhenti sebentar untuk menginjak salah satu jari kaki Hork-Bajir. Terdengar
sebuah jeritan tertahan. suara Visser menggelegar dengan bahasa-pikiran umum yang
ditujukan kepada semuanya disitu, berhenti di tengah kalimat dan mengarahkan
semua empat matanya kepadaku,
Napasku berhenti. Perutku mengejang. Kegelapan dalam tatapannya
menakutkan. Kami telah bertemu beberapa kali, dia dan aku. Tapi melihatnya
melalui mata Andalite adalah seperti melihat iblis yang masih tampak
menakutkan bagiku. Masih memberiku rasa tanpa harapan dan putus asa.
Mungkin karena satu fakta bahwa Yeerk yang satu ini berhasil telah berhasil
melakukan sesuatu hal yang tidak bisa dicapai dalam pertempuran sebelumnya:
membunuh Elfangor yang perkasa. Memusnahkan kehidupan pejuang
pemberani itu. 68 | P a g e Atau mungkin melihat ke mata Visser Three membuatku menghadapi kenyataan
pahit bahwa meskipun kami semua sudah berusaha " dengan berbagai cara kami
berhasil membuatnya lemah dan memperlambat invasi Bumi - Yeerk ini masih
berdiri kuat dan kuat. Apakah dia hanya beruntung" Atau dia benar-benar lebih pintar dari kami"
Apakah dia selalu menang" Apakah kita tidak akan pernah bisa mengakhiri
invasi" untuk mengubah arah masa depan umat manusia"
Dia berpaling dan mengalihkan pandangannya dariku.
"Ada kepentingan mendesak?" sub-Visser bertanya dengan tertarik.
tugas kepada lebih banyak. . . petugas terpercaya. Hmmm.>
Dia mengamati ruangan seperti ratu hati, mencari seseorang yang dapat
dipenggal kepalanya. dia berbicara, sambil kembali mengarahkan
kedua mata tangkainya padaku, Andalite yang ditemukan di hutan. Kami mengikutinya dari sini, kembali ke
tempat persembunyiannya.>
Aku tertegun. Tentunya ini adalah gertak sambal. Tentunya Ax berhasil lolos.
Visser menunggu, jelas berharap untuk mendapatkan reaksi keras dariku.
Dia berhenti lagi. Andalite hidup. Kau spesies yang tidak bisa dikurung, bukan" Selalu ingin berada
di udara terbuka. Nah, temanmu sekarang adalah atom acak yang mengambang
di udara terbuka.> Taylor tertawa dengan rasa hormat.
Aku diam saja. Dan wajah elang tidak menunjukkan emosi.
Visser tampak sedikit kecewa. properti pusat komunitas. Tapi kau bisa merasa tenang, Sub-Visser, bahwa
mereka juga sudah dibasmi.>
69 | P a g e Tidak, aku menolak untuk percaya padanya. Jika dia menemukan siapa pun di
dalam morf, ia harus membawa mereka langsung ke sini, untuk menguji sinar
AMR. Kami terlalu berharga seperti seekor babi Guinea.
Bohong! Mata tangkainya terkulai sedikit. teman kita di sini telah menunggu cukup lama.>
"Ya, Visser," jawab Taylor penuh hormat.
Dia
mencari di ruangan itu.
Pintu dibuka lagi. Kali ini oleh satu Hork-Bajir. Dua Pengendali-manusia dengan
jas lab putih muncul dengan malu-malu.
Mereka tampak kuyu. Seperti mereka tidak tidur berhari-hari. Mereka ternganga
ke arah Visser Three, sebelum kemudian berpaling.
Satu orang membawa manual yang tebal, sedangkan yang lain, seperangkat
meja besar. Sebuah replika dari tiga lingkaran yang terpasang dalam kubus
kacaku. Mereka menetapkan mereka item dengan hati-hati di atas meja di depan
Visser. Visser bertanya dengan sopan.
"Ya, kami, aku, kami.. .Yeah."

Mereka bergerak cepat, kikuk, gemetar.
Salah satunya tersandung, berjalan di atas sebuah benda besar yang tampak
mirip sejenis teleskop amatir yang mungkin dimiliki astronom.
Dan benda itu sekarang diarahkan kepadaku.
70 | P a g e Dr Singh tampak mengutak-atik beberapa lingkaran pada panelnya. Sementara
rekannya tampak menghubungkan listrik ke panel yang terdiri dari tiga buah
lingkaran tadi. Kedua pria itu kemudian berdiri bersama-sama. Ekspresi mereka
adalah campuran antara harapan dan kebanggaan dan rasa cemas.
Bersama-sama mereka menekan lingkaran yang hitam besar dengan telapak
tangan yang penuh keringat.
Aku akan tertawa, jika saat itu aku tidak sedang dicekam ketakutan. Mereka
tampak seperti sepasang anak dalam sebuah pameran sains dan dinilai oleh
seorang juri psycho. Lingkaran hitam serupa yang ada di kubus kaca tempatku terkurung mulai
bersinar dengan cahaya yang menakutkan.
Aku memejamkan mata. Berharap sinarnya tidak akan membunuhku, tapi aku
tahu benar bahwa hal itu mungkin bisa saja.
Aku menunggu. Tubuhku sedikit merinding.
Wooomp, wooomp, woomp. Suara tegang, seperti helikopter lepas landas dari pangkalannya, atau mesin
mobil tua yang sedang dihidupkan.


Animorphs - 33 Ilusi The Illusion di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Woomp, woomp. Aku membuka mataku. Kedua ilmuwan kecil itu tampak gelisah. Mata mereka berpindah-pindah tampak
gugup dari objek teleskop mereka, ke catatan mereka, ke kontrol mereka, dan ke
arahku. Kemudian perlahan-lahan, perlahan-lahan, mereka memalingkan wajah mereka
ke Visser Three. 71 | P a g e komentar Visser dengan suara keras. memperbaikinya sekarang, kan" Agar mesin ini bisa bekerja dengan lancar.
Sebuah mesin yang seharusnya bekerja dengan baik. . .>
Pada titik ini wajah para ilmuwan itu memerah. Butir-butir besar keringat
membasahi dahi mereka. Mereka memeriksa dengan cermat semua perhitungan
mereka. Salah seorang naik ke atas mesin dengan kunci pas dan mulai
membongkar bodi luar dari mesin. Sebuah kunci pas. Benar-benar teknologi
canggih, aku berpikir. "Saya tidak mengerti," salah satu dari mereka berkata terengah-engah. "Tidak
mungkin mesin ini tidak bekerja. Mustahil. "Dia berlari ke arahku. Berdiri berjinjit
untuk menatapku dalam kubus. Aku masih elang. Aku tidak demorf. Aku
memang tidak melakukan itu untuk alasan yang sangat bagus.
"Harusnya bekerja!"
"Visser ... mesin ini seharusnya bekerja. Ia seharusnya bekerja!"
"Ia bekerja dengan baik, Visser, itu ... entah bagaimana..."
Taylor memutar matanya dan mendesah.
Visser Three berdiri tegak tidak bergerak. Sebuah keheningan menyelimuti
ruangan itu. Aku tidak akan terkejut melihat seperti ada uap naik dari kepalanya.
Dia mengucapkan perintah tunggal.
"Tidak, Visser, tidak! Anda tidak mengerti. Ini pasti salah satu dari tipuan
Andalite. Tak dapat dibayangkan bahwa sinar itu tidak dapat bekerja. " Rekannya
mengangkat sebundel kertas perhitungan dan mengguncang-guncangnya
dengan putus asa. "Lihatlah pekerjaan kami, Visser. Anda akan melihat bahwa pekerjaan kami
sempurna. Bahwa pekerjaan kami berharga. Bahwa kami berharga. "
72 | P a g e "Itu bukan salahku," Dr Sinegert menjerit, pandangannya liar. "Ini semua garagara dia! Dia ... dia penyabot! Pengkhianat! "
Visser Three menatap tajam ke arahku dengan mata utamanya. Aku balas
menatapnya. Apakah dia tahu" Apakah dia tahu bahwa semua ini telah
dirancang" katanya, jijik. Ini adalah keahlianmu. Jangan kecewakan aku.> Dia berjalan santai menuju
pintu. Hork-Bajir menangkap ilmuwan itu. Mereka berusaha melawan, namun apa
artinya tenaga manusia dibandingkan dengan Hork-Bajir. Sebuah lubang terbuka
di lantai. Sebuah lubang yang aku tidak mengetahuinya. Dari dalamnya tampak
induk semang Taxxon yang berlendir menjijikan, kelaparan.
"TIDAKKK!" Hork-Bajir tampak lebih tertarik sekarang, saat mereka menggantung ilmuwan
yang pertama, kemudian ilmuwan lainnya tepat di atas lubang.
Aku melengos. Aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk menutup
pendengaranku dari lolongan kesakitan mereka. lolongan rasa sakit yang
berlangsung sampai, akhirnya, dengan kepergian Visser, Hork-Bajir melepaskan
pegangannya dan menjatuhkan kedua pengendali-manusia itu ke dalam lubang.
Lantai kembali tertutup. Sub-Visser tampak terguncang. Mungkin dia menduga bahwa dia baru saja
sekilas masa depannya sendiri.
Tapi aku menyaksikan dia cepat pulih. Kekejaman nya.
Sepasang mata tanpa belas kasihan terlihat dengan jelas.
"Kau dapat membuat ini mudah, Andalite," katanya dengan perlahan. "Atau kau
dapat membuatnya ... mengerikan. "Dia berhenti. " Ini semua terserah padamu. "
73 | P a g e 74 | P a g e BAB 15 Dia mendekatkan wajahnya pada kubus kaca " cukup dekat dengan kaca - dan
menatap dengan dingin ke mata elangku. Seperti melihat ke dalam kebun
binatang dari kaca dimana ada hewan yang terperangkap di dalamnya.
Setidaknya begitulah perasaanku saat itu.
"Kau akan segera terjebak dalam morf, Andalite," kata sub-Visser, "Tentunya kau
tidak ingin menjalani hidupmu sebagai burung."
Aku memutuskan untuk menjawab. lain untuk kau susupi.>
Dia menatapku dengan tajam lagi, seolah-olah pernyataanku yang terakhir sulit
untuk dipahami. Oh man, dia benar-benar mirip dengan Rachel. Sama-sama
terlihat angkuh. alami, cantik berkilau. Tapi aku tahu kesamaannya hanyalah
diluarnya saja. Di dalam, ia dan Rachel seperti siang dan malam. Atau setidaknya
malam dan senja. "Tidak, tentu saja kau tidak akan menyerahkannya sukarela." Dia mengejek. "
Andalite pemberani. Caramu membela kehormatanmu sangat konyol. Ini tidak
akan bisa melepaskanmu. "
Dia berjalan melintasi ruangan dengan tenang. ternyata dia memperhatikan
panel kontrol. Itu tampak seperti sesuatu yang pernah kulihat di museum seni
modern. Tiga lingkaran besar - mungkin enam inci diameter - yang menonjol
jelas dengan latar belakang perak abu-abu. Biru, merah. dan hitam. Yang terakhir
aku tahu. AMR. Tapi dua lainnya"
Dia ragu-ragu sebelum panel, hampir kelihatan takut. kemudian tiba-tiba, secara
mengejutkan, tangannya memukul lingkaran merah. Cahaya dalam ruangan
kubusku padam. Aku melihat masih ada sedikit warna pada lingkaran itu.
75 | P a g e Dan tanpa peringatan
Ini melanda seperti pisau. Mengejutkan, rasa sakit yang mengiris ke tulangtulangku.
Sebuah belati. . . memutar. . .
Berjuta rasa nyeri seolah keluar dari dalam tubuhku. Aku terbelalak.
"Demorf!" perintah Taylor.
Aku terdiam. Mustahil untuk merespon. Bahkan sulit untuk berbicara dengan
rasa sakit yang menyengat. Makin kuat. Makin intens dari sebelumnya. Telingaku
berdengung. Aku tidak tahan ... oh, Tuhan, sakitnya!
Berhenti, Pergi. Lingkaran itu sudah tidak berwarna.
Aku harus terlihat kuat. Tampak tidak terpengaruh. Tangguh. Tidak dapat
dikalahkan. Tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa kecuali berbaring. Berbaring
di sana dan bernapas. Bernapas.
"Benar-benar sangat indah, bukan?" dia berkata. Sebuah kebanggaan gila
bersinar di matanya. Tatapan yang tidak meninggalkan keraguan bahwa bibir
yang mengucapkan itu digerakkan oleh Yeerk yang ada di dalamnya. "Beberapa
ilmuwan terbaik kami menghabiskan waktu hampir satu dekade untuk
menyempurnakannya. Konsepnya benar-benar cukup sederhana. Kau tahu, aku
memiliki akses langsung tanpa hambatan ke bagian otakmu yang mengontrol
emosi dan sensasi fisik. "
Dia tertawa. Benar-benar suara tawa gadis yang genit. Dia mungkin telah
cekikikan saat bergosip tentang beberapa anak laki-laki. "Aku bisa membuat kau
76 | P a g e merasakan apapun yang sudah aku pilih. Yang barusan, jika kau tidak tahu,
adalah rasa sakit " dengan pengaturan terendah. Aku ingin tahu apa yang kau
pikirkan. Tidak, sungguh. Jujurlah. Ilmuwan kami menghargai umpan balik.
Terutama dari Andalite perkasa. "
Aku mencoba untuk menjawab. Tapi aku masih tidak bisa bergerak. Atau
memanggil kekuatan untuk mengeluarkan suara elangku yang tidak pernah aku
tahu sebelumnya. "Menarik," renung sub-Visser, menilai keadaanku. "Ini mungkin lebih mudah dari
yang aku perkirakan. Jangan menyerah terlalu cepat. Aku tidak ingin Visser Three
berpikir siapa pun bisa melakukan pekerjaan ini. Siap" Sekali lagi" "
Dia memukul lingkaran merah lagi.
Aku menjerit. Menjerit dan menjerit.
Sayapku gemetar, tak terkendali. Paruhku tersentak liar. cakar mencengkeram
kencang. Nyeri tak terlukiskan. Mengejutkan. Nyeri yang mampu memakan diriku,
mengunyah setiap nyaliku, memutar setiap akhir saraf.
Harus membuatnya berhenti. Harus membuatnya berhenti!
Katakan padanya! Katakan padanya! Buatlah berhenti, katakan padanya,
katakan padanya, katakan padanya!
Diriku, sisi manusiaku, anak laki-laki yang ada di dalam terus berteriak katakan
padanya, katakan padanya!
Tapi elang ... elang dalam diriku bisu, tak berdaya. Elang tidak mempunyai jalan
keluar. Bagian diriku yang lain, burung, tubuh, fisiknya tidak tahu bahwa ada
yang menyebabkan timbulnya rasa sakit ini.
Tidak tahu bahwa rasa sakit ini bisa diakhiri. Dan bagi elang, rasa sakit telah
menjadi bagian dari kehidupan. Realitas.
77 | P a g e Hidup adalah kelaparan. Hidup adalah membunuh. Hidup adalah bahaya. Hidup
adalah rasa sakit. Elang bisa mengelola itu. Tidak pada tingkat sadar, tentu saja, tapi di alam
bawah sadarnya. Menjaga hidup pada semacam autopilot primitif. Hanya bagian penting
organisme yang dipelihara. Tidak ada kontemplasi. Tidak ada keputusan. bahkan
observasi. Hanya bertahan hidup.
Anak laki-laki Tobias menjerit.
Elang Tobias sudah mulai menerima rasa sakit.
78 | P a g e BAB 16 Rasa nyeri berhenti. Terengah-engah.
Rasa nyeri mulai lagi. Berteriak-teriak.
Berhenti. Mulai lagi. Katakan padanya tentang semuanya!
Nyeri adalah normal. Hidup adalah rasa sakit.
Hentikan! Pergilah, manusia. Pergilah, anak kecil. Elang tahu. Si pemangsa mengerti
karena dia memang tidak tahu apa-apa.
gumamku sendiri.
"Apa katamu?" Tanya Taylor.
Tidak relevan. Dia bukan apa-apa, akulah elang.
Semakin dalam ke pikiran elang. Pergilah, anak manusia yang lemah.
Sepertinya aku berdiri di luar tubuhku. Elang, manusia - semuanya. pikiranku
mulai berpacu, hiruk-pikuk kegilaan. Sampai di atas itu semua.
Gelombang mengasihani diri sendiri, diikuti oleh gelombang kebencian, diikuti
oleh perasaan putus asa yang besar. Rasa sakit menambahkan semuanya itu.
Lebih cepat dan lebih cepat. Panik, takut, sedih.
Tapi entah kenapa. . . 79 | P a g e Menggunakan setengah dari diriku yang dilengkapi kemampuan untuk lebih kuat
menahan rasa sakit, aku sedang mencobanya. Tutuplah pikiran manusiamu
Tobias! Ini satu-satunya harapanmu, batinku.
Fokus pada elang. Fokus pada bagian dirimu di mana rasa sakit kurang subversif.
Kurang destruktif. Tenggelam dalam diri elangmu, Tobias. Jauh ke dalam hewan
pemangsamu sendiri. Tapi gambaran-gambaran mulai muncul!
Fragmen memori. Memori acak. Muncul tak terkendali dalam pikiranku.
Kegilaan! Kegilaan! Sebuah slide show dengan kecepatan yang super.
Sekilas. Tak tertahankan. Mendominasi realitas dan tidak mungkin untuk
dikontrol. Matikan. Matikan!
Ruang tamu cukup gelap. Seperti biasa, sudah tutup. Itu sekitar jam 04:00 dan
dia yang baru saja pulang. Dari pekerjaannya sebagai tukang reparasi atap.
Wajahnya kecokelatan dan kasar. Tangannya memegang sekaleng bir.
"Ya, lalu apa?" Suara pamanku. Serak dan dingin. Dia duduk di sofa, di mana ia
menghabiskan sebagian besar waktunya. Bahkan menghabiskan malam di sana,
juga. Dengan mata yang kosong dan lelah ia menatap TV. Dia memiliki remote control
yang baik. Disetel untuk band polisi. Menyimak laporan kriminal biasa.
Aku berbicara dengan hati-hati. "Yeah, ini seperti suatu kehormatan," kataku.
"Maksudku, Komite memilih gambarku keluar dari ratusan gambar lainnya.
Sebenarnya hanya sesuatu yang aku buat selama kelas seni. Aku tidak tahu kalau
gambarku terplilih. "
Aku berharap dia akan membawaku ke acara penerimaan hadiah yang diadakan
akhir pekan itu. Bodoh. memang tidak seperti sesuatu yang besar. Tapi semua
akan baik-baik saja. 80 | P a g e "Apakah kau mendapatkan hadiah uang?" gerutunya sambil lalu, bahkan tidak
berputar untuk melihat padaku.
"Tidak," kataku, bingung.
"Tidak" Jadi apa itu layak" Jika tidak bisa membantu membayar tagihan, apanya
yang bagus" "Dia melirik ke arahku merendahkan, lalu kembali ke TV." Ketika
aku masih seusiamu, aku sudah punya pekerjaan. Di tempat parkir. Mencuci
mobil. Semua uang aku serahkan ke Mom. Semua pendapatanku. Karena Dad
tidak ada. Aku sangat sibuk ... "Dia berhenti dan bersandar ke sofa.
Aku berdiri di kaki tangga, tidak bisa bergerak. Aku merasa air mata
menggenang di mataku. Aku tidak boleh menunjukkan padanya kalau aku
menangis. Aku berkata pada diriku sendiri, bukan hal yang besar, Tobias. Hanya beberapa
gambar bodoh. Bukan hal yang besar.
Kepadanya aku berkata, "Yeah, kupikir itu hanya sebuah ide."
Tidak ada jawaban. Aku menyeret diriku ke lantai atas ke kamarku. Berjalan menyeberang ke
jendela. aku bisa menangis di sini di mana tak seorang pun akan melihat.
Bodoh, mengapa menangis. Kemudian, melalui penglihatan yang kabur oleh air mata, aku melihat sebuah
mobil diparkir di rumah di seberang jalan. Seorang ibu dan putrinya keluar.
Berjalan bersama-sama ke pintu depan. Gadis kecil itu membawa sebuah lukisan
yang dicat, meremasnya sedikit saat dia berjalan. Sang ibu berhenti, mengambil
gambarnya dari anaknya, dan membawanya masuk ke dalam rumah seolah
lukisan itu adalah Mona Lisa.
Rasanya seperti ada seseorang telah menunjukkan bagaimana kehidupanku
tepat didepan di wajahku. Di sini, Tobias, lihatlah. Lihatlah kehidupanmu, dan
pada kehidupan anak-anak normal. Perhatikan baik-baik.
81 | P a g e Sendirian. Aku sendirian.
Kemana kekuatanku berasal"
Aku mengangkat tangan untuk menyeka air mata.
Sebuah tangan itu. . . jari yang. . .
Bulu. Sebuah sayap. Aku berbalik untuk menghadapi kaca. Ekspresi mata yang sama menatap ke
arahku.
"Menyerahlah," kata Taylor, suaranya mengandung simpati. "Apakah kau pikir
aku suka melakukan ini" "Dia tertawa tiba-tiba seperti cicit seekor tikus." Aku
akan mematahkanmu. Kau tahu, mematahkanmu. Sekarang demorf, Andalite.
Menyerahlah dan penderitaanmu akan berakhir. "
82 | P a g e BAB 17 Lagi dan lagi, lingkaran bersinar. Warna merah menyala.
Naluri elang dalam diriku mengatakan kepadaku untuk mundur. Tapi ke mana"
Aku terbang di sekitar kubus. Seperti ayam gila di dalam kandangnya. Tidak ada
tempat untuk lari! "Kau hanya menghabiskan energimu," sub-Visser mengatakan. "Kau akan
berharap kau bisa menghemat energimu. "
Bulu-bulu patah berserakan di bawah kubus. Dan semakin aku menyadari
mungkin sayapku patah. Aku ambruk di pojok, kelelahan. Hampir hancur oleh rasa nyeri dan sakit yang
tidak bisa kuhentikan.

Animorphs - 33 Ilusi The Illusion di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kita mulai lagi," kata Taylor cerah. "Siap" Tidak" Sayang sekali!"
Rick Stathis. Di sana, di atas bukit. Menungguku di trotoar pada pagi hari di
musim dingin. Napasnya mengepul seperti marah banteng. Sebuah dada bidang
dan berotot tersembunyi di bawah mantel hitam tebal. Mata birunya mencari di
blok terdekat, berharap untuk melihatku datang.
Tidak ada jalan melarikan diri. Dia akan menggangguku. Memukulku. Mengapa
dia melakukan itu padaku" Kenapa aku" Aku bisa menempuh jalan lain.
Mengambil rute panjang untuk ke sekolah. Tapi dia akan menemukanku pada
akhirnya. Memukulku dengan sangat keras. Perutku bergejolak. . .
Dan ada Aria. Wanita muda yang mengatakan dia keluargaku. Yang mengatakan
dia akan memberiku sebuah rumah. Bahkan peduli padaku. Aria. Sebenarnya,
tidak ada. Itu hanya topeng - morf - dari Visser Three. Visser Three,
merencanakan kematianku. 83 | P a g e Aku korban penipuan. Sekali lagi. Harapan palsu.
Jangan pernah percaya. . . Jangan pernah!
"Demorf, Andalite," sub-Visser mengulangi kata-katanya, dengan geraman
rendah. "Sekarang aku mulai bosan."
Kilasan gambaran di memoriku semakin cepat. Tak terhindarkan. Kubus itu
panas. Menyesakkan. Aku berjuang untuk menarik napas.
"UhhhIAhh!" Rick membantingku pada loker, meremas kerah kemejaku.
Bam! Tinjunya telak mengenai wajahku. Aku mengulurkan tangan menutupi
hidungku yang berdarah. Tapi terasa keras seperti tulang. Melengkung. Tajam di
ujungnya. Aku mendarat di lantai berdebu di loteng Jake. Mencoba membuka tutup dari
Rubbermaid kontainer untuk makan makanan yang mana aku terlalu mual untuk
membunuh. Terjebak dalam morf. Selamanya. Tidak pernah berubah lagi. Tidak menjadi
manusia lagi . . . Terimalah takdirmu! Aku tidak mau! Menatap bulan sabit. Bintang-bintang. Aku menangis sambil
berbisik. Tapi aku tahu saat aku berbicara, aku bahkan tidak tahu di mana
rumahku. "Kau beberapa tahun cahaya dari rumah, Andalite." Sub-Visser! Apa" Apakah aku
berbicara keras-keras"
84 | P a g e "Orang-orangmu triliunan mil jauhnya. Mereka tumbuh semakin lemah setiap
hari. Tidak ada satupun yang datang untuk menyelamatkanmu. "
Mangsa. Aku adalah mangsa. Aku yang diburu dalam setiap cerita hewan yang
pernah diceritakan Cassie. Angsa Kanada dipukuli sampai mati di lapangan golf.
Aku merasa tengkorakku pecah. Kebingungan, teriakan ketakutan. Dengusan
gembira dari anak laki-laki dengan tongkat bisbolnya.
Lalat terbaring gemetar dan ketakutan di atas beton. Dua teman sekelas
melepas sayap pertamanya, kemudian diikuti sayap yang lain. Sebuah
eksperimen ilmiah, mereka berkata. Aku merasa tubuhku terasa robek.
Dengung mesin pesawat. Sesosok bayangan pria yang menakutkan mengikutiku,
melacakku. Mengikutiku setiap aku berbelok. Aku adalah seekor serigala. Di
seberang salju yang belum tersentuh sinar matahari.
Berdebar. Bernapas. Bernapaslah, bernapas. Aku serigala yang sering kulihat dalam klip video. Serigala itu, dengan busa
tertinggal dari mulutnya. Kelelahan dan teror di matanya. orang-orang di
pesawat menembak orang-orang lainnya. Dari udara. Mereka menggunakan
teropong khusus dan senapan. Permainan pemburu yang mengatakan bahwa
aku telah merusak olahraga mereka. jadi mereka akan mengejarku. Mengejarku
sampai aku tidak bisa lari lagi. Dan jatuh, meledak jantung, ke dataran. Korban
pembantaian. Lebih baik bagi serigala yang tidak dapat memahami takdirnya sebagai predator.
Perjalanan Yang Berbahaya 2 Pendekar Mabuk 089 Pedang Penakluk Cinta Misteri Listerdale 2

Cari Blog Ini