Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn Bagian 4
membicarakan atau pun memikirkan hal itu.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 163 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya kami sampai di
beberapa bangunan yan terletak di luar pintu biara. Kami berhenti di sebuah rumah,
tempat menginap para peziarah. Semua kuda dibawa pergi untuk diberi makan dan
minum, dan kami masuk ke rumah itu untuk menyantap hidangan siang berupa sayurmayur yang disajikan biarawan.
"Aku agak lelah," ujar Lady Maruyama saat kami selesai menyantap makanan.
"Lord Abe, maukah kau di sini saat aku dan Lady Shirakawa beristirahat?"
Lord Abe tidak kuasa menolak, walaupun sebenarnya dia segan melepas Shigeru
dari pandangannya. Lord Shigeru memintaku untuk mengambil kotak kayu, dan kuambil juga tinta
dan kuas. Si pemuda Tohan yang turut bersama kami seperti agak marah, kesal. Bila
cuaca normal, Shigeru tidak akan sempat ke Terayama untuk ziarah ke makam adiknya
tepat pada saat Festival of the Dead.
Kami mulai mendaki anak tangga yang curam. Biara Terayama dibangun di sisi
gunung, dekat kuil kuno. Beberapa pohon yang tumbuh di hutan suci mungkin sudah
berumur empat atau lima ratus tahun, pohonnyit menyerupai payung raksasa,
sedangkan lilitan akarnya yang menggantung dan menancap ke tanah mirip roh
penunggu hutan. Di kejauhan aku mendengar biarawati sedang melantunkan doa,
memukul gong dan lonceng. Sayup-sayup aku mendengar gemuruh air terjun, hembusan angin di dedaunan pohon cedar, dan juga kicau burung. Keindahan hari ini
memunculkan perasaan yang mendalam, rasa kagum dan juga pengharapan, seolaholah ada suatu rahasia besar dan menakjubkan yang akan terungkap.
Kami akhirnya sampai di gerbang kedua, di sini terlihat sekumpulan bangunan
tempat para peziarah dan pengunjung beristirahat. Di tempat ini kami diminta
menunggu sambil minum teh. Tak lama kemudian dua orang biarawan datang. Salah
seorang lebih pendek dan lemah karena sudah termakan usia, namun matanya
cemerlang dan memantulkan kedamaian. Seorang lainnya jauh lebih muda, berotot,
dan raut wajahnya keras. LIAN HEARN BUKU PERTAMA 164 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
"Kami senang atas kedatanganmu, Lord Otori," kata biarawan yang lebih tua,
membuat orang Tohan yang mengiringi kami semakin cemberut. "Kami sedih karena
memakamkan Lord Takeshi. Tentu kau datang untuk berziarah ke makamnya."
"Kau tunggu di sini dengan Muto Kenji," kata Shigeru kepada pemuda Tohan.
Aku dan Shigeru mengikuti biarawan tua itu ke tempat pemakaman. Di sana tampak
beberapa batu nisan berderet di bawah pohon yang sangat besar. Ada yang sedang
membakar kayu, asapnya yang keluar dari bawah pohon memunculkan cahaya kebiruan
saat menyatu dengan sinar matahari.
Kami bertiga duduk berlutut dalam hening. Tak lama kemudian biarawan yang
lebih muda memberikan lilin dan dupa pada Shigeru yang kemudian meletakkannya di
makam. Keharuman dupa menyebar di sekitat kami. Lilin menyala dengan tenang
karena tidak ada hembusan angin, tapi cahayanya hampir tak terlihat karena matahari
bersinar terang. Lord Shigeru mengeluarkan dua benda dari balik lengan bajunya"
sebuah batu kecil yang berasal dari pantai di Hagi, dan boneka kuda yang terbuat dari
jerami seperti yang sering anak-anak mainkan"lalu dia letakkan di makam Takeshi.
Aku teringat tangisan Shigeru di malam saat pertama kali aku bertemu dengannya.
Kini aku bisa mengerti kesedihannya, tapi kini kami tak lagi menangis.
Setelah beberapa saat, biarawan tua itu bangkit, dan menyentuh bahu Shigeru, lalu
kami mengikutinya ke bangunan utama biara. Bangunan ini dibangun dari pohon
cemara dan pohon cedar, warnanya abu-abu kusam karena sudah termakan waktu.
Ukuran bangunan ini tidak besar, tapi aula utamanya dirancang dengan sempurna
sehingga menciptakan kesan lega, dan pandangan akan terpusat ke Sang Pencerah yang
tampak melayang di antara cahaya lilin seakan dia berada di Surga.
Kami melepas sandal dan melangkah masuk ke aula. Kembali, si biarawan muda
membawa dupa, lalu kami tusukkan dupa itu di tempat yang telah disediakan, di dekat
kaki patung yang berwarna keemasan. Sambil duduk dengan bertumpu pada salah satu
lutut, biarawan itu mulai melantunkan doa bagi para arwah.
Ruangannya suram, dan mataku silau oleh cahaya ilin, aku mendengar napas
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 165 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
penghuni lainnya di biara ini, dari balik altar, dan saat mataku mulai bisa menyesuaikan
dengan kegelapan, aku melihat banyak biarawan sedang bermeditasi. Aula ini jauh
lebih besar dari yang kuduga, dan di tempat ini ada banyak sekali biarawan, ratusan.
Meskipun besar di kaum Hidden, tapi hanya sekali ibu membawaku ke kuil dan
biara di wilayah kami, dan aku tidak tahu banyak tentang ajaran Sang Pencerah. Aku
tahu, seperti yang pernah diajarkan, bahwa pada saat berdoa, wajah dan suara biarawan
terlihat sama. Kedamaian di tempat ini menusuk jiwaku. Apa yang sedang kulakukan
di sini, seorang pembunuh dengan hati yang penuh dendam"
Setelah upacara ritual selesai, kami kembali bergabung dengan Kenji yang sedang
terlibat pembicaraan yang serius tentang seni dan agama dengan pengawal Tohan.
"Kami membawa hadiah untuk kepala biara," kata Lord Shigeru seraya meraih
kotak kayu yang kutitipkan pada Kenji.
Secercah sinar muncul di mata biarawan tua itu. "Akan kuantarkan padanya."
"Pengawal ini ingin melihat lukisan yang ada di sini," kata Kenji.
"Makoto akan menunjukkan jalannya. Mari ikut denganku, Lord Otori."
Si pengawal Tohan segera menoleh ke belakang, ke Lord Shigeru dan biarawan tua
yang menghilang di balik altar. Dia seperti ingin mengikuti mereka, tapi Makoto
menghalangi jalan tanpa memberi kesan mengancam.
"Sebelah sini, anak muda!"
Dengan langkah yang hati-hati Makoto memandu kami keluar biara dan
menyusuri sebuah jalan lebar ke arah aula yang lebih kecil.
"Pelukis besar Sesshu pernah tinggal di sini selama sepuluh tahun," dia
menceritakan. "Dia juga yang merancang taman dan melukis pemandangan dan
burung. Lukisan di kasa pintu ini merupakan karyanya."
"Ini baru namanya karya seni," kata Kenji dengan nada menggurui.
"Ya, guru," balasku. Aku tidak perlu berpura-pura merendahkan diri karena aku
memang sangat terkesan pada lukisan yang ada di depanku. Lukisan kuda hitam dan
beberapa bangau putih ini seolah-olah ditangkap dan dibekukan dalam sekejap oleh
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 166 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
kemampuan sang pelukis yang menakjubkan. Setiap kata yang diucapkan terasa seperti
merusak lukisan ini, akan membuat kudanya lari, dan bangaunya terbang. Sang pelukis
berhasil melakukan apa yang ingin kulakukan: menangkap sang waktu dan
membuatnya berhenti. Tidak terlihat lukisan di kasa jendela yang paling dekat dengan pintu. Kutatap
tajam jendela itu karena aku yakin pasti sebelumnya ada lukisan di jendela itu. Makoto
berkata, "Memang ada lukisan burung di situ. Menurut legenda, lukisan burung itu
begitu nyata sehingga burung itu akhirnya terbang."
"Lihatlah, kau masih harus belajar banyak," kata Kenji padaku. Kurasa Kenji terlalu
berlebihan, namun si pengawal Tohan melemparkan pandangan merendahkan ke
arahku, setelah melihat lukisan-lukisan itu secara sambil lalu. Dia kemudian berjalan
keluar dan duduk di bawah pohon.
Aku mengeluarkan tinta, dan Makoto memberiku air. Kusiapkan tinta lalu
kubentangkan kertas. Aku ingin meniru goresan sang pelukis besar ini sambil berharap
agar kemampuan seninya pindah kepadaku.
Cuaca sore semakin panas, cahayanya menyilaukan, apalagi nyanyian jangkrik yang
bersemangat. Udara di aula lebih dingin. Waktu berjalan begitu lambat. Aku
mendengar tarikan napas si pemuda Tohan yang sedang tertidur pulas.
"Taman ini juga karya Sesshu," kata Makoto. Lalu dia dan Kenji duduk di lantai
membelakangiku. Mereka menatap bebatuan dan pepohonan. Di kejauhan, air terjun
bergemuruh, dan dua ekor burung merpati saling bersahutan. Kenji selalu memberi
pendapat atau bertanya soal taman, dan Makoto menjawabnya. Lama-kelamaan
percakapan mereka tidak berujung pangkal dan akhirnya mereka terlihat mengantuk.
Hanya ditemani tinta, kertas, dan lukisan yang luar biasa ini, membuat aku bisa
berkonsentrasi dan kesadaranku tercabut mirip seperti perasaanku yang datang tadi
malam. Aku dalam keadaan setengah sadar. Hal ini membuatku agak sedih karena
ternyata keahlian yang Tribe miliki juga ada dalam bidang seni. Ada keinginan kuat
dalam diriku untuk tinggal di tempat ini selama sepuluh tahun, seperti yang dilakukan
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 167 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
si pelukis besar Sesshu, dan aku pun ingin selalu melukis hingga hasil lukisanku bisa
hidup dan terbang jauh. Karena merasa tidak puas dengan hasil tiruanku, aku lalu melukis burung bersayap
putih yang sedang terbang.
Aku menyatu dengan lukisanku, meski aku masih dapat mendengar pembicaraan
Lord Shigeru dengan biarawan tua itu. Aku tidak serius mendengarkan pembicaraan
mereka: Kurasa dia sedang mencari nasihat spiritual, sesuatu yang pribadi. Tapi
pembicaraan mereka jatuh tepat ke telingaku, dan lambat-laun menjadi jelas kalau
pembicaraan mereka sangat berbeda dari apa yang kuduga. Mereka membahas
pungutan pajak yang baru diberlakukan, kebebasan yang terbatas, rencana Iida untuk
menghancurkan biara, pelatihan ribuan biarawan untuk menjadi prajurit, dan
keinginan untuk mengambil alih kekuasaan Tohan atas kota ini.
Aku menyeringai sambil menyesali diri. Pendapatku tentang biara sebagai tempat
yang damai, dan jauh dari perang, ternyata salah. Para biarawan di sini tidak berbeda
dengan kami, sama-sama telah dirasuki dendam.
Aku melukis lagi satu lukisan tiruan kuda, dan merasa lebih puas dengan hasil
karyaku yang satu ini. Aku menangkap satu kekuatan membara di tempat ini. Roh
Sesshu seakan menyentuhku.
Kemudian aku mendengar suara lain yang membuat jantungku berdebar, suara
Kaede. Para wanita dan Abe sedang mendaki anak tangga di gerbang kedua.
Aku berbisik kepada Kenji, "Ada yang datang."
Makoto langsung berdiri dan menggeser alas duduknya dengan perlahan. Tak lama
kemudian, biarawan tua dan Lord Shigeru berjalan ke aula, tempat aku menyelesaikan
tiruan lukisan kuda. "Ah, ternyata Sesshu berbicara padamu!" kata biarawan tua seraya tersenyum.
Aku berikan lukisanku pada Shigeru. Dia duduk sambil menatap lukisanku ketika
Lady Maruyama, Kaede dan Abe datang bergabung. Si pengawal Tohan segera bangkit
dan berpura-pura kalau dia tadi tidak tidur. Pembicaraan lalu beralih hanya soal lukisan
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 168 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
dan taman. Lady Maruyama meneruskan usahanya untuk memberi perhatian khusus
pada Abe, dia bertanya dan memuji sampai Abe tertarik dengan topik pembicaraannya.
Kaede menatap lukisan burung yang kubuat. "Boleh aku memilikinya?" pintanya.
"Boleh saja bila kau menyukainya, Lady Shirakawa," jawabku. "Aku khawatir
lukisanku ini tidak ada yang mau."
"Lukisanmu sangat bagus," katanya dengan suara rendah. "Membuat aku berpikir
tentang kebebasan." Tinta lukisan cepat mengering karena cuaca yang panas. Aku gulung lukisan
burung itu lalu kuberikan padanya, jariku menyentuh jarinya. Inilah pertama kalinya
kami bersentuhan. Kami terdiam. Nyanyian jangkrik melengking tinggi. Aku lelah.
Aku pusing karena kurang tidur dan terbawa emosi yang mendalam. Jariku seperti
kehilangan keseimbangan dan gemetar saat aku merapikan alat lukis.
"Mari kita jalan jalan di taman," ajak Shigeru, dan memboyong para wanita ke luar.
Aku merasa kalau biarawan tua itu sedang menatapku.
"Datang lagi kemari," katanya, "Saat semuanya telah berakhir. Akan selalu ada
tempat bagimu di sini."
Aku memikirkan semua kekacauan, dan biara ini nampak berubah, keinginan
berperang telah merasuki biara ini. Sesungguhnya tempat ini penuh kedamaian:
pohon-pohon berdiri tenang selama ratusan tahun, Sang Pencerah duduk di antara lilin
dengan tersenyum tulus. Tapi, bahkan di tempat damai ini pun, orang pencinta damai
sedang bersiap untuk berperang. Aku tak akan pernah bisa menyendiri untuk melukis
dan merancang taman sebelum Iida mati.
"Akankan ini berakhir?" balasku.
"Semua yang berawal, pasti akan berakhir," ujarnya. Aku menyembah di depan
orang tua ini, dan dia menyentuh kepalaku dengan kedua tangannya sambil memberi
pemberkatan. Makoto berjalan ke taman bersamaku. Dia menatapku dengan tatapan yang aneh.
"Seberapa banyak yang kaudengar?" dia bertanya perlahan.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 169 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Aku melihat ke sekelilingku. Pengawal Tohan sedang bersama Shigeru di puncak
anak tangga. "Kau bisa mendengar pembicaraan mereka?"
Dia mengira-ngira jaraknya, lalu berkata, "Bila mereka berteriak."
"Aku mendengar setiap kata-kata mereka. Mereka sedang makan di bawah sana.
Aku bisa mengatakan jumlahnya."
Kemudian, aku terkejut karena suara-suara itu terdengar sangat riuh.
Makoto tertawa singkat, kagum dan juga memuji. "Seperti pendengaran anjing?"
"Ya, seperti anjing," ulangku.
"Sangat berguna bagi tuanmu."
Perkataannya mengusik hatiku. Aku memang berguna bagi tuanku: bagi Shigeru,
Kenji, dan Tribe. Aku terlahir dengan bakat yang kelam. Aku tidak pernah
memintanya, tapi aku tak mampu menahan diri untuk tidak menguji atau
mengasahnya. Tanpa itu semua, aku pasti sudah mati. Dengan bakat ini pula aku
ditarik ke dunia yang penuh dengan kebohongan, kesuraman dan dendam. Aku
bertanya-tanya, seberapa banyak yang Makoto tahu, dan berharap aku bisa membagi
perasaanku dengannya. Secara naluri, aku menyukainya"lebih dari sekedar suka: aku
mempercayainya. Sayang, bayangan berangsur-angsur memanjang: hari telah senja.
Kami harus segera ke Yamagata sebelum malam. Tak ada waktu lagi untuk berbincang
dengannya. Ketika menuruni anak tangga, aku melihat kerumunan orang, mereka berkumpul
di luar penginapan. "Mereka kemari untuk merayakan Festival of the Dead?" tanyaku pada Makoto.
"Sebagian," jawabnya, lalu dia berbisik kepadaku, "Tapi, sebagian besar mereka
datang karena mendengar Lord Otori ada di sini. Mereka belum lupa keadaain
sebelum perang Yaegahara. Begitu juga kami di sini."
"Selamat tinggal," kata Makoto sewaktu aku menunggangi Raku. "Kita akan
berjumpa lagi." Di jalan setapak maupun di jalan besar, keadaan sama seperti biasa. Banyak orang
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 170 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
yang keluar rumah dan tampaknya mereka ingin melihat Lord Shigeru secara langsung.
Sewaktu kami lewat, mereka langsung menyembah dengan hening. Mereka mengiringi
kepergian kami dengan tatapan sedih, mata mereka tampak berkaca-kaca.
Kedua pengawal Tohan sangat marah, tapi tidak ada yang dapat mereka lakukan.
Meskipun mereka berkuda jauh di depan, tetap saja aku bisa mendengar percakapan
berbisik mereka, seakan-akan kata-kata itu menetes ke telingaku.
"Apa yang Shigeru lakukan di biara?" tanya Abe.
Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sembahyang, berbicara dengan biarawan. Kami diperlihatkan beberapa karya
Sesshu, anak itu pun sempat membuat beberapa lukisannya."
"Aku tidak peduli apa yang dilakukan anak itu! Apakah Shigeru hanya berdua
dengan biarawan?" "Tidak lama," pengawal Tohan itu berbohong.
Kuda tunggangan Abe meloncat. Dia pasti telah menyentak tali kekang dengan
sangat marah. "Shigeru tidak merencanakan apa pun," kata pemuda Tohan itu dengan suara
mengambang. "Semuanya terjadi seperti apa yang terlihat. Lagi pula, dia kan hendak
menikah. Aku tidak melihat alasan mengapa kau cemas. Mereka tidak berbahaya.
Mereka itu bodoh juga penakut"dan tak berbahaya."
"Kau bodoh bila menganggap seperti itu," geram Abe. "Shigeru jauh lebih
berbahaya dari yang terlihat. Dia bukan penakut. Dia memiliki kesabaran. Dan tak
seorang pun di Tiga Wilayah ini yang memiliki pengaruh seperti dia!"
Sejenak mereka membisu, lalu Abe menggerutu, "Begitu melihat tanda-tanda dia
berkhianat, kita langsung bertindak."
Kata-kata Abe berhembus ke telingaku di sore hari, di musim panas yang
sempurna ini. Ketika sampai di sungai, hari menjelang senja, cahaya biru bersinar dari
kunang-kunang di sela-sela ilalang. Di tepi sungai, kembang api mulai dinyalakan
untuk memperingati malam kedua Festival of the Dead. Malam sebelumnya penuh
dengan kedukaan dan ketegangan, dan malam ini suasana kian liar. Seperti arus
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 171 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
terpendam yang bergejolak dan marah. Jalanan penuh sesak, kerumunan semakin
banyak di tepi sungai. Semua orang berdiri menatap pintu gerbang kastil.
Ketika melewati gerbang kastil, kami melihat ada empat kepala yang digantung di
gerbang. Keranjang untuk mengurung orang Hidden telah diturunkan dari dinding.
"Mereka mati begitu cepat," kata Lord Shigeru. "Mereka sangat beruntung."
Aku tak membalas ucapannya. Aku sedang memperhatikan Lady Maruyama.
Sekilas dia menatap kepala-kepala itu, namun segera berpaling ke tempat lain.
Wajahnya pucat, walaupun tetap tenang. Aku bertanya, tanya apa yang ada di
benaknya bila dia sedang berdoa.
Kerumunan mulai gaduh dan mereka saling mendorong seperti hewan-hewan yang
sedih di tempat pemotongan, ketakutan pada bau darah dan kematian.
"Jalan saja terus," kata Kenji. "Aku akan mencarl tahu rumor tentang peristiwa ini.
Kita bertemu di penginapan. Kalian tetap di kamar." Dia memanggil salah seorang
penjaga kuda, lalu dia turun dari kuda dan memberikan tali kekangnya pada orang itu,
kemudian menghilang di balik kerumunan.
Saat kami berbelok ke jalan lurus yang pernah aku lalui semalam, sekelompok
pasukan Tohan yang berkuda dan membawa pedang mendatangi rombongan kami.
"Lord Abe!" salah seorang di antara mereka memanggil. "Kami hendak
mengosongkan jalan. Kota dalarn keadaan kacau. Bawa tamu ke penginapan dan perintahkan beberapa orang untuk berjaga-jaga di pintu."
"Ada apa?" tanya Abe, menuntut penjelasan.
"Semua penjahat mati semalam. Beberapa orang mengatakan ada malaikat datang
dan mencabut nyawa mereka!"
"Kehadiran Lord Otori tak akan mampu membantu dalam situasi seperti ini," kata
Abe tajam saat dia menggiring kami ke penginapan. "Kita berangkat besok."
"Festival belum berakhir," Shigeru mengingatkan. "Bepergian di hari ketiga hanya
akan membawa sial." "Apa boleh buat! Bila ditunda justru akan lebih buruk." Abe menarik pedangnya
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 172 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
dan kini pedang itu berdesis di udara saat dia berusaha mengibasnya ke kerumunan.
"Menyingkir!" teriaknya.
Keributan membuat Raku meloncat maju, dan tanpa disengaja lututku bersentuhan
dengan lutut Kaede. Kuda kami berjalan bersisian seakan mereka saling memberi
semangat. Mereka melangkah secara bersamaan.
Sambil terus menatap ke depan, Kaede berbicara dengan suara pelan sehingga tak
akan ada yang bisa mendengar dalam keriuhan ini, selain aku, "Kuharap kita bisa
berdua saja. Aku ingin lebih mengenalmu. Aku bahkan tidak tahu siapa kau
sebenarnya. Kenapa kau berpura-pura bodoh" Kenapa kau menyembunyikan kecerdasanmu?"
Aku sangat senang bila dapat berkuda beriringan dengan Kaede untuk selamanya,
hanya saja jalan ini terlalu sempit, dan aku juga takut menjawab pertanyaannya. Aku
menghentakkan tali kekang kuda agar berjalan lebih cepat, seolah-olah tidak
mengenalinya, meskipun jantungku berdebar keras mendengar perkataannya. Situasi
seperti inilah yang kuimpikan, berduaan dengannya. Ingin kuungkapkan isi hatiku, dan
ingin rasanya kulepaskan semua rahasia dan kebohongan yang ada, lalu berbaring di
sisinya, kulitku bersentuhan dengan kulitnya.
Mungkinkah ini terjadi" Andai saja Iida mati.
Ketika tiba di penginapan, aku mencari penjaga kuda. Pengawal Otori yang
berjaga-jaga di belakang penginapan menyapaku dengan lega. Mereka mencemas kan
keselamatan kami. "Kota ini sedang bergejolak," kata salah seorang di antara mereka. "Satu orang saja
salah bergerak, perkelahian pasti terjadi."
"Apa yang kaudengar?" tanyaku.
"Tentang orang Hidden yang disiksa para bajingan itu. Ada yang membunuh
mereka semalam. Luar biasa! Banyak yang mengatakan bahwa malaikat yang melakukan itu!"
"Mereka tahu kedatangan Lord Otori," tambah yang lain. "Mereka masih
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 173 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
menganggap diri mereka sebagai penduduk Otori. Kurasa mereka sudah muak dengan
perilaku orang Tohan."
"Kita bisa menguasai kota ini seandainya kita ada seratus orang," gerutu pengawal
yang tadi menyapaku. "Jangan bicara soal ini lagi. Tidak pada dirimu, atau kepadaku," aku
memperingatkan mereka. "Kita tidak punya seratus pasukan. Kini kita dalam belas
kasih Tohan. Kita seharusnya yang menjadi perekat persekutuan. Kita harus terlihat
seperti sekutu mereka. Nyawa Lord Shigeru adalah taruhannya."
Mereka masih menggerutu sambil menurunkan pelana, lalu memberi makan kuda.
Aku merasakan semangat mereka yang membara, semangat untuk segera menuntaskan
semua penghinaan dan untuk membalas dendam.
"Jika ada di antara kalian yang menghunuskan pedang pada orang Tohan,
nyawanya menjadi urusanku!"
Mereka tidak terkesan pada perkataanku. Mungkin mereka tahu tentang diriku
lebih banyak dibanding Abe dan anak buahnya, tapi tetap saja mereka menganggap aku
Takeo muda yang terpelajar, gemar melukis, tak cakap menggunakan pedang, terlalu
baik hati, dan terlalu lembut. Anggapan bahwa aku dapat membunuh hanya akan
membuat mereka menyeringai.
Aku mencemaskan kecerobohan mereka. Seandainya terjadi perkelahian, maka
pengawal Tohan pasti akan memanfaatkannya untuk menuduh bahwa Lord Shigeru
berkhianat. Tak seorang pun boleh menghalangi kami pergi ke Inuyama.
Setelah meninggalkan istal, kepalaku terasa sakit yang menusuk. Seperti tidak tidur
berminggu-minggu. Aku pergi ke tempat permandian. Gadis pelayan yang tadi pagi
membawakan aku teh dan hendak mencuci pakaianku sedang di sana. Dia menggosok
punggungku dan memijat pelipisku. Gadis itu pergi ketika aku berendam di air panas,
tapi sebelum pergi dia berbisik, "Kau melakukannya dengan sangat bagus."
Semula aku hampir tertidur, namun perkataannya membuatku langsung terbangun.
"Melakukan apa?" tanyaku, tapi dia telah menghilang. Merasa tidak tenang, aku
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 174 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
langsung ke luar dari bak mandi dan balik ke kamar, sakit kepala masih terasa
menusuk. Kenji sudah datang. Aku dengar dia sedang berbincang pelan dengan Shigeru.
Mereka terdiam saat aku datang, keduanya menatapku. Dari wajah mereka aku sadar
kalau mereka sudah tahu yang sebenarnya.
Kenji bertanya, "Bagaimana?"
Kupasang telingaku. Penginapan ini sunyi-senyap, para pengawal Tohan masih di
jalan. Lalu aku berkata lirih, "Dua orang dengan racun, satu dengan garrotte, satu lagi
dengan tanganku." Kenji menggeleng-gelengkan kepala. "Sulit dipercaya. Di balik dinding kastil"
Hanya sendiri?" "Aku tidak mengingatnya. Kupikir kau akan marah," jawabku.
"Aku marah," jawabnya. "Lebih dari marah"aku berang karena perbuatan idiotmu
itu. Seharusnya kau dikubur hidup-hidup sekarang ini juga demi menegakkan aturan."
Aku memasang badan untuk menerima pukulannya. Namun ternyata dia tidak
memukulku, dia bahkan memelukku. "Aku bangga padamu," katanya. "Aku takut
kehilangan dirimu." "Tidak kusangka kau mampu melakukan itu," kata Shigeru.
. Tampaknya dia tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum, "Akhirnya rencana
kita akan berhasil!"
"Orang-orang mengatakan bahwa yang melakukan itu pastilah Shintaro," kata
Kenji, "Walaupun tidak ada orang yang tahu siapa yang menyuruhnya atau apa
alasannya." "Shintaro sudah mati," kataku.
"Tak banyak orang yang tahu tentang itu. Lagi pula, banyak yang berpendapat
bahwa pembunuhnya adalah roh dari surga."
"Ada orang yang melihatku, dia adalah saudara dari orang yang mati itu. Dia
sempat melihat sosokku yang kedua, dan pada saat sosok keduaku menghilang, dia
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 175 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
mengira aku malaikat."
"Orang itu tidak tahu dirimu sebenarnya. Kejadiannya di saat gelap, dia tak
melihatmu dengan jelas. Dia benar-benar mengira kau adalah malaikat."
"Mengapa kau lakukan itu, Takeo?" tanya Lord Shigeru. "Mengapa kau ambil
resiko?" Lagi-lagi, aku tak ingat. "Aku tidak tahu, aku hanya tidak bisa tidur...."
"Itu karena kelembutan hatinya," kata Kenji. "Dia lakukan itu karena rasa kasihan."
"Ada seorang gadis di penginapan ini," kataku, "Sepertinya dia tahu sesuatu. Tadi
pagi dia mengambil pakaianku yang basah, dan baru saja dia mengatakan..."
"Gadis itu orang kita," Kenji menyela, dan segera saja aku sadar kalau gadis itu
adalah anggota Tribe. "Tentu saja Tribe sudah curiga. Mereka tahu cara Shintaro mati.
Mereka tahu kau ada di sini bersama Lord Shigeru. Tak ada yang percaya kau
bertindak tanpa ketahuan, namun Tribe tahu bahwa tidak ada orang lain yang mampu
melakukan itu." "Bisakah ini dirahasiakan?" tanya Shigeru.
"Tidak akan ada orang yang menyerahkan Takeo pada Tohan, jika itu maksudmu.
Orang-orang Tohan juga tidak mencurigaimu. Kau sungguh pintar berpura-pura," kata
Kenji padaku. "Bahkan, hingga hari ini, aku masih menganggapmu dungu."
Shigeru kembali tersenyum. Kenji terus berbicara, nada suaranya yang santai
terdengar seperti dibuat-buat.
"Hanya saja, Shigeru, aku tahu rencanamu; aku tahu Takeo setuju membantumu
untuk membunuh mereka. Tapi setelah itu, aku tak yakin Tribe akan mengijinkan
Takeo bersamamu lebih lama lagi. Mereka pasti akan datang menjemput Takeo."
"Kita hanya butuh waktu seminggu lagi," ujar Shigeru lirih.
Aku merasakan kegelapan menjalar di tubuhku seperti tinta hitam yang
membasahi nadiku. Aku menatap Lord Shigeru"tindakan yang jarang sekali
kulakukan. Kemudian kami berdua pun tersenyum. Belum pernah kami sedekat ini,
bahkan di saat kami berdua sepakat untuk membunuh Iida beberapa waktu lalu.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 176 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Di luar sana aku mendengar teriakan, tangisan, langkah orang yang berlari, derap
kuda, percikan api, kegaduhan, dan jeritan. Pasukan Tohan sedang mengosongkan
jalan, memberlakukan jam malam. Tak lama kemudian, kegaduhan mulai reda dan
malam di musim semi ini kembali tenang. Bulan mulai menampakkan diri, menyinari
kota dengan cahayanya. Aku mendengar derap kaki kuda masuk ke halaman
penginapan, dan juga suara Abe. Disusul langkah halus pelayan yang mendekati pintu
sambil membawa nampan berisi hidangan makan malam. Salah seorang di antara
mereka adalah gadis yang tadi berbicara padaku. Dia tetap melayani kami setelah
pelayan yang lain keluar. Dia berkata pelan pada Kenji, "Lord Abe sudah kembali,
tuan. Akan ada tambahan penjagaan. Pengawal Otori akan diganti dengan pengawal
Tohan." "Mereka pasti tak akan menyukainya," kataku, teringat kegelisahan para pengawal
Otori tadi. "Ini provokatif," gerutu Shigeru. "Apakah mereka mencurigai kita?"
"Lord Abe marah dan panik karena kekerasan yang terjadi di kota malam ini,"
jawab gadis itu. "Menurutnya, ini semua untuk melindungimu."
"Bersediakah kau sampaikan pada Lord Abe untuk menemuiku dulu?"
Gadis itu membungkuk lalu pergi. Kami makan dalam suasana hening. Setelah
selesai makan, Shigeru berbicara tentang lukisan Sesshu. Dia membentangkan
gulungan kertas berisikan lukisan kuda yang kubuat. "Lukisan ini bagus," ujarnya.
"Tiruan yang sangat mirip. Sesuatu dalam dirimu tercermin dalam lukisan ini. Kau bisa
menjadi seniman yang hebat..."
Dia tidak melanjutkan, tapi aku juga memikirkan hal yang sama, Andaikan aku
hidup di dunia yang berbeda, dalam kehidupan yang berbeda, di wilayah yang tidak dikuasai
oleh nafsu perang. "Taman di biara amat indah" kata Kenji. "Meskipun tidak luas, namun lebih
mempesona dibanding lukisan Sesshu."
"Aku setuju," kata Lord Shigeru. "Tentu saja, apalagi ditambah dengan
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 177 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
pemandangan Terayama yang begitu indah."
Aku mendengar langkah Abe mendekat. Ketika pintu terbuka, aku langsung
mengalihkan pembicaraan, "Maukah kau jelaskan tentang penempatan batu-batu di
biara tadi, guru." "Lord Abe," sapa Shigeru. "Silahkan masuk." Dia lalu memanggil pelayan,
"Bawakan kami teh segar dan sake."
Abe membungkuk acuh tak acuh dan bersila di atas alas duduk. "Aku tak akan
lama; aku pun belum makan, dan kita harus berangkat pagi sekali."
"Kami sedang membicarakan tentang Sesshu," ujar Shigeru. Sake telah
dihidangkan, dan Shigeru pun menuangkan sake ke cangkir Abe.
"Dia seniman besar," kata Abe sepakat sambil minum sake. "Tapi di saat genting
seperti ini, seniman tak begitu penting dibanding prajurit." Dia memberi tatapan
mengejek ke arahku. Ini membuatku bertambah yakin penyamaranku masih aman.
"Kini kota sudah tenang, tapi situasinya masih berbahaya. Kurasa anak buahku bisa
melindungi kalian dengan lebih baik."
"Prajurit memang sangat diperlukan," ujar Shigeru. "Itu sebabnya aku lebih suka
bila pengawalku yang berada di dekatku."
Suasana menjadi hening, perbedaan mereka berdua amat mencolok. Abe hanyalah
seorang bangsawan biasa. Sedangkan Shigeru adalah keturunan langsung dari klan
yang telah berkuasa sejak lama. Walaupun enggan, tapi akhirnya Abe pasti akan
menyetujuinya.
Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Abe menekan keras bibir bawahnya. "Bila itu kehendak Lord Otori..." akhirnya dia
pun menyerah. "Tentu saja." Shigeru tersenyum tipis dan menuangkan lebih banyak sake.
Setelah Abe pergi, Lord Shigeru berkata, "Takeo dan pengawal berjaga-jaga
malam ini. Beri kesan bahwa di luar sana ada gangguan. Aku sebenarnya setuju untuk
mengalihkan penjagaan pada Abe, sebagai hukuman bagi pengawal Otori. Hanya saja,
aku takut mereka memberontak terlalu dini. Tujuan kita sudah begitu dekat."
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 178 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Hanya itu yang kupikirkan, bukan perkataan Kenji bahwa Tribe akan menuntut
haknya atas diriku. Aku hanya memusatkan perhatian pada Iida Sadamu yang berada
di Inuyama. Akan aku buru dia dengan melintasi nightingale floor. Dan akan kubunuh
dia. Dengan memikirkan Kaede, tekadku justru makin bulat. Aku tak perlu sepintar
Ichiro untuk mengetahui bahwa kalau Iida mati sebelum pernikahan, maka Kaede
bebas menikah denganku.* LIAN HEARN BUKU PERTAMA 179 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
KEESOKAN hari kami bangun pagi-pagi dan sudah memulai perjalanan saat fajar
menyingsing. Cuaca berawan hari kemarin lenyap tanpa bekas; hari ini cuaca gerah dan
panas. Penduduk dilarang berkumpul, pasukan Tohan pun memaksakan aturan dengan
pedang. Mereka menebas mati seorang pemulung karena berani berhenti dan memandangi iring-iringan kami. Mereka juga memukul seorang wanita tua yang tidak
segera menyingkir dari jalan.
Sudah cukup kesialan bagi kami karena melakukan perjalanan pada hari ketiga
Festival of the Dead. Tindakan pasukan Tohan yang kejam dan dinodai darah kematian
tampak menambah pertanda buruk perjalanan kami ini.
Rombongan wanita dibawa dalam tandu sehingga aku sulit melihat Kaede hingga
waktu makan siang. Aku tidak sempat berbicara dengannya, namun aku kaget ketika
melihatnya. Dia begitu pucat, kulitnya tembus pandang, dan ada lingkaran hitam di
sekitar matanya. Hatiku bagai terpilin melihatnya. Semakin lemah dia, semakin tinggi
cintaku. Lord Shigeru menyatakan pada Shizuka tentang keprihatinannya melihat kondisi
Kaede yang kian lemah. Shizuka mengatakan bahwa gerakan tandu yang memhuat
Kaede tidak nyaman"hanya itu saja"tapi matanya mengedip kepadaku, aku tahu
pesan yang ingin dia sampaikan.
Rombongan kami berjalan dalam keheningan, semua orang sibuk dengan
pikirannya masing-masing. Para pengawal terlihat tegang dan lekas marah. Panas
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 180 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
terasa menyengat. Hanya Lord Shigeru yang tenang, bicaranya ringan dan riang,
seakan-akan dia sangat mendambakan pernikahan ini.
Semakin jauh ke timur, semakin sedikit kerusakan akibat badai. Kondisi jalan kian
membaik saat kami mendekati ibukota, dan setiap hari kami menempuh jarak yang
lebih jauh lagi. Pada sore hari kelima, kami akhirnya tiba di Inuyama.
Iida menetapkan kota di daerah timur ini sebagai ibukota setelah perang
Yaegahara, dan membangun sebuah kastil yang kokoh. Kastil ini mendominasi kota
dengan dindingnya yang berwarna hitam dan celah dinding yang bernuansa putih,
atapnya menjulang tinggi hingga seperti menyentuh langit. Saat berkuda ke kastil, aku
mengamati bangunan kastil, mengukur tinggi pintu gerbang dan dinding, mencari
tempat pijakan kaki di permukaan pintu dan dinding... di situ aku akan menghilangkan
diri, di situ aku perlu menggunakan pengait besi...
Aku tidak membayangkan kalau kota ini begitu luas sehingga perlu banyak
pengawal untuk menjaga kastil dan bangunan di sekitar kastil.
Abe memperlambat jalan kudanya sehingga sejajar denganku, akulah korban yang
paling dia sukai. Dia tidak segan mengolok-olok atau mengejekku. "Ini yang namanya
kekuatan, anak muda. Ini dapat kau peroleh bila menjadi ksatria. Ini membuat lukisan
dan kuasmu terlihat sangat lemah, eh?"
Aku tidak keberatan pada anggapan Abe, selama dia tidak mencurigaiku. "Inilah
kastil paling mengesankan yang pernah kulihat, Lord Abe. Aku berharap dapat
mempelajari bangunan ini lebih dekat, termasuk arsitektur dan karya seninya."
"Kuyakin 'keinginanmu bisa terkabul," ucapnya, dia terlihat cukup siap untuk
berlagak seperti pelindung karena dia telah kembali dengan aman di kotanya.
"Nama Sesshu masih hidup hingga kini," aku menjelaskan, "Sedangkan semua
ksatria yang hidup di masanya telah dilupakan."
Abe tertawa, "Tapi kau bukan Sesshu, kan?"
Perkataannya membuatku kesal, tapi tanpa perlawanan aku menyetujuinya. Dia
tidak mengetahui diriku yang sebenarnya, hanya itu yang membuatku tenang.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 181 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Kami diantar ke sebuah rumah yang letaknya tidak jauh dari parit yang
mengelilingi kastil. Rumah yang sangat megah. Banyaknya pernak-pernik menunjukkan kesungguhan Iida untuk merayakan pesta pernikahan Shigeru dan
niatnya untuk bersekutu dengan Otori. Berbeda dengan kami, rombongan wanita
dibawa ke rumah Iida yang terletak di dalam kastil. Anak Lady Maruyama juga tinggal
di tempat itu. Aku tidak bertemu Kaede lagi, tapi saat di tandu, dia membiarkan tangannya
terlihat sejenak dari balik tirai tandu. Ia memegang gulungan kertas yang aku berikan,
lukisan burung kecil yang menurutnya bisa membuat dia memikirkan tentang
kebebasan. Gerimis di sore hari mulai turun, menyamarkan garis siluet bangunan kastil,
membuat atap dan jalan yang berbatu nampak berkilauan. Dua angsa terbang dengan
kepakan sayap yang teratur, lalu hilang dari pandangan, tapi masih dapat kudengar
teriakan sedih mereka. Abe datang ke tempat kami menginap dengan membawa hadiah pernikahan dan
pesan selamat datang yang dibumbui puja-puji dari Iida. Aku lantas mengingatkan Abe
akan janjinya untuk menunjukkan kastil, kuganggu dia dan aku ingatkan tentang olokoloknya tadi siang sampai akhirnya dia setuju untuk memenuhi janjinya esok hari.
Aku dan Kenji mengikuti Abe keesokan harinya, dan dengan penuh perhatian aku
mendengar dan menggambar. Abe, yang mulai jemu, menyuruh salah seorang
pengawalnya untuk menemani kami berkeliling kastil. Selagi menggambar pohon,
taman, dan berbagai pemandangan lain, aku mengamati kastil ini, memperhitungkan
jarak antara gerbang utama dan gerbang kedua (mereka menyebutnya Gerbang Intan),
dari Gerbang Intan ke bailey dalam, dan dari bailey ke rumah Iida. Sungai mengalir di
sepanjang sisi sebelah timur; keempat sisi kastil dikelilingi parit. Sambil menggambar,
aku mendengarkan dan mengira-ngira posisi pengawal, yang terlihat dan yang
tersembunyi, serta menghitung jumlah mereka.
Kastil ini penuh dengan berbagai jenis orang: pasukan perang dan penjaga, pandai
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 182 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
besi, pembuat panah dan baju besi, beberapa pengurus kuda, juru masak, dan segala
macam pelayan. Aku ingin tahu ke mana mereka pergi bila hari telah malam.
Pengawal yang menemani kami lebih banyak bicara dibanding Abe, dia sangat
membanggakan Iida, dan dengan lugti dia terkesan pada hasil lukisanku. Kulukis sketsa
dirinya dengan cepat, lalu kuberikan kepadanya. Akhir-akhir ini aku sudah dapat
melukis orang, dan pengawal itu memegang lukisan itu seperti dia sedang memegang
jimat. Setelah itu dia menunjukkan lebih banyak dari yang seharusnya dia tunjukkan,
termasuk ruangan rahasia yang menjadi pos penjaga, jendela pengintai, dan juga rute
yang dilalui oleh penjaga yang berpatroli di malam hari.
Kenji tidak banyak bicara, selain sesekali mengkritik lukisanku dan membetulkan
goresan kuasku. Aku bertanya-tanya apakah dia akan menemaniku ke kastil ini nanti.
Aku sempat merasa tak ada yang dapat kulakukan tanpa dia, tapi kemudian aku sadar
akan keinginanku untuk melakukannya sendiri saja.
Sesampai di menara utama, pengawal Tohan itu mengajak kami masuk. Kami
diperkenalkan pada pimpinan penjaga, dan diijinkan naik melalui anak tangga kayu
yang curam ke lantai yang paling atas. Pilar-pilar kokoh yang menyangga menara
utama ini tingginya kira-kira dua puluh satu meter. Semua pilar di sini ibarat pohon
yang ada di hutan, sungguh tinggi pucuk pohon ini, dan betapa gelap bila berada di
bawahnya. Balok-balok kayu masih terlihat corak aslinya, seolaholah siap tumbuh.
Kastil ini terasa seperti makhluk gaib yang berdiri tegak dan siap menyerang.
Dari puncak menara, di bawah tatapan curiga para pengawal yang sedang berjaga,
kami dapat melihat seluruh kota. Di utara menjulang gunung yang dulu aku dan
Shigeru lewati, dan di balik gunung itulah terbentang dataran Yaegahara. Sedangkan di
sebelah tenggara terhampar tanah kelahiranku, Mino. Udara berkabut dan tenang,
nyaris tanpa hembusan angin. Selain gelap, menara ini terasa panas mencekik. Keringat
di wajah penjaga berkilauan saat terkena sinar matahari, dan mereka nampak tidak
nyaman karena beratnya baju besi yang mereka pakai.
Jendela menara di sebelah selatan menghadap ke menara kedua yang lebih rendah,
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 183 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
yaitu rumah Iida. Rumah itu didirikan di atas kubu pertahanan yang luas dan hampir
berbatasan langsung dengan parit. Di sebelah ti ur ada lahan yang luasnya sekitar
seratus meter, dan di sana terdapat sungai besar yang mengalir dengan deras,
gelombangnya semakin besar bila ada angin kencang. Di atas kubu itu berjejer banyak
jendela kecil, pintu rumah Iida menghadap ke barat. Atap yang melandai dengan
anggunnya menaungi beranda, dan dari atas sini terlihat taman kecil yang dikelilingi
dinding bailey kedua. Pemandangan itu tak akan terlihat dari bawah, namun dari sini
kami bisa melihat ke bawall ibarat elang yang sedang terbang mencari mangsa.
Di sisi yang berlawanan dari bailey sisi barat laut terletak dapur dan beberapa
ruangan lainnya. Mataku terus berjalan dari sudut istana Iida ke tempat lainnya. Sebelah barat kastil
begitu indah dan nyaris menonjolkan kelembutan, tapi di sebelah timur kastil
memperlihatkan kekejaman dan kekuatan, apalagi ada rantai besi di dinding, di bawah
jendela menara. Di situ ada banyak rantai. Menurut penjaga, rantai-rantai besi itu
digunakan untuk menggantung musuh. Penderitaan si korban akan membuat Iida
puas. Ketika menuruni anak tangga, aku mendengar para penjaga mengolok-olok kami,
dan Otori yang selalu dijadikan korban: menurut mereka, laki-laki Otori lebih suka
anak laki-laki daripada wanita di tempat tidur, lebih suka makan enak daripada
berperang, dan lemah karena lebih suka mandi air panas yang telah dikencingi. Tawa
parau mereka bergema di belakang kami. Merasa malu, pengawal yang menemani kami
meminta maaf. Setelah meyakinkan dia bahwa kami tidak tersinggung, aku berdiri sejenak di pintu
bagian dalam bailey, berpura-pura mengagumi keindahan bunga morning glory yang
merambat di dinding dapur. Aku mendengar berbagai bunyi yang biasa berasal dari
dapur; desisan air mendidih, gemerincing pisau baja, bunyi tumbukkan dari orang yang
sedang membuat kue nasi, teriakan juru masak dan teriakan melengking dari gadis
yang sedang bercakap-cakap. Selain bunyi-bunyian itu aku juga mendengar sesuatu
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 184 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
dari balik dinding taman.
Aku langsung tahu bunyi itu: langkah kaki orang yang melintasi nightingale floor.
"Kau mendengar bunyi yang aneh?" aku bertanya dengan polosnya pada Kenji.
Kenji mengerutkan dahi, "Bunyi apa itu?"
Pengawal itu pun tertawa. "Itu bunyi nightingale floor."
"Nightingale floor?" ujarku dan Kenji bersamaan.
"Ya, lantai yang bisa bernyanyi. Jangankan orang, kucing pun tidak dapat melintasi
lantai itu tanpa menimbulkan bunyi yang mirip burung mencicit."
"Kedengarannya seperti sihir," kataku.
"Seperti itulah," balas si pengawal sambil menertawai kepercayaanku pada sihir. "
Apa pun namanya, lantai itu yang membuat Lord Iida bisa tidur nyenyak."
"Mengagumkan! Aku ingin melihatnya," ujarku.
Dengan wajah yang masih tersenyum, pengawal itu mengajak karni mengitari
bailey menuju sebelah selatan di mana pintu taman terbuka lebar. Pintu itu tidak tinggi
tapi ada lapisan yang amat kokoh, dan anak tangganya sangat curam sehingga dapat
dengan mudah mengalahkan musuh yang masuk. Dari gerbang ini kaml memandang
bangunan di atasnya. Semua daun jendela terbuat dari kayu dan dalam keadaan
terbuka. Dari sini bisa kulihat lantai kokoh berkilauan yang terhampar di sekeliling
rumah Iida. Tampak iring-iringan para pelayan sedang membawa nampan makanan karena
hari telah siang, mereka melepas sandal, lalu melintasi lantai. Begitu mendengar bunyi
lantai itu, aku langsung putus asa. Lantai ini empat kali lebih besar dari lantai yang ada
di Hagi dan bunyinya pun sangat rumit. Apalagi aku tak sempat berlatih. Hanya ada
satu kesempatan untuk dapat menaklukkan lantai ini.
Aku berdiri cukup lama, berseru kagum sambil berusaha membedakan setiap bunyi
dan juga berusaha mendengar suara Kaede yang menginap di rumah ini, tapi aku tak
mendengar suaranya. Akhirnya Kenji berkata, "Ayo pulang! Aku sudah lapar. Lord Takeo bisa melihat
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 185 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
lantai ini lagi besok saat dia menemani Lord Otori."
"Apa kita akan ke kastil ini besok?"
"Lord Otori akan menjumpai Lord Iida besok sore," ujar Kenji. "Tentu saja Lord
Takeo akan ikut bersamanya."
"Sungguh menyenangkan," balasku, jantungku berdebar mendengar kemung-kinan
itu. Saat kami kembali ke penginapan, Lord Shigeru sedang mengamati beberapa
kimono pernikahannya. Semuanya berserakan di karpet, mewah, berwarna cerah,
dibordir dengan lambang keberuntungan dan keabadian: buah plum, bangau putih, dan
kura-kura. "Kedua pamanku yang mengirimkan ini," ucapnya. "Apa pendapatmu tentang
kimono ini, Takeo?" "Berlebihan," jawabku, muak atas kepura-puraan kedua paman Shigeru.
"Mana yang sebaiknya kupakai?" Dia mengambil kimono dengan bordir buah
plum, dan orang yang membawa kimono ini membantu Shigeru memakainya.
"Yang itu kelihatannya bagus," kata Kenji. "Dan kini waktunya kita makan."
Lord Shigeru tetap berdiri seakan tak mau pergi, lalu dia menyentuh kain yang
indah itu, mengagumi kehalusan bordirnya. Meskipun hanya diam, tapi ada sesuatu di
wajahnya: penyesalan, mungkin, atas pernikahan yang tak akan terjadi, dan mungkin
juga, tentang nasibnya. "Aku akan memakai yang ini," katanya sambil melepas kimono dan menyerahkan
pada laki-laki pembawa kimono itu.
"Sungguh pilihan yang tepat," ucap orang itu lirih. "Tak banyak orang yang
Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
setampan Lord Otori."
Shigeru tersenyum tulus tanpa menanggapi, dia pun diam selama makan. Kami
semua diam, terlalu tegang untuk membicarakan hal remeh, dan terlalu waspada akan
kemungkinan adanya mata-mata bila kami membicarakan hal lain.
Aku merasa lelah dan gelisah. Panasnya sore memaksaku untuk tetap di rumah.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 186 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Walaupun semua pintu terbuka lebar ke taman, namun tidak ada angin yang
berhembus ke ruangan ini. Sambil terkantuk aku berusaha mengingat bunyi nightingale
floor tadi. Di saat yang sama, suara-suara di taman, serangga yang berdengung, dan
gemuruh air terjun seakan membasuh sekujur tubuhku, membuatku setengah terjaga,
membuatku berpikir kalau aku sedang berada di Hagi.
Menjelang malam, hujan turun dan udara agak dingin. Kenji dan Shigeru larut
dalam permainan Go*, Kenji memainkan yang hitam. Aku pasti tertidur pulas karena
tiba-tiba terbangun oleh langkah kaki di depan pintu dan aku mendengar pelayan
menyampaikan pesan untuk Kenji.
Kenji mengangguk, lalu pergi. Shigeru menatap kepergian Kenji, lalu kembali
mengamati papan permainan, seakan dia hanya terpaku pada permainan itu saja. Aku
berdiri, dan menatap ke papan permainan. Mereka sering bermain dan selalu saja
Shigeru yang menang, namun sekali ini dia terancam kalah.
Aku pergi ke pancuran untuk membasuh muka dan tanganku. Dan dengan
perasaan terperangkap dan tertekan bila berada di kamar, aku melintasi taman ke arah
pintu utama rumah penginapan dan melangkah ke jalan.
Kenji berdiri di seberang jalan, sedang berbicara dengan seorang pemuda yang
memakai pakaian yang biasa dipakai oleh pembawa pesan. Belum sempat aku
mendengar pembicaraan mereka, Kenji telah melihatku dan dia langsung menyuruh
orang itu pergi. Kenji lalu menyeberang jalan ke arahku, berpura-pura tidak terjadi apaapa. Dia terlihat seperti seorang guru yang tua dan tidak berbahaya. Dia berjalan tanpa
menoleh padaku. Sebelum dia sempat melihatku tadi, aku dapat merasakan kalau sosok
Muto Kenji yang asli muncul: kejam, sekejam Jato.
Shigeru dan Kenji lalu bermain Go hingga larut malam. Aku tak sanggup melihat
biji putih mulai terdesak, tapi aku tidak bisa tidur, pikiranku penuh dengan kejadian
tadi, dan juga tingkah Kenji yang mencurigakan. Pagi dini hari Kenji telah pergi, dan
pada saat dia pergi, Shizuka datang membawa hadiah pernikahan dari Lady
Maruyama. Di balik bungkusan itu ada dua gulungan kertas. Salah satu surat itu dia
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 187 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
diserahkan pada Shigeru. Lord Shigeru membacanya. Dia nampak tegang dan menonjolkan garis-garis
kelelahan. Kemudian dia melipat dan memasukkan surat itu ke balik lengan
kimononya. Lalu dia mengambil gulungan kertas yang kedua dan setelah menatap sekilas, dia
serahkan kepadaku. Gambar dalam surat kurang jelas, tapi akhirnya aku tahu. Itu
adalah denah ruangan di rumah Iida, dan dengan jelas ditunjukkan kamar tidur Iida.
"Sebaiknya semua kertas itu langsung dibakar, Lord Otori," bisik Shizuka.
"Tentu saja. Ada kabar lainnya?"
"Boleh aku mendekat?" tanya Shizuka, dan berbisik di telinga Shigeru, hanya aku
dan Shigeru yang bisa mendengarnya. "Arai telah masuk ke barat daya. Dia berhasil
mengalahkan Noguchi dan kini sedang menuju ke Inuyama."
"Iida tahu?" "Jika dia belum tahu, maka tidak lama lagi dia akan tahu. Iida punya banyak matamata."
"Dan Terayama" Kau mendengar kabar tentang wilayah itu?"
"Mereka yakin bisa merebut Yamagata tanpa perlawanan, begitu Iida..."
Shigeru segera mengangkat tangan, dan Shizuka pun langsung diam.
"Malam. ini, kalau begitu," ucapnya singkat.
"Lord Otori," Shizuka membungkuk hormat.
"Lady Shirakawa baik-baik saja?" tanya Shigeru, kembali dengan suara biasa,
sambil bergerak menjauh dari Shizuka.
"Kuharap dia akan membaik," balas Shizuka perlahan. "Dia tidak makan, juga
tidak tidur." Detak jantungku sempat berhenti ketika Shigeru berkata malam ini. Tapi setelah
itu, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, mengalirkan darah ke seluruh
pembuluh darahku. Aku perhatikan denah itu sekali lagi, berusaha mengingatnya.
Pikiran tentang Kaede, wajah pucatnya, lengannya yang rapuh, dan rambut hitamnya
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 188 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
yang lebat membuatku bimbang. Aku berdiri dan berjalan ke pintu, berusaha
menyembunyikan perasaanku.
"Aku menyesal telah menyeretnya dalam bahaya," ujar Shigeru.
"Justru dia yang cemas karena bisa membawa bencana bagimu," balas Shizuka, dan
menambahkan dengan suara rendah, "kecemasannya pada dirimu adalah salah satu di
antara beberapa kecemasan lain. Kini aku harus kembali padanya. Aku takut
meninggalkan dia sendiri."
"Apa maksudmu?" teriakku sehingga mereka langsung melihat kepadaku.
Shizuka nampak bimbang. "Dia sering bicara tentang mati," jawab Shizuka,
akhirnya. Ingin rasanya aku mengirim pesan untuk Kaede. Ingin rasanya aku berlari ke kastil
dan menariknya keluar dari sana-membawanya ke tempat di mana kami berdua akan
aman. Tapi, aku tahu kalau tidak ada tempat seperti itu, dan tak akan pernah ada,
sebelum semua ini berakhir....
Sebenarnya aku juga ingin bertanya pada Shizuka tentang Kenji"apa rencananya,
apa yang Tribe pikirkan saat ini-sayangnya, seorang pelayan datang membawa makan
siang sehingga aku tak sempat berbicara dengan Shizuka.
Selama makan, kami membicarakan tentang rencana kunjungan sore ini.
Kemudian, Lord Shigeru menulis surat, sementara aku berusaha mempelajari gambar
kastil yang kubuat kemarin. Aku sadar pada tatapan Lord Shigeru yang sering tertuju
kepadaku dan aku merasakan keinginannya untuk berbicara lebih banyak, namun tak
sepatah kata pun yang dia ucapkan. Aku duduk diam di lantai, memandangi taman di
luar, membiarkan tarikan napasku melambat, masuk ke sisi kelam diriku yang selama
ini bersemayam di tubuhku, membiarkan kegelapan diriku mengambil alih setiap otot,
nadi, dan pembuluh darahku. Kini pendengaranku semakin tajam. Aku dapat
mendengar keriuhan manusia dan hewan, kesenangan, gairah, luka, kesedihan seisi
kota. Tak sabar rasanya aku menanti keheningan, terbebas dari semua ini. Aku
menantikan malam tiba. LIAN HEARN BUKU PERTAMA 189 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Kenji kembali tanpa mengatakan ke mana dia pergi. Tanpa banyak bicara, dia
mengawasi kami yang sedang memakai kimono resmi berlambang bangau Otori di
punggung. Dia hanya berbicara sekali saja, menyarankan agar aku jangan ikut ke kastil.
Tapi Lord Shigeru menjelaskan jika aku tidak ikut bersamanya justru akan menarik
perhatian Iida. Lord Shigeru tidak mengatakan bahwa aku perlu melihat kastil itu
sekali lagi. Aku pun ingin melihat Iida lagi. Satu-satunya yang aku ingat tentang Iida
yaitu sosok mengerikan yang kulihat di Mino setahun lalu. Dia dalam balutan baju besi
hitam, penutup kepala berhiaskan tanduk rusa dan pedang yang hampir saja
mengakhiri hidupku. Begitu hebat dan kuatnya bayangan itu di benakku sampaisampai melihat dia tanpa baju besi pun bisa membuatku gemetar.
Kami berkuda diiringi dua puluh pengawal Otori. Mereka menunggu di bailey
pertama, sedangkan Shigeru dan aku masuk bersama Abe. Kami melepas sandal
sewaktu hendak melangkah di nightingale floor, aku menahan napas sambil
mendengarkan kicau burung di kakiku. Rumah ini dibangun dengan penuh pesona dan
dengan gaya mutakhir, lukisannya begitu menakjubkan hingga nyaris meng-alihkan
perhatianku dari tujuan semula. Sayangnya lukisan di sini tak memberi kesan damai
dan tenang seperti karya Sesshu di Terayama, melainkan meriah dan semarak, penuh
gairah hidup dan kekuatan. Di ruangan itu, tempat kami menunggu, semua kasa pintu
dan jendela dipenuhi lukisan bangau di sela-sela pohon willow bersalju. Shigeru
mengagumi karya itu, dan di bawah tatapan jahat Abe, kami membicarakan lukisan
yang ada di ruangan ini. "Menurutku, lukisan ini jauh lebih bagus dari karya Sesshu," kata Lord Abe.
"Warnanya lebih kaya dan terang, dan ukurannya pun lebih ambisius."
Shigeru bergumam, tidak jelas apakah dia setuju atau menolak anggapan Abe itu.
Aku tidak memberi komentar. Tak lama kemudian, seorang laki-laki tua datang,
menyembah lalu berkata pada Abe. "Lord Iida siap menerima tamu."
Kami bangkit dan melintasi nightingale floor lagi, mengikuti Abe menuju Aula
Besar. Di ruangan ini, Lord Shigeru duduk berlutut di pintu masuk, dan aku mengLIAN HEARN BUKU PERTAMA 190 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
ikuti apa yang dia lakukan. Abe mengisyaratkan agar kami masuk, dan di dalam, kami
kembali duduk berlutut sambil membungkuk. Sekilas aku menangkap sosok Iida
sedang duduk di singgasana, jauh di ujung aula. Kimononya yang berwarna emas dan
putih gading terhampar di sekeliling tubuhnya, sebuah kipas merah keemasan di
tangan kanannya, topi kecil resmi berwarna hitam menghiasi kepalanya. Dia lebih kecil
dari yang kuingat, tapi bukan berarti tidak mengesankan. Usianya sekitar delapan atau
sepuluh tahun lebih tua dari Lord Shigeru dan tingginya pun hanya sepundak Shigeru.
Sosoknya tidak istimewa, kecuali bentuk matanya yang bagus, bertentangan dengan
kekejamannya. Iida tidaklah tampan, namun dia memiliki penampilan yang kuat dan
dominan. Ketakutan lamaku tiba-tiba muncul kembali.
Ada sekitar dua puluh pengawal yang sedang membungkuk di lantai. Hanya Iida
dan seorang pemuda di samping kirinya yang tetap duduk tegak. Keheningan panjang
melanda ruangan ini. Di saat yang sama, waktu mendekati Waktu Monyet*. Tak ada
pintu yang terbuka, dan panas terasa mencekik. Selain wangi dari balik kimono,
tercium juga aroma kekejaman dari keringat orang-orang di ruangan ini. Dari sudut
mata, aku melihat ada siluet di beberapa ruangan rahasia dan terdengar napas para
pengawal yang bersembunyi.
Iida memecah keheningan dengan berkata, "Selamat datang Lord Otori. Inilah
saat yang membahagiakan: pernikahan sekaligus persekutuan."
Suara Lord Iida yang kasar dan acuh tak acuh membuat sambutan resmi terasa
tidak pantas keluar dari mulutnya.
Shigeru mengangkat kepala dan duduk dengan perlahan. Dia membalas ucapan
Iida dengan nada yang sama resminya, dia menyampaikan salam dari kedua pamannya
dan juga dari seluruh klan Otori. "Aku senang dapat melayani dua klan besar."
Ucapan Lord Shigeru merupakan sindiran halus bagi Iida, menekankan kalau
mereka berdua berasal dari klas dan darah yang sama.
Iida tersenyum tidak senang dan membalas, "Ya, kita memang harus berdamai.
Kami tidak ingin peristiwa Yaegahara terulang."
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 191 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Lord Shigeru menegakkan kepala lalu berkata, "Yang lalu, biarkan berlalu."
Aku bisa melihat raut wajah Shigeru, meskipun aku masih membungkuk.
Pandangannya jernih dan lurus, sikapnya tenang dan riang. Tidak ada yang dapat menebak apa yang dia pikirkan, selain apa yang dia perlihatkan: calon pengantin yang
senang karena dicarikan istri oleh orang yang lebih tua.
Mereka berbincang sesaat, saling bergurau. Lalu, teh disajikan untuk mereka
berdua. "Kudengar dia anak angkatmu," kata Iida ketika menuangkan teh. "Maka dia juga
boleh minum bersama kita."
Ini berarti aku harus menegakkan tubuh, walau sebenarnya aku tidak ingin
melakukannya. Aku kembali membungkuk, lalu maju dengan menggunakan lutut,
berusaha agar jariku tidak gemetar ketika mengambil mangkuk teh. Aku bisa
merasakan tatapan Iida, tapi aku tak berani menatapnya, sulit bagiku untuk
mengetahui apakah dia mengenaliku sebagai anak yang menusuk kudanya hingga dia
terjatuh ketika di Mino. Aku mengamati mangkuk teh yang sedang kupegang. Mangkuk itu terbuat dari
bahan metal abu-abu, dan di bagian dasarnya berwarna kemerahan, belum pernah aku
melihat mangkuk yang seperti ini.
"Dia sepupu jauh mendiang ibuku," Lord Shigeru menjelaskan. "Ibuku ingin
mengangkatnya menjadi keluarga, namun setelah ibuku meninggal baru aku dapat
mewujudkan harapannya."
"Namanya?" Iida terus menatapku sambil menghirup tehnya dengan berisik.
"Dia diberi nama sesuai nama Otori," jawab Lord Shigeru. "Kami memanggilnya
Takeo." Lord Shigeru tidak mengatakan sesuai nama adikku, tapi nama Takeshi terasa
bergantung di udara, seolaholah arwahnya melayang-layang di ruangan ini.
Lord Iida menggerutu. Selain udara yang panas, suasananya pun kaku dan
mencekam. Aku yakin Lord Shigeru juga menyadari itu. Aku bisa merasakan kalau dia
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 192 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
tegang, meskipun dia tetap tersenyum. Di balik semua senda-gurau, tersembunyi
kebencian di antara mereka, diperuncing dengan derita akibat perang Yaegahara, rasa
cemburu Iida, dan rasa sedih Shigeru serta keinginannya untuk membalas dendam.
Aku mencoba berperan sebagai Takeo, seorang seniman yang terpelajar, tertutup
dan juga kikuk. "Berapa lama dia bersamamu?"
"Sekitar setahun," balas Shigeru.
"Memang ada ciri khas keluargamu pada dirinya," kata Iida. "Ando, kau setuju?"
Dia bertanya pada salah seorang pengawalnya yang duduk berlutut menyamping ke
arah kami. Orang itu mengangkat kepala lalu memandangku. Tatapan mata kami
bertemu, dan aku langsung mengenali wajah dan alis yang mirip serigala serta mata
yang dalam. Tubuh sebelah kanannya tersembunyi dariku, tapi aku tahu kalau lengan
kanannya putus tertebas Jato yang digenggam Lord Shigeru.
"Sangat mirip," jawab Ando. "Aku melihat kemiripan itu ketika pertama kali aku
melihatnya." Dia berhenti, kemudian menambahkan, "di Hagi."
Aku membungkuk, lalu berkata dengan rendah hati. "Maaf, Lord Ando, kurasa
kita belum pernah bertemu."
"Benar, kita memang belum pernah bertemu," dia membenarkan. "Aku melihatmu
sedang bersama Lord Otori, dan aku melihat kemiripanmu... dengan keluarga Otori."
"Dia masih kerabat kami," balas Lord Shigeru, tidak gelisah. Tidak diragukan lagi
kalau Iida dan Ando telah mengetahui diriku yang sebenarnya. Mereka juga tahu kalau
Shiger? yang menyelamatkanku. Aku berharap mereka segera menahan kami, atau
meminta pengawal membunuh kami sekarang juga, di saat jamuan minum teh ini.
Lord Shigeru menggerakkan badan dengan sangat perlahan. Aku tahu dia sedang
bersiap-siap melompat berdiri, pedang ada di tangannya jika terjadi sesuatu.
Namun aku juga tahu, dia tak akan menghancurkan rencana yang telah dia susun
selama berbulan-bulan. Ruangan ini penuh dengan ketegangan seiring keheningan
yang kian mencekam. LIAN HEARN BUKU PERTAMA 193 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Bibir Iida membentuk senyuman. Bisa kurasakan kalau dia senang atas situasi yang
terjadi saat ini. Dia tak akan membunuh kami sekarang, dia akan bermain-main dulu
dengan kami. Bagi kami, tertutup kemungkinan untuk lolos. Kami telah terperangkap
di wilayah Tohan, terus menerus di bawah pengawasannya, dan kami hanya memiliki
dua puluh orang pengawal. Tidak diragukan lagi, Iida hendak menghabisi kami, tapi
Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dia akan menikmati dulu saat-saat musuh lamanya berada dalam kekuasaannya.
Iida lalu beralih membicarakan pernikahan. Dari nada suaranya aku dapat
merasakan kalau dia memendam rasa benci. dan juga cemburu. "Lady Shirakawa
adalah anak perwalian Noguchi, sekutuku yang terpercaya."
Dia tidak mengatakan soal kekalahan Noguchi atas Arai. Apakah dia tidak tahu,
ataukah dia pikir kami yang belum tahu"
"Lord Iida memberi penghormatan yang sangat besar bagiku," jawab Shigeru.
"Baiklah, memang sudah tiba saatnya untuk berdamai." Iida berhenti sejenak, lalu
melanjutkan, "Lady Shirakawa sangat cantik. Sayang, reputasinya kurang bagus.
Kuharap hal ini tak membuatmu cemas."
Aku mendengar para pengawal menanggapi perkataan Iida dengan pelan"tidak
tertawa, tapi otot-otot muka mereka membentuk senyuman.
"Kurasa reputasinya tidak berdasar," balas Lord Shigeru bijak. "Dan karena aku di
sini sebagai tamu Iida, aku tidak perlu cemas."
Senyuman Iida pun langsung hilang, dan dia memandang dengan marah. Kurasa
dia terbakar oleh rasa cemburu. Seharusnya, sopan santun dan rasa percaya diri bisa
mencegahnya mengatakan hal berikut ini, tapi ternyata tidak. "Ada rumor tentang
dirimu," katanya tanpa basa-basi.
Shigeru mengangkat alis, tidak berkata.
"Tentang ikatan yang telah berlangsung lama, suatu pernikahan rahasia," kata Iida
dengan nada suara tinggi.
"Lord Iida membuatku heran," balas Lord Shigeru dingin. "Aku sudah tidak muda
lagi. Wajar saja bila aku mengenal banyak perempuan."
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 194 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Iida mendapatkan kembali kendali diri dan membalas perkataan Shigeru dengan
gerutuan, tapi matanya terbakar oleh rasa dengki. Kami diusir dengan basa-basi
kesopanan, Iida tak bicara banyak, selain, "Kita bertemu tiga hari lagi di saat upacara
pernikahan." Saat kami bergabung dengan pengawal Otori, mereka nampak tegang dan tertekan
karena diejek dan diancam pengawal Tohan. Aku dan Shigeru tak bicara sepatah kata
pun saat menuruni anak tangga dan melewati pintu gerbang utama. Aku sibuk
mengingat sebanyak mungkin denah kastil, walaupun rasa benci dan marah pada Iida
selalu muncul dibenakku. Akan kubunuh dia sebagai balas dendam atas masa lalu, dan
juga atas penghinaannya pada Lord Otori tadi sore. Jika aku tidak membunuhnya
malam ini, berarti dia yang akan membunuh kami.
Di perjalanan ke penginapan, jauh di arah barat matahari tampak bulat pucat.
Kenji telah menunggu kami di sana. Tercium samar-samar bau sesuatu terbakar dari
dalam kamar. Dia telah membakar pesan dari Lady Maruyama di saat kami pergi. Dia
mengamati wajah kami. "Mereka mengenali Takeo?" dia bertanya.
Lord Shigeru melepaskan pakaian resminya. "Aku perlu mandi," dia berkata, dan
tersenyum seakan-akan mandi dapat membuatnya terbebas dari beban yang berat.
"Bisakah kita bicara dengan bebas, Takeo?"
Dari dapur terdengar suara pelayan yang sedang menyiapkan hidangan malam.
Beragam langkah kaki melintas di jalan, namun tidak ada sesuatu yang mencurigakan.
Seorang gadis yang membawa mangkuk berisi nasi dan sop sedang mendekati penjaga
di gerbang utama. "Bisa saja, jika kita berbisik," balasku.
"Kita harus berbicara cepat. Mendekatlah, Kenji. Ya, benar, dia mengenali Takeo.
Iida curiga dan takut. Dia bisa menyerang kita kapan saja."
Kenji berkata, "Akan kubawa Takeo pergi untuk sementara. Aku bisa
menyembunyikan dia di kota." "Tidak," seruku. "Malam ini aku akan ke kastil."
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 195 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
"Hanya malam ini kesempatan kita," Lord Shigeru berbisik. "Kita harus serang dia
lebih dulu." Kenji menatap kami secara bergantian. Dia menarik napas panjang. "Baiklah, aku
ikut denganmu." "Kau teman baikku," kata Lord Shigeru perlahan. "Kau tidak perlu membahayakan dirimu."
"Aku melakukan ini bukan untukmu, Shigeru. Aku lakukan ini untuk menjaga
Takeo," balas Kenji. Lalu dia berkata padaku, "Sebaiknya kau periksa dinding kastil
dan sungai sekali lagi sebelum tiba jam malam. Aku akan menemanimu. Bawa alat
lukismu. Akan ada sandiwara ringan yang menarik di tepi sungai."
Setelah mengumpulkan alat lukis, kami langsung pergi. Baru beberapa langkah,
Kenji membuatku kaget saat dia berbalik dan membungkuk. "Lord Otori," katanya.
Saat itu aku menduga dia hanya bersikap ironis semata; namun kelak aku menyadari
bahwa itu adalah ucapan perpisahan.
Aku tidak mengucapkan selamat tinggal, aku hanya membungkuk seperti yang
biasa kulakukan. Cahaya sore dari arah taman berada di balik punggung Lord Shigeru
sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya.
Lapisan awan menebal, meskipun tidak turun hujan. Udara kini terasa semakin
dingin seiring terbenamnya matahari, narnun tetap saja udara terasa panas dan gerah.
Jalan dipenuhi orang yang ingin memanfaatkan waktu antara matahari terbenam dan
jam malam. Beberapa kali aku bertubrukan sehingga membuatku panik dan gelisah.
Aku melihat mata-mata dan pembunuh di segala tempat. Melihat Iida telah
membuatku lemah, mengubahku menjadi Tomasu, anak penakut yang berhasil lolos
dari pembantian di Mino. Dapatkah aku memanjat dinding kastil Inuyama dan
membunuh bangsa. wan yang baru saja kulihat, yang mengenaliku sebagai satu-satunya
orang yang tersisa di desaku dan berhasil lolos tepat di depan wajahnya" Aku mungkin
bisa berpura-pura menjadi Lord Otori Takeo atau Kikuta, namun aku bukanlah salah
seorang dari mereka. Aku hanyalah orang Hidden, orang yang diburu.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 196 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Kami berjalan ke barat, menyisir sebelah selatan kastil. Seiring dengan datangnya
malam, aku bersyukur karena malam sangat gelap, tidak ada bulan maupuil bintang.
Obor-obor bercahaya di gerbang, sedangkan kedai-kedai diterangi lampu minyak atau
api lilin. Tercium bau wijen dan kedelai, arak beras dan ikan bakar. Karena merasa
lapar, aku hendak berhenti untuk membeli sesuatu, tapi Kenji menyarankan agar kami
berjalan agak lebih jauh lagi. Jalan semakin gelap dan kosong. Aku mendengar ada
roda gerobak berderu di jalan yang berbatu, dan bunyi seruling. Ada sesuatu yang
mengerikan dari suara itu. Bulu kudukku berdiri.
"Kita pulang saja," kataku, dan pada saat itu pula muncul iring-iringan kecil dari
bukit di depan kami. Kukira mereka penghibur jalanan atau semacamnya. Seorang lakilaki tua mengendarai gerobak yang dihiasi pernak-pernik. Seorang gadis sedang
meniup seruling di atasnya, dan serulingnya terjatuh ketika melihat kami. Dua orang
laki-laki muncul dari tempat gelap sambil menari. Mereka nampak seperti tersihir dan
dikuasai roh. Aku berhenti. Kenji berdiri tepat di belakangku. Gadis lain mendekati
kami dan berkata, "Kemari dan lihatlah, tuan."
Aku seperti mengenal suara itu, dan perlu beberapa saat untuk dapat
mengingatnya. Dan aku langsung melompat ke belakang, menghindar dari Kenji, dan
meninggalkan sosok keduaku di gerobak. Gadis itu adalah gadis pelayan di penginapan
saat kami di Yamagata. Gadis yang Kenji sebut, "Dia orang kita."
Aku kaget karena ada yang mengejarku tanpa mempedulikan sosok keduaku. Aku
menghilangkan diri, tapi dia dapat menebak keberadaanku. Kini aku yakin kalau semua
ini adalah rencana Tribe, mereka datang mengambilku seperti yang pernah Kenji
bilang. Aku menjatuhkan diri ke tanah, berguling, dan menyelinap ke bawah gerobak,
namun Kenji ada di seberang gerobak. Kugigit tangannya, tapi tangannya yang lain
memegang rahangku, memaksaku untuk melepaskan gigitan. Aku tendang dia, namun
aku terhuyung-huyung dalam genggamannya. Aku berusaha menyelipkan jari jariku,
tapi semua trik yang aku dapat adalah ajaran yang dia berikan.
"Menyerahlah, Takeo," dia berdesis. "Jangan melawan. Tak ada yang akan
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 197 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
menyakitimu." "Baiklah," kataku, dan kembali tenang. Dia melepaskan pegangannya dan aku
langsung menjauh. Aku tarik belati dari sabukku. Tapi, lima orang di sekitarku
langsung menyerang. Salah seorang dari mereka membuat gerakan tipuan sehingga aku
terpojok di gerobak. Aku menebaskan belatiku ke tubuhnya dan kurasa belatiku
mengenai tulangnya. Lalu aku membuat gerakan mengiris pada salah satu gadis.
Sedangkan gadis yang lainnya menghilang, dan ternyata dia melompat seperti monyet
ke atas kepalaku, kedua kakinya melingkari leherku, salah satu tangannya membekap
mulutku, dan tangannya yang satu lagi mencekik leherku. Aku tahu apa yang akan dia
lakukan, dan aku pun berputar kasar sehingga keseimbanganku hilang. Orang yang aku
lukai dengan belati segera memegang pergelangan tanganku dan dia pelintir sehingga
belatiku terlepas. Gadis itu dan aku terjatuh. Tangannya masih mencekik leherku.
Sebelum tidak sadarkan diri, aku sempat melihat Shigeru sedang duduk menunggu
kami di kejauhan. Aku mencoba berteriak dengan marah karena pengkhianatan yang
Kenji lakukan, namun mulutku tersumpal, aku bahkan tak bisa lagi mendengar.*
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 198 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
PAGI ini adalah hari ketiga Kaede berada di Inuyama. Karena gerakan tandu yang
bergoyang-goyang saat ke kastil, kondisi Kaede semakin memburuk. Keadaan di
Inuyama begitu menakutkan dan mencekam, jauh lebih buruk dibandingkan di kastil
Noguchi. Para wanitanya nampak lemas dan berkabung, mereka berduka karena
majikan mereka, isteri Iida, meninggal di awal musim panas. Kaede hanya melihat
sekilas tuan mereka, Lord Iida, namun sangat mustahil bagi Kaede untuk tidak
menyadari kehadiran orang itu. Iida begitu mendominasi rumahnya, tak heran semua
penghuni di sini bergerak dengan ketakutan, takut dimarahi tuannya. Tak ada yang
berani bicara terang-terangan. Ucapan selamat hanya disampaikan kepada Kaede
melalui suara yang lemah dan tatapan yang kosong. Wanita-wanita itu juga
menyiapkan kimono pengantin dengan lesu, tidak bergairah. Kaede merasakan suasana
kematian juga melingkupi dirinya.
Lady Maruyama, setelah mengalami masa bahagia karena bertemu anaknya, kini
nampak tegang. Beberapa kali dia seperti ingin mengatakan sesuatu pada Kaede, tapi
jarang sekali mereka bisa berdua dalam waktu yang cukup lama. Kaede menghabiskan
waktu dengan selalu mengingat-ingat kembali semua peristiwa yang terjadi selama
perjalanan, berusaha meraba-raba rahasia yang ada di sekeliling dirinya, tapi ia sadar
kalau ia tidak tahu apa-apa. Semuanya penuh dengan kepura-puraan, ia bahkan tidak
bisa mempercayai seorang pun juga"tidak juga Shizuka, kecuali, tentu saja, beberapa
hal yang sudah Shizuka katakan. Bagi Kaede, keselamatan keluarganya yang membuat
ia kuat menjalani pernikahan dengan Lord Otori: ia tidak curiga bahwa pernikahan ini
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 199 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
tak akan berjalan sesuai rencana. Bayangan tentang pernikahan begitu jauh, sama
jauhnya seperti bulan. Tapi, bila ia tidak jadi menikah jika ada lagi yang mati karena
dirinya-maka tak ada jalan lain baginya kecuali mati.
Ia berusaha menghadapi pernikahan ini dengan berani, tapi ia tidak dapat
membohongi dirinya: Ia sudah berusia lima belas tahun, belum mau mati, dan ingin
hidup bersama Takeo. Hari-hari yang sebelumnya begitu panas mencekik kini perlahan-lahan mulai
berakhir, matahari yang bersinar pucat memancarkan sinar kemerah-merahan di
seluruh pelosok kota. Kaede bosan dan gelisah. Ia tak sabar menantikan saat-saat ia
akan terbebas dari lapisan kimono yang tebal, menunggu datangnya dingin dan
gelapnya malam, walaupun sebenarnya ia takut akan datangnya hari esok.
"Bangsawan Otori akan ke kastil hari ini, kan?" ia bertanya sambil berusaha
menahan emosinya. "Ya, Lord Iida yang akan menyambut mereka." nada bicara Shizuka terkesan
bimbang. Kaede merasa kalau Shizuka menatapnya dengan iba. Dia berkata pelan,
"Lady..." Dia tak melanjutkan.
"Ada apa?" Ketika dua orang pelayan lewat di depan pintu, Shizuka pun mulai membicarakan
tentang kimono yang akan dikenakan untuk acara pernikahan nanti. Langkah kaki
kedua pelayan itu membuat lantai bernyanyi. Saat lantai itu berhenti bernyanyi, Kaede
bertanya, "Apa yang ingin kau katakan?"
"Kau masih ingat perkataanku kalau kau bisa saja membunuh hanya dengan
menggunakan jarum" Kini akan kuajari caranya. Mungkin kelak kau perlukan."
Shizuka mengeluarkan benda mirip jarum biasa, tapi saat Kaede memegangnya ia
sadar bahwa jarum itu sangat kuat dan berat, mirip senjata kecil. Shizuka menunjukkan
cara menusuk jarum itu ke mata atau leher seseorang.
"Sembunyikan jarum ini di balik lengan bajumu. Hati-hati, jangan sampai kau
yang tertusuk." LIAN HEARN BUKU PERTAMA 200 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Kaede takut, agak ngeri, sekaligus takjub. "Aku tak tahu apakah aku bisa
melakukannya." "Kau pernah menikam seorang laki-laki dalam keadaan marah," kata Shizuka.
"Kau tahu itu?"
"Arai yang memberitahu. Saat marah atau takui, manusia tak menyadari
kemampuannya. Simpan juga belatimu. Kuharap kita memiliki pedang, tapi
nampaknya sulit untuk disembunyikan. Jadi, di saat berkelahi, kau harus bunuh orang
itu secepat mungkin dan langsung kau ambil pedangnya."
"Ada apa sebenarnya?" tanya Kaede lirih.
"Ingin sekali aku mengatakan, tapi itu justru akan membahayakan dirimu. Aku
hanya ingin agar kau waspada."
Kaede membuka mulut untuk bertanya lebih lanjtii lagi, namun Shizuka
bergumam, "Kau harus diam: tidak boleh bertanya padaku dan tidak boleh berkata apa
pun pada orang lain. Makin sedikit yang kau tahu, makin bagus."
Kamar yang di tempati Kaede tidak begitu besar dan terleiak di ujung rumah Iida,
di sebelahnya ada sebuah kamar yang besar. Kamar itu ditempati oleh penghuni wanita
di rumah Iida, juga Lady Maruyama dan anak gadisnya. Kedua kamar itu menghadap
ke taman yang terhampar di sisi selatan rumah. Kaede bisa mendengar percikan air
sungai dan lambaian dedaunan. Malam itu Kaede melihat Shizuka siaga semalaman. Ia
melihat Shizuka bersila di pintu, hampir tidak terlihat karena berada di bawah langit
gelap yang tidak berbintang. Burung hantu bersahut-sahutan di kegelapan malam, dan
dari permukaan sungai terdengar teriakan unggas air. Hujan pun mulai turun.
Suara-suara alam itu membuat Kaede tertidur, dan paginya ia terjaga karena
mendengar teriakan keras burung gagak. Hujan telah reda dan udara pagi terasa gerah.
Shizuka sedang berpakaian. Saat melihat Kaede bangun, dia lalu duduk berlutut di
sampingnya dan berbisik, "Lady, aku hendak menemui Lord Otori. Maukah kau
menulis surat atau puisi untuknya" Aku perlu alasan agar bisa menemuinya."
"Ada apa?" tanya Kaede dengan cemas ketika melihat wajah Shizuka yang pucat.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 201 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
"Entahlah. Semalam aku mengharapkan sesuatu terjadi... Tapi ternyata tidak
terjadi apa-apa. Aku harus tahu sebabnya."
Dengan suara yang lebih keras, dia berkata, "Aku akan menyediakan tinta
untukmu. Lady tidak perlu tergesa-gesa. Lady punya waktu seharian untuk menulis
puisi yang indah."
Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa yang harus kutulis?" tanya Kaede berbisik. "Aku belum pernah menulis puisi.
Aku tidak bisa." "Tidak masalah. Tulis saja sesuatu tentang cinta, tentang sepasang bebek mandarin
atau bunga." Kaede hampir yakin kalau Shizuka sedang bergurau, jika ia tidak melihat sikap
gadis itu yang bersungguh-sungguh.
"Kalau begitu, bantu aku berpakaian," perintahnya. "Ya, aku tahu ini terlalu pagi,
tapi berhentilah mengeluh. Aku harus menulis surat pada Lord Otori."
Shizuka memaksakan senyuman di wajahnya yang pucat untuk membesarkan hati
Kaede. Kaede menulis sesuatu lalu dengan suara lantang ia menyuruh Shizuka mengantar
surat itu ke tempat Lord Shigeru. Shizuka melangkah dengan enggan, dan terdengar
dia mengeluh pada penjaga dan mereka menanggapinya dengan tertawa.
Kaede meminta teh pada pelayan, lalu ia minum sambil menatap taman untuk
menenangkan diri dan berusaha mendapatkan keberaniannya. Beberapa kali ia
menyentuh jarum di balik lengan bajunya, atau meraba gagang belati yang dingin di
balik kimononya. Ia memikirkan alasan Lady Maruyama dan Shizuka mengajarinya
cara bertarung. Apa yang akan terjadi" Ia kembali merasa dirinya adalah bidak yang
dimainkan oleh orang di sekitarnya, tapi setidaknya mereka telah menyiapkan dirinya,
memberinya senjata. Shizuka pulang sambil membawa surat balasan dari Lord Otori: sebuah puisi yang
ditulis dengan ringan dan indah.
Kaede menatapnya. "Apa maksudnya?"
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 202 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
"Ini alasan saja. Dia harus menulis sesuatu sebagai balasan."
"Lord Otori baik-baik saja?" tanya Kaede basa-basi. "Ya, bahkan dia
merindukanmu." "Katakan yang sejujurnya," bisik Kaede. Ia menatap Shizuka, melihat ada keraguan
di mata Shizuka. "Lord Takeo"apakah dia mati?"
"Kami tidak tahu." Shizuka menarik napas dalamdalam. "Dia dan Kenji
menghilang. Lord Otori yakin Tribe telah mengambilnya."
"Apa maksudnya?" Ia merasa teh yang ia minum berputar-putar di perutnya, ia
merasa mual. "Ayo kita jalan jalan di taman selagi cuaca masih sejuk," kata Shizuka dengan
tenang. Kaede berdiri dan berpikir, ia merasa seperti hendak pingsan. Butiran keringat
yang dingin dan lembab menggumpal di alisnya. Shizuka menggandeng tangan Kaede
dan mengajaknya ke beranda. Dia lalu berlutut di depan Kaede, membantunya
memakai sandal. Mereka berjalan lambat di antara pepohonan dan semak belukar, kerasnya bunyi
aliran sungai melindungi suara mereka. Shizuka berbisik pada Kaede.
"Seharusnya semalam Iida terbunuh. Arai dan seluruh pasukannya berjarak tiga
puluh mil dari sini. Sedangkan para biarawan di Terayama telah siap untuk mengambil
alih kota Yamagata. Tohan pasti kalah."
"Apa hubungan semua itu dengan Lord Takeo?"
"Dia yang seharusnya membunuh Iida. Dia yang seharusnya memanjat dinding
kastil semalam. Sayangnya Tribe mengambilnya lebih dulu."
"Takeo" Pembunuh?" Kaede merasa ingin tertawa mendengar ucapan yang
mustahil itu. Lalu ia teringat kekelaman yang Takeo tutup-tutupi selama ini, bagaimana dia selalu menyembunyikan kehebatannya. Kaede menyadari bila ia tidak tahu
apa yang ada di balik permukaan, meskipun begitu ia tahu ada sesuatu yang lebih dari
apa yang terlihat pada Takeo. Kaede menarik napas panjang, berusaha tetap tenang.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 203 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
"Dia anggota Tribe?"
"Ayah Takeo berasal dari kalangan Tribe, dan dia terlahir dengan bakat istimewa."
"Sepertimu?" tanya Kaede. "Dan pamanmu?"
"Dia jauh lebih hebat dari kami," kata Shizuka.
"Tapi kau benar: kami juga berasal dari Tribe."
"Kau mata-mata" Pembunuh" Itukah alasannya kau berpura-pura menjadi
pelayanku?" 'Aku tidak berpura-pura menjadi temanmu," balas Shizuka dengan cepat. "Sudah
kukatakan bahwa kau dapat mempercayaiku. Sebenarnya, Arai yang menyuruhku
untuk menjagamu." "Bagaimana aku bisa mempercayaimu setelah sekian lama kau berbohong?" kata
Kaede, sudut matanya terasa mulai panas.
"Aku akan jujur kepadamu," kata Shizuka dengan sangat tenang.
Kaede merasa adanya gelombang kekagetan dalam dirinya, namun berangsurangsur hilang, dan ia kembali tenang dan pikiran kembali jernih. "Jadi pernikahanku
dengan Lord Otori"hanyalah alasan agar dia bisa ke Inuyama?"
"Bukan dia yang mengatur semua ini. Bagi Lord Otori, pernikahan ini adalah
syarat agar dapat mengangkat Takeo. Tapi saat dia terpaksa menyetujui perjodohan ini,
dia melihat adanya alasan untuk membawa Takeo ke wilayah Tohan yang dijaga ketat,"
Shizuka berhenti bicara, lalu berkata sangat pelan. "Iida dan pernimpin Otori
menggunakan pernikahan ini untuk membunuh Shigeru. Karena itulah aku dikirim
kepadamu, untuk melindungi kalian berdua."
"Mereka memanfaatkan reputasiku," kata Kaede pedih, ia sangat menyadari semua
pengaruh laki-laki, pada dirinya, dan bagaimana mereka memanfaatkan dirinya tanpa
belas kasihan. Kembali, ia merasa lelah yang amat sangat.
"Kau harus duduk sejenak," kata Shizuka. Semak belukar membuat taman lebih
terbuka dengan pemandangan yang mengarah ke sungai di sekitar kastil dan juga
sungai besar di kaki gunung. Sebuah paviliun dibangun melintasi aliran sungai agar
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 204 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
terkena hembusan angin. Kaede dan Shizuka berjalan ke paviliun, mereka melangkah
di bebatuan dengan hati-hati. Beberapa alas duduk telah tersedia di lantai, dan mereka
pun duduk. Air yang mengalir memberi kesan sejuk, dan burung pekakak dan burung
layang-layang terbang saling menyambar di atas paviliun. Di kolam, di bawah paviliun,
teratai menyembulkan kelopak yang berwarna merah jambu keungu-unguan. Di tepi
sungai, bunga iris biru gelap sedang mekar, warna daunnya sama seperti alas duduk di
paviliun. "Apa maksudnya, dibawa oleh Tribe?" tanya Kaede gelisah, jari-jarinya
menggosok-gosok bahan pakaian.
"Keluarga Takeo, Kikuta, menduga usaha membunuh Iida akan gagal. Karena
tidak ingin kehilangan dia maka mereka mengambil langkah pencegahan. Pamanku
berperan dalam hal ini."
"Dan kau?" "Tidak, aku justru merasa kalau Iida seharusnya dibunuh. Takeo bisa berhasil, dan
lagi tidak ada yang berani memberontak selama Iida masih hidup."
Sungguh tak bisa dipercaya, pikir Kaede. Aku terjebak dalam rencana jahat.
Shizuka mengatakan soal membunuh Iida dengan entengnya, seakan-akan Iida
hanyalah petani atau orang biasa. Bila ada yang mendengar, kami pasti akan disiksa
sampai mati. Meskipun udara panas, tubuhnya menggigil kedinginan.
"Apa yang akan Tribe lakukan pada Takeo?"
"Dia akan menjadi bagian dari mereka, dan hidupnya akan menjadi sebuah
rahasia." Jadi aku tak akan bertemu dengannya lagi, piker Kaede.
Terdengar suara dari jalan setapak, Lady Maruyama dan anaknya, Mariko, serta
pembantunya, Sachie, melintasi sungai lalu duduk bersama. Lady Maruyama nampak
pucat, sepucat Shizuka tadi pagi. Sikapnya berubah. Dia telah kehilangan kendali
dirinya yang kuat. Dia menyuruh Mariko dan Sachie pergi bermain bulu tangkis yang
mereka bawa. LIAN HEARN BUKU PERTAMA 205 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Kaede berusaha berkata dengan normal. "Lady Mariko adalah gadis yang cantik."
"Tidak terlalu cantik, tapi pintar dan baik," balas Lady Maruyama. "Dia lebih
mirip ayahnya. Mungkin dia beruntung. Kecantikan hanya akan membawa bencana
bagi seorang wanita." Dia tersenyum pahit, lalu berbisik kepada Shizuka. "Hanya
tersisa sedikit waktu. Kuharap Lady Shirakawa bisa dipercaya."
"Rahasiamu aman bersamaku," kata Kaede pelan.
"Shizuka, katakan apa yang terjadi." kata Lady Maruyama.
"Takeo diambil oleh Tribe. Hanya itu yang Lord Shigeru tahu."
"Aku tidak menyangka Kenji akan berkhianat. Sungguh menyakitkan."
"Shigeru mengatakan bahwa semua ini adalah pertaruhan yang sia-sia. Dia tidak
menyalahkan siapa pun. Dia mencemaskan keselamatanmu. Kau dan anak itu."
Semula Kaede mengira anak yang dimaksud oleh Shizuka adalah Mariko, tapi
begitu melihat kilasan rona memerah di wajah Lady Maruyama. Ia tak bicara lagi.
"Apa yang harus kita lakukan" Haruskah kita melarikan diri?" Lady Maruyama
memilin-milin lengan kimono dengan jarinya yang putih.
"Jangan melakukan sesuatu yang mencurigakan."
"Shigeru tidak akan melarikan diri?" Suara Lady Maruyama terdengar tipis, setipis
alang-alang. "Aku telah menyarankan itu, tapi dia menolak. Dia diawasi ketat dan selain itu, dia
merasa hanya bisa bertahan bila dia menunjukkan keberaniannya. Dia bertingkah
seakan-akan dia percaya pada Iida dan menyetujui persekutuan Tohan dengan Otori."
"Dia akan tetap melanjutkan pernikahan?" suara Lady Maruyama meninggi.
"Dia harus lakukan itu, seolah-olah pernikahan itu adalah keinginannya," kata
Shizuka berhati-hati. "Kita juga harus begitu, jika ingin Lord Shigeru tetap hidup."
"Iida telah mengirim pesan, dia memaksaku menerima pinangannya," kata Lady
Maruyama. "Selama inl aku selalu menolak demi Shigeru." Dia menatap gundah wajah
Shizuka. "Lady," kata Shizuka. "Jangan bicara soal ini lagi. Bersabarlah, kuatkan dirimu.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 206 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Yang dapat kita lakukan hanyalah menunggu. Kita harus berpura-pura tidak terjadi
apa-apa, dan kita harus menyiapkan pernikahan Lady Kaede."
"Mereka akan gunakan itu untuk membunuhnya," ujar Lady Maruyama. "Kaede
begitu cantik, tapi juga mematikan."
"Aku juga tak ingin laki-laki mana pun mati karenaku," teriak Kaede, "apalagi
Lord Otori." Tiba-tiba air matanya menetes, dan ia membuang muka.
"Sayang sekali kau tidak menikahi Lord Iida dan mendatangkan kematian
baginya!" seru Lady Maruyama.
Kaede tersentak seakan terkena tamparan.
"Maaf," bisik Lady Maruyama. "Aku bukanlah diriku yang sebenarnya. Akhirakhir ini aku tidak bisa tidur. Aku putus asa"karena Shigeru, karena Mariko, karena
diriku, karena anak kami. Kau tidak pantas menerima kekasaranku. Kau terperangkap
dalam hubungan kami, tak ada kesalahan yang harus ditimpakan kepadamu. Kuharap
kau tidak berpikiran buruk kepadaku."
Dia meraih dan menggenggam tangan Kaede. "Seandainya aku dan anakku mati,
kaulah pewarisku. Aku mempercayakan wilayah dan rakyatku kepadamu. Jagalah
mereka baik-baik." Dia membuang muka, menatap ke seberang sungai, matanya terang
karena air mata. "Jika pernikahan ini adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Shigeru, maka
dia harus menikahimu. Tapi, Iida pasti akan membunuhnya setelah itu."
Di ujung taman ada anak tangga yang dibatasi kubu dan dindingnya berada di tepi
parit. Di parit itu ada dua perahu yang terikat. Ada pintu yang terbuka di seberang
anak tangga, Kaede menduga gerbang itu akan ditutup bila malam tiba. Parit dan
sungai terlihat dari pintu gerbang yang terbuka itu. Dua orang penjaga sedang duduk
bermalas-malasan di dekat dinding, terbius oleh panasnya cuaca.
"Udara akan terasa dingin bila berada di atas air," kata Lady Maruyama.
"Pendayung itu mungkin mau dibayar..."
"Sebaiknya jangan, Lady!" kata Shizuka. "Jika kau melarikan diri, Iida akan curiga.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 207 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Satu-satunya kesempatan kita untuk bisa keluar dari sini yaitu saat Arai mendekat."
"Arai tidak akan mendekati Inuyama selama Iida masih hidup," kata Lady
Maruyama. "Dia tidak akan berani. Kastil ini sangat sulit diserang. Iida hanya bisa
diserang dari dalam kastil."
Dia mengalihkan pandangan ke menara penjaga. "Kita terperangkap di kastil ini,"
katanya. "Kita dalam genggaman bangunan ini, tapi aku harus keluar dari sini."
"Jangan bertindak gegabah," Shizuka memohon.
Mariko datang, dia mengeluhkan cuaca yang terlalu panas untuk bermain. Sachie
ikut dari belakangnya. "Aku akan mengajaknya ke kamar," kata Lady Maruyama. "Dia juga harus
belajar..." Suaranya tercekat, dan air matanya menetes lagi. "Sungguh malang nasib
anakku," katanya. "Kasihan kedua anakku ini." Tangannya mengelus-ngelus perutnya.
"Lady," kata Sachie. "Kau harus beristirahat."
Kaede meneteskan air mata simpati pada Lady Maruyama. Batu-batu yang
menyusun menara dan dinding serasa menekan tubuhnya. Lengkingan jangkrik
semakin meninggi dan menusuk kepala; hawa panas terasa bergaung dari dalam tanah.
Lady Maruyama benar, pikirnya: mereka telah terperangkap, dan tidak ada jalan untuk
lolos. "Kau ingin kembali ke kamar?" tanya Shizuka.
"Nanti saja." Ada satu hal yang ingin Kaede tanyakan. "Shizuka, sepertinya kau
bisa datang dan pergi dengan begitu mudah. Penjaga pasti mempercayaimu."
Shizuka mengangguk. "Aku memiliki kemahiran dari Tribe dalam hal ini."
"Dari sekian banyak wanita di sini, hanya kau yang bisa melarikan diri." Kaede
bimbang, ia tidak yakin bisa merangkai kata-kata yang tepat. Akhirnya dia berkata
dengan kesal, "Jika kau ingin pergi, aku tidak melarangmu. Aku tidak ingin kau tetap
di sini karenaku." Lalu ia menggigit bibirnya dan langsung membuang muka, ia tidak
tahu bagaimana ia bisa bertahan tanpa gadis yang telah menjadi tempatnya bergantung.
"Kita akan selamat jika tidak ada yang mencoba pergi," bisik Shizuka. "Tapi jika
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 208 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
ada yang mencoba melarikan diri, akan timbul masalah. Aku tak akan pergi kecuali kau
menyuruhku pergi, aku tidak akan meninggalkanmu. Kini hidup kita saling terikat."
Dia menambahkan, seakan berkata pada dirinya sendiri, "Bukan hanya laki-laki yang
memiliki kehormatan."
"Lord Arai yang mengirimmu," ujar Kaede. "Dan kau berasal dari Tribe, pihak
yang telah mengambil Lord Takeo. Apakah kau bebas menentukan pilihan" Dan kau
memilih kehormatan?"
"Untuk orang yang tidak pernah diajarkan apa pun, Lady Shirakawa tahu banyak
hal," kata Shizuka sambil tersenyum, dan untuk sesaat Kaede merasa lega.
Ia di paviliun seharian, ia hanya makan sedikit. Kadang wanita di rumah Iida
menemaninya, dan mereka berbicara tentang keindahan taman juga persiapan
pernikahan. Salah seorang yang pernah ke Hagi menggambarkan kota itu dengan
penuh kekaguman, menceritakan legenda tentang Otori kepada Kaede, dan membisikkan tentang permusuhan lama antara Otori dengan Tohan. Mereka semua
bergembira karena pernikahan Kaede akan mengakhiri semua permusuhan itu, dan
memberitahukan padanya betapa senangnya Iida atas persekutuan yang telah
disepakati. Tak tahu bagaimana menanggapi, dan juga karena tahu tentang rencana
pengkhianatan di balik rencana pernikahannya, Kaede lebih memilih untuk berpurapura malu, tersenyum sampai wajahnya sakit, namun tidak banyak bicara.
Saat memandang ke arah lain, ia melihat Lord Iida sedang melintasi taman,
menuju ke paviliun. Dia ditemani tiga orang pengawal.
Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Semua langsung diam. Kaede memanggil Shizuka, "Aku mau ke dalam. Kepalaku
sakit." "Aku akan memijat dan menyisir rambutmu," kata Shizuka, dan Kaede merasa
rambutnya terlalu berat. Badannya terasa lengket dan gerah di balik kimono. Ia
menantikan kesejukan saat malam tiba.
Namun, ketika ia menjauh dari paviliun, Lord Abe segera meninggalkan
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 209 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
rombongan laki-laki dan menghampiri mereka. Shizuka segera berlutut, dan Kaede
membungkuk, walaupun tidak terlalu dalam.
"Lady Shirakawa," katanya, "Lord Iida hendak berbicara denganmu."
Dengan berusaha menyembunyikan rasa enggannya, Kaede kembali ke paviliun.
Iida telah menunggu sambil bersila. Para pelayan menarik diri, menyibukkan diri
dengan melihat-lihat sungai.
Kaede duduk lalu berlutut di lantai kayu sambil menunduk, sadar kalau tatapan
Iida yang dalam seperti kolam lelehan besi sedang menatap seluruh tubuhnya.
"Kau boleh duduk," ujarnya singkat. Suaranya kasar dan kalimat sopan tidak
mudah terlontar dari Iidahnya. Kaede merasakan tatapan anak buah Iida. Suasana berubah hening karena gairah dan rasa kagum mereka padanya. Kaede sudah mulai akrab
dengan situasi seperti ini.
"Shigeru sungguh beruntung," kata Iida, dan Kaede dapat mendengar ancaman
serta kekejaman dalam tawa para laki-laki itu. Ia menduga Iida akan membicarakan
tentang pernikahannya atau tentang ayahnya yang tak bisa hadir karena isterinya sakit.
Tapi kalimat berikutnya membuat Kaede kaget.
"Apakah Arai adalah kenalan lamamu?"
"Aku mengenalnya saat dia melayani Lord Noguchi," jawab Kaede dengan berhatihati.
"Kaulah yang membuat Noguchi mengucilkan dia," kata Iida. "Noguchi telah
membuat kesalahan fatal, dan dia sudah membayar impas kesalahannya itu. Saat ini
tampaknya aku akan berurusan dengan Arai di wilayahku." Dia menarik napas dalamdalam. "Pernikahanmu dengan Lord Otori berlangsung di saat yang tepat."
Kaede berpikir, Aku gadis dungu, dibesarkan di Noguchi, setia dan bodoh. Aku tidak
tahu apa pun tentang intrik antar klan.
Kaede membuat wajahnya seperti boneka, dan suara yang kekanak-kanakan, "Aku
hanya ingin melaksanakan keinginan Lord Iida dan ayahku."
"Kau tidak mendengar tentang Arai selama perjalanan" Shigeru tidak pernah bicara
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 210 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
tentang dia?" "Aku tidak pernah mendengar kabar tentang Lord Arai sejak dia pergi dari
Noguchi," jawab Kaede.
"Tapi mereka mengatakan kalau Arai selalu membelamu."
Kaede memberanikan diri menatap Iida melalui bulu matanya. "Aku tidak bisa
bertanggung jawab atas semua perasaan laki-laki padaku, Lord."
Mata mereka bertemu sejenak. Tatapan Iida menusuk tajam, ganas. Kaede merasa
kalau Iida juga menyimpan hasrat padanya, dan seperti laki-laki lain, Iida kesal
sekaligus tergoda akan gagasan kematian bila berhubungan dengan dirinya.
Rasa ingin muntah merayap di tenggorokannya. Ia memikirkan jarum yang
disembunyikan di balik lengan kimononya, dan membayangkan benda itu tergelincir
menusuk daging laki-laki ini.
"Tentu saja tidak," Iida menyetujui, "Tapi kami tidak bisa menyalahkan laki-laki
karena mengagumi dirimu." Lalu dia mengatakan pada Abe tanpa menoleh, "Kau
benar. Gadis ini cantik sekali." Seolah-olah dia sedang membicarakan sebuah karya
seni yang tidak bernyawa. "Kau hendak masuk kamar, kan" Jangan biarkan aku
menahanmu. Aku yakin kau kurang sehat."
"Lord Iida." Kaede membungkuk hingga menyentuh lantai lalu mundur hingga ke
tepi paviliun dalam keadaan membrtngkuk. Shizuka membantunya berdiri dan mereka
pun berjalan pergi. Mereka tidak berbicara hingga sampai di kamar. Kaede berbisik, "Dia tahu semua."
"Tidak," balas Shizuka seraya mengambil sisir, dan mulai menyisiri rambut Kaede.
"Dia memang belum yakin, dan dia tidak mempunyai bukti. Kau melakukan dengan
sangat baik." Kemudian jari-jarinya memijat kulit kepala dan pelipis Kaede. Rasa
tegang Kaede mulai berkurang. Kaede bersandar ke Shizuka. "Ingin sekali aku pergi ke
Hagi. Maukah kau temani aku ke sana?"
"Jika tiba waktunya, kau tak akan membutuhkan aku lagi," balas Shizuka,
tersenyum. LIAN HEARN BUKU PERTAMA 211 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
"Aku akan selalu membutuhkanmu," balas Kaede. Nada melankolik merambat di
suaranya. "Mungkin aku akan bahagia bersama Lord Shigeru, andai saja aku tidak
bertemu Takeo, andai saja Lord Shigeru tidak mencintai?"
"Shush, shush," Shizuka mendesis, jarinya tetap bergerak dan memijat.
"Mungkin kami akan punya anak," lanjut Kaede, suaranya penuh dengan mimpi.
"Sayang sekali hal itu tak terjadi saat ini, tapi aku harus terus berharap bahwa semua itu
akan terwujud." "Kita berada di ambang peperangan," bisik Shizuka. "Kita tak tahu apa yang terjadi
esok, biarkan masa depan yang menjawabnya."
"Di mana Lord Takeo" Tahukah kau?"
"Jika masih di kota ini berarti dia ada di salah satu rumah milik anggota Tribe.
Tapi mungkin mereka sudah keluar dari wilayah ini."
"Apakah aku bisa bertemu dengannya lagi?" tanya Kaede tanpa mengharapkan
jawaban, Shizuka pun tidak menjawab. Dia terus memijat. Dari pintu yang terbuka
terlihat taman yang berkilauan terkena cahaya matahati, lengkingan jangkrik terdengar
lebih tajam dari biasanya.
Perlahan-lahan cahaya matahari kian memudar dan bayangan pun mulai
memanjang.* LIAN HEARN BUKU PERTAMA 212 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
KETIKA siuman, aku berada di ruangan yang gelap, seperti di dalam gerobak.
Setidaknya ada dua orang yang menemaniku. Salah seorang di antaranya, dari caranya
bernapas, adalah Kenji, sedangkan seorang lagi pastilah perempuan karena aroma
wangi keluar dari tubuhnya. Mereka memegang erat kedua tanganku.
Aku merasa kesakitan, seperti ada yang telah memukul kepalaku. Gerakan gerobak
emakin membuatku kesakitan.
"Aku mau muntah," kataku. Kenji lalu melepaskan satu tanganku. Saat mencoba
duduk tegak, muncul rasa mual. Gadis itu juga melepas tanganku. Rasa mualku
langsung hilang begitu sadar kalau aku tak mungkin lolos. Aku melindungi kepalaku
dengan dua lengan, lalu aku terjang tirai gerobak, berusaha keluar dari gerobak.
Ternyata pintunya sangat kokoh. Tanganku seperti robek karena terkena paku. Kenji
dan gadis itu menarik ku kasar, memaksaku berbaring meskipun aku terus meronta dan
memukuli mereka. Dari depan gerobak ada orang yang membentak, memperingatkan
kami agar jangan ribut. Kenji membentakku. "Diam! Tetap berbaring! Jika kita bertemu orang Tohan
sekarang, kau akan mati!"
Tapi aku telah kehilangan akal. Sewaktu kecil, aku sering membawa hewan liar ke
rumah: anak musang, rase, atau bayi kelinci. Aku tidak pernah bisa menjinakkan
mereka. Mereka selalu ingin melepaskan diri dengan cara membabi-buta dan liar. Kini
aku merasakan hal yang sama seperti yang mereka rasakan. Saat ini tidak ada yang
paling penting bagiku selain hendak meyakinkan Shigeru bahwa aku tidak berkhianat.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 213 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Aku tak akan pernah tinggal bersama Tribe. Mereka tak akan mampu menahanku.
"Bungkam dia," bisik Kenji pada gadis itu sambil bersusah payah memegangku
agar tak bisa bergerak. Dan di bawah kekuatan tangan gadis itu, duniaku pun mulai
berputar-putar dan kembali gelap.
Ketika sadar untuk yang kedua kalinya, aku yakin sekali kalau aku sudah mati. Aku
tidak dapat melihat maupun mendengar apa pun. Keadaannya sangat gelap dan sunyi.
Lalu aku mulai tenang kembali. Seluruh tubuhku mati rasa. Tenggorokanku lecet,
tanganku sakit berdenyut-denyut, pergelangan tanganku terluka, dan tanganku terikat.
Aku berusaha duduk, namun tanganku yang terikat di belakang membuat gerakanku
tertahan. Aku menggeleng-gelengkan kepala, tapi kain penutup mataku tidak juga
terlepas. Dan yang membuat aku ketakutan adalah aku tak bisa mendengar. Tapi aku
langsung bersyukur begitu tahu bahwa aku tidak biss mendengar karena ada yang
menyumbat telingaku. Ketika ada yang menyentuh wajahku, aku langsung terloncat kaget. Kain penutup
mataku dibuka dan aku melihat Kenji sedang berlutut di sampingku. Ada lampu
minyak di sebelah Kenji, cahaya lampu itu menerangi wajahnya. Aku menyimpulkan
kalau dia berbahaya. Dia pernah bersumpah untuk melindungiku dengan nyawanya.
Tapi kini aku yang ingin terlindung darinya.
Mulutnya bergerak saat dia berbicara.
"Aku tak bisa mendengar," ujarku, "Cabut dulu sumbatnya."
Kenji mencabut sumbat telingaku, dan duniaku pun kembali. Selama beberapa saat
aku diam, berusaha memulihkan diri. Aku mendengar arus sungai di kejauhan, berarti
aku masih di Inuyama. Rumah ini sunyi senyap, semua orang telah tertidur selain
beberapa penjaga. Aku mendengar mereka berbisik di balik gerbang kastil. Kurasa hari
telah larut malam karena terdengar dentang lonceng malam dari biara yang tidak
begitu jauh. Aku masih di dalam kastil.
"Maaf telah menyakitimu," kata Kenji. "Kau tidak perlu melawan kami terlalu
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 214 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
keras." Marahku hampir meledak, tapi aku berusaha untuk mengendalikannya. "Di mana
aku?" "Rumah salah seorang anggota Tribe. Satu atau dua hari lagi kami akan
membawamu keluar dari ibukota." Suaranya yang tenang membuatku semakin marah.
"Saat malam pengangkatanku kau mengatakan tak akan mengkhianati Shigeru.
Ingat?" Kenji menghela napas. "Malam itu kami berbicara tentang kewajiban yang saling
bertentangan. Shigeru tahu aku akan mendahulukan Tribe. Aku telah mengingatkan
dia kalau Tribe juga berkepentingan padamu dan, cepat atau lambat, mereka akan
mengambilmu." "Kenapa sekarang?" tanyaku tajam. "Kau kan bisa membiarkan aku satu malam
lagi." "Secara pribadi aku bisa memberimu kesempatan itu. Namun, kejadian di
Yamagata membuat banyak hal berada di luar kendaliku. Lagi pula, sekarang ini kau
pasti sudah mati dan tidak berguna lagi bagi siapa-siapa bila Tribe tidak segera
mengambilmu." "Aku bisa membunuh Iida lebih dulu," gerutuku.
"Itu juga telah dipertimbangkan," kata Kenji, "dan itu dianggap tidak ada
untungnya bagi Tribe."
"Banyak dari kalian yang bekerja pada Iida?"
"Kami bekerja pada orang yang bisa membayar dengan lebih baik. Kami
menginginkan masyarakat yang stabil, dan itu sulit terwujud jika terjadi perang. Iida
memang kejam, tapi keadaan tetap stabil. Dia cocok dengan tujuan kami."
"Jadi, selama ini kau telah menipu Shigeru?"
"Dia juga sering menipuku." Setelah diam, Kenji melanjutkan, "Sejak awal Shigeru
sudah ditakdirkan untuk mati. Banyak penguasa yang ingin menyingkirkan dia.
Sungguh luar biasa dia masih bisa bertahan sampai sekarang."
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 215 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Rasa takut menjalari diriku. "Dia tidak boleh mati," bisikku.
"Iida akan melakukan apa saja untuk dapat membunuhnya," ujar Kenji lembut.
"Shigeru terlalu berbahaya bila dibiarkan hidup. Selain telah menyinggung Iida secara
pribadi-karena memiliki hubungan dengan Lady Maruyama dan mengangkatmukejadian di Yamagata juga membuat Tohan waspada." Lampu di ruangan berkelapkelip dan berasap. Kenji menambahkan, "Masalah yang ada pada Shigeru adalah
karena semua orang begitu mencintainya."
"Kita tidak boleh meninggalkan dia! Ijinkan aku kembali padanya."
"Aku tak berhak memutuskan," kata Kenji. "Bahkan jika aku yang berhak
memutuskan, aku tak akan melepasmu sekarang. Iida sudah tahu kau berasal dari
Hidden. Dia akan menyerahkanmu pada Ando, seperti yang telah dia janjikan. Shigeru
akan mati secara ksatria, cepat, dan terhormat. Sedangkan kau akan disiksa: kau sudah
tahu apa yang bisa mereka lakukan."
Aku tidak berkata lagi. Kepalaku masih sakit, dan perasaan gagal yang sulit
kutanggung ini merayap ke dalam diriku. Tujuanku hanya satu, ibarat tombak yang
tertuju ke satu sasaran. Tangan yang tadinya memegangku dilepaskan dan aku pun
jatuh, tak berdaya. "Menyerah sajalah, Takeo," kata Kenji sambil menatapku. "Semuanya telah
berakhir." Aku mengangguk perlahan, pura-pura setuju, "Aku haus."
"Akan kubuatkan teh. Itu bisa membantumu tertidur. Kau ingin makan sesuatu?"
"Tidak. Bisakah kau lepaskan aku?"
"Tidak malam ini," jawab Kenji.
Aku melayang di antara rasa kantuk dan terjaga, dan aku mencari posisi yang
nyaman untuk berbaring dalam keadaan tangan dan kaki terikat. Aku yakin dia tahu
kalau aku akan kabur bila dilepas. Hanya pikiran itulah yang bisa membuatku tenang,
walaupun tidak lama. Hujan turun di saat fajar. Aku mendengar aliran air yang membanjiri selokan dan
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 216 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
menetes dari tepi atap. Tak lama kemudian ayam mulai berkokok dan kota mulai
terjaga dari tidurnya. Terdengar para pelayan berlalu-lalang di sekitar rumah, dan
tercium bau asap dari dapur. Aku juga mendengar suara dan langkah kaki, berusaha
menghitung jumlah mereka dan mengirangira denah rumah ini, membayangkan
letaknya dari jalan dan apa saja yang ada di kedua sisi rumah ini. Dari bau dan
suaranya, aku menduga tempat ini adalah gudang pembuatan sake, di salah satu rumah
besar di sudut kota kastil. Ruanganku tidak berjendela. Ukurannya sesempit tempat
tidur belut dan tetap gelap, walaupun di luar matahari bersinar terang.
Pernikahan Lord Shigeru akan dilangsungkan dua hari lagi. Apakah Shigeru akan
bertahan setelah pernikahan" Dan jika dia dibunuh sebelum hari pernikahan, apa yang
akan terjadi pada Kaede" Semua pikiran di kepalaku hanya membuatku kian tersiksa.
Bagaimana Lord Shigeru menjalani sisa dua harinya" Apa yang sedang dia lakukan saat
ini" Apakah dia juga memikirkan diriku" Membayangkan kalau Lord Shigeru mengira
aku melarikan diri sangat menyiksaku. Dan bagaimana pendapat pengawal Otori"
Mereka pasti akan membenciku.
Aku memanggil Kenji karena aku perlu ke kamar mandi. Dia melepaskan ikatan
kakiku dan mengantarku ke kamar mandi. Kami berjalan dari ruangan sempit ini ke
ruangan lebih luas, dan menaiki anak tangga ke halaman belakang. Seorang pelayan
datang membawa semangkuk air, lalu mencucikan tanganku. Ada banyak darah di
tubuhku, darah sebanyak itu tidak mungkin berasal dari luka karena terkena paku. Aku
pasti telah melukai seseorang dengan belati. Aku ingin tahu di manakah belatiku saat
ini.
Across The Nightingale Floor Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika kembali ke ruangan rahasia, Kenji tak lagi mengikat kakiku.
"Apa yang akan terjadi?" tanyaku.
"Cobalah tidur lebih lama. Tak akan terjadi apa-apa hari ini."
"Tidur! Aku tidak mau tidur lagi!"
Kenji menatapku dengan tatapan menyelidik, lalu berkata, "Semuanya akan segera
berlalu." LIAN HEARN BUKU PERTAMA 217 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Jika tanganku tidak terikat, pasti sudah kubunuh dia.
Kuterkam dia dengan mengayunkan tanganku yang masih terikat. Gerakanku
membuatnya kaget, dan kami melayang, tapi secepat ular dia berbalik sehingga aku
yang tertindih badannya. Bila tadinya hanya aku yang marah, maka sekarang dia juga
marah. Aku pernah melihat dia marah, tapi sekarang ini dia murka. Dia memukul
wajahku dua kali, begitu keras pukulannya hingga gigiku bergetar dan kepalaku pusing.
"Menyerah sajalah!" teriaknya. "Akan kuhajar kau bila terpaksa. Itukah yang kau
mau?" "Ya!" aku balas berteriak. "Pukul dan bunuh saja aku. Hanya itu yang dapat
menahanku di sini!" Aku melengkungkan punggung dan berguling ke belakang, menjegal tubuhnya,
dan berusaha menendang dan menggigitnya. Dia memukulku lagi, tapi aku berhasil
menghindar dan, sambil menyumpahi dirinya, aku hempaskan tubuhku ke tubuhnya.
Terdengar langkah kaki dari luar, kemudian pintu terbuka. Gadis dari Yamagata
dan seorang pemuda berlari masuk. Akhirnya mereka bertiga menahanku, tapi karena
aku begitu marah sehingga mereka perlu waktu untuk bisa mengikat kakiku.
Darah Kenji mendidih karena murka. Gadis dan pemuda itu menatapku, lalu
menatap Kenji, kemudian menatapku lagi. "Guru," kata gadis itu, "Biar kami yang
mengawasi dia. Kau perlu istirahat." Jelas sekali kalau mereka sangat kaget dan terpana
melihat Kenji kehilangan kendali.
Aku dan Kenji telah bersama selama beberapa bulan sebagai guru dan murid. Dia
telah mengajarkan hampir semua yang dia tahu, dan aku patuh tanpa banyak tanya.
Selama ini aku telah terbiasa dengan sikapnya yang cerewet, kasar, tapi juga sederhana.
Aku telah menyingkirkan rasa curigaku yang ada saat pertama kali berjumpa
dengannya, dan aku mulai mempercayainya. Kini semuanya telah hancur, dan tak akan
bisa diperbaiki lagi. Dia berlutut di depanku, memegang kepalaku dan memaksaku untuk menatapnya.
"Aku berusaha menyelamatkan nyawamu!" teriaknya. "Bisakah kau pahami itu dalam
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 218 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
batok kepalamu yang keras ini?"
Aku meludahinya, dan berusaha menguatkan diri untuk menerima sebuah pukulan
lagi, tapi pemuda itu menahannya.
"Pergilah, guru," pemuda itu mendesaknya.
Kenji lalu melepasku, kemudian berdiri. "Apakah kepala batu dan darah sintingmu
itu kau peroleh dari ibumu?" ujarnya. Sewaktu di pintu dia berbalik dan berkata,
"Awasi terus. Jangan lepas ikatannya."
Setelah kepergiannya, ingin rasanya aku menjerit dan menangis seperti anak kecil
yang marah. Air mata kemarahan dan putus asa menusuk kelopak di mataku. Aku
berbaring di kasur, lalu membalikkan wajah ke dinding.
Gadis itu keluar, kemudian datang membawa air dingin dan sehelai kain. Dia
membantuku duduk, lalu membasuh wajahku. Bibirku robek, dan aku dapat merasakan
memar di sekitar mata dan leherku. Dia membasuh dengan lembut, dan ini
membuatku tahu kalau dia bersimpati padaku, meskipun dia tidak mengatakan apaapa.
Pemuda yang menjagaku hanya diam.
Gadis itu memberiku teh dan makanan. Kuhirup tehnya, tapi menolak untuk
makan. "Di mana belatiku?" tanyaku.
"Kami simpan," jawabnya.
"Apakah aku melukaimu?"
"Bukan aku, tapi Keiko. Dia dan Akio terluka di tangan, tapi tidak parah."
"Ingin sekali kubunuh kalian semua."
"Aku tahu," balasnya. "Tidak ada yang mengatakan kalau kau tidak bertarung
mati-matian melawan kami. Hanya saja, kau menghadapi lima orang Tribe. Jadi, kau
tidak perlu malu." Sebaliknya, rasa malu meresap ke dalam diriku, seakan-akan rasa malu telah
menodai tulangku yang putih.
LIAN HEARN BUKU PERTAMA 219 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR
Hari yang panjang ini akhirnya berlalu, meskipun terasa lambat dan mencekam.
Lonceng malam baru saja berdentang dari biara di ujung jalan saat Keiko mendekat ke
Kemelut Di Majapahit 15 Pendekar Kembar 1 Dendam Asmara Liar Gema Di Ufuk Timur 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama