halaman 1 1 SETAHUN JADIAN Setahun Jadian SABTU. Jam dinding menunjukkan pukul 18.45. Tak terasa sudah satu jam Maya, perempuan cantik berumur 21 tahun, berdiri di depan cermin untuk memastikan baju yang dia pakai sempurna. Padahal biasanya ia tidak pernah seperti ini, berlama-lama menghabiskan waktu di depan cermin adalah sesuatu yang sangat bukan Maya. Namun, hari ini semuanya berubah karena merayakan satu tahun jadian dengan pacar adalah sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya. Itu sebabnya malam ini ia ingin terlihat cantik. Adalah sesuatu yang membanggakan bagi seorang perempuan bila menerima pujian itu dari seseorang yang sangat spesial, misalnya seperti Hari bagi Maya.
Sekali lagi Maya bercermin memastikan rok hitam selutut dan kaos berlengan pipa dengan warna yang sama yang dipakainya terlihat sempurna. Rambutnya yang sepunggung dibiarkan lurus terurai. Sekarang, ia mulai berdandan. Menaburkan bedak, mengenakan maskara (dengan berkali-kali kelilipan) dan berlipstik glossy merah muda Sambil berdandan, Maya berpikir dalam hati.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 2 Kayak apa yah rasanya dinner nanti malem"
Setaun jadian" Ih, seneng bangeeet.
Gue belum pernah selama ini jadian sama cowok.
Mungkin gak sih Hari ngajak gue ke Jakarta" Ketemuan sama orangtua-nya"
Ma" Pa" Kenalin nih calon istri Hari... Orang yang pengen Hari nikahin" hahahaha"
Maya tersenyum memikirkan khayalannya. Ia lalu mengenakan sepatu bertali minimalis dengan hak tujuh senti yang sengaja ia beli minggu lalu bersama Rini untuk malam ini. Tak lama terdengar suara bel rumah. Maya melirik jam di pergelangan tangan kanannya, tepat jam tujuh malam.
"Maaay... Hari jemput tuh." Terdengar suara Mamih memanggil.
"Iya Mam, sebentaaar." Maya meraih tas pesta warna merah bertabur manik-manik dan bergegas menuju ruang tamu sambil berusaha menjaga keseimbangan badan berjalan dengan sepatu ber-hak tujuh senti.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 3 "Mau kemana nih?" tanya Mamih ketika Maya melintas ruang tengah.
"Jalan sama Hari, Mih... Biasaaa..."
Senyum Mamih mengembang melihat Maya yang berjalan kaku seperti robot dengan sepatu hak tingginya itu. "Liat tuh Pih, anak kita sekarang udah mulai belajar pake sepatu hak tinggi," ujar Mamih. Papih yang sedang membaca koran menjawab dengan tawa.
"Kamu cantik banget malem ini," Hari tersenyum lebar begitu Maya muncul di ruang tamu. Ia terlihat menyembunyikan sesuatu di balik punggung dengan tangan kanan.
"Makasih... " balas Maya sambil tersenyum malu.
"Met setaun jadian ya, May." Hari tak putus mengagumi Maya. "Nih, aku bawain hadiah buat orang secantik kamu." Ia lalu mengeluarkan sesuatu dari balik punggung.
"Aduuuh... bagus banget!" Maya langsung mencium harum sebuket mawar yang baru saja diberikan Hari. "Makasih yah, Har."
"Yuk, kita pergi sekarang," ajak Hari. Mereka lalu berpamitan pergi pada orangtua Maya dan berjalan menuju mobil yang diparkir Hari di depan rumah.
Begitu masuk, interior mobil terlihat bersih dan wangi. Dashboard yang mengkilat dan di jok belakang hanya ada jaket hitam Hari yang tergeletak. Memang begitu seharusnya ketika seorang laki-laki menjemput pacar. Mobil yang bersih dan wangi membuat seorang perempuan merasa sangat dihargai.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 4 Ma" Pa" Kenalin, Ini Amaya
Hari menjalankan mobil dengan kecepatan rendah. Ia memutar sebuah CD jazz.
I"m in the mood for love
Simply because you"re near me
Funny but when you"re near me
I"m in the mood for love
Heaven is in your eyes Bright as the stars whirl under
Oh is it any wonder i"m in the mood for love
"Enak nih lagunya."
"Kamu suka?" Maya mengangguk. "Romantis."
Hari tersenyum. "John Pizzarelli, judul albumnya Kisses in the Rain."
"Hihihi... Nggak kenal."
"Makanya, sekali-kali dengerin jazz dong May. Jangan dengerin Metallica terus."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 5 "Nggak kok, nggak dengerin Metallica aja... Kadang-kadang dengerin Pas, Linkin Park, /rif, Korn, Seurieus... "
"Daripada musik metal lebih baik musik jazz "kan May," Hari tersenyum. Satu alis kanan terangkat.
Maya tertawa. Mobil sedan warna silver milik Hari memasuki pelataran parkir Rooms Caf". Beberapa mobil sudah terparkir memenuhi sebagian tempat. Sampai di lobby, seorang petugas vallet parking berseragam hitam putih lengkap dengan dasi kupu-kupu mengambil-alih mobil.
Hari menggenggam tangan Maya memasuki Rooms Caf". Seorang pelayan caf" berjalan mengantarkan mereka menuju meja yang sudah di-booking Hari di lantai dua, dekat jendela. Saat melintas, terlihat meja-meja kayu berwarna coklat yang dikelilingi sofa dan kursi dengan berbagai macam gradasi warna coklat, terlihat masih kosong. Banyak terdapat papan kecil bertuliskan "reserved" diletakkan di atas meja. Sebuah cermin berukuran raksasa dengan frame ukiran warna emas mendominasi dinding, dilengkapi dengan sorot lampu temaram.
"May, aku udah order makanan buat kita kemaren pas sekalian booking," ujar Hari sambil merapikan kemeja biru gelapnya.
"Oh ya?" -------------------------------------------------------------------------------halaman 6 Hari mengangguk. "Salad, fillet de boeuf sama cheese cake. Favorit kamu kan?"
"Yep." Maya tersenyum.
"Kamu lebih suka minum air putih atau orange juice "kan?"
Maya tersenyum. "Kalo ini UTS, kamu udah dapet nilai A buat mata kuliah "Mengingat Makanan Favorit Pacar" loh Har, kreditnya 3 sks lagi."
Giliran Hari tertawa. Pada saat yang bersamaan, Maya memperhatikan Hari dalam-dalam.
Duh, ganteng banget sih cowok gue ini.
Bisa-bisanya bikin gue cinta mati sama dia.
Hari... pinter, ganteng, baek, gentle, ngertiin gue, dia tau apa yang gue suka... I couldn"t ask for more.
Dia orang yang sempurna banget buat gue.
Mereka menikmati dessert sambil menikmati view kota Bandung seusai makan malam. Denting piano dan gesekan lembut biola membuat malam itu menjadi lebih spesial dari biasanya.
"Har, makasih loh kamu udah ngajak aku ke sini buat ngerayain setahunan kita," ujar Maya sambil memotong cheese cake. "Tempat ini kan mahal banget, Har."
"Ah ngga apa-apa kok, aku memang udah lama pengen ngajak kamu ke sini. Malam ini spesial dan aku ngajak seseorang yang spesial... Jadi aku harus ngajak kamu ke tempat yang spesial juga dong," ujar Hari dengan tatapan mata yang "mematikan".
-------------------------------------------------------------------------------halaman 7 "It means a lot to me..." ujar Maya pelan.
Hari tersenyum sambil menikmati ice coffee latte. Sesaat keduanya terdiam. Hanya denting piano dan gesekan biola yang berbicara.
"May, sebetulnya aku ngajak kamu ke sini... karena memang ada sesuatu yang pengen aku omongin sama kamu." Kali ini wajah Hari terlihat serius.
"Mau ngomongin apa, Har?"
Wow, apa Hari mo ngasih kejutan yang laen lagi buat gue"
"Uhuk... uhuk..."
Hari terbatuk-batuk kecil. Ia lalu meraih kedua tangan Maya.
"May..." "Yah, Har?" "Aku pengen ngomong sesuatu yang "penting"."
Hari terdiam beberapa saat sebelum meneruskan kata-katanya. Sekilas tercium harum bunga sedap malam yang terbawa angin.
"May... kamu tau, kita udah sama-sama dewasa. Bukan anak kecil lagi. Kita udah harus mulai mikirin masa depan kita. Sebentar lagi, kamu mau diwisuda... dan sebagai laki-laki, aku ngerti bahwa kamu butuh kepastian."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 8 Maya tersenyum. Kali ini jantungnya berdegup kencang. Rasanya jauh lebih kencang daripada saat pertama kali ia naik Halilintar di Dufan saat SMP.
Sebagai laki-laki, aku ngerti bahwa kamu butuh kepastian.
Maksudnya apa nih" Ngajakin gue ketemuan sama orangtua-nya"
Iya kan" Cowok kalo udah ngomong gitu pasti udah mulai mikirin buat ngenalin sama orangtua-nya dong.
Tuh kan... berarti gue gak salah ngehayal tadi sore J .
"Tapi sebelumnya, aku pengen kamu tau... kalo buat aku, kamu adalah seseorang yang hebat... cantik, pinter, perhatian, pengertian... "
Oh please. Gue emang gitu kok...
Hahahaha... "Dan sebelum kita lebih jauh lagi, misalnya seperti ngomongin hal-hal yang serius buat hubungan kita ke depannya... aku... aku..." Tenggorokan Hari seperti tercekat dan kering. Ia cepat-cepat membasahi tenggorokan dengan segelas air putih sebelum meneruskan kata-katanya.
Dan sebelum kita lebih jauh lagi, misalnya seperti ngomongin hal-hal yang serius buat hubungan kita ke depannya...
-------------------------------------------------------------------------------halaman 9 Lo mo ngajak gue ketemuan sama orangtua lo kan, Har"
Ah, ini sih udah pasti. Hmmm... aduuuh gue tegang banget nih" Gua pasti bakal diajak Hari ke Jakarta buat nemuin keluarga dia"
Ketemu calon mertua"
Aduuuh... gue mesti gimana" Pake baju apa" Harus ngomongin apa"
Duh deg-degan deh gue"
"Aku... uh..." Hari terdiam beberapa saat, sepertinya ia ingin memberikan sebuah efek dramatis.
"Aku apa, Har?" tanya Maya tidak sabar. Detak jantungnya terasa lebih cepat.
Ma" Pa" kenalin nih pacar Hari" namanya Amaya Sumardi"
Orang yang nanti pengen Hari nikahin"
"Aku... uhm... pengen... kita temenan aja."
| lanjut | kembali | atas | bawah | daftar isi | depan
halaman 11 2 BUKANKAH SEMUA ORANG PASTI INGIN MELAKUKAN YANG TERBAIK BAGI PASANGANNYA"
Putus "PUTUS maksudnya?"
Maya mencoba menerjemahkan arti kata aku pengen kita temenan aja yang baru dikatakan Hari.
Apa Har" Lo barusan minta putus"
Ah, Hari pasti gak serius.
Eh... tapi Hari gak ketawa...
Kok putusin gue" Kok bukannya ngajak gue ke Jakarta sih Har" Bukannya elo mo ngenalin gue ke orangtua"
Apa gue gak salah denger, Har"
Ini pasti ada sesuatu yang salah sama telinga gue!!!
"Uhm... ya, sebagai pacar... secara teknis kita udah ngga pacaran lagi ya, May. Tapi kalo sebagai temen... Aku pengen kita tetep seperti itu," ujar Hari sambil menatap Maya dalam-dalam.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 12 "Kok putus sih" Aku boleh tau kenapa kamu pengen kita temenan aja, Har?" Mata Maya terasa panas dan kakinya lemas.
Putus" Nggak bisa! Nggak bisa! Gue kan sayang banget sama dia... Gila apa kalo dia mutusin gue"
Gue masih ngarepin kalo gue salah denger.
Gue masih ngarepin kalo ini cuma mimpi.
Gue masih ngarepin kalo ini cara becanda Hari yang sangat-sangat gak lucu.
Hari menarik nafas panjang. "Well... Gimana ya neranginnya ke kamu" Aku takut kamu ga ngerti."
"Try me," Maya jutek.
Mendengar Hari mengatakan aku takut kamu ga ngerti, Maya mengartikan Hari menganggapnya bodoh.
Kalo Hari bener-bener pengen putus...
Ini bener-bener mimpi buruk buat gue!
"Uhm... gimana ya, aku bingung gimana neranginnya... err... " Hari mengetukkan jemari di atas meja. "Gini May, kamu tau... kita berdua bukan anak kecil lagi... udah sama-sama dewasa, udah harus mikir panjang... "
"Ok... ok... Tadi kan yang ini udah dibahas... Trus ... trus... trus?" ujar Maya dengan tidak sabar.
Gue harus tenang. -------------------------------------------------------------------------------halaman 13 Gue gak boleh emosi. Gue harus denger alesan Hari.
"Dan kamu... bentar lagi kan mau diwisuda... kerja... dan yang pasti nikah. Aku ngerti banget sebagai perempuan kamu pasti nanya mau dibawa ke mana hubungan kita ini "kan?"
"Uh huh," Maya mengangguk. "Dan intinya?"
"Aku ngga mau May kasarnya "mempermainkan" kamu. Lebih lagi kamu adalah seseorang yang spesial..."
"Spesial, Har?"
Senyum yang mengembang dari wajah Hari seperti sesuatu yang dipaksakan.
"Kalo aku memang spesial kenapa kamu sampe mutusin aku?"?"
"May... kalo aja kamu ngerti, ini ga gampang buat minta putus dari kamu... Tapi, aku terpaksa, May. Aku ngerasa ga pantes buat jadi pacar kamu."
"Biar gampang, sekarang aku tarik benang merahnya aja yah," Maya berusaha menahan emosi.
"Pertama, kamu bilang kalo aku ini adalah orang yang spesial. Kedua,
kamu ngerasa gak pantes buat jadi pacar.
Ketiga, karena alesan itu kamu minta putus.
Nggak logis banget kan?"
Bilang itu sekali lagi... gue cek"k loh, Har.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 14 Hening. "Ya... Selama ini aku sadar kalo aku selalu ada di "bawah" kamu, May," ujar Hari dengan kedua tangan membentuk tanda petik. "Aku dua tahun di atas kamu, tapi aku masih belum lulus."
"Itu nggak masalah kok."
"Sementara kamu sendiri sebentar lagi diwisuda... Mulai dengan kehidupan baru kamu kerja di perusahaan yang udah lama jadi impian kamu."
"T-tapi..." "Kamu ngerti bahasa Prancis... Aku" Sama sekali ngga tau apa-apa."
"Tapi..." "Kamu bisa bela diri... Aku ngga."
"T-tapiii..." "Masa depan kamu cerah, May. Ngga seperti aku. Itu sebabnya aku pengen kamu dapetin orang yang lebih baik. Aku... aku... ngga pantes buat kamu," Hari menundukkan kepala.
Entah kenapa kali ini kata-kata Hari itu mampu membuat mata Maya basah.
Hatinya perih membayangkan bila harus kehilangan Hari. Orang yang selama satu tahun terakhir ini mengisi hidupnya. Orang yang selalu mengajaknya melihat bintang. Orang yang bisa membuatnya tersenyum bahagia, tertawa dalam duka dan yang terpenting membuatnya selalu ingin melakukan yang terbaik.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 15 Sedih, kesal, marah dan kosong bercampur jadi satu membungkus perasaan Maya saat ini. Tapi di lain pihak, apa yang dikatakan Hari adalah benar.
"Har..." Maya berusaha meraih tangan Hari.
"Kamu ngerti kan, May?"
"Aku nggak pernah mikirin hal yang kamu bilang tadi, Har. Aku sama kamu tuh... uh... Gimana yah... Aku ngerasa cocok aja sama kamu. Karena kamu, aku bisa ngelakuin segala sesuatu dan berusaha untuk jadi yang terbaik."
"Tapi kamu terlalu baik buat aku, May..."
"Bukankah semua orang pasti ingin melakukan yang terbaik buat pasangannya, Har?"?" tukas Maya cepat sambil berusaha menahan air mata yang menetes.
Gue nggak pengen putus sama Hari.
Please, Har... gue tuh udah ngerasa cocok banget sama elo.
"Tapi itu justru susah buat aku... Lama-lama jadi beban, May."
"Susah gimana" Jadi beban gimana" Tolong bikin aku ngerti, Har." Maya terus memberondong Hari dengan pertanyaan.
Gue masih pengen mempertahankan hubungan gue sama Hari. I"d do anything!
Bahkan sampe ngemis juga gue rela.
Ngemis untuk seseorang seperti Hari kan wajar banget!
-------------------------------------------------------------------------------halaman 16 Gue rela, yang penting Hari nggak ninggalin gue.
"May... ini masalah pride, sebagai laki-laki seharusnya aku bisa lebih dari kamu. Coba kamu pikirin lagi apa yang udah aku bilang... Kalo selama ini emang bener, aku ada di bawah kamu... dan terkadang itu ngebuat aku ngerasa aku bukan laki-laki."
Sesaat Maya terdiam. Ia melarikan pandangannya ke luar. Tapi pandangan itu kosong. Sulit bagi Hari untuk mengartikannya.
"Tolong jangan bikin ini tambah susah... Aku udah bilang bahwa untuk putus dari kamu bukan hal yang gampang. Kamu pantes dapetin seseorang yang lebih baik dari aku."
"Semua alesan yang udah kamu bilang itu nggak cukup buat bikin kita putus!"
Tidak ada respon dari Hari.
"Har, please dengerin aku..." Maya mengiba. "Aku sayang kamu banget, Har... Masa sih kamu nggak bisa ngeliat itu?"
Hari tetap diam. "Aku nggak bisa ya ngerubah pendirian kamu?" Maya menghapus air mata yang mengalir perlahan di pipi.
Hari, gue tuh udah terlalu sayang banget sama lo...
Please bilang Har kalo ini semua nggak bener.
Please bilang kalo pendirian elo bisa dirubah.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 17 Hari menggeleng. "Kamu adalah yang terbaik dan karena itu kamu sangat pantes dapetin yang terbaik juga."
Maya menatap Hari lurus-lurus.
Cowok ganteng ini, yang sekarang ada di depan gue... orang yang gue sayang banget dalam sejarah gue pacaran, minta gue cuma jadi temennya aja"
Nggak ada orang lain yang bisa gue sayang banget selain elo.
Har, apa lo nggak tau sedalem apa gue sayang sama elo"
"Justru kamu yang terbaik buat aku, Har."
Hari menggeleng untuk yang kesekian kalinya. "Ngga, May. Bukan aku yang terbaik buat kamu. Tolong jangan bikin semua keputusan ini sulit. Jadian sama kamu adalah sesuatu yang indah... dan aku pengen hubungan kita berakhir dengan indah."
Mulut Maya bergetar, ia tidak sanggup menahan air mata yang makin lama menggenang. Hatinya berteriak-teriak menolak keputusan yang secara sepihak itu. Rasanya ia terlalu lemah untuk menganggukan kepala, menerima keputusan Hari bagi hubungan mereka berdua yang pada akhirnya harus tutup buku, selesai.
Tanpa banyak bicara Hari langsung memeluk Maya. Wajah Maya tenggelam dalam pelukan sambil menangis kuat-kuat. Harianto Prabowo, separuh tarikan nafas hidup itu kini memilih pergi.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 18 "Aku bakalan susah ngelupain kamu, May."
Lost In Space You are my soul satellite
I"d be lost in space without you
(Lost in Space - Lighthouse Family)
MAYA tidak pernah mengenal kalimat diputuskan oleh seorang laki-laki. Selama ini, sulit dibuktikan dengan statistik ada berapa puluh laki-laki yang harus "menderita" karena diputuskan Maya.
Selalu Maya yang memutuskan semua yang pernah jadian dengannya. Tidak pernah tidak.
Maya adalah: Seorang perempuan dengan gelar spesialis penolak pernyataan cinta dan ratu spesialis memutuskan cinta. Sebagai perempuan, Maya beruntung dikaruniai wajah yang cantik. Badannya berisi karena ia menekuni taekwondo dengan serius sampai berhasil meraih sabuk hitam. Selain itu, prestasi akademiknya pun layak dikagumi. Lulus dari Teknik Elektro " Universitas Bumi Parahyangan dengan predikat cum laude adalah bukan sesuatu yang dapat diraih dengan mudah.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 19 Di balik segala itu, bila berhadapan dengan sebuah masalah, ia tenang dan berusaha mencari solusi yang terbaik. Tapi jangan coba-coba mengusik dia. Berurusan dengan Maya adalah mimpi buruk.
Ia bukan tipe perempuan yang senang berdandan dan menghabiskan waktu berlama-lama ke salon untuk creambath, manicure atau pedicure. Ia nyaris membiarkan wajahnya polos tanpa make-up. Tapi semua itu tidak membuat kecantikannya berkurang. Justru karena kesan natural ditambah otaknya yang berisi membuatnya memiliki banyak "penggemar".
Dan sekarang, untuk pertama kalinya dalam sejarah ia merasakan penderitaan karena diputuskan Hari, seorang laki-laki yang bisa membuatnya berkata: "akhirnya gue dapetin seseorang yang selama ini gue cari". Maya harus tabah menerima permintaan Hari untuk mengembalikan hubungan mereka back to square one, kembali menjadi hubungan pertemanan biasa.
Usai Hari mengantarkannya pulang, Maya terbaring lemas di tempat tidur sambil menatap langit-langit.
Har... Kok putusin gue" Kok tega sih, Har" -------------------------------------------------------------------------------halaman 20 Apa gue salah kalo gue pengen ngelakuin yang terbaik"
Gue belajar jungkir balik sampe jam dua pagi supaya gue bisa lulus kuliah dengan predikat cum laude.
Gue belajar bahasa Prancis karena gue emang pengen itu jadi nilai tambah buat gue kalo kerja nanti.
Semua itu biar bikin elo bangga...
Kenapa itu justru jadi sesuatu yang bikin elo mutusin gue"
Apa salah Har kalo gue pengen ngelakuin yang terbaik buat elo dan buat diri gue sendiri"
Apa sih yang ngebuat elo ngga ngerasa jadi laki-laki"
You have no breasts, of course you"re a guy!
Silly.
Kok Putusin Gue Karya Ninit Yunita di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Maya memalingkan pandangan pada poster Metallica yang tergantung di salah satu dinding. Ia beranjak untuk memutar lagu Fade To Black yang selalu ampuh untuk mengobati bila ia sedang sedih. Tapi kali ini, gagal. Ternyata perasaan sedih itu tetap singgah, tidak bisa dihilangkan dengan mudah.
Maya akhirnya meraih CD Lighthouse Family yang pernah diberikan Hari. Lagu Lost In Space adalah lagu kesayangan Hari yang diikrarkannya sebagai theme song mereka berdua. Saat sering menghabiskan waktu memandang bintang, Hari selalu memutar lagu ini.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 21 You are my soul satellite
I"d be lost in space without you
Maya merebahkan diri ditempat tidur sambil meraih sebuah frame dari kayu berwarna coklat gelap yang berisi foto Hari.
Semua orang bilang kalo kita berdua adalah pasangan yang cocok banget, Har.
Maya dan Hari. Seperti... Romeo dan Juliet.
Jihan dan Primus. Barbie dan Ken. Maya membiarkan jari telunjuknya menyusuri foto Hari.
"Aduh" mata itu?" gumam Maya.
Pandangan mata itu yang mampu membuat Maya salah tingkah ketika pertama kali mereka bertemu. Tajam, dingin tapi memberikan sensasi yang luar biasa.
Melihat foto mereka berdua membuat Maya serasa memasuki mesin waktu, kembali ke masa lalu, saat pertama ia mengenal Hari.
Adalah ketidaksengajaan yang mempertemukan mereka. Setahun yang lalu, saat Maya harus ke Jakarta untuk urusan keluarga, ia bertemu Hari. Kereta Api Parahyangan jam 5 pagi, gerbong pertama. Hari duduk persis di sebelah Maya.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 22 "Hai," tiba-tiba laki-laki ganteng berjaket jeans biru gelap tanpa kumis itu menyapa Maya. Ia langsung menaruh tas ransel warna hitam di rak besi kabin dan duduk di sebelah Maya.
"Tinggi 1,75 M. Rambut rapi ber-gel. Wangi. Matanya tajem kayak matanya Andy Garcia. Badannya bagus J ummm..." Maya memberi penilaian dalam hati. Sapaan si laki-laki ganteng itu mengusik Maya yang sedang melamun memperhatikan beberapa penumpang kereta yang baru masuk mencari tempat duduk.
Sebetulnya ia paling anti berbicara dengan seseorang yang duduk di sebelahnya dalam kereta dan lebih memilih untuk berpura-pura tidur secara sengaja dengan mulut menganga yang bisa membuat seseorang yang berhasrat ingin berkenalan bisa langsung mengundurkan diri (karena kelakuan Maya itu membuatnya turn off). Siasat itu selalu berhasil untuk menghindari percakapan basa-basi berdasarkan pengalaman yang berakhir dengan,
"Uhm... mmm... Ngomong-ngomong ada yang marah ngga ya kalo saya main ke rumah kamu?"
"Ini kartu nama saya, Hutomo Adiputro. Oh ya... by the way, saya regional manager di perusahaan penerbangan internasional loh dan MASIH SINGLE."
"Ada yang jemput ngga nanti di stasiun" Kalau ngga keberatan, saya bisa nganterin kamu ke rumah."
Tidak berbicara tapi terus menerus memandangi Maya dengan tatapan "mupeng".
-------------------------------------------------------------------------------halaman 23 Tapi Hari adalah pengecualian.
Begitu melihatnya, ada perasaan aneh yang muncul. She feels butterfly in her stomach. Maya tidak lagi melancarkan jurus tidur dengan mulut menganga. Sebaliknya, ia justru ingin percakapan dengan orang ganteng yang ia curigai mirip seperti seorang finalis cosmo-men tahun lalu yang ada disampingnya itu berlanjut.
Is it love at first sight"
Of course it is. "Mau?" ujar Hari menyodorkan kantung kertas yang berisi donat. "Aku belum sarapan, kebetulan tadi sengaja beli donat banyak."
"Uhm... Nggak usah, makasih... Gue nggak laper," Maya menolak dengan halus.
Bohong! Bohong! Bohong! Jujur, ia sendiri memang lapar. Terlebih lagi semalam ia tidak makan karena terlalu mengantuk dan lebih memilih untuk tidur.
---KRUUUUK... KRUUUK...---------------------------------------------------------------------------------halaman 24 Tiba-tiba perutnya mengeluarkan suara yang sangat tidak diinginkan. Maya dengan sigap melipat kedua tangan sambil menekan kuat-kuat ke arah perut untuk meredam suara itu.
Si ganteng itu tersenyum. "Yakin nih kamu ngga laper?"
Maya diam. Mukanya memerah.
"Ambil aja, nih... GRATIS kok." Si ganteng itu secara spontan menaruh kantung kertas yang berisi donat di pangkuan Maya.
"Uh-huh..." Maya akhirnya menerima tawaran.
"Nah, gitu dong... Kan enak nih sarapan bareng-bareng."
Maya tersenyum. "Thanks yah, tadinya gue mo ngorder makanan di kereta."
Kereta mulai berjalan pelan meninggalkan stasiun Bandung. Sambil menikmati donat pemberian si ganteng, Maya kembali memperhatikan orang-orang dalam kereta. Penumpang kereta didominasi oleh orang-orang yang sudah rapi berpakaian kerja. Seorang perempuan muda yang duduk di sisi kanan berpakaian sangat rapi dengan blazer coklat muda dan rok selutut, terlihat berkali-kali membuka map yang berisi CV, mungkin ia ke Jakarta untuk persiapan interviu kerja. Seorang bapak berumur sekitar lima puluhan terlihat sibuk terlibat percakapan dengan seseorang melalui handphone.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 25 "By the way, kamu mau ke mana?" tanya laki-laki ganteng murah hati pemberi donat itu.
"Uh... let"s see..." Maya mengeluarkan tiket kereta dari saku celana jeans-nya. "Ini kereta api Parahyangan dan gue turun di Gambir. Sangat masuk akal kalo gue mo ke Jakarta mungkin yah."
"Kamu lucu ya..." Puji si ganteng tulus.
Mereka berdua tertawa. "Sorry... Dari tadi aku belum tau nama kamu." Si ganteng itu memandangi Maya dalam-dalam. Padangannya tajam, tanpa ekspresi tapi maut.
"Amaya." "Harianto." "Panggil aja gue Maya."
"Kamu bisa manggil aku Hari."
Perkenalan yang biasa saja, tidak ada acara sodor tangan dan bersalaman. Padahal sebetulnya Maya ingin merasakan genggaman tangan si ganteng yang bernama Hari. Maya terkadang menyimpulkan orang dari cara bagaimana ia bersalaman.
Orang yang bersalaman dengan erat bisa diartikan seseorang yang bersemangat, hangat, optimis, pede... atau juga menunjukkan bahwa ia pria berotot kawat bertulang baja.
Orang yang bersalaman dengan lemah diartikan Maya sebagai orang yang tidak punya tenaga, lapar, tidak bersemangat dan dingin.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 26 Hmmm... Mungkin benar mungkin juga tidak.
Tapi begitulah Maya. Tiga jam lebih perjalanan Bandung " Jakarta, seperti bisa ditempuh dalam waktu lima menit. Mereka membicarakan hal-hal yang ringan dan standar seperti film favorit, kuliah di mana, hobi dan bukan hal-hal yang berat seperti apakah Pluto itu termasuk planet atau bagaimana caranya orang-orang Mesir jaman dulu membangun piramid.
Saat kereta memasuki Gambir, Hari bertanya,
"Maaf, aku boleh tau nomor handphone kamu?"
Maya tersenyum. Untuk pertama kalinya dalam dua puluh tahun terakhir, ia memberikan nomor handphone-nya pada seseorang yang baru ia kenal dalam kereta.
--- Setelah telepon pertama, seusai Maya tiba kembali di Bandung, mereka akhirnya semakin dekat. Pertemuan itu berlanjut terus sampai setahun yang lalu Hari menyatakan perasaannya pada Maya.
Membayangkan putus dari Hari saja ia tidak pernah. Maya sangat yakin ia cocok sekali dengan Hari. Maya yakin sekali suatu saat Hari akan membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 27 Padahal... setiap hari, setiap menit, setiap nafas, Maya tidak pernah berhenti menyayangi Hari. Perasaan hampa langsung menyergap ketika ia sadar akan pilihan Hari pergi dari setiap hembusan nafas itu.
Maya terus memandangi foto Hari dalam frame kayu coklat gelap sampai akhirnya mendekap frame foto itu erat-erat. Satelit hati itu memilih pergi. Air matanya kembali menetes.
And I'll never lose my faith in you...
Ketika bait terakhir lagu Lost in Space terdengar, Maya perlahan menutup kelopak matanya.
"Padahal gue nggak pernah sedikit pun meragukan elo, Har... "
| lanjut | kembali | atas | bawah | daftar isi | depan
halaman 29 3 CINTA MATI Minder" "AKU pengen kita temenan aja,"
Maya mengulang apa yang dikatakan Hari saat perayaan satu tahun mereka.
"Ah jangan ngajak gua becanda, May." Rini masih tidak percaya mendengar Maya membuat pengakuan bahwa hubungannya dengan Hari sebagai pacar sudah berakhir.
"P.U.T.U.S Putus. Udahan. Tamat. The end. El extremo. C"est fini. Das ende. O fim. -------------------------------------------------------------------------------halaman 30 Selesai, sampai jumpa lagi," ujar Maya kembali menegaskan.
"HAH" Gila lu... Kok setaun ngerayain jadian, kalian malah putus sih say?"
Kantin kampus Universitas Bumi Parahyangan saat itu terlihat sepi karena sebagian mahasiswa sudah masuk ruang kuliah. Hanya ada Maya, Rini dan tiga orang laki-laki duduk secara terpisah di meja yang berjauhan.
Mendengar suara Rini yang bervolume tinggi, otomatis ketiganya menoleh.
"Ini konser rock?" ujar salah satu dari mereka dengan nada sinis. "Eh Mayaaa... kirain siapa..." Ketika melihat Maya, wajahnya langsung berubah romantis.
"Sssh... Pelan-pelan dong kalo ngomong," pinta Maya sambil memberi isyarat agar Rini mengecilkan volume suara.
"Sorry, May. Nafsu nih gua.
Oke, gua ulang sekali lagi... Ngerayain setahunan jadian, kok kalian malah putus siiih?"
Maya menarik nafas panjang. "Lo kalo nanya itu jangan ke gue, salah alamat. Nanya-nya sana sama Hari."
"Baru sekarang nih gua denger ada kasus yang kayak gini. Keterlaluan tuh Hari, ga tau apa sobat gua ini bela-belain beli sepatu hak tujuh senti buat acara dinner setahunan kemaren"! Lu pengen gua ngapain Hari, May" Lu mau ngga kalo gua manggil anak-anak taekwondo kampus buat ngeroyok dia?" Rini mengepalkan tangan. Geram.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 31 "Udah lah, Rin. Kita putusnya baek-baek kok."
"Mana ada putus baek-baek, May?" ujar Rini sengit.
Maya menunduk. Kelopak matanya kembali basah oleh air mata.
"Basi banget deh tuh orang."
Maya menarik nafas panjang.
"May... Alesannya apa sih sampe dia mutusin lu segala?" Ekspresi wajah Rini masih terlihat geram.
"Dia bilang, dia nggak pantes buat gue, Rin... Dia bilang gue terlalu baik buat dia karena dia ngerasa gue selalu ada di atas dia. Menurut dia, semua ini tentang pride dia sebagai laki-laki... dan jadian sama gue, ngebuat dia nggak ngerasa jadi laki-laki."
"Oh ya" Itu alesan dia mutusin elu, May?" volume suara Rini mengecil.
Maya mengangguk lemah. "Oooh... Gua pikir... bukan itu alesannya. Hmm... Susah juga ya." Kekesalan Rini mereda. Dalam hati ia memang setuju dengan pendapat Hari. Terlebih lagi dari segi prestasi, Maya selalu ada di atas Hari.
"Kok bisa-bisanya pacaran sama gue dia ngerasa nggak jadi laki-laki. Jelas-jelas dia ngga punya "dada"... Itu yang bikin gue nggak ngerti Rin," Maya tersenyum getir.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 32 Rini menyeruput segelas orange juice yang ada di hadapannya. Sesekali ia mempermainkan sedotan plastik warna biru sambil mendengarkan Maya curhat.
"Errr... gimana yah," Rini menarik nafas. "Kesimpulan gua sih dia minder sama elu."
"Salah nggak sih kalo gue pengen ngasih yang terbaik buat dia?" Maya masih menangis pelan.
Rini terdiam. "Gue aja nggak pernah mikirin kayak gitu. Dia yang buka forum. Kata dia, gue yang dua tahun di bawah dia bentar lagi mo wisuda... Sedangkan dia, masih ada sisa kuliah yang belum beres..."
"..." "Gue nggak pernah ngangkat semua ini jadi isu. Bagi gue nggak penting. Yang penting buat gue adalah gue sayang dia, dia sayang gue.
Titik. Gue tuh udah bukan sayang lagi sama dia, Rin. Gue udah cinta mati sama Hari. Mana bisa gue setahun sama dia kalo gue nggak cinta?"" Suara Maya terdengar lirih. Ia menempatkan keningnya di atas meja, menunduk dalam-dalam menahan tangis.
Rini membelai rambut Maya. "Ssssh... sshhh... "
Rini membiarkan Maya menangis. Rini memang sahabat yang baik dan pengertian. Memang inilah yang dibutuhkan seorang perempuan. Seorang sahabat yang mampu mendengarkan dan mampu merasakan. Saat seorang perempuan curhat, ia ingin didengarkan. Inilah yang membuat mereka nyaman dan merasa di-support. Kemampuan mendengarkan adalah kualitas yang dibutuhkan seorang perempuan dari siapa pun. Bila seorang perempuan merasa sudah didengarkan, ia akan mudah menerima solusi.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 33 Tak lama, Maya mengangkat wajahnya. Ia lalu menghapus air mata yang masih tersisa dengan kedua tangan.
"Nih, pake tissue May," Rini menyodorkan tissue dalam plastik berukuran saku.
"Thanks, Rin." "Udah, sekarang lu mendingan tenang dulu deh. Bentar gua beliin air putih dulu ya." Rini beranjak dari duduk dan mengambil sebuah botol kecil air mineral.
"Rin... Thanks banget yah," ujar Maya saat Rini menyodorkan botol air mineral.
"Udah sana, minum dulu." Rini kembali duduk.
Usai Maya membasahi tenggorokan, ia diam. Menopang dagu dengan tangan kanan. Kedua matanya sembab.
"Gua pikir, acara dinner setaunan kalian ngga kayak gini, May."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 34 "Gue juga nggak nyangka," Maya mengangkat bahu, masih dengan muka yang sedih.
"Di rumah, gua udah nebak kalo Hari malah mau ngajak elu ketemuan sama orangtua-nya gitu..." Rini tertawa getir.
"Gue pikir juga tadinya gitu. Gimana nggak mikir ke sana coba... Orang dia ngomong... kita udah dewasa, udah harus mulai mikirin masa depan, sebagai laki-laki dia ngerti kalo cewek butuh kepastian hubungan ini mo dibawa kemana..." Pandangan Maya menerawang sambil mengingat peristiwa Sabtu kelabu saat Hari memutuskannya.
"Ternyata..." "Iyah... Ternyata, dia malah mutusin gue bukannya ngajak gue ketemu sama orangtua-nya."
Hening. Rini mengernyitkan dahi, seperti sedang memikirkan sesuatu yang serius.
"May... Lu bener" Masih sayang Hari?"
"Gue cinta mati sama dia, Rin."
"Kenapa ngga kalo lu ngajak dia balik?" Rini menjentikkan jarinya.
Sekilas ada kilatan sinar di mata Maya. "Gue" Ngajak Hari balik?"
"Iya, kenapa ngga?"
"Hmmm..." "Orang jelas-jelas lu masih sayang gitu sama dia. Kenapa ngga minta balikan lagi aja" Ngga salah kan" Ngga ada kan peraturan di negara kita kalo perempuan ngajak balik itu salah?"
-------------------------------------------------------------------------------halaman 35 Siapa Sih" "IYA yah, Rin... Kenapa nggak?"
Bola mata Maya membesar. Seperti ada keyakinan baru.
Maya melirik jam tangan. Jantungnya berdegup kencang. Tiba-tiba perasaannya melonjak.
Ngajak Hari balik" Kenapa nggak gue coba sekali lagi"
Bener juga kata Rini. "Temenin gue yuk," ajak Maya pada Rini.
"Nemuin Hari?" "Maya mengangguk cepat. "Jam segini sih dia pasti masih ada di kampus."
"Ya udah kita cabs sekarang."
Maya dan Rini berjalan menuju pelataran parkir kampus yang sejuk berkat pepohonan di sekitarnya.
"Mau kemana May?" sapa seorang laki-laki teman kuliah Maya ketika mereka berpapasan di salah satu sudut kampus. "Gua anter ya..."
"Makasih, kebetulan saya bawa mobil." Maya tersenyum sopan dan meneruskan langkah.
"Iiih... itu kan Panji anak desain yang cool itu May," sikut Rini. "Kalo lu ngga mau" mendingan buat gua aja."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 36 Maya pura-pura tidak mendengar. "Tuh, mobil gue parkir paling ujung." Maya langsung menggandeng tangan Rini. Setelah Maya membuka mobil, Rini duduk dan memasang seat belt.
"Duh, panas banget ih," Maya segera menyalakan AC, mengikat rambut dan mengenakan kaca mata hitam. "Lo ngerasa gak sih, Rin, kalo Bandung sekarang tambah panas?" Maya menjalankan mobil dengan kecepatan rendah.
"Iya, makanya gua terpaksa motong rambut jadi pendek begini juga... Mana macet di mana-mana lagi."
"Trus lo merhatiin gak kalo banyak banget billboard di Bandung?"
"BANGET!... Segede-gede dinosaurus lagi, ngga cocok buat kota dengan jalan kecil!"
"Bandung kota billboard, udah bukan kota kembang lagi kali yeee..."
"Gua kangen banget Bandung tahun 80-an deh May. Jaman kita masih maen sorodot gaplok (nama permainan anak-anak Bandung dengan menggunakan batu berbentuk pipih yang ditaruh di telapak kaki dan sebagai sasaran adalah batu lain yang disimpan pada jarak beberapa meter. caranya kita harus berjalan engklek untuk menembak batu sasaran--permainan ini sekarang sudah jarang dimainkan lagi) dulu, kayaknya udara Bandung sejuk deh dan ga kenal macet. Lu liat aja jalan Purnawarman kalo macet bisa sampe depan Aquarius."
Mobil sedan hitam milik bergerak menuju kampus Hari yang terletak di daerah utara Bandung.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 37 "Lu yakin Hari ada di kampus, May?" ujar Rini sambil mengaitkan sebagian rambutnya yang pendek, di telinga.
"Yakin banget!" ujar Maya tanpa berkedip. Kalo Senin sih nggak tau kenapa dia selalu sibuk di himpunan."
"Ga lu coba telpon dulu say?"
"Mm... Gak usah deh, biar kejutan buat dia." Maya terus berkonsentrasi menyetir mobil. Bandung siang itu, seperti biasa, macet. Ada angkot jurusan Cicaheum"Ledeng yang mogok persis di depan mobil Maya. Suara klakson mobil ramai bersahutan.
"Bukan gueeee yang gak mo jalan... Gak liat apa ada angkot mogok di depan mobil gue," sungut Maya kesal dengan suara-suara klakson yang seperti menuduh bahwa dia-lah yang menghambat kelancaran lalu lintas. Sementara antrian mobil di belakangnya begitu rapat sehingga ia harus sabar menunggu beberapa menit untuk melewati angkot yang mogok itu.
Lima menit kemudian, ban mobil Maya kempes. Ia benar-benar kesal. Kenapa justru di saat ada suatu hal yang urgent, selalu ada hal-hal yang tidak diinginkan, muncul.
Senin itu, setiap detik terasa berharga. Perasaannya begitu meluap-luap untuk meyakinkan Hari agar kembali menjadi that someone special-nya.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 38 "Bete deh ih! Kalo lagi buru-buru pastiii aja suka ada yang aneh-aneh," sungut Maya. Ia mengarahkan mobil ke sisi trotoar.
"Udah... tenang aja. Tuh, untung ban mobilnya kempes deket tukang tambal ban," Rini menunjuk sebuah kios tambal ban di tepi jalan Siliwangi.
"Sialan nih, ada paku gede banget nancep di ban mobil gue," ujar Maya saat memeriksa ban yang terletak di bagian depan, kiri mobil.
Urusan mengganti dan menambal ban mobil diserahkan kepada ahlinya. Mereka tiba di kampus Hari dua puluh menit kemudian. Maya memarkir mobil di bawah pohon tidak jauh dari kampus Hari. Hari adalah mahasiswa Universitas Tatar Pasundan (UTP), jurusan Teknik Arsitektur. Taman kampus Hari ditumbuhi dengan pohon-pohon besar dan semak-semak sehingga terasa begitu teduh. Dua perempuan itu meninggalkan mobil dan berjalan menyusuri taman kampus yang luas.
"Eh, gue pikir-pikir mending gue telpon Hari deh," Maya menghentikan langkah dan meraih handphone yang ia simpan dalam tas. "Males juga kalo nyamperin dia di himpunan."
Mereka lalu duduk di sebuah bangku yang terbuat dari besi. Rini mengedarkan pandangan ke sekeliling kampus sambil mengagumi kegantengan beberapa mahasiswa UTP yang keluar dari gerbang.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 39 "Duh... damainya dunia ya, yang penuh dengan cowok-cowok ganteng yang pinter-pinter ini. Yang itu... mirip banget Primus tuh!!! Yum... yum... Arah jam dua... Bisep-nya oke banget... Iiih rajin fitness ya "Kang... Ya ampuuun arah jam sembilan! Cowok itu sih selera gua banget!!!" Rini sibuk sendiri men-scan kanan-kiri. "May... May... arah jam sebelas, say!" Rini mengguncangkan bahu Maya, memberi isyarat.
"Apaan sih" Arah jam sebelas mirip Rano Karno yah?" Maya sibuk menunduk mencari handphone di antara berbagai barang yang ia simpan dalam tas. "Bentar ah. Ih... ni handphone kemana sih?" ia mengaduk-aduk isi tas ransel.
"IH! BURUAN LIAT SEKARANG, GILING!"
Setelah mendapatkan handphone yang ternyata terselip dalam buku The Art of War yang sedang ia baca, Maya mengangkat dagu dan mengalihkan pandangan ke arah jam sebelas seperti yang diperintahkan Rini.
---JGERRR!--- Serasa disambar petir. Ia tidak mempercayai apa yang sedang dilihatnya.
Hari. Arah jam sebelas. Ia berjalan bersama seorang perempuan berambut panjang sambil memeluk pundak dan membelai rambut.
Tampak mesra dan begitu hangat.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 40 Dan Maya sangat tahu bahwa Hari tidak pernah memeluk pundak perempuan yang tidak berstatus pacarnya.
Seketika handphone dalam genggaman Maya jatuh.
"I.. itu... H-Ha..ri?" ujar Maya dengan mulut menganga.
Sulit dipercaya. Hari dan perempuan misterius itu lalu berhenti dan duduk di bangku besi taman kampus. Area taman di sebelah barat kampus Hari ini memang terbilang sepi, terlebih lagi sore seperti ini.
"Nunduk! Nunduk!" perintah Rini. Maya menurut. Dua orang sahabat itu membungkuk di balik semak-semak sambil terus memandangi Hari dan si perempuan misteri.
Setelah jeda beberapa detik dan merasa aman, Maya mulai mengangkat dagunya secara perlahan dan mengintip Hari, orang yang baru memutuskannya dua hari yang lalu dengan alasan bahwa ia tidak pantas untuk Maya, sedang duduk berduaan dengan seorang perempuan misterius.
"Siapa sih cewek itu, May" Sodara-nya Hari?" Rini yang mengintip dibelakang Maya.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 41 Maya menggeleng pelan. "Hari sama sekali gak punya sodara yang tinggal di Bandung."
"Kok mesra gitu sih" Sekarang mereka lagi ngapain" Gua ga bisa liat jelas nih."
"Ngob...rol... sambil ngeliat sesuatu... Hmmm kayaknya foto deh..." Jantung Maya berdegup kencang.
"Trus... trus...?" Rini antusias.
Maya membalikan tubuh. "Rin, elo aja deh yang ngeliat," ujarnya dengan muka pucat.
"Loh, kenapa?" "Please... Gue nggak sanggup."
"Ya udah sini," Mereka bertukar posisi. Rini lalu mulai berakting seperti seorang detektif. "Mmm... mereka ngobrol... Senyum-senyum gitu... Trus mereka pegangan tangan sambil liat-liat foto... Kayaknya sih mesra gitu ya May, sesekali Hari benerin rambut si perempuan misteri itu."
Beberapa menit Rini menekuni perannya sebagai mata-mata. Matanya nyaris tak berkedip memperhatikan Hari bersama perempuan tak dikenal itu.
Sesaat, Rini menghentikan aktivitasnya. "May?"
"Yah, Rin?" ujar Maya lirih sambil menggigit bibir perlahan.
"Hari... udah pacaran lagi ya?" ujar Rini pelan dan terdengar sangat hati-hati. "Cewek itu... pacarnya Hari ya, May?"
-------------------------------------------------------------------------------halaman 42 Beberapa saat Maya diam, tidak menjawab pertanyaan Rini. Ada awan hitam mengambang diatas kepala. Ini seperti mimpi buruk.
Hari" Udah pacaran lagi" Ah, rasanya nggak mungkin.
Orang gue sama dia baru putus Sabtu kemaren kok.
Kok Putusin Gue Karya Ninit Yunita di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Secepet itukah dia ngelupain gue"
Nggak mungkin banget... orang dia bilang sendiri kok kalo dia bakal susah ngelupain gue.
Masa sih dia bo"ong"
Dan cewek itu... dia siapa sih"
Rini bilang, itu pacarnya Hari"
Please jangan bilang dia pacarnya Hari.
Gue nggak terima banget. Bilang dia kuntilanak, zombi atau genderuwo, gue masih bisa terima itu.
Maya tetap tidak percaya.
Tapi dengan kejadian yang sekarang sedang berlangsung secara "live" dari kampus Hari, membuat Maya tersadar bahwa yang dikatakan Rini adalah benar.
"Iyah kali, Rin..." jawab Maya lemah.
"Dasar gila tuh orang!"
Maya meraih handphone dan mencoba menghubungi Hari. Rini masih sibuk meneruskan misi pengintaiannya.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 43 "Ya.. ya... Hari ngambil handphone-nya, May... Trus... trus... dia berdiri dan ngejauhin si perempuan misteri itu..."
Terdengar ada nada sambung.
"Halo" Hari?" Nada suara Maya terdengar tegas.
"Eh Maya... Ada apa nelpon?"
"Nggak ada apa-apa... Pengen aja denger kabar kamu setelah kita jalan malem Minggu kemaren."
"Oh... baek kok, baek-baek aja..." ujar Hari, seperti biasa, tenang.
"Mmm... Baek-baek aja ya?" ujar Maya kesal.
Udah selesai minta gue buat buru-buru mutusin elo, hidup lo baik-baik aja ya, Har"
Dunia nyaman banget yah buat lo.
"Aku lagi di himpunan nih, lagi rapat. Ntar malem aku telpon ya."
---KLIK--- Mulut Maya menganga membentuk huruf O besar.
"Gila, dia langsung mutusin telpon gue sebelum gue sempet ngomong," Maya tercengang. "Dia buru-buru gitu Rin nutup telpon. Ngakunya lagi rapat di himpunan."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 44 "Huh rapat di himpunan dimana" Di Hong Kong" Dasar kadal!"
Rini dan Maya kembali melangkah dan masuk ke mobil.
"Gua rasa Hari tuh udah selingkuh deh May... sebelum dia mutusin elu."
Maya tidak menjawab tapi ada sebersit ragu tergambar di wajahnya.
"Coba dong lu pikir. Ada gitu orang yang dalam dua hari putus udah langsung sibuk sama orang laen" Ga mungkin!"
Maya diam. Mencoba mencerna apa yang baru dikatakan Rini.
"Teori gua sih dari sebelum-sebelumnya mantan lu itu udah deket sama si Nenek Sihir itu... Selama ini Hari udah selingkuh, May!"
Maya terdiam. Rini terus menyerocos untuk membuktikan kebenaran teorinya.
"Apalagi menurut lu Hari itu termasuk kategori cowok yang ga gampang deket sama cewek "kan?" Tangan Rini sibuk bergerak ke kanan kiri, tanpa arti. Ini memang kebiasaannya saat berbicara.
Hari yang gue kenal sih emang gitu.
Dia nggak gampang deket sama cewek.
Meski Rini sahabat gue, dia nggak deket.
Hari bilang, cuma ada dua perempuan yang deket sama dia.
Nyokapnya... dan gue. -------------------------------------------------------------------------------halaman 44 "Pikir dong May. Sadar ga sih kalo selama ini elu udah dikadalin Hari?"
| lanjut | kembali | atas | bawah | daftar isi | depan
halaman 46 4 YOU WILL BE REALLY HURT BY THE PERSON YOU LOVE THE MOST
Selingkuh "HARI nyebeliiiiiiiiiiiiiiin!" maki Maya keras-keras.
"Tukang bo"ong nomor satu di Bandung," tambah Rini.
"GILA!!! Jadi selama ini..." Ya ampuuuuuuun..." Maya mengepalkan telapak tangannya kuat-kuat.
Rini memamerkan ekspresi seorang pembunuh bayaran. Geram luar biasa.
"Gue gak nyangka dia tega selingkuh, Rin..." Lama kelamaan mata Maya mulai berkaca-kaca karena begitu kesal dan sebal. "Selama ini... gak ada tanda-tanda ke sana. Gue yakin dia setia-setia aja." Maya terdengar sangat sedih. Padahal tujuannya datang ke UTP ini adalah untuk meminta Hari kembali. Ternyata Hari malah memberinya "kejutan" lain.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 48 "Buaya darat tuh orang! Berani macem-macem sama sobat gua," maki Rini.
Tiba-tiba Maya merasa dadanya sesak. Sadar ternyata selama ini Hari telah memiliki orang lain alias selingkuh.
"Orang macem Hari harus dikasih pelajaran tuh," Rini geram. "May, udah deh... Mendingan sekarang elu turun... Samperin tuh si kadal gila yang katanya lagi rapat di himpunan. Penasaran gua pengen liat ekspresi dia."
Maya masih terlihat geram dan marah, namun tetap diam. Tidak bereaksi terhadap perkataan Rini.
Melihat sikap Maya, Rini kembali memanas-manasi. "Hari bener-bener harus dikasih pelajaran, May. Udah datengin aja dia mumpung ketauan lagi berduaan sama si Nenek Sihir itu.
Labrak dong. Seenaknya aja mutusin elu. Hari... Hari... Sinting banget sih lu jadi orang!"
Maya kembali tenggelam dalam alam pikirannya sendiri. Mendengar apa yang dikatakan Rini membuatnya sangat marah dan kesal sekali pada Hari.
"Kamu terlalu baik buat aku, May..." penggalan kata-kata Hari malam Minggu kemarin kembali menggaung di telinga.
Terlalu baik " Terlalu baik dari Inggris"
-------------------------------------------------------------------------------halaman 49 Sial banget sih gue" Bisa-bisanya dikadalin orang macem Hari.
"Heh... kok bengong?" Rini menjentikkan jarinya persis di depan mata. "Buruan sana, langsung labrak... Marah-marah... ."
"Uh?" Maya tersadar dari alam pikirannya sendiri.
Labrak" Emang paling seru kalo sekarang gue datengin Hari... Marah-marah... Ngelepasin semua rasa kesel gue karena terbukti banget semua yang dia omongin itu bullshit doang.
"AARRRRRGGGGGHHH... Dari tadi gue tahan tapi sekarang gue bener-bener marah sama dia!" Maya kembali membayangkan Hari yang sedang bermesra-mesra ria dengan si Nenek Sihir itu.
"Orang kayak gitu emang pantes dihajar, May. Dia ngga inget apa kalo lu itu punya sabuk hitam taekwondo."
Pandangan Maya masih terfokus pada Hari dan si perempuan misteri yang Rini sebut si Nenek Sihir. Meski dari jauh, Maya dapat melihat mereka... Saling tatap, dengan pandangan malu-malu. Persis seperti yang terjadi saat ia dan Hari pertama kali bertemu di kereta api. Sekarang, pandangan mata itu bukan miliknya lagi. Harapan untuk mengajak Hari kembali, pupus sudah. Rasa sayang yang masih menggunung dan mengharap Hari kembali kini runtuh, berubah menjadi rasa benci yang amat sangat.
-------------------------------------------------------------------------------halaMAN 50 You will be really hurt by the person you love the most.
Seperti saat ini. Maya yang sangat perih, marah dan sedih dengan apa yang sedang dilihatnya. Ternyata apa yang dikatakan Hari di malam saat ia memutuskan Maya hanya alasan yang dibuat-buat. Setiap detik, setiap hari, setiap nafas menyayangi Hari... kini terasa sia-sia.
Bila memang Maya orang yang spesial baginya, tentu tidak akan mudah untuk melupakan Maya hanya dalam waktu 2X24 jam saja.
Maya berpikir panjang. Melabrak Hari adalah satu-satunya hal yang sangat ingin ia lakukan sekarang ini.
Tapi... Tapi... Maya memutar kunci dan tancap gas. Dengan kecepatan tinggi ia meninggalkan area kampus UTP.
"WOY!!! MAY! MAU KEMANA LU" HEH, BUKANNYA ELU MAU NGELABRAK HARI?"
I Will be Your Worst Nightmare
"GA berani lu?"
"..." "Woy, say... Jawab dong... Gua baru tau nih kalo ternyata elu ga bernyali buat nyamperin Hari."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 51 "..." "Wah.. wah... Ada orang bermental ayam nih di mobil ini."
Maya menjawab dengan senyuman. Entah kenapa wajahnya malah terlihat tenang. Berbanding terbalik dengan Maya beberapa menit yang lalu ketika ia melihat Hari berduaan dengan si Nenek Sihir.
"Heh... Gimana sih ini... Malah senyum-senyum lagi," Rini semakin bingung dengan sikap Maya. "HALOOO... Maya" Lu sakit ngga sih?"
Maya asik dengan alam pikirannya. Rini, sahabatnya sendiri sangat bingung dengan sikap Maya. Sebegitu putus asa-nyakah Maya sehingga Rini mengganggap Maya sudah tidak waras"
Maya malah menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi. Rini akhirnya menyerah. Ia diam dan dalam hati menuduh Maya sudah sakit jiwa.
--- Mobil sedan hitam milik Maya perlahan memasuki halaman rumah tempat Rini tinggal. Rini langsung menghempaskan tubuh di atas tempat tidur begitu mereka masuk kamar.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 52 "Pokoknya sekarang gua minta penjelasan!" Rini kembali menyerang Maya. Ia terlihat penasaran dengan sikap Maya yang menurutnya "tak bernyali". "Gua ga percaya ngeliat lu tadi. Bukannya ngelabrak malah kabur. Chicken banget sih lu... Petooook."
"Santai dong..." ujar Maya tenang sambil duduk di sisi tempat tidur.
"Santai gimana maksud lu" Kalo gua jadi elu, udah abis tuh si Hari tadi. Elu... Ngelabrak dia doang ga berani... Payah!"
Maya menggeleng. "Cuma sekali labrak doang mah gak ada puasnya buat gue."
"Ngelabrak Hari sama selingkuhannya di depan umum itu ga bikin lu puas?"
Maya tertawa penuh arti. Rini bengong.
"Kurang jahat, Rin."
"Hah?" "Di mana-mana yang namanya bales dendam itu harus lebih jahat biar lo puas. Killing him softly, honey. Macem-macem sama gue urusannya bisa panjang." Maya tersenyum licik.
"Killing him softly?"
"Iya dong, kalo gue langsung labrak dia... enak di dia, nggak enak di gue. Gue bakal dicap sebagai cewek temperamental dan gak punya manner. Males banget kan?"
"Hmmm... " -------------------------------------------------------------------------------halaman 3 "Lagian... berantem gara-gara ngerebutin cowok" PLEASE deh..."
"Hahaha..." "Ngerti sekarang kenapa tadi gue gak turun dan langsung labrak kan, Rin?"
"Wah... lo cerdas juga ya say," Rini tertawa.
"Gue pinter, tapi Hari nggak tau sepinter apa gue. Dia pikir gue udah berhasil dikadalin, kali. Tapi dia salah!" Maya mengeluarkan sebuah buku dari tas ranselnya.
"..." "Nih, gara-gara ini pikiran gue berubah." Maya menyodorkan buku itu pada Rini. Rini yang sedang terbaring dengan lipatan tangan di bawah kepala, segera bangun.
"Sun Tzu (Seorang Jendral besar di Cina yang sangat terkenal di dunia. Ia menyusun sebuah buku tentang strategi perang sebanyak 13 bab (yang merupakan strategi perang tertua di dunia). Tidak hanya untuk perang, strategi Sun Tzu juga banyak diaplikasikan di bidang lain seperti marketing, misalnya) ... The Art of War..." Itulah judul yang tertera besar-besar pada kulit buku dengan hard cover. "Buku ini yang bikin lu ga jadi ngelabrak Hari" Bukannya ni buku tentang perang" Nah, bukannya elu secara ga langsung lagi perang juga sama Hari?"
"Justru itu," Maya berbinar-binar. "Seminggu belakangan gue emang lagi baca buku The Art of War ini, makanya gue masukin ransel. Pas gue udah niat mo keluar mobil buat ngelabrak Hari, gue jadi inget buku ini. Yang namanya perang, harus ada strategi-nya juga. Gak bisa langsung labrak."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 54 "Jadi strategi lu apaan?"
Maya tersenyum sinis. Devilish smile.
"Bales dendam dong...
Perang. Dan abis itu... gue pengen bikin Hari nyembah-nyembah gue minta balik sampe dia nangis. Inget ya Rin, sampe dia nangis!
Gue mau bikin dia ngemis-ngemis cinta sama gue. Gue mo bikin dia nyesel karena udah mutusin gue... Gue mo ngancurin dia sama si Nenek Sihir itu... pelan-pelan..."
"Duh... Lu tuh ya..." Rini tersenyum lebar mendengar ide gila-nya Maya.
"..dan kalo dia minta balik, udah pasti gue tolak mentah-mentah."
"Hahaha... Jahat!"
"Ok, fine" Sekarang dia udah ngerjain gue... Udah nyakitin gue, tapi nggak bakal gue biarin dia asik-asikan hidup bahagia sama si Nenek Sihir itu..."
Rini tersenyum sambil menggelengkan kepala.
Lagi-lagi Maya tersenyum licik. "Harianto Prabowo... Mulai detik ini, I will be your worst nightmare."
| lanjut | kembali | atas | bawah | daftar isi | depan
halaman 55 5 HARI UDAH GAK ADA LAGI Buaya Darat I can"t remember anything
Can"t tell if it"s true or dream
Deep down inside I feel to scream
This terrible silence stops me
(ONE " Metallica) SEBELUM tidur, Maya meraih foto Hari yang ia pasang dalam frame termahal yang pernah dia beli. Begitulah bila seorang perempuan sudah jatuh cinta. Selalu ingin memberikan yang terbaik bagi pasangannya meski untuk hal-hal yang kecil.
Persis seperti Maya. Frame kayu berwarna coklat gelap itu adalah frame termahal yang sengaja ia beli karena ia ingin ada foto Hari di dalamnya. Bahkan untuk sebuah frame pun, ia menginginkan yang terbaik.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 56 Maya memandangi foto itu dalam-dalam. Sebenarnya ia ingin membanting frame foto itu dan mencabut foto Hari, untuk melampiaskan kemarahan. Tapi mengingat harga frame yang cukup mahal itu membuatnya berpikir dua kali.
Setelah beberapa menit dalam diam, Maya mengeluarkan foto Hari dan meraih spidol hitam yang biasa digunakan untuk white board.
"Dasar kadal! Cheater! Buaya!" Maya memaki foto yang Maya anggap Hari dalam bentuk asli. Maya membuka spidol dan mulai memberikan sedikit sentuhan "karya seni".
Di kepala, Maya menggambar sepasang tanduk.
Kayaknya lo tambah ganteng deh kalo pake tanduk kayak gini, Har.
Maya memberi taring drakula di foto Hari yang sedang tertawa memperlihatkan gigi-giginya yang beberapa Maya hitamkan untuk memberi kesan ompong.
Yah, cocok banget buat lo.
Maya menggambar trisula yang sedang di genggam Hari.
Wow, lo gagah banget deh.
Maya memberi Hari ekor. It makes you perfect! -------------------------------------------------------------------------------halaman 57 Tips Mengatasi Patah Hati #1:
Sah-sah saja mencoret foto mantan seperti yang dilakukan Maya. Setelah itu, lihat sekali lagi... Benar kan, ternyata dia tidak se-ganteng yang kita kira selama ini" J
Tiba-tiba Maya dikagetkan dengan deringan handphone.
---Beep beep--- Muncul nama Prince Charming di layar.
"Halo..." "Hai..." Hari. Si penghianat. Suaranya tenang banget, seperti biasa.
Kadal! "Hey... Ada apa?" jawab Maya malas.
"Tadi siang aku kan bilang mau nelpon kamu malem ini."
"Umm... " "Maafin ya tadi aku cepet-cepet nutup telpon, lagi rapat di himpunan. Ga enak banget kan May kalo nerima telpon pas lagi rapat gitu."
Rapat di himpunan" Kalo emang lagi rapat, kenapa gak lo matiin handphone"
Cuih! -------------------------------------------------------------------------------halaman 58 Hueeeekkkk.... Jelas-jelas gue liat segede-gede gajah gitu elo lagi pacaran lagi sama si Nenek Sihir.
"Oh... okay... Sorry aku gak tau kalo kamu lagi rapat, abis handphone-nya gak mati."
"Iya, aku lupa banget matiin. Makanya telpon kamu masuk."
Masih mo ngadalin gue nih, Har"
BASI tau nggak! "Umm... Gitu yah..."
"So... sekarang aku nelpon, kalo boleh tau tadi ada apa May kamu nelpon?" tanya Hari dengan sopan.
"Pengen aja denger suara kamu... Denger kabar kamu setelah 2X24 jam kita putus... Siapa tau udah punya pacar baru... Aku "kan pengen dikenalin," Maya mencoba menjebak.
"Hahaha... Kamu tuh ya, lucu deh... Masa sih aku udah punya pacar baru lagi. Ngga mungkin dong, May."
Masa sih aku udah punya pacar baru lagi.
Well... well... well... Kita liat sejauh apa dia bisa mengarang bebas.
"Aku becanda kok... Lagian, nggak mungkin kan secepet itu kamu ngelupain aku dengan ngerangkul cewek laen dan berduaan di taman depan aula barat misalnya. Iya "kan Har?"
"Hahaha..." Hari tertawa. Tidak menjawab pertanyaan sama sekali.
"Aku gak ngelucu loh, Har."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 59 "Hmm... Kamu pasti udah ngantuk deh, ngomongnya kok ngaco gitu?"
Ini adalah cara yang sopan untuk menghindar.
"Nggak nggak... Aku nggak lagi ng..."
"Ya udah, udahan dulu ya telponnya. Met bobo, May... Mimpi indah ya," Hari cepat-cepat memotong pembicaraan.
---Klik--- Go to hell! Arggggghhh! Lagi-lagi dia mutusin telpon sebelum gue sempet ngomong dan nyindir-nyindir dia lagi.
Ini bener-bener ngeselin!
DASAR BUAYA LO, HAR! Maya masih menggenggam handphone.
Klik contacts: Prince Charming.
Klik options: Edit Klik first name: Buaya Klik last name: Darat Done. Tips Mengatasi Patah Hati #2:
Ganti nick name mantan pacar di handphone. Lupakan memberi gelar "My honey", "Sayangku Cinta", "Si ganteng", "Yayang" de el el... Setelah semua kelakuannya berselingkuh dan menyakiti hati kamu, yakin dia masih pantas mendapat gelar itu"
-------------------------------------------------------------------------------halaman 60 "Hari... si Prince Charming udah gak ada lagi, udah masuk kotak. Sekarang yang ada cuma Hari si Buaya Darat." Maya menggerutu. Ia lalu meraih foto Hari yang sudah dimodifikasi itu dan menempelkannya di dart board...
Tips Mengatasi Patah Hati #3:
Semangat berolah raga memanah dan menembak bisa dibangkitkan dengan menaruh foto mantan pacar sebagai sasaran.
... dan sebuah panah pun tertancap tepat di wajah Hari.
Dari Folikel Rambut Sampai Ujung Telapak Kaki
MIMPI buruk. Di dunia ini pasti tidak ada seorang pun yang ingin tidur pulasnya terganggu karena mimpi buruk. Tidur lelap bermimpi indah menjadi pacar Nicholas Saputra atau Olga Lydia tentu jauh lebih menyenangkan karena begitu bangun kita akan menjadi orang paling romantis dalam skala nasional.
Pilihan Maya sudah mantap. Mulai detik ini ia akan melakukan misi terpenting dalam hidupnya.
Program balas dendam. -------------------------------------------------------------------------------halaman 61 Misi jahat. Membalikkan situasi agar suatu saat Hari-lah yang akan mengemis-ngemis meminta maaf dan meminta Maya kembali menjadi pacarnya. Kembali membuat Hari jatuh cinta, mulai dari folikel rambut sampai telapak kakinya. Bila suatu saat hal itu terjadi, Maya akan menolaknya mentah-mentah.
Tips Mengatasi Patah Hati #4:
Ingatlah bahwa Nicholas Saputra itu ganteng dan Olga Lydia itu cantik. Tenang saja, masih banyak orang-orang ganteng dan cantik yang masih "available" didunia ini.
| lanjut | kembali | atas | bawah | daftar isi | depan
halaman 63 6 BANDUNG GELAP Misi Jahat #1 MAYA duduk sambil menghadap monitor.
Sebuah mug warna kuning berisi kopi hangat dengan sedikit susu, terletak di atas meja tidak jauh dari jangkauan, tangannya dengan lincah menggerakan mouse. Ia sedang membaca beberapa imel yang masuk ke dalam inbox. Maya membuka dua layar. Hotmail dan Yahoo.
Kok Putusin Gue Karya Ninit Yunita di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hotmail: cek imel pribadi.
Yahoo: cek imel si Buaya Darat.
Ada pikiran jahat merasuk yang mengatakan Maya harus memulai memainkan perannya sebagai Ratu Penguasa Mimpi Buruk bagi Hari.
Maya memasukkan enam huruf password imel Hari. b-l-u-w-e-k.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 64 Bluwek adalah nama kucing kampung yang di pelihara Hari. Kucing itu terlihat sangat kotor ketika pertama kali Hari menemukannya, itulah sebab kenapa Hari memberi nama Bluwek. Hari merawat kucing itu dengan baik. Memandikannya dan memberi makan sehingga si Bluwek tumbuh sehat. Meski sudah bersih dan gemuk, Hari tidak mengganti namanya. Ia tetap memanggil kucing kampung itu, Bluwek.
Dan entah kenapa Hari membiarkan Maya mengetahui password imel-nya. Mungkin karena Hari percaya Maya tidak akan pernah melakukan tindakan ilegal dengan mengecek inbox tanpa izin, misalnya.
Percaya" Huh, sekarang jangan lagi percaya sama gue!
Dalam hati, Maya mengakui. Membuka imel Hari dan membacanya bisa diumpamakan dengan masuk ke rumah seseorang tanpa izin. Jahat memang. Tapi hal itu ia pakai sebagai justifikasi apa yang sudah dilakukan Hari selama ini.
Ada 3 imel baru yang belum di baca Hari. Maya langsung mengarahkan mouse, klik inbox. Semua sender-nya dari seseorang yang bernama Junissa Daniarti.
Junissa Daniarti" Hmmm... -------------------------------------------------------------------------------halaman 65 Hari gak pernah tuh cerita-cerita tentang cewek yang namanya Junissa Daniarti.
Mungkin gak sih si Nenek Sihir itu"
You"ve got 3 New Message(s)
Sender: Subject: Junissa Daniarti Re:Besok
Junissa Daniarti Kangen Kamu
Junissa Daniarti Re:Tentang Maya
From: Junissa Daniarti
To: Harianto S. Prabowo
Subject: Re:Besok Dear Yayang Oke... Sampe ketemu nanti ya J
Ga sabar deh ketemu kamu.
xxx -JD- --Original Message" From: Harianto S. Prabowo
To: Junissa Daniarti
Subject: Besok Hi Honey, Besok sore kita jalan ya"
Aku ada kuliah tambahan nih besok. Tungguin aku jam lima sore deket labtek ya.
Yours, Hari -------------------------------------------------------------------------------halaman 66 HI HONEY?"" CUIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIH!
Maya meng-klik mouse dan membaca imel kedua.
From: Junissa Daniarti
To: Harianto S. Prabowo
Subject: Kangen Kamu Dear Yayang, Duh aku kok udah kangen lagi ya sama kamu.
Kangen kamu banget nih, muah-muah
xxx -JD- Tadi Honey... sekarang Yayang"!"!
HUEEEEEEEEEEEEEEEEEK!!! Nafas Maya terasa berat ketika selesai membaca imel itu. Semakin terbukti bahwa Hari telah berselingkuh. Semakin kuat bahwa Hari telah membohongi Maya.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 67 From: Junissa Daniarti
To: Harianto S. Prabowo
Subject: Re:Tentang Maya Dear Yayang, Aku seneng banget denger kamu akhirnya udah putus sama si Demit itu (Soriii loh, tapi lucu banget manggil dia dengan sebutan ini).
Akhirnyaaaaa J J J Aku lega banget udah ngga ada yang ngehalangin kita lagi. Aku sayang kamu banget!
xxx -JD- --Original Message" From: Harianto S. Prabowo
To: Junissa Daniarti
Subject: Tentang Maya Dear Honey, Sekarang antara aku sama Maya udah ngga ada apa-apa lagi. Kita udah selesai, aku udah mutusin dia dengan alasan yang sehalus mungkin. Kalo ngga gitu aku takut dia ngga bisa nerima... Makanya momen satu taun jadian di Rooms Caf" kayaknya tepat banget buat putus. Jahat sih, tapi mutusin dia di tempat umum adalah hal yang paling aman sebagai antisipasi kalo dia histeris dan ngebanting aku seperti maniak. Seperti yang kamu tau, dia kan punya sabuk hitam taekwondo.
So, sekarang kita udah tenang. Ngga ada lagi istilah aku selingkuh dari dia, kan sekarang dia udah bukan pacarku lagi. Sekarang pacarku cuma satu, kamu ;)
Yours, Hari -------------------------------------------------------------------------------halaman 68 Kesal. Marah. Sebal. Semua rasa itu membuat kening Maya berkerut. Ia berteriak memaki Hari. Selama ini ternyata Hari telah membohonginya. Mug yang berisi kopi nyaris terjatuh saat Maya menggebrak meja keras-keras.
APAAAAA"! Gue" Demit" Sialan!!! Kurang ajar!!! Ternyata si Nenek Sihir itu punya sebutan buat gue juga.
Hari, DASAR KADAL LO! Ternyata selama ini dia udah ngerencanain buat mutusin gue!!!
-------------------------------------------------------------------------------halaman 69 GILAAAAAAAAAAAAAA!!! GAK BISA! GAK BISA!
GUE GAK TERIMA! GUE HARUS NGEBALES SEMUA INI!
Awas yah Har... Gue bakal jadi mimpi buruk buat elo!
Nyakitin hati gue bukan sesuatu yang gratis, Har!
Elo harus ngebayar semua ini!
GUE MO BIKIN PERHITUNGAN!
GUE MO BALES DENDAM! Dengan nafas berat yang tak beraturan dan pandangan mata yang berapi-api, Maya mengepalkan tangan kuat-kuat. Pandangan itu menyirat amarah. Gebrakan kepalan tangan di atas meja seperti berbicara bahwa ia berniat dengan sungguh-sungguh untuk membalaskan dendam pada Hari.
Maya segera menandai ketiga imel yang dia baca tadi.
Mark as unread. Playing Detectives JAM empat sore, cuaca Bandung terlihat sedikit mendung. Maya sudah ada di balik kemudi, menjalankan sedan hitamnya menuju UTP, kampus Hari. Kali ini ia bertekad harus melihat Hari, si Buaya Darat, kembali berkencan dengan si Nenek Sihir. Survey lapangan itu perlu. Maya harus mengenali siapa "musuh-musuh"nya sebelum "berperang".
-------------------------------------------------------------------------------halaman 70 Sampai di UTP, Maya duduk di bawah pohon yang tidak jauh dari labtek, tempat dimana Hari akan menjemput si Nenek Sihir itu. Untuk memberikan kesan tidak terlalu memata-matai mereka, Maya meneruskan membaca buku The Art of War dengan kondisi mata bolak-balik antara buku dan labtek.
Sun Tzu said: Whoever is first in the field and awaits the coming of the enemy, will be fresh for the fight; whoever is second in the field and has to hasten to battle will arrive exhausted.
Hmmm... Ini yang sekarang lagi gue praktekin.
Nungguin musuh-musuh gue.
Nunggu si Nenek Sihir itu ketemu Hari.
Kayak apa sih tampangnya dia"
Gue penasaran banget. Kayak apa sih orang yang bikin Hari ninggalin gue buat dia"
Sepuluh menit menuju jam lima, muncul seorang perempuan yang terlihat sedang menunggu dekat labtek. Ia bersandar pada salah satu tiang berbentuk bulat terbuat dari batu yang berderet sepanjang koridor. Meski tidak terlalu jelas, Maya yakin perempuan itu adalah Junissa Daniarti. Rambutnya lurus melebihi pundak. Tinggi-nya mungkin sekitar 1.65 M, berkaki panjang, mengenakan jeans biru gelap dan kaos pink ketat dengan lengan sesikut yang bertuliskan "COOL" IS MY MIDDLE NAME.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 71 Tukang Pelet is YOUR middle name and that is not cool at all.
Maya mengeluarkan kaca mata hitam dan topi baseball hijau lumut dari ransel. Setelah memakainya, Maya mendekati perempuan itu.
Junissa Daniarti also known as Jeydi, JD, Juni or si Nenek Sihir.
Ada rasa penasaran yang amat sangat yang mendorong Maya melakukan hal ini. Ia ingin melihat wajah perempuan yang sudah berhasil merebut Hari darinya sejelas mungkin. Maya berjalan pelan menuju ke arah pacar baru Hari itu. Jantungnya berdegup kencang ketika melihat Juni.
Tujuh dari skala sepuluh.
Demikian Maya memberi nilai ketika ia melihat wajah si Nenek Sihir Juni dengan jelas. Juni yang beberapa hari lalu ia lihat dari kejauhan ternyata orangnya manis juga. Ia terlihat pintar berdandan, berbeda dengan Maya yang hanya mengenakan make-up untuk saat-saat tertentu saja.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 72 Matanya runcing, berdagu tajam dan bibir yang berisi. Sebutan Nenek Sihir tentu tidak cocok baginya. Tidak akan ada nenek sihir se-trendy itu. Lagi pula Juni ini tidak cocok memakai topi besar, baju lusuh dan sapu lidi terbang (itu adalah definisi Maya tentang nenek sihir). Dan dengan sekilas melihat, Maya tahu semua yang dikenakan Juni adalah barang-barang ber"kelas".
Hmmm... cantik sih. Tapi masih cantikan gue kali yaaa...
Heheheh! Tips Mengatasi Patah Hati #5:
Jadikanlah ini motto baru kamu... Secantik apa pun pacar baru mantan, kamu tetap yang lebih cantik. J
Maya pura-pura tersenyum ketika Juni melihat dia. Si Nenek Sihir itu membalas dengan ragu dengan mata yang seolah mengatakan do-I-know-you" Maya segera mempercepat langkah menjauhi si Nenek Sihir itu sebelum Hari datang.
"BANDUNG GELAP YA!"
Tiba-tiba Maya mendengar koor lima orang cowok mahasiswa UTP yang sedang duduk santai tak jauh dari labtek.
Sialan! -------------------------------------------------------------------------------halaman 73 "Hey cewek... Godain kita dong..."
"Hahahaha..." "Suittt suiwww... Duh, gelap-gelap gini kok pake kacamata item sih, lagi sakit mata yaaa..." goda salah seorang dari mereka yang disambut dengan riuh tawa teman-temannya.
"Hahahaha..." "Mau ngegaya ya" Nunggu mbesok siang dong mbak biar panas... " ujar seseorang dari mereka dengan logat Jawa yang medok.
"Hahaha... " Sapi! "Eh eh eh... Kok malah pergi toch?"
Sambil terus berjalan tanpa menggubris koor lima cowok-cowok itu, Maya memberanikan diri membalikkan pandangan ke arah labtek.
Hari sudah ada di sana. | lanjut | kembali | atas | bawah | daftar isi | depan
halaman 75 7 FAKTOR "X" Junissa Daniarti "JADI lu kemaren ngedetektif gitu ke UTP?"
"Iyah, sendirian ditambah bonus disorakin cowok kampus sana gara-gara gue pake kacamata item."
"Hahaha, bete dong lu."
"Iyah sih, secara gue juga sih pake kaca mata item pas mendung."
"Lagian salah elu sih."
"Yaaah... Tapi gue kan harus nyamar dong biar Juni gak ngenalin gue."
"Oo... Jadi si Nenek Sihir itu namanya Juni," Rini manggut-manggut.
"Tapi dia gak kayak Nenek Sihir kok. Orangnya lumayan lah... Manis juga, dandan, trendy..." Pikiran Maya seakan terbang mengingat kejadian kemarin.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 76 "Jadi sekarang ngebelain dia nih, say?"
Maya tersenyum. "Yah, nggak juga sih..."
"Udah ah, daripada nyeritain si Nenek Sihir mendingan lu nemenin gua yuk besok."
"Kemana?" "Ke Cardtic, ngambil pesenan kartu undangan nikahnya Teh Nia."
"Emang kapan sih Teh Nia rencananya nikah?"
"Dua bulanan lagi deh."
"Ya udah, besok mo jemput gue jam berapa?"
Jodoh Itu Jorok JAM satu siang Rini menjemput Maya. Setelah berpamitan pergi pada orangtua Maya, mobil sedan hijau Rini mengarah ke jalan Setiabudi menuju Cardtic.
"Kenapa May" Gua perhatiin dari tadi mukanya kok suntuk bener."
"Ah nggak apa-apa kok."
"Lagi ngga mood?"
"Nggak... Gue lagi... mikirin... mmm..."
"Mikirin Hari ya" Ih orang kayak gitu pake dipikirin segala. Buang-buang waktu aja," Rini ketus.
Sejenak mobil Rini tertahan lampu merah di perempatan Cihampelas-Pasteur. Dua orang pengamen pria yang berdandan seperti wanita mendekati mobil. Bertepuk tangan dengan centil sambil bernyanyi dangdut: Tidak Semua Laki-laki. Sesaat sebelum lampu berwarna hijau, Rini memberi mereka beberapa keping uang logam. Mobil kembali melaju.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 77 "Susah juga yah ternyata ngelupain dia... Siang bawaannya kesel, malem bawaannya kangen. Terlalu banyak cerita yang udah kita lewatin bareng," kenang Maya.
"Ya itu sih tergantung elu-nya juga. Kalo lu inget yang indah-indahnya doang sih yaaa susah dong ngelupainnya..."
Tips Mengatasi Patah Hati #6:
Jangan berlarut-larut dengan kenangan indah yang pernah ada dengan mantan bila kamu ingin melupakannya.
"Hari tuh laen sih sama cowok-cowok laen yang gue kenal, Rin."
"Iya... Lu cocok sama dia, tapi dianya yang ga cocok sama lu. Makanya dia selingkuh dan mutusin elu."
"Emang menurut elo, dia selingkuh karena gak cocok sama gue ya?"
"Yaaah... Pasti ada faktor X-nya, lah dan mungkin aja ternyata ada ketidakcocokan dia sama elu yang bikin dia selingkuh."
"Gue sih ngerasa udah cocok banget sama dia... Gila apa, setaun jadian tuh hebat banget loh buat gue, Rin. Selama ini gue ngerasa Hari yang terbaik... Tapi... mmmhhh... Mungkin nggak ya suatu saat gue dapetin yang lebih baik dari Hari?"
-------------------------------------------------------------------------------halaman 78 "Yang namanya jodoh itu rahasia, May. Gua nih udah dua tahun dalam kesendirian... Hahaha... Bahasanya... Ya, maksudnya gini... Gua juga udah dua taun ngejomblo masih nyantai-nyantai aja tuh," ujar Rini dengan ekspresi geli.
"Ah elo..." "Sekarang lu kayak gini... Besok lusa, gua yakin lu pasti dapetin yang jauuuh lebih baik dari Hari. Liat aja kakak gua."
"Emang Teh Nia gimana?"
Rini memasukkan persneling ke gigi tiga.
"Uh dulu tuh ga tau berapa kali Teteh gonta-ganti pacar terus, putus nyambung-putus nyambung. Sampe pusing nginget nama pacar-pacarnya. Dalam seminggu yang ngapel udah ganti lagi."
"Oh yah?" "Iya, sampe suatu hari gua tanya kenapa sih gonta-ganti pacar terus."
"Trus, jawaban Teh Nia apa?"
"Ngabisin seumur hidup sama seseorang itu penting, Tapi lebih penting dengan siapa kita menghabiskannya. Teteh ga mau nyesel dengan pilihan yang terakhir."
"Wah... wah... "
"Trus lu tau di mana Teh Nia ketemu calon suaminya?"
-------------------------------------------------------------------------------halaman 79 Maya mengangkat bahu. "Di toko daging pasar baru."
"Oh yah?" "Orang bilang jodoh itu jorok karena ia bisa datang di tempat dan waktu yang tidak pernah disangka-sangka. Contoh kasus: Teh Nia, kakak gua, dia ketemu calon suami di toko daging, di tempat yang bau daging tentunya yang buat sebagian orang mungkin bukan suatu tempat yang kondusif untuk jatuh hati."
"Hahaha!" "Kata Teh Nia waktu ketemu, calon suaminya itu kucel banget. Gua juga bingung gimana proses flirting mereka. Tapi ternyata mereka memang berjodoh dan akhirnya bentar lagi nikah."
"Ih aneh-aneh aja yah cara orang ketemu jodoh," decak Maya, kagum.
"Giliran gua nih sekarang diteror keluarga biar cepet-cepet nikah."
"Hahaha..." Maya tertawa. "Ntar gue masukin lo ke kontak jodoh yang ada di koran deh yah... Profil: wanita kesepian berumur 22 tahun, mendamba jodoh seorang pria berusia antara 40 " 50 tahun..."
"Dasar!" Rini melemparkan tissue ke arah Maya.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 80 Tips Mengatasi Patah Hati #7:
Menghabiskan hidup dengan seseorang itu penting, tapi yang lebih penting lagi adalah dengan siapa kita menghabiskannya.
--- Lima menit kemudian mobil sedan hijau itu sudah masuk ke Jalan Setiabudi. Rini membelokan mobil ke sebelah kanan di mana tempat percetakan undangan itu berada. Begitu masuk ke ruangan bercat kuning, Rini segera menuju meja customer service sementara Maya duduk di sofa. Sambil menunggu undangan yang akan diambil, Maya melihat contoh-contoh undangan yang dibundel seperti album. Rini menghampiri dan melakukan hal yang sama seperti Maya.
Rini yang senang berkhayal, langsung membayangkan bila nanti ia menikah. "May, kalo misalnya gua nikah... kalo bikin undangan yang kayak ini, gimana" Bagus ga?" Rini menunjuk ke salah satu contoh.
"Hmmm yang itu" Oke juga tuh."
Dalam sepuluh menit, mereka masih membolak-balikan bundel. Terlihat ada calon customer yang datang melakukan hal yang sama.
"Lucu ga sih say kalo pake foto di undangan?"
"Terserah sih... Pake juga ngga apa-apa. Tapiii... gue saranin jangan pake foto yang pelukan segala kayak gini nih," Maya menunjuk ke contoh undangan dimana ada foto calon pengantin yang saling berpelukan mesra.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 81 "Kenapa?" "Kayak yang mo gulat."
"Ah masa sih." "Nih liat aja."
Rini menempatkan dagunya di bahu Maya. "Eh iya juga ya, gaya pelukannya kok beda gini."
"Jangan-jangan tema nikahannya juga gulat lagi."
"Ah Maya, lo tuh ya..." Rini menyikut Maya.
"Ucapan terima kasihnya: dibanting dengan gratis sesudah acara selesai."
"Hahahaha," mereka tertawa serempak.
"Oh, ini memang atlit gulat Jabar kok," timpal seorang perempuan yang cukup berotot disamping Rini. "Dapet dua medali emas waktu PORDA (Pekan Olah Raga Daerah)."
"Kok tau sih?" Maya dan Rini langsung melirik heran ke arahnya.
"Iya... Soalnya mempelai pria-nya kan KAKAK SAYA."
| lanjut | kembali | atas | bawah | daftar isi | depan
halaman 83 8 PERINGATAN PERTAMA Misi Jahat #2 HAMPIR jam delapan pagi. Maya sudah berada di tempat parkir tidak jauh dari aula barat UTP, tempat pertama kali ia melihat Hari berdua dengan si Nenek Sihir. Pagi ini ia berencana untuk memperhatikan gerak-gerik Hari secara total. Kembali mengintai lengkap dengan kacamata hitam dan topi baseball yang sudah dipakainya.
Sepuluh menit kemudian, mobil Hari memasuki parkiran. Seperti biasa, ia selalu memarkir mobil di paling ujung menghadap pintu keluar. Pintu mobil itu terbuka diikuti dengan pintu di sisi kiri. Rupanya Hari menjemput Juni untuk bersama-sama pergi ke kampus.
Selama setaun jadian, nggak pernah ada acara nganterin gue kuliah pagi kayak gini nih.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 84 Maya membuntuti mereka. Hari dan Juni berjalan pelan. Layaknya seperti pasangan yang sedang jatuh cinta, mereka pasti menginginkan waktu berjalan selambat mungkin. Lagi-lagi Hari merangkul pundak Juni. Ada sedikit sengatan rasa cemburu saat Maya melihatnya.
Mereka berbelok ke kiri, menuju Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Maya berhenti membuntuti. Terlihat Hari mengantarkan Juni masuk ruang kuliah dan setelah itu pergi menuju jurusannya.
--- "Siomay dua sama tahunya juga dua ya, Mas."
Kok Putusin Gue Karya Ninit Yunita di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Pake sambel ndak Neng?"
"Nggak" Gak usah."
Mas siomay segera menyiapkan pesanan Maya. Pada saat yang bersamaan, seorang laki-laki tinggi yang menyembunyikan rambut cepaknya dibalik topi baseball merah, menyapa Maya.
"Maya..." Maya berpaling. "Eh, Indra... Kirain siapa."
Indra adalah salah satu teman dekat Hari di kampus. Ia termasuk orang pertama yang diperkenalkan Hari pada Maya. Alasan kenapa ia belum lulus adalah karena selain kuliah di Teknik Arsitektur, Indra juga mendobel kuliah di Fakultas Hukum di kampus lain.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 85 "Ngapain kesini, May" Ketemu Hari?"
Maya mengangguk cepat. "Kirain kalo udah punya pacar baru udah ngga ketemuan sama Hari lagi."
"Sorry?" "Iya... Hari bilang, katanya elo udah punya pacar baru tuh makanya elo mutusin dia. Iya kan?"
"Hah" Hari bilang gitu?"
"Iya lah, makanya sekarang dia jadian sama anak Fisip juga. Katanya sih biar cepet ngelupain elo. "
"Serius lo?" Maya gondok.
"Hari sendiri yang bilang. Udah ah, gua tinggal dulu ya... Kudu ngejar kuliah di tempat laen nih." Indra berlalu meninggalkan Maya.
WHAT THE ... Si Buaya Darat itu ngeluarin statement gila yang ngebalikin fakta yang sebenernya?""
SINTING banget tuh orang!!! Udah jelas dia yang kayak gitu... EH, malah ngelempar isu gue yang punya cowok baru lagi!
Awas lo, Har... The "Party" has just begun.
"Ini Neng, siomaynya." Suara Mas Siomay membuyarkan lamunan Maya.
"Jadi berapa Mas semuanya?"
"Seribu, Neng."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 86 Maya mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu.
"Nih Mas." "Aduh, apa ndak ada uang pas Neng?"
"Wah maaf nggak ada tuh Mas," ujar Maya sambil kembali mengecek saku celana jeans-nya.
"Gimana ya?" "Ya udah nanti aja kembaliannya, gak usah sekarang."
"Iya deh Neng, gitu aja. Saya coba tukerin ke recehan deh ke tukang parkir."
Maya kembali masuk mobil. Sambil menunggu "mangsa-nya" keluar, ia melawan rasa lapar dengan sepiring siomay. Hatinya masih dongkol mendengar cerita Indra. Kenapa begitu mudah bagi Hari untuk memutarbalikkan kenyataan. Selama ini Maya merasa telah mengenal bagaimana Hari, ternyata ia salah.
"Mas ini mas piringnya."
"Aduh gimana ya Neng, saya masih mbelum dapet recehannya. Neng buru-buru ya?"
Secara tidak sengaja dari jauh Maya melihat Hari dan Juni berjalan menuju tempat parkir.
"Neng sih belinya cuma empat, piye toch ngasih uangnya lima puluh rib?"
"Yah udah gak usah pake kembalian Mas," Maya bergegas masuk mobil.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 87 "Tapi Neng?" Maya segera memutar mobil dan membayangi "mangsa-nya".
"Ya ampun si Neng" " Tukang siomay itu melongo memegang selembar uang lima puluh ribu.
MERANA FM SEDAN silver milik Hari berjalan pelan. Maya tidak terlalu kesulitan untuk membuntutinya dan menjaga jarak dengan kecepatan konstan. Hari menjalankan mobil menyusuri jalan Dago. Maya terus menjaga agar ia tidak tertahan lampu merah.
"You are listening to MERANA FM Bandung, radio khusus... hiks... untuk kamu-kamu yang siang ini lagi sedih dan sedih banget. Sedih karena mungkin baru... hiks... ditinggal pacar malem minggu kemaren... hiks..."
"Itu gueeeee!" Maya setengah berteriak.
"... atau sekarang kamu lagi ada dibalik kemudi dan... hiks... mergokin ternyata pacar kamu ada di mobil depan sama selingkuhannya... hiks..."
"Loh kok bisa-bisanya gue banget sih," Maya heran.
"Oke deh kalo gitu... hiks... Berikut saya putarkan sebuah lagu spesial buat kamu yang lagi ngebuntutin mantan pacar yang ternyata selingkuh... hiks... Sebuah lagu yang berjudul... hiks... How Do You Heal A Broken Heart..."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 88 Kening Maya berkerut. "Ini kok kayak yang nyindir gue gini sih?"
"Sebelumnya... jangan kemana-mana, stay tune di MERANA FM " Tiada Tangis Tanpa Air Mata " radio khusus untuk orang sedih se-Bandung raya." Suara penyiar itu terdengar menyayat hati.
Tips Mengatasi Patah Hati #8:
Mendengarkan lagu-lagu patah hati itu bukan sesuatu yang salah (terlebih lagi bila kamu penggemar Metallica).
Sambil mendengarkan radio, mobil Hari berbelok memasuki basement parkir Bandung Indah Plaza (BIP), sebuah mall yang terletak di pusat kota. Maya memarkir mobil tidak jauh dari sedan silver Hari. Pasangan paling menyebalkan yang sedang diintai Maya itu pergi menuju lantai paling atas sambil saling merangkul mesra. Mereka pasti berencana untuk nonton. Karena bukan weekend, loket tempat membeli tiket tidak diserbu penonton. Terlihat beberapa orang yang melenggang langsung membeli tiket tanpa harus mengantri. Hari dan Si Nenek Sihir menuju loket 2.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 89 "Uh hari gini baru nonton Troy," keluh Maya dalam hati. Demi menjalankan misi balas dendam, ia rela menonton Troy untuk yang kelima kali-nya. Setelah Hari dan Si Nenek Sihir hilang dari pandangan, Maya bergegas menuju loket 2.
"Siang Mbak, saya minta satu tiket dan duduk nggak jauh dari orang yang baru pergi tadi," ujarnya sambil mengeluarkan dompet.
"Ada alasan yang spesifik kenapa Mbak ingin duduk dekat orang yang banyak bulunya?" tanya si Mbak Loket heran.
"Oh... Bukan yang itu... Itu tuh dua orang setelahnya," jawab Maya cepat.
Misi jahat #3 KEGANTENGAN Brad Pitt tidak berhasil mengalihkan pandangan Maya dari Hari dan si Nenek Sihir itu. Selama menonton, matanya jarang lepas dari mereka. Si Nenek Sihir itu menyandarkan kepala ke bahu Hari. Hari balik merangkul dan sesekali membelai rambut si Nenek Sihir.
Gue sumpahin besok rambut si Nenek Sihir itu kutuan!
Atau rontok sampe botak...
Biar tau rasa. Melihat mereka, membuat Maya teringat saat terakhir Hari memeluknya di Rooms Caf". "Aku bakalan susah ngelupain kamu, May." Sekarang rasanya Maya benar-benar ingin melempar mereka dengan kaleng minuman soda atau pop corn yang ia bawa.
Tiga jam kemudian setelah selesai menonton film, Hari dan si Nenek Sihir itu meninggalkan BIP. Entah kemana tujuan mereka, yang jelas Maya masih berada di belakang sedan silver Hari.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 90 "This is MERANA FM Bandung. Dengan motto hidup Tiada Tangis Tanpa Air Mata. Masih bersama saya, Sidik Thamrin, yang terus nemenin kamu-kamu yang sedih, patah hati, pesimis, galau, gundah gulana, kelam, putus asa, tertindas dan selalu merasa hidup ini tidak adil.
Oke, sekarang waktunya kuis! Buruan dial ke 25056789 sekarang juga dan ceritain pengalaman tersedih kamu. Ada voucher senilai 200 ribu rupiah buat kamu yang dipersembahkan oleh majalah Broken Heart."
Maya kembali mendengarkan MERANA FM. Satu-satu-nya stasiun radio di Bandung yang selalu memutarkan lagu-lagu patah hati untuk memanjakan kesedihan para pendengarnya. Setelah diputuskan Hari, Maya jarang mendengarkan Metallica dan membuatnya beralih mendengarkan MERANA FM.
"Halo MERANA FM Bandung, selamat sore... Dengan siapa nih?"
"HWAAA..." Terdengar raungan histeris sang penelepon.
"Tenang... tenang... Coba, tolong sebutkan nama kamu dulu deh," ujar sang penyiar.
"Hwaaaa... Nama saya Nadya... hiks..." Terdengar suara si penelepon sedikit tenang.
"Lokasi di mana, Nad?"
-------------------------------------------------------------------------------halaman 91 "Buah Batu." "Oke Nad, ada yang mau di-share sore ini buat pendengar kita" Bisa kamu cerita kejadian sedih yang baru menimpa kamu?"
"Hiks... Kemaren malem saya nonton bareng temen-temen gitu... hiks..."
"Film apa yang kamu tonton, Nad?"
"White Chicks."
"HAHAHA... Lucu banget tuh filmnya," ujar Sidik, sang penyiar bersemangat. Produser radio mengetuk kaca ruang siaran memperingatkan sang penyiar untuk tidak keluar konteks karena segmen MERANA FM adalah tidak untuk orang-orang yang bergelimang kebahagiaan. Sidik sang penyiar kembali berpura-pura sedih. "Anyway... hiks... Trus apa yang bikin kamu sedih?"
"Iya... hiks... Ternyata saya mergokin Yudho, pacar saya nonton film ini sama cewek lain... HWAAAA," si penelepon kembali meraung.
"Aduh, sedih dong ya?"
"BANGEEEEET! Padahal Yudho cinta pertama saya loh, Kang Sidik... hiks... "
"Oh ya?" "Iya. Sekalian saya mo ngasih pengumuman nih ya buat cewek-cewek se-Bandung, jangan mau pacaran sama orang yang namanya Yudho, dijamin sedih kayak saya sekarang. Hwaaa..." Si penelepon sedikit emosional.
"Ya udah, cerita kamu saya tampung dulu. Baiklah pendengar, sebelum menerima telepon selanjutnya saya putarkan sebuah lagu request dari Andru di Cigadung, yang tentunya sedang sedih, sebuah lagu dari Padi, Kasih Tak Sampai yang disusul dengan Dewa, Pupus. Stay tune terus di MERANA FM! Tiada Tangis Tanpa Air Mata."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 92 Setelah dua lagu request itu diputarkan dan diselingi beberapa buah iklan, suara sang penyiar kembali muncul.
"Silakan untuk penelepon kedua. Sebelumnya tolong langsung aja sebutin nama dan lokasi kamu."
"Halo?" "Ya silakan langsung sebutin nama dan lokasi kamu."
"HALO" HALO?" Si penelepon kedua memperkeras suara, nyaris berteriak.
"Halo Bapak, silakan Pak langsung aja sebutin nama dan lokasi Bapak di mana... Ini udah on air."
"HALO" HALO?"
"IYA PAK! COBA DIPAKAI YA ALAT BANTU DENGARNYA," ujar Sidik sang penyiar tak kalah keras.
"Eeeh bego banget sih ni orang, telepon geus nyambung tapi teu di jawab (telpon sudah nyambung tapi tidak dijawab). Kurang tarik kitu ngomong teh" (kurang keras gitu ngomongnya") HALLLLLLOOOOOOOO?" Penelepon itu menggandakan kekuatan berteriaknya beberapa desibel.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 93 "Bukannya bego ya, Pak... ini udah on air. INI UDAH ON AIRRR."
"AIYAAAHHH... INI WEYWEY YA" INI SAMA KO" SANSAN. YOU ORANG PUNYA PAPIH ADA WEY?"
Sidik sang penyiar langsung memutuskan sambungan dengan jutek. "Maaf Bapak, ini bukan rumahnya Ko" Sansan karena ini adalah MERANA FM Bandung, radio khusus untuk orang-orang sedih, bukan rumah Papihnya Weywey. Silahkan penelepon selanjutnya..."
"Halo... Merana FM" Ini Weywey..."
Sambil mendengarkan radio, konsentrasi Maya terus tertumpu pada sedan silver Hari yang berbelok ke jalan Setrasari. Maya terus mengikuti sampai akhirnya Hari memarkir mobil di depan sebuah rumah besar berpagar tinggi warna hijau yang terletak di ujung jalan yang terbilang sepi. Hari turun disusul si Nenek Sihir itu. Seorang pembantu membukakan pagar. Mereka masuk sampai akhirnya Maya tidak dapat melihat mereka lagi. Ia terus mengintai dalam mobil, seperti sedang menunggu saat yang tepat.
---BEEP BEEP--- Handphone Maya berbunyi. Dari layar terbaca nama Rini.
"Lagi ngapain?"
-------------------------------------------------------------------------------halaman 94 "Lagi ngikutin Hari nih."
"Ha" Serius lu?"
"Iyah, dua rius."
"Hahaha... Giling!"
"Udah ah, ada apa?"
"Besok gua mo ke Jakarta, ikut yuk. Pake kereta yang jam sembilan. Sekalian kita jalan-jalan... "
"Ke Jakarta" Ngapain?"
"Ini, nge-drop undangan nikah Teh Nia buat orang-orang yang di Jakarta. Yuk, ikut gua," ajak Rini.
"Besok?" "Ngga say, pas tahun baru Cina di tahun 2010 nanti."
"Heheheh..." "Iya lah besok... Gua jemput deh."
"Yah ntar gue kasih kabar lagi deh yah kalo udah nyampe rumah."
"Sip. " "Bye." Lingkungan rumah si Nenek Sihir terlihat sepi.
Tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Tidak ada orang yang lalu lalang sama sekali.
Tengok kanan. Tengok kiri.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 95 Setelah merasa aman, Maya menyelinap ke sisi mobil untuk mengempeskan semua ban mobil Hari. Setelah selesai, ia kembali masuk mobil dan tancap gas. Ia membetulkan letak kaca spion mobil, menikmati hasil karya pada mobil Hari sambil tersenyum sinis.
"Ini baru peringatan pertama buat elo, Har!"
| lanjut | kembali | atas | bawah | daftar isi | depan
halaman 97 9 INIKAH NAMANYA CINTA PADA PANDANGAN PERTAMA"
Salesman Kondom BEGITU sampai rumah, Maya segera menelepon Rini. Dalam beberapa detik terdengar nada sambung.
"Haluuu... Capa neeeh?"
"Heh! Lagi ngapain?"
"Lagi nelpon!" "Ih itu sih gue udah tau."
"Please deh... Udah tau kok malah nanya sih" Yang ga normal di sini siapa?"
"Arrgghh... anyway..."
"Cerita dulu tadi gimana?"
"Tadi apaan?" tukas Maya galak.
"Ituuu, ngikutin Hari. Buruan cerita!" Rini terdengar tidak sabar.
"Ooo... ituuu... Heheheh," Maya terkekeh, penuh kemenangan. Ia tertawa membayangkan Hari yang kebingungan ketika mendapati seluruh ban mobilnya dalam keadaan kempes.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 98 "Iya, itu, gimana?"
Maya lalu menceritakan kejadian bagaimana dia mengintai Hari mulai dari kampus, BIP dan sampai bagaimana Maya mengempeskan semua ban mobil Hari di depan sebuah rumah yang dicurigai sebagai rumah si Nenek Sihir itu.
"Dasar penjahat!" Rini berkomentar sambil disusul dengan gelak tawa. "Gimana cara tuh si Hari balik?"
"Bodo! Mudah-mudahan sih jalan kaki sampe gempor."
"Ampun deh ya, elu tuh... Memang deh kalo udah punya urusan sama orang bisa sampe kayak gini."
"Gue bilang juga bisa panjang kalo macem-macem sama gue," ujar Maya ringan tanpa merasa salah. "Tapi ada yang bikin gue bete banget nih, Rin."
"Apaan?" "Gue gak sengaja ketemu Indra. Trus lo tau ngga" Ternyata Hari ngakunya kalo gue yang mutusin dia... Gara-gara gue udah punya cowok laen!"
"Gilaaaaa... Tukang ngarang banget sih tuh orang!"
"Pantesan aja si Buaya Darat itu santai banget pacaran di kampus."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 99 "Bener-bener harus dikasih pelajaran tuh orang," Rini geram.
"Tunggu aja tanggal maennya... Heheheh..."
"Eh ngomong-ngomong besok gimana" Elu jadi dong ikut gua ke Jakarta?"
"Nah itu dia, Rin. Sorry banget gue nggak bisa."
"Mau ngapain" Besok-besok elu mau nyewa sniper ya?"
"Hahaha... Yah, dalam pertimbangan."
"Dasar giling!" maki Rini setengah bercanda.
"Yah udah, cepet balik yah."
---KLIK--- --- Rini dalam perjalanan menuju Jakarta. Dalam kereta, ia duduk dekat jendela. Ia sedikit berharap semoga ada seseorang mengisi tempat duduk di sampingnya. Berbeda dari Maya, Rini selalu berharap ada cowok ganteng setipe Samuel Rizal duduk di samping. Rini adalah tipe pengkhayal sejati yang selalu mendamba pacar berwajah tidak jauh dari Nicholas Saputra atau Pierre Roland. Dan sebagai tambahan, Rini adalah member Perkumpulan Perempuan Berkadar Gengsi Setinggi Langit (PPBGSL).
Tapi tragisnya, beberapa kali pergi ke Jakarta, ia tidak pernah beruntung karena harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Rini lebih sering duduk berdampingan dengan:
Orang paling pendiam se-Bandung.
Salesman yang menawarkan lem tikus.
Bukan Samuel Rizal. -------------------------------------------------------------------------------halaman 100 Sementara deadline dari keluarga untuk mendapat calon suami semakin tipis. Rini resah. Rini gelisah. Persis seperti saat ini.
"Semoga kali ini berhasil," harapnya cemas dalam hati.
Kereta bergerak meninggalkan stasiun. Rini hanya bisa menatap pasrah tempat duduk di sampingnya kosong. Untuk membunuh sepi, Rini membaca majalah yang sengaja ia beli sebelum masuk kereta. Sebuah artikel di majalah dengan judul ber-font besar yang sedang ia baca cukup menarik perhatian. "Safe Sex - Use Condom."
"Pori-pori kondom kan jauh lebih besar daripada virus HIV (Dikutip dari: Konsep Islam Menaggulangi HIV/AIDS oleh Prof. DR.dr. Dadang Hawari)," ujar laki-laki yang tiba-tiba duduk di sebelah Rini. Rupanya ia salah masuk gerbong sehingga terlambat duduk di tempat yang seharusnya.
"Eh?" Rini menoleh. Sekali melirik laki-laki berperut gendut yang bermata sipit itu, tiba-tiba terasa ada "aliran listrik" mengalir dalam darah dan percikan kecil yang membakar jantungnya.
"Iya, ini artikel yang sedang kamu baca. Safe Sex " Use Condom. Yang saya tahu, pori-pori kondom lebih besar dari virus HIV," ujarnya lagi sambil menunjuk judul artikel.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 101 "Oh ya?" ujar Rini dengan pandangan so-tau-deh-lu.
"Begitu yang saya tahu."
"Terima kasih atas informasinya," Rini merespon dingin.
"Dan dibandingkan dengan semua negara di dunia, Senegal adalah negara yang masih relatif tidak tersentuh AIDS (Sumber: TV Perancis)."
Rini pura-pura tidak mendengar.
"Tingkat kebocoran kondom di pasaran mencapai 30%," tambahnya lagi.
"Anda memangnya salesman kondom ya" Kok tau sekali tentang kondom," timpal Rini.
"Hahaha..." Laki-laki itu tertawa. "Saya Sidik... Bukan ANDA..." Ia menyodorkan tangan. "... dan sayang sekali saya bukan salesman kondom."
"Rini," Rini menyambut sodoran tangan Sidik dengan senang hati. Kembali "percikan" itu terasa menguat.
"Rini... Minta nomor handphone-nya dong," ternyata Sidik cukup agresif.
"Lupa," ujar Rini singkat. Playing hard to get adalah motto hidupnya. Kesengsaraan akibat motto hidup inilah menjadi balasan kenapa tidak banyak orang yang mendekati Rini.
"Hehehe... Jadi saya ga boleh tau nih?"
"Bener, gua lupa. Asli!"
-------------------------------------------------------------------------------halaman 102 "Bo"ong banget... Kalo ga boleh bilang aja, Non."
"Gua kan ga pernah nelpon ke gue sendiri," kilah Rini. Ia berprinsip bila memang ada yang tertarik, tentu orang itu akan gigih berusaha mendapatkan nomor handphone-nya.
"Takut suaminya marah ya?"
Sidik 1 " Rini 0 Rini langsung mendelik. "Noooo... I"m not married... YET," Rini memperlihatkan tangan kanannya. "Ngga ada cincin kan?"
"Siapa tau." "So I DO look like a married woman!" pandangan Rini penuh hostilitas.
Sidik tertawa. "Ngapain ke Jakarta, Rin?"
"Ada urusan keluarga."
"Oh." "Elu" Kerja?"
"Saya penyiar di MERANA FM Bandung. Ke Jakarta buat ngeliput upacara pemakaman kucingnya pendengar."
"Hahaha... Serius?"
"Radio tempat saya kerja kan segmennya buat orang-orang sedih gitu. Nah salah satu pendengar kita sedih banget karena kucingnya mati. Dia orang Jakarta yang kuliah di Bandung. Karena lagi ujian dia ga bisa ikutan upacara pemakaman kucingnya ini, makanya minta diliput."
"Gila tuh orang. Kucing mati aja minta ada liputan khusus."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 103 "Heheheh," Sidik terkekeh. "Ya namanya juga udah sayang kali. Atas nama cinta dan sayang, orang bisa ngelakuin apa aja yang ngga pernah kita duga."
Sampai Gambir, ternyata Sidik tidak pernah menanyakan lagi nomor handphone Rini. Mereka berpisah sampai Rini masuk taksi. Setelah melihat bayangan Sidik dari kaca spion, Rini menunduk sedih. Dalam hati ia menyesal membiarkan Sidik pergi tanpa mengetahui nomor handphone-nya.
Nggak Mirip Samuel Rizal JAM 23.44 ---BEEP BEEP--- "Halo Maya cantik," Suara Rini terdengar riang gembira.
"Hoaemmm..." Maya menguap, "...duh jam segini nelpon," dan memaki.
"Lagi ngapain, May?"
"Ini lagi nepok-nepok bantal udah mo berlayar ke pulau mimpi nih. Hoaeammmhhh... Ada apa Rin?"
"Gua mau cerita dan lu harus dengerin."
"Hoaeeaaammmhhh..."
"Gua ketemu cowok di kereta looo..." Rini bercerita dengan penuh semangat.
"Trus, kalian pacaran nih" Kalo iya gue tumpengan deh, Rin."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 104 "Kagak... Dia minta nomor handphone gua, ga gua kasih trus dia-nya ga nanya lagi. Bete ga sih lu?"
"Hahahaha..." Maya tertawa (persis seperti tawa musuh-musuh semua jagoan dalam sinetron yang terdengar hiperbola). "Makanya makan tuh gengsi! Sekarang nangis-nangis bombay deh lo gak berhasil bikin dia penasaran..."
"Ah elu tuh ya, emang SAHABAT SEJATI banget!"
"Duuuh, sorry gua kan becanda, Rin. Kok jadi sensi gitu sih" Ngomong-ngomong profil cowok itu gimana, Rin" Sampe bisa bikin lo morang-maring gitu."
"Lu tau Samuel Rizal?"
"Cowok keren yang maen di Tusuk Jelangkung itu?"
"...plus cowok yang jago basket ituuu..."
Kok Putusin Gue Karya Ninit Yunita di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Iyah, tau..." "Iya, cowok yang duduk di sebelah gua di kereta itu..."
"...mirip Samuel Rizal yah?"
"Nggak mirip sama sekali."
!@#$%!@#$! Please deh Rin... Kalo nggak mirip ngapain dari tadi kita ngebahas Samuel Rizal"!
Maya diam. "Cowok yang gua temuin itu berperut gendut sama matanya sipit. Secara fisik sih bukan tipe gua deh May. Tapi gua kok berasa aneh ya pas ketemu dia. Kayak ada apaaa gitu. Kayak ada "aliran listrik" yang bikin hati gua kesetrum... Atau kayak ada percikan api yang bisa ngebakar perasaan gua."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 105 "Wow... Masa sih?"
"Iya, padahal dia ngga mirip Samuel Rizal."
Maya menarik nafas dalam-dalam.
Bukannya tadi udah kita bahas kalo cowok yang baru lo kenal ini JELAS-JELAS nggak mirip dia"
"Menurut lu, ini cinta pada pandangan pertama bukan ya, May?"
"Mmmhh... Bisa ya... Bisa iya banget."
"Iya, aneh gua juga. Trus pas gua sinis ke dia, dianya santai-santai aja. Tenang banget. Namanya Sidik Thamrin. Dia ker..."
"Dia penyiar MERANA FM Bandung, bukan?" potong Maya cepat.
"Loh"! Elu kenal?" Rini heran.
"Gue suka dengerin dia siaran lagi."
"HAAAAH" Elo jadi dengerin MERANA FM" Apa kabarnya Metallica?"
Maya tidak menjawab. "Elu kayaknya desperate banget deh sejak putus sama Hari. Anyway... barusan gua cek ricek undangan buat orang-orang yang berdomisili di Jakarta. Ternyata ada undangan buat Keluarga Ir. Wishnu Suryo Prabowo di Pondok Indah. Itu bukannya nama bokap Hari, May?"
Maya duduk terbangun. -------------------------------------------------------------------------------halaman 106 Rini Menemukan Cinta "SIAPA?" ulang Maya.
"Keluarga Ir. Wishnu Suryo Prabowo di Pondok Indah. Itu bukannya nama bokap Hari?"
Deg! Jantung Maya serasa bergerak lebih cepat. Ia hanya terdiam heran. Bagaimana bisa nama keluarga Prabowo termasuk dalam daftar undangan.
"Itu emang nama bokapnya Hari lagi, Rin."
"Bakal ketemuan dong lu nanti di kawinan Teh Nia," ujar Rini hati-hati.
"Emang keluarga kenal yah sama bokapnya Hari?"
"Ngg... Iya kali... Gua juga baru tau tadi pas ngecek-ngecek."
"Duh... " Nafas Maya terdengar berat.
"Kenapa May?" tanya Rini pelan. "Kepikiran ya?"
"Iyah Rin... Jadi kepikiran lagi perasaan gue sama Hari."
"..." "Hmmm... Waktu itu sih baru ngobrol di telpon aja sama nyokapnya Hari. Enak banget deh ngomongnya... Nyambung dan kayak yang welcome banget sama gue."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 107 "Mmm..." "Yah udahlah, titip salam aja kalo lo besok ke tempatnya Pak Prabowo yah." Maya mengisyaratkan untuk mengakhiri topik pembicaraan.
"Oke." Setelah percakapan lewat telepon berakhir, Maya jadi sulit memejamkan mata. Nama keluarga Prabowo kembali membawanya ke alam pikiran bahwa betapa di balik semua niat balas dendam pada Hari, jauh di lubuk hatinya... rasa sayang itu masih kuat. Maya berbaring menatap langit-langit sambil mendengarkan MERANA FM. Sebuah lagu sedih begitu menyayat hati membuatnya terhanyut dan menangis. Tanpa Hari, Maya merasa seperti setitik debu di padang pasir yang sering dipermainkan angin.
Terbang... tapi tanpa arah. Tips Mengatasi Patah Hati #9:
Siapkan sekotak tissue dan inhaler bila kamu menangis di malam hari karena masih teringat mantan. Dan... jangan ragu bila ingin menangis. It's okay to feel blue, don't deny your feelings.
--- Rini duduk menunggu di ruang tamu. Terlihat salah satu dinding dihiasi dengan foto keluarga berukuran besar. Tampak Hari, berpakaian tradisional Jawa lengkap dengan blangkon bersama orangtua dan dua adik perempuannya.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 108 "Oh... Ini toch putri-nya Pak Maman?" Seorang wanita setengah baya muncul di ruang tamu. Tampak anggun dan cantik meski sudah dimakan usia. "Kapan datang dari Bandung "de?"
"Kemarin, Tante."
"Monggo... monggo... Duduk "de," ujar Ibu Prabowo dengan ramah.
"Ini Tante, saya ada titipan undangan dari Papa untuk Tante sama Oom. " Rini menyerahkan undangan pernikahan dari dalam tas.
"Iya, kemarin juga Pak Maman sudah telpon wanti-wanti supaya kita datang nanti. Monggo loh "de diminum... Maaf Tante belum tau siapa namanya?" tanya Ibu Prabowo sambil mempersilahkan Rini untuk menikmati segelas orange juice.
"Rini, Tante." Setelah menikmati segelas orange juice, mereka melanjutkan percakapan.
"Maaf Tante, dari tadi saya perhatikan foto keluarga Tante... Kalo ngga salah putra Tante namanya Hari ya?"
"Oh itu..." Ibu Prabowo melirik foto keluarga yang dipajang di dinding. "Iya, Hari... Harianto... Memangnya de" Rini kenal toch?"
"Teman saya kebetulan teman dekatnya Hari, Tante."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 109 "Sopo toch" Amaya ya?"
Rini mengangguk. "Iya Tante, Maya."
"Eeealah... Iya, Maya. Tante tuh seneng banget Hari sama Maya. Wong Maya itu udah ayu, pinter lagi ya. Tante liat dari foto yang dikasih liat Hari. Kemarin-kemarin Hari bilang rencananya dia pengen ngenalin dan ngajak Maya ke Jakarta tapi sampe sekarang kok ya belum-belum juga."
"Iya, Tante. Maya sendiri titip salam buat Tante sama Oom."
"Yo wis, nanti salam kalau ketemu Maya ya de". Bilangin, Tante tunggu di Jakarta."
Tak lama setelah itu, Rini berpamitan pulang.
"Hari" Bilang ke nyokapnya kalo mau ngenalin Maya ke keluarga-nya" Yang bener aja," gumam Rini.
Salesman Kondom Is Back! SETELAH dua hari di Jakarta untuk urusan distribusi undangan pernikahan kakak semata wayang-nya, Rini kembali ke Bandung. Karena satu jam lagi kereta tiba, ia memutuskan menunggu di sebuah caf". Menikmati secangkir ice latte dan sepotong tiramisu(Tiramisu adalah hidangan pencuci mulut yangberasal dari salah satu propinsi di Italia. Karena rasanya yang lezat, maka disebutlah tiramisu yang berarti jemputlah/ ambil aku). Terkadang pikirannya terbang pada peristiwa saat ia bertemu Sidik. Adanya "aliran listrik" dan percikan yang belum pernah dirasakan memberikan sensasi yang luar biasa. Dimana hal itu belum pernah terjadi sebelumnya.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 110 Tapi Rini tetaplah Rini, dengan kadar gengsi setinggi langit bila sudah berhadapan dengan makhluk berlabel laki-laki. Kini ia menyesali diri tidak memberikan nomor handphone-nya pada Sidik. Kesempatan terkadang tidak terjadi dua kali. Akhirnya sekarang gigit jari sambil membolak-balikan beberapa halaman majalah dan membaca-baca artikel. Matanya terpaut pada artikel dengan judul yang cukup menarik perhatian. THE BENEFIT OF SEX, Sepuluh Manfaat Bercinta dengan Suami.
"The Benefit of Sex" Wow, that must be interesting," suara bass itu memecah konsentrasi Rini yang sedang serius membaca. Judul artikel itu memang ber-font besar, sehingga sekilas mudah dibaca.
Rini tengadah. Salesman kondom is back. Rini salah tingkah, tersenyum kaku karena tidak menyangka akan bertemu Sidik lagi. Ia berusaha cepat-cepat menutup majalah. Terlalu terburu-buru sehingga majalah itu jatuh lebih dekat ke arah Sidik.
"Hmmm, kirain ga akan ketemu salesman kondom lagi nih."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 111 "Saya penyiar, bukan salesman k..."
"Whatever," tukas Rini dengan tampang judes.
"Pertama kita ketemu, kamu lagi baca Safe Sex, siang ini The Benefit of Sex. Are you addicted to s..."
"Of course not!" balas Rini cepat.
Sidik berusaha menahan senyum sambil meraih majalah itu di lantai. Ia menyodorkannya ke Rini.
Rini terpaku melihat Sidik. Salesman kondom itu, kenapa terlihat ganteng sekali di matanya. Berperut gendut dan bermata sipit, bila tertawa hanya akan membuat kedua matanya seperti membentuk garis. Rambutnya kecoklatan, pendek dan rapi ber-gel. Ia memakai kemeja putih bersih yang lengannya tergulung sampai sikut. Bola matanya berwarna coklat gelap. Meski tidak seperti Samuel Rizal, Rini masih tetap merasa "kesetrum" melihatnya saat itu.
Tanpa dipersilahkan, Sidik sudah duduk di kursi kosong di hadapan Rini.
"Udah beres nih urusan keluarga-nya?"
"Udah." "Bentar ya, saya mau pesen minum dulu," Sidik pamit beranjak, dalam lima menit ia sudah muncul bersama secangkir espresso.
"Gimana acara liputan kamu?"
"Lumayan mengharukan."
"Eh ternyata temen gua ternyata suka dengerin elu siaran loh!"
-------------------------------------------------------------------------------halaman 112 "Oh ya?" Satu alis kanan Sidik terangkat. "Let me guess... Temen kamu itu baru putus ya?"
"Iya. Kok tau?" Rini heran.
"Orang-orang yang baru putus emang target pendengar kita juga kok."
"Oh... gitu..."
Rini lalu meneruskan membaca majalah sementara Sidik menikmati espresso-nya.
"Hmmm enak nih," Sidik memotong sedikit tiramisu yang ada di meja.
"Iya, gratis sih," ujar Rini sinis.
"Hehehe... Saya suka banget tiramisu. Satu loyang besar aja bisa saya abisin sendiri. Kamu bisa bikin tiramisu, Rin?"
Rini menggeleng. "Mmm... Sayang ya..."
"Eh... ngomong-ngomong... Asik ngga sih kerja di radio?"
"Dari dulu udah impian saya kerja di stasiun radio dan saya enjoy banget kerja di dunia broadcasting. Saya memang punya prinsip apa pun yang saya lakukan, saya harus menikmatinya. Supaya hasilnya maksimal."
Rini menyimak. "Kamu pernah dengerin saya siaran, Rin?"
Rini menggeleng. "Gua malah baru denger ada radio untuk segmen orang-orang sedih."
"Berarti kamu belum pernah denger dong acara andalan radio kita yang rating-nya tinggi."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 113 "Apaan tuh" Acara curhat sampe nangis ya?"
"Lucky guess!" Sidik tersenyum. "Kapan-kapan dengerin saya siaran ya Rin."
Rini mengangguk. "Pasti. Hmmm, anyway... nanti di jemput pacar di stasiun?" tanya Rini dengan muka datar. Kalimat ini adalah translasi yang halus dari apakah kamu sudah punya pacar".
"Ngga, kebetulan lagi ngga punya pacar," sahut Sidik.
"Oh gitu," Rini berusaha untuk tetap tenang, tidak menjerit-jerit kegirangan dan ogel-ogel pantat begitu mendengar jawaban Sidik. Laki-laki berperut gendut itu tersenyum sopan saat menangkap pandangan Rini. Percikan itu kali ini terasa lebih kuat membakar.
Sidik mengeluarkan sebungkus rokok menthol. "Sorry, ga apa-apa kan?" sebelum ia menyalakan rokok.
"No probs." Sidik menghirup asap rokok dalam-dalam sambil sesekali diselingi meminum espresso. Tak lama kemudian, terdengar panggilan bagi penumpang untuk segera masuk kereta. Keduanya berjalan pelan meninggalkan caf".
"Kamu di gerbong berapa, Rin?" Sidik mengeluarkan tiket kereta.
"Satu." -------------------------------------------------------------------------------halaman 114 "Wah pisah dong kita," Sidik terdengar sedikit kecewa. "Anyway bawa handphone?"
"Bawa." "Boleh pinjem bentar" Dua menit?" ujar Sidik dengan kedua jari tangan kanan membentuk huruf V.
"Boleh. Nih." Sepuluh detik kemudian, Sidik mengembalikan handphone Rini.
"Thanks." "Gak jadi nelpon?"
"Saya nelpon ke handphone sendiri kok," ujar Sidik seraya mengeluarkan handphone miliknya dari saku celana. "Saya sih inget nomor handphone saya sendiri, so I got your number now." Sidik berlari kecil masuk ke gerbong dua sambil melambaikan tangan pada Rini.
"Licik," Rini tersenyum geram tapi senang karena kali ini Sidik berusaha mendapatkan nomor handphone-nya.
| lanjut | kembali | atas | bawah | daftar isi | depan
halaman 115 10 YOU BREAK MY HEART, YOU PAY FOR IT
Misi Jahat #4 "SELAMAT siang dengan Jono dari Pondok Pizza Dago. Ada yang bisa kami bantu?"
"Selamat siang Mas Jono. Saya mau pesan pizza untuk diantar ya."
"Silahkan Pak, harap diingat minimal pemesanan senilai Rp 50,000. Maaf Pak, sebelumnya tolong sebutkan nama, alamat tujuan dan nomor telepon yang bisa dihubungi."
"Minimal pesanan senilai Rp 50,000 ya?" Anak SMU itu mengulang apa yang dikatakan Mas Pizza dengan keras sambil melirik Maya.
Maya mengacungkan jempol. "Beres!"
Tenang aja, gue bakal mesen lebih dari Rp 50,000 kok.
"Oke. Saya Hari, alamat di Jl. Karang Pawitan No 5. Saya baca pelan-pelan aja ya karena daftarnya panjang.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 116 Dua Fiesta Mexicaine, ukuran large
Dua Cheezy Pepperoni, ukuran large.
Lima American"s Favorite, juga ukuran large.
Dua Buffalo Wings. Lima Garlic Bread." "Oke... sebentar ya, Pak." Terdengar mas pizza itu sibuk mencatat pesanan. Tak lama ia mengulang semua pesanan dengan menelepon balik ke nomor yang sudah disebutkan Anak SMU itu untuk memastikan bahwa data tersebut akurat.
"Jadi total pesanan Bapak senilai Rp 550.000. Dalam tiga puluh menit pesanan sudah sampai di tempat. Terima kasih telah menghubungi Pondok Pizza Dago."
---KLIK--- Anak SMU itu memutuskan sambungan. "Udah nih Teh," ujarnya seraya mengembalikan handphone Maya.
"Makasih yah," Maya tersenyum puas sambil mengeluarkan sim card flexi dari handphone dan kembali menggunakan sim card yang biasa ia pakai sehari-hari. Untuk acara misi jahat ini, Maya memang sengaja membeli sebuah sim card baru, demi menjaga kesuksesan acara.
Maya lalu menyerahkan selembar uang lima puluh ribu. Anak SMU itu tersenyum senang.
"Bener kan kamu nggak tinggal di daerah sini?" Maya memastikan.
"Oh, ngga kok. Saya baru pulang belajar kelompok dari rumah temen di sebelah sana, jauh dari sini."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 117 "Yah udah, makasih yah."
Anak SMU itu kembali menaiki sepeda motornya dan berlalu. Maya sengaja mencegat anak SMU itu untuk membantu dia menjalankan misi. Mobil Maya terparkir tidak jauh dari rumah Hari dan memastikan Hari tidak pergi kemana-mana. Sedan silver itu masih terparkir di halaman rumah.
Seperti yang dijanjikan, datang sebuah motor delivery dan berhenti di depan rumah Hari. Ia tampak kebingungan saat menerima kiriman pizza yang tidak pernah ia pesan.
Misi Jahat #5 MENDEKATI tengah malam, Maya masih sibuk menggerakan jemari di atas keyboard. Beberapa layar internet explorer terbuka. Semua layar memperlihatkan Maya baru saja selesai melakukan registrasi membuat imel gratis.
Kini ia tertawa keras sendirian, menikmati perannya sebagai ratu mimpi buruk. Ia sengaja membuat beberapa alamat imel baru untuk memenuhi inbox Hari dengan imel-imel sampah berisi attachment gambar-gambar buaya yang dikirim berulang-ulang. Selain itu, Maya juga mendaftarkan diri pada beberapa situs dengan menggunakan alamat imel Hari.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 118 - 119 Lima menit setelah semua misi jahatnya selesai, Maya memastikan inbox Hari sudah dipenuhi imel-imel sampah itu.
Sender: Subject: zombi@sakithatibanget.net Gambar-gambar Buaya terbaru
nyipelet@bajingantengik.com 10 langkah sukses berselingkuh
neneksihir@saputerbang.net Ciri-ciri playboy sejati
Rene Tomlinson Harianto, try viagra for 70% less
wewegombel@kutu-kupret.com Apakah yakin selingkuh anda aman"
genderuwo@ketangkep-basah.com Kiat mengelak bila ketahuan selingkuh
matthew@loyalboyfriend.net Hi hapra_007@yahoo.com, we heard you have cheated your girlfriend
mas_boy@janjiplayboy.com Hi Harianto, dapatkan fasilitas gratis dengan menjadi member janjiplayboy.com
ngga_kuku@ gagahberani.net Hey Harianto, kami dengar anda memiliki masalah. Sudahkah anda mengenal Mak Erot"
admin@mencarijodohitupenting.com hapra_007@yahoo.com, registrasi mencari jodoh anda telah sukses!
| lanjut | kembali | atas | bawah | daftar isi | depan
halaman 121 11 NASIHAT SEORANG SAHABAT Suatu Saat Karir Itu Harus Berakhir
RINI berbaring di tempat tidur kamar Maya. Entah untuk yang keberapa kalinya ia menukar posisi gagang telepon dari telinga kanan ke kiri. Terdengar suara manja, gelak tawa dan ekspresi muka paling romantis dari Rini yang pernah Maya lihat. Dia sendiri surfing di dunia maya. Buku The Art of War tergeletak di atas meja. Suara James Hetfield, vokalis Metallica, terdengar samar dari CD player menyanyikan lagu Sad But True.
"Ya udah, met siaran ya," Rini akhirnya menutup telepon.
"Heh, gak panas tuh kuping?" ujar Maya tanpa melirik Rini.
"Aaaah... Mana bisa panas" Dengerin suara merdu kayak Sidik gitu kan bikin betah. Bikin kangen terus." Wajah Rini berubah warna menjadi merah jambu. "Eh... eh.. Ganti nih ga usah dengerin CD, kita dengerin Sidik siaran aja," Rini mematikan CD tanpa izin Maya dan segera menggantinya ke radio.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 122 "Iiiih... Apa-apaan sih?" Maya sewot. Casing CD Black Album Metallica tidak sengaja jatuh tersenggol Rini. "Duh! Ati-ati dong, ini kan CD favorit gue! Gimana sih!"
"Bodo!" Rini memeletkan lidah. "Pokoknya gua mau dengerin Sidik siaran."
"Untung kepemilikan senjata api di negara kita harus ada izin khusus, Rin..."
Rini tertawa. "This is MERANA FM Bandung... Radio sedih kebanggaan masyarakat Kota Kembang. Sekarang saatnya request!!! Ayo cepet dial ke 25056789... Tentukan sikap pilih lagu mana yang pengen kamu denger," Suara Sidik mengudara.
"Nih, calon pacar gua kan siaran... Dengerin dong ah!" Rini bangga.
"Huh, baru juga calon pacar, belom jadi pacar beneran." Maya memeletkan lidah. "Ketemu cowok di kereta tuh paling ntar ujung-ujungnya kayak gue, berakhir dengan tragis."
Rini berdiri di samping Maya dan ikut memperhatikan monitor. "Ah itu kan elu, bukan gua."
"Eh Rin ngomong-ngomong, gimana tuh cerita pas elo ke tempatnya Pak Prabowo?"
"Gua ke sana, trus ketemu nyokapnya Hari... Ih, cantik banget ya May mantan calon mertua lu itu."
-------------------------------------------------------------------------------halaman 123 "Iyaaaah... Trus trus?"
"Ya udah, gua bilangin kalo elu titip salam."
"Trus?" "Salam lagi, katanya."
Maya tersenyum kecil. "Lu tau ngga May, Hari sih bilang ke nyokapnya kalo dia mau ngenalin elu ke keluarganya loh."
"Ah bohong banget."
"Iya, serius. Nyokapnya ga tau apa kalo kalian putus?"
"Ah paling Hari-nya nggak cerita."
"Kalo gua liat sih, dari ceritanya Ibu Prabowo itu udah seneng banget deh sama elu."
"Emang ngomong apa, Rin?"
"Ah ngga jadi ah, ntar kalo gua bilang... elu bisa GR lagi."
"Ih, ngebahagiain sahabat sendiri kek sekali-kali," pinta Maya.
"Iya, kata Ibu Prabowo... elu tuh, udah cantik... pinter lagi. Ga tau aja kalo selain itu elu juga seorang psikopat."
"Heheheh..." "Anyway... Lagi ngapain sih?"
"Ada deeeh..." "IHHHHH! Ngecek-ngecek imel orang lu ya," Suara Rini meninggi setelah menyadari bahwa Maya sedang masuk secara ilegal ke inbox Hari.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 124 "Ho"oh," ujar Maya santai. "Abis gimana, ini satu-satunya sumber informasi akurat yang bisa gue dapet."
"Ya ampuuun... Amaya... "
"Bodo ah." "Ini anak... Lulus cum laude, disekolahin tinggi-tinggi buat jadi engineer... Taunya sekarang malah kerja ilegal ngecekin inbox orang... tsk... tsk..."
"Ah udah gak usah berisik!"
"Gimana coba, May perasaan nyokap lu liat anaknya kayak gini." Rini dengan ekspresi prihatin.
Bener juga sih apa yang Rini bilang.
Gue, pergi pagi, kuliah, pulang sore.
Gue, belajar Medan Elektromagnetik, Rangkaian Listrik, Pengolahan Sinyal Digital, Komunikasi Data, Teknologi Informasi...
Tapi sekarang gue malah di depan komputer, ngecek-ngecek inbox Hari, baca-baca imel dari si Nenek Sihir buat dia, tanpa Hari tau.
But, this is fun though. Heheheh... Rini menurut. Ia kembali memanipulasi tempat tidur dan membaca buku The Art Of War yang ia sambar dari atas meja.
-------------------------------------------------------------------------------halaman 125 "May..." "Apa lagi siiih?"
Kok Putusin Gue Karya Ninit Yunita di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Elu sering ya, liat-liat inbox-nya Hari?"
Maya tidak menjawab. "Baca-baca imel dia tanpa izin ya, May?" Rini dengan nada menyelidik.
"Yah iya lah, Rin. Masa gue harus minta izin Hari sih. "Hallo Hari, permisi ya gue baca-baca imel di inbox lo yang isinya penuh sama imel dari Juni semua". Nggak mungkin dong Rin gue minta izin sama dia, gimana sih lo."
Maya dapat mendengar suara Rini menggumam.
"Gua ngga nyangka aja, elu bakalan segininya sama Hari."
Maya membalikkan tubuh. "Ini bukan salah gue, Rin. Semua ini salah Hari. Dia yang bikin gue kayak gini. Buka-buka inbox dia, ngebuntutin dia pacaran sama si Nenek Sihir, ngempesin ban mobil, delivery pizza yang gak pernah dia pesen..."
Kalo Hari gak mutusin gue kemaren, gue nggak akan kayak gini.
Kalo aja kita ngerayain setaun jadian kemaren dengan sehat dan normal, ngapain gue ngelakuin semua ini"
Trus sekarang kalo gue punya misi balas dendam sama Hari, siapa yang salah"
Gue" ------------------------------------------------------------------------------- Dewi Goa Ular 2 Wanita Iblis Karya S D Liong Misteri Pusaka Pedang Gaib 2