Ceritasilat Novel Online

Orang Orang Sisilia 5

Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo Bagian 5


.Guiliano. Rumah itu terlalu dicurigai, akan diawasi dengan ketat. Dan ada
terlalu banyak kerabat yang tinggal di sana. Terlalu banyak orang yang akan
mengetahuinya. Lagi pula, hubungan Aspanu dengan keluarganya kurang baik. Ayah
kandungnya telah meninggal, dan sewaktu ibunya menikah lagi, Aspanu tidak pernah
memaafkannya. Hector Adonis menawarkan rumahnya tapi letaknya terlalu jauh, dan Guiliano tidak
ingin membahayakan bapak baptisnya. Karena kalau terowongan itu ditemukan,
pemilik rumah jelas akan ditangkap. Kerabat dan
283 teman-teman lainnya dipertimbangkan dan ditolak, dan akhirnya ibu Guiliano
berkata, "Hanya ada satu orang. Wanita ini tinggal seorang diri, hanya empat
rumah jauhnya dari kita. Suaminya tewas di tangan carabinieri, dia membenci
mereka. Dia teman terbaikku dan dia menyayangi Turi, dia menyaksikan Turi tumbuh
dari anak-anak menjadi pria dewasa. Bukankah dia yang mengirimi Turi makanan
sepanjang musim dingin yang dihabiskan anakku di pegunungan" Dia teman sejatiku
dan aku memercayainya sepenuhnya."
Ia diam sejenak sebelum melanjutkan, "La Venera."
Dan tentu saja sejak diskusi dimulai, mereka menantikan dirinya menyebutkan nama
itu. Sejak awal, La Venera merupakan satu-satunya pilihan logis dalam benak
mereka. Tapi mereka pria Sisilia dan tidak bisa mengajukan saran seperti itu.
Kalau La Venera setuju dan cerita ini terungkap, reputasinya akan hancur selamalamanya. Ia janda muda. Ia akan memberikan hak pribadi dan dirinya kepada
seorang pria muda. Siapa yang yakin ia tak akan kehilangan kendali" Tak ada
seorang pria pun di Sisilia bagian ini yang mau menikahi atau bahkan menghormati
wanita seperti itu.-Memang benar La Venera sedikitnya lima belas tahun lebih tua
daripada Turi Guiliano. Tapi ia belum lagi empat puluh. Dan meskipun wajahnya
tidak cantik, tapi cukup menarik, dan ada daya tarik tertentu dalam matanya.
Pokoknya, ia wanita dan Turi laki-laki, dan melalui terowongan itu mereka bisa
berduaan saja. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi mereka akan menjadi
sepasang kekasih, karena tidak ada orang Sisilia yang percaya seorang laki-laki
dan seorang wanita yang berduaan, tidak peduli seberapa besar perbedaan
284 usia mereka, bisa menahan diri. Jadi terowongan ke rumah La Venera, yang mungkin
suatu hari kelak menyelamatkan nyawa Turi Guiliano, juga bisa menandai dirinya
sebagai wanita bereputasi buruk.
Kecuali Turi Guiliano sendiri, mereka semua paham kepolosan seksual Guiliano
menimbulkan kekhawatiran. Itu tidak wajar bagi pria Sisilia. Ia hampir-hampir
kaku. Anak buahnya pergi ke Palermo untuk mengunjungi pelacur; hubungan asmara
Aspanu Pisciotta hampir-hampir merupakan skandal. Pimpinan banditnya, Terranova
dan Passatempo dikenal sebagai kekasih janda-janda miskin yang mereka beri
hadiah. Passatempo bahkan dikenal sebagai pria yang menggunakan bujuk rayu kasar
yang lebih mirip pemerkosa daripada pelamar, walaupun kini ia lebih berhati-hati
karena berada di bawah perintah Guiliano. Guiliano menetapkan hukuman mati bagi
anak buahnya yang memerkosa.
Karena semua alasan inilah mereka terpaksa menunggu ibu Guiliano mengajukan nama
temannya, dan mereka agak terkejut sewaktu Maria Lombardo melakukannya. Maria
Lombardo Guiliano orang yang religius, wanita kuno yang tidak ragu menyebut
gadis-gadis muda di kota sebagai pelacur kalau mereka berjalan-jalan di alunalun desa tanpa pengawal. Mereka tidak tahu apa yang diketahui Maria Lombardo.
Bahwa La Venera karena kesulitan persalinannya, kurangnya perawatan ?medis tidak lagi bisa hamil. Mereka tidak mungkin tahu Maria Lombardo telah
?memutuskan La Venera bisa menjadi penghiburan terbaik bagi putranya dengan cara
yang paling aman. Putranya pelanggar hukum dengan harga atas kepalanya dan bisa
begitu mudah dikhianati wanita. Ia masih muda dan rapuh
285 dan membutuhkan wanita adakah yang lebih baik daripada wanita lebih tua yang
?tidak bisa memiliki anak, dan yang tidak bisa menuntut pernikahan" Dan La Venera
memang tidak ingin menikahi bandit. Untuk itu ia sudah mendapat cukup
pengalaman. Suami yang ditembak mati di depan matanya. Pengaturan yang sempurna.
Hanya reputasi La Venera yang dipertaruhkan, jadi ia harus mengambil keputusan
sendiri. Kalau La Venera setuju, ia akan menanggungnya sendiri.
Sewaktu ibu Guiliano mengajukan permintaan itu beberapa hari kemudian, ia
terkejut La Venera menjawab ya dengan bangga dan sukacita. Sikap La Venera
menegaskan kecurigaan dirinya jatuh hati kepada Turi. Terserahlah, pikir Maria
Lombardo sambil memeluk La Venera dan menangis penuh syukur.
Terowongan cabang diselesaikan dalam waktu empat bulan; terowongan utama
membutuhkan waktu setahun. Secara teratur Guiliano menyelinap ke kota di malam
hari dan mengunjungi keluarganya dan tidur di ranjang hangat, sesudah menyantap
masakan panas ibunya selalu ada pesta. Baru menjelang musim semi Guiliano
mendapati clirinya perlu menggunakan terowongan cabang. Patroli carabinieri
menyusuri Via Belia dan melintas di dekatnya. Mereka bersenjata lengkap. Keempat
pengawal Guiliano yang bersembunyi di rumah-rumah di dekatnya telah siap
bertempur. Tapi mereka berlalu. Kendati begitu masih ada ketakutan bahwa dalam
perjalanan kembali, carabinieri memutuskan menyerbu rumah Guiliano. Jadi Turi
Guiliano turun ke terowongan melalui tingkap di kamar tidur orangtuanya.
Terowongan cabang disembunyikan di balik panel
kayu yang ditutupi tanah setebal sekitar tiga puluh sentimeter sehingga para
pekerja terowongan utama tidak mengetahui keberadaannya. Guiliano harus
menyingkirkan tanah dan mencabut lempengan kayunya Ia memerlukan waktu lima
belas menit lagi untuk merangkak melewati lorong sempit yang menuju bawah rumah
La Venera. Tingkap terowongan di sana berada di dapur dan tertutup tungku besi
besar. Guiliano mengetuknya sesuai sinyal yang disepakati dan menunggu. Ia
mengetuk lagi. Ia tidak pernah takut terhadap peluru, tapi ia takut kegelapan
ini. Akhirnya terdengar suara samar di atasnya dan tingkap - itu terangkat.
Tingkap itu tidak bisa terangkat sepenuhnya karena tungku di atasnya telah
mematahkan engselnya. Guiliano harus menerobos celah yang ada dan berguling
menelungkup di lantai dapur La Venera.
Kendati saat itu tengah malam, La Venera masih mengenakan gaun hitamnya yang
kebesaran, tanda dukacita kendati sang suami telah tiga tahun meninggal. Kakinya
telanjang. Ia tidak mengenakan kaus kaki, dan sewaktu Guiliano beranjak bangkit
dari lantai ia bisa melihat kulit kaki La Venera begitu putih, sangat kontras
dengan kulit wajahnya yang kecokelatan terbakar matahari dan rambut hitam pekat
kasar yang tebal dijalin. Untuk pertama kalinya Guiliano menyadari wajah La
Venera tidaklah selebar sebagian besar wanita lebih tua di kotanya, wajahnya
hampir segitiga, dan meskipun matanya cokelat tua, ada sedikit bintik hitam di
sana yang belum pernah dilihat Guiliano. La Venera memegang sekop penuh batu
bara menyala seakan siap melemparkannya ke dalam terowongan. Sekarang dengan
tenang ia mengembalikan batu bara itu ke tungku dan menutupnya. Ia tampak agak ketakutan.
Guiliano berusaha menenangkannya. "Hanya patroli yang berkeliaran. Sesudah
mereka kembali ke barak, aku akan pergi. Tapi jangan khawatir, ada teman-temanku
di jalan." Mereka menunggu. La Venera menyeduh kopi dan mereka bercakap-cakap. Ia menyadari
Guiliano tidak menunjukkan gerakan-gerakan gugup sebagaimana suaminya dulu. Turi
tidak mengintip ke luar jendela, tubuhnya tidak menegang mendengar suara tibatiba dari jalan. Turi tampak tenang sepenuhnya. La Venera tidak tahu Turi
melatih diri bersikap begitu karena ceritanya sendiri tentang suaminya dan
karena Turi tidak mau orangtuanya khawatir, terutama ibunya. Ia memancarkan
kepercayaan diri begitu besar sehingga tidak lama kemudian La Venera melupakan
bahaya yang menghadang Turi dan mereka bergosip tentang kejadian-kejadian kecil
di kota. La Venera menanyakan apakah Turi menerima makanan yang dikirimkannya sesekali ke
pegunungan. Turi mengucapkan terima kasih dan mengatakan betapa ia dan temantemannya sangat menggemari makanan kiriman La Venera seolah itu pemberian orang
Majus. Betapa anak buahnya memuji-muji masakannya. Turi tidak menceritakan
lelucon kasar yang dilontarkan beberapa rekannya, bila permainan cinta La Venera
menyamai masakannya berarti ia sungguh-sungguh wanita berharga. Sementara itu
Turi mengawasinya dengan tajam. La Venera tidak bersikap seramah biasanya ia
tidak menunjukkan perasaan sayang seperti yang selama ini ditunjukkannya di
depan umum. Turi berpikir-pikir
apakah ia telah menyinggung perasaannya. Sesudah bahaya berlalu dan tiba
waktunya pergi bagi Turi, mereka saling bersikap resmi.
Dua minggu kemudian Guiliano mengunjunginya lagi. Musim dingin hampir berakhir,
tapi pegunungan masih dilanda hujan badai dan altar-altar para orang suci yang
tergembok di sepanjang jalan meneteskan air hujan. Guiliano di dalam guanya
memimpikan masakan ibunya, mandi air panas, ranjang empuk di kamar masa
kecilnya. Dan bercampur dengan kerinduan itu, yang mengejutkannya, adalah
kenangan akan putihnya kulit kaki La Venera. Malam telah turun sewaktu ia
bersiul memanggil para pengawalnya dan menyusuri jalan ke Montelepre.
Keluarganya menyambut dengan sukacita. Ibunya mulai memasak makanan kesukaannya
dan sambil menunggu masakan matang, ia menyiapkan air panas untuk mandi. Ayah
Turi tengah menuangkan segelas anisette ketika salah satu mata-mata datang ke
rumah dan melapor bahwa patroli-patroli carabinieri mengepung kota dan
Maresciallo sendiri akan memimpin satu skuadron gerak cepat dari Barak Bellampo
untuk menyerbu rumah Guiliano.
Guiliano masuk ke terowongan melalui tingkap di lemari pakaian. Terowongan itu
berlumpur karena hujan dan tanah menempel di tubuhnya, dan mempersulit
perjalanannya. Sewaktu ia merangkak keluar, ke dapur La Venera, pakaiannya
tertutup lumpur, wajahnya hitam.
Sewaktu La Venera melihatnya, ia tertawa. Dan seingat Guiliano itu pertama
kalinya ia melihat La Venera tertawa. "Kau tampak seperti bangsa Moor,"
komentarnya. Dan sesaat Turi merasakan kekecewaan anak-anak, mungkin karena
bangsa Moor selalu menjadi penjahat dalam sandiwara boneka di Sisilia, dan
bukannya pahlawan yang tengah menghadapi bahaya, ia malah dipandang sebagai
penjahat. Atau mungkin karena tawa La Venera menyebabkan wanita itu terasa tidak
bisa dijangkau keinginan dalam dirinya. La Venera tahu entah dengan cara
bagaimana ia telah melukai perasaan Turi. "Akan kuisi bak mandi dan kau bisa
membersihkan diri," katanya. "Ada beberapa pakaian suamiku yang bisa kaupakai
sementara kubersihkan pakaianmu."
Ia menduga Turi akan menolak, bahwa Turi merasa terlalu gugup untuk mandi dalam
situasi begitu berbahaya. Suaminya dulu begitu tegang ketika mengunjungi dirinya
sehingga tak pernah menanggalkan pakaian, tak pernah meninggalkan pistol di luar
jangkauan tangannya. Tapi Guiliano tersenyum dan menanggalkan jaket tebal dan
pistolnya dan meletakkannya di atas kotak kayu tempat kayu bakar.
Butuk waktu untuk memanaskan berpanci-panci air dan mengisi bak mandi kaleng. La
Venera memberinya kopi sementara mereka menunggu. Ia mengamati Turi dengan
saksama. Turi setampan malaikat, pikirnya, tapi dirinya tidak tertipu. Suaminya
dulu sama tampannya dan juga membunuh orang. Dan peluru yang membunuhnya
menyebabkan tampang suaminya lumayan jelek, pikirnya sengsara; jatuh cinta pada
wajah bukanlah tindakan cerdas, apalagi di Sisilia. Dirinya dulu menangis, tapi
diam-diam lega luar biasa. Kematian suaminya sudah pasti, begitu ia menjadi
bandit, dan setiap hari La Venera menanti, berharap suaminya tewas di pegunungan
atau kota yang jauh. Tapi
suaminya ditembak di depan matanya. Dan sejak dirinya tidak mampu melarikan diri
dari perasaan malu, bukan karena suaminya bandit, tapi karena kematiannya sama
sekali tidak mengagumkan dan berani. Suaminya menyerah dan memohon ampun, dan
carabinieri membantainya di hadapannya. Syukurlah putrinya tidak menyaksikan
ayahnya dibantai. Itu anugerah kecil dari Kristus.
Ia tahu Turi Guiliano mengamatinya dengan ekspresi tertentu di wajahnya, yang
mengisyaratkan keinginan dalam diri semua pria. La Venera tahu benar. Anak buah
suaminya sering kali memancarkan ekspresi begitu. Tapi ia tahu Turi tidak akan
mencoba merayunya, karena perasaan hormat kepada ibunya, perasaan hormat atas
pengorbanan dirinya mengizinkan pembangunan terowongan itu.
La Venera meninggalkan dapur dan menuju ruang duduk kecil agar Turi bisa mandi
sendirian. Sesudah kepergiannya, Guiliano menanggalkan semua pakaian dan masuk
ke dalam bak mandi. Bertelanjang di dekat wanita menyebabkan ia terangsang. Ia
mandi dengan sangat hati-hati, lalu mengenakan pakaian suami La Venera. Celana
panjangnya agak kependekan dan kemejanya agak ketat di sekitar dada sehingga
Turi terpaksa membiarkan kancing teratas terbuka. Handuk yang dihangatkan La
Venera di dekat tungku hanya sedikit lebih baik daripada kain lap, tubuh Turi
masih lembap, dan untuk pertama kalinya ia menyadari betapa miskin La Venera dan
membulatkan tekad untuk memberinya uang melalui ibunya.
Ia berseru kepada La Venera, memberitahu dirinya telah berpakaian dan La Venera
kembali ke dapur. Wanita itu memandangnya dan berkata, "Tapi kau belum mencuci rambutmu, sepasukan
tokek bisa bersarang di sana." Kata-katanya kasar tapi dilontarkan begitu hangat
sehingga Turi tidak tersinggung. Seperti nenek tua La Venera mengelus rambut
Turi yang kusut, lalu meraih lengannya dan membimbingnya ke wastafel.
Guiliano merasakan kehangatan ketika tangan La Venera menyentuh kepalanya. Ia
bergegas menyurukkan kepala ke bawah keran dan La Venera menyiram rambutnya
dengan air dan mengeramasinya dengan sabun dapur kuning; ia tidak punya sabun
lain. Pada saat itu tubuh dan kakinya bersentuhan dengan tubuh Guiliano dan
Guiliano tiba-tiba merasakan dorongan kuat untuk menyentuh payudaranya,
menyentuh perut La Venera yang lembut
Usai mencuci rambut Guiliano, La Venera memaksanya duduk di salah satu kursi
enamel dapur yang kehitaman dan mengeringkan rambut Guiliano dengan handuk
cokelat kasar yang sudah lusuh. Rambut Guiliano begitu panjang sehingga menutupi
kerah kemejanya "Kau tampak seperti bangsawan bajingan Inggris dalam film-film," ujarnya. "Aku
harus memotong rambutmu, tapi tidak di dapur. Rambutmu akan beterbangan ke
panci-panciku dan merusak makan malammu. Ayo ke ruangan lain."
Guiliano geli melihat ketegasan La Venera. Ia bersikap layaknya seorang bibi
atau ibu yang menutupi kemunculan perasaan lain yang lebih lembut. Turi
menyadari seksualitas yang ada di balik sikap itu, tapi ia waspada. Di bidang
ini ia kurang berpengalaman
dan tidak ingin tampak bodoh. Rasanya seperti perang gerilya yang dilakukannya
di pegunungan; ia tidak akan maju sebelum kemungkinan menang ada di pihaknya.
Ini bukan wilayah yang telah dijelajahi. Tapi memimpin dan membunuh orang yang
dilakukannya tahun lalu menyebabkan ketakutan alamiah kekanak-kanakan-nya terasa
lucu, toh penolakan wanita tidak akan melumpuhkan egonya. Dan meskipun terkenal
tidak pernah berhubungan dengan wanita, ia pernah ke Palermo bersama temantemannya untuk mengunjungi pelacur. Tapi kejadiannya sebelum ia menjadi
pelanggar hukum dan mendapat penghormatan sebagai kepala bandit, dan tentu saja
pahlawan romantis tidak akan pernah berbuat begitu.
La Venera membimbingnya ke ruang duduk kecil yang dipenuhi perabotan, meja kecil
yang bagian atasnya terbuat dari kayu bepernis hitam. Di meja-meja ini terdapat
foto-foto almarhum suaminya dan anaknya, seorang diri atau bersama-sama.
Beberapa foto La Venera bersama keluarganya. Foto-foto itu berbingkai kayu oval
hitam, cetakannya agak kecokelatan. Guiliano terkejut melihat kecantikan La
Venera sewaktu muda, di hari-hari bahagianya, terutama sewaktu ia mengenakan
pakaian yang bagus dan bergaya. Ada foto resmi dirinya seorang diri, mengenakan
gaun merah tua, yang sangat memesona Guiliano. Dan sejenak ia teringat akan
suami La Venera dan berapa banyak kejahatan yang pasti telah dilakukannya untuk
memberikan gaun seindah itu kepada istrinya.
"Jangan memandangi potret-potret itu," tukas La Venera sambil tersenyum sedih.
"Itu saat aku mengira dunia bisa membahagiakan diriku." Guiliano menyadari
salah satu alasan La Venera mengajaknya ke ruangan ini adalah agar ia melihat
foto-foto itu. La Venera menendang bangku bulat kecil dari sudut ruangan dan Guiliano duduk di
atasnya. Dari kotak kulit, indah buatannya dan dijahit dengan emas, La Venera
mengeluarkan gunting, pisau cukur, dan sisir salah satu hasil kejahatan bandit?Candeleria yang dibawa pulang sebagai hadiah Natal. Lalu ia pergi ke kamar tidur
dan mengambil sehelai kain putih yang dibentangkan menutupi bahu Guiliano. Ia
juga membawa mangkuk kayu yang diletakkannya di meja di sampingnya. Jip melintas
di depan rumah. Ia berkata, "Apa sebaiknya kuambilkan pistolmu dari dapur" Kau lebih nyaman
kalau begitu?" Guiliano memandangnya tenang. Ia tampak benar-benar damai. Ia tidak ingin
membuat La Venera gugup. Mereka berdua tahu jip yang melintas tadi penuh
carabinieri dalam perjalanan menyerbu rumah Guiliano. Tapi Guiliano tahu dua
hal: Kalau carabinieri datang kemari dan mencoba melewati pintu berpalang,
Pisciotta dan anak buahnya akan membantai mereka semua dan sebelum meninggalkan
dapur ia telah menggeser tungkunya sehingga tidak seorang pun bisa membuka
tingkap terowongan. Ia menyentuh lembut lengan La Venera. "Tidak," katanya. "Aku tidak membutuhkan
pistolku kecuali kau merencanakan menggorok leherku dengan pisau cukur itu."
Mereka berdua tertawa. Lalu La Venera mulai memotong rambut Turi Guiliano. Ia melakukannya begitu hatihati dan lambat, meraih segenggam rambut untuk digunting, lalu meletakkan
potongan rambut itu ke mangkuk kayu. Guiliano duduk sangat tenang. Terpesona
oleh desir pelan gunting, ia menatap dinding-dinding kamar. Di dinding
tergantung potret-potret besar suami La' Venera, bandit hebat Candeleria. Tapi


Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hebat hanya di provinsi kecil Sisilia, pikir Guiliano, harga diri masa mudanya
bersaing dengan suami yang tewas itu.
Rutillo Candeleria dulu pria yang tampan. Ia memiliki kening lebar yang dikepung
rambut cokelat berombak yang dipotong cermat, dan Guiliano penasaran apakah
istrinya yang memotong rambutnya. Wajah Candeleria dihiasi kumis kavaleri yang
membuatnya tampak lebih tua, kendati baru berusia 35 tahun sewaktu carabinieri
menembaknya. Sekarang wajahnya menunduk dari potret oval itu, memandang hampir
ramah, memberkati. Hanya mata dan mulutnya yang menunjukkan kekejaman. Namun
wajahnya pada saat yang sama memancarkan kepasrahan, seakan-akan tahu nasibnya.
Seperti semua orang yang pernah menentang dunia dan mencabik harapan mereka dari
dunia itu melalui kekerasan dan pembunuhan, seperti orang-orang lainnya yang
menciptakan hukum sendiri dan mencoba mengendalikan masyarakat dengan hukum itu,
ia akhirnya harus mati mendadak.
Mangkuk kayunya terisi rambut cokelat mengilap, berjejalan bagai sarang burungburung kecil. Guiliano merasakan kaki La, Venera menekan punggungnya; panas
tubuhnya menerobos kain katun kasar gaunnya. Sewaktu La Venera pindah ke depan
untuk memotong rambut di sekitar dahinya, ia berdiri agak jauh dari kaki
Guiliano, tapi sewaktu harus membungkuk, payudaranya hampir menyapu bibir
Guiliano dan aroma bersih tubuhnya menyebabkan wajah Guiliano panas seakan-akan ia tengah berdiri
di depan api. Potret-potret di dinding berubah kabur.
La Venera memutar pinggulnya yang bulat untuk meletakkan potongan rambut lain di
mangkuk kayu. Sejenak pahanya menempel pada lengan Guiliano dan Guiliano bisa
merasakan kulitnya yang sehalus sutra dari balik gaun hitamnya yang tebal.
Guiliano menegangkan tubuh hingga sekeras batu. La Venera menyandar semakin
keras. Untuk menahan diri tidak mengangkat rok La Venera dan mencengkeram
pahanya, Guiliano bergurau, "Apa kita ini Samson dan Delilah?"
La Venera tiba-tiba melangkah menjauh. Dan Guiliano terkejut melihat air mata
mengalir di wajahnya Tanpa berpikir ia menyentuh tubuh La Venera dan menariknya
mendekat Perlahan-lahan La Venera mengulurkan tangan dan meletakkan gunting
peraknya di atas tumpukan rambut cokelat yang memenuhi mangkuk kayu.
Kemudian kedua tangan Guiliano telah berada di balik gaun hitam berkabungnya dan
mencengkeram pahanya yang hangat La Venera membungkuk dan menutupi mulut
Guiliano dengan mulutnya sendiri seakan-akan hendak menelannya. Kelembutan awal
mereka merupakan bunga api kedua yang meraung menjadi nafsu hewani yang dipicu
kejandaan La Venera selama tiga tahun, kebangkitan Guiliano dari nafsu pemuda
yang tidak pernah merasakan cinta wanita kecuali dari para pelacur yang dibayar.
Sesaat Guiliano kehilangan seluruh perasaan tentang dirinya dan dunianya. Tubuh
La Venera begitu meng - gairahkan, dan terasa panas hingga menembus tulang belulangnya. Payudara La
Venera lebih penuh daripada yang pernah dibayangkan; gaun hitam kejandaannya
menyamarkan dan melindunginya dengan baik. Saat melihat kedua bulatan itu,
Guiliano merasakan darah menderu di kepalanya. Lalu keduanya berguling di
lantai, bercinta, dan menanggalkan pakaian mereka pada saat bersamaan. La Venera
terus-menerus berbisik, "Turi, Turi," dengan suara nelangsa, tapi Guiliano diam
saja. Ia tenggelam dalam aroma, panas, dan tubuh La Venera. Sesudahnya, La
Venera mengajaknya ke kamar* tidur dan mereka kembali bercinta. Guiliano tak
bisa memercayai kenikmatan yang ditemukannya pada tubuh La Venera, bahkan merasa
jengkel atas kepasrahannya sendiri dan hanya terhibur karena La Venera lebih
pasrah lagi. Sewaktu Guiliano tidur La Venera lama menatap wajahnya. Ia mengingat-ingamya
karena takut tidak akan pernah melihat Guiliano dalam keadaan hidup lagi. Karena
ia teringat malam terakhir dirinya tidur dengan suaminya sebelum sang suami
tewas, sewaktu ia memunggunginya setelah bercinta lalu tidur, dan sejak -itu
tidak pernah bisa mengingat topeng manis yang memancar di setiap wajah kekasih.
Ia memunggungi suaminya karena tidak tahan pada kegugupan dan ketakutan suaminya
saat berada di rumah, kengeriannya dijebak sehingga suaminya itu tidak pernah
benar-benar tidur, bagaimana suaminya terkejut kalau dirinya turun dari tempat
tidur untuk memasak atau melakukan tugas-tugas rumah tangga. La Venera kini
bertanya-tanya akan ketenangan Guiliano; ia mencintai Guiliano karenanya. Ia
mencintai Guiliano karena,
tidak seperti suaminya, Guiliano tidak membawa pistol ke ranjang, Guiliano tidak
menyela percintaan mereka untuk mendengarkan suara-suara musuh yang mungkin
mengintai, Guiliano tidak merokok atau minum atau menceritakan ketakutanketakutannya. Guiliano lembut dalam berbicara, tapi menikmati kesenangannya
tanpa takut dan dengan gairah terfokus. La Venera beranjak bangkit tanpa suara
dari ranjang dan Guiliano tetap tidak terjaga. Ia menunggu sebentar dan keluar
ke dapur untuk memasakkan hidangan terbaik bagi Guiliano.
Sewaktu Guiliano meninggalkan rumah La Venera di pagi hari, ia melalui pintu
depan, melangkah keluar sembarangan tapi senjata tersembunyi di balik jaketnya.
Ia mengatakan pada La Venera bahwa ia tidak akan mampir untuk berpamitan kepada
ibunya dan meminta La Venera melakukannya, memberitahu ibunya bahwa dirinya
baik-baik saja. La Venera ketakutan melihat keberaniannya, ia tidak tahu
Guiliano memiliki sepasukan kecil anak buah di kota, tidak menyadari Guiliano
membiarkan pintu terbuka selama beberapa menit sebelum melangkah keluar sehingga
Pisciotta tahu niatnya dan menyingkirkan carabinieri mana pun yang kebetulan
lewat La Venera menciumnya malu-malu sebagai salam perpisahan, yang menyebabkan
Guiliano tergerak, lalu wanita itu berbisik, "Kapan kau datang kemari lagi?"
"Setiap kali mengunjungi ibuku, aku akan ke tempatmu sesudahnya," jawab
Guiliano. "Di pegunungan aku memimpikan dirimu setiap malam." Dan dengan katakata itu La Venera merasakan arus sukacita yang menyebabkan ia bahagia.
Ia menunggu hingga tengah hari sebelum menyusuri jalan ke rumah ibu Guiliano.
Maria Lombardo hanya perlu melihat wajahnya dan tahu apa yang terjadi. La Venera
tampak sepuluh tahun lebih muda. Di mata cokelat tuanya terdapat bintik-bintik
hitam menari-nari, pipinya kemerahan, dan untuk pertama kalinya selama hampir
empat tahun ia mengenakan gaun yang bukan hitam. Ia mengenakan gaun berenda
beludru yang dikenakan gadis yang hendak menjumpai ibu kekasihnya. Maria
Lombardo bersyukur terhadap temannya, atas kesetiaan dan keberaniannya, dan juga
kepuasan tertentu karena rencananya berjalan begitu baik. Pengaturan ini bagus
sekali bagi putranya, wanita yang tidak akan pernah menjadi pengkhianat, wanita
yang tidak bisa mengklaim dirinya secara permanen. Sekalipun Maria Lombardo
sangat mencintai putranya, ia tidak cemburu. Kecuali ketika La Venera
menceritakan bagaimana ia memasak hidangan terbaiknya, pai isi daging kelinci
dan potongan-potongan keju keras yang ditaburi merica, dan betapa Turi menyantap
habis jatah lima orang dan bersumpah belum pernah menyantap hidangan selezat itu
seumur hidupnya. Bab 15 BAHKAN di Sisilia, tanah tempat orang-orang saling bunuh dengan antusiasme sama
hebatnya seperti antusiasme orang Spanyol membantai banteng, kesintingan maut
penduduk Corleone memicu ketakutan umum. Keluarga-keluarga yang bersaing saling
menghabisi dalam pertengkaran yang disebabkan sebatang pohon zaitun, tetangga
bisa saling bunuh hanya karena jumlah air yang diambil dari sungai umum, orang
bisa tewas karena cinta yakni jika ia menatap dengan sangat tidak hormat istri ?atau anak perempuan seseorang. Bahkan Friends of the. Friends yang paling tenang
pun pasrah terhadap kesintingan ini dan cabang-cabang mereka yang berbeda
berperang sampai mati di Corleone hingga akhirnya Don Croce mendamaikan mereka.
Di kota seperti itulah, Stefan Andolini mendapat julukan Fra Diavalo, Saudara
Iblis. Don Croce memanggilnya dari Corleone dan memberinya instruksi Ia harus bergabung
dengan kelompok Guiliano dan mendapatkan kepercayaan mereka. Ia harus tinggal
bersama mereka sampai Don Croce memberikan perintah berikutnya. Sementara itu ia
harus mengirimkan informasi mengenai kekuatan Guiliano
yang sebenarnya, tentang kesetiaan Passatempo dan Terranova. Karena kesetiaan
Pisciotta tidak diragukan lagi, yang tersisa hanyalah mengevaluasi kelemahan
pemuda itu. Dan kalau ada kesempatan, Andolini harus membunuh Guiliano.
Andolini tidak takut terhadap Guiliano yang agung. Selain itu, karena rambutnya
merah, dan rambut merah termasuk langka di Italia, Stefan Andolini diam-diam
percaya dirinya telah dibebaskan dari keharusan berbuat baik. Seperti halnya
penjudi memercayai sistemnya tidak akan pernah kalah, Stefan Andolini percaya
dirinya begitu cerdik sehingga tidak pernah bisa dikalahkan.
Ia mengajak dua orang picriotti, atau pembunuh magang, menemaninya. Ini sebutan
bagi mereka yang belum diterima di Mafia tapi berharap mendapatkan kehormatan
tersebut. Mereka pergi ke pegunungan tempat Guiliano berkeliaran, membawa ransel
dan lupara. Dan jelas, mereka pun bertemu patroli yang dipimpin Pisciotta.
Pisciotta mendengarkan cerita Stefan Andolini dengan wajah tanpa ekspresi.
Andolini mengaku dicari carabinieri dan Polisi Keamanan atas pembunuhan terhadap
agitator Sosialis di Corleone. Kisahnya ada benarnya. Yang tidak dikatakan
Andolini adalah polisi dan carabinieri tidak memiliki bukti dan mencari dirinya
sekadar untuk ditanyai.. Interogasinya akan berlangsung ramah dan tidak
melelahkan berkat pengaruh Don Croce. Andolini juga mengatakan kedua picriotti
yang menemaninya adalah orang-orang yang dicari polisi sebagai ko-konspirator
dalam pembunuhan itu. Ini juga benar. Tapi sementara ia bercerita, Stefan
Andolini merasa semakin tidak nyaman. Pisciotta mendengarkan
dengan ekspresi orang yang bertemu kenalannya atau orang yang sudah sering
didengarnya. Andolini mengatakan ia datang ke pegunungan berharap bisa bergabung dengan
kelompok Guiliano. Lalu ia memainkan kartu asnya. Ia telah mendapat persetujuan
dari ayah Guiliano sendiri. Ia, Stefan Andolini, adalah sepupu Don Vito Corleone
yang agung di Amerika. Pisciotta mengangguk. Andolini melanjutkan. Don Vito
Corieone dilahirkan sebagai seorang Andolini di desa Corleone. Setelah ayahnya
tewas terbunuh, dan dirinya diburu sewaktu masih kanak-kanak, Don Vito Corleone
berhasil, melarikan diri ke Amerika, di sana ia menjadi Godfather yang hebat
Sewaktu kembali ke Sisilia untuk membalas dendam kepada para pembunuh ayahnya,
Stefan Andolini merupakan salah satu picriotti Don Corleone. Setelah kejadian
itu ia pernah mengunjungi Don di Amerika untuk menerima upahnya. Di sana ia
bertemu ayah Guiliano yang bekerja sebagai tukang batu di rumah mewah Don yang
baru di Long Island. Mereka bersahabat, dan Andolini, sebelum pergi ke
pegunungan, singgah di Montelepre untuk mendapatkan persetujuan Salvatore
Guiliano Senior. Ekspresi Pisciotta berubah sangat serius selagi mendengarkan kisah ini. Ia tidak
memercayai orang ini, rambut merahnya, wajah pembunuhnya. Dan Pisciotta tidak
menyukai air muka kedua picriotti yang datang bersama si Malpek itu, begitulah
ia menyebut si rambut merah dalam gaya Sisilia.
Pisciotta berkata, "Akan kubawa kau menemui Guiliano, tapi biarkan lupara tetap
di bahu sampai dia berbicara denganmu. Jangan menurunkannya tanpa izin."
Stefan Andolini tersenyum lebar dan berkata sangat gembira, "Tapi aku
mengenalmu, Aspanu. Aku percaya padamu. Ambillah lupara dari bahuku dan anak
buahmu bisa mengambil lupara para picciotti-ku ini. Sesudah kita berbicara
dengan Guiliano aku yakin dia akan mengembalikan senapan kami."
Pisciotta berkata, "Kami bukan hewan beban untuk membawakan senjata kalian. Bawa
saja sendiri." Dan ia memimpin jalan melintasi pegunungan menuju tempat
persembunyian Guiliano di tepi tebing yang menghadap ke Montelepre.
Lebih dari lima puluh anggota kelompok bertebaran di sekitar tebing,
membersihkan senjata dan memperbaiki peralatan. Guiliano duduk di meja,
mengawasi melalui teropongnya.
Pisciotta berbicara pada Guiliano sebelum membawa calon anggota baru itu
menghadap. Ia menceritakan situasinya dan akhirnya berkata, "Turi, menurutku dia
agak berjamur" "Berjamur" merupakan idiom orang Sisilia untuk mata-mata.
"Dan menurutmu kau pernah melihatnya?" tanya Guiliano.
"Atau mendengar tentangnya," sahut Pisciotta. "Entah bagaimana aku merasa
mengenalnya, tapi rambut merah jarang ada. Seharusnya aku ingat."
Guiliano berkata pelan, "Kau mendengar tentangnya dari La Venera. Dia menyebut
pria itu Malpelo dia tidak tahu namanya Andolini. La Venera juga ?menceritakannya padaku. Orang ini bergabung dengan kelompok suaminya. Sebulan
kemudian suaminya disergap dan dibunuh carabinieri. La Venera juga tidak
memercayainya. Dia penuh tipuan, katanya."
Silvestro mendekati mereka. "Jangan memercayai si rambut merah. Aku pernah
melihatnya di markas besar Palermo untuk kunjungan pribadi pada Komandan
Carabinieri." Guiliano berkata, "Pergilah ke Montelepre dan jemput ayahku kemari. Sementara
itu awasi mereka." Pisciotta mengirim Terranova menjemput ayah Guiliano dan ia sendiri menemui
ketiga orang itu, yang duduk di tanah. Ia membungkuk dan meraih senjata Stefan
Andolini. Anggota kelompok lainnya mengepung ketiganya bagaikan serigalaserigala mengelilingi mangsa yang telah jatuh. "Kau tidak keberatan kalau
kubantu membawakan senjatamu sekarang?" tanya Pisciotta sambil tersenyum. Stefan
Andolini terkejut sejenak, wajahnya mengerut menyeringai. Lalu ia mengangkat
bahu. Pisciotta melemparkan lupara itu ke salah satu anak buahnya.
Ia menunggu beberapa saat, memastikan anak buahnya siap. Lalu ia membungkuk
mengambil lupara kedua picciotti Andolini. Salah satu di antaranya, lebih karena
takut daripada niat jahat, mendorong Pisciotta menjauh dan memegang senapan
taburnya. Detik berikutnya, secepat ular menjulurkan dan menarik kembali
lidahnya, sebilah pisau muncul di tangan Pisciotta. Tubuhnya melesat maju dan
pisau itu menggorok leher si picdotto. Darah merah segar menyembur ke udara
pegunungan yang bersih dan picdotto itu merosot ke samping. Pisciotta
menahannya, membungkuk, dan satu tusukan cepat lagi menyelesaikannya. Lalu,
dengan serangkaian tendangan cepat, ia menggulirkan mayat itu ke sungai kering
Anak buah Guiliano lainnya berlompatan bangkit
304 dan mengarahkan senjatanya. Andolini, duduk di tanah, mengangkat tangan ke udara
dan memandang sekitarnya dengan bingung. Tapi picciotta yang satu lagi menerjang
ke arah senjatanya dan mencoba mengayunkannya. Passatempo, yang berdiri di
belakangnya dan menyeringai gembira, menghabiskan peluru pistolnya ke kepala
orang itu. Tembakannya menggema ke seluruh pegunungan. Mereka semua membeku,
Andolini memucat dan gemetar ketakutan, Passatempo masih menggenggam pistolnya.
Lalu suara Guiliano dari tepi tebing berkata pelan, "Singkirkan mayat-mayatnya
dan ikat Malpelo itu ke pohon sampai ayahku tiba."
Mayat-mayat itu dibungkus jaring bambu dan dibawa ke jurang yang dalam. Mereka
melemparkan batu-batu sesudah mayat-mayat itu agar baunya tidak membubung,
menurut kepercayaan kuno. Ini tugas Passatempo, yang merampok mayat-mayat itu
sebelum membuangnya. Guiliano harus berjuang terus-menerus mengatasi perasaan
jijik terhadap Passatempo. Tidak ada rasionalisasi sebesar apa pun yang bisa
mengubah hewan itu menjadi kesatria.
Senja telah turun, hampir tujuh jam kemudian, sewaktu ayah Guiliano akhirnya
tiba di kamp. Stefan Andolini dibebaskan dari pohon dan dibawa ke gua yang
diterangi lampu minyak tanah. Ayah Guiliano marah begitu melihat kondisi
Andolini. "Tapi orang ini temanku," katanya kepada putranya. "Kami berdua pernah bekerja
untuk Godfather di Amerika. Kuberitahukan padanya dia bisa bergabung dengan
kelompokmu, dan dia akan diperlakukan dengan baik"
Ia berjabatan dengan Andolini dan berkata, "Aku
minta maaf. Putraku pasti salah mengerti atau mendengar gosip tentang dirimu."
Ia diam sejenak, perasaannya tidak enak. Ia tertekan melihat teman lamanya
begitu ketakutan. Karena Andolini hampir-hampir tidak bisa berdiri.
Andolini yakin dirinya akan dibunuh. Bahwa semua ini hanya pura-pura. Bagian
belakang lehernya sakit karena otot-otomya menegang, mengantisipasi kedatangan
peluru. Ia hampir-hampir menangis karena begitu nekat telah meremehkan Guiliano.
Pembunuhan cepat atas kedua picciotti-nya menyebabkan ia terguncang.
Signor Guiliano merasa temannya terancam oleh putranya. Ia berkata, "Turi,
seberapa sering aku memintamu, melakukan sesuatu untukku" Kalau ada keberatanmu
terhadap orang ini, maafkan dan lepaskan dia. Dia baik padaku di Amerika dan dia
menguimimu hadiah sewaktu kau dibaptis. Aku memercayainya dan memegang erat-erat
persahabatannya." Guiliano berkata, "Sekarang sesudah kau mengidentifikasi dirinya, dia akan
diperlakukan sebagai tamu terhormat Kalau dia ingin tinggal sebagai anggota
kelompokku, dia diterima."
Ayah Guiliano diantar kembali ke Montelepre dengan kuda agar bisa tidur di
ranjangnya sendiri. Dan sesudah kepergiannya Guiliano berbicara dengan Stefan
Andolini seorang diri. "Aku tahu tentang dirimu dan Candeleria," katanya. "Kau mata-mata Don Croce
sewaktu bergabung dengan kelompok Candeleria. Sebulan kemudian Candeleria tewas.
Jandanya masih ingat dirimu. Dari apa yang diceritakannya kepadaku, tidak sulit
bagiku memperkirakan apa yang terjadi. Kita orang Sisilia
306 pandai memecahkan teka-teki pengkhianatan. Kelompok-kelompok pelanggar hukum
mulai menghilang Pihak berwenang harus sangat pintar. Aku duduk di pegununganku
dan berpikir sepanjang hari. Aku memikirkan pihak berwenang di Palermo mereka ?tidak pernah sepintar itu sebelumnya. Lalu aku tahu Menteri Kehakiman di Roma
dan Don Croce bersahabat erat. Dan kita tahu, kau dan aku, Don Croce cukup
pandai melihat kepentingan mereka berdua. Jadi Don Croce-lah yang membersihkan
bandit-bandit ini untuk Roma. Dan kupikir tak lama lagi giliranku akan tiba
untuk mendapat kunjungan mata-mata Don Croce. Dan aku menunggu dan menunggu dan


Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penasaran kenapa Don memerlukan waktu begitu lama. Karena, dengan segala
kerendahan hati, akulah hadiah terbesar di antara semuanya. Dan hari ini aku
melihat kalian bertiga melalui teropongku. Dan kupikir,Ha, si Malpelo lagi. Aku
senang bisa menemuinya.Tapi tetap saja aku harus membunuhmu. Aku tidak ingin
menyebabkan ayahku tertekan, jadi mayatmu akan menghilang."
Stefan Andolini kehilangan rasa takutnya sejenak karena murka. "Kau menipu
ayahmu sendiri?" teriaknya. "Kau mengaku putra orang Sisilia?" Ia meludah ke
tanah. "Kalau begitu bunuhlah aku dan pergilah ke neraka."
Pisciotta, Terranova, dan Passatempo juga tertegun. Tapi mereka telah tertegun
berulang-ulang di masa lalu. Guiliano yang begitu terhormat yang membanggakan
diri selalu menepati janji, yang selalu membicarakan keadilan bagi semua orang,
bisa tiba-tiba berubah dan mengambil tindakan yang di mata mereka begitu jahat.
Bukannya mereka keberatan ia
membunuh Andolini ia bisa membunuh seratus Andolini, seribu malah. Tapi ia
?melanggar janjinya kepada ayahnya dan menipu ayahnya, rasanya tidak bisa
dimaafkan. Hanya Kopral Silvestro yang mengerti dan berkata, "Dia tidak boleh
membahayakan keselamatan kita semua hanya karena ayahnya berhati lembut."
Guiliano berkata pelan kepada Andolini, "Berdamailah dengan Tuhan." Ia
memberikan isyarat kepada Passatempo. "Kau punya waktu lima menit."
Rambut merah Andolini seolah berdiri tegak di seluruh kepalanya. Ia berkata
panik, "Sebelum kau membunuhku, berbicaralah dengan Kepala Biara Manfredi."
Guiliano tertegun menatapnya dan pria berambut merah itu berbicara tergesa-gesa.
"Kau pernah mengatakan kepada Kepala Biara kau berutang budi padanya. Bahwa dia
bisa meminta apa saja kepadamu." Guiliano ingat dengan baik janjinya itu. Dari
mana orang ini mengetahuinya"
Andolini melanjutkan, "Ayo kita temui dia dan dia akan memohonkan ampun bagiku."
Pisciotta berkata jijik, "Turi, butuh waktu satu hari lagi untuk mengirim kurir
dan mendapat jawaban dari Kepala Biara. Apa Kepala Biara lebih berpengaruh
bagimu daripada ayahmu sendiri?"
Guiliano kembali menyebabkan mereka tertegun. "Ikat tangannya dan ikat kakinya
dengan beban agar dia bisa berjalan tapi tidak bisa lari. Siapkan sepuluh
pengawal. Akan kubawa dia ke biara, dan kalau Kepala Biara tidak memohonkan
ampun baginya, dia bisa melakukan pengakuan dosa terakhirnya. Akan kuekse-kusi
dia dan kuberikan mayatnya kepada para biarawan untuk dimakamkan."
Guiliano dan kelompoknya tiba di gerbang biara saat matahari terbit dan para
biarawan tengah dalam perjalanan untuk bekerja di ladang. Turi Guiliano
mengawasi mereka sambil tersenyum. Bukankah baru dua tahun lalu ia pergi ke
ladang bersama biarawan-biarawan ini, mengenakan jubah cokelat dan topi fedora
Amerika lusuh di kepalanya" Ia teringat betapa kegiatan ini membuatnya gembira.
Siapa yang pada saat itu memimpikan masa depan begini buas" Nostalgia tentang
masa damai bekerja di ladang itu melintas.
Kepala Biara sendiri keluar ke gerbang untuk menyapa mereka. Sosok jangkung
berjubah hitam itu ragu-ragu sewaktu sang tawanan melangkah maju, lalu
membentangkan lengannya. Stefan Andolini menghambur ke dalam pelukan pria tua
itu, mencium kedua pipinya dan berkata, "Bapa, orang-orang ini akan membunuhku,
hanya kau yang bisa menyelamatkan diriku."
Kepala Biara mengangguk. Ia mengulurkan tangan ke arah Guiliano, yang melangkah
maju untuk memeluknya. Guiliano sekarang memahami segalanya. Aksen yang* aneh
pada kata "Bapa" bukanlah cara seseorang memanggil pendetanya, melainkan cara
putra memanggil orangtuanya.
Kepala Biara berkata, "Kumohon kau mengampuni orang ini, sebagai pembalasan
utang budi padaku." Guiliano menanggalkan tali yang mengikat tangan dan kaki Andolini. "Dia
milikmu," kata Turi Guiliano
Andolini merosot ke tanah; ketakutan yang menyembur keluar dari tubuhnya
menyebabkan ia lemas. Kepala Biara mendukungnya dengan sosoknya sendiri yang
rapuh. Ia berkata kepada Guiliano, "Masuklah ke ruang makanku. Anak buahmu akan
kuberi makan dan kita bertiga bisa membicarakan apa yang harus kita lakukan."
Ia berpaling kepada Andolini dan berkata, "Putraku yang baik, kau masih belum
lolos dari bahaya. Apa pendapat Don Croce kalau tahu semua ini" Kita harus
mendiskusikannya atau kau akan salah jalan."
Kepala Biara mempunyai ruang kecilnya sendiri dan ketiganya duduk nyaman. Keju
dan roti disajikan bagi kedua pria yang lebih muda ini.
Kepala Biara berpaling dan tersenyum sedih kepada Guiliano. "Salah satu dari
sekian banyak dosaku. Aku menjadi ayah bagi orang ini sewaktu masih muda. Ah,
tidak ada yang mengetahui godaan-godaan yang dialami pastor di Sisilia. Aku
tidak menolaknya. Skandal itu ditutupi dan ibunya menikah dengan seorang
Andolini. Sejumlah besar uang diberikan dan aku bisa mendapat kenaikan jabatan
di Gereja. Tapi ironi surga tidak bisa diperkirakan manusia. Putraku tumbuh
dewasa menjadi pembunuh. Dan itu salib yang harus kutanggung sekalipun ada
begitu banyak dosaku sendiri yang harus ku-pikul."
Nada Kepala Biara berubah sewaktu ia berpaling kepada Andolini. Ia berkata,
"Dengarkan baik-baik, anakku. Untuk kedua kalinya kau berutang nyawa padaku.
Pahamilah kepada siapa kesetiaanmu yang pertama. Sekarang kepada Guiliano.
"Kau tidak bisa kembali kepada Don. Dia akan
bertanya-tanya, Kenapa Turi membiarkan dirimu tetap hidup dan menghabisi kedua
rekanmu" Dia akan mencurigai adanya pengkhianatan dan itu berarti kematianmu.
Yang harus kaulakukan adalah mengabai semuanya kepada Don dan meminta tetap
bergabung dengan kelompok Guiliano. Kau akan memberinya informasi dan berfungsi
sebagai penghubung antara Friends of the Friends dan pasukan Guiliano. Aku
sendiri akan menemui Don dan memberitahukan keuntungan pengaturan ini. Akan
kukatakan juga kepadanya kau akan tetap setia kepada Guiliano, tapi bukan
berarti merugikan Don Croce. Dia mungkin mengira kau akan mengkhianati orang
yang sudah membiarkan dirimu tetap hidup ini. Tapi asal kau tahu, kalau kau
tidak setia kepada Guiliano, aku akan mengetukmu selama-lamanya. Kau akan
menanggung kutukan ayahmu sampai mati."
Ia kembali berpaling kepada Guiliano. "Jadi sekarang aku meminta bantuan kedua
padamu, Turi Guiliano yang baik. Terimalah putraku dalam kelompokmu. Dia akan
berjuang untukmu dan aku bersumpah dia akan setia kepadamu."
Guiliano memikirkannya hati-hati. Ia yakin seiring perjalanan waktu dapat ? ?memenangkan hati Andolini, dan ia tahu pengabdian orang ini kepada ayahnya, si
Kepala Biara. Oleh karena itu kemungkinan ia berkhianat sangat kecil dan bisa
diawasi. Stefan Andolini akan menjadi kepala operasi kelompoknya, bahkan lebih
berharga lagi sebagai sumber informasi mengenai kekaisaran Don Croce.
Guiliano bertanya, "Apa yang akan kaukatakan kepada Don Croce?"
Kepala Biara diam sejenak. "Aku akan berbicara kepada Don. Aku memiliki pengaruh
terhadapnya. Lalu kita lihat saja. Sekarang, bersediakah kau menerima putraku
dalam kelompokmu?" "Ya, aku bersumpah padamu," kata Guiliano. "Tapi kalau dia mengkhianatiku, doadoamu tidak akan cukup cepat menangkap jiwanya dalam perjalanannya ke neraka."
Stefan Andolini telah menjalani kehidupan di dunia di mana hanya ada sedikit
kepercayaan, mungkin itulah alasan kenapa wajahnya selama bertahun-tahun ini
membentuk semacam topeng pembunuh. Ia paham dalam tahun-tahun mendatang ia akan
berakrobat bagaikan artis trapeze, harus terus menjaga keseimbangan di atas tali
kematian. Tidak ada pilihan aman. Ia senang semangat pengampunan yang memancar
dari diri Guiliano menyelamatkan dirinya. Tapi ia tidak berharap banyak. Turi
Guiliano satu-satunya orang yang pernah menyebabkan ia ketakutan.
Sejak hari itu Stefan Andolini menjadi anggota kelompok Guiliano. Dan selama
bertahun-tahun kemudian ia begitu terkenal akan kebuasan dan kesalehannya
sehingga julukannya, Fra Diavalo, termasyhur di seluruh Sisilia. Kesalehannya
berasal dari fakta bahwa setiap hari Minggu ia menghadiri Misa. Ia biasanya
pergi ke Villaba, tempat Pater Benjamino menjadi pastor. Dan dalam ruang
pengakuan dosa ia mengungkapkan berbagai rahasia kelompok Guiliano kepada
pendengar pengakuan dosanya, untuk disampaikan kepada Don Croce. Tapi bukan
rahasia yang oleh Guiliano dilarang diceritakan.
BUKU III MICHAEL CORLEONE 1950 Bab 16 FIAT itu menyusuri tepi kota Trapani dan mengambil jalan di sepanjang pantai.
Michael Corleone dan Stefan Andolini tiba di sebuah vila, lebih besar daripada
kebanyakan vila lainnya, dengan tiga rumah mencolok di sekitarnya. Vila itu
dikepung dinding kecuali celah di sisi yang menghadap pantai. Gerbang vila
dijaga dua pria, dan tepat di baliknya Michael bisa melihat pria gendut yang
mengenakan pakaian yang kelihatan asing di sini: jas sport dan celana panjang
dilengkapi kaus polo rajutan yang terbuka. Saat mereka menunggu gerbang dibuka,
Michael melihat senyum di wajahnya yang lebar dan tertegun menyadari pria itu
Peter Clemenza. Clemenza tangan kanan ayah Michael Corleone di Amerika. Apa yang dilakukannva di
sini" Mchael terakhir kali bertemu dengannya pada malam fatal saat Clemenza
membuang pistol yang digunakan Michael membunuh kapten polisi dan si Turki,
Sollozzo. Ia teringat ekspresi sedih dan iba pada wajah Clemenza saat itu, dua
tahun lalu Sekarang Clemenza benar-benar gembira bertemu michael ia menarik
keluar dari Fiat mungil itu dan hampir-hampir meremukkan dirinya dengan
pelukanya yang bagaikan pelukan beruang.
"Michael, senang bertemu denganmu. Aku menanti bertahun-tahun untuk mengatakan
betapa bangga diriku padamu. Kerjamu hebat Dan sekarang semua masalahmu sudah
beres. Seminggu lagi kau akan berkumpul bersama keluargamu, akan ada perayaan
besar. Semua orang menantikanmu, Mikey." Ia menatap wajah Michael penuh sayang
sambil memeganginya sejauh kedua lengannya yang besar, dan sementara itu
menilainya. Pemuda ini bukan lagi sekadar pahlawan perang yang belia. Selama
keberadaannya di Sisilia, bocah ini telah tumbuh menjadi laki-laki. Maksudnya,
wajah Michael tidak lagi memancarkan keterbukaan; wajahnya memancarkan ekspresi
bangga yang tersembunyi, khas kelahiran Sisilia. Michael siap mengambil posisi
dalam keluarga. Michael gembira melihat sosok Clemenza yang tinggi besar, wajahnya yang lebar.
Ia menanyakan kabar keluarganya kepada Clemenza. Ayahnya telah pulih dari usaha
pembunuhan, tapi kesehatannya tidak bagus. Clemenza menggeleng sedih. "Tak bagus
bagi siapa pun kalau tubuhnya berlubang," kata 1 Clemenza, "tak peduli seberapa
baik mereka pulih. Tapi ini bukan pertama kali ayahmu ditembak. Dia seperti
banteng. Dia akan pulih. Sonny tewas terbunuh, itu yang merusak ayah dan ibumu.
Pembunuhannya brutal, Mikey mereka mencincang Sonny dengan senapan mesin. Itu ?tidak benar, mereka tidak perlu berbuat begitu. Itu jahat Tapi kita sedang
menyusun rencana. Ayahmu akan memberitahukannya padamu begitu kau pulang Semua
senang kau kembali."
Stefan Andolini mengangguk kepada Clemenza; mereka jelas pernah bertemu. Ia
menjabat tangan Michael dan mengatakan dirinya harus pergi ada yang harus dilakukannya di Montelepre.
?"Ingat ini, meski apa pun yang kaudengar," katanya, "aku tetap setia kepada Turi
Guiliano dan dia memercayai diriku sampai akhir. Kalau dia dikhianati, bukan aku
yang mengkhianatinya." Ia tergagap namun tulus. "Dan aku tidak akan mengkhianati
dirimu." Michael memercayainya. "Kau mau masuk, beristirahat, dan makan atau minum
terlebih dulu?" tanyanya.
Stefan Andolini menggeleng. Ia masuk ke Fiat-nya dan melaju keluar melalui
gerbang yang segera ditutup di belakangnya.
Clemenza mengajak Michael melintasi lapangan terbuka menuju vila utama. Orangorang bersenjata berpatroli di dinding-dinding dan di pantai tempat lahan itu
membuka ke arah laut. Dermaga kecil membentang ke arah pantai Afrika di
kejauhan, dan di sana tertambat perahu motor besar ramping, bendera Italia
berkibar di perahu itu. Di dalam vila menanti dua wanita tua berpakaian hitam, tanpa satu pun warna
lebih terang pada diri mereka, kulit mereka gelap terbakar matahari, syal hitam
menutupi kepala. Clemenza meminta mereka membawakan semangkuk buah-buahan ke
kamar tidur Michael. Teras kamar tidur menghadap ke Laut Mediterania yang biru dan tampak seakan
terbelah di tengah-tengah sewaktu seberkas cahaya matahari pagi menghantamnya.
Kapal-kapal nelayan dengan layar biru dan merah cerah terayun-ayun di kaki
langit bagai bola berlompatan di air. Ada meja kecil di teras yang tertutup kain
tebal berwarna cokelat tua, dan keduanya
duduk di kursi di sekitarnya. Sepoci espresso dan sekaraf anggur merah tersedia
di sana. "Kau tampak lelah," ujar Gemenza. "Tidurlah dulu, nanti kuceritakan semua
rmtiatinya kepadamu."
"Tidur ada gunanya," kata Michael. "Tapi terlebih dulu, katakan, apa ibuku baikbaik saja?" "Dia baik-baik saja," jawab Clemenza. "Dia menunggu kepulanganmu. Kami
tidak.ingin mengecewakannya, terlalu berat baginya sesudah apa yang terjadi pada
Sonny." Michael bertanya lagi, "Dan ayahku, dia sudah pulih sepenuhnya?"
Clemenza tertawa; tawa yang buruk. "Jelas. Lima Keluarga akan mengetahuinya.
Ayahmu hanya menunggu kepulanganmu, Mike. Dia punya rencana-rencana besar
untukmu. Kita tidak boleh mengecewakannya Jadi jangan terlalu mengkhawatirkan
Guiliano kalau dia muncul kita akan membawanya. Kalau dia terus-menerus ?mengacau, kita akan meninggalkannya di sini."
"Apa itu perintah ayahku?" tanya Michael.
Clemenza berkata, "Ada kurir yang datang melalui udara setiap hari ke Tunisia
dan aku berperahu ke sana untuk berbicara dengannya. Itu perintah yang kuterima
kemarin. Mula-mula Don Croce seharusnya membantu kita, atau begitulah yang
dikatakan ayahmu sebelum aku meninggalkan Amerika. Tapi kau tahu apa yang
terjadi di Palermo sesudah kepergianmu kemarin" Ada yang mencoba menghabisi Don
Croce. Mereka datang menerobos dinding kebun dan membunuh empat pengawalnya.
Tapi Croce berhasil lolos. Jadi apa yang sebenarnya terjadi?"
Michael berkata, "Ya Tuhan." Ia teringat langkah-langkah penjagaan yang
dilakukan Don Croce di sekitar hotel. "Kupikir itu perbuatan teman kita
Guiliano. Kuharap kau dan ayahku tahu apa yang kalian lakukan. Aku terlalu lelah
untuk berpikir." Clemenza beranjak bangkit dan menepuk bahunya. "Mikey, tidurlah dulu. Setelah
bangun nanti kau akan bertemu saudaraku. Orang hebat, sama seperti ayahmu, sama
pandainya, sama tangguhnya, dan dia bos di wilayah ini, persetan dengan Croce."
Michael menanggalkan pakaian dan naik ke ranjang. Ia belum tidur selama lebih
dari tiga puluh jam, tapi benaknya terus melompat-lompat dan tidak membiarkan
tubuhnya beristirahat. Ia bisa merasakan panasnya matahari pagi meskipun telah
menutup daun jendela yang tebal. Semerbak bunga dan pepohonan lemon mencapai
hidungnya. Benaknya bekerja memikirkan kejadian-kejadian yang berlangsung selama
beberapa hari ini. Bagaimana Pisciotta dan Andolini bisa berkeliaran sebebas
itu". Kenapa Guiliano seolah memutuskan Don Croce adalah musuhnya di saat paling
tidak tepat ini" Kesalahan seperti itu bukanlah ciri orang Sisilia.
Bagaimanapun, orang itu telah tujuh tahun hidup di pegunungan sebagai pelanggar
hukum. Sudah cukup. Ia pasti menginginkan kehidupan yang lebih baik tidak
?mungkin di sini, tapi jelas di Amerika. Dan ia pasti memiliki rencana semacam
itu, kalau tidak, ia tidak akan mengirim tunangannya yang hamil ke Amerika,
mendului dirinya. Pemikiran yang mencerahkan itu menyatakan padanya bahwa
jawaban atas semua misteri ini adalah Guiliano tengah melakukan pertempuran
terakhir. Bahwa ia tidak takut mati di
tanah kelahirannya ini. Bahwa ada berbagai rencana dan persekongkolan yang
tengah menuju titik akhir di mana ia, Michael tidak menyadarinya dan karenanya
ia harus waspada. Karena Michael Corleone tidak ingin mati di Sisilia. Ia bukan
bagian dari mitos yang satu ini.
Michael terjaga di kamar tidur luas itu dan membuka jendela-jendelanya, yang
mengayun keluar ke balkon batu putih yang berkilau tertimpa cahaya matahari
pagi. Di bawah balkon, Laut Mediterania bergulung-gulung bagai permadani biru
tua yang membentang ke kaki langit. Berkas-berkas kemerahan menoreh air, dan di
atasnya kapal-kapal nelayan berlayar sampai lenyap dari pandangan. Michael
mengawasi mereka selama beberapa menit, terpesona oleh keindahan laut dan
keanggunan tebing-tebing Erice yang membentang sepanjang pantai ke utara.
Ruangan itu penuh perabotan besar gaya pedesaan. Meja dengan baskom enamel biru
dan seguci air di atasnya. Di kursi tersampir handuk cokelat kasar. Di dindingdindingnya tergantung lukisan para orang suci dan Bunda Maria, yang menggendong
bayi Yesus. Michael mencuci muka, lalu meninggalkan kamar. Di dasar tangga Peter Clemenza telah menanti.
"Ah, sekarang kau tampak lebih baik, Mikey," ujar Clemenza. "Santapan lezat akan
mengembalikan kekuatanmu dan sesudahnya kita bisa membicarakan bisnis." Ia
mengajak Michael ke dapur, ke meja kayu panjang. Mereka duduk dan wanita tua
bergaun hitam muncul bagai disihir di dekat tungku, menuang dua cangkir espresso
dan menyajikannya kepada mereka. Lalu, juga
bagai disihir, ia mengeluarkan sepiring telur dan sosis yang diletakkannya di
meja. Dari oven muncul sebongkah roti cokelat bundar. Lalu wanita itu menghilang
ke ruangan di balik dapur. Ia tidak memedulikan ucapan terima kasih Michael.
Pada saat itu seorang pria masuk. Ia lebih tua daripada Clemenza tapi tampak
begitu mirip dengannya sehingga Michael seketika mengenali inilah Don Domenic
Clemenza, kakak Peter Clemenza. Don Domenic mengenakan pakaian yang jauh
berbeda. Ia memakai celana panjang beludru hitam yang dijejalkan ke dalam sepatu
bot cokelat kokoh. Ia berkemeja sutra putih yang bagian lengannya berkerut-kerut
dan rompi hitam panjang. Di kepalanya bertengger topi berlidah pendek. Tangan


Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kanannya memegang cambuk yang dilemparkannya ke sudut. Michael bangkit berdiri
menyapanya dan Don Domenic Clemenza memeluknya hangat.
Mereka duduk bersama. Don Domenic memiliki keanggunan alamiah dan memancarkan
kewibawaan yang mengingatkan Michael akan ayahnya sendiri. Ia juga menunjukkan
keakraban gaya lama. Peter Clemenza jelas sangat mengagumi kakaknya, yang
memperlakukan dirinya dengan sikap sayang kakak kepada adiknya yang nakal. Ini
menyebabkan Michael heran sekaligus geli. Peter Clemenza adalah caporegme
ayahnya yang paling tepercaya dan berbahaya di Amerika.
Don Domenic berkata serius tapi matanya berkilau-kilau. "Michael, aku merasa
sangat senang dan tersanjung karena ayahmu, Don Corleone, memercayakan dirimu
kepadaku. Sekarang kau bisa memenuhi rasa penasaranku. Adikku yang tidak berguna
ini, apakah keberhasilannya di Amerika sesuai bualannya"
Apa dia sudah menduduki jabatan begitu tinggi, adikku yang aku tak yakin bisa
menjagal babi dengan benar" Apa Don Corleone benar-benar memercayainya sebagai
tangan kanan" Dan katanya dia memimpin lebih dari seratus orang. Bagaimana aku
bisa percaya semua itu?" Tapi sementara mengatakannya, ia menepuk-nepuk bahu
adiknya penuh sayang. "Semuanya benar," jelas Michael. "Ayahku selalu mengatakan dia pasti akan
berjualan minyak zaitun kalau bukan karena adikmu."
Mereka semua tertawa. Peter Clemenza berkata, "Aku akan menghabiskan seumur
hidupku di penjara kalau bukan karena ayahmu. Dia mengajariku bagaimana berpikir
dan bukannya sekadar menggunakan pistol."
Don Domenic mendesah. "Aku hanyalah petani dari negara miskin. Memang benar para
tetangga menemuiku untuk meminta nasihat dan di Trapani ini mereka bilang aku
orang penting. Mereka menyebutku Si Tidak Setia karena aku tidak bersedia
memenuhi keinginan Don Croce. Mungkin tindakanku tidak terlalu cerdas, mungkin
Godfather akan menemukan cara agar bisa bergaul lebih baik dengan Don Croce.
Tapi menurutku mustahil. Aku mungkin Tidak Setia', tapi hanya kepada mereka yang
tidak memiliki kehormatan. Don Croce menjual informasi kepada pemerintah dan
bagiku itu infamita melanggar hukum omerta. Tak peduli sebagus apa pun ?alasannya. Cara lama masih tetap yang terbaik, MichaeL seperti yang akan
kaulihat sesudah berada di sini beberapa hari nanti."
"Aku yakin begitu," ujar Michael sopan. "Dan aku harus mengucapkan terima kasih
atas bantuan yang kauberikan padaku sekarang"
"Ada yang harus kukerjakan," kata Don Domenic. "Kalau ada yang kaubutuhkan,
suruh orang memberitahukannya padaku." Ia meraih cambuknya dan keluar melewati
pintu. Peter Clemenza menjelaskan, "Michael, ayahmu setuju membantu Turi Guiliano
keluar dari negara ini demi persahabatan dan penghormatannya kepada ayah
Guiliano. Tapi keselamatanmu lebih utama. Ayahmu masih memiliki musuh di sini.
Guiliano punya waktu seminggu untuk menemuimu. Tapi kalau dia tidak muncuL kau
harus kembali ke Amerika-Serikat seorang diri. Itu perintah yang kuterima. Kita
sudah menyiapkan pesawat khusus di Afrika dan kita bisa pergi setiap saat. Kau
tinggal memerintahkannya."
Michael berkata, "Pisciotta berjanji akan mengantarkan Guiliano menemuiku
secepatnya." Clemenza bersiul. "Kau bertemu Pisciotta" Hell, mereka mencari Pisciotta sama
sulitnya seperti mencari Guiliano. Bagaimana dia bisa turun dari pegunungan?"
Michael mengangkat bahu. "Dia memiliki salah satu kartu izin khusus bertepi
merah yang ditandatangani. Menteri Kehakiman. Dan itu juga membuatku khawatir."
Peter Clemenza menggeleng.
Michael melanjutkan. "Orang yang membawaku kemari, Andolini, kau mengenalnya,
Pete?" "Yeah," kata Peter Clemenza. "Dia bekerja pada kita di New York, pekerjaan
pemberesan dua kali, tapi ayah Guiliano orang sederhana dan tukang batu yang
hebat. Keduanya bodoh kembali kemari. Tapi banyak orang Sisilia seperti itu.
Mereka tidak bisa melupakan rumah kecil mereka yang kumuh di Sisilia. Aku
membawa dua orang bersamaku kali ini untuk membantu. Mereka sudah dua puluh
tahun tidak kembali kemari. Jadi kami berjalan-jalan di pedalaman dekat Erice,
kota yang indah, Mikey, dan kami singgah di ladang-ladang bersama domba-domba
milik mereka dan minum anggur. Lalu kami semua harus buang air kecil. Jadi kami
melakukannya di sana dan sesudahnya, kedua orang ini melompat sekitar tiga meter
ke udara dan berteriak,Panjang umur Sisilia.' Kau mau apa" Begitulah mereka,
sampai mati tetap orang Sisilia."
Michael mengingatkan, "Yeah, tapi bagaimana dengan Andolini?"
Clemenza mengangkat bahu. "Dia sepupu ayahmu. Dia menjadi salah satu tangan
kanan Guiliano selama lima tahun terakhir. Tapi sebelumnya dia dekat dengan Don
Croce. Siapa yang tahu" Dia berbahaya."
Michael berkata, "Andolini yang akan mengantarkan tunangan Guiliano kemari.
Gadis itu sedang hamil. Kita harus mengirimnya ke Amerika, lalu dia akan
mengirimkan kata sandi kepada Guiliano, menyatakan rutenya aman, setelah itu
barulah Guiliano menemui kita. Aku sudah berjanji kita akan melakukannya. Kau
tidak keberatan?" Clemenza bersiul. "Aku belum pernah mendengar Guiliano memiliki kekasih. Tentu
saja kita bisa melakukannya."
Mereka keluar ke kebun yang luas. Michael bisa melihat para penjaga di gerbang
dan di pantai sedikitnya enam orang bersenjata mondar-mandir. Perahu motor besar
tertambat di dermaga yang pendek. Di kebun sekelompok orang jelas tengah
menunggu untuk bertemu Peter Clemenza. Ada sekitar dua puluh orang,
semuanya khas orang Sisilia dengan pakaian dan topi mereka yang berdebu, mirip
Don Domenic hanya dalam versi yang lebih miskin.
Di sudut kebun, di bawah pohon lemon, berdiri meja kayu oval dilengkapi kursikursi kayu di sekitarnya. Clemenza dan Michael duduk di dua kursi di antaranya,
kemudian Clemenza memanggil orang-orang itu. Salah satunya mendekat dan duduk.
Clemenza menanyakan kehidupan pribadi pria itu. Apa ia sudah menikah" Apakah ia
punya anak" Berapa lama ia bekerja untuk Don Domenic" Siapa kerabatnya di
Trapani" Apa ia pernah berpikir pergi ke Amerika untuk mengumpulkan kekayaan"
Jawaban untuk pertanyaan terakhir adalah Ya.
Wanita tua berpakaian hitam membawa seguci besar anggur yang dicampur lemon
segar, lalu mengeluarkan baki berisi banyak gelas. Clemenza menawarkan minum dan
rokok kepada setiap orang yang diwawancarainya. Setelah usai dan orang terakhir
berlalu, Clemenza berkata kepada Michael, "Ada di antara mereka yang menurutmu
salah?" Michael mengangkat bahu dan berkata, "Mereka semua tampak sama bagiku. Mereka
semua ingin ke Amerika."
Clemenza berkata, "Kita memerlukan tenaga baru di rumah. Kita kehilangan banyak
orang dan mungkin akan kehilangan lebih banyak lagi. Setiap sekitar lima tahun
aku pulang kemari dan membawa sekitar dua belas orang ke Amerika. Aku sendiri
yang melatih mereka. Pekerjaan-pekerjaan kecil pada awalnya penagihan, tukang
pukul, tugas jaga. Aku menguji kesetiaan mereka. Ketika kurasa waktunya tepat
dan ke-sempatannya ada, kuberi mereka kesempatan "menuntaskan masalah". Tapi aku
sangat berhati-hati dalam hal ini. Begitu mencapai sejauh itu, mereka tahu
mereka bisa memiliki kehidupan bagus seumur hidup asal tetap setia. Semua orang
di sini tahu aku merekrut untuk Keluarga Corleone dan setiap orang di provinsi
ini ingin menemuiku. Tapi kakakku yang memilih mereka. Tidak ada yang bisa
bertemu denganku tanpa seizinnya."
Michael memandang kebun indah di sekitarnya, berhias bunga-bunga aneka warna,
pepohonan lemon yang harum, patung-patung kuno para dewa yang digali dari
reruntuhan kuno, patung-patung orang suci dari masa yang lebih baru, dindingdinding merah di sekeliling vila. Lokasi yang indah untuk menguji dua belas
murid pembunuh. Menjelang sore Fiat kecil itu muncul kembali di gerbang vila dan diizinkan masuk
oleh para penjaga. Andolini yang mengemudi, dan di sampingnya duduk gadis
berambut panjang hitam pekat dan berwajah oval layaknya Madonna dalam lukisan.
Sewaktu gadis itu turun, dari mobiL Michael bisa melihat ia hamil; walaupun ia
mengenakan gaun longgar sederhana khas wanita Sisilia, gaunnya tidak hitam, tapi
merah-putih bermotif bunga-bunga yang buruk. Tapi wajahnya begitu cantik
sehingga gaunnya tidak masuk hitungan.
Michael Corleone terkejut melihat sosok kecil Hector Adonis turun dari kursi
belakang. Adonis-lah yang memperkenalkan mereka. Gadis itu bernama Justina. Ia
tidak memiliki sikap malu-malu khas gadis muda; dan di usianya .yang baru tujuh
belas, wajahnya memancarkan kekuatan wanita yang lebih tua, seakan ia telah
mengalami beberapa tragedi kehidupan. Ia mengamati Michael dengan teliti sebelum
menundukkan kepala untuk menegaskan perkenalannya. Seolah ia mengamatinya untuk
menemukan tanda-tanda pengkhianatan di wajah Michael.
Salah satu wanita tua mengajaknya pergi ke kamarnya dan Andolini mengeluarkan
bagasinya dari dalam mobil. Bagasinya hanya berupa satu koper kecil. Michael
sendiri yang membawanya masuk ke rumah.
Malam itu mereka makan malam bersama kecuali Andolini, yang harus pergi bersama
Fiat-nya. Hector Adonis tetap tinggal. Di meja makan mereka menyusun rencana
untuk mengirim Justina ke Amerika. Don Domenic mengatakan perahu ke Tunisia
telah siap; perahu itu selalu siap karena mereka tidak tahu kapan Guiliano tiba
dan mereka harus bergerak cepat saat itu terjadi. "Siapa yang tahu teman-teman
jahat macam apa yang akan datang mengikutinya," ujar Don Domenic sambil
tersenyum kecil. Peter Clemenza mengatakan akan menemani Justina ke Tunisia dan memastikan gadis
itu naik ke pesawat khusus dengan dokumen-dokumen khusus yang memungkinkannya
masuk ke Amerika Serikat tanpa masalah. Lalu ia akan kembali ke vila.
Sesudah Justina tiba di Amerika, ia akan mengirimkan kata sandinya dan operasi
terakhir untuk menyelamatkan Guiliano akan dimulai.
Justina hanya sedikit bicara selama makan malam. Don Domenic bertanya apakah ia
siap berangkat malam ini juga setelah melakukan perjalanan sejauh itu di siang
harinya. Ketika gadis itu menjawab, Michael menyadari daya tarik yang dilihat Guiliano
pada dirinya. Gadis itu memiliki mata hitam kemilau yang sama, rahang yang
menunjukkan kebulatan tekad, mulut wanita Sisilia yang paling kuat, dan bicara
dengan sama tegasnya. "Bepergian lebih mudah daripada bekerja dan tidak lebih berbahaya daripada
bersembunyi," katanya. "Aku pernah tidur di pegunungan dan di ladang-ladang
bersama domba, jadi kenapa aku tidak bisa tidur di kapal atau di pesawat" Jelas
tidak akan sedingin di pegunungan atau di ladang, bukan?" Ia mengucapkannya
dengan kesombongan orang muda, tapi kedua tangannya gemetar sewaktu mengangkat
gelas anggur. "Aku hanya khawatir apakah Turi bisa melarikan diri. Kenapa dia
tidak ikut bersamaku?"
Hector Adonis berkata lembut, "Justina, dia tidak ingin membahayakan dirimu
dengan kehadirannya. Lebih suHt baginya bepergian; lebih banyak langkah
penjagaan yang harus diambil."
Peter Clemenza menyela, "Perahu akan membawamu ke Afrika sebelum fajar, Justina.
Mungkin sebaiknya kau beristirahat dulu."
Justina berkata, 'Tidak, aku tidak capek dan aku tedalu bersemangat untuk tidur.
Bisa minta anggur lagi?"
Don Domenic menuangkan anggur hingga gelasnya penuh. "Minumlah, ini bagus bagi
bayimu dan akan membantumu tidur nanti. Apa Guiliano menitipkan pesan untuk
kami?" Justina tersenyum sedih. "Aku sudah berbulan-bulan tidak bertemu dengannya.
Aspanu Pisciotta satu-satunya orang yang dipercayainya. Bukan berarti dia
mengira aku akan mengkhianatinya, tapi akulah titik lemah yang mungkin dimanfaatkan
orang untuk menjebaknya. Itu akibat roman-roman yang dibacanya, di mana cinta
wanita menyebabkan kejatuhan para pahlawan. Dia menganggap cintanya kepadaku
merupakan kelemahan terbesarnya, dan tentu saja dia tidak pernah mengungkapkan
rencananya kepadaku."
Michael ingin tahu lebih banyak tentang Guiliano. Dirinya, atau Sonny, mungkin
menjadi Guiliano seandainya ayahnya tetap tinggal di Sisilia. "Bagaimana kau
bertemu Turi?" tanyanya kepada Justina.
Justina tertawa. "Aku jatuh cinta kepadanya sewaktu usiaku sebelas tahun,"
jawabnya. "Itu hampir tujuh tahun lalu dan tahun pertama Turi menjadi pelanggar
hukum, tapi dia sudah terkenal di desa kecil kami di Sisilia. Adik lelakiku dan
aku bekerja di ladang bersama ayahku, dan Papa memberiku seikat uang lira untuk
diberikan pada ibuku. Adikku dan aku masih bodoh dan kami memamerkannya, begitu
bersemangat memiliki uang sebanyak itu. Dua carabinieri melihat kami di jalan
dan merampas uang kami dan tertawa-tawa sewaktu kami menangis. Kami tidak tahu
apa yang harus kami lakukan, kami takut pulang dan takut kembali ke ayah. Lalu
pemuda ini keluar dari balik semak-semak. Dia lebih jangkung daripada sebagian
besar pria di Sisilia dan bahunya jauh lebih lebar. Dia tampak seperti prajurit
Amerika yang kami lihat selama perang. Dia menyandang senapan mesin tapi matanya
yang cokelat begitu lembut. Dia sangat tampan. Dia menanyai kami, 'Anak-anak,
kenapa kalian menangis di hari seindah ini" Dan kau, young lady, kau merusak
kecantikanmu, siapa yang mau menikah denganmu"'
tapi dia tertawa dan kau bisa melihat, entah kenapa, dia gembira melihat kami.
Kami menceritakan apa yang terjadi dan dia tertawa lagi dan memperingatkan kami
agar selalu berhati-hati terhadap" carabinieri. Dia bilang kami telah mendapat
pelajaran begitu dini dalam kehidupan, dan itu bagus. Lalu dia memberi adikku
setumpuk besar lira untuk diberikan kepada ibu kami dan kepadaku dia memberi
surat untuk ayahku. Aku masih ingat isi suratnya kata demi kata. Katanya,
'Jangan memarahi kedua anakmu yang cantik yang akan menjadi kesenangan dan
penghiburanmu di hari tua. Uang yang kuberikan kepada mereka lebih banyak
daripada yang mereka hilangkan. Dan ketahuilah: Mulai hari ini, kau dan anakanakmu berada di bawah perlindungan GUILIANO.' Menurutku nama itu begitu luar
biasa dan dia menulisnya dalam huruf-huruf besar. Aku melihat nama itu dalam
mimpiku selama berbulan-bulan. Hanya huruf-huruf itu. GUILIANO.
"Tapi yang membuatku jatuh cinta padanya adalah kegembiraannya dalam melakukan
kebaikan. Dia benar-benar senang membantu orang lain. Sikap itu tidak pernah
berubah. Aku selalu melihat kegembiraan yang sama, seakan-akan dia mendapatkan
lebih banyak dengan memberi daripada yang mereka peroleh dengan menerima. Itu
sebabnya orang Sisilia menyayanginya."
Hector Adonis berkata tenang, "Sampai kejadian di Portella della Ginestra."
Justina menunduk dan berkata tegas, "Mereka masih tetap mencintainya."
Michael bergegas menyela, 'Tapi bagaimana kau bertemu lagi dengannya?" Justina
menjelaskan, "Kakak laki-lakiku adalah teman330 nya. Dan mungkin ayahku anggota kelompoknya. Aku tidak tahu. Hanya keluargaku
dan para pemimpin utama Turi yang tahu kami sudah menikah. Turi menyuruh
semua .orang bersumpah untuk merahasiakannya, takut pihak berwenang
menangkapku." Semua orang di meja tertegun mendengar berita itu. Justina memasukkan tangan ke
balik bajunya dan mengeluarkan dompet kecil. Dari dalamnya ia menarik dokumen
dari kertas kaku berwarna krem dilengkapi segel tebal dan mengulurkannya kepada
Michael. Tapi Hector Adonis meraihnya dan membacanya. Lalu ia tersenyum kepada
Justina. "Kau akan berada di Amerika besok. Bisa kusampaikan kabar baik ini kepada
orangtua Turi?" Wajah Justina memerah. "Mereka selalu mengira aku hamil tanpa menikah," katanya.
"Mereka memandang rendah diriku karenanya. Ya, kau bisa memberitahu mereka."
Michael bertanya, "Kau pernah melihat atau membaca Wasiat yang disembunyikan
Turi?" Justina menggeleng. "Tidak," jawabnya. "Turi tidak pernah membicarakannya
denganku." Wajah Don Domenic berubah dingin, tapi ia juga tampak penasaran. Ia tahu tentang
Wasiat, pikir Michael tapi tidak menyetujuinya. Berapa banyak orang yang
mengetahuinya" Jelas bukan orang-orang Sisilia. Hanya anggota pemerintahan di
Roma, Don Croce, dan keluarga Guiliano, serta orang-orang kepercayaannya.
Hector Adonis berkata, "Don Domenic, kau tidak keberatan aku menjadi tamumu
sampai ada kabar dari Amerika bahwa Justina tiba dengan selamat" Sesudah
331 itu aku bisa mengatur agar Guiliano menerima beritanya. Seharusnya tidak lebih
dari semalam." Don Domenic berkata tegas, "Aku merasa terhormat, Profesor yang baik. Tinggallah
selama kau suka. Tapi sekarang sudah waktunya kita semua tidur. Signora muda
kita harus tidur untuk menghadapi perjalanan panjangnya dan aku sudah terlalu
tua terjaga sampai selarut ini. Avanti ayo." Ia memberi isyarat mengusir bagai
burung besar yang penuh perhatian, agar mereka segera pergi. Ia sendiri meraih
lengan Hector Adonis dan membimbingnya ke kamar sambil meneriakkan perintah
kepada para wanita pelayan untuk menangani tamu-tamunya yang lain.
Sewaktu Michael terjaga keesokan paginya, Justina telah pergi
Hector Adonis harus menginap dua malam sebelum kurir tiba membawa surat dari
Justina yang melaporkan ia tiba di Amerika dengan selamat. Dalam surat itu
tersembunyi kata sandi yang memuaskan Adonis, dan pada pagi hari sewaktu ia
hendak pergi, ia meminta berbicara empat mata dengan Michael.
Michael melalui dua hari terakhir dalam ketegangan penuh harap, ia sendiri
sangat ingin pulang ke Amerika. Penjelasan Peter Clemenza tentang pembunuhan


Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sonny menimbulkan firasat tentang Turi Guiliano pada dirinya. Dalam benaknya
kedua orang itu berkaitan. Entah bagaimana keduanya mirip dan memiliki vitalitas
serta kekuatan fisik yang sama. Guiliano sebaya dengan Michael, dan Michael
tergelitik akan ketenaran pria itu ia gelisah memikirkan mereka akhirnya akan
bertemu muka. Ia penasaran, manfaat apa yang didapat
ayahnya dengan membawa Guiliano ke Amerika. Karena ia yakin itulah tujuan
ayahnya. Kalau tidak, perintah membawa Guiliano pulang bersamanya tidak masuk
akal. Michael menemani Adonis berjalan-jalan di pantai. Para penjaga bersenjata
memberi salam kepada mereka berdua, mengucapkan, "Vossia" Yang Mulia. Tak satu
pun dari mereka menunjukkan tanda-tanda mengejek melihat Adonis yang bertubuh
kecil tapi berbusana anggun itu. Perahu motor telah kembali, dan sekarang saat
berada lebih dekat Michael bisa melihat perahu itu hampir sebesar yacht kecil.
Orang-orang di atasnya bersenjatakan lupara dan senapan mesin.
Matahari bulan Juli panas dan laut begitu biru dan tenang sehingga cahaya
matahari memantul di atasnya seolah laut terbuat dari logam. Michael dan Hector
Adonis duduk di dua kursi yang ada di dermaga.
"Sebelum aku pergi pagi ini, ada instruksi terakhir yang harus kusampaikan
padamu," kata Hector Adonis pelan. "Penting sekali bagi Guiliano agar kau bisa
melakukannya." "Dengan segenap hatiku," janji Michael.
"Kau harus mengirimkan Wasiat Guiliano ke Amerika secepatnya, kepada ayahmu,"
jelas Adonis. "Dia akan tahu bagaimana menggunakannya. Dia akan memastikan Don
Croce dan pemerintah di Roma mengetahui Wasiat sudah aman di Amerika, dan mereka
tidak akan berani menyakiti Guiliano. Mereka akan membiarkannya beremigrasi
dengan aman." "Kau membawanya?" tanya Michael.
Pria kecil itu tersenyum dan tertawa. "Kau yang membawanya," katanya.
1 334 melawan carabinieri, tapi manusia berubah seiring waktu atau karena disiksa.
Jadi paling baik mereka tidak mengetahuinya"
"Tapi dia memercayai dirimu," kata Michael.
"Aku diberkati," kata Hector Adonis. "Tapi kau lihat betapa pandainya Guiliano"
Bila menyangkut wasiat, dia hanya memercayaiku, sedangkan mengenai
keselamatannya, dia hanya memercayai Pisciotta. Kami berdua harus berkhianat
kalau ingin menjatuhkan dirinya."
Michael tertegun. "Kau pasti mendapat berita yang salah," tukas Michael. "Belum
ada yang memberikannya padaku."
"Sudah," tegas Hector Adonis. Ia menyentuh lengan Michael dengan sikap
bersahabat dan Michael menyadari betapa kecil dan halus tangan Adonis, seperti
tangan anak-anak. "Maria Lombardo, ibu Guiliano, yang memberikannya padamu.
Hanya dia dan aku yang tahu di mana dokumen itu berada, bahkan Pisciotta tidak
tahu." Ia melihat ekspresi bingung Michael. "Dokumen itu ada di dalam patung Bunda
Maria berkulit hitam," ujar Hector Adonis. "Memang benar patung itu sudah berada
di tangan keluarga Guiliano selama beberapa generasi dan sangat berharga. Semua
orang mengetahuinya. Tapi Guiliano mendapat replikanya, dengan lubang di bagian
dalamnya. Wasiat ditulis di kertas yang amat tipis dan setiap lembar
ditandatangani Guiliano. Aku yang membantunya menyusun dokumen itu selama
beberapa tahun terakhir. Juga ada beberapa dokumen yang memberatkan. Turi sejak
dulu tahu apa yang mungkin terjadi padanya dan ingin mempersiapkan diri Bagi
seorang yang masih muda, kemampuannya menyusun strategi sungguh luar biasa."
Michael tertawa. "Dan ibunya aktris yang luar biasa."
"Semua orang Sisilia begitu," kilah Hector Adonis. "Kami tidak memercayai siapa
puri dan mengalihkan perhatian semua orang. Ayah Guiliano jelas bisa dipercaya,
tapi dia mungkin tidak bisa menyimpan rahasia. Pisciotta sudah menjadi sahabat
sejati Guiliano sejak mereka masih kanak-kanak, Stefan Andolini pernah
menyelamatkan nyawa Guiliano dalam pertempuran
Bab 17 MICHAEL CORLEONE dan Hector Adonis berjalan kembali ke vila dan duduk di bawah
pohon lemon bersama Peter Clemenza. Michael sangat ingin membaca Wasiat, tapi
Hector Adonis mengatakan Andolini dijadwalkan menjemputnya untuk membawanya
kembali ke Montelepre dan Michael menunggu apakah Andolini membawa pesan
untuknya. Satu jam berlalu. Hector Adonis memandang arlojinya, wajahnya memancarkan
kekhawatiran. Michael berkata, "Mungkin mobilnya mogok. Fiat itu sudah hampir tamat
riwayatnya." Hector Adonis menggeleng. "Stefan Andolini memiliki hati pembunuh, tapi jiwanya
tepat waktu. Dan bisa diandalkan. Aku khawatir ada yang tidak beres karena dia
sudah terlambat satu jam. Padahal aku harus tiba di Montelepre sebelum jam
malam." Peter Clemenza berkata, "Kakakku akan memberimu mobil dan sopir."
Adonis berpikir sejenak. "Tidak," tolaknya, "akan kutunggu. Penting bagiku
bertemu dengannya." Michael bertanya, "Kau tidak keberatan kami membaca Wasiat tanpa dirimu"
Bagaimana cara membuka patungnya?" |
Hector Adonis menjawab, "Tentu saja baca saja. Soal membukanya, tidak ada trik ?khusus. Patung itu diukir dari kayu utuh. Kepalanya dipatri sesudah Turi
memasukkan dokumennya. Kau hanya perlu memenggal kepalanya. Kalau ada kesulitan
membacanya, dengan senang hati akan kubantu. Suruh salah seorang pelayan
memanggilku." Michael dan Peter Clemenza naik ke kamar tidur Michael. Patung itu masih ada di
jaket Michael; ia telah melupakannya sama sekali. Begitu ia mengeluarkannya,
keduanya menatap patung Bunda Maria berkulit hitam itu. Garis wajahnya jelas
wajah orang Afrika, tapi ekspresinya sama seperti Bunda Maria kulit putih yang
menghiasi hampir setiap rumah tangga miskin di Sisilia. Michael membolakbaliknya di tangannya. Patung itu sangat berat kau takkan menerka patung itu
?berlubang. Peter Clemenza melangkah ke pintu dan meneriakkan perintah kepada salah satu
wanita pelayan. Wanita itu muncul sambil membawa golok dapur. Ia menatap ke
dalam ruangan sejenak dan menyerahkan golok itu kepada Clemenza. Clemenza
menutup pintu untuk menghalangi pandangan ingin tahu si pelayan.
Michael memegangi patung Bunda Maria di atas meja rias kayu yang tebal. Ia
mencengkeram lempengan yang diukir di bagian dasar patung dengan satu tangan dan
menggunakan tangan lain untuk mencengkeram puncak kepala patung. Hati-hati
Clemenza menempelkan golok ke leher Madonna, mengangkat lengannya yang kekar,
dan dengan satu ayunan cepat yang kuat, memenggal kepala patung dan
melontarkannya ke seberang kamar. Segulung kertas yang diikat tali kulit
kelabu yang lunak, mencuat dari bagian leher patung yang berlubang.
Clemenza menghantam tepat pada sambungan yang dipatri goloknya tak mungkin bisa
membelah kayu zaitun yang keras itu. Ia meletakkan golok di meja dan menarik
lembaran-lembaran kertas dari dalam patung tanpa kepala. Dilepaskannya ikatannya
dan dibentangkannya di meja. Kertas-kertas itu terikat dalam satu bundel, berisi
sekitar lima belas helai kertas tipis dengan tulisan tangan rapat-rapat dalam
tinta hitam. Bagian bawah setiap halaman ditandatangani Guiliano, tak terbaca
mirip coretan cakar ayam raja-raja. Ada juga dokumen-dokumen bersegel resmi
pemerintah, surat-surat berkop pemerintah, dan pernyataan yang dilengkapi segel
notaris. Kertas-kertas itu kembali menggulung dengan sendirinya, sesuai bentuk
tempatnya, dan Michael menggunakan kedua potongan patung dan golok untuk
menahannya tetap terbuka di meja. Lalu dengan sikap resmi ia menuang dua gelas
anggur dari karaf di meja samping ranjang dan memberikan segelas kepada
Clemenza. Mereka minum, kemudian mulai membaca Wasiat.
Mereka memerlukan waktu hampir dua jam untuk menyelesaikannya.
Michael terpesona bahwa Turi Guiliano, begitu muda, begitu idealistis, menjalani
kehidupan di tengah berbagai pengkhianatan ini. Michael cukup mengenal dunia itu
untuk membayangkan bagaimana Guiliano mengandalkan kecerdikannya, skema
kekuasaannya, untuk tetap mengabdi pada misinya. Michael merasa sangat mengenal
dan terikat pada alasan pelarian Guiliano.
wasiat bukan sekadar buku harian Guiliano yang menceritakan pengalamannya selama
tujuh tahun terakhir, tapi dokumen-dokumen yang melengkapinya jelas bisa
meruntuhkan pemerintahan Demokrat Kristen di Roma. Bagaimana orang-orang yang
berkuasa ini bisa begitu bodoh, pikir Michael penasaran: surat yang
ditandatangani Kardinal, surat yang dikirim Menteri Kehakiman kepada Don Croce
menanyakan apa yang bisa dilakukan untuk menghancurkan demonstrasi di
Ginestra tentu saja ditulis dalam kata-kata sandi, tapi jelas sangat
?memberatkan berkaitan dengan kejadian-kejadian yang berlangsung sesudahnya.
Masing-masing dokumen secara terpisah tidak berbahaya, tapi bila disatukan
membentuk segunung bukti yang sama mengejutkannya seperti Piramida.
Ada surat dari Pangeran Ollorto yang penuh pujian berbunga-bunga kepada Guiliano
dan meyakinkannya bahwa semua pejabat tinggi pemerintahan Demokrat Kristen di
Roma telah meyakinkan Pangeran bahwa mereka akan berusaha sekuat tenaga agar
Guiliano mendapat pengampunan, asal ia bersedia memenuhi permintaan mereka.
Dalam suratnya Pangeran Ollorto mengklaim telah mendapatkan kesepakatan dengan
Menteri Kehakiman di Roma. .
Juga ada duplikat berbagai rencana operasi yang disiapkan para pejabat tinggi
carabinieri untuk menangkap Guiliano rencana-rencana yang diserahkan kepada ?Guiliano sebagai ganti layanan yang mereka minta.
"Tidak heran mereka tidak ingin menangkap Guiliano," komentar Michael. "Dia bisa
menghancurkan mereka dengan dokumen-dokumen ini." Peter Clemenza berkata, "Akan
kukirim dokumen ini ke Tunisia secepatnya. Besok malam dokumen ini sudah berada dalam lemari
besi ayahmu." Ia mengambil patung Madonna tanpa kepala dan menjejalkan dokumen itu kembali ke
dalamnya. Dikantonginya patung itu dan berkata kepada Michael "Ayo. Kalau
berangkat sekarang, aku bisa kembali kemari besok pagi."
Mereka keluar dari vila, Clemenza mengembalikan golok ke pelayan tua di dapur,
yang memeriksanya dengan curiga seakan mencari bekas-bekas darah. Mereka mulai
berjalan ke pantai dan terkejut melihat Hector Adonis masih menunggu. Stefan
Andolini tidak muncul Pria kecil itu telah mengendurkan dasinya dan menanggalkan
jasnya; kemeja putihnya yang tadi cemerlang buram oleh keringat meskipun ia
berada di bawah keteduhan pohon lemon. Ia juga agak mabuk karaf besar anggur di
?meja kebun dari kayu itu sudah kosong.
Ia menyapa Michael dan Peter Clemenza dengan nada putus asa. "Pengkhianatan
terakhir sudah dimulai. Andolini terlambat tiga jam. Aku harus ke Montelepre dan
Palermo. Aku harus mengirim kabar kepada Guiliano."
Peter Clemenza berkata dengan selera humor kasar, profesor, mobilnya mungkin
mogok, atau dia mungkin terhambat urusan lain yang lebih mendesak, apa saja. Dia
tahu kau aman di sini dan akan menunggunya. Menginaplah di sini semalam lagi
kalau dia tidak datang hari ini"
Tapi Hector Adonis terus-menerus bergumam, "Situasinya akan memburuk, situasinya
akan mem- 340 buruk," dan meminta mereka menyediakan transportasi Clemenza memerintahkan dua
orang menggunakan salah satu Alfa Romeo dan mengantar Hector Adonis ke Palermo.
Ia meminta anak buahnya tiba kembali di vila sebelum malam turun.
Mereka membantu Hector Adonis masuk ke mobil dan memintanya agar jangan
khawatir. Wasiat akan tiba di Amerika dalam waktu 24 jam dan Guiliano akan aman.
Setelah mobil melesat melewati gerbang, Michael berjalan ke pantai bersama
Clemenza dan mengawasinya naik ke perahu, dan terus mengamati saat perahu itu
memulai perjalanannya ke Afrika. "Aku akan kembali besok pagi," seru Peter
Clemenza. Dan Michael bertanya-tanya apa yang akan terjadi kalau Guiliano
memutuskan datang malam ini.
Kemudian ia makan malam, dua wanita tua melayaninya. Sesudahnya ia berjalanjalan di pantai sampai diminta berbalik oleh para penjaga di tepi lahan vila.
Saat itu beberapa menit sebelum gelap, dan Laut Mediterania berwarna biru gelap
bagai beludru, dan di balik kaki langit ia bisa mencium aroma benua Afrika,
semerbak bunga liar dan hewan buas.
Di sini, di dekat laut, tidak terdengar dengungan serangga; makhluk-makhluk itu
membutuhkan tumbuhan yang subur, udara panas lembap pedalaman. Rasanya hampir
seperti mesin yang dimatikan. Ia berdiri di pantai merasakan kedamaian dan
keindahan malam Sisilia dan merasa iba pada mereka semua yang harus melakukan
perjalanan dalam kegelapan; Guiliano di pegunungannya, Pisciotta dengan perisai
rapuh kartu izin bertepi merahnya melintasi garis musuh, Profesor Adonis dan
Stefan Andolini saling mencari di
341 jalan-jalan Sisilia yang berdebu, Peter Clemenza yan menunggangi laut biru
kehitaman menuju Tunisia; dan ke mana perginya Don Domenic Clemenza sehingga
tidak muncul saat makan malam" Mereka semua bagai bayang-bayang di malam
Sisilia, dan sewaktu mereka muncul kembali panggung akan diatur untuk menentukan
hidup atau matinya Turi Guiliano.
BUKU IV DON CROCE 1947 Bab 18 RAJA UMBERTO II dari Istana Savoy begitu rendah hati dan dicintai rakyatnya, dan
ia menyetujui diadakannya referendum untuk menentukan apakah Italia tetap
berbentuk kerajaan. Ia tidak mau tetap menjadi raja kalau rakyatnya tidak
menginginkannya. Dan dalam hal ini ia sama seperti para pendahulunya. Raja-raja
Savoy selalu merupakan para penguasa yang tidak ambisius; kerajaan mereka
sebenarnya demokrasi yang dipimpin Parlemen. Para pakar politik yakin referendum
akan menguntungkan kerajaan.
Kelompok mayoritas di Pulau Sisilia diperhitungkan akan menuntut
dipertahankannya status quo. Pada saat ini dua kekuatan yang paling berkuasa di
pulau itu adalah Turi Guiliano yang kelompoknya mengendalikan ujung barat laut ?Sisilia dan Don Croce Malo yang bersama Friends of the Friends mengendalikan
? ?bagian Sisilia lainnya. Guiliano tidak terlibat dalam strategi pemilihan partai
politik mana pun. Don Croce dan Mafia berusaha keras memastikan terpilihnya
kembali demokrat Kristen dan dipertahankannya kerajaan. Tapi yang mengejutkan
semua orang, para pemilih italia menolak kerajaan; Italia menjadi republik. Dan
?mpok Sosialis serta Komunis nyata-nyata memper-345
lihatkan Demokrat Kristen sedang goyah dan hampir runtuh. Pemilihan berikutnya
mungkin akan memenangkan kelompok Sosialis yang tak ber-Tuhan, memerintah dari
Roma. Partai Demokrat Kristen mulai menggalang seluruh sumber daya untuk
memenangkan pemilihan berikutnya.
Kejutan terbesar adalah Sisilia. Mereka memilih banyak wakil Parlemen yang
merupakan anggota partai Sosialis dan Komunis. Di Sisilia serikat dagang masih
dianggap pekerjaan ibKs, dan banyak industri serta tuan tanah menolak berurusan
dengan mereka. Apa yang terjadi"
Don Croce murka. Anak buahnya telah melakukan tugas mereka. Mereka melontarkan
ancaman yang menakutkan para penduduk desa di seluruh pedalaman, tapi jelas
ancaman-ancaman itu akhirnya gagal. Gereja Katolik memerintahkan pendetapendetanya berkhotbah menentang Komunis, dan para biarawati memberikan keranjang
spaghetti dan minyak zaitun sumbangan hanya kepada mereka yang berjanji memilih
Demokrat Kristen. Hierarki gereja di Sisilia tertegun. Organisasi itu telah
membagikan jutaan lira dalam bentuk makanan, tapi para petani Sisilia yang licik
menelan roti sumbangan itu dan meludahi partai Demokrat Kristen.
Menteri Kehakiman Franco Trezza juga marah terhadap sesamanya orang
Sisilia kumpulan pengkhianat, licik bahkan sewaktu kelicikan itu tidak ?menguntungkan mereka, bangga akan kehormatan pribadi padahal mereka tidak
memiliki kakus untuk menampung air seni mereka. Ia putus asa menghadapi mereka.
Bagaimana mereka bisa memilih Sosialis dan Komunis yang pada akhirnya akan
menghancurkan struktur keluarga
dan memusnahkan Tuhan Kristen mereka dari semua katedral Italia yang memesona"
Hanya ada satu orang yang bisa memberinya jawaban atas pertanyaan itu dan solusi
untuk pemilihan mendatang, yang akan menentukan masa depan kehidupan politik
Italia. Ia menghubungi Don Croce Malo.
Para petani Sisilia yang memilih partai-partai sayap kiri dan mengusir raja
tercinta mereka pasti tertegun kalau mengetahui kemarahan semua pejabat tinggi
ini. Mereka pasti terpesona bahwa negara-negara kuat seperti Amerika Serikat,
Prancis, dan Inggris Raya merasa prihatin Italia akan menjadi sekutu Rusia.
Banyak di antara mereka belum pernah mendengar nama Rusia.
Rakyat miskin Sisilia, yang mendapat kesempatan memilih secara demokratis untuk
pertama kalinya setelah dua puluh tahun, memberikan suara pada kandidat dan
partai politik yang menjanjikan pada mereka kesempatan membeli sepetak tanah
dengan harga murah. Tapi mereka pasti ngeri bila tahu pilihan mereka akan partai-partai sayap kiri
itu akan menentang struktur keluarga mereka, menentang Bunda Maria, dan Gereja
Katolik Suci. Gereja yang citra sucinya diterangi lilin-lilin merah menghiasi
setiap dapur dan kamar tidur di Sisilia; ngeri kalau tahu pilihan mereka akan
mengubah katedral-katedral menjadi museum dan mengusir Paus tercinta dari
pantai-pantai Italia. Tidak. Orang-orang Sisilia memilih demi mendapatkan sepetak tanah bagi diri dan
keluarga mereka sendiri, bukan untuk partai politik. Mereka tidak bisa


Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendapatkan sukacita yang lebih besar dalam kehi dupan selain menggarap tanah
sendiri, menyimpan apa yang mereka hasilkan dengan susah payah, untuk mereka dan anak-anak mereka
sendiri. Impian mereka tentang surga adalah beberapa hektar ladang gandum, kebun
sayur-mayur bertingkat-tingkat di lereng gunung, kebun anggur mungil, sebatang
pohon lemon, dan sebatang pohon zaitun.
Menteri Kehakiman Franco Trezza penduduk asli Sisilia dan anti-Fasis sejati yang
menghabiskan waktu di penjara Mussolini sebelum melarikan diri ke Inggris. Ia
pria jangkung berpenampilan aristokrat dengan rambut masih hitam pekat walaupun
janggutnya yang lebat telah dihiasi uban. Kendati pahlawan sejati, ia juga
birokrat dan politisi yang mendarah daging, sungguh kombinasi yang aneh.
Kantor Menteri di Roma berukuran luas, dilengkapi perabotan antik besar-besar.
Di dindingnya bergantung foto-foto Presiden Roosevelt dan Winston Churchill.
Jendela-jendela terbuat dari kaca berwarna dan di baliknya menjulur balkon
kecil. Menteri menuangkan anggur bagi tamu terhormatnya, Don Croce Malo.
Mereka duduk menghirup anggur dan membicarakan gambaran politik di Sisilia dan
pemilihan regional yang akan datang. Menteri Trezza mengungkapkan ketakutannya.
Kalau Sisilia meneruskan dukungan kepada sayap kiri di kotak pemilihan suara,
partai Demokrat Kristen mungkin akan kehilangan kendali atas pemerintahan.
Gereja Katolik mungkin akan kehilangan kendali atas posisi legalnya sebagai
agama resmi Italia. Don Croce tidak bereaksi sedikit pun. Ia bersantap dengan tenang, dan harus
mengakui hidangan di Roma jauh lebih baik daripada di tanah kelahirannya
Sisilia. Don menundukkan kepalanya yang besar bagai kepala kaisar di atas sepiring
spaghetti bercampur jamur truffle, rahangnya yang besar mengunyah mantap tanpa
bersuara. Sesekali ia mengusap kumis tipisnya dengan serbet. Hidungnya yang
bagai paruh berdiri berjaga-jaga di atas setiap piring hidangan yang disajikan
pelayan, seakan-akan mengendus keberadaan racun di sana. Matanya menyambar ke
sana kemari di meja yang penuh sesak itu. Ia tidak melontarkan sepatah kata pun
sementara Menteri terus mengoceh tentang masalah negara saat ini.
Mereka mengakhiri acara makan dengan sepiring besar buah-buahan dan keju. Lalu
sambil menikmati secangkir kopi dan segelas brendi yang menggembung bagai balon,
Don siap-siap berbicara. Ia menggeser tubuhnya yang besar di kursi yang tidak
memadai itu, dan Menteri bergegas mengajaknya ke ruang tamu dengan kursi-kursi
berlengan yang empuk. Ia memerintahkan pelayan membawakan kopi dan brendi, lalu
mengusir mereka. Menteri sendiri yang menuangkan espresso untuk Don, menawarkan
cerutu yang ditolak oleh tamunya, lalu mempersiapkan diri untuk mendengarkan
kebijakan Don yang ia tahu akan langsung pada pokok persoalan.
Don Croce menatap Menteri dengan mantap. Ia tidak terkesan oleh profil
aristokratnya, garis-garis wajahnya yang kuat, ketegasannya. Dan ia membenci
janggut Menteri yang menurutnya sok aksi. Ini orang yang bisa mengesankan di
Roma tapi tidak di Sisilia. Tetapi inilah orang yang bisa mengkonsolidasikan
kekuasaan Mafia di Sisilia. Mencibir pada Roma merupakan kesalahan di masa lalu;
hasilnya adalah Mussolini dan kaum Fasis. Don Croce tidak berilusi. Pemerintah sayap kiri bisa
serius melaksanakan reformasi, menyapu habis pemerintahan bayangan Friends of
the Friends. Hanya pemerintah Demokrat Kristen yang mempertahankan proses hukum
yang menyebabkan Don Croce tidak terkalahkan, dan ia setuju datang ke Roma
dengan kepuasan seorang penyembuh iman mengunjungi segerombolan orang lumpuh
yang menderita terutama akibat histeria. Ia tahu dirinya bisa menyembuhkan.
"Aku bisa memenangkan Sisilia dalam pemilihan yang akan datang untukmu," katanya
kepada Menteri Trezza. "Tapi kita membutuhkan pasukan bersenjata. Kau harus
menjamin tidak akan menentang Turi Guiliano."
"Aku tidak bisa menjanjikan hal itu," ujar Menteri Trezza.
"Kau harus bisa," tegas Don Croce.
Menteri mengelus-elus janggut kecilnya. "Orang macam apa si Guiliano ini?"
tanyanya enggan. "Dia terlalu muda untuk menjadi begitu menakutkan. Bahkan bagi
orang Sisilia." "Ah, tidak, dia bocah yang baik," kilah Don Croce, tak mengacuhkan senyum sinis
Menteri dan tidak menyinggung soal dirinya tidak pernah bertemu Guiliano.
Menteri Trezza menggeleng "Kurasa itu tidak mungkin," katanya. "Orang yang
membunuh begitu banyak carabinieri tidak bisa disebut bocah yang baik."
Memang benar. Don Croce merasa Guiliano sangat ceroboh sepanjang tahun lalu.
Sejak mengeksekusi "Pater" Dodana, Guiliano telah mengumbar kemurkaannya kepada
semua musuhnya, Mafia dan Roma sekaligus.
Ia mulai mengirimkan surat ke koran-koran yang menyatakan dirinya penguasa
Sisilia Barat, persetan apa yang dilakukan Roma. Ia juga mengirim surat yang
melarang carabinieri dari Montelepre, Corleone, dan Monreale berpatroli di
jalan-jalan selewat tengah malam. Alasannya, anak buahnya harus mendapat
kesempatan mengunjungi teman atau keluarga, dan ia tidak mau anak buahnya
ditangkap di ranjang atau ditembak sewaktu mereka keluar dari rumah masingmasing atau sewaktu ia sendiri ingin mengunjungi keluarganya di Montelepre.
Koran-koran mempublikasikan surat ini diiringi berbagai komentar meriah.
Salvatore Guiliano melarang penggunaan alat penyiksaan cassetta" Bandit ini
melarang polisi berpatroli sesuai hukum di kota-kota Sisilia" Benar-benar kurang
ajar. Benar-benar ketidaksopanan dalam skala besar. Apa pemuda ini menganggap
dirinya Raja Italia" Muncul gambar-gambar kartun yang menggambarkan carabinieri
bersembunyi di lorong-lorong Montelepre sementara sosok raksasa Guiliano
melangkah anggun menuju alun-alun.
Tentu saja hanya satu tindakan yang bisa dilakukan Maresciallo. Setiap malam ia
mengirim patroli ke jalan-jalan. Setiap malam garnisunnya, yang ditingkatkan
menjadi seratus orang, berjaga-jaga, mengawasi pintu-pintu masuk kota dari
pegunungan agar Guiliano tidak bisa menyerang.
Tapi pada satu kesempatan ia mengirim carabinieri ke pegunungan, Guiliano dan
kelima tangan kanannya Pisciotta, Terranova, Passatempo, Silvestro, dan?Andolini masing-masing memimpin lima puluh anak buah, menyergap mereka.
?Guiliano tidak menunjukkan belas kasihan, dan enam carabinieri tewas. Detasemendetasemen yang lain melarikan diri dari tembakan senapan dan senapan mesin.
Roma pun mengangkat senjata, tapi kecerobohan Guiliano inilah yang kini dapat
berguna bagi mereka hanya kalau Don Croce bisa meyakinkan Menteri Kehakiman
tolol ini. "Percayalah," kata Don Croce kepada Menteri Trezza. "Guiliano bisa memenuhi
tujuan kita. Aku akan membujuknya untuk menyatakan perang terhadap partai-partai
Sosialis dan Komunis di Sisilia. Dia akan-menyerang markas mereka, dia akan
menekan organisasi-organisasi mereka. Dia akan menjadi perpanjangan militerku
dalam skala luas. Lalu tentu saja teman-temanku dan aku sendiri akan melakukan
pekerjaan yang pedu tapi tidak bisa dilaksanakan terang-terangan."
Menteri Trezza tampaknya tidak terkejut mendengar saran itu, tapi ia berujar
sombong, "Guiliano sudah menjadi skandal nasional. Skandal internasional. Di
mejaku ada rencana Kepala Staf angkatan bersenjata untuk menggerakkan pasukan
dan menekannya. Kepalanya dihargai sepuluh juta lira. Seribu carabinieri sudah
disiagakan untuk menuju Sisilia dan memperkuat rekan-rekan mereka di sana. Dan
kau memintaku, melindunginya" Don Croce yang baik, kuharap kau membantu
menangkap dirinya untuk kami, seperti bantuan yang kauberikan untuk menangkap
bandit-bandit lainnya. Guiliano merupakan aib Italia. Semua orang menganggap dia
harus disingkirkan."
352 Don Croce menghirup espressonya dan mengusap kumisnya dengan jemari. Ia agak
tidak sabar menghadap kemunafikan Roma ini. Ia menggeleng perlahan-lahan. "Turi
Guiliano jauh lebih berharga bagi kita dalam keadaan hidup dan melakukan
tindakan-tindakan kepahlawanan di pegunungannya. Rakyat Sisilia memujanya;
mereka mendoakan jiwa dan keselamatannya. Tidak ada seorang pun di pulauku yang
akan mengkhianatinya. Dan dia jauh lebih cerdik daripada semua bandit lainnya.
Aku sudah menyusupkan mata-mata ke kampnya, tapi kepribadiannya sebegitu rupa
sehingga aku tidak tahu seberapa setia mata-mataku sendiri kepadaku. Seperti
itulah orang yang kaubicarakan. Dia membangkitkan perasaan sayang semua orang.
Kalau kau mengirimkan seribu carabinieri dan angkatan ber-senjatamu dan mereka
gagal dan mereka pernah gagal lalu apa" Kuberitahu kau: Kalau Guiliano
? ?memutuskan membantu partai-partai kiri dalam pemilihan mendatang, kau akan
kehilangan Sisilia dan karena itu, seperti pasti sudah kauketahui, partaimu akan
kehilangan Italia." Ia diam cukup lama dan mempertajam tatapannya kepada sang
menteri. "Kau harus mengadakan semacam kerja sama dengan Guiliano."
"Bagaimana mengaturnya?" tanya Menteri Trezza sambil melontarkan senyum sopan
dan sok yang dibenci Don Croce. Senyum khas Roma padahal orang ini keklahiran
Sisilia. Lalu Menteri melanjutkan. "Aku mendapat kabar yang cukup bisa dipercaya
bahwa Guiliano tidak menyukaimu."
Don Croce mengangkat bahu. "Dia tidak bisa bertahan selama tiga tahun terakhir
kalau dia tidak cukup pandai melupakan masalah sepele. Dan aku punya
koneksi dengannya. Doktor Hector Adonis salah satu anak buahku, dan dia juga
bapak baptis Guiliano dan teman yang paling dipercayainya. Dia akan menjadi
perantaraku dan mengadakan perdamaian antara aku dan Guiliano. Tapi aku harus
mendapatkan jaminan yang diperlukan darimu dalam bentuk konkret."
Menteri berkata sinis, "Kau mau surat bertanda tangan yang menyatakan aku
menyayangi bandit yang hendak kutangkap?"
Kekuatan terbesar Don adalah ia tidak pernah memedulikan nada menghina atau
kurang hormat, walaupun ia menyimpannya jauh di lubuk hatinya. Ia menjawab terus
terang, wajahnya bagai topeng yang tidak tergoyahkan. 'Tidak," katanya. "Cukup
beri aku duplikat rencana Kepala Staf angkatan bersenjata yang hendak melawan
Guiliano. Juga duplikat perintahmu mengirim seribu carabinieri tambahan ke
pulau. Aku akan menunjukkannya kepada Guiliano dan menjanjikan kau tidak akan
melaksanakan perintah itu kalau dia membantu kita mendidik para pemilih Sisilia.
Duplikat itu tidak akan merugikan dirimu kelak kau selalu bisa mengklaim ?duplikatnya dicuri. Aku juga akan berjanji pada Guiliano kalau Demokrat Kristen
memenangkan pemilihan mendatang, dia akan mendapat pengampunan."
"Ah, tidak bisa," tegas Menteri Trezza. "Kekuasaanku tidak mencukupi untuk
memberi pengampunan."
"Kekuasaanmu cukup untuk memberi janji" kilah Don Croce. "Dan kalau janjimu
tidak bisa ditepati, baguslah. Kalau menurutmu mustahil, akan kusampaikan berita
buruk itu kepadanya."
Menteri seketika memahami. Ia mengerti, sebagaimana diinginkan Don Croce, pada
akhirnya Don Croce harus menyingkirkan Guiliano. Mereka berdua tidak bisa hidup
berdampingan di Sisilia. Dan Don Croce akan mengambil alih seluruh tanggung
jawab ini, sehingga Menteri tidak perlu khawatir bagaimana memecahkan
masalahnya. Jelas ia bisa memberikan janji-janji. Ia hanya perlu menyerahkan
duplikat kedua rencana militer itu kepada Don Croce.
Menteri mempertimbangkan keputusannya. Don Croce menunduk dan berkata pelan,
"Kalau pengampunannya memang bisa diberikan, aku pasti akan mendesaknya."
Menteri mondar-mandir dalam ruangan memikirkan semua komplikasi yang mungkin
timbul. Don Croce tidak pernah menggerakkan kepala maupun tubuh untuk mengikuti
gerakannya. Menteri berkata, "Janjikan pengampunan atas namaku padanya, tapi kau harus tahu
janji itu sulit ditepati. Skandalnya mungkin terlalu berlebihan. Kalau pers tahu
kita bertemu, mereka akan memanggangku hidup-hidup dan aku terpaksa pensiun,
kerja di lahan pertanianku di Sisilia, menyekop kotoran, dan mencukur domba.
Sekarang apa kau benar-benar perlu mendapatkan duplikat rencana dan perintahku
itu?" "Tidak ada yang bisa dilakukan tanpa keduanya," jawab Don Croce. Suara tenornya
sama kuat dan meyakinkannya seperti suara penyanyi hebat. "Guiliano perlu bukti
bahwa kita berteman dan dia butuh bayaran di muka untuk layanannya. Kedua
masalah itu akan beres begitu kutunjukkan kedua duplikat tersebut dan berjanji
semua itu tidak akan dilaksanakan. Dia bisa beroperasi sebebas sebelumnya tanpa
harus melawan angkatan bersenjata atau polisi tambahan. Dengan kedua duplikat di tanganku, itu
membuktikan koneksiku denganmu, dan ketika rencana-rencana itu tidak dijalankan,
itu akan membuktikan pengaruhku terhadap Roma."
Menteri Trezza menuangkan secangkir espresso lagi untuk Don Croce. "Aku setuju,"
katanya. "Aku percaya pada persahabatan kita. Rahasia adalah segalanya. Tapi aku
mengkhawatirkan keselamatanmu. Begitu Guiliano melaksanakan tugasnya dan tidak
mendapat pengampunan, jelas dia akan menuntut tanggung jawab darimu."
Don mengangguk tapi tidak berbicara. Ia menghirup espressonya. Menteri
mengawasinya tajam dan berkata, "Kalian berdua tidak bisa hidup berdampingan di
pulau sekecil itu." Don tersenyum. "Akan kusediakan tempat baginya," ujarnya. "Ada banyak waktu."
"Bagus, bagus," sambut Menteri Trezza. "Dan ingat ini Kalau aku bisa menjanjikan
partaiku bahwa para pemilih Sisilia akan memenangkan mereka dalam pemilihan
selanjurnya, dan kemudian aku bisa membereskan masalah Guiliano dengan
kemenangan di pihak pemerintah, tak terduga seberapa tinggi kenaikan posisiku
dalam jajaran penguasa Italia. Tapi tidak peduli setinggi apa pun, aku tidak
akan pernah melupakan dirimu, sobat. Kau akan selalu mendapat perhatianku."
Don Croce menggeser tubuhnya yang besar di kursi dan berpikir apakah layak
menjadikan orang tolol ini Perdana Menteri Italia. Tapi kebodohannya justru bisa
menjadi aset bagi Friends of the Friends, dan kalau ia berkhianat, mudah saja
menghancurkan - nya. Don Croce berbicara dalam nada tulus yang menjadikannya terkenal, "Aku
berterima kasih atas persahabatanmu dan akan berusaha sekuat tenaga membantumu.
Kita sudah sepakat. Aku akan berangkat ke Palermo besok sore dan akan sangat
berterima kasih kalau kau mengirimkan rencana dan dokumen lainnya ke hotelku
Bentrok Rimba Persilatan 5 Pendekar Rajawali Sakti 202 Gerombolan Samurai Hitam Pendekar Setia 7

Cari Blog Ini