Ceritasilat Novel Online

Ibu Sinder 3

Ibu Sinder Karya Pandir Kelana Bagian 3


dengan 'Jeng' saja."
"Aduuuuh, kuwalat aku nanti, Bu. Aku bukan priyayi, aku
anak desa, Bu. Ayahku dulu hanya opas di Asistenan. Aku
memang pernah melayani Ndoro Sisten. Aku sering mbantumbantu Ndoro Den Ayu. Hanya itu, Bu," kata Mirah.
Mirah dapat melihat pada wajah Ibu Sinder bahwa ia tidak
percaya pada kata-katanya.
http://dewi-kzanfo/ 133 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kata Ibu Sinder, "Aku sudah banyak mendengar tentang Jeng
Mirah dari anak-anak. Kasihan mereka, padahal hatinya baikbaik. Kita kurang mau melihat mereka sebagai manusia biasa."
"Aku masih harus banyak belajar dari Bu Prapto. Sangat
menarik. Wanita-wanita itu selalu kumpul-kumpul di rumah Ibu,
mendengarkan Ibu berkisah dan Ibu menganggap wanita-wanita
itu seperti anak sendiri saja. Itu yang kudengar dari mereka
60 30. Pedang Ular Merah Kho Ping Hoo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sendiri," tanggap Bu Mirah.
Sejenak Ibu Sinder diam, lalu ia menjawab, "Yaah,
bayangkan. Jeng. Mereka tidak memiliki hiburan apa-apa dan
pekerjaannya ya itu-itu saja. Rasa rendah diri begitu mencekam
mereka. Melihat bioskop pun tak pernah. Batin mereka
memerlukan santapan. Mudah-mudahan dengan kisah-kisahku
itu mereka agak merasa terhibur. Hanya itu yang dapat
kulakukan. Jeng." Mirah mulai mengagumi wanita usia lewat setengah abad
itu, terutama pancaran pribadinya yang penuh kasih sayang itu.
Melihat potret di dinding rumah itu Mirah bertanya, "Siapa saja
itu. Bu?" Ibu Sinder mengambil potret itu dari gantungannya lalu
menjelaskan, "Ini Bapak almarhum, waktu masih bekerja di
Perkebunan Gula Madugondo. Musibah menimpanya, kecelakaan. Tuhan memang sudah menghendaki demikian. Ini
anakku Suhono, ia di Ambon sekarang, dan ini kemenakanku
Herman, jadi tentara sekarang."
Bu Mirah mengamati potret-potret itu satu demi satu, lalu
menggantungkannya kembali pada tempatnya semula.
"Ibu begitu hafal dan begitu menghayati kisah-kisah yang Ibu
61 30. Pedang Ular Merah Kho Ping Hoo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ceritakan. Mengherankan, Bu," kata Mirah.
http://dewi-kzanfo/ 134 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ibu Sinder tersenyum, lalu berkata, "Ya, ya, aku tidak bisa
percaya begitu saja kalau Jeng Mirah itu anak Opas Asisten. Tak
apalah. Menurut ukuran pendidikan zaman sekarang, aku ini
buta huruf. Aku kurang menguasai huruf Latin. Yang kukenal
huruf Jawa dan Arab Gondil. Sebentar ya. Jeng, akan
kuperlihatkan sesuatu." Ibu Sinder hendak menguji tingkat
pendidikan Bu Mirah yang mengaku anak desa itu.
Ibu Sinder masuk kamarnya. Kemudian ia kembali lagi
dengan membawa serta beberapa buku tulis. Bu Mirah bangkit
lalu membantu Ibu Sinder meletakkan buku-buku tulis itu di
atas meja. Bu Mirah terheran-heran melihat buku-buku tulis
yang sudah tua-tua tapi cukup terpelihara itu.
Bu Mirah mengambil buku tebal tulisan tangan, judulnya
Serat Mahabharata. Buku-buku lain diamatinya. "Siapa yang
menulis buku-buku tebal ini. Bu?"
Sambil tersenyum Ibu Sinder menjawab, "Dulu waktu
suamiku masih hidup aku sudah sering membatik, tapi kadangkadang bosan. Kebetulan seorang teman memiliki buku-buku
yang menarik. Kukutib. Itulah."
62 30. Pedang Ular Merah Kho Ping Hoo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Melihat buku-buku tulisan lainnya Mirah mengenali tulisan
tangan Ibu Sinder kembali, tapi jelas bukan kutipan. Melihat
Mirah terheran-heran itu Ibu Sinder berkata, "Gubahanku
sendiri, Jeng. Dulu suamiku suka mendengarkan aku berkidung
dan yang disukainya gubahanku sendiri."
Mata Ibu Sinder berkaca-kaca dan tanpa disadarinya mata
Bu Mirah pun ikut menjadi kemerah-merahan. "Apa Ibu
sekarang juga suka menulis atau menggubah?" tanyanya
kemudian. http://dewi-kzanfo/ 135 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Masih, Jeng, tapi tidak segiat seperti dulu-dulu lagi," jawab
wanita lewat setengah umur itu. "Aku harus membatik dan
membuat jamu. Jeng, kalau tidak dari mana aku akan mendapat
uang untuk hidup?" Tampak bahwa Bu Mirah benar-benar mengagumi Ibu
Sinder, hanya ia menyayangkan bahwa wanita itu tidak
berkesempatan mengenyam pendidikan yang cukup tinggi.
Pikirnya, ada persamaan keinginan antara dirinya dengan Ibu
Sinder. Sama-sama ingin meringankan beban penderitaan yang
dipikul oleh wanita-wanita sesat jalan itu, tapi ia tak mau
tergesa-gesa. Masih banyak waktu. Bu Mirah minta diri kepada
63 30. Pedang Ular Merah Kho Ping Hoo m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ibu Sinder. "Kalau ada waktu mampir ya. Jeng," undang Bu
Sinder. Bu Mirah mengiyakan. Sepeninggal Bu Mira
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
6431. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
h, Ibu Sinder mengembalikan buku-bukunya dalam almari kecil khusus untuk
menyimpan buku-buku itu. Siapa gerangan Bu Mirah itu"
Bagaimana ia bisa terdampar di Balokan, wanita secantik itu dan
tampaknya terpelajar. "Aku tak boleh mendesaknya," gumamnya. "Ia merahasiakan
sesuatu." Hubungan persahabatan antara Ibu Sinder dan Bu Mirah
semakin erat dan akrab. Mereka bersepakat untuk bekerjasama.
Tempat untuk latihan keterampilan wanita-wanita sesat jalan
dipindahkan ke rumah Bu Mirah yang jauh lebih luas daripada
rumah Ibu Sinder, bahkan tidak hanya terbatas pada latihan
kemahiran ramu-meramu jamu saja, tapi diperluas dengan
berbagai latihan keterampilan lainnya, seperti sulam-menyulam
dan juga membatik. Bu Mirah dan Bu Salyo, seorang wanita dari Jawatan Sosial,
memberikan pelajaran masak-memasak, di samping mengajar
http://dewi-kzanfo/ 136 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baca-tulis. Yang oleh Bu Mirah dan Bu Salyo dianggap
menggelikan ialah bahwa Ibu Sinder dengan tekun selalu
1 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengikuti pelajaran baca-tulis. Ibu Sinder ingin lebih mendalami
tulis-menulis huruf Latin. Benar ia memang pernah
memperolehnya sewaktu masih kecil, tapi jauh ketinggalan bila
dibandingkan dengan penguasaan huruf Jawanya. Dalam jangka
waktu yang singkat Ibu Sinder sudah dapat menguasai
sepenuhnya bacaan-bacaan berhuruf Latin.
Pikirnya, mengapa ia tidak dulu-dulu meningkatkan
kemahiran berhuruf Latin itu. Seperti orang-orang lainnya,
bahasa Indonesia dipahaminya sambil jalan dan kini koran
menjadi bacaannya sehari-harinya, sekalipun koran-koran bekas
yang dijelajahinya. Ia tidak malu-malu untuk bertanya kepada
Bu Salyo atau Bu Mirah kalau ia tidak mampu untuk memahami
sesuatunya. Dalam pada itu, Bu Mirah yang selalu mencoba
untuk menutup-nutupi tingkat kepandaiannya, lambat-laun
tidak bisa lagi menyembunyikannya. Penguasaan Bahasa
Belandanya masih tetap ditutup-tutupinya dengan rapatnya,
apalagi latar belakang kehidupannya. Ibu Sinder maupun Ibu
Salyo tetap menahan diri untuk tidak bertanya-tanya. Mereka
merasakan bahwa Bu Mirah ingin melupakan masa lampaunya.
Setapak demi setapak latihan-latihan dan pelajaranpelajaran yang diberikan oleh tiga wanita berbeda usia itu
membawa hasil yang menggembirakan. Di antara wanita-wanita
asuhan mereka ada yang meninggalkan pekerjaannya yang tak
layak itu. Ada yang menjadi penjual jamu keliling, penjual nasi
pecel, menjadi pekerja batik, bahkan ada yang mampu
2 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membuka warung kecil-kecilan. Bu Mirah-lah yang mendukung
usaha wanita-wanita itu dengan sedikit modal.
Sebenarnya Bu Mirah mampu berbuat banyak lagi, tapi ia
tidak ingin dinilai oleh lingkungannya sebagai seorang janda
http://dewi-kzanfo/ 137 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berada, menurut ukuran Kampung Balokan. Usaha candakkulak tetap dilakukan dan berjalan lancar, tidak lagi terbatas
pada jual-beli pakaian, kain-kain saja, tapi sudah berkembang
sampai jual-beli perhiasan, sekalipun kadang-kadang cadangan
perhiasan sendiri yang diperdagangkan.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Di luar Balokan
revolusi kemerdekaan berlangsung dengan dahsyatnya. Wanitawanita sesat jalan itu juga tidak luput dari dampak revolusi.
Pemuda-pemuda pejuang juga menjadi pengunjung setia
kampung itu. Persetujuan Linggarjati ditandatangani, namun harapan
untuk mencapai suatu penyelesaian secara tuntas merupakan
suatu impian belaka. Di Balokan sendiri sedang berlangsung
revolusi perbaikan nasib wanita-wanita sesat yang dibina oleh
tiga serangkai: Ibu Sinder, Bu Salyo, dan Bu Mirah, sekalipun
lamban lajunya dan terbatas pada kelompok-kelompok tertentu
3 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
saja. Tanggal 21 Juli 1947. Belanda mengadakan serbuan umum di
semua medan pertempuran. Pecahlah Agresi Militer Belanda
yang pertama. Pasukan-pasukan Belanda yang sudah diperkuat
dengan kehadiran Divisi 7 Desember yang didatangkan dari
Negeri Belanda itu mampu memperluas wilayah pendudukannya. Di samping lewat radio. Ibu Sinder kini mengikuti
perkembangan bangsa lewat surat-surat kabar. Ia masih tetap
harus banyak bertanya kepada Bu Salyo dan Bu Mirah.
Pagi itu Ibu Sinder sedang asyik membatik. Berita-berita
pertempuran mencemaskannya. Ia mengkhawatirkan kemenakannya yang sudah agak lama tak kunjung muncul. Cinta
kasih Ibu Sinder tertumpah pada Herman. Pemuda tentara yang
http://dewi-kzanfo/ 138 4 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diharap-harapkan kedatangannya itu tiba-tiba saja muncul di
hadapannya. Ibu Sinder bangkit dan langsung memeluk
kemenakannya. Setelah Herman mandi dan berganti pakaian. Ibu Sinder dan
kemenakannya itu lalu duduk-duduk di atas kursi tamu di ruang
depan. Mengamati wajah kemenakannya. Ibu Sinder sertamerta teringat pada anaknya, Suhono, yang sampai saat itu
belum ada beritanya. Ibu Sinder juga melihat bahwa Herman
agak berwajah murung. "Kau tampak kurang gembira, Her. Ada apa?"
Lama Herman terdiam. Ibu Sinder bertanya lagi, "Apa kau
sedang mengemban tugas yang berat, Ngger?"
"Aku baru saja kembali melaksanakan tugas. Bu.
Mengungsikan kereta-kereta api dari Purwokerto ke Yogya dan
Sala. Cukup berat, penuh rintangan, tapi atas restu Ibu berhasil
dengan baik." (Baca: Kereta Api Terakhir, Pandir Kelana.)
"Lha apa yang kaurisaukan, Her" Itu kalau aku boleh tahu,"
tanya budenya. Lama Herman tidak menjawab, kemudian ia berkata, "Nasib,
nasib. Bu. Aku berjumpa seorang gadis. Cantik, Bu, tinggi,
langsing, tapi tidak kurus, pekulitannya jatuh sedang, tapi ia itu
gadis penuh teka-teki."
5 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ibu Sinder kini mulai tertarik akan cerita kemenakannya itu.
"Lho, teka-teki apa, Ngger?"
"Di Purwokerto aku berjumpa dengan seorang gadis yang
benar-benar gadis idamanku. Candra-nya seperti yang
kukatakan tadi. Yaa sepertiiiii... siapa yaaa?" lanjut Herman.
http://dewi-kzanfo/ 139 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dewi Larasati, begitu, Her."
"Ibu ini setiap wanita selalu dicari-cari persamaannya di
dunia pewayangan. Gambaran Dewi Larasati itu bagaimana ya.
Bu?" 'Tinggi, langsing berisi, kulit jatuh sedang,, wajah manis,
tidak kenes, tapi kalau berbicara selalu kena, merak ari,
nggemesake dan pandai masak," jawab Ibu Sinder sambil
tersenyum. "Itu, itu, Bu! Ya begitu itu candra-nya gadis itu. Nah, tapi Bu,
terbukti dia sudah punya calon. Di Stasiun Purwokerto ia
menghilang bersama calon suaminya. Lemes aku, Bu. Kereta api


Ibu Sinder Karya Pandir Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang kukawal berangkat, dinihari. Eee, tiba-tiba saja ada
seorang gadis berlari-lari mengejar kereta api. Ia ingin ikut,
padahal kereta penumpang dan gerbong-gerbong sudah penuh,
sampai di atap kereta. Aku terkejut bukan main. Yang lari-lari itu
6 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Retno, gadis idamanku itu. Cancut tali wondo aku. Kusaut gadis
itu, sehingga dia berhasil naik lori yang kutumpangi. Tapi setelah
kuamati dengan saksama, dia bukan Retno. Rupanya sama, Bu.
Dalam segala hal sama, ya badannya, ya pekulitan-nya, ya
lagean-nya, ya wajahnya. Semua sama, sampai bajunya, Bu, tapi
aku yakin dia bukan Retno. Bedanya terletak pada ciri khas gadis
yang baru itu. Ia memiliki tahi lalat tepat di antara dua alisnya.
Retno tidak punya. Jelas itu, Bu."
Mendengar cerita kemenakannya itu Ibu Sinder mengangguk-angguk. "Nekat aku, Bu," lanjut Herman. "Kutanyakan padanya, apa
dia punya saudara yang bernama Retno Windrati. Tidak
katanya. Saudara kembar. Juga tidak. Kemenakan, juga tidak.
Aneh, Bu. Dan yang sangat menjengkelkan, dia tidak mau
menyebut namanya, siapa orangtuanya, dan di mana dia
http://dewi-kzanfo/ 140 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
7 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tinggal. Baru di Sala ia memberikan namanya kepadaku. Entah
ngarang entah tidak. Namanya Retno Widuri. Kutanyakan
kepadanya, bagaimana aku bisa menghubunginya. Jawabannya
tidak masuk akal. Dialah yang akan menghubungi aku.
Kuberikan kepadanya alamat Bude di sini. Sekalipun aku seperti
dipermainkan saja, tapi ia memberikan suatu kepastian padaku.
Ini Bu, lihat, cincin bermata mirah ini diberikannya kepadaku.
Ini, Bu." Ibu Sinder mengamati cincin bermata mirah yang terselip
pada jari kelingking kemenakannya. Ia mengangguk-angguk lalu
berkata, "Jangan sampai hilang, Her. Merah delima asli."
"Ada hal yang aneh lagi. Bu," Herman melanjutkan, "Retno
yang satunya itu juga memiliki cincin bermata mirah seperti ini.
Persis, Bu. Apa aku ini diganggu setan. Bu?"
Lama Ibu Sinder diam, tidak menanggapi apa yang
diceritakan oleh kemenakannya itu. Ibu Sinder menduga, bahwa
dua wanita itu anak kembar yang dipisahkan. Dua-duanya tidak
tahu bahwa mereka anak kembar. Tentu kelahiran anak kembar
itu serba istimewa. Hari lahirnya jatuh pada weton ibunya,
mungkin jamnya malah sama. Supaya tidak ada aral melintang,
menurut kepercayaan orang Jawa, salah satu harus diberikan
pada orang lain. Itu dirahasiakan. Kebetulan kemenakannya
berjumpa dengan mereka berdua di satu tempat bersamaan
waktu. Pikir Ibu Sinder, tidak baik kalau kemungkinan itu
kukatakan pada Herman, apalagi nanti Herman yang membuka
8 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
rahasia itu, bukannya orangtuanya. Kemudian Ibu Sinder
berkata, "Tidak mustahil, Her, ada orang yang begitu mirip satu
dengan lainnya. Yang penting bagimu ya gadis yang memberimu
cincin bermata mirah itu. Lupakan yang lain, ia sudah punya
calon. Kalau ia tidak bersedia memberi alamatnya kepadamu,
tentu tidak tanpa alasan. Apa dia masih legan, masih bebas?"
http://dewi-kzanfo/ 141 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu kutanyakan juga, Bu, dan aku yakin ia tidak berbohong.
Ia masih prei, Bu." "Ia telah berjanji untuk menghubungimu, Ngger! Tunggu saja
kelanjutannya bagaimana."
"Justru itu. Bu, yang membuatku penasaran," kata Herman.
"O ya lupa aku. Nuwun sewu. Bu, aku juga cerita tentang Bude.
Begitu tertariknya gadis itu pada apa yang kuceritakan, sampai
ia sungguh-sungguh ingin bertemu dengan Bude. Surat untukku
nanti juga akan dijatuhkan di sini. Bu."
"Nah, istirahat saja dulu, Her. Ia pasti akan menyuratimu,
bahkan akan mencarimu di sini. Tidak begitu saja Retno
memberikan cincinnya kepadamu. Kukira cincin itu pemberian
orangtuanya. Sesuatu yang sangat berharga baginya diberikan
begitu saja padamu, Her. Artinya banyak itu."
9 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Keesokan harinya Herman meninggalkan rumah budenya
dan beberapa minggu kemudian Ibu Sinder menerima surat dari
kemenakannya. Herman bertugas di sekitar Lamongan, Jawa
Timur. Herman memberikan alamatnya kepadanya: Letnan Satu
Herman, d.a. Markas Pertempuran Ronggolawe I, Lamongan,
Jawa Timur - dengan pesan, apabila ada surat dari Retno Widuri
supaya dikirimkan kepadanya.
(Oo-dwkz-Oki-Ray-oO) Jalannya revolusi semakin rumit dan kompleks. Gejala
perpecahan terasa akan meningkat di antara kekuatan sosial
yang mendukung dan menolak Persetujuan Linggarjati. Bulan
Agustus 1947. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa
memerintahkan penghentian tembak-menembak kepada Republik dan Belanda. Dianjurkan agar kedua belah pihak
kembali ke jalan perundingan.
http://dewi-kzanfo/ 142 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada tanggal 4 Agustus penghentian tembak-menembak
antara pasukan-pasukan Republik dan Belanda diumumkan.
10 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Agresi Belanda yang pertama telah lewat dan menjadi
kenyataan sejarah. Wilayah Republik menjadi semakin sempit.
Ibu Sinder tetap tekun mengikuti berita-berita lewat radio
dan kadang-kadang ia memperoleh koran-koran. bekas dari Bu
Salyo yang berita-beritanya sudahi ketinggalan beberapa hari.
Pagi itu Ibu Sinder sedang menjelajahi berita-berita yang
termaktub dalam koran usang. Tiba-tiba Ibu Sinder dikejutkan
oleh suara seorang wanita: " Kulo nuwun." Melihat ke arah pintu
yang terbuka, terbayang olehnya samar-samar seorang wanita
yang tinggi langsing. Sambil melepaskan kacamatanya Ibu Sinder
menjawab, "Monggo, silakan." Berdiri di hadapannya seorang
wanita remaja tinggi langsing berisi, wajah manis menarik,
pekulitan jatuh sedang. Cepat Ibu Sinder tanggap bahwa wanita
yang di hadapannya itu tak lain ialah wanita yang dipersoalkan
oleh kemenakannya, tapi segera ia melihat bahwa wanita itu
tidak memiliki tahi lalat di antara alisnya. Bukan, ini pasti yang
satunya, pikir Ibu Sinder.
Ibu Sinder yang hanya berdiri mematung tanpa berkata-kata
dan mengamati dari ubun-ubun sampai kaki membuat tamu itu
menjadi agak gelisah. Agak ragu wanita itu berkata, "Aku Retno
Windrati, Bu. Teman Herman. Apa Mas Herman kemenakan
Ibu?" "Ooo, maaf, maaf, ada tamu tidak ku-monggo-kan. Mari,
mari silakan duduk. Jeng." Setelah Windrati duduk Ibu Sinder
bertanya, "Mau minum apa. Jeng" Aku hanya punya kopi dan
11 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
teh." "Tak usah repot-repot. Bu. Hanya sebentar kok."
http://dewi-kzanfo/ 143 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eee, kopi ya. Jeng. Kebetulan aku punya kopi murni," Ibu
Sinder dengan akrabnya menawarkan.
"Baik, Bu, tapi jangan kental-kental."
Sambil tersenyum Ibu Sinder masuk ke dalam rumah dan tak
berapa lama kemudian ia muncul kembali membawa dua
cangkir kopi. "Silakan, silakan. Jeng. Sudah tidak begitu panas
lagi," kata Ibu Sinder.
Sambil minum Windrati merasa bahwa dirinya sedang
diamati oleh Ibu Sinder. "Betul, Jeng, aku budenya Herman," kata Ibu Sinder.
"Herman bertugas di Lamongan sekarang. Ada keperluan apa.
Jeng?" "Kalau sekiranya Ibu tidak berkeberatan, aku hanya ingin
titip surat saja untuk Mas Herman. Maaf, Bu, aku tidak dapat
tinggal lama. Masih ada keperluan lain."
Ibu Sinder merasa bahwa tamunya itu tidak ingin berbicara
banyak-banyak. Ia tampak gelisah saja, takut kalau Ibu Sinder
akan banyak bertanya. 12 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Setelah surat untuk Herman itu disampaikan, Windrati
meninggalkan rumah Ibu Sinder. "Kapan-kapan aku sowan lagi.
Bu," kata Windarti waktu hendak pergi.
Sepeninggal tamunya itu Ibu Sinder membaca alamat si
pengirim: Retno Windrati, d.a. Raden Patah, Pakem, Yogyakarta.
"Layak Herman nibotangi."
Segera Ibu Sinder memasukkan surat itu dalam amplop yang
sudah berperangko, menulis alamat Herman, berdandan asal
saja, lalu pergi mengeposkan surat. Kotak pos umum letaknya
tidak jauh dari rumah. http://dewi-kzanfo/ 144 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa minggu kemudian Herman datang. Diceritakannya
kepada budenya bahwa ia telah menerima surat Windrati.
Windrati minta menemuinya di Pakem. "Besok pagi aku akan
langsung ke Pakem, Bu," kata Herman.
Sengaja Ibu Sinder tidak banyak bercerita tentang kehadiran
Windrati di rumahnya. "Cantik memang wanita" itu," itu saja
komentarnya. "Kalau yang lain juga secantik itu, pantas
untukmu, Her." "Maunya, Bu," kata Herman bersungut-sungut.
Keesokan harinya Herman berangkat menuju Pakem, dekat
13 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kaliurang. Ibu Sinder sendiri sangat berkeinginan untuk
mendengar hasil pertemuan Herman dan Windrati. Baru
beberapa hari kemudian Herman muncul lagi di hadapannya. Ia
tampak gembira bercampur bingung. Kata kemenakannya itu,
"Sudah kuduga semula, Bu, Windrati dan Widuri anak kembar,
dipisahkan satu dengan lainnya. Mereka tidak tahu bahwa
mereka punya saudara kembar. Orang-tua masing-masing
merahasiakannya. Akhirnya mereka bertemu di Pakem. Itu
ringkasnya. Bu, apa mungkin ada wanita kembar yang dalam
segala hal sama. Bu?"
"Tidak mustahil, Ngger, tapi biasanya perangainya tidak
sepenuhnya mirip, selalu ada kelainan-kelainan, bagaimanapun
mirip lahiriahnya. Nakula dan Sadewa secara lahiriah sama,
seperti jambe sinigar, tapi perangainya berbeda. Apa dua wanita
itu lahiriah dan perangainya sangat berdekatan?"
"Aneh, aneh, Bu. Kehidupan daya tarik dan daya ikat batin
dua gadis itu begitu kuat. Apa yang dialami dan dirasakan oleh
yang satu bisa dihayati oleh yang lain, tentu pada waktu-waktu
tertentu. Pada saat-saat tertentu apa yang kualami bersama
Widuri dalam perjalanan kereta api itu, dihayati pula oleh
http://dewi-kzanfo/ 145 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
14 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Windrati, Bu. Akhirnya rasa kasih sayang dua gadis itu tertumpu
padaku. Widuri mengalah, dengan berbagai pertimbangan yang
semula sulit untuk bisa diterima oleh Windrati, namun akhirnya
Windrati sadar akan keadaan Widuri. Widuri masuk biara, Bu.
Anehnya, Windrati bagiku tak ubahnya seperti Widuri saja. Aku
gembira, bahagia, tapi kalau aku ingat bahwa Widuri sampai
masuk biara, sedih juga rasa-rasanya."
"Her, aku dapat ikut merasakan apa yang sedang kauderita
sekarang ini. Jangan kau terlalu tergesa-gesa mengira bahwa
Widuri masuk biara itu adalah suatu pelarian. Kukira tidak,
Ngger. Panggilan cinta yang lebih luhur sifatnya yang
menentukan pilihannya. Widuri mengalah, tapi hakikatnya
dialah sebenarnya yang memperoleh kemenangan. Ia sudah
berada dalam pangkuan cinta kasih Allah di dunia yang fana ini."
Herman mengangguk-angguk. Ia merasa lega dengan apa
yang dikatakan oleh budenya itu, sebab ia sendiri juga
mempunyai keyakinan itu. (Oo-dwkz-Oki-Ray-oO) Ibu Sinder tidak mengeluh tentang nasibnya di Gandekan itu.
Saudara-saudaranya tidak ada lagi yang menjenguknya. Ibu
Sinder dapat memahaminya. Mereka malu untuk datang.
Sekalipun demikian, ia tidak ada niat sama sekali untuk pindah
tempat. Ia merasa bahagia dapat berbuat sesuatu untuk
sesamanya yang memerlukan kasih sayang, apalagi dengan
adanya Bu Mirah itu ia merasa dirinya lebih berguna. Hidupnya
15 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hanya untuk anaknya Suhono. Ibu Sinder tahu bahwa Suhono
tidak akan merasa terhina dengan kehadiran ibunya di kawasan
Balokan itu. Pendapat dan tanggapan orang lain tidak penting
baginya. http://dewi-kzanfo/ 146 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pulang dari pasar, seorang laki-laki berusia menjelang empat
puluhan sudah menunggunya. Pembantunya, Jakem, sudah
menjamunya dengan minuman. Tamu itu memperkenalkan
dirinya dengan nama Subronto.
"Bu, kiranya aku tak perlu bicara berputar-putar. Aku hanya
ingin minta nasihat, Ibu," ucap Pak Bronto.


Ibu Sinder Karya Pandir Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nasihat apa, Dik" Kalau aku bisa membantu, mengapa
tidak" Tapi kalau aku tidak bisa membantu Dik Bronto ya maaf
saja," kata Ibu Sinder.
"Barangkali apa yang akan kukemukakan ini akan
mengejutkan Ibu," kata Subronto, "tentu Ibu kenal dengan
wanita yang bernama Sarti."
"Ya aku kenal. Ia kadang-kadang kemari."
"Sarti banyak bercerita tentang Ibu. Aku hendak mengawini
Sarti, Bu," lanjut Subronto.
Ibu Sinder diam, ia hanya mengamati tamunya. Pikirnya, apa
16 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
benar yang dikatakan tamunya itu. Ibu Sinder tahu bahwa di
antara wanita-wanita asuhannya itu ada yang semula dikawini
orang, tapi perkawinan yang sifatnya tipu muslihat belaka.
Setelah dikawini dan dinikmati, akhirnya laki-laki jahanam itu
menjerumuskan wanita-wanita itu ke Balokan. Tapi persoalan
yang kini sedang dihadapinya itu lain sama sekali sifatnya.
Tamunya itu akan berbuat yang sebaliknya. Subronto hendak
mengawini wanita yang sudah terlanjur tersesat di Balokan itu.
Ibu Sinder tahu bahwa Sarti terjerumus di kampung maksiat itu
karena bujukan teman-temannya. Tahu-tahu Sarti sudah tak
mampu keluar dari sumur kenistaan. Kembali ke desanya lagi
sudah tak mungkin, karena kehadirannya di Balokan sudah
diketahui oleh orang-orang sedesanya. Ibu Sinder tahu, Sarti
http://dewi-kzanfo/ 147 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hatinya baik dan ada harapan ia bisa menjadi wanita yang baik
bila kesempatan itu ada padanya. Sarti sedang menekuni batikmembatik. "Apa Dik Bronto bersungguh-sungguh?" tanya Ibu Sinder.
"Aku memang bersungguh-sungguh, tapi nasihat Ibu akan
sangat menentukan ya atau tidaknya. Terus terang, Bu, semula
Sarti hanya langganan iseng saja, tapi lambat-laun aku
17 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyukainya dan kini aku tidak rela lagi Sarti dimiliki orang lain.
Bagaimana kemungkinannya, Bu" Apa Sarti bisa menjadi
seorang istri yang baik. Ibu tahu apa yang kumaksudkan."
Sekali lagi Ibu Sinder diam. Sulit baginya untuk memberikan
jaminan, bahwa Sarti akan menjadi wanita yang baik, menjadi
istri yang setia. Ibu Sinder ingat akan pengalaman Tardiyo. Ia
mengawini seorang wanita sesat jalan. Bulan-bulan pertama
segala sesuatunya berjalan dengan baik, tapi kemudian ada
masa-masa di mana jiwa wanita itu bergolak. Lari dari suaminya
dan mengulang kembali pekerjaannya di Balokan. Begitu
sabarnya Tardiyo menghadapi tingkah laku istrinya itu. Istrinya
dibawanya kembali pulang. Tapi hal semacam itu masih saja
berlangsung. Berapa lama Tardiyo bisa bertahan"
"Kalau Dik Bronto minta jaminan kepadaku, aku tidak dapat
memberikan. Dik, dan dengan sangat menyesal aku belum
dapat memberikan nasihat apa pun sekarang. Langkah yang
akan ditempuh Dik Bronto begitu sangat terpuji. Aku perlu
minta pertimbangan Bu Mirah. Apa Pak Bronto kenal dengan Bu
Mirah?" "Siapa yang tidak pernah mendengar nama Bu Mirah," jawab
Subronto. "Aku sendiri secara pribadi belum mengenalnya, tapi
aku telah mendengar banyak tentang usahanya di Kampung
Balokan ini. Malah kadang-kadang aku tidak habis berpikir, mauhttp://dewi-kzanfo/ 148 18 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maunya Bu Mirah bermukim di Balokan, padahal kalau dia mau,
bermukim di mana pun ia mampu. Baiklah, Bu, kalau begitu.
Kapan aku dapat sowan kembali. Bu?"
"Datanglah lusa malam. Dik."
Subronto lalu pamit dan meninggalkan rumah Ibu Sinder.
Ibu Sinder langsung menyuruh pembantunya untuk
menyampaikan surat kepada Bu Mirah. Semula ia berniat untuk
datang sendiri ke rumah Bu Mirah, tapi dibatalkannya. Harinya
kurang cocok, sebab hari itu sedang ada latihan masakmemasak di rumah Bu Mirah.
Keesokan harinya Bu Mirah datang. Langsung dua wanita itu
membicarakan maksud kedatangan Subronto. Mendengar
penjelasan Ibu Sinder itu Bu Mirah bertanya, "Pekerjaan
Subronto apa. Bu?" "O ya aku lupa bertanya. Apa itu penting. Jeng?"
"Penting, Bu," jawab Bu Mirah. "Ibu tentu maklum, Sarti
bukannya anak desa lagi, yang mau hidup sesederhana
mungkin. Ia sudah terbiasa dengan pakaian yang serba baik,
sekalipun itu pinjaman. Ia sudah terbiasa mengenakan
perhiasan-perhiasan yang menyolok, sekalipun itu semua
barang sepuhan, barang tiruan. Sarti tidak bisa begitu saja
melepaskan kebiasaan itu. Lambat-laun kebiasaan itu tentu bisa
19 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
diubah, tapi makan waktu. Bu."
"Kau benar. Jeng, tapi bagaimana pendapat Jeng Mirah?"
tanya Ibu Sinder. "Tentang Sarti sendiri, ada harapan bisa kembali ke
kehidupan yang wajar, tapi itu juga sangat tergantung pada
sikap Pak Bronto. Ia harus memiliki kesabaran dan bersedia
http://dewi-kzanfo/ 149 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkorban. Sebaiknya kita jelaskan segala kemungkinan itu
kepada Pak Bronto dan sebaiknya Ibu Sinder yang
menyampaikannya. Aku akan bicara dengan Sarti, tidak terangterangan secara langsung. Bu, sebab kita belum tahu apa Pak
Bronto sudah membicarakannya dengan Sarti," jawab Bu Mirah.
Sesuai dengan apa yang telah disepakati antara Ibu Sinder
dan Subronto, Subronto datang lagi ke rumah Ibu Sinder. Ia
masih tetap pada pendiriannya untuk menikahi Sarti.
Dengan tenang dan mantap Ibu Sinder menjelaskan
kesulitan-kesulitan yang akan timbul sesudah perkawinan itu
berlangsung. "Kemungkinan-kemungkinan itu sudah kuperhitungkan dan
kupertimbangkan masak-masak. Bu, namun mungkin aku masih
memerlukan nasihat-nasihat lebih lanjut. Tidak untuk diriku
20 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
saja, tapi juga untuk Sarti. Aku juga mohon agar Ibu Sinder suka
memberikan nasihat-nasihat kepada Sarti."
"Apa kau sudah meminangnya. Dik?"
"Belum, Bu, dari sini aku akan langsung menjumpainya. Aku
sudah berjanji." Sementara itu Bu Mirah juga sudah memberikan petuahpetuahnya kepada Sarti di rumahnya.
"Tik, seandainya ada orang yang ingin me-ngawinimu, apa
pendapatmu. Tik?" "Mustahil, Bu, ada orang yang masih mau mengawiniku.
Paling-paling aku hanya dijadikan langganan tetapnya saja, lebih
tidak." "Kalau kemungkinan itu ada bagaimana?" sekali lagi Bu
Mirah bertanya. http://dewi-kzanfo/ 150 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku hanya ingin mendapatkan kepastian dari orang itu apa
dia mau menerima aku seperti aku sekarang ini. Titik," jawab
Sarti. "Bila ia sanggup, Sarti tak akan mengecewakan. Masih ada
tapinya. Bu. Ya, terus terang saja aku juga mempunyai hak
untuk menerimanya atau menolaknya. Kalau orangnya seperti
Bah Tong, biar kaya seperti apa pun, emoh aku untuk dijadikan
21 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
istrinya. Yaa, tak usah seganteng Den Herman, separuhnya
bolehlah." Mendengar nama Herman disebut-sebut itu Ibu Mirah
tertawa lalu berkata, "Jangan kaubawa-bawa Den Herman, Tik."
Sarti ikut tertawa lalu berkata, "Tidak, Bu, hanya bergurau
saja. Teman-teman banyak yang kepingin ditiduri Den Herman,
tapi semua menghormatinya. Bu, dan kebetulan Den Herman
memang bukan orang yang suka iseng. Entah di tempat lain.
Sungguh, Bu, sering kami bergurau. Yang pantas bagi Den
Herman hanya Bu Mirah sendiri."
"Hus, jangan omong seenaknya kau ya. Awas!" kata Mirah.
Bagi Mirah percakapan yang demikian itu dianggapnya wajarwajar saja. Ia sadar di mana ia berada dan dengan siapa ia
bicara. "Tik, apa kau pernah memiliki langganan tetap?" pancing
Bu Mirah. "Pernah, Bu, sekarang pun masih langgananku, tapi agak
aneh orang itu. Ia marah-marah kalau aku main dengan orang
lain. Dia kan tahu, itu pekerjaanku. Orangnya baik sekali.
Umurnya sih sudah empat puluhan, tapi masih kelihatan muda.
Terus terang ya, Bu, dia satu-satunya orang yang mampu
memberikan kepuasan kepadaku. Kalau yang lain, kosong blong.
Tapi ya bagaimana lagi. Yaaa, pura-pura puas saja, Bu, biar
tamu-tamu itu puas, lega, dan mau datang lagi".
http://dewi-kzanfo/ 151 22 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau orang itu memintamu jadi istrinya bagaimana?" tanya
Mirah. "Mau, mau, biar nggak kecukupan asal bisa memberi
penghidupan dan pengayoman kepadaku, aku akan setia
padanya. Kiting, Bu, aku tidak bohong."
Kini Bu Mirah mendapat kepastian bahwa Sarti memang
suka kepada Pak Subronto. Sekalipun itu belum bisa dipakai
sebagai jaminan, tapi harapan akan menjadi baik ada. Cepatcepat Mirah menyampaikan hasil wawancaranya itu kepada Ibu
Sinder. Akhirnya perkawinan dilangsungkan. Pikir Ibu Sinder, "Kita
tunggu saja perkembangannya lebih lanjut. Semoga Tuhan
memberkati." (Oo-dwkz-Oki-Ray-oO) Pada suatu malam datang Bu Mirah untuk berbincangbincang. Dengan tabungan simpan-pinjam, wanita-wanita
asuhannya sudah mampu mengurangi ketergantungan pada Bah
Tong dan tabungan itu juga dapat membantu mereka yang
kekurangan uang pada saat pembayaran pemondokan harus
dilakukan. Sedang asyiknya berbincang-bincang tiba-tiba saja Ibu Sinder
dan Bu Mirah mendengar jerit seorang wanita, disusul dengan
23 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ratap tangis. Begitu kerasnya tamparan seorang induk semang
yang mendapat julukan "Bu Blekok" itu, sampai terdengar pula
oleh Ibu Sinder dan Bu Mirah. Pondokan Bu Blekok tidak begitu
jauh dari rumah Ibu Sinder. Wanita yang tergolong masih muda
usia untuk seorang induk semang itu posturnya tinggi kurus
kering. Sudah beberapa kali Ibu Sinder mendekati Bu Blekok
untuk mencoba melunakkan sikapnya yang kejam itu, tapi tetap
http://dewi-kzanfo/ 152 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kurang membawa hasil. Mendengar rintihan wanita yang baru
dihajar itu Bu Mirah bangkit hendak menolongnya, tapi Ibu
Sinder mencegahnya dengan berkata, "Sabar, Jeng, tak ada
gunanya sekarang. Jeng Mirah sendiri tahu bahwa perlakuan
semacam itu masih saja terjadi. Tidak di tempat itu saja."
Bu Mirah mengangguk, dan dengan mata berkaca-kaca ia
lalu berkata, "Akan kutangani pondokan sebelah itu. Masih saja
banyak wanita yang kurang percaya akan manfaat paguyuban
simpan-pinjam itu. Wanita-wanita itu sulit untuk disuruh belajar
menabung." "Tak perlu putus harapan. Jeng," Ibu Sinder menanggapi.
"Biar lamban asal bisa berhasil."
Pembicaraan Ibu Sinder dan Bu Mirah terhenti oleh
24 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
munculnya dua pemuda berseragam yang begitu saja masuk
rumah. Herman dan temannya, Bargowo (Baca: Rintihan Burung
Kedasih, Pandir Kelana). Bu Mirah segera dapat mengenali
pemuda jangkung dan ganteng itu. Herman memperkenalkan
Bargowo kepada Ibu Sinder dan Bu Mirah. Herman
menggandeng budenya masuk, Mirah menemani Bargowo
duduk di ruang tamu yang sempit itu.
Herman membuka ranselnya lalu mengeluarkan sehelai kain
baju. "Oleh-oleh untuk Ibu," katanya.
Ibu Sinder mengamatinya lalu berkata, "Pandai kau
memilihkan, Her. Sesuai untuk seorang setua aku ini. Terima
kasih." Sementara itu Mirah dan Bargowo hanya saling mencuri
pandang saja. Ibu Sinder dan Herman muncul kembali lalu
menempati dua kursi yang masih kosong. Kini Mirah dapat
dengan lebih leluasa mengamati Bargowo, kalau Bargowo
http://dewi-kzanfo/ 153 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang berbicara dengan Herman atau dengan Ibu Sinder. Pikir
Mirah, pemuda itu sudah benar-benar dewasa sekarang.
Syukurlah, ia tidak mengenaliku kembali.
Pembicaraan kemudian melaju sampai pada soal siapa Mirah
25 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
itu. Kata Bu Sinder, "Nak Bargowo, mbakyumu ini bukan bakul
candak-kulak sembarangan. Intan berlian pun di-candak-ku-lakkan lho." "Ibu ini lho, membuka-buka rahasia," kata Bu Mirah.
Herman yang sudah mengenal Bu Mirah sebelumnya hanya
diam saja. "Mbakyu, kalau aku di-candak-kulak-kan laku berapa?"
potong Bargowo. Mendengar kata-kata Bargowo itu Ibu Sinder tersenyum. Bu


Ibu Sinder Karya Pandir Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mirah yang tertawa renyah.
"Kalau Den Bargowo yang gagah perkasa itu, mahal. Aku
sendiri yang akan membeli. Cukup kuat untuk mengisi bak
kamar mandi di rumahku," jawab Bu Mirah gurau.
Bargowo tertawa lalu menanggapi, "Apa Mbak Mirah tidak
punya pembantu" Kubantu mengisi bak nanti, asal dikasih
makan yang cukup saja."
"Awas, Mbak," potong Herman, "yang namanya Bargowo
alias Birowo alias entah siapa lagi ini, sudah terkenal paling suka
makan dan banyak lagi."
"Jangan khawatir, Den, aku akan menyediakan nasi sak
ceting penuh," jawab Ibu Mirah.
Baik Bu Mirah maupun Bargowo sadar bahwa Ibu Sinder
tampak sudah kangen dengan Herman. Begitu Bu Mirah minta
diri kepada Ibu Sinder, Bargowo juga berpamitan.
http://dewi-kzanfo/ 26 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
154 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf, aku juga mau pulang, Bu, ditunggu kawan-kawan di
pondokan, sekaligus mengantar Mbak Mirah," katanya.
"Terima kasih, Den," tanggap Bu Mirah. "Aku bisa pulang
sendiri. Rumahku di tengah-tengah Balokan sana. Tidak pantas
untuk dikunjungi Den Birowo."
Jawab Bargowo bergurau sambil tertawa lebar, "Aku bukan
anak kecil lagi. Mbak. Barangkali aku lebih mengenal Balokan
daripada Mbak Mirah." Bargowo pun lalu mengantar Bu Mirah
pulang. Sehabis mandi dan makan malam bersama Bu Sinder,
Herman lalu menunggui budenya yang berbaring-baring di atas
tempat tidur. "Kau kelihatan resah, Her?"
"Ibu selalu tahu apa yang sedang kurasakan. Aku
mengkhawatirkan persatuan bangsaku ini. Bu. Semenjak
Perjanjian Renville ditandatangani, perpecahan antara kita
dengan kita semakin memuncak. Apalagi Muso kembali ke
tanah air. Kalau begini terus-terusan, bakal pecah perang
saudara, padahal Belanda itu sedang siap-siap untuk menyerbu
kembali." "Mudah-mudahan apa yang kaurisaukan itu tak akan terjadi.
27 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tapi kalau semuanya itu memang sudah kehendak Yang
Mahakuasa, ya mau apa" Bharatayuda itu pada hakikatnya j uga
perang saudara. Pihak yang benar pasti akan menang,
bagaimanapun beratnya cobaan-cobaan yang menimpanya."
"Aku tidak memuji lho. Bu. Aku kagum, benar-benar kagum,
Bu." "Apa yang kaukagumi, Her?" Ibu Sinder bertanya.
http://dewi-kzanfo/ 155 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begitu kerasnya kemauan. Ibu. Setua Bude masih mau
belajar. Tekun mengikuti perkembangan keadaan. Menjelajahi
isi koran." "Orang tak akan pernah terlalu tua untuk belajar, Ngger,"
jawab Bu Sinder. "Apa yang masih dapat kukejar akan kukejar.
Kalau masih pantas untuk duduk di bangku sekolah begitu, aku
masih mau juga. Yaa mumpung ada kesempatan. Bu Salyo dan
Bu Mirah begitu baik. Sabar menjelaskan hal-hal yang tidak
dapat kupahami. Tuntunan mereka begitu berharga bagiku.
Jangkauan pengetahuanku tentang bumi Indonesia ini semakin
bertambah meluas, serba terbatas tentunya. Duniaku yang
lampau hanya terbatas pada cerita, kisah, serat, dan babad saja.
Aku menikmatinya memang, tapi aku kurang berpijak pada
28 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kenyataan hidup kekinian.
"Bayangkan, Her, baru beberapa waktu yang lalu aku paham
apa Indonesia itu. Baru aku tahu bahwa yang namanya
Indonesia itu terdiri dari pulau-pulau besar-kecil, baru tahu di
mana letak kota Ambon. Mungkin karena Suhono berada di
Ambon itulah menjadi cambuk bagiku untuk lebih tahu tentang
Indonesia. Ketahuilah, Her, apa yang kudapat di sekolah
lingkungan Keraton itu belum mampu untuk membuka mata
dan telingaku. Lain dengan ibumu, Her. Warsih sampai
mencapai tingkat MULO, cas-cis-cus berbahasa Belanda, tapi
kau jangan salah paham, Ngger. Aku tak pernah menyesal."
Sambil geleng-geleng kepala Herman bergumam, "Coba,
andaikata Bude mempunyai kesempatan untuk mengenyam
pendidikan yang lebih tinggi, pasti luar biasa. Bu. Bude pasti
akan bisa menjadi profesor seperti Purbatjaraka. Javanicus yang
hebat. Sayang, sayang...."
http://dewi-kzanfo/ 156 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan mengada-ada kau, Her. Aku hanya ingin memahami
duniamu saja sekarang ini. Lebih tidak. Sudah malam,
istirahatlah," kata Bu Sinder sambil tersenyum.
(Oo-dwkz-Oki-Ray-oO) 29 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pagi iru Ibu Sinder tidak sedang membatik. Ia hanya dudukduduk saja di tikar pembatikan. Angan-angannya saja yang
sedang mengembara. Semenjak Herman bertemu dengan
Ivonne, ia masih saja belum memperoleh berita tentang
Suhono, tapi firasatnya memberi petunjuk padanya bahwa
anaknya selamat. Suara gamelan lirih-lirih melatarbelakangi
lamunan Ibu Sinder. Sekonyong-konyong suara gamelan
menghilang, disusul dengan siaran berita pemerintah. Ibu Sinder
bangkit dari tempat duduknya, menuju ke pesawat radio,
memutar-mutar kenop agar siaran pemerintah itu bisa lebih
jelas terdengar. Ibu Sinder terkejut mendengar berita bahwa
Muso dan kawan-kawannya memprokla masikan berdirinya
Republik Sovyet di Madiun. Pemerintah akan bertindak tegas
terhadap pengkhianatan itu. Dengan keterbatasan pengetahuannya Ibu Sinder mencoba memahami apa yang
sedang terjadi. Yang dapat dipahaminya ialah bahwa Muso
mbaleb, memberontak terhadap Pemerintah. "Hakikatnya
seperti Prabu Anom Kangsadewa, yang membentuk negara
dalam negara Mandura, memberontak terhadap kekuasaan
Prabu Basudewa," gumamnya.
Tak seberapa lama kemudian datang berlari-lari Bu Mirah.
30 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Masih dengan napas terengah-engah ia berkata, "Pemberontakan, Bu. Muso membentuk negara dalam negara.
Memproklamasikan Republik Sovyet di Madiun."
"Kebetulan aku juga mendengarnya Jeng, lewat radio,"
jawab Bu Sinder. "Aku belum sejauh itu untuk dapat memahami
http://dewi-kzanfo/ 157 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
persoalannya sepenuhnya. Jeng. Bagaimana duduk perkaranya?" Sambil duduk timpuh di dekat Ibu Sinder, Mirah mencoba
secara sederhana menjelaskan duduk perkara pemberontakan
Madiun itu. "Muso dan kawan-kawannya membentuk Republik
Sovyet, Bu. Republik Sovyet itu negara yang mengingkari adanya
31 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tuhan. Pemerintah akan menumpas pengkhianat-pengkhianat
itu." "Apa itu berarti bahwa perang saudara tak dapat dihindari
Jeng" Dalam cerita pewayangan juga ada kejadian semacam.
Dalam lakon Kang-sadewa. Jeng."
"Ya, yaa, semacam itulah. Bu. Republik kita ini bertubi-tubi
sudah mendapat percobaan."
" Jer busuki mawa bea, Jeng."
Mirah mengangguk, lalu mengalihkan pembicaraan. "Den
Herman bertugas di mana. Bu?" tanya Mirah. "Pasti ia akan ikut
bergerak ke Madiun juga."
Dari beberapa wanita asuhannya Ibu Mirah memperoleh
kabar bahwa Bargowo sering muncul di rumah Ibu Sinder.
Melihat gelagat Mirah, Ibu Sinder merasa bahwa Mirah tidak
hanya ingin tahu di mana Herman, tapi yang ingin diketahuinya
ialah di mana Bargowo berada. Mirah tahu bahwa Herman
selalu bersama Bargowo. "Aku kurang tahu. Jeng," jawab Ibu Sinder. "Akhir-akhir ini
Herman tak pernah mengatakan padaku di mana ia bertugas
dan sejak ia pulang yang terakhir itu ia belum pernah muncul.
Menyurati pun tidak. Pejuang-pejuang itu seperti berlari-lari
kian kemari saja." http://dewi-kzanfo/ 158 32 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ibu Sinder melihat bahwa Mirah agak kecewa. Ia lalu
mencoba memancing dengan berkata, "Herman biasanya
bersama Nak Bargowo. Syukurlah ada kawannya."
Bu Mirah menunduk, air mata berlinang-li-nang, diam.
Melihat Bu Mirah menangis Ibu Sinder berkata, "Kalau ada
sesuatu yang ingin kaupercayakan kepadaku, katakan. Jeng. Aku
akan mendengarkan." Terdengar isak tertahan dan tanpa minta diri kepada Ibu
Sinder, Mirah begitu saja meninggalkannya. "Nduk, kau sudah
terlalu lama merendam derita," gumam Bu Sinder. "Ya Allah,
berikanlah kekuatan kepada anakku yang satu ini. Ampunilah,
ampunilah." Lewat jam dua belas malam sudah, RRI Jogyakarta telah
menghentikan siarannya. Ibu Sinder masih saja duduk-duduk di
ruang depan. Tiba-tiba pintu rumah diketuk orang. Melihat jam
dinding Ibu Sinder bergumam, "Sudah jam satu dinihari. Bukan
Herman, ketukannya terlalu halus."
Ibu Sinder bangkit, mendekati pintu lalu menyapa, "Sinten
nggiih?" "Aku, Bu, Mirah."
"Ooo, Jeng Mirah, mari, mari," kata Bu Sinder sambil
membukakan pintu. Dalam keremangan lampu yang hanya lima
belas Watt itu Ibu Sinder masih mampu melihat bahwa mata
33 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mirah merah membengkak. Pikirnya, "Anakku habis menangis."
Setelah dua wanita itu duduk. Ibu Sinder bertanya, "Jeng,
kau datang malam-malam tentu ada hal penting yang ingin
kausampaikan. Ada apa, Jeng?"
http://dewi-kzanfo/ 159 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu Mirah tidak menjawab, langsung ia turun dari kursi
tempat duduknya, beralih duduk di lantai sambil erat-erat
memegang lutut Ibu Sinder. Mirah menangis tersedu-sedu. Ibu
Sinder membelai-belai rambutnya yang tebal, ngandan-andan,
hitam-pekat itu, lalu berkata, "Aku bisa memahami apa yang
sedang kaurasakan. Aku ibumu sendiri, Nduk, setidak-tidaknya
pengganti ibumu. Katakanlah apa yang terkandung dalam
hatimu, agar kau bisa lega." Ibu Sinder membiarkan Mirah tetap
duduk di lantai. Sambil meletakkan pipinya pada lutut Ibu Sinder, Mirah
berkata, "Aku hendak waleh, Bu - hendak membuka rahasia
hidupku di hadapan Ibu. Aku mohon dengan sangat Ibu suka
mendengarkannya." "Katakanlah, Nduk, aku akan mendengarkan," kata Ibu
Sinder sambil membelai-belai rambut Mirah.
Mulailah Mirah mengungkapkan perjalanan hidupnya:
34 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Zaman Jepang aku seorang asisten apoteker. Aku bekerja di
salah sebuah apotek di Semarang. Pada suatu hari ada
pengumuman. Bagi yang memenuhi syarat diberikan
kesempatan untuk sekolah dokter di Singapura, di luar Jawa, Bu.
Aku lalu ikut ujian, lulus. Semula orangtuaku tidak menyetujui,
karena tidak di Pulau Jawa, tapi aku tetap bersitegang.
Orangtuaku terpaksa mengalah dan mengabulkannya. Ingat aku
pesan Ibu, 'Nduk, waspadalah selalu. Kadang-kadang kau bisa
keras kepala. Wujud lahiriahmu mampu menumbuhkan gejolak
berahi laki-laki.' "Aku memang sadar akan kekuatan dan kelemahanku. Aku
diberangkatkan bersama beberapa calon mahasiswa laki-laki
dan perempuan lainnya. Tiba di Singapura kami diasramakan
dan dipekerjakan sebagai pelajar jururawat. Itu lazim. Bu, agar
http://dewi-kzanfo/ 160 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita mengenal lebih dulu kehidupan rumah sakit. Kira-kira
sebulan kemudian calon mahasiswa laki-laki dipindahkan, entah
ke mana dan akhirnya aku sendiri dipindahkan juga. Aku
dipondokkan di sebuah asrama bersama beberapa wanita
lainnya. Wanita-wanita itu tidak ada yang berasal dari Jawa. Ada
yang dari Muangthai, dari Serawak, Malaya, Brunei, Indo Cina,
35 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pontianak, dan sebagainya. Bagiku hal itu juga tidak kuanggap
aneh. Aku heran, mata pelajaran yang diberikan kepada kami
bukannya mata pelajaran calon dokter. Kami diajari masak

Ibu Sinder Karya Pandir Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memasak makanan Nippon. Belajar bersolek dan berpakaian
pakaian Nippon dan tentu pelajaran bahasa Nippon.
"Lambat-laun aku mulai curiga. Kutanyakan kepada ibu
asrama yang wanita Jepang itu. Kami mau dijadikan apa"
Jawabnya tidak memuaskan. Ia pura-pura tidak tahu. Kemudian
kutanyakan kepada pemimpin sekolah. Jawabnya, kami dididik
untuk menjadi pengatur rumah tangga. Aku terkejut bukan
main. Aku protes, tapi aku malah mendapat tamparan. Aku
mogok makan. Datang seorang Nippon dengan wajah licik. Aku
diancam. Bu. Kalau aku tidak menurut, keluargaku akan dihabisi.
Aku tahu bahwa Nippon tidak sedang menakut-nakuti saja,
sebab aku juga mendengar kabar bahwa di Pontianak dan
Serawak banyak orang yang dibunuh tanpa alasan yang masuk
akal. Aku menurut. Menyesal aku, mengapa aku menentang
keberatan orangtuaku. Memang teman-temanku selatihan itu
cantik-cantik semua dan fasih-fasih berbahasa Nippon. Dalam
soal penguasaan bahasa Nippon aku memang tidak kalah
dengan mereka. "Selesai latihan aku ditempatkan di sebuah perkebunan
karet di Malaya. Aku langsung diangkat sebagai kepala rumah
tangga administrator perkebunan karet itu, menggantikan
wanita Nippon asli. Sebenarnya suatu kehormatan bagiku. Aku
36 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://dewi-kzanfo/ 161 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membawahi semua pegawai dan pelayan-pelayan wanita yang
tidak sedikit jumlahnya. Pikirku, untuk apa sekian banyak wanita
diperlukan, padahal yang dilayani hanya seorang saja. Tuan
Harada namanya, tampan orangnya. Baru kemudian aku
mengetahui bahwa wanita-wanita itu memang disediakan untuk
tamu-tamu yang datang di perkebunan itu. Akulah yang terpilih
untuk melayani Tuan Harada. Aku pasrah, memang sudah nasib,
tapi kebetulan Harada itu seorang Jepang yang baik dan sopan.
Ia tidak menggangguku sama sekali, sekalipun sudah menjadi
kewajibanku untuk memandikannya setiap kali ia mandi. Aku
mulai benci kepada Nippon. Aku ditipu, dijerumuskan, tapi
anehnya, tak ada rasa benci serambut bambu pun kepada
Harada. Bahkan ia minta maaf kepadaku atas perlakuan Nippon
terhadap diriku, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa, sebab yang
menguasai diriku adalah Dinas Rahasia Nippon.
"Kami selalu berduaan saja dalam gedung yang besar dan
megah itu, dan tanpa kami sadari, kami saling jatuh cinta.
Kepadaku ia berkata terus terang bahwa ia sudah beristri dan
beranak dua. Ya, pada akhirnya kami hidup sebagai suami-istri
sudah. Dalam pengasingan itu, aku masih bisa meneguk setetes
37 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
air kebahagiaan. "Tapi itu tidak berlangsung lama. Bu. Harada diganti orang
Nippon lain yang gila perempuan. Wanita-wanita pelayan itu
dijelajahi ganti-berganti. Semula aku menolak, akibatnya
perkosaanlah yang terjadi. Kebencianku kepada Nippon semakin
memuncak. "Pada suatu hari datang seorang tamu pembesar Nippon.
Aku sudah bertekad untuk membalas dendam. Administrator itu
kubuat cemburu sejadi-jadinya. Ia masuk perangkap. Baku
hantam berlangsung antara administrator itu dengan tamunya.
Sekalipun aku begitu bencinya kepada administrator itu, tapi
http://dewi-kzanfo/ 162 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setelah aku tahu bahwa ia betul-betul dalam kesulitan,
kumintakan maaf juga pada tamu pembesar itu. Ia hanya
dipindahkan. Terbukti tamu itu adalah seorang jenderal tentara
Jepang di Saigon. Aku dibawanya ke Saigon. Semakin jauh aku
dari tanah air. Jenderal Jepang itu c ukup baik. Aku memperoleh
kesempatan memperoleh simpati seorang jenderal lain yang
sangat tinggi kedudukannya. Aku selalu bersikap seperti percaya
sepenuhnya kepada Nippon, sangat setia kepada perjuangan
Nippon. Hasilnya aku mendapat kepercayaan penuh dan pada
38 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
suatu hari aku mendapat kesempatan untuk berlibur ke Jakarta,
atas izin Jenderal Tanaka yang sangat berpengaruh itu. Aku
diangkut dengan pesawat terbang. Tiba di Jakarta aku dititipkan
pada seorang mayor Dinas Rahasia Jepang. Aku dihormatinya,
karena aku titipan Jenderal Tanaka.
"Nasib buruk memang belum berakhir. Jenderal Tanaka
meninggal di Birma. Pesawat terbang yang ditumpanginya jatuh.
Aku tidak mempunyai pelindung lagi. Aku turun derajat, aku jadi
gula-gula mayor itu. Tidak itu saja, aku dipinjam-pinjamkannya
kepada teman-temannya, bahkan kepada sopirnya sekalipun,
kalau sang sopir Jepang itu mampu menyediakan wanita-wanita
kepadanya. Aku bertekad untuk membalas dendam. Aku
akhirnya ditempatkan di sebuah rumah foya-foya, Kurabu
namanya, di Semarang. Nasib masih tetap sama. Aku harus
melayani Jepang-Jepang ganti-berganti.
"Aku memutar otak, bagaimana caranya aku bisa
melampiaskan dendamku. Pada suatu hari aku dihubungi oleh
seorang mandor Kurabu, secara diam-diam. Ia berkata bahwa
ada kawan yang ingin menjumpaiku. Aku menyetujuinya. Kuat
dugaanku bahwa orang yang ingin bertemu denganku itu adalah
seorang pejuang anti-Jepang. Berdasarkan pembicaraan JepangJepang yang kulayani itu, aku dapat menangkap bahwa gerakan
http://dewi-kzanfo/ 163 39 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anti-Jepang itu ada di mana-mana. Aku dapat berjumpa dengan
pemuda itu, bersembunyi di semak belukar di halaman rumah
itu. Dalam remang-remang kuamati wajahnya. Aku merasa
pernah berjumpa dengan pemuda itu, tapi tak ingat lagi kapan
dan di mana. Aku dijadikan mata-matanya. Kata-katanya sangat
berkesan. 'Kita tidak mau dijajah lagi. Nippon tidak, Belanda
tidak. Sekutu pun tidak. Kita harus merdeka'. Bulu kudukku
berdiri mendengar kata-kata pemuda yang lebih muda dariku
itu. Aku menyadap berita dari Jepang-Jepang. Semula aku acuh
tak acuh saja terhadap peperangan yang sedang berlangsung,
tapi setelah aku menjadi pembantu gerakan di bawah tanah itu,
aku baru sadar bahwa Jepang sebenarnya sudah kalah di manamana. "Aku khawatir kalau-kalau aku akan kehilangan kesempatan
untuk membalas dendam. Kepada pemuda itu aku minta
disediakan pakaian bakul yang sederhana, beberapa setel.
Rencanaku sudah matang dan aku sudah bertekad untuk
membalas dendam, apa pun akibatnya. Malam yang kunantinanti tiba. Sudah kusediakan minuman keras banyak-banyak
yang kucampuri obat tidur yang kuperoleh dari seorang dokter
Jepang. Tidak itu saja, kusediakan beberapa botol bensin.
Barang-barang itu memang mudah didapat, tersedia di Kurabu.
Hanya obat tidurnya yang agak sulit, tapi aku kerap kali berpura40 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pura dihinggapi penyakit tak bisa tidur. Obat tidur itu
kukumpulkan saja sampai mencapai jumlah yang agak banyak.
"Malam itu sengaja tamu-tamu itu kuberi minum tanpa
batas. Mereka mabuk-mabukan. Aku sengaja menari-nari dan
satu demi satu melepaskan pakaianku sampai aku hanya
bercelana dalam saja. Tamu-tamu itu makin menjadi gaduh dan
bergairah, tapi banyak juga yang sudah terpengaruh obat tidur
itu. Tepat jam satu dinihari tamu-tamu bergelimpangan mabuk.
http://dewi-kzanfo/ 164 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil tetap menari-nari, kutuangkan minuman keras dan
bensin di atas babut dan tak lama kemudian aku meloncat ke
atas jendela, kulempar korek api yang menyala di atas babut.
Ruangan itu berubah menjadi lautan api. Kusaksikan JepangJepang itu gulung koming, mati terbakar. Aku sudah seperti
orang kesurupan saja. Berteriak-teriak kegirangan. Puas
rasanya. "Sadar diri kembali aku loncat keluar, langsung menuju
semak-semak dan dalam semak-semak itu aku berganti pakaian.
Karena ributnya keadaan, dengan mudah aku dapat meloloskan
diri keluar Kurabu. Aku anak Semarang, tahu betul liku-liku
jalan-jalannya. Aku menuju ke Selatan dengan tujuan Magelang,
41 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pulang. "Aku baru sadar bahwa aku dikejar-kejar Dinas Rahasia
Jepang, tapi... tapi... Tuhan melindungiku. Tiba di sebelah utara
kota Magelang, di Secang, pekik merdeka terdengar di manamana. Indonesia telah merdeka. Proklamasi. Aku dihinggapi
penyakit mimpi-mimpi buruk di siang hari bolong. Bayangan
Jepang-Jepang yang hangus terbakar itu mengikutiku. Pada
akhirnya aku terdampar di Yogya dan memilih kampung Balokan
itu sebagai tempat aku berteduh. Pemukiman yang cocok bagi
wanita seperti aku ini. Aku bukannya orang yang miskin. Hadiahhadiah yang pernah kuterima dari Jepang-Jepang itu kusimpan
baik-baik. Perhiasan. "Impian buruk itu lenyap. Bu, setelah aku bertemu dengan
Den Bargowo. Dik Bargowo itulah sebenarnya pemuda yang
menjumpaiku di semak-semak halaman Kurabu itu. Penyembuhan yang bersifat timbal-balik. Bu. Bargowo mengaku
terus terang bahwa akibat rasa takut yang dihayatinya selama
menjadi pimpinan gerakan anti-Jepang itu, ia kehilangan
http://dewi-kzanfo/ 165 42 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemampuannya, tapi sembuh kembali setelah berjumpa
denganku di Balokan ini. "Kami saling mencintai. Bu. Sampai sekarang Dik Bargowo
belum tahu siapa aku ini sebenarnya. Aku pelacur yang sudah
dilewati sekian banyak laki-laki, baik sebagai pelacur kelas tinggi
maupun sebagai pelacur tanpa kelas. Apa yang harus kuperbuat.
Bu" Namaku sebenarnya... Kadarwati, tapi bukan Kadarwati
dalam Kisah Wong Agung Menak, aku Kadarwati, wanita yang
tak pantas dicintai siapa pun, apalagi oleh Dik Bargowo. Aku
tidak berani lagi menatap wajah orangtuaku di Magelang.
Biarlah Kadarwati hilang ditelan zaman."
Mendengar kisah nyata yang diceritakan oleh Mirah itu. Ibu
Sinder ikut menangis. Sambil tetap membelai-belai rambut
Kadarwati yang sudah dianggapnya sebagai anaknya sendiri. Ibu
Sinder berkata, "Hidup tetap mengandung harapan. Jeng. Sejak
semula aku tidak percaya bahwa kau adalah orang kebanyakan.
Aku sudah menduga bahwa kau menyembunyikan sesuatu.
Tenangkanlah dirimu. Aku ingat kata-kata pengasuhku yang
dulu, yang berkata, 'Bahagialah umat yang masih memperoleh
cobaan dari Penciptanya. Itu bukti kasih sayangNya.'"
Mendengar kata-kata terakhir itu Mirah menangis tersedusedu. "Aku sampai tidak berani lagi menghadap Tuhan, Bu."
43 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Bangkitlah, Nduk," kata Bu Sinder tegas, "temani ibumu
salat subuh, aku masih punya persediaan rukuh."
Kadarwati mengikuti Ibu Sinder mengambili wudhu.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Ibu Sinder dan
Bu Mirah tanpa kenal lelah berusaha keras untuk meringankan
beban penderitaan wanita-wanita asuhannya. Pemberontakan
Madiun sudah dapat ditumpas, tapi di sana-sini masih
http://dewi-kzanfo/ 166 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkeliaran pasukan-pasukan kecil yang masih saja mengganggu
keamanan dan ketertiban masyarakat. Herman dan Bargowo
muncul sebentar di rumah Ibu Sinder untuk kemudian pergi lagi.
Ibu Sinder masih tetap tekun membatik untuk menyambung
hidup. Hari itu ia sangat mengharap-harap kedatangan
kemenakannya. Harapannya terkabul, Herman muncul di
hadapannya sesudah subuh, dalam keadaan segar-bugar.
Sepintas kilas Herman menceritakan apa yang dialaminya
sewaktu ia mengikuti gerakan Divisi Siliwangi menumpas
pemberontakan. Ia dan kawan-kawannya ditugaskan ikut
bergerak ke daerah Karesidenan Pati. "Perang saudara jauh
lebih kejam sifatnya daripada perang biasa. Kekuatan induk
pemberontak sudah dipatahkan, tapi bunuh-membunuh,
44 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dendam-mendendam, balas-membalas di antara sesama umat
masih terjadi di mana-mana. Tentara mencoba untuk mengatasi
keadaan, tapi daerah benturan terlalu luas untuk dapat diatasi
segera. Tak terbilang korban berjatuhan, baik di kalangan yang
mendukung pemberontakan, maupun di antara mereka yang
menentangnya. Kadang-kadang timbul semacam perang antara
desa yang satu dengan desa yang lain dan di antara penduduk
desa itu sendiri," Herman mengakhiri ceritanya.
"Aku lalu ingat apa yang diceritakan dalam Serat
Mahabharata. Perang Bharatayuda adalah perang antar saudara
juga. Abimanyu misalnya, dikeroyok sampai luka-lukanya itu
arang-keranjang. Sangkuni tubuhnya disobek-sobek oleh Sang
Bima. Dursasana di-juwing-juwing, darahnya di-kokop, dihirup
oleh Werkudara. Itu baru apa yang dikisahkan di antara para
kesatria, lalu di antara para prajurit kedua belah pihak sendiri
bagaimana" Belum pernah ada peperangan sebelumnya yang
kekejamannya mampu melampaui kekejaman Perang Bharatayuda itu. Bedah Ngalengka pun tidak."


Ibu Sinder Karya Pandir Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://dewi-kzanfo/ 167 45 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Herman mengangguk-angguk lalu berkata, "Semoga
bangsaku terhindar dari malapetaka semacam itu lagi."
"Kau ditugaskan di mana sekarang, Her?" tanya Ibu Sinder
yang semakin hari semakin besar perhatiannya pada jalannya
revolusi. Herman sadar akan peningkatan perhatian budenya
itu. "Karesidenan Pati benar-benar dalam keadaan porakporanda, Bu. Pangrehpraja banyak yang ikut memberontak dan
yang masih setia kepada pemerintahan pusat banyak yang
dihabisi nyawanya. Kekosongan pemerintahan itu harus diisi
kembali. Kawan-kawanku banyak yang ditetapkan sebagai
pangrehpraja sementara. Siliwangi yang bertugas menumpas
pemberontakan di Karesidenan Pati sudah ditarik kembali.
Pasukan-pasukan baru didatangkan. Aku cemas, Bu, cemas!
Belanda pasti akan menyerbu kembali, padahal kita belum siap
sepenuhnya untuk menghadapi mereka."
Sambil tersenyum Ibu Sinder menanggapi, "Aku kurang
paham tentang ketentaraan. Yang kuketahui hanya apa yang
dikisahkan dalam perang Bharatayuda itu, seperti gelar Emprit
Neba, Supit Urang, dan sebagainya. Itu pun hanya gambar saja.
Aku masih ingat, pada waktu Proklamasi dulu, apa kalian
sempat berpikir, sudah siap apa belum, Her" Apakah kalian juga
mempersiapkan diri terhadap kemungkinan datangnya tentara
46 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Belanda yang jauh lebih lengkap senjatanya itu" Tidak kan, Her"
Aku tidak tahu seluk-beluk tentara. Walaupun jadi lemah
sebagai akibat dari pemberontakan Madiun, Her, kukira kalian
sekarang ini lebih siap daripada saat-saat sekitar Proklamasi,
terutama bekal kesiapan pengalaman. Ah, entah, Her, aku tidak
tahu.... Lho, lho, ada apa, Ngger, kau menangis?"
http://dewi-kzanfo/ 168 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Herman yang matanya berkaca-kaca itu tersenyum, lalu
berkata, "Tenggorokanku seperti tersumbat. Bu, mendengar
keterangan Bude. Lain sama sekali dengan budeku yang dulu.
Aku terharu. Bu." Sambil menjewer telinga kemenakannya dengan penuh
kasih sayang Ibu Sinder menyahut, "Heh, anak pintar merayu.
Windrati bagaimana, Her?"
"Baik-baik saja. Bu. Orangtuanya dari Purwokerto mengungsi
ke Wonosobo. Ia masih kuliah kedokteran, di Klaten," jawab
Herman. "O ya, Bu, aku teringat akan tahapan terakhir jangka
Jayabaya. Bagaimana itu bunyinya..."
Melihat kemenakannya dalam kesulitan mengingat-ingat
ramalan itu Ibu Sinder menyela, "Tutupe jangka lan waca,
ingsun masitani: Tebu sakuyun, ana wedon sala Lor Kulon,
47 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
akemul mori putih, ateken tebu wulung."
"Ya itu, Bu. Kok ya betul ya" Wedon-nya itu ya Belanda.
Sudah mati mau kembali, ya sekarang ini...."
Tiba-tiba di kejauhan terdengar suara tembakan dan ledakan
yang beruntun. Herman tidak melanjutkan kata-katanya.
Telinganya dipusatkan pada suara tembakan dan ledakan itu.
Sayup-sayup terdengar suara deru pesawat-pesawat terbang.
"Latihan perang-perangan... tak mungkin... mustahil... Belanda!"
gumamnya. Herman menyambar ransel yang terletak di atas
kursi di sampingnya, cepat sungkem kepada budenya itu lalu
berkata, "Nyuwun pangestu, Landi" Kemudian ia lari keluar
rumah... entah ke mana perginya.
Ibu Sinder tetap duduk di tempatnya mematung. Ia belum
menyadari apa yang baru saja terjadi, begitu cepatnya Herman
meninggalkan rumah. Kemudian sambil tersenyum Ibu Sinder
http://dewi-kzanfo/ 169 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergumam, "Herman, Herman, seperti Sentiaki saja. Begitu
kewajiban memanggil... bias, kabur. Kalau betul itu Belanda...,
ya, wedon itu mayat yang dibalut kain kafan sudah, tapi
mengapa berselimut mori putih" Ia akan mati untuk kedua
kalinya. Kalian akan menang, Her. Ya Allah, lindungilah anakku.
48 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Amin." (Oo-dwkz-Oki-Ray-oO) Kota Yogyakarta berhasil diduduki oleh tentara Kerajaan
Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta tertawan dan diasingkan
ke Pulau Bangka. Pemerintahan pusat sudah dialihkan ke
Sumatera di bawah pimpinan Mr. Syafruddin Prawiranegara.
Hari itu kawasan Kampung Balokan dan sekitarnya
dikejutkan oleh gencarnya suara tembakan. Serdadu-serdadu
Belanda memasuki lorong-lorong kampung, menggeledah
rumah-rumah, mencari senjata, dan pemuda. Penduduk berlarilari terbirit-birit masuk rumah masing-masing dan menutup
pintu-pintu rumah. Justru itulah yang dikehendaki oleh Belanda.
Pintu-pintu masuk gang dan lorong dijaga oleh serdaduserdadu, sehingga tak seorang pun dapat meninggalkan
kampung. Ibu Sinder yang sudah pasrah itu tetap tenang-tenang
saja. Ia tetap membatik dan membiarkan pintu-pintu rumahnya
terbuka. Di sana-sini terdengar tembakan. Beberapa puluh
pemuda sudah menjadi korban kekejaman Belanda. Ditembak
mati di tempat, entah apa salahnya.
Tiba giliran lorong di muka rumah Ibu Sinder yang digeledah.
Tiba-tiba Ibu Sinder khawatir kalau masih ada barang milik
Herman yang tertinggal. Ia bangkit lalu memeriksa rumahnya
dengan saksama, tidak ditemukan apa-apa. Pembantunya,
menggigil-gigil ketakutan duduk di atas lincak kecil di dapur.
Melihat pembantunya yang ketakutan itu Ibu Sinder berkata,
49 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://dewi-kzanfo/ 170 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tinggal di situ saja, Nduk." Ibu Sinder lalu duduk kembali di
tikar pembatikannya. Begitu ia duduk, seorang opsir Belanda
tinggi besar memasuki rumahnya. Ibu Sinder tetap duduk, diam,
menengadah menatap muka Belanda itu. Kacamatanya
dilepaskannya. Belanda itu memerintahkan kepada anak
buahnya. "Geledah rumah ini!" Dua serdadu bukan Belanda
masuk dan menggeledah rumah. Mereka keluar membawa
setumpuk buku-buku tulis dan dilempar-lemparkan begitu saja
ke lantai. Melihat buku-buku tulis itu berserakan di atas lantai.
Ibu Sinder bangkit lalu membenahinya, satu demi satu
diletakkannya di atas meja tamu. Serdadu-serdadu itu
melaporkan kepada komandan Belanda itu bahwa mereka tidak
berhasil menemukan sesuatu yang mencurigakan, hanya bukubuku tulis itu saja. Opsir Belanda itu membuka-buka buku tulis,
sambil memerintahkan anak buahnya untuk menggeledah
rumah-rumah lainnya. Begitu asyiknya Belanda tinggi besar itu
membuka-buka buku-buku itu, sampai dia lupa bahwa ia sedang
menjalankan tugas. Datang seorang sersan Belanda totok
lainnya yang melaporkan sesuatu, lalu pergi lagi. Kemudian
opsir Belanda itu bertanya dalam bahasa Jawa halus, "Apa buku50 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
buku ini tulisan Nyonya semua?"
Jawab Ibu Sinder dalam bahasa Jawa halus pula, "Benar,
Tuan, tulisanku sendiri."
Sambil bertolak pinggang opsir itu berkata, "Sangat menarik.
Nyonya. Aku pernah belajar sastra Jawa di Universitas Leiden.
Simpan baik-baik. Nyonya. Sampai ketemu lagi." Opsir itu
memberi hormat lalu meninggalkan rumah Ibu Sinder.
Cepat Ibu Sinder menyambar peci TNI Herman yang terbukti
tertinggal di atas pesawat radio lalu disembunyikan di antara
lipatan setagennya. Menyentak duduk di atas kursi Ibu Sinder
bergumam, "Untung tidak ketahuan."
http://dewi-kzanfo/ 171 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak lama kemudian terdengar jelih-jelih wanita di rumah
sebelah. "Eei, eei, bajingan-bajingan, pegang-pegang, bangsat."
Mendengar wanita menjelih-jelih itu Ibu Sinder tersenyum.
"Sempat-sempatnya," gumamnya.
Lalu terdengar suara laki-laki dalam bahasa Belanda,
" Mollige meid zegl Padat-berisi, heh!"
Terdengar gelak tawa. Seorang Belanda lain berkata, " Zeg
Piet, zelfs bij de hoeren heb je geen kans. Laat staan bij de
prinsessen (Pelacur-pelacur saja menolak kamu. Apalagi putri51 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
putri Istana)." Kemudian terdengar suara sentuhan sepatu-sepatu pada
aspal lorong, makin jauh, makin jauh. Sepi kembali lorong di
muka rumah Ibu Sinder. Masih terdengar tembakan-tembakan
lagi di kejauhan. Sore harinya orang-orang Kampung Balokan
dan Gandekan merawat dua belas jenazah pemuda yang gugur
ditembus peluru-peluru Belanda.
Hujan rintik-rintik. Pagi-pagi sekali Bu Mirah datang.ke
rumah Ibu Sinder. Melihat Bu Mirah yang duduk dengan kepala
tunduk di hadapannya itu Ibu Sinder bertanya, "Ada apa lagi.
Jeng, apa aku bisa menolongmu" Kau tampak bingung pagi ini."
"Aku selama ini hanya menyulitkan Ibu saja."
"Mengapa menyulitkan, katakanlah, Nduk."
Mirah menjelaskan, "Ibu Sinder tentu masih ingat
penggeledahan kampung Balokan yang terakhir. Wanita-wanita
asuhanku diperiksa satu demi satu. Setelah itu seorang opsir
Belanda datang. Aku juga ditanyai macam-macam. Jawabanku
asal saja, untuk tidak menanyai latar belakang kehidupanku.
Rupa-rupanya wanita-wanita itu melaporkan bahwa akulah
http://dewi-kzanfo/ 172 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
induk semang mereka. Hakikatnya benar memang, tapi tidak
52 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dalam arti aku ini seorang germo. Kata-kata opsir Indo-Belanda
itu kasar sekali. Rupa-rupanya kedatangan mereka lain
tujuannya. Mereka memerlukan wanita-wanita untuk melayani
serdadu-serdadu tentara Kerajaan. Aku diancam. Kalau aku
tidak bisa menyediakan dua puluh sampai tiga puluh wanita
setiap malamnya, Balokan akan diobrak-abrik. Kujawab bahwa
serdadu-serdadu Belanda akan diterima dengan tangan terbuka
di kampung Balokan. Opsir itu marah-marah. Aku harus
membawa wanita-wanita itu ke suatu tempat yang akan
ditentukan oleh tentara Kerajaan. Aku sebagai pemimpin harus
ikut dan opsir Belanda itu berkata bahwa akulah yang harus
melayaninya. Sakit rasa hatiku mendapat perlakuan yang begitu
merendahkan martabatku. Kujawab bahwa aku harus berembuk
dengan teman-temanku dulu. Aku diberi waktu sehari.
"Keesokan harinya dengan pengawalan ketat opsir itu
datang lagi. Mula-mula wanita-wanita itu menolak. Melayani
serdadu Belanda sama saja dengan perbuatan khianat. Setelah
kukatakan pada mereka bahwa mereka di seberang sana bisa
mencari keterangan yang diperlukan kaum gerilya, mereka baru
mau, tapi aku harus tetap di tengah-tengah mereka. Temanteman itu tidak sadar bahwa kalau aku ikut mereka, aku pun
akan dijamah oleh Belanda-Belanda itu.
"Mengapa, mengapa aku masih harus menelan pil-pil pahit"
Kalau hal itu terjadi beberapa tahun yang lalu aku tak akan
mempedulikannya, tapi sekarang ini"! Aku sudah menjadi
53 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
manusia kembali. Mengapa aku harus mengulang kehidupanku
yang lama" Aku bisa lari, tapi siapa yang akan memperhatikan
wanita-wanita itu" Dan lagi kalau Balokan sampai diobrakabrik,
aku tak akan bisa memaafkan diriku sendiri. Apa yang harus
kuperbuat, Bu" Apa yang akan dikatakan oleh Bargowo" Itulah,
http://dewi-kzanfo/ 173 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu, yang membuat aku bingung, padahal nanti sore mereka
akan datang menjemput wanita-wanita itu. Termasuk aku."
Ibu Sinder tak kuasa menahan air matanya. Ia menangisi
nasib Mirah yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri itu.
"Menyuruhmu melakukan pekerjaan yang terkutuk itu,
berarti aku ikut menanggung dosa," jawab Ibu Sinder.
"Melarangmu pergi ke seberang sana, sama saja dengan
menganjurkan pengkhianatan terhadap wanita-wanita asuhanmu. Apalagi kalau sampai terjadi Balokan diobrak-abrik.
Bagi wanita-wanita asuhanmu kiranya tak ada persoalan.
Melayani siapa pun bagi mereka sama saja. Masalahnya,
mereka merasakannya sebagai suatu pengkhianatan, tapi kini
54 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mereka sudah menemukan pembenaran setelah kaujelaskan
bahwa di seberang sana pun mereka bisa bermanfaat bagi
perjuangan. Demi perjuangan jadinya. Bagimu lain letak
persoalannya. Apakah kau dapat menerima pembenaran itu.
Jeng" Demi perjuangan" Hati sanubarimu sendiri yang perlu
kautanyai. Tidak ada orang lain yang bisa menolongmu. Aku pun
tidak, tapi itu tidak berarti bahwa aku lalu mau cuci tangan.
Tidak, Jeng. Aku sekadar memberi nasihat. Allah Maha Pemurah
dan Maha Pengampun. Langkah mana yang menurut keyakinan
hati nuranimu masih dapat diampuni oleh-Nya... Jalan itulah
yang harus kaulalui....",
Serta-merta Mirah memeluk Ibu Sinder, menciuminya sambil
berkata, " Matur nuwun. Bu, matur nuwun."
Mirah pun pulang. Ibu Sinder masih saja duduk lunglai di
atas tikar pembatikan. Gumamnya, "Ya Tuhan, ampunilah
hambaMu, apa pun pilihannya. Ampunilah hambaMu ini, bila


Ibu Sinder Karya Pandir Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku menunjukkan jalan yang tidak Kauridhoi."
http://dewi-kzanfo/ 174 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu Mirah sore itu bersama-sama teman-teman wanitanya
diangkut dengan truk menuju ke suatu tempat yang telah
disiapkan tentara Belanda.
55 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
(Oo-dwkz-Oki-Ray-oO) Suatu pagi yang cerah. Ibu Sinder duduk-duduk di atas lantai
rumah di tepi lorong. Terdengar suara burung perkutut yang
hinggap di atas atap rumah tetangganya. Suaranya berat,
bening, dan keras. Tak lama kemudian seorang laki-laki
setengah umur lewat diikuti anak-anak kecil. Ia menjinjing
sebuah sangkar berisi seekor burung perkutut betina.
"Perkututnya lepas. Pak. Itu di sana, di atas atap," kata Bu
Sinder. "Terima kasih. Bu," jawab laki-laki itu.
Apa burung jantan itu mau masuk sangkar kembali sekalipun
dipancing perkutut betina" pikir Ibu sinder.
Pada saat menoleh ke kiri, ke arah jalan besar. Ibu Sinder
melihat orang-orang berlari-lari dan tak seberapa lama
kemudian terdengar gemuruhnya suara kendaraan bermotor.
Konvoi kendaraan-kendaraan panser lewat. "Mau ke mana
mereka?" gumamnya. Ibu Sinder mengikuti suara gemuruh itu
sampai lepas dari pendengarannya.
Ibu Sinder tidak beranjak dari lantai. Terpengaruh oleh deru
kendaraan-kendaraan itu mulutnya bergerak-gerak dan kalimat
demi kalimat terucap sayup-sayup, " Tekane bebantu saka Nusa
Tembini, kekulitan jenar, dedeg cebol kepalangi iku kang bakal
ngebroki tanah Jawa. Pangrehe muni sakumuring jagung
suwene, nuli boyong nyang nei garane dewe Nusa Tembini.
Tanah Jawa bali nyang asale sakawit. Itu semua sudah lewat.
56 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Jepang-Jepang sudah pergi . Tutupe jangka lan weca, ingA sun
http://dewi-kzanfo/ 175 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wasitani: Tebu sakuyun, ana wedon saka Loi Kulon, akemul mori
putih, ateken tebu wulung. Kuwat saka samono wis dudu
bageyaningsun. Ing tembe ana dewe kang bageyan kaya ingsun
iki... Jangkaj terakhir Prabu Jayabaya. Apa Ranggawarsita yang
melanjutkan" Apa ada orang lain lagi?"
Tanpa diketahuinya, seorang yang memakai kain dan
berkebaya putih bersih, sudah di hadapannya. Mendengar sapa
wanita itu Ibu Sinder agak terkejut. "Apa ini rumah Ibu Sinder?"
Ibu Sinder menjadi semakin heran, ada wanita yang tak
dikenalnya menanyakan dirinya. Di Gandekan itu ia lebih
terkenal dengan nama Ibu Prapto. "Betul, Dik," jawab Bu Sinder.
"Aku sendiri." "Oooo, kebetulan kalau begitu. Boleh aku bicara sebentar.
Bu?" "Mari, mari masuk. Dik," ajak Ibu Sinder.
Setelah dua wanita itu duduk, wanita yang berpakaian
jururawat itu berkata, "Hanya sebentar saja. Bu. Aku diutus
Dokter Ivon." "Dokter Ivon siapa. Dik?"
57 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Pesan Dokter Ivon, kalau Ibu Sinder bertanya tentang
dirinya, katakan saja Ivon Madugondo'. Begitu."
"Ivo, kau sudah menjadi dokter sekarang," gumam Ibu
Sinder. "Dokter Ivon ingin bertemu dengan Ibu," lanjut jururawat
itu. "Terserah Ibu, kapan dan di mana. Saran Dokter agar Ibu ke
Rumah Sakit Bethesda saja. Aman, katanya. Rupa-rupanya
Dokter sudah tak sabar menunggu. Kalau Ibu Sinder bisa pagi
ini, aku diminta untuk mengantar."
http://dewi-kzanfo/ 176 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ibu Sinder berpikir sejenak, kemudian ia berkata, "Baik, Dik,
aku ikut sekarang saja. Sebentar ya. Dik, aku berbenah dulu."
Ibu Sinder masuk ke dalam dan setelah berganti pakaian
yang cukup baik, kepada pembantunya ia berpesan, "Aku pergi
ya, tidak lama. Kalau kau takut sendirian, kau ke rumah Bu Noyo
saja." Pembantu wanita yang masih remaja itu mengangguk.
Kemudian diantar oleh wanita jururawat yang bernama Sri
Hartati itu. Ibu Sinder berangkat menuju Rumah Sakit Bethesda.
Sementara itu Dokter Ivonne van Hoogendorp berjalan
mondar-mandir di ruang kerjanya sambil sesekali melihat ke
58 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
jalan besar lewat jendela. Mudah-mudahan Sri bisa menemukan
rumah Ibu, tapi apa Ibu Sinder masih di Yogya" pikirnya.
Melihat sebuah becak berhenti di jalan besar dan dua wanita
turun. Dokter Ivonne lari ke luar ruang kerjanya, langsung
menyongsong kedatangan Ibu Sinder yang dijemput oleh Sri
Hartati itu. Tiba di pintu gerbang gedung. Ibu Sinder langsung
dipeluk oleh Ivonne dan diciumi bertubi-tubi. Orang-orang di
sekitar pintu gerbang yang melihat agak terheran-heran. Ibu
Sinder tidak mampu berkata-kata, ia mendekap Ivonne sambil
menangis. Air mata bercucuran meleleh lewat pipi-pipinya.
Kemudian Ivonne menggandeng Ibu Sinder menuju ke ruang
kerjanya. Mula-mula dua wanita berlainan kulit itu hanya saling
pandang-memandang saja. Ivonne pun mencucurkan air mata.
Kata Dokter Ivonne dalam bahasa Indonesia yang baik,
"Syukurlah, Ibu tampak sehat dan tidak berubah. Masih seperti
Raden Ayu Suprapto di Madugondo".
http://dewi-kzanfo/ 177 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil memegang tangan-tangan Ivonne Ibu Sinder
menjawab dalam bahasa Indonesia, "Kau juga masih tetap
cantik, Ivo, maaf. Dokter Ivo."
Ivonne hanya tersenyum mendapat pujian Ibu Sinder. "Bu,
59 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
aku ikut belasungkawa atas kepergian Bapak. Herman yang
menceritakan," ucapnya.
"Terima kasih, Ivo," kata Ibu Sinder. "Herman sudah
menceritakan pertemuannya dengan kau. Zaman sudah
berubah, Ivo." Dokter Ivonne diam dan lagi-lagi matanya berkaca-kaca,
kemudian ia berkata, "Banyak yang ingin kusampaikan kepada
Ibu. Mas Hono baik-baik saja. Bu. Aku sudah bertemu
dengannya." "Suhono" Kau berjumpa dengan Hono" Di mana?" tanya Ibu
Sinder cepat dan penuh emosi.
Dengan tenang Ivonne menjawab, "Ibu tak perlu cemas.
Suhono sehat-sehat saja."
Ibu Sinder agak curiga, mengapa Ivonne tidak segera
berterus-terang kepadanya. "Ceritakan apa adanya, Nduk,"
katanya perlahan. Ivonne melihat adanya perubahan pada sorot mata Ibu
Sinder. Bukan Ibu Sinder yang baru saja menangis, tapi Ibu
Sinder yang tabah, tawakal, dan siap menghadapi kenyataan
hidup. Lega hati Ivonne. "Aku menjumpainya di Nusakambangan," kata Ivonne.
"Penjara Nusakambangan" Lalu bagaimana?" Dengan tenang
Ibu Sinder bertanya. http://dewi-kzanfo/ 178 60 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dari Semarang aku diangkut dengan pesawat terbang
menuju Batavia, maaf, Jakarta. Aku bertemu kembali dengan
Papi dan Mami. Mereka baik-baik saja. Bu. Semula Papi dan
Mami mengajakku pulang ke Holland, Negeri Belanda, aku
menolaknya dengan alasan aku ingin menyelesaikan studiku.
Sebenarnya Papi dan Mami tahu bahwa aku masih hendak
mencari Mas Hono. Mereka memahaminya. Bu. Aku tidak perlu
masuk kuliah lagi, aku langsung memperoleh diploma, langsung
disumpah sebagai dokter. Maklum masa darurat.
"Aku mencari keterangan kian kemari, apa Ir. Suhono masih
di Ambon. Dari Departemen Openbare Werken (Pekerjaan
Umum) aku mendapat keterangan bahwa Mas Hono ditangkap
dan ditawan. Ia mendukung perjuangan Republik di Ambon.
Dari Ambon ia dipindahkan ke penjara Makasar. Tidak lama di
Makasar. Suhono dipindahkan ke Nusakambangan. Banyak
pejuang-pejuang Republik yang ditahan di Nusakambangan. Dari
Dinas Rahasia, aku memperoleh izin untuk mengunjunginya...
tapi dengan syarat aku harus bersedia membujuknya agar ia
mau bekerjasama dengan Pemerintah Belanda. Itu kusanggupi.
Aku berangkat ke Nusakambangan. Di sanalah aku bertemu
dengan Suhono, Bu. Kumis dan jenggotnya dibiarkannya
tumbuh. Justru ia tampak sangat tampan. Bu. Sorot matanya
61 31. Wanita Gagah Perkasa Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyala-nyala. Ia seorang pembela Republiek sejati. Aku sangat
menghormati dan menghargainya, sekalipun aku bukan seorang
pendukung Republiek. Kami masih saling mencintai. Bu,
walaupun kami berbeda pendirian.
"Kusampaikan kepadanya, bahwa Pemerintah Belanda
mengharap agar Suhono bersedia bekerjasama dengan
Pemerintah Federaal Belanda. Sebagai seorang insinyur
tenaganya sangat diperlukan. Ia hanya tersenyum saja. Ia
menolak. Ia akan tetap setia kepada Republik, apa pun
http://dewi-kzanfo/ 179 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akibatnya. Maaf, Bu, perlu
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
6232. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
kusampaikan kepada Ibu, kami
memang berbeda pendapat. Aku berada di pihak Belanda dan
Suhono berada di pihak Republik. Kami berdebat dengan
sengitnya, tapi setelah reda kembali, kami berpeluk-pelukan
seperti tak terjadi apa-apa. Suhono tetap mencintaiku,
sebaliknya aku juga tetap mencintainya. Ketahuilah, Bu, aku
akan menunggu sampai keadaan menjadi lebih jelas.
"Sekarang ini rupa-rupanya Belanda sudah kehilangan
harapan untuk menang. Hampir tiga bulan sejak 19 Desember,
Belanda tidak mencapai apa-apa. Herman dan kawan-kawannya
masih tetap utuh. Perhitungan Jenderal Spoor meleset. Ia minta
waktu tiga bulan lagi. Aku berpendapat bahwa itu pun tidak ada
gunanya. Belanda harus bersedia berunding lagi dengan pihak
Republik untuk mencapai penyelesaian yang memuaskan kedua
belah pihak. Sukarno dan Hatta baik-baik saja. Bu, di Bangka.
Itulah yang ingin kusampaikan kepada Ibu."
Ibu Sinder diam, kemudian ia berkata lirih, "Hono, duniamu
memang bukan duniaku lagi. Kau sudah cukup memiliki bekal
untuk menentukan jalan hidupmu sendiri. Tuhan melindungimu,
Hono." Kemudian kepada Ivonne Ibu Sinder berkata, "Ngger,
Ivo, serahkan segala sesuatunya kepada Tuhan. Hanya Tuhanlah yang Maha Mengetahui. Sabarlah! Kalau Tuhan memang
mengizinkan, apa pun rintangannya, kalian berdua akan
menemukan apa yang kalian inginkan. Orang Jawa percaya,
1 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bahwa lahir, jodoh, dan mati ada di tangan Tuhan. Manusia bisa
berikhtiar, tapi akhirnya Tuhan-lah yang menentukan. Aku ada
pesan untukmu... Kalau kau bersedia, berjanjilah kepadaku...."
"Apa yang harus kujanjikan. Bu?"
Lama Ibu Sinder tidak menjawab, seolah-olah ia sedang
menikmati suara burung jalak yang sedang gembira berkicau di
http://dewi-kzanfo/ 180 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atas pohon regenboom yang dahan-dahannya tampak dari
kamar kerja Dokter Ivonne. Serta-merta Dokter Ivonne juga
memperhatikan suara burung itu. Kicaunya bersahut-sahutan.
"Sepasang burung berpacaran, membuat sarang, bertelur,
anak-anaknya keluar dari telur masing-masing. Dirawatnya
anak-anaknya sampai menjadi besar. Diajarinya mereka
terbang, diajarinya mereka menangkap belalang dan serangga.
Apabila anak-anaknya itu telah cukup mahir dan cekatan untuk
menentukan kehidupannya... anak-anaknya dilepaskannya.
Mungkin hanya diiringi dengan puji syukur kepada Sang
Pencipta alam ini. Burung itu memberikan petunjuk kepadaku
janji apa yang harus kaupenuhi, kau dan Suhono. Kalian berdua
sudah lebih dewasa. Kalian sudah mandiri. Nah, pesanku, Ivo.
Kalau kalian nanti akan menentukan sesuatunya... kalau kalian
2 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menentukan sesuatu... janganlah diriku dijadikan pertimbangan.
Kuambali, kuulangi... janganlah ibumu dijadikan pertimbangan."
"Apa yang Ibu maksud?"
"Tak usah kau bertanya-tanya. Yang perlu kauingat, Ivo...
janganlah ibumu dijadikan pertimbangan... itu saja, Ivo. Kukira
cukup, antarkan aku keluar gedung ini," kata Bu Sinder tegas.
Nada kata-kata Ibu Sinder seperti perintah saja, tapi oleh
Ivonne dirasakannya sebagai permintaan seorang Ibu kepada
anaknya. Ivonne mengantar Ibu Sinder sampai di tepi jalan. Dan
Ivonne masih sempat berkata, "Maaf, Bu, aku tidak bisa
menjemput dan mengantar Ibu pulang. Bukannya aku tidak
ingin, tapi aku tidak mau menyukarkan Ibu. Apa yang akan
dikatakan orang-orang kampung nanti. Ibu bisa dicurigai."
"Aku memahaminya, Nduk. Oleh karena itu, aku yang
kemari. Itu lebih baik."
http://dewi-kzanfo/ 181 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Becak berhenti. Ibu Sinder naik dan becak melaju menuju
Gandekan, diikuti sepasang mata berwarna kelabu yang


Ibu Sinder Karya Pandir Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semakin redup. Tiba di dekat Balokan Ibu Sinder melihat bahwa kawasan itu
sedang digeledah oleh pasukan-pasukan Belanda lagi. Becak
3 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berhenti di muka lorong kampung. Ibu Sinder turun, membayar.
Kemudian becak tersebut cepat-cepat pergi meninggalkan
kampung itu. Begitu Ibu Sinder membuka pintu rumah, ia melihat seorang
serdadu Belanda sedang menggumuli pembantunya. Mulut
pembantunya itu dibungkam. Melihat gerakan-gerakan tubuh
Belanda itu ia sadar bahwa ia datang terlambat. Tanpa pikir
panjang. Ibu Sinder memungut tempayan untuk membatik,
diangkatnya tinggi-tinggi dan dipukulkannya pada punggung
serdadu Belanda itu, bertubi-tubi. Serdadu itu mengaduh,
melepaskan cengkeramannya, menatap Ibu Sinder. Sorot mata
Ibu Sinder yang berwibawa dan mencerminkan kemarahannya
itu mengejutkan serdadu Belanda itu. Cepat ia membenahi
celananya, memungut topi pet dan senjatanya, lalu pergi
meninggalkan rumah. Munah, wanita remaja yang malang itu, menangis sambil
memegang erat-erat kaki Ibu Sinder. Ibu Sinder masih tetap
berdiri mematung sambil meremas-remas jari-jarinya. Setelah
reda amarahnya, ia lalu duduk di atas tikar. Munah
menyembunyikan mukanya di pangkuan Ibu Sinder. Dengan
rasa penuh kasih sayang Ibu Sinder membelai-belai rambut
Munah sambil berkata, 'Tenanglah, Nduk. Belanda keparat itu
tak akan selamat... Astaga... apa yang kukatakan tadi... aku
mengutuk.... Ya, ampun... Duh, Gusti, ampunilah hambaMu ini,
sampai berucap kutukan yang tidak Kauridhoi...."
4 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://dewi-kzanfo/ 182 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil menangis tersedu-sedu Muriah berkata, "Bu, kalau
aku mengandung bagaimana. Bu?"
"Terimalah cobaan Tuhan, Nduk. Kusiapkan jamu untukmu.
Sana mandi-mandi biar segar."
Munah bangkit lalu masuk ke belakang dan tak lama
kemudian terdengar suara guyuran air. Munah mandi.
(Oo-dwkz-Oki-Ray-oO) Tanggal 1 Maret pagi-pagi Ibu Sinder dikejutkan oleh
tembakan dan dentuman yang beruntun. Tidak hanya di sekitar
Stasiun Tugu saja, tapi menyeluruh. Pemuda-pemuda bersenjata
mengenakan janur kuning di leher melewati lorong di muka
rumah Bu Sinder. Teriakan-teriakan "Merdeka" menggema di
mana-mana. Suasananya seperti sewaktu zaman "siap-siapan"
saja, tapi dibarengi dengan gegap-gempitanya suara tembakan
dan dentuman. Di sana-sini bau asap mesiu mulai menusuknusuk hidung. Peluru nyasar menembus atap genting rumah.
Kepingan-kepingan genting jatuh berserakan ke lantai. Ibu
Sinder melihat-lihat apa yang terjadi. Bagian atap tanpa langitlangit di atas dapur itu kelihatan menganga lebar. Kawan-kawan
Herman menyerbu, tapi apa Belanda mau pergi begitu saja"
5 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pikirnya. Mendengar tembakan-tembakan dan dentuman-dentuman
itu penduduk bukannya ketakutan lalu bersembunyi dalam
rumah dan menutupi pintu-pintu, tidak! Mereka keluar rumah
sambil bersorak-sorak, berteriak-teriak, "Merdeka, merdeka!"
Pertempuran itu tidak berlangsung lama, menjelang waktu
Iohor suara tembakan semakin surut, di sana-sini masih
terdengar, untuk kemudian berhenti sama sekali.
http://dewi-kzanfo/ 183 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keesokan harinya pasukan-pasukan Belanda lagi-lagi
menggeledahi rumah-rumah penduduk, melampiaskan amarahnya terhadap penduduk kampung-kampung yang tidak
tahu-menahu duduk persoalannya. Korban tembusan peluru
bergelimpangan di setiap kampung, karena Belanda asal tembak
saja. Tetapi, entah mengapa, lorong rumah Ibu Sinder terhindar
dari penggeledahan dan kekejaman balas dendam pasukanpasukan Belanda. Penduduk Yogya semakin merasa tertekan hidupnya. Tidak
6 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berlangsung lama memang, hanya tiga bulan saja, namun yang
tiga bulan itu rasanya seperti bertahun-tahun saja. Berdasarkan
persetujuan Roem-Royen akhir bulan Juni, pasukan-pasukan
Belanda berangsur-angsur meninggalkan kota dan beberapa
hari kemudian TNI memasuki kota Yogyakarta, kelompok demi
kelompok. Rakyat mengelu-elukan kedatangan tentaranya,
merasa lega dan gembira, terlepas dari penindasan dan
ancaman moncong senapan dan bayonet.
Ibu Sinder pun ikut mengelu-elukan kedatangan Bung Karno
dan Bung Hatta di tepi jalan. "Jayabaya benar. Kapan Herman
pulang?" ucapnya dalam hati.
Menjelang perayaan 17 Agustus 1949, muncul di hadapan
Ibu Sinder, kemenakannya yang sangat dirindukannya itu. Ia
segar-bugar. Dipeluknya kemenakannya itu sekuat-kuatnya,
seolah-olah tidak hendak dilepaskannya kembali.
Herman hanya tinggal beberapa hari saja di rumah Ibu
Sinder, ia berangkat lagi, tapi keberangkatan kemenakannya kali
ini tidak disertai perasaan waswas dalam hati budenya.
Bu Mirah sudah jarang muncul di rumah Ibu Sinder.
Kepemimpinan pengurusan kesejahteraan wanita-wanita sesat
jalan itu sudah diserahkan kepada Darsi dan Tomblok.
http://dewi-kzanfo/ 184 7 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Permulaan bulan Oktober nama Bu Mirah hanya tinggal kenangkenangan belaka di kampung wanita sesat itu. Ia menghilang
entah ke mana. Pagi itu seperti biasa Ibu Sinder sedang asyik membatik.
Pikirannya masih saja tertumpu pada kepergian wanita yang
dikasihinya itu. Mengapa Mirah begitu saja pergi tanpa
berpamitan, meninggalkan berita selembar pun tidak. Kalau
Mirah pulang ke orangtuanya di Magelang, pasti ia akan
memberitahu. Pasti ada hal lain, kemungkinan besar
menyangkut hubungannya dengan Bargowo. Apa Mirah tidak
berani lagi menghadapi perjumpaan dengan pemuda tinggi,
gagah, dan ganteng itu" Entahlah, entah, semoga Tuhan
memberikan petunjukNya kepadanya.
Mendengar suara orang ber- kulo nuwun, Ibu Sinder menoleh
dan menundukkan kepalanya agar bisa lebih jelas melihat orang
yang berdiri di muka pintu. Gelas-gelas kacamatanya
mengganggu penglihatannya pada jarak agak jauh. Berdiri di
hadapannya seorang yang tinggi atletis, kumis dan jenggot
dibiarkan tumbuh, dan berambut gondrong. Jantung Ibu Sinder
tersentak seperti hendak berhenti berdenyut. "Hono!" serunya.
Ibu dan anak jatuh dalam pelukan masing-masing. Ibu Sinder
menangis tersedu-sedu. Tak mengeluarkan sepatah kata pun.
Sambil mendekap ibunya, Suhono pun
tak 8 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mampu mengendalikan air matanya. Setelah Suhono berhasil menguasai
perasaannya kembali, ia tersenyum lalu berkata, "Ibu kok
gembeng, ya. Bu, aku ingin minum kopi tubruk gula jawa. Ada,
Bu?" Mendengar kata-kata canda dan permintaan yang sederhana
itu. Ibu Sinder sadar lingkungan kembali. Ia melepaskan
pelukannya, memukul-mukul dada anaknya sambil menjawab,
http://dewi-kzanfo/ 185 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh, Anak manja. Datang-datang sudah minta-minta. Tentu
ada." Suhono tertawa. "Boleh melihat-lihat rumah ya. Bu?"
Ibu dan anak masuk ke dalam dan hanya dengan pandangan
mata ke kanan dan ke kiri saja Suhono sudah menjelajahi
seluruh rumah. Koper kecil yang dijinjingnya diletakkannya di atas kursi
makan. Ia sendiri lalu duduk. Ibu Sinder masuk dapur dan tak
lama kemudian membawa segelas minuman kopi panas gula
aren. Dengan nikmatnya Suhono menghirup minumannya.
Sudah terlalu lama Ibu Sinder tidak pernah lagi berbincangbincang dengan anak tunggalnya itu. Ia tidak tahu bagaimana
9 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
harus memulai dan apa yang akan dikatakannya. Tidak hanya
dirinya saja, tapi anaknya pun berubah. Ia tampak bersungguhsungguh, serius, tidak seperti dulu lagi. Mata yang
mencerminkan canda dan kelakar itu sudah tak nampak lagi.
Terlampau lama menderita batin barangkali, pikir Ibu Sinder.
"Sudah lama di rumah ini. Bu?" Suhono memecah kesunyian.
"Sejak zaman Jepang sudah. Sepeninggal ayahmu, aku
pindah kemari." "Dengan usaha apa Ibu menyambung hidup?" Ibu Sinder
tersenyum. "Ibumu bukan orang yang miskin, Ngger. Sekalipun harta
kekayaan dihabiskan oleh Romo Bendoro, tapi apa yang sudah
di tangan ibumu tak pernah dijamahnya dan Ibu Bendoro pun
pandai menyimpan apa yang ada padanya. Tidak semuanya
amblas. Namun begitu aku tak hendak mempertontonkannya
kepada teman-teman kampung ini. Aku hidup dari membatik
dan menjual jamu." http://dewi-kzanfo/ 186 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suhono mendengarkannya dengan penuh perhatian dan
mata berkaca-kaca. "Selama ini aku belum pernah berbuat apaapa untuk Ibu," gumamnya perlahan. "Aku berutang budi begitu
10 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
banyak. Aku harus mampu mengimbanginya, entah kapan."
"Kau tak perlu memikirkan hal itu, Ngger. Aku sudah
bersyukur kepada Allah Yang Maha Murah, kau kembali
selamat." Suhono diam saja. Dengan nada ragu Ibu Sinder
melanjutkan, "Ivo menceritakan semuanya sudah, Hon."
Terkejut Suhono mendengar apa yang dikatakan ibunya itu.
"Ivo, Bu" Ibu berjumpa dengan Ivo" Di mana. Bu?"
"Zaman pendudukan Belanda dulu. Dokter Ivo menyempatkan diri untuk datang ke Yogya. Kami sempat
bertemu dan berbicara di Rumah Sakit Bethesda. Ia masih tetap
cantik. Ivo-lah yang memberitahu kepadaku bahwa kau berada
di Nusakambangan. Ia benar-benar mencintaimu, Hon."
Suhono memandang lurus ke depan, kemudian ia berkata,
"Ivon-lah yang menceritakan bahwa Bapak sudah tiada. Ia
mendengarnya dari Herman. Sakit apa Bapak, Bu?"
Mendengar pertanyaan anaknya itu Ibu Sinder diam, sulit
untuk menjawab. Suhono melihat bahwa Ibunya segan untuk
mengatakannya. "Dianiaya Jepang, Bu?" tanyanya.
"Tidak, tidak, Ngger. Tangan Tuhan yang mengambilnya
11 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kembali ke pangkuanNya... bapakmu disambar petir," jawab Ibu
Sinder lirih. Lagi-lagi Suhono diam dan melihat lurus ke muka. Lama ia
tak berkata-kata sekecap pun. Angan-angannya berpindahpindah, dari masa lampau ke masa depan yang masih belum
http://dewi-kzanfo/ 187 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menentu baginya. Hubungannya dengan Ivonne masih
mengganjal kehidupannya. Mendengar penjelasan ibunya
bahwa Ivonne masih tetap mencintainya, hatinya tergerak. Ia
sendiri juga masih tetap mencintai wanita Indo-Belanda itu. Di
hadapannya duduk ibunya yang telah dilanda berbagai
penderitaan sepeninggal kepergian-nya ke Ambon. Ayahnya
sudah tiada. Perselisihan batin berkecamuk dalam diri Suhono.
Ibu Sinder, sebagai seorang ibu, cepat tanggap terhadap apa
yang sedang bergolak dalam hati dan pikiran anaknya itu.
"Ada hal yang kiranya perlu kauketahui Hon. Aku telah minta
kepada Ivo agar ia berjanji kepadaku. Ivo menyanggupinya,"
ucap Ibu Sinder tenang - mantap.
"Janji apa yang disanggupinya. Bu?" Dalam hati Suhono
khawatir ibunya telah minta kepada Ivo agar ia menjauhi
dirinya. Suhono belum tahu tentang perkembangan hubungan
12 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
antara ibunya dan Ivo. "Aku minta, bila ia hendak memutuskan sesuatunya kelak,
jangan diriku sampai dijadikan bahan pertimbangan," jawab Ibu
Sinder. "Akulah yang mendesakkan padanya. Ia menyanggupinya. Sekarang ini aku minta janjimu, Hono. Janji
yang sama. Kalau Ivo bisa menyanggupinya, mengapa kau
tidak"' Suhono memegang tangan-tangan ibunya lalu berkata, "Ibu
memaksaku?"

Ibu Sinder Karya Pandir Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya, aku memaksamu. Kau harus berjanji kepadaku.
Sekarang juga," jawab Ibu Sinder tegas.
Masih saja Suhono bungkam. Ia merasa heran ibunya bisa
setegas itu. Ia tahu benar apa yang dimaksudkan ibunya itu.
Menyangkut soal hubungannya dengan Ivonne.
http://dewi-kzanfo/ 188 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ibu Sinder melihat bahwa anaknya masih belum bisa
13 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memberikan jawaban. "Hono, Anakku, pandanglah aku."
Suhono menatap wajah dan mata ibunya yang mencerminkan
tekad yang pasti. Ibu Sinder melanjutkan, "Aku ingin
meninggalkan dunia ini dengan perasaan ikhlas. Tiada guna aku
hidup dalam kecukupan, tapi meredam sesuatu yang masih saja
akan mengganggu kalbuku. Memang kau anak tunggalku, Hono,
tapi dalam perjalanan hidupku akhir-akhir ini, dalam batin dan
hati sanubariku, anakku tidak lagi hanya tunggal. Suhono,
Herman, Kadarwati, dan... Ivo adalah anak-anakku sejati."
Terharu Suhono mendengarkan penjelasan ibunya. Ia
memahami sepenuhnya apa yang dikatakan oleh ibunya itu.
Suhono masih memberanikan diri untuk bertanya, "Ibu sayang
pada Ivo?" "Ya! Kasih sayang yang timbal-balik sifatnya," jawab Ibu
Sinder. Tiba-tiba ibu dan anak dikejutkan oleh ledakan petir
yang menggelegar dan disusul hujan yang turun seperti
diguyurkan dari langit. (Oo-dwkz-Oki-Ray-oO) Wanita berusia lewat setengah abad itu sedang asyik
membatik. Ia sedang mulai mengerjakan batik gubahan
terbarunya yang diberinya nama "Pangastuti". Empat lembar
sudah terselesaikan, sama dalam 14 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
segala-galanya. Ia menghendaki agar hasil babaran-nya pun sama pula.
"Tinggal yang satu ini. Untuk yang termuda, Herman,"
gumamnya. Tiba-tiba ia mendengar suara, " Kulo nuwun." Ibu
Sinder melepaskan kacamatanya, mengalihkan pandangan ke
arah pintu, dan melihat seorang laki-laki berdiri termangumangu di hadapannya. Kata orang itu, "Aku hendak
menyampaikan sesuatu. Bu."
http://dewi-kzanfo/ 189 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ibu Sinder bangkit lalu menyilakan tamunya masuk dan
duduk. Kata tamu yang tidak memperkenalkan dirinya itu lagi,
"Maaf, Bu, aku tidak bisa tinggal lama. Aku hanya ingin
menyerahkan portepel ini kepada Ibu. Itu saja."
"Apa isinya" Untukku?" tanya Ibu Sinder.
"Betul, Bu, untuk Ibu. Silakan Ibu mempelajarinya nanti.
Maaf, Bu, aku ditunggu teman di stasiun," jawab laki-laki itu
singkat. Lelaki itu menyerahkan portepel yang berisi surat-surat, dan
langsung minta diri pergi meninggalkan rumah Ibu Sinder. Oleh
Ibu Sinder, portepel itu hanya diletakkan di pangkuannya saja. Ia
15 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mencoba mengingat-ingat wajah tamunya yang baru saja pergi.
"Astaga, wajahnya mirip benar dengan wajah Jeng Mirah.
Ah, tidak salah lagi. Ia pasti Kadarman, kakak Kadarwati. Jeng
Mirah pernah menceritakannya Portepel ini pasti dari Jeng
Mirah." Perlahan-lahan Ibu Sinder mengurai tali-temali portepel itu.
Isinya terbukti surat-surat resmi. Surat-surat itu dibacanya
berulang-ulang. Ia belum mau percaya pada apa yang dibacanya
itu. Surat-surat itu adalah formulir sertifikat tanah dan rumah
atas nama Raden Ayu Suprapto. Sehelai surat terselip pada
portepel bagian dalam. Dengan tangan gemetar dicabutnya
surat itu lalu dibacanya. Surat dari Kadarwati, dalam bahasa
Jawa, berhuruf Latin: "Katur Ibu Sinder, Semoga suratku ini tidak akan mengejutkan Ibu. Aku mohon
maaf sebesar-besarnya bahwa aku tidak sempat mohon diri
kepada Ibu, karena aku segera diperlukan seorang yang amat
kucintai. Orang yang memerlukan perawatanku untuk selamahttp://dewi-kzanfo/ 190 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lamanya. Tidak akan ada orang lain yang sanggup dan bersedia
merawatnya selain Mirah yang dijumpainya di rumah Ibu
16 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sinder. Selesailah sudah riwayat Mirah, berakhir sudah
penderitaannya, tapi ia tak bisa lagi menyandang nama
Kadarwati ataupun Mirah. Kadarwati sudah mati di tanah
rantau, Mirah hilang di markas Belanda. Untuk terakhir kali ini
ingkang putra menggunakan nama aslinya, Kadarwati. Sebagai
persembahan cinta kasih Ananda, kuharap Ibu berkenan
menerima apa yang termaktub dalam surat-surat ini.
Kadarwati, alias Mirah, akan sangat berbahagia bila Ibu
bersedia menerimanya dengan tulus ikhlas, bersedia nglenggahi
gubuk persembahan Mirah. Persembahan yang asal-usulnya
tidak dari hadiah-hadiah yang pernah diterima dari sekian
banyak laki-laki, tapi persembahan atas hasil jerih payah bercandak-kulak di Balokan. Permintaan Ananda, terimalah Mirah
yang hina-dina ini sebagai anak Ibu sendiri.
Putra tresna, Mirah Kadarwati." Tersentak Ibu Sinder bangun dari lamunannya. Ia sadar
bahwa kini ia bukan Nyonya Suprapto, bukan Ibu Sinder lagi. Ia
Ibu Climen sekarang. "Aku mau apa lagi," pikir Ibu Climen. "Sudah menjadi kodrat
umat, bahwa induk harus rela melepaskan anak-anaknya.
Semoga Suhono dan Ivo memperoleh kebahagiaan di negara
dingin sana. Semoga Mirah menemukan kebahagiaan dari
kesetiaannya yang tulus ikhlas itu, dan semoga Herman berhasil
dengan studinya di luar negeri, bisa menjadi kebanggaan
17 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Winarsih dan kebanggaanku. Puji syukur, ya Allah, atas
limpahan cinta-kasihMu kepada umatMu."
http://dewi-kzanfo/ 191 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bu, sudah ada tamu datang. Bu," tegur Munah yang
dipercayainya untuk memimpin dapur Warung Climen.
Ibu Sinder bangkit dari kursi bambu tutul, membelai-belai
rambut pirang anak kecil berwajah tampan bermata biru, dalam
gendongan embok-nya, Munah! Ibu Climen langsung menuju
ruang depan untuk menyongsong kedatangan tamu-tamu
pengunjung warungnya. (Oo-dwkz-Oki-Ray-oO) Selesai Pandir Kelana, nama samar-an RM Slamet Danusudirdjo,
major jenderal purnawirawan, semenjak tahun 1980, memasuki
jajaran pengarang novel dan lebih mengkhususkan diri pada
kisah-kisah sekitar revolusi kemerdekaan Indonesia. Perwira
tinggi tempaan Perjuangan Bersenjata ini, mengikuti pendidikan
militer di Eropa Barat, Negeri Belanda dan Belgia, dan di Eropa
Timur, Uni Sovyet. Jabatan-jabatan non-militer yang pernah diembannya,
18 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
antara lain, sebagai deputi Ketua BAPPENAS, direktur jenderal
Bea & Cukai, anggota Dewan Pertimbangan Agung RI, dan
terakhir, sebagai rektor Institut Kesenian Jakarta.
Dari rencana tulis yang berjumlah 13 episode, 5 buah telah
diterbitkan, ialah Kereta Api Terakhir, Kadarwati, Wanita dengan
Lima Nama, Ibu Sinder, Rintihan Burung Kedasih, dan Suro
Buldog, Orang Buangan Tanah Merah; dan yang non-masa
Revolusi, Tusuk Sanggul Pudak Wangi, yang mengisahkan
lahirnya kerajaan Majapahit.
http://dewi-kzanfo/ 192 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sudah menjadi tekad Pandir Kelana, dengan ridho Tuhan
yang Mahakuasa, untuk dapat mempersembahkan episode yang
ke-13 nanti, pada ulang tahunnya yang ke-75, yang jatuh pada
hari Sabtu Wage, 4 April, tahun 2000. Di samping tanda-tanda
jasa yang lain, negara juga menganugerahkan Bintang
Mahaputra Utama padanya. (Oo-dwkz-Oki-Ray-oO) Sinopsis : Revolusi kemerdekaan Indonesia tidak hanya melibatkan
pemuda-pemuda pejuang saja, akan tetapi juga seluruh lapisan
19 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
masyarakat Itulah nampaknya yang hendak diungkapkan oleh
Pandir Kelana. Novel Ibu Sinder yang ada di tangan para pembaca sekarang
ini, menceritakan perjalanan seorang wanita Ningrat, Ibu Sinder,
yang buta aksara manakala hanya diukur dari penguasaan huruf
Latin, namun sebenarnya wanita itu seorang sastrawat Jawa.
Pasang-surut kehidupannya bermula semenjak ia dinikahkan
dengan seorang sinder - pengawas sebuah perkebunan di
zaman Helanda. Suratan nasib akhirnya membawanya ke
lingkungan "wanita sesat jalan" di kampung Balokan,
Yogyakarta. Di tempat itulah para pembaca akan menemukan, seorang
ibu, hasil didikan tradisional lingkungan keraton Jawa, yang kuat
pribadinya, tinggi rasa kemanusiaannya, serta tulus sikap
kerakyatannya, dan seorang wanita pejuang yang berjuang
dengan jalan dan caranya sendiri.
http://dewi-kzanfo/ 193 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mungkin para pembaca akan bertanya-tanya, apakah Ibu
Sinder hanya tokoh fiktif belaka, ataukah keberadaannya
memang benar-benar nyata" Yang bisa menjawabnya hanya si
penulis sendiri, Pandir Kelana.
20 32. Memanah Burung Rajawali Trilogi Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Selatan 24-26 Lt 6 Jakarta 10270
ISBN 979-511-178-7 (Oo-dwkz-Oki-Ray-oO) http://dewi-kzanfo/ 194 (http://cerita-silat.mywapblog.com)
21 Pendekar Bodoh 20 Pendekar Rajawali Sakti 208 Ancaman Dari Utara Suling Naga 2

Cari Blog Ini