Ceritasilat Novel Online

Tarian Cinta 1

Tarian Cinta Karya Sayed Kashua Bagian 1


http://inzomnia.wapka.mobi
Tarian Cinta Oleh: Sayed Kashua Djvu: Otoy http://otoy-ebookgratis.blogspot.com
Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
Pujian dari Mancanegara Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Novel ini sungguh menghibur meski ia menyimpan kebenaran yang pahit.
Kashua dan anti-protagonisnya tertawa, dan dalam tawa itu terkandung
lebih banyak heroisme da-ripada dalam sabuk bom jihad mana pun." Neue Zuricher
Zeitung (Swiss) "Sebuah kisah satire yang memesona." -Die Weft (Jerman)
"Sebuah buku yang mengagumkan ... tanpa merasa paling benar [Kashua]
menerangi neraka hidup bersama yang penuh nestapa dan prasangkaprasangka yang
menjelmakan rasa takut." -La Liberte (Prancis)
"Mencampur kekonyolan dengan keputusasaan, perang dengan kehidupan
sehari-hari, skenario politik besar dengan tragedi perorangan ... Novel ini
menangkap bagaimana orang-orang Arab-Israel selalu dihadapkan pada
situasi dengan dua tuntutan yang tak terukunkan atau pilihan antara dua
tindakan yang sama-sama tak disukai." -Panorama (Italia)
"Buku yang berani ini benar-benar provokatif ... Kashua menyelami dua
komunitas Israel dengan kejernihan yang luar biasa."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
-L'Independent (Prancis) "Sebuah novel yang indah dan menggetarkan ... Inovasi
besar dalam buku Sayed Kashua adalah perasaan yang ditimbulkannya
bahwa setiap kalimat merupakan kebenaran, kesaksian yang sebenarbenarnya."
-Ha'aretz (Israel) "Siapa saja yang ingin mengerti apa yang berlangsung dalam komunitas
Arab di Israel harus membaca novel yang mengagumkan ini ... Sulit
membayangkan empati yang lebih besar daripada yang ditunjukkan oleh si
penulis terhadap keluarganya; lingkungan masa kecilnya; dan orang-orang
sebangsanya." -Ma 'ariy (Israel)
"Kashua bangkit mengatasi kekejian dari cermin retak, dan bahaya dari
stereotipe, prasangka serta identitas yang terbe-lah, dan menciptakan
sebuah drama yang luar biasa rumit dari bahan-bahan domestik yang
sederhana." - Yediot Acharonot (Israel)
Bagian Satu Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Perlengkapan Kematian Nenek
Kunci Lemari Aku Selalu mencari kunci lemari. Aku mencarinya setiap kali Nenek
melayat ke rumah wanita tua lain yang meninggal dunia di desa. Lemari
cokelat itu menyerupai sebuah peti terkunci dengan harta karun di
dalamnya-berlian dan perhiasan-perhiasan bangsawan. Suatu pagi, setelah
malam sebelumnya aku menyelinap ke tempat tidur Nenek karena terlalu
takut untuk tidur sendirian, aku melihat Nenek mengambil kunci dari
kantung kain tersembunyi yang dia jahit pada salah satu bantalnya. Nenek
memberiku kunci itu dan menyu- ruhku mengambilkan sajadah dari
lemari. Aku beranjak dari tempat tidur. Apakah dia benar-benar
menyuruhku membuka lemari tersebut" Aku pun mengambil kunci, begitu
aku memasukkannya ke lubang kunci, Nenek berkata, "Putarlah pelanpelan. Kuncinya
sudah berkarat." Gaun-gaun putih tergantung di satu sisi, dan di sisi lain terdapat rak yang
berisi beberapa handuk, sharwal (celana panjang yang dipakai dibagian
dalam) yang dilipat, dan stoking. Tidak ada pakaian dalam. Nenek tidak
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
memakai pakaian dalam, hanya sharwal. Sajadah yang terbuat dari kulit
domba terletak di rak bawah. Dia membuatnya sendiri: dia membeli domba
pada hari Idul Fitri, mengulitinya, menggaraminya, dan mengeringkannya
di bawah sinar matahari. Pada rak paling atas dia menaruh kopor besar
berwarna biru, yang dia bawa saat pergi haji beberapa tahun yang lalu. Apa
yang tersimpan di dalamnya" Aku bertanya-tanya. Mungkin pakaianpakaian polisi
juga, seperti yang dulu dia oleh-olehkan untuk kami
dari Mekah. Aku mengeluarkan sajadah dari rak dan membentangkannya di tempat
salat. Dia salat dengan duduk selonjor karena pada waktu itu sulit baginya
untuk bersimpuh dalam waktu yang lama.
Nenek ikut tinggal bersama kami. Tetapi sebenarnya; kamilah yang ikut
tinggal bersamanya. Dia memiliki kamar sendiri, dengan kamar mandi dan
sebuah baskom untuk mencuci tangannya sebelum salat, dia tidak pernah
melewati kamar tamu atau dapur. Begitulah dia, setiap orang yang ingin
menemuinya harus masuk ke kamarnya. Nenek tidak akan pernah
bermimpi untuk melanggar "wilayah kekuasaan" Ibu. Dan jika orangtuaku
lebih memilih untuk tidak berbicara dengannya; itu tidak jadi soal; dia
memang tidak berniat memulai percakapan. Dulu, rumah ini adalah
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
rumahnya, hingga ayahku, anak laki-laki satu-satunya, mengambil alih
rumah tersebut, menikah, dan memiliki anak-anak sendiri. Dari keempat
cucu laki-laki Nenek, hanya aku cucu yang suka menyuruk ke tempat
tidurnya. Aku hampir tidak pernah tidur di kamar bersama saudarasaudaraku. Aku
akan menunggu hingga orangtuaku tertidur, kemudian,
dengan sangat amat hening, aku masuk diam-diam ke kamar Nenek, dan
naik ke tempat tidurnya. Dia tahu aku takut-takut pencuri, takut gelap,
takut monster. Dia tahu bahwa bersamanya aku merasa terlindung, dan
dia tidak pernah menyuruhku untuk tidak datang. Dia tidak pernah
berkata, "Jangan pernah lagi menyelinap ke kamarku, meskipun tempat
tidur ini bisa muat dua orang tapi telah berumur lebih dari tiga puluh
tahun". Setiap pagi aku bangun pada waktu subuh, ketika Nenek sudah
selesai salat. Aku tidak pernah melihat kunci itu. Dia tidak pernah
memintaku untuk mengambilkan apa pun dari dalam lemari.
Pagi itu setelah selesai salat, dia menoleh padaku. "Tadi kamu lihat di mana
aku menyembunyikan kunci" Kamu satu-satunya orang yang kuberi tahu,
dan aku ingin kamu berjanji tidak akan menceritakannya pada orang lain
sampai aku mati. Setelah aku mati bukalah lemari itu dan katakan pada
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
bibi-bibimu-mereka pasti akan datang ke sini kalau aku mati nanti-bahwa
semua perlengkapan ada di kopor biru. Kamu mengerti" Mereka tidak
boleh menggunakan perlengkapan apa pun kecuali yang ada pada kopor
itu. Janji?" Aku berjanji. "Sudah saatnya kamu tidak takut lagi. Anak cerdas seperti kamu ini, takut
apa" Ayo, kembali ke kamarmu sebelum orangtuamu bangun."
Sekarang akulah yang bertanggung jawab atas urusan kematian Nenek.
Dia pasti mengetahui sesuatu yang aku tidak tahu. Kalau tidak, untuk apa
dia menyiapkan perlengkapan kematian" Tetapi, omong-omong, apa sih
perlengkapan kematian itu"
Setelah kejadian pagi itu, saat Nenek memberitahuku tempat ia
menyembunyikan kunci lemari, aku berlari pulang setiap istirahat. Waktu
istirahat hanya lima menit, tetapi rumah kami sangat dekat dengan
sekolah. Ketika bel berbunyi, aku dapat mendengarnya dari rumah, dan
aku selalu berhasil kembali ke kelas sebelum guru kembali dari ruang guru.
Aku tidak pernah terlambat. Aku adalah murid terbaik di kelas, terbaik
dari semua anak di kelas empat. Setiap kali berlari pulang, aku
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
membayangkan Nenek terbaring di tempat tidurnya dengan keempat anak
perempuannya berdiri di sampingnya, menangis, dan
menyanyikan lagu yang sama seperti ketika Paman Bashir, suami Bibi
Fahten, meninggal dunia, atau ketika Paman Shakker, suami Bibi Ibtissam,
meninggal dunia. Aku tahu aku tidak boleh melewatkan kematian Nenek,
dan aku selalu berdoa supaya berhasil kembali sebelum dia dikubur. Aku
harus sampai di sana tepat waktu untuk memberi tahu mereka tentang
kopor berwarna biru. Aku harus mengatakan pada mereka tentang
perlengkapan kematian. Tak seorang pun yang mengetahui di mana
kuncinya, tidak juga ayahku, satu-satunya anak lelakinya.
Pada malam hari, aku kembali mengendap-endap ke tempat tidur Nenek
dan tidur di sampingnya. Tetapi bukan lagi karena aku takut gelap,
pencuri, atau anjing; aku mulai takut wanita yang ada di sampingku ini
akan meninggal dunia. Badannya yang besar tidak lagi memberiku rasa
aman. Mulai saat itu, aku tidur di sampingnya untuk melindunginya. Aku
jadi sering terbangun, menahan napasku dan meletakkan telapak
tanganku di atas mulutnya. Selama aku masih dapat merasakan napasnya
yang hangat, aku tahu bahwa, kematian belum datang.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Nenek tidak lagi menyebutkan-nyebut kopor biru berisi perlengkapan
kematian. Seolah-olah dia telah melupakan semua itu, seolah-olah,
kematiannya tidak lagi ada dalam pikirannya. Suatu ketika, saat aku
duduk di kelas lima, antara liburan musim dingin dan musim semi, ketika
aku berlari pulang saat istirahat seperti biasanya, Nenek tidak ada di
kamar. Nenek jarang meninggalkan kamarnya, kecuali jika ada seseorang
yang meninggal dunia. Dan jika dia pergi, biasanya untuk waktu yang
cukup lama. Tanpa berpikir dua kali aku berjalan menuju bantal. Dengan lembut, tanpa
memindahkannya, aku memasukkan tanganku ke dalam kantung rahasia
dan mengeluarkan kuncinya. Aku ingat Nenek berkata bahwa kuncinya sudah berkarat jadi
kuputar kunci itu dengan pelan-pelan dan hati-hati. Walau demikian bisa
saja, kunci itu patah dan ujungnya tertinggal di dalam lubangnya.
Barang-barang yang ada di dalamnya sama seperti sebelumnya. Tidak ada
yang berubah: sajadah, gaun-gaun putih, dan sharwal. Tidak ada pakaian
dalam, hanya ada stoking. Aku tidak dapat meraih rak paling atas. Jadi
kulepas sepatuku, kuletakkan kakiku yang satu pada rak tempat sajadah
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dan yang satunya lagi pada rak tempat sharwal, aku berusaha membuka
kunci besi pada kopor biru dengan satu tangan.
Aku sulit melihat apa yang ada di dalamnya, teta-pi aku dapat merasakan
ada handuk. Hanya handuk" Jadi itu perlengkapan kematian" Tetapi
bukankah di semua rumah ada handuk" Sejak kapan ada handuk khusus
sebagai perlengkapan kematian"
Aku berlari ke dapur untuk mengambil kursi su-paya bisa berdiri di
atasnya. Tetapi saat itu juga aku mendengar bel sekolah. Pelajaran lain
akan dimulai, tetapi kali ini aku tidak langsung berlari kembali. Biarkan
mereka menganggapku bolos. Aku akan bilang perutku sakit. Mereka akan
percaya karena aku murid yang baik. Aku melupakan bel dan memusatkan
perhatianku pada kopor. Di atas kursi aku dapat meraihnya dengan lebih
mudah. Kuhimpun seluruh kekuatanku sebelum mengangkatnya, tetapi
kopor itu jauh lebih ringan daripada yang kubayangkan. Entah mengapa,
aku membayangkan bahwa perlengkapan kematian itu berat.
Kuletakkan kopor itu di tempat tidur Nenek dan kuamati isinya. Handukhanduk yang
ada di atas dilipat dengan apik. Aku mengeluarkannya satu
demi satu, sambil Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mengingat posisi masing-masing sehingga nanti aku dapat
mengembalikannya dengan tepat, semuanya ada lima. Di bawahnya
terdapat sepotong kain lebar dengan tulisan "Mekah ". Nenek pasti ingin
kain ini digunakan untuk kafannya. Di bawahnya, ada beberapa lusin
batang sabun mandi, semuanya buatan Mekah. Ada parfum dan krim
tangan, sebuah pinset yang masih terbungkus, gunting dan sikat rambut
yang masih baru. Aku tidak tahu bahwa perlengkapan kematian adalah
alat-alat mandi. Aku sangat kecewa. Untuk inikah aku membolos pelajaran
pertanian" Setelah semua perlengkapan itu kukeluarkan, aku melihat kopor itu
dengan koran. Aku yakin koran itu hanya digunakan untuk melindungi
perlengkapan tersebut dari kelembaban. Tetapi sebelum aku menaruh
kembali alat-alat mandi itu ke dalam kopor, mataku tertuju pada gambar
di salah satu koran itu. Semua tulisannya dalam bahasa Ibrani, dan aku
belum cukup menguasai bahasa Ibrani sehingga belum mampu membaca
koran. Tetapi pada kertas itu aku melihat pas foto kecil yang kabur: foto
seorang laki-laki muda yang memandangku.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tanganku kaku. Itu foto ayahku. Memang, dia terlihat jauh lebih muda.
Aku tidak pernah melihat fotonya saat seusia itu, tetapi aku berani
bersumpah itu ayahku. Kuangkat koran itu, dan di bawahnya terdapat lebih banyak lagi korankoran dengan
pas foto yang sudah lama itu. Semuanya dalam bahasa
Ibrani. Aku memang belajar bahasa Ibrani. Sayangnya di kelas kami masih
tertatih-tatih belajar mengucapkan "Siapakah ini?" "Ini Ayah". "Siapakah
ini?" "Ini Ibu." Aku bertekad: Aku harus belajar bahasa Ibrani. Aku harus
dapat membaca koran Ibrani!
Aku menggeledah lagi dan menemukan lusinan kartu pos yang
tersembunyi di bawah. Tulisannya dalam huruf Arab. Aku langsung
mengenali tulisan tangan ayahku: indah dan bulat, seperti gambar. Ayahku
dulu murid terbaik di Tira. Aku selalu ingin jadi seperti dirinya.
Aku mengeluarkan selembar kartu pos dan membacanya:
Bashir yang baik, Bagaimana kabar saudariku. Fahten" Kuharap kau sehat-sehat saja. Aku
sendiri baik-baik saja, alham-dulillah. Katakan pada Ibu supaya tidak
menangis terus. Aku akan segera dibebaskan. Berikan salam kasihku untuk
Sharifa, Fahten, Ibtissam, Shuruk, dan anak-anak.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
N.B. Ada beberapa barang yang aku ingin Ibu bawakan pada kunjungan
berikutnya: sebuah buku catatan, dua pensil, sepasang kaus kaki, dan dua
buah celana dalam. Salam,
Saudaramu Darwish Ada banyak segitiga merah pada kartu pos itu, dengan beberapa tulisan
Ibrani di dalamnya, dan pada bagian belakang terdapat gambar hitamputih seorang
prajurit perempuan sedang makan falafel (bubur kacang).
Terdengar bunyi bel lagi. Istirahat dimulai, dan sebentar lagi kelas akan
dimulai. Cepat-cepat kutata kartu-kartu pos dan koran-koran itu seperti
sebelumnya, memasukkan kembali semua perlengkapan ke dalam kopor,
dan mengembalikan kopor itu pada rak paling atas. Setelah mengunci
lemari, aku mengembalikan kunci itu ke dalam kantung tersembunyi. Dalam waktu
dua menit aku telah mengembalikan kursi ke dapur, memakai sepatuku,
mengunci pintu depan, dan berlari kembali ke kelas.
Di tengah jalan, aku melihat pemakaman. Nenek ada di sana. Ternyata Abu
Ziad yang meninggal dunia, tetangga kami. Cucu laki-lakinya, Ibrahim,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
adalah teman sekelasku. Nenek tidak tahan melihat Abu Ziad. Sedangkan
aku ... aku tidak tahan melihat Ibrahim.
Paling Perlente, Paling Pandai
Suatu hari, ketika ayahku masih muda, dia duduk di tempat tidurnya
sambil mendengarkan radio.


Tarian Cinta Karya Sayed Kashua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak tahu apa yang dia dengarkan," kata Nenek, "tapi tiba-tiba dia
berteriak "Hore!" dan melompat setinggi atap. Dari mana dia dapat
kekuatan itu" Dia sungguh-sungguh terbang ke udara. Aku jadi takut, dan
kubilang, 'Allah Yang Maha Pengampun, apa yang terjadi padamu"'"
Ayahku tidak menjawab. Nenek bilang ia hanya terse-nyum-senyum yang
belum pernah dilihat Nenek sebelumnya, kemudian dia mengepak barangbarang ke
dalam tas, mencium Nenek, dan berkata dia akan kembali ke
Yerusalem. Beberapa jam kemudian, A-Daula-aparat negara-datang ke rumah kami.
Setidaknya pasti ada seratus tentara dan polisi. Nenek di rumah sendirian.
Keempat bibiku telah menikah. "Mereka mencari ke setiap sudut rumah.
Mereka memiliki alat yang berbunyi hip-hip, dan mereka menggunakannya
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
di atas setiap senti rumah kami. Mereka membalikkan lemari-lemari dan
tempat tidur. Aku berkata pada mereka, 'Katakan apa yang sedang kalian
cari, dan mungkin aku dapat membantu,' tapi mereka tidak menjawab.
Mereka membuka setiap halaman buku-buku ayahmu, mengambil
beberapa di antaranya, dan meninggalkan sisanya. Mereka juga memeriksa
berkas-berkasnya. Kemudian mereka menuju ke kebun, menggali setiap
jengkal." Tentu saja mereka mencari senjata,
tetapi Nenek tidak menduganya sampai mereka pergi. "Aku tahu sesuatu
telah terjadi padanya. Aku memohon pada mereka untuk mengatakan
padaku apakah anakku baik-baik saja. Aku ingin mereka memberitahuku
apa yang telah terjadi, tapi mereka tidak menjawab."
Kata Nenek, ayahku tak pernah memberinya ketenangan sekejap pun.
Tidak pernah. Nenek sangat menyayanginya. Katanya, dia mencintai Ayah
melebihi cintanya pada dirinya sendiri. Dia sangat ingin agar Ayah dapat
belajar di universitas, dia melakukan apa saja untuk membayar biaya
kuliah, sewa kamar, dan uang jajan. Ayahku bekerja seperti dua orang lakilaki
bekerja. Dan apa pun yang dia dapatkan hanya untuk putranya. Ayah
tidak kekurangan apa-apa. Tak seorang pun yang mengira dia tidak punya
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ayah. Dia adalah murid yang paling bersih di kelas, berpenam-pilan paling
perlente di sekolah. Baju-bajunya selalu rapi dan disetrika.
Kata Nenek, Ayah pergi ke sekolah seperti pangeran. Setiap orang iri
padanya. Banyak anak memukulinya, dan Nenek akan langsung
mendatangi rumah mereka, membentak mereka dan orangtua mereka.
Bahwa orang yang berusaha mengganggu ayahku tahu dia akan berurusan
dengan Nenek. Ayah adalah murid terbaik. Dia banyak belajar. Setiap
malam dia duduk dan belajar di bawah cahaya lilin, dan ketika tetangga
kami mulai menyanyi-wanita itu senang melakukan hal itu tepat di tengah
malam-Ayah akan menyalakan alat penghangat yang berbahan bakar
minyak tanah sehingga suara berisik mesin ini dapat meredam suara
nyanyian. Dia suka berjalan-jalan di lapangan dengan buku di tangannya,
dan dia mendapat peringkat tertinggi.
Pada hari kelulusan, pamanku Bashir menunggunya di
pintu gerbang. Setelah upacara wisuda selesai dia mengangkat tinggi
ayahku, memanggulnya segera, dan menari sepanjang jalan pulang ke
rumah. Paman Bashir adalah pahlawan. Tubuhnya besar seperti unta,
nyaris tidak bisa melewati pintu.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tidak ada yang bisa menduga bahwa ayahku tidak memiliki saudara lakilaki dan
seorang ayah yang mampu mengurusnya. Bahkan, saat Nenek
tidak punya uang untuk membeli makanan, Nenek akan ber-usaha bisa
membelikannya buku apa saja yang diminta. Dia juga membelikannya
sepeda yang mahal. Dia tidak ingin orang-orang memandangnya sebagai
orang yang miskin. Dia selalu menceritakan padaku bagaimana dia
memasukkan kantung plastik ke dalam pakaian, sehingga tetangganya
mengira ada gemerisik uang di dalamnya. Tak seorang pun dapat
membayangkan bagaimana seorang janda yang bekerja sebagai pemetik
buah dapat memiliki uang, tetapi dia selalu berkata, "Tuhan Maha
Pemberi". Kemudian segalanya hancur: putranya, investasinya, sekolahnya. Bahkan
Nenek tidak tahu di mana Ayah berada. Mereka berkata Ayah menjadi
tentara. Dia tidak dapat tidur jika belum menemuinya. Paman Bashir dan
Paman Shakker-suami Bibi Ibtissam membantunya menyisir setiap penjara
yang ada di ne-geri ini. Mereka tidak memiliki mobil, jadinya mereka naik
bus. Pertama-tama mereka berkata dia berada di Maskubieh, kemudian di
Ramla, kemudian di Shatta, di Damon, di Beersheba ....
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dua minggu kemudian, barulah Nenek melihat Ayah dibawa ke pusat
penahanan. Nenek bercerita bahwa dia menangis dan berteriak. Ayah
terlihat lebih kurus dan tampak lapar. Nenek selalu menggunakan katakata yang
sama untuk menggambarkan apa yang terjadi di sana,
dan dia selalu memegang sapu tangan putihnya, mengangkatnya dan
menurunkannya seperti orang yang sedang berkabung seolah-olah dia
telah mengisinya dengan pasir dan menuangkan pasir itu di atas
kepalanya. "Mereka membunuhmu. Apakah mereka memukulmu" Apa
yang telah mereka lakukan padamu, ya habibi (ungkapan untuk orang
yang disayangi)?" Kemudian Nenek bilang bahwa itu baru awalnya. Dia tidak memiliki uang
untuk membeli karcis bus, jadi dia mulai meminjam uang pada anak-anak
perempuannya untuk mengunjungi Ayah setiap Jumat. Dia tidak pernah
melewatkan satu kunjungan pun, dan dia pergi setiap kali Ayah ditahan.
Dia tidak memahami apa yang mereka katakan. Dia hanya ingin bertemu
dengan Ayah lagi, untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja. Dia tidak
akan memaafkan dirinya sendiri jika dia melewatkan satu kesempatan saja
untuk bertemu dengannya. Dia tidak pernah datang dengan tangan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kosong. Dia selalu membawakan Ayah sesuatu untuk dimakan atau untuk
dipakai, sehingga Ayah mengira Nenek tidak kekurangan sesuatu apa pun.
Kedua kakinya semakin lemah. Tulang sendinya kelihatan menonjol, dan
dia mulai menggunakan tongkat. Ayahku ditahan lagi, meskipun tanpa
bukti-bukti. Adalah Shabak, Dinas Keamanan Umum, yang telah
memerintahkan penahanan itu, dan keterangannya dirahasiakan. Yang
mereka katakan hanya "Berbahaya, berbahaya!" Kemudian diketahui
penahanannya adalah penahanan administrasi. Mereka membawanya ke
pusat penahanan yang berbeda setiap saat dan tidak memberi tahu Nenek.
Jadi, Nenek harus berusaha sendiri untuk menemukan ke mana Ayah
dipindahkan: misalnya dari penjara Shatta ke
penjara Damon. Nenek mempelajari cara kerja sistem dengan cepat. Dia menjalin hubungan
dengan para anggota Knesset yang keturunan Arab, orang-orang yang
dikenal sebagai petinggi Druze dan petinggi Arab. Dia menulis ke semua
surat kabar. Setiap minggu dia mengirim surat-surat kepada mereka
semua; surat-surat itu dituliskan oleh orang-orang desa yang memiliki
tulisan tangan yang bagus. Dia mendiktenya: Kembalikan anakku. Aku
tidak memiliki apa pun di dunia ini kecuali dia. Kalian sungguh
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menyiksaku. Kadang-kadang salah satu suratnya dimuat di koran. Dia
menyimpan semua klipingnya di dalam kopor biru. Dia pergi ke desa-desa
lain di Galilee menemui siapa pun yang sekiranya dapat membantu: para
walikota, mukhtar, pendeta Druze .... Berkali-kali dia mengunjungi mereka.
Dia meyakinkan mereka untuk menulis surat kepada hakim, polisi, dan
pemerintah. "Yang dia lakukan hanyalah pergi belajar," dia menjelaskan
kepada mereka. "Mereka hanya cemburu. Orang-orang keparat itu
melaporkan dia, karena dia yang paling perlente, yang paling pandai."
Ayahku tidak takut. Dia tahu Gamal Abdel Nasser akan mengeluarkannya.
Dan dia tidak marah dengan cara mereka memperlakukannya dalam
interogasi pukulan-pukulan yang diterimanya dan lainnya. Kadangkadang di
kemudian hari, ketika dia menonton televisi, dia mengenali salah
satu orang yang menginterogasinya. Dia bisa mengatakan sesuatu tentang
banyak orang terkenal, "Orang itu pernah memukulku, dulu." Hingga kini,
dia masih mengusap-usap pipinya saat mengatakan itu.
Ayah melakukan segala usaha yang ia mampu untuk keluar dari penjara.
Dia pernah menangis berjam-jam
untuk meyakinkan para sipir bahwa giginya sakit, supaya mereka
membawanya ke rumah sakit. Kata Ayah dokter gigi keparat itu tahu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
bahwa tidak ada yang salah dengan giginya, tetapi tetap saja dia mencabut
salah satunya, tanpa obat bius. "Tapi tak apa, asal aku bisa keluar
sebentar," begitulah dia selalu berkata.
Dalam sebuah album terdapat foto ayahku yang sedang duduk dengan
seseorang di balkon yang tinggi. Mereka memakai jaket tebal dan tangan
mereka dimasukkan ke dalam saku. Mereka sedang kedinginan, berusaha
keras untuk menghangatkan diri. Kata Ayah, dia dan temannya Halil dari
Tur'an duduk di balkon itu saat Perang Karama pecah dan menghitung
helikopter yang mengangkut tentara yang terluka dari Yordania ke rumah
sakit Hadassah. Mereka berdua ditahan karena peristiwa yang sama, tetapi
Ayah tidak mengatakan peristiwa apa. Koran-koran memberitakan bahwa
mereka telah membom kantin universitas, tetapi kata Ayah koran selalu
bohong. Faktanya, saat dibebaskan, dia membeli koran Ha'aretz dan di situ
dikatakan bahwa menurut Moshe Dayan, mahasiswa yang mereka tahan
merupakan ancaman yang nyata bagi keamanan negara dan tidak akan
dibebaskan dalam waktu dekat. Ayahku dibebaskan dalam waktu yang
lumayan cepat. Halil tidak dibebaskan hingga tujuh belas tahun kemudian.
Dia dijatuhi hukuman seumur hidup, tetapi pertukaran tahanan Ahmad
Jibril menyelamatkannya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Beberapa hari setelah Halil dibebaskan, Ayah menjejalkan kami berempat
di kursi belakang mobil, dan kami mulai melakukan perjalanan panjang ke
utara, ke Tur'an, desa tempat tinggal Halil. Ayah bertanya pada setiap
orang di mana rumah Halil. Beberapa dari mereka
mengatakan tidak mengetahuinya karena ada rabbi yang "gila," Kahana,
yang bersumpah akan memastikan semua tahanan yang telah dilepaskan
akan dikembalikan ke penjara. Jadi orang-orang takut untuk berbicara.
Orang-orang di Tur'an memiliki aksen yang unik, dan kami semua tertawa
di balik punggung mereka karena mereka memberi tekanan pada huruf k.
Ayah dan Halil saling berpelukan dan berciuman dalam waktu yang lama.
Aku tidak per-nah melihat ciuman seperti itu. Halil tidak mengetahui kami
akan datang, dan ibunya lumayan terkejut melihat kami semua datang
dengan tiba-tiba. Tetapi kemudian mereka bilang kami satu keluarga, Halil
dan ayahku sudah seperti saudara, dan mereka mengajak kami untuk
bermalam di sana. Halil dan seluruh keluarganya juga memiliki aksen
Tur'an yang unik. Kami sulit memahami apa yang mereka katakan.
Ketika kami ada di sana, Ayah mengatakan bahwa dia, Halil, dan satu
mahasiswa lainnya dari Jal-julya pernah menyewa rumah di Yerusalem dari
ibu Rehavam Ze'evi. Ze'evi adalah komandan di Komando Pusat pada
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
waktu itu. Dia terkenal dengan filosofi sayap kanannya, dan setiap orang
memanggilnya dengan nama panggilan Gandhi. Ketika ibunya
membukakan pintu dia berkata, "Aku ibunya Gandhi. Kalian pasti sudah
mendengar tentangnya?" Dan orang yang berasal dari Jaljulya itu
menjawab, "Tentu saja, Gandhi orang India itu." Ayah dan Halil tidak dapat
menahan tawa. Saat itu Gandhi telah menikah, dan ayahku menempati
kamarnya. Dia bilang perpustakaan di dalam kamar itu sangat
mengesankan; dan dia mengambil beberapa buku filsafat revisionis karya
Jabotinsky. Di situ juga terdapat banyak buku tentang perang. Ibu-nya
ramah dan hanya meminta mereka untuk
memas-tikan bahwa para tetangga tidak mengetahui mereka orang Arab.
Ayahku mengatakan bahwa wanita itu pasti telah meninggal saat ini. Dia
sudah sangat tua. bahkan pada waktu itu. Dia menjadi sukarelawan di
rumah sakit Shaarei Tsedek setiap hari, memotong kain kasa.
Setelah Perang Enam Hari, mereka meninggalkan rumah ibu Gandhi, dan
setelah pasukan membuka jalan ke Kota Lama, Ayah dan Halil adalah dua
di antara orang-orang yang pertama kali mengunjungi Kubah Batu. Kata
Ayah, mereka sangat kecewa, karena mereka berharap dapat melihat batu
suci yang menggantung di atas masjid. Di kemudian hari, ayahku menjadi
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Komunis dan mulai menyebarkan selebaran partai di desa ketika dia
kembali ke sana setiap akhir minggu.
Ayah percaya pada Trotsky, pada Lenin, pada orang-orang Rusia, pada Yuri
Gagarin, dan pada Valentina. Dia masih ingat seluruh pidato Nasser dan
dapat melafalkannya di luar kepala, meskipun di desa hanya ada satu radio
pada waktu itu dan setiap orang berkumpul di sekelilingnya untuk
mendengarkannya. Hingga sekarang, ungkapan Atas nama bangsa dan
Atas nama rakyat adalah ungkapan favorit ayahku. Ibuku juga mengagumi
Nasser. Dia duduk di sekolah menengah ketika Nasser meninggal, dan dia
selalu menceritakan kepada kami bagaimana mereka membawa jasad
tiruan melintasi desa dan mengadakan upacara pemakaman tiruan. Nenek
bilang orang-orang Yahudi telah memasukkan racun ke dalam rokoknya:
Bahwa dia tidak meninggal dengan wajar, seperti yang mereka katakan,
tetapi semua telah direncanakan.
Kata Ayah, Nasser dan Sadat tidak bisa dibandingkan. Pada hari Sadat
dibunuh, kami dalam perjalanan
pulang dari Tulkarm. Mereka memberitakannya di radio, dan ayahku
tertawa. Dia bilang memang sudah waktunya. Dia tidak mengerti mengapa
Mesir menghentikan peperangan pada tahun 1973. Dia bahkan memberi
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
nama kakakku Sam, setelah rudal Rusia SAM menghantam orang-orang
Mesir pada perang Oktober. Menurut Ayahku, Golda Meir berada di
ambang keputusan untuk setuju menyerah. Semua karena ulah Raja
Hussein yang keparat. Sayang Nasser tidak membunuhnya, kata ayahku,
Kemudian dia menggunakan aksen Mesir dan menceritakan pada kami
bagaimana Nasser pernah berkata bahwa Hussein adalah anjing: Injaklah
ekornya di London untuk memastikan dia menyalak di Amman.
Ayahku tidak mengerti bagaimana aku dan saudara-saudaraku menjadi
seperti sekarang ini. Kami bahkan tidak dapat menggambar bendera.
Katanya anak-anak yang lebih kecil dari kami berjalan sepanjang jalan
dengan bernyanyi "P-L-O! Tolak Israel!" dan dia bahkan membentak kami
karena tidak tahu PLO itu singkatan dari apa.
Bunga Anemone Orangtuaku bangun pagi-pagi sekali
untuk bekerja. Ibuku yang bangun paling awal. Karena aku selalu bangun
lebih dulu dari saudara-saudaraku, aku diberi tugas membeli bahan
makanan untuk sarapan pagi: sepotong roti dan 100 gram keju keras. Toko
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kelontong itu hanya terletak di seberang jalan, tetapi aku lebih senang
menjalankan tugasku sepagi mungkin karena aku tidak ingin terjebak di
antara Gazazweh, para pekerja dari Gaza, yang tiba di sana setiap pagi. Aku
hampir selalu terjebak di antara mereka, dan beberapa kali ketika aku
datang cukup awal, aku melihat mereka turun dari bus tepat ketika aku
hendak pergi. Bus mereka berhenti persis di dekat toko, dengan mesin
masih menyala, dan lusinan pekerja turun. Toko itu menjadi sangat penuh,
juga terjadi antrian yang panjang di luar. Aku membenci Gazazweh karena
semua orang membenci mereka; aku takut mereka akan menculikku.
Bagiku, mereka terlihat seperti orang pada umumnya, dan mereka tidak
pernah mengganggu siapa pun, tetapi cerita Nenek tentang anak-anak


Tarian Cinta Karya Sayed Kashua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nakal yang dijual oleh orangtua mereka pada Gazazweh membuatku sangat
takut. Aku selalu melihat diriku sendiri naik salah satu bus merah mereka
dan berdiri mengantri dengan mereka di luar toko kelontong itu. Kami
hanya bisa melihat mereka pagi-pagi buta ketika di luar masih gelap
karena mereka tidak boleh mondar-mandir pada siang hari. Mereka
datang untuk membeli makanan, kemudian menghilang seolah-olah tidak
pernah ada di sana, seolah-olah tidak ada Gazazweh di dunia ini.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Saat aku kembali dengan bahan makanan, ayah selalu ada di kamar
mandi. Di sanalah dia menikmati rokok paginya, yang dia buang ke dalam
cangkir kopinya yang dia bawa ke dalam. Aku selalu masuk ke kamar
mandi setelah dia dan mengeluarkan cangkir yang berisi puntung rokok.
Sebuah kamar mandi, setelah seseorang menikmati kopi dan mengisap
rokok di dalamnya, memiliki bau yang khas. Ayahku memiliki bau yang
khas. Aku mengenali bau pagi seperti itu di dalam kamar mandi, sangat
mengenalinya. Baunya enak. Aku menyukainya. Aku jarang melihat ayah
pada pagi hari karena, setelah dia menikmati rokok dan kopinya, dia segera
mengambil kotak makanan plastiknya yang telah disiapkan Ibu dan
berangkat kerja. Ayahku bekerja di tempat yang biasa dia sebut sebagai pabrik pengepakan
atau Kalmaniyya. Aku tidak tahu apa artinya, tetapi aku menduga ayahku
bekerja memetik buah. Jamal, guru bahasa Ibrani kami di sekolah dasar, tidak bosan-bosannya
menceritakan kepada kami tentang para pemetik buah. Kami
menghabiskan lebih banyak waktu mendengarkan ceritanya tentang
pemetik buah daripada mempelajari bahasa Ibrani. Dia terus berteriak
bahwa kami akan berakhir sebagai pemetik buah. "Seperti keledai,"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
katanya. "Kamu akan meninggalkan rumah pada jam enam pagi dan
pulang larut malam."
Pak Guru Jamal kebetulan menyukaiku. Aku adalah murid terbaik di kelas,
dan aku berusaha semampuku agar tidak menjadi pemetik buah. Tetapi,
semua orang meyakinkan aku tidak akan berhasil. Nenek bekerja sebagai
pemetik buah, ayahku seorang pemetik buah, dan aku akan menjadi
pemetik buah juga. Aku merasa kasihan
pada ayahku dan berharap Pak Guru Jamal tidak mengetahui dia bekerja
sebagai pemetik buah: meninggalkan rumah pada jam 6 pagi dan pulang
larut malam. Ayah juga pernah menjadi murid terbaik di kelasnya, dan dia
memiliki tulisan tangan yang paling bagus.
Tidak seperti ayah, Nenek bercerita banyak tentang pekerjaannya sebagai
pemetik buah. Dia bercerita pada kami tentang Abu Ziad, tetangga kami,
yang sering mengangkut janda-janda di lingkungan tempat tinggal kami
dalam mobil pikupnya dan membawa mereka ke perkebunan Mehadrin, di
mana mereka bergantian memetik buah jeruk dan kacang kenari hijau. Dia
bekerja dengan kaki telanjang dan senang memperlihatkan pada kami
kakinya yang pecah-pecah dan keras seperti karang. "Dari pagi hingga
malam," dia selalu berkata kepada kami. "Hujan atau panas, dari pagi
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
hingga malam, demi satu shilling (uang receh yang nilainya rendah)
sehari." Nenek melakukan semua ini untuk anak-anaknya, terutama untuk
Ayah, anak laki-laki satu-satunya, agar dia dapat bersekolah. Namun,
ayahku menghancurkan semuanya dan menghancurkan hatinya. "Bukan
pekerjaan memetik buah yang telah melukai kaki dan punggungku,
melainkan kesedihan yang ayahmu berikan padaku. Tuhan
memberkatinya, aku tidak memiliki siapa pun di dunia ini, kecuali dia."
Nenek mulai memetik buah setelah suaminya terbunuh dalam perang. Dia
ditinggal sendirian bersama empat anak perempuannya dan seorang anak
laki-laki yang berumur dua bulan ketika ditinggal ayahnya. Nenek selalu
bercerita pada orang-orang betapa suaminya bersemangat menunggu
kehadiran seorang anak laki-laki. Ketika dia menceritakan hal ini, dia selalu
meng-ambil ujung kerudungnya
dan menyeka air matanya. Nenek adalah seorang pahlawan pada masa itu.
Ketika orang-orang Yahudi membom Tira, dia menaruh bayinya di
tumpukan gandum dan membungkukkan tubuhnya di atas bayi itu untuk
melindunginya. "Aku berkata pada diriku lebih baik bom itu
menghantamku daripada anakku. Seolah-olah ada bedanya. Padahal bom
itu tentunya akan membunuh kami berdua."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Aku mencoba membayangkan Nenek lebih muda, tetapi tidak bisa. Aku
selalu melihatnya sebagai seorang wanita tua, sebagaimana aku
mengenalnya, dengan langkah kakinya yang semakin melemah dan gaun
putihnya: ia membungkuk di atas tubuh bayinya yang menangis. Bayi itu
tidak tahu bahwa dia tidak memiliki ayah. Aku dapat membayangkan bom
jatuh di sampingnya di ladang gandum Tira, dan hanya keajaiban yang
membuatnya tidak terluka. Dia berdiri, mengambil bayinya, berlari sedikit
lebih jauh (sampai pesawat kembali menjatuhkan beberapa bom lagi), dan
jatuh lagi ke tanah. Nenek selalu mengatakan, ketika perang terjadi kami
dilarang tinggal di dalam rumah karena, jika rumah runtuh akan
menimpa kami. Dan kami dilarang menyalakan lampu. Lebih baik kami
bersembunyi di antara pepohonan.
Aku senang membayangkan ladang gandum yang biasa diceritakan Nenek.
Aku juga senang membayangkan baidar, gudang makanan ternak, dan
orang-orang yang berkumpul di sana seakan-akan merayakan hari libur
yang penting, melemparkan gandum ke udara dengan garpu rumput
mereka, sehingga bijinya akan jatuh membentuk satu gundukan dan
sekamnya akan terbang terbawa angin dan membentuk gundukan sendiri.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mereka dulu pernah kaya. Tiga ekor unta, yang membawa berbagai macam
barang berharga, akan mengangkut gandum dan sayuran dari kebun mereka di elBassah ke rumah. Mereka membayar satu shilling untuk setiap satu unta. Kakek dan Nenek
juga memiliki beberapa ekor sapi dan kuda, dan seekor anjing terlatih yang
selalu duduk di balkon untuk menjaga unggas dari kucing-kucing liar, dan
tidak pernah mencoba masuk ke dalam rumah.
Kakekku sangat pandai. Dia dapat membaca dan menulis, dan tulisan
tangannya bagus. Namun, sekolah-sekolah pada masa itu tidak seperti
sekarang ini. Kalau tidak, dia pasti sudah belajar ilmu kedokteran dan
menjadi dokter. Nenek berkata dia bisa saja menjadi seorang insinyur jika
mereka menyekolahkannya, tetapi gadis-gadis pada masanya tidak
bersekolah. Kami selalu memercayainya ketika dia menceritakan hal ini.
Kami yakin dia pasti bisa menjadi insinyur yang baik. Dan kenyataannya,
meskipun dia tidak pernah belajar apa pun, dia mahir bernain kartu, dapat
mengerjakan hitungan-menjumlah dan mengurangi dan tahu di mana
ujung setiap bidang tanah dan awal bidang tanah yang baru.
Kakekku, yang berkumis tipis, seperti yang terlihat pada satu-satunya foto
yang ada di kamar Nenek, adalah seorang pahlawan, seorang laki-laki
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tangguh yang telah berjuang melawan orang Yahudi, tetapi dia meninggal
di pintu masuk rumahnya sendiri sesaat setelah dia memetik anggur. Dia
hanya berkata "Allah" dan jatuh. Dia ditembak. Nenek tidak mengerti
mengapa dia jatuh. "Aku berkata padanya, Bangun, ayo, bangun. Apa yang terjadi padamu?"
Dia mengira kakekku hanya berpura-pura.
Kata Nenek, Kakek adalah seorang syahid, dan ada bunga-bunga anemone
yang tumbuh di tempat darahnya keluar. Dia berkata, jasad Abu Ziad
dimakan cacing ketika dia meninggal dunia, tetapi cacing-cacing itu tidak akan mendekati jasad
kakekku. Begi-tulah semestinya: jasad orang yang mati syahid tidak
membusuk dan akan tetap utuh seperti semula.
The Aden Hafla Ayahku adalah orang pertama di lingkungan tempat tinggal kami yang
membeli alat pemutar video. Bendanya besar dan berat, terbuat dari logam.
Kasetnya berbeda waktu itu, pendek dan tebal. Hari-hari pertama kami
memilikinya, semua kerabat singgah ke rumah kami. Mereka datang untuk
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
memberi ucapan selamat dan membawakan kami berkarung-karung beras
dan paket-paket besar berisi kopi. Ayahku akan memutar The Black
Samurai dan Amar Akbar Anthony, film India yang dibintangi oleh
Amitabh Bachchan, tentang tiga saudara yang terpisah sejak lahir setelah
penjahat membunuh ayah mereka. Pada akhirnya mereka bersatu kembali,
dan mereka bisa membalas perbuatan orang jahat itu.
Ayahku pernah membawa pulang sebuah film yang berjudul The Aden
Hafla. Kami menontonnya berkali-kali. Seluruh anggota keluarga akan
duduk di depan televisi, menontonnya bersama-sama. Nenek akan duduk
paling dekat dengan televisi karena panglihatannya sudah tidak seperti
dulu. Ada anak-anak dengan kafftyeh(Tutup kepala) dan pistol, juga para
musisi, penyanyi, serta penyair. Kami sudah hafal lagu-lagunya. Ada
seorang gadis cilik yang menyanyikan lagu untuk ayahnya sebelum sang
ayah berangkat perang, dan Nenek akan mengusap air matanya. Setiap
orang akan membuat tanda V dengan jari mereka sebelum tampil.
Teman-teman Ayah datang khusus untuk menonton film itu. Mereka
mengupas kwaci biji bunga matahari dan menatap tajam ke layar televisi.
Ayah selalu menertawakan mereka ketika mereka tidak mengenali
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
seseorang. "Apa sih yang salah denganmu" Itu kan Abu Jihad," atau "Kamu
tidak tahu siapa Mahmoud Darwish?" Pernah seorang temannya mengira
bahwa Al-Fakahani adalah nama pemilik toko kelontong yang ada di
Beirut, dan ayah menyuruhnya pergi.
Pada malam hari Ayah memberikan kaset video itu pada Nenek, dan Nenek
menyembunyikannya di dalam kandang ayam. Ibuku tidak tahan dengan
ayam-ayam Nenek, dengan kotorannya dan suara berisiknya. Terjadi
pertengkaran yang hebat di antara mereka karena ayam-ayam itu, dan
mereka tidak saling berbicara dalam waktu yang cukup lama. Kalau aku,
aku sangat mendukung ayam-ayam Nenek. Suatu hari ibuku membakar
kandang ayam yang kecil itu dengan kaset video The Aden Hafla di
dalamnya. Ayah sangat marah dan bergegas pergi untuk main kartu.
Keesokan harinya, ayah tidak pulang ke rumah setelah kerja. Waktu itu
belum ada telepon, dan Ibu bersama Paman Bashir mengendarai jip
Agrexco untuk mencarinya. Semua bibiku datang dan mulai menangis.
Aku dapat mendengar mereka berbicara tentang selebaran-selebaran,
tentang Hari Tanah, dan tentang penahanan.
Nenek menghabiskan sepanjang malam di atas tikar jerami di bawah
pohon ekaliptus di depan rumah, menangis dan menunggu. Ibu juga belum
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pulang Nenek berkata bahwa Ibu bersama Ayah, tetapi tidak mengatakan
di mana. Esoknya, aku dan saudara-saudaraku diam di rumah saja setelah
pulang sekolah. Aku duduk di atas
tikar di bawah pohon dengan Nenek. Dia masih mondar-mandir. Matanya
merah dan bengkak, dan dia memusatkan pandangannya pada titik
terjauh di jalan. Setiap kali sebuah mobil mendekat, dia berhenti mondarmandir
dan tubuhnya menegang. Dia mengikuti setiap mobil dengan
gerakan matanya hingga mobil itu tak terlihat, kemudian dia kembali
mondar-mandir dan menatap jauh ke depan.
Ibu ingin menebang pohon-pohon ekaliptus di luar rumah kami.
Menurutnya, pohon itu menyebabkan banyak kotoran, dan jalan masuk ke
rumah jadi tampak jelek. Nenek menyahut bahwa menebangnya akan
menimbulkan bencana karena pohon itu tempat bersemayamnya wali, roh
suci yang menjaga rumah dan desa. Dia menceritakan kepada kami
bagaimana ayah Kakek, Sheikh Ahmad, biasa berdiri di samping pohon
ekaliptus dan berbicara dengan para pemberontak di Jaffa dan di gununggunung.
Dia akan memperingatkan mereka mengenai orang-orang Yahudi,
memberi tahu di mana mereka bersembunyi dan rute mana yang paling
aman. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dua hari kemudian, ayahku dibebaskan dari tahanan. Ia ditahan setelah
mereka menjemputnya di blokiran jalan ketika ia sedang menuju ke sebuah
demonstrasi di Taiyiba. Mereka menggeledah mobil dan menemukan
selebaran-selebaran itu. Dengan bulu-bulu pendek yang bertumbuhan di
pipinya, dia kelihatan berbeda sekali. Nenek memeluknya sambil terus
menangis. "Kapan kamu akan belajar, ya habibi?"
Senjata Mainan Aku Selalu tahu perang akan terjadi. Ketika aku masih kecil, saudarasaudaraku
dan aku menggali parit di kebun buah yang ada di belakang
rumah kami. Kami menggalinya dengan tangan kami yang kecil. Kami
tidak dapat menggali terlalu dalam karena tanahnya sangat keras, dan
usaha kami untuk membuatnya lebih lunak dengan air tidak berhasil.
Kami ingin menggali parit yang luas di sekeliling rumah, sehingga kami
dapat bersembunyi di sana ketika mulai terjadi tembak-menembak. Parit di
mana kami dapat berdiri di dalamnya, dan Nenek, Ayah, dan Ibu harus
membungkuk. Kami mengisi kantung plastik dengan pasir dan
menumpuknya untuk membangun benteng, seperti yang diceritakan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Nenek tentang apa yang dilakukan orang dalam perang. Tetapi kantungkantung itu
tidak bertahan lama. Mereka runtuh berhamburan dalam
beberapa hari. Pernah sekali ayah mengajak kami ke desa lain, Ya'bad, untuk bertemu
dengan orang-orang yang bekerja dengannya di pabrik pengepakan.
Mereka memiliki mobil dengan plat berwarna hijau, dan Ayah berkata
begitulah caranya orang-orang Yahudi menandai mereka. Perang di Ya'bad
sangat nyata, tidak seperti dalam cerita-cerita Nenek. Ada lubang-lubang
peluru pada dinding rumah teman-teman Ayah. Itu benar-benar
membuatku takut, karena tidak pernah terbayangkan olehku bahwa
sebuah peluru dapat melubangi tembok dan menembus masuk ke dalam
rumah. Ada pula pintu-pintu besi berwarna hijau
dengan lubang di mana mereka dapat melihat ke dalam ruang tamu.
Kata Ayah, yang seperti ini tidak akan menimpa kami karena kami
berbeda. Kami memercayainya karena orang-orang di Ya'bad berbicara
dengan cara yang berbeda, dan juga karena rumah kami terbuat dari kayu.
Kadang-kadang Ayah dan Ibu akan menempatkan kami di kursi belakang,
dan kami berkendara hampir sejauh Ya'bad. Kemudian kembali lagi ke
rumah tanpa menemui teman-teman. Separuh perjalanan ke sana, Ayah
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
akan berputar, menyumpah, dan berkata kami tidak dapat pergi ke Ya'bad
hari itu karena jalanan diblokir. Kata Ayah, orang-orang di Ya'bad dan
anak-anak mereka adalah pahlawan. Mereka tidak lemah seperti kami.
Aku dan saudara-saudaraku sering bermain perang-perangan. Kami
bermain setiap hari. Pada mulanya, kami menggunakan pedang-maksudku
tongkat-seperti dalam film-film tentang perang-perang Nabi Muhammad.
Aku berperan sebagai Hamzah, paman Nabi. Dia sangat kuat dalam filmfilm itu dan
dia memiliki pedang bermata dua. Dia berperang melawan
sepuluh orang kafir sekaligus dan membunuh semuanya. Kakakku
berperan sebagai Ali, sepupu Nabi, dan dua orang adikku adalah kalifah
Umar dan Usman, panglima perang Nabi. Tak seorang pun yang bisa
menjadi Nabi Muhammad. Nenek berkata, jika kami berpura-pura menjadi
Nabi Muhammad, kami akan langsung masuk neraka. Mereka juga tidak
pernah memperlihatkan Nabi Muhammad dalam film, hanya untanya dan
lingkaran cahaya di atasnya.


Tarian Cinta Karya Sayed Kashua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian kami mulai menggunakan pistol-pistolan, seperti dalam film
Omar el-Mukhtar di Libya dan film tentang Jamila Bukhrid di Aljazair.
Pada hari raya Idul Fitri
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dan Idul Adha, ayahku selalu membawa kami ke Tulkarm untuk membeli
pistol-pistol-an. Tak satu pun anak di desa kami yang memiliki pistolpistolan
sebagus milik kami: terbuat dari besi, hampir seperti pistol
sungguhan. Sebelum hari raya, ketika toko kelontong masih menjual
senjata mainan, kami akan bermain dengan yang betulan. Ketika kami
kehabisan amunisi, kami berteriak "Dor, dor!" tetapi siapa pun yang
menembak harus menarik pelatuk. Kalau tidak, tembakan itu tidak
dihitung dan kami tidak bisa mati.
Ketika kami semakin besar, Ayah membawakan kami film Rambo dan filmfilm perang,
dan saat itulah kami beralih ke artileri berat. Permainan
perang kami pindah ke luar rumah dan ke kebun, menyebar ke seluruh
lingkungan tempat tinggal kami. Kakakku menjadi komandan di salah satu
kelompok, dan aku menjadi komandan di kelompok lain. Dia tidak pernah
menang, kecuali jika dia curang atau salah satu prajurit dalam kelompokku
meninggalkan posisi dan pergi buang air kecil.
Selanjutnya kami beralih ke senjata otomatis, senjata besar yang terbuat
dari kayu dengan tempat peluru dan pelatuk dan selembar selempang
untuk menggantungkan senjata itu di bahu. Kami membuat semuanya
sendiri. Mula-mula kami menyebut semua senjata itu Bren, sebuah kata
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
yang kami ambil dari cerita Nenek. Namun, setelah kami menonton Azit
the Paratrooper Dog kami mulai menyebutnya Uzi. Ada senjata yang dapat
membunuh tujuh orang Arab sekaligus dan ayahku langsung marahmarah dan
mengatakan pada kami bahwa itu adalah M-16. Senjata itu
dapat menembakkan enam puluh peluru dalam waktu satu detik. Setelah
itu, tak peduli senjata apa yang kami miliki, kami menyebutnya M-16, meski
tak satu pun dari kami yang dapat berteriak dor enam puluh kali dalam waktu
satu detik. Jadi, kami mengganti dor menjadi brrrrr. Aku menyebut
kelompokku Fedayeen dan kakakku menyebut kelompoknya Fedayeen juga
karena Ayah selalu mengatakan pada kami bahwa Fedayeen-lah yang
terbaik. Suatu hari Ayah memanggil kami untuk pulang. Kami sedang seru-serunya
bermain, dan aku baru akan menembak kakakku, tetapi Ayah berteriak
begitu keras sehingga kami tidak punya piihan. Kami menjemput kedua
adik kami dari posisi mereka dan bergegas pulang, sebab jika Ayah sampai
murka, ia bisa saja memukul kami. Sesampainya kami di rumah, dia
membesarkan volume televisi sampai batas tertinggi. Ibuku menangis, dan
Nenek, yang tidak pernah menangis, kelihatan seperti akan menangis juga.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Dengarkan," ayahku memerintah kami, dan dia terus mengucap, "Ya Allah
yang menciptakan mereka." Nenek mengoyak bajunya dan meratap.
Kakakku dan aku lega karena tak seorang pun akan memukul kami; kami
mengira Ayah pasti telah membawa pulang sebuah film baru yang dia
ingin kami menontonnya. Hari berikutnya kami kembali bermain perangperangan.
Kakakku menyebut kelompoknya Sabra dan aku menyebut
kelompokku Chatilla. Kepanduan Suatu kali aku berdiri di atas panggung dengan mengenakan kaffiyeh. Aku
pasti masih kelas tiga waktu itu. Seseorang yang suaranya beraksen muncul
di sekolah bersama ayahku. Ayah pergi dan orang beraksen itu
membawaku masuk ke mobilnya menuju sebuah rumah yang belum
pernah aku lihat. Sebuah rumah yang indah, besar, dengan sofa-sofa
raksasa dan tanaman-tanaman di pot serta bunga-bunga plastik. Dia
mengambil secarik kertas bertuliskan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab
yang tidak aku ketahui artinya, dan berkata aku akan membuka Festival
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Jafra malam itu. Dia memintaku untuk menghafalkan kalimat-kalimat
tersebut, dan mengajariku cara membentuk tanda V dengan jemariku.
Malam itu mereka memakaikan kaffiyeh ke kepalaku dan menempatkan
aku di panggung dengan beberapa pemusik. Aku melafalkan kata-kata
yang telah kuhafal, yang isinya banyak berhubungan dengan wattan
(Tanah Air). Suaraku gemetar, dan aku sangat tegang. Aku tidak pernah
melihat begitu banyak orang yang semuanya memandangku dan
mendengarkanku. Setelah selesai, aku berjalan meninggalkan panggung
sambil membentuk huruf V dengan jemariku, dan semua orang bertepuk
tangan. Ayahku menungguku di balik panggung, dan dia tersenyum ketika
aku berlari ke arahnya untuk bersembunyi. Orang beraksen itu juga
tersenyum dan memberitahuku sesuatu yang tidak dapat kumengerti. Ayah
berkata penampilanku bagus.
Ayah menyuruhku ikut kegiatan Kepanduan dan berkata kelak jika aku
sudah dewasa aku akan menjadi pilot. Ketika aku tamat SMA nanti, kami
sudah akan memiliki negara sendiri. Jadi, aku dapat belajar untuk menjadi
pilot. Nenek berkata, aku akan menjadi seorang menteri atau seorang
hakim. Di Kepanduan, kami menghabiskan seluruh waktu kami bermain
sepakbola. Ketika salah seorang guru di sekolah kami meninggal dunia,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kami akan dibawa untuk berdiri di samping makamnya. Hanya siswa yang
memakai seragam yang boleh berdiri di samping makam. Jadi ayahku
membawaku ke Tulkarm untuk membelikanku celana khaki, kemeja hijau,
dan kain untuk dasi. Ketika berada di dalam toko pakaian, kami mendengar teriakan di luar.
Pemilik toko meminta kami untuk pergi dan menurunkan palang besi di
depan tokonya. Di seberang jalan, anak-anak yang lebih tua membawa
bendera dan memblokir jalan dengan ban-ban. Ayahku meninggalkan aku
di dekat mobil dan berlari ke arah mereka dengan membawa sebuah
geretan. Aku mulai menangis. Aku yakin saat itu adalah kiamat, seperti
yang diajarkan kepada kami dalam pelajaran Alquran. Ayahku bilang dia
tidak percaya betapa pengecutnya aku. Dan jika benar aku pengecut, apa
gunanya aku terus-menerus minta dibelikan senjata"
Kakekku memiliki sepucuk senjata. Nenek berkata, dia adalah seorang
pejuang pemberani yang sudah berusaha untuk mempertahankan Tira.
Nenek berkata, orang-orang Yahudi tidak berhasil masuk ke desa, dan
setelah bangsa Arab menyerahkan kami, barulah mereka dapat masuk.
Tetapi Ayah berkata, sebenarnya untung bagi kami, Raja Abdullah
menyerahkan desa kami kepada bangsa Yahudi
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
di saat yang tepat. Karena, jika tidak, mereka akan membantai kami satu
per satu. Ketika putra Kakek dari istri pertamanya terbunuh, Kakek ingin membalas
dendam. Akab adalah seorang pahlawan sejati, salah satu pemberontak.
Dia memiliki seekor kuda, senjata, dan ikat pinggang yang penuh granat.
Pada suatu hari Jumat, dia tertembak sebutir peluru. Peluru itu mengenai
ikat pinggang dan semua granatnya meledak seketika itu juga. Tubuhnya
berserakan ke segala arah. Nenek berkata, seluruh keluarga bekerja sampai
malam untuk mengumpulkan serpihan-serpihan kepala dan bahunya agar
mereka memiliki sesuatu untuk dikburkan. Dia punya wajah bulat
bagaikan bulan purnama. Kata Nenek, malam harinya, setelah pemakaman, kakekku pergi ke atap
bangunan sekolah. Ada cabang kamp militer kecil Irak di sana dan mereka
akan bergiliran di belakang Bren yang tersembunyi di balik karung-karung
pasir. Kakek mendengar orang-orang Yahudi datang mendekat. Dia
mendengar komandan itu berkata "Maju, maju"-Nenek membisikkan kata
itu dalam bahasa Ibrani. Peluru pertama mengenai komandan, yang tadi
berkata "Maju," dan Kakek melihat orang-orang Yahudi menjadi panik,
mencoba untuk melarikan diri. Kakek memanfaatkan Bren itu sebaikKoleksi ebook
inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
baiknya dan menjahit mereka semua "seperti mesin jahit Singer." "Mereka
pengecut, orang-orang Yahudi itu, tapi Inggris, anjing-anjing Ingliz (Inggris
dalam logat Arab Mesir) itu, lebih menyukai mereka," kata Nenek.
Orang-orang Ingliz itu pernah masuk ke rumah Kakek dan Nenek sekali,
sebelum ayahku lahir. Mereka mengobrak-abrik segala sesuatu:
menumpahkan garam pada gula, memecahkan mangkuk-mangkuk, dan
kencing persis di depan Nenek. Nenek berkata salah seorang di antara mereka duduk di
wadah zaitun besar dan berak di sana. Mereka lalu menumpahkannya, dan
melihat tahi orang Inggris itu, dalam potongan-potongan besar.
Orang-orang di Tira Dulu Lebih Berani
Orang-orang di Tira dulunya lebih berani dan mampu menahan bangsa
Yahudi. Suatu kali, beberapa orang Yahudi mencoba untuk masuk ke desa
dengan berpura-pura menjadi orang Arab. Mereka datang dengan
memakai kaffiyeh, tapi Abu el-Abed tahu mereka orang Yahudi. Dia pernah
bekerja di ladang gandum dengan keluarganya, dan dia melihat mereka.
Ketika dia memberi tahu orang-orang di sekitarnya bahwa mereka itu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Yahudi, mereka mengira dia sudah gila. "Kau kerasukan apa sih" Mereka
kan tentara Irak," kata mereka kepadanya.
Namun, Abu el-Abed yakin dia benar. Dia bisa mengenali orang Yahudi
dari cara mereka berjalan. Dia berkata pada teman-temannya, "Satu
tembakan ke udara dan kita akan tahu. Jika mereka orang Arab, mereka
akan berteriak pada kita; jika mereka Yahudi, mereka akan tiarap di
tanah." Segera setelah dia menembak, mereka semua tiarap di tengah
kepulan debu. Jelas sekali mereka adalah orang Yahudi. Abu el-Abed dan
orang-orang lainnya bertahan di sana, menembaki dan menakuti mereka,
dan para wanita dan anak-anak bergegas kembali ke rumah, berteriakteriak
sepanjang jalan, "Ya ahl al-balad, al-Yahud akh-duna!" ("Orangorang desa, Yahudi
telah datang untuk menduduki tanah kita!")
Semua orang laki-laki keluar. Tampan, berani, tanpa ragu-ragu, seakanakan mereka
akan pergi ke pesta pernikahan. Para wanita mengiringi mereka dengan za 'aruta, seruan
kebahagiaan tradisional. Mereka nyaris tidak bersenjata. Mereka membawa
tongkat dan pisau, batu dan sekop, dan tidak membiarkan satu pun orang
Yahudi datang mendekat. Hari itu, mereka berhasil mengamankan tiga
mayat tentara Israel. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Abu el-Abed dan beberapa pejuang di Tira mengikat mereka pada
beberapa kuda dan menyeret mereka ke markas angkatan bersenjata Irak
di Tulkarm. Mereka ingin membuktikan adalah mungkin saja membunuh
orang Yahudi. Tujuan mereka adalah untuk membesarkan hati tentara
Arab dan membujuk mereka agar melawan. Tetapi, tentara Irak berkata,
"Maku awamer, maku slakh" ("Kami tidak mendapat perintah, kami tidak
punya amunisi"). Suatu ketika mereka bahkan lebih berani dari itu dan menolak
membiarkan Kahana masuk. Kami mendengar dari berita bahwa dia
berencana pergi ke Tira. Mereka mengumumkan melalui pengeras suara
masjid: "Ya ahl al-balad, Kahana akan tiba esok untuk mengambil para
tahanan yang dibebaskan. Jika dia berhasil masuk, itu berarti aib bagi kita."
Pada pukul lima pagi berikutnya, bersama dengan ayahku, aku sudah
berada di jalan masuk desa dari arah Kfar Sava dan Ramat Ha Kovesh. Ada
beberapa orang di sana memblokir jalan dengan ban-ban. Kata Ayah, para
pekerja jangan sampai diizinkan untuk keluar. Katanya semua orang harus
mempertahankan desa mereka, dan kalau orang-orang Yahudi sampai
kehilangan satu hari kerja, mereka akan murka. "Apa kamu tahu seberapa
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
besar kita membuat mereka rugi dengan tidak membolehkan mereka pergi
kerja?" Mobil van polisi berkumpul, dan ayahku serta beberapa orang lainnya
duduk di tengah jalan. Aku tidak takut. Aku duduk bersama mereka.
Walikota berbicara dengan polisi, dan mereka mundur. Segera seluruh desa
ikut berkumpul. Ribuan orang memblokir jalan masuk. Sebuah pesawat
berputar di atas. Kata Ayah, mereka memotret kami dari udara. Dia
menarik kemejanya ke atas hingga menutupi wajahnya kemudian
mengajarkan padaku cara melakukannya, persis seperti anak-anak yang
kita lihat di televisi. Hari itu Ayah dan aku terlambat pulang ke rumah. Ibu dan Nenek sangat
khawatir. Mereka menunggu di bawah pohon ekaliptus di depan rumah.
Aku merasa seperti seorang pria sejati. Aku tidak takut. Namun, yang
mereka inginkan ternyata hanyalah memastikan ayahku baik-baik saja.
Mereka bahkan tidak bertanya padaku apa yang telah terjadi.
Sebenarnya tidak ada sesuatu pun yang terjadi. Kahana tidak datang.
Keesokan harinya di sekolah anak-anak berkoar mereka memecahkan
jendela mobil van polisi dengan batu bata, dan mereka bilang Kahana telah
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
datang ke desa malam itu melalui rumpun tanaman jeruk Tel Mond,
menyamar sebagai perempuan.
Mahasiswa Tahun Ketiga Ayahku menulis bahwa hari raya tidak berarti apa-apa baginya. Bahwa hari
itu tidak membangkitkan emosi sedikit pun. Bahwa hari raya yang
sesungguhnya belum datang. Ketika hari raya yang sesungguhnya tiba, dia
tidak akan menjadi satu-satunya orang yang bergembira; semua orang
akan bergembira. Dia juga menulis bahwa ada Hari Pengunjung khusus
untuk hari raya itu dan bahwa, sebagai pengecualian, para pengunjung
diperbolehkan membawa satu kilo permen hari raya.
Kartu-kartu pos itu dikirimkan dari penjara Damon, P.O. Haifa, Maret
1970. Dia sudah berada di penjara selama satu tahun waktu itu. Aku tahu
karena di kopor juga terdapat satu salinan Ha 'aretz terbitan bulan Maret
1969, dengan sebuah berita mengenai penangkapan ayahku. Ayah
dikaitkan dengan peledakan kantin Hebrew University.
Menurut surat-surat dan koran-koran, ayahku dipenjara selama lebih dari
dua tahun. Terdapat debu yang begitu tebal di atas koran-koran tersebut.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Di dalam surat penerimaan mahasiswa Ayah, aku menemukan laba-laba
yang sudah mengering. Nilai-nilainya tidak begitu bagus, tetapi dia selalu
berkata bahwa nilai pada zamannya tidak sama dengan nilai yang kami
dapatkan sekarang ini, dan bahwa orang yang mendapat nilai 70 pada
masa itu lebih pandai dari-pada orang yang mendapat nilai 100 saat ini.
Nenek menyimpan semua rapor milik Ayah. Dia tidak dapat membaca,
tetapi dia tahu apa yang penting. Sampai kelas sembilan nilainya selalu
seratus. Komentar di bagian dasar menyarankan agar Ayah mencoba
untuk tenang, berlaku baik, dan mengurangi kegaduhannya. Rapor di
akhir kelas sebelas menyebutkan: Naik ke kelas dua belas dengan syarat
harus mematuhi peraturan.
Kadang aku berpikir tidak ada seorang pun kecuali Nenek dan aku yang
mengetahui surat-surat, kliping koran, dan rapor itu. Diihat dari debunya,
aku pasti satu-satunya orang, selain Nenek, yang pernah melihatnya. Aku
menggeledah koran-koran, mengurut-urutkannya berdasar tanggal,
tempat, institusi, dan meletakkannya di samping Nenek.
Dia bahkan tidak menyadari kehadiranku. Aku harus menempatkan diriku
tepat di hadapannya dan meneriakkan namaku di telinganya agar dia
sadar aku harus mendapatkan peluk dan cium. Dia duduk di sana,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
bergoyang, di depan pemanas, bertasbih, mendengarkan Voice of Amman,
dan menunggu panggilan muazin berikutnya.


Tarian Cinta Karya Sayed Kashua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam semua suratnya dari penjara, Ayah juga menulis untuk Nenek.
"Sampaikan pada ibuku tersayang" atau "Ini untuk ibuku tersayang" atau
"Sampaikan pada orang yang paling kusayang." Dia biasanya mengirimkan
surat-suratnya kepada saudara-saudara iparnya, suami bibi-bibiku. Dalam
semua suratnya, dia terdengar baik-baik saja-atau setidaknya dia berusaha
untuk terdengar baik-baik saja. Pada Oktober 1969, dalam kartu pos tertua
yang aku temukan, dia berkata kesulitan beradaptasi dengan kehidupan di
dalam penjara sudah lewat. Ada orang-orang yang tidak akan dapat kita
temui di luar penjara, dan dia dapat berhubungan baik dengan mereka.
Dalam salah satu suratnya, dia mengatakan pada Paman Bashir bahwa
lambat laun dia berubah menjadi abu-ali, orang penting.
Dalam surat berikutnya, setelah dikirim kembali ke penjara selama enam
bulan, dia menulis tentang perpustakaan yang sangat bagus dan berkata
dia menghabiskan seluruh waktunya di sana, belajar.
Sampaikan pada ibuku tersayang aku sangat gembira mereka memberiku
enam bulan lagi. Sampaikan padanya aku yang meminta mereka untuk
melakukannya karena di sini ada buku-buku yang belum sempat aku baca.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Ada begitu banyak buku, dan aku menghabiskan setiap menit di
perpustakaan, kecuali jika ada seseorang yang mengajakku untuk bermain
catur. Tolong minta Ibu untuk membawakanku kamus Inggris Ibrani dari
rumah. Ketika mereka kembali memperpanjang masa penahanannya, dia menulis
bahwa lima tahun tidak akan cukup baginya untuk menyelesaikan seluruh
buku yang sudah dia daftar untuk dibacanya. Dia berbicara tentang
kesempatan luar biasa yang diberikan kepadanya untuk menyucikan tubuh
dan jiwanya dan untuk menguji ketahanannya dan ketetapan hatinya. Dia
sekarang sadar bahwa dia lahir untuk menjadi seorang tahanan. Dia tidak
dapat membayangkan dirinya tanpa adanya jeruji dan kawat berduri.
Jika bukan karena engkau dan saudari-saudariku merindukanku, aku akan
tinggal di sini untuk selamanya. Aku suka berada di sini. Satu-satunya hal
yang mengusikku adalah karena engkau telah melakukan segala yang engkau
mampu agar aku dapat mencapai puncak. Aku merasa sedih mengingat
setiap tetes keringat yang telah kaucucurkan untuk kepentinganku. Aku
tahu aku telah mengecewakanmu. Satu-satunya hal yang hilang dalam
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kehidupanku sekarang adalah kesempatan untuk membalas budimu. Aku
tidak tahu bagaimana caranya.
Di salah satu koran yang sudah berubah warna menjadi kuning
seluruhnya, foto ayahku tidak lebih dari gambar yang kabur, dan aku
hampir tidak mengenalinya. Mereka tidak menulis sesuatu yang menarik.
Hanya fotonya dan namanya dengan judul: Mahasiswa Tahun Ketiga.
Mengingat nilai-nilainya pada dua tahun pertama, sepertinya dia tidak
terlalu cemerlang atau tekun. Dia tidak mengambil terlalu banyak mata
kuliah. Salah satu di antaranya adalah Pergerakan Nasional di Era Modern,
yang diajarkan oleh Profesor Y. Talmon. Sepertinya dia tidak benar-benar
berusaha dalam studinya di universitas, seperti juga aku. Ketika aku
dikeluarkan, aku begitu malu pada diriku sendiri sehingga aku tidak
berani untuk pulang ke rumah. Tetapi, tidak pernah terlintas dalam
pikiranku untuk meledakkan kantin.
Ayahku berusia dua puluh dua tahun ketika ditangkap. Dia mengira ketika
itu dia berusia dua puluh tiga. Nenek menyimpan sebuah surat yang telah
dia kirimkan kepada editor Al-Quds. Mereka menerbitkannya dengan judul
BEBASKAN ANAKKU. Dia menulis bahwa dia adalah seorang janda yang
suaminya meninggal dua puluh tiga tahun yang lalu, meninggalkannya
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
bersama empat orang anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Dia
telah melakukan semua yang mampu dilakukannya untuk mereka, anak laki-lakinya
adalah inti terpenting dalam kehidupannya, dan dia meminta Menteri
Kepolisian, Menteri Pertahanan, dan Perdana Menteri untuk membebaskan
anak laki-lakinya. Kepala berita di atas surat itu mengumumkan bahwa
Desa Arabeh akan mendapat sambungan listrik pada 1970.
Setelah itu, Nenek melakukan aksi mogok makan, dan Ayah menulis kartu
pos lagi untuk Paman Bashir, mendesaknya untuk menghentikan Nenek.
Jika Ayah menderita, itu mungkin bisa ada gunanya, tetapi dia baik-baik
saja di penjara. Benar-benar baik-baik saja.
Dia menjadi juara catur di sayap penjara yang ditempatinya.
Ayahku tak pernah bicara tentang hari-hari itu. Yang aku tahu hanyalah
yang berasal dari berita di koran, atau hal-hal yang dia tulis sendiri di
surat-suratnya, yang juga tidak banyak memberi penjelasan. Pada 1971,
Dewan Mahasiswa Arab menyebarkan surat edaran yang mempersoalkan
kebijaksanaan penahanan administratif dan menuntut agar Ayah diajukan
ke pengadilan atau segera dibebaskan. Dikatakan bahwa polisi telah
menutup kasus pengeboman kantin dan semua yang terlibat sudah diadili.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Laut Mati Aku pernah pergi ke Laut Mati bersama Nenek. Pergi ke Laut Mati baik
untukmu jika kau merasa ada nyeri-nyeri di kakimu. Nenek meminta
temannya, Amneh, untuk mendaftarkanku dalam perjalanan itu. Amneh
adalah seorang penyelenggara tur yang khusus untuk kaum wanita,
khususnya wanita usia lanjut yang seumur dengannya. Kadang-kadang
mereka pergi ke spa Hamat-Gader, kadang-kadang ke Yerusalem untuk
salat Jumat. Dia mengatur perjalanan ke tempat mana pun yang baik
untuk tulang. Nenek dan Amneh sudah berteman sejak dahulu sekali, sejak masih zaman
Ingliz. Suami Amneh memiliki sepucuk senjata yang diberikan tentara
Inggris kepadanya untuk mempertahankan desa. Suatu hari ketika suami
Amneh ke dalam rumah untuk tidur dan meninggalkan senjatanya di
sampingnya, Abu Ziad, bajingan itu, masuk dan mencurinya. Tentara
Inggris mengira suami Amneh telah menjual senjatanya. Dua tentara
mengikat kedua kakinya dengan tongkat, dan perwira itu melecut telapak
kakinya dengan cambuk. Mereka tidak percaya senjata itu telah dicuri.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mereka menelanjanginya dan mencambuki punggungnya. Jeritannya
terdengar sampai ke ladang-ladang, dan orang-orang desa berlari datang
untuk melihat apa yang terjadi. Barulah ketika tentara Inggris akan
menembak suami Amneh, Abu Ziad menghalangi dan memberi tahu
mereka bahwa dia telah menemukan senjatanya di ladang. Dasar penipu!
Amneh mirip dengan Nenek: gaun putih yang sama untuk tamasya, syal
putih yang sama untuk menutup kepala. Mereka adalah dua wanita tertua
dalam perjalanan ke Laut Mati itu. Sisanya semua masih lebih muda.
Sesekali, dengan lembut Nenek menunjuk salah satu dari mereka dan
bertanya pada Amneh, "Dia anak perempuan siapa" Dia manis. Mengapa
dia belum menikah?" Sepanjang perjalanan di dalam bus, para wanita terus
bermain darabukka, bernyanyi, dan menari. Salah satu dari mereka
memegang mikrofon dan menyanyikan lagu India dari film Kurbani yang
sedang populer ketika itu. Semua orang hafal syairnya dan bernyanyi
dengannya. Aku berjalan di tengah, Nenek memegang tangan kananku dan Amneh
memegang tangan kiriku. Mereka menyesal tidak membawa tongkat
mereka. Perjalanan bus telah membuat mereka kelelahan, dan cuaca sangat
panas. Semua wanita sudah pergi ke laut, dan kami yang terakhir sampai di
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tepi pantai. Beberapa gadis menertawakan kami, tetapi Nenek dan Amneh
tidak dapat melihat atau mendengar dari kejauhan.
Aku tidak peduli mereka menertawakan kami. Aku tetap berada di dekat
mereka berdua. Aku suka mendengarkan cerita mereka yang tidak seorang
lain pun tahu. Mereka terus mengulang cerita-cerita yang sama: tentang
bagaimana banyak orang menembak diri mereka sendiri di lengan agar
tidak direkrut ke dalam angkatan bersenjata Turki dan diharuskan untuk
berperang demi mereka. Tentara Turki akan membawa mereka jauh ke
pegunungan, di mana salju turun deras, dan mereka akan mati
kedinginan. Tidak ada yang berhasil kembali hidup-hidup.
Nenek dan Amneh melepas gaun putih mereka. Di dalam mereka mengenakan gaun putih
yang tidak begitu bagus, jenis yang
dapat dipakai di dalam air. Dan di balik itu mereka memakai sharwal.
Mereka berjalan terhenti-henti ke arah air, takut terpeleset. Mereka
memutuskan untuk duduk di atas batu-batuan dan bergerak perlahan
masuk ke air. Aku duduk di tengah, memegang tangan mereka dan
bergerak masuk air dengan perlahan, inci demi inci.
Begitu kami mencapai air, Nenek ingin aku mengikutinya, tetapi aku
berdiam di tempatku agar aku dapat melihatnya dan memastikan dia tidak
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
terbawa arus. Aku mengawasinya dari kejauhan. Aku akan masuk ke air
nanti, setelah Nenek keluar. Gaun putih mereka terapung di air dan terlihat
seperti dua parasut. Semua orang ter tawa. Aku juga. Ini kali pertama aku
melihat Nenek di dalam air. Aku dapat membayangkannya sekarang, muda
dan kuat. Aku dapat membayangkan Nenek bekerja di ladang.
Dulu orang-orang di desa biasa jatuh cinta di ladang. Kadang Nenek
menceritakan padaku bagaimana seorang pria dan seorang wanita yang
kami kenal bertemu di ladang gandum, dan bagaimana pasangan lainnya
akan saling bertukar pandang di dekat sumur di ujung desa. Dia sendiri
tidak pernah mengalami hal itu. Ketika dia masih muda, dia mengendarai
kuda dari Qalqiliya sampai ke Tira. Dia suka mengendarai kuda, dan dia
berpakaian seperti seorang laki-laki, menutup kepalanya dengan kaffiyyeh
dan melesat cepat. Pernah sekali dua penunggang kuda mengikutinya
lumayan lama, tetapi mereka tidak mampu menyusulnya. Mereka tidak
percaya ketika mengetahui penunggangnya ternyata seorang wanita, tetapi
dia menampik mereka dengan kasar, berteriak bahwa itu bukan
urusan mereka, dan menunggang kudanya kembali ke rumah.
Nenek adalah anak yatim piatu. Ibunya meninggal ketika melahirkannya,
dan ayahnya meninggal tak lama setelah itu. Dia dan dua kakak lakiKoleksi ebook
inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
lakinya diasuh oleh paman mereka, kakak ayah mereka. Bibi dan
pamannya adalah orang-orang yang baik. Mereka selalu memberi makan
anak-anak yatim piatu itu terlebih dahulu, kemudian baru mereka makan.
Mereka menjaga tanah warisan anak yatim piatu itu agar tetap aman dan
kemudian memberikan apa yang menjadi hak mereka. Hidup mereka baik,
lebih baik daripada kehidupan anak-anak di desa yang belum kehilangan
ayah mereka. Nenek tidak mengenal kakekku, suaminya, sama sekali. Mereka tidak
bertemu di ladang atau "omong kosong semacam itu". Dia kadang memaki
Kakek ketika mengingat bagaimana Kakek merampasnya. Dia memanggil
Kakek Al-shahib (si rambut putih). Kakek sudah menikah sebelumnya, dan
punya anak-anak yang sudah dewasa. Dua anak perempuan tertuanya
sudah menikah. Kakak laki-laki Nenek ingin menikah dengan anak ketiga
Kakek, jadi Kakek meminta Nenek sebagai gantinya. Ini dikenal sebagai
badai (kawin tukar). Berikan padaku milikmu, dan akan kuberikan
padamu milikku. Kamu menjaga kehormatanku, aku akan menjaga
kehormatanmu. Dan dia adalah wanita yang jahat, anak ketiga Kakek itu.
Dia bertekad untuk membuat hidup Nenek sengsara karena menikahi
ayahnya, seakan-akan dia ingin memiliki Kakek untuk dirinya sendiri.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Pernah Kakek memukul Nenek gara-gara wanita itu. Anak Kakek yang
ketiga datang ke rumah Kakek dan menangis, "Ayah, Ayah, suamiku
memukulku, dia mengusirku keluar dari rumah." Itu semua bohong, seperti
yang terbukti kemudian. Tetapi setelah Kakek memukul Nenek. Karena begitulah
aturan dalam badai. Kamu memukul milikku, aku akan memukul milikmu.
Kamu mengusir istrimu keluar rumah, aku akan mengusir istriku keluar
rumah. Itu adalah cara untuk menjaga para istri. Semacam jaminan.
"Tetapi dia baik padamu," kata Amneh padanya, dan menyenggol Nenek
dengan lututnya. "Mengapa kamu tidak menceritakan bagaimana dia biasa
memanggulmu di pundaknya, seperti yang dilakukan suamiku, Allah
yarhamu"(Doa yang artinya semoga Allah menyayanginya, Biasanya doa
ini diucapkan setelah menyebut seseorang yang telah meninggal dunia)
Mengapa kamu tidak menceritakan bagaimana dia pernah mengajakmu ke
Jaffa, ke teater, untuk melihat penyanyi-penyanyi di panggung?" Amneh
menengok ke arahku dan berkata, "Kakekmu memasangkan jumbai di
kepala Nenekmu, memakaikannya pakaian laki-laki, dan mengajaknya
untuk bertemu para penyanyi. Wanita desa mana pada masa itu yang bisa
melihat penyanyi beraksi" Sudah lupa ya, dasar wanita tua kering" Dia
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
suka membawamu ke mana saja dengan kudanya." Dan Amneh
menyenggol Nenek lagi. Nenek tersenyum dan berkomat-kamit
mengucapkan sesuatu, sementara Amneh melanjutkan ceritanya, "Tanpa
dia, kita tidak akan pernah tahu ada tempat seperti Laut Mati."
Lima Blok Kecil Jika bukan karena pas foto seorang pria berusia sekitar empat puluh tahun,
dengan kumis tipis dan jaket biru di luar kemeja putihnya, tidak akan ada
yang tersisa untuk mengingat-ingat kakekku. Kadang-kadang Nenek
bercerita Kakek adalah seorang pahlawan, tapi terkadang dia bercerita
bahwa dia hanyalah bandot tua yang menculiknya dari rumah bibi dan
pamannya ketika dia masih kecil.
Pada setiap hari raya, ketika kami masih sangat kecil, Nenek biasa
mengajak kami ke pemakaman di dekat rumah. Hampir semua orang di
desa pergi ke sana, karena memang begitulah adatnya: Pada pagi hari raya
kami pergi ke pemakaman. Ayahku tidak pernah pergi bersama kami
untuk mengunjungi ayahnya. Makam Kakek kecil dan sederhana,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
hiasannya lebih sedikit daripada makam lainnya. Pemakaman penuh
dengan orang-orang, dan mereka semua duduk dan menangis di samping
makam-makam putih besar yang indah. Terdapat bunga-bunga di setiap
makam. Beberapa makam memiliki menara kecil, seperti yang kita lihat di masjid.
Ada batu nisan dengan tiga atau empat tingkat. Kakakku berkata empat
tingkat berarti syekh atau orang yang pasti akan langsung masuk surga,
tanpa ditanya-tanya, seperti yang diajarkan pada kami di pelajaran agama.
Setiap hari raya makam-makamnya bertambah besar. Mereka mulai
membangunnya dengan marmer dan keramik. Kakakku akan berkeliling,
mencari makam yang baru, dan dia akan memeriksa apakah yang sudah meninggal
benar-benar bisa kembali. Aku takut berjalan terlalu jauh dari Nenek.
Katanya, kami tidak boleh sampai menginjak bebatuan karena semua itu
dulunya makam. Aku berhati-hati dan menengok ke sana-sini berjuta kali
sebelum melangkah. Aku menggenggam gaun putih Nenek yang
menjumbai, untuk memastikan aku tidak tersesat di antara kerumunan.
Aku bahkan tidak menginjak batu terkecil sekali pun karena kupikir itu
mungkin saja makam anak-anak. Kata Nenek, anak-anak kecil tidak mati.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tuhan hanya mengambil mereka dan mengumpulkan mereka bersamanya
karena Dia ingin mengubah mereka menjadi malaikat.
Lima blok kecil ditutupi rumput liar. Pada musim dingin rumput itu
tumbuh tinggi dan hijau, sedangkan pada musim panas rumput itu
mengering dan menguning. Nenek membengkokkan cabang-cabangnya
agar blok-blok tersebut tampak jelas (karena tertutup lapisan pasir yang
tebal), duduk di samping makam, dan mulai membaca ayat-ayat dari


Tarian Cinta Karya Sayed Kashua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Alquran. Dia berkata bahwa dia tahu banyak ayat, walaupun dia tidak
pernah mempelajarinya. Kemudian, ketika pria-pria tua di dalam masjid
mulai membaca ayat-ayat hari raya melalui pengeras suara, semua orang
mulai bersalaman dan memberikan uang dan permen kepada anak-anak.
Beberapa teman sekelasku berhasil mengumpulkan uang yang cukup
banyak untuk membeli sepuluh pistol. Yang harus mereka lakukan
hanyalah berkata Allah yarhamu. Hanya anak laki-laki saja yang datang ke
pemakaman untuk mengumpulkan uang hari raya. Anak perempuan tidak
pernah melakukannya. Nenek biasa menukar uang di sebuah toko kelontong dan membawa
sebuah tas penuh dengan uang kecil untuk
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
diberikan pada anak-anak. Dia memberi banyak uang, dan aku akan jadi
kesal dengannya karena tidak memberikan semuanya padaku. Aku kenal
anak-anak itu, kataku padanya. Mereka tidak pantas menerimanya.
Nenek tidak pernah mengizinkan kami meneri-ma uang dari orang lain,
walaupun beberapa orang memberi kami banyak uang kecil bahkan tanpa
kami mengucapkan Allah yarhamu. Nenek juga tidak mengizinkan kami
menerima kue-kue, meskipun wanita-wanita tua yang terlihat mirip
dengannya itu suka membujuknya untuk mengambil sepotong kecil kue
untuk menghormati Nabi Muhammad. Nenek selalu menanggapi dengan
sopan dan hangat. Dia mencium tangan mereka, mendoakan kedamaian
bagi jiwa orang-orang yang mereka cintai di surga, dan tidak mengambil
apa-apa. Aku juga tidak akan mengambil apa-apa. Aku percaya Nenek ketika dia
berkata kami seharusnya tidak mengambil apa pun di pemakaman. Dia
bilang kami tidak membutuhkan apa pun, dan hanya anak-anak yang
tidak baik yang akan melakukannya. Dia suka membawa kami dan selalu
berkata bahwa dengan begini setidaknya kami tahu di mana Kakek
dikuburkan. Tidak seperti ayahku yang bersikap seakan-akan dia bukanlah
ayahnya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dalam Perjalanan Kami Menuju Laut
Ayahku juga suka bercerita kepada kami tentang Kakek di beberapa
kesempatan, khususnya dalam perjalanan kami menuju laut. Ayah telah
menyiapkan beberapa kumpulan cerita khusus untuk perjalanan dengan
mobil. Di dekat Ramat Ha Kovesh dia akan selalu tertawa dan bercerita
kepada kami lagi tentang kecelakaan Paman Mahmoud dan tentang mobil
Dodge barunya yang rusak parah. Di Kfar Sava dia akan menunjuk ke
sebuah bangunan kecil dan memberi tahu kami bahwa Shabak ada di
bawah sana, dan dia pernah dibawa ke sana beberapa kali untuk
diinterogasi. Orang-orang yang menginterogasinya memohon padanya
untuk mengatakan apa yang dibicarakan orang-orang di kafe-kafe, itu sajatapi dia
tidak mau memberi tahu mereka. Ketika kami dalam perjalanan ke
laut dan melewati pemakaman Tel Mond, dia akan selalu mengingatkan
kami semua akan makam-makam yang padanya terukir tahun 1948,
PERTEMPURAN DEMI TIRA. Dia berkata, kami harus percaya padanya
karena dia benar-benar berada di sana dan telah melihat sendiri apa yang
mereka katakan. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tanpa lalai ayah selalu mengulang cerita-cerita yang sama itu setiap kali
kami pergi bermobil. Dia akan mengingatkan kami bahwa sampai hari ini,
Tel Mond dan Ramat Ha Kovesh tidak akan berhubungan dengan kami
karena kami telah membunuh begitu banyak orang mereka. Bahwa dia
tidak tahu berapa yang telah dibunuh Kakek,
tetapi dia mengira pasti lumayan banyak karena Kakek adalah seorang
pejuang, walaupun dia tidak meninggal dunia dalam pertempuran. Dia
akan selalu mengakhiri cerita itu dengan janji bahwa suatu hari nanti dia
akan berhenti dan menunjukkan kami pemakaman Tel Mond. Kami pergi
ke pantai hampir setiap minggu. Kami tidak pernah berhenti di Tel Mond.
Nenek tidak ingin kami pergi ke laut. Dia terus memperingatkan Ayah,
menyarankan sebaiknya pergi ke pegunungan. Katanya, dengan jumlah
uang yang sama Ayah bisa menyulut api unggun sekaligus memanggang
beberapa ekor ayam untuk anak-anak. Dia selalu cemas dan gelisah selama
menunggu kami kembali, dan dia tidak akan berhenti khawatir sampai dia
melihat kami langsung dengan mata kepalanya sendiri. Ketika kami
berkendara di jalan, Nenek akan menjadi tegang dan dia mencoba untuk
menghitung penumpang bahkan sebelum kami memarkir mobil. Nenek
selalu berkata laut itu berbahaya; walaupun kami berdiam di dekat pantai
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
selalu ada peluang pilung yang dalam tiba-tiba terbentuk dan mengisap
kami ke dalamnya. Putra tirinya yang kedua tenggelam di laut.
Namun, dia juga memberi tahu kami bahwa ketika masih kecil dia sering
pergi ke pantai. Dia berkata, seluruh penduduk Tira pergi; daratan desa
merentang sejauh laut. Dia tidak pergi ke bagian yang dalam, cukup
membasahi kakinya saja. Orang-orang biasa pergi ke pantai dengan unta
yang dimuati semangka. Semangka besar yang nikmat, lebih baik daripada
apa pun yang dapat kita nikmati sekarang ini. Tiap beberapa meter ada
seseorang dengan tumpukan semangka. Orang-orang asing yang berbicara
dengan bahasa yang hanya dapat dipahami oleh pria-pria dewasa akan
datang untuk membeli semangka.
Mereka memiliki banyak pekerja, yang membawakan semangka-semangka
tersebut untuk mereka dan menaikkannya ke dalam kapal-kapal mereka.
Nenek biasa menunggang keledai ke sana, bersama paman-pamannya dan
anak-anak mereka. Mereka akan menggunakan uang dari hasil penjualan
semangka untuk membeli pakaian di Qalqiliya. Setiap orang mendapatkan
barang yang sama-jumlah yang sama, warna yang sama-untuk
memastikan tidak ada seorang pun yang dapat berkata, "Kamu dapat lebih
banyak." Semuanya berbeda waktu itu. Tidak ada yang mencoba untuk
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menipumu, dan orang-orang tidak menyeramkan. Satu-satunya hal yang
menakutkan hanyalah anjing buas dan serigala.
Setiap hari raya, mereka akan pergi ke Masjid Sidna-Ali. Para pria akan
menyembelih domba untuk kurban, dan para wanita akan menyalakan api
serta memanggang dagingnya. Kata Nenek, hanya perempuan kota, yang
berbicara dengan cara berbeda dan berpakaian seperti pelacur, yang mau
mencebur ke laut. Mereka tidak malu, mereka seperti ibuku, yang berpikir
dia masih muda dan berjalan-jalan tanpa penutup rambut. Perempuanperempuan kota
tidak memasak, sedangkan perempuan-perempuan
ladang akan memberi mereka makan dan bersenang-senang mengolokolok mereka.
Perempuan-perempuan gila.
Tanah Ketika kakekku, terbunuh, Nenek meninggalkan rumah. Anak-anak
tirinya, yang lebih tua darinya, menginginkan rumahnya, dan dia
menyerahkannya dengan tukaran sebidang tanah. Pada saat itu mereka
masih punya banyak tanah, dan tidak menjadi masalah untuk memberikan
Nenek tanah berupa ladang gandum seluas dua dunam (sekitar 1.800
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
meter persegi). Nenek berkata, "Mereka mengusirku, dengan anak-anakku
yang masih kecil. Empat anak perempuan dan seorang bayi laki-laki yang
masih terbungkus kain bedung. Sekarang mereka menginginkan tanah itu.
Biarkan mereka terus bermimpi."
Sekarang ini setiap orang memperebutkan setiap sepuluh sentimeter tanah.
Cucu-cucu tiri Nenek bersikeras bahwa pembagian tanah itu tidak adil, dan
mereka menuntut Nenek untuk memberikan setengah dunarn tanah pada
mereka. Tetapi Nenek tidak mau mengalah. Dia bangkit, menajamkan
cakar-cakarnya, dan berjuang mempertahankan tanahnya. Apa yang
dirampas oleh orang-orang Yahudi darinya sudah cukup buruk. Dia
mengambil surat-surat di dalam bungkus plastiknya dari kopor biru dan
berkata, "Ini adalah sertifikat tanahku dan ini adalah sertifikat untuk
ladangku. Semuanya tertulis di sini, dengan denah letak dan tanda tangan
pengacara dan sebagainya. Dulu mereka pikir aku bodoh, aku hanya akan
memercayai kata-kata mereka. Tapi kemudian aku berhasil membuat
semua orang menandatangani sertifikatsertifikat itu."
Nenek pergi ke dewan kota dan meminta mereka membuat sepuluh lembar
fotokopi dokumen itu. Dia mengumpulkan argumen yang menguatkan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
haknya atas tanah tersebut dan melabrak cucu-cucu tirinya, mengingatkan
mereka atas apa yang dia jalani ketika dia dipaksa tinggal di dalam tenda.
Dia berteriak pada mereka bahwa tak seorang pun memberinya tanah
karena kebaikan hati atau cinta. Dia melemparkan sertifikat-sertifikat itu
pada mereka, dengan semua denah letak, tanda tangan, dan pita merah
Biro Pencatatan Tanah. "Datangkan seorang insinyur. Kita akan membagi
biayanya. Jika aku berutang apa pun pada kalian maka datanglah padaku."
Pada akhirnya mereka selalu mundur, dan Nenek selalu muncul sebagai
pemenang, meskipun berdarah-darah. Mereka telah menghinanya; mereka
mengungkit-ungkit hal-hal yang telah dia coba untuk lupakan. Anak tiri
dari badai itu telah meninggalkan goresan di hatinya. Nenek tidak pernah
menangis, tetapi kadang-kadang suaranya tercekat dengan kesedihan.
"Apakah aku membiarkan saudara-saudaranya kelaparan" Semoga Tuhan
tidak pernah memaafkannya, di dunia ini maupun di akhirat."
Nenek membentak Ayah karena tidak tahu bagaimana menghadapi orangorang rendah
itu. Ayah mudah dibuat takut oleh beberapa preman yang
merasa sok jagoan. Dia tidak dapat melindungi tanahnya, tidak bisa
menghargai nilainya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Kadang-kadang Nenek bermimpi tentang sebuah tempat yang dia sebut elBassah, di
mana orangtua-nya sering menghabiskan musim panasnya. Di
tempat itu mereka tidak menyemprot buah semangka dengan pestisida,
dan hanya menggunakan pupuk dari kotor-an ayam. Dia memimpikan
unta-unta yang biasa mereka pakai untuk memberi tumpangan dengan
bayaran tiga grush untuk tiap orangnya. Setelah perang dia pernah sekali
pergi ke sana dengan satu sak jerami di atas kepalanya. Anak-anaknya
lapar, dan dia ingin melihat apakah masih ada sesuatu yang tertinggal di
ladang. Mereka tidak membiarkannya mendekati tanah mereka. "Rukh min
hon (pergi dari sini)!" mereka berkata padanya. "Tidak ada tanah
untukmu. Pergilah." Dia berusaha melewati tentara itu, tetapi ia malah
menodongkan senjata ke dadanya.
Ketika Uni Soviet masih menjadi negara adidaya, ayahku sering
mengatakan suatu hari tanah-tanah itu akan dikembalikan. Dia mengajari
kami tentang pesawat-pesawat dan tank-tank Rusia, juga rudal penangkis
serangan pesawat, perahu-perahu dan kapal-kapal selam Rusia. "Bangsa
Rusia tidak seperti orang-orang Amerika yang manja yang kamu lihat suka
menanggalkan pakaian dalam film. Mereka orang-orang yang disiplin.
Prajurit-prajuritnya sangat terlatih. Mereka tidak akan pernah
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
meninggalkan posisi mereka." Dia menceritakan pada kami tentang
seorang Rusia yang memukulkan sepatunya di atas meja di markas
Persatuan Bangsa-Bangsa dan mengancam Amerika dan Israel.
Ayah memaksa kami untuk mengikuti siaran pertandingan-pertandingan
Olympiade dan mendukung Rusia. Olympiade itu sama dengan
peperangan, ayahku sering berkata. Siapa pun yang menang dalam
pertandingan olahraga juga akan menang dalam pertempuran udara.
Rusia selalu memimpin, dan kami tidak ragu lagi siapa yang akan menang.
Pada masa itu, orang-orang masih bisa berharap. Di desa kami ada dua
orang gadis yang diberi nama Valentina. Di Kalansawa, seseorang menamai anak tertua
mereka Castro. Hingga hari ini, mereka memanggilnya Abu-Castro.
Sementara itu, mimpi Ayah berubah suram. Dia terus memberi dukungan
pada tim-tim sepakbola yang merah, tetapi berhenti mengikuti Olympiade.
Harapan berganti menjadi keputusasaan, dan buku-buku karya Marx dan
Lenin dipindahkan ke rak teratas, tempatnya di rak utama digantikan oleh
buku-buku Halaman Kuning dalam bahasa Ibrani dan Arab.
Ayahku berkata, "Al-ard zai al-ard" Tanah laksana kehormatan." Siapa pun
yang menjual tanahnya berarti menjual kehormatannya. Tetapi, mereka
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
membayar 5.000 dolar untuk setiap dunam tanah yang pernah menjadi
milik orang-orang yang tidak lagi tinggal di daerah itu. Jika Nenek memiliki
tiga puluh dunam, berarti tanah itu bernilai 150.000 dolar. Itu jumlah yang
sangat besar, tetapi tanah tidak seharusnya dijual. Terutama mengingat
bahwa 5.000 dolar untuk satu dunam sebenarnya tidak berarti apa-apa.
Ada banyak sekali pengacara yang mengurusi masalah tanah-tanah itu.
Semua orang yang tinggal di desa menjual tanah mereka. "Aku tidak
mengerti bagaimana mereka dapat menjualnya. Tanah itu tidak akan
kembali pada kita. Atau mungkin saja kembali, siapa tahu. Tapi ini adalah
masalah prinsip." Ayahku paham akan politik, rajin menonton berita dan membaca koran
secara teratur. Dia membiarkan radio menyala di sampingnya bahkan
ketika dia tertidur. Ia terlihat kacau. Dia mulai menyadari bahwa usahanya
tidak akan pernah berhasil, dan melihat keadaan sekarang, mereka bahkan
akan merampas tanah kami yang masih tersisa. Dia berpaling pada kami,
keempat anak lakilakinya, dan berkata, "Kalian akan pergi. Tak satu pun dari
kalian yang akan tinggal untuk mempertahankan tanah ini. Menjadi pengungsi. Itukah
yang kalian inginkan" Lihatlah apa yang terjadi pada mereka yang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
melarikan diri. Lebih baik mati daripada lari. Tetapi kalian, apa yang kalian
ketahui tentang nilai tanah?"
Bagian Dua Benjolan di Kepalaku Anak Paling Sableng di Desa
Kata orangtuaku, sebelum aku terjun dari atap dan tulang tengkorakku
retak, aku adalah anak yang paling sableng di desa. Mereka khawatir akan
masa depanku dan melakukan apa pun semampu mereka untuk
meluruskanku, tetapi tak satu pun yang dapat membantu. Hati orangtuaku
sungguh remuk. Aku membuat hidup mereka merana. Bukan hanya
kehidupan mereka, melainkan juga kehidupan tetangga-tetangga dan
kerabat-kerabatku. Kata Ayah, setiap orang benci padaku; mereka tidak tahan akan
kehadiranku. Anak-anak kecil tidak berani berjalan di depan rumah kami.
Kata Ayah, para tetangga mengajukan keluhan pada polisi atas apa yang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
aku perbuat. Mereka sampai berpikir untuk memasukkan aku ke sekolah
rehabilitasi bahkan sebelum aku duduk di taman kanak-kanak.
Orangtuaku kadang-kadang mengenang hal itu dan tertawa ketika mereka
ingat bagaimana aku terbiasa bangun pagi sebelum yang lain, melompat
keluar jendela, dan pergi ke sekolah yang letaknya dekat dengan rumah
kami untuk mencari botol dan bong yang ditinggalkan oleh hashishin
(pecandu narkoba), para pecandu hashis (jenis narkoba). Kemudian aku
akan berlari melintasi ladang-ladang untuk mencari mobil-mobil yang
dibakar pencuri pada malam hari, lalu kembali pulang dengan membawa
plat-plat mobil yang hangus.
Ayahku bercerita, ketika aku berumur empat tahun, semua orang tahu aku
akan tumbuh menjadi pencuri mobil atau pecandu. Katanya saat liburan,
ketika anak-anak badung di Tira mencuri mobil-mobil yang paling mewah,
aku akan menyelinap keluar rumah dan menunggu mereka di jalan masuk
ke desa dengan semua hashishin dan anak-anak yang paling nakal, untuk
memberi semangat kepada para pembalap jalanan. Kata ayahku, masa


Tarian Cinta Karya Sayed Kashua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

liburan menjadi mimpi buruk baginya karena dia harus menghabiskan
seluruh waktunya berlarian di jalanan mengejar-ngejarku.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Kata Ibu, setiap hari Sabtu, sebelum dia pergi mengunjungi orangtuanya,
dia akan menambatkan kakiku pada sesuatu sehingga aku tidak dapat
melarikan diri. Kalau tidak, kata ibuku, aku pasti akan kabur mengejar
kucing, menggulingkan tempat sampah, mengetuk pintu-pintu, dan
membunyikan semua bel pintu di sepanjang jalan. Kata Ibu, karena akulah
ayahku terpaksa menjual setengah dunarn tanahnya untuk membeli mobil.
Pada waktu itu harga mobil mahal, tetapi mereka tidak punya pilihan;
mereka harus mencari cara yang masuk akal untuk membawaku ke dokter
spesialis anak di Kfar Sava. Kata Ibu, cukup sekali saja dia bepergian
dengan naik bis. Ia sampai menangis ketika sopir menghentikan bus dan
Naga Jawa Negeri Di Atap Langit 4 Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall Srigala Iblis 2

Cari Blog Ini