Ceritasilat Novel Online

Unforgiven Hero 3

Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha Bagian 3


masa lalu, apalagi mencari informasi tentang mantan pacar
pasangan kita..." "Bukan begitu Donita. Aku bukannya ingin menyelidiki
masa lalu Rafael. Aku hanya ingin tahu apa yang harus
kuhadapi. Mantan kekasih Rafael.. entah yang mana tampaknya
tidak terima dengan pernikahan ini, dan entah dengan jalan
cerdik apa berhasil menyusul ke pulau ini... dia sedang dalam
perjalanan kemari, dan sebentar lagi sampai."
"Apa?" Donita memekik marah, "Siapa perempuan
tidak tahu malu itu?"
"Kata Rafael, namanya Luna."
"Luna.. oh Astaga." Suara Donita tertelan di seberang
sana. Elena mengernyitkan kening, tiba-tiba diserang
perasaan buruk karena kediaman Donita, "Ada apa Donita"
Kenapa kau terdiam?"
"Karena mantan pacar yang kau hadapi adalah musuh
yang paling berat." Donita menghela napas panjang, "Luna bisa
dikatakan kekasih permanen Mr. Alex, dia selalu kembali
kepada perempuan itu. Luna adalah perempuan keras yang
mandiri, tampak tidak butuh laki-laki, dan hubungannya
dengan Mr. Alex hanya demi kenikmatan semata. Tetapi
130 Santhy Agatha sepertinya dia tidak rela Mr. Alex menjadi milik perempuan
lain, karena dia terbiasa memiliki Mr. Alex untuk dirinya
sendiri. " Donita menghela napas panjang, "Dia sangat pandai
mengintimidasi lawannya. Hati-hati Elena. Jangan sampai kau
tertekan di bawah auranya."
Elena mendesah ketika pembicaraannya dengan Donita
berakhir. Ternyata mantan pacar Rafael yang akan datang
kemari adalah yang paling hebat di antara semuanya. Jantung
Elena berdetak penuh antisipasi. Menanti apa yang akan terjadi
nanti. " Ketika perempuan itu memasuki rumah, dengan koperkopernya dibawa oleh para pelayan, Elena yang berdiri di
belakang Rafael merasa bahwa mimpi buruknya benar-benar
datang. Bagaimana mungkin dia bisa menghadapi perempuan
ini" Dia bagaikan dewi yang datang dari surga. Keseluruhan
dirinya sangat sempurna. Dari caranya berpakaian yang
berkelas, tubuh sempurnanya yang indah, bentuk wajahnya
yang klasik dan sensual, dibingkai oleh rambut panjang indah
berkilauan. Bahkan bentuk alisnyapun sempurna. Elena
mengamati diam-diam dan merasa letih tiba-tiba.
"Kenapa kau datang kemari Luna?" Rafael yang
menyapa Luna duluan, sikapnya waspada dan tidak bersahabat.
Luna menatap Rafael dan tersenyum manis, "Kenapa
kau tidak kemari dan memelukku seperti biasanya Rafael" Aku
rindu pelukanmu." Suara Luna terdengar rendah dan seksi. "Dan
kenapa aku kemari" Itu karena aku merindukanmu. Aku pulang
dari luar negeri dan menunggu panggilanmu. Biasanya kau
akan menghubungi dan menemuiku, aku sudah tak sabar
melewatkan waktu berdua denganmu. Tetapi kau tidak
mengunjungiku. Lalu kudengar kau sedang ada di pulau ini, jadi
aku menyusulmu kemari."
Luna sudah jelas menyadari kehadiran Elena di
belakang Rafael, tetapi hal itu tidak membuatnya menahan
kata-kata vulgar dan penuh rayuannya kepada Rafael. Apakah
Unforgiven Hero 131 Luna tidak tahu bahwa Rafael dan Elena sudah menikah" Elena
menghela napas dan mengalihkan pandangan kepada Rafael.
Suaminya itu tampak tidak suka dengan kata-kata Luna. Lelaki
itu mundur, seolah menjaga Elena dari sambaran Luna,
"Aku sedang berbulan madu, Luna. Dengan istriku."
"Oh?" Luna tampak tidak kaget. Berarti perempuan itu
sudah tahu bahwa Elena adalah isteri Rafael, betapa kejamnya
dia mengucapkan kalimat penuh rayuan tadi kalau begitu.
"Tidak masalah untukku." Suara Luna terdengar manis, "Aku
ingin bertemu denganmu Rafael, bukan dengan istrimu."
Dengan langkah anggun dia mendekat dan berdiri di depan
Rafael dan Elena. Matanya dengan sengaja menelusuri Elena
dari atas ke bawah. Elena tentu saja tidak sama dengan Luna,
dia tidak mengenakan baju rancangan desainer ternama, hanya
mengenakan kemeja longgar berwarna putih dan celana jeans
yang sudah memudar warnanya.
Senyum Luna kemudian lebih seperti senyuman
mencemooh, "Elena bukan nama isterimu." Luna tersenyum
manis kepada Rafael, seolah tidak menganggap Elena ada, "Aku
ingat saat-saat manisku ketika aku mendengar nama Elena."
Senyum Luna tampak penuh arti dan tatapannya menggoda
penuh rahasia, yang seketika itu juga membuat wajah Rafael
merah padam karena marah.
Luna tertawa ketika melihat reaksi kemarahan Rafael
yang diharapkannya karena sindirannya, dia mengedikkan
bahunya ke arah tangga, "Kuharap pelayan bisa menunjukkan
di mana kamar tamunya, aku lelah karena perjalanan ini.
Mungkin aku akan istirahat dan tidur sejenak." Dengan nakal
dikedipkannya matanya kepada Rafael, "Meskipun aku tidak
akan menolak kunjungan singkat di siang hari seperti yang
biasanya kau lakukan dulu Rafael." Luna membalikkan
tubuhnya dan melangkah anggun. Meninggalkan Rafael dan
Elena yang membeku di dalam keheningan. Keheningan tidak
mengenakkan yang menyesakkan dada.
132 Santhy Agatha 9 "Elena." Rafael meraih lembut jemari Elena yang
melangkah menjauh. "Tolong dengarkan aku dulu."
Elena menatap Rafael dengan marah. "Kenapa kau harus
membawaku ke dalam situasi ini Rafael" Dia, perempuan itu
tampak sekali sangat membenciku, dan sepertinya ingin
menyingkirkanku. Dan dia tahu bahwa kita sudah menikah dan
berbulan madu, tetapi dia tetap datang dan tidak
mempedulikanku." "Aku akan mengusirnya. Segera. Sementara itu kita
harus menahan diri." Rafael merangkum jemari Elena dan
mengecupnya, "Aku juga membenci kehadirannya, Elena, lebih
benci darimu. Tetapi Luna perempuan yang kejam. Aku takut
kalau kita tidak hati-hati melangkah, dia akan berbuat jahat
kepadamu." Elena mendesah kemudian menghela napas panjang,
"Iya Rafael, maafkan aku, mungkin aku terlalu bingung dengan
ini semua." "Aku yang harus meminta maaf karena menempatkanmu
ke dalam situasi seperti ini." Rafael merengkuh Elena ke dalam
pelukannya, "Kita akan mengatasinya bersama. Oke?"
"Oke." Elena memejamkan matanya dan menempelkan
pipinya ke dada Rafael yang hangat. Membiarkan lelaki itu
membuainya. Sementara itu di depan pintu kamar tamu yang terbuka
di lantai dua. Luna berdiri dan menatap ke bawah.
Pemandangan dua pasangan yang saling berpelukan mesra itu
tampak jelas dari atas. Membakar hatinya, membuat matanya
menyala penuh kebencian. Unforgiven Hero 133 Elena"Aluna"Dua nama itu begitu mirip ketika
diucapkan. Namanya sebenarnya Aluna, tetapi dia tidak sudi
dipanggil dengan nama itu. Karena nama itu mengingatkannya
dengan sebuah nama lain yang selalu membuat dadanya sakit
ketika mendengarnya, "Elena". Terlebih ketika Rafael, laki-laki
yang sepenuh hati ia cintai menyuarakan nama itu ketika
mereka bersama. Dan kini kebencian itu semakin
membakarnya, ketika pada akhirnya ia bertemu dengan pemilik
nama yang sangat ia benci itu.
" Rafael duduk dengan gusar di ruang kerjanya. Elena
tadi tertidur di ranjangnya, dan menolak bercinta dengannya.
Kedatangan Luna telah merusak moodnya. Tentu saja,
perempuan mana yang tidak rusak moodnya ketika
menghadapi bahwa mantan kekasih suaminya dengan tidak
tahu malu menyusul mereka di saat mereka sedang berbulan
madu. Tetapi Rafael tidak bisa bertindak gegabah. Luna
perempuan pandai yang licik dan sedikit jahat ketika ingin
mencapai tujuannya. Dia akan menggunakan segala cara untuk
memperoleh apa yang dia mau. Meskipun itu harus melindas
orang lain. Tadi, Luna sudah menyiratkan ancaman ketika
mengatakan "nama Elena membuatnya terkenang akan masamasa indahnya" Rafael tahu persis apa maksud perkataan Luna. Dia
menyiratkan bahwa dia akan memberitahu Elena bahwa Rafael
sering menggunakan Luna ketika mereka bercinta, dengan
memanggil dan menganggapnya sebagai Elena.
Dengan frustasi Rafael mengacak rambutnya, kenapa
Luna menyusul kemari" Dia tidak habis pikir. Hubungan
mereka sudah berakhir. Rafael sudah mengakhiri hubungan
mereka baik-baik dan waktu itu Luna tampak menerimanya
dengan baik pula. Apakah pada saat itu Luna masih berpikir
bahwa Rafael akan kembali kepadanya" Dan ketika ternyata
134 Santhy Agatha Rafael menikah dengan Elena, hal itu memicu sifat posesif
perempuan itu" Rafael harus mencari cara untuk menyingkirkan Luna
dari pulau ini. Jauh-jauh dan tidak akan kembali lagi untuk
mengacaukan hidupnya. Tetapi dia harus berhati-hati
melakukannya. " "Makanan ini enak sekali." Luna sepertinya sudah
berdandan habis-habisan untuk makan malam mereka. Gaun
sutranya panjang dan berwarna keemasan, nampak
membungkus tubuh indahnya dengan sempurna dan indah.
"Mungkin aku harus membujuk kokimu supaya mau ikut
denganku." "Alfred tidak akan mau. Baginya pulau ini adalah
rumahnya." Luna tersenyum sensual kepada Rafael, "Ah, kau
seperti lupa bagaimana caraku membujuk dan merayu.. Rafael,
mungkin aku harus mencari kesempatan untuk
mengingatkanmu kembali."
Elena hampir tersedak mendengar rayuan yang
diucapkan dengan gamblang itu. Oh Astaga, apakah dia harus
menghadapi itu setiap hari ketika Luna ada di sini" Dia
merasakan sengatan perasaan aneh setiap Luna merayu Rafael
entah dengan bahasa tubuhnya ataupun dengan kata-kata
tersiratnya. Seperti sengatan perasaan marah yang membuat
dadanya panas. Membuatnya terdorong untuk
menyembunyikan Rafael di balik punggungnya, lalu
menghadapi Luna dengan galak sambil berteriak "Rafael adalah
Suamiku". Apakah dia merasa cemburu" Elena mengernyitkan
keningnya sambil mengaduk-aduk makanan di piringnya. Oh
astaga. Kalau benar dia cemburu berarti dia mempunyai
perasaan lebih kepada Rafael. Apakah dia mencintai lelaki itu"
Mungkin saja. Mungkin saja dia sudah mencintai lelaki itu tanpa
Unforgiven Hero 135 sadar di saat-saat kebersamaan mereka yang menyenangkan, di
saat-saat percintaan mereka yang penuh gairah sekaligus
kelembutan. Mungkin saja Elena sudah mencintai Rafael.
"Kenapa kau tidak menyantap makananmu Elena?"
Rafael berbisik lembut kepada Elena yang duduk di sisi kirinya,
mengamati isi piring Elena yang tetap utuh tidak disentuh,
hanya dimain-mainkan di piring.
"Aku sedikit tidak enak badan." Elena tidak berbohong,
tiba-tiba saja dia merasa pening.
Rafael langsung menyentuh dagunya, membuat Elena
mendongak menatapnya, lalu mengamati wajah Elena dengan
cemas, "Kau sakit sayang" Ada dokter di desa, aku akan
memanggilkannya untukmu."
"Tidak perlu." Elena meringis, "Mungkin aku hanya
perlu tidur lebih awal."
"Aku akan mengantarmu." Rafael hendak beranjak
sambil menghela Elena ketika Luna bergumam,
"Ada yang perlu kubicarakan denganmu Rafael,
penting. Setelah kau mengantar istrimu, aku menunggumu di
perpustakaan." Rafael tidak menjawab, hanya mengucapkan permisi
dengan sopan. Lalu membimbing Elena ke kamar,
meninggalkan Luna sendirian di ruang makan.
" Rafael membaringkan Elena dengan lembut dan
menyelimutinya, "Kalau pusingmu tidak membaik, aku akan memanggil
dokter." "Aku cuma perlu tidur." Elena tersenyum lembut
kepada Rafael. 136 Santhy Agatha Rafael duduk di tepi ranjang dan membalas senyuman
lembut Elena, diusapnya rambut di dahi Elena dengan penuh
sayang, "Luna bisa tidak tertahankan kalau dia mau. Jangan
sampai dia membuatmu sakit. Dia akan senang kalau berhasil
melakukannya." Dengan hati-hati dikecupnya dahi Elena,
"Tidurlah sayang, semoga ketika kau bangun nanti, pusingmu
sudah hilang." "Mau kemana?" Elena berseru tanpa sadar ketika
Rafael berdiri dan hendak menjauh dari ranjang. Rafael
tersenyum meminta maaf, "Aku akan ke perpustakaan. Aku ingin tahu apa yang
ingin dibicarakan Luna, sehingga aku bisa tahu apa tujuannya
datang ke sini, mungkin aku bisa mengusirnya secara halus."
Jemari Rafael menyentuh ujung jari Elena dengan lembut,
"Jangan cemas. Aku akan membereskan semuanya,"
Sepeninggal Rafael, Elena berbaring dengan mata
nyalang semakin merasa pening. Tadi dia menahan diri sekuat
tenaga untuk tidak berteriak dan mencegah Rafael pergi dari
kamar ini. Jauh di dalam hatinya dia tidak mau Rafael pergi dan
menemui perempuan cantik itu. Bagaimana kalau Rafael jatuh
dalam godaan Luna" Perempuan itu begitu cantik, dan suasana
perpustakaan di malam hari begitu intim.... dan mengingat
betapa gigihnya Luna, tidak menutup kemungkinan perempuan
itu akan berhasil merayu Rafael bukan"


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ingin sekali Elena menyusul ke perpustakaan, sekedar
untuk memastikan, atau mungkin mencuri dengar. Tetapi dia
menahan diri. Tidak. Dia harus mempercayai Rafael.
" "Sekarang kita tinggal berdua saja." Luna tersenyum
menggoda dan menghempaskan dirinya di sofa empuk di
perpustakaan itu, dia lalu menyilangkan kakinya dengan
menantang, "Duduklah Rafael, terasa aneh kalau kita berbicara
berjauhan begini." ajaknya kepada Rafael yang dari tadi berdiri
sambil bersandar di meja kerjanya di ujung ruangan.
Unforgiven Hero 137 Wajah Rafael tampak dingin, tidak menanggapi ajakan
Luna. "Kenapa kau kemari Luna, apa tujuanmu?"
"Apakah tidak boleh" Aku merindukanmu Rafael,
merindukan saat-saat kita bersama."
"Aku sudah beristri dan sekarang sedang berbulan
madu. Kurasa itu sudah cukup jelas untukmu."
"Kau sudah beristri atau tidak, sama sekali tidak ada
pengaruhnya untukku. Aku tetap bersedia menjadi kekasihmu.
Tempatmu melampiaskan gairahmu." Suara Luna menjadi
serak dan sensual, seperti ajakan untuk bercinta
Rafael menyipitkan matanya. Wajah tampannya
nampak mengeras, menahan amarah.
"Aku tidak butuh kekasih karena aku sudah beristri.
Aku sudah punya tempat untuk melampiaskan gairahku."
Kata-kata Rafael itu langsung menggores hati Luna,
membuatnya terbakar cemuru yang luar biasa. Tetapi tentu saja
perempuan itu tidak membiarkan Rafael melihatnya. Dia lalu
berdiri dan mendekati Rafael, mereka berhadap-hadapan
dengan begitu dekatnya, "Aku bisa lebih hebat dari perempuan manapun
menyangkut soal seks. Kau juga mengakuinya kan" Bertahun
lamanya kau tidak bisa melepaskan diri dariku, kau selalu
datang kepadaku ketika kau bergairah, dan aku yakin,
perempuan seperti dia tidak akan bisa menyaingiku."
Rafael memalingkan mukanya dengan jijik. Elena
memang tidak bisa dibandingkan dengan Luna. Bukan karena
teknik di ranjangnya. Tetapi karena Elena telah berhasil
memuaskan Rafael, secara fisik, dan secara batin. Itu yang tidak
dapat dilakukan oleh Luna, dan karena itulah Rafael
meninggalkannya. Ketika Rafael kembali menatap Luna, pandangannya
begitu dingin, "Jangan ganggu Elena, atau aku akan membuatmu
menyesal." 138 Santhy Agatha Luna memundurkan langkahnya, mengenali
kemarahan menakutkan dalam diri Rafael. "Diakah perempuan
yang selalu kau panggil ketika bercinta denganku?" Suara Luna
mulai goyah, tidak bisa lagi menutupi emosinya.
Rafael menatap Luna dengan tajam. "Ya."
Sebuah tamparan keras langsung mendarat di pipi
Rafael. Tamparan dari Luna, begitu kerasnya sampai membuat
pipi Rafael terasa panas. Tetapi dia diam dan membeku,
menatap Luna tanpa ekspresi. Mungkin dia pantas menerima
tamparan ini. Mata Luna berkaca-kaca, kebencian dan kemarahan
meluap dari dalam dirinya, ketika dia berbicara, suaranya
gemetar, "Padahal aku mencintaimu...." Luna mulai terisak, "Dan
aku menahan kepedihan ketika kau memanggil nama wanita
lain setiap bercinta denganku. Aku bertahan.... tetapi kau...
kau.... kau sungguh lelaki yang tidak punya hati!" Luna tidak
dapat melanjutkan kata-katanya lagi. Dia membalikkan
tubuhnya dan setengah berlari pergi.
Sementara itu Rafael membeku beberapa lama setelah
Luna pergi. Kemudian jemarinya mengusap bekas tamparan di
pipinya. Oh Astaga. Luna mencintainya"
" "Dia bilang dia mencintaiku." Rafael menelepon
Victoria dengan frustasi sesudahnya.
Victoria mendesah di seberang sana. "Pantas dia
berani mengejarmu sampai ke sana." suaranya lalu berubah
serius, "Kau tidak bisa membiarkannya tetap di sana Rafael, kau
harus menyuruhnya pergi dari pulau itu."
"Bagaimana caranya" Aku tidak mungkin menyuruh
orang menyeretnya dan melemparkannya ke perahu boat."
Unforgiven Hero 139 Victoria tercenung. Lama. "Aku juga bingung
bagaimana caranya. Mungkin kau harus memintanya baik-baik
untuk pergi." "Dia baru saja menangis dan berlari meninggalkanku
karena patah hati, lalu keesokan harinya aku mengatakan
padanya bahwa dia harus pergi" Aku akan jadi lelaki tak
berperasaan kalau melakukannya."
"Pikirkan Elena kak, kau akan menjadi lelaki tak
berperasaan kalau kau membiarkan Luna tetap di sana."
Rafael tercenung. Elena. Dia tahu persis kehadiran
Luna di sana amat sangat menyakitkan hati Elena. Victoria
benar, kalau Luna terus ada di rumah ini. Apa yang sudah
dibangunnya bersama Elena bisa hancur pelan-pelan. Dia harus
menyuruh Luna pergi dari rumah ini. Besok.
" "Apakah kau baik-baik saja?" Rafael menemui Luna
yang sedang sarapan sendirian di ruang makan keesokan
paginya. Elena masih tidur, dan Rafael tidak mau
membangunkannya karena istrinya itu tampak sangat lelap.
"Aku baik-baik saja." Luna tampak lebih memilih buahbuahan untuk sarapannya, dia sedang menyuapkan sebutir
cherry berwarna merah pekat ke dalam mulutnya.
"Mengenai kemarin, aku ingin meminta maaf. Aku tidak
pernah tahu kalau kau mencintaiku. Kalau saja aku tahu, aku
tidak akan melakukan apa yang kulakukan dulu kepadamu. "
"Sekarang kau tahu dan itu tidak mengubah apapun
bukan?" Luna tersenyum sedih, "Aku memang bodoh, berpikir
bahwa aku masih mempunyai harapan."
Rafael menghela napas, "Aku sungguh minta maaf
kepadamu. Mungkin kau harus meninggalkan rumah ini
segera." Luna menatap Rafael tajam, "Kau mengusirku Rafael?"
140 Santhy Agatha "Aku harus melakukannya, Maaf. Tetapi kau tidak bisa
tinggal di sini lebih lama. Aku sedang berbulan madu, dan
kehadiran seorang mantan kekasih sungguh tidak bisa diterima.
Aku harap kau mengerti."
Luna menatap Rafael dengan pahit, "Dia, Elena, istrimu
itu, sudah kau cintai sejak lama bukan?"
Rafael menganggukkan kepalanya. "Ya,"
"Apakah dia tahu betapa beruntungnya dia" Dicintai
olehmu sejak lama?" Rafael menggelengkan kepala, "Tidak dia tidak tahu,
tetapi itu tidak masalah. Aku sudah memilikinya sekarang."
Luna menatap Rafael dalam-dalam, lalu tersenyum
sedih dan mengangkat bahunya, "Kurasa memang sudah tidak
ada gunanya aku ada di sini. Aku akan mengemasi barangbarangku dan pergi siang nanti." Dengan cepat dia beranjak
meninggalkan Rafael dan suara langkahnya terdengar menaiki
tangga, menuju kamar tamu. Beberapa detik kemudian, Rafael
yang masih ada di ruang makan, dikejutkan oleh suara pekikan
diikuti suara jatuh berdebam. Dengan segera dia melangkah ke
arah tangga, Di sana Luna duduk dengan wajah meringis
kesakitan. Para pelayan mengerubunginya, Luna
mendongakkan wajahnya dan menatap Rafael kesakitan,
"Tolong Rafael... sepertinya kakiku terkilir,"
" Suara ribut-ribut di luar membuat Elena terbangun dari
tidurnya. Kepalanya masih pening, tetapi dia ingin tahu. Dengan
pelan dia melangkah terhuyung-huyung ke pintu, ingin mencari
tahu apa yang terjadi. Pemandangan di depannya sungguh tidak
menyenangkan. Membuat jantungnya serasa di remas hingga
nyeri. Dari kamarnya di bagian atas, dia bisa melihat jelas ke
bawah. Di sana tampak Rafael sedang memijat dan mengelus
Unforgiven Hero 141 kaki Luna yang terduduk kesakitan. Sepertinya kaki Luna
terkilir.... tetapi kenapa Rafael harus memijit kakinya dengan
cara yang intim seperti itu"
Lalu Rafael berdiri, setengah membungkuk dan dengan
lembut merengkuh Luna ke dalam pelukannya dan dengan
gerakan cepat mengangkat Luna dan menggendongnya. Luna
tampak sangat menikmati keintiman itu, dia melingkarkan
lengannya di leher Rafael dan menyandarkan kepalanya di dada
Rafael. Rafael hanya ingin menolong Luna. Dia kan sedang
terkilir" Kenapa dia harus cemburu" Tidak seharusnya dia
merasa cemburu. Elena langsung menyembunyikan dirinya kembali ke
kamar, ketika Rafael melangkah menaiki tangga sambil
menggendong Luna, menuju ke kamar tamu. Tetapi dia
memang cemburu. Pemandangan itu membuatnya marah,
membuatnya tidak rela, membuatnya ingin mengatakan bahwa
Rafael adalah miliknya. Tidak bisa dipungkiri... Elena sudah jatuh cinta kepada
Rafael Alexander.... " "Sebenarnya dia sudah mau pergi hari ini, tetapi dia
jatuh dari tangga dan terkilir, kini dia baru bisa pergi setelah
dia bisa berjalan. Aku tidak mungkin mengusirnya sekarang."
Rafael menjelaskan ketika Elena bergabung di ruang sarapan
setengah jam kemudian. "Maafkan aku Elena atas situasi yang
makin buruk ini." Elena menyesap kopinya dan mencoba tersenyum
kepada Rafael, "Tidak apa-apa Rafael, lagipula sangat tidak
sopan mengusir tamu yang sedang sakit."
Rafael menatap Elena tajam, seolah ingin mengupas
hatinya, "Dia tidak akan mengganggu lagi. Aku sudah
mengatakan kepadanya kalau aku mencintaimu. Dan dia tidak
bisa mengharapkan apapun dariku."
142 Santhy Agatha Dan akupun juga mencintaimu Rafael... Elena
bergumam dalam hati tentu saja, dia masih tidak berani
mengungkapkannya, takut akan reaksi Rafael nantinya.
Dadanya terasa sesak dan campur aduk, sehingga dia memilih
menyimpannya dulu, dan mengungkapkannya nanti, kalau dia
sudah lebih yakin. " "Maafkan aku tidak ada pagi tadi ketika kau jatuh, ini
obat dari dokter untuk diminum kalau nyeri di kakimu tidak
tertahankan." Elena meletakkan obat itu di meja di samping
ranjang Luna. Melirik sedikit kepada kaki Luna yang sudah
dibebat dengan perban elastis berwarna cokelat, tiba-tiba
bertanya-tanya dalam hati. Apakah Luna sengaja menjatuhkan
dirinya di tangga, agar terluka atau terkilir sehingga
kepergiannya dari rumah ini tertunda" Ah tidak! Elena
mengerjapkan mata, mencoba menghilangkan pemikiran
negatif itu. Dia tidak boleh berburuk sangka kepada perempuan
ini. "Kalau kau butuh apa-apa, bunyikan saja bel, pelayan
akan datang, Istirahatlah, aku pergi dulu." Elena melangkah
meninggalkan kamar itu. Sementara Luna dari tadi diam saja
dan tidak menjawab pertanyaannya.
"Kau pasti sangat bahagia kalau tahu."
Suara Luna yang dingin membuat Elena menghentikan
langkahnya, dia sudah sampai di ambang pintu.
"Tahu tentang apa?"
Luna mencibir dan menatapnya benci, "Tahu bahwa
Rafael sudah mencintaimu sejak lama. Kau sangat beruntung
tapi kau bodoh karena tidak menyadarinya. Dan aku
membencimu karenanya."
Elena mengernyitkan keningnya, "Bagaimana mungkin
Rafael mencintaiku sejak lama?" bukankah mereka baru
berkenalan, dan ketika Rafael menjalin hubungan dengan Luna,
Elena belum kenal Rafael"
Unforgiven Hero 143 Air mata tiba-tiba mengalir di sudut mata Luna yang
indah, membasahi pipinya, "Dulu setiap dia bercinta denganku,
dia selalu memanggil namamu. "Elena"... begitu bisiknya, dengan
lembut dan penuh perasaan cinta.... dia tidak pernah memanggil
namaku dengan lembut... tidak pernah satu kalipun dia
memanggil namaku seperti itu!!" tangis Luna pecah dan dia
terisak-isak, "Aku membencimu karena itu! Aku sangat benci
kepadamu!" Elena menatap bingung ke arah Luna yang tersedusedu. Bingung akan perkataan Luna, tetapi sepertinya
perempuan itu terlalu histeris untuk menjelaskan lebih lanjut.
Sambil menghela napas, Elena melangkah pergi meninggalkan
kamar tamu. " Edo menemukan informasi itu begitu saja. Dia
menelusuri semua petunjuk yang ada. Dan kemudian
menemukan potongan berita dari softcopy arsip koran di
perpustakaan nasional. Berita kecelakaan itu, antara Rafael
Alexander, putra milyuner kaya yang menikahi wanita Spanyol.
Kecelakaan itu menewaskan seorang supir taksi tua yang
kebetulan melintas. Menjadi korban tak berdosa yang tewas
karena kemungkinan Rafael mengebut sambil mabuk bersama
teman-temannya dan menerobos lampu merah.
Apakah ini Rafael Alexander... Mr. Alex yang sama" Edo
masih merasa tidak yakin. Mr. Alex adalah lelaki jenius yang
tampak begitu kompeten dan dingin. Edo selalu berpikir bahwa
masa muda lelaki itu dihabiskan untuk belajar dan bersekolah
tanpa henti.... Tetapi ini... berkendara sambil mengebut, mabuk
dan ugal-ugalan menerobos lampu merah, dan menewaskan
satu orang pula, sungguh perbuatan tak bertanggung jawab.
Jauh sekali dari cerminan Mr. Alex yang dikenalnya.
Tetapi artikel ini tak mungkin salah. Meskipun jarang
disebut dan seolah memang disembunyikan. Mr. Alex jelas-jelas
putra dari milyuner Alexander itu.... Rafael Alexander di artikel
ini sudah pasti sama dengan Mr. Alex atasannya itu.
144 Santhy Agatha Edo melanjutkan membaca artikel itu dengan teliti,


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dikatakan bahwa permasalahan kemudian diselesaikan secara
kekeluargaan. Rafael Alexander tidak pernah dibawa ke
pengadilan. Dan keluarga supir taksi yang miskin itu juga tidak
pernah dikabarkan lagi. Edo mencari-cari artikel lain bertanggal sama yang
membahas kecelakaan itu, dan menemukan artikel lain yang
membahas keluarga si supir taksi. Dia tertegun, lalu matanya
membelalak kaget. Foto yang sedang berduka di artikel itu...
meskipun masih belia dan begitu muda, itu sudah pasti adalah
Elena. Edo menelusuri artikel itu dan menahan napas ketika
menemukan kalimat yang menerangkan bahwa supir taksi itu
meninggalkan seorang putri tunggal bernama Elena dan
seorang isteri. Benaknya langsung menghubungkan semua benang
merah itu. Jadi begitu rupanya. Semua ini sudah direncanakan
oleh Mr. Alex. Semua yang berhubungan dengan Elena sudah
diatur oleh lelaki itu, tanpa sepengetahuan Elena pastinya. Edo
yakin Elena tidak tahu apa-apa tentang hal ini.
Dengan bergegas dia melangkah pergi, benaknya
dipenuhi tekad yang kuat untuk segera menemui Elena nanti
ketika dia bisa menjangkaunya. Akan dikatakannya kepada
Elena, bahwa perempuan itu sudah menikahi pembunuh
ayahnya.... Unforgiven Hero 145 10 Elena termenung di dalam kamarnya, masih bingung
memikirkan perkataan Luna tadi. Perempuan itu bilang kalau
Rafael selalu membayangkannya ketika bercinta, selalu
menyebut namanya.... bagaimana mungkin" Elena kan tidak
mengenal Rafael sebelum ini" Apakah Elena yang dibayangkan
oleh Rafael adalah Elena yang lain"
Jantung Elena serasa diremas. Mungkinkah itu"
Mungkinkah pernikahan impulsif, dan semua hal yang
dilakukan dengan terburu-buru ini disebabkan Rafael
menginginkan seorang pengganti untuk Elena yang dicintainya.
Toh kalau dengan Elena, Rafael tidak perlu repot-repot seperti
dengan Luna, karena namanya sama. Jadi Rafael tidak perlu
menjelaskan apa-apa dan Elena juga tidak akan tahu kalau dia
digunakan sebagai pengganti.
Elena mendongak ketika Rafael memasuki kamar,
mengernyit ketika melihat Elena duduk melamun di ranjang,
"Sayang, kenapa" Aku menunggumu di bawah untuk
makan siang, tetapi kau tidak turun."
Jawaban Elena hanya berupa desahan napas yang
berat, bingung apakah dia harus menanyakan hal ini kepada
Rafael atau tidak. Rafael ikut menghela napas, dengan lembut dia
melangkah dan berlutut di depan Elena yang sedang duduk di
atas ranjangnya, "Tentang Luna lagi, apakah dia mengganggumu?"
Elena menatap Rafael, mencoba mencari kedalaman
hati suaminya itu di balik tatapan matanya yang lembut. Apa
sebenarnya yang ada di benak Rafael" Kenapa dia tidak pernah
tahu" 146 Santhy Agatha "Luna mengatakan kepadaku, bahwa kau selalu
memanggil nama "Elena" ketika bercinta....bahwa kau selalu
membayangkannya sebagai "Elena..." Elena mendesah, "Dan aku
berpikir, tentu Elena yang kau bayangkan itu bukan aku, karena
kita baru saling mengenal..."
Ekspresi Rafael tidak terbaca. Tetapi lelaki itu dengan
lembut merengkuh tangannya dan menggenggamnya dengan
erat, "Kau lebih percaya Luna atau kepadaku sayang" Aku"
Suamimu." Elena mencoba percaya. Sungguh dia mencoba. Tetapi
cara Luna mengucapkannya tadi, perempuan itu sungguhsungguh tampak terluka. Mungkinkah Luna hanya berakting
untuk menyebabkan kesalahpahaman di antara Elena dan
Rafael" "Percayalah kepadaku dan jangan hiraukan apa yang
dikatakan oleh Luna. Bukankah aku sudah mengatakan
kepadamu, bahwa apapapun yang terjadi seburuk apapun yang
dikatakan orang, kau bisa pegang satu hal yang pasti, bahwa
aku mencintaimu. Amat sangat mencintaimu..." Rafael
menundukkan kepala dan mengecupi jemari Elena, "Rasanya
sangat sakit, ketika kau mencintai seseorang, tetapi tidak
dipercaya. Rasanya seperti cintamu ini sampah dan dibuang
begitu saja." "Rafael... tidak... bukan begitu...." Elena menggenggam
jemari Rafael, "Aku tidak akan membuang cintamu. Aku,
maafkan aku mungkin aku sedikit terpengaruh karena cara
Luna mengungkapkannya tadi begitu meyakinkan." Elena
menghela napas panjang, "Mulai sekarang aku tidak akan
mendengarkannya lagi."
"Terima kasih Elena." Kedua mata mereka sejajar,
Rafael yang berlutut dan Elena yang duduk di atas ranjang, lalu
mereka berciuman dengan lembutnya. Bibir Rafael melumat
bibir Elena dengan penuh perasaaan, membuatnya terlena.
Lidahnya menelusur pelan kemudian, mencecap rasa yang
sudah lama dirindukannya, rasa yang sangat dikenalnya. Elena
mendesah ketika Rafael mendorongnya terbaring di ranjang,
Unforgiven Hero 147 dengan kaki menjuntai di bawah dan Rafael yang berdiri
membungkuk di atasnya, "Kita tidak bisa melakukannya sekarang. Ini waktunya
makan siang. Alfred akan mencari-cari kita..." Elena berbisik
dalam napasnya yang sedikit tersengal.
"Alfred sudah mencari sejak tadi, lebih tepatnya
mencarimu. Itu sebabnya aku menyusulmu kemari, karena kau
tidak turun untuk makan siang." Rafael mencumbu leher Elena
yang menyimpan aroma khasnya yang manis, "Aku rasa Alfred
akan mengerti, kita kan sedang berbulan madu."
Jemari Rafael membuka ritsleting gaun Elena dan
menurunkannya, dia menarik gaun itu melewati pinggul Elena
dan membuangnya ke lantai. Pakaian dalamnya menyusul
kemudian, hingga Elena berbaring telanjang dan pasrah di
bawahnya. Rafael tidak terburu-buru, lelaki itu dengan pelan
membuka kancing kemejanya dan melepasnya, memamerkan
tubuh indah dan kerasnya yang bahkan masih membuat Elena
merasa kagum setiap melihatnya, bahkan setelah berkali-kali
jemarinya menyentuhnya di sana, menikmati kehalusannya.
Lalu Rafael menurunkan celananya dan kemudian
telanjang sepenuhnya di depan Elena, kejantanannya mengeras
dan sudah siap. Lelaki ini amat bergairah.
Dengan lembut lelaki itu menunduk di atas Elena,
jemarinya bergerak menelusuri tubuh Elena dan menemukan
kewanitaan Elena yang sudah hangat dan basah,
"Aku belum menggodamu, tetapi kau sudah basah di
sini..." Rafael menggerakkan jemarinya lembut, "Kau pasti
sangat merindukanku di sana."
Dengan lembut Rafael mengangkat kedua kaki Elena dan
menyandarkan masing-masing di pundaknya, membuat posisi
Elena begitu pas untuk dia masuki.
148 Santhy Agatha Lelaki itu melakukan penetrasi dan mengerang parau.
"Astaga... kau begitu sempit sayang, begitu sempit dan nikmat..."
Elena mengikuti semua ritme yang dibawa oleh Rafael.
Posisi ini membuat titik-titik sensitif yang tidak disadarinya ada
tersentuh dan bangun, membuat seluruh tubuh Elena
menggelenyar dalam kenikmatan yang luar biasa. Jemari Rafael
bergerak dan menyentuh titik nikmat di atas kewanitaannya,
memainkannya. Membuat Elena seakan dihantam oleh dua
kenikmatan bertub-tubi. "Rafael..." Elena mengerang, menyebut nama
suaminya, karena sudah tidak bisa menahan diri.
"Ya sayang, ya...." Rafael membalas erangan Elena
dengan suara parau tertahan, ritmenya semakin cepat, semakin
tak tertahankan membuat Elena tidak mampu lagi, sehingga
akhirnya membiarkan dirinya dibawa oleh arus deras
kenikmatan yang memenuhi seluruh sarafnya. Rafael
mengerang di sana dan mereka mencapai orgasme bersamaan.
" "Apakah dengan begini kau yakin bahwa aku
mencintaimu?" Mereka masih berbaring telanjang dan puas di
atas ranjang. Elena meringkuk membelakangi Rafael dan Rafael
memeluknya dengan posesif dari belakang, kaki mereka saling
bertautan. Kulit mereka saling menghangatkan,
"Tanpa sekspun aku yakin bahwa kau mencintaiku."
Elena menjawab pelan, setengah mengantuk.
Sesaat hening, dan Elena merasakan jantung Rafael
berdebar, lelaki itu menghela napas sebelum bertanya,
"Apakah... apakah kau juga mencintaiku, Elena?"
Elena tertegun dengan pertanyaan itu. Jauh di dalam
hatinya dia sudah tahu jawabannya. Ya. Dia mencintai Rafael,
dia sangat mencintai suaminya ini. Dan Rafael sudah berkalikali menyatakan mencintai Elena. Amat sangat tidak adil kalau
Unforgiven Hero 149 Elena tidak mau mengungkapkan perasaannya kepada
suaminya. Mungkin inilah saat yang tepat....
"Ya..." Elena menjawab pelan, jantungnya berdebar,
"Ya... Aku juga mencintaimu, Rafael..."
Rafael mendesah pelan, menyebut nama Elena dengan
khidmad, "Elena...." Lalu lelaki itu memalingkan muka Elena
supaya menoleh menghadapnya, dan menciumnya dengan
sangat bergairah. Elena merasakan kejantanan Rafael mengeras lagi di
sana, menyentuh bagian belakang tubuhnya, Jemari lelaki itu
sudah menangkup payudaranya dan memainkannya dengan
lembut, menggoda putingnya, merayunya, jemarinya lalu turun
dan memainkan titik sensitif di pusat kewanitaan Elena, dengan
lembut dan menggoda. Elena mendesah dan mencoba membalikkan tubuhnya,
tetapi Rafael menahannya.
"Jangan, kita akan mencoba seperti ini." Dengan
lembut Rafael mengangkat sebelah kaki Elena yang masih
berbaring miring membelakanginya, kemudian dari belakang,
Rafael menyelipkan kejantanannya yang terasa keras dan
panas, memasuki pusat kewanitaan Elena yang lembut dan
basah. Elena setengah menjerit merasakan penetrasi Rafael
ini. Gaya bercinta Rafael ini membuat titik-titik yang biasanya
tidak tersentuh oleh kejantanan Rafael menjadi tersentuh
semua, membangunkan sarafnya dan merangsangnya.
Rafael membimbing Elena supaya mengikuti ritmenya,
mereka bergerak dengan lembut, tidak terburu-buru,
menikmati setiap detiknya dengan bahagia. Dan kemudian
mencapai orgasme bersama.
" Suamiku. Elena menelusurkan jemarinya di alis Rafael,
membuat alis itu sedikit berkedut. Barusan Elena terbangun
150 Santhy Agatha dan mendapati Rafael masih tidur pulas di sebelahnya, sesuatu
yang jarang terjadi, karena selama ini lelaki itulah yang selalu
terjaga sebelum Elena kemudian menggoda Elena dengan
kecupan-kecupan kecil untuk membangunkannya.
Elena mengamati wajah kokoh suaminya itu. Darah
Spanyol sangat kental di sana, menciptakan wajah latin yang
khas dengan mata yang dalam dan tajam, dan bibir yang luar
biasa menggairahkan. Alis dan rambutnya berwarna gelap,
sedikit ikal di bagian bawah. Suaminya ini luar biasa tampan,
bagaikan pangeran dari negeri antah berantah. Dan lelaki ini
mencintainya Dada Elena dipenuhi oleh perasaan hangat. Mengingat
bagaimana mereka semua bisa mencapai titik saling mencintai
di pernikahan ini. Elena juga mencintai suaminya. Dan dia
bertekad. Mulai sekarang, apapun yang terjadi, dia akan
mempercayai suaminya. Rafael begitu mencintainya, dan yang
pasti tidak akan membohonginya. Elena percaya itu.
" "Jadi dia jatuh dari tangga dan terkilir, lalu kau tidak
jadi mengusirnya dan malahan merawatnya?" Victoria hampir
berteriak di seberang sana. Membuat Rafael sedikit
menjauhkan ponselnya. "Ya, dia setuju untuk pergi dan akan berkemas, ketika
kecelakaan itu terjadi."
"Terdengar seperti kesengajaan bagiku." Nada suara
Victoria tampak mencela, "Apa kau yakin dia sungguhan"
Jangan-jangan dia berakting sakit."
"Kakinya benar-benar bengkak dan dokterkulah yang
memeriksanya, jadi dia memang benar-benar terkilir." Rafael
mendesah, "Walau aku tidak bisa menebak apakah dia sengaja
menjatuhkan dirinya atau tidak."
"Mengingat sifat Luna, dia mungkin saja
melakukannya." Victoria tampak cemas, "Lalu bagaimana
dengan kau dan Elena?"
Unforgiven Hero 151 Rafael tersenyum mengenang ketika nama Elena
disebut. Elena, Elenanya. Perempuan itu mengatakan
mencintainya, dengan begitu lembut. Elena mencintainya! Oh
astaga. Rasanya seperti semua bebannya terlepas dan tubuhnya
menjadi ringan. Begini rasanya ternyata ketika mencintai
seseorang sepenuh hati, ketika cinta itu terbalas, seluruh
tubuhnya terasa melayang.
"Kami bisa menghadapinya." Rafael masih tersenyum
ketika berbicara, mengenang percintaan mereka yang panas
dan bertubi-tubi setelah pengakuan cinta itu. "Dan dia
mengatakan dia mencintaiku."
"Oh." Victoria tampak tertegun, "Selamat kakak,
meskipun aku meragukan ada perempuan yang tahan menolak
cintamu kalau kau sudah mengerahkan segala pesonamu."
Victoria terkekeh, "Kau pasti sangat bahagia."
"Sangat." Rafael tersenyum. "Aku sudah memikirkan
cara untuk mengatasi Luna, kau harus datang ke sini."
"Aku?" Victoria mengeluarkan nada memprotes,
"Bagaimana mungkin aku bisa kesana" Kau meninggalkan
tanggung jawab atas perusahaan di tanganku ketika kau pergi."
"Aku akan memegangnya kembali. Aku akan mengajak
Elena pulang." "Dan meninggalkan Luna di pulau itu sendirian dan


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sakit?" Rafael mengangkat bahunya, "Karena itulah kau harus
datang kemari, pura-pura mengatakan bahwa ada hal urgent di
perusahaan yang harus aku urus. Lalu kau yang tinggal di sini
sampai Luna pulih, demi kesopanan."
"Kau akan meninggalkan aku di pulau itu dengan
perempuan jahat seperti Luna?" Victoria menaikkan nada
suaranya, "Kau memang tidak pernah tanggung-tanggung
memanfaatkan kasih sayang adikmu, kakak."
152 Santhy Agatha Rafael terkekeh, "Suatu saat nanti, kalau kau sedang
terlibat masalah cinta yang pelik, aku berjanji akan
membantumu sekuat tenaga."
"Aku akan mencari pasangan yang tidak pelik." sahut
Victoria segera, lalu mendesah dan menghela napas, "Aku akan
berangkat besok." "Terima kasih adikku."
" Mereka sedang makan malam ketika suara perahu
boat terdengar mendekat. Elena mengernyit, tamu lagi"
Diliriknya Rafael, lelaki itu tampak tenang-tenang saja.
Mereka makan malam bertiga, Rafael, Elena dan Luna
yang sudah mulai bisa berjalan meskipun masih harus
mengenakan penyangga badan. Suasana makan malam dingin
dan kaku, Luna tak banyak bicara seperti biasanya. Meskipun
Elena sempat melihat perempuan itu berkali-kali menyentuh
Rafael seolah tanpa sengaja.
Seorang pelayan masuk, mengantarkan tamu yang
baru tiba itu, "Victoria." Rafael berseru dan meletakkan
makanannya, "Kejutan tak terduga, kenapa kau datang kemari?"
lelaki itu berdiri, mengajak Elena dan memeluk adiknya.
Victoria mengibaskan rambutnya yang sedikit
berantakan, dia memeluk Elena dengan hangat, lalu melirik ke
arah Luna sambil lalu dan melangkah duduk di kursi di meja
makan itu. Rafael dan Elena kembali duduk.
Para pelayan dengan sigap langsung mengantarkan
hidangan untuk tamu tambahan mereka itu.
Victoria melirik ke arah Luna dan tersenyum kaku.
Mereka memang saling mengenal, tetapi tidak begitu akrab.
Unforgiven Hero 153 "Hai Luna, kudengar dari kakak kau sudah di sini
beberapa hari dan mengalami kecelakaan, bagaimana kondisi
kakimu?" Luna mengangkat alisnya dan tersenyum manis,
"Masih sakit dan bengkak, aku tidak bisa berjalan kalau tidak
pakai penyangga." "Wah sepertinya penyembuhanmu akan memerlukan
waktu lama." Victoria sekuat tenaga menyembunyikan nada
sinis di dalam suaranya. Luna mengangguk, melirik Rafael, seolah ingin
menebak apa rencana Rafael dengan kedatangan Victoria yang
mendadak ini. Apakah Rafael menyuruh Victoria datang untuk
melindungi Elena dari serangannya"
"Ya. Kakiku sepertinya memerlukan waktu lama untuk
sembuh." Luna menyentuh lengan Rafael dengan lembut dan
tersenyum penuh arti, "Maaf Rafael, sepertinya aku harus
berada di rumah ini lebih lama, aku tidak bisa kemana-mana."
"Tidak masalah." Rafael menjawab datar. Elena yang
sedang mengamati Rafael mengernyitkan alisnya, Rafael
tampak berusaha sekuat tenaga untuk fokus kepada
makanannya dan menahan diri untuk tidak tertawa. Kenapa
suaminya tampak begitu geli" Apa yang ada di dalam benaknya"
Victoria sendiri tampak menahan senyum, dia
menyendok satu suap penuh sup krim asparagus kental dengan
kepiting di dalamnya, dan memutar bola matanya senang,
"Wow, masakan Alfred yang luar biasa. Aku
merindukannya, kurasa ini sepadan dengan tinggal di sini
beberapa lama sementara Rafael pergi."
"Apa maksudmu?" Luna langsung menyela, merasa
waspada. Victoria melirik Luna tidak peduli, lalu menatap Rafael,
"Oh aku belum mengatakan maksud kedatanganku
kepada kalian ya" Rafael, aku mengalami masalah dengan
154 Santhy Agatha negosiasi dengan pihak Jepang. Mereka tidak percaya
kepadaku, dan ingin pelaksanaan nego diwakili oleh kau
langsung." Victoria menghela napas panjang, "Itu tender yang
yang besar dan mereka menahannya sampai kau pulang. Kita
akan rugi besar kalau sampai proyek itu tertahan lama, karena
itu dengan baik hati, aku menawarkan diri untuk
menggantikanmu menjadi tuan rumah di rumah ini untuk tamu
kita." Victoria melirik Luna dengan sinis, "Sementara kau dan
Elena pulang untuk mengurus tender itu."
"Apa?" Luna hampir menjerit, lupa akan sikap datar
dan menahan diri yang dipertahankannya, "Tidak! Kau tidak
bisa melakukannya kan Rafael" Masa kau akan tega
meninggalkan aku yang sedang sakit sendirian di sini?"
Victoria mengedipkan matanya nakal kepada Luna,
"Kau kan tidak sendirian Luna, ada aku di sini menemanimu."
Luna melirik Victoria dengan marah, lalu mengalihkan
pandangannya kepada Rafael, "Rafael... aku ... "
"Aku terpaksa harus pergi Luna. Dan sementara kau
masih sakit. Victoria akan menunggu di sini, memastikan semua
kebutuhanmu terpenuhi dan kau baik-baik saja."
"Aku...aku akan ikut pulang denganmu....aku sudah
merasa agak baikan..."
"Tadi kau bilang kau tidak bisa kemana-mana dan
harus tinggal lama di sini." Victoria menyela gemas, "Sudahlah
Luna, kau tinggal di sini denganku. Para pelayan dan aku akan
memastikan kau pulih dengan baik sebelum pergi dari sini."
"Victoria benar Luna." Rafael melanjutkan sebelum
Luna sempat membantah, "Aku dan Elena akan berkemas untuk
pergi nanti malam. Maafkan aku atas keadaan ini. Semoga kau
lekas sembuh dan sehat kembali."
Dan pembicaraanpun ditutup. Kali ini Elena yang
menelusuri piringnya dengan sikap geli. Mendadak dia
mengerti kenapa Rafael tadi sepertinya menahan tawa. Lelaki
Unforgiven Hero 155 itu sengaja, dia sudah merencanakan semua ini bersama
Victoria. Membuat Luna tidak dapat berkutik lagi.
" Mereka meninggalkan pulau itu siang harinya, dan
setelah mendarat di Pulau Dewata, mereka melanjutkan dengan
pesawat untuk pulang. "Kau pasti senang." Rafael menggenggam tangan Elena
yang duduk disebelahnya, tersenyum jahil.
Elena menatap Rafael dan tertawa, "Kau sangat licik
Rafael Alexandro." Rafael ikut tertawa bersama Elena dan mengecup dahi
Elena dengan sayang. *** Mereka mendarat di bandara dan langsung dijemput
oleh supir pribadi Rafael. Tengah malam mereka baru tiba di
rumah Rafael. Rumah itu masih sama, seindah ingatan Elena
dulu ketika pertama kemari di pesta itu. Pesta yang
menghasilkan sebuah insiden yang mendorong Elena dan
Rafael akhirnya bersatu ke dalam pernikahan.
Mungkin sekarang Elena akan mensyukuri insiden itu.
Karena sekarang dia menemukan kebahagiaan bersama
suaminya. Tiba-tiba dia teringat sesuatu dan menatap Rafael
dengan serius. "Malam itu malam setelah pernikahan kita
adalah malam pertama kita. Aku tahu karena rasanya sakit."
Rafael tersenyum lembut, "Aku juga tahu karena aku
harus menembus penghalang yang kuat, sebelum bisa
memasukimu." Pipi Elena memerah mendengar kata-kata vulgar
Rafael yang diucapkan dengan santai, "Kalau malam itu adalah
malam pertama kita, berarti waktu itu kita tidak berbuat apaapa di sini." 156 Santhy Agatha Rafael mengangkat bahu, "Aku memang tidak ingat.
Tetapi mungkin kita hanya mabuk dan tertidur di ranjangku."
"Tetapi waktu itu kita telanjang bulat." Elena
mengerutkan dahinya. Rafael tertawa, "Mungkin kita bercumbu sedikit lalu
tertidur." Ingatannya melayang kepada Elena yang
meninggalkannya tidur ketika dia mencumbunya waktu itu. Yah
setidaknya Rafael tidak sepenuhnya berbohong.
"Padahal kejadian itu adalah alasan kita menikah."
Elena menghela napas, "Kalau kau tahu kita tidak berbuat apaapa, kau bisa tidak menikahiku."
"Hei aku tidak peduli apa alasan yang mendorongku
menikahimu. Kalau bukan karena isiden di malam itu, kurasa
aku akan menemui cara untuk menikahimu pada akhirnya."
Rafael mendekap Elena ke dalam pelukannya, "Dan aku selalu
mensyukuri karena aku menikahimu. Kau adalah sumber
kebahagiaanku Elena."
Elena membalas pelukan Rafael sambil tertawa, "Kau
juga Rafael, Aku mencintaimu dan aku mempercayaimu
sepenuh hati." " Bagaimana kalau kepercayaan Elena tiba-tiba
dihancurkan olehnya"
Rafael terbangun di tengah malam. Karena mimpi
buruk yang menghantuinya. Mimpi itu datang lagi. Kecelakaan
itu. Lalu anak perempuan yang mengusirnya dari rumahnya
dengan tatapan mata penuh kebencian. Kebencian yang
menghujam dan masih tetap membuat jantung Rafael
berdenyut perih sampai sekarang. Dan kemudian mimpi itu
berlanjut dengan dia kehilangan Elena. Elena hilang begitu saja
dan dia tidak dapat menemukannya di mana-mana.
Membuatnya menggila, membuatnya seperti ingin mati saja.
Unforgiven Hero 157 Napasnya sedikit terengah dan dadanya terasa sesak
oleh mimpi yang menakutkan itu. Dengan lembut diliriknya
perempuan yang terbaring manis di sebelahnya. Elenanya.
Istrinya. Yang mencintainya dan mempercayainya...
Mempercayainya.. Elena sangat mempercayainya,
dengan tanpa prasangka, perempuan itu meletakkan hatinya di
tangan Rafael, pasrah dan percaya kepadanya.
Sementara Rafael membangun sebuah pernikahan
yang didasarkan pada kebohongan. Cintanya kepada Elena
bukanlah suatu kebohongan, dia sungguh-sungguh mencintai
Elena, dari lubuk hatinya yang paling dalam. Elena adalah
sumber kebahagiaannya yang paling dalam, begitupun dia ingin
menjadi sesuatu yang sama bagi Elena. Tetapi semua selain
cinta itu adalah sebuah kebohongan. Sebuah kebohongan yang
terjalin dan membentuk dinding rapat yang menutup rahasia
masa lalu mereka. Rahasia itu, rahasia tentang kematian ayah
Elena. Rafael tidak pernah bisa lari dari masa lalunya, dia
adalah pembunuh ayah Elena. Bagaimana dia menjelaskannya
kepada isterinya itu, kalau suatu saat Elena mengetahui
kebenarannya" Akankah cinta yang mereka bangun saat ini
hancur begitu saja" Rafael tidak mau kehilangan Elena, dia akan mati kalau
sampai itu terjadi. " "Aku sudah pulang." Elena menelepon Donita segera
keesokan paginya, dia sedang di sendirian karena Rafael sedang
bekerja untuk mengurus proyeknya. Victoria ternyata tidak
berbohong tentang yang satu itu.
Donita memekik senang di seberang sana, "Kau harus
datang ke sini." "Ya aku akan datang ke rumahmu siang ini." Elena
tertawa, dia tadi sudah bilang kepada Rafael akan mengunjungi
Donita siang ini, dan Rafael mengizinkannya dengan syarat
158 Santhy Agatha Elena harus mau diantar jemput oleh supir pribadinya, dan
Elena tidak keberatan dengan syarat itu.
" "Jadi begitu ceritanya." Elena menyelesaikan ceritanya,
dari awal sampai akhir, dari insiden malam pesta itu sampai
akhirnya mereka jatuh cinta. Elena sedang menggendong puteri
kecil Donita yang masih bayi, dia membuai anak perempuan
cantik yang sedang terlelap itu dengan penuh kasih sayang.
"Wow sebuah kisah yang tak terduga tapi sangat
indah." Mata Donita berbinar-binar. "Dari ceritamu, aku yakin
Mr. Alex sangat mencintaimu Elena. Sudah sekian lama aku
menjadi asistennya, dan dia begitu dingin, begitu menutup diri.
Aku dulu membayangkannya akan menjadi penyendiri seumur
hidupnya, aku tidak menyangka dia akan menikah dan jatuh
cinta kepada seseorang." Donita tersenyum lembut, "Aku turut
bahagia untuk kalian berdua."
Elena tersenyum juga, "Yah aku sendiri tidak
menyangka akan berakhir seperti ini. Tetapi aku bahagia."
Senyumnya melebar, membuat Donita tertawa.
Tetapi kemudian ekspresi Donita berubah serius, "Kau
tidak mencari tahu kabar Edo akhir-akhir ini?"
Elena menggelengkan kepalanya, "Buat apa" Setelah
insidennya dengan perempuan bernama Alice di kamar waktu
itu, aku sudah melupakannya. Dia tak pantas untuk kupikirkan."
"Kau bilang nama perempuannya Alice?" Donita
menyela cepat, rupanya Elena lupa menyebutkan informasi itu
di ceritanya tadi. Elena menganggukkan kepalanya, "Ya. Edo
memanggilnya dengan nama Alice."
"Alice adalah sahabat Rafael, dia sahabat Victoria dan
menjadi sahabat Rafael juga. Tetapi dari yang kutahu, Edo dulu
pernah mengejar-ngejar Alice dan perempuan itu menolaknya
mentah-mentah. Alice sendiri dengan tegas mengatakan bahwa
Unforgiven Hero 159 Edo bukan tipenya, dan dia tidak tertarik sama sekali dengan
Edo." Elena termenung. Dari kenangannya waktu itu,
mengingat begitu bergairahnya Alice mencumbu Edo di kamar,
tidak kelihatan kalau Alice tidak tertarik kepada Edo,
perempuan itu malahan tampak bersemangat dan menggoda.
"Mungkin mereka berdua sedang mabuk malam itu."
"Mungkin juga" Donita menimpali, "Tetapi Edo jadi


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berubah sejak kau tinggalkan. Dia tidak ceria lagi, menjadi
pemarah dan pemurung. Terakhir dia selalu mencari-cari
informasi tentangmu. Kapan kau pulang dan sebagainya.
Bahkan dia menelepon ke rumahku."
"Benarkah?" Elena mengernyit,benarkah Edo masih
belum menyerah terhadapnya" Bagaimana mungkin" Tetapi
kemudian setelah menelaah Elena menyadari bahwa itu
mungkin saja terjadi. Perpisahannya dengan Edo waktu itu
berakhir buruk, dan penuh permusuhan. Edo mencoba
menjelaskan dan Elena tidak mau mendengarkan, lalu Edo
mulai menuduh Rafael dan sebagainya. Mungkin sekarang Edo
tidak terima karena pada akhirnya, Elena menikahi Rafael.
Mungkin jika ada kesempatan bertemu nanti, Elena bisa
berbicara dengan Edo dari hati ke hati, Mengurai
kesalahpahaman di antara mereka dan saling memaafkan. Ya...
mungkin dia akan mencari kesempatan untuk menemui Edo.
" Bos sudah pulang. Itulah yang dikatakan para pegawai
sejak tadi. Semula Edo masih tidak percaya, tetapi kemudian
Rafael muncul dan membiarkan beberapa pegawai
menyalaminya, memberinya selamat atas pernikahannya
dengan Elena. Edo melihat lelaki itu tertawa ramah, sesuatu
yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya dan menjanjikan
acara pesta pernikahan yang mengundang para pegawainya.
Edo mendengus kesal. Lelaki itu telah mengatur
segalanya seakan-akan dia itu Tuhan. Edo telah melakukan
penyelidikan secara menyeluruh dan dia menemukan bahwa
160 Santhy Agatha semua sisi kehidupan Elena setelah kematian kedua
orangtuanya terkoneksi dengan Rafael.
Rafael yang mengatur segalanya untuk Elena, dari
fasilitas pendidikan, tempat tinggal bahkan pekerjaannya. Elena
diarahkannya ke sini, masuk perusahaannya bagaikan sebuah
mangsa tidak berdaya siap disantap untuk kesenangan Rafael.
Edo menahan kemarahan di dalam dadanya, Dia tidak akan
membiarkan Rafael berjaya. Elena harus tahu kalau selama ini
dia dibodohi dan dimanfaatkan oleh lelaki yang menjadi
pembunuh ayahnya. Rafael telah merencanakan semuanya, dia
menjebak Edo dan kemudian entah dengan cara apa dia
menjebak Elena untuk menikahinya.
Lelaki itu lelaki sempurna dan yakin bisa
mendapatkan apa saja yang dia mau. Edo mencibir. Tetapi kali
ini, dia akan memastikan Rafael menerima ganjarannya. Dia
hanya harus mencari tahu di mana Elena, dan mengatur
pertemuan dengannya. Setelah itu dia akan melemparkan
semua bukti yang dimilikinya tentang rahasia gelap yang
disimpan Rafael selama ini.
Mata Elena akan terbuka. Dan Edo akan menawarkan
diri menjadi penopangnya. Elena akan kembali ke dalam
pelukannya lagi, Edo yakin itu. Dan Rafael... seluruh rencana
lelaki itu akan hancur.,,,,Edo tersenyum jahat, membayangkan
seluruh rencananya. Rafael akan menyesal telah main-main
dengannya Unforgiven Hero 161 11 "Tamu untuk anda Mr. Alex." Ibu Grace masih
memanggilnya dengan nama Mr. Alex. Tidak masalah untuknya,
Rafael tersenyum, ternyata namanya bukan masalah buat Elena.
"Aku dengar kau pulang dari bulan madumu, jadi aku
mengajak Mikail kemari." Damian melangkah masuk, seperti
biasanya tanpa permisi langsung duduk di sofa besar di
ruangan itu. Seorang laki-laki berbadan ramping, berpakaian
serba hitam mengikuti masuk, pandangannya mengawasi
seluruh ruangan dengan tajam, sampai kemudian bertatapan
dengan Rafael. Mikail Raveno. Rafael membatin. Ini adalah pertemuan
kedua mereka setelah pertemuan singkat di sebuah pesta
waktu itu. Rafael memilih datang sendirian ke pesta Mikail
waktu itu dan membuat Damian sibuk mencemoohnya. Damian
sempat mengenalkannya dengan Mikail, tetapi mereka tidak
bisa berbicara lebih, karena Rafael buru-buru pergi untuk
urusan lain. "Mikail juga baru pulang dari bulan madunya." Damian
bergumam ketika Rafael dan Mikail hanya berpandangan
dengan kaku, saling mengawasi.
"Bulan madu" Bukankah kau sudah menikah lama,
Mikail?" Dan sepengetahuan Rafael, Mikail sudah memperoleh
satu putera dari isterinya. Dia melangkah mendekati sofa dan
duduk di sana, mempersilahkan Mikail untuk duduk.
"Bulan madu kedua." Mikail menyahut dengan
suaranya yang dalam. Entah kenapa kata "bulan madu" itu
membuat ekspresi dingin dan kejam di wajahnya melembut.
Mungkin benar kata Damian, lelaki ini benar-benar mencintai
isterinya. Kalau begitu, lelaki ini tidak sejahat yang dikatakan
162 Santhy Agatha orang. Seorang lelaki yang bisa mencintai seorang perempuan
sepenuh hati, adalah lelaki yang baik, jauh di dalam hatinya.
Rafael merasa prasangka buruknya terhadap Mikail memudar.
"Bagaimana bulan madumu?" Damian bergumam lagi,
menatap Rafael sambil tersenyum, "Semua berjalan sesuai
rencana?" "Sesuai rencana." Senyum Rafael melebar, lupa kalaudi
depannya ada Mikail Raveno, sosok yang tidak dikenalnya
seakrab Damian, "Dia mengatakan mencintaiku."
Damian terkekeh, "Dasar bajingan yang beruntung."
Diliriknya Mikail, "Rafael lebih beruntung dari kita, dia bisa
dengan cepat mendapatkan cinta isterinya. Sementara kita
harus jungkir balik mencoba segala cara."
Mikail ikut tersenyum mendengar kata-kata Damian itu.
Dan suasana kaku di antara mereka menjadi cair. Mereka lalu
membicarakan masalah pekerjaan dan proyek kerjasama
mereka, dan pembicaraan mengalir lancar seolah mereka sudah
sering berkumpul dan bercakap-cakap dengan akrab
sebelumnya. "Aku harus pulang." Mikail melirik jam tangannya, "Aku
sudah berjanji mengantarkan Lana ke dokter."
"Lana sakit?" Damian yang sedari tadi sibuk membaca
berkas catatan pengajuan proyek yang mereka bahas
mengangkat kepalanya, Mikail menggelengkan kepalanya, senyumnya melebar,
tak tertahankan. "Bukan. Dia mual dan muntah di pagi hari.
Sepertinya kami membawa oleh-oleh hasil bulan madu kedua
kami." "Wah. Kau mengejarku rupanya." Mata Damian
melembut ketika mengingat kedua malaikat kecilnya dan ibu
mereka yang sangat dicintainya, "Sampaikan salamku untuk
Lana. Aku akan mempelajari berkas ini dulu, nanti aku
diskusikan hasilnya denganmu."
Unforgiven Hero 163 "Oke." Mikail beranjak berdiri, dan Rafael mengikutinya.
Lelaki itu tersenyum dan mengulurkan tangannya kepada
Rafael yang segera disambut Rafael, mereka bersalaman,
"Semoga kerjasama kita baik ke depannya."
Setelah itu Mikail berpamitan dan pergi meninggalkan
ruangan. "Dia baik kan. Tidak sekejam yang dikatakan orang.
Apakah kau masih tidak menyukainya?" Damian bergumam,
matanya tidak lepas dari berkas-berkas di tangannya.
Rafael menatap ke arah kepergian Mikail dan
mengangkat bahu. "Well, aku tidak salah kalau dulu aku tidak
menyukainya. Rumor yang beredar begitu kental kalau dia
sangat kejam dan pemarah. Semua orang takut kepadanya. Tapi
dia berubah setelah menikah ya?"
"Yah dia berubah setelah menemukan Lana isterinya.
Kekejamannya memang tiada tara, sampai mambuat Serena
isteriku mencemaskan Lana. Kau tahu, mereka bersahabat.
Tetapi lelaki itu sungguh-sungguh memperjuangkan cintanya.
Dan ketika dia mendapatkannya dia menghargainya." Damian
tersenyum ke arah Rafael dan meletakkan berkas-berkasnya,
"Dan dari kata-katamu tadi, aku pikir pernikahanmu juga
berjalan semakin baik. Kau bisa sesegera mungkin membuat
isterimu hamil, lalu membangun keluarga kecil yang bahagia,
seperti aku dan Mikail."
Rafael menghela napas. Bayangan akan perut Elena
yang membuncit mengandung anaknya, ataupun bayangan dia
akan menggendong buah cintanya dengan Elena membuat
dadanya hangat. Tetapi ketakutan itu tetap ada, ketakutan yang
membuatnya bermimpi buruk akhir-akhir ini. Ketakutan akan
terkuaknya sebuah rahasia yang akan menyakiti Elena.
"Aku belum pernah bercerita kepadamu tentang
isteriku ini, dan kenapa aku sangat mencintainya."
164 Santhy Agatha "Kupikir kau ingin menyimpannya untuk dirimu
sendiri." Damian tersenyum, "Kau tampak letih Rafael,
bukankah pernikahan ini seharusnya membuatmu bahagia?"
"Aku bahagia." Rafael menggumam pelan, "Tetapi aku
lelah menyimpan rahasia."
"Rahasia apa?" "Rahasia masa laluku yang terkait dengan Elena
isteriku." Rafael menghela napas di masa lalu. Dan Elena tidak
menyadari bahwa aku adalah orang yang sama. Dia mencintai
aku yang sekarang... tetapi kalau dia tahu siapa aku
sebenarnya..." Damian menumpukan tangannya di dagu, "Apa
maksudmu Rafael" Coba ceritakan kepadaku supaya aku bisa
mengerti." Dan cerita itupun mengalir. Tentang masa lalu Rafael,
tentang kecelakaan itu dan pengusiran yang dilakukan Elena
dengan penuh kemarahan, yang menyadarkan Rafael
setelahnya. Tentang semua usaha Rafael untuk menebus
dosanya. Semua yang dia lakukan untuk membuat hidup Elena
mudah, hanya untuk menyadari bahwa dia sebenarnya amat
sangat mencintai Elena dan ingin memilikinya. Akhirnya Rafael
mengambil resiko memiliki Elena, menikahinya. Dengan tetap
merahasiakan masa lalu itu. Rafael menceritakan ketakutanketakutannya. Mimpi-mimpi buruknya akhir-akhir ini yang
sangat mengganggu kepada Damian.
Sahabatnya itu hanya menatapnya tajam beberapa lama,
lalu menarik napas panjang. "Wow." Gumamnya kemudian,
"Aku pikir kisah cintaku adalah kisah paling rumit di antara
semua pasangan. Punyamu lebih rumit dan penuh rahasia."
Damian menyandarkan tubuhnya di sofa. "Tetapi sebuah
pernikahan harus didasarkan pada kejujuran utuh kedua
pasangan, Rafael. Kalau tidak pernikahan itu tidak punya
landasan." Damian menatap Rafael yang hanya terdiam, "Aku
menikahi Serena waktu itu setelah kami sama-sama
Unforgiven Hero 165 menyatakan cinta, setelah tidak ada ganjalan dan rahasia di
antara kami berdua. Karena itulah kami bisa melalui semuanya
dengan baik sampai sekarang. Saling mendukung dan
mencintai." Damian mengangkat bahu, "Kalau mengambil
contoh pernikahan Mikail, hampir sama dengan yang kau
lakukan, dia dan pasangannya sama-sama keras kepada dan
tidak mau mengakui kalau mereka saling mencintai. Awal
pernikahan mereka dipenuhi gejolak dan salah paham, tetapi
itu akhirnya mendorong mereka untuk mengungkapkan isi hati
masing-masing dan pada akhirnya mengakui kalau saling
mencintai." "Aku dan Elena sudah mengakui saling mencintai ."
Rafael bergumam, tetapi hatiku tetap tidak tenang.
"Karena kau seperti berjalan di atas bom yang akan
meledak entah kapan. Itu membuatmu selalu waspada dan
mengalami mimpi buruk." Damian menatap Rafael dengan
serius, "Kau harus menceritakan semuanya kepada Elena."
Wajah Rafael dipenuhi kesakitan, "Aku tidak bisa,
Bagaimana kalau dia meninggalkanku?"
"Katamu dia mencintaimu. Dia mungkin akan mengamuk
dan marah besar kepadamu. Tetapi aku yakin dia akan
menghargai kejujuranmu. Pada akhirnya dia akan kembali
kepadamu." Damian menghela napas panjang, "Kau harus
melakukannya kawan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi
nanti, sebuah rahasia tidak akan pernah bisa disimpan
selamanya, kau bisa membayangkan kan betapa buruknya
kalau sampai Elena tahu dari orang lain?"
Rafael tercenung. Menyadari kebenaran dari kata-kata
Damian. Betul juga. Dia tidak boleh menyimpan rahasia ini
terlalu lama dari Elena. Dia harus menjelaskan semuanya. Elena
mencintainya, dan Rafael yakin semarah apapun Elena.
Perempuan itu pasti akan memaafkannya pada akhirnya nanti,
dan menghargai kejujuran Rafael
Ya... Rafael akan mengungkapkan semuanya kepada
Elena. 166 Santhy Agatha " "Bayi Donita sangat lucu dan cantik." Elena bercerita
sambil menyiapkan air mandi di bathup besar di kamar mandi
mereka untuk Rafael yang baru pulang dari kerja.
"Oh ya" Kau sudah menyampaikan salamku untuknya?"
Rafael melepaskan dasinya dan menyampirkan jasnya di kursi.
Lalu melangkah menuju kamar mandi besar itu dan bersandar
di pintu. Elena sedang memeriksa suhu air di kamar mandi itu,
kemudian mengambil handuk-handuk putih dan melipatnya
lalu meletakkannya di rak handuk di dekat bathup.
"Sudah kusampaikan. Donita mengucapkan selamat
untuk pernikahan kita." Elena berdiri dan menatap Rafael, "Aku
berpikir untuk mengunjungi ibu Rahma.... kita kemarin hanya
sempat mengabarkan pernikahan kita melalui telepon, dia
sudah seperti ibuku jadi rasanya tidak sopan kalau kita tidak
segera menemuinya." "Akhir pekan nanti aku akan mengantarmu ke Asrama
untuk bertemu Ibu Rahma." Rafael tersenyum, mengagumi
kecantikan isterinya di bawah sinar lampu kamar mandi yang
temaram. Kamar mandi itu luas, dengan bathupnya yang sangat
besar, muat untuk dua orang. Tetapi Rafael dan Elena belum
pernah mencoba melakukannya, berendam berdua karena
mereka terlalu sibuk setelah kepulangan mereka. Nuansanya
hitam dan putih. Di dominasi oleh marmer hitam dengan
semburat abstark keputihan di seluruh ruangan, selain itu


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semua perabotnya berwarna putih bersih, menciptakan
kekontrasan sendiri yang sangat indah. Tetapi Rafael tidak
peduli dengan suasana kamar mandinya, baginya yang paling
indah adalah isterinya. Isterinya yang cantik, Elenanya yang
luar biasa. Yang sekarang berdiri dengan gaun putih sederhana
yang melambai di betisnya, membuatnya tampak seperti dewi
yang turun dari langit dan mempunyai kekuatan untuk
menghilangkan semua kelelahan Rafael.
Unforgiven Hero 167 "Kemarilah" Rafael mengulurkan tangannya, "Aku
merindukanmu." Elena tersenyum dan menerima uluran tangan Rafael,
membiarkan dirinya dihela masuk ke dalam pelukan lelaki itu.
Rafael memeluknya dengan erat kemudian mengangkat dagu
Elena dan mengecupnya lembut.,
"Apakah kau merindukanku Elena?"
"Sangat." Elena tersenyum, "Aku terbiasa melihatmu
setiap saat." Jemarinya menelusuri wajah Rafael yang tampan
dengan lembut. "Rasanya berbeda kalau kau tidak ada."
Rafael meraih jemari Elena dan mengecupnya lembut,
"Mungkin kau bisa masuk ke kantor lagi dan menjadi
asistenku." Elena tersenyum, "Ide bagus."
"Dan perusahaanku akan bangkrut dalam sekejap,
karena sang pemiliknya terlalu sibuk menyetubuhi asistennya
di kantor." "Rafael." Elena berseru, mencela kata-kata Rafael yang
vulgar. Membuat Rafael terkekeh, dikecupnya pucuk hidung
Elena dan dihelanya masuk ke kamar mandi. Lelaki itu menatap
bathup dengan air hangat yang tampak menggoda,
"Ayo, ikut mandi bersamaku,."
"Tetapi aku sudah mandi."
Tatapan Rafael kepada Elena sangatlah sensual,
melumerkan Elena sampai meleleh,
"Mandi bersamaku akan lebih bersih, Aku akan
membantu menggosok punggungmu, dan membersihkan
tempat manapun yang susah kau jangkau sendirian." Dengan
menggoda lelaki itu melepaskan kemejanya, membuangnya ke
lantai kamar mandi, celananya menyusul kemudian.
Membuatnya telanjang bulat dengan tubuh kokoh dan otot yang
168 Santhy Agatha keras di tempat-tempat yang pas, dibalut warna kulit perunggu
kecoklatan yang indah. Elena menelan ludahnya, terpesona oleh sihir sensual
yang dipancarkan suaminya.
"Ikut?" Rafael mengulurkan tangannya lagi dan Elena
menerimanya, membiarkan Rafael menelanjanginya dan
mengajaknya masuk ke bathup.
Lelaki itu bersandar di kepala bathup dan menarik Elena
ke pangkuannya. Elena bersandar dengan nyaman di dada
Rafael yang bidang. Seluruh punggung dan bagian belakang
tubuhnya menempel dengan seluruh bagian depan tubuh
Rafael, mereka berendam dengan nyaman, aroma minyak
aromaterapi mawar mulai memenuhi ruangan, bercampur
dengan air hangat yang merendam tubuh mereka.
Jemari Rafael bergerak nakal dan mengusap buah dada
Elena. Buah dada itu licin terkena minyak mawar yang
bercampur air hangat dengan puting yang tegak karena terkena
angin, Rafael memainkannya dengan lembut membuat Elena
mengerang dan menggerakkan pinggulnya. Merasakan
kerasnya kejantanan Rafael yang menekan-nekannya dari
belakang. "Angkat sedikit pinggulmu sayang." Rafael membantu
Elena bergerak, dan dengan mudah memasukkan
kejantanannya yang sudah begitu keras, menyatukan dirinya
dengan kewanitaan Elena yang sudah begitu siap menerimanya.
Mereka mengerang bersama-sama, menikmati penyatuan yang
begitu erotis itu. Kemudian Rafael menggerakkan pinggulnya
pelan, menggoda Elena, membuat isterinya menggeliat penuh
gairah, jemarinya menyentuh titik sensitif di antara kedua paha
isterinya dan memainkannya sambil terus bergerak dengan
ritme yang teratur, menciptakan riak pelan di air mandi
mereka. "Aku mencintaimu Elena." Suara Rafael parau, lelaki itu
menunduk dan melumat telinga Elena dengan sensual, bibirnya
lalu menjelajahi leher dan pundak Elena dari belakang,
Unforgiven Hero 169 menjilatnya dengan erotis, sementara di bawah sana,
pinggulnya bergerak dengan teratur bersama dengan pinggul
Elena, membawa mereka berdua bersama-sama mendekati
puncak kenikmatan. Gerakan Rafael makin cepat dan makin bergairah dan air
di sekitar mereka beriak, mengikuti gerakan mereka.
"Terimalah cintaku sayang, terimalah aku." Rafael
mengangkat pinggulnya, menekankan dirinya dengan begitu
kuat, menyatu jauh di kedalaman pusat diri Elena, dan
menyemburkan ledakan kenikmatannya di dalam sana.
Membawa Elena bersama-sama mencapai orgasme
bersamanya. Mereka lalu terengah bersama dalam diam yang syahdu.
Elena menyandarkan kepalanya di dada Rafael, menikmati
debar jantung Rafael yang berpacu cepat setelah orgasmenya
dan gerakan naik turun dadanya yang tersengal. Setelah tubuh
mereka tenang, Elena merasa mengantuk, tetapi Rafael
menegakkan tubuhnya, "Hei cantik, kau tidak boleh tertidur di bathup.
Berbahaya, kau bisa tenggelam." Dengan lembut dia mengajak
Elena berdiri melangkah keluar dari bathup dan
mengarahkannya ke pancuran, "Ayo, aku akan menggosok
punggungmu." Lelaki itu menyalakan pancuran air panas yang
langsung menyiram mereka dari atas.
Dan mereka bercinta sekali lagi di bawah pancuran.
" "Apa kabarmu?" Rafael langsung bertanya begitu
mendengar suara Victoria menyahut teleponnya.
Suara diseberang sana terdengar mendengus kasar, "Oh.
Hai Rafael, tak kusangka kau masih ingat menelepon adikmu
yang kau biarkan terjebak dengan seekor ular di sebuah pulau
terpencil." 170 Santhy Agatha Rafael tertawa mendengar nada sarkatis di suara
Victoria, "Mendengar suaramu, aku berkesimpulan kalau kau
baik-baik saja." "Aku baik-baik saja, hanya sedang bosan setengah mati."
"Bagaimana dengan Luna?"
Victoria mendesah, "Luna baik-baik saja. Dia sudah
hampir sembuh dan sangat menyebalkan, kami saling
membenci satu sama lain dan tidak tahan seruangan, kurasa itu
juga yang memberi motiviasi kepadanya untuk sembuh lebih
cepat. Dia akan pulang lusa. Aku juga."
Rafael mengerutkan keningnya, "Menurutmu apakah dia
punya rencana untuk mengganggu lagi?"
"Siapa yang bisa tahu apa yang ada di balik kepala
cantiknya itu." Victoria tertawa, "Kau harus waspada Rafael. Dia
sepertinya menyerah sekarang. Aku berusaha menunjukkan
kepadanya bahwa dia sama sekali tidak punya harapan."
"Yah semoga dia melangkah mundur. Aku sudah terlalu
sibuk untuk direpotkan dengannya." Rafael mengehela napas
dalam-dalam, "Aku akan mengungkapkan semua kepada Elena.:
"Kau yakin?" suara Victoria merendah, "Menurutmu
Elena akan mengerti?"
"Aku tidak tahu." Rafael mendesah, "Tetapi dia
mencintaiku. Dan tidak adil kalau aku terus merahasiakan
kenyataan ini dari dirinya. Lagipula aku takut kalau suatu
waktu dia mendengar kenyataan itu dari orang lain.
Kepercayaannya padaku akan hancur total kalau itu terjadi.
Victoria terdiam, tidak bisa membantah kebenaran yang
ada di dalam kata-kata Rafael. Memang benar. Rahasia tidak
akan bisa selamanya tersimpan. Lagipula paling baik kalau
Elena mendengarnya langsung dari Rafael daripada dia
mendengarnya dari orang lain lalu merasa bahwa Rafael telah
membohongi dan menipunya selama ini.
Unforgiven Hero 171 "Kapan kau akan mengatakannya?"
"Dalam waktu dekat." Rafael mengerang dan mengacak
rambutnya frustrasi. "Kurasa aku harus menyiapkan diri dan
keberanian dulu, dan menunggu waktu yang tepat."
"Semoga semuanya lancar kak." Victoria ikut merasakan
kegelisahan Rafael, "Kabari aku ya."
"Pasti. Doakan aku Vicky."
"Pasti. Aku menyayangimu kak."
"Aku juga Vicky."
Telepon ditutup. Menyisakan kegelisahan di dalam diri
Rafael. Kegelisahan yang mulai melingkupinya, bercampur
dengan ketakutannya. Takut Elena akan meninggalkannya.
" Edo mengawasi rumah Rafael dari kejauhan, dan
mengetahui bahwa setiap hari Rafael berangkat kerja dan Elena
dirumah bersama para pelayan. Dia tidak bisa bertamu begitu
saja ke rumah Rafael. Para pelayan itu mungkin ada yang
menjadi mata-mata Rafael yang mengawasi dan langsung
melaporkan kalau Edo datang ke sana, dan Rafael akan
langsung pulang dan menggagalkan semuanya.
Edo harus bertindak hati-hati, dia harus menggiring
Elena supaya berada di luar rumah dan bertemu dengannya,
ditempat mereka tidak akan diganggu, di tempat di mana dia
bisa leluasa membeberkan semua rahasia busuk Rafael. Dan
setelah itu Elena pasti akan sangat membenci Rafael.
Edo tersenyum, menikmati saat-saat kemenangannya
yang akan segera tiba. Tidak lama lagi.
" "Aku akan keluar sebentar untuk membeli kue." Elena
berpamitan kepada pelayan di rumahnya, dia hendak membeli
kue untuk di bawa ke asrama tempat ibu Rahma berada esok
172 Santhy Agatha hari. Supir pribadinya sudah menunggu dan Elena masuk ke
dalam mobil, menuju ke sebuah cafe bakery yang cukup elegan
di pusat kota. Di sana ada kue brownies panggang yang sangat
enak, Elena akan membeli beberapa sebagai buah tangan untuk
dibawa besok. Ketika mobil mencapai parkiran bakery itu, ponselnya
berdering, dia melihat nama Edo di layar ponselnya dan
menghela napas. Kebetulan. Pikirnya. Dia sudah berpikir untuk
menghubungi Edo dan berbicara, menyelesaikan salah paham
di antara mereka dan berharap mereka bisa berbicara baikbaik, lalu berpisah tanpa ada ganjalan lagi di antara mereka. Dia
meminta supir menunggu dan melangkah keluar, memasuki
bakery itu lalu mengangkat teleponnya.
"Halo." Elena menyapa Edo, dengan suara ramah.
"Hai Elena. Apa kabar?", suara Edo terdengar kaku.
"Kabarku baik Edo, kuharap kau juga sehat-sehat saja."
Elena menjawab. Terbawa oleh suasana kaku dan formal yang
dibawa Edo. Sejenak suara Edo di seberang sana hening, lalu lelaki itu
berucap dengan nada datar, "Aku mendengar tentang
pernikahanmu." Napas Edo agak tercekat, "Selamat ya."
Elena tersenyum, setidaknya Edo mau memberinya
selamat, itu pertanda lelaki itu mempunyai niat baik kepadanya,
"Terima kasih Edo. Maafkan aku tidak sempat mengabari.
Semuanya begitu terburu-buru dan tiba-tiba saja aku sudah
menikah." Edo terkekeh pahit di seberang sana, "Apakah kau
mencintainya Elena?"
Elena menganggukkan kepalanya tanpa sadar, "Ya Edo,
aku mencintai Rafael."
Hening lagi, Kali ini agak lama.
"Aku ingin bertemu." Gumam Edo akhirnya.
Unforgiven Hero 173 Elena menghela napas, "Kebetulan aku juga berpikiran
sama, kurasa kita harus bercakap-cakap untuk menyelesaikan
beberapa hal yang mengganjal di antara kita..."
"Kapan kau bisa?"
"Aku harus menanyakannya kepada Rafael dulu." Elena
tentu saja tidak bermaksud bertemu diam-diam dengan Edo,
dia akan meminta izin pada Rafael dulu, dia yakin Rafael akan
mengijinkannya kalau Elena bisa menjelaskan alasannya
dengan tepat. "Tidak! Jangan!" Edo menyela dengan cepat, membuat
Elena mengernyitkan keningnya,
"Jangan apa Edo?"
Edo berdehem di seberang sana, "Kau tahu, aku kan
masih bekerja di perusahaan Mr. Alex..... eh... Rafael..." Suaranya
merendah, "Akan sangat tidak mengenakkan bagiku kalau
sampai Rafael tahu aku mencoba menemui isterinya, mengingat
aku dulu pernah dekat dengan isterinya."
"Tetapi aku tidak bisa bertemu diam-diam denganmu,
kalau Rafael tahu..."
"Rafael tidak akan tahu. Aku mohon Elena...aku tidak
akan menyita lama waktumu, aku Cuma butuh beberapa lama
di tempat umum yang kau pilih, sehingga tidak akan memicu
salah paham dan fitnah terhadap kita..." Edo menghela napas
panjang, "Aku mohon Elena. Hanya satu kali pertemuan untuk
menjelaskan semuanya dan setelah itu kalau kau mau, aku tidak
akan mengganggu hidupmu lagi."
Elena termenung memikirkan kata-kata Edo, dia
menarik napas panjang, "Baiklah, kapan dan dimana?"
"Hari ini bisa?"
Elena melirik jam tangannya. Masih jam dua siang. Dia
punya waktu panjang sebelum pulang ke rumah dan menanti
suaminya pulang dari pekerjaannya.
174 Santhy Agatha "Aku sedang membeli kue di bakery" Elena menyebut
nama Cafe dan Bakery tempat dia berada, "Kalau mau kau bisa
datang kemari." "Oke kedengarannya bagus. Aku akan kesana beberapa
saat lagi. Saat ini aku masih di kantor, aku akan mencari alasan
untuk keluar." Setelah itu Edo menutup teleponnya.
Elena lalu memilih beberapa kue dan membayarnya, dia


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menuju ke mobil dan meminta supir membawa kue-kue itu
pulang dulu, dan menjemput Elena nanti. Elena akan
menelepon ke rumah minta dijemput. Karena dia akan bertemu
dengan seorang teman dulu selama mungkin satu atau dua jam,
Supir itu mengikuti instruksinya dan membawa mobil
pulang ke rumah. Dengan langkah pelan Elena memasuki cafe
dan bakery yang cukup ramai itu lalu memilih tempat duduk
dan memesan cokelat panas untuk dirinya, dan menunggu.
" Edo datang hampir satu jam kemudian. Lelaki itu masih
tampan dengan senyumnya yang luar biasa menawan.
Meskipun senyuman itu tidak bisa menggetarkan hati Elena
lagi, dia telah tertawan oleh suaminya, Rafael Alexander yang
tiada duanya, dan tidak ada laki-laki manapun yang bisa
mengalahkannya. Edo menyalami Elena dan tersenyum meminta maaf lalu
duduk di depan Elena, "Maafkan aku terlambat, aku tadi melarikan dari kantor."
Lelaki itu tersenyum dan mengamati Elena, "Kau tampak makin
cantik Elena, makin bersinar."
Seperti biasa Edo sangat pandai merayu, Elena
membatin sambil tersenyum, "Terimakasih Edo."
Edo menghela napas panjang, seolah bingung ingin
berkata apa, kemudian setelah lama, dia mengangkat kepalanya
dan menatap Elena dalam-dalam, "Elena, kau tahu aku
Unforgiven Hero 175 mencintai dan menyayangimu, dan aku ingin kau bahagia."
Suaranya lembut, "Tetapi kemudian aku mencemaskanmu
ketika mengetahui bahwa kau ditipu."
"Ditipu?" Elena mengerutkan keningnya bingung.
"Ya ditipu. Pernikahanmu ini terjadi atas dasar
kebohongan, kau ditipu mentah-mentah Elena, dan aku tidak
rela kau diperlakukan seperti itu."
"Apa maksudmu Edo?" suara Elena berubah tajam,
apakah Edo bermaksud memfitnah Rafael lagi"
"Jangan marah dulu, dengarkan aku dulu baru kau boleh
memutuskan akan berbuat apa." Edo menatap Elena dengan
kejam ketika melemparkan bom itu,
"Selama ini kau dibohongi Elena. Rafael Alexander,
adalah orang yang membunuh ayahmu dalam kecelakaan
sepuluh tahun yang lalu."
176 Santhy Agatha 12 Perkataan Edo itu membuat Elena terperanjat kaget,
wajahnya memucat, "Apa katamu?" "Aku tidak asal bicara Elena, aku mempunyai bukti." Edo
mengeluarkan berkas-berkas dari tasnya. "Kau tentu punya
beberapa pertanyaan, kenapa kau bisa dengan mudahnya
masuk ke perusahaan milik Rafael, kenapa dia dengan
mudahnya menikahimu....semuanya ada alasannya. Rafael
adalah orang yang sama, yang mobilnya menabrak mobil
ayahmu hingga tewas sepuluh tahun lalu."
"Apa?" Elena sebenarnya sudah bisa mencerna seluruh
perkataan Edo. Benaknya sudah menemukan kesimpulan dari
apa yang dikatakan Edo. Tetapi hatinya berteriak, menolak
untuk percaya begitu saja.
"Kau ingat kan" Orang yang menabrak ayahmu itu juga
bernama Rafael, anak pengusaha kaya yang lolos begitu saja
karena mereka mempunyai banyak uang." Edo memberondong
Elena dengan semua informasi, "Rafael yang kau nikahi itu
adalah Rafael yang sama, anak kaya yang mabuk dan mengebut,
lalu menerobos lampu merah dan menabrak ayahmu yang tidak
bersalah." "Tidak... tidak mungkin..."
"Aku sudah menyelidikinya untukmu." Edo membuka
berkas-berkasnya dan menunjukkannya kepada Elena dengan
bersemangat, "Lihat artikel koran ini. Ini beberapa artikel yang
aku cetak dari data history di perpustakaan nasional, artikelartikel ini membahas tentang kecelakaan yang dialami oleh
ayahmu dan Rafael, lihat di sini, disebutkan, "Putra milyuner
bernama Rafael Alexander" Kau pikir ada berapa milyuner yang
bernama Rafael Alexander di negara ini" Kau harus mengerti
Unforgiven Hero 177 Elena, semua ini adalah rencana gila Rafael Alexander, dia
mungkin ingin menguasaimu ke dalam pernikahan entah
dengan tujuan apa. Yang pasti, selama ini dia membohongimu."
Ingatan Elena melayang ke masa samar sepuluh tahun
lalu. Ketika dia sedang berduka luar biasa, atas kematian
ayahnya yang tidak adil, disusul oleh kematian ibunya yang
sakit sejak ditinggalkan ayahnya. Elena sebatang kara di dunia
dan merasa benci kepada lelaki bernama Rafael, anak orang
kaya yang telah menghancurkan hidup keluarga kecilnya.
Kemudian lelaki itu datang dengan sombongnya ke rumahnya,
membawa bunga. Dan Elena menyerangnya, dia tidak ingat
masa itu, dia tidak memperhatikan wajah lelaki itu, yang
diingatnya adalah dia melampiaskan seluruh kemarahan dan
kebenciannya kepada lelaki yang membunuh ayahnya. Dan
kemudian lelaki itu pergi. Tidak pernah muncul lagi di dalam
kehidupannya. Rafael Alexander..... suaminya"
Jantungnya berdegup dengan kencang dan tangannya
mulai gemetaran. Oh Astaga. Seharusnya dia menyadarinya.
Nama mereka sama. Dan sikap Rafael seharusnya membuatnya
curiga. Lelaki itu terburu-buru menikahinya, untuk apa" Rafael
mengatakan mencintainya, dan sekarang Elena ragu. Elena
meragukan semuanya. Karena semuanya hanyalah kebohongan.
"Rafael sudah mengatur semuanya Elena. Malam itu aku
dijebak. Alice sendiri yang mengatakan kepadaku bahwa Rafael
menyuruhnya membuatku mabuk dan merayuku. Dia ingin
memisahkan kita berdua." Suara Edo terdengar muak,
"Sepertinya dia memiliki obsesi terpendam untuk memilikimu.
Dan rupanya dia berhasil. Karena dia berhasil menikahimu
Elena. Tetapi aku mencari tahu dan aku menemukan rahasia ini.
Kau hanya diperalat Elena, dan lelaki itu membohongimu."
Elena terpaku dengan wajah memucat. Matanya
berkaca-kaca, tetapi dia berusaha untuk tetap tenang.
Ditatapnya Edo tanpa ekspresi.
"Terima kasih Edo atas informasi yang kau berikan."
178 Santhy Agatha Reaksi tenang ini tentulah bukan yang diharapkan oleh
Edo. Lelaki ini mengira Elena akan menangis kemudian dia bisa
memeluknya dan menghiburnya, membuat Elena jatuh ke
dalam jeratnya lagi. Tetapi Elena begitu tenang meski wajahnya
pucat pasi dan matanya berkaca-kaca,
"Kau tidak apa-apa Elena sayang?" Edo berusaha meraih
jemari Elena, tetapi Elena menghindarinya.
"Aku tidak apa-apa Edo, terima kasih atas informasi yang
kau berikan kepadaku. Aku juga berterimakasih karena kau
begitu perhatian dan mencemaskanku." Elena menghela napas
panjang. "Setelah ini aku harap kita tidak akan bertemu lagi."
"Apa?" Edo terperanjat, setengah berdiri karena kaget,
"Kenapa kau berkata begitu Elena" Tidak tahukah kau kalau
aku sangat mencintai dan mencemaskanmu" Lalu apa yang
akan kau lakukan sekarang" Apakah kau akan kembali kepada
suamimu yang jelas-jelas sudah menipumu?"
Elena memasang wajah datar, "Urusanku dengan
suamiku akan kami selesaikan nanti. Maafkan aku Edo."
"Kau bisa pergi bersamaku." Edo mengubah strateginya
menjadi memohon, "Kumohon Elena, lelaki itu sudah
menipumu. Kau bisa meninggalkannya dan pergi bersamaku.
Aku akan menjagamu. Aku bersumpah."
Elena menggelengkan kepalanya dan tersenyum
meminta maaf kepada Edo, "Perasaanku kepadamu sudah mati
Edo... mungkin juga perasaan itu sebenarnya tidak pernah ada."
Elena menatap Edo dengan pandangan sedih, "Maafkan aku
Edo." Edo terdiam lama dan menatap Elena dalam-dalam,
mencoba mencari sesuatu yang bisa menunjukkan kalau Elena
berubah pikiran. Tetapi wajah Elena tetap datar dan dia tidak
menemukan apa-apa. Akhirnya dia menghela napas panjang, "Kurasa aku
harus menyerah." Unforgiven Hero 179 Elena mengangguk, mengulangi permintaan maafnya,
"Maafkan aku Edo, kau lelaki yang sungguh baik, dan aku yakin,
kau akan menemukan orang yang tepat untukmu nanti."
Edo menghela napas lagi, sepertinya membawa beban
yang sangat berat, "Aku hanya ingin kau bahagia Elena." Lelaki
itu beranjak dari tempat duduknya, "Sebaiknya kutinggalkan
berkas-berkas ini di sini, kalau-kalau kau ingin membacanya
lebih lanjut. Selamat tinggal Elena."
Dengan langkah gontai, Edo melangkah meninggalkan
Cafe itu. Meninggalkan Elena yang mulai merasakan
pertahanannya runtuh, air mata mulai mengalir di pipinya,
Tetapi dengan cepat dia mengusapnya, menyadari kalau dia
berada di tempat umum. Dengan cepat dia menelepon supir pribadinya, minta
dijemput. Dia akan pulang, dan menghadapi Rafael.
" Dalam perjalanan pulang Elena menangis, tertahan.
Supir pribadinya berkali-kali melirik dari kaca spionnya, tetapi
tidak berani mengganggu majikannya yang sedang menangis.
Elena menangis mengenang semuanya, mengenang
segala kebaikan dan kelembutan Rafael, malam pertama
mereka, percintaan-percintaan panasnya dengan Rafael
sesudahnya. Semuanya ternyata berdasarkan atas kebohongan
yang dibangun oleh Rafael.
Lelaki itu ternyata menyimpan rahasia mengerikan.
Rahasia yang tak termaafkan. Elena mengingat malam itu.
Ayahnya sebenarnya sedang sakit batuk, tetapi dia tetap
berangkat membawa taksi karena butuh uang untuk membayar
uang sekolah Elena, sementara sang ibu juga sedang demam di
rumah. Ingatannya melayang ke masa sepuluh tahun yang lalu,
======================== 180 Santhy Agatha "Ayah akan tetap berangkat?" Elena menyerahkan
segelas teh panas kepada ayahnya, menatap cemas ayahnya
yang terbatuk-batuk tanpa henti. Ayahnya sudah tua tetapi
tidak bisa berhenti merokok. Sekarang paru-parunya yang ikut
menua tidak bisa menanggung kalau harus berkubang asap
setiap hari, sehingga membuat ayahnya batuk-batuk setiap saat.
Sang ayah tersenyum dan menatap Elena dengan
lembut. Elena adalah puteri satu-satunya. Dan anaknya itu
sungguh cemerlang di sekolahnya. Dia berjuang mati-matian
untuk menyekolahkan anaknya itu, setidaknya Elena harus
lulus SMU sehingga bisa mencari pekerjaan yang lebih baik,
masa depan yang lebih baik. Tidak seperti dirinya.
Uangnya sudah habis, kemarin untuk mengobatkan
istrinya ke dokter dan membeli beberapa liter beras dan
kebutuhan makanan di rumah. Dan besok Elena harus
membayar uang sekolah. Mereka sudah terlambat membayar
beberapa kali dan sekolah sudah mengeluarkan surat
peringatan. Kalau sampai Elena tidak membayar lagi, dia akan
dikeluarkan dari sekolahnya.
Ini malam minggu. Pasti ramai dan banyak yang akan
menggunakan jasa taxinya. Uang pendapatannya bisa dia
pinjam dulu untuk membayar uang sekolah Elena. Besok dia
akan berputar seharian mencari pelanggan untuk mengganti
uang setorannya itu kepada perusahaan Taksi.
"Uang ayah masih kurang untuk membayar sekolahmu,
nak. Ayah akan mencari beberapa pelanggan malam ini. Malam
ini pasti ramai. Badan ayah tidak apa-apa kok." Lelaki itu
tersenyum lalu mengusap rambut Elena dengan penuh sayang,
"Jagalah ibumu baik-baik ya."
Dan kemudian ayahnya pergi, Elena masih mengamati
kepergian ayahnya waktu itu, melangkah melalui gang sempit
di depan, menuju perusahaan taksi tempat taksinya diparkir.
Tubuh ayahnya sedikit bungkuk dan menua sebelum
waktunya, karena beban hidup. Dan Elena mengamati
punggung ayahnya yang makin jauh dan menghilang di ujung
Unforgiven Hero 181 gang dengan menahan pedih. Betapa inginnya dia segera
dewasa, bisa mencari uang sendiri sehingga bisa membantu
kedua orang tuanya. Tak diduganya itu adalah saat terakhir dia melihat
ayahnya. Dini hari, pintunya diketuk oleh tetangga dan
beberapa orang yang mengabarkan bahwa ayahnya meninggal
karena kecelakaan. Ditabrak oleh pengemudi mabuk tak
bertanggung jawab yang menerobos lampu merah.
Ayahnya pulang sudah menjadi jenazah yang tak
bernyawa. Dalam peti mati yang disegel rapat. Bahkan Elena
tidak boleh melihat jenazah ayahnya di saat terakhirnya...
Dan saat itu ketika pemakaman ayahnya. Elena berjanji
dalam hati. Dia tidak akan pernah memaafkan orang yang
membunuh ayahnya.... ======================== Rafael Alexander adalah pembunuh ayahnya. Orang yang
dia nikahi, yang dia kira dia cintai dan mencintainya adalah
pembunuh ayahnya... Lelaki itu merekayasa semuanya. Menjebak Elena ke
dalam sebuah pernikahan yang entah dengan tujuan apa.
Semua kebaikannya, semua kata-kata cintanya. Semua itu
penuh kebohongan dan kepalsuan.
" Rafael menyetir dalam perjalanan pulang, penuh tekad.
Dia membawa seikat bunga mawar dan sekotak cokelat mahal
berbungkus kertas keemasan dan berpita merah.
Malam ini dia akan mengaku kepada Elena.
Dia akan mengaku, lalu menyerahkan semua keputusan
di tangan Elena. Dia akan menjelaskannya sejelas mungkin agar
Elena tidak salah paham dan mengambil kesimpulan yang
salah. Dia akan meyakinkan bahwa semua yang dilakukannya
berasal dari rasa bersalah yang kemudian berkembang menjadi
182 Santhy Agatha cinta. Pada akhirnya Elena akan menghargai kejujurannya,
Rafael yakin itu. Rafael bergantung kepada keyakinan itu.
Sejujurnya dia ketakutan setengah mati, tidak tahan
kalau harus menghadapi kebencian Elena. Kebencian yang
menghancurkannya. Sama seperti sepuluh tahun yang lalu.


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Membuat hatinya hancur lebur.
Ketika mobilnya diparkir di garasi, dia menatap ke arah
rumah dan jantungnya berdegup kencang. Malam ini adalah
malam penentuan. Diraihnya kotak cokelat dan bunga itu, lalu
melangkah memasuki rumah.
Rumah sepi dan gelap. Rafael mengernyit. Biasanya
Elena sudah menunggunya di ruang tamu, menyambutnya
dengan ceria sambil bercerita tentang harinya lalu menodong
Rafael untuk bercerita tentang harinya juga. Tetapi rumah
terasa lengang dan sepi. Para pelayan pasti sudah tidur di
bagian belakang rumah, di mana Elena"
Rafael melangkah menaiki tangga, membuka pintu
kamarnya dengan pelan. Kamar itu gelap, dan setelah Rafael
menyesuaikan matanya dengan kegelapan ruangan, dia
menemukan Elena duduk di pinggir ranjang, menatapnya
dengan ekspresi yang tidak terbaca.
"Elena" Kenapa?" Rafael melangkah masuk, dan seperti
biasa berlutut di depan isterinya, disentuhnya dahi Elena
dengan lembut, "Kau sakit?"
Elena memiringkan kepala, menghindari Rafael, sebuah
gerakan refleks yang sama sekali tidak diduga oleh Rafael,
isterinya menghindari sentuhannya" Kenapa" Apa yang terjadi"
"Elena?" Ruangan itu gelap. Tetapi tatapan Elena yang ditimpakan
kepada Rafael begitu tajam, penuh luka. Membuat jantung
Rafael berdenyut cemas. Unforgiven Hero 183 "Aku hanya menginginkan sebuh kebenaran. Jawab
pertanyaanku Rafael..." Elena menghela nafas dalam-dalam,
"Apakah kau orang yang menyebabkan kematian ayahku?"
Dunia seakan runtuh di bawah kakinya. Seketika itu juga.
Seakan menelannya dan membuat rongga dadanya terasa
sesak, sesak yang menyedihkan. Elena sudah tahu. Elena sudah
tahu entah dari siapa, dan dia terlambat.
Apa yang harus dia lakukan" Istrinya ini pasti sekarang
sangat membencinya, menolak sentuhannya. Muak kepadanya.
Rafael menundukkan kepalanya, suaranya keluar penuh
kepedihan. "Ya Elena." Jawaban singkat itu sudah cukup. Hati Elena hancur
seketika itu juga. Air mata mengalir deras di pipinya, seluruh
pertahanannya hancur, membuatnya luluh dan tidak berdaya.
Jadi semuanya benar. Semua ini hanyalah kebohongan yang
dibangun Rafael. Semua ini hanyalah kepalsuan.
"Kenapa kau membohongiku..." Elena terisak-isak dalam
kepedihan, "Kau membohongiku, kau menipuku selama ini... dan
aku.. dan aku bahkan mencintaimu! Oh Ya ampun! Betapa
bodohnya aku!" Elena berdiri, menghindari kedekatan Rafael
dan melangkah ke dekat jendela, "Teganya kau Rafael!"
Rafael merasakan kesakitan luar biasa melihat
kesedihan Elena. Yah. Pada akhirnya yang dilakukannya
hanyalah membuat Elena menangis sedih. Sama seperti sepuluh
tahun lalu, yang bisa dilakukan Rafael hanyalah
menghancurkan kehidupan Elena, membuat perempuan itu
menangis. Dia memang jahat, dan sekuat apapun dia mencoba,
dia memang tak termaafkan.
"Aku memang jahat Elena. Aku... aku tidak pernah
bermaksud membohongimu. Aku .... aku hanya takut
mengungkapkan semua kebenaran kepadamu, takut kau akan
membenciku." 184 Santhy Agatha Rafael melangkah mendekati Elena, mencoba
menyentuh dagu Elena, tetapi perempuan itu menepiskannya.
Rafael tidak menyerah, dipegangnya kedua bahu Elena, cukup
lembut tetapi kuat sehingga Elena tidak bisa melepaskan
dirinya, "Tatap aku sayang. Lihat aku. Biarpun semuanya hanya
kebohongan. Tetapi cintaku padamu itu nyata. Tidak berartikah
itu semua kepadamu" Aku membohongimu karena aku
mencintaimu, karena aku sangat mencintaimu!"
"Aku tidak akan menerima cinta dari lelaki yang
membunuh ayahku!" Elena berteriak, setengah menjerit, tidak
tahan menerima pernyataan cinta Rafael yang bertubi-tubi,
membuat hatinya lemah, "Pernikahan kita sudah berakhir
Rafael, aku akan pergi."
"Jangan Elena!" Mata Rafael menyala, "Kau sudah
berjanji bahwa kau tidak akan meninggalkanku, seburuk
apapun keadaan di antara kita. Kau sudah berjanji kepadaku!"
"Janji itu dibuat di atas kebohongan yang kau bangun!"
Elena berteriak marah. "Kau pikir dengan melakukan semua ini
aku akan memaafkanmu" Dengan menipuku" Berpura-pura
mencintaiku" Kau pikir aku akan memaafkanmu karena telah
membunuh ayahku?" "Aku tidak berpura-pura mencintaimu!" suara Rafael
meninggi. "Dan Demi Tuhan, aku tidak pernah menuntut
maafmu atas dosaku kepadamu. Tidak Elena, aku tidak pernah
menuntut maafmu karena aku tidak pantas, karena aku
menyadari bahwa aku tak termaafkan!"
"Kau memang tidak termaafkan. Dan bagiku semua
sudah selesai. Aku akan pergi." Elena melangkah hendak
meninggalkan kamar itu. Tetapi Rafael menangkap tangannya
dengan cepat, menahannya dengan keras.
"Lepaskan aku! Rafael! Kau menyakiti tanganku!" Elena
menjerit berusaha meronta dari pegangan Rafael, tetapi lelaki
itu menggenggam kedua lengannya dengan begitu kuat,
pandangan lelaki itu tampak nyalang.
Unforgiven Hero 185 "Maafkan aku Elena. Tetapi aku tidak akan
membiarkanmu pergi. Kau istriku! Kau tidak boleh
meninggalkanku!" Rafael memegang lengan Elena dengan
kencang, berusaha meredakan rontaannya.
"Pernikahan kita palsu, aku menganggapnya tidak
pernah ada!" "Teganya kau mengatakan itu!" Mata Rafael menyala
marah, "Lalu kau anggap apa semua hal yang kita lalui kemarin"
Malam pertama kita" Percintaan kita yang panas" Kasih sayang
dan cinta yang kita bangun selama ini" Kau anggap apa itu
semua?" Elena merasa sakit mendengarkan perkataan Rafael itu,
yang mengingatkannya akan saat-saat indah mereka.
Rontaannya sudah berhenti. Tetapi Rafael masih mencekal
kedua tangannya dengan kencang, takut dia melarikan diri. Air
matanya masih mengalir, air mata sakit karena pengkhianatan
sekaligus kepedihan yang dirasakannya.
"Semua itu sudah musnah Rafael. Aku membencimu.
Amat sangat membencimu."
Elena melemparkan kata-kata itu hanya untuk menyakiti
Rafael, dan efeknya sungguh luar biasa. Wajah Rafael pucat
pasi. Ekspresinya seperti seseorang yang dihancurkan dari
dalam. Lalu pandangan matanya menjadi kosong. Dia
tersenyum pahit. "Aku memang pantas untuk dibenci." Dengan tenang dia
melepaskan cekalannya pada lengan Elena, "Dan kurasa tidak
masalah kalau kau tambah membenciku. Toh kau sudah
membenciku." Lelaki itu melangkah menuju pintu, dan menatap
Elena dengan tajam, "Kau tidak akan kuizinkan
meninggalkanku. Sampai kau tenang dan menuruti
perkataanku. Aku terpaksa mengurungmu di kamar ini."
Lalu lelaki itu melangkah pergi meninggalkan kamar.
Elena masih tertegun di tengah ruangan mendengar
perkataan Rafael ketika bunyi "klik" terdengar dari pintu. Dia
186 Santhy Agatha tersadar dan setengah berlari menuju pintu. Mencoba
membuka pintu itu, tetapi tidak bisa. Pintunya dikunci dari luar,
Rafael benar-benar mengurungnya!
"Buka pintunya!" Elena berteriak, menggedor-gedor
pintu itu, "Buka pintunya Rafael! Kau jahat! Aku benci padamu!"
Elena memukul dan menendang pintu itu sebagai pelampiasan
rasa frustasinya. Pada akhirnya dia kelelahan dan jatuh
terduduk, bersandar di pintu lalu menangis terisak-siak.
Kemarin kehidupannya terasa begitu sempurna dan
indah. Kemarin sepertinya semuanya baik-baik saja. Dan dalam
sekejap dia disadarkan bahwa semuanya tak seindah yang
kelihatannya. Istana kebahagiaan itu perlahan-lahan runtuh
dan hancur, hanya menyisakan puing-puingnya.
" Rafael melangkah berderap meninggalkan kamar Elena,
berusaha menulikan telinganya atas gedoran dan teriakanteriakan Elena di pintu. Dia melangkah menuju ruang kerjanya.
Duduk di sana dengan segala emosi memuncak di kepalanya.
Teriakan Elena terngiang-ngiang di telinganya.
Pernyataan bahwa Elena membencinya. Sangat membencinya.
Sama seperti sepuluh tahun lalu. Pada akhirnya Elena akan
selalu membencinya. Dengan frustasi Rafael memukul tembok
ruang kerjanya sekuat tenaga, membuat buku-buku jarinya
terluka, tetapi dia tidak mempedulikannya. Lelaki itu lalu jatuh
terduduk di lantai. Dan menangis
Ini adalah kali kedua seorang Rafael Alexander
menangis. Dan penyebabnya sama : Elena.
" Rafael sebenarnya tidak ingin meninggalkan rumah, dia
sudah bilang kepada Victoria untuk menggantikannya hari itu,
karena dia ingin menjaga Elena. Dia tidak mungkin mengurung
Elena terus-terusan. Mereka harus bicara. Nanti, setelah emosi
Elena mereda. Tetapi pagi itu dia menemukan berkas-berkas di
Unforgiven Hero 187 dalam map itu di meja ruang tamunya. Berkas itu berisi artikelartikel yang memuat berita kecelakaan sepuluh tahun lalu.
Ada yang sengaja memberitahu Elena, untuk merusak
pernikahan mereka. Dan Rafael tahu siapa orangnya. Di dalam
map itu terlampir kartu anggota perpustakaan nasional atas
nama Edo. Kurang ajar. Lelaki itu ternyata masih menjadi duri
dalam daging dalam pernikahannya bersama Elena.
Dengan langkah berderap, Rafael turun dari mobilnya
dan membiarkan supirnya memarkir mobilnya. Kemarahannya
bergolak, seluruh emosi dan frustasinya bertumpuk, mencari
pelampiasan. Langkahnya semakin cepat ketika dia mendekati
ruangan IT Manager, tempat Edo seharusnya berada.
Edo ada di sana. Lelaki itu bahkan tidak sempat
mengucapkan satu patah katapun karena Rafael langsung
menerjangnya hingga terjengkang di lantai dan menghajarnya
habis-habisan. Edo yang meskipun kaget pada awalnya,
mencoba memberontak dan melawan, berhasil melemparkan
satu atau dua pukulan ke bahu Rafael, yang kemudian dibalas
dengan pukulan keras yang menohok mukanya, membuat
kepalanya berdentam-dentam. Pada akhirnya, Edo bukan
tandingan Rafael kalau harus bertarung satu lawan satu. Hasil
akhirnya sudah bisa ditebak. Edo kalah, babak belur di lantai
dengan wajah penuh lebam.
Rafael menarik kerah baju Edo dengan kasar, kemarahan
menyala di matanya, membuat siapapun yang melihatnya takut.
Begitupun Edo, Rafael seperti ingin membunuhnya, "Jangan
pernah berani muncul lagi dalam kehidupanku dan Elena, aku
akan mengawasimu mulai saat ini. Dan aku tidak akan segansegan melenyapkanmu." Rafael menggeram dengan nada
mengerikan penuh ancaman kepada Edo, lalu membanting
tubuh Edo yang terkulai ke lantai, dia melangkah dengan
marah. Sebelum keluar, Rafael menoleh lagi dan menatap Edo
dingin, "Oh ya. Ngomong-ngomong, kau dipecat."
Setelah itu Rafael meninggalkan ruangan Edo dengan
pintu dibanting 188 Santhy Agatha " "Kau bisa dituntut atas penganiayaan terhadap anak
buah." Victoria menempelkan es batu di atas sudut bibir Rafael
yang lebam, "Ya Tuhan kak, kau adalah lelaki paling berkepala
dingin yang pernah kukenal, tak kusangka kau memilih
menyelesaikan ini dengan cara barbar."
Rafael mengernyit dan memegang es batu di sudut
bibirnya. Rasanya sakit. Lelaki sialan itu berhasil memukul
bibirnya dalam usahanya membela diri tadi. Brengsek.
"Edo pantas menerimanya. Dia memberitahu Elena
semuanya dengan tujuan jahat, dan entah racun apa lagi yang
dia tanamkan ke dalam pikiran Elena." Rafael mendesis marah.
"Sekarang isteriku membenciku."
"Kita kan sudah menduga ini akan terjadi Rafael."
Victoria menarik napas panjang, "Sekarang apa yang akan kau
lakukan?" "Aku akan pulang, dan menunggu sampai Elena sudah
tenang. Semoga dia bisa menerima penjelasanku ketika dia
sudah lebih berkepala dingin."
"Apakah menurutmu dia akan bisa memaafkanmu?"
Rafael mengernyit sedih, "Aku tidak tahu. Tetapi aku
tidak bisa melepaskannya, Vicky. Aku tidak bisa. Aku terlalu
mencintainya untuk melepaskannya." Rafael mengusap
wajahnya dengan frustasi. "Kalau dia tidak bisa menerimaku,
kalau dia tetap berusaha pergi dariku, aku akan membawanya
ke pulau pribadiku dan menahannya di sana. Di sana dia tidak
akan bisa pergi kemanapun." Gumam Rafael penuh tekad.
"Astaga kak." Victoria menggeleng-gelengkan kepalanya,
"Kau tidak akan bisa mempertahankan pernikahan atas dasar
pemaksaan." "Aku tidak tahu harus bagaimana." Rafael menghela
napas panjang, "Aku tidak tahu harus bagaimana Vicky. Dia
bilang dia membenciku dan akan meninggalkanku."
Unforgiven Hero 189 Victoria mendekati Rafael dan menepuk pundaknya
lembut untuk memberikan dukungan,
"Pulanglah kak. Mari kita berdoa semoga Elena bisa
melupakan kemarahannya dan memikirkan semuanya dengan
logika." " Ketika sampai ke pintu rumahnya, Rafael disambut oleh
pelayannya yang tergopoh-gopoh menghampirinya dengan
cemas. "Tuan Rafael!" Firasat buruk langsung memenuhi benak Rafael, "Ada
apa?" suaranya menjadi parau.
"Nyonya Elena tuan, beliau pergi dari rumah. Kami
sudah mencoba menahannya. Tetapi ketika salah satu pelayan


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengantarkan makanan ke kamarnya, dia memaksa mengambil
kunci kamar. Kemudian pergi meninggalkan rumah...!"
190 Santhy Agatha 13 Elena melangkahkan kakinya menuju asrama tempat dia
tinggal dulu. Dia tidak tahu harus kemana. Asrama inilah satusatunya rumahnya selama ini. Mungkin dia akan meminta
tolong kepada Ibu Rahma untuk menampungnya selama
beberapa saat. Sebelum dia bisa mengatur kehidupannya dan
pergi ke tempat sejauh mungkin, yang tidak bisa ditemukan
oleh Rafael. Dengan hati-hati dia mengetuk pintunya, berharap
Ibu Rahma ada di rumah dan tidak sedang keluar.
Pintu itu terbuka, Ibu Rahma sendiri yang membukanya.
"Elena" Pagi sekali kau datang, ayo masuk nak..."
Perempuan itu menoleh ke belakang Elena, "Di mana suamimu"
Katanya kalian akan datang berdua?"
Air mata langsung mengalir deras dari sudut mata Elena
ketika mendengar Ibu Rahma menyebut Rafael sebagai
"suaminya", dia menangis terisak-isak membuat ibu Rahma
menatapnya kebingungan, "Oh Astaga, Elena kau kenapa" Kau sakit sayang"
Kenapa kau menangis" Apa yang terjadi kepadamu?"
Elena mengusap air matanya, menatap Ibu Rahma
dengan sedih, "Saya telah dibohongi oleh Rafael ibu... semua yang dia
lakukan, semuanya palsu. Dia... dia adalah lelaki yang
membunuh ayah saya." Tangis Elena makin keras, membuat
tubuhnya limbung dan Ibu Rahma langsung memeluknya,
mengusap punggungnya menghibur.
"Astaga nak... sudah nak, jangan menangis... Jangan
pikirkan semua hal dengan emosi, kau tidak akan menemukan
jalan keluar." Hibur Ibu Rahma dengan lembut, menunggu
sampai isakan histeris Elena berubah menjadi isakan pelan.
Unforgiven Hero 191 Setelah isakan Elena mereda dan sedikit tenang, Ibu
Rahma menghela Elena ke kamar yang selama ini ditempatinya,
"Istirahatlah dulu. Tenangkan pikiranmu. Kamarmu
masih sama seperti saat kau tinggalkan dulu. Tenangkan
pikiranmu dulu ya nak. Pikirkan semuanya baik-baik." Ibu
Rahma mengantarkan Elena masuk kamar dan membantunya
berbaring. "Nanti ibu akan mengantarkan segelas teh panas ke
kamarmu." gumamnya sebelum menyelimuti Elena dan
melangkah pergi keluar kamar.
" Rafael yang sedang menyetir tanpa arah, mencari Elena
tidak bisa menemukannya. Dia teringat kepada asrama itu, dan
menyadari bahwa Elena belum mengetahui hubungan Rafael
dengan Ibu Rahma. Kemungkinan besar Elena pulang ke
asramanya dulu. Rafael memutar balik arah mobilnya hendak
menuju asrama ketika ponselnya berdering,
"Elena ada di sini." Suara Ibu Rahma yang lembut
terdengar di seberang sana. Dan mata Rafael terpejam sejenak,
merasakan kelegaan mengaliri tubuhnya mendengar informasi
yang diterimanya. Tadi dia sudah cemas luar biasa. Pikirannya
dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran negatif, takut kalau
Elena nekad dan melakukan sesuatu di luar akal sehatnya.
Mengetahui kalau Elena sudah aman di asrama sungguh
melegakannya. "Apakah dia baik-baik saja, ibu?"
"Dia datang dan menangis, ibu sudah menenangkannya
dan sekarang dia beristirahat di kamarnya. Dia sudah tahu
semuanya." "Sebuah insiden membuatnya mengetahui semuanya,
dan Elena salah paham, mengira saya menipunya, karena dia
mengetahui semuanya bukan dari saya." Rafael menjelaskan
dengan singkat kepada Ibu Rahma, lalu makin mempercepat
laju mobilnya, "Saya akan segera datang untuk menjemputnya."
192 Santhy Agatha "Menurut ibu jangan dulu." Ibu Rahma berucap dengan
hati-hati, "Dia masih sangat kalut dan emosional, ibu takut
kalau nak Rafael datang menjemputnya sekarang, itu akan
mendorong Elena untuk kabur lagi. Lebih baik kita biarkan dia
tenang dulu. Setelah dia tenang ibu akan mencoba mengajaknya
berbicara. Baru setelah itu nak Rafael bisa datang kemari untuk
menjemputnya." Benak Rafael menolak saran itu. Dia sudah tidak tahan
ingin menemui Elena, menjelaskan kepadanya, kalau perlu
mengguncang-guncangnya agar perempuan itu mau menerima
penjelasannya. Dia tidak apa-apa dibenci Elena, dia tidak apaapa kalau Elena tidak mau memaafkannya. Tetapi Rafael tidak
mau kalau Elena tidak mempercayai bahwa Rafael sungguhsungguh mencintainya. Untuk yang satu itu, Rafael harus
menjelaskannya kepada Elena, membuat perempuan itu
percaya kepadanya. Tetapi logikanya tahu bahwa saran Ibu Rahma ada
benarnya juga. Elena tidak akan mau menerima penjelasannya
kalau dia sedang kalut dan emosi. Percuma saja, Rafael
menjelaskan dengan cara apapun, Elena tidak akan mau
mendengarnya. Dia harus menunggu Elena berkepala dingin,
sehingga mereka bisa berdiskusi dan tidak saling melemparkan
kemarahan dan perdebatan satu sama lain.
Rafael berharap dia masih punya kesempatan.
Kesempatan menjelaskan kepada Elena, kesempatan untuk
didengarkan. Dan untuk yang satu itu, Rafael rela menunggu.
"Baik Ibu Rahma, Saya akan menunggu. Tolong kabari
saya kalau Elena sudah siap untuk saya jemput." Lelaki itu
menghela napas panjang, lalu menegarkan hatinya, dan
memutar balik kembali mobilnya. Pulang ke arah rumahnya.
Dia akan menunggu. Dan semoga penantiannya ini berujung
bahagia. " Elena duduk di dalam kamarnya dan menghitunghitung. Tabungannya lebih daripada cukup untuk memulai
Unforgiven Hero 193 hidup baru. Selama ini dia selalu menabung, sejak mahasiswa
dan bekerja sambilan dia selalu menyimpan uangnya dengan
hati-hati sedikit demi sedikit. Beruntung dia bisa mendapatkan
beasiswa untuk sekolahnya, dan beberapa keberuntungan
lainnya, sehingga pada akhirnya Elena bisa menabung sampai
mencapai jumlah uang yang cukup.
Sudah mantapkah dia" Elena membatin dalam hatinya,
menanyakan pertanyaan itu kepada dirinya sendiri. Sudah
mantapkah dia melangkah menjauh dan tidak menoleh lagi"
Meninggalkan semuanya"
Kenangan itu masih terpatri jelas di benaknya, silih
berganti muncul meskipun Elena berusaha mengusirnya.
Kenangan tentang Rafael. Senyumannya, kata-kata
menggodanya, bisikan penuh gairahnya... semua tentang Rafael
Alexander yang dicintainya. Bisakah dia hidup dengan
pengetahuan bahwa dia telah membuang semua itu"
Mampukah dia" Tetapi Rafael Alexander bagaimanapun juga, adalah
pembunuh ayahnya. Lelaki itu adalah lelaki yang pernah
membuat Elena berjanji tidak akan pernah memaafkannya...
Kepalanya terasa pening dan dia memijat pelipisnya
kebingungan. Ah. Ya Tuhan, kenapa cinta bisa menjadi begini
rumit" Kenapa dia tidak bisa seperti orang-orang biasa, yang
berpacaran, menikah lalu hidup bahagia"
Pintu kamarnya tiba-tiba diketuk pelan, suara Ibu
Rahma memanggil di sana, "Elena, kau sudah bangun?"
Elena sudah bangun sejak lama karena tidurnya
dipenuhi mimpi buruk, dan dia sudah mandi.
"Sudah ibu." Elena membuka pintunya untuk Ibu Rahma
dan tersenyum, "Maafkan kelakuan saya tadi ibu."
194 Santhy Agatha Ibu Rahma tersenyum pengertian, "Tidak apa-apa nak.
Ibu mengerti perasaanmu. Mungkin nanti setelah kau lebih
tenang, kita bisa berbicara...tapi sekarang ada tamu untukmu."
Elena langsung menegang. Rafael" Bodohnya dia.
Rafael pasti tahu kalau dia kabur ke asrama ini, memangnya
Elena mau kemana lagi" Tetapi Elena tidak siap bertemu Rafael.
Dia masih marah, dia benci. Lagipula Elena sudah menyiapkan
hati untuk meninggalkan Rafael dan tidak akan bertemu
dengannya lagi. "Kalau tamunya Rafael, aku tidak mau menemuinya."
Elena berbisik lirik, panik. "Tolong ibu, aku tidak mau..."
Ibu Rahma menggeleng, tersenyum lembut kepada
Elena, "Bukan Elena, tamunya perempuan."
" "Begitu melihatnya Elena langsung tahu siapa
perempuan itu. Perempuan Spanyol dengan tubuh yang indah
dan kecantikan eksotis yang luar biasa, tetap cantik meskipun
usianya sudah separuh baya. Bentuk bibirnya yang seksi
berpadu dengan hidung mancung khasnya, dan mata lebar
seperti kijang yang luar biasa cantik.
Perempuan ini adalah mama Rafael.
"Kita belum berkenalan." Nyonya Sophia Alexander
berdiri dari kursi ruang tamu asrama, "Aku mama Rafael, kau
bisa memanggilku mama, atau Sophia, apapun yang
membuatmu nyaman." Dia menatap wajah Elena dengan
lembut, "Sangat disayangkan kita tidak bisa bertemu sebelum
pernikahan kalian. Tetapi aku memberikan restu untuk kalian
berdua." Apa yang dilakukan mama Rafael di sini" Apakah Rafael
mengirimkan mamanya untuk membujuknya"
Elena masih terpaku di ambang pintu ruang tamu
sehingga, Nyonya Sophia mempersilahkannya duduk, "Maukah
Unforgiven Hero 195 engkau duduk, Elena" Aku harap kita bisa sedikit bercakapcakap." Bagai terhipnotis, Elena melangkah duduk di depan
mama Rafael. "Kalau kau bertanya-tanya, Rafael tidak tahu kalau aku
datang kemari, dia bahkan mungkin tidak tahu kalau aku sudah
pulang dari Spanyol. Victoria meneleponku dan aku langsung
mengambil penerbangan pertama untuk menemuimu."
Kuil Atap Langit 3 Pendekar Mabuk 044 Pusaka Bernyawa Tugas Tugas Hercules 3

Cari Blog Ini