Ceritasilat Novel Online

Protokol Keempat 7

Protokol Keempat Karya Frederick Forsyth Bagian 7


"Oh, ya, itu." "Akan kubawa ke kantormu besok," kata Banks.
"Jangan repot-repot," kata Preston dengan marah. "Kita di sini sekarang untuk
merayakan cutiku yang empat minggu. Mulai besok pagi. Dipaksa. Cheers."
"Jangan tolak itu," kata Banks dengan sabar. "Kebanyakan orang akan senang
sekali meninggalkan tempat kerja." Dia bisa melihat bahwa Preston sedang marah
karena sesuatu sebab dan bermaksud menghibur rekannya yang berdinas di MI-5 itu.
Yang tak bisa diutarakannya kepada Preston adalah bahwa dia sedang menjalankan
tugas dari Sir Nigel Irvine untuk menggali informasi dari kambing hitam
Harcourt-Smith ini dan melaporkan hasil penemuannya.
Setelah minum tiga gelas whisky selama satu jam, Preston masih juga tenggelam
dalam kemurungan. "Aku sedang memikirkan kemungkinan untuk mengundurkan diri,"
katanya tiba-tiba. Banks, seorang pendengar yang baik yang menyela sekali-sekali hanya untuk
menyerap infor - 140 masi, merasa ikut prihatin. "Sungguh drastis itu," katanya. "Apa memang separah
itu situasinya?" "Begini, Barry, aku tidak keberatan disuruh terjun bebas dari ketinggian enam
puluh ribu meter. Aku bahkan tidak keberatan aku ditembaki saat payung membuka.
Tapi aku akan sangat jengkel kalau serangan itu datangnya dari orang-orang kita
sendiri. Cukup masuk akalkah itu?"
"Bagiku itu sangat bisa diterima," kata Banks. "Jadi, siapa yang menembak?"
"Orang hebat yang di lantai atas itu," Preston menggeram. "Aku baru saja
memberikan sebuah laporan yang rupanya tidak disukainya."
"Di NFA-kan lagi?"
Preston mengangkat bahu. "Pasti begitu."
Pintu membuka dan serombongan staf dari Lima keluar. Brian Harcourt-Smith berada
tepat di tengah-tengah mereka, dikelilingi kepala-kepala seksinya.
Preston menghabiskan minumannya. "Well, terima kasih atas perhatianmu dan aku
permisi dulu. Aku mau mengajak anakku nonton film malam ini."
Setelah Preston pergi, Barry Banks menghabiskan minumannya, menghindar dari
ajakan rombongan tadi untuk bergabung di bar, dan menuju kantornya. Dari sana ia
menelepon dan berbicara lama dengan C di kantornya di Sentinel House.
Belum lewat tengah malam hari Kamus itu ketika Mayor Petrofsky tiba kembali di
Chcrryhayes 141 Close. Pakaian kulit hitam dan helmnya ditanggalkannya bersama sepeda motor BMWnya di garasi sewaannya di Thctford. Ketika dia dengan perlahan mengendarai
mobil Ford nya yang kecil itu di atas jalur semen di depan garasi rumahnya dan
kemudian masuk ke rumahnya, ia mengenakan pakaian berwarna lembut dan jas hujan
ringan. Tak ada yang melihat dia atau tas plastik di tangannya.
Setelah mengunci pintu depan baik-baik, ia lalu naik ke lantai atas dan membuka
laci paling bawah lemari pakaiannya. Di dalamnya ada sebuah radio transistor
Sony. Di samping itu diletakkannya selongsong gips yang kosong tadi.
Ia tidak mengutak-atik kedua barang itu. Ia tidak tahu apa isinya, dan ia juga
tidak ingin tahu. Itu adalah tugas si perakit nanti, yang belum akan hadir untuk
melakukan tugasnya sampai seluruh komponen yang diperlukan sudah diterima dengan
aman. Sebelum tidur, Petrofeky membuat secangkir teh untuk dirinya sendiri. Seluruhnya
ada sembilan kurir. Itu artinya sembilan rendezvous pertama dan sembilan
penopang kalau kalau ada yang gagal dalam pertemuan yang pertama itu. Ia telah
menghafalkan semuanya, ditambah enam lagi yang mewakili ketiga kurir ekstra yang
akan dipakai sebagai pengganti bilamana diperlukan.
Salah satu dari mereka sekarang sudah harus dipanggil, karena Kurir Dua ternyata
tidak muncul. Pctrofsky tidak tahu mengapa rendezvous itu ga 142 gal. Jauh di Moskow sana, Mayor Volkov tahu. Moskow telah menerima laporan
lengkap dari konsulnya yang di Glasgow, yang telah memberitahu dengan pasti
bahwa barang milik pelaut yang tewas itu terkunci dalam lemari besi di kantor
polisi Parlick dan akan tetap berada di sana sampai ada pemberitahuan
selanjutnya. Petrofsky mengecek daftar hafalannya. Kurir Empat dijadwalkan dating empat hari
lagi, dan pertemuan direncanakan di West End London. Saat ia berangkat tidur,
fajar tanggal enam belas mulai menjelang. Pada waktu dia mulai lelap, dia
mendengar bunyi truk susu masuk ke jalan itu dan bunyi botol-botol beradu, yang
merupakan antaran pertama untuk hari itu.
Kali ini, Banks menjalankan misinya dengan cara yang lebih terbuka. Ia sedang
menunggu Preston di lobi gedung apartemennya, hari Jumat sore, ketika agen MI-5
itu tiba dengan mobilnya bersama Tommy yang duduk di kursi penumpang.
Mereka berdua baru saja mengunjungi ke Museum Pesawat Terbang Hcndon, di sana si
bocah, karena sangat bergairah melihat pesawat-pesawat tempur dari zaman dahulu,
telah menyatakan bahwa ia ingin menjadi pilot kalau dia sudah besar nanti.
Ayahnya tahu bahwa dia telah memutuskan untuk memilih enam karier sebelum itu,
dan pasti akan berubah pikiran lagi sebelum lewat tahun itu.
143 Sore itu telah berjalan dengan cukup menyenangkan.
Banks nampaknya terkejut melihat anak itu; jelas ia tidak menyangka anak itu
akan berada di situ. Ia mengangguk dan tersenyum, dan Preston memperkenalkan dia
kepada Tommy sebagai "seseorang dari kantor".
"Ada apa kali ini?" tanya Preston.
"Seorang rekanku ingin berbicara lagi dengan kau," kata Banks dengan hati-hati.
"Kalau hari Senin bagaimana?" tanya Preston. Hari Minggu nanti pekan liburannya
bersama Tommy akan berakhir dan dia harus mengantarkan anak itu ke Mayfair serta
menyerahkannya lagi pada Julia.
"Sebenarnya, dia sedang menunggumu sekarang ini."
"Di jok belakang lagi?" tanya Preston. "Er... tidak. Sebuah flat kecil punya kami
di Chelsea." Preston menghela napas. "Berikan alamatnya padaku. Aku akan ke sana dan tolong
ajak Tommy jalan-jalan beli es krim."
"Aku harus mengecek dulu," kala Banks.
Ia lalu menghampiri sebuah boks telepon di dekat situ dan menelepon. Preston dan
putranya menunggu di trotoar. Banks kembali ke situ dan menganggukkan kepala.
"Bisa," katanya, dan memberikan secarik kertas kepada Preston. Preston pergi
mengendarai mobil - 144 nya sementara Tommy menunjukkan kepada Banks kedai es krim favoritnya.
Flat itu kecil dan letaknya tersembunyi, dalam sebuah bangunan modern, masuk
dari Chelsea Manor Street. Sir Nigel sendiri yang membuka pintunya. Dia, seperti
biasanya, menunjukkan basa-basi cara kuno. "My dear John, kau baik sekali mau
datang." Seandainya seseorang dibawa ke hadapannya dengan diikat seperti ayam
dan diangkat oleh empat orang berbadan besar, ia tetap saja akan mengatakan,
"Baik sekali Anda mau datang."
Setelah mereka berdua duduk di ruang duduk yang sempit, sang Master mengacungkan
file asli laporan Preston. "Terima kasih setulusnya. Sangat
menarik." "Tapi tidak dipercaya nampaknya."
Sir Nigel memandang pria yang lebih muda itu sekilas dengan tajam, tapi memilih
kata-katanya dengan hati-hati. "Aku belum tentu setuju itu." Ia lalu cepat-cepat
tersenyum dan mengalihkan pembicaraan. "Nah, kau jangan menyalahkan Barry, tapi
aku meminta dia untuk mengamatimu. Rupanya kau kurang senang dengan pekerjaanmu
yang sekarang." "Saat ini saya malahan sedang tidak bekerja, sir. Saya sedang mengambil cuti
karena dipaksa." "Begitu yang kudengar. Sesuatu yang terjadi di
Glasgow, bukan?" "Anda belum menerima laporan mengenai peristiwa Glasgow itu minggu lalu" Itu
menyangkut 145 seorang pelaut Rusia, seorang yang menurut saya adalah seorang kurir. Itu kan
jelas menyangkut Enam?"
"Pasti aku akan menerimanya tidak lama lagi," kata Sir Nigel dengan hati-hati.
"Maukah kau menceritakannya padaku?"
Preston memulai dari awal dan mengisahkan kejadian itu sampai selesai, sepanjang
yang diketahuinya. Sir Nigel duduk di situ seakan tenggelam dalam permenungan,
dan memang begitu: sebagian pikirannya menerima kata-kata itu dan sebagian lagi
mencoba mencernanya. Mereka lidak akan,sampai berbuat begitu, bukan" begitu pikirnya. Melanggar
Protokol Keempat" Atau mungkin begitu" Orang yang terpojok bisa saja melakukan
tindakan-tindakan nekat, dan ia tahu bahwa dalam beberapa sektor produksi ?pangan, ekonomi, perang di Afghanistan Uni Soviet memang sedang berada dalam
?posisi terpojok. Ia lalu menyadari bahwa Preston sudah berhenti berbicara.
"Maafkan aku," katanya. "Apa kesimpulanmu dari semua kejadian itu?"
"Saya berpendapat bahwa Scmyonov bukan petugas dek kapal dagang, melainkan
seorang kurir. Kesimpulan itu menurut saya tidak bisa dihindari. Tidak mungkin
ia akan melindungi apa yang sedang dibawanya itu, atau mengakhiri hidupnya untuk
menghindari interogasi dari pihak kiui kalau dia tidak diberitahu bahwa misinya
?itu teramat penting nilainya."
146 "Cukup,bisa diterima," Sir Nigel setuju. "Jadi?"
"Jadi menurut saya memang ada penerima yang sudah siap menerima lempeng polonium
itu, baik secara langsung lewat suatu rendezvous atau secara tak langsung lewat
antaran buta. Itu artinya di sini ada ilegal, di wilayah kita. Saya kira kita
harus mencoba mencari dia."
Sir Nigel mengerutkan bibirnya. "Kalau dia seorang ilegal kelas satu, mencari
dia sama sulitnya dengan mencari jarum di tumpukan jerami," ia bergumam.
"Ya, saya tahu itu."
"Seandainya kau tidak diwajibkan untuk mengambil cuti, kau akan minta wewenang
untuk melakukan apa?"
"Saya rasa. Sir Nigel, satu lempeng polonium tidak ada manfaatnya hari siapa
pun. Apa pun yang sedang direncanakan si ilegal, pasti ada komponen-komponen
lainnya. Nah, siapa pun yang memberikan perintah kepada Semyonov, lelah
memutuskan untuk tidak memanfaatkan kantong pos diplomatik Kedutaan Rusia. Saya
tidak tahu mengapa padahal akan jauh lebih mudah mengirimkan sebuah bingkisan
?yang diperkuat dengan pinggiran timah ke Inggris, melalui kantong pos diplomatik
dan menyuruh salah satu agen Jalur N mereka membawa barang itu sebagai antaran
buta ke suatu tempat untuk kemudian diambil oleh orang yang bermukim di sini
tadi. Jadi saya bertanya pada diri sendiri, mengapa mereka tidak memilih
melakukan 147 itu saja. Dan jawaban singkatnya adalah, saya tidak tahu."*
"Benar," Sir Nigel setuju, "jadi?"
"Jadi kalau ada satu kiriman yang gagal maka pasti akan ada kiriman lain.
? ?Mungkin sebelumnya sudah ada kiriman-kiriman lain. Berdasarkan hukum perkiraan
rata-rata, pasti masih akan ada lagi. Dan nampaknya kiriman-kiriman itu akan
disampaikan lewat 'keledai-keledai', yang menyamar sebagai pelaut biasa dan
hanya Tuhan yang tahu sebagai apa lagi."
"Dan setelah itu yang kaulakukan apa?" tanya Sir Nigel.
?Preston menarik napas dalam-dalam. "Kalau saja posisi saya tidak begini, saya
akan" ia menekankan kata kalau saja itu "melacak kembali semua orang yang
? ?masuk ke Inggris dari Rusia empat puluh, lima puluh, bahkan mungkin seratus hari
ini. Kita tidak bisa mengharapkan akan ada lagi pengeroyokan seperti yang
dilakukan berandal-berandal itu, tapi bisa saja terjadi peristiwa lain. Lalu
saya akan memperketat pengawasan terhadap semua orang yang masuk dari Uni
Soviet, dan bahkan dari seluruh Blok Timur, untuk melihat apakah kita bisa
mendeteksi adanya kiriman komponen lain. Sebagai kepala C5(C) saya akan bisa
melakukan itu." "Dan sekarang kau berpendapat bahwa kau tak mungkin akan memperoleh kesempatan?"
Preston menggelengkan kepala. "Bahkan sean 148 dainya saya diperbolehkan bekerja besok pagi, saya hampir yakin bahwa saya harus
melepaskan kasus ini. Sudah jelas saya ini dianggap sebagai orang yang suka
membuat onar dan menimbulkan gelombang."
Sir Nigel mengangguk sambil tepekur. "Melanggar batas-batas kedinasan sering
kali dianggap kurang baik," katanya, seakan sedang melafalkan alur pikirannya.
"Ketika aku memintamu untuk pergi ke Afrika Selatan untukku. Sir Bernard-Iah
yang memberikan izin. Tapi kemudian aku tahu bahwa penugasan itu, walaupun
sangat pendek masanya, telah menimbulkan apa istilahnya" rasa permusuhan di ? ?beberapa sektor di Charles Street.
"Jadi, aku tidak menghendaki persengketaan dengan dinas lain yang merupakan
saudara sekandung dinasku. Di pihak lain, aku punya pandangan, yang sama dengan
pandanganmu sendiri, bahwa barangkali gunung es yang ada di bawah puncaknya yang
nampak itu lebih besar daripada yang kita sangka. Singkatnya begini, kau punya
cuti empat minggu. Bersediakah kau memakai waktumu itu untuk menggarap kasus
ini?" "Buat siapa?" tanya Preston kebingungan.
"Buat aku," kata Sir Nigel. "Kau tidak mungkin pergi ke Sentinel, karena orang
akan melihatmu. Berita akan tersiar."
"Jadi saya akan bekerja di mana?"
"Di sini," kata C. "Tempat ini kecil tapi sangat nyaman. Dan aku juga memiliki
wewenang seperti 149 wewenang yang kaumiliki untuk menanyakan semua hal yang kauscbutkan tadi. Semua
peristiwa yang menyangkut orang yang baru tiba dari Soviet atau negara Blok
Timur akan dicatat, baik di atas kertas atau di komputer. Dan karena kau tidak
bisa dekat dengan file-file atau komputer itu, aku akan atur supaya file-file
dan printout diantarkan padamu. Bagaimana?"
"Kalau Charles Street tahu akan semua ini, karier saya akan habis di Lima," kata
Preston. Ia memikirkan gajinya, pensiunnya, kemungkinan untuk memperoleh
pekerjaan lain dalam umurnya yang sekarang ini, dan... Tommy.
"Berapa lama lagi kau kira kau akan bekerja di Charles di bawah kepemimpinan
yang sekarang ini?" tanya Sir Nigel.
Preston tertawa pendek. "Tidak lama," katanya. "Baiklah, sir, saya menerima itu.
Saya memang ingin tetap menggarap kasus ini. Masih ada sesuatu yang tersembunyi
di balik semuanya ini."
Sir Nigel mengangguk menyetujui ucapannya itu. "Kau orang yang ulet, John. Aku
menghargai keuletan. Biasanya itu akan membuahkan hasil. Datanglah ke sini pada
hari Senin. Aku akan menugaskan dua anak buahku untuk mclayanimu. Minta saja
kepada mereka apa yang kaupcrlukan, dan mereka akan memenuhinya."
Pada hari Senin pagi, 20 April, saat Preston memulai kerjanya di flat di
Chelsea, seorang pe - 150 main piano konser yang amat terkenal tiba di Heathrow Airport dari Prana, dalam
rangka menggelarkan konsernya di Wigmore Hall petang hari berikutnya.
Para pejabat bandara telah diminta untuk meningkatkan kewaspadaan, dan demi
menghormati reputasi sang pemusik, pabean dan imigrasi hanya sedikit saja
memperketat pemeriksaan terhadap dirinya. Pianis yang sudah berumur ini setelah
melewati pabean disambut oleh seorang wakil dari organisasi sponsor dan, bersama
rombongan kecilnya lalu diantar ke suite-nya di Cumberland Hotel.
Rombongannya terdiri dari ahli tata riasnya, yang menangani pakaiannya dan
aspek-aspek penampilan lainnya dengan penuh pengabdian; seorang sekretaris
wanita yang mengurus surat-surat penggemar dan korespondensi lain; dan pembantu
pribadinya, seorang pria jangkung yang bertampang muram bernama Lichka, yang
mengurus masalah keuangan dan negosiasi dengan organisasi dari negara tuan
rumah, dan kelihatannya mempunyai kebiasaan menelan pil-pil antacid.
Senin itu, Lichka telah menelan pil dalam jumlah yang tidak umum banyaknya. Ia
sebenarnya tidak senang akan tugas yang dibebankan kepadanya, tapi agen-agen StB
itu sangat menekan dia. Tidak ada orang waras yang berani menentang agen-agen
StB, polisi rahasia dan dinas intelijen Cekoslovakia, atau berkeinginan untuk
diundang untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut di mar-151
kas besar mereka, sebuah tempat yang sangat ditakuti yang disebut "Monastery".
Agen-agen itu menjelaskan bahwa penerimaan cucu perempuan Lichka di universitas
akan sangat dipermudah jika ia bersedia membantu mereka suatu cara yang sopan ?untuk mengatakan bahwa cucunya itu pasti tidak akan diterima kalau dia menolak
permintaan mereka. Ketika mereka mengembalikan sepatunya, ia tidak melihat tanda-tanda perubahan
apa pun pada sepatunya itu, dan sesuai dengan instruksi, ia memakainya saat
melakukan penerbangan dan menuju Heathrow Airport.
Petang itu, seorang pria menghampiri meja reception dan dengan sopan menanyakan
nomor kamar Lichka. Dengan sama sopannya nomor itu diberitahukan. Lima menit
kemudian, tepat pada jam yang sudah dijadwalkan bagi Lichka, terdengar ketukan
perlahan di pintu kamarnya. Secarik kertas disorongkan di bawah pintu itu. Ia
memeriksa kode identitasnya, membuka pintu itu selebar tiga belas sentimeter,


Protokol Keempat Karya Frederick Forsyth di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan menyerahkan sebuah tas plastik yang berisi sepatunya. Tangan-tangan yang tak
terlihat menerima tas itu dan Lichka menutup pintu kembali. Setelah kertas itu
dilenyapkannya dengan cara mengguyurnya ke dalam toilet, ia bernapas dengan
lega. Ternyata lebih mudah daripada yang diperkirakannya. Sekarang, pikirnya,
kami bisa memusatkan diri pada urusan musik.
Sebelum tengah malam hari itu, di suatu tempat
152 terpencil di Ipswich, sepatu itu bergabung dengan selongsong gips dan sebuah
radio transistor dalam laci bawah sebuah lemari pakaian. Kurir Empat telah
melaksanakan tugasnya. Sir Nigel Irvine mengunjungi Preston di apartemen Chelsea pada hari Jumat sore.
Staf MI-5 itu nampak lelah, dan flat itu penuh dengan file-file dan printout
komputer yang berserakan di mana-mana.
Ia telah menghabiskan lima hari dan tidak memperoleh apa-apa. Ia memulai dengan
setiap orang yang masuk ke Inggris dari Uni Soviet selama empat puluh hari yang
telah lewat Ternyata ada ratusan: delegasi-delegasi perdagangan, pembeli-pembeli
di bidang industri, para jurnalis, wakil-wakil serikat buruh, serombongan
penyanyi koor dari Georgia, sekelompok penari Cossacks, sepuluh atlet bersama
seluruh kontingennya, dan suatu tim dokter yang datang untuk menghadiri
konferensi medis di Manchester. Dan semua itu baru orang-orang Rusia saja.
Juga masuk dari Rusia adalah para turis yang pulang: para pecinta seni yang
pulang dari kunjungan mereka ke Museum Hermitage di Leningrad, kelompok anak
sekolah yang baru saja melawat untuk menyanyi di Kiev, dan delegasi "perdamaian"
yang memberikan sumbangan yang berarti bagi mesin propaganda Soviet dengan
mengutuk negerinya sendiri di konferensi pers di Moskow dan di Kharkov.
153 Bahkan daftar itu masih belum mencakup kru Aeroflotyang masuk-keluar sebagai
kegiatan normal perjalanan "udara mereka, sehingga Prajurit Satu Romanov sama
sekali tidak muncul dalam data.
Dan tentu saja tidak ada data yang menunjukkan seorang pria Denmark yang dalang
ke Birmingham dari Paris dan meninggalkan Inggris melalui Manchester.
Pada hari Rabu, Preston mempunyai dua pilihan; tetap menekuni arus masuk dari
Uni Soviet dan melanjutkannya dengan lingkup enam puluh hari, atau memperluas
jaring untuk mencakup semua yang masuk dari semua negara Blok Timur. Itu artinya
akan meliputi ribuan orang. Ia memutuskan untuk menekuni dulu lingkup waktu
empat puluh hari itu tapi memasukkan negara-negara komunis non-Sovict. Untuk itu
jumlah kertas yang harus ditangani membengkak menjadi setinggi pinggang.
Pabean sangat membantu. Telah terjadi sejumlah penyitaan, tapi kasusnya selalu
menyangkut batas yang dibolehkan untuk barang duty-free. Tidak ada barang sitaan
yang mengundang kecurigaan. Imigrasi ternyata tidak menemukan kasus paspor
"cacat**, tapi ini memang sudah bisa diduga sebelumnya. Kenakalan dan kecurangan
yang dilakukan orang-orang dari Dunia Ketiga terhadap paspor mereka tidak
ditemukan pada orang-orang dari negara blok komunis. Bahkan tidak ada kasus
paspor yang habis masa berlakunya, yang sering kali merupakan alasan bagi
petugas imigrasi untuk menghalangi masuknya pe-154
ngunjung. Di negara-negara komunis paspor seseorang biasanya sudah sedemikian
ketatnya diperiksa sebelum keberangkatan orang tersebut sehingga kemungkinannya
sangat kecil orang itu akan mendapat kesulitan di bandara Inggris.
"Dan itu," kata Preston dengan murung, "berarti masih ada yang belum
diperiksa pelaut-pelaut kapal dagang, yang masuk tanpa pemeriksaan di lebih ?dari dua puluh pelabuhan niaga; para kru kapal-kapal pabrik ikan yang saat ini
berlayar di perairan Skotlandia; para awak pesawat komersial, yang hampir-hampir
tidak diperiksa sama sekali; dan mereka yang dilindungi secara diplomatik."
"Seperti telah kuduga," kata Sir Nigel. "Tidak mudah. Kau punya gagasan mengenai
apa yang kaucari?" "Ya, sir. Saya meminta salah satu anak buah Anda menggunakan waktunya Senin yang
lalu untuk hadir di Aldcrmaston bersama para petugas di bagian rekayasa nuklir.
Rupanya lempeng polonium itu cocok untuk sebuah bom yang kecil, kasar, dengan
rancang bangun yang sederhana, dan tidak begitu kuat daya ledaknya itu kalau
?bom atom bisa dianggap punya daya ledak yang 'tidak begitu kuat'." Ia memberikan
kepada Sir Nigel sebuah daftar komponen. "Saya kira, komponen-komponen itulah
yang sedang kita cari."
C mempelajari daftar komponen itu. "Cuma ini saja yang diperlukan untuk merakit
sebuah bom atom?" ia bertanya akhirnya.
155 "Kalau perangkatnya, saya kira, memang cuma itu. Saya juga tidak menyangka itu
bisa dibuat dengan begitu sederhana. Selain dari inti atomnya dan penumbuk
bajanya, bahan-bahan itu dengan mudah bisa disembunyikan di mana saja dan tidak
akan mengundang kecurigaan."
"Baiklah, John, apa rencanamu saat ini?"
"Saya sedang mencari suatu pola, Sir Nigel. Hanya itu yang bisa saya cari. Suatu
pola masuknya seseorang ke dalam negeri ini dan keluar lagi dengan nomor paspor
yang sama. Kalau hanya satu atau dua kurir yang digunakan, maka mereka harus
sering masuk dan keluar lagi, memakai tempat-tempat masuk dan keluar yang
berbeda-beda, dan mungkin tempat berangkat yang juga berbeda-beda di luar
negeri; tapi kalau muncul suatu pola, maka kita akan bisa meminta peningkatan
kewaspadaan di seluruh negeri terhadap nomor-nomor paspor tertentu yang tidak
banyak jumlahnya. Ini mungkin tidak banyak membantu, lapi ini maksimal yang bisa
dilakukan." Sir Nigel bangkit. "Lanjutkan itu, John. Aku akan mengatur supaya kauperoleh apa
saja yang kaupcrlukan. Mari kita berdoa siapa pun yang sedang kita cari akan
terpeleset, sekali saja, yaitu menggunakan kurir yang sama dua atau tiga kali."
Tapi Mayor Volkov lebih efisien lagi. Ia tidak terpeleset. Ia tidak tahu
komponen-komponen itu apa atau akan dipakai untuk apa. Ia hanya tahu
156 bahwa ia diperintahkan mengirim barang-barang tersebut dengan pasti ke Inggris
tepat pada waktunya untuk serangkaian rendezvous, bahwa setiap kurir harus
menghafalkan jadwal pertemuan pertama dan pertemuan cadangannya, dan bahwa tidak
ada satu pun yang boleh dikirim melalui rezidentura KGB di Kedutaan Rusia di
London. Ia ditugaskan mengirimkan sembilan bingkisan dan ia mempersiapkan dua belas
kurir. Ia tahu bahwa beberapa di antara mereka bukan profesional, tapi karena
penyamaran mereka sempurna dan perjalanan mereka telah diatur berminggu-minggu
atau berbulan-bulan sebelumnya, seperti halnya dengan Lichka si orang Ccko, ia
merasa aman menggunakan mereka.
Supaya Mayor Jenderal Borisov tidak curiga karena ia perlu "merampok" lagi
darinya dua belas ilegal bersama legenda-legenda mereka, -ia telah memperluas
jaringnya ke luar Uni Soviet dengan melibatkan tiga dari dinas-dinas rahasia
saudaranya: StB dari Cekoslovakia, SB dari Polandia, dan, terutama sekali Haupt
Verwaltung Aufklarung (HVA) Jerman Timur yang amat patuh dan penurut
Orang-orang Jerman Timur itu sangat bagus kerjanya. Sementara di Jerman Barat,
Prancis, dan Inggris terdapat masyarakat Polandia dan Cekoslovakia, Jerman Timur
memiliki kelebihan yang sangat menguntungkan. Karena persamaan etnik antara
Jerman Timur dan Jerman Barat dan adanya
157 kenyataan bahwa jutaan orang Jerman Timur telah lari ke Jerman Barat, maka HVA
yang berpusat di Berlin Timur memiliki jauh lebih banyak ilegal di Barat
daripada dinas rahasia lainnya dari Blok Timur.
Volkov telah memutuskan untuk hanya memakai dua orang Rusia, dan keduanya akan
menjadi orang-orang yang pertama disusupkan. Ia tidak menyangka bahwa orang bisa
dikeroyok oleh berandal-berandal jalanan, dan ia juga tidak sadar bahwa kiriman
barang milik pelaut itu sudah lenyap dari lemari penyimpannya di kantor polusi
Glasgow. Dia hanya tahu bahwa dia harus meningkatkan kewaspadaan tiga kali
lipat, karena itu sudah menjadi sifatnya dan dia memang dilatih untuk itu.
Untuk sisa kirimannya yang tinggal tujuh itu, ia menggunakan seorang kurir yang
dipasok oleh pihak Polandia, dua oleh pihak Ceko (termasuk Lichka), dan empat
oleh pihak Jerman Timur. Kurir yang kesepuluh, yang menggantikan Kurir Dua yang
tewas, juga datang dari pihak Polandia. Untuk mengubah rancangbangun dua
kendaraan motor, Volkov bahkan menggunakan sebuah bengkel yang dikelola oleh HVA
di Brunswick, Jerman Berat
Hanya kedua orang Rusia itu dan satu orang Ceko, Lichka, yang akan menggunakan
tempat berangkat di negara Blok Timur; ditambah dengan.
158 sekarang ini, kurir kesepuluh, yang direncanakan berangkat-dengan pesawat Polish
Airline, LOT. Volkov tidak akan pernah memunculkan pola yang sedang dicari-cari Preston di
tengah lautan kertasnya di Chelsea.
Sir Nigel Irvine, seperti banyak orang yang bekerja di pusat kota London,
berusaha untuk melarikan diri dari kesibukan untuk mencari udara segar di akhir
pekan. Dia dan Lady Irvine tinggal di London selama hari-hari kerja, tapi
mempunyai sebuah cottage yang kecil di pedesaan di Dorset bagian tenggara, di
Pulau Purbcck, di sebuah desa yang bernama Langton Matravcrs.
Hari Minggu itu C mengenakan mantel dan topi dari bahan tweed, membawa tongkat
tebal, dan berjalan-jalan menyusuri padang-padang rumput dan jalan-jalan setapak
menuju bukit karang di atas Chapman's Pool di Sl Alban's Head. Matahari bersinar
cerah tapi angin terasa dingin, dan mengembus rambutnya yang keperak-perakan
yang keluar dari topinya di atas telinganya bagaikan sayap-sayap kecil. Ia
mendaki jalan setapak menuju bukit karang itu dan berjalan sambil terus berpikir
keras, sekali-sekali berhenti untuk memandang buih-buih putih berkejaran di
Selat Inggris di bawahnya.
Ia sedang merenungkan kesimpulan yang diambil Preston dalam laporannya yang
pertama dan betapa itu sangat banyak persamaannya dengan
159 kesimpulan Sweeting di pertapaannya di Oxford. Cuma kebetulan saja" Khayalan
kosong" Alasan untuk memperkuat keyakinan diri" Atau cuma sekadar isapan jempol
dari seorang abdi negara dan seorang akademisi yang terlalu kuat berkhayal"
Dan seandainya semua itu benar, mungkinkah ada hubungannya dengan sebuah lempeng
kecil polonium dari Leningrad yang sampai ke kantor polisi Glasgow tanpa
diundang" Kalau lempeng logam itu seperti apa yang dikatakan Wynne-Evans, maka itu artinya
apa" Apakah itu bisa berarti bahwa seseorang, jauh di sana di balik gelombang
yang berbuih putih, memang bermaksud melanggar Protokol Keempat"
Dan seandainya itu benar, siapakah gerangan orangnya" Chebrikov dan Kryuchkov
dari KGB" Mereka tidak akan pernah berani bertindak kecuali atas perintah
Sekretaris Jenderal. Dan jika Sekretaris Jenderal berada di balik semua
ini mengapa"?Dan mengapa kantong pos diplomatik tidak dipakai" Jauh lebih mudah, lebih
sederhana, lebih aman. Untuk pertanyaan yang terakhir ini, ia merasa bisa
menemukan jawabannya. Menggunakan kantong pos diplomatik berarti menggunakan
rezidentura wilayah kewenangan KGB di dalam Kedutaan Rusia. C lebih tahu
? ?daripada Chebrikov, Kryuchkov, atau Sekretaris Jenderal sendiri, bahwa wilayah
itu sudah disusupi. Ia punya sumber di dalam sana, yaitu Andreyev.
160 Sekretaris Jenderal, C menduga, mempunyai alasan kuat untuk merasa terguncang
dengan gelombang pembelotan yang terjadi di tubuh KGB akhir-akhir ini. Semua
bukti menunjukkan bahwa kekecewaan yang sedang terjadi di semua tingkatan di
Rusia sudah demikian mendalamnya sehingga kini sudah merasuk ke jajaran yang
paling elit dari yang elit. Kecuali pcmbelotan-pcmbelotan itu, yang^dimulai di
akhir tahun 1970-an dan terus berlangsung sampai tahun 1980-an, terjadi juga
pengusiran besar-besaran terhadap para diplomat Soviet di seluruh dunia,
sebagian disebabkan karena ulah mereka sendiri yang terus mencari agen-agen
untuk direkrut, tapi kemudian berlanjut dengan kecemasan yang semakin parah
karena para pimpinan diplomatik itu pun juga ikut diusir dan dengan demikian
jaringan sistemnya menjadi bcrantakan. Bahkan negara-negara Dunia Ketiga yang,
satu dekade yang lalu, begitu patuh terhadap Soviet, sekarang bersikap tegas
dengan mengusir agen-agen Soviet karena ulah mereka yang melanggar aturan-aturan
diplomatik. Ya, suatu operasi besar yang dilakukan tanpa dukungan KGB adalah masuk akal. Sir
Nigel telah mendengar diri sumber yang bisa dipercaya bahwa sang Sekretaris
Jenderal sangat cemas terhadap gencarnya penyusupan dari pihak Barat ke dalam
tubuh KGB sendiri. Untuk setiap pengkhianat yang menyerang ke pihak
musuh begitu pameo di?161
kalangan dinas intelijen bisa dipastikan ada satu lainnya yang masih tinggal.
?Jadi, di luar sana ada seseorang yang mengirimkan kurir-kurir bersama barang
bawaannya masuk ke Inggris barang bawaan yang berbahaya, yang membawa anarki
?dan kekacauan yang bentuknya belum dapat diperkirakan C tapi yang tidak
diragukan lagi pasti akan terjadi sementara dia sedang berjalan-jalan di situ.
?Dan orang itu bekerja untuk seorang lain lagi, sangat tinggi di /tas, yang tidak
mempunyai rasa sayang terhadap pulau kecil ini.
"Tapi kau tak akan bisa menemukannya, John," ia bergumam kepada angin yang tak
acuh. "Kau tangguh,, tapi mereka lebih tangguh lagi. Dan merekalah yang memegang
kartu-kartu As-nya."
Sir Nigel Irvine adalah salah satu dari kelompok tua yang berjiwa besar,
generasi yang sudah akan berlalu karena sedang digantikan di setiap lapisan
masyarakat oleh orang-orang baru yang berbeda jenisnya, bahkan juga di lapisan
tertinggi pemerintahan ini, di mana kesinambungan gaya dan cara adalah sesuatu
yang dulu sangat dipuja-puja.
Demikianlah ia memandang jauh ke seberang Selat Inggris, seperti begitu banyak
orang Inggris sebelum dia telah melakukannya, dan ia menetapkan niatnya. Dia
tidak yakin bahwa akan terjadi musibah atas tanah air leluhurnya itu, tapi ia
yakin bahwa ada kemungkinan mengenai itu. Tapi itu sudah cukup baginya.
162 Lebih jauh dari situ, di sebuah dermaga di atas pelabuhan kecil Newhaven,
Sussex, seorang pria lain memandang gelombang-gelombang yang berkejaran di Selat
Inggris. Ia mengenakan pakaian kulit hitam, helmnya terletak di sadel sepeda motor BMWnya yang diparkir di situ. Beberapa pejalan kaki lewat, bersama anak-anak mereka
menikmati hari Minggu, melintasi dermaga, tapi tidak memperhatikan dia.
Ia sedang menyaksikan sebuah ferry menuju ke arahnya, sudah jauh melewati batas
cakrawala dan melaju memecah ombak ke arah dermaga pelabuhan itu. Ferry
Cornouailles memang akan tiba dari Dieppe tiga puluh menit lagi. Kurir Lima akan
berada di alasnya. Pada kenyataannya, Kurir Lima berada di atas geladak depan, menyaksikan pantai
Inggris yang semakin mendekat. Dia termasuk salah satu penumpang yang tidak
bermobil, tapi tiketnya berlaku untuk kereta kapal yang akan membawanya langsung
ke jantung kota London. Anton Zelcwski, begitu nama yang tercantum di paspornya, dan data itu sangat
akurat Paspor Jerman Barat, demikian didapati oleh pejabat imigrasi, tapi tak
ada yang aneh dengan itu. Ratusan ribu warga Jerman Barat mempunyai nama yang
berbau Polandia. Ia lolos dari pemeriksaan.
Pabean memeriksa kopernya dan tasnya yang berisi barang-barang duty-free, yang
dibelinya di atas kapal. Satu botol gin dan dua puluh lima
163 batang cerutu dalam kotak yang belum dibuka masih dalam batas yang diizinkan.
Petugas pabean mengangguk, menyalakan dia lolos, lalu menangani pemeriksaan
berikutnya. Zelewski memang telah membeli sekotak cerutu berisi dua puluh lima batang di
toko duty-free di alas kapal Cornouaitles. Selelah itu ia masuk ke kamar mandi,
mengunci dirinya di situ, dan melepaskan label-label duty-free dari kotak yang
baru dibelinya, lalu menempelkan label-label itu pada kotak lain yang persis
sama dengan yang dibawanya. Kolak yang lain itu dibuangnya ke laut.
Dalam kereta yang menuju ke London, Zelewski memilih gerbong kelas satu .yang
tepat bersebelahan dengan lokonya, memilih tempat duduk dekat jendela yang sudah
ditentukan, dan menunggu. Saat hampir mencapai Lewcs, pintu membuka dan seorang
pria berpakaian kulit hitam berdiri di sana. Ia memandang sekilas dan tahu bahwa
bilik itu kosong kecuali orang Jerman itu.
"Apakah kereta ini menuju langsung ke London?" ia bertanya dalam bahasa Inggris
yang mulus tanpa aksen. "Saya kira kereta ini juga akan berhenti di Lewes," jawab Zelewski.
Orang itu mengulurkan tangannya. Zelewski menyerahkan kotak cerutu yang pipih
itu padanya. Orang itu memasukkannya ke balik jaketnya, mengangguk, dan berlalu.
Ketika kereta itu bertolak lagi dari Lewcs, Zelewski melihat orang itu sekali
lagi, 164 di peron di seberang sana, sedang menunggu kereta yang kembali ke Newhaven.
Sebelum tengah malam cerulu-ccrulu itu sudah bergabung dengan radio transistor,
selongsong gips, dan sepatu di tempat penyimpanannya di Ipswich. Kurir Lima
telah melaksanakan tugasnya.
165 OBI Di larang meng komcrsil-kan atau kesialan menimpa anda selamanya
17

Protokol Keempat Karya Frederick Forsyth di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

SIR NIGEL ternyata benar. Sampai hari Kamis, hari terakhir bulan April,
bertumpuk-tumpuk printout komputer tidak menunjukkan pola apa pun di antara
seluruh warga Blok Timur yang berangkat dari pelabuhan mana pun, dan memasuki
Inggris berulang-ulang selama empat puluh hari terakhir. Juga tidak ada pola
yang terjadi di antara orang-orang berkebangsaan tertentu yang memasuki negeri
ini dari Timur selama periode yang sama.
Sejumlah paspor yang mengundang kecurigaan memang ada, tapi ini hal yang biasa
dalam urusan seperti itu. Paspor-paspor itu telah diperiksa, pemegang paspornya
diperiksa dengan diminta menanggalkan seluruh pakaiannya, tapi hasilnya tetap
saja masih nol besar. Tiga paspor masuk dalam daftar "dicegah masuk"; yang dua
adalah orang-orang yang dideportasikan dan berusaha untuk masuk kembali, dan
yang satu adalah seorang tokoh dunia hitam Amerika yang bergerak di bidang
perjudian dan narkotika. Ketiga orang ini juga
166 sudah digeledah sebelum diantarkan naik pesawat berikutnya untuk dipulangkan,
tapi tidak ada sedikit pun petunjuk bahwa mereka adalah kurir dari Moskow.
Seandainya mereka menggunakan warga Blok Barat, atau ilegal dalam negeri yang
memiliki dokumen-dokumen lengkap sebagai warga Blok Barat, maka aku tak akan
pernah bisa menemukan mereka, pikir Preston.
Sir Nigel sekali lagi memanfaatkan persahabatannya yang sudah lama dengan Sir
Bernard Hcmmings untuk mengupayakan kerja sama dengan Lima. "Aku mempunyai
alasan untuk berpendapat bahwa Pusat (Partai Komunis) akan berupaya untuk
menyusupkan seorang ilegal penting ke dalam negeri kita dalam beberapa minggu
ini," katanya. "Masalahnya, Bernard, adalah bahwa aku tidak memiliki
identitasnya, deskripsi tentang dirinya, atau tempat dia akan masuk. Tapi, kalau
anak buahmu bisa membantu memberikan keterangan tentang apa yang terjadi di
gerbang-gerbang masuk, akan sangat kami hargai."
Sir Bernard membuat permintaan itu menjadi sebuah operasi, dan sarana-sarana
negara yang lain pabean, imigrasi. Cabang Khusus, dan polisi pelabuhan telah ? ?sepakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap orang-orang tak dikenal yang
akan menerobos lewat pemeriksaan atau barang apa saja yang mencurigakan yang
dibawa masuk sebagai bagasi.
167 Penjelasan itu cukup masuk akal, dan bahkan Brian Harcourt-Smith pun tidak
menghubungkannya dengan laporan John Preston tentang lempeng polonium itu;
laporan itu masih tetap tergeletak di nampan pending-nya sementara Brian sendiri
masih mereka-reka apa yang akan dilakukannya terhadap laporan tersebut.
Mobil van untuk keperluan berkemah itu tiba pada Hari Perayaan Mei. Ia memiliki
registrasi Jerman Barat dan diangkut ke Dover dengan ferry dari Calais. Pemilik
dan sekaligus pengemudinya, yang surat-suratnya sangat lengkap, bernama Helmut
Dorn, dan bersamanya adalah istrinya, Lisa, dan dua anak yang masih kecil, Uwe,
anak laki-laki berambut jagung berumur lima tahun, dan Brigitte, anak perempuan
mereka yang berumur tujuh tahun.
Setelah melewati pemeriksaan imigrasi, van itu menggelinding menuju zona hijau
pabean yang menangani kasus-kasus "nothing to declare" (tidak membawa barang
yang perlu dilaporkan), tapi salah satu petugas memberi isyarat untuk berhenti.
Setelah memeriksa kembali surat-surat mereka, petugas itu menyatakan hendak
memeriksa bagian belakang van. Herr Dorn mematuhinya.
Kedua anak kecil sedang bermain-main di ruang duduk di dalam mobil dan berhenti
bermain ketika melihat orang-orang berseragam masuk ke mobil. Lelaki dewasa itu
mengangguk dan tersenyum ke 168 pada mereka; mereka tertawa cekikikan. Ia memandang ke sekeliling interior yang
rapi dan bagus, lalu mulai memeriksa isi lemari-lemari. Seandainya Herr Dorn
nervous, ia berhasil menyembunyikannya dengan baik.
Kebanyakan lemari itu berisi barang-barang tetek bengek yang pada umumnya dibawa
oleh sebuah keluarga yang akan berkemah dalam rangka liburan pakaian, peralatan
?masak, dan sebagainya. Petugas pabean mengangkat sedikit jok-jok kursi, yang di
bawahnya merupakan tempat tambahan untuk menyimpan barang-barang. Salah satunya
rupanya khusus dipakai untuk menyimpan mainan anak-anak. Di situ ada dua boneka,
sebuah boneka teddy bear, dan bermacam-macam bola karet yang dihiasi dengan
gambar bundaran besar berwarna-warni mencolok.
Anak perempuan itu, yang sudah hilang rasa malunya, memasukkan tangannya ke
dalam kotak dan mengeluarkan salah satu boneka. Ia berceloteh dengan riang
kepada petugas pabean itu dalam bahasa Jerman. Petugas itu tidak mengerti, tapi
ia mengangguk dan tersenyum.
"Bagus sekali, sayang," katanya. Lalu ia turun melalui pintu belakang mobil dan
menoleh kepada Herr Dorn. "Baiklah, sir. Selamat menikmati liburan."
Van untuk berkemah itu menggelinding bersama-sama dengan kendaraan-kendaraan
lain keluar dari tempat itu dan meluncur ke jalan yang
169 menuju kola Dover, lalu ke jalan raya yang menuju ke wilayah Kent lainnya, terus
ke London. "Gott sei dank," kata Dorn kepada istrinya dengan lega, "wir sind durch."
Istrinya yang membacakan peta, (api tidak ada yang rumit. Jalan raya M20 yang ke
London dipandu dengan tanda-tanda yang jelas sehingga tidak mungkin orang akan
tersesal. Dorn berulang kali melihat arlojinya. Dia agak terlambat dari jadwal,
lapi dia diperintahkan untuk jangan sekali-kali melanggar batas kecepatan
sewaktu mengendarai mobil.
Mereka menemukan desa yang bernama Charing, di satu sisi jalan raya tanpa ?kesulitan dan di sebelah utaranya dekat dari situ terdapat cafe-taria Happy
?Eater di sebelah kiri jalan. Dorn berbelok menuju ke tempat parkir dan
menghentikan mobil. Lisa Dorn membawa anak-anaknya masuk ke dalam cafe untuk
memesan snacL Dorn, sesuai perintah, mengangkat tutup mesin dan memasukkan
kepalanya di bawahnya. Beberapa detik kemudian ia merasa ada orang di dekatnya
dan ia mendongak. Seorang pria Inggris berusia muda dalam pakaian kulit hitam
pengendara sepeda motor berdiri d! situ.
"Ada masai h?" ia bertanya.
"Saya kira pasti karburatornya," Dorn menjawab.
"Bukan," kata pengendara sepeda motor itu de 170 ngan serius, "dugaan saya distributornya. Dan juga. Anda terlambat"
"Maafkan saya, gara-gara ferry itu. Dan pabean juga. Bingkisan itu ada di
belakang." Di dalam van, pengendara sepeda motor itu mengeluarkan sebuah kantong kanvas
dari balik jaketnya, sementara Dorn, mengomel dan menarik-narik, berusaha
mengeluarkan sebuah bola milik anak-anak dari kotak penyimpan mainan.
Garis tengahnya hanya dua belas setengah sentimeter, tapi beratnya lebih dari
dua puluh kilogram, atau empat puluh empat pon. Uranium-235 murni memang dua
kali lebih berat daripada timah.
Mengangkat kantong kanvas itu melintasi tempat parkir menuju sepeda motornya,
Valeri Petrofsky harus mengerahkan tenaganya untuk menjinjing kantong itu dengan
satu tangan, seakan-akan berisi suatu barang yang biasa saja. Dan memang tak ada
yang memperhatikan dia. Dorn menutup kap mesin van dan bergabung dengan
keluarganya di cafe. Sepeda motor itu, dengan muatannya di dalam kotak di
belakang boncengan, menderu ke arah London, Terowongan Dartford, dan Suffolk.
Kurir Enam telah melaksanakan tugasnya.
Pada tanggal 4 Mei Preston menyadari bahwa ia sampai ke jalan buntu. Sudah dua
minggu, tapi penyelidikannya belum juga membuahkan hasil
171 apa-apa, kecuali satu lempeng polonium yang jatuh ke tangannya secara sangat
kebetulan. Dia tahu bahwa tidak mungkin meminta semua orang yang mengunjungi
Inggris digeledah total dan diminta bertelanjang. Paling maksimal yang bisa
dimintanya adalah meningkatkan pengawasan terhadap semua pengunjung yang berasal
dari Blok Timur, ditambah dengan dia sendiri harus waspada terhadap setiap
paspor yang nampak mencurigakan. Masih ada satu lagi kesempatan.
Dari laporan yang dibuat para ahli di proyek rekayasa nuklir di Aldermaston,
tiga dari komponen-komponen yang diperlukan untuk merakit bom nuklir yang paling
sederhana sekalipun sangat berat. Salah satu di antaranya adalah sebongkah
uranium-235 murni; satu lagi adalah penumbuk baja, berbentuk silinder atau bola,
terbuat dari baja satu inci dua setengah sentimeter yang padat dan keras; dan ? ?yang ketiga adalah sebuah tabung baja, juga padat dan keras, kira-kira dua
setengah sentimeter tebalnya, sekitar empat puluh lima sentimeter panjangnya,
dan tiga puluh pon beratnya atau sekitar lima belas kilogram beratnya.
Ia memperkirakan bahwa ketiga bahan ini, paling tidak, harus dibawa masuk ke
negeri ini dengan kendaraan, dan karena itu ia meminta kendaraan-kendaraan asing
yang masuk diperiksa dengan lebih intensif, terutama dengan memusatkan perhatian
terhadap muatan yang berbentuk mirip bola, globe, dan semacam tabung yang sangat
berat. Ia tahu bahwa wilayah pemeriksaannya akan sangat luas. Arus yang masuk ke dalam
dan keluar dari negeri itu: sepeda motor, mobil, van, dan truk berlangsung tanpa
henti setiap hari sepanjang tahun. Jika lalu lintas niaga sampai macet, yaitu
jika setiap truk distop dan digeledah, maka ini berarti akan menghentikan
kegiatan seluruh negeri. Ia sedang mencari sebuah jarum biasa di antara tumpukan
jerami, dan ia bahkan tidak mempunyai sebuah magnet
Tekanan yang bertubi-tubi mulai membebani George Berenson. Istrinya baru saja
meninggalkan dia dan kembali ke rumah saudara laki lakinya yang mewah di
Yorkshire. Dia telah menyelesaikan dua belas pertemuan dengan tim dari
kementerian dan telah mengidentifikasi seluruh dokumen yang pernah diberikannya
kepada Jan Marais. Ia tahu bahwa ia berada di bawah pengawasan, dan itu
membuatnya tambah tegang.
Juga kunjungan rutinnya ke kementerian membuat Permanent Undersecretary, Sir
Peregrine Jones, tahu tentang pengkhianatannya. Tekanan mental yang terakhir
yang membebani dirinya adalah bahwa dia masih harus sekali-sekali mengirimkan
bingkisan-bingkisan yang berisi dokumen-dokumen fiktif dari kementerian kepada
Marais, untuk diteruskan ke Moskow. Ia berhasil menghindari pertemuan langsung
dengan Marais sejak dia tahu bahwa warga Afrika Selatan itu ternyata adalah agen
Soviet Tapi 172 173 dia diharuskan membaca bahan-bahan yang disampaikannya ke Moskow lewat Marais,
kalau-kalau Marais meminta penjelasan darinya mengenai suatu dokumen yang sudah
dikirimkan. Setiap kali membaca dokumen-dokumen yang akan dikirimkannya, ia terkesan akan
keterampilan pemalsunya. Setiap dokumen didasarkan pada suatu makalah nyata yang
pernah melewati kantornya, lapi dengan perubahan-perubahan yang begitu halusnya
sehingga tidak ada satu aspek kecil pun yang akan bisa mengundang kecurigaan.
Efek kumulatif yang dibentuk adalah kesan yang salah mengenai peta kekuatan dan
kesiapan Inggris dan NATO.
Pada hari Rabu tanggal 6 Mei, ia menerima dan membaca satu set dokumen terdiri
?atas tujuh makalah yang mengacu pada resolusi-resolusi, usulan-usulan,
?briefing-briefing, dan survai-survai, yang dijadwalkan untuk diterima kantornya
dalam dua minggu terakhir ini. Semuanya ditandai dengan TOP SECRET atau COSMIC,
dan salah satu di antaranya menyebabkan dia mengerutkan alisnya. Ia menyampaikan
semua itu ke kedai es krim Benotti petang itu dan ia menerima telepon kode yang
mengisyaratkan bahwa barang sudah diterima dengan baik dua puluh empat jam
kemudian. *** Hari Minggu itu, tanggal 10 Mei, sendirian di kamar tidurnya di Cherryhayes
Close, Valeri 174 Pelrofsky meringkuk di depan radio portable-nya yang canggih dan menyimak
rangkaian sinyal dalam kode Morse lewat Radio Moskow gelombang komersial, yang
khusus dialokasikan untuk keperluannya.
Peralatannya itu bukan transmiter; Moskow tidak akan pernah membolehkan seorang
ilegal yang penting membahayakan dirinya sendiri dengan mengirimkan sendiri
pesan-pesannya, dan menghadapi peralatan penangkalnya milik Inggris dan ?Amerika yang mampu melacak tempat asal transmisi yang sebegitu canggihnya. Yang
?digunakannya adalah sebuah radio Braun besar, yang bisa dibeli di semua toko
elektronik yang bagus, yang mampu menangkap hampir semua gelombang di dunia.
Pelrofsky merasa tegang. Sebulan telah berlalu sejak dia mengirimkan berita
dengan transmiter Poplar untuk memberitahu Moskow bahwa satu kurir telah hilang
bersama kiriman barangnya dan ia minta itu diganti. Setiap malam kedua dan
sekali dua hari setiap pagi, kalau dia sedang tidak keluar dengan sepeda
motornya mengambil kiriman-kiriman, ia mendengarkan radionya menunggu jawaban.
Sampai sekarang belum ada jawaban.
Pada jam sepuluh lewat sepuluh malam itu, ia mendengar call sign kepunyaannya
masuk ke gelombang. Ia telah siap dengan buku catatan dan pensilnya. Setelah
berhenti sebentar, pesannya mu 175 lai disampaikan. Ia menuliskan sandi-sandi itu, serangkaian angka yang seakan
tidak berarti, langsung dari Morse ke bahasa Inggris. Pihak Jerman, Inggris, dan
Amerika pasti juga sedang mencatat sandi-sandi yang sama itu di pos mereka
masing-masing. Setelah transmisi itu berakhir, ia mematikan alat itu, duduk di meja riasnya,
memilih buku catatan sekali-pakai yang cocok, dan mulai menguraikan sandisandinya. Ia menyelesaikannya dalam waktu lima belas menit: Firebird Sepuluh
menggantikan Dua RVT. Pesan itu diulang tiga kali.
Ia tahu apa yang dimaksud dengan Rendezvous T (RVT). Itu adalah salah satu
alternatif yang harus digunakan kalau keadaan menuntut, seperti sekarang ini.
Dan itu adalah sebuah hotel bandara. Ia lebih suka cafe di jalan sepi atau
stasiun kereta api, tapi ia maklum bahwa walaupun ia merupakan ujung tombak
operasi ini, ada kurir-kurir yang karena alasan profesional hanya punya waktu
beberapa jam di London dan karena itu tidak bisa meninggalkan kota itu.
Ada satu masalah lagi. Ada Kurir Sepuluh yang akan menjadi pengganti itu di
antara dua pertemuan, dan dekat dengan saat rendezvous dengan Kurir Tujuh; ini
sangat berbahaya. Kurir Sepuluh harus dijumpainya pada jam sarapan pagi di Post House Hotel,
Heathrow; Kurir Tujuh akan menunggu di tempat parkir hotel di luar Colchester di
pagi yang sama, pada jam sebe 176 las. Itu berarti ia harus ngebut dengan sepeda motornya, tapi ia bisa melakukan
itu. Larut malam hari Selasa tanggal 12 Mei, lampu-lampu masih menyala di Downing
Street 10, kantor dan tempat tinggal Perdana Menteri Inggris. Mrs. Margaret
Thatcher sedang menyelenggarakan sebuah konferensi dalam rangka merancang
strategi dengan para penasihat terdekatnya dan kabinet dalamnya. Satu-satunya
topik dalam agendanya adalah pemilihan umum yang akan datang; rapat itu
dimaksudkan untuk meresmikan keputusan yang telah diambil dan menentukan timingnya. Seperti biasa, ia menyatakan pandangannya sendiri dengan gamblang sejak awal
rapat itu. Ia yakin bahwa ia akan dibenarkan memerintah untuk masa empat tahun
yang ketiga, walaupun undang-undang dasar hanya membolehkan ia untuk memimpin
sampai Juni 1988. Ada banyak pejabat yang langsung merasa ragu-ragu apakah
bijaksana untuk melakukan pemilihan umum sedini itu, walaupun sebelumnya mereka
juga ragu-ragu apakah mereka akan bisa bertahan. Kalau Perdana Menteri Inggris
mempunyai naluri tentang sesuatu, maka hanya dengan argumentasi yang teramat
kuat ia bisa ditentang. Khusus dalam masalah ini, data-data statistik rupanya
mendukung dia. Pimpinan Partai Konservatif dengan mudah bisa memperoleh informasi tentang datadata poli pendapat umum. Persekutuan Partai Liberal/Sosial Dc 177 rintkr.'it, dengan adanya data-data itu, rupanya terpancang pada sekitar dua
puluh persen suara untuk seluruh daerah pemilihan nasional. Di bawah sistem
Inggris, ini akan memberikan kepada mereka sekitar lima belas sampai dua puluh
kursi di Parlemen. Dengan demikian hanya tinggal pertarungan pemilihan antara
Partai Konservatif dan Partai Buruh.
Akan halnya timing, indikator-indikator nampaknya mendukung keinginan sang
Perdana Menteri untuk mengadakan pemilihan umum dini. Sejak Juni 1983, dengan
penampilan baru yang menunjukkan toleransi, kesatuan, dan moderasi. Partai Buruh
telah mampu mengembalikan dirinya ke posisi sepuluh persen penuh dalam berbagai
poli, dan hanya ketinggalan empat persen dari pihak Koaservatif. Dan, perbedaan
kecil ini mungkin bisa dikejar. Kaum Ekstrem Kiri hampir-hampir tidak bersuara,
manifesto Kaum Buruh diperlunak bunyinya, dan penampilan-penampilan di televisi
dibatasi hanya dilakukan oleh anggota-anggota sayap tengah Partai Buruh.
Singkatnya, masyarakat Inggris sudah hampir sepenuhnya percaya kepada Partai
Buruh sebagai suatu partai alternatif pemerintahan.
Pada tengah malam dicapai kesepakatan bahwa itu harus dilakukan pada musim panas
1987, atau jangan sampai Juni 1988. Mrs. Thatcher menekan hadirin untuk
menyetujui tahun 1987 dan akhirnya menang. Mengenai lamanya masa kampanye, ia
178 mendesak supaya masanya singkat saja, tiga ming-gu kampanye kilat dibandingkan
yang biasanya empat minggu itu. Lagi-lagi ia menang.
Akhirnya disetujui; ia akan minta audiensi dengan Sri Ratu pada hari Kamis


Protokol Keempat Karya Frederick Forsyth di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanggal 28 Mei dan meminta supaya Parlemen dibubarkan. Sesuai tradisi, ia akan
langsung kembali ke Downing Street setelah itu untuk membuat pernyataan kepada
masyarakat. Mulai saat itu kampanye pemilihan sudah akan dimulai. Hari
pemilihannya ditetapkan Kamis tanggal 18 Juni.
Ketika para menteri itu masih tidur di saat-saat sebelum fajar merekah, sepeda
motor BMW itu menderu ke arah London dari arah timur laut. Pelrofsky meluncur
menuju ke Post House Hotel di Heathrow Airport, memarkir motornya, mengunci
mesinnya, dan menyimpan helmnya di kotak yang berada di belakang boncengan.
Ia melepaskan jaket kulit hitamnya dan menarik lepas celananya yang
bcrritsleting samping. Di bawah celana kulit itu ia mengenakan celana flannel
abu-abu biasa, agak berkerut tapi tidak terlalu kentara. Ia menyimpan sepatu
botnya ke dalam salah satu kantong sadel, yang darinya baru saja diambilnya
sepasang sepatu lain. Pakaian kulit itu masuk ke kantong yang lain, di mana ia
baru saja mengeluarkan sebuah jas twced yang tidak mencolok dan sebuah jas hujan
coklat muda. Ketika ia meninggalkan tempat parkir dan berjalan masuk ke
179 bagian reception hotel, ia nampak seperti seorang pria biasa dengan jas hujan
plastik biasa. *** Karel Wosniak tidak nyenyak tidurnya. Salah satu sebabnya adalah karena ia telah
mengalami kejutan paling hebat selama hidupnya malam sebelumnya. Biasanya para
awak pesawat penerbangan LOT Polandia, di mana ia menjabat sebagai pramugara
senior, diperiksa oleh pabean dan imigrasi hanya untuk formalitas saja. Kali ini
mereka digeledah, benar-benar digeledah. Saat petugas Inggris yang memeriksa dia
mulai mengorek-ngorek peralatan bercukurnya, ia cemas dan hampir panik. Ketika
petugas Inggris itu mengeluarkan alat cukur listrik yang diberikan agen-agen SB
kepadanya di Warsawa sebelum lepas landas, rasanya ia akan pingsan. Untunglah,
alat cukur itu tidak dijalankan dengan baterai dan bukan model yang bisa direcharge. Tidak ada stopkontak di situ yang bisa dipakai untuk mencoba. Jadi
petugas itu mengembalikan alat cukur itu dan melanjutkan penggeledahannya, tanpa
hasil. Wosniak memperkirakan bahwa seandainya alat cukur itu dihidupkan, maka
pasti tidak akan bisa hidup. Lagi pula, pasti ada sesuatu di dalamnya selain
motornya yang biasa. Mengapa dia diwajibkan untuk membawa itu masuk ke London"
Pada jam delapan tepat, ia memasuki kamar kecil pria tepat di sebelah bagian
reception di 180 lantai dasar hotel itu. Seorang pria yang penampilannya tidak menonjol, yang
mengenakan jas hujan coklat muda sedang mencuci tangan. Sialan, jika agennya
nanti muncul, kita harus menunggu dulu sampai orang Inggris ini pergi. Tapi
orang itu berbicara kepadanya, dalam bahasa Inggris.
"Pagi. Apa itu seragam kru penerbangan Yugoslavia?"
Wosniak mendesak lega. "Bukan, saya dari penerbangan nasional Polandia."
"Negeri yang indah, Polandia," kata orang yang tak dikenal itu, masih tetap
membersihkan tangannya, orang itu nampak benar-benar santai. Wosniak masih baru
dalam hal seperti ini dan ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, ini adalah ?yang pertama dan yang terakhir. Ia hanya berdiri saja di atas lantai berubin
itu, memegangi alat cukurnya. "Saya mengalami banyak hal yang menyenangkan di
negeri Anda," orang lak dikenal itu melanjutkan.
Nah, itulah, pikir Wosniak. "Banyak hal-hal menyenangkan...." merupakan ungkapan
identitas yang disepakati.
Ia mengulurkan alat cukurnya. Orang Inggris itu mengerutkan dahinya dan matanya
melirik ke salah satu pintu toilet. Dengan terkejut Wosniak menyadari bahwa
pintu itu tertutup; ada orang di dalamnya. Orang tak dikenal itu mengangguk ke
rak di atas wastafel. Wosniak meletakkan alat cukur itu di sana. Lalu orang
Inggris itu mengangguk ke arah tempat
181 kencing. Dengan bergegas Wosniak membuka ritsleting celananya dan berdiri di
depan salah salu tempat kencing. "Terima kasih," ia berkata. "Saya juga
menganggapnya indah."
Orang yang mengenakan jas hujan coklat muda itu lalu mengantongi alat pencukur
itu, mengacungkan lima jarinya untuk memberi isyarat supaya Wosniak tinggal di
situ lima menit lagi, lalu dia pergi dari situ.
Satu jam kemudian, Pelrofsky dan sepeda motornya tiba di daerah pemukiman di
pinggiran kola di mana kawasan timur laut London bertemu dengan Distrik Essex.
Jalan raya M12 terbentang lebar di depannya. Saat itu jam sembilan.
Pada jam itu ferry Tor Britannia milik perusahaan pelayaran DFDS dari Gothenburg
sedang meluncur pelan menyusuri Dermaga Parkstone, di Harwich, seratus dua puluh
kilometer jauhnya di pantai Essex. Para penumpangnya, ketika turun dari ferry,
adalah rombongan biasa terdiri dari turis, mahasiswa, dan pedagang. Di antara
kelompok yang terakhir ini terdapat Mr. Slig Lundqvisl, yang mengendarai sedan
Saab-nya yang besar. Surat-suratnya menunjukkan bahwa ia seorang pengusaha Swedia dan surat-surat itu
asli. Dia memang orang Swedia, dan selama hidupnya begitu. Cuma surat-surat itu
tidak menyatakan bahwa ia juga seorang agen Komunis kawakan yang
bekerja seperti Herr Helmut Dorn untuk Jcn - ? ?182
derai Marcus Wolf yang galak, orang Yahudi kepala operasi luar negeri dinas
intelijen HVA Jerman Timur.
Lundqvisl diminta untuk turun dari mobilnya dan membawa koper-kopernya ke bangku
pemeriksaan. Itu dilakukannya dengan senyum yang simpatik. Seorang petugas
pabean mengangkat kap mesin mobil Saab dan menjenguk ke dalam mesinnya. Ia
sedang mencari sesuatu yang berbentuk bola sebesar bola kaki kecil atau sebuah
silinder batangan yang bisa saja disembunyikan di situ. Tapi tidak
diketemukannya barang yang seperti itu. Ia memeriksa bagian bawah mobil dan
akhirnya ke dalam bagasinya. Ia menarik napas. Permintaan dari London ini benarbenar menjengkelkan. Bagasi itu tidak berisi apa-apa kecuali peralatan mobil
yang umum, sebuah dongkrak yang diikat di satu sudut, dan sebuah pemadam
kebakaran yang ditempelkan ke sudut yang lain. Orang Swedia itu berdiri di
sebelahnya dengan koper-koper di tangannya*
"Bagaimana," kata orang Swedia itu, "beres?"
"Ya, terima kasih, sir. Setamat berlibur."
Satu jam kemudian, jam sebelas kurang sedikit, mobil Saab itu meluncur memasuki
tempat parkir Kings Ford Park Hotel di desa Layer de la Haye, persis di sebelah
selatan Colchester. Lundqvisl keluar dari mobilnya dan melemaskan otot-ototnya
yang kaku. Saat itu jam minum kopi tengah pagi dan nampak banyak mobil diparkir
di tempat itu. 183 semuanya tidak dijaga. Ia melihat ke arlojinya lima menit dari saat rendezvous
?yang ditetapkan. Sudah dekat, tapi ia tahu ia masih punya waktu satu jam lagi
untuk menunggu kalau terjadi keterlambatan, setelah itu barulah digunakan
rendezvous cadangan di tempat lain. Ia tidak tahu apakah agen itu akan muncul
dan kapan. Tidak ada orang di sekitar tempat itu kecuali seorang pria muda yang
sedang mengutak-atik mesin sepeda motor BMW. Lundqvisl sama sekali tidak
mempunyai gambaran agen yang akan ditemuinya itu seperti apa. Ia menyalakan
sebatang rokok, kembali ke mobilnya, dan duduk di situ.
Pada jam sebelas, ada ketukan di jendelanya. Si penunggang sepeda motor berdiri
di luar. Lundqvist menekan kenop dan kaca jendela itu turun dengan mengeluarkan
bunyi desis. "Ya?"
"Apakah huruf S di pelat nomor mobil Anda berarti Swedia atau Swiss?" tanya
orang Inggris itu. Lundqvist tersenyum lega. Tadi dia berhenti sebenlar di
tengah jalan dan melepaskan pemadam kebakaran itu dan kini telah dipindahkan di
sebuah tas rami di jok penumpang.
"Itu singkatan untuk Swedia," katanya. "Saya baru saja tiba dari Gothenburg."
"Belum pernah ke sana," kata pria itu. Lalu, tanpa perubahan nada, ia
menambahkan, "Bawa barang buat saya?"
"Ya," kata orang Swedia itu, "ada di tas di sebelah saya ini."
184 "Banyak jendela menghadap ke tempat parkir ini," kala si pengendara sepeda
motor. "Anda jalankan mobil memutari tempat parkir ini, lewati sepeda motor itu,
dan jatuhkan tas itu kepada saya lewat jendela pengemudi. Usahakan supaya mobil
berada di antara saya dan jendela-jendela itu. Lima menit dari sekarang."
Ia lalu berjalan dengan santai menuju sepeda motornya dan melanjutkan mengutakatik mesinnya. Lima menit kemudian mobil Saab itu meluncur melewatinya, tasnya
dijatuhkan ke tanah; Pelrofsky segera memungutnya dan memasukkan ke dalam
kantong sadel yang terbuka, sebelum Saab itu menampakkan jendela-jendela hotel
kembali. Ia tidak pernah melihat Saab itu lagi, dan tidak ingin.
Satu jam kemudian ia sudah berada di garasinya yang di Thetford, menukar sepeda
motornya dengan sedan keluarga dan meletakkan kedua barang kiriman itu ke dalam
bagasinya. Dia tidak tahu apa isinya. Itu bukan urusannya.
Ketika hari mulai berganti sore, ia sudah tiba di rumahnya di Ipswich dan
menyimpan kedua barang kiriman itu di dalam kamar tidurnya. Kurir Sepuluh dan
Kurir Tujuh telah mengirimkan barangnya.
John Preston sudah waktunya mulai bekerja lagi di Gordon Street pada tanggal 13
Mei. "Aku tahu memang mengecewakan, tapi aku ingin kau melanjutkannya," kata Sir
Nigel Irvine pada salah satu kunjungannya. "Kau sebaiknya
185 menelepon kantor dan bilang kau sedang flu berat. Kalau kau perlu surat dokter,
katakan padaku. Aku tahu dokter yang mau membuatkan itu."
Pada tanggal enam belas, Preston tahu bahwa ia sedang menuju ke sebuah jalan
buntu. Tanpa meningkatkan kewaspadaan nasional secara besar-besaran, sebenarnya
pabean dan imigrasi telah melakukan apa saja yang bisa dilakukan. Cuma volume
lalu lintas manusia yang tak terhingga padanya itu tidak memungkinkan untuk
pemeriksaan terhadap setiap pengunjung. Sudah lima minggu sejak terjadinya
pengeroyokan terhadap pelaut Rusia di Glasgow, dan Preston merasa yakin bahwa ia
telah kehilangan semua kurir yang lain. Barangkali mereka semua sudah masuk ke
negerinya sebelum Semyonov, dan petugas dek itu malahan yang terakhir. Mungkin....
Dengan rasa cemas yang semakin mencekam, ia sadar bahwa ia tidak tahu apakah ada
deadline-nya, atau seandainya dia tahu kapankah deadline itu.?Pada hari Kamis tanggal 21 Mei, ferry yang berasal dari Ostende berlabuh di
Folkestone dan menurunkan isinya yang seperti biasa terdiri dari turis-turis
yang berjalan kaki, naik mobil, dan arus truk yang mengangkut muatan untuk
Masyarakat Ekonomi Eropa dari satu tempat ke tempat lain di benua itu.
Tujuh dari truk-truk itu memiliki surat-surat registrasi Jerman, Ostende
merupakan kota pilihan di
186 kepulauan Inggris untuk perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Jerman utara.
Truk gandeng Hanomag yang besar dengan muatan container di trailer-nya yang
tersambung di belakangnya itu tidak nampak berbeda dengan truk-truk lain.
Setumpuk tebal surat-surat yang menghabiskan waktu satu jam untuk diloloskan itu
ternyata beres semuanya dan tak ada alasan untuk curiga bahwa pengemudi truk itu
bekerja untuk orang lain selain kontraktor angkutan yang namanya dituliskan di
sisi kabin truk. Juga tidak ada alasan untuk curiga bahwa container itu memuat
barang lain selain yang dicantumkan, yaitu alat pembuat kopi buatan Jerman untuk
sampan pagi orang Inggris.
Di belakang kabinnya, dua pipa asap menjulang ke langit mengeluarkan asap yang
dihasilkan mesin diesel itu dan menyalurkannya keluar supaya tidak mengganggu
pemakai jalan lain. Saat itu hari sudah petang, hari yang melelahkan sudah
hampir usai, dan truk itu dipersilakan meluncur ke jalan yang menuju Ashford dan
London. Tidak ada orang di Folkestone akan bisa tahu bahwa salah satu pipa exhaust
vertikal itu, yang menyemburkan asap hitam saat meninggalkan pos pemeriksaan
pabean, mempunyai pipa bypass di dalamnya untuk menyalurkan asap itu, atau, di
tengah deru mesin truk itu, bahwa alat peredam bunyinya telah dilepas untuk
merekayasa sebuah ruangan ekstra.
Saat malam semakin larut, di tempat parkir sebuah
187 losmen di pinggir jalan dekat Lenham, di Kent, si pengemudi memanjat ke alap
kabinnya, membuka sekrup-sekrup pipa exhaust itu, dan mengeluarkan dari pipa itu
sebuah bingkisan yang panjangnya empat puluh lima sentimeter dan dibungkus
dengan bahan anti panas, la tidak membukanya; ia hanya memberikan benda itu pada
seorang pengendara sepeda motor yang berpakaian hitam yang lalu meluncur dengan
cepat menuju kegelapan. Kurir Delapan telah mengirimkan barang.
"Payah, Sir Nigel," kata John Preston kepada kepala SIS itu pada hari Jumat
pelang. "Saya tidak tahu apa yang sedang berlangsung saat ini. Saya memikirkan
akibat yang terburuk, tapi saya tidak dapat membuktikannya. Saya mencoba mencari
satu kurir lagi yang saya yakin telah masuk ke negeri ini, tapi saya gagal. Saya
kira saya harus balik ke Gordon hari Senin nanti."
"Aku tahu bagaimana perasaanmu, John," kala Sir Nigel. "Aku juga merasa begitu.
Tolong beri aku satu minggu lagi."
"Saya tidak melihat apa manfaatnya," kata Preston. "Apa lagi yang bisa kita
lakukan?" "Berdoa, kurasa," kata C dengan lembut.
"Salu petunjuk saja," kata Preston dengan marah. "Yang saya butuhkan cuma satu
petunjuk kecil." OBI Dilarang nieii^ komi-rsil-kaii alau kesialan menimpa anda w t am any a
188 18 JOHN PRESTON memperoleh petunjuk itu hari Senin sore berikutnya, tanggal 25 Mei.
Pada jam empat lewat sedikit, sebuah flight Austrian Airlines mendarat di
Heathrow dari Wina. Salah satu penumpangnya, yang di pemeriksaan paspor
menyalakan dirinya bukan warga Inggris dan bukan warga MEE, memberikan sebuah
paspor Austria yang nampak sangat asli, yang mencantumkan bahwa pemiliknya
bernama Franz Winkler. Petugas imigrasi memeriksa Reisepass (paspor) hijau bersampul plastik yang tidak
asing itu, yang bertanda lambang elang emas di bagian depannya, dengan sikap
acuh tak acuh seperti biasa karena profesinya sehari-hari memang memeriksa
paspor. Paspor itu baru saja dikeluarkan, dan dicap dengan setengah lusin
stempel masuk dan keluar dari negara-negara Eropa lain, serta memiliki visa
Inggris yang absah. Di bawah mejanya tangan kiri petugas itu men 189 catat nomor yang tercantum di paspor dengan perforasi pada semua halamannya. Ia
lalu melihat ke arah layar komputernya, menutup paspor, dan mengembalikannya
dengan senyum singkat "Terima kasih, sir. Mari selanjutnya."
Saat Herr Winkler mengangkat kopernya yang kecil dan berlalu dari situ, petugas
itu menaikkan alisnya ke arah sebuah jendela kecil yang berada enam meter dari
situ. Pada saat yang sama, kaki kanannya menekan kenop "waspada" dekat lantai.
Dari jendela kantor itu, salah satu agen Cabang Khusus yang bertugas di situ
menangkap isyarat matanya tadi. Petugas imigrasi itu menatap ke arah punggung
Herr Winkler dan mengangguk. Wajah detektif Cabang Khusus menghilang dari
jendela itu dan beberapa detik kemudian ia dan satu rekannya sudah membuntuti
orang Austria itu tanpa suara. Seorang agen Cabang Khusus yang lain dengan susah
payah menempatkan mobil di depan pintu keluar utama bandara itu.
Winkler tidak membawa koper berat, jadi dia tidak perlu mengambil koper di ban
berjalan. Ia langsung saja melewati kawasan hijau tempat pemeriksaan pabean. Di
ruang utama bandara ia agak lama pergi ke Midland Bank, menukarkan traveler's
cheek-nya dengan mata uang poundster-lingy pada saat mana salah satu agen Cabang
Khusus itu berhasil mengambil fotonya dengan baik dari sebuah balkon di lantai
atas. Ketika orang Austria tersebut naik taksi di de 190 pan Bangunan Nomor Dua, para agen Cabang Khusus itu masuk ke dalam mobil yang
tidak beridentitas dan berada tepat di belakang dia. Pengemudinya berkonsentrasi
untuk terus mengikuti taksi itu; detektif senior Cabang Khusus itu menggunakan
radio untuk memberitahu Scotland Yard, yang menurut prosedur juga harus
disampaikan ke Charles Street Ada suatu instruksi yang menyatakan bahwa Enam
juga menaruh minat terhadap semua pengunjung yang membawa paspor yang "tidak
benar" jadi informasi itu juga disampaikan oleh Charles Street ke Sentinel ?House.
Winkler naik taksi sampai Bayswater dan membayar sopirnya di persimpangan antara
Edgware Road dan Sussex Gardens. Ia lalu berjalan kaki, tasnya dijinjing,
menyusuri Sussex Gardens, yang salah satu sisinya hampir sepenuhnya ditempati
oleh penginapan-penginapan dengan fasilitas amat sederhana, yang disukai para
pedagang dan para pengunjung yang dating larut malam dengan dompet yang tidak
terlalu, tebal melalui Stasiun Paddington yang tak jauh dari situ.
Para agen Cabang Khusus yang menyaksikan dari mobil merasa bahwa Winkler tidak
memesan tempat terlebih dahulu, karena ia menyusuri jalan itu sampai tiba di
sebuah penginapan yang ber-tuliskan VACANCIES ADA KAMAR di jendelanya dan
? ?masuklah dia ke situ. Dia pasti telah memperoleh kamar karena ia tidak muncul
lagi. Satu jam setelah taksi Winkler meninggalkan
191

Protokol Keempat Karya Frederick Forsyth di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Heathrow, telepon berdering di flat Preston di Chelsea. Yang berbicara adalah
agen penghubungnya di Sentinel, yang diperintahkan Sir Nigel untuk tetap
berhubungan dengan Preston.
"Si Joe baru saja tiba di Heathrow," kata agen MI-6. "Mungkin tidak ada apaapanya, tapi nomor paspornya menyebabkan timbulnya nyala-nyala merah di
komputer. Namanya Franz Winkler, warga Austria, naik pesawat dari Wina."
"Kuharap mereka tidak menangkap dia," kata Preston. Ia sedang berpikir bahwa
Austria sangat dekat dengan Cekoslovakia dan Hungaria. Karena negara itu netral,
maka ia merupakan batu loncatan yang bagus bagi para ilegal Soviet
"Tidak," kata agen yang di Sentinel itu. "Berdasarkan permintaan kami mereka
menguntitnya.... Sebentar...." Ia kembali ke telepon beberapa detik kemudian.
"Mereka baru saja 'merumahkan' dia di sebuah hotel kecil bernama B-and-B di
Paddington." "Bisakah kauhubungkan aku dengan C?" tanya Preston.
Sir Nigel sedang rapat, yang ditinggalkannya untuk kembali ke kantor pribadinya.
"Ya, John." Ketika Preston telah menyampaikan fakta-fakta baru itu kepada Kepala SIS, Sir
Nigel bertanya, "Menurut kau diakah orang yang kautunggu selama ini?"
"Ia bisa saja seorang kurir," kala Preston.
192 "Dialah hasil maksimal yang bisa kita peroleh selama enam minggu terakhir ini."
"Apa yang kauinginkan, John?"
"Saya ingin Enam meminta pengawasan diambil alih oleh para agen pelacak. Semua
laporan yang masuk ke pengendali pelacak di Cork dipantau oleh salah satu anak
buah Anda dan kalau ada yang masuk, harus langsung diteruskan ke Sentinel dan
kemudian kepada saya. Kalau dia melakukan pertemuan, saya menginginkan keduanya dibuntuti."
"Baik," kata Sir Nigel. "Aku akan minta pelacak. Barry Banks akan berjaga di
ruang radio Cork dan menyampaikan perkembangan-perkembangannya langsung saat
masuk." Sang Kepala sendiri yang menelepon Direktur Cabang K dan mengajukan
permintaannya. Kepala Cabang K menghubungi rekan-rekannya di Cabang A dan sebuah
tim pelacak dikirimkan ke Sussex Gardens. Kebetulan mereka dipimpin oleh Harry
Burkinshaw. Preston berjalan mondar-mandir di apartemen kecil itu dan merasa amat frustrasi.
Ia sangat ingin berada di jalanan, atau paling tidak di tengah-tengah operasi
itu, dan bukan dikucilkan seperti agen yang disamarkan di negerinya sendiri,
bagai sebuah bidak catur dalam sebuah permainan kekuasaan yang sedang
berlangsung jauh di atas sana.
Pada jam tujuh petang itu, anak buah Burkinshaw sudah mulai bergerak, mengambil
alih peng - 193 awasan dari agen-agen Cabang Khusus, yang bcr-sukacita karena bebas dari tugas.
Petang itu terasa hangat dan menyenangkan; empat agen pelacak yang membentuk
"box" mengambil posisi-posisi yang tidak mencolok di sekitar hotel itu satu di ?ujung atas jalan, satu di ujung bawah, satu di seberang, dan satu di belakang.
Dua mobil menempatkan diri di tengah banyak mobil lain yang diparkir di
sepanjang Sussex Gardens, yang siap meluncur begitu nampak si "Chummy" akan
kabur. Enam agen ini selalu saling berhubungan dengan pesawat radio mereka
masing-masing, dan Burkinshaw dengan kantor pusat, yaitu ruang radio di basement
Cork. Barry Banks juga berada di Cork, sebab ini adalah operasi yang diminta
oleh Enam, dan mereka semua menunggu Winkler membuat kontak.
Masalahnya yaitu, ia tidak membuat kontak. Ia tidak melakukan apa-apa. Ia hanya
duduk di kamar hotelnya di balik tirai tembus pandang dan diam saja. Pada jam
delapan tiga puluh dia keluar, berjalan ke sebuah restoran di Edgware Road,
makan malam sederhana, dan berjalan balik ke tempatnya semula. Dia tidak
melakukan antaran barang, menerima perintah, tidak meninggalkan apa-apa di atas
mejanya, tidak berbicara kepada siapa pun di jalan.
Tapi dia melakukan dua hal menarik. Ia berhenti dengan mendadak di Edgware Road
dalam perjalanan menuju restoran itu, menatap ke sebuah
194 etalase toko selama beberapa detik, lalu kembali ke arah dia datang tadi. Ini
adalah salah satu tipuan paling kuno untuk mendeteksi orang yang menguntit di
belakang, tapi bukan cara yang terlalu bagus. Ketika meninggalkan restoran ia
berhenti di pinggiran trotoar, menunggu sampai ada celah dalam arus lalu lintas
di jalan itu, lalu berlari menyeberang. Di seberang ia berhenti lagi dan
mengamati jalan untuk mengetahui apakah ada orang yang bergegas menyeberang
menguntit dia. Tidak ada. Ulah Winkler ini malahan menyebabkan dia berada dekat
dengan agen pelacak Burkinshaw yang keempat, yang memang sejak tadi sudah berada
di sisi seberang Edgware Road. Saat Winkler mengamati arus lalu lintas untuk
melihat apa ada orang yang bertaruh nyawa untuk mengejar dia, agen pelacak itu
berada pada jarak beberapa langkah, pura-pura memanggil taksi.
"Dia memang 'tidak benar'," Burkinshaw melapor ke Cork. "Ia nampak takut sekali
diawasi, tapi kelakuannya kurang cermat"
Pendapat Burkinshaw sampai ke Preston di tempat persembunyiannya di Chelsea. Ia
mengangguk dengan lega. Situasi mulai membaik.
Setelah selesai dengan ulahnya yang tak menentu di Edgware Road, Winkler kembali
ke kamar pondokannya dan menghabiskan sisa malam itu di dalam kamarnya.
Sementara itu, sebuah operasi kecil yang lain
195 sedang berlangsung di basement Sentinel House. Foto-foto Winkler yang diambil
oleh agen-agen Cabang Khusus di Heathrow Airport, bersama dengan foto-foto
lainnya yang diambil di jalan di Bayswater, telah dicuci dan sedang berada di
bawah pengamatan Miss Blodwyn yang sangat terkenal.
Identifikasi atas agen-agen asing, atau orang-orang asing yang mungkin berperan
sebagai agen, merupakan suatu aspek yang amat penting semua organisasi
intelijen. Dalam rangka menopang tugas ini, setiap tahun ratusan ribu foto
dibuat oleh semua dinas intelijen atas orang-orang yang mungkin bekerja, alau
mungkin tidak, bekerja untuk pihak lawan. Bahkan warga dari negara sekutu pun
tidak dikecualikan dari album-album foto ini. Diplomat-diplomat asing, anggota
delegasi perdagangan, ilmiah, dan kebudayaan: semua difoto sebagai suatu
rutinitas khususnya, lapi tidak selalu, kalau mereka berasal dari negara ?komunis atau negara simpatisannya. Arsipnya semakin lama semakin membengkak.
Satu orang yang sama kadang-kadang difoto sampai dua puluh kali, yang dilakukan
di saat dan di tempat yang berbeda-beda. Foto-foto itu tidak pernah dibuang.
Foto-foto itu dipakai untuk memperoleh suatu "make".
Seandainya seorang Rusia bernama Ivanov muncul bersama suatu delegasi
perdagangan Soviet ke Canada, foto wajahnya hampir bisa dipastikan akan
diberikan oleh Royal Canadian Mounted Po 1% lice kepada rekan-rekannya di Washington, London, dan ibu kota negara-negara
NATO lainnya. Mungkin saja wajah yang sama itu, yang menyebut dirinya Kozlov,
telah pernah diambil fotonya lima tahun sebelumnya sebagai seorang jurnalis tamu
yang meliput perayaan kemerdekaan sebuah republik Afrika. Jika memang profesi
Ivanov yang sebenarnya diragukan, maka "make*' seperti itu akan menghapuskan
semua keraguan. Ia akan langsung dideteksi sebagai agen KGB full-titne.
Pertukaran foto-foto seperti itu di antara dinas-dinas intelijen yang
bersekutu dan ini termasuk Mossad Israel yang cemerlang itu sifatnya
? ?berkesinambungan dan menyeluruh. Sedikit sekali warga Blok Soviet yang
berkunjung ke Barat yang wajahnya tidak muncul di album foto di sekurangkurangnya dua puluh ibu kota negara demokrasi. Tentu saja, tak seorang pun masuk
ke Uni Soviet tanpa wajahnya masuk arsip foto Pusat (Parlai Komunis Soviet).
Ini memang sebuah fakta yang luar biasa, tapi sangat benar, bahwa sementara
"saudara-saudara sepupu" CIA menggunakan bank-bank komputer di mana disimpan
jutaan aspek wajah manusia untuk dipakai mencocokkan foto-foto yang mengalir
masuk setiap harinya, Inggris menggunakan Blodwyn.
Seorang wanita tua yang sering dimanfaatkan dengan keterlaluan, dan yang selalu
dipaksa oleh rekan-rekannya yang lebih muda untuk melakukan
197 identifikasi foto, Blodwyn sudah empat puluh tahun bertugas di bidang ini di
bawah bangunan Sentinel House, dia adalah tuan dari arsip foto yang teramat
besar itu, yang membentuk "buku foto kriminal" milik MI-6. Padahal itu sama
sekali bukan buku, tapi sebuah ruangan yang mirip gua tempat disimpan berderetderet album foto, dan hanya Blodwyn sendiri yang memiliki pengetahuan bagai
sebuah ensiklopedi. Otaknya mirip sebuah bank komputer CIA, bahkan kadang-kadang mengalahkan bank
komputer. Dalam benaknya tersimpan bukan rincian Perang Tiga Puluh Tahun atau
harga saham di Wall Street; benaknya menyimpan wajah-wajah. Bentuk-bentuk
hidung, garis-garis rahang, sorot-sorot mata; pipi yang menggayut ke bawah,
lengkung bibir, cara seseorang memegang gelas atau rokok, kilatan gigi berlapis
emas dari seseorang yang tersenyum yang fotonya diambil di sebuah pub di
Australia dan yang kemudian muncul kembali di sebuah supermarket di
London semua itu merupakan bahan bagi pabrik ingatannya yang luar biasa.?Malam itu, saat Bayswater tidur dan anak buah Burkinshaw sedang memeluk
bayangan, Blodwyn duduk dan menatap foto wajah Franz Winkler. Dua pria muda dari
Enam menunggu dengan diam. Satu jam kemudian ia hanya berkata, "Timur Jauh," dan
ia berjalan di sepanjang deretan album
198 fotonya. Ia berhasil mencocokkan make-nya dini hari Selasa tanggal 26 Mei.
Fotonya kurang jelas dan sudah lima tahun umurnya. Saat itu rambutnya nampak
lebih hitam dan pinggangnya lebih ramping. Laki-laki itu sedang menghadiri
sebuah resepsi di Kedutaan India dan berdiri di samping duta besarnya sendiri
dan sedang tersenyum dengan sopan.
Salah satu dari kedua pria muda itu menatap kedua foto itu dengan ragu. "Kau
yakin, Blodwyn?" Seandainya sorot mata bisa melumpuhkan, maka ia pasti sudah membutuhkan sebuah
kursi roda. Pria muda itu mundur dengan bergegas dan menghampiri telepon. "Ada
make," katanya. "Dia orang Ceko. Lima tahun yang lalu ia seorang agen kelas
rendah di Kedutaan Ceko di Tokyo. Nama: Jiri Hayek."
Preston dibangunkan dering telepon pada jam tiga pagi. Ia mendengarkan,
mengucapkan terima kasih kepada si penelepon, dan meletakkan telepon itu. Ia
tersenyum gembira. "Ketahuan kau," katanya.
Pada jam sepuluh pagi, Winkler masih berada di dalam hotelnya. Kendali operasi
di Cork Street telah diambil alih oleh Simon Margery, dari K2(B), desk (Operasi)
Satelit Soviet/Cekoslovakia. Kenyataannya, memang masalahnya menyangkut warga
Ceko. Barry Banks, yang tidur di kantor,
199 ada bersamanya, menyampaikan berita perkembangan ke Sentinel House.
Pada jam yang sama, John Preston menelepon penasihat hukum di Kedutaan Amerika,
yang adalah kontak pribadinya. Penasihat hukum di Gros-venor Square senantiasa
merupakan wakil FBI untuk London. Preston mengajukan permintaannya dan
diberitahu bahwa ia akan ditelepon segera setelah jawaban datang dari
Washington, barangkali dalam waktu lima sampai enam jam, dengan mengingat
perbedaan waktu. Pada jam sebelas, Winkler muncul dari tempat penginapan, la berjalan ke Edgware
Road lagi, memanggil taksi, dan bertolak menuju Park Lane. Di Hyde Park Corner,
taksi itu, yang diikuti oleh dua mobil berisi tim pelacak, meluncur menuju
Piccadily. Winkler turun dari taksi itu di Piccadilly, dekat dengan tempat
Circus berada, dan mencoba melakukan manuver-manuver dasar untuk menggagalkan
penguntitan yang sama sekali tidak bisa dibuktikan keberadaannya.
"Lagi-lagi dia begitu," Len Stewart bergumam ke alat yang disembunyikan di kerah
bajunya, la telah membaca laporan Burkinshaw dan mengantisipasi bahwa hal
seperti itu akan terjadi lagi. Tiba-tiba Winkler berjalan cepat hampir-hampir
?lari di sepanjang sebuah arcade (lorong beratap), seakan melarikan diri, muncul
?di ujung yang lain, berjalan menyusuri trotoar, dan menoleh untuk mengamati
mulut arcade yang tadi dilaluinya. Tak
200 ada yang keluar dari situ. Tak ada yang perlu keluar dari situ. Karena sudah ada
pelacak lain di mulut arcade sebelah selatan.
Para pelacak mengenal kota London lebih baik dari polisi atau sopir taksi.
Mereka tahu berapa banyak pintu keluar yang dipunyai setiap gedung besar, ke
mana lorong-lorong dan jalan-jalan bawah tanah menuju, di mana gang-gang sempit
berada dan menuju ke mana. Ke mana pun seorang "Joc" berlari cepat, selalu ada
seorang pelacak yang telah berada di depannya, satu lagi menguntit perlahan di
belakangnya, dan dua orang mengapit. Box nya tidak pernah akan terlepas, dan
hanya seorang Joe yang sangat pintar yang bisa mendeteksinya.
Merasa puas bahwa dia tidak dikuntit, Winkler memasuki Pusat Perjalanan Kereta
Api Inggris (The British Rail Travel Center) di Lower Regent Street. Di sana ia
menanyakan tentang jadwal perjalanan kereta api ke Sheffield. Penggemar sepak
bola Skotlandia yang mengenakan syal dan berdiri beberapa langkah dari situ dan
seakan-akan sedang menunggu kereta untuk pulang ke Motherwell adalah salah satu
pelacak. Winkler membayar tunai untuk satu tiket pp. kelas dua ke Sheffield,
mencatat bahwa kereta terakhir untuk malam itu meninggalkan Stasiun SL Pancras
pada jam sembilan dua puluh lima, mengucapkan terima kasih kepada petugas, dan
berlalu dari tempat itu. Ia makan siang di sebuah cafe di dekat situ, kembali ke
201 Sussex Gardens, dan tinggal di sana sepanjang sore itu.
Preston menerima berita tentang tiket kereta api ke Sheffield itu pada jam satu
lebih sedikit. Ia memergoki Sir Nigel Irvine tepat pada saat C baru saja akan
pergi ke klubnya untuk makan siang.
"Mungkin saja ini suatu tipuan, tapi kelihatannya ia akan pergi ke luar kota,"
Preston melapor. "Mungkin dia menuju tempat rendezvous-nya. Bisa saja itu di
atas kereta api atau di Sheffield. Barangkali dia menunda begitu lama karena dia
datang terlalu dini. Masalahnya, sir, kalau dia meninggalkan London, kita akan
memerlukan seorang pengendali lapangan untuk pergi bersama dengan tim pelacak
itu. Saya ingin menjadi pengendali itu."
"Ya, aku tahu apa maksudmu. Tidak mudah. Tapi, aku akan lihat apa yang bisa
kulakukan." Sir Nigel menghela napas. Gagal sudah makan siangku, pikirnya. Ia memanggil
seorang ajudannya. "Batalkan makan siangku di White's. Siapkan mobilku. Dan buat
sebuah telegram. Dalam urutan itu."
Sementara ajudan itu mengurus dua tugas yang pertama, C menelepon Sir Bernard
Hemmings di rumahnya dekat Farnham, di Surrey. "Maafkan aku mengganggumu,
Bernard. Ada hal yang muncul yang membutuhkan nasihatmu.... Tidak, sebaiknya kita
bertemu muka. Kau keberatan kalau aku datang" Harinya cerah.... Ya, baik, sekitar
jam tiga, kalau begitu."
202 "Telegramnya?" tanya ajudannya, ketika memasuki ruangan. "Ya."
"Kepada siapa?" "Kepada aku sendiri." "Baik. Dari?"
"Kepala Perwakilan, Wina."
"Apakah sebaiknya saya hubungi dia, sir?"
"Tidak perlu merepotkan dia. Atur saja untukku supaya ruang morse itu menerima
telegram dari dia tiga menit lagi."
"Baiklah. Dan teksnya?"
Sir Nigel mendiktekannya. Mengirim kepada dirinya sendiri sebuah pesan penting,
sebagai pembenaran atas apa yang ingin dilakukannya, adalah sebuah tipuan kuno
yang dipelajarinya dari gurunya dulu, almarhum Sir Maurice Oldfield. Setelah
ruang morse memberikan kepadanya sebuah telegram dalam bentuk yang sama dengan
yang seandainya akan diterimanya dari Wina, bangsawan tua itu memasukkannya ke
dalam sakunya dan berjalan menuju mobilnya.
Ia menemukan Sir Bernard sedang berada di kebunnya, menikmati matahari bulan Mei
yang hangat, dengan selimut membungkus lututnya.
"Seharusnya sudah masuk hari ini," kata Direktur Jenderal Lima sambil berusaha
keras agar nampak riang. "Besok pasti masuk."
"Tentu, tentu."
203 "Nah, apa yang bisa kubantu?"
"Rumit," kata Sir Nigel. "Seseorang baru saja terbang ke London dari Wina.
Nampak seperti pengusaha Austria. Tapi ternyata palsu. Kami telah memperoleh
identitasnya semalam. Seorang agen Ceko, salah satu anak buah StB. Kelas rendah.
Kami berpendapat bahwa dia itu kurir."
Sir Bernard mengangguk. "Ya, aku selalu memantau, meskipun aku berada di sini.
Sudah mendengar semuanya. Anak buahku bisa mengatasinya, bukan?"
"Nampaknya begitu. Masalahnya sekarang, kelihatannya dia akan meninggalkan
London malam ini. Ke arah utara. Lima akan memerlukan seorang pengendali
lapangan untuk pergi bersama tim pelacak itu."
"Tentu. Kita akan memperoleh itu. Brian bisa menangani itu."
"Ya. Tentu saja ini adalah operasimu. Tapi.... Kau masih ingat peristiwa Berenson
itu" Kita tidak pernah menemukan dua hal. Apakah Marais berkomunikasi melalui
kontaknya di Kedutaan Rusia di sini, di London, atau dia memakai kurir-kurir
yang dikirim ke dalam dari luar" Dan apakah Berenson satu-satunya orang dalam
program yang dikendalikan Marais, atau ada orang-orang lain lagi?"
"Aku ingat. Kita bersepakat untuk memeti-eskan dulu pertanyaan-pertanyaan itu
sampai kita bisa mengorek sejumlah keterangan dulu dari Marais."


Protokol Keempat Karya Frederick Forsyth di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

204 "Benar. Dan hari ini aku memperoleh pesan ini dari kepala perwakilanku di Wina."
Ia menunjukkan telegram itu. Sir Bernard membacanya dan alisnya terangkat.
"Terkait" Apa bisa begitu?"
"Mungkin saja. Winkler, alias Hayek, kelihatannya sejenis kurir. Wina menegaskan
bahwa ia berasal dari StB tapi sebenarnya bekerja untuk KGB sendiri. Kita tahu
bahwa Marais pergi ke Wina dua kali dalam dua tahun terakhir ini, ketika dia
mengendalikan Berenson. Setiap kali dalam rangka kunjungan pesiar, akan
tetapi...." "Missing iink-nystf"
Sir Nigel mengangkat bahu. Jangan berlebih-lebihan.
"Apa yang akan dilakukannya di Sheffield?"
"Siapa yang tahu, Bernard" Apa ada program lain di sana di Yorkshire" Mungkinkah
Winkler ini kurir untuk lebih dari satu program?"
"Apa yang kauinginkan dari Lima" Tambahan pelacak?"
"Bukan, John Preston. Kau pasti ingat bagaimana dia melacak Berenson, kemudian
Marais. Aku suka sfy/e-nya. Dia cuti beberapa waktu. Lalu dia kena flu, begitu
kata mereka padaku. Tapi ia sudah waktunya masuk kerja besok pagi. Ia sudah
begitu lama tidak masuk kerja, jadi dia barangkali tidak punya kasus-kasus yang
baru. Secara teknis dia memang membawahi pelabuhan dan bandara, C5(C). Tapi kau
tahu bagaimana anak-anak di K
205 itu dipekerjakan. Kalau dia bisa diperbantukan sementara ke K2(B), kau bisa
menunjuk dia sebagai pengendali lapangan untuk operasi ini."
"Well, aku tidak tahu, Nigel. Ini terserah Brian...."
"Aku akan sangat berterima kasih, Bernard. Kita akui saja, Preston itu sudah
aktif dalam pelacakan Berenson sejak pertama kali. Jika Winkler ternyata
merupakan bagian dari semua itu, Preston bahkan mungkin akan bisa berjumpa
dengan wajah yang sudah pernah dijumpainya sebelumnya."
"Baiklah," kata Sir Bernard. "Kauperoleh keinginanmu. Aku akan mengeluarkan
instruksi itu dari sini."
"Aku bisa membawanya balik ke sana kalau kau mau," kata C. "Kau tak perlu repot
Aku akan mengirim sopirku ke Charles Street dengan surat perintah itu...."
Sir Nigel berlalu dari situ dengan membawa surat perintah yang diperlukannya,
yang ditulis oleh Sir Bernard Hcmmings, menyatakan bahwa John Preston ditugaskan
sementara ke Cabang Khusus dan diangkat sebagai pengendali lapangan operasi
Winkler, yaitu apabila operasi itu berlangsung di luar ibu kota.
Sir Nigel menyuruh membuat dua copy, satu untuk dia dan satu untuk John Preston.
Aslinya dikirim ke Charles Street. Brian Harcourt-Smith saat itu sedang keluar
kantor, jadi surat perintah itu ditinggalkan di atas meja tulisnya.
Pada jam 7.00 petang John Preston meninggal 206 kan apartemen Chelsea-nya untuk yang terakhir kali. Ia berada di luar di udara
bebas lagi, dan ia suka itu.
Di Sussex Gardens dia menyelinap di belakang Harry Burkinshaw. "Hello, Harry."
"Good Lord. John Preston. Apa yang kaulakukan di sini?"
"Menghirup udara segar."
"Well, jangan membuat dirimu kelihatan. Ada 'Joe* yang sudah kami jebak di sana
di seberang jalan." "Aku tahu. Aku diberitahu bahwa ia akan berangkat ke Sheffield dengan kereta jam
sembilan dua puluh lima."
"Kau tahu dari mana?"
Preston mengeluarkan surat perintah Sir Bernard. Burkinshaw mengamatinya. "Wow.
Dari DJ-nya sendiri. Selamat bergabung, kalau begitu. Jaga jangan sampai kau
terlihat" "Punya radio ekstra?"
Burkinshaw mengangguk ke jalan. "Di belokan jalan itu di Radnor Place. Cortina
coklat. Ada satu yang tak dipakai di kolak sarung tangan."
"Aku akan menunggu di dalam mobil itu," kata Preston.
Burkinshaw bingung. Tidak ada yang memberita h u dia bahwa Preston bergabung
dengan mereka sebagai pengendali lapangan. Ia bahkan tidak tahu bahwa Preston
berdinas di Seksi Ceko. Akan tetapi, tanda tangan DJ sungguh sangat berpengaruh.
207 Baginya sendiri, ia hanya akan melanjutkan tugasnya. Ia mengangkat bahu,
memasukkan satu permen mint lagi ke dalam mulutnya, dan melanjutkan
pengawasannya. Pada jam 8.30 Winkler meninggalkan hotel. Ia membawa kopernya. Ia memanggil
taksi yang lewat di situ dan memberikan instruksinya kepada pengemudi.
Saat Winkler melangkah keluar dari mulut pintu, Burkinshaw mengontak timnya dan
kedua mobil pengawas lewat radio, la melompat masuk ke dalam mobil yang pertama
dan mereka berada seratus meter di belakang taksi itu melintasi Edgware Road.
Preston berada dalam mobil yang kedua. Sepuluh menit kemudian mereka tahu bahwa
mereka sedang menuju ke timur, ke arah stasiun kereta api. Burkinshaw melaporkan
hal ini. Suara Simon Margery menanggapi dari Cork. "Okay, Harry, pengendali lapangan kita
sedang menuju ke sana."
"Kami sudah mempunyai pengendali lapangan," kata Burkinshaw. "la di sini bersama
kami." Ini berita mengherankan untuk Margery. Ia menanyakan nama pengendali itu. Ketika
mendengarnya, ia berpikir telah terjadi suatu kekeliruan. "Ia bahkan bukan
anggota K2(B)," ia memprotes.
"Sekarang iya," kata Burkinshaw, tanpa terpengaruh. "Aku sudah melihat surat
perintahnya. Ditandatangani oleh DJ."
Margery lalu menghubungi Charles Street. Keli 208 ka iring-iringan itu bergerak ke timur menembus senja, di Charles Street terjadi
sedikit gejolak. Instruksi dari Sir Bernard dilacak dan dikonfirmasikan. Margery
mengangkat bahu dengan sikap jengkel. "Mengapa orang-orang di Charles tidak
pernah busa bersikap tegas?" ia bertanya tanpa ada yang menanggapi, la
membatalkan penugasan seorang rekan yang telah ditunjuknya untuk mengambil alih
di Stasiun St. Pancras. Lalu dia mencoba menghubungi Brian Harcourt-Smith untuk
mengajukan keluhannya. Winkler membayar taksinya, berjalan melewati gerbang lengkung masuk ke dalam
bangunan berkubah stasiun kereta api bergaya Victoria itu, dan mengecek papan
Keberangkatan. Di sekitarnya keempat pelacak dan Preston lenyap dalam kerumunan
penumpang di dalam bangunan yang terbuat dari bata dan besi itu.
Kereta jam 9.25, yang singgah di Leicester, Derby, Chesterfield, dan Sheffield,
berada di jalur dua. Setelah menemukan keretanya, Winkler berjalan di samping
kereta itu, melewati tiga gerbong kelas satu yang pertama dan kereta makan, dan
terus ke tiga gerbong kelas dua berjok biru dekat dengan ujung depan. Ia memilih
yang tengah, meletakkan kopernya ke atas rak, dan duduk diam menunggu kereta
berangkat. Beberapa menit kemudian, seorang pria muda berkulit hiu m dengan earphone
melingkari kepalanya dan sebuah Walkman yang terpasang pada
209 ikat pinggangnya masuk dan duduk tiga baris dari situ. Begitu* duduk, pria muda
itu mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti irama yang nampak seperti irama
reggae yang menggelegar di telinganya, memejamkan mata, dan menikmati musiknya.
Ia adalah salah satu anak buah Burkinshaw; carphone-nya tidak menyuarakan musik
reggae, lapi berfungsi sebagai penerima instruksi Harry.
Salah satu anak buah Burkinshaw mengambil posisi di gerbong depan, dan Harry
sendiri bersama John Preston di gerbong ketiga, sehingga Winkler berada dalam
posisi di "box". Agen keempat mengambil kursi kelas salu di gerbong terakhir,
kalau-kalau Winkler melakukan "lest lari" di kereta itu untuk menggagalkan
kuntilan yang disangkanya dilakukan terhadap dirinya.
Pada jam 9.25, kereta InlerCity 125 itu mendesis dan bergerak keluar dari St
Pancras, ke utara. Pada jam 9.30 Brian Harcourt-Smith dilacak sampai ke ruang
makan klubnya dan diminta datang ke tempat telepon. Simon Margery yang
berbicara. Apa yang didengarnya membual Wakil Direktur Jenderal bergegas keluar,
memanggil taksi, dan berpacu menempuh jarak tiga kilometer melintasi West End
menuju Charles Street Di mejanya ia menemukan surat perinlah yang ditulis sore
itu oleh Sir Bernard Hemmings. Wajahnya menjadi pucat karena marah.
Ia adalah orang yang sangat disiplin. Setelah
210 memikirkan masalah itu selama beberapa menit, ia mengambil telepon dan dengan
sikapnya yang ramah seperti biasa, ia meminta operator untuk menghubungkannya
dengan penasihat hukum kantor tempatnya berdinas, di rumahnya. Penasihat hukum
itu adalah orang yang melakukan sebagian besar tugas-tugas perantaraan antara
dinas itu dengan Cabang Khusus. Sementara hubungan itu sedang diupayakan,
Harcourt-Smith meneliti jadwal kereta api yang menuju Sheffield. Penasihat hukum
ilu dipaksa bangkit dari kursinya di depan pesawat televisi di Camberley dan
menghampiri telepon. "Saya perlu Cabang Khusus untuk melakukan penangkapan," kata Harcourt-Smith.
"Saya mempunyai alasan untuk yakin bahwa seorang imigran gelap yang dicurigai
sebagai agen Soviet mungkin lolos dari pengawasan. Nama: Franz Winkler; mengaku
sebagai warga Austria. Tuduhan: dicurigai memegang paspor palsu. Ia akan tiba
dengan kereta dari London di Sheffield pada jam sebelas lima puluh sembilan. Ya,
saya tahu ini pemberitahuan mendadak. Karena itulah ini penting. Ya, harap
hubungi Komandan Cabang Khusus di Yard dan minta dia meluncurkan operasi
Sheffield untuk melakukan penangkapan saat kereta tiba di Sheffield."
Ia meletakkan telepon itu dengan murung. John Preston boleh saja memojokkan dia
dengan berperan sebagai pengendali lapangan tim pengawas 211 an itu, tapi "penangkapan terhadap seseorang yang dicurigai merupakan masalah
kebijakan, dan itu termasuk dalam wewenang departemennya.
Kereta itu sudah hampir kosong. Dua gerbong, dan bukan enam, sebenarnya sudah
cukup untuk memuat keenam puluh penumpangnya. Barney, pelacak di gerbong depan
itu, berada di gerbong itu bersama sepuluh penumpang lain, semuanya benar-benar
penumpang, la menghadap ke arah belakang supaya ia bisa melihat ujung kepala
Winkler melalui jendela pada pintu antargerbong.
Ginger, pemuda kulit hitam dengan headphone itu yang berada bersama Winkler di
gerbong kedua, duduk bersama lima penumpang lain di gerbong itu. Ada selusin
penumpang yang mengisi gerbong berkapasitas enam puluh tempat duduk itu selain
Preston dan Burkinshaw di gerbong ketiga. Selama satu seperempat jam lamanya
Winkler tidak melakukan apa-apa. Ia tidak membawa bacaan; ia hanya menatap ke
luar jendela ke lingkungan pedesaan yang gelap.
Pada jam 10.45, ketika kereta mengurangi kecepatan untuk berhenti di Leicester,
ia bergerak. Ia mengambil kopernya dari atas rak, berjalan di dalam kereta ke
arah haluan, keluar menuju kamar kecil, dan menarik turun jendela dari pintu
yang menghadap ke arah peron. Ginger memberitakan ini kepada yang lain, yang
bersiap-siap untuk bergerak dalam waktu cepat jika diminta.
212 Seorang penumpang lain mendesak melewati Winkler ketika kereta berhenti. "Maaf,
permisi, apakah ini Sheffield?" Winkler bertanya.
"Bukan, ini Leicester," kata orang itu sambil terus turun ke peron.
"Ah, so. Terima kasih," kata Winkler. Ia meletakkan kopernya, tapi tetap berdiri
dekat jendela yang terbuka, memandangi peron itu dari satu ujung ke ujung
lainnya selama persinggahan yang singkat itu. Saat kereta bertolak lagi, ia
kembali ke tempat duduknya dan meletakkan kopernya ke atas rak kembali.
Pada jam 11.12 ia melakukan hal yang sama di Derby. Kali ini ia bertanya pada
seorang penjaga pintu di peron di bangunan beton yang berbentuk gua yang menjadi
bagian dari Stasiun Derby.
"Derby," kala penjaga pintu itu. "Sheffield nanti setelah satu persinggahan
lagi." Lagi-lagi, Winkler menghabiskan waktu persinggahan itu dengan memandang ke luar
jendela yang terbuka, lalu kembali ke tempat duduknya dan melemparkan tasnya ke
atas rak. Preston mengawasi dia melalui pintu antargerbong.
Pada jam 11.43 mereka tiba di Chesterfield, sebuah stasiun gaya Victoria yang
dirawat dengan baik, dihiasi lukisan-lukisan cerah dan keranjang-keranjang bunga
yang bergantungan. Kali ini Winkler meninggalkan kopernya di tempatnya semula,
lapi kemudian pergi ke jendela dan menjulurkan badannya ke luar ketika dua atau
tiga 213 penumpang meninggalkan ketela dan bergegas lari melalui penghalang pemeriksaan
tiket Peron sudah kosong sebelum kereta itu bergerak maju. Saat itulah Winkler
membuka pintu, melompat ke lantai beton, dan menutup pintu dengan gerakan ke
belakang dengan umpannya.
Burkinshaw jarang sekali terperangah oleh ulah seorang "Joe", tapi kelak
diakuinya bahwa Winkler benar-benar telah membuatnya kelu karena terkejut. Empat
pelacak itu semuanya seharusnya dengan gampang bisa turun ke peron, tapi tidak
ada sedikit pun tempat untuk berlindung di situ di lantai beton yang gundul.
Winkler akan bisa melihat mereka dan membatalkan rcndezvous-nya, di mana pun itu
tadinya dijadwalkan. Preston dan Burkinshaw berlari ke depan, ke peron tempat penumpang naik ke
kereta, di mana Ginger lalu bergabung dengan mereka dari gerbong di depannya.
Jendela itu masih terbuka. Preston mcnongolkan kepalanya ke luar dan melihat ke
belakang. Winkler yang akhirnya merasa puas karena tidak dikuntit, sedang
berjalan dengan cepat menyusuri peron dengan punggung menghadap ke kereta api.
"Harry, cepat kembali ke sini membawa tim dengan mobil," teriak Preston.
"Hubungi aku dengan radio kalau kau berada dalam jarak tangkap. Ginger, tutup
pintu di belakangku ini." Lalu ia mendorong pintu itu terbuka, menjejakkan
kakinya 214 ke papan injakan, mengambil sikap mendarat penerjun payung, dan melompat
Penerjun payung biasanya menyentuh tanah pada kecepatan sekitar enam belas
kilometer per jam; kecepatan gerak ke samping tergantung pada angin. Kereta itu
sedang melaju dalam kecepatan empat puluh lima kilometer per jam saat Preston
membentur tanggul rel kereta sambil berdoa semoga ia tidak menghantam tiang
beton atau batu besar. Dja beruntung. Rumput bulan Mei yang tebal menyerap
sebagian benturan itu; lalu dia berguling, lutut merapat, siku terlipat ke
dalam, kepala menunduk. Kelak Harry mengatakan padanya bahwa ia tidak tega
menyaksikan itu. Ginger mengatakan bahwa ia mental seperti mainan anak-anak di
tanggul itu dan berguling ke arah roda-roda kereta yang berputar cepat Ketika
akhirnya ia berhenti berguling, ia terbaring di parit di antara rerumputan dan
badan jalan. Ia mencoba bangkit dengan susah payah, membalikkan badan, dan mulai
berlari kembali ke arah cahaya yang terpancar dari stisiun.
Ketika ia muncul di tempat penghalang pemeriksaan tiket, si penjaga sedang
menutup tempat itu dan mengakhiri tugasnya. Ia tertegun melihat laki-laki yang
babak-belur dengan jas yang koyak itu.
"Orang terakhir yang lewat pintu ini tadi," Preston terengah-engah, "pendek,
kekar, dengan jas hujan abu-abu. Ke mana dia?"
215 Penjaga itu mengangguk ke arah bagian depan stasiun, dan Preston berlari ke
sana. Terlambat, penjaga itu sadar dia belum meminta tiket orang ini. Di saat
yang sama, Preston sedang memandang lampu-lampu belakang sebuah taksi yang
meluncur dengan cepat keluar dari stasiun dan menuju ke arah kota. Itu adalah
taksi yang terakhir. Dia tahu dia bisa saja meminta polisi setempat melacak
pengemudinya dan menanyakan ke mana dia membawa penumpangnya tadi, tapi ia tahu
pasti bahwa Winkler akan turun dari taksi itu sebelum dia tiba di tempat tujuan
yang sebenarnya dan kemudian menempuh sisa perjalanannya dengan berjalan kaki.
Beberapa langkah dari situ seorang portir stasiun sedang menstarter sepeda
motornya. "Saya perlu meminjam sepeda motor Anda," kata Preston.
"Enak saja," kata portir itu. Tidak ada waktu lagi untuk pembuktian diri atau
perdebatan; lampu-lampu taksi itu berkelebat di bawah ring road yang baru
dibangun dan menghilang di kegelapan. Jadi Preston terpaksa memukul dia sekali ?saja di rahangnya. Portir itu langsung rubuh. Preston menangkap sepeda motor
?yang akan rubuh itu, melepaskannya dari kaki orang itu, menghidupkan mesinnya
dan mengendarainya. Lampu lalu lintas berpihak kepadanya. Taksi itu sudah sampai di Corporation
Street, dan Preston tidak akan pernah bisa mengejarnya dengan sepeda motor
kecilnya yang bermesin lemah, tetapi un 216 tung lampu lalu lintas di depan perpustakaan pusat kebetulan sekali sedang tidak
merah. Ketika taksi itu meluncur di Holywell Street dan masuk ke Saltergate, ia
berada seratus meter di belakangnya, dan kemudian ia semakin kehilangan jejak
ketika mesin taksi yang besar itu menderu meninggalkannya sejauh delapan ratus
meter di jalan raya yang lurus. Seandainya Winkler dibawa menuju ke arah
pedesaan ke arah sebelah barat Chesterfield, Preston tidak akan pernah bisa
mengejarnya. Untungnya lampu rem taksi itu berbinar saat ia sudah nampak bagaikan titik di


Protokol Keempat Karya Frederick Forsyth di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kejauhan. Winkler membayar pengemudi taksi itu di tempat Saltergate menyambung
dengan Ashgatc Road. Ketika Preston sudah berhasil menyusulnya, dia bisa melihat
Winkler di samping taksi itu, mengamati jalan itu dari ujung ke ujung bawah.
Tidak ada kendaraan lain di situ; Preston menyadari bahwa ia tidak punya pilihan
selain terus maju. Ia melaju melewati taksi yang berhenti itu seperti seseorang
yang terlambat pulang, menyimpang ke arah Foljambe Road, dan berhenti di situ.
Winkler menyeberangi jalan itu dengan berjalan kaki; Preston mengikutinya.
Winkler tidak pernah lagi menoleh ke belakang. Ia terus berjalan mengitari
tembok pemagar stadion sepakbola Chesterfield dan masuk ke Compton Street Di
sini dia menghampiri sebuah rumah dan mengetuk pintunya. Bergerak dengan hatihati di antara bercak-bercak bayang bayang, Preston tiba di sudut jalan
217 dan bersembunyi di balik semak-semak di halaman rumah yang'di sudut itu.
Di ujung sana jalan dia melihat cahaya memancar dari sebuah rumah yang diliputi
kegelapan. Pintunya membuka dan terjadi pembicaraan singkat di undakan di depan
pintu, lalu Winkler masuk ke dalam. Preston menghela napas dan mendekam di ba|ik
semak-semak, bersiap-siap untuk mengawasi rumah itu semalam suntuk. Ia tidak
bisa membaca nomor rumah yang dimasuki Winkler, dan ia juga tidak bisa melihat
bagian belakangnya, lapi ia bisa melihat tembok stadion sepakbola yang menjulang
tinggi di belakang rumah itu, jadi barangkali di belakang situ tidak ada jalan
keluar. Pada jam dua pagi ia mendengar suara lemah yang berasal dari radionya dan
ternyata itu Burkinshaw. Ia menyebutkan identitasnya dan memberitahukan
posisinya. Pada jam setengah tiga ia mendengar suara langkah kaki dan ia
berbisik memberitahukan lokasinya. Burkinshaw bergabung dengan dia di balik
semak-semak. "Kau baik-baik, John?"
"Ya. Ia masuk ke dalam rumah itu, yang kedua setelah pohon ilu, yang ada
cahayanya di balik gorden."
"Aku mengerti. John, ada tim penyambutan di Sheffield. Dua agen dari Cabang
Khusus dan tiga petugas berseragam. Dikirim dari London. Apa kau menghendaki
penangkapan?" "Tentu saja tidak. Winkler adalah seorang kurir.
218 Aku menginginkan ikan besarnya. Mungkin ia yang berada di dalam rumah ilu. Apa
yang terjadi dengan tim Sheffield ilu?"
Burkinshaw tertawa. "Syukur kepada Tuhan atas sistem kepolisian Inggris.
Sheffield termasuk Yorkshire; padahal ini sudah masuk wilayah Derbyshire. Mereka
harus menyelesaikannya dulu di antara kepala-kepala polisinya esok pagi. Itu
memberimu cukup waktu."
mYeah. Mana yang lain-lain?"
"Di jalanan sana. Kami tadi kembali ke sini naik taksi dan kami sudah
menyuruhnya pergi. John, kami tidak mempunyai kendaraan. Juga, jika fajar
merekah nanti, tempat ini tidak ada perlindungannya."
"Suruh dua agen berjaga di ujung sana jalan dan dua lagi di sini," kata Preston.
"Aku akan kembali ke kota untuk menghubungi kantor polisi dan m Inti sedikit
bantuan. Kalau si 'Chummy* pergi dari situ, kabari aku. Tapi segera bayangi dia
dengan dua anggota tim yang dua lagi diminta untuk mengawasi rumah ilu."?Ia lalu meninggalkan kebun itu dan berjalan kembali ke pusat kota Chesterfield
untuk mencari kantor polisi, yang ditemukannya di Beetwell Street. Saat dia
berjalan, sesuatu terus menggelitik dalam benaknya. Ada sesuatu dalam ulah
Winkler yang tidak masuk akal.
219 19 KEPALA POLISI ROBIN KING tidak senang dibangunkan pada jam tiga pagi, tapi
ketika mendengar bahwa ada seseorang dari Ml-5 di kantor polisinya mencari
bantuan, ia menyanggupi untuk segera datang; dan dia berada di sana, tidak
sempat bercukur dan bersisir, dua puluh menit kemudian. Ia menyimak dengan penuh
perhatian ketika Preston menjelaskan inti permasalahannya: bahwa seorang pria
asing yang dicurigai sebagai agen Soviet telah dikuntit sejak dari London, ia
melompat dari kereta di Chesterfield, dan telah diikuti sampai ke sebuah rumah
di Compton Street, yang nomornya belum diketahui.
"Saya tidak tahu siapa yang tinggal di rumah itu, atau mengapa buronan kita
berkunjung ke situ. Saya bermaksud mencari tahu, tapi untuk sementara ini saya
tidak ingin ada penangkapan. Saya ingin mengawasi rumah itu. Nanti agak Siangan,
kita akan bisa menerapkan wewenang yang lebih penuh melalui Kepala Polisi
Derbyshire; untuk 220 saat ini masalah ini lebih penting sifatnya. Saya menempatkan empat orang dari
tim pelacak kami di jalan itu, tapi jika hari bertambah siang nanti mereka akan
nampak jelas tanpa perlindungan. Jadi saya membutuhkan bantuan sekarang."
"Apa tepatnya yang bisa saya lakukan buat Anda, Mr. Preston?" perwira polisi
senior itu bertanya. "Apa Anda mempunyai mobil van yang tidak beridentitas, misalnya?"
"Tidak. Sejumlah mobil sedan polisi memang tidak beridentitas, tapi dua van
milik kami ada lambang kepolisiannya di sisinya."
"Apakah bisa diusahakan sebuah van tanpa identitas dan kemudian memarkirnya di
jalan itu dengan anak buah saya di dalamnya, hanya sebagai suatu langkah
sementara?" Kepala polisi itu memanggil sersan yang sedang bertugas melalui telepon. Ia
mengajukan pertanyaan yang sama itu dan mendengarkan selama beberapa saat
"Upayakan dia datang ke telepon dan minta dia meneleponku sekarang juga,"
katanya. Dan pada Preston, "Salah satu orang kami mempunyai van. Kondisinya
sudah cukup parah ia selalu diejek rekan-rekannya karena itu."?Tiga puluh menit kemudian constable polisi yang masih mengantuk itu telah
membuat rendezvous dengan tim pelacak di depan gerbang utama stadion sepakbola.
Burkinshaw dan anak buahnya masuk ke dalam van dan van itu lalu dikemudikan
221 kc Compton Street, kemudian diparkir di hadapan rumah yang sedang diawasi. Di
bawah instruksi, polisi itu keluar dari mobil, menggeliat, dan berjalan
menyusuri jalanan dengan sangat santai seperti orang yang sedang pulang ke rumah
dari kerja malam. Burkinshaw mengintip dari jendela belakang van dan menghubungi Preston lewat
radio. "Sekarang lebih enak," katanya, "kami bisa melihat rumah di seberang
jalan dengan jelas. O, ya, nomornya ternyata lima puluh sembilan."
"Tetap di situ dulu sementara," kala Preston. "Aku sedang mengusahakan sesuatu
yang lebih baik lagi. Sementara ini, kalau Winkler keluar berjalan kaki, minta
dua orang menguntit dia dan yang dua lagi tetap mengawasi rumah ilu. Kalau dia
pergi naik mobil, ikuti dengan van itu." Ia lalu menoleh ke Kepala Polisi King.
"Kita mungkin masih harus mengawasi rumah itu untuk waktu yang lama. Artinya
kita harus mengambil sebuah kamar di lantai atas dari sebuah rumah yang
berseberangan. Apa bisa kita dapatkan seseorang di Compton Street ini yang bisa
dimintai bantuan untuk itu?"
Kepala polisi itu berpikir keras. "Saya kenal seseorang yang tinggal di Complon
Street," katanya. "Kami dulu pernah tinggal sama-sama di satu pondokan. Karena
itu saya kenal dia. Dia dulu seorang bintara di Angkatan Laut, sudah pensiun
sekarang. Dia tinggal di nomor enam puluh dcla 222 pan. Tapi.saya tidak tahu di mana letak rumah itu di jalan ini."
Burkinshaw memastikan bahwa Compton Street nomor 68 terletak berseberangan
dengan rumah yang diawasi, tapi selisih dua rumah. Jendela depan di lantai dua,
barangkali kamar tidur, akan bisa memberikan pandangan yang jelas ke rumah yang
diawasi. Kepala Polisi King menelepon temannya dari kantor polisi.
Atas petunjuk Preston, sang polisi mengatakan pada pemilik rumah yang masih
mengantuk, Mr. Sam Royston, bahwa ini merupakan suatu operasi resmi mereka ?bermaksud mengawasi seseorang yang dicurigai yang berlindung di rumah di
seberang jalan. Setelah pelan-pelan rasa kantuknya hilang, Royston menyatakan
persetujuannya. Sebagai warga negara yang patuh akan hukum ia tentu saja
membolehkan polisi memakai kamar depannya itu.
Van itu dikemudikan pelan-pelan mengitari blok itu, masuk kc West Street;
Burkinshaw dan anak buahnya menyelinap di antara rumah-rumah di kompleks itu,
menembus pagar-pagar kebun, dan memasuki rumah Royston di Compton Street dari
kebun belakang rumah. Beberapa saat sebelum matahari menerangi jalan, tim
pelacak itu sudah bersiaga di kamar tidur Royston di balik gorden-gorden yang
berenda, melalui situ mereka bisa melihat rumah nomor 59 di seberang jalan.
Royston, yang nampak sangat tegang dalam pa 223 kaian tidurnya, tapi dipenuhi dengan rasa diri penting karena diminta membantu
Sepasang Pedang Iblis 22 Pendekar Naga Putih 41 Hantu Laut Pajang Laron Pengisap Darah 4

Cari Blog Ini