Ceritasilat Novel Online

Ramalan The Prophecy 2

Animorphs - 34 Ramalan The Prophecy Bagian 2


menggunakan mulutku sekarang. Bukan berarti aku semakin nyaman
membiarkannya melakukan itu. Aku merasa seperti ventriloquist "ahli bicara
perut- paling buruk sedunia.
"Konyol," protes si Arn. "Aku sudah tua. Sebentar lagi aku akan mati."
"Kau memintaku untuk bisa menggunakan Hork-Bajir lagi. Setiap kali Hork-Bajir
barumu membunuh satu Yeerk dia juga akan membunuh satu dari kaumnya."
Aldrea bertanya, "Kau membawaku kembali untuk membantu Hork-Bajir
membunuh Hork-Bajir?"
"Apa yang kau katakan memang benar, nenek buyut," kata Toby. "Tapi tidak ada
jalan lain. Sedikit dari kaum kita yang berhasil selamat dari virus Andalite. Hanya
mereka yang sudah dibawa pergi dari planet oleh Yeerk, dan sedikit dari mereka
yang memiliki kekebalan alami seperti kau dan kakek buyut. Kita dapat tumbuh
kembali, merebut kembali dunia kita. Tapi tidak sampai kita melemahkan
Yeerk." Toby melangkah ke depanku dan membungkuk agar dia dapat melihat ke dalam
mataku. Tidak. Ke dalam mata Aldrea, karena mungkin saja aku tidak berada
disana. "Ijinkan aku menemanimu ke planet kita. Kita dapat memulai dari awal
lagi, melanjutkan perjuangan yang telah kau dan Dak Hamee mulai," pinta Toby.
39 | P a g e Aku merasakan hujaman kepedihan lain dari Aldrea ketika Toby menyebut nama
Dak. Kemudian aku merasakan dia menyingkirkan kesedihan itu.
"Kau seorang seer, Toby, tapi kau juga masih muda. Kau tak tahu apa yang
sedang Arn ini, Andalite ini, dan bahkan, kuduga, para manusia ini, inginkan.
Sekalipun bersenjata lengkap, apakah kau pikir segelintir Hork-Bajir yang
makhluk ini, Arn ini, penipu ini, pembohong dari kaum pembohong ini, pengecut
dari kaum pengecut ini?" Dia mengarahkan telunjukku pada si Arn. Aku
merasakan wajahku membentuk ekspresi marah.
Dia mendapatkan kembali kendali atas emosinya, tetapi sekarang adrenalin
mengalir deras di tubuhku. Dia telah menggerakan respon klasik tubuh manusia
akan stress. Dan dengan aliran adrenalin itu ketakutan dan kemarahanku sendiri
mulai tumbuh. "Hork-Bajir membunuh Hork-Bajir dan siapa yang akan untung?" tuntut Aldrea.
"Semua musuh para Yeerk akan untung," kata Jake. Toby mengangguk dan
berkata, "Benar, nenek buyut, itu akan menjadi selingan. Itu hanya akan menjadi
pengalih perhatian untuk Yeerk. Banyak Hork-Bajir akan mati. Tapi kita tetap
harus bertarung." Aldrea merentangkan tanganku lebar. "Kenapa?"
"Karena kita harus menjadi kaum yang merdeka, nenek buyut. Kemerdekaan kita
sekarang jauh disini, di lembah ini, di planet ini, yang telah dibawa dan ditebus
oleh para manusia ini, teman kita. Tapi kemerdekaan tidak bisa diberi.
Kemerdekaan harus diambil dan dipegang dan dipertahankan. Kemerdekaan kita
haruslah hasil dari perjuangan kita sendiri."
Lagi-lagi aku merasakan sedikit kesedihan milik Aldrea. Setiap kata-kata yang
keluar dari mulut Toby mengingatkannya pada Dak.
"Ucapan yang berani, Toby. Kau mungkin akan berpikir ulang ketika melihat
tumpukan mayat yang meninggi. Kakek buyutmu dulu begitu."
40 | P a g e Tidak ada yang bicara. Keputusan ada di tangan Aldrea. Harus dia yang
memutuskan. "Kita pergi. Tapi aku peringatkan kau, Arn: Kau tidak akan
mengkhianati Hork-Bajir dan berhasil selamat. Sekarang, ayo kita pulang ke
rumah." Ax bergumam.
Aldrea menolehkan kepalaku kearahnya. dia berkata pelan padaku.

kataku.
katanya. Kemudian dia menatap
Ax secara langsung dan, dengan lantang, dengan suaraku, berkata, "Manusia ini,
Cassie, bilang padaku bahwa kau teman, Andalite. Aku memperingatkannya
tentang teman-teman Andalite."
perempuan Seerow, yang berpura-pura menjadi Hork-Bajir"> balas Ax sengit.

menganggap dirimu setara dengan seorang Hork-Bajir seer, tapi kepandaianmu
bukanlah hasil dari fluktuasi genetik. Aku tidak mengenalmu, Aldrea-IskillionFalan, tapi aku tahu kau. Kau mempunyai kecerdasan yang tinggi, emosi yang
terkendali, berkemampuan untuk berbohong dan memanipulasi demi
keuntunganmu. Kau juga secara garis besar memiliki sifat damai, bermoral,
pemberani, dan rela mengorbankan diri. Sederhananya, kau adalah Andalite.
Bukan Hork-Bajir.> "Kau bisa saja menggambarkan seorang manusia," Rachel berkata dengan ceria.
"Sekarang, tambahkan "kesombongan" dan "tidak punya selera humor," dan
kemudian jadilah Andalite."
Aku kaget saat Aldrea tertawa keras. Tawaku. "Jelas sekali kalian para manusia
telah menghabiskan cukup banyak waktu bersama Andalite."
41 | P a g e Ax tidak ikut dalam suasana yang mencair itu. Dia tetap memfokuskan mata
utamanya yang besar itu padaku. Padanya.
punya satu tujuan untuk dilaksanakan. Ketika kau sudah menunjukkan lokasi
senjata itu kepada kami Ixcila milikmu akan kembali ke tempat penyimpanan.
Kau sudah mati, Aldrea-Iskillion-Falan. Saat kau sudah melaksanakan satu tugas
ini, ilusi kehidupan ini akan berakhir dan Cassie akan menjadi dirinya sendiri.>
Dinding di antara Aldrea dan diriku kembali muncul. Bahkan terasa lebih kuat
dari sebelumnya. Aku sama sekali tidak tahu apa reaksinya yang sebenarnya
terhadap pertanyaan Ax. "Aku memahami kenapa Upacara Kelahiran Kembali ini dilakukan," dia
menjawab dengan sikap netral. "Aku mengerti kalau Arn membawaku kesini
hanya untuk memanfaatkanku demi tugas ini. Aku akan melakukan apa yang
menjadi kewajibanku."
Bukan jawaban yang kuinginkan.
kataku.
Jawaban yang lebih baik. Dan jika dia mengembalikannya tanpa ragu, lebih baik
jika terus begitu. 42 | P a g e "Oke, kurasa kami seharusnya memberi penjelasan padamu, jadi begini: Salah
satu morf terbaik Cassie untuk bertarung adalah serigala," Rachel memberitahu
Aldrea saat kami dalam perjalanan pulang melewati hutan yang lebat dimana
sinar matahari hanya bisa menyusup melalui celah-celah pohon.
Yang lain dalam wujud morf dan terbang di atas. Paling tidak mereka telah
diperintah untuk terbang, atau setidaknya ada satu yang bertugas memantau.
Ada rencana-rencana yang harus dibuat. Kami akan pergi untuk sementara. Chee
harus dihubungi. Jika benar dugaanku, Jake paling tidak akan menyuruh satu atau dua orang untuk
diam-diam mengintai kami dari belakang. Jake juga sama tidak puasnya
denganku atas jawaban Aldrea.
Jalan-jalan santai di hutan ini adalah sebagai penguji. Jika Aldrea melakukan
sesuatu yang berbahaya, Rachel sudah siap beraksi, dan mungkin Tobias dan Ax
juga. Aku tidak bisa melihat mereka. Tapi aku berani bertaruh mereka berada
dalam jarak dekat. Jake menyarankan agar Aldrea belajar untuk mengendalikan morf-ku. Di planet
Hork-Bajir nanti, dia akan berperan besar. Dalam sebuah peperangan sangatlah
dibutuhkan respon yang cepat. Dia harus tahu senjata mana yang harus
digunakan. Dan kami harus tahu bagaimana dia mengendalikannya.
"Serigala memiliki kecepatan yang hebat," Rachel mengoceh. "Giginya yang
tajam berguna untuk menggigit dan merobek. Daya tahannya luar biasa. Mereka
bisa berlari sepanjang malam. Andai saja kau memilihku, Aldrea, kau akan
mendapat kekuatan yang hebat. Morf gajah Afrika-ku. Beratnya hampir, empat
belas ribu pons. Belum lagi beruang grizzly-ku."
43 | P a g e Aku merasakan sedikit rasa kagum dan terhibur dari Aldrea. Sedikit hal yang bisa
tersalurkan melalui dinding itu, tapi yang aku lihat dan rasakan hanyalah apa
yang Aldrea ijinkan untuk kulihat dan kurasakan.
Harus kuakui aku bukannya mengeluarkan semua rahasiaku yang paling dalam
dan gelap. Aku mengendalikan tubuhku, mulutku, dan mataku lagi. Tapi aku
berusaha untuk tidak mencari diantara pepohonan dan semak-semak untuk
menemukan tanda-tanda keberadaan Tobias atau Ax, dan membuatnya
menyadari apa tujuan kami.
"Jadi, bukannya itu menggangguku, tapi ngomong-ngomong kenapa kau tidak
memilihku?" Rachel bertanya. "Maksudku, ayolah! Aku ada disana, siap untuk
beraksi." "Bukannya itu mengganggumu," kataku menirukannya.
"Tentu saja tidak. Aku hanya tanya?"
tanya Aldrea.
"Dia ingin tahu kenapa dia harus memilihmu," laporku. "Apa perlu kujelaskan
kalau kau itu yang terkuat, terhebat, pembunuh Yeerk terdahsyat, Xena: Warrior
Princess, dimana aku hanyalah anak plin-plan, pecinta binatang, dan pemeluk
pohon?" "Kau lupa menyebutkan kalau aku jauh lebih punya selera fashion yang bagus,"
tambah Rachel. "Sebenarnya, aku juga penasaran kenapa kau memilihku, Aldrea," kataku,
berbicara dengan mulutku agar Rachel juga tahu. "Kami semua berpikir kau akan
memilih Rachel atau Toby."
Aldrea akhirnya mengakui. membuat pilihan. Hal pertama yang kusadari adalah aku sudah berada di
tubuhmu.> Mungkin itu karena dia bisa merasakan kekagumanku padanya karena telah
memilih untuk menjadi Hork-Bajir.
44 | P a g e Tidak, itu tidak masuk akal. Aku bukan satu-satunya yang berpikir bahwa
tindakannya menentang kaumnya sendiri untuk melawan Yeerk adalah tindakan
heroik. Aku meneruskan jawabannya ke Rachel. Aku bisa saja membagi kendali atas
mulutku dengannya, mungkin, tapi itu akan menimbulkan banyak masalah,
kebingungan. Aku tidak ingin membebaninya lebih dari yang bisa
ditanggungnya. Tapi aku juga tidak ingin membuatnya memusuhiku dengan
bersikap curiga padanya. Aku rasa Miss Manners tidak membahas masalah sosial
seperti ini, pikirku. kita berdua hati-hati, kita dapat menghindari masalah.>
"Ya," katanya. "Ya apa?" tanya Rachel,
"A-ku-di-a-jamrff-coo har dabdiligg?" Dua pikiran, satu mulut.
Rachel membelakkan mata pada kami. "Uh-huh. Dan untuk sementara, kembali
ke rumah sakit jiwa?"
kataku.
"Awalnya kupikir aku telah diberi receptacle yang konyol," Aldrea mengakui,
berbicara dengan Rachel seolah-olah aku tidak ada disana dan bisa mendengar.
"Aku tidak tahu bagaimana aku bisa berperang dengan tubuh yang lemah ini.
Tidak ada jenis mata pisau apapun. Bahkan tidak punya racun tersembunyi!"
"Ya, tapi dia punya tas berisi enema7 yang digunakannya pada rakun-rakun,"
Rachel bergurau. "Tapi sekarang ketika aku tahu ini punya kemampuan morf, aku yakin ini bisa
berguna cukup baik," lanjut Aldrea.
7 Enema bag = tas berisi enema. Enema = semacam suntikan berisi obat yang biasanya dimasukkan ke anus untuk
penderita konstipasi dan sejenisnya. Gak perlu dijelasin lebih detil kan"
45 | P a g e Ini. Aku rasa "ini" adalah kata yang tepat untuk menyebut sebuah tubuh. "Ini"
mengambil alih pusat bicara.
"Jadi, apa kau siap untuk mencobanya?" tanyaku. "Aku berkonsentrasi pada DNA
serigalaku sekarang. Apa kau bisa merasakannya?"
jawab Aldrea.
"Untuk memulai morf yang harus kau lakukan adalah ?" kataku.
jawab Aldrea. menciptakan teknologi morf.>
Nada suaranya yang angkuh mengingatkanku pada Ax. Sesekali ia selalu
menyinggung-nyinggung betapa primitif-nya teknologi manusia.
Aku bisa saja bertanya padanya sudah berapa kali ia morf. Berapa banyak hewan.
Aku bisa saja menyebutkan bahwa aku dan teman-temanku kemungkinan adalah
juara morf antar-galaksi. Tapi aku merasa tidak benar. Aku merasa" entahlah.
Aldrea adalah seorang pahlawan bersejarah. Dan aku adalah cewek dengan tas
berisi enema. "Well, silahkan, kalau begitu," gumamku.
Aku merasa ujung hidungku menjadi basah dan dingin. Tapi hanya untuk
sekejap. Kuku-kukuku menebal dan memanjang. Tapi sedetik kemudian kembali
seperti semula. "Kau menahanku, Cassie," kata Aldrea.
"Oh. Maaf. Aku tidak tahu," jawabku. "Silahkan."
Aku merasa Aldrea mulai berkonsentrasi pada DNA serigala. Aku mulai menarik
napas, kemudian menyadari kalau sekarang dia yang seharusnya mengendalikan
pernapasanku. Perubahannya mulai lagi. Tulang kakiku bergemeletuk ketika
engselnya berubah arah. Kulit tanganku terasa gatal saat bulu-bulu kasar mulai
tumbuh dari sana. Morf selalu saja menyeramkan. Kali ini jauh lebih mengerikan.
46 | P a g e Setiap sensasi bagaikan berlipat ganda. Aku ingin teriak saat organ dalamku
bergeser dan tulang rusukku berkontraksi.
Aku menyuruh diriku untuk tenang. Aku memutuskan untuk berpura-pura seolah
diriku sedang menonton film. Aku bahkan berusaha membayangkan aku dapat
merasakan kursi bioskop yang empuk di punggungku dan lantai yang lengket di
bawah kakiku. Ketika mulutku melebar di wajahku, aku mencoba untuk membayangkannya
sebagai spesial efek yang yang keren dalam film Aldrea: si Alien Manusia Serigala.
Sedikit membantu. Sangat sedikit.
Aku terjatuh ke depan pada tanganku. Tidak, cakarku. Sekarang adalah cakar.
Beberapa saat kemudian, perubahannya selesai.
Aldrea segera berlari dalam hutan. Aku dapat merasakan kegembiraannya. Dia
merasa kuat dan bebas. Aku merasa bagaikan berada dalam sebuah mobil yang melaju kencang tanpa
rem dan tanpa setir. Aku mencoba untuk membayangkan lagi gambaran bioskop
tadi, tapi aku tidak bisa. Tidak ketika Aldrea berlari kencang menuju sebuah
pohon pinus yang besar! Jika kami menabrak pohon pinus itu dengan kecepatan
ini tentu tidak akan hanya ada cipratan darah palsu. Tentu akan muncul ledakan
kesakitan yang hebat. teriakku.
Dia membelok, menghindari pohon itu hanya dengan jaran beberapa inchi.

jeritku. balas Aldrea. biasa.> Dia benar. Mungkin saja aku juga sering menghindar seperti itu saat dalam morf.
47 | P a g e Jelas sekali kalau Aldrea sama sekali tidak kesulitan untuk mengendalikan tubuh
ini. Aku hanya harus mempercayainya. Kecuali bahwa dia bukan dari bumi.
Bagaimana jika ada situasi darurat yang tidak disadarinya" Apakah aku bisa
mengambil alih kendali tubuhku tepat pada waktunya"
Aku memutuskan untuk melakukan sedikit eksperimen. Tanpa mengatakan
apapun pada Aldrea, aku mencoba untuk menggoyangkan ekorku " emm, kami.
Tidak bergerak. Aku mencoba lagi, memfokuskan semua energi yang kupunya pada otot-otot di
ekor. Ekor nya menyentak sedikit. Bukan kibasan ekor seperti biasa. Tapi paling
tidak bisa bergerak. tanya Aldrea. Dia mengubah larinya menjadi
derap langkah, dan aku bisa merasakan sedikit rasa sebal darinya.
Aku ragu-ragu. Aku tidak ingin mengaku kalau aku mencoba untuk mengetes
sejauh mana kendali yang kumiliki.
Rachel melompat ke samping kami dalam morf serigalanya sendiri. Aku tidak
bisa mencegah diriku untuk berpikir bahwa jika Rachel berada dalam posisiku dia
pasti bisa mengibaskan ekor ini dan bukannya sedikit sentakan seperti tadi.


Animorphs - 34 Ramalan The Prophecy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rachel tidak akan merasa terintimidasi oleh Aldrea. Dia pasti akan menerapkan
aturan: Lakukan apa yang kusuruh, atau kalau tidak"
Kalau tidak lalu apa" Itulah pertanyaannya, iya kan. Kalau tidak" apa"
Aku bertanya-tanya lagi kenapa Aldrea tidak memilih Rachel. Tapi mungkin saja
jawabannya sudah jelas: Mungkin dia memilihku karena dia bisa merasakan
akulah yang paling lemah.
Apakah dia merasa kalau aku yang paling mudah untuk dikendalikan" Apakah
Aldrea, bahkan dalam bentuk Ixcila-nya, telah menganggapku sebagai korban
yang paling mudah" 48 | P a g e "Oke, ada cewek, namanya Holly Perry, kau tahu, dia pindahan dari Polk?" Marco
berkata dari tempat duduknya di atas tumpukan besar jerami di gudang
jeramiku. "Aku ingin Chee yang menggantikanku untuk mengajaknya kencan.
Aku sudah mencoba beberapa kali, tapi ada yang salah dengan suaraku."
"Dia mulai berkokok seperti ayam saking takutnya," komentar Rachel.
"Holly Perry, tidak masalah," Erek si Chee berkata pada Marco. "Bukannya kami
punya kerjaan lain selain memperjuangkan kehidupan cintamu. Ya, Chee yang
menggantikanmu juga akan mengambil cuti sementara atas pekerjaan tetapnya
sebagai manajer restoran, tapi tentu saja, kehidupan cintamu yang paling
utama." Marco mengangguk. "Bagus, selama kita sepakat mana yang lebih penting."
Aldrea sama sekali tidak mengerti. Nyaman rasanya melihat dia kebingungan.
jelasku. mengubah penampilan mereka. Selama kita pergi, Erek akan membuat sebagian
dari mereka menggantikan kami untuk sementara. Berpura-pura sebagai kami di
rumah dan di sekolah.>
"Jika kami belum kembali sebelum kencannya, Chee-ku tinggal pergi kencan
dengannya dan pastikan Holly merasa senang," lanjut Marco.
"Apa kau pikir itu ide yang bagus?" tanya Rachel. "Bukankah Holly pasti akan
kecewa saat dia berkencan dengan dirimu yang asli?"
Aku merasakan ketidaksabaran dari Aldrea. Dinding yang memisahkan emosi
kami mulai runtuh. Pikirannya masih tidak bisa kugapai, tapi aku bisa lebih
"merasakan" dia sebagai seseorang yang berada di dalam diriku dan bukannya
dari luar. 49 | P a g e kegelisahan sebelum menjalankan suatu misi,> jelasku padanya.
Ketidaksabarannya tidak berkurang.
gumamnya. bertarung melawan Yeerk.>
Aku merasa kalau ia tidak menerima perbandingan itu.
"Ada instruksi lain?" tanya Erek.
"Bilang pada siapapun yang menggantikanku untuk tidak terlalu baik pada adikadikku kali ini." Jawab Rachel. "Mereka akan curiga."
Erek tersenyum. "Jake" Cassie" Ada sesuatu?"
Jake menggelengkan kepalanya. Aku bisa merasakan kalau di dalam kepalanya,
paling tidak, sudah pergi jauh dari Bumi.
"Mungkin aku tidak seharusnya menanyakan ini," kataku perlahan. "Mungkin
bisa jadi kesialan atau apa. Tapi jika kami" jika kami tidak dapat kembali,
apakah?" aku tidak bisa menyelesaikan kalimatku. Sebuah perasaan berduka
yang mendalam mulai memenuhiku disamping rasa cemasku.
Butuh beberapa saat untukku sadar bahwa sebagian besar perasaan itu berasal
dari Aldrea. Pemikiranku membuatnya teringat akan orangtuanya dan adik lakilakinya. Semuanya telah pergi darinya.
"Kami bisa tinggal dengan keluargamu," kata Erek. "Jika kau benar-benar
menginginkannya." "Tidak," kataku cepat. "Lupakan saja. Tidak. Aku" aku rasa aku tidak ingin ada
yang menjadi diriku untuk selamanya."
Erek mengangguk. "Kau benar. Aku telah hidup sangat, sangat lama.
Menyaksikan begitu banyak kematian. Aku tidak pernah mengerti apa
50 | P a g e untungnya untuk mengingkari adanya kematian. Semua orang pasti meninggal.
Semua orang pasti berduka cita. Itu lebih baik daripada menganggap kematian
sebagai permainan." Dia memutar badannya untuk keluar.
"Oh, Erek, satu hal lagi," Marco memanggilnya. "Aku agak butuh sebuah
karangan perbaikan tentang tokoh besar dalam sejarah Amerika. Sepertinya
harus dikumpulkan lusa."
"Bagaimana dengan Franklin Roosevelt" Aku adalah pelayan di White House saat
masa kejayaannya. Aku adalah orang yang menciptakan istilah "New Deal". Tentu
saja itu saat kami main poker."
51 | P a g e Untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari satu hari ini, kami terbang menuju
lembah Hork-Bajir. Semuanya diam. Marco dan Rachel sama sekali tidak mencoba untuk saling
mengejek seperti biasa. Aldrea bahkan tidak berbicara denganku sama sekali
dalam bahasa pikiran pribadi kami.
Jake juga tidak bicara banyak padaku. Dia tidak bisa bicara padaku, bahkan untuk
sekedar menenangkanku, tanpa berbicara dengan Aldrea juga. Aku tahu dia
waspada akan hal itu. Aku lega saat bisa melihat Quafijinivon, Toby, dan Hork-Bajir lain sudah
berkumpul mengelilingi pesawat luar angkasa Yeerk. Pesawat ini lebih besar dari
Bug Fighter, tapi tetap saja cukup kecil. Tidak seperti Bug Fighter yang
berbentuk seperti kerangka kecoa dengan Kanon Dracon kembar dipinggirnya,
pesawat ini lebih mirip pesawat Andalite yang berbentuk oval, dengan tabung
mesin di masing-masing sisi. Tapi Kanon Dracon tergantung di bawah dan
bukannya ke atas seperti ekor mereka.
Aku ingin segera naik pesawat itu secepat mungkin. Satu-satunya cara untuk
menyelesaikan misi ini adalah dengan memulainya. Satu-satunya cara untuk
kembali ke Bumi adalah dengan meninggalkannya. Satu-satunya cara untuk
mengambil kembali kendali tubuhku adalah dengan membiarkan Aldrea
menggunakannya sekarang. Aku sudah siap. Aku harus siap. Pilihan itu sudah diambil ketika Aldrea memilih
receptacle-nya. Aku merapatkan sayapku ke tubuhku dan membiarkan diriku meluncur ke tanah.
Aku demorf dengan cepat. 52 | P a g e "Siapapun yang belum punya morf Hork-Bajir, ambil sekarang," Jake memberi
instruksi sebelum bulu di wajahku lenyap semua.
Aku mendekati Jara Hamee dan mengulurkan tanganku ke arahnya. "Bolehkah?"
tanyaku. "Jara bantu," dia menjawab.
Aku menekankan tanganku pada dadanya yang berkulit kasar. Aldrea berjuang
melawan rasa sedihnya yang muncul kembali. Awalnya aku tidak tahu kenapa,
tapi kemudian aku sadar bahwa dengan menyentuh Jara pasti telah membuatnya
teringat bagaimana rasanya menyentuh Dak Hamee.
Semuanya masih baru untuknya. Kesadaran mengenai kematian yang telah
terjadi bahkan sebelum aku lahir baru diketahuinya beberapa jam yang lalu. Aku
tidak bisa membuat diriku menganggap hal itu sebagai sebuah kenangan. Dak
Hamee adalah sejarah di masa lampau untukku. Tapi bagi Aldrea, dia adalah
seseorang yang hidup dan bernapas.
Aku menyerap DNA Jara secepat mungkin dan menyingkirkan tanganku. masih sangat merindukannya, kan"> aku bertanya pada Aldrea.
tangannya dan mengatakan bahwa aku mencintainya. Mungkin saja aku telah
melakukan itu, tapi di dalam ingatanku tidak, padahal hanya itu yang kupunya.>
Sama sekali tidak membantu. Tapi aku tidak tahu harus bilang apa lagi.
Aldrea tidak membalas. "Sudah waktunya," Quafijinivon mengumumkan.
Dia melangkah menuju pesawat, menunjukkan jalannya, kemudian berhenti dan
berbalik menghadap ke arah para Hork-Bajir yang penuh antisipasi.
"Kawan-kawan Hork-Bajir: Aku sangat-sangat berterima kasih atas DNA yang
kalian berikan. Aku akan melakukan semua yang kubisa untuk menolong koloni
baru dalam mengusir Yeerk dari planet asal kalian. Kalian boleh percaya atau
53 | P a g e tidak, tapi aku bersumpah bahwa aku, Arn terakhir yang ada, akan menebus
semua dosa-dosa kaumku."
Tentu saja para Hork-Bajir tidak akan mengerti bahkan separuh dari katakatanya. Tapi mereka menangkap nada suaranya.
Jara Hamee memukulkan tangannya ke dadanya. "Merdeka atau mati!"
teriaknya. "Merdeka atau mati!" Ket Halpak mengikuti. Dia memukulkan tanganya pada
dadanya. Hork-Bajir lain bergabung dalam seru-seruan itu.
"Merdeka atau mati!"
Bug! "Merdeka atau mati!"
Bug! Mataku mulai berair. Aku tidak tahu apakah ini perasaan dariku atau dari Aldrea
yang membuat air mata ini terbentuk. Pada saat itu perasaan kami hampir sama.
"Oke, ayo berangkat," kata Jake.
Aldrea dan aku memandang para Hork-Bajir untuk yang terakhir kali. Kami
menepuk dada kami dengan tangan. "Merdeka atau mati!" kami berseru.
"Kami" adalah satu-satunya cara untuk menggambarkan keadaannya. Aku tidak
yakin apakah itu suaraku atau suaranya yang menyerukan seruan para HorkBajir. Pada saat itu, dinding di antara kami menghilang.
Tetapi, saat kami mulai memasuki pintu pesawat, aku merasa Aldrea menjauh
dariku. Aku juga sedikit menjauh darinya.
Kami masih orang baru untuk satu sama lain. Kami berdua butuh privasi. Aku
memasuki pesawat, Marco disampingku.
54 | P a g e "Hei, itu bagus. Sebuah bak mandi air panas," serunya. "Kalian para wanita boleh
bergabung denganku." Aku mengikuti pandangannya pada sebuah kolam Yeerk
kecil dan kosong yang mendominasi satu-satunya "ruangan".
"Kosong," Quafijinivon menenangkan kami. "Aku akan mengambil kemudi. Kita
akan sampai ke Zero-space segera setelah kita melewati atmosfer. Aku harus
mempersiapkan perjalanan menuju planet Arn."
"Planet Hork-Bajir," gumam Rachel, dengan tatapan penuh arti ke arahku.
Quafijinivon seperti tidak mendengarnya. Dia berjongkok dengan kesulitan,
bersandar pada kursi kapten yang dirancang untuk Hork-Bajir. Tempat di
sampingnya tidak berkursi, cocok untuk Taxxon.
Ax memperhatikan kemudi pesawat.
komentar Ax. Kemudian, bahasa pikirannya dibuat menjadi santai, dia berkata,
Andalite dasar dari" well, kita semua tahu siapa yang memberi Yeerk
kemampuan untuk menjelajah Zero-space.>
"Ayahku," Aldrea menjawab dengan nada menantang. "Ayahku, Pangeran
Seerow. Tanpa ayahku, Yeerk tidak akan punya kesempatan untuk menyebarkan
kejahatan mereka," lanjutnya. "Tanpa ayahku, kita tidak perlu membahayakan
nyawa kita dalam misi ini. Itulah yang Andalite pikir."
pintaku.
Dia mengabaikanku. "Semua itu memang benar," Aldrea menegaskan. "Tapi juga benar bahwa
ayahku telah melakukan apa yang dia rasa benar. Dia percaya bahwa dia telah
menolong sebuah peradaban yang berhak untuk berkembang."

Aldrea menyentakkan kepalanya " kami " ke arah Ax.
55 | P a g e "Apa yang dia lakukan tidak berbeda dengan memberikan para manusia ini
kemampuan untuk morf. Dan siapa yang telah melakukan itu, AximiliEsgarrouth-Isthill" Aku tahu mereka tidak bisa mengembangkan teknologi ini
sendiri." Ax mulai
memprotes. "Oh, tapi aku bisa!" seru Aldrea penuh kemenangan. "Jika kakakmu memberi
para manusia kemampuan untuk morf, itu artinya dia telah memberikan
teknologi kepada spesies yang lebih rendah. Teknologi yang tidak bisa mereka
ciptakan sendiri. Itulah yang ayahku lakukan."
"Tunggu sebentar, apa kau sedang membandingkan Yeerk dengan manusia?"
tuntut Rachel. "Itukah yang kudengar?"
"Well, awal perjalanan yang bagus," Marco tertawa. "Kita bahkan belum sampai
ke tempat peristirahatan pertama dan anak-anak sudah mulai berantem di kursi
belakang." Tobias mulai bicara.
"Oke. Diskusi berakhir," kata Jake. Tobias diam di tengah kalimat. Aku bisa
merasakan ketidakpercayaan Aldrea karena disuruh diam oleh seseorang yang
dia lihat sebagai alien muda.
"Kita adalah tim disini," Jake berkata dengan suara yang sangat pelan hingga
memaksa semua orang untuk mendekat agar bisa mendengar. "Kita harus bisa
saling mengandalkan satu sama lain. Kita akan masuk jauh ke wilayah musuh.
Planet Hork-Bajir ada di tangan Yeerk. Yeerk berjaga dimana-mana disana. Dan
kita bergantung pada dua orang yang tidak kita kenal: Quafijinivon dan Aldrea."
Dia menatap tajam padaku/Aldrea. "Kita akan dipandu oleh Quafijinivon dan
Aldrea. Dan kita akan selalu mendengarkan Toby. Tapi ini adalah misi
Animorphs." "Itu artinya kau yang memegang kendali?" tuntut Aldrea, menahan tawa.
56 | P a g e "Tepat sekali. Itulah yang kumaksud," kata Jake.
Aku merasakan reaksi emosional
merendahkan, dan kekhawatiran.
Aldrea. Campuran dari kebencian, yang kau dan Dak pernah lakukan,> kataku, sebal karena sikapnya.
Dengan mulutuku " kami, Aldrea berkata, "Aku akan mematuhi Jake seperti dia
adalah pangeranku." Apakah dia tulus" Aku tidak tahu.
Aku punya firasat Ax akan mengatakan sesuatu yang menghina atau menyindir.
Jake mengangkat tangannya, menghentikan Ax. "Terma kasih, Aldrea. Ini adalah
kehormatan bagi kami untuk memilikimu dalam tim."
Waktu perlahan berlalu. Aku melihat Rachel menyeringai padaku. Tidak, pada
Aldrea. kata Aldrea padaku.

Sebuah perbandingan yang membuatku terganggu.
Karena tidak satupun dari Dak atau Aldrea yang berhasil selamat dari
pertempuran.
kata Ax. Beberapa saat kemudian sebuah
cincin logam bergeser, memperlihatkan jendela ke semua arah.
Mataku mengarah lurus ke arah bola biru-dan-putih yang merupakan Bumi.
Sudah sangat jauh dari sini.
57 | P a g e Pesawat menambah kecepatan. Meluncur melewati ruang angkasa semakin
cepat dan cepat. Flash! Bumi menghilang. Ax memberitahu kami. galaksi dimana planet Hork-Bajir berada. Tergantung pada konfigurasi Zerospace saat ini.>
Aku memandang berkeliling pada kelompok kami yang beraneka macam. Empat
manusia, seekor elang-ekor merah, seorang Andalite, seorang Hork-Bajir,
seorang Arn yang membelakangi kami, dan, tak terlihat tapi ada, sebuah hibrida
yang disebut Aldrea. Marco menangkap tatapanku dan ketawa mengejek. "Jadi. Ada yang mau main
Yahtzee?" 58 | P a g e ALDREA Aku berguling dan menyadari kalau Dak tidak ada. Aku membuka mataku.
Dia berdiri dengan punggungnya membelakangiku. Dia menerawang ke arah
lembah di bawah. Aku bangkit, hendak menghampirinya, ragu-ragu, kemudian
membungkuk untuk mengambil senjata yang selalu berada dalam jangkauanku
selama dua tahun terakhir. Aku beranjak ke belakangnya, melangkah melewati


Animorphs - 34 Ramalan The Prophecy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ekornya yang melengkung, dan melingkarkan tanganku ke pinggangnya.
Kami berada di pinggir sebuah bangunan kecil berbentuk panggung tujuh ratus
kaki dari tanah di sebuah lekukan di antara batang-batang pohon Stoola. Kami
berada jauh di ujung lembah, jauh ke bawah dimana batang-batang pohon dari
seberang bisa menyentuh batang-batang pohon di sisi ini.
Yeerk telah memeriksa area ini dengan seksama, berburu Hork-Bajir yang masih
selamat. Pencarian dilakukan oleh para Pengendali Hork-Bajir. Tapi kami tetap
berhasil menyembunyikan diri. Dak akan menghancurkan bangunan ini,
menimbunnya di dalam tanah, kemudian, ketika pencarian telah melewati
tempat ini, kami akan membangun kembali rumah kecil kami.
"Aku mencintaimu, Dak."
Dia meremas tanganku di dadanya. "Seerow sedang tidur dengan nyenyak
sekarang," katanya. "Ya. Untuk beberapa hari terakhir, sejak pesawat-pesawat itu berhenti datang
dengan semua kebisingan itu."
Penambahan kekuatan telah dimulai. Tentara Yeerk, tentara yang kami lawan,
akan digandakan. 59 | P a g e "Aku mengkhawatirkannya, Aldrea."
Aku tidak bisa menjawab. Tenggorokanku tercekik. Kami sudah lama sadar kalau
kami tidak akan selamat. Kami telah menerimanya. Sebaik orang-orang yang
akan menerima kematian orang yang disayanginya, atau kematiannya sendiri.
Tapi aku tidak bisa menerimanya jika itu menimpa Seerow, putraku. Putra kami.
Tidak bisa. Dan tetap saja aku tidak bisa menemukan jalan keluar.
Aku melihat ke arah buaian dari ranting tempat ia berbaring.
"Apa yang akan terjadi padamu, anakku yang manis?"
Dia beranjak duduk. Terlalu muda untuk berbicara, tapi dia berbicara. Tidak
seperti Hork-Bajir, tapi lebih fasih dan lancar.
"Para Yeerk akan membawaku, Ibu."
"Tidak." "Kau tidak akan menyelamatkanku, Ibu."
"Aku" aku tidak bisa."
"Dimana Ayah?" "Apa" Dia?" Aku menggapai, tapi Dak tidak lagi ada disana. "Dia tadi di" apa
yang terjadi?" "Mimpi buruk," makhluk kecil, berwarna coklat itu berkata. Dia telah
menggantikan tempat anakku. "Kau sedang mimpi buruk."
"Seerow!" jeritku.
Andalite muda itu mengejekku. Aldrea-Iskillion-Falan" Apa kau pikir itu bisa berlangsung selamanya">
"Seerow! Dak! Kemarilah, kemarilah, biarkan aku" dimana kalian?"

60 | P a g e "Seerow!" Aku terbangun. Cassie, si manusia, telah berlari untuk membenamkan wajah
kami ke air dingin. Aku memandang berkeliling, melalui matanya. Lampunya telah diredupkan
untuk kami tidur. Si Andalite berdiri dalam posisi diam, dengan satu mata
tambahannya terbuka, mengamati. Jake, pemimpin para manusia, telah
terbangun. "Semuanya baik-baik saja, Jake," kata Cassie. "Dia hanya bermimpi buruk."
Seerow. Mati setelah hidup sebagai budak Yeerk. Dak. Mati, aku tak tahu
bagaimana. Mereka semua, para pejuang pemberani kami, telah mati.
Sebuah mimpi buruk. Sebuah mimpi tentang kematian dari seseorang yang
sudah mati. 61 | P a g e Tiga hari telah berlalu. Tiga hari dengan seorang Andalite-berubah-menjadiHork-Bajir yang asing, sedang berduka, dan penuh rahasia di dalam kepalaku.
Tidur bersamanya di geladak yang keras dan dingin. Terbangun dengan tubuh
gemetaran, basah oleh keringat, dan ada keinginan untuk membuka kepalaku
dengan tangan kosong ketika kurasakan kesedihan yang begitu hebat dari
mimpi-mimpi buruknya. Makan bersamanya, jika kau bisa menyebut butir-butir pil penuh gizi itu dengan
sebutan makanan. Ke kamar mandi bersamanya.
Terlalu banyak kebersamaan dari yang kuinginkan. Sudah cukup buruk rasanya
saat harus mencari cara untuk bisa buang air kecil di toilet yang dirancang untuk
Hork-Bajir. Lebih buruk lagi saat harus melakukannya dengan penonton di dalam
kepalamu. Kami mulai mengalami kemajuan dalam hal berbagi kemampuan bicara. Aku
mengontrol yang lainnya. Aku mulai terbiasa. Tapi tetap tidak suka.
Si Arn terus berada di kemudi, mengabaikan kami kebanyakan waktu. Aku tidak
belajar apa-apa lagi tentangnya. Apakah ini benar-benar perjalanan dalam
penebusan dosa untuknya" Aldrea meragukannya. Dan dia tahu seratus persen
lebih banyak dariku tentang Arn. Jake sedang berbicara dengan Quafijinivon
ketika kamu berpindah dari kehampaan kosong Zero-space ke sesuatu tempat
yang seperti angkasa berbintang yang hangat dan ramah.
Si Arn mengecek sensornya.
"Quafijinivon bilang kita sekarang sudah ada di ruang angkasa Hork-Bajir. Kita
mungkin bisa melewati penjagaan Yeerk tanpa diketahui. Atau tidak," Jake
62 | P a g e mengumumkan. "Kita harus bersiap-siap. Kita tidak tahu apa yang akan kita
hadapi. Aku ingin semuanya ?"
Marco mengangkat tangannya seperti mau bertanya.
"Ya, Marco." "Apakah kita punya uang pas untuk masuk jalan tol-nya?"
Jake mengerjap. Kemudian ia menyeringai. Dia dan Marco telah bersahabat sejak
lama. Marco sangat tahu bagaimana caranya menghentikan Jake ketika ia
melakukan perannya sebagai pemimpin yang tak kenal takut terlalu serius.
Jake duduk di lantai berseberangan denganku/Aldrea.
"Aku tidak mengerti kenapa kita tidak bisa sampai ke ujung Zero-space." Marco
merengek. Ax dan Aldrea tertawa bersama. Kemudian mereka sadar kalau mereka
menertawakan hal yang sama dan merekapun berhenti tertawa.
"Katakan saja," Marco menyuruh mereka. "Aku hanyalah manusia Bumi yang
kasihan, tidak bisa memahami pengetahuan para Andalite yang superior."
"Hork-Bajir," Aldrea mengoreksinya.
Ax memulai.
Segaris cahaya hijau menyorot kami.
"Tembakan Shredder!" teriak Aldrea, dan tiba-tiba aku bangkit dan berlari
menuju bagian depan pesawat. Dia mengambil alih tubuhku! Begitu tiba-tiba,
dan tanpa kesulitan sama sekali.
Ax sampai ke "jembatan" terlebih dahulu. Dia mencondongkan tubuhnya ke
depan dan melihat dari balik bahu Quafijinivon.
kata Ax. Kemudian dia mengoreksi. Andalite. Mereka pasti sedang dalam patroli ketat. Mengusik pertahanan Yeerk.>
63 | P a g e "Bisakah kita mendahuluinya?" tuntut Jake.
"Mereka berada di antara kita dan planet Arn," jawab Quafijinivon. "Kita lebih
kecil. Ada kemungkinan kita bisa mengecoh mereka. Tapi itu akan membuat kita
masuk dalam jangkauan tembak mereka."
Tseeeeeew! Andalite itu menembak lagi. Meleset! Data yang muncul dari komputer
menunjukkan dengan jelas seberapa kecilnya jarak tembakan itu dengan kami.
"Balas tembak!" seru Rachel. "Hancurkan salah satu mesinnya atau apapun.
Secukupnya untuk membuat mereka sibuk sampai kita mendarat. Mereka tidak
akan bisa mengikuti kita mendarat."
Mulut merah Quafijinivon mengerut penuh pertimbangan. "Manusia muda, pilot
mereka adalah seorang pejuang Andalite. Salah satu pejuang paling terlatih di
galaksi. Aku tidak bisa berharap untuk memenangkan sebuah pertarungan
dengannya." Ax dan Aldrea mengatakan hal yang hampir sama bersamaan, yang kalau
diterjemahkan ke dalam bahasa manusia adalah,
kata Tobias. Dia mengepak dengan
gugup, terlempar kesana kemari ketika si Arn menggerakkan pesawat dengan
gerakan brutal. "Jadi kita biarkan mereka menembaki kita?" tuntut Rachel. "Mereka ada satu,
kita ada delapan. Atau sembilan."
Si pejuang Andalite mengitari kami dengan gerakan cepat. Dalam beberapa
detik senjatanya akan menembak untuk menghancurkan kami.
"Ax?" tanya Jake.
Jangan menyuruhku,> Ax memohon.
64 | P a g e "Tidak!" Aldrea menyela. "Jika Yeerk menerima pesan suaranya, kita akan mati.
Mereka akan membunuh kita dengan semua yang mereka punya. Kita semua
akan terbunuh, begitu juga dengan si Andalite."
"Ini dia," kata Toby.
Aku menoleh " dan perutku seperti terpuntir.
Pejuang Andalite itu di depan kami. Siap menembak.
Kali ini dia tidak akan meleset.
65 | P a g e Ax melompat. Dia menyeret minggir Arn yang dengan sukarela membiarkannya
kemudian mengambil alih kemudi.
jerit Ax.
WHAM! Aku melompat ke arah Toby. Kami berdua menabrak lantai. Salah satu mata
pisaunya menoreh tanganku dan aku merasakan tetesan darah yang hangat.
Semua yang sedang berdiri kini terjepit di bagian kiri pesawat. Aku terdorong
kuat entah oleh siapa, membuat udara keluar dari dadaku secara paksa,
membuat pipiku melar sampai ke telinga.
Tseeeeew! Tseeeeeew! Si pejuang Andalite menembak.
Sengatan listrik kecil, rambutku tersentak sedikit, rambut Rachel berdiri tegak di
atas kepalanya, seperti mahkota pirang. Udara memercik biru. Kemudian rambut
Rachel kembali ke tempat semula.
Pesawat itu berhenti seketika. Aku menggeliat ke depan lalu, setelah bebas, aku
tersandung dan jatuh seperti orang yang sedang menarik sebuah tali lalu tali itu
terlepas dari sisi lain. Marco jatuh ke atas tubuhku. Dia menaruh jarinya ke bibirnya. "Shhh, jangan
bilang Jake. Kau tahu kan dia cemburuan banget."
lapor Ax. memelankan lajunya.> 66 | P a g e "Pelan, bukankah itu bagus?" kataku. Aku menaruh tanganku ke bibirku dan
melihat ada darah di jariku. Aku bahkan tidak ingat aku membentur sesuatu.
"Tidak, tidak bagus," kata Aldrea. "Dia berpikir kalau kita tidak akan atau tidak
bisa menembak. Dia melaju pelan untuk mengarahkan tembakannya dengan
tepat." daya ke mesin yang masih ada,> kata Ax.
Kabin mulai menjadi gelap kecuali cahaya dari panel kemudi. Kemudian aku
menyadari kakiku tak lagi menempel di lantai.
"Ax, bisakah kita menyerangnya" Ya atau tidak?" tanya Jake.

Jake mengabaikan jawabannya. "Aldrea?"
Dia tahu apa yang diinginkannya. Aku merasakan ketidakpastiannya.
Keraguannya. "Ya atau tidak!" Jake menyentak.
"Ya," katanya. Dia merampas kendali tubuhku lagi, menjejak langit-langit dan
melayang tanpa beban ke samping Ax.
"Lumpuhkan dia jika kau bisa. Jika tidak?" kata Jake.
Ax memohon.
"Keputusanku, Ax-man," Jake berkata kalem. "Aldrea, ini bagianmu."
Aldrea melilitkan tali penahan melewati bahu kami untuk menjaga kami
melayang ke atas. Tanganku bergerak, memegang joystick yang besar dan penuh
hiasan yang jelas-jelas dirancang untuk menyesuaikan jari-jari Hork-Bajir atau
capit Taxxon. Mata Aldrea, mataku, menatap lurus ke arah panel senjata dan
bukannya ke arah pesawat Andalite yang semakin mendekat.
67 | P a g e "Komputer, jalankan mode tembakan manual," suaraku berkata.
Aku mengamati bidikan di layar mengarah dari angkasa berbintang menuju ke
pesawat Andalite. Tepat di gelanggang/kokpitnya.
tenggorokanmu sekarang,> kata Ax dalam bahasa pikiran yang hanya bisa
didengar oleh Aldrea dan aku.
Aldrea menggerakkan jariku lagi, dengan sangat perlahan, tenang,
menggerakkan bidikan hingga mengarah ke bagian mesin di sisi kanan.
Apakah dia mengubah target karena ancaman Ax" Ataukah dia memang dari
awal menargetkan mesinnya" Keduanya, kalau meleset sama-sama berarti
tembakan langsung ke pesawat Andalite itu.
HMMMMMMMM" TSEEEEEEW! Satu tembakan. Sinar merah Dracon melesat melewati kegelapan. Menghujam
pesawat si Andalite. Kemudian sebuah ledakan oranye yang pucat. Mesinnya
meledak. Pesawat si Andalite berputar kencang, menjauhi kami.
"Yeey!" Rachel berseru sambil terapung di tengah udara, hampir terbalik. "Kau
menghancurkan mesinnya!"
Ax berteriak. Dia memutar
mata tambahannya ke belakang untuk memandang Jake. Mereka datang untuk menghabisinya.>
"Apa dia bisa terbang?" tanya Jake.
sekarang. Dia tidak akan bisa mendahului mereka.>
"Mereka tidak akan menyerang kita," Marco berkata. "Mereka melihat kita
menembak Andalite. Kita adalah pesawat Yeerk yang terpercaya."
68 | P a g e kata Ax kecut. jalan.> "Kita terbang saja terus, kita akan sampai dengan aman." Marco menunjukkan.
Quafijinivon berkata, "Ya, ya! Terus terbang."
Satu persatu dari kami memandang ke arah Jake. "Tidak, aku tidak berpikir
begitu," katanya. Marco tersenyum. "Aku punya firasat kau akan bilang gitu."
"Ax" Aldrea" Keempatnya. Jika kita menembak Yeerk, akankah si Andalite
menyadarinya" Apakah dia aka bergabung?"
kata Ax. menghabisinya.> "Oke," kata Jake. "Tunggu. Tunggu sampai tembakanmu tidak mungkin meleset.
Kemudian, boom! Boom! Boom! Boom! Empat tembakan. Tepat sasaran atau
meleset akan membuat Yeerk kebingungan, buat mereka ketakutan."
Empat Bug Fighter samar-samar mulai muncul dari bulan sabit yang bersinar
cemerlang dari panet di bawah kami, berlomba di orbit mereka menuju ke arah
kami, mesin menderu. Pesawat si Andalite terlihat mengapung tak berdaya.
"Apakah dia ?" tanya Marco.
"Tidak," kata Aldrea. "Dia terluka tapi tidak parah. Dia pura-pura mati untuk
menarik Yeerk. Dia akan menembakkan tembakan terakhir. Itu rencananya. Satu
tembakan lalu mati."
Tobias, si penerbang ulunglah yang melihat sebuah kesempatan. terbanglah ke samping, ke belakang pesawat Andalite, Yeerk akan ragu-ragu
untuk menembak, karena mengira kita teman dan takut mengenai kita. Mereka
akan berpencar ke kiri dan kanan untuk mendapat posisi yang aman untuk
69 | P a g e menembak. Dengan kecepatan itu, posisi itu, kau tembak pesawat terdepan
yang ada di sebelah kiri dan ->
"Dan puing-puingnya akan menabrak pesawat di belakangnya!" Aldrea berkata
dengan semangat. Ax menekan tombol pendorong dalam sekejap, dan kami mulai mengapung,
bagaikan tak berdaya. Para Yeerk melihat kami berada di garis bidikan mereka, berpencar ke kanan dan
kiri, seperti yang sudah Tobias"


Animorphs - 34 Ramalan The Prophecy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TSEEEEEEW! TSEEEEEW! Kami menembak! BOOOM! Bug Fighter terdepan di sebelah kiri meledak.
Tseeeeew! Si Andalite menembak. Pesawat terdepan di sebelah kanan meledak.
Pecahan pesawat sebelah kiri menghantam pesawat yang mendampinginya.
Sebuah mesin meledak. Tersobek, mengiris bagian belakang Bug Fighter hingga
terbuka, yang kemudian terguling, kemudian BOOOM!
Tiga Bug Fighter hancur dalam waktu kurang dari sepuluh detik.
Si Andalite menggunakan satu mesinnya yang tersisa dan menghabisi sisa
pesawat Yeerk yang ada. Ia menyempatkan untuk memutar sedikit pesawatnya.
Semacam lambaian. kata Ax.
Semua orang mulai bersorak.
"Tembakan yang bagus, Ax dan Cassie!" Rachel berseru.
70 | P a g e "Ya, kerja yang bagus," Jake berkata jauh lebih pelan. "Kita bisa saja telah
membuat Yeerk waspada. Jadi kuberi kalian waktu lima detik untuk merayakan,
kemudian bersiaplah untuk mendarat. Siapkan morf tempur jika diperlukan."
kata Aldrea.
71 | P a g e ALDREA Turun. Turun melewati awan-awan, menembus atmosfer yang membuat
lambung kapal berbunyi berisik. Turun menuju rumahku. Planet yang tak pernah
kutinggalkan, tapi sekarang aku kembali.
"Ternyata penjagaan otomatis Yeerk menerima kode kita," kata Quafijinivon.
"Dan itu hal yang bagus?" tanya Rachel.
"Jika mereka tidak menerima identifikasi kita mereka akan menembak kita
dengan Kanon Dracon yang tertanam di tanah. Kita akan melewati penguji lain
ketika sudah memasuki lembah."
Aku tidak melihatnya dari langit ketika aku pertama kali mendarat disini bersama
keluargaku. Ayahku, dalam kemarahan, tetapi berpura-pura tidak tahu kalau ini
adalah jalan buntu, tugas tak masuk akal untuk seorang Andalite yang namanya
telah menjadi bahan tertawaan, sinonim dari "tolol".
Bersama dengan ibuku, yang dengan senang hati untuk mempelajari spesies
baru yang belum terklasifikasi. Bersama dengan adik laki-lakiku, yang merasakan
penghinaan kami jauh lebih besar dari yang kurasakan.
Semua sudah mati, tentu saja. Aku melihat mereka mati karena serangan Sinar
Dracon dari Bug Fighter Yeerk yang terbang rendah.
Planet ini bukanlah planet yang indah, setidaknya untuk selera Andalite. Andalite
menyukai rerumputan yang sangat luas, pohon-pohon yang berwarna pastel
lembut, aliran sungai yang berkelok-kelok.
Sedangkan planet Hork-Bajir mengalami kerusakan akibat dari asteroid atau
satelit buatan yang telah menghilangkan bentuk asli planet ini. Permukaannya
72 | P a g e tandus, retak, dan terbelah. Retakannya bermil-mil jauhnya dan bermil-mil
dalamnya, dengan sisi yang begitu curamnya. Makhluk-makhluk yang hidup di
planet ini hanyalah yang berada di lembah-lembah itu.
Disanalah pohon-pohon raksasa menjulang tinggi. Disanalah para Hork-Bajir
pernah hidup dengan damai dan tidak mempedulikan sekitar, memuja Ibu Langit
dan Ayah Bumi, memanen kulit-kulit pohon, menghindari monster-monster yang
menjaga di lembah-lembah terdalam.
Kami menelusuri tanah tandus itu dan kemudian, tiba-tiba, jatuh ke dalam
lembah. Lembah Dak. Lembahku.
Aku melihatnya dan tiba-tiba merasa lega karena Cassie memiliki kendali
tubuhku. Jika dia tidak, mungkin aku tidak akan bisa tetap berdiri.
Pohon-pohon! Pohon-pohon! Banyak yang hilang. Diding lembah telah dirusak,
dikuliti. Para Yeerk telah memotong lembah ini untuk membuat ruang
bertingkat. "Kau perlu ingat kalau sekarang sudah bertahun-tahun lamanya sejak terakhir
kali kau melihat rumahmu," Quafijinivon memberitahuku.
Tapi bukan waktu yang telah merusak pohon-pohon. Yeerk yang melakukannya.
Lebih dari separuhnya, telah menghilang. Sebagian besar dari sisanya telah
diledakkan. kataku kepada
Cassie. Bahkan sebelum aku" sebelum aku mati, sebagian dari pohon telah
dihancurkan. Tapi sekarang planet ini bagaikan telah dibantai. Pohon-pohon
yang merupakan simbol planet ini, telah dibantai.
"Kita ternyata telah diterima dan teregistrasi di pertahanan internal,"
Quafijinivon berkata, menghela napas. "Kita beruntung. Kita telah berhasil
melewati ratusan lahan Kanon Dracon di dinding lembah."
73 | P a g e "Aku tidak percaya kita masih belum sampai di dasarnya," Jake berkata. "Berapa
tinggi pohon-pohon ini?"
Aku tahu dia meminta jawabanku. Tapi aku tak bisa menjawab.
"Yang paling besar sekitar dua ribu kaki," Quafijinivon menjawab. "Batangnya
berdiameter sampai seratus kaki. Mereka adalah karya besar dari bio-engineering
Arn." Cassie bertanya pelan.
aku meminta. Aku benci kelemahan yang muncul dari suaraku,
tapi aku tidak dapat menahannya lagi.
Dia melakukannya. Tapi kemudian, ia melihat lagi. Dan aku juga. Karena
meskipun sekarang, rusak dan hancur, ternoda dan terampas, tetap saja itulah
rumahku. "Dua menit," Quafijinivon berkata. "Kita akan mendarat tepat dia atas penutup
uap, di dalam bekas monster yang dulunya kami ciptakan untuk menahan rasa
ingin tahu Hork-Bajir."
Aku merasakan rasa tegang dalam diri Cassie meningkat. Semua ini adalah alien
baginya, tentu saja. Sebuah dunia yang asing.
Untukku, semua ini familiar, tetapi juga tidak. Aku merasa bahwa, di dalam
pikiranku, aku tidak pernah pergi. Tahun-tahun tidak berlalu. Perubahannya
terlalu tiba-tiba, besar, mengagetkan. Kehancuran yang terjadi dalam puluhan
tahun bagaikan hanya dalam satu kejapan mata.
Tapi yang membuatku kaget adalah Toby. Disini adalah rumah nenek
moyangnya. Suatu tempat yang tak pernah dilihatnya, tapi sepertinya, dalam
cara tertentu, telah menjadi bagian dari sub-struktur otak Hork-Bajirnya.
Dia memandang keluar jendela dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, bahkan
terpesona. Tapi wajah Hork-Bajir tidak menunjukkan banyak ekspresi. Apa yang
dia rasakan, apapun itu, tetaplah rahasia. Kami akan mendarat, segera, dan aku
74 | P a g e bahkan tidak tahu pemikiranku sendiri. Aku tidak mempercayai si Arn. Aku tidak
suka pada si Andalite, tapi aku mempercayainya untuk jadi dirinya sendiri.
Aku tidak tahu tentang manusia-manusia ini, bahkan tidak juga yang membagi
otaknya denganku sekarang. Salah satu yang bernama Jake sudah menunjukkan
kehebatannya. Tapi aku tidak tahu apa yang akan kami hadapi. Aku hanya tahu satu hal: Apakah
kata-kata si Arn itu tulus atau dia sedang merencanakan sebuah pengkhianatan,
itu tidak penting. Aku sudah melihat masa depan yang akan dihadapi oleh dunia
yang kuadopsi ini. Dan semua keraguanku, kesinisanku, telah hilang.
Aku, yang tak pernah pergi, telah kembali. Dan aku akan membuat Yeerk
membayar semuanya. Apapun bayarannya.
Aku merasakan si manusia, Cassie, membaca perasaanku, mencari petunjuk. Aku
tidak hati-hati. Akupun menutup pikiranku darinya dan mengunci emosiku.
75 | P a g e Pesawatnya mendarat dengan mulus. Dan saat itu aku merasakan dinding di
dalam diriku menjulang. Aku tidak bisa menyalahkan Aldrea. Jika situasinya dibalik, aku rasa aku tidak
akan mau menyaksikan bagaimana Bumi telah dirusak oleh peperangan dan
kemudian mendapati ada orang kedua yang membaca pikiranku.
"Kita berhasil," Quafijinivon berkata dengan nada puas. "Kita berada di rumah.
Aku akan membuka pintuny ?"
"Tunggu," kata Jake. "Apa yang ada diluar" Perlukah kita morf menjadi HorkBajir?"
Quafijinivon menggelengkan kepalanya. "Kita berada di atas lembah Arn, di
tanah tak berpenghuni. Yeerk tidak pernah kesini sekarang ketika semua
monster sudah mati. Dan, tentu saja, mereka pikir semua Arn sudah mati juga."
Dia tertawa sedih. Dia menunjukkan pintu keluar. Aku baru menyadari kalau langkahnya sedikit
tidak stabil. Ketika aku melangkah di atas lantai yang menurun, aku terkejut karena diluar
sangatlah terang. Itu satu-satunya yang kulihat awalnya " cahaya yang begitu
terang dan langit yang yang juga seperti berpendar.
"Aku harus segera memulai pekerjaanku, kalau tidak kualitas DNA yang kuambil
akan menurun," Quafijinivon berkata. "Lab-ku tidak jauh. Ikuti aku."
Dia memimpin kami melewati semak belukar dan rumput liar yang tertata dan
berakhir begitu saja di pinggir jurang yang terlihat sangat-sangat dalam.
76 | P a g e "Mungkin kau tidak menyadarinya, tapi tidak semua dari kita memiliki sayap,"
Rachel memberitahu. "Paling tidak untuk saat ini."
"Ada tangga," Quafijinivon menenangkan kami tanpa menoleh.
Dengan hati-hati aku mendekati pinggir jurang dan mengintip ke bawah. Lurus
kebawah hampir tidak ada yang bisa dilihat. Tapi tepat di seberang jurang yang
sempit itu aku bisa melihat di sisi sana telah diukir pintu-pintu, jendela-jendela,
jalan-jalan terbuka, dan gang-gang yang dibuat langsung dengan memotong
batu-batu. Sekat-sekatnya telah diledakkan oleh sinar Dracon, mungkin
bertahun-tahun yang lalu, tapi desa Arn tetap terlihat indah.
Jake berkata, "Tobias?"
Tobias mengepakkan sayapnya, mengambil udara, dan membumbung tinggi di
atas lembah. Dia melayang selama beberapa menit, menggunakan
penglihatannya yang setajam laser untuk melihat berkeliling. Kemudian dia
menukik kembali. lapornya. sangat indah. Aku yakin tempat ini sangat mempesona ketika masih dihuni.>
"Ya. Ini seperti peradaban Anasazi yang ada di New Mexico atau dimana itu,"
kata Marco. Rachel meliriknya. "Sejak kapan kau bisa tahu kata "Anasazi?""
"Aku kan sudah bilang, sesekali aku juga bisa tetap terjaga di kelas. Untuk ganti
suasana." Quafijinivon memimpin kita menuruni tangga batu yang sempit. Tidak ada
pegangan sama sekali. Tobias
berkata. akan punya waktu cukup lama untuk memikirkannya selama jatuh.>
77 | P a g e Jake, Rachel, Tobias, Ax, Marco, dan Toby berjalan berurutan setelah
Quafijinivon. Aku berada di paling belakang barisan mereka. Aku tidak suka. Aku
tidak suka berjalan di tepi jurang. Tapi bukan berarti aku punya pilihan.
Aku terus memandangi kakiku, memandanginya melangkahi setiap anak tangga.
Jika Aldrea merasa takut, atau menyadari ketakutanku, dia sama sekali tidak
menunjukkannya kepadaku. Dia mengunci dinding di antara kami dan setiap
batunya masih aman di tempat masing-masing.
"Cairan kotor berwarna merah dan kuning di bawah sana itu apa sih?" teriak
Marco. "Kayaknya bergerak-gerak."
"Oh, terima kasih, Marco," gerutuku. "Sekarang aku harus mikirin apa yang ada
Naga Naga Kecil 7 Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen Pendekar Patung Emas 1

Cari Blog Ini