Terpesona Disidratul Muntaha Karya Agus Mustofa Bagian 3
tertinggi yang menjadi 'pembatas' antara alam semesta dengan Kemutlakan
Allah. Dibalik itu, seluruh potensi beliau sebagai manusia tidak lagi bisa
memahaminya. Namun demikian, digambarkan Rasulullah SAW tidak bisa
memalingkan pandangannya dari Sidratul Muntaha itu. Ada daya tarik yang
luar biasa. Seluruh kesadaran beliau seperti telah terbetot oleh
pemandangan yang dilihatnya. Maka, di ayat berikutnya dikatakan oleh
Allah bahwa penglihatan Rasulullah SAW tidak bisa berpaling atau
melampauinya. Rasulullah SAW benar-benar terpesona. Apakah yang
membuat beliau terpesona"
34 Ayat 18 menjelaskan: 'Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tandatanda (Keagungan) Tuhannya yang paling besar"
Sampai di sini, Rasulullah SAW 'bersimpuh; di hadapan Allah yang
Maha Agung dan Maha Perkasa. Beliau bersimpuh dalam kepasrahan yang
sangat mendalam. Kepasrahan total setelah memahami dan menyaksikan
sendiri betapa Agungnya Allah, sang Maha Perkasa. Seluruh kesadaran
bellau mengembang ke seluruh alam semesta yang tujuh, larut dalam
Kebesaran dan Keagungan Allah Azza wajalla ...
Di PDF kan Oleh : AnesUlarNaga
http://anesularnaga.blogspot.com
OLEH-OLEH DARI SIDRATUL MUNTAHA
OLEH-OLEH DARI SIDRATUL MUNTAHA Di PDF kan Oleh : AnesUlarNaga
http://anesularnaga.blogspot.com
SHALAT LIMA WAKTU Apakah oleh-oleh yang dibawa Rasulullah SAW sepulang dari Isra'
35 Mi'raj" Pada umumnya ulama sepakat bahwa beliau membawa 'oleh-oleh'
perintah shalat 5 waktu. Hal ini didasarkan kepada hadits Nabi yang
diriwayatkan oleh Imam -Muslim dalam kumpulan hadits shahihnya, lewat
Anas Ibn Malik. Disana diceritakan bahwa Rasululiah saw pada awalnyc menerima
perintah shalat 50 waktu, tetapi akhirnya diturunkan sampai 5 waktu,
setelah Rasulullah disarankan oleh Nabi Musa untuk mohon keringanan.
Maka, akhirnya jadilah perintah shalat itu hanya 5 waktu dalam sehari
semalam. Akan tetapi, apakah yang dimaksudkan dengan perintah 'shalat 5
waktu' itu" Di kalangan umat Islam ada beberapa persepsi yang
berkembang. 1. Ada yang berpendapat bahwa saat Mi'raj itulah Rasulullah SAW
menerima perintah shalat untuk pertama kalinya. Atau dengan kata
lain, sebelum itu beliau belum menjalankan shalat
2. Mirip dengan yang pertama, ada yang berpendapat bahwa dengan
lsra' Mi'raj itu Allah bertujuan untuk memberikan perintah dan
mengajarkan 'tata cara shalat', Jadi tatacara shalat yang kita
lakukan sekarang ini adalah 'oleh-oleh'Nabi saat Mi'raj ke Sidratul
Muntaha. 3. Namun, agak berbeda dengan dua pendapat di atas ada yang
mengatakan bahwa perintah shalat dalam peristiwa tsra' Mi'raj itu
hanya terkait dengan jumlah waktunya saja, yaitu 5 waktu : Subuh,
Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya' . Sedangkan tatacara shalatnya
sudah turun sebelumnya. 36 4. Dan, lebih jauh lagi, ada yang mengemukakan pendapat bahwa
peristiwa itu bukan untuk menerima perintah shalat, melainkan
untuk menunjukkan tanda-tanda Kebesaran dan Kekuasaan Allah
kepada Rasulullah SAW, yang sedang terhimpit beban berat dalam
masa perjuangan beliau. Namun demikian, proses lsra' dan Mi'raj itu
sendiri memberikan pelajaran kepada kita baqaimana seharusnya
shalat yang khusyuk. Bagi saya, keempat persepsi itu agak rancu. Dan memberikan
pengaruh pada kepahaman kita secara mendasar, Karena itu kita harus
mendiskusikan secara lebih mendalam. Untuk memahami pendapatpendapat itu, ada baiknya kita menengok kembali beberapa tandasan yang
dlpakai untuk memahami peristiwa Isra' Mi'raj tersebut.
Yang pertama adalah hadits yang meriwayatkan peristiwa Isra' Mi'raj.
Hadits itu terdapat dalam kumpulan hadits shahih Imam -Muslim, yang
diceritakan oleh Anas Ibn Malik. Di hadits yang cukup panjang itu
diceritakan seluruh kisah perjalanan Nabi Muhammad saw pada malam itu.
Dan salan satu informasinya, Rasulullah SAW menerima perintah shalat 5
waktu, setelah terjadi 'tawar menawar' dari 50 waktu.
Lepas dari 'ketidak-setujuan' beberapa kalangan terhadat proses 'tawar
menawar' itu, menurut hadits tersebut, akhinya Rasulullah SAW menerima
perintah shalat 5 waktu. Di sinilat muncul beberapa persepsi yang agak
'rancu'. Misalnya, tentang pendapat 'apakah benar Rasulullah SAW menerima
perintah shalat pertama kalinya pada waktu itu'. Kenapa muncul
pertanyaan demikian" Karena ada beberapa informasi di dalam hadits
37 maupun Qur'an yang mengatakan bahwa perintah shalat itu sebenarnya
diberikan untuk pertama kalinya bukan kepada beliau. Bahkan pada saat
perjalanan Isra' Mi'raj itu pun Rasulullah SAW sudah menjalankan shalat eli
beberepa tempat pemberhentian. Termasuk juga shalat di masjidil Aqsha
sebelum berangkat Mi'raj.
Maka, kita memang pantas untuk mempertanya-kan, manakah
informasi yang yang harus kita ambil sebagai kesimpulan: Rasulullah SAW
menerima perintah shalat pada saat Mi'raj di langit ke tujuh, ataukah
sebelum itu beliau sudah menjalankan shalat.
Apalagi dalam berbagai ayat Qur'an Allah berfirman bahwa perintah
shalat itu memang sudah diberikan sejak zaman Nabi Ibrahim as. Sehingga
seluruh keturunan, anak cucu Nabl Ibrahim, juga telah menjalankan
shalat. Tentu saja, termasuk Nabi Muhammad saw. Coba cermati ayat-ayat
berikut ini. Dalam beberapa ayat Qur'an disebutkan bahwa perintah shalat itu
sebenarnya sudah diwahyukan sejak lama kepada para Nabi dan Rasul
sebagai ibadah utama untuk berkomunikasi dengan Allah. Jadi bukan
hanya pada saat Rasululiah saw saja shalat itu diperintahkan.
QS. Al Anbiyaa' (21) :72 - 73
Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim), Ishaq dan Ya'
qub, sebagai suatu anugrah (dari Kami). Dan masing-masing Kami
jadikan orang-orang yang saleh. Kami telah menjadikan mereka itu
sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka
mengerjakan kebajikan mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan
38 hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah,"
Ayat di atas secara tegas menginformasikan kepad kita bahwa Nabi
Ibrahim, Ishaq dan Ya'kub tela menerima wahyu untuk mengerjakan shalat
(wa iqaamas shalaati). Selain kepada beliau bertiga, Musa ternyata juga
sudah memperoleh perintah shalat itu. Hal tersebt diceritakan Allah kepada
Nabi Muhammad dalam ayat berikut ini.
QS. Thahaa (20) : .13 -14
Dan Aku telah memilih kamu ( Musa ), maka dengarkanlah apa yang
akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku adalah Allah,
tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan
dirikanlah shalat untuk mengingat Aku
Lebih jauh, Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah agar anak keturunan
beliau dijadikan Allah sebaqai orang-orang yang menjaga shalatnya, dan
terus istiqamah untuk menegakkan Termasuk di dalamnya adalah Nabi Isa
as. QS. Ibrahim (14) : 39 - 40
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di
hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benarbenar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. Ya Tuhanku,
jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap
mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenan-kanlah doaku.
QS. Maryam (19) : 30 - 31
Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku
Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seoranq Nabi. Dan Dia
menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada,
39 dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup.
Dan yang lebih menarik, Allah memberikan gambaran bahwa cara
shalat mereka juga dengan ruku' dan sujud kepada Allah. Selain itu
ditegaskan bahwa mereka tidak menyerikatkan Allah, mensucikan, dan
mengagungkan, serta memuji-muji Kebesaran-Nya.
QS. Al Hajj (22) : 26 Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di
tempat Baitullah: Janganlah kamu memper-serikatkan sesuatupun
dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang
thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang
ruku ' dan sujuti, QS. Maryam (19) : 58 - 59
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah,
yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang
Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil,
dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami
pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah
kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan
menangis. Maka datanglah sesudah mereka, pengganti yang
menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka
mereka kelak akan menemui kesesatan.
Kalimat 'menyia-nyiakan shalat' di bagian terakhir ayat di atas,
menunjukkan kepada kita bahwa bellaubeliau adalah hamba-hamba Allah
yang sangat taat menegakkan shalat. Karena digambarkan, banyak orang
40 sesudah mereka yang menyia-nyiakan shalat, dan bermalas-malasan dalam
mengerjakannya. Maka, lantas turun Rasul baru (sampai Nabi Muhammad
saw.) untuk memompa kembali semangat dan ketaatan umat dalam
menegakkan shalat. QS. Al Hajj (22) : 78 Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang
sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Die sekali-kali
tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.
(Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai
kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula)
dalam (AI Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu
dan supaya kamu semua menjadi seksi atas segenap manusia,
maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu
pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik
Pelindung dan sebaik-baik Penolong.
Dan kalau kita cermati ayat di atas, kita bahkan memper-oleh
informasi bahwa sejak zaman Nabi Ibrahim kita memang sudah disebut
sebagai orang Islam. Juga pada zaman Nabi Muhammad, yang menjadl
saksi atas keislaman kita. Maka, kita memperoleh perintah untuk
mendirikan shalat sebagaimana Nabi Ibrahim juga menjalankan shalat.
Nah, berbagai ayat dan informasi di atas, saya kira memberikan
penegasan kepada kita bahwa sebenarnya shalat itu sudah menjadi bagian
wahyu-wahyu Allah sejak zaman Rasul-Rasul sebelumnya. Bukan hanya
kepada Rasulullah Muhammad saw. Apalagi kalau kita baca hadits 'shahih
dan kuat' berikut ini : 41 "Aku didatangi Jibril a.s. pada awal-awal turunnya wahyu kepadaku.
Dia mengajarkan kepadaku wudhu dan shalat." (HR Imam Hakim - vol. III :
217, Al Baihaqi vol. I :162, dan Imam Ahmad vol. V : 203, sebagaimana
dikutip dalam buku 'Shalat bersama Nabi Saw', Hasan Bin 'Ali as-Saqqaf,
vordanra, terjemahan oleh Drs Tarmana Ahmad Qosim, Agustus 2003).
Hadits Nabi ini menceritakan, sebenarnya turunnya perintah shalat itu
terjadi di awal-awal masa kenabian. Berarti sejak awal masa kenabian
beliau, Rasulullah SAW memang sudah menjalani shalat. Bukan setelah
pertstiwa Isra' Mi'raj. Dan agaknya ini ada kaitannya dengan masa turunnya' surat Al
Fatihah. Dalam bukunya, ' AI Fatihah, Membuka Mata Batin dengan Surat
Pembuka', Achmad Chodjlm menuturkan bahwa Al Fatihah adalah surat
yang diturunkan di awal-awal mesa kenabian.
Meski pun ada perbedaan pendapat tentang urutan ke berapa wahyu
ini diturunkan, tetapi sebagian besar ulama sepakat bahwa surat Al Fatihah
adalah surat yang diturunkan pertamavkali secara lengkap 1 surat. Wahyu
lainnya biasanya diturunkan secara terpotong-potong dalam satu atau
beberapa ayat. Maka, kalau kita amati antara turunnya wahyu Al Fatihah dan
datangnya Jibril mengajari shalat kepada Rasulullah SAW terdapat pada
kurun waktu yang hampir bersamaan. Atau bahkan mung kin saling
berkaitan. Hal ini, karena surat Al Fatihah merupakan surat yang wajib
dibaca dalam shala!. Rasulullah SAW mengatakan, tidak san shalat
seseorang jika tidak membaca Al Fatihah.
Dengan adanya berbagai informasi di atas, maka agaknya kita perlu
42 menata kembali kefahaman tentang turunnya perintah shalat pada saat
beliau Mi'raj. Khususnya, persepsi yang berkembang di beberapa kalangan
Islam selama ini, bahwa shalat untuk pertama kalinya diperintahkan
kepada umat Islam pada saat RasululJah saw Mi'raj.
Persepsi yang kedua, adalah yang berkait dengan 'tatacara' shalat.
Diskusi kita di atas saya kira telah memberikan gambaran yang berbeda
tentang turunnya perintah 'tatacara' shalat Rasulullah SAW.
Secara umum, kita telah dapat menangkap informasi dari berbagai
ayat di etas, bahwa gerakan-gerakan shalat para Nabi sebelum Rasulullah
SAW pun sama, yaitu ruku' dan sujud. Gerak-an ruku' adalah gerakan membungkuk dari posisi
berdiri, dan kemudian dilanjutkan dengan
bersujud yaitu menyentuhkan dahi kita ke permukaan Bumi.
Memang tidak ada penjelasan yang khusus tentang cara shalatnya
umat sebelum Nabl Muhammad. Tetapi secara umum, kita melihatnya
memiliki dasar-dasar yang sama. Sehingga pada umat nasrani tertentu, di
Timur Tengah, pun kita melihat mereka memiliki gerakan yang minp
dengan gerakan shalat umat Islam. Yaitu ada ruku' dan sujudnya.
Dan, shalat yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada kita itu
berasal dari apa yang diajarkan oleh Jibril kepada beliau. termasuk cara
berwudhunya. Praktek shalat telah beliau jalankan, jauh sebelum peristiwa
Isra' dan Mi'raj. Yang menarik, tatacara shalat yang kita lakukan sebagai umat beliau
ini adalah hasil penglihatan para sahabat terhadap shalat Rasulullah SAW.
Dan kemudian diteruskan pada generasi-generasi seianjutnya. Rasulullah
SAW tidak pernah mengajarkan secara kbusus, beliau cuma mengucapkan
: "shalatlah sebagaimana kamu melihat eku shalat."
43 Maka pada zaman itu, para sahabat selalu mencermati - melihat,
mendengarkan, dan menirukan - bagaimana shalatnya Rasulullah SAW.
Termasuk saling menceritakan tentang tatacara shalat beliau.
Namun demikian, Rasulullah SAW juga mengoreksi praktek shalat
yang dilakukan oleh sahabat. Di antaranya, yang diriwayatkan oleh
Bukhari - -Muslim (diceritakan secera rinci dalam buku 'Shalat Bersama
Nabi Saw', sebagaimana saya sebutkan di atas).
Digambarkan ada seorang laki-laki masuk masjid, semen tara
Rasulullah SAW berada di bagian lain masjid itu. Rasul melihat lakHaki itu
melakukan shalat 2 rakaat. Selesai shalat, lakHaki itu mendekati Nabi dan
mengucapkan salam. Rasulullah SAW menjawabnya.
Terpesona Disidratul Muntaha Karya Agus Mustofa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Namun, beliau memerintahkan kepada laki-Iaki itu untuk mengulangi
shalatnya: "Kembaltlah, ulangi shalatmu, karena sesungguhnya kamu
belum shalat", Maka lelaki itu pun mengulangi shalatnya 2 rakaat. Setelah
itu dia mendekat lagi kepada Nabi sambil mengucapkan salam.
Rasul menjawab salamnya, tapi kemudian mengucapkan perintah yang
sama : "Kembalilah, ulangi shalatmu, karena kamu sesungguhnya belum
shalat." Maka, lelaki itu pun kembali melakukan shalat, dan setelah itu
kembali kepada RasululIah saw. Tapi lagi-lagi Rasul menyuruhnya untuk
mengulangi shalatnya. Hal itu terjadi sampai tiga kali. Akhirnya, si lelaki
'menyerah' kepada Rasul. "Demi Tuhan yang mengutusmu dengan hak, aku tidak dapat
melakukan shalat yang lebih baik dari pada ini (maka
perlihatkanlah kepadaku) dan ajari aku karena sesungguhnya aku
manusia biasa, kadang aku benar dan kadang aku salah, "Maka
44 Rasulullah SAW pun mengajari laki-laki tersebut, bagaimana cara
shalat yang seharusnya. Kisah ini, selain menggambarkan kepada kita bahwa Rasulullah SAW
tidak memberikan pelatihan shalat secara khusus kepada setiap sahabat,
tetapi beliau tetap mengkoreksi orangorang yang tidak melakukan
shalatnya secara baik. Bahkan, ada kesan, orang-orang yang tidak
menguasai ilmu shalat dengan balk, kualitas shalatnya juga dianggap tidak
baik. Sehingga, secara tegas Rasulullah SAW mengatakan bahwa dia
sebenarnya belum shalat, karena itu perlu mengulanginya.
Kembali kepada tatacara shalat sebelum Rasulullah SAW.
Memang penulis belum menemukan penjelasan detil tentang
perbedaan tatacara shalat Rasulullah SAW dengan Rasul sebelumnya. Akan
tetapi, secara umum, shalat mereka memiliki makna yang sama. Apalagi
dengan adanya gerakan ruku' dan sujud.
Sebagaimana saya uraikan di depan, shalat memiliki makna untuk
berserah diri kepada Allah, mengagungkan-Nya, mensucikan-Nya, dan
memuji Kebesaran-Nya. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara shalat
para Nabi itu. Akan tetapi, dalam bacaan yang diucapkan tentu memiliki
perbedaan. Terutama pada Surat Al Fatihah dan syahadat serta shalawat
yang dibaca pada saat Tasyahud. Hal ini disebabkan Al Fatihah memang
baru turun pada zaman Rasulullah SAW, dan syahadat serta shalawat Nabi
terkait langsung dengan beliau.
Namun begitu, pada saat tasyahud akhir, kita yang umat Muhammad
ini membaca shalawat untuk beliau dengan cara mendoakannya
sebagaimana shalawat dan barokah yang dilimpahkan Allah kepada Nabi
45 Ibrahim (dikenal sebagai shalawat Ibrahimiyyah).
Hal ini, memberikan penegasan kepada kita bahwa, memang ada
keterkaitan yang sangat erat antara shalat, Muhammad saw dengan shalat
Ibrahim a.s. Intinya sama, i tapt dengan redaksi yang berbeda.
Dalam buku 'Shalat Bersama Nabi Saw' dikatakan bahwa bacaan
tasyahud diajarkan secara jelas oleh Rasulullah SAW dengan redaksi
tertentu. Sedangkan, setelah itu kita diwajibkan membaca shalawat Nabi,
dengan redaksi yang lebih longgar. Dan sesudah bacaan shalawat itu kita
disunnahkan untuk berdoa, menjelang salam,
Bacaan tasyahud akhir. Attahiyatul mubaarakatush shalawaatuth thayyibaatu-lillah assalaamu 'alaika ayyuhannabiyyu warahma-tullaahi wabarakaatuh assalaamu'alaina wa'alaa 'ibaadilahish shaalihin
Asyhadu anlaa ilaaha iIIallaah wa asyhadu 46 anna Muhammad arrasulullaah Salam sejahtera penuh berkah, dan shalawat (rahmat) yang baik
(semuanya) hanya milik Allah. Semoga salam sejahtera ditetapkan kepada
engkau wahai Nabi, dan rahmat serta berkah (dari) Allah SWT. Dan semoga
pula salam sejahtera dilimpahkan kepada kami dan kepada semua hamba
Allah yang soleh. Aku berssksi tidak ada Tuhan selain Allah dan aku
bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Bacaan Shalawat :
Allaahumma shalli'alaa Muhammad wa 'ala 'ali Muhammad
kamaa shallaita 'alaa Ibraahim we'stee 'ali Ibrahim wa baarik'alaa
Muhammad wa'alaa 'all Muhammad kamaa baarakta 'alaa
Ibraahim wa 'alaa 'ali Ibraahim fiI 'alaamiina innaka hamiidum
majiid. Ya Allah berikanlah shalawat (rahmat) kepada Nabi -Muhamad dan
keluarga Nabi Muhammad sebagaimana telah Engkau berikan shalawat
kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Dan berikanlah berkah
kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nab; Muhammad, sebagaimana telah
Engkau berikan berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau di seluruh alam, Maha Terpuji dan Maha -Mulia.
Maka dalam hal 'tatacara' shalat terkait dengan Isra' Mi'raj, kita
memperoleh 'tanda-tanda' atau 'jejak' bahwa tidak seluruh tatacara shalat
Rasulullah SAW - yang kita. jalankan sekarang ini - diturunkan pada zaman
Rasulullah SAW. Sebagian besar, dan pokok, ternyata telah diajarkan sejak
zaman Nabi Ibrahim. Dan kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad
lewat perantaraan malaikat Jibril.
47 Perintah untuk mengikuti Nabi Ibrahim itu banyak kita temui di dalam
Al Qur'an, di antaranya adalah ayat-ayat, di bawah ini.
QS. An Nahl (16): 123 Kemudian Kami wahyukan kapadamu ( Muhammad ): "Ikutilah
agama Ibrahim seorang yang hanif. Dan bukanlah dia termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
QS. An Nisaa' (4) : 125 Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang
ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun
mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang
lurus" Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya .
QS. Ali Imran (3): 95 Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah" maka ikutilah
agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orangorang yang musyrik. QS. Yusuf (12): 38 Dan aku mengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan
Ya'qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan
sesuetu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari
karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya);
tetapi kebanyakan manusia itu tidak mensyukuri (-Nya ).
Yang ketiga, persepsi mengenai shalat 5 waktu. Persepsi tentang
turunnya perintah shalat 5 waktu pada saat Mi'raj Rasulullah SAW lebih
menemukan pijakannya, dibandingkan dengan perintah tentang 'tatacara'
dan 'perintah shalat pertamakali' yang telah kita diskusikan di atas.
48 Perintah shalat 5 waktu itu, telah kita ketahui diceritakan dalam
hadits tentang Isra' Mi'raj yang kita bahas di atas. Selain itu, perintah
tentang waktu-waktu shala
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
t juga difirmankan Allah dalam ayat berikut ini.
QS. Al Israa' (17) : 78 Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelinci sampai gelap
malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat
subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
Dalam tafsir Al Misbah, vol 7: 525, Quraish Shihab menjelaskan bahwa
ayat tersebut memberikan perintah shalat 5 waktu secara langsung. Yang
dimaksud denga sesudah matahari tergelincir ( Ii duluk asy-syams ) adalah
shalat Dhuhur, Ashar dan Maghrib. Sedangkan yang dimaksud sampai
gelap malam ( ilaa ghasaq al-Iail) adalah shalat Isya'. Dan shalat subuh
diistilahkan sebagai Qur-aan al fajr.
Menurut Quraish Shihab, penempatan perintah shalat 5 waktu dalam
surat al Israa' ini sangatlah tepat, karena berkait langsung dengan cerita
Isra' Mi'raj yang membawa 'oleh-oleh' perintah shalat 5 waktu. Meskipun
kita tidak menemukan penjelasan yang eksplisit dalam firman Allah bahwa
perintah shalat 5 waktu itu diterima oleh Rasulullah SAW pada saat Mi'raj
di langit ke tujuh. Quraish Shihab menjelaskan bahwa turunnya surat al Israa' lni
memang terjadi sebelum peristiwa Hijrah. Artinya, turun di Mekkah di
sekitar pertstiwa Isra' Mi'raj tersebut.
Jadi dalam persepsi ini dikatakan, bahwa sebenarnya dalam peristiwa
Isra' Mi'raj ini Rasulullah SAW memang tidak menerima perintah
menjalankan shalat. Atau juga, tidak diajari tata cara shalat. Rasulullah
cuma menerima perintah, yaitu umat Muhammad mesti menjalankan
1 shalat 5 waktu dalam sehari semalam. Akan tetapi mengenai tatacaranya
sudah diterima oleh Rasulullah SAW di awal-awal masa kenabian beliau
dari malaikat Jibril, Bahkan beliau sudah menjalankannya.
Persepsi yang keempat, adalah pendapat yang mengatakan bahwa
perjalanan Isra' Mi'raj ltu bukan bertujuan menerima perintah shalat.
Melainkan sebuah perjalanan yang dimaksudkan Allah untuk 'memompa'
semangat Rasulullah SAW dalam memperjuangkan penyampaian risalah
Islam. Karena pada waktu itu Rasulullah SAW memang sedang mengalami
keprihatinan yang sangat mendalam, akibat berbagai tekanan dari kaum
Quraisy ataupun kematian orang-orang yang dicintainya.
Lantas Allah menunjukkan tanda-tanda Kebesaran-Nya Di alam
semesta kepada Rasulullah SAW, dengan maksud membesarkan hati
beliau. Sekaligus memberikan keyakinan yang lebih besar tentang
kekuasaan-Nya. Sedangkan perintah shalat 5 waktu, menurut persepsl
ini, diterima beliau lewat wahyu seperti biasanya Termasuk perintah
shalat yang terdapat pada QS. t,1 Israa' (17): 78 tersebut.
Pendapat ini didasarkan pada Firman Allah SWT dalam QS. Al
Israa' (17): 1, yang bercerita tentang perjalanan Isra' , maupun QS. An
Najrn (53): 14 -18 yang dijadika dasar pijakan cerita Mi'raj. Keduaduanya tida menyinggung perintah shalat, melainkan bertujuan
'mempertontonkan' kebesaran Allah di alam semesta. -Mulai dari langit
pertama sampai ke tujuh, di Sidratul Muntaha.
Apalagi kalau kita ingat bahwa ternyata masjid al-Haram dan masjd
al-Aqsha tersebut adalah dua masjid yan dibangun oleh Nabi Ibrahim,
dalam masa perjuangan beha; menyebarkan agama Islam. Maka, dalam
2 konteks ini Rasulullah SAW diutus untuk napak tuas rute perjuangan
Nah Ibrahim itu bersama Jibril. Dimulai dari Mekkah ke Palestina
kemudian balik lagi ke Mekkah.
Ini juga ada kaitannya dengan informasi Al Qur'an bahwa, rumah
ibadah yang tertua memang ada di Mekkah. Sedangkan yang di
Palestina ( Al Aqsha) dibangun oleh Ibrahim sesudah yang di Mekkah.
Dalan hadits Bukhari -Muslim, yang diriwayatkan oleh Abu Dzarah,
Rasulullah mengatakan bahwa Al Aqsha dibangun sekitar 40 tahun
sesudah yang di Mekkah (Tafsir al Misbah, vol 7, Quraish Shihab, hlm.
404). QS. Ali Imran (3) : 96 Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat
beribadah) manusia, ialah Baitullah yang Bakkah (Mekkah)
yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhz dari Barra' ra,
katanya : "Setelah Rasulullah SAW sampai di Madinah, beliau
sembahyang menghadap ke arah Baitul Maqdis selama enam
belas atau tujuh belas bulan. Beliau ingin supaya diperintahkan
menghadap ke Ka'bah. Maka diturunkan oleh AIlah ayat
"Sesungguhnya telah Kami lihat tengadah mukamu kelangit,
Sebab itu Kami palingkan mukamu menghdap kiblat yang
engkau suka). (QS. 2: 144). Beliau diperintahkan menghadap ke
arah Ka'bah. Ada seorang laki-Iaki sembahyang Ashar bersama
dengan Nabi saw kemudian itu dia pergi dan bertemu dengan
3 satu kumpulan, kaum Anshar. Lalu dia mengatakan, bahwa dia
hadir sembahyang bersama Nabi saw. Dan beliau telah
diperintahkan menghadap ke arah Ka'bah. Lalu orang yang
sedang sembahyang itu berputar ketika sedang ruku dalam
sembahyang Ashar." Hadits ini bercerita tentang arah kiblat Rasulullah SAW sesudah
terjadinya Isra' Mi'raj. Beliau menghadap ke Bait Maqdis selama 16 atau 17
bulan. Akan tetapi, hal ini memunculkan 'rasan-rasan' yang kurang
mengenakkan hati dari orang-orang Yahudi, bahwa shalatnya umat Islam
menghadap ke arah tanah kelahiran mereka. Maka, Rasulullah SAW pun
berdoa kepada Allah sambil berharap turunnya perintah tentang arah
kiblat. Dan memang lantas turun QS. Al Baqarah (2) : 144, sebagaimana
diceritakan oleh hadits di atas tentang perintah shalat. Melainkan
bertujuan untuk menunjukkan Kekuasaan dan Kebesaran Allah di
alam semesta. Sedangkan perintan shalat diberikan Allah lewat
wahyu-wahyu seperti biasanya. Dan tatacara shalatnya diajarkan
oleh Jibril di awal-awal masa kenabian beliau.
Berikut ini adalah sebagian dari puluhan perintah shalat yang
diwahyukan Allah kepada Rasulullah SAW.
QS. Al Baqarah(2):43 "Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku 'Iah beserta
orang-orang yang ruku."
QS. Al Baqarah (2):45 "Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
(mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu
4 sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'"
QS. Al Baqarah (2) : 110 Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan
apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, kamu akan
mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
QS. Al Baqarah (2) : 153 Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan shalat, sesungguhnya AIlah beserta orang-orang
yang sabar. QS. Al Baqarah (2) : 238 Peliharalah segala shalat, dan shalat w ustrie, Berdiri-lah karena
Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu' .
QS. An Nisaa' (4) : 43 "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, seda.
kamu dalam keadaan mabuk, hingga kamu mengerti apa yang
kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam
keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu
mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah
mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi
Terpesona Disidratul Muntaha Karya Agus Mustofa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Maha Pengampun." 5 QS. An Nisaa' (4) : 103 "Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah
Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.
Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah
shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu
adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang?
orang yang beriman."
QS. Al Maa-idah (5): 6 Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu
kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah
yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah
itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan ni' mat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur. QS. Ibrahim (14) : 31 "Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman
Hendaklah mereka mendirikan shalat, 6 menafkahkan sebahagian rizki yang Kami berikan kepada mereka secara
sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari yang pada
hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan"
QS. Al Hijr (15) : 98 maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah, kamu di
antara orang-orang yang bersujud (shalatt).
QS. Al Israa' (17) : 78 Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai
gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesunggunya
shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
QS. Thaahaa(20):14 Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku. QS. Thaahaa(20):132 Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan
shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami
tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki
kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertakwa. QS. Al 'Ankabuut (29) : 45
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al
Kitab dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
menc.egah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan
7 sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Lebih jelas lagi soal datangnya perintah shalat itu, kalau kita
membaca ayat-ayat di dalam surat Al Muzammil (73): 1 - 9. Ayat-ayat
ini adalah wahyu di awal-awal masa kenabian. Bahkan ini adalah
wahyu kedua setelah turunnya surat Al 'Alaq. Ya, di wahyu kedua itu
Allah sudah memerintahkan kepada Nabi untuk melakukan shalat.
QS. Al Muzammil (73) : 1-9
"Hai orang yang berselimut ( Muhammad ), bangunlah (untuk
sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit, (daripadanya), (yaitu)
seperduanya atau kurangilah dari, seperdua itu sedikit, atau lebih
dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahanlahan. Sesunggut nya Kami akan menurunkan kepadamu
perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam
adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih
berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai;
urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu dan
beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan (Dia-lah)
Tuhan masyriq dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung."
Di ayat-ayat tersebut Allah telah memerintahkan Nabi untuk
melakukan shalat malam, secara khusyu' , sebagai persiapan untuk
menerima wahyu-wahyu berikutnya yang sangat berat Ini menunjukkan
kepada kita bahwa perintah shalat itu memang sudah turun sejak awal
8 masa kenabian beliau. Dan ini sesuai dengan hadits Nabi yang
mengatakan bahwa Jibril datang kepada beliau untuk mengajarkan
tatacara wudhu dan tatacara shalat di awal-awal masa kenabian.
Dan masih banyak lagi ayat-ayat di dalam Al Qur'an yang
memerintahkan untuk menjalankan ibadah shalat. Jumlah ayat tentang
shalat tersebut ada puluhan. -Mulai dari yang mengandung perintah
mengerjakan, waktu pelaksanaannya, cara mencapai kekhusyukan, sampai
perintah agar kita paham apa yang kita baca di dalam shalat. Semuanya
telah difirmankan Allah dengan jelas.
Yang belum jelas di dalam Al Qur'an adalah tentang tatacara shalat itu
sendiri. Nah, untuk itu Rasulullah SAW mengataka n kepada umatnya agar
melihat dan menirukan tatacara shalat yang beliau lakukan sepanjang
hidupnya. Dan, tatacara shalat itu langsung kita praktekkan secara turun
temurun sejak dulu sampai sekarang. Itulah tatacara shalat yang diajarkan
oleh malaikat Jibril kepada beliau.
Kembali kepada pembahasan kita tentang persepsi ke empat. Dengan
demikian mereka berpendapat, bahwa perintah shalat itu sebenarnya
disampaikan Allah kepada Rasulullah SAW lewat firman dalam berbagai
ayat-Nya. Termasuk yang berkait dengan waktu-waktu pelaksanaannya,
mulai Subuh sampai Isya'.
Jadi shalat 5 waktu itu pun diperintahkan Allah lewat wahyu
sebagaimana wahyu yang lain. Bukan lewat Isra' dan Mi'raj. Kenapa
demikian" Karena ternyata perintah shalat 5 waktu itu bisa kita temukan
dalam Al Qur'an, diantaranya adalah QS. An Nisaa' : 103 dan QS. lsraa : 78.
Perjalanan Isra' Mi'raj, lantas dimaknai sebagai perjalanan yang
9 memberikan penegasan terhadap Kebesaran Allah di alam semesta, kepada
Rasulullah SAW. Karena itu, selama dalam perjalanan tersebut
diperlihatkan seluruh petilasan agama-agama tauhid yang diperjuangkan
oleh para Rasul sebelum beliau. Sehingga dikabarkan juga, belia
berhenti di beberapa tempat petilasan para Rasul terdahult Dan disana
beliau melakukan shalat 2 rakaat. Hal ini untuk memberikan motivasi
yang besar kepada Rasulullah SAW bahwa para Nabi terdahulu juga
mengalami perjuangan yan berat. Itulah 'pesan' yang ada pada
perjalanan Isra' da Mekkah ke Palestina.
Sedangkan perjalanan Mi'raj ke langit ke tujuh ada la perjalanan
spiritual melintasi berbagai dimensi yan menghasilkan pelajaran
kekhusyukan dalam shalat. Hal iI telah saya uraikan di bagian
terdahulu tentang Mi'r, Rasulullah SAW menembus berbagai batas
langit. Dimar kekhusyukan beliau itu telah memberikan penglihatar
penglihatan yang menakjub-kan di setiap perpindaha dimensi.
(Lebih jauh, hal ini akan kita bahas di bagian belakan, bahwa
perpindahan dimensi yang semakin tinggi menunjukkan beliau semakin
khusyuk meninggalkan lan" Dunia menuju langit Akhirat, dan kemudian
terpesona Sidratul Muntaha .)
Di PDF kan Oleh : AnesUlarNaga
http://anesularnaga.blogspot.com
10 PROSESI SHALAT DALAM ISRA' MI'RAI
Meskipun, perintah shalat tidak diinformasikan secara eksplisit dalam
firman-firman Allah yang terkait dengan peristiwa tersebut, tetapi
perjalanan Isra' Mi'raj itu sendiri memberikan pelajaran tentang cara
mencapai shalat yang khusyu' .
Dengan kata lain, Jika anda ingin shalat yang khusyu' tirulah proses
yang terjadi pada Rasulullah SAW saat mengalami Isra' Mi'raJ. Apa sajakah
yang terjadi pada Rasulullah SAW yang terkait dengan ke khusyu' an shalat"
Di antaranya adalah beberapa hal berikut ini.
1. Dicabutnya 3 "Ta"
Sebagaimana kita ketahui bahwa menjelang peristiwa yang sangat
fenomenal itu Rasulullah SAW mengalami tahun yang sangat
memprihatinkan. Dalam tahun-tahun itu Rasulullah SAW mendapatkan
tekanan batin yang sangat berat.
Yang pertama, umat Islam pada waktu itu mendapatkan tekanan dari
kaum Quraisy secara ekonomi. Perdaga? ngan dipersulit, hubungan dan
komunikasi dengan pihakpihak lain sangat dibatasi, bahkan untuk mencari
kebutuhan sehari-hari pun mereka sangat kesulitan. Dalam kondisi seperti
itu, Rasulullah SAW tentu sangatlah prihatin. Itulah masa-masa terberat
dalam perjuangan beliau menegakkan ajaran Islam yang dibawanya.
Yang kedua, beliau ditinggal wafat istri yang sangat dicintainya. Siti
Khadijah adalah istri yang setia mendampingi suami dalam kondisi suka
maupun duka. Bahkan sejak beliau belum menjadi Rasul sampai beliau
diberi tugas untuk menyampaikan risalah dan mengalami tekanan-tekanan
11 yang semakin besar dari kaumnya. Siti Khadijah selalu memberikan
dukungan, baik yang bersifat material maupun moral.
Dan yang ketiga, keprihatinan Nabi semakin besar tatkala Allah Juga
memanggil wafat paman beliau, Abu Thalib. Dialah paman Nabi yang selalu
membela keselamatan Nabi terhadap tekanan dan serangan-serangan kaum
Quraisy. Beliau adalat benteng yang selalu siap mengamankan Nabi dalam
situasi apa pun. Maka, kaum Quraisy merasa segan karenanya. Nah, orang
yang demikian dekat dengan beliau itu pun meninggal.
Bahkan yang sangat memprihatinkan Rasulullah SAW, Abu Thalib
meninggal tidak dalam keadaan muslim. Beliau meninggal dalam keadaan
'diperebutkan' antara kaum Quraisy yang menjad teman-teman Abu Thalib
dalam kemusyrikan dengan Nabi yang ingin mengislamkan beliau.
Maka, ketika pamannya belum sempat membaca syahada sampai di
akhir sakaratul mautnya, dan malaikat Izrail lebih dulu mencabut jiwanya,
menangislah Nabi dalam kesedihan Beliau sangat terpukul, karena orang
yang sangat dekat dan menjadi pembela beliau ternyata tidak mati dalam
keadaa muslim. Sungguh bertumpuk-tumpuk kesedihan Rasulullah SAW. Tekanan
kehidupan ekonomi sedemikian beratnya ditambah kematian istri dan
pamannya yang sangat dicin-tainya, membuat Nabi sering termenung
mengevaluasi perjalanan hidup dan perjuangannya menegakkan agama
Allah. Pada saat seperti itulah Allah mengutus malaikat Jibril untuk menemui
Rasulullah SAW dan mengajaknya melakukan perjalanan Isra' Mi'raj yang sangat bersejarah itu.
Nah, tiga hal itulah yang ingin saya sampaikan
kepada pembaca, bahwa di dalamnya terkandung pelajaran yang sangat
12 berharga. Secara menyeluruh ketiga peristiwa itu menggambarkan dicabut-Nya 3
Ta dari kehidupan Rasulullah SAW, menjelang keberangakatan Isra' Mi'raj.
Yaitu, harTa, tahTa dan waniTa. Tekanan ekonomi yang dilakukan oleh
kaum Quraisy terhadap umat Islam mengambarkan tentang hilangnya
pegangan terhadap harta benda duniawi.
Meninggalnya paman Nabi, Abu Thalib menggambarkan hilangnya
perlindungan dan rasa aman secara manusiawi. Dalam hal ini adalah
dicabutnya kekuasaan yang melingkari Rasulullah SAW.
Sedangkan meninggalnya Siti Khadijah sang istri tercinta, adalah
sebuah gambaran tentang dicabutnya peranan seorang wanita dalam
kehidupan beliau. Kenapakah Allah mencabut ketiga hal itu dari Rasulullah
SAW" Ini berkait dengan kekhusyukan yang akan diajarkan Allah kepada
Rasulullah SAW dalam perjalanan beliau, menghadap Sang Maha Agung.
Dengan dicabutnya ketiga hal itu, seakan-akan Allah ingin
mengajarkan, jika kita ingin menghadap kepada Allah dengan khusyuk,
maka singkirkanlah jauh-jauh ketiga hal itu dari benak dan kehidupan
kita. Setidak-tidaknya untuk sesaat.
Dengan kondisi seperti itu, Rasulullah SAW seperti tidak memiliki apaapa lagi dalam kehidupannya kecuali Allah Sang Maha Pengasih. Tidak ada
lagi kebergantungan kepada harta benda. Tidak ada lagi rasa aman yang
digantungkan kepada manusia. Dan tidak ada lagi rasa kecintaan yang
bersifat duniawi, meskipun kepada orang-orang yang sangat dicintai.
Yang ada di hadapan beliau hanya Allah Azza Wajalla. DIAlah yang
memiliki segala kesenangan harta Duniawi. DIA juga yang memiliki
13 Kekuasaan dan Keper-kasaan, serta bisa memberikan rasa aman. Dan DIA
juga yang memberikan rasa kedamaian dalam Kasih sayang yang sejati dan
abadi. Maka cukuplah Allah sebaga Tuhan yang memberikan segalagalanya. Sungguh, Rasulullah SAW mencapai tingkatan kepasrahan yang
luar biasa pada waktu itu
Nah, dalam kondisi demikian, Rasulullah SAW diajak Jibril untuk
menghadap kepada Allah, Tuhan Yang Maha Agung Tentu kita bisa
membayangkan betapa khusyuknya belia saat itu. Inilah pelajaran yang
bisa kita ambil dari persiapan Rasulullah SAW ketika akan menghadap
kepada Allah. Kondisi kejiwaan seperti inilah yang mesti kita tiru ketia mau
menjalankan shalat. Jika mau khusyuk, kita harus bisa menghilangkan 3
Ta dari benak kita menjelang ibadah shalat kita. Buanglah jauh-jauh
beban-beban pikiran yang berkaitan dengan pekerjaan dan mencari nafkah.
Toh, itu hanya dihilangkan untuk sementara waktu. Paling-paling
hanya untuk sekitar 15 menit saja. Janganlah shalat kita yang hanya
beberapa menit itu masih juga diganggu oleh pikiran-pikiran yang berkait
dengan pekerjaan, sehingga tidak khusyu.
Yang kedua, jauhkanlah juga pikiran-pikiran yang berka dengan
kekuasaan dan jabatan, Apa yang kita peroleh dalam jabatan itu sematamata hanya milik Allah. Jabatan itu suatu ketika pasti akan lepas dari
genggaman kita. Sehingga sungguh tidak pantas bagi kita untuk
membangga-banggakan jabatan itu. Apalagi menyombongkannya di
hadapan Allah. Kesombongi itulah gangguan utama dalam kekhusyukan
shalat kita Kesombongan ini menyebabkan kita 'besar' di hadapan Allah
14 Padahal pada hakikatnya kita 'sangatlah kecil' di hadapan-Nya.
Yang ketiga, buanglah jauh-jauh rasa kecintaan kepada Dunia.
Gantilah dengan memupuk rasa kecintaan kita kepada Allah saja.
Kecintaan yang diwujudkan dengan rasa keikhlasan dan ketaatan hanya
kepada-Nya. Itulah yang disebut sebagai berserah diri hanya kepada Allah.
Dengan bahasa yang berbeda, seluruh niatan ibadah kita adalah lillahi
Ta'ala. Maka, ketika kita memulai shalat dengan sikap hati yang demikian,
Insya Allah pintu kekhusyukan sedang menanti di depan kita.
Kekhusyukan adalah suatu kondisi kejiwaan dimana kita hanya ingat
kepada Allah saja. Karena shalat kita itu memang memiliki 2 tujuan utama,
yaitu mengingat Allah dan berdoa, memohon pertolongan atas segala
permasalahan yang sedang kita hadapi. Hal tersebut difirmankan Allah
dalam ayat berikut ini. QS.Thahaa (20):14 Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku."
Terpesona Disidratul Muntaha Karya Agus Mustofa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
QS. Al Baqarah (2):45 Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
(mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. "
Demikian pulalah kondisi kejiwaan Rasulullah SAW saat melakukan
Isra' Mi'raj. Seluruh jiwa raganya hanya tertumpah kepada Eksistensi dan
15 Kebesaran Allah semata. Beliau berdzikir kepada-Nya dan memohon
pertolongan atas segala permasalahan dalam perjuangan yang sedang
beliau hadapi. Tak ada lagi dzat yang bisa menolong beliau dari berbagai kesulitan,
dan mampu menentramkan hati beliau, kecuali Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana. 2. Bersuci dengan Air Zam-Zam
Proses sebelum perjalanan Isra' Mi'raj itu mengajarkan kepada kita
tentang kondisi kejiwaan yang seharusnya kita miliki sebelum shalat. Nah,
dalam kondisi semacam itulah Rasulullah SAW diajak Jibril menuju sumur
Zam-zam dengan maksud mensucikan diri dan memantapkan persiapan
hati untuk menghadap Allah.
Yang 'dibasuh' pada saat itu adalah 'hati' Nabi. Ini memberikan
pelajaran kepada kita bahwa untuk bisa khusyuk saat menghadap Allah
kita harus mensucikan hati kita dengan menggunakan air yang suci.
Peristiwa ini agaknya adalah pelajaran berwudlu untuk kita yang mau
mengerjakan shalat. Disanalah kita memantapkan niat dan menyengaja
perbuatan kita hanya untuk Allah semata ...
"Innamal a'malu binniyat (sesungguhnya amalmu tergantun g pada
niatmu"). Demikian sabda Rasulullah SAW. -Kunci keberhasilan dan
kesempurnaan kualitas shalat kita sebenarnya terletak di hati. Hati yang
tidak 'siap', bakal menghasilkan shalat yang tidak khusyuk. Sedangkan hati
yang siap, Insya Allah berpotensi untuk mengantarkan kita pada shalat
yang khusyuk. (Kaitan wudlu dengan kekhusyukan shalat ini akan kita
bahas di bagian berikutnya)
16 3. AmbiI Jarak dari Keseharian
Setelah 'membasuh' hati untuk mempersiapkan diri menghadap Allah,
maka langkah berikutnya kita harus mencari tempat untuk membentuk
kekhusyukan shalat kita. Janganlah shalat di sembarang tempat, karena tempat yang tidak tepat
bisa mengganggu kekhusyukan ibadah kita. Ambil contoh, shalat di tempat
keramaian. Tentu, kita tidak bisa khusyuk. Segala keramaian itu akan
menggang konsentrasi. Baik yang terlihat oleh mata, maupun suara-suara
yang terdengar telinga. Dalam kondisi demikian kita lantas mengeluarkan energi ekstra hanya
untuk 'melawan' keramaian di sekitar kita. Bukan kekhusyukan tetapi
malah menjurus pada 'kejengkelan'. Hal ini, terutama terjadi pada orangorang yang kefahaman tauhid nya belum cukup mendalam. Mereka yang
belum dapat 'merasakan' kehadiran Allah dimana pun ia berada.
Sedangkan bagi orang-orang yang sudah sangat mendalami kehadiran Allah
dalam kesehariannya, boleh' jadi ia tetap bisa berkonsentrasi dengan baik.
(Pembahasan lebih mendalam tentang hal ini akan saya uraikan pada buku
ya terpisah, berjudul: 'BERSATU DENGAN ALLAH')
Maka, idealnya, shalat harus mencari tempat yang sesuai untuk
menjalankan ibadah tersebut. Baik yang terkait dengan kebersihan dan
kesuciannya, maupun hal-hal kondusif lainnya, agar tidak mengganggu
kekhusyukan shalat. Itulah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dengan Isra' Mi'raj nya.
Setelah 'berwudlu' dengan air Zam-zam, maka beliau mengambil jarak dari
keseharian beliau. Bersama Jibril Rasulullah SAW menuju ke Palestina, dan
17 beliau shalat di masjid Al Aqsha dalam proses Mi'raj di sana.
Selain mengambil jarak dari kesehariannya, beliau juga memilih
masjid sebagai tempat shalatnya. Kenapa masjid" Karena masjid adalah
tempat yang menyimpan energi ibadah sangat besar, dan bisa membantu
tingkat kekhusyukan. (Hal ini telah kita bahas pada buku pertama saya,
berjudul: 'PUSARAN ENERGI KA'BAH'). Masjid Al Aqsha adalah masjid yang
dibangun oleh Nabi Ibrahim, dan kemudian dilanjutkan penggunaannya
oleh para Nabi sesudahnya termasuk Nabi Musa, Nabi Daud, dan Nabi
Sulaiman. Sebagaimana masjid Al Haram, masjid Al Aqsha menjadi pusat
pengembangan agama Islam pada zaman sebelum Rasul saw.
QS. Al Baqarah (2) : 125 Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah)
tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan
jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan
telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail:
"Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang
i'tikaaf, yang ruku' dan yang sujud.
Sebenarnya, bukan hanya tempat yang memberikan dukungan pada
kekhusyukan. Melainkan juga waktu. Karena itu, dalam perjalanan
tersebut Rasulullah SAW melakukannya pada malam hari. Yaitu sekitar
sepertiga malam terakhir. Inilah waktu-waktu yang diajarkan oleh Allah
agar kita bisa melakukan shalat dengan khusyuk. Pilihan tempat dan
waktu yang tepat sungguh akan mem-berikan ketenangan yang sangat
membantu kekhusyuk-an shalat kita.
QS. Al Muzammil (73): 6 18 Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk
khusyuk) dan bacaan dI waktu itu lebih berkesan.
4. Bergerak Lintas Dimensi dalam Shalat
Shalat bagaikan sebuah perjalanan melintasi dlrnensl-olrnens langit.
Sejak awal kita melakukan takbiratul ihram di langil pertama, dan
kemudian secara berturut-turut kita melakukan prosesi shalat sampai
mencapai tasyahud di langit ke tujuh. Dan, kemudian mengucapkan salam
untuk kembali ke langit Dunia.
Bagaimanakah gambaran perjalanan lintas dimensi itu dialami oleh
Rasulullah SAW" Secara fisik telah saya uraikan di bagian depan, ketika
Rasulullah SAW dibawa oleh Jibril melintasi dimensi 3 di langit pertama
sampai dimensi 9 di langit ke tujuh. Akan tetapi sambil melakukan
perjalanan fisik, Rasulullah SAW juga mengalami perjalanan kejiwaan
ketika melintasi dimensi langit yang semakin tinggi"
Dalam peristiwa Mi'raj itu diceritakan, bahwa Rasulullah SAW
dipertemukan dengan arwah para Nabi, yaitu Nabi Adam di perbatasan
langit pertama dan kedua, Nabi 'Isa di perbatasan langit kedua dan ketiga,
Nabi Yusuf di perbatasan langit ketiga dan keempat, Nabi Nuh di
perbatasan langit ke empat dan kelima, Nabi Harun dan Nabi Musa di
perbatasan langit kelima dan keenam, dan Nabi Ibrahim di langit yang
ketujuh. Pertemuan Rasulullah SAW dengan para Nabi itu memberikan
gambaran kepada kita tentang karakter dimensi-dimensi langit yang
semakin tinggi. Dan hal itu juga menggambarkan meningkatnya
kekhusyukan shalat kita. Dari dimensi yang bersifat duniawi meningkat
19 sampai ke dimensi yang semakin ukhrawi.
Hal itu kita lakukan sejak 'berangkat' shalat, kemudian dimantapkan
pada saat wudlu, dan akhirnya kita 'perjuangkan' selama proses shalat,
sejak takbiratul ikhram sampai mengucapkan salam,
Seluruh aktifitas shalat kita memiliki makna dan tujuan untuk
menggiring kita menuju pada kekhusyukan. Tentu saja kalau kita paham
maksud gerakan dan bacaannya. Kalau tidak, shalat kita tak lebih hanya
sekedar 'komat-kamit' dan 'jengkulat-jengkulit' saja. Maka, kita harus terus
berupaya menggali makna yang tersimpan di dalam ibadah shalat itu.
5. Terpesona Di Sidratul Muntaha
Jika kita berhasil mempertahankan suasana khusyuk menyelimuti
shalat kita, maka suatu ketika di puncak kekhusyukan itu, kita akan
merasakan suatu kondisi yang sangat misterius, yang saya menyebutnya
sebagai 'terpesona'.' Suasana hati, yang kita capai pada waktu itu sangat sulit untuk
digambarkan dengan kalimat. Akan tetapi, kira-kira merupakan perpaduan
antara rasa tentram, rasa damai, ikhlas, sabar, cinta, indah, puas, dan
kagum, tapi sekaligus ada rasa misterius dan ingin tahu lebih jauh. Saya
menyebutnya sebagai rasa 'terpesona'.
Terpesona adalah suatu kondisi kejiwaan dimana kita sangat kagum
kepada sesuatu akan tetapi tidak bisa menjelaskan 'kenapa' dan
'bagaimana'. Tiba-tiba saja perasaan itu muncul 'menyergap' kita ketika
berhadapan dengan sesuatu yang 'kehebatan nya' di luar perkiraan kita
selama ini. Tentu saja rasa kagum tidak bisa muncul begitu saja. Kekaguman
20 akan muncul disebabkan oleh adanya interaksi antara kita dengan sesuatu
yang sangat hebat. Dalam hal shalat, rasa terpesona itu baru bisa muncul
ketika kita melakukan interaksi dengan Allah.
Ya, bagaimana mungkin bisa terpesona jika kita tidak melakukan
interaksi dengan Allah dalam shalat kita. Misalnya orang-orang yang
shalatnya tidak paham tentang apa yang dia lakukan. Karena, interaksi
baru bisa terjadi jika kita paham apa yang kita ucapkan. Itulah yang
dianjurkan Allah kepada kita. Hal ini akan kita pendalam di bagian-bagian
berikutnya dalam buku ini.
Rasa itulah yang muncul pada Nabi Muhammad ketik beliau berada di
puncak kekhusyukannya di langit yang ke tujuh, Di Sidratul Muntaha.
Beliau betul-betul tidak menyangka, bahwa tanda-tanda Kebesaran dan
Keagungan Allah akan ditampakkan kepada beliau dalam 'bentuk'
sedemikian rupa. Yang ada, pada waktu itu, hanyalah rasa terkagum-kagum atas
'kedahsyatan' alam semesta yang beliau lihat. Namun sebenarnya terselip
rasa ingin tahu lebih banyak lagi di hati beliau tentang segala sesuatu yang
berada di balik Sidratul Muntaha. Akan tetapi mata batin beliau tidak
mampu menembusnya. Ya, itulah batas pengetahuan tertinggi dari
makhluk manusia untuk mengetahui rahasia ilmu Allah.
Akan tetapi, apa yang beliau lihat itu adalah pengetahuan tertinggi yang
dimiliki manusia. Barangkali hanya Nabi Ibrahim yang diberi kesempatan
semacam itu oleh Allah. Karena itu, Nabi Ibrahim digambarkan berada di
langit tujuh ketika Rasulullah SAW mengalami Mi'raj tersebut Di dalam
21 sebuah firman-Nya Allah mengatakan bahwa apa yang dilihat oleh
Rasulullah SAW itu bukan kejadian 'bohongan' atau sekadar mimpi. Namun
sebuah kejadian yang sesungguhnya.
QS. An Najm (53): 11 Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.
QS. Al Israa' (17): 60 Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepaaamu: Sesungguhnya
(ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia". Dan Kami tidak
menjadikan penglihatan yang telah Kami perlihatkan kepadamu,
melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohan
kayu yang terkutuk dalam Al Qur'an. Dan Kami menakut-nakuti
mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar
kedurhakaan mereka. Di PDF kan Oleh : AnesUlarNaga
http://anesularnaga.blogspot.com
BERSHALAT DALAM MAKNA Kebanyakan kita shalat secara hafalan. Sangat jarang yang melakukan
shalat dengan memahami maknanya Padahal kunci kekhusyukan shalat
adalah kefahaman tentang apa yang kita lakukan dan apa yang kita
ucapkan. Maka, mau tidak mau kita harus menggunakan akal untuk
memahami makna shalat kita.
22 Jika tidak, maka hal yang menimpa laki-laki yang pernah disuruh
Rasul mengulangi shalatnya sampai 3 kali bakal menimpa kita. Artinya,
shalat kita ternyata tidak memiliki makna apa-apa. Dan dianggap belum
melaksanakan shalat. Tentu shalat yang demikian, bukanlah seperti yang
diharapkan Rasulullah SAW. Apalagi, kalau kita ingin ketemu Allah, tentu
sangatlah jauh. Karena itu, marilah kita mulai berusaha untuk memaknai
setiap shalat kita. Secara umum, makna shalat kita ada 2, yaitu 'berdzikir' dan 'berdoa'.
Maka, sebelum kita memulai shalat, kita harus sudah membangun suasana
hati, bahwa shalat itu bertujuan untuk 'berdzikir' dan 'berdoa'.
1. Shalat sebagai Dzikir kepada Allah
Untuk apakah berdzikir" Fungsinya adalah agar kita 'ingat terus sama
Allah. Untuk apa 'ingat' sama Allah" Agar setiap 'langkah kehidupan' kita
bermakna laa ilaaha illaallaah Kenapa mesti laa ilaaha illallah" Disinilah
proses keimanan berperan penting! Orang yang tidak menggunakan
akalnya tidak akan bisa menemukan jawabnya.
Proses keimanan yang baik adalah seperti yang diajarkan Nabi
Ibrahim. Beliau beriman kepada Allah bukan karena memperoleh
warisan dari orang tuanya, atau gurunya. beliau memperolehnya
dengan cara 'bereksperimen': mencari 'SESUATU" yang layak dianggap
sebagai Tuhan. Maka, Allah mengabadikan catatan sejarah 'pencarian' Ibrahim
itu di dalam Al Qur'an. Dan kita semua umat muhammad disuruhNya untuk meneladani beliau. Dan bahkan, kemudian menjadikan
doa Ibrahim itu sebagai salah satu doa yang kita baca di dalam shalat
23 kita setiap hari. (Baca rentetan ayat berikut ini. Dan, perhatikan bagian terakhir,
yaitu di ayat 79. Doa tersebut diabadikan sebagai doa iftitah dalam
shalat yang dtajarkar Rasulullah SAW kepada kita.)
QS. Al An'aam (6) : 74 - 79
'Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya
Aazar. "Pantaskah kamu menjadikan berhala berhala sebagai
tuhan-tuhan" Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu
dalam kesesatan yang nyata.
Dan demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda
keagungan di langit dan Bumi, dan agar Ibrahim itu termasuk
orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang
(lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi tatkala bintang Itu
tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang
tenggelam. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah
Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata:
"Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk
kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat".
Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata:
"Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari
itu telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya
aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
24 Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang
menciptakan langit dan Bumi dengan cenderung kepada agama
yang benar; dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan. Dari pencariannya itulah Ibrahim akhirnya memperoleh kesimpulan yang sangat mendasar, bahwa kehidupan kita in harus
berorientasi kepada satu tujuan saja, yaitu Allah Kenapa demikian"
Karena ternyata segala sesuatu yang selain DIA hanya semu belaka.
Semuanya akan musnah dan binasa kecuali Allah saja.
QS. Qashaash (28):88
Terpesona Disidratul Muntaha Karya Agus Mustofa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah tuhan
apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berha disembah)
melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali Allah. BagiNyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya lah kamu
dikembalikan. Kesimpulan itulah vang merasuk ke dalam jiwa Nabi Ibrahim,
sehingga beliau memiliki keteguhan iman yan luar biasa. Tidak bisa
digoyahkan, meskipun diperintahkan untuk mengorbankan anak yang
dicintainya, Ismail. 25 Maka, Allah lantas memerintahkan kepada kita semua untuk
mengikuti cara-cara Ibrahim di dalam beragama, sebagaimana diajarkan
oleh Rasulullah Muhammad saw.
QS. An Nisaa' (4) : 125 Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang
ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang
lurus" Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya ."
Segala yang kita miliki dan kita bangga-banggakan bakal lenyap. Harta
yang bertumpuk, kekuasaan, penampilan diri, dan berbagai kecintaan pada
Dunia bakal berakhir seiring dengan berjalannya waktu. Akan tetapi Allah
tidak. Itulah sebagian dari makna laa ilaaha illallah.
Karena itu, semua tujuan hidup mesti kita arahkan kepada Allah saja.
Dialah yang memiliki segala kebahagiaan Dunia dan kebahagiaan Akhirat.
Maka, jika Dia berkehendak, segalanya bisa terjadi untuk kebahagiaan kita
di Dunia dan Akhirat nanti.
Inilah yang dimaksudkan dengan berdzikir kepada Allah. Bukan
sekedar ingat Allah, dengan tidak jelas juntrungannya, melainkan ingat
dalam arti laa ilaaha IlIallah. Ingat bahwa seluruh ekslstensi ini hanya milik
Allah belaka. Bahwa Allah-lah yang layak mengisi ingatan kita setiap saat
setiap waktu. (Secara lebih detil saya uraikan pada buku lain berjudul:
BERSATU DENGAN ALLAH'). Itulah yang kita rasakan dalam shalat. Dan
itu pula yang kita lakukan setelah shalat, sebagaimana DIA ajarkan pada
ayat-ayat berikut ini. QS. Thahaa (20) : 14 26 'Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku,
maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku."
QS. An Nisaa' (4) : 103 Maka apabila kamu telah menyeiesaikan shalat, ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian
apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu.
Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman.
Secara umum, dengan selalu ingat kepada Allah kita akan memetik
banyak manfaat, diantaranya adalah:
1. Hati kita akan selalu tenang dan tentram, Jauh dari rasa was-was.
Sebagaimana difirmankan Allah berikut ini.
QS. Ar Ra'd (13) : 28 (yaitu) orang-orang ) yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.
2. Menjadi orang yang 'tahan banting' alias sabar dan tegar karena Kita
merasa selalu dekat dengan Allah.
QS. Al Baqarah (2) : 153 Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.
3. Menjadi orang yang ikhlas dan rendah hati, karena kita tahu ba hwa
kita ini memang sebenarnya kecil. Hanya Allah yang Maha Besar.
QS. Al Furqaan (25) : 63 - 64
27 Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orangorang yang berjalan di atas Bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan katakata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan
bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.
4. Terhindar dari perbuatan yang kotor (keji) dan merugikan (mungkar)
orang lain. QS. Al Ankabut (29) :45 Kitab (AI Qur'an) dan dirikanlah shalat.Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
5. Menjadi orang yang 'Berhati kaya', alias tidak 'Serakah' dan suka
menolong orang lain, karena kita merasa dekat dengan Dzat Yang
Maha Kaya lagi Menyayangi.
QS. Ali Imran (3): 134 (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan. Dan masih puluhan atau ratusan manfaat lagi yang bisa kita petik dari
kedekatan kita kepada Allah. Secara umum Allah mengatakan bahwa orang
yang dekat kepada Allah akan terjauhkan dari rasa sedih dan bakal
bergembira terus di Dunia maupun di Akhirat. Sebagaimana Dia firmankan
28 berikut ini. QS. Yunus (10) 62 - 64 Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu
bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di
Dunia dan (dalam kehidupan) di Akhirat. Tidak ada perubahan
bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah
kemenangan yang besar. 2. Shalat adalah Berdoa. Seringkali, shalat kita tidak bermakna sebagai doa (permintaan tolong
kepada Allah). Shalat adalah sebuah kewajiban belaka. Sedangkan untuk
berdoa, kebanyakan kita melakukannya di luar shalat. Misalnya, setelah
shalat. Atau, waktuwaktu lain yang dianggap mustajab.
Padahal, coba perhatikan ayat-ayat berikut ini. Allah memerintahkan
agar kita minta tolong (berdoa) kepada-Nya dengan cara shalat. Mereka
adalah orang-orang, yang istilah Allah' lambungnya jauh dari tempat
tidurnya'. Artinya, mereka banyak melakukan shalat malam untuk berdoa
kepada Allah dengan penuh harap.
QS. Al Baqarah (2) : 45 Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
(mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang knusyu'
QS. Al Baqarah (2) : 153 29 Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan (mengerjakan) shalat,nsesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.
QS. As Sajdah (32) : 15 - 16
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-aya Kami,
adalah orang-orang yang apabila diperingatkan denga, ayat-ayat
(Kami), mereka menyungkur sujud dan bertesou serta memuji
Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri. Lambung
mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka beredoa kepada
Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan
sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
Nah, dengan demikian, mestinya kita mulai merubah cara minta tolong
kita kepada Allah. Cara berdoa yang paling baik yang dianjurkan Allah
adalah dengan melakukan shalat Di dalam shalat itulah kita berdoa dan
memohon pertolongan atas berbagai permasalahan yang kita hadapi. Dan
setelah itu, tunggulah 'hasilnya' dengan penuh kesabaran.
Namun demikian, berdoa memang tidak dibatasi hanya dalam shalat.
Allah 'menerima' doa kita kapan saja kita butuhkan. Akan tetapi, shalat
adalah tatacara yang secara 'formal' diajarkan oleh Allah. Insya Allah, jika kita mengikut petunjuk
tersebut doa kita lebih mustajab.
Pada dasarnya, tatacara dan ucapan-ucapan di dalam shalat telah
ditentukan oleh Rasulullah SAW. Akan tetapi kita bisa memaknai ucapanucapan itu dengan hal-hal yang sedang menjadi permasalahan dalam
kehidupan kita. Sehingga doa kita di dalam shalat itu tidaklah hambar,
melainkan ngematch alias nyambung dengan problem kehidupan sehari30 hari. Selain memberikan makna kepada doa standar dalam shalat, ada saatsaat yang kita diperbolehkan berdoa secara 'lebih bebas' di dalam shalat
kita. Di antaranya adalah pada saat i'tidal, yaitu seusai membaca doa i'tidal
(contohnya: ada yang membaca doa Qunut ada yang tidak).
Saat-saat yang lain, adalah ketika duduk di antara dua sujud, dimana
kita selalu mengucapkan doa memohon kesehatan, rezeki, permohonan
ampun dan permintaan maaf, dan lain sebagainya. Juga di dalam sujud,
dimana kita sedang dalam 'kondisi terdekat' kita dengan Allah. Dan
akhirnya, pada saat menjelang salam, setelah membaca tasyahud akhir dan
shalawat Nabi. Begitulah, sangat banyak kesempatan yang diberikan kepada kita
untuk berdoa di dalam shalat. Intinya, agar shalat kita tidak terasa
hambar. Tetapi memiliki 'muatan' kebutuhan hidup dan permintaan tolong
kepada Allah atas segala problem kehidupan kita.
Dan yang paling penting dari proses berdoa kita itu adalah sikap hati.
Janganlah kita ragu di dalam berdoa. Yakinlah, AIlah pasti menjawab doa
kita, asalkan kita memang bersungguh-sungguh di dalam berdoa. Hal itu
telah Dia janjikan dalam firman-Nya. Nggak usah ragu. Sekali lagi jangan
sampai ragu, karena Allah akan mengabulkan doa kita sesuai dengan
prasangka hati kita. Kalau yakin, hasilnya ya meyakinkan. Kalau ragu,
hasilnya ya meragukan. QS. Al Baqarah (2) : 186 Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
31 mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (perintah) -Ku
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu
berada dalam kebenaran. Sebelum lebih jauh kita membahas makna doa-doa shalat, maka
cermatilah firman-firman Allah berikut ir agar doa kita di dalam shalat
lebih 'diperhatikan' Allah Dan mudah-mudahan dikabulkan-Nya.
QS.Yunus(10):22 ?: .. dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya
dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka
mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatannya kepada-Nya semata-mata ... "
QS. As Sajdah (32) : 16 "Lambung mereka jauh Dari tempat tidurnya, sedang merek.
berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap dan
mereka menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan
kepada mereka. QS. Al Qalam (68) : 48 Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad ) terhadap ketetapan
Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada
32 dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan
marah (kepada kaumnya). QS, Al Israa' (17) : 11 Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia
mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesagesa. QS, Al A'raaf (7) : 55 Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara
yang lembut, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas. Lewat ayat-ayat tersebut Allah mengajarkan kepada kita bahwa doa
yang baik adalah mengikuti kondisi-kondisi tersebut. Di antaranya adalah:
1. Berdoalah dengan penuh keikhlasan, hanya semata-mata xepeca
Allah saja. Bahkan, kalimat yang digunakan adalah mukniisiina
lahuddiin, yaitu mengikhlaskan diri dalam beragama. Bukan hanya
ketika berdoa, melainkan dalam seluruh peribadatan yang kita
jalankan, ikhlas hanya untuk Allah saja.
2. Dengan rasa takut dan penuh harap. Artinya, janganlah kita berdoa
dengan tidak serius. Misalnya, dengan perasaan 'cuek', 'dikabulkan
syukur, nggak dikabulkan ya sudah'. Berdoa yang seperti ini
tidaklah serius. Berdoa adalah memohon pertolongan kepada Allah,
maka tentu dilakukan dengan sepenuh hati dan 'harap-harap cemas.
3. Jangan berdoa dalam keadaan marah atau penuh kebencian atas
perbuatan seseorang kepada kita. bertawak allah kepada Allah dengan
33 penuh kesabaran, Insya Allah, Dia akan memberikan yang tebaik
buat kita. 4. Jangan berdoa untuk kejahatan. Ikutilah jalan yang lurus yang
diajarkan Allah dan Rasul-Nya kepada kita. Meskipun kita sedang
terjepit, usahakan agar kita tidak melakukan kejahatan. Sekali lagi
bertawak allah kepada Allah, maka Dia akan memberikan yang terbaik
buat kita. 5. Ucapkanlah doa kita dengan suara yang lembut dan merendah diri
kepada Allah. Jangan berdoa dengan suar yang keras, karena Allah
sebenarnya begitu dekat dengan kita. Dia lebih dekat kepada kita
daripada urat leher kita (QS50: 16). Dia mengetahui apa yang
dibisikkan oleh kita. Jadi kenapa kita mesti berteriak-teriak dalam
berdoa. Orang-orang yang berdoa dengan suara keras, cenderung
memiliki hati yang riya' atau pamer kepada orang lain, Doa yang
demikian menjadi tidak ikhlas adanya.
Di PDF kan Oleh : AnesUlarNaga
http://anesularnaga.blogspot.com
BERWUDLU DALAM MAKNA Sebelum kita membahas 'shalat dalam makna', maka kita terlebih
dahulu membahas 'berwudlu dalam makna'. Hal ini penting, karena wudlu
adalah sebuah cara yang diajarkan Allah kepada kita untuk
34 mengkondisikan batin agar shalat kita menjadi lebih khusyuk.
Apakah sebenarnya makna wudlu" Apakah ia berfungsi membersihkan
ataukah mensucikan" Ternyata, berwudlu lebih memiliki makna untuk
mensucikan diri. Bukan sekedar membersihkan.
Membersihkan dalam istilah agama disebut sebagai istinja'. Misalnya,
setelah kita buang air kecil atau besar. Maka kita diwajibkan
membersihkan diri dengan air atau batu atau cara-cara yang telah
diajarkan. Namun berwudlu lebih kepada mensucikan. Dan ini lebih bermakna
batiniah daripada lahiriah. Memang berwudlu mesti bersih dulu lewat
istinja', tetapi berwudlu sendiri tidak harus bersifat membersihkan.
Terpesona Disidratul Muntaha Karya Agus Mustofa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Memang, berwudlu juga harus mengusap anggota badan dengan air atau
debu. Tapi coba perhatikan, anggota badan yang diusap tidak terkait secara
langsung dengan hadats yang terjadi. Apalagi dengan najisnya, sama sekali
tidak. Karena itu, jika kita tidak menemukan air, maka kita oleh
bertayamum dengan menggunakan 'debu yang bersih'.
Tentu kita segera paham, bahwa debu (sebersih apa pun) ya
tetaplah debu. Ia tidak akan bisa membersihkan badan kita yang kotor
(malah semakin 'berdebu'), sebagaimana air membersihkan badan kita.
Jadi makna bertayamum (sebagai pengganti wudlu) bukanlah membersihkan melainkan mensucikan. Demikian pula berwudlu, adalah
mensucikan. Bukan badan tetapi batin.
Jadi berwudlu bukanlah membersihkan najis, melainkan
menghilangkan hadats kecil, karena buang air besar dan buang air
kecil. Sedangkan hadats besar, yang disebabkan oleh 'hubungan suami
35 istri' dihilangkan dengan cara mandi. Coba perhatikan ini: 'hadats kecil'
dihilangkan dengan cara membasuh sebagian anggota tubuh kita
dengan cara berwudlu, sedangkan hadats besar dihilangkan dengan
cara membasuh seluruh badan kita dengan air, alias mandi besar. Jika
tidak menemukan, maka lakukan dengan debu yang bersih, Baik wudlu
maupun mandi besar bisa digantikar dengan tayamum. Ini, sekali lagi
menunjukkan kepada kita, bahwa yang disucikan bukanlah badan.
Tapi, batin. Namun demikian, dalam aktifitas berwudlu, sebenar-nya Allah juga
menghendaki agar kita selalu menjaga kebersihan. Karena itu, sebelum
berwudlu kita mesti ber istinja' terlebih dahulu. Hilangkan najis dulu,
baru kemudian mensucikan diri Sebagaimana difirmankan Allah berikut
ini. QS. Al Maidah (5) : 6 Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan
siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan
kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang
air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah
tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan
kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur. 36 Berwudlu memang membasuh anggota-anggota badan, mulai dari
muka sampai ke kaki. Akan tetapi yang membatalkan wudlu
bukanlah kotoran yang mengotori badan kita, melainkan 'pikiran
kotor' yang menghinggapi hati kita.
Coba cermati filosofi wudlu ini. Jika kita sudah berwudlu, maka
aktifitas makan dan minum tidaklah membatalkannya. Demikian pula
jika badan kita kena najis. Untuk mengatasi kedua hal tersebut,
cukup membersihkannya saja. Tidak perlu mengulangi berwudlu. Jika
anda makan minum ketika masih mempunyai wudlu, maka untuk
melakukan shalat, anda cukup berkumur saja. Demi kian pula jika anda
terkena najis atau kotoran pada anggota badan, anda cukup mencuci dan
membersihkannya saja. Kalau begitu apakah yang membatalkan wudlu" Wudlu dibatalkan
oleh 'kotoran-kotoran' atau gangguan yang bersifat kejiwaan. Misalnya,
menyentuh kemaluan dan menyentuh perempuan yang mengarah kepada
syahwat. Atau, ketiduran dan pingsan yang menyebabkan hilangnya akal.
Atau kentut, kencing dan buang air besar, yang memang ditetapkan oleh
Allah sebagai pembatal wudlu - dalam arti melatih kemampuan kita dalam
mengendalikan diri. Khusus tentang kentut, buang air kecil dan buang air besar, ada yang
menganggap bahwa pembatalan wudlu itu bersifat jasmani. Bagi saya tidak
demikian. Bukan 'gas' kentut. 'air seni' dan faeces itu sebenarnya yang
membatalkan. Melainkan ketidakmampuan kita mengendalikan ketiga hal
itulah yang oleh Allah dijadikan pembatal wudlu.
Buktinya, jika kita terkena 'gas' kentut, atau terkena air kencing, atau
37 terkena faeces orang lain, hal itu tidak membatalkan wudlu kita. Cukup
dengan membersihkan saja. Ini membuktikan bahwa yang membatalkan
wudlu kita bukanlah bendanya, melainkan prosesnya.
Nah, dengan menetapkan ketiga hal tersebut sebagai pembatal wudlu,
sebenarnya Allah menginginkan kita hidup bersih dan teratur. Selain itu,
juga mampu mengendalikan diri untuk tidak berlaku sembarangan. Hidup
bersih dan teratur akan membuat hidup kita sehat.
Dengan demikian, seorang muslim harus selalu menjaga kesehatan
'perutnya', berkait dengan shalat 5 waktu yang dijalaninya. Apalagi
kesehatan perut ini sangatlah vital. Lebih dari 80 persen penyakit modern
dewasa ini berasal dari tidak terjaganya 'perut'. Makan sembarang makan,
dengan pola yang jelek bakal menyebabkan problem kesehatan.
(Cermatilah berbagai macam penyakit modern dewasa ini berasal dari
perut. Misalnya, darah tinggi, asam urat, diabetes, liver, typhus, jantung,
dan obesitas (kegemukan) dengan berbagai macam komplikasinya.
Pengaturan pola makan yang baik dan hidup yang teratur akan sangat
mengurangi berbagai resiko penyakit tersebut. Lebih detil saya membahas
tentang hal ini pada buku berikutnya yang berjudul 'UNTUK APA
BERPUASA'.) Jadi, filosofi wudlu adalah filosofi mensucikan hati dan pengendalian
diri secara kejiwaan. Kesucian hati dan pengen. dalian diri itu akan
semakin sempurna, ketika seseorang bisa menata hatinya untuk berserah
diri penuh keikhlasan, karena Allah semata.
Orang yang kurang ikhlas dalam wudlu biasanya malah akan
memperoleh 'godaan' yang bersifat membatalkan wudlunya. Di antaranya
38 adalah kecenderungan untuk kentut yang berlebihan. Jika, anda menemui
hal semacam itu, maka relakan sajalah. Artinya, kalau memang Allah
menghendaki kita tidak bisa menahan diri untuk tidak kentut, ya buang
saja gas itu. Dan kita relakan untuk berwudlu kembali.
Ketakutan untuk 'kentut' seringkali malah membuat kita merasa waswas, 'wudlu kita sudah batal atau belum'. Sekali lagi ini adalah latihan
untuk mengendalikan diri dan keikhlasan kita kepada Allah. Bagi orang
yang ikhlas, semuanya akan terasa menjadi mudah saja. Dan Keikhlasan
itulah yan menjadi salah satu kunci bagi kekhusyukan shalat kita.
Termasuk bagi kemustajaban doa kita di dalam shalat.
Dengan demikian, sejak dari niat melakukan wudlu, kita harus sudah
mengkondisikan hati bahwa wudlu kita ini adalah untuk mensucikan hati
dalam menyongsong ibadah shalat Sehingga seluruh tatacara wudlu itu
mesti kita barengi dengan doa untuk mensucikan anggota-anggota badan
yang kita wudlukan. Kalau kita mengacu pada ayat tersebut di atas, maka berwudlu
memiliki 4 gerakan utama, yaitu mengusap wajah, mengusap tangan,
mengusap kepala, dan mengusap kaki. Keempat anggota badan itu
adalah anggota vital yang sering kita gunakan dalam interaksi
kehidupan kita sehari-hari.
Wajah adalah representasi dari kepribadian dan diri seseorang.
Dalam shalat, wajah kita inilah yang dihadapkan kepada Allah
sebagaimana kita ucapkan dalam doa iftitah (inni wajahtu wajhiya Iilladzii
fatharassamaawati wal ardhi - sesungguhnya aku menghadapkan wajahku
kepada Dzat Yang Menciptakan Langit dan Bumi).
39 QS. Ar Ruum (30) : 30 Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
(Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Maka dengan mengusap wajah, kita meniatkan untuk mensucikan
seluruh diri kita, lahir dan batin. Kita ingin menghadapkan 'wajah' dan
diri kepada Allah dalam keadaan terbaik yang kita miliki.
Di wajah itu pula terdapat mata, mulut, hidung, dan telinga yang
juga mesti kita sucikan dari berbagai 'kekotoran' perbuatan kita selama
ini. -Mudah-mudahan dengan mengusapkan air wudlu ke wajah kita,
berbagai indera kita ini ikut tersucikan. Tidak lagi makan, minum,
berkata, melihat, mendengar dan mencium sembarangan yang bisa menyebabkan berbagai persoalan dalam kehidupan kita, pribadi maupun
masyarakat. Sebaliknya, dengan mensucikannya kita berharap memunculkan
manfaat yang positip dari indera-indera yang kita gunakan untuk kebaikan.
Dan dari wajah yang sering terkena air wudlu itu, mudah-mudahan
memancar cahaya jernih yang menggambarkan aura positip dari orangorang yang saleh. Selain wajah, Allah mengajarkan agar kita juga mensucikan kedua
tangan. Tangan adalah representasi dari perbuatan dan karya-karya kita.
Maka mensucikan kedua belah tangan adalah bermakna menjauhkan
seluruh perbuatan dan berbagai hasil karya kita dari hal-hal yang kotor.
Betapa banyaknya orang berbuat kerusakan di muka Bumi dengan
40 tangan-tangan mereka. Daratan dan lautan mengalami kerusakan yang
sangat parah yang justru menyebabkan turunnya kualitas kehidupan
manusia itu sendiri. Banjir dan kerusakan lingkungan serta rusaknya
atmosfer memunculkan problem yang serius buat kehidupan generasigenerasi mendatang. Maka, kita harus mengendalikan tangan-tangan kita,
agar tidak semakin memperparah keadaan. Nah komitmen itulah yang kita
tegaskan lewat aktifitas wudlu'.
QS. Ar Ruum (30) : 41 Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali
(kejalan yang benar). Yang ketiga, adalah mengusap kepala. Inilah anggota badan yang
paling penting dalam kehidupan kita. Kepala adalah anggota badan
yang mengendalikan seluruh kemauan untuk melakukan sesuatu dan
kemudiar membuat keputusan. Di otak itulah kehendak kita berada.
Karena itu, Allah memerintahkan kepada kita untuk mensucikannya.
Mensucikan kepala adalah mensucikan berbagai kehendak yang
'tersembunyi' di dalam otak. Betapa menyenangkannya dunia ini,
kalau isi kepala setiap kita adalah hal-hal yang positip. Hal-hal yang
memberikan manfaat untuk kehidupan kita, kini maupun nanti.
Maka, disinilah Allah mengajarkan kepada kita untul membangun
komitmen : mari kita suci kan kehendak dari segala keinginan kita
menjadi kehendak dan keinginan yang suci yang memberikan manfaat
besar buat siapa saja. Diri kita, keluarga kita, sahabat-sahabat kita,
41 masyarakat bangsa dan negara, serta umat manusia seluruhnya.
Dan yang terakhir, kita mengusap kaki dalam berwudlu. Kita
semua berharap agar seluruh langkah kehidupan kita mencerminkan
'wajah-wajah' yang suci, 'tangan-tangan' yang suci, dan 'isi kepala'
yang suci. Inilah makna wudlu kita. Wudlu adalah sebuah komitmen suci
untuk mengendalikan diri agar menjadi or ang yang bertaubat dari
segala kesalahan kemanusiaan kita, bersih dari keinginan yang keji
dan merugikan orang lam, serta komitmen untuk selalu berbuat dan
menghasilkan karya yang bermanfaat untuk generasi sekarang
maupun yang akan datang. Karena itu, seusai wudlu kita diajari
untuk membaca doa : Asyhadu anlaa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalahu wa
asyhadu anna muhammadan 'abduhu warasuuluhu laa Nabiyya
ba'dahu Allahummaj'alni minattawwabin waj'alni minal mutathaahiriin waj'alni min 'ibaadikash shaalihiin
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan tidak ada
serikat bagi-Nya , dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan utusan-Nya , tidak ada Nabi sesudahnya. Ya Allah
jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang bertaubat, dan
42 jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang mensuciken diri,
dan jadikanlah aku dari golongan hambahamba-Mu yang saleh.
Doa sesudah wudlu di atas memberikan penegasan kepada kita
bahwa berwudlu itu untuk memperoleh tiga hal yang terkandung dalam
doa tersebut. Yaitu, bertaubat atas segala hal yang selama ini 'kurang
bagus'. Karena itu, lantas mohon menjadi. orang yang 'disucikan' dari
berbagai 'kekurangan' tersebut. Dan akhirnya, memohon untuk dijadikan sebagai orang-orang yang banyak 'berbuat kebaikan' atau orangorang yang beribadah dalam keikhlasan, alias orang-orang yang saleh.
Jadi, wudlu adalah sebuah proses untuk membangun komitmen
menjadi lebih berkualitas. Menyiapkan diri untuk menapaki langkahlangkah berikutnya. Siap menghadapi proses yang lebih berat lagi ke
depan. Dengan demikian, diharapkan shalatnya akan lebih khusyuk. Lebih
bermakna. Bermakna dalam dzikirnya dan bermakna dalam doanya. Ya,
bukankah shalat kita memiliki makna untuk berdzikir dan berdoa"
Di PDF kan Oleh : AnesUlarNaga
http://anesularnaga.blogspot.com
PENGARUH AIR WUDLU Dalam kondisi normal, kita berwudlu mengunakan air yang bersih,
suci dan bisa mensucikan. Selain itu, diajarkan agar air yang kita gunakan
adalah bukan air bekas wudlu dan bukan air yang dipanaskan. Melainkan,
air 'normal' yang sewajarnya.
43 Ada beberapa manfaat yang bisa kita petik dari penggunaan air
semacam itu. Yang pertama, air tersebut bersih karena bukan bekas
berwudlu (terhindar dari penularan penyakit tertentu). Karena itu bisa
membersihkan badan kita. Dan yang kedua, air tersebut memiliki suhu
'kamar' alias suhu normal. Bukan air yang dipanaskan, baik oleh matahari
maupun oleh kompor pemanas. Karena itu, bisa berfungsi untuk
menormaikan suhu badan kita.
1. Air Suci dan Mensucikan
Air wudlu adalah air yang suci, bersih dan mensucikan. Hal ini penting
untuk kebersihan. Islam memang agama yang mengajarkan kebersihan
kepada umatnya. Perintah ber istinja', berwudlu, dan mandi bagi umat Islam
merupakan bukti betapa Islam sangat mempedulikan kebersihan dan
kesehatan. Bukan hanya sekadar 'boleh' atau sekadar 'anjuran', melainkan
sebuah 'perintah' dan 'kewajiban' untuk dijalankan. Bahkan dalam sehari
bisa berkali-kali sesuai dengan kebutuhan shalat kita.
Orang yang selalu mengikuti perintah itu, sungguh akan menjadi
orang yang hidup bersih dan sehat. Dan itulah yang difirmankan Allah
dalam QS. Al Maidah (5): 6, bahwa Dia menghendaki agar kita hidup
bersih, dan memperoleh nikmat hidup yang sempurna.
Kalau kita amati cara ber istinja', berwudlu dan mandi janabat,
maka kita memahami bahwa yang dibersihkan itu adalah bagianbagian yang memang potensial penyakit. Dalam ber istinja', kita
membersihkan anggota badan yang mengeluarkan kotoran, baik yang
kecil maupun yang besar. Sedangkan dalam berwudlu, kita diajari
44 untuk membersihkan bagian-bagian yang terbuka dan sering
berinteraksi dengan berbagai macam sumber penyakit di sekitar kita.
Khusus untuk wudlu, anggota badan yang dibersihkan adalah
muka, tangan, kaki dan kepala, sebagaimana telah kita bahas di bagian
Terpesona Disidratul Muntaha Karya Agus Mustofa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebelumnya. -Muka, misalnya, adalah bagian tubuh yang terbuka
untuk terkena debu, paparan cahaya matahari, udara kering, dan
keringat terus menerus. Maka, akan sangat baik kalau kita selalu
membersihkan bagian ini. Orang yang sering berwudlu secara baik dan bersih, mukanya
akan tampak bercahaya. Bersih dari debu, sehingga pori-pori wajahnya
menjadi terbuka secara sehat. Selain itu, kulit yang selalu kena air
akan lembab dan lentur, terhindar dari kekeringan yang berlebihan.
Kelembaban itu akan menjaganya dari penuaan dini pada kulit
wajahnya. Apalagi bagi mereka yang sering bersentuhan dengan udara
kering, cahaya matahari dan selalu berkeringat.
Allah mengajarkan kepada kita untuk menjaga penampilan wajah
kita. Karena, wajah adalah salah satu 'etalase' kepribadian kita. Gigi
dan mulutnya selalu bersih, tidak menebarkan aroma yang tidak
sedap, hidung, mata dan telinganya juga selalu bersih. Maka, wajah
yang selalu bersih menunjukkan kepribadian yang peduli terhadap
kesehatan dan kebersihan dirinya.
Apalagi, kalau berwudlunya buKan hanya bersifat fisik" tetapi juga
hati. Wajahnya akan lebih bercahaya dengan sempuma. Maka, sungguh
menyenangkan bergaul dengan orang yang demikian.
Selain kebersihan wajah, tentu kebersihan tangan dan kaki juga
45 penting. Tangan kita sering bersentuhan dengan berbagai benda, maka
Allah mengajarkan untuk mem ber- 5ihkan tangan berkali-kali dalam
sehari semalam. Demikian pula kaki, mesti mendapat perhatian yang baik.
Pokoknya, Allah menginginkan agar umat Islam menjadi umat yang
peduli pada kebersihan dan hidup secara sehat. Sebab kesehatan adalah
karunia Allah yang tiada taranya. Meskipun kaya, jika tidak sehat, maka
seluruh kekayaan itu tidak akan memberikan arti yang banyak kepada kita.
Orang yang tidak sehat, tidak bisa menikmati kekayaannya. Malahan,
hanya habis untuk biaya-biaya pengobatan belaka.
Demikian pula orang yang berkuasa, berilmu, dan berbagai kelebihan
yang dia miliki. Jika tidak sehat, maka hidupnya akan menderita. -Kualitas
ibadahnya pun pasti akan terganggu. Allah mengajarkan hidup bersih dan
sehat kepada kita salah satunya, agar ibadah kita juga menjadi lebih
berkualitas. Maka konsekuensi dari ajaran kebersihan dan hidup sehat itu bukan
hanya pada diri kita melainkan juga pada lingkungan kita. Kalau kita Ingin
bersih dalam berwudlu, maka tempat wudlu kita tentu juga harus bersih.
Tandon air, saluran pipa dan saluran pematusannya juga harus selalu
dijaga kebersihannya. Demikian pula kalau kita ingin shalat secara baik, tentu masjid dan
mushalla kita juga harus dijaga kebersihan dan kelayakannya. aan
akhirnya, kita dituntut untuk bisa merancang fasilitas-fasilitas ibadah kita
dan tempat tinggal secara baik, bersih dan sehat. Maka, umat Islam
memang mesti bisa menerapkan kaidah-kaidah arsitektur dalam
membangun lingkungan hidupnya.
46 2. Air Menurunkan Suhu Badan.
Berwudlu, sebaiknya tidak mengunakan air yang sengaja
dipanaskan. Kenapa demikian" Karena salah satu tujuan dari berwudlu
adalah untuk menyegarkan kembali kondisi badan kita, setelah
melakukan berbagai macam aktifitas. Dengan berwudlu itu diharapkan,
selain bersih dan khusyuk, kondisi badan kita kembali segar. Dan
untuk itu, peran air sangatlah besar.
Orang yang banyak melakukan aktifitas, maka suhu badannya
akan meningkat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya metabolisme di
dalam tubuhnya, untuk memenuhi energi yang digunakan selama
beraktifitas. Proses metabolisme di dalam tubuh kita itu, selain
menghasilkan energi, juga menghasilkan panas. Karena itu, orang yang
bekerja keras akan merasa 'panas' dan berkeringat.
Meningkatnya suhu tubuh biasanya Juga diikuti dengan
meningkatnya ketegangan saraf, yang jika berlebihan bisa menyebabkan
stress. -Munculnya stress itu bisa dilihat pada meningkatnya ketegangan
permukaan kulit, termasuk yang memancar di roman wajahnya.
Kondisi yang demikian, bisa menyebabkan terganggunya upaya
untuk membangun kehusyukan dalam shalat. Secara hati, berbagai
beban pikiran yang menyelimuti jiwa kita itu mesti kita 'letakkan' dulu.
Namun, memang tidak gampang untuk secara cepat melupakan
berbagai beban pikiran. Untuk itu, mesti dibantu dari luar. Dalam hal
ini, dibantu dengan cara berwudlu.
Dengan berwudlu menggunakan air 'normal' (suhu kamar, bukan
air hangat - Kecuali kondisr-kondtsi ekstrim, misalnya di daerah
47 bersalju), maka ujung-ujung saraf di badan kita distimulasi agar
lebih segar. Yaitu, terdapat di wajah - termasuk telinga dan mata,
kepala, tangan, dan kaki. Apakah usapan air di anggota-anggota
badan tersebut bisa menurunkan suhu badan, dan kemudian
menyegarkan jiwa kita kembali"
Cobalah amati dari kejadian sehari-hari. Misalnya, orang yang
marah. Pernahkah anda mengamati perubahan fisik orang yang
sedang marah. Ketika marah, maka seseorang akan mengalami
peningkatan emosi yang berpengaruh pada fisiknya. Di antaranya,
biasanya mukanya menjadi tegang dan memerah, telinganya panas,
nafasnya ngos-ngosan, tangan dan kakinya gemetaran.
Bagaimanakah cara menurunkan kemarahan tersebut" Idealnya, kita bisa mengendalikan emosi kita secara kejiwaan. Tetapi
tidaklah mudah untuk menurunkan kemarahan dari dalam jiwa kita
sendiri, kecuali bagi mereka yang memiliki jiwa muthmainnah. Jiwa
yang ikhlas dan selalu terhubung kepada Allah. Jika tidak, maka ia
membutuhkan bantuan dari luar. Secara kejiwaan, maupun secara
fisik. Secara kejiwaan, misalnya dia dinasehati oleh orang yang
disegani atau dihormatinya, maka barangkali ia akan bisa
menurunkan kemarahannya secara rasional. Sedangkan secara fisik,
48 di antaranya Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk
berwudlu. Selain itu ada cara lain, yaitu dianjurkan untuk duduk
atau berbaring. Ya, ternyata berwudlu bisa menyebabkan turunnya tingkat
kemarahan. Kenapa demikian" Karena, pada saat marah kondisi
tubuh seseorang akan mengalami peningkatan. Di antaranya adalah
suhu badannya. Maka, mukanya merah, telinganya panas, dan jari
tangannya gemetaran. Nah, ternyata dalam berwudlu, anggota badan itulah yang dibasuh
dengan air. Wajah yang memerah dibasuh dengan air wudlu. Telinga yang
panas didinginkan dengan air wudlu. Mata yang memerah juga didinginkan
dengan air wudlu. Bahkan jari-jari tangan yang gemetaran pun diredam
dengan air wudlu. (Jangan mengeringkan air wudlu dengan handuk.
Biarkan air wudlu mengering sendiri secara alamiah, karena di situlah
proses normalisasi sedang berlangsung).
Proses pendinginan suhu tubuh dengan air wudlu itu, menyebabkan
suhu badan kita menurun sesuai dengan suhu kamar (suhu lingkungan).
Dan hal itu, secara fisik mengurangi tekanan emosi yang berlebihan di
saraf-saraf kita. Dengan kata lain, tingkat kemarahannya bakal cenderung
mereda. Kondisi psikis dan fisik kita memang sangat berkait erat dengan suhu
badan dan lingkungan. Coba amati orang-orang yang bekerja, atau siswa
yang belajar di ruang bersuhu panas. Mereka akan merasa cepat lelah,
karena badannya mengeluarkan energi ekstra untuk 'mengadaptasi'
lingkungan yang panas tersebut.
49 Sebaliknya, orang-orang yang bekerja atau belajar di lingkungan berAC, dalam suhu sekitar 24oC, menurut penelitian daya tahannya akan lebih
baik. Mereka tidak cepat lelah dan lebih fresh dalam jangka waktu lama.
Maka dalam konteks ini, berwudlu memiliki fungsi yang sangat
bermanfaat untuk membangun daya tahan (endurance) kita belajar atau
bekerja. Karena itu, meskipun boleh berwudlu satu kali untuk beberapa
kali shalat, namun sebaiknya kita melakukan wudlu untuk setiap kali
shalat. Efeknya akan lebih bermanfaat buat kesehatan dan kestabilan
kondisi kita. Efek air wudlu juga bisa dilihat pengaruhnya pada orang-orang yang
mengantuk. Bagi orang yang mengantuk, air wudlu bisa mengangkat
kembali gairah dan kesegarannya. Hal ini sangat kita rasakan di pagi hari
menjelang Subuh atau setelah capai bekerja. Rasa ngantuk bakal segera
sirna ketika anggota badan sudah tersiram air wudlu.
Nah, beberapa hal di atas memberikan gambaran kepada kita, bahwa
berwudlu memang memiliki manfaat yang besar dalam menyiapkan kondisi
badan maupun kejiwaan kita memasuki persiapan shalat. Rasa marah,
ngantuk, capek, suntuk, malas, dan tegang serta stress, bisa kita eliminasi
dengan mengunakan air wudlu. Tentu marfaatituakansemakin beSar, jika
efek air wudlu itu dipadukan dengan keimanan dan keikhlasan hati kita:
'karena Allah semata'. 3. Menyeimbangkan Kondisi Tubuh
Keseimbangan yang terbaik, kita peroleh saat bangun tidur, pada
waktu kondisi badan kita sehat. Berbagai macam penyakit dan kelelahan fisik maupun psikis dalam beraktifitas menyebabkan munculnya
50 ketidakseimbangan di dalam tubuh. Selama tidur itu terjadi recovery
terhadap kondisi badan kita.
Jika kita beraktifitas - apalagi cukup berat - itu akan memunculkan
ketidakseimbangan kondisi badan yang cukup signifikan. Metabolisme yang
berlebihan akibat berpikir maupun beraktiftas badan, selain memunculkan
energi, juga bakal memuncukan peningkatan suhu badan dan zat-zat
sampah. Di antaranya asam laktat dan sejumlah radikal bebas dalam
tubuh kita. Zat-zat tersebut memicu rasa lelah dan penurunan kualitas sel
serta Jaringan dalam tubuh.
Maka, kita harus selalu berupaya untuk menyeimbangkan kondisi
badan. Jika tidak, kelelahan yang berlebihan bisa menyebabkan turunnya
daya tahan tubuh kita dan akan berujung pada kondisi sakit. (Lebih jauh
saya bahas dalam buku berikutnya berjudul: UNTUK APA BERPUASA.)
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyeimbangkan kondisi
badan kita. Intinya mengembalikan suhu badan dalam kon
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
disi normal, yang merata dan sesuai di seluruh badan. Juga untuk menghilangkan atau
mengeliminasi sejumlah zat-zat sampah di dalam tubuh akibat metabolisme
yang berlebihan. Dalam konteks ini, wudlu bisa berfungsi untuk menyeimbangkan suhu
dari berbagai anggota badan. Bukan hanya sekedar menurunkan suhu
badan akibat over-heated, tetapi juga menyeimbangkan dan meratakan.
Sebagaimana saya katakan di depan bahwa wudlu bisa menurunkan
suhu badan akibat kelebihan aktifitas metabolisme dalam tubuh kita. Akan
tetapi, membasuh tubuh pada bagian-bagian wudlu ternyata juga berfungsi
untuk meratakan suhu. Coba cermati, bagian yang diusap adalah ujung-ujung anggota badan
kita. Yaitu kepala, wajah, tangan dan kaki. Bagian-bagian yang berada pada
posisi ujung itu diseimbangkan suhunya lewat basuhan air bertemperatur
'lingkungan normal'. Kenapa demikian" Sebab, bagian-bagian itu ternyata bisa mengalami
peningkatan suhu yang berbeda-beda sesuai dengan aktifitas kita. Jika
anda banyak menggunakan otak untuk berpikir, maka suhu kepala akan
meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain.
Demikian pula jika anda lebih banyak beraktifitas tangan, suhu di
bagian lengan itu juga akan meningkat lebih tinggi. Sama pula, jika anda
banyak beraktifitas dengan kaki. Nah, ketidakseimbangan suhu antara berbagai anggota badan itu akan menimbulkan masalah kesehatan di tubuh
kita. 1 Sebagai contoh. Pada anak kecil yang yang mengalami sakit, kita bisa
merasakan bahwa suhu di bagian kepala begitu panasnya. Sedangkan kaki
atau tangannya malah begitu dingin. Ketidakseimbangan suhu ini memicu
masalah berikutnya. Meskipun, boleh jadi, itu hanyalah gejala saja.
Dan, harus diselesaikan pada akar penyebabnya. Namun,
ketidakseimbangan suhu yang mencolok bisa menyebabkan si anak
menjadi step, alias kejang-kejang dan tidak sadarkan diri. Sehingga
biasanya, jika terjadi panas yang tinggi dengan ketidakseimbangan suhu
seperti itu, kita harus segera menyeimbangkan. Bagian kepala harus
'dikompres' alias didinginkan, sedangkan bagian tangan dan kaki harus
diselimuti atau digosok pakai minyak gosok untuk menghangatkan.
Maka, dalam konteks ini, berwudlu memiliki fungsi yang kurang lebih
sama, yaitu untuk meratakan suhu anggota,-anggota tubuh agar kondisi
badan menjadi seimbang. Hal ini ternyata didukung oleh berbagai
penelitian dalam bidang akupuntur ataupun pengobatan 'refleksi'.
Ada sebuah sistem pengobatan yang disebut sebagai ZoneTherapy,
yang mendapatkan kenyataan bahwa ada hubungan yang sangat erat
antara saraf-saraf kepala, tangan dan kaki. Masing-masing bisa
dipengaruhi dari tempat yang berseberangan. karena anggota-anggota
badan itu bagaikan terhu-bung dengan 'kabel-kabel' saraf yang saling
menstimulasi. Lihat gambar di bawah ini.
Gambar di atas menunjukkan kepada kita bahwa tubuh manusia
memang membentuk suatu sistem yang utuh. Setiap anggota badan
2 memiliki pengaruh terhadp anggota badan yang lain. Pengaruh-pengaruh
itu terhubung dalam suatu sistem yang kompleks dalam sistem saraf,
sistem transport darah, jaringan otot, sistem energial, hubungan antar sel,
dan lain sebagainya yang kini pemahamannya berkembang terus.
Dalam Zone Therapy yang diketemukan oleh Dr William F. Fitzgerald
dari Amerika Serikat, diketahui bahwa ada semacam 'kabel-kabel' yang
menghubungkan berbagai titik di kepala, kaki dan tangan. Setidaktidaknya ia menemukan ada sepuluh titik yang saling terhubung,
sebagaimana anda lihat pada gambar tersebut.
Therapy ini diketemukannya tanpa sengaja. Ketika itu ada pasien
bedah yang menjalani operasi, dan berhasil melakukan stimulasi untuk
mengurangi rasa sakitnya dengan cara menggesek-gesekkan kakinya ke
ujung kaki kursi. Ini membuktikan bahwa stimulasi atau pijatan pada
bagian tertentu di kaki bisa menyebabkan berkurangnya rasa sakit pada
bagian tertentu. Secara umum, ternyata bagian-bagian tertentu di telapak
kaki kita memiliki hubungan dengan bagian-bagian yang lain secara
menyeluruh. Termasuk fungsi otak untuk menghilangkan rasa sakit.
Daerah-daerah yang berfungsi untuk menstimulasi itulah yang disebut
sebagai zone. Berbagai zone yang terdapat di telapak kaki itu jika
distimulasi secara rutin akan memberikan efek yang positip bagi
keseimbangan fungsi tubuh kita. Dan bukan hanya terdapat di telapak
kaki, ternyata telapak tangan kita juqa memiliki zone yang tersambung ke
zone di kepala. Selain itu, gambar berikutnya menggambarkan bahwa Zone di telapak
3 kaki tersebut memiliki pembagian wilayah stimulasi. Bagian atas telapak
kaki - yang berdekatan dengan jari-jari kaki - berpengaruh pada bagian
kepala. Sedangkan yang lebih ke bawah - mendekati wilayah tumit berpengaruh pada wilayah dada, perut dan organ-organ reproduksi.
Artinya, seluruh organ-organ di tubuh kita ternyata direfleksikan di
telapak kaki kita. Ini berarti, bahwa rancangan tubuh manusia memang
didesain untuk orang-orang yang aktif. Orang-orang yang malas dan
Terpesona Disidratul Muntaha Karya Agus Mustofa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kurang bergerak akan menemukan problem kesehatan dalam hidupnya.
Hidup adalah bergerak. Allah memberikan berbagai kelebihan kepada orang
yang aktif. Karena itu, sekali lagi, shalat kita Juga dirancang untuk
bergerak, untuk menstimulai terjadinya keseimbangan dalam kesehatan
kita. Pemetaan lebih mendetil lagi terhadap zone refleksi itu dituangkan
Pedang Langit Dan Golok Naga 7 A Walk To Remember Karya Nicholas Sparks Putera Harimau 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama