Ibu Sinder Karya Pandir Kelana Bagian 1
28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ibu Sinder Karya Pandir Kelana Sumber djvu : Syaugy_arr (hana-oki.blogspot.com)
Edit teks : Raynold (www.tagtag.com/tamanbacaan/)
Ebook pdf oleh : Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://cerita-silat.co.cc/ http://kang-zusi.info/
http://dewi-kzanfo/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
PANDIR KELANA IBU SINDER Sanksi Pelanggaran Pasal 44 Undang-undang Nomor 7 Tahun
1987 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun
1982 Tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan
atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk
1 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,(seratus juta rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan
atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
PANDIR KELANA IBU SINDER Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 1991
IBU SINDER oleh Pandir Kelana GM401 91.178
? Penerbit PT Cramedia Pustaka Utama,
Jl. Palmerah Selatan 24-26, Jakarta 10270
Gambar sampul oleh Toni Masdiono
Diterbitkan pertama kali oleh
http://dewi-kzanfo/ 1 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
2 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
anggota IKAPI, Jakarta, Juli 1991
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
KELANA, Pandir Ibu Sinder / Pandir Kelana. - Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 1991. 248 hlm. :ilus.;18cm.
ISBN 979-511-178-7 1. Fiksi Indonesia. I. judul.
8X0.3 Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan PT Gramedia
PRAKATA IBU SINDER, wanita dengan latar belakang didikan dan
asuhan tradisional Ningrat-Jawa, dihadapkan pada tantangan
zaman yang berubah-ubah dengan cepatnya. Mampukah wanita
itu mengatasinya, tanpa harus mengorbankan hakikat
jatidirinya" Novel Ibu Sinder ini yang akan memberikan
jawabannya. Digubah-tulis dalam bahasa sederhana yang lancar, para
pembaca diajak untuk ikut menghayati suasana perikehidupan
di zaman Penjajahan Belanda, zaman Pendudukan Balatentara
Jepang, dan zaman Revolusi Kemerdekaan Indonesia.
Ciri khas novel-novel Pandir Kelana ialah, yang satu berkait
dengan yang lain. Pelaku-pelaku pendamping dalam novel Ibu
Sinder ini, tampil sebagai pelaku utama dalam novel Kereta Api
3 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://dewi-kzanfo/ 2 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terakhir, Kadarwati, Wanita dengan Lima Nama, Suro Buldog,
Orang Buangan Tanah Merah, dan Rintihan Burung Kedasih.
Dan para pembaca tidak perlu membacanya secara berurutan,
karena setiap novel merupakan kebulatan cerita tersendiri.
Pandir Kelana juga menulis novel dengan latar belakang
fakta sejarah, bukan legenda, seperti Tusuk Sanggul Pudak
Wangi, yang menggambarkan lahirnya Kerajaan Majapahit di
tahun 1293. Mudah-mudahan, para pembaca masih akan dapat
menikmati bacaan-bacaan kultural-eduka-tif selanjutnya, melalui pena Pandir Kelana.
(Oo-dwkz-Oki-Ray-oO) WARUNG CLIMEN Tidak jauh dari Pasanggrahan Ambarukmo, di tepi jalan raya
antara Yogya dan Sala, berdiri sebuah bangunan rumah
setengah batu yang tampaknya masih agak baru, dihuni oleh
4 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seorang wanita berusia lewat setengah abad. Bagian depan
rumah yang berbentuk Joglo itu sudah diubah menjadi sebuah
warung sederhana, lengkap dengan papan nama berhuruf Jawa
berbunyi "Warung Climen", yang artinya warung sederhana.
Keistimewaan warung itu adalah hidangan opor bebeknya.
Orang yang semula apriori menolak daging bebek, setelah
mencoba opor bebek "Warung Climen", berubahlah seleranya.
Ia menjadi penggemar masakan daging bebek.
Letak rumah kediaman yang telah menjadi restoran kecil itu
memang agak menyendiri, jauh dari tetangga dan tidak terlalu
dekat dengan jalan raya. Halamannya luas, disediakan untuk
tempat parkir kendaraan. Perabot-perabot warung seperti meja,
http://dewi-kzanfo/ 3 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kursi, lincak, tempat sendok-garpu, tempat abu rokok,
semuanya terbuat dari bahan bambu tutul. Ruangan tampak
bersih, terawat, rapi dan teratur, mampu memberikan suasana
akrab-santai kepada pengunjung-pengunjungnya.
Tidak hanya hidangan masakannya saja yang menjadi buah
bibir, tapi si pemilik warung pun mengundang perhatian orang.
Hal itu bukan tanpa alasan, sebab "Warung Climen" oleh
penduduk desa dan kampung di sekitarnya diberi julukan
5 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Warung Ndoro Ayu". Karena salah dengar, tersebar luas
menjadi "Warung Ayu". Orang lalu mengira pemiliknya seorang
wanita muda yang cantik menggiurkan.
Munculnya seorang wanita usia senja misterius di tempat itu
sendiri, sudah menimbulkan tanda tanya. Kabut teka-teki
menyelubungi kehadirannya. Siapa sebenarnya wanita itu"
Pribadinya memang sangat menarik. Setua itu ia masih tampak
cekatan, langsing berisi, dan atraktif. Ia selalu mengaku sebagai
orang desa biasa, tapi wajah cantik, mata membelalak dengan
sorotnya yang berwibawa itu, sulit menyembunyikan asalusulnya. Tingkah laku dan sikapnya tak ubahnya seperti
kebanyakan pemilik warung - sopan-santun, grapyak (ramah
tamah), andap-asor (merendah) - namun, wibawa yang
memancar dari Wajah yang menarik itu memaksa orang untuk
menaruh hormat kepadanya.
Berbagai cerita dan kisah bermunculan. Ada yang berkata
bahwa wanita itu masih kerabat Keraton. Ada j uga desas-desus,
bahwa ia janda seorang bupati daerah pesisiran. Lain orang, lain
ceritanya. Namun pemilik "Warung Climen" itu membiarkan saja
cerita khayal bertebaran, sebab hal itu malah meningkatkan
jumlah pengunjung yang berdatangan. Bahkan akhirnya pemilik
warung itu menerima panggilannya yang tetap. Ia terkenal
sebagai Ibu Climen. http://dewi-kzanfo/ 4 6 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pagi itu Ibu Climen sedang menikmati pemandangan indah
di belakang rumahnya. Di kejauhan, kebiru-biruan, berdiri
megah Gunung Merapi, gagah, perkasa, penuh misteri. Asap
tebal menjulang tinggi keluar dari puncaknya yang tajam,
bermandi-mandi sinar matahari pagi. Tampak di hadapannya
desa dan dukuh, tenang dan damai dalam pangkuan kaki
gunung yang sulit diramalkan kemungkinan erupsinya. Tanaman
padi kememping (berbutir muda) bergerak-gerak, menganggukangguk, mengikuti arah embusan angin. Gumam wanita usia
senja itu, "Selamat jalan, Anak-anakku."
(Oo-dwkz-Oki-Ray-oO) MADUGONDO Bersandar pada tongkat kayu kesayangannya, seorang lakilaki berkulit putih, berambut pirang, tubuh tinggi, kokoh, kekar,
berdiri mematung melepaskan pandangannya jauh ke ufuk
timur. Bulan berbentuk sabit yang sedang diamatinya, sudah
agak tinggi letaknya di atas cakrawala. Angin kumbang meniupniup berputar-putar, menggerak-gerakkan lautan daun kecoklatcoklatan, tanaman tebu yang hampir siap tebang. Tinggi di
udara sekelompok burung bangau santai terbang menyongsong
kehadiran sang bulan, seolah-olah mereka belum sadar, bahwa
7 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
malam telah tiba. Bintang-bintang berkedip-kedip berhamburan
di angkasa raya. "Indah, misterius, Insulinde, mijn tweede Vaderland (Indonesia, tanah airku yang kedua)," gumam laki-laki itu.
Sekonyong-konyong tanpa disadarinya, gambaran peristiwa
besar yang sedang berlangsung di dunia Barat begitu saja
mendesak penampilan keindahan alam yang sedang dikaguminya itu. Terbayang-bayang di hadapannya topan
peperangan yang sedang menyapu bumi Eropa. Bohemia dan
http://dewi-kzanfo/ 5 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Moravia begitu cepatnya jatuh dalam kekuasaan Jerman Nazi.
Sementara itu Polandia sedang mati-matian bertempur
menghadapi Divisi-divisi Lapis Baja Adolf Hitler di front barat
dan Divisi-divisi Artileri Joseph Sta-lin di front timur. Sebenarnya
nasib Polandia sudah dapat diramalkan sebelumnya. Negeri
yang patriotik itu akan bertekuk lutut dalam beberapa hari saja.
" Blitzkrieg, blitzkrieg... Quo Vadis, Europa (Perang kilat,
perang kilat... akan ke mana Eropa)?" desahnya.
8 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Van Hoogendorp, begitu nama orang itu, tergugah dari
lamunannya ketika mendengar teguran, "Apa yang sedang
kaupikirkan, Pap?" Menoleh, melihat anak tunggalnya yang bernama Ivonne,
Van Hoogendorp menjawab, "Kau, Ivo" Indie (Indonesia) begitu
indah, ya?" Lalu ajak Ivonne, "Mari, Pap, pulang. Makan malam sudah
siap." "Mari, mari," tanggap ayahnya.
Melewati jalan inspeksi di tengah-tengah tanaman tebu,
ayah dan anak santai berjalan menuju sebuah bangunan
besar - megah dan anggun. Rumah kediaman resmi Administrator Perkebunan dan Pabrik Gula Madugondo. Rumah
besar itu terletak tepat di tengah-tengah kota
Perang kilat, perang kilat... akan ke mana Eropa" Indonesia
kecil yang juga bernama Madugondo. Lahan perkebunan itu
merupakan bagian dari Tanah Partikelir, Particuliere Landerij
Gondo Arum, milik sebuah perusahaan Belanda, CV. Gebroeders
van Zanten. http://dewi-kzanfo/ 6 9 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memasuki halaman luas berkerikil halus, diayomi oleh
sepasang pohon regenboom (pohon trembesi) besar dan
rindang, lima ekor anjing Dalmatia menyongsong kedatangan
Jonkheer dan Freule van Hoogendorp. Anjing-anjing itu
melonjak-lonjak kegirangan, seperti majikan-majikannya itu
baru kembali dari suatu perjalanan yang jauh saja.
"Bimo, kom, kom, Bimo! Jangan nakal, ya!" tegur insinyur
pertanian lulusan Wageningen itu sambil membelai kepala
anjing yang terbesar di antara anjing-anjing yang lain.
Sesudah lulus dari Landbouwkundige Hoge-school - Sekolah
Tinggi Pertanian di Negeri Belanda, Hendrik van Hoogendorp
yang berdarah biru itu langsung mengabdikan dirinya pada
perkebunan gula. Berpindah-pindah dari pabrik gula yang satu
ke pabrik gula yang lain. Administrator itu masih baru di
Madugondo. Nyonya Van Hoogendorp sudah menunggu kedatangan
suaminya di pendapa rumah yang berlantaikan marmer Carara,
putih bersih mengkilat, dengan saka-saka guru yang bergaya
Yunani - mengenakan gaun panjang berwarna ungu muda. Dia
seorang wanita Belanda-Indo, berwajah cantik, atraktif, namun
memberikan kesan agak tinggi hati. Kalau sang suami pandai
menyesuaikan 10 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ibu Sinder Karya Pandir Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diri dengan tradisi dan adat-istiadat lingkungannya, sebaliknya istrinya yang berdarah campuran
Belanda-Jawa itu malah bertingkah laku kebelanda-belandaan
yang berlebihan. Logat, lafal, gaya bahasanya meniru-niru
ucapan Belanda totok yang baru saja menginjakkan kakinya di
bumi Nederlands-Indie (Hindia-Belanda).
Tabiat dan penampilan anak tunggalnya, Ivonne, lebih dekat
pada ayahnya. Ivonne seorang mahasiswi menjelang tingkat
Semi-Arts (Drs. Med) pada Geneeskundige Hogeschool - Sekolah
http://dewi-kzanfo/ 7 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tinggi Kedokteran - di Batavia. Ia seorang wanita yang tergolong
tinggi menurut ukuran manusia Jawa, tapi pendek menurut
ukuran orang Belanda. Wajannya suatu perpaduan wajah Ayah
dan Ibu: manis, menawan, tidak cebleh (hambar), putih-kuning
langsat. Dengan langkah-langkahnya yang mantap tegap, Van
Hoogendorp menaiki tangga pendapa, melepaskan anaknya dari
11 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
rangkulannya, menggandeng istrinya, dan perlahan-lahan
berjalan lewat ruang tengah gedung yang lebar-memanjang,
menuju beranda belakang rumah. Ivonne membuntutinya. Lima
anjing yang terlatih dan berdisiplin itu berhenti di tangga
pendapa yang paling atas, duduk berjajar menghadap halaman
dan sabar menunggu sampai majikan-majikannya muncul
kembali di pendapa. Di beranda belakang itu lazimnya keluarga Van Hoogendorp
bersantap malam. Dua orang pelayan berseragam putih-putih
dengan serbet lebar-panjang di pundak masing-masing
membantu majikan-majikannya menempati kursinya. Wajahwajah datar tanpa senyum, kaku, beku, melayani keluarga
administrator makan malam mengelilingi sebuah meja bundar
penuh dengan berbagai macam hidangan rijsttafel (hidangan
Indonesia) - yang terlalu banyak porsi dan jenisnya untuk dapat
dihabiskan oleh tiga orang.
Memang, dua kali dalam seminggu keluarga Van
Hoogendorp bersantap malam masakan Jawa. Fien van
Hoogendorp yang kebelanda-belandaan itu sangat menyukai
sambal bajak - bahkan ketika makan roti pun, kadang-kadang
sambal bajak dinikmatinya sebagai beleg (lapis).
http://dewi-kzanfo/ 8 12 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Angin sejuk sepoi-sepoi mengembus-embus lewat beranda
belakang yang terbuka itu, ikut meningkatkan selera makan
ketiga anak-beranak itu. Malam itu, ketiganya agak kurang bergairah untuk
berbincang-bincang. Selesai makan, Van Hoogendorp langsung
menuju ruang kerjanya yang sekaligus berfungsi sebagai kamar
tidur juga. Di sudut ruangan, tersembunyi di belakang penyekat
kayu berukir, terdapat sebuah dipan panjang dan lemari
pakaian. Di atas dipan itulah kadang-kadang Van Hoogendorp
tertidur, bila ia sampai larut malam membaca surat-surat atau
buku bacaan. Tak lama kemudian administrator itu memasuki pendapa
lewat pintu penghubung, hanya dalam pakaian piyama. Ia
langsung duduk di kursi goyang di sudut pendapa itu, setelah
lebih dulu mematikan lampu-lampu di sekitarnya dengan
maksud agar dirinya tidak terlihat oleh orang-orang yang lewat
di jalan. Anak tunggalnya muncul, mengenakan celana panjang
gaya Marlene Dietrich, lalu duduk di atas lantai menemani
ayahnya. Melihat ayahnya mengepul-ngepulkan asap cerutunya,
Ivonne menyeletuk, "Apa yang sedang Papi risaukan?"
"Aku kurang mengerti, mengapa Inggris dan Prancis begitu
lamban bereaksi. Apa mereka begitu tolol untuk tidak
mengetahui apa yang tersembunyi di dalam benak si Adolf itu.
13 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Jelas Hitler bermaksud untuk menguasai seluruh daratan
Eropa." "Ooooo, itu yang mengganggumu, Pap. Apa itu akan berarti
bahwa Perang Dunia II akan meletus, Pap?" Ivonne menanggapi.
http://dewi-kzanfo/ 9 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah yang kucemaskan. Dan jangan lupa, Japan (Jepang)
pasti tak akan tinggal diam," jawab Van Hoogendorp.
"Apa Holland dapat mempertahankan neutra-liteit-nya,
Pap?" tanya Ivonne. "Kali ini sulit. Eropa memang urusan kawan-kawan di
Holland, tapi kalau menyangkut Nederlands-Indie, kita akan
terlibat langsung." "Kalau begitu Papi juga memperhitungkan kemungkinan
Japan bergerak ke Selatan. Apa Japan begitu kuatnya untuk
mampu mencapai Pulau Jawa, Pap?" Ivonne bertanya.
"Entahlah, tapi Indie satu-satunya wilayah yang kaya minyak.
Bahan itu sangat diperlukan oleh si mata sipit. Sudahlah! Laat
de boel maar waaien, de wereld blijft toch steeds draaien biarlah berantakan, dunia akan tetap berputar," gumam Van
Hoogendorp. "Falsafah siapa itu, Pap?" cepat Ivonne bertanya.
14 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Don Quixote," jawab Van Hoogendorp sambil tertawa.
Ivonne ikut tertawa terbahak-bahak.
Tiba-tiba perhatian ayah dan anak itu beralih ke dua orang
yang sedang lewat di jalan besar. Tampaknya sejoli suami-istri seorang laki-laki bertubuh kokoh, atletis, dan seorang wanita
langsing, padat berisi, mengenakan kain kebaya.
Begitu lepas pandang Van Hoogendorp menyeletuk,
"Suprapto, sinder (pengawas kebun) Jawa. Baik kerjanya. Cantik
istrinya." "Aha, Papi memuji-muji nyonya yang lewat itu. Kalau aku
lebih tertarik pada yang laki-laki. Posturnya mengesankan.
Jarang ada orang Jawa yang setinggi dan segagah dia."
http://dewi-kzanfo/ 10 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kata orang, anak tunggalnya hampir jadi insinyur. Sudah
tingkat lima di Bandung."
" Ziet hij er goed uit (Apa dia tampan), Pap?"
"Mana aku tahu, aku belum pernah melihatnya. Tanyakan
saja pada orangtuanya," kata ayahnya.
"Ah, liburan yang akan datang pasti dia akan pulang,"
gumam Ivonne. Tapi belum lagi sempat menanggapi gumam
anaknya, Fien van Hoogendorp muncul di hadapan mereka.
15 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
" Gezzzellig, gezzzelig (Asyik, asyik), apa yang kalian
bicarakan?" "Perkembangan daratan Eropa, Mam. Papi sangat
mengkhawatirkannya."
Fien yang mengenakan sarung kawung dan baju putih
berenda itu tampak jauh lebih muda daripada usianya yang
sebenarnya. Tak ubahnya seperti kakak-beradik saja dengan
Ivonne. "Ah, laat de boel maar waaien, de keuken blijft toch steeds
dampen. Biarlah berantakan, dapur tetap mengepul."
Agak terkejut mendengar ucapan ibunya itu Ivonne
bertanya, "Mam, kata-kata siapa itu?"
Sambil tersenyum ibunya menjawab, "Don Quixote van
Hoogendorp." Suami-istri dan anak tertawa terbahak-bahak dalam paduan.
Fien van Hoogendorp lalu menggabungkan diri duduk
menempati kursi goyang di samping suaminya. Malam itu
keluarga Van Hoogendorp berbincang-bincang, lagi-lagi tentang
Hitler dengan Mein Kampf (Perjuanganku)-nya.
http://dewi-kzanfo/ 11 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" Nationaal Socialisten Bond - Himpunan Nasional-Sosialis 16 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
atau NSB di Holland sangat pro-Nazi. Mereka musuh dalam
selimut. Di Madugondo juga ada simpatisan-simpatisan NSB. Die
klootzakken (Bangsat-bangsat itu). "
" Nou zzzeg, de Jonkheer begini te vloeken (Haa, Jonkheer
mengumpat)." "Maaf, masih banyak surat-surat yang belum sempat kubaca
tadi siang." Van Hoogendorp berdiri lalu melangkah menuju
ruang kerjanya. Sambil menggandeng ibunya, Ivonne masuk rumah. Tak
lama kemudian seorang petugas jaga berseragam kelabu
memakai striwel (pembalut kaki) tanpa sepatu, membawa pergi
anjing-anjing. Di kejauhan terdengar bunyi suara kokokbeluk burung hantu - berulang-ulang.
Pagi hari yang cerah. Seorang wanita Jawa berusia lewat
empat puluhan, mengenakan kain kebaya dari bahan lurik hijau
gadung santai berjalan melewati kediaman resmi Administrator
yang oleh penduduk diberi nama Statiran atau Besaran. Wanita
itu baru saja pulang dari rumah istri teman sekerja suaminya,
Sinder Sugondo. Sugondo baru di Madugondo, sinder pindahan dari
Perkebunan Gula, Sragi, dekat Pekalongan. Orang Jawa kedua
yang mencapai tingkat sinder di Madugondo.
Di tengah jalan menuju rumahnya, wanita itu berpapasan
dengan beberapa nyonya Belanda-Indo, istri-istri sinder dan
masinis. Sambil tertawa-tawa kecil nyonya-nyonya itu menyapa
17 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
wanita yang berjalan menunduk itu dengan kata-kata dalam
bahasa Belanda yang melanggar segala aturan gramatika. Kata
salah seorang nyonya, " Morgen, Mevrouw, jij morgen halen
http://dewi-kzanfo/ 12 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mijn was yaa (Selamat pagi, Nyonya, besok kauambil cucianku
yaa). " Wanita Jawa yang memang tidak paham bahasa Belanda itu
hanya mengangguk saja membalas sapa nyonya-nyonya Indo
itu, tapi ia dapat merasakan bahwa dirinya sedang menjadi
sasaran ejekan. Perlakuan semacam itu tidaklah baru terjadi
pagi itu saja. Sikap wanita-wanita Indo itu memang sopan, tapi
kata-kata yang terlontar tidaklah sesuai dengan sikap sopan
mereka. Setiba di rumah kembali, istri Sinder Suprapto yang di
Madugondo terkenal dengan panggilan Ibu Sinder itu
menyentakkan diri duduk di atas kursi rotan di sudut ruang
tamu. Biasanya ia acuh tak acuh saja terhadap ejekan istri-istri
kawan sekerja suaminya, tapi entah mengapa kejadian pagi itu
sangat menyentuh martabatnya sebagai seorang istri sinder.
Masih terbayang-bayang di hadapannya wajah-wajah dengan
senyum palsu, sopan santun yang dibuat-buat, dan lontaran
18 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kata-kata hinaan yang tidak dipahaminya.
"Mengapa mereka begitu gairah untuk menghina orang"
Apa sebenarnya yang tersembunyi di belakang sikap mereka
itu" Irikah mereka terhadap kedudukan suamiku, atau tidak
relakah mereka ada seorang Jawa yang memegang jabatan
sinder" Atau karena suamiku yang tampan itu tidak begitu saja
mau diajak main-main oleh sembarang wanita" Entahlah,
entah!" Tanpa disadarinya wanita senja usia itu mulai menggaligali kembali masa silamnya yang sudah begitu jauh berada di
belakang punggung kehidupannya.
Lamunan Ibu Sinder meluncur mundur puluhan tahun ke
belakang. Ia seperti sedang berdiri di tepi jalan, memandang
pagar tembok setinggi tiga insan bersusun. Melihat pintu
http://dewi-kzanfo/ 13 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerbang, gapura-regol lebar, bermahkotakan relief denawaraksasa, menyeringai mempertontonkan gigi-gigi taringnya yang
sebesar buah pisang. Mata menonjol bak buah kelapa gading.
Dua buah daun pintu kokoh kuat dari kayu jati tua, yang sudah
puluhan tahun tahan guyuran air hujan dan terik panasnya sinar
matahari. Ibu Sinder seperti melihat dirinya sendiri melangkah lewat
19 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pintu gerbang yang lebar itu. Dua kereta berkuda dapat lewat
berdampingan. Terbelalak mata dibuatnya begitu berhadapan
dengan sebuah bangunan rumah berbentuk joglo - besar,
megah, berwibawa - dikitari oleh halaman-halaman luas, tanah
keras ditaburi butir-butir pasir halus, tapi tidak berdebu. Pohonpohon sawo kecik berjajar-jajar, menambah semarak lingkungan
pendapa terbuka, dengan tempat saka-guru-nya terbuat dari
kayu nangka mulus tanpa cacat. Atap sirap kayu ulin, berlantai
batu semen yang digarap rapi, teliti, rata-rata air.
Dua perangkat gamelan menghias pendapa itu. Seperangkat
di sebelah barat dan yang lain di sebelah timur. Kyai Kumbang
Mara dan Nyai Laras Maya. Kumbang Mara bunyi suaranya
mantap, anggun; sedangkan Nyai Laras Maya, bening, genit.
Bangunan rumah itu sendiri dikenal dengan nama "Dalem
Kusumojaten", kedia man Bendoro Raden Mas Kusumojati,
pujangga kebudayaan Keraton.
Ibu Sinder melihat dirinya kembali sebagai anak kecil yang
bernama Raden Ajeng Winarti, mengenakan kain parang rusak,
telanjang dada, berlari-lari kejar-kejaran dengan adiknya, Raden
Ajeng Winarsih. Terbayang pula ayahnya, seorang pria ningrat,
buah bibir wanita-wanita kerabat Keraton. Ia terlalu sadar akan
Ibu Sinder Karya Pandir Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ketampanannya. Di sampingnya berdiri ibu kandungnya, garwapadmi (istri utama), Raden Ajeng Kusumaningrum, sehariharinya Ibu Bendoro sebutannya. Duduk sila, tiga garwa-ampil
http://dewi-kzanfo/ 20 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
14 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(istri pendamping), Bibi Dumilah, ibu kandung Winarsih, Bibi
Senik dan Bibi Mari yang tidak dikaruniai keturunan.
BRM. Kusumojati bukannya seorang bangsawan yang sudah
merasa puas dengan keempat istrinya. Di luar dinding
Kusumojaten ia masih memiliki kekasih-kekasih, silih berganti.
Masyarakat tidak mempersoalkannya. Wajar-wajar saja bagi
seorang bangsawan terhormat waktu itu untuk punya
"simpanan" di mana-mana.
Tabiat dan kebiasaan Winarti dan Winarsih bertolak
belakang satu dengan lainnya. Winarsih anak yang sulit
dikendalikan. Jiwa bebasnya tidak mau tunduk kepada segala
tradisi dan aturan adat yang dirasakannya sebagai perintang
kebebasannya. Winarsih dipondokkan pada Controleur - Pejabat
Pamong Praja Belanda - Hartman, sahabat karib BRM.
Kusumojati, Keluarga Hartman yang kebetulan tidak mempunyai
anak itu sangat tertarik oleh kelincahan, keterbukaan, dan
kebebasan Winarsih - tingkah laku yang kurang berkenan di
Dalem Kusumo-jaten. Namun, berkat asuhan Hartman, Winarsih
bisa berkembang menjadi anak gadis yang tertib dan cerdas.
Dengan mudahnya ia menyelesaikan pendidikan dasarnya pada
Europese Lagere School, sekolah rendah yang diperuntukkan
21 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bagi anak-anak Belanda. Tiga tahun kemudian ia memperoleh
diploma Sekolah Menengah, MULO. Tingkat pendidikan yang
cukup tinggi bagi seorang wanita waktu itu.
Winarti tetap tinggal di Dalem Kusumojaten dan
memperoleh pendidikan seperti anak-anak gadis kerabat
Keraton lainnya. Di samping pendidikan formal gaya Keraton, ia
beruntung diasuh secara khusus oleh ayah-ibu dan bibi-bibinya.
Winarti anak gadis yang serba ingin tahu, cerdas otak dan
memiliki ingatan yang kuat. Dari Bibi Mari ia mewarisi
kepandaian meramu jamu-jamu dan bahan-bahan kecantikan
http://dewi-kzanfo/ 15 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tradisional. Ia memperoleh keterampilan masak-memasak dan
sulam-menyulam di bawah bimbingan Bibi Senik dan ibunya
sendiri. Ibu Bendoro mengajar Winarti keterampilan batikmembatik. Pengetahuan dan keterampilan seni kebudayaan
diterimanya dari ayahnya. Winarti menguasai eni tari dan seni
karawitan. Namun di atas segala itu. Bibi Dumilah-lah yang membentuk
watak dan kepribadiannya. Melatih olah pikir dan memperluas
cakrawala angan-angan dan jangkauan pengetahuannya sampai
melintasi batas tembok-tembok tinggi Kusumojaten. Buku-buku
22 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tulisan tangan berhuruf Jawa yang ditekuninya di bawah
bimbingan Dumilah, mengantar angan-angannya menjelajahi
dunia di luar tembok Dalem Kusumojaten. Kisah dan cerita
tentang Wong Agung Menak, Amir Ambyah, membawanya ke
negeri Arab sebelum zaman Nabi. Lewat kisah-kisah Abu Nawas
dan Harun Al Rasyid ia menjelajahi Negeri Baghdad. Serat
Sejarah Nabi-Nabi membawanya ke alam Timur Tengah dan
Negeri Rum. Pertumbuhan dan perkembangan tanah leluhurnya
dipelajarinya lewat serat-serat Babad, antara lain Babad Tanah
Jawi. Namun sebenarnya yang membentuk watak dan
kepribadiannya ialah dunia pewayangan. Dengan ketekunan
yang mengagumkan diejanya berulang-ulang Serat Kisah
Ramayana dan Mahabharata. Tokoh-tokoh wayang itu hidup
dalam angan-angannya, tabiat dan perangainya, kekuatan dan
kelemahannya. Intisari dari tiap-tiap lakon diolahnya bersama
Bibi Dumilah. Seperti halnya gadis-gadis lain menjelang masa remaja,
Winarti pun wajib menjalani masa pingitan. Masa yang oleh
kebanyakan gadis dianggap sebagai "hukuman" belaka, tapi bagi
Winarti masa itu lewat tanpa dirasakannya sebagai pembatasan
http://dewi-kzanfo/ 16 23 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kebebasannya. Masa itu dimanfaatkannya untuk lebih
mendalami segala sesuatu yang diterimanya dari pengasuhpengasuhnya, terutama didikan dan ajaran yang diterimanya
dari Bibi Dumilah. Kadang-kadang Bibi Dumilah membawa
pulang buku-buku langka yang dipinjamnya dari perpustakaan
Keraton. Sambil tersenyum, Ibu Sinder ingat kembali pada masa-masa
sewaktu ia mendapat lamaran dari seorang jejaka yang belum
pernah dijumpainya. Dengan terus terang ayahnya mengatakan
padanya, bahwa jejaka itu bukannya jejaka yang murni. Ia
pernah memiliki istri-selir, tapi tidak memiliki anak, dan sebelum
"jejaka" datang melamar, istri-selirnya itu sudah diceraikannya.
Hal itu pun tidak mengejutkan Winarti, sebab dalam lingkungan
kerabat Keraton masalah seperti itu bukanlah hal yang luar
biasa. Apalagi sang pelamar telah berjanji tidak akan
memelihara istri-selir lagi. Mula-mula kepada Winarti
diperlihatkan potret orang yang melamarnya. Begitu Winarti
melihat potret itu ia merasa bahwa dialah bakal suaminya. Dan
pada waktu calon suaminya itu berkunjung ke Dalem
Kusumojaten, Winarti mendapat kesempatan untuk mengintip.
Begitulah ia melihat "jejaka" itu, ia semakin yakin bahwa pria
itulah yang akan didampinginya dalam kehidupannya.
Tersenyum-senyum geli Ibu Sinder terkenang akan peristiwa
yang pada mulanya tidak dimengertinya. Pada suatu sore hari, ia
24 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
diajak ayahnya pesiar berkendaraan kereta yang ditarik oleh
empat kuda sama warna. Begitu mendekati Taman Sriwedari,
kusir diperintahkan oleh ayahnya untuk memperla mban laju
kuda-kudanya. Semula ia tidak mengerti mengapa. Baru
kemudian setelah nikah ia diberitahu oleh suaminya, bahwa
pada saat itu suaminya nongkrong di tepi jalan menontoni
http://dewi-kzanfo/ 17 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Winarti. Tanya Winarti kepada suaminya, "Apa kesanmu saat
itu, Pak?" "Sungguh mati, kukira Dewi Supraba turun dari kayangan,"
jawab Suprapto. "Heh, dasar!" Ibu Sinder menanggapi pujian suaminya.
"Win, waktu kau mengintip dan melihat aku, apa kesanmu?"
Suprapto balik bertanya. "Rasa-rasanya seperti Betara Yamadipati keluar dari Kawah
Candradimuka untuk mencabut nyawaku." Ibu Sinder lalu
bangkit, lari, dikejar-kejar suaminya.
Hilang senyum pada wajahnya, kini Ibu Sinder menganggukangguk mengenang petuah-petuah Bibi Dumilah sebelum ia
meninggalkan Dalem Kusumojaten, diboyong oleh suaminya.
Mengiang di telinganya kata-kata, "Ndoro Ajeng, bercerminlah
25 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pada Ibu Bendoro selalu. Ibundalah yang mengayomi Dalem
Kusumojaten. Bibi-Bibi Ndoro Ajeng sebagai maru-nya
diperlakukan sebagai saudara kandung sendiri. Terbukti di dunia
yang nyata ini ada wanita yang seperti Wara Sembadra, Ibunda.
Ia selalu berlaku adil, tidak membeda-bedakan maru-nya yang
satu dengan maru-nya yang lain. Sebaliknya bibi-bibimu
mencintainya dengan tulus ikhlas. Ngger, kaulah yang tetap
tinggal di Kusumojaten. Winarsih pulang waktu libur saja. Tanpa
terkecuali bibi-bibimu mendapat kesempatan yang sama untuk
dapat mengasihimu. "Nduk, kau sudah memiliki bekal cukup untuk mendampingi
suamimu dan kau juga sudah cukup matang untuk mampu
mengatasi segala sesuatu yang bisa timbul dalam kehidupan
perkawinan. Ketahuilah, Jeng, suamimu adalah seorang laki-laki
yang mampu menumbuhkan gejolak batin pada kaum Hawa.
http://dewi-kzanfo/ 18 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ndoro Ajeng beruntung menjadi pilihannya. Tapi sebaliknya,
kegagahan suami juga bisa membawa beban yang berat untuk
diemban, bisa terjadi hal-hal yang Ndoro Ajeng tidak inginkan.
Lihatlah Ayahanda. Tabahlah dan terimalah kenyataan hidup
sebagaimana adanya dan bijaksanalah. "Maaf, Ngger, aku
26 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pernah menanyakan tentang bakal perjalanan hidupmu di kelak
kemudian hari kepada seorang tua. Kehidupanmu akan penuh
suka, tapi juga tidak luput dari duka. Kau ber-Wuku Sinto.
Ingatlah selalu, Jeng, berbahagialah umat hamba Allah yang
masih menerima cobaan dari-Nya. Itu limpahan kasih dari Sang
Pencipta." Ibu Sinder yang semula seolah-olah hendak memberontak
terhadap perlakuan istri-istri rekan-rekan suaminya, kini sadar,
bahwa ia harus tetap tabah menghadapi segala duka dalam
kehidupannya. Semula ada perasaan iri kepada adiknya,
Winarsih, yang mengenyam pendidikan Belanda, dan bisa cascis-cus berbahasa Belanda, tapi keirian itu kini lenyap. Ia merasa
menyesal dan sambil mencucurkan air mata Ibu Sinder
bergumam, "Ya Allah, ampunilah hamba-hambaMu. Mereka
sedang alpa dan tidak sadar akan perbuatannya. Ya Allah,
jauhkanlah hambaMu ini dari rasa dendam dan amarah. Amin."
Hatinya kembali tenang, pikirannya kembali jernih dan
wajahnya kembali cerah. Tiba-tiba Ibu Sinder dikejutkan oleh bel sepeda yang nyaring
berbunyi dan disusul dengan suara, "Surat, Ndoro Ayu"
Ia bangkit dari tempat duduknya dan melangkah
menyongsong kedatangan pengantar pos. Pengantar pos itu
menyerahkan sebuah sampul surat kepada Ibu Sinder.
'Terima kasih. Pak," kata Ibu Sinder.
http://dewi-kzanfo/ 27 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
19 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Monggo," jawab Pak Pos sambil menaiki kembali
sepedanya. Masih tetap berdiri di muka pintu Ibu Sinder mengamati
surat yang ditujukan kepadanya. Surat dari anaknya, Suhono.
Langsung sampul surat disobeknya dan dibacanya surat yang
berbahasa dan berhuruf Jawa itu.
"Sembah sungkem mugi katur Ibu/Bapak.
Dengan sengaja berita gembira ini tidak Ananda sampaikan
lewat telegram. Ananda khawatir kalau hanya akan
mengejutkan Ibu dan Bapak saja. Atas ridho Tuhan Yang
Mahamurah dan atas doa restu Ibu dan Bapak, Ananda telah
lulus ujian dengan predikat cum laude. Kini Ananda
menyandang gelar insinyur sudah. Ananda belum bisa lekas
pulang, karena masih banyak urusan yang harus diselesaikan di
Betawi. Tak lain, Ananda mohon doa restu. Salam Ananda untuk
Mandor Darmin. Namung semanten atur kulo. Nuwun.
Putro tresno Ir. Suhono." Ibu Sinder lalu duduk kembali di tempat semula. Surat itu
dibacanya berulang-ulang. Ia belum bisa percaya bahwa anak
tunggalnya itu sudah menyandang gelar insinyur. Mata berkaca28 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kaca, air mata gembira dan bahagia meleleh-leleh lewat pipipipinya. Wanita berwajah tenang dan tajam itu bergumam, "Ya
Allah, segala puji bagiMu, ya Allah. Matur sewu nuwun."
Ketika sadar diri kembali, tanpa pikir panjang. Ibu Sinder lari
ke luar rumah, mencari suaminya yang sedang bekerja di kebun.
Ia belum tahu dengan tepat di mana suaminya berada, tapi ia
tahu bagian kebun mana yang dipertanggungjawabkan kepada
http://dewi-kzanfo/ 20 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suaminya itu. Ia ingin sesegera mungkin menyampaikan berita
gembira itu kepada suaminya.
Menyelusuri jalur kereta api, pengangkut tebu. Ibu Sinder
berlari-lari menuju kebun Sinder Suprapto. Di tengah jalan talitemali sandalnya lepas. Ia berjalan terus tanpa alas kaki.
Pekerja-pekerja kebun yang melihat Ibu Sinder berlari-lari itu
berhenti bekerja sejenak. Terheran-heran mereka, bercampur
rasa cemas. Celetuk seorang pekerja, "Ada apa Ndoro Ayu itu
berlari-lari?" Lalu seorang mandor lari mencegatnya sambil menegur
keras-keras, "Ada apa, Ndoro?"
Terengah-engah Ibu Sinder menjawab, "Ah, tidak ada apaapa. Di mana kira-kira Ndoro Sinder berada sekarang ini?"
29 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
'Terus saja, Ndoro, di sana... lha itu apa dresin (kereta
inspeksi kebun yang didayung oleh dua orang)-nya. Itu, Ndoro,"
jawab Mandor Darmin. Di kejauhan tampak sebuah dresin sedang melaju mendekat.
Ibu Sinder mengangkat tangannya tinggi-tinggi sambil
melambai-lambaikan surat yang dipegangnya erat-erat.
Di bangku dresin itu duduk Sinder Suprapto, berpakaian
seragam lapangan berwarna kelabu. Sinder yang bertubuh
kokoh kuat, tinggi, dan berkumis tebal, melihat istrinya berdiri
di tengah jalur rel sambil melambai-lambaikan sesuatu,
bergumam, "Astaga, ada apa" Tak pernah Ndoro Ayu menyusul
sejauh ini. Ayo cepat, cepat!"
Pendayung dresin Parjo dan Paimo mengerahkan segala
kekuatannya untuk mempercepat laju dresin. Begitu dresin
http://dewi-kzanfo/
Ibu Sinder Karya Pandir Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
21 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhenti, Suprapto meloncat dan cepat menghampiri istrinya
sambil bertanya, "Ada apa. Bu?"
Terbata-bata Ibu Sinder menjawab, "Hono... Hono, Paaak."
Sinder Suprapto semakin menjadi cemas. Disambarnya surat
yang masih dalam genggaman tangan Ibu Sinder, dan segera
dibacanya. Setelah diketahuinya bahwa surat itu berisi berita
30 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyenangkan, Suprapto lalu membacanya dengan suara keraskeras, berulang-ulang. Yakin sepenuhnya bahwa anaknya memang sudah
menyandang gelar insinyur, sinder itu berjingkrak-jingkrak
kegirangan sambil berkata, "Hono lulus... Lulus! Dia insinyur
sekarang... Insinyur! He, kemari semuanya!"
Sinder Suprapto memanggil pekerja-pekerja-nya. Berbondong-bondong anak buahnya mendekat.
"Ada apa, Ndoro?" tanya Mandor Durasim.
"Anakmu, Sim, anakmu, Suhonoooo... insinyur sekarang...
Insinyur, Sim!" Mendengar jawaban sindernya itu Darmin-lah (Baca : Suro
Buldog, Orang Buangan Tanah Merah, Pandir Kelana) yang
paling terharu. Ia tak mampu menahan gejolak emosinya. Ia
menangis sambil bergumam, "Den Hono... insinyur.... Ndoro
Sinyur seperti Tuan Besar Statir." Darmin tak mampu berkatakata lagi. Ia mengenal Suhono sejak insinyur muda itu masih
remaja tanggung. Pekerja-pekerja lainnya hanya mengangguk-angguk saja.
Mereka tak tahu apa itu insinyur, tapi setelah Mandor Durasim
menyalami Sinder http://dewi-kzanfo/ 31 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
22 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suprapto dan istrinya, mereka ikut-ikutan menyalami
majikannya. "Ndoro, Den Hono bisa jadi Tuan Besar Statir nantinya,"
celetuk Darmin setelah mampu menguasai emosinya.
Suprapto tahu bahwa mandornya itu tak tahu beda insinyur
pertanian dan insinyur sipil, tapi untuk tidak mengecewakan
anak buahnya itu Suprapto menjawab, 'Tentu, tentu, Min."
"Wah, bakal ada kenduri nih," celetuk Durasim.
Sambil tertawa bangga Sinder Suprapto menjawab,
"Tentuuuuu. Jangan khawatir. Ndoro Ayu yang berkidung
nanti." Kemudian kepada pendayung-pendayung dresin Suprapto
memerintahkan agar mengantar istrinya pulang. Sinder Prapto
kembali bekerja memeriksa tanaman-tanaman yang harus
bersih dari daun-daun kering yang rontok.
Malamnya, sambil tiduran, suami-istri itu masih saja
membicarakan keberhasilan anaknya. "Anakku insinyur, anakku
Suhono," gumam Sinder Suprapto.
Dengan cepat Ibu Sinder menanggapi, "Apa" Anakmu, Pak"
Anakku! Aku yang melahirkan. Kalau Suhono sedang rewel,
bandel, Bapak selalu bilang, itu anakmu dihajar. Tetapi kalau
32 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Suhono sedang mujur, kau selalu bilang... anakku, anakku....
Heh, enak." Suprapto tertawa sambil mendekap istrinya. Katanya, "Win,
kau masih tetap cantik dan menggairahkan seperti seperempat
abad yang lalu." Dekapan semakin ketat.
"Heh, Sinder bandel... bandel... ban... ban..." tanggap Ibu
Sinder. http://dewi-kzanfo/ 23 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terdengar di kejauhan, sepasang kucing mengeong-ngeong
seperti sedang berkelahi saja.
(Oo-dwkz-Oki-Ray-oO) Pagi itu Sinder Suprapto sedang memberikan petunjuk
kepada mandor-mandornya, "Kebun harus terus diawasi,
sekalipun daun-daun kering sudah dibersihkan. Bahaya
kebakaran masih tetap ada. Udara begitu panas akhir-akhir ini.
Jangan sampai ada pekerja melempar puntung rokok
sembarangan. Sepele saja tampaknya, tapi bisa besar
akibatnya." Anak buah Sinder Suprapto tidak hanya segan terhadap
majikannya itu, tapi mereka juga menghormati dan
menyayanginya. Sinder Suprapto merupakan kebanggaan
33 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pekerja-pekerja-nya. Orang Jawa, Inlander, yang mencapai
pangkat sinder. Suprapto terkenal keras orangnya, disiplin, tapi
ia memperlakukan pekerja-pekerjanya dengan baik dan adil. Tak
segan-segan sinder itu membela hak-hak anak buahnya. Adalah
hal yang biasa bila Sinder Suprapto suami-istri berkunjung ke
rumah pekerjanya untuk melihat-lihat kehidupan mereka.
Pekerja-pekerja selalu membanding-bandingkan pimpinan
mereka satu dengan lainnya. Sinder-sinder Indo-Belanda itu
sama kerasnya dengan Sinder Suprapto, tapi sombong-sombong
dan lagi sering mengumpat-umpat kasar menyakitkan hati.
Sementara Sinder Sugondo yang juga orang Jawa itu masih baru
di Madugondo. Pekerja-pekerja masih belum berani menilai.
Kebetulan pada saat Sinder Suprapto memberikan petunjukpetunjuk kepada anak buahnya, di kejauhan ia melihat Sinder
Dirk Baumann sedang marah-marah. Kebun kuasa Sinder
Suprapto berbatasan dengan kebun Sinder Baumann yang IndoBelanda itu. Tampak berdiri di hadapan Baumann Mandor
http://dewi-kzanfo/ 24 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Durahman, orang Madura. Suprapto tahu betul sifat Durahman.
Lekas naik pitam bila ia diperlakukan tidak adil, apalagi kalau ia
dihina. Rupa-rupanya Baumann dan Durahman sedang
34 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bertengkar mulut. Cepat Suprapto mendekati. Ia masih sempat
mendengar umpatan Sinder Baumann. "Bangsat Inlander, babi
kau!" Durahman tampak menjadi marah. Mukanya merah.
Tangannya gemetar memegang-megang, goloknya. Melihat
kemungkinan yang bisa terjadi, Sinder Suprapto berteriak,
"Durahman"! Awas!"
Mandor Durahman terkejut ada orang yang memanggilnya.
Ia menengok ke arah datangnya suara, dan segera melihat
Sinder Suprapto, yang tinggi, kokoh-kuat dan berwibawa.
Durahman mengurungkan niatnya untuk menghunus golok
kerjanya. Suprapto mendekat, lalu kepada Dirk Baumann ia bertanya,
"Ada apa, Dirk, kau mengumpat-umpat?"
"Bukan urusanmu, Suprapto. Kau tak berhak turut campur.
Durahman mandorku, bukan mandormu," jawab Dirk Baumann.
Dengan tenang Suprapto menanggapi. "Memang Durahman
mandormu. Kau mengumpatnya itu hakmu. Umpatan kasarmu
itu yang tak bisa diterima mandormu."
"Kausangka aku takut, Suprapto"! Kausangka aku akan
menyerahkan kepalaku begitu saja pada Inlander Madura itu.
Salah terka kau, Suprapto. Tinjuku akan lebih dulu menyumbat
mulut Inlander kerbau itu."
Sinder Suprapto kehilangan pengamatan dirinya mendengar
kata-kata Baumann. "Hati-hati dengan kata-katamu, Dirk. Aku
35 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
juga Inlander. Jangan gampang menghina kau." Jawaban Dirk
http://dewi-kzanfo/ 25 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baumann semakin menyakitkan hati. Katanya, "Kau sendiri yang
harus jaga mulut, Suprapto. Kalau kau ingin membela die vuile
Madurees (orang madura busuk), silakan. Ini Indische Jongen
(anak Indo) dari Meester Cornelis."
"Ini de vuile Javaan (orang jawa busuk) dari Banyumas. Kalau
mau coba, silakan Belanda singkong," potong Sinder Suprapto.
Mendengar ucapan Belanda singkong itu Dirk Baumann naik
pitam. Langsung saja tinju kanan Baumann meluncur ke arah
rahang Suprapto. Suprapto hanya memalingkan kepalanya saja
dan sebelum Baumann sempat menyarangkan tinju kirinya pada
hidung Suprapto, sepatu kebun Suprapto sudah lebih dulu
bersarang pada perut Baumann. Baumann mengaduh, mundur
terhuyung-huyung. Suprapto menunggu. Baumann kembali
menyerang. Ia bermaksud untuk menyekap lawannya. Suprapto
mengelak, membalik, dan dengan kaki kanannya mendorong
pantat Baumann. Oleh daya lajunya sendiri ditambah daya
dorong kaki Suprapto, Baumann meluncur menerobos tanaman
tebu dan jatuh telungkup. Baumann bangkit, mendekati
Suprapto lagi. Tinjunya lepas. Lagi-lagi Suprapto mengelak dan
36 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan disertai kata-kata 'Maaf. Dirk' sepatu kirinya bersarang
pada bagian tubuh Baumann yang paling lemah. Baumann
roboh terlentang, berguling-guling kesakitan sambil memegang
bagian tubuhnya itu dengan kedua belah tangannya. Ia sudah
tak mampu berdiri lagi. Kepada Mandor Durahman, Suprapto lalu memerintahkan,
"Dur, pergi kau. Lekas kembali kerja! Ini bukan urusanmu lagi."
Mandor Durahman, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun,
meninggalkan tempat itu. Perkelahian itu disaksikan oleh pekerja-pekerja Baumann
dan Suprapto. Mereka menyaksikan bahwa Baumann-lah yang
http://dewi-kzanfo/ 26 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerang lebih dulu tapi mereka tidak dapat memahami
pertengkaran mulut antara Baumann dan Suprapto yang
diucapkan dalam bahasa Belanda itu. Kemudian mereka melihat
Sinder Suprapto dengan tenang meninggalkan tempat itu,
sedangkan Baumann masih saja menyeringai berguling-guling.
Sore hari Suprapto dipanggil Van Hoogendorp. Ruparupanya Baumann langsung melaporkan kejadian itu kepada
administratornya. Sinder Suprapto sendiri tidak terlalu terkejut
atas panggilan itu. Ia tahu bahwa ia akan diadili.
37 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sinder Suprapto menghadap administratornya di ruang
kerjanya. Begitu masuk, Van Hoogendorp menyambutnya
dengan kata-kata, "Silakan duduk Meneer Suprapto."
Dengan panggilan "Meneer" itu Suprapto tahu bahwa Tuan
Besar Statir itu tidak sedang berbaik hati. Lazimnya ia dipanggil
dengan kata "Sinder" saja. Setelah dipersilakan duduk, Sinder
Suprapto lalu menempati kursi di hadapan meja kerja Van
Hoogendorp. Van Hoogendorp membuka kotak cerutu lalu
berkata, "Kau suka cerutu, Suprapto?"
"Maaf, Tuan, aku tidak merokok."
Van Hoogendorp menyalakan cerutunya, menyedotnyedotnya lalu mengepulkan asapnya ke arah langit-langit. Ia
membuka percakapan dengan berkata, "Meneer Suprapto, apa
benar kau tadi siang berkelahi dengan Sinder Baumann?"
"Betul, Tuan Administrator," jawab Suprapto. "Ia menghina
bangsaku dengan kata-kata Inlander kerbau. Kata-kata yang tak
pantas diucapkan oleh seorang sinder, Tuan..."
Belum lagi sempat melanjutkan penjelasannya, Van
Hoogendorp memotong, "Pantaskah seorang sinder berkelahi,
Meneer Suprapto?" http://dewi-kzanfo/ 27 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
38 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Jawab Suprapto tidak langsung, "Aku tidak berkeberatan
kalau hanya kata 'Inlander' yang digunakan - sekalipun secara
pribadi aku menolaknya, tapi itu kata resmi bagi bangsa Jawa
seperti aku ini. Tambahan kata-kata 'babi' dan 'kerbau' itu yang
tak dapat kuterima, sekalipun kata-kata itu dilontarkan kepada
seorang mandor. Dan lagi bukan aku yang memulai, Tuan.
Sinder Baumann yang lebih dulu menyerang. Terpaksa aku bela
diri, Tuan." Van Hoogendorp mengangguk-angguk, mengembuskan asap
cerutu kuat-kuat lalu berkata, "Tapi Mandor Durahman bukan
anak buahmu, Sinder. Durahman orangnya Sinder Baumann.
Kau tidak punya hak mencampuri urusan Sinder lain."
'Tuan benar, aku memang tak punya hak. Semula aku hanya
hendak mencegah terjadinya perkelahian antara sinder dan
mandor. Kalau itu terjadi akan merendahkan martabat sinder.
Tuan." "Tapi apa yang terjadi, Sinder" Perkelahian antara sinder
dengan sinder. Notabene di hadapan pekerja-pekerja kebun. Itu
lebih vataal (parah) Meneer Suprapto."
"Benar, Tuan Administrator, tapi kalau Baumann menampar
pipi kiriku apa aku harus mengantarkan pipiku yang kanan,
Tuan?" Mendengar jawaban Suprapto itu Van Hoogendorp
menahan-nahan senyum. Ia lalu'berkata, "Sudah, sudah, kali ini
kau kuberikan peringatan lisan. Belum secara tertulis. Jangan
39 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kauulang perbuatanmu itu. Mengerti?"
"Terima kasih, Tuan Administrator," jawab Suprapto.
http://dewi-kzanfo/ 28 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Durahman akan kupecat. Bayangkan, Sinder, seandainya
kau tidak menengahinya, apa yang bakal terjadi?" lanjut Van
Hoogendorp. "Kukira tidak akan sejauh itu, Tuan. Aku yakin Durahman
Ibu Sinder Karya Pandir Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak akan menggunakan goloknya, Tuan. Sinder Baumann yang
menghinanya, Tuan. Jonkheer paham tentang sifat-sifat orang
Madura. Orang Madura tidak suka dihina, Tuan."
"Kau tak perlu menggurui, Sinder! Apa pun alasannya,
Durahman harus mendapat hukuman."
Sinder Suprapto segera melihat adanya peluang untuk
meringankan hukuman Mandor Durahman. Majikannya sudah
melunak pendiriannya. "Jonkheer, aku mohon agar Durahman
dipindahkan ke kebunku saja. Kujamin ia tak akan berbuat
gegabah lagi. Durahman kerjanya baik, Tuan, dan lagi ia satusatunya tenaga di Madugondo yang paling berpengalaman
mengatasi kebakaran kebun, Tuan," kata Suprapto.
Lama Van Hoogendorp diam, kemudian ia berkata, "Baik,
Sinder Durahman kutempatkan di kebunmu. Menggantikan
40 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mandor Jasmin yang meninggal, tapi hukuman tetap
kujatuhkan. Gajinya kupotong separuhnya, selama setahun."
"Hukuman yang cukup adil, Jonkheer," Sinder Suprapto
menanggapi. Dengan nada marah Van Hoogendorp membentak, "Aku
tidak minta pendapatmu, Sinder!"
Suprapto menunduk, diam. Pikirnya, "Aku lebih baik diam
sekarang. Apa yang kuinginkan sudah tercapai."
Van Hoogendorp lalu mengalihkan pembicaraan ke soal lain.
"Anakmu baik-baik saja, Sinder" Siapa namanya?"
http://dewi-kzanfo/ 29 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dapat kulaporkan, Jonkheer, anakku Suhono baru saja lulus
dari Technische Hogeschool (Sekolah Tinggi Teknik), Tuan."
Nada kata-kata Van Hoogendorp semakin menjadi akrab.
Katanya, "Aha, itu berita gembira. Gefeliciteerd - aku
mengucapkan selamat - Sinder. Harus dirayakan."
Van Hoogendorp bangkit dari tempat duduknya, mendekati
meja kecil di sudut ruangan lalu menuangkan anggur Bourbon
dalam dua gelas anggur kristal. Ia mendekati sindernya sambil
bergurau, "Aku tak peduli kau minum apa tidak, tapi kalau kau
menolak ajakanku sekarang ini, kaulah yang akan kupecat."
41 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Suprapto berdiri, menerima gelas dari tangan majikannya
sambil berkata, "Ajakan Jonkheer bagiku merupakan perintah
yang menyenangkan, Tuan."
Van Hoogendorp mengangkat gelas tinggi-tinggi lalu berkata,
"Untuk Ingenieur Suhono."
Suprapto mengangguk hormat sambil berkata, "Suatu
kehormatan bagiku, Jonkheer."
Administrator dan Sinder perlahan-lahan meneguk minumannya. Dalam hati kecilnya Suprapto tersenyum. Ia tahu
betul bahwa majikannya itu paling suka dipanggil "Jonkheer".
"Apa boleh buat, sedikit menjilat tak apa. Durahman selamat.
Itu yang penting," gumamnya dalam hati.
Lalu Van Hoogendorp membunyikan bel tiga kali. Seorang
pelayan muncul. "Nyonya Besar diminta datang ya."
Pelayan yang berpakaian putih bersih itu menghilang dan tak
lama kemudian terdengar suara genit, "Wat is 'm aan de hand,
Herik" - Apa yang sedang terjadi, Henk?"
http://dewi-kzanfo/ 30 42 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Van Hoogendorp menyongsong kedatangan istrinya,
menggandengnya lalu berkata, "Ada berita besar, Fien. Suhono,
anak Sinder Suprapto, lulus. Ia menyandang titel ingenieur
sekarang." "Oyaaa, gefeliciteerd, Sinder," kata Fien van Hoogendorp
sambil mengulurkan tangannya. Dengan hormatnya Suprapto
mengangguk dan menjabat tangan istri administrator itu.
Suprapto merasa tangan-tangannya ditekan-tekan. Ia tetap
menunduk. Kata Fien lebih lanjut, "Perlu dipestakan.
Bagaimana, Henk" Meneer Suprapto, Ivonne anakku juga baru
saja lulus Semi-Arts. Telegram baru kuterima beberapa hari
yang lalu." "Atas nama keluargaku aku pun mengucapkan selamat,
Nyonya... Jonkheer, gefeliciteerd." Sekali lagi Suprapto
menjabat tangan administrator dan istrinya. Lagi-lagi Suprapto
merasakan pijatan tangan Fien van Hoogendorp.
"Ajak anakmu kemari kalau dia pulang dan jangan terkejut
kalau ada undangan pesta," kata Van Hoogendorp. Suprapto
mengangguk sambil berkata, "Suatu kehormatan, Jonkheer."
" Nou, Sinder, kupikir sudah cukup. Sekretaris akan
menyelesaikan kepindahan Durahman," kata Van Hoogendorp.
Suprapto menghabiskan minuman anggur, minta diri kepada
suami-istri Van Hoogendorp lalu meninggalkan kediaman resmi
administrator itu. Ia langsung pulang. Pikirannya tidak hanya
43 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tertuju pada anaknya, Suhono, tapi juga pada... Fien van
Hoogendorp. Begitu tiba di rumah, langsung Ibu Sinder bertanya,
"Bagaimana hasilnya. Pak?"
http://dewi-kzanfo/ 31 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mari duduk-duduk dulu. Bu. Tidak apa-apa kok." Mereka
berdua lalu duduk di ruang makan. Suprapto melanjutkan,
"Tidak apa-apa. Bu. Durahman dipindah ke kebunku. Dihukum
memang, tapi cukup ringan. Gajinya dipotong separuh untuk
setahun." Ibu Sinder sebenarnya sangat mencemaskan suaminya. Ia
tahu suaminya bisa keras kepala. "Alhamdulillah! Bapak sendiri
bagaimana?" Sambil tersenyum Suprapto menjawab, "Aku hanya
mendapat peringatan lisan. Tuan Statir malah menanyakan
Suhono. Suasana berubah jadi akrab, bahkan Nyonya Statir ikut
hadir dalam pembicaraan. Ivon, anak Tuan Statir, juga baru lulus
Semi-Arts, hampir dokter. Akan diadakan pesta untuk anakku
Suhono dan Ivon." "Apa Pak, anakmu" Anakku! Aku yang mengandungnya. Aku
yang melahirkan. Bapak kan tak berbuat apa-apa," gurau Ibu
44 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sinder. "Betul, betul, tapi tanpa aku mana kau bisa
mengandung," balas Suprapto, sambil tertawa terbahak-bahak.
Ibu Sinder hanya tersenyum. "Aku akan memberitahu
Durahman nanti," lanjut Sinder Suprapto.
Sesudah mandi dan makan malam Sinder Suprapto
meninggalkan rumah. Pergi ke rumah Mandor Durahman.
Di sudut halaman belakang gedung Besaran itu berdiri agak
menyendiri sebuah bangunan kecil seperti sebuah pavilyun.
Bangunan itu masih baru, khusus disediakan bagi Fien van
Hoogendorp. Di dalam bangunan itu Fien menekuni hobinya,
melukis. Fien bertemu dengan Henk van Hoogendorp waktu ia
masih mahasiswi pada Academie Voor Beeldende Kunsten
(Akademi Seni Rupa) Negeri Belanda.
http://dewi-kzanfo/ 32 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kegemarannya melukis masih dipertahankan, sekalipun Fien
sudah menjadi Nyonya Besar. Bangunan itu merupakan dunia
Fien sendiri. Jarang-jarang suaminya mengganggunya bila
istrinya sedang berada di sanggar lukisnya. Baru kalau Fien
mengundangnya untuk mengagumi lukisan yang sudah selesai,
suaminya datang menjenguknya.
Malam itu Van Hoogendorp sedang tidak berada di rumah.
45 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ia sedang menghadiri rapat dewan direksi di Batavia dan malam
itu Fien mengasingkan dirinya di sanggar lukisnya. Fien tampak
gelisah malam itu. Ia berjalan mondar-mandir di ruangan yang
tidak terlalu luas itu. Sebentar-sebentar berhenti, memusatkan
indera pendengarannya. Kembali ia mencoba menyelesaikan
lukisannya, sebuah pemandangan alam - namun ia sedang
kehilangan gairah. Kalau Nyonya Besar sedang berada di
bangunan itu tak seorang pun berani mengganggunya, kecuali
seorang pembantu wanita yang sebaya usianya dengannya.
Mbok Wongso, yang waktu masih kecil bernama Saidah, ikut
Fien sebagai pembantu. Teman bermain malah.
Duduk di atas dipan lebar bersepraikan kain damast, Fien
memukul-mukul pahanya sambil bergumam, "Mana dia, janganjangan ada halangan. Pot verdorie!"
Sunyi sudah lingkungan Besaran itu. Hanya burung hantu
yang setia hinggap pada ranting pohon mahoni di halaman
belakang itu saja yang kadang-kadang mengganggu keheningan
suasana dengan suaranya yang kurang sedap didengar. Fien
tidak menghiraukannya. Ia sudah terbiasa dengan bunyi burung
itu. Malah kalau burung itu tidak memperdengarkan suaranya,
Fien selalu bertanya-tanya mengapa burung itu membisu.
Tiba-tiba pintu belakang kamar diketuk orang. Tiga kali. Fien
meloncat, membuka pintu dengan hati-hati sekali. Mbok
http://dewi-kzanfo/ 33 46 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wongso berdiri di hadapannya. Begitu melihat pamong-nya,
Fien bertanya dalam bahasa Jawa, " Endi ndarane (Mana
Majikannya) , Mbok?"
" Sampun wonten kamar kulo, Ndoro Nyonya (Sudah di
kamar saya), " jawab wanita itu dalam bahasa Jawa halus yang
hanya digunakan bila sedang tak ada orang lain kecuali Fien.
Lagi-lagi dalam bahasa Jawa Fien memerintahkan, " Ndang
diaturi mlebu (Cepat dipersilahkan masuk), Mbok. Cepat, yo."
Sebenarnya Fien menguasai bahasa Jawa, baik yang halus
maupun yang ngoko, tapi ia tak mau menunjukkannya kepada
siapa pun. Ibunya yang mengajarnya. Dengan Mbok Wongso
pun, kalau di depan banyak orang Fien menggunakan bahasa
Belanda. Mbok Wongso bisa berbahasa Belanda sekalipun
bengkak-bengkok, Fien-lah yang mengajarinya sejak kecil.
Seorang lelaki yang mengenakan pakaian kerja perkebunan
menyelinap masuk. Fien langsung memeluknya sambil berkata,
" Zo Inlander. Rasa-rasanya setahun sudah sejak pertemuan kita
yang terakhir." Laki-laki itu mendekap kekasihnya sambil menjawab, " Zo,
Indische meid, laten we feesl gaan vieren. Accoord" Gadis Indo,
mari kita berpesta. Setuju?"
Dipan lebar-panjang di sudut ruangan lukis itu menjadi saksi
47 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mati apa yang dilakukan Suprapto dan Fien van Hoogendorp.
Sambil tiduran dalam pelukan masing-masing, Suprapto
berkata, " Zo Indische meid, masih benci sama Inlander?"
" Zo Inlander, masih benci sama wanita Indo?" balas Fien
manja. http://dewi-kzanfo/ 34 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua insan itu tertawa ditahan-tahan, khawatir didengar
orang. " Zeg Prap, istrimu sudah mulai curiga belum?" tanya Fien
van Hoogendorp. "Aku murid setia mendiang ibuku. Apa kata ibuku" Begini.
Laki-laki itu seperti anjing. Sekalipun ia diberi makanan yang
sehat, bersih, tapi ia masih suka mencium-cium bangkai tikus."
Belum lagi Suprapto mampu meneruskan kata-katanya, Fien
memotong, "Zo, aku ini bangkai tikus, ya?"
Cepat Suprapto menutup mulut kekasihnya dengan
ciumannya. Kemudian ia melanjutkan, "Kalau laki-laki mau main
perempuan, ia harus bisa menjadi pencuri yang ulung. Jangan
sampai ketahuan istrinya, bagaimanapun tajamnya indera
keenamnya. Kalau tidak bisa menjadi pencuri ulung, jangan
coba-coba main perempuan. Nah, kaulah yang mengajarku
48 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menjadi pencuri ulung itu."
" Bandiet" jawab Fien van Hoogendorp.
"Bagaimana dengan Jonkheer-mu, Schat?" Suprapto balik
bertanya. Sambil tersenyum manja Fien menjawab, "Aku sudah bilang.
Henk terlalu mementingkan pekerjaannya. In bed is hij een
hulpeloze kerel - di tempat tidur ia tak berdaya. Aku tak pernah
puas dengannya. Kau tahu sendiri temperamenku, Prap. Dan ia
tak pernah mencurigaiku."
"Kalau aku boleh tanya, mengapa kau memilih seorang
Inlander sebagai lover, bukan orang Indo atau Belanda" Tidak
kekurangan persediaan di Madugondo ini dan siapa yang bisa
menolak ajakan wanita secantik Fien van Hoogendorp?"
http://dewi-kzanfo/ 35 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dengarkan, Schat, kebetulan kau memiliki daya tarik yang
begitu kuat bagiku. Orang Jawa bisa tutup mulut, discreet, tidak
Indo-Belanda. Mereka suka membual, suka menyombongkan
dirinya. Itu tidak kusukai, berbahaya. Kalau Belanda totok
umumnya mlempem, seperti krupuk terkena air."
Mendengar keterangan Fien itu Suprapto tertawa keraskeras. Cepat Fien membungkam mulut kekasihnya. Selanjutnya
49 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Suprapto tidak tinggal lama di sanggar lukis itu. Ia tidak langsung
pulang, tapi menyempatkan diri untuk melihat-lihat kebun yang
dipertanggungjawabkan kepadanya. Dinihari baru ia pulang.
Sementara itu, sepeninggal suaminya, Ibu Sinder langsung
melanjutkan membatik di beranda belakang rumahnya. Ia ingin
Ibu Sinder Karya Pandir Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cepat-cepat menyelesaikan kain batik gubahannya sendiri yang
diberinya nama "Merak Reraton". "Siapa
tahu aku memerlukannya," gumamnya.
Tanpa disadarinya, Ibu Sinder mengenang kehidupannya
yang telah lalu sebagai istri Suprapto. Benar memang bahwa
suaminya itu tak pernah berniat untuk beristri lebih dari
seorang, tapi itu tidak berarti bahwa ia tidak pernah mempunyai
kekasih di luar dirinya. Sekalipun ia sudah terbiasa melihat
tingkah laku laki-laki seperti itu di lingkungan Kusumojaten, tapi
setelah kejadian semacam mengenai dirinya sendiri, mula-mula
sakit juga hatinya. Namun la mbat-laun rasa sakit hati itu
diusirnya dari kalbunya. Masih jelas dalam ingatannya apa yang
dikatakan oleh Bibi Dumilah. "Terimalah segala kenyataan hidup
apa adanya. Bakal suamimu seorang pria yang memiliki daya
tarik kuat bagi wanita. Jangan sampai apa yang bisa terjadi itu
merusak kehidupan keluarga." Namun demikian Ibu Sinder
merasakan bahwa suaminya masih tetap mengasihi dirinya. Di
50 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
luar rumah, ia milik orang lain, tapi bagi Suprapto dirinyalah di
http://dewi-kzanfo/ 36 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atas segala-galanya - dan sekalipun sudah bersama-sama
menjadi tua, kehangatan hubungan tidaklah menjadi pudar.
Pernah ia mempersoalkan perlakuan wanita-wanita Indo itu
pada suaminya. Suprapto menjadi marah-marah karenanya.
Semula ia hendak bertindak, entah bagaimana caranya, tapi Ibu
Sinder mencegahnya. "Sudahlah, Pak, tak ada gunanya. Apa kau lalu akan
memusuhi sekian banyak orang" Perbuatan wanita-wanita itu
hanya didorong oleh rasa rendah diri saja. Mengaku dirinya
Belanda tapi hitam-pekat seperti tiang telepon."
Suaminya lalu tertawa terbahak-bahak. Dengan nada gurau
disindirnya suaminya dengan berkata, "Sebenarnya ada jalan
yang mudah. Pak." "Apa, apa. Bu" Bagaimana, bagaimana?" dengan cepat
suaminya bereaksi. Dengan tenang Ibu Sinder berkata, "Gampang, Pak, layanilah
keinginan mereka." Lagi-lagi suaminya 51 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tertawa terbahak-bahak, berdiri meninggalkannya sambil berkata, "Mandor Darmin saja tidak
akan mau." Kini Ibu Sinder sendiri yang tertawa.
Ia sudah tahu bahwa suaminya kini sedang hangathangatnya berkasih-kasihan dengan istri majikannya. Itulah
sebenarnya yang mencemaskannya malam itu. Mengapa harus
dengan istri majikan" Sekalipun wanita itu memang sumbut
(pantas) untuk berbuat dosa, tapi sangat membahayakan
kedudukannya sebagai sinder bila ketahuan.
Semula ia kurang percaya bahwa hal itu memang benar
terjadi, tapi sikap Fien van Hoogendorp begitu berlebihan
http://dewi-kzanfo/ 37 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap dirinya. Wanita itu bersikap terlalu ramah terhadap
dirinya. Bahkan pernah terjadi hal yang tidak pernah terjadi
pada istri sinder yang lain. Pada suatu hari ia pulang dari pasar.
Nyonya Besar itu menyalipnya dalam mobilnya. Begitu Fien
melihat dirinya, ia menghentikan mobilnya. Ia mempersilakan
dirinya untuk naik. Ia diantarnya pulang dalam mobilnya dan
yang sangat mengejutkannya, Fien van Hoogendorp itu
menggunakan bahasa Jawa yang halus terhadap dirinya. Baru
52 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hari itu Bu Sinder tahu bahwa Fien pandai berbahasa Jawa. Tak
seorang pun di Madugondo yang mengetahuinya. Namun ia
tidak berani menceritakan kejadian itu kepada suaminya. "Ah,
biarlah Mas Prapto merasa bahwa aku tidak tahu-menahu
tentang hubungannya dengan istri majikannya. Lebih
menggairahkan baginya," gumam wanita yang sedang membatik
itu. Ibu Sinder terbangun dari lamunannya mendengar pintu
depan rumah dibuka orang. Suaminya pulang. Ibu Sinder
bangkit dari tikar pembatikannya lalu menyongsong kedatangan
suaminya. Suprapto tidak merasa heran bahwa istrinya itu
belum tidur, sebab hal itu sudah menjadi kebiasaan istrinya. Ibu
Sinder selalu menunggu kedatangan suaminya sambil
mengerjakan sesuatu - membatik, menyulam, atau membuat
karangan tembang. Suprapto seperti biasanya mencoba untuk
bertingkah laku wajar-wajar saja, sekalipun malam itu ia baru
mengunjungi Fien van Hoogendorp.
Namun daya tangkap Ibu Sinder lebih tajam daripada
permainan sandiwara suaminya. Suprapto mengira bahwa ia
bisa mengelabui istrinya. Sangkaannya itu meleset sama sekali.
Banyak hal-hal kecil yang diabaikannya, yang tidak luput dari
pengamatan Ibu Sinder. Sebaliknya sikap wajar-wajar istrinya
menyesatkan suaminya. Dalam hati Ibu Sinder tersenyum geli
http://dewi-kzanfo/ 38 53 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atas sikap suaminya itu. "Pada saatnya nanti, barangkali perlu
aku mempersoalkannya," pikirnya.
Seperti biasa Suprapto menegur, "Belum tidur, Bu?"
"Aku ingin kain batik itu lekas selesai," jawab Bu Sinder.
Suprapto membuka sepatunya lalu langsung pergi ke kamar
mandi. Segala sesuatunya sudah disiapkan oleh istrinya. Air
panas dalam beberapa termos besar, handuk, sabun, sikat dan
pasta gigi, sandal, ember besar, sarung, dan piyama. Sambil
bersiul-siul Suprapto keluar dari kamar mandi lalu langsung
duduk di samping istrinya yang masih duduk membatik. Sudah
tersedia teh panas dan gula merah di atas tikar. Suprapto
memang suka minum teh dengan gula merah, gula jawa.
"Aku sudah tak sabar menunggu kedatangan Suhono. Ingin
tahu aku, apa yang akan dikatakan orang-orang Madugondo.
Anak Sinder Suprapto sudah jadi insinyur. Apa yang akan
dikatakan oleh nyonya-nyonya Belanda hitam itu. Musuhmusuhku." "Jangan berkata begitu, Pak," potong Bu Sinder. "Mereka
bukan musuh. Mereka hanya sedang lupa saja."
Suprapto melanjutkan tanpa menghiraukan apa yang
dikatakan oleh istrinya itu, "Aku mau tahu, Ro. Coba lihat saja,
nanti mereka akan berebut menyodor-nyodorkan anak
54 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
perempuannya. Bakal ramai jalan di muka rumah."
Kadang-kadang Suprapto memanggil istrinya dengan "Ro".
Semula Suprapto menyebut istrinya "Ndoro". Berulang-ulang
Ibu Sinder melarangnya, tapi rasa-rasanya canggung bagi
Suprapto untuk memanggil istrinya dengan "Win" begitu saja.
Lambat-laun panggilan "Ndoro" itu berubah menjadi "Ro" saja.
http://dewi-kzanfo/ 39 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan terlalu membangga-banggakan Suhono, Pak. Tidak
baik dan tidak ada perlunya."
"Coba lihat nanti. Indo-indo hitam itu pasti akan berubah
sikapnya terhadap dirimu, Ro," kata Suprapto. "Kalau aku salah
ramal, cukurlah kumisku sebelah."
Ibu Sinder memandang wajah suaminya. Ia tertawa
terpingkal-pingkal, suatu hal yang jarang terjadi. Lazimnya Ibu
Sinder hanya tersenyum saja, tapi begitu membayangkan
suaminya berkumis tebal, tapi tinggal sebelah saja, ia tak
mampu menahan tawanya. "Bu, ayo tidur," ajak Suprapto.
"Silakan duluan. Pak, aku menyusul."
Tiga hari kemudian, sore hari, sebuah dokar memasuki
halaman rumah Ibu Sinder. Turun seorang remaja muda.
55 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Melihat tamu itu turun. Ibu Sinder langsung menyongsongnya
sambil berkata, "Kau, Her, kukira siapa" Ayo masuk. Sudah
dibayar dokarnya?" Sambil menjinjing koper Herman menjawab, "Sudah, Bu."
(Baca: Kereta Api Terakhir, Pandir Kelana)
Herman anak tunggal Winarsih. Ibu Sinder membimbing
kemenakannya masuk kamar tamu, kemudian mereka dudukduduk di beranda belakang.
"Kami sudah menerima surat Bude. Ibu Semarang dengan
menyesal tak dapat datang. Aku mewakilinya. Bu. Kapan Mas
Hono pulang?" "Hari-hari ini barangkali," jawab Ibu Sinder. "Masih banyak
urusan yang harus diselesaikannya."
http://dewi-kzanfo/ 40 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mas Hono sudah punya calon belum. Bu?" Herman
memberanikan diri untuk bertanya.
"Belum - ah, Hono, yang dipentingkan hanya buku-bukunya
saja," jawab Ibu Sinder.
"Jadi rebutan nanti. Bu," tanggap Herman. Ibu Sinder
tersenyum. Ibu Sinder pergi ke dapur dan kembali membawa makanan
56 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan minuman. " Prei, Ngger?"
"Begitulah, Bu, vakansi, dua minggu."
Sambil mengamati kemenakannya itu Ibu Sinder berkata,
"Kau mirip benar dengan kakakmu, Her. Kau pidekso, jatuh
serba sedang. Kakakmu Hono seperti Pakde. Wajah-wajah kalian
berdua yang mengikuti garis Ibu. Kelas berapa sudah?"
"Baru kelas satu. Bu."
"Nah, mandi-mandi saja dulu, Her. Pakde biasanya magrib
baru pulang." Herman masuk ke kamarnya, berganti pakaian lalu langsung
pergi ke kamar mandi. Herman sudah dianggap seperti anak
sendiri oleh keluarga Suprapto, sebaliknya Suhono juga
dianggap anak sendiri oleh ibunya Herman. Baik
Herman maupun Suhono pandai menyesuaikan diri. Dalam
lingkungan Ibu Sinder mereka lebih bersikap kejawaan.
Sebaliknya di rumah Ibu Sep, ibunya Herman, mereka lebih
bersikap bebas. Tiga hari kemudian dokar lain memasuki halaman rumah.
Turun seorang pemuda berbadan tegap, kokoh, atletis. Insinyur
Suhono pulang. http://dewi-kzanfo/ 41 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
57 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ibu Sinder yang melihat dokar memasuki halaman rumah,
langsung berlari menyongsong kedatangan anaknya, diikuti oleh
Herman. Sambil menangis gembira Ibu Sinder memeluk
anaknya. "Bu, kok menangis" Tidak malu sama Herman..." Kapan
datang, Her?" Ibu Sinder melepaskan pelukannya. Suhono dan Herman
saling berjabatan. Suhono membimbing ibunya masuk rumah.
Koper-koper Suhono, diangkut Herman masuk ke kamar yang
khusus disediakan bagi Suhono. Kemudian, bertiga mereka
duduk-duduk di beranda belakang. Tak jemu-jemunya Ibu
Sinder mengamati anak tunggalnya.
"Aku tak berubah. Bu. Masih seperti dulu-dulu saja."
"Kau sudah menjadi orang, Hon," kata Bu Sinder.
Dengan mata berlinang-linang Suhono turun dari kursi lalu
menyungkemi (mencium lutut) ibunya. Ibu Sinder menciumi
anaknya, air mata meleleh-leleh lewat pipi-pipinya. Masih tetap
duduk bersila di atas lantai, Suhono berkata, "Ibu dan Bapak
yang membentuk diriku, Bu. Matur sembah nuwun (Beribu-ribu
terima kasih)." "Tuhan melindungimu, Ngger," lagi-lagi Ibu Sinder
menciumi. Suhono sambil bergumam. "Duduklah kembali. Bapak dan
ibumu hanya sekadar memenuhi kewajiban sebagai orangtua.
Gusti Allah melimpahkan kasihNya kepada bapak dan ibumu,
58 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mampu membesarkanmu dan masih diberikanNya izin untuk
menyaksikan kau menjadi orang. Allahu Akbar."
http://dewi-kzanfo/ 42 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suhono duduk kembali. "Jurusan apa yang kaupilih kelak,
Her?" ia bertanya kepada sepupunya.
"Belum tahu, Mas, mungkin mengikuti jejak Mas Hono saja."
"Ah, jangan. Dokter saja, Her."
Ibu Sinder membiarkan anak dan kemenakannya berbincang-bincang, meninggalkan tempat dan memanggil koki
pembantunya. "Mbok, pergi ke Mbok Mandor Darmin. Minta
manggar-nya," kata Ibu Sinder.
"Lho, Den Hono sudah pulang?" Mbok Soma menanggapi.
"O ya, lupa aku. Sudah, sudah Mbok. Itu di sana," kata Ibu
Sinder. Mbok Soma yang mengasuh Suhono sejak kecil lari keluar
dapur, langsung menghampiri 59
Ibu Sinder Karya Pandir Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Suhono. Didekapnya momongannya itu kuat-kuat sambil berkata, "O Allaaaah, Ndoro
Siwur." "Bukan siwur, Mbok. Sinyur!" Suhono membetulkan.
" Nggih, nggih, sinyur, sinyur! Sinyur niku napa, Den?" tanya
Mbok Soma. Setelah berpikir sejenak Suhono menjawab, "Yaa seperti
Tuan Besar Statir". " Tobil, tobil (Astaga, astaga) Tuan Besar." Mbok Soma
bergumam sambil mengangguk-angguk. "Dulu masih suka
ngempeng Embok. Sekarang Tuan Besar... E, Ndoro Mas, itu ya,
putri-putrinya Ndoro Demang... cantik-cantik. Ada tiga, masih
perawan semua. Tinggal pilih saja Den."
"Betul Mbok?" Suhono menanggapi dengan berpura-pura
tertarik. http://dewi-kzanfo/ 43 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eee, Den Bagus, dikandani (dibilangi), " jawab Mbok Soma.
"Sudah, sudah. Mbok, anakmu sudah ketagihan gudeg
manggar," potong Bu Sinder.
Mbok Soma melepaskan Suhono lalu lari ke luar rumah
60 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menuju ke rumah Darmin. Kepada Herman Ibu Sinder berkata,
'Tolong, Her, beri tahu Pakde sana. Pakai sepeda Bapak saja."
"Baik, Bu." Tidak lama kemudian Sinder Suprapto datang, boncengan
sepeda dengan kemenakannya. Langsung ia menuju beranda
belakang. Begitu berhadapan dengan anaknya, diamatinya
Suhono dari ujung rambut sampai jari-jari kakinya. " Ingenieur
Suhono. Welkom thuis (Sselamat datang), " serunya. Ayah dan
anak lalu berpeluk-pelukan. Perlahan-lahan Suprapto menampar pipi Suhono sambil berkata, "Kau tak mengecewakan
bapakmu." "Ee, Bapak ini bagaimana," celetuk Ibu Sinder, "Suhono
sudah orang sekarang, kok ditampar begitu" Jangan
diperlakukan seperti anak kecil."
Suprapto tertawa-tawa lega lalu menjawab teguran istrinya,
"Awas ya kau, Win. Awas kalau kau nanti malam ngeloni (tidur
dengan) insinyur muda."
"Kan masih boleh ya. Bu," potong Suhono manja. Empat
insan yang sedang dilanda kebahagiaan itu tertawa dalam
paduan. Suprapto tidak tinggal lama di rumah. Ia kembali ke
61 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pekerjaannya. Dan setelah mandi Suhono lalu asyik berbincangbincang dengan ibunya. Herman mengundurkan diri ke dalam
http://dewi-kzanfo/ 44 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamarnya. Ia tidak ingin mengganggu keakraban ibu dan
anaknya itu. Malam itu mereka kembali melanjutkan berbincang-bincang
sampai dinihari. Benar apa yang dikatakan oleh Suprapto.
Malam itu Ibu Sinder tidur di kamar anaknya.
"Ibu masih tetap tampak muda dan cantik," kata Suhono
sambil tiduran. Mendengar pujian anaknya itu Ibu Sinder tersenyum lalu
menjawab, "Kau juga masih tetap seorang perayu. Kau benarbenar anak Ibu dan Bapak. Tubuh gagah perkasa kauwarisi dari
bapakmu, wajahmu lebih dekat pada ibumu. Waspadalah selalu,
Ngger. Kalau tidak hati-hati banyak godaan. Seperti ayahmu."
Suhono bangkit, duduk di samping ibunya lalu bertanya,
"Ada apa lagi dengan Bapak?"
Sambil tersenyum dan memijat hidung anaknya. Ibu Sinder
menjawab, "Tidak ada apa-apa, Ngger. Kau tahu sendiri,
bapakmu selalu menjadi incaran wanita. Apalagi kau, Ngger.
Kau memiliki daya tarik yang kuat. Bisa menyulitkan. Asal kau
62 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
selalu waspada saja."
"Aku akan selalu berusaha. Bu," kata Suhono sambil
merebahkan diri kembali di samping Ibunya.
(Oo-dwkz-Oki-Ray-oO) Sesuai dengan apa yang telah dijanjikannya kepada anak
buahnya, Sinder Suprapto mengadakan selamatan. Yang
diundang hanya mandor-mandornya dan pekerja-pekerja yang
tua-tua saja. Rumahnya tidak sanggup menampung keseluruhan
pekerjanya. Semua yang hadir ikut bangga atas keberhasilan
anak sinder Jawa itu. http://dewi-kzanfo/ 45 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di mata para pekerja, Suhono disamakan dengan martabat
Tuan Besar Statir. Sama-sama sinyur nya.
Sehabis selamatan Ibu Sinder membacakan hasil karya sastra
tembangnya. Lirih-lirih Ibu Sinder berkidung. Suara emasnya
sayup-sayup berkumandang di ruang depan rumah. Hadirin
terharu mendengarkan kisah Sinta Obong ditembangkan dalam
tembang Megatruh. Terutama saat Dewi Sinto setapak demi
setapak mendekati api unggun besar yang menjilat-jilat itu.
Suhono dan Herman mengagumi keahlian bertembang Ibu
Sinder. 63 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Hari telah larut malam ketika tamu-tamu meninggalkan
rumah Sinder Suprapto. Sementara itu seperti asap diembus-embuskan angin, berita
kedatangan Insinyur Suhono cepat tersebar di Madugondo.
"Anak Sinder Suprapto menyandang gelar insinyur."
Semula istri-istri sinder lainnya mencemoohkannya. Tidak
mungkin anak sinder Inlander bisa jadi insinyur, apalagi anak si
babu cuci itu. Namun akhirnya kenyataan tak bisa dibantah lagi.
Sikap wanita-wanita itu segera berubah, terutama mereka yang
memiliki anak perempuan cukup umur untuk dikawinkan.
Setiap pagi banyak ibu-ibu yang sengaja lewat rumah Ibu
Sinder, hanya ingin melihat insinyur muda yang sedang menjadi
buah bibir Madugondo. Penampilan pribadi Insinyur Suhono
tidak mengecewakan mereka yang melihatnya. Suasana bisikbisik menambah populernya Suhono. Yang seorang mengatakan, "Rudolf Valentino ada di Madugondo". Yang lain
berkata, "Ramon Navaro... Garry Cooper." Penampilan Suhono
semakin dibesar-besarkan.
http://dewi-kzanfo/ 46 64 28. Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Liang IeShen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Web (http://cerita-silat.mywapblog.com)
6529. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
site http://kangzusi.com/
Sikap ibu-ibu sinder lain terhadap Ibu Sinder berubah sama
sekali. Mereka tidak lagi menghormat-mengejek, tapi
menghormat-berpamrih. Ibu Sinder merasakan perubahan itu,
tapi ia tetap bersikap rendah hati seperti sediakala.
Setelah waktunya dianggap baik, Sinder Suprapto
mengajukan surat kepada Administrator Van Hoogendorp lewat
sekretaris perusahaan, apa sekiranya Van Hoogendorp berkenan
menerima Ingenieur Suhono untuk melapor.
Membaca surat sindernya yang begitu sopan itu Van
Hoogendorp sangat berkesan. Apalagi dalam surat itu ia selalu
disebut "Jonkheer".
Surat balasan datang. Van Hoogendorp menetapkan waktu
pagi hari pada jam kerja. Itu berarti bahwa Suhono akan
diterima secara dinas. Pada hari dan jam yang telah ditentukan, Suhono
mengenakan setelan jas putih-putih dan berdasi hitam. Ayahnya
memakai pakaian jas tutup putih, pakaian kerja kantor. Dan
begitu tiba di Besaran, pelayan pribadi Van Hoogendorp
melaporkan kedatangan mereka kepada tuannya. Langsung
ayah dan anak itu diterima di ruang kerja Administrator. Van
Hoogendorp mendekati Suhono, berjabatan tangan, lalu
mempersilakan Suprapto dan Suhono duduk di atas kursi-kursi
di depan meja kerjanya. Administrator itu menawarkan cerutu.
1 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dengan sopan Suprapto menolak. Suhono menerima tawaran
itu. Van Hoogendorp menyalakan korek api dan mempersilakan
Suhono lebih dulu menikmati lisongnya.
"Willem I, sungguh nikmat dan harum," celetuk Suhono.
"Meneer Suhono, tampaknya kau penggemar cerutu juga,"
kata Van Hoogendorp. http://dewi-kzanfo/ 47 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Betul, Jonkheer, aku memang suka cerutu, tapi uang saku
terlalu kecil untuk bisa membeli cerutu setiap hari."
Van Hoogendorp tertawa terbahak-bahak mendengar
jawaban Suhono. Katanya, "Sebentar lagi kalau kau sudah
menerima pengangkatanmu, kau boleh merokok cerutu sepuaspuasmu." Kini tiga insan itu tertawa bersama-sama.
Kata Van Hoogendorp, " Enfin, alk gekheid op een stokje sudahlah, sudah. Meneer Suhono, Madugondo bangga akan
gelar insinyur yang kauraih itu.
"Tuan menjunjung tinggi nama baik perkebunan kita."
"Jonkheer, atas nama orangtuaku dan atas nama diriku
sendiri, perkenankanlah aku mengucapkan terima kasih. Atas
dorongan Jonkheer, aku mampu memperoleh gelar itu. Ayah
2 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan Ibu selalu mengatakan bahwa Jonkheer selalu menanyakan
kemajuan studiku. Itulah yang merupakan cambuk bagiku untuk
selekasnya menyelesaikan studiku itu. Hal yang sangat
membesarkan hati, Jonkheer. Sekali lagi terima kasih."
Kata-kata sopan yang diucapkan dalam bahasa Belanda yang
nyaris sempurna itu sangat berkesan di hati Administrator. Kata
Van Hoogendorp kemudian, 'Tuan Suhono, kebetulan sekali
anakku Ivonne juga baru saja lulus ujian Semi-Arts. Bagaimana
kalau kita rayakan bersama Meneer Suhono?"
Suhono berdiri, mengulurkan tangan sambil berkata,
"Perkenankanlah aku mengucapkan selamat Jonkheer. Dengan
seizin Jonkheer aku ingin berkenalan dengan putri Jonkheer."
Suprapto mengagumi tingkah laku anaknya itu. Ia mengikuti
jejak anaknya menyalami Van Hoogendorp. Van Hoogendorp
http://dewi-kzanfo/ 48 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pun makin tertarik kepada Suhono. Budi bahasanya berciri Jawa,
tapi sikapnya correct menurut aturan sopan santun Barat.
"Sebentar ya, akan kuminta datang istri dan anakku. Mudahmudahan mereka tidak sedang bepergian," kata Van
Hoogendorp. Van Hoogendorp meninggalkan ruangan. Jantung ayah dan
3 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
anak berdebar-debar. Jantung Suprapto berdebar-debar karena
akan bertemu dengan Fien van Hoogendorp, Suhono berdebardebar ingin melihat wajah Ivonne.
Wah, payah! Kalau nanti Hono pacaran dengan Ivon... Ah,
mudah-mudahan Fien tetap discreet - memegang teguh
rahasia, pikir Suprapto. Tidak seberapa lama kemudian Van
Hoogendorp muncul bersama Fien dan Ivonne.
"Fien, Ivonne, kenalkan... Ingenieur Suhono," kata Van
Hoogendorp. "O ya, Ivonne, kenalkan Sinder Suprapto, Ayah
Suhono." Suhono menundukkan kepalanya dan dengan gaya hormat
tapi correct, menjabat tangan Fien lebih dulu, baru kemudian ia
menjabat tangan Ivonne. Sejenak pandangan mata dua insan
muda berlainan jenis itu bertemu, tapi temu pandang yang
sekejap itu merasuk ke dalam hati masing-masing. Mata tajam
Nyonya Van Hoogendorp mampu menangkap apa yang sedang
dirasakan oleh dua insan dewasa itu. Ia tersenyum dalam hati.
Dengan tangan agak gemetar Suprapto menyalami Fien dan
Ivonne. Suhono dan Suprapto tetap berdiri tegak. Melihat
adegan yang kaku itu Van Hoogendorp berkata, "Wel, mari, mari
duduk di sana saja."
Lima insan itu lalu menuju kursi-kursi tamu yang tersedia di
ruangan itu. Dengan sopannya Suhono membantu Fien dan
http://dewi-kzanfo/ 49 4 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ivonne menempati tempat duduknya dan dia sendiri baru
menempati kursinya setelah Van Hoogendorp dan ayahnya
duduk. Ia menempati kursi di samping Ivonne. Dalam waktu
yang sesingkat itu Suhono berhasil merebut simpati Fien dan
Ivonne. Van Hoogendorp mengulangi lagi tawarannya dengan
berkata, "Fien, aku bermaksud merayakan keberhasilan Suhono
dan Ivonne. Bagaimana?"
Fien van Hoogendorp yang memang suka berpesta itu
langsung menjawab, "Aku setuju, Henk. Kalau bisa sesegera
mungkin, sebab kalau terlalu lama bisa menjadi basi nanti.
Begitu kan, Tuan Suhono?"
Ibu Sinder Karya Pandir Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cepat Suhono menanggapi, "Nyonya, panggillah aku cukup
dengan Suhono saja. Kalau Nyonya memanggilku dengan Tuan,
bisa pingsan aku nanti."
Van Hoogendorp suami-istri dan Ivonne tertawa. "Apa itu
juga berlaku bagiku, Tuan Insinyur?" sambung Van Hoogendorp.
Suhono berdiri, mengangguk lalu menjawab, "Dengan segala
senang hati, Jonkheer." Ia duduk kembali.
Van Hoogendorp merasa dirinya dihormati oleh Suhono
dengan panggilan "Jonkheer" terus-menerus itu. Ia ingin
menunjukkan kerendahan hati dan jiwa besarnya. "Suhono,"
5 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
katanya, "aku juga mempunyai permintaan. Kalau kau masih
saja memberanikan diri memanggilku 'Jonkheer', kutarik
kembali tawaran pesta itu."
"Berat bagiku, Jonkheer, tapi permintaan seorang
administrator kepada warga Madugondo sudah merupakan
perintah. Tuan," jawab Suhono.
http://dewi-kzanfo/ 50 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Van Hoogendorp tertawa terbahak-bahak. "Suhono, aku
bukan diktator seperti Hitler," kata administrator itu. " Zo, het spijt me wel - ya maaf saja - aku dan
Suprapto masih harus bekerja. Fien, Ivonne, kalian atur pesta itu, ya" Terserah
kepadamu kapan akan diadakan."
Van Hoogendorp berdiri diikuti oleh yang lain. Fien
mengulurkan tangannya kepada Suprapto dan Suhono. Begitu
juga Ivonne. Ivonne masih sempat berkata, "Sampai bertemu
lagi, Tuan Suhono." "Jangan sebut aku Tuan," kata Suhono cepat. "Aku merasa
seperti kakek-kakek saja. Suhono atau Hono saja cukup." Lagilagi keluarga Van Hoogendorp tertawa.
"Baik, Suhono," kata Ivonne. "Sebaliknya, kalau kau
memanggilku dengan sebutan bermacam-macam, pantang aku
menerima ajakan dansa nanti. Panggillah aku Ivon atau Ivo
6 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
saja." Suhono hanya mengangguk.
Ibu dan anak meninggalkan ruang kerja Administrator Van
Hoogendorp, kemudian Suprapto dan Suhono minta diri kepada
Van Hoogendorp. Tiba di rumah kembali, tak henti-hentinya Suprapto memujimuji anaknya. Katanya, "Bu, kalau kau ikut hadir tadi, kau akan
terheran-heran. Sekali bicara, suami, istri, dan anak langsung
dalam genggaman anakku."
"Apa anakmu" Anakku!" sangkal Ibu Sinder.
Ayah, ibu dan anak tertawa. Herman hanya tersenyum.
Suhono mulai menampakkan dirinya pada masyarakat
Madugondo. Pertama-tama ia berkunjung ke rumah mandormandor ayahnya, kemudian ia bersama ayah dan ibunya
http://dewi-kzanfo/ 51 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertamu pada Sinder Sugondo dan Wedono-Demang
Madugondo. Suhono memang sudah mengenal ketiga anak
perempuan Pak Wedono Demang. Suhono beranggapan bahwa
mereka masih terlalu muda baginya.
Sementara itu, jalan di muka rumah Ibu Sinder mulai ramai
dilewati gadis-gadis Indo anak-anak pegawai perkebunan.
Semua ingin menarik perhatian Insinyur Suhono. Gerak-gerik
7 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Suhono terus diamati oleh ibu-ibu Madugondo. Suhono sendiri
kelihatan agak gelisah dan kegelisahannya itu tidak luput dari
pengamatan ibunya. Yang ditunggu-tunggu oleh Suhono
memang belum pernah menampakkan dirinya lewat rumah.
Itulah yang membuat Suhono kesal. Suhono sendiri dengan
sengaja menghindari jalan di muka Besaran.
Pada suatu pagi hari, di halaman depan rumah. Ibu Sinder
bertanya kepada anaknya, "Siapa yang kauharap-harapkan
lewat, Ngger?" "Bukan siapa-siapa. Bu. Aku hanya sekadar berangin-angin
saja," jawab Suhono hampa.
Dengan senyumnya yang menarik Ibu Sinder menanggapi,
"Ibumu bukan orang yang buta, Ngger. Nona Ivon memang
cantik." Suhono terkejut bercampur malu mendengar tanggapan
ibunya itu. Ibu Sinder melanjutkan, "Aku wanita kolot, Hon,
wanita kuno. Ibumu lebih suka mempunyai menantu wanita
Jawa daripada wanita Belanda. Bagaimana kalau kau kuajak
melihat-lihat di Sala, Hon?"
"Ah, Ibu, belum apa-apa Ibu sudah curiga. Aku belum punya
niat untuk beristri. Masih ingin menikmati kebebasan."
http://dewi-kzanfo/ 52 8 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan maksudku untuk memaksamu memilih jodoh,
Anakku. Apa yang kauanggap baik lakukanlah. Ibumu masih
cukup sabar untuk menunggu kedatangan seorang cucu."
Suhono merangkul ibunya lalu dibimbingnya masuk rumah.
Sambil berjalan Suhono berkata, "Aku dapat memahaminya, Bu,
tapi apa Ibu benar-benar rela aku dimiliki orang lain?"
Ibu Sinder bergumam, "Heh, anak tambeng (bandel)!" Dalam
hati Ibu Sinder membenarkan kata-kata anaknya. Ia belum bisa
merelakan anak yang dicintainya itu dimiliki wanita lain,
sekalipun hal itu disembunyikannya dalam-dalam di lubuk
hatinya. Ya kalau wanita itu baik, kalau tidak"
Suhono sendiri tahu akan keresahan hati ibunya. Ia selalu
hati-hati bila menyinggung persoalan beristri. Ia memang belum
memiliki pilihan tertentu.
Sore harinya Suhono mengajak saudara sepupunya
berenang. Begitu Suhono menampakkan dirinya dalam celana
renang menaiki tangga papan terjun, gadis-gadis Madugondo
baru dapat menyaksikan bagaimana harmonisnya tubuh Suhono
yang atletis itu. Suara bisik-bisik terdengar, "Itu Suhono, insinyur
baru. Anak Sinder Suprapto."
Suhono meloncat-loncat di atas papan, mengambil ancangancang, lalu dengan indahnya terjun ke dalam air, dikagumi oleh
gadis-gadis yang sedang berendam-rendam dalam air yang
kebiru-biruan itu. Melihat gadis-gadis remaja yang dengan
9 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berbagai cara mencoba menarik perhatian Suhono itu, Herman
tersenyum-senyum. Tiba-tiba perhatian Herman tertarik oleh
seorang gadis dewasa yang sedang jalan menuju tepian kolam
dalam pakaian renang berwarna merah jambu. Tidak mata
Herman saja yang terbelalak, perhatian Suhono pun terarah
pada warna merah jambu itu juga. Sebaliknya, penampilan
http://dewi-kzanfo/ 53 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suhono yang bertubuh harmonis-atletis itu juga tidak luput dari
perhatian wanita dalam pakaian renang merah jambu itu.
Suhono melambaikan tangannya, disambut dengan lambaian tangan Ivonne. Perlahan-lahan Ivonne turun masuk ke
air dan dengan gaya katak berenang menuju tiang-tiang papan
loncat. Pada saat itu Suhono yang sudah berdiri di atas papan
loncat yang tertinggi mempertontonkan kemahirannya
berloncat indah. Ia meluncur ke dalam air tepat di hadapan
Ivonne. Ombak mengganggu jalur renang Ivonne, tapi setelah
tahu bahwa yang mengganggunya itu Suhono, Ivonne
tersenyum sambil berkata, " Stoute jongen - anak nakal!"
10 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Selamat sore, Ivo. Kau tampak cantik dalam warna merah
jambu," tegur Suhono.
"Masih kalah pagi aku," jawab Ivonne tanpa memberikan
reaksi terhadap pujian Suhono.
Keduanya lalu berenang menepi. Suhono loncat ke tepian
lalu membantu Ivonne naik. Suhono memanggil sepupunya,
Herman, dan memperkenalkannya kepada Ivonne.
"Aku tidak tahu kau masih punya adik, Hono. Suhono in klein
formaat - Suhono bentuk kecil."
Mendengar komentar Ivonne, Suhono hanya tersenyum
saja. Herman cepat-cepat terjun ke dalam air. Ia tak ingin
mengganggu kebersamaan Suhono dan Ivonne. Sedangkan
pasangan muda itu lalu duduk-duduk di atas kursi besi yang
tersedia dekat pagar pemandian.
"Kau masih akan lama di Madugondo, Hono?"
"Sampai aku ada penempatan, Ivo. Kau sendiri bagaimana?"
http://dewi-kzanfo/ 54 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sampai hari-hari terakhir liburan. Sebulan di perkebunan
membosankan," kata Ivonne.
"Ada rencana ke kota lain?" tanya Suhono.
Mata kelabu Ivonne berkedip-kedip, jawabnya, "Tergantung
11 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
keadaan. Di Madugondo sulit mencari teman yang sebaya."
"Oo, kalau begitu aku masih terlalu muda bagimu," potong
Suhono bergurau. "Ah, jij... zvij zullen zien - Ah kau... Kita lihat nanti . "
Percakapan antara Suhono dan Ivonne semakin menjadi
hangat. Mereka lupa bahwa mereka datang untuk berenangrenang, tidak untuk berjemur-jemur saja. "Zeg Hono, untuk apa
kau datang kemari" Berjemur diri?"
"Menunggu kedatanganmu," gurau Suhono. Lagi-lagi Ivonne
berkata, "Ah, jij, ondeugende Ingenieur - insinyur nakal. Mari
berenang." Ivonne menarik tangan Suhono lalu berdua mereka terjun ke
dalam air. Dalam kesempatan itu Ivonne mengundang Suhono
untuk datang ke Besaran. Suhono menyanggupinya.
Tiba di rumah kembali Herman lapor kepada Ibu Sinder
tentang pertemuan Suhono dan Ivonne. "Bu, Ivonne wanita
cantik, baik lagi. Tidak sombong, sekalipun ia anak Tuan Besar.
Ia juga menyapa gadis-gadis lainnya dengan ramahnya. Bu, aku
dikira adik Mas Hono."
"Her, kau belum pernah merasakan tinju kakakmu, ya,"
ancam Suhono bergurau. "Begitu saja lapor. Mata-mata ya kau!"
Ibu Sinder tersenyum lalu berkata, "Aku ini harus bangga
atau khawatir?" http://dewi-kzanfo/ 55 12 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu, Ibu! Belum apa-apa sudah melihat Ivo sebagai
menantu," balas Suhono.
"Nhaa, Ibu kan tidak rela Mas Hono direbut orang. Nonik
lagi," sambut Herman.
Sambil bersungut-sungut Ibu Sinder menjawab, "Adiknya
sami mawon (sama saja). Sudah, sudah."
Sehabis santap malam Suhono minta diri kepada ayah dan
ibunya untuk pergi ke Besaran. Reaksi Sinder Suprapto lain sama
sekali, beda dengan reaksi Ibu Sinder. Ia bangga anaknya
berteman dengan Ivonne. Namun sebenarnya yang dirisaukan
oleh Ibu Sinder agak lain sifatnya. Tidak hanya soal anaknya,
Suhono, berteman dengan Ivonne, tapi menyangkut suaminya
yang mempunyai hubungan gelap dengan ibunya. Itulah yang
membuat Ibu Sinder agak risau dan kikuk. Mudah-mudahan
tidak akan ada apa-apa, pikir Ibu Sinder.
Tiba di Besaran dalam pakaian santai Suhono sudah
ditunggu kedatangannya oleh Ivonne di pendapa Besaran.
Lewat telepon Ivonne sudah diberitahu tentang kedatangan
Suhono malam itu. Begitu Suhono dan Ivonne duduk, muncul
Van Hoogendorp suami-istri.
" Wel, jongelui, ik weet niet wat jullie doen, maar wij hebben
onze bridge avond. Veel plezier dan maar - Baik, Anak-anak
13 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
muda. Aku tidak tahu apa yang akan kalian kerjakan, tapi kami
malam ini akan main bridge. Bersenang-senanglah." sambut Van
Hoogendorp. Setelah sekitar satu jam berbincang-bincang, Suhono minta
diri. Pulang. Ivonne tampak kecewa, Suhono terburu-buru
meninggalkannya. Begitu tiba di rumah, pertanyaan bertubi-tubi
http://dewi-kzanfo/ 56 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyambutnya. "Wah susah, jadi tertuduh aku ini. Seperti di
pengadilan saja," kata Suhono. Gelak tawa pun meledak.
(Oo-dwkz-Oki-Ray-oO) Beberapa hari kemudian para sinder dan pegawai tinggi
perkebunan dikejutkan oleh undangan Administrator Van
Hoogendorp. Suami-istri beserta anak-anak remajanya diundang
untuk menghadiri pesta dansa menghormati warga Madugondo
yang berhasil mencapai gelar insinyur dan semi-arts. Suhono
dan Ivonne van Hoogendorp.
Madugondo memang sedang mengalami masa sibuk. Pabrik
sedang giat-giatnya giling tebu. Masyarakat terkemuka
Madugondo tambah lebih sibuk lagi, terutama wanita-wanita
dan kaum remajanya. Pesta dansa di Besaran tidak terjadi setiap
hari. Penjahit-penjahit di Tegal dan Cirebon sibuk melayani
14 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pesanan gaun-gaun panjang baru yang memenuhi syarat untuk
hadir pada pesta Besaran itu. Bahkan ada yang memesan gaungaun itu pada penjahit-penjahit ternama di Semarang. Secara
diam-diam Ibu Sinder juga mempersiapkan diri.
(Oo-dwkz-Oki-Ray-oO) Malam yang dinanti-nantikan itu tiba. Untuk malam itu
Sinder Suprapto mengenakan pakaian Jawa resmi gaya Sala,
lengkap dengan keris pusakanya yang pendoknya dihiasi intan
Ibu Sinder Karya Pandir Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
intan kecil. Ir. Suhono malam itu menampilkan diri dalam
setelan smoking. Selesai berdandan Sinder Suprapto dan Insinyur Suhono
duduk-duduk di ruang tamu menunggu Ibu Sinder selesai
bersolek. Begitu Ibu Sinder muncul, ayah dan anak itu berdiri
menganga melihat penampilan Ibu Sinder. Di luar dugaan, Ibu
Sinder melepaskan sifat rendah hati dan kesederhanaannya. Ia
http://dewi-kzanfo/ 57 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak hendak mengecewakan anaknya yang malam itu menjadi
tamu kehormatan. Ibu Sinder mengenakan pakaian gaya Sala
yang hanya boleh dipakai oleh seorang wanita bangsawan
Keraton. Kain batik Merak Reraton gubahannya, kebaya panjang
berwarna ungu tua berenda keemasan, sanggul gelung tekuk
15 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dihiasi dengan tusuk konde emas bertatahkan berlian warisan
mendiang ibunya. Selop beludru bersulam. Peniti-peniti emas
dan bros lambang keningratan Keraton Surakarta.
Tertegun suami dan anak melihatnya. "Winarti," gumam
Suprapto. "Ibu, Ibu..." Langsung Suhono mendekati ibunya sambil
berkata, "Ibu begitu cantik, anggun dan berwibawa."
"Untukmu, Hono," dengan tenang Ibu Sinder menjawab.
Mata Suhono berkaca-kaca. Ia terharu mendengar kata-kata
ibunya: "Untukmu, Hono." " Matur sembah nuwun, Bu," gumam Suhono.
"Aku sudah siap," kata Bu Sinder. "Mari berangkat. Jangan
sampai terlambat." Berkendaraan dokar yang sudah dipesan sebelumnya
keluarga Suprapto berangkat menuju Besaran, kediaman resmi
Administrator Van Hoogendorp.
Sementara itu di pendapa Besaran berdiri berjajar Van
Hoogendorp, Fien van Hoogendorp, dan Ivonne, menerima
kedatangan tamu-tamu. Setelah berjabat tangan, tamu-tamu
diantar pelayan-pelayan menuju ke beranda belakang dan
menempati kursi masing-masing. Untuk kaum remaja
disediakan tempat khusus. Rombongan musik Hawaian dari
Semarang memeriahkan suasana pesta.
http://dewi-kzanfo/ 58 16 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba di Besaran, Suprapto suami-istri dan Suhono menunggu
gilirannya untuk berjabat tangan dengan keluarga Van
Hoogendorp. Van Hoogendorp terpesona melihat penampilan
Ibu Sinder malam itu. Ia tersenyum lega. Kini ia memperoleh
kepastian sudah. Ia tidak ragu-ragu lagi.
Ivonne sendiri yang mengantar keluarga Suprapto ke dalam.
Begitu memasuki beranda belakang, pribadi Ibu Sinder menarik
perhatian tamu-tamu yang sudah lebih dulu berada di situ. Di
sana-sini terdengar suara bisik-bisik. Ada yang memberikan
tanggapannya tentang penampilan Ibu Sinder, ada pula yang
membisikkan sesuatu mengenai Suhono. Jelas terdengar, "Itu
insinyurnya, hij is het - itulah dia."
Keluarga Suprapto sebagai tamu kehormatan mendapat
tempat di baris kursi paling depan, dekat dengan keluarga Van
Hoogendorp. Di baris kursi itu sudah hadir Sekretaris
Vermeulen, Masinis Kepala Ten Hoeve, Sinder Kepala
Ravenbeck, dan tokoh-tokoh Madugondo lainnya, termasuk
Demang Wedono suami-istri. Sinder Sugondo dan sinder-sinder
lainnya duduk di baris kursi kedua. Berpuluh-puluh pasang mata
masih saja diarahkan kepada Ibu Sinder, Suhono, dan Ivonne.
Ivonne kembali ke 17 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pendapa untuk mendampingi orangtuanya lagi. Malam itu tak seorang pun yang berani datang
terlambat. Tepat pada waktunya, Van Hoogendorp suami-istri
dan Ivonne memasuki ruang pesta. Tamu-tamu berdiri. Setelah
Fien dan Ivonne duduk, Van Hoogendorp langsung naik podium
pendek di tengah ruangan dan langsung mengucapkan pidato
sambutannya. "Nyonya-nyonya dan Tuan-tuan, Tuan Suprapto dan Raden
Ayu - " Van Hoogendorp pada saat mengucapkan kata "Raden
Ayu" menganggukkan kepala ke arah Ibu Sinder sebagai tanda
http://dewi-kzanfo/ 59 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hormat. Yang hadir menjadi terheran-heran. Pertama-tama
karena Van Hoogendorp berkata "Raden Ayu" itu dengan nada
tegas penuh rasa hormat, kedua ia mengangguk hormat, hal
yang belum pernah terjadi. Ibu Sinder hanya seorang istri
sinder. Mengapa administrator itu begitu menaruh hormat
padanya" "Madugondo malam ini boleh bangga, sekaligus perlu
bergembira. 18 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Salah seorang warganya telah berhasil memperoleh gelar insinyur. Suhono namanya. Anak Sinder
Suprapto dan Raden Ayu. (Tepuk tangan) Di samping itu aku dan
istriku malam ini juga ingin merayakan keberhasilan anakku
Ivonne, yang sudah mencapai tingkat semi-arts. (Tepuk tangan)
Mudah-mudahan dapat mengikuti jejak Ir. Suhono untuk
selekasnya memperoleh gelar dokter. (Lagi-lagi meledak tepuk
tangan) Meneer Suhono dan Juffrouw Ivonne, silakan tampil di
podium ini." Dengan sigap Suhono berdiri, melangkah menuju tempat
duduk Ivonne dan menawarkan lengannya kepada anak
administrator itu. Ivonne bangkit, menerima gandengan
Suhono. (Tepuk tangan) Begitu mereka berada di atas podium,
Van Hoogendorp melanjutkan pidatonya.
"Kuperkenalkan... Ingenieur Suhono dan anakku Dokteranda-Medisch Ivonne. Keduanya malam ini menjadi
feestvarken - tokoh-tokoh perayaan kita. (Tepuk tangan) Tentu
19 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
para remaja Madugondo sudah tak sabar lagi menunggu
kesempatan berlantai. Wel. Meneer Latumahina, begint U maar.
Polonaise" (Tepuk tangan)
Kemudian berkumandanglah lagu mars, Mijn Sarimarijs. Van
Hoogendorp turun dari podium, langsung menghampiri istrinya.
Suhono dan Ivonne berpasangan berdiri di belakang Van
http://dewi-kzanfo/ 60 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hoogendorp dan istri. Tamu-tamu berdiri berpasang-pasangan
sambil menunggu isyarat dari Van Hoogendorp. Suprapto dan
Ibu Sinder tetap duduk. Latumahina mengangkat tangan tinggitinggi sambil berkata, " Polonaise, voor-waarts... Mars Polonaise, maju... jalan ! "
Pesta semacam itu tidaklah asing bagi Ibu Sinder. Di masa
remajanya ia sudah sering menyaksikannya di rumah Controleur
Hartman. Adiknya, Winarsih, yang paling suka berdansa.
Sementara itu barisan polonaise semakin menjadi panjang
berbaris membelok-belok seperti ular. Latumahina membawa
barisan itu masuk ruang tengah yang memang sudah disiapkan
untuk berdansa. Lantai marmer ditaburi bedak, agar menjadi
licin, mudah untuk melantai.
Lagu mars menghilang, muncul lagu waltz lamban. Barisan
20 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
polonaise memecah, mulailah pasangan dansa berputar-putar.
Van Hoogendorp suami-istri meninggalkan ruang dansa, kembali
duduk menemani Suprapto dan istri. Melihat Sinder Sugondo
dan istri yang juga tetap tinggal di tempatnya Van Hoogendorp
dan Fien mengangguk. Van Hoogendorp yang menempati kursi di samping Ibu
Sinder berkata pada wanita itu, "Raden Ayu pandai
menyembunyikan asal-usul. Tuan Residen yang memberitahukan kepadaku siapa sebenarnya Raden Ayu."
Suprapto menerjemahkannya bagi Ibu Sinder. "Asal-usul
tidak penting, Yongker," jawab Ibu Sinder. "Apalagi di
Madugondo ini. Tuan Besar lebih mementingkan hasil kerja
nyata daripada keturunan. Yongker sendiri tak pernah
menonjol-nonjolkan asal-usul Tuan. Aku hanya mengikuti jejak
teladan Yongker saja."
http://dewi-kzanfo/ 61 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suprapto menjadi penerjemah lalu lintas pembicaraan.
21 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Jawaban Ibu Sinder menyentuh hati Van Hoogendorp, apalagi
Ibu Sinder menyebutkan "Yongker". Administrator itu tahu
bahwa yang dimaksudkan adalah Jonkheer. Suaminya dibuatnya
terperanjat juga Ibu Sinder menggunakan kata-kata "Yongker".
Sekalipun Fien van Hoogendorp sepenuhnya memahami apa
yang dikatakan oleh Ibu Sinder, ia tidak bereaksi sama sekali.
Sebaliknya, Ibu Sinder juga pandai menyembunyikan
perasaannya. Pikirnya, selama istri administrator itu tidak
berbahasa Jawa, ia tak akan memancing-mancing Fien van
Hoogendorp agar ia berbahasa Jawa.
Malam itu Fien bersikap wajar-wajar saja terhadap Ibu
Sinder. Ada perasaan aneh yang merayapi hati sanubari Ibu
Sinder. Ia sama sekali tidak marah atau cemburu terhadap Fien,
bahkan sebaliknya, rasa simpati yang tumbuh. Sikap akrab Fien
malam itu tampak tidak dibuat-buat. Teringatlah ia akan ibu
kandungnya. Ibu Bendoro. Ibunya sama sekali tidak
mencemburui bibi-bibinya, malah begitu sayangnya Ibu
Bendoro itu kepada maru-maru-nya. Ibunya itu juga tidak
membenci pacar-pacar ayahnya.
"Wanita Indo ini bukan maru-ku, hakikatnya sama dengan
'simpanan-simpanan' Ayah dulu. Ibu Bendoro, dalam kenyataan,
memang harus membagi cinta suami dengan wanita-wanita lain
juga, di luar bibi-bibi. Aku juga harus membagi cinta suami
dengan Fien van Hoogendorp. Ya Tuhan, segala puji dan syukur
untukMu. Allah menghapus amarah dan rasa benci dari
22 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sanubariku. Ya Allah, matur sewu nuwun," ucap Bu Sinder dalam
hati. "Raden Ayu, apa Ingenieur Suhono sudah memperoleh
penempatan?" tanya Fien kepada Ibu Sinder.
http://dewi-kzanfo/ 62 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suprapto tetap berfungsi sebagai penerjemah. Jawab Ibu
Sinder, "Belum, Nyonya Besar. Tampaknya ia tak begitu tergesagesa. Ia ingin beristirahat dulu di Madugondo."
"Oo, kebetulan kalau begitu. Ivonne liburan besar. Ada
temannya di Madugondo," kata Fien. Ibu Sinder mengangguk.
Ada sesuatu yang menyentuh hatinya. Ia khawatir kalau
hubungan anaknya dan anak Fien akan menjadi semakin akrab.
Anaknya memiliki daya tarik kuat bagi wanita, sebaliknya Ivonne
pun sangat menarik. Tiba-tiba Suhono muncul di hadapan Fien. Setelah
mengangguk ke arah Van Hoogendorp, Suhono lalu
mengangguk di hadapan Fien. Fien minta izin kepada Ibu Sinder
dan suaminya. Ia berdiri lalu menerima gandengan Suhono. Dua
sejoli itu berjalan menuju ruang tengah. Mulailah pasangan
Fien-Suhono melantai mengikuti alunan irama slow-fox. Fien
merasakan bahwa Suhono adalah seorang pedansa yang baik.
23 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kau danseur kelas wahid, Suhono," pujinya.
"Terima kasih. Nyonya," jawab Suhono sambil menundukkan
kepala. Sambil berdansa, pikiran Fien masih saja tertumpu pada Ibu
Sinder. Ia benar-benar menaruh simpati pada istri kekasihnya
itu. Rasa penyesalan tumbuh dalam dirinya, namun rasa itu
cepat-cepat diusirnya. Pikirnya, Ah asal ia tidak tahu saja, apa
salahnya. Irama slow-fox berubah menjadi irama Wiener Waltz.
Beberapa pasangan menepi. Hanya mereka yang pandai
mengikuti irama itu yang tinggal. Mulai tampak bahwa pasangan
Fien-Suhono jauh melampaui kemahiran pasangan yang lain.
Semakin banyak pasangan yang menepi, terpukau mereka
melihat pasangan Fien-Suhono
berputar-putar dengan http://dewi-kzanfo/ 63 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
indahnya. Suhono sadar bahwa sekian puluh pasang mata
sedang diarahkan kepadanya, lalu ia berbisik, "Nyonya, jangan
cemas. Ikuti saja langkah-langkahku." Fien mengangguk.
Sebenarnya Fien agak khawatir kalau ia membuat salah langkah,
24 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tapi Suhono begitu pandainya membimbing, sehingga salah
langkah pun tak tampak. Variasi demi variasi yang belum dikenal
Ibu Sinder Karya Pandir Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
di kota kecil Madugondo itu dipertontonkan oleh pasangan
Suhono-Fien. Ivonne yang sudah diajak menepi oleh Ravenbeck
ikut terpesona melihat pasangan Fien-Suhono. Ia lari ke beranda
belakang, menarik ayahnya, sambil berkata terbata-bata, "Papi,
mari, mari. Hebat pasangan Mami dan Suhono." Van
Hoogendorp mengajak Suprapto dan Ibu Sinder agar ikut
menyaksikan. Bersama-sama mereka menuju ruang tengah. Kini
tinggal pasangan Suhono-Fien saja yang masih bergaya. Lainnya
menepi, menyaksikan. Pikir Suhono, "Wah, demonstrasi
jadinya." Latumahina yakin bahwa Suhono-Fien bukan tukang dansa
kemarin sore. Ia membisikkan sesuatu kepada anak buahnya.
Wiener waltz berubah menjadi irama tanggo, irama yang sangat
ditakuti oleh pedansa. Fien menjadi agak gentar. Lagi-lagi
Suhono berbisik, "Ikuti saja, Mam."
Fien agak terperanjat mendengar kata "Mam" itu. Panggilan
"Mam" menenangkannya, seolah-olah ia sedang berdansa
dengan anaknya sendiri saja. Ia mengendurkan kekakuannya
dan mengikuti bimbingan Suhono dengan perasaannya. Tepuk
tangan pun meledak. Seluruh ruangan yang luas itu dimanfaatkan Suhono untuk
menampilkan gaya dan variasinya. Bisik-bisik terdengar, "Rudolf
Valentino! Greta Garbo! Luar biasa! Geweldig-geweldig!"
25 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://dewi-kzanfo/ 64 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berpuluh-puluh pasang mata mengikuti gerak-gaya pasangan Fien-Suhono. Sepasang mata Van Hoogendorp hampir
tidak percaya melihat apa yang dilihatnya. Istrinya begitu lincah
mengikuti bimbingan Suhono. Hati Ivonne van Hoogendorp
semakin tertambat pada pribadi Suhono. Sinder Suprapto
bangga melihat anaknya, tapi Ibu Sinder mencemaskan daya
tarik anak tunggalnya. Latumahina yang melihat bahwa Fien tampak agak
kecapekan, mengubah irama menjadi slow-waltz, untuk
beberapa saat, kemudian berhenti sama sekali. Lagi-lagi tepuk
tangan meledak-ledak. Suhono dan Fien membungkukkan badan membalas
penghormatan pengagum-pengagumnya. Belum sempat Suhono menggandeng Fien untuk "diserahkannya" kembali
26 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pada Van Hoogendorp, Fien sudah lari meninggalkannya,
memeluk suaminya. Serta-merta Van Hoogendorp berkata, " Je
bent geweldig, Fien. Niet gedacht - Kau hebat, Fien. Tidak
kusangka." Suhono mendekati Van Hoogendorp, mengangguk sambil
berkata, "Nyonya memang luar biasa."
Van Hoogendorp melangkah ke tengah ruangan dan dengan
mengangkat tangan tinggi-tinggi ia berkata, "Wel, kita semua
kecapekan. Mari kita makan-makan dulu."
Remaja-remaja bersorak-sorak ramai. Tamu-tamu menuju
halaman belakang. Sudah tersedia meja-meja penuh berbagai
macam hidangan. Ivonne berkeliling, menyilakan tamutamunya, tapi ia selalu kembali lagi pada Suhono. Van
Hoogendorp dan pegawai-pegawainya bergerombol di depan,
minum-minum. Botol-botol minuman keras dari anggur sampai
Bols Jenever tersedia melimpah. Van Hoogendorp sendiri
http://dewi-kzanfo/ 65 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang seorang penggemar anggur. Suprapto, Sugondo, dan
Demang-Wedono dalam pakaian kebesaran Jawa tak
ketinggalan. Tampak hubungan Suprapto dan Sinder Baumann
sudah kembali akrab. 27 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Suprapto, je bent een goede pencakker zeg - kau memang
jago pencak silat," tegur Baumann.
" Nou, net scheelt maar een haar, of ik krijg een platte neus Hanya terpaut serambut, hidungku bisa menjadi semakin pesek,
" jawab Suprapto bergurau. Dua sinder itu lalu tertawa
terbahak-bahak. Sementara itu, duduk-duduk di kursi rotan di bawah pohon
mangga. Ibu Sinder dan Nyonya Besar. Suhonp mendekat,
maksudnya bila dua wanita itu memerlukan penerjemah ia
dapat membantunya, namun dengan herannya ia diusir oleh
Fien van Hoogendorp. " Ga weg jij nieuwbakken, Ingenieur. Ik
heb wat te bepraten met je moeder. Kijk, Ivonne staat daar naar
je uit te kijken - Pergi kau, Insinyur hijau. Ada yang harus
kubicarakan dengan ibumu. Lihat, kau ditunggu Ivon."
Suhono meninggalkan Fien dan langsung mendekati Ivonne.
Melihat ibunya dan Fien akrab dan asyik bercakap-cakap,
Suhono menganga seperti melihat hantu di siang hari bolong. Ia
menggapai Ivonne dan berkata, "Ivo, lihat ibu-ibu kita. Lancar
mereka bercakap-cakap. Bahasa apa yang kiranya digunakan,
Esperanto?" Ivonne, yang kini mengarahkan pandangannya ke ibunya,
juga dibuat terheran-heran. "Barangkali Bahasa Melayu,"
tanggapnya. Waktu bercakap-cakap itu Fien selalu siaga saja. Kalau ada
orang di dekatnya, ia berhenti berbicara. Ibu Sinder kini tahu
28 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://dewi-kzanfo/ 66 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa Fien tidak menghendaki orang lain tahu bahwa ia fasih
berbahasa Jawa. Ia lalu menyesuaikan.
Ivonne begitu bergairah untuk mengetahui bahasa apa
kiranya yang digunakan dua ibu itu. Tetapi begitu ia mendekat,
dua wanita itu diam. Dan kini, karena sadar bahwa sudah terlalu
banyak orang yang memperhatikannya, Fien berkata dalam
bahasa Jawa halus, " Nyuwun pangapunten inggih, Mbakyu,
sampun radi nguwa-tosaken. Monggo, kulo ngrumiyini - Maaf
ya, Mbakyu, sudah agak mengkhawatirkan. Mari, saya
mendahului . " Fien bangkit, pergi berkeliling menyapa tamu-tamunya..
Begitu Fien pergi, Suhono langsung menempati kursi yang
kosong itu. Kepada ibunya ia berkata, "Bu, asyik betul berbicara.
Apa yang diperbincangkan?"
Ibu Sinder tahu bahwa anaknya ingin menjebaknya.
Jawabnya sambil memijat hidung anaknya, "Ah, biasa-biasa saja.
Sana pergi, urusi itu pacarmu." Sambil geleng-geleng kepala
Suhono pergi mencari Ivonne kembali.
Tak lama kemudian musik bergema lagi. Remaja-remaja
kembali memadati ruang dansa. Suhono berdansa dengan
29 29. TUSUK KONDAI PUSAKA S.D. Liong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
nyonya-nyonya lain dan setelah ia merasa bahwa sudah cukup
banyak nyonya-nyonya yang diajaknya berdansa, ia baru
Monster Dari Timur 1 Nyanyian Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy Samurai 11
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama