Kupu Kupu Pelangi Karya Gola Gong Bagian 1
Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
Gola Gong Kupu - Kupu Pelangi Bab Satu MENDUNG KELABU Saya persembahkan untuk orang-orang yang pernah disia-siakan dalam hidupnya, tapi tetap tabah
dan tawaqal menjalani hidup.
Matahari di ujung tahun lepas dari puncaknya. Menggelincir turun ke petang. Sang iblis terus
tertawa menjulurkan lidah apinya. Dia menebarkan hawa panas; menjilat-jilat apa saja yang ada di
muka bumi. Tapi musim panas yang membikin sawah-sawah keras, kering, dan pada retak sudah
waktunya mesti pergi. Malaikat sebetulnya sudah sejak tadi mengipas-ngipaskan jubah putihnya ke
bumi; mencoba membentuk angin agar bumi tidak semakin panas.
Kini hawa dingin yang sejak di awal bulan muncul, makin meranggas mencari-cari pasangannya;
sang angin! Air di bumi menguap menyerbu awan.
Awan hitam menyergap dengan cepat.
Bergulung-gulung. 1 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mendung. Sang angin menyebarkannya.
Ada yang sampai ke rumah megah itu.
Mendung kelabu di sana. Duka dan luka terlukis di dinding-dindingnya.
Taman di halaman depannya bermuram durja. Kusam. Bunga-bunga indahnya kuncup namun tak
mekar. Beberapa kelopaknya terbuka, tapi tak ada semerbak mewangi. Beberapa bahkan ada yang
layu sebelum berkembang. Ada yang luruh ke tanah. Ada yang mati. Ada yang sia-sia. Ada yang meratap nestapa.
Malaikat di langit merasakan hal yang sama.
Awan hitam bergulung-gulung semakin mengentalkan suasana ratapan.
2 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Seperti tak ada kehidupan di dalam rumah megah itu.
Seperti kuburan saja. Sunyi dan senyap. Hening. Tiba-tiba angin berkesiur makin kencang.
Pertanda hari akan hujan.
Petir menggelegar. Tak lama rintiknya rontok ke pangkuan bumi. Memecahkan gelas kebisuan.
Dahan-dahan pun menadahkan kuncup daunnya.
Semua melepas dahaga sepanjang kemarau.
Gerimis rapat kini turun.
.......... BRAK! 3 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dengan sekali sentakan, pintu rumah kelabu itu terbuka lebar! Dari dalamnya muncul seorang lelaki
perlente yang gelisah, menyeret seorang gadis belia yang layu sebelum berkembang! Di belakang
mereka seorang wanita cantik mengejar dan mencoba meraih lengan si gadis belia!
"Papa! Jangan, Papa!" wanita cantik yang pucat itu berusaha mencegah.
"Ini urusan Papa!" Lelaki perlente itu menghentakkan tubuh istrinya.
Wanita cantik yang pucat itu terjengkang. "Bram!" teriaknya gusar dan mulai berisi perlawanan.
Tuan Bram menoleh dan menatap istrinya dengan perasaan tidak senang. Tapi, dia kembali
menyeret si gadis belia; putri sematawayangnya. Dia tak peduli dengan gerimis. Tak peduli dengan
hawa dingin yang aneh. Tak peduli dengan ratapan anak dan istrinya. Tak. Yang dia peduli, adalah
mengusir mendung kelabu yang menggayuti rumahnya. Dia sangat ingin rumahnya kembali cerah
seperti matahari yang muncul setelah hujan reda. Dia ingin warna cat rumahnya, yang setiap tahun
selalu diganti, kembali memantulkan keindahan pelangi sehabis hujan.
"Cindy!" teriak wanita cantik itu.
"Mama, tolong Cindy!" gadis belia itu meronta-ronta
Kamu tidak akan bisa sembunyi lagi dari Papa! Tidak akan bisa kabur-kaburan lagi! Bikin malu Papa
saja!" "Lepasin, Papa! Lepasin!"
"Lihat, perutmu makin membesar! Apa kata orang-orang nanti!"
"Cindy nggak peduli apa kata orang!"
4 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Tapi kau anak dari Raden Tumenggung Bramantio Brotodiningrat!"
"Cindy nggak peduli anak siapa!"
"Kamu harus turuti apa kata Papa!"
"Cindy nggak mau!" gadis remaja yang perutnya buncit itu menahan tarikan ayahnya.
Wajah Cindy yang pucat pasi tertimpa gerimis hujan. Rambutnya yang kusut basah jadi lengket.
Tubuhnya menggigil ngeri dan perih akibat luka di hatinya.
Lelaki itu sudah berhasil menarik putrinya ke dekat sedan mewah.
Di belakang mereka Ny. Bram bangkit. Dia bergegas mengejar. "Papa! Hati-hati!" dia mengingatkan
dan tampak sangat khawatir dengan keadaan perut putri manjanya yang besar.
"Sana! Mama masuk saja! Habiskan itu botol-botol minuman!" hardik Tuan Bram kesal.
Ny. Bram terkesiap dihardik begitu oleh suaminya. "Hujan, Papa! Hujan! Kasihan Cindy! Kasihan
bayinya!" jalannya berjinjit, takut lantai yang diinjaknya licin, karena air hujan mulai menggenang.
"Peduli setan dengan bayi jadah itu!" hardik suaminya. "Papa lebih suka bayi haram itu mati saja!
Habis perkara!" Cindy meraung-raung. Tangannya menggapai-gapai; meminta pertolongan pada ibunya. "Mama!
Mama!" ratapnya putus asa.
Ny. Bram mencoba lagi meraih ujung jari putrinya. Tapi tak sampai! Tak sampai!
5 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Mama!" Tuan Bram menepis lengan istrinya dengan beringas. "Sudah Papa bilang, Mama jangan
ikut campur!" "Cindy anakku juga, Bram!" nada suara istrinya tiba-tiba meninggi.
Mata Tuan Bram merah menyala. Air hujan yang jatuh dari dahinya diusapnya dengan gusar. Tapi,
dia memasang kupingnya kuat-kuat, ketika tiba-tiba saja bunyi mesin motor yang meraung-raung
marah, terdengar sayup dari arah sebelah kanan mereka.
Hm! Pasti si brandalan itu!" umpat Tuan Bram gusar.
Cindy terjaga dari kesedihannya. Dia juga menaikkan cuping telinganya. Dia menantikan sesuatu
terjadi dengan hati berdebar.
Ny. Bram gelisah. Bunyi mesin motor makin meraung-raung.
Cindy mendengarnya. Dia hapal dengan bunyi mesin itu. Dia tahu siapa pemilik motor itu. Matanya
yang terhalang oleh air hujan bergerak ke sana ke mari; mencari-cari ke luar pagar rumah dengan
penuh semangat. Lalu menyusul suara gemuruh mesin mobil.
Suara-suara itu saling bergegasan. Saling kejar-kejaran.
Bunyi rem kendaraan bermotor itu mencicit-cicit seperti tikus got Jakarta.
6 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ayo!" Tuan Bram menghentakkan tubuh Cindy. Dia makin gusar dan tidak suka.
"Leo!" teriak Cindy berharap. Matanya tertuju ke pintu gerbang. Dia yakin seseorang akan muncul di
sana. "Cindy!" terdengar jawaban.
Tuan Bram jadi berang. Dia terus menyeret Cindy ke mobil sambil kedua matanya tak lepas
memandangi pintu gerbang. Air hujan yang mengalangi pandangannya berusaha diusirnya.
"Cindy!" "Leo!" Motor trail itu sengaja dirubuhkan Leo di depan pintu gerbang. Akibatnya genangan air bercipratan.
Leo melompat turun dan menyerbu ke pintu gerbang. Kedua tangannya mengguncang-guncangkan
pintu gerbang; BRAK, BRAAAK, BRAAAAK! Bunyinya mencoba menyamai suara kaki hujan.
"Buka pintunya! Buka!" teriak Leo kesetanan.
"Leo!" Cindy tiba-tiba merasa cemas. Dia menunjuk ke arah belakang Leo. "Pergi, Leo! Pergi!"
suruhnya ketakutan. "Mereka mau ngebunuh lo!"
Leo menoleh. Dia melihat Jeep merah mengerem mendadak dan hampir saja roda-rodanya
melindas motor trail milik Leo. Dari dalam Jeep menghambur dua lelaki berbadan kekar! Mereka
memburu Leo dengan wajah beringas!
Leo tidak gentar sedikitpun. Dia kembali menatap kekasihnya. "Gua nggak takut, Cindy! Gue rela
mati demi lo!" 7 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Leo! Pergi, Leo! Pergi!" Cindy menangis.
Tuan Bram marah. Dia menuding kedua kaki tangannya. "Kalian tidak becus mengurus anak tengik
ini!" suaranya menggelegar menandingi gemuruh hujan. "Bawa dia!"
Kedua lelaki kekar itu mengangguk-angguk menyimpan rasa salah. Mereka langsung menyergap
Leo. "Leo!" Cindy meronta-ronta; mencoba bebas dari cengkraman ayahnya. Dia berusaha lari ke pintu
gerbang. "Cindy!" Leo berteriak di pintu gerbang. Nadanya sangat putus asa dan pasrah dengan apa yang
akan terjadi. Air hujan menyelinap masuk ke dalam mulutnya. Dia tersedak dan terbatuk, ketika
kedua tukang pukul menggepitnya dari arah belakang. Lehernya tercekik. Dia .
"Leo!" Cindy berusaha melambaikan tangannya.
"Dasar anak tak tahu diri!" Tuan Bram terus menyeretnya ke dalam mobil.
"Papa kejam! Papa kejam!"
"Dia tidak sepadan dengan kau, Cindy! Kau berdarah biru!"
"Cindy sangat mencintai Leo......."
"Sudah! Jangan bicara soal cinta sama Papa! Sekarang, kita urus bayi jadah di perutmu!"
8 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Cindy nggak mau! Nggak mau!" dia berusaha melepaskan diri dari cengkraman ayahnya.
"Papa tidak mau bayi haram itu lama-lama di dalam perut kamu!"
"Nggak, Papa! Nggaaaaak!" protesnya. "Cindy mau ngurus bayi ini!"
"Hah! Bullshit!" Tuan Bram mencaci. "Ayo, cepat masuk!"
"Cindy nggak mau! Nggak mau!"
"Bayi dalam perutmu harus dimusnahkan! Papa tidak mau punya cucu perempuan! Nanti bisa
mendatangkan malapetaka bagi keluarga kita!" Tuan Bram melemparkan tubuh putrinya ke dalam
mobil. "Papa kejaaaaam!" teriak Cindy membabi-buta. "Mama! Tolong Cindy!" dia meratap pada ibunya
Ny. Bram hanya menatapnya dengan air mata berlinang. "Maafkan Mama, Cindy....," isaknya dalam
ketakberdayaan. Di pintu gerbang terjadi keributan lagi. Leo mengamuk. Kedua tukang pukul itu hampir saja
kewalahan. "Tunggu, Om! Tunggu!" Leo panik dan berusaha meloloskan diri. Tapi lilitan kedua tukang pukul
Tuan Bram makin kuat saja.
"Cindy nggak mau, Papa! Nggak mauuuu!" Cindy menahan tubuhnya di pintu mobil. "Leo! Tolong
Cindy, Leo!" "Papa sudah memberikan segala apa saja yang kamu mau. Tapi, ternyata balasan yang Papa
terima adalah bayi haram dalam perutmu!" Tuan Bram mendorong tubuh anaknya dengan keras.
9 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dia tidak peduli dengan perut anaknya semata wayang yang sedang hamil tua.
"Leoooo....!" Cindy berteriak lagi. Dia berharap ayah dari anak yang bersemayam di perutnya akan
menolongnya. Tuan Bram menutup pintu mobil dengan membantingnya: BUM!
Kilat menggelegar lagi di langit.
Cindy terkurung seperti binatang dalam sangkar emas.
Kini bukan gerimis lagi yang turun. Tapi langit memuntahkan segala isinya.
Tubuh Tuan Bram basah kuyup.
Ny. Bram menggigil dalam hujan kesedihan.
"Cindy! Cindy!" Leo melepaskan diri dari lilitan kedua tukang pukul Tuan Bram. Tapi belum juga
berhasil meraih pintu gerbang, salah seorang tukang pukul menjambret krah belakang jaket
jeansnya. Wajah Tuan Bram menoleh ke pintu gerbang. Sorot matanya menyala merah ibarat Banteng
terluka. Hidungnya mengendus-endus seperti anjing kelaparan. "Kau! Dasar anak brandalan! Anak
brengsek!" dia menuding Leo dengan suara menggelegar; mencoba mengalahkan gemuruh hujan.
"Mulai sekarang, enyah dari hadapanku! Tak kuperbolehkan lagi kau mendekati Cindy!"
Kedua tukang pukulnya dengan enteng memborbardir tubuh Leo dengan pukulan dan tendangan.
Tuan Bram tampak menyeringai puas ibarat srigala, yang sedang mengunyah daging mangsanya.
Leo mengerang. Tubuhnya terkulai bagai serdadu kalah perang. Tak berdaya apa-apa ketika
dilemparkan ke dalam jeep. Tubuhnya seperti sekarung beras murahan! Seperti seonggok
10 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
rongsokan. Lalu Jeep tancap gas! Keempat ban radialnya melindas genangan air hujan. Bercipratan ke
mana-mana; mengirimkan kegundahan.
"Leo, Leo!" Cindy memukuli kaca jendela mobil belakang. Suaranya kalah oleh amarah hujan. Air
matanya tumpah ke seluruh tubuhnya. Bahkan ke jok mobil. Dia menangis putus asa; memandangi
kepergian jeep, yang membawa lelaki bagian dari jiwanya. Kuku jari-jarinya mencakari jok mobil
sampai berlubang-lubang. Bola matanya yang tadi beringas, tiba-tiba ibarat nyala lilin yang makin
mengecil.... Lalu redup... dan mati tak ada cahaya!
*** Hujan masih mengguyuri bumi. Mendung kelabu tetap menggayuti rumah Tuan Bram. Lelaki
perkasa yang tak pernah ingat Tuhan itu menatap ke Cindy, yang duduk mematung seperti hilang
ingatan di dalam mobil dengan sorot mata aneh. Air mengucur dari kepalanya dan mengenai
seluruh wajahnya. Dia mengigil dalam amarah yang tak terhingga. Dia merasa reputasinya sebagai
seorang pengusaha ternama, terhormat, dan sukses terancam roboh gara-gara ulah putri semata
wayangnya! "Bram.......," terdengar suara bergetar karena kedinginan; mencoba menenangkan amarahnya.
Bram menoleh. "Kamu mesti bijaksana sama Cindy..."
"Kau tidak usah ikut campur!" suara Bram bergetar.
"Jangan mengulangi dosa lagi, Bram..."
11 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kau tidak perlu mengungkit-ungkit masa lalu kita."
"Tapi itu adalah bagian yang tidak akan pernah bisa kita lupakan."
"Aku bilang, kau tidak usah ikut campur."
"Ini memang karma, Bram....."
"Aku tidak percaya karma!"
"Kita sudah sangat jauh dengan Tuhan, Bram...."
"Jangan bicara Tuhan!"
"Seharusnya kita bergembira, karena akan menjadi seorang kakek dan nenek....."
"Itu tidak akan pernah terjadi!"
"Sudah terjadi, Bram!" nadanya mulai menaik
Bram bertolak pinggang, "Kalau kau mengikuti apa kataku, hal ini tidak akan pernah terjadi!"
"Aku selalu mengikuti apa kata kamu, Bram!"
"Awasi si Cindy!" mulut Bram penuh dengan air hujan.
12 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Aku sudah mengawasi Cindy!" nadanya penuh protes. "Seperti apa kata kamu!"
"Tapi lihat perutnya!"
"Dia mencontoh apa yang pernah kita perbuat, Bram!"
"Cindy tidak mungkin tahu hal itu!"
"Dia tahu dari tantenya!"
"Hah! Amarta!" Bram marah.
"Dia menceritakan semuanya!"
"Brengsek! Mulutnya memang racun!"
"Cindy berhak tahu. Mestinya kita yang memberitahukan dia."
"Tapi itu bukan karma! Itu lebih pada kau, yang tidak pernah mengawasi dia!"
"Aku tidak mungkin mengawasi Cindy di luar rumah. Malah kamu sendiri yang selalu bilang, biarkan
saja. Biarkan Cindy ikut pergaulan, agar tidak ketinggalan zaman. Cindy sudah dewasa. Bukan
anak kecil lagi." "Mestinya jangan terlalu dimanja!"
13 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Aku tidak pernah memanjakan Cindy!"
"Ini semua salah kau!"
"Salahku?" "Siapa lagi?"
Kupu Kupu Pelangi Karya Gola Gong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kamu juga!" "Aku kan cari uang! Kau yang di rumah!"
"Cindy tidak hanya butuh aku saja. Tapi, kamu! Papanya juga!"
"Kamu kan bisa minta bantuan Mbok Sitimu itu!" katanya sinis.
Mbok Siti" Bukankah kamu melarang keras Mbok Siti ikut campur mengurusi Cindy?"
"Heh! Sejak kapan kamu membantah omonganku!?" Bram menghardik istrinya dengan perasaan
tidak percaya. Ny. Bram bukannya mengkerut - seperti kebiasaannya selama ini yang selalu manut. Tapi dia kini
berdiri menentang suaminya. Tubuhnya yang menggigil tersiram hujan tak dirasakannya.
Hujan mengguyur hati mereka.
14 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Arum!" hardik Tuan Bram.
Arum malah dengan berani menatap bola mata suaminya. Katanya dengan bibir gemetar, "Sejak
Cindy hamil, Bram.... Aku tahu...., bahwa selama ini...., kitalah yang jadi penyebab kekacauan di
rumah ini...." "Hah! Kita" Tak mungkin itu!"
"Kamu yang terlalu sibuk dengan bisnis!"
"Ya!" "Demi uang, demi uang!"
"Bukankah dengan uang hidup kita serba kecukupan" Orang-orang pun menghormati kita"!"
"Kamu memang gila hormat!" Arum tersenyum sinis.
Bram tidak suka mendengar istrinya berbicara seperti itu.
"Dan aku hanya menjadi kerbau dicocok hidungnya; menjalankan semua perintah yang kamu
berikan!" "Itu tak bisa ditawar-tawar lagi!" Tuan Bram tercengang.
"Lihat! Lihat anak kita!" Arum menunjuk ke mobil.
15 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Di sana Cindy duduk diam seperti patung. Wajahnya lurus ke depan; entah sedang menatap apa.
"Dia adalah jelmaan kita, Bram! Ketika kita masih muda dulu!"
Tuan Bram terjengkang ke masa 20 tahun yang lalu. Saat dia masih jadi mahasiswa. Saat dimana
dia bergelimang kehormatan dan limpahan harta orangtuanya. Begitu juga dengan adiknya, Amarta.
Mereka hidup dengan sangat bebas; mengadopsi budaya hedonis. Jauh dari agama dan Tuhan.
Sejak dulu dia hanya menghamba pada kenikmatn duniawi semata. Tuhan baginya adalah sekedar
kata dengan huruf "t" kecil dan bisa di lihat di mana-mana. Bersama teman-temannya, dia hanya
menghabiskan hari dari satu pesta ke pesta lainya. Dari pelukan perempuan ke perempuan lainnya.
Bahkan adiknya, yang dia tahu, sudah melakukan pernah aborsi. Pacarnya banyak. Untuk
membuktikan siapa ayah yang dikandung adiknya, dia sendiri tidak tahu. Apakah Bobi, Albert, atau
bahkan sahabat Bram sendiri; Toni!
Ayah mereka yang pengusaha garmen dan anggota dewan terhormat di Jakarta, yang lebih sibuk
tur ke desa-desa miskin, menyuarakan kepentingan partainya. Atau rapat-rapat komisi membahas
rancangan undang-undang. Ibunya juga lebih asyik keliling dunia bersama ibu-ibu pejabat lainnya;
studi banding dalam hal pariwisata! Orangtua mereka tidak pernah peduli dengan apa yang mereka
perbuat. Yang penting pendidikan mereka tidaklah terbengkalai Tuhan memang masih sayang pada
kakak beradik itu; dengan menyisakan saja satu kebesaran-Nya, yaitu otak-otak yang cerdas! Jadi,
walaupun kehidupan moral mereka centang-perentang, mereka bisa menghadiahkan gelar
kesarjanaan pada orangtua mereka sesuai target!
Setelah menyandang gelar sarjana, Amartha memilih meneruskan sekolah disain ke London.
Sedangkan Bram tetap di negeri ini. Ayahnya langsung mempercayainya menyerahkan perusahaan
padanya. Dengan penuh semangat Bram menerima tongkat estafet itu. Tapi, kisah petualangan
cintanya belumlah berakhir. Kali ini dengan embel-embel ingin memperbesar perusahaannya.
Bram melirik Arum, putri semata wayang pengusaha garmen juga! Teman sekampus Amarta.
Segala cara dia lakukan, agar Arum jatuh ke pelukannya. Dia berencana, Arum harus jadi istrinya
kelak! Dengan begitu, dia juga akan memiliki seluruh harta warisan orang tua Arum. Dia tahu,
orangtua Arum tidak begitu setuju dengan rencananya meminang Arum. Walau pun orangtua Bram
sederajat dengan mereka, ayah Arum tidak menginginkan Bram jadi menantunya. Ayah Arum
memang tidak menyukai ayah Bram, yang pejabat korup!
Rencana pun disusun. Bram meminta bantuan Amarta. Bram menghalalkan segala cara. Dengan
bantuan adiknya, Arum berhasil dirayu untuk menghadiri pesta perpisahan Amarta sebelum
berangkat ke London. Pesta terbatas. Tempatnya di Parangtritis. Arum tidak menyadari, kalau
semua makanan dan minuman yang tersaji sudah diberi obat laknat yang memabukkan. Arum tak
16 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berdaya. Bram merenggut kegadisannya!
*** Mendung kelabu masih belum mau beranjak di langit rumah Tuan Bram. Hujan terus tercurah;
memukuli tubuh mereka. Hati mereka yang sedang membara tak lantas jadi dingin. Suhu hujan tak
membawa perubahan apa-apa bagi mereka. Terlebih-lebih Tuan Bram yang tak bertuhan.
"Bram!" Arum menegur dengan bibir gemetar.
Bram tersadar. Gambar-gambar masa lalunya kabur ditimpa kaki hujan. Hilang lenyap. Nyap!
"Aku mau bicara!"
Bram menatap istrinya, yang selama ini tak pernah dia cintai dengan sepenuh hati. Yang selama ini
selalu dia bohongi dengan "betapa pentingnya arti sebuah kesetiaan di dalam sebuah rumah
tangga". Yang selama ini hanya sekedar aset bisnisnya. Yang selama ini sekedar investasi bisnis;
untung dan rugi! "Kamu tahu, apa yang selama ini Cindy lakukan sama aku?" tanyanya mendesak.
"Maksud kau?" Bram makin tajam menatapnya.
"Aku tak ubahnya seperti pembantu bagi Cindy!"
Bram mendengarkan dengan wajah keras dan sinis.
17 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Jika aku salah sedikit, Cindy selalu mengancam akan melaporkan aku sama kamu."
"Dengar, Arum! Kau harus tahu, Cindy sedang dalam masa transisi! Kau harus maklum itu!"
"Dan kamu tentu ingat, apa yang selalu aku dapat dari kamu?"
Bram mengatupkan gerahamnya; keras!
"Kamu selalu memarahi aku di depan Cindy!"
Rahang Bram gemeretak. "Kamu tidak pernah menganggap aku sebagai seorang ibu, yang patut dihormati oleh anaknya!"
"Nanti kita bicarakan lagi soal ini!"
"Tak ada yang perlu kita bicarakan lagi....," Arum sengaja berhenti; menunggu reaksi suaminya.
"Kau ngomong apa?" Bram menyelidik istrinya.
"Semuanya sudah usai!"
Bram melihat bola mata istrinya, yang biasanya redup kini menggelora. Lelaki gagah ini kelihatan
gelisah. Itu tampak pada bola matanya yang tak mau diam. Lalu dia melihat pada wajah istrinya
yang pucat pasi, tapi kini tersapu warna merah membara. Entah siapa yang menyapukan warna
menyala itu di wajah istrinya! Tuhan" Bram tertawa dalam hatinya. Pada tubuh istrinya yang rentan,
kini seperti sebongkah karang yang siap mengalahkan terjangan ombak! Aneh! Siapa yang
18 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memahat batu karang menjadi patung kokoh ini" Tuhan" Lagi-lagi dia mentertawakan
kegelisahannya sendiri. Sejak kapan aku membawa-bawa Tuhan ke dalam segala persoalan"
Hatinya berguncang dahsat terhantam kepohangahannya sendiri! Tapi, hanya sebentar! Karena
jubah iblis langsung menutup matanya!
Sudah usai, Bram!" nada istrinya menggelegar berbarengan dengan bunyi petir di langit.
GEBLAAAAR!!! Langit bercahaya sesaat! Blitz raksasa menyala terang tadi.
Bram tergoncang hatinya. "Usai, Bram!" "Apa maksud kau?"
"Aku sudah tidak tahan lagi!"
"Ah! Omong kosong!" Bram tertawa sinis.
"Aku sudah memikirkannya!"
"Jadi, mau kau begitu?" tantang Bram.
"Iya!" 19 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kenapa" Apa kau tidak merasa bahagia dengan apa yang sudah aku berikan?"
"Itu karena kamu, yang selalu merasa paling benar!" dia menambahi dengan kalimat yang menusuk.
"Semua kamu anggap salah! Bahkan aku, istrimu sendiri!"
"Kok, jadi ruwet ngomong sama kau sekarang!" Bram gelisah.
Arum hanya menatapnya. Juga dengan tajam; bagai mata pedang yang tajam membelah.
"Kalau sudah begini, coba...., siapa yang akan bertanggung jawab!" terasa nada Bram mengendor.
"Bertanggung jawab pada siapa?"
"Cindy!" "Dari awal, Leo siap bertanggung jawab..."
"Bertanggung jawab, apa?"
"Menikahi Cindy..."
"Leo anak brandalan itu!?" Tuan Bram menunjuk ke pintu gerbang. Tak ada siapa-siapa di sana.
"Hah! Sekarang mungkin dia sudah mati!"
Arum menatap mata suaminya dengan penuh tantangan. "Leo tak ubahnya seperti kamu dulu.
Menghamili Cindy. Lalu menikahinya dengan maksud, bisa menikmati harta warisan yang akan
Cindy dapat kelak!" 20 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Heh! Aku berbeda dengan Leo. Aku sama kayanya dengan kau. Aku juga dapat warisan sama
banyaknya dengan kau! Tapi, Leo! Dia cuma anak pegawai negeri, yang tinggal di gang sempit!
Miskin pula! Mau ngasih makan apa dia sama anak kita"! Kerjaannya cuma ngamen pula!"
"Bukan ngamen, Bram! Tapi, nge-band. Sebentar lagi dia masuk dapur rekaman."
"Nge-band sama ngamen, apa bedanya!" Bram sudah membuka pintu mobil depan.
"CD albumnya akan segera dilaunching! Pikirkan lagi!"
"Tidak ada yang perlu dipikirkan lagi. Aku sudah bulat! Bayi itu harus dikeluarkan lebih cepat! Cesar
yang terbaik!" Bram hendak masuk ke dalam mobil.
"Kandungannya masih delapan bulan."
"Aku tidak peduli!"
" Tidak baik dipaksakan keluar."
"Baahkan bayinya mati pun, itu lebih baik!"
"Terkutuklah kamu, Bram!"
"Aku memang terkutuk. Tapi, aku tidak mau jadi cemoohan orang-orang gara-gara bayi jadah ini!"
21 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kita memang sudah dicemoohkan orang. Hanya saja mereka tidak berani mengatakannya!"
Bram menatap bola mata Arum; mencoba mencari kebenaran di dalamnya. Di sana, dia banyak
menemukan perjalanan hidupnya, yang menyimpang jauh dari agama dan tuhannya. Para wanita
yang hanya singgah semalam di kamar hotelnya, jika sedang ada perjalanan bisnis, tiba-tiba
bermunculan. Tender-tender yang selaku dimenangkannya dengan cara menyuap. Arum tidak
pernah tahu tentang kebobrokannya selama ini. Atau dia pura-pura tidak tahu" Tiba-tiba batinnya
bertanya gundah. "Bram!" Arum merasakan kegundahan suaminya.
"Huh! Kalau saja anak jadah itu laki-laki! Tentu aku masih mau mengurusnya!" Bram melotot gusar
pada istrinya. "Apa bedanya dengan bayi perempuan?"
Jelas beda!" Arum menunggu kelanjutannya. Andai saja mereka berdua tahu, bahwa anak perempuan itu jika
dirawat dan diasuh dengan baik, maka akan jadi perisai bagi mreeka berdua dari api neraka.
Sayang, mereka tidak mengetahui hal itu. Yang mereka ributkan hanyalah tentang materi. Tentang
harta warisan. Urusan duniawi semata.
Dengar apa kata Bram! "Kalau bayinya perempuan, dia akan seperti Cindy. Kelak pacarnya atau
bahkan suaminya, akan mengerogoti harta kita! Seperti si Leo itu!"
"Leo tidak menggerogoti harta kita!" Arum menegaskan. Sorot matanya menghujam ke dada Bram.
"Belum! Belum!"
"Jangan berburuk sangka dulu!"
22 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Lihat nanti! Itu akan terjadi kalau dia sudah jadi suami Cindy! Pasti! Sebentar-sebentar dia akan
butuh uang untuk biaya bandnya! Untuk biaya rekamannya! Untuk inilah-itulah!"
"Leo masuk dapur rekaman, karena perusahaan rekaman itu tertarik dengan lagu-lagunya. Dengan
bandnya. Dengan dirinya. Dia tidak mengeluarkan uang sepeserpun!"
"Ah! Sudah, sudah!"
"Bram!" Bram menutup pintu mobil dengan keras: BUM!
Cindy tidak bereaksi melihat ayahnya duduk di depannya. Tuan Bram terhenyak sesaat, ketika
menyadari tak ada cahaya di bola mata anaknya. Ya sesaat, karena setelah itu dia hanya
memikirkan kepentingannya saja. Kehormatannya saja. Seorang pengusaha sukses dan
terpandang seperti dirinya, tidak pantas memperoleh seorang cucu dengan cara tidak terhormat
seperti ini. Cukup sekali saja dia mengalaminya; ketika menghamili Arum dulu!
Kaca jendela turun perlahan. "Kau tunggu di rumah!" Bram memerintah.
Arum tidak menggangguk seperti kebiasaannya selama ini, jika mendapat perintah dari suaminya.
Dia diam membisu. Wajahnya yang pucat dan cekung mengeras bagai batu menhir dari zaman
prasejarah. "Ayo, jalan!" Tuan Bram menyuruh supirnya.
Pak Rahmat tanpa banyak bicara menyalakan mesin mobil. Wajahnya tegang. Tubuhnya gemetar.
Kakinya menginjak kopling. Berbarengan dengan itu, tangan kirinya memindahkan perseneling.
"Lama amat! Ayo! Cepat, jalan!" Tuan Bram tidak sabar lagi.
23 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Nggih, Ndoro.," Pak Rahmat degnan takut menginjak pedal gas dan mengangkat kaki kirinya
perlahan. Mobil pun meluncur meninggalkan halaman rumah besar itu, menuju kebisingan jalanan Jakarta
yang basah. "Ingat! Ini adalah hari terakhir kamu di Jakarta! Setelah persalinan ini, kamu harus pergi ke London!
Ikut tante Amartha! Kuliah di sana! Tak ada tawar menawar lagi!" Tuan Bram membuka kemejanya
yang kuyup. Dilemparkannya kemejanya ke jok belakang. Lalu dia mencari-cari apa saja di dash
board; barangkali ada lap atau handuk kecil untuk mengeringkan rambut dan wajahnya.
"Maaf, Ndoro," Pak Rahmat membuka laci dash board. "Ada handuk kecil, Ndoro," dia menyodorkan
dengan ragu-ragu. "Punya saya. Masih bersih. Belum dipakai, Ndoro...."
Tuan Bram tanpa banyak bicara mengambil handuk kecil itu. Dipakainya untuk mengeringkan
kepalanya. Sedangkan Cindy hanya bisa menangisi nasibnya. Berpisah dengan Leo, tak pernah terpikirkan
sebelumnya. Jauh dari pacar yang dicintainya dalam rentang jarak ribuan mil, siapa mau
membayangkannya. Berpisah satu hari saja sudah resah gelisah. Oh kekasih pujaan, cinta kita jauh
terpisah benua dan samudra!
"Dan anak haram di perutmu itu, anggap saja tak pernah ada!"
Air mata Cindy tak menetes lagi. Sudah kering kerontang. Hanya saja di dasar hatinya, mata air itu
terus mengaliri tubuhnya....
Diam-diam Tuan Bram menatap ke luar jendela. Tubuhnya menggigil dalam dingin. Dia melihat
mendung kelabu menggayuti rumahnya. Betapa kusam tempat tinggalnya. Betapa muram. Jubah
iblis seolah melilit. Tak ada sinar setitikpun. Dia merasa terguncang. Selama ini dirinya hidup dalam
kegelapan" Hatinya bertanya-tanya.
24 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Bram juga melihat tubuh istrinya yang kuyup diguyur hujan. Tubuh yang rentan itu baginya kini
seperti tiang layar yang kokoh menjulang; seolah siap menghadapi badai! Seolah siap menghadap
mendung kelabu di belakangnya, yang memayungi rumah mereka.
Kini Bram kembali terusik dengan Cindy, yang duduk seperti hilang ingatan di jok belakang. Dia
hanya sanggup menarik napas dan melontarkannya. Tapi, dia merasa dadanya tetap saja sesak;
seolah ada batu yang menghimpit.
Hujan masih saja tumpah. Air menggenang di mana-mana. Oh, mendung kelabu belum juga
beranjak. Arum menggigil di halaman depannya. Bibirnya biru dan gemetar dalam dingin. Wajahnya
pucat. Kulit jari-jarinya mengeriput.
Tubuh Arum kuyup. Hatinya menggigil sedih. Terasa lukanya menganga disiram hujan.
Perih seperti diiris-iris sembilu.
Tapi tiba-tiba dalam warna-warni kaki hujan yang tertimpa lampu taman, Arum melihat seberkas
cahaya bergerak ke sana ke mari. Dia merasa aneh. Kunang-kunangkah" Malam hari sedang hujan
pula" Betapa indah warna sayapnya! Berwarna-warni seperti pelangi! Arum berusaha membuka
lebih lebar lagi bola matanya. Ternyata cahaya yang berlompatan itu adalah kupu-kupu. Ya,
kupu-kupu pelangi! Aneh. Kenapa kedua sayapnya memantulkan cahaya"
Kupu-kupu bersayap pelangi itu terbang rendah; persis di atas kepalanya. Arum mencoba
meraihnya. Tapi kupu-kupu pelangi itu terbang selangkah lebih maju darinya. Arum mencoba
menggapainya. Tak sampai. Binatang itu terus terbang tinggi. Cahayanya menyebar, berpendar,
dan menyelubungi tubuhnya.
25 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Arum ketakutan. Dia tahu, bahwa dirinya adalah manusia yang penuh dosa. Jika ingat masa kecil
yang penuh kedamaian; mengaji, sholat, dan berpuasa, hatinya merintih pedih. Sekarang,
jangankan menjalankan perintah Gusti Allah, mengurusi putri sematawayangnya saja tak becus.
"Maafkan Mama, Cindy," tangisnya tenggelam oleh gemuruh hujan. Dia mencoba menambal
Kupu Kupu Pelangi Karya Gola Gong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lukanya dengan sisa-sisa harapannya. Dia berharap bisa mengatasinya. Tapi, matanya tetap saja
memandangi kepergian sedan mewah, yang membawa suami dan putri semata wayangnya.
Mobil itu terus meluncur pergi menembus kaki-kaki hujan. Tiba-tiba Arum seperti melihat masa
lalunya. Saat dia meninggalkan Yogya menuju Jakarta. Cindy yang masih menyusui di
pangkuannya. Usia Cindy sekitar 2 tahun saat itu. Bram memutuskan, bahwa menjalankan roda
perusahaan di Jakarta lebih menjanjikan ketimbang berdiam terus di Yogya. Perusahaan harus
dikembangkan. Target marketnya harus diterbangkan ke mancanegara.
Hanya yang berada di mobil sekarang bukanlah dirinya, tapi Bram dan Cindy. Kini Cindy berusia 18
tahun dan sudah mengandung; cucunya! Dan Bram hendak memusnahkan bayi di dalam perut
Cindy; cucu mereka! Bram hendak memusnahkan darah dagingnya juga. Bram merasa malu
dengan kehadiran cucu mereka sendiri! Tetesan darah mereka sendiri. Bahkan jiwa raga mereka!
Jika memikirkan hal itu, air matanya kontan tumpah dan larut bercampur dengan hujan. Air matanya
melukiskan perasaan seorang ibu, yang kehilangan darah dagingnya. Air matanya tak tergantikan
oleh apa pun. Kalau tertampung di dulan, mungkin air mataya bisa mejadi danau kesedihan. Terasa
sesak dadanya. Ada yang menyumbat di sana. Menghimpitnya.
Arum tengadah; seolah mengadu pada penghuninya di sana. Ya, Gusti Allah, kenapa Kau timpakan
ujian maha berat ini padaku" Bermula dari berpulangnya Ibu setelah melahirkanku, lalu aku hamil di
luar nikah, lalu Romo Kau panggil jua karena menahan malu..... Aku pikir setelah itu usai sudah
cobaan-Mu. Tapi, bahtera hidupku bersama Bram terus Kau gempur dengan kuasa-Mu. Aku tak
pernah menemukan seberkas pun cahaya kebahagiaan-Mu! Begitu juga ketika Kau karuniakan aku
putri yang cantik; Cindy! Tak sedikitpun Kau breikan kebanggaan padaku sebagaimanalayaknya
seorang Ibu! GEBLAAAAR! Petir di langit menggelegar dahsat!
26 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Langit yang pekat tiba-tiba gemerlap sesaat.
Wajah petir menggurart seperti cakaran tangan raksasa.
Arum terguncang. Tiba-tiba saja dia merasa kerdil. Dia luruh ke bumi. Menangis dalam penuh
penyesalan. Oh Gusti Allah, ampunilah hamba-Mu ini, yang telah lancang menggugat-Mu!
"Den Ayu!" tiba-tiba Mbok Siti sudah berdiri di belakangnya dengan sebuah payung, yang
melindungi tubuh mereka dari curahan hujan.
"Mbok...," Arum makin menjadi tangisnya. Dia terlempar lagi ke kenyataannya sekarang yang
sangat pahit untuk dikecap.
Si Mbok memeluknya dengan rapat, berharap semoga dapat mengalirkan kehatan tubuhnya pada
Arum. "Ayo, masuk. Ndak baik berdiri di bawah hujan. Bisa masuk angin."
"Tapi...., Mbok lihat kupu-kupu pelangi tadi?"
"Kupu-kupu pelangi?"
"Ya! Sayapnya indah sekali, Mbok. Seperti pelangi!" Arum seperti memimpikan sesuatu; tepatnya
mengatakan sebuah harapan.
"Ayo, Den Ayu... Masuk... Tubuh Den Ayu sudah membiru begini," Si Mbok makin cemas melihat
kondisinya. "Sayapnya juga memantulkan cahaya, Mbok," Arum mencari-cari.
27 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Bercahaya?" si Mbok mengelus dadanya dengan penuh nelangsa. Dalam hatinya dia berbisik, duh
Gusti Allah, apa salah hamba-Mu ini" Janganlah Kau timpakan beban yang maha berat pada Den
Ayu! Iya, Mbok! Tadi dia ada di sini. Terbang ke sana!" Arum menunjuk ke atas.
"Den Ayu, sudahlah. Kita masuk saja. Tubuh Den Ayu dingin sekali," Mbok Siti mengajaknya masuk.
Kali ini agak memaksa. Arum tiba-tiba tertegun. "Cindy, Mbok," dia teringat lagi dengan Cindy.
"Serahkan saja semuanya sama Gusti Allah..."
"Aku sudah bilang sama Cindy, Mbok...., supaya jangan pulang dulu sebelum melahirkan. Tapi,
rupaya dia sedang kesulitan uang, Mbok. Dia datang padaku meminta uang. Untuk biaya persalinan
dan bayar sewa kontrakan rumah."
"Sudahlah. Cindy sudah diurus sama Tuan."
"Tapi Tuan mau memusnahkan cucuku, Mbok..."
"Sekarang Den Ayu harus banyak-banyak berdoa sama Gusti Allah..."
"Aku sudah ndak kuat lagi, Mbok" Arum memasrahkan tubuhnya dipapah si 'Mbok ke dalam rumah.
"Sabar. Gusti Pangeran sedang menguji Den Ayu."
"Aku mau pulang saja ke Yogya, Mbok...."
28 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mbok Siti, wanita tua yang sejak kecil merawat Arum, memapah Arum ke dalam rumah. Dia
merasakan juga dua matanya hangat. Hatinya seperti diiris-iris mata pisau. Perih dan nyeri. Dia
merasa bersalah pada Gusti Allah. Duh, Gusti, ampuni hamba, yang tidak bisa memberi
penerangan di rumah ini! Dia juga merasa berdosa pada ayah Arum, yang sebelum meninggal
wanti-wanti padanya, untuk merawat dan menjagai Arum. Duh, ampuni hamba, Ndoro Kakung, yang
lalai menjagai Den Ayu! Mbok Siti terus memapah Arum ke dalam rumah. Dengan cekatan dia mengurusi Arum.
Menyiapkan pakaian kering dan menghandukinya, supaya tubuh suhu badan Arum kembali hangat.
"Sekarang Den Ayu istirahat dulu," Mbok Siti mendudukkan Arum di tempat tidur.
"Mbok..., tolong ambilkan minumannya..."
"Den Ayu...," Mbok Siti keberatan.
"Sedikit saja, Mbok. Supaya ndak kedinginan," Arum beralasan.
Si Mbok dengan lunglai berjalan ke luar kamar. Dia mengambil sebootl minuman unutk Arum.
Hatinya sangat sedih ketika menyodorkan botol minuman keras dan gelas kecil kepada Arum.
"Makasih, Mbok," Arum menggenggam gelas dan botol air api itu. Dengan bergegas dia
menuangkannya. Lalu meneguknya.
Mbok Siti menatapnya dengan prihatin. Kelopak matanya terasa hangat dan mulai digenangi air.
Wajah Arum langsung memerah. Dia menuangkan lagi minumannya. Meneguknya dengan tegas.
Kedua rahangnya mengadu. "Jangan banyak-banyak, Den Ayu. Nanti mabuk lagi. Ingat apa kata dokter. Sekedar untuk
menghangatkan saja," Mbok Siti menarik selimut tebal di tempat tidur. Mempersiapkannya untuk
29 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Arum agar nyaman. Arum terbatuk. Tapi dia menurut. Dia meletakkan gelas dan botol minuman di meja kecil dekat
tempat tidur. Dia memang merasakan tubuhnya hangat.
"Sudah, sekarang jangan bnayak pikiran. Tidur."
"Aku mau minta cerai saja, Mbok," Arum malah duduk di tempat tidurnya; menyender di dinding
kamarnya. Sorot matanya menerawang jauh.
"Cerai?" "Iya, Mbok.." "Jangan, Den Ayu..."
"Aku betul-betul sudah ndak kuat, Mbok..."
"Kasihan Den Ajeng Cindy. Dia butuh Den Ayu. Sebaiknya, Den Ayu susul dia ke klinik," Mbok Siti
menyelubungi setengah tubuh Arum dengan selimut tebal.
"Cindy," Arum bergumam. "Maafkan Mama, Nak," dia menangis.
Mbok Siti memeluknya. Arum menumpahkan segala kesedihannya. "Arum sudah lupa sama Gusti Allah, Mbok," katanya
penuh penyesalan. 30 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Mbok ngerti itu. Apa yang Den Ayu dan Tuan lakukan, semuanya sudah ada di Al - Qur'an. Mbok
membacanya di surat At Takaatsur, bahwa kenikmatan duniawi sudah menjauhkan Den Ayu dan
Tuan dari Gusti Allah."
Arum merasa malu. Ya, kenikmatan duniawi memang sudah menjauhkannya dari agama. Materi
memang membutakannya. Seperti halnya iblis, yang mempermasalahkan jenis materi Adam yang
hanya terbuat dari sekepal tanah, sedangkan dirinya terbuat dari api! Iblis merasa, api lebih mulia
dari tanah. Iblis memilih hengkang dari taman firdaus, ketimbang harus lebih rendah martabatnya
dari Adam. Begitulah juga Arum! Dia merasa segala kekayaan dan kehormatan yang dia miliki
bersama Bram sudah melebihi semuanya. Bram dan linkungan bisnisnya yang glamour, memang,
yang membuatnya lupa akan agama. Arum juga memilih hengkang dari kedamaian yang selama itu
pernah dia kecap. Bram memang yang memaksanya. Tapi, dirinya tidak bisa menumpahkan segala
kekacauan hidupnya ini hanya semata pada Bram. Tidak. Dirinya juga berperan serta dalam
keporakporandaan hidupnya.
Arum melirik ke meja kecil; di sana sebotol minuman yang isinya tinggal sepertiganya
menantangnya lagi. Jenis materil ini juga sudah menjerumuskannya ke dalam kekacauan hidupnya.
Dia tak bisa ingat lagi, kapan menyentuh air api laknat ini. Pada suatu pesta seorang pengusaha
ternama" Mungkin! Yang hanya bisa dia ingat, saat itu seorang istri pengusaha mendekatinya
dengan membawakan segelas minuman.
"Minumlah," kata istri pengusaha itu. "Dengan minum, selain status kita terangkat, juga segala
masalah yang ditimbulkan oleh para suami akan hilang. Percayalah. Aku sudah menjadi sahabat
minuman ini bertahun-tahun. Tak ada resiko apa-apa."
Tangan Arum bergerak sendiri menerima gelas yang disodorkan si istri pengusaha. Dia belum
berani mendekatkan bibirnya ke ujung gelas. Baru sebatasa menghirup aromanya saja.
"Ciciplah. Seteguk saja dulu," si istri pengusaha mendorong gelas di genggaman Arum. "Ini anggur
termahal dan terlangka di dunia. Suamiku membelinya ketika berbulan madu dengan Dona di
Paris!" tawanya terdengar. Tepatnya, si istri mentertawakan kegetirannya sendiri.
"Dona?" Arum mengernyitkan dahi.
"Ya! Istri kedua suamiku!" katanya santai saja waktu itu.
31 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kok, bisa?" Arum merasa heran.
"Anggur made in Paris inilah, yang membuatku tetap nyaman hidup. Percayalah!"
Kalimat terakhir inilah yang menerjang masuk ke dalam dada Arum. Bahkan menembus hati
nuraninya. Hidupnya sendiri bersama Bram dan Cindy sudah sangat rumit. Siapa tahu segelas
anggur bisa membuat hidupnya tetap nyaman! Betapa mudah! Ternyata iblis tak tinggal diam; ikut
menyelusup ke urat-urat nadinya. Ke seluruh aliran darahnya. Dan itulah awal dari kehancurannya!
Mabuk bersama segelas anggur.
Tapi tiba-tiba saja Arum merasa muak melihatnya botol minuman laknat itu! Kamu pikir, aku rela
dibelenggu terus oleh racunmu! Tanpa diduga, tangan kirinya bergerak cepat. Telapak tangannya
membentur botol itu hingga terbang dan terguling ke lantai.
PRAANG! Pecah berkeping-keping.
Telapak tangannya berdarah. Arum menangis tersedu-sedan. Mbok Siti juga ikut menangis. Air
mata mereka menyatu dan larut dalam lautan kesedihan. Tak terkirakan.
"Sabar, Den Ayu.........," Mbok Siti panik dan mencari-cari lap bersih untuk mengelap darah di
telapak tangan Arum. "Aduh, Den Ayu..., ke rumah sakit saja, ya....," katanya panik.
"Ndak usah, Mbok. Cuma lecet saja. Ambilkan obat merah di di kotak obat."
Mbok Siti berlari ke luar dari kamar.
Arum tertegun sendiri. Dia melihat darah menetes ke sprei kasurnya. Di lantai pecahan botol
berserakan. Air api itu tumpah membasahi lantai kamarnya. Air api laknat, yang sudah menjajah
hidupnya. Tubuhnya jadi kurus, karena digerogoti air api itu! Selama dia tinggal seatap dengan
Bram, pelariannya yang sempurna memang ke minuman beralkohol. Setahun yang lalu, Arum kena
32 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lever. Dokter menyarankan, agar Arum berhenti minum. Arum menyanggupi dengan cara
mengurangi dosis. Mbok Siti muncul lagi membawa obat merah sekaligus sapu dan singkuk.
"Aku merasa tak ada gunanya hidup ini, Mbok," Arum terisak sambil mengobati telapak tangannya
yang berdarah dengan obat merah. "Tak ada artinya menjadi seorang istri, menjadi ibu bagi
Cindy...." "Sekarang, bertobatlah. Tak ada kata terlambat untuk bertobat," Mbok Siti membersihkan pecahan
botol di lantai. "Tobat?" Arum tak percaya dengan satu kata itu.
"Den Ayu ingat, apa kata almarhum Romo sebelum mangkat?"
Arum tertegun. Hatinya makin nyeri. Di memang anak durhaka. Ketika hamil, Arum tahu ayahnya
sangat terpukul. Arum sudah menyakiti ayahnya untuk yang kedua kali. Yang pertama, ibunya
mangkat gara-gara melahirkan dia! Sampai kapan pun, jika mengingat almarhum ibunya, dia
merasa orang yang paling bersalah. Lantas kesalahan kedua, dia merengek agatr diijinkan pergi ke
pesta Amartha! Akibatnya, Bram merenggut kesuciannya! Lalu hamil! Oh Romo, ampuni anakmu
ini! Dia ingat beberapa saat sebelum mangkat, Romo mengingatkannya agar banyak-banyak
bertobat. Namun Arum merasa sudah kotor. Sudah tidak layak lagi bersimpuh di atas sajadah.
"Arum ndak pantas hidup di dunia ini, Mbok," air matanya terus mengalir.
"Siapa yang bilang begitu" Ayo, Den Ayu sebaiknya sholat saja. Minta petunjuk sama Gusti
Pangeran. Insya Allah, Den Ayu akan mendapatkan ketenangan batin."
Arum mengusap pipinya yang basah kena tumpahan air matanya. "Arum malu sama Mbok. Arum
sudah lama ndak sholat, Mbok."
33 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Den Ayu ndak usah malu sama si Mbok. Malulah sama Gusti Allah."
"Apa Gusti Allah masih mau nerima Arum, yang kotor begini?"
"Gusti Allah Maha Penyayang pada seiap hambanya yang mau bertobat."
"Wudhunya aja Arum udah ndak ingat, Mbok" katanya terisak-isak.
"Nanti si Mbok ajarin lagi," dia mengusap rambut Arum yang hitam sebahu. Ketika megusap itu, dia
melihat Arum kecil, yang sebelum tidur selalu minta didongengi cerita rakyat Timun Emas, Joko
Tingkir, dan Roro Mendut. Atau minta ditembangi Lir-ilir, Jamuran, dan Soyang.
Oh, gerangan sang waktu! Betapa kau menggelinding sangat cepat. Tak terasa bagi wanita tua itu.
Dia sudah ikut keluarga RMT Susatyo Suryodiningrat sejak Arum masih dalam kandungan ibunya.
Dia masih gadis desa waktu itu. Sekitar 15 tahun usianya. Dia disekolahkan di madrasah. Ayahnya
pembatik di perusahaan Menggung Susatyo. Ketika istri Menggung wafat beberapa saat setelah
melahirkan Arum, Siti resmi jadi pengasuh Arum. Pada umur 20 tahun, dia sempat menikah dan
manut suami ke Jakarta. Suaminya jadi buruh bangunan. Tapi, nasib menimpanya. Suaminya tewas
tertimpa balok besi penyangga bangunan yang roboh.
Siti kembali ke Yogya membawa duka nestapa. Tak ada lagi cinta tersisa di hatinya. Semuanya
sudah diberikan buat almarhum suaminya tercinta. Setahun menjadi janda di desa. Berpuluh-puluh
pemuda desa melamarnya; dengan mas kawin sawah dan kerbau. Tapi selalu ditolaknya. Lalu
ayahnya mengajaknya lagi bekerja di rumah Menggung Susatyo, yang tetap menduda.
Melihat Arum, Siti serasa mempunyai seorang anak. Gairah hidupnya bangkit lagi. Dulu di usia
setahun perkawinannya, dia pernah mengandung. Tapi, karena beban pekerjaan sebagai pembantu
rumah tangga di Jakarta yang berat, membuat kandungannya tak aman. Di bulan ketiga, dia
keguguran. Kini mengalirlah kehidupan Siti dengan Arum yang masih balita. Dengan telaten dia
merawat bayi cantik itu. Perasaan sedih karena kehilangan bayi di rahimnya terobati. Selain
merawat, dia juga mengajari Arum sholat dan mengaji. Menggung Susatyo merasa senang melihat
pekrjaan Siti. "Siti, anggap saja Arum itu anakmu juga. Aku senang melihatnya," begitu Menggung Zsusatyo
34 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berpesan. Hanya sayang, beranjak dewasa Arum salah memilih teman. Akhirnya dia terjerumus. Hamil di luar
nikah. Jika memikirkan itu, Mbok Siti merasakan kesedihan yang amat sangat dan seperti
kehilangan sesuatu, seperti dulu pernah dia rasakan saat keguguran.
*** Arum bangkit dan berjalan ke meja rias. Di atas meja rias ada foto dirinya bersama Bram dan Cindy
dengan latar belakang Menara Pisa, saat mereka berlibur keliling Eropa. Saat itu usia Cindy baru 5
tahun. Itu termasuk masa-masa yang sangat luar biasa dalam kehidupan rumah tangganya. Cindy
yang lucu dan selalu membuatnya gemas. Saat itulah dia merasa menjadi seorang Ibu. Tapi ketika
Cindy beranjak besar dan seperti sekarang ini, dia mulai merasakan bahwa kehadiran Cindy hanya
untuk Bram saja. Pelan-pelan Bram mulai mnyingkirkannya. Mulai membangun imej di depan Cindy,
bahwa dirinya bukanlah seorang ibu yang patut dihormati. Tak patut digugu dan ditiru.
Maafkan Mama, Cindy," kalimat itu berulang-ulang meluncur dari mulutnya. Ya, kalimat apalagi
yang lebih pantas selain itu" Sepanjang hidupnya, dia memang merasa sudah gagal menjadi
seorang ibu bagi Cindy. Lalu Arum merubuhkan foto itu. Tak ada gunanya melihat foto itu. Biarlah sejarah menyimpannya.
Jika foto itu tetap di sana, akan makin sakit hatinya ketika melihat kebersamaan itu.
Arum melihat ke cermin. Dia tertegun dan kaget melihat wajahnya yang pucat dan cekung.
Rambutnya yang basah dan tak bercahaya. Tak ada gairah kehidupan di sana. Oh, andai saja ada
kupu-kupu pelangi yang bercahaya seperti tadi. Aku akan meminta seberkas cahayanya untuk
kupoleskan di wajahku! Arum berandai-andai dengan lara.
"Den Ayu......, mintalah ampun pada Gusti Allah"
"Arum sudah lupa sama Gusti Allah, Mbok...."
35 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Dia Maha Pemberi Ampun. Maha Pemurah," ajak si Mbok memegangi kadua bahunya;
mengajaknya berdiri. Arum mau saja dituntun Mbok Siti ke kamar mandi. Di sana Mbok Siti mengajarinya cara berwudhu
dengan sabar. Arum dengan kikuk mengikuti. Membasuh kedua lengan sampai ke pergelangan tangan. Ke mulut.
Ke hidung. Mengusap wajah. Membasuh tangan kanan dan kiri rata sampat ke sikut. Dahi terus ke
telinga. Terasa segar tubuhnya. Terasa sejuk hatinya. Jauh berbeda dengan saat dia mandi dengan
air susu. Atau mandi madu. Bahkan mandi sauna di kamar-kamar di puncak gunung. Semua hal itu
dikarenakan perasaan ketakutan akan tua atau ingin mencari kedamaian sesaat. Ongkosnya sangat
mahal. Tapi ternyata dalam berwudhu, hanya dengan beberapa gayung air, tubuhnya terasa
menjadi lebih segar. Pikirannya terasa menjadi lebih jernih. Hatinya terasa menjadi lebih damai.
Aneh. Apakah ini karena dirinya punya tujuan yang jelas, akan menghadap Allah" Akan
merendahkan dirinya dalam sujud di hadapan Sang Khalik" Oh Gusti Allah, terasa betul rasa
tentram itu! Rasa damai yang sudah lama hamba dambakan!
"Kita sholatnya berjamaah saja," ajak Mbok Siti menggelar sajadah di ruang tengah.
Kupu Kupu Pelangi Karya Gola Gong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Arum mengangguk sambil mengusap butiran air matanya, yang tak terasa bergulir. Lalu dia
celingak-celinguk; mengitari seluruh sudut-sudut ruangan rumahnya yang besar. Dia baru sadar,
bahwa di rumahnya yang besar ini tak ada ruangan untuk sholat. Tak ada mushola. Di rumah
ayahnya di Yogya, mushola itu dibangun di halaman belakang rumah. Dengan arsitektur joglo.
Setiap menjelang Mahgrib, Mbok Situ selalu mengajarinya mengaji. Duh Gusti Pangeran, ampuni
hamba, yang telah lalai menegakkan tiang agama!
Ayo," Mbok Siti mengingatkan. "Kita sholat Isya, ya. Empat rakaat. Den Ayu tinggal mengikuti Mbok
saja, kalau lupa bacaannya."
Arum mengangguk. Betul. Dia memang sudah lupa segala bacaan yang dulu pernah dihapalnya.
Bahkan gerakan sholat yang pernah dilakukannya. Ya, dirinya sudah lupa segala-galanya. Mulai
dari rukun iman yang enam dan Islam yang lima. Jangankan pergi ke haji, sholat yang utama saja
tak pernah lagi dia lakukan. Puasa dan zakat apalagi. Tapi tak apa, bisik malaikat lembut. Sang
Khalik Maha Pengampun. Pintu tobat selalu terbuka. Huh! Tak perlu bertobat! Kali ini iblis
menyemburkan api neraka padanya. Untuk apa" Semua orang menimpakan kesalahan padamu
atas kematian ibumu! Lantas kamu yang taat pada perintah-Nya, harus menyerahkan kegadisanmu
kepada Bram! Lalu kamu hamil! Apakah itu pertanda kamu disayang oleh-Nya" Bohong! Kamu
adalah tak lebih dari mahkluk yang tak diinginkan kehadiranya di muka bumi ini! Maka,
36 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bersenang-senanglah! Nikmati hidup ini! Suamimu itu benar! Dia menikmati segala kemewahan ini!
Dia sudah bekerja keras. Dia berhak menikmati semuanya!
Arum berguncang. Terasa betul jilatan api si iblis membakar hatinya. Dia beristighfar, mohon ampun
dan perlindungan-Nya. Hatinya sudah bulat, bahwa selama ini dia sudah salah melankah. Apalagi
jika dia mengingat peristiwa di bawh kaki hujan tadi! Kupu-kupu pelangi yang memancarkan
seberkas cahaya! Dia mersa sedang diperingatkan oleh-Nya!
"Allahu Akbar," Mbok Siti melakukan takbirathul ikhram.
Arum mengikuti dengan kikuk. Gemetar tubuhnya. Dia tak bisa berkonsentrasi. Pikirannya
melayang-layang ke mana saja. Bahkan saat Mbok Siti membaca Al Fatihah, gambar-gambar masa
lalunya berlarian menyerbunya! Menyergapnya! Itu karena dia sudah teramat lama lupa pada
selembar sajadah. Tak ingat pada Allah. Juga pada Islam. Itu sudah lama sekali.
Bermula ketika Amartha, kawan sekampusnya, mengundangnya ke pesta perpisahannya di sebuah
hotel di kawasan pantai Parangtritis. Amarta hendak meneruskan sekolah ke London. Mengambil
jurusan disain grafis. Pestanya terbatas. Amarta bilang, kakaknya yang ganteng ingin berkenalan
dengan Arum. Dia sendiri sudah mendengar reputasi kakak Amartha, yang populer di Yogya.
Ayah Arum awalnya melarang pergi. Ayahnya tahu sekali, bahwa orangtua Amartha adalah tipe
pejabat yang korup. Ayahnya sangat tidak suka Arum pregi ke pesta Amartha. Tapi, Arum terus
merengek. Alasan Arum, dia belum pernah sekali pun membntah ayahnya. Dia selalu menurut apa
yang dikatakannya. "Arum pergi ke pesta Amartha juga bukan untuk melakukan hal yang neko-neko, Romo. Itu lebih
pada pertemanan saja. Arum akan melepas Amartha, yang hendak sekolah ke London," begitu
Arum memberi alasan. Ayah Arum gelisah. Amartha tidak tinggal diam. Amartha meyakinkan ayah Arum, bahwa dia akan
menjaga Arum. Akhirnya dengan berat hati, ayah Arum mengijinkan.
Di pesta, kehadiran Arum memang membikin geger. Arum merasakan hal itu. Terutama kaum
lelakinya. Tapi, yang berani menghampirinya hanyalah Bram.
37 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Raden Tumenggung Bramantio Brotodiningrat," kata lelaki ganteng itu memperkenalkan diri. Tanpa
rasa canggung. "Panggil saja aku 'Bram'," tambahnya menebar jala dengan senyumnya yang
mempesona. Arum terpikat dengan ketampanan Bram. Dia yakin, semua wanita pasti akan seperti dirinya. Saat
itu dia baru saja hendak mengatakan namanya, tapi Bram langsung memotong.
"Aku sudah tahu nama kau. 'Raden Ajeng Arum Ambarwati'. Putri semata wayang Raden Mas
Tumenggung Susatyo Suryodingrat. Pengusaha batik terkenal di Yogya."
Arum tersipu malu saat itu.
"Kupanggil kau 'Arum' saja. Boleh?" Bram tersenyum lagi.
Arum betul-betul terperosok. Dia menyadarinya sekarang, bahwa dia memang sangat hijau dengan
pergaulan anak-anak muda. Ini akibat didikan ayahnya yang feodal dan mengedepankan agama.
Dia sudah terbiasa hidup dengan jadwal yang ketat dari ayahnya Dia hanya mengenal dunia
sebatas rumah, sekolah, tempat kursus, perpustakaan, dan pertemuan arisan keluarga besar di
setiap awal bulan. Ke mana-mana pun harus diantar jemput oleh supir keluarga. Arum
menganggap, bahwa ayahnya melakukan itu untuk melindunginya. Dia menerima saja dengan
pasrah dan hati ikhlas. Kalau diibaratkan lagu, dia adalah "burung dalam sangkar emas".
Terutama ayahnya, sangat alergi sekali dengan tamu-tamu lelaki yang mengunjunginya di rumah.
Ayahnya akan menginterogasi setiap tamu lelaki yang datang ke rumah; menanyai mereka tentang
asal dan usul, visi dan misi, kuliah di jurusan apa, target ke depan, cita-cita, wanita ideal untuk
dijadikan calon pendamping, dan kapan akan menikah.
Kadang malah Arum merasa kasihan kepada ayahnya, yang masih menduda. Itulah kenapa dia
selalu manut saja apa kata ayahnya. Dia ikhlas. Dia tidak ingin membebani pikiran ayahnya setelah
dia tahu, bahwa ibunya mangkat akibat pendarahan yang hebat sesaat setelah melahirkannya.
Setelah mengerti hal itu, dia merasa berdosa dan beranggapan, karena dialah ibunya wafat.
Perasaan bersalah itulah, yang menyebabkan dia jadi anak yang penurut.
38 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tapi, akibatnya adalah dalam pergaulan. Dia sangat bau kencur dengan perangkap lelaki seperti
Bram. Itu terbukti. "Kamu cantik seperti putri raja," puji Bram tanpa tedeng aling-aling. Tangan Bram
menggenggam kuat tangannya.
Arum seperti terbang ke langit. Belum pernah dia mendapat pujian seterbuka seperti yang
diucapkan Bram. Dia tahu, itu gombal. Tapi, tetap saja sebagai seorang gadis hatinya
berbunga-bunga. Hanya saja semuanya harus dibayar mahal. Dia tak menyangka jika pesta
perpisahan Amarta itu disediakan untuk menjebak dirinya.
Arum masih ingat saat dia merasa mengantuk setelah beberapa saat menyantap hidangan.
Keadaan di sekelilingnya tiba-tiba meredup. Kelopak matanya seolah ada yang menggayuti.
"Kenapa, Arum?" tanya Amarta.
"'Ndak tau. Tiba-tiba, kok rasanya lemes banget. Ngantuk," katanya menguap saat itu. Dia juga
merasakan suhu tubuhnya tidak karuan. Ada hawa panas yang ingin melompat keluar dari
tubuhnya. Ada magma yang ingin dimuntahkan.
"Istirahat d kamar aja, ya," Amarta memapahnya ke dalam sebuah kamar hotel.
Arum tak sanggup bicara apa-apa lagi. Dia langsung rebah dan terlelap. Dia merasa sedang
terbang ke alam mimpi; penuh warna-warni. Sorgawi. Tapi, ketia terbangun, dia kaget karena
mendapati dirinya dalam keadaan tak berbusana. Dan di sampingnya Bram tertidur pulas.
Arum menangis. Berteriak-teriak. Histeris. Bram terbangun dan dengan sopan menenangkannya.
Arum makin histeris. Tapi, tak seorang pun yang mendengar teriakannya. Arum panik dan bingung.
Mau marah, marah kepada siapa. Mau melaporkan peristiwa ini, dengan delik apa" Diperkosa"
Bagaimana kalau aparat menanyakan buktinya" Bisa-bisa bumi Yogya geger! Oh, Gusti Allah!
Bagaimana kala Romo tahu hal ini" Bagaimana kalau masyarakat tahu juga"
"Arum, maafkan aku," kata Bram penuh penyesalan. "Aku khilaf," tambahnya. "Aku dalam keadaan
mabuk ketika masuk kesini. Aku pikir, kamu Cinthya, pacarku."
39 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kamu laki-laki bajingan!"
"Aku memang bajingan."
Arum menangis dan mencari-cari pakaiannya.
"Aku minta maaf. Aku salah."
Arum tak mampu mengeluarkan kata-kata lagi. Habis sudah segala suara. Ketika Amartha datang,
Arum hanya bisa mengadu di pelukannya. Amartha meminta maaf padanya dan memarahi kakanya.
"Aku siap bertanggung jawab, jika itu yang kau inginkan," kata Bram pada Arum.
Arum tak bisa menjawab. Tak pernah terpikirkan dalam benaknya untuk menikah di usia muda. Dia
baru saja lulus jadi sarjana. Dia ingin sekali mengamalkan ilmunya diperusahaan ayahnya. Tapi,
Bram merenggut kehormatannya tanpa sengaja! Dan dia siap bertanggung jawab! Oh Gusti Allah,
dosa apa yang sudah aku perbuat!
Bab Dua MATAHARI MENGGELINCIR Matahari menggelincir turun ke batas cakrawala. Hujan tinggal gerimis. Lampu-lampu di sekitar
rumah tua menyala; mencoba mengimbangi warna langit yang mulai abu-abu. Tidak pekat lagi.
Awan hitam yang bergulung-gulung sejak sore tadi berangsur-angsur hilang. Bulan separo muncul
di sebelah timur. Wajahnya masih pucat dan belum leluasa menyebarkan cahayanya ke seluruh
permukaan bumi. Sedan mewah itu terus meluncur membelah senja di Jakarta yang basah dan dingin. Para
penumpangnya diam dalam gigil yang menggelisahkan. Tak ada kata-kata meluncur dari bibir
mereka yang kelu. Tak ada suara. Tapi, iblis laknat terus menggempur penumpang yang duduk di
40 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sebelah supir; Tuan Bram yang perkasa! Jangan kau bergeming lagi! Musnahkan bayi haram di
dalam perut anakmu! Walaupun itu cucumu sendiri! Darah dagingmu juga! Jika kau membiarkan
bayi jadah itu terlahir ke bumi, kau akan kena malu. Semua karyawanmu, relasi bisnismu, media
massa, pacar-pacar gelapmu, semua akan mencibirmu! Hah! Ternyata putri cantik
sematawayangmu, yang kamu bangga-banggakan, tak lebih dari wanita sundal! Pelacur! Tak
sepadan dengan darah biru yang menetes dari tubuhmu!
Bram mengatupkan gerahamnya.
KRETAAAK......! Bunyi kedua rahangnya yang beradu gemeretak.
Geram bukan kepalang hatinya, jika mengingat Cindy sudah masuk perangkap anak-anak band
pimpinan Leo! "Leo bangsat!" gerutu Tuan Bram tak sadar.
Pak Rahmat yang sedang membelokkan mobilnya ke sebuah rumah tua, tak urung melirik
diam-diam. Dia melihat wajah tuannya mengeras bagai sang iblis! Diam-diam pula dia melihat ke
kaca spion tengah. Dia melihat sesuatu yang berlawanan di wajah gadis belia itu. Betapa putus asa.
Tak ada cahaya kehidupan. Ibarat sebuah hari, gadis belia itu berada pada suatu senja. Matahari
menggelincir turun di matanya. Menyedihkan bagi gadis seperti dia. Frustasi di usia delapan belas
tahun! Pak Rahmat mengerem mobil; berhenti di depan pintu gebang. Tak lama pintu gerbang di rumah
tua itu terbuka lebar; seolah siap menerkam kedatangan sebuah sedan mewah. Dia memindahkan
perseneleng. Mobil perlahan masuk. Hatinya sangat risau. Sejak tadi bibirnya tak lepas dari dzikir;
subhanallah, subhanallah..... Tiba-tiba saja beberapa binatang aneh, yang memantulkan seberkas
cahaya di kedua sayapnya; berterbangan seolah menghalangi laju mobil itu.
"Astaghfirullah!" Pak Rahmat merasa takut. "Dosa apa yang sudah hamba lakukan ya Allah!"
41 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ada apa, Pak"!" Tuan Bram terbangun dari lamunannya.
Itu, Tuan! Pak Rahmat menunjuk ke depan mobil. "Banyak kunang-kunang, Tuan!"
"Kunang-kunang?" Tuan Bram melihat ke depan. Matanya silau. "Tidak mungkin ada
kunang-kunang di sini! Mestinya mereka di kuburan sana!"
Pak Rahmat mencoba menubrukkan moncong mobilnya ke kerumunan binatang bercahaya itu. Dia
berharap kerumunan binatang itu pecah dan pergi. Tapi yang terjadi adalah, binatang bercahaya itu
hinggap di kaca mobil! TIN, TIIIN, TIIIIN! Dengan reflek Pak Rahmat membunyikan klakson.
"Itu kupu-kupu! Bukan kunang-kunang!" Tuan Bram makin heran.. "Warna sayapnya berwarna-warni
seperti pelangi!" "Kupu-kupu pelangi! Subhanallah! Allahu Akbar!" Pak Rahmat berdebar-debar jantungnya.
"Ngomong apa kamu!" Tuan Bram merasa heran.
"Saya memohon ampun dan perlindungan hanya pada Allah, Tuan!"
"Allah!" Tuan Bram melecehkan. "Lihat ini!" dia berinisiatif menggeser tombol wiper.
TEK TEEK, TEK TEEK, TEK TEEK....!
42 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kedua tangan wiper itu menyapu jendela. Kupu-kpuu pelangi berterbangan.
"Tak perlu Allah kalau Cuma ngusir kupu-kupu!"
Pak Rahmat kali ini beristighfar dalam hatinya. Dia juga memohon ampunan bagi ketakaburan
tuannya. Bahkan memohon, agar dibukakan hati tuannya pada kebesaran Allah. Dia sudah lama
ikutnya. Sejak Cindy berusia lima tahun. Dia sudah hapal karakter tuannya, yang memang tak
mempedulikan Tuhan dan agama. Bagi tuanya tuhan ada di birokrat-birokrat, yang menentukan
tender-tender yang sedang diikutinya. Tanpa rtuhan-tuhan itu, tuannya tak mungkin bisa kaya dan
sesukses seperti sekarang ini. Sedangkan agama bagi tuannya, adalah bneda-benda mewah made
in luar negeri. Kepada benda-benda iutlah tuannya menghamba.
"Ayo, cepat!" Tuan Bram memerintah dengan perasaan jumawa. Dia menoleh; melihat ke putrinya.
"Kita sudah sampai, Cindy! Sebentar lagi bayi haram itu akan musnah!"
Cindy tak bereaksi pada omongan ayahnya. Ternyata dia lebih tertarik mengelus-elus kaca jendela
mobil. Di sana hinggap seeekor kupu-kupu pelangi yang memantulkan seberkas cahaya. Dia
merasa matahari sedang terbit di ufuk timur. Akankah dalam waktu lama"
Pak Rahmat menginjak pedal gas. Seperti siput yang keberatan dibebani rumahnya sendiri di
punggungnya, sedan mewah itu memasuki jalanan yang membentuk huruf "U" di halamannya yang
luas. Ya Allah, ampuni hamba-Mu yang hina ini. Yang tak bedaya ini. Hamba hanyalah seorang
supir, yang menggantungkan hidup demi anak dan istri di rumah.
Pak Rahmat ingin segalanya cepat berlalu. Malam yang menggelisahkan. Malam yang menakutkan.
Berlumuran dosa. Dia sadar, bahwa dirinya sudah berenang di lautan penuh dosa. Semoga Allah
mengampuni hamba! "Ke sana!" Tuan Bram menunjuk ke lobi.
Di sana beberapa orang berwajah aneh dan asing menunggu. Mereka tampak bersiap-siap
menyambut. Wajah mereka sangat gembira; seolah tidak sabar menanti mobil itu berhenti di depan
mereka. 43 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Saat yang dinantikan pun tiba.
Sedan mewah itu berhenti di depan mereka.
Salah seorang yang berkaca mata minus bermaksud membuka pintu mobil. Tapi, dia kalah cepat.
Pintu itu terbuka lebih dahulu.
"Malam, dokter Gala!" sapa Tuan Bram kedinginan.
"Malam, Tuan Bram," dokter muda itu mengulurkan lengan kanannya. Sementara lengan kirinya
membetulkan ketak kaca matanya.
Tuan Bram menyalami. Dia menoleh sejenak ke jok belakang mobil. Katanya serius, "Saya ingin
semuanya berjalan lancar. Saya tidak peduli, apakah bayinya selamat atau tidak. Yang penting,
anak saya yang selamat."
"Semuanya sudah diatur, Tuan Bram. Sesuai dengan standard operation procedure kedokteran,"
katanya dengan senyum lebar.
"Bagus!" "Sekarang, Tuan sebaiknya berganti pakaian dulu. Semuanya sudah kami sediakan. Putri Tuan
akan langsung kami urus."
Tuan Bram mengangguk-angguk. Dia tampak gelisah ketika beberapa orang datang membawa
brankar. 44 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Para perawat wanita menuju pintu belakang mobil, dimana Cindy masih duduk seperti orang hilang
ingatan. Seperti sebuah hari, di mana matahari sedang menggelincir turun ke batas cakrawala.
Pintu belakang mobil terbuka.
Hati Tuan Bram tidak karuan.
Cindy ditarik keluar. Tak ada keributan. Cindy duduk di brankar. Seorang perawat wanita mencoba merebahkannya.
Cindy menurut. Brankar itu didorong. Menggelinding mengikuti detak waktu.
Brankar itu melintasi Tuan Bram. Persis ketika brankar itu melewati kepala Tuan Bram, tiba-tiba saja
sesuatu yang aneh terjadi! Bola matanya bertubrukan dengan bola mata Cindy. Dia merasa ada
satu tarikan yang maha dahsat di sana! Bergejolak. Penuh dengan butiran-butiran emosi, yang
mengaliri darah dan menuju jantung mereka berdua!
Sorot mata Cindy menyala merah! Matahari yang tadi menggelincir, tiba-tiba muncul sekejap saja.
Cahaya senjanya meronta-ronta dan ingin menerangi jagat raya! Penuh amarah! Seperti bara;
sangat membara! 45 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tuan Bram merasa di depan matanya, seolah sedang melihat Cindy menghunuskan sebilah pedang
ke dadanya! Dia merasa, belahan jiwanya sedang mendorongnya masuk ke jurang, dimana di
dasarnya ada kayu bakar yang menyala api! Dia merasa tubuhnya siap hangus dibakar amarah
putrinya! "Tuan jangan terlalu risau!" dokter Gala mengalihkan suasana. "Perasaan seperti yang sedang
Tuan rasakan ini wajar-wajar saja. Saya sudah ratusan kali menyaksikannya. Tapi, yakinlah pada
saya! Semuanya akan kembali seperti semula! Tak bersisa!"
Tuan Bram masih terguncang. Di benaknya tergambar masa-masa indah bersama Cindy kecil.
Belahan hatinya, yang disemai lewat cara nafsu duniawi bersama Arum. Tapi, bagaimanapun cara
membuatnya, Cindy adalah darah dagingnya. Dengan cara apapun mereka memperolehnya, Cindy
tetap jiwanya. Di dalamnya ada mimpi dan harapannya. Dia sadar, kesalahan sebetulnya terletak
padanya. Cintanya pada arum semata hanya pada harta ayah Arum. Pad darah biru merkea. Pada
kehormatan mereka. Itulah sebabnya kenapa Tuan Bram ingin memusnahkan byai haram di perut Cindy, supaya dia
diberi kesempatan untuk memperbaikinya dari titik nol lagi. Supaya dia bisa mempersiapkan masa
depan Cindy, yang terlanjur tergerus pergaulan anak muda zaman sekarang! Ya, Tuan Bram
mempunyai rencana sendiri, yang seorang pun tidak boleh membantahnya. Tidak juga istrinya. Dia
Kupu Kupu Pelangi Karya Gola Gong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyusunnya sendirian. Ini proyek mercu suarnya. Reputasinya dipertaruhkan di sini. Kehamilan
Cindy mau tak mau sudah mencorengnya! Betul apa kata istrinya, bahwa sebetulnya orang-orang
tak berani menyuarakannya. Mereka hanya berani menggunjingkannya di belakangnya saja.
Tuan Bram berencana, setelah bayi haram itu dimusnahkan, dia akan mengirim Cindy ke Amerika.
Dia akan menitipkan Cindy ke sahabatnya, yang sudah menetap di sana. Dia akan mengawasi
putrinya itu dengan ketat. Termasuk pergaulannya.. Juga dia akan mempersiapkan calon suami
Cindy kelak! Calon suami yang tentu kaya, berpendidikan, dan terhormat seperti dirinya! Bukan
seperti si brandalan Leo, yang tak punya masa depan! Leo yang hanya mengandalkan
penghasilannya dari honor mengamen di cafe-cafe! Tak akan rela dia menyerahkan Cindy pada
lelaki seperti Leo! "Bagaimana, Tuan?" dokter Gala menyentuh pundaknya.
Tuan Bram menarik napas dan melontarkannya. Dia melihat brankar yang membawa Cindy sudah
masuk ke dalam bangunan rumah. Lenyap ditelan pintu utama. Tuan Bram tidak berkedip
sedetikpun. Dia sadar, bahwa Cindy belahan jiwanya, sedang menghadapi suatu peristiwa yang
maha penting. 46 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Mari, Tuan. Terlalu lama memakai pakaian basah, bisa berakibat tidak baik," dokter Gala
mempersilahkannya masuk ke dalam.
Tuan Bram mengangguk dan mengikuti dokter muda itu. Dia merasa sedang memasuki mulut
srigala. Dia merasa sedang tersedot ke dalam suasana hari, dimana matahari sudah menggelincir.
Di mana seluruh ruangan sangat gelap.
*** Di sebuah ruangan utama rumah tua itu, jarum jam berdetak pelan sekali. Malam terus merembet.
Dingin makin menyergap. Tapi tidak bagi Tuan Bram . Kopi sedang menghangatkan tubuhnya.
Pakaiannya sudah berganti dengan yang kering. Rambutnya tersisir rapih.
"Oke, sekarang kita bicara soal urusan kita!" Tuan Bram meletakkan cangkir keramik dengan
sembarangan di samping asbak. Sebatang rokok menyala di sana. Di depannya duduk dokter Gala,
memegangi sebuah map. "Silahkan dibaca dulu, Tuan," kata dokter muda itu menyerahkan map. Senyum seekor srigala
terlukis di sana. Tuan Bram menghisap rokoknya. Lalu map itu diterimanya. Dibukanya. Dibaca dengan seksama
kata demi kata. Angka demi angka. Keningnya berkerut-kerut. Matanya menatap penuh selidik ke
dokter Gala, yang selalu mengumbar senyum seekor srigala.
"Bagaimana, Tuan?" dokter Gala melepaskan kaca matanya. Membersihkan kacanya dengan ujung
kemejanya. "Apa ada masalah dengan angka-angka itu"' seringainya seolah sedang mengancam.
47 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tuan Bram meneliti lagi berkas-berkas di map itu. Dadanya bergemuruh bagai ombak selatan.
Gelisah. "Angka-angka di sana, buat Tuan Bram, pasti tidak ada artinya dibandingkan dengan keselamatan
putri Tuan. Juga reputasi Tuan sebagai pengusaha yang sukses dan terhormat," dokter Gala
mengingatkan. Bahkan nadanya cenderung seperti memojokkan.
Geraham Tuan Bram mengadu.
KRETAK! Tuang Bram sadar, bahwa dia sedang diperas. Ini diluar dugaannya. Angka 1Milyar Rupiah tidaklah
sedikit! "Saya harus menyumpal mulut semua karyawan di sini, Tuan."
"Kalau tidak?" "Saya tidak bisa menjamin, kalau seorang karyawan yang tidak kebagian, bisa tutup mulut untuk
tidak membocorkannya pada media massa."
"Begitu?" "Bulan lalu pernah ada kejadian seperti itu. Anak seorang oknum pejabat, datang ke saya minta
dikuret. Waktu itu saya masih praktek di tempat yang dulu. Bukan di sini. Yah, berpindah-pindah
tempat praktek, bagi saya sangatlah penting. Untuk menghilangkan jejak!"
"Hm!" 48 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kandungan putri oknum pejabat yang suka korup itu baru berusia 3 bulan. Dia menawar sepertiga
dari harga yang saya tawarkan. Saya menolak. Eh, dia mengancam akan melaporkan praktek ilegal
saya ke aparat. Yah, akhirnya saya terima saja. Bahkan akhirnya dia minta gratis. Saya tak punya
pilihan lain. Daripada praktek saya ditutup, bisa-bisa semua karyawan di sini tidak bisa makan,"
ceritanya sangat manusiawi.
Tuan Bram menatapnya; mencoba menyelami lautan hatinya.
"Keesokannya, berita putrinya hamil di luar nikah dan dikuret ada di koran gosip!" dokter muda ini
tertawa. "Lengkap dengan fotonya segala. Oknum pejabat brengsek itu tidak tahu, kalau semua
peristiwa di sini didokumentasikan lewat peralatan canggih!"
Tuan Bram menatapnya dengan tidak suka.
"Intinya, karyawan saya punya solidaritas yang tinggi pada saya. Jika saya diancam, mereka tanpa
saya suruh akan membalas ancaman itu," dokter Gala tertawa. "Jadi, cash and carry, Tuan! Mereka
jual, kami beli. Mereka beli, kami jual. Kalau mau bartre, oke-oke saja! Bagaimana, mengerti 'kan?"
Tuan Bram merasa dadanya bergolak.
"Tapi, kalau semua orang tua pasien kami sangat kooperatif dan tidak mempermasalahkan harga,
anak buah saya pasti akan bertingkah laku dengan baik. Semua rahasia Tuan pasti aman. Saya
jamin." Tuan Bram merasa seluruh tubuhnya bergetar. Rokok yang digepit jari-jari tangannya hampir saja
terlepas jatuh. Bahkan ujung baranya menyentuh kulit jarinya. Dia menahan pedihnya.
"Putri Tuan dalam keadaan yang tidak stabil jiwanya. Perlu ditenangkan dulu semalam. Tidak bisa
sekarang. Paling cepat, besok sore."
"Saya harus berangkat ke Singapura!"
49 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dokter Gala tersenyum seperti srigala. "Sebagai orangtua, kalau disuruh memilih, anak kita lahir
cacat atau lebih baik anak kita mati saja, pasti kita memilih yang terakhir; mati saja. Dan begitu juga
kalau anak kita hilang ingatan, lebih baik anak kita mati saja. Tak akan mampu kita mengatasi
gunjingan masrakat, bahwa anak kita cacat atau gila!"
"Cindy gila?" "Kalau terburu-buru!"
"Saya belum paham!"
"Saya tidak bisa melakukannya malam ini. Saya harus mengurusi psikisnya dulu. Atau Tuan
kehilangan putri Tuan."
"Bayinya?" "Tuan tidak usah memikirkan hal itu!"
"Maksudnya?" "Kalau mau, saya bisa menyalurkannya ke sebuah lembaga."
"Lembaga apa?" "Lembaga yang menampung bayi-bayi, yang tidak dikehendaki oleh orangtuanya. Atau oleh
kakek-neneknya seperti Tuan!"
50 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tuan Bram mengangguk-angguk.
"Bagaimana, Tuan" Tentang angka-angka itu?" dokter Gala mengambil pulpen dari kantong
kemejanya. Menyodorkannya.
Tuan Bram mengambil pulpen yang disodorkan dokter Gala.
"Satu milyar masih tak sebanding, Tuan!"
"Lakukan semuanya besok sore! Nanti nak buah saya yang akan mengurus, akan dibagaimanakan
bayinya!" "Baik!" "Jangan pernah menghubungi saya. Semuanya sudah diurus oleh orang kepercayaan saya!"
"Baik!" Tuan Bram menandatangani surat perjanjian.
Dokter Gala menyeringai seperti srigala.
"Besok siang, uangnya langsung saya transfer ke rekening dokter!"
"Saya hargai itu!"
Tuan Bram berdiri. "Awas, jangan sampai sesuatu yang buruk, trejadi pada anak saya. Atau dokter
tidak pernah bisa melihat matahari lagi!"
51 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dokter Gala juga berdiri. "Saya jamin, Tuan, putri Tuan, dan saya, masih akan melihat matahari
terbit di ufuk timur dan terbenam di cakrawala!" katanya tak kalah gertak.
"Terima kasih!"
"Senang bekerja sama dengan Tuan!"
Tuan Bram melangkah keluar ruangan. Tapi dia membalik ketika hendak membuka pintu. "Saya
akan menyuruh orang untuk mengembalikan pakaian saya yang saya pakai ini. Lumayan.
Ukurannya pas dan enak dipakai."
"Tidak usah, Tuan. Itu bonus buat Tuan. Di sini, semuanya sudah dengan matang dipikirkan. Musim
hujan begini, semua hal pasti terjadi. Saya membelinya di tempat yang biasa Tuan beli. Jadi, saya
tinggal menanyakan ukurannya saja. Yah, sedia payung sebelum hujan...."
Tuan Bram mengangguk dan membuka pintu.
Dokter Gala menyeringai seperti srigala, ketika tubuh Tuan Bram hilang di balik pintu! Dia merasa
sudah menerkamnya! Bahkan mengunyahnya!
*** Gerimis merembet ke jalanan pinggiran kota.
Basah dan licin. Matahari sudah menggelinciir turun sejak tadi.
52 Pendekar Bloon Memburu Manusia Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Senja pun terlewat. Lampu-lampu merkuri menyala dan menjadi sahabat para laron untuk menghangatkan suhu tubuh.
Seba (http://cerita-silat.mywapblog.com)
53Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
gian orang ada yang memilih meringkuk di dalam rumah dan ada yang berkeliaran mengais rezeki;
baik yang halal dan haram. Itu urusan iblis dan malaikat. Siapa yang berhasil mempengaruhi si
haram, berarti iblis sebagai pemenang. Jika si halal, malaikatlah yang bersyukur nikmat. Tapi tak
usah khawatir, Sang Pencipta sudah mengaturnya. Baik dan buruk, memang sudah diciptakan-Nya
secara berdampingan. Begitulah juga siang dan malam. Sorga dan neraka. Matahari terbit dan
matahari menggelincir. Tinggal kita hendak memilih yang mana. Itu terletak pada rasa taqwa dan
iman kita. Seperti juga beberapa kendaraan yang memilih bergegas pulang; tak peduli dengan apa yang
terjadi di sekitarnya. Lampu mobil mereka menyorot jalanan; memastikan apakah ada rasa aman di
depan mereka. Tapi kadang juga lampu-lampu mobil itu saling bertabrakan dengan lampu mobil dari
arah berlawanan. Pengemudinya tak ada yang mau mengalah. Mereka tak peduli, jika mata silau
bisa berakibat fatal. Begitulah manusia; selalu merasa dirinya paling benar. Jika sudah begitu,
biasanya rasa iri dan dengki merajalela. Oh andaikan rasa damai selalu di hati manusia, akankah
hidup ini terasa aman dan tentram" Tak akan ada yang mampu menjawabnya, karena Allah sudah
menciptakan segalanya berpasangan. Itu juga pilihan.
Terus pilihan jatuh ke pinggiran kota.
Ke jalanan tanah berlobang dan berbatu.
Gerimis makin rapat.... TIK, TIIK, TIIIK... Sebuah Jeep membelok dari jalanan utama; masuk ke jalan tanah berbatu. Lampu mobilnya
sengaja dipadamkan. Tubuh mobil itu berguncang-guncang ketika keempat rodanya melewati
lubang-lubang mirip kubangan kerbau. Air coklat bercipratan ke mana-mana.
"Aman nggak di sini?" tanya si pengemudi.
"Sana, sana!" rekannya menunjuk ke arah semak belukar.
1 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Si Pengemudi mengarahkan mobil ke sana.
Gelap dan pekat. Dan mobil berhenti di depan semak belukar.
Sunyi. Hanya bunyi air memukuli atap mobil.
Pintu terbuka. Tiba-tiba... Sebuah tubuh terlempar ke luar. Disusul oleh penumpangnya yang lain. Lalu bayangan tubuh itu
bergerak-gerak ibarat pedang. Kakinya, tangannya. Terdengar suara-suara; buk, buk, buk, aduh,
aaah....! Gerimis makin rapat saja.
Terdengar erangan lagi. BUK! Mengaduh..... 2 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Dasar sialan!"
BUK, BUK! BUUK! Tendangan dari sepatu lars bertubi-tubi mengenai tubuh.
"Aaah...." "Mampus lo! Gua jadiin perkedel lo!"
Pengemudi Jeep bergegas keluar. Dia memegangi tubuh temannya. "Frank, udah!" dia merasa iba
melihat si korban. "Apaan sih, lo!" Franky meronta-ronta; melepaskan diri dari pelukan si pengemudi.
"Nggak tega gua ngelihatnya!" dia teus mempererat pelukannya.
"Lepasin, Fred! Lepasin!" Franky marah.
"Inget, Frank! Kata boss, jangan dibikin mampus!"
"Alaah, bikin mampus aja!"
3 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Jangan, Frank!"
"Lo lihat sendiri, Fred! Sok banget dia! Apa ngerasa udah kebal"! Dia nggak minta ampun ama
gua!" Mana sempet dia minta ampun ama lo, Frank!"
"Pokoknya, gua mau brenti kalau dia nyembah-nyembah minta ampun ama gua!"
"Biarin aja, Frank! Kita cepet pergi dari sini! Hujan makin gede, nih!"
"Nggak bisa, Fred!"
BUK! Satu tendangan dihempaskan lagi.
"Frank! Ntar ada yang lihat, repot kita!"
"Heh! Denger, ya!" Franky mencengkram krah baju korbannya.
Erangan mulai melemah. Tubuh si korban lunglai seperti pelepah daun pisang yang sudah tua. Tak
berdaya. "Mulai detik ini, lo gak boleh ngedeketin si Cindy!"
Tapi ketika mendengar nama "Cndy" disebut, tanpa diduga, erangan si korban menguat lagi,
"Aaaah!". 4 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kalo masih, lo jangan mikir bisa ngelihat dunia lagi! Ngerti lo!"
"Kenapa gua gak boleh....," kini bukan erangan yang terdengar. Tapi sepotong kalimat.
"Heh! Lo ngelawan, ya! Bangsat!"
Tubuh yang ibarat sansak hidup itu tak mengerang lagi ketika dihajar kepalan dan tendangan. Tak
terasa lagi rasa sakit. Si korban itu malah tertawa; tepatnya mentertawakan mereka. "Bunuh aja
gua! Bunuh!" teriaknya sambil menyemburkan darah segar dari mulutnya. Bahkan bercipratan ke
jaket si Franky. "Anjing! Jaket kulit gua!" Franky berang melihat jaket mahalnya kotor kena percikan darah si korban.
"Lo mau mampus, ya!" hardiknya sambil mencengkram leher tubuh tak berdaya itu.
"Lo boleh bikin gua mampus! Tapi lo gak bisa misahin hati gua dari Cindy!" kalimatnya bergelora.
Sorot matanya menyala. "Anjing lo!" dia mencekik.
"Lo yang anjing!"
"Bangsat!" PUIH!" "Lo ludahin muka gua!"
5 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Muka lo bau kayak sampah!"
"Anjing!" "Aaah!" Tak ada yang bisa membendung Franky. Fredy berlalu dan masuk kembali ke dalam Jeep. Wajah
Fredy sangat kesal melihat kebengisan Franky. Tapi dia tak bisa membantu meringankan
penderitaan si korban. Amarah Franky memang membuncah-buncah. Kedua ujung sepatunya sampai robek, karena terlalu
sering menghantam tubuh si korban. Dia terus membabi buta melampiaskan amarahnya.
Tak ada erang kesakitan Tubuh itu tak bergerak. Gerimis berubah jadi deras; menghantam tubuh diam itu.
Tuan Bram membuka pintu kamarnya. Dia tertegun di mulut pintu. Tak berani kakinya melangkah
masuk. Ada seberkas cahaya menyelubungi tubuh istrinya, yang sedang duduk bersimpuh di lantai.
Tubuh istrinya tertutup oleh kain putih. Dia tahu istrinya sedang memakai mukena.
Kupu Kupu Pelangi Karya Gola Gong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiba-tiba dia jadi teringat masa sekolah di SMA dulu. Jika kemping di Parangtritis atau Kaliurang,
dia suka menakut-nakuti cewek-cewek dengan memakai mukena, yang memang sengaja dibawa.
Mukena itu milik pembantu di rumahnya. Dia berpura-pura jadi setan pocong saat itu.
Kini istrinya memakai mukena untuk sholat. Dia tidak melihat istrinya seperti setan pocong. Tapi
malah bercahaya dan membuat hatinya berdebar-debar tak keruan.
6 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Di kantornya, Tuan Bram juga suka melihat karyawan wanitanya menggepit bungkusan koran atau
menenteng tas plastik. "Kalian bawa apa itu"' tanyanya ingin tahu waktu itu.
"Mukena, Pak..."
"Mukena" Coba lihat!"
Seorang karyawan wanita - tentu dengan perasaan heran, membuka tas plastiknya. Isinya sebuah
mukena putih berenda. Tuan Bram meneliti dan mengangguk-angguk. Bahkan dengan tak terduga
memasukkan mukena itu hanya ke kepalanya saja. Para karyawannya; baik yang lelaki dan yang
wanita, tertegun melihat kelakuannya.
"Weeeew!" katanya menakut-nakuti.
Tapi tak ada yang ketakutan. Yang ada hanya senyum yang ditahan-tahan di bibir para
karyawannya. "Waktu muda saya suka jadi pocong!" Tuan Bram sadar akan hal itu. Dia langsung membuka
mukena dan menyerahkannya pada pemiliknya.
Para karyawannya hanya membuka mulutnya dan membentuk huruf "Oooo!"
"Mau pada ke mana ini?" tanya Tuan Bram.
"Mau sholat dzuhur dulu."
"Sholat dzuhur?" Tuan Bram merasa aneh. "Bukankah sekarang saatnya jam makan siang?"
7 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Setelah sholat, nanti makan siang, Pak!"
"Keburu, nggak" Awas, ya! Jangan sampai terlambat masuk ke kantor!"
"Keburu, Pak..."
Iya, Pak. Insya Allah!"
"Mari, Pak!" Tuan Bram mengangguk. Dia melihat beberapa karyawannya berduyun-duyun mendatangi tempat
sholat yang kecil di dekat tempat parkir kantornya. Sedangkan setiap siang, dia selalu bergegas
meluncur ke hotel berbintang untuk sex after lunch bersama pacar gelapnya. Begitulah setiap hari
yang dia menyakiti Arum. Jika Arum menanyakan; sapu tangan siapa yang tertinggal di mobil, dia
tak akan sungkan menghardiknya! Jika Arum meributkan; bau parfum siapa yang menempel di
kemejanya, tak akan ragu lagi tangannya mendarat di wajah istrinya!
Kini istrinya bersimpuh di selembar sajadah!
"Assalamu'alaikum warahmatullah.....," Arum mengucapkan salam.
Bram yang sedari tadi berdiri mematung di mulut pintu kamar terjaga dari lamunannya. Dia
perlahan-lahan masuk ke kamar. Dia berdiri persis di belakang tubuh istrinya, yang masih duduk
bersimpuh di sajadah. "Tumben kau sholat!" sindirnya tak suka.
"Subhanallah, subhanallah, subhanallah....," Arum berdzikir, tak memepedulikan kehadiran
suaminya. 8 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Aku ke Singapura besok. Tentang Cindy, untuk yang terakhir kali, aku percayakan semuanya sama
kau!" Bram melemparkan tubuhnya ke tempat tidur.
Arum merasa seperti melihart seberkas cahaya di atas kepalanya. Aku menangani Cindy" Ya Allah,
terima kasih! Kau kabulkan permintaannku!
"Cindy akan dicesar besok sore. Aku ingin urusan Cindy dan bayi jadah itu selesai. Kau tinggal
nyuruh si Fredy sama Franky untuk memusnahkan bayi jadah itu!"
"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.....," bibir Arum bergetar.
"Kau mendengar apa yang aku bicarakan!"
Arum terus saja berdzikir, "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar..."
Bram jengkel sekali dengan perubahan istrinya yang tiba-tiba ini. Aneh. Ini pasti ulah Mbok Siti! Dia
bangkit dan mendekati istrinya. Tangannya terangkat dan hendak menjambret kepala istrinya yang
tertutup mukena. Tapi tiba-tiba saja tangannya terasa berat untuk digerakkan. Kedua lututnya
gemetar. Dia tidak mempercayai apa yang dilihatnya! Lagi-lagi ada cahaya yang menyelubungi
tubuh istrinya! Mukena yang serba putih itu memantulkan seberkas cahaya! Dia tak kuasa untuk
menjangkaunya! Kubangan air di sekitar tubuhnya kecipratan warna merah darah, yang mengalir dari mulutnya.
Tak ada suara. Hujan mereda. 9 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiba-tiba jari-jari tangannya bergerak-gerak meremas tanah merah. Tubuhnya menggeliat mencoba
bangkit. "Cindy.....," dari mulutnya keluar igauan.
Dia berusaha bangkit. Wajahnya tengadah; membiarkan air hujan menyeka seluruh tanah yang
menempel di tubuhnya. Bahkan mulutnya terbuka; mencoba menampung air langit untuk
diminumnya. Mbok Sitiiiiii!" dia berteriak ke luar dari kamarnya. "Mbooooook!" triaknya lagi; menggelegar
menembus seluruh dinding rumah.
Mbok Siti datang tergopoh-gopoh. "Nggig, Tuan," katanya terbungkuk-bungkuk.
"Heh, tua bangka! Kau apakan si Arum!" dia menunjuk ke dalam kamarnya.
"Den Ayu, Tuan?" Mbok Siti melongok ke dalam kamar utama. Dia melihat Arum sedang khusu
berdoa. "Den Ayu ndak Mbok apa-apa kan, Tuan."
"Hah! Tidak kau apa-apakan!" Tuan Bram berang. Dia menghentakkan pintu kamarnya, sehingga
terbuka lebih lebar lagi. "Lihat, lihat dengan mata kau yang sudah rabun itu, tua bangka! Lihat!
Sedang apa dia!" Si Mbok mengelus dadanya; mengucap istighfar. "Mbok lihat, Den Ayu sedang berdoa, Tuan. Dia
baru saja sholat Isya," katanya dengan hati yang sabar.
"Ya, sholat! Kau apakan dia, sampai mau sholat segala?"
"Mbok ndak apa-apa kan, Tuan. Mbok hanya mengingatkan, agar Den Ayu eling sama Gusti
Pangeran." "Nah, itu! Itu! Dasar tua bangka! Harusnya kau tidak usah ikut campur urusan rumah tangga kami.
Biasanya kan kalau ada apa-apa, dia lari ke minuman! Mabuk! Kenapa tiba-tiba dia sholat! Ini kan
aneh! Dan ternyata benar kan dugaanku, kau biang keladinya!"
10 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Istighfar, Tuan, istighfar..."
"Apa itu istighfar!"
"Mohon ampun pada Gusti Allah, Tuan...."
"Ah, peduli setan dengan Tuhan!"
"Bram...," tiba-tiba terdengar suara Arum yang bening nadanya.
Bram terpaku. Dia yang biasanya emosional mendengar suara istrinya, kali ini sangat takjub. Dia
menoleh dengan sangat hati-hati. Dilihatnya wajah istrinya masih menyisakan cahaya.
"Jangan menyalahkan si Mbok. Dia tak bersalah apa-apa," kata Arum membela Mbok Siti. "Ayo,
Mbok. Siapkan makan malam buat Tuan."
"Nggih, Den Ayu," Mbok Siti tergopoh-gopoh ke dapur.
"Tidak usah, Mbok! Saya sudah makan tadi!"
"Ya sudah, 'Mbok. Tidak usah. Mbok istirahat saja."
Mbok Siti mengangguk dan menghilang ke dalam kamarnya di belakang.
Kini tinggal Arum dan Bram berhadap-hadapan di ruang tengah. Arum tampak lebih tenang dari
yang sore tadi. Dari yang saat matahari menggelincir tadi.
11 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Bram menatapnya dengan perasaan was-was. Istrinya tampak makin kuat saja. Aneh! Bagaimana
bisa secepat ini" Apakah Tuhannya memberi dia kekuatan"
"Kamu berangkat saja ke Singapura, Bram!"
"Hmm! Kau mendengar apa yang aku katakan tadi!"
"Aku akan menangani Cindy, seperti apa yang kamu katakan tadi."
"Awas! Jangan sampai berantakan!"
"Saat kamu pulang nanti, bisa kamu tanyakan sama Fredy dan Franky!"
"Bagus! Sekarang aku mau tidur!"
"Mulai malam ini, kamu tidak boleh tidur di kamar utama. Mbok Siti sudah membereskan kamar
paviliun. Kamu tidur di sana sampai semua urusan perceraian kita selesai!"
"Apa"!" Bram terbelalak.
"Semuanya sudah aku serahkan kepada pengacaraku."
"Brengsek kau!"
"Selamat malam, Bram!" Arum berlalu dan masuk ke kamar utama.
12 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Arum!" Pintu ditutup. Bram tercengang di depan pintu utama. Dia belum mau bergeming. Cerai! Hah! Istriku minta cerai!
Setan apa yang tiba-tiba merasuki istriku, sampai-sampai dia meminta cerai dariku! Sialan! Hati
Bram masih belum mau mempercayai apa yang barusan dia dengar dari mulut istrinya!
Tiba-tiba dari balik pintu kamar, Bram mendengar suara merdu istrinya yang sedang mengaji.
Selama ini dia pernah mendengar istrinya mengaji pada 3 kali kesempatan. Pada malam setelah
resepsi pernikahan mereka, beberapa hari setelah melahirkan Cindy, dan pada malam pertama
mereka menempati rumah baru di Jakarta! Setelah itu dia tidak pernah lagi mendengar istrinya
mengaji! *** Bab Tiga SELUBUNG CAHAYA Dokter Gala hampir saja melempar bayi merah yang bercahaya itu, andai saja suster Laru tidak
mencegahnya. Kedua tangannya gemetar ketika menyerahkan si bayi kepada susternya.
"Suster...," katanya ketakutan.
'Iya,dok?" Aneh! Baru kali ini saya mengalami hal seperti ini!" dokter muda itu seperti sudah melihat hantu
13 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
saja. Wajahnya berkeringat di ruang dingin ber-AC.
"Kenapa, dok?" suster Laru memperhatikannya sambil meletakkan bayi di timbangan.
"Apa kamu nggak lihat, kalau bayi ini diselubungi cahaya?"
"Diselubungi cahaya?"
"Iya!" bibirnya gemetar. Dia melihat tubuh ibunya, yang tergeletak dalam pengaruh obat bius. Dia
sengaja membius total pasiennya, agar tidak terjadi interaksi antara si ibu dan bayinya. Nanti bisa
bahaya. Sesuai dengan pesanan Tuan Bram, beberapa saat setelah terlahir, si bayi harus langsung
dimusnahkan! Si ibu tak boleh dibiarkan sedetikpun melihat anaknya!
Suster Laru menggeleng. "Mungkin dokter terlalu capek. Pasien yang ini memang banyak maunya!"
dia membersihkan si bayi, yang masih berlumuran darah. Lalu mengukur panjang tubuhnya.
"Saya memang capek. Tapi, bayi ini lain!" dokter Gala menunjuk ke si bayi. "Lihat, Sus! Cahaya itu
masih di sana! Cahaya itu!"
Suster Laru makin merasa aneh. Dia meneliti tubuh si bayi, yang mulai bersih dari darah. Cahaya"
Mana cahaya itu" "Saya nggak melihat cahaya itu, dok?" dia kebingungan.
"Saya bisa gila, sus! Cepat enyahkan bayi itu dari sini! Cepat!"
Suster Laru mengikuti perintah dokter Gala. Dia bergegas membungkus tubuh si bayi.
"Cepat! Cepat!" butiran-butiran keringat yang mengumpul di keningnya berjatuhan. Dokter
berkacamata tebal itu menyekanya dengan panik.
14 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Baik, baik, dok!" Suster Laru memangku si bayi.
"Kalau dua orang suruhan itu datang, langsung saja berikan. Nggak usah ertele-tele. Suruh mereka
secepatnya pergi membawa bayi sialan ini! Mengerti?"
Iya, dok!" suster Laru bergegas ke luar dari ruang bedah. Sudah lima tahun dia ikut dokter Gala.
Tapi, baru kali ini dia melihat wajah si dokter begitu tegang dan ketakutan. Aneh. Tidak seperti
biasanya. Tadi si dokter mengatakan soal "bayi dalam selubung cahaya" pula! Makin aneh. Ada apa
dengan dokter" Ada apa pula dengan si pasien bernama Cindy" Yang dia tahu dari status si
pasien; bahwa setelah bayi lahir akan ada dua orang suruhan yang mengurusi nasib si bayi
selanjutnya! Suster Laru memangku si bayi menuju ruang bayi. Meletakkan si bayi di boks. Di umurnya yang
baru delapan bulan, bayi ini tampak sehat. Segalanya berjalan normal. Berat badan, tinggi, dan
suhu badan semuanya normal. Dia tak perlu bercapek-capek mengurusi si bayi. Apalagi nanti akan
ada dua orang suruhan, yang mengurusi si bayi.
Betul saja. Ketika suster Laru baru saja menutup pintu ruangan dan hendak kembali ke ruang
bedah, dua orang lelaki berbadan kekar menemuinya. Mereka meminta ijin untuk masuk ke dalam
ruangan. "Kalian ini, siapa?"
"Kami orang suruhan Tuan Bram!" jawab Franky singkat.
"Oh!" "Bisa kami ambil bayinya sekarang?" Franky to the point.
"Silahkan! Lebih cepat malah lebih baik!" suster Laru menatap Franky dengan tidak suka.
15 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Terima kasih, Suster!" Fredy tersenyum.
Suster Laru membalas senyuman Fredy. Dia lebih suka pada sikap Fredy, yang santun. Lalu suster
Laru membukakan pintu urang bayi. Franky bergegas masuk. Fredy menyusul kemudian.
Suster Laru memutuskan untuk tidak ikut campur. Peduli amat. Dia berjalan menyusuri koridor
belakang. Dia ingin menghirup udara sore yang tiba-tiba saja terasa panas. Perasaan aneh masih
menggayuti pikirannya. Terbayang lagi wajah dokter Gala, yang sangat ketakutan ketika melihat
bayi merah itu. "Selamat sore, Sus," tiba-tiba seorang wanita sudah berdiri di depannya.
"Sore, Bu," suster Laru membalas.
"Saya ibu dari Cindy."
"Ibu.... istrinya Tuan Bram?"
"Iya." "Oh!" Suster tahu perkembangan terakhir anak saya?"
"Selamat! Ibu sudah menjadi seorang nenek."
"Alhamdulillah!" dia mengucap syukur. "Saya jadi 'nenek', Mbok," katanya pada seorang wanita tua
di sebelahnya. 16 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Alhamdulillah, Den Ayu. Puji syukur sama Gusti Allah1" si Mbok menadahkan kedua tangannya ke
atas. Suster Laru menyaksikan peristiwa ini. Aneh juga. Sementara tadi di ruang bersalin, dokter Gala
sangat ketakutan, kini ada dua orang wanita yang sangat gembira menyambut kelahiran si bayi.
"Boleh kami melihat bayinya, Sus?"
"Boleh. Mari!" Arum dan Mbok Siti mengikuti suster Laru. Mereka menyusuri koridor; menuju ruangan bayi. Tapi
tiba-tiba saja. Mereka melihat Franky an Fredy keluar dari ruangan bayi dengan wajah ketakutan.
"Franky! Fredy!" tegur Arum.
"Oh, Nyonya!" Fredy mengangguk sopan, walaupun tubuhnya gemetar.
"Kenapa, kalian?" Arum meneliti.
"Bayinya, Nyonya! Bayinya!" Franky yang biasanya kasar, kini seperti anak kecil yang baru melihat
hantu menakutkan. "Ada apa dengan bayinya?" suster Laru penasaran. Dia bergegas masuk ke dalam ruang bayi.
"Bisa kalian jelaskan?" Arum melihat ke sekeliling. Dia melihat ada beberapa kursi di beranda.
Franky dan Fredy saling pandang.
17 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ayo, ikut saya!" Arum berjalan ke beranda.
Mbok Siti berjalan menjejeri langkah Arum sambil berdzikir. Kedua pria berbadan tgap itu mengekor
di belakang si Mbok. Dada mereka tidak keruan. Wajah mereka mencerminkan rasa takut yang luar
biasa. "Kenapa dengan kalian"' Arum sudah duduk di kursi.
"Nngg, begini, Nyonya....," Fredy bingung harus memulai.
Tentang bayi itu?" "Iya, Nyonya!" kali ini Franky. "Kami....," dia masih ketakutan.
"Tuan Bram sudah mempercayakannya pada saya untuk mengurusi si bayi!"
"Saya, saya mengikuti saja apa yang akan Nyonya lakukan!"
"Iya, iya, Nyonya!" Franky sependapat dengan Fredy.
"Maksud kalian?"
"Bayinya, Nyonya, bayinya...."
"Mengeluarkan cahaya!" Franky gemetar.
18 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Cahaya?" Arum tidak percaya.
"Masya Allah!" Mbok Siti merasa takjub.
"Bagaimana, Nyonya?" Fredy sangat berharap.
"Maksudnya?" Arum balik bertanya.
"Nyonya punya rencana?" Franky juga berharap.
"Bukannya Tuan sudah punya rencana bersama kalian?"
"Tapi, bayinya bercahaya, Nyonya!"
"Kalau bercahaya, kenapa?"
"Itu pertanda buruk bagi kami!"
"Kalian takut?"
Kupu Kupu Pelangi Karya Gola Gong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Iya, Nyonya!" "Kalian tidak mau melaksanakan perintah Tuan?"
"Tolong, Nyonya, jangan laporkan ini pada Tuan!" Fredy menunduk.
19 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Iya, Nyonya!" "Sebaliknya, apakah kalian akan melaporkan apa yang nanti saya lakukan pada si bayi?"
Fredy dan Franky saling pandang.
Begini saja! Kalian terima ini!" Arum mengeluarkan dua amplop tebal; berisi lembaran kertas uang.
"Ini dari saya! Kalian sudah bekerja dengan baik. Sekarang, pulanglah! Bersenang-senanglah!"
"Bagaimana dengan bayinya?" Fredy minta kejelasan.
"Bukankah kalian tadi takut denan cahaya yang keluar dari si bayi?"
"Apa yang mesti saya katakan pada Tuan Bram?"
"Katakan saja, kalian sudah melakukan apa yang Tuan perintahkan! Mudah 'kan!"
Fredy dan Franky masih saling pandang. Lalu mereka mengangguk dan mengambil amplop itu.
Sebetulnya mereka sangat senang, ketika tahu harus menyerahkan segala urusan membuang bayi
pada Ny. Bram. Apalagi diberi uang segala. Baginya, bayi merah dari perut Cindy sangat
menakutkan. Mereka ketakutan dan tidak ingin hidup mereka jadi sengsara, gara-gara membuang
bayi merah yang diselubungi cahaya!
Arum tersenyum bahagia kepada si Mbok. Langkah pertama dari rencananya berhasil dengan
mulus. Dia sudah berhasil mengatasi kakitangan suaminya. Dia merasa yakin, bahwa ini semua
berkat ridho Allah. Berkat pertolongan-Nya!
20 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
*** Arum menunggui Cindy, yang baru saja siuman. Dia menggenggam tangan anaknya. Saat ini, Arum
merasa menjadi seorang ibu karena Cindy membalas genggaman tangannya. Arum makin yakin,
bahwa Allah menjadi dalang dari segala macam peristiwa ini. Bermula dari seberkas cahaya yang
menempel di kedua sayap pelangi kupu-kupu, yang dilihatnya saat hujan deras di rumahnya. Lalu
ke cerita Pak Rahmat, yang juga mengalami peristiwa sama saat mengantar Tuan Bram dan Cindy
ke klinik dokter Gala. Supirnya itu melihat banyak kupu-kupu yang memancarkan seberkas cahaya
dan menempel di kaca mobilnya. Yang terhangat adalah Fredy dan Franky, yang meributkan
tentang cahaya yang menyelubungi tubuh cucunya. Bahkan ke dokter Gala, yang cepat-cepat
mengusir Aryum, Cindy, dan bayinya agar pergi dari kliniknya, karena ketakutan melihat tubuh si
bayi yang dibalut cahaya. Semuanya karena "cahaya"!
Budha Pedang Penyamun Terbang 14 Pendekar Pedang Sakti Munculnya Seorang Pendekar Bwee Hoa Kiam Hiap Karya Liong Pei Yen Pendekar Bloon 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama