Empat Serangkai - Rahasia Pegunungan Killimooin The Secret Of Killimooin Bagian 3
Mike dan Jack Pilescu paling belakang. Nah siap"
" " Mereka sampai di jalan setapak, lalu berjalan berining-iringan sambil saling
berpegangan tangan. Hati anak-anak berdebar-debar tetapi mereka merasa aman
karena Ranni dan Pilescu bersama mereka sekarang.
Beberapa saat kemudian Ranni berhenti. Disorotkannya senter ke sana-sini.
Rupanya dia keluar dari jalan setapak!
Kita belum terlalu jauh dari sana,
" katanya. " Baru saja aku melihat batang pohon
" bertanda kapak. Ayo, kita cari pohonnya.
" Dengan cemas mereka mencari pohon bertanda kapak yang menunjukkan bahwa mereka
berjalan di jalan yang benar. Mike merasa tidak enak membayangkan kalau mereka
benar-benar tersesat di hutan belantara itu! Dia merasa sepasang mata berkilatkilat memandangnya dan antara pepohonan. Anak itu terlompat!
Apakah yang tadi itu serigala"
" bisiknya kepada Jack. Tapi, rupanya itu cuma
" khayalannya sendiri! Tak ada serigala di situ, cuma sepasang daun mengkilap yang terkena sorot lampu
senter Ranni! Ah! " ujar Ranni akhirnya, suaranya lega. Ini dia jalan setapaknya. Lihatlah?"
ada " tanda kapak di pohon itu. Sekarang kita bisa berjalan terus. Semuanya tolong
perhatikan pohon bertanda kapak, ya! Cuma petunjuk itu yang bisa kita andalkan.
" Setelah itu semua memasang mata, memperhatikan pohon bertanda kapak. Selama
masih terlihat pohon-pohon bertanda itu, tandanya mereka tidak tersesat. Pada
setiap jarak tertentu, mereka melihat pohon bertanda kapak. Mereka berjalan
terus mengikuti petunjuk jalan.
Rasanya kita sudah dekat ke perkampungan mereka,
" Ranni berkata, setengah berbisik,
" Terdengarkah oleh kalian bunyi air" Pasti itu kolamnya.
" " Beberapa menit kemudian lampu senter Ranni menyinari air kolam. Mereka telah
sampai ke perkampungan perampok. Mudah-mudahan mereka tidak terlihat!
15. ADA JALAN UNTUK MELOLOSKAN DIRI"
Sunyi sepi. Beberapa suara malam saja yang kedengaran pukulan air pada dinding
kolam, " pekik binatang-binatang kecil, bunyi ikan melompat. Selain itu, tak ada bunyibunyian lain. Kelimanya berdiri diam di pinggir kolam, memasang telinga. Ada bunyi aneh, dan
anak-anak pun segera berpegang satu sama lain.
Jangan takut, " bisik Ranni. Terdengar nada tawa dalam suaranya.
" Itu cuma bunyi " dengkur perampok dari gubuk yang paling dekat
" Benar. Suara aneh tadi terdengar, lalu hilang lagi. Ranni menyalakan kembali
lampu senter yang beberapa saat sebelumnya telah dia matikan. Dia mencari-cari
rakit yang diceritakan Paul. Syukurlah, rakit itu segera terlihat tidak jauh
dari tempat mereka " berdiri, terikat pada sebatang pohon di tempat yang agak tersembunyi.
Apakah kau juga naik rakit seperti itu di sungai dalam terowongan gunung, Ranni"
" " tanya Paul. Ranni menjawab pelan. Cuma sampai ujung terowongan, tempat sungai muncul ke permukaan. Mereka
merapatkan " rakit ke tepi sungai di sana, dan kami disuruh melompat. Rakitnya kemudian
mereka ikat dan kami berjalan ke Hutan Rahasia. Rupanya, setiap kali hendak
keluar, mereka berjalan menyusur langkan di samping sungai sambil menarik rakit.
Rakitnya mereka apungkan di air sungai. Bisa dibayangkan sukarnya!
" Oh! Jadi, itulah sebabnya tak sebuah rakit pun terlihat di kolam ini,
" ujar Jack, " menyuarakan tanda tanya yang timbul dalam hatinya. Mereka cuma menggunakan rakit
di " dalam gunung, supaya lebih cepat bila hendak pulang.
" Ssst! " ucap Pilescu, mengingatkan Sebaiknya kita tidak mengobrol. Sorotkan cahaya"
" lampu sentermu agak ke atas, Ranni, supaya aku bisa melihat bagaimana sebaiknya
kita melepaskan ikatan rakit itu.
" Melepaskan rakit dari tempatnya terikat tidak memakan banyak waktu. Ranni
mencari patahan dahan untuk dijadikan pengayuh. Dia tak mau menggantungkan nasib
pada arus sungai saja. Dengan pengayuh, dia bisa mengendalikan rakit sedikit.
Bila diperlukan, dia bisa menggunakannya untuk merapatkan rakit ke tepian
sungai. Naiklah! " perintah Ranni, berbisik."Mereka semua melompat ke atas rakit. Penuh sesak!
Ranni mendorong rakit ke tengah kolam yang luas itu. Di sana, rakit disambut
oleh arus sungai yang segera mengalirkannya ke luar kolam. Geraknya pelan tetapi
pasti. Sebentar saja mereka sudah berada di luar kolam dan melaju seiring dengan
arus sungai yang seolah membelah Hutan Rahasia.
Aneh dan penuh misteri rasanya berlayar di sungai dalam hutan yang gelap dan
maha luas begitu. Terkadang dahan dan ranting pepohonan menyeruak turun rendah
sekali hingga kepala mereka terbentur, wajah mereka luka-luka. Tetapi,
menghindar sudah tidak mungkin lagi. Ranni mencoba menyalakan lampu senternya
agar mereka bisa melihat kalau-kalau ada rintangan di depan mereka. Tetapi, arus
sungai demikian cepatnya hingga dahan yang menyeruak turun baru mereka ketahui
setelah mereka terbentur olehnya.
Tubuh anak-anak terhimpit satu sama lain kaku dan melelahkan" Sebuah batang
" menghadang. Hampir Paul terlempar ke luar rakit ketika tubuhnya terbentur batang
itu. Melihat bahaya demikian, Ranni memutuskan berhenti dahulu sampai hari terang.
Pada pikirannya, tidak mungkin perampok mengejar mereka ke sana. Perampokperampok itu tidak mempunyai perahu.
Karena itu, Ranni pun mengikatkan rakit pada sebatang pohon. Sambil menunggu
pagi menjelang, mereka makan roti sambil mengobrol dengan suara pelan. Beberapa
lama kemudian, Ranni tertidur sebentar. Anak-anak tidak mengantuk lagi saat itu.
Pilescu berjaga-jaga. Walaupun lama sekali, akhirnya pagi pun tiba. Pepohonan
sangat rimbun di sana, hingga anak-anak tidak melihat sinar matahari sama
sekali. Mereka cuma melihat dan merasakan perbedaan warna di sekitar mereka.
Kita berangkat sekarang, " Ranni berkata. Dilepasnya tall rakit. Lalu, mereka pun
" pergi. Arus sungai membawa rakit yang mereka tumpangi cepat sekali. Sekarang,
dari jauh mereka bisa melihat jika ada dahan atau ranting pohon yang merintangi
jalan. Ranni membelokkan rakit dengan cekatan untuk menghindarinya. Sungainya
berliku-liku. Tiba-tiba dia menikung hampir seratus delapan puluh derajat,
hingga arahnya kembali lagi.
Mudah-mudahan saja kembalinya tidak jauh,
" ucap Pilescu. " Salah-salah, kita bisa " kembali ke perkampungan perampok
" Benar. Sungai mengalir kembali cukup jauh. Tanpa mereka sadari, pada suatu
tempat mereka cuma berjarak kurang lebih satu mil saja dari perkampungan
perampok! Arah alirannya aneh sekali. Masuk, kembali, dan akhirnya mengalir ke luar
lingkup pepohonan kurang lebih enam mil dan tempat masuknya semula. Mereka tidak
tahu akan hal ini, walaupun dengan melihat posisi matahari Ranni bisa memastikan
bahwa mereka bergerak ke arah yang berlawanan dengan arah gerak semula.
Pepohonan berkurang rapatnya, dan matahari tampak bersinar di sana-sini.
Sinarnya menyilaukan penumpang rakit yang terbawa aliran sungai dan digerakkan
oleh arusnya " naik, turun. Kita keluar dari Hutan Rahasia,
" teriak Jack. Dia melindungi matanya dari cahaya yang
" menyilaukan dengan tangannya. Pohonnya makin lama makin berkurang. Ke mana
sungai ini " mengalir, ya" Mudah-mudahan saja di suatu tempat dia menembus lagi gunung dan
membawa kita keluar dari lembah ini. Sesampainya di luar, kita tinggal mencari
istana kecil. Itu sih mudah! " Tidak semudah yang kaukatakan!
" sahut Pilescu. " Tiba-.tiba terdengar suara orang berteriak. Mereka semua menoleh, kaget. Betapa
takutnya mereka melihat seorang perampok! Dia berteriak, lalu lari memberi tahu
teman-temannya. Ekor serigala bercat merah berayun-ayun pada bagian belakang
tubuhnya. Beberapa menit kemudian, kurang lebih enam atau tujuh orang perampok berlarilari bersamanya. Mereka berdiri, menyaksikan rakit yang sementara itu telah
hampir menghilang di kejauhan.
Seorang perampok meneriakkan sesuatu.
Apa katanya" " Jack bertanya. " Ranni kelihatan serius. Dia menggunakan bahasa dialek,
" jawabnya. " Tapi, kurasa dia " mengatakan, 'Sebentar lagi kalian akan masuk ke perut bumi!' Apa maksudnya, ya?"
Semua berpikir. Apakah mungkin maksudnya sungai ini akan masuk ke dalam tanah"
" tanya Jack " Kalau " memang benar begitu kan, memang itu yang kita inginkan!
" " Tergantung " apakah rakit ini bisa masuk atau tidak,
" komentar Ranni. " Kita harus " memasang mata."Sungai mengalir terus. Anak-anak melihat lingkaran Pegunungan Killimooin
mengelilingi mereka. Di depan mereka, agak sedikit ke kiri, menjulang puncak
gunung yang telah mereka kenal. Di sisi luar gunung itulah istana kecil
terdapat. Bentuknya jauh berbeda bila dilihat dari sisi bagian dalam lingkaran.
Meskipun begitu, bentuk puncaknya sama.
Tiba-tiba di depan mereka terdengar suana gemuruh. Secepat jalan pikirannya,
Ranni menggunakan dahan pohon yang tersedia untuk mengemudikan rakit keluar dari
bagian sungai yang berarus kencang. Tetapi, arus sungai sangat cepat hingga
rakit mereka tetap saja terbawa maju.
Terlihat oleh Jack, wajah Ranni pucat lesi ketika berusaha meminggirkan rakit
yang mereka tumpangi. Ada apa, Ranni"
" tanyanya. " Terdengarkah olehmu suara bergemuruh di depan sana"
" sahut Ranni. " Kurasa, sebentar " lagi air sungai ini akan terjun mungkin membentuk air terjun raksasa. Sebaiknya
kita " cepat menyelamatkan diri. Aku tidak berhasil mengemudikan rakit kita ini ke
tempat yang kurang kencang arusnya.
" Mendadak Pilescu terjun ke air, dan mendorong rakit ke tepi sambil berenang.
Walaupun begitu, dia juga tidak berhasil meminggirkan rakit mereka.
Lompat!" serunya kepada yang lain.
" Lompat, " lalu berenang! Itu satu-satunya cara
menyelamatkan diri. Kita sudah dekat sekali dengan air terjun.
" Semua melompat masuk ke dalam air. Paul kurang kuat berenang dibandingkan dengan
Empat Serangkai - Rahasia Pegunungan Killimooin The Secret Of Killimooin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang lain. Cepat Ranni menggendongnya pada punggungnya. Rakit mereka terombangambing sendirian. Pilescu membantu Mike dan Jack.
Tetapi, berenang ke tepi di sungai berarus sekencang itu sangatlah sukar. Mereka
duduk kecapekan sesampainya di tepi. Dalam hati mereka berharap perampok tidak
datang mengepung mereka, sebab mereka tak punya kekuatan sama sekali untuk
melawan. Untunglah tidak lama kemudian keadaan mereka telab pulih kembali. Sinar matahari
yang mulai panas mengeringkan pakaian mereka yang basah. Sebentar saja tubuh
mereka seolah mengeluarkan uap.
Bagaimana nasib rakit kita, ya"
" tanya Jack. " Kita lihat, yuk " ajak Ranni. " Mendengar suaranya yang dahsyat begitu, kukira air
" terjunnya tak jauh lagi. Mungkin di tempat yang udaranya agak berkabut itu!
" Mereka berjalan menyusur tepian sungai. Tanahnya kasar dan liar. Makin lama
suara dahsyat bergemuruh makin keras kedengarannya. Tidak lama kemudian, tahulah
mereka apa yang terjadi dengan sungai di samping mereka!
Mereka sampai di belakang sebuah batu besar. Di situ percikan air terbang ke
mana-mana. Sungai besar berwarna keperakan itu tidak lagi mengalir di samping mereka,
melainkan hilang sama sekali dari pemandangan!
Di depan mereka tidak lagi terlihat sungai mengalir. Air yang mengalir deras
tadi menghilang entah ke mana di tempat itu.
Dengan sangat berhati-hati, Ranni melangkah maju. Kepada yang lain dia berseru,
Untunglah kita segera meninggalkan rakit! Sungai masuk ke perut bumi di sini!
" " Yang lain mendekati Ranni. Percikan air membasahi mereka sementara mereka
berdiri di sana melihat ke mana perginya sungai tadi.
" Sungguh-sungguh luar biasa. Rupanya, di sana terdapat semacam retakan tanah yang
dalam. Ke dalam situlah sungai mengalirkan airnya, dan itu menimbulkan bunyi bergemuruh
yang sangat dahsyat. Air menghilang setelah jatuh ke dalam retakan tadi.
Jadi, itulah maksud orang tadi,
" ucap Jack " Dia mengatakan kita akan sampai di perut
" bumi. Kukira, air sungainya akan mengalir di bawah pegunungan dan keluar lagi
sebagai sungai di tempat lain. Luar biasa!
" Syukurlah kita terjun, meninggalkan rakit!" Mike berkata, ngeri membayangkan apa
yang " bakal mereka alami seandainya mereka tidak meninggalkan rakit. Bersama rakitnya,
mereka semua akan tercebur ke perut bumi. Hmmm! Arah aliran sungai ini sungguhsungguh luar " biasa! Menembus gunung, menuruni lembah, masuk ke Hutan Rahasia, keluar lagi,
lalu masuk ke dalam retakan. Yah, dengan begitu bisa dipastikan, kita takkan
menemukan jalan keluar di sini
" Kelima orang tadi meninggalkan tempat retakan, lalu duduk di batu yang panas
oleh sinar matahari mengeringkan pakaian mereka yang basah oleh cipratan air.
" Pasti perampok mengira kita sudah tercebur ke perut bumi,
" ujar Pilescu. " Jadi, mereka " tidak lagi berjaga-jaga. Setidak-tidaknya, itu menguntungkan buat kita.
" Apa yang hendak kita lakukan sekarang"
" tanya Paul. " Cuma ada satu yang kita bisa lakukan, Pangeran,
" ucap Pilescu. " Kita harus kembali ke " tempat semula! " Apa! Masuk lagi ke dalam gunung lewat tepi sungai menuju ke gua kuil"
" seru Paul. " Oh, " tidak mungkin! " Tapi harus, " Ranni berkata. " Itu satu-satunya jalan keluar. Akan kupanjat pohon yang
" tinggi, supaya terlihat olehku di mana sungai muncul ke permukaan.
" Ranni memanjat pohon paling tinggi yang ada di dekat mereka. Dengan telapak
tangan melindungi matanya yang silau, dia memandang jauh lama sekali. Akhirnya
dia turun. Tidak terlihat olehku tempat keluarnya sungai ini dari Pegunungan Killimooin,
" " ucapnya. Terlalu jauh. Tetapi, paling tidak, aku tahu tempat di mana sungai
masuk ke " Hutan Rahasia. Kita harus berjalan ke timur, sampai bertemu dengan aliran
sungai. Jangan takut tersesat, sebab letaknya tepat di seberang kita!
" Makan dulu, yuk! " ajak Paul. " Mana rotinya" Masih banyak sisanya, bukan"
" " Tidak banyak, tetapi cukup. Mereka duduk sambil makan dengan lahap. Lalu Ranni
bangkit. Yang lain mengikutinya. Nah, sekarang kita cari sungainya,
" ujar Ranni. " Kita seberangi delta ini. Setelah
" ketemu, kita menyusuri tepinya hingga sampai ke tempat di mana sungai itu muncul
dari dalam gunung! " 16. HUJAN BADAI APA saja yang sementara itu terjadi dengan Nora dan Peggy" Mereka melakukan
pesan Mike dan Paul. Tooku dan Yamen segera mereka bangunkan. Suami-istri itu
dudukterheran-heran di tempat tidur mereka, mendengar cerita Nora dan Peggy.
Ranni dan Pilescu ditangkap perampok! Patung terbelah dua! Paul, Mike, dan Jack
pergi ke sana! Seperti mimpi saja semuanya itu bagi Tooku dan Yamen.
Kita tak bisa berbuat apa-apa malam ini,
" ucap Tooku sambil memeriksa tangannya yang
" luka. Pelayan yang ada di sini takkan bisa mencari mereka. Tidak berani! Besok,
pagi- " pagi sekali, kita suruh pelayan mengumpulkan petani desa.
" Enggan rasanya Nora dan Peggy menunggu begitu lama. Tetapi, tak ada hal lain
yang bisa mereka lakukan. Mereka kembali ke kamar, tetapi tidak tidur. Keduanya
duduk berdekatan, berselimut tebal, dan mengobrol. Hati mereka cemas memikirkan
nasib Mike, Paul, dan Jack. Akhirnya, ketika hari sudah hampir subuh, mereka
tertidur. Mereka baru bangun ketika dibangunkan oleh Yemen.
Sebentar saja, seisi istana tahu apa yang telah terjadi. Para pelayan berjalan
kian kemari dengan wajah ketakutan. lbu Paul mendengarkan cerita None dan Peggy
berulang-ulang. Air mata meleleh di pipi beliau memikirkan Paul yang begitu
berani bergegas pergi hendak menyelamatkan pengawal pribadinya.
Dia memang seorang anak Baronia sejati!
" ucap Permaisuri. " Betapa lega hatiku, Mike " dan Jack menemani dia. Tetapi, oh mengapa mereka tidak menunggu sempai kita bisa
" mengirimkan pasukan atau penduduk desa bersenjata untuk mencari Ranni dan
Pilescu" " Sepasukan petani dan penduduk desa mendaki lereng gunung, berkendaraan kuda.
Mereka dijemput oleh pelayan istana dan Beowald si penggembala kambing.
Mendengar kisah yang diceritakan Beowald, mereka terheran-heran. Walaupun
demikian, mereka bertekad menyelamatkan Paul, 'pangeran kecil' mereka.
Beowald menyertai mereka. Dia memimpin rombongan menuju gua kuil. Para petani
dan penduduk desa itu sangat terkejut melihat wajah patung yang aneh-aneh di
dalamnya. Patung lelaki duduk yang terdapat di bagian belakang gua, kini sudah utuh
kembali. Perampok yang dilihat anak-anak naik pada malam harinya, ternyata memang ke
sana. Melihat patung terbuka, mereka cepat-cepat menutupnya supaya rahasia mereka
tidak " diketahui oleh orang lain lagi. Setelah itu, mereka masuk kembali ke gua di
bawahnya. Peggy dan Nora memperhatikan si Buta Beowald memasukkan jarinya ke dalam telinga
kanan patung itu. Yang lain berteriak ketakutan menyaksikan patung itu terbelah
menjadi dua, dan masing-masing belahannya bergerak saling menjauhi. Beowald
menunjuk pada lubang yang tersembunyi sempurna di bawah patung tadi.
"Itu jalannya, ucap Beowald.
" Yang lain mendekati lubang itu dan melihat ke dalamnya. Mereka bergidik. Tak mau
mereka masuk ke dalam. Pikiran mereka dipenuhi oleh bayangan-bayangan magis
serta makhluk halus pegunungan.
Seorang di antara mereka berani masuk. Dia meluncur turun, lalu memanggil temantemannya. Satu per satu, akhirnya mereka masuk. Nora dan Peggy ingin ikut,
tetapi dengan tegas Tooku dan Yamen melarang mereka.
Ini pekerjaan orang laki-laki,
" ujar mereka. " Kalau kalian ikut, cuma merepotkan
" saja. " Maka, Nora dan Peggy pun terpaksa pulang ke istana. Ibu Paul sedang duduk,
menunggu berita. Wajahnya pucat dan terlihat sangat cemas. Nora dan Peggy
berusaha menghibur beliau dengan bercerita macam-macam petualangan yang pernah
mereka alami. Dalam setiap petualangan, mereka menang pada akhirnya. Permaisuri
tersenyum, lalu menarik napas panjang mengeluh.
Kalian memang anak-anak petualang!
" beliau berkata. " Ke mana saja kalian pergi, ada" ada saja petualangan yang kalian alami. Aku hanya bisa berdoa, agar petualangan
kali ini cepat berakhir! " Hari itu tidak ada berita. Pasukan petani dan penduduk desa tidak pulang.
Beowald datang, mengatakan bahwa walaupun dia memasang telinga di atas lubang
tempat mereka semua turun, dia tidak mendengar suara apa pun dari dalam. Baru
pertama kali itu dia merasa marah dan jengkel mempunyai mata buta. Ingin benar
dia ikut masuk ke perut gunung bersama teman-temannya. Tetapi, dia tidak berani.
Dia tahu, dia akan tersesat di tempat yang sama sekali belum dikenalnya.
Menjelang sore, langit mendadak mendung. Nora dan Peggy melihat ke luar dari
jendela. Yamen menemani mereka. Dia pun memandang ke luar.
Akan terjadi badai, " katanya, menunjuk ke barat.
" Badai besar. Kalian tak usah takut,
" Nak. Kadang-kadang, kalau cuaca teramat panas, awan tebal meledak, dan kilat
membelah langit menjadi dua, sementara guruh bergema bersahut-sahutan.
" Kami tidak takut badai, Yamen,
" Nora berkata. " Pemandangan yang ditimbulkannya di
" pegunungan ini tentu mengasyikkan.
" Langit begitu gelap. Awan tebal bergulung-gulung dengan cepat menyelimuti
pegunungan, dan istana pun hilang dari pandangan, tertutup awan tebal berkabut.
Di kejauhan, guruh menggelegar. Adik-adik Paul menangis ketakutan.
Kilat! " seru Nora, ketika cahaya merah terang benderang, seolah membelah langit dalam "sekejap. Bukan main! Belum pernah aku melihat badai sedahsyat ini!
Empat Serangkai - Rahasia Pegunungan Killimooin The Secret Of Killimooin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" " Killimooin bagaikan berada di tengah-tengah daerah berbadai. Guruh menggelegar
di sekeliling istana, sementara kilat seperti memecah-mecah langit. Gelap gulita
di sekeliling istana, kecuali bila kilat tengah membelah langit.
Walaupun Nora dan Peggy tidak takut badai, badai kali ini membuat mereka takjub.
Suaranya luar biasa, dan kilatnya terang benderang.
Setelah itu, barulah hujan turun. Hujan" Kedengarannya lebih mirip air terjun
yang menimpa istana. Airnya bagaikan menghantam jendela, lalu membentuk semacam
anak sungai kecil-kecil yang mengalir dengan kecepatan tinggi menuruni dinding
bukit. Belum pernah kedua gadis kecil itu melihat hujan sedahsyat yang sedang
mereka saksikan. Bunyinya hampir- hampir mengalahkan gelegar guruh yang masih
bersahut-sahutan. Syukurlah, Paul, Mike, dan Jack tidak berada di luar, tetapi di dalam gua,
" Nora " berkata, mencoba menggembirakan hatinya.
Tetapi, tentu saja mereka tidak berada di dalam gua!
Mereka sedang dalam perjalanan ke tempat sungai masuk Hutan Rahasia! Sudah
hampir sampai airnya yang keperak-perakan sudah mulai terlihat. Hati mereka
lega, sebab dari " situ jalannya sudah mereka kenal. Mereka tinggal mengikuti ke tempat sungai itu
mula-mula muncul ke permukaan gunung. Dari sana, mereka akan mendaki lewat
pinggiran sungai dalam terowongan menyeberangi perut gunung!
" Tiba-tiba saja langit menghitam, disusul oleh badai. Mula-mula tiada angin
bertiup sedikit pun. Ranni cepat-cepat menengok langit, hatinya merasa kuatir. Dia kenal benar akan
badai Baronia. Sehebat gunung-gunungnya yang menjulang tinggi, demikian pula
badainya. Badai menghebat tepat ketika rombongan kecil itu sampai di tepi sungai, hendak
menelusurinya sampai ke tempat sungai itu muncul dari dalam gunung. Guruh
bersahut-sahutan menggelegar di atas mereka, dan kilat terang benderang memecah
langit yang " hitam setiap beberapa saat.
Kita berteduh saja, " ajak Ranni, mencari tempat yang bisa mereka pakai berteduh.
" Berdiri di bawah pohon dia tak mau, takut kalau pohonnya disambar petir.
Untunglah tak jauh dan sana ada semak berdaun lebar. Air hujan menimpa permukaan
daun seolah daun-daun itu payung.
Kita merayap ke bawah semak itu,
" ajak Ranni. " Lepaskan mantel, dan tutupi kepala
" dengannya. Air hujan takkan menembus.
" Tetapi, tekanan air yang begitu kuat menyebabkan mereka semua basah kuyup!
Benar-benar tidak menyenangkan keganasan hujan badai itu.
Butir-butir air hujan bertubi-tubi menjatuhi mereka, menghantam mereka,
membasahi bagian bawah semak tempat mereka berteduh, dan membuat mereka semua
basah kuyup. Bukan main! " ucap Paul. " Belum pernah aku melihat badai sedahsyat ini di Baronia. Aku
" tak suka badai macam begini, Pilescu.
" Pilescu menarik Paul ke dalam pelukannya, dan melindungi dia dari hantaman air
hujan. Jangan takut. Pilescu bersamamu, Pangeran,
" katanya. " Dalam badai yang sedahsyat apa
" pun, Pangeran aman bersamaku.
" Dua jam lamanya hujan mengguyur bumi tanpa henti. Jack terpesona melihat air
sebanyak itu dikandung oleh awan di langit. Seolah ada orang sedang menuang isi
lautan dari atas sana! Akhirnya awan tidak lagi menutupi seluruh langit. Di beberapa tempat terlihat
langit membiru. Berangsur-angsur bunyi guruh berkurang. Kilat tidak lagi memecah
langit. Awan menipis dengan cepat, dan hujan berhenti. Anak-anak menarik napas
lega. Tubuh mereka basah kuyup, kedinginan, dan lapar luar biasa. Ranni meraba
sakunya, dan mengeluarkan coklat. Nikmat benar coklat itu terasa.
Sekarang, kita harus meneruskan perjalanan kita,
" ucapnya. " Asal matahari bersinar " terang sebelum tenggelam di barat nanti, aku yakin pakaian kita kering lagi.
Masih jauh jarak yang harus kita tempuh sebelum kita sampai di tempat sungai ini
keluar dari dalam gunung. Mau kugendong sebentar, Pangeran?"Ah, tentu saja tidak,
" ucap Paul. " Aku masih bisa berjalan seperti Mike dan Jack.
" " Tetapi, setelah tiga jam lamanya berjalan melalui medan yang berat, Paul pun
menyerah dan lega digendong oleh Pilescu di punggungnya yang lebar dan kekar!
Perlahan-lahan mereka bergerak naik. Sepanjang perjalanan bunyi air mengalir tak
pernah meninggalkan telinga mereka. Mereka tidak melihat ada perampok di sekitar
mereka. Walaupun demikian, mereka semua memasang mata.
Hari sudah hampir petang ketika mereka sampai ke tempat keluarnya sungai dari
dalam gunung. Airnya berbuih-buih dan beriak gembira melihat matahari. Mereka
duduk di pinggir sungai, beristirahat. Betapa lelah rasanya tubuh mereka.
Yah, mau tak mau, kita harus mulai penjalanan menanjak lagi! Kali ini lewat tepi
" sungai, di dalam terowongan, Ranni berkata, beberapa saat kemudian.
" Masih " beberapa jam lagi kita perlukan sebelum sampai ke gua tempat air terjun di atas sana.
Jalannya curam dan berbahaya. Paul, terpaksa kau kuikat di punggungku. Kalau kau
sampai tenjatuh ke sungai, aku takkan bisa menolongmu. Kau akan terbawa arus
dalam sekejap. " Kalau begitu, ikat Mike dan Jack pada Pilescu,
" sahut Paul. " Aku tak mau jadi satu- " satunya. " Akhirnya kelima-limanya diikat satu sama lain, hingga bila satu terjatuh, yang
lain bisa beramai-ramai menarik kembali. Setelah itu, barulah kelima orang tadi
masuk ke terowongan yang menuju perut gunung siap mendaki langkan di samping
sungai yang " mengalir cepat sekali. Seperti telah diduga Ranni, ada semacam langkan sempit di sana. Langkan itu
basah dan licin. Kadang-kadang begitu sempit hingga tidak mungkin dilalui.
Tetapi, dengan berpegang erat-erat pada dinding terowongan batu, mereka berhasil
melewatinya. Suatu ketika, Paul terpeleset dan jatuh. Hampir dia menyebabkan Ranni ikut
jatuh. Anak itu tercebur ke air yang bergulung-gulung dan mengalir deras, tetapi
Ranni memegang talinya kuat-kuat sambil menarik. Paul terseret ke langkan di
sisi sungai. Dia berlutut. Napasnya terengahengah, ketakutan.
Kau selamat, Paul. Jangan takut,
" Ranni berkata, menghibur pangerannya dengan suara
" keras, mengalahkan deru air yang memekakkan.
Aku tidak takut, " teriak Paul, berdiri dengan segera. Beberapa saat dia memang benar" benar ketakutan, tetapi dia tak mau menunjukkan perasaannya. Ranni bangga akan
sikap pangerannya. Mereka meneruskan perjalanan mendaki, tanpa berbicara sama sekali. Kalau
berbicara harus berteriak, jadi memerlukan tenaga. Rasanya, sudah berjam-jam
mereka mendaki langkan sempit di sepanjang sungai. Di depan, Ranni berjalan
sambil membawa lampu senter yang dinyalakan. Di belakang sekali, Pilescu juga.
Tiba-tiba kelimanya melihat sesuatu yang sangat mengejutkan.
Cahaya lampu senter Ranni mengenai sesuatu yang berputar-putar pada air yang
mengalir deras! Terkejut, Ranni terus menyorot tempat itu dengan lampu senternya. Terlihat oleh
mereka sebuah rakit berpenumpang lima sampai enam manusia kerdil perampok! Rakit
itu " terapung mengikuti aiiran air, menuju ke Hutan Rahasia!
Perampok tadi juga melihat mereka, dan berteriak penuh keheranan. Tetapi, arus
kencang sungai dengan segera menghanyutkan rakit tadi. Dalam sekejap perampok
bersama rakit mereka sudah menghilang ditelan kegelapan terowongan bawah tanah.
Mereka tahu kita di sini!" seru Jack.
" Mungkinkah " mereka berbalik mengejar kita"
" Ranni dan Pilescu berhenti, memikirkan kemungkinan itu. Mungkin saja! Bukan hal
sulit meminggirkan rakit dan melompat ke langkan di pinggir sungai. Mereka bisa
menghela rakit seperti biasanya bila hendak keluar ke gua kuil.
Ranni! " seru Jack lagi. Mungkinkah mereka akan mengejar kita?""
" Mungkin saja, " sahut Ranni. " Kita harus buru-buru. Ayo, jangan buang-buang waktu!
" " Kelimanya berjalan lagi. Perjalanannya jauh dan melelahkan. Di sepanjang jalan,
tubuh mereka terus-menerus terpercik air sungai. Di beberapa tempat, airnya
menggenang sampai ke langkan hingga kaki mereka basah. Kadang-kadang langitlangit terowongannya sangat rendah, hingga mereka harus merangkak dengan kepala
menyentuh langit-langit itu.
Lampu senter Ranni habis baterainya. Untunglah Mike membawa sebuah, hingga dia
bisa meminjamkannya kepada Ranni. Mereka memerlukan dua lampu senter satu di
depan, satu " lagi di belakang. Masih jauhkah" " tanya Paul, mengeluh. " Berapa jauh lagi, Ranni"
" " 17. PERJALANAN MENDAKI DI DALAM GUNUNG
LAMA sekali mereka mendaki. Ranni mengarahkan cahaya lampu senter ke jam
tangannya. Hampir tengah malam! Bisa dimengerti kalau Paul mulai mengeluh, bertanya berapa
jauh lagi mereka harus berjalan. Ranni dan Pilescu pun sudah merasa capek
sekali. Ranni, kalau tidak salah ada semacam dataran luas di dekat-dekat sini,
" ujar Jack, " teringat akan langkan yang melebar, tempat ceruk yang pernah mereka tiduri.
Ranni dan Pilescu tidak tahu akan hal ini. Dengan berteriak di dekat telinga
mereka, Jack menceritakan pengalaman mereka semalam.
Mendengar ini, Ranni dan Pilescu berharap mereka cepat sampai ke tempat itu.
Dengan demikian, mereka bisa beristirahat semua. Tentu saja harus ada yang
berjaga! Tetapi itu bisa diatur bergantian!
" Mereka terus mendaki, tersaruk-saruk di sepanjang langkan berpermukaan kasar
tidak beraturan di sepanjang tepi sungai. Sekali Mike terpeleset dan jatuh ke
dalam air. Ditariknya Jack, hingga anak itu pun jatuh. Keduanya lalu hilang dan pandangan.
Paul berteriak ketakutan. Tetapi, Pilescu berdiri tegap, memegang erat-erat
talinya. Ditariknya Mike dan Jack kembali ke tepi sungai, lalu dibantunya kedua anak yang
basah kuyup itu naik kembali ke langkan.
Mereka menggigil takut dan kedinginan! Tercebur ke dalam air sungai pegunungan
yang " dingin menusuk tulang sama sekali bukan pengalaman yang menyenangkan. Mereka
bersyukur Ranni mengusulkan agar mereka diikat satu sama lain sebelum masuk ke
terowongan tadi. Dalam hati Jack berharap Ranni dan Pilescu tidak terpeleset dan jatuh ke air.
Sebab, bila itu sampai terjadi, dia yakin anak-anak takkan bisa menolong!
Tetapi, Ranni dan Pilescu sudah sangat berpengalaman mendaki gunung sejak kecil.
Mereka tidak mudah terpeleset. Paul sudah tak tahan lagi. Tubuhnya sudah terlalu
lelah. Dia tak bisa lagi berjalan. Ranni tidak bisa menggendongnya. Dia harus
memegang lampu senter dengan sebuah tangan, dan tangannya yang lain dia
pengunakan untuk berpegang pada dinding terowongan supaya tidak jatuh. Pedih
hatinya melihat pangerannya yang kecapekan dan tersaruk-saruk di belakangnya.
Beberapa jam kemudian, barulah mereka sampai di dataran luas yang dimaksud Jack.
Ranni tidak sadar bahwa mereka sudah sampai di tempat itu. Dia terus saja
berjalan, berpegang pada dinding terowongan di sampingnya tanpa merasa bahwa
makin lama dia makin jauh dari sungai.
Mike berteriak, Kita sampai!
"
Empat Serangkai - Rahasia Pegunungan Killimooin The Secret Of Killimooin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
serunya. " Oh, syukurlah! Langkannya melebar!
" " Ranni dan Pilescu berhenti. Mereka menyorotkan lampu senter berkeliling. Benar!
Mereka sudah sampai di tempat yang dimaksud oleh Jack! Syukurlah!
Itu ceruk yang kami tiduri tempo hari!
" seru Mike. " Ranni dan Pilescu melihat sebuah ceruk pada dinding terowongan. Di situ,
terdapat selimut tebal. Bukan cuma selimut! Ada sesuatu yang lain lagi! Di atas
rak yang tergantung agak ke atas, penampok yang mereka temui tadi rupanya
meletakkan roti baru lagi!
Bagus! " ujar Ranni. Didudukkannya Paul di pangkuannya, lalu diraihnya roti, dan "dibagi-baginya roti itu. Mike dan Jack mengambil bagiannya, lalu memakannya
dengan sangat lahap. Tetapi Paul sudah kehabisan tenaga. Dia tak bisa makan.
Kepalanya terkulai di dada Ranni yang bidang. Anak itu langsung tertidur.
Beristirahatlah kalian di atas selimut pada batu di sana,
" Ranni berkata kepada Mike
" dan Jack. Biarkan Paul di pangkuanku, supaya agak hangat. Pilescu akan berjaga,
supaya " kita tahu kalau kawanan perampok itu datang.
" Dengan segera, Mike dan Jack menghempaskan tubuh mereka ke atas tempat tidur
aneh yang terdapat di dalam ceruk di dinding terowongan itu. Mereka selimuti
tubuh mereka dengan selimut tebal yang tersedia. Dalam beberapa detik saja
mereka sudah tertidur. Ranni dan Pilescu juga mengantuk. Tetapi Pilescu harus berjaga. Dia tidak berani
memejamkan mata barang sedetik pun.
Ranni tertidur sambil memegangi Paul yang tertidur di pangkuannya. Hanya Pilescu
seorang yang tidak tidur. Terasa olehnya matanya semakin sempit. Dia sengaja
mematikan lampu senternya supaya kalau perampok kembali, mereka tidak melihat
cahaya. Sukar sekali menjaga agar mata tetap terbuka di tempat yang gelap
gulita, lebih-lebih karena tubuhnya terasa sangat lelah!
Kepalanya tertunduk. Dia berdiri dengan segera. Dia tahu, dia bisa tertidur jika
dia tetap duduk. Maka, dia pun berjalan kian kemari. Itu membuatnya tetap jaga.
Sambil berdiri, mustahil rasanya dia tertidur.
Dua jam lamanya Pilescu mondar-mandir. Kemudian, tiba-tiba saja dia berdiri
tegak, diam sambil memasang telinga. Terdengar olehnya suara orang! Suara itu
menggema dari terowongan bagian bawah. Pasti perampok! Mereka kembali rupanya!
Mereka berhasil meminggirkan rakit dan melompat turun, lalu kembali mengejar
kita, " " pikir Pilescu. Apa yang harus kulakukan" Meloloskan diri sudah tidak mungkin
" dalam " sekejap mereka akan sampai ke sini! Ah, sayang aku tak punya senjata!
" Senjata Ranni dan Pilescu diambil oleh perampok yang menangkap mereka. Tangan
merupakan satu-satunya yang masih tersisa pada Ranni dan Pilescu untuk
melindungi diri! Ya, tanganlah yang akan mereka pergunakan bila perlu membela
diri! Suara tadi terdengar makin dekat. Pilescu membangunkan Ranni, dan berbisik-bisik
menceritakan yang sedang terjadi. Cepat Ranni meletakkan Paul ke ceruk tempat
Jack dan Mike tidur. Untunglah anak itu tidak terbangun.
Kita tutupi tubuh kita dengan mantel sambil duduk bersandar pada dinding ceruk.
Kau di " sebelah kanan, aku di kiri, bisik Ranni.
" Ada " kemungkinan mereka takkan melihat kita,
tidak menduga bahwa kita sedang beristirahat di sini. Mereka pikir, kita
berjalan terus supaya cepat sampai ke atas!
" Suaranya tidak terdengar lagi sekarang. Ranni dan Pilescu berpikir, perampok itu
sudah sangat dekat. Mereka tidak membawa lampu senter, tetapi bisa benjalan
dengan mudah di daerah yang sudah sangat mereka kenal walaupun gelap gulita.
Telinga Ranni yang tajam mendengar napas orang terengah-engah. Seorang perampok
sedang berada di langkan yang meluas! Ranni dan Pilescu diam tidak bergerak,
berharap anak-anak yang sedang tidur nyenyak itu tidak menimbulkan suara apa
pun. Mereka telah menyelimuti anak-anak itu rapat-rapat, hingga kalaupun mereka
mendengkur, dengkurnya takkan tendengar dari luar. Ajaib, Ranni bisa mendengar
napas terengah-engah si perampok, sebab di situ pun debur air sama keras dengan
di tempat yang lain. Terdengar suara sangat keras! Jelaslah semua perampoknya sudah berada di situ
sekarang. Ranni dan Pilescu memasang telinga, penuh konsentrasi mendengarkan kalau-kalau
" kawanan perampok itu memeriksa daerah sekitar situ.
Kedengarannya tidak ada suara mereka lagi. Baik Ranni maupun Pilescu tidak
mendengar bunyi napas terengah-engah. Mereka duduk seperti patung hampir tidak
bernapas, " berusaha menangkap setiap suara selain suara air yang bergemuruh.
Sepuluh menit lamanya mereka duduk begitu. Tetapi tidak satu suara pun yang
mereka dengar selain suara air. Lalu, dengan perlahan-lahan sekali, Ranni
bangkit. Dicarinya lampu senter, lalu dengan cepat ditekannya tombol penyala.
Cahayanya menyinari langkan di depan ceruk kosong! Tak seorang pun terlihat di
situ! " Mereka sudah pergi! " bisik Ranni. " Sudah kuduga, sebab selama sepuluh menit terakhir
" tak ada suara sama sekali yang terdengar olehku, kecuali bunyi air. Mereka tidak
berniat memeriksa tempat ini. Tetapi, langsung ke atas rupanya, berharap bisa
" menangkap kita di gua air terjun.
" Ah, " keluh Pilescu sambil mematikan lampu senternya. Kalau mereka menunggu kita di?"
sana, kita pasti tertangkap. Kata Jack, Beowald akan mengumpulkan penduduk desa
untuk mengikuti kita bila benar, tentunya mereka sudah sampai di gua air terjun
dan bisa " membantu kita. Tetapi, kita tak boleh menggantungkan diri pada sesuatu yang
belum pasti! "Kita biarkan saja anak-anak beristirahat sebentar lagi,
" ucap Ranni. " Tak ada perlunya " kita buru-buru sekarang. Toh kawanan perampok itu sudah di depan kita, bukan
lagi di belakang! Biar aku yang berjaga sekarang. Tidurlah kau, Pilescu.
" Pilescu bersyukur bisa memejamkan mata. Disandarkannya kepala pada dinding
ceruk, dan dalam sekejap dia sudah tertidur.
Ranni berjaga, mata dan telinga dia pasang penuh konsentrasi untuk menangkap
hal-hal yang luar biasa. Aneh benar malam itu buatnya duduk diam, teman-temannya
tidur, " mendengarkan bunyi air yang bergemuruh sambil berjaga-jaga kalau perampok
berekor serigala itu kembali!
Mereka tidak kembali. Tak ada suara aneh yang menyentuh indra pendengaran Ranni.
Yang lain tidur dengan tenang. Anak-anak tak bergerak sedikit pun. Ranni melihat
jam tangannya. Sudah pukul enam! Di luar pasti matahari sudah bersinar. Bumi
sudah terang benderang. Tetapi, di dalam sini tetap saja gelap dan dingin. Ranni
bersyukur " mantelnya cukup hangat. Tak lama kemudian Pilescu bangun. Dia berbicara kepada Ranni. Adakah kau
mendengar " sesuatu, Ranni" " Tidak, " sahut Ranni. Sudah hampir jam tujuh pagi sekarang ini, Pilescu. Bagaimana?"
kalau kita bangunkan anak-anak dan kita teruskan perjalanan kita" Tak ada
gunanya tinggal di sini berlama-lama. Walaupun perampok menunggu kita di atas,
kita harus meneruskan perjalanan!
" Ya, " Pilescu berkata sambil menguap. Tubuhku terasa agak enak sekarang. Melawan
"empat " sampai lima perampok masih bisa, rasanya. Biar, kubangunkan anak-anak.
" Pilescu membangunkan Paul, Mike, dan Jack. Segan benar anak-anak itu membuka
mata! Tetapi, akhirnya mereka buka juga mata mereka. Tak lama kemudian mereka sudah
duduk mengunyah roti yang mereka temukan di atas rak malam harinya.
Ranni bercerita, bahwa kawanan perampok tadi malam lewat tetapi tidak melihat
mereka. Eh, ngeri rasanya tahu mereka sudah berada di atas menunggu kita!
" ujar Mike. " Perasaannya tidak enak. Kurasa, mereka menunggu di salah satu gua. Kita harus
berhati- " hati! " "Ya, kita harus berhati-hati! komentar Jack. Seperti Pilescu, dia pun merasa
tubuhnya " segar kembali setelah beristirahat. Aku tak mau dijadikan mangsa mereka!
" " Mereka meninggalkan ceruk, dan menuju ke langkan pinggir sungai meneruskan
" perjalanan. Seperti sebelumnya, Ranni berjalan paling depan setelah mengikat
satu sama lain. Seingatku, letak gua air terjun itu tak jauh dari sini,
" Jack berkata. " Kurang lebih " dua jam perjalanan."Sekali lagi mereka mendaki pinggiran sungai yang terkadang sangat sempit dan
licin. Air bergemuruh, dan cipratannya membasahi kaki mereka. Anak-anak heran
lama-kelamaan air pada langkan bukan sekadar membasahi kaki mereka, melainkan
merendam hingga ke mata kaki.
Waktu lewat di sini kemarin, airnya tidak begini,
" Mike berkata. " Apakah waktu kalian " lewat juga begini, Ranni"
" Tidak, " sahut Ranni, bertanya-tanya. Tidak sampai membasahi langkan. Hati-hati
?" di " sini agak dalam air sungai melimpah setinggi satu kaki. Bersiap-siaplah,
sebentar " lagi air bisa mencapai lutut!
" Benar. Membingungkan juga, mengapa air sungai bisa meluap begitu. Apa sebabnya"
18.DI DALAM GUA AIR TERJUN
MAKIN tinggi tempat yang mereka capai, makin dalam kaki mereka terendam. Gemuruh
air pun semakin menjadi-jadi. Ranni bingung memikirkan apa sebabnya. Akhirnya,
terpikir juga olehnya apa yang menjadi sebab semuanya itu.
Meluapnya air sungai disebabkan oleh hujan badai kemarin!
" serunya, berusaha " mengalahkan deru air yang mendahsyat. Air hujan merembes dalam ke bawah gunung,
lalu " mengalir ke sungai. Kalian tahu sendiri betapa lebatnya hujan kemarin seperti
seluruh " laut ditumpahkan airnya ke bumi saja. Oh, cepat benar meluapnya air sungai.
Mudah-mudahan tidak lebih lagi! Bisa-bisa kita tak dapat terus."Memikirkan kemungkinan ini, membuat hati kecut. Betapa tak enaknya terkurung di
dalam terowongan bawah tanah sementara air sungainya makin lama makin tinggi.
" Paul, Mike, dan Jack memaksa diri berjalan terus secepat mungkin.
" Dua jam telah berlalu. Mereka mulai berharap segera sampai ke gua air terjun.
Sementara itu air sudah naik melebihi ketinggian lutut. Berjalan maju sudah
semakin sulit buat mereka. Ranni dan Pilescu merasa cemas.
Tetapi, tiba-tiba terdengar oleh mereka bunyi air terjun yang jatuh ke dalam gua
besar! Pasti yang terdengar itu bunyi air terjun bunyinya berdebur luar biasa.
" Kita hampir sampai! " teriak Ranni. " Hati-hati! Awasi kalau-kalau ada perampok!
Empat Serangkai - Rahasia Pegunungan Killimooin The Secret Of Killimooin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" sahut Jack. " Mereka lewat di tikungan terakhir, dan dengan bantuan lampu senter Ranni,
tahulah mereka bahwa mereka telah berada di gua besar yang rnempunyai jalan
tembus ke gua yang terdapat di bawah gua kuil. Mereka semua bersyukur.
Tidak terlihat ada perampok di sekitar situ. Kelimanya masuk ke gua tadi dengan
hati-hati sekali. Mereka memeriksa sekelilingnya. Di bawah cahaya lampu senter
Ranni, air terjunnya terlihat lebih besar dari yang pernah mereka lihat. Airnya
jatuh dari lubang besar pada langit-langit gua, lalu melalui semacam kanal,
menuju terowongan lalu " menghilang. Sekarang lebih besar, " ucap Ranni. " Mungkin juga diakibatkan oleh hujan lebat kemarin.
" Lihatlah! Air jatuh dari seluruh bagian lubang di atas itu.
" Seandainya lubang itu tidak dapat lagi menampung tambahan air yang lewat, apa
yang " akan tenjadi" tanya Jack.
" Aku tak tahu, " sahut Ranni. " Nah, apa yang harus kita lakukan sekarang" Di mana
" kawanan perampoknya, ya" Apakah mereka menunggu kita di suatu tempat" Apakah
mereka menunggu di gua bawah kuil" Ataukah mereka sudah keluar hendak merampok
lagi" " " Yah, tidak ada cara lain untuk mengetahuinya
" kecuali kita lihat sendiri,
" komentar " Pilescu. Anak-anak, kalian tinggal di sini, ya
" kami hendak ke gua sebelah, gua bawah
" kuil. " Tidak " kami ikut! Paul berkata segera.?"
Jangan! Itu namanya bertindak bodoh!
" sahut Pilescu. " Tidak ada gunanya kita semua
" bersama-sama menempatkan diri di tempat yang berbahaya. Tinggallah kalian di
sini sampai aku atau Ranni kembali menyatakan keadaan aman buat kita kembali ke
istana. " Anak-anak menyaksikan Ranni dan Pilescu menghilang ke jalan pintas yang menuju
gua bawah kuil. Betapa sukar tinggal dan menunggu dengan sabar di situ seperti
yang diperintahkan Pilescu. Mereka duduk di sudut gua, memandang air terjun
dahsyat yang berada tepat di seberang tempat mereka duduk.
Bunyinya seperti air mengamuk!
" Jack berkata. " Menurutku, lubang itu kurang besar
" untuk volume air yang lewat sekarang ini. Mungkin lama-lama lubangnya akan
membesar. Ya, mungkin sekali. " Tapi, lubangnya kan pada batu keras,
" bantah Mike. " Bisakah air membuatnya lebih besar
" dalam waktu singkat"
" Bersamaan dengan itu, sesuatu yang sangat mengerikan terjadi. Air yang jatuh
dari lubang itu semakin besar debitnya, dan bunyinya pun makin mengerikan
terlihat oleh " anak-anak bongkahan batu besar jatuh perlahan-lahan dari atap gua!
Seperti yang dikatakan Jack, lubang itu tidak cukup besar untuk menampung arus
air yang semakin besar. Tekanan arusnya yang kuat mengakibatkan runtuhnya atap
gua! Astaga! Mudah-mudahan tidak seluruh atapnya jatuh!
" ucap Jack. " Kalau bongkahan batu " sebesar itu bisa jatuh, pasti arus air di atas sana luar biasa besarnya.
" Setelah itu, tidak ada lagi yang terjadi, kecuali air yang semakin banyak dan
bunyi yang semakin keras. Air mulai menggenangi lantai gua, hampir mencapai
tempat anak-anak duduk menunggu.
Pokoknya, kita aman, " Mike berkata. " Kita tepat berada di pintu jalan tembus ke gua
" lain yang letaknya lebih tinggi. Air datang dari arah yang berlawanan.
Seandainya tempat ini sampai terendam, kita tinggal masuk ke jalan tembus itu
dan kita pun " selamat! " Tetapi, airnya tidak meluap sedemikian hebat, hingga anak-anak pun menunggu
dengan sabar. Dua puluh menit berlalu, tetapi tak ada tanda-tanda Ranni dan
Pilescu kembali. Mike mulai cemas. Mudah-mudahan mereka cepat kembali,
" katanya. " Rasanya aku tak bisa duduk rnenganggur
" di sini lebih lama lagi. " Apa saja yang dilakukan Ranni dan Pilescu"
" ucap Jack, tidak sabar. " Melihat lamanya " mereka pergi, tentu mereka sudah sampai ke luar gua kuil!
" Ayo, kita naik " kita lihat sendiri apa yang terjadi,
" ajak Paul, akhirnya. " Aku tak " bisa diam-diam di sini lebih lama lagi.
" Baiklah, " sahut Mike. Ayo. Kita buru-buru berlari kembali kalau kita dengar Ranni dan?"
Pilescu datang. " Mereka berjalan melalui jalan tembus sempit yang berliku-liku menanjak,
meninggalkan gemuruh air terjun di belakang mereka. Tetapi, belum sampai
setengah perjalanan, mereka mendengar suara orang datang.
Pasti Ranni dan Pilescu! " ucap Mike, berbisik. " Ayo, kita kembali saja. Jangan bikin
" Ranni marah cuma karena kita tidak mau menunggu.
" Cepat-cepat mereka turun, kembali ke gua air terjun. Air masih terjun dengan
suara yang jauh lebih keras daripada sebelumnya.
Itu dia mereka! " seru Mike, ketika melihat cahaya lampu senter di jalan tembus.
" Dinyalakannya lampu senternya sendiri ke arah jalan tembus itu menyambut
kedatangan " Ranni dan Pilescu. Mike dan kedua anak lainnya memandang dengan penuh ketakutan. Memang benar Ranni
dan " Pilescu datang! Tetapi, mereka datang sebagai tawanan! Sekali lagi mereka
menjadi tawanan yang marah tetapi tidak bisa berbuat apa-apa! Di belakang mereka
berjalan enam sampai tujuh perampok. Mereka menendang dan mendorong Ranni dan
Pilescu sambil menghunus pisau tajam kepada mereka.
Ranni! Mengapa" " seru Paul, melompat maju.
" Tetapi, sebelum Ranni sempat menjelaskan masalahnya, teriakan girang perampok
terdengar. Dalam sekejap mereka telah mengelilingi ketiga anak laki-laki itu.
Wajah mereka penuh rasa puas. Dengan sigap mereka mengikat tangan anak-anak itu
di belakang. Mike berusaha keras mengeluarkan pisau pandunya, tetapi sia-sia!
Perampok-perampok itu mengikat tangan dan kaki anak-anak dengan tali kuat.
Betapapun mereka berusaha melepaskan diri, tali itu sangat kuat. Mereka
diletakkan di lantai gua, seperti ayam dagangan. Ranni dan Pilescu berdiri
sambil berteriak-teriak seperti banteng mengamuk, dan berusaha melepaskan ikatan
tangannya. Dengan sigap kawanan perampok itu merobohkan Ranni dan Pilescu hingga
mereka terlentang di lantai gua.
Setelah itu, kaki mereka pun diikat.
Walaupun bertubuh kecil, perampok Hutan Rahasia itu bukan main kuatnya.
Dibanding dengan mereka, Ranni dan Pilescu seperti raksasa. Tetapi, kawanan
perampok itu seperti semut. Dengan kekuatan dan kelincahannya, mereka
mengalahkan Ranni dan Pilescu dengan mudah.
Kawanan perampok itu mengobrol dengan riang gembira. Sekarang mereka punya lima
orang tawanan. Tetapi, sekonyong-konyong seorang di antara mereka menunjuk pada
air yang menggenang di lantai gua.
Yang lain memandang kaget. Jelaslah, mereka belum pernah melihat air menggenang
di situ sebelumnya. Mereka memandang air yang terjun dari lubang di atap gua.
Lubangnya sekarang jauh lebih besar daripada semula. Mereka melihat apa yang
terjadi, lalu berlari ketakutan ke langkan di sisi sungai yang bergemuruh.
Air sudah setinggi lutut mereka di sana. Rakit mereka ditinggal di dekat ceruk
tempat beristirahat. Dengan panik, mereka memandang air yang makin tinggi. Di
dekat air terjun, mereka tidak dapat mendengar kata-kata mereka sendiri. Karena
itu, mereka berlari-lari kembali ke tempat kelima orang tawanan mereka, sambil
berteriak-teriak ketakutan.
Bunyi air semakin dahsyat. Semua orang memandang ketakutan pada lubang yang
dilalui air di atap gua. Semakin banyak reruntuhan batu terbawa air dari atap
gua. Bongkahan-bongkahan batu tersebut jatuh ke lantai gua, bunyinya berdebam
pada waktu membentur dengan lantai. Dengan makin membesarnya lubang, makin
banyak pula air yang jatuh, dan makin menjadi-jadi bunyinya.
Kawanan perampok menjerit ketakutan. Mereka tahu, bahwa mereka tidak akan bisa
pulang ke Hutan Rahasia jika tidak segera berangkat. Dengan makin banyaknya air
yang jatuh, sungai yang melalui terowongan akan semakin meluap hingga tak
mungkin orang bisa berjalan di langkan pada sisi-sisinya.
Mereka menghilang ke balik percikan air. Jack mengangkat kepala. Di kejauhan
terlihat mereka memaksakan diri masuk ke terowongan. Air sudah lebih tinggi dari
pinggang mereka! Mereka pasti tenggelam, " ucap Jack. " Sebentar saja air akan menghanyutkan mereka dan
" langkan tempat mereka berpijak. Airnya semakin dalam.
" Tak usah pikirkan nasib mereka,
" sahut Ranni, sambil berusaha bangkit.
" Pikirkan nasib " kita sendiri! Lihatlah air sudah bergerak naik ke arah kita sekarang!
" " Benar. Mereka sudah dikepung air. Air memukul-mukul sekeliling mereka. Kelima
orang tawanan itu berusaha bangkit, walaupun sangat sukar melakukannya dengan
tangan dan kaki terikat. Mereka berusaha sekuat tenaga melepaskan ikatannya.
Tetapi, kawanan perampok itu rupanya sangat mahir dalam ikat mengikat.
Sebaiknya kita mencoba bengerak ke jalan tembus itu,
" usul Ranni, melompat-lompat
" dengan kaki terikat. Tetapi, belum jauh, dia sudah terjatuh. Kepalanya membentur
batu, karena dia tidak bisa menyelamatkan diri dengan tangannya. Ranni terbaring
diam. Paul memandangnya dengan waswas.
Empat Serangkai - Rahasia Pegunungan Killimooin The Secret Of Killimooin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia cuma terkejut. Beberapa menit lagi pasti sembuh,
" Pilescu berkata, menenangkan
" tuannya. Tetapi, sebenarnya Pilescu pun merasa cemas seperti Paul melihat
keadaan Ranni. Mereka benar-benar berada dalam situasi yang sangat menyedihkan. Setiap saat
atap gua di atas mereka bisa runtuh, dan dalam waktu singkat gua itu akan
tergenang air seluruhnya. Mereka tidak bisa menyelamatkan diri, mereka semuanya
terikat demikian kuatnya.
Ranni! Buka matamu! " pinta Paul. " Salah seorang di antara kawanan perampok meninggalkan lampu senter menyala tak
jauh dan situ. Cahayanya tepat mengenai wajah Ranni yang terbaring dengan mata
terpejam, setengah bersandar pada dinding gua.
Pilescu! Bagaimana kejadiannya hingga kalian tertangkap"
" " Kami naik ke gua bawah kuil,
" kisah Pilescu. " Ketika kami sampai di sana, terlihat
" patung di atasnya dalam keadaan terbuka. Tak terlihat seorang perampok pun di
sekitar situ. Kami keluar ke gua kuil, dan langsung melihat ke luar dari
pintunya. Kami tidak bisa melihat apa pun, sebab di luar sedang sangat berkabut.
Kami masuk kembali ke gua, hendak balik ke sini. Tiba-tiba saja mereka
mengeroyok kami. Rupanya mereka melihat kami ketika kami berdiri di pintu gua.
Mereka menunggu kami di sana, sedangkan kami tak bisa melihat ke luar karena
tebalnya kabut. " Oh, Pilescu " padahal kita sudah hampir sampai!
" Pangeran Paul berkata. " Apa yang akan " kita lakukan sekarang" Gawatkah keadaan Ranni" Kepalanya terbentur batu begitu
keras! " Pada saat itu Ranni membuka mata sambil mengerang. kepalanya terasa sangat
sakit. Dia berusaha bangkit hendak duduk Tetapi, cepat teringat olehnya apa yang
telah terjadi. " Atapnya makin banyak yang runtuh!
" teriak Jack. " Benar. Dengan terdengarnya bunyi bergemuruh yang sangat dahsyat, sebuah
bongkahan batu besar sekali jatuh di dekat air terjun. Ini disusul dengan
turunnya lebih banyak lagi air. Air sudah sampai ke kaki mereka. Dengan segala
tenaga yang tersisa, kelima orang tawanan itu berjuang menjauhkan diri darinya.
Airnya semakin tinggi, " ucap Mike, memandang air yang berputar-putar di dalam gua.
" Cahaya lampu senter yang terang tampak berkilau-kilauan di air dingin dalam gua
yang gelap itu. Pemandangan di sana sangat mengerikan.
Pilescu, apa yang harus kita lakukan"
" tanya Jack, putus asa. " Kalau kita tidak cepat " bertindak sebentar lagi kita akan terendam air! Oh, mengapa tak ada orang yang
mencari kita pelayan, orang kampung, petani. Katanya Beowald akan menjemput
mereka! " " Tentu saja Beowald sudah menjemput penduduk desa. Mereka telah mencari anak-anak
hingga ke gua air terjun. Tetapi, mereka sama sekali tidak menduga, bahwa anakanak masuk ke dalam terowongan yang dialiri sungal. Karena itu, mereka pun
meninggalkan gua air terjun, dan kembali ke desa memberi tahu Beowald bahwa
mungkin Beowald salah. Tidak
" ada seorang pun di gua yang terdapat di bawab gua kuil! Perampok dan tawanannya
pasti bersembunyi di suatu tempat di luar gua, di lereng pegunungan!
Lereng pegunungan telah pula mereka jelajahi, sambjl berteriak memanggil-manggil
berjam-jam lamanya. Tetapi, ketika kabut tebal datang, mereka pun pulang. Sebab,
walaupun rata-rata mereka itu pendaki gunung yang mahir tetapi, dalam kabut
seperti " itu mudah sekali mereka tersesat seperti anak kecil.
Hanya Beowald yang tidak berhenti mencari. Kabut tidak menjadi penghalang
untuknya. Begitu pula kegelapan. Sepanjang malam dia berjalan mencari teman-temannya,
ditemani " oleh kambing tuanya. Ketika matahari telah tinggi, Beowald berjalan kembali menuju gua kuil. Dia
mendengarkan dari luar. Tidak ada suara. Dia menghampiri patung besar di bagian
belakang gua itu. Masih terbuka. Beowald berdiri, berpikir. Haruskah dia turun
sendiri, mencari teman-temannya" Orang-orang kampung mengatakan tidak seorang
pun ada di sana. Gua di bawahnya kosong, dan di gua yang lain lagi cuma ada air terjun. Beowald
akan tersesat di tempat yang belum dia kenal. Tetapi, sesuatu mendorongnya untuk
mencoba masuk. Penggembala kambing yang buta itu meluncur turun, masuk ke dalam lubang dengan
berpegang pada tali yang memang tersedia. Turun dia makin lama makin ke bawah,
sampai " akhirnya sampai ke gua kecil di bawahnya. Dengan tangan terentang ke depan,
diperiksanya gua itu seteliti mungkin. Dia berjalan menyusur dinding gua yang
tidak beraturan. Beberapa saat kemudian dia menemukan bagian dinding yang terbuka, yang menuju ke
jalan tembus sempit ke gua lain yang letaknya lebih ke dalam. Dilaluinya jalan
sempit berdinding batu itu.
Tangannya meraba-raba ke depan dan ke samping. Jalan itu menurun dan membelok
Beowald muncul di gua air terjun. Dia berdiri di sana, telinganya pekak oleh
gemuruhnya air terjun. Air berputar-putar di kakinya. Mula-mula hanya suara air
terjun yang terdengar olehnya.
Kemudian, dengan sangat terkejut, dia mendengar namanya dipanggil.
Beowald! Beowald buta! " " Lihat " itu Beowald! Beowald, cepat bantu kami, Beowald.?"Si Buta Beowald berdiri tertegun di pintu gua air terjun. Matanya yang buta
tidak melihat sesuatu pun. Tetapi, telinganya mendengar suara. Ah, tidak percaya
dia rasanya! Yang lebih terkejut adalah para tawanan! Beowald muncul di depan mereka, seperti
tukang sihir, tepat pada saat mereka sudah hampir putus asa!
19. BEOWALD PENYELAMAT BEOWALD! Cepat! Lepaskan kami!
" teriak Ranni. " Air sudah tinggi, dan yang mengalir ke dalam gua makin lama makin banyak. Dalam
beberapa menit terakhir pertambahannya banyak sekali. Ranni sangat kuatir atap
gua tak tahan terhadap tekanan air yang demikian besar hingga runtuh seluruhnya.
Jika hal itu sampai terjadi, tak ada lagi harapan mereka bisa selamat.
Apa" Di mana kalian" Mengapa banyak air"
" seru Beowald, merasa asing di dunia yang
" basah dan bergemuruh. Beowald! Dengarkan aku! " teriak Ranni. " Dengarkan baik-baik. Kau sedang berdiri di
" mulut gua. Aku dan lain-lainnya ada di dalam gua yang kauhadapi. Tangan dan kaki
kami diikat hingga kami tidak bisa berjalan atau melepaskan ikatannya. Air bagai
dituang ke dalam gua ini. Kalau kau tidak cepat-cepat menolong kami, kami akan
tenggelam. Melangkahlah, Beowald! Berjalanlah mendekati suaraku. Jangan takut!
" Baiklah, " sahut penggembala kambing yang buta itu. Dia melangkah masuk ke dalam air, "lalu berhenti takut. Di dunianya sendiri
" di pegunungan dia tak pernah merasa takut.
" Setiap jengkal, setiap batu, setiap pohon dia kenali. Tetapi semuanya di situ
terasa baru dan aneh untuknya. Itu membuatnya merasa takut.
Cepat, Beowald! Cepat! " seru Ranni. " Mendekatlah padaku, cepat! Ambil pisaumu.
" Potonglah tali yang mengikat tanganku.
" Tersaruk-saruk Beowald maju. Tangannya meraba-raba mencari Ranni. Tak lama
kemudian tangannya menyentuh wajah Ranni. Posisi Ranni setengah berbaring,
setengah duduk. Ada benjolan besar di kepalanya bekas benturan batu beberapa
saat sebelumnya. Tangan " Beowald merasakan adanya benjolan itu. Dalam hati dia bertanya-tanya apa
penyebabnya. Tangannya merabai tubuh Ranni. Dia segera tahu, bahwa tangan Ranni diikat di
belakang tubuhnya. Dikeluarkannya pisau, dan dengan hati-hati dipotongnya tali kulit yang mengikat
tangan Ranni. Ranni merentangkan tangannya dengan gembira dilatihnya tangannya
agar kembali " kuat seperti semula. Tangannya menjadi kaku dan bengkak selama diikat.
Diambilnya pisau Beowald, lalu dipotongnya tali yang mengikat kakinya. Dia
berdiri, tetapi keseimbangan tubuhnya belum sempurna. Kakinya diikat terlalu
kuat, hingga terluka. Untuk beberapa saat kakinya tak kuat dipakai berdiri.
Ranni cepat-cepat bangkit lagi, lalu menghampiri Paul.
Tak lama kemudian, Paul pun bebas dan ikatan. Dia segera berdiri dan berlari ke
pintu gua. Cepat, cepat! " teriaknya. " Cepat, lepaskan tali yang lainnya, Ranni! Sebentar
" lagi mereka tenggelam! " Secepat kemampuannya bergerak, Ranni melepaskan tali pengikat kaki dan tangan
Pilescu, Mike, dan Jack Masing-masing lalu berusaha menjauhi air yang saat itu
telah berputar-putar sampai di atas lutut. Sebentar saja gua sudah penuh air.
Ranni memungut lampu senter yang tergeletak di atas langkan. Lampu senter itu
masih menyala. Dipegangnya lampu senter tadi tinggi-tinggi, hingga yang lain
dapat melihat dengan mudah mulut gua yang berhubungan dengan jalan tembus ke gua
bawah kuil. Beowald sudah lebih dulu masuk ke jalan tembus. Dia sudah tak sabar ingin cepatcepat " sampai kembali ke lereng pegununqan di luar sana, tempat yang sudah sangat dia
kenal liku-likunya. Di gua bawah tanah itu, dia merasa aneh dan tidak tahu arah
sama sekali. Untuk terakhir kalinya, Ranni menyorotkan lampu senter ke sekeliling gua air
terjun " sebelum dia meninggalkannya menuju jalan tembus. Terlihat olehnya sesuatu yang
sejak tadi dia kuatirkan terjadi, hampir terjadi! Seluruh atap gua runtuh!
Tekanan dan berat air di atasnya tidak memungkinkan dia bertahan. Air yang tidak
tertampung lagi itu mencari jalan keluar. Air yang dicurahkan oleh hujan lebat
kemarin perlu jalan keluar.
Saluran yang ada tidak lagi cukup untuk menampungnya. Karenanya, dia menerobos
semuanya yang bisa ditekan dan terlewati olehnya. Kali ini, atap gua terpaksa
mengalah terhadap tekanannya yang demikian kuat.
Dengan bunyi yang mengerikan sekali, atap gua itu jatuh. Bersamaan dengan
jatuhnya atap tadi, suatu volume air yang teramat besar seolah dituangkan
sekaligus ke dalam gua. Belum pernah Ranni melihat air sebanyak itu. Dia memekik ketakutan sambil
berlari tunggang-langgang di jalan tembus yang sempit, mengejar yang lain-lain.
Dia takut air akan menggenangi juqa jalan tembus itu, dan mengurung mereka
sebelum sempat sampai ke gua bawah kuil!
Ada apa, Ranni, ada apa"
" seru Paul ketika mendengar bunyi berdebam yang dahsyat luar
" biasa. Cepat! Cepat! Atap gua runtuh! Gua seperti diguyur air!
" Ranni berkata terengah-engah.
" Sebentar lagi jalan ini pun akan terendam. Cepat, Paul! Cepat, Mike!
" " Ngeri mendengar suara Ranni yang ketakutan, kelima orang yang berjalan di depan
Ranni mempercepat gerak mereka, tersaruk-saruk di jalan batu yang kasar tak
beraturan. Beowald merasa ngeri luar biasa. Dia takut jatuh, takut akan tempat yang tidak
dikenalnya, takut akan suara air yang bergemuruh keras di belakangnya. Air sudah
sampai ke mulut gua air terjun, dan mulai naik ke jalan tembus. Terdengar benar
bunyinya di belakang Ranni!
Cepat Ranni mendorong yang lain supaya bergerak lebih cepat lagi. Dia berteriak
dan memekik. Sementara yang lain terus berjalan dengan panik di jalan tembus
yang gelap dan berliku-liku itu.
Syukurlah jalan ini menanjak terus,
Empat Serangkai - Rahasia Pegunungan Killimooin The Secret Of Killimooin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" pikir Ranni penuh rasa syukur ketika dia sampai
" di tempat yang menanjak cukup curam. Sekarang sudah aman! Air takkan sampai ke
sini. " Kita sudah terlalu tinggi. Yah, takkan ada lagi orang yang bisa turun ke gua air
terjun. Tempat itu akan terus terendam air sekarang, sebab sudah tidak beratap
lagi. " Akhirnya, sampailah mereka di gua bawah kuil. Semuanya menjatuhkan diri ke
lantainya, tubuh mereka gemetar. Hampir saja mereka celaka!
Seandainya Beowald tidak datang tadi,
" ucap Paul tersendat, " kita semua pasti sudah " terendam air saat ini. Oh, Beowald bagaimana ceritanya sampai kau bisa datang
pada " saat yang begitu tepat"
" Di kejauhan, di ujung jalan tembus, deru air masih terdengar cukup keras.
Suara Beowald nyaring mengalahkannya, Orang-orang kampung sudah ke sini, juga ke
gua " air terjun tadi. Tetapi, mereka tidak menemukan kalian. Mereka lalu mencari-cari
kalian di lereng pegunungan. Aku sangat cemas. Ketika aku sampai kembali ke gua
kuil, aku merasa harus masuk sendiri ke bawah sini, walaupun aku sebenarnya
takut. Begitulah ceritanya.
" Petualangan yang kami alami sungguh-sungguh luar biasa!
" Mike bercerita, merasa " dirinya menjadi pablawan. kami sudah menginjak Hutan Rahasia, Beowald!
" " Bagus, " sahut si penggembala kambing yang buta itu. Belum pernah ada orang lain yang?"
ke situ. "Sudah! " Paul berkata. Kawanan perampok yang mengganggu itu tinggal di sana, Beowald!
?" Rupanya sudah bertahun-tahun mereka tinggal di sana. Ranni, masih bisakah mereka
keluar dari Hutan Rahasia sekarang ini"
" Tidak! " sahut Ranni. Kita telah bebas dari gangguan mereka!?"
" Sedikit demi sedikit, gemetar pada tubub anak-anak berkurang. Begitu pula
debaran jantung mereka. Mereka mulai bisa berdini. Mike bangkit. Badannya terasa
mulai enak. Aku sudah kepingin pulang ke istana,
" katanya. " Kangen sama Nora dan Peggy
" dan sudah " kepingin bercerita. Ah, mereka pasti iri mendengar petualangan kita!
" Aku kepingin makan, " Paul berkata. " Rasa laparku sudah tak tertahankan. Akan kusuruh
" Yamen menyiapkan makanan yang paling enak!
" Teringat akan makanan, semuanya menjadi bersemangat untuk segera melanjutkan
perjalanan. Ranni bangkit, dan menarik Paul hingga anak itu berdiri. Kalau
begitu, " kita terus yuk, ajaknya, " Tak " lama lagi kita akan sampai
" Satu per satu, mereka memanjat tali yang menghubung gua bawah kuil dengan gua
kuil. Sepanjang perjalanan naik, berkali-kali mereka mengistirahatkan kaki pada
benjolan yang terdapat di dinding. Tak lama kemudian, keenamnya sudah berada di
gua kuil. Gelap di sana lebih gelap dari sebelumnya. Ranni memandang pintunya.
" Oh, kita tak bisa pulang!
" katanya, kecewa. " Lihatlah, betapa tebal kabut di luar!
" Tangan sendiri pun takkan terlihat jika kita berada di luar sana. Kita bisa
tersesat! " Yah, terpaksa kita menunggu di sini sampai kabutnya berkurang,
" komentar Pilescu. " Mungkin bisa berjam-jam. Kalau tebalnya begitu, biasanya kabut lama hilangnya.
" " Oh, Pilescu! Kita harus pulang! Kan istana sudah dekat!
" ucap Paul, menahan air mata.
" Kita harus pulang! Aku sudah lapar sekali!
" " Jack memandang pada Beowald. Si Buta penggembala kambing itu berdiri diam,
mendengarkan. Mungkin Beowald bisa menjadi penunjuk jalan kita,
" ucep Jack. " Kau tahu ke mana harus " berjalan tidak peduli hari malam atau berkabut kan, Beowald"
" Beowald mengangguk. Sama saja buatku,
" jawabnya. " Kalau kalian memang ingin segera
" pulang, aku bisa menunjukkan jalan ke Istana Killimooin. Kakiku tahu jalan mana
yang harus kita ambil! Sangat tebalkah kabutnya" Aku merasa udara berkabut,
tetapi seberapa tebalnya, aku tak tahu."Belum pernah aku melihat kabut setebal ini,
" Pilescu bersuara, sambil melongok ke
" luar. Rasanya aku ngeri berjalan dalam kabut setebal ini, walaupun bersamamu
Beowald " " Jangan takut. Kalian aman bila kalian bersamaku di sekitar lereng pegunungan
ini, " " Beowald berkata. Beowald mengambil serulingnya lalu sebuah nada aneh. Kepala hewan bertanduk
tiba-tiba saja terlihat di pintu gua. Semuanya terlompat, kaget.
Ah, Kambing Tua, kau di situ rupanya!
" seru Beowald ketika mendengar bunyi langkah
" kaki binatang itu. Dekat-dekatlah padaku, Kambing Tua. Ayo, kita antarkan temanteman " kita ini pulang ke istana!
" Saling berpegangan tangan, ya,
" pesan Renni. " Jangan sampai ada yang terlepas. Jika sampai terjadi sesuatu dan kalian terpaksa
" melepaskan diri, berteriaklah terus keras-keras supaya kita tetap berhubungan
satu sama lain. Pengalaman kita sudah cukup banyak hari ini!
" Semua saling berpegangan, Beowald keluar dari gua. Memegang seruling sambil
meniupnya, tangan kiri anak buta itu memegang erat tangan Ranni. Di belakang
Ranni berjalan Paul. Setelah Paul, lalu Mike, Jack, dan Pilescu berjalan paling belakang. Mereka
berpegang kuat-kuat satu sama lain.
Seperti mau bermain saja kita ini,
" Mike tiba-tiba berkata. " Tapi, bermain di lereng " gunung yang begini curam sih berbahaya.
" Hati mereka lega karena akhirnya mereka akan sampai di istana lagi. Diiringi
nada yang dimainkan Beowald dengan serulingnya, mereka berjalan beriring-iringan
menuruni lereng gunung. Dua sampai tiga kali salah seorang di antara anak-anak
jatuh, pegangan tangan mereka terlepas. Mereka saling berteriak dengan segera,
dan dalam waktu singkat mereka telah bersatu kembali.
Perjalanan mereka memakan waktu cukup lama akibat kabut yang tebal. Melihat
orang yang berjalan tepat di depannya pun orang tidak bisa. Cuma Beowald yang
berjalan dengan langkah pasti dan tenang. Dia bisa melihat jalan yang hendak
dilaluinya dengan kakinya.
Jangan terlalu cepat, Beowald!
" ujar Ranni, ketika dia merasa langkah pangerannya
" makin berat. Jangan lupa, kami tidak bisa melihat apa-apa sama sekali. Kaki kami
pun " tak bisa!"Beowald pun tidak bisa melihat,
" pikir Mike. " Sungguh-sungguh luar biasa anak itu! Apa
" yang terjadi seandainya tidak ada Beowald?"
Tersaruk-saruk mereka turun kurang lebih satu setengah jam lamanya. Lalu Ranni
berteriak ."Kita hampir sampai! Kokok ayam di belakang istana sudah terdengar
olehku, juga gonggong anjing! Tahan, Paul, kita sudah hampir sampai!
" Akhirnya mereka sampai ke tangga depan istana. Dengan tenaga yang tersisa,
mereka memaksakan diri naik ke atas. Lelah benar rasanya. Diam-diam Beowald
menyelinap pergi bersama kambing tua kesayangannya. Baik anak-anak maupun Ranni
atau Pilescu tak ada yang memperhatikan kepergian anak itu. Hati mereka terialu
gembira tiba kembali di tempat yang aman. Ya, akhirnya mereka sampai lagi ke
Istana Killimooin! Dengan perasaan tak sabar, mereka menggedor pintu gerbang
besi yang berdiri kokoh di puncak tangga.
20. AKHIR SUATU PETUALANGAN
PINTU dibuka Yamen berdiri di depan pintu. Di dekatnya, Nora dan Peggy.
Berteriak- " teriak kegirangan dan dengan perasaan yang sangat lega, Nora dan Peggy memeluk
mereka. Wajah Yamen berseri-seri. Yang hilang sudah pulang! Mereka ditarik masuk.
Yamen segera berlari dan berteriak, Permaisuri! Mereka pulang! Pangeran Paul
selamat! " Beliau selamat! " Seisi istana berkumpul, mendengarkan kisah pengembara yang baru pulang. Para
pelayan mengintip dari pintu. Adik-adik Paul bergayut pada tangan pengasuhnya
masing-masing. Mereka melotot melihat anak laki-laki yang kotor dan acak-acakan bersama Ranni
dan Pilescu. Dengan tangan masih dibalut, Tooku berlari-lari dari dapur. Betapa
gembira suasana di Istana Killimooin ketika itu!
Kami dan Hutan Rahasia! " Paul berkata, menyombongkan diri. Lapar dan lelahnya
" terlupakan. Dia kembali menjadi pangeran pangeran yang baru saja menyelamatkan
anak " buahnya! Hutan Rahasia! " ulang Yamen. Suaranya mengungkapkan perasaan takjub, sementara pelayan
" lainnya menarik napas dan mengangguk satu sama lain. Pangeran mereka benar-benar
seorang pangeran sejati! Tidak, Paul " tak mungkin kau dari sana!
" ibu Paul berkata. Beliau melirik Ranni dan
Empat Serangkai - Rahasia Pegunungan Killimooin The Secret Of Killimooin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" Pilescu. Mereka mengangguk sambil tersenyum.
Sungguh, Bu, " ujar Paul. " Ranni dan Pilescu ditangkap perampok dan dibawa ke bawah gua
" kuil. Ternyata ada sungai bawah tanah yang mengalir di sana sungai itu merupakan
" satu-satunya jalan masuk ke Hutan Rahasia!
" Sedikit demi sedikit, cenitanya menjadi lengkap. Semua yang hadir mendengarkan
penuh perhatian. Ketika cerita Paul sampai pada saat atap gua air terjun jatuh
dan mereka hampir terendam air, ibunya menarik Paul dan memeluknya dengan
berurai air mata. Paul marah sekali.
Ibu! Lepaskan aku, Bu! Aku bukan bayi
" tak pantas ditangisi begini!
" " Kau bukan bayi, Pangeran " kau seorang pahlawan! " Yamen berkata, kagum. " Akan " kusiapkan makanan buat pangeran Baronja yang paling berhati besar!
" Dia pergi ke dapur, merencanakan menu yang hebat. Ah, si kecil Paul dia benarbenar " seorang pangeran sejati! Yamen sangat kagum pada pangerannya juga pada kedua
anak laki-laki Inggris, teman Paul. Cepat disiapkannya kue di atas meja dapur.
Dia bertekad hendak membuat makanan yang lezat sekali, yang takkan terlupakan
oleh mereka! Mana Beowald" " tanya Permaisuri, setelah beberapa kali mendengarkan kisah yang
" mendebarkan putra sulungnya. Beowald datang sebagai penyelamat, tepat pada waktu
yang diperlukan sebelum gua dipenuhi air.
" Aku " ingin mengucapkan terima kasih dan
menghadiahinya. " Dia kan ke sini bersama kita tadi"
" Jack berkata. " Tetapi, Beowald tidak kelihatan. Dia sudah kembali ke lereng gunung, bermain
dengan kambing-kambingnya dalam udara berkabut.
Ibu, aku ingin mengajak Beowald tinggal di sini bersama kita,
" ujar Paul. " Aku suka " padanya. Dia pandai sekali berrnain seruling. Izinkan dia tinggal bersama kita,
Bu " jadikan itu hadiah buatnya.
" Kalau dia mau, boleh saja,
" janji Permaisuri, walaupun beliau tidak yakin Beowald
" menginginkan hadiah semacam itu. Nah, sekarang, mandilah kalian. Setelah itu,
makanan " yang lezat pasti sudah tersedia. Oh, betapa penuh syukur dalam hatiku kalian
semua " kembali ke sini dengan selamat!
" Setengah jam kemudian, anak-anak kelihatan lain sekali, Tubuh mereka segar dan
bersih, begitu pula pakaian yang mereka kenakan.
Wajah mereka tampak lelah sekali, pikir Nora dan Peggy. Tetapi, mungkin itu cuma
karena mereka kelaparan! Yamen telah selesai menyiapkan makanan yang luar biasa lezat. Aromanya tercium
dan dalam istana, membuat anak-anak yang sudah duduk rapi di meja makan tak
sabar menunggu makanan dihidangkan. Yamen menghidangkan sup yang sangat enak dan
mengenyangkan. Belum pernah anak-anak makan sebanyak itu.
Ranni dan Pilescu pun menyantap porsi yang luar biasa besar. Paul yang mula-mula
berhenti makan. Ditaruhnya sendok dengan tarikan napas. Podingnya tersisa
sedikit. Kenyang sekali! " katanya, kelopak matanya mulai menutup.
" Pilescu menggendongnya lalu membawa pangeran kecil itu ke kamar. Setengah
tertidur, Paul meronta-ronta minta diturunkan.
Turunkan aku, Pilescu! Aku tak mau digendong! Mengapa kauperlakukan aku seperti
orang " sakit" " Kau sama sekali bukan anak sakit, Paul!
" Pilescu menyahut. "Kau telah menyelamatkan
" Ranni dan aku dengan tenaga dan kebijaksanaanmu sendiri. Anak sakitkah begitu
itu" Bukan! Kau seorang yang perkasa!
" Senang hati Paul mendengar ini. Oh, Mike dan Jack pun perkasa
" ujarnya, menguap lebar. " Dia sudah tertidur sebelum sampai di kamarnya tertidur pulas sekali!
" Nora dan Peggy menggelayut pada Mike dan Jack, bertanya dan bertanya lagi hingga
Mike " dan Jack lagi-lagi menceritakan pengalaman mereka.
Kami sangat kuatir memikirkan kalian!
" Nora berkata. " Waktu orang kampung datang
" mengatakan kalian tak ada di mana-mana, uh sedib benar hati kami. Belum lagi,
ada " badai besar sekali waktu itu! Kami berharap-harap cemas kalian tidak terjebak
dalam badai itu! " Oh, kami terjebak, memang,
" sahut Jack, mengingat kejadian yang lalu. "Badai dan hujan
" lebat itulah yang menyebabkan air sungai meluap dan atap gua runtuh karena tak
dapat menampung arus air yang terlalu besar. Apakah kawanan perampok itu sampai
kembali dengan selamat di Hutan Rahasia itu masih merupakan tanda tanya!
Seandainya mereka " selamat sampai di tempat rakit mereka tersimpan pun, mereka akan dibawa oleh
arus yang lebih dari enam puluh mil per jam kecepatannya!
" Nah, Mike dan Jack, kalian pun sudah waktunya tidur,
" Ranni mengingatkan. " Paul sudah " nyenyak tidurnya. Kalian lelah sekali. Jadi kalian pun harus benistirahat. Ayo.
" *** Ketika terbangun esok harinya, anak-anak hampir tidak percaya bahwa petualangan
yang baru saja mereka alami itu benar-benar terjadi. Mata mereka mengerjapngerjap memandang langit-langit karnar mereka. Tubuh mereka terasa pegal, tetapi
hati mereka riang. Mereka telah berhasil menyelamatkan Ranni dan Pilescu. Mereka telah menemukan
sarang perampok. Mereka telah mengunjungi Hutan Rahasia. Betapa takkan puas dan
senang hati mereka! "Bu, aku hendak mencari Beowald ke gunung, ucap Paul pada waktu mereka sedang
" bersantap pagi bersama. Dia akan kusuruh meninggalkan kambing-kambingnya dan
kuajak " tinggal bersama kita di sini. Kalau kita kembali ke Istana besar pun dia akan
kita ajak kan, Bu" Jasanya takkan pernah terlupakan olehku.
" Ajaklah Ranni dan Pilescu,
" ujar ibunya. " Ibu masih takut perampok-perampok itu datang
" lagi " Ibu tak perlu kuatir, " kata Paul. " Mereka takkan pernah muncul lagi! Ranni! Ikut aku,
" yuk mencari Beowald! " " Ranni mengangguk. Ranni dan Pilescu sudah segar kembali. Hanya saja, benjolan di
kepala Ranni belum hilang.
Kabut telah lenyap sama sekali. Gunung terlihat jelas, dengan puncaknya
menjulang tinggi ke langit. Dengan kuda, anak-anak bersama Ranni dan Pilescu
mendaki. Mereka sampai ke gua kuil setelah kurang lebih satu jam perjalanan. Beowald
tidak kelihatan di sana. Ranni menarik napas, lalu berteriak, BEOWALD! BEOWALD BUTA!
" " Dari kejauhan, terdengar sahutannya jelas dan bernada! Mereka duduk menanti
Beowald " datang, Paul sudah merancang pakaian resmi buatnya. Dia akan menunjukkan kepada
Beowald bagaimana seorang pangeran menyatakan rasa terima kasihnya.
Tak lama kemudian terdengar oleh anak-anak irama musik seruling. Tentu Beowald
itu! Ke mana-mana, dia selalu membawa serulingnya. Setelah itu, dari balik
tikungan, muncul sekawanan kambing melompat-lompat. Di depan sekali, melangkah
kambing tua si Beowald dengan tanduknya yang melengkung tajam.
"Itu dia datang, Paul berkata. Dia pun berlari-lari menyambut Beowald. Beowald
duduk " bersama teman-temannya, bertanya bagaimana rasanya setelah bertualang.
Oh, Beowald " petualangan kami itu benar-benar mendebarkan,
" ucap Paul. " Aku tak tahu " bagaimana nasib kami seandainya kau tak datang menolong. Aku ingin membalas
jasamu, Beowald. Kami semuanya sangat berterima kasih kepadamu terlebih-lebih
aku, " " Jangan membicarakan balas jasa denganku, Pangeran,
" sahut Beowald sambil memainkan
" kembali serulingnya. Beowald, tinggallah kau bersamaku di istana,
" kata Paul pula. " Jika kami kembali ke " istana besar di kota, kau pun akan kuajak. Kau akan kubuatkan pakaian resmi.
Dengan begitu, kau tak perlu menggembala kambing lagi di lereng pegunungan! Kau
akan kujadikan temanku, orang kepercayaanku!
" Si Buta Beowald memandang Pangeran Paul dengan matanya yang hitam tanpa sinar.
Dia menggeleng sambil tersenyum.
Kau ingin membuatku bahagia, Pangeran?" tanyanya.
" Hatiku " akan hancur di tempat yang
tidak kukenal, lebih-lebih di bawah atap. Pegunungan inilah rumahku. Alam sini
telah mengenalku, dan aku telah mengenal mereka. Mereka tahu apa yang dirasakan
kakiku, dan aku kenal benar akan nyanyian angin dan sungai-sungainya. Di samping
itu, kambingku kasihan jika kutinggalkan khususnya si tua yang satu ini.
" " Kambing tua bertanduk melengkung itu berdiri diam dekat Beowald seolah mengerti
Empat Serangkai - Rahasia Pegunungan Killimooin The Secret Of Killimooin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
semua kata-kata yang diucapkan tuannya. Dia lebih mendekat lagi sambil kaki
depannya seolah " berkata, Betul, Tuan! Di sinilah rumahmu! Jangan pergi!
" " Sungguh, Beowald " aku ingin membalas jasamu!
" Paul berkata kecewa. " Kau bisa membalas jasaku, Pangeran,
" Beowald berkata sambil tersenyum
" Sekali-sekali, " jenguklah aku di sini. Akan kuhibur kau dengan nada indah serulingku. Untukku,
itu sudah merupakan penghargaan yang besar sekali. Akan kubuatkan sebuah
seruling untukmu, hingga kau bisa belajar bermain seruling. Bawalah seruling itu
ke istana, dan senandungkan nada pegunungan yang telah kaupelajari di sana."
"Oh, aku akan senang sekali, Beowald, ujar Paul, membayangkan dirinya bermain
" seruling sementara teman-temannya di sekolah menyaksikan dengan penuh kekaguman.
" Ajarilah aku memainkan semua lagu yang kaukenal Beowald!
" " Kita masuk ke gua, melihat-lihat lagi, yuk!
" ajak Jack. Mereka masuk ke sana, tetapi
" Ranni dan Pilescu melarang mereka turun ke gua bawah.
Tidak, " katanya. Petualangan kita sudah cukup! Cukup buat dikenang seumur hidup?"
" atau, paling tidak untuk dua bulan!
" Sekarang, Hutan Rahasia takkan pernah dikunjungi lagi oleh manusia,
" Mike berkata. " Satu-satunya jalan menuju ke situ sudah lenyap. Air menghalangi siapa pun yang
hendak " lewat perut gunung ke hutan itu.
" Dan, perampok-perampok di dalam sana takkan bisa lagi keluar, meninggalkan Hutan
" Rahasia! seru Jack " Betapa " aneh! Mereka terpaksa hidup di sana saja bertahun-tahun
" masyarakat yang hilang dan terlupakan.
" "Memang aneh. Tetapi, mungkin itulah hukuman yang paling bagus buat mereka, ujar
Nora. " Hutan Rahasia akan berfungsi sebagai penjara yang takkan pernah mereka
tinggalkan! " Perampok-perampok itu juga tidak akan bisa merampok lagi!
" Ya, kita pun takkan bisa melihat lagi hutan itu,
" kata Mike, sedih. " Padahal, Hutan " Rahasia cukup menyenangkan buat dijenguk sekali-sekali!
" Mike salah. Mereka masih melihat hutan itu sekali lagi. Kapan" Ketika pada akhir
liburan Kapten Arnold dan istrinya datang menjemput mereka, Ranni mengajak
mereka semuanya terbang ke atas Killimooin, ke atas Hutan Rahasia!
Itu dia, Yah! " teriak Mike. " Lihat! Itu tempat keluarnya sungai dan dalam gunung.
" Turunkan lagi pesawat kita, Ranni. Nah, itu di situ sungainya masuk ke hutan
" dan " sete!ah mengalir ke arah yang berlawanan sungai itu keluar tak jauh dari
tempatnya masuk ke hutan. Oh, dan di sana itu, Yah di situlah sungai menghilang
masuk ke " semacam retakan ke perut bumi!
" Pesawat mereka terbang rendah sekali, hingga rasanya seperti sedang mengapung di
permukaan pepohonan lebat nan hijau di bawah mereka!
Perampok mendengar derunya. Sebagian di antara mereka berlarian ke luar hutan,
bertanya-tanya. ltu dia itu salah seorang perampoknya
" itu lagi, dan yang di belakangnya itu juga!
" " seru Paul. Selamat tinggal, Perampok! Kalian akan terkurung di situ untuk
selama- " lamanya " Pesawat mereka mengangkasa kembali, meninggalkan Hutan Rahasia. Dia terbang
melalui puncak pegunungan. Anak-anak menarik napas panjang.
Ini benar-benar liburan yang paling mengesankan!
" ucap Nora. " Petualangan apa lagi yang akan kita alami liburan yang akan datang, ya"
" " Sudah! Sudah cukup! " sahut Ranni. " Tetapi, anak-anak itu yakin mereka masih akan mengalami banyak lagi Petualangan.
Anak-anak itu memang petualang sejati!
-TAMAT- BBSC Edit & Convert: Farid ZE
Blog Pecinta Buku - PP Assalam Cepu
==============================
Ebook Cersil (zheraf.wapamp.com)
Gudang Ebook http://www.zheraf.net
==============================
Panji Sakti 6 Wiro Sableng 063 Neraka Krakatau Minyak Darah Malaikat 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama