Ceritasilat Novel Online

The Diversion 2

Animorphs - 48 The Diversion Bagian 2


terhempas ke dinding. Pistolnya meluncur ke
bawah meja datar. Fwwwap-fwwwap! Di belakangku, Cassie dan Ax bertarung
melawan sekelompok Hork-Bajir.
Kelompok kami menyebar mendaki dua
gundukan baja " pintu depan tadi, sudah penyok
dan lepas dari bingkainya. Marco, sepenuhnya
manusia, menjangkau ke belakang dan
memegang Ax, yang kukunya tergelincir di
logam yang licin. Mengangkatnya. Ke atas. Naik.
Ke luar! Rachel menghela tempat sampah ke depan
pintu. Dan kami berlari cepat menuju gang.
Kami berubah sambil berlari. Cassie, Rachel,
Jake kembali menjadi manusia. Marco dan Ax,
58 sudah dalam wujud asli mereka, berubah menjadi
burung osprey dan harrier. Aku berubah kembali
menjadi elang. Cakarku menyusut. Bulu-bulu tumbuh. Lengan
mengembang menjadi sayap. Aku mengepak.
Terhuyung. Mengepak lagi. Naik. Naik. Keluar dari
gang. Aku terbang melewati atap dan berputar balik ke
lab. Ax dan Marco membumbung di sebelahku.
KUUUNNNG. KUUUUNNNG. Tempat sampah itu bergoyang.
kata Ax. Pengendali sudah hampir keluar.>
Tempat sampah itu terguling. Sejumlah
Pengendali keluar dari gedung ke jalan.
Manusia. Hork-Bajir. Pengendali-nenek dari ruang komputer. Senjata
Dracon tergenggam di tangan keriputnya, dia
menerobos kerumunan dan berlari menuju gang.
Aku berputar.
Aku bisa melihat mereka di bawah. Setengah
manusia. Setengah burung.
aku berkata. perubahan di udara. Mereka mengejar kalian!>
Pengendali-nenek tersebut melesat ke dalam
gang. Dia berhenti. Tersenyum. Dan menembakkan sinar Dracon.
"Matilah kalian."
TSSSEEEEEEWWW! Gang tersebut meledak. 59 Aku terhuyung. Asap dan debu melapisi
sayapku. Tenggorokanku. Membakar mataku.
Serpihan bata dan aspal menghujani ku.
Burung-burung merpati beterbangan ke
segala arah. Dan di belakangku, Marco dan Ax
mengitari lab. Tapi tidak ada Jake, tidak ada
Cassie. Tidak ada Rachel. Aku mengepakkan sayap. Tinggi. Lebih
tinggi. Salah satu bangunan terbakar. Asap
hitamnya membumbung ke langit.
Ka-BOOOOOOOOM! Ledakan kedua. Abu dan puing-puing
dimuntahkan ke udara.
60 Suara Rachel. Aku celingukan.
Seekor rajawali, alap-alap, dan burung osprey
terbang keluar dari asap.


Jake bicara.

Kami naik ke angkasa. Asap hitam mengepul di
bawah, di antara kami dan Yeerk. Mobil polisi dan
pemadam kebakaran tampak mendatangi lokasi
ledakan. Secara menyebar kami terbang melintasi
gedung-gedung tinggi, lalu berpisah dan mengambil
rute masing-masing kembali ke peternakan Cassie.
Aku memutari kota. Memutarinya lagi. Aku tahu
ke mana aku ingin pergi. Tapi sayapku tidak
mengizinkan ke sana. Aku adalah Tobias si bocah-burung, nothlit yang
menelan tikus dan melawan alien jahat. Aku sudah
pernah mencuri pesawat Yeerl, menyerbu benteng
Yeerk, dan hampir saja diadopsi oleh seorang
Visser Yeerk. Aku sudah pernah ditusuk dan
dibakar dan dicekik dan disiksa, dan baru beberapa
saat yang lalu aku dipukuli oleh Hork-Bajir yang
harusnya bekerja untuk WWF.
Tapi aku tak sanggup menghadapi ibuku.
Bahkan tidak sanggup melihat atap rumahnya.
Menyedihkan" Bertahun-tahun dengan bibi dan
pamanku, tidak peduli apa yang mereka katakan
tentang ibuku, aku tahu " tahu " ibu mencintaiku.
Tapi untuk alasan tertentu dia tidak bisa.
61 Aku menciptakan berbagai alasan untuknya.
Mungkin dia dituduh bersalah dan dipenjara oleh
pemerintah negara asing. Mungkin dia
terdampar di pulau terpencil. Mungkin dia
dipindahkan oleh Program Perlindungan Saksi.
Mungkin aku yang sedang Program
Perlindungan Saksi. Tapi tidak sekalipun, aku membayangkan dia
tinggal delapan blok dariku. Dia mungkin
melewati rumahku setiap hari. Dan dia terus saja
berjalan. Aku berbelok dan menuju tempat Cassie.
Saat aku mengepak masuk lotengnya, yang lain
sudah datang dan kembali ke wujud asli mereka.
Ayah Cassie menumpuk jerami di dekat
dinding. Marco duduk di atasnya. Aku
bertengger di langit-langit di atasnya. Dia
mengangguk kepadaku, lalu mencondongkan
badan ke depan, siku di lututnya, dan
memandangi sebatang jerami di tangannya.
Rachel duduk di bawahnya. Ax sedang
membantu Cassie mengganti perban seekor
rusa betina. Jake mondar-mandir di luar
kandang. Dan kecuali suara rintihan dan debar hewanhewan yang terluka, gudang ini senyap.
Tertangkap olehku pandangan Ax. Dia
memberikan ku senyum tanpa mulutnya,
senyum Andalite. Hangat. Juga sedih.
Marco memecah kesunyian. "Aku bertaruh
mereka sedang bikin back-up data komputer
mereka sekarang," dia berkata.
62 Sebuah lelucon. Tidak ada yang tertawa.
Rachel menggelengkan kepala. "Kita benarbenar gagal."
"Bukan kita," Jake berkata. "Aku."
Ax mengalihkan pandangan dari rusa. sendiri. Bahkan jika kita berhasil, jika kita
menghapus datanya, kita tidak akan bisa
menghentikan Visser One. Dia tetap akan
mengumpulkan sampel darah sampai dia menemukan DNA yang cocok. Hanya masalah
waktu.> "Waktu. Yeah." Jake meninju sisi kandang.
Cassie dan rusa itu terlompat. "Dan kita kehabisan
waktu. Kenapa aku tidak memikirkannya masakmasak" Tidak, aku memutuskan untuk mengejutkan
mereka. Masuk. Keluar. Sebelum mereka
menyadari. Yeah, rencana bagus. Jika sebelumnya
mereka tidak punya sampel darah wujud binatang
kita, mereka punya sekarang. Kita meninggalkan
DNA di seluruh permukaan ruang komputer
mereka." Dia menggosokkan tangan ke wajahnya.
"Apa yang kupikirkan?"
"Kau memikirkan semakin lama kita menunggu,
semakin kita dalam bahaya." Cassie memotong
selotip. "Semakin keluarga kita dalam bahaya. Dan
kau benar." "Keluarga kita." Jake bersandar ke kandang.
"Mereka jadi target yang lebih besar sekarang,
dibanding saat kita belum menyerbu ke sana. Yeerk
sekarang tahu kita mengincar mereka. Begitu
mereka menemukan yang cocok " " Dia
63 memandangku, wajahnya penuh rasa bersalah.
"Begitu mereka menemukan DNA yang cocok,
mereka akan segera beraksi. Memastikan
keluarga kita tidak bisa lari."
Hening. Yeerk menemukan mereka.> Ax.
Rachel mengangguk. "Kita selamatkan
mereka. Sekarang." "Bisakah kita menyelamatkan mereka?"
Cassie memandang sekeliling gudang tersebut.
Memandang hewan-hewan. Peralatan ayahnya.
Tulisan kecil dan rapinya di daftar obat. "Bisakah
kita menyelamatkan hidup mereka?"
"Mereka bisa membawa hidup mereka," kata
Rachel. "Itulah maksudku. Mereka akan hidup.
Mereka cuma harus melanjutkan hidup di tempat
lain." Inilah yang namanya ironis. Para Yeerk
mencari manusia yang berhubungan dengan
Animorphs, dan di mana mereka menemukan
kecocokan DNA" Dari seekor burung tanpa
keluarga. Dan kemudian, di momen yang sama
saat aku menemukan keluarga, seorang ibu, dia
direnggut pergi. Lebih buruk daripada direnggut pergi. Para
Yeerk tahu namanya. Alamatnya.
Dan aku akan menyerahkannya begitu saja
kepada Yeerk. Aku menatap pintu loteng. Dia
tidak akan bisa mengalahkan mereka. Tidak
dengan sendirian. "Tobias." 64 Aku berbalik. Marco sedang memandangku.
Dia menjaga suaranya. "Dengar, aku tahu apa
yang kau pikirkan. Merencanakan misi bunuh diri,
kan" Tapi kau tidak boleh mendekatinya. Dia itu
umpan, oke" Mereka tahu siapa dirinya. Mereka
akan mengawasinya. Menunggu dirimu. Dia
mungkin saja sudah menjadi Pengendali."

"Yeah. Aku tahu. Hidupku seperti itu.
Membuatmu terbunuh tidak akan membantunya."
Aku berpaling. Marco benar, tentu saja. Katakatanya masuk akal.
Tapi masuk akal sudah bukan hidupku lagi
sejak lama. "Kita tahu hari ini akan datang," Jake berkata.
"Kita melakukan apa yang kita bisa untuk
melindungi keluarga-keluarga kita. Menjaga
mereka jauh dari semua ini. Sekarang kita harus
membuat keputusan. Pulanglah. Tidur. Kita akan
bertemu lagi di sini besok pagi dan mengambil
suara." Pertemuan dibubarkan. Aku mengangkat
sayapku. "Tobias. Jangan pergi." Rachel memanjat
tumpukan jerami. Dia berdiri di puncak paling atas
dan menyandarkan dagunya di palang langitlangitku. "Tinggallah di rumahku malam ini. Kau
tidak harus sendirian."
sendirian.> Bahasa-pikiranku terdengar lebih kasar
dari yang kumaksudkan. kasih. Aku menghargainya. Beneran. Tapi ada
sesuatu yang harus aku" sampai nanti.>
65 Dia mengangguk. "Aku tahu. Akan kubuka
jendelaku." Anak manusia akan mencium nya.
Bocah-elang terbang keluar loteng
menuju kota. Aku menemukan rumahku yang lama. Gubuk
kotor pamanku. Jelas dia sudah tidak tinggal di
sana lagi. Seseorang memotong rumput dan
mengecat garasinya. Aku berputar dan mengarah ke rumah ibuku.
Aku tidak mau memikirkannya. Aku tidak memberi
kesempatan sayap-sayapku untuk menolak. Aku
terbang begitu saja. Lima blok terlewati, tiga lagi. Di
atas rumah-rumah kosong, mobil-mobil rusak, dan
halaman yang berantakan. Lingkungan sekitar


Animorphs - 48 The Diversion di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tempat ku tinggal memang menakutkan. Tapi
lingkungan rumah ibuku ini jauh lebih buruk. Jika
aku manusia, aku tidak akan pernah datang ke sini.
Aku menemukan alamatnya. Dan rumahnya.
Kedua dari tikungan, di seberang swayalan yang
habis terbakar. Sebuah pondokan kecil dengan
halaman sempit dengan ilalang setinggi dua kaki
dan pondok-pondok lain di sebelahnya. Sepertinya
66 67 dulu berwarna putih, dan sebelumnya dicat
hijau-yang-bisa-menyala-dalam-gelap. Sekarang
sebagian besar dinding kayu abu-abunya
lumayan tertutup noda-noda cat.
Pintunya tertutup, tirai jendelanya tertutup.
Hey, paling enggak dia punya tirai. Jendela di
rumah-rumah yang lain ada yang dipalang
papan, ada yang ditutupi selimut tua.
Aku melayang ke atas rumah. Tidak ada
tanda-tanda Yeerk. Tidak ada tanda-tanda
kehidupan kecuali seekor anjing kampung yang
terikat di tiang jemuran rumah ketiga dari sini.
Aku bertengger di pohon seberang jalan.
Sebuah TV menyala di dalam rumah di
bawahku. Salurannya diganti. Berganti lagi. Pat
Sajak sedang memutar roda untuk terakhir
kalinya. Mendarat di kotak $5000, dan seorang
idiot berteriak girang. "Kau mau ke mana?"
Suara serak seorang wanita bergetar di
udara, mungkin si pemilik rumah yang sedang
menonton tadi. "Keluar." Suara yang lebih muda. Cowok.
"Oh, yeah?" Wanita yang tadi. "Siapa yang
jaga Tiffany?" "Dia kan anakmu. Kau yang jaga."
"Aku ada acara."
"Aku juga." Mengingatkanku akan percakapan membangun dan sangat mencerahkan dengan
bibiku dulu. 68 Pintu rumah menjeblak terbuka, dan anak kirakira
seumuranku berjalan cepat melintasi pekarangan di bawahku. "Kembali ke sini." Lantai berderak. Pintu
menjeblak terbuka lagi. "Ricky Lee, bawa pantatmu
balik ke rumah." Ricky Lee bahkan tidak menoleh. Dia
menendang sofa tua yang tergeletak di trotoar dan
terus berjalan. Aku melihatnya berlari kecil menuju
7-Eleven dua blok dari sana.
Aku fokus balik ke rumah ibuku.
Matahari yang tenggelam menjatuhkan bayangbayang ungu ke seluruh wilayah ini. Sebuah lampu
jalan menyala menyedihkan di sudut.
Tapi rumah Loren masih tetap gelap. Apa dia
ada di rumah" Apa Sabtu malam dia bekerja" Apa
dia masih tinggal di sana"
Aku menangkap hembusan angin dan terbang
berputar di atas jalan. Masih tidak ada tanda-tanda
dari Yeerk. Aku menukik rendah di atas atapnya.
Gerakan di bawah. Langkah kaki. Tidak berat
seperti langkah pria. Dan tidak terburu-buru.
Waspada malah. Stabil. Lalu suara ceklik. Klik-klikklik. Klik-klik-klik. Suara kuku anjing berceklik di
lantai kayu. Aku mendengarkan. Tidak ada suara langkah
kaki lain. Hanya satu orang wanita yang berhati-hati
dan anjing lumayan besar.
Rantai bergemerincing, dan pintu depan
mengayuh terbuka. Wanita itu melangkah ke
pekarangan bersama anjing. Anjing herder,
mengenakan semacam tali kekang dengan
pegangan besar dan berat. Seperti anjing pemandu.
69 Anjing pemandu" Aku menatap wanita itu.
Dia meraba-raba anak kuncinya, lalu berbalik
dan memegang pinggiran pintu.
Dia menyelipkan anak kunci ke dalam lubang kunci
dan memutarnya, menggunakan jarinya sebagai
panduan. Dia tidak pernah menatap ke bawah.
Dia buta. Ibuku buta. Itupun jika dia adalah ibuku. Oke, jadi
rambutnya sama dengan rambutku dulu. Dan dia
juga kurus, sepertiku. Dan pucat. Sepertiku. Dan
hidung lurusnya yang panjang terlihat mirip
dengan hidungku. Tapi bukan berarti dia adalah ibuku. Dia bisa
siapa saja. Temannya. Penghuni baru rumah itu.
Pengendali. Anjing itu berdiri diam, menunggu. Wanita itu
membungkuk dan membelai lehernya. "Kau
anak pintar, Champ."
Suaranya lembut. Stabil, seperti langkah
kakinya. Dan sedikit" akrab di telinga.
Akrab" Yang benar saja, Tobias. Kau tidak
ingat suaranya. Bahkan jika orang ini adalah
ibumu, dia sudah meninggalkanmu, membuangmu sebelum kau cukup tua untuk
bisa mengingat apapun tentang dirinya.
Suaranya jelas tidak akrab di telinga.
Dia meluruskan diri. "Maju," dia berkata
kepada Champ. Mereka melangkah turun dari beranda.
Wanita itu memegang tali kekang satu tangan.
Champ berjalan di sisinya.
70 Mereka sampai di trotoar jalan. "Kiri," katanya.
Mereka berbelok. Dan saat itulah aku melihatnya. Bekas luka.
Cukup dalam, melintang dari puncak kepala ke
sudut mulutnya. Mata kanannya bengkok ke bawah.
Telinga kanannya seperti puntung yang hancur.
Rambutnya tumbuh acak di antara bekas luka.
Dia sampai di tikungan dan berhenti. Champ
mengikuti apa yang dilakukannya. Dia menunggu.
Lalu: "Maju." Mereka turun dari trotoar dan menyebrang jalan.
Wanita itu tidak pernah tersandung atau ragu.
Anjing itu tidak pernah meninggalkan sisinya. Aku
mengikuti mereka sejauh enam blok yang gelap.
Melewati 7-Eleven, melewati rumah-rumah yang
ditutup papan dan tanah kosong. Mereka melambat
di depan sebuah gereja. Saint Ann, menurut papan
kayu di atas pintunya. Mereka berbelok ke gang gelap di sebelah
gereja dan menuruni tangga yang menuju ke
sebuah ruang bawah tanah. Pintu di bawah sana
ditahan terbuka oleh sebuah batako semen. Mereka
menghilang ke dalamnya. Aku tidak bisa mengikuti mereka begitu saja
dalam wujud elang. Aku terbang ke atas menara
gereja, berubah menjadi lalat, dan melayang turun
ke tangga. Cahaya dan suara menyerbuku saat aku masuk
ke ruang bawah tanah tersebut. Dering telepon.
Sekitar selusin orang duduk mengitari meja
panjang, semuany berbicara. Indera lalat ku terpaku
kepada aroma jamur, kopi, ketiak berkeringat.
71 Aroma anjing. Aku terbang ke arah bau anjing. Champ
sedang tiduran di lantai di ujung salah satu meja.
Dia melihatku, tapi tidak bergerak. Pemiliknya
duduk di sebelahnya. Kurang dari satu kaki di
depanku. Aku bisa membaui samponya.
Sebuah telepon berdering. Aku mendengar
bunyi klik "Pusat Krisis Saint Ann." Suara lembut nya
yang stabil. "Ini Loren. Apa yang bisa saya
bantu?" Loren. Dia bilang Loren. Aku mendengarnya
berkata Loren. Sayap lalatku nyaris berhenti.
Aku mendarat di meja di sebelahnya. Di sebelah
Loren. Ibuku. "Selama apapun yang anda perlukan," dia
berkata. "Itulah kenapa saya ada di sini."
Dan dia yang menjawab telepon krisis center.
Dia miskin, sebatang kara, cacat, dan buta,
dan dia jadi relawan di pusat krisis.
"Anda sudah merasa baikan sekarang?" dia
bertanya. "Bagus. Saya akan ada di sini sampai
tengah malam jika anda butuh bicara lagi."
Woooosh! Refleks lalat membuatku terbang mendadak.
Thwack! Benda plastik menghantam meja di
belakangku. Pemukul lalat. Aku terbang menuju
retakan di langit-langit.
"Ah. Nyaris kena." Suara seorang pria. "Lalat
lincah sekali malam ini."
72 "Oh, jangan terlalu keras kepada mereka." Suara
Loren. Hangat. Tertawa. "Mereka makhluk Tuhan
juga, kau tahu." Aku bergidik dari tempatku bersembunyi. Siapa
wanita ini" Dia peduli dengan orang-orang yang
sedang dalam masalah. Dia peduli kepada
anjingnya. Dia sepertinya juga peduli dengan seekor
lalat di ruang bawah tanah gereja.
Tapi dia tidak cukup peduli untuk mengunjungi
anaknya yang tinggal delapan blok dari rumah.
Aku melayang keluar dari ruang bawah tanah
menuju malam. 73 "Sirkus itu kena masalah gara-gara kita,"
Rachel berkata. "Channel 6 melaporkan seekor
gajah ngamuk kabur dari Civic Center,
memorakporandakan bank darah, dan menghancurkan pipa gas yang menjadi sumber
ledakan, membakar habis gang dan sebuah
gudang tak terpakai."
Marco menggeleng. "Hmmm. Dan apa
mereka menyebutkan bank darahnya dioperasikan oleh alien dari galaksi lain yang
sedang melakukan penelitian untuk mempercepat proses kehancuran planet kita?"
Matahari masih belum tinggi, tapi kami sudah
berkumpul di gudang Cassie. Lagi. Jake
membawa Mr. King, salah satu bangsa Chee.
"Chee perlu tahu rencana kita." Jake
memandang kami semua. "Apapun yang kita
putuskan." 74 Mr.King mengangguk. "Kami akan membantu
dengan cara apapun yang kami bisa. Informasi,
hologram,perlindungan. Bilang saja apa yang kalian
butuhkan." "Kami butuh mereka semua pergi dari sini."
Cassie duduk di lantai di depan kandang rusa.
"Bisakah Anda, please, membuat mereka semua
pergi?" Mr. King, paling tidak hologramnya, tersenyum.
"Jika kami bisa, sudah kami lakukan sejak dulu
sekali." "Aku tahu." Cassie bersandar di kandang. "Maaf,
aku cuma sangat lelah. Aku menghabiskan malam
di sini, melakukan apa yang bisa aku lakukan." Dia
melambaikan tangan ke arah hewan-hewan. "Siapa
yang akan merawat mereka" Jika ayahku tidak di
sini, kesempatan mereka untuk bertahan hidup nol
besar." Dia menutup matanya. "Ayahku. Dia sama
sekali tidak tahu apa yang sedang terjadi."
"Aku mengerti." Rachel tersenyum kecut. "Tadi
malam aku membantu Jordan berlatih senam untuk
kompetisi antar-kota. Dan kalian tahu" Dia bagus
sekali. Dia bisa memenangkan semua itu. Namun
mungkin dia tidak akan sempat bertanding. Dia
sangat bersemangat, bercerita kepadaku tentang
pelatih mereka membelikan jaket seragam. Dan aku


Animorphs - 48 The Diversion di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pura-pura bersemangat juga, seolah hal itu akan
benar-benar terjadi. Seolah semuanya normal."
Normal. Aku tidak memberitahu mereka apa yang
kulakukan tadi malam. Tidak bilang-bilang bahwa
aku mengikuti ibuku, dan setelah itu menjadi lalat
75 dan duduk di menara gereja Saint Ann. Aku tidak
yakin berapa lama. Cukup lama sampai begitu
aku tersadar dari lamunanku, aku takut, yeah
aku menjadi nothlit lagi. Tapi kali ini jadi lalat.
"Aku sudah capek berbohong kepada semua
orang." Jake berkata dengan lelah. "Waktu
sarapan pagi ini, kami duduk melihat iklan di
koran. Ayah dan ibuku ingin membeli pemotong
rumput yang baru. Tom bahkan bilang dia ingin
ikut membeli. Mereka mau aku juga ikut, seperti
acara keluarga. Tapi aku bikin alasan mau
membantu ayah Cassie di peternakan."
"Tidak sepenuhnya bohong." Cassie.
"Tidak sepenuhnya jujur, juga kan." Jake
menggelengkan kepala. "Ibuku tidak mengerti
kenapa aku tidak mau bersama-sama mereka
lagi. Paling tidak jika kita lakukan ini, jika kita
membawa mereka ke tempat aman, bagian
berbohong itu, keluar diam-diam. Menyakiti
perasaan mereka, semua itu akan berakhir." Dia
menghembuskan napas. "Tapi kita ke sini untuk
ambil suara, jadi ayo kita lakukan. Rachel?"
"Aku ikut." "Cassie?" "Pilihan apa yang kita punya?"
"Marco?" "Kita lakukan. Tentu saja."
"Ax?" lakukan, Pangeran Jake.>
"Aku pilih ya, tapi" " Jake memandang kami.
"Aku akan membawa Tom." Itu bukan
pertanyaan. "Aku tahu resikonya, tapi menurutku
76 resiko itu bisa kita hadapi. Orang tua ku tidak akan
meninggalkan Tom. Jadi, selama semua bisa
mengerti, maka aku vote untuk ya."

"Tom bagian dari kita," kata Rachel.
Cassie dan Marco mengangguk.
"Tobias?" Jake memandangku. "Kau belum
bersuara." aku berkata.
Semuanya. Tapi aku tidak yakin Jake mengerti.
Dia menggosok pelipisnya. "Oke. Keputusan
sudah diambil. Tempat paling aman untuk mereka
adalah lembah Hork-Bajir. Orangtua Marco sudah di
sana. Dan Yeerk pikir mereka sudah menghancurkan tempat itu. Orangtuaku akan kita
bawa ke sana terakhir. Karena jika ada yang salah
dengan Tom, kita bisa yakin dulu orangtua yang lain
sudah aman. Kita harus mengawasi mereka,
menjaga mereka, untuk tiga hari. Untuk memastikan
mereka belum menjadi Pengendali. Dan untuk
memastikan?" sudah mati,> kata Ax dengan kepolosannya yang
biasa. "Betul." Jake mengangguk. "Kita semua juga
akan tinggal dengan Hork-Bajir. Kita tidak bisa terus
tinggal di kota. Terlalu berbahaya. Para Yeerk bisa
saja mengepung kita."
"Jadi. Kita siapkan sikat gigi dan kabur."
"Bukan, Rachel. Kita mundur," Jake menjawab.
"Sebuah strategi mundur. Selamatkan bala tentara.
77 Hidup untuk berjuang esok hari. Tapi sikat gigi
bukan ide yang buruk. Dan deodorant ekstra.
Kita akan di lembah untuk sementara waktu."
kata
Mr. King. evakuasi.> "Bagaimana kalau sekarang?" Cassie berdiri
dan menyikat jerami dari jeans nya. "Kedua
orangtua ku ada di rumah, tumben-tumbenan.
Ayo kita lakukan." Cassie membuka sedikit pintu gudang jerami.
Ibunya sedang duduk di beranda membaca koran
Minggu pagi. "Orangtuaku ilmuwan," Cassie berkata pelan.
"Mereka percaya logika dan alasan yang didukung
oleh fakta-fakta. Kita harus menyuguhkan bukti dan
menjelaskan secara rasional. Jika tidak, mereka tak
akan percaya." Mr. King membuat hologram beranda, halaman,
dan gudang Cassie. Bagi orang lain di luar
hologram " orang-orang lewat, di mobil, yang
terbang, yang mengintip di balik semak " ibu Cassie
terlihat sedang duduk sendirian, khusyuk membaca
berita dunia. Di dalam hologram, aku terbang menyebrangi
halaman dan mendarat di sebelah cangkir kopinya.
Dia tidak menoleh. 79 78 Kling-kling. Aku mengetuk cangkir itu dengan
paruhku. Dia mengintip dari balik korannya. "Wah. Kau
elang yang baik sekali."
aku berkata. Yeerk dan beberapa binatang pengerat bilang
aku jahat.> Dia melotot memandangku. "Oooooo-ke."
Menggelengkan kepalanya dan meneruskan
membaca koran. "Aku tidak mendengar kau
bicara." aku berkata.

Hening. Ibu Cassie tidak bergerak satu menit
penuh. Lalu dia menurunkan korannya dengan hatihati, melipatnya dengan rapi, dan mengambil
cangkirnya. "Kopi. Sepertinya aku butuh kopi
lagi, karena aku masih bermimpi." Dia
menggeser kursinya ke belakang. "Harusnya tadi
aku tidak bikin yang pakai kafein."
"Bukan kopinya, Mom."
Cassie, Rachel, Marco, dan Jake diam-diam
memasuki halaman saat ibu Cassie dan aku
ngobrol tadi. Rachel, Marco, dan Jake berpencar
di sekitar halaman. "Apa yang terjadi di sini?"
Cassie naik ke beranda rumah. Dia
membuka pintu dapur dan mengintip ke dalam.
"Daddy" Bisa keluar sebentar?" Kemudian dia
berbalik menghadap ibunya. "Ibu tidak bermimpi.
Tobias bukan elang biasa."
80 Ibunya memandang ku tajam. "Kau benar
sekali." "Dia adalah manusia dalam wujud elang," Cassie
menjelaskan dengan sabar, seolah dia sedang
menjelaskan konsep yang sangat rumit kepada
anak yang masih kecil. "Dia berkomunikasi dengan
bahasa-pikiran. Seperti telepati."
"Telepati. Uh-huh." Ibunya menyilangkan tangan
dan bersandar ke kursinya. "Permainan apa yang
sedang kau mainkan dengan teman-temanmu,
Cassie" Ada mikrofon tersembunyi di suatu
tempat?" Dia memandangi barisan pot bunga di
belakangnya. "Kau merekam ini semua, merekam
tingkah lucu ku?" Suara Cassie masih terdengar luar biasa tenang.
"Kami tidak merekam apa-apa, Mom, dan ini bukan
permainan." Dia melihat ke arahku dan
mengangguk. Aku memusatkan pikiran kepada Tobias si
bocah. Bulu-buluku meleleh menjadi kulit manusia.
"Dengar Cassie, ini hari libur pertamaku setelah
begitu lama, dan aku ingin menikmati " oh!" Ibu
Cassie melihatku berputar antara bulu-bulu dan kulit
coklat. "Ada yang salah dengan burung itu! Mundur,
Cassie." Sebelum aku sempat berbuat apa-apa, dia
melemparkan halaman olahraga ke atas ku,
membungkusku, dan mengangkatku ke dalam
gendongannya. "Tidak ada yang salah dengannya, Mom,"
Cassie berkata. Oke, sekarang ada sedikit nada
panik di dalam suaranya. "Letakkan dia ke bawah."
81 Pop. Pop. Pop. Pop. Pop. Jari-jari
bermunculan dari ujung sayapku.
"Demi surga." Ibu Cassie menatap tangan
manusia yang terulur dari balik bungkusan
koran. "Cassie, panggil ayahmu. Bilang untuk
menemuiku di gudang. Di ruang operasi.
Mundur, kalian semua. Mungkin ini menular."
"Mom, tunggu!" Ibu Cassie dengan cepat turun dari beranda,
dengan aku masih bertumbuh besar dan
semakin berat, dalam gendongannya.
Saat itulah Ax datang menghampiri kami dari
seberang halaman. "Ahh!" THUNK! Aku jatuh ke tanah. Paruhku meleleh
membentuk mulut dan hidung manusia. Cakar
memanjang menjadi kaki manusia, dan aku
sudah seorang remaja. Remaja yang tidur
telentang di tanah. Aku berdiri.
Ax mengarahkan mata tanduknya melihat
aku. dia bertanya secara
pribad. aku menjawab. tidak.> Ibu Cassie dengan perlahan mundur ke
beranda, tangannya terbentang ke sisi tubuh,
mencoba menahan Cassie turun dari beranda.
"Mundur, Cassie." Matanya terkunci kepada
Ax. Dia berada di antara putrinya dan si makhluk
biru. "Aku tahu kabel-kabel bertegangan tinggi di
sana itu akan berpengaruh kepada satwa liar.
Tetap di belakangku. Mungkin saja radioaktif."
82 "Bukan radioaktif, Mom." Cassie mendesak
melewati ibunya dan berdiri di sebelah Ax. "Dia
hanya sangat jauh dari rumah."
Ibu Cassie masih tetap memandang Ax. Lalu
memandangku. Halaman berita olahraga masih
membungkus kakiku. Dia menyipitkan mata. "Kau elang yang tadi. Aku
tak percaya ini, tapi beberapa menit yang lalu kau
seekor burung." Aku menggangguk. Dia memandang Ax lagi. "Dan dia?""
"Andalite," Cassie berkata lembut. "Namanya
Aximili-Esgarrouth-Isthill. Kami memanggilnya Ax.
Dia teman kami." Ax maju dan membungkuk Cassie.> "Uh, ya, senang juga." Matanya beralih ke putri
nya. "Andalite" Dia juga bicara di dalam kepalaku."
Lalu dia kembali menatap Ax. Mengitarinya. "Dan
wujudnya memang seperti ini?"
Cassie mengangguk. Ax mengerutkan kening.
"Menakjubkan." Ibu Cassie membelai bulu-bulu
biru pada bagian belakang Ax.
"Mom!" Cassie menepis tangan ibunya. "Apa ibu
mau membelai bokong Jake?"
"Tentu tidak!" "Kalau begitu berhentilah bermain dengan
punya Ax!" 83 "Hey." Pintu dapur meggeser terbuka, ayah
Cassie berjalan keluar beranda, menggenggam
cangkir kopi dengan kedua tangannya. "Aku mau
tahu ide brilian siapa yang menjadwalkan
matahari terbit di " whoa."
Dia menatap Ax. Menggosok matanya dan
memandang Ax lagi. Keningnya berkerut saat
dia mengintip isi cangkirnya.
"Bukan kopinya, Walter."
"Duduklah," Cassie berkata. "Kalian berdua."
Dia membimbing ibunya naik ke beranda dan
mendudukkan kedua orang tuanya ke kursi.


Animorphs - 48 The Diversion di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan kemudian dia menirukan tingkah lagu
serigala dengan sangat mirip.
Kulitnya menyembulkan bulu tebal abu-abu.
Telinganya bergeser ke atas dan memanjang.
Hidung Cassie yang kecil memancung
membentuk moncong serigala yang sensitif.
Dan kedua orangtuanya menyaksikan semua
itu, terpana. 84 Cassie merangkak dengan
keempat kakinya. sementara aku juga seekor serigala.>
Setelah selesai berubah, Cassie memberitahu
orangtuanya tentang pasukan Yeerk. Tentang
Visser One dan Elfangor. Tentang orangtua Marco.
Dan Tom. Dia menjelaskan teknologi pengubah
wujud dan pertempuran kami menyelamatkan Bumi.
Lalu dia kembali menjadi manusia.
Ibu Cassie mengangkat dan merebahkan Cassie
ke pangkuannya. "Sayang. Oh, sayangku." Dia
membelai rambut Cassie dan mencium wajahnya,
berkali-kali. Ayah Cassie merangkul mereka berdua.
"Mengapa kau tidak pernah mengatakan semua itu
kepada kami, Cassie" Kami mungkin bisa
membantu." "Aku tidak mau membahayakan kalian. Kalau
bisa, selama mungkin." Cassie menggeleng. "Tapi
sekarang sudah tak bisa lagi. Yeerk sudah curiga.
Kita harus pindah. Kalian. Aku. Kita semua.
Sekarang." "Sekarang?" Ibunya memegang wajah Cassie
dengan kedua tangan. "Sayang, aku tidak bisa
meninggalkan pekerjaan, rumah ini, dan pergi
menghilang entah ke mana. Ibu punya tanggung
jawab." "Tidak, Mom. Tidak. Ibu hanya punya hidup dan
keluarga. Dan jika ibu tinggal di sini, ibu akan
kehilangan dua hal itu." Cassie berbalik kepada
ayahnya. "Daddy percaya kepadaku, kan?"
85 "Aku percaya, Cassie, tapi ibu mu benar.
Kami tidak bisa pergi begitu saja. Terlalu banyak
orang-orang dan hewan-hewan yang bergantung
kepada kami." "Tidak," Cassie mengulang dengan tegas.
"Tidak lagi. Kalian tidak mengerti."
"Mungkin aku bisa membantu." Mr.King
seperti muncul mendadak. Dia mematikan
hologram manusianya dan berdiri di hadapan
kami dalam wujud aslinya. Android menyerupai
anjing yang terbuat dari logam dan gading.
"Demi Tuhan." Ibu Cassie dengan tangan di
kepala. "Apa lagi yang kau sembunyikan di
gudang jerami kita?"
Mr. King mempertahankan hologram yang
menyamarkan seluruh peternakan, tapi di dalam
itu dia memproyeksikan satu hologram lagi, yang
hanya bisa dilihat oleh kami yang berada di
beranda. Semacam film tiga dimensi pertempuran kami. Gambar-gambar bergerak.
Cassie, dalam wujud serigala, berdarah penuh
luka-luka. Pengendali-manusia, seorang polisi,
sedang menembakinya. Cassie tersentak. Jatuh.
Terbaring di kolam darahnyas sendiri.
Gambar itu berhenti. Untuk beberapa saat tidak ada yang
bersuara. Lalu ayah Cassie bicara. "Kita harus pergi,"
dia berkata. "Sekarang."
Istrinya mengangguk. 86 Kami menunggu sementara keluarga tersebut
bersiap untuk berangkat. Ayah Cassie menyeret
perlengkapan berkemah mereka dari garasi. Ibunya
mengepak beberapa koper. Cassie melempar
barang-barangnya ke dalam ransel. Sebelum dia
memasukkan ransel itu ke dalam truk mereka,
Cassie menarik sesuatu sehingga kami bisa
melihatnya. Terlihat seperti pengganjal kertas
berbentuk kotak. Kubus Pengubah Wujud,
permukaan birunya tertutup oleh foto-foto.
Kemudian kami membantu ayah Cassie
memasukkan kandang-kandang hewan kecil ke
dalam truk. Cassie memberi makan rusa, lalu berhenti untuk
membelai leher sang rusa. "Aku tidak tahu harus
apa. Dia terlalu besar untuk kita bawa, dan aku tidak
bisa kembali ke sini lagi untuk merawatnya."
"Jangan khawatir." Mr. King mengangkat
kandang opossum dan berjalan menuju truk. Cassie
mengikuti dengan penasaran. "Dalam reinkarnasi ku
dulu, Aku ini asisten lab Louis Pasteur. Sebenarnya
akulah yang mengusulkan membunuh bakteri
dengan cara dipanaskan. Aku akan menjaga si
rusa, memberinya makan, mengganti perban. Dan
begitu dia sehat, akan kukembalikan ke habitat yang
aman." "Terima kasih." Cassie meremas tangan android
itu dan masuk ke dalam truk bersama kedua
orangtuanya. 87 Marco menjadi gorilla dan melompat ke
belakang. Dia berjongkok di antara kandang
opossum dan tumpukan kursi. sebagai malaikat pelindung,> dia berkata dan
membuat ibu Cassie mendelik kepadanya.
Mr. King menambah luas jangkauan
hologramnya untuk menutupi jalan di depan
rumah Cassie. Kami mengawasi truk tersebut
melaju pergi. Rachel menghela napas. "Giliran rumahku.
Dan pasti tidak akan segampang ini."

Rachel mengajarkan kami. tidak bisa berdebat dengannya. Dia selalu menang,
benar atau salah. Kita cuma harus melaksanakan
tujuan kita.> Kami terbang ke rumah Rachel dalam wujud
burung pemangsa. Lourdes, seorang Chee yang
lain, menunggu kami di beranda depan. Rachel,
Jake, dan Ax kembali ke wujud asli mereka, lalu
Rachel membawa kami masuk ke rumah.
Kami memadati aula depan rumahnya. Televisi
di ruang keluarga sedang menyiarkan kartun
CatDog. Suara wanita terdengar dari arah dapur.
Rachel memutar bola matanya. "Ibuku. Sedang
bisnis di telepon. Saat aku pergi tadi juga dia lagi
menelepon. Sekarang mungkin telepon itu sudah
nempel di telinganya."
88 89 Kami berjalan perlahan ke dapur. Adik-adik
Rachel sedang tiduran di lantai ruang keluarga,
masih memakai piyama. Mereka terlalu sibuk
makan Pop-Tart dan menonton TV untuk
menyadari kakak mereka, sepupu mereka, alien,
dan seekor elang ekor-merah baru saja
menyelinap lewat. Luar biasa, kemampuan anak kecil
mengabaikan hal-hal aneh.
Ax menjaga pintu ruang keluarga. Aku
bertengger di gantungan jaket di mana aku bisa
melihat ibu Rachel mondar-mandir di dapur.
Rachel dan Jake berjingkat naik ke lantai dua.
Beberapa menit kemudian mereka kembali
dengan membawa tiga koper dan satu ransel
Barbie. Rachel berubah menjadi beruang grizzly
dan berdiri di depan pintu kaca geser.
"Kami sudah mengatur ulang jadwal itu dua
kali," ibu Rachel berkata kepada telepon. "Kami
tidak akan melakukannya lagi."
Dia menoleh, melihat Jake, dan heran.
Di mana Rachel" Mulutnya berkata tanpa
suara. Jake menunjuk ke aula. Ibu Rachel
mengangguk, berbalik, dan berjalan ke arah lain.
"Begini, Harold, klien ku sudah". Bukan itu
masalahnya. Tidak. TIDAK! Kami tetap akan
melakukannya besok seperti yang sudah
direncanakan." Dia membanting telepon dan mengusap
keningnya. 90 Rachel masuk ke dapur. Aku terbang di
belakangnya dan mendarat di atas kulkas.
ulang jadwalnya. Besok ibu tidak bisa ke manamana.>
Ibunya mengerjap. Mundur sampai dia
menabrak dinding. "Apa --" Rachel, di mana kau"
Jake, lari! Pergi ke depan dan bawa Sara dan
Jordan. Anak-anak! Keluar dari rumah ini!"
"Sara dan Jordan baik-baik saja, Bibi Naomi,"
Jake berkata dengan suara ngobrol-dengankerabat-gila nya. "Dan apakah kau juga, Ax?" Dia
menaikkan suara, tapi tetap terdengar tenang.
"Bisakah kau memastikan adik-adik Rachel tidak
pergi ke mana-mana?"
Suara cekikikan anak-anak terdengar dari ruang
keluarga. Mereka pikir aku ini "pokey man." Aku sudah bilang
aku ini Andalite dan aku pintar dan baik hati, tapi
mereka memaksa untuk melatihku.>
Ax berderap masuk ke dapur dengan Sara di
punggungnya. Jordan berlari mengikuti.
"Anak-anakku! Tinggalkan mereka!" Ibu Rachel
menarik lepas rak bumbu di dinding. Lalu
menyerang Rachel. Ya, menyerang seekor beruang grizzly. Dengan
rak bumbu. Aku kagum. Ibu Cassie tadi juga melakukan hal
yang sama. Pasang badan di antara anaknya dan
apa yang dia percaya sebagai rusa hasil mutasi
radioaktif. 91 Inilah yang dilakukan para ibu. Beginilah
mereka beraksi. Mereka mengorbankan diri
mereka untuk menyelamatkan anak-anaknya.
Rachel
menahan ibunya dengan satu cakar. berpikir bisa melukai beruang dengan daun
bawang"> "Rachel" Di mana kau!" Ibunya menyandarkan diri kepada beruang. Menempelkan telinganya ke perut si grizzly.
"Apa kau di dalam" Oh Tuhan, binatang ini
menelanmu hidup-hidup."
Rachel memutar bola mata
beruangnya. di dalam beruang. Akulah beruangnya. Jangan
pingsan. Ibu harus menyetir.> Dia mengangkat
ibunya ke pundak.
Jordan mengangguk dan mengambil dompet
kulit besar dari meja dapur.
Seperti yang kubilang tadi, luar biasa,
kemampuan anak kecil menerima hal-hal aneh.
Rachel berjalan ke satu sisi dapur dan
menendang lepas pintu yang menuju ke garasi.
Ax membawa Jordan dan Sara keluar
mengikutinya. Jake mengumpulkan koper-koper
dan keluar juga. Aku terbang paling akhir.
Rachel meletakkan ibunya di kursi pengemudi. Adik-adiknya duduk di belakang.
Rachel, masih
dalam wujud grizzly, memaksa duduk di kursi
penumpang di depan. Nyaris ringsek. jelaskan di jalan. Kita butuh liburan, dan aku
rasa liburan kita ini akan sangat panjang.>
92 "Berapa lama?" Jordan mengernyit heran. "Kita
harus telepon Daddy. Bagaimana dia bisa
menemukan kita?" Rachel tidak langsung menjawab. Lalu, dalam
bahasa-pikiran yang lembut " lembut untuk ukuran
Rachel " dia berkata,

Animorphs - 48 The Diversion di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku akan memberitahunya. Dia akan menemukan
kita. Aku janji.> Dia meninju remote, dan pintu garasi membuka
dengan suara bergemuruh. dia memberitahu Jake.
Dia
berbalik ke ibunya.
Ibunya menyalakan mobil, memasukkan gigi
mundur, dan mobil meluncur keluar dari garasi. Dia
cukup lihai. Di akhir jalan masuk, mobilnya berputar
lalu melurus, dan mereka pergi dengan ngebut.
Hologram Lourde menyamarkan kepergian
mereka. Kami harus memastikan mereka tidak
diikuti. Lalu Jake dan Ax berubah menjadi burung,
dan kami terbang menuju rumah berikutnya.
Rumah Jake. Dan Tom. 93 Jake berkata.
Tangkap saja. Jangan beri dia kesempatan
untuk bereaksi. Tidak akan begitu sulit. Dia tidak
bisa melawan kita bertiga. Begitu Tom sudah
kita amankan, orangtua ku akan ikut dengan
sukarela. Mereka tidak akan membiarkan kita
membawa Tom tanpa mereka.>
Tentu saja mereka tidak akan membiarkannya. Mereka akan melakukan apa
saja untuk menyelamatkannya.
Itulah yang dilakukan orangtua.
Kami berputar di atas rumah Jake. Seekor
elang, harrier, dan alap-alap, mencari tandatanda keberadaan alien. Jake tampak fokus,
seperti biasanya. Serius. Penuh tekad. Sudah
jadi ciri khas Jake, mungkin sedikit lebih tegang.
Tapi dia juga terlihat, entahlah, tak kenal
takut. Menantang. Belokannya tampak lebih
tajam, tukikannya lebih curam. Hampir seperti
pilot pesawat tempur. Hampir seperti Rachel.
94 Aku mengawasinya menyisiri lingkungan sekitar
rumahnya, berputar, dan ngebut menuju rumahnya.
Yeah, kami akan menculik orangtuanya. Memaksa
mereka untuk meninggalkan semua yang mereka
tahu, semua yang mereka cintai.
Tapi kami juga akan membawa Tom, dan saatsaat ini adalah saat yang paling ditunggu Jake
sejak perang ini dimulai. Momen saat dia
membebaskan abangnya dari Yeerk. Waktu untuk
Jake akhirnya mendapatkan kembali Tom yang asli.
Kami mendarat di belakang semak-semak.
Erek sudah menunggu kami. "Tidak ada siapasiapa di rumah." Dia memberitahukan kami. "Aku
datang ke sini langsung setelah kau menelepon,
dan rumah sudah kosong. Aku tidak melihat ada
orang lain di sini sejak saat itu."
Jake mengangguk. Kupikir mereka sudah pulang sekarag. Tapi tak apa.
Begitu mereka tiba, mereka akan sudah berada di
dalam mobil. Ketiganya. Mereka akan masuk ke
jalan pekarangan. Erek, kau pasang hologram di
sini. Ax, Tobias, dan aku akan memaksa masuk
mobil, memiting Tom, dan memaksa ayahku tancap
gas. Bagus juga mereka belum pulang. Membuat
tugas kita simpel." Simpel. Benar. Jake dan Ax kembali ke wujud asal. Ax tetap
bersembunyi di semak. Jake membuka pintu depan
dan menyelinap masuk. Aku mengawasi dari langit.
Masih belum ada tanda-tanda Yeerk. Dan tidak ada
tanda orangtua Jake pulang.
95 Pintu garasi membuka. Jake berdiri di dalamnya, dengan tumpukan koper yang
menggembung dan beberapa barang yang
menurutnya diperlukan oleh orangtuanya.
Laptop ibunya. Set golf ayahnya. Bola basket
Tom. Dia mengangkut semua itu ke balik semak
dan menutup pintu garasi. Bola itu berguling ke
jalan. Jake berlari untuk mengambilnya.
Mata tanduk Ax
memandang sekeliling jalan. mereka pergi, aku jadi semakin khawatir.>
aku melayang di atas rumah.
Rumah Rachel. Tidak akan butuh lama bagi
Yeerk untuk menyadari ada keluarga yang
hilang. Bahkan lebih tidak lama untuk mereka
menebak keluargamu lah yang hilang berikutnya.> "Mereka sebentar lagi pasti pulang." Jake
memainkan bola basket itu di keranjang basket
yang dipasang di atas pintu garasi. "Ayahku
memang suka lama memilih mesin potong
rumput." aku mengulang.
"Yeah." "Yeah." Pengendali tingkat cukup tinggi. Sekarang ini,
dia pastilah tahu tentang pembobolan di bank
darah. Tentang DNA yang cocok sebagian itu.
96 Tapi dia menghabiskan pagi dengan berbelanja
membeli mesin potong rumput. Tidakkah menurutmu itu aneh">
"Tidak." Jake melangkah ke kiri, namun berlari
ke kanan, ke arah keranjang. "Mesin potong rumput
lagi diobral. Mereka pergi membelinya. Sangat
normal." Dia menembak. "Satu keluarga pergi
mencari pemotong rumput."
Swish! Bolanya melewati jaring.
Jake melompat ke arah garasi dan menangkap
bola yang memantul. "Tidak ada yang aneh."
Aku naik lebih tinggi. Mengawasi lebih banyak
petak-petak jalan. Dari bawah terdengar suara ththump bola basket yang sedang dipantul-pantulkan.
"Kau melihat mereka?" Erek bertanya.
aku berkata.
Th-thump. Th-thump. Ax lagi. Tom itu kejam dan haus kekuasaan. Dan
orangtuamu-- > "Aku tahu, Ax." Jake menembakkan bola
basketnya. "Aku tahu. Orangtuaku tidak aman
bersama Tom. Dia pernah berusaha menjadikan
ayahku Pengendali. Dia pernah". Dia pernah?"
Mencoba membunuhnya. Tom si Pengendali
pernah mencoba untuk membunuh ayahnya sendiri.
Th-thump. Th-thump. Ada gerakan. Kelebat warna perak di kejauhan.
Aku berputar. ke rumahmu.> 97 Bunyi th-thump itu berhenti. "Mereka semua"
Apa Tom masih ada" Ibuku. Ayahku. Apa
mereka semua baik saja?"
saja. Tapi-- > "Tapi apa?" Jake berteriak.
Aku membelok. Dua mobil SUV mengikuti di
belakang mobil mereka. Kita harus pergi dari sini. Batalkan misi.>
"Aku tidak bisa pergi, Tobias! Mereka
keluargaku." Selamatkan tentara. Hidup untuk berjuang esok
hari.> "Tidak! Tak akan ada esok hari. Jika kita
tidak mendapatkan mereka sekarang, kita
mungkin tidak akan dapat kesempatan yang
lain." Jake menjatuhkan bola basketnya. Belang
orange dan hitam keluar dari kulitnya. Bulu
harimau. Mobil orangtuanya semakin cepat. Begitu
juga dua SUV itu. Aku menukik. Meroket menuju mobil
orangtua Jake. Aku tidak tahu apa yang
kulakukan. Seekor elang melawan Lexus.
Mungkin aku bisa menarik perhatian ayah Jake.
Membuatnya terkejut. Membuatnya berhenti.
Apa saja. Aku terbang rendah dengan susah payah.
Meluncur melewati pintu belakang mobil.
98 Kacanya diturunkan. Aku menangkap sekelebat
wajah ibu Jake. Tegang dan berbahaya. Tangannya
mengepal. Sebuah kilatan logam.
Aku berputar. Tsssseeeeeeeeeeeeeeeeeeeeew!
Sinar dracon ditembakkan. Rumah burung
tetangga meledak. Aku terhuyung. Tercekik aroma
bulu yang terbakar. Aku mengepakkan sayap.
Ujung-ujung sayapku hangus.
Ibu Jake bersandar keluar dari mobil. Dia
berbalik. Membidik. Aku segera mengangkasa. Aku bisa melihat
Tom dari kaca depan. Dia menjangkau kursi
belakang. Menampar senjata Dracon dari tangan
ibunya. Senjata tersebut jatuh ke trotoar.
Tsssseeeeeeeeeeeeeeeeeew!
Lubang menganga terbentuk di depan rumah
Jake. Seperti pertanda buruk. 99 Ax
sudah mulai berubah. Bulu-bulu mencuat dari
tubuh birunya. Salah satu SUV keluar dari sisi jalan. Mobil
Lexus membelok tajam. Melompat dalam
sebuah lengkungan yang cukup tinggi. Setinggi
kotak-kotak surat, lalu mendarat keras kembali
ke jalan. Melewati rumah Jake. Melewati jalan
masuknya. Ayah Jake membanting kemudinya
ke kanan. Mobil tersebut berputar. Kerikil
berserakan sampai ke halaman tetangga.

Ax mengepak terbang dari semak.
"Tidak ada lagi yang bisa kau lakukan buat
mereka," Erek menambahkan.
Jake mengangguk. Loreng hitam dan orange
di tubuh nya menghilang. Diganti oleh motif bulu
burung alap-alap yang muncul di kulitnya.
Mesin mobil menyala lagi. Mobil Lexus ayah
Jake menerobos maju. 100 "Jake, tunggu!" teriak Erek. "Akan kuproyeksikan
hologram untuk menyembunyikan dirimu."
"Jangan. Aku ingin mereka melihat ini semua."
Dalam pandangan seluruh keluarganya, Jake
berubah menjadi burung alap-alap. Tubuhnya
mengecil. Lengannya menjadi sayap. Kaki berganti
jadi cakar. Bahasa-pikirannya berbisik.
kepada mereka, juga memberi kebenaran. Dan buat
para Yeerk, ini adalah peringatan.>
Mobil berdebam di jalan pekarangan rumah. Ibu
Jake melompat dari kursi depan dan berlari
menyeberangi halaman. Menuju senjata Dracon nya
yang terjatuh ke rumput tadi.
Aku berbalik. Berusaha
mencapai senjata itu. Jake mengangkat sayapnya dan mulai naik di
atas jalan pekarangan. Ibunya meluncur untuk mengambil senjata.
Berguling. Membidik. Aku menyerang. Kucakar tangannya.
Tsssseeeeeeeeeeeew! Kaca jendela kamar Jake pecah berkepingkeping. Jake melayang di atas atap. Ax
mengikutinya.

Animorphs - 48 The Diversion di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Manusia sampah!" Ibu Jake menjerit.
Dua SUV masuk ke halaman. Para Pengendali
berlari keluar melintasi pekarangan.
"Tembak saja. Mereka tidak boleh kabur!"
Aku berputar. Mengepakkan sayap kuat-kuat.
Mengitari rumah. 101 Semak-semak meledak di sekitar ku.
Ranting-ranting mengenai sayapku.
Aku berbelok di sudut masuk ke halaman
belakang. Jake dan Ax menunggu di sana. Kami
terbang lewat rumah di belakang rumah Jake.
Menyeberangi jalan berikutnya, masuk ke celah
antara dua rumah, lalu ke celah berikutnya. Para
Pengendali mengejar kami, tapi burung
pemangsa lebih cepat dari pada kaki manusia.
Teriakan dan tembakan mereka mulai mereda.
Kami terbang keluar dari kompleks
perumahan dan melayang melewati mall. Panas
matahari yang dipantulkan semen dan aspal
membuat banyak angin termal. Aku melebarkan
sayapku yang kelelahan karena terlalu banyak
mengepak. Ax juga melebarkan sayapnya.
Udara hangat menghembus kami dari bawah.
Kami terangkat menuju awan-awan.
Tapi Jake terus mengepak. Dia ada di depan,
terbang lebih rendah dari kami. Dia menyapu
melewati mall dan keluar dari persimpangan.
Melewati sebuah truk. Meroket di antara jaringan
kabel listrik. Terbang di bawah jalan layang.
Mengepak dan naik. Keluar masuk jalan raya.
Ax
berseru dari atas. apa yang direncakan oleh Tom. Kau tidak bisa
menghentikannya.> Bahasa-pikiran Jake terdengar pahit.

Jake berputar miring dan melesat di antara
papan iklan. 102 Lalu melebarkan sayapnya dan naik. denganku" Kenapa aku tidak mengeluarkan mereka
tadi malam" Ketika aku perlu menunggu, menyusun
rencana, mengumpulkan informasi, apa yang
kulakukan" Serang. Kejutkan mereka. Tapi giliran
aku perlu melakukan gerakan mendadak, untuk
menyelamatkan orang-orang yang sangat kucintai,
aku malah menunggu. Aku bilang, "Pulanglah.
Istirahat. Tidur." Rencana hebat. Aku dapat tidur.
Orangtuaku dapat Yeerk.>
Dia terus terbang di depan kami. Naik tinggi di
atas pusat perbelanjaan. Kami tetap mengikutinya.
waktunya tepat, kita akan menyelamatkan mereka.>
Jake menukik. Terjun ke Bumi dengan
kecepatan dua ratus mil per jam. Menuju lapangan
parkir di bawah. Dia menarik diri ke atas beberapa
detik sebelum paruhnya menabrak jalan, menyusuri
aspal, dan naik kembali. Jake, pemimpin tak kenal takut kami. Sedang
dalam misi kamikaze. Aku belum pernah melihatnya seperti ini. Bahkan
di saat-saat terburuk kami, dia selalu stabil. Teguh.
Dia mempertimbangkan semua resiko, membuat
keputusan, memikirkan selangkah di depan.
Dan aku selalu mempertanyakan bagaimana dia
melakukan semua itu. Bagaimana dia bisa tetap
berpikir jernih. Yeerk. Visser One. Alien menguasai
manusia, menguasai planet. Bertarung dengan
musuh tanpa menjadi seperti mereka. Bagaimana
cara dia menangani semua hal tersebut" Semua
perasaan, dilema etika, krisis moral itu" Bagaimana
103 dia membuat otaknya tetap tenang sehingga dia
mampu membuat keputusan yang logis"
Keputusan yang cerdas. Yang menyelamatkan
nyawa semua pasukannya. Yang memukul
mundur musuh selangkah dua langkah.
Tapi kini aku tahu. Jake tidak lebih mengerti
ini semua daripada kami. Jika dia mengalahkan
Yeerk, membebaskan umat manusia, menyelamatkan Bumi, itu bagus. Tapi itu hanya
bonus nya. Tujuan utama Jake lebih sederhana.
Menyelamatkan keluarganya. Tujuan itu memberinya kekuatan. Tujuan itu membuatnya
tetap waras. Membuatnya bisa mempertahankan
ketenangan dan tetap fokus dalam keadaan
kacau. Keluarga. Rumah-rumah di bawah kami mulai
berkurang. Daerah perbelanjaan menyebar di
kaki bukit. aku berkata. aku akan menyusul kalian.>
Aku memisahkan diri dan terbang menuju
padang rumputku. Jake dan Ax menghilang di balik punggung
bukit. Aku berbelok dan terbang kembali ke kota.
104 Aku melayang di atas atap. Jendelanya terbuka
sedikit. Tirai jendela itu tertiup angin.
Ada suara dari dalam. Langkah kakinya.
Suaranya. "Lapar, boy" Ini makananmu, sayangku."
Bunyi kertas, seperti tas yang dibuka. Lalu suara
berkelontang. Makanan anjing sedang dituangkan
ke dalam mangkok. Suara kuku kaki mencakar
lantai. Champ sedang makan siang. Yang artinya Loren
mungkin tidak akan ke mana-mana untuk
sementara waktu. Tidak masalah. Aku bisa menunggu.
Tapi aku tidak menunggu sendirian. Para Yeerk
mengirimkan ucapan selamat datang.
Seorang wanita mendorong kereta dorong
sepanjang trotoar di depan rumah Loren. Dia
sampai di tikungan, berbalik arah, dan mendorong
kembali. 105 Sebuah van tua parkir di seberang jalan, di
tanah kosong di antara rumah Ricky Lee dan
toko kelontong yang sudah tutup. Van tersebut
tertutup rumput liar dan jaring laba-laba, seolah
sudah ditinggalkan di sana sejak lama.
Tapi kemaren mobil itu tidak ada di sana.
Di sudut lain, seorang remaja duduk di
pemberhentian bus. Dia berusaha terlihat biasa,
mendengarkan pemutar CD. Pundaknya bergoyang-goyang. Sepatu reebok ukuran tiga
belasnya mengetuk-ngetuk lantai beton. Tapi
matanya tertuju kepada rumah Loren. Sebuah
bus datang. Pergi. Anak itu masih di sana.
Aku melayang di atas jalan. Bayanganku
terbentuk pada trotoar di bawahku. Wanita tadi
melihatnya. Dia mendongak. Menatapku terlalu
lama. Dia menggumamkan sesuatu ke kereta
dorong belanjaannya. Telinga elangku menangkap sedikit: ?" di
atas rumah" tidak yakin" tidak mau menarik
perhatian" tunggu". Jika dia?"
Aku terbang menjauh dari rumah Loren. Aku
menukik dan melayang, dalam jarak pandang si
wanita dan mobil van dan si anak di
pemberhentian bus. Seperti elang biasa saat
siang hari yang panas. Aku melayang di atas papan iklan tiga blok
dari sana dan turun ke bawahnya, tersembunyi
dari pandangan. Aku menunggu. Tidak ada apa-apa. Aku
terbang rendah di sepanjang trotoar, memutari
daerah ini, dan mendekati rumah Ricky Lee dari
belakang. 106 Aku hinggap di pagar pos dekat gang. Tetap
tidak ada apa-apa. Aku terbang naik melewati halaman belakang,
berhati-hati tetap di luar jarak pandang mobil van,
dan mengepak ke arah atap.
Aku berhenti di bawah garis atap, tersembunyi di
antara cerobong dan antenna TV. Ricky Lee ada di
rumah, menonton Brady Bunch di Nickelodeon. Aku
menancapkan cakarku ke ter di genteng dan
menunggu. Aku bisa melihat rumah Loren. Dan wanita tadi,
yang sekarang sedang mendorong keretanya di
sudut jalan. Dia memandang langit, ke arah aku
terbang barusan, mengerutkan kening, dan
mendorong lagi ke arah sebaliknya. Di pemberhentian bus, si anak remaja masih
mendengar lagu di headphone nya. Dan masih
tetap mengawasi rumah Loren.
Untuk berjam-jam. Tempat ku bertengger
menjadi semakin lunak di sore hari. Cakarku
semakin terbenam. Wanita tadi duduk di pinggir
jalan. Remaja dengan pemutar CD sudah
melewatkan dua belas bus.
Dan Loren, masih tetap berada di dalam
rumahnya. Apa yang dilakukannya di dalam" Apa yang
dilakukan wanita buta untuk mengisi waktu,
seharian, sendiri di dalam rumah"
Satu bus lagi datang. Berhenti sebentar di
terminal lalu pergi. Akhirnya pintu Loren mengayun
terbuka. Dia dan Champ melangkah keluar menuju
beranda. 107 Si Wanita kereta dorong melompat kaget.
Anak yang menunggu bus sambil bergoyang
membeku. Aku bebaskan cakarku dari ter dan
melayang terbang menyebrangi halaman
belakang Ricky Lee menuju gang. Aku terbang
rendah. Memutari blok tersebut.
Loren dan Champ berjalan ke arah gereja. Si
wanita mendorong keretanya mengikuti mereka
dari belakang, cukup jauh. Aku mengikuti juga,
terbang lewat halaman belakang, di bawah garis
atap rumah-rumah. Mereka menyeberang jalan.
untuk masuk.> Bahasa-pikiran Marco. Aku berbelok. Seekor
osprey dan harrier terbang di belakangku. Marco
dan Ax.
Marco menjawab. mungkin memerlukan bantuan. Aku ingat alamat
ini.> Kami melayang satu blok lagi. Melewati
pemberhentian bus. Loren dan Champ berhenti
di sudut jalan, berbelok, dan menyebrangi jalan
di depan kami. Menuju 7-Eleven. Mereka
menyusui tempat parker dan masuk ke dalam.
Ax, Marco, dan aku mendarat di tempat
sampah belakang toko. Ax dan aku berubah
menjadi manusia, Marco kembali ke wujud
aslinya, dan kami berjingkat di sekitar bangunan
itu. 108 Si wanita kereta dorong berhenti di seberang
jalan. Dia bersandar pada keretanya dan
mengawasi toko. "Biasa," kata Marco. "Bersikap biasa saja. Kita
tiga berandal jalanan yang sedang nongkrong di 7Eleven."
Dia masuk ke toko dengan sok gaya. Ax dan aku
mengikutinya. 109 Toko itu nyaris kosong. Seorang wanita tua
membaca-baca National Enquirer di depan. Dua
anak kecil mengutil permen di dekatnya. Loren
berada di sisi lain toko, di bagian barang
keperluan sehari-hari. Dia sedang berjalan pelan


Animorphs - 48 The Diversion di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di lorong. Seorang kasir berdiri di balik konter.
Ax mendekat ke kasir itu. "Jangan khawatir,"
dia berkata. "Kami adalah anak-anak berandalan
yang tidak bertanggungjawab, mungkin juga
anggota geng preman, tapi kau tidak dalam
bahaya." Kasir itu bengong menatap Ax.
"Geng nya ada di luar kota," aku
menjelaskan. Marco menarik kaos Ax dan menyeretnya ke
bagian belakang toko. "Mulus sekali, Ax-man.
Tadi itu benar-benar terlihat meyakinkan di
rekaman keamanan toko."
110 Kami mendekati Loren dan Champ.
"Man, bawa anjingmu keluar," Marco menggerutu. "Dia bau."
Loren tidak berkata apa-apa. Dia tetap tenang.
Dia meraba rak paling atas sampai jarinya
menyentuh sekotak Raisin Bran. Dia mengambilnya,
mengguncang, dan meletakkannya ke dalam
keranjang belanja yang ada di tangannya.
Aku menatapnya. Ibuku. Dia sedang berbelanja
di toko swalayan. Tapi kupikir dia tidak punya
banyak pilihan. Lingkungan sekitar sini tidaklah
terlalu elit dengan toko-toko seperti Safeways.
"Hey, kau anjing besar," Marco memanggil
Champ. "Mau minum?" Dia mengambil cangkir
berukuran besar dan mengisinya. Kola berceceran
di lantai. Champ mengabaikannya. Begitu juga Loren. Dia
berpindah ke lemari pendingin di dinding belakang,
menarik satu karton susu, dan menaruhnya di
keranjang belanja. Aku bisa melihat tanggal yang
tertera di karton nya. Susu itu sudah kadaluwarsa
tiga hari yang lalu. "Betapa manisnya." Aku merampas keranjang
dari tangannya. "Wanita ini membelikan kita sedikit
jajanan." Aku menjatuhkan susu tadi keluar
keranjang dan menggantinya dengan yang masih
baru dari dalam pendingin. "Man. Hanya sereal dan
biscuit anjing." Aku mengembalikan keranjang ke
tangannya. "Ambil, nih."
Dia tidak mengatakan apapun. Tidak ragu-ragu.
Hanya menjalankan jarinya ke pintu-pintu pendingin
" menghitungnya, kurasa " membuka satu, dan
111 mengeluarkan sebungkus keju. Dia berbalik dan
berjalan kembali ke lorong. Kami mengikuti.
"Sepertinya dia tidak takut kepada kita," Ax
berbisik. "Mungkin dia sudah pernah mengalami yang
lebih buruk," aku berkata.
"Ah." Ax mengangguk. "Dia tidak mengerti
betapa jahatnya kita." Dia mencolek pundak
Loren. "Kau tidak kenal aku," katanya. "Aku ini
adalah berandalan. Aku tidak percaya kepada
pihak berwajib, aku mungkin tidak akan lulus
SMA, dan statistik menyebutkan aksi-aksi ku
akan berkembang menjadi kejahatan yang lebih
serius. Aku orang yang berbahaya, dan aku
membuat kekacauan di toko ini."
Dia meraih ke belakang Loren dan menarik
tiga toples makanan bayi dari rak paling atas.
Meletakkan mereka di belakang kotak macaroni.
Mengacak Cheez Whiz ke dapan kotak
Marshmallow Fluff. Melempakan kotak alat cukur
ke dalam sekantong roti burger.
"Lihat. Aku sudah menghancurkan simetri rak
itu, membuat kacau pekerjaan yang sudah
dilakukan berjam-jam oleh pegawai toko yang
bergaji kecil. Jika kau bisa melihatku, kau pasti
akan sangat ketakutan."
"Jika dia bisa melihatmu, dia akan
menyadarkanmu," Marco menggumam. Dia
mengambil pegangan tali kekang Champ dan
menariknya dari tangan Loren. "Dengar, nyonya,
kami mau pinjam anjingmu."
112 Dia menarik tali. Champ menahan ke empat
kakinya. Marco menarik. Champ menarik balik.
"Oh, baiklah." Marco meletakkan tangannya di
kepala Champ. Langsung saja Champ menjadi rileks. Mata
coklatnya yang waspada meredup. Bahunya
melunglai. Anjing itu sedang mengalami trans
karena DNA nya disadap. Marco tetap memegang
kepala Champ sambil menarik tali kekang. Champ
dengan limbung mengikutinya.
"Jangan ke mana-mana," Marco memberitahu
Loren. "Dan jangan panggil polisi atau si Fido ini
akan merasakan akibatnya."
Dia membawa Champ masuk ke pintu yang
bertulisan HANYA PEGAWAI. Ax dan aku
mengikutinya ke dalam gudang tersebut. Ada
sebuah pintu di belakang yang menuju ke gang.
?"Jangan panggil polisi atau si Fido akan
merasakan akibatnya?"" Aku menatap Marco.
"Mungkin sebaiknya kau tidak terlalu sering nonton
Nick at Nite?" "Hey, berhasil, kan?" Marco menggaruk leher
Champ. "Kita dapat anjingnya, dan ibumu tidak
memanggil 911. Lekas berubah. Anjing ini tidak
tenang untuk selamanya."
Aku berubah kembali menjadi elang dan
mengepak ke belakang Champ. Anjing itu sudah
hampir sadar dari trans nya. Dia mendengking pelan
dan berusaha kabur dari Marco. Aku benamkan
cakarku ke dalam bulunya. Kepalanya jadi lunglai
lagi. 113 Aku menyadap DNA nya, turun ke lantai, dan
memusatkan pikiran kepada Champ.
Paruhku memanjang menjadi moncong.
Ujungnya melunak membentuk hidung hitam
yang basah. Dua puluh dua gigi muncul dari
dalam rahangku. Schoooooomp! Ekorku tumbuh. Panjang,
tipis, dan telanjang. Bulu-bulu keningku
menghitam, melebur, dan menajam menjadi
rambut anjing. Menutupi tubuhku seperti ombak,
turun ke punggung, melewati sayapku, sampai
ke ujung ekorku. Aku menggoyangkannya. Aku sudah jadi
anjing di kedua ujung tubuhku " seekor elang
sebesar anjing " tapi bagian tengah tubuhku
masih berupa burung. Burung yang ditutupi bulu
kasar hitam. "Eeeeeewwww." Marco. "Nightmare on
Sesame Street." "Yip!" aku terdengar seperti seekor
Chihuahua. Tubuhku menegap dan mulai tumbuh. Lantai
surut di bawahku. Organ dalam menggelegak
dan bergemeletuk, bergeser dan terbentuk
ulang. Kakiku meninggi. Sayapku tumbuh.
Menebal. Menyatu. Tulang yang berongga
menjadi padat. Aku merangkak dengan empat
kaki yang besar dan kokoh. Aku adalah seekor
anjing herder. Dengan indera herder. Matanya lumayan.
Tidak setajam mata elang. Dan aku tidak bisa
melihat banyak warna. 114 Tapi telinganya! Aku bisa mendengar koin
beradu di mesin kasir. Aku bisa mendengar
hembusan angin di atas atap.
Dan aku bisa membaui". Semuanya. Tikus, ya.
Pendekar Budiman Hwa I Eng-hiong 7 Pedang Naga Kemala Giok Liong Kiam Karya Kho Ping Hoo Bila Pedang Berbunga Dendam 2

Cari Blog Ini