Ceritasilat Novel Online

Unforgiven Hero 4

Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha Bagian 4


Senyum Nyonya Sophia mengingatkannya akan sebuah
kenangan yang jauh di masa lalunya. Kenangan menyedihkan
itu, sepuluh tahun yang lalu..
"Anda waktu itu datang ke pemakaman."
"Ya. Aku datang ke pemakaman, bersama suamiku. Kau
mungkin membenci Rafael karena dia tidak datang dan baru
datang setelah beberapa lama. Aku minta maaf untuknya Elena,
Rafael waktu itu terluka parah dan harus menjalani operasi
Limfa." Rafael menjalani operasi" Itu informasi baru yang tidak
pernah diketahuinya sebelumnya. Elena mengalihkan
pandangan dan mencuri pandang ke arah wajah Nyonya Sophia,
dia masih ingat wajah itu, meskipun sekarang sudah ada
tambahan guratan usia selama sepuluh tahun. Wajah itu masih
tetap sama, dengan kecantikan eksotis yang tak mudah
dilupakan. Nyonya Sophia datang bersama suaminya setelah
pemakaman, menawarkan kepada Elena dan ibunya, apa yang
mereka sebut sebagai uang permintaan maaf. Waktu itu ibunya
menolaknya mentah-mentah dan melemparkan uang itu "
dalam arti sebenarnya " kepada pasangan suami-istri itu.
Pasangan itu akhirnya pergi dengan rasa malu.
"Kenangan kita di masa lalu tidak cukup menyenangkan
ya Elena?" Nyonya Sophia tersenyum, memahami apa yang ada
di benak Elena, "Dan bahkan sekarangpun ketika diingat, hal itu
masih terasa menyesakkan dada." Nyonya Sophia menghela
196 Santhy Agatha napas panjang, "Semua yang terjadi sebenarnya berawal dari
kesalahan kami. Semua salahku dan papa Rafael yang
membesarkan Rafael tanpa kasih sayang. Kami berdua terlalu
sibuk dengan urusan bisnis masing-masing, hingga kami
melupakan bahwa kami memiliki anak yang membutuhkan
perhatian...." Mata Nyonya Sophia berkaca-kaca. "Kami
berusaha menggantikan perhatian dan kasih sayang itu dengan
uang. Merasa bahwa itu semua sudah cukup. Tetapi Rafael
tumbuh menjadi seorang pemberontak, selalu membuat
ulah...membuat masalah, yang pada akhirnya kami tahu, itu
semua hanya untuk memancing perhatian kami..."
Elena bisa membayangkan itu semua. Anak-anak
keluarga kaya yang tidak pernah menerima kasih sayang orang
tuanya, melarikan diri pada kenakalan-kenakalan yang
merusak. Dia tumbuh di keluarga miskin harta, tetapi penuh
kasih sayang. Dan dia mensyukurinya. Tanpa sadar dia merasa
kasihan kepada Rafael. Tumbuh dikelilingi harta tapi harus
bebuat onar untuk mencari perhatian orang tuanya.
"Puncaknya malam itu, ketika polisi datang dan
mengabari bahwa Rafael mengalami kecelakaan, kondisinya
kritis dan kami hampir kehilangannya. Pada saat kalut itulah
kami menyadari bahwa kecelakaan itu telah menelan korban,
seorang lelaki yang mungkin juga mempunyai keluarga."
Nyonya Sophia menatap Elena dengan sedih, "Kami semua
menanggung rasa bersalah itu Elena, tetapi Rafael yang paling
berat menanggungnya..."
Ketika Elena tidak berkata apa-apa, Nyonya Rafael
melanjutkan. "Ketika hari itu kau mengusirnya, mengatakan
membencinya, mengatakan bahwa dia manusia yang tidak ada
harganya. Kau sudah mengetuk nuraninya yang paling dalam.
Sejak itu Rafael berubah, dia menjadi pribadi yang
bertanggungjawab, dia menjadi seseorang yang hidup dengan
satu tujuan. Meskipun dia menjalani semuanya dengan penuh
kepedihan." Mata Nyonya Sophia mengerjap, menahan air
matanya yang akan tumpah, "Rafael telah menghukum dirinya
sendiri setelah kejadian itu Elena, dia telah menerima
hukumannya." Unforgiven Hero 197 Elena memalingkan mukanya, tiba-tiba matanya terasa
panas. Benarkah itu semua" Benarkah kejadian kecelakaan itu
telah menggugah rasa bersalah Rafael"
"Aku pikir sebenarnya yang diinginkan Rafael adalah
menjadi pahlawan untukmu... menebus semua kesalahannya.
Aku tidak bisa menjelaskan apapun kepadamu. Tetapi kau
harus yakin Elena, bahwa semua yang dilakukan Rafael
kepadamu, itu karena dia mencintaimu." Nyonya Sophia
menyusut air matanya, kemudian beranjak berdiri. Elena
mengikutinya berdiri. "Aku harap kau mau mempertimbangkan semua katakataku tadi." Elena mengernyit, mencoba bersuara meskipun
tertahan, "Saya... saya akan memikirkannya."
"Terima kasih Elena." Dengan gerakan spontan, Nyonya
Sophia merengkuh Elena ke dalam pelukannya, "Aku sangat
senang menerimamu sebagai menantuku."
Kemudian perempuan itu pergi. Meninggalkan aroma
wangi vanilla yang sangat elegan di ruang tamu itu.
" "Kau harus makan Elena." Ibu Rahma meletakkan
sepiring makanan yang masih panas di depan Elena, "Ayo
cobalah meskipun cuma beberapa suap saja."
Elena melirik makanan di piring itu. Makanan itu enak,
dan kalau dia tidak sedang pusing. Aromanya yang wangi pasti
akan bisa menerbitkan air liurnya. Tetapi saat itu Elena merasa
pusing, dan tidak ingin makan. Tetapi dilihatnya Ibu Rahma
menatapnya penuh harap, wanita yang sudah seperti ibunya ini
tentunya sudah repot-repot memasakkan makanan ini
untuknya. Elena tidak mau mengecewakannya.
Hanya demi menyenangkan Ibu Rahma, dia mengambil
piring itu dan menyuap makanannya. Perutnya yang sudah
seharian tidak diisi menyambutnya dengan rasa mual yang luar
198 Santhy Agatha biasa. Tetapi Elena menahannya. Dia tetap menyantap makanan
itu hingga empat suap, kemudian menyerah, menatap Ibu
Rahma dengan tatapan menyesal,
"Maafkan saya, ibu."
Ibu Rahma tersenyum dan mengangguk penuh
pengertian, "Tidak apa-apa, yang penting perutmu terisi." Ibu
Rahma menatap Elena dan menarik kesimpulan, menilik dari
sikap Elena dan pada kenyataannya Elena melarikan diri ke
asrama ini, sepertinya Elena masih tidak tahu bahwa Ibu
Rahma ada hubungannya dengan Rafael. Bahwa semuanya
sudah diatur oleh Rafael. Ibu Rahma sebenarnya sudah
menimbang-nimbang untuk berterus terang kepada Elena,
tetapi kemudian mengurungkan niatnya. Sekarang ini
permasalahan antara Rafael dan Elena sudah rumit, dia tidak
mau menambahkan permasalahan baru di antara mereka.
Lagipula mengenai hal ini, mungkin nanti Rafael sendiri yang
akan menjelaskannya kepada Elena, "Bagaimana perasaanmu?"
Elena menghela napas panjang, "Saya baik-baik saja ibu."
"Tamumu tadi, dia ibu Rafael kan?"
Elena menganggukkan kepalanya. Ekspresinya tetap
datar hingga Ibu Rahma harus bertanya lagi,
"Apakah dia berhasil mengubah pandanganmu?"
Elena merenung. Apakah Mamanya Rafael berhasil
merubah pandangannya" Mungkin. Mama Rafael
memberitahukan hal baru, bahwa Rafael hidup dengan rasa
bersalah. Perempuan itu juga berusaha meyakinkan bahwa
Rafael benar-benar mencintai Elena. Tetapi benarkah itu
semua" Jauh di dalam hatinya, Elena menyadari masih ada
perasaan hangat itu ketika mengingat Rafael. Tetapi ada juga
kebencian yang muncul ketika mengingat bahwa laki-laki itulah
yang telah menyebabkan kematian ayahnya. Hal itu membuat
Elena bingung dan tak tahu harus bagaimana.
" Unforgiven Hero 199 Dini hari Elena terbangun dengan rasa mual yang amat
sangat. Dia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua
isi perutnya. Perutnya terasa sakit dan kepalanya pening.
Dengan napas terengah dia mencuci mukanya dan
melangkah gontai ke kamar, lalu membaringkan dirinya di
ranjang. Tamu bulanannya belum datang, entah sudah berapa
lama. Elena menghitung dalam hati. Dan kemudian merasa
cemas ketika menemukan bahwa dia sudah terlambat hampir
satu minggu. Pusing dan mual-mual itu... apakah dia hamil"
Oh... Astaga. Elena mengusap perutnya dengan gugup.
Bagaimana kalau dia benar-benar hamil" Mengandung anak
Rafael" Apa yang harus dia lakukan" Kalau dia memang benarbenar ingin kabur dan pergi menjauh, dia harus mengubah
semua rencananya. Kehamilan ini merupakan pertimbangan
yang sangat penting. Elena akan susah mencari pekerjaan kalau
perutnya membesar. Dan siapa yang akan menjaganya ketika
kandungannya sudah terlalu besar"
Matanya nyalang menatap ke arah langit-langit kamar.
Dia harus membeli testpack besok pagi, dan memastikannya
dulu. Baru setelah itu dia akan memikirkan langkah
selanjutnya. " Rafael bersedekap dan menatap mamanya yang cantik,
"Mama menemui Elena?"
"Ya." Sang mama menatapnya meminta maaf, "Maafkan
kalau mama tidak minta izin sebelumnya kepadamu. Mama
memang impulsif. Tetapi setidaknya dia mau mendengarkan
penjelasan dari sisi mama."
"Bagaimana keadaannya?" Rafael berbisik lirih,
membayangkan Elena membuat jantungnya berdenyut. Dia
merindukan perempuan itu, merindukan istrinya. Setiap malam
dia terbangun, berusaha mencari tubuh hangat Elena untuk dia
200 Santhy Agatha peluk, tetapi perempuan itu tidak ada. Kemudian dia merasakan
kekosongan yang sangat dalam di dalam jiwanya, dan terjaga
sepanjang malam. "Dia baik-baik saja, matanya sembab karena banyak
menangis." Sang mama menatap anaknya yang tampak
menderita, "Kau sendiri, bagaimana keadaanmu?"
"Aku bisa bertahan." Rafael mencoba tersenyum, "Nanti
kalau sudah waktunya, aku akan menjemput Elena."
"Semoga kau bisa melunakkan hatinya." Mama Rafael
berucap setulus hatinya. Demi Rafael. Anaknya itu sudah hidup
dengan menanggung perasaan bersalah yang semakin lama
semakin berat dipikulnya. Dia, sebagai seorang ibu, tidak akan
sanggup kalau harus melihat beban itu ditambahi lagi dengan
"patah hati". " Pagi-pagi sekali Elena sudah berjalan menuju apotek
yang terletak beberapa meter dari kompleks asrama, untunglah
apotek itu buka dua puluh empat jam. Jadi Elena tidak sia-sia
berjalan. Sepulangnya, dengan hati-hati dia membuka alat itu
dan mengikuti instruksinya.
Dia harus menunggu selama tiga menit untuk
memperoleh hasilnya. Dengan jantung berdebar dipandanginya
alat itu sambil menghitung angka satu sampai seratus delapan
puluh. Ketika sudah selesai, Elena mengintip alat itu.
Jantungnya berdenyut kencang. Oh Astaga. Dia benarbenar positif hamil. Mengandung anak Rafael Alexander.
" "Ibu Rahma... aku.. sepertinya aku hamil." Wajah Elena
pucat pasi, dia mendatangi satu-satunya wanita yang bisa
membantunya saat ini. Unforgiven Hero 201 Ibu Rahma tampak terperanjat, tetapi dia lalu melihat
hasil testpack yang ditunjukkan oleh Elena. Matanya bersinar
lembut, "Oh Elena. Selamat sayang, kau akan menjadi ibu."
Elena meringis mendengar ucapan selamat dari Ibu
Rahma, dipeluknya tubuhnya dengan bingung,
"Ibu...saya bingung, saya harus bagaimana?"
"Kenapa kau bingung" Bayi itu mungkin suatu pertanda
bahwa kau harus mempertimbangkan kembali hubunganmu
dengan Rafael. Kalian akan mempunyai seorang anak,
bukankah itu bisa menjadi pertimbangan penting?"
Elena mendesah, menatap ke sekeliling dengan gelisah,
"Tetapi saya... saya berencana untuk pergi dan memulai hidup
baru..." "Pergi?" Ibu Rahma membelalakkan matanya, "Apa
maksudmu Elena?" "Saya berencana untuk pergi meninggalkan semua ini.
Memutuskan hubungan dengan seluruh masa lalu saya."
"Astaga Elena, pikirkan dulu baik-baik sebelum
memutuskan seperti itu. Kau sudah menikah dan bersuami.
Bagaimana mungkin kau meninggalkan semuanya?"
"Saya takut ibu... Rafael telah memulai semua dengan
kebohongan. Bagaimana mungkin saya melanjutkan pernikahan
yang didasari dengan kebohongan?"
Ibu Rahma menghela napas panjang, "Elena. Entah itu
didasari kebohongan atau tidak. Saat ini ada seorang anak yang
akan hadir di antara kalian yang harus kau pikirkan. Kau akan
menjadi seorang ibu, itu adalah tanggung jawab yang besar.
Dan aku yakin, kalau kau mau memberi Rafael kesempatan,
kalian bisa menyelesaikan permasalahan ini."
202 Santhy Agatha Tanpa sadar Elena mengelus perutnya, merasa bingung.
Apakah dia seharusnya memberi Rafael kesempatan lagi untuk
menjelaskan" " Elena bangun dari tidur siangnya dan mencari Ibu
Rahma, dia hendak meminta Ibu Rahma mengantarkannya
memeriksakan diri ke dokter kandungan. Dengan langkah pelan
dia melangkah menuju kamar Ibu Rahma.
Asrama ini memang sedang sepi, karena menginjak
liburan semester. Banyak penghuni asrama yang
memanfaatkan liburan ini untuk pulang kampung ke rumah
orang tua masing-masing. Ada dua atau tiga mahasiswi yang
masih tinggal karena sedang mengejar penyelesaian skripsi
mereka. Jadi tidak banyak kegiatan di dalam asrama untuk
beberapa waktu ke depannya.
Elena hendak mengetuk pintu kamar ibu Rahma yang
setengah terbuka itu ketika dia mendengar suara Ibu Rahma
yang cukup jelas, sedang bercakap-cakap ditelepon. Sebenarnya
Elena ingin melangkah pergi dan akan kembali nanti kalau Ibu
Rahma sudah selesai. Tetapi suara percakapan Ibu Rahma itu
menahan langkahnya, membuatnya tertegun.


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hasil testpacknya positif nak Rafael." Ibu Rahma
bergumam kepada orang yang diajaknya bicara, "Elena
menunjukkan kepada saya. Dia sudah hampir pasti hamil."
Ibu Rahma berbicara dengan Rafael"
Hening sejenak, tampak Ibu Rahma mendengarkan suara
Rafael di seberang, lalu dia menjawab.
"Saya rasa anda harus menjemput Elena sekarang,
menemuinya dan mencoba meluluhkan hatinya, ini waktu yang
tepat, anak itu bisa menjadi pertimbangan penting bagi anda
untuk meminta Elena kembali kepada anda." Ibu Rahma
terdiam, mendengarkan, lalu ada senyum pada suaranya ketika
berbicara, "Ya.. ya.. saya mengerti nak Rafael, tidak apa-apa. Nak
Rafael tidak pernah merepotkan saya. Sejak awal ketika saya
Unforgiven Hero 203 menyetujui untuk membantu nak Rafael menyediakan tempat
tinggal bagi Elena, saya sudah berniat melakukannya dengan
sepenuh hati. Salam untuk Nyonya Sophia, saya akan mampir
akhir minggu ini untuk memberikan laporan keuangan tentang
asrama ini dan beberapa asrama lainnya kepadanya."
Elena sudah tidak tahan lagi, dia melangkah pergi
dengan gemetar. Ketika sampai di kamar, dia menutupnya dan
bersandar bingung di pintu. Apa yang didengarnya tadi itu"
Jadi selama ini Ibu Rahma merupakan kenalan Rafael"
Kaki tangannya" Jadi asrama ini tidak didapatkannya karena
keberuntungan" Menilik kata-kata Ibu Rahma di telepon tadi,
asrama ini adalah milik Mama Rafael.... Apakah semua yang ada
di hidupnya adalah hasil campur tangan Rafael"
Lelaki itu bertindak seolah-olah Tuhan, mengatur
kehidupan Elena, mengarahkan Elena harus bagaimana dan ke
mana sesuai dengan skenarionya. Sebuah kebohongan lagi,
entah berapa kebohongan lagi yang dilakukan Rafael
kepadanya" Well, kali ini Rafael tidak akan mendapatkan
mendapatkan apa yang dia mau. Elena akan menunjukkan
bahwa dia bukan boneka yang bisa diarahkan semau Rafael,
sesuai skenario dan keinginan laki laki itu.
Dengan cepat Elena berkemas. Dia akan meninggalkan
semuanya. Rafael tidak akan pernah bisa menemukannya lagi,
ataupun mencoba mengatur kehidupannya lagi.
204 Santhy Agatha 14 Berita itu membuat jantung Rafael berdenyut kencang.
Elena hamil, Elena mengandung anaknya. Mereka akan punya
bayi bersama. Tadi Rafael langsung menyetir mobilnya
setengah mengebut ke arah asrama Elena. Dia tidak sabar
bertemu Elena, memastikan istrinya baik-baik saja, dan calon
anaknya juga sehat di kandungan istrinya.
Apapun yang akan terjadi, dia akan mempertahankan
pernikahan ini. Bayi itu semakin memperkuat alasannya untuk
berjuang mendapatkan Elena kembali. Semoga Elena
setidaknya mau memberinya kesempatan.
Hati-hati dia memarkir mobilnya di depan asrama.
Beberapa mahasiswa yang lalu lalang di jalan menoleh ke
arahnya, beberapa yang lain bahkan sampai tidak mampu
mengalihkan pandangannya. Asrama itu memang dekat dengan
kampus ternama di kota ini, sehingga banyak mahasiswa yang
lewat dengan berbagai urusannya. Rafael memang layak untuk
dilihat dua kali. Ketampanannya sangat eksotis dan menyolok,
sehingga menarik perhatian orang. Hari ini dia mengenakan
celana jeans santai dan kemeja senada dan memakai rompi
rajutan yang membungkus dengan indah badannya. Dadanya
yang bidang tercetak dengan jantan di sana, rambutnya yang
agak basah karena buru-buru sehabis mandi, disisir begitu saja
ke belakang dengan jemarinya, membuatnya tampak semakin
eksotis. Lelaki itu benar-benar tampan.
Tetapi dia adalah lelaki tampan yang gugup. Langkahnya
ragu sekaligus bersemangat. Seluruh kata-kata terjalin campur
aduk di benaknya. Dia harus bisa meyakinkan Elena supaya
kembali kepadanya. Ketika Rafael sampai ke depan pintu
asrama, dia hendak mengetuk. Tetapi pintu langsung terbuka
dari dalam, menampakkan wajah Ibu Rahma yang pucat pasi.
Unforgiven Hero 205 "Elena pegi. Dia tidak ada di mana-mana, aku tidak tahu
kapan dia pergi. Dia meninggalkan surat ini..." Mata Ibu Rahma
membelalak panik, "Ya Tuhan, Rafael, sepertinya dia
mendengar percakapan kita tadi pagi dan marah karena
menemukan satu kebohongan lagi."
Kepala Rafael seperti dihantam dengan keras menerima
kabar itu, dia menerima surat itu dari Ibu Rahma dan
membacanya. Wajahnya memucat membaca pesan singkat yang
ditulis di atas kertas sederhana tersebut.
" Kau tidak akan bisa mengatur-atur kehidupanku lagi
Rafael. Aku akan pergi jauh, dan kau tak akan bisa
menemukanku lagi " " Elena mengetuk pintu rumah Donita, dan menunggu
dengan cemas. Beberapa menit kemudian, terdengar suara
langkah kaki dari dalam dan pintu dibuka.
"Elena?" Donita menatap Elena dan tersenyum lebar,
"Kenapa kau tidak mengabari kalau kau mau datang" Aku bisa
memasakkan makanan istimewa untukmu..."
"Donita." Ekspresi wajah Elena yang begitu serius
membuat senyum Donita memudar dan menatap Elena dengan
bingung. "Berjanjilah kepadaku kau tidak akan mengatakan
kepada Rafael kalau aku ada di sini."
"Ada apa Elena?" Donita melihat kepada Elena, "Apa
yang terjadi kepadamu?"
"Berjanjilah dulu Donita."
Donita melihat betapa seriusnya Elena. Dia
menganggukkan kepalanya dengan cepat, "Baiklah, aku berjanji.
Ayo masuklah dulu, aku akan membuatkan minuman
untukmu." Elena mengikuti Donita masuk ke dalam rumah. Donita
membuatkan teh untuknya dan mengajaknya duduk di ruang
206 Santhy Agatha keluarga. Sepertinya bayinya sedang tidur karena suasana
rumah sangat sepi. "Suamiku sedang keluar kota. Tugas kantor, dia baru
pulang seminggu lagi. Jadi aku hanya berdua di sini dengan si
kecil." Donita menuangkan teh ke cangkir Elena, "Ini minumlah
dulu." Elena menerima cangkir itu dan menyesapnya,
merasakan keharuman mint dan melati yang menyegarkan.
Donita menatapnya dengan cemas,
"Apakah kau sedang bertengkar dengan Rafael?"
Elena mengangguk, lalu menggelengkan kepalanya,
bingung, " Hampir seperti itu, tetapi bukan juga... ceritanya
panjang.." "Aku punya banyak waktu." Donita tersenyum, "Ayo,
ceritakanlah kepadaku."
Dan Elena pun bercerita, semuanya, dari awal.
Menjelaskan perasaannya kepada Rafael, sakit hatinya ketika
dibohongi Rafael, dan keputusannya untuk menjauhkan dirinya
dari lelaki itu. Ketika selesai. Donita hanya termenung dan menatapnya
dengan skeptis. Elena memandang Donita, meminta
pendapatnya, "Benar bukan Donita" Menurutku Rafael sangat arogan,
dia mengatur seluruh kehidupanku, berusaha membentukku
menjadi apa yang dia mau. Dia seolah ingin berperan sebagai
Tuhan dalam kehidupanku. Dan lagi dia memulai semuanya
dari kebohongan." Elena berusaha mencari pembenaran dari
Donita. Sahabatnya itu menghela napas panjang, "Menurutku
Rafael sudah gila." "Mungkin juga." Elena mengerutkan kening bingung
dengan kata-kata Donita. Unforgiven Hero 207 "Rafael sudah gila. Gila karena terlalu mencintaimu."
"Cintanya hanyalah kebohongan." Elena menyela, dia
ingin mendapatkan dukungan dari Donita, tetapi sahabatnya itu
tampaknya malahan bersimpati kepada Rafael.
"Tidak mungkin orang dengan cinta bohongan
melakukan segala cara untuk memilikimu. Coba kau pikir"
Untuk apa dia menikahimu" Aku tahu pasti di masa lalunya
Rafael tidak pernah membuka hatinya untuk perempuan lain.
Dia selalu tampak... sedih. Ternyata karena ini. Ternyata karena
dia menanggung rasa bersalah yang dalam. Kau dari tadi
mengulang-ulang bahwa Rafael mengatur segalanya dalam
hidupmu, mengubah menjadi apa yang dia mau." Donita
menatap Elena dalam-dalam, "Tetapi yang kulihat, dia tidak
ingin menjadi Tuhan dalam kehidupanmu, Elena. Dia ingin
menjadi pahlawan. Dia menjagamu."
"Tidak!" Elena membantah lagi, "Dia hanya ingin
memuaskan egonya, menyembuhkan rasa bersalahnya, dan
membuat aku berhutang kepadanya agar semua kesalahannya
impas!" "Untuk apa dia melakukan itu" Tidak ada untungnya
buat Rafael." Donita memajukan tubuhnya, "Elena. Orang lain
dalam posisi Rafael, dia akan meninggalkanmu dengan
setumpuk uang, meminta maaf dan pergi. Kalaupun kau tidak
mau menerimanya, setidaknya dia sudah mencoba. Rafael bisa
melenggang pergi kapan saja tanpa beban, tanpa kerugian
apapun. Tetapi itu tidak dilakukannya. Dia memilih
mengikatkan rantai berat berisi rasa bersalah di kakinya.
Menjagamu agar hidupmu mudah dan bahagia. Dan kemudian
menikahimu serta menjadi suami yang luar biasa baik
untukmu." Elena terdiam. "Kenapa kau membela Rafael?"
"Karena, demi Tuhan. Bukalah hatimu Elena. Pikirkan
baik-baik. Oke, Rafael memang bersalah di masa lalu, dia
memang menyebabkan kematian ayahmu. Itu sudah terjadi,
waktu tidak akan bisa diputar kembali. Dan dia sudah berusaha
208 Santhy Agatha menebus kesalahannya." Donita menghela napas panjang,
"Pikirkanlah Elena. Semua yang dilakukan Rafael untukmu,
kebohongannya, semua rencananya untuk mencampuri
kehidupanmu, adakah yang merugikanmu" Tidak bukan" Dia
selalu memastikan kebahagiaanmu di atas segalanya. Dia
mencintaimu Elena. Dan jauh di dalam hatimu kau
mengetahuinya." Elena mengetatkan gerahamnya, "Aku tidak percaya."
Matanya terasa panas, "Dia telah membohongiku. Kalau dia
mencintaiku, dia tidak akan membohongiku."
Donita tersenyum lembut melihat Elena mulai terisak,
ditepuknya pundak Elena memberi semangat. "Kau bisa
menginap di sini dulu, kau tidak punya tempat tujuan kan?"
"Aku berencana pergi ke luar kota. Tetapi kondisi
kesehatanku tidak memungkinkan, aku muntah-muntah
sepanjang jalan kemari tadi." Elena mengusap air matanya dan
menatap Donita ragu, "Mungkin aku akan merepotkanmu,
bolehkah aku menginap di sini untuk beberapa lama" Kalau
kondisi kesehatanku sudah memungkinkan, aku akan pergi."
"Kau boleh tinggal selama kau mau. Kami punya dua
kamar kosong di sini. Suamiku juga akan sangat senang kalau
kau tinggal disini. Dia sering keluar kota, dan pasti akan senang
karena aku ada temannya."
"Aku tidak akan tinggal lama di sini, aku harus pergi
segera, kalau tidak, Rafael akan menemukanku."
"Kau masih bertekad untuk pergi?"
Elena memijat kepalanya, "Entahlah...aku bingung
Donita, dan aku pusing."
"Kau sedang hamil muda, kondisimu harus dijaga baikbaik demi dirimu dan calon anakmu. Dulu aku selalu mual dan
muntah di awal-awal kehamilanku. Tinggalah di sini dulu Elena.
Istirahatlah dan pulihkan dirimu. Kau bisa memikirkan apa
yang harus kau lakukan kedepannya nanti."
Unforgiven Hero 209 " Rafael sudah mencari kemana-mana tanpa tujuan dan
dia bingung. Rasanya dia hampir gila karena tidak tahu Elena
ada dimana, sedang apa, dan bagaimana kondisinya.
Istrinya itu sedang hamil, demi Tuhan! Sedang
mengandung anaknya, dan sekarang dia ada di luar sana entah
dimana. Dengan marah dibantingkannya tangannya di setir
mobilnya. Sebegitu bencikah Elena kepada dirinya" Kenapa Elena
tidak mau mengerti" Rafael tahu dia bersalah dan penuh dosa
kepada Elena. Dia memang tak termaafkan. Tetapi apakah dia
tidak berhak mencintai" Tidak bolehkah dia mencintai Elena"
" "Aku sudah menengok kak Rafael, kondisinya buruk. Dia
sudah tidak datang ke kantor lagi sejak dua minggu yang lalu,
yang dia lakukan setiap hari hanya berputar-putar mencari
Elena. Dan ketika aku menengok ke rumahnya, dia tampak
mengenaskan kalau sedang di rumah, dia tidak bercukur, dan
hanya diam di kamar seperti orang gila. Mengutuk dirinya
sendiri." Victoria duduk di depan mamanya dengan prihatin,
"Kita harus menemukan Elena untuknya, kalau tidak aku cemas
dia akan benar-benar jadi gila."
"Kata supir pribadinya, dia juga selalu berkeliling setiap
malam, tidak pulang, mengitari seluruh penjuru kota, mencari
Elena." Sang mama memijit kepalanya yang berdenyut, "Mama
juga mencemaskan Rafael. Apakah kau sudah mencari
informasi" Bagaimana dengan para pegawai yang mengenal
Elena di kantor dulu?"
"Aku menanyai mereka semua. Tetapi tidak ada yang
tahu di mana Elena."
"Bagaimana dengan Donita, Elena menggantikan
tugasnya bukan" Dan aku dengar mereka cukup akrab."
210 Santhy Agatha "Donita adalah orang pertama yang didatangi Rafael."
Victoria mengingat Rafael pernah bercerita kepadanya. "Tetapi
kata Donita, Elena tidak datang kesana."
Kedua wanita itu bertatapan. Bingung. Mereka tidak bisa
melakukan apapun untuk menolong Rafael. Yang dibutuhkan
Rafael adalah kehadiran Elena. Hanya itu.
Ah Elena. Dimanakah kau" Tidak kasihankah kau kepada
Rafael"

Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Pagi itu seperti biasanya Elena membantu Donita
memandikan si kecil. Sudah satu minggu Elena tinggal di rumah
Donita. Sahabatnya itu melarangnya pergi dulu. Dan Elena
menerima tawarannya itu. Mengingat kondisinya tidak
memungkinkan. Dia selalu merasa mual, dan ingin muntah
setiap saat. Kepalanya kadang terasa pening sehingga
berdentam-dentam. Dan kondisinya itu bahkan belum membaik
selama seminggu tinggal bersama Donita.
Si Kecil sudah dimandikan, dan Donita memberinya asi.
Sementara Elena merapikan kembali perlengkapan mandi bayi.
Ketika dia membungkuk untuk meletakkan handuk ke
keranjang cucian, tiba-tiba ada rasa sakit yang menjalar di
perut bagian bawahnya. Nyeri luar biasa yang membuatnya
mengerang sambil berpegangan ke rak handuk di sampingnya.
"Elena?" "Sakit sekali." Elena memegang perutnya yang serasa di
remas-remas. Nyerinya luar biasa.
Donita meletakkan bayinya yang sudah tertidur dan
kenyang di buaian, dia melangkah mendekati Elena. "Ayo Elena,
mungkin kau terlalu tegang dan kelelahan. Berbaringlah dulu.....
Oh Astaga!" Donita memekik, "Elena... kau berdarah!"
Elena menunduk dan menatap ke bawah. Ke arah
kakinya. Dia memakai rok selutut. Dan dari lututnya, tampak
Unforgiven Hero 211 cairan merah yang mengalir dari kewanitaannya, mengalir
turun melewati betisnya, sampai ke kaki.
"Aku akan menelepon Rafael!" Donita meraih ponselnya,
Elena mengerang, mencoba mencegah Donita,
"Jangan! Jangan Donita!"
Sahabatnya itu menatapnya tajam. "Harus Elena. Dia
suamimu , ayah dari bayi di perutmu. Rumahnya dekat dari sini,
dia bisa sampai dalam beberapa menit. Lebih cepat daripada
kalau kita memanggil taksi." Donita melirik cemas kepada Elena
yang kini sudah duduk di kursi dan memegang perut bawahnya
dengan kesakitan. Lalu menelepon Rafael.
" Rafael datang dengan begitu cepat. Lelaki itu sepertinya
mengebut kemari. Ketika Donita membuka pintu, atasannya itu
berdiri dengan mata nyalang, cemas luar biasa.
"Di mana Elena?"
"Di dalam. Mr. Alex, maafkan saya waktu itu
membohongi anda...."
"Tidak apa-apa... terima kasih sudah meneleponku."
Rafael bergerak masuk setengah berlari. Menemukan Elena
yang terduduk di kursi. Darah segar mengalir di kakinya, dan
Elena tidak berani berdiri sama sekali, takut dia akan
mengalami pendarahan yang lebih parah. Wajah Elena semakin
pucat ketika dia melihat Rafael masuk dan berdiri dengan
cemas di sebelahnya. "Sayang..." lelaki itu berbisik lembut bercampur
kecemasan, "Tahan cintaku, aku akan membawamu ke rumah
sakit." Dengan cepat Rafael membungkuk di depan Elena
menyapukan tangannya di punggung dan lutut Elena, lalu
mengangkatnya seolah Elena begitu ringan. Elena melingkarkan
lengannya di leher Rafael, menyandarkan kepalanya di
dadanya. 212 Santhy Agatha Perutnya sakit, tetapi berada digendongan Rafael
membuatnya merasa nyaman. Lelaki itu berhenti sebentar di
dekat pintu, "Terima kasih Donita."
"Sama-sama. Semoga Elena tidak apa-apa." Donita
mengiringi kepergian mereka dengan tatapan cemas.
Rafael melangkah cepat menuju mobilnya, ke tempat
supirnya yang sudah menunggu dan membukakan pintu. Masih
menggendong Elena, Rafael masuk kemudian memangku Elena.
Mobil pun melaju dengan kencang menuju rumah sakit.
Elena mengerang ketika rasa nyeri itu menyerangnya
lagi. Membuat Rafael menunduk menatapnya dengan cemas,
"Sakitkah sayang" Tahan ya. Kita sebentar lagi sampai."
Elena bergerak tidak nyaman di pangkuan Rafael, dia
hanya memakai rok dan dia berdarah. Darahnya akan
mengotori celana Rafael, "Aku berdarah... aku akan mengotori.."
"Jangan cemaskan itu." Rafael menyela tajam, lalu
memeluk Elena erat-erat. "Ya Tuhan. Elenaku. Semoga kau tidak
apa-apa. Aku bisa mati kalau kau kenapa-kenapa."
Elena masih mendengar kalimat terakhir itu dan hatinya
terasa hangat, tetapi setelah itu, dia tidak mendengar apa-apa
lagi. Rasa sakit yang luar biasa telah merenggut kesadarannya.
Mambuatnya pingsan. " Elena terbangun lama kemudian. Bau obat dan rumah
sakit menyelimutinya. Membuatnya mengerutkan keningnya.
Tangannya langsung digenggam dengan hangat, membuatnya
menoleh dan bertatapan langsung dengan Rafael. Lelaki itu
duduk di tepi ranjang, menatapnya cemas.
Rafael belum bercukur. Itu yang dipikirlan Elena
pertama kali ketika melihat bayangan gelap, bakal jenggot yang
hampir tumbuh di dagu lelaki itu. Dan matanya tampak
ketakutan sekaligus lega.
Unforgiven Hero 213 Lelaki itu mengecup jemari Elena penuh perasaan,
"Syukurlah kau sudah sadar sayang." Suaranya serak penuh
perasaan, "Aku sangat mencemaskanmu."
Refleks Elena memegang perutnya, menatap Rafael
dengan takut. "Bayiku?"
"Dia kuat, dan bertahan." Rafael menatap perut Elena
dengan lembut. Elena mendesah lega mengetahui kondisi bayinya baikbaik saja. Tetapi kemudian, wajah Elena memerah mengetahui
tatapan Rafael ke perutnya. Dia memalingkan wajah, tidak mau
menatap Rafael. "Elena." Suara Rafael melembut. "Aku tahu waktunya
tidak tepat membahas ini semua. Tetapi aku harus
mengatakannya kepadamu."
Hening dan Rafael menunggu jawaban Elena, ketika
Elena tetap diam, Rafael menarik napas panjang, "Aku
mencintaimu Elena. Itu bukan kebohongan. Aku mungkin
mengatur kehidupanmu, tetapi itu semua kulakukan untuk
menjagamu. Karena aku mencintaimu, bukan semata untuk
penebusan dosa." Suara Rafael menjadi serak, "Aku
menikahimu karena aku mencintamu. Semua yang kulakukan,
semua kebohongan itu, karena aku mencintaimu."
Elena tetap diam. Memejamkan matanya. Merasakan air
mata menetes di sudut matanya.
"Aku tahu kau tidak bisa memaafkanku. Dosaku memang
tak termaafkan. Dan aku sudah menerimanya. Mungkin
memang aku yang berharap terlalu muluk kau bisa tetap
mencintaiku dan melanjutkan pernikahan ini." Rafael
tersenyum pahit, "Maafkan aku karena memaksakan sesuatu
yang tidak kau inginkan. Mulai sekarang aku tidak akan
memaksakan kehendakku kepadamu lagi. Segera setelah anak
kita lahir. Aku akan menceraikanmu dengan penyelesaian yang
baik." 214 Santhy Agatha 15 Elena tertegun. Dalam diamnya. Dia menolehkan
kepalanya dan menatap Rafael. Lelaki itu sedang menunduk,
tidak menatap Elena, matanya menerawang oleh pikirannya
sendiri. "Kau tahu bagaimana perasaanku waktu itu?" Rafael
tersenyum pahit, "Aku datang dengan segala kesombongan dan
kepongahanku.... merasa berkuasa dan punya segalanya,
merasa bisa membeli permintaan maaf dari seseorang. Tetapi
aku salah. Kau membuatku sadar ketika itu. Ketika kau
mengatakan bahwa aku adalah manusia hina yang tidak punya
harga diri, yang berlindung di balik kekuasaan ayahku.....kau
sangat benar." Rafael menghela napas, "Aku pulang dengan
kesadaran penuh, seperti ditampar untuk disadarkan...."
Lelaki itu menatap Elena dengan pandangan penuh
kesakitan. "Tetapi aku berusaha Elena, aku berusaha supaya
aku bisa berdiri di depanmu, dengan harga diri. Aku berusaha
sekuat tenaga. Aku mendirikan perusahaanku itu sebagai
pembuktianku kepadamu. Perusahaan itu sama sekali tidak
menerima campur tangan ayahku, aku memulainya dari nol......"
Rafael menghela napas, "Dan aku memang membohongimu.
Aku mengawasimu sejak awal, jangan salah paham Elena, aku
sama sekali tidak punya maksud buruk.. Aku... aku hanya ingin
menjagamu, aku tahu kau sebatang kara karena aku... dan aku
merasa bertanggung jawab untuk itu..." Rafael tersenyum pahit,
"Ya. Aku mengatur pendidikanmu, semua beasiswa itu.. semua
kuusahakan, asrama itu juga bagian dari rencanaku, Ibu Rahma
adalah pegawai mamaku....tetapi aku tidak melakukannya
untuk menguasaimu, aku melakukannya untuk menjagamu.
Memastikan kau baik-baik saja. Kurasa jauh di dalam hatiku,
aku ingin menjadi pahlawan untukmu."
Unforgiven Hero 215 Elena tercenung mendengar penjelasan Rafael. Ini sama
persis dengan apa yang dikatakan Donita, dan juga yang
lainnya. Apakah selama ini dia terlalu menutup diri" Sehingga
tidak mau melihat apa yang sebenarnya merupakan kenyataan.
Apakah selama ini dia terlalu diselimuti oleh kebencian dan
prasangka" Hingga tidak mau membuka hatinya"
Elena sadar bahwa apa yang dilakukan Rafael demi
kebaikannya. Elena ingat betapa mudahnya hidupnya.
Pendidikannya yang lancar, tempat tinggalnya yang
menaunginya, dan sosok seorang ibu yang menjaganya, Ibu
Rahma. Semuanya disediakan oleh Rafael.
"Tujuan awalku adalah supaya kau bisa melanjutkan
masa depanmu dengan baik. Setelah itu aku berniat
melepasmu, pergi dengan diam-diam sehingga kau tidak pernah
tahu ada aku di balik semua skenario itu." Rafael menyambung,
sambil menatap wajah Elena dengan lembut, tahu kalau Elena
mendengarkan, "Kuberi kau pekerjaan di perusahaan itu,
karena kau mempunyai hak di sana. Perusahaan itu bisa berdiri
karena kau. Karena itu kupikir, tempatmu adalah di sana. Aku
pikir kita bisa melanjutkan hubungan kerja dengan baik,
sebagai atasan dengan bawahan. Lalu kuharap kau akan
menemukan jodoh yang baik, menikah, lalu hidup bahagia
selama-lamanya." Elena menatap Rafael tajam, "Kalau begitu, kenapa kau
menikahiku, Rafael?"
"Karena aku tidak bisa menipu diriku sendiri." Rafael
tertawa pahit, seolah mengejek dirinya. "Tanpa sadar aku jatuh
cinta kepadamu. Kau telah menjadi semacam obsesi yang
merenggut hatiku. Membuatku merindukanmu. Semua wanitawanita itu..." Rafael menatap Elena dalam-dalam, "Wanitawanita seperti Luna, mereka ada untuk menggantikanmu. Aku
memang tak berperasaan."
Jadi benar apa yang dikatakan oleh Luna. Bahwa Rafael
menganggap Luna sebagai dirinya. Elena yang selalu dipanggil
Rafael ketika itu memang benar dirinya. Sekarang semuanya
jelas. 216 Santhy Agatha "Dan kau dekat dengan Edo di hadapanku." Suara Rafael
berapi-api. "Aku dibakar cemburu, luar biasa cemburu. Saat
itulah aku menyadari bahwa aku tidak akan bisa
melepaskanmu untuk lelaki lain. Aku harus memilikimu untuk
diriku sendiri." "Jadi benar kata Edo kalau kau menjebaknya."
"Aku menyuruh Alice merayunya. Ya aku mengakuinya."
Rafael tersenyum sinis mengingat Edo, "Tetapi yang terjadi
selanjutnya adalah murni kesalahan Edo sendiri, Kalau dia
benar-benar menjaga hatinya dan mencintaimu, dia tidak akan
jatuh ke dalam pelukan Alice. Aku hanya menunjukkan
kepadamu betapa lemahnya Edo sesungguhnya. Betapa kau
akan menyesal kalau menyerahkan hatimu kepadanya."
Elena menyadari bahwa perkataan Rafael ada benarnya
juga, "Kau menyelamatkanku."
"Ya. Aku menyelamatkanmu. Dan kemudian
menjebakmu untuk menjadi milikku. Aku akan mengakui
semuanya kepadamu Elena, supaya tidak ada lagi kebohongan
di antara kita. Aku memang menjebakmu. Semua kulakukan
agar aku bisa menikahimu. Menjadikanmu istriku, milikku. "
Dengan lembut Rafael menggenggam jemari Elena, "Kau tidak
tahu betapa bahagianya aku ketika menyematkan cincin ini di
jarimu. Aku mencintaimu Elena."
Elena menghela napas panjang, tidak mampu menjawab.
Rafael menatap Elena, kemudian melepaskan genggaman
tangannya dan berdiri. "Tetapi aku tahu semua penjelasanku tidak ada gunanya
lagi. Di atas semua itu, kenyataannya tetaplah ada di antara kita.
Bahwa aku adalah pembunuh ayahmu, dan bahwa dosaku tidak
akan pernah termaafkan. Aku bisa mengerti itu." Rafael
memalingkan muka, "Hanya kumohon, jangan tinggalkan aku
dulu, demi bayi kita. Setidaknya sampai anak kita lahir. Setelah
itu aku berjanji tidak akan menahanmu. Aku akan
melepaskanmu, aku akan memberikanmu perceraian. Kau
boleh menjaga bayi kita, aku mungkin akan meminta izin untuk
Unforgiven Hero 217 bisa memperoleh sedikit waktu supaya aku bisa berperan
sebagai ayah dalam hidupnya. Selebihnya aku tidak akan
mengganggumu lagi." Rafael menundukkan kepalanya, dan mengecup dahi
Elena. "Istirahatlah sayang, kau harus banyak istirahat dan
menenangkan pikiranmu. Dokter bilang pendarahan itu terjadi
karena kau tegang dan kelelahan....Aku " aku akan kembali
nanti." Dengan cepat dia memutar tubuhnya dan melangkah
pergi meninggalkan kamar itu.
Elena merasakan basah di wajahnya. Tetapi dia tidak
menangis. Ditatapnya pintu tempat Rafael menghilang. Apakah
ini air mata Rafael" Apakah lelaki itu menangis untuknya"
" Rafael duduk dalam gelap, terdiam. Kamar itu temaram
oleh cahaya remang-remang dari luar. Sudah jam tiga dini hari.
Dan dia masih belum bisa tidur. Ditegakkannya tubuhnya.
Menatap ke arah ranjang rumah sakit, di mana Elena sedang
tertidur lelap. Seharian ini Rafael menunggui Elena di rumah
sakit. Dan sekarang dia tidur di atas sofa besar yang ada di
kamar itu. Rafael menyandarkan tubuhnya,, dan duduk dalam


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diam di atas sofa Dia telah menawarkan kesepakatan itu. Kesepakatan
untuk melepaskan Elena setelah bayinya lahir. Tetapi hati
kecilnya mengejeknya. Karena tahu bahwa Rafael tidak akan
mungkin melakukannya. Melepaskan Elena tidak mungkin
dilakukannya, apalagi melepaskan Elena bersama bayi mereka.
Apakah aku harus memaksakan kehendakku kepada
Elena lagi" Rafael merenung. Pada akhirnya Elena akan lari, dia
tidak akan bahagia. Rafael harus belajar menerima apa yang
diinginkan Elena. Meskipun itu menyakitkan untuknya.
Mungkinkah hati Elena bisa diluluhkannya" Hatinya bertanyatanya, putus asa. Apakah dia cukup berharga untuk
dipertimbangkan kembali oleh Elena"
" 218 Santhy Agatha "Aku akan pulang bersamamu ke rumah." Elena
bergumam di pagi harinya. Menatap Rafael dengan datar.
"Seperti yang kau minta."
Rafael menoleh dan tidak bisa menahan binar
kebahagiaan di matanya, "Kau benar-benar akan
melakukannya?" "Tetapi hanya demi bayi ini. Seperti katamu, sampai bayi
ini lahir. Setelah itu kita akan membicarakan langkah
selanjutnya." Istrinya masih tidak mau memaafkannya. Binar
kebahagiaan itu surut dari mata Rafael. Tapi tidak apa-apa,
setidaknya Elena mau ikut pulang bersamanya. Dan dia masih
punya waktu beberapa bulan untuk mengubah pikiran Elena.
"Aku akan menjagamu dan anak kita." Rafael
mengucapkan janji itu dengan sungguh-sungguh.
" Tiga hari setelahnya, kondisi Elena sudah membaik dan
dia diperbolehkan pulang. Elena pulang ke rumah Rafael, dan
semua sudah disiapkan di sana. Dia belum membicarakan
pengaturan kamar untuk mereka berdua. Elena berpikir untuk
tidur di kamar tamu. Tetapi para pelayan menempatkan
pakaiannya di kamar Rafael. Elena akan membicarakannya
dengan Rafael nanti. Siangnya, Victoria datang untuk
merayakan kepulangannya, dia membawa boneka beruang
raksasa dan bunga ke rumah.
"Maafkan aku tidak menengok ke rumah sakit. Aku
phobia rumah sakit. Mama menitip salam, dia harus terbang
kembali ke Spanyol, kondisi aunty kami menurun dan mama
ingin ada di sana untuk merawatnya." Victoria menatap perut
Elena dengan hati-hati. "Apakah kau dan calon keponakanku
baik-baik saja?" Elena tersenyum. Victoria sangat lugas dan lucu. Elena
mungkin bisa berteman baik dengannya.
Unforgiven Hero 219 "Dia baik-baik saja." Elena mengusap perutnya dengan
sayang, "Terima kasih atas bunga dan bonekanya ya."
"Aku mulanya bingung ingin membelikan apa, tanpa
sadar aku sudah menenteng boneka beruang besar ini keluar
dari toko." Victoria tertawa. "Ngomong-ngomong di mana
kakak?" Elena melirik ke lantai dua, "Rafael sedang mandi."
"Oh." Victoria tersenyum lembut, "Kakakku pasti bahagia
setengah mati, terima kasih Elena."
Victoria pasti tidak tahu kesepakatan antara Elena
dengan Rafael, Elena membatin. Mungkin perempuan itu
berpikir bahwa Elena sudah memaafkan Rafael dan mau
kembali kepadanya. "Dia seperti orang gila ketika kau pergi." Victoria
bergumam lagi, "Pulang hanya beberapa jam, lalu pergi
berputar-putar mengelilingi seluruh kota, mencarimu, putus
asa untuk menemukanmu. Dan itu berlangsung setiap hari."
Victoria menarik napas sedih. "Aku takut kalau dia akan jatuh
sakit.... tetapi untunglah. Semua sudah baik adanya." Dengan
lembut Victoria menatap Elena, "Terima kasih sudah
memaafkan kakakku. Rafael hidup dengan menanggung beban
yang begitu berat, menghukum dirinya sendiri. Merasa tidak
pantas bahagia. Setidaknya kau telah membuatnya berani
merasakan kebahagiaan untuk dirinya sendiri."
Ketika Victoria berpamitan. Mata Elena terasa panas dan
berkaca-kaca, menahan air matanya.
" "Tidak apa-apa kan kalau kita tidur sekamar?" Rafael
berkata ketika dia selesai mandi, menemui Elena di ruang
keluarga. "Aku berjanji tidak akan menyentuhmu atau
memaksakan hasratku. Aku hanya ingin menjagamu. Biasanya
perempuan hamil sering pusing, muntah, atau membutuhkan
hal-hal lainnya di tengah malam atau dini hari. Aku ingin bisa
ada dan membantumu kalau aku tidur di sebelahmu."
220 Santhy Agatha Rafael tampak begitu tulus. Elena membatin. Dia
mungkin bisa mempercayai Rafael. Tetapi dia tidak bisa
mempercayai dirinya sendiri. Bayangan tidur bersama Rafael
lagi setelah sekian lama membuatnya gemetar. Dan di ranjang
itu, ranjang yang sudah tak terhitung berapa kali banyaknya,
menjadi tempat mereka berdua larut dalam hasrat sensual.
Elena gemetar. Tetapi dia menahan diri. Apa yang
dikatakan Rafael itu bisa diterimanya. Kadang dia memang
bangun di tengah malam, merasa lapar, atau kehausan yang
luar biasa. Dan memikirkan ada Rafael di sebelahnya
membuatnya merasa tenang.
" Malam itu, malam pertama mereka tidur bersama
setelah sekian lama. Elena berbaring jauh di sudut ranjang yang
lain. Matanya nyalang, tidak bisa tidur. Sementara Rafael yang
berbaring di sudut ranjang yang lain, tidak ada bedanya. Lelaki
itu bolak-balik menggerakkan badannya dengan gelisah,
membuat ranjang bergerak-gerak.
Ketika akhirnya Elena berhasil memejamkan matanya,
Rafael yang sedang membalikkan badannya, tanpa sengaja
menyentuhkan lengannya ke pundak Elena,
"Ups maaf" Elena merasa kesal. Dia gelisah dan tidak bisa tidur, dan
Rafael membuat semuanya makin buruk, "Jangan bergerakgerak terus..." Di luar dugaan Rafael terkekeh, membuat Elena
memutar tubuhnya dan memelototi suaminya itu,
"Kenapa kau tertawa?"
"Karena kita berdua lucu." Lelaki itu tersenyum simpul.
Dan tiba-tiba dengan gerakan cepat hingga Elena tidak sempat
menolaknya, Rafael merengkuh Elena ke dalam pelukannya,
kepala Elena bersandar di rengkuhan lengan dan dada Rafael,
Unforgiven Hero 221 sementara lengan Rafael melingkari pinggang Elena dengan
posesif, "Apa-apaan..." Elena berusaha melepaskan diri, tetapi
Rafael menahannya dengan lembut,
"Please Elena. Biarkan aku memelukmu. Aku tidak akan
berbuat lebih. Mungkin dengan posisi begini kita bisa tidur
lebih nyenyak. Aku butuh tidur Elena, aku kurang tidur
beberapa hari ini." Karena menungguinya di rumah sakit dan harus tidur di
sofa yang tidak nyaman itu. Elena membatin, sedikit merasa
bersalah. Akhirnya dia terdiam, menikmati gerakan naik turun
napas Rafael yang teratur di pipinya. Dan menikmati suara
debaran jantung Rafael, yang bagaikan musik pengantar tidur
untuknya. " Semua wanita hamil di dunia ini pasti menginginkan
suami seperti Rafael. Elena membatin. Lelaki itu selalu siap
sedia. Menggenggam lengan Elena dengan lembut ketika
berjalan. Di pagi hari ketika Elena lari ke kamar mandi dan
memuntahkan makanannya, Rafael menyusulnya, memijit
tengkuknya dengan lembut, lalu melap wajahnya dengan
handuk dan air hangat untuk membuatnya merasa lebih baik.
Ketika kembali ke kamarnya, di sana sudah tersedia teh mint
dan biskuit asin untuk mengatasi rasa mualnya. Pun di malam
harinya, ketika Elena terbangun, merasakan haus, atau lapar.
Lelaki itu langsung terjaga, menuangkan air untuknya, atau
mengupaskan apel untuk mengisi perutnya. Dan setelah itu
semua, Rafael akan memeluk Elena di atas ranjang, mengusap
punggungnya yang pegal dengan lembut, hingga Elena tertidur
dengan nyaman. Kehamilannya sudah mencapai usia sembilan bulan.
Tanpa terasa mereka menjalani kehidupan perkawinan dengan
baik, tanpa ada percikan pertengkaran di dalamnya. Mereka
saling menghargai, saling menghormati, dan menjaga satu sama
lain. 222 Santhy Agatha Meskipun ada yang berbeda. Rafael tampak formal dan
jauh. Lelaki itu memposisikan dirinya sebagai penjaga dan
perawat Elena. Tidak lebih dari itu. Pelukannya di malam
haripun tidak mengandung unsur sensual, hanya dilakukannya
untuk membuat Elena merasa nyaman. Tidak ada sentuhan
penuh gairah, tatapan membara ataupun bisikan serak bernada
sensual. Rafael benar-benar menepati janjinya.
Pernah di suatu malam, ketika Rafael memeluknya,
bayinya menendang untuk pertama kalinya, mendesak Rafael,
membuat lelaki itu memandang Elena dengan takjub. Jemari
mereka saling bertumpukan di perut Elena, merasakan momen
menakjubkan mereka sebagai orangtua untuk pertama kalinya.
Malam itu, mata Rafael berkaca-kaca, dan lelaki itu mengecup
bibirnya lembut, penuh emosi. Tetapi hanya itu. Setelah itu
Rafael memeluk Elena seperti biasa sampai tertidur.
Elena bisa melihat dengan jelas kasih sayang Rafael
untuknya. Bisa merasakan ketulusan lelaki itu untuknya. Jauh di
dalam hatinya, dia menyayangi suaminya itu. Tetapi di sisi lain,
kenyataan tak terelakkan tentang masa lalu mereka menjadi
penghalang. Elena masih belum siap untuk memaafkan Rafael,
atas kebohongannya dan atas kelalaiannya yang menyebabkan
kematian ayahnya. Apakah ayah dan bunya akan marah
kepadanya kalau dia memaafkan Rafael" Elena sering bertanyatanya seperti itu di dalam hatinya. Merasa takut bahwa ternyata
dia telah mengkhianati keluarganya dengan memberikan
kesempatan kepada Rafael.
Bayi ini sudah akan lahir. Elena mengelus perutnya yang
membesar, dan tersenyum. Anak mereka akan lahir dalam
waktu dekat, dan Elena tidak sabar menanti untuk merengkuh
bayi itu ke dalam pelukannya.
Tetapi benaknya terasa berat. Memikirkan apa yang
harus dia lakukan setelah anak ini lahir.
" "Jangan angkat itu." Rafael meraih keranjang buah kecil
yang dibawa Elena dengan cekatan, "Demi Tuhan, Elena
Unforgiven Hero 223 duduklah! Tidak usah membantu apa-apa. Biar Victoria dan
para pelayan yang membereskan semuanya."
Sambil berdiri di sana dan berkacak pinggang, Rafael
benar-benar tampak seperti seorang arogan yang suka
memerintah-merintah orang, membuat Elena cemberut.
"Rafael, aku bisa membawa diriku sendiri. Dan aku pegal
kau suruh duduk seharian."
"Kau sedang hamil besar dan tubuh mungilmu itu
kelelahan membawa-bawa perutmu yang begitu besar." Rafael
menatap mengancam,. "Duduk Elena, atau aku tidak akan mau
memijit kakimu lagi."
Tentu saja itu bohong. Rafael tidak pernah lupa memijit
kaki Elena setiap malam, dengan minyak essensial yang lembut,
membantu Elena menghilangkan pegal-pegalnya karena harus
membawa-bawa kandungannya yang semakin membesar.
Rafael juga tidak lupa membantu mengoleskan minyal zaitun ke
perut Elena yang semakin membuncit setiap malamnya.
Hari ini mereka sedang menyiapkan kamar bayi. Kamar
bayi itu terletak tepat di sebelah kamar Rafael dan Elena,
dengan pintu penghubung yang dekat dengan ranjang. Rafael
sudah menyiapkan kamar bayi itu sejak tiga bulan lalu.
Mendekorasi, mengganti cat dinding dan wallpapernya dengan
nuansa pink lembut " karena hasil USG menunjukkan kalau bayi
mereka perempuan " dan menyiapkan perabotannya. Ketika
Elena memprotes bahwa dia mungkin saja tidak akan tinggal di
rumah Rafael lagi ketika anak ini lahir, Rafael membungkamnya
dengan mengatakan tidak mungkin Elena langsung pergi begitu
saja setelah melahirkan. Elena butuh waktu untuk merawat
anaknya, sampai beberapa bulan. Baru setelah itu mereka bisa
membicarakan kesepakatan mereka untuk berpisah. Elena
mendengus dalam hati ketika teringat betapa dia tidak mampu
membantah. Pantas perusahaan Rafael begitu maju dan pesat,
lelaki itu sangat pandai bernegosiasi dan memanipulasi
lawannya. 224 Santhy Agatha Tadi pagi, perabot terakhir dan yang paling penting
datang, sebuah ranjang bayi. Dari gambar kotaknya, ranjang itu
indah, berwarna putih, sebuah tempat tidur mungil dengan
nuansa pink. Elena bisa membayangkan bayinya berbaring di
sana seperti boneka mungil yang terlelap dalam kedamaian.
Lelaki itu merakit ranjang bayinya sendiri dengan
bersemangat, sibuk sendiri di dalam kamar bayi itu. Sementara
itu Victoria datang membawa berbagai macam boneka
hadiahnya, semuanya bernuansa pink dan mengaturnya di
kamar, membuat kamar itu tampak benar-benar seperti kamar
bayi. "Sudah jadi, ayo Elena lihatlah." Rafael mengajak Elena
berdiri dengan hati-hati, nada suaranya sangat bersemangat,
Elena berjalan dengan Rafael di belakangnya, langkahnya
terhenti di ambang pintu, dan terpesona. Kamar bayi itu sudah
siap, begitu indah dan cantik seolah tidak sabar menunggu bayi
mereka yang akan lahir. Satu-satunya yang kurang dari kamar
itu adalah bayi itu sendiri.
"Cantik ya." Rafael berbisik, berdiri tepat di belakang
Elena dan melingkarkan lengannya dengan lembut di perut
Elena yang buncit, menyandarkan tubuh Elena ke dadanya.
Dagunya bertumpu di puncak kepala Elena.
Elena menikmati momen indah itu, membiarkan Rafael
merangkul tubuhnya makin erat, "Ya. Cantik sekali, Bayi ini
pasti akan bahagia terlahir ke dunia ini."
Mereka berpelukan dalam keheningan, mengagumi


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keindahan kamar bayi mereka.
Dan Victoria ada di sana, menatap kedua pasangan itu
dari kejauhan dan mengusap air matanya. Rafael tampak begitu
bahagia. Jauh terlihat bahagia dari masa-masa itu, ketika dia
menanggung dosa masa lalunya dengan sepenuh hati. Dan
Victoria berharap, Rafael bisa bahagia terus selamanya, dengan
Elena, dengan keluarga kecil yang akan dibangunnya
" Unforgiven Hero 225 Pagi itu Elena merenung. Dia sudah mengambil
keputusan. Tetapi sebelum itu dia harus melakukan sesuatu.
Rafael sedang ada di kantor, mengurus pertemuan dengan
koleganya. Lelaki itu jarang ke kantor selama Elena hamil,
menyerahkan kendali perusahaan di tangan Victoria dan
mengurus segala sesuatunya dari rumah, dia hanya
meninggalkan Elena untuk keperluan bisnis yang sangat
penting dan tidak bisa diwakilkan, seperti hari ini.
Diraihnya ponselnya dan dia menelepon, suara Victoria
menyahut dengan cepat di sana. "Ya Elena?"
"Apakah kau sedang sibuk?"
"Tidak, Rafael ada di sini sedang meeting. Jadi aku sedikit
leluasa di kantor. Ada apa Elena" Kau baik-baik saja" Kau butuh
bantuan?" "Aku baik-baik saja Vicky." Sejak mereka makin akrab,
Elena memanggil Victoria sama seperti cara Rafael
memanggilnya. "Tetapi aku minta bantuan kepadamu, maukah
kau mengantarku ke suatu tempat?"
Victoria mengernyit di seberang sana, "Tentu saja.
Sekarang" Kemana Elena?"
Elena menelan ludahnya, "Iya, sekarang. Aku takut aku
keburu melahirkan dan nanti tidak sempat lagi..... aku ingin kau
mengantarku mengunjungi makam orangtuaku...."
Jeda sejenak, terdengar Victoria menahan napas, tetapi
lalu segera berkata. "Tunggu. Aku jalan ke rumah untuk
menjemputmu. Sekarang."
" Rafael menyelesaikan rapat itu dan melangkah menuju
ruangan Victoria, tetapi ruangan itu kosong. Dia mengerutkan
keningnya. Di mana Victoria" Rafael harus segera pulang dan
menjaga Elena, jadi dia harus menyampaikan hasil rapat tadi
kepada Victoria sebelum pulang supaya adiknya itu bisa
226 Santhy Agatha menindaklanjuti langkah-langkah yang akan mereka diskusikan
bersama. Karena Victoria tidak ada, Rafael melangkah kembali ke
ruangannya. Dia menghampiri Donita yang sedang sibuk
dengan jadwal meeting. Sejak Rafael jarang masuk, Donita yang
sudah kembali dari cuti melahirkannya mengerjakan pekerjaan
ganda, merangkap sebagai asisten Victoria.
"Kemana adikku?"
Donita mengangkat matanya dari layar komputer, "Oh.
Mr. Alex, anda sudah selesai meeting, tadi Ibu Victoria buruburu pergi, dia meminta saya menyampaikan pesan kepada
anda. Dia pergi untuk mengantar Elena, mengunjungi makam
orangtuanya. " Elena berdiri di depan makam ayah dan ibunya yang
berdampingan, dengan susah payah diletakkannya rangkaian
bunga yang dibelinya di bawah kedua batu nisan itu. Dia ingin
berlutut dan memeluk batu nisan itu, tetapi perutnya yang
besar membuatnya tidak bisa melakukannya.
Sementara Victoria berdiri agak jauh, mengawasi dari
jarak yang cukup. Tahu bahwa Elena butuh waktu sendirian
bersama makam orangtuanya, dan memberikan privasi itu
untuk Elena. Elena menatao makam ayahnya, lalu ibunya bergantiganti, dia bergumam dalam hatinya. Melakukan percakapan
lembut yang diyakininya tersampaikan kepada kedua orang
tuanya. Ayah... ibu... aku ada disini. Mungkin kalian bisa melihatku
di atas sana... Aku sedang mengandung, anak ini anak Rafael
Alexander. Ayah dan ibu pasti tahu siapa dia. Dia adalah orang
yang bertanggung jawab atas kematian ayah.....
Elena mengerjap menahan air matanya,
Unforgiven Hero 227 Tetapi aku mencintainya.... ampuni aku.... Aku sangat
mencintainya. Dia pria yang baik, dia memperlakukanku dengan
penuh kasih sayang, dan dia sudah berjuang untuk menebus
semua kesalahannya. Aku tahu tidak seharusnya aku
mencintainya, tetapi aku mencintainya.
Elena menghela napas panjang, bergerak sedikit untuk
mengelus kedua batu nisan orang tuanya,
Aku mencintainya. Dan meski dulu aku pernah berjanji
untuk tidak akan memaafkannya, aku memaafkannya. Dan
semoga, ayah dan ibu juga bisa memaafkannya....
Elena memejamkan matanya, merasakan angin semilir
lembut yang tiba-tiba menghembusnya, membuat rambutnya
berserakan, dan membuat hatinya terasa damai. Dia bisa
merasakannya. Ketenangan yang luar biasa. Kelegaan yang luar
biasa atas penerimaan itu. Memaafkan Rafael.
Tetapi kemudian rasa nyeri merayapi punggungnya,
membuatnya meringis. Victoria melihat perubahan itu dan
mendekati Elena dengan cemas,
"Kenapa Elena?"
Elena menatap ke bawah, air bening itu mengaliri
pahanya, turun ke kakinya dan beberapa menetes ke tanah, dia
tahu apa yang terjadi. "Victoria... air ketubanku... pecah... aku akan segera
melahirkan..." 228 Santhy Agatha 16 Rafael melangkah menelusuri areal pemakaman ini,
yang amat sangat dikenalnya. Tadi di tempat parkir, dia melihat
mobil Victoria di sana. Jadi adiknya dan Elena memang benarbenar sedang ada di sini. Dia sering sekali kemari. Meletakkan
bunga di atas makam Ayah Elena, kemudian menghabiskan
waktu berjam-jam di sana untuk meminta maaf. Memohon
ampun kepada ayah dan ibu Elena.
Langkahnya terhenti ketika melihat dua sosok yang
sangat familiar di kejauhan, itu, Elena dan Victoria, Rafael
mempercepat langkahnya untuk kemudian menemui Victoria
yang sedang berseru panik sambil berusaha membimbing Elena
yang berjalan tertatih-tatih.
"Ada apa?" Rafael bertanya cepat, dan ketika melihat
keadaan Elena dia sudah tahu apa yang akan terjadi, bahkan
sebelum Victoria menjelaskannya.
"Air ketubannya pecah." Victoria menjerit panik, "Kita
harus segera membawanya ke rumah sakit, Rafael!"
Rafael berdebar. Oh astaga. Elena akan segera
melahirkan, dan mereka masih di sini, di tengah areal
pemakaman yang luas, yang harus ditempuh dengan jalan kaki
beberapa ratus meter lebih sebelum mencapai parkiran mobil.
Tetapi Rafael tidak sempat berpikir, dengan sigap dipeluknya
Elena dan diangkatnya ke dalam gendongannya.
"Berjalanlah dulu ke mobil, aku akan menyusul." Rafael
memerintahkan Victoria yang segera berlari untuk mengambil
mobilnya. Dengan langkah cepat, Rafael setengah berlari sambil
mengangkat Victoria, sambil tetap berhati-hati agar tidak
menabrak batu-batu nisan yang berjajar.
"Maafkan aku Rafael.. aku tidak tahu kalau sekarang
saatnya." Unforgiven Hero 229 "Tidak apa-apa sayang, Bertahanlah ya, aku akan
membawamu ke rumah sakit."
Elena berpegangan erat di tubuh Rafael yang sedang
berjalan cepat. Lelaki itu tampak sedikit terengah. Tentu saja,
dengan usia kehamilannya yang sembilan bulan ini, Elena
sangat berat, dan Rafael menggendongnya sambil setengah
berlari. Beberapa lama kemudian, mereka sampai ke areal
parkiran, Victoria sudah menunggu di ujung paling dekat
dengan pintu penumpang belakang yang terbuka. Rafael
langsung masuk dan menutup pintunya. Lalu Victoria
melajukan kendaraannya menuju rumah sakit terdekat.
"Bagaimana keadaanmu Elena?" Victoria berteriak
sambil melirik dari kaca mobil.
"Dia bertahan." Rafael yang menjawab karena Elena
sedang mengerang merasakan kontraksi, sementara itu ban
mobil berdecit karena Victoria menghindari pengendara yang
menyalip dari sebelah kiri, "Fokus ke jalan, Vicky!"
Rafael merasakan cengkeraman erat Elena di lengannya
ketika Elena mengalami kontraksi. Jarak kontraksinya makin
dekat dan Rafael makin cemas.
"Tarik napas dalam-dalam Elena." Rafael mengingatkan
Elena cara menarik napas, seperti yang pernah diajarkan
kepada mereka ketika mengikuti latihan persiapan kelahiran
beberapa waktu lalu. "Nah begitu, hembuskan pelan, tarik
napas lagi. Sebentar lagi kita sampai."
"Maafkan aku Rafael....aku ..." Elena menarik napas
panjang, di sela kontraksinya, "Aku tidak tahu akan melahirkan
sekarang, kalau tahu, aku akan diam saja di rumah."
Rafael tersenyum frustasi, "Selama ini aku menahanmu
di rumah supaya ketika kau melahirkan aku bisa dengan cepat
membawamu ke rumah sakit, tetapi bayi ini rupanya punya
maunya sendiri. Bertahanlah Elena." Rafael menggenggam
230 Santhy Agatha tangan Elena ketika kontraksi itu datang lagi, "Kita sudah
hampir sampai." " Mereka sampai beberapa waktu kemudian dengan
kelihaian Victoria menembus kemacetan jalan raya. Ketika
sampai di UGD, Elena ditidurkan di atas ranjang dorong, dan
Rafael terus memegangi tangannya. Sampai Elena dipindahkan
ke ruangan melahirkan. Alat-alat dipasang. Dan alat pemindai detak jantung bayi
disambungkan. Suara keras langsung terdengar, suara degup
jantung si bayi yang mengencang ketika Elena mengalami
kontraksi. Rafael terus menggenggam tangannya ketika team
dokter dan perawat mempersiapkan proses kelahiran bayi
mereka. Dengan lembut digenggamnya tangan Elena,
memberikan semangat, "Ayo sayang. Kita lahirkan bayi kita ke dunia."
" Helena Alexander lahir dua puluh menit kemudian
dengan tangisan kerasnya yang memekakkan telinga. Dia bayi
yang cantik, sehat, dengan kulit kemerahan dan rambut tebal
dan gelap, sedikit ikal seperti rambut ayahnya.
Dokter memotong tali pusarnya dan para perawat
membersihkannya untuk kemudian menyerahkan bayi yang
masih menangis keras itu ke dalam pelukan ibunya.
Elena berkeringat, setelah proses melahirkan
pertamanya yang melelahkan. Tetapi dia bahagia,
mendengarkan tangis bayinya yang begitu keras dan sehat,
memenuhi ruangan. Diterimanya tubuh bayinya yang lembut
dan hangat itu dalam buaiannya, kepalanya mendongak
menatap Rafael yang sedang menatap anaknya dengan
terpesona. Sama-sama takjub. Pengalaman ini luar biasa,
mengantarkan anak mereka lahir ke dunia ini.
Unforgiven Hero 231 Mereka menjadi orangtua sekarang, dari seorang bayi
kecil yang tanpa dosa. Tanggung jawab yang membahagiakan
melimpahi pundak mereka, tanggung jawab untuk
membahagiakan anak mereka. Buah cinta mereka. Bagaimana
mungkin Rafael bisa melepaskan Elena setelah semua ini"
Elena mendekatkan puting bayi itu ke mulutnya, dan
dengan alami mulut bayi itu mencari-cari, menemukan puting
itu, melahapnya dan menghisapnya. Air susunya memancar
deras, melimpahi anaknya.
Rafael menyentuhkan jemarinya di pipi anaknya,
matanya basah tanpa sadar, oleh rasa haru dan bahagia,
"Dia putri kecilku yang pintar...." Rafael berbisik,
suaranya tercekat. Tidak tahu harus bilang apa.
Elena tersenyum kepada Rafael, merasakan betapa dia
mencintai suaminya. Suaminya yang lembut, penyayang, dan
mencintainya sepenuh hati. Betapa kejamnya dirinya, mendera
Rafael dengan hukuman kejam, tidak memaafkannya atas
kesalahan masa lalu yang dilakukannya. Rafael sudah menebus
dosanya, dia sudah berusaha. Elena seharusnya membuka
hatinya dan memaafkan Rafael dari dulu.
"Aku mencintaimu, Rafael." Elena berbisik, membuat
Rafael yang sedang mengamati putrinya yang menyusu
terperanjat, di tatapnya Elena dengan pandangan ragu,
"Apa Elena" Kau tadi bilang apa?", Rafael sudah
mendengarnya tentunya. Tetapi hatinya terlalu takut untuk
percaya. Dia butuh mendengar sekali lagi....
Elena memberikan senyumannya yang paling indah
untuk Rafael, dan membuka mulutnya untuk mengulangi
pernyataan cintanya kepada lelaki itu, tetapi para perawat tibatiba menyela mereka. "Permisi Tuan Alex, kami akan membersihkan sang ibu.
Mungkin tuan bisa menunggu di kamar pasien. Kami akan
mengantar Nyonya Elena dan putrid anda ke sana nanti."
232 Santhy Agatha Rafael sebenarnya hendak membantah, tetapi kemudian
melihat para perawat dengan cekatan menyelesaikan tahap
akhir perawatan pasca melahirkan kepada Elena. Dengan diam
dia melangkah mundur dan keluar dari ruangan itu.
Jantungnya masih berdebar. Tidak percaya dengan
pernyataan cinta Elena, ketika dia menemui Victoria dan
mamanya yang menunggu dengan cemas di luar.
"Kami mendengar tangisannya, bagaimana Elena dan
bayinya?" Victoria berdiri menatap tidak sabar ke arah
kakaknya. "Keduanya baik-baik saja. Bayinya... putriku sehat dan
begitu cantik." Rafael tersenyum, lalu menatap adiknya dengan
rapuh. "Dia tadi bilang dia mencintaiku."
"Apa?" "Elena tadi bilang dia mencintaiku." Mata Rafael mulai
basah dan panas, dadanya terasa sesak oleh berbagai perasaan


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang bergejolak, Diusapnya wajahnya dengan tangan
gemetaran. "Dia mencintaiku, Elena mencintaiku."
Victoria menatap kakaknya dengan haru dan mengerti.
Ini adalah saatnya. Ini adalah ujung penantian Rafael. Lelaki itu
hidup dengan menanggung rasa bersalah sebagai yang tak
termaafkan. Beban itu luar biasa berat di pundaknya,
membebaninya setiap saat. Dan sekarang, dengan pernyataan
cinta Elena, berarti Elena sudah memaafkan Rafael. Rafael
sudah dimaafkan. Victoria menyadari betapa beban itu telah
terlepas sepenuhnya dari pundak Rafael.
Dengan lembut dipeluknya kakaknya, Rafael tidak
menolak pernyataan kasih sayang itu, dia menyandarkan
tubuhnya kepada adiknya, menumpahkan rasa harunya yang
meluap-luap membuat matanya basah. Sementara sang mama
menyusut air matanya sambil mengusap punggung Rafael
penuh rasa haru. " Unforgiven Hero 233 Ketika Elena diantarkan ke kamar pasien, Rafael sudah
menunggu dengan cemas. Menit-menit berlalu selama Rafael
menunggu dan jantungnya berdebar. Apakah benar yang
didengarnya tadi" Ataukah dia salah dengar"
Elena tampak begitu tenang dan nyaman. Putri kecilnya
terlelap dengan kenyang di boks bayi kecil yang diletakkan di
samping ranjang. Dengan hati-hati Rafael melangkah mendekati
ranjang dan duduk di tepinya,
"Bagaimana keadaanmu?" dengan lembut diselipkannya
sedikit rambut Elena yang menjuntai ke balik telinganya.
Elena melirik ke arah bayinya dengan lembut, lalu
menatap Rafael dan tersenyum, "Aku baik-baik saja."
"Apakah kau mau mengulangi perkataan yang kau
katakan di ruang melahirkan tadi?" Rafael langsung bertanya,
tidak kuat menahan penantian yang membuat debaran
jantungnya makin melaju, "Perkataan apa?" Elena mengerutkan keningnya
menggoda Rafael. Hal itu membuat wajah Rafael menjadi pucat.
"Elena." Rafael mengingatkan bahwa dia serius, tahu
kalau Elena sedang menggodanya.
Elena tersenyum dan menghela napas, jemarinya
menyentuh kerutan lembut di antara kedua alis Rafael,
mengusapnya hingga kerutan itu hilang, "Aku mencintaimu
Rafael Alexander... suamiku."
"Elena!" Rafael memekik, dan langsung membungkukkan
tubuhnya, memeluk Elena erat-erat penuh kebahagiaan.
" Mereka berdiri berdampingan di depan makam kedua
orang tua Elena. Rafael merangkul Elena erat-erat. Dalam
keheningan yang syahdu. Setelah itu, tanpa kata, Rafael
meletakkan rangkaian bunga ke makam ayah dan ibu Elena.
234 Santhy Agatha "Apa yang kau katakan kepada mereka?" Elena menatap
suaminya dengan lembut, ketika mereka berjalan pulang
melalui areal pemakaman itu.
Hari ini Helena genap berumur dua bulan. Setiap bulan
mereka mengunjungi makam kedua orang tua Elena dan
meletakkan bunga. Rafael tersenyum dan mengecup dahi Elena dengan
lembut, "Kata-kata yang sama, bahwa aku meminta maaf dan
berjanji akan menjaga putri mereka dengan sebaik-baiknya."
Elena memeluk Rafael dengan erat, "Kau sudah
melakukan janji itu dengan sangat baik."
"Dan akan terus kulakukan tanpa mengenal lelah." jawab
Rafael lembut. Mereka melangkah menuju mobil mereka dan
melanjutkan perjalanan pulang dalam keheningan, Suasana
terlalu syahdu dan indah untuk dipecah dengan percakapan.
Sesampainya di rumah, Elena langsung menuju kamar
bayi. Menengok putrinya, Helena sedang tertidur pulas di balik
selimut warna pinknya. Tadi dia sudah menyusui anaknya
sebelum meninggalkannya sebentar untuk ke makam.
Rafael menyusul, berdiri di belakangnya dan
memeluknya lembut, bersama-sama mereka menatap buah hati
mereka yang tertidur dalam damai,
"Dia sangat cantik...seperti ibunya." Rafael mendesahkan
pujiannya, lalu mengecup leher Elena dari belakang, "Hmmmm
kau sangat harum, aroma bedak bayi..." bisik Rafael mesra.
Elena tertawa. Bekas memandikan anaknya telah
meninggalkan aroma khas bayi di tubuhnya, dengan manja dia
membalikkan tubuhnya dan mendongakkan kepalanya, lalu
menatap Rafael menggoda, "Mau tidur siang?"
Unforgiven Hero 235 Rafael mengernyitkan keningnya, menatap Elena dengan
ragu. "Memangnya kau sudah bisa?"
Rafael belum pernah menyentuh Elena sejak pertikaian
hampir setahun yang lalu. Bahkan ketika Elena hamil dia juga
tidak menyentuh Elena, sesuai janjinya. Sampai kemudian Elena
melahirkan dan mereka menyelesaikan permasalahan
merekapun, Rafael tetap tidak bisa bercinta dengan isterinya
karena Elena masih dalam masa pemulihan setelah melahirkan.
Oh. Jangan ditanya betara beratnya perjuangan Rafael
hidup selibat hampir setahun lamanya. Tubuhnya selalu
bergairah, apalagi ketika Elena ada di sekitarnya.
Kejantanannya selalu menegang keras, seperti sekarang,
merindukan kenikmatan murni ketika dia membenamkan diri
di tubuh isterinya yang manis.
Dan ketika melihat isterinya itu menganggukkan
kepalanya, mengisyaratkan persetujuan untuk bercinta, Darah
Rafael langsung menggelegak penuh gairah. Tatapannya
berubah membara, diangkatnya Elena dengan lembut dan
dibawanya melalui pintu penghubung menuju kamar.
Dibaringkannya Elena di tempat tidur dan ditindihnya,
tangannya menumpu tubuhnya sehingga tidak membebankan
berat tubuhnya di tubuh Elena, wajah mereka berhadapan.
"Kau ingin cara yang bagaimana?" Rafael berbisik
menggoda, tidak bisa menahan dirinya untuk menunduk dan
mengecupi bibir Elena yang ranum, "Aku sudah terlalu lama
menahan gairahku untukmu, mungkin aku akan langsung
meledak begitu memasukimu."
Rafael sudah siap. Kejantanannya sudah menonjol keras
di balik celananya, menggesek Elena dengan menggoda ketika
dia bergerak. Jemari Rafael menurunkan gaun Elena dengan
lembut. Memuja tubuh isterinya yang semakin montok dan
berisi setelah melahirkan, membuat darahnya menggelegak.
Rafael menghindari untuk menyentuh payudara Elena yang
ranum, tahu bahwa payudara itu begitu sensitif karena
menyimpan asi untuk putri mereka.
236 Santhy Agatha Mereka saling menelanjangi dengan cepat, dan Rafael
mendesakkan tubuhnya pelan, menyentuh kewanitaan Elena
dengan kejantanannya dan menggodanya. Tetapi lelaki itu
masih sempat menatap Elena dan berbisik parau.
"Kau benar-benar sudah tidak apa-apa?" suaranya serak
oleh gairah tertahan, tetapi Rafael menahan diri, takut
menyakiti isterinya. Jawaban Elena berupa senyuman lembut, jemari Elena
naik dan mengelus rambut Rafael, lalu turun, mengusap pundak
dan dada Rafael yang keras, kecoklatan dan telanjang, membuat
lelaki itu mengerang. Dan ketika Elena menggerakkan
pinggulnya menggoda, Rafael tidak dapat menahan diri lagi,
dengan erangan keras, menyebut nama isterinya, dia
mendesakkan diri, memasuki tubuh Elena.
Awalnya memang sedikit susah, mengingat mereka lama
tidak bercinta. Tetapi Rafael menggoda Elena dengan
dorongan-dorongan pelan sambil mencumbu isterinya,
menciumnya di mana saja, menggoda telinganya yang sensitif,
sehingga Elena semakin membuka dirinya, melumasi Rafael
dalam kehangatan yang basah dan membiarkan lelaki itu
memasukinya sepenuhnya. Tungkai Elena melingkari pinggul
suaminya, erat dan membuka sepenuhnya, menyerahkan
dirinya kepada suaminya. Setelah itu Rafael tidak menahan dirinya lagi, dia
menggerakkan tubuhnya dengan ritme yang bergairah,
membawa Elena menuju puncak kenikmatannya. Pelepasan
pertamanya setelah sekian lama yang luar biasa nikmatnya.
" Mereka berbaring berpelukan dalam kepuasan yang
dalam, seperti saat-saat bercinta mereka dulu.
"Aku tidak pernah lupa rasanya, rasanya bahkan lebih
nikmat dari yang kubayangkan." Rafael mengelus paha isterinya
dengan menggoda, lalu menyentuh kewanitaannya, "Di sini
Unforgiven Hero 237 bahkan terasa begitu rapat, mencengkeramku hingga aku tidak
bisa menahan diri." Elena mengerang karena gerakan-gerakan Rafael yang
intim itu. Pahanya membuka, membiarkan suaminya
mencumbunya dengan jemarinya. Kejantanan Rafael mengeras
lagi, padahal baru beberapa menit setelah mereka meledak
dalam kenikmatan bersama. Elena mendongak dan mendapati
Rafael menatapnya dengan intens dan bergairah, bibirnya
membuka. Membuat Rafael tidak bisa menahan diri untuk
melumatnya. Mereka berciuman dengan jemari Rafael masih
bermain di pusat kewanitaan Elena, memainkan titik sensitif di
sana dengan begitu ahli, sehingga Elena terengah dalam
kenikmatan, dalam lumatan bibirnya dengan Rafael.
Permainan jemari Rafael sungguh membuat Elena
menggila. Semakin lama semakin cepat, dengan gesekan
memutar yang menggoda, menyentuh dan menstimulasi setiap
titik dengan elusan dan sentuhan yang tepat. Elena mengerang
karena bibirnya masih dilumat oleh Rafael. Kenikmatan itu
membakarnya, mengalir bagai aliran listrik dari pusat
kewanitaannya ke seluruh tubuhnya. Gerakan jemari Rafael
makin cepat dan bergairah menstimulasi tubuhnya, hingga
Elena hampir mencapai puncaknya, hampir sampai....
Dan di titik yang tepat, Rafael melepaskan jemarinya,
membuat Elena mengerang karena protes, dihentikan ketika
dia sudah hampir mencapai puncak orgasmenya.
Rafael tersenyum lembut dan menatap Elena yang
larut di dalam gairahnya, dia mendesakkan kejantanannya ke
pusat kewanitaan Elena yang sudah sangat basah dan siap,
"Kau bisa menggunakan ini untuk membuatmu
mencapai puncak. Ini milikmu Elena, gunakanlah untuk
memuaskanmu." Rafael menggeram penuh gairah sebelum
menekankan dirinya dalam-dalam ke tubuh Elena, membuat
Elena memekik karena rasa nikmat yang melandanya.
Rafael menggerakkan tubuhnya lagi, tidak menahannahan diri. Memuaskan dirinya dan istrinya. Napas keduanya
238 Santhy Agatha terengah dalam pencapaian orgasmenya. Mereka berdua
bergerak lama, dalam ritme yang bergairah, berusaha
memuaskan dahaga akan tubuh mereka satu sama lainnya.
"Oh Ya ampun, Elena, istriku, kau nikmat sekali... kau
nikmat sekali..." Rafael mengerang parau sebelum menekankan
tubuhnya dalam-dalam dan untuk kesekian kalinya meledakkan
kenikmatannya di dalam tubuh isterinya. Membawa Elena ke
dalam ledakan kenikmatan yang sama.
" Ketika Victoria berkunjung keesokan harinya, dia
melihat binar kebahagiaan di wajah Elena dan Rafael. Dan dia
bersyukur dalam hatinya. Kedua orang ini benar-benar telah
berbahagia. Elena sedang mengeluarkan kue dari oven dan
meletakkannya di meja dapur untuk mendinginkannya sebelum
diiris, bau harum kue strawberry dan kelapa memenuhi
penjuru ruangan. Elena mendapatkan resep kue itu dari Alfred
ketika mereka berada di pulau itu dan baru sempat
mempraktekkannya sekarang.
"Sepertinya kau berhasil. Aku pernah mencoba resep
dari Alfred dan hasilnya berantakan, bagian dalamnya masih
mentah." Victoria memandang penuh nikmat ke arah kue itu
dan menghirupnya, "Hmmmm dan baunya sangat harum.
Elena tertawa melihat Victoria tampak sudah ingin
mencicipi kue itu, "Harus dibiarkan dingin dulu, kalau tidak
lidahmu akan terbakar."
"Aku akan mengambil resiko." Victoria tidak peduli, dia
mengiris kue itu dan mendorongnya ke piring, lalu membawa
piring itu sambil meniup-niupnya.
Rafael sedang menggendong putrinya sambil
menggodanya dengan boneka karet bebek yang bisa berbunyi
kalau ditekan. Helena selalu tersenyum lebar ketika mainan itu
berbunyi. Rafael melirik ke arah Victoria dan tertawa melihat
tingkah adiknya. Unforgiven Hero 239 "Biarkan saja lidahnya terbakar Elena, Victoria sangat
menyukai kue kelapa buatan Alfred, dan sepertinya buatanmu
tidak kalah enaknya." Lelaki itu lalu berfokus menyuapi putri
kecilnya sambil menggodanya supaya si kecil tertawa.
Elena menatap Victoria di sampingnya, dan tersenyum
tulus, "Terima kasih Victoria atas bantuanmu mengantarku ke
makam... lalu kau membantuku yang hampir melahirkan.. aku
tahu itu berat untukmu mengingat pengalaman di masa
lalumu..." "Pengalaman di masa laluku?" Victoria menghentikan
gerakannya meniup-niup kuenya, menatap Elena dengan
bingung. Elena menelan ludahnya gugup. Bukankah Rafael dulu
pernah bilang kalau Victoria pernah mengalami masa lalu
kelam, dikhianati kekasihnya dan kemudian menggugurkan
kandungannya, lalu tidak mau jatuh cinta lagi, "Eh... Rafael
bilang kalau... kalau..."
"Wah." Victoria tiba-tiba mengerti jalan pikiran Elena,
dia melirik geli kepada Rafael yang tiba-tiba tampak pura-pura
fokus menggendong puterinya, "Kak Rafael belum menjelaskan
tentang yang satu itu ya." Sengaja dia mengeraskan suaranya
sambil melirik ke arah Rafael, dan langsung mendapatkan
hadiah pelototan dari kakak lelakinya. Victoria tiba-tiba tidak
bisa menahan tawanya, dia meletakkan piring kue itu di meja
dapur, "Sepertinya memang aku harus mendinginkannya"
Victoria lalu melangkah dan mengambil Helena dari gendongan
Rafael, menimangnya lembut, "Aku akan mengajak Helena


Unforgiven Hero Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

main, sambik menunggu kuenya dingin." Lalu dia tertawa, suara
tawanya masih terdengar sampai kejauhan ketika dia
melangkah pergi. Elena mengamati kepergian Victoria, lalu bersedekap
dan menatap Rafael dengan tatapan menuduh,
"Well?" gumamnya, meminta pengakuan ketika Rafael
masih tidak mengatakan apa-apa.
240 Santhy Agatha Rafael mengangkat kepalanya dan menatap Elena
dengan tatapan meminta maaf yang meluluhkan hati,
"Maafkan aku. Tentang yang satu itu aku juga
membohongimu." "Jadi Victoria tidak pernah mengalami masa lalu kelam,
keguguran, dan trauma akan percintaan" Dan alasanmu yang
mengatakan menikahiku demi tanggung jawab kepada Victoria
itu omong kosong belaka?".
Rafael mengangkat bahunya, tersenyum menggoda
kepada Elena,. "Aku tidak pernah menikahimu demi tanggung
jawab kepada siapapun. Aku menikahimu karena aku
mencintaimu" Suaranya sensual, menggoda Elena supaya tidak
marah kepadanya. Tetapi Elena bertahan, dia melemparkan tatapan
mencela kepada Rafael, "Kau membuatku memandang Victoria
dengan sedih dan iba selama ini. Teganya kau!" Nadanya
memarahi, tetapi Elena tersenyum, tiba-tiba bisa mengerti
betapa menggelikannya kejadian ini, Rafael menatapnya dan
ikut tersenyum geli, akhirnya mereka tertawa bersama-sama.
Elena mendekat dan memukul lengan Rafael dengan
main-main, "Aku malu sekali pada Victoria."
"Dia tidak akan memikirkannya. Aku yakin dia masih
tertawa geli di sana, menertawakan kita."
Rafael lalu menarik Elena ke dalam pelukannya.
"Aku telah banyak berbohong kepadamu, dan kemudian
menyakitimu. Mulai sekarang aku berjanji kepadamu. Kau akan
mendapatkan kejujuranku, keseluruhan diriku, Nyonya Rafael
Alexander." Elena mendongak dalam pelukan Rafael dan tersenyum,
"Kau harus memegang janjimu, kalau tidak kau akan
mendapatkan hukuman." Ancamnya.
Unforgiven Hero 241 Mata Rafael bersinar nakal, "Hmmm... aku memikirkan
ada banyak sekali "hukuman" yang bisa kita praktekkan di atas
ranjang. Mungkin kita bisa memakai pita sutra dan borgol...."
"Rafael." Elena menyela Rafael dengan nada mencela,
tetapi senyumnya melebar penuh cinta.
Rafael tertawa dan mencium bibir Elena dengan lembut,
ciuman itu diperuntukkan untuk luapan kasih sayang, tetapi
kemudian bibir Rafael terlalu menggoda, lelaki itu melumatnya,
memainkan bibir atas dan bawahnya bergantian dengan
hisapan dan jilatannya. Lalu ketika Elena membuka mulutnya
untuk mengerang. Rafael memasukkan lidahnya dan melumat
keseluruhan Elena. Suara pintu terbuka membuat Rafael dan Elena
melompat kaget dan memisahkan diri, mereka menoleh ke arah
pintu, Victoria sedang berdiri di sana, menggendong Helena dan
rupanya kaget melihat Rafael dan Elena sedang berciuman.
Senyumnya melebar melihat pipi Elena yang memerah dan
Rafael yang tampak salah tingkah.
"Oh Ya Ampun. Kalian sepertinya harus mencari kamar."
Victoria masih tersenyum lebar sambil menutup pintu dapur
kembali. Meninggalkan Elena dan Rafael yang berpandangan
salah tingkah. Rafael tersenyum nakal sambil menatap Elena, "Mau ke
kamar?" "Rafael!", Elena tertawa mendengar godaan suaminya.
Dibiarkannya suaminya memelukknya dengan sayang dan
mengecupinya. Lelaki ini adalah pahlawannya. Pahlawan yang
menanggung beban berat, tetapi dengan maaf darinya, beban
itu sudah hilang. Dan Elena berharap mereka akan hidup
bahagia selamanya, seperti kisah-kisah dalam dongeng.
End 242 Santhy Agatha Unforgiven Hero 243 Ucapan Terima Kasih Terimakasih untuk Allah yang Maha Baik, yang selalu
menyertai langkahku dan memberikan yang terbaik dalam
kehidupanku. Terimakasih untuk suamiku, Irawan yang selalu
mendukungku bahkan di saat banyak cobaan dan kebencian
tidak beralasan menyerangku, kau selalu ada untuk
menopangku. Terimakasih, sayang :*
Terimakasih untuk editorku yang cantik, Meyke dengan
email-emailnya yang menceriakan hariku, dengan masukanmasukan dan ide briliannya yang menyempurnakan kisahku :)
Terimakasih untuk editorku yang cantik, Mendy Jane
yang selalu menghangatkan hati dengan pesan singkat penuh
semangat dan keceriaannya yang menyenangkan :)
Terimakasih untuk Mas Yudi, admin portalnovel yang
telah berbaik hati menyediakan tempat di blognya,
www.portalnovel.blogspot.com, untuk memposting karyakaryaku secara online. Terimakasih untuk Cherry, admin portalnovel yang selalu
menyiapkan karyaku agar sempurna saat di posting. Kau sangat
cantik sayang, luar dan dalam, semoga keceriaanmu selalu
menyertaimu :) Dan terakhir tetapi bukannya tidak berarti, terimakasih
kepada semua pembaca karyaku yang selalu mengapresiasi
dengan berbagai komentar dan dorongan semangat serta doa.
Kalianlah penyemangat hidupku. Semoga Allah memberkati
kebaikan dan ketulusan hati kalian semua :)
244 Santhy Agatha Tentang Penulis Santhy Agatha adalah wanita karier yang merangkap
sebagai seorang isteri, sangat bahagia ketika di sela-sela
waktunya bisa menulis kisah-kisah cinta yang menggetarkan
hati. Karya pertamanya yang dipublikasikan adalah "A Romantic
Story About Serena" dan menyusul "Sleep With The Devil".
Keduanya diposting secara bersambung di
www.portalnovel.blogspot.com sebagai publisher karyanya.
Anda juga bisa mendapatkan e-book semua karya Santhy Agatha
secara bersambung disana. Kemudian menyusul dua novel
berikutnya, "Unforgiven Hero" dan "From The Darkest Side"
yang bisa anda nikmati secara online di sana.
Santhy Agatha adalah perempuan biasa-biasa saja.
Tinggal di Bandung di sebuah rumah mungil nan penuh
kebahagiaan bersama suami tercintanya, sambil memimpikan
sang buah hati datang menjelang. Anda bisa menghubungi sang
penulis secara langsung melalui email :
demondevile@gmail.com, Facebook Fanpage : Santhy Agatha.
Twitter : @Santhy_Agustina dan juga bisa menikmati kumpulan
karya-karya lainnya ( cerpen, cerbung, puisi ) dari Santhy Agatha
di blog pribadinya : www.anakcantikspot.blogspot.com
convert txt : http://www.mardias.mywapblog.com
Kisah Si Naga Langit 10 Kuda Putih Karya Okt Pangeran Perkasa 12

Cari Blog Ini