Grass For The Pillow Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn Bagian 5
yang memutuskan apakah akan menerima atau tidak"ia tak ingin mendapatkan bandit atau
orang bodoh"tapi, banyak di antara mereka yang tidak ditolak karena sebagian besar adalah
para petarung yang berpengalaman dan akan menjadi kekuatan inti pasukannya bila musim
semi tiba. Meskipun begitu, Kaede cemas tak mampu memberi makan dan
mempertahankan mereka semua selama musim dingin yang panjang.
Beberapa hari kemudian, sebelum titik balik matahari, Kondo datang membawa kabar
yang sedang Kaede nanti-nantikan.
"Lord Sugita dari Maruyama datang bersama beberapa orang anak buahnya."
Kaede menyambut mereka dengan gembira. Mereka sangat menghormati Lady
Maruyama dan terbiasa melihat perempuan sebagai pemimpin. Kaede memperlihatkan rasa
senang saat bertemu Sugita, mengenang saat perjalanan ke Tsuwano. Orang ini dulu
meninggalkan rombongan Kaede dan Lady Maruyama untuk kembali ke Maruyama guna
meyakinkan wilayahnya tidak diserang dan tidak direbut selama kepergian sang Lady.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 204 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Dengan diliputi rasa sedih akan kematian pemimpinnya, Sugita memohon agar amanat
Lady Maruyama dapat dipenuhi. Sebagai orang yang sangat realistis, dia juga membawa
beras dan beberapa persediaan lain.
"Aku tak mau menambah bebanmu," dia mengatakan pada Kaede.
"Itu bukanlah beban berat sehingga kami tak bisa memberi makan teman lama," Kaede
berbohong. "Hampir semua orang kesulitan di musim salju ini," balas Sugita muram. "Badai,
kematian Iida, kampanye Arai"panen yang gagal."
Kaede mengundang Sugita makan bersama, kegiatan yang tidak pernah dilakukannya
dengan siapa pun karena ia menyerahkan urusan itu pada Shoji dan Kondo. Mereka
berbincang-bincang singkat tentang kejadian di Inuyama, lalu membahas tentang
kepemimpinan Maruyama. Dia memperlakukan Kaede dengan hormat, dengan keakraban
penuh kasih sayang seolah-olah dia adalah paman atau sepupu. Kaede merasa nyaman
bersamanya: Orang ini tidak terancam oleh keberadaan dirinya. Bahkan sebaliknya, dia
menanggapi Kaede dengan serius.
Setelah selesai makan dan hidangan telah dibereskan, Sugita berkata, "Tuanku ingin
kau yang memimpin Maruyama. Aku gembira mendapat pesan bahwa kau hendak
menerima warisanmu. Aku kemari untuk memberitahukan kalau aku akan membantumu:
kami semua akan membantumu. Kita seharusnya mulai merencanakan sebelum musim
panas." "Begitulah niatku, dan aku memerlukan semua bantuan yang bisa kudapat," balas
Kaede. "Aku belum tahu bagaimana mengaturnya. Apakah aku langsung mengambil alih
tanah Maruyama" Milik siapakah wilayah itu kini?"
"Milikmu," katanya. "Kaulah pewarisnya dan itu pula yang menjadi harapan kami.
Namun beberapa orang akan mengklaimnya: pesaing utamamu adalah saudara tiri Lady
Maruyama yang menikahi sepupu Lord Iida. Arai tak mampu melengserkannya dan dia pun
memiliki pasukan besar"gabungan antara pasukan Tohan yang kabur dari kastil Noguchi
ketika mengalami kejatuhan, dan para pembelot Seishuu yang tidak melihat alasan mengapa
mereka harus mematuhi Arai. Mereka semua menghabiskan musim dingin di barat jauh,
tapi mereka akan bergerak ke Maruyama musim semi ini. Bila tidak bertindak cepat dan
LIAN HEARN BUKU KEDUA 205 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
berani, wilayah Maruyama akan direbut dan dihancurkan."
"Aku telah berjanji pada Lady Naomi untuk mencegah hal itu terjadi," kata Kaede,
"Tapi waktu itu aku tak tahu apa yang kujanjikan dan bagaimana mewujudkannya."
"Banyak orang yang bersedia membantumu," kata Sugita, seraya mencondongkan badan
ke depan dan berbisik. "Aku diutus oleh tetua untuk meminta agar kau datang, dan segera.
Maruyama makmur selama dipimpin Lady Naomi; kami semua mendapatkan cukup
makanan dan bahkan orang paling miskin pun bisa memberi makan anaknya. Kami
mengadakan hubungan dagang dengan tanah daratan, membuka tambang perak dan
tembaga, dan mendirikan banyak industri kecil. Persekutuan antara Lord Arai, Lord Otori
Shigeru dan Maruyama pasti akan memperluas kemakmuran di seluruh wilayah Tengah.
Kami ingin menyelamatkan persekutuan ini sejauh yang kami mampu."
"Aku berencana mengunjungi Lord Arai musim semi ini," ujar Kaede. "Untuk
meresmikan persekutuan kami."
"Kalau begitu, salah satu tugasmu yaitu membujuknya untuk mengakui hakmu atas
Maruyama. Hanya Arai yang cukup kuat untuk memaksa saudara tiri Lady Naomi dan
suaminya agar mundur tanpa berperang. Dan jika terjadi perang, hanya pasukan Arai yang
cukup besar untuk mengalahkan mereka. Kau harus bergerak cepat; segera setelah jalan
kembali dibuka, kau harus ke Inuyama, lalu datanglah ke kami dengan dukungan Arai."
Dia menatap Kaede, kemudian tersenyum samar dan berkata, "Maaf, aku tidak
bermaksud memerintah. Tapi, kuharap kau mempertimbangkan saranku."
"Aku terima saranmu," kata Kaede. "Itu sudah aku pikirkan, dan dengan dukunganmu,
aku semakin berani melakukannya."
Mereka lalu membicarakan berapa banyak pengawal yang dapat dikumpulkan dan
Sugita juga bersumpah tidak akan menyerahkan Maruyama pada siapa pun kecuali dirinya.
Sugita memberitahukan bahwa dia akan pulang esok karena ingin tiba di Maruyama
sebelum tahun baru. Kemudian dia berkata santai, "Sungguh disayangkan Otori Takeo
sudah mati. Andai kau menikahinya, nama dan hubungannya dengan Otori akan
membuatmu lebih kuat."
Jantung Kaede seakan berhenti berdetak, jatuh dari dada ke perut. "Aku tidak
mendengar kabar tentang kematiannya," kata Kaede, berusaha menjaga suaranya agar tetap
LIAN HEARN BUKU KEDUA 206 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tenang. "Kabar itu sedang dibicarakan orang-orang. Aku tidak mengetahui rinciannya. Kurasa
itulah alasan paling jelas untuk menjelaskan menghilangnya dia. Mungkin saja berita itu
hanya rumor." "Mungkin," kata Kaede. Kemudian ia berpikir, mungkin dia sudah mati di tanah lapang
atau di gunung dan aku tak akan pernah tahu kuburannya. "Aku lelah, Lord Sugita.
Maafkan aku." "Lady Shirakawa." Dia membungkuk lalu berdiri. "Kita akan tetap berhubungan selama
cuaca mengijinkan. Aku menantimu di Maruyama pada musim panas; kekuatan klan akan
mendukung klaimmu. Jika ada yang berubah, aku akan mengabari bagaimanapun caranya."
Kaede pun menjanjikan hal serupa, ia tidak sabar menanti kepergian Sugita. Setelah
yakin Sugita sudah di paviliun tamu, Kaede memanggil Shizuka yang sedang berjalan
mondar-mandir. Kaede langsung mencengkram bahu Shizuka dengan dua tangan.
"Kau sembunyikan sesuatu dariku?"
"Lady?" Shizuka menatap dengan kaget. "Apa maksud lady" Ada apa?"
"Sugita memberitahukan bahwa Takeo sudah mati."
"Itu hanya rumor."
"Tapi kau tahu?"
"Ya. Tapi aku tidak percaya. Jika dia mati, kita pasti diberitahu. Kau begitu pucat!
Duduklah. Kau tidak boleh lelah, jangan sampai kau sakit lagi. Akan kusiapkan alas tidur."
Shizuka membimbing Kaede dari ruangan utama ke kamar tidur. Kaede merosot ke
lantai, jantungnya masih berdebar-debar. "Aku takut dia mati sebelum bertemu denganku."
Shizuka berlutut di samping Kaede, membuka ikat pinggangnya, dan membantunya
melepaskan kimono. "Aku akan memijat kepalamu. Duduklah."
Dengan gelisah Kaede menggerakkan kepala dari satu sisi ke sisi lain, sambil
menjambak rambutnya, kemudian mengepalkan tangannya. Pijatan Shizuka di kepala Kaede
tidak berhasil membuat ia tenang, justru mengingatkan sore penuh penderitaan di Inuyama
dan kejadian yang mengikutinya. Kaede pun demam.
"Kau harus mencari tahu, Shizuka, aku harus memastikan kebenaran kabar itu. Kirim
LIAN HEARN BUKU KEDUA 207 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
pesan pada pamanmu. Suruhlah Kondo. Dia harus pergi sekarang juga."
"Kukira kau sudah lupa padanya," gerutu Shizuka sambil terus memijat kulit kepala
Kaede. "Aku tidak bisa melupakannya. Aku sudah berusaha, tapi begitu mendengar namanya,
semua kenangan kembali muncul. Kau ingat ketika aku pertama kali melihatnya di
Tsuwano" Aku langsung jatuh cinta padanya. Demam pun melandaku. Demam itu"dan
yang sekarang ini adalah suatu pesona gaib, penyakit yang tidak bisa disembuhkan."
Shizuka merasakan kening Kaede panas. Merasa ketakutan, gadis itu bertanya,
"Perlukah kupanggil Ishida?"
"Aku tersiksa oleh cinta," kata Kaede pelan. "Ishida tidak dapat berbuat apa-apa."
"Cinta itu mudah diredakan," jawab Shizuka santai.
"Tapi cintaku hanyalah padanya. Tak satu pun, tak seorang pun bisa menyembuhkannya. Aku memang harus berusaha hidup tanpa dia. Aku memang memiliki
kewajiban pada keluargaku yang harus aku lakukan. Tapi, jika dia sudah mati, kau harus
mengatakannya padaku."
"Aku akan mengirim surat untuk Kenji," janji Shizuka. "Akan kusuruh Kondo
mengantarnya besok, meskipun kita tidak akan mendapat orang untuk menggantikannya...."
"Suruh dia," perintah Kaede.
Shizuka membuat ramuan yang terdiri dari ranting pohon willow yang ditinggalkan
Ishida, dan membujuk Kaede meminumnya, tapi Kaede selalu tidur gelisah, dan pada pagi
hari ia terlihat lesu dan demam.
Ishida datang. Sambil menggunakan moxa dan jarum-jarumnya, dia mengomeli Kaede
dengan halus karena tidak menjaga diri.
"Sakitnya tidak serius," dia memberitahukan Shizuka, kemudian mereka melangkah
keluar. "Sehari atau dua hari lagi dia akan sembuh. Dia sangat sensitif dan terlalu
memaksakan diri. Dia harus segera dinikahkan."
"Dia hanya setuju pada satu orang"dan itu mustahil," kata Shizuka.
"Ayah dari mendiang anaknya?"
Shizuka mengangguk. "Kemarin, ketika mendengar rumor tentang kematian dambaan
hatinya itu, dia langsung demam."
LIAN HEARN BUKU KEDUA 208 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Ah." Mata Ishida menatap jauh, berpikir. Shizuka ingin tahu apa atau siapa yang
sedang tabib itu pikirkan.
"Aku mencemaskan bulan-bulan ke depan ini," ujar Shizuka. "Setelah kita tertutup
salju, aku cemas dia akan semakin bermuram durja."
"Aku membawa surat dari Lord Fujiwara. Dia ingin Lady Kaede mengunjunginya
selama beberapa hari. Perubahan suasana mungkin dapat mengembalikan semangat dan
mengalihkan perhatiannya."
"Lord Fujiwara sangat baik dan sangat perhatian." Secara otomatis Shizuka mulai
menggunakan kata-kata terima kasih dalam bahasa resmi sewaktu dia menerima surat itu.
Dia benar-benar menyadari laki-laki di sampingnya ini, dan tangan mereka bersentuhan
singkat. Tatapan kosong di mata tabib itu telah memercikkan sesuatu dalam diri Shizuka.
Selama Kaede sakit, mereka menghabiskan waktu bersama dan dia mulai mengagumi
kesabaran dan keahlian tabib itu. Ishida sangat baik, tidak seperti kebanyakan laki-laki yang
dia kenal. "Kau akan datang lagi besok?" tanya Shizuka, menatap sekilas ke arah Ishida.
"Tentu saja. Kau boleh titip surat balasan Lady Kaede padaku. Kau akan menemaninya
ke kediaman Fujiwara?"
"Tentu saja!" Shizuka mengulangi ucapan orang itu sambil bercanda. Ishida tersenyum
dan menyentuh lagi lengan Shizuka dengan sengaja. Tekanan jari-jemari Ishida membuat
Shizuka bergetar. Rasanya sudah lama sekali sejak dia bersama laki-laki. Shizuka tiba-tiba
merasakan keinginan kuat untuk terus memegang tangan Ishida.
"Sampai jumpa besok," ucap Ishida, matanya hangat, seakan-akan mengenali perasaan
Shizuka dan berbagi rasa dengannya.
Shizuka lalu memakai sandal dan berlari memanggil pelayan pembawa tandu dengan
ceria. Kondisi Kaede semakin membaik, dan di malam hari ia peroleh kembali energinya. Ia
tetap berbaring tenang seharian, hangat di bawah tebalnya tumpukan selimut, di samping
tungku yang Ayame dinyalakan, sambil memikirkan masa depannya. Takeo mungkin sudah
tiada, anaknya pun sudah tiada: hati Kaede hanya ingin ikut dengan mereka ke dunia
LIAN HEARN BUKU KEDUA 209 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
berikutnya, tapi akalnya berkata bahwa sungguh lemah bila ia membuang hidupnya dan
mengabaikan orang-orang yang bergantung padanya: seorang perempuan mungkin akan
bertindak seperti itu, tapi laki-laki di posisinya tak akan melakukannya.
Shizuka benar, pikirnya, hanya ada satu orang yang dapat menolongku saat ini. Aku ingin
tahu apa yang bisa kuperoleh dari Lord Fujiwara.
Shizuka memberikan surat yang Ishida bawa pagi itu. Fujiwara juga mengirim hadiah
tahun baru, kue mochi, ikan sarden kering, manisan chestnut, kobumaki* dan sake. Hana dan
Ai sibuk di dapur untuk membantu persiapan perayaan.
"Dia menyanjungku dalam suratnya, dia menulis dalam bahasa laki-laki yang
menyatakan kalau dia tahu aku akan memahaminya," kata Kaede. "Tapi banyak sekali huruf
yang aku belum ketahui." Kaede menghela napas panjang. "Begitu banyak yang perlu aku
pelajari. Apakah satu musim dingin akan cukup untuk mempelajarinya?"
"Kau akan pergi ke kediaman Lord Fujiwara?"
"Kurasa begitu. Dia mungkin akan mengajariku. Menurutmu dia mau melakukannya?"
"Tak ada yang lebih dia inginkan," kata Shisuka datar.
"Semula kupikir dia tidak ingin lagi melakukan apa pun untukku, tapi ternyata dia
nyatakan dalam suratnya kalau dia menunggu kesembuhanku. Kini aku sudah agak baikan"
hampir pulih." Suara Kaede terdengar ragu. "harus sehat. Aku harus mengurus kedua
adikku, wilayah serta anak buahku."
"Seperti yang pernah aku katakan, Fujiwara adalah sekutu terbaikmu dalam hal ini."
"Mungkin bukan yang terbaik: hanya dia. Tapi aku kurang mempercayainya. Apa yang
dia inginkan dariku?"
"Apa yang kau inginkan dari dia?" balas Shizuka.
"Sederhana saja. Di satu sisi, belajar, di lain sisi, uang dan makanan untuk membentuk
pasukan bersenjata dan memberi mereka makan. Tapi, apa yang akan aku tawarkan sebagai
imbalannya?" Shizuka hendak menyampaikan keinginan Fujiwara untuk menikahi Kaede, namun dia
memutuskan untuk tidak mengatakannya, takut mengganggu Kaede hingga demam lagi.
Biarlah bangsawan itu yang mengatakan sendiri. Dia yakin Fujiwara akan mengatakannya.
"Dia menyapaku sebagai Lady Shirakawa. Aku malu bertemu dengannya setelah aku
LIAN HEARN BUKU KEDUA 210 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
membohonginya." "Dia pasti sudah tahu keinginan ayahmu," ujar Shizuka. "Setiap orang tahu kalau
ayahmu mengangkatmu sebagai pewarisnya. Kami telah meyakinkan hal itu."
Kaede menatap Shizuka sekilas untuk melihat apakah orang kepercayaannya itu sedang
berolok-olok, tapi wajah gadis itu serius. "Tentu saja aku harus melakukan seperti apa yang
Grass For The Pillow Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ayahku minta," Kaede menyetujui.
"Tidak ada hal lain yang Lord Fujiwara perlu ketahui kalau begitu. Kepatuhan seorang
anak harus diutamakan."
"Itulah perkataan Kung Fu Tzu," ujar Kaede. "Lord Fujiwara tak perlu tahu apa pun
meskipun aku curiga dia ingin tahu lebih banyak, bila dia masih tertarik padaku."
"Pasti," Shizuka meyakinkan, seraya berpikir kalau Kaede kini lebih cantik dari
sebelumnya. Penyakit dan duka telah menghilangkan jejak-jejak kekanak-kanakan dan
memberinya ekspresi yang dalam dan misterius.
Mereka merayakan tahun baru dengan hadiah yang Fujiwara berikan dan menyantap
mie gandum yang Ayame simpan di akhir musim panas lalu. Di malam hari mereka berjalan
ke biara dan mendengarkan untaian doa rahib dan dentang lonceng yang menyuarakan agar
manusia membuang nafsu duniawi. Kaede merasa perlu berdoa untuk membebaskan semua
nafsunya dan memurnikan diri, namun ia tak dapat menghapus keinginannya agar Takeo
tetap hidup, juga uang dan kekuatan.
Hari berikutnya, para perempuan di kediaman Shirakawa mengambil lilin, dupa,
lentera, jeruk mandarin yang berkerut, manisan chestnut, dan buah persimmon kering, lalu
mereka berjalan ke gua di mana Sungai Shirakawa muncul dari lubang-lubang bawah tanah.
Mereka melakukan upacara di depan batu karang yang telah diubah air sehingga bentuknya
mirip Dewi Putih. Tak seorang laki-laki pun boleh ke tempat ini; jika mereka datang,
gunung akan meletus, dan Shirakawa akan musnah. Sepasang orang tua tinggal di balik kuil
dekat pintu masuk guahanya perempuan tua itu saja yang masuk membawa sesembahan
pada sang dewi. Kaede berlutut di karang lembab seraya mendengarkan kata-kata kuno yang
ia hampir tidak tahu artinya. Ia berdoa meminta bantuan ibunya dan juga Lady Maruyama.
Ia menyadari betapa berarti tempat suci ini baginya. Ia merasa seakan sang dewi sedang
mengawasi. LIAN HEARN BUKU KEDUA 211 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Keesokan harinya Kaede pergi ke kediaman Fujiwara. Hana, yang kecewa karena tidak
diajak, menangis terisak-isak sewaktu mengucapkan selamat tinggal pada Kaede, dan juga
pada Shizuka. "Aku kan hanya pergi beberapa hari," kata Kaede. "Mengapa aku tidak boleh ikut?"
"Lord Fujiwara tidak mengundangmu. Lagipula, kau tak akan suka di sana. Kau harus
berlaku sopan, bicara dalam bahasa resmi, dan duduk diam seharian."
"Apakah kau tidak menyukainya?"
"Kurasa begitu," Kaede menghela napas.
"Setidaknya kalian akan makan enak di sana," ujar Hana, lalu menambahkan dengan
nada merindu, "Daging burung!"
"Kalaupun kami makan di sana, itu berarti akan lebih banyak makanan untukmu di
sini," balas Kaede. Kenyataannya, itulah salah satu alasan mengapa ia ingin pergi beberapa
waktu, karena tak peduli berapa seringnya ia melihat ruangan penyimpanan makanan dan
menghitung hari-hari musim dingin, tetap saja mereka akan kehabisan makanan sebelum
musim semi tiba. "Dan harus ada yang menghibur Mitsuru di rumah Shoji," Shizuka menambahkan.
"Kau harus jamin dia tidak terlalu rindu kampung halamannya."
"Ai dapat melakukannya," jawab Hana ketus. "Dia menyukai Hana."
Kaede pun menyadari itu. Ai tidak mengakui kalau dia memiliki perasaan khusus pada
pemuda itu, tapi dia memang malu mengakui hal seperti itu"dan lagi, pikir Kaede, apa
gunanya perasaan dalam urusan jodoh" Ai akan segera ditunangkan. Tahun baru ini dia
akan berusia empat belas tahun. Mungkin saja jodohnya adalah Sonoda Mitsuru, bila
pamannya, Akita, merestui. Dan pernikahan mungkin saja dilaksanakan, tapi Kaede tak
akan menyerahkan adiknya dengan murah.
Dalam setahun orang-orang akan antri untuk melamar keluarga Shirakawa, Kaede berkata
pada diri sendiri. Ai agak merona karena ucapan Hana. "Jaga dirimu, kak," katanya, memeluk Kaede.
"Jangan mencemaskan kami. Aku akan mengurusi segalanya."
"Kami kan tidak pergi jauh," jawab Kaede. "Kau harus memanggil bila kau merasa aku
diperlukan di sini." Kaede tidak bisa berhenti untuk menambahkan. "Dan jika ada pesan
LIAN HEARN BUKU KEDUA 212 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
untukku, bila sudah Kondo kembali, segera kabarkan kepadaku."
Mereka tiba di kediaman Lord Fujiwara menjelang sore. Hari mulai hangat dan
berawan, namun sewaktu mereka di perjalanan, angin bergerak ke timur laut dan suhu udara
menurun. Mamoru menyambut, dan menyampaikan salam dari sang bangsawan, lalu
membimbing mereka, bukan ke kamar tamu di mana mereka tinggal sebelumnya. Mereka
diajak ke paviliun yang lebih kecil, yang tidak terlalu banyak hiasan tapi bagi Kaede paviliun
ini lebih indah, dengan kesederhanaan yang anggun dan warna-warnanya yang tenang. la
bersyukur atas perhatian ini, karena ia takut melihat bayang-bayang kemarahan ayahnya di
kamar tempat rahasia dirinya terungkap.
"Lord Fujiwara merasa Lady Shirakawa akan memilih beristirahat dulu petang ini," kata
Mamoru perlahan. "Beliau akan temui Anda besok, jika kau tidak keberatan."
"Terima kasih," ujar Kaede. "Sampaikan pada Lord Fujiwara kalau aku sangat
berhutang budi padanya. Akan kupenuhi apa pun keinginannya."
Kaede menyadari adanya ketegangan. Mamoru telah menggunakan namanya tanpa rasa
sungkan, menatap sekilas ke arahnya sewaktu ia tiba, seolah-olah pemuda itu mencoba
melihat perubahan yang terjadi, namun setelah itu dia tidak menatap Kaede sama sekali.
Tapi, Kaede sudah tahu seberapa banyak yang dapat Mamoru lihat tanpa perlu
memperhatikan. Kaede lalu menegakkan punggung dan melihat Mamoru dengan tatapan
meremehkan. Membiarkan pemuda itu mengamati dirinya sesukanya sebagai tokoh untuk
peran yang ia mainkan di panggung. Mamoru tidak lebih dari seorang peniru. Kaede tidak
peduli apa yang pemuda itu pikirkan. Ia hanya peduli pada apa yang Fujiwara pikirkan. Dia
pasti jijik padaku, pikir Kaede, tapi jika dia sampai mengerenyitkan alis, aku akan pergi dan tak
akan mau melihatnya lagi, tak peduli dia bisa berguna bagiku.
Kaede lega karena pertemuan ditunda. Ishida datang menemui dan memeriksa detak
jantung serta mata Kaede. Dia mengatakan hendak menyiapkan ramuan teh baru untuk
membersihkan darah dan memperkuat perut, dan meminta Shizuka ke ruangannya esok hari
untuk mengambil ramuan itu.
Berendam di bak mandi bukan hanya membuat Kaede hangat karena hangatnya air,
tapi juga karena rasa cemburu pada banyaknya kayu yang tersedia untuk memanasi air.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 213 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Setelah itu, hidangan diantar ke kamar mereka oleh pelayan yang datang hampir tidak
bersuara. "Inilah hidangan musim dingin tradisi bangsawan," seru Shizuka ketika melihat
makanannya, ikan bream dan cumi, belut panggang dengan perilla hijau, acar mentimun dan
akar teratai yang diasinkan, jamur hitam yang langka dan burdoc yang ada di nampannampan yang mengkilap. "Ini yang mereka makan di ibukota. Aku penasaran berapa
banyak perempuan yang menyantap hidangan seperti ini!"
"Segalanya serba luar biasa di sini," balas Kaede. Betapa mudahnya, pikirnya,
mendapatkan kemewahan dan cita rasa bila punya uang!
Ketika hendak beristirahat sehabis makan, terdengar ketukan di pintu.
"Pasti pelayan yang hendak menyiapkan alas tidur," kata Shizuka dan berjalan ke pintu.
Tapi ketika membuka pintu, Mamoru yang berdiri di luar. Terlihat salju di rambutnya.
"Maaf," katanya. "Tapi, salju pertama tahun ini mulai turun. Lord Fujiwara
mengharapkan kunjungan Lady Shirakawa. Pemandangan dari paviliun ini sangatlah
indah." "Ini kediaman Lord Fujiwara," kata Kaede. "Dan aku tamunya. Keinginannya adalah
keinginanku juga." Mamoru lalu pergi. Kaede mendengar pemuda itu bicara pada pelayan. Tak berapa
lama, dua pelayan datang membawa kimono merah berlapis kapas yang hangat lalu mereka
pakaikan pada Kaede. Ditemani Shizuka, ia pergi ke beranda. Kulit hewan menutupi bantalbantal untuk alas duduk. Lentera-lentera digantungkan di pepohonan, menyinari butiran
salju yang berjatuhan. Tanah telah memutih. Bebantuan di taman terbentang di bawah dua
pohon pinus yang tumbuh dengan pola susunan indah yang rendah, seakan membingkai
pemandangan itu. Di balik kedua pohon itu, terdapat kumpulan gunung yang majal terlihat
melalui salju yang melayang-layang. Kaede terpana oleh keindahan alam di hadapannya,
oleh murninya keheningan.
Lord Fujiwara berjalan begitu pelan hingga Kaede dan Shizuka hampir tidak menyadari
kedatangannya. Mereka berdua berlutut di hadapannya.
"Lady Shirakawa," dia berkata. `Aku sangat berterima kasih. Pertama karena kau
berkenan mengunjungi tempatku yang sederhana ini, dan kedua karena memenuhi
LIAN HEARN BUKU KEDUA 214 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
keinginanku untuk berbagi pemandangan salju pertama bersamamu."
"Silakan duduk tegak," dia menambahkan, "Kau harus membalut tubuhmu; kau tidak
boleh kedinginan." Beberapa pelayan berbaris di belakang Lord Fujiwara dengan membawa tungku, sake,
cangkir, dan mantel kulit. Mamoru mengambil mantel dan memakaikan ke bahu Kaede,
kemudian satu mantel lagi dia pakaikan ke tubuh Fujiwara. Kaede mengusap bulu kulit
hewan dengan rasa senang bercampur takut.
"Kulit-kulit ini berasal dari tanah daratan," Fujiwara memberitahukan setelah mereka
bertukar salam resmi. "Ishida membawanya sewaktu dia pergi ke sana."
"Kulit hewan apa ini?"
"Semacam beruang, kurasa."
Kaede tak dapat membayangkan beruang yang begitu besar. Ia mencoba
membayangkan beruang yang sedang berada di habitatnya, begitu jauh dan asing bagi
Kaede. Hewan itu pasti kuat, bergerak lambat, ganas, namun laki-laki berhasil membunuh
dan mengulitinya. Ia bertanya tanya apakah roh beruang ini masih terkekang di kulitnya dan
apakah roh itu akan marah karena ia memanfaatkan kehangatannya. "Ishida pastilah
pemberani dan pandai sehingga mampu melakukan perjalanan yang berbahaya seperti itu."
"Dia haus akan pengetahuan, kurasa. Dan semuanya sudah terbayar dengan
kesembuhanmu, Lady Shirakawa."
"Aku berhutang nyawa padanya," kata Kaede pelan. "Karena itu juga, dia lebih berharga
bagiku disbanding nilai dia sebenarnya."
Kaede menangkap nada ejekan bangsawan itu, bukan rasa jijik. Bahkan, dia nyaris
terdengar melontarkan pujian yang berlebihan.
"Sungguh indah salju pertama ini," ujar Kaede. "Tapi, di penghujung musim dingin,
kita tak sabar menunggunya mencair."
"Salju membuatku bahagia," ujar Lord Fujiwara, "Aku menyukai putihnya dan caranya
membungkus bumi. Di bawah salju, semuanya menjadi bersih."
Mamoru menuangkan sake, kemudian menghilang dalam kegelapan. Para pelayan pun
mengundurkan diri menjauh. Kaede dapat merasakan ilusi kesunyian seakan tidak ada yang
hadir kecuali mereka berdua, tungku yang menyala, kulit hewan yang berat, dan salju.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 215 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Setelah menyaksikan salju dalam keheningan selama beberapa saat, Fujiwara memanggil
pelayan untuk membawakan lampu.
"Aku ingin melihat wajahmu," dia berkata sambil mencondongkan badannya dan
menatap Kaede seperti dia menatap harta koleksinya. Kaede mengangkat mata dan
memandang melewati Fujiwara ke arah salju yang berjatuhan, melayang-layang dalam
cahaya lentera, menghalangi pegunungan, memudarkan dunia luar.
"Kini kau lebih cantik," dia berkata pelan. Kaede seperti mendengar nada lega dalam
suara bangsawan itu. Kaede sadar jika penyakit merusak kecantikan dirinya, Fujiwara akan
menarik diri dengan sopan dan tak akan menemuinya lagi. Mereka semua boleh mati
kelaparan di Shirakawa tanpa ada rasa iba dari laki-laki itu. Alangkah dinginnya dia, pikir
Kaede dengan gemetar ketakutan. Kaede hanya menatap ke belakang Fujiwara, membiarkan
salju mengisi matanya. Ia akan membeku, seperti es, seperti porselen kaca. Dan jika
Fujiwara menginginkannya, dia harus membayar dengan harga tinggi.
Fujiwara minum, mengisi mangkuknya dan minum lagi, matanya tidak beranjak dari
wajah Kaede. Keduanya diarn tak bersuara. Tapi tiba-tiba dia berkata, "Tentu saja kau harus
menikah." "Aku tidak berniat untuk menikah," balas Kaede, tapi kemudian ia takut bicara terlalu
terang-terangan. "Sudah kuduga kau akan mengatakan itu karena kau selalu berbeda pendapat tentang
dunia. Tapi dalam semua kondisi praktis, kau harus menikah. Tak ada pilihan lain."
"Reputasiku tidak bagus," ujar Kaede. "Terlalu banyak laki-laki mati karena
menginginkan diriku. Aku tak ingin ada lagi yang mati karena diriku."
Kaede merasakan ketertarikan Fujiwara kian dalam, memperhatikan lengkungan di
bibir laki-laki itu menaik.
Tapi bukan nafsu, Kaede tahu itu. Kepulan emosinya sama seperti yang Kaede sadari
selama ini, keingintahuan yang membara, yang dikendalikan secara hati-hati untuk
mengetahui semua rahasia dirinya.
Fujiwara memanggil Mamoru, dan memintanya untuk menyuruh pergi para pelayan.
"Di mana pendamping perempuanmu?" dia bertanya pada Kaede. "Katakan padanya
untuk menunggumu di dalam. Aku ingin bicara denganmu secara pribadi."
LIAN HEARN BUKU KEDUA 216 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Kaede lalu bicara pada Shizuka. Setelah diam sejenak, Fujiwara melanjutkan. "Apakah
kau cukup hangat" Kau tidak boleh sakit lagi. Ishida mengatakan kau mudah terserang
demam." Sudah pasti Ishida akan mengatakan semua tentang diriku, pikir Kaede saat menjawab,
"Terima kasih, aku cukup hangat saat ini. Tapi, maaf bila aku tidak bisa berlama-lama. Aku
mudah lelah." "Tidak akan lama," dia berkata. "Masih banyak hari di hadapan kita, kuharap, bahkan
selama musim dingin ini. Namun ada sesuatu di malam ini; salju, kehadiranmu... inilah
kenangan yang akan mengendap selamanya di hati kita."
Dia ingin menikahiku, pikir Kaede kaget, diikuti rasa gelisah. Jika dia menawarkan
pernikahan, bagaimana aku bisa menolaknya" Dengan menggunakan istilah "dalarn semua
kondisi praktis" pernikahan ini terasa sangat masuk akal. Ini suatu kehormatan yang jauh
lebih besar dari yang ia layak dapatkan, ini akan menyelesaikan semua masalah keuangan
dan makanan, dan akan menjadi persekutuan yang paling menguntungkan. Tapi ia tahu
Lord Fujiwara hanya tertarik pada laki-laki, dia tidak cinta maupun berhasrat pada dirinya.
Kaede berdoa agar orang ini tidak melamarnya, karena ia tidak tahu cara menolaknya. Kaede
takut pada keinginan Lord Fujiwara yang selalu mengambil apa pun yang dia inginkan
dengan segala cara. Kaede ragu akan kekuatan dirinya untuk bisa mengabaikan Fujiwara. Ini
bisa dianggap hinaan bagi orang seperti dia, seorang bangsawan yang ada hubungan keluarga
dengan kaisar, orang yang memiliki kekuatan untuk menghancurkan Shirakawa.
"Aku belum pernah melihat beruang," kata Kaede mengalihkan pembicaraan, sambil
menarik kulit beruang yang berat itu lebih dekat ke tubuhnya.
"Ada beberapa ekor beruang kecil di gunung"seekor beruang pernah datang ke taman
ini setelah musim dingin. Aku menangkap dan memasukkannya ke kandang, namun
beruang itu merana dan mati. Tapi beruangnya tidak sebesar beruang ini. Kelak, Ishida akan
menceritakan perjalanannya pada kita. Kau suka?"
"Sangat suka. Dialah satu-satu orang yang sampai di tanah daratan yang pernah
kutemui." "Pelayarannya itu berbahaya. Selain badai, seringkali terjadi pertempuran dengan
perompak." LIAN HEARN BUKU KEDUA 217 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Kaede merasa lebih suka bertemu selusin beruang atau dua puluh perompak ketimbang
tinggal bersama orang mengerikan ini. Kaede tidak bisa memikirkan kata-kata untuk
diucapkan. Ia merasa tidak bertenaga untuk bergerak.
"Mamoru dan Ishida telah memberitahukan apa yang orang-orang katakan tentangmu,
bahwa keinginan pada dirimu akan membawa kematian."
Grass For The Pillow Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kaede diam. Aku tidak perlu malu, pikirnya. Aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Ia
mengangkat mata dan menatap Fujiwara dengan wajah tenang dan pandangan yang tegas.
"Menurut Ishida, ada seorang pemuda yang menginginkan dirimu, dan dia masih
hidup." Kaede merasa jantungnya terpilin-pilin dan melompat, seperti ikan yang tersadar kalau
dagingnya tertusuk pisau juru masak. Mata Fujiwara bekerjap. Otot kecil berkedut di
pipinya. Dia berpaling dari Kaede lalu menatap salju. Dia mengatakan apa yang seharusnya
tak boleh dia katakan, pikir Kaede, Aku akan mengatakan padanya, tapi dia harus
membayarnya. "Siapa dia?" bisik Fujiwara.
Malam begitu hening, yang terdengar hanyalah desis lembut salju, angin di pohon
pinus, dan gemericik air.
"Lord Otori Takeo," jawab Kaede.
"Ya, hanya dia yang selamat," jawabnya, membuat Kaede bertanya-tanya apa yang baru
saja ia berikan dan apa yang bangsawan ini ketahui tentang Takeo. Fujiwara
mencondongkan badan, wajahnya bergerak-gerak dalam cahaya lampu. "Ceritakan padaku."
"Aku dapat menceritakan banyak hal," kata Kaede lambat. "Tentang pengkhianatan
terhadap Lord Shigeru dan kematiannya, dan pembalasan dendam Lord Takeo dan apa
yang terjadi di malam kematian Iida. Tapi semua cerita itu ada harganya. Apa imbalan yang
akan kau berikan?" Fujiwara tersenyum, dan dengan nada berunding dia berkata, "Apa yang Lady
Shirakawa inginkan?"
"Aku membutuhkan uang untuk membayar pasukan dan peralatan perang mereka, dan
juga makanan." Dia nyaris tertawa. "Sebagian besar perempuan akan meminta kipas baru atau kimono.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 218 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Tapi kau selalu membuatku terkejut."
"Apakah kau menyanggupi?" Kini Kaede merasa tidak rugi karena keberaniannya.
"Ya, aku terima. Untuk cerita tentang Iida, aku akan membayarnya dengan uang. Untuk
cerita tentang Shigeru, akan kubayar dengan beras. Sedangkan untuk cerita tentang pemuda
yang masih hidup"menurutku dia masih hidup"apa yang kau minta untuk cerita tentang
Takeo?" Suara Lord Fujiwara berubah saat menyebut nama itu, seolah-olah bangsawan itu
sedang mengecapnya di mulutnya, dan Kaede kembali bertanya-tanya apa yang dia tahu
tentang Takeo. "Ajari aku," jawab Kaede, "Banyak sekali yang perlu aku pelajari. Ajari aku seolah-olah
aku laki-laki." Fujiwara mengangguk setuju. "Senang sekali dapat meneruskan ajaran ayahmu."
"Tapi semua ceritaku harus tetap menjadi rahasia di antara kita. Seperti harta
koleksimu, tidak satu pun boleh disiarkan. Aku hanya akan mengungkapkan semua ini
kepadamu. Tak seorang pun boleh diberitahu."
"Itu akan membuat semua ceritamu lebih berharga, lebih diinginkan."
"Tak seorang pun pernah mendengarnya," bisik Kaede. "Dan sekali kuceritakan, aku tak
mau membicarakannya lagi."
Angin semakin kencang dan hujan salju bertiup ke beranda, butirannya mendesis saat
menyentuh lampu dan tungku. Kaede dapat merasakan hawa dingin merambat, berjumpa
dengan hati dan jiwanya yang dingin. Ia tak sabar untuk segera meninggalkan Fujiwara,
meski ia tak akan bergerak sampai laki-laki itu membebaskannya.
"Kau kedinginan," dia berkata, lalu menepuk tangan. Para pelayan muncul dan
membantu Kaede berdiri seraya mengangkat mantel kulit tebal dari tubuhnya.
`Aku menantikan ceritamu," kata Fujiwara, lalu mengucapkan selamat malam dengan
keramahan yang dibuatbuat. Kaede masih bergelut dengan pikirannya, bertanyatanya apakah
dia tadi tidak membuat kesepakatan dengan iblis dari neraka. Kaede berdoa agar Fujiwara
tidak melamarnya. Kaede tidak ingin terkurung di rumah yang indah nun mewah ini,
disembunyikan seperti harta karun yang tak boleh dilihat orang lain.
Di akhir minggu, Kaede pulang ke rumahnya. Salju pertama telah mencair dan
LIAN HEARN BUKU KEDUA 219 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
membeku, ruas jalan pun tertutup es meskipun masih tetap dapat dilewati. Untaian
tetesan es bergelantungan di tepi atap rumah, berkilauan dan cemerlang saat terkena sinar
mentari. Fujiwara menepati janjinya. Dia seorang guru yang keras dan tegas,
dia juga telah menyiapkan beberapa tugas untuk Kaede kerjakan di rumah. Dia pun telah
mengirimkan makanan. Siang hari dihabiskan dengan belajar dan malam hari dengan cerita.
Kaede mengetahui, melalui insting, apa yang Fujiwara ingin dengar dan Kaede berusaha
menceritakan dengan detail: warna bunga, kicau burung, kondisi cuaca, sentuhan tangan,
aroma kimono, bagaimana sinar lampu jatuh di wajahnya. Dan hasrat yang bergejolak dan
konspirasi yang sebelumnya telah ia ketahui maupun yang ia tahu kemudian. Kaede
menceritakan dengan nada yang jernih, tidak menunjukkan rasa malu, sedih atau pun
menyesal. Bangsawan itu enggan membiarkannya pulang, namun Kaede menggunakan kedua
adiknya sebagai alasan. Lord Fujiwara ingin agar Kaede tinggal lebih lama, tapi Kaede
menolaknya dengan halus. Semua orang tampaknya ingin agar Kaede tidak pulang.
Perlakuan para pelayan pun berubah. Mereka menahan seakan-akan ia bukan sekedar tamu
istimewa. Mereka selalu meminta ijin dan pendapatnya, tapi Kaede sadar kalau mereka
lakukan itu atas perintah Fujiwara.
Kaede lega saat meninggalkan bangsawan itu, dan saat di rumah, saat ia melihat
makanan, kayu bakar dan uang yang Fujiwara kirim, ia bersyukur telah terhindar dari
kelaparan. Malam itu Kaede berbaring sambil berpikir,
Aku terjebak. Aku tak akan pernah bisa lolos darinya. Tapi apa lagi yang dapat
kulakukan" Kaede tertidur di larut malam sehingga ia terlambat bangun keesokan harinya. Shizuka
sudah tak ada di kamar. Kaede memanggilnya dan Ayame datang membawa teh.
Dia menuangkan teh untuk Kaede. "Shizuka sedang bersama Kondo," katanya. "Kondo
datang semalam." "Suruh Shizuka menemuiku," kata Kaede. Ia melihat teh yang ada di depannya seakanakan ia tidak tahu harus diapakan. Setelah minum seteguk, Kaede letakkan mangkuk di
nampan, lalu mengambilnya lagi. Kedua tangannya terasa beku. Ia menggenggam mangkuk
di antara kedua tangannya, mencoba menghangatkan tangan.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 220 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Lord Fujiwara yang mengirim teh ini," kata Ayame. "Sekotak penuh. Enakkah?"
"Jemput Shizuka!" bentak Kaede marah. "Minta dia segera datang!"
Tak lama kemudian Shizuka masuk dan berlutut di depan Kaede. Wajahnya muram.
"Ada apa?" tanya Kaede, "Apakah dia mati?" Mangkuk yang sedang ia pegang bergetar
sehingga teh tumpah. Shizuka mengambil mangkuk itu dari tangan Kaede, kemudian menggenggam erat
kedua tangan Kaede. "Jangan tegang. Jangan sampai kau sakit. Dia tidak mati. Tapi dia
telah meninggalkan Tribe dan mereka mengeluarkan perintah untuk melawannya."
"Apa artinya itu?"
"Kau ingat apa yang Takeo katakan di Terayama" Jika dia tidak pergi bersama Kenji
dan Ketua, maka dia tak akan dibiarkan hidup. Seperti itulah."
"Mengapa?" ujar Kaede gelisah, "Mengapa" Aku tak mengerti."
"Itulah Tribe. Kepatuhan adalah segalanya."
"Lalu kenapa dia meninggalkan mereka?"
"Aku kurang jelas. Ada perseteruan, pelanggaran kesepakatan. Dia dikirim untuk suatu
misi namun dia tidak pernah kembali." Shizuka berhenti. "Kondo menduga dia mungkin
berada di Terayama. Jika memang dia di sana, maka dia akan aman selama musim dingin
ini." Kaede menarik tangannya dari Shizuka, lalu berdiri. "Aku akan ke sana."
"Tidak mungkin," ujar Shizuka. "Jalan sudah tertutup salju."
"Aku harus menemuinya!" Kaede berkata, matanya menyala-nyala di wajahnya yang
pucat. "Jika dia pergi dari Tribe berarti dia akan menjadi Otori lagi. Dan jika dia sudah
menjadi Otori, maka kami bisa menikah!"
"Lady!" Shizuka pun berdiri. "Kegilaan apa ini" Kau tidak boleh mengejarnya begitu
saja! Andai pun jalan tidak tertutup salju, ini masih tidak masuk akal. Akan jauh lebih baik
bila kau melakukan apa yang pernah kau katakan, menikahi Fujiwara. Itulah yang Lord
Fujiwara inginkan." Kaede berjuang untuk memperoleh kembali kendali dirinya. "Tak seorang pun dapat
menghentikanku untuk pergi ke Terayama. Sebenarnya, aku harus ke sana... untuk ziarah...
untuk bersyukur pada Sang Pengasih karena telah menyelamatkan nyawaku. Aku telah
LIAN HEARN BUKU KEDUA 221 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
berjanji untuk ke Inuyama, pada Arai, segera setelah salju mencair. Aku harus mampir ke
biara saat di perjalanan nanti. Meskipun Fujiwara ingin menikahiku, aku tak bisa
memutuskan sebelum bicara dengan Lord Arai. Oh, Shizuka, berapa lama lagi musim semi
tiba?"* LIAN HEARN BUKU KEDUA 222 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
HARI-HARI di musim dingin berjalan lambat. Setiap bulan Kaede datang ke kediaman
Lord Fujiwara selama seminggu dan menceritakan kisah hidupnya di malam hari, saat salju
berjatuhan atau bulan bersinar dingin di taman yang telah beku. Lord Fujiwara banyak
bertanya sehingga Kaede sering mengulang beberapa bagian ceritanya.
"Kisahmu bisa dipentaskan," ujarnya lebih dari sekali. "Mungkin aku yang akan menulis
kisahmu ini." "Kau tak boleh mempertontonkannya di depan orang lain," balas Kaede.
"Tidak, kepuasannya justru pada penulisannya. Aku akan berbagi bersamamu, tentu
saja. Kita mungkin akan menampilkannya sekali-kali untuk kesenangan kita dan setelah itu,
para aktornya akan dibunuh."
Lord Fujiwara melontarkan pernyataannya tanpa ekspresi sehingga Kaede makin takut.
Seiring setiap cerita berulang, wajah Kaede kini lebih mirip topeng, gerakannya lebih diatur,
seolah-olah ia tak berhenti memerankan hidupnya di panggung yang diciptakan Fujiwara
secara seksama seperti dia membangun teaternya dengan sempurna di mana Mamoru dan
pemuda lain memainkan peran mereka.
Di siang hari, bangsawan itu menepati janjinya untuk mengajari Kaede seolah-olah
gadis itu laki-laki. Dia menggunakan bahasa laki-laki pada Kaede. Kadangkala
menyenangkan bagi Fujiwara melihat Kaede memakai pakaian Mamoru, dengan rambut
diikat di belakang. Peran itu membuat Kaede kelelahan, namun ia belajar banyak.
Fujiwara pun memenuhi janjinya yang lain, yaitu mengirim makanan dan menyerahkan
uang pada Shizuka di setiap akhir kunjungan. Kaede menghitungnya dengan antusias sama
seperti saat ia sedang belajar. Ia melihat itu sebagai pertukaran yang adil untuk inasa
depannya, yang bisa memberinya kebebasan dan kekuasaan.
Di awal musim semi, cuaca dingin menggigit telah membekukan bunga plum. Kaede
semakin tak sabar karena hari terasa kian panjang; udara yang kian dingin dan kebekuan
LIAN HEARN BUKU KEDUA 223 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
yang bertambah keras, diikuti salju segar, hampir membuatnya gila. Pikirannya kalut, panik
seperti burung yang terjebak di dalam rumah, tapi tidak ia menunjukkan perasaannya pada
siapa pun, tidak juga pada Shizuka.
Pada saat hari cerah, ia pergi ke istal dan mengamati Raku ketika Amano membiarkan
kuda itu berjalan di padang rumput yang becek. Kuda itu seperti menatap dengan
pandangan bertanya-tanya ke laut timur, sambil menginderai angin yang menusuk.
"Tidak lama lagi," Kaede berjanji pada Raku. "Tidak lama lagi kita akan bepergian."
Akhirnya bulan purnama di bulan ketiga mengambil alih, dan bersama dengan itu
datang angin hangat dari selatan. Kaede terbangun oleh bunyi tetesan air dari pinggiran atap
yang bercucuran menembus taman, yang berlomba turun di air terjun. Dalam tiga hari salju
pun usai, dan bumi terbentang, telanjang dan berlumpur, menunggu untuk diisi dengan
suara dan warna-warni. "Aku harus pergi sebentar," Kaede memberitahukan Lord Fujiwara di waktu kunjungan
terakhirnya. "Lord Arai menyuruhku datang ke Inuyama."
"Kau hendak meminta restunya untuk men ikah?"
"Masalah itu harus dibahas dengan Lord Arai lebih dulu," gumam Kaede.
"Bila begitu adanya, aku ijinkan kau pergi." Bibir laki-laki itu agak melengkung namun
senyum yang tidak sampai di mata.
Sebulan terakhir ini Kaede sibuk melakukan persiapan sambil menunggu salju mencair,
ia bersyukur atas uang yang Fujiwara berikan. Seminggu sesudahnya, ia berangkat di pagi
cerah, dingin, matahari muncul dan bersembunyi di balik awan yang berkejaran, angin dari
timur terasa menggigit dan kencang. Hana memohon diijinkan ikut. Awalnya Kaede
memang berniat mengajaknya, tapi rasa takut melanda dirinya. Ia takut Arai akan
menjadikan adiknya sebagai tawanan. Sekarang ini Hana lebih aman di rumah. Kaede tidak
mengakui, bahkan pada dirinya sendiri, jika memang Takeo ada di Terayama, ia mungkin
tidak akan ke ibukota. Sedangkan Ai memang tidak mau ikut, dan Kaede tidak membawa
tawanannya, Mitsuru, karena masih berguna sebagai jaminan.
Kaede mengajak Kondo, Amano, dan enam laki-laki lainnya. Ia ingin bergerak cepat,
selalu menyadari bahwa hidup ini singkat dan betapa berharganya waktu. Ia memakai
pakaian laki-laki dan menunggang kuda. Raku melewati musim dingin dengan baik, tanpa
kehilangan berat badan. Kaede merasa kalau Raku melangkah dengan keberanian yang
LIAN HEARN BUKU KEDUA 224 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
menyamai dirinya. Raku sudah mulai menanggalkan bulu musim dinginnya dan rambut
kelabu kasarnya melekat di pakaian Kaede.
Shizuka ikut dalam rombongan, disertai pelayan dari rumah, Manami. Shizuka
memutuskan ikut sampai di Terayama dan, sementara Kaede akan melanjutkan perjalanan
ke Ibukota, dia akan mengunjungi rumah kakeknya di daerah pegununungan yang ada di
balik kota Yamagata untuk menengok anak-anaknya. Manami yang gesit dan pintar dengan
cepat menyibukkan diri untuk mengurusi makanan dan tempat tidur mereka di selama di
penginapan. Dia menuntut makanan hangat dan air yang hangat, menawar harga,
mengomeli pelayan penginapan dan selalu berhasil mendapatkan keinginannya.
"Aku tak perlu mencemaskan siapa yang akan mengurusimu setelah aku pergi nanti,"
ujar Shizuka di malam ketiga, setelah mendengar Manami mengomeli pelayan penginapan
karena menyediakan tempat tidur yang bermutu rendah dan penuh kutu busuk. "Kurasa
lidah Manami bisa menghentikan raksasa yang marah."
"Aku tetap akan merindukanmu," ujar Kaede. "Aku merasa kaulah sumber
keberanianku. Aku tidak tahu bagaimana diriku nanti tanpa dirimu. Siapa lagi yang akan
mengatakan apa yang sebenarnya terjadi di balik semua kebohongan dan kepura-puraan?"
"Kurasa kau bisa mengetahuinya dengan cukup baik," balas Shizuka. "Lagipula Kondo
akan menemanimu. Tanpa kehadiranku, kau akan memperlihatkan kesan lebih baik di
depan Arai!" "Apa yang mesti kuharapkan dari Arai?"
"Dia selalu mendukungmu. Dia akan selalu membantumu. Arai orang yang baik hati
dan setia, kecuali pada saat dia merasa terhina atau dibohongi."
"Dia orang yang gampang meledak, kurasa," kata Kaede.
"Benar, bahkan sampai bisa bertindak keras. Dia orang yang meledak-ledak di setiap
ucapannya, bernafsu dan keras kepala."
"Kau sangat mencintainya?" kata Kaede.
"Aku masih remaja waktu itu. Dialah kekasih pertamaku. Aku sangat mencintainya,
dan dia pun pasti mencintaiku dengan caranya sendiri. Dia mempertahankan aku selama
empat belas tahun." "Aku akan memintanya untuk memaafkanmu," seru Kaede.
"Aku tak tahu mana yang lebih aku takutkan, pengampunannya atau kemurkaannya,"
LIAN HEARN BUKU KEDUA 225
Grass For The Pillow Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Shizuka mengakui, sambil memikirkan tabib Ishida yang bijaksana, hubungan mereka yang
sangat menyenangkan selama musim dingin.
"Kalau begitu, aku tidak akan menyebut namamu."
"Terkadang memang lebih bijak bila tidak mengatakan apa-apa," Shizuka sepakat.
"Lagipula, Arai lebih mengutamakan pernikahanmu dan persekutuan yang akan dia
hasilkan." "Aku tak akan menikah sebelum berhasil melindungi Maruyama," jawab Kaede. "Dan
Arai harus membantuku dalam hal itu."
Tapi sebelumnya aku harus bertemu Takeo, pikir Kaede. Jika dia tidak ada di Terayama,
aku akan melupakannya. Itu akan menjadi pertanda bahwa memang itulah yang seharusnya
terjadi. Oh Surga yang pengasih, hadirkan Takeo di sana!
Seiring jalan menanjak di barisan pegunungan, mencairnya salju makin jelas terlihat.
Timbunan salju yang belum mencair masih menutupi sebagian besar jalan dan seringkali
membeku di kaki. Kaki kuda yang dibungkus jerami sehingga mereka berjalan lambat dan
ini membuat ketidaksabaran Kaede memuncak.
Pada suatu sore mereka tiba di penginapan yang terletak di kaki gunung suci, di tempat
ini Kaede pernah beristirahat saat pertama kali mengunjungi biara bersama Lady Maruyama.
Di sini mereka bermalam sebelum melanjutkan jalan mendaki terakhir esok.
Kaede tidur gelisah, pikirannya penuh dengan rombongan orang-orang dalam
perjalanannya yang sebelumnya yang kini nama-nama mereka terdaftar dalam buku besar
kematian. la teringat hari tatkala mereka berkuda bersama, bagaimana semua orang terlihat
gembira, padahal mereka sedang merencanakan pembunuhan. Ia tidak mengetahui itu; dia
masih gadis hijau yang sedang jatuh cinta. Ia merasakan gelombang iba bercampur hina
pada dirinya yang polos, yang tak tahu apa-apa. Kini ia telah berubah, namun cinta itu tetap
sama. Cahaya memucat di balik jendela dan beberapa ekor burung memanggil-manggil.
Ruangan terasa sesak tak yang tertahankan. Manami mendengkur halus. Kaede bangun
dengan perlahan lalu mengenakan jubah hangatnya, dan menggeser pintu yang menghadap
ke halaman penginapan. Dari balik dinding ia mendengar kuda mengetuk-ngetukkan kaki.
Ia mendengar salah seekor kuda meringkik tanda mengenali sesuatu. Pengawal pasti sudah
bangun, pikirnya, dan mendengar langkah kaki berputar melalui pagar. Kaede melangkah ke
LIAN HEARN BUKU KEDUA 226 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
balik jendela lagi. Pemandangan diselimuti kabut. Satu sosok menuju ke halaman. Kaede berpikir, Itu dia.
Tapi kemudian Kaede berpikir lagi, tidak mungkin.
Takeo muncul dari kabut ke arah Kaede.
Kaede berjalan ke beranda dan, ketika mengenali Takeo yang datang, Kaede lalu
menatap wajah kekasihnya itu. Kaede berpikir, dengan rasa syukur dan lega, Tenang saja.
Dia hidup. Dia mencintaiku.
Takeo melangkah ke beranda tanpa bersuara, lalu berlutut. Kaede juga berlutut.
"Duduklah tegak," bisik Kaede.
Takeo mengangkat kepala, dan mereka pun saling berpandangan. Tatapan Kaede
seperti hendak menelan Takeo, namun Takeo membalas tatapannya tidak secara langsung.
Mereka duduk dengan rikuh.
Takeo berkata pada akhirnya, "Aku melihat Raku. Aku tahu kau pasti di sini, tapi aku
tidak percaya." "Kudengar kau ada di sini. Dalam bahaya besar, tapi masih hidup."
"Bahaya itu tidak terlalu besar," kata Takeo. "Bahaya terbesarku adalah dirimu"bila
kau tidak memaafkanku."
"Tak mungkin aku tidak memaafkanmu," jawab Kaede langsung. "Selama kau tidak
meninggalkanku lagi."
'Aku mendengar kabar kau akan menikah. Berita itu menghantuiku selama musim
dingin ini." "Memang ada orang yang ingin melamarku: Lord Fujiwara. Tapi kami belum"
menikah, tidak juga bertunangan."
"Kalau begitu, kita harus segera menikah. Apakah kau kemari untuk mengunjungi
biara?" "Itulah tujuanku. Setelah itu aku akan ke Inuyama." Kaede mengamati wajah Takeo.
Dia nampak lebih dewasa, tulang pipinya lebih menonjol. Rambutnya lebih pendek, tidak
diikat ke belakang seperti ksatria, namun terjuntai menutupi keningnya, tebal dan
mengkilap. "Aku akan mengutus orang untuk menemanimu ke biara. Aku akan menemuimu di
tempat menginap bagi tamu perempuan di biara petang ini. Ada banyak hal yang perlu
LIAN HEARN BUKU KEDUA 227 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
direncanakan. Jangan tatap mataku," Takeo menambahkan. "Aku tidak ingin kau tertidur."
"Aku tidak keberatan," balas Kaede. "Aku jarang tidur. Buatlah aku tertidur hingga
petang agar waktu dapat berlalu dengan cepat. Ketika aku tertidur sebelum ini, Dewi Putih
menampakkan dirinya. Dia menyuruhku untuk bersabar menunggumu. Aku kemari untuk
mensyukuri itu dan karena telah menyelamatkan nyawaku."
"Aku diberitahu kalau kau sedang sekarat," ujar Takeo, dan tak bisa meneruskan lagi.
Setelah beberapa saat, dia berkata. "Apa Muto Shizuka bersamamu?"
"Ya." "Dan juga pengawal dari Tribe, Kondo Kiichi?" Dia mengangguk.
"Mereka harus disuruh pergi. Tinggalkan beberapa orangmu di sini untuk sementara.
Adakah pelayan perempuan yang akan menemanimu?"
"Ya," jawab Kaede. "Tapi kurasa Shizuka tak akan mencelakaimu." Tapi saat
mengatakan itu, Kaede berpikir, Tapi bagaimana aku bisa yakin" Bisakah aku mempercayai
Shizuka" Atau Kondo" Aku telah melihat kekejaman mereka.
"Aku di bawah ancaman hukuman mati dari Tribe," ucap Takeo. "Maka, anggota Tribe
manapun akan sangat berbahaya bagiku."
"Tidak berbahayakah kau keluar dari biara seperti sekarang ini?"
Takeo tersenyum. "Aku tak membiarkan orang-orang mengurungku. Aku senang
menjelajahi berbagai tempat di malam hari. Aku perlu tahu keadaan wilayah, dan apakah
Otori berencana menyerangku dengan menyeberangi perbatasan. Aku dalam perjalanan
pulang ketika aku melihat Raku. Dia mengenaliku. Kau mendengarnya?"
"Raku juga merindukan dirimu," kata Kaede, merasakan kepedihan menjalar ke sekujur
tubuhnya. "Apakah semua anggota Tribe menginginkan kematianmu?"
"Mereka tak akan berhasil. Belum. Akan kukatakan alasannya nanti malam."
Kaede mendambakan pelukan Takeo. Ia seolah merasa sedang bersandar pada Takeo.
Seakan dapat membaca pikiran kekasih Kaede, Takeo pun menanggapi dan meraih
tangannya. Kaede merasakan detak jantung Takeo. Kemudian Takeo berbisik, "Ada yang
bangun, aku harus pergi."
Kaede tak mendengar apa pun. Takeo menarik diri dengan lembut dari Kaede. "Sampai
jumpa petang ini," dia berkata.
Kaede menatap, mencari-cari mata Takeo, setengah berharap untuk tertidur, namun
LIAN HEARN BUKU KEDUA 228 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Takeo telah menghilang. Kaede berteriak dalam kegelisahan. Tak ada tanda-tanda
keberadaan Takeo di dalam maupun di luar halaman ini. Genta angin berdering tajam
seolah terkena deru napas orang yang lewat di bawahnya. Jantung Kaede berdebar kencang.
Apakah tadi hantu Takeo yang datang" Apakah ia sedang bermimpi dan apa yang akan ia
temukan bila terbangun nanti"
"Apa yang kau lakukan di sini, Lady?" suara Manami melengking khawatir. "Kau bisa
mati kedinginan." Kaede merapatkan kimono ke tubuhnya yang menggigil. "Aku tidak bisa tidur," ujar
Kaede lambat, "Aku bermimpi...."
"Masuklah. Akan kubuatkan teh untukmu." Manami memakai sandalnya dan bergegas
menyeberang halaman. Beberapa burung layang-layang melesat di dekat atap. Kaede mencium asap kayu saat
api dinyalakan. Kuda meringkik saat diberi makanan. Ia mendengar ringkikan Raku seperti
yang ia dengar sebelum ini. Udara terasa menusuk, namun ia dapat mencium wangi bunga
yang bermekaran. Hatinya diliputi gelombang harapan. Ini bukan mimpi. Dia di sini. Tak
lama lagi aku akan bersamanya. Kaede tidak ingin beranjak, dia ingin tetap tinggal di mana
ia saat ini berada, sambil mengenang tatapan, sentuhan, dan aroma tubuh Takeo.
Manami datang membawa nampan dengan teh di atasnya. Dia memarahi Kaede lagi,
dan mengikutinya ke kamar. Shizuka sedang berpakaian. Begitu memandang, dia langsung
berseru, "Kau bertemu Takeo?"
Kaede tidak langsung menjawab. Ia malah mengambil mangkuk teh dari Manami dan
meneguknya perlahan. Ia merasa perlu berhati-hati dengan ucapannya: Shizuka berasal dari
Tribe yang telah memvonis mati Takeo. Ia sudah berusaha meyakinkan Takeo bahwa
Shizuka tidak akan membahayakannya tapi bagaimana ia bisa begitu yakin" Bagaimana pun
juga, ia merasa tak bisa mengendalikan perasaannya. Ia tidak dapat berhenti tersenyum,
seolah topengnya telah retak dan terjatuh.
"Aku akan ke biara," katanya. "Aku harus bersiap-siap. Manami akan ikut denganku.
Shizuka, kau boleh pergi melihat kedua anakmu dan kau boleh mengajak Kondo."
"Kupikir Kondo akan ikut bersamamu ke Inuyama," kata Shizuka.
"Aku berubah pikiran. Dia harus pergi bersamamu. Dan kalian berdua harus pergi,
sekarang juga." LIAN HEARN BUKU KEDUA 229 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Ini pasti perintah Takeo, kurasa," Shizuka berkata. "Kau tak bisa menipuku. Aku tahu
kau telah bertemu dengannya."
"Sudah kukatakan padanya bahwa kau tak akan mencelakainya," ujar Kaede. "Betul,
kan?" Shizuka berkata tajam, "Sebaiknya lady jangan tanyakan itu. Jika tidak melihatnya, aku
tak akan bisa mencelakainya. Berapa lama kau berniat tinggal di biara" Jangan lupa, Arai
sedang menunggumu di Inuyama."
"Aku tak tahu. Semuanya tergantung Takeo." Kaede tak bisa mencegah dirinya
melanjutkan ucapannya. "Dia mengatakan kami harus menikah. Kami harus, kami akan
melakukannya." "Jangan melakukan apa pun sebelum bertemu Arai," kata Shizuka mendesak. `Jika kau
menikah tanpa persetujuannya, berarti kau menghinanya. Dia akan sangat tersinggung. Kau
tak boleh memancing permusuhan dengan Arai. Dia adalah sekutu terkuatmu. Dan
bagaimana dengan Lord Fujiwara" Dapat dikatakan selama ini kau telah bertunangan
dengannya. Kau ingin dia juga tersinggung?"
"Aku tak akan menikahi Fujiwara!" bentak Kaede. "Dia, seperti semua orang lainnya,
tahu kalau aku tidak akan menikahi siapa pun kecuali Takeo. Bagi mereka, aku adalah
pembawa kematian. Tapi akulah hidup Takeo dan dialah hidupku."
"Bukan begitu cara dunia bekerja," balas Shizuka. "Ingat apa yang Lady Maruyama
katakan padamu, betapa mudah bangsawan dan ksatria terpikat pada perempuan jika mereka
pikir kau menyangsikan kekuasaan mereka. Fujiwara berharap dapat menikahimu: dia pasti
sudah menyampaikan itu pada Arai. Dialah jodoh yang paling Arai sukai. Selain itu, seluruh
Tribe memusuhi Takeo: dia tidak bisa bertahan. Jangan melihatku seperti itu: aku sedih bila
kau disakiti. Karena sangat peduli padamu, sehingga aku katakan ini. Bisa saja aku
bersumpah tak akan membahayakan Takeo, tapi itu tidak berguna: ratusan anggota Tribe di
luar sana akan berusaha membunuhnya. Cepat atau lambat mereka akan berhasil. Tak
seorang pun bisa lolos dari Tribe. Kau harus terima ini sebagai takdir Takeo. Apa yang akan
kau lakukan bila dia mati, padahal kau telah menghina semua orang yang selama ini mendukungmu" Kau tidak akan mendapatkan Maruyama dan bahkan kau bisa kehilangan
Shirakawa. Kedua adikmu akan hancur karena ulahmu. Arai adalah pemimpinmu. Kau
harus ke Inuyama dan menerima keputusannya atas pernikahanmu. Kalau tidak, kau akan
LIAN HEARN BUKU KEDUA 230 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
membuatnya marah. Percayalah. Aku tahu jalan pikiran Arai."
"Bisakah Arai mencegah datangnya musim semi?" balas Kaede. "Bisakah dia
menghentikan salju mencair?"
"Semua laki-laki yakin mereka bisa. Perempuan menjalani hidup dengan menuruti
keyakinan ini, bukan dengan melawannya."
"Lord Arai akan belajar dengan cara yang berbeda," kata Kaede dengan suara rendah.
"Berkemaslah. Kau dan Kondo harus segera pergi."
Kaede lalu berpaling. Jantungnya berdebar liar, rasa sukacita terasa semakin kuat di
perut, dada, dan tenggorokannya. la tidak dapat memikirkan apa pun selain pertemuannya
nanti dengan Takeo. Sosok Takeo, kedekatannya, kembali menimbulkan demam dalam
tubuhnya. "Kau sinting," kata Shizuka. "Kau telah kehilangan akal. Kau menimbulkan bencana
pada dirimu dan juga pada keluargamu."
Seolah menyetujui ketakutan Shizuka, tiba-tiba terdengar suara: rumah mengerang,
jendela berderit, genta-genta angin berbunyi saat bumi bergetar.*
LIAN HEARN BUKU KEDUA 231 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
SEGERA setelah salju mulai mencair dan cuaca mulai hangat, kabar tentang keberadaanku
di Terayama dan keinginanku menantang pemimpin Otori demi warisan tahtaku menyebar.
Dan seperti aliran air, pertama setetes, kemudian membanjir, para ksatria pun berdatangan
ke biara di gunung ini. Beberapa orang adalah ksatria yang tidak bertuan, tapi sebagian besar
adalah orang Otori yang mengakui keabsahanku sebagai penerus Lord Shigeru. Cerita
tentang diriku sudah melegenda, dan aku tampaknya menjadi pahlawan, bukan hanya bagi
para ksatria, tapi juga petani dan penduduk desa dari wilayah Otori yang putus asa setelah
musim dingin yang menggigit, tingginya pajak dan kejamnya hukuman yang diberlakukan
Shoichi dan Masahiro, kedua paman Shigeru.
Udara dipenuhi bunyi-bunyian musim semi. Pepohonan willow memamerkan daunnya
yang hijau keemasan. Burung gereja melesat di atas lahan yang tergenang air dan
membangun sarang di pinggiran atap biara. Setiap malam katak sahut-menyahut semakin
kencang; seruan keras katak memanggil hujan, ritme klik-klik dari katak pohon, dan
dentingan manis dari kodok lonceng kecil. Bunga yang bermekaran merambat di sepanjang
tanggul, tanaman selederi, bunga berbentuk mangkok yang berwarna kuning cerah dan juga
tanaman berwarna merah muda yang disenangi hewan ternak. Ibis dan bangau kembali
berdatangan ke sungai dan kolam.
Kepala biara, Matsuda Shingen, mengijinkanku menggunakan harta benda biara, dan
dengan bantuannya aku menghabiskan minggu-minggu awal musim semi ini untuk
mengorganisir orang-orang yang datang padaku, memberi perlengkapan dan mempersenjatai mereka. Pandai besi berdatangan dari Yamagata dan tempat lain. Mereka
membangun bengkel di kaki gunung suci ini. Hampir setiap hari pedagang kuda
berdatangan, berharap dapat melakukan perdagangan yang menguntungkan, dan mereka
umumnya berhasil karena hampir semua kuda yang mereka bawa aku beli. Tak masalah
KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
seberapa banyak orang yang kumiliki dan seberapa baik mereka dipersenjatai, senjata
utamaku selalu kecepatan dan kejutan. Aku tidak punya banyak waktu atau sumberdaya
untuk mengumpulkan sejumlah besar pasukan pejalan kaki seperti yang dimiliki Arai. Aku
hanya mengandalkan pasukan berkuda yang sedikit namun tangkas.
Di antara rombongan pertama yang datang terdapat kakak beradik Miyoshi, Kahei dan
Gemba, yang pernah menjadi teman berlatihku di Hagi. Waktu itu, yang kini terasa sudah
lama berlalu, kami berlatih dengan menggunakan pedang kayu. Kehadiran mereka sangat
berarti bagiku, lebih berarti dari yang mereka duga. Ini artinya kaum Otori tidak melupakan
Grass For The Pillow Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Shigeru. Mereka membawa tiga puluh orang dan, sebagai ucapan sambutan, mereka
membawa kabar dari Hagi. "Shoichi dan Masahiro telah mewaspadai kembalinya dirimu," Kahei memberitahukan.
Dia lebih tua beberapa tahun dariku dan dia juga memiliki pengalaman perang, dia pernah
berperang di Yaegahara saat berusia empat belas tahun. "Tapi mereka tidak menganggapnya
serius. Mereka pikir hanya butuh satu pertempuran kecil yang cepat untuk dapat
mengalahkanmu." Dia menyeringai. "Aku tak berniat meremehkan, tapi mereka memberi
kesan bahwa kau lemah."
"Selama ini mereka memang meremehkan diriku," ujarku membalas. Aku teringat
pengawal kepercayaan iida, Abe, yang berpikiran sama sampai akhirnya dia diberi pelajaran
yang berbeda oleh Jato. "Mereka benar dalam beberapa hal. Memang aku masih muda dan
hanya mengetahui teori perang, bukan praktek. Tapi aku memiliki tekad untuk mewujudkan
amanat Shigeru." "Orang-orang mengatakan kau mendapat sentuhan Surga," kata Gemba. "Mereka
mengatakan kau telah diberi kekuatan yang bukan berasal dari dunia ini."
"Kami sudah tahu itu," kata Kahei. "Ingatkah saat anda latihan bertarung melawan
Yoshitomi" Dia menganggap kekuatanmu itu berasal dari Neraka, bukan Surga."
Aku memang pernah bertarung menggunakan pedang kayu dengan anak Masahiro. Dia
lebih jago dariku, tapi aku memiliki kemampuan yang dia pikir suatu kecurangan karena aku
telah menggunakan kemampuanku untuk mencegahnya membunuhku.
"Apakah mereka telah merampas rumah dan tanahku?" tanyaku. "Aku mendengar kabar
mereka kalau berniat begitu."
"Belum, terutama karena guru kita, Ichiro, menolak menyerahkannya. Dia jelas-jelas
KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
menunjukkan kalau dia tidak akan menyerahkan semua itu tanpa berjuang. Para pemimpin
Otori enggan memulai keributan dengannya dan juga dengan para pengawal Shigeru"yang
kini menjadi anak buahmu."
Rasa lega menghinggapiku karena tahu Ichiro masih hidup. Kuharap dia segera datang
ke biara agar dapat aku lindungi. Sejak salju mencair, setiap hari aku mengharapkan
kedatangannya. "Mereka juga takut pada penduduk kota," Gemba menyela. "Mereka tidak ingin
memicu pemberontakan."
"Mereka lebih senang menyusun rencana jahat secara sembunyi-sembunyi," kataku.
"Menurut kabar, mereka hendak bernegosiasi denganmu," kata Kahei. "Mereka sudah
mengutus orang untuk bertemu denganmu?"
"Aku tidak mendengar apa pun dari mereka. Lagipula, tidak ada yang perlu
dinegosiasikan. Mereka yang bertanggung jawab atas kematian Shigeru. Mereka mencoba
membunuhnya dan ketika gagal, mereka menyerahkannya pada Iida. Aku tak akan
melakukan kesepakatan apa pun, meskipun mereka menawarkannya."
"Apa strategimu?" tanya Kahei, matanya menyipit.
"Tidak mungkin aku menyerang Otori di Hagi. Aku memerlukan sumberdaya yang
lebih besar dari yang ada sekarang ini. Rasanya aku mesti mendekati Arai... tapi aku tak
akan melakukannya sebelum Ichiro tiba di sini. Dia akan datang begitu jalan tidak bersalju
lagi." "Utus kami ke Inuyama," ujar Kahei. "Bibiku menikahi orang kepercayaan Arai. Kami
bisa mencari tahu apakah musim dingin telah mengubah sikap Arai padamu."
"Bila tiba waktunya, aku akan meminta bantuan kalian untuk pergi kesana," aku
berjanji, gembira mempunyai cara untuk mendekati Arai secara tidak langsung. Aku belum
memberitahukan pada siapa pun kalau aku telah memutuskan bahwa pertama-tama aku
akan temui Kaede di mana pun dia berada, untuk menikahinya dan membantunya
mengambil alih Shirakawa dan Maruyama, jika dia masih menerimaku, jika dia belum
menikah.... KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Seiring semakin dekatnya musim semi, kegelisahanku pun semakin meningkat. Cuaca
berubah-ubah, hari ini cerah, keesokan harinya dingin. Pohon plum mekar dalam badai
hujan. Bahkan di saat kuncup cherry mulai berkembang, udara masih sangat dingin. Tapi
tanda-tanda musim semi mulai terlihat di mana-mana, khususnya di dalam darahku. Hidup
disiplin selama musim dingin membuat kondisiku prima, fisik maupun mental. Ajaran
Matsuda, kasih sayangnya yang tidak pernah pupus, pengetahuan tentang darah Otoriku,
semuanya telah memberiku rasa percaya diri yang baru. Aku agak terbebas oleh
kepribadianku yang terbelah, aku tidak mengalami banyak kesukaran akibat kesetiaan yang
saling berseteru. Aku tidak memperlihatkan kegelisahan yang menyiksaku. Aku belajar
untuk tidak memperlihatkan apa pun pada dunia, namun saat malam datang, pikiranku
hanya tertuju pada Kaede. Aku mendambakan dirinya; takut bila dia telah menikah dan
menghilang dariku untuk selamanya. Ketika tak bisa tidur, aku menyelinap keluar,
menjelajahi daerah di sekitar sini, terkadang hingga ke Yamagata. Meditasi, belajar dan
latihan telah mempertajam kemampuanku; aku tidak takut lagi bila bertemu musuh.
Makoto dan aku bertemu setiap hari untuk belajar bersama, tapi dengan kesepakatan
untuk tidak saling bersentuhan. Persahabatan kami beranjak ke taraf lain, yang kurasa akan
bertahan seumur hidup. Aku pun tidak tidur dengan perempuan lain. Selain karena tidak
dibolehkan di biara, aku takut ada pembunuh menangkapku di rumah bordil, dan juga
karena aku tidak ingin punya anak lagi. Aku sering teringat Yuki. Aku tak bisa
menghentikan diriku melewati rumah orangtuanya di satu larut malam gelap di bulan kedua.
Bunga pohon plum berkilauan putih di kegelapan, namun tidak ada cahaya di dalam rumah
dan hanya satu penjaga di gerbang. Kini rumah itu sunyi. Bahkan aroma kedelai fermentasi
pun memudar. Aku memikirkan anakku dari Yuki. Aku yakin anakku adalah anak laki-laki, anak yang
akan dibesarkan Tribe dan akan dididik untuk membenciku dan kemungkinan ditakdirkan
untuk memenuhi ramalan si perempuan buta. Meskipun telah mengetahui masa depanku,
bukan berarti aku bisa lolos: inilah bagian paling menggetirkan dari hidup manusia.
Aku ingin tahu di mana Yuki sekarang-mungkin jauh di desa tersembunyi di utara
Matsue-dan aku seringkali teringat pada ayah Yuki, Kenji. Dia mungkin tidak jauh,
mungkin di salah satu desa Muto di pegunungan, tanpa menyadari bahwa jaringan rahasia
KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
tempat persembunyian Tribe telah terungkap dalam catatan yang Shigeru tinggalkan dan
aku telah mempelajarinya selama musim dingin ini. Aku masih tak yakin apa yang akan
kulakukan dengan pengetahuan ini, apakah aku akan mengambil keuntungan untuk
mendapatkan Arai atau menggunakannya untuk memusnahkan organisasi rahasia yang telah
mengeluarkan hukuman mati padaku.
Dulu Kenji pernah bersumpah untuk melindungiku. Aku anggap janjinya hanyalah
bagian dari sifatnya yang penuh tipu daya dan aku tak memaafkan atas keterlibatannya
dalam pengkhianatan pada Shigeru. Tapi aku juga sadar tanpa dia, aku tidak bisa balas
dendam. Aku tidak bisa lupa bahwa dia mengikutiku kembali ke kastil malam itu. Jika bisa
memilih bantuan seseorang, dialah pilihanku, tapi kurasa dia tak mau melanggar aturan
Tribe. Seandainya aku bertemu dengannya, kami pasti akan saling membunuh.
Saat dalam perjalanan pulang setelah fajar menyingsing, aku mendengar seekor serigala
yang terengah dan kaget di jalan setapak. Hewan itu hanya mendengar tanpa bisa melihatku.
Aku cukup dekat untuk melihat bulu kemerah-merahan terang di balik telinganya, cukup
dekat untuk mencium napasnya. Dia menggeram ketakutan, mundur, berbalik dan
menyelinap ke dalam semak belukar. Dapat kudengar dia berhenti dan mengendus-endus
lagi, penciumannya setajam pendengaranku. Dunia indera kami saling melengkapi, duniaku
dikuasai pendengaran, sedangkan dunianya dikuasai penciuman. Aku ingin tahu seperti apa
rasanya memasuki alam serigala yang liar dan terpencil. Di Tribe aku dipanggil si Anjing,
tapi aku lebih suka membayangkan diriku seperti serigala, tidak dimiliki siapa pun juga.
Menjelang pagi, aku melihat Raku, kuda kesayanganku. Hari itu adalah akhir bulan
ketiga, ketika kuncup cherry mulai bermekaran. Aku sedang mendaki jalan terjal saat langit
mulai terang, mataku menatap puncak gunung yang masih ditutupi salju, yang berubah
merah jambu dalam cahaya matahari. Aku melihat beberapa kuda berbaris di luar sebuah
penginapan. Nampaknya belum ada orang yang bangun meskipun aku mendengar ada
jendela dibuka dari salah satu sisi halaman. Aku memperhatikan kuda-kuda itu dan, di
waktu bersamaan aku mengenali bulu abu-abu dan surai hitam Raku. Kuda itu
membalikkan kepala, melihatku dan meringkik gembira.
Raku telah kuhadiahkan untuk Kaede; hanya kuda itulah satu-satunya hartaku yang
tertinggal setelah jatuhnya Inuyama. Apakah Kaede telah menjual atau menghadiahkan
kuda itu pada orang lain" Ataukah Raku yang membawa Kaede kemari untukku"
KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Di antara istal dan kamar tamu penginapan terdapat halaman kecil yang ditumbuhi
pohon pinus, dan ada sebuah lentera batu. Aku melangkah ke dalam. Ada yang sudah
bangun; dapat kudengar napasnya di balik jendela. Aku berjalan ke beranda, nekad ingin
tahu apakah orang itu adalah Kaede, dan di waktu bersamaan aku pun yakin akan segera
melihat gadis yang sangat kurindukan itu.
Dia bahkan terlihat lebih cantik dari yang kuingat. Sakit telah membuat dia lebih kurus
dan rapuh, tapi memunculkan keindahan tulangnya, kerampingan lengan dan lehernya.
Gemuruh jantungku menghentikan dunia di sekelilingku. Kemudian, menyadari bahwa ada
sedikit waktu bagi kami berdua sebelum penghuni lain bangun, aku mendekat dan berlutut
di hadapannya. Semuanya berjalan begitu singkat karena aku mendengar ada orang yang bangun. Aku
lalu menghilangkan diri dan menyelinap pergi. Aku mendengar desah ketakutan Kaede dan
menyadari aku belum menceritakan kemampuan menghilang yang kumiliki. Begitu banyak
yang masih harus kami bicarakan; apakah kami akan memiliki cukup waktu" Genta angin
berbunyi saat aku lewat di bawahnya. Raku menatap ke arahku, namun tidak dapat melihat
diriku. Kemudian tubuhku muncul kembali. Aku mendaki bukit dengan penuh semangat
seolah-olah aku baru meneguk minuman ajaib. Kaede ada di sini. Dia belum menikah. Dia
akan menjadi milikku. Seperti yang kulakukan setiap hari, aku pergi ke pemakaman dan berlutut di depan
makam Shigeru. Di pagi hari seperti ini, keadaan sunyi-senyap, cahaya bersinar temaram di
bawah pepohonan cedar. Matahari menyentuh ujung pepohonan; di seberang bukit, kabut
menggantung sepanjang sisi-sisi lereng sehingga puncak gunung terlihat mengambang di
atas kabut. Air terjun tetap mengoceh tiada henti, digemakan oleh percikan air lembut yang
mengalir melalui parit menuju kolam dan tanki air di taman. Dapat kudengar para biarawan
berdoa, timbul dan tenggelam untaian sutra, kumandang jernih yang tiba-tiba dari sebuah
lonceng. Aku senang Shigeru dimakamkan di tempat yang damai ini. Aku berbicara pada
arwahnya untuk meminta kekuatan dan kearifannya. Aku ceritakan padanya tentang apa
yang dia pasti sudah tahu, bahwa aku akan memenuhi permintaan terakhirnya. Dan,
pertama-tama, aku akan menikahi Shirakawa Kaede.
Tiba-tiba terjadi getaran kuat seperti gempa bumi. Aku dicengkram oleh kepastian
KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
bahwa aku sedang melakukan hal yang benar, dan juga oleh perasaan mendesak. Kami harus
segera menikah. Perubahan nada air membuatku memalingkan kepala. Di kolam besar, ikan berenang
hilir mudik sehingga mirip permadani merah emas yang berkelap-kelip. Makoto sedang
memberi makan ikan-ikan itu, wajahnya tenang.
Merah dan emas mengisi mataku, warna keberuntungan, warna pernikahan.
Melihat aku sedang menatapnya, dia memanggil, "Ke mana saja kau" Kau ketinggalan
makan pagi." "Nanti saja." Aku berdiri dan berjalan ke arahnya. Aku tak bisa menyimpan rasa
gembiraku. "Lady Shirakawa ada di sini. Maukah kau bersama Kahei menemaninya ke
rumah tamu untuk perempuan?"
Dia melemparkan kue mochi terakhir ke dalam kolam. "Akan kupanggil Kahei. Lebih
baik aku tidak ikut. Aku tak ingin mengingatkan Kaede pada sakit yang kutimbulkan pada
dirinya." "Mungkin kau benar. Ya, panggillah Kahei. Biar mereka yang membawa Kaede ke sini
sebelum siang." "Mengapa dia di sini?" tanya Makoto.
"Dia hendak ziarah, dia hendak mengucapkan syukur atas kesembuhannya. Tapi karena
dia sudah di sini, aku berniat menikahinya."
"Begitu saja?" Dia tertawa tanpa rasa senang. "Mengapa tidak?"
"Pengalamanku tentang pernikahan sangat sedikit, tapi aku yakin dalam keluarga
terpandang seperti Shirakawa atau, juga, Otori, harus ada pemberian restu, pemimpin klan
pun harus menyetujuinya."
"Akulah pemimpin klan dan akan kuberikan restuku," kataku ringan, merasa kalau
Makoto sedang mengangkat masalah yang tidak perlu.
"Keadaanmu memang agak berbeda. Tapi siapakah yang dipatuhi Lady Shirakawa"
Keluarganya mungkin saja punya rencana lain."
"Dia tidak mempunyai keluarga lagi." kemarahanku mulai muncul.
"Jangan bodoh, Takeo. Semua orang punya keluarga, apalagi bagi gadis yang mewarisi
wilayah yang luas." "Aku berhak dan memiliki kewajiban moral untuk menikahinya karena dia telah
KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
ditunangkan dengan ayah angkatku." Suaraku mulai memanas. "Kehendak Shigeru yang
menginginkan aku berbuat demikian."
"Jangan marah," kata Makoto setelah diam sejenak. "Aku tahu perasaanmu padanya.
Aku hanya mengatakan apa yang semua orang akan katakan."
"Dia juga mencintaiku!"
"Cinta tak ada hubungannya dengan pernikahan." Dia menggeleng-gelengkan kepala,
memandangku seolah-olah aku anak kecil.
"Tak ada yang bisa menghentikanku! Dia di sini. Tak akan kubiarkan dia pergi dariku
lagi. Kami akan menikah minggu ini."
Lonceng berdentang dari biara. Seorang biarawan tua berjalan melintasi halaman sambil
menegur ke arah kami. Makoto tetap menjaga suaranya rendah, tapi aku berbicara dengan
keras dan memaksa. "Aku harus bermeditasi," kata Makoto. "Mungkin kau juga. Pikirkan lagi sebelum
bertindak." "Tekadku sudah bulat. Pergi dan bermeditasilah! Aku akan memanggil Kahei. Dan
setelah itu, aku akan bicara dengan Kepala Biara."
Aku langsung sadar kalau aku sudah terlambat untuk bertemu Kepala Biara guna
berlatih pedang. Aku bergegas mencari kakak-beradik Miyoshi, dan memanggil mereka
yang sedang menuruni bukit ke tempat pandai besi.
"Lady Shirakawa?" kata Kahei, `Elmankah berjalan di dekatnya?"
"Mengapa kau berkata begitu?" tanyaku kasar.
"Jangan tersinggung, Takeo, tapi semua orang tahu tentang dia. Dia membawa
kematian bagi laki-laki."
"Hanya bagi mereka yang memiliki hasrat padanya,"
Gemba menambahkan, kemudian menatapku sekilas, dia melanjutkan, "Itulah yang
orang-orang katakan!"
"Dan orang-orang juga mengatakan dia begitu cantik sehingga tak mungkin
menatapnya tanpa memiliki hasrat padanya." Kahei memandang ragu. "Kau mengutus kami
pada kematian yang tak terelakkan."
Aku tak bersemangat membalas lelucon itu, tapi perkataan mereka makin
menyadarkanku betapa pentingnya pernikahan kami. Kaede pernah mengatakan bahwa dia
KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
hanya akan aman bila bersamaku dan aku mengerti alasannya. Hanya menikah denganku
yang dapat menyelamatkan dia dari kutukan yang tampak menyertainya. Aku tahu dia tak
akan berbahaya bagiku. Laki-laki lain yang berhasrat padanya sudah mati, tapi aku telah
bersamanya dan aku masih hidup.
Aku tak akan menjelaskan semua ini pada kakak beradik Miyoshi.
"Bawa dia ke rumah tamu yang khusus diperuntukkan bagi perempuan sesegera
mungkin," kataku singkat. "Pastikan jangan sampai satu pun anak buahnya ikut dan juga
pastikan Kondo Kiichi dan Muto Shizuka pergi hari ini juga. Kaede akan membawa seorang
pelayan. Perlakukan mereka dengan hormat. Sampaikan padanya bahwa aku akan
menemuinya sekitar waktu Monyet*."
"Takeo, kau tak kenal takut," gerutu Gemba.
"Lady Shirakawa akan menjadi isteriku."
Ucapanku membuat mereka kaget. Mereka menatapku dan menutup mulut rapat-rapat.
Mereka membungkuk resmi dan berjalan tanpa bicara sampai di pos jaga, di mana ada lima
atau enam orang. Saat di luar gerbang, mereka membuat lelucon yang menyinggung diriku,
tanpa sadar kalau aku bisa mendengarnya. Mereka menyamakan Kaede dengan belalang
betina yang melahap pasangannya. Aku hendak mengejar dan memberi mereka pelajaran,
tapi aku sudah terlambat untuk menghadap Kepala Biara.
Seraya mendengar tawa mereka sayup-sayup, aku bergegas ke aula tempat latihan.
Kepala Biara sudah menunggu di sana, mengenakan jubah rahibnya. Aku masih dalam
balutan pakaian kasar. Aku mengenakan pakaian penjelajah-malamku: mirip seragam hitam
Tribecelana selutut, pembalut kaki, dan sepatu yang memiliki pemisah ibu jari yang juga bisa
dipakai untuk bertarung dengan pedang atau melompat ke atas dinding dan berlari di atap.
Matsuda tampak tak terbebani oleh rok dan lengan jubahnya yang panjang. Aku
Grass For The Pillow Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
biasanya menyelesaikan latihan dengan terengah-engah dengan keringat membasahi yang
sekujur tubuhku. Sedangkan dia begitu tenang dan tidak berkeringat, seakan dia tidak
melakukan gerakan apa pun, seakan dia hanya duduk berdoa.
Aku berlutut di hadapannya, meminta maaf atas keterlambatanku. Dia menatapku
dengan ekspresi wajah yang aneh, tapi tidak berkata apa-apa, kepalanya menunjuk ke
tongkat kayu. Kuambil tongkat dari rak. Tongkat ini berwarna gelap, nyaris hitam, lebih
panjang dan lebih berat dari Jato.
KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Sejak berlatih setiap hari dengan tongkat ini, tanganku semakin kuat dan luwes, dan
luka di tangan kananku akibat bertarung melawan Akio kini telah sembuh. Awalnya tongkat
ini terasa seperti kuda liar yang tidak mau mengikuti tali kekangnya; sedikit demi sedikit aku
belajar mengendalikannya hingga dapat kumainkan setangkas aku menggunakan sepasang
sumpit. Ketepatan dalam latihan sama pentingnya seperti pertarungan yang sesungguhnya,
karena satu gerakan salah dapat meretakkan tengkorak atau mematahkan tulang rusuk.
Kami tidak memiliki cukup orang untuk mengambil resiko terbunuh dan terluka dalam
latihan. Gelombang keletihan menerpa saat aku mengangkat tongkat membentuk posisi
menantang. Aku belum tidur semalaman dan belum makan sejak pagi. Kini aku
membayangkan Kaede, melihat sosoknya seperti saat aku melihat dia tadi pagi, sedang
berlutut di beranda. Aku mendapatkan kembali energiku. Sekejap saja aku sadari betapa
pentingnya dia bagiku. Biasanya aku bukan tandingan Matsuda. Tapi sesuatu telah mengubahku, sesuatu yang
memungut semua unsur latihan dan mengumpulkannya menjadi satu kesatuan: satu
semangat kuat, tak bisa dihancurkan, yang memancar dari inti tubuhku dan mengalir ke
lenganku. Untuk pertama kalinya kusadari kalau aku empat puluh tahun lebih muda
dibanding Matsuda. Aku melihat ketuaan dan kerapuhannya. Aku merasa iba kepadanya.
Aku membatalkan serangan dan membiarkan tongkatku jatuh. Saat kejadian itu,
tongkat Matsuda menemukan daerah badanku yang tak terlindungi, menyerang sisi leherku,
dengan satu pukulan yang membuatku pusing. Untung saja dia tak memukulku dengan
kekuatan penuh. Matanya, yang biasanya teduh, kini menyala-nyala karena marah.
"Pukulan itu memberimu pelajaran," dia berkata kesal. "Pertama, kau tak boleh lambat
dan kedua, jangan biarkan kelembutan hatimu muncul saat sedang bertarung."
Ketika aku membuka mulut hendak bicara, dia langsung menyela. "Jangan membantah.
Aku telah meluangkan waktu untuk melatihmu, tapi kau malah merusaknya. Mengapa"
Bukan karena kasihan padaku, kuharap?"
Aku menggeleng. LIAN HEARN BUKU KEDUA 241 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Dia menghela napas. "Kau tak bisa membohongiku. Aku melihat itu di matamu. Aku
melihat bocah laki-laki yang kemari tahun lalu dan tergerak oleh Sesshu. Seperti itukah yang
kau inginkan" Menjadi seniman" Aku pernah mengundangmu kemari untuk belajar dan
menggambar itukah yang kau inginkan?"
Aku enggan menjawab, tapi dia menunggu tanggapanku. "Sebagian dari diriku
mungkin menginginkannya, tapi tidak sekarang. Pertama aku harus menjalankan perintah
Shigeru." "Kau yakin" Maukah kau berjanji pada dirimu sendiri untuk melakukannya sepenuh
hati?" Aku mendengar keseriusan nada bicaranya dan aku menjawab dengan nada yang serupa.
"Ya, aku berjanji."
"Kau akan memimpin banyak orang, beberapa orang akan mati. Yakinkah kau hendak
melakukan itu" Jika kau memiliki kelemahan, Takeo, maka itulah kelemahanmu. Kau
mudah merasa iba. Seorang ksatria harus memiliki karakter yang tak mengenal ampun.
Banyak orang yang mengikutimu akan mati dan kau pun akan membunuh banyak orang.
Sekali kau terjun ke jalan ini, kau harus menjalaninya sampai akhir. Kau tidak bisa
membatalkan seranganmu hanya karena kau merasa iba pada lawanmu."
Aku dapat merasakan rona bersemu di wajahku. "Aku tak akan melakukannya lagi. Aku
tak bermaksud menghinamu. Maaf."
"Akan kumaafkan bila kau bisa menunjukkan gerakan itu lagi dan menyelesaikannya."
Dia mengambil posisi menantang, matanya menatap lurus ke mataku. Aku tidak cemas
membalas tatapannya: dia tak pernah terlena oleh daya tidur Kikuta dan aku tak pernah
mencoba memperdayainya. Aku pun tak pernah secara sengaja menggunakan kemampuan
menghilangku atau sosok keduaku padanya, meski kadangkala, dalam panasnya pertarungan,
aku merasakan bayanganku mulai menyelinap muncul.
Tongkatnya bergerak bagaikan kilat menembus udara. Aku lalu berhenti memikirkan
apa pun kecuali musuh di depanku dan tusukan tongkatnya, lantai di bawah kaki-kaki kami.
Ruang latihan kami dipenuhi berbagai gerakan yang menyerupai tarian. Dan dua kali aku
mencapai titik di mana aku menyadari keunggulanku, dan tak sekali pun aku gagal
mengikuti seluruh gerakan itu.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 242 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Ketika selesai latihan, Matsuda agak bersinar-sinar, mungkin karena cuaca musim
panas. Saat kami menyeka keringat dengan handuk yang Norio bawakan, Matsuda berkata,
"Aku tak menduga kau akan menjadi jago pedang, tapi kau telah melakukannya lebih baik
dari yang kuharapkan. Bila kau berkonsentrasi, kau tidak buruk, sama sekali tidak buruk."
Aku kehilangan kata-kata karena pujian yang luar biasa itu. Matsuda tertawa. "Jangan
besar kepala dulu. Kita akan bertarung sekali lagi sore ini. Kuharap kau sudah menyiapkan
strategi." "Baiklah, Tapi ada satu hal yang ingin kusampaikan."
"Sesuatu yang berhubungan dengan Lady Shirakawa?"
"Bagaimana kau tahu?"
"Aku mendengar kabar dia dalam perjalanan kemari. Persiapan telah dilakukan agar dia
bisa tinggal di rumah tamu khusus perempuan. Ini merupakan kehormatan bagi kami. Aku
akan menemuinya nanti."
Dia seperti berbicara santai, tapi aku cukup mengenal Matsuda: dia tidak melakukan
sesuatu secara santai. Aku takut dia akan mencemaskan pernikahanku dengan Kaede seperti
yang Makoto utarakan, tapi aku harus mengatakan padanya tentang niatku ini, cepat atau
lambat. Semua potongan pikiran melintas di benakku dan kemudian terpikir olehku bahwa
bila aku harus meminta restu pada seseorang, maka dialah orangnya.
Aku berlutut dan berkata, "Aku bermaksud menikahi Lady Shirakawa. Bisakah kau
memberi restu dan bisakah upacara itu dilangsungkan di sini?"
"Itukah alasan Lady Shirakawa datang" Apakah dia datang dengan restu keluarga atau
klannya?" "Tidak, dia kemari karena alasan lain"untuk mensyukuri kesembuhannya. Namun
salah satu amanat Lord Shigeru yaitu aku harus menikahinya, dan kini takdir telah
membawa Lady Shirakawa ke tempat ini untukku...." Aku mendengar nada memohon
dalam suaraku. Kepala Biara juga mendengarnya. Sambil tersenyum, dia berkata, "Bagimu itu tidak jadi
masalah, Takeo. Tapi bagi gadis itu, menikah tanpa persetujuan dari klannya, dari Arai...
Bersabarlah, mintalah ijin Arai. Tahun lalu dia ingin menikahkan kalian. Banyak alasan
untuk berpikir kalau Arai masih menginginkan pernikahan ini."
LIAN HEARN BUKU KEDUA 243 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Aku bisa dibunuh kapan saja!" teriakku. "Aku tidak ada waktu untuk bersabar!
Lagipula, ada orang lain yang juga berniat menikahinya."
"Apakah mereka sudah bertunangan?"
"Tidak resmi. Tapi tampaknya orang itu berharap agar pernikahan segera
dilangsungkan. Dia kerabat kaisar, dan tanahnya berbatasan dengan tanah Lady Shirakawa."
"Fujiwara," Matsuda berkata.
"Kau mengenalnya?"
"Aku tahu siapa dia. Semua orang juga, kecuali yang setengah"terpelajar sepertimu.
Dia memang sekutu yang sangat cocok. Wilayah mereka akan menyatu, anak Fujiwara akan
mewarisi kedua wilayah, dan yang lebih penting lagi, karena Fujiwara hampir dipastikan
akan kembali ke ibukota tak lama lagi, Arai nantinya akan memiliki sahabat di kekaisaran."
"Ini tidak akan terjadi. Lady Shirakawa tidak akan menikah dengan Fujiwara. Dia akan
menikah denganku, sebelum akhir Minggu ini!"
"Mereka akan menghancurkanmu." Matanya terpaku ke wajahku.
"Tidak, bila Arai berpikir aku dapat membantunya menghancurkan Tribe. Dan bila
kami menikah, kami akan langsung ke Maruyama. Lady Shirakawa adalah pewaris sah
wilayah Maruyama dan Shirakawa. Itu semua akan memberi sumberdaya yang kuperlukan
untuk melawan pemimpin Otori."
"Sebagai suatu strategi, rencanamu memang tidak buruk," kata Matsuda. "Tapi ada
beberapa resiko: Arai bisa marah. Kurasa lebih baik bagimu bila tidak menentangnya, dan
kau juga tak ingin mencari musuh baru seperti Fujiwara. Tindakanmu, dengan semua
keberaniannya, bisa menghancurkan semua harapanmu. Aku tidak ingin itu terjadi. Aku
ingin melihat semua keinginan Shigeru terpenuhi. Layakkah pertaruhan ini?"
"Tak ada yang bisa mencegahku untuk menikahinya," kataku dengan nada rendah.
"Kau tergila-gila padanya. Jangan sampai itu mempengaruhi keputusanmu."
"Aku lebih dari sekadar tergila-gila. Dialah hidupku dan akulah hidupnya."
Kepala Biara menghela napas. "Di usia tertentu, kita semua berpikiran seperti itu
tentang perempuan atau lainnya. Percayalah, ini tak akan bertahan lama."
"Lord Shigeru dan Lady Maruyama tetap saling mencintai selama bertahun-tahun,"
kataku memberanikan diri.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 244 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Ya, ini pasti kegilaan yang ada dalam darah Otori," dia menjawab pedas, namun
ekspresinya melembut dan matanya memperlihatkan pandangan merenung.
"Benar," akhirnya Matsuda berkata. "Cinta mereka memang bertahan. Dan ini
mencerahkan semua rencana dan harapan mereka. Jika mereka menikah dan mewujudkan
persekutuan yang mereka impikan antara Wilayah Tengah dan Barat, siapa yang tahu apa
yang tak mungkin mereka raih?" Dia menepuk-nepuk bahuku. "Rasa-rasanya arwah mereka
telah memberi kesempatan yang kedua padamu dan Lady Shirakawa. Dan, aku tidak dapat
mengabaikannya, karena menjadikan Maruyama sebagai basis sangat masuk akal. Maka,
demi kepentingan para arwah, aku merestui pernikahan ini. Kau boleh mulai melakukan
persiapan yang diperlukan."
"Aku belum pernah melihat pesta pernikahan," aku mengakui, setelah aku bersujud
untuk berterima kasih. "Apa yang perlu kulakukan?"
"Perempuan yang menyertai Lady Shirakawa tahu. Tanyakan padanya. Kuharap aku
belum pikun," dia menambahkan, sebelum menyuruhku pergi.
Saat ini hari mendekati waktu makan siang. Aku pergi membersihkan badan dan
mengganti pakaian. Aku berpakaian dengan hati-hati karena memakai kimono sutera yang
ada simbol Otori di punggung. Kimono ini diberikan sewaktu aku tiba di Terayama setelah
perjalananku menembus salju. Aku makan dengan pikirari terpecah, hampir tidak bisa
menikmati makananku, sementara itu aku pun memasang telinga terus menerus untuk
mendengar kedatangannya. Akhirnya aku mendengar suara Kahei di luar aula. Aku memanggilnya dan dia datang
bergabung. "Lady Shirakawa sudah di rumah tamu," dia berkata. "Ada lima puluh orang lagi yang
datang dari Hagi untuk bergabung dengan kita. Kita akan memberi mereka penginapan di
desa. Gemba yang mengaturnya."
"Akan kutemui mereka malam ini," kataku, hatiku melayang-layang mendengar kedua
kabar itu. Aku tinggalkan Kahei yang hendak makan untuk kembali ke kamarku, di mana
aku berlutut dan mengambil gulungan kertas yang Kepala Biara berpesan agar aku
membacanya. Kurasa aku akan mati dalam ketidaksabaran sebelum aku bertemu Kaede lagi,
namun perlahan-lahan aku terserap dalam seni perang: jumlah pertempuran yang menang
LIAN HEARN BUKU KEDUA 245 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
dan kalah, strategi dan taktik, peran yang dimainkan oleh Surga dan Bumi. Masalah yang
dirancang Matsuda adalah bagaimana mengambil alih kota Yamagata. Ini hanyalah masalah
teoritis, tidak lebih; Yamagata masih di bawah kekuasaan Arai melalui gubernur
penggantinya, meski ada beberapa laporan bahwa Otori berencana mengambil kembali
bekas wilayahnya dan saat ini sedang menyusun pasukan bersenjata di perbatasan selatan
dekat Tsuwano. Matsuda berniat mendekati Arai atas namaku dan menjalin perdamaian
antara kami berdua, di mana aku kelak akan mengabdi pada Arai selagi menuntut warisan
tahta Otori. Tapi aku juga waspada karena bila ternyata Arai semakin marah karena aku
menikahi Kaede, mungkin aku perlu langsung merebut Yamagata. Hal ini menambah
pemahamanku tentang strategi perang yang aku baca.
Aku sangat mengenal Yamagata; aku telah menjelajahi setiap ruas jalannya; aku telah
memanjat masuk ke dalam kastilnya. Dan aku tahu daerah di sekitarnya, gunung, bukit,
lembah dan sungai-sungainya. Kesulitan utamaku yaitu sedikitnya anak buahku: seribu
orang paling banyak. Yamagata adalah kota makmur, namun musim dingin telah
menyengsarakan semua orang. Jika aku serang Yamagata di awal musim panas, bisakah
kastil itu bertahan cukup lama" Apakah diplomasi akan membuat mereka menyerah bila
ternyata cara paksa tidak berhasil" Apa keunggulan pasukanku"
Selagi terus memikirkan masalah ini, pikiranku beralih pada si gelandangan Jo-An. Aku
pernah mengatakan akan mencarinya di musim semi ini, tapi aku masih belum yakin apakah
aku menginginkannya. Aku tak dapat melupakan tatapan lapar, penuh harapan di matanya,
di mata si nelayan dan gelandangan lainnya. "Dia orangmu, sekarang," kata Jo-An tentang
nelayan itu, "Begitu juga kami semua." Bagaimana bila aku memasukkan para gelandangan
dalam pasukanku, atau para petani yang datang setiap hari untuk berdoa di makam Shigeru"
Aku bisa saja mengikutsertakan mereka bila aku menghendakinya. Tapi, inikah yang akan
dilakukan para ksatria" Belum pernah aku mendengar tentang pertempuran yang melibatkan
petani. Biasanya mereka menghindari pertempuran, membenci dua belah pihak yang
berperang sama besarnya dan mengambil semua yang ada pada orang yang tewas tanpa
pandang bulu. Seperti yang sering terjadi, wajah petani yang pernah kubunuh di ladang rahasianya di
bukit di balik Matsue melayang-layang di depan mataku. Aku mendengar dia memanggil,
LIAN HEARN BUKU KEDUA 246 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
"Lord Shigeru!" Seperti juga yang lainnya, aku ingin membaringkan jasadnya agar
beristirahat dengan tenang. Namun bayangan petani itu juga membawa keberanian dan
keteguhan hati kawan-kawan petaninya ke dalam pikiranku, itu adalah sumberdaya yang
kini tersiasiakan. Jika aku memanfaatkan para petani, apakah orang yang kubunuh akan
berhenti menghantuiku"
Petani di wilayah Otori, baik yang masih menetap di Hagi maupun di wilayah yang
telah direbut Tohan termasuk Yamagata"sangat mencintai Shigeru. Mereka semua bangkit
dalam kemarahan setelah kematiannya. Aku yakin mereka akan mendukungku, namun bila
aku memanfaatkan mereka, maka kesetiaan para ksatria kemungkinan akan terbelah.
Masalah Yamagata: jika aku berhasil menyingkirkan pimpinan pengganti sementara
yang Arai tempatkan di kastil, akan ada kesempatan lebih besar bagi kota untuk menyerah
tanpa pertempuran panjang. Apa yang aku butuhkan adalah seorang pembunuh yang bisa
dipercaya. Tribe mengakui bahwa akulah satu-satunya yang mampu memanjat seorang diri
ke dalam kastil Yamataga, hanya saja rasanya bukanlah skema yang bagus bagi pemimpin
merangkap komandan melakukan tindakan itu. Konsentrasiku terpecah, mengingatkan
bahwa aku belum tidur semalaman. Aku penasaran apakah aku bisa melatih para pemuda
seperti cara Tribe melatih. Mereka mungkin tidak memiliki bakat, tapi kebanyakan
kemampuan itu hanyalah masalah latihan semata. Dapat kulihat semua keuntungan dari
jaringan mata-mata ini. Mustahilkah bila beberapa anggota Tribe yang tidak setia bisa
dibujuk mengabdi padaku" tapi aku membuang pikiran itu untuk sementara ini.
Seiring hari yang semakin hangat, waktu berjalan lebih lambat. Lalat-lalat yang
terbangun dari tidur musim dingin berdengung di jendela. Aku dengar kicau burung yang
memanggil-manggil dari hutan, terbangnya burung layang-layang dan gigitan paruh mereka
saat menangkap serangga. Bunyi-bunyian biara bergumam di sekelilingku: langkah kaki,
Grass For The Pillow Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
desiran jubah, timbul dan tenggelamnya rangkaian doa, nada jernih dari lonceng yang
berdentang. Angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan, penuh dengan keharuman musim semi. Dalam
seminggu Kaede dan aku akan menikah. Hidup nampak bergelora di sekitarku,
merangkulku dengan semangat dan energinya. Namun aku masih duduk di sini, tenggelam
dalam pelajaran perang. LIAN HEARN BUKU KEDUA 247 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Saat Kaede dan aku bertemu malam itu, kami hanya membicarakan tentang strategi.
Kami tidak perlu membicarakan tentang cinta; kami akan menikah, kami akan menjadi
suami-isteri. Tapi bila kami hidup cukup lama hingga punya anak, kami perlu bertindak
cepat untuk menyatukan kekuatan kami.
Instingku benar saat Makoto memberitahukan bahwa Kaede sedang membentuk
pasukan, bahwa dia akan menjadi sekutu yang hebat. Dia sepakat denganku kalau kami
harus langsung ke Maruyama; dia menceritakan pertemuannya dengan Sugita Haruki di
musim gugur. Sugita sedang menanti kabar darinya, dan Kaede memberi saran untuk
mengutus beberapa orangnya ke Maruyama guna memberitahukan Sugita tentang niat kami.
Aku setuju, dan memikirkan si bungsu dari kakak beradik Miyoshi, Gemba, mungkin bisa
pergi bersama mereka. Kami tidak mengirim pesan ke Inuyama: semakin sedikit yang Arai
tahu tentang rencana kami, semakin baik.
"Shizuka mengatakan bahwa pernikahan kita akan membuat Arai marah," kata Kaede.
Aku tahu itu mungkin saja benar. Kami memang seharusnya bersabar. Mungkin jika
kami mendekati Arai melalui cara yang tepat, melalui bibi Kahei atau melalui Matsuda atau
Sugita, Arai mungkin akan mengambil keputusan yang menguntungkan kami. Tapi kami
dicengkram oleh desakan keputusasaan, mengetahui kemungkinan betapa singkatnya hidup
kami. Dan akhirnya, kami menikah beberapa hari kemudian, di kuil, dalam bayangbayang
pepohonan yang mengelilingi makam Shigeru, menuruti keinginan ayah angkatku itu
meskipun melanggar semua aturan yang berlaku di klas kami. Kurasa bila aku bisa membela
diri, bahwa tak seorang pun dari kami berdua yang dibesarkan secara wajar. Kami berdua
lolos dari kematian karena alasan yang berbeda. Kondisi ini memberi kami kebebasan untuk
bertindak sesuka hati, tapi para tetua dari klas kami yang pasti akan menuntut balas.
Cuaca terus menghangat dalam hembusan angin dari selatan. Di hari pernikahan,
bunga cherry merekah penuh, membentuk kerumunan merah jambu dan putih. Anak buah
Kaede diijinkan bergabung dengan anak buahku dan ksatria yang berderajat paling tinggi di
antara mereka, Amano Tenzo, berbicara atas nama Kaede dan atas nama Klan Shirakawa.
Saat Kaede dituntun ke kuil perawan, dia memakai busana merah dan putih,
memperlihatkan kecantikan abadi seolah-olah dia orang suci. Entah bagaimana Manami
mendapatkan busana itu. Aku menyebut namaku sebagai Otori Takeo dan menyebut
LIAN HEARN BUKU KEDUA 248 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Shigeru dan Klan Otori sebagai leluhurku. Kami bertukar mangkuk sake sebagai ritual,
sebanyak tiga kali dan, secara bersamaan, dahan suci tertiup angin sehingga daunnya
berguguran menjatuhi kami.
Kejadian itu dianggap sebagai pertanda buruk, namun malam setelah pesta, ketika kami
akhirnya berdua saja, kami tidak memikirkan pertanda tadi. Saat di Inuyama kami bercinta
dalam keputusasaan yang liar, yakin tak akan hidup sebelum pagi. Namun kini, di Terayama
yang aman ini, kami memiliki waktu untuk memberi dan menerima kerinduan secara
perlahan. Kami membicarakan hidup kami setelah sekian lama terpisah, terutama tentang anak.
Kami memikirkan jiwa anak kami yang akan. muncul kembali dalam siklus kelahiran dan
kematian, dan kami pun mendoakannya. Aku menceritakan tentang kunjunganku ke Hagi
dan pelarianku menembus salju. Aku tidak menceritakan tentang Yuki, dan dia pun
menyimpan beberapa rahasia dariku, karena meskipun dia bercerita tentang Lord Fujiwara,
namun dia tak menyinggung tentang rincian kesepakatan yang telah dibuat. Aku tahu
Fujiwara telah memberi dia banyak uang dan makanan, dan hal itu membuatku cemas,
karena orang itu pasti menganggap dirinya telah bertunangan dengan Kaede. Tulang
punggungku terasa dingin, ini mungkin suatu pertanda, namun aku buang pikiran itu karena
tidak ingin merusak kebahagiaanku.
Aku terbangun menjelang fajar dan mendapati dia dalam pelukanku. Kulitnya yang
putih, lembut di sentuhanku terasa hangat dan sekaligus dingin. Rambutnya begitu panjang
dan tebal dengan wangi melati menutupi kami layaknya selendang. Sebelumnya dia seperti
bunga di pegunungan yang tinggi, sangat jauh dari jangkauanku, namun kini dia di sini, dia
milikku. Malam masih hening ketika suatu perusahaan meresap ke dalam hatiku. Mataku
pedih karena air mata. Surga berbaik hati. Para dewa mencintaiku. Mereka telah
memberikan Kaede padaku. Selama beberapa hari, Surga tetap tersenyum padalcu, memberi kami cuaca yang hangat
dan lembut, setiap hari matahari bersinar cerah. Semua orang di biara tampalc bahagia, dari
Manami yang berseri-seri senang saat mcmbawakan kami teh di pagi pertama. Kepala Biara
yang melanjutkan lagi pelajaran, menggodaku tanpa ampun jika dia melihatku menguap
karena mengantuk. Banyak orang datang membawa hadiah dan memberi ucapan selamat
LIAN HEARN BUKU KEDUA 249 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
kepada kami, persis seperti yang dilakukan penduduk di desaku, Mino.
Hanya Makoto yang mengeluarkan kata-kata berbeda. "Berbahagialah sekarang sepuaspuasnya," dia berkata, "Aku juga turut bahagia, percayalah, tapi aku takut ini tak akan
berlangsung lama." Aku tahu itu: Aku pelajari itu dari Shigeru. Kematian datang tiba-tiba dan hidup itu
rapuh dan singkat, begitulah yang dia katakan setelah menyelamatkan aku di Mino. Tak ada
yang bisa mengubahnya meskipun dengan doa atau mantra. Semua itu justru semakin
menambah kesadaran betapa cepatnya kebahagiaan ini mungkin akan berlalu.
Bunga cherry mulai berguguran, hari-hari kian panjang seiring musim yang berubah.
Musim dingin telah berganti: musim semi mulai menyambut datangnya musim panas dan
musim panas adalah musim berperang. Ada lima peperangan yang menanti di hadapan
kami, empat kali kemenangan dan satu kali kekalahan.***
TAMAT Catatan Kaki * Juggle: permainan yang menjaga agar 3 atau lebih obyek (bola atau lainnya) di udara dengan melempar dan
menangkapnya. Permainan ini sering dipertunjukkan dalam sirkus. [peny.]
* Mochi (atau omochi) yaitu kue kecil yang terbuat dari beras. Kue ini dipanggang lalu disajikan dengan sup
atau dibungkus dengan rumput laut. Makanan ini umumnya disajikan pada perayaan tahun baru. [peny.]
" Waktu Kambing: berkisar antara jam 13.00 s/d jam 15.00. [peny.]
* Orang Jepang percaya bahwa pada tanggal 13 sampai 15 Agustus roh leluhur mereka datang ke bumi, dan
keluarga yang masih hidup berziarah ke makam untuk mendoakan serta menyediakan makanan bagi arwah
keluarganya. [peny] * Atsumori: Kisah tentang Rensei yang memenggal Atsumori dalam perang. Karena menyesali perbuatannya,
Rensei pun menjadi rahib. Arwah Atsumori yang marah menyerang Rensei dengan pedang, tapi
kemarahan arwah itu reda karena doa-doa rahib Rensei sehingga mereka berdua pun berbaikan. [peny.]
* Fulling block (kinuta): Mengisahkan tentang seorang istri/kekasih yang kesepian karena terpisah, atau
diabaikan oleh suami/kekasihnya. Bunyi tumbukan pakaian (agar lembut) menggemakan kerinduan dan
juga emosi melankolis sang istri/kekasih.
* Tauco = Bumbu masakan yang terbuat dari kedelai. [peny.]
* Minamoto Yoshitsune seorang pejuang yang berhasil membunuh penguasa jahat saat itu, Taira Kiyomori.
LIAN HEARN BUKU KEDUA 250 KISAH KLAN OTORI GRASS FOR HIS FILLOW Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Tapi kemudian dia dikhianati (tan dikejar oleh kakaknya serta sekutu-sekutunya. Yoshitsune akhirnya
bunuh diri-setelah membunuh istri dan putrinya.
* Kobumaki (rolled kelp) adalah kue yang terbuat dari ganggang dan umumnya di makan pada tahun baru.
[peny.] * Waktu Monyet: sekitar antara jam 15.00 s/d jam 17.00. [peny]
Nantikan Kelanjutan KISAH KLAN OTORI Dalam buku : Brilliance of the Moon LIAN HEARN BUKU KEDUA 251 Cheng Hoa Kiam 15 Joko Sableng 20 Geger Topeng Sang Pendekar Runtuhnya Gunung Es 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama