Ceritasilat Novel Online

Demon Glass 4

Demon Glass Karya Rachel Hawkins Bagian 4


Kostumnya bagus, kataku kepada Lysander, tapi mahkota" Yang benar saja"
Pria itu membelalakkan matanya kepadaku, sayap hitamnya berkelepak. Aku baru berada di tokonya selama tiga puluh menit, tapi aku yakin orang ini sudah membenciku. Setahuku kau seharusnya berdandan seperti dewi sihir, dan Hecate memakai mahkota. Itu bukan benar-benar mahkota, Soph, Jenna menawarkan pendapatnya dari tempatnya di atas kursi satin putih. Lebih mirip tiara. Dagunya diletakkan di tangannya, dan ada awan hujan kecil memayunginya. Kami mengantarkan Vix ke bandara, dan Jenna pun menjadi si Situ Rajukwakti. Nick duduk di sampingnya, dengan Daisy di sisinya yang lain. Mereka sudah mencoba kostum masing-masing sebelumnya, dan walaupun mereka tampak keren kostum Nick rompi putih, kemeja dengan lengan menggembung dan celana hitam; Daisy memakai gaun sederhana dari sutra ungu aku tak tahu menjadi siapa mereka seharusnya.
Lysander benar, kata Lara. Dia duduk di kursi tungkainya dengan sopan menyilangkan pada pergelangan kakinya. Mahkota merupakan bagian penting dari kostum itu. Dan lagi pula, kelihatannya bagus. Aku berputar di undakan kecil dan memperhatikan diriku di cermin tiga arah. Lara punya gagasan ulang tahunku dijadikan pesta pakaian resmi . Tadinya kupikir itu artinya dasi hitam, pesta semacam All Hallow s Eve Ball di Hex Hall. Tapi, rupanya di Inggris, pakaian resmi artinya pesta kostum.
Lara juga yang punya ide aku jadi Hecate, sebagai penghormatan terhadap sekolah. Menurutku itu norak membuatku merasa seakanakan aku semacam maskot Hex Hall tapi Dad menyukainya, dan karena dia yang membayar semua tagihannya, maka aku pun jadi Hecate.
Walau begitu, sementara memandang bayanganku, mau tidak mau aku menyesal karena tidak sedikit berjuang. Bukannya kostumnya tidak indah. Lysader adalah satu-satunya tempat yang didatangi saat ada Prodigium yang membutuhkan pakaian mewah, dan dia jelas-jelas sudah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk gaun ini. Gaunnya terbuat dari kain hitam berkilauan yang berkelip-kelip keperakan diterpa cahaya, dan walaupun menutupi sebagian besar diriku kecuali pundak, tak diragukan lagi gaun itu seksi.
Dan, masih ada mahkota itu.
Jenna boleh menyebutnya tiara semaunya, tapi benda itu rangkaian kerawang platinum yang bertahtakan permata dan bulan sabit safir, dan rasanya benar-benar seperti mahkota.
Aku melawan desakan untuk merenggut gaun itu dari tempatnya disematkan di sekeliling leherku. Cantik, kataku untuk kira-kira ketiga kalinya. Hanya saja terlalu... rumit.
Lysander mengeluarkan suara mencemooh dan melemparkan tangannya ke atas. Memang sudah seharusnya rumit! Kau harus menjadi dewi!
Aku sama sekali tidak tahu bagaimana cara menjawabnya, tapi Nick menyelamatkan aku. Sambil melompat berdiri, dia berkata, Dan kau memang kelihatan seperti dewi, Sophie. Dia menarik tanganku dan menarikku turun dari undakan, memutarkan aku, Kau lihat" Rengkuhlah kedewianmu.
Nick boleh jadi orang aneh dan separuh sinting, tapi aku terkekeh.
Setelah itu, dia menarikku kepadanya seakan-akan kami akan berdansa, dan tawa itu pun berhenti di tenggorokanku. Sejenak, yang kulihat hanyalah dansa yang lain, gaun lain, pemuda berambut hitam lain yang sedang memeluk aku, dan rasa nyeri mendadak yang menombak diriku membuatku terperanjat. Sebelum aku bisa menghentikan diri, aku mengangkat tangan ke dada Nick dan mendorongnya sampai menjauh.
Keheningan kikuk menghinggapi ruangan. Dengan diam-diam, Lara berdeham dan berkata, Nick, Daisy, bagaimana kalau kalian ikut denganku dan membiarkan Jenna dan Sophie tukar pakaian" Lysander, kita bisa membayarkan pembayaranmu. Nick dan Daisy memelototi aku dengan tatapan yang tak terbaca sementara mereka mengikuti Lara dan Lysander.
Kau baik-baik saja" kata Jenna begitu kami berdua saja. Aku menggeleng, tapi menjawab. Ya. Hanya sedikit kewalahan garagara pesta ini.
Hal itu secara teknis bukan dusta. Rasanya benar-benar dungu mengumpulkan seluruh Prodigium penting ditambah empat demon di satu tempat sementara keadaan sedang sangat menakutkan. Tapi, Dad sudah menjelaskan bahwa itu merupakan masalah kebanggaan di antara para anggota Dewan yang tersisa. Kita tidak bisa membiarkan Mata berpikir mereka telah membuat kita ketakutan, kata Dad. Lalu, dia memberikan senyuman kecil kepadaku. Lagi pula, ini akan jadi pesta ulang tahun pertamamu yang kuhadiri.
Aku tidak sanggup menolaknya. Walau begitu, aku merasa tidak nyaman dengan semua itu.
Jenna berdiri, mendekat untuk berdiri di sampingku. Dia memutuskan untuk menjadi Mina Harker dari kisah Dracula, dan dia sedang memakai rancangan Lysander untuknya, gaun bergaya mirip gaya Victorian yang terdiri dari campuran renda hitam dan sutra pink. Gaun itu bahkan dilengkapi dengan topi tinggi kecil yang keren dan cadar hitam.
Tidak ada ruang ganti di Lysander s, mungkin karena peri cenderung memuja tubuh mereka dan memamerkannya. Jadi, sesuatu seperti kesopanan merupakan konsep yang asing bagi mereka. Untungnya, Jenna dan aku pernah tinggal di ruangan sempit selama hampir setahun, jadi itu bukan masalah besar.
Kau kelihatan benar-benar cantik memakai gaun itu, kata Jenna saat aku berusaha untuk melepaskan cengkraman mahkota itu dari rambutku.
Yang benar saja. Aku kelihatan seperti gambar sampul album Evanescense. Kau yang kelihatan luar biasa. Jenna memiringkan topinya ke arahku, yang membuatku tersenyum. Aku hanya berharap tidak ada gambar aku seperti ini yang pernah mendarat di Hex Hall, lanjutku, sambil berputar ke arah cermin. Mungkin kalau aku bisa benar-benar melihat mahkota itu ditancapkan... Bisakah kau bayangkan" Berdandan sebagai Hecate" Dan memakai benda ini" aku menariknya lagi. Seluruh cap sosialku akan menghilang begitu saja. Aku melirik Jenna di cermin, tapi dia sedang memunggungiku. Aneh. Kupikir setidaknya aku mendapatkan kekehan dari lelucon itu. Menyebalkan sekali, bukan, kalau dipikir-pikir kita akan kembali ke Hex dalam, berapa, empat minggu" Pasti penyesuaian dirinya besarbesaran setelah menjadi aku menarik keras-keras, tapi rambutku menolak untuk melepaskan putri yang sangat cantik sepanjang musim panas. Aku hanya bercanda, tapi bahkan saat aku mengatakanya, perutku mencelos. Thorne memang punya masalahnya sendiri, tapi setidaknya aku bisa melakukan sihir di sini. Jenna berbalik dan menatap mataku di cermin. Aku tak mau kembali ke Hecate, Sophie.
Jari-jariku berhenti menarik, dan tiara itu menggantung dengan lemas di dekat telinga kiriku. Apa" aku berputar untuk berhadapan dengannya.
Aku tidak akan kembali ke sana, katanya, suaranya lebih mantap sekarang.
Tapi... kau harus, kataku dengan bodohnya.
Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, wajah Jenna merah padam karena marah. Tidak, aku tidak harus. Aku tidak harus melakukan apa pun yang mereka disuruh Dewan. Mereka bukan Bosmu" aku menyelesaikannya, bahkan saat aku berjengit mendengar betapa angkuhnya itu kedengarannya. Tapi, Jenna tidak boleh meninggalkan Hecate. Aku sudah merasa takut untuk kembali; bagaimana aku bisa melakukannya tanpa Jenna"
Aku tidak cocok di sana, kata Jenna, sambil menarik sarung tangan renda pink"-nya sampai terlepas. Menurut Vix, sudah waktunya kami berada di antara kaum kami, dan menurutku juga begitu." Komentar pedas sudah berada di ujung lidahku, tapi aku menelannya kembali. Dalam dua hari aku akan berusia tujuh belas tahun, dan aku tidak bisa bertingkah seperti balita yang ngambek. Aku menyentuh tiara dan menggunakan sihirku untuk membuat rambutku melepaskan diri dari lingkaran platinum tersebut. Tapi, tahun lalu kau bilang kau bahkan tidak ingin menjadi vampir. Bahwa kau menginginkan kehidupan normal dengan aljabar dan prom, dan semua itu. Tahun lalu banyak mengubah kita, Soph, katanya, tidak dengan ketus.
Ya. Hanya itulah yang terpikir untuk kuucapkan. Kita berganti pakaian dengan saling memunggungi, dan tak seorang pun dari kami yang mengatakan apa-apa sampai kami sudah memakai pakaian biasa kami, kostumnya berada pada gantungan sutra.
Aku tak mengerti mengapa kau begitu gusar, kata Jenna, sambil meraih bahuku dan memutarkan aku sampai kami berhadap-hadapan. Ini sesuatu yang harus kulakukan. Kukira kau mengerti itu, apalagi setelah semuanya dengan Pemunahan.
Aku melangkah mundur, dan lengannya terjatuh lemas di antara kami. Apa hubungannya dengan itu"
Yah, kalau kau menjalani Pemunahan, aku ditinggal sendirian di Hex Hall, dan itu kelihatannya tidak mengganggumu.
Begitu, tapi aku akan melakukan itu agar aku tidak akan membunuh siapa pun, kataku, mencoba untuk marah tapi gagal dengan menyedihkan. Bukannya aku mencampakkanmu di Hecate untuk bersenang-senang dengan seorang cowok.
Matanya berkilat-kilat, dan kupikir aku melihat bakal taring. Benarkan" Jadi, kau mau mengatakan bahwa Archer tidak ada hubungannya dengan kau yang ingin memusnahkan kekuatanmu, dan mencampakkan aku di Hecate"
Aku menganga menatapnya, bahkan saat sihir merambat naik di dalam diriku, Apa"
Jenna menggosok hidungnya dengan punggung tangan, suaranya tajam saat berkata, Seolah-olah tidak pernah terbesit saja dalam pikiranmu kalau kau bisa bersama dengannya jika kau bukan demon. Memang. Atau, setidaknya kupikir aku pernah membayangkannya. Semua alasan yang membuatku ingin menjalani Pemunahan terlalu berliku dan rumit untuk diuraikan. Tapi, walau begitu, bukan itu alasan utamanya, dan bagaimana Jenna bisa... Sesuatu terbuka. Itulah sebabnya kau bersikap Sophie dan Cal, bla, bla, bla! bukan begitu" Kau pikir kalau aku menemukan lelaki lain, aku tidak ingin menjalani Pemunahan" Tapi, dia tidak perlu menjawab. Rona yang menyebar naik dari lehernya dan tatapannya yang merunduk sudah cukup.
Aku melihat Alice membunuh Elodie, Jenna. Kupikir aku monster. Itulah sebabnya aku ingin menjalani Pemunahan, bukan karena agar aku bisa bersama Archer. Kekuatanku berkejaran di sekelilingku sekarang, mengguling di dalam diriku. Sebuah manekin di dekatku bergetar, dan rambutku serta rambut Jenna agak bergoyang-goyang. Pemunahan bisa membunuhku, aku melanjutkan. Dan kau harus jadi orang yang benar-benar tolol kalau sampai mau mati gara-gara naksir orang.
Jenna mengerut seakan-akan aku menamparnya, dan mendadak aku menyadari apa yang kukatakan. Oh, Jenna, kataku, sambil melangkah maju dengan tersendat-sendat ke arahnya. Aku tidak bermaksud
Tidak, bentaknya, sambil mundur menjauhiku. Aku mengerti. Kau ratu demon sedunia, dan aku idiot yang membiarkan monster membunuhku.
Bukan itu yang kukatakan. Kau tidak perlu mengatakannya.
Sepertinya sulit untuk percaya bahwa beberapa menit yang lalu kami tertawa dan bercanda tentang kostum bodohku. Jenna, kataku, tapi dia menggeleng dan berjalan menjauh.
"RatuBuku Bab 25 Pesta ulang tahunku yang ketujuh belas diadakan di rumah kaca, ruangan kaca raksasa yang berisi tanaman. Pakis-pakisnya dihiasi oleh pita-pita kecil ungu dan lampu putih. Sekelompok peri berkumpul di sudut, memainkan semacam alat musik jam. Tapi, musik yang terdengar dari alat itu tipis serta bergetar, dan anehnya melankolis untuk sebuah pesta ulang tahun. Bukannya kau bisa mendengarnya dengan baik. Ada badai yang menghantam tadi petang, dan hujan tercurah dengan nyaringnya di atap kaca. Aku menguasai tempat di bangku jendela, dan dari sana aku memandang hujan mengaliri kaca bagaikan air mata.
Aku mengenang pesta ulang tahunku yang terakhir dan memutuskan bahwa walaupun ada patung es, air mancur sampanye, dan kue raksasa berbentuk Thorne Abbey, aku lebih suka Skee-Ball dan orang yang memakai setelan tikus raksasa. Tentu saja, itu bisa jadi berhubungan dengan kenyataan bahwa gaunku berbobot sekitar dua puluh kilo, mahkotaku membuatku sakit kepala, dan sahabatku saat ini mogok bicara padaku.
Aku melayangkan pandanganku ke sekeliling ruangan, tapi aku tidak melihat Jenna. Dia menjaga jarak sejak hari di toko pakaian itu. Mungkin lebih mudah begini. Kalau Jenna sudah bertekad untuk melanjutkan kehidupan vampirnya, mungkin tidak terlalu menyakitkan kalau kita tidak berteman lagi. Walau begitu, mengatakan itu kepada diri sendiri tidak mengurangi kepedihan di dadaku.
Mungkin ada sekitar seratus Prodigium di dalam ruangan, semua memakai kostum bagus yang gemerlapan, dan mereka semua tersenyum kepadaku, dan menghampiriku untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Mereka membawakan kado juga: meja dengan permukaan marmer di dekat pintu dengan cepat dipenuhi tumpukan paket dengan bungkusan berwarna-warni. Walau begitu, ada perasaan berat menggantung di udara, seakan-akan semua orang mencoba terlalu keras untuk bersenang-senang. Tawanya terlalu nyaring, dan senyuman tampak dipaksakan. Mungkin mereka takut Dad dan aku akan mengubah mereka menjadi uap kalau mereka tidak bersikap seolah-olah ini pesta yang paling meriah.
Aku pasti sudah meletakkan keningku di dinding kaca yang sejuk kalau saja aku benar-benar tidak ingin melihat bayanganku sedekat itu. Lysander membawakan gaun tersebut sore tadi, dan bersikeras meriasku juga. Akibatnya, seakan-akan ada bom gemerlap yang meledak di wajahku. Bahkan pundakku yang terbuka juga ditutupi serbuk bedak biru yang berkelap-kelip.
Ada lusinan pramusaji yang bergerak di ruangan membawa baki-baki yang penuh dengan campuran ungu berpendar. Aku tak yakin apakah para pramusaji tersebut pelayan yang bekerja di Thorne, atau apakah mereka dipekerjakan khusus untuk pesta ini. Mereka memakai kemeja putih sederhana dan celana panjang hitam, separuh wajah bagian atas mereka ditutupi oleh topeng perak. Ada satu pelayan yang sudah mendekatiku tiga kali, dan setiap kali aku mengambil minuman, hanya untuk kutuangkan ke pot tanaman saat pelayan itu sudah menjauh. Mengapa begitu murung, gadis yang berulang tahun" Aku menoleh dan melihat Nick serta Daisy, masing-masing memegang gelas bertangkai kristal dan perak yang sudah kosong. Ada noda ungu di kelepak rompi Nick. Ditilik dari pipi pink dan mata menyala-nyala mereka, aku menduga itu bukan minuman pertama yang mereka teguk malam ini. Ini pestaku, dan aku akan merajuk kalau aku mau, jawabku, sambil mengangkat diriku dari bangku jendela. Pesta ini rasanya memang menyebalkan, kata Daisy, sambil mengulurkan tangan untuk meluruskan daun salam perak di atas rambut hitamnya.
Kau bisa saja membuka kado, siapa tahu itu akan membuatmu merasa lebih baik, kata Nick sambil mengangguk ke arah meja kado. Beberapa kotak sedang berpindah. Satu di antaranya berputar-putar perlahan di atas yang lainnya, sementara yang lain merangkakrangkak seperti laba-laba, ujung pita yang menjuntai berfungsi sebagai tungkai.
Aku menelan ludah. Eh... begini, aku baik-baik saja. Apakah kalian melihat Jenna"
Mereka saling pandang, tapi sebelum bisa mengatakan apa-apa, pelayan yang sama berjalan menghampiri kami lagi. Ih. Mau apa orang ini sih" Apakah seseorang membayarnya untuk membuat ketua Dewan mabuk atau semacamnya"
Sambil melingkarkan tanganku ke tangan Nick dan Daisy, aku menarik mereka menjauhi jendela dan dari jalur yang ditempuh oleh si pelayan. Apa sih yang kalian pertengkarkan" tanya Daisy. Aku sudah hendak menceritakan kisah tentang toko Lysander ketika seorang penyihir pirang yang memakai baju merah menyala menghentikan kami. Halo, katanya, suaranya terengah-engah. Maaf mengganggu kalian, tapi aku ingin mengucapkan selamat ulang tahun, Sophia.
Baiklah, kataku. Terima kasih.
Kukira dia akan melanjutkan langkah, tapi dia terus berdiri di sana, sambil tersenyum kepadaku. Yah, kepada kami bertiga, sebenarnya. Sungguh merupakan kehormatan bertemu denganmu, ujarnya. Kalian bertiga. Kudengar... wanita itu memandang berkeliling, dan ketika dia kembali memandang kami, pipinya merona. Kudengar demon bisa membuat sesuatu muncul dari kehampaan. Apa benar" Aku berkedip melihatnya. Apa-apaan ini" Yeah, jawabku. Tapi, penyihir juga bisa. Itu hanyalah
Sebelum aku bisa menyelesaikan kata-kataku, Nick membungkuk, dan dengan lambaian tangannya, mengeluarkan seikat besar bunga mawar putih. Begitulah adanya, kata pemuda itu, sambil menyerahkan bunga kepada si penyihir. Tentu saja, itu hanya contoh kecil dari apa yang bisa demon lakukan.
Penyihir itu nyaris memekik. Sungguh luar biasa! Ada kilatan berbahaya pada mata Nick. Oh, itu tidak ada apaapanya. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan berbisik, Kalau aku mau, aku bisa meruntuhkan ruang dansa ini sebelum Anda punya waktu untuk mengedipkan mata cokelat yang cantik itu. Atau menarik benang waktu sehingga
Baiklah, itu semua sangat luar biasa, Nick, kataku, sambil menarik dia dan Daisy agar menjauhi si penyihir, Tapi, kurasa aku melihat Ayahku, jadi kita harus pergi. Dah! Terima kasih atas kedatangannya!
Begitu kami sudah menjauh dari jangkauan pendengarannya,aku berbalik ke Nick. Untuk apa semua itu"
Pemuda itu menenggak minumannya lagi. Itu adalah memberikan apa yang mereka inginkan. Mereka ingin membuat kita menjadi makhluk kuat yang menakutkan yang bisa membunuh Mata untuk mereka. Itulah alasan mereka menciptakan kami, bukan"
Dengan singkat aku menekankan pangkal tanganku ke mata, yang hanya berakibat membuat gumpalan gemerlap di bulu mataku terhapus.
Daisy menepuk-nepuk lengan Nick, mahkota daun salamnya miring dengan beratnya ke arah kiri. Sayang, bisakah kita tidak membicarakan soal bunuh-membunuh"Ini pesta ulang tahun. Dia menghiasi kalimat itu dengan cegukan kecil, dan mendadak aku merasa bosan terhadap mereka. Aku ingin bicara dengan Jenna. Atau Cal. Seseorang yang normal yah, normal untuk ukuran temantemanku dan lebih disukai yang tidak mabuk.
Mungkin aku akan membuka hadiah-hadiah, kataku kepada mereka. Aku baru saja berjalan sekitar empat langkah ketika pelayan itu langsung menuju aku, Minum, Nona" tanyanya, sambil menyodorkan baki.
Begini, Bung, kataku, sambil sedikit tersandung saat aku menginjak salah satu lengan bajuku yang menjuntai. Aku tak tahu apakah kau sedang mencoba menjilat atau apa, tapi
Aku mendongak untuk menatap wajahnya yang tertutup topeng, dan mata kami berserobok. Kau pasti bercanda.
"RatuBuku Bab 26 Walaupun tidak bisa melihatnya, aku merasa Archer sedang menaikkan sebelah alisnya kepadaku. Kau ini jadi siapa seharusnya" tanyanya dengan suara rendah.
Aku menarik napas dalam-dalam dan mencoba menjaga agar wajahku setenang mungkin. Kalau ada orang yang memandang ke arah sini, mereka harus berpikir aku hanya sedang berbicara dengan seorang pelayan, bukan berhadapan dengan Mata di tengah-tengah mereka. Hecate, kataku, sambil mengambil salah satu gelas dari bakinya. Sedang apa kau di sini"
Dia mengendikkan bahu, entah bagaimana berhasil kelihatan anggun bahkan dalam seragam pelayannya. Siapa sih yang tidak suka pesta" Ditambah lagi, kupikir mungkin ada peluang kau memakai gaun biru itu lagi.
Jari-jariku mengencang pada gelas kristal berkaki itu sehingga aku heran mengapa aku tidak mematahkan tangkainya. Kau gila, kataku, sambil berusaha keras menjaga agar suaraku tetap tenang. Atau idiot. Atau keduanya. Mengapa setidaknya kau memakai glamour atau sesuatu"
Tak seorang pun di sini yang pernah melihatku secara langsung," jawabnya, sambil dengan sengaja mengatur kembali gelas-gelas di atas bakinya, jadi, topeng ini cukup baik. Kalau aku menggunakan glamour, aku hanya akan menarik perhatian kepada diriku sendiri. Tentu saja aku tidak perlu sampai repot-repot begini kalau saja kau menemuiku tiga minggu yang lalu.
Bisa jadi karena cahayanya redup atau karena topengnya, tapi kupikir aku melihat kilatan marah sungguhan di mata Archer selama sedetik. Aku tak bisa, kataku, sambil tersenyum seakan-akan pemuda itu baru saja mengatakan sesuatu yang lucu. Jantungku melonjak-lonjak di dadaku, dan dengan susah payah aku menjaga agar kekuatanku tetap terkendali. Kau harus pergi. Sekarang,
Sekarang tidak salah lagi: dia benar-benar marah. Apa kau tahu apa yang kupertaruhkan untuk datang kemari malam ini" desisnya. Bukan saja dari kaummu, melainkan dari kaumku"
Aku memandang berkeliling, tapi kelihatannya tak seorang pun yang memperhatikan aku. Itu mungkin akan berubah begitu aku mulai meneriaki seorang pelayan. Aku memberikan tatapan yang kuharap penuh arti kepada Archer, tapi berkat kelap-kelip di seluruh wajahku, aku tak yakin dia mengerti.
Aku berjalan ke arah sudut ruangan dan merunduk ke balik pot tanaman yang luar biasa besarnya. Cahaya di belakang sana redup dan kehijauan, dan semuanya berbau pengap dan lempung.
Archer menyibakkan daun palem beberapa detik kemudian dan bersandar ke dinding kaca, lengannya terlipat di dada. Mengapa kau tidak menemuiku" tanyanya tanpa tedeng aling-aling. Entahlah, mungkin karena kau pemburu demon dan aku demon, jadi kita yang bercengkrama rasanya seperti ide buruk" Ketika dia tidak menjawab, aku menghela napas dan berkata, Begini, pada dasarnya, semua orang di dalam kehidupanku menyuruhku untuk menjauhimu. Jadi, itulah yang sedang kulakukan.
Aneh rasaya bicara dengannya yang masih memakai topeng itu. Aku bisa melihat matanya, tapi aku sama sekali tak bisa membaca air mukanya. Percayalah padaku, katanya. Kalau tidak ada sesuatu yang besar yang sedang terjadi saat ini, aku takkan pernah menemuimu lagi. Dengan senang hati.
Rasa nyeri mengiris jantungku, sama terang dan tajamnya dengan belati yang tak diragukan lagi disembunyikan Archer di suatu tempat di tubuhnya. Kuharap aku tidak membiarkannya terlihat. Apa maksud, sesuatu yang besar "
Tapi, dia menggeleng. Aku tak punya waktu untuk menjelaskannya, tapi itu tentang kawan-kawan demon kecilmu yang di sana itu. Bisakah kau menemuiku besok malam di penggilingan"
Otakku berlomba. Kalau Archer benar-benar tahu sesuatu tentang Nick dan Daisy, mungkin Dad dan aku bisa memahami apa yang terjadi di sini. Atau, aku hanya membujuk diriku agar bisa menghabiskan waktu dengan Archer dan tidak merasa bersalah karenanya" Besok aku tak bisa. Dad dan aku belum punya waktu untuk meneliti grimoire, berkat semua kegilaan ulang tahun ini, tapi kami sudah menentukan waktu sepanjang minggu depan untuk melakukannya. Seharusnya itulah yang kukatakan. Itu bisa menghentikannya, dan aku bisa melangkah pergi. Akan tetapi, aku mendengar diriku berkata, Tapi, ayahku pergi untuk urusan pekerjaan sembilan hari lagi. Lebih mudah bagiku untuk menyelinap saat itu.
Archer mengangguk. Bagus. Kalau begitu sembilan hari lagi. Pukul tiga pagi.
Baiklah. Tapi, kalau kau menghunuskan pisau kepadaku lagi Yang membuat aku terheran-heran dia tertawa. Kau terus-menerus mengungkit-ungkit itu. Pertama-tama, aku tidak mengacungkan belati itu kepadamu, aku mengeluarkannya agar aku bisa mencongkel kunci di jendela. Kedua, aku terperangkap di dalam ruang bawah tanah dengan demon yang mengamuk. Di antara kita berdua, siapa menurutmu yang paling ketakutan"
Aku memutar mataku, tidak mudah, mengingat betapa kelopak mataku dibebani dengan ribuan kilo riasan berkelip. Archer bergerak melewatiku, keluar dari tetumbuhan. Sewaktu aku mengikuti beberapa detik kemudian, dia sudah tidak kelihatan lagi.
Sambil berjalan menghampiri meja kado, aku terus-menerus memandang berkeliling untuk mencarinya, tapi jelas dia sudah pergi. Aku mendesah dan mengulurkan tangan untuk melepaskan mahkotaku. Bisa jadi aku sedang melakukan kesalahan besar, tapi Dad ingin tahu dari mana asalnya Nick dan Daisy, dan kalau Archer atau Mata punya informasi itu, mengapa kita tidak boleh menggunakannya" Disitu kau rupanya.
Cal muncul di sampingku, dengan susah payah aku berusaha untuk tidak terlonjak dengan perasaan bersalah. Lalu, aku melihat apa yang dipakainya. Dari mana kau mendapatkan itu"
Cal memakai seragam Hex Hall. Blazernya sedikit ketat di bagian pundaknya yang lebar, semakin ketat lagi saat dia menggerakkannya. Punyaku. Mrs. Casnoff yang membawakannya. Aku tidak benar-benar, eh, menyukai kostum. Kupikir ini kompromi yang pas.
Tadinya kukira tak seorang pun kecuali Archer yang bisa membuat seragam itu kelihatan bagus, tapi Cal membuktikan bahwa aku keliru. Warna biru cerahnya kelihatan bagus bersanding dengan kulitnya yang cokelat serta rambut keemasan, dan dia kelihatan lebih muda. Ada lesung pipit di pipinya saat dia tersenyum kepadaku sesuatu yang tak pernah kulihat sebelumnya. Kau kelihatan pantas menjadi Hecate, katanya.
Aku pasti sudah mendengus dan melontarkan komentar sinis, tapi ada sesuatu di matanya yang membuatku hanya mengucapkan, Terima kasih.
Tiba-tiba, sesuatu yang diucapkannya membuatku tersadar. Sebentar, Mrs. Casnoff yang membawakannya" Apa dia ada disini" Ya, kata Cal, sambil mengangguk ke arah patung es, tempat, benar saja, Mrs. Casnoff berdiri. Dia memakai gaun melilit-lilit yang berwarna biru cerah seperti seragam Cal.
Ketika Mrs. Casnoff melihat kami, dia berjalan menghampiri, Sophie, katanya, suaranya lebih hangat daripada yang pernah kudengar. Selamat ulang tahun. Senang sekali bisa bertemu denganmu.
Aku benar-benar percaya bahwa wanita ini bersungguh-sungguh, yang rasanya aneh. Yang lebih aneh lagi senyuman yang diberikannya kepadaku sambil berkata, Aku baru saja bicara dengan beberapa tamu tentang keputusanmu untuk tidak jadi melakukan Pemunahan. Kami semua senang sekali.
Bagus. Tidak ada yang lebih baik daripada keputusan mahapribadiku menjadi obrolan pesta.
Nah, itu mungkin yang pertama kali untuk Anda, aku mencoba untuk bercanda. Sewaktu Mrs. Casnoff hanya tampak kebingungan, aku menjelaskan. Merasa senang terhadapku.
Setelah itu, dia benar bernar membuatku ketakutan setengah mati dengan tertawa. Memang, tawanya rendah dan singkat, tapi tetap saja tertawa. Sebelum Mrs. Casnoff bisa membuat otakku meledak lagi, Dad berjalan mendekat, memakai jubah hitam panjang dan membawa tongkat dengan puncak bertatahkan batu mulia merah tua yang dipahat mirip buah delima. Sekali lagi, aku tak tahu jadi siapa sebenarnya Dad. Dia dan Mrs. Casnoff saling mengangguk, jadi kurasa mereka sudah saling bertegur sapa sebelumnya.
Apakah kau senang" tanya Dad, dan air mukanya begitu penuh harap sehingga aku memaksakan diri untuk tersenyum cerah. Ya, pesta ulang tahun paling baik!
Kurasa aku terlalu berlebihan, tapi Dad kelhatan lega. Bagus. Aku tahu ini sedikit berlebihan, tapi... yah, ini pertama kalinya aku merayakan salah satu ulang tahunmu. Aku ingin acaranya istimewa. Rasa bersalah dan beberapa perasaan menjijikkan lainnya bertumburan di dalam diriku. Agar Dad tidak melihatnya, aku mengalihkan perhatianku ke meja kado. Hadiah yang satu itu masih tetap melayang di atas yang lainnya, berputar-putar dengan malas. Saat aku menatapnya, benda itu melayang ke arahku, mendarat dengan pelan di tanganku.
Kurasa yang itu ingin kau membukanya, Cal menyimpulkan.
Kertas bungkusnya berwarna ungu tua, dan pita peraknya melingkarlingkar dan bergelombang di jariku seakan-akan berada di dalam air. Kado itu cantik, tapi sihir yang menguar darinya terasa sangat kuat. Mungkin dari mantra melayang, kupikir sambil menarik pitanya. Baunyalah yang pertama kali kuperhatikan, bau ganjil logam yang terkadang kau cium pada saat badai berpetir. Ada kelebatan merah tiba-tiba, dan suara mirip bom sonik. Aku mendengar Dad atau Cal berteriak, dan tahu-tahu aku sudah terlentang, ada sensasi menyengat menyakitkan di pundakku.
Telingaku rasanya disumpal kapas, tapi aku merasa orang-orang berteriak-teriak, dan aku melihat sepasang kaki berlari di dekat kepalaku. Itu membuatku teringat prom, saar aku duduk di tengah kolam limun, sambil menonton kekacauan meletus di sekelilingku. Kemudian, pundakku berhenti menyengat dan mulai membara, cukup sakit sehingga aku mengerang. Ada orang berdesak-desakan di sekelilingku, dan aku melihat sesosok jangkung yang memakai topeng mendesak di bagian depan kerumunan. Mulutnya mengatup, dan kupikir aku melihat rasa takut di mata cokelatnya yang sudah tidak asing lagi. Aku nyaris membuka mulutku untuk menyuruh Archer agar pergi dari sini sebelum aku menyadari betapa bodohnya itu. Kemudian, orang-orang bergerak, dan dia pun pergi.
Wajah Cal berenang muncul di pandanganku. Aku tidak bisa mendengarnya karena telingaku masih berdenging. Aku yakin dia menyuruhku untuk berbaring diam-diam, yang rasanya cukup mudah. Dia menggenggam tanganku, dan walaupun rasa nyerinya tidak hilang, ada perasaan tenang memabukkan merebak di dalam tubuhku. Jadi, aku sangat tidak bergairah saat memiringkan kepala ke samping dan melihat Cal menarik serpihan demonglass sepanjang kira-kira lima belas senti dari pundakku. Begitu benda itu sudah keluar, rasa panasnya berkurang, tapi aku tahu aku akan mendapat bekas luka lagi. Kado itu menyebalkan, gerutuku.
Dad menyelipkan satu tangan ke pundakku dan membantuku untuk duduk. Sambil melakukannya, lengan bajunya tersibak dan menampakkan beberapa serpihan demonglass tertancap di lengan bawahnya.
Aku tidak apa-apa, katanya sebelum aku bisa bertanya. Cal bisa mengeluarkannya nanti. Apa kau baik-baik saja"
Pundakku masih terasa terbakar, tapi tidak ada nyeri di tempat lain, dan selain kejutan dari dihantam ke belakang dan ditusuk, aku baikbaik saja. Kurasa begitu. Apa itu, seperti bom pipa sihir" Kadonya tergeletak berantakan di lantai, pitanya meliuk-liuk dan menyambar seperti ular. Cal menginjak pita itu, dan benda tersebut terdiam. sepertinya begitu, katanya dengan muram.
Dan benda itu diberi jampi-jampi untuk mencarimu, tambah Dad. Dia tampak begitu khawatir dan marah sampai-sampai aku memutuskan untuk tidak mengganggunya karena menggunakan kata seperti jampi-jampi.
Untunglah mereka tidak bisa mendapatkan terlalu banyak demonglass, kata Lara, dan aku mendongak, terkejut melihatnya. Dia memakai semacam gaun abad kedelapan belas, dengan pinggul lebar dan garis leher persegi. Rambutnya disembunyikan di bawah wig berbedak yang bagaikan menara. Rupanya itu serpihan terbesarnya, lanjutnya, sambil menendang potongan yang tadi menancap di pundakku. Roderick berdiri di belakangnya, sayap hitamnya berkepak pelan, membuat udara berembus. Lara menoleh kepadanya dan berkata. Geledah halaman. Kalau Cross masih ada di sini, kita akan menemukannya.
Otakku masih terasa kelu, dan suaraku lemah saat berkata, Cross" Mrs. Casnoff-lah yang menjawabku. Jelas, Mata berada di balik kejadian ini. Siapa lagi yang akan melakukan hal seperti ini" Dan karena hanya ada satu Mata yang bisa melakukan sihir, kata Lara, suaranya hampir mirip dengan suara kakaknya, sudah jelas. Archer Cross baru saja berusaha membunuhmu.
"RatuBuku Bab 27 Sembilan hari berikutnya terasa melar seperti gulali. Mrs. Casnoff sudah pulang ke Hecate, benar-benar melegakan. Dengan adanya dia di Thorne rasanya terlalu dua dunia beradu bagiku. Aku menghabiskan sebagian besar waktuku di dalam kamar, memulihkan diri dari lukaku. Tapi, memandangi dinding memberiku banyak waktu untuk berpikir, kebanyakan tentang Archer. Aku melihat raut wajahnya tepat setelah ledakan terjadi. Dia ketakutan. Bahkan terpukul, dan tidak secara, Ups, percobaan pembunuhanku tidak berjalan sesuai rencana. Dia tidak tahu-menahu tentang hal ini, yang artinya tak mungkin dia yang menaruh hadiah tersebut. Yang artinya lagi ada orang lain yang ingin membunuhku, pemikiran yang membuatku tak pernah ingin meninggalkan tempat tidurku yang bagaikan kepompong aman. Walau begitu, aku memutuskan untuk tetap bertemu dengan Archer. Aku punya firasat bahwa semua ini entah bagaimana berhubungan. Nick dan Daisy, percobaan pembunuhan terhadap diriku, Mata mendadak bersikap lebih beringas. Semakin cepat aku sampai ke dasarnya, semakin baik. Ada hikmah yang timbul dari nyaris dicabik-cabik bagaikan kebab; Jenna mulai bicara denganku lagi. Dia datang ke kamarku di pagi setelah pesta untuk menengokku, berdiri dengan bimbang di ambang pintu. Bagaimana rasanya"
Aku bergeser mundur ke bantalku dan mencoba untuk mengendikkan bahu. Tapi, itu membuat sengatan nyeri melesat ke seluruh tubuh bagian atasku, dan aku mengernyit. Oh, kau tahulah. Seperti ditusuk dengan kaca dari neraka. Tapi, sudah membaik.
Jenna melangkahkan kakinya beberapa kali ke dalam kamar, air mukanya muram, Kau bisa saja terbunuh.
Ya, tapi tidak. Beberapa langkah lagi dan dia sudah berada di samping tempat tidurku, duduk di tepi. Soph, katanya, tapi aku memotongnya. Begini, Jenna, bisakah kita melewati bagian saling mengatakan kita menyesal dan berpelukan"
Dia tertawa kaget, dan untuk pertama kalinya, kulihat matanya berkaca-kaca. Ya, begitu juga boleh, katanya sambil terisak, sebelum degan hati-hati merangkulkan lengannya kepadaku. Kami duduk di sana, saling berangkulan, sampai aku bertanya, Kau masih tidak akan kembali, ya"
Jenna menggeleng. Aku tidak bisa. Sewaktu dia menarik diri, air mata mengaliri wajahnya, dan bahkan setrip pink di poninya tampak lebih redup. Aku harus melakukan ini, Sophie.
Aku tak tahu apakah aku bisa bicara dengan gumpalan yang mendadak ada di tenggorokanku, jadi aku hanya mengangguk.
Tapi, itu bukan berarti aku tidak bisa bertemu denganmu lagi, katanya sambil meremas tanganku. Kau bahkan bisa datang ke sarang pada hari Natal.
Sarang" tanyaku, sambil menaikkan kedua alisku. Jenna mengedikkan bahunya, malu. Itulah sebutannya ketika sekelompok vampir hidup bersama.
Aku mencoba memikirkan komentar lucu, mungkin sesuatu kaum hippi dan nomaden, tapi aku terlalu sedih untuk bersikap kocak. Karena memikirkan pulang ke Hecate sendirian ditambah dengan kegugupan akibat hendak bertemu dengan Archer, aku tak sanggup bekerja dengan Dad. Sehari sebelum dia berangkat barulah aku merasa sanggup bekerja dengan grimoire. Tampaknya tak seorang pun yang tahu bahwa buku itu menghilang, dan begitu aku pergi untuk memeriksa buku ber-glamour yang ditinggalkan Dad sebagai penggantinya, aku bisa melihat apa sebabnya. Bahkan, aku tak bisa tahu apakah ini bukan buku yang sama, dan jejak sihir yang keluar dari glamour-nya begitu lemah sehingga kau tak bisa merasakannya kecuali kau tahu itu ada di sana.
Kami mempelajari grimoire di ruangan yang sama dengan tempat aku berlatih mengendalikan kekuatanku. Kekuatan yang keluar dari halaman-halaman itu masih membuat jantungku berlomba dan kepalaku berdenyut-denyut. Meskipun demikian, aku duduk di samping Dad di lantai, bukunya terbuka di hadapan kami, dan mendengarkan saat dia menjelaskan setiap mantranya. Dia benar: sihir yang berada di dalam halaman-halaman itu merupakan sihir paling gelap yang pernah kudengar. Ada mantra membunuh, dan ritual-ritual yang akan mengikat jiwa lain ke jiwamu sehingga kau bisa membuat seseorang menjadi budakmu. Dad menyimkanya satu per satu, suaranya tenang dan datar, tak peduli betapa buruknya mantra itu. Anehnya, hanya ada satu mantra yang tidak dibahasnya. Lambang-lambang mantra itu menghabiskan setengah halaman dan kelihatannya cukup sederhana, tapi sewaktu kami membalik ke halaman itu, Dad menarik napas. Apa" tanyaku, sambil bergerak-gerak di atas lantai marmer dingin. Tidak mungkin lebih buruk daripada mantra tentang bayi itu. Bukan itu, kata Dad. Dia mendorong kacamatanya agar naik ke hidungnya. Hanya saja aku tak tahu bahwa mantra ini benar-benar ada.
Untuk apa" Dad diam sejenak sebelum menggeserkan bukunya ke arahku. Sentuh saja.
Aku menaikkan alis, tapi melakukan apa yang dimintanya. Aku tak tahu mengapa, tapi aku meletakkan seluruh permukaan telapak tangan ke halaman tersebut sampai hampir menutupi lambang-lambangnya. Begitu aku melakukannya, aku merasakan sentakan aneh di dadaku, seakan-akan seseorang baru saja menonjokku dengan pelan di tulang dada.
Eh, aduh, kataku, sambil menarik tangan. Apakah Dad akan memberi tahu apa yang baru saja kulakukan"
Dia menarik kembali bukunya. Tidak. Kuharap, kau takkan pernah harus tahu.
Dan rupanya sampai di situ saja, karena Dad menutup grimoire dan berdiri. Kurasa sudah waktunya untuk mengembalikan buku ini, katanya. Tidak ada lagi yang bisa dipelajari darinya, dan sekarang aku mengerti mengapa Dewan tetap menguncinya. Dia menunduk memandang buku itu dengan jijik. Kalau terserah aku, kita sudah menghancurkannya.
Kalau begitu, lakukan saja. Setelah beberapa mantra yang kami baca di dalam benda itu, tak ada yang bisa membuatku lebih gembira lagi daripada melihat buku itu dilahap api. Memikirkan kalau buku itu sampai jatuh ke tangan yang keliru benar-benar pantas membuat bergidik.
Tapi, Dad menggeleng. Alexei Casnoff ingin menjaganya agar tetap utuh sebagai peringatan.
Tentu saja. Aku berjengit saat berdiri, dan Dad bergegas menolongku.
Bagaimana rasanya" Walaupun sulit dipercaya, lebih baik. Bagaimana dengan lenganmu" Sambil berpikir dia menggosoknya. Menyengat, tapi bisa saja lebih buruk lagi.
Dia menyelipkan kembali grimoire itu ke dalam jaketnya, dan kami berjalan menuruni tangga. Aku bisa merasakan ada yang mengusik Dad, tapi apakah itu tentang sesuatu yang ada di dalam grimoire atau insiden pesta ulang tahun, aku tak tahu.
Kami sudah hendak sampai di serambi saat Dad berkata, Sophie, aku harus mengatakan kepada ibumu tentang apa yang terjadi . Aku menahan erangan. Aku tahu ini akan terjadi, tapi aku berharap kami bisa menundanya sampai Dad kembali. Banyak yang terjadi padaku, dan hal terakhir yang kuinginkan adalah mengkhawatiran Mom di atas semua itu.
Dad, Mom cuma akan ketakutan. Dan mungkin datang kemari dan menjemputku, dan setelah itu kalian akan bertengkar, dan aku harus bertingkah dengan memakai pemulas mata tebal dan memakai narkoba. Apa Dad benar-benar ingin menghadapinya" Dad tersenyum dan membelai rambutku. Gerakan itu begitu kebapakan dan normal sehingga aku tak tahu harus bereaksi bagaimana. Mungkin itu bisa menunggu sampai setelah perjalananku, katanya. Aku belum siap betul untuk menyerahkanmu kembali. Suaranya begitu penuh kasih sayang, dan aku bertanya-tanya apakah seseoramg bisa benar-benar tersedak oleh rasa bersalah, karena rasa itu naik di tenggorokanku sepahit dan sepanas kopi hitam. Aku memalingkan wajah, berharap dia tidak melihatnya, dan berkata, Memangnya Dad mau ke mana"
Ke utara, dekat Yorkshire. Serangan lain. Dia tidak perlu menjawab oleh siapa.
Sementara aku di sana, Dad menambahkan, aku harus bertemu seorang warlock di Lincolnshire. Dia rupanya melakukan penelitian mendalam terhadap demon, dan aku harap dia mungkin bisa membantuku melacak asal Nick dan Daisy. Mudah-mudahan, saat aku kembali, kita bisa mulai memecahkan masalah ini.
Kalau dia pulang, mungkin aku punya beritaku sendiri tentang Nick dan Daisy. Bukannya aku punya gagasan tentang bagaimana cara aku akan menceritakan kepadanya tentang apa yang kutemukan. Aku tidak ingin memikirkannya, karena itu membuat perutku melintir. Jadi, sebagai gantinya, aku menanyakan sesuatu yang selama ini mengusikku. Hei, Dad, ingatkah awal minggu ini, saat aku tertusuk" Aku ingat samar-samar, ya.
Apakah itu sepadan" Menjadi Ketua Dewan" Maksudku, kalau orangorang membidikmu, mengapa tidak menyerahkannya kepada orang lain" Kau bisa pergi berlibur. Punya kehidupan. Berkencan. Aku menanti Dad merangkul sifat ala Mr. Darcynya lagi dan merasa tersinggung, tapi kalaupun ada perubahan, dia hanya kelihatan muram. Satu, aku sudah bersumpah dengan khidmat akan menggunakan kekuatanku untuk membantu Dewan. Dua, keadaan sedang gonjangganjing sekarang, tapi tidak selamanya begitu. Dan, aku yakin kau akan menjadi ketua Dewan yang baik suatu hari nanti, Sophie. Ya, kecuali ada urusan tidur dengan musuh itu, pikirku. Tunggu, bukannya aku akan benar-benar tidur dengan... maksudku, itu kiasan. Hanya akan ada tidur secara kiasan saja.
Wajahku pastilah mencerminkan sebagian keanehan yang terjadi di otakku, karena Dad menyipitkan matanya sambil memandangku sebelum melanjutkan, Sementara untuk berkencan, tidak ada gunanya.
Mengapa" Karena aku masih cinta pada ibumu.
Whoa. Baiklah, bukan itu tepatnya jawaban yang kuharapkan. Bahkan, sebelum aku bisa memproses itu, Dad dengan cepat melanjutkan. Tolong jangan biarkan harapanmu melambung. Tidak mungkin ibumu dan aku bisa atau akan pernah bersatu kembali. Aku mengacungkan tangan. Dad, santai. Aku bukan anak dua belas tahun, dan ini bukan film The Parent Trap. Tapi itu... senang rasanya mengetahuinya. Aku selalu menyangka kau dan Mom pasti saling membenci. Kupikir itulah alasannya Mom dan aku berpindah-pindah sesering itu karena dia mencoba untuk memastikan kau takkan pernah bisa menemukan kami.
Matanya beralih dari wajahku, terpusat ke satu titik di atas pundakku. Ibumu punya alasan sendiri, hanya itulah yang dikatakannya. Kemudian, dia semacam mendesah dan memalingkan wajah. Semua sihir di dunia tak bisa menyederhanakan urusan hati, gumamnya sambil berjalan ke arah kantornya.
Setuju, kataku ke punggungnya yang menjauh.
Dua hari kemudian, Dad pergi ke Yorkshire, dan aku bersiap untuk peristiwa yang kuanggap sebagai tugas lapangan dengan Archer. Menyebutnya begitu terasa lebih aman dan lebih resmi daripada rapat atau, semoga Tuhan mengampuni, pertemuan yang disepakati . Walau begitu, aku menghabiskan sebagian besar dari hari itu di kamar sendirian karena aku khawatir kalau-kalau Jenna atau Cal bisa tahu bahwa aku punya maksud tertentu. Aku begitu gugup sampai aku memercikkan kelebatan-kelebatan kecil sihir seperti kembang api.
Aku bahkan tidak berusaha tidur, dan kupikir pukul tiga pagi takkan pernah datang. Akhirnya, pada pukul 02.30, aku memakai T-shirt hitam dan celana berkantung banyak, dengan harapan pakaian itu paduan yang cocok untuk bertemu dengan seseorang yang pernah kutaksir yang ternyata musuh bebuyutan.
Saat aku berjalan menyusuri jalan setapak berkerikil ke arah penggilingan, aku mengatakan pada diriku sendiri bahwa walaupun perutku bergejolak, aku tidak perlu merasa bersalah. Aku melakukan ini dengan tujuan baik. Tidak, Dad mungkin tidak memahaminya. Dan, Jenna sudah pasti tidak akan, tapi... tidak. Tidak, aku tidak akan membiarkan pikiran mengenai Jenna membuatku merasa bersalah tentang ini.
Saat aku tiba di penggilingan, Archer sedang menungguku seperti sebelumnya, tepat di ambang pintu menuju Itineris. Dia sedang memunggungiku dan dia memakai kemeja hijau tua berleher V dan jins belel. Aku menganggapnya aneh. Kusangka dia akan berpakaian serba hitam L Occhio, tapi ternyata dia malah kelihatan seperti remaja biasa.
Kecuali ada pedang raksasa di tangannya. Apakah itu benar-benar perlu" tanyaku saat aku melangkah masuk, sambil melihat bahwa belatinya juga menggantung di sabuknya. Kepalanya tersentak, dan kupikir dia barangkali kelihatan lega melihatku. Tapi , lalu Archer kembali berputar ke arah Itineris, lalu merunduk untuk memungut sesuatu dari tas hitam di kakinya. Tidak ada ruginya berjaga-jaga, katanya.
Kelihatannya berlebihan kalau kau siap dengan belati dan aku punya sihir super kuat yang bisa kugunakan sewaktu-waktu. Super kuat" Dia berdiri, ada rantai emas menggantung di jarijarinya. Biar kuingatkan kau kepada dua kata, Mercer. Anjing. Nakal.
Aku memutarkan mataku. Itu hampir setahun yang lalu. Sekarang aku jauh lebih baik.
Ya, nah, aku tidak mau ambil risiko, katanya. Untuk pertama kalinya, aku melihat ada semacam sarung senjata di punggungnya. Dia menyelipkan pedang ke dalamnya sehingga gagangnya menyembul di atas pundaknya. Lagi pula, dia menambahkan, kusangka kau tidak akan datang. Setelah apa yang menimpamu malam itu... Dia berhenti sejenak, mengamati wajahku. Apa kau baik-baik saja" Aku akan baik-baik saja kalau orang-orang berhenti menanyakan itu kepadaku.
Kau tahu aku tidak punya andil dengan itu, bukan" Yeah, jawabku. Dan kalau kau punya andil di dalamnya, aku akan membuatmu menguap di tempatmu berdiri.
Sudut mulutnya melengkung. Senang rasanya bisa tahu. Dia memperpendek jarak di antara kami, untuk berdiri terlalu berdekatan denganku. Kau sedang apa" tanyaku, berharap tidak terdengar sesak napas seperti yang kurasakan.
Dia mengangkat tangannya, dan dengan kelembutan yang mengejutkan, mengalungkan seuntai kalung di leher kami. Sambil menunduk memandangnya, aku melihat mata rantainya sebenarnya berupa sosok-sosok kecil yang bergandengan tangan. Aku sudah pernah melihanya di suatu tempat.
Ini kalung yang dipakai oleh salah satu malaikat di jendela di Hex Hall.
Memang benar. Sambil mengulurkan tangannya ke bawah untuk meraih tanganku, dia menjelaskan. Ini juga merupakan jimat perlindungan yang sangat kuat, yang akan kita butuhkan.
Aku menelan ludah saat kami menautkan jari-jari dan melangkah lebih dekat ke Itineris. Mengapa"
Karena kita akan pergi ke tempat yang sangat jauh. Tanpa sadar aku meremas jarinya dengan jari-jariku. Kali terakhir aku berpergian dengan Itineris aku hanya menempuh beberapa ratus kilometer, dan itu membuat kepalaku nyaris meledak. Kita mau ke mana" tanyaku.
Pulau Graymalkin, jawabnya. Setelah itu, dia menyentakkan aku ke dalam ambang pintu.
"RatuBuku Bab 28 Benda mirip kalung punya Archer bisa jadi menyelamatkan kami dari sakit kepala luar biasa dan kehabisan napas, tapi tidak membuat pendaratan menjadi lebih anggun. Kami terlontar ke dalam sekelompok pohon lebat saat kami keluar dari kegelapan, dan aku langsung tersandung akar besar yang menyembul, membuat sikuku tergores dahan saat terjatuh.
Sayangnya, karena kalung itu melingkari kedua leher kami, itu artinya Archer juga terjatuh. Diatasku.
Di kehidupan lain, itu mungkin akan semacam menyenangkan. Dan ya, baunya masih harum, dan sembari aku menyambar pundaknya untuk mendorongnya, aku ingat bahwa dia jauh lebih kuat daripada kesan yang dibuat oleh sosoknya yang ramping.
Tapi, itu semua tak ada artinya. Aku tidak sempat memperhatikan hal-hal seperti itu pada dirinya lagi.
Tanah tempat aku terbaring berlumpur, dan aku punya firasat aku akan menariki dedaunan dan ranting-ranting dari rambutku untuk selama-lamanya. Bangun! gumamku ke tulang lehernya, sambil mendorongnya. Dia menggulingkan tubuhnya hingga terlentang, pedangnya berkelontang kena batu atau akar terbuka, tapi berkat si kalung, itu hanya mengakibatkan aku tertarik sampai separuh berada di atasnya.
Dan kupikir kau selama ini sok jual mahal, bisiknya. Cahaya rembulan memantulkan di matanya, dan dia terdengar sedikit terengah-engah. Aku menghibur diri dengan meyakinkan diri bahwa itu hanyalah akibat terjatuh.
Aku menampar dadaya dengan telapak tangan, kemudian merundukkan kepalaku ke bawah kalung. Begitu aku terbebas, aku menggeser menjauhinya. Biar kutebak, desisku, sambil mengangguk ke arah rantai. Benda lain yang kau curi dari Hex Hall.
Dia mendorong dirinya sambil berdiri. Bersalah. Di mana aku sementara kau bermain Grand Theft Cellar" Aku hanya mengambil beberapa benda, dan sebagian besar dari benda-benda itu kusambar dalam dua minggu terakhir saat kau tidak bicara kepadaku.
Aku ingat saat itu sekarang, tepat setelah All Hallow s Eve Ball. Berkat keanehan malam itu, Archer dan aku menghabiskan banyak tugas ruang bawah tanah dengan saling menghindari. Tak heran dia bisa menjejalkan berbagai benda sihir ke dalam sakunya. Apakah itu alasannya kau membelaku di kelas si Vandy" Apa kau berharap untuk mendapatkan tugas bawah tanah agar kau bisa mengutil barang-barang"
Sambil mengibas-ngibaskan kotoran dari kemejanya, Archer menggeleng. Percaya atau tidak, Mercer, aku tidak sebegitu penuh perhitungannya. Aku membelamu kepada si Vandy karena aku ingin. Mencomoti barang-barang dari ruang bawah tanah itu bonusnya. Dia memunggungiku dan mulai berjalan menjauh. Sekarang, ayolah. Kita masih harus berjalan jauh.
Mengapa kau tidak bisa bilang saja kepadaku apa yang terjadi" tanyaku sembari kami berjalan keluar dari pepohonan. Karena aku tak yakin apakah kau akan mempercayaiku. Lebih mudah menunjukkannya saja kepadamu."
Aku tak pernah berada di bagian Graymalkin sebelah sini sebelumnya, dan aku terheran-heran betapa berbedanya tempat itu dari tanah yang mengelilingi Hecate. Tidak ada rumput tebal bagaikan zamrud di bawah telapak kaki, atau pohon-pohon ek yang mengesankan. Satusatunya tumbuhan hanyalah pepohonan pinus kurus dan semak-semak tak dikenal, dan tanahnya berupa campuran pasir lembap dan bebatuan. Dari baunya, aku tahu kami dekat dengan laut, dan benar saja, sementara kami mendaki tanjakan, air mendadak lebut. Bulan hampir penuh, membuat pita perak lebar di atas permukaan air yang hitam.
Di mana kita" Maksudnya, dari sekolah. Kita ada di seberang pulau, jawab Archer.
Kelihatanya sangat berbeda.
Archer menengok ke belakang. Itu karena ada mantra di lahan sekolah. Jessica Prentiss melakukannya saat dia membangun rumah. Rupanya dia merindukan kampung halamannya, karena dia membuatnya mirip dengan rumah keluarganya di Lousiana, hingga ke lansekapnya. Dia berhenti sejenak. Serius, Mercer, tidakkah kau memperhatikan mata pelajaran kita"
Maaf, perhatianku sedikit terpecahkan dengan banyak orang yang tewas seperti itu.
Archer berhenti mendadak. Asal tahu saja, katanya, suaranya enteng, tapi pundaknya tegang, hanya satu orang yang meninggal. Elodie.
Kami berdua membeku sekarang, berdiri beberapa meter berjauhan di atas bukit kecil yang menghadap ke laut. Jadi, kau sudah tahu tentang itu.
Archer mengangguk. Ya. Kami, eh, mendapatkan laporan tentang semuanya beberapa bulan yang lalu. Sambil menggosok belakang lehernya, dia berbalik sehingga menghadap ke laut. Aku tidak... semua itu tidak pernah nyata. Dia dan aku. Setidaknya tidak dari aku. Dan, ada hari-hari ketika kupikir kalau aku menghabiskan satu detik lagi dengan mendengarkan dia membicarakan tentang mantra kecantikan dan sepatu, aku bisa gila. Walau begitu, saat aku membaca laporannya... Archer menundukkan kepalanya dan mengeluarkan suara mirip tertawa kalau saja tidak begitu sedih. Rasanya mirip dengan dijotos di ulu hati, kau tahu"
Walaupun dia masih memunggungiku, aku mengangguk. Ya. Rasanya sulit untuk percaya bahwa seseorang seperti dia bisa pergi. Aku ingat mata hantu Elodie yang menatapku, anggukan kepalanya, dan terpikir olehku untuk menceritakan bahwa Elodie mungkin tidak benar-benar pergi seperti sangkaan kami semua.
Kemudian, dia menggeleng dan berjalan lebih jauh lagi menyusuri jalan setapak ke arah pantai. Aku mengikutinya, sambil menggertakkan gerahamku saat pasir mengisi sepatuku. Jadi, kenapa kau bersamanya"
Dia tugasku. Dari Mata"
Bukan, dari Pramuka. Lencana pacaran dengan penyihir terusmenerus lolos dari tanganku.
Yah, pastinya kau punya setidaknya tiga lencana dungu total sekarang, jadi itu pasti besar artinya. Bagaimana dengan Holly" Apakah itu juga palsu" Aku agak terengah-engah, berkat mencoba untuk merendenginya. Dasar tungkai pendek bodoh.
Tangan Archer terbenam di saku, dan kepalanya agak menunduk, seakan-akan sedang berjalan melawan angin. Kau tahu, aku bersedia menceritakan semua ini beberapa minggu yang lalu. Sayang sekali kau memutuskan untuk membiarkan aku menunggu.
Aku sudah menyusulnya sekarang, dan aku menyambar sikunya, berusaha sedapat mungkin untuk tak mengacuhkan sengatan kecil yang menjalariku bahkan oleh sentuhan tak berdosa sekecil itu sekalipun. Bagaimana kau bisa berubah dari manusia baik-baik menjadi bedebah sialan dalam nol koma dua detik" Apakah mereka mengajarkan itu kepadamu di Mata"
Pemuda itu berhenti, dan matanya menyapu bibirku. Sebenarnya, aku hanya mencoba untuk melihat apakah aku bisa membuatmu cukup marah sampai menciumku lagi.
"RatuBuku Bab 29 Jantungku, yang hanya beberapa detik yang lalu berlomba, mendadak terasa terantuk di dadaku. Aku langsung menjatuhkan lengannya dan berjalan mendahuluinya. Aku tidak mau membicarakan itu. Kataku sampai berjalan dengan cepat menyusuri pantai.
Aku tak tahu ke mana tujuanku, tapi pada saat itu, berjalan lurus ke laut sepertinya bukan ide buruk. Selama berbulan-bulan aku menyiksa diriku, sambil bertanya-tanya apakah Archer menciumku hanyalah bagian dari kepura-puraannya belaka. Tapi, dia benar, dia tidak menciumku. Aku yang menciumnya, dan dia hanya... merespons. Ya Tuhan, aku manusia tolol.
Archer menyusulku, tapi aku tetap memandang lurus kedepan. Mercer
Begini, lupakan saja, kataku. Tunjukkan saja entah apa yang membuatmu menyeretku ke sini agar aku melihatnya. Baiklah, jawabnya, suaranya ketus.
Kami berjalan menyusuri pantai tanpa bicara sepatah kata pun. Di bawah sinar rembulan, bayangan kami memanjang di depan, hampir bersentuhan.
Akhirnya kami tiba di teluk kecil, dan Archer berbelok ke kanan, kembali menaiki bukit ke dalam hutan. Sekali lagi, pepohonannya begitu lebat, aku nyaris tak bisa melihat apa-apa.
Kami hanya beberapa meter saja memasuki hutan ketika Archer berkata, Aku hanya berpikir kita harus membicarakannya. Bukankah itu yang kau inginkan"
Aku berbalik menghadapnya, tapi yang kulihat hanyalah siluetnya saja. Mungkin karena kegelapan kenyataan bahwa aku tidak bisa melihat wajahnya, tapi mendadak amarah, kebingungan, kesedihan selama sekitar enam bulan menghambur dariku. Tidak, Cross, bukan begitu. Baiklah, jadi kita memang berciuman selama, sekitar, tiga menit. Aku mengenalmu berbulan-bulan sebelum itu. Kita kita berteman. Aku bertanya segala sesuatu tentang demon kepadamu, padahal kau tahu bahwa aku demon. Tidakkah kau mengerti bahwa itu mungkin sedikit meresahkan"
Dia tidak menjawab, tapi toh, aku juga tidak benar-benar memberinya kesempatan. Selama itu kita berada di ruang bawah tanah sana, dan aku menceritakan hal-hal kepadamu cerita sungguhan tentang diriku, kau hanya, apa" Berbohong" Mencari-cari kesempatan" Mencatat dalam hati untuk para bosmu" Apakah ada bagian Archer yang kukenal yang benar-benar nyata" Sambil terengah-engah,aku menatap sosoknya yang gelap, mencoba untuk membaca isyarat dalam bahasa tubuhnya. Dia tidak bergerak, tapi setelah beberapa saat, dia mengembuskan napas panjang dan berkata. Baiklah. Aku hidup dengan Mata sepanjang ingatanku. Sejak aku berumur dua atau tiga tahun.
Bagaimana dengan orangtuamu"
Dia melewati aku sambil pundaknya menyenggolku, berjalan semakin dalam ke hutan. Terbunuh, tapi tak seorang pun tahu oleh apa. Apa pun penyebabnya, itu menarik perhatian Mata. Mereka mendengar kabar tentang kematian penyihir dan warlock, dan pergi menyelidiki. Menemukan jasad orangtuaku, dan kemudian ketika mereka menggeledah rumah, menemukan aku. Kurasa tak seorang pun yang merasa tega membunuh balita, jadi tim itu membawaku pulang ke La Reina. Itu sebutan bagi pemimpin L Occhio di Dio. Yah, saat pimpinannya perempuan, setidaknya. Dia melihat potensi dari membesarkan warlock sebagai seorang Mata.
Sebatang dahan menggores pipiku, dan aku menunduk menyadarinya. Di mana semua ini terjadi"
Aku bisa mendengarnya menggerakkan bahu. Entahlah. Mereka tak pernah memberitahuku.
Jadi, kau tak tahu dari mana asalmu"
Aku bahkan tidak tahu nama asliku, Mercer. La Reina-lah yang memanggilku Archer, sama dengan seorang Mata yang baru saja tewas dalam pertempuran. Pendek kata, dia membiarkan aku hidup, dan memberikan aku kepada seorang warlock yang dia rekrut. Simon Cross. Dia-lah yang memutuskan aku harus menyusupi Hecate, dan kau sedang apa"
Aku berhenti begitu dia mengatakan warlock yang dia rekrut . Ada Prodigium lain yang bekerja sama dengan Mata" Sekarang Archer terdiam seribu bahasa. Kenapa" Kau mau bilang sama Daddy"
Aku mencibir, walaupun tahu dia tidak bisa melihatku. Tidak, ruang kedap suara sudah menyelubungi dengan ketat sepanjang malam ini. Aku hanya... mereka pikir hanya kaulah satu-satunya. Itulah sebabnya mereka sangat ingin membunuhmu. Itu juga berarti walaupun Archer tidak meletakkan kado ulang tahun meledak itu, ada Mata lain yang mungkin melakukannya. Hore untuk lebih banyak lagi kerumitan. Tidak banyak, tapi mereka ada di luar sana. Siapa menurutmu yang mengatakan kepada kami bahwa kau ada di Shelley s malam itu" Nah, itu tentu saja membuat keadaan jadi lebih menarik. Dan, lebih menyeramkan. Teruskan, kataku.
Archer mulai berjalan lagi, sambil menahan dahan yang menghalangi agar aku bisa merunduk di bawahnya. Simon melatihku sebagai warlock dan anggota Mata, dan aku menghabiskan musim panas di Roma dengan L Occhio di Dio, belajar bertarung dengan pedang, manuver serangan, semacamnya.
Pantas saja kau selalu berhasil menendang bokongku di pelajaran Pertahanan, gerutuku.
Mata mencari cara-cara untuk menyusup ke dalam Hex Hall selama bertahun-tahun, tapi proses pemeriksaan untuk para guru terlalu ketat, dan mereka tidak punya anggota Mata yang cukup muda untuk masuk sebagai murid. Sampai aku. Sewaktu aku berumur empat belas, aku mengubah ruang olahraga sekolahku jadi tidak kelihatan. Bum, tiket instan ke Hecate.
Mereka ingin kau melakukan apa di sana"
Tidak ada yang mengerikan seperti yang mungkin kau pikirkan. Mendengarkan, sebagian besarnya. Mengamati dan melaporkan. Dia berhenti dan berputar. Walaupun aku tak bisa melihat wajahnya, aku tahu dia sedang mengamatiku. Ini aneh, katanya. Aku tak pernah mengatakan ini keras-keras kepada orang lain sebelumnya. Itu karena aku merapalkan mantra paksaan demon kepadamu. Serius"
Tidak, dasar tolol. Jadi, teruskan. Bagaimana dengan Holly dan Elodie" Dan aku" Pikirku, dan walaupun aku tidak mengucapkannya, aku bisa merasakan kata-kata itu menggantung di udara di sekeliling kami.
Pertunangan dengan Holly itu benar-benar tulus. Simon dan ayah Holly yang mengaturnya. Archer melangkah mundur beberapa kali, dan aku mendengar dentangan logam pelan saat dia bersandar di pohon. Itu sebagian dari penyamaranku, tapi aku menyukainya. Dia manis. Pendiam. Bukannya kami punya cinta terbesar atau semacam itu, dan aku jelas-jelas tidak bermaksud benar-benar menikah dengannya, tapi... entahlah. Tidak sulit menghabiskan waktu dengannya. Elodie lain ceritanya, apalagi setelah apa yang dia perbuat kepada Holly.
Jadi, sewaktu kau meninggalkan Hex Hall setelah Holly meninggal, itu bukan karena kau tunangan yang berduka cita. Kau kembali ke Mata.
Ya. Kubilang kepada mereka bahwa kupikir Elodie dan kelompoknya telah membangkitkan demon, jadi kami memutuskan aku harus mendekatinya, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan kau memutuskan untuk benar-benar berdekatan dengannya" Archer tertawa pelan. Aku tak bisa melihatmu, tapi aku punya firasat kau menggemaskan saat kau cemburu Mercer. Sambil melipat lengan di dada, aku berkata, Bukan kecemburuan yang kau dengar, melainkan kejijikan. Kau berkencan dengan seorang gadis yang bahkan tidak kau sukai hanya untuk mendapatkan informasi darinya.
Tawanya terhenti, dan suaranya terdengar letih ketika mengatakan, Percayalah, banyak saudara-saudaraku yang sudah berbuat jauh lebih buruk dari itu.
Begitu banyak yang ingin kutanyakan kepadamu, tapi kami tidak mungkin duduk-duduk di sini sepanjang malam sambil memberikan tongkat berbagi secara bergantian atau apalah. Waktunya untuk potong kompas.
Jadi, apakah Mata menyuruhmu untuk menjadi Mata Hari untukku juga"
Ada jeda panjang sebelum pemuda itu menjawab. Aku harus mengawasimu, ya. Mereka pikir aneh juga Atherton mengirimkan putrinya sendiri ke Hecate, jadi kami ingin mengawasimu. Jangan tersinggung.
Archer terus-menerus melakukan itu, menggunakan kami dan mereka secara bergantian saat berbicara tentang Mata. Bukannya aku bisa menyalahkannya karena bersikap seperti kurang waras. Pasti janggal sekali rasanya menjalani dua kehidupan selama itu. Archer mendorong dirinya dari pohon. Jadi, ya, kau merupakan bagian tugas. Jangan salah sangka, Mercer, aku suka padamu. Kau cerdas, lancar berbahasa sinis, dan di luar insiden Anjing Nakal, sangat jago dalam sihir. Dan, bukannya kau tidak enak dipandang. Oh, jantungku berdebar-debar.
Tapi, sebagai jawaban dari pertanyaanmu, tidak ada bagian dari Archer Cross yang kau kenal yang nyata. Hari itu di ruang bawah tanah, aku membalas ciumanmu karena sudah tugaskulah untuk tetap berdekatan denganmu. Kalau ke situlah kau ingin membawa hubungan kita, maka ke sanalah aku akan pergi. Aku menciummu karena harus. Bukan tugas yang paling sulit yang pernah kuterima, tapi walau begitu itu hanyalah tugas.
Aku berdiri di sana sambil menyerap kata-katanya bagaikan pukulan, hatiku sakit. Tapi, bukan kata-kata Archer yang membuatku merasa seolah-olah ditonjok di dada.
Melainkan, karena aku tahu bahwa dia berdusta. Ceramah itu mengalir terlalu cepat dan terlalu mulus, nyaris seolah dia sudah melatihnya di kepalanya. Sama seperti aku yang sudah berlatih apa yang akan kukatakan kepadanya kalau sampai aku bertemu lagi dengannya.
Aku bahkan belum bisa mulai mengatakan saat ini, jadi sebagai gantinya aku hanya berkata, Baiklah, kalau begitu. Hore untuk kejujuran. Setelah kita selesai dengan bagian pengakuan malam ini, bagaimana kalau kau mengatakan padaku mengapa kita di sini. Ada jeda lagi, kemudian dia mulai kembali berjalan. Aku mengikuti, dedaunan remuk terinjak kakiku.
Seperti yang kubilang, Hecate Hall selalu membuat Mata gelisah. Kenapa" Apakah mereka alergi terhadap baju kotak-kotak" Kukira dia akan tertawa, tapi ternyata, dia berkata, Coba pikir, Mercer. Satu tempat di mana Prodigium mengumpulkan anggotaanggota mereka yang paling kuat" Jangan katakan itu tidak mencurigakan.
Itu tak pernah terpikir olehku. Aku selalu menganggap kami semua di Hecate sebagai segerombolan besar perusuh, tapi kalau dipikir-pikir, Archer benar juga. Kami semua dihukum ke Hex Hall karena mantramantra yang kuat dan berbahaya. Aku memikirkan Cal yang mengatakan aku menciptakan terlalu besar . Bukankah itulah yang dilakukan oleh semua orang di Hecate"
Walau begitu, gagasan bahwa tempat yang kusebut rumah selama hampir setahun sebenarnya semacam peternakan iblis untuk Prodigium yang berkekuatan besar sekurang-kurangnya terasa mengganggu. Hecate tidak seperti itu, kataku dengan lemah, hampir bicara kepada diri sendiri dan bukan kepada Archer.
Benarkah" Lakukanlah mantra penerangan.
Aku mengangkat tangan, dan dalam beberapa detik, sebuah bola cahaya yang berpendar kebiruan muncul. Cahaya itu menerangi daerah sekeliling, dan aku terkesiap. Bagian hutan sebelah sini tampak seperti tempat pendaratan meteor. Kami sedang berdiri di tepi kawah berukuran sekitar dua meter dalamnya dan sepuluh meter diameternya. Di sekeliling kami pepohonan tumbuh lintang pukang, tergeletak patah seperti korek api. Pohon-pohon yang masih berdiri hangus dan menghitam.
Tapi, bukan hanya itu. Sihir hitam, lebih daripada apa pun yang pernah kurasakan, berkeretek di atas semuanya. Rasanya seakanakan seluruh wilayah itu diawetkan di dalamnya. Sihir itu meresap naik dari tanah di bawah kakiku, dan praktis aku bisa merasakannya di udara.
Ada batu datar besar di dasar kawah dengan sesuatu terpahat di permukaannya. Aku menggoyangkan jari-jariku dan bola cahayanya menjadi lebih besar dan lebih terang sampai aku bisa melihat lambang-lambang tersebut.
Aku hanya melihat tulisan seperti itu di satu tempat lain grimoire. Sekarang kau lihat mengapa aku ingin menunjukkan ini kepadamu, kata Archer dengan pelan. Siapa pun yang membangkitkan demon, dia melakukannya di sini. Di Hecate.
"RatuBuku Bab 30 Ini parah, hanya itulah yang bisa kukatakan. Ya, kurang lebih aku juga sudah tahu itu.
Tidak, maksudku, sungguh parah. Sampai pada tingkat yang tak kusangka bisa dicapai oleh keburukan.
Archer merunduk di dekat bibir kawah, cahaya biru berkelap-kelip bermain-main di matanya. Ini semakin buruk.
Apa, apakah lubang ini juga melahap anak kucing" Bisa seberapa lebih buruk lagi" aku menatap batu datar itu, berkedip karena kekuatan yang memancarkan dari lambang-lambangnya. Sejak aku meninggalkan Hex Hall, aku mencari-cari sejarah tempat ini. Selama delapan belas tahun terakhir, enam murid menghilang dari sekolah.
Akhirnya aku mengalihkan pandanganku dari lubang dan kembali menatap Archer. Lututku lemah, perutku berputar karena ketakutan, tapi aku memaksakan diriku memainkan peran devil advocate untuk berdebat. Itu tidak begitu banyak. Pernahkah kau bersekolah di sekolah manusia, Cross" Beberapa tempat seperti itu kehilangan enam anak dalam, misalnya, seminggu.
Sophie, dua di antara anak-anak itu Anna dan Chaston. Aku tahu Archer serius karena dia nyaris tak pernah memanggil orang dengan nama depan, dan kemudian aku hanya melangkah dan membiarkan lututku menyerah. Aku ambruk ke tanah. Setelah serangan-serangan itu, mereka berdua menghilang. Kata Archer.
Tidak, kataku, membayangkan Daisy malam itu di Shelley s. Betapa dia terus-menerus bersikeras Mata tak mungkin berada di sana. Tidak, orangtua mereka datang untuk menjemput.
Archer bangkit dan mulai berjalan mendekatiku. Apakah kau pernah melihat mereka" tanyanya dengan pelan. Apakah ada di antara kita yang pernah melihatnya"
Aku memeras otak. Mrs. Casnoff mengatakan kepada kami bahwa orangtua mereka sudah datang untuk menjemput, dan mereka mengambil cuti satu tahun. Mereka seharusnya kembali setelah musim panas. Tapi tidak. Aku tak pernah melihat mereka berdua atau orangtua mereka setelah Alice melahap mereka. Aku mengunjungi orangtua mereka, Archer melanjutkan. Mereka berempat berada di bawah pengaruh mantra berat, Mercer. Mereka yakin bahwa putri mereka sedang menghabiskan musim panas di Hecate. Katanya mereka bicara dengan anak-anak itu seminggu sekali. Tapi, tak seorang pun dari orang-orang kami yang bisa menemukan baik Chaston maupun Anna di mana-mana.
Otakku berputar-putar.Demon, murid-murid menghilang... Mengapa hidupku tiba-tiba menjadi misteri Nancy Drew dari neraka begini" Baiklah, tapi itu artinya... Aku hampir tak bisa mengucapkan katakata berikutnya. Rasanya tidak bisa kupercaya. Itu artinya Mrs. Casnoff terlibat di dalamnya, dan kalau begitu, ayahku juga tahu sesuatu tentang itu.
Tidak harus begitu, kata Archer. Hecate Hall dan Pulau Graymalkin seluruhnya wilayah Mrs. Casnoff. Ayahmu menyetujui semua anak yang dihukum kemari, tapi selebihnya, dia menyerahkannya kepada Mrs. Casnoff.
Selamat, karena telah mengacau dengan mendelegasikan, Dad. Aku berdiri dan berjalan beberapa meter di sekeliling cekungan. Jadi, menurutmu Chaston dan Anna diambil agar mereka bisa dijadikan demon"
Rasanya cocok. Daisy dan Nick remaja; sama seperti Alice dulu. Mungkin Mrs. Casnoff pikir mereka akan lebih mudah diubah karena mereka sudah berada dekat dengan sisi gelap.
Tapi mengapa" mengapa Mrs. Casnoff, di antara semua orang, sampai membangkitkan demon"
Mungkin saja bukan hanya dia, Archer mengusulkan. Lagi pula, adiknya bekerja untuk Dewan. Ayahnya dulu ketua. Kurasa ini jauh lebih dalam bahkan daripada yang bisa kita bayangkan. Aku menendang segumpalan tanah, dan gumpalan menggelundung dari sisi kawah, mendarat di atas lempengan batu. Selama sedetik, kupikir aku melihat sesuatu bergerak, tapi itu mungkin hanya muslihat cahaya saja. Cross, ayahku pikir kalau dia bisa menangkap orang-orang yang mengubah Nick dan Daisy, dia bisa membuat mereka
membalikkannya,dan menghentikan perang antara Mata dan Prodigium. Tapi, kalau ternyata Casnoff bersaudari yang melakukan ini"
Archer berdiri, mengibas-ngibaskan tangannya ke celananya. Ya. Seperti yang sudah kita ketahui, parah.
Jadi... kenapa kau ingin menunjukkan ini kepadaku" Kalian bisa menangani ini sendirian. Mengapa mengambil risiko ditendang dari Klub He-Man Pembenci-Monstermu"


Demon Glass Karya Rachel Hawkins di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena kami tidak bisa menangani ini sendirian. Setidaknya kurasa kami tidak bisa.
Kau bilang sendiri sudah ada beberapa Prodigium yang bekerja sama dengan kalian. Mengapa tidak pergi dengan mereka"
Kami punya beberapa, katanya, frustasi merambati suaranya. Dan, sebagian besar di antara mereka payah. Begini, anggap saja ini tawaran perdamaian, mengerti" Caraku mengatakan aku minta maaf karena telah berbohong kepadamu. Dan mengeluarkan pisau dihadapanmu, bahkan walau itu hanya untuk membuka jendela celaka untuk keluar sebelum kau melenyapkan aku.
Kebanyakan gadis mendapatkan bunga. Aku mendapat lubang tanah yang digunakan untuk membangkitkan demon. Bagus sekali. Terima kasih, jawabku. Tapi, tidakkah kau ingin ikut andil di dalamnya"
Dia menatapku, dan bukan untuk pertama kalinya, aku menyesali mengapa matanya begitu hitam. Akan menyenangkan rasanya kalau bisa tahu apa yang sedang berkecamuk di dalam kepalanya. Itu terserah kau, katanya.
Mom selalu gemar mengatakan bahwa kita sama sekali tak tahu keputusan yang kita buat yang mengubah kehidupan kita, karena sebagian besar keputusan-keputusan kecil. Kau naik bus ini dan bukannya bus yang itu dan berakhir dengan bertemu dengan belahan jiwamu, semacam itulah. Tapi, tak diragukan lagi dibenakku bahwa ini adalah salah satu dari saat-saat yang mengubah kehidupan seperti itu. Katakan tidak kepada Archer, maka aku takkan pernah bertemu dengannya lagi. Dan, Dad serta Jenna tidak akan marah kepadaku, dan Cal.. Katakan ya kepada Archer, maka semuanya mendadak menjadi semakin melintir dan semakin rumit daripada tatanan rambut Mrs. Casnoff. Dan, walaupun aku gadis yang runyam dan rumit, aku tahu harus menjawab apa.
Risikonya terlalu besar, Cross. Mungkin suatu hari nanti saat aku jadi ketua Dewan dan kau... yah, entah akan jadi apa kau nanti untuk L Occhio di Dio, kita bisa mengusahakan semacam kerja sama. Itu menimbulkan bayangan yang membuat depresi tentang aku dan Archer yang duduk bersebrangan di meja rapat, membuat sketsa rencana pertempuran di atas papan tulis, jadi suaraku sedikit bergetar saat melanjutkan. Tapi, untuk saat ini, terlalu berbahaya. Dan bukan hanya pada dasarnya setiap orang di dalam kehidupan kami ingin membunuh kami kalau mereka tahu, pikirku. Melainkan, karena aku sangat yakin aku masih mencintainya. Dan, kupikir dia mungkin merasakan sesuatu yang serupa terhadapku sehingga tak mungkin kami bisa bekerja sama untuk mencegah Kiamat Monster tanpa itu menjadi masalah. Bukannya aku bisa mengatakan semua itu. Wajah Archer kosong saat berkata, Tentu. Dimengerti. Cross, aku mulai berkata, tapi kemudian matanya melewati aku dan terbelalak ketakutan. Pada saat yang sama, aku menyadari suara melata di belakangku. Itu tidak mungkin kabar bagus; berdasarkan pengalamanku, makhluk melata itu bukan makhluk baik-baik. Walau begitu, aku tidak siap menghadapi mimpi buruk yang memanjat keluar dari kawah.
"RatuBuku Bab 31 Mereka bertiga, dan mereka pernah jadi manusia.
Banyak manusia. Tubuh-tubuh mereka, sementara mengangkat diri mereka keluar dari lubang, mirip tambalan perca organ tubuh manusia dan potongan-potongan badan yang tidak serasi.
Mereka terseok-seok ke arah kami, dan yang paling dekat denganku mengulurkan satu tangan gendut berjari-jari tebal. Tangannya yang sebelah lagi, kulihat saat histeria menggelagak di dalam diriku, ramping, pucat, dan di ujungnya ada kuku-kuku bercat merah menyala. Ghoul, kudengar Archer berkata. Suaranya rendah dan tegang, seperti seseorang yang berhadapan dengan binatang buas. Jasad manusia yang digerakkan kembali, digunakan sebagai penjaga. Sihir hitam yang sangat serius. Seseorang jelas-jelas tidak menginginkan kita menemukan
Oh, Tuhan, tolong sedikit bicara, lebih banyak menyabet, ya. Suaraku melengking karena ketakutan, dan aku tahu mataku terbelalak saat aku berputar untuk melihat Archer. Dia sudah memegang pedangnya, dan sedang agak merunduk. Aku bisa memperlambat mereka, tapi ghoul tidak bisa dibunuh oleh senjata. Kau-lah yang harus menghentikan mereka. Coba ulangi lagi" aku nyaris memekik.
Kau nekromansi, katanya. Mereka sudah mati.
Oh, iya juga. Salah satu keunggulan punya banyak sihir hitam yang bisa dipakai sewaktu-waktu. Tapi, aku tak pernah melihat apa gunanya mengasah keterampilan pemanggilan arwahku. Memangnya kapan aku akan butuh menyuruh-nyuruh orang mati"
Makhluk-makhluk itu semakin mendekat sekarang sehingga aku bisa mengendus mereka, dan aku bersusah payah agar tidak tersedak. Aku tidak tahu harus berbuat apa, kataku, panik. Yah, pikirkan sesuatu dengan cepat, jawab Archer. Ada gerakan cepat dari sudut mataku, dan tiba-tiba, dia tidak ada di sampingku lagi, melainkan di antara mereka, pedang berkelebat. Archer mengenai salah satu ghoul itu di bawah dagunya dengan ujung pedangnya, tapi tidak ada darah. Makhluk itu berhenti bergerak, tapi tidak roboh. Sebaliknya, dia mengayunkan tangannya kepada Archer seakan-akan pemuda itu nyamuk yang menjengkelkan. Tapi, Archer merunduk menghindar dan menyabet lagi, menoreh bagian sisi ghoul kedua. Kali ini carian hitam kental mengalir dari lukanya, tetapi makhluk itu hanya kelihatan kesal. Tak peduli berapa banyak Archer menyabet dan menusuk, ghoul-ghoul itu tidak menunjukkan tandatanda kesakitan.
Sekarang aku sudah menarik sebanyak mungkin sihir yang bisa kutangani, tapi aku khawatir saat hendak mulai mengirimkan tembakan besar ke dalam pertempuran itu. Hal terakhir yang kuinginkan adalah mengenai Archer, yang, aku mulai menyadarinya, sudah pasti menahan diri dalam pelajaran Pertahanan. Aku tak pernah melihat orang lain yang bergerak seperti dia, gerakannya cepat dan pasti. Sayangnya, gerakan-gerakan itu tidak ada gunanya. Akhirnya, salah satu ghoul berhasil menyambar rambut Archer, dan pemuda itu berjengit saat makhluk tersebut menyentakkan kepalanya ke belakang. Kurasa aku mungkin menjerit, tapi sulit untuk mendengar apa-apa di antara jantungku dan deru sihir di pembuluh darahku. Bisakah kita memulai nekromansinya sekarang" teriak Archer kepadaku.
Aku mengulurkan tanganku ke depan, menunjuk ke arah ghoul-ghoul itu, dan berusaha sebaik mungkin agar berhenti terengahengah,sesuatu yang sulit dilakukan saat ghoul yang paling kecil memalingkan kepalanya. Aku menangkap sekelebat wajahnya, yang kemungkinan mendapatkan kedua matanya, mulutnya, dan hidungnya dari donor yang berbeda-beda.
Sambil menarik napas dalam, aku menghimpun kekuatanku sampai aku bisa merasakannya berderak di ujung jariku. Lepaskan dia! Perintahku dengan suara yang kuharap suara aku demon yang sangat kuat . Mungkin akan lebih baik kalau suaraku tidak bergetar saat mengucapkan kata terakhir. Aku melepaskan sihir di tanganku, yang rasanya bagaikan menjepretkan karet gelang raksasa.
Segumpal daya terbang dari ujung jemariku, menghempas ke pohon terdekat dengan derakan nyaring. Ada denyaran terang seperti halilintar, dan sebatang dahan jatuh ke tanah. Ghoul-ghoul itu terkejut, yang artinya ghoul yang sedang memegangi Archer menyentakkan kepala pemuda itu lebih ke belakang lagi. Ghoul yang paling kecil mengeluarkan suara yang mirip ketakutan, tapi mereka jelas-jelas kelihatannya tidak berada di bawah kendaliku. Dan, mereka tidak melepaskan Archer.
Baiklah, jadi percobaan pertamaku dengan nekromansi merupakan kegagalan epik. Percobaan kedua.
Aku kepanikan dan frustasi. Menembakkan sihirku kepada ghoul-ghoul itu tidak ada gunanya, tapi apa lagi yang seharusnya kulakukan" Berpikirlah, Sophie,
Ya, kumohon lakukanlah, jawab Archer, suaranya agak tercekik. Ghoul yang memeganginya mengalungkan tangan ke leher Archer. Ekspresi makhluk itu tidak mengancam, hanya penuh rasa ingin tahu, seolah-olah dia anak kecil yang ingin tahu apa yang akan terjadi kalau terus meremas.
Aku memejamkan mata. Baiklah, mereka mati. Benda mati menjijikkan. Yang baunya seperti baiklah, pikiran itu tidak membantu. Kecuali... mereka mati. Mereka berasal dari tanah, merangkak keluar dari tanah di dasar kawah. Aku memikirkan betapa sihirku selalu terasa seakan-akan mengalir deras naik dari kakiku dan bertanya-tanya mungkin itu bisa dibalik.
Kali ini, bukannya mengirimkan kekuatanku keluar, aku mengirimkannya ke bawah, merembes ke bumi. Lepaskan dia, kataku lagi, dengan pelan kali ini.
Aku mendengar gedebuk pelan, dan ketika membuka mata, Archer sedang terlentang di kaki si ghoul, sambil mengusap-usap bagian belakang kepalanya. Ghoul-ghoul itu menatapku dengan mata kosong, jelas-jelas menantikan perintah berikutnya.
Sekarang apa yang harus kulakukan" tanyaku.
Archer bangkit dan menghampiri untuk berdiri di sampingku, pedang berlumuran kotorannya menggantung di tangannya. Kau bisa mengembalikan mereka, katanya. Atau, kau bisa membiarkan mereka pergi.
Apa, misalnya membiarkan mereka berkeliaran di pulau ini" kurasa tidak.
Archer menggeleng. Dia tersengal-sengal, dan peluh mengilat di atas alisnya. Tidak, tarik sihir sampai keluar dari mereka dan biarkan mereka mati. Benar-benar mati.
Baiklah, kataku, sambil berharap terdengar penuh percaya diri, seakan-akan mencabut daya kehidupan dari ghoul adalah salah satu hobi kesukaanku, sejajar dengan merajut dan sudoku. Tapi anehnya, begitu aku memikirkanya, aku bisa benar-benar merasakan sihir yang membuat ghoul-ghoul itu hidup. Aku nyaris bisa melihatnya berpendar seperti benang hitam di antara kekuatanku sendiri. Dan akhirnya, ternyata sederhana saja, tinggal memotong benang itu dengan sihirku.
Begitu aku melakukannya, ghoul-ghoul itu ambruk ke tanah. Aku menatap gundukan sosok mereka dan berkata, Mereka kelihatannya agak menyedihkan.
Archer mendengus, dan aku melihat cincin memar ungu mulai melingkari lehernya. Mohon maaf karena tidak merasa terlalu bersimpati, Mercer.
Kukira dia akan mengatakan sesuatu lagi. Tapi, tepat pada saat itu, kami menyadari ada sesuatu yang timbul tenggelam di kejauhan. Cahaya. Dengan jentikan jariku, aku memadamkan cahaya biruku. Menurutku kami berdua tak menginginkan apa-apa lagi selain berputar dan berlari, tapi menerabas hutan bukanlah cara yang paling diam-diam untuk melarikan diri. Sebagai gantinya, kami mundur sampai berada di luar zona ledakan dan ke dalam lindungan pepohonan. Kemudian, walaupun meresahkan dan aku sangat yakin aku tak pernah merasa lebih ketakutan lagi selama hidupku, kami berjalan dengan pelan menjauhi kawah, sambil berhati-hati dengan setiap langkah agar tidak menimbulkan suara. Aku bisa mendengar gumaman pelan, tapi kami berada terlalu jauh untuk melihat berapa banyak orang yang ada di belakang kami. Itulah bagian yang paling buruknya: tahu bahwa dengan hanya berputar dan mencoba untuk bersembunyi, aku akan mengetahui siapa yang berada di balik semua ini. Tapi, aku tidak bisa mengambil risiko itu. Rencana paling baik saat ini adalah kembali ke Thorne dan menceritakan apa yang terjadi kepada Dad. Begitu kami berhasil kembali ke pantai barulah Archer dan aku berlari. Dan, pada saat kami tiba di serumpun pohon tempat Itineris, kupikir paru-paruku akan meledak.
Archer bertelekan di lututnya, mencondongkan tubuh ke depan dan menarik napas dalam-dalam. Kupikir aku takkan pernah melarikan diri seperti itu lagi, katanya setelah dia bisa bicara.
Kau menggunakan Itineris untuk keluar dari Graymalkin, kataku, akhirnya mengerti bagaimana dia bisa menghilang tanpa jejak. Dia hanya mengangguk sebelum mengeluarkan kalung dari sakunya dan melingkarkannya ke leher kami. Kau siap" tanyanya, sambil menggenggam tanganku.
Aku menoleh ke belakang, bertanya-tanya berapa banyak yang bisa berubah dalam waktu yang begitu singkat.
Sesiap yang bisa kulakukan, gumamku sebelum kami melangkah masuk ke pintu.
"RatuBuku Bab 32 Matahari baru saja mulai terbit saat kami tiba di penggilingan jagung, aku mulai terheran-heran,sampai aku ingat bahwa A) di Inggris matahari terbit luar biasa paginya pada musim panas, dan B) kami pergi selama hampir dua jam. Aku sangat yakin aku tak pernah begitu kelelahan sepanjang hidupku. Aku merasa kosong dan letih, dan saat memandang Archer, merasa sangat sedih hampir-hampir tak tertahankan. Kucoba mengatakan kepada diriku sendiri itu hanya karena aku nyaris digencet oleh rangkaian ruang dan waktu, tapi aku tahu bukan itu penyebabnya.
Kurasa Archer merasakan sesuatu yang serupa, karena tangannya agak bergetar saat dia mengangkat rantai yang mengalungi leher kami. Benda itu jatuh ke lantai dengan debaman berat, mengakibatkan kepulan debu. Butiran debu itu berkelap-kelip tertimpa secercah cahaya merah jambu yang jatuh di antara kami, anehnya kelihatan cantik untuk kotoran.
Wajah Archer berpeluh, dan ada noda di atas alis kirinya, juga kotoran gelap di tubuhnya yang kemungkinan darah ghoul. Aku punya firasat aku juga kelihatan sama berantakannya.
Yah, katanya akhirnya, suaranya agak parau. Itu kencan pertama paling buruk yang pernah kualami.
Walaupun merasa sangat lelah sehingga kupikir aku bisa lumer saat itu juga di lantai berdebu, aku tertawa. Begitu juga Archer, dan begitu kami mulai, rasanya tak bisa berhenti. Aku tahu itu akibat campuran ganjil antara kelegaan dan kelelahan, tapi senang rasanya bisa tertawa bersamanya, aku tak peduli.
Air mata meleleh di pipiku, dan pinggangku nyeri. Untuk sesaat, aku bisa melupakan bahwa aku menjerumuskan diriku ke dalam misteri lain yang berpotensi mematikan. Aku bisa melupakan bahwa kalau ada orang yang menemukan bahwa aku bersekongkol dengan anggota Mata, mungkin aku bisa dibunuh dengan cara sihir yang mengerikan. Tapi, saat berdiri di hadapan Archer, aku tak bisa melupakan bahwa aku benar-benar dan dengan bodohnya jatuh cinta dengan satusatunya orang yang tak mungkin bisa kudapatkan.
Gelak tawa itu berhenti di bibirku, dan aku menyeka mataku dengan punggung tangan. Aku harus pulang, kataku.
Benar, jawabnya. Dia masih menggenggam pedangnya dengan tangan kanan, dan memutarkan gagangnya, ujungnya menggores lantai kayu, Jadi, sampai di sini saja. Kita sudah berakhir.
Ya, kataku, suaraku bergetar. Aku mendeham. Dan harus kuakui, misi pengintaian Mata-demon yang pertama dan terakhir di dunia berlangsung dengan sangat baik. Dengan mati-matian aku berusaha untuk tidak menatap mataya, tapi aku berhasil. Terima kasih. Archer mengangkat pundaknya, tatapan matanya yang muram berisi sesuatu yang tak bisa benar-benar kubaca. Kita tim yang bagus. Memang. Dalam banyak segi, pikirku. Itulah sebabnya mengapa ini begitu menyakitkan.
Aku melangkah mundur. Pokoknya, aku harus pergi. Sampai nanti, Cross. Kemudian, aku tertawa, hanya kedengarannya mencurigakan, mirip isakan lagi. Tapi, aku tidak akan bertemu denganmu lagi, bukan" Jadi, kurasa seharusnya aku mengatakan selamat tinggal. Aku merasa seakan-akan hendak hancur menjadi jutaan serpihan kecil, seperti cermin yang kupecahkan bersama Dad. Baiklah, yah, semoga berhasil dengan urusan Mata, kalau begitu. Cobalah untuk tidak membunuh orang-orang yang kukenal. Aku berbalik, tapi dia mengulurkan tangan dan menangkap pergelangan tanganku. Aku bisa merasakan denyut nadiku bertalu-talu di bawah jemarinya. Mercer, hari itu di ruang bawah tanah... Dia mencari-cari di wajahku, dan aku bisa merasakan Archer berjuang untuk mengatakan sesuatu. Kemudian akhirnya, Aku tidak balas menciummu karena harus. Aku menciummu karena aku ingin. Matanya tertuju ke bibirku, dan rasanya seluruh dunia mengerut menjadi hanya ada aku dan dia dan secercah cahaya di antara kami. Aku masih ingin, katanya dengan parau. Dia menyentakkan pergelangan tanganku dan menarikku ke dalam pelukannya.
Otakku mendengar suara pedangnya berkelontang ke lantai dan tangan satunya naik untuk menyambar leherku, tapi begitu bibirnya berada di bibirku, semua memudar. Aku mencengkeram pundaknya, berjingkat, dan mencium Archer dengan sepenuh hati. Sementara ciuman itu semakin dalam, kami semakin mempererat pelukan, jadi aku tak tahu apakah debaran yang kurasakan itu berasal dari jantungku atau jantungnya. Betapa bodohnya, pikirku bagaikan di alam mimpi, karena sempat terpikir olehku bahwa aku bisa melepaskan ini. Tidak hanya ciumannya, walaupun, saat tangan Archer menggenggam wajahku, harus kuakui bagian itu sangat menakjubkan. Melainkan semuanya: bercanda dengannya dan bekerja bersamanya. Bersama seseorang yang merupakan temanku dan masih bisa membuatku merasa seperti ini.
Oh, Mercer, gumamnya di pelipisku begitu kami berhenti untuk menarik napas, kita sangat kacau.
Aku menekankan wajahku di lehernya, menghirup dirinya. Aku tahu. Jadi, apa yang akan kita lakukan"
Dengan enggan, aku mencoba untuk menjauh. Sulit untuk berpikir kalau dia begitu dekat denganku. Kalau orang baik, kita tidak akan pernah bertemu lagi.
Lengannya mengunci di pinggangku, menarikku kembali. Baiklah, nah, itu tidak akan terjadi. Rencana B"
Aku tersenyum sambil mendongak, konyolnya merasa pening untuk seseorang yang berada di ambang kehancuran seluruh kehidupannya. Aku tidak punya. Kau"
Dia menggelengkan kepalanya. Tidak ada. Tapi... begini. Pada dasarnya aku menghabiskan seluruh kehidupanku dengan berpura-pura menjadi seseorang yang bukan diriku, menyamarkan beberapa perasaan, menyembunyikan perasaan lain. Setelah meraih, dia menggenggam tanganku dan mengangkatnya agar tangan kami yang bertautan terperangkap di antara dada kami. Perasaan di antara kita ini satusatunya hal nyata yang pernah kurasakan untuk waktu yang lama. Kaulah satu-satunya yang nyata. Dia mengangkat tangan kami dan mengecup buku-buku jariku. Dan, aku sudah muak berpura-pura tidak menginginkanmu.
Aku sudah pernah membaca banyak tentang semaput di dalam novelnovel percintaan yang Mom coba sembunyikan dariku, tapi aku tak pernah merasakan bahayanya melakukan itu sampai saat ini. Itulah sebabnya komentar nyinyir benar-benar dibutuhkan. Wow, Cross. Kurasa kau tidak memenuhi panggilan jiwamu. Lupakan berburu demon: jelas-jelas kau seharusnya menulis kartu Hallmark. Wajahnya merekah menjadi cengiran miring yang mungkin merupakan pemandangan favoritku di seluruh dunia. Diam kau, gumamnya sebelum merundukkan kepalanya dan menciumku lagi.
Mengapa, kataku di bibirnya beberapa saat kemudian, kita selalu berciuman di tempat-tempat kotor dan menjijikkan seperti ruang bawah tanah dan bekas pengilingan"
Dia tertawa, sambil mendaratkan kecupan-kecupan ke daguku, kemudian ke leherku. Lain kali di kastel, aku janji. Lagi pula, ini kan Inggris. Tidak mungkin terlalu sulit menemukan kastel di sini. Kami tidak mengatakan apa-apa selama beberapa saat setelah itu, dan ketika akhirnya kami bisa saling melepaskan pelukan, cahaya di dalam penggilingan agak terang, Aku harus pergi, kataku, sambil meletakkan kepalaku di dada Archer. Terpikir olehku bahwa pipiku mungkin berada tepat di atas tatonya. Tanpa berpikir, aku mengangkat wajah dan menarik leher kemejanya. Kali ini, tanda mengerikan berwarna hitam dan emas itu tidak tersembunyi. Tidak perlu mantra itu lagi, kurasa. Walau begitu, aku menutupinya dengan telapak tanganku. Tangan Archer secara refleks memegang pergelangan tanganku. Tatapan kami bertemu. Kali ini tidak membara, bisikku. Napasnya jadi berat. Jangan salah, Mercer.
Sihirku berderu di dalam diriku, dan ketika Archer menutupi tanganku dengan tangannya, ada percikan biru kecil. Dengan perlahan, dia memindahkan tanganku dari dadanya, kemudian memegang kedua pundakku. Kupikir dia hendak menciumku lagi dan dengan perasaan kami seperti ini, ada kemungkinan kami akan membuat seluruh penggilingan terbakar ludes tapi, alih-alih, dengan hati-hati dia mendorongku agar menjauh. Baiklah, katanya sambil memejamkan matanya. Kalau kau tidak pergi sekarang, kita akan... Kau harus pergi sekarang.
Begitu kami berdiri beberapa meter berjauhan, kabut gairah sedikit berkurang. Kita masih tidak punya bayangan apa yang akan kita lakukan.
Archer membuka matanya dan melangkah mundur beberapa kali. Habis ini, kau akan pulang ke Thorne dan bertemu dengan ayahmu. Aku akan kembali ke orang-orangku dan melakukan hal yang sama. Lalu besok malam, kita akan bertemu di sini. Kau akan berdiri di sana dia menunjuk ke satu sudut dan aku akan berdiri di sana sudut yang berlawanan dan tidak akan ada kontak fisik sampai kita bisa memikirkan sesuatu. Setuju" aku tersenyum, bahkan sambil membenamkan tangan ke sakuku ntuk menjaganya dari menyambarnya lagi. Setuju. Tengah malam"
Sempurna. Jadi. Cengiran itu lagi. Sampai nanti, Mercer. Kebahagiaan membanjiri diriku sehangat dan secerah sinar matahari. Sampai nanti, Cross.
"RatuBuku Bab 33 Penggilingan jagung itu baru saja menghilang dari pandangan saat kenyataan tercerna. Sekarang aku tahu Archer ingin bersamaku sama seperti aku ingin bersamanya, tapi banyak masalah besar di antara kami. Salah satunya yaitu pada dasarnya semua orang yang kukenal ingin membunuhnya, dan semua yang dia kenal ingin membunuhku. Dari segi rintangan, itulah yang paling besar. Dan, bukan hanya pendapat orang lain saja. Aku mulai agak terbiasa dengan gagasan akan menjadi ketua Dewan pada suatu hari nanti, dan di Thorne, aku merasa tidak terlalu seperti orang aneh yang punya kekuatan janggal, dan lebih mirip... yah, seseorang yang berguna. Bahkan berharga. Begitu Archer dan aku ketahuan, itu akan lenyap. Aku berjalan menyusuri jalan taman yang berkelok-kelok, pagar tanaman tinggi membuat bayangan gelap di depanku. Di samping itu, ada Cal yang harus dipikirkan.
Aku agak tersandung begitu teringat pada pemuda itu. Bukannya aku menyangka dia akan patah hati atau apalah; Cal dan aku teman, dan tentu saja, mungkin dia sedikit tertarik kepadaku, tapi kurasa itu hanya akibat dari pertunangan. Maksudku, bukankah aku sudah membuat diriku menaksir dia hanya untuk membuat keadaan lebih mudah"
Semakin dekat aku ke rumah, semakin perasaan gembira itu mulai mengempis. Mata merupakan keluarga Archer. Dan, pikirku saat Thorne Abbey menjulang di atasku, Dewan telah menjadi keluargaku. Aku tak ingin melepaskannya. Apakah dia bersedia"
Amit-amit. Mengapa aku punya begitu banyak pikiran" Mengapa aku tak bisa hanya jadi gadis normal dan bermandikan cahaya karena akhirnya tahu bahwa lelaki yang kuinginkan ternyata menginginkanku juga"
Aku menyelinap masuk lewat pintu belakang, dan saat aku berada di dalam, salah satu pelayan perempuan membungkuk hormat dengan singkat. Oh, ya. Karena aku bukan gadis normal.
Tadinya aku berharap untuk kembali ke kamarku tanpa melihat siapasiapa, tapi aku bertemu Cal di bordes. Bagus sekali.
Hei, katanya, sambil mengamati penampilanku yang berantakan. Mengapa kau sudah bangun sepagi ini"
Oh, aku cuma, kau tahulah, berolahraga. Aku berlari-lari di tempat selama sedetik sebelum menyadari bahwa aku barangkali kelihatan mirip pasien penyakit jiwa.
Baiklaaaah, kata Cal lambat-lambat, memperkuat kecurigaanku. Yah, aku baru saja mau keluar untuk berjalan-jalan. Kau mau ikut" Kau tidak mungkin bisa mati karena rasa bersalah, bukan" Tidak peduli betapa perihnya terasa di dadamu"
Aku sebenarnya sudah capai, kataku. Tapi, kita bisa ketemu nanti" Tentu, sahutnya.Sambil memperhatikannya berjalan menjauh, aku mengomeli diriku karena sudah dengan bodohnya merasa tidak enak tantang Cal. Bukannya dia akan patah hati kalau aku memutuskan pertunangan kami. Jengkel, mungkin, tapi bukan remuk redam. Dia tidak menyukaiku seperti itu. Kalau iya, tentunya dia sudah berbuat sesuatu sekarang.
Aku menaiki anak tangga yang menuju ke kamarku, rumah senyap di sekelilingku. Setelah membuka pintu kamar, aku menyalakan lampu dan mulai menghembuskan napas dengan lega.Tapi, napas itu tercekat di tenggorokanku saat aku melihat siapa yang berdiri di tengah kamarku.
Elodie. Yah, hantunya, tentu saja. Dia jauh lebih tembus pandang daripada saat di Hex Hall, dan aku nyaris tak bisa melihatnya, tapi itu jelasjelas Elodie. Rambut merahnya bergelombang ke arah luar dari wajahnya, dan dia melayang beberapa senti dari tanah. Aku begitu terperajat melihatnya sehingga perlu dilakukan sedetik sebelum aku menyadari bahwa dia sedang mencoba mengatakan sesuatu.
Sedang apa kau di sini" tanyaku dengan bisikan parau. Aku belum pernah mendengar ada hantu yang meninggalkan Hecate. Sepanjang ingatanku, itu tidak mungkin.
Aku tidak yakin, tapi kupikir Elodie memutar matanya. Pemikiran mengerikan timbul di kepalaku. Apa ini tentang Archer" Tolong jangan katakan kau kesal terhadap kami, karena... maksudku, kau kan sudah mati.
Dia melayang mendekatiku, sampai berada tepat di wajahku. Tadinya kupikir dia akan meludahkan semacam ektoplasma kepadaku atau entah apa, tapi kemudian aku melihat bibirnya bergerak lagi. Aku bukan ahli membaca gerak bibir, tapi dia cukup dekat dan bicara cukup pelan sehingga aku bisa mengerti apa yang dikatakannya. Sudah kubilang, bibir pucatnya bergerak-gerak, aku akan menghantui bokongmu.
Aku menatap mulutnya, ngeri, sementara dia menyeringai. Dan kemudian, tiba-tiba saja, dia menghilang. Udara di dekat wajahku sedikit mengembus, seolah seseorang baru saja membuka jendela. Aku tidak butuh ini! kataku ke ruangan kosong. Serius, piringku" PENUH.
Tapi, tidak ada jawaban. Tadinya aku berencana tidur sepanjang hari, tapi sebagai gantinya, akhirnya aku menghabiskan sebagian besar waktuku di perpustakaan, meneliti hantu dan demon. Itu bukan bacaan yang paling ringan, dan tak satu pun yang berguna untukku.
Racun Kecantikan 1 Http://ceritasilat-novel.blogspot.com/2016/08/setahun-di-kota-kecil-karya-guna.html Bulan Jatuh Dilereng Gunung 3

Cari Blog Ini