Ceritasilat Novel Online

Maya Misteri Dunia 6

Maya Misteri Dunia Dan Cinta Karya Jostein Gaarder Bagian 6


bertemu dengan El Planeta di Marseilles. Hal ini cukup untuk membuat salah satu
pemain lain, yang pada saat itu telah kalah banyak dan juga mabuk berat setelah
minum manzanilla, memukul Manuel, dan beberapa hari kemudian, Manuel pun
meninggal akibat luka-luka yang ia derita. Ia meninggalkan seorang istri dan dua
orang anak yang masih kecil, seorang laki-laki dan seorang perempuan. Sebagian
orang percaya bahwa Manuel baru mendapatkan julukannya itu setelah ia
menceritakan kisah mengenai sang pelaut dan sekotak kartu ajaibnya itu.
Solitario tidak hanya berarti 'kesepian'. Kata itu juga berarti 'pertapa'. Dan
Solitario adalah bahasa Spanyol dari 'solitaire', seperti jika
kami mengatakan hacer un solitario."
"Aku tidak tahu apakah harus bertepuk tangan atau mengatakan 'dan mereka pun
hidup bahagia selama-lamanya'."
"Engkau tidak perlu melakukan keduanya. Tetapi, engkau sendiri yang mengatakan
betapa engkau terkagum-kagum akan kemiripan Ana dengan maja milik Goya."
Aku lupa bahwa segala yang telah ia ceritakan itu berhubungan dengan Ana. Dan,
kusadari sekarang, entah bagaimana, cerita itu juga berhubungan dengan sepotong
misteri yang telah kusaksikan sendiri.
"Tadi engkau akan menceritakan kepadaku apa penjelasan Ana, dan keluarganya,
mengenai kemiripan itu," ujarku.
"Tetapi, kini setelah engkau mendengar tentang badut istana kecil yang datang
dan pergi dalam cerita ini, mungkin engkau dapat menebak hubungan antara
keduanya. Engkau telah mendengar bahwa baru beberapa hari yang lalu si kurcaci
mengambil foto Ana di Taman Alcazar ... sebentar lagi aku harus pergi mengejar
keretaku." "Tunggu sebentar," ujarku. "Jadi, kurcaci itu pergi ke Marseilles pada 1842,
bertemu dengan Manuel di Triana pada 1894, dan berlari melintasi Plaza Virgen de
los Reyes pada 1946. Dan Ana yakin bahwa ini adalah kurcaci yang sama yang
muncul lagi di Taman Alcazar pada 1998." "Begitulah ceritanya, betul."
"Tetapi, toh kurcaci itu tidak mungkin bertemu
dengan Goya. Pelukis itu meninggal jauh sebelum El Planeta datang ke
Marseilles." "Goya meninggal tahun 1828."
"Dan bahkan jika si kurcaci itu berhasil bertemu dengan Goya, ia baru melihat
Ana jauh setelah orang terkenal itu melukis maja-nya yang telanjang dan
berpakaian." "Kita harus mencernanya satu demi satu."
"Baik, mari mencernanya satu demi satu! Engkau berjanji bahwa semua yang tak
kuketahui akan menjadi jelas."
"Si pelaut yang membawa kartu permainan ajaib ke pulau yang hilang ditelan
lautan itu berlayar dari Cadiz pada awal 1790. Kapalnya adalah kapal Spanyol
bernama Ana, itu adalah sebuah nama yang cukup umum untuk sebuah kapal pada
waktu itu. Pertama-tama, Ana berlayar ke Veracruz di Meksiko, dan baru pada
perjalanan pulangnya ke Cadiz, kapal itu tenggelam dengan membawa muatan besar
berupa perak. Semua fakta ini benar, aku telah memeriksa dokumen-dokumen tua dan
berkas-berkas kapal."
"Engkau telah memeriksa bahwa sebuah kapal bernama Ana memang karam dengan
membawa muatan besar berupa perak pada 1790, dan pada saat itu kapal tersebut
tengah menuju Cadiz?"
"Betul, walaupun diberitakan kapal tersebut tenggelam dengan seluruh awaknya dan
tidak ada desas-desus mengenai adanya orang yang selamat."
"Ya, dapat dikatakan memang tidak ada, karena sang pelaut tenggelam lagi bersama
pulau ger - sang itu lima puluh dua tahun kemudian dan tidak pernah kembali ke peradaban."
"Aku bersyukur engkau mengikuti cerita ini dengan begitu teliti. Tetapi, ketika
berlayar dari Cadiz pada 1790, ia membawa sekotak kartu. Aku tidak tahu apakah
aku perlu menceritakan tradisi yang berhubungan dengan kartu-kartu aneh ini,
atau lebih tepatnya bagaimana si pelaut mendapatkan kartu-kartu itu."
"Oh, tentu," aku mendesaknya. "Aku harus mendengar hal itu juga."
"Sebelum mereka berlayar dari Cadiz pada 1790, kapal itu berlabuh di dermaga
beberapa lama karena ia baru saja berlayar dari Sanlucar de Barrameda. Di tepi
dermaga itu, seperti biasa segerombolan gipsi menjual segala macam barang, mulai
dari jeruk dan buah zaitun hingga cerutu, korek api, dan kartu permainan kepada
para pelaut yang akan menyeberangi lautan. Pelaut kita ini konon membeli sekotak
kartu yang aneh dari seorang anak gipsi berusia lima atau enam tahun bernama
Antonio yang di kemudian hari dikenal sebagai sang cantaor legendaris El
Planeta." "Apakah ia memang benar-benar setua itu?"
"El Planeta dilahirkan di Cadiz pada sekitar 1785. Engkau dapat memeriksanya di
dalam ensiklopedia."
"Cerita ini masih agak sulit dipercaya," aku menyatakan. "Para gipsi ini
tentunya orang-orang yang penuh imajinasi."
"Pada waktu itu, ada pula seorang kurcaci di
tepi dermaga. Ia sendiri tidak tampak terlalu luar biasa, tetapi tradisi
menyatakan dengan jelas bahwa di balik pakaiannya, ia mengenakan beberapa
lonceng yang bergemerencing, seperti seorang bu-fdn atau badut istana."
Aku menatap wajah pucatnya sambil bertanya-tanya.
"Kurasa, bagian yang terakhir itu seharusnya dibuang saja dari keseluruhan
cerita," ujarku. "Mengapa?" "Dia kan ada di dalam kotak kartu itu! Ia ada di dalam saku sang pelaut. Tidak
mungkin ia berdiri di tepi dermaga untuk menyaksikan kapal itu mulai berlayar.
Dan lagi pula ...." Tiba-tiba aku merasa dihantam dengan sebuah kapak besar, dan kalimatku terhenti.
"Dan lagi pula?" ulang Jose.
"Bahkan jika kita bersedia memercayai bahwa kurcaci dari kumpulan kartu ajaib
ini tidak bertambah tua seperti halnya makhluk-makhluk hidup lainnya, karena ia
adalah sebuah ruh halus dan bukan darah dan daging ...."
"Ya?" "Tetap saja ia tidak dapat bergerak mundur dalam waktu. Ia baru tiba di Eropa
pada 1842." Ada kilatan cahaya dalam mata birunya.
"Tidak dapatkah sesuatu semacam ruh menembus waktu, menuju masa lalu?" ia
bertanya. "Ya, bisa dibayangkan bahwa sesuatu yang bersifat seperti ruh dapat menembus
waktu ke depan maupun ke belakang."
Jose mengangguk dengan ekspresi yang apresiatif.
"Engkau semakin mendekati kebenaran. Tetapi masih ada sedikit kejutan, kau tahu.
Jika kau mau, sebut saja ini adalah lingkaran pusat dari sebuah epik. Dalam
cerita ini selalu disebutkan bahwa si kurcaci adalah semacam fantasi, dan ia
tidak menjadi tua seperti kita. Itulah mengapa kurcaci itu bisa hidup sangat
lama. Tetapi juga dikabarkan bahwa kurcaci ini dapat menembus waktu ke masa
lalu, tetapi tidak lebih jauh dari sejak masa penciptaannya. Oleh karena itu,
tidak ada cerita tentang Pangeran Kecil maupun Alice di Wonderland sebelum Saint
Exupery dan Lewis Caroll menulisnya, walaupun setelah itu banyak sekali
referensi dan referensi silang mengenai kedua cerita tersebut."
"Kupikir tadi si kurcaci 'dilahirkan' oleh seorang pelaut di seberang lautan,
atau setidaknya setelah kapal layar Ana mengarungi laut."
Ia menerima keberatanku ini: "Joker datang dari sekotak kartu yang dibuat di
Prancis pada akhir 1780-an. Sejak saat itu, setidaknya ada satu orang di Dunia
Lama melihatnya, dan itu adalah tepatnya sejauh mana ia dapat menembus waktu.
Terlebih lagi "Lanjutkan, lanjutkanlah!"
"Orang-orang berkata bahwa mereka melihatnya di dermaga di Cadiz pada musim
dingin 1790, tetapi semua jejak berakhir di sana. Tidak ada referensi mengenai
penampakannya sebelum hari itu. Tidak ada jejak dirinya sebelum itu."
"Dan Ana sungguh-sungguh memercayai semua ini?"
Jose menjawab dengan menggelengkan kepala. "Ia mengetahui semua kisah yang
menyangkut El Planeta, Manuel el Solitario, dan paman buyutnya, yang meninggal
beberapa tahun yang lalu. Aku tidak mengatakan bahwa ia memercayai semua itu, ia
bahkan menunjukkan semacam rasa malu akan 'dongeng-dongeng Romani' yang selalu
ia dengar sejak kecil, karena kaum gipsi hampir bersinonim dengan tipu daya dan
kecurangan. Tetapi ia yakin bahwa ia mengejar sang kurcaci dengan loncenglonceng yang bergemerencing di Taman Alcazar. 'Aku mendengar loncengloncengnya,' ia berkata. Itulah mengapa ia berlari mengejarnya. Seolah-olah ia
berusaha menyelamatkan kehormatan keluarganya."
"Dan maja milik Goya?"
"Kita baru akan sampai ke sana. Saat Joker berdiri di dermaga di Cadiz dan
menyaksikan Ana mulai berlayar, ia memegang sesuatu yang aneh dalam saku
mantelnya, sesuatu yang konon telah ia gunakan beberapa kali untuk melindungi
dirinya dari para pemuda mabuk yang merampoknya karena ia seorang kurcaci."
"Benda apakah itu?"
"Itu adalah sebuah gambar kecil seorang wanita muda." "Oh?"
"Gambar itu adalah sebuah miniatur yang dilukis dengan suatu teknik yang sama
sekali belum dikenal saat itu. Gambar itu bukanlah sebuah lempengan tembaga,
juga bukan lukisan minyak jenis apa pun, dan permukaannya begitu halus bagaikan
sutra. Yang paling penting, gambar luar biasa ini begitu hidup sehingga si
kurcaci pun dianggap sebagai seniman genius dengan kemampuan supernatural.
Gambar yang ia tunjukkan itu sama realistisnya dengan benda-benda yang kau lihat
langsung." Aku kembali berada di Prado tempat terdapat dua lukisan seorang wanita yang
tengah duduk di atas sebuah bangku di Taman Alcazar hanya beberapa jam sebelum
ia meninggal. Kemudian, seorang kurcaci datang dan mengambil fotonya ....
"Aku tahu gambar apa yang kau maksud. Tetapi, foto itu baru berusia beberapa
hari." "Benar, bagi kita. Bagi orang-orang di tepi dermaga di Cadiz, gambar itu bahkan
lebih baru lagi." "Apa maksudmu?"
"Foto itu berasal dari masa depan yang begitu jauh. Itulah mengapa mereka
menganggapnya sebagai sihir. Tentunya diciptakan oleh setan, kata mereka."
"Dan memang benar-benar ada kisah-kisah tua mengenai seorang kurcaci yang
memiliki sebuah potret sempurna seorang wanita cantik?"
"Dongeng, betul. Cerita rekaan, kepercayaan gipsi. Hanya sedikit dari ceritacerita seperti itu yang dipercaya orang. Tetapi, legenda selalu memiliki pesona
tersendiri. Kisah mengenai 'Kurcaci dan gambar ajaib' adalah salah satu dari
legenda itu. Walaupun baru sekarang kita menyadari betapa luar
biasa sesungguhnya mitos lama mengenai kurcaci dan gambar ajaib, karena cerita
itu sendiri jauh lebih tua dibandingkan seni fotografi." "Dan Goya?"
"Goya adalah penggemar berat seorang pelukis abad ke-17, Velazquez, yang datang
dari Sevilla dan di kemudian hari diangkat menjadi pelukis istana oleh Philip
IV. Maestro tua itu banyak melukis kurcaci dan bufon. Orang-orang semacam itu
banyak ditemukan di sekitarnya pada saat itu, karena umum bagi keluarga-keluarga
kerajaan pada masa Velazquez untuk mempekerjakan orang-orang seperti itu."
"Benarkah?" "Jadi, ketika Goya kebetulan bertemu dengan sang badut mungil itu di Sanlucar de
Barrameda pada musim semi 1797, ia berusaha menyeretnya dengan paksa ke studio
agar dapat melukisnya."
"Tetapi kurcaci itu menolak?"
"Ia berteriak dan menjerit serta berusaha sekuat tenaga melawan. Tapi, seniman
besar itu tuli total, dan tidak dapat mendengar apa yang dikatakan si kurcaci.
Barulah setelah ia mengeluarkan gambar Ana Maria Maya yang misterius itulah,
sang seniman melepaskannya, karena ia belum pernah melihat sesuatu seperti itu
sebelumnya. Ia sudah hampir selesai melukis 'La Maja Desnuda', dan kini ia
menambahkan wajah Ana di atas tubuh telanjang itu untuk menyembunyikan identitas
sang model yang sesungguhnya."
Kami duduk di sebuah bangku ganda yang
memiliki penyangga punggung di tengah-tengahnya, dan seorang lelaki tua kini
datang dan duduk di sisi lain bangku tersebut. Jose menunggu sebentar sebelum
meneruskan ceritanya, dan kemudian dengan nada berbisik ia melanjutkan: "Ana
tidak pernah merasa senang dikenali sebagai sang wanita dalam lukisan itu, dan
terkadang beban itu cukup berat baginya. Tetapi, aku yakin engkau dapat
membayangkan bahwa tentunya seorang model yang hidup pada zaman Goya pun tidak
akan menganggapnya mudah. Seorang wanita gipsi yang membiarkan dirinya dilukis
telanjang pada masa itu mungkin mempertaruhkan nyawanya."
Aku duduk di sana selama beberapa saat sambil berpikir keras. Kemudian aku
bertanya, "Apakah memang benar-benar ada tradisi gipsi yang menceritakan Goya
dan si kurcaci dengan gambarnya yang misterius?"
Jose menatapku, dan untuk pertama kalinya dengan secercah senyuman. Ia
menggelengkan kepalanya nyaris tak terlihat.
"Kisah-kisah itu hanya menceritakan bahwa kurcaci dengan lonceng-loncengnya yang
bergemerencing berdiri di tepi dermaga di Cadiz saat Ana mulai berlayar dan
bahwa ia menunjukkan sebuah gambar wanita yang begitu mendetail dan tampak hidup
sehingga orang-orang di dermaga terkagum-kagum. Salah satu di antara mereka
adalah Antonio, yang di kemudian hari menjadi kakek buyut-buyut-buyut-buyut Ana.
Maka, ada alasan untuk menduga bahwa foto Ana telah berada di Andalusia
sejak 1790, dan karenanya beberapa tahun sebelum Goya melukis gitana atau maja
yang telanjang. Kupikir itu cukup."
Pada saat itu, ia melihat ke arah jam dan berkata harus mulai berjalan ke
stasiun kereta. Aku menawarkan diri berjalan bersamanya melalui Taman Retiro.
Kami berjalan perlahan menyusuri Paseo Paraguay menuju Plaza Honduras di tengahtengah taman besar itu. Jose menggenggam koran dan amplop kuningnya erat-erat.
Tidak pernah terlintas dalam pikiranku bahwa apa yang ia bawa itu ternyata
untukku. Sambil berjalan, aku memikirkan kembali semua yang telah ia ceritakan
mengenai kedua kapal yang karam, El Planeta, Manuel el Solitario, dan sang badut
mungil yang muncul di mana-mana.
Jadi, seorang kurcaci berdiri di tepi dermaga di Cadiz pada 1790 untuk
mengucapkan selamat tinggal kepada sebuah kapal layar yang berangkat menuju
Meksiko. Di dalam sakunya, ia memiliki sebuah gambar mini dari seorang wanita
gipsi muda. Sepertinya sang seniman berhasil melukis wanita itu persis seperti
bagaimana matanya telah melihatnya dalam sebuah taman besar atau halaman, karena
warna-warna dan detail yang terdapat dalam gambar itu tampak lebih jelas
daripada sutra Gobelin yang terbaik. Tetapi, teknik apakah yang digunakan sang
seniman, karena kertas itu hanya setebal satu milimeter" Tentunya bukan cat air,
bukan pula cat minyak, dan tidak mungkin lempeng tembaga berwarna jenis apa pun.
Mungkin yang paling mengejutkan dari gambar kecil itu adalah permukaannya yang
benar-benar mengilap, seolah-olah telah dilapisi dengan lilin atau damar. Di
tepi dermaga itu pula, seorang anak gipsi cilik berusia sekitar lima atau enam
tahun berlari-lari. Ia adalah kakek buyut-buyut-buyut-buyut dari sang wanita
dalam gambar itu dan ialah, bertahun-tahun kemudian, yang akan membawa gaya
menyanyi flamenco ke Sevilla. Juga, sekitar lima puluh tahun kemudian, ia akan
bertemu dengan sang kurcaci itu lagi di Marseilles. Pada saat itu, ia tidak
ingat pernah melihat kurcaci yang sama sebelumnya, tetapi mungkin sang kurcaci
ingat. Dan di sana, di atas dek kapal, para awak kapal mulai mengembangkan
layar. Tetapi, salah seorang pelaut itu menoleh dan melambaikan tangan ke arah
si kurcaci dan anak gipsi itu. Ia telah membeli sekotak kartu dari anak kecil
itu, dan pada salah satu kartu itu terdapat gambar mini kurcaci yang sama yang
berdiri di tepi dermaga. Ketika si pelaut membuka pak kartu itu beberapa minggu
kemudian, setelah kapalnya mengalami kecelakaan, ia melihat gambar itu. Selama
bertahun-tahun ia terus mempelajarinya lagi dan lagi. Tetapi, akankah ia pernah
menyadari bahwa kurcaci itu adalah orang yang sama dengan yang berdiri di atas
dermaga saat ia berlayar pergi dari Cadiz"
Jose berkata, "Sejak kecil, Ana telah mendengar semua legenda mengenai si
kurcaci yang berdiri di tepi dermaga di Cadiz, si kurcaci yang memanjat turun
dari kapal di Marseilles, si kurcaci
yang bertemu dengan Manuel el Solitario di Triana, dan si kurcaci yang berlari
melintasi Plaza Virgen de los Reyes dengan begitu cepat sehingga lonceng-lonceng
di kostumnya terdengar seperti sebuah grup musik beranggotakan satu orang."
"Tentunya ia belum pernah mendengar adanya legenda mengenai kurcaci yang sama di
Taman Alcazar?" Ia menggelengkan kepalanya sambil berpikir. "Tetapi, beberapa tahun belakangan
ini, ia sangat mengkhawatirkan apa yang mungkin akan terjadi pada 1998. Dari
seluruh cerita itu, yang selalu paling disukai Ana adalah mengenai si kurcaci
yang menyelamatkan dirinya dengan menunjukkan sebuah gambar ajaib seorang wanita
muda. Dari deskripsi tentang gambar itu dalam kisah-kisah lama, Ana membayangkan
bahwa gambar itu tentunya sebuah foto, walaupun insiden di dermaga itu terjadi
jauh sebelum adanya fotografi. Lalu ada pula sesuatu yang lain, sesuatu yang
cukup berbeda ...." "Ya?" "Sejak remaja, Ana Maria sering mendengar komentar bahwa wajahnya mirip dengan
salah satu lukisan Goya. Ia bangga akan hal ini. Sebagai seorang gadis muda, ia
menganggapnya sebagai sebuah pujian, walaupun terkadang ia malu karena ia


Maya Misteri Dunia Dan Cinta Karya Jostein Gaarder di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyerupai sebuah lukisan telanjang. Tetapi, ia tumbuh semakin dan semakin mirip
sang wanita gipsi dalam lukisan tersebut walau bagaimanapun ia berdandan atau
mengatur rambutnya. Ia telah menjadi 'La Nina del Prado', ia tidak lagi dapat
dibe-dakan dari lukisan itu."
"Tunggu sebentar," aku berkata. "Ada sebuah hal penting yang kau lewati dengan
sedikit terburu-buru."
"Apa itu?" "Jika Ana berhasil membuat dirinya tampak berbeda, dengan mengganti dandanan
atau gaya rambutnya, penampilannya tetap tidak akan berbeda sedikit pun dengan
wajah dalam lukisan Goya."
"Dan mengapa tidak?"
"Karena dengan begitu, lukisan Goya akan jadi berbeda."
Ia berpikir sebentar, kemudian berkata, "Engkau tentu saja benar. Takdir tidak
akan membiarkan dirinya diubah. Takdir hanyalah sebuah bayang-bayang dari
kenyataan. Dan mungkin aku harus menambahkan ... Oh, aku tidak tahu."
"Mengapa engkau ragu?"
"Pagi itu, saat Ana mengejar sang kurcaci di Taman Alcazar, selama aku
mengenalnya, itu adalah satu-satunya hari ia menggunakan perona pipi yang ia
simpan untuk digunakan sekali-sekali untuk menari."
Aku langsung berhenti. Kemudian aku berkata, "Itulah yang selama ini menghilang!
Ia tidak memiliki rona merah di pipinya."
Ia menatapku hampir ketakutan, dan aku menambahkan, "Jika Ana mengenakan perona
pipinya di Fiji, tentunya aku akan langsung teringat lukisan Goya."
Kami mulai berjalan kembali.
"Tetapi, mengapa ia mengenakan perona pipi pada hari itu?" ia berkata. "Dapatkah
kau memahaminya" Perona pipi itu membuatnya semakin mirip dengan wanita dalam
lukisan tua itu, membuatnya persis sama malahan."
"Ada sesuatu yang disebut 'hal-hal yang pasti terjadi'," aku berkomentar. "Dan
lagi pula, pertanyaan yang kau ajukan itu bagaikan pertanyaan mana yang ada
lebih dulu, ayam atau telur."
"Dan kemudian, ada yang disebut sebagai 'bermain dengan takdir'."
"Apakah Ana tidak pernah menghubungkan kemiripannya dengan maja milik Goya
dengan kisah dari Cadiz mengenai kurcaci dan gambar ajaib?"
"Terkadang, ya. Salah satu pamannya adalah orang pertama yang mengartikan bahwa
lukisan sempurna yang dibawa sang kurcaci dalam legenda itu adalah apa yang ia
yakini sebagai sebuah foto berwarna modern. Tetapi, dalam hal ini, tentunya itu
adalah foto seseorang yang hidup lama setelah sang kurcaci memamerkan gambar
ajaibnya di tepi dermaga di Cadiz. Foto tidak pernah berbohong karena selalu
memiliki subjek hidup. Dan sejak saat itu, elemen itu menjadi bagian dari cerita
itu sendiri. Sudah sejak lama keluarga itu tahu bahwa kurcaci itu tidak menjadi
tua seperti kita, makhluk-makhluk hidup biasa. Tetapi bahwa ia juga dapat
berjalan menembus waktu adalah sesuatu yang cukup baru. Dalam tahun-tahun
belakangan ini, bahkan ada spekulasi tentang manakah anak perempuan dari banyak
keturunan El Planeta yang menjadi sang
wanita dalam foto itu, dan diperkirakan foto itu akan diambil pada 1998. Sekali
lagi orang-orang mulai memasang mata mencari kurcaci."
"Dan saat Ana tumbuh menjadi begitu mirip dengan lukisan Goya ...."
Ia mengangguk yakin. "Benar, sebagian dari mereka yakin bahwa cerita itu telah
selesai, cerita-cerita yang sama sekali baru mulai bermunculan mengenai
bagaimana sang kurcaci telah menjual gambarnya yang aneh kepada sang seniman
besar. Salah satu dari cerita ini menyatakan bahwa model Goya yang asli telah
dipenggal kepalanya oleh keluarganya karena telah membiarkan dirinya dilukis
telanjang. Menurut tradisi ini, kepalanya yang telah dipenggal ditancapkan pada
sebatang tombak sebagai objek cacian masyarakat. Semua ini tidak pernah
dibicarakan secara terang-terangan, dan terutama tidak di hadapan Ana."
"Tetapi ia tidak pernah merasa curiga?"
"Ia tidak menghiraukannya. Ia dapat menertawakan semua ini. Tetapi ya, ia memang
merasa curiga. Walau bagaimanapun, ini tidak lantas membuatnya lebih mudah
menerima fakta bahwa dirinya begitu mirip dengan model Goya yang terkenal itu.
Terkadang sulit untuk mengajaknya pergi. Mungkin di Sevilla tidak terlalu parah,
tetapi di Madrid orang-orang sering berhenti dan menunjuk ke arahnya, beberapa
bahkan tampak terguncang. Aku tidak tahu, mungkin itulah salah satu alasan
mengapa ia begitu menyukai berada dalam Kebun Raya. Ia dapat bersembunyi di
sana. Ana telah diberi tanda.
Seolah-olah ia berjalan-jalan dengan sebuah tanda lahir besar di wajahnya."
"Juga tanda kematian," ujarku.
Tiba-tiba wajahnya yang pucat mengejang penuh emosi.
"Ada lagi. Selama lebih dari setengah abad, telah diramalkan bahwa gadis dalam
gambar ajaib itu akan meninggal segera setelah ia mencapai usia yang sama dengan
maja milik Goya, tetapi ...."
Ia ragu-ragu, dan aku memberinya isyarat untuk melanjutkan.
"Hal itu hanya akan terjadi jika ia menyerahkan dirinya kepada seorang lelaki.
Ini adalah sebuah hukuman karena ia telah tanpa malu membiarkan dirinya dilukis
telanjang. Ia telah menyerahkan dirinya kepada begitu banyak lelaki, itulah yang
diramalkan. Ia bukan lagi seorang wanita terhormat, maka takdir akan
menghukumnya jika ia mencoba untuk juga menikmati cinta."
Aku berpaling kepadanya. "Itu adalah sebuah pemikiran yang sangat tidak masuk akal. Belum lagi tidak
adil. Bukan wanita dalam foto itu yang telah membiarkan dirinya dilukis
telanjang. Bukankah Goya yang melukis kepalanya di atas tubuh telanjang seorang
wanita lain?" Ia memiringkan kepalanya dari satu sisi ke sisi lainnya seolah-olah
mempertimbangkan komentarku.
"Takdir tidak dapat dikatakan adil maupun tidak adil," ia menyatakan. "Takdir
hanya tidak dapat dihindari. Takdir adalah takdir. Oleh karenanya, takdir juga
selalu benar." Sekali lagi pikiranku kembali ke masalah jantung yang diderita Ana.
"Engkau telah mengemukakan kemungkinan bahwa Ana meninggal karena ia telah
menjadi persis sama seperti wanita dalam lukisan Goya, karena saat itu hal itu
telah tercapai. Tidakkah kita dapat juga mengatakan bahwa wanita sang Goya
adalah tiruan Ana, karena foto dirinya kebetulan diambil beberapa jam sebelum ia
meninggal?" "Itu sama saja. Ini juga seperti pertanyaan tentang ayam dan telur, sebuah tekateki yang tidak akan pernah terpecahkan, tak peduli dari mana kita memulai.
Tetapi, ketika si kurcaci mengambil foto Ana yang terakhir itu, cerita mengenai
gambar sang kurcaci dan cerita mengenai kemiripan Ana dengan maja milik Goya pun
menyatu. Ceritanya telah selesai. Dapat dikatakan, segala mitos berbelit-belit
yang mengagumkan mengenai kurcaci ini bermula di Taman Alcazar. Dan berakhir di
sana pula." Aku mencoba lagi. "Aku belum bilang bahwa aku memercayai
cerita-cerita ini, dan engkau sendiri mungkin tidak ii
Ia memberiku isyarat agar melanjutkan.
"Tanyakan saja," ia berkata. "Ana menderita penyakit jantung. Ia tidak
seharusnya menari maupun memiliki anak. Tetapi, ia mengejar seorang kurcaci
melalui Taman Alcazar. Dan itulah yang telah membunuhnya. Jantungnya bekerja
terlalu berat. Tidakkah pengejaran melalui
taman itu sama melelahkannya dengan menari flamenco?"
"Itu adalah tariannya dengan kematian. Tetapi, mengapa ia mengejar kurcaci itu"
Karena ia memotretnya. Tidak seorang pun kecuali Ana yang akan berlari mengejar
seorang kurcaci hanya karena kurcaci itu menjepretkan kamera. Tetapi, foto yang
ia ambil itu telah menghantui Ana selama hidupnya. Ia tumbuh dengan foto itu."
Kami berhenti hampir setiap dua langkah sejak meninggalkan bangku di El
Parterre, dan setiap kali berpapasan dengan para pejalan kaki di taman itu, Jose
dengan hati-hati merendahkan suaranya. Kini kami terus berjalan sebentar sebelum
ada di antara kami yang berkata-kata lagi. Akulah yang pertama berbicara.
"Engkau berkata bahwa di Marseilles, kurcaci itu menggambar satu set kartu untuk
El Planeta dan juga mengutip sebuah puisi pendek untuk setiap kartu dalam set
itu." Ia mulai berjalan sedikit lebih cepat. "El Planeta mengingat-ingat beberapa dari
puisi ini, walaupun dituturkan dalam bahasa yang tidak dapat ia mengerti, dan ia
menuliskan cara mengucapkannya di atas secarik kertas. Potongan kertas ini konon
masih disimpan oleh keluarga mereka pada masa Manuel."
"Ya?" "Dan ketika kurcaci itu bertemu dengan Manuel di Triana, ia mengeluarkan sebuah
mantel tua yang dipinjamkan El Planeta kepadanya, dan juga
beberapa lembar kertas yang di atasnya ia menuliskan kelima puluh dua puisi itu,
sekali ini dalam bahasa Spanyol. Di kemudian hari, diceritakan bahwa Manuel el
Solitario menemukan bahwa puisi-puisi berbahasa Jerman yang telah dicatat oleh
El Planeta sama persis dengan puisi-puisi yang telah diberikan kepadanya dalam
bahasa Spanyol." "Tetapi puisi-puisi tersebut tidak ada yang bertahan hingga kini?"
Jose mengangguk penuh rahasia.
"Sekarang," ia berkata, "jalan kita mulai bertemu."
Pada awalnya aku tidak melihat apa yang ia maksud. Tetapi kemudian ingatanku
kembali ke Taveuni. Aku tengah duduk di beranda di depan pondokku di Maravu,
ketika aku mendengar suara-suara dari pepohonan palem. Aku berkata, "Pengalaman
menjadi sesuatu yang diciptakan tidak ada artinya dibandingkan perasaan yang
meluap-luap karena telah menciptakan diri sendiri dari kehampaan dan berdiri
tegak dengan kedua kakinya."
Ia terbelalak. "Bravo!" teriaknya. "Tidak saja ingatanmu mengagumkan, tetapi bahasa Spanyolmu
juga lumayan." Aku menggigit bibirku. Barulah saat itu aku tersadar bahwa selama ini kami
selalu berbicara dalam bahasa Spanyol, sama seperti yang kami lakukan ketika
bertemu di Salamanca. "Kalian berdua dapat melihat diriku yang sebenarnya?" tanyaku.
Ia tertawa. "Hampir dari awal. Tetapi sekali lagi, izinkanlah aku memulai lagi dari sisi
lain. Kelima puluh dua puisi yang diberikan kurcaci itu kepada Manuel di Triana
sebelum ia menghilang kembali telah disimpan keluarga Manuel sejak saat itu.
Selama bertahun-tahun, sebagian dari puisi itu bahkan menjadi lirik flamenco
yang dinyanyikan di seluruh Spanyol. Ana mengenal puisi-puisi itu sejak ia
kecil." "Apakah puisi-puisi itu yang kalian ...."
Ia memotong kalimatku. "Setiap puisi berhubungan dengan sebuah kartu dalam set itu. Aku dan Ana sering
bermain kartu dengan teman-teman. Kami selalu berpasangan, dan begitu aku
menguasai ungkapan-ungkapan kuno itu, kami memiliki sebuah bahasa rahasia yang
berhubungan dengan identitas setiap kartu."
"Kalian curang dalam permainan kartu?"
"Kadang-kadang, ya. Dengan menggumamkan beberapa kalimat yang tidak saling
berhubungan selama permainan berlangsung, dengan cepat kami dapat saling memberi
tahu kartu-kartu apa saja yang ada di tangan masing-masing."
"Itu adalah hal yang paling menjijikkan yang pernah kudengar. Jadi, orang Italia
itu benar?" "Tidak sepenuhnya. Mario memiliki penjelasan yang lebih mistis mengenai
kemenangan kami yang berulang-ulang. Ia menyebut kami peramal."
"Tetapi sesungguhnya, segalanya hanyalah kecurangan belaka?"
Ia tidak memberi jawaban.
"Terkadang kami bermain kartu dengan teman-teman hingga jauh tengah malam,
terutama setelah Ana dilarang untuk menari lagi. Ia selalu mendapatkan semacam kegembiraan
seperti anak kecil jika memenangi permainan, dan, ya setelah ia tidak
diperbolehkan menari, aku merasa bahwa ia pantas menang. Aku tidak dapat menolak
memberinya sedikit kesenangan itu walaupun aku sendiri agak terbawa oleh
permainan itu. Kami tidak memiliki anak, tetapi kami sama-sama memiliki sifat
kekanak-kanakan. Kami memiliki sebuah bahasa rahasia yang hanya dimengerti
olehku dan dirinya."
"Kalian tidak pernah ketahuan?"
"Kami harus sering mengganti banyak hal. Kami tidak dapat menggunakan kata-kata
sandi yang sama untuk waktu yang lama. Hal ini dan ada pula hal lain menyebabkan
kami selalu menambal sulam puisi-puisi yang lama atau menciptakan sesuatu yang
sama sekali baru." "Apakah hal lain itu?"
"Bahkan sejak saat penyakit jantungnya pertama kali didiagnosis, kami berdua
menjadi sangat menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan hidup. Setiap detik
yang kami jalani bersama adalah sebuah anugerah. Ketika kemudian ia dilarang
dokter menari flamenco, dan juga disarankan untuk tidak memiliki anak, pencarian
penjelasan akan arti hidup menjadi suatu hal yang penting."
"Apakah Ana menemukan arti yang baru dari kehidupan?"
"Ia tidak mulai merajut, jika itu yang kau maksud; pembawaannya terlalu tidak
sabaran untuk hal itu. Tetapi, kami masih memiliki satu sama lain, dan kami
sama-sama memiliki suatu perasaan yang sangat dalam akan hidup. Para dokter
telah berusaha untuk meyakinkan kami, tetapi ketika seorang baitaora terkenal
tiba-tiba diperintahkan untuk tidak menari lagi, itu sama saja artinya ia diberi
tahu bahwa dirinya telah berada di tepian eksistensi. Dan Ana Maria pun begitu
kami berdua begitu meskipun di antara kami ada satu perbedaan penting: Ana yakin
bahwa kehidupan ini bukanlah satu-satunya. Ia sangat percaya bahwa ada kehidupan
lain setelah kehidupan ini. Persamaan di antara kami adalah perasaan yang amat
tajam tentang betapa kehidupan ini amat ajaib, dan kami menciptakan sebuah
permainan menemukan kata-kata dan ungkapan-ungkapan baru mengenai apa yang kami
pikirkan dan alami. Maka, kami pun menambahkan ungkapan-ungkapan baru kepada
ungkapan-ungkapan lama yang berhubungan dengan setiap kartu dalam set itu. Kami
menyimpan sebagian dari susunan sang kurcaci dan menolak sebagian yang lain.
Itulah bagaimana kami menciptakan manifesto hidup kami sendiri. Dan mungkin aku
harus menambahkan bahwa kami ingin bersama-sama menciptakan sesuatu yang mungkin
bahkan terus hidup setelah kami mati. Manifesto itu juga merupakan sebuah wasiat
spiritual kami." "Jadi, sepanjang waktu kalian terus menciptakan ungkapan-ungkapan itu?"
"Ya, sepanjang waktu, setiap hari. 'Manifesto'
kami terus-menerus berubah, ini adalah sebuah proses yang meledak-ledak. Sampai
saat-saat terakhir, kami terus menciptakan ungkapan-ungkapan baru dan
menggunakannya untuk menggantikan sebagian dari yang lama."
"Ini hampir sedikit ... gila."
Ia menggelengkan kepala. "Jauh dari itu. Dan tidak seaneh yang mungkin terdengar. Para gipsi dari
Andalusia memang selalu menggunakan ungkapan-ungkapan pendek mengenai hidup dan
mati dan cinta. Sejak masa El Planeta, begitulah cara lagu-lagu flamenco
tercipta." Aku mengutip: "Jika tuhan memang ada, tidak hanya ia ulung meninggalkan jejak.
Lebih dari segalanya, ia ahli menyembunyikan diri. Dan dunia bukanlah sesuatu
yang pandai bercerita. Langit masih menjaga rahasia mereka. Tidak banyak desasdesus yang beredar di antara bintang-bintang ...."
Aku harus berhenti di sana karena tidak dapat mengingat lebih jauh apa yang
dikatakan Ana dan Jose di antara pepohonan palem di Maravu pada malam pertama
itu. Tetapi, Jose ikut serta dan menyelesaikannya:
"Tetapi, belum ada seorang pun yang melupakan Big Bang. Sejak saat itu,
keheningan meraja, dan semua yang ada di sana pun bergerak menghindar. Kita
masih bisa bertemu dengan sebuah bulan. Atau sebuah komet. Tetapi, jangan
mengharapkan sambutan hangat. Undangan berkunjung tidak ditulis di angkasa
luar." Aku memberinya sebuah tepuk tangan pelan,
kemudian bertanya, "Kuduga, bagian mengenai 'Big Bang' itu tidak diambil dari si
kurcaci yang bertemu dengan El Planeta di Marseilles?" "Mengapa tidak?"
"Baik istilah maupun teori itu baru muncul lama setelah pertengahan abad ke-19."
Kini ia memberikan sebuah senyum penuh rahasia.
"Aku yakin si berandal lihai itu dapat menyelundupkan potongan apa pun ke abadabad yang lalu maupun yang akan datang. Bagiku, ia mlwakili kehausan manusia
yang terus-menerus incjjin lebih memahami arti dunia ini. Lega rasanya
mengetahui bahwa kita memiliki perwakilan seperti diijinya yang dapat bepergian
dari abad ke abad dejhgan membawa pesan-pesan dan informasi."
Aku hanya berdiri dengan mulut ternganga, dah cepat-cepat ia menambahkan,
"Tetapi engkau benar. Dalam manifesto sang kurcaci itu sendiri, kafni hanya
menemukan kalimat-kalimat yang per-tafna: 'Jika tuhan memang ada, tidak hanya ia
ulung meninggalkan jejak. Lebih dari segalanya, ia ahli mlnyembunyikan diri.'"
Kami telah melewati Plaza Honduras dan kini bergerak menuruni Paseo de la
Republica de Cuba. "Mungkin ini waktunya untuk merangkum semulanya," ujarku. I "Silakan!"
"Ketika aku tiba di Taveuni pada hari di bulan Januari itu, yang pertama kali


Maya Misteri Dunia Dan Cinta Karya Jostein Gaarder di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kulakukan adalah duduk di beranda. Tiba-tiba ada sepasang suami-istri
berjalan di antara pepohonan palem, dan berhenti di tengah jalan setapak untuk
saling mengutip ungkapan-ungkapan aneh dalam bahasa Spanyol. Aku pun menajamkan
telingaku. Kalian kan tidak tahu aku sedang ada di beranda?" Ia meringis.
"John memberi tahu kami bahwa seorang tamu Norwegia yang baru datang mungkin
dapat menjadi pasangan bermain bridge yang baik. Seorang Belanda telah
meninggalkan pulau itu hari itu, dan ia dan Mario telah bermain melawan kami
selama beberapa hari sebelumnya. John memberi tahu pondok mana yang engkau
tempati dan bahwa ia telah melihatmu di beranda."
"Tetapi, tentunya kalian tidak tahu bahwa aku dapat berbahasa Spanyol?"
"Tidak, tidak pada saat itu. Tetapi, bahasa Spanyol bukanlah bahasa minoritas.
Setengah dari dunia dapat berbahasa Spanyol."
"Itu sedikit dilebih-lebihkan. Setengah dari seni dunia menggunakan bahasa
Spanyol, aku mungkin akan mengatakan begitu, tetapi tidak lebih."
Selama beberapa saat, seolah-olah sebuah ekspresi terhibur tampak di wajahnya
yang pucat bagaikan topeng.
"Lalu, aku bertemu kalian di pantai."
"Dan engkau menjelaskan sedikit mengenai apa yang telah membawamu ke bagian
dunia itu. Engkau menimbulkan rasa ingin tahu kami, dan karena kami selalu
menciptakan ungkapan-ungkapan baru bagi manifesto kami, terlintas dalam benak
kami bahwa kami mungkin dapat meminjam beberapa perspektif eksistensial dari seorang
ahli biologi evolusioner. Hal ini semakin menarik karena engkau memilih untuk
terus berbicara dengan kami dalam bahasa Inggris, walaupun jelas sekali bahwa
engkau juga dapat berbahasa Spanyol." "Jelas sekali?"
"Hal terpenting bagi seorang aktor adalah terus memainkan perannya." "Dan aku
tidak?" "Engkau membuka kedokmu sebelum meninggalkan pantai. Baik Ana maupun aku tidak
mengenakan jam tangan, tetapi Ana tetap menanyakan jam berapa saat itu, dalam
bahasa Spanyol. Dengan segera engkau melihat jam tanganmu dan mengatakan saat
itu pukul dua belas lewat seperempat." Aku tidak dapat berkata-kata.
"Tentu saja, hal itu sendiri tidak cukup untuk meyakinkan kami bahwa engkau
memang mengerti bahasa Spanyol. Tetapi selanjutnya, ada banyak contoh serupa
akan kurangnya konsentrasimu. Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa seorang
pembohong yang baik memerlukan ingatan yang baik. Engkau harus ingat bahwa aku
dan Ana adalah pemain kartu berpengalaman, juga jago berkhayal."
"Mengapa kalian tidak menghentikan kepura-puraanku?"
"Ana berpendapat sungguh menarik untuk memiliki seorang ... yah." "Seorang apa?"
"Seorang penonton, mungkin" Kami bangga
akan manifesto yang telah kami susun. Atau lebih tepatnya, manifesto yang terusmenerus kami sempurnakan. Kami menikmati terlihat sedikit misterius." "Ya,
kalian berhasil." "Dan kemudian, kami ingin menanyaimu tentang teori evolusimu. Oleh karenanya,
kami harus membuat diri kami tampak menarik. Kami harus mengeluarkan beberapa
umpan ...." "Teori evolusi bukanlah ciptaanku."
"Tepat sekali. Aku dan Ana setuju bahwa ilmu alam mungkin memiliki blind spot."
"Aku menyadari hal itu. Dan apakah blind spot-nya menurut pendapatmu?"
"Kita sudah pernah membahas hal itu. Teori tersebut buta akan konteks. Akan arti
kehidupan, di segala penjuru. Big Bang bukanlah sebuah kejadian yang tidak
disengaja." "Maaf, tapi aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau coba jelaskan."
"Itu karena engkau tidak dapat melihat bahwa dunia ini adalah sebuah misteri."
"Oh ya, aku mengetahui hal itu dengan jelas. Tetapi, apa yang dapat kulihat
adalah bahwa kita berbicara mengenai sebuah teka-teki, sebuah teka-teki yang
tidak dapat dipecahkan oleh siapa pun di antara kita berdua."
"Kita bisa saja menemukan makna dalam sesuatu yang tidak kita mengerti."
"Tetapi, tidakkah engkau juga menyatakan bahwa ada sebuah alasan, padahal
sesungguhnya sama sekali tidak ada alasan di dunia ini?"
Dengan sebuah kilatan di matanya, ia berkata, "Kembalilah ke zaman Devon. Apakah
yang kau lihat?" Pikiranku sedang dalam kondisi yang begitu buruk setelah mendengar semua itu
sehingga aku langsung masuk perangkapnya. "Aku melihat amfibi-amfibi yang
pertama," ujarku. Ia mengangguk. "Hanya sekarang kita dapat melihat betapa pentingnya yang terjadi pada saat itu.
Jika kita menyaksikan kehidupan di Bumi empat ratus juta tahun yang lalu, kita
akan berpendapat bahwa apa yang kita lihat adalah sebuah pertunjukan besar
mengenai ketiadaan makna. Tetapi, misteri juga memiliki sebuah sumbu waktu, dan
dengan berkembangnya daya pikir manusia, kehidupan pada zaman Devon pun dipenuhi
oleh makna. Itu semua adalah sebuah pembuka bagi kita itu adalah sebuah pembuka
bagi setiap bentuk kehidupan pada zaman Devon. Jika bukan karena berudu-berudu
itu, di Bumi tidak akan mungkin ada kesadaran akan kehidupan, saat ini maupun di
masa datang. Kita tidak hanya harus menghormati orangtua kita. Kita juga harus
menghormati anak-anak keturunan kita."
"Jadi, manusia adalah pengukur segala sesuatu?"
"Aku tidak berkata begitu. Tetapi, kesadaran kitalah yang memutuskan apa yang
bermakna bagi intelektualitas kita. Penciptaan sebuah tata surya tampak seperti
sebuah proses yang menyedihkan ketika tengah berlangsung. Tetapi, itu hanyalah
sebuah pembukaan." "Sebuah pembukaan?"
"Betul, sebuah pembukaan. Dan paradoks yang terjadi adalah bahwa kita mampu
menghargai pembukaan ini walaupun kita baru muncul lama, lama sesudahnya. Maka,
sejarah mengenai tata surya pun menggigit ekornya sendiri."
"Seperti cerita mengenai maja milik Goya" Yang bermula di Taman Alcazar hanya
beberapa hari yang lalu-dan juga berakhir di sana."
"Tetapi, kita bisa melontarkan komentar yang sama mengenai seluruh alam semesta.
Tepuk tangan bagi Big Bang baru terdengar lima belas miliar tahun setelah
ledakan itu terjadi."
Aku terus berjalan bersamanya sambil menggelengkan kepala.
"Sungguh cara yang aneh untuk memandang segala sesuatu."
"Tetapi, kita berdua-yang baru muncul setelah lima belas miliar tahun kemudian
sesungguhnya 'ingat' akan apa yang terjadi lima belas miliar tahun yang lalu.
Maka, alam semesta pun pada akhirnya, dengan sangat lambat, memunculkan
kesadaran, hampir sama dengan suara sebuah sambaran kilat di kejauhan yang tidak
akan mencapai kita hingga lama setelah kilatan itu membelah langit."
Aku berusaha tertawa, tetapi tawaku tercekat di tenggorokan.
"Engkau menjadi bijaksana setelah kejadian itu," komentarku.
Ia melirik ke dalam mataku dengan sebuah
tatapan yang nyaris bersinar-sinar.
"Bahkan sebuah pandangan ke belakang adalah bagian dari kebijaksanaan. Terkadang
memang bijaksana untuk melihat kembali ke belakang. Toh sesungguhnya, diri kita
terbentuk dari masa lalu kita daripada dari masa depan kita."
"Aku dapat memahami gagasan bahwa sesuatu yang terjadi di sini pada saat ini
hanya mendapatkan arti dari kejadian-kejadian di masa depan."
"Itu pun jika memang ada 'sebelum' dan 'sesudah'. Apa yang dapat kita lihat jauh
di luar angkasa dan karenanya bermiliar-miliar tahun ke belakang dalam sejarah
alam semesta juga merupakan penyebab dari kejadian-kejadian masa kini. Alam
semesta adalah ayam juga telur, dan keduanya sekaligus."
"Seperti Ana," komentarku. "Atau foto dirinya yang diambil si kurcaci."
Ia tidak memberikan jawaban, tetapi berkata, "Kita tidak tahu ke mana kita akan
pergi. Kita hanya tahu bahwa kita telah memulai sebuah perjalanan panjang. Baru
setelah tiba di akhir perjalanan, kita akan tahu mengapa kita melakukan
perjalanan besar itu, walaupun perjalanan itu mungkin telah berlangsung selama
banyak generasi. Maka, kita selalu menemukan diri kita dalam tahap embrio.
Banyak hal yang tidak kita ketahui artinya saat ini, mungkin akan tampak jelas
tujuannya di perlintasan jalan berikutnya. Bahkan, kejadian yang paling tidak
berarti mungkin akan terbukti penting. Maksudku, pada saat itu, siapa yang akan
memerhatikan seorang anak lelaki gipsi yang menjual sekotak kartu kepada seorang pelaut muda?"
Tiba-tiba aku berhenti, dan untuk pertama kalinya merasakan ada sesuatu yang
mencurigakan dalam semua ini. Bukankah penuturannya ini persis sama dengan
pendapat yang diungkapkan si orang Inggris di Taveuni" Bukankah ia menggambarkan
periode Devon sebagai "masa embrio akal sehat?" Mungkinkah Jose masih
berhubungan dengannya" Apakah mereka terus berkolusi, tidak saja di Fiji, tetapi
juga setelahnya" Aku tidak lagi dapat membedakan satu pemikiran dari pemikiran
yang lain. Kami telah tiba di Calle de Alfonso XII, dan kami berdua melihat ke arah jam.
Saat itu pukul dua belas kurang seperempat.
Aku terus berjalan bersamanya ke stasiun.
"Akhirnya kalian berdua menyingkir dari kami," aku berkomentar. "Kalian
sepenuhnya menjauhkan diri."
"Ya, begitu orang-orang mulai membicarakan kemiripan Ana dengan seseorang. Juga
jika mereka mulai mendesaknya menari flamenco, kami memang menjauhkan diri. Aku
yakin engkau menyadari betapa besar keinginannya untuk tampil."
"Kemudian ia jatuh pingsan saat sarapan, dan engkau hanya menamparnya?"
Ia berdehem beberapa kali sebelum menjawab.
"Kejadian seperti itu selalu membuatku takut setengah mati."
"Aku dapat membayangkan."
Kini kami berada tepat di pintu masuk menuju
kereta AVE, dan sekali lagi aku meyakinkan dirinya bahwa kami akan bertemu lagi
di Sevilla dalam dua hari. Saat itulah ia menyerahkan amplop kuning itu
kepadaku. "Ini untukmu dan Vera."
"Untuk Vera?" "Ya, untuk kalian berdua."
Jadi benar bahwa ia memang telah berbicara dengan John. Tidak dapat diragukan
lagi sekarang. Aku tidak bercerita kepada siapa pun mengenai dirimu secara
mendetail kecuali kepada John.
"Tapi, apa isi amplop ini yang bisa diperuntukkan bagi Vera?"
Ia menatap kedua mataku dengan bersungguh-sungguh.
"Engkau belum mengerti?" ujarnya, dan sekarang ia benar-benar heran.
Aku hanya dapat menggelengkan kepala.
"Ini adalah sebuah hadiah, tetapi juga sebuah beban. Ini adalah sesuatu yang
harus dibagi di antara dua orang. Ini adalah sesuatu yang tidak sehat untuk
dipikul sendirian oleh seseorang di usiamu."
Ia melirik ke arah jam lagi. Dan kemudian ia berlari mengejar keretanya.
Aku membuka bungkusan itu sambil berjalan kembali ke hotel. Di dalam amplop
kuning itu terdapat sekumpulan foto mengagumkan yang telah diambil oleh Ana di
Taveuni. Baru setelah kembali ke kamar, aku membalik foto-foto tersebut dan
menemukan ada sesuatu yang tertulis di belakang setiap foto. Itulah manifesto
mereka, Vera. Itulah yang
harus dibagi di antara dua orang. Itulah manifesto yang tidak sehat untuk
dipikul sendirian oleh seseorang seusiaku.[]
Logika Sangat Kekurangan Ambivalensi
BEGITULAH AKHIR DARI SURAT UNTUK VERA. SURAT ITU DIKIRIM SEBAGAI sebuah e-mait
pada malam hari Kamis 7 Mei 1998, dan setahun penuh telah berlalu sebelum aku
berhasil mendapatkan sebuah salinannya.
Aku telah berjanji untuk menambahkan sebuah catatan tambahan yang lengkap, dan
hal itu akan kulakukan, tetapi pertama-tama kita harus mencari tahu bagaimana
reaksi Vera terhadap surat Frank ini. Kita dapat melakukan hal ini, karena Frank
telah mengirimkan sebuah e-maif setelah Vera membaca surat panjangnya dan
akhirnya menelepon kamar hotel Frank.
Duduk di sini pada suatu malam musim panas di Croydon dengan sebuah surat
panjang di meja di hadapanku, akan sangat ceroboh jika tidak kusebutkan bahwa
aku bertemu dengan Frank di Hotel Palace pada November tahun itu, hanya enam
bulan sesudah ia duduk di hotel yang sama menulis surat untuk Vera. Aku ingat
dengan jelas betapa tertekan dirinya menghadapi kesempatan bertemu dengan wanita
itu di Salamanca. Dan ketika aku bertemu dengannya pada November, aku tidak tahu
sama sekali apakah mereka benar-benar sudah bertemu
atau, jika sudah, bagaimana hasil pertemuan mereka. Aku tidak mengontak orang
Norwegia itu lagi sejak perpisahan kami di Fiji.
Apakah mungkin Frank dan Vera telah menemukan jalan untuk bersatu kembali" Atau
Frank hanya berkunjung sebentar ke Madrid dan kunjungannya itu tidak ada
hubungannya sama sekali dengan Vera"
Aku duduk di bawah kubah Rotunda sambil minum teh, mengunyah biskuit, dan
mendengarkan petikan harpa yang menggoda memainkan Sleeping Beauty dari
Tchaikovsky, tepat seperti yang dilakukan Frank sebelumnya. Dari mejaku persis
di luar bar, tiba-tiba aku melihat orang Norwegia itu sedang memasuki Rotunda.
Aku merasakan suatu getaran menjalari tubuhku, bukankah sebuah kebetulan yang
luar biasa aku dapat bertemu dengannya di sini, di the Palacedan begitu jauh
baik dari Fiji maupun London. Lebih besar kemungkinan bagi kami untuk kebetulan
bertemu di Oslo, dan sesungguhnya aku pernah berkunjung sebentar ke sana hanya
beberapa minggu sebelumnya.
Menurutku, Oslo adalah sebuah kota yang menawan, dan apa yang kuanggap benarbenar menyenangkan adalah bahwa kampung halaman Frank itu adalah sebuah ibu kota
Eropa yang modern tetapi juga hanya beberapa ratus meter dari pedesaan yang
belum terjamah. Aku melakukan perjalanan kaki yang panjang hingga mencapai
sebuah pondok hutan yang indah bernama Ullevilseter dan dari sana terus ke
Frognerseter, hampir-hampir tidak
bertemu satu orang pun. Bertemu dengan Frank di the Palace agak terasa seperti tepergok tengah berbuat
sesuatu yang tak pantas. Aku begitu terkejut sehingga aku malah tidak langsung
melompat berdiri untuk menyambutnya. Lagi pula, jelas tampak bahwa ia tengah
mencari seseorang di dalam Rotunda. Namun, dengan segera ia melihatku dan
berjalan mendekati mejaku.
"John!" serunya. "Sungguh suatu kejutan."
Ia pun duduk selama beberapa menit hingga akhirnya wanita yang akan ia temui
melihatnya. Aku merasa yakin wanita itu bukanlah Vera, tetapi baru setelah satu
jam kemudian aku mendapat kepastian. Pada saat itu, dan disebabkan beberapa
alasan tertentu, aku sudah memiliki gambaran yang jelas tentang Vera dalam
pikiranku, tanpa pernah melihatnya sekalipun. Hal ini mungkin terdengar sedikit
misterius, tetapi aku akan menjelaskan semuanya secara mendetail dalam catatan
tambahan. Frank telah mengatakan bahwa ia menginap di hotel itu selama beberapa hari, dan
kami pun berjanji untuk bertemu sambil minum bir malam itu.
"Kita harus mengobrol," ujarnya. "Saat-saat seperti itu begitu mudah
terlupakan." Begitu ia menghilang memasuki restoran, ada sesuatu dalam komentarnya yang
mengusik pikiranku, dan dengan segera aku pun menyusun sebuah rencana yang
cerdik. Yang harus kulakukan hanyalah melakukan beberapa percakapan strategis
melalui telepon, salah satunya lebih kurang ajar dibandingkan yang lain.
Pertanyaannya adalah, apakah
aku benar-benar dapat melakukannya, dan yang lebih sulit adalah, apakah mungkin
membujuk Frank untuk ikut serta" Aku sangat menyadari bahwa aku mungkin akan
menyebabkan sebuah kekacauan besar, dan tidak hanya bagiku sendiri, tetapi juga
bagi semua orang yang tak terelakkan lagi pasti terlibat.
Aku tidak akan mengatakan bahwa pertemuan kebetulan seperti ini adalah hasil
"kerja" takdir atau bentuk apa pun dari kesadaran yang tidak natural. Namun,
bagaimanapun ini adalah sebuah kesempatan yang mungkin hanya kudapat sekali
saja, dan aku tidak dapat membiarkannya lepas. Aku berada dalam sebuah situasi
yang rumit, tetapi harus segera kutegaskan bahwa aku tidak akan memiliki surat
Frank di hadapanku sekarang ini jika saja aku melewatkan kesempatan yang tibatiba muncul pada siang itu di Madrid.
Nah, sekarang panggung kuserahkan untukmu, Frank. Engkau telah menulis sebuah
surat lain untuk Vera, dan setelah itu hanya tersisa babak terakhir. Setelah
surat yang terakhir ini, tidak akan ada lagi korespondensi. Tetap saja, salah
satu dari kita harus menjelaskan apa yang terjadi di Sevilla. Kurasa, sebaiknya
aku yang melakukan hal itu nanti, dalam catatan tambahan.
* Vera Sayang, Setelah suratku yang panjang itu, ini ada satu lagi dariku.
Setelah aku meninggalkan stasiun kereta dengan menggenggam amplop kuning itu dan
kembali ke kamar hotelku pada Rabu siang, kepalaku dipenuhi dengan segala hal
yang harus kuceritakan kepadamu. Aku memutuskan tidak akan meninggalkan kamarku
sebelum menuliskan segalanya di atas kertas, karena aku memerlukan setiap menit
sejak saat itu hingga Kamis malam agar engkau memiliki cukup waktu untuk membaca
semua yang telah kutulis sebelumnya dan kuharap, kau sudah menyiapkan diri untuk
bepergian ke Sevilla. Aku menyalakan komputerku, tetapi sebelum duduk di depan meja, sekali lagi aku


Maya Misteri Dunia Dan Cinta Karya Jostein Gaarder di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuka amplop berisi semua foto dari Fiji itu. Ada tiga belas foto dari Pantai
Pangeran Charles, tiga belas dari dateline, tiga belas dari Air Terjun Bouma,
dan tiga belas dari pepohonan palem di Maravu. Kurasa, tentunya kesamaan jumlah
yang begitu jelas itulah yang membuatku membalik salah satu dari foto tersebut.
Di bawah judul SEMBILAN HATI tertera berikut: Bereoneon setelah matahari berubah
menjadi sebuah raksasa merah, terkadang sinyal radio masih dapat ditangkap dalam
kabut bintang. Apakah engkau sudah berpakaian, Antonio" Ayo datang ke Ibu
sekarang juga! Sekarang tinggal empat minggu lagi sebelum Natal.
Aku membalik foto berikutnya dalam tumpukan itu, dan ternyata tertulis TIGA
KERITING: Di sini dan sekarang, suara itu telah diucapkan keturunan para amfibi.
Dilontarkan oleh keponakan para kadal darat dalam hutan aspal. Pertanyaan yang
diajukan keturunan para vertebrata berbulu itu adalah apakah ada alasan di balik
kepompong tak tahu malu ini yang tumbuh dan tumbuh ke segala arah.
Nadiku berdenyut dengan cepat. Di balik foto ketiga tertulis LIMA SEKOP, dan
tertulis di bawahnya: Joker terbangun di dalam sebuah hard disk organik yang
tergolek di atas bantal. Ia merasakan dirinya berusaha merangkak mencapai pantai
sebuah hari baru, beranjak keluar dari sebuah arus panas halusinasi yang hanya
mampu dicernanya sebagian. Tenaga nuklir apakah yang telah membakar otak para
peri" Apakah yang menyebabkan kembang api kesadaran berdesis" Tenaga atom apakah
yang mengikat sel-sel otak jiwa menjadi satu"
Aku terus membalik kelima puluh dua foto itu. Inilah manifesto mereka, Vera, aku
memiliki seluruh manifesto itu di tanganku. Manifesto ini adalah untuk kita
berdua, maka aku pun segera duduk dan meneruskan menulis surat yang panjang itu
untukmu. Aku menulis dan menulis, dan aku tidak meninggalkan mejaku kecuali
untuk tidur selama beberapa jam, menikmati secangkir teh dengan terburu-buru di
bawah kubah dan sebuah jalan-jalan singkat ke Taman Retiro saat petugas
kebersihan datang membersihkan kamarku. Kemudian, aku mengirimkan segalanya
kepadamu dalam sebuah e-mail pada Kamis malam. Aku juga menyertakan sebuah
salinan manifesto itu dan memberitahukan bahwa aku memutuskan untuk menyusun
tulisan-tulisan tersebut dalam empat kolom yang mewakili keempat gambar dalam set kartu itu, dengan
urutan keriting, wajik, hati, dan sekop. Namun, setelah mengirimkan suratku yang
panjang itu kepadamu, aku menemukan sebuah cara lain untuk menyusun manifesto
itu, yang jauh lebih memuaskan, tetapi kita dapat kembali ke situ nanti saat
kita bertemu. Dalam sebuah catatan pendek yang terlampir pada surat itu, aku telah memintamu
untuk meneleponku di hotel ini begitu engkau selesai membaca semuanya, tetapi
kau tidak boleh meneleponku sebelumnya. Dan ternyata engkau meneleponku pada
tengah malam. Aku belum tidur, tetapi aku tidak meninggalkan kamarku sama sekali malam itu
walaupun setelah terperangkap terus-menerus selama tiga puluh enam jam, satu
kunjungan saja ke bar tentunya tidak akan sia-sia. Aku berjalan mondar-mandir
antara kamar mandi dan kamar tidur, dan, terus terang, saat akhirnya engkau
menelepon, kedua botol kecil gin dari kulkas telah tandas, begitu pula botolbotol kecil vodka. Hal pertama yang kau katakan adalah:
"Engkau memang setan, Frank. Tahukah kau?"
"Apakah engkau sudah membaca semuanya?" tanyaku.
"Sudah, setiap kata di dalamnya. Engkau memang setan."
"Mengapa begitu?"
"Siapakah 'Ana' dan 'Jose'?"
"Kau pikir aku telah menciptakan mereka?"
"Tidak, tidak juga. Kupikir engkau berkolusi." "Berkolusi" Bagaimana caranya?"
"Ada sesuatu yang tidak kuceritakan kepadamu di Salamanca."
"Kurasa, ada banyak yang tidak saling kita ceritakan di Salamanca."
"Seperti apa misalnya?" "Tidak, kau dulu." "Kenapa?"
"Engkau yang pertama kali mengatakan ada sesuatu yang tidak kau ceritakan
kepadaku di Salamanca."
"Aku hanya tidak terlalu yakin apakah engkau terlibat di dalamnya atau tidak."
"Aku tidak tahu apa yang kau maksud. Aku akan pergi ke sebuah misa berkabung
besok, Vera. Apakah engkau akan ikut?"
"Ya, Frank. Aku akan ikut ke Sevilla. Dan awas kalau kau tidak muncul. Pesawatku
berangkat pukul sepuluh tiga puluh."
Aku sangat senang mendengarnya."
Tetapi, aku merasa telah ditipu."
Apa maksudmu?" Ia menelepon lagi." Siapa?" 'Jose' itu." Oh, itu keterlaluan. Aku setuju bahwa itu keterlaluan. Apa yang ia katakan?"
"Sama seperti dirimu. Ia selalu mengatakan persis sama seperti dirimu. Itulah
masalahnya. Ia bertanya lagi apakah aku akan datang untuk misa
berkabung ini. Dan sekali ini ia yakin bahwa engkau juga akan datang."
"Ia juga mengatakan bahwa manifesto itu untuk kita berdua. Tentunya ia memiliki
suatu alasan untuk itu." "Alasan?"
"Oh, aku tidak tahu, Vera. Aku benar-benar tidak tahu."
"Bukan engkau yang memintanya untuk menelepon?"
"Engkau sungguh-sungguh berpikiran seperti itu?"
"Tetapi di Salamanca engkau terlibat?" "Aku sama sekali tidak tahu apa yang kau bicarakan."
"Engkau tidak mengerti mengapa aku tertawa. Marilah kita mulai dari sana." "Aku
mulai penasaran." "Oh, aku benar-benar tidak tahu "Ayolah, teruskan. Aku benarbenar tidak sabar untuk bertemu denganmu."
"Aku pernah bertemu Ana dan Jose sebelumnya ... Frank" Kau di sana?"
"Engkau pernah bertemu mereka sebelumnya?" "Dan kau tidak menyadarinya?" "Tapi,
terakhir kali kita bicara, engkau berkata tidak akan pergi ke misa berkabung itu
karena kau tidak mengenal Ana."
"Aku percaya kepadamu, Frank. Aku percaya kepadamu."
"Engkau percaya kepadaku?"
"Mereka memintaku untuk merahasiakannya. Bagaimanapun, engkau tidak boleh tahu
bahwa aku pernah berbicara dengan mereka."
"Kapan, demi Tuhan" Di mana?" "Di Salamanca. Tunggu sebentar. Pada malam yang
sama saat kita berjalan ke tepian sungai ... Mereka datang ke hotel petang itu.
Tiba-tiba saja mereka datang ke resepsionis dan bertanya apakah aku adalah
Vera." "Bagaimana mereka bisa tahu?"
"Ah, Frank." "Jawaban macam apa itu?"
"Engkau dan aku makan siang bersama di kafe itu di Plaza Mayor tempat yang sama
engkau bertemu dengan mereka keesokan harinya. Mereka telah melihat kita di sana
dan mereka datang ke hotel untuk mencari tahu apakah aku adalah Vera."
"Semacam itu pulalah tindakan mereka di Fiji. Pasangan yang aneh, hampir seperti
bersekongkol ... Pikir saja, kejadian itu hanya berselang beberapa hari sebelum si
wanita meninggal." "Aku berpikir, kok terus-menerus."
"Dan kau berkata engkau adalah Vera?"
"Saat itu, mereka mengatakan bahwa mereka bersama denganmu di Fiji. Dan
kemudian, mereka memintaku untuk menolong mereka sedikit ... Hei, kau masih di
sana?" "Aku hanya menunggumu untuk melanjutkan."
"Mereka pikir sungguh aneh bertemu denganmu di Salamanca, dan mereka berkata
ingin mempermainkanmu sedikit. Aku harus membawamu berjalan-jalan ke tepian
sungai malam itu, dan mereka akan muncul sehingga engkau akan melihat mereka.
Tetapi, aku harus berjanji untuk tidak mengatakan sepatah kata pun bahwa mereka
telah berbicara kepadaku. Sepertinya, sesuatu yang sangat buruk akan terjadi
jika engkau sampai mendengarnya. Maka, aku pun menepati janjiku ...."
"Itu adalah hal terburuk yang pernah kudengar."
"Engkau sama sekali tidak tahu?"
"Tidak sedikit pun, tidak."
"Ngomong-ngomong, mereka sangat manis. Juga ada sesuatu yang lain. Ketika mereka
datang ke meja resepsionis, hal pertama yang kupikir adalah bahwa si wanita
sangatlah mirip dengan maja karya Goya."
"Tetapi, engkau tidak mengatakan apa pun kepadaku mengenai hal itu?"
"Tidak" "Jadi, selama ini engkau memikirkan hal ini tanpa mengatakan apa pun?" "Aku
telah berjanji." "Dan di tepi sungai, aku tidak dapat mengucapkan satu patah kata pun. Aku tidak
dapat memberitahumu apa-apa."
"Aku benar-benar ingin tertawa. Perutku hampir pecah. Dan aku tidak dapat
mengatakan apa pun."
"Engkau berkata bahwa kau pikir aku hanya mengarang cerita untuk menahanmu."
"Dan engkau menjadi benar-benar putus asa.
Engkau berbicara tanpa henti. Tetapi, mungkin memang lebih baik aku tidak
mendengarkan dirimu." "Kenapa?"
"Jika tidak, engkau tidak akan menuliskannya." "Dan apakah penilaianmu?"
"Mengagumkan ... Tetapi, aku tidak memercayainya, Frank. Sekarang pun aku masih
tidak percaya, sama seperti ketika di Salamanca." "Apa yang tidak kau percaya?"
"Aku setuju wanita itu serupa dengan 'La Maja Desnuda'. Tetapi, aku tidak
percaya tentang badut-badut yang berlarian maju dan mundur beberapa abad. Kau
pun tidak memercayainya."
"Tetap saja aku percaya wanita itu telah meninggal di Sevilla." "Kau percaya?"
"Tidakkah engkau?"
"Tadinya aku akan membiarkan hari esok yang membuktikannya."
"Aku melihat serangan yang ia alami di Taveuni. Aku melihat betapa semangatnya
tersulut di Salamanca. Aku melihat betapa hancurnya Jose ketika aku bertemu
dengannya di Prado. Maksudku, orang kan tidak mungkin berbohong mengenai
kematian istrinya." "Tidak, mungkin memang tidak
"Tidak, memang tidak."
"Aku tidak terlalu terkesan dengan primata betina dari Australia itu.
Seharusnya, engkau menahan dirimu, Frank."
"Aku begitu kesepian. Itulah yang berusaha
kukatakan. Aku memang begitu kesepian." "Bukan seperti itu yang kumaksud."
"Seperti apa?" "Aku tidak keberatan. Aku hanya mengatakan bahwa aku tidak peduli terhadap
'Laura' ini." "Jangan khawatir tentang dia."
"Tidakkah kau merasa ia benar-benar seperti anak kecil?"
"Tentu saja. Terkadang aku pun merasa seperti anak kecil."
"Tapi, aku tidak menyukai dirinya. Aku merasa sebenarnya ia agak kurang
menyenangkan." "Aku telah menyadari hal itu."
"Aku tidak mengerti mengapa engkau harus menulis mengenainya. Apakah engkau
berusaha untuk membuatku cemburu?"
"Tidak juga. Aku merindukanmu."
"Tetapi, aku suka manifesto itu."
"Itu memang untuk kita berdua."
"Aku ada di sini. Tunggu sebentar ... Aku sangat suka yang satu ini: Jerat labalaba rahasia keluarga terentang mulai dari teka-teki mikro di dalam sup purba
hingga ikan duri berongga peramal dan amfibi tingkat tinggi. Dengan hati-hati,
tongkat estafet telah diteruskan oleh reptilia berdarah panas, prosimian yang
piawai berakrobat, dan kera mirip manusia yang muram. Apakah persepsi diri
secara laten telah tersembunyi jauh di dalam otak sang reptilia" Tidak pernahkah
ada di antara makhluk-makhluk eksentrik mirip manusia yang mendapatkan firasat
membuai tentang master plan itu sendiri?"
"Oh ya, mereka memang senang mengutil bagaikan sepasang burung magpie."
"Jangan terlalu sombong ... Atau bagaimana dengan yang ini: Di dalam bola mata,
terjadi benturan antara penciptaan dan cerminan. Bola penglihatan dua arah
adalah pintu berputar ajaib tempat jiwa pencipta bertemu dirinya sendiri di
dalam jiwa ciptaan. Sang mata yang meneliti alam semesta adalah mata alam
semesta itu sendiri." "Aku sudah lupa yang satu itu."
"Tentunya mereka adalah orang-orang yang luar biasa."
"Itulah yang kupikirkan sejak pertama kali aku melihat mereka."
"Tetapi, tentu saja, aku tidak percaya pada ide-ide ini."
"Apakah kau punya alasan khusus?"
"Engkau belum lupa bahwa engkau mempunyai tanggung jawab profesional, bukan,
Frank" Maksudku, dari segi teori ilmiah, sebagian besar dari kisah ini adalah
omong kosong." "Aku sudah tidak terlalu yakin lagi."
"Engkau kan tidak percaya bahwa sesuatu yang terjadi pada hari ini dapat
memiliki dampak terhadap kejadian-kejadian pada masa lalu" Ataukah engkau telah
berpaling kepada ilmu klenik?"
"Tentu saja tidak. Tetapi, kini aku merasa bahwa kehidupan memiliki makna."
"Engkau membuatku kaget."
"Jika seseorang yang hidup saat ini terlihat
persis sama dengan seseorang yang hidup dulu sekali, aku sama sekali tidak yakin
bahwa ini benar-benar sebuah 'kebetulan'."
"Seperti yang kubilang, engkau membuatku kaget."
"Tidak ada yang lebih mengejutkan daripada adanya sebuah dunia itu sendiri. Kita
hidup, Vera! Itu luar biasa!"
"Aku setuju akan hal itu, tentu saja."
"Tetapi, bukankah sesungguhnya kita telah menyepakati dogma mendasar bahwa
keberadaan alam semesta ini sesungguhnya adalah suatu kebetulan yang sangat
besar" Dan bahwa hal itu tentunya tidak memiliki 'makna'?"
"Engkau mulai agak arogan sekarang."
"Menurutku, alam semesta ini disengaja."
"Apakah kini engkau menjadi religius?"
"Dapat dikatakan begitu. Tetapi, tanpa keimanan tertentu, selain bahwa aku mulai
menyadari adanya maksud dalam kehidupanku maupun dunia di sekitarku."
"Itu saja dapat berarti banyak. Tetapi, dapatkah engkau menjelaskan 'maksud' ini
dengan lebih terperinci?"
"Aku tidak bergurau, Vera. Kita tahu bagaimana hidup telah berevolusi selama
bermiliar-miliar tahun, walaupun otoritas ilmu alam tidak pernah lelah
menyatakan bahwa hasil karya penciptaan yang tak terkira ini pada dasarnya
adalah serangkaian panjang proses-proses fisik dan biokimia yang buta, acak, dan
tidak bermakna. Aku sudah tidak
berpandangan demikian."
"Kalau begitu, engkau harus dididik ulang sebagai seorang pendeta atau penjual
obat." "Kalau begitu, dengarkan yang satu ini: manusia adalah sebuah proses biokimia
yang kompleks, yang sebaik-baiknya akan bertahan selama delapan puluh hingga
sembilan puluh tahun, dan pada dasarnya bukanlah apa-apa selain semacam wadah
yang menipu tempat makromolekul-makromolekul bersaing untuk bereproduksi. Satusatunya objek yang dapat ditemukan dalam kehidupan manusia adalah apa yang
berlangsung dalam setiap sel, yaitu gen-gen yang melakukan reproduksi massal
diri mereka sendiri. Oleh karenanya, seorang 'manusia' tidaklah lebih dari
sebuah mesin bagi gen-gen untuk bertahan hidup. Objek yang sesungguhnya di sini
adalah gen-gen secara individual dan bukan organismenya. Tujuan dari keberadaan
adalah keberlangsungan gen-gen, dan bukan keberlangsungan mereka yang dikontrol
oleh gen-gen tersebut. Objeknya adalah telur dan bukan ayamnya, karena ayam
hanyalah produk dari telur. Ayam tidaklah lebih dari sel seksual sang telur.
Maka, bisa saja kami masukkan engkau sekalian ke dalam kandang ayam!"
"Kurasa, pikiranmu sedikit terganggu, tetapi akan kubiarkan saja itu sebagai
sebuah kesimpulan yang mungkin bisa diterima."
"Tidak seharusnya engkau begitu. Dalam lima puluh tahun, kebanyakan orang akan
mengolok-olok ide tentang dunia seperti itu. Kita adalah bagian dari generasi
ahli biologi yang hampir semuanya
bersalah karena melakukan reductio ad absurdum."
"Dan apakah arti dari keberadaan?"
"Seperti yang telah kusebutkan, aku tidak tahu. Aku hanya mengatakan bahwa alam
semesta ini tidaklah tanpa makna. Evolusi kehidupan adalah sebuah proses yang
lebih spektakuler dibandingkan dengan apa yang dapat dijelaskan oleh mitos
penciptaan yang paling aneh sekalipun."
"Engkau aneh. Engkau benar-benar aneh."
"Apakah engkau setuju bahwa engkau memiliki
jiwa?" "Aku tidak tahu. Aku tidak tahu apakah aku akan menggunakan kata itu."
"Tetapi engkau setuju bahwa engkau memiliki suatu kesadaran?"
"Tentu saja. Jika kukatakan bahwa aku tidak punya kesadaran, akan terjadi suatu
kontradiksi istilah."
"Oleh karenanya, engkau memiliki kesadaran akan alam semesta ini


Maya Misteri Dunia Dan Cinta Karya Jostein Gaarder di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dan akan diriku sendiri. Cogito, ergo sum." "Tentu saja kita dapat kembali
sejauh itu, ke masa Descartes, maksudku, karena di sanalah seluruh proses mulai
keluar dari jalurnya. Ada materi, dan ada pula kesadaran akan materi. Aku
percaya bahwa kesadaran adalah sebuah bagian penting dari sifat alam semesta
yang paling mendasar sehingga tentunya alam semesta tidak mungkin hanya
merupakan sebuah produk sampingan yang terjadi secara tidak disengaja."
"Tetapi, materi terlebih dulu ada."
"Itu mungkin saja."
"Aku belum pernah melihat suatu kesadaran yang muncul dengan sendirinya dalam
bentuk materi, tetapi aku pernah melihat yang sebaliknya."
"Tunggu sebentar. Engkau belum pernah melihat suatu kesadaran yang muncul dengan
sendirinya dalam bentuk materi?"
"Betul." "Bagaimana dengan dunia, Vera, bagaimana dengan dunia?"
"Engkau mungkin benar juga. Tetapi, engkau tidak lagi berbicara sebagai seorang
ilmuwan." "Dalam kasus ini, mungkin memang penting untuk membicarakan sesuatu selain ilmu
pengetahuan. Bagiku, kesadaran adalah sebuah bagian yang lebih esensial dalam
hakikat alam semesta dibandingkan semua bintang dan komet dikumpulkan menjadi
satu." "Tetapi, materi muncul lebih dulu daripada kesadaran. Itu adalah sebuah prinsip
yang menentukan dalam diskusi seperti ini."
"Mungkin saja, seperti yang telah kukatakan. Tetapi telah menjadi semakin jelas
bagiku bahwa materi kosmik dipenuhi oleh kesadaran. Kesadaran adalah sebuah
aspek dari realitas di alam semesta yang tidak kalah nyatanya dengan reaksireaksi nuklir yang terjadi di dalam bintang-bintang."
"Aku benar-benar tidak tahu. Jelas engkau telah jauh lebih banyak memikirkan hal
ini daripada aku," ujar Vera.
"Darah ada sebelum cinta."
"Apa barusan yang kau bilang?"
"Darah harus mengalir terlebih dulu dalam pembuluh darah sebelum kita dapat
saling mencintai. Ini tidak berarti bahwa darah lebih penting daripada cinta."
"Mungkin ini juga sebuah teka-teki ayam dan
telur." "Bagaimana bisa?"
"Jika tidak ada darah, tidak mungkin ada cinta. Dan jika tidak ada cinta, tidak
mungkin ada darah." "Benar, itulah yang kumaksud."
"Tapi, kita bisa melanjutkan percakapan ini di Sevilla. Sekarang hampir pukul
tiga pagi." "Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku sudah bosan dengan reduksionisme
berlebihan yang telah menghinggapi abad ini bagaikan sebuah mimpi buruk. Sudah
waktunya memasuki milenium baru," ujarku.
"Dan aku hanya mengatakan bahwa gagasan-mu terlalu kabur. Kita tidak punya
pijakan apa pun dalam ilmu alam kecuali kekuatan-kekuatan alam."
"Ha! Kita menarik kesimpulan jauh lebih banyak dari apa yang ditunjukkan oleh
keempat elemen alam."
"Adakah contohnya?"
"Matahari bukanlah sekadar sebuah bintang, Bumi bukanlah sekadar sebuah planet,
seorang manusia bukanlah sekadar seekor hewan, dan seekor hewan bukanlah sekadar
debu, debu bukanlah sekadar lava, dan Ana belum meninggal." "Apa yang kau bilang
terakhir itu?" "Aku tidak tahu. Hanya terucap olehku, rasanya begitu cocok dalam kalimat itu."
"Hanya agar iramanya pas, ya?"
"Betul, hanya agar iramanya pas."
"Dan aku juga menyukai yang ini: Joker hanya setengah berada dalam dunia para
peri. Ia tahu ia akan pergi, maka ia tunaikan kewajibannya. Ia tahu ia akan
pergi, maka ia sudah setengah pergi. Ia telah muncul dari segala yang ada dan
akan pergi ke Ketiadaan. Begitu tiba, ia bahkan tidak akan dapat bermimpi untuk pulang. Ia menuju dunia
yang di sana bahkan tidak ada tidur," ujar Vera.
"Jadi, engkau cukup yakin bahwa Dunia Ketiadaan ini benar-benar ada?"
"Sayangnya, iya. Sejauh 'ketiadaan' dapat dikatakan ada."
"Oleh karena itu, bahkan semakin penting bagi kita untuk bertemu. Hidup kita
begitu pendek." "Aku tidak akan menyangkal yang satu itu."
"Kurasa, itulah yang dimaksud oleh seluruh manifesto itu."
"Bagiku, manifesto itu mengatakan bahwa kita adalah bagian dari sesuatu yang
sangat besar." "Akan kutemui engkau di bandara Sevilla."
"Apakah engkau sudah memesan kamar hotel?"
"Aku telah memesan tempat di Dona Maria. Letaknya di Plaza Virgen de los Reyes,
di depan La Giralda dan katedral."
"Apakah engkau sudah memesan untukku juga?"
"Ya. Aku menebak bahwa engkau akan datang
setelah aku menceritakannya dengan begitu bermanis-manis."
"Bermanis-manis?"
"Mungkin seharusnya kusebut saja dengan berpanjang lebar. Apakah engkau
mencetaknya?" "Aku segera membuat sebuah salinan. Aku benci membaca dari layar komputer."
"Aku juga." "Sekarang aku tahu mengapa engkau berkata bahwa aku mengingatkanmu pada seekor
tokek. Aku suka Gordon."
"Aku dapat membayangkan hal itu."
"Engkau memerlukan seseorang untuk mema-rahimu."
"Tetapi bukan engkau yang mirip dengan Gordon. Gordonlah yang mirip denganmu.
Sebab dan akibat, Vera!"
"Sangat menarik ... Jadi, engkau sudah memesan dua kamar?"
"Aku memesan dua-duanya." "Apa maksudmu?"
"Aku memesan satu kamar dan dua kamar ... Halo?"
"Aku tidak mampu berkata-kata." "Mengapa?"
"Engkau begitu tolol. Dan engkau sungguh mengabaikan prinsip-prinsip rasional."
"Dapatkah engkau menjelaskan lebih lanjut?"
"Tidaklah mungkin untuk memesan satu kamar dan dua kamar. Dalam hal ini berarti
engkau telah memesan dua kamar."
"Logika memang sangat kekurangan ambivalensi. Itulah mengapa logika tidak banyak
gunanya dalam penyelesaian konflik, atau proses-proses pada umumnya. Logika
benar-benar mati, Vera."
"Tetapi, itu hampir sama dengan tidak dapat tiba 'sebagian saja' di sebuah pulau
terpencil. Datang dan pergi adalah sesuatu yang dikerjakan seseorang secara
sekaligus. Seharusnya, engkau memikirkan hal itu. Seharusnya, engkau memikirkan
hal itu, Frank." "Aku sudah tidak terlalu yakin lagi sekarang. Dapat dikatakan bahwa si kurcaci
memang datang ke pulau itu dengan sang pelaut. Di lain pihak, ia memang tidak
muncul hingga kemudian hari."
"Kurasa, kita saling salah paham. Aku adalah pulau terpencil itu."
"Vera?" "Tetapi, kita akan bertemu besok." "Dan dengan segera kita akan mengetahui
bagaimana kita akan bertemu."
"Apakah hal itu punya makna?"
"Mungkin ada langit lain di atas langit yang ini."
"Apakah itu punya makna yang lebih dalam?"
"Aku tidak tahu. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya kuucapkan.
Seakan-akan ada seseorang yang menjejalkan kata-kata itu ke dalam mulutku."
"Itu disebut melarikan diri dari tanggung jawab."
"Tetapi, tiba-tiba barusan aku teringat akan sesuatu yang dikatakan Ana di
Fiji." "Apa itu?" "Ia berkata, 'Ada sesuatu di balik semua ini.'" "Ya Tuhan, itu benar. Tunggu
sebentar "Apa yang kau lakukan?"
"Tunggu, kataku, aku sedang membolak-balik halaman ... 'Anda semua akan berpikir
tengah berada di sebuah pemakaman, tetapi kenyataannya Anda akan menyaksikan
sebuah kelahiran baru ....' Apakah kau pikir ia seorang peramal?"
"Aku sudah mengatakan bahwa aku tidak tahu. Yang kutahu adalah bahwa aku akan
menaiki kereta AVE pada pukul delapan pagi."
"Kau tahu aku telah mempelajari lukisan Goya itu lagi. Ia benar-benar membuatku
terkejut ketika aku melihatnya di Salamanca."
"Mungkin itu baik untukmu."
"Apanya?" "Terkejut sedikit."
"Selamat tinggal untuk sekarang."
"Sampai bertemu lagi!11 []
Catatan Tambahan oleh John Spooke AKU SERING TERHENYAK JIKA MELIHAT FOTO BERWARNA SHEILA YANG berukuran besar,
tergantung dalam pigura hitam di atas meja kerjaku. Foto itu telah terpasang di
situ sejak aku memotretnya beberapa tahun yang lalu, di depan balai kota Croydon
yang tua. Tentunya ia memandang lurus ke dalam lensa saat aku menekan tombol
kameraku, karena seolah-olah ia menatap ke arahku. Terkadang rasanya seperti ia
telah berencana untuk menjagaku jika ia telah dibawa pergi.
Aku selalu menganggap bahwa menatap dalam-dalam foto berwarna yang tajam dari
orang-orang yang telah meninggal memang meresahkan. Bayangkan saja betapa
mengejutkan tentunya dua ratus tahun yang lalu bagi para penduduk Andalusia saat
berhadapan dengan foto milik si kurcaci yang menggambarkan sang wanita gipsi
cantik di Taman Alcazar. Bahkan setelah tiga tahun, aku masih tidak dapat memercayai bahwa aku tidak akan
dapat bertemu Sheila lagi. Meskipun demikian, mengapa pula aku begitu yakin kami
tidak akan pernah dipertemukan kembali" Aku merasa cukup yakin, tetapi tidak
yakin seratus persen. Keberadaan dunia ini saja telah menembus batas
ketidakmungkinan. Jika dunia ini memang ada, mengapa tidak mungkin ada sebuah
dunia lain setelahnya"
Frank mungkin akan berkata: karena kita adalah darah dan daging seperti katak
dan kelelawar. Ya, memang, aku setuju akan hal itu, dan jika ada satu hal yang
membuatku sakit, itu adalah pereda ran darahku. Aku adalah seorang primata yang semakin tua. Tetapi, bukankah aku
juga seorang makhluk ruhaniah"
Aku tidak pernah dapat menerima pemikiran yang menyatakan bahwa jiwa manusia
tidaklah lebih dari sebuah fenomena surealis yang terbentuk dari protein,
seperti leher jerapah atau belalai gajah. Kesadaranku membuatku dapat meneliti
seluruh alam semesta. Aku tidak lagi yakin bahwa jiwa hanyalah sebuah hasil dari
proses biokimia. Kita tahu tentang keberadaan galaksi-galaksi lain. Mungkin, seperti yang
dipercaya oleh banyak ahli astronomi, juga ada alam-alam semesta yang lain.
Jadi, mengapa suatu kemajuan dari satu tingkat realitas menuju tingkat realitas
yang lain harus lebih tidak mungkin dibandingkan kemajuan dalam waktu dan ruang"
Atau dengan kata lain: mengapa suatu kemajuan dari ranah menuju metaranah begitu
tidak dapat terbayangkan" Terbangun dari mimpi adalah hal yang mungkin.
Kita tidak tahu apakah dunia ini. Kubayangkan bahwa sangat mudah kita terkelabui
oleh batasan-batasan tingkat realitas tempat kita berada pada saat ini. Dan Ana
belum meninggal. * Saat tiba di Taveuni untuk ambil bagian dalam program televisi mengenai masa
depan manusia itu, aku belum menulis satu buah novel pun selama bertahun-tahun.
Aku merasa tidak mampu menulis sementara Sheila sakit, dan aku tidak dapat
memulai karya baru apa pun dalam tahun-tahun sepeninggal dirinya. Aku tidak pernah
pandai menyimpan lebih dari satu pikiran dalam benakku sekaligus. Sungguh aneh
bagaimana seseorang seusiaku dapat begitu terikat dengan seorang wanita. Dan
yang lebih mengerikan adalah betapa suatu kehilangan dapat mengurangi daya hidup
seseorang. Aku harus bertemu dengan orang-orang baru agar dapat mulai menulis lagi, dan di
Taveuni aku banyak bertemu dengan orang-orang yang cukup berbeda dengan yang ada
di kota asalku, Croydon. Aku memerlukan pemantik ide dan konsep-konsep baru.
Mungkin itulah mengapa aku mengundang para tamu di Maravu untuk menghadiri
"konferensi tropis" itu.
Aku sering memberi novel-novelku latar belakang berupa kejadian-kejadian
sesungguhnya. Tentu saja aku tidak pernah kekurangan imajinasi, tetapi aku
sering kesulitan untuk dapat menghidupkan karakter-karakter fiktif.
Bahkan sebelum bertemu Frank, aku telah memilih Ana dan Jose untuk novel
berikutnya yang akan kutulis. Ana adalah seorang wanita yang sangat menarik
berusia akhir dua puluhan. Ia hampir lebih tinggi setengah kepala dari Jose,
memiliki rambut hitam yang panjang, mata hitam, dan bergerak bagaikan seorang
dewi. Si lelaki lebih tua dibandingkan si wanita, dengan mata biru dan kulit
yang agak terlalu putih bagi seorang Spanyol. Mereka memperkenalkan diri sebagai
wartawan televisi, tetapi sekali waktu Jose pernah menyebutkan bahwa
Ana adalah seorang penari flamenco yang terkenal. Sedangkan aku dikirim ke pulau
itu oleh BBC untuk berdiri di atas dateline dan mengucapkan beberapa patah kata
yang telah dipilih dengan cermat mengenai etika global dan masa depan Bumi.
Pasangan Spanyol itu ternyata ada di sana untuk membuat sebuah film dokumenter
serupa untuk sebuah saluran televisi Spanyol, dan beberapa kali secara kebetulan
kami bertemu di garis bujur 180?. Sudah banyak kru TV yang membanjiri pulau itu,
walaupun perayaan yang sesungguhnya baru akan terjadi dua tahun lagi.
Ada beberapa alasan mengapa aku memilih pasangan dari Spanyol itu. Saat sedang
berduaan, atau tepatnya saat mereka berpura-pura sedang berduaan, mereka sering
mengutip kalimat-kalimat aneh satu sama lain. Mereka mengingatkanku akan orangorang yang berjalan-jalan sambil berbicara kepada diri sendiri walaupun dalam
kasus ini mereka berdua karena tidak banyak yang menunjukkan bahwa ucapan salah
seorang dari mereka belum diketahui pasangannya. Walaupun tidak dapat berbahasa
Spanyol, aku ingat telah memerhatikan gumaman-gumaman aneh mereka itu dengan
penuh perhatian. Frank sepertinya juga terpikat oleh hal yang sama. Perbedaan
antara Frank dan diriku adalah bahwa Frank mengerti apa yang mereka ucapkan. Itu
adalah sebuah perbedaan yang penting. Aku telah bereaksi terhadap bentuk, bukan
isi. Bahkan pada hari pertama Frank di pulau itu, aku sudah dapat melihatnya
mencuri dengar kedua orang
Spanyol itu pada saat makan malam. Ketika ia bertanya apakah ia dapat meminjam
sebuah pena, dengan senang hati aku memberikannya. Aku merasa bahwa dengan cara
ini, aku telah membuatnya antusias tanpa ia sadari.
Juga ada sesuatu yang lain, dan inilah yang sesungguhnya menyebabkan diriku
bereaksi terhadap jika tidak memburu-pasangan Spanyol tersebut: sejak pertama
kali bertemu, aku memiliki perasaan kuat pernah bertemu dengan Ana sebelumnya.
Kemudian, Frank tiba di pulau itu. Ketika ia juga berkata bahwa dirinya merasa
Ana tidak asing baginya, aku pun melakukan penyelidikanku sendiri. Aku tidak
akan menyangkal bahwa aku cukup terguncang ketika pada akhirnya berhasil
menemukan hubungannya. Aku benar-benar terkejut, dan sejak saat itu, aku
menghadapi Ana dengan perspektif yang sama sekali baru.
Aku memutuskan untuk tidak terburu-buru. Aku juga tidak akan mengatakan apa pun
kepada Frank, hal itu hanya akan membuatnya semakin bingung. Aku hanya memberi
Frank sedikit petunjuk saat ia keluar dari Maravu. Kemudian, aku akan menunggu
dan memerhatikan. Aku ingin membawa pulang hal ini bersamaku.
Aku tidak pernah suka membicarakan apa yang tengah kukerjakan, dan yang jelas
tidak sebelum aku memulai proses untuk menuliskannya. Aku khawatir semua ini
hanya akan menjadi gagasan yang diomongkan jika menjadi topik pembicaraan pada
makan malam di Pulau Fiji tersebut.
" Ketika Frank tiba di Taveuni, ia telah berada di Pasifik Selatan selama dua
bulan penuh. Hampir semua yang sekarang kuketahui mengenai bagian dunia itu
kuperoleh dari dirinya. Semakin jauh aku mengenalnya, semakin jelas bagiku bahwa
Frank harus menjadi narator dalam novel yang ingin kutulis. Kurasa, kami memulai
perkenalan kami dengan baik walaupun ada perbedaan yang cukup besar dalam usia
kami. Di sini aku harus menekankan bahwa mimpi yang diceritakan Frank kepada
Gordon sesungguhnya dipinjam dariku. Akulah yang mendapatkan sebuah mimpi buruk
pada suatu malam di Maravu. Aku bermimpi tidak dapat mengingat apakah usiaku
delapan belas atau dua puluh delapan. Kemudian aku terbangun, dan jauh dari
berusia empat puluh tahun yang menakutkan Frank, usiaku sesungguhnya adalah enam
puluh lima tahun fakta yang jauh lebih mengerikan lagi. Aku segera bangkit dari
tempat tidur dan berdiri di hadapan cermin kamar yang besar. Akulah sang primata
yang semakin tua. Tidak ada dua orang yang persis sama, dan tentu saja, ada begitu banyak
keanekaragaman ciri-ciri manusia. Walaupun sejauh yang kuyakini, sesungguhnya
hanya ada dua jenis manusia. Satu kategori, yaitu mayoritas yang besar, terdiri


Maya Misteri Dunia Dan Cinta Karya Jostein Gaarder di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari mereka yang puas untuk hidup tujuh puluh atau delapan puluh atau sembilan
puluh tahun. Alasan yang mereka berikan beraneka ragam. Beberapa di antara
mereka mengatakan bahwa setelah delapan
puluh atau sembilan puluh tahun, mereka telah menjalani hidup yang panjang dan
dipenuhi dengan berbagai kejadian, dan pada saat itu, mereka tidak akan
keberatan untuk tergeletak dan mati dalam keadaan renta. Yang lain mengatakan,
mereka tidak menginginkan menjadi tua dan tergantung kepada orang lain dan
karenanya menjadi beban. Yang lain lagi menekankan bahwa menginginkan kehidupan
lebih dari delapan puluh atau sembilan puluh tahun tidaklah masuk akal karena
secara alami kita tidak dirancang untuk hidup lebih lama daripada masa itu. Lalu
ada pula mereka mungkin subkelompok yang paling besar yang jika kondisi telah
memungkinkan mereka hidup di planet ini selama beratus-ratus atau beribu-ribu
tahun, mereka akan menganggapnya sebagai hal yang terlalu mengerikan untuk
dibayangkan. Cukup masuk akal! Pendapat ini baik, dan benar-benar selaras dengan
alam. Tetapi, ada pula segolongan orang lain yang sangat berbeda: sebagian kecil
orang yang ingin hidup selamanya. Mereka menderita karena tidak dapat mengerti
bagaimana dunia akan berlanjut setelah mereka pergi. Frank adalah salah satu di
antaranya, dan itulah mengapa timbul ketertarikanku yang begitu besar kepadanya
sejak pertama kali kami bertemu. Lagi pula, itu adalah syarat yang diperlukan
untuk menjadikannya narator novel ini.
Aku tidak pernah merasa punya banyak kesamaan dengan orang-orang penakut yang
tidak mau membayangkan hidup abadi di dunia. Saat masih muda, itu adalah salah
satu hal pertama yang kucoba ketahui jika bertemu seseorang untuk pertama
kalinya. Aku biasa bertanya, jika engkau dapat memilih, akankah engkau memilih
untuk hidup selamanya" Atau engkau pasrah dengan kenyataan bahwa pada suatu hari
engkau tidak akan ada lagi" Aku mengadakan sebuah survei singkat informal dengan
cara itu. Hasil yang kudapatkan yaitu mayoritas besar ingin mati saja. Oke,
baiklah! Untungnya, alam telah teratur dengan begitu tepat.
Tetapi, tidak selalu mereka yang paling menikmati kehidupanlah yang paling sulit
melepaskan kehidupan ini. Justru sebaliknya: mereka yang lebih menikmati
kehidupan sering hanya sedikit sekali memikirkan fakta bahwa pada suatu hari
nanti, hidup mereka akan berakhir. Hal ini mungkin terdengar seperti sebuah
paradoks, tetapi tidak demikian jika ditelaah lebih lanjut. Orang-orang yang
menolak untuk menyerah kepada akhir kehidupan sudah merasa berada di wilayah tak
bertuan. Mereka menyadari bahwa tidak lama lagi mereka akan pergi untuk
selamanya. Maka, kini mereka sudah setengah pergi. Tidaklah penting apakah
mereka masih memiliki lima atau lima puluh tahun lagi untuk hidup. Di sinilah
mereka berbeda dari semua orang lain yang menerima ketidakabadian hidup asalkan
hal itu tidak terjadi dengan segera. Mereka yang ingin hidup selamanya bukanlah
tergolong orang-orang pertama yang ngotot beraksi di lantai dansa. Mereka
bukanlah orang yang kita sebut sebagai "penikmat kehidupan". Para raja di lantai
dansa begitu terbuai dalam tahan kehidupan itu sendiri sehingga mereka
tidak membiarkan perhatian mereka teralihkan oleh pikiran bahwa suatu hari,
tahan mereka akan berakhir.
Dalam suratnya untuk Vera, Frank menceritakan penerbangan pendeknya dari Viti
Levu menuju Taveuni. Kurasa, bahkan dalam bagian ini sudah tampak jelas ia
termasuk ke dalam jenis yang mana. Setelah beberapa lama, barulah aku dapat
membaca segala pemikiran yang mencengkeram dirinya pada pagi pertamanya di pulau
itu. Tetapi bahkan pada saat itu, aku sudah punya dugaan tentang arah
pikirannya. Pada hari-hari berikutnya, lebih banyak lagi yang dapat kuketahui.
Frank adalah salah satu orang yang langka. Ia adalah jenis yang merasa tertindas
oleh kesedihan karena ketiadaan semangat eksistensial dan rasa keabadian.
Dalam deskripsinya mengenai penerbangannya dari Nadi, Frank menyimpulkan dengan
menyatakan bahwa "pengalamanku itu telah menimbulkan suatu perasaan yang tak
terelakkan, perasaan sebagai makhluk vertebrata biasa yang rapuh di tengahtengah kehidupan." Ya, ia dapat saja mengatakan hal itu, pikirku. Dan aku tidak
merasa kesulitan memahami perasaannya. Perbedaannya, yang bagiku terasa besar,
adalah kenyataan bahwa aku hampir tiga puluh tahun lebih tua daripada dirinya,
dan karena itu seusia dengan sang pilot. Sementara aku duduk di sini menghadap
mejaku di Croydon, dari waktu ke waktu aku tersiksa oleh sakit pinggang yang
datang dan pergi. Maka, aku hampir tidak perlu menjadi seorang ahli vertebrata
untuk mengetahui bahwa aku menyandang tulang belulang berpenyakit. Aku juga
mendapatkan pengobatan untuk nyeri dadaku dan aku menyadari bahwa setiap saat
yang kumiliki di dunia ini harus dianggap sebagai suatu bonus. Rasanya seperti
hidup dengan sebuah pistol tertodong ke kepalamu. Seolah-olah seluruh sisa
waktuku di Bimasakti ini harus dihabiskan dalam sebuah pesawat kotak korek api
dengan instrumen-instrumen yang rusak. Bahkan, aku tidak memiliki seorang
kekasih di sisiku untuk membantuku membaca peta dalam perjalanan terakhir ini.
Tiga tahun telah berlalu sejak Sheila meninggal, dan bahkan sudah lebih lama
lagi sejak ia mampu berjalan melintasi ruangan dan meletakkan tangannya yang
menenangkan di leherku. Ketika Sheila meninggal, kami telah saling mengenal
selama lebih dari empat puluh tahun. Aku menyinggung masalah-masalah pribadi ini
hanya untuk menunjukkan alasan mengapa aku bisa bertindak begitu yakin ketika
bertemu dengan Frank di Madrid hampir satu tahun kemudian.
Ketika kedua orang Spanyol itu muncul untuk sarapan pada pagi setelah aku
menjemput Frank dari bandara, aku menyinggung bahwa seorang Norwegia telah tiba
dengan pesawat pagi dan ada anggapan bahwa kebanyakan orang Norwegia jago
bermain kartu. Aku menjelaskan bahwa hal ini tentu berhubungan dengan musim
dingin mereka yang panjang. Aku tahu mereka terus bermain kartu malam sebelumnya
sebagian besar hanya demi Ana. Ia selalu yang paling bersemangat untuk
mengumpulkan lawan bermain. Seorang Belanda yang telah bermain melawan mereka
baru saja meninggalkan pulau tersebut pagi itu, dan siapakah yang akan
menggantikannya di meja bridge" Yang jelas bukan aku, karena aku tidak dapat
bermain kartu maupun punya keinginan sedikit pun untuk mempelajarinya.
Aku selalu menghubungkan kartu poker dengan Sheila. Ia dapat menghabiskan waktu
semalaman sambil bermain solitaire sementara aku bekerja di loteng. Ia selalu
begitu senang ketika aku turun ke ruang duduk setelah pekerjaanku selesai. Untuk
menjaga perasaan maupun harga dirinya, aku harus duduk dan menontonnya
menyelesaikan permainannya, dan jika ia sedang ingin menggodaku, aku harus
mengocok kartu untuknya agar ia dapat memainkan satu permainan lagi. Baru
setelah itulah ia akan melihat ke arahku.
Aku mengingat-ingat pondok mana yang diperuntukkan bagi Frank saat
kedatangannya. Dan kemudian, saat resepsionis tengah kosong, aku mengambil
kesempatan untuk mencatat alamat rumahnya, tanggal lahirnya, dan fakta bahwa
paspornya dibuat di Oslo. Tidak berapa lama kemudian, aku memberi tahu kedua
orang Spanyol itu bure mana yang ditempati orang Norwegia itu dan juga bahwa aku
melihatnya duduk di beranda. Kurasa, ia sedikit kesepian, ujarku. Sesungguhnya
aku bermaksud baik. Aku berusaha menunjukkan bahwa secara
umum, sebagian kejadian di Maravu pada hari-hari di bulan Januari itu tidak
seluruhnya kebetulan. Aku tidak mengatakan bahwa aku menjalankan sebuah
permainan Jenaka. Tetapi, aku memang sedikit mengatur beberapa hal. Aku membantu
terjadinya proses sosial yang janggal, yang dalam situasi berbeda mungkin
memerlukan waktu seminggu penuh.
Akulah yang memberi tahu Ana dan Jose bahwa Frank mungkin mau menggantikan si
orang Belanda bermain kartu. Itu adalah yang pertama, dan hal itu sebagian besar
kulakukan untuk Ana. Akulah yang, setelah sarapan, menunjukkan pondok yang baru
saja dimasuki orang Norwegia itu itu adalah yang kedua. Yang ketiga adalah ?saranku kepada kedua orang Spanyol itu bahwa malam itu kami bisa mencoba
menginterogasi seorang ahli biologi evolusioner tentang sejauh mana perkembangan
ilmu pengetahuannya sekarang, hampir 150 tahun setelah Origin karya Darwin
terbit. Kupikir, kesempatan tersebut terlalu baik untuk dilepaskan. Malam
sebelumnya, aku dan Jose sependapat mengenai sebuah teori cerdas bahwa manusia
modern sangat kekurangan apa yang kami sebut sebagai "imajinasi kognitif.
Jika surat untuk Vera itu berikut catatan tambahan yang dilampirkan benar-benar
berakhir di dalam kapsul waktu di dateline, selama seribu tahun mendatang,
diriku akan dituduh melakukan tipuan-tipuan, dan lokasi eksekusinya telah
ditetapkan. Tetapi, jika itu yang terjadi, semua tuduhan itu akan terhalang oleh
waktu, bahkan termasuk apa yang kulakukan di Sevilla hampir setahun kemudian. Karena kisah mengenai Ana
dan Jose masih belum selesai, begitu pula kisah Frank dan Vera.
Aku dapat berlega hati karena adanya satu kenyataan bahwa, terlepas dari apa
yang kami rencanakan, semua ini akan segera terlupakan. Bagi Anda semua yang
membaca tulisan ini dalam seribu tahun mendatang, aku hanya memohon satu hal:
hendaknya kisah tentang Ana tidak lagi tenggelam dalam euforia memasuki sebuah
milenium baru. Beberapa waktu yang lalu, aku membaca di Daily Telegraph mengenai "Monumen
Milenium" yang direncanakan untuk didirikan di Taveuni. Dengan lima ratus dolar,
semua orang dapat menuliskan kata-kata sambutan untuk milenium keempat dan
meletakkannya di dalam sebuah tabung kaca. Tabung itu kemudian diletakkan di
dalam rongga pada sebuah batu bata. Rongga ini kemudian ditutup dan batu bata
itu digunakan untuk membangun monumen tersebut. Selama milenium berikut, sebuah
yayasan akan memelihara dinding itu dan juga menjamin bahwa kapsul waktu pribadi
Anda akan dibuka pada 3000.
Seribu tahun akan berlalu, dan kemudian kisah mengenai Ana Maria Maya akan
dibacakan pada tempat garis bujur 180? melintasi Taveuni. Setiap kali aku
berusaha membayangkan orang-orang yang berdiri di dateline seribu tahun
mendatang, aku selalu membayangkan seorang kurcaci duduk di atas monumen sambil
membacakan baris-baris tulisan ini.
Surat untuk Vera dibuka dengan penggamba ran Frank yang mendetail tentang pulau yang ia kunjungi, dan aku tidak mengerti
bagaimana ia dapat menemukan waktu untuk melakukan hal itu. Maksudku, ia duduk
di dalam sebuah kamar hotel di Madrid hanya selama dua hari untuk memberi tahu
Vera mengenai Ana dan Jose, dan ia menghabiskan waktu menjelaskan katak dan
kelelawar! Aku tidak tahu seberapa besar tabung-tabung yang dapat dibeli dengan
lima ratus dolar itu. Aku hanya tahu bahwa tabung-tabung itu dapat dimasukkan ke
sebuah lubang di dalam batu bata. Jika pesan dalam botol milikku untuk masa
depan tidak dapat menampung semua yang ditulis Frank, aku harus merobek beberapa
halaman. Di pihak lain, ketika surat untuk Vera dibacakan di Taveuni pada 1
Januari 3000 dan aku telah mengerahkan seluruh tenagaku untuk meyakinkan hal itu
akan terjadi para keturunan kita akan mendapatkan gambaran lengkap seperti
apakah "Pulau Taman" seribu tahun sebelumnya. Dasar orang-orang malang! Mungkin
mereka akan membenci kita. Aku ragu apakah pada zaman itu merpati Jingga masih
akan terbang pada pagi hari melintasi Danau Tagimaucia. Aku ragu apakah akan
masih banyak yang tersisa dari hutan hujan yang rimbun. Itulah alasanku belum
merobek semua halaman yang ditulis Frank mengenai kehidupan alam di Taveuni.
Kemungkinan yang terburuk, aku harus puas dengan meletakkan sebuah disket di
dalam bata yang tertutup itu. Tetapi, masalahnya adalah apakah disket itu
kompatibel dengan teknologi seribu tahun mendatang. Supaya lebih aman, aku juga
harus memasukkan sebuah cetakan dari manifesto itu. Tentunya itu tidak akan
memakan banyak ruangan. Terkadang, pada saat-saat aku bertanya-tanya apa yang terjadi jika Vera memang
benar-benar menerima surat itu dari Frank, aku merasakan getaran di sepanjang
tulang punggungku. Walaupun demikian, begitu menyelesaikan catatan tambahan, aku
akan memastikan bahwa suatu hari Vera akan membacanya. Mungkin itu akan
membuatnya lebih memahami apa yang terjadi di Sevilla. Jika ia bersikeras bahwa
orang-orang lain harus mendapatkan kesempatan untuk membaca kisah tentang Ana,
aku mungkin harus mengurungkan niatku tentang kapsul waktu. Tidak ada gunanya
meletakkan sebuah karya tulis di dalam kapsul waktu selama seribu tahun jika
karya tulis itu telah beredar. Tinggallah dunia yang memutuskan apa yang akan
diwariskan kepada keturunan kita dan apa yang hanya akan dilupakan. Jejak
langkah manusia selalu dipenuhi banyak suara, terlalu banyak suara. Jika kita
juga mendengarkan suara generasi-generasi sebelumnya dalam sebuah latar belakang
verbal yang akbar, situasinya akan tidak tertanggungkan. Harus ada orang yang
mampu menjaga sebuah rahasia selama seribu tahun, atau tidak sama sekali.
Akulah yang mulai membahas mengenai tokek dengan Frank, karena aku menduga bahwa
ketidaksu-kaanku terhadap mereka, setidaknya jika aku harus
melakukan kontak fisik misalnya saat tidur tentunya lebih besar daripada
dirinya. Aku menyangka bahwa Frank, yang memperkenalkan dirinya sebagai semacam
ahli mengenai makhluk-makhluk seperti itu, akan menawarkan beberapa kalimat
menenangkan bahwa reptil dapat hidup secara tenang bersama manusia, bahkan
dengan seorang Inggris yang selalu berkeluh kesah seperti diriku. Tetapi,
malahan aku mendapatkan kesan bahwa ia lebih menginginkan kamarnya dibersihkan
dari tokek, walaupun ia tidak menyebutkan alasannya. Ia menyinggung bahwa sejauh
itu ia baru melihat satu tokek, tetapi ia selalu berhati-hati untuk tidak
meninggalkan pintu dalam keadaan terbuka dan membiarkan nyamuk-nyamuk masuk ke
kamar hal yang tidak pernah kuperhatikan sama sekali. Tokek itu kemudian
dipanggilnya sebagai Gordon, nama yang diambil dari sebuah minuman keras
terkenal dari London yang selalu dekat di hatiku, begitu dekat sehingga Sheila
selalu berkomentar mengenainya. Jika membuka tutup botol minuman itu terutama
sebuah botol baru aku masih mendapatkan perasaan bahwa Sheila tengah
mengamatiku. Frank bukan hanya merasa dirinya tertindas oleh kesedihan karena ketiadaan
semangat eksistensial dan rasa keabadian dalam dirinya. Ia adalah seseorang yang
terus menerus mendengar suara-suara di dalam benaknya.
Aku pun mendengar suara-suara dalam benakku, terutama setelah meninggalnya
Sheila. Itu membuatku dapat melakukan percakapan panjang
dengan dirinya bahkan hingga saat ini, dan aku tidak selalu yakin berapa banyak
yang terucapkan dengan lantang, atau apakah semua ini berlangsung di dalam
diriku sendiri. Aku tahu bahwa terkadang aku berbicara keras-keras, dan ia
menjawab di dalam benakku.
Bahkan saat ia masih hidup, percakapan dengan Sheila selalu transparan. Jika
mengemukakan pendapatku mengenai apa pun, aku selalu tahu apa yang akan ia
katakan, dan tidak hanya apa yang ia pikirkan mengenai ini dan itu, tetapi kata
demi kata. Kami saling mengenal dengan sangat baik.
Aku percaya bahwa setiap orang memiliki pola bicara sendiri-sendiri dan mungkin
pemilihan kata-kata dan ungkapan yang kita ucapkan sehari-hari begitu khas,
seperti "Ini dia," "Hampir saja," "Begini saja," "Kau tahu maksudku," "Aku
selalu berpikiran begitu," "Apa kau tak bisa lihat betapa bodohnya hal itu" dan
sebagainya. Saat sedang bersama orang-orang lain, terkadang potongan-potongan
kalimat milik Sheila terasa masih melekat dalam benakku dan menjadikan dirinya
tetap dekat denganku. Terkadang, bila aku merasa terganggu oleh perkataan Sheila, aku menjawab dengan
lantang. Ini terjadi bahkan ketika aku tahu sejak awal bahwa ia akan mengatakan
sesuatu yang akan membuatku resah. Dalam hal ini, hidupku belum berubah banyak.
Mungkin terasa aneh bagi orang seusiaku, tetapi aku merindukan tubuhnya.
Sebagian besar elemen kehidupan kami nyaris tetap utuh, tidak hanya karena kami
masih bercakap-cakap, tetapi karena
ada begitu banyak memori di antara kami berdua. Sheila menduduki posisi sentral
dalam segala memori itu, tentu saja. Terkadang bahkan aku rindu dirinya
memintaku mengocok kartu untuknya.
Sheila selalu bermain solitaire, dan ketika ia masih muda, itulah salah satu hal
kecil yang membuatku begitu jatuh cinta kepadanya. Pada tahun-tahun berikutnya,
kadang-kadang aku membenci kebiasaannya menghabiskan waktu berjam-jam di depan
perapian pada malam hari untuk bermain solitaire. Aku ingat pernah mengatakan
kepadanya sekali waktu bahwa permainan solitaire dapat dianggap sebagai hiburan
yang tak berotak. Perkataan itu sangat menyakiti dirinya. Terkadang aku bahkan
menjadi kesal jika memergokinya mempermainkan kartu-kartu itu dengan jemarinya
agar permainannya berjalan lancar. Namun, sekarang sekarang setelah ia pergi aku
begitu merindukannya karena hal-hal yang pernah kubenci itu. Jadi, segala
sesuatu telah mencapai satu putaran penuh, dan itu bukanlah sebuah perputaran
yang tidak menyenangkan. Lebih mudah mencintai seseorang yang selalu berada di
luar jangkauan kita dibandingkan seseorang yang darinya kita tidak dapat
melarikan diri. Beberapa kali seorang tetanggaku menuduhku berbicara sendiri. Ia memang mudah
terkelabui. Sejauh ini aku lega ia tidak pernah mendengar apa yang dikatakan
Sheila. Tetapi, suatu hari aku akan tidak mampu lagi menyimpan ucapan-ucapan
Sheila hanya untuk diriku. Aku tahu aku semakin tua. Mungkin sekarang ini masih
sangat terlalu dini, tetapi aku sudah mulai mengalami apa yang mungkin dapat
kusebut sebagai kelepasan bicara. Ini mungkin akan semakin parah.
Selama suara-suara ini hanya muncul di dalam kepalaku, aku tidak perlu malu. Aku
tidak pernah merasa bersalah tentang Sheila hanya karena aku masih terus
bercakap-cakap dengannya. Hal itu hanya akan membuat segalanya berjalan keliru.
Dialah yang telah meninggalkan begitu banyak gaung sepeninggal dirinya. "Saatnya
minum teh, John. Apakah engkau akan segera datang?" "Kau tidak akan mengenakan
setelan itu, kan?" "Aku sudah menyuruhmu membawanya ke tukang cuci dua bulan
yang lalu." "Kupikir, sebaiknya kita mengundang Jeremy dan Margaret untuk makan
malam bersama. Sudah lama mereka tidak pernah berkunjung!"
Aku tidak akan berkomentar terlalu jauh mengenai deskripsi Frank tentang
konferensi tropis yang kudatangi dengan begitu tanpa malu. Pada umumnya, aku
berpendapat bahwa ia memberi gambaran yang memadai tentang jalannya percakapan


Maya Misteri Dunia Dan Cinta Karya Jostein Gaarder di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kami. Hanya ada satu hal penting dari rangkuman Frank yang mungkin pantas
kuperbaiki. Frank menuliskan bahwa Ana menyimpulkan konsepnya tentang realitas dalam tiga
komentar. Pertama-tama, Ana mengatakan: "Ada sebuah kenyataan lain di balik
kenyataan yang kita saksikan ini. Ketika saya mati, saya tidak akan mati. Anda
semua akan meyakini bahwa saya telah mati, tetapi
saya tidak mati. Tidak lama lagi kita akan bertemu kembali di sebuah tempat
lain." Kemudian wanita itu mengatakan: "Anda semua akan berpikir tengah ber ada
di sebuah pemakaman, tetapi kenyataannya Anda akan menyaksikan sebuah kelahiran
baru." Dan yang terakhir: "Ada sesuatu di balik semua ini. Di sini kita hanyalah
ruh yang melayang-layang dalam peralihan."
Ia memang mengucapkan sesuatu semacam itu, aku tidak menyangkal hal itu,
walaupun tentu saja tidak mungkin mengingat persis kalimat yang diucapkan lebih
dari setahun yang lalu. Keadaan memaksaku untuk menunjukkan bahwa Frank yang
baik itu agak terlalu berlebihan dalam menekankan bahwa Ana menggambarkan
pandangan dualismenya akan dunia ini dengan kehidupan, kematian, dan pemakamannya sendiri. Pada saat itu, wanita itu mengucapkan dalam kalimat yang jauh lebih
umum tentang kepercayaannya akan adanya kenyataan lain di balik kenyataan
sekarang ini dan adanya keberadaan setelah kehidupan kita saat ini. Aku ingat ia
menghubungkannya dengan sesuatu yang telah disinggung Laura dan diriku, karena
aku ingat pasti bahwa ia berkata: "Mungkin kita akan bertemu kembali di sebuah
tempat lain dan teringat bahwa ini hanyalah sebuah mimpi."
Jika saja aku tidak bertemu Frank di Madrid berbulan-bulan kemudian, surat untuk
Vera ini tidak akan perlu menjadi bahan perdebatanku. Tetapi, kalimat Ana yang
sesungguhnya jauh lebih penting daripada yang dapat kami berdua duga. Aku juga
yakin begitu pula dengan Frank bahwa Ana memang membandingkan sebuah pemakaman
dengan sebuah kelahiran. Selain dari itu, aku hanya dapat menekankan bahwa Jose
memang menitikkan air mata ketika Ana tengah berbicara, dan aku juga tidak
berpendapat bahwa itu karena ada debu di matanya. Setelahnya, aku bertanya-tanya
apakah munkin ada suatu hubungan antara air mata tersebut dan serangan yang
tiba-tiba dialami Ana satu setengah hari kemudian.
Frank benar saat mengatakan bahwa aku meninggalkan tempat itu tidak lama setelah
pasangan Spanyol itu memasuki pepohonan palem, dan karenanya aku tidak tahu
berapa lama Frank tinggal di sana. Walaupun demikian, aku memiliki alasan untuk
berpikir bahwa ia memang membiarkan dirinya tergoda oleh aura mistis Laura yang
alami; hal itu tampak nyata dari percakapannya pada malam hari dengan Gordon.
Bagiku, sepertinya di dalam hatinya ia berjuang untuk membebaskan diri dari
pandangannya terhadap dunia yang terlalu mekanistis. Oleh karenanya, pandangpandang yang menyejukkan hati yang ditawarkan seorang wanita muda dengan rambut
hitam terkepang dan matanya yang unik mungkin menjadi sebuah godaan yang
menyenangkan. Di dalam suratnya, Frank menceritakan bagaimana ia meninggalkan tempat itu pada
malam terakhir sebelum kepergiannya. Aku ingat pandanganku terus mengikuti Frank
dan Laura hingga mereka duduk di beranda. Dan supaya tidak ada kesalahpahaman,
mungkin harus kutegaskan bahwa aku sama sekali tidak tahu-menahu apa yang
kemudian terjadi pada malam itu, selain dari apa yang tertulis dengan jelas
dalam surat Frank untuk Vera.
Aku pulang ke London sehari setelah Frank, tetapi tidak seperti dirinya, aku
menempuh perjalanan ke barat melalui Sydney dan lalu Singapura dan Bangkok.
Penerbangan-penerbangan panjang itu memberiku kesempatan untuk pertama kalinya
menyusun semua yang kualami di Maravu dalam sebuah perspektif tersendiri.
Dan ada pula sebuah kejadian lain, setelah orang Norwegia itu pergi, ketika Ana
tiba-tiba jatuh pingsan. Kejadian itu berlangsung di tengah pepohonan palem di
depan kolam renang, tepat setelah aku menyampaikan salam Frank. Serangan itu
berlangsung selama beberapa menit, dan sekali lagi reaksi Jose dipenuhi
kepanikan. Ia mencubit lengan sang wanita, meneriakkan namanya beberapa kali,
dan berusaha menyandarkan si wanita ke salah satu batang pohon palem. Pada
batang pohon tersebut terdapat sebuah papan pengumuman yang dengan jelas
memperingatkan orang tentang bahaya buah-buah kelapa yang berjatuhan.
Aku menyampaikan kekhawatiran Frank terhadap Ana dan berkata bahwa Frank
memintaku untuk menyampaikan semoga Ana lekas sembuh. Aku juga mengatakan
beberapa kalimat mengenai betapa ia sangat menyukai seni lukis Spanyol dan bahwa
ia menyebut Prado sebagai salah satu koleksi seni lukis terbaik di dunia. Aku
mungkin juga telah menambahkan sebuah komentar singkat bahwa Goya adalah salah
satu favorit sang orang Norwegia di antara pelukis-pelukis Spanyol yang lain.
Tetapi, aku tidak mendapatkan reaksi yang kuharapkan, Jose malah menjadi kesal.
Ia berkata, "Oh, begitu. Tetapi, maukah Anda meninggalkan kami sendiri
Rajawali Sakti Dari Langit Selatan 13 Pengemis Binal 01 Pengkhianatan Dewa Maut Pedang Sinar Emas 16

Cari Blog Ini