Ceritasilat Novel Online

The Return 1

Animorphs - 48 The Return Bagian 1


OCR by Nihtelek Translated by @aryaapepe "Di sebelah kanan kalian adalah pintu
menuju Kantor Oval. Ruangan kerja Presiden
Amerika Serikat, orang yang mungkin paling
berkuasa di dunia." Marco memandang ke arahku. Tampangnya mengatakan, "Jika saja mereka
tahu." Jika saja mereka tahu ada orang lain di
muka Bumi yang jauh lebih kuat dan berkuasa
daripada presiden atau raja atau perdana
menteri manapun di dunia.
Jake dan Marco pikir lebih baik orangorang tidak tahu tentang keberadaan seorang
yang kuat tersebut. Menurutku" Belakangan aku ragu. Belakangan aku pikir mungkin sebaiknya
mereka tahu. Biarkan dunia tahu bahwa Bumi sedang dijajah
oleh spesies alien yang dipimpin oleh seorang "
sesuatu " yang lebih jahat dan kejam daripada
apapun yang bisa dipikirkan oleh manusia.
Begitulah menurutku. Aku Rachel. Tidak perlu nama belakang. Kalian mungkin
sudah tahu kenapa. Untuk alasan keamanan.
Keamanan diriku dan kalian. Kami semua tidak
menyebut nama belakang kami.
Kami adalah Animorphs. Jake, Tobias, Cassie,
Marco, dan aku. Kami masih anak-anak, paling tidak dari
penampilan luar. Kalian tidak akan mengenali kami
jika kalian melihat kami sedang jalan di mall pada
Sabtu sore atau sedang main sepeda di jalanan.
Atau saat sedang tur Gedung Putih bersama
rombongan anak-anak lain.
Faktanya: Kami tidak seperti anak-anak yang
lain. Dulunya sih, sama. Tapi tidak lagi.
Setelah sampai pada suatu titik, kalian tidak
bisa begitu saja kembali ke posisi semula. Bahkan
jika kalian menginginkannya. Meski aku akui " aku
tidak menginginkannya. Kuulangi: Bangsa Yeerk ada di sini. Alien
parasit. Tujuan mereka adalah menguasai umat
manusia. Dan percayalah, mereka hampir
berhasil, satu persatu manusia sudah dikuasai.
Namun mereka sekarang semakin tidak
sabaran. Semakin agresif.
Mungkin kalian sudah membaca sedikit
tentang Yeerk di internet.
Mungkin juga membaca sedikit tentang
kami. Baru-baru ini, kami terlibat pertempuran
besar di atas pesawat induk di tengah
samudera. Lalu ada juga kisah pertemuan dengan
pelancong di perkemahan yang berakhir
dengan buruk. Cerita yang sebenarnya lumayan diliput
media, tapi tersembunyi di halaman belakang.
Kalah saing dengan situs-situs web buatan
penggemar fiksi ilmiah. Satu-satunya yang percaya kepada saksi
mata, yang cukup berani bicara atau sekadar
penderita dementia, adalah golongan orangorang yang mempercayai teori-teori gila yang
mereka dapat dari media. Sebagian besar masyarakat Amerika
mengira cerita invasi Yeerk ini adalah
karangan yang dicomot dari halaman depan
harian Enquirer. Bayi terlahir dengan moncong
antelop. Lelehan potongan Snickers yang
berbentuk seperti kepala St. Francis bisa
menyembuhkan rabies. Yeah, iya kali berita
tersebut benar adanya. Atau mereka menganggap invasi ini hanya
sebuah mitos urban. Seperti Batman. Dan
aligator di gorong-gorong.
Aku bukan salah satu dari orang-orang aneh
itu. Aku di sini untuk memberitahu kalian bahwa
Yeerk bukan mitos, legenda, atau semacamnya.
Invasi Yeerk adalah hal yang nyata.
Yeerk persis siput. Mereka merayap masuk ke
telinga, memipihkan badan mengisi otak kalian,
dan mengambil alih kendali. Makanya induk
semang mereka dinamakan Pengendali.
Masalahnya dengan Pengendali-manusia"
Mereka bisa siapa saja. Ibumu yang manis, guru
IPA mu yang bau, kapten tim softball yang keren
di sekolahmu. Dan mereka bisa ada di mana saja. Di rumah,
di sekolah, di taman. Di Gedung Putih. Aku menatap jendela. Melihat seekor elang
ekor-merah terbang berputar di angkasa.
Tobias. Salah satu dari kami. Tapi seorang nothlit.
Anak cowok yang terperangkap dalam tubuh
elang ekor-merah setelah dua jam dalam wujud
burung tersebut. Bersama Cassie, Tobias adalah teman
terbaikku di dunia. Juga semacam pacarku.
Pacar yang berbulu. Ceritanya panjang. Karena campur tangan
makhluk superkuat yang disebut Ellimist, Tobias
bisa berubah menjadi wujud manusia nya.
Bahkan Tobias bisa memilih untuk menjadi
manusia selamanya, tapi kehilangan kekuatan
berubah wujud. Keluar dari pertempuran.
Keluar dari kehidupan sebagai burung
pemangsa. Tobias tidak memilih pilihan tersebut.
Karena, seperti aku, Tobias tidak mau
kembali ke kehidupannya semula.
TSEEW! Samar, tapi oh, yeah. Tembakan Dracon. Setengah detik kemudian, Tobias tersentak
di udara. Jantungku berhenti. Udara tersedot
keluar dari paru-paruku. Sakit. Tidak percaya.
Aku melihat Tobias jatuh kusut ke tanah.
Sebuah teriakan. Kemudian terdengar
banyak jeritan yang disusul oleh hempasan
pintu-pintu, dentuman kayu, jendela yang
pecah, dan gemuruh derap langkah kaki.
"Apa yang terjadi?" salah satu pengawas
kami bertanya. Aku sudah tahu. Marco dan Jake, tahu.
Juga Cassie. Pasukan Yeerk menyerang Gedung Putih.
Pria-pria bersetelan jas hitam, dengan
telinga terhubung kabel, masuk membanjiri
aula. Anggota Secret Service. Meneriakkan
perintah. "Harap bergerak secepatnya menuju pintu
keluar!" Dua cowok memimpin rombongan menuju
pintu besar di tiap ujung aula. Jake memberi kami
aba-aba untuk memisahkan diri dari orang-orang
yang panik. Kami berkumpul di sekitarnya.
"Aku tidak bisa percaya ini," Marco mendesis.
"Gedung Putih! Kalian tahu apa artinya, kan"
Bangsa Yeerk mengumumkan perang. Perang
terbuka. Tidak ada lagi gerakan sembunyisembunyi."
Yeah. Perang terbuka. Kami sudah memperkirakan, sih, tapi tidak seperti ini. Kami
tidak memperkirakan mereka menyerang Gedung
Putih. Oksigen kembali ke dalam tubuh ku. Begitu
juga rasa benciku terhadap pasukan Yeerk. Atas
apa yang telah mereka lakukan kepada Tobias.
Atas apa yang telah mereka lakukan kepada
kami. Aku senang perang sembunyi-sembunyi
sudah usai. Lega tidak harus berpura-pura lagi.
"Tobias terluka," aku berkata. "Aku melihatnya
tertembak. Para Yeerk ingin perang, mereka
dapat perang." "Semuanya tenang dulu," Jake berkata pelan.
Tapi dia melihat kepadaku saat dia mengatakan
itu. Jake tidak pernah melewatkan kesempatan
untuk mengisyaratkan bahwa aku adalah seorang
berbahaya yang tembak-dulu-baru-bertanya.
Aku menelan ludah, berusaha untuk
memperlambat denyut nadiku. Jake adalah
pemimpin kami. Kami melakukan apa yang dia
katakan. "Berpencar," Jake memerintah. "Wujud
tempur. Bersiaplah untuk bertindak. Tapi
jangan bertindak bodoh."
Aku tidak punya waktu untuk marah
disinggung "bodoh". Aku tahu kata-katanya
tadi ditujukan buatku. Lebih banyak pasukan Secret Service
berbaris di jalan masuk aula. Membuka pintupintu ke Kantor Oval.
Aku menjauh dari Jake dan bersembunyi di
belakang tirai tebal. Aku akan berubah jadi grizzly. Wujud
terkuat dan terganas ku. Untuk beberapa saat " biar gak serius
amat " bayangkan cewek pirang tinggi
berubah menjadi beruang grizzly, dalam versi
film animasi Disney. Sudah pasti puteri
tersebut akan terlihat anggun. Gemulai.
Menawan, bahkan. Sini kuberitahu sesuatu. Orang-orang di
Disney tidak tahu apa-apa tentang berubah
wujud. Tidak juga orang-orang di Nickelodeon
ataupun orang-orang di Dreamworks.
Kalau kau melihat seseorang berubah
wujud, kau akan memuntahkan makan
siangmu. Wajahku tertarik dan menegang.
Pundakku membesar. Aku memejamkan mata untuk
berkonsentrasi, untuk mempercepat prosesnya
saat" "Ada apa denganmu" Cepat keluar dari sini!"
Aku membuka mata. Tirai tempat ku
bersembunyi sudah dirobek. Seorang agen
Secret Service memelototiku. Aku balas melotot
kepadanya. "Berhenti bermain-main, Nak. Kami mencoba
menyelamatkan nyawamu."
Aku sudah mempertaruhkan nyawaku entah
untuk berapa kali. Sudah bertempur melawan
semua jenis monster yang bisa ditawarkan oleh
galaksi. Dan agen ini berani menyuruhku untuk
berhenti " bermain-main!
Tobias mungkin terkapar tak bernyawa di
halaman Gedung Putih. Dan badut ini menyuruhku berhenti bermainmain.
Dia tidak tahu menahu tentang apa yang
sedang terjadi di balik pengawasannya.
Saat itulah sesuatu terjadi.
Ada yang menyentak. Pegas di dalam diriku
mendadak terlepas BOOINNGGGG!
Mungkin saat terbaring babak belur di lantai
dia bisa menyadari bahwa aku tidak bermainmain.
Aku minta darah. Aku bisa membauinya. Aku
bisa merasakannya. Apakah si grizzly ini yang bernafsu
membunuh" Atau diriku lah yang menginginkan nya"
Aku tidak tahu, dan aku tidak mau tahu.
Aku hanya mau menarik lepas wajah
cowok ini. Aku menggeram dan meraih untuk
mengiris nya dari kepala sampai ujung kaki.
Dia beruntung, cakar beruangku belum
terbentuk. Atau gigiku. Tubuhku juga belum
sebesar itu. Aku melihat pantulan ku pada cermin di
seberang aula. Aku tidak terlihat seperti seekor
grizzly. Tapi tidak kelihatan seperti Rachel juga,
sih. Intinya" Aku terlihat seperti cewek gede dengan
tampang menyeramkan karena hormon yang
tidak seimbang. Rambut hitam panjang
bermunculan dari dagu dan pipiku.
"Ayolah, Nak. Berhenti main-main. Lekas
keluar."

Animorphs - 48 The Return di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pria Secret Service menarikku dari belakang
tirai dan mendorongku ke arah pintu keluar.
Namun sudah terlambat. Dua Pengendali-Hork-Bajir menyerbu masuk.
Si Secret Service terlihat kaget setengah
mati. Dia dilatih menghadapi penjahat atau
teroris. Bandit berkerudung dengan bekas luka
di wajah. Preman dengan ikat kepala.
Pasukan berseragam militer Amerika.
Tidak untuk menghadapi alien setinggi
tujuh kaki dengan kaki seperti T-rex dan mata
pisau besar dan tajam pada siku dan lutut
mereka. Sukar dipercaya bahwa Hork-Bajir
adalah makhluk ramah saat tidak ada Yeerk
duduk di dalam kepala mengendalikan tubuh
dan pikiran mereka. Tentu, dua Hork-Bajir ini adalah Pengendali. Mereka tidak ramah. Mereka
hendak membunuh kami berdua.
Si Secret Service menembakkan pistolnya.
Aku menunduk kembali ke belakang tirai.
Berharap dia mampu menahan mereka
sebentar, sampai aku selesai berubah wujud.
Aku memejamkan mata dan berkonsentrasi, bermaksud mempercepat
perubahan wujudku. CREEEEK! Wajahku seperti menjeblak terbuka. Mulut
melebar membentuk seringai mengerikan.
Hidung menyebar. Telinga berpindah. Tulang,
otot, kulit, dan bulu grizzly terbentuk secara
berlapis. Pundak manusiaku yang ramping
bertambah bobot dan menegap. Menjadi
terlalu berat untuk ditopang tulang punggung
manusia. Punggungku mulai menekuk.
Cakar tebalku masih bertumbuh saat aku
melangkah keluar dari belakang tirai.
Si agen Secret Service sedang berlindung di
balik meja. Wajahnya putih pasi, tangan
mencengkeram pistol dengan erat.
Alasan dia masih hidup adalah para Hork-Bajir
terhalang oleh kursi-kursi kecil dan meja-meja
yang berbaris di lorong. Mereka menabrak
serabutan sehingga beberapa berserakan di
lantai. "Andalite!" Hork-Bajir berhenti. Tidak yakin
harus berbuat apa. Para Yeerk mengira kami berenam adalah
Andalite, bangsa alien yang menciptakan
teknologi pengubah wujud.
Sebenarnya hanya satu dari kami yang
Andalite. Aximili-Esgarrouth-Isthill. Adik dari
Pangeran Perang Elfangor-Sirinial-Shamtul. Ax
adalah kadet di Akademi Militer Andalite saat dia
terjebak di tengah medan perang ini.
Sisanya, kami adalah manusia. Tepatnya
empat manusia dan seekor elang ekor-merah.
Tobias. Yang kini terbaring tanpa nyawa di luar.
Aku berdiri pada kaki belakangku dan
menjerit. Hanya saja tidak keluar sebagai jeritan.
Suaraku berupa raungan memekakkan telinga
beruang grizzly yang cukup untuk membuat
wajah si agen Secret Service semakin pucat.
Aku memandang ke dua Hork-Bajir dan
aku tidak melihat mereka sebagai korban
penjajahan Yeerk. Aku melihat mereka
sebagai musuh. Aku melihat mereka sebagai pembunuh.
Dan aku melihat darah. Aku merangkak dengan keempat kakiku
dan berlari menuju mereka.
Tembakan Dracon menyulutku namun aku
tidak merasakan sakitnya sedikipun.
Ketika aku melompat, aku menjatuhkan
mereka dengan satu tubrukan. Mata pisau
menorehku. Merobek menembus buluku, tepat
ke dagingku. Tapi aku tidak peduli. Tidak ada yang bisa
melebihi sakit yang kurasakan di kepalaku "
dan di hatiku. Kemudian, mendadak, sesuatu menangkapku. Menarikku menjauh.
Seekor gorilla. Gorila dewasa. Marco,
dalam wujud tempur favoritnya. Aku mendengus, berbalik untuk menantangnya.
Tapi Marco mendorongku sampai terjatuh.
Aku melihat Jake dalam wujud harimau dan
Cassie dalam wujud serigala datang
membantu untuk menyelesaikan semuanya.
Salah satu Hork-Bajir berhasil meloncat ke
atas dan melarikan diri melalui jendela yang
terbuka. Aku marah! Ini adalah pertempuranku dan aku nyaris
menang. Kenapa Jake dan Cassie tidak mencari
Pengendali yang lain untuk mereka lawan"
Jake menahan Hork-Bajir yang satunya. Dia
menggigit bahu si Hork-Bajir keras-keras dan
kemudian baru melepaskannya.
Si Hork-Bajir melompat pada kedua kakinya
dan mengikuti temannya keluar jendela, kabur ke
arah yang menuju Taman Mawar.
Aku berlari dengan keempat kaki dan
berteriak. dua musuh kabur begitu saja!>
Jake memerintah dengan
tenang. Taman Mawar. Mereka hendak membawa
Presiden ke helikopter tapi ada Taxxon di manamana. Aku harap Hork-Bajir yang terluka itu
mampu mengalihkan perhatian mereka untuk
beberapa detik.> Taxxon. Ulat kaki seribu raksasa yang ganas.
Mereka akan memakanmu " hidup atau mati.
Aku memanggil Cassie dan Marco
yang mulai berlari. Biarkan aku pergi!> parah. Dan kau tidak sadar betapa buruknya
kondisimu sekarang. Berubah kembali, Rachel.
Sekarang.> Jake berbalik, seekor harimau Siberia
besar di lorong aula Gedung Putih.
Sesuatu tentang caranya memerintahku
untuk melakukan sesuatu, memerintah kapan
aku harus bertempur, kapan harus mundur,
mengendalikan ku saat orang yang paling
kucintai terbaring mati di tanah"
Sesuatu tentang hal itu membuatku marah
luar biasa. Tidak ada orang yang memerintah kapan
aku harus bertempur. Tidak seorangpun.
Tidak pula Jake. Kenapa dia pikir dia berhak melarangku"
Karena aku membiarkan dia berpikir begitu.
Itulah sebabnya. Mungkin sekarang saatnya untuk menunjukkan bahwa dia tidak bisa.
Aku akan mengajarinya. Tidak banyak.
Secukupnya sampai dia mengerti bahwa aku
bisa mengalahkannya. Kapanpun. Di mana
pun. Aku berdiri diam pada kaki belakangku. Dia
tidak mendengar apa-apa. Dia sedang
memperhatikan suara-suara di luar. Mencoba
mempertimbangkan gerakan selanjutnya.
Aku sudah akan menyergapnya saat
Cassie datang berlari dari aula.
Presiden sudah di helikopter. Tapi mereka
tidak bisa berangkat.>
aku mengumumkan.
Taxxon akan mengeroyokmu,> Cassie menjerit.
Aku tidak takut. Biar saja mereka menyerang.
Aku akan menikmati mengoyak mereka satu
persatu. Aku melompat melalui jendela yang rusak
menuju suara helikopter di luar.
Menuju kekacauan. Presiden menjadi hadiah permainan tariktambang yang serius.
Agen-agen Secret Service di dalam
helikopter mencoba menarik beliau masuk.
Pengendali-Hork-Bajir mencoba menarik
beliau keluar. Setidaknya sepuluh Taxxon merayap dan
mendesis, lapar akan darah.
Beberapa Hork-Bajir bergelantungan di
badan helikopter, mencoba menahannya dari
mengudara. Satu Hork-Bajir menengadah ke atas.
Baling-baling helikopter memenggal kepalanya. Mengerikan. Kepala itu berguling di sepanjang halaman,
dan lima Taxxon mengikuti daging segar itu
dengan hiruk pikuk kegirangan.
Lima Taxxon lain mendekati helikopter.
Menggerogoti tubuh si Hork-Bajir.
Bobot mereka menyebabkan helikopter
menukik. Hork-Bajir yang sedang memegangi
kaki Presiden terhuyung. Aku berlari menubruk mereka!
Membubarkan barisan Taxxon.
Mengenyahkan mayat Hork-Bajir.
Menarik lepas begitu saja dua Hork-Bajir yang
sedang berpegangan pada baling-baling helikopter. Sekarang helikopter nya siap untuk terbang ke
atas. Aku mendengar baling-baling berputar. Angin
menyapu buluku saat helikopter yang mengangkut Presiden terbang di atas kepalaku.
Sekarang perhatian para alien berfokus
kepadaku. Aku berdiri tegak. Berdarah dan meraung.
Menyabet dan menggigit udara saat mereka
mendekat. Satu persatu mereka tumbang.
Aku sudah buta oleh nafsu membunuh.
Buta yang efektif. Seperti sebuah mesin.
Dan kemudian, mendadak, semuanya sunyi.
Satu-satunya suara adalah napasku yang
terengah. Bunyi plop-plop darahku yang
menetes. Aku menang! Dikelilingi oleh bangkai HorkBajir. Aku melihat kerumunan Taxxon
melarikan diri. Auman harimau sudah cukup
untuk membuat sebagian besar orang mati
ketakutan. Tapi aku bukan sebagian besar orang.

Jake menggeram. mundur!> Kami mengitari satu sama lain.
kau apa maksudnya">
Jake memamerkan taring harimaunya yang
mematikan. Memangnya kenapa! Beruang grizzly bisa menahan gigitan
maut. Jake boleh saja membenamkan gigi
harimaunya sedalam tiga atau empat inchi,
namun dia tetap tidak bisa menembus lapisan


Animorphs - 48 The Return di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bulu tebalku. bertindak seolah ini adalah kawanan binatang
buas. Oke. Terserah mau mu saja. Kau ingin
menjadi pimpinan binatang buas, kau harus
mengalahkan ku untuk posisi tersebut.>
aku menjawab, amarah membuat suaraku tegang.
Senang sekali.> Aku menjatuhkan kaki depanku ke tanah dan
berlari. Dia tidak siap, dia tidak menyangka aku
benar-benar melakukannya. Membuatnya lengah,
aku menabrak keras rusuk nya.
Dia menjeritkan geraman terkejut dan terbang
beberapa kaki melintasi halaman.
Tapi harimau adalah bangsa kucing. Begitu
dia mendarat, kakinya sudah siap di bawah
tubuhnya dan Jake mengumpulkan tenaga untuk
melontar balik tubuhnya. Aku mencoba untuk bergerak, namun dia
terlalu cepat! Dia mendarat di atasku, dan aku jatuh
menyamping. Aku yakin bisa memukulnya jatuh,
tapi dia ngotot bertahan.
Aku memukul-mukul, memutar. Tapi aku tidak
bisa mengusir si harimau.

Jake berkata, dengan suara yang anehnya
terdengar tenang. berpikir jernih.> berpikir!> Aku berteriak.
Tapi aku bisa merasakan nyawaku perlahan
memudar keluar. berakhir. Berubahlah sekarang.>
mati,> dia berkata. kalah. Kau sudah kalah bahkan sebelum
pertarungan ini dimulai.>
Ketenangan nya lah yang membuatku
semakin membabi buta, berteriak dalam
amarah yang membunuh. Dia begitu arogan! Terlalu yakin akan
keunggulannya! Aku meronta! Aku berteriak! Aku meraung!
Tapi dia benar. Aku kalah. Cassie. Sekarang!> Tapi aku tidak berubah. Aku tidak mau.
Karena pada saat itu, aku tahu lebih baik
mati daripada kalah. Suara Marco menyeruak masuk. Tetesan darah dari telingaku yang robek
mengalir turun ke pipi. Ke leherku. Rasanya
geli dan membuatku tersentak membuka mata
dan terduduk dengan jeritan yang mungkin
membangunkan seisi rumah.
Keringat, bukan darah, mengalir deras di
wajahku. Aku tidak berada di pekarangan Gedung
Putih. Tidak di Washington, DC, ibukota negara
kami. Tidak. Aku di tempat tidur. Di rumah.
Dan aku mimpi buruk. Lagi. "Di mana Cassie?"
Marco duduk mengetik di komputer rakitan
Ax. "Aku tidak tahu. Sudah cari di gudang?"
"Yeah. Dia tidak di sana."
Biasanya, gudang jerami milik Cassie
adalah tempat berkumpul kami. Rumah Klinik
Perawatan Satwa Liar. Ax memandangku. ingin bicara kepada Cassie. Apa ada sesuatu
yang menurutmu hanya bisa didiskusikan
dengan dia" Atau bisakah kami membantu">
Ax adalah Andalite. Bukan manusia. Brilian
di bidang teknologi, tapi sangat bebal dalam
urusan perasaan. Atau paling tidak begitulah asumsi kami.
Jangan tanya kenapa. Karena biasanya Ax lah,
yang, dengan cara anehnya tersendiri, kelihatannya mengerti apa yang terjadi di balik
permukaan. Aku melempar badanku ke kursi empuk yang
dibawa Marco ke cekungan Ax saat dia
menyadari bakal menghabiskan banyak waktu di
sini. Faktanya: Secara resmi, Marco sudah
meninggal. Dia tinggal bersama kedua orangtuanya " yang juga dinyatakan meninggal "
dan kawanan Hork-Bajir merdeka. Kadang dia
tinggal bersama Ax. Marco tidak sekolah lagi. Dia
tidak akan ikut studi lapangan.
Seharusnya aku tahu semua kejadian di mimpi
tadi hanyalah mimpi. "Tidak ada yang luar biasa, sih, yang ingin
kubicarakan," aku berbohong.
Ax menatapku, sedikit lebih lama dari
seharusnya. Dia tahu aku bohong. Lalu dia
berbalik untuk melihat layar komputer dari balik
bahu Marco. Oke, jadi aku ingin bicara kepada Cassie
karena ada sesuatu di luar biasanya.
Sendirian. Di antara kami hanya Cassie yang benarbenar bisa dibilang "sensitif". Marco, seperti Ax,
perseptif. Itu tidak sama dengan seorang yang
sensitif. Lagipula, Marco selalu punya cara untuk
membuat apapun yang kulakukan atau
kukatakan terdengar gegabah. Tidak mungkin
aku curhat kepadanya. Tapi aku perlu ngobrol. Aku mulai sedikit
khawatir terhadap mimpi-mimpi buruk itu.
Mimpi yang sama lagi dan lagi.
Aku dan Jake. Satu-lawan-satu. Pertarungan terakhir. Jake adalah pemimpin kami. Aku
menghormatinya. Aku mungkin tidak selalu
setuju dengan keputusannya, tetapi dia yang
berkuasa, bukan aku. Dan memang begitulah
yang kuinginkan. Terlebih setelah usaha gagalku mencoba
menjadi jenderal. Saat aku dengan begonya
membiarkan Cassie ditangkap oleh Yeerk.
Jadi kenapa mimpi-mimpi itu muncul"
"Wow!" Marco duduk tegak dan menatap
tajam ke layar. "Lihat ini. Di internet. Ada akun
"aku di sana" cerita tentang serangan alien di
pusat nuklir. Dan masih ada lagi. Seseorang
yang tidak mau dikenali. Dia bilang dia adalah
Pengendali-manusia yang Yeerk nya adalah
anggota gerakan perdamaian."
mengetahui kebenaran,> Ax berkata penuh
pertimbangan. merasa kehadiran mereka perlu dirahasiakan,
maka ini mungkin saatnya bagi mereka
mengumumkan perang terbuka.>
"Woo-hoo!" Aku meninju udara.
Marco menggelengkan kepalanya dengan jijik.
"Tidak bisakah kau sedikit berpura-pura lagi tidak
kegirangan sama perang?"
Kadang sulit untuk tidak menyukai Marco.
Kali ini bukanlah salah satunya.
"Begini," aku berkata, "perang diam-diam itu
payah. Menjijikkan, hanya bikin kacau kepala kita.
Lihat apa akibatnya buat kita. Lihat saja
kompromi moral yang harus kita lakukan. Kalian
semua menganggap seolah akulah yang gila.
Yang aku mau hanya perang yang adil. Dan kita
tidak bisa perang dengan adil jika pihak musuh
tidak mengakui perang!"
Aku nyaris kehabisan napas mengucapkan
pernyataan tersebut. Juga sedikit malu. Ax dan Marco menatapku dengan mata
terbuka lebar. Tampang yang jelas mengatakan
mereka tidak percaya dengan apa yang kubilang
sekaligus yakin bahwa aku juga tidak percaya.
"Aku serius," aku bersikeras.
Payah. Aku menatap cabang di atas kepalaku, tempat
Tobias bertengger. Matanya terpaku melihatku
dengan pandangan yang tajam.
Perlu diingat, Tobias adalah elang. Jadi
pandangannya selalu tajam.
Tapi kali ini ada sesuatu dalam pandangan
tersebut yang mengisyaratkan perasaan malu.
Kepadaku. Marco lah yang memecahkan kesunyian.
"Menurutku kita tidak boleh membohongi diri
sendiri. Kita tidak bisa ikut jika perang ini
terbuka." Ax berkedip.
Tobias menyisir bulunya dan mengeratkan
cengkeraman pada cabang. Angkatan Bersenjata terlibat, kita akan
didorong minggir seolah kita pasukan orang
aneh. Kalian tahu, dianggap tidak serius
seperti anak-anak yang bisa sulap.>
"Buat ku, sih, bukan masalah." Marco
tersenyum, melipat tangannya ke belakang
kepala. "Aku siap disingkirkan. Aku sudah
menunggu untuk jadi manusia normal lagi.
Kembali ke sekolah, cari kerja, menikah,
punya anak. Aku ikutan perang ini demi datang
hari di mana ada orang yang mengambil alih
peran kita. Orang-orang yang tahu apa yang
mereka lakukan dan suka melakukannya."
"Menurutku kita cukup bagus untuk ukuran
orang-orang yang tidak tahu apa yang kita
lakukan," aku membentak.
Hening. Tiga pasang mata menatapku.
Oke, empat " karena Ax punya dua pasang
mata. Aku merasakan wajahku memanas dan
memerah. Aku tahu mimpi buruk ku tentang
apa. Kenapa aku membohongi diri dan berpurapura aku tidak tahu" Tidak ada yang kubohongi.
Rahasia terdalam, tergelap ku seperti gajah di
tengah ruangan. Gajah yang besar dan ungu. Dengan corak
polka-dot. Tidak ada yang membicarakannya.
Tapi semua orang tahu dia ada di sana.
Rahasia itu adalah; apapun yang sedang kami
lakukan, aku menyukainya.
Dan pihak yang baik seharusnya tidak
menyukainya. Aku berputar. Mencari tanda-tanda kegiatan Yeerk di bawah. Aku sudah selesai merasa malu dan
sekarang aku kesal. Yang sebenarnya cuma
cara sopan untuk mengatakan aku lagi marah
besar. Tobias bertanya, terbang tidak
dekat tapi cukup untuk menimbulkan
kecurigaan jika ada yang memperhatikan kami


Animorphs - 48 The Return di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari bawah sana. Rajawali bondol dan elang
ekor-merah bukan rekan sepenerbangan.
kataku dengan nada masam.

Jeda yang sangat panjang.

aku berkata
cepat. dengan sesuatu yang tidak bisa kau tangani.>
Tobias berbelok di bawah ku.
Rachel. Aku bisa menanganinya. Apa yang
terjadi"> orang yang memperlakukan aku seolah aku ini
dewi perang, padahal aku hanya sudah siap dan
bersedia melaksanakan tugas. Marco mengeluh
dan bermalasan dalam setiap kesempatan. Jadi
mengapa cuma aku yang dipelototi dan bukan
Marco"> Tobias berkata
pelan. kau tahu itu.> pengeluh. Aku sudah muak setengah mati
dengan segala "Kenapa aku" Kenapa kita?".
Bagaimana mungkin semua orang membiarkannya mengeluh seperti itu?"
Tobias melayang di sisiku, mengendarai angin
termal. yang semua orang pikirkan tapi tidak ada yang
mengungkapkannya.> Marco untuk berhenti ngeluh dan ambil tindakan"
Mengapa aku yang jadi si jahat">
yang Marco katakan, tapi pada dasarnya,
semua merasakan hal yang sama dengannya.
Mereka juga tidak mau jadi bagian dari perang
ini. Di sisi lain, tidak seorangpun mengerti apa
yang kau rasakan dan" Lupakan saja.>
Dia berhenti dan menjauh terbang ke
bawah. aku memaksa, mengikutinya.
Tobias tidak menjawab. aku
mengingatkannya. mengerti sepenuhnya apa yang kau rasakan,
Rachel. Kau terlalu masuk ke dalam dan untuk
sementara kami benar tentang hal itu. Tapi
sekarang, sikapmu mulai membuat takut
semua orang.> Tobias menambah kecepatan dan terbang
mendahului ku. sambil ngemil"> dia berkata tiba-tiba.
Dia tidak menunggu jawaban, melainkan
terbang melesat ke bawah, cakarnya terjulur
ke depan. Aku mengawasinya memburu tikus.
Aku merasa lebih terisolasi dari biasanya.
Benarkah dia" Apa teman-teman yang lain berpikir bahwa
aku ini seorang sadis haus-darah yang
terpaksa mereka ajak karena mereka butuh
aku" Apakah mereka mulai tidak menyukaiku
seperti yang sudah mulai aku duga"
Aku menonton Tobias menerkam tikus dan
terbang ke pepohonan. Aku merasakan getaran jijik.
Lalu amarah. Berani-beraninya dia"
Berani sekali bocah burung pemakan tikus itu
mengatakan aku membuat takut orang lain"
Dan aku sudah masuk terlalu dalam" Aku
menyukai perang" Apa mereka pikir Jake tidak
suka" Mungkin Jake tidak suka pertumpahan darah.
Tapi pertempuran yang lebih besar"
Tentu saja Jake suka. Siapa yang tidak suka"
Sensasi memerintah. Adrenalin nya. Kemenangan! Aku terbang menjauh, membiarkan Tobias
dengan makan malamnya. Di kejauhan, lampu
merah menara radio terlihat seolah memanggilku.
Marco mungkin berbicara mewakili Cassie,
Ax, dan Tobias. Tapi tidak mewakili Jake.
Jake bukan pengeluh penakut seperti Marco.
Jake tidak superemosional seperti Cassie.
Dia tidak acuh tak acuh dan pasif seperti
Tobias, ataupun pengikut setia seperti Ax.
Jake seperti aku. Kuat, pemberani, dan
agresif. TUNGGU. Itu dia. Jake merasa terancam olehku.
Sangat terancam sehingga dia membuat
yang lain berlawanan denganku.
Mencoba untuk mempertanyakan moral ku.
Mencoba memastikan aku tidak mengambil
alih. Aku menstabilkan jalur terbangku dan
membetulkan arah dengan menyejajarkan
diriku dengan cahaya merah dari puncak
menara. Beberapa saat kemudian, aku melihat atap
rumahku di bawah dan menyimpang dari
jalurku. Mencoba untuk menyimpang jauh"
Aku tidak bisa. Tidak bisa berganti arah. Tidak bisa
mengganti jalur. Aku terbang menuju menara radio tersebut.
Tepat menuju lampu merah nya.
Balik, Rachel, putar balik!
Tapi aku tidak bisa melakukan apapun
kecuali terus terbang lurus.
Semakin dekat. Semakin dekat.
Ada yang salah. Sangat salah. Rasanya
seperti berada dalam sinar penarik kapal
ruang angkasa. Menarikku menuju menara. Menuju lampu
merah. Aku bakal menabraknya. Aku akan tabrakan. Dan aku akan terbakar. "Rachel! Bangun. Lima menit lagi
sarapan." Aku tersentak bangun. Lagi. Jantungku berdegup keras. Gaun tidurku
basah oleh keringat. Aku mendengar Mom mengetuk pintu
kamar adik-adikku, membangunkan mereka
untuk sekolah kemudian berlari menuruni
tangga. Masih dini hari. Belum ada cahaya
matahari. Aku melempar selimut dan berguling turun
dari tempat tidur. Mencoba mengenyahkan
perasaan tidak enak sehabis bermimpi buruk.
Mimpi buruk yang lama di dalam mimpi buruk
lain. Apakah sudah berakhir" Beneran berakhir"
Apakah aku sudah terbangun"
Aku berjalan ke jendela. Merasakan dinginnya
lantai di bawah kakiku. Mencubit lenganku. Sakit.
Aku melihat keluar. Di kejauhan, aku melihat
kedip sinar merah di puncak menara radio
beberapa mil dari sini. Sumber mimpiku. Aku berganti pakaian mengenakan jeans,
sneakers, dan kaos. Aku berlari turun tangga.
Daging asap dan telur mendesis di kompor.
Pintu yang menghubungkan dapur dengan ruang
bawah tanah terbuka lebar. Aku bisa mendengar
Mom di bawah sana sedang mencuci, membuka
tutup mesin cuci dan menutupnya dengan keras.
Mom orang yang bersemangat di pagi hari.
Penuh dengan energi, berisik saat semua orang
masih berjuang membuka mata mereka.
Aku mengecilkan api kompor, membuka
kulkas, dan menuangkan jus ke dalam gelas.
Saat minum, aku memilah-milah mimpi buruk
ku. Mana yang nyata" Mana yang tidak nyata"
Referensi mengenai Yeerk mulai bermunculan
di internet. Itu salah satu yang nyata. Tapi kami
setuju sekarang hal tersebut tidak begitu banyak
berarti. Pada skala masuk-akal sebagian besar
orang, invasi alien posisinya lebih rendah
daripada penampakan Elvis.
Namun bagaimana jika orang-orang mulai
mempercayainya" Bagaimana jika keadaan mulai mendapat
perhatian penuh" Mungkin saja terjadi peningkatan konflik.
Jika itu terjadi, sangat tidak mungkin Bumi
bisa menang. Tidak bisa, kecuali bangsa
Andalite datang menyelamatkan. Dan kami
tidak mau terlalu bergantung kepada
kemungkinan tersebut. Atau kecuali jika para Animorphs
merelakan jumlah mereka bertambah banyak.
Memberikan orang-orang kekuatan berubah
wujud. Hal yang berbahaya. Kami sudah pernah
mencobanya satu kali. Hasilnya tidak menyenangkan.
Hasilnya adalah David. David, adalah anak remaja seperti kami.
David, yang menjadi pengkhianat dan
mencoba menjual kami kepada Yeerk.
David, yang sekarang tidak lagi seorang
David karena kami memerangkapnya dalam
wujud tikus dan meninggalkannya di pulau
berbatu dengan hanya angin, hujan, dan tikus
lain sebagai teman. Mendadak, jus yang manis menjadi asam
di mulutku. Rasa laparku lenyap. Itulah yang
biasanya terjadi jika aku memikirkan David.
Aku tidak bisa menahannya. Setiap kali
ingatan tersebut muncul, aku merasa takut dan
bersalah. Apa yang telah kami lakukan kepada David
tidak bisa dibilang adil. Meski pada saat itu,
hanya itu satu-satunya solusi. Semacam
pembunuhan. Tapi tetap saja. Cassie yang punya ide. Dia yakin memaksa
David menjadi nothlit lebih baik daripada
membunuhnya. Kadang aku bertanya: Lebih baik untuk siapa"
Untuk David atau untuk kami"
Aku lah yang kebagian menjadi tikus dan pergi
ke bawah sana bersama David. Aku lah yang
menggigit ekorku sendiri untuk menjebak David.
Pekerjaan kotor. Seseorang harus melakukannya, dan seperti biasa, aku lah
orangnya. Aku lah satu-satunya yang berani
tinggal bersama David selama nyaris dua jam
demi membuatnya kehilangan semua. Meninggalkan wujud manusia. Menjadi seekor
tikus. Selamanya. Sebenarnya, Ax ada bersamaku, sebagai
pengawas waktu. Mungkin juga sebagai pemberi
dukungan kepadaku. Dan saat semuanya
berakhir dia memberitahuku dia tidak mau
membicarakan lagi apa yang baru saja kami
lakukan. Selamanya. Aku tahu merasa bersalah adalah perbuatan
bodoh. David adalah ancaman. Bukan hanya
kepada kami, tapi juga kepada seluruh
pertempuran ini. Dia tidak lagi sebuah ancaman sekarang.
Bahkan mungkin dia tidak lagi hidup. Berapa


Animorphs - 48 The Return di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lama sih, umur seekor tikus"
SNAP!!! Aku terlonjak dan jus berhamburan tumpah
dari gelas. "Mom?" aku berteriak, meraih handuk kecil
untuk mengelap tumpahan jus. "Apa yang
terjadi?" "Tikus!" dia berteriak. "Tadi malam aku
memasang jebakan dan sekarang aku
menangkap satu. Rachel, sayang, bisa kemari
sebentar dan lakukan sesuatu dengannya"
Kau tahu hewan ini membuatku jijik."
Aku merasa seperti ditampar.
Ibu ku tidak tahu apa-apa mengenai
kehidupanku. Tidak tahu apa-apa tentang
Animorphs ataupun invasi Yeerk. Dia tidak
sedang menyindirku. Tapi pada saat itu dia menambah daftar
orang-orang yang berpikir jika ada pekerjaan
kotor yang ingin dilakukan, hubungi Rachel.
Tapi tetap saja, aku berlari turun.
Tikus itu terbaring di lantai semen, lehernya
patah terkena perangkap. Aku mengambil
kotak karton dari tumpukan sampah,
mengangkat tikus tersebut dengan pegangan
sapu, dan menjatuhkannya ke dalam karton.
"Tolong buang sampahnya, please," Mom
berkata, sedikit bergidik. Lalu dia berbalik ke
tumpukan kain yang sedang dilipatnya.
Aku membawa tikus itu ke atas, keluar pintu
dapur, dan berjalan ke depan rumah.
Tong sampah sudah di trotoar luar, menunggu
untuk diangkut. Sudah mulai terang sekarang.
Tapi aku masih bisa melihat kedipan merah
lampu menara radio di kejauhan. Dalam
beberapa detik, aku tidak akan bisa melihatnya
lagi. Cahaya nya akan hilang di balik sinar
matahari. Aku menoleh ke atas dan melihat Tobias
sedang terbang berputar, melipat sayapnya tanda
menyapa. Hatiku sedikit melega. Perasaan takut dan
depresi sedikit berkurang.
Tapi saat dia berputar semakin melambat,
terlihat seolah sedang menggambar kalung, aku
mendapat pikiran buruk. Mungkin Tobias tidak datang untuk berkata
halo. Mungkin dia melihat isi tong sampah.
Belakangan dia mengalami kesulitan berburu "
sudah sebulan tidak turun hujan " dan aku
membawakan makanan kepadanya beberapa
kali. Awalnya, memang dia sedikit tersinggung.
Tapi kelamaan, dia mulai menerima makanan
tersebut. Perutku bergejolak. Aku melempar tikus
dan kotak karton ke dalam tong sampah dan
menutupnya rapat-rapat. Aku tergesa-gesa masuk ke rumah dan
membanting pintu di belakangku.
Ada masa ketika Tobias menyembunyikan
kebiasaan makannya dariku. Ada waktu saat
dia merasa malu membunuh untuk makan.
Yang paling memalukan adalah masa-masa
sulit ketika dia berburu sampah dan bangkai
jalanan. Tapi Tobias sudah mengenyahkan hambatannya. Dia belajar untuk mengikuti
naluri binatangnya. Untuk melakukan apa
yang harus dia lakukan. Mungkin bukan hanya Tobias yang harus
menghadapi dirinya sendiri.
Apa arti mimpi-mimpiku"
Enyahkan hambatan. Ikuti naluri ku.
Lakukan apa yang harus aku lakukan.
Menjadi seorang pemimpin.
Sekolah masih sama seperti biasa.
Guru-guru saling mengobrol di lorong.
Cewek-cewek cekikikan. Anak cowok meninju lengan temannya.
Hal-hal bodoh, tapi akrab.
Tidak buatku. Tidak lagi. Rasanya seperti aku menonton mereka semua
dari balik kaca Plexiglass.
Seolah aku tidak ada di sana. Aku tidak bisa
nyambung, ke guru-guru, ke anak-anak cowok,
ke cewek-cewek. Aku bahkan tidak bisa berpurapura membaur.
Aku tidak tahu berapa lama lagi aku bisa
tahan menganggap diriku seperti anak-anak yang
biasa. Anak-anak tanpa hal penting untuk
dikhawatirkan selain jerawat dan kuis
mendadak. Rasanya seperti mau meledak.
Tapi aku punya kendali-diri. Terlepas dari
apa yang Jake dan lainnya pikirkan. Aku tidak
akan mengatakan atau melakukan sesuatu
yang bisa membuat jati diriku ketahuan. Aku
tidak bisa tahu mana yang Pengendali mana
yang bukan, dan jumlah mereka bertambah
setiap hari. Chapman, wakil kepala sekolah kami,
sudah jadi Pengendali sejak awal. Aku
melihatnya berjalan di lorong bersama
beberapa anak dari tim sepakbola. Apakah
mereka juga Pengendali" Anggota The
Sharing" Mereka berjalan melewatiku tanpa menoleh. Saat mereka berbelok di sudut, aku
sudah sangat tidak sabar.
Jika anak-anak itu adalah Pengendali, kami
perlu memerangi mereka, melawan mereka.
Bahkan mungkin menyelamatkan mereka
entah bagaimana. Tidak sekadar menunggu
dan melihat. Setiap jam, setiap hari, kami kehilangan
kesempatan untuk melawan. Untuk berjuang.
Untuk menyerang. Keberadaan Yeerk semakin
menyebar dan kami masih bermain bertahan.
Apakah itu strategi yang benar"
Aku tidak yakin. Dan aku sudah memberitahukan hal tersebut kepada Jake. Lebih
dari sekali. Aku menoleh ke belakang. Setiap wajah yang
kulihat mendadak seolah bertuliskan Yeerk di
keningnya. Jake keluar dari ruang kelas, berbelok cepat di
sudut. "Hai," aku berkata, siap untuk berhenti dan
bicara. Dia mengangguk singkat dan terus berjalan.
Kami bersikap biasa saja di sekolah. Tidak
begitu banyak gaul bersama. Agar tidak
menimbulkan kecurigaan dari orang-orang yang
salah. Tapi aku meragukan satu hal lagi.
Apakah anggukan Jake tadi lebih dingin dari
yang biasanya" Apakah apa sesuatu yang lebih kurangbersahabat dari caranya berjalan melewatiku"
Apakah dia masih marah karena aku
menentangnya di Gedung Put..
Tunggu! Aku menggelengkan kepala.
Kejadian di Gedung Putih itu cuma mimpi. Aku
tidak menentang perintah Jake. Aku tidak
mencoba untuk membunuhnya.
Aku buru-buru ke kelas dan duduk di belakang
Cassie. Aku merasa tidak tenang, gelisah.
Dia berbalik. "Hey!"
Senyumnya tulus dan aku balas tersenyum. Setidaknya aku mencoba tersenyum. Tapi
perasaan tentang ada sesuatu yang salah
semakin membebani dan mengurungku, lebih
parah daripada tadi pagi.
Apa aku masih sedang mimpi buruk"
Bel berbunyi. Anak-anak melempar diri
mereka ke kursi masing-masing, dan guru
berjalan masuk ke ruang kelas, sigap dan
tidak sabar untuk memulai.
"Buka buku kalian halaman dua enam tiga,"
dia berkata. Samar-samar, aku sadar dia akan
mulai menguliahi kami tentang Edgar Allan
Poe. Tentang cerita pendek yang sudah kami
baca minggu kemaren. "The Tell-Tale Heart."
Aku melihat ke bukuku. Membalikkan
halamannya. Mencoba untuk menemukan
bagian yang disebutkan oleh si guru.
Aku mendengar bunyi klik-klak kapur di
papan tulis. Aku mengangkat kepala untuk
menengok apa yang sedang dia tulis.
Tapi pandanganku silau oleh cahaya
merah yang menyelimuti seluruh ruangan
kelas. Tidak seorangpun menyadarinya. Di
sekelilingku, anak-anak memperhatikan papan
tulis, sibuk mencatat apa yang tertulis di sana.
Aku menoleh ke belakang, mencari sumber
cahayanya. Tidak ada apa-apa. Aku menatap ke depan lagi.
Cahaya merahnya sudah hilang. Sekarang
aku bisa melihat guru dan tulisan di papan tulis
dengan jelas. Kepalaku mulai berenang dalam pikiran. Apa
yang sedang terjadi"
Aku menyandarkan kepalaku ke dinding.
Plester nya terasa sejuk dan halus di pipiku.
Tetapi dari dalam dinding, aku mendengar
suara cakaran dan garukan. Suara cakar-cakar
kecil. Tikus-tikus. Tanganku mulai bergetar. Aku mengepalkan
kedua tanganku supaya berhenti.
Mungkin tidak terlalu buruk menjadi tikus jika
tidak ada orang di sekelilingmu yang membuatmu
merasa hanya dirimu sendiri yang tikus. Mungkin
tidak terlalu buruk jika kau hidup di tempat di
mana semua orang adalah tikus. Di belakang
plester dinding yang mulus, menggaruk dan
mencicit. Kemudian " aku tahu pikiranku sedang
menipuku. Atau benarkah demikian"
Seseorang memanggilku dari dalam dinding.
Seseorang menangis, "Tolong aku! Tidak!
Tidak! Jangan lakukan itu kepadaku!"
Itu suara David. David lah yang memanggil ku!
Tidak! "Rachel" Kau tidak enak badan?"
Suara ramah sang ibu guru menembus alarm
memekakkan di kepalaku. Setiap wajah, termasuk Cassie berbalik
untuk menatapku. Aku sadar aku sedang
menyandarkan kepala ke dinding, dengan
tangan menutup wajah seperti seorang yang
stress atau sedang kesakitan. Aku menegakkan badan, menelan ludah.
"Tidak," aku berjuang untuk menjawab.
"Tidak, aku baik saja."
"Mengapa kau tidak beristirahat sebentar,"
dia memaksa. "Pergilah minum dan kembali
saat sudah merasa baikan."
Mungkin dia takut aku akan pingsan atau
dia tidak mau aku berbuat sesuatu di
kelasnya. Tidak bisa disalahkan.
Aku mengambil buku-bukuku.
Bibir Cassie bergerak pelan. Membentuk
kata-kata perhatian. Ada apa"
Aku menggelengkan kepalaku. Tidak ada
apa-apa. Harap tenang. Aku sampai di pintu kelas. Mendengar guru


Animorphs - 48 The Return di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali mengajar tentang "The Tell-Tale
Heart." Cerita tentang bagaimana rasa bersalah
membuat seorang pembunuh menjadi gila.
Mungkin menjadi lebih gila dari sebelumnya.
Detak jantung korbannya lah yang membuat si
pembunuh merasa sangat tertekan. Detak
jantung mayat korban yang dikuburnya di
bawah lantai kayu rumahnya. Menghantui si
pembunuh. Berdebad di teling dan dalam dirinya
sendiri. Suara yang mengejar dirinya.
Sampai dia tidak tahan lagi. Sampai dia
mengakui semua kejahatannya.
Aku pergi ke air minum pancuran. Mulutku
terasa kering. Aku mencondongkan badan untuk
minum. Mengingatkan diriku seribu alasan
mengapa aku tidak perlu merasa bersalah
terhadap David. Aku " kami tidak punya pilihan lain. Bahkan
Jake terpaksa setuju kepada pilihan ini.
"Kenapa kau peduli pada pilihan Jake?"
sebuah suara di belakangku berkata. "Seorang
pemimpin harus belajar hidup tanpa persetujuan
orang lain." Aku tersedak. Meluruskan badan dan
memutar tubuhku. Siapa yang bicara kepadaku"
Siapa" Tidak ada orang di belakangku.
Aku melihat ke sekeliling lorong.
Tidak ada siapapun di kedua ujungnya.
Apa aku bermimpi" Tidak. Aku hanya kehilangan akal sehat. Akal sehat
yang sisa sedikit dari kepalaku.
Aku menyobek secarik kertas dari buku dan
menuliskan pesan untuk Cassie. Memintanya
untuk bertemu di gudang sepulang sekolah. Aku
menemukan loker nya, memasukkan catatan
tersebut lewat celah ventilasi, dan melangkah
keluar. Sekarang, sekolah bukan tempat yang
tepat buatku. Aku menghabiskan sisa hari di mall. Beberapa
jam shopping dan aku hampir merasa normal
lagi. Pada saat aku menuju gudang jerami, aku
merasa sedikit konyol. Emangnya aku ini apa"
Anak kecil" Kenapa aku membiarkan sedikit
mimpi buruk merusak duniaku"
Sekitar dua puluh meter dari gudang, aku
mendengar jeritan. Setengah detik kemudian, Cassie berlari
keluar dari gudang. Sekitar dua ratus tikus
mengejarnya. Tikus-tikus! Ini mimpi. Pastilah ini mimpi! Cassie cepat, namun tikus-tikus tersebut
lebih cepat. Mereka memanjati kakinya,
bergelayutan di pundaknya, jatuh ke lengan.
Menggigit. Mencakar. Menggerogoti dengan
liar. Wajah Cassie mulai melebur. Dia
tersungkur pada lututnya. Dia hendak berubah
wujud. Saat-saat yang tak berdaya! Para tikus
semakin menjadi-jadi. Mengerikan sekali.
Aku tidak tahu harus apa! Wujud apa yang
aku punya yang bisa menangani dua ratus
tikus dan membunuh mereka sebelum mereka
selesai memakan Cassie"
Apapun, berubah aja, Rachel! Jadi grizzly!
Saat itulah kawanan tikus kedua muncul
dari balik semak-semak. Mereka menyerangku! Sebelum aku sempat memulai berubah
wujud, mereka menaiki kaki celana jeans ku,
memanjat sampai ke dada, masuk ke dalam
kerah jaketku. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk
menghentikan mereka! Atau ada" "Lari ke kolam!" aku berteriak kepada
Cassie. "Lari lari lari!"
Aku cabut. Tikus memang kecil, tapi coba saja berlari
dengan lima puluh ekor tikus bergelantungan
pada dirimu dengan gigi mereka.
Cakar-cakar kecil menggores kulit lengan dan
kakiku. Gigi-gigi kecil menembus masuk pipiku.
"Berhenti!" aku menjerit. "Enyah dariku!"
Kolam tinggal beberapa meter lagi. Aku tidak
berhenti untuk melepas sepatu, ataupun
membuka jaket. Aku langsung terjun ke dalam
air. Tikus-tikus itu bisa bertahan, namun tidak
untuk waktu yang lama. Tidak jika aku menahan
napas dan menyelam.Paru-paru tikus jauh lebih
kecil daripada punyaku. Tikus-tikus itu harus
melepaskan diri atau mereka tenggelam.
Aku mulai menyelam ke bawah permukaan.
Beberapa tikus langsung melepaskan gigitannya. Sebagian yang lain malah menggigit
semakin keras, putus asa.
Aku meronta, melemparkan tikus-tikus yang
basah ke dalam kolam yang gelap.
Apakah mereka berenang cari selamat"
Apakah mereka tenggelam"
Aku tidak peduli. Aku hanya mau mereka
pergi! Begitu paru-paruku mulai terasa panas, tikus
yang terakhir akhirnya melepaskan diri.
Aku bebas. Kecuali sedikit berat, terbeban
oleh sesuatu di dalam kaos dan jaketku. Bangkai
tikus-tikus. Paru-paruku serasa terbakar. Saatnya mengambil napas. Aku mendorong tubuh ke atas. Berharap
Cassie ada di atas sana, menungguku.
Tidak! Sesuatu menggenggam mata kaki ku.
Menarikku ke bawah. Paru-paruku seakan meledak. Aku butuh
udara! Tapi apapun yang menahan mata kaki ku
bertekad untuk menenggelamkan aku bersama tikus-tikus. Aku meronta dan menggeliat dan
memukul-mukul" Lalu semuanya menjadi hitam.
Tidak sadar. Namun di saat bersamaan,
sadar. Mengambang. Hanyut. Di sana. Tapi tidak di sana.
Aku. Tapi bukan aku. Mimpi. Mimpi buruk tingkat baru.
Mimp buruk yang terstruktur seperti
permainan labirin. Lalu aku membuka mata. Mengintip tidak
melalui air, melainkan sebuah kesuraman.
Mataku mulai terbiasa dengan cahaya
redup. Bukan papan permainan ataupun labirin.
Sebuah panggung. Seperti panggung di Phantom of the Opera.
Sangat gotik. Begitu Poe Aku ada di penjara bawah tanah. Penjara
yang besar seperti gua dengan dinding batu yang
lembab dan berlumut. Lilin-lilin menyala di dinding yang berukir.
Sarang laba-laba superbesar, ada yang
sebesar seprei, bergantung seperti tirai dari
sumber penerangan dan dinding-dinding.
Tikus kecil berlarian keluar masuk bayangbayang. Tempat ini berbau seperti sampah dan
selokan yang busuk. Liar sekali, aku malah mengharapkan akan
melihat peti mati. Vampir yang menunggu
matahari tenggelam supaya mereka bisa
menghisap darahku, membuatku menjadi seperti
mereka. Pembunuh tengah malam"
Tenang, Rachel. Konsentrasi. Gunakan
inderamu, bukan imajinasimu.
Dengar! Suara tetesan yang terus-menerus.
Jawaban dari salah satu pertanyaanku. Ini
bukan makam. Aku berada di saluran
pembuangan air. Tapi bagaimana aku bisa
sampai ke sini" Aku berdiri. Melihat keadaan di sekitar.
Mencari tahu" Aku tidak bisa berdiri. Mungkin berada di
dalam sejenis kotak. Kubus yang diletakkan di
anjungan tinggi. Mungkin sebuah meja.
Dan aku berjongkok dengan dagu menyentuh
lutut, tangan di kaki ku. Tidak cukup ruang untuk
berdiri tegak. Untuk meluruskan tangan dan kaki.
Aku mengibaskan rambut dari wajahku.
Basah! Jaketku. Masih penuh oleh bangkai tikus"
Dengan canggung, aku meraba sisi tubuhku
Tidak. Oke, paling tidak itu bagus.
Aku menyentuh dinding kubus ini.
Seperti apa ya" Kaca" Plastik" Apa
mungkin medan gaya" Tidak bisa sepenuhnya mengangkat
kepala. Aku menggulirkan bola mata ke
puncak kubus. Hanya beberapa inchi jauhnya.
Dikunci oleh gembok besar yang terlhat sudah
kuno. Bisakah aku menghancurkannya" Menghancurkan dinding"
Tidak. Tidak dengan tangan dan kaki ku
sendiri. Aku harus berubah menjadi sesuatu
yang besar. Seperti grizzly. Sesuatu yang bisa
mengeluarkanku dari penjara ini"
Kecuali jika kubus ini tidak bisa
dihancurkan dengan kekuatan fisik. Kecuali
aku akan mati tergencet saat berusaha
menghancurkannya. Baiklah. Lubang udara. Aku bisa jadi serangga, memanjat keluar
lewat salah satu dari lubang udara dan"
Lupakan. Jariku menyisiri dasar kotak. Dasarnya
diselimuti oleh bubuk halus. Dengan susah,
aku mengangkat jari ke hidung dan mengendusnya. Obat serangga. Siapapun, atau apapun, yang membawaku ke
sini, sudah memikirkan segalanya.
Yeerk" Sepertinya bukan. Ada yang berkata
begitu kepadaku. Bukan Yeerk. Langkah kaki. Aku terlompat, kaget. Derap langkah kaki terdengar di atasku.
Aku memutar bola mata ke bagian puncak
kubus. Langit-langit berkubah menjulang sekitar
tiga puluh kaki di atas kepala.
Pada puncaknya terdapat lubang kecil.
Dan dari lubang tersebut aku melihat ada
anak tangga yang menurun di sepanjang
dinding layaknya tangga darurat.
Mungkin buat pekerja gorong-gorong.
Dan sekarang tangganya digunakan oleh
orang gila yang membangun kurungan ini.
Dua orang yang terdengar sedang
menuruni tangga jelas tidak bekerja untuk
perusahaan kota. Mereka sampai di dasar. Menyapu sarang
laba-laba yang bergantungan dengan tangan


Animorphs - 48 The Return di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seolah sedang menyibak tirai. Kemudian mereka
mendekati kubusku. Dua cowok. Remaja yang sudah dewasa.
Keduanya tidak bertampang cukup pintar
untuk jadi dalang scenario mimpi buruk ini. Jelas
mereka bukan otak operasinya, Rachel.
Yang satu tinggi dan kurus. Dia mengenakan
jeans yang robek dan kotor, juga kaos hitam. Ada
tato tikus di pipi kanannya.
Yang satu lagi pendek dan gendut. Juga
memakai jeans kotor yang robek. Tapi kaosnya
bertuliskan The Grateful Dead berwarna
benderang. Dia memakai jaket biru muda di atas
kaosnya. Rambut diikat satu, tipis dan berminyak.
Sama sekali tidak ada selera fashion.
Cowok-cowok ini bukan apa-apa. Aku bisa
mengalahkan preman seperti mereka.
Mereka terlihat seperti mereka selamat dari
diet Twinky dan 7UP. Mereka mangsaku Aku tidak berkata apa-apa.
Aku menunggu mereka memberitahuku apa
yang terjadi. Apa yang mereka inginkan.
Siapa yang mereka cari. Apa yang mereka lakukan kepada Cassie.
Dan aku akan membuat mereka menyesal
sudah macam-macam denganku.
Si Tato memandang Si Berminyak. "Ini
tempatnya. Persis seperti yang dia katakan."
Si Berminyak memandang berkeliling,
mengangguk. "Yeah. Di sini tempatnya. Jadi
kukira sekarang saatnya. Pasti lah sekarang"
kurasa." Tidak satupun dari mereka memandang ku.
Mereka orang suruhan. Tapi, suruhan siapa" Siapa"
Tetap tenang, Rachel. Tetap tenang.
Pikir sebelum bertindak. Jangan lakukan hal bodoh.
Si Berminyak meraih ke dalam kantong
jaket. Aku lihat bagian tersebut menggembung. Dengan perlahan, dia menarik
keluar". Seekor tikus. Tentu saja. Tentu saja. Mimpi tentang tikus, tikus dalam dinding,
tikus di bawah tanah, tikus di bajuku"
Kalau saja kau bukan orang yang kasar,
Rachel" Dengan hati-hati, Berminyak meletakkan si
tikus di atas meja platform. Menaruhnya tepat
di hadapanku, yang berdiri di dinding
seberang. Kami hanya berjarak beberapa inci, aku
dan tikus itu. Tikus yang besar. Si tikus menatapku dengan pandangan yang
anehnya terlihat pintar. Si tikus memandang seolah dia tahu sesuatu
yang penting tentang aku.
Seakan dia mengenaliku. Akan kubunuh kau! Kubunuh kau! Kubunuh
kau! Sebagai sejenis dengannya.
Jika kau tidak begitu kasar"
Tentu saja. Tentu saja.
Aku tidak terkejut. Aku juga tidak takut. Ini hanya mimpi. Mimpi buruk belaka.
Aku tinggal terbangun seperti pada mimpimimpi ku sebelumnya.
"David," aku berkata, merasa penasaran
dibanding apapun. Aku lebih pintar daripada kalian"
"Tidak," aku menjawab jujur.
Aku bergeser, mencoba menemukan posisi
yang nyaman di dalam kubus. Kaki kananku
kesemutan. Pinggangku mulai terasa nyeri.
Sudah waktunya bangun. tanya tikus yang bernama David.
Aku lebih pintar" "Tidak," aku menjawab, dengan jujur lagi.
Kau tidak bisa menghakimiku!
Kemudian si tikus terkikik.
Rachel, ini bukan mimpi. Kau tidak akan
terbangun. Tidak kali ini.>
sampai ke sini"> David bertanya tiba-tiba. Dia
berlarian pada dinding luar kubus. Hidungnya
mengendus-endus. Matanya yang seperti manicmanik berkilat jahat.
Berpuas diri menikmati kenyataan aku
terperangkap. ditinggalkan di pulau batu itu" Bagaimana
rasanya berbulan-bulan sendirian" Bagaimana
bertahan hidup" Bagaimana berjuang untuk tidak
jadi gila"> Mendadak, namun pasti, aku tahu ini bukan
mimpi. Mendadak, aku merasa takut " berat, kelam,
dan dingin " merasuki setiap anggota tubuhku.
Harus terus atau kami" semua" kami
akan harus menjadi pembunuh.
Aku tidak mau mendengar cerita David.
Aku tidak mau mendengar apapun yang ia
katakana. Aku bisa membayangkannya cukup jelas.
Sudah terbayang. Lagi dan lagi. Bahkan saat
aku tidak mau. Bahkan saat aku berusaha
untuk tidak membayangkannya.
Dan begitu aku memang membayangkan
situasi David, saat rasa terkurung menghantui
pikiranku, aku selalu gemetar berkeringat
dingin. David berdiri pada kaki belakangnya,
hidungnya yang merah muda berkedut di
udara. Mencari makan"
yang akan menuntaskan pekerjaan kotormu.>
David tidak bertanya itu ide siapa.
Aku merasakan panas menjalar dari leher
ke wajahku. Dia benar. Kami tidak punya nyali.
David tepat mengenai kenyataan yang
menyakitkan. dia
melanjutkan. Suaranya terkontrol, dengan susah payah.
Di dalamnya aku mendengar nada yang
maniak. Kegilaan. kecerdasan manusia. Tahukah kau" Artinya
setiap kali aku terpaksa memakan sedikit daging
busuk, otak manusiaku memberontak. Setiap
hari, kebutuhan tikus bertahan hidup membuat ku
melakukan hal-hal yang memalukan bagi otak
manusiaku. Rendah. Najis.>
"Aku juga merasa begitu setiap makan di
kantin sekolah," aku berkata. Bertekad untuk
tidak membiarkan dia melihat ketakutan ku.
David
membentak. pekerjaan kotor.> Aku tersentak. Mungkin David sangat perseptif. Mungkin
ingatannya memang kuat. dia berkata.
Seolah dia membaca pikiranku!
dengan kalian para Animorphs. Namun itu juga
yang membuatku selamat dari pulau itu. Dan
kepintaranku jualah yang akan mengembalikanku
ke asal, di puncak segalanya.>
"Apa maksudmu?"
Bahkan bagi telinga sendiri suaraku terdengar
tipis. Gelisah. dan seluruh manusia,> kata David, ceria. seperti menjadi tikus dan hewan pengerat
terpintar di pulau batu, adalah apa yang kau
perbuat, Rachel. Kalian para Animorphs pikir
kalian telah mengutukku menjadi lebih buruk
dari kematian. Tapi aku membalikkan itu
menjadi sebuah kesempatan. Kesempatan
untuk mengembangkan kecerdasanku mencapai tingkat yang nyaris supernatural.>
Mendadak, David si tikus berputar dalam
gerakan melingkar. Terus, makin cepat.
Semakin cepat. Seperti roda yang kesetanan.
Atau seperti dia sedang mengibaskan sesuatu
dari tubuhnya. Rasa gatal atau rasa tak
nyaman. Sekitar sepuluh putaran, dia melambat.
Kembali menatapku. Sekilas aku ingin mengomentari sinis
dirinya yang keliatan butuh Prozac atau
Lithium atau apapun. Tapi aku menahan diri.
David bicara. Suaranya kehabisan napas
setelah adegan maniak tadi.
kesepian yang luar biasa. Melewati hari-hari
tak berujung di batu itu, terkena unsur-unsur
kimia, sendirian hanya ditemani ratusan tikus
lain yang terdampar entah bagaimana, seperti
diriku. Tapi aku selamat, Rachel. Oh, ya. Dan
aku berteman dengan beberapa saudara yang
cerdas-cerdas. Aku berjanji akan membawa
mereka keluar dari pulau jika mereke
membawakanmu makanan dan mematuhiku.
Singkat cerita, mereka patuh. Bagaimana tidak"
Mereka harus patuh. Mereka tahu siapa
pemimpin alami mereka. Dan sekarang pasukan
ku ada di sini.> "Pasukan?" aku terbahak. Dia benar-benar
sudah sinting! "Pasukan apa?"
David balas terbahak, meniruku.
pulau bersama beberapa letnan terpilih.>
"Kukira tikus tidak bisa berenang."
Mereka masuk ke baju mu, membuatmu berat.
Membuat kau takut. David
berkata. tidak lama datang sekelompok pecinta alam ke
pulau untuk menghitung populasi burung. Mereka
datang, tentu saja, dengan kapal. Kau tidak
memperkirakan itu, kan">
Memang tidak.
Tidak terpikir oleh kami bakal ada orang yang
sengaja datang mengunjungi pulau penuh
tumpukan batu itu. nyaris punah di pulau. Burung-burung bodoh, tapi
telur mereka enak. Terus, saat para pencinta
alam sibuk berkerumun menghitung sarang, aku
menaiki kapal bersama letnan-letnanku dan
bersembunyi. Beberapa jam kemudian, kami tiba
di daratan.> David berhenti. Seolah dia menunggu
tepuk tangan, ia menunggu cukup lama.
anggota,> dia melanjutkan, suaranya semakin
terdengar bersemangat dalam setiap kata.
berjumlah lebih dari dua ratus. Tapi tidak
sampai di situ. Oh, tidak. Apa kau tahu jumlah
tikus di dunia, Rachel" Jutaan. Mungkin
milyaran. Dan aku akan memimpin mereka
semua.> Oke. "Jadi sekarang apa?"


Animorphs - 48 The Return di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

oleh pasukan ku di gudang tadi. Dengan
pasukan tikus, dan beberapa orang seperti
mereka,> David berkata, menunjuk ke dua
cowok tadi dengan hidungnya, ada yang bisa menghentikanku.>
Aku menatap dua anak buahnya. Kaki
tangan David. Mungkin aku bisa menimbulkan
sedikit perpecahan. "Kalian sadar gak, kalian diperintah oleh
tikus?" aku berkata.
Si Tatto angkat bahu. "Dia membayar
kami." "Dia membayar?" aku mendengus. "Apa
maksudmu" Dia tikus. Kau dibayar pakai
keju?" David tertawa liar. tempat yang tidak bisa dimasuki manusia,
Rachel. Kau tahu itu. Masuk ke bank. Masuk ke
kantor. Tempat-tempat penyimpanan uang. Uang
yang sangat banyak. Aku mencurinya. Sedikit
demi sedikit. Kerja yang keras namun semuanya
terbayar. Selama bulan-bulan belakangan ini, aku
sudah mengumpulkan dua ratus dua belas ribu
dolar.> Aku melihat Tatto dan Berminyak saling
berpandangan. Si Tatto menelan ludah. Begitu
juga si Beminyak. Baru membayangkan uang
saja mereka sudah ngiler.
tidak terjangkau manusia,> David berkata.
Kepadaku dan kepada dua anak buahnya. masih ada banyak lagi.>
"Jadi aku ngapain di sini?" aku bertanya. "Jika
kau berniat menguasai dunia, apa yang kau mau
dariku?" David tertawa. keadilan. Aku mau menuntut balas. Aku mau
melakukan apa yang sudah kau lakukan
kepadaku. Memerangkap mu. Merampas kebebasanmu untuk memilih.>
TIDAAAAK! David berhenti bergerak dan mengendus. Dia
kini duduk diam, mata hitamnya yang kecil
terpaku kepada mataku. tikus. Selamanya.> "Itu bukan keadilan," aku membentak. "Itu
balas dendam." David menghela napas. keadilan akhirnya menghampiri mereka.>
"Aku bukan kriminal."
Aku bukan orang gila. Aturan untuk menggunakan teknologi berubah
wujud demi kebaikan alih-alih kejahatan. Aturan
tentang apa yang boleh atau tidakboleh kau
lakukan. Tapi kenapa dia tidak repot-repot mikirin
peraturan saat dia menyuruhmu memerangkapku"> "Jake tidak memerintahku untuk
melakukannya," aku membantah.
David tampak terkejut. Yah, seterkejut yang
bisa diperlihatkan oleh tampang tikusnya.
kau sendiri yang memutuskan untuk membuat
aku terperangkap"> Suaranya terdengar
merendahkan. terkejut, Rachel. Kukira anggota Animorphs
semuanya taat hukum.> Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku
hanya ingin dia tahu. rencana itu adalah ide
Cassie. Tapi kami setuju untuk melakukannya.
Kami semua mendukung. Dan masing-masing
kami ikut ambil bagian. Apakah aku lebih
bersalah karena kerjaanku adalah bagian yang
paling kotor" Aku tidak punya pilihan. Aku lah yang orang
yang paling tepat dikirim Jake untuk ikut
bersama David. Aku lah yang paling dibenci
David. Dia ingin mempermalukanku. Dan aku
sengaja membiarkannya, demi kebaikan kami.
Ada sesuatu yang sangat gelap di dalam
dirimu, Rachel. "Aku melakukan apa yang harus aku
lakukan," aku berkata, mencoba menyembunyikan resah di balik nada
meyakinkan. "Saat itu kau mengancam kami.
Kami mengira kau sudah membunuh Tobias.
Jake mengirimku untuk mengejarmu karena
dia tahu aku akan melakukan hal yang
diperlukan." Ya, Rachel, kau menyukainya. Itulah
mengapa kau begitu berani. itulah yang
membuatmu sangat berbahaya. Aku tidak
tahu apa yang terjadi pada dirimu jika semua
ini berakhir nanti. Jake. Tidak satupun dari kami yang tidak berubah
setelah kejadian David. Tidak aku. Tidak pula
Jake. David menuntut.
pejuang, maka dua orang ini adalah pahlawan
berjubah.> David tertawa. Berbalik menghadap kedua
anak buahnya. dilakukan Rachel kepadaku. Supaya kalian tahu
rasanya. Aku masih anak-anak, oke" Lalu alien
mencuri orangtuaku, dan, bam, seluruh hidupku
hancur. Aku tidak bisa pulang. Tidak bisa lagi
melihat kedua orangtuaku.>
Itu bukan salahku! Aku menjerit dalam diam.
Kami hanya mencoba untuk membantumu!
terjadi, aku ditarik masuk oleh satu geng anakanak. Mereka memerintahku. Mereka menyuruhnyuruh. Dan saat aku mencoba membela diri,
Rachel menodongkan garpu ke telinga ku dan
mengancam. Kemudian, dia berjanji akan
membunuhku.> Aku merasakan wajahku memanas karena
malu. Tatto memandang ku, mengangkat sebelah
alisnya, nyaris mengangkat ibu jari. Seolah
berkata, "Keren!"
Dia menyetujui tindakanku. Dia tidak ragu
untuk mendukungku. Hal tersebut tidak membuatku merasa lebih
baik. David berguling ke belakang. Melambaikan
cakar ke udara. Mengibaskan ekor merah
mudanya ke depan dan belakang.
ingin dianggap pahlawan padahal yang kalian
semua lakukan adalah menindas seperti
preman.> Dengan tiba-tiba, David balik berdiri di atas
kaki-kakinya. sampai kepada mu, si sinting. Tapi aku tidak
peduli pada Jake dan yang lainnya. Cuma
pada mu, Rachel. Kaulah yang paling jahat.
Dan aku akan memastikan kau menerima
ganjarannya.> "Kau tidak akan bisa," aku balas berkata.

Aku menggelengkan kepala.
ulang David.
gajah. Dan jika kau mencoba jadi serangga, kau
akan mati. Tentu saja, mungkin kau lebih memilih
mati daripada menjadi seperti diriku. Mengais
sampah. Makhluk buangan.>
David memberi tanda kepada kedua
anakbuahnya. Mereka mencabut pistol masingmasing.
David meletakkan cakarnya di atas dinding
kubus dan mendekat ke arah ku. Hidungnya
mengendus cepat dan suaranya lebih tenang
sekarang. Mencoba menenangkanku sambil mengejek.
sebagai tikus tidak begitu buruk bagimu. Kau
masih bisa berkelahi. Tikus selalu berkelahi.
Pemangsa, musuh, tikus-tikus yang lain. Tidak
jadi soal. Selama ada darah, maka aka nada
penghiburan.> Aku bukan orang gila seperti itu!
Nada tenang David berubah drastis. tidak bisa menjadi penindas manusia, setidaknya
kau bisa jadi penindas tikus.>
"Aku bukan penindas."
Aku bukan orang gila. Aku mengerti apa yang
kulakukan. kepala ku sambil mengancam keluargaku. Kau
menikmati meneror anak malang yang sudah
kehilangan segalanya. Kalau kau bukan
penindas, kau mestinya malu kepada dirimu
sendiri.> Aku memang malu kepada diriku sendiri.
Tapi" Aku masih sadar batasannya. Dan aku
tidak akan melanggar garis batas tersebut.
Tapi aku tidak akan pernah mencoba untuk
membunuh David jika bukan karena Jake.
Kau mengkhawatirkanku" Menurutmu apa
yang akan kulakukan, Jake"
Jake mengirim ku untuk "mengurus" David.
Semua orang punya batasan masingmasing.
Dia tidak memberitahuku, persisnya, harus
apa. Namun dia juga tidak memberitahuku,
persisnya, tidak harus apa.
Jadi itu sama saja dengan memberiku izin
untuk melakukan apapun yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah.
Bukankah demikian"
Aku terlonjak keras, kepalaku sampai
terbentur langit-langit kubus.
David membaca pikiranku. Apakah dia benarbenar sudah memiliki kekuatan supernatural"
Anthropomorfisme. Itu adalah saat kau memasukkan perasaan
manusia, motif, dan kebiasaan kepada binatang
yang bukan manusia. Atau kepada pohon atau
mesin atau apapun yang bukan manusia.
Cukup sentimental. Nick Jr. lah yang paling
tidak aku suka menikmati anthropomorfisme.
Namun David-manusia tampak begitu jelas di
dalam David-tikus, sumpah aku dapat melihat
ekspresi manusia dengan gamblang pada wajah
pengerat kecilnya. David-tikus sedang nyengir. Seolah dia
baru saja mencetak gol. Davit-tikus sedang berusaha mengacaukan
pikiranku. Menusukkan jarum ke tempat yang dia
tahu aku paling lemah. Satu-satunya cara melawan adalah dengan
tidak bereaksi. Tidak merespon. Tidak membiarkannya mengetahui seberapa besar dia sudah mempengaruhiku.
"Kau tidak bisa membaca pikiranku," aku
menggertak. "Kau tidak bisa mengecohku.
Kau pikir kau sudah membuatku lemah. Tapi
siasatmu tidak berhasil."
saat kau sudah terperangkap dalam wujud
tikus,> David terkekeh.

Animorphs - 48 The Return di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau aku tidak mau?" aku menantang.
"Apa kau akan membunuhku" Lebih baik aku
mati daripada menghabiskan sisa umurku
sebagai tikus. Lebih baik aku mati daripada
menjadi pengerat pemakan-sampah, pengutiluang, penghuni-selokan, dan pembawarabies."
Aku meludahkan kata-kata tersebut kepadanya. David menyentakkan kepala, seolah dia
baru saja ditampar. Keberaniannya tampak
mulai menguap. Kumisnya jatuh lunglai. Pundak
kecilnya melesu. Dia mengangkat satu cakar
kecil ke wajah, seakan-akan menyembunyikan
ketakutannya. Gestur manusia yang sangat aneh pada tubuh
tikus. David menangis. Mendadak, dia kelihatan tidak jahat. Dia tidak
lagi tampak seperti tokoh bengis Rat Man dalam
serial kartun. Sekarang dia tampak seperti Stuart
Little. Tikus kecil dengan kulit merah muda yang
tidak berbahaya. Makhluk kecil tak berdaya yang entah
bagaimana berhasil bertahan hidup dari semua
kejanggalan. Tidak hanya bertahan, dia memenangkan
hidup. Dari sudut pandang yang aneh, David adalah
seekor makhluk kecil yang gagah berani.
Setiap isakannya terasa menghantam perutku.
Aku merasa tidak enak. Aku merasa kejam.
Apa yang sudah kulakukan"
Mengapa aku mencoba membuatnya malu
atas sesuatu yang tidak bisa ia hindari"
Mengapa aku mencoba membuatnya malu
atas sesuatu yang aku timpakan kepada dirinya"
"David?" aku mulai bicara, mencoba
terdengar lembut. Mungkin ada cara untuk menangani ini semua
dengan damai. Cara untuk mengembalikan David
ke pihak kami. Cara untuk memberikannya
kesempatan baru. Tapi dia memotongku. dia
berkata pelan. "Apa?" sekali, Rachel. Tidak seorang manusiapun
yang sanggup melakukan apa yang sudah kau
perbuat kepadaku. Aku tidak jahat, Rachel.
Cuma " bermasalah. Sekarang, giliranku.
Kataku kau akan mendapat ganjaran. Dan hari
ini lah saatnya.> Dari sumber yang tidak terlihat, sebuah
cahaya merah mulai menyala, menyinari sisi
lain ruangan. Memperlihatkan, entah dari
mana, seperti tipuan sulap, kubus kedua pada
anjungan yang lain. Ada seseorang di dalam kubus tersebut.
Cassie! Kubus itu kecil, seperti kubusku. Digembok.
Tapi tidak ada lubang udara. Dan sepertinya
kedap suara. Mulut Cassie terlihat bergerakgerak. Tapi aku tidak bisa mendengar
suaranya. Hanya tangisan teredam.
Anak buah David tertawa dan menunjuknunjuk.

David berkata. mudah. Tidak, Rachel, pilihannya adalah: Jadi
tikus atau Cassie mati. Mati kehabisan napas.>
Lengkingkan tawa memekakkan telingaku.
Aku terbakar oleh amarah.
Benarkah tadi aku sempat merasa menyesal
kepada sampah ini" David benar. Kami harusnya tidak membiarkan dirinya terasing di pulau. Kami
harusnya membunuh dirinya saat kami punya
kesempatan. Aku tahu dia yang sebenarnya.
Lebih buruk dari sebatas anak yang bermasalah.
Tapi membunuh David kelihatannya terlalu
berlebihan. Seperti orang bar-bar.
Nyatanya, aku memang takut. Takut untuk
membunuh. Kami semua takut. Sekarang, aku bisa melihat, itu jadi sebuah
kelemahan. Tanganku bolak-balik mengepal. Jika saja aku
dapat kesempatan lagi, aku tidak akan ragu.
Tidak ada lagi takut-takut. Tidak ada lagi
kelemahan. Tidak boleh ada lagi kebimbangan moral.
Tidak boleh lagi kompromi yang tidak pasti.
Aku akan membunuh. Tawa David. Cekakak bego anak buahnya.
Dan ada satu suara lagi. Kikikan aneh. Dari mana asalnya" Sekarang kikikan itu berubah menjadi
teriakan. Jadi kata-kata. Yang terus diulang.
Cassie, menggedor bagian dalam kubusnya. Mulutnya membentu kalimat:
"Jangan berubah! Jangan berubah!"
Memintaku untuk tidak mengorbankan
diriku demi dirinya. "Cassie, berhenti teriak!" aku menjerit,
berharap ia mendengar. "Kau akan kehabisan
udara. Hentikan!" Namun dia tidak berhenti.
Si Berminyak berjalan menuju kubus
Cassie. Menekan wajah jeleknya ke dinding
dan membuat serangkaian ekspresi aneh.
Meledek Cassie! David mengulangi.
dalam kubus dengan cepat. Menurutku dia
punya sekitar dua menit sebelum mulai tidak
sadarkan diri. Begitu kau selesai berubah, aku
akan membukakan lubang udara buatnya."
Aku kenal David. Dia akan membiarkan Cassie mati jika aku
tidak berubah. Tapi jika aku berubah " akankah dia
membiarkan Cassie hidup"
Aku harus mengambil kesempatan itu.
Aku memejamkan mata dan mencoba
berkonsentrasi. Tapi sulit sekali.
Begitu banyak luapan emosi!
Iba. Rasa bersalah. Takut. Marah.
Aku bukan orang gila! Mustahil untuk memusatkan pikiran!
suara David. ingin melihat ada yang mati. Mereka suka melihat
orang lain menderita.>
Bukan hanya amarah. Murni benci. Mengalir di dalam tubuhku seperti bahan
bakar pesawat jet. Aku akan menjadi tikus. Aku akan berpurapura bekerja sama.
Dan begitu aku punya kesempatan, aku akan
membunuh David. Aku akan membunuh dirinya
juga anak buahnya. SCHWOOP! Tanganku tertarik. Kakiku mengecil. Aku
gundukan besar yang tak seimbang di lantai
kubus. Aku melihat ke kakiku. Mereka terus menjadi
kecil. Sekarang tersembul keluar dari sepatuku
yang besar. Sekarang muncul cakar kecil di
tempat yang tadinya jari kaki. Sekarang seluruh
tubuhku ikut mengecil. Cepat sekali. kulitnya
mengendur dan memerah cerah, kemudian
ditumbuhi oleh bulu-bulu putih.
Hidungku " masih hidung manusia, tampak
begitu besar pada kepala tikus. Tidak mungkin!
Mendadak, rongga mataku mengecil. Lebih cepat
dari bola mata! Menekan bola mataku sampai
terasa mau pecah. Akhirnya, bola mataku pun menyusut.
Perspektif ku berubah. Pandanganku
menyempit. Sekarang aku melihat dunia dari
ketinggian tiga inci dari lantai.
Perubahanku sudah selesai. Aku adalah
seekor tikus. Tidak! Si Berminyak menyetel alarm jam tepat di
depanku, persis di luar dinding kubus. David
berdiri pada kaki belakangnya dan meletakkan
kaki depan pada jam tersebut.
Neraka dua jam dan kemudian, kau dan aku.
Tikus bersama. Selamanya.>
Dua jam. Aku punya dua jam. Dan kemudian hidupku sama saja dengan
berakhir. Rasa penasaran tikus mulai mendobrak
masuk. Aku tidak menghentikannya.
Mungkin naluri menyelamatkan diri si tikus
akan menangkap celah yang aku lewatkan.
Hidung berkedut, kumis bergetar, aku
berlarian pada keempat dinding kubus. Berhenti
untuk mengendus sudut-sudutnya. Berdiri dan
menekan dinding dengan kaki depanku.
aku membangun semua penjara ini supaya kau
bisa keluar"> Aku bergegas ke tempat David berdiri,
mencari-cari. Kami saling berpandangan.
Hidung ke hidung. Aku tahu kau lapar. Tikus selalu kelaparan.>
Si Tato mendekati kubus. Di tangannya ia
membawa kantong plastik. Penuh berisi
makanan busuk. Dia lalu memasukkan wortel
berjamur dan daging kehijauan melaui lubang
udara. Memasukkan sampah bau dan busuk,
penuh dengan belatung. aku berteriak.
David berkata. terlalu buruk kalau kau sudah terbiasa. Dan
semakin cepat kau terbiasa makan sampah,
Pukulan Naga Sakti 9 Wiro Sableng 187 Si Pengumpul Mayat Pendekar Kidal 7

Cari Blog Ini