Ceritasilat Novel Online

Peperangan Raja Raja 12

Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin Bagian 12


dan memergoki Arya menatapnya. "Musang, sini."
646 Beberapa gigit daging gelap masih menempel di satu
paha. Dia lupa, tapi sekarang dia ingat, pikir Arya. Dia jadi merasa
tak enak menyuruh Jaqen membunuh Weese. Dia bangkit dari
bangku dan melangkah ke kepala meja.
"Aku melihatmu menatapku." Weese menyeka jemari
di gaun longgar Arya. Kemudian dicengkeramnya leher Arya
dengan sebelah tangan dan menamparnya dengan tangan yang
satu lagi. "Apa kataku tadi?" Ditamparnya Arya lagi, dengan
punggung tangan. "Jaga matamu, atau lain kali kucungkil salah
satunya dan kuberikan pada anjingku." Dorongan membuatnya
tersungkur ke lantai. Keliman baju Arya tersangkut di paku
longgar di bangku kayu yang menyerpih saat dia terjatuh."Kau
akan menisik itu sebelum tidur," Weese mengumumkan sambil
menggigit daging terakhir ayam. Setelah selesai, dia mengisap
jemari dengan berisik, dan melemparkan tulang-tulang ke
anjing bintik-bintiknya yang jelek.
"Weese," bisik Arya malam itu seraya membungkuk
di atas robekan bajunya. "Dunsen, Polliver, Raff si Manis,"
ucapnya, menyebut setiap nama sambil menusukkan jarum
tulang ke wol yang tak dicelup itu. "Si Penggelitik dan si Anjing.
Ser Gregor, Ser Amory, Ser Ilyn, Ser Meryn, Raja Joffrey,
Ratu Cersei." Dia bertanya-tanya berapa lama lagi dia harus
memasukkan nama Weese dalam doanya, dan tertidur sambil
bermimpi bahwa besok, saat dia terbangun, Weese sudah mati.
Namun ujung tajam sepatu bot Weese-lah yang
membangunkannya, seperti biasa. Pasukan utama Lord
Tywin akan bertolak hari ini, kata Weese sewaktu mereka
sarapan kue gandum. "Jangan ada yang berpikir situasi di
sini akan lebih santai begitu m"lord Lannister sudah pergi,"
dia memperingatkan. "Kastel ini takkan jadi lebih kecil, aku
menjamin itu, hanya saja lebih sedikit yang harus dilayani.
Kalian para pemalas sekarang akan belajarapa itu bekerja,
sungguh." Bukan darimu. Arya mencuili kue gandumnya. Weese
mengernyit ke arahnya, seakan mengendus rahasianya. Cepat647 cepat dia menurunkan pandang ke makanan, dan tak berani
lagi mengangkat mata. Cahaya pucat menerangi pekarangan ketika Lord Tywin
Lannister bertolak dari Harrenhal. Arya memperhatikan
dari jendela lengkung di tengah Menara Melolong. Kudanya
memakai selimut dari keping-keping email merah tua,
pelindung leher dan pelindung kepala berlapis emas, sedangkan
Lord Tywin sendiri mengenakan jubah tebal dari bulu cerpelai.
Adiknya, Ser Kevan tampak hampir sama gagahnya. Tak
kurang dari empat pembawa bendera mendahului mereka,
membawa panji-panji besar merah tua bergambar singa emas.
Di belakang kedua Lannister itu, berbaris para lord terkemuka
dan para kapten. Panji-panji mereka berkibar dan mengombak,
bagaikan kontes warna: banteng merah dan gunung emas,
unicorn ungu dan ayam jantan, babi hutan cokelat belang dan
luak, musang perak dan pemain akrobat berbaju warna-warni,
bintang danmatahari, burung merak dan macan kumbang,
simbol mirip huruf V dan belati, tudung hitam dan kumbang
biru dan anak panah hijau.
Ser Gregor Clegane berkuda di belakang, dengan
zirah baja kelabu menaiki kuda jantan yang pemarah
sepertipenunggangnya. Polliver di sampingnya, dengan bendera
anjing hitam di tangan dan helm bertanduk milik Gendry di
kepalanya. Dia bertubuh jangkung, tapi tampak tak lebih dari
bocah yang belum dewasa dalam bayangan tuannya.
Getaran merambat naik di tulang punggung Arya
selagi dia mengamati mereka lewat di bawah pintu besi
besar Harrenhal. Tiba-tiba saja Arya sadar telah melakukan
kesalahan besar. Aku bodoh sekali, pikirnya. Weese tak penting,
tak lebih seperti Chiswyck. Orang-orang inilah yang penting,
yang seharusnya dibunuhnya. Semalam dia bisa saja berbisik
menginginkan kematian siapa pun dari mereka, andai saja
dia tak semarah itu pada Weese karena memukulnya dan
berbohong soal ayam. Lord Tywin, kenapa aku tidak bilang Lord
Tywin" 648 Barangkali belum terlambat mengubah pikiran.
Weese belum terbunuh. Jika dia bisa menemukan Jaqen,
memberitahunya... Arya buru-buru berlari menuruni tangga yang melingkar,
tugasnya terlupakan. Dia mendengar gemerencing rantai saat
pintu besi perlahan-lahan diturunkan, jeruji besinya terbenam
dalam di tanah... dan kemudian suara lain, jerit kesakitan dan
ketakutan. Selusin orang sudah tiba di sana mendahuluinya,
walaupun tak ada yang melangkah terlalu dekat. Arya
merangsek di antara mereka. Weese terkapar di batu pelapis
jalan, lehernya merah terkoyak, mata terbuka menatap kosong
awan kelabu. Anjing bintik-bintik jeleknya berdiri di dadanya,
menjilati darah yang berdenyut dari lehernya, dan sesekali
mencabik semulut penuh daging daging dari wajah mayat
lelaki itu. Akhirnya seseorang mengangkat busur silang dan
memanah anjing bintik-bintik itu selagi dia menggerogoti
sebelah telinga Weese. "Makhluk terkutuk," dia mendengar seorang lelaki
berkata. "Dia memelihara anjing itu sejak kecil."
"Tempat ini terkutuk," komentar lelaki yang memegang
busur silang. "Hantu Harren, pasti," kata Kepala Pelayan Amabel."Aku
takkan mau tidur di sini semalam lagi, aku bersumpah."
Arya mengangkat pandang dari mayat itu dan bangkai
anjingnya. Jaqen H"gar bersandar di sisi Menara Melolong.
Ketika tahu Arya melihatnya, dia mengangkat sebelah tangan
ke wajah dan meletakkan dua jari dengan santai di pipi.
j 649 CATELYN K etika tinggal dua hari berkuda dari Riverrun, seorang
pengintai menemukan mereka memberi minum kuda
di tepi sungai berlumpur. Catelyn tak pernah sesenang itu
melihat simbol Twins Klan Frey.
Ketika dia meminta untuk diantarkan menemui
pamannya, pengintai itu berkata, "Blackfish pergi ke barat
bersama Raja, my lady. Martyn Rivers memimpin pengawal
pasukan menggantikannya."
"Oh, begitu." Dia bertemu Rivers di Twins; anak haram
Lord Walder Frey, saudara tiri Ser Perwyn. Dia tak heran
mengetahui bahwa Robb telah menyerang jantung kekuasaan
Lannister; jelas sekali putranya tengah mempertimbangkan itu
saat mengirimnya pergi untuk membuat kesepakatan dengan
Renly. "Di mana Rivers sekarang?"
"Perkemahannya berjarak dua jam berkuda, my lady."
"Antar kami kepadanya," dia memerintahkan. Brienne
membantunya kembali menaiki pelana, dan mereka langsung
bertolak. "Anda datang dari Bitterbridge, my lady?" tanya si
pengintai. 650 "Tidak." Dia tak berani. Dengan kematian Renly,
Catelyn tidak yakin penyambutan macam apa yang mungkin
diterimanya dari janda muda sang raja beserta pengawalnya.
Alih-alih, Catelyn malah berkuda melewati pusat peperangan,
melintasi dataran sungai yang subur yang berubah menjadi
gurun hitam oleh kemarahan pasukan Lannister, dan setiap
malam pengintainya membawa kabar yang membuatnya mual.
"Lord Renly terbunuh," dia menambahkan.
"Kami berharap berita itu adalah kebohongan Lannister,
atau?" "Seandainya saja begitu. Adikku yang memimpin di
Riverrun?" "Benar, my lady. Yang Mulia meminta Ser Edmure untuk
mempertahankan Riverrun dan menjaga di belakang."
Para dewa menganugerahkan kekuatan padanya untuk
melakukan itu, pikir Catelyn. Juga kebijaksanaan. "Ada kabar
dari Robb di barat?"
"Anda belum dengar?" Lelaki itu tampak terkejut. "Yang
Mulia meraih kemenangan besar di Oxcross. Ser Stafford
Lannister tewas, pasukannya kocar-kacir."
Ser Wendel Manderly berseru senang, tapi Catelyn
hanya mengangguk. Cobaan esok hari lebih penting baginya
daripada kemenangan hari kemarin.
Martyn Rivers mendirikan perkemahan di sisa-sisa
reruntuhan kubu pertahanan, di samping istal tak beratap dan
seratus kuburan baru. Dia berlutut dengan satu kaki begitu
Catelyn turun dari kuda. "Selamat datang, my lady. Adik Anda
menugaskan kami untuk mewaspadai kedatangan rombongan
Anda, dan segera mengawal Anda kembali ke Riverrun
seandainya kebetulan melihat Anda."
Catelyn tidak menyukai ucapan itu. "Apa karena
ayahku?" "Bukan, my lady. Kondisi Lord Hoster belum ada
perubahan." Rivers adalah lelaki kemerahan yang tak
mirip dengan saudara tirinya. "Kami hanya khawatir Anda
651 berpapasan dengan pengintai Lannister. Lord Tywin telah
meninggalkan Harrenhal dan berderap ke barat bersama
seluruh pasukannya."
"Bangunlah," katanya pada Rivers, mengernyit. Stannis
Baratheon juga akan bergerak maju dalam waktu dekat, semoga
para dewa menolong mereka semua. "Berapa lama lagi Lord
Tywin tiba di wilayah kita?"
"Tiga hari, mungkin empat, sulit dipastikan. Kami
mengamati semua jalan, tapi lebih baik tak berlama-lama di
sini." Mereka juga tak berlama-lama di sana. Rivers
membongkar perkemahannya dengan cepat dan menaiki kuda
di samping Catelyn, lalu mereka kembali bertolak, dengan
jumlah rombongan kini hampir lima puluh orang, melesat di
bawah panji-panji direwolf, ikan trout melompat, dan menara
kembar. Pengawalnya ingin mendengar lebih lanjut tentang
kemenangan Robb di Oxcross, dan Rivers menuruti. "Ada
penyanyi datang ke Riverrun, menyebut dirinya Rymund si
Penyair, dia menciptakan lagu tentang pertarungan itu.Anda
pasti akan mendengarnya dinyanyikan malam ini, my lady.
Rymund memberinya judul "Serigala di Malam Hari"." Rivers
menceritakan bagaimana sisa-sisa pasukan Ser Staffort mundur
ke Lannisport. Tanpa peralatan pengepungan, mustahil
menyerbu Casterly Rock, maka sang Serigala Muda membalas
kerusakan yang diakibatkan pasukan Lannister di dataran
sungai.Lord Karstark danGlover menjarah di sepanjang pesisir
pantai, dan Lady Mormont menangkap ribuan ternak lalu
menggiring mereka kembali ke Riverrun, sedangkan Greatjon
merampas tambang-tambang emas di Castamere, Nunn"s
Deep, dan Perbukitan Pendric. Ser Wendel terbahak. "Tak
ada yang lebih cepat mendorong seorang Lannister bertindak
daripada ancaman terhadap emasnya."
"Bagaimana Raja bisa menguasai Golden Tooth?" Ser
Perwyn Frey bertanya pada saudara tirinya. "Itu benteng yang
kukuh, dan mengendalikan jalan bukit."
652 "Raja tak pernah menguasainya. Dia menyelinap
mengelilinginya pada malam hari. Kabarnya direwolf itu yang
menunjukkan jalan, Grey Wind milik Raja. Binatang itu
mengendus jalan kambing yang berkelok-kelok menuruni
ngarai sempit dan mendaki bukit, jalan berbatu dan berliku,
tapi cukup lebar untuk dilewati prajurit berkuda dalam satu
barisan. Klan Lannister di menara pengawas tak melihat mereka
sekelebat pun." Rivers memelankan suara. "Kata orang, setelah
pertempuran, Raja mencabut jantung Stafford Lannister dan
memberikannya pada si serigala."
"Aku tak memercayai cerita semacam itu," sergah
Catelyn. "Putraku bukan orang biadab."
"Seperti kata Anda, my lady. Tetap saja, itu lebih dari
yang pantas didapatkan binatang tersebut. Dia bukan serigala
biasa, yang satu itu. Greatjon kabarnya mengatakan bahwa
dewa-dewa lama orang utara mengirimkan direwolf itu pada
anak-anak Anda." Catelyn teringat ketika putra-putranya menemukan
anak-anak serigala itu pada suatu hari bersal judi pengujung
musim panas. Jumlahnya lima ekor, tiga jantan dan dua betina
untuk anak-anak kandung Klan Stark... dan yang keenam,
berbulu putih dan bermata merah, untuk anak haram Ned,
Jon Snow. Bukan serigala biasa, pikir Catelyn. Memang bukan.
Malam itu, sembari mendirikan perkemahan, Brienne
mendatangi tendanya. "My lady, Anda sudah aman di tengah
orang-orang Anda, satu hari perjalanan dari kastel adik Anda.
Izinkan aku pergi." Catelyn seharusnya tidak terkejut. Perempuan muda
bersahaja itu menarik diri selama perjalanan, menghabiskan
sebagian besar waktunya bersama kuda, menyikat bulu dan
mencungkil batu-batu dari sepatu mereka. Dia membantu
Shadd memasang dan membersihkan hasil buruan, dan
segera membuktikan bahwa dia juga bisa berburu sebaik
yang lain. Tugas apa pun yang diberikan Catelyn, Brienne
melaksanakannya dengan tangkas dan tanpa mengeluh, dan
653 saat diajak berbicara dia menjawab dengan sopan, tapi dia tak
pernah mengobrol, atau menangis, atau tertawa. Dia berkuda
bersama mereka sepanjang hari dan tidur di antara mereka
setiap malam tanpa pernah menjadi salah satu dari mereka.
Sama seperti ketika dia mendampingi Renly, pikir Catelyn.
Di pesta, di pertarungan, bahkan di tenda Renly bersama rekanrekannya di Garda Pelangi. Ada dinding di sekeliling Brienne yang
lebih tinggi daripada dinding Winterfell.
"Kalau kau meninggalkan kami, kau akan ke mana?"
tanya Catelyn padanya. "Pulang," jawab Brienne. "Ke Storm"s End."
"Sendiri." Itu bukan pertanyaan.
Wajah lebar itu bagai kolam air tenang, tak memberikan


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

petunjuk mengenai apa yang mungkin berada di kedalaman di
bawahnya. "Ya."
"Kau berniat membunuh Stannis."
Brienne melingkarkan jemarinya yang kapalan di gagang
pedang. Pedang yang dulu milik Renly. "Aku sudah bersumpah.
Tiga kali aku bersumpah. Anda mendengarnya."
"Benar," Catelyn mengakui. Catelyn tahu, gadis itu
menyimpan jubah pelanginya meski telah membuang semua
pakaiannya yang lain yang berlumuran darah. Barang-barang
pribadi Brienne ditinggalkan ketika mereka pergi, dan dia
terpaksa mengenakan pakaian cadangan milik Ser Wendel,
mengingat tak ada pakaian milik anggota rombongan mereka
yang lain yang cukup besar untuknya. "Sumpah memang harus
ditepati, aku setuju, tapi Stannis memiliki pasukan besar di
sekelilingnya, dan pengawalnya berikrar untuk menjaganya
tetap aman." "Aku tidak takut pada pengawalnya. Aku sama hebatnya
dengan mereka. Seharusnya aku tak pernah melarikan diri."
"Itukah yang meresahkanmu, bahwa ada orang bodoh
yang mungkin menyebutmu pengecut?" Dia mendesah.
"Kematian Renly bukan kesalahanmu. Kau melayaninya dengan
654 gagah berani, tapi jika kau ingin menyusulnya dalam kematian,
kau tidak melayani siapa-siapa." Catelyn mengulurkan tangan,
untuk memberinya kenyamanan yang bisa diberikan sebuah
sentuhan. "Aku tahu bagaimana beratnya?"
Brienna melepaskan tangan Catelyn. "Tidak ada yang
tahu." "Kau keliru," sergah Catelyn. "Setiap pagi, begitu aku
terbangun, aku ingat bahwa Ned sudah tiada. Aku tak bisa
berpedang, tapi bukan berarti aku tak memimpikan berkuda ke
King"s Landing dan melingkarkan tangan di leher putih Cersei
Lannister dan mencekiknya hingga wajahnya menghitam."
Si Cantik mengangkat mata, satu-satunya bagian dari
dirinya yang benar-benar indah. "Jika Anda memimpikan
itu, mengapa Anda menahanku" Apa karena yang diucapkan
Stannis di perembukan itu?"
Benarkah" Catelyn mengedarkan pandang ke sekeliling
perkemahan. Dua lelaki berpatroli, menggenggam tombak.
"Aku diajarkan bahwa orang-orang baik harus melawan
kejahatan di dunia ini, dan kematian Renly sudah jelas adalah
kejahatan. Namun, aku juga diajarkan bahwa para dewalah
yang mengangkat raja, bukan senjata manusia. Bila Stannis
memang raja kita yang sah?"
"Bukan. Robert juga tak pernah menjadi raja yang sah,
bahkan Renly mengatakan hal yang sama. Jaime Lannister
membunuh raja yang sah, setelah Robert membunuh ahli waris
sahnya di Trident. Di mana dewa-dewa waktu itu" Para dewa
tak peduli pada manusia, seperti Raja tak peduli pada rakyat
jelata." "Raja yang baik peduli."
"Lord Renly... Yang Mulia, dia... dia pasti akan jadi raja
terbaik, my lady, dia sangat baik, dia..."
"Dia sudah tiada, Brienne," ujar Catelyn selembut
mungkin. "Stannis dan Joffrey masih hidup... begitu juga
putraku." 655 "Dia tidak akan... Anda takkan pernah berdamai dengan
Stannis bukan" Bertekuk lutut" Anda tidak akan..."
"Aku memberitahumu yang sebenarnya, Brienne. Aku
tak tahu. Putraku memang raja, tapi aku bukan ratu... hanya
seorang ibu yang akan menjaga keselamatan anak-anaknya,
dengan cara apa pun."
"Aku tidak diciptakan menjadi ibu. Aku harus
bertarung." "Kalau begitu bertarunglah... tapi demi mereka yang
masih hidup, bukan yang mati. Musuh Renly juga musuh
Robb." Brienne menatap tanah dan menggeser-geser kaki. "Aku
tak kenal putra Anda, my lady." Dia mendongak. "Aku bisa
melayani Anda. Jika Anda izinkan."
Catelyn terperanjat. "Kenapa aku?"
Pertanyaan tersebut kelihatannya meresahkan Brienne.
"Anda membantuku. Di tenda raja... saat mereka mengira
bahwa aku... bahwa aku..."
"Kau tidak bersalah."
"Meskipun begitu, Anda tak perlu melakukan itu. Anda
bisa saja membiarkan mereka membunuhku. Aku tak ada
artinya bagi Ada." Barangkali aku tak mau menjadi satu-satunya yang mengetahui
kebenaran kelam tentang yang terjadi di sana, pikir Catelyn.
"Brienne, aku telah menerima banyak gadis bangsawan untuk
melayaniku selama ini, tapi tidak pernah ada yang seperti
dirimu. Aku bukan komandan perang."
"Memang, tapi Anda memiliki keberanian. Mungkin
bukan keberanian bertempur tapi... entahlah... jenis keberanian
perempuan. Dan menurutku, jika waktunya tiba, Anda takkan
mencoba menahanku. Berjanjilah padaku. Bahwa Anda
takkan menahanku dari Stannis."
Catelyn masih bisa mendengar Stannis berkata bahwa
giliran Robb juga akan tiba. Rasanya seperti embusan napas
656 dingin di tengkuknya. "Jika waktunya tiba, aku takkan
menahanmu." Gadis tinggi itu berlutut dengan canggung, menghunus
pedang panjang Renly, dan meletakkannya di kaki Catelyn.
"Kalau begitu aku milik Anda, my lady. Sebagai abdi Anda,
atau... apa saja yang Anda inginkan. Aku akan melindungi
Anda dan menuruti nasihat Anda dan memberikan nyawaku
untuk Anda, kalau perlu. Aku bersumpah demi dewa-dewa
lama dan baru." "Dan aku bersumpah kau akan selalu memiliki
tempat di perapianku serta makanan dan minuman di
mejaku, dan berjanji tidak akan memberimu tugas yang akan
menghinakanmu. Aku bersumpah demi dewa-dewa lama
dan baru. Bangkitlah." Sambil menggenggam kedua tangan
Brienne, Catelyn tak mampu menahan senyum. Berapa kali
aku menyaksikan Ned menerima ikrar kesetiaan dari seseorang"
Dia bertanya-tanya apa pendapat suaminya seandainya bisa
melihatnya sekarang. Mereka mengarungi Anak Sungai Merah petang
keesokan harinya, di hulu Riverrun tempat sungai melingkar
lebar dan airnya jadi berlumpur dan dangkal. Penyeberangan
dikawal oleh kombinasi pasukan pemanah dan penombak
yang memakai lambang elang Klan Mallister. Begitu melihat
panji-panji Catelyn, mereka muncul dari balik pasak tajam
dan menyuruh satu orang dari sisi seberang untuk memimpin
rombongan melintas. "Pelan-pelan dan hati-hati, milady," dia
memperingatkan seraya meraih tali kekang kuda Catelyn.
"Kami memasang pasak-pasak besi di dalam air dan ada ranjau
bertebaran di antara bebatuan di sana. Seluruh arungan seperti
ini, atas perintah adik Anda."
Edmure berpikir untuk bertempur di sini. Kesadaran tersebut
membuat perut Catelyn mual, tapi dia menahan ucapan.
Di antara Anak Sungai Merah dan Tumblestone,
mereka bergabung dengan rakyat jelata yang mengungsi ke
Riverrun. Sebagian menggiring ternak di depan mereka, yang
657 lain menarik gerobak, tapi mereka memberi jalan saat Catelyn
lewat, dan menyorakinya dengan teriakan "Tully!" atau "Stark!"
Tak sampai satu kilometer dari kastel, dia melewati
perkemahan besar tempat panji-panji merah Klan Blackwood
berkibar di atas tenda sang lord. Lucas berpamitan dengannya
di sana, untuk menemui sang ayah, Lort Tytos. Rombongan
yang lain melanjutkan perjalanan.
Catelyn melihat perkemahan kedua terbentang di
sepanjang tepi utara sungai Tumblestone, bendera-bendera
yang familier mengombak ditiup angin"gadis penari-nya
Marq Piper, pembajak-nya Klan Darry, serta ular merahdan-putih yang saling melilit milik Klan Paege. Mereka
semua pengikut ayah Catelyn, para lord Trident. Sebagian
besar telah meninggalkan Riverrun sebelum dia tiba, untuk
mempertahankan wilayah masing-masing. Jika mereka berada
di sini lagi, artinya Edmure telah memanggil mereka kembali.
Semoga para dewa menyelamatkan kami, rupanya benar, dia berniat
bertempur melawan Lord Tywin.
Dari kejauhan Catelyn melihat sesuatu yang gelap
menjuntai di tembok-tembok Riverrun. Ketika mendekat,
dia melihat mayat-mayat tergantung dari dinding-dinding
pertahanan, terkulai di ujung tali panjang dengan serat rami
melilit kencang leher mereka, wajah mereka bengkak dan
hitam. Burung-burung gagak mengerubungi mereka, tapi
jubah merah tua mayat-mayat itu masih terlihat jelas dilatari
dinding batu pasir kastel.
"Mereka menggantung beberapa Lannister," Hal Mollen
mengamati. "Pemandangan yang indah," komentar Ser Wendel
Manderly riang. "Teman-teman kita telah memulai tanpa kita," Perwyn
Frey berkelakar. Yang lain terbahak-bahak, semuanya kecuali
Brienne, yang mendongak memandang deretan mayat tanpa
berkedip, tanpa berbicara maupun tersenyum.
Kalau mereka membunuh Pembantai Raja, artinya putri658
putriku juga tewas. Catelyn memacu kudanya agar meligas. Hal
Mollen dan Robin Flint mencongklang mendahului, berteriak
pada kubu gerbang. Para penjaga di dinding pertahanan pasti
telah melihat panji-panjinya sejak tadi, mengingat pintu besi
sudah dinaikkan begitu mereka mendekat.
Edmure berkuda keluar kastel untuk menemui
Catelyn, dikawal oleh tiga pengikut ayahnya, Ser Desmond
Grell sang master laga yang berperut buncit, Utherydes
Waynsang pengurus rumah tangga, dan Ser Robin Ryger
kepala pengawalnya yang botak dan bertubuh besar. Ketiganya
sebaya dengan Lord Hoster, para lelaki yang melewatkan hidup
mereka melayani ayahnya. Para lelaki tua, Catelyn menyadari.
Edmure memakai jubah biru dan merah di atas tunik
dengan sulaman ikan perak. Dilihat dari penampilannya,
Edmure tak pernah bercukur sejak Catelyn berkuda ke selatan;
janggutnya mirip belukar kemerahan. "Cat, lega rasanya kau
kembali dengan selamat. Ketika kami mendengar tentang
kematian Renly, kami mengkhawatirkan keselamatanmu. Dan
Lord Tywin juga sedang dalam perjalanan."
"Aku sudah diberitahu. Bagaimana keadaan ayah kita."
"Satu hari dia kelihatan lebih kuat, hari berikutnya..."
Edmure menggeleng-geleng. "Dia menanyakanmu. Aku tak
tahu harus bilang apa padanya."
"Aku akan segera menemuinya," Catelyn berjanji.
"Ada kabar dari Storm"s End sejak Renly tewas" Atau dari
Bitterbridge?" Tidak ada raven yang datang selama perjalanan,
dan Catelyn ingin sekali mengetahui apa yang terjadi di
belakangnya. "Tak ada kabar dari Bitterbridge. Dari Storm"s End,
tiga burung tiba dari pengurus kastel, Ser Cortnay Penrose.
Semuanya berisi permohonan yang sama. Stannis mengepung
kastel dari darat dan laut. Dia akan memberikan kesetiaan
pada Raja mana pun yang bisa membubarkan pengepungan
tersebut. Dia mengkhawatirkan keselamatan anak laki-laki itu,
katanya. Anak laki-laki mana, apa kau tahu?"
659 "Edric Storm," Brienne memberitahu mereka. "Anak
haram Robert." Edmure menatapnya penasaran. "Stannis telah
bersumpah bahwa garnisun akan dibebaskan, tanpa dicelakai,
seandainya mereka menyerahkan kastel dalam dua minggu dan
menyerahkan anak laki-laki itu ke tangannya, tapi Ser Cortnay
tak mau tunduk." Dia mengambil risiko demi anak haram yang bahkan bukan
keturunannya, batin Catelyn. "Kau sudah mengirimkan jawaban
padanya?" Edmure menggeleng. "Buat apa, bila kita tak bisa
memberikan bantuan atau harapan" Dan Stannis bukan
musuh kita." Ser Robin Ryger angkat bicara. "My lady, bisakah Anda
menceritakan pada kami tentang kematian Lord Renly" Kabar
yang kami dengar semuanya ganjil."
"Cat," kata sang adik, "ada yang bilang kau membunuh
Renly. Yang lain mengklaim itu ulah perempuan selatan."
Tatapannya terpaku pada Brienne.
"Rajaku dibunuh," kata gadis itu pelan, "dan bukan
oleh Lady Catelyn. Aku bersumpah demi pedangku, demi
dewa-dewa lama dan baru."
"Ini Brienne dari Klan Tarth, putri Lord Selwyn sang
Bintang Senja, yang bertugas di Garda Pelangi Renly," Catelyn
memberitahu mereka. "Brienne, aku merasa terhormat
memperkenalkanmu dengan adikku Ser Edmure Tully, ahli
waris Riverrun. Pengurus rumah tangganya Utherydes Wayn.
Ser Robin Ryger dan Ser Desmond Grell."
"Terhormat," kata Ser Desmond. Yang lain menirunya.
Gadis itu tersipu, bahkan jengah dengan sopan santun biasa.
Bila Edmure menganggap Brienne perempuan yang aneh,
setidaknya dia punya etika untuk tidak menyatakannya.
"Brienne bersama Renly ketika dia terbunuh, begitu
juga aku," Catelyn berkata, "tapi kami tak berperan dalam
kematiannya." Dia tidak berani menceritakan tentang bayangan
660 itu, di sini di tempat terbuka di tengah banyak orang, jadi dia
melambaikan tangan ke arah mayat-mayat di atas. "Siapa orangorang yang kaugantung?"
Edmure mendongak sekilas dengan gelisah. "Mereka
datang bersama Ser Cleos yang membawa jawaban Ratu
mengenai tawaran perdamaian kita."
Catelyn terkejut. "Kau membunuh utusan?"
"Utusan palsu," Edmure menyatakan. "Mereka
menyatakan datang dengan damai dan menyerahkan semua
senjata, maka aku memberi mereka kebebasan di kastel, dan
selama tiga malam mereka melahap makananku dan meneguk
minumanku sementara aku bicara pada Ser Cleos. Pada
malam keempat, mereka berusaha membebaskan Pembantai
Raja." Dia menuding ke atas. "Orang kasar bertubuh besar
itu membunuh dua pengawal hanya dengan tangan besarnya,
mencekik leher mereka dan menghantamkan tempurung kepala


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka sampai pecah sementara bocah kurus di sampingnya
membuka sel Lannister dengan kawat, terkutuklah dia. Orang
yang di ujung itu semacam peniru. Dia memakai suaraku
untuk memerintahkan Gerbang Sungai dibuka. Para pengawal
berani bersumpah akan hal itu, Enger, Delp, dan Long Lew,
ketiganya. Kalau kau tanya aku, orang itu sama sekali tak
terdengar mirip aku, tapi orang-orang tolol yang menaikkan
gerbang besi semuanya mengatakan hal yang sama."
Itu pekerjaan si Setan Kecil, Catelyn mencurigainya;
peristiwa itu menguarkan jenis kelicikan serupa dengan yang
diperlihatkannya di Eyrie. Dulu, Catelyn mungkin menganggap
Tyrion sebagai anggota keluarga Lannister yang paling tak
berbahaya. Kini, dia tidak lagi seyakin itu. "Bagaimana kau bisa
memergoki mereka?" "Ah, ketika itu terjadi, aku tak sedang di kastel. Aku
menyeberangi Tumblestone untuk, ah..."
"Kau sedang tidur dengan pelacur atau gadis pelayan.
Lanjutkan ceritamu."
661 Pipi Edmure semerah janggutnya. "Waktu itu satu jam
sebelum fajar, dan aku baru pulang. Sewaktu Long Lew melihat
perahuku dan mengenaliku, dia akhirnya terpikir untuk
mempertanyakan siapa yang berdiri di bawah membentakkan
perintah, dan berteriak memberi peringatan."
"Katakan padaku sang Pembantai Raja tertangkap
kembali." "Ya, meskipun tidak gampang. Jaime berhasil
mendapatkan pedang, membunuh Poul Pernford dan squire
Ser Desmond, Myles, serta melukai Delp sangat parah sehingga
Maester Vyman cemas dia juga akan tewas tak lama lagi. Benarbenar kekacauan berdarah. Mendengar bunyi pedang, beberapa
prajurit jubah merah lain bergegas bergabung dengannya,
bersenjata ataupun tidak. Aku menggantung mereka selain
keempat orang yang membebaskan dia, dan menjebloskan
sisanya ke penjara bawah tanah. Jaime juga. Kami tak mau lagi
yang satu itu lepas. Saat ini dia di sel gelap di bawah, tangan
dan kaki dirantai dan dipakukan di dinding."
"Dan Cleos Frey?"
"Dia bersumpah tak tahu apa-apa mengenai rencana
tersebut. Siapa yang bisa memastikan" Lelaki itu setengah
Lannister, setengah Frey, dan pembohong luar dalam. Aku
memasukkannya ke sel menara Jaime yang lama."
"Katamu dia membawa persyaratan?"
"Kalau kau bisa menyebutnya itu. Kau pasti tak
menyukainya seperti aku, sumpah."
"Bisakah kita berharap tak ada bantuan dari selatan,
Lady Stark?" tanya Utherydes Wayn, pengurus rumah tangga
ayahnya. "Tuduhan inses ini... Lord Tywin tidak menganggap
enteng penghinaan ini.Dia berniat membersihkan nama
putrinya dengan darah para penuduhnya, Lord Stannis pasti
tahu itu. Dia tak punya pilihan selain bekerja sama dengan
kita." Stannis telah bekerja sama dengan kekuatan yang lebih
besar dan lebih gelap. "Kita bicarakan masalah ini nanti."
662 Catelyn berderap melewati jembatan gantung, meninggalkan
deretan mayat prajurit Lannister di belakangnya. Sang adik
menyejajarinya. Selagi mereka berkuda memasuki keramaian
dinding luar Riverrun, seorang bocah kecil telanjang berlari
ke depan kuda. Catelyn menyentak tali kekang keras-keras
untuk menghindarinya, mengedarkan pandang dengan
khawatir. Ratusan rakyat jelata diizinkan memasuki kastel,
dan diperbolehkan mendirikan tenda-tenda sederhana di
dinding kastel. Anak-anak mereka berkeliaran di mana-mana,
dan pekarangan sepertinya dijejali oleh sapi, domba, dan ayam
milik mereka. "Siapa orang-orang ini?"
"Rakyatku," jawab Edmure. "Mereka ketakutan."
Hanya adikku yang baik hati yang bersedia memasukkan
semua mulut tak berguna ini ke dalam kastel yang mungkin akan
dikepung dalam waktu dekat. Catelyn tahu Edmure berhati
lembut; terkadang dia berpikir kepala sang adik bahkan lebih
lembut lagi. Dia menyayangi Edmure karena itu, tapi tetap
saja... "Bisakah Robb dijangkau oleh raven?"
"Dia di medan pertempuran, my lady," jawab Ser
Desmond. "Burung tak mungkin menemukannya."
Utherydes Wayn terbatuk. "Sebelum meninggalkan
kita, Raja muda memerintahkan kami untuk mengirim Anda
ke Twins begitu Anda kembali, Lady Stark. Beliau meminta
Anda mengenal lebih jauh putri-putri Lord Walder, untuk
membantu memilih pengantinnya jika waktunya tiba."
"Kami akan memberimu kuda baru dan perbekalan,"
janji sang adik. "Kau pasti ingin menyegarkan diri sebelum?"
"Aku ingin tetap di sini," Catelyn berkata, turun dari
kuda. Dia tak berniat meninggalkan Riverrun dan ayahnya
yang sekarat demi memilihkan istri Robb. Robb menginginkan
keamananku, aku tak bisa menyalahkannya untuk itu, tapi dalihnya
sudah usang. "Nak," panggil Catelyn, dan seorang bocah
berbaju lusuh berlari ke luar dari istal untuk mengambil alih
tali kekang kudanya. 663 Edmure berayun turun dari pelana. Dia sekepala lebih
tinggi dari Catelyn, tapi sampai kapan pun akan menjadi
adiknya. "Cat," kata Edmure, tak senang. "Lord Tywin dalam
perjalanan?" "Dia menuju barat, untuk mempertahankan wilayahnya.
Jika kita menutup gerbang dan berlindung di balik dinding
kastel, kita bisa menyaksikannya lewat dengan aman."
"Ini wilayah Tully," Edmure menyatakan. "Jika Tywin
Lannister berpikir bisa melewatinya tanpa halangan, aku
bermaksud memberinya pelajaran pahit."
Pelajaran sama yang kauberikan pada putranya" Adiknya itu
bisa sekeras kepala batu sungai bila harga dirinya disinggung,
tapi tak satu pun dari mereka yang bisa melupakan bagaimana
Ser Jaime memorak-porandakan pasukan Edmure terakhir kali
mereka bertempur. "Kita takkan mendapatkan apa-apa dan
akan kehilangan segala-galanya jika menghadapi Lord Tywin di
medan pertempuran," kata Catelyn dengan bijak.
"Pekarangan bukan tempat untuk membahas strategi
perangku." "Baiklah. Ke mana sebaiknya kita pergi?"
Wajah sang adik menggelap. Catelyn sempat mengira
Edmure akan kehilangan kesabaran padanya, tapi akhirnya
lelaki itu menukas, "Hutan sakral. Kalau kau berkeras."
Catelyn mengikutinya menyusuri serambi menuju
gerbang hutan sakral. Kemarahan Edmure selalu berupa
merajuk dan muram. Catelyn menyesal telah menyakiti sang
adik, tapi masalah ini terlalu penting baginya dibandingkan
mencemaskan harga diri Edmure. Setelah hanya mereka berdua
di bawah pepohonan, Edmure berbalik menghadapnya.
"Kau tak punya kekuatan untuk menghadapi pasukan
Lannister di medan perang," ujar Catelyn blakblakan.
"Jika semua pasukanku dikumpulkan, aku memiliki
delapan ribu prajurit dan tiga ribu kuda," kata Edmure.
"Yang berarti kekuatan Lord Tywin hampir dua kali
lipat pasukanmu." 664 "Robb memenangkan pertarungan dengan perbandingan
yang lebih buruk," balas Edmure, "dan aku punya strategi.
Kau melupakan Roose Bolton. Lord Tywin mengalahkannya
di Anak Sungai Hijau, tapi gagal mengejarnya. Ketika Lord
Tywin bergerak ke Harrenhal, Bolton menguasai arungan batu
mirah dan persimpangan jalan. Dia memiliki sepuluh ribu
prajurit. Aku sudah mengirim kabar kepada Helman Tallhart
agar bergabung dengannya bersama garnisun yang ditinggalkan
Robb di Twins?" "Edmure, Robb meninggalkan pasukan itu untuk
mempertahankan Twins dan memastikan Lord Walder tetap
memihak kita." "Dia memihak kita," kata Edmure dengan keras kepala.
"Pasukan Frey bertempur dengan gagah berani di Hutan
Berbisik, dan kami dengar si tua Ser Stevron tewas di Oxcross.
Ser Ryman, Walder Hitam, dan yang lain bersama Robb di
barat, Martyn telah sangat membantu dalam pengintaian,
dan Ser Perwyn membantu mengawalmu hingga bertemu
Renly. Demi dewa, berapa banyak lagi yang bisa kita tuntut
dari mereka" Robert bertunangan dengan salah satu putri
Lord Walder, dan Roose Bolton menikahi putrinya yang lain,
kudengar. Lagi pula, bukankah kau membawa dua cucunya
untuk diasuh di Winterfell?"
"Anak asuh bisa dijadikan sandera dengan mudah, jika
diperlukan." Catelyn tak tahu Ser Stavron telah tiada, begitu
juga mengenai pernikahan Bolton.
"Jika kita punya dua sandera, semakin kuat alasan
Lord Walder untuk tidak berani mempermainkan kita.
Bolton membutuhkan pasukan Frey, juga Ser Helman. Aku
memerintahkan dia untuk mengambil kembali Harrenhal."
"Itu akan jadi peristiwa berdarah."
"Benar, tapi begitu kastel dikuasai, Lord Tywin tak
lagi memiliki tempat berlindung yang aman. Pasukanku
akan mempertahankan arungan Anak Sungai Merah untuk
menghalangi upayanya menyeberang. Jika dia menyerang ke
seberang sungai, nasibnya akan seperti Rhaeger saat mencoba
665 melintasi sungai Trident. Seandainya dia bertahan, dia akan
terjebak antara Riverrun dan Harrenhal, dan begitu Robb
kembali dari barat, kita bisa menghabisinya untuk selamalamanya."
Suara sang adik penuh kepercayaan diri yang jelas, tapi
Catelyn mendapati dirinyaberharap Robb tak membawa serta
pamannya Brynden ke barat. Sang Ikan Hitam berpengalaman
terjun dalam lima puluh pertempuran; Edmure baru sekali,
dan itu pun dia kalah. "Rencana itu bagus," pungkas Edmure. "Lord Tytos
berpendapat begitu, demikian juga Lord Jonos. Kapan
Blackwood dan Bracken pernah sepakat mengenai sesuatu yang
tak pasti?" "Tapi tetap saja." Catelyn mendadak letih. Barangkali
dia keliru menentang Edmure. Barangkali itu memang rencana
yang bagus, dan rasa waswasnya sekadar ketakutan seorang
perempuan. Dia berharap Ned ada di sini, atau pamannya
Brynden, atau... "Kau sudah tanya Ayah soal ini?"
"Ayah tak dalam kondisi yang memadai untuk
mempertimbangkan strategi. Dua hari lalu dia merencanakan
pernikahanmu dengan Brandon Stark! Pergilah jenguk dia
kalau kau tak memercayaiku. Rencana ini akan berhasil, Cat,
lihat saja nanti." "Kuharap begitu, Edmure. Sungguh." Dikecupnya pipi
sang adik, untuk memberitahunya bahwa dia serius, lalu pergi
menemui sang ayah. Kondisi Lord Hoster Tully hampir sama seperti ketika
Catelyn meninggalkannya"di tempat tidur, kuyu, pucat, dan
berkeringat. Kamar berbau penyakit, aroma memuakkan yang
tercipta dari keringat basi dan obat-obatan. Sewaktu Catelyn
menarik tirai, sang ayah mengerang pelan, dan matanya
bergetar membuka. Ditatapnya Catelyn seolah tak memahami
siapa dia atau apa yang diinginkannya.
"Ayah."Catelyn mengecupnya. "Aku kembali."
Ayah sepertinya mengenalinya. "Kau sudah datang,"
bisiknya lirih, bibirnya nyaris tak bergerak.
666 "Ya," jawab Catelyn. "Robb mengirimku ke selatan, tapi
aku bergegas kembali."
"Selatan... tempat... apa Eyrie di selatan, anak manis" Aku
tak ingat... oh, sayang, aku takut... kau sudah memaafkanku,
Nak?" Air mata melelehi pipinya.
"Kau tak melakukan apa pun yang perlu dimaafkan,
Ayah." Catelyn membelai rambut beruban sang ayah yang
lepek dan meraba dahinya. Demam masih membakarnya dari
dalam, terlepas dari semua ramuan maester.
"Itu yang terbaik," bisik ayahnya. "Jon lelaki yang baik,
baik... kuat, baik hati... dia akan... menjagamu... dan dia
bangsawan, dengarkan aku, kau harus, aku ayahmu... ayahmu...
kau akan menikah ketika Cat menikah, ya kau akan..."
Ayah mengira aku Lysa, Catelyn menyadari. Demi para
dewa, Ayah bicara seolah kami belum menikah.
Tangan sang ayah dalam genggamannya, gemetaran
mirip dua burung putih ketakutan. "Pemuda tanggung...
sialan itu... jangan sebut namanya di depanku, kewajibanmu...
ibumu, dia akan..." Lord Hoster berteriak saat serangan sakit
melandanya. "Oh, dewa-dewa maafkan aku, maafkan aku,
maafkan aku. Obatku..."
Dan kemudian Maester Vyman datang, mendekatkan
cawan ke bibirnya. Lord Hoster mengisap ramuan putih
kental itu sama bersemangatnya dengan bayi yang menyusu,
dan Catelyn bisa melihat kedamaian kembali menyelubungi
ayahnya. "Sekarang dia akan tidur, my lady," kata sang maester
begitu cawan kosong. Sari bunga opium menyisakan lapisan
putih kental di sekeliling mulut ayahnya. Maester Vyman
menyekanya dengan lengan baju.
Catelyn tak sanggup lagi menyaksikan. Hoster Tully
dulunya lelaki tangguh, dan penuh harga diri. Menyakitkan
baginya melihat sang ayah jadi seperti ini. Dia keluar ke teras.
Pekarangan di bawah disesaki pengungsi dan hiruk pikuk oleh
suara mereka, tapi di balik dinding, sungai mengalir jernih,
murni, dan tak berujung. Itu sungai-sungai ayahnya, dan tak lama
lagi ayahnya akan kembali ke sana untuk perjalanan terakhirnya.
667 Maester Vyman menyusulnya ke luar. "My lady," sapanya
pelan , "aku tak kuasa menahan akhir hayatnya lebih lama lagi.
Kita sebaiknya mengutus pengantar pesan menemui adiknya.
Ser Brynden pasti ingin ada di sini."
"Benar," sahut Catelyn, suaranya penuh kedukaan.
"Dan Lady Lysa juga, barangkali?"
"Lysa tidak akan datang."
"Kalau Anda menulis sendiri untuknya, barangkali..."
"Aku akan menulis pesan, kalau itu membuatmu senang."
Catelyn bertanya-tanya siapa "pemuda tanggung sialan" Lysa
dulu. Squire atau kesatria merdeka muda, kemungkinan besar...
meskipun dilihat dari ketidaksenangan Lord Hoster yang
berapi-api terhadapnya, pemuda itu bisa saja putra pedagang
atau anak jadah pemagang, bahkan penyanyi. Sejak dulu Lysa


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangat menyukai penyanyi. Aku tak boleh menyalahkan dia. Jon
Arryn dua puluh tahun lebih tua daripada ayah kami, meskipun dia
bangsawan. Menara yang diberikan adiknya untuk dipakai Catelyn
sama dengan menara yang ditempatinya bersama Lysa saat
masih gadis. Pasti menyenangkan rasanya bisa kembali tidur
di ranjang bulu, dengan api hangat di perapian; setelah dia
beristirahat, dunia pasti tak lagi tampak terlalu suram.
Namun di luar kamar, dia menemukan Utherydes Wayn
menunggu bersama dua perempuan terbalut pakaian kelabu,
wajah mereka tersembunyi dan hanya menyisakan mata.
Catelyn langsung menyadari apa sebabnya mereka datang.
"Ned?" Saudari sunyi menurunkan pandang. Utherydes berkata,
"Ser Cleos membawanya dari King"s Landing, my lady."
"Bawa aku kepadanya," perintah Catelyn.
Mereka telah membaringkan Ned di meja panjang dan
menyelubunginya dengan sehelai panji, panji putih Klan Stark
dengan lambang direwolf abu-abu. "Aku mau melihat dia,"
Catelyn berkata. "Hanya tulang-belulang yang tersisa, my lady."
668 "Aku mau melihat dia," ulang Catelyn.
Salah satu saudari sunyi menyibak panji-panji itu.
Tulang-belulang, pikir Catelyn. Ini bukan Ned, ini bukan
lelaki yang kucintai, ayah anak-anakku. Kedua tangannya
tertangkup di dada, kerangka jemari melingkari gagang pedang
panjang, tapi itu bukan tangan Ned, yang kukuh dan penuh
kehidupan. Mereka mendandani tulang-belulang itu dengan
mantel luar Ned, beledu putih halus dengan simbol direwolf di
atas jantung, tapi tak ada yang tersisa dari daging hangat yang
dulu menjadi bantal bagi kepalanya pada begitu banyak malam,
dari lengan yang dulu memeluknya. Kepala Ned disatukan
kembali dengan tubuhnya menggunakan kawat perak halus,
tapi tengkorak di mana-mana tampak sama, dan dalam rongga
kosong itu Catelyn tak menemukan jejak mata abu-abu gelap
suaminya, mata yang bisa selembut kabut atau sekeras batu.
Mereka memberikan matanya pada gagak, dia teringat.
Catelyn menoleh. "Ini bukan pedangnya."
"Ice tak dikembalikan pada kami, my lady," Utherydes
berkata. "Hanya tulang-belulang Lord Eddard."
"Kurasa aku bahkan harus berterima kasih pada Ratu
untuk ini." "Berterimakasihlah pada si Setan Kecil. Dia yang
melakukannya." Suatu hari nanti aku akan berterima kasih pada mereka
semua. "Aku berterima kasih atas pelayanan kalian, saudari
sunyi," Catelyn berkata, "tapi aku terpaksa memberikan tugas
lain pada kalian. Lord Eddard seorang Stark, dan tulangtulangnya harus disemayamkan di bawah Winterfell." Mereka
akan membuatkan patung dirinya, Ned dari batu yang tegak dalam
kegelapan bersama seekor direwolf di kakinya dan pedang melintang
di lututnya. "Pastikan para saudari mendapatkan kuda baru, dan
semua yang mereka butuhkan untuk perjalanan itu," katanya
pada Utherydes Wayn. "Hal Mollen akan mengawal mereka
kembali ke Winterfell, itu tugasnya sebagai kepala pengawal."
Dia menunduk menatap tulang-belulang yang tersisa dari
suami dan kekasihnya. "Sekarang tinggalkan aku. Aku ingin
669 sendirian dengan Ned malam ini."
Perempuan berpakaian kelabu menundukkan kepala.
Saudari sunyi tak berbicara pada mereka yang masih hidup, Catelyn
teringat dengan kebas, tapi konon mereka bisa berbicara pada yang
telah tiada. Dan betapa dia iri akan hal itu...
j 670 DAENERYS T irai-tirai menangkal debu dan panas jalanan, tapi mereka
tak bisa menyembunyikan kekecewaan. Dany memanjat
masuk ke tandu dengan letih, lega memiliki tempat berlindung
dari lautan mata orang-orang Qarth. "Beri jalan," seru Jhogo
dari punggung kuda pada kerumunan orang, melecutkan
cambuknya, "beri jalan, beri jalan bagi Ibu para Naga."
Sambil bersandar di bantal satin sejuk, Xaro Xhoan
Daxos menuang anggur semerah batu mirah ke piala minum
dari giok dan emas, tangannya yakin dan mantap terlepas dari
tandu yang berayun-ayun. "Aku melihat kesedihan mendalam
tergurat di wajahmu, cahaya cintaku." Dia menawarkan piala
itu pada Dany. "Mungkinkah itu kesedihan akibat mimpi yang
sirna?" "Mimpi yang tertunda, itu saja." Ban leher perak
Dany yang ketat menggigit lehernya. Dia melepaskannya
dan melemparkannya ke samping. Ban lehernya bertatahkan
ametis yang dimantrai dan Xaro bersumpah itu dapat
melindunginya terhadap semua racun. Darah Murni terkenal
sering menyuguhkan anggur beracun pada orang yang dianggap
berbahaya, tapi mereka tak menawarkan secawan pun air pada
Dany. Mereka tidak pernah menganggapku sebagai ratu, pikirnya
671 getir. Aku hanya hiburan sore hari, gadis kuda bersama binatang
peliharaan yang menarik. Rhaegal mendesis dan membenamkan cakar hitam tajam
di bahu telanjang Dany saat dia mengulurkan tangan meraih
anggur. Berjengit, dipindahkannya Rhaegal ke bahu satunya,
tempat naga itu bisa mencakar gaunnya bukannya kulitnya. Dia
berbusana ala penduduk Qarth. Xaro sudah mengingatkannya
bahwa Dewan Raja takkan mau mendengarkan seorang
Dothraki, maka dia menemui mereka dalam baju mengilap
hijau melayang dengan satu payudara terpapar, sandal perak di
kakinya, dilengkapi sabuk mutiara hitam-dan-putih melingkari
pinggangnya. Demi bantuan yang mereka tawarkan, aku rela
telanjang. Mungkin sebaiknya aku telanjang. Dia meneguk anggur
banyak-banyak. Sebagai keturunan raja dan ratu kuno Qarth, Darah
Murni mengomandani Garda Sipil dan armada kapal penuh
hiasan yang menguasai selat di antara laut-laut. Daenerys
Targaryen menginginkan armada tersebut, atau beberapa
di antaranya, berikut sebagian prajurit mereka. Dia telah
memberikan persembahan tradisional di Kuil Ingatan,
memberi sogokan tradisional kepada Pengurus Senarai
Panjang, mengirimkan buah kesemek kepada Pembuka Pintu,
dan akhirnya menerima sandal sutra biru tradisional yang
mengundangnya ke Balairung Seribu Singgasana.
Para Darah Murni mendengarkan permohonannya
dari kursi kayu besar milik leluhur mereka, menjulang dalam
undakan melengkung dari lantai pualam ke langit-langit
berkubah tinggi yang dilukis dengan adegan-adegan kejayaan
Qarth yang telah sirna. Kursi-kursi itu mengesankan, berukir
indah, cemerlang dengan kerawang emas dan bertatahkan batu
ambar, oniks, lapis lazuli, dan giok, masing-masing berbeda
dari yang lain, dan masing-masing bersaing menjadi yang
paling menakjubkan. Namun, orang-orang yang duduk di sana
tampak begitu lesudan letih sehingga bisa saja mereka sedang
tidur. Mereka mendengar, tapi tak mendengarkan, atau peduli, pikir
672 Dany. Mereka memang Manusia Susu. Mereka tak pernah berniat
menolongku. Mereka datang karena bosan, dan naga di bahuku lebih
menarik bagi mereka daripada diriku.
"Ceritakan padaku ucapan Darah Murni," ujar Xaro
Xhoan Daxos. "Ceritakan padaku apa yang mereka katakan
sehingga membuat sedih ratu hatiku."
"Mereka bilang tidak." Anggur itu berasa delima dan
hari-hari musim panas yang terik. "Mereka mengatakannya
dengan sopan, tentu saja, tapi di balik semua kata-kata indah
itu, tetap saja artinya tidak."
"Apa kau menjilat mereka?"
"Tanpa malu-malu."
"Apa kau menangis?"
"Darah naga tak menangis," jawab Dany gusar.
Xaro mendesah. "Kau seharusnya menangis." Orang
Qarth mudah dan sering menangis; hal itu dianggap tanda
bangsa beradab. "Orang-orang yang kita suap, apa kata
mereka?" "Mathos membisu. Wendello memuji caraku bicara.
Si Elegan menolakku bersama yang lain, tapi setelahnya dia
menangis." "Sayangnya, orang Qarth itu sangat tak bisa
dipercaya."Xaro sendiri bukan Darah Murni, tapi dialah
yang memberitahu Dany siapa yang harus disuap dan berapa
yang harus ditawarkan. "Menangislah, menangislah akibat
pengkhianatan para lelaki."
Dany lebih suka menangisi emasnya. Sogokan yang
diberikannya kepada Mathos Mallarawan, Wendello Qar Deeth,
dan Egon Emeros si Elegan jangan-jangan bisa membelikannya
kapal, atau menyewa sepasukan prajurit bayaran. "Bagaimana
kalau kuutus Ser Jorah untuk menuntut hadiah-hadiahku
dikembalikan?" tanyanya.
"Bagaimana kalau suatu malam Manusia Merana datang
ke istanaku dan membunuhmu waktu tidur," kata Xaro.
Manusia Merana merupakan serikat sakral pembunuh kuno,
673 dinamakan begitu karena selalu membisikkan, "Aku sangat
menyesal," pada korban mereka sebelum membunuhnya.
Bangsa Qarth memang selalu sopan. "Bisa dibilang lebih
mudah memerah susu dari Patung Sapi di Faros daripada
merebut emas dari para Darah Murni."
Dany tak tahu di mana letak Faros, tapi sepertinya
Qarth penuh dengan patung sapi. Pangeran-pangeran
saudagar, kaya raya berkat perdagangan antar-laut, terbagi
menjadi tiga faksi yang bersaing: Serikat Kuno Saudagar
Rempah, Persaudaraan Turmalin, dan Perkumpulan Tiga
Belas, tempat Xaro bergabung. Masing-masing faksi berlomba
memperebutkan dominasi, dan ketiganya terlibat pertikaian
tanpa akhir dengan Darah Murni. Dan para penyihir hitamlah
yang paling mengkhawatirkan, dengan bibir biru dan kekuatan
mengerikan mereka, jarang terlihat tapi sangat ditakuti.
Dany pasti sudah tersesat tanpa Xaro. Emas yang
dikeluarkannya dengan sia-sia untuk membuka pintu
Balairung Seribu Singgasana sebagian besar diperolehnya dari
kemurahhatian para pedagang dan kecerdasannya. Begitu kabar
tentang naga hidup menyebar ke timur, bahkan lebih banyak
lagi pencari yang datang untuk membuktikan kebenaran
rumor tersebut"dan Xaro Xhoan Daxos memastikan semuanya
memberikan tanda mata kepada Ibu para Naga.
Tetesan berita yang dimulai lelaki itu dengan cepat
menjadi air bah. Para kapten pedagang membawakan Dany
renda dari Myr, berpeti-peti saffron dari Yi Ti, batu ambar
dan kaca naga dari Asshai. Para saudagar mempersembahkan
berkantong-kantong koin, cincin dan kalung karya perajin
perak. Suling ditiup untuknya, pemain akrobat berakrobat,
dan pesulap bermain sulap, sedangkan tukang celup
menyelubunginya dengan warna-warni yang dia baru tahu
keberadaannya. Sepasang tamu dari Jogos Nhai menghadiahkan
salah satu kuda belang-belang, hitam dan putih dan liar milik
mereka. Seorang janda membawakan jasad kering suaminya,
ditutupi oleh kerak dedaunan perak; hal semacam itu diyakini
674 memiliki kekuatan besar, terutama bila yang meninggal adalah
penyihir, seperti yang satu ini. Dan Persaudaraan Turmalin
mempersembahkan kepadanya mahkota yang ditempa dengan
bentuk naga berkepala tiga; ekornya kuning emas, sayapnya
perak, dan tiga kepalanya diukir dari giok, gading, dan oniks.
Hanya mahkota itu hadiah yang disimpan Dany. Dia
menjual yang lain, untuk mendapatkan emas yang disiasiakannya demi menyuap Darah Murni. Xaro pasti sudah
menjual mahkota itu"dia bersumpah Perkumpulan Tiga Belas
akan memastikan Dany memiliki mahkota yang lebih indah"
tapi Dany melarang. "Viserys menjual mahkota ibuku, dan
orang-orang menyebutnya pengemis. Aku akan menyimpan
yang satu ini agar orang-orang menyebutku ratu." Maka Dany
pun melakukannya, meskipun berat mahkota itu membuat
lehernya pegal. Namun, sudah bermahkota pun aku tetap saja pengemis,
pikir Dany. Aku telah menjadi pengemis paling menakjubkan, tapi
tetap saja pengemis. Dany membencinya, seperti kakaknya dulu.
Bertahun-tahun melarikan diri dari kota ke kota, satu langkah di
depan pembunuh bayaran Perebut Takhta, memohon pertolongan
dari para pemimpin, pangeran, dan magistrat, membeli makanan
kami dengan sanjungan. Kakaknya pasti tahu bagaimana mereka
mengejeknya. Pantas saja dia berubah jadi pemarah dan getir.
Akhirnya, hal itu membuatnya sinting. Itu akan berakibat serupa
padaku jika kubiarkan. Tak ada yang lebih diinginkan sebagian
diri Dany selain memimpin rakyatnya kembali ke Vaes Tolorro,
dan membuat kota mati itu berkembang. Tidak, itu kekalahan.
Aku memiliki sesuatu yang tak pernah dipunyai Viserys. Aku memiliki
naga. Para nagalah yang jadi perbedaan penting.
Dia membelai Rhaegal. Naga hijau itu mengatupkan
gigi di daging tangannya dan menggigit keras. Di luar, kota
besar itu bergumam, berdengung, dan mendidih, aneka
suara tersebut berbaur menjadi satu bunyi rendah mirip
ombak lautan. "Beri jalan, Manusia Susu, beri jalan bagi Ibu
para Naga," seru Jhogo, dan penduduk Qarth menyingkir,
675 meskipun mungkin lebih karena pengaruh banteng daripada
suaranya. Dari sela-sela tirai yang berayun, Dany melihat
sekilas Jhogo menunggang kuda jantan abu-abunya. Sesekali
dia melecut salah satu banteng dengan cambuk bergagang
perak yang diberikan Dany padanya. Aggo mengawal di sisi
yang satu lagi, sedangkan Rakharo berkuda di belakang arakarakan, mengamati wajah-wajah di keramaian mencari isyarat
bahaya. Hari ini Dany meninggalkan Ser Jorah untuk menjaga
naganya yang lain; kesatria buangan itu sejak awal menentang
kekonyolan ini. Dia tidak memercayai siapa pun, renung Dany,
dan barangkali dengan alasan kuat.
Ketika Dany mengangkat piala untuk minum, Rhaegal
mengendus anggur itu dan menjauhkan kepala, mendesis.
"Nagamu punya hidung yang tajam." Xaro mengelap bibir.
"Anggur ini biasa. Konon di seberang Laut Giok mereka
membuat anggur tua keemasan yang sangat nikmat sehingga
satu sesapan saja membuat semua anggur lain rasanya mirip
cuka. Ayo kita naik bahtera pesiarku dan pergi mencarinya,
kau dan aku."

Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Orang Arbor membuat anggur terbaik di dunia," Dany
menyatakan. Dany teringat bahwa Lord Redwyne berjuang
bersama ayahnya melawan Perebut Takhta, salah seorang dari
segelintir yang tetap setia sampai akhir. Sudikah dia berjuang
demi aku juga" Mustahil memastikan itu setelah bertahun-tahun
berlalu. "Pergilah bersamaku ke Arbor, Xaro, dan kau akan
mendapatkan anggur tua paling enak yang pernah kaucicipi.
Tapi kita harus pergi dengan kapal perang, bukan bahtera
pesiar." "Aku tidak punya kapal perang. Perang buruk bagi
perdagangan. Sudah berapa kali kukatakan padamu, Xaro
Xhoan Daxos adalah pecinta damai."
Xaro Xhoan Daxos adalah pecinta emas, pikir Dany, dan
emas bisa membelikanku semua kapal dan prajurit yang kubutuhkan.
"Aku bukan memintamu mengangkat pedang, hanya
meminjamiku kapal-kapalmu."
676 Xaro tersenyum rendah hati. "Aku punya sedikit kapal
dagang, memang benar. Siapa yang bisa memastikan berapa
jumlahnya" Bahkan saat ini salah satunya bisa saja karam, di
suatu sudut berbadai Laut Musim Panas. Besoknya, satu lagi
direbut bajak laut. Keesokan harinya lagi, salah satu kaptenku
bisa saja melihat kekayaan di tangannya dan berpikir, Semua ini
seharusnya milikku. Itulah risiko perdagangan. Bahkan, semakin
lama kita bicara, kemungkinan semakin sedikit kapal yang
kumiliki. Aku jatuh miskin dengan sangat cepat."
"Beri aku kapal, dan aku akan menjadikanmu kaya lagi."
"Menikahlah denganku, cahaya benderang, dan layarilah
bahtera hatiku. Aku tak bisa tidur memikirkan kejelitaanmu."
Dany tersenyum. Penolakan bersemangat Xaro yang
berbunga-bunga membuatnya geli, tapi tindak-tanduk lelaki
itu bertentangan dengan ucapannya. Bila Ser Jorah nyaris tak
bisa mengalihkan pandang dari payudara telanjangnya saat
membantunya menaiki tandu, Xaro hampir tak meliriknya,
bahkan dalam ruangan sesempit ini. Dan Dany melihat
pemuda-pemuda rupawan yang mengelilingi pangeran saudagar
itu, berkeliaran di koridor istananya mengenakan pakaian
sutra tipis. "Bicaramu manis, Xaro, tapi di balik ucapanmu aku
mendengar satu lagi kata tidak."
"Takhta Besi yang kaubicarakan terdengar sangat
dingin dan keras. Aku tak tahan memikirkan kait runcing
bergerigi menggores kulit halusmu." Permata di hidung Xaro
mengesankan dia seperti sejenis burung gemerlap aneh. Jemari
panjang anggunnya dilambaikan tak peduli. "Jadikanlah ini
kerajaanmu, ratu yang paling memesona, dan jadikan aku
rajamu. Akan kuberikan takhta emas kepadamu, kalau kau
mau. Jika Qarth mulai membosankan, kita bisa bepergian
mengelilingi Yi Ti dan mencari kota impian para penyair, dan
menyesap anggur kebijaksanaan dari tengkorak orang mati."
"Aku berniat berlayar menuju Westeros, dan meneguk
anggur pembalasan dendam dari tengkorak Perebut Takhta."
Dany menggaruk di bawah sebelah mata Rhaegal dan sayap
677 hijau giok naganya terkembang sejenak, meriakkan udara diam
dalam tenda. Setetes air mata melelehi pipi Xaro Xhoan Daxos. "Tidak
adakah yang mampu mengalihkanmu dari kegilaan ini?"
"Tidak ada," jawab Dany, berharap dia seyakin
ucapannya. "Seandainya setiap anggota Perkumpulan Tiga
Belas mau meminjamkan sepuluh kapal padaku?"
"Kau akan memiliki 130 kapal, dan tak satu pun
awak kapal untuk melayarkannya. Keadilan untukmu tidak
ada artinya bagi penduduk Qarth. Untuk apa pelautku
memedulikan siapa yang duduk di singgasana suatu kerajaan
di ujung dunia?" "Aku akan membayar mereka untuk peduli."
"Dengan koin apa, bintang indah di surgaku?"
"Dengan emas yang dibawakan para pencari."
"Itu bisa kaulakukan," Xaro mengakui, "tapi kepedulian
sebesar itu harganya akan sangat mahal. Kau harus membayar
mereka lebih banyak daripada yang kulakukan, dan seantero
Qarth menertawakan kemurahan hatiku yang berlebihan."
"Jika Perkumpulan Tiga Belas tak mau menolongku,
mungkin aku sebaiknya meminta bantuan pada Serikat
Saudagar Rempah atau Persaudaraan Turmalin?"
Xaro mengangkat bahu dengan lesu. "Mereka takkan
memberimu apa-apa selain pujian dan kebohongan. Saudagar
Rempah itu palsu dan pembual sedangkan Persaudaraan
penuh bajak laut." "Kalau begitu aku harus menuruti Pyat Pree, dan pergi
menemui para penyihir hitam."
Saudagar itu mendadak duduk tegak. "Pyat Pree berbibir
biru, dan semua orang bilang bibir biru hanya mengucapkan
dusta. Turutilah nasihat seseorang yang mencintaimu.
Penyihir hitam adalah makhluk getir yang memakan debu dan
meminum bayangan. Mereka takkan memberimu apa-apa.
Mereka tak punya apa-apa untuk diberikan."
678 "Aku takkan perlu meminta bantuan sihir seandainya
temanku Xaro Xhoan Daxos mau mengabulkan permintaanku."
"Aku telah memberimu rumah dan hatiku, apa itu tidak
ada artinya bagimu" Aku telah memberimu parfum dan delima,
monyet yang bisa berakrobat dan ular yang menyemburkan
bisa, naskah-naskah dari Valyria yang hilang, kepala patung
dewa dan kaki ular. Aku telah memberimu tandu dari eboni
dan emas ini, dilengkapi sepasang banteng yang serasi untuk
memanggulnya, seekor seputih gading dan satunya lagi sehitam
batu jet, dengan tanduk bertatahkan permata."
"Benar," sahut Dany. "Tapi kapal dan prajuritlah yang
kuinginkan." "Bukankah aku telah memberimu pasukan, perempuan
termanis" Seribu kesatria, semuanya mengenakan zirah
berkilauan." Zirah yang terbuat dari perak dan emas, kesatria dari
batu giok, beryl, oniks, dan turmalin, dari ambar dan ametis,
masing-masing setinggi kelingkingnya. "Seribu kesatria yang
indah," jawab Dany, tapi bukan pasukan yang perlu ditakuti
musuh-musuhku. Dan bantengku tak bisa membawaku
menyeberangi laut, aku"kenapa kita berhenti?" Bantengnya
melambat dengan drastis. "Khaleesi," panggil Aggo dari balik tirai sewaktu tenda
tersentak berhenti mendadak. Dany bertumpu pada siku untuk
mencondongkan tubuh ke luar. Mereka berada di pinggir
pasar, jalan ke depan terhalang oleh dinding rapat manusia.
"Apa yang mereka tonton?"
Jhogo berkuda menghampirinya. "Penyihir api, Khaleesi."
"Aku mau melihat."
"Kalau begitu kau harus melihatnya." Orang Dothraki
itu mengulurkan tangan. Saat Dany menyambutnya, Aggo
mengangkatnya ke kuda dan mendudukkannya di depan, di
sana dia bisa melihat dari atas kepala kerumunan. Penyihir api
itu menciptakan tangga di udara, tangga jingga yang mendedas
dari pusaran api yang menjulang tanpa dudukan dari lantai
679 pasar, mengarah ke atap berkisi-kisi yang tinggi.
Dany menyadari mayoritas penonton bukan penduduk
kota ini: dia melihat awak kapal dagang, saudagar yang datang
dengan karavan, laki-laki berdebu dari tanah tandus, prajurit
yang berkeliaran, perajin, budak. Jhogo merangkul pinggang
Dany dengan sebelah tangan dan mencondongkan tubuh
mendekat. "Manusia Susu mengucilkan dia. Khaleesi, kau lihat
gadis yang memakai topi felt" Di sana, di belakang pendeta
gemuk itu. Dia?" ?"pencopet," Dany mengakhiri. Dia bukan gadis yang
dimanjakan, buta terhadap hal-hal semacam itu. Dia cukup
sering melihat pencopet di jalan-jalan Kota Merdeka, selama
waktu yang dilewatkannya bersama sang kakak, melarikan diri
dari pembunuh bayaran Perebut Takhta.
Penyihir itu menggerakkan tangan, mendorong kobaran
api semakin tinggi saja dengan kibasan lebar kedua lengan.
Selagi penonton meregangkan leher ke atas, para pencopet
mendesak di sela-sela kerumunan, belati kecil tersembunyi
di telapak tangan. Mereka mengambil koin dengan sebelah
tangan sembari menuding ke atas dengan tangan yang satu lagi.
Ketika tinggi tangga api mencapai dua belas meter,
penyihir itu melompat maju dan mulai memanjatnya, menaiki
satu demi satu anak tangga segesit monyet. Setiap anak tangga
yang disentuhnya lenyap di belakangnya, hanya menyisakan
sulur asap perak. Setibanya di puncak, tangga itu menghilang
dan begitu juga dengan si penyihir.
"Trik yang hebat," kata Jhogo kagum.
"Bukan trik," sahut seorang perempuan dalam Bahasa
Umum. Dany tidak menyadari kehadiran Quaithe di kerumunan,
tapi di sanalah dia berdiri, matanya basah dan berkilau di balik
topeng yang dipernis merah. "Apa maksudmu, my lady?"
"Setengah tahun lalu, lelaki itu bahkan tak bisa
menyalakan api dengan kaca naga. Dia punya sedikit keahlian
dengan mesiu dan api liar, cukup untuk memikat penonton
680 sementara pencopetnya bekerja. Dia bisa berjalan di bara panas
dan menciptakan mawar terbakar mekar di udara, tapi dia tak
mampu memanjat tangga api sama seperti nelayan biasa tak
bisa berharap menangkap kraken dengan jalanya."
Dany menatap gelisah ke tempat tangga tadi berada.
Bahkan asapnya kini telah raib, dan keramaian berpencar,
masing-masing melanjutkan urusan sendiri-sendiri. Sejenak
lagi tak sedikit dari mereka yang akan mendapati dompet
mereka rata dan kosong. "Dan sekarang?"
"Dan sekarang kekuatannya bertambah, Khaleesi. Dan
kaulah penyebabnya."
"Aku?" Dany tertawa. "Bagaimana mungkin?"
Perempuan itu mendekat dan meletakkan dua jari di
pergelangan tangan Dany. "Kau Ibu para Naga, bukan?"
"Benar, dan tidak ada benih bayangan yang boleh
menyentuhnya." Jhogo menepis jari Quaithe dengan gagang
cambuknya. Perempuan itu mundur selangkah. "Kau harus
meninggalkan kota ini secepatnya, Daenerys Targaryen, atau
kau takkan pernah diizinkan untuk meninggalkannya sama
sekali." Pergelangan tangan Dany masih menggelenyar oleh
sentuhan Quaithe. "Kau menginginkanku pergi ke mana?"
tanyanya. "Untuk menuju utara, kau harus bepergian ke selatan.
Untuk mencapai barat, kau harus bertolak ke timur. Untuk
bergerak maju kau harus mundur, dan untuk menyentuh
cahaya kau harus melewati bayangan."
Asshai, pikir Dany. Dia menginginkanku pergi ke Asshai.
"Apa orang Asshai akan memberiku pasukan?" desaknya.
"Akankah ada emas untukku di Asshai" Kapal" Apa yang ada
di Asshai yang takkan kudapatkan di Qarth?"
"Kebenaran," jawab perempuan bertopeng itu. Dan
membungkuk, dia pun menghilang ke tengah keramaian.
681 Rakharo mendengus menghina dari balik cambang
hitamnya yang menjuntai. "Khaleesi, lebih baik orang menelan
kalajengking daripada memercayai benih bayangan, yang tak
berani menunjukkan wajah di bawah cahaya matahari. Semua
tahu itu." "Semua tahu," Aggo menyepakati.
Xaro Xhoan Daxos memperhatikan percakapan itu
dari bantalnya. Sewaktu Dany kembali memasuki tandu di
sampingnya, dia berkata, "Orang-orang biadabmu lebih bijak
daripada yang mereka sadari. Kebenaran yang disimpan orang
Asshai tidak akan membuatmu tersenyum." Kemudian dia
menyodorkan sepiala anggur lagi pada Dany, lalu berbicara
tentang cinta, gairah, dan basa-basi lain selama perjalanan
kembali ke kediaman megahnya.
Dalam keheningan kamarnya, Dany melepaskan
pakaian indahnya dan mengenakan jubah sutra longgar
berwarna ungu. Naga-naganya lapar, maka dia mencincang
ular dan memanggangnya di tungku. Mereka bertumbuh, dia
menyadari selagi memperhatikan ketiganya menyambar dan
memperebutkan daging gosong itu. Mereka pasti dua kali lipat
lebih berat dibandingkan semasa di Vaes Tolorro. Meskipun begitu,
masih bertahun-tahun lagi sebelum mereka cukup besar untuk
berperang. Dan mereka juga harus dilatih, atau mereka akan
menghancurkan kerajaanku. Walaupun berdarah Targaryen,
Dany sama sekali tak tahu cara melatih naga.
Ser Jorah Mormont menemuinya saat matahari
terbenam. "Darah Murni menolakmu?"
"Sesuai dugaanmu. Kemarilah, duduk, beri aku
nasihatmu." Dany menarik lelaki itu ke bantal di sampingnya,
dan Jhiqui membawakan mereka semangkuk zaitun ungu dan
bawang bombai yang direndam anggur.
"Kau takkan mendapatkan bantuan di kota ini,
Khaleesi." Ser Jorah menjumput bawang bombai dengan ibu
jari dan telunjuk. "Setiap harinya aku semakin yakin akan hal
itu dibandingkan sebelumnya. Darah Murni tak melihat lebih
682 jauh daripada dinding-dinding Qarth, sedangkan Xaro..."
"Dia kembali memintaku menikah dengannya."
"Ya, dan aku tahu apa sebabnya." Ketika kesatria itu
mengernyit, alis hitamnya yang tebal bertaut di atas mata
cekungnya. "Dia memimpikanku, siang dan malam." Dany tergelak.
"Maafkan aku, ratuku, tapi nagamulah yang
diimpikannya." "Xaro meyakinkanku bahwa di Qarth, laki-laki dan
perempuan tetap memiliki harta masing-masing setelah mereka
menikah. Naga-naga itu milikku." Dia tersenyum begitu
Drogon melompat dan mengepak-ngepak di lantai pualam
untuk merangkak menaiki bantal di sampingnya.
"Ucapannya memang benar, tapi ada satu hal yang
tak dikatakannya. Orang Qarth memiliki tradisi pernikahan
yang ganjil, ratuku. Pada hari penyatuan mereka, istri
dibolehkan meminta tanda cinta dari suaminya. Apa pun
harta duniawi suaminya yang diinginkannya, sang suami harus
mengabulkannya. Dan sang suami juga boleh meminta hal


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang sama dari istrinya. Hanya satu hal yang boleh diminta,
tapi apa pun itu tidak boleh ditolak."
"Satu hal," ulang Dany. "Dan itu tidak boleh ditolak?"
"Dengan seekor naga, Xaro Xhoan Daxos akan
menguasai kota ini, tapi satu kapal hanya sedikit membantu
tujuan kita." Dany menggigiti bawang bombai dan merenungkan
ketidakjujuran kaum lelaki dengan sedih. "Kami melewati
pasar dalam perjalanan pulang dari Balairung Seribu
Singgasana," tuturnya pada Ser Jorah. "Quaithe ada di sana."
Dia menceritakan tentang penyihir api dan tangga api itu,
serta ucapan perempuan bertopeng merah padanya.
"Sejujurnya, aku senang bila meninggalkan kota ini,"
kata sang kesatria setelah cerita Dany selesai. "Tapi bukan
untuk pergi ke Asshai."
"Ke mana kalau begitu?"
683 "Timur," jawab Ser Jorah.
"Di tempat ini saja aku sudah setengah dunia jauhnya
dari kerajaanku. Kalau aku pergi lebih jauh lagi ke timur,
aku mungkin takkan pernah menemukan jalan pulang ke
Westeros." "Kalau pergi ke barat, kau membahayakan jiwamu."
"Klan Targaryen memiliki teman di Kota-kota Merdeka,"
Dany mengingatkan. "Teman yang lebih setia dibandingkan
Xaro atau Darah Murni."
"Jika yang kaumaksud Illyrio Mopatis, aku ragu. Dengan
emas yang cukup, Illyrio akan menjualmu secepat dia menjual
budak." "Kakakku dan aku menjadi tamu di kediaman Illyrio
selama setengah tahun. Bila berniat menjual kami, dia bisa saja
melakukannya saat itu."
"Dia memang menjualmu," sahut Ser Jorah. "Pada Khal
Drogo." Dany tersipu. Ucapan Ser Jorah ada benarnya, tapi dia
tidak menyukai nada tajam yang digunakan lelaki itu. "Illyrio
melindungi kami dari pembunuh bayaran Perebut Takhta, dan
dia meyakini tujuan kakakku."
"Illyrio tak meyakini tujuan siapa pun selain tujuannya.
Keserakahan adalah laki-laki tamak yang menjadi penguasa,dan
magistrat selalu licik. Illyrio Mopatis merupakan kedua hal itu.
Apa yang benar-benar kauketahui tentang dirinya?"
"Aku tahu dia memberiku telur naga."
Ser Jorah mendengus. "Seandainya dia tahu telur-telur
itu bakal menetas, dia akan mengeraminya sendiri."
Itu membuat Dany tersenyum meskipun tak ingin.
"Oh, aku tak meragukan itu, Ser. Aku kenal Illyrio lebih baik
daripada yang kaukira. Aku masih kecil saat meninggalkan
kediaman megahnya di Pentos untuk menikah dengan
matahari-dan-bintangku, tapi aku tidak tuli atau buta. Dan
sekarang aku bukan lagi anak-anak."
684 "Walaupun seandainya Illyrio memang teman seperti
yang kaupikirkan," kata kesatria itu keras kepala, "dia tak
cukup berkuasa untuk memahkotaimu sendiri, seperti yang
tak mampu dilakukannya pada kakakmu."
"Dia kaya," balas Dany. "Mungkin tak sekaya Xaro, tapi
cukup kaya untuk menyewakan kapal untukku, juga prajurit."
"Prajurit bayaran memang berguna," Ser Jorah
mengaku, "tapi kau takkan memenangkan takhta ayahmu
dengan pasukan dari Kota-kota Merdeka. Tak ada yang bisa
menyatukan kerajaan yang tercerai-berai lebih cepat daripada
pasukan yang menyerbu negerinya."
"Aku ratu mereka yang sah," protes Dany.
"Kau orang asing yang berniat mendarat di pesisir mereka
bersama sepasukan orang asing yang bahkan tak mampu
berbicara Bahasa Umum. Para lord Westeros tak mengenalmu,
dan memiliki alasan kuat untuk takut dan tak memercayaimu.
Kau harus memenangkan hati mereka sebelum kau berlayar.
Segelintir di antara mereka setidaknya."
"Dan bagaimana caraku melakukan itu kalau aku pergi
ke timur sesuai saranmu?"
Ser Jorah mengunyah zaitun dan meludahkan bijinya ke
telapaktangan. "Entahlah, Yang Mulia," dia mengakui, "tapi aku
tahu bahwa semakin lama kau tinggal di satu tempat, semakin
mudah bagi musuhmu menemukanmu. Nama Targaryen masih
membuat mereka gentar, begitu hebatnya sampai-sampai
mereka mengutus seseorang untuk membunuhmu begitu
mendengarmu mengandung. Apa yang akan mereka lakukan
bila mengetahui tentang naga-nagamu?"
Drogon meringkuk di bawah lengan Dany, sehangat
batu yang dijemur seharian di bawah matahari. Rhaegal
dan Viserion bertengkar memperebutkan secabik daging,
saling mendorong dengan sayap masing-masing sementara
asap mengepul dari lubang hidung mereka. Anak-anakku
yang pemarah, pikir Dany. Mereka tidak boleh celaka. "Komet
membimbingku ke Qarth dengan suatu alasan. Aku sempat
685 berharap mendapatkan pasukanku di sini, tapi sepertinya itu
takkan terkabul. Apa lagi yang tersisa, kutanya diri sendiri?"
Aku takut, Dany menyadari, tapi aku harus berani. "Datanglah
besok, kau harus pergi menemui Pyat Pree."
j 686 TYRION G adis itu tak pernah menangis. Kendati masih kecil,
Myrcella Baratheon terlahir sebagai putri raja. Dan seorang
Lannister, terlepas dari namanya, Tyrion mengingatkan diri
sendiri, yang memiliki darah Jaime sebanyak darah Cersei.
Memang benar, senyumnya agak gemetar ketika saudarasaudaranya berpamitan padanya di dek Laut Laju, tapi gadis
itu tahu apa yang harus diucapkan, dan dia mengatakannya
dengan berani dan bermartabat. Saat tiba waktunya berpisah,
Pangeran Tommen-lah yang menangis, dan Myrcella yang
menghiburnya. Tyrion menunduk menatap perpisahan itu dari dek
tinggi Godam Raja Robert, kapal perang besar dengan empat
ratus dayung. Godam Rob, julukan para pedayung untuk kapal
tersebut, akan menjadi kekuatan utama pengawal Myrcella.
Bintang Singa, Angin Perkasa, dan Lady Lyanna juga akan ikut
berlayar dengannya. Tyrion menjadi gelisah harus melepaskan kapal sebanyak
itu dari armada mereka yang sudah terbatas, berkurang akibat
hilangnya kapal-kapal yang berlayar bersama Lord Stannis
ke Dragonstone dan tak pernah kembali, tapi Cersei tak
mau kurang dari itu. Barangkali sang kakak memang bijak.
Seandainya Myrcella tertangkap sebelum tiba di Sunspear,
687 aliansi dengan Dorne akan hancur berkeping-keping. Sejauh
ini, Doran Martell tak bertindak apa-apa selain memanggil para
pengikutnya. Begitu Myrcella aman di Bravoos, dia bersumpah
akan mengalihkan kekuatannya ke jalan-jalan setapak yang
tinggi, tempat kemungkinan ancaman membuat para lord
Perbatasan memikirkan ulang loyalitas mereka dan membuat
Stannis gentar berderap ke utara. Meskipun demikan, itu
hanya kepura-puraan. Klan Martell takkan berperang sungguhsungguh kecuali Dorne diserang, dan Stannis bukan orang
bodoh. Walaupun bisa saja sebagian pengikutnya bodoh, renung
Tyrion. Aku sebaiknya mempertimbangkan hal itu.
Dia berdeham. "Kau tahu instruksimu, Kapten."
"Benar, my lord. Kami akan menyusuri pantai, tetap
terlihat dari daratan, sampai tiba di Titik Crackclaw.Dari sana
kami melaju menyeberangi laut sempit menuju Braavos. Kami
sama sekali tak boleh sampai terlihat dari Dragonstone."
"Dan apabila musuh kita tanpa sengaja menemukan
kalian?" "Jika hanya satu kapal, kami harus mengusir atau
menghancurkannya. Seandainya lebih, Angin Perkasa akan
mendekati Laut Laju untuk melindunginya sementara kapal
yang lain berperang."
Tyrion mengangguk. Jika kemungkinan terburuk
terjadi, Laut Laju yang kecil seharus bisa melarikan diri dari
pengejarnya. Sebagai kapal kecil dengan layar besar, Laut Laju
lebih kencang daripada kapal perang mana pun, atau begitulah
klaim nakhodanya. Begitu Myrcella tiba di Braavos, dia
seharusnya aman. Tyrion mengutus Ser Arys Oakheart sebagai
prajurit setia Myrcella, dan menyewa prajurit dari Braavos untuk
mengantarkan sang keponakan sampai ke Sunspear. Bahkan
Lord Stannis akan ragu untuk membangkitkan kemarahan
Kota Merdeka yang terbesar dan paling kuat. Bertolak dari
King"s Landing ke Dorne melewati Braavos jelas bukan rute
terdekat, tapi memangyang teraman... atau begitulah harapan
Tyrion. 688 Seandainya Lord Stannis tahu tentang pelayaran ini, dia
tak bisa memilih waktu yang lebih tepat lagi untuk mengerahkan
armadanya melawan kami. Tyrion menoleh ke tempat arus
Sungai Air Hitam memasuki Teluk Air Hitam dan lega saat
tak melihatada tanda-tanda layar di cakrawala hijau yang
luas. Berdasarkan laporan terakhir, armada Baratheon masih
berlabuh di Storm"s End, tempat Ser Cortnay Penrose yang
tetap menolak menyerah pada pengepungnya atas nama Renly
yang telah tiada. Sementara itu, menara katrol Tyrion sudah
tiga perempat jadi. Bahkan saat ini pun orang-orang tengah
memanggul balok-balok batu ke tempatnya, pasti sambil
memakinya karena memaksa mereka bekerja saat pesta. Biar
saja mereka memaki.Dua minggu lagi, Stannis, cuma itu yang
kubutuhkan. Dua minggu lagi dan semuanya selesai.
Tyrion memperhatikan keponakannya berlutut
di hadapan Septon Agung untuk menerima berkat
dalamperjalanan ini. Cahaya matahari terpantul di mahkota
kristalnya dan memancarkan pelangi di wajah Myrcella yang
mendongak. Keriuhan di tepi sungai tak memungkinkan untuk
mendengar doa itu. Dia berharap para dewa memiliki telinga
yang lebih tajam. Septon Agung itu segemuk rumah, dan
bahkan lebih angkuh dansuka bicara bertele-tele dibandingkan
Pycelle. Cukup, pak tua, pikir Tyrion jengkel. Para dewa punya
kegiatan yang lebih baik daripada mendengarkanmu, begitu juga aku.
Ketika rapalan dan gumaman akhirnya selesai, Tyrion
berpamitan pada kapten Godam Rob. "Antar keponakanku
dengan selamat ke Bravoos, dan gelar kesatria akan
menunggumu saat kau kembali," dia berjanji.
Selagi menuruni titian papan curam menuju dermaga,
Tyrion bisa merasakan tatapan marah tertuju padanya. Kapal
bergoyang pelan dan gerakan di bawah kakinya membuat
langkahnya makin terkedek-kedek. Aku berani bertaruh mereka
ingin terkekeh. Tak seorang pun berani, secara terang-terangan,
meskipun dia mendengar bisik-bisik bercampur dengan derit
kayu, tali, dan deru sungai di sekeliling tiang kayu. Mereka tak
689 mencintaiku, pikirnya. Yah, tidak heran. Aku cukup makan dan
jelek, sedangkan mereka kelaparan.
Bronn mengawalnya menembus keramaian untuk
bergabung dengan sang kakak dan putra-putranya. Cersei
mengabaikannya, lebih senang menyunggingkan senyum pada
sepupu mereka. Dia mengawasi Cersei memikat Lancel dengan
mata sehijau untaian zamrud di leher putih rampingnya, dan
Tyrion tersenyum kecil dan licik pada diri sendiri. Aku tahu
rahasiamu, Cersei, pikirnya. Belakangan ini kakaknya sering
menemui Septon Agung, untuk meminta berkat dari para
dewa menjelang pertempuran menghadapi Lord Stannis...
atau begitulah yang Cersei inginkan dia percayai. Sebenarnya,
setelah pertemuan singkat di Kuil Agung Baelor, Cersei akan
memakai mantel pengelana cokelat polos dan diam-diam
menemui kesatria merdeka tertentuyang bernama konyol Ser
Osmund Kettleblack, beserta saudara-saudaranya Osney dan
Osfryd yang tak kalah menjijikkan. Lancel telah menceritakan
semua itu pada Tyrion. Cersei berniat memanfaatkan keluarga
Kettleblack untuk membeli pasukan prajurit bayarannya
sendiri. Yah, biar saja Cersei menikmati rencananya. Sikapnya
jauh lebih manis saat mengira telah berhasil mengelabui Tyrion.
Keluarga Kettleblack akan memikatnya, mengambil koinnya,
dan menyanggupi apa saja yang dimintanya, dan kenapa tidak,
bila Bronn menyamai setiap penny perak, koin dengan koin"
Ketiganya bajingan yang ramah, sebenarnya tiga bersaudara
itu lebih mahir menipu dibandingkan menumpahkan darah.
Cersei berhasil membelikan diri sendiri tiga tong kosong;
semuanya mengeluarkan bunyi nyaring menggelegar yang
dibutuhkannya, tapi tak ada apa-apa di dalamnya. Hal itu tak
habis-habisnya membuat Tyrion geli.
Trompet ditiup riuh rendah begitu Bintang Singa dan
Lady Lyanna menjauhi daratan, bergerak ke hilir sungai untuk
memberi jalan bagi Laut Laju. Sorak-sorai pelan terdengar dari
kerumunan di sepanjang tepian sungai, sekurus dan secompang690 camping awan yang berarak di atas kepala. Myrcella tersenyum
dan melambai dari dek. Di belakangnya berdiri Arys Oakheart,
jubah putihnya mengepak. Kapten memerintahkan awak kapal
mengayuh, dan dayung pun mendorong Laut Lajuke arus deras
Sungai Air Hitam, tempat layarnya terkembang di udara"layar
putih biasa, Tyrion bersikeras, bukan layar merah tua Lannister.
Pangeran Tommen terisak. "Kau merengek persis bayi," desis
sang kakak. "Pangeran tidak seharusnya menangis."
"Pangeran Aemon sang Kesatria Naga menangis waktu
Putri Naerys menikah dengan kakaknya, Aegon," kata Sansa
Stark, "dan si kembar Ser Arryk dan Ser Erryk tewas dengan
air mata di pipi setelah menyebabkan luka mematikan pada
satu sama lain." "Diam, atau kusuruh Ser Meryn memberimu luka
mematikan," tukas Joffrey pada tunangannya. Tyrion melirik
Cersei, tapi sang kakak larut dalam sesuatu yang dikatakan Ser
Balon Swann padanya. Mungkinkah dia benar-benar buta akan
seperti apa putranya sebenarnya" Tyrion bertanya-tanya.
Di sungai, Angin Perkasa mengangkat dayung dan
meluncur ke hilir menyusul Laut Laju. Terakhir giliran Godam
Raja Robert, yang paling tangguh dari armada kerajaan...
atau setidaknya di antara kapal-kapal yang tidak berlayar ke
Dragonstone tahun lalu bersama Stannis. Tyrion memilih
kapal-kapal itu dengan saksama, menghindari nakhoda mana
pun yang kesetiaannya mungkin diragukan, menurut Varys...


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tapi mengingat kesetiaan Varys sendiri diragukan, tetap ada
sedikit kecemasan. Aku terlalu mengandalkan Varys, renung
Tyrion. Aku perlu informan sendiri. Bukannya aku bakal memercayai
mereka. Kepercayaan akan menyebabkanmu terbunuh.
Dia kembali memikirkan Littlefinger. Belum ada
kabar dari Petyr Baelish sejak dia bertolak ke Bitterbridge. Itu
mungkin tak berarti apa-apa"atau segalanya. Bahkan Varys
tidak bisa memastikan. Orang kasim itu menduga Littlefinger
barangkali mengalami kemalangan di jalan. Bahkan mungkin
terbunuh. Tyrion mendengus mengejek. "Kalau Littlefinger
691 mati, artinya aku raksasa." Kemungkinan yang lebih besar,
Klan Tyrell menolak rencana pernikahan itu. Tyrion nyaris tak
bisa menyalahkan mereka. Seandainya aku Mace Tyrell, aku lebih
suka melihat kepala Joffrey terpancang di pasak daripada burungnya
di dalam putriku. Armada kecil itu telah memasuki teluk ketika Cersei
mengisyaratkan sudah waktunya pergi. Bronn membawakan
kuda Tyrion dan membantunya naik. Sebenarnya itu tugas
Podrick Payne, tapi mereka meninggalkan Pod di Benteng
Merah. Kehadiran prajurit bayaran kurus itu jauh lebih
meyakinkan daripada bocah itu.
Tepi jalan-jalan yang sempit didereti oleh pasukan Garda
Kota, menahan kerumunan dengan batang tombak mereka.
Ser Jacelyn Bywate di depan, memimpin pasukanpenombak
berkuda yang mengenakan zirah hitam dan jubah emas. Di
belakangnya ada Ser Aron Santagar dan Ser Balon Swann,
membawa panji raja, singa Lannister dan rusa jantan lambang
klan Baratheon. Raja Joffrey mengikuti di atas kuda palfrey abu-abu
tinggi, mahkota emas bertengger di atas ikal-ikal keemasannya.
Sansa Stark menunggangi kuda betina sewarna kastanye di
sisi Joffrey, tak menoleh ke kiri atau kanan, rambut cokelat
kemerahan tebalnya tergerai di bahu di bawah untaianjaring
rambut berhias batu bulan. Dua Pengawal Raja mengapit
pasangan tersebut, si Anjing di kanan Raja dan Ser Mandon
Moore di sebelah kiri gadis Stark itu.
Berikutnya Tommen, terisak-isak, bersama Ser Preston
Greenfield yang mengenakan zirah dan mantel putih,
kemudian Cersei, didampingi oleh Ser Lancel dan dikawal oleh
Meryn Trant dan Boros Blount. Tyrion berkuda di belakang
sang kakak. Setelah mereka, menyusul Septon Agung dalam
tandunya, dan iring-iringan panjang penghuni istana lain"Ser
Horas Redwyne, Lady Tanda dan putrinya, Jalabhar Xho, Lord
Gyles Rosby,dan yang lainnya. Dua baris pengawal berderap di
belakang. 692 Orang-orang yang tak bercukur dan mandi menatap para
penunggang dengan sorot kebencian suram di balik deretan
tombak. Aku sama sekali tak menyukai ini, pikir Tyrion. Bronn
memiliki sejumlah prajurit bayaran yang berpencar di tengah
kerumunan dengan perintah untuk menghentikan masalah
apa pun sebelum terjadi. Mungkin Cersei juga menempatkan
Kettleblack bersaudaranya. Entah bagaimana menurut Tyrion
itu takkan banyak membantu. Seandainya api terlalu panas,
kau tak bisa mencegah puding hangus dengan memasukkan
segenggam kismis dalam kuali.
Mereka melintasi Alun-alun Pedagang Ikan dan berkuda
di sepanjang Jalan Lumpur sebelum berbelok memasuki
Tikungan untuk mulai mendaki Bukit Tinggi Aegon. Beberapa
suara berseru "Joffrey! Salam hormat, salam hormat!" selagi raja
muda itu lewat, tapi untuk setiap satu orang yang menyambut
seruan tadi, seratus lagi tetap bungkam.Keluarga Lannister
menembus lautan lelaki kumal dan perempuan kelaparan,
merangsek menghadapi gelombang pasang sorot mata yang
murung. Persis di depannya, Cersei tertawa mendengar sesuatu
yang dikatakan Lancel, walaupun Tyrion curiga keceriaan sang
kakak palsu. Mustahil Cersei tak menyadari keresahan di
sekeliling mereka, tapi kakaknya selalu memilih memamerkan
keberanian. Setengah jalan menyusuri rute itu, seorang perempuan
yang meraung-raung mendesak melewati dua pengawal dan
berlari ke jalan ke hadapan Raja, mengangkat mayat bayinya
di atas kepala. Jasad itu biru dan bengkak, mengerikan,
tapi kengerian yang sebenarnya ada di mata si ibu. Joffrey
menatap sejenak seolah berniat menabraknya, tapi Sansa
Stark mencondongkan tubuh mendekat dan mengucapkan
sesuatu pada Joffrey. Raja merogoh dompet, dan melemparkan
sekeping koin perak pada perempuan itu. Koinnya memantul
di tubuh si anak dan menggelinding menjauh melewati sela-sela
kaki pasukan jubah emas dan memasuki kerumunan orang,
tempat selusin lelaki mulai berkelahi memperebutkannya. Si
693 ibu tak sekali pun berkedip. Lengan cekingnya gemetar oleh
bobot jasad putranya. "Biarkan dia, Yang Mulia," seru Cersei pada Raja, "dia
tidak bisa ditolong lagi, makhluk malang."
Si ibu mendengarnya. Entah bagaimana suara Ratu
menembus pikirannya yang kalut. Wajah kosongnya berkernyit
penuh kebencian. "Pelacur!" jeritnya. "Pelacur Pembantai Raja!
Tukang inses!" Anaknya yang telah meninggal jatuh dari kedua
lengan persis sekarung tepung ketika dia menuding Cersei.
"Tukang inses tukang inses tukang inses."
Tyrion tak pernah melihat siapa yang melemparkan
kotoran itu. Dia hanya mendengar Sansa terkesiap dan
umpatan nyaring Joffrey, dan ketika dia menoleh, Raja sudah
mengusap kotoran cokelat dari pipi. Sebagian lagi menggumpal
di rambut keemasannya dan terciprat di kaki Sansa.
"Siapa yang melemparkan itu?" teriak Joffrey. Dia
menyugar rambut, memasang raut murka, dan membuang
segenggam kotoran lagi. "Aku menginginkan orang yang
melemparkan itu!" serunya. "Seratus koin emas untuk yang
menyerahkannya." "Dia di atas sana!" seseorang berteriak dari tengah
kerumunan. Raja memutar kudanya melingkar untuk
mengamati atap dan balkon terbuka di atas mereka. Di
keramaian, orang-orang menuding, mendorong, memaki satu
sama lain dan Raja. "Kumohon, Yang Mulia, lepaskan dia," Sansa mengiba.
Raja tak mengacuhkannya. "Bawa orang yang
melemparkan sampah itu ke depanku!" perintah Joffrey. "Dia
akan menjilatnya bersih dariku atau kupenggal kepalanya.
Anjing, bawa dia ke sini!"
Dengan patuh Sandor Clegane berayun turun dari
pelana, tapi mustahil melewati dinding manusia di sana,
apalagi naik ke atap. Orang-orang yang terdekat dengannya
mulai meronta dan mendorong untuk menjauh, sedangkan
yang lain mendesak maju untuk melihat. Tyrion mencium
694 bencana. "Clegane, sudahlah, orang itu pasti telah lama pergi."
"Aku menginginkan dia!" Joffrey menunjuk atap. "Dia di
atas sana! Anjing, terobos mereka dan bawa?"
Keributan menenggelamkan sisa ucapannya, gemuruh
amarah, ketakutan, dan kebencian yang bergulung-gulung
menelan mereka dari segala arah. "Anak haram!" seseorang
meneriaki Joffrey, "monster anak haram." Suara-suara lain
menyerukan "Pelacur" dan "Tukang inses" pada Ratu, sedangkan
Tyrion dihujani dengan sorakan "Aneh" dan "Lelaki pendek".
Berbaur dengan hinaan tersebut, dia mendengar segelintir
teriakan "Keadilan" dan "Robb, Raja Robb, sang Serigala Muda,"
atau "Stannis!" dan bahkan "Renly!" Dari kedua sisi jalan, massa
bergerak melawan batang tombak sementara pasukan jubah
emas berjuang mempertahankan barisan. Batu-batu, kotoran,
dan benda-benda yang lebih menjijikkan lagi berdesing di atas
kepala. "Beri kami makan!" jerit seorang perempuan. "Roti!"
gelegar lelaki di belakangnya. "Kami mau roti, anak haram!"
Dalam sekejap mata, seribu suara ikut berlagu. Raja Joffrey,
Raja Robb, dan Raja Stannis terlupakan, dan hanya Raja Roti
yang berkuasa. "Roti," mereka berteriak-teriak. "Roti, roti!"
Tyrion maju ke sisi kakaknya, berseru, "Kembali ke
kastel. Sekarang." Cersei mengangguk cepat, dan Ser Lancel
menghunus pedang. Di depan barisan pengawal, Jacelyn
Bywater meraungkan perintah. Pasukannya menurunkan
tombak dan bergerak maju dalam formasi baji. Raja memutarmutar kuda palfrey-nya dengan panik sementara tangantangan meraih melewati barisan jubah emas, menggapainya.
Salah satunya berhasil mencengkeram kakinya, tapi hanya
sesaat. Pedang Ser Mandon menebas ke bawah, memisahkan
tangan itu dari pergelangannya. "Maju!" Tyrion berteriak
pada keponakannya, memukul keras-keras bokong kudanya.
Binatang itu mendompak, meringkik keras, dan melesat maju,
massa bertemperasan di depannya.
Tyrion melaju kencang memasuki celah itu menyusul
Raja. Bronn mengimbanginya dengan pedang di tangan.
695 Sebutir batu bergerigi melewati kepalanya selagi dia berkuda,
dan sebuah kol busuk hancur menghantam perisai Ser Mandon.
Di kiri mereka, tiga prajurit jubah emas roboh di bawah arus
manusia, dan kemudian massa meluap maju, menginjak-injak
mereka yang terjatuh. Si Anjing lenyap di belakang, meskipun
kudanya yang tak berpenunggang mencongklang di samping
mereka. Tyrion melihat Aron Santagar ditarik jatuh dari pelana,
rusa jantan lambang klan Baratheon lepas dari genggamannya.
Ser Balon Swann menjatuhkan panji singa Lannister-nya
untuk menghunus pedang panjang. Dia menebas ke kanan
dan kiri sementara panji yang jatuh tadi terkoyak-koyak, ribuan
cabikannya melayang menjauh bagaikan daun merah diterpa
angin badai. Dalam sekejap mata cabikan itu menghilang.
Seseorang terhuyung di depan kuda Joffrey dan menjerit
ketika Raja menabraknya. Entah itu lelaki, perempuan, atau
anak-anak, Tyrion tak bisa memastikan. Joffrey berderap di
sampingnya, pucat pasi, dengan Ser Mandon Moore bagai
bayangan putih di kirinya.
Dan kegilaan itu mendadak tertinggal di belakang,
mereka berderap melintasi alun-alun berlantai batu di depan
menara gerbang kastel. Sebaris penombak mengawal gerbang.
Ser Jacelyn memutar-mutar tombak untuk mengantisipasi
serangan lain. Tombak-tombak memisah agar rombongan Raja
bisa melewati pintu besi. Dinding merah pucat menjulang di
atas mereka, tinggi dan dipenuhi pemanah sehingga terasa
aman. Tyrion tak ingat turun dari kuda. Ser Mandon
membantu Raja yang terguncang turun saat Cersei, Tommen,
dan Lancel berkuda melewati gerbang disusul Ser Meryn
dan Ser Boros tak jauh di belakang. Darah berlumuran di
sepanjang bilah pedang Ser Boros, sedangkan jubah putih
Meryn robek dari punggungnya. Ser Balon Swann berkuda
tanpa helm, mulut tunggangannya berbusa dan berdarah.
Horas Redwyne membawa masuk Lady Tanda, setengah sinting
akibat mencemaskan putrinya Lollys, yang jatuh dari pelana
696 dan tertinggal. Lord Gyles, wajahnya lebih pucat daripada
yang sudah-sudah, tergeragap menceritakan bahwa dia melihat
Septon Agung jatuh dari tandu, meneriakkan doa selagi massa
menelannya. Jalabhar Xho mengatakan dia merasa melihat Ser
Preston Greenfield dari Pengawal Raja berbalik menuju tandu
Septon Agung yang terjungkir, tapi dia tak yakin.
Tyrion samar-samar menyadari seorang maester bertanya
apakah dia cedera. Dia mendesak melintasi pekarangan tempat
keponakannya berdiri, mahkotanya yang berlepotan kotoran
miring. "Pengkhianat," celoteh Joffrey penuh semangat. "Akan
kupenggal kepala mereka, akan ku?"
Si cebol menampar wajah Joffrey yang kemerahan keraskeras sehingga mahkota melayang dari kepalanya. Kemudian
didorongnya sang keponakan dengan kedua tangan sampai
terjengkang. "Dasar kau si bodoh terkutuk yang buta."
"Mereka pengkhianat," pekik Joffrey dari tanah.
"Mereka mengejek dan menyerangku!"
"Kau mengutus anjingmu pada mereka! Memangnya
menurutmu apa yang akan mereka lakukan, berlutut merengek
sementara si Anjing memotong tangan dan kaki mereka" Dasar
bocah manja tak berotak, kau telah membunuh Clegane dan
hanya dewa yang tahu berapa banyak lagi, tapi kau lolos tanpa
cedera. Terkutuklah kau!" Dan ditendangnya sang keponakan.
Rasanya begitu memuaskan sehingga dia mungkin akan
melakukannya lagi, tapi Ser Mandon Moore menariknya
menjauh saat Joffrey melolong, dan kemudian Bronn datang
untuk mengendalikannya. Cersei berlutut di depan putranya,
sementara Ser Balon Swann menahan Ser Lancel. Tyrion
melepaskan diri dari cengkeraman Bronn. "Berapa banyak lagi
yang masih di luar?" teriaknya tidak pada siapa-siapa sekaligus
pada semua orang. "Putriku," tangis Lady Tanda. "Kumohon, seseorang
harus kembali menjemput Lollys..."
"Ser Preston belum kembali," Ser Boros Blount
melaporkan, "begitu juga Aron Santagar."
697 "Si ibu susu juga," kata Ser Horas Redwyne. Itu julukan
mengejek yang diberikan squire lain pada Tyrek Lannister
muda. Tyrion mengedarkan pandang ke pekarangan. "Di mana
gadis Stark itu?" Sejenak, tak seorang pun menjawab. Akhirnya Joffrey
berkata, "Tadi dia berkuda denganku. Aku tak tahu ke mana
dia pergi." Tyrion menekan jari-jari pendek gemuknya di pelipisnya
yang berdenyut-denyut. Kalau Sansa sampai celaka, Jaime
dipastikan mati. "Ser Mandon, kau pelindungnya."
Ser Mandon Moore tetap tenang. "Sewaktu mereka
menyerbu si Anjing, Rajalah yang pertama kupikirkan."
"Dan tindakanmu tepat," Cersei menimpali. "Boros,
Meryn, kembali ke sana dan cari gadis itu."
"Serta putriku," Lady Tanda tersedu. "Kumohon, tuantuan..."
Ser Boros tak terlihat senang membayangkan
meninggalkan keamanan kastel. "Yang Mulia," katanya pada
Ratu, "melihat jubah putih kami, massa mungkin akan murka."
Tyrion sudah menoleransi semua yang dipedulikannya.
"Semoga Makhluk Lain mengambil jubah putih keparat
kalian! Lepaskan saja kalau kalian takut memakainya, dasar
orang-orang tolol... tapi temukan Sansa Stark untukku atau aku
bersumpah, akan kusuruh Shagga membelah jadi dua kepala
jelek kalian untuk melihat apakah di dalamnya ada isinya
selain sosis hitam."


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wajah Ser Boros berubah ungu saking murkanya.
"Kau menyebutku jelek, kau?" Dia mulai mengangkat pedang
berdarahnya yang masih digenggam dalam kepalan tangan
berlapis zirah. Bronn langsung mendorong Tyrion dengan
kasar ke belakangnya. "Hentikan!" bentak Cersei. "Boros, lakukan perintahnya,
atau kami akan mencari orang lain untuk memakai jubah itu.
Sumpahmu?" 698 "Itu dia!" seru Joffrey, menunjuk.
Sandor Clegane berderap cepat melewati gerbang
menunggangi kuda cokelat kemerahan Sansa. Gadis itu duduk
di belakang, kedua lengannya melingkari dada si Anjing eraterat.
Tyrion memanggilnya. "Kau terluka, Lady Sansa?"
Darah melelehi alis Sansa dari luka dalam di kulit
kepalanya. "Mereka... mereka melemparkan benda-benda...
batu dan kotoran, telur... aku berusaha memberitahu mereka,
aku tak punya roti untuk dibagikan. Seorang lelaki berusaha
menarikku turun dari pelana. Si Anjing membunuhnya,
kurasa... lengannya..." Mata Sansa terbeliak dan dia membekap
mulut. "Si Anjing memotong lengannya."
Clegane mengangkatnya turun ke tanah. Jubah putihnya
koyak dan kotor, dan darah merembes dari robekan bergerigi di
lengan kiri bajunya. "Si burung kecil berdarah. Harus ada yang
membawanya kembali ke kandang dan mengurus lukanya."
Maester Frenken buru-buru maju untuk mematuhinya.
"Mereka membunuh Santagar," lanjut si Anjing. "Empat orang
menahannya dan bergantian menghantam kepalanya dengan
batu pelapis jalan. Aku merobek perut salah satunya, bukannya
itu ada gunanya bagi Ser Aron."
Lady Tanda mendekatinya. "Putriku?"
"Tak pernah melihatnya." Si Anjing mengedarkan
pandang di pekarangan, membersut. "Di mana kudaku" Kalau
ada yang menimpa kuda itu, seseorang yang membayarnya."
"Dia sempat berlari bersama kami," Tyrion berkata,
"tapi aku tak tahu apa yang terjadi padanya setelah itu."
"Api!" Ada suara berteriak dari atas menara gerbang.
"Tuan-tuan, ada asap di kota. Bokong Kutu kebakaran."
Tyrion lelah tak terkira, tapi tak ada waktu untuk putus
asa. "Bronn, bawa orang sebanyak yang kaubutuhkan dan
pastikan kereta-kereta air tak dirusak," Demi para dewa, api
liar, kalau kebakaran sampai mencapai itu... "Tidak apa-apa jika
kita kehilangan seluruh Bokong Kutu kalau perlu, tapi apa
699 pun caranya api itu tak boleh menyentuh Bangsal Alkemis,
mengerti" Clegane, kau pergi dengannya."
Selama setengah detak jantung, Tyrion mengira melihat
kelebatan takut di mata gelap si Anjing. Api, dia menyadari.
Demi Makhluk Lain, tentu saja dia benci api, dia sangat pernah
mencicipinya. Sorot takut itu sirna seketika, digantikan rengutan
familier Clegane. "Aku akan pergi," katanya, "tapi bukan
karena perintahmu. Aku perlu menemukan kuda itu."
Tyrion menoleh pada tiga kesatria Pengawal Raja yang
tersisa. "Masing-masing dari kalian akan berkuda mengawal
seorang bentara. Perintahkan masyarakat kembali ke rumah
masing-masing. Siapa saja yang dipergoki di jalan setelah
petang akan dibunuh."
"Tempat kami di sisi Raja," Ser Meryn berkata, puas
pada diri sendiri. Cersei bangkit seperti ular. "Tempatmu di mana pun yang
diperintahkan adikku," sergahnya. "Tangan Kanan mewakili
suara Raja, dan ketidakpatuhan adalah pengkhianatan."
Boros dan Meryn bertukar pandang. "Haruskah kami
memakai jubah kami, Yang Mulia?" tanya Ser Boros.
"Telanjang pun aku tak peduli. Itu akan mengingatkan
massa bahwa kalian laki-laki. Mereka mungkin melupakan itu
setelah melihat sikap kalian di jalan tadi."
Tyrion membiarkan sang kakak berang. Kepalanya
berdenyut-denyut. Dia merasa bisa mencium asap, tapi bisa
jadi itu hanya bau saraf-sarafnya yang korslet.
Dua suku Gagak Batu menjaga pintu Menara Tangan
Kanan Raja. "Panggilkan Timett putra Timett."
"Suku Gagak Batu tak sudi berlari mencari Manusia
Hangus," salah satu orang-orang liar berkata padanya dengan
angkuh. Tyrion sempat melupakan dengan siapa dia berurusan.
"Kalau begitu panggilkan Shagga."
"Shagga tidur."
700 Tyrion kesulitan menahan diri agar tak berteriak.
"Bangunkan. Dia."
"Susah membangunkan Shagga putra Dolf," keluh
laki-laki itu. "Kemarahannya mengerikan." Dia pergi sambil
menggerutu. Anggota suku itu datang sambil menguap dan
menggaruk-garuk. "Separuh kota rusuh, separuhnya lagi
terbakar, dan Shagga tidur mendengkur," kata Tyrion.
"Shagga tidak senang air lumpurmu di sini, jadi dia
harus minum ale encer dan anggur masammu, dan setelahnya
kepalanya sakit." "Aku menempatkan Shae di rumah dekat Gerbang Besi.
Aku ingin kau menemuinya dan menjaganya, apa pun yang
mungkin terjadi." Lelaki bertubuh besar itu tersenyum, giginya merupakan
celah kuning di tengah janggut lebat acak-acakannya. "Shagga
akan bawa dia ke sini."
"Pastikan saja dia tak celaka. Katakan padanya aku akan
menemuinya secepat yang kubisa. Malam ini juga, mungkin,
atau besok sudah pasti."
Namun, kota masih rusuh kala senja merekah, walaupun
Bronn melaporkan api telah dijinakkan dan sebagian besar
massa yang mengamuk telah bubar. Meski sangat mendambakan
kedamaian dekapan Shae, Tyrion menyadari takkan bisa pergi
ke sana malam ini. Ser Jacelyn Bywater melaporkan daftar mereka yang
terbunuh selagi dia makan malam ayam dingin dan roti
cokelat di keremangan ruangannya. Senja telah memudar
menjadi kegelapan saat itu, tapi ketika pelayan datang untuk
menyulut lilin dan menyalakan perapian, Tyrion membentak
dan mengusir mereka. Suasana hatinya sekelam ruangannya,
dan ucapan Bywater tak mencerahkan hatinya.
Daftar mereka yang tewas dipuncaki oleh Septon Agung,
dicabik-cabik selagi dia memekik memohon ampun pada para
701 dewa. Orang kelaparan tak senang melihat pendeta yang terlalu
gemuk untuk berjalan, renung Tyrion.
Jasad Ser Preston awalnya tak dikenali; prajurit jubah
emas mencari kesatria berzirah putih, sedangkan dia telah
ditusuk dan dicincang begitu kejam sehingga tubuhnya
berwarna merah-cokelat dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Ser Aron Santagar ditemukan di selokan, kepalanya
mirip bubur merah di dalam helm yang penyok.
Putri Lady Tanda menyerahkan keperawanannya pada
lima puluh lelaki yang berteriak-teriak di belakang bengkel
penyamak kulit. Pasukan jubah emas menemukannya
berkeliaran dalam kondisi telanjang di Gang Perut Babi.
Tyrek masih hilang, begitu juga mahkota kristal Septon
Agung. Sembilan prajurit jubah emas dibantai, empat puluh
orang terluka. Tidak ada yang repot-repot menghitung berapa
banyak massa yang tewas. "Aku mau Tyrek ditemukan, hidup atau mati," kata
Tyrion singkat setelah Bywater selesai. "Dia masih anak-anak.
Putra mendiang pamanku Tygett. Ayahnya selalu baik padaku."
"Kami akan menemukan dia. Begitu juga mahkota
septon." "Silakan saja Makhluk Lain saling menyodomi dengan
mahkota septon, aku tak peduli."
"Sewaktu menunjukku sebagai komandan Garda,
katamu kau menginginkan kebenaran transparan, selalu."
"Entah bagaimana aku punya firasat tak bakal menyukai
apa pun yang akan kaukatakan," Tyrion berkata muram.
"Kita mengendalikan kota hari ini, my lord, tapi aku tidak
bisa menjanjikan itu besok. Kuali sudah hampir mendidih.
Banyak sekali pencuri dan pembunuh berkeliaran sehingga tak
ada rumah yang aman, diare darah menyebar luas di Tikungan
Pesing, tak ada makanan yang bisa dibeli dengan koin perunggu
atau perak. Bila sebelumnya kau hanya mendengar bisik-bisik
rahasia, sekarang obrolan terbuka tentang pengkhianatan
terdengar dibalai dan pasar."
702 "Apa kau membutuhkan lebih banyak prajurit?"
"Aku tidak memercayai separuh prajurit yang kupunya
sekarang. Slynt menambah pasukan Garda menjadi tiga
kali lipat, tapi butuh lebih dari sekadar jubah emas untuk
menciptakan penjaga. Ada pribadi yang baik dan setia di
antara para rekrutan baru, tapi juga ada orang kasar, pemabuk,
pengecut, dan pengkhianat lebih banyak daripada yang ingin
kauketahui. Mereka setengah terlatih dan tak disiplin, dan
kesetiaan yang mereka miliki hanya untuk diri sendiri. Aku
khawatir, bila pertempuran terjadi, mereka takkan bertahan."
"Aku tidak pernah mengharapkan mereka bertahan,"
sahut Tyrion. "Begitu dinding kita ditembus, kita sudah kalah,
aku tahu itu sejak awal."
"Pasukanku sebagian besar berasal dari rakyat jelata.
Mereka melangkah di jalanan yang sama, minum dikedai
minum yang sama, menyendok semur cokelat di kedai makanan
yang sama.Orang kasimmu pasti sudah memberitahumu, tak
banyak cinta bagi keluarga Lannister di King"s Landing. Banyak
yang masih ingat bagaimana ayahmu menghancurkan kota
ini sewaktu Aerys membukakan gerbang untuknya. Mereka
berbisik-bisik bahwa para dewa menghukum kita akibat dosa
klanmu"karena kakakmu membunuh Raja Aerys, karena
pembantaian anak-anak Rhaegar, mengeksekusi Eddard
Stark, dan kejamnya keadilan Joffrey. Sebagian dengan terangterangan membicarakan bagaimana keadaan jauh lebih baik
sewaktu Robert menjadi raja, dan menyiratkan bahwa kondisi
akan kembali membaik dengan Stannis bertakhta. Di kedai
makanan, kedai minum, dan rumah bordil, kau mendengar
hal-hal semacam itu"aku khawatir begitu juga di barak dan
bangsal prajurit." "Mereka membenci keluargaku, itukah yang kaukatakan
padaku?" "Aye... dan akan melawan mereka begitu ada
kesempatan." "Aku juga?" 703 "Tanyakan pada orang kasimmu."
"Aku bertanya padamu."
Mata cekung Bywater beradu dengan mata berbeda
warna si cebol, dan tak berkedip. "Terutama kau, my lord."
"Terutama?" Ketidakadilan itu bagai cekikan baginya.
"Joffrey-lah yang menyuruh mereka memakan mayat sendiri,
Joffrey-lah yang melepaskan anjing mengejar mereka.
Bagaimana bisa mereka menyalahkanku?"
"Yang Mulia masih remaja. Di jalanan beredar kabar
bahwa dia memiliki penasihat-penasihat jahat. Ratu tak pernah
dikenal sebagai sahabat rakyat dan Lord Varys yang disebut si
laba-laba juga tak disukai... tapi kaulah yang paling disalahkan.
Kakakmu dan si orang kasim ada di sini semasa keadaan lebih
baik di bawah Raja Robert, tapi kau tidak. Kata mereka kau
memenuhi kota dengan prajurit bayaran yang sombong dan
orang brutal jorok, orang kasar yang mengambil apa saja yang
mereka mau dan tak mengikuti aturan apa pun selain aturan
sendiri. Mereka bilang kau mengasingkan Janos Slynt gara-gara
menurutmu dia terlalu blakblakan dan jujur. Mereka bilang
kau menjebloskan Pycelle yang bijak dan lembut ke penjara
bawah tanah karena berani meninggikan suara di depanmu.
Sebagian bahkan mengklaim kau berniat merebut Takhta Besi
untukmu sendiri." "Benar, lagi pula aku monster, menjijikkan dan tak
normal, jangan pernah lupakan itu." Tangannya mengepal
membentuk tinju. "Yang kudengar sudah cukup. Kita punya
tugas yang harus dikerjakan. Tinggalkan aku."
Barangkali ayahku benar membenciku selama ini, jika
inilah yang terbaik yang dapat kuraih, pikir Tyrion setelah dia
sendirian. Dia menunduk menatap sisa makan malamnya,
perutnya melilit melihat ayam dingin berlemak. Dengan jijik,
didorongnya makanan itu menjauh, meneriakkan namaPod,
dan menyuruhnya memanggil Varys dan Bronn. Penasihat
tepercayaku adalah seorang kasim dan prajurit bayaran, dan
kekasihku pelacur. Orang seperti apa aku ini"
704 Bronn mengeluhkan gelapnya ruangan saat tiba, dan
berkeras menyalakan perapian yang sudah berkobar-kobar
sewaktu Varys muncul. "Dari mana saja kau?" desak Tyrion.
"Menangani urusan Raja, tuanku."
"Ah, benar, sang raja," gumam Tyrion. "Keponakanku
tak cocok duduk di kakus umum, apalagi sendirian di Takhta
Besi." Varys mengedikkan bahu. "Seorang pemagang harus
diajaricara mengerjakan tugasnya."
"Separuh pemagang di Gang Bau bisa memerintah lebih
baik ketimbang rajamu." Bronn duduk di seberang meja dan
menarik lepas sayap ayam.
Tyrion sudah berlatih mengabaikan sikap kurang ajar
si prajurit bayaran, tapi malam ini dia menganggap hal itu
menjengkelkan. "Aku tak ingat memberimu izin menghabiskan
makan malamku." "Kelihatannya kau takkan memakannya," sahut Bronn
dengan mulut penuh daging. "Kota ini kelaparan, membuangbuang makanan itu kejahatan. Kau punya anggur?"
Berikutnya dia akan menyuruhku menuangkan anggur
untuknya, pikir Tyrion kesal. "Tindakanmu sudah terlalu jauh,"
dia memperingatkan. "Dan kau tak pernah meraih cukup jauh." Bronn
melemparkan tulang sayap ke lantai. "Pernah berpikir
bagaimana mudahnya hidup jika yang satu itu dilahirkan
duluan?" Dia menyusupkan jemari di dalam ayam dan merobek
bagian dada. "Si cengeng itu, Tommen. Sepertinya dia akan
menuruti apa saja yang diperintahkan, seperti layaknya raja
yang baik." Kengerian menjalar menuruni tulang punggung Tyrion


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

begitu menyadari apa yang disiratkan si prajurit bayaran.
Seandainya Tommen jadi raja...
Hanya ada satu cara supaya Tommen menjadi raja. Tidak,
dia bahkan tak boleh memikirkannya. Joffrey keluarganya
sendiri, juga putra Jaime dan Cersei. "Aku bisa memenggal
705 kepalamu karena mengatakan itu," ucapnya pada Bronn, tapi
prajurit bayaran itu hanya tertawa.
"Teman-teman," kata Varys, "bertengkar takkan
membantu kita. Kumohon kalian berdua, jangan diambil
hati." "Hati siapa?" tanya Tyrion masam. Dia bisa memikirkan
beberapa pilihan yang menggoda.
j 706 DAVOS S er Cortnay Penrose tak mengenakan zirah. Dia duduk
di kuda jantan merah-tembaga, pembawa benderanya di
kuda berbintik abu-abu. Di atas mereka berkibar panji rusa
bermahkota Klan Baratheon dan pena bulu bersilang lambang
Klan Penrose, putih berlatar cokelat. Janggut Ser Cortnay
yang berbentuk mirip sekop jugaberwarna cokelat, walaupun
kepalanya botak. Jika jumlah dan kemewahan rombongan Raja
membuatnya terkesan, hal itu tak terlihat di wajah keriputnya.
Mereka berderap diiringi nyaringnya gemerincing rantai
dan derak perisai. Bahkan Davos memakai zirah, meski dia tak
tahu apa alasannya; bahu dan punggung bawahnya pegal oleh
beban yang tak biasa. Hal itu membuatnya merasa tak leluasa
dan konyol, dan sekali lagi dia bertanya-tanya kenapa dia di
sini. Bukan hakku mempertanyakan perintah Raja, tapi...
Setiap anggota rombongan berdarah biru dan
berkedudukan lebih tinggi daripada Davos Seaworth, dan para
lord terkemuka berkilauan diterpa matahari pagi. Tatahan dari
baja perak dan emas mengilatkan zirah mereka, helm perang
dihiasi jambul dan bulu halus, dan ukiran indah binatang buas
bermata dari batu mulia. Stannis sendiri tampak salah tempat
di tengah pendamping sekaya dan seningrat itu. Seperti halnya
Davos, Raja hanya mengenakan pakaian sederhana dari wol
707 dan kulit yang disamak, meskipun mahkota emas merah yang
melingkari dahinya memberinya kesan agung. Cahaya matahari
terpantul dari puncak mahkota yang berbentuk kobaran api
setiap kali dia menggerakkan kepala.
Inilah posisi terdekat Davos dengan Yang Mulia sejak
Betha Hitam bergabung dengan armada lainnya di Storm"s End
delapan hari lalu. Dia sudah meminta bertemu satu jam setelah
kedatangannya tapi diberitahu bahwa Raja sedang sibuk. Raja
kerap sibuk, Davos mengetahui itu dari putranya Devan, salah
satu squire raja. Kini setelah Stannis Baratheon berkuasa, para
lord kecil mengerumuninya mirip lalat merubungi mayat. Dia
juga agak mirip mayat, bertahun-tahun lebih tua ketimbang saat
aku meninggalkan Dragonstone. Devan berceritabelakangan
ini Raja jarang tidur. "Sejak Lord Renly tewas, dia diganggu
Drama Dari Krakatau 2 Shugyosa Samurai Pengembara 2 Cinta Di Dalam Gelas 1

Cari Blog Ini