Blood Promise Vampire Academy 4 Karya Richelle Mead Bagian 2
aku bisa membunuh diriku sendiri seperti apa yang terjadi dengan pengawal lain
yang juga dicium-bayangan.
Dimitri berhasil membuatku sadar kembali, meminjamkanku kekuatannya. Aku
menyadari kemudian betapa kuatnya hubungan kami, bagaimana kami bisa saling
mengerti satu sama lain dengan sempurna. Aku pernah skeptis terhadap orangorang yang menjadi belahan jiwa pada masa lalu, tapi pada saat itu, aku baru
menyadari kalau itu benar. Dan dari datangnya hubungan emosi, datanglah
hubungan fisik. Dimitri dan aku akhirnya menyerah pada ketertarikan kami satu
sama lain. Kami telah bersumpah kalau kami tidak akan pernah melakukannya, tapi
... perasaan kami terlalu kuat. Menjauhkan diri satu sama lain berubah menjadi
sesuatu yang tidak mungkin. Kami telah bercinta dan itu adalah pengalaman
pertamaku. Terkadang aku merasa yakin kalau hal itu adalah kali terakhir aku
melakukannya juga. Apa yang kami lakukan terasa luar biasa dan aku tidak mampu memisahkan antara
kesenangan fisik dan kesenangan emosional. Setelah itu, kami berbaring di kabin
kecil selama kami memberanikan diri melakukannya, dan semua itu juga
mengagumkan. Saat itu merupakan satu dari beberapa kenangan dimana aku
merasa benar-benar memilikinya.
"Apa kau ingat sihir gairah milik Viktor?" tanyaku, meringkuk mendekati dirinya.
Dimitri menatapku, seolah aku sudah gila. "Tentu saja."
duestinae89.blogspot.com Victor Dashkov adalah seorang Moroi bangsawan yang sudah menadi sahabat bagi
Lissa dan keluargannya. Sedikit yang kami tahu kalau dia diam-diam mempelajari
roh selama bertahun-tahin dan telah mengidentifikasi Lissa sebagai pengguna roh
bahkan sebelum Lissa sendiri mengetahuinya. Dia menyiksa Lissa dengan semua
permainan pikiran yang hampir membuat Lissa merasa sudah gila. Rencananya
sepenuhnya memuncak saat ia menculik Lissa dan menyiksanya hingga Lissa
mengobati penyakit yang akan membunuhnya.
Victor sekarang berada di penjara seumur hidup, baik untuk apa yang sudah ia
lakukan terhadap Lissa maupun karena rencana pengkhianatan untuk melakukan
pemberontakan terhadap pemerintahan Moroi. Dia adalah satu dari beberapa orang
yang mengetahui hubunganku dengan Dimitri, sesuatu yang membuatku khawatir
hingga detik ini. Dia bahkan memanfaatkan hubungan kami dengan membuat sihir
hasrta " sebuah kalung yang di dalamnya dimasukkan sihir bumi dan kompulsi.
Sihir itu penuh dengan kekuatan yang berbahaya yang membuatku Dimitri dan aku
menyerah pada insting terdasar kami. Kami berhasil menarik diri pada detik-detik
terakhir, dan hingga di malam kami berada di kabin, aku percaya kalau ketertarikan
kami bergabung maka akan membentuk ketertarikan fisik yang tinggi pada akhirnya.
"Aku tidak pernah sadar kalau semua ini berubah menjadi lebih baik," aku
mengatakannya setelah kami benar-benar tidur bersama. Aku merasa sedikit malu
membicarakan hal ini. "Aku telah memikirkan semua ini sepanjang waktu ... apa
yang terjadi diantara kita."
Dia berpaling ke arahku, menarikku untuk menutupi tubuhnya . Kabin terasa dingin,
tapi ranjangnya memiliki selimut yang hangat. Kurasa kami bisa memasang pakaian
kami, tapi itu adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Kulit yang saling
bersentuhan terasa begitu menyenangkan.
"Aku juga melakukannya."
"Kau juga?" tanyaku kaget. "Kupikir .... aku tidak tahu. Kupikir kau sangat disiplin
untuk hal itu. Kupikir kau mencoba untuk melupakannya." Dimitri tertawa
kemudian mencium leherku.
"Rose, bagaimana bisa aku melupakan saat telanjang bersama seseorang secantik
dirimu" Aku terjaga selama beberapa malam, mengulang setiap detilnya. Kukatakan
pada diriku sendiri kalau semua itu salah, tapi kau begitu tidak mungkin untuk
dilupakan." Bibirnya bergerak di tulang selangkaku dan tangannya mengusap
pinggulku. "kau terpatri dalam pikiranku selamanya. Tidak ada apapun, apapun di
dunia ini yang bisa mengubahnya."
Dan kenangan seperti itulah yang membuatku sulit untuk memahami pencarian ini
yang mengharuskan ku untuk membunuhnya, meskipun dia adalah Strigoi. Toh,
saat yang sama, justru karena hal itulah aku harus menghancurkan dirinya. Aku
harus mengingatnya sebagai seorang pria yang mencintaiku dan merengkuhku di
ranjang yang hangat. Aku harus ingat kalau pria itu tidak ingin berubah menjadi
seorang monster. Aku terlalu senang ketika Sydney menunjukkan mobil yang baru ia beli, khususnya
karena aku yang memberikan uang untuk membeli mobil itu.
duestinae89.blogspot.com "Kita akan pergi dengan benda itu?" aku berseru. "Apa benda itu bisa bergerak?"
Perjalanan ini akan memakan waktu 7 jam.
Dia memberiku tatapan terkejut. "Apa kau serius" Apa kau tahu mobil apa ini" Ini
Citro?n 1972. Mobil ini luar biasa. Apa kau tidak mengerti betapa sulitnya
mendapatkan benda ini kembali ke kota ini di zaman Soviet" Aku tidak percaya pria
itu menjualnya. Dia tidak mengerti apapun."
Aku tahu sedikit tentang zaman Soviet dan lebih sedikit tentang mobil klasik, tapi
Sydney menarik tudung merah mengkilapnya seolah dia sedang jatuh cinta. Siapa
yang menyangka" Dia adalah penggila mobil yang aneh. Mungkin benda ini berharga
hanya saja aku yang tidak bisa menghargainya. Aku lebih cenderung kepada mobil
sport keluaran terbaru yang mulus. Supaya adil, mobil ini tidak ada penyok atau
karatan, mengesampingkan tampilannya yang kuno, mobil ini terlihat bersih dan
terawat. Jika mungkin, ekspresinya menjadi lebih tidak percaya. "tentu!"
Dan memang seperti itu. Mesin hidup dengan dengung yang mantap dan dengan
cepat, aku mulai mengerti dengan daya tarik mobil ini bagi Sydney. Dia ingin
mengemudia dan aku mendebatnya kalau uang ku lah yang dipakai untuk membeli
mobil ini. Melihat ekspresi memelas dari wajahnya, akhirnya aku memutuskan
untuk tidak berdiri diantara dia dan mobil itu.
Aku senang kami segera berangkat. Hari sudah hampir senja. Jika jalan memang
berbahaya seperti yang dikatakan orang-orang, kami tidak ingin berada disini ketika
gelap. Sydney setuju tapi dia mengatakan kalau kami akan melalui sebagian besar
perjalanan sebelum matahari terbenam dan kemudian menginap di tempat yang ia
kenal. Kami akan berangkat ketujuan kami di pagi hari. Semakin cepat kami
mendekati Omsk, semakin terpencil lahannya. Sepanjang aku mempelajarinya, aku
mulai mengerti mengapa Dimitri mencintai daerah ini. Tempat ini memiliki sebuah
dataran hijau kerdil, nyata, yang dibawa musim semi , dan ada sesuatu yang indah
sekaligus menyeramkan ketika melihat keliaran tak tersentuh dari tempat ini.
Tempat ini mengingatkanku pada Montana dalam beberapa hal yang memiliki
kualitas yang pasti yang hanya dimiliki oleh tempat ynag menakjubkan ini.
Aku tidak bisa berkata apa-apa selain akhirnya menggunakan ketertarikan Sydney
pada mobil sebagai bahan percakapan.
"Kau tahu banyak tentang mobil?" tanyaku.
"Sedikit," katanya. "ayahku adalah seorang alkemis dalam keluarga kami, tapi ibuku
adalah seorang mekanik."
"Benarkah?" tanyaku, terkejut. "Sepertinya ... tidak umum." Tentu saja, aku adalah
orang yang dengan keras berbicara tentang aturang gender. berhubung hidupku
didedikasikan untuk berkelahi dan membunuh, aku tidak benar-benar bisa
mendapatkan pekerjaan wanita tradisional lain.
duestinae89.blogspot.com "dia sangat pandai dan banyak mengajariku. Aku tidak keberatan melakukan hal itu
untukku hidup. Tidak keberatan juga pergi kuliah." Ada sedikit nada pahit dalam
suaranya. "Kurasa ada banyak hal yang kuharap bisa aku lakukan."
"Kenapa tidak?"
"Aku menjadi keturunan keluarga Alkemis berikutnya. Saudara perempuanku
...sebenarnya, dia lebih tu, dan biasanya anak tertua yang akan melakukan pekerjaan
itu. Tapi, dia sejenis ...tidak berguna."
"Itu sangat kasar."
"Ya, mungkin. Tapi dia tidak bisa menangani hal ini. Ketika mengatur koleksi lip
glossnya, dia tidak terhentikan. Tapi mengatur jaringan dan aksi orang-orang
didalamnya" Tidak, dia tidak akan mampu melakukannya. Ayah bilang aku adalah
satu-satunya yang mampu melakukan semua ini."
"Paling tidak itu pujian."
"Kurasa." Sydney terlihat sangat sedih sekarang , membuat merasa bersalah dan
ingin menghiburnya. "Jika kau bisa kuliah, apa yang ingin kau pelajari?"
"Arsitektur Yunani dan Roma." Kuputuskan kemudian kalau berada di belakang
putaran kisah itu adalah hal baik, sebab mungkin aku akan mengemudikan mobil di
jalanan. "Benarkah?"
"Apa kau tahu tentang hal itu?"
"Um, tidak." "Sangat mengagumkan." Ekspresi sedih digantikan oleh satu dari hasrat " dia
terlihat terpikat sama seperti ketika dia memuja mobil tadi. Aku mengerti mengapa
dia menyukai stasiun kereta.
"Kecerdikan ini diambil sebagian dari sana ...well, hanya saja tidak nyata. Jika para
Alkemis tidakmau mengirimku kembali ke Amerika setelah ini, aku berharap aku
bisa ditugaskan ke Yunani atau Italia."
"Itu pasti keren."
"Ya." Senyumnya memudar. "Tapi tidak ada garansi kamu akan mendapatkan apa
yang kamu inginkan dalam pekerjaan ini." Dia terpuruk dalam kesunyian setelah itu
dan kuputuskan untuk membujuknya ke dalam percakapan kecil sudah cukup.
Kutinggalkan ia dengan pikirannya sendiri tentang mobil klasik dan arsitektur ketika
pikiranku melayang ke dalam topikku sendiri. Strigoi. Kewajiban. Dimitri. Selalu
Dimitri ... duestinae89.blogspot.com Sebenarnya, Dimitri dan Lissa. Semua ini adalah undian yang selalu menambahkan
rasa sakitku. Hari ini, ketika mobil klasik ini menidurkanku ke dalam sebuah
kelinglungan, Lissa lah yang ingin kukunjungi, terima kasih banya kepada Adrian
yang sering mengunjungi mimpiku.
Malam di Rusia mearti pagi buta di Montana. tentu, apalagi sekolah menjalankan
jadwal malam, secara teknis matahari yang bersinar dianggap malam disana. Sudah
dekat jam tidur, dan setiap orang harus segera kembali ke asrama mereka masingmasing.
Lissa bersama Adrian, berada di ruangan Adrian di rumah tamu. Adrian, seperti
Avery, sudah lulus, tapi sebagai satu-satunya pengguna sihir roh yang diketahui, dia
tinggal di sekolah dan bekerja bersama Lissa. Mereka menghabiskan malam yang
panjang dan melelahkan berkeja dalam sihir berjalan di dalam mimpi dan duduk
dilantai dengan saling berhadapan. Dengan menarik napas panjang, Lissa
tersungkur dan terbaring, menggarukkan tangannya ke kepalanya.
"Ini sia-sia," dia mengerang. "Aku tidak akan pernah bisa mempelajarinya."
"Jangan pernah berpikir untuk berhenti, sepupu." Suara Adrian sangat usil seperti
biasa, tapi bisa kukatakan kalau ia lelah juga. Mereka tidak ada keterkaitan keluarga
sebenarnya: ituhanyalah sapaan bagi keluarga bangsawan yang biasa mereka
gunakan. "Aku tidak mengerti bagaimana kau bisa melakukannya."
"Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Aku hanya memikirkannya, dan ... well,
itu terjadi." Ia menurunkan bahunya dan mengeluarkan rokok yang selalu ia bawa.
"Apa kau keberatan?"
"Ya," jawab Lissa. Aku kaget saat Adrian menyimpan rokok itu kembali. Apa-apaan
ini" Dia tidak pernah bertanya padaku apakah aku keberataan atau tidak katika ia
ingin merokok- yang selalu membuatku keberatan. Kenyatannya, selama ini, aku
bersumpah dia melakukannya untuk membuatku kesal, yang sebenarnya tidak
berarti bagiku. Adrian sudah pernah melalui segala hal ketika cowok-cowok lain
mencoba untuk memikat gadis-gadis yang mereka suka dengan memilih mereka.
Dia mencoba menjelaskan prosesnya. "Aku hanya memikirkan siapa yang aku
inginkan dan mendadak ... aku tidak tahu. Membentangkan pikiranku menuju
mereka." Lissa duduk bersila. "Terdengar seperti bagaimana Rose menjelaskan cara ia
membaca pikiranku." "Mungkin prinsipnya sama. Dengar, kau perlu beberapa lama untuk mempelajari
aura. Hal ini juga tidak berbeda. Dan dirimu bukan satu-satunya orang yang belajar
dengan tertaih-tatih. Akulah yang akhirnya hanya belajar menyembuhkan guratanguratan kecil sedangkan kamu mengembalikan orang yang telah mati, yang mana "
anggap aku gila " sangat susah." Dia berhenti sejenak. "Tentu saja, beberapa akan
mendebatku kalau aku sudah gila."
duestinae89.blogspot.com Mengartikan aura, Lissa belajar dari Adrian dan memanggil kemampuan untuk
melihat daerah yang bercahaya yang mengelilingi setiap benda yang bernyawa. Aura
Adrian terlihat sangat jelas, dikelilingi oleh cahaya emas. Menurut Adrian, aura Lissa
berwarna sama. Tidak ada Moroi lain yang memiliki warna emas murni seperti itu.
Lissa dan Adrian menyimpulkan kalau ini merupakan warna khusus untuk pengguna
roh. Adrian tersenyum, menebak apa yang dilakukan Lissa. "Bagaimana kelihatannya?"
"Sama." "Lihat betapa hebat kau sekarang" Bersabarlah dalam hal mimpi."
Lissa sangat menginginkan untuk bisa berjalan dalam mimpi seperti yang bisa
Adrian lakukan. Mengesampingkan kekecewaan Lissa, aku senang ia tidak dapat
melakukannya. Kunjungan Adrian dalam mimpiku sudah cukup berat untukku.
Melihat Lissa bisa membuatku ...well, aku tidak sepenuhnya yakin, tapi itu akan
mendinginkan suasana, perangai yang keras yang kucoba perbaiki di Rusia, sangat
keras. "Aku hanya ingin tahu bagaimana keadaannya," kata Lissa dengan suara kecil. "Aku
tidak bisa terima dengan ketidaktahuan." Ini adalah pembicaraan yang sama dengan
Christian. "Aku melihatnya kemarin. Dia baik-baik saja. Dan aku akan melakukannya lagi
segera." Lissa mengangguk. "Apa menurutmu dia akan melakukannya" Apa kau rasa dia bisa
membunuh Dimitri?" Adrian butuh waktu lama untuk menjawab. "Kurasa dia bisa. Pertanyaannya adalah
kalau Dimitri membunuhnya dalam proses itu."
Lissa tersentak dan aku sedikit terkejut. Jawabannya tanpa basa-basi sama seperti
yang diberikan oleh Christian.
"Tuhan, aku selalu berharap ia tidak memutuskan untuk pergi mengejar Dimitri."
"Berharap itu sia-sia sekarang. Rose harus melakukannya. Itulah satu-satunya cara
untuk mendapatkan ia kembali." Dia berhenti sejenak. " Itulah satu-satunya cara
agar dia bisa melupakan segalanya."
Adrian terkadang mengejutkanku, tapi kali ini ia berhak mendapat hadiah. Lissa
berpikir kalau mengejar Dimitri adalah hal bodoh dan merupakan upaya bunuh diri.
Aku tahu Sydney juga akan setuju jika aku mengatakan sejujurnya tentang
perjalanan ini. Tapi Adrian ... konyol, dangkal, cowok pesta, mengerti" Mempelajari
dirinya melalui mata Lissa, aku sadar kalau Adrian memang mengerti. Dia tidak
menyukainya dan aku bisa mendengar nada terluka dari kata-katanya. Dia peduli
padaku. Aku memiliki perasaan yang kuat untuk orang lain yang menyebabkan
duestinae89.blogspot.com dirinya terluka. Dan kemudian ... dia sungguh-sungguh percaya kalau aku telah
melakukan hal yang benar " satu-satunya hal yang bisa aku lakukan.
Lissa melihat jam dinding. "Aku harus pergi sebelum jam malam. Aku mungkin
harus belajar untuk tes sejarah juga."
Adrian menyeringai. "Belajar itu berlebihan. Coba temukan seseorang yang pintar
dan contek saja jawabannya."
Lissa berdiri. "Apa kau ingin mengatakan kalau aku tidak pintar?"
"Tentu tidak." Adrian juga berdiri dan pergi untuk mengisi dirinya sendiri dengan
minuman dari bar yang ia simpan sendiri. Pengobatan sendiri adalah cara
menyimpang yang ia lakukan untuk menjaganya dari efek pengguna sihir roh, dan
jika dia telah menggunakan roh sepanjang malam, dia akan membutuhkan kebiasan
buruknya untuk mematikan rasa. "Kau adalah orang tercerdas yang pernah kukenal.
Tapi itu bukan berarti kau harus melakukan pekerjaan yang tidak penting."
"Kau tidak bisa sukses dalam hidup jika tidak berusaha. Mencontek dari orang lain
tidak akan membawamu kemana-mana."
"Terserahlah," katanya menyeringai. "Aku selalu mencotek selama sekolah dan lihat
apa yang sudah aku lakukan sekarang."
Dengan memutar mata, Lissa memberikannya pelukan perpisahan dengan cepat dan
kemudia pergi. Setelah dia keluar dari pandangan Adrian, senyum Lissa memudar.
Nyatanya, pikirnannya berubah menjadi gelap. Mengungkit masalah aku telah
membangkitkan perasaan dalam pikiran Lissa. Dia mengkhawatirkan aku " sangat
khawatir. Dia mengatakan pada Christian kalau dia merasa bersalah dengan apa
yang terjadi diantara kami berdua, tapi kekuatan itu tidak mengenaiku hingga
sekarang. Dia dipenuhi oleh rasa bersalah dan kebingungan, terus merutuki dirinya
sendiri atas apa yang telah dia lakukan. Dan di atas semua itu, dia merindukanku.
Dia memiliki perasaan yang sama denganku - seperti salah satu bagian dari dirinya
menghilang. Adrian tinggal di lantai empat, dan Lissa lebih memilih berjalan lewat tangga
ketimbang naik lift. Sepanjang itu, seluruh pikirannya disapu oleh kekhawatiran.
Khawatir karena dia belum menguasai sihir roh sepenuhnya. Khawatir padaku.
Khawatir kalau dia sebenarnya masih belum bisa menghindari efek gelap dari
penguasaan roh yang membuatya berpikir jika akulah yang menyerap efek itu sama
seperti yang Anna lakukan. Dia hiduap berabad-abad lalu dan terikat dengan St.
Blood Promise Vampire Academy 4 Karya Richelle Mead di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Vladimir, pendiri sekolah. Anna menyerap efek jahat roh dari Vladimir - dan
menjadi gila. Di lantai kedua, Lissa mendengar suara teriakan dari pintu yang memisahkan tangga
dan ruang tengah. Merasa kalau hal itu tidak ada hubungannya dengan dirinya, Lissa
ragu-ragu. Rasa penasaran memenuhi dirinya. Beberapa saat kemudian, diam-diam
dia mendorng pintu untuk membukanya dan melangkah masuk ke dalam ruang itu.
Suara itu berasal dari sekitar sudut ruangan. Dia hati-hati mengintip sekitarnya "
sebenarnya tidak ia inginkan. Dia mengenali suara itu.
duestinae89.blogspot.com Avery Lazar berdiri di ruangan itu, tangannya di pinggang ketika ia menatap tajam
ayahnya. Ayahnya berdiri di depan pintu yang merupakan ruang tidurnya. Sikap
mereka kaku dan terlihat bermusuhan, dan api kemarahan berderak di antara
mereka. "Aku ingin melakukan apa yang aku inginkan," ia berteriak. "Aku bukan budakmu."
"Kau putriku," katanya denga suara tenang dan meremahkan. "Meskipun saat ini aku
berharap kau bukan anakku."
Ouch. Baik Lissa maupun aku terkejut.
"Jadi mengapa kau membuatku tetap tinggal di liang neraka ini" Biarkan aku
kembali ke istana!" "Dan semakin mempermalukanku" Kita baru saja keluar tanpa merusak reputasi
keluarga ini " sedikitnya. Tidak mungkin aku mau mengirimkanmu kesana sendirian
dan membiarkanmu melakukan segala hal yang cuma Tuhan yang tahu."
"Kalau begitu kirim aku ke ibuku! Switzerland lebih baik dari pada tempat ini."
Ada jeda di sana. "Ibumu ... sedang sibuk."
"Oh, manis sekali," kata Avery, suaranya berat dengan nada sarkasme di dalamnya.
"Itu adalah cara yang sopan untuk mengatakan kalau dia tidak menginginkanku. Aku
tidak kaget. Aku pernah mengganggunya dengan lelaki yang tidur dengannya."
"Avery!" Suara ayahnya nyaring dan marah. Lissa tersentak dan melangkah mundur.
"Pembicaraan ini selesai. Kembali ke kamarmu dan sadarlah sebelum seseorang
melihatmu. Kuharap kau ada dalam jamuan makan pagi besok, dan kuharap kau bisa
sedikit lebih hormat. Kita memiliki beberapa tamu penting."
"Ya, dan hanya Tuhan yang tahu kalau kita terus saja memalsukan penampilan."
"Masuk ke kamarmu," dia mengulang. " Sebelum aku memanggil Simon dan
menyuruhnya untuk menyeretmu kesana."
"Ya, Tuan," kata Avery tersenyum simpul. "Segera, Tuan. Apapun yang kau katakan,
Tuan." Bersamaan dengan itu, ayah Avery membanting pintu. Lissa menyembunyikan
dirinya di sudut ruangan, masih tidak percaya dengan apa yang lelaki itu katakan
kepada anaknya sendiri. Untuk beberapa saat, hanya ada keheningan disana.
Kemudian, Lissa mendengar suara langkah kaki- mendekatinya. Avery mendadak
berhenti di sudut ruangan dan berhenti tepat di depan Lissa, menatap kami untuk
pertama kalinya. Avery sedang mengenakan gaun pendek ketat yang terbuat dari kain berwarna biru
yang bersinar keperakkan di terpa cahaya. Rambutnya tergantung panjang dan tidak
tertata dan air mata berceceran dai mata biru-abu-abunya yang menghancurkan
duestinae89.blogspot.com riasan yang ia kenakan. Aroma alkohol tercium jelas dan keras. Dia tergesa-gesa
menyapukan tangannya ke matanya, jelas sekali kalau ia malu terlihat seperti ini.
"Well," katanya datar. "Kurasa kau menikmati drama keluarga kami."
"Lissa merasa bersalah tertangkap menguping pembicaraan mereka. "A " Aku minta
maaf. Aku tidak bermaksud menguping. Aku hanya lewat ..."
Avery tertawa kasar. "Sebenarnya, aku rasa itu bukan masalah. Semua orang di
ruangan ini mungkin mendengar pembicaraan kami."
"Maafkan aku," ulang Lissa.
"Tidak perlu. Kau tidak melakukan kesalahan apapun."
"Tidak ... maksudku, aku ikut prihatin ketika dia ... kau tahu, mengatakan hal seperti
itu padamu." "Itu adalah bagian dari menjadi keluarga "baik". Setiap orang punya kerangkan di
lemari mereka." Avery menyilangkan tangannya dan bersandar ke dinding.
meskipun sedang marah dan berantakkan, dia masih tetap kelihatan cantik. "Tuhan,
terkadang aku membenci ayahku. Bukan bermaksud menghina, tapi tempat ini
sangat membosankan. Aku menemukan beberapa kakak kelas pria untuk di ajak
jalan malam ini, tapi ... mereka juga sangat membosankan. Satu-satunya hal yang
bagus dari mereka adalah bir mereka."
"Mengapa ... mengapa ayahmu membawamu kesini?" tanya Lissa. "Mengapa kau
tidak ... entahlah, pergi kuliah?"
Avery tertawa kasar. "Dia tidak cukup percaya padaku. Ketika kami berada di istana,
aku berhubungan dengan seorang cowok tampan yang bekerja di sana " jelas bukan
bangsawan, tentu saja. Ayah sangat marah dan takut orang-orang mengetahuinya.
Jadi, ketika ia mendapat pekerjaan disini, dia membawaku bersamanya agar bisa
terus mengawasiku " dan menyiksaku. Kupikir dia takut aku akan kabur bersama
manusia jika aku kuliah." Dia mengehela nafas. "Aku bersumpah pada Tuhan, jika
Reed ada disini, aku pasti sudah langsung kabur."
Lissa tidak berkata-kata dalam waktu yang lama. Dia memikirkan sikapnya selama
ini uyang terus menghindari sikap gigih Avery untuk dekat dengannya. Dengan
semua perintah sang ratu yang diberikan kepada Lissa akhir-akhir ini, apa yang
terjadi pada Avery adalah pemikiran yang bagus sebagai jalan satu-satunya bagi
Lissa untuk melawan balik dan menghentikan sang ratu yang terus mengontrol
dirinya. Tapi sekarang, dia berpikir jika dia salah mengenai Avery. Avery bukanlah
mata-mata dari Tatiana. Dia tidak terlihat seperti seseorang yang ingin membentuk
Lissa untuk menjadi bangsawan sempurna. Sebagian besar, Avery terlihat seperti
seorang gadis yang sedih dan terluka yang hidupnya berputar tak terarah. Seseorang
yang juga terus diperintah seperti dirinya.
Dengan nafas berat, Lissa buru-buru mengucapkan kalimatnya. "Apa kau ingin
makan siang bersamaku dan Christian besok" Tidak ada yang keberatan jika kau
mau datang saat jam makan siang kami. aku tidak bisa janji ini akan menjadi, um,
semenyenangkan yang kamu inginkan."
duestinae89.blogspot.com Avery tersenyum lagi, tapi kali ini, lebih terlihat seperti senyuman pahit. "Well,
rencanaku yang lain adalah mabuk sendirian di dalam kamarku." Dia mengangkat
sebuah botol yang terlihat seperti whiskey dari dalam tas kecilnya. "Mencetak
beberapa barang sendiri."
Lissa tidak begitu yakin dengan jawaban itu. "Jadi ... aku akan bertemu denganmu
saat makan siang?" Sekarang Avery terlihat ragu. Tapi perlahan, harapan yang samar bersinar dan rasa
tertarik muncul di wajahnya. Konsntrasi, Lissa berusaha untuk melihat aura Avery.
Dia kesulitan untuk pertama kalinya, mungkin agak berkurang dari latihan bersama
Adrian tadi. Tapi ketika akhirnya mampu mendapatkan aura Avery, dia melihat
beragam warna: hijau, biru, dan emas. Tidak biasa. Sekarang lebih cenderung
berwarna merah, seperti yang sering terjadi kepada orang yang sedang marah. Tapi
tepat di hadapan mata Lissa, warna merah oitu memudar.
"Ya," Avery berkata akhirnya. "Itu pasti menyenangkan.
"Kurasa hanya sejauh itu yang bisa kita lakukan hari ini."
Di belahan dunia yang lain, suara Sydney mengeluarkanku dari pikiran Lissa. Aku
tidak tahu seberapa lama aku bermimpi siang hari ini, tapi Sydney sudah berganti
jalan dari jalan utama dan mengantar kami ke kota kecil yang benar-benar persis
seperti gambaran Siberia yang pernah aku bayangkan. Faktanya, "kota" sungguh
sangat berlebihan. Hanya ada beberapa rumah, sebuah toko, dan sebuah pom
bensin. Area ternak memanjang di sekitar bangunan dan aku melihat lebih banyak
kuda daripada mobil. Beberapa orang yang sedang menatap kami terlihatkagum.
Langit berubah berwarna jingga tua, dan matahari mulai merapat sedik demi sedikit
ddi horizon. Sydney benar. Hari mulai malam dan kami harus singgah.
"Kaita hanya beberapa jam saja lagi," lanjutnya. "Waktu perjalanan kita sudah bagus
dan kita harus secepatnya berangkat pada saat pagi hari." Dia menegmudikan mobil
menuju sebuah desa " yang mana hanya memakan waktu beberapa menit - dan
memarkir tepat di depan sebuah rumah putih sederhana dengan sebuah lumbung
gandum di sebelahnya. "Disini kita bermalam."
Kami keluar dari mobil dan mendekati rumah. "Apa mereka temanmu?"
"Bukan. Aku tidak pernah mengenal mereka. Tapi mereka mengharapkan kita."
Semakin banyak koneksi misterius dari para Alkemis. Pintu membuka
menampakkan seorang manusia yang berumur dua puluh tahunan yang
memperingatkan kami agar secepatnya masuk ke dalam. Dia hanya berbicara
beberapa kata dalam bahasa Inggris, tapi keahlian menerjemahkan Sydney
membawa kami masuk. Sydney lebih ramah dan menarik dari pada biasanya,
mungkin karena tuan rumah ini bukan keturunan vampir ganas. Kau tidak akan
berpikir kalau menumpang di sebuah mobil sepanjang hari akan sangat melelahkan,
tapi aku merasa sangat letih dan cemas karena harus memulai perjalan besok pagipagi. Jadi setelah makan malam dan sedikit menonton TV, Sydney dan aku pergi ke
ruangan yang dipersiapkan untuk kami. Kamar ini kecil dan sederhana tapi
memiliki dua ranjang kembar yang ditutupi oleh selimut tebal dan halus. Aku
duestinae89.blogspot.com merapat di selimutku, bersyukur untuk rasa lembut dan hangatnya dan mengirangira jika aku akan bermimpi tentang Lissa atau Adrian.
Aku tidak bermimpi. Ya aku terbangun dalam gelombang rasa mual yang mengitari
diriku " rasa mual yang mengatakan padaku kalau ada Strigoi yang sedang
mendekat. duestinae89.blogspot.com Enam AKU MELESAT TEGAK, SETIAP BAGIAN dalam diriku terbangun dan
waspada. Tidak ada cahaya lampu kota yang menembus melalui jendela hingga
membuatku butuh beberapa detik untuk membiasakan diri melihat dalam gelap.
Sydney meringkuk di kasurnya, wajahnya terlihat damai ketika ia tidur, tidak seperti
biasanya. Dimana Strigoi itu" Jelas tidak di dalam kamar kami. Apa dalam rumah ini" Semua
orang bilang kalau jalan menuju kota kelahiran Dimitri sangat berbahaya. Namun,
aku jadi berpikir kalau Strigoi juga akan memburu Moroi dan dhampir " meskipun
manusia juga merupakan bagian besar dari diet mereka. Berpikir tentang pasangan
yang ramah yang menerima kami ke dalam rumahnya, membuatku merasa dadaku
mengeras. Tidak mungkin aku membiarkan sesuatu terjadi pada mereka.
Aku menyelinap keluar diam-diam dari tempat tidur, aku menggenggam erat
pasakku dan merangkak dari kamar tanpa membangunkan Sydney. Tidak ada
satupun yang bangun dan segera setelah aku sampai di ruang tamu, rasa mual itu
hilang. Ok. Strigoi itu tidak berada di dalam rumah, yang berarti hal bagus. Mereka
ada di luar, rupanya di samping rumah dekat kamarku. Masih bergerak perlahan,
aku keluar dari pintu depan rumah dan berjalan di sudut rumah, setenang malam
disekitarku. Rasa mual itu semakin kuat ketika aku mendekati gudang dan aku tidak bisa
melakukan apa-apa terhadap rasa mual itu, tapi aku merasa puas. Aku akan
mengejutkan Strigoi ini yang mungkin berpikir bisa menyelinap masuk ke rumah
kecil manusia di desa untuk makan malam. Ada. Tepat didekat pintu masuk gudang,
aku bisa melihat bayang panjang bergerak. Kena, pikirku. Aku persiapkan pasakku
dan mulai bergegas maju " dan kemudian sesuatu memukul pundakku.
Aku tersandung, heran, dan menatap tajam wajah Strigoi itu. Di ujung mataku, aku
melihat bayangan di gudang berubah menjadi Strigoi lain dan melangkah ke arahku.
Panik melanda diriku. Ada dua dan sistem pendeteksi rahasiaku tidak mampu
membedakannya. Semakin buruk saja, mereka mendapatiku tengah ambruk.
Sebuah pikiran terlintas dipikiranku: Bagaimana jika satu dari mereka adalah
Dimitri" Bukan. Paling tidak, yang paling dekat bukan Dimitri. Dia seorang wanita.
Aku belum merasakan Strigoi yang kedua. Dia menuju ke sisiku yanglain dengan
sangat cepat. Aku harus berurusan dengan gangguan ini secara langsung, dan
menyingkirkan yang wanita dengan pasakku, berharap bisa melukainya, tapi dia
mengelak begitu cepat sampai aku kesulitan melihat pergerakannya. Dia memukul
ke arahku hampir terlihat sangat sangat santai. Aku tidak terlalu cepat bereaksi dan
melayang menuju Strigoi yang lain " laki-laki dan jelas bukan Dimitri.
Aku merespon dengan cepat, melompat, dan menendangnya. Aku mengeluarkan
pasakku, menciptakan jarak diantara kami tapi ini hanya berhasil sediki ketika yang
wanita datang dari belakang dan menyambarku, menyentak tubuhku ke arahnya.
Aku menangis tertahan dan merasakan tangannya di tenggorokanku. Aku sadar, dia
duestinae89.blogspot.com mungkin akan memutuskan leherku. Teknik yang cepat, cara mudah untuk Strigoi
ketika mereka ingin menyeret korban mereka untuk dimangsa.
Aku berjuang, medesak-desak tangannya sedikit demi sedikit, tapi ketika Strigoi
yang lain mendekati kami, aku tahu semua itu sia-sia. Mereka berhasil
mengejutkanku. Mereka berdua. Merka sangat kuat.
Rasa panik melanda dalam diriku, rasa takut yang luar biasa dan putus asa. Aku
selalu taku setiap kali aku berkelahi dengan Strigoi, tapi ketakutan kali ini sudah
melewati titik terparah. Rasa takut yang tidak fokus dan di luar kendali, dan
menduga kalau rasa ini dikarenakan kegilaan dan kegelapan yang kuserap dari Lissa.
Perassan itu meledak dalam diriku dan aku bertanya-tanya apakah ketakutan itu
akan menghancurkanku sebelum Strigoi yang melakukannya. Aku sedang berada
dalam situasi sekarat berbahay yang nyata sekarang " dan membiarkan Sydeny dan
yang lain terbunuh. Pikiran marah dan sedih mencekikku.
Kemudia, tiba-tiba, bumi seakan meledak dan terbuka. Bentuk tembus pandang,
bercahaya lembut dalam kegelapan, bermunculan dimana-mana. Sebagian terlihat
seperti manusia normal. Yang lain terlihat mengerikan, wajah mereka kurus kering
seperti tengkorak. Hantu. Roh. Mereka mengelilingi kami, kehadiran mereka
membuat rambutku berdi dan mengirimkan rasa sakit kepala yang luar biasa melalu
tengkorak kepalaku. Para hantu itu berbalik ke arahku. Aku pernah mengalami ini sebelumnya, di
pesawat, ketika penampakan itu menyerbu dan mengancam untuk membunuhku.
Aku mempersiapkan diriku sendiri, mencoba berusaha mati-matian untuk
menmpulkan kekuatan untuk membangun pengahalang yang akan menutup diriku
dari dunia roh. Itu adalah keahlian yang sudah aku pelajari ketikaaku biasanya
berada disuatu tempat dan tidak ada kerjaan. Keputusasaan dan kepanikan situasi
ini sudah memecahkan pengedalian diriku. Parahnya, darah mengental dalam
tubuhku, aku mengucapkan harapan egois lagi kalu Mason tidak menemukan
ketenangan dan meninggalkan dunia ini. Aku akan merasa lebih baik andai saja
hantu Mason ada disini. Kemudian aku sadar kalau aku bukanlah target mereka. Para hantu mengitari kedua
Strigoi itu. Roh tidak memiliki bentuk padat, tapi setiap mereka menyentuh dan
melalui diriku, aku merasa seperti diterpa es. Strigoi wanita tiba-tiba mulai
melambai-lambaikan tangan untuk menangkis penampakan itu, mengeram dan
marah dan hampir terlihat seperti ketakutan. Kemunculan para hantu tidak mampu
untuk menyakiti Strigoi, tapi mereka jelas sangat mengganggu " dan menghilangkan
fokus mereka. Aku menghunjam jantung Strigoi laki-laki itu bahkan sebelum ia melihat
kedatanagnku. Mendadak, para hantu yang mengelilingi Strigoi laki-laki itu bergerak
ke arah Strigoi wanita. Yang satu ini lumayan, aku mengakuinya. Meskipun ia
berjuang untuk menagkis roh-roh itu menjauh, dia masih bisa menangkis
seranganku dengan cukup baik. pukulan keberuntungan darinya memberikan
ledakan bintang dimataku dan mengirimku ke dinding gudang. Aku masih
merasakn induksi-hantu yang menyebabkan sakit kepala meledak-ledak dalam
kepalaku , tapi ternyata kepala yang menabrak ke gudang pun tidak bisa
duestinae89.blogspot.com menyembuhkannya. Mengejutkan, pusing, aku kembali ke arahnya dan melanjutkan
perlawananku agar bisa menusuk jantungnya. Dia menjaga agar dadanya jauh dari
jangkauanku " paling tidak sampai satu dari hantu yang mengerikan khususnya
mengacaukan penjagaannya. Gangguan sementara itu memberiku kesempatan, dan
aku mengnjum jantungnya juga. Dia jatuh ke tanah - meninggalkanku sendiri
dengan para roh. Dengan Strigoi, para hantu jelas ingin menyerang meraka. Denganku, lebih banyak
terlihat seperti di pesawat.
Mereka terlihat terpesona olehku, putus asa untuk
mendapatkan perhatian dariku. Hanya saja, dengan puluhan hantu yang
berkerumun, seolah aku seperti diserang juga.
Dengan putus asa, aku mencoba lagi untuk memanggil pelindungku kembali, untuk
memblokir para hantu jauh dariku seperti yang pernah aku lakukan dulu. Usaha itu
menyiksa. Entah bagaimana, emosi tidakstabilku membawa roh berdatangan dan
ketika aku sudah sedikit lebih tenang sekarang, kontrol ketidakstabilanku semakin
kuat membawa mereka datang kesini. Kepalaku terus saja berdenyut. Sambil
mengertakkan gigi-gigiku, aku memfokuskan sedikit demi sedikit kekuatanku untuk
memblokir ke luar para hantu itu.
"Pergi," desisku. "Aku tidak perlu kalian lagi."
Untuk sejenak, usahaku sepertinya sia-sia. Kemudian, perlahan, satu demi satu, rohroh itu mulai memudar. Aku merasa pengendalian yang sudah aku pelajari sebelum
perlahan melesat ke tempat lain. Segera, tidak ada apapun lagi disekitarku selain
diriku sendiri, kegelapan, dan gudang " dan Sydney.
Aku menyadari kehadirannya ketika aku tersungkur di tanah. Dia berlari keluar
rumah dengan memakai piama, wajahnya pucat. Berlutut di sampingku, dia
membantuku duduk, ketakutan nampak dari wajahnya.
"Rose! apa kau baik-baik saja?"
Aku merasa setiap keping energi dalam otak dan tubuhku telah terhisap habis. Aku
tidak mampu bergerak. Aku tidak mampu berpikir.
Blood Promise Vampire Academy 4 Karya Richelle Mead di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak," kataku padanya.
dan kemudian aku pingsan.
Aku memimpikan Dimitri lagi, tangannya yang memelukku dan wajah yang tampan
bersandar padaku untuk menyemangatiku seperti yang selalu ia lakukan ketika aku
sakit. Memori masa lampau mendatangiku, kami berdua menertawakan beberapa
leucon. Terkadang, dalam mimpi ini, dia membawaku pergi. terkadang, kami tengan
mengendarai mobil. Sesekali wajahnya akan mulai berbah menjadi gambaran
menakutkan Strigoi ynag selalu mennyiksaku. Kemudian dengan cepat aku
memerintahkan pikiranku untuk menghapun bayangan itu pergi.
Dimitri telah sering kali manjagaku dan selalu ada disaat aku membutuhkannya.
Meskipun kedua hal itu sudah tidak ada lagi. Kuakui, dia tidak berakhir di ruang
kesehatan sebanyak aku. Dan hal itu hanyalah keberuntunganku. Bahkan jika dia
duestinae89.blogspot.com sedang terluka, ia tidak akan pernah mau mengakuinya. Dan ketika aku bermimpi
dan berhalusinasi, gambaran yang datang padaku adalah ketikan beberapa kali aku
bisa menjaganya. Hanya sebelum sekolah diserang, Dimitri termasuk di dalam bagian ujian denganku
dan rekan-rekan novisku untuk melihat seberapa baik kami bereaksi terhadap
serangan kejutan. Dimitri begitu sulit untuk dihadapi dan bahkan tidak mungkin
untuk dikalahkan, meskipun ia mendapat beberapa lebam beberapa kali. Aku berlari
ke arahnya dia tempat latihan sekali selama tes ini berlangsung, terkejut melihat
luka di pipinya. Terlihat tidak parah tapi ada banyak darah yang keluar.
"Apa kau sadar kalau kau bisa berdarah hingga mati?" seruku. Sedikit berlebihan
tapi tetap saja aku melakukannya.
Dia menyentuh pipinya dengan cueknya dan terlihat sadar akan luka yang ia dapat
dari pertama. " Aku tidak akan melangkah terlalu jauh. Ini bukan apa-apa."
"Itu bukan apa-apa sampai kau terkena infeksi!"
"Kau tahu itu tidak mungkin," katanya keras kepala. Itu benar. Moroi - selain
terjangkin penyakit langka, seperti yang dialami Victor " sangat susah terserang
penyakit. Kami para dhampir mewarisi hal itu dari mereka, sama seperti tato milik
Sydney yang memberinya perlindungan. Meskipin begitu, aku tidak akan
membiarkan Dimitri berdarah terlalu banyak.
"Ayo," kataku, menunjuk ke kamar mandi kecil di ruangan itu. Suaraku sedikit sengit
dan aku terkejut ketika dia menurutinya.
Setelah membasahi sebuah handuk, dengan lembut aku membersihkan wajahnya.
Dia terus saja memprotes pada walnya tapi akhirnya ia jatuh diam. Kamar mandi itu
kecil, dan kami hanya beberapa inci satu sama lain. Aku bisa mencium bau bersih
memabukkan dari dirinya dan mempelajari setiap detil wajah dan tubuh kuatnya.
Jatungku berdetak cepat didadaku, tapi kami harus bersikap baik, jadi aku mencoba
tampil tenang dan bijaksana. Dia tenang juga, tapi ketika aku menyapu rambut
belakng di samping telinganya untuk membersihkan wajahnya, dia tersentak. Ujung
jariku menyentuh kulitnya dan mengirimkan gelombang kaget melalui diriku, dan
dia merasakan hal yang sama. Dia menangkap tanganku dan menjauhkannya dari
wajahnya. "Cukup," katanya, dengan suara serak. "Aku baik-baik saja."
"Apa kau yakin?" tanyaku. Dia masih belum melepaskan tanganku. Kami sangat,
sangat dekat. Kamar mandi kecil itu seperti sudah siap meledak dengan adanya
aliran listrik dahsyat diantara kami berdua. Aku tahu ini akan segera berakhir tapi
aku benci jika harus melepaskannya. Tuhan, terkadang sangat sulit untuk menjadi
bertanggungjawab. "Ya," katanya. Suaranya lembut dan aku tahu dia tidak marah padaku. Dia hanya
takut, takut betapa kami hanya perlu waktu sebentar untuk menyalakan api diantara
kami. Seperti sebelumnya, aku merasa kehangatan menyelimutiku, hanya dengan
merasakan tangannya. Menyentuhnya membuatku merasa lengkap, seperti
menemukan orang yang tepat untukku selama ini.
duestinae89.blogspot.com "Terima kasih, Roza."
Dia melepaskan tanganku dan kami pergi, sama-sama kembali ke aktifitas kami
masing-masing. Tapi perasaan yang kudapat dari kulit dan rambutnya bertahan
berjam-jam padaku setelah itu ...
Aku tidak tahu mengapa aku memimpikan kenangan itu setelah diserang didekat
gudang. Rasanya aneh kalau aku memimpikan menjaga Dimitri ketika aku lah yang
perlu dirawat. Kurasa tidak jadi masalah ingatan apa yang datang, selama ada
Dimitri di dalamnya. Dimitri selalu membuatku merasa lebih baik, bahkan dalam
mimpi sekalipun, memberiku kekuatan dan keteguhan hati.
Tapi saat aku berbaring mengigau dan antara sadar dan tidak, wajah
menenangkannya sesekali bercampur dengan mata merah yang mengerikan dan
taring. Aku merengek, berjuang keras untuk menjauhkan bayangan itu. Dilain
waktu, dia tidak terlihat seperti Dimitri. Dia berubah menjadi lelaki yang tidak aku
kenal, seorang Moroi tua denga rambut yang hitam dan mata licik, perhiasan emas
berkilauan di leher dan telinganya. Aku menangis memanggil Dimitri lagi, dan
akhirnya, wajahnya kembali hadir, damai dan indah.
Pada satu titik, gambaran itu berubah lagi. kali ini wajah seorang wanita. Jelas, dia
bukan Dimitri, tapi ada sesuatu dari mata cokelatnya yang mengingatkanku padany.
Dia lebih tua, empat puluh tahunan kira-kira, dan seorang dhampir. Dia meletakkan
kain dingin di dahiku dan aku sadar kalau aku tidak lagi bermimpi. Tubuhku sakit
dan aku sedang berada di ranjang yang asing, di ruangan yang asing. Tidak ada
tanda-tanda Strigoi. Apakah aku juga bermimpi"
"Jangan coba bergerak," kata wanita itu dengan aksen Rusia yang kental. "Kau
mendapat beberapa pukulan."
Mataku melebar saat gambaran di gudang itu kembali padaku, hantu-hantu yang
kupanggil. Itu bukan mimpi.
"Dimana Sydney" Apa dia baik-baik saja?"
"Dia baik-baik saja. Jangan khawatir." Kadang suara wanita ini mengisyaratkan
padaku kalau aku bisa mempercayainya.
"Dimana aku?" "Di Baia." Baia, Baia. Entah dimana, di dalam kepalaku, nama itu terdengar tidak asing. Tibatiba semuanya terjawab. Dulu, dulu sekali, Dimitri pernah mengatakannya. Dia
hanya pernah menyebutkan nama kotanya sekali dan bahkan meskipun aku telah
mencoba, aku tidak pernah bisa mengingatnya. Sydney tidak pernah mengatakan
nama kotanya. Tapi sekarang kami disini. Di kampung halaman Dimitri.
"Kau siapa?" tanyaku.
"Olena," jawabnya. "Olena Belikova."
duestinae89.blogspot.com Tujuh TERASA SEPERTI DI PAGI NATAL.
Aku biasanya tidak terlalu percaya pada Tuhan atau taqdir, tapi sekarang aku serius
berpikir ulang. Setelah pingsan, Sydney rupanya menelpon dalam keadaan panik dan
seseorang yang ia kenal di Baia mendatangi kami " mempertaruhkan nyawanya
dalam kegelapan " untuk menyelamatkan kami dan membawa kami ke tempat aku
bisa disembuhkan. Tidak diragukan lagi alasan mengapa aku mendapatkan sensasi
samar berada di mobil selama aku mengigau; karena itu bukanlah bagian dari
mimpi. Dan kemudian, entah bagaimana, dari semua dhampir yang berada di Baia, aku
ditolong oleh ibunya Dimitri sendiri. Itu sudah cukup untuk membuatku
mempertimbangkan bahwa mungkin memang benar ada kekuatan yang lebih besar
dari pada diriku yang bekerja di alam ini. Tidak ada satupun yang
memberitahukanku dengan jelas bagaimana semua ini bisa terjadi, tapi aku segera
menyadari kalau Olena Belikova memiliki reputasi dari semua penyembuh di kota ini
" dan bahkan bukanlah termasuk penyembuh dengan sihir. Dia pernah mengikuti
pelatihan medis dan merupakan salah satu dhampir " dan bahkan beberapa Moroi "
yang pergi ke daerah ini ketika mereka ingin menghindari perhatian manusia. Masih.
Kebetulan yang menakutkan dan aku tidak bisa menolak untuk berpikir kalau ada
sesuatu yang terjadi yang masih belum bisa aku mengerti. Untuk sekarang, aku
tidak terlalu khawatir tentang bagaimana dan mengapa situasiku menjadi seperti ini.
Aku terlalu sibuk menatap dengan mata yang lebar kesekitarku dan orang-orang
yang berada disini. Olena tidak hidup sendiri. Semua saudara perempuan Dimitri "
tiga dari mereka " tinggal di rumah ini juga bersama anak-anak mereka. Kemiripan
dalam keluarga ini juga mengejutkan. Tidak satupun dari mereka yang benar-benar
mirip dengan Dimitri, tapi disetiap wajah mereka aku bisa menemukan Dimitri.
Mata itu. Senyuman itu. Bahkan rasa humornya. Melihat mereka menarik kembali
ingatan tentang Dimitri yang menghilang " dan memperparah keadaan dalam waktu
yang sama. Kapanpun aku melihat mereka di luar dari fungsi perangkat
penglihatanku, kurasa aku melihat Dimitri. Seperti sebuah rumah kaca, dengan
refleksi yang berserakan dimana-mana.
Bahkan rumahnya membuatku merinding. Tidak ada tanda-tanda yang jelas kalau
Dimitri pernah tinggal disini, tapi aku terus berpikir, disinilah tempat ia tumbuh. Dia
berjalan di lantai ini, menyentuh dinding-dinding ini .... Saat aku berjalan dari
kamar ke kamar, ku sentuh juga dinding-dinding itu, mencoba menarik energi
Dimitri dari benda-benda itu. Aku membayangkan ia duduk-duduk di sofa,
beristirahat sepulang sekolah. Aku bertanya-tanya, apakah ia pernah meluncur di
tangga ini ketika masih kecil. Gambaran itu terasa sangat nyata sehingga aku harus
terus mengingatkan diriku sendiri kalau Dimitri sudah lama tidak kembali ke tempat
ini. "Kau memiliki kekuatan pemulihan yang luar biasa," catatan Olena di pagi
berikutnya setelah ia membawaku bersamanya. Dia memberikan tatapan
persetujuan ketika aku menghirup sepiring blini. Blini itu adalah pancake super tipis
yang ditumpuk dan dilapisi mentega dan selai.
duestinae89.blogspot.com Tubuhku selalu meminta banyak makanan untuk memulihkan kembali kekuatanku.
Dan aku membayangkan, selama aku tidak mengunyah dengan mulut terbuka atau
apapun sejenisnya, aku tidak punya alasan untuk merasa bersalah karena makan
banyak. "Kupikir kau sudah mati ketika Abe dan Sydney membawamu kesini."
"Siapa?" tanyaku diantara gigitan makanan yang kukunyah.
Sydney duduk di meja itu beserta seluruh sisa keluarga ini, hampir tidak menyentuh
makanannya seperti biasa. Dia tampak gelisah dikelilingi oleh rumah penuh dengan
dhampir, tapi ketika pertama kali aku turuh pagi ini, aku yakin sekali melihat
kelegaan di matanya. "Abe Mazur," kata Sydney. Kecuali aku salah, beberapa orang di meja ini saling
bertukar lirikan. "Dia adalah seorang Moroi. Aku ... aku tidak tahu seberapa parah kau terluka malam
kemarin, jadi aku memanggilnya. Dia menyetir bersama para pengawalnya. Dialah
yang membawamu kesini."
Para pengawal. Berarti jamak. "Apa dia seorang bangsawan?" Mazur bukanlah nama
bangsawan, tapi hal itu juga tidak bisa menjamin garis keturunan seseorang. Dan
ketika aku mencoba mempercayai jaringan dan koneksi Sydney terhadap orangorang berkuasa, aku tidak bisa membayangkan mengapa seorang bangsawan mau
keluar dari tempat yang aman demi aku. Mungkin dia berhutang budi dengan para
Alkemis. "Tidak," katanya terus terang. Aku mengerutkan dahi. Seorang yang bukan
bangsawan dengan lebih dari satu pengawal" Sangat aneh. Jelas sekali Sydney tidak
akan beribicara lebih lagi " paling tidak sampai sekarang.
Aku menelan semulut penuh blini dan mengembalikan perhatianku kembali ke
Olena. "Terimakasih telah mengajakku kemari."
Kakak tertua Dimitri, Karolina, juga duduk di meja itu, bersama bayi perempuannya
dan anak lelakinya, Paul. Paul berusia sekitar sepuluh tahun dan terlihat terpesona
olehku. Saudara remaja Dimitri, Viktoria, juga disana. Dia tampak sedikit lebih muda dariku.
Saudara perempuan ketiga Belikov bernama Sonya dan sudah pergi bekerja sebelum
aku bangun. Aku harus menunggu jika ingin bertemu dengannya.
"Apakah kau membunuh dua Strigoi sendirian?" Paul bertanya padaku.
"Paul," tegur Karolina. "Itu bukan pertanyaan yang bagus."
"Tapi merupakan salah satu hal yang menarik," kata Viktoria sambil menyeringai.
Rambut cokelatnya diselingi oleh helaian emas, tapi mata gelapnya berkilau dan
sangat mirip dengan Dimitri ketika ia sedang senang, sehingga menarik hatiku.
duestinae89.blogspot.com Sekali lagi, aku merasakan sensasi mengejek kalau Dimitri ada disini tapi tidak
berada disini. "Dia melakukannya," kata Sydney. "Aku melihat mayatnya. Seperti biasanya." Dia
memakai ekspresi lucu yang terlihat menyakitinya dan tertawa. "Paling tidak aku
meninggalkan mereka dimana kau bisa langsung menemukan mereka sekarang."
Humorku mendadak redup. "Apa ada orang ... manusia yang menyadari atau mendengar?"
"Aku sudah memusnahkan tubuhnya sebelum satu orang pun melihat," katanya.
"Jika ada orang mendengar apa pun ... Well, tempat-tempat terpencil seperti itu
selalu diisi dengan cerita takhayul dan hantu. Mereka tidak benar-benar memiliki
data-data faktual tentang vampir, tapi disana selalu ada kepercayaan tentang
kekuatan gaib dan ada sesuatu yang berbahaya di luar sana. Sedikit yang mereka
ketahui." Dia mengatakan "cerita hantu" tanpa ada perubahan ekspresi di wajahnya. Aku
bertanya-tanya apa dia melihat roh-roh semalam tapi akhirnya aku memutuskan
kalau dia tidak mungkin melihatnya. Dia keluar rumah mendatangi ku saat sudah
berada di bagian akhir pertarungan dan jika mengingat adanya indikasi bukti-bukti
di masa lampau, tidak ada satu orang pun yang bisa melihat roh yang kulihat "
kecuali Strigoi, ternyata.
"Kau pastinya telah dilatih dengan baik dulu," kata Karolina, mengubah posisi
sehingga bayinya bersandar di bahunya. "Kau terlihat masih harus berada di
sekolah." "Aku baru saja keluar," kataku, menatap Sydney.
"Kau orang Amerika," kata Olena tanpa berbelit-belit. "Apa yang bisa membawamu
sampai kemari" "Aku ... aku mencari seseorang," kata yang bisa kukeluarkan setelah beberapa saat
keraguanku. Aku takut mereka akan menanyakan setiap detil atau menduga kalau
dia adalah seorang pelacur-darah juga, tapi kemudian, pintu dapur terbuka dan
nenek Dimitri, Yeva, masuk. Sebelumnya dia telah menjulurkan kepalanya dari awal
dan sumpah, ia membuatku takut. Dimitri pernah bilang padaku kalau dia adalah
semacam penyihir dan aku bisa percaya hal itu. Dia terlihat seperti singa Gazil tua
dan sangat kurus, dan ajaibnya angin tidak bisa meniup dirinya hingga terbang. Dia
hampir setinggi lima kaki dan kepalanya ditutupi oleh rambutnya yang berwarna
abu-abu sebagian. Tapi sebenarnya matanyalah yang membuatku takut. Sisanya
terlihat lemah tetapi mata gelap itu sangat tajam dan waspada dan terlihat bosan
melihat ke dalam jiwaku. Bahkan tanpa penjelasan Dimitri, aku pasti akan langsung
menduga kalau dia adalah penyihir. Dia adalah satu-satunya orang di dalam
keluarga ini yang tidak bisa berbahasa Inggris.
Dia duduk di satu kursi kosong dan Olena buru-buru melompat untuk
mengambilkan blini. Yeva mengumamkan sesuatu dalam bahasa Rusia dan
membuat yang lain terlihat tidak nyaman. Bibir Sydney berkedut membentuk
duestinae89.blogspot.com senyuman kecil. Mata Yeva menatapku ketika ia berbicara dan aku melirik kesanakemari untuk meminta terjemahannya.
"Apa?" tanyaku.
"Nenek bilang kau tidak mengatakan seluruh cerita yang sebenarnya tentang
mengapa kau berada disini. Kata nenek, semakin lama kau menunda untuk
mengatakannya, semakin buruk hasilnya," Viktoria menjelaskan. Dia kemudian
memberikan Sydney pandangan meminta maaf. "Dan dia juga ingin tahu kapan si
Alkemis pergi." "Secepatnya," kata Sydney datar.
"Well, mengapa aku disini ... ceritanya panjang." Bisakah aku menceritakan
semuanya sejelas-jelasnya" Yeva mengatakan sesuatu dan Olena menawabnya
dengan erangan. Kepadaku ia berbicara dengan lembut: "Abaikan dia, Rose. Suasana
hatinya sedang tidak bagus. Mengapa kau disini adalah urusanmu " meskipun aku
yakin Abe akan menanyakanmu hal yang sama." Dia mengerenyit sedikit dan aku
diingatkan oleh pandangan orang-orang di meja itu. "Kau harus ingat untuk
berterima kasih kepadanya. Dia terlihat sangat mengkhawatirkanmu."
"Aku juga ingin bertemu dengannya," aku bergumam, masih penasaran dengan
pengawalan dirinya, Moroi bukan bangsawan yang memberikanku tumpangan dan
tampaknya membuat semua orang tidak tenang. Bersemangat untuk menghindari
pembicaraan mengenai mengapa aku ada disini, aku buru-buru mengubah topik
pembicaraan. "Aku juga ingin sekali berkeliling Baia. Aku tidak pernah berada di tempat seperti ini
sebelumnya " dimana ada banyak sekali dhmapir tinggal, maksudku."
Wajah Viktoria berubah cerah. "Aku bisa menemanimu berkeliling " jika kau yakin
sudah merasa baikan. Atau jika kau tidak harus pergi sekarang."
Dia percaya aku hanya singgah disini, sama seperti sebelumnya. Jujur, aku sama
sekali tidak yakin apa yang harus aku lakukan lagi, sekarang sepertinya terlihat kalau
Dimitri tidak ada di daerah ini. Aku melirik Sydney, bertanya.
Dia mengangkat bahunya. "Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Aku tidak akan
pergi kemanapun." Aku menemukan ada sedikit kebingungan disana. Dia
membawaku kesini atas perintah atasannya " tapi sekarang apa" Nah, itu akan
menjadi perhatian kami untuk nanti. Segera setelah aku menghabiskan makananku,
Blood Promise Vampire Academy 4 Karya Richelle Mead di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Viktoria praktis menyeretku ke luar, seolah aku adalah hal menarik yang terjadi di
sekitar sini sementara, Yeva tidak mengalihkan pandangannya ke arahku selama ia
menghabiskan makanannya dan meskipun ia tidak mengatakan hal apa pun,
kecurigaannya bahwa ia tidak percaya satu pun kata-kata yang kuucapkan jelas
tampak dari pandangannya. Aku mengajak Sydney beralan-jalan keluar, tapi dia
menolak, memilih mengunci dirinya di kamar dan membaca tentang candi di Yunani
atau mengontrol dunia dengan teleponnya atau melakukan apa pun yang pernah ia
lakukan. duestinae89.blogspot.com Viktoria bilang kalau pusat kota tidak jauh dari dimana mereka tinggal dan sangat
mudah jika kesana dengan berjalan kaki. Harinya cerah dan sejuk, dengan sinar
matahari yang cukup untuk membuat suasana di luar menjadi nyaman.
"Kami tidak memiliki banyak pengunjung," ia menjelaskan. "Kecuali Moroi pria, tapi
kebanyakan mereka tidak tinggal lama."
Dia tidak menambahkan penjelasan itu, tapi aku menduga-duga maksud di
dalamnya. Apakah para Moroi pria ini pergi kesini untuk beraksi dengan dhampir
wanita" Aku dibesarkan dengan pemikiran mengenai wanita-wanita ini, dhampir
yang memilih untuk tidak menjadi pengawal adalah dhampir hina dan kotor. Satu
yang kutemui di Nightingale jelas merupakan gambaran pelacur darah, tapi Dimitri
meyakinkanku kalau tidak semua dhampir wanita seperti itu. Setelah bertemu
keluarga Belikov, aku mempercayainya.
Setelah kami hampir sampai di pusat kota, segera aku menemukan mitos yang lain
hancur juga. Orang-orang selalu membicarakan tentang pelacur darah yang tinggal
di sebuah perkemahan atau kelompok yang hidup bersama, tapi hal itu tidak ada
disini. Baia bukanlah kota yang besar, tidak seperti St. Petersburg atau bahkan
Omsk, tapi ini adalah kota sungguhan dengan banyak populasi manusia di
dalamnya. Hampir tidak ada perkemahan pedesaan atau pemukiman peternakan.
Semua pengaturan kota normal dan menakjubkan, dan ketika kami sampai di pusat
kota, toko kecil dan restoran berbaris di sisinya, sangat terlihat seperti tempat lain di
dunia ini dimana manusia tinggal. Modern dan biasa, hanya dengan sedikit sentuhan
desa. "Dimana semua dhampir?" aku bertanya-tanya dengan suara keras. Sydney pernah
berkata kalau ada kehidupan rahasia vampir, tapi aku tidak menemukan tandatanda apapun mengenai keberadaan mereka.
Viktoria tersenyum. "Oh mereka disni. Kami punya banyak bisnis dan tempat lain
yang tidak diketahui manusia." Saat aku memahami kalau para dhampir tidak
terdeteksi di kota besar, rasanya luar biasa untuk menyamakan pemikiran seperti itu
disini. "Dan banyak dari kami yang tinggal dan bekerja dengan manusia." Dia
menunjuk sebuah tempat seperti toka obat dengan dagunya. "Itu tempat Sonya
bekerja sekarang." "Sekarang?" "Sekarang dia sedang hamil." Viktoria memutar matanya. "Aku akan membawamu
menemuinya, tapi dia jadi pemarah belakangan ini. Kuharap bayinya segera
dilahirkan." Dia menghentikan penjelasannya sampai disitu dan aku lagi-lagi
bertanya-tanya tentang dinamika hubungan dhampir dan Moroi disini. Viktoria
sangat mudah untuk disukai dan hanya dalam waktu satu jam kami saling cocok
seolah kami sudah kenal lama. Mungkin hubunganku dengan Dimitri mengikatku
pada keluarganya juga. Pikiranku terpotong ketika seseorang memanggil nama Viktoria. Kami berbalik dan
melihat seorang dampir pria yang imut menyebrang jalan. Rambutnya berwarna
perunggu dan matanya gelap, umurnya kira-kira ada diantara usiaku dan Viktoria.
duestinae89.blogspot.com Dia membicarakan sesuatu dengan santai kepadanya. Dia tersenyum pada pria itu
dan kemudian menunjuk padaku, memperkenalkanku dalam bahasa Rusia.
"Ini Nikolai," kata Viktoria dalam bahasa Inggris.
"Senang berkenalan denganmu," katanya, juga mengubah bahasanya. Dia sepertinya
memberikan penilaian capat terhadapku seperti yang biasa dilakukan laki-laki, tapi
ketika ia memalingkan wajahnya ke Viktoria, sangat jelas siapa yang sebenarnya ia
sukai. "Kau harusnya membawa Rose ke pesta Marina. Acaranya Minggu malam." Dia
ragu-ragu, berubah sedikit malu-malu. "Kau akan pergi, kan?"
Viktoria terlihat memikirkan dan aku sadar kalau dia jelas mengerti tentang
perasaan Nikolai. "Aku akan datang, tapi ..." dia berpaling ke arahku. "Apa kamu masih tinggal disini?"
"Aku tidak tahu," jawabku jujur. "Tapi aku akan datang jika aku masih disini. Pesta
apa?" "Marina itu teman sekolah," jelas Viktoria. "Kami hanya perlu kumpul-kumpul dan
berpesta sebelum kami kembali."
"Ke sekolah?" tanyaku bodoh. Entah mengapa, bagiku tidak pernah terbayangkan
dhampir di luar sini bersekolah.
"Kami sedang liburan sekarang," kata Nikolai. "Untuk hari Paskah."
"Oh," sudah akhir April, tapi aku tidak tahu kapan tepatnya hari paskah jatuh pada
tahun ini. Aku sudah tidak mengikuti hari apa hari ini. Hari Paskah belum terjadi,
jadi sekolah mereka pastilah mengambil liburan di minggu sebelum hari Paskah. St.
Vladimir mengambil liburan Paskah sesudahnya.
"Dimana sekolahmu?"
"Sekitar tiga jam dari sini. Bahkan lebih terpencil dari tempat ini." Viktoria
mengubah mimik wajahnya. "Baia tidak seburuk itu," goda Nikolai.
"Mudah bagimu berkata begitu. Kau toh pada akhirnya akan pergi dan melihat
tempat-tempat baru dan menyenangkan."
"Apa kau tidak bisa melakukannya?" tanyaku pada Viktoria.
Dia merengut, tiba-tiba merasa tidak nyaman. "Sebenarnya, aku bisa ... tapi bukan
seperti itu cara yang kami lakukan disini " paling tidak, tidak di keluargaku. Nenek
memiliki ... beberapa pendapat yang kuat tentang pria dan wanita. Nikolai akan
menjadi seorang pengawal, tapi aku akan tetap tinggal disini bersama keluargaku."
Nikolai mendadak memiliki penilaian baru. "Apa kau seorang pengawal?"
"Ah, bagaimana ya..." sekarang aku lah yang merasa tidak nyaman.
duestinae89.blogspot.com Viktoria berbicara sebelum aku menemukan kata-kata yang ingin kuucapkan. "Dia
telah membunuh dua Strigoi di luar kota. Sendirian."
Nikolai terlihat kagum. "Kau seorang pengawal."
"Sebenarnya, tidak ... aku sudah pernah membunuh sebelumnya, tapi sesungguhnya
pekerjaanku belum disumpah sebagai pengawal." Aku berpaling dan mengangkat
rambutku untuk menunjukkan leherku. Selain tanda molinjaku, aku juga memiliki
tato berbentuk bintang kecil yang artinya aku pernah berperang. Mereka berdua
tersentak dan Nikolai mengatakan sesuatu dalam bahasa Rusia.
Aku menutupinya dengan rambut lagi dan melihat mereka kembali. "Apa?"
"Kau ..." Viktoria menggigit bibirnya, matanya merenung ketika mencari-cari katakata yang ingin ia ucapkan. "yang tidak diperjanjikan" Aku tidak tahu bahasa
Inggrisnya bagaimana."
"Yang tidak diperjanjikan?" ulangku. "Kurasa ... tapi secara teknis bukankan semua
wanita seperti itu ada disini?"
"Meskipun jika kami bukanlah pengawal, kami masih bisa diberi tanda yang
menunjukkan kelengkapan pelatihan kami. Meskipun bukan tanda yang dijanjikan.
Kau yang sudah membunuh banyak Strigoi dan tidak memiliki kesetian kepada
sekolah atau pengawal ..." Viktoria mengangkat bahu. "Kami menyebutnya yang
tidak diperjanjikan " itu adalah hal yang aneh."
"Hal itu juga dianggap aneh di tempat aku berasal," aku mengakui. Sungguh tidak
pernah terdengar sebelumnya. Sangat banyak sehingga kami tidak memiliki istilah
untuk menyebutkan hal tersebut. Hanya saja dianggap sebagai belum selesai.
"Aku harus membiarkan kalian pergi," kata Nikolai, mata mabuk cintanya kembali
ke Viktoria. "Tapi aku sudah pasti akan melihat kalian di pesta Marina kan"
Mungkin lebih cepat?"
"Ya," Viktoria setuju. Mereka mengucapkan salam dalam bahasa Rusia dan
kemudian Nikolai melompat melewati jalan dengan mudah, berkah tubuh atletis
pengawal dengan latihan. Sedikit mengingatkanku pada Dimitri.
"Aku pasti sudah menakutinya," kataku.
"Tidak, dia berpikir kalau kau menakjubkan."
"Tidak semenakjubkan dirimu menurut dia."
Alis Viktoria naik. "Apa?"
"Dia menyukaimu ... maksudku, mencintaimu. Apa kau tidak menyadarinya?"
"Oh. Kami hanya teman." Aku sadar dari sikapnya, Viktoria bersungguh-sungguh
dengan kata-katanya. Dia benar-benar tidak peduli dengan cowok itu, yang berarti
tidak bagus. Nikolai cowok yang tampan dan ramah. Kubiarkan rasa kasihanku pada
duestinae89.blogspot.com Nikolai pergi, aku kembali ke topik pengawal lagi. Aku penasaran tentang perbedaan
sikap disini. "Kau bilang kau tidak bisa ... tapi apa kau ingin menjadi pengawal?"
Dia ragu-ragu. "Aku belum pernah benar-benar memikirkannya. Aku mendapatkan
latihan yang sama di sekolah dan aku senang bisa mempertahankan diri. Tapi aku
lebih memilih menggunakannya untuk melindungi keluargaku daripada Moroi.
Kurasa terdengar seperti ..." Dia berhenti sejenak untuk memikirkan kata-kata yang
tepat lagi. " ... diskriminasi" Tapi, laki-laki yang akan menjadi pengawal dan wanita
tinggal di rumah. Hanya kakakku yang pergi."
Aku hampir tersandung. "Kakakmu?" tanyaku, menjaga suaraku sestabil mungkin.
"Dimitri," katanya. "Dia lebih tua dariku dan sudah menjadi pengawal selama ini.
Dia di Amerika sebenarnya. Kami belum pernah bertemu dia lagi untuk waktu yang
lama." "Huh." Aku merasa jahat dan bersalah. Bersalah karena aku merahasiakan
kebenaran dari Viktoria dan yang lainnya. Jahat karena ternyata tidak ada satupun
dari kampung halamanku yang mau mengabarkan berita itu ke keluarganya. Viktoria
tersenyum mengingat kenangannya sehingga tidak menyadari perubahan suasana
hatiku. "Paul sebenarnya terlihat sangat mirip dengan Dimitri seusianya. Aku akan
menunjukkan gambarnya " dan yang terbaru juga. Dimitri sangat tampan. Sebagai
kakakku maksudku." Aku sangat yakin melihat foto Dimitri sewaktu kecil akan merobek-robek hatiku.
Seperti sebelumnya, semakin banyak Viktoria berbicara mengenai dirinya, semakin
sakit yang kurasakan. Dia sama sekali tidak tahu apa yang sudah terjadi dan
meskipun sudah beberapa tahun sejak ia bertemu dengannya, sangat jelas dia dan
seluruh keluarganya sangat merindukan Dimitri. Sekarang hal itu tidak lagi
mengejutkan. (Dan sungguh, siapa yang tidak bisa mencintai Dimitri") Hanya satu
hari bersama mereka sudah menunjukkan padaku betapa dekat hubungan mereka
semua. Aku tahu dari cerita Dimitri kalau dia juga merindukan keluarganya.
"Rose" Apa kau baik-baik saja?" Viktoria mengintip ke arahku, khawatir, mungkin
karena aku tidak mengatakan apa pun lagi di sepuluh menit terakhir.
Kami sudah berkeliling dan hampir sampai dirumah. Melihat ke arahnya,
keterbukaannya, wajah yang ramah dan mata yang teramat mirip dengan mata
Dimitri, aku sadar kalau aku punya tugas sebelum kembali pergi mencari Dimitri,
dimanapun ia berada. Aku menelan ludah.
"Aku ... ya. Kurasa ... kurasa aku perlu berbicara denganmu dan seluruh
keluargamu." "Ok," katanya, kekhawatiran masih ada di suaranya.
Di dalam rumah, Olena sedang sibuk di dapur dengan Karolina. Kupikir mereka
sedang membuat rencana untuk makanan nanti malam, mengejutkan mengingat
kami baru saja sarapan besar. Aku jelas bisa beradaptasi dengan cara mereka makan
duestinae89.blogspot.com disini. Di ruang tamu, Paul sedang membuat tempat pacuan kuda dengan lego. Yeva
duduk di kursi batu dan muncul sebagai nenek paling klise di dunia saat sedang
merajut kaus kaki. Kecuali tidak terlihat seperti seorang nenek yang bisa
mengutukmu dengan sekali lirikan.
Olena sedang berbicara dngan Karolina dalam bahasa Rusia tapi kemudia n ia
mengubahnya dalam bahasa Inggris ketika ia melihatku.
"Kalian berdua kembali lebih cepat daripada dugaanku."
"Kami melihat-lihat kota," jawab Viktoria. "Dan ... Rose ingin berbicara padamu.
Pada kita semua." Olena menatapku bingung dan khawatir sama seperti Viktoria tadi. "Ada apa?"
Semua mata keluarga Belikov yang memandangku membuat jantungku berdebardebar di dadaku. Bagaimana aku melakukannya" Bagaimana aku bisa menjelaskan
sesuatu yang tidak pernah kukatakan selama berminggu-minggu" Aku tidak bisa
terima kalau aku harus memasukkan mereka " atau diriku sendiri " untuk melalui
semua ini. Ketika Yeva bergegas masuk, membuat semua hal menjadi tambah buruk.
Mungkin dia mendapat tanda-tanda mistik kalau sesuatu yang besar akan
diungkapkan. "Kita harus duduk," kataku.
Paul tinggal di ruang tamu, untuk hal itu aku merasa bersyukur. Aku sangat yakin
aku tidak tahu bagaimana menyampaikan hal ini dengan anak kecil " yang terlihat
mirip seperti Dimitri - yang menatapku.
"Rose, ada apa?" tanya Olena. Dia terlihat manis dan, yah ... keibuan, yang
membuatku hampir menangis. Kapanpun aku marah dengan ibuku sendiri karena
tidak pernah berada di sisiku atau melakukan tugas seorang ibu dengan baik, aku
selalu membandingkannya dengan beberapa gambaran ideal seorang ibu " seorang
ibu yang seperti ibunya Dimitri, aku sadari hal itu.
Saudara-saudara perempuan Dimitri juga sama khawatirnya, seolah aku adalah
seseorang yang telah lama mereka kenal. Penerimaan dan perhatian meraka
membuat mataku lebih terbakar, padahal mereka baru bertemu diriku pagi ini. Yeva
memasang ekspresi asing di wajahnya, namun " hampir terlihat seperti sedang
mengharapkan sesuatu yang ia tunggu-tunggu selama ini.
"Sebenarnya ... alasan mengapa aku datang kesini, ke Baia, adalah untuk mencari
kalian." Hal itu tidak sepenuhnya benar. Aku datang untuk mencari Dimitri. aku
tidak pernah terpikir untuk mencari keluarganya, tapi sekarang, aku sadar itu lah
yang terbaik yang bisa aku sampaikan.
"Kalian tahu, Viktoria sudah membicarakan tentang Dimitri sebelumnya." Wajah
Olena cerah ketika aku menyebut nama putranya. "Dan ... aku sudah " er, kenal dia.
Dia pernah menjadi pengawal di sekolahku. Guruku, sebenarnya."
duestinae89.blogspot.com Karolina dan Viktoria menyela . "Bagaimana keadaannya?" tanya Karolina. "Sudah
lama sekali sejak kami bersamanya. Apa kau tahu kapan ia akan datang berkunjung
kesini?" Aku bahkan tidak bisa berpikir tentang bagaimana menjawab pertanyaan itu, jadi
aku tetap memaksa diriku untuk meneruskan ceritaku sebelum aku kehilangan
keberanian di depan seluruh wajah yang penuh cinta kasih ini. Saat kata-kata keluar
dari mulutku, seolah kata-kata itu berasal dari orang lain dan aku hanya menonton
dari jauh. "Sebulan yang lalu ... sekolah kami diserang oleh Strigoi. Penyerangan yang sangat
mengerikan ... Segerombolan besar Strigoi. Kami kehilangan banyak orang " Moroi
dan dhampir, keduanya."
Olena menjerit dalam bahasa Rusia. Viktoria bersandar padaku.
"St. Vladimir?"
Aku terhenti bercerita, terkejut. "Kau pernah mendengarnya?"
"Semua orang mendengar kabarnya," kata Karolina. "Kami semua tahu apa yang
terjadi. Itu sekolahmu" Kau ada disana malam itu?"
Aku mengangguk. "Pantas saja kau punya banyak tanda molinja," Viktoria menghela nafas sambil
berandai-andai. "Dan disanalah Dimitri sekarang?" tanya Olena. "Kami kehilangan kabar kemana
tugas ia selanjutnya."
"Um, ya ..." Lidahku serasa tebal di tenggorokanku. Aku tidak bisa bernafas. "Aku
ada di sekolah saat penyerang malam itu terjadi," aku membenarkan. "Dan disanalah
Dimitri. Dia adalah satu dari pemimpin pasukan pada pertarungan ... dan cara ia
bertarung ... dia ... dia sangat berani ... dan ..."
Kata-kataku terputus hingga disitu, tapi pada intinya, yang lain menangkap maksud
apa kelanjutannya. Olena terkesiap dan berbisik lagi dengan bahasa Rusia. Aku mendengar kata
"Tuhan". Karolina duduk membeku, tapi Viktoria bersandar padaku. Mata mereka
yang sangat mirip dengan mata Saudara lelaki mereka menatapku dengan sungguhsungguh, sama seperti ketika mata Dimitri mendorongku untuk berkata jujur,
sesakit apapun kejujuran itu.
"Apa yang terjadi?" Tanyanya menuntut. "Apa yang terjadi pada Dimitri?"
Aku membuang muka dari wajahnya, mataku melayang ke ruang keluarga. Di
dinding yang jauh, aku menangkap kilau sebuah rak buku yang diisi dengan buku tua
bersampul kulit. Ada tulisan bercetak emas timbul di punggung bukunya. Sangat
acak, tapi aku mendadak ingat kalau Dimitri pernah menyebutkan tentang hal itu.
Itu adalah buku-buku novel petualangan tua yang di koleksi ibuku, begitu ia pernah
bilang dulu. Sampulnya sangat indah dan aku menyukainya. Jika aku bisa berhatihati, Olena akan meminjamkan mereka padaku suatu hari. Pemikiran tentang
Dimitri yang duduk di depan rak buku itu, berhati-hati memindahkan halamanduestinae89.blogspot.com halamannya " dan oh, dia sangat berhati-hati " hampir saja membuatku lupa.
Pernahkah terjadi dimana ia mengembangkan rasa cintanya kepada novel koboinya.
Aku melupakannya. Pikiranku terganggu sejenak. Awalnya aku tidak mungkin
mampu mengatakan hal yang sebenarnya pada mereka. Emosiku tumbuh sangat
kuat. Ingatanku membanjiri tubuhku ketika aku berjuang melawan untuk
memikirkan sesuatu " apapun " yang tidak terkait dengan pertarungan mengerikan
Blood Promise Vampire Academy 4 Karya Richelle Mead di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu. Kemudian aku melirik ke arah Yeva lagi, dan sesuatu tentang kengerian dirinya,
ekspresi tahu yang tidak dapat dijelaskan mendorongku berani. Aku harus
melakukannya. Aku berpaling kepada yang lain.
"Dia bertarung dengan sangat berani pada pertempuran itu, dan setelah itu, dia
menolong memimpin misi penyelamatan untuk menyelamatkan orang-orang yang di
tangkap Strigoi. Dia juga sangat mengagumkkan disana, hanya ... dia ..."
Aku berhenti lagi dan sadar air mata sudah jatuh menyusuri pipiku. Dalam
pikiranku, aku sedang mengulang kembali adegan mengerikan di gua itu, dengan
Dimitri yang sangat dekat dengan kebebasan dan kemudian ditangkap Strigoi di
menit-menit terakhir. Menjauhkan pikiran itu pergi, aku menarik nafas lagi. Aku
harus menyelesaikannya. Aku berhutang kepada keluarganya.
Tidak ada cara sopan untuk mengatakannya. "Satu dari Strigoi ada disana ... dia
menyergap Dimitri." Karolina membenamkan wajahnya di bahu ibunya, dan Olena tidak berusaha
menutupi air matanya. Viktoria tidak menangis, tapi wajahnya hilang dalam
kediaman yang sempurna. Dia bekerja keras menjaga emosinya di pipinya, sama
seperti yang dilakukan Dimitri. Dia mencari wajahku, ingin tahu lebih jelas.
"Dimitri telah meninggal," katanya.
Itu adalah pernyataan, bukan pertanyaan, tapi dia menatapku untuk meminta
kebenaran dari kata-katanya. Aku bertanya-tanya apakah aku memberikan sesuatu,
seperti sebuah isyarat kalau masih ada cerita setelah itu. Atau mungkin dia hanya
ingin memastikan kata-katanya. Itulah yang akan dikatakan oleh pihak Akademi
pada mereka, apa yang akan dikatakan para pengawal pada mereka " meski hal itu
bukanlah kebohongan yang enak untuk dilakukan. Dimitri pastilah ingin seluruh
kebenaran dan keluarganya juga begitu.
"Tidak," kataku, dan detak jantungku, berharap lepas di wajah setiap orang " paling
tidak sampai aku bisa berbicara lagi. "Dimitri menjadi Strigoi."
duestinae89.blogspot.com Delapan REAKSI DIANTARA ANGGOTA KELUARGA DIMITRI campur aduk.
Sebagian menangis. Sebagian mematung. Dan sebagian lagi " khususnya Yeva dan
Viktoria " dengan tenang menerimanya dan tetap menjaga agar emosi mereka tidak
nampak di wajah mereka, sama seperti yang selalu Dimitri lakukan. Itu membuatku
sedih sebanyak air mata yang kukeluarkan; karena sangat mengingatkanku pada
Dimitri. Diantara mereka semua, Sonya yang hamil " yang datang di menit-menit
pertama setelah berita itu pecah "memiliki reaksi fisik yang paling terlihat. Dia
berlari tersedu-sedu ke kamarnya dan tidak keluar lagi.
Namun tidak perlu waktu lama bagi Yeva dan Olena untuk memunculkan aksi
mereka. Mereka berbicara dalam bahasa Rusia dengan cepat, jelas sedang
merencanakan sesuatu. Beberapa kali menelepon dan Viktoria bertugas untuk
mencari apa yang disuruh. Tidak satupun yang terlihat membutuhkan aku, jadi aku
lebih banyak berkeliling rumah dan mencoba untuk tidak ikut campur kegiatan
mereka. Aku menemukan diriku sendiri tengah mempelajari rak buku yang kulihat
sebelumnya, menjalankan tanganku sepanjang punggung buku kulit itu, Judulnya
dalam tulisan Cyrillic, tapi itu tidak masalah. Menyentuh buku-buku itu dan
membayangkan Dimitri pernah memeluknya dan membacanya membuatku merasa
semakin dekat dengannya. "Sedang mencari bacaan ringan?" Sydney berjalan mendekat dan berdiri di
dampingku. Dia tidak berada disini sebelumnya tapi pasti sudah mendengar
beritanya. "Sangat ringan, mengingat aku tidak mengerti satupun dari buku-buku ini,"
jawabku. Aku menunjuk dengan isyarat ke arah anggota keluarga yang sibuk. "Apa
yang terjadi disini?"
"Mereka sedang merencanakan pemakaman Dimitri," Sydney menjelaskan. "Atau
sebenarnya acara mengenang dirinya."
Aku tidak setuju, "Tapi ia tidak mati ?"
"Shh." Sydney memotong kaa-kataku dan isyarat tajam dan melirik khawatir ke arah
yang lain yang sedang buru-buru bekerja. "Jangan katakan itu."
"Tapi itu benar," aku mendesis balik.
Dia menganggukan kepalanya. "Tidak bagi mereka. Di luar sini ... di desa ini ... tidak
ada kata dalam keadaan di tengah-tengahnya. Kau hidup atau kau mati. Mereka
tidak akan mengakuinya sebagai salah satu dari ... makhluk itu." Dia tidak bisa
menyembunyikan rasa jijik yang keluar dari suaranya. "Untuk semua maksud dan
tujuan, dia telah meninggal bagi mereka. Mereka akan berkabung dan
merelakannya. Begitu juga harusnya dirimu." Aku tidak menyerangnya karena sikap
kasarnya karena aku tahu dia tidak bermaksud begitu. Begitulah cara ia
menyempaikannya. duestinae89.blogspot.com Masalahnya adalah, dalam keadaan di tengah-tengah itu sangat jelas bagiku, dan
tidak mungkin bagiku untuk melupakannya. Belum.
"Rose ..." Sydney memulai setelah beberapa detik keheningan. Dia tidak menatap
mataku. "Maaf."
"Maksudmu, untuk Dimitri?"
"Ya ... aku tidak tahu. Aku tidak pernah benar-benar bersikap baik padamu.
Maksudku, aku tidak bersikap kalau aku merasa nyaman berada disekitar jenismu,
tapi kalian semua masih ... sebenarnya, bukan manusia, jelas sekali. Tapi ... aku tidak
tahu. Kalian masih punya perasaan; kalian masih mencintai dan terluka. Dan ketika
kita datang kesini, kau membawa berita mengerikan itu di dalam dirimu, dan aku
bahkan tidak membuatnya lebih mudah untukmu. Jadi aku minta maaf untuk semua
itu. dan aku minta maaf karena memikirkan hal buruk tentangmu."
Awalnya, kupikir dia sedang membicarakan tentang pemikiran kalau aku adalah
iblis, tapi kemudian aku mengerti. Selama ini ia telah berpikir kalau aku benar-benar
datang kesini untuk menjadi pelacur-darah dan sekarang percaya kalau
menyampaikan berita kepada keluarga Dimitri adalah satu-satunya tujuanku. Aku
tidak mencoba untuk membenarkannya.
"Terimakasih, kau tidak bisa mengetahuinya. dan sejujurnya, jika aku berada di
posisimu ... entahlah. Aku rasa aku akan melakukan hal yang sama."
"Tidak," katanya. "Kau tidak akan melakukanya. Kau selalu baik kepada orang lain."
Aku memberinya tatapan tidak masuk akal. "Pernahkah kau bepergian dengan orang
lain di beberapa hari terakhir ini" Di kampung halamanku, aku punya reputasi yakni
tidak selalu bisa bersikap baik. Aku punya pendirian dan aku tahu itu."
Dia tersenyum. "Ya, kau punya. Tapi kau juga mengatakan hal yang sebenarnya
kepada orang-orang ketika kau harus melakukannya. Mengatakan kepada keluarga
Belikov apa yang telah kau lakukan ... entahlah, itu tentu sangat berat. Dan apa pun
yang kau katakan, kau bisa bersikap sopan dan menjauh agar membuat semua orang
merasa nyaman. Hampir sepanjang hari."
Aku sedikit kaget. Begitukah aku terlihat" Perempuan jalang yang terburu-buru dan
mencoba untuk berpikir tentang perilakuku dengannya beberapa hari yang lalu. Aku
sudah sering saling bertahan dan menyerang dengannya, tapi diantara sikapku sejak
kami bertemu, aku harusnya bersikap ramah.
"Terimakasih," kataku, tidak tahu lagi apa yang harus kukatakan.
"Apa kau sudah melihat Abe" Ketika kau berkelilng kota?"
"Tidak," kataku, menyadari kalau aku sudah terlupa dengan kabar penyelamat
misteriusku itu. "Haruskah aku melakukannya?"
"Kupikir dia akan menemukanmu."
"Siapa dia" Mengapa ia menyelamatkan kita ketika kau mengatakan padanya kalau
aku sedang terluka?"
Sydney ragu-ragu dan kupikir aku akan memberikan usaha diam ntuk Alkemis
beberapa saan. Kemudian, setelah melirik sekeliling dengan khawatir, dia berkata
duestinae89.blogspot.com dalam suara rendah, "Abe bukan bangsawan, tapi dia beanr-benar pria penting. Dia
juga bukan orang Rusia, tapi dia sering di negara ini, selalu dalam kodisi bisnis "
baik legal maupun ilegal, kurasa. Teman-temannya adalah kalangan penting kaum
Moroi dan terkadang dia terlihat mengontrol para Alkemis juga. Aku tahu dia
terlibat dalam proses pembuatan tato kami ... tapi bisnisnya lebih dalam dari pada
itu. Kami punya nama panggilan di belakang punggungnya ... Zmey."
"Zma apa?" aku jarang mendengar kata itu. Terdengar seperti "zz" mungkin. Jelas
sekali belum pernah kudengar sebelumnya.
Dia memberiku senyum kecil di sela-sela kebingunganku. "Zmey dalam bahasa Rusia
berarti "ular". Tapi bukan sembarang ular." Matanya manatap tajam saat ia
mempertimbangkan penjelasan yang lebih baik. "Seringkali nama itu digunakan
dalam banyak cerita mitos. Terkadang pahlawan ular raksasa yang berperang. Juga
ada beberapa cerita tentang para penyihir dengan darah ular yang mereka panggil.
Ular dari kebun surga" Yang membuat Hawa jatuh" Juga disebut Zmey."
Aku merinding. Ok, cerita itu sedikit gila, tapi terlihat pas dengan tempat ini. Para
alkemis sepertinya memiliki ikatan dengan para pemimpin dan pemilik kekuasaan,
dan Abe rupanya memegang pengaruh besar pada mereka.
"Apakah Abe yang memintamu untuk mengikutiku ke Baia" Alasan para Alkemis
yang membuatmu sampai kesini?"
Lagi, dia terdiam, kemudian mengangguk. "Ya ... ketika aku menelepon di malam
kita ketika berada di St. Petersburg, aku bilang kalau ada yang sedang melakukan
pencarian. Abe memberi perintah melalui para Alkemis agar aku mendampingimu
hingga dia bisa bertemu dengan kita disini. Dia sepertinya sedang mencarimu untuk
kepentingan seseorang."
Aku membeku. Ketakutanku berubah menjadi nyata. Orang-orang mencariku. Tapi
siapa" Jika Lissa yang menyuruh pencarian itu, aku pastilah bisa merasakannya
ketika aku mengunjungi pikirannya. Aku juga merasa kalau ini bukan tindakan
Adrian, tidak dari cara dia memperlihatkan rasa putus asanya dan ketidaktahuannya
tentang dimana aku berada. Ditambah lagi, dia terlihat menerima alasanku dalam
pencarian ini. Jadi siapa yang sedang mencariku" Dan untuk alasan apa" Orang yang bernama Abe
ini terdengar seperti orang yang memiliki kedudukan tinggi " sekalipun ia adalah
seseorang yang terlibat dalam bisnis yang curang " seseorang yang mungkin
memiliki hubungan dekat dengan sang ratu atau orang lain yang sama hampir sama
pentingnya. Diakah yang memerintahkan untuk menemukanku dan membawaku
kembali" Atau " mempertimbangkan seberapa besarnya kebencian sang ratu padaku
" apakah dia diperintahkan untuk memastikan kalau aku tidak kembali" Apakah aku
ssedang berurusan dengan seorang pembunuh bayaran" Jelas sekali Sydney terlihat
menghargainya dengan campuran aneh antara ketakutan dan rasa hormat.
"Mungkin aku tidak ingin bertemu dengannya," kataku.
duestinae89.blogspot.com "Menurutku dia tidak akan menyakitimu. Maksudku, jika dia ingi melakukannya, dia
pasti sudah melakukannya. Tapi berhati-hatilah. Dia selalu memainkan beberapa
permainan dalam sekali waktu. Dan dia punya cukup perjanjian rahasia untuk
menandingi para Alkemis."
"Jadi kau tidak mempercayainya?" Dia memberiku seringai menyedihkan saat ia
berbalik menjauh. "Kau lupa: aku tidak mempercayai satu pun dari kalian."
Ketika Sydney menghilang, aku memutuskan untuk pergi keluar, jauh dari
penderitaan dan kegiatan di dalam rumah. Aku duduk di tangga paling atas di
serambi belakang, melihat Paul bermain. Dia sedang membangun sebuah benteng
untuk beberapa mainan tokoh aksinya. Ketika rasa sensitif terhadap kesedihan di
dalam keluarganya merebak, sangat sulit baginya untuk bisa memahami "kematian"
dari satu-satunya paman yang baru ia temui beberapa kali. Berita itu tidak berarti
banyak baginya, tidak seperti kami.
Dengan waktu yang cukup banyak dalam genggamanku di sepanjang sisa hari ini,
aku memutuskan untuk melakukan pemeriksaan cepat ke dalam kepala Lissa. Selain
diriku sendiri, aku penasaran tentang bagaimana keadaannya dengan Avery Lazar.
Ketika keinginan lisa sedang baik, dia masih memiliki rasa kuatir karena membawa
Avery bersamanya untuk makan siang. Namun sebelum semua kekhawatiran itu
berlanjut, dia secara terkejut merasa senang melihat Avery yang bisa berbaur dengan
sempurna, memesona Adrian dan Christian. Tak dapat disangkal, Adrian selalu
tertarik dengan wanita cantik manapun. Christian lebih sulit untuk luluh, tapi dia
bahkan terlihat mulai menyukai Avery " mungkin karena Avery terus saja menggoda
Adrian. Siapapun yang bisa membuat lelucon atas Adrian memiliki peringkat tinggi
dalam daftar Christian. "Jadi, jelaskan," kata Avery, memainkan makanan di garpunya. "Kau hanya, apa,
berkeliling di akademi ini seharian" Apa kau mencoba untuk mengulang pengalaman
masa SMA mu?" "Tidak mengulang," jawab Adrian angkuh. "Aku jelas dulu sudah menguasai
sekolahku. Kata-kataku adalah titah dan diriku begitu dikagumi " semua itu
bukanlah hal yang mengejutkan." Disampingnya, Christian tersedak makanannya.
"Jadi ... kau sedang mencoba untuk menghidupkan kembali masa-masa berjayamu
itu. Semua itu sudah hilang berlalu sejak hal itu terjadi, kan?"
"Tidak seperti itu," kata Adrian. "Aku seperti anggur yang bagus. Semakin enak
seiring bertambahnya usia. Yang terbaik yang akan datang."
"Sepertinya hal itu akan semakin tua setelah beberapa lama," kata Avery, sepertinya
tidak terpengaruh dengan pemaksaan pengibaratan anggur. "Aku jelas sekali bosan,
dan bahkan menghabiskan sebagian waktuku membantu ayahku."
"Adrian tidur hampir sepanjang waktu," catat Lissa, mencoba untuk tetap
menunjukkan wajah datarnya.
duestinae89.blogspot.com "Jadi dia sebenarnya tidak perlu khawatir untuk menemukan sesuatu."
"Hey, aku menghabiskan banyak dari porsi waktuku yang berarti untuk
membantumu berlatih misteri dari kekuatan roh." Adrian mengingatkannya.
Avery memajukan tubuhnya, penasaran memenuhi wajah cantiknya. "Jadi itu benarbenar nyata" Aku pernah mendengar beberapa cerita tentang roh ... tentang
bagaimana kalian bisa menyembuhkan orang?"
Kata-kata itu mempengaruhi Lisa untuk merespon. Dia tidak yakin kalau dia pernah
menggunakan sihirnya untuk menjadi bahan pembicaraan terbuka sekarang.
"Diantara hal-hal lain. Kami masih mencobanya."
Adrian lebih bernafsu untuk membahasnya dibandingkan Lissa " mungkin dengan
harapan untuk menarik perhatian Avery " dan memberikan ringkasan cepat dari
kemampuan siir, seperti aura dan kompulsi. "Dan," dia menambakan, "Aku bisa
mengunjungi orang-orang dalam mimpi mereka."
Christian mengangkat tangan. "Berhenti. Aku bisa merasakan akan ada komentar
tentang bagaimana wanita-wanita sudah bermimpi tentang dirimu. Aku baru maka,
kau tau!" "Aku tidak berencana untuk mengatakan al itu," kata Adrian. Tapi dia terlihat seola
dia berharap kalau dialah yang pertama kali memikirkan ide candaan itu. Aku tidak
bisa menahan rasa geliku. Adrian selalu terlihat kurang ajar dan bermulut usil di
depan umum ... dan kemudian, dalam mimpiku, dia menunjukkan sisi serius dan
suka khawatir. Dia lebih rumit dari pada yang dipikirkan orang lain.
Avery menatap lantai. "Teman. Dulunya kupikir menggunakan sihir udara itu keren.
Kurasa sekarang tidak lagi." Tiba-tiba angsin sepoi-sepoi meniup rambut
belakangnya, membuatnya terlihat seperti ketika dia sedang berpose untuk
pemotretan pakaian renang. Dia memberikan senyuman mempesona. Yang kurang
anyalah fotografernya saja.
Suara bel membuat mereka semua berdiri. Cristian menyadari kalau ia tela
meninggalkan PR nya di kelas lain dan bergegas pergi untuk mengambilnya "
setelah memberikan ciuman perpisahan kepada Lissa tentu saja.
Kepergian Adrian juga hampir sama cepatnya. "Para guru akan mulai memberikan
pandangan kotor padaku jika aku berada disekitar sini ketika kelas dimulai." Dia
memberikan Lissa dan Avery salam membungkuk kecil.
"Sampai jumpa di lain waktu, gadis-gadis."
Avery, yanng tidak peduli tentang bagaimana pikiran para guru, berjalan dengan
Lissa ke kelasnya selanjutnya. Wajah gadis yang lebih tua terlihat berpikir. "Jadi ...
kau benar-benar bersama Christian?" Jika Avery melihat separuh hal yang sudah
kulihar antara Christian dan Lissa lakukan melalui ikatan kami, pasti tidak akan ada
pertanyaan. Lissa tertawa. "Ya, kenapa?"
duestinae89.blogspot.com Avery ragu-ragu, kesal dengan rasa penasaran Lissa. "Sebenarnya ... aku mendengar
kalau kau ada hubungan dengan Adrian."
Lissa hampir berhenti berjalan. "Dimana kau mendengar hal itu?"
"Di istana. Sang ratu bilang betapa bahagiannya dia karena kalian berdua menjadi
pasangan dan bagaimana kalian selalu bersama."
Lissa mengerang. "Itu karena kapanpun aku pergi ke istana, dia mengundang Adrian
juga dan kemudian mengirim kami berdua untuk melakukan hal-hal untuk dirinya.
Itu terjadi karena kami tidak punya pilihan ... nah, maksudku jangansalah paham
padaku. Aku tidak keberatan menghabiskan waktu dengannya, tapi alasan mengapa
kami selalu bersama adalah karena Tatiana yang mengaturnya."
"Meskipun begitu Ratu terlihat begitu menyukaimu. Dia membiarakanmu sepanjang
waktu, tentang betapa betapa banyak potesi yang kau miliki dan betapa bangganya ia
padamu." "Kurasa dia bangga karena bisa memanipulasi diriku. Ppergia kesana itu
menyakitkan. Dia jelas juga mengabaikan kenyataan kalau aku berpacaran dengan
Christian atau selalu mengambil kesempatan kapanpun untuk bisa masuk menghina
Christian." Ratu Tatiana, sama seperti yang lain, tidak bisa memaafkan orang tua
Christian yang secara sukarela berubah menjadi Strigoi.
"Maaf," kata Avery, terlihat seolah dia sangat merasa bersalah. "Aku tidak
Blood Promise Vampire Academy 4 Karya Richelle Mead di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bermaksud membawa tema pembicaraan yang buruk seperti itu. Aku anya ingin tahu
apakan Adrian belum punya pacar atau tidak, hanya itu."
Lissa tidak marah pada Avery. Kemarahannya sudah berubah untuk sang ratu, saat
bagaimana ia mengira kalau setiap orang akan bertindak seperti yang ia inginkan
dan berdansa saat ia memerintahkannya. Dunia Moroi memang dipimpin oleh
seorang raja atau seorang ratu sejak pertama kali, dan terkadang, Lissa berpikir kala
sudah saatnya untuk berubah. Mereka memerlukan sebuah sistem dimana setiap
orang memiliki kesamaan hak untu bicara " bangsawan atau bukan bangsawan.
Bahkan para dhampir. Semakin banya dia memikirkan hal ini, semakin bertambah pula dia merasa
emosinya memaku dirinya, kemarahan danrasa frustasi membara yang sebenarnya
lebih terlihat seperti diriku daripada dirinya. Rasa ini membuat Lissa terkadang
ingin berteriak, berjalan ke arah Tatiana dan mengatakan padanya kalau perjanjian
batal. Tidak ada kampus manapun yang sepadan dengan semua ini. Bahkan
mungkin dia akan mengatakan pada Tatiana kalau ingilah waktunya untuk revolusi,
saatnya untuk menggulingkan keterbelakangan Moroi " Lissa berkedip, heran
melihat dirinya sendiri yang gemetar. Darimana datangnya emosi itu" Kemarahan
pada Tatiana adalah satu hal, tapi semua ini ..." Dia belum pernah kehilangan
kontrol dalam masalah amarahnya sejak pertama kali menggunakan roh. Dengan
menarik nafas yang dalam, dia mencoba untuk menggunakan beberapa teknik yang
sudah ia pelajari untuk menenangkan dirinya sehingga Avery tidak akan mengetahui
tentang kegilaannya yang hampir muncul.
duestinae89.blogspot.com "Aku hanya tidak suka orang-orang yang membicarakanku, hanya itu," kata Lissa
akhirnya. Avery tidak terlihat menyadari perubahan emosi Lissa. "Nah, jika ini membuatmu
merasa lebih baik, tidak semua orang berpikir hal itu tentang dirimu. Aku pernah
bertemu seorang gadis ... Mia" Ya, itulah namanya. Hanya bukan bangsawan." Nada
suara berbeda dalam ucapan Avery menunjukkan kalau ia memiliki pandangan yang
sama dengan sebagian besar bangsawan lain terhadap Moroi "biasa".
"Dia menertawakan kabar tentang kebersamaan kau dan Adrian. Katanya hal itu
sangat konyol." Lissa hampir tersenyum karena itu. Mia pernah menjadi saingan
Lissa dan merupakan seorang cewek sombong egois. Tapi setelah Strigoi membunuh
ibunya, Mia berubah menjadi galak, patuh, yang membuatku dan Lissa merasa
sangat senang. Mia tinggal di istana dengan ayahnya, diam-diam berlatih bertarung
sehingga dia bisa melawan Strigoi suatu saat nanti.
"Oh," kata Avery tiba-tiba. "Itu Simon. Aku harus pergi." Lissa menatap keseberang
aula dan melihat pengawal Avery yang keras itu. Simon mungkin tidak seperti
saudara laki-laki Avery, Reed, tapi dia masih memiliki kesamaan dalam hal kaku dan
masam ketika pertamakali Lissa bertemu dengannya. Meskipun begitu, Avery
terlihat baik-baik saja bersama dengannya.
"Baiklah," jawab Lissa. "Aku akan menemuimu nanti."
"Oh tentu saja," jawab Avery lalu mulai berbaloik.
"Oh, dan Avery?"
Avery melirik Lissa, "Ya?"
"Adrian masih sendiri."
Avery hanya menjawab dengan seringaian cepat sebelum dia menyusul untuk
bergabung bersama Simon. Kembali ke keluarga Belikova di Baia, acara mengenang
akan dimulai. Para tetangga dan teman-teman, semua dhampir, perlahan
berdatangan, kebanyakan membaw amakanan. Ini adalah saat pertamaku berada
dalam komunitas dhampir, meskipun tidak terlihat semisterius yang pernah
digambarkan Sydney. Dapur berubah menjadi ruang perjamuan, dengan setiap
permukaan meja pajangan dan meja besar ditutupi oleh makanan. Beberapa
makanan yang aku kenal, dan ada banyak makanan penutup " kue-kue kering
ditutupi kacang dan membeku yang menyebarkan aroma baru keluar dari
panggangan. Beberapa makan belum pernah aku lihat sebelumnya dan tidak yakin
kalau aku ingin melihatnya lagi. Khususnya ada semangkuk kol berlumpur yang
membuatku untuk menolaknya. Tapi sebelum kami makan, setiap orang pergi keluar
dan berkumpul dalam lingkaran di halaman belakang. Ini adalah tempat satusatunya yang bisa menampung orang sebanyak ini. Seorang pendeta kemudian
datang, seorang manusia. Membuatku terkejut sedikit, tapi aku seharusnya
bertindak wajar ketika tinggal di kota manusia, dhampir akan mendatangi gereja
manusia. Dan bagi sebagian besar manusia, dhampir terlihat sama seperti mereka,
jadi pendeta itu tidak ragu kalau dia sedang melakukan panggilan dari rumah seperti
biasa. duestinae89.blogspot.com Segelintir Moroi yang aku lihat di kota juga berdatangan, tapi mereka juga bisa lebih
atau kurang mirip dengan manusia " pucat " jika mereka bisa berhati-hati dengan
taring mereka. Manusia tidak berharap untuk bisa melihat dunia supernatural, jadi
pikiran mereka jarang menjadikannya sebagai pilihan, meskipun ketika hal tersebut
tepat berada di depan hidung mereka sendiri.
Semuaorang menjadi hening. Matahari sudah terbenam sekarang, dengan warna
jingga api terbakar dia langit barat, dan bayangan jatuh diantara kami semua.
Pendeta memulai acara pemakaman dalam bahasa Rusia, menyanyikan lagu-lagu
pujian yang terdengar wajar di halaman yang gelap.
Semua acara gereja yang pernah aku datangi dalam bahasa Inggris, tapi aku bisa
melihat bagaimana semua ini terasa sama. Setiap kali, mereka yang berkumpul akan
mengaminkan diri. Aku tidak memahami tata caranya, jadi aku hanya melihat dan
menunggu, membiarkan suara sedih pendeta mengisi jiwaku. Perasaanku untuk
Dimitri melilit dalam tubuhku seolah sebuah badai membesar dan aku mencoba
keras untuk menyimpannya, menguncinya dalam hatiku. ketika acara itu akhirnya
selesai, ketegangan yang menakutkan
yang telah menelan orang-orang itu
menghilang. Orang-orang bergerak lagi, memeluk satu persatu keluarga Belikov dan
menjabat tangan pendeta. Dia kemudia pergi setelah itu.
Makanan akhirnya menyusul, Piring-piring terisi terus dan masing-masing orang
duduk diamanpun mereka bisa menemukan tempat yang nyaman, baik di dalam
rumah atau di halaman belakang. Tidak satupun dari tamu-tamu itu yang benarbenar mengenalku dan keluarga Dimitri terlalu sibuk untuk memperhatikanku.
Mereka berlari kesanakemari dan mencoba untuk membuat semuara orang merasa
nyaman. Sydney bersamaku hampir disepanjang waktu, dan selama pembicaraaan ringan
kami, aku merasa nyaman dengan kehadirannya. Kami duduk di lantai ruang tamu,
bersandar di dinding dekat rak buku. Dia memilah-milah makanannya, seperti biasa,
yang membuatku tersenyum. Ada sesuatu yang menenangkan melihat kebiasaan
yang familiar itu. Ketika makan malam selesai, orang-orang kemudian berbincang-bincang dalam
kelompok-kelompok kecil. Aku tidak bisa mengerti satupun yang mereka katakan,
tapi aku tetap mendengar namannya disebut-sebut: Dimitri, Dimitri.
mengingatkanku pada bisikkan yang bisa kumengerti datang dari para hantu selama
kunjungan mereka. Rasanya seperti ditindas dan menyesakkan, kekuatan dari
namanya menekan jantungku. Dimitri, Dimitri. Setelah beberapa saat, semua itu
berkembang semakin banyak. Sydney melangkah pergi sebentar, jadi aku pergi
keluar untuk mendapatkan udara segar. Beberapa orang membuat api unggung kecil
dan duduk mengelilinginya, masih membicarakan Dimitri, jadi aku pergi ke arah
halaman depan. Aku berjalan di pinggir jalan, tidak ingin berjalan terlalu jauh.
Suasana malam terasa hangat dan bersih, dengan bulan danbintang-bintang
terbakar terang di kegelapan yang membentang di atasku.
Perasaanku kusut dan sekarang ketika aku cukup jauh dari yang lain, aku
membiarkan sedikit meledakkan emosiku yang terpendam, keluar bersama air mata
sunyi yang keluar dari pipiku. Ketika aku berada di luar berjarak dua rumah dari
duestinae89.blogspot.com rumah keluarga Belikov, aku duduk di trotoar, beristirahat dan menikmati
keheningan di sekitarku. Namun, kedamaikan tidak berumur panjang,
pendengaranku yang tajam menangkap suara yang datang dari rumah keluarga
Belikov. Tiga sosok muncul. Satu, tinggi dan ramping, seorang Moroi, dan yang lain
adalah dhampir. Aku menatap mereka ketika sosok bertiga itu berhenti di
hadapanku. Tidak mengganggu secara formal, aku menyadari diamana aku sekarang
berada, menatap kedua mata gelap Moroi itu. Aku tidak menyadari kelompok ini di
acara tadi " tapi aku mengenali Moroi ini dari tempat lain. Aku memberikan sebuah
senyumah setengah masam. "Abe Mazur, ku kira."
duestinae89.blogspot.com Sembilan "KUPIKIR KAU ITU CUMA MIMPI," KATAKU.
Mereka semua tetap berdiri, para dhampir menyebar di sekeliling Moroi mereka
sebagai bentuk formasi perlindungan. Abe adalah wajah yang paling asing yang aku
lihat setelah aku masuk dan keluar dari kesadaranku setelah pertempuran di
lumbung kala itu. Dia lebih tua dariku, hampir sebaya dengan Olena. Rambutnya
hitam dan seperti bulu kambing, dan mengenai kulit kecoklatannya yang ia miliki.
Jika kau pernah melihat orang-orang berkulit cokelat atau hitam sedang sakit dan
menjadi pucat, nah hampir seperti itulah kulitnya terlihat. Ada beberapa pigmen
warna dalam kulitnya, tapi ditegaskan dengan warna pucat yang intens. Yang paling
mencengangkan darinya adalah pakaiannya. Dia mengenakan jas panjang berwarna
gelap yang seolah meneriakkan kata "uang", dipasangkan dengan syal kashmir
berwarna merah. Di bawahnya, aku bisa melihat sedikit warna emas, sebuah rantai
yang dicocokkan dengan anting bulat yang dia pakai di salah satu telinganya. Kesan
awalku ketika melihat flamboyan ini adalah seorang bajak laut atau germo. Sesaat
kemudian, aku mengubah pikiranku. Sesuatu tentang dirinya mengatakan kalau dia
adalah jenis lelaki yang bisa menghancurkan tempurung lutut siapa saja yang
menghalangi jalannya. "Mimpi, eh" Itu, ..." Moroi itu berbicara dengan sedikit senyum yang tersembunyi,
"... adalah sesuatu yang jarang kudengar. Sebenarnya, tidak pernah sama sekali." Dia
berpikir ulang. "Aku kadang-kadang muncul dalam mimpi buruk orang-orang." Dia
bukan orang Amerika ataupun Rusia; aku tidak bisa memastikan asal logat
bicaranya. Apa dia sedang mencoba membuatku terpesona atau mengintimidasiku dengan
reputasi buruknya yang besar" Sydney tidak pernah merasa takut padanya, tentu
saja, tapi dia jelas sekali waspada terhadap orang ini.
"Nah, aku duga kau sudah tahu siapa aku," kataku. "Jadi, pertanyaannya sekarang
adalah, apa yang sedang kau lakukan disini?"
"Tidak," katanya, senyumannya mengeras. "Pertanyaannya adalah, apa yang kau
lakukan disini?" Aku menunjuk ke belakang, ke arah rumah, mencoba bereaksi setenang mungkin.
"Aku akan pergi ke pemakaman."
"Bukan itu alasan mengapa kau datang ke Rusia."
"Aku datang ke Rusia untuk menyampaikan kepada keluarga Belikov kalau Dimitri
sudah meninggal, melihat tidak ada yang merasa ingin melakukannya." Alasan itu
menjadi penjelasan yang berguna bagiku untuk berada disini, tapi ketika Abe
memperhatikanku, rasa merinding menyapu punggungku, sama seperti ketika Yeva
menatapku. Sama seperti wanita tua gila itu, dia tidak mempercayaiku, dan lagi-lagi
aku merasakan ujung bahaya dari kebalikan kepribadian riangnya.
duestinae89.blogspot.com Abe menganggukan kepalanya, dan sekarang senyumannya menghilang sama sekali.
"Itu juga bukan alasannya. Jangan berbohong padaku, gadis kecil."
Aku merasakan kemarahanku naik. "Dan jangan menanyaiku, orang tua. Tidak
sampai kau siap mengatakan padaku mengapa kau dan asistenmu ini
membahayakan nyawa kalian dengan menyetir turun ke jalan untuk menjemput
Sydney dan aku." Para dhampir Abe menegang saat aku menyebutkan kata "orang
tua", tapi aku terkejut, dia ternyata tersenyum lagi " meski senyumannya tidak
mencapai kedua matanya. "Mungkin aku hanya ingin menolong."
"Tidak dari apa yang aku dengar. Kau lah yang menyuruh para Alkemis untuk
mengirimkan Sydney bersama kesini."
"Oh?" Dia menaikkan alis matanya. "Diakah yang mengatakan hal itu" Mmmm ... itu
adalah bagian dari perilaku buruk yang ia miliki. Atasannya tidak akan bertidak
seperti itu. Tidak sama sekali."
Oh, sial. Aku berbicara tanpa berpikir. Aku tidak ingin Sydney terlibat masalah. Jika
Abe benar-benar sejenis mafia kaum Moroi " bagaimana Sydney memanggilnnya"
Zmey" Sang Ular" " aku tidak ragu kalau dia bisa berbicara dengan Alkemis lain
untuk membuat hidup Sydney semakin susah.
"Aku memaksanya untuk mengatakan hal itu," aku berbohong. "Aku ... aku
mengancamnya di kereta. Bukan hal yang sulit. Dia sudah takut sampai mati
padaku." "Aku tidak ragu kalau ia takut. Mereka semua takut pada kita, terikat berabad-abad
dengan tradisi dan bersembuyi di belakang salib mereka untuk melindungi diri meskipun kelebihan mereka di dapat dari tato-tato mereka. Dalam banyak hal,
mereka memiliki kesamaan sifat denganmu sebagai dhampir " bukanlah hal yang
penting." Dia menatap kosong ke arah bintang ketika ia berbicara, seperti seorang
filsuf yang sedang merenungkan misteri dari alam semesta. Entah bagaimana,
membuatku semakin marah. Dia menanggapi semua ini sebagai lelucon, ketika
sangat jelas kalau dia sedang memiliki beberapa rencana yang berkaitan dengan
diriku. Aku tidak suka menjadi bagian dari rencana orang lain " khususnya ketika
aku tidak tahu apa rencananya.
"Ya, ya, aku yakin kita bisa mengobrol tentang Alkemis dan bagaimana kau
mengatur mereka setiap malam ," tukasku. "Tapi aku masih ingin tahu apa yang kau
inginkan dariku." "Tidak ada," katanya dengan mudah.
"Tidak ada" Kau melalui banyak masalah untuk memerangkapku bersama Sydney
dan mengikuti kesini tanpa alasan."
Dia kembali menunduk dan ada kilatan berbahaya dari matanya. "Kau tidak menarik
bagiku. Aku punya bisnis sendiri yang akan ku kerjakan. Aku datang atas nama
orang yang tertarik padamu."
duestinae89.blogspot.com Aku menengang, dan akhirnya, ketakutan yang sebenarnya mengaliri diriku. Sial.
Ada yang mencariku. Tapi siapa" Lissa" Adrian" Tatiana" Lagi-lagi, yang terakhir
membuatku gugup. Yang lain akan mencariku karena mereka peduli padaku. Tapi
Tatiana ... Tatiana takut aku kawin lari dengan Adrian. Sekali lagi aku memikirkan
kalau dia menginginkan aku ditemukan, dikarenakan dia ingin yakin kalau aku tidak
akan kembali. Bagiku Abe adalah sejenis orang yang bisa menghilangkan keberadaan
orang lain. "Dan apa yang mereka inginkan" Apa mereka ingin aku pulang?" tanyaku, mencoba
untuk tidak terlihat takut. "Apa kau pikir kau hanya perlu datang kesini dan bisa
menarikku pulang ke Amerika?"
Senyum rahasia Abe kembali. "Kau pikir aku hanya akan menarikmu kembali?"
"Yah," ejekku, kembali tanpa berpikir, "Kau tidak bisa melakukannya sendiri. Kalian
semua yang disini bisa. Sebenarnya, mungkin. Aku mungkin bisa melawan mereka
semua." Abe tertawa nyaring untuk pertama kalinya, suara dari orang kaya dengan nada
rendah karena benar-benar merasa geli. "Kau memang hidup dengan reputasi
kurang ajarmu. Menarik." Bagus. Abe mungkin saja memiliki seluruh informasi
tentang diriku disuatu tempat. Dia mungkin saja tahu sarapan apa yang aku suka.
"Aku akan melakukan pertukaran denganmu. Katakan mengapa kau kesini, dan aku
akan mengatakan padamu mengapa aku kesini."
"Aku sudah mengatakannya padamu." Sekilas, tawa itu menghilang. Dia mengambil
langkah mendekati tempat aku duduk, dan aku melihat para pengawalnya
meneggang. "Dan aku sudah bilang padamu untuk tidak berbohong padaku. Kau punya alasan
mengapa kau ada disini. Aku perlu tahu apa itu."
"Rose" Bisakah kau kemari?" Dari rumah keluarga Belikov, suara jernih Viktoria
memecah malam. Aku melirik ke belakang, kulihat ia berdiri di depan pintu masuk.
Tiba-tiba, aku ingin segera menjauh dari Abe. Ada sesuatu yang mengerikan di balik
wajah ceria dan mencolok itu dan aku tidak ingin menghabiskan menit-menit yang
lain bersamanya. Dengan melompat bangun, aku mulai berbalik menuju rumah,
setengah berharap kalau lebih baik para pengawalnya datang untuk menculikku
daripada kata-kata Abe menjadi kebenaran. Orang-orang itu tetap diam ditempat
mereka, tapi mata mereka mengawasiku. Senyum aneh Abe kembali ke wajahnya.
"Maaf, aku tidak bisa tinggal dan mengobrol," kataku.
"Tidak apa-apa," jawabnya anggun. "Kita akan punya waktu lagi nanti."
"Sepertinya tidak," kataku. Dia tertawa, dan aku tergesa-gesa mengikuti Viktoria ke
rumah, merasa tidak aman sampai aku bisa menutup pintu.
"Aku tidak suka lelaki itu."
"Abe?" tanyanya. "Kupikir dia temanmu."
"Tidak. Dia sejenis mafia, kan?"
"Mungkin saja," katanya, seolah itu bukan masalah. "Tapi dialah alasan mengapa
kau ada disini." duestinae89.blogspot.com "Ya, aku tahu tentang dia yang datang menyelamatkan kami." Viktoria menggeleng.
"Tidak, maksudku kesini. Kurasa ketika kau ada di mobil, kau terus saja berkata,
"Belikov, Belikov". Abe menduga kau mengenal kami. Itulah mengapa ia
membawamu ke rumah kami."
Awalnya hal itulah yang mengherankanku. Aku tengah memimpikan Dimitri, jadi
tentu saja aku menyebutkan nama terakhirnya. Tapi aku tidak tahu bagaimana aku
Blood Promise Vampire Academy 4 Karya Richelle Mead di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bisa berakhir disini. Kupikir karena Olena memiliki kemampuan perawatan.
Kemudian Viktoria menambahkan hal yang paling mengejutkan. "Ketika dia sadar
kami tidak mengenalmu, dia ingin membawamu ketempat yang lain " tapi nenek
bilang kami harus menjagamu. Kurasa dia mendapatkan mimpi kedatanganmu
kepada kami sebelumnya."
"Apa?" Yeva yang gila dan mengerikan" "Yeva memimpikan aku?"
Viktoria mengangguk. "Itu adalah kemampuan yang ia miliki. Apa kau yakin kau
tidak mengenal Abe" Waktunya terlalu berharga untuk berada disini tanpa alasan."
Olena buru-buru menghampiri kami sebelum aku bisa menjawab. Dia menangkap
tanganku. "Kami mencarimu. Kenapa kamu pergi sangat lama?" Pertanyaan ini langsung
ditujukan kepada Viktoria.
"Abe sedang ?" Olena menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Ayo. Semua orang menunggu."
"Untuk apa?" tanyaku, membiarkan dia menarikku melalui rumah menuju halaman
belakang. "Aku harusnya mengatakannya padamu," jelas Viktoria, bergegas menyusul. "Ini
bagian dimana setiap orang duduk dan mengingat Dimitri dengan menceritakan
dirinya." "Tidak seorangpun yang pernah melihatnya dalam waktu yang lama, kami tidak tahu
apa saja yang terjadi padanya," kata Olena. "Kami ingin kau mengatakannya pada
kami." Aku tersentak. Aku" Aku menolak hal itu, khususnya ketika kami muncul di halaman
dan aku melihat semua wajah yang mengelilingi api unggun. Aku tidak mengenal
satu pun dari mereka. Bagaimana bisa aku membicarakan Dimitri" Bagaimana bisa
aku menunjukkan apa yang sesungguhnya ada dalam hatiku" Setiap orang terlihat
mengabur satu sama lain, dan kupikir aku akan pingsan.
Untuk sementara, tidak satupun dari mereka menyadari kehadiranku. Karolina
sedang berbicara, bayinya ada ditangannya. Setiap kali dia berhenti berbicara, yang
lain akan tertawa. Viktoria duduk di atas selimut yang menutupi tanah dan menarikku di sampingnya.
Sydney bergabung bersama kami setelah itu.
duestinae89.blogspot.com "Apa yang mereka bicarakn?" Aku berbisik. Viktoria mendengarkan kakaknya
berbicara untuk beberapa saat dan kemudian bersandar padaku.
"Dia sedang menceritakan Dimitri saat masih kecil, bagaimana dia selalu memohon
kepadanya dan teman-temannya agar diperbolehkan bermain bersama mereka.
Umurnya enam tahun dan mereka semua berumur delapan tahun dan tidak ingin dia
ikut mereka." Viktoria berhenti lagi untuk mendengarkan bagian selanjutnya dari
cerita itu. "akhirnya, Karolina mengatakan padanya dia b
isa bergabung dengan mereka apabila dia setuju untuk menikahi boneka mereka. Jadi Karolina dan temantemannya mendandani ia dan boneka-boneka itu berkali-kali dan terus mengadakan
upacara pernikahan. Dimitri menikah paling tidak sepuluh kali saat itu."
Aku tidak bisa menahan tawa saat aku membayangkan, Dimitri yang seksi
membiarkan dirinya didandani oleh kakaknya. Dia mungkin menghadapi acara
pernikahan dengan boneka itu seserius dan setenang ketika dia menjalankan tugas
pengawal. Yang lain berbicara, dan aku mencoba memahami terjemahannya. Semua
cerita berisikan kebaikan dan kekuatan watak Dimitri. Bahkan ketika tidak
berhadapan dengan yang tidak mati, Dimitri selalu ada disana untuk menolong yang
membutuhkan. Hampir semua orang bisa menceritakan kembali kapan Dimitri
melangkah untuk menolong orang lain, keluar seusuai keyakinannya untuk
melakukan segalan kebenaran yang ia percayai, bahkan dalam situasi yang beresiko
untuknya sekalipun. Hal itu tidak mengejutkanku. Dimitri selalu melakukan hal yang
benar. Dan itulah sikapnya yang membuatku begitu mencintainya. Aku memiliki sikap yang
mirip dengannya. Aku juga akan segera turun tangan ketika orang lain
membutuhkanku, kadang-kadang ketika sebenarnya aku tidak perlu ikut terlibat.
Yang lain mangangapku gila karena hal itu, tapi Dimitri mengerti diriku. Dia selalu
bisa memahamiku, dan bagian dimana kami harus bekerja sama adalah bagaimana
cara mengendalikan emosi dengan alasan dan perhitungan yang tepat yang
merupakan kebutuhan menurutkan kata hati dan bisa menjatuhkan kami dalam
situasi berbahaya. Aku merasa bahwa tidak ada satupun di dunia ini yang bisa
mengerti aku sepertinya dirinya.
Aku tidak menyadari betapa kuat air mata yang turun di pipiku hingga semua orang
menatapku. Awalnya, kupikir mereka menganggapku gila karena menangis, tapi
kemudian aku sadar kalau seseorang sudah menanyakan satu pertanyaan padaku.
"Mereka ingin kau menceritakan tentang Dimitri di hari-hari terakhirnya," kata
Viktoria. "Katakan pada kami seusatu tentang dirinya. Apa yang telah ia lakukan.
Bagaimana ia terlihat."
Aku mengenakan lengan bajuku untuk membersihkan wajahku dan memalingkan
pandanganku, fokus pada api unggun. Aku pernah berbicara di hadapan orang lain
tanpa ragu-ragu sebelumnya, tapi kali ini berbeda.
"Aku ... aku tidak bisa," kataku pada Viktoria, suaraku tegang dan lembut. " Aku
tidak bisa membicarakan dirinya." Dia meremas tanganku.
duestinae89.blogspot.com "Tolonglah. Mereka perlu mendengar cerita tentang dirinya. Mereka harus tahu.
Cukup ceritakan apapun pada kami. Bagaimana ia terlihat?"
"Dia .... dia saudaramu. Kau tahu."
"Ya," katanya lembut. "Tapi kami ingin tahu bagaimana pendapatmu tentang
dirinya." Mataku masih terasa berada dalam api, memandang bagaimana kobaran api unggun
menari-nari dan berganti warna dari jingga ke biru. "Dia ... Dia adalah laki-laki
terbaik yang pernah aku temui."
Aku berhenti untuk menenangkan diriku sendiri dan Viktoria menggunakan
kesempatan itu untuk menerjemahkan kata-kataku ke dalam bahasa Rusia. "Dan dia
adalah satu dari penjaga terbaik. Maksudku, dia lebih muda jika dibandingkan
dengan mereka kebanyakan, tapi semua orang tahu siapa dirinya. Mereka semua
tahu catatan keberhasilannya, dan banyak sekali orang-orang yang mengandalkan
sarannya. Mereka memanggilnya sang Dewa. Dan kapanpun pertempuran terjadi ...
atau bahaya ... dia selalau menjadi yang pertama berada disana. Dia tidak pernah
lari. Dan beberapa bulan yang lalu, ketika sekolah kami diserang ..." Aku merasa
tercekik ketika membicarakannya. Keluara Belikov sudah pernah mengatakan kalau
mereka mengetahui penyerangan itu " kalau semua orang mengetahuinya " dan dari
semua wajah yang ada disini, itu benar. Aku tidak ingin menguraikan cerita malam
itu, hal mengerikan yang aku lihat.
"Malam itu," aku melanjutkan, "Dimitri bergegas menghadapi Strigoi. Dia dan aku
bersama-sama ketika kami sadar kalau mereka menyerang. Aku ingin tinggal dan
menolongnya, tapi dia tidak membiarkanku. Dia hanya memintaku untuk pergi,
untuk berlari dan memperingatkan yang lain. Dan dia tinggal di belakang " tanpa
tahu berapa banyak Strigoi yang harus ia hadapi selama aku pergi meminta bantuan.
Aku masih tidak tahu berapa banyak ia sudah berkelahi " tapi mereka bergerombol.
Dan dia menghadapi mereka semua sendirian."
Aku memberanikan diri menatap wajah-wajah di sekelilingku. Semua orang diam
dan tidak bergerak sehingga membuatku penasaran apakah mereka bernafas atau
tidak. "Itu sangat berat bagiku," kataku pada mereka. Tanpa sadar, suaraku jatuh
menjadi bisikan saat mengucapkan hal itu.
Aku harus mengulangnya lebih keras lagi. "Itu sangat berat bagiku. Aku tidak ingin
meninggalkannya, tapi aku tahu aku harus melakukannya. Dia sudah mengajariku
banyak hal, tapi satu hal terbesar yang ia ajarkan adalah melindungi yang lain.
Adalah tugasku untuk memperingatkan yang lain, meskipun aku ingin tinggal
bersamanya. Sepanjang jalan, hatiku terus berkata, "berbalik, berbalik. Kembali
kepadanya!" Tapi aku tahu apa yang harus aku lakukan " dan aku juga selalu tahu
ada bagian dari dirinya yang mencoba membuatku aman. Dan jika peran kami
bertukar pun ... aku akan melakukan hal yang sama untuk menyuruhnya lari juga."
Aku menarik nafas, kaget karena aku menunjukkan begitu banyak perasaanku. Aku
kembali pada tujuanku. "Meskipun ketika penjaga yang lain bergabung dengannya,
Dimitri tidak pernah mundur. Dia malah lebih banyak menghadapi Strigoi
duestinae89.blogspot.com dibandingkan yang lain." Christian dan aku sebenarnya yang melakukan
pembunuhan terbanyak. "Dia ... dia sangat luar biasa."
Di sisa cerita, aku mengatakan pada mereka apa yang sudah kuceritakan pada
keluarga Belikov. Hanya saja kali ini aku sebenarnya berusaha untuk menjelaskan
sesedikit mungkin, mengatakan cerita yang samar tentang bagaimana berani dan
hebatnya ia. Kata-kata itu menyakiti ku ketika aku berbicara, dan hampir terasa lega
membiarkan nya diucapkan. Aku terus menjaga kenangan di malam itu untuk
berada dekat denganku. Tapi akhirnya, aku harus menceritakan pada mereka
tentang gua itu. Dan itulah ... itulah saat terburuk.
"Kami menjebak para Strigoi di sebuah gua. Gua itu hanya memiliki dua pintu
masuk, dan kami mendatangi mereka dari kedua pintu masuk itu. Sebagian dari
orang-orang kami terperangkap, dan ada banyak Strigoi lebih dari yang kami
bayangkan. Kami kehilangan orang-orang ... tapi kami akan kehilangan lebih banyak
orang lagi jika Dimitri tidak ada disana. Dia tidak pergi sampai semua orang keluar.
Patung Emas Kaki Tunggal 6 Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long Pendekar Mata Keranjang 25
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama